Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PERSONALITY TRAIT, KONFORMITAS DAN
FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP IMPULSIVE BUYING
PENGUNJUNG MALL DI KOTA BOGOR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Oleh:
Awliya Nurmayasari
NIM: 109070000116
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
PENGARUH PERSONALITY TRAIT, KONFORMITAS DAN FAKTOR
DEMOGRAFI TERHADAP IMPULSIVE BUYING PENGUNJUNG MALL
DI KOTA BOGOR
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
AWLIYA NURMAYASARI
NIM: 109070000116
Pembimbing I Pembimbing II
Mulia Sari Dewi, M.si., Psi Nia Tresniasari,M.Si
NIP.197805022008012026 NIP.198410262009122004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H/2014 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “PENGARUH PERSONALITY TRAIT, KONFORMITAS
DAN FAKTOR DEMOGRAFI TERHADAP IMPULSIVE BUYING
PENGUNJUNG MALL DI KOTA BOGOR” telah diujikan dalam sidang
munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 25 Maret 2015. Skirpsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, Maret 2015
Sidang Munaqasyah
Dekan / Ketua Wakil Dekan
Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si Dr. Abdul Rahman Shaleh,M.Si
NIP. 196806141997041001 NIP. 19561223 198303 2 001
Anggota :
Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi Miftahuddin, M.Si
NIDN.0315054701 NIP.197303172006041001
Mulia Sari Dewi, M.si., Psi Nia Tresniasari, M.Si
NIP.197805022008012026 NIP.198410262009122004
iii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Awliya Nurmayasari
NIM : 109070000116
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGARUH
PERSONALITY TRAIT, KONFORMITAS DAN FAKTOR DEMOGRAFI
TERHADAP IMPULSIVE BUYING PENGUNJUNG MALL DI KOTA
BOGOR” adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan
plagiat dalam penyusunan karya tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada
dalam penyusunan karya ini telah dicantumkan sumber pengutipannya dalam
daftar pustaka. Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai
dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat
atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, Maret 2015
Awliya Nurmayasari
NIM. 109070000116
iv
MOTTO
Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara setan.
(QS. Al-Isra [17] : 26-27)
PERSEMBAHAN
Karya ini sebagai sebuah bukti kasih bahwa saya mampu untuk membuat
keluarga dan orang-orang yang selalu mensupport saya bangga dan tersenyum.
v
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) 2015
(C) Awliya Nurmayasari
(D) Pengaruh personality trait, konformitas dan faktor demografi
terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor
(E) xii + 74 halaman + 18 lampiran
(F) Fenomena berbelanja saat ini sudah berkembang menjadi gaya hidup.
Banyak konsumen melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan
terlebih dahulu atau disebut dengan impulsive buying. Impulsive buying
adalah pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian
yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan
dorongan emosional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh personality trait ,
konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung
mall di kota Bogor. Adapun variabel personality trait dalam penelitian ini
terdiri atas tiga dimensi (control, stress reaction, absorption), konformitas
dua dimensi (compliance dan acceptance), faktor demografi (jenis kelamin
dan usia). Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability
sampling dan jumlah sampel penelitian ini mencangkup 210 orang dari
pengunjung mall di kota Bogor. Adapun uji validitas penelitian
menggunakan CFA (Comfirmatory Factor Analysis) dan analisis data
menggunakan uji regresi berganda.
.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas
(compliance dan acceptance) dan faktor demografi terhadap impulsive
buying dengan signifikansi sebesar 0.0000 atau P<0.05. Adapun nilai R
Square (R2) dari semua variabel penelitian yang telah diujikan adalah
sebesar 0.251 artinya tujuh independent variable yang diteliti memiliki
konstribusi sebesar 25.1 % terhadap impulsive buying sedangkan 74.9 %
sisanya dipengaruhi variabel lain diluar penelitian. Dari 7 variabel
independen, hanya variabel control dan stress reaction yang berpengaruh
signifikan terhadap impulsive buying pengunjung mall di kota Bogor.
Kata kunci : Impulsive buying, personality trait, konformitas.
(G) Bahan Bacaan : 12 buku + 10 jurnal +1 skripsi+ 3 website
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, rasa syukur yang luar biasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh personality trait,
konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying pengunjung mall di
Kota Bogor”. Shalawat serta salam semoga tetap Allah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, atas segala perjuangannya sehingga kita dapat merasakan
indahnya hidup di bawah naungan Islam.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Abd. Mujib,
M.Si.. Wakil Dekan Bidang akademik Dr. Abdul Rahman Shaleh, M.Si,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dra. Diana Mutiah, M.Si dan Wakil
Dekan Bidang Administrasi Umum Ikhwan Luthfi, M.Si yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian ini.
2. Dosen pembimbing skripsi Mulia Sari Dewi, M.Si.,Psi dan Nia Tresniasari,
M.Si. Penulis sangat berterimakasih dan merasa sangat beruntung dibimbing
oleh keduanya. Bimbingan beliau telah membuka wawasan serta menambah
pengetahuan penulis mengenai banyak hal. Bekerja keras dan jujur dalam
bekerja merupakan semangat yang beliau berikan untuk penulis. Terima kasih
atas segala arahan, masukan, kritik serta koreksi dalam pengerjaan skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing Akademik Dra Zahrotun Nihayah, M.Si yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
vii
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan limpahan ilmu tidak ternilai dan banyak
membantu penulis
5. Keluarga penulis, ibu Een Nuraini dan ayah Sirodjuddin. Kakak Doddy dan
Sholikah, Debby dan Willita serta keponakan-keponakan Aurelia, Euginia,
Nabilla, Nara, Hilmi beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung
dan mendoakan. Terima kasih atas do’a pada setiap ibadahnya, masukan,
semangat, cinta, kasih sayang yang tulus kepada penulis. Kalianlah yang telah
membuat penulis bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
penelitian ini.
6. Motivator M. Bowo yang tidak pernah lelah memberikan motivasi, semangat,
do’a dan dukungan agar tidak mudah menyerah dalam mengerjakan penulisan
ini. Terimakasih segala yang sudah diberikan sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Sahabat-sahabat penulis : Eva, Rani, Dana, Putria, Nilam, Syifa, Dewi, Fikri,
Erla terimakasih untuk kebahagiaan dan semangat yang sudah kalian ciptakan
untuk penulis.
8. Mentor skripsi Farhanah Murniasih dan Wiwi Euismawati yang selalu
memberi masukan dan arahan dalam penulisan ini, terima kasih atas segala
waktu yang telah diberikan.
9. Psikologi UIN C 2009 yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis yang
telah memberikan banyak cerita selama ini.
10. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti sebagai balasan atas segala
kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini
memberi manfaat, khususnya bagi penulis sendiri, para pembaca dan seluruh
pihak terkait.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
LEMBAR ORISINALITAS .......................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………….….……. 1-13
1.1.Latar Belakang Masalah ……………………..……. . . . . . . 1
1.2.Batasan dan Perumusan Masalah ……………..……. . . . . . . 9
1.2.1. Batasan Masalah ……………………..……. 9
1.2.2. Perumusan Masalah ……………………..……. 10
1.3. Tujuan Penelitian …………………………..……. . . . . . .. 11
1.4.Manfaat Penelitian ……………………………..……. 11
1.4.1. Manfaat Teoritis …………………….…….. 11
1.4.2. Manfaat Praktis ……………………...…… 11
1.5.Sistematika Penulisan ……………...…… . . . . . . . . . . . . 12
BAB 2 LANDASAN TEORI…………………………………………… 13-30
2.1. Impulsive Buying …………………….…..… 13
2.1.1. Definisi Impulsive Buying …….….…. . . . . . .. 13
2.1.2. Dimensi Impulsive Buying ……….………….. 14
2.1.3. Alat Ukur Impulsive Buying …….……..……… 17
2.1.4. Faktor-faktor yang Memicu Impulsive Buying ..... 17
2.2. Personality Trait ……………………………...……. 20
2.2.1. Definisi Personality Trait …………………... 20
2.2.2. Dimensi Personality Trait ………...…………. 21
2.2.3. Alat Ukur Personality Trait ………………..….. 22
2.3. Konformitas ……………………......….. 23
2.3.1. Definisi Konformitas ………………………….. 23
2.3.2. Dimensi Konformitas ……………....................... 24
2.3.3. Alat Ukur Konformitas .….……............................ 25
2.4. Kerangka Berpikir ……………………………………. 25
2.5. Hipotesis Penelitian ……………………………..……... 29
ix
BAB 3 METODE PENELITIAN ….……………………….………... 31-52
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ….…….…..….... 31
3.2. Variabel Penelitian …………………………………...... 32
3.2.1. Identifikasi Varibel Penelitian…………………...... 32
3.2.2. Definisi Operasional Variabel …..……………… 32
3.3. Pengumpulan Data ……………………………………. 34
3.4. Pengujian Validitas Konstruk …………….………….…... 37
3.4.1. Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying ............... 40
3.4.2. Uji Validitas Konstruk Personality Trait …….….. 41
3.4.3. Uji Validitas Konstruk Konformitas ...................... 47
3.5. Metode Analisis Data …………………………..……...… 50
BAB 4 HASIL PENELITIAN ……………………………..……... 53-66
4.1. Gambaran Subjek Penelitian ………………………….… 53
4.2. Hasil Analisis Deskriptif …………..……………….. 54
4.2.1. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian …… 56
4.3. Uji Hipotesis Penelitian …………..……………….. 58
4.3.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian …………… 58
4.3.2. Pengujian Proporsi Varians Independen Variabel.. 63
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ……….…….…... 67-74
5.1. Kesimpulan …………………………….......................... 67
5.2. Diskusi……………………………..………….….….……. 67
5. 3. Saran ……………………….………………….……….... 72
5. 3. 1. Saran Teoritis ………………….……..…............... 73
5. 3. 2. Saran Parktis …………………………..…....….... 73
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor Pengukuran Skala......................................................35
Tabel 3.2 Blue Print Impulsive Buying……………………………..36
Tabel 3.3 Blue Print Personality Trait……………………………..38
Tabel 3.4 Blue Print Konformitas………………………………….39
Tabel 3.5 Muatan Factor Item Impulsive Buying…………………...44
Tabel 3.6 Muatan Factor Item Control……………………………..46
Tabel 3.7 Muatan Factor Item Stress Reaction……………………..48
Tabel 3.8 Muatan Factor Item Absorption………………………….50
Tabel 3.9 Muatan Factor Item Compliance………………………...52
Tabel 3.10 Muatan Factor Item Acceptance…………………………53
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian…………………….57
Tabel 4.2 Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia.......58
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif.............................................................59
Tabel 4.4 Pedoman Interpretasi Skor.................................................60
Tabel 4.5 Kategorisasi Impulsive Buying...........................................60
Tabel 4.6 Kategorisasi Personality Trait............................................61
Tabel 4.7 Kategorisasi Konformitas...................................................62
Tabel 4.8 Model Summary Analisis Regresi.......................................63
Tabel 4.9 Tabel Anova........................................................................64
Tabel 4.10 Koefisien Regresi................................................................65
Tabel 4.11 Proporsi Varians Independent Variabel..............................69
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir………………………………………29
Gambar 3.1 Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying……………….43
Gambar 3.2 Uji Validitas Konstruk Control……………………….…45
Gambar 3.3 Uji Validitas Konstruk Stress Reaction…………………47
Gambar 3.4 Uji Validitas Konstruk Absorption………………………49
Gambar 3.5 Uji Validitas Konstruk Compliance……………………..51
Gambar 3.6 Uji Validitas Konstruk Acceptance……………………...53
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Angket Penelitian
Lampiran 2 : Syntax dan Path Diagram
Lampiran 3 : Output SPSS
Lampiran 4 : Data Responden Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab satu ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Belanja merupakan kebutuhan bagi setiap individu, masing-masing mempunyai
kebutuhan hidup yang berbeda. Individu merencanakan pengeluaran uang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan berapa
banyak uang yang akan dikeluarkan. Belanja bukan hanya sekedar memenuhi
kebutuhan sehari-hari, tetapi belanja juga sebagai suatu keinginan.
