Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA CONGKLAK TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 15 SAMATA
KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
Husnul Khatimah
10540 11100 16
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2020
ii
ii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Kemauan yang kuat akan mengerahkan seluruh kesungguhan, walau
menghadapi banyak kesulitan penderitaan. Sebaliknya, kemauan yang
lemah menjadi tak berdaya meskipun sarana dan waktu tersedia.”
Persembahan :
Kuperuntukkan karya teristimewa ini kepada kedua orang tuaku tercinta yang
senantiasa mengarahkan, membimbing, memberi kasih sayang dan perhatian yang
tulus…
Serta kepada Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk sehingga semuanya
dimudahkan dan dilancarkan...
Husnul Khatimah
iii
iii
ABSTRAK
Husnul Khatimah. 2020. Pengaruh Penggunaan Media Congklak terhadap
Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng
Kabupaten Bantaeng. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Nursalam dan pembimbing II Ade Irma Suriani.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat Pengaruh
Penggunaan Media Congklak Terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa kelas IV SDN
15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penggunaan Media Congklak Terhadap Motivasi
Belajar IPS Siswa kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten
Bantaeng
Jenis penelitian ini dalah eksperiment yang bersifat (pre-eksperimental design)
dengan desain one-grup pretest-posttest design. Sampel dan populasi adalah murid
kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng yang
berjumlah 16 murid. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
angket motivasi belajar.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat penggunaan media congklak
tergolong kategori baik yang ditinjau dari indikator pada hasil posttest angket
motivasi belajar. Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media congklak terhadap motivasi
belajar IPS siswa SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
Kata Kunci: Media Congklak, Motivasi Belajar IPS.
iv
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta
alam. Allahyang paling agung untuk membuka jalan bagi setiap maksud kita, Allah
yangpaling suci untuk menjadi energi bagi petunjuk hidup dan kesuksesan kita.
Tiadadaya dan kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga skripsi
denganjudul “Pengaruh Penggunaan Media Congklakterhadap Motivasi
Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten
Bantaeng” dapat diselesaikan.
Setiap orang dalam berkarya selalu mengharapkan
kesempurnaan,termasuk dalam tulisan ini. Penulis menyadari keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, tetapi penulis telah mengerahkan
segala daya danupaya untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan
bermanfaat dalam duniapendidikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik
gunamemperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru
SekolahDasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
MuhammadiyahMakassar. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk
membuat tullisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam
perampungantulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih
v
v
kepada keduaorang tua, Hawiah dan Alm. Jumaing yang telah berdoa, memberi
semangat,berjuang, rela berkorban tanpa pamrih dalam mengasuh, membesarkan,
mendidik,dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.
Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak
mendapatbantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material maupun moral. Oleh
karenaitu, penulis menyampaikan penghargaan dan penghormatan serta ucapan
terimakasih kepada Dr. H. Nursalam,M.Si dan Ade Irma Suriani, S.Pd., M.Pd
selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan,
arahan serta motivasisejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada; Aliem Bahri
S.Pd.,M.Pd., ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dr. Erwin Akib, S.Pd.,
M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, danProf. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam
lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
Terima kasih pula yang sebesar-besarnya kepadaH. Syamsuddin, S.Pd
kepala SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng dan beserta
stafnya, terutama BapakSofyan Darfinselaku wali kelas IV yang telah memberikan
izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Tak lupa penulis juga mengucapkan
banyak terima kasih kepa da Kakak-Kakak Ernawati, Ayu Parawita, Megawati,
Abustan, Muhammad Alka dan keluarga besar Program Studi PGSD yang begitu
vi
vi
banyak memberikan motivasi dan arahan. Terima kasih juga kepada sahabat dan
keluarga besar Hima Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Angkatan 2016 terkhusus kelas C Universitas Muhammadiyah
Makassar, terutama Sartika Lukman, Satriana, Miftahul Jannah, St Nur Islamiyah,
Wanda Reski Anugrah, Ayu Widyastuti, dan pihak lain Nur Ainun Jariyah,
Muhammad Ikram, Muhammad Ilham, dan Andi Annisa Rezky terima kasih atas
segala bantuan, pelajaran, arahan serta motivasi yang diberikan.
Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi pahala disisi-Nya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasamengharapkan kritikan
dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikantersebut sifatnya
membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidakakan berarti sama
sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para
pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, Agustus 2020
Penulis
vii
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 6
1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 6
2. Manfaat Praktis ...................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ................................................................................ 7
1. Penelitian yang Relevan.......................................................... 7
2. Hakikat Belajar ....................................................................... 8
3. Hakikat Motivasi Belajar ........................................................ 11
4. Hakikat Media Pembelajaran .................................................. 17
5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ............................................ 22
6. Permainan Tradisional ............................................................ 26
7. Media Congklak ..................................................................... 29
B. Kerangka Pikir ............................................................................. 31
C. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian .......................................... 34
B. Populasi dan Sampel ................................................................... 35
viii
viii
C. Definisi Operasional Variabel....................................................... 36
D. Instrument Penelitian .................................................................... 37
E. Uji Instrumen ............................................................................... 38
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 39
G. Teknik Analisis Data .................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 43
1. Hasil Statistik Deskriptif ......................................................... 43
2. Hasil Statistik Inferensial ........................................................ 51
B. Pembahasan ................................................................................. 56
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 60
B. Saran ............................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 63
LAMPIRAN – LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
ix
DAFTAR GAMBAR
GambarJudul Halaman
2.1 Bagan Kerangka Pikir ....................................................................... 33
3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 34
x
x
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
3.1 Populasi Siswa Kelas 1V SDN 15 Samata ......................................... 35
3.2 Sampel Penelitian SDN 15 Samata ..................................................... 36
3.3 Pembobotan Item Angket .................................................................. 37
3.4 Pedoman Tingkat KeandalanInstrumen Ukuran dari Cronbach .......... 39
4.1 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No.1 ................................. 43
4.2 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No.2 .................................. 44
4.3 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No.3 .................................. 44
4.4 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No.4 .................................. 44
4.5 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No. 5 ................................. 45
4.6 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No. 6 ................................. 45
4.7 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttets No.1 ................................. 46
4.8 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No.2 ................................. 46
4.9 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No.3. ................................ 46
4.10 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No.4 ............................... 47
4.11 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No.5 ................................ 47
4.12 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No. 6 ............................... 47
4.13 Perbandingan Deskriptif Pretest dan Posttest .................................... 48
4.14 Analisis Deskriptif Pretest dan Postest .............................................. 50
4.15 Klasifikasi Penilaian Interval Motivasi Belajar ................................. 50
4.16 Uji Normalitas Angket Pretest .......................................................... 51
4.17 Uji Normalitas Angket Postest ......................................................... 53
xi
xi
4.18 Analisis Skor Pretest dan Posttest ..................................................... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Damayanti (2016: 10) Pendidikan dapat didefinisikan sebagai
humanisasi atau upaya memanusiakan manusia. Pendidikan adalah upaya yang
membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai
manusia. Sebab manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika ia mampu
merealisasikan hakikatnya secara total, pendidikan hendaknya merupakan upaya
yang dilaksanakan secara sadar dengan bertitik tolak pada asumsi tentang hakikat
manusia.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah adalah melalui perbaikan dipelbagisektor dalam bidang pendidikan
terutama dalam wawasan kependididkan dan konsep dalam pembelajaran yang
mengarah pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi
siswa.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB I Ketentuan
Umum BAB I Pasal 1 (2006: 2) menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.(http: // bahasa- mahasiswa blogspot.co.id/2011/01/undang-
undang-sisdiknas-sistem.htmi)
2
2
Keberhasilan suatu pengajaran dapat dilihat bagaimana perkembangannya
dalam pembelajaran yang mampu diperoleh siswa. Guru sebagai fasilitator harus
mampu membuat suasana pembelajaran menyenangkan serta membuat siswa
termotivasi untuk aktif dalam setiap pembelajaran. Salah satu cara dalam
meningkatka motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan media
pembelajaran yang menarik.
