90

Click here to load reader

Pengawetan Daging Ayam Dengan Larutan Garam Dingin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesmavet II

Citation preview

  • PENGAWETAN DAGING AYAM (Gallus Gallus Domesticus) DENGAN LARUTAN GARAM DINGIN

    SKRIPSI

    OLEH :

    ERIKSON NALLY SITUMORANG 040305025 / THP

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2008

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • PENGAWETAN DAGING AYAM (Gallus gallus domesticus) DENGAN LARUTAN GARAM DINGIN

    SKRIPSI

    OLEH :

    ERIKSON NALLY SITUMORANG 040305025 / THP

    Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

    di Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

    Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

    Ir. Terip Karo-Karo, MS Ir. Hotnida Sinaga, M.Phil Ketua Anggota

    DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2008

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • RINGKASAN ERIKSON NALLY SITUMORANG Pengawetan Daging Ayam

    (Gallus gallus domesticus) dengan Larutan Garam Dingin, dibimbing oleh

    Ir. Terip Karo-Karo, MS selaku ketua komisi pembimbing dan

    Ir. Hotnida Sinaga, M.phil selaku anggota komisi pembimbing.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu pendinginan dan

    lama penyimpanan dengan larutan garam dingin terhadap mutu daging segar.

    Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)

    faktorial dengan dua faktor. Faktor I : suhu pendinginan (T), yaitu T1 = 0 oC,

    T2 = -5 oC dan T3 = -10 oC. Faktor II : lama penyimpanan (M), yaitu M0 = 0 hari,

    M1 = 10 hari, M2 = 20 hari, M3 = 30 hari dan M4 = 40 hari. Dengan parameter

    analisis kadar air (%), kadar protein (%), kadar lemak (%), nilai organoleptik

    tekstur, nilai organoleptik (warna, aroma dan rasa (skor)).

    1. Kadar Air

    Suhu pendinginan (T) memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P

  • T3M0 (-10 oC dan 0 hari) yaitu sebesar 53,00 % dan terendah terdapat pada

    perlakuan T3M4 (-10 oC dan 40 hari), yaitu sebesar 41,79 %.

    2. Kadar Protein (%)

    Suhu pendinginan (T) memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P

  • terdapat pada kombinasi perlakuan T1M0 (0 oC dan 0 hari), T2M0 (-5 oC dan 0 hari)

    dan T3M0 (-10 oC dan 0 hari) yaitu sebesar 22,23 % dan terendah terdapat pada

    perlakuan T1M4 (0 oC dan 40 hari), yaitu sebesar 11,15 %.

    4. Nilai Organoleptik Tekstur (Skor)

    Suhu pendinginan memberi pengaruh berbeda sangat nyata (P

  • Interaksi suhu pendinginan dan lama penyimpanan memberi pengaruh

    berbeda sangat nyata (P

  • ABSTRACT

    Preservation of Chicken (Gallus gallus domesticus)Meat Using Cold Brine

    The aim of this research was to test the effectiveness of cold brine in preservation of fresh chicken meat. The Research had been performed using factorial completely randomized design (CRD) with two factors i.e. cooling temperature (0oC, -5 oC, -10 oC) and storage time (0, 10, 20, 30, 40 days). Parameter analyzed were water content, protein content, fat content and organoleptic values of colour, aroma, taste and texture. The cooling temperature had highly significant effect on water content, protein content, fat content, and organoleptic values of colour, aroma, taste, and texture. The storage time had highly significant effect on water content, protein content, fat content, and organoleptic values of colour, aroma, taste, and texture. The interaction of cooling temperature and storage time had highly significant effect on water content, protein content, fat content and organoleptic values of colour, aroma, taste, but had no significant effect on texture organoleptic value. Cooling temperature of -10 oC and storage time of 40 days produced best quality of the fresh chicken meat.

    ERIKSON N S NAME JANUARY 2009 DATE Key words : Chicken meat, Brine, Cooling temperature, Storage time

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • ABSTRAK

    Pengawetan Daging Ayam (Gallus gallus domesticus) dengan Larutan Garam Dingin

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengawetan menggunakan larutan garam dingin terhadap mutu daging ayam segar. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu suhu pendinginan (0oC, -5 oC, -10 oC) dan lama penyimpanan (0, 10, 20, 30, 40 hari). Parameter yang diamati yaitu kadar air, kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur. Suhu pendinginan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur. Lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik warna, aroma, rasa dan tekstur. Interaksi antara suhu pendinginan dan lama penyimpanan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik warna, aroma dan rasa, dan berpengaruh tidak nyata terhadap nilai organoleptik tekstur. Suhu pendinginan -10oC dan lama penyimpanan 40 hari menghasilkan mutu daging ayam segar yang baik. ERIKSON N S NAMA JANUARY 2009 TANGGAL Kata kunci : Daging ayam, Larutan garam, Suhu pendinginan, Lama penyimpanan

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • RIWAYAT HIDUP Erikson Nally Situmorang dilahirkan di Tele (Samosir) pada tanggal 25

    Juni 1986. Anak kedua dari 5 bersaudara dari Ayahanda Sarifuddin Situmorang

    dan Ibunda Sonti Sinaga yang beragama Kristen.

    Pada tahun 1998 lulus dari SD Negeri 173772 di Samosir, pada tahun

    2001 lulus dari SLTP swasta Budi Mulia Pangururan di Samosir dan pada tahun

    2004 lulus dari SMU Negeri 4 Medan, dan diterima di Fakultas Pertanian

    Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB di Departemen Teknologi

    Pertanian program studi Teknologi Hasil Pertanian.

    Penulis telah mengikuti Praktek kerja Lapangan di

    PT. Astra Agro Lestari Tbk., Tanjung Marowa Kab.Deli Serdang. Selama

    mengikuti kuliah penulis aktif menjadi pengurus IMTHP (Ikatan Mahasiswa

    Teknologi Hasil Pertanian), aktif menjadi pengurus Gerakan Mahasiswa Nasional

    Indonesia (GmnI) FP-USU periode 2005-2008, aktif menjadi pengurus Majelis

    Musyawarah Fakultas (MMF) FP-USU periode 2007-2008 dan aktif menjadi

    pengurus Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) USU periode 2008-2009.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

    berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

    pada waktunya.

    Skripsi ini berjudul Pengawetan Daging Ayam

    (Gallus gallus domesticus) dengan Larutan Garam Dingin yang merupakan

    salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknologi

    Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi

    pembimbing Ir. Terip Karo-Karo, MS selaku ketua komisi pembimbing dan

    Ir. Hotnida Sinaga, M.Phil selaku anggota komisi pembimbing atas arahan dan

    bimbingan yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

    Terima kasih yang teramat besar penulis ucapkan kepada yang tersayang

    Ayahanda Sarifuddin Situmorang, Ibunda Sonti Sinaga dan juga Abangda

    L.Rival, adik tersayang (Santos, Jenni Chu dan Holong M.S.) yang telah

    memberikan motivasi, spirit dan perhatian yang sangat penulis perlukan.

    Terima kasih buat teman saya Edi, teman-teman 2004 (Tian, Riswan,

    Yayuk, Kusno, Ery, Wallet, Holmes, Andre) dan seluruh teman-teman di Fakultas

    Pertanian. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang

    bersifat membangun bagi penulisan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini

    bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

    Medan, Januari 2009

    Penulis

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    Halaman ABSTRACT ................................................................................................... i ABSTRAK ..................................................................................................... i RINGKASAN ................................................................................................ ii RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vi KATA PENGANTAR ................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 3 Hipotesa Penelitian .............................................................................. 4 TINJAUAN PUSTAKA Sekilas Tentang Daging ....................................................................... 5 Komposisi Kimia Daging ..................................................................... 6 Kualitas Daging Segar .......................................................................... 7 Manfaat Daging ..................................................................................... 7 Jenis-Jenis Pengawetan Daging Pengaweta Daging dengan Suhu Rendah ...................................... 8 Pengawetan Daging dengan Penggaraman .................................... 9 Pengawetan Daging dengan Pengasapan ....................................... 10 Fermentasi Daging ......................................................................... 10

    Pengeringan Daging ....................................................................... 11 Pengawetan Daging Menggunakan Larutan Garam Dingin............ 11 Larutan Garam Dingin ........................................................................ 12

    Perubahan Selama Pengawetan Daging Menggunakan Larutan Garam Dingin Perubahan Biokimiawi ................................................................... 13 Perubahan Mikrobiologis ............................................................... 13 Perubahan Fisik .............................................................................. 14 Proses Pengawetan Daging Menggunakan Larutan Garam Dingin 14 Penelitian sebelumnya .......................................................................... 15

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • BAHAN DAN METODA PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 16 Bahan ..................................................................................................... 16 Reagensia ............................................................................................... 16 Alat ....................................................................................................... 16 Metoda Penelitian ................................................................................ 17 Model Rancangan ................................................................................ 18 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 18 Pengamatan dan Pengumpulan Data Penentuan Kadar Air ..................................................................... 20 Penentuan Kadar Protein ............................................................... 20 Penentuan Kadar Lemak................................................................. 21 Penentuan Nilai Organoleptik Tekstur ........................................... 20 Penentuan Nilai Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa) ............ 22 Skema Penelitian ................................................................................... 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Parameter yang Diamati... 24 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati. 25 Kadar Air (%) Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar Air (%) ................... 26 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ................. 27 Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ........................................... 29 Kadar Protein (%) Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar Protein (%)............. 30 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Protein (%) .......... 32 Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan terhadap Kadar Protein (%)..................................... 33 Kadar Lemak (%) Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar Lemak (%) ............. 35 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%)............ 37 Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%) ..................................... 38 Nilai Organoleptik Tekstur (Skor)

    Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Nilai Organoleptik Tekstur (Skor) ............................................................................................. 40

    Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Organoleptik Tekstur (Skor) ................................................................................ 41

    Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Organoleptik Tekstur (Skor)............ 43

    Nilai Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/ Skor Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Nilai Organoleptik

    (Warna, Aroma dan Rasa)/ Skor .................................................... 43 Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik (Warna,

    Aroma dan Rasa)/ Skor .................................................................. 45

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/ skor...................................................................................... 47

    KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 49 Saran ..................................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 51 LAMPIRAN ................................................................................................... 53

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • DAFTAR TABEL

    No. Judul Halaman 1. Komposisi Kimia Daging Ayam per 100 gram bahan .......................... 6 2. Skala Uji Hedonik Tekstur ..................................................................... 22

    3. Skala Uji Hedonik Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa) ................. 22

    4. Hasil Analisis Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Parameter yang Diamati ................................................................................................... 24

    5. Hasil Analisis Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang

    Diamati ................................................................................................... 25 6. Uji LSR Pengaruh Efek Utama Suhu Pendinginan terhadap Kadar

    Air (%) ................................................................................................... 26 7. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar

    Air (%) ................................................................................................... 27 8. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) ................................................... 29 9. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar

    Protein (%) .............................................................................................. 31 10. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Kadar

    Protein (%) .............................................................................................. 32 11. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan terhadap Kadar Protein (%).............................................. 34 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar

    lemak (%) ............................................................................................... 36 13. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar

    Lemak (%)............................................................................................... 37 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%) .............................................. 39 15. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap

    Organoleptik Tekstur (Skor) ................................................................... 40

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik Tekstur (Skor) ................................................................... 42

    17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap

    Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/Skor........................................ 44 18. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap

    Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/Skor........................................ 45 19. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan terhadap Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/Skor .. 47

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • DAFTAR GAMBAR

    No. Judul Halaman 1. Skema Pengawetan Daging Ayam Dengan Larutan Garam Dingin ...... 23 2. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Kadar Air ............. 27 3. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Kadar Air .......... 28 4. Grafik Hubungan antara Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan dengan Kadar Air ............................................................. 30 5. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Kadar Protein........ 32 6. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Kadar Protein.. ... 33 7. Grafik Hubungan antara Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan dengan Kadar Protein ....................................................... 35 8. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Kadar Lemak ........ 36 9. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Kadar Lemak ..... 38 10. Grafik Hubungan antara Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan dengan Kadar Lemak ....................................................... 40 11. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Nilai Organoleptik

    Tekstur .................................................................................................... 41 12. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Nilai

    Organoleptik Tekstur .............................................................................. 43 13. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Nilai Organoleptik

    (Warna, Aroma dan Rasa)....................................................................... 45 14. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Organoleptik

    (Warna, Aroma dan Rasa) ...................................................................... 46 15. Grafik Hubungan antara Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan dengan Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa) ............. 48

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • DAFTAR LAMPIRAN

    No. Judul Halaman 1. Data Pengamatan Kadar Air (%)............................................................. 53 2. Data Pengamatan Kadar Protein (%) ...................................................... 54

    3. Data Pengamatan Kadar Lemak (%)....................................................... 55

    4. Data Pengamatan Organoleptik Tekstur (Skor) ...................................... 56

    5. Data Pengamatan Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/Skor .......... 57

    6. Gambar Daging Ayam Selama Pengawetan ........................................... 58

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Daging merupakan bahan makanan asal hewani yang sudah dikenal sejak

    lama sebagai bahan pangan yang hampir sempurna karena mengandung zat nutrisi

    yang sangat dibutuhkan oleh tubuh, antara lain protein, air, lemak, mineral dan

    vitamin. Di samping itu daging memiliki rasa dan aroma yang enak sehingga

    disukai oleh hampir semua orang.

    Daging merupakan salah satu produk yang diperlukan untuk memenuhi

    kebutuhan tubuh akan gizi protein yang mengandung susunan asam amino yang

    lengkap. Secara umum konsumsi protein dalam menu masyarakat Indonesia masih

    di bawah kebutuhan minimum, terutama protein hewani. Rendahnya jumlah yang

    dikonsumsi disebabkan oleh harga protein hewani yang relatif lebih mahal, dan

    sumbernya yang terbatas.

    Daging ayam sangat digemari hampir setiap orang. Ayam beserta

    olahannya, seolah tidak pernah lepas dari menu makanan. Beberapa rumah makan

    mengkhususkan, menu makanan yang disajikan adalah daging ayam.

    Daging ayam merupakan salah satu bahan makanan yang bernilai gizi

    tinggi, karena mengandung protein dan asam amino esensial; lemak-lemak yang

    mengandung asam lemak esensial; vitamin dan mineral yang sangat baik untuk

    pertumbuhan manusia maupun perkembangbiakan bakteri.

    Melihat tingginya kandungan zat gizi daging dan kegunaannya dewasa ini

    cukup potensial, maka perlu mengamankan daging dan produk-produknya dari

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • kerusakan atau pembusukan mikroorganisme. Dengan demikian dapat

    memperpanjang masa simpan daging agar tersedia dengan mutu yang baik.

    Berbagai cara telah dilakukan untuk mengolah dan memperpanjang masa

    simpan daging. Pada pengolahan itu harus didapatkan sedapat mungkin keadaan

    produk daging olahan dengan kualitas yang baik sebagaimana halnya dengan

    penanganan daging segar yaitu dalam hal warna ataupun rasa, bau dan teksturnya,

    sehingga memiliki daya tarik bagi konsumen. Bahan pengawet yang biasa

    digunakan garam, nitrit, nitrat, asam askorbat, sodium askorbat, antioksidan

    sintetik dan alkalin fosfat.

    Kandungan lemak daging ayam sekitar 25 % dimana dengan tingginya

    kandungan lemak daging ini sangat mudah mengalami kerusakan oleh

    mikroorganisme atau oksidasi lemak sehingga masa simpannya menjadi rendah.

    Untuk mempertahankan nilai gizi dari daging ayam dilakukan penyimpanan

    dingin dengan penambahan penambahan garam sebagai antimikroba yang mampu

    mengganggu aktivitas mikroba sehingga mikroba dapat mati.

    Daging ayam sangat dikenal dimana-mana sebagai makanan yang mudah

    didapat dan sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber lemak dan protein

    hewani bagi tubuh manusia. Untuk mempertahankan kesegaran daging perlu

    dilakukan pengawetan. Saat ini, banyak pedagang menjual daging ayam yang

    disuntikkan dengan formalin untuk menjaga kesegaran daging atau dengan cara

    menyuntikkan air untuk menambah berat daging ayam yang akan dijual sehingga

    daging kelihatan segar dan keuntungan yang didapat oleh padagang lebih banyak.

    Salah satu metode pengawetan daging yang lebih ekonomis dan dapat

    mempertahankan kesegaran daging lebih lama yaitu pengawetan daging

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • menggunakan larutan garam dingin. Pengawetan ini dapat mempertahankan

    kesegaran daging sampai beberapa minggu, namun penanganan dan sanitasi

    daging yang diawetkan harus baik serta larutan garam dingin yang digunakan

    harus bersih dan tidak tercemar. Pengawetan daging tidak mengganggu kesehatan

    karena tidak menggunakan zat berbahaya seperti formalin, para pedagang pun

    dapat mempertahankan kesegaran daging lebih lama serta kerugian akibat

    pembusukan dapat dicegah. Dengan pengawetan ini, kerusakan fisik seperti luka

    atau lecet dan pudarnya warna kulit dapat dihindari serta daging akan berada

    dalam keadaan rigormortis selama pengolahan sehingga dapat mempercepat

    pemotongan dan penyiangan. Hal inilah yang mendorong penulis melaksanakan

    penelitian mengenai Pengawetan Daging Ayam (Gallus gallus domesticus)

    dengan Larutan Garam Dingin.

    Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama

    pengawetan daging menggunakan larutan garam dingin terhadap mutu daging

    segar.

    Kegunaan Penelitian

    - Sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi di Departemen

    Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

    Medan.

    - Sebagai sumber informasi dalam cara pengawetan daging segar.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Hipotesis Penelitian

    - Diduga ada pengaruh suhu pengawetan daging menggunakan larutan

    garam dingin terhadap mutu daging segar.

    - Diduga ada pengaruh lama penyimpanan pengawetan daging

    menggunakan larutan garam dingin terhadap mutu daging segar.

    - Diduga ada pengaruh interaksi antara suhu penyimpanan dengan lama

    penyimpanan terhadap mutu daging segar dengan menggunakan larutan

    garam dingin.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Sekilas Tentang Daging

    Daging merupakan salah satu produk yang diperlukan untuk memenuhi

    kebutuhan tubuh akan gizi protein yang mengandung susunan asam amino yang

    lengkap. Secara umum konsumsi protein dalam menu masyarakat Indonesia masih

    di bawah kebutuhan minimum, terutama protein hewani. Rendahnya jumlah yang

    dikonsumsi disebabkan oleh harga protein hewani yang relatif lebih mahal, dan

    sumbernya yang terbatas (Astawan dan Astawan, 1988).

