14
i PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA DI DUSUN JOMEGATAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta IRA ALVIONITA 20100320123 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

i

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA DI

DUSUN JOMEGATAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat

Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

IRA ALVIONITA

20100320123

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

1

Page 3: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

2

Page 4: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

1

Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Depresi Pada Lansia di Dusun Jomegatan,

Ngestiharjo, Kasihan, Bantul

Ira Alvionita 1, Nurul Hidayah, S.Kep., Ns 2, Nurvita Risdiana, S.Kep.,Ns.,M.Sc 2

Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Latar Belakang :

Peningkatan jumlah lansia dan AHH menimbulkan beberapa permasalahan

kesehatan fisik, mental ataupun sosial. Depresi merupakan gangguan mental yang sering ditemui pada geriatri. Gejala umum yang dialami lansia yaitu rasa khawatir, rasa tidak berguna, sedih, pesimis, tidak dapat tidur, dan sulit mengerjakan segala

sesuatu. Terdapat bebagai macam cara untuk menurunkan depresi, termasuk terapi tertawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi tertawa terhadap

depresi pada lansia di dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Metode Penelitian :

Penelitian ini adalah study intervensi berupa penelitian kuantitatif dengan

rancangan Quasy Experiment Design: Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel pada penelitian ini sebanyak 32 orang lansia dengan masing-masing 15 lansia

sebagai kelompok intervensi dan 17 lansia sebagai kelompok kontrol di dusun Jomegatan, Kasihan, Bantul. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel yang memenuhi

kriteria inklusi akan dipilih secara simple random. Analisis data yang digunakan adalah Wilcoxon dan Mann Whitney.

Hasil Penelitian :

Terdapat pengaruh terapi tertawa terhadap depresi pada lansia dengan nilai p value 0,003 (α < 0,05). Selain itu terdapat nilai p value pada kelompok kontrol

sebesar 0,805 dan kelompok perlakuan sebesar 0,001. Kesimpulan :

Terapi tertawa berpengaruh terhadap penurunan depresi pada lansia. Kata Kunci : terapi tertawa, depresi, lansia

1 Mahasiswa PSIK FKIK UMY

2 Dosen Pengajar PSIK FKIK UMY

Page 5: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

2

The Effect of Laughter Therapy To Depression In Elderly in Jomegatan village,

Ngestiharjo, Kasihan, Bantul

Ira Alvionita 1, Nurul Hidayah, S.Kep., Ns 2, Nurvita Risdiana,S.Kep.,Ns.,M.Sc 2

Karya Tulis Ilmiah, School of Nursing, Medical and Health Sciences Faculty,

University Muhammadiyah of Yogyakarta

ABSTRACT

Background: An increasing number of elderly and AHH cause some physical, mental or

social health problems. Depression is a common mental disorder in the elderly.

Common symptoms which is experienced by the elderly is the worry, the taste of useless, sad, pessimistic, can’t sleep, and difficult to do everything. There are many

ways to reduce depression, including laughter therapy. The study aimed to determine the effect of laughter therapy on depression in the elderly in the Jomegatan village, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.

Methodology of Research:

The research used a quantitative research study with Quasy Experiment

Design: Pretest-posttest control group design. The samples in this study were 32 older people with 15 elderly as the intervention group and 17 elderly as control group in the Jomegatan village, Kasihan, Bantul. The sampling technique used

purposive sampling with inclusion and exclusion criteria. Samples that meet the inclusion criteria will be selected by simple random. Analysis of the data used the

Wilcoxon and Mann Whitney Test. Results:

There is an influenced of laughter therapy on depression in older adults with

a p value of 0.003 (α <0.05). In addition, there is a p value of control group 0.805 and the intervention group was 0.001.