Sering kita mendengar bahwa prestasi belajar peserta didik rendah karena
salah satu alasan, yaitu motivasi yang rendah. Motivasi bisa menjadi hambatan bagi
peserta didik untuk meraih kesuksesan baik dalam belajar maupun dalam
kehidupan. Begitu pentingnya motivasi bagi seseorang untuk melakukan dan
mencapai sesuatu maka diperlukan upaya untuk tetap menjaga motivasi agar tetap
stabil atau bahkan sebisa mungkin dapat ditinggalkan.
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang dapat
mempengaruhi interkasi dalam proses pembelajaran. Diera sekarang media
pembelajaran sudah banyak digunakan oleh guru dalam mengajar dikelas, berbagai
media digunakan seperti media audio-visual, media visual, media berbasis
komputer, dan lain-lain.
Yudiwinata dan Pambudi Handoyo (2014: 2 ) berpendapat bahwa:
zamanyang terus berkembang memacu perubahan budaya yang semakin
terus berubah. Tidak hanya perkembangan dari seni budaya tetapi juga
perkembangan teknologi semakin bertambah maju. Perubahan tidak
hanya terjadi pada lingkungan sosial tetapi juga pada pola bermain anak-
anak. Proses dan cara bermain anak-anak dari hari mengalami
perkembangan. Pada zaman sekarang anak-anak jarang mengenal
permainan tradisional bahkan ada yang tidak mengenal permainan
tradisional. Perubahan merupakan pergerakan struktur yang
bersangkutan sesuai dengan perubahan waktu. Hal ini menyebabkan
banyak anak-anak tidak mengenal sama sekali permainan tradisional
3
3
yang sebenarnya merupakan sebuah sarana bagi anak-anak dari usia
sebelum sekolah hingga usia sekolah untuk melatih motorik dan kognitif
mereka.
Anak-anak Indonesia sebenarnya harus mampu mempertahankan
permainan tradisional ini. Permainan tradisional bukan semata-mata permainan
saja, didalamnya terdapat unsur budaya yang melekat kuat dan harus terus
dilestarikan. Permainan tradisional yang mungkin sudah jarang ditemui karena
tidak adanya sosialisasi dari orang tua ke anak ataupun dari guru ke murid akan
terus hilang ditambah dengan adanya permainan modern yang lebih dikenal dengan
istilah game bagi anak-anak. Anak-anak yang sudah individualis akan lebih menjadi
pribadi yang tertutup karena permainan ini tidak mengajarkan kerja sama dan hal-
hal positif lainnya. Perubahan kebiasaan pada anak-anak dalam hal bermain dan
memudarnya budaya bangsa pada permainan tradisional inilah yang mendorong
penelitian ini dilakukan.
Permainan tradisional dapat digunakan sebagai media pembelajaran, salah
satu media yang bisa digunakan yaitu media congklak, Media ini dapat membuat
anak-anak lebih bersosialisasi dengan orang yang ada disekitarnya serta membuat
pembelajaran lebih menyenangkan karena mereka bermain sambil belajar.
Guru hendaknya memiliki media dalam proses belajar mengajar agar siswa
dapat belajar efektif dan termotivasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah memiliki strategi itu adalah penguasaan teknik penyajian pelajaran
dengan memilih pendekatan yang tepat. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan dalam pembelajaran IPS yang menekankan keaktifan siswa adalah
penggunaan media congklak, dimana diketahui siswa diberikan media yang
4
4
menarik secara langsung. Hal ini bertujuan agar mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran, karena diketahui pembelajaran IPS terbilang membosankan monoton
pada teori dimana guru lebih banyak menjelaskan didalam kelas.
Mata pelajaran IPS merupakan salah satu bidang yang mempelajari seluk
beluk kehidupan sosial, ekonomi, politik,kebudayaan dan lebih didominasi oleh
pendekatan yang bersifat konvensional suatu pendekatan yang lebih menekankan
pada aspek pengetahuan dan menghafal berbagai konsep, kurang melibatkan siswa
sehingga tidak mandiri dalam belajar, bahkan cederung pasif. Guru dalam
menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan
guru, pembelajaran yang dilakukan kurang kreatif, dan kurang mengoptimalkan
media pembelajaran. Sehingga murid kurang aktif dalam pembelajaran tersebut.
Berdasarkan observasi yang ditemui dilapangan menunjukkan bahwa
motivasi siswa dalam pembelajaran masih cukup rendah. Hal ini terungkap melalui
prapenelitian melalui observasi pada murid kelas IV SD Negeri 15 Samata
Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng, selain itu masih banyak nilai siswa
dibawah KKM yaitu 72 khususnya mata pelajaran IPS. Dari hasil observasi tersebut
dapat diperoleh informasi bahwa penyebab rendahnya kemauan siswa untuk belajar
ada beberapa hal, (1) siswa kurang aktif dalam pembelajaran (2) siswa lebih asyik
berbicara dengan teman atau melakukan hal yang lain sehingga tidak
memperhatikan guru, (3) siswa lebih suka bermain, (4) siswa tidak percaya diri dan
merasa dirinya tidak mampu dalam pembelajaran tertentu, (5) kurangnya perhatian
kepada siswa dalam pembelajaran, hal ini bisa disebabkan karena (a) kurang
pemanfaatan media dalam pembelajaran, (b) pembelajaran lebih berpusat pada
5
5
guru, (c) siswa tidak menyukai pembelajaran yang diajarkan, (d) tidak ada yang
menarik dalam proses pembelajaran.
Penggunaan media tradisional congklak menjadi alternatif untuk dapat
menghilangkan rasa bosan siswa dalam belajar karena siswa dapat bermain dan
belajar tidak hanya sekedar mendengarkan teori yang disampaikan. Media
pembelajaran ini merupakan solusi agar dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, memotivasi siswa untuk mau belajar dan melatih cara berpikir
siswa
Sehubungan dengan masalah diatas, maka penulis termotivasi melakukan
penelitian dengan “Pengaruh Penggunaan Media Congklak Terhadap Motivasi
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD Negeri 15 Samata
Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Penggunaan Media Congklak Terhadap
Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD Negeri 15
Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng”?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiPengaruh Penggunaan Media
Congklak Terhadap Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas
IV SD Negeri 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
6
6
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang dapat diperoleh, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Akademis, menjadi bahan masukan dan informasi dalam upaya
penyempurnaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan.
b. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan, pengalaman, dan
bermanfaat sebagai perbaikan mengajar yang mengutamakan keaktifan siswa
secara langsung dengan menggunakan media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dapat kesempatan dan pengalaman belajar IPS dalam suasana yang
menyenangkan, dan terjadinya kerjasama yang baik antar siswa sehingga dapat
meningkatkan Motivasi belajar IPS.
b. Bagi Guru/Pendidik, sebagai bahan masukan bagi guru dalam pengolaan
pendidikan di sekolah dasar sehubungan dengan upaya peningkatan motivasi
belajar.
c. Bagi Sekolah, sebagai lembaga pendidikan agar dapat menggunakan media-
media pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan dan berterkaitan dengan
media congklak diantaranya:
Pertama, penelitian yang dilakukan Handayani di SDN Sukolilo 03 Madiun
pada tahun 2017 dengan judul “Upaya Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa
Melalui Permainan Tradisional Congklak Pada Mata Pelajaran IPS”. Hasil
penelitian menunjukkan dengan menggunakan permainan tradisional congklak
pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas V
SDN Sukolilo 03 Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil bahwa dari 21 siswa, pada siklus 1 yaitu 7 siswa yang memperoleh kriteria
sangat baik dan baik (kriteria penelitian) mencapai 33,3 % dengan rata-rata criteria
cukup. Pada siklus II yaitu 17 siswa yang memperoleh kriteria sangat baik dan baik
(kriteria penelitian) mencapai 81 % dengan rata-rata kriteria baik. Selain itu, hasil
nilai siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I yaitu rata-rata kelas 72,4
dengan criteria cukup (66,7%) dengan jumlah 14 siswa. Pada siklus II yaitu rata-
rata kelas 82,4 dengan criteria baik (85,7%) dengan jumlah 18 siswa. Hasil nilai
siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dengan siswa yang sudah
tuntas mencapai ≥ 80 % dari jumlah sebuah siswa.