Fenomena berbelanja dilakukan oleh setiap orang, yang kemudian
berkembang menjadi gaya hidup. Bukan hanya gaya hidup, saat ini belanja juga
menjadi trend di kalangan masyarakat. Gaya hidup merupakan sebuah
penyelarasan dengan era modernisasi yang tumbuh perlahan menuruti tingkatan
sosial. Gaya hidup merupakan pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu
serta uang (Engel& Blackwell, 1994).
Semakin banyaknya tempat-tempat perbelanjaan seperti pertokoan, ruko,
maupun mall memudahkan konsumen untuk mendapatkan barang yang
diinginkan. Lokasi yang tidak terlalu berjauhan pun memudahkan konsumen
untuk menjangkaunya.
2
Penelitian yang dilakukan marketing research (MARS) Indonesia
(Indonesian Consumer Profile) menunjukkan 82,2% konsumen khususnya di
Jabodetabek gemar berbelanja di mall. Dalam sebulan mereka minimal sekali
sampai dua kali mengunjungi tempat tersebut. Ini artinya, demam mall semakin
menggejala di masyarakat. Kunjungan mereka ke pusat perbelanjaan tersebut
74,3% pada hari libur dan 25,7% pada hari kerja (Zumar,, 2009).
Long weekend merupakan puncak tertinggi peningkatan pengunjung pusat
perbelanjaan. Penelitian yang dilakukan di Cibinong City Mall (CCM) pada masa
weekdays pengunjung mencapai 8.000 orang per hari sedangkan long weekend
pengunjung bisa mencapai 10.000 orang per hari atau naik 20% dari biasanya.
Meningkatnya jumlah kunjungan, berimbas juga pada meningkatnya pendapatan
di pusat perbelanjaan (Hidayat, 2013).
Banyak orang yang melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan
terlebih dahulu. Mereka membeli karena apa yang mereka “lihat”, bukan yang
mereka “butuhkan”. Keinginan membeli semakin kuat ketika melihat barang-
barang yang berpenampilan menarik, warna yang indah, serta tampilan toko yang
unik (Youn & Faber, 2000).
Pembelian menjadi tidak wajar ketika seseorang tidak dapat mengontrol
apa yang harus dan tidak penting untuk dibeli. Hal tersebut dapat menyebabkan
seseorang menjadi pembeli yang impulsive. Verplanken & Herabadi (2001)
mendefinisikan impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan
diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, dipicu oleh
3
adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Pembeli yang impulsive
seringkali menjadi tidak sadar ketika melakukan pembelian, hal ini dikarenakan
dorongan yang tiba-tiba ketika seseorang melakukan impusive buying sehingga
tanpa sadar seseorang akan melakukannya.
Dari penjelasan di atas banyak dampak negatif dari impulsive buying bagi
generasi muda penerus bangsa. Salah satunya sikap pemborosan, karena
sebenarnya konsumen membeli barang tanpa perencanaan sebelumnya yang
mengakibatkan tidak terpakainya barang tersebut. Oleh karena itu perlu untuk
dilakukan penelitian terhadap impulsive buying untuk mengetahui hal-hal apa saja
yang mempengaruhi konsumen untuk melakukan hal tersebut khususnya dari segi
personality trait dan konformitas.
Rook (1987) menguraikan impulsive buying adalah sesuatu yang hedonis
dan mungkin menimbulkan konflik emosional. Impulsive buying mudah hilang
tergantung konsekuensi yang didapat ketika seseorang melakukan hal tersebut.
Impulsive buying lebih ingin memiliki seluruh barang daripada memilih salah satu
dari barang tersebut. Spontanitas yang lebih utama dibandingkan kehati-hatian
untuk membeli suatu barang. Dalam impulsive buying berpikir emosional lebih
mendominasi daripada rasional dan dipersepsikan seperti “buruk” daripada
“baik”, akhirnya konsumen merasa kehilangan kontrol saat melakukannya.
Impulsive buying dapat terjadi dalam kondisi apapun, konsumen adalah subjek
sehari-hari untuk melakukan itu.
4
Sebuah penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keputusan konsumen
untuk membeli saat berada didalam toko semakin meningkat, karena adanya
dorongan untuk membeli dan menyebabkan jumlah pembelian yang cukup besar.
Sebagian besar diantaranya pembelian dilakukan tanpa perencanaan atau disebut
dengan impulsive buying (Jalan, 2006).
Peneliti melakukan survey awal terhadap 10 pengunjung Mall pada bulan
Mei 2014 di salah satu Mall yang berada di kota Bogor, dari hasil wawancara
dengan pengunjung didapatkan informasi bahwa 7 dari 10 pengunjung sering
melakukan pembelian tanpa perencanaan.
Konsumen cenderung melakukan impulsive buying karena dilatarbelakangi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah personality trait. Jalan (2006)
menyebutkan dalam personality trait terdapat tiga hal yang berkaitan dengan
impulsive buying yaitu control, stress reaction, dan absorption. Control berkaitan
dengan pengaruh diri sendiri terhadap emosi, kognisi,dan perilaku seseorang. Hal
ini membuat konflik psikologis dalam diri konsumen saat melakukan pembelian.
Tidak mudah bagi konsumen untuk menahan keinginannya dalam berbelanja, ini
membuat konsumen mengatakan kepada dirinya “saya tidak akan melakukannya”.
Konflik psikologis dalam pembelian seringkali terjadi apabila seseorang tidak
dapat mengontrol dirinya.
Faktor selanjutnya yaitu stress reaction, hal ini mewakili perbedaan
individu dalam menangkap respon yang diterimanya dengan keadaan emosi yang
negatif, yaitu kecemasan, kemarahan, kesedihan dan rasa bersalah (Youn & Faber,
5
2000). Jalan (2006) mengatakan, bahwa emosi negatif yang dialami individu
merupakan kondisi sehari-hari yang dialami setiap orang. Emosi ini melibatkan
seseorang untuk melakukan impulsive buying. Gardner & Rook (1988) dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa konsumen merasa bahwa dirinya lebih baik
jika melakukan impulsive buying.
Youn & Faber (2000) mengatakan bahwa seseorang jika dalam keadaan
stres yang tinggi melakukan impulsive buying maka seseorang tersebut
mendapatkan kepuasan jangka pendek yang disertai dengan perasaan diri yang
positif dan perubahan mood yang membuat dirinya jauh lebih baik. Konsumen
yang merasa jenuh akan rutinitasnya setiap hari merasa lebih baik jika dirinya
melakukan pembelian yang tidak direncanakan kerena menurutnya hal itu bisa
mengubah suasana hati konsumen tersebut.
Faktor berikutnya yakni absorption, dalam hal ini konsumen cenderung
menahan keterlibatan dirinya dalam hal yang menarik perhatiannya dari stimulus
eksternal maupun imajinasi yang didapatnya. Absorption berperan penting untuk
konsumen sebagai penentu pengambilan keputusan terhadap stimulus yang di
dapat (Youn & Faber, 2000).
Kesimpulan penelitian yang dilakukan Jalan (2006) menunjukkan hasil
yang berbeda berdasarkan faktor personality trait. Control lebih tinggi
kecenderungannya dibandingkan dengan stress reaction dan absorption dalam
melakukan impulsive buying. Baik secara langsung maupun tidak, control dalam
6
literature yang ada menegaskan bahwa konsumen bertindak impulsive karena
kurangnya akan kontrol diri mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari orang terdekat sangat mempengaruhi
keputusan kita dalam melakukan pembelian, bahkan tidak jarang barang yang kita
beli sebenarnya tidak kita butuhkan. Pada dasarnya individu mudah terbujuk
untuk mengikuti saran orang lain agar dapat mengikatkan diri pada suatu
kelompok. Hal ini dikarenakan setiap kelompok mempunyai tuntutan yang harus
bisa dipenuhi oleh setiap individu yang ingin bergabung. Jika individu ingin
diakui eksistensinya dalam kelompok, individu harus berusaha untuk menjadi
bagian dari kelompoknya dengan jalan mengikuti peraturan yang ada dalam
kelompok. Usaha tersebut dapat berupa kesepahaman dalam membeli produk
tertentu (Myers, 2005).
Banyak orang tidak menyadari bahwa masukan dari teman itu sebenarnya
tidak baik. Tetapi apabila tidak mengikuti apa yang disarankan oleh mereka ada
perasaan tidak enak atau takut tidak ditemani. Hal ini disebut dengan konformitas.
Konformitas ini rentan menjadi penyebab impulsive buying. Bujukan dan rayuan
dari pelayan saat berbelanja sangat mempengaruhi keputusan seseorang untuk
membeli barang yang tidak direncanakan. Tekanan kelompok memaksa seseorang
berperilaku sesuai keinginan kelompoknya. Seseorang yang tidak berniat membeli
suatu barang, akhirnya menjadi membeli barang yang padahal tidak diperlukan.
Pembelian juga tidak selalu berpengaruh dari luar saja, dalam diri seseorang juga
terdapat dorongan untuk membeli yang diperkuat dengan suasana dari luar diri
mereka (Youn&Faber, 2000).
7
Yang & Huang (2011) menyatakan bahwa faktor demografi juga
mempengaruhi impulsive buying selain dari personality trait dan konformitas.
Faktor demografi merupakan faktor-faktor kependudukan yang menunjukan
keadaan dan karakter penduduk. Faktor demografi yang mempengaruhi impulsive
buying yaitu, jenis kelamin dan usia.
Faktor jenis kelamin juga sering digunakan untuk penelitian impulsive
buying. Faktor ini digunakan sebagai bahan perbandingan. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
melakukan impulsive buying. Perempuan berbelanja untuk menunjukkan identitas
diri mereka dalam lingkungannya, sedangkan laki-laki melakukan impulsive
buying lebih kepada kegunaan atau fungsi dari barang tersebut (Lee, 2002).
Penelitian Abdillah (2013) menunjukkan bahwa 75% pria juga melakukan
impulsive buying yang didasari karena kecintaannya pada tim sepak bola, setiap
melihat barang-barang yang bernuansa tim sepak bola yang mereka gemari pasti
akan dibeli nya.
Pada faktor usia, 18 hingga 39 tahun merupakan usia yang mengalami
peningkatan hasrat untuk berbelanja (Verplanken & Herabadi,2011). Hasil
penelitian Yang & Huang (2011) menyatakan bahwa pada usia 40 tahun individu
memiliki kecenderungan untuk melakukan impulsive buying yang lebih tinggi
dikarenakan mereka telah memiliki pendapatan yang tetap. Perkembangan fisik
manusia yaitu ada pada masa usia dewasa, hal inilah yang semakin membuat
individu untuk melakukan pembelian, sebab individu semakin memperhatikan
penampilan fisiknya dan berusaha tampil berbeda dari yang lain. .
8
Penelitian dilakukan di Mall yang berada di kota Bogor, karena kota
Bogor termasuk kota yang besar dan maju dalam perekonomiannya, dan
banyaknya mall dan outlet di kawasan tersebut. Penelitian akan dilakukan pada
tiga tempat yang berbeda, yaitu Mall Ekalokasari, Botani Square dan Cibinong
City Mall karena lokasi tersebut merupakan pusat perbelanjaan yang cukup ramai
dan terdapat berbagai karakter pengunjung yang bisa menjadi objek penelitian.
Dari uraian tersebut maka peneliti ingin menggunakan Personality Trait,
Konformitas dan Faktor Demografi sebagai independent variable (IV) dan
Impulsive Buying sebagai dependent variabel (DV). Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk meneliti “ Pengaruh Personality Trait, Konformitas dan Faktor
Demografi terhadap Impulsive Buying Pengunjung Mall di kota Bogor “.
1.2 Batasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Batasan masalah
Agar fokus pembahasan lebih terarah, penelitian ini dibatasi mengenai masalah
pengaruh personality trait, konformitas, dan faktor demografi terhadap impulsive
buying pengunjung mall di kota Bogor. Didapatkan mengenai batasan masalah
yang dijadikan variabel adalah sebagai berikut :
1. Impulsive buying adalah pembelian yang tidak rasional dan
diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan,
diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Adapun
dimensi-dimensi impulsive buying yaitu cognitive dan affective
(Verplanken & Herabadi, 2001).
