102
PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN SKRIPSI Oleh: INTAN KUSUMAWATI 140321100007 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2018

PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN

SKRIPSI

Oleh: INTAN KUSUMAWATI

140321100007

PROGRAM STUDI AGRIBISNISJURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2018

Page 2: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

ii

PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Oleh: INTAN KUSUMAWATI

140321100007

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA FAKULTAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS 2018

Page 3: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

iii

SKRIPSI / ARTIKEL ILMIAH (PILIH SALAH SATU)

PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN

Dipersiapkan dan Disusun Oleh

INTAN KUSUMAWATI NPM. 140321100007

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji

Pada Tanggal 18 Juli 2018

Susunan Dewan Penguji

Ketua : Dr. Isdiana Suprapti, S.P., M.P. NIP. 197903202005012003

Anggota : 1.

Novi Diana Badrut Tamami, S.P., M.P. NIP. 198111282006042001

2.

Dr. Elys Fauziyah, S.P., M.P. NIP. 197207092002122001

Bangkalan, 18 Juli 2018

Fakultas Pertanian Universitas Ttrunojoyo Madura

Mengetahui Koordinator Program Studi Agribisnis Novi Diana Badrut Tamami, S.P., M.P. NIP. 198111282006042001

Mengesahkan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Dr. Ir. Slamet Subari, M.Si. NIP. 196312122001121001

Page 4: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

iv

PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN

Oleh: INTAN KUSUMAWATI

140321100007

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. Elys Fauziyah, SP., MP NIP. 19720709 200212 2 001

Page 5: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Intan Kusumawati NPM : 140321100007 Program Studi : Agribisnis Fakultas : Pertanian Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi ini adalah karya asli saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai pemenuhan prasyarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata-1 dari Universitas Trunojoyo Madura maupun perguruan tinggi lainnya.

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah atau skripsi yang berasal dari penulis lain baik yang dipublikasikan maupun tidak telah diberikan penghargaan dengan menuliskan sumber secara benar dan semua isi karya ilmiah atau skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

Bangkalan, 18 Juli 2018 Penulis Intan Kusumawati 140321100007

Materai

Rp.6000,-

Page 6: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

vi

BIODATA PENULIS

Penulis bernama lengkap Intan

Kusumawati yang lahir di Bojonegoro, 03

Februari 1996. Putri kandung dari Bapak

Kusnan dan Ibu Siswati ini merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara. Bertempat tinggal di

Kabupaten Bojonegoro tepatnya di Dusun

Randap Desa Pucangarum Kecamatan

Baureno.

Pendidikan pertama yang di tempuh

penulis yaitu TK Dharma Wanita Pucangarum

tahun (2001-2002). Pendidikan yang di tempuh

selanjutnya Sekolah Dasar di SDN Pucangarum 1, dari tahun 2002-2008.

Kemudian penulis melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di MTs

Miftahul Huda Kadungrejo, Kecamatan Baureno dari tahun 2008-2011.

Kemudian Penulis berlanjut pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1

Baureno, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2011-2014.

Kemudian penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di

perguruan tinggi Universitas Trunojoyo Madura melalui jalur SNMPTN pada

tahun 2014, di Program Studi Agribisnis.

Selama menempuh pendidikan di Universitas Trunojoyo Madura, penulis

mempunyai prestasi dan aktif dalam organisasi. Berikut prestasi yang diraih dan

organisasi yang pernah diikuti diantaranya :

1. Penerima Beasiswa Bidik Misi periode 2015 – sekarang

2. Pengurus Himpunan Mahasiswa Agribisnis periode 2014-2015

3. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F) Viper Collaboration

periode 2014 - 2015

Foto berwarna

menghadap depan

dengan pakaian resmi

jas almamater

Page 7: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini untuk

keluarga tercinta, ayahandaku Kusnan,

Ibundaku Siswati, serta saudaraku Yuli

Indah Kuswati dan Indra Kuswanto....

Rencana sederhana yang disusun secara

matang lalu diterapkan, jauh lebih baik

daripada rencana besar yang terus

menerus tertunda. Life Goes On !

Page 8: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

viii

Intan Kusumawati. NIM 140321100007. Pengelolaan Risiko Usaha

Peternakan Ayam Broiler Melalui Pola Kemitraan. Dibawah bimbingan Dr.

Elys Fauziyah, SP., MP.

ABSTRAK

Prospek pengembangan ayam broiler memegang peranan strategis di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Namun peranannya terancam karena usaha tersebut mempunyai risiko tinggi. Peternak ayam broiler dapat mengurangi risiko bisnis dengan menjalankan kemitraan. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan pola reduksi sumber risiko peternak ayam broiler dengan perusahaan mitra, mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang tidak tereduksi dalam kegiatan kemitraan, dan mengetahui tingkat peluang, dampak, serta peta risiko yang tidak dapat tereduksi oleh kemitraan. Metode yang digunakan yaitu analisis deskriptif, diagram fish bone, z-score dan Value at Risk. Hasil dari penelitian yaitu adanya kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak plasma dapat mereduksi sumber risiko politis, risiko teknis, dan risiko keuangan. Sumber risiko yang tidak tereduksi dengan adanya kemitraan yaitu risiko logistik, serta sosial dan geografis. Sumber risiko logistik meliputi kualitas DOC (Day Old Chick), kualitas air minum, dan kualitas kandang. Sumber risiko sosial dan geografis terdiri dari perubahan cuaca, penyakit, serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang. Risiko logistik memiliki probabilitas dan dampak yang rendah pada peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno. Risiko sosial dan geografis yang bersumber dari perubahan cuaca dan tingkat penyakit memiliki probabilitas yang besar namun berdampak kecil pada usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno. Sedangkan yang bersumber dari serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang memiliki probabilitas dan dampak risiko kecil. Kata Kunci: Ayam Broiler, Risiko, Kemitraan, Peta Risiko

Page 9: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

ix

Intan Kusumawati, NIM 140321100007. Business Risk Management

Poultry Broiler Through Partnership. Supervised by Dr. Elys Fauziyah,

SP., MP.

ABSTRACT

Prospects of development of broiler plays a strategic role in the district of Bojonegoro Baureno. However, its role in danger because the business is high risk. Broiler breeders to reduce business risk by running the partnership. The purpose of this study is to describe the pattern of the source of risk reduction broiler breeders with partner companies, to identify the sources of risk that is not reduced in the partnership activities, and determine the level of opportunities, impact, and risk maps that can not be reduced by the partnership. The method used is descriptive analysis, fish bone diagram, the z-score and Value at Risk. The results of the research that is the partnership between the companies core with plasma farmers can reduce sources of political risk, technical risk, and financial risk. Another source of risk is not reduced by the partnership is the risk of logistics, as well as the social and geographical. Source of logistics risks include quality DOC (Day Old Chick), drinking water quality, and the quality of the cage. Social and geographic sources of risk consists of changes in the weather, diseases, pests, chicken and sapronak stolen, as well as child negligence cage. Logistics risk probability and low impact on broiler chicken farms in the District Baureno. Social and geographical risk derived from changes in weather and illness rates have a large probability but have little impact on broiler chicken business in the District Baureno. While sourced from pests, chicken and stolen livestock production facilities, as well as child negligence enclosure has a small probability and risk impact. Keywords: Broiler, Risk, Partnership, Risk Map

Page 10: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan petunjuk, rahmat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Risiko Usaha Peternakan

Ayam Broiler Melalui Pola Kemitraan” dengan Lancar. Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian pendidikan Strata Satu (S1)

pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan atas segala doa,

bimbingan, nasehat, dan bantuan yang senantiasa mengiringi penulis selama

masa studi hingga penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada:

1. Allah SWT yang telah memudahkan setiap langkahku dalam hidup, studi,

serta penyelesaian skripsi ini.

2. Kedua orang tua (Ibu Siswati dan Bapak Kusnan), Saudara tercinta (Yuli

Indah Kuswati dan Indra Kuswanto) serta Nenek Karni yang selalu

memberikan doa dan dukungan moral maupun material untuk bisa

menyelesaikan pendidikan hingga jenjang S-1.

3. Keluarga kedua penulis diperantuan Adik Khulaifatur Rosidah Annisa, Ibu

Umi Kulsum, serta Bapak Arifin yang selalu memberikan doa serta dukungan

untuk bisa menyelesaikan karya ini.

4. Dr. Drs. Ec. Muhammad Syarif, M.Si selaku Rektor Universitas Trunojoyo

Madura beserta jajaranya.

5. Dr. Ir. Slamet Subari, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Trunojoyo Madura sekaligus anggota penguji skripsi yang telah memberikan

kritis dan saran dalam mencapai kesempurnaan pada penulisan skripsi ini.

6. Novi Diana Badrut Tamami, SP., MP selaku Ketua Program Studi Agribisnis

sekaligus dosen penguji yang telah menguji dan memberikan masukan serta

saran kepada penulis.

7. Dr. Elys Fauziyah, SP., MP selaku dosen pembimbing utama yang selalu

membantu, memberikan arahan dan motivasi, serta petunjuk dalam

penulisan skripsi dari proposal hingga pelaporan akhir.

Page 11: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

xi

8. Dr. Isdiana Suprapti, SP., MM selaku dosen pembimbing seminar yang telah

memberikan masukan, kritik, dan saran kepada penulis.

9. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Program Studi Agribisnis yang telah

memberikan ilmu dan pengalaman yang tidak dapat dinilai dengan apapun.

10. Sahabat terbaik Cah Kene: Fitria Asariani, Ghonimatun Nafi’ah, Lia Agustina,

dan Rizki Okvian Sari yang membantu saya dalam kondisi apapun.

11. Teman berjuang dari bawah sampai saat ini dan seterusnya Deni Pratama

Ilmy yang selalu memberikan bantuan, semangat serta dukungan selama ini.

12. Saudara seperjuangan Konco Dolan : Yeni, Nunik, Andika, Afif, Assiqin,

Huda, Toni, Aldi, Nashi, Hanum, Fitri, Ghoni, Rizki, Lia, Ali Fikri, Riza, dan

Warbi yang selalu ada saat dibutuhkan dan selalu menghibur hati dengan

leluconya.

13. Teman-teman seperjuangan Agribisnis Angkatan 2014 yang kompak untuk

saling mendoakan.

14. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis telah berusaha menulis dengan sebaik-baiknya, namun penulis

menyadari bahwa karya tulis masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi

penulisan, tata bahasa dan sistematika penulisanya. Akhir kata penulis berharap

kritis dan saran yang membangun dari semua pihak untuk dapat

menyempurnakan karya tulis ini, semoga dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan pembaca

Bangkalan, 18 Juli 2018

Penulis

Page 12: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

xii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................. v BIODATA PENULIS .......................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT........................................................................................................ ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori ...................................................................................... 4 2.1.1 Konsep Risiko ................................................................................... 4 2.1.2 Sumber-Sumber Risiko ..................................................................... 4 2.1.3 Pemetaan Risiko ............................................................................... 5 2.1.4 Strategi Penanganan Risiko............................................................... 6 2.1.5 Konsep Kemitraan Agribisnis ............................................................ 7 2.1.6 Peternakan Ayam Broiler .................................................................. 12

2.2 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 16 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 20 3.2 Metode Penentuan Responden .............................................................. 20 3.3 Jenis Data dan Pengumpulan Data ........................................................ 20 3.4 Metode Analisis Data ............................................................................. 21 3.5 Definisi Operasional ............................................................................... 26

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis ................................................................................... 27 4.2 Kondisi Demografis ................................................................................ 28 4.3 Karakteristik Responden ........................................................................ 29

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...................................... 29 4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ........................... 29 4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak .......... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Pola Reduksi Sumber Risiko Peternak Ayam Broiler dengan

Page 13: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

xiii

Perusahaan Mitra................................................................................... 32 5.2 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko yang Tidak Tereduksi dengan Kemitraan .............................................................................................. 36

5.2.1 Risiko Logistik .................................................................................. 36 5.2.2 Risiko Sosial dan Geografis ............................................................. 41

5.3 Tingkat Peluang, Dampak, dan Peta Risiko yang Tidak Daat Tereduksi oleh Kemitraan ...................................................................................... 48

5.3.1 Analisis Probabilitas Produksi ........................................................... 47 5.3.2 Dampak Risiko Produksi terhadap Penerimaan Kerugian Peternak .. 48 5.3.3 Pemetaan Risiko ............................................................................... 49 5.3.4 Strategi Penanganan ....................................................................... 54

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan ................................................................................................ 58 6.2 Saran ..................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 59 LAMPIRAN ....................................................................................................... 62

Page 14: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3

Populasi Ayam Broiler Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012-2016 ............................................................................................ Nama Desa yang Berada di Kecamatan Baureno ...................... Penggunaan Lahan di Kecamatan Baureno Tahun 2016 ........... Penduduk Berumur 10 Tahun dan Lebih Menurut Pekerjaan Tahun 2016 ................................................................................. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Baureno Tahun 2018 ............................................... Karakteristik Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Pengalaman Beternak di Kecamatan Baureno Tahun 2018 ............................ Hasil Analisis Probabilitas Risiko Produksi pada Usaha Ayam Broiler Kecamatan Baureno ........................................................ Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi terhadap Penerimaan Kerugian pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno ...... Penilalian Peternak terhadap Risiko Berdasarkan Probabilitas dan Dampak Risiko pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro .................................................

2

27 28

28 30

30

47

49

50

Page 15: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11

Kerangka Pemikiran Pengelolaan Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler .......................................................................... Fish Bone ............................................................................... Peta Risiko ............................................................................. Peta Preventif Risiko .............................................................. Peta Mitigasi Risiko ................................................................ Fishbone Risiko Logistik pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro ........................ Ayam Sakit dan Sulit Tumbuh (Kerdil) ................................... Sumber Air untuk Seldek dan Minum Ayam .......................... Kandang Ayam Broiler ........................................................... Fishbone Risiko Sosial dan Geografis pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.............................................................................. Pemanas dan Pendingin Kandang ........................................ Ayam Terserang Penyakit ...................................................... Lubang pada Kandang Ayam ................................................ Pemetaan Sumber Risiko Logistik pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro .................... Pemetaan Sumber Risiko Sosial dan Geografis pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.............................................................................. Strategi Preventif Risiko pada Usaha Ayam Broiler ..............

19 22 24 25 25 38 39 40 41 42 44 45 45 52 53 57

Page 16: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10.

Kuesioner .............................................................................. Data Responden .................................................................... Hasil Produksi Ayam Broiler Tahun 2017 .............................. Perhitungan Kerugian ............................................................ Identifikasi Risiko ................................................................... Batasan-Batasan ................................................................... Perhitungan Probabilitas Risiko Logistik ............................... Perhitungan Probabilitas dan Dampak Risiko Sosial dan Geografis ............................................................................... Analisis Z-Score dan VaR ..................................................... Dokumentasi ..........................................................................

62 72 73 75 79 80 81

82 84 85

Page 17: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduk

bekerja sebagai petani. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

memberikan kontribusi sangat besar dalam perekonomian nasional dan

penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari empat sub

sektor antara lain sub sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan, holtikultura,

dan sub sektor pertanian. Salah satu sub sektor pertanian yang potensial untuk

dikembangkan adalah sub sektor peternakan. Hal ini terbukti dari sub sektor

peternakan mampu menyumbang terhadap PDB Indonesia pada tahun 2014

sebesar 1,58% dan PDB atas harga berlaku tahun 2014 Rp. 167,1 triliun (Pusat

Data dan Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian, 2015).

Usaha ternak ayam potong (broiler atau ras pedaging) merupakan ternak

yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyediaan daging nasional, untuk

memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Konsumsi daging ayam (ayam

ras pedaging dan ayam buras) pada tahun 2015 mencapai 5,42 kg/kapita/th

(Pusat Data dan Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementrian Pertanian,

2016). Populasi ayam ras pedaging (broiler) dalam kurun waktu beberapa tahun

belakangan ini meningkat dengan pesat. Menurut data Statistik Peternakan dan

Kesehatan Hewan Tahun 2015, populasi ayam ras pedaging di Indonesia

mencapai 1,53 milyar ekor, meningkat sekitar 5,89% ekor dari populasi tahun

2014. Sedangkan tahun 2016 mencapai 1,60 milyar ekor meningkat 64,34 juta

ekor atau 4,21% dari tahun 2015.

