Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH TINGKAT PENYELESAIAN
REKOMENDASI DARI BPK TERHADAP KUALITAS
PELAPORAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH
DAERAH
Oleh :
BETA CHRISTY APRILIANA PUTRI
NIM : 232009031
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
ii
iii
iv
MOTTO
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa
yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman
TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11)
Rasa malas adalah musuh terbesar dan penghianat dalam
meraih kesuksesan hidup.
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Matius 21:22)
Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya
hatiku percaya.
(Maz, 28 : 7b)
v
ABSTRACT
The focus of this study is to find out the influence of the Audit Board (BPK)
recommendation completion level on the quality of local government financial
statements especially district-municipal governments in Central Java and
Yogyakarta. Follow up monitoring on the recommendation of the examination
results is a systematic series of activities carried out by the Audit Board to
determine that the district or municipal governments have implemented the
recommendations of the examination within a specified time. If the regency-
municipal governments follow up the Audit Board recommendations, the
performance assessment of the district or municipal governments will be
increased and changed positively. The samples of this study were financial
statements audited by the Audit Board which were district or municipal
governments in Central Java and Yogyakarta. Samples were selected by
purposive sampling method. Data analysis was processed using ordinal
regression method because the dependent variable is ordinal scale (rating). The
results of this study showed that there was no significant influence the level of the
Audit Board recommendation completion to the financial statements quality in
local government. That problem was caused because most districtand municipal
governments got qualified opinion related to permanent asset report which was
not able to be graded yet.
Keywords: Monitoring the level of recommendation completion, Financial
Statements Quality
vi
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat penyelesaian
rekomendasi dari BPK terhadap kualitas pelaporan keuangan instansi pemerintah
daerah khususnya pemerintah kabupaten-kota di Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil
pemeriksaan adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh
BPK untuk menentukan bahwa pemerintah kabupaten atau pemerintah kota telah
melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan dalam tenggang waktu yang telah
ditentukan. Apabila pemerintah kabupaten-kota menindaklanjuti rekomendasi
hasil audit BPK, maka penilaian kinerja pemerintah kabupaten atau pemerintah
kota yang bersangkutan akan mengalami perubahan yang positif. Sampel
penelitian ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh BPK yaitu
pemkab/pemkot di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sampel dipilih dengan metode
purposive sampling. Analisis data menggunakan metode regresi ordinal karena
variabel terikat berupa skala ordinal (peringkat). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tidak ada pengaruh tingkat penyelesaian rekomendasi BPK terhadap
kualitas pelaporan keuangan di pemerintah daerah. Hal tersebut disebabkan
karena sebagian besar pemerintah kabupaten dan pemerintah kota memperoleh
opini Wajar Dengan Pengecualian terkait pelaporan aset tetap yang belum dapat
dinilai.
Kata Kunci : Pemantauan tingkat penyelesaian rekomendasi, Kualitas Pelaporan
Keuangan
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus kristus atas
pertolongan dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
kertas kerja ini dengan baik guna memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian
Sarjana Ekonomi Strata satu (S1) pada jurusan Akuntansi di Universitas Kristen
Satya Wacana, Salatiga.
Dalam penulisan kertas kerja ini, penulis ingin mengetahui pengaruh dari
tingkat peyelesaian rekomendasi BPK terhadap kualitas pelaporan keuangan
instansi pemerintahah kabupaten dan pemerintahan kota di Provinsi Jawa Tengah
dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2008-2011.
Penulis menyadari sungguh bahwa ada begitu banyak kekurangan dan
kelemahan dalam penulisan kertas kerja ini. Untuk itu, penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca guna perbaikan penulisan di
kemudian hari.
Akhir kata, penulis mohon maaf jika ada salah – salah kata dalam
penulisan kertas kerja ini, dan penulis berharap agar kertas kerja ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca serta pihak – pihak yang membutuhkan.
Salatiga, Agustus 2013
Penulis,
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang oleh
karena penyertaan, kasih dan hikmatNya yang diberikan bagi penulis, maka kertas
kerja yang berjudul “Pengaruh Tingkat Penyelesaian Rekomendasi Dari BPK
Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan Instansi Pemerintah Daerah” dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan kertas kerja ini, penulis banyak bantuan, dukungan,
maupun dorongan moril dan materiil dari berbagai pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Maka, pada kesempatan yang membahagiakan ini,
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada berbagai pihak antara lain
kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruselamatku atas segala
berkat dan perlindunganNya.
2. Bapak Hari Sunarto, S.E., MBA., Ph.D., selaku dekan Fakultas
Ekonomika dan Bisnis.
3. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Ibu Gustin Tanggulungan,SE.,M.Ak.,Akt. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan banyak ide, saran, dan kritikan selama proses
penyusunan kertas kerja ini.
5. Ibu Elisabeth Penti Kurniawati, SE.,M.Ak selaku wali studi yang telah
membantu penulis selama proses perkuliahan.
6. Bapak Profesor Supramono yang telah memberikan ide, saran dan kritik
selama proses penyusunan kertas kerja ini.
7. Seluruh staf pengajar dan staf tata usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis
UKSW yang sudah membimbing selama masa perkuliahan penulis, serta
penyusunan kertas kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.
ix
8. Badan Pemeriksa Keuangan Pusat (BPKP) Jakarta yang telah berkenan
membantu serta memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh
data penunjang skripsi.
9. Kedua orang tuaku bapak dan ibu, Drs. Oktavianus Bambang Suwartono
dan Tri Artiningsih Bsc atas dukungannya baik secara moral dan materiil.
Bersyukur telah terlahir dalam keluarga ini.
10. My Soulmate Beta Christy Apriliani Putri terima kasih sudah setia
menemani baik dalam suka maupun duka sejak dalam kandungan ibu kita
selalu bersama. Untuk kakak laki-lakiku Alpha Nugroho Saputro S.Hut,
terima kasih mas selalu memberi semangat dan motivasi didalam
menyelesaikan skripsi ini. Aditya Janu Prabowo S.I.Kom yang juga selalu
memberikan semangat buat penulis. Aku mengasihimu saudara-saudaraku.
11. Keluarga besar di Cirebon dan Purworejo, terima kasih uti, pakdhe, budhe,
om, tante, kakak-kakak, adik-adik serta keponakan-keponakanku untuk
dukungan doanya.
12. Keluarga besar PPSM GKJ Salatiga Selatan, my second family. Mas Tono,
Mbak Lia, Mbak Pipit, Mas Nandi, Fista, Naris, Dea, Krisna, Erent, Adit,
Cita, Ratna, Dio, Monang, Dani Cipo, Ella, Rika, Hellen, Yoga, Diga,
Okky, Anes terima kasih buat kebersamaan dan kesatuan hati kita didalam
melayani Tuhan serta dukungan dan motivasi dari kalian.
13. Keluarga besar Perkantas Salatiga Kak Angel, Kak Lindung, Kak Debby,
Kak Lius, Kak Yuyun,Citra Dwi Estri, Maria dan Elis.
14. Teman-temanku, Christin yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan
skripsi, Syndi, Helena, Ester, Oktavia, Nana, Ocha, Dita. Thank you girls.
Salatiga, Agustus 2013
Penulis,
(Beta Christy Apriliana Putri)
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................................... iv
ABSTRACT ...................................................................................................................... v
ABSTRAKSI ................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xiii
PENDAHULUAN...................................................................................... ...................... 1
TELAAH TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ................................................ 3
TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) ................. 3
REKOMENDASI DAN PEMANTAUAN TINGKAT PENYELESAIAN
OLEH BPK .............................................................................................................. 5
PELAPORAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH DAERAH .................. 6
PERUMUSAN HIPOTESIS .................................................................................... 7
METODE PENELITIAN .................................................................................................. 8
Populasi dan Sampel ................................................................................................ 8
Jenis dan Sumber Data............................................................................................. 9
Metode Analisis Data ............................................................................................ 10
xi
DATA DAN ANALISIS ................................................................................................. 13
Statistik Deskriptif ................................................................................................. 13
PEMBAHASAN .................................................................................................... 18
PENUTUP ....................................................................................................................... 20
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian, dan Saran ................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 22
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 25
LAMPIRAN .................................................................................................................... 27
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kriteria Sampel Penelitian .................................................................................. 9
Tabel 2 Perkembangan Opini Provinsi Jawa Tengah ..................................................... 13
Tabel 3 Perkembangan Opini Provinsi DIY ................................................................... 13
Tabel 4 Kondisi Kualitas Pelaporan Keuangan .............................................................. 14
Tabel 5 Hasil Test of Parallel Lines ................................................................................... 16
Tabel 6 Hasil Model Fitting Information ........................................................................... 17
Tabel 7 Hasil Pseudo R-Square ........................................................................................ 17
Tabel 8 Hasil Pengujian Hipotesis .................................................................................... 18
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas .................................................................................................. 27
Lampiran 2 Formulir Permintaan Informasi ................................................................... 28
Lampiran 3 Tanda Terima Penyerahan Dokumen Informasi Publik .............................. 29
Lampiran 4 Data Hasil Pemantauan Tindak Lanjut (Rekomendasi) ......................... 30-31
Lampiran 5 Data Akumulasi Hasil Pemantauan Tindak Lanjut (Rekomendasi) ....... 32-33
Lampiran 6 Data Prosentase Tingkat Penyelesaian Tindak Lanjut Rekomendasi ..... 34-35
Lampiran 7 Data Opini Auditor BPK di Prov. Jateng-DIY Tahun 2008-2011.. ....... 36-37
Lampiran 8 Data Perkembangan Kualitas Audit ....................................................... 38-39
Lampiran 9 Hasil Pengujian Ordinal Regression Tahun 2008................................... 40-41
Lampiran 10 Hasil Pengujian Ordinal Regression Tahun 2009 ................................ 42-43
Lampiran 11 Hasil Pengujian Ordinal Regression Tahun 2010 ................................ 44-45
Lampiran 12 Hasil Pengujian Ordinal Regression Tahun 2011 ................................ 46-47
Lampiran 13 Hasil Pengujian Ordinal Regression Tahun 2008-2011 ....................... 48-49
Lampiran 14 Data Pemkab/Pemkot Yang Mengalami Kualitas Membaik ..................... 50
Lampiran 15 Data Klasifikasi Kabupaten/Kota Yang Memperoleh Opini Wajar
Dengan Pengecualian.. .......................................................................... 51-52
Lampiran 16 Data Klasifikasi Kabupaten/Kota Yang Memperoleh Opini Wajar
Dengan Pengecualian Tahun 2008.. ..................................................... 53-54
Lampiran 17 Data Klasifikasi Kabupaten/Kota Yang Memperoleh Opini Wajar
Dengan Pengecualian Tahun 2009.. ..................................................... 55-56
Lampiran 18 Data Klasifikasi Kabupaten/Kota Yang Memperoleh Opini Wajar
Dengan Pengecualian Tahun 2010.. ..................................................... 57-58
Lampiran 19 Data Klasifikasi Kabupaten/Kota Yang Memperoleh Opini Wajar
Dengan Pengecualian Tahun 2011.. .......................................................... 59
xiv
Lampiran 20 Contoh Laporan Hasil Pemeriksaan ..................................................... 60-62
Lampiran 21 Contoh Laporan Hasil Pemantauan Tindak Lanjut .............................. 63-64
1
PENDAHULUAN
Akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah pusat
maupun daerah merupakan tujuan penting dari reformasi akuntansi dan administrasi
sektor publik, dimana hal tersebut dapat menyajikan informasi keuangan yang
berguna untuk membuat keputusan ekonomi, politik, sosial serta mengevaluasi
kinerja manajerial dan organisasi. Oleh karena adanya reformasi akuntansi tersebut
mengakibatkan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melakukan berbagai
tahapan perubahan termasuk perubahan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah dengan terbitnya PP Nomor 105 tahun 2000 tentang Pengelolaan
dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. Dalam PP tersebut dipersyaratkan
bahwa setiap pemerintah daerah wajib menghasilkan laporan keuangan yang terdiri
atas Neraca, Laporan Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas dan Catatan Atas
Laporan Keuangan. Pelaporan keuangan tersebut merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dalam pertanggungjawaban kepala daerah kepada masyarakat (public
accountability).
Kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara
pemerintah haruslah diimbangi dengan pemerintahan yang bersih (good governance)
yang terbebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan mampu menyediakan
public goods and services sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Pemerintahan
yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan
elemen dasar yang saling berkaitan (Prajogo,2001). Ketiga elemen dasar tersebut
adalah partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik
harus membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam
pemerintahan dapat berpartisipasi aktif, jalannya pemerintahan harus diselenggarakan
secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Di sisi lain, menurut Mardiasmo
(2005) terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang
baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan.
Pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
2
independensi dan kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja
pemerintah telah sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
Untuk meningkatkan kualitas transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan
daerah maka laporan keuangan perlu diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Adapun bentuk auditnya adalah audit keuangan. Keefektifan suatu pemeriksaan dan
penilaian tersebut tidak hanya tergantung oleh perencanaan yang baik tetapi juga
ditentukan oleh adanya tindak lanjut terhadap rekomendasi atas temuan hasil
pemeriksaan yang diajukan oleh auditor BPK. Auditor BPK, melalui tahapan-tahapan
auditnya melakukan penilaian terhadap proses (pengelolaan) yang terjadi,
mengidentifikasikan kelemahan, dan memberikan rekomendasi perbaikan atas
kekurangan tersebut. Permasalahannya adalah pada tindak lanjut atas rekomendasi
yang diberikan oleh auditor BPK yaitu kurangnya respon dari pihak pemerintah
daerah / kota terkait hasil pemeriksaan terutama mencakup temuan audit dan
rekomendasi dalam memperbaiki kondisi temuan audit. Pemeriksaan oleh BPK-RI
tidak hanya menghasilkan opini atas laporan keuangan dan laporan keuangan yang
diaudit tetapi juga memberikan catatan hasil temuan. Temuan tersebut menjelaskan
kelemahan pengendalian internal dan ketidaktaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Pengendalian internal itu sendiri juga telah ditetapkan dalam PP nomor 60
tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Tujuan
pemeriksaan SPI adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dan bagi pemda untuk memperbaiki sistem
pengendalian dan kinerja pemeriksaan intern. Hasil audit juga memberikan informasi
potensi kerugian negara yang ditemukan dalam proses audit akibat dari
penyalahgunaan dan inefisiensi penggunaan APBN/APBD. Beberapa hasil audit
BPK-RI tersebut ditindaklanjuti menjadi audit investigasi, kasus korupsi dan kasus
pidana.
Setelah melakukan pemeriksaan keuangan, BPK akan mengeluarkan opini
tentang kewajaran dari laporan keuangan tersebut. Opini adalah pernyataan
3
profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai kewajaran informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Opini yang dikeluarkan oleh auditor terdiri dari
pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar dengan
pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan
pernyataan yang tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Opini maupun
rekomendasi yang diberikan oleh BPK, diharapkan nantinya dapat dijalankan oleh
pemerintah.
Berdasarkan uraian tersebut maka yang akan menjadi masalah dalam penelitian
ini adalah mengenai pengaruh tingkat penyelesaian rekomendasi dari BPK terhadap
kualitas pelaporan keuangan instansi pemerintah daerah dengan mengambil sampel
dari pemerintah kabupaten - kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan perbandingan studi
selanjutnya tentang pengaruh tingkat penyelesaian dan rekomendasi dari BPK
terhadap kualitas pelaporan keuangan instansi pemerintah daerah. Manfaat praktis
bagi mahasiswa dan peneliti selanjutnya adalah sebagai tambahan wawasan dan
pengetahuan untuk mengetahui pengaruh tingkat penyelesaian audit laporan
keuangan dan rekomendasi dari BPK terhadap kualitas pelaporan keuangan instansi
pemerintah daerah.
TELAAH TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Tugas dan Fungsi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan satu lembaga negara yang bebas
dan mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Secara hukum kedudukan BPK diatur dalam UUD 1945 pada pasal 23E, 23F, dan
23G serta Undang-Undang (UU) No. 15/2006 tentang BPK. Untuk melaksanakan
tugas dan wewenangnya, BPK juga didukung oleh seperangkat UU di bidang
keuangan negara yaitu UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1/2004
4
tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15/2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Peraturan perundangan-
undangan tersebut, secara bersama-sama menegaskan kedudukan dan peran BPK
sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas dan mandiri.
UUD 1945 memberikan posisi yang sangat tinggi pada BPK sebagai suatu
lembaga negara. Tugas BPK adalah memelihara transparansi dan akuntabilitas
seluruh aspek keuangan negara. BPK bertugas untuk memeriksa semua asal usul dan
besarnya penerimaan negara dari mana pun sumbernya. BPK bertugas untuk
memeriksa di mana uang negara itu disimpan, sekaligus bertugas untuk memeriksa
untuk apa uang negara tersebut dipergunakan. Keuangan negara di Indonesia bukan
saja tercermin pada APBN dan APBD tetapi juga tercermin pada kegiatan BUMN
dan BUMD, yayasan, dana pensiun maupun perusahaan yang terkait dengan
kedinasan. Bahkan, keuangan negara juga mencakup bantuan atau subsidi kepada
lembaga sosial milik swasta.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan BPK terdiri dari: (i) Pemeriksaan keuangan,
dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah; (ii) Pemeriksaan kinerja,
meliputi aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas program dan kegiatan pemerintah;
dan (iii) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, yang dilakukan dengan tujuan khusus,
di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam
pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan
dengan keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas permintaan (audit
on request).
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil pemeriksaan BPK meliputi
lembaga perwakilan (DPR, DPD, DPRD), pemerintah (instansi pemerintah yang
diperiksa/auditee dan instansi penegak hukum), lembaga lain yang dibentuk
berdasarkan undang-undang, warga negara Indonesia, dan lembaga-lembaga
internasional.
5
Rekomendasi dan Pemantauan Tingkat Penyelesaian oleh BPK
Rekomendasi adalah sasaran yang menganjurkan (membenarkan, menguatkan)
(Hiro Tugiman, 2001). Sedangkan pengertian rekomendasi auditor menurut Peraturan
BPK Nomor 2 tahun 2010 adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil
pemeriksaannya yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk
melakukan tindakan dan/atau perbaikan.
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rekomendasi merupakan
pendapat auditor berupa sasaran yang menganjurkan mengenai suatu situasi tertentu.
Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki kondisi yang
memerlukan perbaikan.
Tindak lanjut oleh pemeriksa internal didefinisikan sebagai sebuah proses untuk
menentukan kecukupan, keefektifan dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang
dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan.
Rekomendasi didasarkan pada berbagai temuan dan kesimpulan pemeriksaan, serta
dibuat dengan tujuan untuk meminta tindakan guna perbaikan terhadap keadaan yang
ada untuk meningkatkan operasi (Hiro Tugiman, 2006). Implementasi tindak lanjut
atas rekomendasi yang diberikan auditor merupakan bentuk komitmen manajemen
dalam meningkatkan proses dan kinerja perusahaan atas beberapa kelemahan atau
kekurangan (IBK Bayangkara, 2008:34). Auditor internal dituntut untuk memberikan
rekomendasi yang realistis serta tepat guna kepada pihak manajemen. Karena, apabila
pihak perusahaan sebagai pihak manajemen menindaklanjuti rekomendasi hasil audit
yang diajukan oleh auditor internal, maka kemungkinan penilaian kinerja perusahaan
akan mengalami perubahan yang positif.
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu (Utami dan Noviyanti, 2004). Sedangkan menurut Peraturan BPK
nomor 2 tahun 2010 pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan,
6
yang selanjutnya disebut pemantauan adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis oleh BPK untuk menentukan bahwa badan atau instansi telah
melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan dalam tenggang waktu yang telah
ditentukan oleh Undang-Undang.
Dalam pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan BPK
suatu badan atau instansi wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam hasil
pemeriksaan setelah hasil pemeriksaan diterima. Tindak lanjut atas rekomendasi
berupa jawaban atau penjelasan atas pelaksanaan tindak lanjut. Berdasarkan pasal 20
UU Nomor 15 Tahun 2004 tindak lanjut wajib disampaikan kepada BPK paling
lambat 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan diterima.
Apabila sebagian atau seluruh rekomendasi tidak dapat dilaksanakan dalam
jangka waktu sebagaimana yang telah ditetapkan, maka badan atau instansi terkait
wajib memberikan alasan yang sah. Namun jika dalam tenggang waktu yang telah
ditetapkan, badan atau instansi terkait tidak menindaklanjuti rekomendasi tanpa
adanya alasan yang sah, BPK dapat melaporkan kepada instansi yang berwenang.
Hasil pemantauan penyelesaian kerugian negara/daerah disampaikan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sesuai kewenangannya sesuai ketentuan Pasal 10
ayat (4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Pelaporan Keuangan Instansi Pemerintah Daerah
Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang
mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah
organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI,2009) laporan keuangan
mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan
arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
7
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Banyak pihak yang menggunakan laporan
keuangan antara lain investor, manajemen, dan pemerintah. Bagi pihak pemerintah
laporan keuangan digunakan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan
kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan
lainnya (IAI,2009).
Bagi berjalannya suatu proses auditing di lingkungan pemerintah daerah,
eksistensi teori akan bermanfaat sebagai landasan berpijak yang menawarkan
penjelasan, baik dukungan ataupun pengingkaran terhadap standar, praktik, metode,
prosedur atau teknik-teknik yang ada dalam auditing. Oleh karena itu, sangatlah
penting bagi suatu instansi pemerintah daerah untuk dapat melaksanakan
rekomendasi dari auditor BPK terkait audit laporan keuangan.
Perumusan Hipotesis
Pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi hasil pemeriksaan adalah rangkaian
kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis oleh BPK untuk menentukan bahwa
pemkab atau pemkot telah melaksanakan rekomendasi hasil pemeriksaan dalam
tenggang waktu yang telah ditentukan. Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan
adalah kegiatan dan/atau keputusan yang dilakukan oleh pemkab/pemkot yang
diperiksa dan/atau pihak lain yang kompeten untuk melaksanakan rekomendasi hasil
pemeriksaan BPK. Tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan BPK wajib
dilakukan oleh pemkab/pemkot yang diperiksa. Pemkab/pemkot yang diperiksa wajib
memberikan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas
rekomendasi hasil pemeriksaan selambat-lambatnya 60 hari setelah LHP diterima.
Apabila sebagian atau seluruh rekomendasi tidak dapat dilaksanakan dalam jangka
waktu yang ditentukan, maka pemkab/pemkot wajib memberikan alasan yang sah.
Selanjutnya BPK menelaah jawaban atau penjelasan yang diterima dari
pemkab/pemkot yang diperiksa dan/ atau pemkab/pemkot yang bertanggung jawab
8
untuk menentukan apakah tindak lanjut rekomendasi telah dilakukan sesuai dengan
rekomendasi BPK. Menurut Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan, hasil penelaahan diklasifikasikan
dalam empat status yaitu :
1. Tindak lanjut telah sesuai rekomendasi;
2. Tindak lanjut belum sesuai rekomendasi ;
3. Rekomendasi belum ditindaklanjuti ;
4. Rekomendasi tidak dapat ditindaklanjuti.
Suatu rekomendasi dinyatakan telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi
apabila rekomendasi BPK telah ditindaklanjuti secara nyata dan tuntas oleh
pemkab/pemkot yang diperiksa sesuai dengan rekomendasi BPK. Pelaksanaan tindak
lanjut atas rekomendasi BPK diharapkan dapat memperbaiki tanggung jawab
pengelolaan keuangan negara/daerah/ perusahaan pada entitas bersangkutan yang
akan memperbaiki opini audit dari waktu ke waktu. Berdasarkan uraian tersebut maka
disusun hipotesis peneliyian sebagai berikut :
H1 : Ada pengaruh tingkat penyelesaian rekomendasi dari BPK terhadap kualitas
pelaporan keuangan pemerintah kabupaten/kota.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah pemerintahan daerah di Indonesia. Sampel dipilih
dengan metode purposive sampling yakni sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
1. Laporan keuangan pemerintah kota/kabupaten di Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta periode tahun anggaran 2008-2011 yang telah
diaudit oleh BPK.
2. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK menyebutkan tingkat penyelesaian
rekomendasi audit oleh pemerintah kota/kabupaten tersebut
9
Pemilihan sampel di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta didasarkan pertimbangan bahwa kedua propvinsi tersebut berada dalam
satu kantor perwakilan BPK yakni BPK Perwakilan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta hingga tahun 2008 sehingga memiliki cara pengungkapan LHP yang
relatif sama.
Berdasarkan kriteria tersebut maka terpilih jumlah sampel seperti pada tabel
berikut ini :
Tabel 1
KRITERIA SAMPEL PENELITIAN
KETERANGAN JUMLAH
Jumlah pemerintah daerah di Jawa Tengah dan DIY
periode 2008 – 2011
42
Pemda yang laporan keuangannya tidak tersedia secara
lengkap
2
Jumlah pemda yang laporan keuangannya memenuhi
criteria pemilihan sampel
40
Jumlah laporan keuangan yang dapat dianalisis untuk
periode 2008-2011 (4 tahun)
160
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dengan sumber data adalah
laporan keuangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) atau Pemerintah Kota (Pemkot)
di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008-2011 yang diterbitkan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia ( BPK-RI ).
Data yang diolah mencakup 33 pemerintahan kabupaten, 7 pemerintahan kota
dan 2 pemerintahan provinsi di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
10
Yogyakarta selama kurun waktu empat tahun yaitu mulai dari tahun 2008 sampai
dengan 2011.
Metode Analisis Data
Metode analisis penelitian adalah regresi ordinal karena variabel dependen
penelitian berupa data ordinal (Ghozali, 2009). Dalam penelitian ini, variabel Y
(variabel dependen) merupakan perkembangan kualitas pelaporan keuangan instansi
pemerintah daerah. Kualitas tersebut dikategorikan menjadi :
1. Kualitas membaik, artinya opini positif t1 lebih baik dari tt-1. Dikatakan membaik
apabila suatu pemkab/pemkot yang diaudit oleh BPK pada tahun ini mengalami
perubahan opini dibanding tahun sebelumnya, misalnya tahun ini BPK
memberikan opini pada pemkab yaitu opini wajar tanpa pengecualian
dibandingkan tahun kemarin BPK memberikan opini wajar dengan pengecualian.
Dengan demikian kualitas dapat dikatakan membaik karena mengalami
perubahan opini positif. Kualitas membaik disimbolkan dengan angka satu (1).
2. Kualitas sama, artinya opini sama t1 sama dengan tt-1. Dikatakan sama apabila
suatu pemkab/pemkot yang diaudit oleh BPK pada tahun ini tidak mengalami
perubahan opini dibanding tahun sebelumnya. Kualitas sama disimbolkan dengan
angka dua (2).
3. Kualitas memburuk, artinya opini negatif tt-1 lebih baik dari t1. Dikatakan
memburuk apabila suatu pemkab/pemkot yang diaudit oleh BPK pada tahun ini
mengalami perubahan opini dibanding tahun sebelunya, misalnya tahun
sebelumnta BPK memberikan opini pada pemkab yaitu opini wajar dengan
pengecualian kemudian pada tahun beriktnya BPK tidak memberikan pendapat.
Dengan demikian kualitas dapat dikatakan memburuk karena mengalami
perubahan opini negatif. Kualitas memburuk disimbolkan dengan angka tiga (3).
11
Variabel X (variabel independen atau bebas) merupakan tingkat penyelesaian
rekomendasi dari BPK yang sudah dilaksanakan oleh pemkab atau pemkot di Jawa
Tengah dan DIY pada tahun 2008-2011. Adapun langkah-langkah analisis yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berhubungan dengan pengumpulan data dan peringkasan
data, penyamplingan, serta penyajian hasil peringkasan tersebut. Statistik deskriptif
ini akan digunakan untuk mendeskripsikan secara statistik variabel dalam penelitian
ini.
2. Analisis Kelayakan Penggunaan Model Ordinal Logit Regression
a. Uji Parallel Lines
Test of parallel lines digunakan untuk menguji asumsi bahwa setiap kategori
memiliki parameter yang sama atau hubungan antara variabel independen dengan
logit adalah sama untuk semua persamaan logit. Jika nilai signifikansi > α maka hasil
menyatakan bahwa model yang dihasilkan memiliki parameter yang sama sehingga
pemilihan model link function logit adalah sesuai (Ghozali, 2009).
b. Menilai Model Fit
Langkah yang dilakukan pertama kali adalah menilai model fitting
information. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likehood. Likehood L
dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan
data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -
2LogL. Adanya penurunan nilai -2LogL awal dengan nilai -2LogL langkah
berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,
2006).
12
Pseudo R-Square digunakan untuk menjelaskan variasi variabel dependen
yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat variabilitas tersebut
ditunjukkan oleh besarnya nilai McFadden (Ghozali, 2009).
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode pengujian
ordinal logistic regression, karena variabel dependen berupa skala ordinal.
d. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Goodness of Fit Test.
Goodness of Fit Test menguji kesesuaian model antara hipotesis nol sebagai data
hasil prediksi model dengan data empiris (tidak ada perbedaan antara model dengan
data). Apabila nilai Goodness of fit test > α (nilai signifikansi Pearson dan Deviance
> α) maka model yang terbentuk adalah fit atau layak digunakan (Ghozali, 2009)
e. Estimasi Parameter dan Interpretasinya
Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi dari tiap variabel-variabel
yang diuji akan menunjukkan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
(Ghozali, 2006). Menurut Ghozali (2006) pengujian hipotesis dilakukan dengan cara
membandingkan antara nilai probabilitas dengan tingkat signifikansi (α). Nilai
probabilitas pada regresi ordinal dapat diketahui dari nilai Statistic Wald. Kriteria
penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai probabilitas > α maka H0 diterima (variabel bebas tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat).
2. Jika nilai probabilitas ≤ α maka H0 ditolak (variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat).
13
DATA DAN ANALISIS
Statistik Deskriptif
Berikut ini merupakan perkembangan opini laporan keuangan pemerintah daerah
yang diberikan oleh BPK kepada Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2008-2011.
Tabel 2
PERKEMBANGAN OPINI LKPD
PROVINSI JAWA TENGAH THN 2008-2011
LKPD WTP % WDP % TW % TMP % JUMLAH
2008 0 0 35 97.2 0 0 1 2.8 36
2009 0 0 36 100 0 0 0 0 36
2010 2 5.6 34 94.4 0 0 0 0 36
2011 8 22.2 28 77.8 0 0 0 0 36
Sumber : Data diolah, 2013
Tabel 3
PERKEMBANGAN OPINI LKPD
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA THN 2008-2011
LKPD WTP % WDP % TW % TMP % JUMLAH
2008 0 0 6 100 0 0 0 0.0 6
2009 1 16.7 5 83.3 0 0 0 0 6
2010 2 33.3 4 66.7 0 0 0 0 6
2011 3 50 3 50 0 0 0 0 6
Sumber : Data diolah, 2013
Keterangan :
WTP = Wajar Tanpa Pengecualian
WDP = Wajar Dengan Pengecualian
TW = Tidak Wajar
TMP = Tidak Memberikan Pendapat
14
Berdasarkan hasil olah pada tabel 2 dan tabel 3 dapat dilihat bahwa opini Wajar
Tanpa Pengecualian yang diberikan oleh BPK kepada Provinsi Jawa Tengah dan
Provinsi DIY mengalami kenaikan dari tahun ke tahun (2008-2011). Namun yang
jelas nampak dari tabel tersebut, adalah besarnya perkembangan opini Wajar Tanpa
Pengecualian yang terjadi pada Provinsi DIY. Hal tersebut diduga terkait dengan
sedikitnya jumlah kabupaten/kota yang terdapat pada Provinsi DIY sehingga
memberikan kemudahan dalam memantau dan mengontrol pemkab/pemkot.
Tabel 4
Kondisi Kualitas Pelaporan Keuangan
Case Processing Summary
N
Marginal
Percentage
Kualitas_Pelaporan_Keuangan 1 16 10.00%
2 143 89.40%
3 1 0.60%
Valid 160 100.00%
Missing 0
Total 160
Sumber : Data diolah, 2013
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 160 laporan keuangan pemerintah daerah
di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang diberikan rekomendasi dalam
LHP BPK sebanyak 10% atau 16 kabupaten/kota mengalami peningkatan kualitas/
kualitas membaik (Lampiran 14), sebesar 89,40% atau 143 pemda tidak mengalami
perubahan yang berarti/kualitas sama (Lampiran 16, 17, 18, 19), dan sisanya
sebanyak 0,6% atau 1 pemda mengalami penurunan kualitas (kualitas buruk).
Dari 16 laporan keuangan yang mengalami peningkatan opini (kualitas membaik),
sebanyak 75% atau 12 pemkab/pemkot berada di Jawa Tengah dan 25% atau 4
pemkab/pemkot berada di DIY. Itu berarti sebanyak 8,33% laporan keungan di
15
Provinsi Jawa Tengah yang mengalami kualitas membaik dan 16,67% di Provinsi
DIY.
Pemerintahan kabupaten/kota yang mengalami penurunan kualitas adalah
Kabupaten Banyumas, dimana pada tahun 2007 BPK mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) namun di tahun 2008 Tidak Diberikan Pendapat ( Disclaimer
Opinion ). Disclaimer opini tahun 2008 diberikan karena keterbatasan informasi atas
transaksi dan catatan yang sebenarnya dari SKPD –SKPD sehingga BPK tidak dapat
menerapkan prosedur audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas
kewajaran laporan keuangan. Selain itu lingkup pemeriksaan tidak cukup
memungkinkan BPK memberikan pendapat. Hasil audit yang dilakukan BPK pada
Tahun Anggaran 2008 menunjukkan kelemahan-kelemahan yang signifikan dan
berdampak material terhadap laporan keuangan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pencatatan dan pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) belum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Pencatatan dan penghapusan piutang daerah belum didukung dengan data
yang memadai.
3. Penyajian aset tetap belum mencerminkan nilai aset tetap yang sebenarnya
dan belum didukung dengan data yang memadai.
4. Sistem pencatatan persediaan tidak berjalan dan saldo dalam neraca daerah
tidak dapat diyakini kewajarannya.
5. Penatausahaan dan pengelolaan belanja daerah Kabupaten Banyumas belum
sesuai ketentuan.
Pada Kabupaten Banyumas dapat dilihat bahwa kabupaten ini menunjukkan
perubahan yang signifikan. Pada tahun 2007 BPK mengeluarkan opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) namun di tahun 2008 Tidak Diberikan Pendapat ( Disclaimer
Opinion ), di tahun 2009 BPK kembali mengeluarkan opininya menjadi Wajar
16
Dengan Pengecualian (WDP) dan di tahun 2011 opini yang diberikan Wajar Tanpa
Pengecualian.
Analisis Model
Memilih Model Link Function Logit
Untuk menguji apakah asumsi bahwa semua kategori memiliki parameter
yang sama atau tidak, maka digunakan uji test of parallel lines (Ghozali, 2009).
Model link function dikatakan sesuai jika nilai signifikansi lebih besar dari 0.05.