Conclusion:

Laughter therapy has influence to reduction depression in the elderly. Keywords: laughter therapy, depression, elderly

1. Students PSIK FKIK UMY

2. Lecturers PSIK FKIK UMY

Page 6: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

3

PENDAHULUAN

Jumlah lansia di Indonesia diperkirakan pada tahun 2020 menjadi 29,1 juta dan pada tahun 2025 menjadi 36 juta jiwa 1. Dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH) lansia di Indonesia meningkat dari 68,5 tahun pada tahun 2006 menjadi 69,65

tahun pada tahun 20111. Menurut profil kesehatan RI dalam Komnas lansia (2010) pada tahun 2000 proporsi penduduk lansia adalah 7,18% dan pada tahun 2010 jumlah

penduduk lansia sebanyak 7,59% dari jumlah seluruh penduduk di dunia2. Jika dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia di atas 10 % ada di provinsi D.I. Yogyakarta (14,02 %), Jawa Tengah (10,99 %), Jawa Timur

(10,92 %) dan Bali (10,79 %), sedangkan presentase penyebaran penduduk lansia di DIY menurut kabupaten maupun kota yang tertinggi ada di kabupaten Bantul

(35,52%), Gunung Kidul (28,78%), Sleman (16,58%), Kulon Progo (12,10%), dan Yogyakarta (7,02%) 3.

Peningkatan jumlah lansia dan AHH menimbulkan beberapa permasalahan

kesehatan fisik, mental ataupun sosial 4. Masalah yang sering muncul pada lansia tidak hanya masalah kesehatan yang bersifat kronis, masalah lain yang mengancam

lansia terutama berusia 75 tahun keatas adalah gangguan intelektual, imobilitas, instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan harga diri rendah5. Pada lansia yang tinggal sendirian dan tidak memiliki dukungan sosial dalam

kesehariannya, kemungkinan lebih mudah merasa tertekan saat menghadapi masalah karena mereka tidak memiliki tempat berbagi cerita sekaligus orang yang dapat

membantunya dalam segala keterbatasan yang mereka miliki di usia lanjut. Kondisi ini dapat berujung pada munculnya depresi dalam diri mereka5.

Salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menurunkan depresi

adalah dengan terapi tertawa. Terapi tertawa merupakan salah satu terapi relaksasi yang berguna untuk memperlancar peredaran darah sehingga bisa mencegah

penyakit, memelihara kesehatan, dan menghilangkan stress6. Dengan melakukan terapi tertawa, responden dilatih untuk memunculkan respon relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang, sehingga dapat memberikan pemijatan halus di kelenjar-

kelenjar dalam tubuh, menurunkan produksi kortisol dalam darah serta mengembalikan pengeluaran hormon secukupnya7. Menurut penelitian yang

dilakukan Hae-Jin., et al8 menunjukkan bahwa terapi tertawa dapat mempengaruhi tingkat depresi, insomnia dan kualitas tidur pada lansia. Sementara penelitian yang dilakukan Takeda., et al9 mengemukakan bahwa tertawa dan humor dapat digunakan

sebagai pengobatan alternatif dan komplementer bagi pasien demensia. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi

tertawa terhadap depresi pada lansia. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) Mengetahui tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah pemberian terapi tertawa pada lansia kelompok perlakuan, (2) Mengetahui tingkat depresi lansia sebelum dan

sesudah pemberian terapi tertawa pada kelompok tanpa perlakuan, (3) Mengetahui perbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada

kelompok perlakuan dan kontrol pada lansia di Dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.

Page 7: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

4

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan Quasy eksperimental pre-test and post-test with control group design. Populasi pada penelitian ini adalah lansia yang mengalami depresi. Berdasarkan data tahun 2012 di wilayah Puskesmas Kasihan II serta dari

hasil survey pendahuluan jumlah lansia di dusun Jomegatan adalah 171 orang. Tehnik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling yaitu lansia sebanyak 34

orang akan menjadi sampel dalam penelitian ini, Jumlah awal responden pada kelompok perlakuan yaitu 17 orang, namun pada akhir penelitian, 2 responden tidak mengikuti intervensi selama 2 kali pertemuan. Oleh karena itu responden tersebut

dilakukan drop out dan hanya terdapat 15 responden yang memenuhi kriteria inklusi diakhir penelitian pada kelompok perlakuan. Sedangkan kelompok kontrol dari awal

sampai akhir penelitian adalah sebanyak 17 orang sehingga jumlah seluruh responden adalah 32 orang. Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Variabel penelitian adalah intervensi terapi tertawa pada lansia yang menglami depresi. Hasil penelitian untuk variabel terapi tertawa dikatakan skala

nominal, sedangkan variabel penelitian skor depresi pada lansia dikatakan skala ordinal. Instrumen penelitian ini adalah Geriatric Depression Scale (GDS) dengan cara wawancara dengan responden.

Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan membandingkan keadaan

sebelum dn sesudah pelakuan. Selain itu dilakukan juga perbandingan antara kedua kelompok (intervensi dn kontrol). Kemudian dilihat perbedaan selisih peningkatan skor depresi sebelum dilakukan terapi tertawa dan setelah dilakukan terapi tertawa

serta juga melihat penurunan skor depresi pada kedua kelompok. Analisis data ini menggunakan uji statistik dengan Wilcoxon Sigred Rank Test (Uji Non

Parametrik) dan Mann Whitney yang memiliki tingkat kepercayaan 95%. Uji analisis tersebut digunakan apabila terdapat dua sampel kuantitatif dalam skala nominal dan ordinal serta digunakan untuk melihat perbedaannya10. Data akan diolah

menggunakan aplikasi SPSS 16.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilkukan pada pertengahan bulan Februari sampai akhir bulan Maret 2014 selama 4 minggu di Dusun Jomegatan,Ngestiharjo, Kasihan, Bantul

dengan jumlah responden sebanyak 32 orang, yaitu 15 responden untuk kelompok perlakuan dan 17 responden untuk kelompok kontrol. Analisa data yangdigunakan

meliputi analisis univariat dan analisis bivariat yang dideskripsikan berikut ini: 1. Hasil Uji Statistik Berdasarkan Distribusi Karakteristik Sampel

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, pekerjaan, status pernikahan, tinggal bersama dan riwayat penyakit.

Karakteristik

Responden

Kelompok

Perlakuan

Kelompok

Kontrol Total

n=15 % n=17 % n %

Page 8: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

5

Usia 60-74 tahun

15

100

17

100

32

100,0

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

5 10

33,3 66,7

4 13

23,5 76,5

9

23

28,1 71,9

Status Pernikahan Cerai Mati Menikah

7 8

46,7 53,3

9 8

52,9 47,1

16 16

50 50

Pekerjaan Tidak bekerja Buruh Pedagang Petani

13 - 1 1

86,7

- 6,7 6,7

15 2 - -

88,2 11,8

- -

28 2 1 1

87,5 6,2 3,1 3,1

Tinggal Bersama Sendiri Keluarga

-

15

-

100

3 14

17,6 82,4

3

29

9,4

90,6

Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Sarjana

6 6 1 1 1

40 40 6,7 6,7 6,7

12 4 - 1 -

70,6 23,6

- 5,9 -

18 10 1 2 1

56,2 31,2 3,1 6,2 3,1

Riwayat Penyakit Tidak Ada Hipertensi Rematik Ginjal DM Jantung

10 2 - 1 1 1

66,7 13,3

- 6,7 6,7 6,7

13 2 1 - - -

76,5 11,8 5,9 - - -

24 4 1 1 1 1

75

12,5 3,1 3,1 3,1 3,1

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 1. Karakteristik responden menurut usia yakni dengan jumlah terbanyak adalah pada usia 60-74 tahun pada kelompok perlakuan berjumlah 15 orang (100%) dan kelompok kontrol berjumlah 17 orang (100%).

Berdasarkan sensus penduduk 2010, Indonesia memiliki jumlah lansia dengan usia lebih dari 60 tahun sebanyak 18,1 juta jiwa atau 9,6 % 1.

Responden berdasarkan jenis kelamin yang terbanyak adalah wanita, pada kelompok perlakuan berjumlah 10 orang (66,7%) dan kelompok kontrol berjumlah 13 orang (76,5%). Menurut profil kesehatan1 jumlah lansia di

Yogyakarta paling banyak adalah perempuan yaitu 226.168 jiwa sedangkan laki-laki berjumlah 184.999 jiwa. Berdasarkan angka harapan hidup (AHH)

Page 9: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

6

penduduk lansia yang paling banyak adalah perempuan yaitu 8,2 % dan laki-laki

sebanyak 6,9 %11. Menurut Ibrahim4 seorang wanita 20 % lebih cenderung terdapat gangguan depresi berat dibandingkan laki-laki dengan kecenderungan 10 % dan wanita dua kali lebih sering terdiagnosa menderita depresi

dibandingkan laki-laki karena perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan kelahiran dan menopouse.