    Daging termasuk bahan pangan yang mudah rusak, karena daging

    mengandung air yang banyak, zat-zat nutrisi yang cukup baik, serta tidak

    mempunyai pelindung sehingga mudah dicemari oleh mikroba yang akan merusak

    daging tersebut. Kerusakan pada daging dapat ditandai dengan adanya perubahan

    fisik, kimiawi, dan aroma, tekstur menjadi lunak, aroma menjadi bau busuk, berair

    dan lain-lain. Mutu dari daging pada umumnya ditentukan oleh :

    1. Kelezatan bahan (palatability) yang terdiri dari keempukan (tenderness),

    berair (juiceness), warna, aroma dan flavor.

    2. Sifat fisis bahan yang terdiri dari kekenyalan (resilience), kekukuhan

    (firmness), pengikatan (binding) dan kekerasan (grainness).

    3. Kandungan nutrisinya, air, protein, lemak dan mineral serta vitamin.

    4. Kandungan mikroba

    (Purba, et al., 2005).

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Komposisi Kimia Daging

    Daging memiliki kandungan gizi yang lengkap, sehingga keseimbangan

    gizi untuk hidup dapat terpenuhi. Nilai kalori daging tergantung pada jumlah

    daging yang dimakan. Secara relatif, kandungan gizi daging dari berbagai bangsa

    ternak dan ikan berbeda, tetapi setiap 100 g daging dapat memenuhi kebutuhan

    gizi seorang dewasa setiap hari 10 % kalori, 50 % protein, 35 % zat besi

    (Forrest, et al., 1975).

    Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh

    manusia. Selain itu lemak merupakan sumber energi yang penting dimana setiap

    satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat

    dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak mengandung

    asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat. Lemak dan minyak juga dapat

    berfungsi sebagai pelarut bagi vitamin A, D, E dan K (Winarno, 1995).

    Tabel 1. Komposisi kimia daging ayam per 100 gram bahan

    Sumber : Departemen Kesehatan, R.I., (1996).

    Komposisi Jumlah

    Kalori (kal)

    Protein (g)

    Lemak (g)

    Karbohidrat (g)

    Kalsium (mg)

    Fosfor (mg)

    Besi (mg)

    Nilai vitamin A (SI)

    Vitamin B1

    Vitamin C (mg)

    Air (g)

    b.d.d. (%)

    302

    18,2

    25,0

    0

    14

    200

    1,5

    810

    0,08

    0

    55,9

    58

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Kualitas Daging Segar

    Daging yang masih segar biasanya ditandai oleh warnanya yang merah

    dan segar, bau darah segar dan masih kenyal. Warna daging yang merah segar

    bias dipertahankan dalam pemasakan dengan memberikan asam sendawa atau

    garamnya/natrium nitrit (Tim Penulis IPB, 2007).

    Daging yang mempunyai ciri-ciri segar dapat juga diketahui dengan

    melakukan uji fisis untuk menentukan kelezatan daging. Daging yang baik

    mempunyai cirri-ciri ; bila ditekan dengan jari kembali dengan cepat yang

    menandakan kekenyalan daging tersebut baik. Daging dikoyak dengan tangan,

    apabila daging kukuh/sulit koyak maka daging mempunyai kekukuhan yang baik

    serta uji kekerasan daging dapat dilakukan dengan cara meraba daging yang

    digiling/dihaluskan diantara dua jari, bila terasa lembut maka daging mempunyai

    mutu yang baik (Purba, et al., 2005).

    Manfaat Daging

    Daging ayam mengandung vitamin A yang tinggi, lebih-lebih ayam

    kampung dan juga vitamin C dan E. Selain itu lemak daging ayam juga banyak

    mengandung asam lemak tidak jenuh, yang merupakan sumber lemak yang paling

    ideal bagi kebutuhan anak balita, orang setengah baya dan orang lanjut usia, dan

    orang yang lemah paska sakit (Astawan, 2005).

    Di dalam daging terdapat mineral-mineral seperti kalsium, magnesium,

    kalium, natrium, fosfor, khlor, besi, belerang, tembaga dan mangan. Vitamin yang

    terdapat pada daging terutama golongan vitamin B (B1, B12, B6, dan B2), vitamin C,

    A, D, E, K. Selain itu daging mengandung pigmen pemberi warna merah

    (mioglobin) (Syarief dan Irawati, 1988).

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Berbagai macam produk daging asin dapat diperoleh dari daging yang

    diawetkan dengan garam dan daging asap. Produk seperti frankfurt, saveloys,

    bologna, sosis kering, roti daging (meat loaves), luncheon meat, pasta daging

    (meat paste) dan produk-produk lain yang diasin dan dipotong-potong kecil, dapat

    disiapkan dengan proses di mana pengasinan merupakan bagian atau merupakan

    hasil pengolahan lanjut dari bahan-bahan yang sudah diasin dan diasap

    (Buckle, et al., 1987).

    Jenis-Jenis Pengawetan Daging

    Pengawetan Daging dengan Suhu Rendah

    Cara pengawetan pangan dengan suhu rendah ada 2 macam yaitu

    pendinginan (cooling) dan pembekuan (freezing). Pendinginan adalah

    penyimpanan bahan pangan di atas suhu pembekuan yaitu -2 sampai -10 C.

    Pendinginan yang biasanya dilakukan sehari-hari dalam lemari es pada umumnya

    mencapai suhu 5 - 8 C. Meskipun air murni membeku pada suhu 0 C, tetapi

    beberapa makanan ada yang tidak membeku sampai suhu -2 C atau dibawahnya.

    Daging harus selalu disimpan pada suhu rendah dari sejak hewan dipotong sampai

    pada waktu daging akan diolah. Bila daging akan disimpan selama beberapa hari

    maka harus segera didinginkan sampai suhu di bawah 4 C, tetapi bila akan

    disimpan dalam waktu yang lebih lama maka daging harus segera dibekukan pada

    suhu -18 sampai -23,5 C. Penyimpanan daging pada suhu pembekuan tersebut

    dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak kualitas daging

    segar sehingga kerusakan daging yang disebabkan oleh mikroorganisme dapat

    diperlambat dan kualitas daging segar dapat dipertahankan dalam waktu yang

    lama (Winarno, et al., 1980).

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Sebelum dikemas, daging yang telah siap masak itu didinginkan. Caranya

    es batu dimasukkan ke dalam besak rongga tubuh kemudian seluruh daging itu

    dimasukkan ke panci berisi es batu selama 30 menit. Daging diangkat dari panci,

    ditiriskan, kemudian dicuci dengan air bersih bagian dalam dan luarnya. Daging

    ayam yang telah bersih segera dikemas ke dalam kantong plastik (Rasyaf, 2004).

    Pengawetan Daging dengan Penggaraman

    Penggaraman (curing) adalah cara pengolahan daging dengan

    menambahkan beberapa bahan seperti garam NaCl, Na-nitrit atau Na-nitrat, dan

    gula. Curing bertujuan mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur dan

    kelezatan yang baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging selama pengolahan

    serta memperpanjang masa simpan produk daging (Soeparno, 1992).

    Dalam proses pengasinan daging, nitrit berperan sangat penting yaitu

    bereaksi dengan mioglobin membentuk nitrosomioglobin yang diubah menjadi

    nitrosochemochrome, sehingga menyebabkan warna daging jadi merah. Bersama

    dengan garam dapur, nitrit atau nitrat berperan sebagai pengawet dengan cara

    menurunkan nilai Aw produk (Purnomo, 1995).

    Pertumbuhan Clostridium botulinum tipe A dan B, yaitu mikroorganisme

    penyebab botulism dari produk-produk daging, dapat dicegah dengan penambahan

    garam sebanyak 8 - 10 % yang berarti penurunan nilai Aw menjadi 0,95 - 0,94.

    Penambahan garam sebanyak ini sangat mempengaruhi penerimaan konsumen;

    karena konsumen hanya dapat menerima rasa asin yang ditimbulkan oleh

    tambahan garam tidak lebih dari 6 % (Purnomo, 1995).

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Pengawetan Daging dengan Pengasapan

    Proses pengasapan mempunyai beberapa akibat antara lain pengaruh yang

    bersifat mengawetkan yang ditimbulkan oleh penyimpanan/penimbunan di

    permukaan daging senyawa kimia seperti formaldehida, asetaldehida, aseton

    diasetil, methanol, etanol, fenol, asam-asam format dan asetat, furfural dehida,

    resins, bahan lilin, ter dan tentu saja masih banyak bahan-bahan lain yang

    semuanya terdapat pada produk yang diasap dengan konsentrasi mulai bagian per

    sejuta sampai bagian per bilyun. Proses pengasapan dapat dilaksanakan dengan

    cara konvensional yaitu dengan menggantungkan produk dalam rumah

    pengasapan selama 4-8 jam pada suhu 35 - 40 C atau menaruh produk tersebut

    selama beberapa jam dalam suatu ruangan di mana asap disalurkan dari

    pembangkit asap yang terdiri dari suatu roda penggiling dan suatu tongkat kayu.

