85
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pasar modal serta banyaknya perusahaan go-public mendorong para investor untuk lebih berhati-hati dalam menanamkan investasinya di beberapa perusahaan yang telah go-public tersebut. Dalam melakukan investasi para investor menginginkan investasinya dapat memberikan return yang tinggi serta rasa aman atas investasi tersebut. Pada dasarnya return yang akan diharapkan oleh investor atas investasinya berupa return saham dari selisih harga saham yang disebut dengan capital gain dan return yang berupa penerimaan dividen tunai dari perusahaan atas laba yang telah dihasilkan perusahaan. Terminologi dividen mengacu pada distribusi kas dari laba, laba dianggap sebagai pedoman bagi kebijakan dividen dan penahan laba ditahan perusahaan. Bagi pemegang saham, pemberian dividen oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Di lain pihak bagi manajemen perusahaan, pemberian dividen dimaksudkan untuk menunjukkan bukti bahwa perusahaan bersungguh-sungguh untuk mensejahterakan para pemegang saham mereka. Perusahaan cenderung meningkatkan dividen jika ada peningkatan cash flow yang tinggi di masa depan dan menurunkan dividen apabila manajemen yakin tidak ada cash flow yang mendukung pembayaran dividen tersebut.

Pengaruh Perubahan Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pembiayan, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Capital Gain dan Dividen Tunai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham dan besaran Dividen Tunai

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan perkembangan pasar modal serta banyaknya perusahaan

go-public mendorong para investor untuk lebih berhati-hati dalam

menanamkan investasinya di beberapa perusahaan yang telah go-public

tersebut. Dalam melakukan investasi para investor menginginkan investasinya

dapat memberikan return yang tinggi serta rasa aman atas investasi tersebut.

Pada dasarnya return yang akan diharapkan oleh investor atas investasinya

berupa return saham dari selisih harga saham yang disebut dengan capital gain

dan return yang berupa penerimaan dividen tunai dari perusahaan atas laba

yang telah dihasilkan perusahaan. Terminologi dividen mengacu pada

distribusi kas dari laba, laba dianggap sebagai pedoman bagi kebijakan

dividen dan penahan laba ditahan perusahaan. Bagi pemegang saham,

pemberian dividen oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Di

lain pihak bagi manajemen perusahaan, pemberian dividen dimaksudkan

untuk menunjukkan bukti bahwa perusahaan bersungguh-sungguh untuk

mensejahterakan para pemegang saham mereka. Perusahaan cenderung

meningkatkan dividen jika ada peningkatan cash flow yang tinggi di masa

depan dan menurunkan dividen apabila manajemen yakin tidak ada cash flow

yang mendukung pembayaran dividen tersebut.

2

Dalam setiap return yang tinggi atas suatu investasi mengandung resiko

yang tinggi pula (high risk-high retrun). Untuk meminimalisasi resiko yang

terkandung atas setiap investasi maka para investor biasanya akan

menganalisa informasi-informasi baik informasi yang berasal dari dalam

perusahaan (kinerja keuangan) maupun dari luar perusahaan (kondisi ekonomi

makro). Menurut Hirt and Block (2003:123) pada saat menilai suaru sekuritas

modal, selain menganalisa kinerja perusahaan secara individual, seorang

investor juga harus menganalisa faktor ekonomi yang terjadi pada suatu

negara, struktur industri yang akan mempengaruhi kinerja suatu perusahaan

dan tingkat return yang akan diterima oleh investor atas saham yang

dimilikinya di perusahaan. Kondisi ekonomi yang harus dicermati oleh

investor antara lain, tingkat inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga,

Gross Domestic Bruto (GDP), dan lain-lain. Setelah menganalisa kondisi

ekonomi makro investor selanjutnya bisa menganalisa kinerja keuangan

perusahaan secara individual yang tercermin dalam laporan keuangan

perusahaan yang telah diaudit. Laporan keuangan merupakan saran

pengkomunikasian informasi keuangan utama untuk pihak-pihak di luar

korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi

dalam nilai moneter.

Para investor biasanya lebih sering menggunakan arus kas dibandingkan

accounting earnings dalam menilai suatu investasi. Walaupun laba bersih

(accounting earnings) menyajikan informasi yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan dengan mengaji pendapatan dan

3

beban, memberikan dasar untuk prediksi kinerja masa depan, serta membantu

menilai resiko atas ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan, namun kas

merupakan darah kehidupan perusahaan tanpa kas, perusahaan tidak akan

bertahan. Bagi investor kas merupakan pertimbangan bahwa perusahaan

memiliki dana yang cukup dalam pembayaran deviden. Sebagai tambahan,

kita pun menyadari bisa saja perusahaan bangkrut meskipun perusahaan dalam

keadaan untung (laba). Menurut Kieso (2007:1211) Perbedaan antara laba

bersih dan arus kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi bisa jadi

sangat substansial, misalnya perusahaan W.T. Grant Company melaporkan

laba bersih yang tinggi selama empat tahun berturut-turut tetapi kas bersih

yang disediakan oleh aktivitas operasinya negatif. Akhirnya delapan belas

bulan kemudian W.T. Grant menyatakan petisi kebangkrutan.

Inflasi yang tinggi akan menyebabkan return rill yang diterima oleh

pemegang saham akan menurun, tentunnya hal ini tidak disukai oleh

pemegang saham atas investasinya. Perusahaan yang tidak mampu

mengantisipasi pengaruh inflasi akan menderita penurunan profitabilitas,

karena biaya produksi perusaahaan akan melambung yang menyebabkan

harga dari produk atau jasa akan naik. Kenaikan harga tentunya akan

menyebabkan penurunan dalam penjualan karena banyak konsumen atau

masyarakat yang tidak mampu membeli produk yang ditawarkan perusahaan.

Penurunan profitabilitas perusahaan akan berimbas pada penurunan dividen

tunai yang akan dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham mereka.

Keadaan ini lambat laun akan membuat pemegang saham jera untuk

4

mempertahankan kepemilikannya di perusahaan, sebagai dampak selanjutnya

harga saham perusahaan akan mengalami penurunan.

Indikator ekonomi yang tidak kalah pentingnya untuk dicermati oleh

investor adalah nilai tukar rupiah. Penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar

Amerika akan menyebabkan hutang perusahaan dari pihak eksternal dalam

mata uang dollar Amerika akan mengalami pembengkakan. Perusahaan

membutuhkan lebih banyak kas dalam bentuk rupiah untuk ditukarkan dalam

mata uang dollar pada saat ingin membayar kewajibannya. Kerugian yang

dakibatkan oleh selisih kurs akan menurunkan laba bersih perusahaan,

keadaan ini tentunya tidak menguntungkan bagi perusahaan dan investor. Bagi

perusahaan penurunan laba akan menyebabkan penurunan citra perusahaan di

pasar modal, sedangkan bagi investor penurunan laba akan menyebabkan

dividen tunai yang akan mereka terima akan mengalami penurunan juga.

Investor mungkin akan enggan untuk lama-lama mempertahankan

kepemilikannya di perusahaan dan menjual saham yang ia miliki. Investor

akan mengalihkan dananya ke dalam bentuk deposito dalam mata uang dollar

Amerika karena lebih menguntungkan bagi investor. Aksi jual saham oleh

investor dalam skala besar akan menyebabkan penurunan nilai saham

perusahaan.

Penelitian yang menguji hubungan antara total arus kas dan komponen

arus kas (aktivitas, investasi, dan pembiayaan) dengan return saham telah

banyak dilakukan oleh beberapa peneliti dengan berbagai hasil. Pradhono

(2004) dalam penelitiannya berusaha untuk menguji pengaruh Economic

5

Value Added (EVA), Residual Income, Accounting Earnings, dan arus kas

aktivitas operasi terhadap return saham. Berdasarkan penelitian tersebut

disimpulkan bahwa arus kas operasi mempunyai pengaruh yang paling

signifikan dalam menentukan return saham. Berbeda dengan tolok ukur

accounting earning, arus kas operasi merupakan representasi hasil operasi

yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani oleh beban

yang bersifat tunai yang benar-benar telah dikeluarkan oleh perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ninna Daniati dan Suhairi (2006) yang

menguji pengaruh komponen arus kas (aktivitas, investasi, dan pendanaan),

laba kotor, dan size perusahaan (total aktiva) terhadap expected return. Pada

penelitian Ninna Daniati dan Suhairi (2006) membuktikan bahwa secara

parsial arus kas investasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

expected return. Secara bersama-sama arus kas operasi, arus kas investasi,

laba kotor, dan size perusahaan memiliki pengaruh signifikan. Namun pada

saat dilakukan pengujian hipotesis secara parsial arus kas operasi tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap expected return saham.dengan nilai

signifikansi lebih dari 0.05.

Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian, di antaranya,

(1) Yuliani (2004) menguji hubungan antara Laporan Arus Kas terhadap

Deviden Tunai dan Unexpected Return Saham. Pada penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara arus kas operasi dan

total kas terhadap deviden tunai. (2) Lisyanti (2005) menguji hubungan antara

kurs, inflasi, volume perdagangan terhadap return saham (capital gain).

6

Berdasarkan peneltian tersebut didapatkan kesimpulan bahwa terdapat

hubungan yang sangat kuat antara kurs, inflasi, volume perdagangan dengan

nilai adjusted R2 = 0,524 dan dengan nilai signifikansi 0.000 terhadap return

saham (capital gain).

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian yang ber judul Pengaruh Kandungan Informasi

Komponen Laporan Arus Kas, Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah

terhadap Return Saham (Capital Gain) dan Dividen Tunai. Studi pada

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

B. Rumusan masalah penelitian

Masalah yang ingin diteliti selanjutnya dapat dirumuskan dalam

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas Operasi

terhadap Return Saham (Capital Gain/Loss).

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas Investasi

terhadap Return Saham (Capital Gain/Loss).

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas Pendanaan

terhadap Return Saham (Capital Gain/Loss).

4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Inflasi

terhadap Return Saham (Capital Gain/Loss).

5. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah

terhadap Return Saham (Capital Gain/Loss).

7

6. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas Operasi,

Arus Kas Investasi, Arus Kas Pendanaan, Tingkat Inflasi, dan Nilai tukar

rupiah secara simultan terhadap Return Saham (Capital Gain/Loss).

7. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas Operasi

terhadap Return Saham (Dividen tunai).

8. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas Investasi

terhadap Return Saham (Dividen tunai).

9. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas Pendanaan

terhadap Return Saham (Dividen tunai).

10. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Inflasi

terhadap Return Saham (Dividen tunai).

11. apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah

terhadap Return Saham (Dividen tunai).

12. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Arus Kas Operasi,

Arus Kas Investasi, Arus Kas Pendanaan, dan Tingkat Inflasi secara

simultan terhadap Return Saham (Dividen tunai).

C. Tujuan dan manfaat penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka pada penelitian ini yang menjadi

tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menguji pengaruh antara Arus Kas Operasi terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss).

2. Menguji pengaruh antara Arus Kas Investasi terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss).

8

3. Menguji pengaruh antara Arus Kas Pendanaan terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss).

4. Menguji pengaruh antara Tingkat Inflasi terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss).

5. Menguji pengaruh antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss).

6. Menguji pengaruh antara Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus

Kas Pendanaan, Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan

terhadap Return Saham (Capital Gain/Loss).

7. Menguji pengaruh antara Arus Kas Operasi terhadap Return Saham

(Dividen Tunai).

8. Menguji pengaruh antara Arus Kas Investasi terhadap Return Saham

(Dividen Tunai).

9. Menguji pengaruh antara Arus Kas Pendanaan terhadap Return Saham

(Dividen Tunai).

10. Menguji pengaruh antara Tingkat Inflasi terhadap Return Saham

(Dividen Tunai).

11. Menguji pengaruh antara Nilai Tukar Rupiah terhadap Return Saham

(Dividen Tunai).

12. Menguji pengaruh antara Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus

Kas Pendanaan, Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Return

Saham (Dividen Tunai).

9

Penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, yang antara lain sebagai berikut :

1. Penulis

Akan menjadi pemahaman yang lebih kongkret tentang bagaimana

kandungan/komponen arus kas yang terdapat dalam laporan arus kas dapat

digunakan sebagai pertimbangan investor dalam menilai kinerja suatu

perusahaan. Serta bagaimana indikator makroekonomi (inflasi dan nilai

tukar rupiah) mempengaruhi kinerja perusahaan.