8
8
Kedua, penelitian yang dilakukan Wahyullah Alannasir Dosen Universitas
Islam Makassar tahun 2016 dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Animasi
Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri
Mannuruki”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan media animasi
dalam pembelajaran IPS memiliki tahapan pembelajaran dimana, setiap pertemuan
terdapat tiga tahapan utama yang dilaksanakan oleh guru yakni perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. (2) Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS
memberikan perubahan motivasi belajar pada siswa, terlihat dari motivasi belajar
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan media animasi mengalami
peningkatan yang signifikan yaitu sebelum perlakuan berada pada kategori cukup
dan setelah perlakuan motivasi belajar siswa meningkat dengan kategori sangat
baik. (3) Penggunaan media animasi dalam pembelajaran IPS berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa kelas IV SDN Mannuruki.
Berdasarkan hasil penelitian yang relevan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa adanya peningkatan pembelajaran sebelum dan setelah menggunakan media
dan nilai siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebelum
perlakuan berada pada kategori cukup dan setelah perlakuan berada pada kategori
tuntas.
2. Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu
agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak
mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang
tadinya tidak terampil menjadi terampil.
9
9
Pendapat banyak orang mengatakan bahwa belajar adalah proses menambah
informasi. Seperti yang dijelaskan dalam American Heritage Dictionary bahwa
belajar adalah “to gain knowledge, comprehension or mastery through experience
study”. Statemen ini menyatakan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan,
pemahaman, atau penguasaan (materi pelajaran) melalui pengalaman. Konsep ini
mengartikan belajar sama dengan menghafal.
Menurut Gagne (Susanto, 2016: 1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne
juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau
keterampilan melalui instruksi.
Menurut pandangan Skinner (Baso, 2017: 7), belajar merupakan suatu
proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.Pengertian
belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.
Menurut Thobroni (2015: 15) belajar merupakan aktivitas manusia yang
sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut
masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau
diajar oleh manusia lainnya.
Menurut Ghufron dan Risnawati (2013: 7) belajar merupakan suatu proses
perubahan yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta
tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan psikologis yang berupa
perilaku dan representasi atau asosiasi mental.
10
10
Menurut Suryabrata (Khodijah, 2018: 47) belajar merupakan suatu proses
yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan,
pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk dimodifikasi dan
berkembang karena belajar.
Menurut Ula (2013: 13) bahwa ”belajar merupakan sebuah aktivitas yang
pada kenyataannya melibatkan dua unsur, yakni jiwa dan raga”. Gerak raga yang
ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.
Dalam proses beajar, unsur jiwa dan raga sangat berperan dan benar-benar terlibat.
Jiwa dilibatkan dalam hal pola pikir dan diindikasikan pada sikap, sedangkan raga
memegang peranan dalam hal keterampilan kebiasaan, kecakapan.
Menurut Komara (2014: 1) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan
yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interkasi, baik yang bersifat
eksplisit maupun implisit (tersembunyi. Teori-teori yang dikembangkan dalam
komponen tersebut, meliputi antara lain: teori tentang tujuan pendidikan, organisasi
kurikulum, isi kurikulum, dan model-model pengembangan kurikulum.
Menurut Hudojo (Jihad dan Haris, 2013: 3) belajar merupakan kegiatan bagi
setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,
dimodifikasi dan berkembang disebebkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan
belajar, bila ia dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan
yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Menurut Surya (Purwandari dan Wahyuningtyas, 2017: 163) belajar ialah
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu
11
11
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan belajar, jika
ia terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan ditandai dengan adanya
perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi tingkah laku, gaya
berfikir, dan pengetahuannya yang bertambah.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah terjadinya perubahan kemampuan baik dalam pengetahuan, pemahaman,
penguasaan materi, kegemaran, dan sikap yang terbentuk yang menyebabkan
adanya perubahan tingkah laku dalam diri individu itu sendiri.
3. Hakikat Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Ardhana (Susanto, 2019: 67) menyatakan bahwa motivasi dapat
dipandang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan
tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari
dalam dan intensif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya atau berusaha untuk menuju tercapainya tujuan yang
diharapkan.
Menurut Ula (2013: 22) motivasi adalah “kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Jadi, motivasi belajar adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi tentunya
memengaruhi proses dan hasil belajar. Bagaimanapun, seseorang memiliki
motivasi tinggi untuk belajar, ia akan memiliki kemudahan dalam proses belajar
dan akhirnya akan mendapat hasil maksimal dalam belajarnya.
12
12
Menurut Suprihatin (2015: 75) motivasi dapat diartikan “sebagai kekuatan
(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat kemauan dalam melaksanakan
suatu kegiatan. Kemauan baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi intrinstik) maupun dari luar individu (motivasi eksrinsik)”.
Menurut Widiasworo (2016: 16) motivasi merupakan keseluruhan daya
penggerak, baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan
dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
itu dapat tercapai.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan penggerak tingkah
laku. Motivasi mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokratisasi
pendidikan, membina kreativitas dan imajinasi guru, Pembina disiplin kelas, dan
menentukan efektivitas belajar. Oleh karena itu, motivasi merupakan prinsip yang
harus dikembangkan supaya kegiatan belajar dapat terjadi secara efektif.
Sadirman (Alansir, 2016: 82) ) menyatakan bahwa motivasi juga dapat
dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Menurut Sani (2019: 74) motivasi merupakan “suatu energi dalam diri
manusia yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu dengan tujuan
tertentu”. Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat memotivasi peserta
didik atas individu untuk belajar. Tanpa motivasi belajar, seorang peserta didik
tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan dalam belajar.
13
13
Menurut Karwono danMularsih (2018: 35) Motivasi adalah “suatu kondisi
dari peserta didik untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu, dan
memelihara kesungguhan”. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan
melakukan kegiatan penjajangan dalam lingkungannya.
Menurut Petri (Rusman, 2015: 31) ”Motivation is the concept we use when
we describe the force action on or within an organism to intitiate and direct
behavior”. Motivasi dapat merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi
merupakan salah satu fakor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya
yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan.
Menurut Surachim (2016: 79) motivasi belajar adalah ”kekuatan yang
diperlukan peserta didik untuk meraih prestasi, bakal berharga untuk meraih
prestasi belajar terbaik”. Motivasi belajar tercermin dari; (1) upaya (effort) yang
sungguh-sungguh, melibatkan aktivitas mental maupun fisik, (2) kejelasan tujuan
(organizational goal) yang ingin dicapai, (3) terpenuhinya suatu kebutuhan (need)
yang dapat mengunggah perhatian peserta didik untuk melakukan pembelajaran
yang lebih baik.
