138
PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA CONGKLAK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 15 SAMATA KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH Husnul Khatimah 10540 11100 16 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2020

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA CONGKLAK ......iii iii ABSTRAK Husnul Khatimah. 2020. Pengaruh Penggunaan Media Congklak terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA CONGKLAK TERHADAP

    MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 15 SAMATA

    KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar untuk Memenuhi Sebahagian Persyaratan guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    OLEH

    Husnul Khatimah

    10540 11100 16

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

    2020

  • ii

    ii

    MOTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    “Kemauan yang kuat akan mengerahkan seluruh kesungguhan, walau

    menghadapi banyak kesulitan penderitaan. Sebaliknya, kemauan yang

    lemah menjadi tak berdaya meskipun sarana dan waktu tersedia.”

    Persembahan :

    Kuperuntukkan karya teristimewa ini kepada kedua orang tuaku tercinta yang

    senantiasa mengarahkan, membimbing, memberi kasih sayang dan perhatian yang

    tulus…

    Serta kepada Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk sehingga semuanya

    dimudahkan dan dilancarkan...

    Husnul Khatimah

  • iii

    iii

    ABSTRAK

    Husnul Khatimah. 2020. Pengaruh Penggunaan Media Congklak terhadap

    Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng

    Kabupaten Bantaeng. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

    Pembimbing I Nursalam dan pembimbing II Ade Irma Suriani.

    Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat Pengaruh

    Penggunaan Media Congklak Terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa kelas IV SDN

    15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng. Penelitian ini bertujuan

    untuk mengetahui pengaruh penggunaan Media Congklak Terhadap Motivasi

    Belajar IPS Siswa kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten

    Bantaeng

    Jenis penelitian ini dalah eksperiment yang bersifat (pre-eksperimental design)

    dengan desain one-grup pretest-posttest design. Sampel dan populasi adalah murid

    kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng yang

    berjumlah 16 murid. Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

    angket motivasi belajar.

    Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat penggunaan media congklak

    tergolong kategori baik yang ditinjau dari indikator pada hasil posttest angket

    motivasi belajar. Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

    terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media congklak terhadap motivasi

    belajar IPS siswa SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.

    Kata Kunci: Media Congklak, Motivasi Belajar IPS.

  • iv

    iv

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi Rabbil Alamin segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta

    alam. Allahyang paling agung untuk membuka jalan bagi setiap maksud kita, Allah

    yangpaling suci untuk menjadi energi bagi petunjuk hidup dan kesuksesan kita.

    Tiadadaya dan kekuatan kecuali dengan bimbingan dari-Nya sehingga skripsi

    denganjudul “Pengaruh Penggunaan Media Congklakterhadap Motivasi

    Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten

    Bantaeng” dapat diselesaikan.

    Setiap orang dalam berkarya selalu mengharapkan

    kesempurnaan,termasuk dalam tulisan ini. Penulis menyadari keterbatasan

    pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, tetapi penulis telah mengerahkan

    segala daya danupaya untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan

    bermanfaat dalam duniapendidikan.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik

    gunamemperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru

    SekolahDasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    MuhammadiyahMakassar. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk

    membuat tullisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan,

    khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

    Motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam

    perampungantulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih

  • v

    v

    kepada keduaorang tua, Hawiah dan Alm. Jumaing yang telah berdoa, memberi

    semangat,berjuang, rela berkorban tanpa pamrih dalam mengasuh, membesarkan,

    mendidik,dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

    Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak

    mendapatbantuan dari berbagai pihak, baik bantuan material maupun moral. Oleh

    karenaitu, penulis menyampaikan penghargaan dan penghormatan serta ucapan

    terimakasih kepada Dr. H. Nursalam,M.Si dan Ade Irma Suriani, S.Pd., M.Pd

    selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan,

    arahan serta motivasisejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

    Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada; Aliem Bahri

    S.Pd.,M.Pd., ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Dr. Erwin Akib, S.Pd.,

    M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Makassar, danProf. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas

    Muhammadiyah Makassar, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam

    lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

    Makassar yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan yang sangat

    bermanfaat bagi penulis.

    Terima kasih pula yang sebesar-besarnya kepadaH. Syamsuddin, S.Pd

    kepala SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng dan beserta

    stafnya, terutama BapakSofyan Darfinselaku wali kelas IV yang telah memberikan

    izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Tak lupa penulis juga mengucapkan

    banyak terima kasih kepa da Kakak-Kakak Ernawati, Ayu Parawita, Megawati,

    Abustan, Muhammad Alka dan keluarga besar Program Studi PGSD yang begitu

  • vi

    vi

    banyak memberikan motivasi dan arahan. Terima kasih juga kepada sahabat dan

    keluarga besar Hima Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Tak lupa penulis juga

    mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan seperjuangan Jurusan Pendidikan

    Guru Sekolah Dasar Angkatan 2016 terkhusus kelas C Universitas Muhammadiyah

    Makassar, terutama Sartika Lukman, Satriana, Miftahul Jannah, St Nur Islamiyah,

    Wanda Reski Anugrah, Ayu Widyastuti, dan pihak lain Nur Ainun Jariyah,

    Muhammad Ikram, Muhammad Ilham, dan Andi Annisa Rezky terima kasih atas

    segala bantuan, pelajaran, arahan serta motivasi yang diberikan.

    Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain memohon kepada Allah

    SWT, semoga segala bantuan yang telah diberikan menjadi pahala disisi-Nya.

    Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasamengharapkan kritikan

    dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikantersebut sifatnya

    membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidakakan berarti sama

    sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para

    pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

    Makassar, Agustus 2020

    Penulis

  • vii

    vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

    LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii

    SURAT PERNYATAAN ....................................................................... iv

    SURAT PERJANJIAN .......................................................................... v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vi

    ABSTRAK .............................................................................................. vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii

    DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian........................................................................ 6

    1. Manfaat Teoritis ..................................................................... 6

    2. Manfaat Praktis ...................................................................... 6

    BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

    A. Kajian Teori ................................................................................ 7

    1. Penelitian yang Relevan.......................................................... 7

    2. Hakikat Belajar ....................................................................... 8

    3. Hakikat Motivasi Belajar ........................................................ 11

    4. Hakikat Media Pembelajaran .................................................. 17

    5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ............................................ 22

    6. Permainan Tradisional ............................................................ 26

    7. Media Congklak ..................................................................... 29

    B. Kerangka Pikir ............................................................................. 31

    C. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 33

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian .......................................... 34

    B. Populasi dan Sampel ................................................................... 35

  • viii

    viii

    C. Definisi Operasional Variabel....................................................... 36

    D. Instrument Penelitian .................................................................... 37

    E. Uji Instrumen ............................................................................... 38

    F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 39

    G. Teknik Analisis Data .................................................................... 39

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian ............................................................................ 43

    1. Hasil Statistik Deskriptif ......................................................... 43

    2. Hasil Statistik Inferensial ........................................................ 51

    B. Pembahasan ................................................................................. 56

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ...................................................................................... 60

    B. Saran ............................................................................................ 61

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 63

    LAMPIRAN – LAMPIRAN

    RIWAYAT HIDUP

  • ix

    ix

    DAFTAR GAMBAR

    GambarJudul Halaman

    2.1 Bagan Kerangka Pikir ....................................................................... 33

    3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 34

  • x

    x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman

    3.1 Populasi Siswa Kelas 1V SDN 15 Samata ......................................... 35

    3.2 Sampel Penelitian SDN 15 Samata ..................................................... 36

    3.3 Pembobotan Item Angket .................................................................. 37

    3.4 Pedoman Tingkat KeandalanInstrumen Ukuran dari Cronbach .......... 39

    4.1 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No.1 ................................. 43

    4.2 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No.2 .................................. 44

    4.3 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No.3 .................................. 44

    4.4 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No.4 .................................. 44

    4.5 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No. 5 ................................. 45

    4.6 Hasil Olah Data Indikator Angket Pretest No. 6 ................................. 45

    4.7 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttets No.1 ................................. 46

    4.8 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No.2 ................................. 46

    4.9 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No.3. ................................ 46

    4.10 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No.4 ............................... 47

    4.11 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No.5 ................................ 47

    4.12 Hasil Olah Data Indikator Angket Posttest No. 6 ............................... 47

    4.13 Perbandingan Deskriptif Pretest dan Posttest .................................... 48

    4.14 Analisis Deskriptif Pretest dan Postest .............................................. 50

    4.15 Klasifikasi Penilaian Interval Motivasi Belajar ................................. 50

    4.16 Uji Normalitas Angket Pretest .......................................................... 51

    4.17 Uji Normalitas Angket Postest ......................................................... 53

  • xi

    xi

    4.18 Analisis Skor Pretest dan Posttest ..................................................... 54

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Menurut Damayanti (2016: 10) Pendidikan dapat didefinisikan sebagai

    humanisasi atau upaya memanusiakan manusia. Pendidikan adalah upaya yang

    membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai dengan martabatnya sebagai

    manusia. Sebab manusia menjadi manusia yang sebenarnya jika ia mampu

    merealisasikan hakikatnya secara total, pendidikan hendaknya merupakan upaya

    yang dilaksanakan secara sadar dengan bertitik tolak pada asumsi tentang hakikat

    manusia.

    Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan

    kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan

    pemerintah adalah melalui perbaikan dipelbagisektor dalam bidang pendidikan

    terutama dalam wawasan kependididkan dan konsep dalam pembelajaran yang

    mengarah pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi

    siswa.

    Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 BAB I Ketentuan

    Umum BAB I Pasal 1 (2006: 2) menyebutkan bahwa:

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

    belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

    serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan

    Negara.(http: // bahasa- mahasiswa blogspot.co.id/2011/01/undang-

    undang-sisdiknas-sistem.htmi)

  • 2

    2

    Keberhasilan suatu pengajaran dapat dilihat bagaimana perkembangannya

    dalam pembelajaran yang mampu diperoleh siswa. Guru sebagai fasilitator harus

    mampu membuat suasana pembelajaran menyenangkan serta membuat siswa

    termotivasi untuk aktif dalam setiap pembelajaran. Salah satu cara dalam

    meningkatka motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan media

    pembelajaran yang menarik.

    Sering kita mendengar bahwa prestasi belajar peserta didik rendah karena

    salah satu alasan, yaitu motivasi yang rendah. Motivasi bisa menjadi hambatan bagi

    peserta didik untuk meraih kesuksesan baik dalam belajar maupun dalam

    kehidupan. Begitu pentingnya motivasi bagi seseorang untuk melakukan dan

    mencapai sesuatu maka diperlukan upaya untuk tetap menjaga motivasi agar tetap

    stabil atau bahkan sebisa mungkin dapat ditinggalkan.

    Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang dapat

    mempengaruhi interkasi dalam proses pembelajaran. Diera sekarang media

    pembelajaran sudah banyak digunakan oleh guru dalam mengajar dikelas, berbagai

    media digunakan seperti media audio-visual, media visual, media berbasis

    komputer, dan lain-lain.

    Yudiwinata dan Pambudi Handoyo (2014: 2 ) berpendapat bahwa:

    zamanyang terus berkembang memacu perubahan budaya yang semakin

    terus berubah. Tidak hanya perkembangan dari seni budaya tetapi juga

    perkembangan teknologi semakin bertambah maju. Perubahan tidak

    hanya terjadi pada lingkungan sosial tetapi juga pada pola bermain anak-

    anak. Proses dan cara bermain anak-anak dari hari mengalami

    perkembangan. Pada zaman sekarang anak-anak jarang mengenal

    permainan tradisional bahkan ada yang tidak mengenal permainan

    tradisional. Perubahan merupakan pergerakan struktur yang

    bersangkutan sesuai dengan perubahan waktu. Hal ini menyebabkan

    banyak anak-anak tidak mengenal sama sekali permainan tradisional

  • 3

    3

    yang sebenarnya merupakan sebuah sarana bagi anak-anak dari usia

    sebelum sekolah hingga usia sekolah untuk melatih motorik dan kognitif

    mereka.

    Anak-anak Indonesia sebenarnya harus mampu mempertahankan

    permainan tradisional ini. Permainan tradisional bukan semata-mata permainan

    saja, didalamnya terdapat unsur budaya yang melekat kuat dan harus terus

    dilestarikan. Permainan tradisional yang mungkin sudah jarang ditemui karena

    tidak adanya sosialisasi dari orang tua ke anak ataupun dari guru ke murid akan

    terus hilang ditambah dengan adanya permainan modern yang lebih dikenal dengan

    istilah game bagi anak-anak. Anak-anak yang sudah individualis akan lebih menjadi

    pribadi yang tertutup karena permainan ini tidak mengajarkan kerja sama dan hal-

    hal positif lainnya. Perubahan kebiasaan pada anak-anak dalam hal bermain dan

    memudarnya budaya bangsa pada permainan tradisional inilah yang mendorong

    penelitian ini dilakukan.

    Permainan tradisional dapat digunakan sebagai media pembelajaran, salah

    satu media yang bisa digunakan yaitu media congklak, Media ini dapat membuat

    anak-anak lebih bersosialisasi dengan orang yang ada disekitarnya serta membuat

    pembelajaran lebih menyenangkan karena mereka bermain sambil belajar.

    Guru hendaknya memiliki media dalam proses belajar mengajar agar siswa

    dapat belajar efektif dan termotivasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah

    satu langkah memiliki strategi itu adalah penguasaan teknik penyajian pelajaran

    dengan memilih pendekatan yang tepat. Salah satu pendekatan yang dapat

    digunakan dalam pembelajaran IPS yang menekankan keaktifan siswa adalah

    penggunaan media congklak, dimana diketahui siswa diberikan media yang

  • 4

    4

    menarik secara langsung. Hal ini bertujuan agar mengaktifkan siswa dalam proses

    pembelajaran, karena diketahui pembelajaran IPS terbilang membosankan monoton

    pada teori dimana guru lebih banyak menjelaskan didalam kelas.

    Mata pelajaran IPS merupakan salah satu bidang yang mempelajari seluk

    beluk kehidupan sosial, ekonomi, politik,kebudayaan dan lebih didominasi oleh

    pendekatan yang bersifat konvensional suatu pendekatan yang lebih menekankan

    pada aspek pengetahuan dan menghafal berbagai konsep, kurang melibatkan siswa

    sehingga tidak mandiri dalam belajar, bahkan cederung pasif. Guru dalam

    menerapkan pembelajaran lebih menekankan pada metode yang mengaktifkan

    guru, pembelajaran yang dilakukan kurang kreatif, dan kurang mengoptimalkan

    media pembelajaran. Sehingga murid kurang aktif dalam pembelajaran tersebut.

    Berdasarkan observasi yang ditemui dilapangan menunjukkan bahwa

    motivasi siswa dalam pembelajaran masih cukup rendah. Hal ini terungkap melalui

    prapenelitian melalui observasi pada murid kelas IV SD Negeri 15 Samata

    Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng, selain itu masih banyak nilai siswa

    dibawah KKM yaitu 72 khususnya mata pelajaran IPS. Dari hasil observasi tersebut

    dapat diperoleh informasi bahwa penyebab rendahnya kemauan siswa untuk belajar

    ada beberapa hal, (1) siswa kurang aktif dalam pembelajaran (2) siswa lebih asyik

    berbicara dengan teman atau melakukan hal yang lain sehingga tidak

    memperhatikan guru, (3) siswa lebih suka bermain, (4) siswa tidak percaya diri dan

    merasa dirinya tidak mampu dalam pembelajaran tertentu, (5) kurangnya perhatian

    kepada siswa dalam pembelajaran, hal ini bisa disebabkan karena (a) kurang

    pemanfaatan media dalam pembelajaran, (b) pembelajaran lebih berpusat pada

  • 5

    5

    guru, (c) siswa tidak menyukai pembelajaran yang diajarkan, (d) tidak ada yang

    menarik dalam proses pembelajaran.

    Penggunaan media tradisional congklak menjadi alternatif untuk dapat

    menghilangkan rasa bosan siswa dalam belajar karena siswa dapat bermain dan

    belajar tidak hanya sekedar mendengarkan teori yang disampaikan. Media

    pembelajaran ini merupakan solusi agar dapat menciptakan suasana belajar yang

    menyenangkan, memotivasi siswa untuk mau belajar dan melatih cara berpikir

    siswa

    Sehubungan dengan masalah diatas, maka penulis termotivasi melakukan

    penelitian dengan “Pengaruh Penggunaan Media Congklak Terhadap Motivasi

    Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD Negeri 15 Samata

    Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Penggunaan Media Congklak Terhadap

    Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas IV SD Negeri 15

    Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng”?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

    tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiPengaruh Penggunaan Media

    Congklak Terhadap Motivasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas

    IV SD Negeri 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.