2. Perusahaan

Akan menjadi pertimbangan praktis perusahaan dalam meningkatkan

kinerja perusahaan agar mampu bersaing dan mempertahankan para

shareholder mereka untuk tetap mau mempertahankan kepemilikan mereka

di perusahaan.

3. Investor

Diharapkan penelitian ini juga bisa menjadi informasi dan bahan

pertimbangan yang bisa membantu investor untuk memperoleh petunjuk

yang tepat pada saat akan melakukan suatu investasi di perusahaan.

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Arus Kas

1. Tujuan Laporan Arus Kas

Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang

relevan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas sebuah perusahaan

selama suatu periode.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:257) dengan membaca laporan

arus kas maka pembaca akan memperoleh informasi mengenai hal sebagai

berikut:

a. Kemampuan perusahaan menghasilkan kas, merencanakan, mengendalikan inflow dan outflow kas pada masa lalu.

b. Kemungkinan inflow, outflow, dan kas bersih, termasuk kemampuan perusahaan membayar dividen pada masa datang.

c. Kemampuan perusahaan menghasilkan kas pada masa yang akan datang.

d. Alasan perbedaan antara laba bersih dan nilai kas operasi perusahaan pada periode tertentu.

e. Pengaruh investasi kas dan non kas terhadap posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu.

2. Isi dan format laporan arus kas

Penerimaan kas dan pembayaran kas selama satu periode

diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda,

aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan.

11

Klasifikasi ini didefinisikan sebagai berikut :

a. Aktivitas operasi, meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan

untuk menentukan laba bersih.

b. Aktivitas investasi, meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta

perolehan dan pelepasan properti, pabrik, dan peralatan.

c. Aktivitas pembiayaan, melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas

pemilik. Aktivitas ini meliputi (a) perolehan sumber daya dari pemilik

dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas

investasinya, dan (b) peminjaman uang dari kreditor serta

pelunasannya.

3. Kegunaan laporan arus kas

“Kebahagian adalah suatu arus kas yang positif” jelas tepat. Walaupun

laba bersih menyediakan ukuran jangka panjang menyangkut keberhasilan

perusahaan. Tanpa kas, sebuah perusahaan tidak akan bertahan (Kieso,

2002:241).

Menurut John J. Wild (2003:548) kreditor menggunakan Laporan Arus

Kas untuk mengevaluasi kemapuan perusahaan memperoleh kas sebelum

memutuskan untuk memberikan pinjaman ke pada perusahaan. Selain

kreditor, investor juga menggunakan Laporan Arus Kas untuk menilai

seberapa besar kas masuk dan kas keluar perusahaan sebelum memutuskan

untuk membeli atau menjual saham.

Sebuah survey atas 2.359 stockholder di Amerika Serikat

membuktikan bahwa investor menggunakan Laporan Arus Kas sebagai

12

sumber informasi keuangan yang sangat membantu dalam keputusan

investasi mereka di perusahaan. Survey tersebut juga membuktikan bahwa

investor lebih cenderung menggunakan Laporan Arus Kas sebagai bahan

pertimbangan dibandingkan dengan Laporan Laba-Rugi (Jeannie M.

Folk,2002).

Amilin dan Darwanto (2006) Perusahaan yang mengumumkan laporan

arus kas secara relevan dan dapat dipercaya akan direspon oleh investor

dan analisis sebagai signal baik (good news) karena mereka yakin bahwa

laporan arus kas mencerminkan fleksibiltas dan likuiditas perusahaan,

dengan demikian akan memicu fluktuasi volume perdagangan saham.

Menurut Kieso (2007:1212) dengan membaca Laporan Arus Kas

investor akan menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah

ini:

a. Mengapa nilai kas perusahaan mengalami penurunan sedangkan perusahaan melaporkan laba bersih pada periode berjalan?

b. Berapa banyak kas yang dikeluarkan oleh perusahan atas perolehan properti, peralatan, dan aktiva tetap lainnya tahun lalu?

c. Apakah dividen yang dibayarkan oleh perusahaan mengalami penigkatan?

d. Berapa banyak kas yang dipinjam perusahaan dari kreditor tahun lalu? e. Berapa banyak kas yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli

kembali saham perusahaan yang dipegang oleh shareholder?

13

Menurut Frank Fabozzi (2003:802) berdasarkan aktivitas perusahaan,

ternyata terdapat pola dari komponen arus kas yang terbentuk , pola-pola

tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel. 2.1 Pola Komponen Arus Kas pada perusahaan berdasarkan aktivitas atau

siklus perusahaan.

cash flow

fast growth external

fast growth mature

temporary financial financial downsizing

And internal internal downturn distress CFO + + + - - + CFI - - - + - +

CFF + - + or - + - - Sumber: Fabozzi, Frank J. “Financial Management and Analysis”, New Jersey, John Wiley&Sons, inc.,Hoboken. 2003.

Dengan mengetahui pola komponen arus kas pada berbagai perusahaan

berdasarkan kondisi atau aktivitas perusahaan diharapkan akan membantu

investor (pemegang saham) untuk memilih investasi yang menguntungkan bagi

mereka.

B. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Menurut Roger LeRoy Miller (2008:168) Inflasi dapat didefinisikan

sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku umum dalam

sesuatu perekonomian dan berlangsung secara terus-menerus. Tingkat

inflasi (persentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode

14

ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain

(Sadono, 2000).

Menurut Bradley R. Schiller (2003:130) Inflasi adalah kenaikan rata-

rata tingkat harga, bukan kenaikan harga pada barang atau jasa spesifik

tertentu. Jika yang mengalami kenaikan harga hanya pada satu atau dua

barang atau jasa tertentu, maka itu tidak bisa dikatakan Inflasi.

2. Tingkat inflasi

Berdasarkan tingkat inflasi yang terjadi di suatu negara dan periode

tertentu, maka inflasi dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Inflasi ringan

Inflasi yang terjadi kurang dari 10% / tahun.

b. Inflasi sedang

Inflasi yang terjadi antara 10-30% / tahun.

c. Inflasi berat

Inflasi yang terjadi antara 30-100% / tahun.

d. Hiper inflasi

Inflasi yang terjadi pada level di atas 100%, bahkan hingga beberapa

ribu persen / tahun.

3. Penyebab inflasi

Pada umumnya faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya inflasi

ada dua, yaitu:

a. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation), inflasi tarikan

permintaan terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan

15

cepat melayani permintaan masyarakat di pasar. Masalah kekurangan

barang akan terjadi dan ini akan mendorong kepada kenaikan harga-

harga.

b. Inflasi desakan biaya (cost-push inflation), Inflasi desakan biaya terjadi

diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi

akan nmendorong perusahaan untuk menaikkan harga, walaupun

mereka harus menerima resiko akan menghadapi pengurangan dalam

permintaan barang-barang yang diproduksinya.

4. Cara mengukur tingkat Inflasi

Indeks Harga Konsumen merupakan alat ukur inflasi yang paling

populer (Bramantyo Djohanputro, 2008:146). Pengukuran tingkat inflasi

dengan Indeks Harga Konsumen dapat dilakukan dengan cara

menggunakan rumus di bawah ini:

IHKt – IHKt-1 Inflasi = IHKt-1

Menurut Bramantyo Djohanputro (2008:148) dalam menentukan nilai

Indeks Harga Konsumen Biro Pusat Statistik (BPS) mensurvey harga 744

komoditas di 45 kota se-Indonesia yang dirangkum menjadi tujuh (7)

kategori sebagai berikut:

a. Bahan makanan. b. Makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. c. Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. d. Sandang. e. Kesehatan. f. Pendidikan, rekreasi, dan olah raga. g. Transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

16

5. Dampak buruk inflasi

Inflasi dapat menimbulkan beberapa dampak buruk bagi perekonomian

suatu negara, di antara lain dalah sebagai berikut:

a. Inflasi menggalakan penanaman modal spekulatif. Pada masa inflasi

terdapat kecenderungan di antara pemilik modal untuk menggunakan

uangnya dalam investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan

tanah dan menyimpan barang yang berharga akan lebih

menguntungkan daripada melakukan investasi yang produktif.

b. Tingkat bunga akan meningkat dan akan mengurangi investasi. Untuk

menghindari kemerosotan nilai modal yang mereka pinjamkan,

institusi keuangan akan menaikkan tingkat bunga terhadap pinjaman-

pinjaman mereka. Makin tinggi tingkat inflasi, makin tinggi pula

tingkat suku bunga yang akan mereka tentukan. Tingkat bunga yang

tinggi akan mengurangi gairah investor untuk mengembangkan sector-

sektor yang produktif.

c. Inflasi menimbulkan ketidakpastian akan keadaan ekonomi pada masa

depan. Inflasi akan bertambah cepat jalannya apabila tidak

dikendalikan. Pada akhirnya inflasi akan menimbulkan ketidakpastian

dan arah perkembangan ekonomi akan sulit untuk diramalkan dengan

baik. Keadaan ini juga akan membuat pengusaha enggan dalam

mengembangkan kegiatan ekonomi.

d. Menimbulkan masalah neraca pembayaran. Inflasi menyebabkan harga

barang impor lebih murah daripada barang yang dihasilkan di dalam

17

negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor

berkembang lebih cepat sedangkan ekspor bertambah lambat. Keadaan

ini menyebabkan aliran modal keluar akan lebih banyak daripada yang

masuk ke dalam negeri. Berbagai kecenderungan ini akan

memperburuk keadaan neraca pembayaran, dan defisit terhadap neraca

pembayaran yang serius kungkin akan terjadi.

e. Memperburuk distribusi pendapatan. Dalam masa inflasi nilai harta-

harta tetap seperti rumah, tanah, bangunan pabrik dan pertokoan akan

mengalami kenaikan harga yang adakalanya lebih cepat dari kenaikan

inflasi itu sendiri. Sebaliknya penduduk yang tidak mempunyai harta

dan memilioki pendapatan yang rendah maka pendapatan riilnya akan

merosot sebagai akibat dari inflasi.

f. Pendapatan riil merosot. Sebagian tenaga kerja di setiap negara terdiri

dari pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya

kenaikan harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan. Dengan

demikian kenaikan inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan

pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja. Ini berarti kemakmuran

rakyat menurun.

g. Nilai riil tabungan merosot. Dalam perekonomian biasanya masyarakat

menyimpan sebagian kekayaannya dalam bentuk deposito dan

tabungan pada institusi keuangan. Nilai riil tabungan tersebut akan

mengalami kemorosotan akibat terjadinya inflasi. Hal ini juga akan

terjadi pada pemegang-pemegang uang tunai.

18

Apabila inflasi tidak dikendalikan maka prospek pembangunan

ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk. Inflasi

cenderung akan cepat meningkat apabila tidak diatasi. Inflasi yang

bertambah serius tersebut akan cenderung menurunkan investasi yang

produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini

akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi pada suatu negara.

Inflasi yang berkepenjangan dan tak terkendali bisa mengakibatkan

kinerja perusahaan menurun. Biaya produksi akan meningkat sedangkan

daya beli masyarakat akan produk yang dijual perusahaan rendah, hal

tersebut tentunya akan mengurangi tingkat penjualan akan produk atau

jasa yang ditawarkan. Profitabilitas perusahaan yang menurun akan

menyebabkan menurunnya dividen yang akan dibayarkan perusahaan

kepada shareholder mereka, keadaan ini jika berlangsung lama akan

membuat pemegang saham enggan untuk mempertahankan sahamnya di

perusahaan dan pada akhirnya harga saham akan ikut menurun.

C. Nilai tukar rupiah (kurs)

1. Pengertian nilai tukar

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.

(Schiller, 2003:437).

2. Jenis-jenis sistem nilai tukar yang utama

Terdapat tiga jenis sistem nilai tukar utama yang ada, antara lain

sebagai berikut:

a. Sistem nilai tukar standar emas.

19

b. Sistem nilai tukar mengambang “murni” (pure floating exchange rate).