Usaha peternakan ayam broiler di Jawa Timur terus mengalami

peningkatan hal ini dapat dilihat dari berbagai daerah yang terus

mengembangkan usaha peternakan ayam broiler. Salah satu daerah yang

memiliki jumlah populasi ayam pedaging yang cukup tinggi adalah Kabupaten

Bojonegoro. Hal ini terbukti dari tahun 2012 sampai tahun 2016 populasi ayam

terus mengalami peningkatan (Tabel 1.1) berikut:

Page 18: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

2

Tabel 1.1 Populasi Ayam Broiler Kabupaten Bojonegoro Tahun 2012-2016

No. Tahun Populasi (ekor)

1. 2012 740.980

2. 2013 843.598

3. 2014 906.420

4. 2015 1.040.101

5. 2016 1.450.326

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2017.

Populasi ayam broiler terbesar di Kabupaten Bojonegoro terdapat di Keca

matan Baureno. Pada tahun 2016 populasi ayam broiler sebesar 415.000 ekor y

aitu 28,61% dari jumlah populasi ayam broiler di Kabupaten Bojonegoro (Badan

Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2017). Peternakan ayam broiler memiliki

beberapa keunggulan dibandingkan dengan peternakan penghasil daging lainny

a. Keunggulan itu diantaranya adalah siklus produksi yang singkat yaitu dalam w

aktu 4-6 minggu ayam broiler sudah dapat dipanen dengan bobot badan 1,5-1,56

kg/ekor dan tidak memerlukan lahan yang luas.

Prospek pengembangan ayam broiler tersebut memegang peranan strategi

s, namun peranannya terancam karena usaha tersebut mempunyai risiko tinggi, t

erutama risiko harga output (pemasaran) dan harga input yang fluktuatif, sehingg

a pendapatan peternak tidak stabil. Kebijakan pemerintah tentang contract farmin

g dapat menjadi salah satu solusi dalam mengatasi hal tersebut. Pendekatan co

ntract farming antara perusahaan (inti) yang mempunyai keunggulan dalam peng

uasaan modal dan teknologi dapat meningkatkan skala usaha peternak (plasma),

di samping keunggulan tersebut terdapat pula kelemahan-kelemahan (Bahari et

al, 2012).

Peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno bekerja sama dengan beber

apa perusahaan kemitraan yaitu dengan kemitraan PT Semesta Mitra Sejahtera,

PT Samsung, dan PT Primatama Karya Persada. Kehadiran contract farming dap

at membantu peternak ayam broiler dalam penyediaan input, peningkatan akses

terhadap produksi dan pemasaran, pengaturan penentuan harga yang dapat me

ngurangi ketidakpastian (Murthy dan Madhuri, 2013). Menurut Tamaluddin dalam

Siregar, et al (2016) peternak broiler dapat mengurangi risiko bisnis dengan menj

alankan kemitraan. Skema kemitraan antara perusahaan dan petani berdasarkan

hubungan saling menguntungkan, saling membutuhkan, dan saling memperkuat

antara kedua belah pihak. Sehingga dalam kemitraan ada pembagian risiko dan

Page 19: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

3

manfaat yang disepakati oleh kedua belah pihak. Berdasarkan latar belakang ter

sebut maka penting dilakukan penelitian untuk mengetahui pengelolaan risiko us

aha ayam broiler yang dilakukan dengan pola kemitraan di Kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana deskripsi pola reduksi sumber risiko peternak ayam broiler dengan

perusahaan mitra?

2. Apa saja sumber-sumber risiko yang tidak tereduksi dalam kegiatan

kemitraan?

3. Bagaimana tingkat peluang, dampak, dan peta risiko yang tidak dapat

tereduksi oleh kemitraan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pola reduksi sumber risiko peternak ayam broiler dengan

perusahaan mitra di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.

2. Mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang tidak tereduksi dalam kegiatan

kemitraan peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno.

3. Mengetahui tingkat peluang, dampak, dan peta risiko yang tidak dapat

tereduksi oleh kemitraan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peternak ayam broiler, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

menangani risiko usaha peternakan ayam broiler agar usaha yang dijalankan

mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko.

2. Bagi penulis, penelitian ini digunakan sebagai pengaplikasian ilmu yang telah

diperoleh di bangku kuliah, melatih kemampuan dalam menganalisis risiko

terkait dengan risiko produksi usaha peternakan ayam broiler.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

Page 20: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Risiko

Menurut Darmawi (2014) risiko dihubungkan dengan kemungkinan

terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan dan sifatnya tidak

terduga, dengan kata lain “kemungkinan” itu sudah menunjukkan adanya

ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan kondisi yang menyebabkan

tumbuhnya risiko. Setiap usaha diharapkan dapat memberikan keuntungan yang

besar dengan tingkat risiko sekecil-kecilnya. Menurut Siregar dalam Soekartawi

et al (1993), risiko dalam suatu usaha mencakup kemungkinan kerugian dan

keuntungan dimana tingkat risiko tersebut ditentukan sebelum suatu tindakan

diambil berdasarkan ekspektasi atau perkiraan seorang pengambil keputusan.

Ketidakpastian diartikan sebagai suatu situasi dimana seorang pengambil

keputusan tidak mengetahui hasil dari setiap tindakan yang mungkin dapat

dilakukan saat mengambil keputusan, karena setiap tindakan memiliki lebih dari

satu hasil yang mungkin akan terjadi. Menurut Kountur (2008) terdapat tiga unsur

penting dari sesuatu yang dianggap risiko antara lain: (1) merupakan suatu

kejadian, (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan (bisa terjadi atau

tidak terjadi), (3) jika sampai terjadi maka menimbulkan kerugian.

2.1.2 Sumber-Sumber Risiko

Menurut Darmawi (2014), menentukan sumber risiko adalah penting

karena mempengaruhi cara penanganannya. Adapun klasifikasi dari sumber

risiko tersebut yaitu:

1. Risiko sosial, risiko ini berkaitan dengan masyarakat artinya masyarakat

merupakan orang-orang yang menciptakan terjadinya penyebab

penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian. Contoh dari risiko sosial

adalah pencurian.

2. Risiko fisik, ada banyak sumber risiko fisik yang sebagiannya merupakan dari

bencana alam, risiko ini sangat komplek contohnya: (a) kebakaran, (b) cuaca,

iklim seperti hujan terlalu banyak dapat mengakibatkan banjir dan lain

sebagainya, (c) tanah longsor.

Page 21: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

5

3. Risiko ekonomi, risiko yang bersifat ekonomi dapat dirasakan oleh manusia

diantara lain seperti inflasi dan fluktuasi harga.

Menurut Gunn (2011), ada enam bidang untuk mengidentifikasi jenis risiko

yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan sebuah usaha ataupun

proyek. Meskipun beberapa risiko tersebut berada diluar pengendalian langsung

dari organisasi namun risiko tersebut harus tetap dikelola. Enam bidang risiko

tersebut yaitu:

1. Risiko teknis, risiko ini berkaitan dengan sumber dan ketersediaan bahan

untuk budidaya ayam broiler.

2. Risiko keuangan, jenis risiko ini merupakan risiko yang bersifat ekonomi yang

dipengaruhi oleh inflasi serta fluktuasi harga.

3. Risiko logistik, risiko ini berkaitan dengan ketersediaan sumber daya seperti

pakan, DOC (Day Old Chick), dan sumber daya manusia.

4. Risiko sosial dan geografis, risiko ini merupakan salah satu jenis risiko yang

tidak dapat dikontrol. Hal tersebut dikarenakan risiko ini merupakan risiko

yang berkaitan dengan alam, seperti cuaca dan iklim yang menyebabkan

angin, hujan, hama penyakit, dan lain-lain.

5. Risiko politis, risiko ini berkaitan dengan hambatan pemasok baik hambatan

dari segi DOC (Day Old Chick) maupun dari pemasok pakan.

6. Risiko pemerkerja, risiko ini merupakan jenis risiko yang berkaitan dengan

keselamatan, keamanan peternak dan peralatan yang digunakan dalam

proses produksi ayam broiler.

2.1.3 Pemetaan Risiko

Salah satu aspek yang penting di dalam manajemen risiko yaitu

penanganan risiko. Sebelum menangani risiko, terlebih dahulu yang perlu

dilakukan yaitu membuat peta risiko. Peta risiko merupakan gambaran tentang

posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal

menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak.

Cara untuk mengukur probabilitas dan dampak risiko menurut Kountur (2008),

yaitu:

1. Pengukuran kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas)

Pengukuran probabilitas dapat ditentukan dengan data yang sudah ada

sebelumnya, seperti data produksi ayam broiler. Metode untuk mengukur

Page 22: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

6

probabilitas tersebut yaitu dengan menggunakan nilai standar (z-score).

Perhitungan dengan z-score dapat diperoleh besarnya kemungkinan suatu

ukuran atau suatu nilai uang berbeda lebih besar atau lebih kecil dari rata-rata.

Metode z-score merupakan suatu angka yang menunjukkan seberapa jauh nilai

penyimpangan dari rata-rata pada distribusi normal.

2. Pengukuran dampak risiko

Cara yang dapat digunakan untuk mengitung atau mengetahui besarnya

akibat atau dampak yang ditimbulkan dari risiko, metode yang paling efektif yatu

VaR (Value at Risk). Metode ini dianggap sebagai sebuah metode standar yang

digunakan untuk mengukur risiko penerimaan yang disebabkan karena frekuensi

harga. Setiap kali terjadi risiko, akan memberikan dampak kerugian dan pada

umumnya kerugian dapat dihitung dalam rupiah. Tahapan dalam perhitungan

Value at Risk menurut Kountur (2008) yaitu:

a. Menentukan kejadian yang akan diamati

b. Pengumpulan data historis tentang besarnya kerugian yang dialami selama

waktu tertentu dari kejadian tersebut.

c. Mengitung rata-rata kerugian dan standar deviasi kerugian dari rangkaian

kejadian tersebut

Sehingga dengan hal ini dapat diketahui risiko terbesar yang mungkin

terjadi dalam rentang waktu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan

tertentu. Value at Risk digunakan untuk mengukur besarnya kerugian yang

ditimbulkan jika terjadi risiko. Pengukuran risiko yaitu dengan mengukur kejadian

yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi dan penerimaan sebagai

akibat terjadinya sumber risiko.

2.1.4 Strategi Penanganan Risiko

Pola penanganan untuk menghadapi risiko memiliki dua pilihan umum.

Kedua penanganan tersebut yaitu penghindaran risiko (preventif) dan

mengurangi risiko (mitigasi risiko). Menurut Kountur (2008), yaitu:

1. Penghindaran risiko (preventif)

Strategi yang dilakukan untuk pertama kali jika berhadapan dengan risiko

yaitu strategi menghindar. Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong

dalam kemungkinan risiko yang besar. Strategi ini menangani risiko yang berada

pada area kuadran satu dan dua. Strategi preventif dilakukan dengan cara

Page 23: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

7

memasukkan setiap faktor risiko kedalam kuadran-kuadran peta risiko. Adanya

strategi preventif, maka risiko yang memiliki peluang kejadian besar akan pindah

pada kuadran risiko dengan peluang kecil. Strategi ini mengakibatkan risiko yang

berada pada kuadran satu bergeser pada kuadran tiga dan risiko yang berada

pada kuadran dua akan bergeser pada kuadran empat. Penghindaran risiko

dilakukan karena:

a. Risiko yang dihadapi terlalu besar kemungkinan terjadinya dan akibat yang

ditimbulkanpun juga besar. Risiko ini berada pada kuadran kanan atas pada

peta risiko dan risiko yang berda pada kuadran ini harus dihindari.

b. Risiko yang ada tidak dapat dikendalikan manajemen dan tidak dapat

ditangani dengan strategi penanganan risiko yang lain.

2. Mengurangi risiko (mitigasi)

Mengurangi risiko atau dikenal dengan strategi mitigasi risiko, dalam hal ini

yang diperlukan yaitu dengan memperkecil kemungkinan terjadinya risiko

kerugian. Tujuan utamanya yaitu bagaimana dampak terjadinya sesuatu risiko

dapat diatur sedemikian kecil. Kegunaan strategi mitigasi yaitu untuk menggeser

kuadran dua atau risiko yang terdapat pada kuadran kanan atas agar bergeser

pada kuadran satu, dan kuadran empat bergeser pada kuadran tiga. Beberapa

mitigasi yang dapat dilakukan yaitu dengan diversifikasi, penggabungan atau

penahanan, pengalihan risiko dan pengendalian risiko.

2.1.5 Konsep Kemitraan Agribisnis

Konsep formal kemitraan telah tercantum dalam Undang-undang nomor 9

tahun 1995 yang berbunyi, “Kerja sama antara usaha kecil dengan usaha

menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan

yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar dengan memperhatikan

prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”.

Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1997

yang menerangkan bentuk kemitraan yang ideal yaitu saling memperkuat, saling

menguntungkan, dan saling mengidupi. Tujuan kemitraan yaitu untuk

meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas

sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Sumardjo et al,

2004).

Page 24: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

8

Menurut Zakaria (2015) berdasarkan pasal 4 keputusan Menteri Pertanian

Republik Indonesia Nomor: 940/KTPTS/OT.210/10/97 tentang pedoman

kemitraan usaha pertanian, kemitraan usaha pertanian melaksanakan dengn

pola sebagai berikut:

1. Pola inti plasma, yaitu hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan

perusahaan mitra yang perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok

mitra bertindak sebagai plasma.

2. Pola sub-kontrak, yaitu hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra, kelompok mitra tersebut memproduksi komponen yang

diperlukan untuk perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

3. Pola dagang umum, merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra

dengan perusahaan mitra yang perusahaan mitra memasarkan hasil produksi

kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan

perusahaan mitra.

4. Pola keagenan, yaitu hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra

diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan

mitra.

5. Pola kerjasama, yaitu hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra

menyediakan biaya atau sarana untuk mengusahakan suatu komoditas

pertanian.

Pola implementasi di lapangan pola-pola kemitraan tersebut berkembang

sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kemitraannya baik pada sektor pertanian,

industri maupun perdagangan. Menurut Hafsah (2000), pola kemitraan usaha

yang dapat di kembangkan di Indonesia yaitu:

1. Pola kemitraan sederhana (pemula), perusahaan atau pengusaha besar

mempunyai tanggung jawab terhadap pengusaha kecil mitranya dalam

memberikan bantuan atau kemudahan memperoleh permodalan untuk

mengembangkan usaha, penyedia sarana produksi yang dibutuhkan, bantuan

teknologi terutama teknologi alat dan mesin untuk meningkatkan produksi

dengan jumlah dan standar mutu yang telah disepakati.

2. Pola kemitraan tahap madya, yaitu pengembangan pola kemitraan sederhana,

usaha kecil telah mampu mengembangkan usaha mua dari perencanaan

usaha sampai pengadaan sarana produksi dan permodalan dalam upaya

menjamin kelangsungan kemitraan yang dijalin dengan usaha besar.

Page 25: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

9

3. Pola kemitraan tahap utama, pola ini pihak pengusaha kecil secara bersama-

sama mempunyai potongan atau menanam modal usaha pada usaha besar

mitranya dalam bentuk saham.