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah tidak bekerja dimana pada kelompok perlakuan sebanyak 13 orang (86,7) dan kelompok kontrol senanyak 15 orang (88,2%). Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik (BPS) RI – Susenas16 angka ketergantungan penduduk tua (old dependency ratio) adalah sebesar 11,90 yang menunjukkan bahwa setiap 100

orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 12 orang penduduk lansia. Karena kondisi fisik yang sudah tidak produktif lagi, kebanyakan lansia tidak memiliki pekerjaan sehingga mereka hanya menghabiskan waktu mereka di

rumah saja.Menurut Ibrahim4 kehilangan pekerjaan adalah situasi yang dapat menurunkan harga diri yang merupakan tanda-tanda dari stress yang spesifik.

Hal inilah yang menjadi faktor sosial yang menyebabkan depresi. Hasil penelitian frekuensi berdasarkan status pernikahan pada kelompok

perlakuan yang terbanyak adalah menikah sebanyak 8 orang (53,3%) dan untuk

kelompok kontrol yaitu cerai mati sebanyak 9 orang (52,9 %). Berdasarkan data Susenas (2012) lansia berstatus menikah sebanyak 57,81% dan cerai mati

sebanyak 39,06% 1. Menurut Brehm depresi dapat diakibatkan oleh adanya peristiwa negatif yang menyebabkan perubahan, pengalaman penuh stress seperti kematian4.

Karakteristik responden pada pendidikan terakhir pada kelompok perlakuan adalah tidak sekolah sebanyak 6 orang (40%) dan SD 6 orang (40%)

dan pada kelompok kontrol di dominasi tidak sekolah yaitu 12 orang (70,6%). Jika kita lihat dari aspek pendidikan, lansia umumnya memiliki pendidikan yang lebih rendah dari yang berusia muda. Menurut hasil Susenas tahun 2012

memperlihatkan pendidikan lansia relatif rendah karena tidak/ belum pernah sekolah yaitu 26,84% dan tidak tamat SD sebanyak 32,32% serta lulusan SD

sebanyak 23,49% 1. Berdasarkan tinggal bersama mayoritas pada kedua kelompok adalah

tinggal bersama keluarga berjumlah 15 orang (100%) pada kelompok perlakuan

dan 14 orang (82,4%) pada kelompok kontrol. Lingkungan keluarga merupakan salah satu penyebab terjadinya depresi. Kehilangan anggota keluarga dalam

menghadapi masalah menimbulkan tekanan dapat mempengaruhi terjadinya depresi4. Sedangkan untuk riwayat kesehatan mayoritas tidak memiliki penyakit yaitu 10 orang (66,7%) pada kelompok perlakuan dan 13 orang (76,5%) pada

kelompok kontrol. Jika kita lihat dari riwayat penyakit, depresi yang dialami lansia lebih banyak terjadi karena faktor psikologi12.

Page 10: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

7

2. Analisis Univariat

Nilai skor depresi pada lansia sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Deskriptif statistik nilai penurunan depresi pada lansia sebelum dan setelah dilakukan terapi tertawa pada kelompok perlakuan

Depresi DP0 DP1

N 15 15

Mean Min Max SD

6,27 5,00 13,00 2,19

4,20 1,00

10,00 2,24

Sumber: data primer 2014

Berdasarkan tabel 2. Data statistik skor depresi pada lansia sebelum dan setelah dilakukan terapi tertawa pada kelompok perlakuan. Nilai rata-rata

(mean) DP0 yaitu 6,27 dan DP1 4,20 dan untuk SD pada DP0 2,19 dan DP1 yaitu 2,24. Tabel 3. Deskriptif statistik nilai penurunan depresi pada lansia sebelum

dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada kelompok kontrol.