Menurut Daud (2012: 248) motivasi dapat dilihat dari tiga hal yaitu adanya
kebutuhan, dorongan, dan adanya tujuan. Kebutuhan yang merupakan segi pertama
dari motivasi akan muncul dalam diri sendiri seseorang apabila merasa ada
kekurangan pada dirinya atau dapat diartikan kebutuhan akan muncul apabila
dirasakan ada rasa ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang
diharapkan. Dorongan merupakan suatu kekuatan mental untuk melakukan
14
14
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dengan kata lain
tercapainya tujuan berarti akan mengurangi dorongan pada diri seseorang, sehingga
mutu hasil belajar akan menjadi rendah.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah mempengaruhi apa yang dipelajari sehingga terjadi perubahan dalam
diri seseorang pada tingkat keberhasilan belajarnya.
b. Jenis-Jenis Motivasi
Sahabuddin (Ristawati, 2017: 16) mengemukakan bahwa ada dua jenis
motivasi, yaitu:
a) Motivasi intrinstik yaitu motivasi yang didasarkan pada teori bahwa dalam diri
manusia terdapat dorongan-dorongan yang bertujuan untuk mencapai pemuasan.
Teori ini tidak dipelajari tetapi bekerja secara naluriah.
b) Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi didasarkan pada teori pengaruh lingkungan
atau proses belajar. Bahwa keinginan-keinginan ini tidak semuanya bersumber
dari naluri, tetapi sebagian adalah hasil proses belajar atau pengaruh lingkungan.
Menurut Haling (Ristawati, 2017: 17) mengemukakan bahwa ada dua jenis
motivasi dalam belajar, yaitu:
a) Motivasi Primer adalah motivasi didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif
dasar itu pada umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani sesesorang. Jenis
motivasi ini termasuk memelihara diri, keamanan, membangun, kawin.
b) Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Jenis motivasi ini berupa
kebutuhan organisme seperti ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi,
dan motif-motif sosial seperti kasih sayang, kekuasaan dan kebebasan.
15
15
c. Indikator Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangatlah penting artinya dalam proses belajar siswa,
karena fungsinya mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar.
Menurut Uno (Ristawati, 2017: 22) indikator motivasi belajar dapat
diklarifikasikan sebagai berikut:
a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c) Adaya harapan dan cita-citna masa depan
d) Adanya penghargaan dalam belajar
e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f) Adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang dapat
belajar dengan baik.
d. Strategi Menumbuhkan Motivasi
Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yakni:
a) Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru
menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas
tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.
b) Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat
mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c) Saingan/kompetisi
16
16
Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
d) Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
e) Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau
berubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta
didik.
g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik
h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individu maupun
komunal (kelompok)
i) Menggunakan metode bervariasi
j) Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
e. Pentingnya Motivasi dalam Upaya Belajar dan Pembelajaran
Menurut Karwono dan Heni Mularsih (2018: 108) motivasi dianggap
penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya
atau manfaatnya. Uraian diatas menunjukkan, bahwa motivasi mendorong
17
17
timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi
motivasi adalah:
a) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan
timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku
seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya
suatu pekerjaan.
4. Hakikat Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Sadiman, dkk (Zainiyati, 2017: 62) kata media berasal dari bahasa latin yang
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara
atau ‘pengantar’. Jadi secara bahasa media berarti pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan.
Gerlach dan Ely (Arsyad, 2016: 3) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar dalam cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,
atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi
visual atau verbal.
18
18
Media pembelajaran adalah alat peraga yang digunakan oleh guru dalam
proses belajar mengajar, media sendiri terbagi yaitu media audio visual dan media
visual, penggunaan media dapat membantu peserta didik dalam proses belajarnya
karena mereka dapat lebih semangat dan tidak merasa bosan ketika guru melakukan
pembelajaran didalam kelas.
Menurut Winkel (Susanto, 2016: 45) menyatakan istilah media
pembelajaran dapat diartikan secara luas dan secara sempit: pertama, secara luas,
media adalah setiap orang, materi peristiwa yang memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan demikian,
tenaga pengajar atau guru, buku pelajaran, dan gedung sekolah menjadi suatu
medium pengajaran.
Kedua, secara sempit, istilah media diartikan sebagai alat-alat
elektromekanik yang menjadi perantara antara siswa dan materi pelajaran. Contoh
media pembelajaran pada konteks yang sempit ini, meliputi: radio, tape recorder,
TV, kamera, OHP, slide, in focus, komputer, dan laptopyang berupa elektronik.
Dalam konteks ini, istilah media pembelajaran mengacu pada pengertian media
pembelajaran secara luas, yakni media yang mencakup segala sesuatu yang dapat
membantu siswa dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kaitannya dengan kegunaan media dalam pembelajaran ini, setidaknya
dituntut ada tiga keistimewaan yang harus dimiliki oleh media pembelajaran
tersebut, yaitu: (1) media harus memiliki kemampuan untuk menangkap,
menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian; (2) media harus
memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan
19
19
berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan; dan (3) media harus
mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang
mengandung makna.
Menurut Murwani (Susanto, 2016: 46) mengemukakan pentingnya
pemanfaatan media dalam proses pembelajaran adalah bahwa media akan
membantu siswa untuk memvisualkan hal-hal abstrak, mengasah rasa, merangsang
kreativitas, menemukan pengetahuan, memaknai konsep dan lain-lain. Adapun
menurut Encyclopedia of Educational Research disebutkan, bahwa media memiliki
nilai praktis yang sangat berguna dalam: (a) meletakkan dasar-dasar yang konkret
untuk berpikir dan mengurangi verbalisme; (b) memperbesar perhatian siswa; (c)
membuat pelajaran lebih mantap atau tidak mudah dilupakan; (d) memberikan
pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri
dikalangan para siswa; (e) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu; dan
(f) membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan
bahasa.
Sadiman (Dananjaya, 2017: 266) menyatakan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat penerima pesan
sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar yang mengairahkan diantara
keduanya.
Menurut Sari (2015: 91) media pembelajaran merupakan alat bantu yang
dipergunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dimana
media pembelajaran akan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran, siswa
20
20
dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan menarik siswa untuk aktif
dalam proses belajar.
Menurut Rohman dan Amri (2013: 156) media pembelajaran secara umum
adalah “segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar
sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan”.
Menurut Susilana dan Riyana (Pradaja dan Latif, 2018: 63) kata “Media”
berasal dari kata latin, merupakan kata jamak dari kata “Medium”. Secara harfiah
kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata
tersebut digunakan baik untuk bentuk jamak maupun mufrad.
Menurut Nurdiana dan Widodo (2018: 162) media pembelajaran mampu
meningkatkan perhatian dan minat belajar siswa yang dapat membuat pembelajaran
tidak membosankan sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
lancar dan pesan ini ilmu pengetahuan atau materi yang disampaikan oleh guru
dapat diterima oleh siswa dengan baik.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat peraga yang digunakan dalam lingkungan peserta didik
yang mendukung peserta didik untuk belajar, seperti radio, televisi, buku, koran,
majalah, dan sebagainya.
b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
Menurut Arsyad (2016), media pembelajaran memiliki cirri-ciri umum
sebagai berikut:
21
21
1) Media pembelajaran memeiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardware (persngkat keras), yaitu seseuatu benda yang dapat dilihat,
didengar, atau diraba dengan pancaindra.
2) Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai
software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta
didik.Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.
3) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses beelajar, baik
dalam maupun diluar kelas.
4) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru
dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
5) Media pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya:radio, televisi),
kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya:film, slide/video, OHP), atau
peerorangan (misalnya:modul:komputer, radio, tape/kaset, video, recorder).
c. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Levie dan Lentz (Zainiyati, 2017: 67) khusunya media visual,
mengemukakan bahwa media pembelajaran memiliki empat fungsi, yaitu fungsi
atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta
didik untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna
visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
d. Manfaat Media Pembelajaran
22
22
Menurut Kemp dan Dayton (Sukiyas dan Sukoco, 2013: 129) yaitu: (1)
menyampaikan pengajaran bisa lebih standar; (2) pengajaran lebih menarik; (3)
proses belajar menjadi lebih interaktif; (4) waktu penyampaian materi lebih
singkat; (5) kualitas pengajaran menjadi meningkat; (6) pengajaran dapat
dilakukan kapan dan dimana diinginkan serta dibutuhkan; (7) sikap positif siswa
terhadap apa yang dipelajaridapat ditingkatkan; (8) dapat mengubah peran positif
guru.
5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan IPS
Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta
kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi
wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya
ditingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai
kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi,
budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini.
Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan
sosial, sejarah, ekonomi, politik dan berbagai kebudayaan dimasyarakat. Konsep
IPS ini perlu diajarkan agar siswa mampu memahami hakikat pembelajaran IPS
baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan berbagai kbudayaan
dimasyarakat.
Menurut Suhada (2017: 25) istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di
23
23
perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum
persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan
Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal socialstudies di Negara lain itu
merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.
Menurut Zuraik (Susanto, 2016: 137), hakikat IPS adalah harapan untuk
mampu membina suatu masyarakat yang baik dimanapun para anggotanya benar-
benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab,
sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar
memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi
siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus beriorientasi pada
pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar
siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan shari-hari
dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.
Menurut Handayani (2017: 41) mata pelajaran IPS adalah “pelajaran yang
diberikan kepada peserta didik bertujuan untuk membekali peserta didik dalam
kehidupan sosial dan peka terhadap masalah sosial dengan membekali peserta didik
akan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual dalam
membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung
jawab”.
Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang
berdasarkan realita kondisi sosial yang ada dilingkungan siswa, sehingga dengan
memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik
24
24
dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Pendidikan IPS saat ini
dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas
sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat
mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.
Menurut Sumaatmadja (Siska, 2016: 6) IPS tidak lain adalah mata pelajaran
atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. Dengan kata lain,
kajian-kajian IPS sangat luas melalui berbagai macam pendekatan-pendekatan
interdisipliner yang saling berkaitan dengan kehidupan sosial manusia (humaniora).
Hakikat pendidikan IPS itu hendaknya dikembangkan berdasarkan realita
kondisi sosial budaya yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan ini akan dapat
membina warga negara yang baik yang mampu memahami dan menelaah secara
kritis kehidupan sosial disekitarnya, serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam
lingkungan kehidupan, baik di masyarakatnya, Negara, maupun dunia.
Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993, disebutkan bahwa IPS
adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada
bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata negara.
Khusus di sekolah lanjutan tingkat pertama program pengajaran IPS hanya
mencakup bahan kajian geografi, ekonomi, dan sejarah.
Menurut Siska (2016: 7) bahwa IPS merupakan: “1) mata pelajaran yang
diajarkan pada peserta didik ditingkat sekolah dasar dan sekolah menengah tingkat
pertama (SMP/MTS), 2) mengkaji mengenai kehidupan manusia dalam
masyarakat, 3) bahannya bersumber dari disiplin ilmu sosial”.
25
25
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah dasar,
sekolah menengah pertama dimana ilmu pengetahuan sosial mengkaji berbagai
disiplin ilmu sosial dan humaniora, dengan bahan kajian ekonomi, politik,
kebudayaan, dan sosial dimasyarakat
b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Secara perinci, Mutakin (Susanto 2016: 144) merumuskan tujuan
pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,
melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang
tepat.
5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri
sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
6. Permainan Tradisional
26
26
a. Pengertian Permainan Tradisional
Istilah permainan berasal dari kata dasar “main” yang mendapat imbuhan
“per-an”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “main” adalah berbuat sesuatu
yang menyenangkan hati (dengan menggunakan alat atau tidak). Dengan demikian,
“permainan” adalah sesuatu yang dipergunakan untuk bermain, barang atau sesuatu
yang dipermainkan; perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh,
biasa saja.
Menurut Mulyani (2016: 47) permainan tradisional adalah suatu permainan
warisan dari nenek moyang yang wajib dan perlu dilestarikan karena mengandung
nilai-nilai kearifan lokal. Melalui permainan tradisional, kita dapat mengasah
berbagai aspek perkembangan anak.
Misbac (Nur, 2013: 90) menyimpulkan bahwa permainan adalah situasi
bermain yang terkait dengan beberapa aturan atau tujuan tertentu, yang
menghasilkan kegiatan dalam bentuk tindakan bertujuan. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa dalam bermain terdapat aktivitas yang diikat dengan aturan untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Yunus (Mulyani, 2016: 46) menjelaskan bahwa permainan
tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat, yang berasal dari zaman yang
sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, dengan masyarakat
pendukungnya yang terdiri atas tua muda, laki-perempuan, kaya miskin, rakyat
bangsawan, dengan tiada bedanya. Permainan Tradisional bukan hanya sekedar alat
penghibur hati, penyegar pikiran, atau sarana berolahraga. Lebih dari itu, permainan
tradisional memiliki berbagai latar belakang yang bercorak rekreatif, kompetitif,
27
27
pedagogis, magis, dan religious. Permainan tradisional juga menjadikan orang
bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas, dan lain sebagainya.
Menurut Sapriya (Handayani, 2017: 41) bahwa kegiatan pertisipasi sosial
dapat dilakukan melalui simulasi dan permainan (games) yang merupakan proses
pembelajaran atau kegiatan dimana siswa belajar mengenal aturan, berkompetisi,
dan sekaligus menjadi pemain yang mungkin pada suatu saat akan menjadi pihak
yang menang atau pihak yang kalah.
b. Manfaat Permainan Tradisional
Bermain bagi anak merupakan hal yang mengasyikkan. Apalagi permainan
tradisional yang didalamnya melibatkan banyak anak dan berada diruang terbuka.
Maka, tak salah dengan hasil penelitian Kurniati. Dalam penelitiannya, ia
menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi anak dalam
mengembangkan kerja sama, membantu anak dalam mengembangkan kerja sama,
membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif, dapat
mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati
terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain. Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak yang
sangat baik dalam membantu mengembangkan keterampilan emosi dan sosial
anak.
c. Permainan tradisional dapat membentuk karakter positif pada anak
Cahyono juga mengemukakan sejumlah karakter yang dimiliki oleh
permainan tradisional yang dapat membentuk karakter positif pada anak antara lain
sebagai berikut.
28
28
Pertama, permainan tradisional cenderung menggunakan atau
memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan kita tanpa harus membelinya
sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi. Banyak alat-alat
permainan yang dibuat atau digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu atau
pasir. Misalkan mobil-mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, egrang yang dibuat
dari bambu, permainan ecrak yang menggunakan batu, telepon-teleponan
menggunakan kaleng bekas dan benang nilon, serta lain sebagainya.
Kedua, permainan tradisional melibatkan pemain yang relatif banyak. Tidak
mengherankan jika kita lihat setiap permainan rakyat begitu banyak anggotanya.