Nilai tukar mata uang mengikuti sepenuhnya permintaan dan

penawaran mata uang asing di pasar valuta asing hingga terjadi

keseimbangan pasar.

c. Sistem nilai tukar mengambang terkendali (managed floating

exchange rate). Pada sistem ini beberapa mata uang dibiarkan

berfluktuasi secara bebas mengikuti permintaan dan penawaran di

pasar valuta asing hingga tercapai keseimbangan pasar, beberapa mata

uang lainnya ditentukan oleh kombinasi campur tangan pemerintah

dan pasar, dan beberapa mata uang lainnya dipatok pada level tertentu.

Suryana (2008:8) dampak perubahan nilai tukar rupiah akan

mempengaruhi ekspor peruasahaan dan juga biaya barang impor dan input

produksi. Kondisi emiten dan perusahaan publik Indonesia relatih dipengaruhi

oleh nilai tukar rupiah baik dari sisi pendapatan maupun biaya, dan banyak

emiten yang tergantung dengan ekspor dan impor. Karena nilai tukar rupiah

mempengaruhi pendapatan dan biaya perusahaan, maka hal ini akan terkait

dengan laba perusahaan yang nantinya akan berpengaruh juga terhadap

besarnya dividen yang akan dialokasikan dan harga saham perusahaan.

D. Return Saham

Pada dasarnya, return saham yang akan didapat oleh investor pada

invesatsi yang ditanamkannya pada perusahaan melalui instrument saham

terdiri dari dua, yaitu Capital Gain dan Deviden Tunai. Menurut (Ross 2002)

dalam Pradhono (2004) saham suatu perusahaan bisa dinilai dari

20

pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan

yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa penerimaan

deviden tunai ataupun adanya perubahan harga saham pada suatu periode

(capital gain/loss).

1. Capital Gain/Loss

Capital Gain/Loss didapat dari perhitungan selisih harga saham pada

periode t dengan harga saham pada periode t-1. Apabila harga saham

sekarang lebih tinggi daripada harga saham pada saat pembelian maka

pemilik saham akan memperoleh capital gain, namun sebaliknya jika

harga saham sekarang lebih kecil daripada harga saham pada saat

pembelian maka pemilik saham akan mengalami kerugian (capital loss).

Perhitungan return saham (capital gain/loss) dapat dirumuskan dalam

persamaan di bawah ini :

1

1

t

ttt P

PPR

Keterangan Rt = Return saham pada periode t

Pt = Harga saham pada periode t

Pt-1 = Harga saham pada periode t-1

Terdapat beberapa faktor pemicu terjadinya fluktuasi harga saham, di

antaranya dijelaskan sebagai berikut:

a. Kondisi fundamental perusahaan. Berkaitan dengan kinerja

perusahaan, kinerja perusahaan akan menjadi tolok ukur seberapa

21

besar resiko yang akan diterima investor atas investasinya di

perusahaan.

b. Hukum permintaan dan penawaran. Seperti halnya dengan produk

barang dan jasa, permintaan dan penawaran akan suatu saham akan

mempengaruhi harga saham itu sendiri. Jika permintaan akan suatu

saham tinggi maka akan memicu kenaikan pada harga saham, kenaikan

harga saham akan semakin tinggi jika penawaran saham yang

dilakukan oleh perusahaan sedikit. Namun perlu diingat, keadaan

keadaan ini tidak akan berlangsung terus karena pada suatu titik harga

saham akan terlalu mahal dan tentunya lambat laun permintaan akan

saham mengalami penurunan.

c. Tingkat suku bunga Bank Central. Pemerintah akan menaikkan atau

menurunkan tingkat suku bunga guna mengontrol peredaran uang di

masyarakat atau dalam arti luas mengontrol perekonomian nasional.

Bunga yang tinggi tentunya akan berdampak pada alokasi dana

investor. Invesatsi dalam bentuk deposito atau tabungan jelis

mengandung resiko yang lebih kecil dibandingka dengan investasi

dalam bentuk saham. Akibatnya investor akan menjual sahamnya dan

menempatkan dan tersebut ke bank dalam bentuk tabunga atau

deposito. Penjualan secara serentak akan menyebabkan harga saham

melemah.

d. Valuta asing. Pada saat nilai mata uang dolar Amerika meningkat,

investor akan cenderung berbondong-bondong menjual sahamnya dan

22

mengalihkan dana tersebut ke Bank dalam nilai mata uang dollar

Amerika.

e. Dana asing di bursa. Jika sebuah bursa dikuasai oleh investor asing,

maka sedikit banyak harga saham akan dipenagaruhi oelh sikap

investor asing tersebut. Aksi jual atau beli saham dalam skala besar

akan mempengaruhi kenaikan atau penurunan harga saham.

f. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), merupakan indikator yang

menggambarkan pergerakan harga-harga saham. Saat ini terdapat lima

macam indeks harga saham, yaitu :

1) Saham tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

2) Indeks sektoral, indeks harga saham berdasakan karakteristik

industri perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3) Indeks LQ45, merupakan 45 saham terpilih setalah melewati

seleksi.

4) Indeks Jakarta Islamic Index, 30 saham yang masuk ke dalam

kriteria syariah dan termasuk saham yang liquid.

5) Indeks individual, yaitu indeks harga masing-masing saham

terhadap harga dasarnya.

2. Dividen

a. Pengertian

Menurut Frank Fabozzi (2003:546) Dividen adalah distributi

sebagian harta kekayaan perusahaan kepada pemiliknya, sebanding

dengan jumlah lembar saham yang dipegangnya. Biasanya dividen

23

dibayarkan dalam bentuk kas/tunai. Selain dalam kas, dividen juga

bias dibayarkan dalam bentuk property perusahaan, dan saham.

b. Jenis-jenis dividen

Terdapat berbagai jenis dividen yang dibayarkan kepada para

pemilik saham, di antara lain:

1) Cash Dividend, dividen yang dibayarkan kepada para pemegang

saham berupa kas. Kas dividen merupakan bentuk pembayaran

dividen yang paling umum dilakukan oleh perusahaan.

2) Property Dividends, dividen yang dibayarkan dalam bentuk

kekayaan selain kas, misal : barang dagangan, real estate, dan

investasi. Biasanya terjadi dalam perseroan yang bersifat

tertutup.

3) Script Dividends, dividen yang dibayarkan dalam bentuk skrip

(wesel), dalam arti dividen tidak dibagikan dalam waktu

sekarang tetapi masa yang akan datang. Dividen ini dilakukan

jika perusahaan memliki laba ditahan yang cukup namun

kekurangan kas. Penerima scipt dividend dapat menahan dividen

ini hingga jatuh tempo dan menerima pembayaran dividennya

dalam bentuk tunai atau juga bisa menjualnya untuk memperoleh

kas dengan segera.

4) Stock Dividends, dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham.

24

5) Liquidating Dividends, dividen yang dibagikan kepada

pemegang saham dengan tujuan mengembalikan sebagian

penyertaan modalnya.

c. Mekanisme pembayaran dividen

Dewan direksi memutuskan apakah membayar dividen atau tidak.

Jika dewan direksi memutuskan untuk membagikan dividen, maka

langkah selanjutnya adalah menentukan beberapa hal berikut:

1) Jumlah dividen yang akan dibagikan.

2) Siapa saja yang akan memperoleh dividen.

3) Kapan waktu pembagian dividen.

d. Tanggal penting berkaitan dengan dividen.

Ada beberapa tanggal penting yang harus diketahui oleh pemegang

saham berkaitan dengan dividen yang akan dibayarkan oleh

perusahaan emiten, yaitu antara lain:

1) Tanggal pengumuman (declaration date), tanggal dimana dewan

direksi memutuskan untuk membayarkan dividen untuk para

shareholder perusahaan. Biasanya dilakukan beberapa minggu

sebelum tanggal pembayaran. Pada saat pengumuman dividen

akan langsung mengkredit utang dividen dan mendebit saldo laba

ditahan.

2) Tanggal pencatatan (record date), dewan direksi mencatat para

shareholder yang berhak menerima dividen. Pada tanggal ini

25

perusahaan tidak ada pencatatan jurnal. Biasanya 2-3 minggu

setelah tanggal pengumuman.

3) Tanggal pembayaran (payment date), tanggal dimana perusahaan

membayar dividen ke para shareholder yang telah tercatat berhak

untuk menerima dividen.

e. Kebijakan dividen

Keputusan mengenai kebijakan dividen semata-mata terletak pada

pimpinan perusahaan (dewan direksi) dan bukannya pada pemegang

saham. Meskipun persetujuan pembayaran dividen pada akhirnya

terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), namun

kekuatannya telah banyak dikurangi sehingga pimpinanlah yang

akhirnya menentukan kebijaksanaan dividen dan pemegang saham

hanya bisa mempengaruhinya dengan cara mengganti pimpinan

perusahaan

Selain dipengaruhi oleh pimpinan perusahaan, kebijaksanaan

dividen juga dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan, yaitu antara

lain:

1) Undang-undang, dibeberapa negara ada peraturan yang mengatur

berapa besar laba ditahan yang harus dimiliki oleh perusahaan

yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pembayaran

dividen.

2) Perjanjian perusahaan dengan pihak eksternal, terkadang

perusahaan melakukan pinjaman terhadap pihak eksternal yang

26

mengharuskan perusahaan untuk membuat perjanjian terlebih

dahulu yang mana dalam perjanjian tersebut diatur mengenai

berapa besar jumlah dividen yang bisa dibayarkan ke pemegang

saham. Ini dilakukan kreditor semata-mata untuk kepetingan

mereka untuk memastikan kemampuan perusahaan nantinya

dalam melakukan pembayaran utang perusahaan atas dana yang

mereka pinjamkan ke perusahaan.

3) Perpajakan, apabila dalam suatu negara ditentukan struktur pajak

yang berbeda untuk laba ditahan dan laba yang dibagikan ke

pemegang saham, maka hal ini tentu sangat mempengaruhi

keputusan yang akan dibuat oleh pimpinan perusahaan mengenai

dividen yang akan dibayarkan.

Menurut Hirt and Block (2003:148) kebijakan dividen juga bisa

dipengaruhi oleh siklup hidup perusahaan, yaitu antara lain:

1) Tahap development. Perusahaan biasanya lebih memilih untuk

tidak membayar dividen karena semua laba yang diperoleh

perusahaan akan sepenuhnya digunakan untuk investasi dan

ekspansi perusahaan.

2) Tahap growth. Perusahaan telah menjadi lebih profitable.

Perusahaan biasanya akan memberikan dividen kepada para

pemegang saham walau dalam jumlah yang tidak terlalu tinggi.

Dividen yang akan diberikan dalam bentuk stock dividen dan

dividen kas.

27

3) Tahap expansion. Perusahaan sudah mencapai suatu titik dimana

perkembangan akan investasi, ekspansi, dan tingkat pertumbuhan

mulai menurun. Perusahaan sudah memiliki dana yang cukup

untuk membayarkan dividen kas dalam jumlah yang lebih besar

dibandingkan pada perusahaan pada tahap growth. Dividend

payout ratio sudah menigkat dari 5%-10% menjadi 25%-30%.

4) Tahap maturity. Pada posisi ini, perusahaan memiliki aset yang

besar, alternatif keuangan untuk pendanaan perusahaan tersedia

baik secara domestik maupun internasional, dan arus kas dari

operasi biasanya sudah mencapai lebih dari cukup. Pada level ini

dividend payout ratio berkisar antara 45%-50%.

5) Tahap decline. Perusahaan mengalami penurunan dalam kinerja,

penjualan menurun, inovasi sudah mencapai titik stagnasi.

Perusahaan yang tidak mampu bertahan dan mencoba melakukan

inovasi akan terus terpuruk. Dividend payout ratio perusahaan

pada tahap ini seringkali mencapai angka 100%. Perusahaan

tidak ingin para shareholdernya tahu dan resah akan keadaan

perusahaan yang bermasalah. Namun lambat laun langkah

tersebut justru memperparah keadaan perusahaan dan bukan hal

yang tidak mungkin perusahaan akan mengalami kebangkrutan.

f. Dividen tunai

Pada penelitian ini dividen yang menjadi variabel dependen adalah

dividen tunai/kas. Dividen tunai dibayarkan langsung ke pemegang

28

saham sesuai dengan porsi saham yang dimiliki oleh pemegang saham.