Berdasarkan tabel 3, nilai signifikansi pada tahun 2008 yang diperoleh sebesar 0.002.
Nilai signifikansi tidak sesuai karena (p<0.1) ini menyatakan bahwa model link
function tidak sesuai. Tidak berbeda pula dengan hasil nilai signifikansi yang
diperoleh pada tahun 2009, 2010, 2011 dan secara keseluruhan (tahun 2008-2011)
yang menunjukkan angka perolehan sebesar 0.000. Nilai signifikansi tidak sesuai
karena (p<0.1) ini menyatakan bahwa model link function tidak sesuai.
Tabel 5
Test of Parallel Lines
Variabel Model -2 Log Likelihood Sig.
2008 2009 2010 2011
2008-
2011 2008 2009 2010 2011
2008-
2011
Prosentase
Tingkat
Penyelesaian
Null
Hypothesis 26.905 2.125 19.250 33.629 98.191
General 16.943 2.125 19.250 33.629 66.248 0.002 0.000 0.000 0.000 0.000
Sumber : Data diolah, 2013
Menilai Keseluruhan Model
Langkah yang dilakukan pertama kali adalah menilai model fitting
information. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likehood. Likehood L
dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan
data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -
2LogL. Adanya penurunan nilai -2LogL awal dengan nilai -2LogL langkah
berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,
17
2006). Pseudo R-Square digunakan untuk menjelaskan variasi variabel dependen
yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat variabilitas tersebut
ditunjukkan oleh besarnya nilai McFadden (Ghozali, 2009).
Tabel 6
Model Fitting Information
Variabel Model -2 Log Likelihood Sig.
2008 2009 2010 2011
2008-
2011 2008 2009 2010 2011
2008-
2011
Prosentase
Tingkat
Penyelesaian
Intercept
Only 30.987 11.276 21.311 35.712 98.291
Final 26.905 2.125 19.25 33.629 98.191 0.043 0.002 0.151 0.149 0.751
Tabel 7
Pseudo R-Square
Variabel Nilai Mc. Fadden
2008 2009 2010 2011
2008-
2011
Prosentase Tingkat
Penyelesaian 0.116 0.576 0.097 0.056 0.001
Sumber : Data diolah, 2013
Hasil pada tabel 6 dimana hasil uji dilihat pada tahun 2008-2011 (secara
keseluruhan) diperoleh bahwa terdapat penurunan nilai sebesar 0.101 dan tidak
signifikan pada 0.751 yang berarti model dengan memasukkan variabel independen
tidak lebih baik dibandingkan hanya model dengan intercept saja. Jadi dapat
disimpulkan bahwa model tidak fit. Hasil pada tabel 7 yang dilihat pada hasil uji
secara keseluruhan (2008-2011) menunjukkan bahwa sebesar 0.1% peringkat kualitas
pelaporan keuangan dapat dijelaskan oleh variasi variabel prosentase tingkat
penyelesaian.
18
Pengujian Hipotesis
Tabel 8
Estimasi Parameter Variabel Prosentase
Tingkat Penyelesaian
Estimasi
Arah
Arah
Hasil
Regresi
Sig.
Prosentase
Tingkat
Pnyelesaian 0.004 0.102 0.749
Sumber : Data diolah, 2013
Hasil pengujian analisis regresi ordinal pada tabel 8 menunjukkan bahwa
variabel prosentase tingkat penyelesaian memiliki nilai signifikansi sebesar 0.749
(p>0.05), sehingga variabel prosentase tingkat penyelesaian bernilai tidak signifikan.
PEMBAHASAN
Hasil pengujian membuktikan bahwa H1 ditolak. Hal tersebut membuktikan
bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat penyelesaian rekomendasi dari BPK
terhadap kualitas pelaporan keuangan di pemda. Berdasarkan hasil pengolahan data,
ketidaksignifikan data disebabkan karena adanya opini Wajar Tanpa Pengecualian
yang diberikan oleh BPK dimana opini tersebut paling baik diberikan dibandingkan
dengan opini lainnya. Hal ini dapat berdampak pada tidak bergeraknya opini atau
kualitas sama pada pemkab/pemkot yang dari tahun ke tahun memperoleh opini
Wajar Tanpa Pengecualian.
Tidak hanya itu, ketidaksignifikan data juga disebabkan oleh opini Wajar
Dengan Pengecualian yang diberikan dari auditor BPK kepada instansi pemerintah
daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 89,4%. Opini Wajar
Dengan Pengecualian diberikan apabila auditor menaruh keberatan atau pengecualian
bersangkutan dengan kewajaran penyajian laporan keuangan, atau dalam keadaan
bahwa laporan keuangan tersebut secara keseluruhan adalah wajar tanpa kecuali
19
untuk hal-hal tertentu akibat faktor tertentu yang menyebabkan kualifikasi pendapat
(satu atau lebih rekening yang tidak wajar).Wajar Dengan Pengecualian yang
diberikan terkait dengan perolehan aset tetap. Berdasarkan data yang ada,
menyebutkan bahwa permasalahan aset tetap yang terjadi pada pemkab/pemkot
terkait karena pencatatan yang tidak memadai, penyajian aset tetap belum didukung
pengendalian atas pencatatan yang lengkap dan akurat dan saldo aset tetap pada
neraca yang tidak dapat diyakini kewajarannya.
Permasalahan aset tetap masih menjadi perhatian yang serius karena nilanya
sangat penting bagi pelayanan masyarakat. Untuk dapat meningkatkan akuntabilitas
aset tetap, penyajiannya dalam laporan keuangan harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (Maslani, 2008).
Meskipun beberapa permasalahan telah terinventarisir, tampaknya masalah
aset tetap akan terus berkembang sesuai dengan kondisi dilapangan, terutama untuk
pemda hasil pemekaran yang memperoleh aset tetap dari pemda induk, tetapi bukti
kepemilikan atau asetnya hilang. Tidak hanya itu, permasalahan yang sering dijumpai
pada pemda terkait aset tetap adalah pemda tidak melakukan kapitalisasi terhadap
biaya-biaya yang sebenarnya menambah harga perolehan aset tetap. Hal ini terkait
kesalahan penganggaran seperti belanja yang seharusnya dianggarkan pada belanja
modal tapi dianggarkan pada belanja barang dan jasa atau belanja pegawai. Selain itu,
penilaian aset tetap, pengungkapan nilai aset tetap tidak lengkap dan memadai,yaitu
aset tetap tidak didukung rincian aset, pengklasifikasian aset tetap tidak sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Masih sering dijumpainya pengamanan aset
tetap yang tidak memadai baik secara fisik maupun secara administrasi termasuk di
antaranya masalah bukti kepemilikan dan juga masih banyaknya aset tetap pada
sekolah-sekolah banyak yang belum tercatat (Maslani, 2008)
20
PENUTUP
Kesimpulan
Pada penelitian ini tidak terbukti bahwa ada pengaruh antara tingkat
penyelesaian rekomendasi dari BPK terhadap kualitas pelaporan keuangan di pemda.
Hal tersebut di sebabkan karena maksimal opini yang diberikan oleh BPK adalah
Wajar Tanpa Pengecualian dan masih banyaknya pemkab dan pemkot yang hasil
laporan audit keuangannya diberikan opini Wajar Dengan Pengecualian oleh auditor
BPK. Wajar Dengan Pengecualian yang diberikan umumnya terkait aset tetap, yang
belum memenuhi SAP terkait penilaian yang belum memadai.
Implikasi Teoritis
Solusi supaya pemerintah daerah mampu menyelesaikan problem aset dengan
memenuhi standart-standart yang telah ditetapkan agar dapat membuat pelaporan aset
yang memenuhi standart.
Implikasi Terapan
Pemerintah daerah perlu meningkatkan kualitas pelaporan dan manajemen
aset tetap pemerintah agar tercipta tata kelola yang baik sehingga opini yang
diberikan oleh BPK kepada pemerintahan kabupaten dan pemerintahan kota tidak
hanya pada posisi Wajar Dengan Pengecualian saja, namun dapat meningkat lebih
baik pada opini Wajar Tanpa Pengecualian.
Keterbatasan
Adanya indikasi temuan dan rekomendasi yang diberikan oleh BPK kepada
pemkab/pemkot tersebut diberikan secara berulang-ulang dari tahun ke tahun. Ini
membuktikan bahwa tidak ada tindak lanjut dari pemkab/pemkot terkait. Selain itu,
dalam penelitian ini, dikatakan kualitas membaik apabila pemda yang di audit oleh
21
BPK mengalami perubahan opini membaik. Dari yang misalnya pada tahun lalu BPK
memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian, sedangkan di tahun ini BPK
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Seperti yang kita ketahui bahwa
maksimal opini membaik yang diberikan oleh BPK adalah Wajar Tanpa
Pengecualian. Namun berdasarkan data yang telah di input, suatu pemkab/pemkot
selama kurun waktu dua tahun berturut-turut dapat memperoleh opini Wajar Tanpa
Pengecualian. Hal tersebut mengakibatkan penilaian yang diberikan menjadi kualitas
sama.
Saran
1. Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti tidak hanya menggunakan
data sekunder yang berasal dari laporan audit BPK saja, namun peneliti juga
dapat menggunakan data primer. Hal tersebut dilakukan agar data yang
diperoleh dapat secara valid diteliti guna mengetahui pengaruh penyelesain
rekomendasi BPK terhadap kualitas pelaporan keuangan instansi pemerintah
daerah.
2. Pada penelitian selanjutnya dapat diteliti faktor-faktor yang menyebabkan
opini pada Kabupaten Banyumas mengalami perubahan yang signifikan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pemeriksa Keuangan. 2012. Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester 2 tahun
2012. Diakses melalui www.bpk.go.id.
Bastian, Indra.2007. Audit Sektor Publik. Jakarta : Salemba Empat.
Bisri, Hasan. 2008. Peran BPK Dalam Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Disampaikan pada Acara Sosialisasi Tugas dan Wewenang Badan
Pemeriksa Keuangan, Ankara 11 Desember 2008. http://www.bpk.go.id.
Diunduh tanggal 11 Juni 2012
Dan M. Guy ; C.Wayne Alderman ; Alan J.Winters , Auditing , 2002, edisi
kelima,Jakarta, Erlangga
Ghozali, Imam. (2006). Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi pertama.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
, .(2009). Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS,
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hardiningsih, Pancawati. 2007. Peran BPK Dalam Audit Sektor Publik, Fokus
Ekonomi, Vol.6, No. 3, Hal 216-224, Desember 2007.
Maslani. 2008. Permasalahan Aset Tetap Dan Solusinya Dalam Penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah. Disampaikan pada Acara Pusdiklatwas BPKP.
http://www.bpk.go.id. Diunduh tanggal 19 Agustus 2013
Suhardjanto, Djoko., dan Rukmita Rena. 2011. Pengaruh Karakteristik Pemerintah
Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan Keuangan
23
Pemerintah Daerah. Jurnal Akuntansi dan Auditng. Volume 8 Nomor 1
November 2011 : Hal 1-94.
Tugiman, Hiro. 2001, Standar Profesional Audit Internal, edisi kelima, Yogyakarta :
Kanisius (anggota IKAPI).
Tugiman, Hiro. 2006, Standar Profesional Audit Internal, Bandung : Kanisius
Ihalauw, John J.O.I.,2003, Bangunan Teori, FE UKSW, Salatiga
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009, Standar Akuntansi Indonesia, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Utami, Intiyas., dan Noviyanti Suzy. 2004. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pengauditan.
Salatiga : Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2010
tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pokok-Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Prajogo.2001. “ Perspektif Pemeriksa terhadap Implementasi Standar Akuntansi
Keuangan Sektor Publik”. Jurnal akuntansi dan Keuangan Sektor Publik.
Kompartemen Akuntan Sektor Publik IAI. Vol.02. Agustus.pp1-8.