    Dalam kedua hal tersebut, asap harus dibangkitkan dari kayu keras yang telah

    diawetkan untuk menghindari getah-getah yang biasanya ada pada kayu-kayu

    lunak seperti kayu cemara (Buckle, et al., 1987).

    Fermentasi Daging

    Pada dasarnya, fermentasi merupakan suatu proses penguraian senyawa-

    senyawa kompleks yang terdapat pada daging menjadi senyawasenyawa yang

    lebih sederhana oleh enzim yang berasal dari daging itu sendiri atau dari

    mikroorganisme yang berlangsung dalam lingkungan yang terkontrol. Proses

    penguraian ini dapat berlangsung dengan atau tanpa aktivitas mikroorganisme,

    terutama dari golongan jamur dan ragi. Enzim yang berperan dalam proses

    fermentasi terutama didominasi oleh enzim proteolisis yang mampu mengubah

    protein (Afrianto dan Liviawaty, 1991).

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Pengeringan Daging

    Pengeringan dalam udara atau produk daging mentah telah dilaksanakan

    selam beribu-ribu tahun oleh orang-orang nomad dan padang rumput yang

    mencari cara yang sederhana untuk mengawetkan daging jika mereka mempunyai

    persediaan daging yang berlebihan. Berbagai produk tradisional telah

    dikembangkan dan berpedoman pada interaksi antara teknik-teknik pengawetan

    yang menyangkut :

    1) Pembatasan aktivitas air dengan pengeringan.

    2) Penggunaan garam dan gula untuk mengendalikan kegiatan air lebih lanjut dan

    berfungsi sebagai penghambat selektif terhadap kegiatan enzim dan

    mikroorganisme.

    3) Penggunaan bumbu-bumbu untuk membatasi perkembangan selanjutnya dari

    mikroorganisme dan untuk memberikan rasa yang khas.

    (Buckle, at al., 1987).

    Pengawetan Daging Menggunakan Larutan Garam Dingin

    Pada saat ini telah banyak dikembangkan suatu cara pengawetan dengan

    menggunakan larutan garam dingin. Cara pengawetan ini dilakukan dengan

    mendinginkan air garam pada suatu alat pendingin kemudian dimasukkan daging

    yang akan diawetkan. Garam tersebut berfungsi untuk menurunkan suhu daging

    dan berfungsi sebagai pengawet. Kesegaran daging dapat dipertahankan lebih

    lama sehingga dapat diperoleh kualitas daging yang baik (Junianto, 2003).

    Penggaraman merupakan salah satu cara pengawetan yang sudah lama

    dilakukan orang. Pada proses penggaraman, garam yang bersifat higroskopis akan

    menarik air dari bahan sehingga kadar air bahan dan Aw bahan menjadi rendah

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • sehingga tidak tersedia untuk digunakan mikroba. Garam juga mempunyai

    tekanan osmosis yang tinggi sehingga mampu menarik air dari sel mikroba, terjadi

    plasmolisis yang menyebabkan matinya mikroba tersebut. Garam yang larut juga

    akan mengusir oksigen dari bahan sehingga mikroba yang aerobik tidak bisa

    hidup. Dalam air garam (NaCl) akan terionisasi menghasilkan ion Cl yang dapat

    meracuni mikroba yang ada pada bahan tersebut (Purba dan Rusmarilin, 2006).

    Datangnya alat pendingin telah mengubah secara dramatis pola

    penanganan, penyimpanan dan distribusi daging. Keuntungan-keuntungan yang

    diperoleh dari pemasaran suatu ruangan yang dilengkapi dengan alat pendingin

    yaitu ;

    a. Mengatur persediaan terhadap permintaan

    b. Melayukan daging

    c. Mengurangi penyakit yang terkandung di dalam daging

    d. Memusnahkan parasit-parasit daging seperti Trichinae atau Cysticerci,

    dengan pembekuan, jadi memungkinkan penggunaan daging yang terinfeksi.

    (Williamson dan Payne, 1993).

    Larutan Garam Dingin

    Larutan garam dingin merupakan media yang dapat mengendalikan

    pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh

    racunnya. Dengan penurunan suhu dibawah 0 oC, pertumbuhan bakteri pembusuk

    akan terganggu, sehingga bahan yang dimasukkan ke dalam larutan garam dingin

    akan tetap awet dan tahan lama. (Bigo, 2007).

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Perubahan Selama Pengawetan Daging Menggunakan Larutan Garam Dingin Perubahan Biokimiawi

    Perubahan oksidatif merupakan perubahan biokimiawi setelah pengawetan

    daging menggunakan larutan garam dingin. Perubahan oksidatif yang

    dikendalikan enzim juga terjadi pada pengawetan daging dengan menggunakan

    larutan garam dingin. Di antara enzim yang mengakibatkan perubahan oksidatif

    itu adalah oksidase sitokrom, suatu katalisator yang kuat di dalam jaringan

    daging. Enzim tersebut diaktifkan oleh garam dan sebagian bertanggungjawab

    atas meningkatnya laju oksidasi daging yang didinginkan dalam air garam

    (Syarief dan Irawaty, 1988).

    Ketengikan dari lemak dan minyak dapat terjadi secara hidrolitik dan

    oksidatif. Ketengikan hodrolitik biasanya hasil dari gerakan mikroba organisme

    terhadap lemak dan minyak yang selanjutnya menyebabkan hidrolisa sederhana

    dari lemak menjadi asam-asam lemak, digliserida, monogliserida dan gliserol.

    Lemak yang mengalami ketengikan hidrolitik tidak menyebabkan gangguan nilai

    gizinya. Sebaliknya, ketengikan oksidatif atau peroksidasi lipida menyebabkan

    penurunan nilai energi dari lemak atau minyak (Wahju, 1985).

    Perubahan Mikrobiologis

    Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada daging

    antara lain jenis media, makanan, oksigen. pH dan suhu. Salah satu faktor penting

    adalah suhu mencapai 0 oC dan lebih rendah dari -5 oC mampu menghambat

    pertumbuhan bakteri sehingga daging dapat menjadi awet. Pada proses

    pengawetan daging dengan menggunakan larutan garam dingin, dapat mengurangi

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • jumlah bakteri sampai dengan 90 %. Yang pasti perlu diketahui bahwa bakteri

    tidak seluruhnya terbunuh pada daging selama pengawetan dengan larutan garam

    dingin. Masalah sanitasi dan higiene merupakan hal pokok yang perlu

    diperhatikan untuk mengurangi jumlah bakteri pada pengawetan daging dengan

    larutan garam dingin. Sanitasi yang baik akan mencegah masuknya bakteri

    pembusuk ke dalam daging (Tim Penulis IPB, 2007).

    Perubahan Fisik

    Daging yang diawetkan dengan menggunakan larutan garam dingin

    mempunyai tekanan uap air yang jauh lebih besar daripada udara di sekitarnya.

    Akibatnya, uap air akan cenderung menguap ke permukaan bahan. Selama proses

    pengawetan, panas dikeluarkan dari bahan, artinya suhu daging tersebut akan

    turun di bawah 0 oC. Larutan garam dingin akan menurunkan kadar air dalam

    daging, sehingga daging akan tetap dalam keadaan awet dan tidak mudah rusak.

    Dalam hal ini, konsentrasi garam yang lebih tinggi akan menarik keluar air dari

    dalam bahan yang diawetkan (Ilyas, 1993).

    Proses Pengawetan Daging Menggunakan Larutan Garam Dingin

    Proses pengawetan daging menggunakan larutan garam dingin dapat

    melalui dua fase yaitu :

    1. Pada fase pertama terjadi penurunan suhu wadah penyimpanan yang segera

    diikuti dengan penurunan suhu daging. Pada fase ini, pembentukan kristal es

    garam akan berlangsung sangat cepat dan dimulai dari daging bagian luar

    hingga bagian dalam.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • 2. Pada fase kedua, terjadi penurunan suhu lebih lanjut. Garam akan menyerap

    kandungan air pada daging. Pada proses ini terjadi penyerapan panas dan

    pengeringan kadar air oleh daging. Proses pendinginan pada fase ini sangat

    lama sampai suhu penyimpanan yang diinginkan tercapai (Lingo, 2008).

    Penelitian Sebelumnya

    Penurunan suhu ikan dengan menggunakan larutan garam dingin

    dilakukan dengan mencelupkan ikan ke dalam larutan garam dingin atau

    menyemprotkan larutan garam dingin di atas tumpukan ikan. Selain dalam bentuk

    garam, dapat juga digunakan media pendingin yang terbuat dari campuran garam

    kristal dan es batu. Campuran ini mempunyai titik beku jauh di bawah 0 oC,

    sehingga mampu menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat dan efisien

    (Satiawihardjo, 1992).

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • BAHAN DAN METODE PENELITIAN

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada bulan AgustusDesember 2008 di

    Laboratorium Teknologi Pangan Departemen Teknologi Pertanian Fakultas

    Pertanian Universitas Sumatera Utara.