Dividen tunai dibayarkan ke semua saham perusahaan yang beredar di

masyarakat. Menurut Desmond Wira (2009:25) di antara capital gain

dan dividen tunai, seorang investor biasanya lebih menyukai return

yang dihasilkan dari aktivitas jual-beli saham (capital gain)

dibandingkan penerimaan dividen, namun jika seorang investor juga

menginginkan penerimaan dividen yang memuaskan atas kepemilikan

sahamnya, sebaiknya investor memilih perusahaan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) sebagai sasaran investasinya karena perusahaan ini

terkenal paling rajin membagikan dividen kepada para shareholder

mereka.

E. Penelitian sebelumnya

Ninna Daniati dan Suhairi (2006) yang menguji pengaruh komponen

arus kas (operasi, investasi, dan pendanaan), laba kotor, dan size perusahaan)

terhadap expected return. Pada penelitian tersebut membuktikan bahwa secara

simultan arus kas operasi, arus kas investasi, laba kotor, dan size perusahaan

memiliki pengaruh signifikan. Pada saat pengujian secara parsial arus kas

investasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap expected return.

Muhammad Arief Yusuf (2008) menguji pengaruh Inflasi, Nilai Tukar

Rupiah, Produk Nasional Bruto, Price Earning Ratio, dan Debt to Equity

Ratio terhadap Return Saham. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan

kesimpulan bahwa Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah mempunyai pengaruh yang

29

signifikan terhadap Return Saham dengan nilai signifikansi masing-masing

sebesar 0,000 dan 0,005.

Atikah, Ahmad Rodoni dan Rahmawati (2004), menguji pengaruh

informasi komponen Arus Kas terhadap Harga dan Return Saham.

Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa secara simultan arus kas

operasi, arus kas investasi, dan arus kas pembiayaan berpengaruh signifikan

terhadap return saham. Sacara parsial Arus Kas Pembiayaan berpengaruh

signifikan terhadap Return Saham.

Evi Irmawati (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh Laba

bersih, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pembiayaan terhadap

pembagian dividen tunai. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa secara simultan Laba bersih, Arus Kas Operasi, Arus Kas

Investasi, Arus Kas Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap pembagian

dividen tunai kepada pemegang saham. Secara parsial hanya Arus Kas

Investasi yang berpengaruh signifikan terhadap pembagian dividen tunai.

Yuliani (2004) menguji hubungan antara Laporan Arus Kas terhadap

Deviden Tunai dan Unexpected Return Saham. Pada penelitian tersebut dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara arus kas operasi dan

total kas terhadap deviden tunai.

Lisyanti (2005) menguji hubungan antara kurs, inflasi, volume

perdagangan terhadap return saham (capital gain). Berdasarkan penelitian

tersebut didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat

30

antara kurs, inflasi, volume perdagangan dengan nilai R = 0,724 dan dengan

nilai signifikansi 0.000 terhadap return saham (capital gain).

Novi Isniawati (2007), meneliti hubungan antara Inflasi, Kurs, SBI,

terhadap IHSG. Berdasarkan hasil uji F, didapatkan kesimpulan bahwa

terdapat hubungan yang kuat antara Inflasi, Kurs, SBI, terhadap IHSG, namun

secara parsial, hanya kurs dan SBI yang memiliki hubungan signifikan

terhadap IHSG. Kenaikan atau penurunan harga saham akan menimbulkan

kenaikan atau penurunan return saham (capital gain), karena capital gain

didapat dari perhitungan harga saham peride sekarang dibandingan dengan

harga saham pada periode sebelumnya.

Tabel.2.2 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Yuliani (2004)

dan Lisyanti (2005)

Yuliani Lisyanti Penulis Variabel dependen yang diuji 1. Deviden tunai

Return saham (capital gain) 1. capital gain

2. Unexpected return 2. deviden tunai

Variabel independen

1. Arus kas operasi 1. Nilai tukar rupiah 1. Arus Kas Operasi

2. Arus kas investasi 2. Inflasi 2. Arus Kas Investasi

3. Arus kas pembiayaan 3. Volume perdagangan

3. Arus Kas Pendanaan

4. Inflasi 5. Nilai tukar rupiah Periode pengujian Tahun 2000-2002 Tahun 2001-2003 Tahun 2005-2008

31

F. Kerangka Penelitian

Pada gambar di bawah ini adalah kerangka penelitian yang dibuat dalam

model penelitian mengenai pengaruh Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi,

Arus Kas Pembiayaan, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Capital Gain

dan Dividen Tunai.

Gambar. 2.1 Model penelitian pengaruh Arus Kas Operasi , Arus Kas Investasi,

Arus Kas Pembiayaan, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Capital Gain.

Arus Kas Operasi

Arus Kas Investasi

Arus Kas Pembiayaan Return Saham (Capital Gain)

Inflasi

Nilai Tukar Rupiah

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Gambar. 2.2 Model penelitian pengaruh Arus Kas Operasi , Arus Kas Investasi,

Arus Kas Pembiayaan, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dividen Tunai.

Arus Kas Operasi

Arus Kas Investasi

Arus Kas Pembiayaan Return Saham (Dividen Tunai)

Inflasi

Nilai Tukar Rupiah

Sumber: Diolah dari berbagai sumber

32

G. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan pemikiran di atas, maka hipotesis yang akan dajukan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha1: Arus Kas Operasi berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss)

Ha2: Arus Kas Investasi berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss)

Ha3: Arus Kas Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap Return

Saham (Capital Gain/Loss)

Ha4: Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss)

Ha5: Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

(Capital Gain/Loss)

Ha6: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pembiayaan,

Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Return Saham (Capital Gain/Loss)

Ha7: Arus Kas Operasi berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

(Dividen Tunai)

Ha8: Arus Kas Investasi berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

(Dividen Tunai)

Ha9: Arus Kas Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap Return

Saham (Dividen Tunai)

Ha10: Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

(Dividen Tunai)

33

Ha11: Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan terhadap Return Saham

(Dividen Tunai)

Ha12: Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pembiayaan,

Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap Return Saham (Dividen Tunai)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang

termasuk dalam daftar perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) selama periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2008.

Penulis memilih perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur

memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap setiap kejadian baik intern maupun

ekstern perusahaan. Setelah data diperoleh maka akan diteliti pengaruh lima

variabel independen yang terdiri dari arus kas operasi, arus kas investasi, arus

kas pembiayaan, tingkat inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap dua variabel

dependen yaitu return saham berupa capital gain dan dividen tunai.

B. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi berupa saham-saham di Bursa Efek

Indonesia yang tergolong ke dalam perusahaan manufaktur. Dari populasi

tersebut selanjutnya diambil beberapa sampel. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode purposive sampling dalam mengambil sampel yang

akan diteliti. Kriteria yang ditetapkan dalam pengambilan sampel adalah

sebagai berikut:

35

1. Perusahaan yang tercatat dalam daftar perusahaan manufaktur di BEI

berturut-turut dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit dengan

menggunakan tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember.

3. Data laporan keuangan khususnya laporan arus kas tersedia berturut-turut

untuk laporan tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.

4. Perusahaan membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham selama

periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 (untuk pengujian Dividen

Tunai manufaktur).

5. Perusahaan memiliki data harga saham yang lengkap.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data sekunder yang

didapat dari berbagai sumber terpercaya. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Laporan keuangan yang telah diaudit perusahaan perusahaan manufaktur

berupa Laporan Arus Kas yang didapat dari database BEI atau website

BEI.

2. Daftar tingkat inflasi perbulan yang diperoleh dari website BI.

36

3. Daftar nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika perbulan yang diperoleh

dari website BI.

Selain data yang telah disebut di atas, penulis juga menggunakan data

kepustakaan yang berkaitan dengan judul skripsi untuk mendukung penelitian

antara lain jurnal-jurnal, buku-buku, dan artikel-artikel baik yang berasal dari

media cetak maupun website.

D. Metode Analisis Data

1. Statistik deskriptif

(Ghozali,2005) Statistik deskriptif memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, maksimum, dan minimum.

2. Uji Normalitas

Ghozali (2005:110) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel residual memiliki distribusi normal.

Menurut (Ghozali,2005:110) Untuk mendeteksi normalitas dapat

dilakukan dengan cara:

a. Melihat grafik histogram, yang membandingkan antara data observasi

dengan distribusi yang mendekati normal. Cara ini mempunyai

kelemahan khususnya untuk data yang jumlah sampelnya kecil.

b. Melihat normal probability plot yang menggambarkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Jika data menyebar di sekitar garis

diagonal, maka model regresi memenuhi normalitas.

37

3. Uji Asumsi Klasik

Ghozali (2005:82) mengatakan: “Model regresi yang diperoleh dari

metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least square) merupakan model

regresi yang menghasilkan estimator linier yang bias yang terbaik (Best

linear Unbias Estimator/BLUE)". Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi

beberapa asumsi yang dengan asumsi klasik.

a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang kuat antar

variabel bebas yang satu dengan yang lain dalam model regresi. Model

regresi yang baik adalah yang tidak memiliki korelasi linier/hubungan

yang kuat antara variabel bebasnya. Jika dalam model regresi terdapat

gejala multikolinearitas, maka model regresi tersebut tidak dapat

menaksir secara tepat sehingga diperoleh kesimpulan yang salah

tentang variabel yang diteliti.

Pengujian gejala multikolinearitas dengan cara mengkorelasikan

variabel bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dengan

menggunakan program SPSS for Windows.

Untuk medeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model

regresi adalah sebagai berikut :

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi

empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel

independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel

dependen.

38

2) Melihat nilai (1) tolerance dan lawannya (2) variance inflation

factor (VIF). Jika nilai VIF<0,10 atau VIF>10 maka model

regresi terjadi multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan ke pengamatan

lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka

terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala Heteroskedastisitas

pada model regresi dapat dilakukan dengan cara melihat gambar

scatterplot atau dengan melakukan pengujian secara statistik (uji park,

uji glejser).

Pada penelitian ini, pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan

pengujian statistik agar didapatkan hasil yang lebih akurat dan

mendetail yaitu dengan Uji Park. Menurut Ghozali (2005:107)

penggunaan uji statistik akan dapat lebih menjamin keakuratan hasil.

Selain itu, dengan menggunakan uji statistik kita akan dapat melihat

variabel mana yang terkena gejala heteroskedastisitas yang mana hal

ini tidak dapat dilakukan jika menggunakan analisis grafik plots.

39

Uji Park dilakukan dengan meregresikan nilai residual yang telah

dikuadratkan dan ditranformasi kedalam bentuk logaritma natural

sebagai variabel dependen terhadap variabel independen.

Persamaan Uji Park adalah sebagai berikut:

LnU2i = a + β1 x1 + β 2 x2 + β3 x3 + β4 x4 + β5 x5 + e

Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut

signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi < 0,05, hal ini

menunjukkan bahwa terdapat gejala heteroskedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan

kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika korelasi

muncul terjadi korelasi, maka aka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan

pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada

individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi

yang baik adalah regresi yang terbebas dari masalah autokorelasi. Pada

penelitian ini, pengujian untuk mendeteksi apakah di dalam model

regresi terdapat gejala autokorelasi dilakukan dengan uji Runs Test dan

Langrange Multiplier Test (untuk data observasi lebih dari 100).

40

Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang

seharusnya signifikan (dilihat angka F dan signifikannya), menjadi

tidak layak untuk dipakai Uji F (uji secara simultan).

4. Uji hipotesis

Uji signifikansi keseluruhan variabel secara serentak ditunjukkan oleh

bilangan F (F-test), sedangkan uji signifikansi terhadap kontribusi

masing-masing variabel terikat ditunjukkan oleh besarnya bilangan t (t-

test).

a. Uji koefisien determinasi (adjusted R2)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi berkisar antara nol dan satu.

Koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai R2 atau adjusted R2.

penulis memilih untuk melihat nilai adjusted R2 sebagai acuan untk

melihat seberapa jauh variasi variabel independen menerangkan variasi

variabel dependen. Menurut (Ghozali,2005:83) banyak peneliti yang

menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat

mengevaluasi mana model regresi yang terbaik.. Tidak seperti R2, nilai

adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel ditambahkan

kedalam model.

41

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji signifikansi simultan F pada dasranya menunjukkan apakah

semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel

dependen.

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut :

1) Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ha diterima

pada tingkat derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain semua

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen.