  • 6

    6

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang dapat diperoleh, diantaranya

    adalah sebagai berikut:

    1. Manfaat Teoritis

    a. Bagi Akademis, menjadi bahan masukan dan informasi dalam upaya

    penyempurnaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan.

    b. Bagi Peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan, pengalaman, dan

    bermanfaat sebagai perbaikan mengajar yang mengutamakan keaktifan siswa

    secara langsung dengan menggunakan media pembelajaran.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi siswa, dapat kesempatan dan pengalaman belajar IPS dalam suasana yang

    menyenangkan, dan terjadinya kerjasama yang baik antar siswa sehingga dapat

    meningkatkan Motivasi belajar IPS.

    b. Bagi Guru/Pendidik, sebagai bahan masukan bagi guru dalam pengolaan

    pendidikan di sekolah dasar sehubungan dengan upaya peningkatan motivasi

    belajar.

    c. Bagi Sekolah, sebagai lembaga pendidikan agar dapat menggunakan media-

    media pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

    A. Kajian Pustaka

    1. Hasil Penelitian yang Relevan

    Terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan dan berterkaitan dengan

    media congklak diantaranya:

    Pertama, penelitian yang dilakukan Handayani di SDN Sukolilo 03 Madiun

    pada tahun 2017 dengan judul “Upaya Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa

    Melalui Permainan Tradisional Congklak Pada Mata Pelajaran IPS”. Hasil

    penelitian menunjukkan dengan menggunakan permainan tradisional congklak

    pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas V

    SDN Sukolilo 03 Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini ditunjukkan dengan

    hasil bahwa dari 21 siswa, pada siklus 1 yaitu 7 siswa yang memperoleh kriteria

    sangat baik dan baik (kriteria penelitian) mencapai 33,3 % dengan rata-rata criteria

    cukup. Pada siklus II yaitu 17 siswa yang memperoleh kriteria sangat baik dan baik

    (kriteria penelitian) mencapai 81 % dengan rata-rata kriteria baik. Selain itu, hasil

    nilai siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I yaitu rata-rata kelas 72,4

    dengan criteria cukup (66,7%) dengan jumlah 14 siswa. Pada siklus II yaitu rata-

    rata kelas 82,4 dengan criteria baik (85,7%) dengan jumlah 18 siswa. Hasil nilai

    siswa pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dengan siswa yang sudah

    tuntas mencapai ≥ 80 % dari jumlah sebuah siswa.

  • 8

    8

    Kedua, penelitian yang dilakukan Wahyullah Alannasir Dosen Universitas

    Islam Makassar tahun 2016 dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Animasi

    Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri

    Mannuruki”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan media animasi

    dalam pembelajaran IPS memiliki tahapan pembelajaran dimana, setiap pertemuan

    terdapat tiga tahapan utama yang dilaksanakan oleh guru yakni perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi. (2) Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS

    memberikan perubahan motivasi belajar pada siswa, terlihat dari motivasi belajar

    siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan media animasi mengalami

    peningkatan yang signifikan yaitu sebelum perlakuan berada pada kategori cukup

    dan setelah perlakuan motivasi belajar siswa meningkat dengan kategori sangat

    baik. (3) Penggunaan media animasi dalam pembelajaran IPS berpengaruh terhadap

    motivasi belajar siswa kelas IV SDN Mannuruki.

    Berdasarkan hasil penelitian yang relevan diatas maka dapat disimpulkan

    bahwa adanya peningkatan pembelajaran sebelum dan setelah menggunakan media

    dan nilai siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebelum

    perlakuan berada pada kategori cukup dan setelah perlakuan berada pada kategori

    tuntas.

    2. Hakikat Belajar

    Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu

    agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak

    mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu, atau anak yang

    tadinya tidak terampil menjadi terampil.

  • 9

    9

    Pendapat banyak orang mengatakan bahwa belajar adalah proses menambah

    informasi. Seperti yang dijelaskan dalam American Heritage Dictionary bahwa

    belajar adalah “to gain knowledge, comprehension or mastery through experience

    study”. Statemen ini menyatakan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan,

    pemahaman, atau penguasaan (materi pelajaran) melalui pengalaman. Konsep ini

    mengartikan belajar sama dengan menghafal.

    Menurut Gagne (Susanto, 2016: 1), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu

    proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

    Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi

    dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne

    juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau

    keterampilan melalui instruksi.

    Menurut pandangan Skinner (Baso, 2017: 7), belajar merupakan suatu

    proses atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.Pengertian

    belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons.

    Menurut Thobroni (2015: 15) belajar merupakan aktivitas manusia yang

    sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut

    masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau

    diajar oleh manusia lainnya.

    Menurut Ghufron dan Risnawati (2013: 7) belajar merupakan suatu proses

    perubahan yang cenderung menetap dan merupakan hasil dari pengalaman, serta

    tidak termasuk perubahan fisiologis, namun perubahan psikologis yang berupa

    perilaku dan representasi atau asosiasi mental.

  • 10

    10

    Menurut Suryabrata (Khodijah, 2018: 47) belajar merupakan suatu proses

    yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir semua kecakapan, keterampilan,

    pengetahuan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap manusia terbentuk dimodifikasi dan

    berkembang karena belajar.

    Menurut Ula (2013: 13) bahwa ”belajar merupakan sebuah aktivitas yang

    pada kenyataannya melibatkan dua unsur, yakni jiwa dan raga”. Gerak raga yang

    ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.

    Dalam proses beajar, unsur jiwa dan raga sangat berperan dan benar-benar terlibat.

    Jiwa dilibatkan dalam hal pola pikir dan diindikasikan pada sikap, sedangkan raga

    memegang peranan dalam hal keterampilan kebiasaan, kecakapan.

    Menurut Komara (2014: 1) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan

    yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interkasi, baik yang bersifat

    eksplisit maupun implisit (tersembunyi. Teori-teori yang dikembangkan dalam

    komponen tersebut, meliputi antara lain: teori tentang tujuan pendidikan, organisasi

    kurikulum, isi kurikulum, dan model-model pengembangan kurikulum.

    Menurut Hudojo (Jihad dan Haris, 2013: 3) belajar merupakan kegiatan bagi

    setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk,

    dimodifikasi dan berkembang disebebkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan

    belajar, bila ia dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan

    yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

    Menurut Surya (Purwandari dan Wahyuningtyas, 2017: 163) belajar ialah

    suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan

    tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu

  • 11

    11

    itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Seseorang dikatakan belajar, jika

    ia terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan ditandai dengan adanya

    perubahan menjadi lebih baik dari sebelumnya, baik dari segi tingkah laku, gaya

    berfikir, dan pengetahuannya yang bertambah.

    Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

    adalah terjadinya perubahan kemampuan baik dalam pengetahuan, pemahaman,

    penguasaan materi, kegemaran, dan sikap yang terbentuk yang menyebabkan

    adanya perubahan tingkah laku dalam diri individu itu sendiri.

    3. Hakikat Motivasi Belajar

    a. Pengertian Motivasi Belajar

    Menurut Ardhana (Susanto, 2019: 67) menyatakan bahwa motivasi dapat

    dipandang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan

    tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari

    dalam dan intensif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan

    kebutuhan-kebutuhannya atau berusaha untuk menuju tercapainya tujuan yang

    diharapkan.

    Menurut Ula (2013: 22) motivasi adalah “kondisi psikologis yang

    mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Jadi, motivasi belajar adalah

    kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Motivasi tentunya

    memengaruhi proses dan hasil belajar. Bagaimanapun, seseorang memiliki

    motivasi tinggi untuk belajar, ia akan memiliki kemudahan dalam proses belajar

    dan akhirnya akan mendapat hasil maksimal dalam belajarnya.

  • 12

    12

    Menurut Suprihatin (2015: 75) motivasi dapat diartikan “sebagai kekuatan

    (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat kemauan dalam melaksanakan

    suatu kegiatan. Kemauan baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri

    (motivasi intrinstik) maupun dari luar individu (motivasi eksrinsik)”.

    Menurut Widiasworo (2016: 16) motivasi merupakan keseluruhan daya

    penggerak, baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian

    usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan

    dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

    itu dapat tercapai.

    Motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan penggerak tingkah

    laku. Motivasi mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokratisasi

    pendidikan, membina kreativitas dan imajinasi guru, Pembina disiplin kelas, dan

    menentukan efektivitas belajar. Oleh karena itu, motivasi merupakan prinsip yang

    harus dikembangkan supaya kegiatan belajar dapat terjadi secara efektif.

    Sadirman (Alansir, 2016: 82) ) menyatakan bahwa motivasi juga dapat

    dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga

    seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan

    berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.

    Menurut Sani (2019: 74) motivasi merupakan “suatu energi dalam diri

    manusia yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu dengan tujuan

    tertentu”. Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat memotivasi peserta

    didik atas individu untuk belajar. Tanpa motivasi belajar, seorang peserta didik

    tidak akan belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan dalam belajar.

  • 13

    13

    Menurut Karwono danMularsih (2018: 35) Motivasi adalah “suatu kondisi

    dari peserta didik untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu, dan

    memelihara kesungguhan”. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan

    melakukan kegiatan penjajangan dalam lingkungannya.

    Menurut Petri (Rusman, 2015: 31) ”Motivation is the concept we use when

    we describe the force action on or within an organism to intitiate and direct

    behavior”. Motivasi dapat merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi

    merupakan salah satu fakor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya

    yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,

    nilai-nilai dan keterampilan.