Menurut Sumardjo, et al (2004) terdapat lima bentuk kemitraan antara

petani dengan pengusaha besar. Adapun bentuk kemitraan yang dimaksud yaitu

sebagai berikut:

1. Pola Kemitraan Inti-Plasma

Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok

mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan

inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen,

menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu,

kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan

syarat yang telah disepakati.

a. Keunggulan sistem inti-plasma dari sistem yaitu tercipta saling

ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan, tercipta peningkatan

usaha, dan mendorong perkembangan ekonomi.

b. Kelemahan sistem inti-plasma

Beberapa masalah yang masih ditemukan dalam mengembangkan

kemitraan sistem inti-plasma antara lain:

a) Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga

kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancar. Keadaan ini

mengakibatkan kerugian di salah satu pihak.

b) Komitmen perusahaan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan

kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan oleh plasma.

c) Belum terdapat kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban

komoditas plasma sehingga terkadang pengusaha inti mempermainkan harga

komoditas plasma. Selain itu, belum adanya pihak ketiga yang secara efektif

berfungsi sebagai arbitrator atas penyimpangan yang terjadi dalam

pelaksanaan kontrak kerja.

c. Solusi

Setelah mengetahui kelemahan dan hambatan yang timbul dalam

pelaksanaan kemitraan pola inti-plasma, solusi yang dapat diterapkan yaitu

pemahaman tingkat ekonomi dan skala usaha, kesepakatan atau perjanjian,

serta kemampuan investasi perusahaan inti. Hubungan kelembagaan antar mitra

Page 26: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

10

perlu dikembangkan untuk mengurangi posisi dominan perusahaan inti. Selain

itu, di antara kedua pihak perlu dikembangkan rasa saling percaya sehingga

tumbuh motivasi usaha yang lebih profesional dalam penanganan usaha. Kondisi

tersebut, kedua pihak menjadi kuat sehingga mampu menghadapi mitra usaha

pesaing yang lebih kuat dan mempunyai posisi tawar yang kuat.

2. Pola Kemitraan Subkontrak

Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha

dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan

perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Berikut ini keunggulan,

kelemahan, dan solusi pada kemitraan pola subkontrak.

a. Keunggulan

Pola subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak

bersama yang mencakup volume, harga, mutu, dan waktu. Terdapat banyak

kasus, pola subkontrak sangat bermanfaat juga kondusif bagi terciptanya alih

teknologi, modal, ketrampilan dan produktivitas, serta terjaminnya pemasaran

produk pada kelompok mitra.

b. Kelemahan

Pola subkontrak memiliki kelemahan dan hambatan yang dipicu karena

adanya titik lemah dalam hubungan kedua pihak. Adapun titik lemah hubungan

dalam pelaksanaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi

produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni, terutama dalam

penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran.

b) Berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua belah pihak. Perasaan saling

menguntungkan, saling memperkuat, dan saling menghidupi berubah menjadi

penekanan terhadap harga input yang tinggi atau pembelian produk dengan

harga rendah.

c) Kontrol kualitas produk ketat, tetapi tidak diimbangi dengan sistem

pembayaran yang tepat. Kondisi ini, pembayaran produk perusahaan inti

sering terlambat bahkan cenderung dilakukan secara konsiyasi. Selain itu,

timbul gejala eksploitasi tenaga kerja untuk mengejar target produksi.

c. Solusi

Beberapa hal berikut ini sebaiknya diketahui sebagai solusi dalam

pengembangan kemitraan pola subkontrak.

Page 27: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

11

a) Asosiasi kelompok mitra yang terdiri dari beberapa usaha kecil perlu

dikembangkan, dalam bentuk asosiasi produsen ini diharapkan posisi

tawarnya menjadi lebih baik dibandingkan jika usaha kecil bergerak sendiri-

sendiri. Kesepakatan yang harus diperjelas adalah penetapan harga, mutu

produk, volume, dan waktu. Dalam kondisi ini hubungan kemitraan engan

perusahaan mitra selalu berada pada posisi win-win principle.

b) Komponen-komponen kemitraan, seperti pengembangan sumber daya

manusia, inovasi teknologi, manajemen, dan permodalan harus diperhatikan.

Selain itu, komponen-komponen tersebut harus diarahkan menuju

peningkatan dalam menjaga mutu produk, daya saing, serta pelayanan

terhadap konsumen.

c) Menumbuhkan rasa saling percaya antara perusahaan mitra dengan

kelompok.

3. Pola Kemitraan Dagang Umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam

pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini yaitu pihak

pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh

pihak pemasaran tersebut. Pada kegiatan agribisnis, khususnya hortikultura, pola

ini telah dilakukan. Beberapa petani atau kelompok tani hortikultura bergabung

dalam bentuk koperasi atau badan usaha lainnya, kemudian bermitra dengan

toko swalayan atau mitra usaha lainnya. Koperasi tani tersebut bertugas

memenuhi kebutuhan toko swalayan sesuai dengan persyaratan yang telah

disepakati bersama.

4. Pola Kemitraan Keagenan

Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri pihak

perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak

perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok

mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh

pengusaha besar mitra. Perusahaan besar/menengah bertanggungjawab atas

mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil mitranya

berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Pihak-pihak yang bermitra terdapat

kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya fee atau

komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk. Keuntungan usaha

kecil (kelompok mitra) dari pola kemitraan keagenan ini bersumber dari komisi

Page 28: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

12

yang diberikan oleh pengusaha mitra sesuai dengan kesepakatan. Kemitraan

keagenan semacam ini sudah banyak ditemukan dan sudah berkembang sampai

desa-desa, terutama di antara usaha-usaha kecil kelontong usaha kecil eceran

lainnya.

5. Pola Kemitraan Kerja Sama Operasional Agribisnis (KOA)

Pola kemitraan Kerja sama operasional agribisnis merupakan pola

hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra.

Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak

perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen, dan pengadaan

sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas

pertanian. Perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar

produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan

pengemasan. Kerja sama operasional agribisnis telah dilakukan pada usaha

perkebunan, seperti perkebunan tebu, tembakau, sayuran, dan perikanan

tambak. Pelaksanaan kerja sama operasional agribisnis terdapat kesepakatan

tentang pembagian hasil dan risiko dalam usaha komoditas pertanian yang

dimitrakan.

2.1.6 Peternakan Ayam Broiler

Jenis hewan yang termasuk kelompok unggas-unggasan adalah ayam, itik,

dan burung. Pada prinsipnya hampir semua unggas dapat digunakan sebagai

sumber daging. Namun karena pertimbangan efisiensi dan ekonomi maka hanya

jenis ayam tertentu saja yang dikembangkan secara intensif. Jenis unggas yang

digunakan sebagai sumber daging adalah ayam dan itik. Jenis ayam yang

potensial sebagai sumber daging dikenal sebagai ayam pedaging. Berdasarkan

aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis klasifikasi ayam penghasil daging, yaitu

ayam ras, ayam kampung, dan ayam cull. Ayam ras (broiler) adalah jenis ayam

yang telah mengalami upaya pemuliaan, sehingga menjadi ayam pedaging yang

unggul serta mempunyai bentuk, ukuran, dan warna yang seragam. Ayam

pedaging di Indonesia dipotong sekitar 6 minggu dengan berat sekitar 1,33 kg

per ekor. Pemilihan pemotongan ayam pedaging pada saat beratnya masih

rendah disebabkan oleh pilihan konsumen yang cenderung membeli karkas utuh

yang tidak terlalu besar, selain itu juga karena dagingnya cukup lunak, lemak

belum banyak serta tulangnya belum begitu keras (Muchtadi, 2011).

Page 29: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

13

Menurut Muwarni (2010), ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging

yang dihasilkan dari hasil seleksi sistematis sehingga dapat tumbuh dan

mencapai bobot badan tertentu dalam waktu relatif singkat. Tipe pedaging yang

dimaksud adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk dipanen dan diambil

dagingnya (bukan telurnya) sebagai sumber protein hewani bagi konsumen.

Strain broiler yang ada di Indonesia yaitu Hubbard, Cobb, Ross, Lohman, dan

Hybro. Menurut kecepatan pertumbuhannya, maka periode pemeliharaan broiler

dibagi menjadi dua yaitu periode starter dan finisher. Periode starter dimulai umur

1-21 hari dan periode finisher dimulai umur 22-35 atau sesuai umur dan bobot

potong yang diinginkan. Bobot dan umur potong ini ditentukan oleh berbagai

pertimbangan antara lain ekonomi yaitu biaya produksi dan harga jual,

permintaan pasar (konsumen atau perusahaan inti), dan sebagainya. Umumnya

digunakan dua periode pemeliharaan, namun ada yang membagi periode

pemeliharaan menjadi lebih dari dua, disesuaikan dengan kecepatan

pertumbuhan ayam broiler.

Secara umum teknik budidaya peternakan ayam broiler meliputi

perkandangan, pembersihan dan penyucihamaan kandang, pemilihan bibit, pola

pemberian pakan dan minum, serta pemeliharaan kesehatan.

1. Perkandangan

Menurut Tamalluddin (2016) Kandang berperan memberikan kenyamanan

pada ayam yang dipelihara agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat

memberikan produksi yang optimal. Lebih jauh, kandang memiliki fungsi

melindungi ayam dari sengatan matahari, hujan, angin, atau dari binatang buas,

mempermudah penanganan, dan memperoleh produksi yang efisien. Kandang

yang kurang nyaman membuat performa ayam tidak optimal. Contohnya

kandang yang pengap, panas, atau memiliki sirkulasi udara yang buruk akan

membuat ayam stres sehingga mudah terserang penyakit. Sebelum memutuskan

membangun atau memilih kandang, terlebih dahulu mencaru lokasi yang tepat.

Lokasi yang dipilih untuk peternakan hendaknya strategis dan dekat dengan

akses pemasaran. Selain itu, kandang yang nyaman harus berada di lokasi yang

nyaman pula. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi

kandang yaitu terdapat sumber air yang baik dan memadai, dekat dengan

pemasaran, akses jalan mudah, jauh dari lokasi pencemaran dan peternakan

Page 30: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

14

lain, jauh dari pemukiman penduduk, kondisi dan struktur tanah, serta

memungkinkan untuk pengembangan.

2. Pembersihan dan penyucihamaan kandang dan peralatan

Pencucian dan penyucihamaan (desinfeksi) kandang berfungsi

menghilangkan atau menetralkan organisme penyakit. Jika bekas pemeliharaan

sebelumnya, tindakan awal yang harus dilakukan adalah membersihkan kotoran,

baik dalam kandang maupun lingkungan sekitar kandang. Caranya dengan

mengeluarkan semua kotoran dan menjauhkannya dari lingkungan kandang.

Kegiatan penyucihamaan dapat dilakukan dengan desinfektan atau antiseptik,

seperti detergen, kapur, formalin, iodin, dan pestisida. Desinfektan berfungsi

membunuh bibit penyakit, baik bakteri maupun virus. Penyemprotan dengan

desinfektan maupun pestisida dapat dilakukan lebih dari satu kali, tergantung

keadaan dan tingkat keganasan penyakit di periode sebelumnya. Peralatan juga

harus dibersihkan dengan disucihamakan. Setelah pembersihan ada masa

istirahat kandang atau kondisi tidak ada aktivitas di dalam kandang. Idealnya 14

hari setelah kandang bersih dan jika dihitung dengan aktivitas pembersihan

kandang, waktu kosong kandang menjadi 21 hari. Mengistirahatkan kandang

sangat penting untuk memutus siklus hidup bibit penyakit di dalam kandang

meskipun periode sebelumnya tidak ada kasus penyakit.

3. Pemilihan bibit ayam

Ketika ayam berumur sehari (Day Old Chick atau disingkat DOC) kegiatan

awal yang harus dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan secara keseluruhan

untuk memilih DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas baik memiliki

ciri-ciri: lincah, aktif mencari makan, bentuk paruh normal, mata normal bulat

bersinar dan tidak cacat, bulu halus, kering lembut, kaki besar seperti berminyak

dan beratnya tidak kurang dari 37 gram. Suhu pada ayam juga harus

diseduaikan, suhu kandang dapat diatur menggunakan pemanas kompor gas,

pengaturan suhu ideal bagi DOC yaitu 30-35 derajat celsius. Biasanya pemanas

digunakan saat ayam broiler berumur 1-20 hari disesuaikan dengan kebutuhan.

Pencahayaan juga penting bagi DOC untuk merangsang makanan dan minuman

serta menstimulasi pertumbuhan hormon dalam tubuh ayam. DOC membutuhkan

pencahayaan 24 jam dengan 12 jam cahaya lampu berkekuatan 12-20 lux dan

cahaya matahari 12 jam (Kanisius, 1986).

Page 31: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

15

4. Pemberian Pakan dan Air Minum

Berdasarkan jenisnya pakan ayam broiler dapat dikelompokkan menjadi

empat kelompok yaitu prestarter, starter, grower, dan finisher. Perbedaan dari

keempat pakan tersebut yaitu bentuk dan kandungan nutrisinya. Pakan

prestarter merupakan pakan dengan kandungan protein tinggi mencapai 23-24%.

Penggunaan pakan presarter untuk mendukung pertumbuhan sistem kekebalan

dan sel-sel di dalam saluran pencernaan yang hanya tumbuh optimal 10-12 hari

pertama. Kebutuhannya bukan hanya dalam bentuk crude protein (protein

kasar), tetapi dalam bentuk digestible protein yang bisa langsung dicerna.

Penggunakan pakan presarter diberikan pada umur ayam 0-10 hari. Di lapangan

pakan yang banyak digunakan adalah pakan starter untuk ayam umur 0-21 hari

dan grower untuk ayam umur 22 hari sampai dengan panen. Hal ini karena rata-

rata panen di Indonesia umur 28-35 hari dengan bobot 1,4-2 kilogram.

Kebutuhan air minum dapat dipenuhi dengan jumlah tempat minum yang

cukup dan kondisi yang baik. Ada dua tipe tempat minum, yaitu sistem terbuka

dan tertutup. Tempat minum terbuka terdiri atas tempat minum manual dan

tempat minum otomatis. Sistem tertutup atau nipple yaitu tempat minum otomatis

yang digunakan di kandang closed house, terutama saat breeding. Nipple

berbentuk memanjang seperti pipa yang menjulur ke bawah dan akan keluar air

jika disentuh paruh ayam. Nipple harus disesuaikan dengan tinggi badan ayam.

Disarankan agar tidak lebih dari 12 ekor/nipple (Tamalluddin, 2016).

5. Pemeliharaan Kesehatan

Pemeliharaan yang baik merupakan bagian pencegahan terhadap penyakit

yang sangat penting. Pemeliharaan yang baik akan mengurangi dan mengatasi

stres pada ternak sehingga sistem kekebalan tubuhnya tidak terganggu. Ayam

broiler merupakan ayam yang mudah stres sehingga sangat rentan terserang

penyakit. Beberapa penyakit yang menyerang ayam broiler yaitu Chronic

Respiratory Disease (CRD), Kolibasilosis, Omphalitis, Infectious coryza (snot),

Flowl Cholera, Gumboro, Tetelo/ND (Newcastle Disease), Afian influenza (AI),

Infectious bronchitis (IB), Koksidiosis (berak darah), Leucocytozoonosis, Cacing,

dan Asites (busung perut). Penanganan penyakit berbeda-beda, tergantung jenis

penyakitnya. Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi, yaitu usaha

memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak untuk melindungi ternak dari

Page 32: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

16

serangan penyakit tertentu. Vaksin merupakan mikroorganisme atau bibit

penyakit yang telah dilemahkan virulensi atau keganasannya sehingga tidak

menimbulkan penyakit, bahkan merangsang pembentukan zat kebal yang sesuai

dengan jenis vaksinnya jika dimasukkan ke dalam tubuh ternak. Cara pemberian

vaksin dapat melalui tetes mata, tetes hidung, air minum, injeksi intra muscular

(daging), dan subkutan (bawah kulit), tusuk sayap, dan sprayer.

2.2 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Offayana, et al (2016),

sumber-sumber risiko yang mempengaruhi produksi strowberi di UD Agro

Mandiri yaitu kondisi cuaca, hama dan penyakit, pekerja, pengunjung, dan

kualitas bibit. Tingkat risiko produksi stroberi jika dilihat dari nilai simpangan baku

sebesar 3.411 kg/tahun dan nilai koefisien variasi sebesar 3,3 yang tergolong

dalam tingkat risiko besar, disebabkan sumber-sumber risiko produksi terutama

pengunjung dengan nilai status risiko terbesar.

Penelitian risiko lain pernah dilakukan oleh Vinanda, et al (2016) pada

risiko produksi ayam broiler dan preferensi peternak di Kabupaten Bekasi.