24
Sugiyono. 2001, Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
www.bpk.go.id
25
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Beta Christy Apriliana Putri
Tempat/Tanggal Lahir : Purworejo, 14 April 1991
Nim : 232009031
Alamat Asal : Perumahan Tegalrejo Permai No 143, Salatiga
Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Penyelesaian Rekomendasi Dari
BPK Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Instansi Pemerintah Daerah.
Riwayat Pendidikan : SD Kristen 04 Salatiga, Lulus Tahun 2003
SMP Negeri 06 Salatiga, Lulus Tahun 2006
SMA Negeri 02 Salatiga, Lulus Tahun 2009
Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW Salatiga,
Lulus Tahun 2013
Riwayat Organisasi : Pengurus Pelayan Pengasuh Sekolah Minggu
(PPSM) GKJ Salatiga Selatan, Seksi Kegiatan
(Periode 2009 – 2011).
Tim Pembinaan Perkantas Salatiga ( Periode 2010 –
2011)
Ketua Pelayan Pengasuh Sekolah Minggu (PPSM)
GKJ Salatiga Selatan (Periode 2011 – 2013).
26
Panitia Donor Darah “ Dies Emas Fakultas
Ekonomika dan Bisnis” (1 Desember 2009).
Satgas Kuliah Umum “ Asuransi Sebagai Pilihan
Investasi “ ( 10 Februari 2010 ).
Panitia Pratoga FEB 2010 (16 Juli 2010)
Panitia Pawai Budaya – Orientasi Mahasiswa Baru
2011 (17 September 2011)
Koordinator Satgas Kegiatan “One For All” (22
Januari 2012)
Asisten Dosen Manajemen Operasi Semester Gasal
2012/2013
27
Lampiran 1
Surat Tugas
28
Lampiran 2
Formulir Permintaan Informasi
29
Lampiran 3
Tanda Terima Penyerahan Dokumen Informasi Publik
30
Lampiran 4
DATA HASIL PEMANTAU TINDAK LANJUT (REKOMENDASI)
NO PEMDA
HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT ( REKOMENDASI)
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
S BS BDT S BS BDT S BS BDT S BS BDT S BS BDT S BS BDT S BS BDT
1 Provinsi Jawa Tengah 3 0 0 9 0 0 5 0 0 11 0 0 7 0 0 8 3 0 0 23 0
2 Kabupaten Banjarnegara 9 1 0 6 0 0 11 0 0 8 0 0 9 0 0 5 2 0 10 3 0
3 Kabupaten Banyumas 6 0 0 15 0 0 7 0 0 24 0 0 15 0 0 11 0 0 3 2 0
4 Kabupaten Batang 0 0 0 9 0 0 3 0 0 18 0 0 5 0 0 12 3 0 6 3 0
5 Kabupaten Blora 0 0 0 0 0 0 12 0 0 17 0 0 7 5 0 7 10 0 6 17 0
6 Kabupaten Boyolali 23 3 1 30 5 3 13 2 1 7 0 0 9 1 0 10 11 0 3 5 5
7 Kabupaten Brebes 2 0 0 16 1 0 6 2 0 15 2 0 7 1 0 1 5 1 5 10 0
8 Kabupaten Cilacap 18 0 0 9 0 0 6 0 0 5 0 0 29 1 0 11 1 0 15 4 0
9 Kabupaten Demak 0 0 0 4 0 0 7 1 0 5 0 0 17 3 1 7 3 0 12 5 0
10 Kabupaten Grobogan 0 0 0 13 0 0 4 0 0 12 4 0 12 2 0 3 24 2 2 13 0
11 Kabupaten Jepara 2 0 0 12 0 0 1 0 0 6 0 0 7 0 0 7 0 0 6 6 0
12 Kabupaten Karanganyar 0 0 0 0 0 0 8 0 0 5 1 0 7 0 0 17 2 0 10 4 0
13 Kabupaten Kebumen 0 0 0 3 0 0 12 0 0 4 2 0 7 2 0 7 1 0 17 8 0
14 Kabupaten Kendal 15 1 0 11 1 0 3 1 0 4 4 1 20 7 15 3 12 0 0 8 4
15 Kabupaten Klaten 8 0 0 21 0 0 9 0 0 15 0 0 7 5 0 3 14 0 0 14 0
16 Kabupaten Kudus 8 1 0 6 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Kabupaten Magelang 0 1 0 36 3 0 3 0 0 18 2 0 17 0 0 20 3 0 3 11 0
18 Kabupaten Pati 15 1 0 11 1 0 8 0 0 7 0 0 10 1 0 4 1 0 7 14 1
19 Kabupaten Pekalongan 9 0 0 7 1 0 8 0 0 8 8 0 8 0 0 5 6 0 2 19 0
20 Kabupaten Pemalang 5 0 0 16 1 0 9 0 0 8 2 0 6 1 0 6 3 2 5 4 0
21 Kabupaten Purbalingga 0 0 0 36 0 0 7 0 0 8 0 0 3 1 3 13 0 0 15 5 0
22 Kabupaten Purworejo 0 0 0 0 0 0 9 4 1 8 6 11 6 0 0 3 2 0 13 12 0
31
23 Kabupaten Rembang 0 0 0 4 1 0 10 3 0 7 3 1 3 8 0 0 15 0 0 12 0
24 Kabupaten Semarang 14 1 0 15 0 0 4 0 0 3 0 0 9 4 0 9 0 0 6 9 0
25 Kabupaten Sragen 5 0 0 8 0 0 3 0 0 8 0 0 5 1 0 14 0 0 18 6 0
26 Kabupaten Sukoharjo 8 0 0 5 0 0 13 4 0 3 3 0 7 5 0 5 0 0 9 1 0
27 Kabupaten Tegal missing data
28 Kabupaten Temanggung 0 0 0 0 0 0 2 0 0 6 0 0 11 0 0 14 0 0 5 4 7
29 Kabupaten Wonogiri 27 1 0 12 0 0 9 1 0 2 1 0 11 7 0 9 3 0 4 7 0
30 Kabupaten Wonosobo 0 0 0 9 6 0 1 0 2 1 13 0 2 14 0 4 13 2 9 9 2
31 Kota Magelang 0 0 0 0 0 0 7 0 0 8 0 0 3 1 0 4 9 2 12 6 0
32 Kota Salatiga 5 0 0 5 1 0 1 0 0 7 0 0 16 0 0 8 4 0 7 17 0
33 Kota Semarang 3 1 0 3 0 0 2 0 0 27 0 0 9 11 0 2 2 0 8 13 0
34 Kota Surakarta 8 2 0 3 2 0 3 5 0 7 3 0 14 1 0 7 3 0 10 1 0
35 Kota Pekalongan 0 0 0 4 0 0 6 0 0 15 0 0 11 1 0 6 8 0 6 12 1
36 Kota Tegal 11 0 0 11 1 0 14 4 1 33 7 0 19 3 0 5 1 0 4 7 18
37 Privinsi DIY 0 0 0 0 0 0 5 0 0 11 0 0 10 0 0 45 4 0 5 1 0
38 Kabupaten Bantul 0 0 0 0 0 0 11 0 1 11 0 0 10 1 0 16 3 0 2 16 0
39 Kabupaten Gunung
Kidul 0 0 0 0 0 0 12 1 0 7 0 0 7 1 0 10 5 0 2 8 0
40 Kabupaten Kulon Progo 0 0 0 0 0 0 14 5 0 5 0 0 7 0 0 6 2 0 6 1 0
41 Kabupaten Sleman 0 0 0 0 0 0 9 0 0 16 0 0 15 0 0 3 0 0 8 2 0
42 Kota Yogyakarta 0 0 0 0 0 0 1 0 0 9 0 0 19 0 0 34 0 0 10 3 0
Keterangan :
S = Sesuai,
BS = Belum Sesuai,
BDT = Belum Ditindaklanjut
32
Lampiran 5
DATA AKUMULASI HASIL PEMANTAU TINDAK LANJUT (REKOMENDASI)
NO PEMDA
AKUMULASI HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT ( REKOMENDASI)
2007 2008 2009 2010 2011
S BS BDT S BS BDT S BS BDT S BS BDT S BS BDT
1 Provinsi Jawa Tengah 28 0 0 35 0 0 43 3 0 43 26 0 43 26 0
2 Kabupaten Banjarnegara 34 1 0 43 1 0 48 3 0 58 6 0 58 6 0
3 Kabupaten Banyumas 52 0 0 67 0 0 78 0 0 81 2 0 81 2 0
4 Kabupaten Batang 30 0 0 35 0 0 47 3 0 53 6 0 53 6 0
5 Kabupaten Blora 29 0 0 36 5 0 43 15 0 49 32 0 49 32 0
6 Kabupaten Boyolali 73 10 5 82 11 5 92 22 5 95 27 10 95 27 10
7 Kabupaten Brebes 39 5 0 46 6 0 47 11 1 52 21 1 52 21 1
8 Kabupaten Cilacap 38 0 0 67 1 0 78 2 0 93 6 0 93 6 0
9 Kabupaten Demak 16 1 0 33 4 1 40 7 1 52 12 1 52 12 1
10 Kabupaten Grobogan 29 4 0 41 6 0 44 30 2 46 43 2 46 43 2
11 Kabupaten Jepara 21 0 0 28 0 0 35 0 0 41 6 0 41 6 0
12 Kabupaten Karanganyar 13 1 0 20 1 0 37 3 0 47 7 0 47 7 0
13 Kabupaten Kebumen 19 2 0 26 4 0 33 5 0 50 13 0 50 13 0
14 Kabupaten Kendal 33 7 1 53 14 16 56 26 16 56 34 20 56 34 20
15 Kabupaten Klaten 53 0 0 60 5 0 63 19 0 63 33 0 63 33 0
16 Kabupaten Kudus 20 1 0 20 1 0 20 1 0 20 1 0 20 1 0
17 Kabupaten Magelang 57 6 0 74 6 0 94 9 0 97 20 0 97 20 0
18 Kabupaten Pati 41 2 0 51 3 0 55 4 0 62 18 1 62 18 1
19 Kabupaten Pekalongan 32 9 0 40 9 0 45 15 0 47 34 0 47 34 0
33
20 Kabupaten Pemalang 38 3 0 44 4 0 50 7 2 55 11 2 55 11 2
21 Kabupaten Purbalingga 51 0 0 54 1 3 67 1 3 82 6 3 82 6 3
22 Kabupaten Purworejo 17 10 12 23 10 12 26 12 12 39 24 12 39 24 12
23 Kabupaten Rembang 21 7 1 24 15 1 24 30 1 24 42 1 24 42 1
24 Kabupaten Semarang 36 1 0 45 5 0 54 5 0 60 14 0 60 14 0
25 Kabupaten Sragen 24 0 0 29 1 0 43 1 0 61 7 0 61 7 0
26 Kabupaten Sukoharjo 29 7 0 36 12 0 41 12 0 50 13 0 50 13 0
27 Kabupaten Tegal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 Kabupaten Temanggung 8 0 0 19 0 0 33 0 0 38 4 7 38 4 7
29 Kabupaten Wonogiri 50 3 0 61 10 0 70 13 0 74 20 0 74 20 0
30 Kabupaten Wonosobo 11 19 2 13 33 2 17 46 4 26 55 6 26 55 6
31 Kota Magelang 15 0 0 18 1 0 22 10 2 34 16 2 34 16 2
32 Kota Salatiga 18 1 0 34 1 0 42 5 0 49 22 0 49 22 0
33 Kota Semarang 35 1 0 44 12 0 46 14 0 54 27 0 54 27 0
34 Kota Surakarta 21 12 0 35 13 0 42 16 0 52 17 0 52 17 0
35 Kota Pekalongan 25 0 0 36 1 0 42 9 0 48 21 1 48 21 1
36 Kota Tegal 69 12 1 88 15 1 93 16 1 97 23 19 97 23 19
37 Privinsi DIY 16 0 0 26 0 0 71 4 0 76 5 0 76 5 0
38 Kabupaten Bantul 22 0 1 32 1 1 48 4 1 50 20 1 50 20 1
39 Kabupaten Gunung Kidul 19 1 0 26 2 0 36 7 0 38 15 0 38 15 0
40 Kabupaten Kulon Progo 19 5 0 26 5 0 32 7 0 38 8 0 38 8 0
41 Kabupaten Sleman 25 0 0 40 0 0 43 0 0 51 2 0 51 2 0
42 Kota Yogyakarta 10 0 0 29 0 0 63 0 0 73 3 0 73 3 0
Keterangan :
S = Sesuai, BS = Belum Sesuai, BDT = Belum Ditindaklanjuti
34
Lampiran 6
DATA PROSENTASE TINGKAT PENYELESAIAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI
NO PEMDA
PROSENTASE (%) TINGKAT PENYELESAIAN TINDAK LANJUT REKOMENDASI