    Menurut Surachim (2016: 79) motivasi belajar adalah ”kekuatan yang

    diperlukan peserta didik untuk meraih prestasi, bakal berharga untuk meraih

    prestasi belajar terbaik”. Motivasi belajar tercermin dari; (1) upaya (effort) yang

    sungguh-sungguh, melibatkan aktivitas mental maupun fisik, (2) kejelasan tujuan

    (organizational goal) yang ingin dicapai, (3) terpenuhinya suatu kebutuhan (need)

    yang dapat mengunggah perhatian peserta didik untuk melakukan pembelajaran

    yang lebih baik.

    Menurut Daud (2012: 248) motivasi dapat dilihat dari tiga hal yaitu adanya

    kebutuhan, dorongan, dan adanya tujuan. Kebutuhan yang merupakan segi pertama

    dari motivasi akan muncul dalam diri sendiri seseorang apabila merasa ada

    kekurangan pada dirinya atau dapat diartikan kebutuhan akan muncul apabila

    dirasakan ada rasa ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang

    diharapkan. Dorongan merupakan suatu kekuatan mental untuk melakukan

  • 14

    14

    kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau tujuan. Dengan kata lain

    tercapainya tujuan berarti akan mengurangi dorongan pada diri seseorang, sehingga

    mutu hasil belajar akan menjadi rendah.

    Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

    belajar adalah mempengaruhi apa yang dipelajari sehingga terjadi perubahan dalam

    diri seseorang pada tingkat keberhasilan belajarnya.

    b. Jenis-Jenis Motivasi

    Sahabuddin (Ristawati, 2017: 16) mengemukakan bahwa ada dua jenis

    motivasi, yaitu:

    a) Motivasi intrinstik yaitu motivasi yang didasarkan pada teori bahwa dalam diri

    manusia terdapat dorongan-dorongan yang bertujuan untuk mencapai pemuasan.

    Teori ini tidak dipelajari tetapi bekerja secara naluriah.

    b) Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi didasarkan pada teori pengaruh lingkungan

    atau proses belajar. Bahwa keinginan-keinginan ini tidak semuanya bersumber

    dari naluri, tetapi sebagian adalah hasil proses belajar atau pengaruh lingkungan.

    Menurut Haling (Ristawati, 2017: 17) mengemukakan bahwa ada dua jenis

    motivasi dalam belajar, yaitu:

    a) Motivasi Primer adalah motivasi didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif

    dasar itu pada umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani sesesorang. Jenis

    motivasi ini termasuk memelihara diri, keamanan, membangun, kawin.

    b) Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Jenis motivasi ini berupa

    kebutuhan organisme seperti ingin tahu, memperoleh kecakapan, berprestasi,

    dan motif-motif sosial seperti kasih sayang, kekuasaan dan kebebasan.

  • 15

    15

    c. Indikator Motivasi Belajar

    Motivasi belajar sangatlah penting artinya dalam proses belajar siswa,

    karena fungsinya mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar.

    Menurut Uno (Ristawati, 2017: 22) indikator motivasi belajar dapat

    diklarifikasikan sebagai berikut:

    a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

    b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

    c) Adaya harapan dan cita-citna masa depan

    d) Adanya penghargaan dalam belajar

    e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

    f) Adanya lingkungan yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang dapat

    belajar dengan baik.

    d. Strategi Menumbuhkan Motivasi

    Ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yakni:

    a) Menjelaskan tujuan belajar kepada peserta didik

    Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru

    menjelaskan mengenai tujuan yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas

    tujuan maka makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.

    b) Hadiah

    Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat

    mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Disamping itu, siswa yang belum

    berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

    c) Saingan/kompetisi

  • 16

    16

    Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan

    prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai

    sebelumnya.

    d) Pujian

    Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau

    pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.

    e) Hukuman

    Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar

    mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau

    berubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

    f) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar

    Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal kepada peserta

    didik.

    g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik

    h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individu maupun

    komunal (kelompok)

    i) Menggunakan metode bervariasi

    j) Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran

    e. Pentingnya Motivasi dalam Upaya Belajar dan Pembelajaran

    Menurut Karwono dan Heni Mularsih (2018: 108) motivasi dianggap

    penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya

    atau manfaatnya. Uraian diatas menunjukkan, bahwa motivasi mendorong

  • 17

    17

    timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi

    motivasi adalah:

    a) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan

    timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

    b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk

    mencapai tujuan yang diinginkan.

    c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku

    seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya

    suatu pekerjaan.

    4. Hakikat Media Pembelajaran

    a. Pengertian Media Pembelajaran

    Sadiman, dkk (Zainiyati, 2017: 62) kata media berasal dari bahasa latin yang

    merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara

    atau ‘pengantar’. Jadi secara bahasa media berarti pengantar pesan dari pengirim

    kepada penerima pesan.

    Gerlach dan Ely (Arsyad, 2016: 3) mengatakan bahwa media apabila

    dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

    membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

    keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan

    sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses

    belajar mengajar dalam cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,

    atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi

    visual atau verbal.

  • 18

    18

    Media pembelajaran adalah alat peraga yang digunakan oleh guru dalam

    proses belajar mengajar, media sendiri terbagi yaitu media audio visual dan media

    visual, penggunaan media dapat membantu peserta didik dalam proses belajarnya

    karena mereka dapat lebih semangat dan tidak merasa bosan ketika guru melakukan

    pembelajaran didalam kelas.

    Menurut Winkel (Susanto, 2016: 45) menyatakan istilah media

    pembelajaran dapat diartikan secara luas dan secara sempit: pertama, secara luas,

    media adalah setiap orang, materi peristiwa yang memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan demikian,

    tenaga pengajar atau guru, buku pelajaran, dan gedung sekolah menjadi suatu

    medium pengajaran.

    Kedua, secara sempit, istilah media diartikan sebagai alat-alat

    elektromekanik yang menjadi perantara antara siswa dan materi pelajaran. Contoh

    media pembelajaran pada konteks yang sempit ini, meliputi: radio, tape recorder,

    TV, kamera, OHP, slide, in focus, komputer, dan laptopyang berupa elektronik.

    Dalam konteks ini, istilah media pembelajaran mengacu pada pengertian media

    pembelajaran secara luas, yakni media yang mencakup segala sesuatu yang dapat

    membantu siswa dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

    Kaitannya dengan kegunaan media dalam pembelajaran ini, setidaknya

    dituntut ada tiga keistimewaan yang harus dimiliki oleh media pembelajaran

    tersebut, yaitu: (1) media harus memiliki kemampuan untuk menangkap,

    menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian; (2) media harus

    memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan

  • 19

    19

    berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan; dan (3) media harus

    mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang

    mengandung makna.

    Menurut Murwani (Susanto, 2016: 46) mengemukakan pentingnya

    pemanfaatan media dalam proses pembelajaran adalah bahwa media akan

    membantu siswa untuk memvisualkan hal-hal abstrak, mengasah rasa, merangsang

    kreativitas, menemukan pengetahuan, memaknai konsep dan lain-lain. Adapun

    menurut Encyclopedia of Educational Research disebutkan, bahwa media memiliki

    nilai praktis yang sangat berguna dalam: (a) meletakkan dasar-dasar yang konkret

    untuk berpikir dan mengurangi verbalisme; (b) memperbesar perhatian siswa; (c)

    membuat pelajaran lebih mantap atau tidak mudah dilupakan; (d) memberikan

    pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri

    dikalangan para siswa; (e) menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu; dan

    (f) membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan

    bahasa.

    Sadiman (Dananjaya, 2017: 266) menyatakan bahwa media adalah segala

    sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan

    sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat penerima pesan

    sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar yang mengairahkan diantara

    keduanya.

    Menurut Sari (2015: 91) media pembelajaran merupakan alat bantu yang

    dipergunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dimana

    media pembelajaran akan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran, siswa

  • 20

    20

    dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan menarik siswa untuk aktif

    dalam proses belajar.

    Menurut Rohman dan Amri (2013: 156) media pembelajaran secara umum

    adalah “segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam

    menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam proses belajar mengajar

    sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan”.

    Menurut Susilana dan Riyana (Pradaja dan Latif, 2018: 63) kata “Media”

    berasal dari kata latin, merupakan kata jamak dari kata “Medium”. Secara harfiah

    kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi sekarang kata

    tersebut digunakan baik untuk bentuk jamak maupun mufrad.

    Menurut Nurdiana dan Widodo (2018: 162) media pembelajaran mampu

    meningkatkan perhatian dan minat belajar siswa yang dapat membuat pembelajaran

    tidak membosankan sehingga proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan

    lancar dan pesan ini ilmu pengetahuan atau materi yang disampaikan oleh guru

    dapat diterima oleh siswa dengan baik.