2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F

menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F

tabel, maka Ha diterima.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen.

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria

pengambilan keputusan sebagai berikut :

1) Quick look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau

lebih pada derajat kepercayaan 5% dan nilai t lebih besar dari 2

42

secara absolut, maka Ha bisa diterima yang menyatakan bahwa

variabel independen secara parsial berpengarug secara signifikan

terhadap variabel dependen.

2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.

Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi

dibandingkan nilai t tabel, maka Ha diterima.

5. Analisis Regresi Berganda

Karena variabel bebas yang diteliti lebih dari satu maka penelitian ini

menggunakan model regresi linier berganda untuk membentuk hubungan

antar variabel terikat dan variabel bebas. Regresi linier berganda ini

menggunakan tingkat keyakinan (Signifikansi) sebesar α = 5%.

Dalam penelitian ini akan dibuat dua persamaan Regresi Linier

berganda untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen dengan

dua variabel dependen yaitu 1) Return saham (capital gain), dan 2) Return

saham (dividen tunai).

Y1 = a + β1 x1 + β 2 x2 + β3 x3 + β4 x4 + β5 x5 + e

Y2 = a + β1 x1 + β 2 x2 + β3 x3 + β4 x4 + β5 x5 + e

Di mana :

a = konstanta

β 1…β 5 = koefisien regresi untuk x1… x5

x1 = Arus Kas Operasi

x2 = Arus Kas Investasi

x3 = Arus Kas Pembiayaan

43

x4 = Tingkat Inflasi

x5 = Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

Y1 = Return saham (capital gain)

Y2 = Return saham (dividen tunai)

E. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Pada penilitian terdapat lima variabel independen yang akan diuji

terhadap dua variabel dependen. Variabel indepeden yang digunakan antara

lain, Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pembiayaan, Tingkat

Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah. Variabel dpenden yang digunakan adalah

Return Saham berupa Capital Gain dan Dividen Tunai.

1. Variabel independen

a. Arus Kas Operasi

Arus Kas Operasi merupakan jumlah kas yang tersedia atas

aktivitas operasi perusahaan. Meliputi meliputi pengaruh kas dari

transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. Variabel ini

diukur dengan nilai arus kas yang disediakan oleh aktivitas operasi

perusahaan yang diambil dari data Laporan Arus Kas perusahaan.

b. Arus Kas Investasi

Arus Kas Investasi merupakan jumlah kas yang tersedia atas

aktivitas investasi perusahaan. Meliputi pemberian dan penagihan

pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik hutang mapun

44

ekuitas) serta properti, pabrik, dan peralatan. Variabel ini diukur

dengan melihat nilai arus kas yang disediakan oleh aktivitas investasi

perusahaan yang diambil dari data Laporan Arus Kas perusahaan.

c. Arus Kas Pembiayaan

Arus Kas Pembiayaan merupakan jumlah kas yang tersedia atas

aktivitas pembiayaan perusahaan. Meliputi (a) perolehan sumber daya

dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian

atas investasinya, dan (b) peminjaman uang dari kreditor serta

pelunasannya. Variabel ini diukur dengan melihat nilai arus kas yang

tersedia atas aktivitas pembiayaan yang diambil dari data Laporan

Arus Kas perusahaan.

d. Tingkat Inflasi

Menurut (Sadono Sukirno,2000) Inflasi dapat didefinisikan sebagai

suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku umum dalam sesuatu

perekonomian dan berlangsung secara terus-menerus. Tingkat inflasi

(persentasi pertambahan kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke

periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain.

Variabel ini diukur dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen

yang dirumuskan sebagai berikut :

IHKt – IHKt-1 Inflasi = IHKt-1

45

e. Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang

lainnya. Stiap negara memiliki sebuah mata uang yang menunjukkan

harga barang-barang dan jasa (Krugman, 1992).

Variabel ini diukur dengan melihat kurs tengah rupiah terhadap

US$ yang diambil dari database website Bank Indonesia kemudian

membandingkannya dengan kurs tengah rupiah pada periodet-1

(sebelumnya).

Rumus untuk melihat fluktuasi nilai tukar rupiah adalah sebagai

berikut:

Kurs Tengaht-1 – Kurs Tengaht Nilai Tukar Rupiaht = Kurs Tengaht-1

2. Variabel dependen

a. Capital Gain

Merupakan tingkat keuntungan yang diterima oleh pemegang

saham atas selisih harga sekarang dengan harga pada saat pembelian

saham.

Variabel ini diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1

1

t

ttt P

PPR

46

Keterangan :

Rt = Returns saham pada peride t

Pt = Harga saham pada periode t

Pt-1 = Harga saham pada periode t-1 (sebelumnya)

b. Dividen tunai (cash dividend)

Menurut Frank Fabozzi (2003:546) Dividen adalah distribusi

sebagian harta kekayaan perusahaan kepada pemiliknya, sebanding

dengan jumlah lembar saham yang dipegangnya. Biasanya dividen

dibayarkan dalam bentuk kas/tunai. Selain dalam kas, dividen juga

bias dibayarkan dalam bentuk properti perusahaan, dan saham.

Variabel ini diukur dengan cara melihat nilai dividen kas yang

dibayarkan perusahaan kepada para pemegang saham mereka yang

diambil dari data Laporan Keuangan Perusahaan yang telah diaudit.

47

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah mulai sejak

Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal

14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor

Effectenhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian

bursa efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk

sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara

besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjualbelikan merupakan saham

dan obligasi yang ditebitkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, serta efek-

efek Belanda lainnya.

Dengan perkembangan Bursa Efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari

1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan

bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Aktivitas di pasar

modal sempat terhenti pada saat terjadi perang dunia kedua, namun sejak

tahun 1956 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal

sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada awalnya,

pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui pemberian

fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang go public

maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait

48

termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan

setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan

pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya

ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim

investasi di pasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah

berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan

mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket

Oktober 1988, dan paket Desember 1988. Salah satu isi paket tersebut yang

terpenting adalah dinaikkannya pajak penghasilan atas bunga deposito dan

tabungan berjangka lainnya sebesar 15% final. Kebijaksanaan pengenaan

pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar

modal, karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang,

sehingga mereka cenderung mencari alternatif lain dalam menginvestasikan

uangnya.

Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani

oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru dibawah

Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar

sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangannya pada tahun

1990.

Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT

Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa

Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawasan Pasar

Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki

49

babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated Trading System

(JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem

perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan

saham tanpa harus melalui lantai bursa, dimana transaksi dapat dilakukan

oleh WPPE dikantornya masing-masing. Sistem baru tersebut sangat efektif

dan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan.

Tahun 2002 Bursa Efek Jakarta juga mulai menerapkan perdagangan

jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar,

efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang dimiliki

oleh berbagai securities company. Setelah sekuritas terjual di Pasar Perdana,

sekuritas tersebut didaftarkan di bursa efek, agar nantinya dapat

diperjualbelikan di Bursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut

diperdagangkan di bursa biasanya memerlukan waktu sekitar 4-6 minggu

dari saat IPO (Initial Public Offering). Pada waktu sekuritas tersebut

diperdagangkan di Bursa, dikatakan sekuritas tersebut diperdagangkan di

Pasar Sekunder. Pada 1 Desember 2007, penggabungan Bursa Efek

Surabaya ke dalam Bursa Efek Jakarta menjadi entitas bursa baru, yakni

Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi beroperasi

50

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Return Saham

a. Statistik Deskriptif

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, maka didapatkan sampel

sebanyak 75 emiten. Penelitian ini menggunakan pooling-data dalam

pengumpulan data pada saat pengujian, sehingga didapatkan total

sebanyak 300 pengamatan.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

300 -51,8621 192,2572 1,338615 15,0468870300 -445,7852 455,1296 -2,247707 41,5655956300 -320,2121 608,1531 1,407760 46,4397171300 ,0640 ,1333 ,099025 ,0247604300 -,1625 ,0824 -,023500 ,0954433300 -,9426 9,0909 ,237123 ,9961762300

PERUBAHAN AKOPERUBAHAN AKIPERUBAHAN AKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAHRETURNValid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan table dapat dilihat nilai minimum, maksimum, mean,

dan standard deviation sebagai berikut:

1) Minimum, untuk Perubahan AKO sebesar –51,8621 yang

diperoleh dari PT Nippres Tbk pada tahun 2007, Perubahan AKI

sebesar – 445,7852 dari PT Barito Pacific Tbk pada tahun 2007,

Perubahan AKP sebesar -320,2121 dari PT Siantar Top Tbk pada

tahun 2006, Inflasi terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar

6.40%, Nilai Tukar Rupiah sebesar -16,25% pada tahun 2008, dan

51

Return Saham sebesar -94,25% dari PT Sumalindo Lestari Jaya

Tbk pada tahun 2008.

2) Maksimum, untuk Perubahan AKO sebesar 192,2572 yang

diperoleh dari PT Cahaya Kalbar Tbk pada tahun 2006, Perubahan

AKI sebesar 455,1296 dari PT Multi Prima Sejahtera Tbk pada

tahun 2007, Perubahan AKP sebesar 608,1531 dari PT Indofood

Sukses Makmur Tbk pada tahun 2007, Inflasi tertinggi terjadi pada

tahun 2006 sebesar 13,33%, Nilai Tukar Rupiah sebesar 8,24%

pada tahun 2006, dan Return Saham sebesar 900,09% dari PT Inti

Keramik Alam Asri Industri Tbk pada tahun 2007.

3) Mean, untuk Perubahan AKO sebesar 1,3386, perubahan AKI

sebesar –2,2477, Perubahan AKP sebesar 1,4078, Inflasi sebesar

9.90%, Nilai Tukar Rupiah sebesar -2,35%, dan Return Saham

sebesar 23,71%.

4) Standard Deviation, untuk Perubahan AKO sebesar 15,05,

Perubahan AKI sebesar 41,57, Perubahan AKP sebesar 46,44,

Inflasi sebesar 0,024 Nilai Tukar Rupiah sebesar 0,095%, dan

Return Saham sebesar 0,9962.

b. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005:110) Uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi, variabel residual memiliki

distribusi normal.

52

Ada beberapa cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Berdasarkan analis grafik kita bisa melihat apakah residual berdistribusi

normal atau tidak dengan melihat penyebaran titik-titik pada garis

diagonal maka dikatakan data tersebut memenuhi asumsi normalitas,

dan sebaliknya jika data tersebut tidak mengikuti arah garis diagonal,

maka data tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier

Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0

Ex

pe

cte

d C

um

Pro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: RETURN

Sumber: Data diolah (Output SPSS.13)

Dari gambar diatas, terlihat bahwa titik-titik kurang menyebar

disekitar garis diagonal dan kurang mengikuti arah garis diagonal. Oleh

karena itu, maka dapat diindikasikan bahwa data ini tidak memenuhi

asumsi normalitas. Untuk mengatasi permasalahan Normalitas maka

dilakukan outlier terhadap pengamatan yang memiliki nilai residual

yang tidak terdistrsibusi normal sehingga total pengamatan kini menjadi

232.

53

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier

Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0

Exp

ecte

d C

um

Pro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: RETURN

Sumber: Data diolah (Output SPSS.13)

Dari gambar 4.2 dapat dilihat kini titik-titik telah mengikuti arah

garis diagonal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa residual

terdistribusi normal.

c. Uji Asumsi Klasik

1) Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,

2005:91). Untuk mendeteksi apakah terdapat gejala

multikolinearitas pada model regresi dapat dilakukan dengan cara

melihat nilai (1) tolerance (2) variance inflation factor (VIF). Suatu

model regresi dikatakan terkena gejala multikolinearitas apabila

nilai tolerance < 0.10 dan nilai VIF > 10.

54

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas sebelum Outlier

Coefficientsa

1.138 .230 4.939 .000-.003 .004 -.041 -.758 .449 .973 1.028-.003 .001 -.125 -2.293 .023 .978 1.022.000 .001 .009 .160 .873 .962 1.040

-8.306 2.236 -.206 -3.715 .000 .934 1.0713.461 .571 .332 6.061 .000 .964 1.037

(Constant)PERUBAHAN AKOPERUBAHAN AKIPERUBAHAN AKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAH

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: RETURNa.