Penelitian ini menggunakan dua pola usaha peternakan ayam broiler, yaitu mitra

dan mandiri. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif

untuk mengetahui pengaruh input terhadap risiko produksi dengan menggunakan

model fungsi Just Pope dan maksimisasi utilitas, untuk menganalisis fungsi

produksi dan fungsi risiko di asumsikan menggunakan model tipe Cobb-Douglas

selanjutnya diregresikan dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam

broiler yaitu pakan dan sekam pada peternak mandiri. Sedangkan pada peternak

mitra variabel yang berpengaruh adalah pakan, vaksin, dan kepadatan. Variabel

yang memperbesar risiko produksi pada peternak mandiri yaitu vaksin, tenaga

kerja, dan sekam. Sedangkan pada peternak mitra yaitu tenaga kerja. Variabel

yang dapat memperkecil risiko pada peternak mandiri yaitu pakan, sedangkan

pada peternak mitra yaitu vaksin.

Penelitian Rahma (2015) bertujuan untuk mengetahui gambaran dan

deskripsi pendapatan peternakan ayam ras pedaging pada pola usaha yang

berbeda di Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka. Metode yang

digunakan analisis statistik deskriptif yaitu dengan pengelompokan,

Page 33: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

17

penyederhanaan, dan penyajian data dalam bentuk tabel biasa dengan

menggunakan rumus pendapatan. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata

pendapatan peternak ayam ras pedaging di Kecamatan Cigambul berbeda-beda

berdasarkan jenis pola usaha disebabkan karena perbedaan sistem pengelolaan

dalam melakukan usaha ternaknya, perbedaan tingkat mortalitas antar jenis pola

usaha, perbedaan pengambilan umur panen ayam ras pedaging, dan semakin

lama ayam ras pedaging dipelihara maka semakin banyak pula biaya operasional

yang harus dikeluarkan peternak sehingga akan berpengaruh terhadap

pendapatan yang akan diterima peternak.

Penelitian yang dilakukan oleh Maulana, et al (2014) juga bertujuan untuk

menganalisis usaha peternakan ayam ras pedaging dengan pola kemitraan.

Metode yang digunakan yaitu analisis kelayakan dengan menggunakan

menghitung, laporan laba rugi, cash flow, payback period, net present value,

internal rate of return dan break event point. Analisis yang kedua dengan

menggunakan risiko-risiko yang muncul. Hasil analisis diperoleh paypack period

selama 7 bulan, net present value sebesar 3.252.725 dan internal rate of return

sebesar 151,8%, artinya usaha peternakan ayam ras pedaging dengan pola

kemitraan di peternakan Bu Lilis Rancamidin Cibodas layak .

Rusdiana dan L. Praharani (2015), melakukan penelitian yang bertujuan

mengetahui peningkatan usaha pemeliharaan ternak domba melalui diversifikasi

usaha dapat mengurangi risiko dan tetap memberikan potensi tingkat

keuntungan terhadap petani. Hasil analisis diperoleh diversifikasi ternak dan

tanaman bahwa pemeliharaan skala 5 ekor domba jantan dapat dicapai pada

nilai penjualan BEP produksi sekitar 4,17 dan BEP harga jual sekitar

Rp.1.1043.625/ekor, keuntungan bersih sekitar Rp.1.121.875/periode, dengan

nilai B/C sekitar 1,19, usaha tanaman ubi kayu varietas mentega dan arsin

dengan luas sekitar 2 ha, keuntungan ubi kayu varietas mentega sekitar

Rp.8.414.085/ha/tahun, keuntungan ubi kayu varietas arsin sekitar

Rp.6.921.705/ha/tahun, nilai B/C ratio sekitar 2,7 dan 2,6 tidak berbeda nyata

hasil yang diperoleh petani.

Selanjutnya penelitian Lastinawati (2016), bertujuan untuk menganalisis

titik impas dan risiko pendapatan usaha ternak itik petelur di Desa Sugih Waras

Kecamatan Belitang Mulya Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Hasil analisis

diperoleh usaha ternak itik petelur mengalami titik impas pada saat produksi telur

Page 34: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

18

sebanyak 740 butir per bulan dengan harga Rp 1.111.675,13 per butir. Usaha ini

berpeluang mengalami kerugian yang ditunjukkan oleh nilai koefisien variasi (CV

> 0,5) yaitu sebesar 1,026 dan batas bawah pendapatan (L < 0) yaitu -

1.380.102,9.

Saragih, et al (2015) bertujuan untuk menganalisis risiko produksi dan

pendapatan budidaya tambak udang rakyat di Kelurahan Labuhan Deli,

Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Hasil analisis diperoleh pendapatan

petambak lebih besar dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan selama

proses budidaya, artinya usaha budidaya tambak udang tersebut

menguntungkan. Risiko produksi yaitu sebesar 0,04 dan dilihat dari nilai CV < 0,5

dan L > 0 maka petambak udang tidak mengalami risiko terhadap produksi yang

diperoleh, begitupun dengan risiko pendapatannya. Hal ini dikarenakan risiko

produksi yang dihadapi kecil dan harga udang Windu tinggi.

Siregar, et al (2016), penelitian tentang risiko pasar dalam kemitraan

broiler, bertujuan untuk mengetahui distribusi risiko pasar yang dilakukan antara

perusahaan dan petani plasma pada kemitraan broiler. Metode yang digunakan

adalah deskriptif kuantitatif, dengan rumus pendapatan = TR – TC dan

pelanggaran persaingan di analisis deskriptif dengan Undang-Undang Indonesia

Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha

Tidak Sehat. Hasil analisis diperoleh bahwa kerugian perusahaan mencapai

108%, laba petani 8%, dan perusahaan mengalami kerugian total sebesar 100%

ditambah menghabiskan pendapatan petani sebesar 8%. Terdapat pelanggaran

pasal 19 ayat c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, karena perusahaan telah

secara sepihak menentukan arah pasar penjualan broiler selain itu perusahaan

juga menjadi pemasok monopoli tunggal kepada petani.

2.3 Kerangka Pemikiran

Usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno di kategorikan

sebagai usaha yang memiliki risiko. Risiko tersebut dapat bersumber dari

masalah politis, teknis, keuangan, logistik, serta sosial dan geografis. Pola

kemitraan usaha yang dilakukan oleh peternak di Kecamatan Baureno dengan

PT Semesta Mitra Sejahtera, PT Samsung, dan PT Primatama Karya Persada

dapat menekan risiko yang berasal dari masalah politis, teknis, dan keuangan.

Hal ini dilakukan dengan cara penyedia DOC maupun pakan, pendampingan

Page 35: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

19

teknis, dan jaminan pasar. Sementara risiko logistik, sosial dan geografis tidak

tereduksi oleh perusahaan kemitraan tersebut. Probabilitas dan dampak risiko

pada produksi dan pendapatan dapat berasal dari sumber risiko tersebut.

Dengan adanya probabilitas dan dampak risiko dapat dijadikan dasar untuk

melakukan pemetaan risiko sehingga dapat direkomendasikan strategi reduksi

risikonya.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengelolaan Risiko Usaha Peternakan Ayam Broiler

Sumber Risiko

Usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro tergolong pada usaha yang berisiko

Tidak Tereduksi:

1. Risiko Logistik

2. Risiko Sosial dan Geografis

Tereduksi dengan Kemitraan:

1. Risiko Politis

2. Risiko Teknis

3. Risiko Keuangan

Memiliki Peluang dan

Dampak Risiko

Pemetaan Risiko

Rekomendasi Strategi

Reduksi Risiko

Page 36: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro. Pe

nentuan lokasi dilakukan dengan cara purposive (dilakukan dengan sengaja) den

gan pertimbangan bahwa di Kecamatan Baureno merupakan kecamatan yang m

emiliki populasi ayam broiler terbanyak di Kabupaten Bojonegoro. Pada tahun 20

16 populasi ayam broiler sebesar 415.000 ekor yaitu 28,61% dari jumlah populas

i ayam broiler di Kabupaten Bojonegoro (Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojon

egoro, 2017). Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Maret tahun 2018.

3.2 Metode Penentuan Responden

Penentuan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik sampling

jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel. Teknik ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari

30 orang (Sugiyono, 2014). Sampel dalam penelitian ini yaitu peternak ayam

broiler yang berjumlah 10 peternak yang bekerja sama dengan perusahaan

mitra, dengan rincian sebagai berikut:

1. Enam peternak bermitra dengan PT Semesta Mitra Sejahtera (PT SMS) yaitu

empat peternak di Desa Pomahan, satu peternak di Desa Pasinan, dan satu

peternak di Desa Ketawang. PT SMS merupakan anak cabang dari PT

Charoen Phopkhand.

2. Dua peternak bermitra dengan PT Samsung yaitu di Desa Pasinan dan

Sraturejo. PT Samsung merupakan anak cabang dari PT Suja.

3. Dua peternak bermitra dengan PT Primatama Karya Persada (PT PKP) yaitu

di Desa Pasinan. PT PKP merupakan anak cabang dari PT Japfa Group.

3.3 Jenis Data dan Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dengan melakukan

pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian, diperoleh dari hasil

wawancara kepada responden dengan panduan kuesioner untuk mengali

informasi mengenai risiko peternakan ayam broiler dan sistem kemitraan yang

dilakukan dengan perusahaan. Data sekunder yang dibutuhkan dari peternak

Page 37: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

21

yaitu catatan laporan penggunaan pakan, DOC (Day Old Chick), kematian, dan

hasil panen. Selain itu data sekunder yang digunakan yaitu data penunjang yang

diperoleh melalui studi kepustakaan dari beberapa sumber seperti buku, jurnal,

artikel, laporan hasil penelitian maupun lembaga atau instansi-instansi seperti

Pusat Data dan Informasi, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro serta

beberapa sumber terkait lainnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

metode wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data atau

bahan-bahan dengan cara tanya jawab langsung kepada responden. Responden

dalam penelitian ini yaitu para peternak ayam broiler yang melakukan kerja sama

dengan perusahaan mitra dan pihak terkait seperti bagian lapang dari

perusahaan kemitraan di Kecamatan Baureno. Kegiatan wawancara peneliti

menggunakan kuesioner sebagai panduan.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan

kuantitatif. Metode analisis data untuk masing-masing tujuan penelitian dijelaskan

sebagai berikut:

1. Metode analisis untuk menjelaskan pola reduksi risiko peternak ayam broiler

dengan perusahaan mitra yaitu menggunakan analisis deskriptif dengan

metode wawancara atau tanya jawab dengan peternak. Analisis deskriptif ini

merupakan analisis untuk mendiskripsikan data yang diteliti melalui data

sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono, 2014).

Tujuannya untuk mengetahui deskripsi pola kemitraan serta cara yang

dilakukan perusahaan untuk menghindari atau meminimalisir adanya risiko

dalam budidaya ayam broiler yang dilakukan antara peternak plasma dengan

perusahaan inti.

2. Metode analisis untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yaitu analisis

deskriptif menggunakan metode diagram fish bone, untuk mengidentifikasi

sumber-sumber risiko usaha yang dihadapi peternak ayam broiler di

Kecamatan Baureno seperti risiko logistik, risiko sosial dan geografis, risiko

ekonomi, risiko politis, serta risiko hasil produksi. Menurut Gunn (2011)

Page 38: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

22

diagram fish bone (tulang ikan) dapat mengidentifikasi sebuah risiko, dengan

menyelidiki sebab (atau input) yang mungkin dan nyata sehingga

menghasilkan akibat (atau output) tunggal. Adapun gambar diagram fish bone

sebagai berikut:

Gambar 3.1 Fish Bone

3. Metode analisis untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko yaitu

dengan menggunakan analisis z-score dan analisis VaR (Value at Risk).

Analisis untuk menghitung besar kecilnya sebuah probabilitas atau

kemungkinan terjadinya risiko ini tergantung pada standar yang ditetapkan

oleh para peternak ayam broiler, dalam penelitian ini yaitu peternak ayam

broiler yang melakukan kerja sama dengan perusahaan kemitraan di

Kecamatan Baureno. Data yang digunakan adalah data time series selama 1

tahun yaitu data produksi ayam broiler selama 2017, sedangkan siklus

produksi ayam broiler selama satu tahun ada 6 siklus produksi. Menurut

Kountur (2008), langkah-langkah untuk melakukan penghitungan probabilitas

atas kemungkinan terjadinya risiko, dampak, dan penanganan risiko yaitu

dengan menggunakan metode sebagai berikut:

1) Menghitung rata-rata

Rumus untuk menghitung rata-rata yaitu:

x �=∑ xin

i=1

n

Akar permasalahan

Pernyataan

efek/permasalahan

Kategori penyebab

utama

Page 39: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

23

Dimana:

x � = Rata-rata produksi selama 6 siklus produksi (1 tahun) n = Jumlah siklus (6) xi = Jumlah produksi selama 6 siklus

2) Menghitung standar deviasi

Rumus untuk menghitung standar deviasi yaitu:

s= √∑ (xi- x )

2ni=1

n-1

Dimana:

s = Standar deviasi

3) Menghitung nilai standar (Z-score) risiko

Rumus menghitung nilai standar Z-score yaitu:

z= x- x

s

Dimana:

x = Batas risiko yang dianggap masih menguntungkan dan ditentukan oleh peternak ayam broiler.

4) Menghitung probabilitas

Probabilitas diperoleh dari tabel distribusi z, dengan pencarian z pada sisi

kiri dan bagian atas, pertemuan antara nilai z pada isi tabel merupakan

probabilitas yang dicari.

5) Menghitung dampak risiko

Cara untuk menghitung dampak risiko yaitu dengan perhitungan VaR

(Value ar Risk) dengan rumus sebagai berikut:

VaR= x +z [s

√n]

Dimana:

VaR = Besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko (Rp)

x = Rata-rata kejadian merugikan pada penerimaan usaha ayam broiler (Rp) z = Besarnya z diperoleh dari tabel distribusi normal dengan alfa 5% s = Standar deviasi n = Banyaknya kejadian merugikan yang berisiko (6)

6) Pemetaan risiko

Page 40: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

24

Setelah diketahui probabilitas dan dampak risiko selanjutnya dilakukan

pemetaan risiko. Peta risiko merupakan gambaran tentang posisi risiko atau

grafik yang mempunyai sumbu vertikal dan horizontal, vertikal yaitu probabilitas

atau kemungkinan terjadi risiko dan horizontal yaitu dampak, peta risiko dapat

dilihat pada gambar 3.2

Probabilitas (%)

Besar Kuadran I Kuadran II

Kecil Kuadran III Kuadran IV

Kecil Besar Dampak (Rp)

Sumber: Kontur (2008).

Gambar 3.2 Peta Risiko

Keterangan:

Probabilitas = Besarnya ditentukan oleh peternak ayam broiler Dampak = Besarnya ditentukan oleh peternak ayam broiler Kuadran I = Memiliki dampak risiko kecil dan probabilitas besar Kuadran II = Memiliki tingkat probabilitas dan dampak risiko besar Kuadran III = Memiliki dampak risiko kecil dan probabilitas kecil Kuadran IV = Memiliki dampak yang besar namun probabilitas risiko kecil

7) Strategi penanganan

Berdasarkan peta risiko kemudian dapat diketahui strategi penanganan

risiko seperti apa yang paling tepat untuk dilaksanakan. Strategi yang dapat

dilakukan oleh peternak dalam menangani risiko yaitu dengan penghindaran

risiko (preventif) dan mengurangi risiko (mitigasi).

a. Strategi preventif (Penghindaran risiko)

Strategi preventif dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki tingkat

peluang terjadinya besar. Peta risiko ada pada area kuadran satu dan dua.

Strategi ini membuat risiko-risiko yang berada pada kuadran satu bergeser ke

kuadran tiga dan risiko yang berada di kuadran dua bergeser ke kuadran empat.

Probabilitas (%)

Page 41: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

25

Besar Kuadran I Kuadran II

Kecil Kuadran III Kuadran IV

Kecil Besar Dampak (Rp)

Sumber: Kontur (2008).

Gambar 3.3 Peta Preventif Risiko

Keterangan:

= Tindakan preventif Dampak = Ditentukan oleh peternak ayam broiler Probabilitas = Ditentukan oleh peternak ayam broiler

b. Strategi mitigasi (mengurangi risiko)

Strategi mitigasi dilakukan untuk mengurangi, yaitu memperkecil dampak

risiko yang dapat merugikan usaha. Strategi mitigasi bertujuan untuk membuat

risiko yang berada dikuadran dua dan empat bergeser ke kuadran satu dan tiga.

Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan metode diversifikasi, penggabungan,

dan pengalihan risiko (Kountur, 2008).

Probabilitas (%)

Besar Kuadran I Kuadran II

Kecil Kuadran III Kuadran IV

Kecil Besar Dampak (Rp)

Sumber: Kontur (2008).

Gambar 3.4 Peta Mitigasi Risiko

Keterangan: = Strategi Mitigasi

Page 42: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

26

3.5 Definisi Operasional

1. Ayam broiler yaitu jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa

ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi

daging ayam.

2. Peternak ayam broiler merupakan orang yang membudidayakan ayam

pedaging atau broiler, yaitu peternak ayam broiler yang melakukan

kemitraan dengan perusahaan di Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro.

3. Kemitraan yaitu kerjasama antara peternak ayam broiler sebagai plasma

dengan perusahaan mitra, dengan prinsip saling memerlukan, saling

menguntungkan, dan saling memperkuat.

4. Produksi ayam broiler yaitu hasil ayam broiler setiap panen yang diperoleh

peternak ayam broiler dan dinyatakan dalam satuan kilogram.

5. Penerimaan peternak ayam broiler yaitu yang diterima setiap panen dan

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

6. Risiko yaitu ketidakpastian yang akan dihadapi di masa yang akan datang

dan suatu kondisi yang harus dihadapi oleh setiap peternak ayam broiler.

7. Probabilitas yaitu kemungkinan terjadinya risiko pada budidaya ayam broiler

dalam artian berapa kali risiko mungkin terjadi, untuk mengukur probabilitas

dengan menggunakan analisis Z-score.

8. Dampak yaitu berupa kerugian yang diakibatkan oleh terjadinya risiko

biasanya berupa uang (Rp), untuk mengukurnya dengan analisis VaR (Value

at Risk).

9. Peta risiko yaitu suatu grafik yang mempunyai dua sumbu, vertikal

menunjukkan gambaran kemungkinan dan grafik horizontal menunjukkan

gambaran akibat atau dampak.

10. Batas risiko (x) yaitu batas minimal produksi dan penerimaan yang masih

dianggap menguntungkan oleh peternak ayam broiler. Cara mengetahui

batas risiko yaitu dengan menanyakan langsung kepada peternak ayam

broiler.

11. Sapronak merupakan kependekan dari sarana produksi ternak, meliputi

semua hal atau unsur yang dibutuhkan (bahan baku) dalam pengelolaan

produksi ayam broiler.

12. Anak kandang merupakan tenaga kerja dari pemeliharaan ayam broiler.

Page 43: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

27

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Kecamatan Baureno merupakan sebuah kecamatan yang berada di

Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan Baureno

merupakan dataran rendah yang berada pada ketinggian 28 m diatas permukaan

laut, terletak pada posisi 112o25’ dan 112o09’ Bujur Timur serta 6o59’ dan 7o37’

Lintang Selatan. Curah hujan di Kecamatan Baureno terbanyak terjadi pada

bulan Februari mencapai 279,41 mm2. Luas Kecamatan Baureno yaitu 66,37 km2

atau 2,88% dari luas wilayah Kabupaten Bojonegoro. Jarak tempuh ke Ibukota

Kabupaten 30 km, yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 55 menit.

Kecamatan Baureno memiliki batas-batas wilayah antara lain:

Bagian utara : Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban

Bagian selatan : Kecamatan Kepohbaru

Bagian Barat : Kecamatan Kanor

Bagian Timur : Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan

Tabel 4.1 Nama Desa yang Berada di Kecamatan Baureno

No. Nama Desa No. Nama Desa

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

Banjaranyar Ngemplak Sraturejo Blongsong Baureno Trojalu Tulungaagung Selorejo Tlogoagung Sumuragung Gajah Gunungsari Kalisari

14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Tanggungan Lebaksari Bumiayau Kauman Pasinan Banjaran Drajat Sembunglor Pomahan Karangdayu Kadungrejo Pucangarum

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro diolah, 2018.

Secara administratif Kecamatan Baureno memiliki 25 desa dapat dilihat

ada Tabel 4.1. Luas wilayah Kecamatan Baureno berdasarkan penggunaan

tanah pada tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Page 44: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

28

Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Baureno Tahun 2016

No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5.

Tanah Sawah Bangunan Tegal Ladang Hutan Negara Lain-lain

4.406 984 919

0 328

66,38 14,83 13,85

0 4,94

Jumlah 6.637 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2018.

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar yaitu

tanah sawah seluas 4.406 Ha atau 38,53% dan tanah tegal ladang seluas 919

Ha atau 13,85%. Bagian utara Kecamatan Baureno merupakan daerah aliran

Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif,

sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk Kecamatan Baureno

bekerja sebagai petani dan peternak.

4.2 Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kecamatan Baureno yaitu 87.180 dengan rincian 43.263

laki-laki dan 42.705 perempuan, dengan kepadatan penduduk 1.295 jiwa/km2.

Mata pencaharian penduduk Kecamatan Baureno mayoritas sebagai buruh dan

petani yaitu sebanyak 13.390 dan 11.090 petani, sebagian lainnya bermata

pencaharian sebagai wiraswasta. Tabel 4.3 merupakan keadaan penduduk

dengan berbagai macam pekerjaan atau mata pencaharian tahun 2016.

Tabel 4.3 Penduduk Berumur 10 Tahun dan Lebih Menurut Pekerjaan Tahun 2016

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Petani Buruh Peternak Pedagang PNS/TNI/POLRI Pengusaha Industri RUTA Jasa Perorangan

11.090 13.390 3.322 1.137 1.062

410 174

36,26 43,78 10,86 3,72 3,47 1,34 0,57

Total 30.585 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bojonegoro, 2018.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Kecamatan Baureno merupakan kecamatan

dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai buruh dan petani, sedangkan yang

bermata pencaharian sebagai peternak merupakan terbanyak ketiga dengan

jumlah 3.322 peternak. Hal tersebut dapat menjadi potensi pengembangan

Page 45: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

29

pertanian dan peternakan di kecamatan tersebut. Peternak yang ada di

Kecamatan Baureno terbagi menjadi beberapa ternak yaitu sapi, kambing, ternak

unggas dan ikan.

4.3 Karakteristik Responden

Peneliti menggunakan peternak ayam broiler yang melakukan kemitraan

dalam penelitian yang dilakukan di Kecamatan Baureno. Jumlah responden yang

digunakan yaitu sebanyak 10 orang. Pada karakteristik responden dapat

diketahui dengan melihat umur peternak ayam broiler, tingkat pendidikan

peternak ayam broiler, serta pengalaman beternak. Data identitas responden

tersebut diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

responden dengan menggunakan panduan kuisioner.

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dibagi menjadi dua kategori yaitu

kategori produktif dan kategori non produktif. Menurut Badan Pusat Statistik

untuk kategori umur non produktif berada pada umur dibawah 15 tahun dan

diatas 65 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui responden yang

berjumlah 10 orang usianya 38-54 tahun sehingga semua peternak termasuk

kategori produktif dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan bahwa

responden yaitu peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha ternaknya dan

masih mampu terlibat langsung di kandang.

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh terhadap sumberdaya manusia

untuk mengakses pekerjaan pada sektor formal. Karakteristik responden

berdasarkan pendidikan antara lain meliputi tidak tamat Sekolah Dasar (SD).

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah

Atas (SMA), Perguruan Tinggi.

Page 46: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

30

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Baureno Tahun

2018

No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Tidak tamat SD SD SMP SMA PT Akademi

- 1 1 3 4 1

- 10 10 30 40 10

Total 10 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2018.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa di daerah penelitian peternak ayam broiler

mayoritas tingkat pendidikannya tergolong tinggi. Hal ini dikarenakan persentase

terbesar mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi dengan

persentase sebesar 40% dengan jumlah 4 responden. Persentase terendah

tingkat pendidikan didaerah penelitian yaitu 10% terdapat tiga persentase yang

sama yaitu tingkat SD 1 responden, SMP 1 responden, dan Perguruan Tinggi 1

responden. Hal ini dapat mengindikasikan sumber daya manusia yang baik dan

kemampuan peternak dalam menyerap informasi dan teknologi. Kondisi ini akan

berpengaruh dalam proses adopsi inovasi ilmu pengetahuan yang ada, terutama

bidang peternakan karena tingginya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi

cara dan pola pikir peternak.

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak memiliki hubungan dengan tingkat keterampilan dan

pengetahuan yang dimiliki peternak ayam broiler dalam menjalankan usaha

ternaknya. Pengalaman beternak dapat dilihat dari lamanya peternak dalam

menjalani usahanya. Semakin lama beternak maka semakin tinggi pengalaman

usahanya sehingga peternak lebih mudah dalam mengambil keputusan serta

menangani segala permasalahan dalam usahanya.

Tabel 4.5 Karakteristik Peternak Ayam Broiler Berdasarkan Pengalaman Beternak di

Kecamatan Baureno Tahun 2018

No. Pengalaman Beternak (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 2.

2-10 11-20

7 3

70 30

Total 10 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2018.

Page 47: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

31

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengalaman beternak para peternak ayam

broiler tertinggi berada pada tingkat 2-10 tahun yaitu sebanyak 70% sedangkan

yang memiliki pengalaman 11-20 tahun sebanyak 30%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno masih banyak

yang belum berpengalaman dalam menjalankan usaha ternaknya. Walaupun

pengalaman kurang, tetapi didukung dengan tingkat pendidikan yang tinggi dapat

diharapkan berpotensi menjadi peternak yang tangguh.

Page 48: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

32

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Deskripsi Pola Reduksi Sumber Risiko Peternak Ayam Broiler dengan Perusahaan Mitra

Industri broiler di Indonesia memiliki risiko bisnis yang tinggi dan sulit

berkembang. Faktor yang menyebabkan kejadian ini yaitu kondisi lingkungan

yang tidak terkendali, fluktuasi pasar yang tidak terkendali, ketergantungan

keterampilan tenaga kerja. Selain itu sistem industri broiler di Indonesia

kemungkinan sepenuhnya dikendalikan oleh perusahaan besar, karena

perusahaan besar dapat melakukan semua kegiatan rantai, dari produsen DOC,

pasokan sapronak, dan untuk pengolahan daging. Maka meminimalkan risiko

dengan mengikuti kemitraan merupakan salah satu faktor yang penting

dipertimbangkan oleh peternak plasma (Sumarno et al, 2013).

Kerjasama pola kemitraan merupakan bentuk kerjasama yang didasarkan

pendekatan agribisnis, sehingga inti memiliki peranan penting dalam mensuplai

sarana produksi dan subsistem sarana tataniaga. Peternak di Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro berperan pada subsistem usaha ternak ayam

broiler yaitu sebagai pengelola. Perusahaan yang bekerja sama dengan peternak

ayam broiler yang ada di Kecamatan Baureno yaitu PT Semesta Mitra Sejahtera

(SMS), PT Samsung, dan PT Primatama Karya Persada (PKP). Pola kerjasama

yang dilakukan yaitu pola inti plasma, ketiga perusahaan tersebut memiliki

kontrak yang relatif sama dalam menjalankan kerja sama dengan peternak

plasma. Persyaratan utama untuk menjadi peternak plasma yaitu jujur, dapat

dipercaya, dapak diajak kerja sama, menyediakan air dan penerangan, lokasi

mudah dijangkau transportasi, kepastian lahan dan lingkungan, serta bersedia

menandatangani surat perjanjian kerja sama.

Peternak merasakan manfaat dari terjalinnya kemitraan dengan

perusahaan inti, sesuai dengan penelitian Bahari et al (2012) keputusan peternak

dalam kemitraan memberikan manfaat yang lebih besar hal ini diindikasikan

beberapa kriteria penting yaitu indeks kinerja usaha ternak ayam broiler peternak

kontrak relatif lebih tinggi dibanding dengan nonkontrak. Menurut Sutawi (2007)

dalam kajian perbandingan kemitraan dengan peternak mandiri bahwa usaha

peternakan ayam pedaging yang dilakukan oleh peternak plasma dengan pola

kemitraan, lebih menguntungkan dibandingkan dengan peternak mandiri. Pada

Page 49: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

33

skala pemeliharaan yang sama, peternak plasma memerlukan modal pribadi

yang lebih sedikit daripada peternak mandiri. Berikut beberapa risiko yang

tereduksi dengan adanya kemitraan yang dirasakan peternak ayam broiler di

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro:

a. Risiko Politis

Risiko politis merupakan sumber risiko yang berkaitan dengan hambatan

pemasok baik dari segi DOC maupun pakan. Peternak ayam broiler di

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro yang mengikuti kemitraan tidak

mengalami risiko politis. Hal tersebut karena sarana produksi ternak telah

disediakan oleh perusahaan inti berupa bibit DOC, pakan, OVK (obat, vaksin,

dan bahan kimia). Peternak mengaku selama ini belum pernah mengalami

hambatan pasokan bibit DOC, pakan, OVK, dan juga tidak ada kecurangan

transaksi jika berhubungan dengan perusahaan inti. Sapronak yang dibutuhkan

diantar langsung oleh perusahaan ke lokasi kandang sebelum pengisian DOC

dilakukan, sehingga peternak tidak memikirkan tentang biaya pengiriman.

Setelah panen pihak inti mengambil semua pakan yang tersisa atau

memindahkan ke peternak kemitraan sama yang masih membutuhkan untuk

meghindari kerusakan. Menurut Mulyantono (2003) selain peternak disini

perusahaan inti juga mendapat keuntungan dari penjualan ayam dan

keuntungan dari pembelian sarana produksi ternak, serta omset penjualan dan

permintaan pasar terpenuhi. Adanya perusahaan mitra dapat mereduksi risiko

politis dan hambatan pemasok tidak lagi menjadi masalah bagi peternak ayam

broiler yang bermitra.

b. Risiko Teknis

Risiko ini berkaitan dengan jalannya proses budidaya dari sumber dan

ketersediaan bahan untuk budidaya ayam broiler. Proses budidaya dilakukan

oleh peternak plasma, sedangkan ketersediaan bahan untuk budidaya

ditanggulangi oleh perusahaan. Selain itu perusahaan inti memberikan

pendampingan dan bimbingan teknis, hal tersebut dimaksudkan agar proses

budidaya yang dilakukan peternak plasma sesuai dengan hasil panen yang di

inginkan. Pengawasan saat pemeliharaan ayam dikandang oleh bagian

perusahaan rata-rata dilakukan dua kali dalam seminggu, sehingga apabila

peternak memiliki kesulitan akan dibantu oleh pengawas dari inti. Peternak

Page 50: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

34

mengaku setiap ada keluhan tentang kesehatan ayam pihak perusahaan segera

datang untuk menangani. Susilawati dalam Fitriza et al (2012) menyatakan

bahwa pendapatan peternak dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan oleh

peternak itu sendiri serta mendapatkan bimbingan teknis dari inti. Jika peternak

plasma mengalami kerugian, maka kerugian tersebut akan di tanggung oleh

pihak inti sesuai dengan perjanjian dari masing-masing perusahaan inti. Apabila

kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian peternak, maka peternak

masih bisa memperoleh pendapatan dari bonus pemeliharaan. Namun untuk

biaya operasional tidak bisa kembali, perusahaan inti hanya memberikan

kompensasi rata-rata sebesar Rp 2.000.000. Jika peternak mengalami kegagalan

dalam budidaya sebanyak tiga kali berturut-turut, namun apabila terjadi

kegagalan panen yang relatif tidak fatal, perusahaan inti akan tetap memberikan

kesempatan untuk memperpanjang pada periode berikutnya. Adanya kemitraan

antara perusahaan inti dan peternak plasma dapat mereduksi risiko teknis,

dilakukan dengan cara pendampingan dan bimbingan teknis oleh mitra.

c. Risiko Keuangan

Risiko keuangan merupakan risiko yang bersifat ekonomi, dipengaruhi oleh

inflasi dan fluktuasi harga. Sumber risiko ini tidak menjadi masalah bagi peternak

ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro karena adanya

jaminan harga dan pemasaran dari perusahaan mitra. Penetapan sistem harga

sapronak dan pembelian harga ayam hasil panen, inti memperhatikan harga

pasar yang berlaku untuk menghindari terjadinya perbedaan yang cukup jauh

dengan harga pasar. Perusahaan inti menjamin pemasaran ayam hasil panen,

serta memasarkan dan mengolah hasil produksi. Harga sapronak dan pembelian

harga ayam hasil panen telah menjadi kesepakatan diawal dan tertera dalam

surat perjanjian kontrak yang setiap tahun diperbarui. Keuntungan bagi peternak

plasma yaitu apabila harga ayam yang dijual dipasaran lebih rendah, maka

peternak tetap menerima harga sesuai dengan harga yang telah disepakati.