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media

    pembelajaran adalah alat peraga yang digunakan dalam lingkungan peserta didik

    yang mendukung peserta didik untuk belajar, seperti radio, televisi, buku, koran,

    majalah, dan sebagainya.

    b. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

    Menurut Arsyad (2016), media pembelajaran memiliki cirri-ciri umum

    sebagai berikut:

  • 21

    21

    1) Media pembelajaran memeiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal

    sebagai hardware (persngkat keras), yaitu seseuatu benda yang dapat dilihat,

    didengar, atau diraba dengan pancaindra.

    2) Media pembelajaran memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai

    software (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam

    perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada peserta

    didik.Penekanan media pembelajaran terdapat pada visual dan audio.

    3) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses beelajar, baik

    dalam maupun diluar kelas.

    4) Media pembelajaran digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru

    dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

    5) Media pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya:radio, televisi),

    kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya:film, slide/video, OHP), atau

    peerorangan (misalnya:modul:komputer, radio, tape/kaset, video, recorder).

    c. Fungsi Media Pembelajaran

    Menurut Levie dan Lentz (Zainiyati, 2017: 67) khusunya media visual,

    mengemukakan bahwa media pembelajaran memiliki empat fungsi, yaitu fungsi

    atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi

    media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian peserta

    didik untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna

    visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

    d. Manfaat Media Pembelajaran

  • 22

    22

    Menurut Kemp dan Dayton (Sukiyas dan Sukoco, 2013: 129) yaitu: (1)

    menyampaikan pengajaran bisa lebih standar; (2) pengajaran lebih menarik; (3)

    proses belajar menjadi lebih interaktif; (4) waktu penyampaian materi lebih

    singkat; (5) kualitas pengajaran menjadi meningkat; (6) pengajaran dapat

    dilakukan kapan dan dimana diinginkan serta dibutuhkan; (7) sikap positif siswa

    terhadap apa yang dipelajaridapat ditingkatkan; (8) dapat mengubah peran positif

    guru.

    5. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

    a. Pengertian Ilmu Pengetahuan IPS

    Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu

    pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta

    kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi

    wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya

    ditingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai

    kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi,

    budaya, sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini.

    Ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan

    sosial, sejarah, ekonomi, politik dan berbagai kebudayaan dimasyarakat. Konsep

    IPS ini perlu diajarkan agar siswa mampu memahami hakikat pembelajaran IPS

    baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan berbagai kbudayaan

    dimasyarakat.

    Menurut Suhada (2017: 25) istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

    merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di

  • 23

    23

    perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Studies” dalam kurikulum

    persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan

    Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal socialstudies di Negara lain itu

    merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia.

    Menurut Zuraik (Susanto, 2016: 137), hakikat IPS adalah harapan untuk

    mampu membina suatu masyarakat yang baik dimanapun para anggotanya benar-

    benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab,

    sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar

    memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi

    siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya

    memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus beriorientasi pada

    pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan dasar

    siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan shari-hari

    dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.

    Menurut Handayani (2017: 41) mata pelajaran IPS adalah “pelajaran yang

    diberikan kepada peserta didik bertujuan untuk membekali peserta didik dalam

    kehidupan sosial dan peka terhadap masalah sosial dengan membekali peserta didik

    akan pengetahuan sosial yang berguna, keterampilan sosial dan intelektual dalam

    membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung

    jawab”.

    Hakikat IPS adalah untuk mengembangkan konsep pemikiran yang

    berdasarkan realita kondisi sosial yang ada dilingkungan siswa, sehingga dengan

    memberikan pendidikan IPS diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik

  • 24

    24

    dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negaranya. Pendidikan IPS saat ini

    dihadapkan pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas

    sumber daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat

    mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.

    Menurut Sumaatmadja (Siska, 2016: 6) IPS tidak lain adalah mata pelajaran

    atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya

    mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. Dengan kata lain,

    kajian-kajian IPS sangat luas melalui berbagai macam pendekatan-pendekatan

    interdisipliner yang saling berkaitan dengan kehidupan sosial manusia (humaniora).

    Hakikat pendidikan IPS itu hendaknya dikembangkan berdasarkan realita

    kondisi sosial budaya yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan ini akan dapat

    membina warga negara yang baik yang mampu memahami dan menelaah secara

    kritis kehidupan sosial disekitarnya, serta mampu secara aktif berpartisipasi dalam

    lingkungan kehidupan, baik di masyarakatnya, Negara, maupun dunia.

    Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1993, disebutkan bahwa IPS

    adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada

    bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi, dan tata negara.

    Khusus di sekolah lanjutan tingkat pertama program pengajaran IPS hanya

    mencakup bahan kajian geografi, ekonomi, dan sejarah.

    Menurut Siska (2016: 7) bahwa IPS merupakan: “1) mata pelajaran yang

    diajarkan pada peserta didik ditingkat sekolah dasar dan sekolah menengah tingkat

    pertama (SMP/MTS), 2) mengkaji mengenai kehidupan manusia dalam

    masyarakat, 3) bahannya bersumber dari disiplin ilmu sosial”.

  • 25

    25

    Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan

    Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang sekolah dasar,

    sekolah menengah pertama dimana ilmu pengetahuan sosial mengkaji berbagai

    disiplin ilmu sosial dan humaniora, dengan bahan kajian ekonomi, politik,

    kebudayaan, dan sosial dimasyarakat

    b. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

    Secara perinci, Mutakin (Susanto 2016: 144) merumuskan tujuan

    pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut:

    1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya,

    melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

    2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode

    yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk

    memecahkan masalah-masalah sosial.

    3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat

    keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

    masyarakat.

    4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu

    membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang

    tepat.

    5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri

    sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun

    masyarakat.

    6. Permainan Tradisional

  • 26

    26

    a. Pengertian Permainan Tradisional

    Istilah permainan berasal dari kata dasar “main” yang mendapat imbuhan

    “per-an”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “main” adalah berbuat sesuatu

    yang menyenangkan hati (dengan menggunakan alat atau tidak). Dengan demikian,

    “permainan” adalah sesuatu yang dipergunakan untuk bermain, barang atau sesuatu

    yang dipermainkan; perbuatan yang dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh,

    biasa saja.

    Menurut Mulyani (2016: 47) permainan tradisional adalah suatu permainan

    warisan dari nenek moyang yang wajib dan perlu dilestarikan karena mengandung

    nilai-nilai kearifan lokal. Melalui permainan tradisional, kita dapat mengasah

    berbagai aspek perkembangan anak.

    Misbac (Nur, 2013: 90) menyimpulkan bahwa permainan adalah situasi

    bermain yang terkait dengan beberapa aturan atau tujuan tertentu, yang

    menghasilkan kegiatan dalam bentuk tindakan bertujuan. Dengan demikian, dapat

    dipahami bahwa dalam bermain terdapat aktivitas yang diikat dengan aturan untuk

    mencapai tujuan tertentu.

    Menurut Yunus (Mulyani, 2016: 46) menjelaskan bahwa permainan

    tradisional adalah suatu hasil budaya masyarakat, yang berasal dari zaman yang

    sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, dengan masyarakat

    pendukungnya yang terdiri atas tua muda, laki-perempuan, kaya miskin, rakyat

    bangsawan, dengan tiada bedanya. Permainan Tradisional bukan hanya sekedar alat

    penghibur hati, penyegar pikiran, atau sarana berolahraga. Lebih dari itu, permainan

    tradisional memiliki berbagai latar belakang yang bercorak rekreatif, kompetitif,

  • 27

    27

    pedagogis, magis, dan religious. Permainan tradisional juga menjadikan orang

    bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas, dan lain sebagainya.

    Menurut Sapriya (Handayani, 2017: 41) bahwa kegiatan pertisipasi sosial

    dapat dilakukan melalui simulasi dan permainan (games) yang merupakan proses

    pembelajaran atau kegiatan dimana siswa belajar mengenal aturan, berkompetisi,

    dan sekaligus menjadi pemain yang mungkin pada suatu saat akan menjadi pihak

    yang menang atau pihak yang kalah.

    b. Manfaat Permainan Tradisional

    Bermain bagi anak merupakan hal yang mengasyikkan. Apalagi permainan

    tradisional yang didalamnya melibatkan banyak anak dan berada diruang terbuka.

    Maka, tak salah dengan hasil penelitian Kurniati. Dalam penelitiannya, ia

    menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat menstimulasi anak dalam

    mengembangkan kerja sama, membantu anak dalam mengembangkan kerja sama,

    membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif, dapat

    mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati

    terhadap teman, menaati aturan, serta menghargai orang lain. Dengan demikian,

    dapat dipahami bahwa permainan tradisional dapat memberikan dampak yang

    sangat baik dalam membantu mengembangkan keterampilan emosi dan sosial

    anak.

    c. Permainan tradisional dapat membentuk karakter positif pada anak

    Cahyono juga mengemukakan sejumlah karakter yang dimiliki oleh

    permainan tradisional yang dapat membentuk karakter positif pada anak antara lain

    sebagai berikut.