Sumber: Data diolah (Output SPSS. 13)

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai tolerance berada

di atas 0.05 dan nilai VIF < 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan

tidak terdapat gejala Multikolinearitas.

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas setelah Outlier

Coefficientsa

.427 .076 5.589 .000-4.4E-005 .001 -.002 -.043 .966 .977 1.023

-.007 .001 -.486 -11.553 .000 .977 1.024.001 .000 .062 1.460 .146 .968 1.033

-4.125 .735 -.244 -5.611 .000 .915 1.0932.320 .181 .547 12.834 .000 .952 1.050

(Constant)PERUBAHAN AKOPERUBAHAN AKIPERUBAHAN AKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAH

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: RETURNa.

Sumber: Data diolah (Output SPSS.13)

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa masing-masing variabel

memiliki angka tolerance diatas angka 0,10 dan nilai VIF dibawah

10. Hal ini mengindikasikan bahwa antar variabel bebas pada model

ini tidak terjadi masalah multikolinieritas antar variabel regresi ini.

55

2) Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan

ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan

jika berbeda maka terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang homoskedastisitas.

Untuk mendeteksi apakah terdapat gejala heteroskedastisitas

pada model regresi dapat dilakukan dengan uji statistik yaitu Uji

Park. Menurut Ghozali (2005:107) penggunaan uji statistik akan

dapat lebih menjamin keakuratan hasil. Selain itu, dengan

menggunakan uji statistik kita akan dapat melihat variabel mana

yang terkena gejala heteroskedastisitas yang mana hal ini tidak dapat

dilakukan jika menggunakan analisis grafik plots.

Uji Park dilakukan dengan meregresikan nilai residual yang

telah dikuadratkan dan ditranformasi kedalam bentuk logaritma

natural sebagai variabel dependen terhadap variabel independen.

Persamaan Uji Park adalah sebagai berikut:

LnU2i = a + β1 x1 + β 2 x2 + β3 x3 + β4 x4 + β5 x5 + e

Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut

signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi < 0,05, hal ini

menunjukkan bahwa terdapat gejala heteroskedastisitas.

56

Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Park) Sebelum Outlier

Coefficientsa

-.776 .482 -1.611 .108-.015 .008 -.113 -2.007 .046 .973 1.028-.001 .003 -.023 -.407 .684 .978 1.022-.006 .002 -.132 -2.347 .020 .962 1.040

-14.614 4.679 -.179 -3.123 .002 .934 1.0715.216 1.195 .246 4.366 .000 .964 1.037

(Constant)PERUBAHAN AKOPERUBAHAN AKIPERUBAHAN AKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAH

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: LnU2ia.

Sumber: Data diolah (Output SPSS.13)

Hasil tampilan output SPSS memberikan koefisien parameter

untuk variabel independent Perubahan AKO, Perubahan AKP,

Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah signifikan secara statistik, maka

dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi terdapat

heteroskedastisitas.

Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Park) setelah Outlier

Coefficientsa

-3.865 .671 -5.762 .000-.010 .009 -.075 -1.117 .265 .977 1.023.000 .005 .002 .030 .976 .977 1.024

-.001 .003 -.017 -.256 .798 .968 1.033.268 6.460 .003 .041 .967 .915 1.093

-1.415 1.589 -.060 -.890 .374 .952 1.050

(Constant)PERUBAHAN AKOPERUBAHAN AKIPERUBAHAN AKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAH

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: LnU2ia.

Sumber: Data diolah (Output SPSS.13)

Berdasarkan tabel 4.5, output SPSS menunjukkan bahwa

koefisien parameter untuk semua variabel independen tidak ada

yang signifikan secara statistik. Oleh karena itu, model regresi tidak

terdapat masalah Heteroskedastisitas.

57

3) Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan

residual t-1 (sebelumnya). Jika terdapat korelasi, maka dikatakan

dalam model regresi terdapat problem autokorelasi.

Dalam penelitian ini pengujian Autokorelasi dilakukan dengan

Uji Langrange Multiplier Test. Menurut Ghozali (2005:98) Uji

Autokorelasi dengan Langrange Multiplier dilakukan untuk sample

di atas 100 observasi. Total observasi yang terdapat dalam penelitian

ini untuk pengujian terhadap variable independent tehadap variable

dependen Return (y1) berjumlah 300 (>100). Untuk melakukan

pengujian Langrange Multiplier sebelumnya kita membuat

persamaan sebagai berikut:

Res_1 = a + b1PerubahanAKO + b2PerubahanAKI +

b3PerubahanAKP + b4Inflasi + b5Nilai Tukar Rupiah

+ b6Res_2

Model Regresi dikatakan terdapat problem autokorelasi jika

terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara variabel

Res_2 terhadap Res_1.

58

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi (Langrange Multiplier Test) Sebelum Outlier

Coefficientsa

-.003 .231 -.012 .991.000 .004 -.004 -.073 .942 .965 1.036

8.94E-007 .001 .000 .001 .999 .978 1.0221.65E-005 .001 .001 .014 .989 .962 1.040

.044 2.242 .001 .020 .984 .934 1.071-.003 .572 .000 -.006 .995 .964 1.037.039 .059 .039 .660 .510 .992 1.008

(Constant)PERUBAHAN AKOPERUBAHAN AKIPERUBAHAN AKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAHRes_2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Unstandardized Residuala.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa tidak ada pengaruh

yang signifikan antara variabel Res_2 terhadap variabel Res_1, hal

ini menunjukkan bahwa tidak terdapat problem autokorelasi.

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi (Langrange Multiplier Test) Setelah Outlier

Coefficientsa

-.050 .088 -.566 .572.000 .003 -.012 -.162 .872 .985 1.016.000 .001 -.019 -.254 .800 .968 1.033

3.30E-005 .000 .007 .092 .926 .963 1.038.430 .837 .041 .513 .609 .896 1.116

-.290 .208 -.109 -1.392 .166 .926 1.080.048 .076 .048 .634 .527 .982 1.018

(Constant)PERUBAHAN AKOPERUBAHAN AKIPERUBAHAN AKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAHRes_2

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: Unstandardized Residuala.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan table 4.7, terlihat bahwa tidak ada pengaruh yang

signifikan antara variabel Res_2 terhadap variabel Res_1, hal ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat problem autokorelasi.

59

d. Uji Hipotesis

1) Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk menggambarkan

seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel dependen dapat

dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari variabel independen.

Dengan mengetahui nilai koefisien determinasi kita bisa

menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi

variabel independen.

Koefisien determinasi atau adjusted R2 dapat dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Model Summaryb

.781a .610 .601 .2567379 1.950Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), NILAI TUKAR RUPIAH, PERUBAHAN AKP,PERUBAHAN AKO, PERUBAHAN AKI, INFLASI

a.

Dependent Variable: RETURNb.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Pada tabel 4.8 terlihat angka koefisien determinasi (Adjusted R

Square) sebesar 0.601 atau 60.1%. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel independen berupa Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi,

Arus Kas Pembiayaan, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/USD dapat

menjelaskan variabel dependen (return saham) sebesar 60.1% dan

60

sisanya sebesar 39.9% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar

penelitian ini.

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengaruh secara simultan variabel independen Arus Kas

Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pembiayaan, Inflasi, dan

Nilai Tukar Rupiah terhadap Return saham dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 4.9 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAb

23.282 5 4.656 70.645 .000a

14.897 226 .06638.179 231

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), NILAI TUKAR RUPIAH, PERUBAHAN AKP, PERUBAHANAKO, PERUBAHAN AKI, INFLASI

a.

Dependent Variable: RETURNb.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan table 4.9 dapat disimpulkan bahwa secara simultan

variable Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas

Pembiayaan, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan

terhadap variabel Return Saham dengan nilai signifikansi sebesar

0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima.

3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Pengaruh secara individual variable independent Arus Kas

Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pembiayaan, Inflasi, dan

61

Nilai Tukar Rupiah terhadap Return saham dapat dilihat sebagai

berikut:

Tabel 4.10 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Coefficientsa

.427 .076 5.589 .000-4.4E-005 .001 -.002 -.043 .966 .977 1.023

-.007 .001 -.486 -11.553 .000 .977 1.024.001 .000 .062 1.460 .146 .968 1.033

-4.125 .735 -.244 -5.611 .000 .915 1.0932.320 .181 .547 12.834 .000 .952 1.050

(Constant)PERUBAHAN AKOPERUBAHAN AKIPERUBAHAN AKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAH

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: RETURNa.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada Tabel 4.10 dapat

disimpulkan bahwa:

a) Arus Kas Operasi (AKO)

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara parsial

AKO memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,966 atau lebih

besar dari alpha 5% dan Thitung sebesar -0,043 berada di daerah

kritis (di antara nilai ttabel -1.97 sampai +1.97), sehingga dapat

disimpulkan AKO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

b) Arus Kas Investasi (AKI)

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara parsial

AKI memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil

dari alpha 5% dan Thitung sebesar -11,553 berada di luar daerah

62

kritis (di luar nilai ttabel -1.97 sampai +1.97), sehingga dapat

disimpulkan AKI berpengaruh secara signifikan negatif terhadap

return saham.

c) Arus Kas Pembiayaan (AKP)

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara parsial

AKP memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,146 atau lebih besar

dari alpha 5% dan Thitung sebesar 1,460 berada di daerah kritis

(di antara nilai ttabel -1.97 sampai +1.97), sehingga dapat

disimpulkan AKP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

d) Inflasi

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara parsial

Inflasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih

kecil dari alpha 5% dan Thitung sebesar -5,611, berada di daerah

kritis (di antara nilai ttabel -1.97 sampai +1.97), sehingga dapat

disimpulkan Inflasi berpengaruh secara signifikan negatif

terhadap return saham.

e) Nilai Tukar Rupiah

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa secara parsial

Nilai Tukar Rupiah memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000

atau lebih kecil dari alpha 5% dan Thitung sebesar 12,834 berada

di luar daerah kritis (di luar nilai ttabel -1.97 sampai +1.97),

63

sehingga dapat disimpulkan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh

secara signifikan positif terhadap return saham.

e. Analisis Regresi Berganda

Return = 0,427 – 0,000044PerubahanAKO – 0,007PerubahanAKI

+ 0,001PerubahanAKP - 4,125Inflasi + 2,320Nilai Tukar

Rupiah + e

Dari persamaan regresi diatas, nilai konstanta menyatakan bahwa

jika variabel independen bernilai nol maka nilai Return adalah bernilai

sebesar 0,427.

Koefisien perubahan AKO bertanda negatif sebesar -0,000044, hal

ini menunjukkan jika perubahan AKO naik 1% maka akan

menimbulkan penurunan return sebesar 0,000044 dengan asumsi

variabel lain diabaikan dan konstan. Perubahan AKO memiliki tingkat

signifikansi sebesar 0,966 > 0.05, ini menunjukkan bahwa secara parsial

perubahan AKO tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.

Koefisien perubahan AKI bertanda negatif sebesar -0,007, artinya

jika perubahan AKI naik sebesar 1% maka akan menimbulkan

penurunan return sebesar 0,007 dengan asumsi variabel lain diabaikan

dan konstan. Perubahan AKI memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000

< 0.05, ini menunjukkan bahwa perubahan AKI memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap return saham. Penurunan perubahan Arus Kas

64

Investasi (peningkatan pengeluaran Investasi perusahaan) maka semakin

tinggi return saham yang akan diterima investor, investor merespons

positif akan peningkatan investasi perusahaan karena peningkatan

investasi perusahaan berhubungan peningkatan pendapatan dan arus kas

di masa yang akan datang (Miller dan Rock, 1985 dalam Ninna Daniati

dan Suhairi, 2006:6)

Koefisien perubahan AKP bertanda positif sebesar 0,001, artinya

jika perubahan AKP naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

kenaikan return sebesar 0,001 dengan asumsi variabel lain diabaikan

dan konstan. Perubahan AKP memiliki tingkat signifikansi sebesar

0,146 > 0.05, ini menunjukkan bahwa secara parsial perubahan AKP

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham (capital

gain).