Depresi DK0 DK1

n 17 17 Mean Min Max SD

6,59 5,00 12,00 2,43

6,65 3,00

12,00 2,94

Sumber: data primer 2014 Berdasarkan tabel 3. Data statistik skor depresi pada lansia sebelum

dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada kelompok kontrol. Nilai rata-rata (mean) DK0 6,59 dan DK1 6,65 dan SD pada DK0 2,43 dan DK1

2,94. 3. Analisis Bivariat

a. Hasil uji normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Shapiro-Wilk. Tabel 4. Hasil uji normalitas skor depresi pre dan post terapi tertawa. Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

DP-DK0 (Nilai pretest responden) 0,691 32 0,000

DP-DK1 (Nilai posttest responden) 0,866 32 0,001

Sumber: data primer 2014

Berdasarkan tabel 4. Hasil uji normalitas skor depresi pre dan post dengan menggunakan Shapiro-Wilk didapatkan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05) yang berarti data tidak terdistribusi normal sehingga data

Page 11: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

8

akan diolah menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui pengaruh dari

hasil sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol serta menggunakan analisis Mann Whitney untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah terapi tertawa

pada kedua kelompok. b. Analisis Uji Wilcoxon

Tabel 5. Hasil uji Wilcoxon kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap skor depresi pada lansia pre dan post test.

Uji wilcoxon

Mean Ranks Z Sig.(2-tailed)

DP0 - DP1

DK0 - DK1

0,00

6,00

-3,332

-0,247

0,001

0,805

Sumber: data primer 2014 Berdasarkan tabel 5. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan nilai

skor depresi pada lansia pada kelompok perlakuan, dimana didapatkan

nilai signifikansi p = 0,001 (p < 0,05) dengan nilai Z yaitu -3,332, dimana nilai Z tabel lebih besar dari Z hitung (-1,96 atau 1,96) sehingga dapat

disimpulkan adanya perbedaan tingkat depresi antara kelompok perlakuan dan kontrol.

c. Analisis Uji Mann Whitney

Tabel 6. Hasil uji Mann Whitney kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap skor depresi pada lansia pre dan post test.

Uji Mann Whitney

Kelompok Mean Z

Sig. (2-tailed)

Pre- test DP0

DK0

16,50

16,50

0,000 1,000

Post- test DP1

DK1

11,27

21,12

-3,004 0,003

Sumber: data primer 2014

Berdasarkan tabel 6. Hasil analisis menunjukkan tidak adanya perbedaan skor depresi pada saat pre-test pada kedua kelompok, sedangkan pada saat post-test terdapat perbedaan nilai signifikansi yaitu

0,003 (p < 0,05) dengan nilai Z yaitu -3,004 (Z tabel > Z hitung) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terapi tertawa dapat

mempengaruhi tingkat depresi pada lansia di Dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.

Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang

signifikan dari terapi tertawa terhadap depresi pada lansia. Hal ini didukung oleh penelitian Nurgraheni (2007) yang meneliti tentang

“Pengaruh Terapi Tertawa Tehadap Depresi Pada Usia Lanjut Di

Page 12: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

9

Wirosaban, RW XIV Surosutan, Umbulharjo, Yogyakarta” dan penelitian

Hae-Jin., et al. (2011) dengan judul “Effects of Laughter Therapy on Depression, Cognition and Sleep Among The Community-Dwelling Elderly”

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia. Gejala yang sering muncul adalah sering mengalami gangguan

tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan merupakan kebiasaannya sehari-hari, sering merasa lelah, capek, lemas, mudah terjadi marah, dan daya konsentrasi berkurang13.

Menurut Ibrahim4 faktor sosial seperti kehilangan kerabat dekat, kehilangan pekerjaan, serta kehilangan pendapatan dapat menjadi pemicu

depresi pada lansia. Hal ini terjadi pda lansia yang tinggal di dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul yang merupakan tidak memiliki pekerjaan, janda / duda dan kehilangan pendapatan. Keadaan seperti itu

meyebabkan lansia sulit tidur, hilangnya semangat, kegelisahan, dan produktifitas menurun sehingga timbul gejala-gejala depresi6.

Terapi relaksasi yang dikemukakan oleh Gilliland, James dan Bowman pada tahun 1994 yang dapat digunakan untuk mengurangi depresi. Relaksasi ini bermanfaat untuk merilekskan seluruh otot-otot

tubuh, menumbuhkan rasa nyaman dan membangun atau memperbaiki perasaan dan kondisi kejiwaan dari lansia4. Menurut Setyoadi dan

Kushariyadi6 terapi tertawa merupakan salah satu terapi relaksasi yang berguna untuk memperlancar peredaran darah, sehingga bisa menghilangkan stress. Tehnik terapi tertawa inilah yang dipilih menjadi

intervensi yang diberikan kepada kelompok perlakuan pada penelitian ini. Lansia pada kelompok perlakuan diminta untuk melakukan terapi tertawa.