    Bahan

    - Daging ayam

    - Garam

    - Air

    Reagensia

    - Air (H20) - NaOH 40 %

    - CuCO4 - Aquadest

    - H2SO4 0,02 N - Alkohol 96%

    - K2SO4

    - NaOH 0,02 N

    - Indikator mengsel (methil red dan methil blue)

    Alat

    - Box pendingin - Timbangan

    - Oven - Aluminium foil

    - Beaker glass - Thermocontrol digital

    - Gelas Ukur - Desikator

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • - Biuret - Erlenmeyer

    - Thermocouple - Kjeldhal

    - Pompa sirkulasi - Kemasan plastik

    - Karet pengikat

    Model Penelitian

    Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)

    dengan dua faktor yang terdiri dari :

    Faktor I : Suhu pendinginan air garam terhadap mutu daging ayam (T) yang

    terdiri dari 3 tahap, yaitu :

    T1 = 0 oC

    T2 = -5 oC

    T3 = -10 oC

    Faktor II : Lama penyimpanan dingin dengan air garam terhadap mutu daging

    ayam (M) yang terdiri dari 5 tahap, yaitu :

    M0 = 0 hari M3 = 30 hari

    M1 = 10 hari M4 = 40 hari

    M2 = 20 hari

    Kombinasi perlakuan (Tc) = 3 x 5 = 15 dengan jumlah ulangan minimum

    perlakuan (n) adalah :

    Tc (n-1) 15

    15 (n-1) 15

    15 n 30

    n 2

    Untuk memperoleh ketelitian dilakukan ulangan sebanyak dua kali

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Model Rancangan

    Penelitian ini dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

    dengan model :

    ijk = + i + j + ()ij + ijk

    Dimana

    ijk : Hasil pengamatan dari faktor T pada taraf ke-i dan faktor M pada

    taraf ke-j dengan ulangan ke-k

    : Efek nilai tengah

    i : Efek dari faktor T pada taraf ke-i

    j : Efek dari faktor M pada taraf ke-j

    ()ij : Efek interaksi faktor T pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j

    ijk : Efek galat dari faktor T pada taraf ke-i dan faktor M pada taraf ke-j dengan ulangan ke-k

    (Bangun, 1991) Pelaksanaan Penelitian

    - Diletakkan box pendingin di tempat yang rata.

    - Dimasukkan larutan garam 25 % sebanyak 40 liter ke dalam box pendingin

    lalu dihidupkan alat pendingin lebih kurang 2 jam agar alat dapat

    berfungsi dengan baik.

    - Setelah larutan garam cukup dingin dengan suhu sesuai perlakuan

    (0 oC, -5 oC, -10 oC), alat pendingin siap digunakan untuk pengawetan.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • - Disiapkan daging ayam segar yang akan diawetkan sebanyak perlakuan

    (setiap perlakuan berisi 300 gram daging, untuk 15 perlakuan serta 2

    ulangan terdiri atas 9000 gram daging).

    - Dimasukkan daging yang akan diawetkan dalam bungkus plastik. Wadah

    plastik diikat dengan karet sampai rapat agar larutan garam tidak masuk

    ke dalam plastik dan menjaga daging tetap segar selama penyimpanan,

    kemudian dimasukkan ke dalam box pendingin yang telah berisi larutan

    garam dingin.

    - Diberi broti galangan sebagai alat pemberat sehingga bahan yang

    diawetkan terendam seluruhnya.

    - Dilakukan penyimpanan daging sesuai dengan perlakuan (0 hari, 10 hari,

    20 hari, 30 hari dan 40 hari).

    - Dilakukan pengamatan dan analisa sesuai dengan perlakuan pengawetan

    daging.

    Pengamatan dan Pengumpulan Data

    Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan berdasarkan analisa

    pengawetan daging yang meliputi parameter sebagai berikut:

    - Kadar Air

    - Kadar Protein

    - Kadar Lemak

    - Uji Organoleptik (Tekstur)

    - Uji Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Penentuan Kadar Air (AOAC, 1984)

    Cawan kosong dikeringkan dalam oven selama 15 menit dan didinginkan

    dalam desikator, kemudian ditimbang contoh yang telah berupa serbuk atau bahan

    yang telah dihaluskan sebanyak 20 g dalam aluminium foil yang telah diketahui

    beratnya.Dikeringkan dalam oven selama 1 jam dengan suhu 85 oC. Kemudian

    dinaikkan suhunya dan dikeringkan dalam oven selama 5 jam dengan suhu

    105 oC. Didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang beratnya.

    Kadar Air = %100xawalBerat

    akhirBeratawalBerat

    Penentuan Kadar protein (Sudarmadji, dkk., 1989)

    Diambil contoh sebanyak 0,5 g dan dimasukkan ke dalam labu kjeldhal.

    Ditambahkan 2 g campuran K2SO4 dan CuCO4 dengan perbandingan 1 : 1 serta

    H2SO4 pekat secara hati-hati. Kalau bahan banyak mengandung serat penambahan

    H2SO4 pekat dapat ditambah Lalu didestilasi sampai cairan berwarna hijau jernih

    dan dibiarkan dingin. Ditaambahkan 10 ml aquadest dan dipindahkan ke labu

    suling. Ditambahkan 10 ml NaOH 40 % atau lebih sampai terbentuk warna hitam

    dan segera didestilasi. Hasil penyulingan ditampung dalam erlenmeyer berisi

    25 50 ml H2SO4 0,02 N dengan 3 tetes indikator mengsel (425 mg metil red 500

    mg methilen blue yang dilarutkan dalam alkohol 96 %), jika H2SO4 25 ml maka

    hasil penyulingan 125 ml atau jika H2SO4 50 ml maka hasil penyulingan 150 ml.

    Hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,02 N sampai terjadi perubahan

    warna. Dilakukan hasil yang sama untuk blanko (tanpa bahan).

    Kadar protein = %100014,0)( xa

    xfkxNxcb

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • dimana : a = berat contoh (g)

    b = titrasi blanko (ml)

    c = titrasi contoh (ml)

    N = Normalitas NaOH yang digunakan

    fk = faktor konversi

    fk daging ayam = 6,25

    Penentuan Kadar Lemak (Woodman, 1941).

    Diambil labu didih yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet

    yang akan digunakan, dikeringkan dalam oven dan didinginkan dalam desikator.

    Ditimbang 3 g sampel yang telah dihaluskan dan kering (bisa dari hasil analisa

    kadar air), dimasukkan dalam selongsong yang telah diketahui beratnya.

    Diletakkan selongsong dari kertas saring yang berisi sampel tersebut dalam alat

    ekstraksi soxhlet, kemudian dipasang alat kondensor diatasnya dan labu didih

    dibawahnya. Dituangkan heksan atau pelarut lemak lainnya ke dalam labu didih

    sebanyak 2/3 bagian. Dilakukan refluks selama lebih kurang 4 jam sampai

    pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih. Sampel dikeringkan

    pada suhu 105 oC selama 1 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

    Kadar Lemak = x 100 % a - b a

    Keterangan a : Berat Kering sebelum ekstraksi (gram) b : Berat Kering sesudah ekstraksi (gram)

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Penentuan Nilai Organoleptik Tekstur (Soekarto, 1985)

    Penentuan nilai organoleptik tekstur dilakukan setelah daging disimpan

    yang ditentukan dengan uji 10 orang panelis dengan skala hedonik

    sebagai berikut :

    Tabel 3. Skala Uji Hedonik Tekstur Skala Hedonik Skala Numerik Sangat Padat 4

    Padat 3

    Agak Padat 2

    Tidak Padat 1

    Penentuan Nilai Organoleptik Warna, Aroma dan Rasa (Soekarto, 1985)

    Penentuan nilai organoleptik meliputi warna dan aroma dilakukan setelah

    daging disimpan dan rasa dilakukan setelah daging digoreng yang ditentukan

    dengan uji kesukaan oleh 10 orang panelis dengan proporsi ; warna 30 %,

    rasa 30 % dan aroma 40 % dengan skala hedonik sebagai berikut :

    Tabel 2. Skala Uji Hedonik Organoleptik (Warna, Rasa dan Aroma)

    Skala Hedonik Skala Numerik Sangat Suka 4

    Suka 3

    Agak Suka 2

    Tidak Suka 1

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Box Pendingin

    Dimasukkan Larutan Garam Dengan Konsentrasi

    25 % Sebanyak 40 Liter

    Dimasukkan Daging Segar

    Pengamatan

    Penyimpanan 10 Hari

    Penyimpanan 20 Hari

    Penyimpanan 30 Hari

    Penyimpanan 40 Hari

    Penyimpanan 0 Hari

    Didinginkan Dengan Suhu 0 oC

    Didinginkan Dengan Suhu -5 oC

    Didinginkan Dengan Suhu -10 oC

    Analisa - Kadar Air - Kadar Protein - Kadar Lemak - Uji Organoleptik

    Gambar 1. Skema Pengawetan Daging Ayam Dengan Larutan Garam Dingin

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Secara umum melalui penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa suhu

    pendinginan dan lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kadar air,

    kadar protein, kadar lemak dan uji organoleptik dapat dijelaskan dibawah ini.

    Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Parameter yang Diamati

    Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, secara umum

    menunjukkan bahwa suhu pendinginan memberikan pengaruh terhadap kadar air,

    kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik tekstur, warna, aroma dan rasa

    dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

    Tabel 4. Hasil Analisis Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Parameter yang Diamati

    Suhu Pendingin

    Kadar Air

    Kadar Protein

    Kadar Lemak

    Nilai Organoleptik

    Tekstur

    Nilai Organoleptik Warna,Aroma

    dan Rasa (T) (%) (%) (%) (Numerik) (Numerik)

    T1 = 0 oC 50,38 13,26 15,52 3,60 3,39 T2 = -5 oC 48,39 15,06 18,17 3,66 3,63 T3 = -10 oC 45,54 16,35 20,22 3,74 3,72

    Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin rendah suhu pendingin yang

    digunakan maka kadar air daging ayam yang dihasilkan semakin rendah.