Selain mendahulukan faktor kesenangan bersama, permainan ini juga mempunyai
maksud sebagai pendalaman kemampuan interaksi antar pemain (potensi
interpersonal). Seperti petak umpet, congklak, dan gobak sodor.
Ketiga, permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan
moral tertentu, seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggungjawab, sikap
lapang dada (jika kalah), dorongan berprestasi, dan taat pada aturan. Semua itu
didapatkan jika si pemain benar-benar menghayati , menikmati, dan mengerti sari
dari permainan tradisional.
7. Media Congklak
Permainan congklak berasal dari tradisi dan kebudayaan di Indonesia.
Congklak dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat Jawa menyebutkan congklak
dengan nama dakon, dhakon, dhakonan. Masyarakat Sumatera dan Malasyia
menyebutkan congklak dengan nama congkak. Masyarakat Sulawesi menyebut
29
29
congklak dengan beberapa nama yaitu Makaotan, Manggaleceng, Anggalacang dan
Nogarata.
Permainan tradisional yang satu ini memang identik dengan anak
perempuan, walaupun tak jarang anak lelaki pun memainkannya. Cara bermainnya
yang hanya duduk, menjadi salah satu penyebab permainan ini sangat pas jika
dimainkan oleh perempuan. Aktivitas fisik memang tidak terlalu menonjol dalam
permainan ini. Namun demikian, bermain congklak juga dapat melatih anak-anak
pandai dalam berhitung. Selain itu, anak yang bermain congklak harus pandai
membuat strategi agar bisa memenangkan permainan. Permainan yang dalam
bahasa jawa disebut “dakon” ini menggunakan papan yang disebut “papan
congklak”. Ukuran papan terdiri atas 16 lubang untuk menyimpang biji congklak.
Keenambelas lubang tersebut saling berhadapan dan lubang 2 besar dikedua
sisinya. Kemudian anak-anak pun membutuhkan 98 biji congklak. Biji congklak
yang biasanya digunakan dalam cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan,
kelereng, atau plastik. Dua lubang besar tersebut merupakan milik masing-masing
pemain untuk menyimpan biji congklak yang dikumpulkannya. Dua lubang
tersebut kosong sedangkan 14 lubang yang lain diisi 7 biji congklak.
Langkah-langkah penggunanaan media congklak adalah sebagai berikut:
a. Permainan dilakukan perkelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.
b. Guru menunjuk 4 kelompok yang akan bermain terlebih dahulu dengan cara suit.
c. Guru mengacak kelompok 1-4 untuk saling berhadapan sehingga terbentuk 2
permainan.
30
30
d. Dalam permainan ini anggota kelompok bergantian dalam bermain congklak dan
mereka harus bekerja sama dan berkompetensi.
e. Setelah semua kelompok sudah siap , kelompok yang akan bermain akan suit
dan yang menang akan memulai bermain dengan cara menyebarkan biji yang
ada dilubang tersebut kesetiap lubang lainnya, masing-masing lubang diisi
dengan satu biji.
f. Bila biji terakhir ternyata masuk kedalam lubang biji lawan maka dia harus
mengambil pertanyaan yang berisi soal yang telah tersedia pada laci congklak
namun jika tidak bisa dijawab oleh kelompok yang mendapatkan soal maka soal
tersebut bisa dijawab oleh kelompok lawan untuk dijawab bersama-sama.
g. Setelah itu permainan dilanjutkan oleh lawan seperti yang dilakukan
sebelumnya.
Kelebihan dan Kekuranganmedia congklak antara lain sebagai berikut:
a. Kelebihan:
1) Siswa akan lebih senang dan enjoy dalam belajar
2) Tidak memerlukan biaya yang sangat besar tetapi murah meriah
3) Dapat meningkatkan daya kreativitas siswa, baik kognitif, afektif, dan
psikomotorik
4) Menjalin rasa kebersamaan dan daya saing yang sportif antar siswa dalam
pembelajaran kelompok
b. Kekurangan:
1) Belum semua siswa mengerti tentang alat permainan congklak ini
2) Media pembelajaran ini cepat rusak
31
31
3) Belum tentu disemua daerah mengenal permainan ini karena congklak
merupakan permainan tradisional daerah jawa.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir disusun atas dasar terdapatnya masalah pada motivasi
pembelajaran siswa, dimana diketahui bahwa motivasi belajar dapat dipengaruhi
oleh faktor guru yang monoton hanya menjelaskan dalam kelas, siswa yang bosan
dengan beberapa mata pelajaran, ataupun faktor tidak adanya media yang membuat
siswa termotivasi untuk belajar.
Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru hanya sering menjelaskan
teori kepada siswa sehingga siswa merasa bosan dan semangat belajarnya tidak ada.
Terlebih lagi jika siswa hanya difokuskan untuk mencatat materi dibukunya, hal
yang ini yang mempengaruhi kurangnya motivasi siswa untuk belajar terlebih pada
mata pelajaran ini.
Meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media congklak
dengan harapan siswa termotivasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sebagai landasan berpikir bahwa
dengan penggunaan media congklak terhadap motivasi belajar untuk mata
pelajaran IPS yang diterapkan di SDNegeri 15 Samata Kecamatan Bantaeng
Kabupate Bantaeng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari skema kerangka
berpikir berikut:
32
32
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori
yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data.
Hipotesis Penelitian: Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS)
Penggunaan Media Congklak
Pretest
Motivasi Belajar
Posttest
Analisis
33
33
media congklak pada siswa kelas IV SDN 15 Samata
Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
34
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Pre-experimental Design
(nondesigns) yang akan mengkaji tentang pengaruh penggunaan media congklak
terhadap motivasi belajar siswa kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng
Kabupaten Bantaeng.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah“ One-Group Pretest-Posttest
Design”. Sugiyono (2015: 110) mengemukakan bahwa: “Pre- Experimental
Design (nondesign) merupakan jenis eksperimen yang terdapat variabel luar yang
ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi eksperimen yang
merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel
independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel
tidak dipilih secara random”.
Desain yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Sugiyono (2015: 111)
35
35
Keterangan :
O1 : Test awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan
X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen dengan
menggunakan media congklak
O2 : Tes Akhir (posttest) setelah perlakuan diberikan
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2015: 117) , Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi
populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda-benda alam lain. Populasi bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 15 Samata
yang ada di Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan data yang
diperoleh dari guru diperoleh keseluruhan siswa adalah 16 siswa yang terdiri dari 8
orang laki-laki dan 8 orang perempuan.
Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas IV SDN 15 Samata
No Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 IV 8 8 16
Jumlah 16
Sumber :SDN 15 Samata Tahun 2020
36
36
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2015: 118), Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2015: 124),
sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang. Adapun sampel dalam penelitian yaiitu semua siswa
kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng yang
berjumlah 16 orang.
Table 3.2 Sampel Penelitian SDN 15 Samata
No Kelas Jenis Kelamin
Jumlah Laki-Laki Perempuan
1 IV 8 8 16
Jumlah 16
Sumber :SDN 15 Samata Tahun 2020
C. Definisi Oprasional Penelitian
Variable yang diberikan disini adalah Variabel Independen dan Variabel
Dependen yaitu:
a) Variabel Independen (bebas) media congklak merupakan permainan
tradisional yang sudah mulai dilupakan oleh anak-anak zaman sekarang,
congklak sendiri dimainkan menggunakan biji-bijian yang biasanya dibuat dari
batu kecil dan cangkang kerang. Congklak sendiri biasanya dimainkan oleh
dua orang dan memiliki 7 lubang.
b) Variabel dependen adalah variabel (terikat) yaitu motivasi belajar berasal dari
lingkungan seseorang atau dari luar diri seseorang yang menyebabkan
37
37
dorongan untuk mempengaruhi proses belajarnya untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
D. Instrumen Penelitian
Melakukan sebuah penelitian hendaknya menggunakan alat ukur yang baik.