9
2. Personality trait adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan
perilaku individu yang bersifat abadi, yakni kecenderungan untuk
merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi tertentu.
Pada penelitian ini menggunakan dimensi personality trait yang
relevan untuk studi impulsive buying yaitu, control, stress reaction,
dan absorption (Tellegen, 1982).
3. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil
nyata akibat dari tekanan kelompok. Dimensi-dimensi yang digunakan
yaitu, compliance dan acceptance (Myers, 2005).
4. Faktor demografi adalah faktor-faktor kependudukan yang
menunjukkan keadaan dan karakter penduduk. Pada penelitian ini,
Faktor demografi dibatasi menjadi beberapa faktor, yaitu :
a) Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan permpuan.
b) Usia pada saat responden mengisi kuesioner dikelompokkan
kedalam empat bagian yaitu : 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50
tahun, 51-60 tahun.
1.2.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh personality trait (control, stress reaction,
absorption), konformitas (compliance, acceptance) dan variabel
demografi ( jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive buying?
10
2. Apakah ada pengaruh dimensi control pada variabel personality trait
terhadap impulsive buying?
3. Apakah ada pengaruh dimensi stress reaction pada variabel
personality trait terhadap impulsive buying?
4. Apakah ada pengaruh dimensi absorption pada variabel personality
trait terhadap impulsive buying?
5. Apakah ada pengaruh dimensi compliance pada variabel konformitas
terhadap impulsive buying?
6. Apakah ada pengaruh dimensi acceptance pada variabel konformitas
terhadap impulsive buying?
7. Apakah variabel demografis jenis kelamin memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap impulsive buying?
8. Apakah variabel demografis usia memiliki pengaruh secara signifikan
terhadap impulsive buying?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel personality
trait (control, stress reaction, absorption), variabel konformitas (compliance,
acceptance) dan faktor demografi (jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive
buying.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis, yaitu sebagai berikut :
11
1.4.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologi,
khususnya di bidang Psikologi Konsumen. Juga sebagai bahan pertimbangan serta
pedoman untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
pengaruh personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas
(compliance, acceptance), faktor demografis (jenis kelamin dan usia) pada
individu terhadap impulsive buying.
1.4.2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pembeli agar membeli
sesuatu dengan memakai akal rasional dan tidak hanya membeli dengan emosi
saja, sehingga barang tersebut nantinya hanya akan menjadi barang yang tidak
terpakai. Juga individu agar tidak membeli suatu barang karena terpengaruh oleh
faktor luar dari dirinya dan dapat membeli sesuai dengan kebutuhan.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman penulisan
APA (American Psychology Association) style dan penyusunan penulisan skripsi
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan peneliti ini dibagi
menjadi beberapa bahasan seperti berikut ini :
12
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat teoritis maupun praktis, dan
sistematika penulisan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Dalam bab kajian pustaka akan dibahas mengenai teori impulsive buying,
personality trait, konformitas, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Dalam bab metode penelitian ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel,
variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrument
pengumpulan data dan metode analisis data.
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
Dalam bab hasil penelitian akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi dua bagian yaitu, analisis deskriptif dan
pengujian hipotesis penelitian.
BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN
Dalam bab lima akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran dari hasil
penelitian.
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab dua ini akan dibahas mengenai landasan teori penelitian yang berisi
tentang teori impulsive buying, personality trait dan konformitas. Selanjutnya
dalam bab ini juga akan dibahas mengenai kerangka berpikir dan hipotesis
penelitian
2.1 Impulsive Buying
2.1.1 Definisi impulsive buying
Menurut Rook (1987) impulsive buying didefinisikan sebagai perilaku belanja
tanpa perencanaan, diwarnai oleh keinginan kuat untuk membeli yang muncul
secara tiba-tiba dan seringkali sulit untuk ditahan, yang dipicu secara spontan
pada saat berhadapan dengan produk, dan diiringi oleh perasaan menyenangkan
serta penuh gairah.
Sementara itu dari sisi psikologis perilaku impulsive buying menimbulkan
perilaku yang tidak disadari dan disertai dengan respon emosi yang kuat serta
konflik interpersonal (Beaty & Ferrel, 2003).
Namun berdasarkan pendapat Verplanken & Herabadi (2001)
menunjukkan bahwa dorongan emosional tersebut terkait dengan adanya perasaan
yang intens yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya
dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan konsekuensi
negatif, dan merasakan kepuasan. Artinya, konsumen mengabaikan konsekuensi
14
setelah melakukan pembelian tersebut. Konsumen hanya ingin merasa puas
dengan membeli barang yang konsumen inginkan.
Perilaku impulsive buying dari Verplanken & Herabadi (2001) ini
melibatkan dua system inti yaitu affective (emosi) dan cognitive. Affective dan
cognitive dapat melakukan prosesnya sendiri-sendiri dan ada kalanya mereka
bekerja secara bersama. Namun, dalam beberapa hal sisi emosi sering menjadi hal
utama bahkan mendahulu dan mampu mempengaruhi cognitive. Emosi bisa
terjadi secara otomatis tanpa peran active dari cognitive, yaitu kesadaran. Engel &
Blackwell (1995), menambahkan impulsive buying atau unplanned purchase
merupakan suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan terlebih
dahulu dan keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko.
Dari berbagai teori diatas peneliti menggunakan teori Verplanken &
Herabadi (2001), yaitu impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional
dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti
oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Teori ini dipilih karena
memiliki definisi yang paling sesuai untuk menjabarkan pengertian impulsive
buying.
2.1.2 Dimensi-dimensi impulsive buying
Verplanken & Herabadi (2001) membagi impulsive buying menjadi dua dimensi,
yaitu :
15
a. Cognitive : proses psikologis seseorang yang merujuk kepada struktur dan
proses mental yang meliputi pemikiran, pemahaman dan
penginterpretasian. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu :
1. Cognitive deliberation, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya
pertimbangan mendalam atau memikirkan konsekuensinya.
2. Unplanned buying, suatu keadaan dimana (calon) konsumen tidak
memiliki rencana yang jelas dalam berbelanja.
3. Disregard for the future, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
melakukan impulsive buying tidak menghiraukan masa depan.
b. Affective : proses psikologis dalam diri seseorang yang merujuk kepada
emosi, perasaan maupun suasana hati (mood). Proses ini terdiri dari tiga
komponen, yaitu:
1. Irresistible urge to buy, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
memiliki keinginan yang instan, terus menerus dan begitu memaksa,
sehingga (calon) konsumen tidak dapat menahan dirinya.
2. Positive buying emotion, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
memiliki suasana hati positif yang berasal dari motivasinya untuk
memuaskan diri melalui impulsive buying.
3. Mood management, suatu keadaan dimana muncul keinginan (calon)
konsumen untuk mengubah atau menata perasaannya melalaui
impulsive buying.
16
Rook (1987) membagi impulsive buying menjadi beberapa dimensi, yaitu :
a. Spontanitas : Belanja ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen
untuk membeli sekarang. Sering sebagai respon terhadap stimulus visual
yang langsung ditempat penjualan.
b. Kekuatan, Kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk
mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika.
c. Kegairahan dan stimulasi: Desakan mendadak untuk membeli sering
disertai dengan emosi yang diberikan sebagai “menggairahkan” ,
“menggetarkan”, atau “liar”.
d. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi
begitu sulit untuk ditolak sehingga akibat yang mungkin negative
diabaikan.
Peneliti menggunakan dimensi dari Verplanken & Herabadi (2001) karena
dimensi ini merupakan dimensi yang paling baru dan diadaptasi dari Rook
(1987)
Loudon& Bitta (1993) membagi impulsive buying kedalam empat tipe, yaitu:
1. Pure Impulsive yaitu dorongan untuk membeli produk baru, mencari
variasai baru, atau pembelian terhadap produk diluar kebiasaan
pembeliannya.
2. Suggestion impulse yaitu dorongan yang didasarkan stimulus pada toko
dan ditunjang dengan pemberian saran, baik dari sales promotion,
pramuniaga maupun teman.
17
3. Reminder impuls yaitu dorongan yang muncul saat melihat barang pada
rak toko, display atau teringat iklan dan informasi lainnya tentang suatu
produk.
4. Planned impulse yaitu pembelian yang terjadi apabila kondisi penjualan
tertentu diberikan. Dorongan berupa intensi membeli berdasarkan harga
khusus, kupon, diskon dan lain sebagainya tanpa merencanakan produk
yang akan dibelinya.
2.1.3 Alat ukur impulsive buying
Skala impulsive buying dari Rook (1987) terdiri dari sembilan item. Masing-
masing item hanya satu atau dua yang mewakili tiap dimensi dari impulsive
buying tersebut. Sedangkan Verplanken & Herabadi (2001) dalam alat ukurnya
memiliki 20 item yang dibagi menjadi dua dimensi, yakni cognitive dan affective.
Pengukuran impulsive buying dalam penelitian ini menggunakan skala
baku dari Verplanken & Herabadi (2001). Skala impulsive mengukur dua dimensi
yaitu dimensi cognitive dan affective. Koefisien alpha dari dua subskala ini adalah
.91 untuk dimensi cognitive dan .83 untuk dimensi affective. Dimensi cognitive
melihat mengenai kurangnya perencanaan dan kehati-hatian, sedangkan pada
dimensi affective nya mengukur perasaan menyenangkan, kegairahan, tekanan,
kontrol yang rendah dan rasa penyesalan.
2.1.4 Faktor- faktor yang memicu impulsive buying
Verplanken & Herabadi (2001), mengemukakan beberapa faktor yang dapat
memicu perilaku impulsive buying.
18
1. Variabel Situasional
a) Lingkungan toko
Beberapa variable yang ada di lingkungan toko antara lain adalah penampilan
fisik produk, cara menampilkannya, atau adanya tembahan seperti harumnya
toko, warna yang indah atau music yang menyenangkan. Isyarat ini dapat
menarik perhatian, menimbulkan motivasi untuk membeli, dan menimbulkan
suasana hati yang positive. Dimana keduanya merupakan karakteristik dari
impulsive buying.
b) Ketersediaan waktu dan uang
Variabel situasional lain juga dapat mempengaruhi impulsive buying adalah
tersedianya waktu dan uang, baik benar-benar tersedia (benar-benar memiliki
waktu dan uang), maupun hanya perasaan saja (hanya merasa memiliki waktu
dan uang).
c) Karakteristik Produk
Terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi impulsive buying. Faktor-
faktor tersebut antara lain adalah karakteristik produk dan marketing.
Karakteristik produk yang mempengaruhi impulsive buying adalah:
1. Memiliki harga yang rendah
2. Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut
3. Siklus kehidupan produk pendek
4. Ukurannya kecil dan ringan
19
5. Mudah disimpan
d) Faktor Marketing
1. Adanya distribusi massa untuk self-service outlet
2. Iklan yang besar
3. Posisi display dan lokasi yang menonjol turut mempengaruhi belanja
impulsive.
2. Variabel Person-related
Impulsive buying berada dalam batas yang berhubungan dengan manusia,
yaitu :
a) Emosi. Verplanken & Herabadi (2001) mengemukakan perilaku
impulsive buying berhubungan dengan suasana hati tertentu. Sebagai
contoh adanya percampuran rasa senang, kegairahan dan kekuasaan
menimbulkan kecenderungan untuk melakukan impulsive buying.
Salah satu alasan konsumen melakukan impulsive buying adalah
menghilangkan depressed mood .
b) Konformitas. Aronson (1992) mengemukakan bahwa konformitas
merupakan faktor internal terbentuk dari lingkungan sosial yang dapat
mempengaruhi munculnya impulsive buying. Perilaku ini muncul
akibat pembelajaran atau pengaruh dari lingkungan sosial.
c) Sex. Rook & Hoch (1985) mengatakan bahwa perempuan membeli
barang dengan tingkat emosi yang lebih tinggi dibanding laki-laki.