  • 28

    28

    Pertama, permainan tradisional cenderung menggunakan atau

    memanfaatkan alat atau fasilitas di lingkungan kita tanpa harus membelinya

    sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi. Banyak alat-alat

    permainan yang dibuat atau digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu atau

    pasir. Misalkan mobil-mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, egrang yang dibuat

    dari bambu, permainan ecrak yang menggunakan batu, telepon-teleponan

    menggunakan kaleng bekas dan benang nilon, serta lain sebagainya.

    Kedua, permainan tradisional melibatkan pemain yang relatif banyak. Tidak

    mengherankan jika kita lihat setiap permainan rakyat begitu banyak anggotanya.

    Selain mendahulukan faktor kesenangan bersama, permainan ini juga mempunyai

    maksud sebagai pendalaman kemampuan interaksi antar pemain (potensi

    interpersonal). Seperti petak umpet, congklak, dan gobak sodor.

    Ketiga, permainan tradisional memiliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan

    moral tertentu, seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggungjawab, sikap

    lapang dada (jika kalah), dorongan berprestasi, dan taat pada aturan. Semua itu

    didapatkan jika si pemain benar-benar menghayati , menikmati, dan mengerti sari

    dari permainan tradisional.

    7. Media Congklak

    Permainan congklak berasal dari tradisi dan kebudayaan di Indonesia.

    Congklak dikenal dengan berbagai nama. Masyarakat Jawa menyebutkan congklak

    dengan nama dakon, dhakon, dhakonan. Masyarakat Sumatera dan Malasyia

    menyebutkan congklak dengan nama congkak. Masyarakat Sulawesi menyebut

  • 29

    29

    congklak dengan beberapa nama yaitu Makaotan, Manggaleceng, Anggalacang dan

    Nogarata.

    Permainan tradisional yang satu ini memang identik dengan anak

    perempuan, walaupun tak jarang anak lelaki pun memainkannya. Cara bermainnya

    yang hanya duduk, menjadi salah satu penyebab permainan ini sangat pas jika

    dimainkan oleh perempuan. Aktivitas fisik memang tidak terlalu menonjol dalam

    permainan ini. Namun demikian, bermain congklak juga dapat melatih anak-anak

    pandai dalam berhitung. Selain itu, anak yang bermain congklak harus pandai

    membuat strategi agar bisa memenangkan permainan. Permainan yang dalam

    bahasa jawa disebut “dakon” ini menggunakan papan yang disebut “papan

    congklak”. Ukuran papan terdiri atas 16 lubang untuk menyimpang biji congklak.

    Keenambelas lubang tersebut saling berhadapan dan lubang 2 besar dikedua

    sisinya. Kemudian anak-anak pun membutuhkan 98 biji congklak. Biji congklak

    yang biasanya digunakan dalam cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan,

    kelereng, atau plastik. Dua lubang besar tersebut merupakan milik masing-masing

    pemain untuk menyimpan biji congklak yang dikumpulkannya. Dua lubang

    tersebut kosong sedangkan 14 lubang yang lain diisi 7 biji congklak.

    Langkah-langkah penggunanaan media congklak adalah sebagai berikut:

    a. Permainan dilakukan perkelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.

    b. Guru menunjuk 4 kelompok yang akan bermain terlebih dahulu dengan cara suit.

    c. Guru mengacak kelompok 1-4 untuk saling berhadapan sehingga terbentuk 2

    permainan.

  • 30

    30

    d. Dalam permainan ini anggota kelompok bergantian dalam bermain congklak dan

    mereka harus bekerja sama dan berkompetensi.

    e. Setelah semua kelompok sudah siap , kelompok yang akan bermain akan suit

    dan yang menang akan memulai bermain dengan cara menyebarkan biji yang

    ada dilubang tersebut kesetiap lubang lainnya, masing-masing lubang diisi

    dengan satu biji.

    f. Bila biji terakhir ternyata masuk kedalam lubang biji lawan maka dia harus

    mengambil pertanyaan yang berisi soal yang telah tersedia pada laci congklak

    namun jika tidak bisa dijawab oleh kelompok yang mendapatkan soal maka soal

    tersebut bisa dijawab oleh kelompok lawan untuk dijawab bersama-sama.

    g. Setelah itu permainan dilanjutkan oleh lawan seperti yang dilakukan

    sebelumnya.

    Kelebihan dan Kekuranganmedia congklak antara lain sebagai berikut:

    a. Kelebihan:

    1) Siswa akan lebih senang dan enjoy dalam belajar

    2) Tidak memerlukan biaya yang sangat besar tetapi murah meriah

    3) Dapat meningkatkan daya kreativitas siswa, baik kognitif, afektif, dan

    psikomotorik

    4) Menjalin rasa kebersamaan dan daya saing yang sportif antar siswa dalam

    pembelajaran kelompok

    b. Kekurangan:

    1) Belum semua siswa mengerti tentang alat permainan congklak ini

    2) Media pembelajaran ini cepat rusak

  • 31

    31

    3) Belum tentu disemua daerah mengenal permainan ini karena congklak

    merupakan permainan tradisional daerah jawa.

    B. Kerangka Pikir

    Kerangka pikir disusun atas dasar terdapatnya masalah pada motivasi

    pembelajaran siswa, dimana diketahui bahwa motivasi belajar dapat dipengaruhi

    oleh faktor guru yang monoton hanya menjelaskan dalam kelas, siswa yang bosan

    dengan beberapa mata pelajaran, ataupun faktor tidak adanya media yang membuat

    siswa termotivasi untuk belajar.

    Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru hanya sering menjelaskan

    teori kepada siswa sehingga siswa merasa bosan dan semangat belajarnya tidak ada.

    Terlebih lagi jika siswa hanya difokuskan untuk mencatat materi dibukunya, hal

    yang ini yang mempengaruhi kurangnya motivasi siswa untuk belajar terlebih pada

    mata pelajaran ini.

    Meningkatkan motivasi belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

    Sosial, guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media congklak

    dengan harapan siswa termotivasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

    Sehubungan dengan hal tersebut, maka sebagai landasan berpikir bahwa

    dengan penggunaan media congklak terhadap motivasi belajar untuk mata

    pelajaran IPS yang diterapkan di SDNegeri 15 Samata Kecamatan Bantaeng

    Kabupate Bantaeng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari skema kerangka

    berpikir berikut:

  • 32

    32

    Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

    C. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

    dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.

    Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

    yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

    pengumpulan data.

    Hipotesis Penelitian: Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan

    Pembelajaran Ilmu Pengetahuan

    Sosial (IPS)

    Penggunaan Media Congklak

    Pretest

    Motivasi Belajar

    Posttest

    Analisis

  • 33

    33

    media congklak pada siswa kelas IV SDN 15 Samata

    Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.

  • 34

    34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Pre-experimental Design

    (nondesigns) yang akan mengkaji tentang pengaruh penggunaan media congklak

    terhadap motivasi belajar siswa kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng

    Kabupaten Bantaeng.

    2. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah“ One-Group Pretest-Posttest

    Design”. Sugiyono (2015: 110) mengemukakan bahwa: “Pre- Experimental

    Design (nondesign) merupakan jenis eksperimen yang terdapat variabel luar yang

    ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi eksperimen yang

    merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel

    independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel

    tidak dipilih secara random”.

    Desain yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 3.1 Desain Penelitian

    Sugiyono (2015: 111)

  • 35

    35

    Keterangan :

    O1 : Test awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan

    X : Perlakuan terhadap kelompok eksperimen dengan

    menggunakan media congklak

    O2 : Tes Akhir (posttest) setelah perlakuan diberikan

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Menurut Sugiyono (2015: 117) , Populasi adalah wilayah generalisasi yang

    terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

    ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi

    populasi bukan hanya orang, tetapi obyek dan benda-benda alam lain. Populasi bukan

    sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

    karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 15 Samata

    yang ada di Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng. Berdasarkan data yang

    diperoleh dari guru diperoleh keseluruhan siswa adalah 16 siswa yang terdiri dari 8

    orang laki-laki dan 8 orang perempuan.

    Tabel 3.1 Populasi Siswa Kelas IV SDN 15 Samata

    No Kelas Jenis Kelamin

    Jumlah Laki-Laki Perempuan

    1 IV 8 8 16

    Jumlah 16

    Sumber :SDN 15 Samata Tahun 2020

  • 36

    36

    2. Sampel

    Menurut Sugiyono (2015: 118), Sampel adalah bagian dari jumlah dan

    karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam

    penelitian ini menggunakan sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2015: 124),

    sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

    digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif

    kecil, kurang dari 30 orang. Adapun sampel dalam penelitian yaiitu semua siswa

    kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng yang

    berjumlah 16 orang.