Alat ukur yang dipakai dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti
berdasarkan teori-teori yang mendasari variabel penelitian instrument. Penelitian
dapat diartikan sebagai alat bantu yang diwujudkan dalam benda. Misalnya angket,
pedoman, wawancara, lembar observasi tes, dan sebagainya.
Mengukur skor variabel penelitian digunakan instrument Angket.
Instrument disusun dengan indikator sebagai berikut: 1) adanya hasrat dan
keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya
harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar; 5) adanya
kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) adanya lingkungan yang kondusif,
sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik; 7) strategi
menumbuhkan motivasi. Bentuk alat ukur motivasi adalah skala model likert,
dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan jawaban, yaitu:
Tabel 3.3 pembobotan item angket
Pilihan Jawaban Kategori
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (ST) 4
Ragu-ragu (RG) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangar Tidak Setuju (STS) 1
Sumber: Sugiyono (2015: 136)
38
38
E. Uji Instrumen
a) Validitas
Menurut Arifin (2019: 102) validasi (Validity) berarti ketepatan. Dalam arti
sempit, validitas menunjukkan derajat ketepatan, kecermatan, dan kesesuaian suatu
instrument dalam melakukan fungsi pengukuran tertentu. Maksudnya, apakah
instrumen yang digunakan itu tepat, cermat, dan sesuai dengan apa yang hendak
diukur. Validitas menunjukkan derajat karena uji validitas ada yang rendah, sedang,
dan tinggi. Jika instrument evaluasi kurang baik, maka mutu datanya yang diperoleh
pun menjadi kurang baik.
Penelitian ini menggunakan uji validitas bertujuan untuk mengetahui
ketetapan butir untuk mengukur motivasi belajar. Untuk mengetahui validitas
instrumen pada penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment dari
Pearson dengan menggunakan bantuan SPSS versi 21.
Kriteria pengujian valid tidaknya tiap-tiap butir soal yaitu dengan cara
membandingkan rhitung dengan rtabel dari Pearson pada taraf signifikan 5%. Jika nilai
rhitung adalah sama atau lebih besar dari rtabel, maka butir dari instrumen yang
dimaksud adalah valid. Sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari pada rtabel maka butir
instrumen tidak valid.
b) Reliabilitas
Menurut Arifin (2019: 106) reliabilitas adalah tingkat atau derajat
konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas instrumen berkenaan dengan
pertanyaan, apakah suatu instrumen menunjukkan keajekan, teliti, dan dapat
dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu instrument dapat
39
39
dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada
kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.Uji reliabilitas
dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 21
dengan uji keterandalan teknik Alpha Cronbach.
Tabel 3.4 Pedoman Menentukan Tingkat Keandalan Instrumen
Ukuran dari Cronbach
Hasil Uji Alpha Cronbach Derajat Keandalan
0,9 Luar biasa bagus
Sumber: Silalahi (2015)
Kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan reliabel atau tidak bila
𝛼 lebih besar atau sama dengan 0,600 maka item tersebut reliabel. Bila 𝛼 lebih kecil
dari 0,600 maka item tersebut tidak reliabel.
F. Teknik Pengumpulan Data
Cara memperoleh data dalam penelitian ini, dilakukan dengan memberikan
angket. Angket yang diberikan adalah skala motivasi belajar kepada siswa kelas
IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
G. Teknik Analisis Data
Data hasil respon siswa akan dianalisis secara kuantitatif dengan
menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial.
40
40
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan skor dari
hasil angket dari sampel penelitian. Analisis angket respon siswa dilakukan untuk
menentukan presentase rata-rata jumlah siswa yang member respon terhadap
pengaruh penggunaan media congklak terhadap motivasi belajar siswa dengan
menggunakan rumus:
P= 𝒇
𝒏 x 100%
Sumber: Suharti (2012)
Keterangan:
P = Presentase siswa yang menjawab Sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, sangat tidak setuju
f = Frekuensi siswa yang menjawab Sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
setuju, sangat tidak setuju
n = Banyaknya siswa yeng mengisi angket
Klasifikasi penilaian
Angka tertinggi-Angka terendah
Kp =
Kelas
Berdasarkan penilaian responden maka penilaian motivasi dapat
diklasifikasikan pada interval sebagai berikut:
16 s/d 37,3 = Rendah
> 37,3 s/d 58,6 = Sedang
>58,6 s/d 80 = Tinggi
2. Analisis data Statistik Inferensial
Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik
statistikt (uji – t) . Dengan Tahap sebagai berikut :
t =𝑀𝑑
√∑ 𝑥2 𝑑
𝑁 ( 𝑁−1 )
(Arikunto, 2011:275)
41
41
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest
d = Deviasi masing-masing subjek ∑ 𝑋2 𝑑 = Jumlah kuadrat deviasi 𝑁 = Subjek pada sampel
Langkah-langkah dalam pengajuan hipotesis adalah sebagai berikut :
a) Mencari Harga “Md” dengan menggunakan rumus :
Md = ∑ 𝑑
𝑁
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest
∑ 𝑑 = Jumlah dari gain (Posttest – pretest) N = Subjek pada sampel.
b) Mencari harga “∑ 𝑋2 𝑑” dengan menggunakan rumus :
∑ 𝑋2 𝑑 = ∑ 𝑑 – (∑ 𝑑)2
𝑁
Keterangan :
∑ 𝑋2 𝑑 = Jumlah kuadrat deviasi ∑ 𝑑 = Jumlah dari gain (posttest – pretest) N = Subjek pada sampel
c) Menentukan harga t hitung dengan menggunakan rumus :
t =𝑀𝑑
√∑ 𝑥2 𝑑
𝑁 ( 𝑁−1 )
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest
d = Deviasi masing-masing subjek
∑ 𝑋2 𝑑 = Jumlah kuadrat deviasi 𝑁= Subjek pada sampel
d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan.
Kaidah pengujian signifikan :
42
42
Jika t hitung> t tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, berarti penggunaan
media congklak berpengaruh terhadap motivasi belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng
Kabupaten Bantaeng.
Jika t hitung< t tabel maka H 0diterima berarti penggunaan media congklak tidak
berpengaruh terhadap motivasibelajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
siswa kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
Menentukan harga t tabel dengan mencari t tabel menggunakan tabel distribusi
t dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan di = N – 1
Membuat kesimpulan apakah penggunaan media congklak berpengaruh
terhadap motivasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV
SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan terhadap 16 siswa mengenai
penggaruh penggunaan media congklak terhadap motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS di SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.
Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimen dengan analisis data penelitian
menggunakan teknik statisitk deskriptif dan statistik infrensial. Hasil analisis
tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
1. Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran
mengenai karakteristik subyek penelitian sebelum dan sesudah pembelajaran IPS
dengan menerapkan media conngklak.
a. Hasil motivasi belajar sebelum penerapan media congklak
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Tabel 4.1 Adanya Hasrat dan keinginan berhasil
STS TS RR S SS Nilai Total
Adanya hasrat dan
keinginan berhasil
f % f % f % f % f % f %
P1 0 0 0 0 9 14 44 64 10 14 63 100
P2 0 0 0 0 15 24 28 44 20 32 63 100
P3 0 0 2 3 18 31 24 41 15 25 59 100
P4 0 0 0 0 15 25 36 59 10 16 61 100
Rata-Rata 62
Sumber : Hasil olah data indikator angket angket no.1
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya hasrat dan keinginan berhasil masuk berada pada ketegori tinggi.