Sedangkan apabila harga jual ayam pada saat panen lebih tinggi dari harga

kontrak peternak plasma mendapat bonus selisih harga.

Perbedaan kontrak penjualan dari kemitraan PT PKP dengan perusahaan

lain yaitu hasil panen ayam, setelah kebutuhan dari perusahaan terpenuhi

diperbolehkan menjual kepada tengkulak sendiri. Kemitraan PT SMS dan PT

Page 51: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

35

Samsung tidak memperbolehkan menjual kepada tengkulak lain, artinya hanya

dapat menjual hasil panen ayam kepada perusahaan kemitraan. Sesuai dengan

hasil penelitian Sekarrini et al (2016) risiko pasar yang dialami oleh peternak

yaitu dikarenakan peternak tidak bisa menjual ayam sendiri dengan harga yang

lebih unggul daripada harga kontrak, untuk penjualan ayam broiler tersebut juga

sudah tanggung jawab PT yang bekerjasama dengan peternak. Hal itu

tergantung kebijakan perusahaan terhadap peternak. Sesuai juga dengan hasil

penelitian yang dilakukan Priyono et al (2004) bahwa manfaat yang paling

dirasakan peternak yaitu adanya jaminan pemasaran. Selain itu perusahaan inti

juga memberikan bonus Feed Convertion Ratio (FCR). FCR merupakan

perbandingan antara jumlah pakan yang digunakan dengan jumlah bobot ayam

broiler yang dihasilkan. Jika nilai FCR semakin rendah maka semakin banyak

pula bonus yang diperoleh. Pemberian bonus ditujukan untuk memacu peternak

plasma agar berproduksi lebih baik.

Selain itu perusahaan inti juga membantu permodalan, aspek modal dan

pengadaan sarana produksi ternak dapat menjadi kendala bagi peternak.

Perusahaan inti memberikan kredit dalam bentuk modal sapronak, pembayaran

dilakukan setelah perhitungan hasil panen. Hasil panen kemudian dipotong

dengan jumlah sapronak yang diambil dari perusahaan. Jika peternak mengalami

kendala tentang modal untuk biaya pemeliharaan, perusahaan dapat membantu

mengarahkan untuk memberikan rekomendasi serta perizinan pinjaman dana

dari perbankan. Selain itu perusahaan juga membantu pembuatan persyaratan-

persyaratan yang diajukan oleh pihak perbankan seperti SIUP dan NPWP.

Sumber risiko keuangan ini dapat tereduksi dengan adanya kemitraan.

Adanya perusahaan kemitraan memberikan kepastian usaha bagi

plasma. Menurut Bahari et al (2012) kemitraan dapat berfungsi sebagai sebuah

alat manajemen risiko karena terjadi pembagian risiko antara pelaku yakni

perusahaan inti dan peternak. Peternak mengaku apabila berhubungan dengan

perusahaan inti peternak tidak menerima risiko karena manajemen sudah diatur

oleh kemitraan, sehingga untuk sumber risiko politis, teknis, dan keuangan tidak

lagi menjadi sumber risiko bagi peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro yang mengikuti kemitraan. Terkait risiko pemeliharaan

seperti sumber risiko logistik serta sosial dan geografis masih dihadapi peternak

Page 52: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

36

plasma, namun dapat ditanggulangi dengan upaya pencegahan dengan

perusahaan inti memberi bimbingan serta pengontrolan yang lebih serius.

5.2 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko yang Tidak Tereduksi dengan Kemitraan

Setiap menjalankan usaha pasti memiliki risiko, baik risiko yang tinggi

maupun rendah. Begitu juga dengan usaha peternakan ayam broiler. Ayam

broiler tergolong usaha ternak yang memiliki banyak risiko. Pada peternakan

ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro, terdapat beberapa

sumber risiko yang dapat menghambat jalannya produksi ayam broiler dan belum

tereduksi dengan adanya kemitraan sehingga diperlukan identifikasi sumber

risiko.

Proses identifikasi risiko dilakukan dengan melihat bagaimana urutan

terjadinya beberapa sumber risiko. Hal ini dilakukan karena sumber risiko

tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain. Identifikasi tersebut dapat

dilakukan dengan Diagram Fishbone (diagram tulang ikan atau cause and

effect). Diagram Fishbone merupakan alat paling efektif untuk mengetahui faktor

penyebab masalah yang dapat mempengaruhi hasil dari suatu usaha. Diagram

tulang ikan mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap

kanan. Diagram ini akan menguraikan sebuah dampak dari permasalahan dan

berbagai penyebabnya. Efek atau akibat ditulis di bagian moncong kepala,

sedangkan bagian tulang ditulis beberapa penyebab permasalahan (Murnawan

dan Mustofa, 2014).

Kegiatan budidaya ayam broiler dihadapkan pada risiko yang relatif tinggi

karena rentan terhadap penyakit dan perubahan cuaca. Hal ini dapat

menyebabkan kematian yang tinggi dan menimbulkan kerugian, sehingga perlu

di identifikasi sumber risikonya. Sumber risiko yang menghambat kegiatan ternak

ayam broiler yang mengikuti kemitraan di Kecamatan Baureno Kabupaten

Bojonegoro dapat berasal dari kegiatan produksi, logistik, serta sosial dan

geografis. Sedangkan risiko ekonomi dan politis tidak ada karena sudah

tereduksi dengan adanya kemitraan.

5.2.1 Risiko Logistik

Risiko logistik merupakan risiko dengan ketersediaan sumber daya untuk

produksi. Ada tiga kategori penyebab utama pada risiko logistik berupa kualitas

Page 53: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

37

DOC, kualitas air minum, dan kualitas kandang. Sumber risiko yang ada dengan

penyebab utama saling berkaitan. Adapun gambar Fishbone yang dapat

menggambarkan sebab akibat terjadinya risiko terdapat pada gambar 5.1:

Page 54: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

38

Sumber: Data Primer diolah, 2018. Keterangan:

= Pernyataan efek/permasalahan, = Kategori penyebab utama, / =Akar permasalahan

Gambar 5.1

Fishbone Risiko Logistik pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Kualitas Air Minum

Musim kemarau panjang

Bakteri dapat berkembang

Air kurang oksigen

Sumber air langsung dari

bawah Air tidak

ditampung

Kualitas DOC

Kualitas Kandang

Ayam sakit

Ayam sulit tumbuh

Ayam keluar dari tempat

Ayam jatuh dari lubang

Peternak tidak bisa memilih DOC dari perusahaan

Siklus indukan dari perusahaan

Kurang pembatas

Kurang pengawasan anak kandang

Risiko Logistik

Page 55: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

39

Gambar 5.1 menjelaskan tentang sebab akibat risiko tersebut terjadi pada

usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Adapun

sumber risiko logistik meliputi kualitas DOC, kualitas air minum, dan kualitas

kandang.

1. Kualitas DOC

DOC yang digunakan oleh peternak berasal dari masing-masing

perusahaan kemitraan, sesuai dengan standar yang ditentukan. Kualitas DOC

teridentifikasi merupakan penyebab kegagalan produksi karena jika DOC yang

diberikan perusahaan inti kurang baik, tingkat kematiannya juga tinggi. Standart

kematian yang masih bisa ditoleransi ditentukan oleh perusahaan yaitu sebesar

3 persen dalam satu siklus. Rata-rata kejadian dalam enam siklus dari sumber

risiko kualitas DOC sebesar 1,4 dengan rata-rata probabilitas sebesar 22

persen. Disini peternak tidak dapat memilih DOC yang disediakan perusahaan

inti. Peternak mengaku sebenarnya DOC yang diberikan perusahaan

kualitasnya sudah bagus, namun jika peternak mendapat DOC dari induk ayam

yang sudah tua atau hampir afkir dirasa kurang bagus, sulit tumbuhnya dan jika

mendapat DOC dari indukan muda ayam cepat besar tetapi rentan terserang

penyakit. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sekarrini et al

(2016) salah satu sumber risiko yang dapat menyebabkan kegagalan dalam

budidaya ayam broiler yaitu pada keadaan DOC. Jika DOC ini memiliki kualitas

yang baik maka angka mortalitas rendah tetapi jika kualitas DOC tidak baik maka

angka mortalitas juga tinggi. Angka mortalitas yang rendah maupun tinggi dapat

menyebabkan terjadinya kerugian dan pengurangan populasi.

Gambar 5.2

Ayam Sakit dan Sulit Tumbuh (Kerdil)

Page 56: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

40

2. Kualitas Air Minum

Air yang digunakan peternak untuk minum ayam berasal dari sumur. Saat

musim kemarau panjang air menjadi sedikit sehingga bakteri berkumpul dan

mudah berkembang. Hal itu yang menyebabkan ayam mudah terserang

penyakit. Selain itu air yang langsung dari bawah tanah kurang oksigen sehingga

perlu ditampung terlebih dulu. Air yang digunakan untuk minum minimal harus

jernih dan pH sesuai. Penelitian Khumaini et al (2012) air minum yang layak

dikonsumsi harus memenuhi kriteria seperti derajat keasaman (pH) antara 6,6-

7,2 karena pH air di bawah tersebut dapat menimbulkan mikroorganisme

pathogen. Peternak mengaku bahwa air minum memiliki pengaruh terhadap

kematian ayam, sedangkan untuk pakan tidak menimbulkan masalah karena

pakan dari pabrik sudah higienis. Kejadian risiko untuk kualitas air minum dalam

enam siklus berjumlah 4 dengan rata-rata probabilitas 17 persen. Pencegahan

dilakukan dengan pemberian antibiotik jenis Protek Enro pada air minum pada

umur 1-4 hari. Vitamin diberikan pada minggu awal menggunakan jenis Bromax

kemudian minggu berikutnya menggunakan vitamin jenis Vito yang dicampurkan

ke dalam minuman ayam.

Gambar 5.3

Sumber Air untuk Seldek dan Minum Ayam

3. Kualitas Kandang

Kandang yang digunakan yaitu kandang panggung dan tertutup. Sebelum

DOC masuk kandang, peternak memastikan bahwa semua peralatan kandang

dicuci bersih, disanitasi, dan juga difumigasi hingga streril. Penelitian Sekarrini et

al (2016), secara umum risiko timbul disebabkan oleh keadaan kandang, apabila

keadaan kandang tidak dibersihkan hingga steril maka dalam budidaya ayam

akan terganggu dengan serangan penyakit-penyakit. Menurut Tamalluddin

Page 57: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

41

(2016), kandang yang kurang nyaman membuat performa ayam tidak optimal.

Sumber risiko yang menjadi kendala disini kurangnya peralatan kandang, seperti

sekat pembatas yang berfungsi memisahkan ayam sesuai dengan bobotnya saat

seleksi. Sekat juga berfungsi membatasi pergerakan ayam sehingga mengurangi

energi yang terbuang. Apabila produksi ayam banyak peralatan yang digunakan

seharusnya juga ditambah, sehingga tidak mengakibatkan ayam keluar dari

batasan tempatnya maupun jatuh kebawah melalui celah pada kandang dan

mati. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan dari anak kandang.

Kejadian risiko untuk kualitas kandang dalam enam siklus berjumlah 3 dengan

rata-rata probabilitas 17 persen. Pemilihan lokasi kandang peternak ayam broiler

di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro rata-rata sudah

mempertimbangkan tempat yang strategis, seperti jauh dari perkampungan

sehingga bau ayam tidak menganggu lingkungan sekitar, namun tetap mudah

dijangkau.

Gambar 5.4

Kandang Ayam Broiler

5.2.2 Risiko Sosial dan Geografis

Risiko sosial dan geografis merupakan risiko yang berkaitan dengan

sumber daya sosial dan alam yang tidak dapat dikontrol oleh peternak dalam

produksi ayam broiler. Sumber risiko tersebut ada beberapa penyebabnya yaitu

perubahan cuaca, penyakit, serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, dan

kelalaian anak kandang. Adapun Fishbone yang dapat menggambarkan sebab

akibat sumber risiko sosial dan geografis terdapat pada Gambar 5.5:

Page 58: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

42

Sumber: Data Primer diolah, 2018. Keterangan:

= Pernyataan efek/permasalahan, = Kategori penyebab utama, / =Akar permasalahan

Gambar 5.5

Fishbone Risiko Sosial dan Geografis pada Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Ayam dan sapronak

dicuri Penyakit

Perubahan Cuaca

Serangan Hama

Kelalaian Anak

Kandang

Infectious Coryza (Snot), Gumboro, Tetelo, Chronic Respiratory Disease (CRD)

Oksigen dalam kandang kurang

baik

Ayam stres

Dengar suara petir

Sifat tidak bertanggung jawab dari orang sekitar

Tikus, musang, dan kucing

Ayam masih kecil

Terpal dapat dirusak

Ayam Stres

Risiko Sosial dan Geograf

Kurang penjagaan

Kurang pengawasan

Tidak dilaporkan

Bakteri dan amoniak tinggi

Ayam sakit

Suhu kurang sesuai

Page 59: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

43

Gambar 5.5 menjelaskan tentang sebab akibat risiko tersebut terjadi pada

usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Adapun

sumber risiko sosial dan geografis meliputi perubahan cuaca, penyakit, serangan

hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang.

1. Perubahan Cuaca

Cuaca merupakan suatu keadaan yang tidak dapat diprediksi, menurut

peternak penyebab kematian ayam tertinggi yaitu perubahan cuaca. Perubahan

cuaca dan iklim yang tidak menentu merupakan salah satu penyebab rentannya

ayam broiler terserang penyakit. Jumlah kejadian dari sumber risiko ini 19 dalam

enam siklus dengan probabilitas 32 persen, semua peternak ayam broiler di

Kecamatan Baureno mengalami risiko ini. Siklus alam yang secara alami

berubah-ubah dari hujan ke panas menjadikan hal tersebut tidak dapat dihindari

dan akan berulang setiap tahunnya, sehingga peternak ayam broiler hanya dapat

berusaha untuk meminimalisir kerugian yang akan ditimbulkan dengan beberapa

upaya.

Kandang tertutup disini diperlukan pengaturan suhu pada ayam, saat

musim hujan ayam membutuhkan penghangat dan saat cuaca panas diperlukan

pendingin. Hasil penelitian Wijayanti et al (2013) ayam broiler akan berproduksi

optimal pada suhu 18-21oC, pada periode starter kebutuhan suhunya mulai 29-

35oC, dan pada periode finisher membutuhkan suhu 20oC. Pada musim hujan

ayam menjadi stres dan berkumpul saat mendengar suara berisik dari petir.

Peternak menggunakan penghangat dengan tabung gas, dan saat musim hujan

biasanya sampai menghabiskan dua kali jumlah tabung gas pada cuaca biasa.

Saat cuaca panas peternak menggunakan seldek untuk pendingin dan blower

untuk sirkulasi keluar masuknya udara. Suhu ayam harus tetap dijaga

perlakuannya sesuai dengan umur ayam, pada periode starter maupun finisher

dengan bimbingan dari perusahaan kemitraan. Adapun gambar pemanas dan

pendingin dapat dilihat pada Gambar 5.6.

Page 60: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

44

. Gambar 5.6

Pemanas dan Pendingin Kandang 2. Penyakit

Penyakit merupakan kategori penyebab risiko yang paling sering

megakibatkan kematian. Penyakit pada ayam disebabkan oleh bakteri, virus,

parasit, jamur, dan kekurangan zat-zat makanan. Biasanya ditanggulangi dengan

vaksinasi dan pemberian vitamin sesuai dengan kebutuhan ayam. Sesuai

dengan hail penelitian Syukma (2016) vaksinasi dilakukan agar ayam dapat

terhindar dari berbagai penyakit yang mungkin akan menyerang pada ayam,

penularan penyakit pada ayam biasanya melalui kotoran. Penyakit yang sering

menyerang pada proses produksi ayam broiler di Kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro yaitu penyakit snot (pilek) , gumboro, tetelo, dan Chronic

Respiratory Disease (CRD). Hasil penelitian Wiedosari dan Sutiastuti (2015)

bahwa ayam pedaging sangat peka terhadap penyakit terutama pada umur 11-

20 hari dan kejadian meningkat pada musim penghujan.