    Table 3.2 Sampel Penelitian SDN 15 Samata

    No Kelas Jenis Kelamin

    Jumlah Laki-Laki Perempuan

    1 IV 8 8 16

    Jumlah 16

    Sumber :SDN 15 Samata Tahun 2020

    C. Definisi Oprasional Penelitian

    Variable yang diberikan disini adalah Variabel Independen dan Variabel

    Dependen yaitu:

    a) Variabel Independen (bebas) media congklak merupakan permainan

    tradisional yang sudah mulai dilupakan oleh anak-anak zaman sekarang,

    congklak sendiri dimainkan menggunakan biji-bijian yang biasanya dibuat dari

    batu kecil dan cangkang kerang. Congklak sendiri biasanya dimainkan oleh

    dua orang dan memiliki 7 lubang.

    b) Variabel dependen adalah variabel (terikat) yaitu motivasi belajar berasal dari

    lingkungan seseorang atau dari luar diri seseorang yang menyebabkan

  • 37

    37

    dorongan untuk mempengaruhi proses belajarnya untuk mencapai suatu tujuan

    tertentu.

    D. Instrumen Penelitian

    Melakukan sebuah penelitian hendaknya menggunakan alat ukur yang baik.

    Alat ukur yang dipakai dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian.

    Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti

    berdasarkan teori-teori yang mendasari variabel penelitian instrument. Penelitian

    dapat diartikan sebagai alat bantu yang diwujudkan dalam benda. Misalnya angket,

    pedoman, wawancara, lembar observasi tes, dan sebagainya.

    Mengukur skor variabel penelitian digunakan instrument Angket.

    Instrument disusun dengan indikator sebagai berikut: 1) adanya hasrat dan

    keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3) adanya

    harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan dalam belajar; 5) adanya

    kegiatan yang menarik dalam belajar; 6) adanya lingkungan yang kondusif,

    sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik; 7) strategi

    menumbuhkan motivasi. Bentuk alat ukur motivasi adalah skala model likert,

    dimana setiap itemnya dilengkapi dengan lima pilihan jawaban, yaitu:

    Tabel 3.3 pembobotan item angket

    Pilihan Jawaban Kategori

    Sangat Setuju (SS) 5

    Setuju (ST) 4

    Ragu-ragu (RG) 3

    Tidak Setuju (TS) 2

    Sangar Tidak Setuju (STS) 1

    Sumber: Sugiyono (2015: 136)

  • 38

    38

    E. Uji Instrumen

    a) Validitas

    Menurut Arifin (2019: 102) validasi (Validity) berarti ketepatan. Dalam arti

    sempit, validitas menunjukkan derajat ketepatan, kecermatan, dan kesesuaian suatu

    instrument dalam melakukan fungsi pengukuran tertentu. Maksudnya, apakah

    instrumen yang digunakan itu tepat, cermat, dan sesuai dengan apa yang hendak

    diukur. Validitas menunjukkan derajat karena uji validitas ada yang rendah, sedang,

    dan tinggi. Jika instrument evaluasi kurang baik, maka mutu datanya yang diperoleh

    pun menjadi kurang baik.

    Penelitian ini menggunakan uji validitas bertujuan untuk mengetahui

    ketetapan butir untuk mengukur motivasi belajar. Untuk mengetahui validitas

    instrumen pada penelitian ini digunakan rumus korelasi product moment dari

    Pearson dengan menggunakan bantuan SPSS versi 21.

    Kriteria pengujian valid tidaknya tiap-tiap butir soal yaitu dengan cara

    membandingkan rhitung dengan rtabel dari Pearson pada taraf signifikan 5%. Jika nilai

    rhitung adalah sama atau lebih besar dari rtabel, maka butir dari instrumen yang

    dimaksud adalah valid. Sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari pada rtabel maka butir

    instrumen tidak valid.

    b) Reliabilitas

    Menurut Arifin (2019: 106) reliabilitas adalah tingkat atau derajat

    konsistensi dari suatu instrumen. Reliabilitas instrumen berkenaan dengan

    pertanyaan, apakah suatu instrumen menunjukkan keajekan, teliti, dan dapat

    dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu instrument dapat

  • 39

    39

    dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada

    kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.Uji reliabilitas

    dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 21

    dengan uji keterandalan teknik Alpha Cronbach.

    Tabel 3.4 Pedoman Menentukan Tingkat Keandalan Instrumen

    Ukuran dari Cronbach

    Hasil Uji Alpha Cronbach Derajat Keandalan

    0,9 Luar biasa bagus

    Sumber: Silalahi (2015)

    Kriteria pengambilan keputusan untuk menentukan reliabel atau tidak bila

    𝛼 lebih besar atau sama dengan 0,600 maka item tersebut reliabel. Bila 𝛼 lebih kecil

    dari 0,600 maka item tersebut tidak reliabel.

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Cara memperoleh data dalam penelitian ini, dilakukan dengan memberikan

    angket. Angket yang diberikan adalah skala motivasi belajar kepada siswa kelas

    IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.

    G. Teknik Analisis Data

    Data hasil respon siswa akan dianalisis secara kuantitatif dengan

    menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial.

  • 40

    40

    1. Analisis Statistik Deskriptif

    Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan skor dari

    hasil angket dari sampel penelitian. Analisis angket respon siswa dilakukan untuk

    menentukan presentase rata-rata jumlah siswa yang member respon terhadap

    pengaruh penggunaan media congklak terhadap motivasi belajar siswa dengan

    menggunakan rumus:

    P= 𝒇

    𝒏 x 100%

    Sumber: Suharti (2012)

    Keterangan:

    P = Presentase siswa yang menjawab Sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

    setuju, sangat tidak setuju

    f = Frekuensi siswa yang menjawab Sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

    setuju, sangat tidak setuju

    n = Banyaknya siswa yeng mengisi angket

    Klasifikasi penilaian

    Angka tertinggi-Angka terendah

    Kp =

    Kelas

    Berdasarkan penilaian responden maka penilaian motivasi dapat

    diklasifikasikan pada interval sebagai berikut:

    16 s/d 37,3 = Rendah

    > 37,3 s/d 58,6 = Sedang

    >58,6 s/d 80 = Tinggi

    2. Analisis data Statistik Inferensial

    Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik

    statistikt (uji – t) . Dengan Tahap sebagai berikut :

    t =𝑀𝑑

    √∑ 𝑥2 𝑑

    𝑁 ( 𝑁−1 )

    (Arikunto, 2011:275)

  • 41

    41

    Keterangan :

    Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest

    d = Deviasi masing-masing subjek ∑ 𝑋2 𝑑 = Jumlah kuadrat deviasi 𝑁 = Subjek pada sampel

    Langkah-langkah dalam pengajuan hipotesis adalah sebagai berikut :

    a) Mencari Harga “Md” dengan menggunakan rumus :

    Md = ∑ 𝑑

    𝑁

    Keterangan :

    Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest

    ∑ 𝑑 = Jumlah dari gain (Posttest – pretest) N = Subjek pada sampel.

    b) Mencari harga “∑ 𝑋2 𝑑” dengan menggunakan rumus :

    ∑ 𝑋2 𝑑 = ∑ 𝑑 – (∑ 𝑑)2

    𝑁

    Keterangan :

    ∑ 𝑋2 𝑑 = Jumlah kuadrat deviasi ∑ 𝑑 = Jumlah dari gain (posttest – pretest) N = Subjek pada sampel

    c) Menentukan harga t hitung dengan menggunakan rumus :

    t =𝑀𝑑

    √∑ 𝑥2 𝑑

    𝑁 ( 𝑁−1 )

    Keterangan :

    Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest

    d = Deviasi masing-masing subjek

    ∑ 𝑋2 𝑑 = Jumlah kuadrat deviasi 𝑁= Subjek pada sampel

    d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan.

    Kaidah pengujian signifikan :

  • 42

    42

    Jika t hitung> t tabel maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, berarti penggunaan

    media congklak berpengaruh terhadap motivasi belajar mata pelajaran Ilmu

    Pengetahuan Sosial siswa kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng

    Kabupaten Bantaeng.

    Jika t hitung< t tabel maka H 0diterima berarti penggunaan media congklak tidak

    berpengaruh terhadap motivasibelajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

    siswa kelas IV SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.

    Menentukan harga t tabel dengan mencari t tabel menggunakan tabel distribusi

    t dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan di = N – 1

    Membuat kesimpulan apakah penggunaan media congklak berpengaruh

    terhadap motivasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV

    SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.