Koefisien Inflasi bertanda positif sebesar -4,125, artinya jika

Inflasi naik sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan return

sebesar 4,125 dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan. Inflasi

memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0.05, ini menunjukkan

bahwa Inflasi sebagai salah satu indikator ekonomi memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap return saham (capital gain), hal ini sesuai

dengan teori yang mengatakan bahwa Inflasi akan berpengaruh negatif

terhadap return saham. Penelitian ini berhasil mendukung penelitian

Yusuf (2008) yang menyatakan bahwa Inflasi mempunyai hubungan

yang negatif terhadap return saham yang diterima investor.

65

Koefisien Nilai Tukar Rupiah bertanda positif sebesar 2,320, artinya

jika Nilai Tukar Rupiah naik sebesar 1% maka akan menyebabkan

kenaikan return saham sebesar 2,320 dengan asumsi variabel lain

diabaikan dan konstan. Nilai Tukar Rupiah memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0,000 < 0.05, ini menunjukkan bahwa secara parsial Nilai Tukar

Rupiah/USD memiliki hubungan yang signifikan terhadap return saham

(capital gain), hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

penguatan nilai tukar rupiah akan berpengaruh postif terhadap kinerja

emiten yang nantinya juga akan meningkatkan kepercayaan investor

untuk menanamkan investasinya di pasar modal (emiten).

2. Dividen Tunai

a. Statistik Deskriptif

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data dari emiten yang

terdaftar di BEI yang tergabung dalam perusahaan manufaktur yang

yang selalu membayar dividen tunai selama periode 2005-2008.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka didapatkan sample sebanyak 25

emiten. Penelitian ini menggunakan pooling-data dalam pengumpulan

data pada saat pengujian, sehingga didapatkan total sebanyak 100

pengamatan.

Tabel 4.11 Descriptive Statistics

66

Descriptive Statistics

100 1124 3973000 356894,89 768938,658100 -552085 11244269 695419,46 1595223,648100 -6454753 94058 -335156 857767,917100 -6817284 6103714 -176849 1268136,503100 ,0606 ,1333 ,090475 ,0301944100 -,0975 ,0824 -,029350 ,0677554100

DIVIDEN TUNAIAKOAKIAKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAHValid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat nilai minimum, maksimum,

mean, dan standard deviation sebagai berikut:

5) Minimum, untuk AKO sebesar -Rp 552.085.000.000 yang

diperoleh dari PT Bentoel Internasional Investasma Tbk pada tahun

2007, AKI sebesar - Rp 6.454.753.000.000 dari PT Indofood

Sukses Makmur Tbk pada tahun 2007, AKP sebesar -Rp

6.817.284.000.000 dari PT Astra Internasional Tbk pada tahun

2007, Inflasi terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar 6.06%, Nilai

Tukar Rupiah sebesar -9,75% pada tahun 2004, dan Dividen Tunai

sebesar Rp 1.124.000.000 dari Delta Djakarta Tbk pada tahun

2006.

6) Maksimum, untuk AKO sebesar Rp 11.244.269.000.000 yang

diperoleh dari PT Astra Internasional Tbk pada tahun 2008, AKI

sebesar Rp 94.058.000.000 dari PT HM Sampoerna Tbk pada

tahun 2007, AKP sebesar Rp 6.103.714.000.000 dari PT Indofood

Sukses Makmur Tbk pada tahun 2008, Inflasi tertinggi terjadi pada

tahun 2006 sebesar 13,33%, Nilai Tukar Rupiah sebesar 8,24%

67

pada tahun 2006, dan Dividen Tunai sebesar Rp 3.973.000.000.000

dari PT Astra Internasional Tbk pada tahun 2008.

7) Mean, untuk AKO sebesar Rp 6.954.419.460.000, AKI sebesar -

Rp 335.156.000.000, AKP sebesar -Rp 176.849.000.000, Inflasi

sebesar 9.05%, Nilai Tukar Rupiah sebesar -2,94%, dan Dividen

Tunai sebesar Rp 356.894.890.000.

8) Standard Deviation, untuk AKO sebesar Rp 1.595.223.648.000,

AKI sebesar Rp 857.767.000.000, AKP sebesar Rp

1.268.136.000.000, Inflasi sebesar 3.02%, Nilai Tukar Rupiah

sebesar 6,78%, dan Dividen Tunai sebesar Rp 768.938.658.000.

b. Uji Normalitas

Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas

Sebelum Logaritma Natural (Ln), Lag Y, dan Outlier

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Exp

ecte

d C

um P

rob

Dependent Variable: DIVIDEN TUNAI

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Data diolah (Output SPSS.13)

68

Dari gambar diatas, terlihat bahwa titik-titik obsevasi tidak

menyebar disekitar garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis

diagonal. Oleh karena itu, maka dapat diindikasikan bahwa data ini

tidak memenuhi asumsi normalitas.

Untuk mengatasi permasalahan Normalitas yang terjadi pada model

regresi maka dilakukan tranformasi pada salah satu variabelnya yaitu

Dividen Tunai ke dalam bentuk Logaritma Natural.

Setelah dilakukan tranformasi data dividen tunai menjadi LnDiv

asumsi normalitas dan semua asumsi klasik terpenuhi kecuali

Autokorelasi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan dengan

memasukkan lag dari variabel terikatnya (LnDiv) sebagai variable

bebasnya. Persamaan regresi kini mengalami perubahan lagi menjadi

sebagai berikut:

LnDiv = a + b1AKO + b2AKI + b3AKP + b4Inflasi + b5Nilai Tukar

Rupiah + b6 Lag_LnDiv + e

Agar didapatkan model regresi yang lebih baik, setelah tranformasi

data dilakukan, maka dilakukan juga screening data untuk mendeteksi

ada atau tidaknya data outlier. Menurut Ghozali (2005:36) outlier

adalah kasus atau data yang memiliki nilai ekstrem atau karakteristik

unik yang terlihat Sangat berbeda dengan observasi-observasi lainnya

sehingga total observasi kini menjadi 96.

69

Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas

Setelah Logaritma Natural (Ln), Lag Y, dan Outlier

1.00.80.60.40.20.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

Dependent Variable: LnDiv

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Data diolah (Output SPSS.13)

Dari gambar diatas, terlihat bahwa titik-titik obsevasi menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena

itu, maka dapat diindikasikan bahwa data ini memenuhi asumsi

normalitas.

c. Uji Asumsi Klasik

1) Multikolinearitas

Tabel 4.12 Multikolinearitas

70

Sebelum Logaritma Natural, Lag Y, dan Outlier Coefficientsa

58080.075 305281.5 .190 .850.379 .053 .787 7.186 .000 .315 3.172.004 .082 .005 .052 .959 .458 2.185

-.022 .051 -.037 -.435 .664 .536 1.86725011.841 2936542 .001 .009 .993 .285 3.515-1027527 1305302 -.091 -.787 .433 .286 3.497

(Constant)AKOAKIAKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAH

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: DIVIDEN TUNAIa.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa masing-masing variabel

memiliki angka tolerance diatas angka 0,10 dan nilai VIF dibawah

10. Hal ini mengindikasikan bahwa antar variabel bebas pada model

ini tidak terjadi masalah multikolinieritas antar variabel regresi in.

Tabel 4.13 Multikolinearitas

Setelah Logaritma Natural, Lag Y, dan Outlier Coefficientsa

7.086 1.004 7.060 .0001.15E-006 .000 .490 6.115 .000 .479 2.086-5.6E-007 .000 -.131 -1.711 .090 .528 1.895-2.1E-007 .000 -.082 -1.312 .193 .785 1.274

-8.935 6.577 -.141 -1.359 .178 .285 3.5036.424 2.912 .229 2.206 .030 .287 3.485.373 .067 .369 5.545 .000 .695 1.438

(Constant)AKOAKIAKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAHLag_LnDiv

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: LnDiva.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Dari tabel 4.13 menunjukkan bahwa masing-masing variabel

memiliki angka tolerance diatas angka 0,10 dan nilai VIF dibawah

10. Hal ini mengindikasikan bahwa antar variabel bebas pada model

ini tidak terjadi masalah multikolinieritas antar variabel regresi ini.

71

2) Heteroskedastisitas

Tabel 4.14 Heteroskedastisitas (Uji Park)

Sebelum Logaritma Natural, Lag Y, dan Outlier Coefficientsa

19.786 1.189 16.641 .0004.93E-007 .000 .327 2.395 .019 .315 3.172-6.1E-007 .000 -.217 -1.918 .058 .458 2.185-3.7E-008 .000 -.020 -.188 .851 .536 1.867

25.621 11.437 .322 2.240 .027 .285 3.515-25.659 5.084 -.723 -5.047 .000 .286 3.497

(Constant)AKOAKIAKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAH

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: LnU2ia.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Hasil tampilan output SPSS dapat menunjukkan bahwa dalam

model regresi terdapat pengaruh yang signifikan secara statistik

antara variabel AKO, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap

variable LnU2i, maka dapat disimpulkan dalam model regresi

terdapat problem Heteroskedastisitas.

Tabel 4.15 Heteroskedastisitas (Uji Park)

Setelah Logaritma Natural, Lag Y, dan Outlier

72

Coefficientsa

-5.807 2.729 -2.128 .036-3.5E-007 .000 -.101 -.681 .498 .479 2.086-3.3E-007 .000 -.052 -.368 .714 .528 1.8952.69E-007 .000 .071 .612 .542 .785 1.274

17.755 17.880 .191 .993 .323 .285 3.503-12.482 7.917 -.303 -1.577 .118 .287 3.485

.224 .183 .151 1.227 .223 .695 1.438

(Constant)AKOAKIAKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAHLag_LnDiv

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: LnU2ia.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Hasil tampilan output SPSS memberikan koefisien parameter

untuk variabel independent tidak ada yang signifikan secara statistic,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa model regresi tidak terdapat

heteroskedastisitas.

3) Autokorelasi

Tabel 4.16 Autokorelasi (Runs Test)

Sebelum Logaritma Natural, Lag Y, dan Outlier Runs Test

-109340.92315050

10044

-1.407.159

Test Value a

Cases < Test ValueCases >= Test ValueTotal CasesNumber of RunsZAsymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Mediana.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan data Tabel 4.16 terlihat bahwa residual acak atau

random dengan nilai signifikansi (0.159) > 0.05, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat problem Autokorelasi.

73

Tabel 4.17 Autokorelasi (Runs Test)

Setelah Logaritma Natural, Lag Y, dan Outlier Runs Test

.1007448489642

-1.436.151

Test Value a

Cases < Test ValueCases >= Test ValueTotal CasesNumber of RunsZAsymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Mediana.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan data Tabel 4.17 terlihat bahwa residual acak atau

random dengan nilai signifikansi (0.151) > 0.05, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat problem Autokorelasi.

d. Uji Hipotesis

1) Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Tabel 4.18 Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Model Summaryb

.852a .726 .707 1.03115 1.783Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Lag_LnDiv, AKP, NILAI TUKAR RUPIAH, AKI,AKO, INFLASI

a.

Dependent Variable: LnDivb.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Pada tabel 4.18 terlihat angka koefisien determinasi (Adjusted R

Square) sebesar 0.707 atau 70.7%. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel independen berupa Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi,

Arus Kas Pembiayaan, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/USD dapat

menjelaskan variabel dependen (Dividen Tunai) sebesar 70.7% dan

74

sisanya sebesar 29.3% dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar

penelitian ini.

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Tabel 4.19 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAb

250.271 6 41.712 39.230 .000a

94.630 89 1.063344.902 95

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Lag_LnDiv, AKP, NILAI TUKAR RUPIAH, AKI, AKO, INFLASIa.

Dependent Variable: LnDivb.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan table 4.19 dapat disimpulkan bahwa secara

simultan variable Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas

Pembiayaan, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh signifikan

terhadap variable Dividen Tunai dengan nilai signifikansi sebesar

0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima.

3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Tabel 4.20 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

75

Coefficientsa

7.086 1.004 7.060 .0001.15E-006 .000 .490 6.115 .000 .479 2.086-5.6E-007 .000 -.131 -1.711 .090 .528 1.895-2.1E-007 .000 -.082 -1.312 .193 .785 1.274

-8.935 6.577 -.141 -1.359 .178 .285 3.5036.424 2.912 .229 2.206 .030 .287 3.485

.373 .067 .369 5.545 .000 .695 1.438

(Constant)AKOAKIAKPINFLASINILAI TUKAR RUPIAHLag_LnDiv

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: LnDiva.