44
44
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Tabel 4.2 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Sumber : Hasil olah data indikator angket no.2
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar masuk berada pada kategori tinggi.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Tabel 4.3 Adanya harapan dan cita-cita masa depan Indikator STS TS RR S SS Nilai
Total
Adanya harapan dan cita-cita
masa depan
f % f % f % F % f % f %
P1 0 0 0 0 3 4 44 66 20 30 67 100
P2 0 0 2 3 15 25 32 54 10 17 16 100
Rata-Rata 63
Sumber : Hasil olah data indikator angket no.3
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya harapan dan cita-cita masa depan berada pada kategori tinggi
4. Adanya penghargaan dalam belajar
Tabel 4.4 Adanya penghargaan dalam belajar
Indikator STS TS RR S SS Nilai Total
Adanya penghargaan dalam
belajar
f % F % F % F % f % f %
P1 0 0 8 14 6 11 28 49 15 26 57 100
P2 0 0 8 16 18 35 20 39 5 10 51 100
Rata-Rata 54
Sumber : Hasil olah data indicator angket no.4
Indikator STS TS RR S SS Nilai
Total
Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar
F % f % F % F % F % f %
P1 0 0 2 3 6 10 40 63 15 24 63 100
P2 0 0 2 3 18 30 20 33 20 33 60 100
P3 0 0 0 0 3 4 40 59 25 37 68 100
P4 0 0 0 0 24 41 20 34 15 25 59 100
Rata-Rata 63
45
45
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya penghargaan dalam belajar berada pada kategori sedang.
5. Adanya kegiatan menarik dalam belajar
Tabel 4.5 Adanya kegiatan menarik dalam belajar
Indikator STS TS RR S SS Nilai Total
Adanya kegiatan menarik dalam belajar
f % F % f % f % f % f %
P1 0 0 2 3 9 15 36 58 15 24 62 100
Rata-Rata 62
Sumber: Hasil olah data indikator angket no.5
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya kegiatan menarik dalam belajar berada pada kategori tinggi.
6. Adanya lingkungan yang kondisif sehingga memungkinkan seseorang
dapat belajar dengan baik
Tabel 4.6 Adanya lingkungan yang kondusif sehingga
memungkinkan seseorang dapat belsajar dengan baik Indikator STS TS RR S SS Nilai
Total
Adanya lingkungan yang
kondusif sehingga
memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik
F % f % f % F % f % f %
P1 0 0 2 4 30 57 16 30 5 9 53 100
P2 0 0 4 8 30 58 8 15 10 19 52 100
Rata-Rata 53
Sumber : Hasil olah data indikator angket no.6
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar
dengan baik berada pada kategori sedang.
46
46
b. Hasil motivasi belajar setelah penerapan media congklak
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Tabel 4.7 Adanya hasrat dan keinginan berhasil
Indikator STS TS RR S SS Nilai Total
Adanya hasrat dan keinginan
berhasil
F % F % f % f % f % f %
P1 0 0 0 0 0 0 36 51 35 49 71 100
P2 0 0 0 0 0 0 28 38 45 62 73 100
P3 0 0 0 0 0 0 32 44 40 56 72 100
P4 0 0 0 0 0 0 28 38 45 62 73 100
72
Sumber : Hasil olah data indikator angket no.1
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya hasrat dan keinginan berhasil berada pada kategori tinggi.
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Tabel 4.8 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
Indikator STS TS RR S SS Nilai Total
Adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar
F % F % f % f % f % f %
P1 0 0 0 0 0 0 40 57 30 43 70 100
P2 0 0 0 0 0 0 32 44 40 56 72 100
P3 0 0 0 0 0 0 12 16 65 84 77 100
P4 0 0 0 0 0 0 16 21 60 79 76 100
74
Sumber : Hasil olah data indikator angket no.2
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar berada pada kategori tinggi.
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Tabel 4.9 Adanya harapan dan cita-cita masa depan
Indikator STS TS RR S SS Nilai Total
Adanya harapan dan cita-cita
masa depan
F % f % f % f % f % f %
P1 0 0 0 0 0 0 12 16 65 84 77 100
P2 0 0 0 0 0 0 12 16 65 84 77 100
77
Sumber : Hasil olah data indikator angket no.3
47
47
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya harapan dan cita-cita masa depan berada pada kategori tinggi.
4. Adanya penghargaan dalam belajar
Tabel 4.10 Adanya penghargaan dalam belajar
Indikator STS TS RR S SS Nilai Total
Adanya penghargaan dalam
belajar
f % f % f % f % f % f %
P1 0 0 0 0 0 0 20 27 55 73 75 100
P2 0 0 0 0 0 0 32 44 40 56 72 100
74
Sumber : Hasil olah data indikator angket no. 4
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya penghargaan dalam belajar berada pada kategori tinggi.
5. Adanya kegiatan menarik dalam belajar
Tabel 4.11 Adanya kegiatan menarik dalam belajar Indikator STS TS RR S SS Nilai
Total
Adanya kegiatan menarik dalam
belajar
F % f % f % f % f % f %
P1 0 0 0 0 0 0 24 32 50 68 74 100
74
Sumber : Hasil olah data indikator angket no.5
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya kegiatan menarik dalam belajar berada pada kategori tinggi.
6. Adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang
dapat belajar dengan baik
Tabel 4.12 Adanya lingkungan yang kondusif sehingga
memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik Indikator STS TS RR S SS Nilai Total
Adanya lingkungan yang
kondusif sehingga
memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik
F % f % F % F % F % F %
P1 0 0 0 0 0 0 28 38 45 62 73 100
P2 0 0 0 0 0 0 20 27 55 73 75 100
74
Sumber : Hasil olah data indikator angket no.6
48
48
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator
adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar
dengan baik berada pada kategori tinggi
c. Perbandingan Hasil Analisis Deskriptif Pretest dan Postest pada Motivasi
Belajar
Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Analisis Deskriptif Pretest dan Posttest
Motivasi Belajar
Indikator Pretetst (%) Kategori Posttest (%) Kategori
1. Adanya Hasrat dan keinginan berhasil
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar
3. Adanya harapan dan cita-cita masa
25 %
69 %
38 %
6 %
0 %
25 %
63 %
50 %
6 %
0 %
25 %
69 %
31 %
6 %
0%
19 %
SS
S
RR
TS
STS
SS
S
RR
TS
STS
SS
S
RR
TS
STS
SS
51 %
44 %
0 %
0 %
0 %
84 %
57 %
0 %
0 %
0 %
84 %
65 %
0 %
0 %
0 %
73 %
SS
S
RR
TS
STS
SS
S
RR
TS
STS
SS
S
RR
TS
STS
SS
49
49
4. Adanya penghargaan dalam belajar
5. Adanya kegiatan menarik dalam
belajar
6. Adanya lingkungan yang kondusif
sehingga
memungkinkan
seseorang dapat
belajar dengan baik
44 %
38 %
25 %
0 %
19 %
56 %
19 %
6 %
0 %
13 %
25 %
63 %
13 %
0 %
S
RR
TS
STS
SS
S
RR
TS
STS
SS
S
RR
TS
STS
44 %
0 %
0 %
0 %
68 %
32 %
0 %
0 %
0 %
73 %
38 %
0 %
0 %
0 %
S
RR
TS
STS
SS
S