Sedangkan, kelompok kontrol hanya dilakukan pengukuran pre-test dan post-test saja dan tidak diberikan intervensi terapi tertawa.

Tertawa adalah proses fisik yang berguna untuk mengurangi nyeri,

kecemasan, stress, kemarahan, dan ketakutan15. Terapi ini dapat dilakukan oleh semua orang dengan mengeluarkan suara tawa dari mulut yang akan

melibatkan otot-otot wajah, perut, dan diafragma yang akan memperlancar peredaran darah sehingga membuat tubuh lebih bugar dan ceria16.

Menurut Purwanto17 terapi tertawa dapat memunculkan respon

relaksasi sehingga dapat memberikan pemijatan halus di kelenjar-kelenjar didalam tubuh, menurunkan kortisol dalam darah serta mengembalikan

hormon secukupnya. Sistem neurotransmitter serotonin dan norepinefrin normalnya menimbulkan dorongan bagi area limbik dalam otak untuk memperkuat rasa nyaman seseorang, menciptakan rasa bahagia, nafsu

makan baik dan keseimbangan psikomotor. Hal ini lah yang mendukung bahwa kekurangan serotonin dapat menimbulkan depresi18.

Page 13: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

10

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terdapat pengaruh yang signifikan pada terapi tertawa terhadap depresi pada lansia di dusun Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.

Saran

Perlu adanya program yang melatih terapi tertawa pada lansia sehingga dapat

dijadikan salah satu cara alternatif untuk menurunkan depresi pada lansia. Lansia juga harus berperan aktif dan mandiri dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI. (2012). Sehat Dan Aktif Di Usia Lanjut. diakses

tanggal 6 Januari 2014 melalui http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2143

2. Badan Pusat Statistik Indonesia. (2011). Hasil Sensus Penduduk 2010.

Jakarta. diakses tanggal 31 Oktober 2013 melalui http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDO

NESIA_TAHUN_2011.pdf 3. Dinas Kesehatan Provinsi DIY. (2012). Yogyakarta. diakses tanggal 31

Oktober 2013 melalui http://dinkes.jogjaprov.go.id/files/64370-Profil-Kes-

DIY-2012.pdf 4. Ibrahim, A.S. (2011). Gangguan Alam Perasaan, Manik Depresi.

Tanggerang: Jelajah Nusa. 5. Tahmer,S & Noorkasiani. (2009). Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan

asuhan keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika (Setyoadi &

Kushariyadi, 2011) 6. Purwanto, S. (2007). Terapi Insomnia. Diakses tanggal 14 November 2013,

dari http://klinis.wordpress.com 7. Ko, et al . (2011). Effects of Laughter Therapy on Depression, Cognition and

Sleep among The Community-dwelling Elderly. diakses tanggal 3 November

2013 melalui http://laughterourbestmedicine.com/images/peerrev.pdf 8. Takeda, M., et al . (2010). Laughter and Humor as Complementary and

Alternative Medicine for Dementia Patients. diakses tanggal 31 Oktober 2013 melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2896339/pdf/1472-6882-10-28.pdf

9. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

10. Lubis, N.L. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana. 11. Maryam, R.S., et al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.

Jakarta: Salemba Medika

12. Hawari, Dadang. (2004). Menejemen stress, Cemas, dan Depresi.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru

Page 14: PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP DEPRESI PADA …thesis.umy.ac.id/datapublik/t34161.pdf · instabilitas, inkontensia, reaksi obat, delirium, demensia, depresi, dan ... Salah satu

11

13. Kataria, M. (2010). Certified Laughter Yoga Leader Training (CLYL).

Bangalore. diakses 30 November 2013, melalui http://ebookbrowse.com/2010-leader-training-flyer-doc-d119936081

14. Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:

EGC 15. Dinas Kesehatan DIY. (2012). Profil Kesehatan Penduduk Indonesia.

Departemen Kesehatan Provinsi DIY