Sumber: Data diolah (output SPSS.13)

Berdasarkan hasil yang ditampilkan pada Tabel 4.20 dapat

disimpulkan bahwa:

a) Arus Kas Operasi (AKO)

Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan bahwa secara parsial

AKO memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil

dari alpha 5% dan Thitung sebesar 6,115 berada di luar daerah

kritis (di luar nilai ttabel -1.99 sampai +1.99), sehingga dapat

disimpulkan AKO berpengaruh secara signifikan positif

terhadap dividen tunai.

b) Arus Kas Investasi (AKI)

Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan bahwa secara parsial

AKI memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,090 atau lebih besar

dari alpha 5% dan Thitung sebesar -1,711 berada di daerah kritis

(di antara nilai ttabel -1.99 sampai +1.99), sehingga dapat

76

disimpulkan AKI tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

dividen tunai.

c) Arus Kas Pembiayaan (AKP)

Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan bahwa secara parsial

AKP memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,193 atau lebih besar

dari alpha 5% dan Thitung sebesar -1,312 berada di daerah kritis

(di antara nilai ttabel -1.99 sampai +1.99), sehingga dapat

disimpulkan AKP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

dividen tunai.

d) Inflasi

Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan bahwa secara parsial

Inflasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,178 atau lebih

besar dari alpha 5% dan Thitung sebesar -1,359 berada di daerah

kritis (di antara nilai ttabel -1.99 sampai +1.99), sehingga dapat

disimpulkan Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

dividen tunai.

e) Nilai Tukar Rupiah

Berdasarkan tabel 4.20 menunjukkan bahwa secara parsial

Nilai Tukar Rupiah memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,030

atau lebih kecil dari alpha 5% dan Thitung sebesar 2,206 berada di

luar daerah kritis (di luar nilai ttabel -1.99 sampai +1.99),

sehingga dapat disimpulkan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh

secara signifikan positif terhadap dividen tunai.

77

e. Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan persamaan regresi

berganda sebagai berikut:

LnDiv = 7,086 + 0,00000015AKO - 0,00000056AKI –

0,00000021AKP - 8,935Inflasi + 6,424Nilai Tukar

Rupiah + e

Dari persamaan regresi diatas, nilai konstanta menyatakan bahwa

jika variabel independen bernilai nol maka nilai Dividen adalah bernilai

sebesar antiLn 7,086 atau sama dengan Rp 1.195.118.000.

Koefisien AKO bertanda positif sebesar 0,00000015, hal ini

menunjukkan jika AKO naik Rp1 maka akan menimbulkan penurunan

dividen sebesar 0,00000015 dengan asumsi variabel lain diabaikan dan

konstan. Nilai signifikansi Arus Kas Operasi secara parsial sebesar

0.000 < 0.05, ini menunjukkan bahwa Arus Kas Operasi berpengaruh

signifikan terhadap Dividen Tunai, yang artinya jika Arus Kas Operasi

perusahaan meningkat maka akan meningkatkan kemampuan

perusahaan dalam melakukan pembayaran dividen tunai mereka

terhadap investor. Penelitian ini berhasil mendukung penilitian yang

dilakukan oleh Yuliani (2004) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang kuat antara Arus Kas Operasi emiten terhadap dividen

tunai.

Koefisien AKI bertanda negatif sebesar -0,00000056, artinya jika

AKI naik sebesar Rp1 maka akan menimbulkan penurunan dividen

78

tunai sebesar 0,000000056 dengan asumsi variabel lain diabaikan dan

konstan. AKI memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,090 > 0.05, ini

menunjukkan bahwa AKI tidak memiliki hubungan yang signifikan

terhadap Dividen Tunai.

Koefisien AKP bertanda negative sebesar -0,00000021, artinya jika

AKP naik sebesar 1 rupiah maka akan menyebabkan penurunan dividen

tunai sebesar 0,00000021 dengan asumsi variabel lain diabaikan dan

konstan. AKP memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,193 > 0.05, ini

menunjukkan bahwa AKP juga tidak memiliki hubungan yang

signifikan terhadap pembagian Dividen Tunai.

Koefisien Inflasi bertanda negative sebesar -8,935, artinya jika

Inflasi naik sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan dividen

tunai sebesar 8,935 dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan.

Inflasi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,178 > 0.05, ini

menunjukkan bahwa Inflasi tidak memiliki hubungan yang signifikan

terhadap Dividen Tunai.

Koefisien Nilai Tukar Rupiah bertanda positif sebesar 6,424,

artinya jika Nilai Tukar Rupiah naik sebesar 1% maka akan

menyebabkan kenaikan dividen tunai sebesar 6,424 dengan asumsi

variabel lain diabaikan dan konstan. Nilai Tukar Rupiah memiliki

tingkat signifikansi sebesar 0,030 < 0.05, ini menunjukkan bahwa Nilai

Tukar Rupiah/USD memiliki hubungan yang signifikan terhadap

Dividen Tunai. Ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

79

fluktuasi Nilai Tukar Rupiah berpengaruh terhadap kinerja emiten baik

dari segi pendapatan maupun biaya yang nantinya akan menyebabkan

kenaikan atau penurunan laba perusahaan (Ridwan, 2008:8). Kenaikan

atau penurunan laba emiten tentunya akan berpengaruh terhadap besar

kecilnya laba yang akan didistribusikan kepada investor melalui

pembayaran dividen tunai.

80

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, terdapat

beberapa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap return

saham (capital gain) dan dividen tunai pada perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di BEI selama periode 2005 sampai dengan 2008. Penelitian ini

menggunakan metode analisis regresi berganda, dari hasil pengujian

didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil Uji F (simultan) menunjukkan bahwa semua variabel independen

(perubahan Arus Kas Operasi, perubahan Arus Kas Investasi, perubahan

Arus Kas Pembiayaan, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah/USD) secara

bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel return

saham (capital gain).

2. Perubahan Arus Kas Investasi mempunyai pengaruh negatif dan signifikan

terhadap return saham, artinya semakin tinggi Perubahan Arus Kas

Investasi (penurunan investasi perusahaan) akan menurunkan Return

saham yang akan diterima investor. Peningkatan investasi perusahaan akan

direspon positif oleh investor karena berkaitan dengan peningkatan

pendapatan dan arus kas di masa yang akan datang (Miller dan Rock, 1985

dalam Ninna Daniati dan Suhairi, 2006:6).

81

3. Inflasi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifkan, artinya semakin

tinggi inflasi akan menyebabkan penurunan return saham yang akan

diterima oleh investor.

4. Nilai Tukar Rupiah/USD mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap return saham, artinya semakin menguatnya Nilai Tukar Rupiah

terhadap USD (apresiasi rupiah) akan meningkatkan return saham yang

akan diterima oleh investor.

5. Hasil Uji F (simultan) menunjukkan bahwa semua variabel independen

(Arus Kas Operasi, Arus Kas Investasi, Arus Kas Pembiayaan, Inflasi dan

Nilai Tukar Rupiah/USD) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel Dividen Tunai.

6. Arus Kas Operasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

Dividen Tunai, artinya semakin tinggi Arus Kas Operasi maka semakin

tinggi Dividen Tunai yang akan diterima oleh investor.

7. Nilai Tukar Rupiah/USD memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap Dividen Tunai, artinya semakin menguat Nilai Tukar

Rupiah/USD (apresiasi rupiah) maka akan semakin tinggi Dividen Tunai

yang akan diterima oleh investor.

82

B. Implikasi

Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi terhadap berbagai pihak.

Bagi investor, dengan mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara

perubahan Arus Kas Investasi, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah/USD terhadap

return saham (capital gain) dan pengaruh yang signifikan antara Arus Kas

Operasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dividen Tunai maka hasil penelitian

ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan

investasi di pasar modal.

Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya juga menganalisis faktor

fundamental lainnya seperti rasio keuangan, karakterisitik industri, life-cycle

perusahaan, size perusahaan, Produk Domestik Bruto, Tingkat Suku Bunga,

Uang yang Beredar dan lainnya terhadap return saham (capital gain) dan

dividen tunai, kemudian memperpanjang periode penelitian agar didapatkan

hasil yang lebih baik.

83

DAFTAR PUSTAKA

Amilin dan Darwanto. “Analisis Pengaruh Publikasi Laporan Arus Kas terhadap Volume Perdagangan Saham”. Jurnal Etikonomi, Vol.5, No.1, April 2006, 47-57.

Atikah, Rodoni, Ahmad dan Rahmawati. “Analisis Pengaruh Informasi Laba Akuntansi dan Komponen Arus Kas terhadap Harga/Return Saham”. Jurnal Etikonomi, Vol.3, No.1, April 2004, 434-449.

Case & Fair. “Prnsip-prinsip Ekonomi Makro”, Edisi Kelima, Jakarta, PT Indeks. 2004.

Daniati, Ninna dan Suhairi. “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham, Survey pada Industry Textile dan Automotive yang terdaftar di BEJ”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 2006.

Desiwati, Winda. “Pengaruh Hari Perdagangan, Exchange Rate, dan Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham”. Skiripsi. STIE Trisakti, Jakarta, 2005.

Djohanputro, Bramantyo. “Prinsip-prinsip Ekonomi Makro”. Jakarta, PPM. 2008.

Fabozzi, Frank J. “Financial Management and Analysis”, New Jersey, John Wiley&Sons, inc.,Hoboken. 2003.

Folk, Jeannie M. Garrison, Ray H. and Noreen, Eric W. “Introduction to Managerial Accounting”. McGraw-Hill/Irwin. 2002.

Ghozali, Imam, ”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.

84

Harahap, Sofyan Syafri, “Analisis kritis atas Laporan Keuangan”. Edisi Ketujuh, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 2008.

Hirt, Geoffrey A and Block, Stanley B. “Fundamental of Investment Management”, New York, McGraw-Hill/Irwin, 2003.

Indriantoro, Nur. “Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama, Yogyakarta, BPFE. 2002.

Irmawati, Evi. “Analisis pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas terhadap Pembagian Dividen. Studi Empiris pada perusahaan aneka industri terdaftar di BEJ”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005.

Kieso, Donald E. “Akuntansi Intermediate”. Edisi Kesepuluh, Jilid 1, Jakarta, Erlangga. 2002.

Kieso, Donald E., Weygandt, J.J. and Wartfield, T.D. “Intermediate Accounting”. 17th ed. John Wiley and Sons. Inc, New York. 2007

Lisyanti. “Hubungan antara Kurs, Inflasi, Volume Perdagangan Saham terhadap Return Saham”, Skripsi, STIE Trisakti, Jakarta, 2005.

Miller, Roger LeRoy. ”Economic Todays”. 14th ed. Pearson Education, Inc. Boston. 2008.

Pau, Tan Pau. “Analisis Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Dividen Tunai pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi, STIE Trisakti, 2006.

Pradhono dan Christiawan, Yulius Jogi. “Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi terhadap Return Saham yang diterima oleh pemegang saham. Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 6, No. 2, November 2004 : 140-146.

85

Ridwan, Ali. ”Pasar Modal dan Pertumbuhan Sektor Riil: Ada benang merahnya?”, Artikel Warta Bapepam-LK. Edisi Januari 2008 : 7-9.

Ruqoyah, Siti. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, jumlah uang yang beredar, dan Inflasi terhadap Return Saham. Studi Empiris pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEJ”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.

Schiller, Bradley R. “The Macroeconomi Today”. 9th ed. Mcgraw-Hill/Irwin. New York. 2003.

Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makroekonomi”. Edisi Kedua, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada. 2000.

Susanto, San dan Ekawati, Erni. “Relevansi Nilai Informasi Laba dan Aliran Kas terhadap Harga Saham dalam kaitannya dengan Silus Hidup Perusahaan”, jurnal Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 2006.

Wild, John J. “Financial Accounting, Information for Decisions”. 2nd ed. McGraw-Hill/Irwin. New York. 2003.

Wira, Desmond. “Jurus Cuan investasi saham, strategi dan tips mendapatkan keuntungan di pasar saham”. Edisi Pertama, Jakarta, Exceed. 2009.

Yuliani. “Analisis Laporan Arus Kas terhadap Dividen Tunai dan Return Saham pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Indonesia”, Skripsi, STIE Trisakti, Jakarta, 2004.

Yusuf, Muhammad Arief. “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Produk Nasional Bruto (PNB), Price Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.