Pemberian vaksin pada ayam sudah dilakukan oleh perusahaan inti,

sebagai upaya untuk pencegahan terhadap penyakit dengan cara membuat

ayam mempunyai kekebalan tubuh yang tinggi terhadap satu penyakit tertentu.

Namun saat ayam sudah dikandang masih dapat terkontaminasi oleh lingkungan

kandang, seperti kebersihan kandang, kebersihan peralatan kandang, serta

sirkulasi udara dalam kandang, sehingga masih berkemungkinan untuk terserang

penyakit. Menurut peternak penyakit yang sering menyerang dan setiap

periodenya pasti ada yaitu Infectious coriza (snot) atau pilek ayam, peternak

menyebutnya crek. Penyakit ini disebabkan oleh sejenis virus, gejalanya seperti

flu dan mengeluarkan lendir dari rongga hidung. Selain itu juga penyakit CRD

yang menyerang pernafasan ayam, disebabkan oleh oksigen dalam kandang

yang kurang baik yang mengandung amoniak. Hampir seluruh peternak

mengalami kejadian risiko ini dengan jumlah 18 kali dalam enam siklus dan

Page 61: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

45

probabilitas terjadinya risiko sebesar 30 persen. Biasanya ayam yang terkena

penyakit dipisahkan dari ayam yang sehat. Gambar ayam yang terkena penyakit

dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7

Ayam Terserang Penyakit

3. Serangan Hama

Penutup dinding kandang ayam broiler terbuat dari terpal dan pelat seng.

Serangan hama pada ayam terjadi saat umur DOC masih kecil meskipun

kandang ayam tertutup namun tetap bisa masuk dikarenakan kandang yang

sudah lama terpalnya mudah dilubangi dan sudah banyak lubangnya. Seperti

adanya tikus, musang, dan kucing, dapat masuk melalui lubang tersebut . Lokasi

kandang yang berada dipersawahan mendorong adanya predator menganggu

ayam. Anak kandang perlu lebih waspada apalagi pada malam hari, biasanya

tikus dan musang sering menyerang ayam pada malam hari namun juga ada

yang siang hari. Rata-rata kejadian dalam enam siklus dari sumber risiko

serangan hama yaitu 1,25 dengan probabilitas 21 persen. Kerugian ekonomi

yang ditimbulkan oleh serangan hama memang tidak banyak tetapi jika dibiarkan

risiko ini akan berdampak pada kerugian hasil peternak.

Gambar 5.8

Lubang pada Kandang Ayam

Page 62: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

46

4. Ayam dan Sapronak dicuri

Kategori penyebab risiko yang termasuk yaitu sifat tidak bertanggung

jawab dari orang sekitar. Pencurian tersebut terjadi pada malam hari dengan

menggunakan mobil, saat anak kandang sedang tidur. Menurut peternak ayam

boiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro perbuatan tersebut tidak

pernah ditindak lanjuti oleh para peternak hanya saja peternak lebih

memperketat keamanan sekitar kandang. Tindakan ini menyebabkan peternak

mengalami kerugian dan harus membeli pakan lagi. Peternak yang mengalami

hal tersebut tidak lantas melaporkan ke perusahaan inti namun menyelesaikan

masalahnya sendiri karena peternak berpendapat perusahaan pun tidak akan

menganti kerugiannya. Kejadian tersebut hanya dialami oleh dua peternak,

namun dampak kerugian akibat sapronak yang dicuri cukup besar.

5. Kelalaian Anak Kandang

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang berpengaruh terhadap hasil

produksi. Banyaknya tenaga kerja tergantung kepada besarnya usaha yang

dijalankan, rata-rata dengan jumlah ayam 8.000 dibutuhkan dua anak kandang.

Kedisiplinan dan ketelitian anak kandang dalam pemeliharaan merupakan salah

satu kunci dalam kegiatan budidaya, karena timbulnya beberapa risiko pada

peternakan ayam broiler kaitannya dengan keberadaan sumberdaya manusia.

SDM menjadi salah satu faktor pendorong timbulnya beberapa sumber risiko

produksi, karena ketidaksiplinan SDM tidak memberikan dampak langsung

terhadap kematian, tetapi memberikan kontribusi atas timbulnya sumber risiko

produksi. Kejadian yang terjadi pada risiko ini berasal dari kurang pengawasan

anak kandang, seperti ayam keluar dari pembatas dan jenset mati. Ayam yang

dapat keluar dari pembatas biasanya ayam yang memiliki bobot rendah atau

lebih kecil dari ayam lain yang umurnya sama.

Selain itu kelalaian yang terjadi ketika jenset mati dengan tiba-tiba dan

ayam pun tidak mendapatkan pencahayaan sehingga ayam menjadi stres dan

mengakibatkan kematian. Pencahayaan juga penting bagi DOC untuk

merangsang makanan dan minuman serta menstimulasi pertumbuhan hormon

dalam tubuh ayam. DOC membutuhkan pencahayaan 24 jam dengan 12 jam

cahaya lampu berkekuatan 12-20 lux dan cahaya matahari 12 jam (Kanisius,

Page 63: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

47

1986). Terdapat empat kejadian risiko tersebut dalam enam siklus produksi

dengan probabilitas 22 persen.

5.3 Tingkat Peluang, Dampak, dan Peta Risiko yang Tidak Dapat Tereduksi oleh Kemitraan

5.3.1 Analisis Probabilitas Produksi

Risiko usaha ternak ayam broiler dapat dihitung dengan data produksi

ayam broiler setiap siklus yang sudah dihasilkan. Data produksi yang digunakan

yaitu data produksi tahun 2017 dengan 6 siklus produksi. Jumlah setiap kali

produksi hasilnya berbeda tergantung pada risiko yang ada setiap kali produksi.

Berikut analisis probabilitas produksi ayam broiler.

Tabel 5.1 Hasil Analisis Probabilitas Risiko Produksi pada Usaha Ayam Broiler di

Kecamatan Baureno

Analisis Probabilitas Risiko Produksi

Tahun Siklus Jumlah Rata-Rata Produksi (Kg)

2017

1 28.826,42

2 29.917,83

3 31.262.35

4 30.863.55

5 31.543,95

6 32.173,18

Total 184.587,28

Rata-rata 30.764,55

N 6

Standar Deviasi 68791,62

X 18.115

Z -0,183

Nilai Z table 0,429

Probabilitas Risiko 42,90%

Sumber: Data Primer diolah, 2018.

Analisis probabilitas risiko pada usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro menunjukkan berapa kemungkinan terjadinya risiko.

Tabel 5.1 menunjukkan total rata-rata produksi ayam broiler pada tahun 2017

mencapai 184.587,28 kilogram, dengan rata-rata 30.764,55 kilogram

persiklusnya. Tingkat probabilitas dipengaruhi oleh batas normal risiko produksi

yang dapat ditoleransi oleh peternak rata-rata sebesar 18.115 kilogram persiklus

produksi. Berdasarkan hal tersebut maka kemungkinan terjadi penyimpangan

hasil produksi, dalam perhitungan dapat diketahui bahwa nilai probabilitas

Page 64: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

48

sebesar 42,9 persen. Besarnya probabilitas diperoleh dari nilai Z-score sebesar

-0,183 sehingga didapat nilai Z tabel sebesar 0,429.

Tingginya probabilitas risiko produksi ayam broiler di Kecamatan Baureno

Kabupaten Bojonegoro sebesar 42,9 persen dapat disebabkan dari sumber risiko

pada kegiatan produksi ayam broiler. Sumber risiko yang mempengaruhi

produksi yaitu risiko sosial dan geografis serta risiko logistik. Risiko sosial dan

geografis merupakan kendala yang lebih dirasakan dampaknya terhadap hasil

produksi seperti ayam terserang penyakit, curah hujan, dan cuaca. Hal tersebut

tidak dapat dihindari oleh peternak ayam broiler, namun dapat ditanggulangi

dengan bantuan dari perusahaan kemitraan seperti pemberian vaksin dan cara

mengatur suhu dalam kandang dengan temperatur yang sesuai untuk umur

ayam broiler.

5.3.2 Dampak Risiko Produksi terhadap Penerimaan Kerugian Peternak

Risiko-risiko yang terjadi pada produksi ayam broiler menimbulkan dampak

yang akan merugikan terhadap penerimaan peternak. Hasil data kematian ayam

broiler dihitung untuk mengetahui seberapa besar dampak risiko tersebut.

Jumlah kematian merupakan selisih antara DOC masuk dengan jumlah ayam

broiler yang dihasilkan saat panen setiap siklusnya. Berdasarkan hal tersebut

maka dihitung kerugian yang dialami peternak dari perkalian antara jumlah ayam

yang mati dengan harga DOC pada siklus tersebut dan ditambahkan perkalian

antara jumlah DOC yang mati dengan biaya pemeliharaan per hari per ekor dari

setiap peternak. Besarnya dampak yang diakibatkan oleh risiko bagi peternak

ayam broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dapat diketahui

dengan menghitung VaR (Value at Risk).

Page 65: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

49

Tabel 5.2 Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi terhadap Penerimaan Kerugian pada

Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi

Tahun Siklus Jumlah Kematian (Ekor) Kerugian (Rp)

2017

1 6.128 35.098.982

2 6.911 39.010.280

3 6.217 35.355.648

4 6.684 38.445.525

5 6.683 39.348.524

6 6.791 40.284.086

Total 227.543.045

Rata-rata 37.923.841

Standar Deviasi 84.800.286

Z 1,645

VaR 94.873.036

Sumber: Data Primer diolah, 2018.

Peternak di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro memproduksi

ayam broiler selama satu tahun rata-rata enam siklus. Kematian ayam broiler ini

disebabkan oleh adanya tingkat penyakit yang menyerang ayam broiler, cuaca

yang tidak menentu serta kualitas DOC. Berdasarkan perhitungan VaR pada

tabel 5.2 dapat diketahui besarnya dampak risiko. Nilai distribusi tabel Z diambil

pada tingkat 5 persen dengan taraf kepercayaan 95 persen menunjukkan nilai

1,645. Dampak risiko yang diakibatkan karena kematian ayam yaitu sebesar Rp

94.873.036. Artinya dengan tingkat keyakinan 95 persen kerugian yang di derita

peternak maksimal Rp 94.873.036 namun, ada 5 persen kemungkinan lebih

besar dari Rp 94.873.036. Hal ini bisa dinyatakan VaR Rp 94.873.036 at 5%.

Apabila peternak mengalami kerugian diatas nilai tersebut maka dinyatakan

risiko yang besar dari penerimaan kerugian.

5.3.3 Pemetaan Risiko

Sumber-sumber risiko yang telah dihitung didasarkan pada perhitungan

probabilitas serta dampak risiko. Hasil tersebut akan ditetapkan pada peta risiko

berdasarkan besarnya probabilitas serta dampak yang ditimbulkan oleh risiko

tersebut. Batasan besar atau kecilnya probabilitas serta dampak risiko diperoleh

dari persentase dan kerugian terjadinya risiko yang ditentukan oleh peternak

selanjutnya dicari rata-ratanya. Batasan tersebut merupakan batas yang

dianggap masih menguntungkan bagi peternak ayam broiler di Kecamatan

Page 66: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

50

Baureno. Batasan probabilitas risiko yaitu sebesar 23,6 persen, sedangkan

batasan dampak risiko yaitu Rp 21.410.000 (Lampiran 6).

Tingkat probabilitas dan dampak risiko dari sumber risiko yang dialami

peternak di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro dapat di klasifikasi pada

empat kuadran. Empat kuadran tersebut berdasarkan penilaian besar atau kecil

probabilitas, probabilitas risiko dapat dikatakan kecil apabila probabilitas risiko

tidak bernilai lebih tinggi atau kurang dari batas probabilitas (<23,6%).

Probabilitas risiko akan dikatakan besar jika probabilitas sumber risiko tersebut

melebihi batas probabilitas risiko (>23,6%). Adapun untuk dampak risiko dapat

dikatakan kecil jika dampak sumber risiko tidak melebihi atau kurang dari batas

dampak risiko yang sudah ditentukan (< Rp 21.410.000). Jika melebihi batas

dampak risiko yang sudah ditentukan artinya dampak dari sumber risiko tersebut

tergolong pada dampak risiko besar. Berikut merupakan tabel penilaian peternak

ayam broiler terhadap risiko berdasarkan probabilitas dan dampak risiko yang

ditimbulkan.

Tabel 5.3 Penilaian Peternak terhadap Risiko Berdasarkan Probabilitas dan Dampak Risiko

pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Penilaian Peternak Ayam Broiler

Sumber-Sumber Risiko

Probabilitas (%) Dampak (Rp)

Besar (>23,6) Kecil(<23,6)

Besar (> Rp 21.410.000)

Kecil (< Rp 21.410.000)

1. Risiko Logistik Kualitas DOC

22

4.600.000

Kualitas Air Minum

17

2.100.000

Kualitas Kandang

17

3.400.000

2. Risiko Sosial dan Geografis

Perubahan Cuaca 32

2.430.000

Tingkat Penyakit 30

3.000.000

Serangan Hama

21

1.025.000 Ayam dan Sapronak dicuri

17

10.250.000

Kelalaian Anak Kandang 22 983.333

Sumber: Data Primer diolah, 2018.

Tabel 5.3 menunjukkan besar dan kecilnya probabilitas serta dampak risiko

dari risiko logistik serta risiko sosial dan geografis. Sumber risiko logistik

Page 67: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

51

teridentifikasi terdapat tiga kategori penyebab utama yaitu kualitas DOC, kualitas

air minum, dan kualitas kandang. Kualitas DOC memiliki probabilitas sebesar 22

persen dan dampak risiko Rp 4.600.000, kualitas air minum memiliki probabilitas

sebesar 17 persen dan dampak risiko Rp 2.100.000, dan kualitas kandang

memiliki probabilitas sebesar 17 persen dan dampak risiko Rp 3.400.000. Ketiga

penyebab sumber risiko tersebut memiliki probabilitas dan dampak risiko kecil,

karena lebih kecil dari batas probabilitas risiko 23,6 persen dan batas dampak

risiko Rp 21.410.000. Hal ini terjadi karena peternak ayam broiler di Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro tidak sering bahkan ada peternak yang tidak

pernah mengalami sumber risiko tersebut, sehingga probabilitas dan dampak

terjadinya risiko kecil.

Selanjutnya, sumber risiko sosial dan geografis teridentifikasi terdapat

beberapa kategori penyebab utama yaitu perubahan cuaca, tingkat penyakit,

serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang. Dari

beberapa penyebab sumber risiko tersebut yang memiliki probabilitas tinggi yaitu

perubahan cuaca sebesar 32 persen dan tingkat penyakit 30 persen lebih besar

dari 23,6 persen. Ini menandakan bahwa perubahan cuaca dan tingkat penyakit

kemungkinan terjadi risikonya tinggi. Penyebab tingginya probabilitas perubahan

cuaca dan tingkat penyakit dikarenakan peternak ayam broiler mengaku cukup

sering mengalami kematian ayam karena kejadian tersebut, dikarenakan faktor

alam yang tidak dapat diprediksi oleh peternak meski sudah mengikuti kemitraan.

Sehingga mengakibatkan tingkat probabilitas risiko lebih besar dari batas

probabilitas yang ditentukan. Penyebab sumber risiko serangan hama, ayam dan

sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang memiliki probabilitas kecil karena

21, 17, 22 persen lebih kecil dari batas probabilitas risiko 23,6 persen. Namun

untuk dampak risiko semuanya masih tergolong kecil, dapat dikatakan kecil

karena semua sumber risiko memiliki dampak lebih kecil dari batas dampak risiko

Rp 21.410.000. Hal ini terjadi karena adanya upaya penanggulangan setelah

terjadinya risiko, yang dilakukan dengan bekerja sama antara perusahaan

kemitraan dan peternak sehingga dampak yang diakibatkan oleh sumber risiko

sosial dan geografis dapat diminimalisir.