Jumlah pembelian yang masi stabil, maka antara laki-laki dan
20
perempuan memiliki perbedaan kerentanan untuk melakukan impulsive
buying.
d) Motif hedonis. Rook (1987) menyebutkan bahwa impulsive buying
berkaitan dengan kepuasan hedonis. Sifat dasar hedonis itu sendiri
yaitu, kesenangan, kejutan, kepuasan, sesuatu yang baru,
menyenangkan dan keakraban. Konsumen melakukan impulsive
buyingpada saat mereka sedang termotivasi oleh kebutuhan hedonis
nya.
e) Karakteristik konsumen yang mempengaruhi impulsive buying adalah
demografis (usia dan jenis kelamin).
2.2 Personality Trait
2.2.1 Definisi personality trait
Personality merupakan suatu bagian yang khas dari setiap individu. Hal tersebut
yang membedakan antara satu individu dengan individu lainnya. Feist & Feist
(2009) menyatakan bahwa personality adalah sebuah pola dari sifat yang relatif
menetap dan karakteristik unik, dimana memberikan konsistensi dan
individualitas pada perilaku seseorang. Trait menunjukan perbedaan individual
dalam berperilaku, perilaku yang konsistensi sepanjang waktu, dan stabilitas
perilaku dalam berbagai situasi.
Tokoh lain mengatakan bahwa personality trait adalah struktur psikologi
yang mendasari watak dan perilaku individu yang bersifat abadi, yakni
21
kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika berada dalam situasi
tertentu (Tellegen, 1982).
Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai personality maka penulis
menggunakan teori Tellegen (1982) yang mengatakan bahwa personality trait
adalah struktur psikologi yang mendasari watak dan perilaku individu yang
bersifat abadi, yakni kecenderungan untuk merespon dengan cara tertentu ketika
berada dalam situasi tertentu.
2.2.2 Dimensi-dimensi personality trait
Terdapat tiga dimensi yang membentuk personality trait pada individu yang
mempengaruhi pembelian impulsive yaitu control, stress reaction, absorpstion
(Tellegen 1982).
a) Control
Control berkaitan dengan karakteristik individu ketika memonitor impuls yang
berlebihan yang diterima oleh individu tersebut. Pada dimensi ini seseorang
mendapatkan tekanan yang cukup dikarenakan individu tersebut mampu atau
tidak untuk menahan kepuasan atau kebahagiaan. Individu yang memiliki control
cenderung berhati-hati, mempersiapkan rencana dengan matang, merenungkan
kembali tindakan yang telah dilakukan, memiliki pola pemikiran yang rasional,
terorganisir dan konkrit dan dapat mengantisipasi berbagai hal.
22
b) Stress reaction
Perbedaan individu yang sistematis dalam frekuensi dan intensitas respon
terhadap isyarat yang bersifat situasional bersamaan dengan kondisi emosi
negative. Reaksi stress dikarakteristikan dengan mudah marah, perubahan emosi
yang tidak diprediksi, gugup, tegang, merasa bersalah, merasa cemas.
c) Absorption
Kecenderungan untuk memendam keterlibatan diri yang dipicu oleh gabungan
dari stimulus external dan stimulus imaginal. Seseorang yang memiliki tingkat
absorption yang tinggi cenderung berfikir menggunakan imajinasi, dapat
melepaskan masa lalu, menikmati pikiran sendiri, memiliki penglaman yang
bersifat “cross-modal”.
Peneliti menggunakan dimensi dari Tellegen, (1982) karena dimensi
tersebut merupakan dimensi yang berhubungan langsung dengan impulsive
buying.
2.2.3 Alat ukur personality trait
Big five faktor merupakan salah satu alat ukur untuk personality trait. Alat ukur
ini mengukur lima dimensi yaitu, opennese, conscientiousness, extraversion,
agreeableess, neuroticism.. Dalam penelitian ini tidak menggunakan big five
dikarenakan perbedaan dimensi yang digunakan oleh peneliti.
Berdasarkan penelitian terdahulu peneliti memodifikasi alat ukur MPQ
dari (Tellegen,1982). Peneliti membuat item-item yang disesuaikan dan mengacu
23
pada dimensi-dimensi yang ada di alat ukur MPQ tersebut, dikarenakan alat ukur
MPQ tidak mempublikasikan item-item nya, MPQ hanya mencantumkan dimensi
nya saja. Alasan lain peneliti memodifikasi MPQ dikarenakan dimensi yang ada
pada MPQ sesuai dengan dimensi yang akan peneliti ukur.
2.3 Konformitas
2.3.1 Definisi konformitas
Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya
tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris,
2007). Sedangkan konformitas menurut Baron & Byrne (2003) diartikan sebagai
suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku
mereka sesuai dengan norma sosial yang ada. Pendapat lain dikemukakan oleh
Wiggins (1994) menjelaskan konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat
norma dari orang lain.
Pendapat berbeda diungkapkan oleh Myers (2005), menyatakan bahwa
konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata
akibat dari tekanan kelompok. Ditambahkan oleh Wills (dalam Sarwono, 2006)
dengan pendapatnya bahwa konformitas itu adalah usaha terus menerus dari
individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh
kelompok. Jika persepsi individu tentang norma kelompok (standard sosial)
berubah, maka ia akan mengubah pola tingkah lakunya.
Santrock (2003), menambahkan bahwa konformitas adalah individu meniru
sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang
24
dibayangkan oleh mereka. Definisi konformitas lainnya bahwa konformitas adalah
ketika seseorang melakukan sebuah perilaku yang disebabkan orang lain
melakukan perilaku tersebut (Freedman, dkk,1978).
Berdasarkan definisi diatas peneliti menggunakan teori Myers, (2005)
menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan
sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok.
2.3.2 Dimensi-dimensi konformitas
Myers (2005) membedakan konformitas ke dalam dua tipe yaitu compliance dan
acceptance.
1. Compliance
Konformitas compliance adalah ketika seseorang bersama-sama dengan yang
orang lain inginkan atau harapkan, tetapi hanya untuk mendapatkan hadiah yang
ditawarkan jika mereka melakukanya, atau menghindari hukuman bila dipaksa
melakukannya. Konformitas ini terjadi dimana individu bertingkah laku sesuai
dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi ia tidak
menyetujui perilaku tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh sosial
normatif yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau disukai
oleh orang lain.
2. Acceptance
Konformitas acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkah laku
maupun keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterima nya.
Pada bentuk acceptance konformitas terjadi karena kelompok menyediakan
25
informasi penting yang dimiliki oleh individu (informational influence). Jadi
acceptance adalah konformitas yang didasari oleh penerimaan seseorang
terhadap bukti realitas yang diberikan orang lain. Dengan kata lain jika individu
tidak tahu harus berbuat apa maka ia akan menjadikan perilaku kelompok
sebagai pedoman perilaku dan meyakini hal tersebut yang benar.
2.3.3 Alat ukur konformitas
Pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur konformitas dalam
penelitian ini yaitu berdasarkan pada dimensi-dimensi konformitas yang telah
dijelaskan di teori menurut Myers (2005), yaitu compliance dan acceptance. Akan
tetapi, Myers (2005), tidak mencantumkan item-item dari alat ukur konformitas
tersebut. Oleh karena itu peneliti berusaha mencari alat ukur baku lainnya yang
berkaitan dengan konformitas, namun sejauh ini peneliti belum menemukan alat
ukur baku yang sesuai untuk mengukur konformitas.
Peneliti selanjutnya memutuskan untuk membuat alat ukur sendiri yang
sesuai dengan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Myers (2005). Alat ukur
tersebut terdiri atas 10 item yang berisi 5 item dari dimensi compliance dan 5 item
dari dimensi acceptance.
2.4 Kerangka Berpikir
Pada umumnya belanja adalah sebuah perilaku yang menjadi kebiasaan dalam
kehidupan bermasyarakat. Belanja adalah bagian dari keseharian anggota
masyarakat. Hampir seluruh individu mengetahui jika perilaku impulsive buying
merupakan suatu perilaku berlebihan dan sebaiknya tidak harus dilakukan dalam
26
keseharian mereka. Secara umum tidak menyetujui jika perilaku impulsive buying
bagian dari sebuah gaya hidup. Harus diakui bahwa masyarakat memang
terkadang suka melakukan belanja yang berlebih.
Wanita biasanya lebih menikmati waktu berbelanja karena saling memberi
masukan tentang barang-barang yang akan dibeli. Tidak menutup kemungkinan
bahwa laki-laki pun berusaha memenuhi kebutuhannya dengan berbelanja. Saat
ini dari fenomena yang ada terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kegemaran pria maupun wanita dalam hal berbelanja.
Faktor personality trait juga mempengaruhi konsumen untuk melakukan
impulsive buying. Tidak mampunya konsumen untuk menahan impuls membuat
dirinya melakukan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Suasana hati
konsumen mendorong terjadinya impulsive buying karena konsumen merasa puas
setelah berbelanja. Faktor lain yaitu pertentangan antara konsumen dengan
keinginan yang mendesak dalam dirinya untuk berbelanja, yang sering dipicu oleh
stimulus yang didapat konsumen tersebut. Tidak jarang konsumen mengabaikan
kegunaan dari barang yang dibelinya, sehingga timbul penyesalan saat konsumen
sudah membeli brang tersebut.
Saat berbelanja biasanya konsumen tidak pergi sendirian, teman maupun
keluarga yang biasa menemani. Konsumen dalam berbelanja kadang meminta
pendapat dari temannya. Hal demikian bisa menimbulkan impulsive buying karena
konsumen yakin apa yang disarankan teman tersebut merupakan yang paling baik.
Tujuan utama konsumen untuk berbelanja seringkali tidak sesuai dari tujuan
27
semula, bahkan apa yang sebenarnya konsumen ingin beli berubah menjadi
barang yang konsumen tidak butuhkan. Ini terjadi ketika konsumen merasa
percaya pada apa yang disarankan teman. Dalam kehidupan, kita tidak ingin
merasa tersaingi dalam hal apapun. Maka dari itu timbullah konformitas di
kehidupan. Kehidupan konsumen harus sama dengan orang lain agar eksistensi
nya diakui di masyarakat.
Variabel demografi dalam penelitian Robertson, Bellenger, & Hirschman,
(1978) memiliki pengaruh terhadap impulsive buying. Variabel demografi tersebut
meliputi jenis kelamin dan usia. Untuk demografi usia, konsumen berusia muda
yakni 19-39 tahun cenderung sering melakukan impulsive buying (dalam
Verplanken & Herabadi, 2001) dibandingkan dengan konsumen yang berusia
lebih dari 39 tahun. Kemudian untuk demografi jenis kelamin, konsumen
perempuan lebih sering melakukan impulsive buying daripada konsumen laki-laki.
Hal ini dikarenakan perempuan berbelanja untuk menunjukkan identitas sosial
mereka, sedangkan laki-laki berbelanja lebih kepada fungsi atau kegunaan barang
tersebut (Dittmar, 1995 dalam Lee, 2002).
28
Dari kerangka berpikir diatas dapat diilustrasikan kedalam bagan sebagai
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka berpikir
Berdasarkan gambar diatas dalam penelitian ini peneliti ingin mencari pengaruh
personality trait, konformitas, usia dan jenis kelamin terhadap impulsive buying.
Selanjutnya peneliti juga ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi personality
Control
Stress Reaction
Absorption
Compliance
Acceptance
Jenis Kelamin
Usia
Personality Trait
Konformitas
Faktor Demografi
Impulsive Buying
29
trait yang terdiri atas control, stress reaction dan absorption terhadap impulsive
buying. Kemudian juga ingin mencari pengaruh dimensi-dimensi konformitas
yang terdiri atas compliance dan acceptance terhadap impulsive buying.
Selanjutnya juga ingin melihat pengaruh usia dan jenis kelamin terhadap
impulsive buying pada pengunjung Mall di kota Bogor.
a. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua hipotesis yaitu hipotesis mayor dan hipotesis
minor, yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :
Hipotesis Mayor
Ada pengaruh yang signifikan personality trait (control, stress reaction,
absorption), konformitas (compliance, acceptance), dan faktor demografi
(jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive buying pengunjung Mall di
kota Bogor.
Hipotesis Minor
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi control pada variabel
personality trait terhadap impulsive buying.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi stress reaction pada
variabel personality trait terhadap impulsive buying..
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi absorption pada
variabel personality trait terhadap impulsive buying.