2007 2008 2009 2010 2011
S BS BDT S BS BDT S BS BDT S BS BDT S BS BDT
1 Provinsi Jawa Tengah 100 0 0 100 0 0 93.48 6.522 0 62.32 37.68 0 44.79 27.08 0
2 Kabupaten Banjarnegara 97.14 2.857 0 97.73 2.273 0 94.12 5.882 0 90.63 9.375 0 61.7 6.383 0
3 Kabupaten Banyumas 100 0 0 100 0 0 100 0 0 97.59 2.41 0 88.04 2.174 0
4 Kabupaten Batang 100 0 0 100 0 0 94 6 0 89.83 10.17 0 76.81 8.696 0
5 Kabupaten Blora 100 0 0 87.8 12.2 0 74.14 25.86 0 60.49 39.51 0 40.83 26.67 0
6 Kabupaten Boyolali 82.95 11.36 5.682 83.67 11.22 5.102 84.4 20.18 4.587 77.87 22.13 8.197 67.38 19.15 7.092
7 Kabupaten Brebes 88.64 11.36 0 88.46 11.54 0 79.66 18.64 1.695 70.27 28.38 1.351 54.17 21.88 1.042
8 Kabupaten Cilacap 100 0 0 98.53 1.471 0 97.5 2.5 0 93.94 6.061 0 69.92 4.511 0
9 Kabupaten Demak 94.12 5.882 0 86.84 10.53 2.632 83.33 14.58 2.083 80 18.46 1.538 68.42 15.79 1.316
10 Kabupaten Grobogan 87.88 12.12 0 87.23 12.77 0 57.89 39.47 2.632 50.55 47.25 2.198 40.71 38.05 1.77
11 Kabupaten Jepara 100 0 0 100 0 0 100 0 0 87.23 12.77 0 69.49 10.17 0
12 Kabupaten Karanganyar 92.86 7.143 0 95.24 4.762 0 92.5 7.5 0 87.04 12.96 0 65.28 9.722 0
13 Kabupaten Kebumen 90.48 9.524 0 86.67 13.33 0 86.84 13.16 0 79.37 20.63 0 56.82 14.77 0
14 Kabupaten Kendal 80.49 17.07 2.439 63.86 16.87 19.28 57.14 26.53 16.33 50.91 30.91 18.18 42.11 25.56 15.04
15 Kabupaten Klaten 100 0 0 92.31 7.692 0 76.83 23.17 0 65.63 34.38 0 54.78 28.7 0
16 Kabupaten Kudus 71.43 3.571 0 52.63 2.632 0 48.78 2.439 0 32.79 1.639 0 26.32 1.316 0
17 Kabupaten Magelang 90.48 9.524 0 92.5 7.5 0 91.26 8.738 0 82.91 17.09 0 62.18 12.82 0
18 Kabupaten Pati 95.35 4.651 0 94.44 5.556 0 93.22 6.78 0 76.54 22.22 1.235 64.58 18.75 1.042
19 Kabupaten Pekalongan 78.05 21.95 0 81.63 18.37 0 75 25 0 58.02 41.98 0 44.34 32.08 0
20 Kabupaten Pemalang 92.68 7.317 0 91.67 8.333 0 84.75 11.86 3.39 80.88 16.18 2.941 69.62 13.92 2.532
21 Kabupaten Purbalingga 100 0 0 93.1 1.724 5.172 94.37 1.408 4.225 90.11 6.593 3.297 75.23 5.505 2.752
22 Kabupaten Purworejo 43.59 25.64 30.77 51.11 22.22 26.67 52 24 24 52 32 16 41.49 25.53 12.77
23 Kabupaten Rembang 72.41 24.14 3.448 60 37.5 2.5 43.64 54.55 1.818 35.82 62.69 1.493 23.3 40.78 0.971
35
24 Kabupaten Semarang 97.3 2.703 0 90 10 0 91.53 8.475 0 81.08 18.92 0 64.52 15.05 0
25 Kabupaten Sragen 100 0 0 96.67 3.333 0 97.73 2.273 0 89.71 10.29 0 73.49 8.434 0
26 Kabupaten Sukoharjo 80.56 19.44 0 75 25 0 77.36 22.64 0 79.37 20.63 0 63.29 16.46 0
27 Kabupaten Tegal missing data
28 Kabupaten Temanggung 100 0 0 100 0 0 100 0 0 77.55 8.163 14.29 49.35 5.195 9.091
29 Kabupaten Wonogiri 94.34 5.66 0 85.92 14.08 0 84.34 15.66 0 78.72 21.28 0 64.91 17.54 0
30 Kabupaten Wonosobo 34.38 59.38 6.25 27.08 68.75 4.167 25.37 68.66 5.97 29.89 63.22 6.897 23.64 50 5.455
31 Kota Magelang 100 0 0 94.74 5.263 0 64.71 29.41 5.882 65.38 30.77 3.846 40 18.82 2.353
32 Kota Salatiga 94.74 5.263 0 97.14 2.857 0 89.36 10.64 0 69.01 30.99 0 50 22.45 0
33 Kota Semarang 97.22 2.778 0 78.57 21.43 0 76.67 23.33 0 66.67 33.33 0 55.67 27.84 0
34 Kota Surakarta 63.64 36.36 0 72.92 27.08 0 72.41 27.59 0 75.36 24.64 0 62.65 20.48 0
35 Kota Pekalongan 100 0 0 97.3 2.703 0 82.35 17.65 0 68.57 30 1.429 57.83 25.3 1.205
36 Kota Tegal 84.15 14.63 1.22 84.62 14.42 0.962 84.55 14.55 0.909 69.78 16.55 13.67 62.18 14.74 12.18
37 Privinsi DIY 100 0 0 100 0 0 94.67 5.333 0 93.83 6.173 0 84.44 5.556 0
38 Kabupaten Bantul 95.65 0 4.348 94.12 2.941 2.941 90.57 7.547 1.887 70.42 28.17 1.408 66.67 26.67 1.333
39 Kabupaten Gunung Kidul 95 5 0 92.86 7.143 0 83.72 16.28 0 71.7 28.3 0 47.5 18.75 0
40 Kabupaten Kulon Progo 79.17 20.83 0 83.87 16.13 0 82.05 17.95 0 82.61 17.39 0 67.86 14.29 0
41 Kabupaten Sleman 100 0 0 100 0 0 100 0 0 96.23 3.774 0 76.12 2.985 0
42 Kota Yogyakarta 100 0 0 100 0 0 100 0 0 96.05 3.947 0 74.49 3.061 0
Keterangan :
S = Sesuai,
BS = Belum Sesuai,
BDT = Belum Ditindaklanjuti
36
Lampiran 7
DATA OPINI AUDITOR BPK DI PROV.JAWA TENGAH-DIY TH.2008-20011
NO PEMDA OPINI
2008 2009 2010 2011
1 Provinsi Jawa Tengah WDP WDP WDP WTP
2 Kabupaten Banjarnegara WDP WDP WDP WDP
3 Kabupaten Banyumas TMP WDP WDP WTP
4 Kabupaten Batang WDP WDP WDP WDP
5 Kabupaten Blora WDP WDP WDP WDP
6 Kabupaten Boyolali WDP WDP WDP WTP
7 Kabupaten Brebes WDP WDP WDP WDP
8 Kabupaten Cilacap WDP WDP WDP WDP
9 Kabupaten Demak WDP WDP WDP WDP
10 Kabupaten Grobogan WDP WDP WDP WDP
11 Kabupaten Jepara WDP WDP WTP WTP
12 Kabupaten Karanganyar WDP WDP WDP WDP
13 Kabupaten Kebumen WDP WDP WDP WTP
14 Kabupaten Kendal WDP WDP WDP WDP
15 Kabupaten Klaten WDP WDP WDP WDP
16 Kabupaten Kudus WDP WDP WDP WDP
17 Kabupaten Magelang WDP WDP WDP WDP
18 Kabupaten Pati WDP WDP WDP WDP
19 Kabupaten Pekalongan WDP WDP WDP WDP
20 Kabupaten Pemalang WDP WDP WDP WDP
21 Kabupaten Purbalingga WDP WDP WDP WDP
22 Kabupaten Purworejo WDP WDP WDP WDP
23 Kabupaten Rembang WDP WDP WDP WDP
24 Kabupaten Semarang WDP WDP WDP WTP
25 Kabupaten Sragen WDP WDP WDP WDP
26 Kabupaten Sukoharjo WDP WDP WDP WDP
27 Kabupaten Tegal WDP missing data WDP WDP
28 Kabupaten Temanggung WDP WDP WDP WDP
29 Kabupaten Wonogiri WDP WDP WDP WDP
30 Kabupaten Wonosobo WDP WDP WDP WDP
31 Kota Magelang WDP WDP WDP WDP
32 Kota Salatiga WDP WDP WDP WDP
37
33 Kota Semarang WDP WDP WDP WDP
34 Kota Surakarta WDP WDP WTP WTP
35 Kota Pekalongan WDP missing data WDP WDP
36 Kota Tegal WDP WDP WDP WTP
37 Privinsi DIY WDP WDP WTP WTP
38 Kabupaten Bantul WDP WDP WDP WDP
39 Kabupaten Gunung Kidul WDP WDP WDP WDP
40 Kabupaten Kulon Progo WDP WDP WDP WDP
41 Kabupaten Sleman WDP WDP WDP WTP
42 Kota Yogyakarta WDP WTP WTP WTP
Keterangan :
TMP = Tidak Memberikan Pendapat
WDP = Wajar Dengan Pengecualian
WTP = Wajar Tanpa Pengecualian
38
Lampiran 8
DATA PERKEMBANGAN KUALITAS AUDIT
NO PEMDA PERKEMBANGAN KUALITAS AUDIT
2007-2008 2008-2009 2009-2010 2010-2011
1 Provinsi Jawa Tengah 2 2 2 1
2 Kabupaten Banjarnegara 2 2 2 2
3 Kabupaten Banyumas 3 1 2 1
4 Kabupaten Batang 2 2 2 2
5 Kabupaten Blora 2 2 2 2
6 Kabupaten Boyolali 2 2 2 1
7 Kabupaten Brebes 2 2 2 2
8 Kabupaten Cilacap 2 2 2 2
9 Kabupaten Demak 2 2 2 2
10 Kabupaten Grobogan 2 2 2 2
11 Kabupaten Jepara 2 2 1 2
12 Kabupaten Karanganyar 2 2 2 2
13 Kabupaten Kebumen 2 2 2 1
14 Kabupaten Kendal 1 2 2 2
15 Kabupaten Klaten 2 2 2 2
16 Kabupaten Kudus 2 2 2 2
17 Kabupaten Magelang 2 2 2 2
18 Kabupaten Pati 2 2 2 2
19 Kabupaten Pekalongan 2 2 2 2
20 Kabupaten Pemalang 2 2 2 2
21 Kabupaten Purbalingga 2 2 2 2
22 Kabupaten Purworejo 1 2 2 2
23 Kabupaten Rembang 2 2 2 2
24 Kabupaten Semarang 2 2 2 1
25 Kabupaten Sragen 2 2 2 2
26 Kabupaten Sukoharjo 1 2 2 2
27 Kabupaten Tegal missing data
28 Kabupaten Temanggung 2 2 2 2
29 Kabupaten Wonogiri 2 2 2 2
30 Kabupaten Wonosobo 2 2 2 2
31 Kota Magelang 2 2 2 2
39
32 Kota Salatiga 2 2 2 2
33 Kota Semarang 2 2 2 2
34 Kota Surakarta 2 2 1 2
35 Kota Pekalongan missing data
36 Kota Tegal 2 2 2 1
37 Privinsi DIY 2 2 1 2
38 Kabupaten Bantul 2 2 2 2
39 Kabupaten Gunung Kidul 1 2 2 2
40 Kabupaten Kulon Progo 2 2 2 2
41 Kabupaten Sleman 2 2 2 1
42 Kota Yogyakarta 2 1 2 2
Keterangan :
1 = Kualitas membaik
2 = Kualitas sama (tidak ada perubahan)
3 = Kualitas memburuk
40
Lampiran 9
HASIL PENGUJIAN ORDINAL REGRESSION PADA TAHUN 2008
Case Processing Summary
N
Marginal
Percentage
Kualitas_Pelaporan_Keuangan 1 4 10.00%
2 35 87.50%
3 1 2.50%
Valid 40 100.00%
Missing 2
Total 42
Model Fitting Information
Model
-2 Log
Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Intercept Only 30.987
Final 26.905 4.081 1 0.043
Link function: Logit.
Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 36.596 63 0.997
Deviance 25.036 63 1
Link function: Logit.
Pseudo R-Square
Cox and Snell 0.097
Nagelkerke 0.166
McFadden 0.116
Link function: Logit.
41
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95%
Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshold [Kualitas_Pelaporan_Keuangan =
1]
2.073 2.11 0.965 1 0.326 -2.063 6.208
[Kualitas_Pelaporan_Keuangan =
2]
8.474 2.681 9.994 1 0.002 3.221 13.728
Location Prosentase_Tingkat_Penyelesaian
0.053 0.027 3.909 1 0.048 0 0.106
Link function: Logit.
Test of Parallel Linesa
Model
-2 Log
Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Null Hypothesis 26.905
General 16.943 9.962 1 0.002
The null hypothesis states that the location parameters (slope
coefficients) are the same across response categories.
a. Link function: Logit.
42
Lampiran 10
HASIL PENGUJIAN ORDINAL REGRESSION PADA TAHUN 2009
Case Processing Summary
N
Marginal
Percentage
Kualitas_Pelaporan_Keuangan 1
2 5.00%
2 38 95.00%
Valid 40 100.00%
Missing 2
Total 42
Model Fitting Information
Model -2 Log Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Intercept Only 11.276
Final 2.125 9.151 1 0.002
Link function: Logit.
Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 0 34 1
Deviance 0 34 1
Link function: Logit.
Pseudo R-Square
Cox and Snell 0.204
Nagelkerke 0.624
McFadden 0.576
Link function: Logit.
43
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshold [Kualitas_Pelaporan_Keuangan =
1] -499.37 0.913 2.99E+05 1 0
-
501.16
-
497.58
Location Prosentase_Tingkat_Penyelesaian
-4.99 0 . 1 . -4.99 -4.99
Link function: Logit.
Test of Parallel Linesa
Model
-2 Log
Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Null Hypothesis 2.125
General 2.125 0.000 0 .
The null hypothesis states that the location parameters (slope
coefficients) are the same across response categories.
a. Link function: Logit.
44
Lampiran 11
HASIL PENGUJIAN ORDINAL REGRESSION PADA TAHUN 2010
Case Processing Summary
N
Marginal
Percentage
Kualitas_Pelaporan_Keuangan 1
3 7.50%
2 37 92.50%
Valid 40 100.00%
Missing 2
Total 42
Model Fitting Information
Model -2 Log Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Intercept Only 21.311
Final 19.25 2.061 1 0.151
Link function: Logit.
Goodness-of-Fit
Chi-
Square df Sig.
Pearson 32.52 37 0.679
Deviance 19.25 37 0.993
Link function: Logit.
Pseudo R-Square
Cox and Snell 0.05
Nagelkerke 0.122
McFadden 0.097
Link function: Logit.
45
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald Df Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshold [Kualitas_Pelaporan_Keuangan = 1]
-8.113 4.965 2.67 1 0.102
-
17.844 1.619
Location Prosentase_Tingkat_Penyelesaian
-0.07 0.058 1.447 1 0.229 -0.184 0.044
Link function: Logit.
Test of Parallel Linesa
Model
-2 Log
Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Null
Hypothesis 19.25
General 19.25 0 0 .
The null hypothesis states that the location parameters
(slope coefficients) are the same across response
categories.
a. Link function: Logit.
46
Lampiran 12
HASIL PENGUJIAN ORDINAL REGRESSION PADA TAHUN 2011
Case Processing Summary
N
Marginal
Percentage
Kualitas_Pelaporan_Keuangan 1
7 17.50%
2 33 82.50%
Valid 40 100.00%
Missing 2
Total 42
Model Fitting Information
Model
-2 Log
Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Intercept
Only 35.712
Final 33.629 2.083 1 0.149
Link function: Logit.
Goodness-of-Fit
Chi-Square df Sig.
Pearson 35.501 37 0.539
Deviance 32.243 37 0.692
Link function: Logit.
Pseudo R-Square
Cox and
Snell 0.051
Nagelkerke 0.084
McFadden 0.056
Link function: Logit.
47
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Threshold [Kualitas_Pelaporan_Keuangan =
1] -4.232 2.148 3.88 1 0.049 -8.443 -0.021
Location Prosentase_Tingkat_Penyelesaian -0.044 0.033 1.772 1 0.183 -0.108 0.021
Link function: Logit.
Test of Parallel Linesa
Model -2 Log Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Null
Hypothesis 33.629
General 33.629 0 0 .
The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients)
are the same across response categories.
a. Link function: Logit.
48
Lampiran 13
HASIL PENGUJIAN ORDINAL REGRESSION SECARA KESELURUHAN
(2008-2011)
Case Processing Summary
N
Marginal
Percentage
Kualitas_Pelaporan_Keuangan 1 16 10.00%
2 143 89.40%
3 1 0.60%
Valid 160 100.00%
Missing 0
Total 160
Model Fitting Information
Model
-2 Log
Likelihood Chi-Square df Sig.
Intercept Only 98.291
Final 98.191 0.101 1 0.751
Link function: Logit.
Goodness-of-Fit
Chi-
Square df Sig.
Pearson 133.998 273 1
Deviance 89.677 273 1
Link function: Logit.
Pseudo R-Square
Cox and
Snell 0.001
Nagelkerke 0.001
McFadden 0.001
Link function: Logit.
49
Parameter Estimates
Estimate
Std.
Error Wald df Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound Upper Bound
Threshold [Kualitas_Pelaporan_Keuangan =
1] -1.892 0.984 3.696 1 0.055 -3.822 0.037
[Kualitas_Pelaporan_Keuangan =
2] 5.38 1.404 14.685 1 0 2.628 8.131
Location Prosentase_Tingkat_Penyelesaian 0.004 0.013 0.102 1 0.749 -0.021 0.029
Link function: Logit.
Test of Parallel Linesa
Model -2 Log Likelihood
Chi-
Square df Sig.
Null
Hypothesis 98.191
General 66.248 31.943 1 0
The null hypothesis states that the location parameters
(slope coefficients) are the same across response categories.
a. Link function: Logit.
50
Lampiran 14
DATA PEMKAB/PEMKOT YANG MENGALAMI KUALITAS MEMBAIK
PEMKAB/PEMKOT YANG MENGALAMI KUALITAS MEMBAIK
NO PEMDA
OPINI
SEBELUM OPINI SESUDAH
TAHUN OPINI TAHUN OPINI
1 Provinsi Jawa Tengah 2010 WDP 2011 WTP
2 Kabupaten Banyumas 2008 TMP 2009 WDP
3 Kabupaten Banyumas 2010 WDP 2011 WTP
4 Kabupaten Boyolali 2010 WDP 2011 WTP
5 Kabupaten Jepara 2009 WDP 2010 WTP
6 Kabupaten Kebumen 2010 WDP 2011 WTP
7 Kabupaten Kendal 2007 TMP 2008 WDP
8 Kabupaten Purworejo 2007 TMP 2008 WDP
9 Kabupaten Semarang 2010 WDP 2011 WTP
10 Kabupaten Sukoharjo 2007 TMP 2008 WDP
11 Kota Surakarta 2009 WDP 2010 WTP
12 Kota Tegal 2010 WDP 2011 WTP
13 Provinsi DIY 2009 WDP 2010 WTP
14 Kabupaten Gunung Kidul 2007 TW 2008 WDP
15 Kabupaten Sleman 2010 WDP 2011 WTP
16 Kota Yogyakarta 2008 WDP 2009 WTP
Keterangan :
WDP = Wajar Dengan Pengecualian
TW = Tidak Wajar
WTP = Wajar Tanpa Pengecualian
TMP = Tidak Memberikan Pendapat
51
Lampiran 15
DATA KLASIFIKASI KABUPATEN/ KOTA YANG MEMPEROLEH OPINI
WAJAR DENGAN PENGECUALIAN
NO WAJAR DENGAN PENGECUALIAN
NAMA AKUN 2008 2009 2010 2011
1 Aset Tetap 38 37 34 28
2 Aset Lainnya 0 3 7 6
3 Kas 2 5 1 2
4 Persediaan 4 8 12 6
5 Inv. Non Permanen 10 9 13 11
6 Inv. Permanen 3 6 10 7
7 Inv. Jangka Pendek 1 0 0 0
8 Pendapatan Lain² 2 2 1 1
9 Pendapatan Pajak 0 2 1 0
10 Pendapatan Asli Daerah 0 1 1 2
11 Penerimaan PAD 0 1 0 0
12 Pendapatan Retribusi 4 1 1 1
13 Belanja Daerah 2 2 0 0
14 Belanja Bantuan 3 2 1 1
15 Belanja Operasional 1 3 0 0
16 Belanja Barang & Jasa 6 2 3 2
17 Belanja Hibah 1 0 0 0
18 Belanja Subsidi 1 3 0 0
19 Belanja Modal 5 5 0 0
20 Piutang 2 1 3 1
21 Piutang Pajak 1 4 1 0
22 Piutang Lain² 2 0 0 1
23 Dana Bergulir 1 2 0 0
24 Dana Hibah 0 1 0 0
25 Dana Cadangan 2 1 0 0
26 Penggunaan Langsung Atas Penerimaan Piutang 1 0 0 0
27 Pengeluaran Pembiayaan Daerah-Penyertaan Modal 1 2 0 0
28 Penyertaan Modal 1 0 0 0
29 Utang Jangka Pendek 1 1 1 0
30 Utang Jangka Panjang 0 2 0 0
31 Pembiayaan 0 2 0 0
52
32 Silpa 0 1 1 0
33 Bantuan Sosial 0 0 0 1
53
Lampiran 16
DATA KLASIFIKASI KABUPATEN/ KOTA YANG MEMPEROLEH OPINI WAJAR DENGAN
PENGECUALIAN TAHUN 2008
NAMA AKUN PEMDA
Aset Tetap
prov.jateng kab.demak kab.kudus kab.rembang kota semarang
kab.kulon
progo
kab.banjarnegara kab.grobogan kab.magelang kab.semarang kota surakarta kab.sleman
kab. batang kab.jepara kab.pati kab.sukoharjo kota pekalongan
kota
yogyakarta
kab. blora kab.karanganyar kab.pekalongan kab.temanggung kota tegal
kab. boyolali kab.kebumen kab.pemalang kab.wonogiri prov.diy
kab.brebes kab.kendal kab.purbalingga kota magelang kab.bantul
kab.cilacap kab.klaten kab.purworejo kota salatiga
kab.gunung
kidul
Kas kab. demak kab.klaten
Persediaan kab.grobogan kab.jepara kab.pemalang kab.rembang
Inv. Non Permanen prov.jateng kab.jepara kab.pati kab.temanggung kota pekalongan
kab.banjarnegara kab.kendal kab.semarang kab.wonosobo kab.kulon progo
Inv. Permanen kab. blora kab.pekalongan kab.rembang
Inv. Jangka Pendek kota surakarta
Pendapatan Lain-lain kab.kudus kab.wonogiri
Pendapatan Retribusi kab.banjarnegara kab.kebumen kab.sragen kota yogyakarta
Belanja Daerah kab.banjarnegara kab.brebes
Belanja Bantuan kab.banjarnegara kab.pekalongan kab.wonosobo
Belanja Operasional kab.kendal
54
Belanja Barang & Jasa kab.banjarnegara kab.grobogan kab.kudus kab.purworejo kota pekalongan
kab.bantul
Belanja Hibah kab.kudus
Belanja Subsidi kab.kudus
Belanja Modal kab.banjarnegara kab.grobogan kab.kudus kab.pekalongan kab.sragen
Piutang kab.magelang kota tegal
Piutang Pajak prov.yogya
Piutang Lain-lain kab. boyolali kab.purbalingga
Dana Bergulir kab.pekalongan
Dana Cadangan kab.cilacap kota salatiga
Penggunaan Langsung Atas
Penerimaan Piutang kab.grobogan
Pengeluaran Pembiayaan Daerah-
Penyertaan Modal kab.kebumen
Penyertaan Modal kab.pemalang
Utang Jangka Pendek kab.bantul
55
Lampiran 17
DATA KLASIFIKASI KABUPATEN/ KOTA YANG MEMPEROLEH OPINI WAJAR DENGAN
PENGECUALIAN TAHUN 2009
NAMA AKUN PEMDA
Aset Tetap
prov.jateng kab.cilacap kab.kendal kab.purbalingga kab.temanggung kota tegal
kab.banjarnegara kab.demak kab.klaten kab.purworejo kab.wonogiri prov.diy
kab.banyumas kab.grobogan kab.kudus kab.rembang kab.wonosobo kab.bantul