    Sedangkan kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik tekstur, warna, aroma

    dan rasa pada daging ayam semakin tinggi. Kadar air tertinggi diperoleh pada

    perlakuan T1 (0 oC), yaitu sebesar 50,38 % dan terendah diperoleh pada perlakuan

    T3 (-10 oC), yaitu sebesar 48,54 %. Kadar protein tertinggi diperoleh pada

    perlakuan T3 (-10 oC), yaitu sebesar 16,35 % dan terendah diperoleh pada

    perlakuan T1 (0 oC), yaitu sebesar 13,26 %. Kadar lemak tertinggi diperoleh pada

    perlakuan T3 (-10 oC), yaitu sebesar 20,22 % dan terendah diperoleh pada

    perlakuan T1 (0 oC), yaitu sebesar 15,52 %. Nilai organoleptik tekstur tertinggi

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • diperoleh pada perlakuan T3 (-10 oC), yaitu sebesar 3,74 dan terendah diperoleh

    pada perlakuan T1 (0 oC) sebesar 3,60. Nilai organoleptik (warna, aroma dan rasa)

    tertinggi diperoleh pada perlakuan T3 (-10 oC), yaitu sebesar 3,72 dan terendah

    diperoleh pada perlakuan T1 (0 oC) sebesar 3,39.

    Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati

    Dari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan, secara umum

    menunjukkan bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kadar air,

    kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik tekstur, warna, aroma dan rasa

    dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

    Tabel 5. Hasil Analisis Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Parameter yang Diamati

    Lama penyimpanan

    Kadar Air

    Kadar Protein

    Kadar Lemak

    Nilai Organoleptik

    Tekstur

    Nilai Organoleptik Warna, Aroma

    dan Rasa (M) (%) (%) (%) (Numerik) (Numerik)

    M0 = 0 Hari 53,00 17,40 22,23 3,85 3,85 M1 = 10 Hari 49,78 15,53 19,15 3,78 3,67 M2 = 20 Hari 47,16 14,49 17,70 3,65 3,63 M3 = 30 Hari 46,02 14,02 16,02 3,55 3,43 M4 = 40 Hari 44,55 13,03 14,78 3,50 3,32

    Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan maka

    kadar air, kadar protein, kadar lemak, nilai organoleptik tekstur, dan nilai

    organoleptik warna, aroma dan rasa daging ayam yang dihasilkan semakin rendah.

    Kadar air tertinggi diperoleh pada perlakuan M0 (0 hari), yaitu sebesar 53 % dan

    terendah diperoleh pada perlakuan M4 (40 hari), yaitu sebesar 44,55 %. Kadar

    protein tertinggi diperoleh pada perlakuan M0 (0 hari), yaitu sebesar 17,40 % dan

    terendah diperoleh pada perlakuan M4 (40 hari), yaitu sebesar 13,03 %. Kadar

    lemak tertinggi diperoleh pada perlakuan M0 (0 hari), yaitu sebesar 22,23 % dan

    terendah diperoleh pada perlakuan M4 (40 hari), yaitu sebesar 14,78 %. Nilai

    organoleptik tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan M0 (0 hari), yaitu sebesar

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • 3,85 dan terendah diperoleh pada perlakuan M4 (40 hari), yaitu sebesar 3,50. Nilai

    organoleptik warna, aroma dan rasa tertinggi diperoleh pada perlakuan

    M0 (0 hari), yaitu sebesar 3,85 dan terendah diperoleh pada perlakuan

    M4 (40 hari), yaitu sebesar 3,32.

    Kadar Air (%)

    Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar Air (%)

    Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa suhu

    pendinginan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • kadar air akan semakin rendah. Menurut Buckle, et al., (1987) yang menyatakan

    bahwa, pada kecepatan beku yang rendah, terbentuk beberapa pusat kristalisasi

    yang menyebabkan timbulnya kristal-kristal es yang besar yang menyebabkan

    pecahnya sel dan banyak air yang hilang bila daging dicairkan.

    Hubungan antara suhu pendinginan dengan kadar air dapat dilihat pada

    Gambar 2.

    y = 0,484x + 50,523R2 = 0,9896

    45

    46

    47

    48

    49

    50

    51

    -12 -10 -8 -6 -4 -2 0

    Suhu Penyim panan (oC)

    Kadar A

    ir (%)

    =-0,484 T+50,523 -0,9947 r =

    Gambar 2. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Kadar Air

    Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%) Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa lama

    penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa perlakuan M0 berbeda sangat

    nyata dengan M1, M2, M3 dan M4. Perlakuan M1 berbeda sangat nyata dengan M2,

    M3 dan M4. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan M3 dan berbeda sangat nyata

    dengan M4. Perlakuan M3 berbeda sangat nyata dengan M4. kadar air tertinggi

    diperoleh pada perlakuan M0 yaitu 53 % dan terendah pada M4 yaitu 44,55 %.

    Semakin lama penyimpanan maka kadar air daging semakin rendah. Hal

    ini disebabkan pada saat penyimpanan terjadi reaksi metabolisme pada komponen

    penyusun daging yang disebabkan oleh aktivitas mikroba. Semakin lama daging

    disimpan maka air yang terdapat dalam daging semakin berkurang karena

    dipergunakan oleh mikroba dalam melakukan aktivitasnya. Menurut

    Purrnomo, (1995) yang menyatakan bahwa aktivitas air memegang peranan

    penting dalam penyimpanan dingin karkas dalam waktu lama. Pertumbuhan

    mikroba psikrotropik terutama Pseudomonas sp merupakan penyebab kerusakan

    daging segar, tetapi dapat dicegah dengan penurunan aktivitas produk dengan

    menurunkan nilai Aw.

    Hubungan antara lama penyimpanan dengan kadar air dapat dilihat

    pada Gambar 3.

    y = -0,2066x + 52,234R2 = 0,9561

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    0 10 20 30 40 50

    Lama Penyim panan (Hari)

    Kad

    ar A

    ir (%

    )

    = -0,2066 M + 52,234 r = -0,9778

    Gambar 3. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Kadar Air

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Air (%)

    Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa

    interaksi suhu pendinginan dan lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat

    nyata (P

  • kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan

    lingkungannya. Pengurangan air baik secara pengeringan atau penambahan bahan

    penguap bertujuan untuk mengawetkan bahan.

    Hubungan interaksi antara suhu pendinginan dan lama penyimpanan

    dengan kadar air daging yang diawetkan dapat dilihat pada gambar 4.

    T3 ; = -0,2608M + 50,752r = -0,9107

    T2 ; = -0,2211M + 52,814r = -0,9974

    T1 ; = -0,1379M + 53,136r = 0,9898

    0.00

    10.00

    20.00

    30.00

    40.00

    50.00

    60.00

    0 10 20 30 40 5Lama Penyimpanan (Hari)

    Kad

    ar A

    ir (%

    )

    0

    0 -5 -10

    Gambar 4. Grafik Hubungan antara Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan dengan Kadar Air

    Kadar Protein (%) Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar Protein (%)

    Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa suhu

    pendinginan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • Tabel 9.Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar Protein (%) Jarak LSR Suhu Rataan Notasi

    0,05 0,01 Pendinginan 0,05 0,01 - - - T1 13,26 c C 2 0,123 0,170 T2 15,06 b B 3 0,129 0,177 T3 16,35 a A

    Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) menurut uji LSR

    Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan T1 berbeda sangat nyata

    dengan T2 dan T3. Perlakuan T2 berbeda sangat nyata terhadap T3. Kadar protein

    tertinggi pada perlakuan T3 (-10 oC), yaitu sebesar 16,35 % dan terendah pada

    perlakuan T1 (0 oC) yaitu sebesar 13,26 %.

    Semakin rendah suhu pendinginan maka kadar protein dari daging yang

    diawetkan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena rendahnya suhu

    pendinginan akan mencegah terjadinya degradasi (kerusakan) protein. Rendahnya

    suhu pendinginan juga dapat mencegah keluarnya protein dari daging, hal ini

    didukung juga oleh daya ikat air pada daging yang besar, sehingga dapat

    mencegah keluarnya protein yang larut dalam air pada daging ayam yang

    diawetkan. Menurut Soewedo, (1983) yang menyatakan golongan protein yang

    larut dalam air pada daging ayam (20-25 %) yang banyak mengandung asam

    amino fenil alanin, sangat stabil terhadap suhu rendah, sehingga tidak mudah

    rusak dan tetap tinggi proteinnya pada daging ayam.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Hubungan antara suhu pendinginan dengan kadar protein dapat dilihat

    pada Gambar 5.

    y = -0,309x + 13,345R2 = 0,991

    0

    5

    10

    15

    20

    -12 -10 -8 -6 -4 -2 0

    Suhu Penyimpanan (oC)

    Kadar Protein (%

    )

    45 = -0,309T + 13,3 = 0,9954 r

    Gambar 5. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Kadar Protein

    Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Protein (%) Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa lama

    penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M3

    berbeda sangat nyata dengan M4. Kadar protein tertinggi diperoleh pada perlakuan

    M0 yaitu 17,40 % dan terendah pada perlakuan M4 yaitu 13,03 %.