30
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi compliance pada
variabel konformitas terhadap impulsive buying.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi acceptance pada
variabel konformitas terhadap impulsive buying.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi jenis kelamin pada
variabel demografi terhadap impulsive buying.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi usia pada variabel
demografi terhadap impulsive buying.
31
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai populasi, sampel, variabel penelitian,
instrument pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian.
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi penelitian ini adalah pengunjung mall besar di kota Bogor. Jumlah
populasi tidak diketahui dikarenakan jumlah pengunjung yang tidak tetap.
Penelitian ini dilakukan di 3 lokasi, yaitu Mall Ekalokasari, Botani Square dan
Cibinong City Mall. Salah satu alasan mengapa peniliti mengambil lokasi
tersebut, karena ke-3 Mall merupakan Mall besar yang strategis dan mudah
dijangkau pengunjung. Alasan tersebut didasari oleh hasil observasi yang peneliti
lakukan.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 210 responden, masing-masing
lokasi terdiri dari 70 responden yang akan menjadi subjek penelitian. Sampel pada
penelitian ini dipilih dengan menggunakan non probability sampling technique,
artinya peluang terpilihnya dari setiap reponden anggota populasi tidak diketahui.
Responden dipilih berdasarkan kesediaan dengan alasan tidak adanya data yang
diperoleh mengenai jumlah populasi. Peneliti meminta kesediaan responden yang
ditemui untuk mengisi angket, jika responden bersedia peneliti segera
memberikan angket tersebut dan memberikan instruksi untuk mempermudah
responden untuk mengisinya.
32
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian
Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu :
1. Impulsive buying
2. Control
3. Stress reaction
4. Absorption
5. Compliance
6. Acceptance
7. Jenis kelamin
8. Usia
Pada penelitian ini impulsive buying adalah DV sedangkan sisanya adalah IV.
3.2.2 Definisi operasional variabel
Adapun definisi operasional masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Impulsive buying
Impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan
pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran
dan dorongan emosional.
33
Secara operasional impulsive buying terdiri atas dua dimensi (cognitive dan
affective) sebagaimana yang dikemukakan oleh Verplanken & Herabadi (2001).
Definisi operasional untuk setiap dimensi sebagai berikut yang akan diukur oleh
peneliti :
2. Control : tinggi rendahnya kontrol diri seseorang ketika menerima
impuls yang diterima.
3. Stress reaction : tingkat stress seseorang yang bersifat situasional.
4. Absorption : kecenderungan diri seseorang yang dipicu stimulus dari
luar dan imajinasi individu tersebut.
5. Compliance : tingkat kesesuaian seseorang dengan orang lain yang
bertujuan agar orang tersebut dapat diakui atau diterima
oleh orang lain.
6. Acceptance : keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu karena
percaya kepada teman.
7. Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan.
8. Usia : 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun.
34
3.3 Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner adalah
salah satu jenis alat pengumpul data berupa sejumlah daftar yang berisi suatu
rangkaian pernyataan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa
jawaban-jawaban dari responden dalam suatu penelitian. Kuesioner yang digunakan
pada penelitian ini berbentuk model skala likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang masing-
masing jawaban menunjukan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan
yang dirasakan oleh subjek. Model skala likert ini terdiri atas pernyataan positif
(favorable). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Skor Pengukuran Skala
Pilihan Pernyataan
Favorable
Sangat Setuju
Setuju
4
3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga skala, yaitu:
skala impulsive buying, skala personality trait dan skala konformitas.
35
1. Skala Impulsive buying
Pada skala ini, peneliti menggunakan skala baku impulsive buying dari
Verplanken & Herabadi (2001). Alat ukur terdiri dari 20 item yang terbagi
menjadi 2 dimensi, yaitu dimensi cognitive yang berjumlah 10 item dan dimensi
affective yang berjumlah 10 item. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2
dibawah ini. Peneliti tidak mengambil keseluruhan item dari alat ukur tersebut,
dikarenakan item yang diambil oleh peneliti sudah cukup mewakili dari
keseluruhan item yang ada. Peneliti mengambil 4 dimensi cognitive dan 9 dimensi
affective yang bersifat favorable.
Tabel 3.2.
Blue Print Impulsive buying
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Cognitive
Desakan membeli tanpa
ada pertimbangan
mendalam
2, 3 4
Muncul keinginan
membeli tanpa rencana
sebelumnya
1
Melakukan pembelian
tanpa memikirkan
kegunaan barang
4
2 Affective Tidak mampu menahan
keinginan untuk tidak
membeli
5, 6, 7, 8 9
Desakan membeli
barang akibat perasaan
/suasana hati positif
9, 10
Membeli barang untuk
mengubah/menata
perasaan
11, 12, 13
Total 13
36
2. Skala Personality Trait
Pada skala ini, peneliti memodifikasi alat ukur MPQ dari Tellegen (1982). Peneliti
membuat item-item yang disesuaikan dan mengacu pada dimensi-dimensi yang
ada di alat ukur MPQ, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini.
Tabel 3.3.
Blue Print Personality trait
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Control Berhati-hati 1, 2 8
Mempersiapkan
rencana dengan matang
3, 4
Merenungkan kembali
tindakan yang telah
dilakukan
5
Memiliki pola
pemikiran yang
rasional, terorganisir
dan konkrit
6, 7
Berusaha untuk
mengantisipasi
berbagai hal
8
2 Stress reaction Mudah marah 9 7
Memiliki perubahan
emosi yang tidak
diprediksi
10
Gugup, tegang 11, 12
Mudah merasa bersalah 13
Mudah merasa cemas 14, 15
3 Absorption Dapat berimajinasi
dengan jelas
16 5
Dapat melepaskan
masa lalu
17
Menikmati pikiran
sendiri
18, 19
Memiliki pengalaman
yang bersifat “cross-
modal”
20
Total 20
37
3. Skala Konformitas
Pada skala ini, peneliti menggunakan skala yang disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan dimensi-dimensi konformitas Myers (2005) yang untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini.
Tabel 3.4.
Blue Print Konformitas
3.4 Pengujian Validitas Konstruk
Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA)
menggunakan program LISREL 8.7 (Linear Structural Relationship). Adapun
logika dari CFA (Umar dalam Adiyo, 2010) adalah:
1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling
berkorelasi (hipotesis unidimensional item). Hipotesis ini diuji dengan chi-
square. Untuk memutuskan apakah memang tidak ada perbedaan antara
matriks korelasi yang diperoleh dari data dengan matriks korelasi yang
dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan
No. Dimensi Indikator Item Jumlah
1 Compliance Mendapatkan reward
penerimaan kelompok.
1, 2 2
Mengikuti kemauan
teman agar tidak ditolak
dalam kelompok
3, 4, 5 3
2 Acceptance Melakukan suatu
perbuatan karena
kepercayaan terhadap
teman
6, 7, 8, 9, 10 5
Total 10
38
(p>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan
antara matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model” diterima, yang
artinya, item yang diuji mengukur satu faktor saja (unidimensional).
Sedangkan, jika nilai chi-square signifikan (p<0.05), artinya item-item yang
diuji mengukur lebih dari satu faktor (multidimensional). Dalam keadaan
demikian maka peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
memperbolehkan item-item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga
bahwa item hanya mengukur satu faktor (unidimensional). Jika sudah
diperoleh model yang fit (tetapi tetap unidimensional) maka dilakukan
langkah selanjutnya.
2. Menganalisis item mana yang menjadi sumber tidak fit.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana
yang menjadi sumber tidak fit, yaitu:
a. Melakukan uji signifikansi terhadap koefisien muatan faktor dari masing-
masing item dengan menggunakan t-test. jika nilai t yang diperoleh pada
sebuah item tidak signifikan (t>1.96) maka item tersebut akan didrop
karena dianggap tidak signifikan sumbangannya terhadap pengukuran
yang sedang dilakukan.
b. Melihat arah koefisien maupun muatan faktor (factor loading). Jika suatu
item memiliki muatan negatif, maka item tersebut didrop karena tidak
sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut
semakin rendah nilai pada faktor yang diukur).
39
c. Sebagai kriteria tambahan (optional) dapat dilihat juga banyaknya
korelasi parsial antar kesalahan pengukuran, yaitu kesalahan pengukuran
pada suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada
item lain. Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini
(lebih dari tiga), maka item tersebut akan didrop. Alasannya adalah item
yang demikian selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur
hal lain (multidimensional item).
3. Menghitung faktor skor
Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-item yang
valid untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang kemudian
diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian
perbedaan kemampuan yang masing-masing item dalam mengukur apa yang
hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score).
True score inilah yang dianalisis dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan raw score / skor mentah
(hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan
informasi tentang reliabilitas masing-masing alat ukur (misalnya, cronbach
alpha) karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk
kemudahan didalam penafsiran hasil analisis maka penulis mentransformasikan
faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang
memiliki mean = 50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada
responden yang mendapat skor negatif. Adapun rumus T score adalah:
T score = (10 x skor faktor) + 50
40
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Impulsive Buying
Skala impulsive buying terdiri atas 13 item. Peneliti menguji apakah 13 item yang
ada bersifat unidimensional artinya benar hanya mengukur impulsive buying. Dari
hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit,
dengan Chi-Square = 327.57, df = 65 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.139. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka,
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 57.39 df = 47, P-value = 0.14248
RMSEA = 0.033, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor
yaitu impulsive buying maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Uji validitas konstruk impulsive buying
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
I TEM 110.89
I TEM 27.81
I TEM 39.75
I TEM 48.40
I TEM 59.43
I TEM 67.36
I TEM 79.61
I TEM 89.94
I TEM 910.17
I TEM 1010.06
I TEM 1110.10
I TEM 1210.21
I TEM 139.62
impusive 0.00
Chi-Square=57.39, df=47, P-value=0.14248, RMSEA=0.033
4.37
11.25
8.80
11.72
11.18
9.66
8.19
7.21
6.78
6.14
4.66
2.47
7.16
41
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.5
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Impulsive Buying
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
1 0.32 0.07 4.37 √
2 0.72 0.06 11.25 √
3 0.58 0.07 8.80 √
4 0.74 0.06 11.72 √
5 0.69 0.06 11.18 √
6 0.69 0.07 9.66 √
7 0.56 0.07 8.19 √
8 0.49 0.07 7.21 √
9 0.45 0.07 6.78 √
10 0.42 0.07 6.14 √
11 0.33 0.07 4.66 √
12 0.17 0.07 2.47 √
13 0.50 0.07 7.16 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model impulsive
buying signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Personality Trait
1. Control
Skala terdiri atas 8 item. Peneliti menguji apakah 8 item yang ada bersifat
unidimensional artinya benar hanya mengukur control. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =
68.48, df = 20 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.108. Oleh karena itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
42
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model
fit dengan Chi-Square = 22.56 df = 16, P-value = 0.12602, RMSEA = 0.044, nilai
tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu control maka
diperoleh model fit seperti pada gambar 3.2
Gambar 3.2 Uji validitas konstruk control
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.6
43
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Control
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
1 0.61 0.07 9.11 √
2 0.71 0.06 10.97 √
3 0.78 0.07 11.73 √
4 0.63 0.07 9.74 √
5 0.42 0.07 6.05 √
6 0.57 0.07 8.54 √
7 0.67 0.07 8.54 √
8 0.53 0.07 7.38 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model control
signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).
2. Sress Reaction
Skala terdiri atas 7 item. Peneliti menguji apakah 7 item yang ada bersifat
unidimensional artinya benar hanya mengukur stress reaction. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square = 91.20, df = 14 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.162. Oleh karena itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 17.97 df = 10, P-value = 0.05549, RMSEA =
0.062, nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu
44
faktor (unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu stress
reaction maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.3
Gambar 3.3 Uji validitas konstruk stress reaction
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.7
ITEM99.02
ITEM108.79
ITEM119.07
ITEM129.28
ITEM138.90
ITEM148.44
ITEM156.81
stress 0.00
Chi-Square=17.97, df=10, P-value=0.05549, RMSEA=0.062
7.46
9.20
8.50
7.63
7.74
7.98
11.83
45
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Stress Reaction
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
1 0.54 0.07 7.46 √
2 0.63 0.07 9.20 √
3 0.59 0.07 8.50 √
4 0.54 0.07 7.63 √
5 0.56 0.07 7.74 √
6 0.59 0.07 7.98 √
7 0.77 0.06 11.83 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model stress reaction
signifikan (t >1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).