  • 43

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Hasil penelitian ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang telah

    ditetapkan sebelumnya. Penelitian ini dilakukan terhadap 16 siswa mengenai

    penggaruh penggunaan media congklak terhadap motivasi belajar siswa pada mata

    pelajaran IPS di SDN 15 Samata Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng.

    Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimen dengan analisis data penelitian

    menggunakan teknik statisitk deskriptif dan statistik infrensial. Hasil analisis

    tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

    1. Analisis Deskriptif

    Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran

    mengenai karakteristik subyek penelitian sebelum dan sesudah pembelajaran IPS

    dengan menerapkan media conngklak.

    a. Hasil motivasi belajar sebelum penerapan media congklak

    1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

    Tabel 4.1 Adanya Hasrat dan keinginan berhasil

    STS TS RR S SS Nilai Total

    Adanya hasrat dan

    keinginan berhasil

    f % f % f % f % f % f %

    P1 0 0 0 0 9 14 44 64 10 14 63 100

    P2 0 0 0 0 15 24 28 44 20 32 63 100

    P3 0 0 2 3 18 31 24 41 15 25 59 100

    P4 0 0 0 0 15 25 36 59 10 16 61 100

    Rata-Rata 62

    Sumber : Hasil olah data indikator angket angket no.1

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya hasrat dan keinginan berhasil masuk berada pada ketegori tinggi.

  • 44

    44

    2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

    Tabel 4.2 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no.2

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar masuk berada pada kategori tinggi.

    3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

    Tabel 4.3 Adanya harapan dan cita-cita masa depan Indikator STS TS RR S SS Nilai

    Total

    Adanya harapan dan cita-cita

    masa depan

    f % f % f % F % f % f %

    P1 0 0 0 0 3 4 44 66 20 30 67 100

    P2 0 0 2 3 15 25 32 54 10 17 16 100

    Rata-Rata 63

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no.3

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya harapan dan cita-cita masa depan berada pada kategori tinggi

    4. Adanya penghargaan dalam belajar

    Tabel 4.4 Adanya penghargaan dalam belajar

    Indikator STS TS RR S SS Nilai Total

    Adanya penghargaan dalam

    belajar

    f % F % F % F % f % f %

    P1 0 0 8 14 6 11 28 49 15 26 57 100

    P2 0 0 8 16 18 35 20 39 5 10 51 100

    Rata-Rata 54

    Sumber : Hasil olah data indicator angket no.4

    Indikator STS TS RR S SS Nilai

    Total

    Adanya dorongan dan

    kebutuhan dalam belajar

    F % f % F % F % F % f %

    P1 0 0 2 3 6 10 40 63 15 24 63 100

    P2 0 0 2 3 18 30 20 33 20 33 60 100

    P3 0 0 0 0 3 4 40 59 25 37 68 100

    P4 0 0 0 0 24 41 20 34 15 25 59 100

    Rata-Rata 63

  • 45

    45

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya penghargaan dalam belajar berada pada kategori sedang.

    5. Adanya kegiatan menarik dalam belajar

    Tabel 4.5 Adanya kegiatan menarik dalam belajar

    Indikator STS TS RR S SS Nilai Total

    Adanya kegiatan menarik dalam belajar

    f % F % f % f % f % f %

    P1 0 0 2 3 9 15 36 58 15 24 62 100

    Rata-Rata 62

    Sumber: Hasil olah data indikator angket no.5

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya kegiatan menarik dalam belajar berada pada kategori tinggi.

    6. Adanya lingkungan yang kondisif sehingga memungkinkan seseorang

    dapat belajar dengan baik

    Tabel 4.6 Adanya lingkungan yang kondusif sehingga

    memungkinkan seseorang dapat belsajar dengan baik Indikator STS TS RR S SS Nilai

    Total

    Adanya lingkungan yang

    kondusif sehingga

    memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik

    F % f % f % F % f % f %

    P1 0 0 2 4 30 57 16 30 5 9 53 100

    P2 0 0 4 8 30 58 8 15 10 19 52 100

    Rata-Rata 53

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no.6

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar

    dengan baik berada pada kategori sedang.

  • 46

    46

    b. Hasil motivasi belajar setelah penerapan media congklak

    1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

    Tabel 4.7 Adanya hasrat dan keinginan berhasil

    Indikator STS TS RR S SS Nilai Total

    Adanya hasrat dan keinginan

    berhasil

    F % F % f % f % f % f %

    P1 0 0 0 0 0 0 36 51 35 49 71 100

    P2 0 0 0 0 0 0 28 38 45 62 73 100

    P3 0 0 0 0 0 0 32 44 40 56 72 100

    P4 0 0 0 0 0 0 28 38 45 62 73 100

    72

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no.1

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya hasrat dan keinginan berhasil berada pada kategori tinggi.

    2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

    Tabel 4.8 Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

    Indikator STS TS RR S SS Nilai Total

    Adanya dorongan dan

    kebutuhan dalam belajar

    F % F % f % f % f % f %

    P1 0 0 0 0 0 0 40 57 30 43 70 100

    P2 0 0 0 0 0 0 32 44 40 56 72 100

    P3 0 0 0 0 0 0 12 16 65 84 77 100

    P4 0 0 0 0 0 0 16 21 60 79 76 100

    74

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no.2

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar berada pada kategori tinggi.

    3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

    Tabel 4.9 Adanya harapan dan cita-cita masa depan

    Indikator STS TS RR S SS Nilai Total

    Adanya harapan dan cita-cita

    masa depan

    F % f % f % f % f % f %

    P1 0 0 0 0 0 0 12 16 65 84 77 100

    P2 0 0 0 0 0 0 12 16 65 84 77 100

    77

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no.3

  • 47

    47

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya harapan dan cita-cita masa depan berada pada kategori tinggi.

    4. Adanya penghargaan dalam belajar

    Tabel 4.10 Adanya penghargaan dalam belajar

    Indikator STS TS RR S SS Nilai Total

    Adanya penghargaan dalam

    belajar

    f % f % f % f % f % f %

    P1 0 0 0 0 0 0 20 27 55 73 75 100

    P2 0 0 0 0 0 0 32 44 40 56 72 100

    74

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no. 4

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya penghargaan dalam belajar berada pada kategori tinggi.

    5. Adanya kegiatan menarik dalam belajar

    Tabel 4.11 Adanya kegiatan menarik dalam belajar Indikator STS TS RR S SS Nilai

    Total

    Adanya kegiatan menarik dalam

    belajar

    F % f % f % f % f % f %

    P1 0 0 0 0 0 0 24 32 50 68 74 100

    74

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no.5

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya kegiatan menarik dalam belajar berada pada kategori tinggi.

    6. Adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang

    dapat belajar dengan baik

    Tabel 4.12 Adanya lingkungan yang kondusif sehingga

    memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik Indikator STS TS RR S SS Nilai Total

    Adanya lingkungan yang

    kondusif sehingga

    memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik

    F % f % F % F % F % F %

    P1 0 0 0 0 0 0 28 38 45 62 73 100

    P2 0 0 0 0 0 0 20 27 55 73 75 100

    74

    Sumber : Hasil olah data indikator angket no.6

  • 48

    48

    Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa diperoleh rata-rata dari indikator

    adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar

    dengan baik berada pada kategori tinggi

    c. Perbandingan Hasil Analisis Deskriptif Pretest dan Postest pada Motivasi

    Belajar

    Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Analisis Deskriptif Pretest dan Posttest

    Motivasi Belajar

    Indikator Pretetst (%) Kategori Posttest (%) Kategori

    1. Adanya Hasrat dan keinginan berhasil

    2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam

    belajar

    3. Adanya harapan dan cita-cita masa

    25 %

    69 %

    38 %

    6 %

    0 %

    25 %

    63 %

    50 %

    6 %

    0 %

    25 %

    69 %

    31 %

    6 %

    0%

    19 %

    SS

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

    51 %

    44 %

    0 %

    0 %

    0 %

    84 %

    57 %

    0 %

    0 %

    0 %

    84 %

    65 %

    0 %

    0 %

    0 %

    73 %

    SS

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

  • 49

    49

    4. Adanya penghargaan dalam belajar

    5. Adanya kegiatan menarik dalam

    belajar

    6. Adanya lingkungan yang kondusif

    sehingga

    memungkinkan

    seseorang dapat

    belajar dengan baik

    44 %

    38 %

    25 %

    0 %

    19 %

    56 %

    19 %

    6 %

    0 %

    13 %

    25 %

    63 %

    13 %

    0 %

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

    S

    RR

    TS

    STS

    44 %

    0 %

    0 %

    0 %

    68 %

    32 %

    0 %

    0 %

    0 %

    73 %

    38 %

    0 %

    0 %

    0 %

    S

    RR

    TS

    STS

    SS

    S