    Semakin lama penyimpanan maka kadar protein daging semakin rendah.

    Hal ini disebabkan karena terjadinya degradasi (kerusakan) protein yang terjadi

    secara perlahan-lahan saat penyimpanan daging. Menurut Soewodo, (1983) bahwa

    protein pada daging sangat mudah sekali mengalami pembusukan serta

    mengalami degradasi (kerusakan) protein yang terjadi karena daging yang

    mempunyai sedikit tenunan pengikat (tendon) yang sangat mudah sekali

    mengalami kerusakan terutama komponen daging bagian protein.

    Hubungan antara lama penyimpanan dengan kadar protein dapat dilihat

    pada Gambar 6.

    y = -0,1025x + 16,944R2 = 0,9477

    02468

    101214161820

    0 10 20 30 40 50

    Lama Penyim panan (Hari)

    Kad

    ar P

    rote

    in (%

    )

    ,944 = -0,1025M + 160,9734 r = -

    Gambar 6. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Kadar Protein

    Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Protein (%)

    Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 2 menunjukkan bahwa

    interaksi suhu pendinginan dan lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • nyata (P
  • pendinginan, namun apabila disimpan dalam waktu lama akan mengalami

    kerusakan dan penurunan jumlah protein daging.

    Hubungan interaksi antara suhu pendinginan dan lama penyimpanan

    dengan kadar protein daging yang diawetkan dapat dilihat pada Gambar 7.

    T2 ; = -0,0853M + 16,765r = 0,9277

    T1; = -0,17M+ 16,663r = -0,9673

    T3 ; = -0,0526M + 17,405r = -0,9934

    0.002.004.006.008.00

    10.0012.0014.0016.0018.0020.00

    0 10 20 30 40 50Lama Penyimpanan (Hari)

    Kad

    ar P

    rote

    in (%

    )

    0 -5 -10

    Gambar 7. Grafik Hubungan antara Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama

    Penyimpanan dengan Kadar Protein Kadar Lemak (%) Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar Lemak (%)

    Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa suhu

    pendinginan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • Tabel 12. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Kadar Lemak (%) Jarak LSR Suhu Rataan Notasi

    0,05 0,01 Pendinginan 0,05 0,01 - - - T1 15,52 c C 2 0,354 0,490 T2 18,17 b B 3 0,371 0,511 T3 20,22 a A

    Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) menurut uji LSR

    Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan T1 berbeda sangat nyata

    dengan T2 dan T3. Perlakuan T2 berbeda sangat nyata terhadap T3. Kadar lemak

    tertinggi pada perlakuan T3 (-10 oC), yaitu sebesar 20,22 % dan terendah pada

    perlakuan T1 (0 oC) yaitu sebesar 15,52 %.

    Semakin rendah suhu pendinginan maka kadar lemak daging yang

    disimpan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pada suhu rendah kecepatan

    oksidasi lemak lebih rendah sehingga kadar lemak pada daging yang disimpan

    pada suhu rendah akan semakin tinggi. Menurut Ketaren, (1986) untuk

    mengurangi kerusakan bahan pangan berlemak dan agar tahan lama, dapat

    dilakukan dengan cara menyimpan lemak dalam ruang dingin.

    Hubungan antara suhu pendinginan dengan kadar lemak yang dihasilkan

    dapat dilihat pada Gambar 8.

    y = -0,47x + 15,62R2 = 0,9946

    5

    10

    15

    20

    25

    -12 -10 -8 -6 -4 -2 0

    Suhu Pendinginan (oC)

    Kadar Lem

    ak (%)

    = -0,47T + 15,62 r = -0,9972

    0

    Gambar 8. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Kadar Lemak

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%) Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa lama

    penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam lemak esensial yang terdapat

    dalam minyak.

    Hubungan antara lama penyimpanan dengan kadar lemak dapat dilihat

    pada gambar 9.

    y = -0,1803x + 21,582R2 = 0,9678

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 10 20 30 40 50

    Lam a Penyim panan (Hari)

    Kad

    ar L

    emak

    (%)

    = -0,1803M + 21,582 r = -0,9837

    Gambar 9. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Kadar Lemak

    Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%)

    Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa

    interaksi suhu pendinginan dan lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat

    nyata (P

  • Tabel 14. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan terhadap Kadar Lemak (%)

    LSR Perlakuan Notasi Jarak

    0,05 0,01 Rataan

    0,05 0,01 - - - T1M0 22,23 a A 2 0,792 1,095 T1M1 16,97 e D 3 0,830 1,142 T1M2 14,34 f E 4 0,854 1,172 T1M3 12,92 g F 5 0,870 1,195 T1M4 11,15 h G 6 0,882 1,211 T2M0 22,23 a A 7 0,890 1,224 T2M1 19,28 c B 8 0,897 1,235 T2M2 18,29 d C 9 0,902 1,243 T2M3 16,32 e D 10 0,905 1,251 T2M4 14,76 f E 11 0,902 1,279 T3M0 22,23 a A 12 0,904 1,287 T3M1 21,20 b A 13 0,905 1,293 T3M2 20,46 b B 14 0,906 1,298 T3M3 18,82 c C 15 0,908 1,302 T3M4 18,42 c C

    Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) menurut uji LSR

    Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa kadar lemak tertinggi terdapat pada

    kombinasi perlakuan T1M0 (0 oC dan 0 hari), T2M0 (-5 oC dan 0 hari) dan

    T3M0 (-10 oC dan 0 hari) yaitu sebesar 22,23 % dan terendah terdapat pada

    perlakuan T1M4 (0 oC dan 40 hari), yaitu sebesar 11,15 %.

    Semakin tinggi suhu pendinginan serta semakin lama penyimpanan maka

    kadar lemak daging semakin rendah. Menurut ketaren, (1986) yang menyatakan

    bahwa kerusakan minyak yang terjadi karena pemanasan pada suhu tinggi saat

    penyimpanan , disebabkan oleh proses oksidasasi dan polimerisasi.

    Hubungan interaksi antara suhu pendinginan dan lama penyimpanan

    dengan kadar lemak daging yang diawetkan dapat dilihat pada gambar 10.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • T1; = -0,2621M+ 20,761r = -0,9611 T2; = -0,1789M + 21,751

    r = -0,9885

    T3; = -0,0999M + 22,222r = -0,9874

    0.005.00

    10.0015.0020.0025.00

    0 10 20 30 40 5

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Kad

    ar L

    emak

    (%

    0

    )

    0 -5 -10 Gambar 10. Grafik Hubungan antara Interaksi Suhu Pendinginan dan

    Lama Penyimpanan dengan Kadar Lemak Nilai Organoleptik Tekstur (Skor) Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Nilai Organoleptik Tekstur (Skor)

    Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa suhu

    pendinginan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • tekstur tertinggi pada perlakuan T3 (-10 oC), yaitu sebesar 3,74 % dan terendah

    pada perlakuan T1 (0 oC) yaitu sebesar 3,60 %.

    Semakin rendah suhu pendinginan maka nilai organoleptik tekstur daging

    yang disimpan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pada suhu rendah

    banyak mikroba yang terhambat pertumbuhannya sehingga bahan tetap awet.

    Menurut Purnomo, (1995) sebagian besar pengolahan bertujuan untuk

    memproduksi produk yang stabil mikrobiologis, tetapi dapat mengakibatkan

    tekstur yang tidak dikehendaki, atau produk dengan tekstur yang dapat diterima

    oleh konsumen, bahkan cenderung mudah rusak karena kerja mikroorganisme

    sebagai akibat dan nilai Aw yang cukup tinggi.

    Hubungan antara suhu pendinginan dengan organoleptik tekstur daging

    yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 11.

    y = -0,014x + 3,5967R2 = 0,9932

    3,55

    3,6

    3,65

    3,7

    3,75

    -12 -10 -8 -6 -4 -2 0

    Suhu Pendinginan (oC)

    Organoleptik Tekstur (Skor)

    = -0,014T + 3,5967 0,9965 r = -

    Gambar 11. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Nilai Organoleptik Tekstur

    Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Organoleptik Tekstur (Skor) Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa lama

    penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • menunjukkan pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai organoleptik tekstur

    daging untuk tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini :

    Tabel 16. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Organoleptik Tekstur (Skor) Jarak LSR Lama Rataan Notasi

    0,05 0,01 Penyimpanan 0,05 0,01 - - - M0 3,85 a A 2 0,078 0,108 M1 3,78 a A 3 0,082 0,112 M2 3,65 b B 4 0,084 0,115 M3 3,55 c B 5 0,086 0,117 M4 3,50 c B

    Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) menurut uji LSR

    Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa perlakuan M0 berbeda tidak nyata

    dengan M1 dan berbeda sangat nyata dengan M2, M3 dan M4. Perlakuan M1

    berbeda sangat nyata dengan M2, M3 dan M4. Perlakuan M2 berbeda nyata dengan

    M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda tidak nyata dengan M4. Nilai organoleptik

    tekstur tertinggi diperoleh pada perlakuan M0 (0 hari) yaitu 3,85 dan terendah pada

    perlakuan M4 yaitu 3,50.