3. Absorption
Skala terdiri atas 5 item. Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat
unidimensional artinya benar hanya mengukur absorption. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square =
40.98, df = 5 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.186. Oleh karena itu, peneliti
melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh model
fit dengan Chi-Square = 7.26 df = 4, P-value = 0.12280, RMSEA = 0.062, nilai
tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
46
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu absorption
maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.4
Gambar 3.4 Uji validitas konstruk absorption
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.8
ITEM169.93
ITEM1710.03
ITEM186.90
ITEM190.73
ITEM209.88
ABSORPTI 0.00
Chi-Square=7.26, df=4, P-value=0.12280, RMSEA=0.062
3.62
3.22
6.04
7.59
3.77
47
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Absorption
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
1 0.28 0.08 3.62 √
2 0.25 0.08 3.22 √
3 0.56 0.09 6.04 √
4 0.92 0.12 7.59 √
5 0.30 0.08 3.77 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model absorption
signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor)
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Konformitas
1. Compliance
Skala terdiri atas 5 item. Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat
unidimensional artinya benar hanya mengukur compliance. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square = 51.23, df = 5 P-value = 0.00000, RMSEA = 0.210. Oleh karena itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 3.80 df = 3, P-value = 0.28366, RMSEA = 0.036,
nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu compliance
maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.5
48
Gambar 3.5 Uji validitas konstruk compliance
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.9
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Compliance
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
1 0.85 0.06 14.14 √
2 0.71 0.07 10.78 √
3 0.81 0.06 13.46 √
4 0.75 0.06 11.88 √
5 0.82 0.06 13.46 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96)
ITEM16.01
ITEM28.14
ITEM37.15
ITEM47.83
ITEM56.85
complian 0.00
Chi-Square=3.80, df=3, P-value=0.28366, RMSEA=0.036
14.14
10.78
13.46
11.88
13.46
49
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model compliance
signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor)
2. Acceptance
Skala terdiri atas 5 item. Peneliti menguji apakah 5 item yang ada bersifat
unidimensional artinya benar hanya mengukur acceptance. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square = 16.54, df = 5 P-value = 0.00545, RMSEA = 0.105. Oleh karena itu,
peneliti melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Maka, diperoleh
model fit dengan Chi-Square = 5.55 df = 4, P-value = 0.23529 RMSEA = 0.043,
nilai tersebut menunjukan bahwa model fit artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) bahwa seluruh item mengukur satu faktor yaitu acceptance
maka diperoleh model fit seperti pada gambar 3.6
Gambar 3.6 Uji validitas konstruk acceptance
ITEM65.96
ITEM76.75
ITEM88.85
ITEM99.00
ITEM108.95
ACCEPTAN 0.00
Chi-Square=5.55, df=4, P-value=0.23529, RMSEA=0.043
11.95
11.33
8.54
7.87
8.02
50
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak sekaligus menentukan apakah item tersebut
valid atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilaitbagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel 3.10
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Acceptance
No Item Koefisien Std. Eror T-Value Signifikan
1 0.79 0.07 11.95 √
2 0.75 0.07 11.33 √
3 0.60 0.07 8.54 √
4 0.56 0.07 7.87 √
5 0.57 0.07 8.02 √
Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96)
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa semua item dari model acceptance
signifikan (t>1.96). Dengan demikian item tersebut tidak akan dikeluarkan
(disertakan dalam analisis perhitungan faktor).
3.5 Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses penelaahan data agar dapat ditafsirkan. Tujuan dari
penafsiran tersebut adalah untuk memberikan makna pada data yang diperoleh
dan menjelaskan pola atau kategori, kemudian mencari hubungan antara berbagai
konsep. Pengolahan data dilakukan dengan analisa data secara statistik sebagai
cara untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent variable) yaitu:
51
personality trait (control, stress reaction, absorption), konformitas (compliance,
acceptance) dan variable demografis (usia dan jenis kelamin) terhadap variabel
terikat (dependent variable) yaitu impulsive buying.
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat
pengaruh yang signifikan independent variable terhadap dependent variable,
maka penulis menggunakan metode statistika, karena datanya berupa angka-angka
yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini hipotesis yang
akan diukur, penulis menggunakan teknis analisis multiple regression atau analisis
regresi berganda, dengan rumus:
y = a + b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+e
Dimana:
y = impulsive buying
a = konstan, intercept
b = koefisien regresi
X1 = control
X2 = stress reaction
X3 = absorption
X4 = compliance
X5 = acceptance
X6 = jenis kelamin
X7 = usia
e = residu (segala hal yang mempengaruhi DV diluar dari IV yang
ada dipersamaan)
52
Dalam penelitian ini, penghitungan statistik dilakukan dengan
menggunakan sistem komputerisasi program SPSS. Yang pertama dilakukan
adalah menjelaskan gambaran umum dari responden. Kedua, melakukan
kategorisasi skor untuk melihat seberapa tinggi atau rendah pada masing-masing
variabel penelitian.
Kemudian melakukan pengujian hipotesis penelitian dengan melihat
koefisien regresi pada keseluruhan variabel penelitian terhadap impulsive buying.
Jika hasil koefisien regresi pada masing-masing variabel penelitian lebih besar
dari nilai signifikan yaitu 0.05, maka tidak signifikan. Begitu sebaliknya, jika
hasil perhitungannya lebih kecil nilai signifikan yaitu 0.05, maka dikatakan
signifikan.
Setelah diperoleh hasil dari pengujian hipotesis, peneliti ingin melihat
seberapa besar kontribusi pada masing-masing variabel penelitian terhadap
impulsive buying. Hal ini dilakukan dengan memperoleh nilai R2
yang dapat
dijelaskan atau diterjemahkan oleh seluruh IV yang dianalisis. Dengan kata lain,
R2
menunjukkan presentase varian dari masing-masing variabel penelitian
terhadap DV yang bisa diterangkan oleh IV.
53
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil pengujian hipotesis dan proporsi varians.
4.1. Gambaran Subjek Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang subjek penelitian
maka pada sub bab ini ditampilkan gambaran banyaknya subjek penelitian
berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 88 41.9%
Perempuan
Total
122
210
58.1%
100%
Usia
20-30
31-40
41-50
51-60
116
59
27
8
55.2%
28.1%
12.9%
3.8%
Total 210 100%
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah sampel
sebanyak 210 responden. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden,
jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan jumlah responden
terbanyak ada pada kategori usia 20-30 tahun.
54
4.2 Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Peneliti menguji perbedaan pengaruh jenis kelamin dan usia terhadap impulsive
buying sebagai uji pendahuluan. Berikut ini disajikian tabel yang menunjukkan
deskripsi kedua data tersebut :
Tabel 4.2
Deskripsi Data Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Keterangan Mean N Std. Deviation
Jenis kelamin
Laki-laki 49.6793 88 8.12338
Perempuan 50.2313 122 9.80908
Total 50.0000 210 9.12409
Usia
Usia 20 - 30 51.4804 116 10.13329
Usia 31 - 40 47.4409 59 7.27209
Usia 41 - 50 48.5994 27 6.52051
Usia 51 - 60 52.1338 8 9.91196
Total 50.0000 210 9.12409
Dari tabel diatas, diketahui nilai mean impulsive buying yang dimiliki oleh
responden laki-laki (49.6793) lebih kecil daripada responden perempuan
(50.2313). Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki memiliki tingkat impulsive
buying yang lebih rendah dibanding perempuan. Selanjutnya, nilai mean impulsive
buying dari usia yang memiliki nilai tertinggi berada pada usia 51-60 tahun dan
terendah berada pada usia 31-40 tahun. Hal ini tidak dapat dibandingkan karena
jumlah responden antar usia tidak sama rata.
4.3 Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian.
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan maksimum, minimum, mean dan
55
standar deviasi variabel serta kategorisasi tinggi dan rendahnya skor variabel
penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Impulsive buying 210 25.70 72.74 50.0000 9.12409
Control 210 19.34 67.45 50.0000 8.89107
Stress reaction 210 28.23 77.09 50.0000 8.80627
Absorption 210 29.50 66.87 50.0000 8.26752
Compliance 210 38.28 93.09 50.0000 9.24152
Acceptance 210 29.03 75.36 50.0000 8.77644
Valid N (listwise) 210
Berdasarkan data pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa mean dari
masing-masing variabel adalah 50.000 kemudian nilai minimum dari variable
impulsive buying adalah 25.70 dengan nilai maksimum = 72.74 dan sd = 9.12409.
Kedua, control memiliki nilai minimum = 19.34, nilai maksimum = 67.45 dan sd
= 8.89107. Ketiga, stress reaction memiliki nilai minimum = 28.23 dengan nilai
maksimum = 77.09 dan sd = 8.80627. Keempat, absorption memiliki nilai
minimum = 29.50, nilai maksimum = 66.87 sd = 8.26752. Kelima compliance
memiliki nilai minimum = 38.28, nilai maksimal = 93.09 dan sd = 9.24152.
Keenam, acceptance memiliki nilai minimum = 29.03 nilai maksimum = 75.36
dan sd = 8.77644.
56
4.4 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan
rendah. Untuk mendapatkan norma kategorisasi tersebut, peneliti menggunakan
pedoman sebagai berikut:
Tabel 4.4
Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Tinggi X ≥ Mean
Rendah X < Mean
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan
tinggi dan rendahnya variable impulsive buying disajikan pada tabel 4.4.1 di
bawah ini.
Tabel 4.4.1
Ketegorisasi Impulsive Buying
Frequency Percent
Valid Rendah 109 51.9
Tinggi 101 48.1
Total 210 100.0
Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 51.9 % atau 109 responden
memiliki impulsive buying yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki
impulsive buying tinggi jumlahnya lebih sedikit, yaitu 48.1% atau 101 responden.
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan
tinggi dan rendahnya variabel control disajikan pada tabel 4.4.2 di bawah ini.
57
Table 4.4.2
Kategorisasi Personality Trait
Frequency Percent
Control Rendah 115 54.8
Tinggi 95 45.2
Stress reaction Rendah 104 49.5
Tinggi 106 50.5
Absorption Rendah 104 49.5
Tinggi 106 50.5
Berdasarkan data pada tabel 4.4.2 dapat dilihat bahwa 54.8 % atau 115
responden memiliki katagorisasi control yang rendah. Sedangkan responden yang
memiliki katagorisasi control tinggi jumlahnya lebih sedikit, yaitu 45.2% atau 95
responden. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti,
tingkat control yang paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan
tinggi dan rendahnya variabel stress reaction disajikan pada tabel di atas dapat
dilihat bahwa 50.5 % atau 106 responden memiliki katagorisasi stress reaction
yang tinggi. Sedangkan responden yang memiliki katogorisasi stress reaction
rendah jumlahnya lebih sedikit, yaitu 49.5% atau 104 siswa. Dapat disimpulkan
bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat stress reaction yang
paling dominan berada pada kategorisasi tinggi.
Selanjutnya ditemukan bahwa 50.5% atau 106 responden memiliki
absorption yang tinggi dan 49.5% atau 104 responden memiliki absorption yang
rendah.
58
Tabel 4.4.3
Kategorisasi konformitas
Frequency Percent
Compliance Rendah 112 53.3
Tinggi 98 46.7
Acceptance Rendah 109 51.9
Tinggi 101 48.1
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa 53.3 % atau 112
responden memiliki kategorisasi compliance yang rendah. Sedangkan responden
yang memiliki kategorisasi compliancce tinggi jumlahnya lebih sedikit, yaitu 46.7
% atau 98 siswa. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang
diteliti, tingkat compliance yang paling dominan berada pada kategorisasi rendah.
Selanjutnhya ditemukan bahwa 51.9 % atau 109 responden memiliki
kategorisasi acceptance yang rendah. Sedangkan responden yang memiliki
kategorisasi acceptance tinggi jumlahnya lebih sedikit, yaitu 48.1% atau 101
siswa.