kab.batang kab.jepara kab.magelang kab.semarang kota magelang kab.gunung kidul
kab.blora kab.karanganyar kab.pekalongan kab.sragen kota salatiga kab.kulon progo
kab.boyolali kab.kebumen kab.pemalang kab.sukoharjo kota surakarta kab.sleman
kab.brebes
Aset Lainnya kab.cilacap kab.jepara kab.kebumen
Kas kab.klaten kab.pati kab.semarang kab.sragen kota tegal
Persediaan kab.banyumas kab.blora kab.demak kab.pemalang
kab.batang kab.brebes kab.kudus kab.wonogiri
Inv. Non Permanen prov.jateng kab.jepara kab.magelang kab.rembang kab.kulon progo
kab.batang kab.klaten kab.pemalang kab.semarang
Inv. Permanen kab.blora kab.klaten kab.temanggung
kab.kebumen kab.sragen kab.wonosobo
Pendapatan Lain-lain kab.jepara kab.klaten
Pendapatan Pajak kab.banyumas kota tegal
Pendapatan Asli Daerah kab.kebumen
Penerimaan PAD kab.magelang
Pendapatan Retribusi kab.sragen
56
Belanja Daerah kab.demak kab.jepara
Belanja Bantuan kab.pekalongan kab.wonosobo
Belanja Operasional kab.batang kab.kendal kota tegal
Belanja Barang & Jasa kota magelang kota salatiga
Belanja Subsidi kab.demak kab.jepara kab.klaten
Belanja Modal kab.grobogan kab.jepara kab.pekalongan kota salatiga kota tegal
Piutang kab.kebumen
Piutang Pajak kab.cilacap kab.kudus kota salatiga kota semarang
Dana Bergulir kab.pekalongan kab.wonogiri
Dana Hibah kab.wonogiri
Dana Cadangan kota salatiga
Pengeluaran Pembiayaan Daerah-
Penyertaan Modal kab.banjarnegara kab.pemalang
Utang Jangka Pendek kab.wonosobo
Utang Jangka Panjang kab.pekalongan kab.wonogiri
Pembiayaan kab.purbalingga kab.purworejo
Silpa kab.sragen
57
Lampiran 18
DATA KLASIFIKASI KABUPATEN/ KOTA YANG MEMPEROLEH OPINI WAJAR DENGAN
PENGECUALIAN TAHUN 2010
NAMA AKUN PEMDA
Aset Tetap
prov.jateng kab.brebes kab.kendal kab.pekalongan kab.sukoharjo kota magelang
kab.banjarnegara kab.cilacap kab.klaten kab.purbalingga kab.tegal kota salatiga
kab.banyumas kab.demak kab.kudus kab.purworejo kab.temanggung kota pekalongan
kab.batang kab.grobogan kab.magelang kab.rembang kab.wonogiri kab.bantul
kab.blora kab.karanganyar kab.pati kab.sragen kab.wonosobo kab.gunung kidul
kab.boyolali kab.kebumen kab.kulon progo kab.sleman
Aset Lainnya kab.banjarnegara kab.grobogan kab.klaten kab.pekalongan kota salatiga kota pekalongan
kab.cilacap
Kas kab.bantul
Persediaan prov.jateng kab.kendal kab.pati kab.purworejo kab.temanggung kota tegal
kab.cilacap kab.magelang kab.pekalongan kab.sragen kota magelang kab.kulon progo
Inv. Non Permanen
kab.banjarnegara kab.magelang kab.purworejo kab.semarang kab.tegal kota salatiga
kab.kebumen kab.pemalang kab.rembang kab.sragen kab.wonogiri kab.kulon progo
kab.klaten
Inv. Permanen kab.boyolali kab.demak kab.kendal kab.rembang kab.sukoharjo
kab.brebes kab.kebumen kab.pemalang kab.semarang kota pekalongan
Pendapatan Lain-lain kab.batang
Pendapatan Pajak kab.gunung kidul
58
Pendapatan Asli
Daerah kab.bantul
Pendapatan Retribusi kab.batang
Belanja Bantuan kab.pekalongan
Belanja Barang & Jasa kab.cilacap kab.tegal kab.wonosobo
Piutang kab.cilacap kab.temanggung kota magelang
Piutang Pajak kota semarang
Utang Jangka Pendek kota tegal
Silpa kab.grobogan
59
Lampiran 19
DATA KLASIFIKASI KABUPATEN/ KOTA YANG MEMPEROLEH OPINI WAJAR DENGAN
PENGECUALIAN TAHUN 2011
NAMA AKUN PEMDA
Aset Tetap
kab.banjarnegara kab.demak kab.kudus kab.purbalingga kab.tegal kota pekalongan
kab.batang kab.grobogan kab.magelang kab.purworejo kab.wonogiri kab.gunung kidul
kab.blora kab.karanganyar kab.pati kab.rembang kab.wonosobo kab.kulon progo
kab.brebes kab.kendal kab.pekalongan kab.sragen kota magelang
kab.cilacap kab.klaten kab.pemalang kab.sukoharjo kota salatiga
Aset Lainnya kab.cilacap kab.kendal kab.magelang kab.pekalongan kota pekalongan kab.bantul
Kas kab.rembang kab.sragen
Inv. Non Permanen kab.banjarnegara kab.klaten kab.pati kab.rembang kab.temanggung kab.bantul
kab.karanganyar kab.magelang kab.purworejo kab.sragen kab.wonogiri
Inv. Permanen kab.brebes kab.karanganyar kab.pemalang kab.sukoharjo kab.temanggung kab.wonosobo
kab.cilacap
Pendapatan Lain-lain kab.batang
Pendapatan Asli Daerah kab.bantul kab.gunung kidul
Pendapatan Retribusi kab.kulon progo
Belanja Bantuan kab.demak
Belanja Barang & Jasa kab.kendal kab.gunung kidul
Piutang kota magelang
Piutang Lain-lain kab.tegal
Bantuan Sosial kab.pemalang
60
Lampiran 20
CONTOH LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS LAPORAN KEUANGAN
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah
memeriksa Neraca Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tanggal 31 Desember 2011
dan 2010, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan
Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Banjarnegara. Tanggung
jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan.
Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan
pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
61
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara TA 2011
Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan
agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan ke uangan bebas dari salah saji
material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian, bukti-bukti
yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, serta
penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa
pemeriksaan tersebut memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan Nomor V.B.2.1 atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menyajikan saldo Investasi Non Permanen
dalam Neraca per 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp7,25 miliar
dan Rp14,3 miliar. Metode penghitungan nilai bersih yang dapat direalisasikan atas
dana bergulir pada akun investasi non permanen belum diatur oleh kebijakan
akuntansi.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan Nomor V.B.3 atas Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menyajikan saldo aset tetap dalam Neraca per
31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp3,64 triliun dan Rp3,54
triliun. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara tidak melaksanakan pengendalian dan
pencatatan atas aset tetap dengan memadai antara lain aset tetap pada Dinas
Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Rp183,4 miliar tidak didukung dengan laporan
hasil inventaris, aset tanah jalan Rp1,15 triliun pencatatannya tergabung dalam aset
jalan dan jembatan pada Dinas Pekerjaan Umum.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
62
Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara TA 2011
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang
mungkin perlu dilakukan jika BPK dapat memeriksa bukti-bukti pencatatan Aset
Tetap, Neraca Pemerintah Kabupaten Banjarnegara per tanggal 31 Desember 2011
dan 2010, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas serta Catatan atas Laporan
Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten
Banjarnegara tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, realisasi anggaran, arus kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, sesuai dengan Standart Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagaian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan
keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern
dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan
atas Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-
undangan disajikan dalam Laporan Nomor 14B/LHP/BPK/XVIII.SMG/05/2012 dan
Nomor 14C/LHP/BPK/XVIII.SMG/05/2012 tanggal 17 Mei 2012, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
63
Lampiran 21
CONTOH LAPORAN HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT
LHP Sistem Pengendalian Intern LKPD Kabupaten Banjarnegara T.A. 2011
BAB 2
HASIL PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN ATAS
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
TAHUN 2005-2011
Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2011, BPK memantau tindak lanjut Pemerintah Kabupaten Banjarnegara
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2005 – 2011. Sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan
tindak lanjut menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dan DPRD.
Pemantauan atas tindak lanjut Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terhadap temuan
tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Tabel 7. Rekapitulasi Pemantauan tindak lanjut Pemeriksaan
Atas Sistem Pengendalian Intern Tahun 2005-2011
No. LHP
Jumlah Jumlah
Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
(Rekomendasi)
Sesuai
Belum Belum
Temuan Rekomendasi Sesuai/Selesai Ditindaklanjuti
1
LHP 2011 atas LKPD
2010 9 13 10 3 0
2
LHP 2010 atas LKPD
2009 5 7 5 2 0
3
LHP 2009 atas LKPD
2008 6 9 9 0 0
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
64
LHP Sistem Pengendalian Intern LKPD Kabupaten Banjarnegara T.A. 2011
4
LHP 2008 atas LKPD
2007 3 8 8 0 0
5
LHP 2007 atas LKPD
2006 8 11 11 0 0
6
LHP 2006 atas LKPD
2005 6 6 6 0 0
7
LHP 2005 atas LKPD
2004 8 10 9 1 0
Total 45 64 58 6 0
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara telah menindaklanjuti 58 rekomendasi dari 64
rekomendasi Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2005-2011 yang diajukan BPK RI.
Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut atau tindaklanjut belum
sesuai rekomendasi sebanyak 6 rekomendasi. Tidak ada rekomendasi yang belum
ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara.
Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia
BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH
65
66