    Semakin lama penyimpanan maka nilai organoleptik tekstur daging

    semakin rendah. Hal ini disebabkan karena lamanya peoses pendinginan akan

    mengakibatkan penurunan proses kimiawi, mokrobiologi dan biokimia. Menurut

    Buckle et al., (1987) penurunan suhu akan mengakibatkan penurunan proses

    kimiawi, mikrobilogi dan biokimia yang berhubungan dengan kelayuan

    (senescene), kerusakan (decay), pembusukan dan lain-lain.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Hubungan antara lama penyimpanan dengan nilai organoleptik tekstur

    daging dapat dilihat pada gambar 12.

    y = -0,0093x + ,852 3R2 = 0,9815

    3,4

    3,53,6

    3,73,8

    3,9

    0 10 20 30 40 50

    Lam a Penyim panan (Hari)

    Nila

    i Org

    anol

    eptik

    Tek

    stur

    (S

    kor)

    = -00093M + 3,852 r = -0,9907

    Gambar 12. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Nilai Organoleptik Tekstur

    Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Organoleptik Tekstur (Skor)

    Dari hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa

    interaksi suhu pendinginan dan lama penyimpanan berpengaruh tidak nyata

    (P>0,05) terhadap nilai organoleptik tekstur yang dihasilkan, sehingga uji LSR

    tidak dilanjutkan.

    Nilai Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/Skor Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Nilai Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/Skor

    Dari hasil analisis sidik ragam pada lampiran 5 menunjukkan bahwa suhu

    pendinginan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • Tabel 17. Uji LSR Efek Utama Pengaruh Suhu Pendinginan terhadap Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/Skor Jarak LSR Suhu Rataan Notasi

    0,05 0,01 Pendinginan 0,05 0,01 - - - T1 3,39 c B 2 0,074 0,102 T2 3,63 b A 3 0,077 0,106 T3 3,72 a A

    Keterangan : Notasi huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1 % (huruf besar) menurut uji LSR

    Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa perlakuan T1 berbeda sangat nyata

    dengan T2 dan T3. Perlakuan T2 berbeda nyata terhadap T3. Nilai organoleptik

    (warna, aroma dan rasa) tertinggi pada perlakuan T3 (-10 oC), yaitu sebesar 3,72

    dan terendah pada perlakuan T1 (0 oC) yaitu sebesar 3,39.

    Semakin rendah suhu pendinginan maka nilai organoleptik (warna, aroma

    dan rasa) daging yang disimpan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena pada

    penyimpanan suhu rendah aktivitas mikroba terhambat sehingga bahan awet dan

    penurunan nilai organoleptik bahan dapat diperlambat. Menurut Raharjo, (2006)

    bau tengik perkembangannya lebih lambat pada daging mentah selama

    penyimpanan dingin. Salah satu faktor penting adalah suhu mencapai 0 0C dan

    lebih rendah dari -5 0C mampu menghambat pertumbuhan bakteri sehingga

    daging dapat menjadi awet (Buckle et al., 1987).

    Hubungan antara suhu pendinginan dengan organoleptik (warna, aroma

    dan rasa) yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 13.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • 3.35

    3.

    3.45

    3.5

    3.55

    3.6

    3.65

    3.7

    3.75

    3.8

    -12 -10 -8 -6 -4 -2 0

    Organoleptik (Skor)

    4

    = -0,033T + 3 415 , r = -0,9672

    Suhu Pendinginan (oC)

    Gambar 13. Grafik Hubungan antara Suhu Pendinginan dengan Nilai

    Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa) Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Nilai Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)/Skor Dari hasil analisis sidik ragam pada lampiran 5 menunjukkan bahwa lama

    penyimpanan berpengaruh berbeda sangat nyata (P

  • Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa perlakuan M0 berbeda sangat nyata

    dengan M1, M2, M3 dan M4. Perlakuan M1 berbeda tidak nyata dengan M2 dan

    berbeda sangat nyata dengan M3 dan M4. Perlakuan M2 berbeda sangat nyata

    dengan M3 dan M4. Perlakuan M3 berbeda nyata dengan M4. Nilai organoleptik

    (warna, aroma dan rasa) tertinggi diperoleh pada perlakuan M0 (0 hari) yaitu 3,85

    dan terendah pada perlakuan M4 (40 hari) yaitu 3,32.

    Semakin lama penyimpanan maka nilai organoleptik (warna, aroma dan

    rasa) daging semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh perubahan kimia dan

    biokimia pada daging. Menurut Buckle et al., (1987) yang menyatakan bahwa

    apabila suhu penyimpanan dipertahankan tidak melebihi batas minimum dari

    pertumbuhan mikroba untuk waktu penyimpanan lebih lama, mutu makanan beku

    akan rusak terutama sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik, kimiawi dan

    biokimia. .

    Hubungan antara lama penyimpanan dengan nilai organoleptik (warna,

    aroma dan rasa) daging dapat dilihat pada gambar 14.

    y = -0,013x + 3,84R2 = 0,9735

    3,2

    3,3

    3,4

    3,5

    3,6

    3,7

    3,8

    3,9

    0 10 20 30 40 50

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Org

    anol

    eptik

    (Sko

    r)

    = -0,013M + 3 84 , r = -0, 9866

    Gambar 14. Grafik Hubungan antara Lama Penyimpanan dengan Nilai Organoleptik(Warna, Aroma dan Rasa)

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Pengaruh Interaksi antara Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan terhadap Nilai Organoleptik(Warna, Aroma dan Rasa)/Skor

    Dari hasil analisis sidik ragam pada lampiran 5 menunjukkan bahwa

    interaksi suhu pendinginan dan lama penyimpanan berpengaruh berbeda sangat

    nyata (P

  • Semakin tinggi suhu pendinginan serta semakin lama penyimpanan maka

    nilai organoleptik (warna, aroma dan rasa) daging semakin rendah. Hal ini

    disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik, kimiawi dan biokimia. Menurut

    Buckle et al., (1987) yang menyatakan bahwa kehilangan mutu sebagai hasil

    fluktuasi suhu penyimpanan adalah kumulatif selama masa simpan dari produk.

    Hubungan interaksi antara suhu pendinginan dan lama penyimpanan

    dengan organoleptik (warna, aroma dan rasa) daging yang diawetkan dapat dilihat

    pada gambar 15.

    T1; = -0,025M + 3,89 r = -0,9753

    T3; = -0,006M+ 3,84 r = -0,9733

    T2;= -0,008M + 3,79 r = -0,9363

    2.00

    2.50

    3.00

    3.50

    4.00

    0 10 20 30 40 5

    Lama Penyimpanan (Hari)

    Org

    anol

    eptik

    (Sko

    r)

    0

    0 -5 -10

    ambar 15. Grafik Hubungan antara Interaksi Suhu Pendinginan dan Lama Penyimpanan dengan Organoleptik (Warna, Aroma dan Rasa)

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

    1. Suhu pendinginan memberi pengaruh sangat nyata (P

  • Saran

    1. Untuk menghasilkan mutu daging segar yang lebih baik disarankan

    menggunakan suhu pendinginan -10 oC.

    2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai lama penyimpanan daging dengan

    suhu yang lebih rendah dan penyimpanan yang lebih lama.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • DAFTAR PUSTAKA

    Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1991. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.

    Bigo, 2007. Air Garam Dingin. http://www.bi.go.id. [8 Februari, 2008]. AOAC, 1970. Official Methods Of Analysis Of The Association of Analytical

    Chemist. Washington D.C. Astawan, M., 2005. Nilai Gizi Daging Ayam. http://www.Indonesian.cri.cn Astawan, M.W. dan M. Astawan, 1988. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani

    Tepat Guna. Akademik Press, Jakarta. Bangun, M.K., 1991. Perancangan Percobaan untuk Menganalisis Data. Bagian

    Biometri. Fakultas Pertanian USU, Medan. Buckle, K.A., R.A., Edwards., G.H., Fleet, and M. Wootton, 1987. Ilmu Pangan.

    Terjemahan H. Purnomo dan Adiono. UI Press, Jakarta. Departemen Kesehatan, R.I., 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bhratara,

    Jakarta. Forrest, J.C., E.B. Aberle, H.B. Hedrick, M.D. Judge and R.A. Merkel, 1975.

    Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Company, San Fransisco. Ilyas, S., 1993. Teknologi Refrigerasi Hasil Peternakan. Badan Penelitian

    Pengembangan Pertanian dan Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan, Jakarta.

    Junianto, 2003. Teknik Penanganan Daging. Penebar Swadaya, Jakarta. Ketaren .S, 1987. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak. UI-Press, Jakarta Lingo, 2008. Pengawetan Daging dengan Air Garam Dingin. http://www.lin.go.id

    [8 Februari, 2008] Purba, A. dan H. Rusmarilin, 2006. Evaluasi Gizi dan Pengolahan Bahan Pangan

    Pedoman Praktikum. USU-Press, Medan. Purba, A. dan H. Rusmarilin, 2005. Kimia Hasil Pertanian Pedoman Praktikum.

    USU-Press, Medan. Purba, A., H. Rusmarilin dan Taufik, 2005. Sifat Fisik Pangan dan Hasil Pertanian

    Pedoman Praktikum. USU-Press, Medan.

    Erikson Nally Situmorang : Pengawetan Daging Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Dengan Larutan Garam Dingin, 2008 USU Repository 2008

  • Purnomo, H., 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. UI-Press, Jakarta.

    Rasyaf, M., 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Satiawihardjo, B., 1992. Info Olah Pangan. Majalah Femina, Jakarta. Soekarto, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi

    Pangan. IPB-Press, Bogor.