4.5 Uji Hipotesis Penelitian
4.5.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap
DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan teknik multiple regresion.
Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil
analisis faktor. Alasan penulis menggunakan faktor skor ini ialah untuk
menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran.
59
Pada tahapan ini peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS. Dalam regresi ada tiga hal yang
dilihat, yaitu melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%)
varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV
berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan
atau tidaknya koefisien regresi dari masing - masing IV.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah pertama
peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians
DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R square, dapat dilihat pada
tabel 4.5
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
dimension0
1 .501a .251 .225 8.02992
a. Predictors: (Constant), USIA, STRESS_REACTION, JENIS_KELAMIN, ABSORPTION,
ACCEPTANCE, CONTROL, COMPLIANCE
Berdasarkan data pada tabel 4.10 dapat kita lihat bahwa perolehan R-
square sebesar 0.251 atau 25.1 %. Artinya proporsi varians dari impulsive buying
yang dijelaskan oleh control, stress reaction, absorption, compliance, acceptance,
jenis kelamin dan usia adalah sebesar 25.1 %, sedangkan 74.9% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
60
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent
variable terhadap impulsive buying. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4374.128 7 624.875 9.691 .000a
Residual 13024.898 202 64.480
Total 17399.026 209
a. Predictors: (Constant), USIA, STRESS_REACTION, JENIS_KELAMIN, ABSORPTION,
ACCEPTANCE, CONTROL, COMPLIANCE
b. Dependent Variable: IMPULSIVE_BUYING
Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai p (sig) pada kolom paling kanan
adalah sebesar 0.000 atau p=0.000 dengan nilai p < 0.05. Dengan demikian
hipotesis nihil yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
seluruh variable independen terhadap impulsive buying ditolak. Artinya, terdapat
pengaruh yang signifikan dari control, stress reaction, absorption, compliance,
acceptance, usia dan jenis kelamin terhadap impulsive buying.
Langkah selanjutnya adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing
IV. Jika sig<0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti variabel
independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulsive
buying. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel
independen terhadap impulsive buying dapat dilihat pada tabel berikut 4.7
61
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 31.247 7.328
4.264 .000
CONTROL -.191 .069 -.187 -2.758 .006
STRESS_REACTION .398 .066 .385 6.033 .000
ABSORPTION .121 .071 .110 1.716 .088
COMPLIANCE .004 .074 .004 .049 .961
ACCEPTANCE .048 .074 .046 .648 .518
JENIS_KELAMIN .775 1.142 .042 .678 .498
USIA -1.049 .678 -.097 -1.549 .123
a. Dependent Variable: IMPULSIVE_BUYING
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel diatas, dapat diketahui persamaan
regresi sebagai berikut : (*signifikan)
Impulsive buying’ = 31.247 - 0.191 control* + 0.398 stress reaction* + 0.121
absorption + 0.004 compliance + 0.048 acceptance + 0.775 jenis kelamin –
1.049 usia.
Dapat dilihat bahwa hanya koefisien regresi control dan stress reaction
yang signifikan. Hal ini berarti dari tujuh hipotesis minor terdapat dua yang
signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing
independen variabel adalah sebagai berikut :
1. Variabel Control
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.191 dengan signifikansi 0.005
(sig < 0.05), dengan demikian H01 yang menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari dimensi control terhadap impulsive buying ditolak.
Artinya, variabel control memiliki pengaruh negatif yang signifikan
62
terhadap impulsive buying. Semakin rendah control seseorang maka
kecenderungan untuk melakukan impulsive buying semakin tinggi.
2. Variabel Stress Reaction
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.398 dengan signifikansi 0.000
(sig < 0.05), dengan demikian H02 yang menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari dimensi stress reaction terhadap impulsive buying
ditolak. Artinya, stress reaction memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap impulsive buying. Nilai koefisien regresi yang positif
menunjukkan arah yang positif antara stress reaction dan impulsive
buying. Semakin tinggi stress reaction maka semakin tinggi juga impulsive
buying.
3. Variabel Absorption
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.121 dengan signifikansi 0.088
(sig > 0.05), dengan demikian H03 yang menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari dimensi absorption terhadap impulsive buying
diterima. Artinya, absorption tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap impulsive buying.
4. Variabel Compliance
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.004 dengan signifikansi 0.961
(sig > 0.05), dengan demikian H04 yang menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari dimensi compliance terhadap impulsive buying
diterima. Artinya, compliance tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap impulsive buying.
63
5. Variabel Acceptance
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.048 dengan signifikansi 0.518
(sig > 0.05), dengan demikian H05 yang menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari dimensi acceptance terhadap impulsive buying
diterima. Artinya, acceptance tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap impulsive buying.
6. Variabel Jenis Kelamin
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.775 dengan signifikansi 0.498
(sig > 0.05), dengan demikian H06 yang menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari dimensi jenis kelamin terhadap impulsive buying
diterima. Artinya, jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap impulsive buying.
7. Variabel Usia
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -1.049 dengan signifikansi 0.123
(sig > 0.05), dengan demikian H07 yang menyatakan tidak ada pengaruh
yang signifikan dari dimensi usia terhadap impulsive buying diterima.
Artinya, usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulsive
buying.
4.6 Pengujian Proporsi Varians Independent Variable
Selanjutnya, peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians
dari masing-masing independent variable terhadap imkpulsive buying.
Berikut ini akan disajikan tabel dimana dalam tabel tersebut terdiri atas
kolom pertama (model) adalah IV yang dianalisis satu persatu, kolom ketiga (R
64
square) merupakan penambahan varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu
persatu tersebut, kolom keenam (R square change) merupakan nilai murni varians
DV dari tiap IV yang dimasukkan satu persatu, kolom ketujuh (F change) adalah
harga F hitung bagi IV yang bersangkutan, kemudian kolom df ialah derajat bebas
bagi IV yang bersangkutan juga, yang terdiri atas numerator dan denumerator dan
yang terakhir adalah kolom signifikansi (Sig. F change). Besarnya proporsi
varians impulsive buying dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8
Proporsi Varians Independent Variable
Model
R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
dimension0
1 .251a .063 .059 8.85291 .063 14.000 1 208 .000
2 .476b .226 .219 8.06328 .163 43.734 1 207 .000
3 .490c .240 .229 8.01035 .014 3.744 1 206 .054
4 .490d .240 .226 8.02966 .000 .011 1 205 .918
5 .491e .242 .223 8.04298 .001 .321 1 204 .571
6 .492f .243 .220 8.05753 .001 .264 1 203 .608
7 .501g .251 .225 8.02992 .009 2.398 1 202 .123
a. Predictors: (Constant), CONTROL
b. Predictors: (Constant), CONTROL, STRESS_REACTION
c. Predictors: (Constant), CONTROL, STRESS_REACTION, ABSORPTION
d. Predictors: (Constant), CONTROL, STRESS_REACTION, ABSORPTION, COMPLIANCE
e. Predictors: (Constant), CONTROL, STRESS_REACTION, ABSORPTION, COMPLIANCE,
ACCEPTANCE
f. Predictors: (Constant), CONTROL, STRESS_REACTION, ABSORPTION, COMPLIANCE,
ACCEPTANCE, JENIS_KELAMIN
g. Predictors: (Constant), CONTROL, STRESS_REACTION, ABSORPTION, COMPLIANCE,
ACCEPTANCE, JENIS_KELAMIN, USIA
65
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Variabel control memberikan sumbangan sebesar 6.3 % dalam varians
impulsive buying. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change= 14.000
dan df1= 1 dan df2= 208 dengan Sig.F Change= 0.000 (p<0,05).
2. Variabel stress reaction memberikan sumbangan sebesar 16.3 % dalam
varians impulsive buying. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change=
43.734 dan df1= 1 dan df2= 207 dengan Sig.F Change= 0.000 (p<0.05).
3. Variabel absorption memberikan sumbangan sebesar 1.4 % dalam varians
impulsive buying. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change=
3.744 dan df1= 1 dan df2= 206 dengan Sig.F Change= 0.054 (p>0.05).
4. Variabel compliance memberikan sumbangan sebesar 0 % dalam varians
impulsive buying. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change=
0.011 dan df1= 1 dan df2= 205 dengan Sig.F Change= 0.918 (p>0.05).
5. Variabel acceptance memberikan sumbangan sebesar 0.1 % dalam varians
impulsive buying. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change=
0.321 dan df1= 1 dan df2= 204 dengan Sig.F Change= 0.571 (p>0.05).
6. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0.1 % dalam varians
impulsive buying. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change=
0.264 dan df1= 1 dan df2= 203 dengan Sig.F Change= 0.608 (p>0.05).
66
7. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 0.9 % dalam varians impulsive
buying. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change= 2.398 dan
df1= 1 dan df2= 202 dengan Sig.F Change= 0.123 (p>0.05).
Dengan demikian, bahwa terdapat dua IV yang mempengaruhi impulsive buying
secara signifikan yaitu control dan stress reaction jika dilihat dari besarnya R2
yang dihasilkan dan sumbangan proporsi variabel yang diberikan.
67
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah di paparkan pada bab sebelumnya.
Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi, dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari dimensi personality trait
(control, stress reaction, absorption), dimensi konformitas (compliance dan
acceptance) dan variabel demografis (jenis kelamin dan usia) terhadap impulsive
buying. Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, impulsive buying dipengaruhi
oleh independent variable sebesar 25.1%.
Dari ketiga dimensi personality trait, dimensi control dan stress reaction
terbukti berpengaruh signifikan terhadap impulsive buying. Sedangkan
absorption, compliance, acceptance, usia dan jenis kelamin tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap impulsive buying.
5.2 Diskusi
Hasil penelitian menunjukan bahwa personality trait, konformitas dan faktor
demografis usia dan jenis kelamin memiliki pengaruh bersama yang signifikan
terhadap impulsive buying. Control memiliki pengaruh signifikan terhadap
impulsive buying dengan nilai koefisien regresi sebesar – 0.195, yang berarti
68
bahwa control secara negatif mempengaruhi impulsive buying. Jadi semakin
rendah control maka akan semakin tinggi impulsive buying. Begitu juga jika
dilihat dari proporsi varians control memberikan sumbangan sebesar 6.3%.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Youn and Faber
(2000) yang menyatakan bahwa control memiliki pengaruh terhadap impulsive
buying. Control yang kurang memiliki hubungan negatif impulsive buying. Hal ini
dapat diartikan bahwa orang-orang yang kurang impulsive cenderung berhati-hati
dalam melakukan pembelian dengan memanfaatkan harga yang murah. Dengan
demikian orang-orang yang memiliki control tinggi rentan dengan impulsive
buying.
Variabel selanjutnya yang mempengaruhi impulsive buying pada penelitian
ini adalah stress reaction. Stress reaction memiliki pengaruh signifikan terhadap
impulsive buying dengan nilai koefisien regresi sebesar 0.398 atau 16.3 %, yang
berarti bahwa stress reaction secara positif mempengaruhi impulsive buying. Jadi
semakin tinggi stress reaction maka akan semakin tinggi impulsive buying. Begitu
juga jika dilihat dari proporsi varians stress reaction memberikan sumbangan
sebesar 1.64%.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Youn and Faber
(2000) yang menyatakan bahwa stress reaction memiliki pengaruh terhadap
impulsive buying. Orang yang memiliki stress reaction yang tinggi mungkin
melihat respon emosional mereka sendiri sebagai reaksi berlebihan yang tidak
beralasan atau bahkan tidak dapat dijelaskan oleh mereka sendiri dan merasa
69
mudah tersinggung. Mereka memiliki sifat nervous, mudah tersinggung, cepat
marah dan mudah merasa bersalah. Orang-orang yang memiliki stress reaction
tinggi cenderung terlibat dalam impulsive buying untuk melarikan diri dari
keadaan emosi negative yang mereka alami. Impulsive buying pada orang yang
mengalami stress reaction dapat menjadi coping stress bagi orang tersebut.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari ketiga dimensi personality trait,
hanya absorption yang tidak mempengaruhi secara signifikan impulsive buying,
akan tetapi walaupun tidak signifikan, absorption memberikan pengaruh positif.
Hasil yang diperoleh ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Youn
and Faber (2000) yang menyatakan bahwa absorption sangat berkorelasi dengan
rangsangan external seperti sensory cues (penglihatan, suara dan penciuman) dan
gambar, contohnya berkaca. Dengan demikian kecenderungan umum yang akan
dipengaruhi oleh rangsangan sensori menyebabkan beberapa orang menjadi lebih
waspada oleh pengaruh suasana toko. Artinya, peningkatan kesadaran dan
kepekaan terhadap rangsangan lingkungan yang menyebabkan peningkatan
keinginan untuk mengalahkan kemauan seseorang dan menyebabkan orang-orang
terlibat dalam impulsive buying. Hal ini bisa jadi disebabkan karena keterbatasan
alat ukur. Peneliti menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri berdasarkan
dimensi-dimensi dari Tellegen (1982).
Selanjutnya dari hasil penelitian yang telah dilakukan, compliance dan
acceptance tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impulsive buying. Hal ini
tidak sejalan dengan penelitian Glock (dalam Astasari,A.R, 2010) yang
menyatakan bahwa perilaku membeli seseorang dipengaruhi oleh konformitas
70
terhadap kelompoknya, perilaku membelinya lebih cenderung impulsive. Rencana
pertama hanya ingin jalan-jalan saja, tetapi tanpa disadari ketika melihat barang
yang menarik perhatian mereka tertarik untuk membelinya walaupun tidak
direncanakan. Evert (dalam Astasari,A.R, 2010 )mengatakan besarnya pengaruh
lingkungan atau kelompok tersebut sampai pada pemberian norma tingkah laku
oleh kelompok, sehingga apabila dalam kelompok tersebut berlaku norma
perilaku impulsive buying saat berada pada situasi pembelian, maka anggotanya
cenderung berperilaku yang sama.
Hasil yang tidak sesuai dengan penelitian tersebut bisa jadi disebabkan
karena responden pada penelitian ini berada dalam rentang usia dewasa awal
sampai dewasa akhir, dimana pada usia ini individu tidak mudah terbujuk rayuan
dalam melakukan pembelian. Selanjutnya diperkuat oleh pendapat Horney (dalam
Astasari,A.R, 2010) remaja putri lebih mudah terpengaruh oleh bujukan teman
untuk membeli sesuatu, remaja putri juga lebih emosional dalam melakukan
pembelian, sehingga lebih cenderung untuk melakukan impulsive buying. Hal ini
dibuktikan dengan rendahnya tingkat konformitas (compliance dan acceptance)
sesuai dengan hasil yang ada pada kategorisasi tingkat konformitas sampel pada
penelitian ini.
Kemudian variabel demografi (jenis kelamin), dari hasil penelitian ini
didapatkan bahwa jenis kelamin yang memiliki tingkat impulsive buying yang
lebih tinggi adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Reynald (dalam
Astasari,A.R, 2010) bahwa perempuan memiliki kecenderungan lebih besar dalam
berprilaku konsumtif ke arah perilaku membeli yang impulsive daripada remaja
71
putra, karena mereka membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang
penampilan diri seperti membeli busana, sepatu, kosmetik dan juga aksesoris.
Peneliti memperkuat hal tersebut dengan uji beda, hasil nya menunjukkan bahwa
nilai mean responden laki-laki (49.6793) sedangkan responden perempuan
(50.2313) artinya, tingkat impulsive buying lebih tinggi pada responden
perempuan.
Berikutnya variabel demografi (usia) tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap impulsive buying. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
Yang,D.J.,Huang,K.C.&Feng,X (2011) yang menyatakan bahwa variabel usia
mempengaruhi intensi impulsive buying. Dalam jurnal ini disebutkan bahwa
perempuan yang berusia lebih dari 41 tahun keatas lebih cenderung untuk
melakukan impulsive buying karena mereka telah memiliki pendapatan yang tetap
dan pendapatan mereka dihabiskan untuk menyenangkan diri mereka sendiri.
Sedangkan dalam penelitian ini responden lebih banyak pada usia 20-30 tahun.
Secara keseluruhan, peneliti berpendapat bahwa perbedaan hasil penelitian
terdahulu bisa diakibatkan oleh beberapa hal baik sampel, social deserebility,
tempat penelitian, teknik pengambilan data, maupun alat ukur yang digunakan.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah perbedaan budaya, seperti bahasa
terutama dalam mengadaptasi tiap item dari skala baku yang berbahasa Inggris.
Hal ini penting karena akan memudahkan responden dalam memahami dan
mengisi setiap butir pertanyaan pada kuesioner yang dibuat. Maka peneliti harus
menerjemahkan ke bahasa Indonesia yang baik dan mudah dimengerti, jika ada
kalimat atau kata yang sulit dimengerti maka memungkinkan jawaban yang
72
diberikan oleh responden adalah jawaban tidak akurat. Faktor lain yang
mempengaruhi perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu social deserebility,
item yang dibuat mengandung norma. Responden akan sangat berhati-hati dalam
mengisi item tersebut karena adanya kemungkinan responden menjawab secara
subjektif tanpa memperhatikan objektivitas konten pernyataan pada kuesioner.
Selanjutnya dalam menggunakan teori, lebih baik menggunakan teori yang
terbaru, item-item yang jelas dan lebih valid dalam mengukur konstruk-konstruk
psikologisnya. Kemudian penelitian selanjutnya perlu dilakukan metode seperti
accidental sampling sehingga dapat meningkatkan kemampuan generalisasi
penelitian, karena dalam penelitian ini menggunakan metode non probability
sampling sehingga ada kelemahan dalam teknik, yaitu hasilnya kurang objektif,
jumlah responden tidak proporsional karena tidak mengetahui populasi
sebenarnya yang sedang diteliti, tidak dapat digunakan bila populasi tidak dapat
didefinisikan. Tetapi, penelitian ini sangat baik dimanfaatkan untuk penelitian
penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya
diambil secara acak (random).
5.3 Saran
Peneliti menyadari bahwa banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian
ini sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan dan
keterbatasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti
membagi saran menjadi dua yaitu saran teoritis dan saran praktis. Saran tersebut
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang akan meneliti variabel
dependen yang sama.
73
5.3.1 Saran Teoritis
Mempertimbangkan hasil penelitian ini yang menemukan bahwa pengaruh
personality trait, konformitas dan faktor demografi terhadap impulsive buying
hanya sebesar 25.1% maka bagi peneliti lain yang tertarik meneliti variabel
dependent yang sama agar melibatkan variabel independent lain yang
mempengaruhi tingkat impulsive buying selain personality trait, konformitas,
jenis kelamin dan usia, seperti lingkungan toko, ketersediaan waktu dan uang,
karakteristik produk, faktor marketing emosi dan motif hedonis. Dengan
mempertimbangkan variabel-variabel tersebut, diharapkan penelitian selanjutnya
akan lebih menyempurnakan hasil penelitian sebelumnya.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa control
berkontribusi terhadap impulsive buying dengan arah negatif, maka hasil
tersebut dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan control.
Peneliti menyarankan kepada konsumen agar lebih bisa menahan diri dengan
cara mencatat semua yang akan dibeli, membawa uang secukupnya dan tidak
berpergian ke pusat perbelanjaan jika tidak ada sesuatu yang ingin dibeli.
Peneliti juga menyarankan kepada pendidik untuk mengadakan seminar-
seminar “Smart Shopping”, menulis buku maupun artikel yang berisi tentang
cara berbelanja yang baik agar konsumen menjadi “smart shopper” dalam
kehidupannya.
74
2. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa stress
reaction juga berkontribusi terhadap tingkat impulsive buying secara positif.
Peneliti menyarankan kepada konsumen jika mengalami stress reaction dapat
dialihkan dengan mencari kesibukan yang bermanfaat seperti, berolahraga,
membaca buku, beribadah dan melakukan hal yang positif. Semakin majunya
teknologi, konsumen juga bisa untuk menggali informasi-informasi lain
melalui internet dan mengikuti seminar-seminar yang berhubungan dengan
berbelanja. Dengan demikian impulsive buying bisa rendah.
3. Bagi lembaga pemberdaya konsumen diharapkan dapat memberikan wawasan
yang lebih terhadap konsumen agar tidak melakukan perilaku impulsive
buying dengan cara mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
impulsive buying pada konsumen, termasuk dari hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, M. (2013). Ketika pria hobi berbelanja. Diunduh tanggal 26 Juni 2014
dari
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2013/05/17/ketika-pria-hobi-
berbelanja-560845.html.
Adiyo, R. (2010). Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa dibidang statistika 1 & 2. Skripsi. Fakultas Psikologi
UIN Jakarta
Aronson, E. 1992. The Social Animal. San Francisco: W. H Freeman & Co.
Astasari, A.R., & Sahrah, A. (2010). Hubungan antara konformitas dengan
perilaku membeli impulsif pada remaja putri. Yogyakarta. Fakultas
Psikologi Universitas Wangsa Manggala.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Social psychology (10th
ed). In R. Djuwita,
M. M. Parman, D. Yasmina, & L. P. Lunanta,Psikologi sosial: Edisi
kesepuluh (pg 53, 57, 136, 137, 143, 153). Jakarta: Erlangga
Beatty, S., & Ferrel, M.E. (2003). Impulsive buying: Modeling its precursors.
Journal of Retailing, 74,2; ProQuest Psychology Journals, 169.
Engel, J.F Blackwell, R.D., Miniard, P.W . 1995. Consumer behaviour (8th
ed.).
Orlando: The Dryden Press.
Engel, J.F Blackwell, R.D., Miniard, P.W. (1994). Perilaku konsumen.
Tangerang : Bina Rupa Aksara.
Feist, J. & Feist, G. (2009). Theories of personality (7 th
ed). New York:
McGraw-Hill
Freedman, J. L., Sears, D. O., & Carlsmith, J. M. (1978). Social psychology
(3th ed). United State: Prenntice-Hall, Inc.
Gardner, M.P., & Rook, D.W. (1988). Effect of impulse purchases on
consumer’ affective states. Advances in Consumer Research, 15,127-
130.
Hidayat,F.(2013).Gapai okupansi 85%, Cibinong City Mall kejar target
pengunjung. Diunduh tangal 26 Juni 2014 dari
http://www.beritasatu.com/forum-bisnis/157028gapai-okupansi--85-
cibinong-city-mall-kejar-target-pengunjung-html.
Hoch, S. J., & Rook, D.W. (1985). Consuming impulses. Advances in Consumer
Research, 12, 23-37.
Jalan, N. (2000). Impulse buying, personality traits, in-store atmospherics, and
their interaction. The University of Nottingham.
Kacen, Jacquelin., Lee, Julie. (2002). The influence of culture on consumer
impulsive buying behavior. Journal of Consumer Psychology, 12(2),
163-176.
Loudon, D.L., & Bitta, A.J.D. (1993). Consumer behavior (4th ed).United
States: McGraw-Hill.
Myers, D.G. (2005). Social psychology (8th
ed.). USA: McGraw-HillCompanies,
Inc.
Santrock, J.W. (2008). Adolescence (10th
ed). New York: McGraw-Hill.
Sarwono, S. W.& Meinarno, E. A. (2009). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Tellegen, A. (1982). Development and validation of a brief form of the
multidimensional personality questionnaire. American Psychological
Association,Inc, 14 (2), 150-163.
Tellegen, A. (1988). Oxford handbook of personality assesment, Oxford
University Press.
Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulsive
buying tendency : feeling and no thinking. European Journal of
Personality,15: S71-S83.
Wiggins, J. A., Wiggins, B. B., & Zanden, J. V. (1994). Social psychology (5th
ed). United State: McGraw-Hill, Inc.
Yang, D.J., Huang, K.C., & Feng, X. (2011). A study of the factor that affect
the impulsive cosmetics buying of female consumers in Kaohsiung.
International Journal of Business and Social Science, 2 (24) [Special
Issue-December 2011].
Youn, S. & Faber, R.J. (2000). Impulse buying : Its relation to personality traits
and cues. Advances in Consumer Research, 27, 179-185.
Zumar, D. (2009). 82% konsumen doyan sambangi mall. Diunduh tanggal 26
Juni 2014 dari
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=10&dn=20090313105341