Sumber-sumber risiko yang sudah diketahui besar nilai probabilitas serta

dampaknya akan dipetakan kedalam pemetaan risiko. Pemetaan risiko ini akan

mengetahui posisi risiko berdasarkan ukuran pada kuadran peta risiko sehingga

Page 68: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

52

dapat merumuskan strategi untuk menangani risiko tersebut serta risiko yang

harus ditangani terlebih dahulu. Berikut merupakan peta risiko yang akan

menjelaskan posisi masing-masing sumber risiko logistik:

Probabilitas (%)

Kuadran I Kuadran II

Besar

23,6% Kuadran III Kuadran IV

Kualitas DOC Kualitas Air Minum Kualitas Kandang Kecil

Kecil Rp 21.410.000 Besar

Dampak (Rp)

Gambar 5.9 Pemetaan Sumber Risiko Logistik pada Usaha Ayam Broiler di Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro

Hasil dari pemetaan risiko dapat dilihat posisi dari sumber-sumber risiko

yang dihadapi oleh peternak ayam broiler yang mengikuti kemitraan di

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro. Sumber risiko logistik teridentifikasi

terdapat beberapa kategori penyebab utama yaitu kualitas DOC, kualitas air

minum, dan kualitas kandang. Ketiga penyebab sumber risiko tersebut berada di

kuadran tiga dapat dilihat pada Gambar 5.9, kuadran tiga merupakan kuadran

yang memiliki probabilitas kecil dan dampak risikonya juga kecil. Probabilitas

yang terjadi pada sumber risiko kualitas DOC yaitu 22 persen lebih kecil dari 23,6

persen dan rata-rata dampak risiko sebesar Rp 4.600.000 lebih kecil dari batas

dampak risiko. Selanjutnya probabilitas yang terjadi pada sumber risiko kualitas

air minum yaitu 17 persen lebih kecil dari 23,6 persen dan rata-rata dampak

risiko sebesar Rp 2.100.000 lebih kecil dari batas dampak risiko. Sumber risiko

kualitas kandang juga memiliki probabilitas 17 persen lebih kecil dari 23,6 persen

dan rata-rata dampak risikonya sebesar 3.400.000. Probabilitas kecil dan

dampak lebih kecil dari batas dampak risiko sehingga ketiga penyebab sumber

risiko tersebut terdapat pada kuadran tiga. Probabilitas dan dampak dari sumber

risiko logistik tergolong kecil dikarenakan peternak ayam broiler di Kecamatan

Page 69: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

53

Baureno mengikuti kemitraan dengan perusahaan inti, sehingga peternak juga

dibantu dalam menjalankan budidaya ayam broiler. Inti juga memberikan

bimbingan teknis untuk mengurangi terjadinya risiko-risiko yang masih dialami

peternak plasma. Gambar 5.10 merupakan peta risiko yang akan menjelaskan

posisi masing-masing sumber risiko sosial dan geografis:

Probabilitas (%)

Kuadran I Kuadran II

Besar Perubahan Cuaca Tingkat Penyakit

23,6%

Kuadran III Kuadran IV

Serangan Hama Ayam dan Sapronak dicuri Kecil Kelalaian Anak Kandang

Kecil Rp 21.410.000 Besar Dampak (Rp)

Gambar 5.10 Pemetaan Sumber Risiko Sosial dan Geografis pada Usaha Ayam Broiler di

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro

Sumber risiko sosial dan geografis teridentifikasi terdapat beberapa

kategori penyebab utama yaitu perubahan cuaca, tingkat penyakit, serangan

hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang. Penyebab

sumber risiko tersebut terbagi menjadi dua kuadran. Perubahan cuaca dan

tingkat penyakit berada di kuadran satu, sedangkan serangan hama, ayam dan

sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang berada di kuadran tiga. Kuadran

satu merupakan kuadran yang memiliki probabilitas besar namun dampak risiko

kecil. Adapun probabilitas dari perubahan cuaca sebesar 32 persen atau lebih

besar dari batas probabilitas 23,6 persen dan dampaknya Rp 2.430.000 lebih

kecil dari batas Rp 21.410.000. Tingkat penyakit memiliki probabilitas sebesar 30

persen lebih besar dari 23,6 persen dan dampaknya Rp 3.000.000 lebih kecil dari

Rp 21.410.000.

Page 70: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

54

Kuadran tiga merupakan kuadran dengan probabilitas kecil dan dampak

risiko kecil. Adapun probabilitas dari serangan hama yaitu sebesar 21 persen

lebih kecil dari batas probabilitas, dan dampaknya Rp 1.025.000 lebih kecil dari

batas dampak risiko. Probabilitas dari ayam dan sapronak dicuri sebesar 17

persen lebih kecil dari batas probabilitas serta dampaknya Rp 10.250.000 lebih

kecil dari batas dampak risiko. Probabilitas kelalaian anak kandang yaitu sebesar

22 persen lebih kecil dari batas probabilitas, dan dampaknya sebesar Rp 983.33

lebih kecil dari batas dampak risiko yang ditentukan. Nilai dari probabilitas dan

dampak risiko tersebut lebih kecil dari batas probabilitas dan dampak risiko

sehingga penyebab sumber risiko serangan hama, ayam dan sapronak dicuri,

serta kelalaian anak kandang berada pada kuadran tiga.

5.3.4 Strategi Penanganan

Tahap akhir dari analisis ini yaitu merumuskan strategi yang tepat untuk

mengurangi atau bahkan menghindari risiko tersebut. Alternatif strategi yang

akan digunakan untuk sumber risiko berkaitan dengan pemetaan risiko, yaitu

strategi menghindari risiko (preventif). Strategi preventif dilakukan untuk

kemungkinan terjadinya risiko yang besar menjadi kecil. Strategi ini dibuat untuk

menangani sumber risiko pada kuadran satu dan dua agar dapat bergeser pada

kuadran yang memiliki probabilitas kecil. Sumber risiko yang terdapat pada

kuadran satu yaitu perubahan cuaca dan tingkat penyakit, dengan probabilitas 32

dan 30 persen lebih besar dari batas 23,6 persen. Preventif dilakukan dengan

beberapa cara antara lain yaitu membuat atau memperbaiki sistem serta

prosedur, mengembangkan sumber daya manusia, dan memasang atau

memperbaiki fasilitas fisik (Kountur, 2008). Strategi preventif yang dapat

diterapkan pada usaha budidaya ayam broiler dengan sistem kemitraan di

Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro yaitu:

1. Perubahan Cuaca

Terjadinya sumber risiko perubahan cuaca memiliki probabilitas tinggi

dikarenakan faktor alam yang tidak dapat diprediksi, namun dampak dari

perubahan cuaca dapat dicegah. Peternak ayam broiler di Kecamatan Baureno

semuanya menggunakan kadang tertutup maka pencegahan dapat dilakukan

dengan pengaturan suhu dalam kandang dan pada ayam. Penelitian yang

dilakukan oleh Palupi (2015) salah satu faktor yang mempengaruhi stres pada

Page 71: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

55

ayam broiler yaitu sistem pengaturan suhu tubuh ayam serta manajemen

kandangnya, yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut mengatur

manajemen kandang yang baik. Ketika musim hujan ayam membutuhkan

penghangat dan penerangan yang sesuai, biasanya dengan menggunakan

pemanas dari tabung gas. Saat cuaca panas pengaturan suhu dilakukan dengan

menggunakan seldek untuk pendingin dan blower untuk sirkulasi keluar

masuknya udara. Disini kedisiplinan anak kandang sangat berpengaruh saat

pengaturan suhu dalam kandang, sehingga anak kandang perlu mengerti suhu

yang sesuai pada ayam serta lebih memantau perubahan suhu pada kandang

akibat cuaca yang tidak menentu. Penjagaan juga perlu dilakukan saat

pengaturan suhu, anak kandang juga harus mengerti secara teknisnya agar anak

kandang dapat mengetahui prosedur dalam budidaya ayam broiler.

Pendampingan dan bimbingan dari perusahaan mitra disini juga diperlukan.

Adanya pengetahuan bagi anak kandang serta pengawasan diharapkan mampu

menghindari kerugian yang diakibatkan oleh sumber risiko yang masih tinggi

serta dapat meningkatkan produktivitas.

2. Sumber Risiko Tingkat Penyakit

Penyakit yang sering menyerang dan setiap periodenya pasti ada yaitu

Infectious coryza (snot) atau peternak sering menyebutnya crek. Penyakit ini

disebabkan oleh sejenis virus, gejalanya seperti flu dan mengeluarkan lendir dari

rongga hidung. Timbulnya penyakit yang menyerang ayam terjadi karena

beberapa faktor, antara lain lingkungan kandang seperti kebersihan kandang,

kebersihan peralatan produksi, sirkulasi udara dalam kandang, serta kebersihan

air minum. Hal tersebut menjadi pemicu timbulnya bakteri yang menyebabkan

penyakit. Beberapa hal yang dapat mengurangi probabilitas terjadinya sumber

risiko penyakit harus dimulai dari sebelum DOC masuk kandang sampai panen

ayam. Kandang yang menjadi tempat pembudidayaan harus bersih dan

peralatan yang digunakan juga harus dijaga kebersihannya sampai proses

pemberian pakan dan minum.

Strategi preventif yang dapat diterapkan dengan meningkatkan kedisiplinan

anak kandang dalam menjaga kebersihan alat dan lingkungan kandang.

Penanganan penyakit juga dapat dilakukan dengan melakukan kontrol secara

rutin, melaksanakan program sanitasi dan desinfeksi dengan anak kandang

Page 72: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

56

melakukan pembersihan secara teratur untuk menciptakan lingkungan kandang

yang bersih sehingga dapat mencegah dari penyakit. Selain itu perlu dilakukan

program vaksinasi secara tepat dan akurat dalam upaya pencegahan penyakit

dengan pengobatan secara rutin. Sesuai dengan penelitian Syukma (2016)

vaksinasi dilakukan agar ayam dapat terhindar dari berbagai penyakit yang

mungkin akan menyerang ayam tersebut. Apabila diantara sekelompok ayam

yang sakit diduga snot ayam, sebaiknya ayam yang sakit segera dipisahkan dari

ayam yang masih sehat. Tempat makanan dan tempat minuman harus

dibersihkan dengan mempergunakan obat pembunuh kuman (Unibang, 1981).

Hal tersebut ditujukan untuk menjaga keamanan dan kesehatan peternak, anak

kandang, dan ayam sehingga dapat mencegah penularan penyakit dari ayam ke

manusia maupun sebaliknya.

Strategi penanganan terhadap sumber risiko ayam broiler di Kecamatan

Baureno Kabupaten Bojonegoro lebih mengutamakan risiko yang berada pada

kuadran satu. Akan tetapi sumber risiko yang berada pada kuadran tiga tidak

dapat diabaikan begitu saja, karena pada dasarnya semua sumber risiko harus

mendapatkan perhatian bagi pihak peternakan untuk keberhasilan usaha yang

dijalankan. Strategi penanganan terhadap risiko yang berada pada kuadran tiga

dilakukan dengan pencegahan terjadinya sumber risiko-risiko tersebut dan dapat

berkonsultasi dengan perusahaan inti serta sesama peternak ayam lainnya.

Demi keberhasilan usaha yang dijalankan dan agar hasil produksi maksimal

diperlukan koordinasi dari seluruh aspek manajemen seperti pihak perusahaan

mitra, peternak, serta anak kandang. Sesuai dengan penelitian Syukma (2016)

bahwa pemeliharaan ayam dengan manajemen yang baik dapat meningkatkan

pertambahan bobot badan ayam lebih baik dan juga dapat mengurangi risiko

kematian pada ayam. Untuk mendorong semangat kerja dan kedisiplinan anak

kandang sebaiknya diberikan insentif bagi anak kandang yang bekerja dengan

baik dan berprestasi. Strategi preventif yang dilakukan diharapkan dapat

menggeser probabilitas risiko yang besar menjadi kecil yaitu risiko pada kuadran

I bergeser ke kuadran III.

Page 73: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

57

Probabilitas (%)

Kuadran I Kuadran II

Besar Perubahan cuaca dan penyakit direduksi dengan:

Manajemen kandang yang baik

Pengaturan suhu yang sesuai

Kedisiplinan anak kandang

Menjaga kebersihan

Vaksinasi rutin 23,6%

Kuadran III Kuadran IV

Kecil

Kecil Rp 21.410.000 Besar Dampak (Rp)

Gambar 5.11 Strategi Preventif Risiko pada Usaha Ayam Broiler

Page 74: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

58

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang telah dilakukan maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Adanya kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak plasma dapat

mereduksi sumber risiko politis, risiko teknis, dan risiko keuangan.

2. Sumber risiko yang tidak tereduksi dengan adanya kemitraan yaitu risiko

logistik, serta sosial dan geografis. Sumber risiko logistik meliputi kualitas

DOC (Day Old Chick), kualitas air minum, dan kualitas kandang. Sumber

risiko sosial dan geografis terdiri dari perubahan cuaca, penyakit, serangan

hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian anak kandang.

3. a) Risiko logistik memiliki probabilitas dan dampak yang rendah pada

peternakan ayam broiler di Kecamatan Baureno.

b) Risiko sosial dan geografis yang bersumber dari perubahan cuaca dan

tingkat penyakit memiliki probabilitas yang besar namun berdampak kecil

pada usaha ayam broiler di Kecamatan Baureno. Sedangkan yang

bersumber dari serangan hama, ayam dan sapronak dicuri, serta kelalaian

anak kandang memiliki probabilitas dan dampak risiko kecil.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk meminimalisir

risiko pada sumber risiko perubahan cuaca dan penyakit dapat dilakukan hal-hal

sebagai berikut:

1. Memperbaiki sistem manajemen kandang dengan lebih menekankan

kedisiplinan anak kandang dalam pengawasan dan pengaturan suhu yang

sesuai pada ayam

2. Meningkatkan kedisiplinan anak kandang dalam menjaga kebersihan sarana

prasarana serta melakukan program vaksinasi secara rutin.

3. Melakukan pengawasan serta bimbingan yang lebih intensif lagi, agar anak

kandang dapat menjalankan budidaya ayam broiler yang sesuai.

Page 75: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

59

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2017. Bojonegoro dalam Angka 2017. https://bojonegorokab.bps.go.id/. Diakses 12 September 2017.

Badan Pusat Statistik. 2016. Bojonegoro dalam Angka 2016.

https://bojonegorokab.bps.go.id/. Diakses 12 September 2017. Bahari, Muslich Mustadjab, Nuhfil Hanani, dan Bambang Ali Nugroho. 2012.

Analisis Contract Farming Usaha Ayam Broiler. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 30, No.2:109-127.

Darmawi, Hermawan. 2014. Manajemen Risiko. Bumi Aksara: Jakarta. Fitriza, Yulien Tika., F. Trisakti Haryadi., dan Suci Paramitasari Syahlani. 2012.

Analisis Pendapatan dan Persepsi Peternak Plasma terhadap Kontrak Perjanjian Pola Kemitraan Ayam Pedaging di Propinsi Lampung. Buletin Peternakan. Vol. 36, No.1: 57-65.

Gun, S.A.B. 2011. Alat dan Teknik Analisis Manajemen. PT. Indeks: Jakarta. Hafsah, M. J. 2000. Kemitraan Usaha Koperasi dan Strategi. Pustaka Sinar

Harapan: Jakarta. Kanisius.1986. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. Khumaini, Achmad., Roisu Eni Mudawaroch., dan Hanung D.A. 2012. Pengaruh

Penambahan Sari Kunyit (Curcuma domestica Val) dalam Air Minum terhadap Konsumsi Pakan dan Konsumsi Air Minum Ayam Broiler. Surya Agritama. Vol. 1, No.2.

Kountur, Ronny. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan.

Penerbit PPM: Jakarta. Lastinawati, Endang. 2016. Analisis Titik Impas dan Resiko Pendapatan Usaha

Ternak Itik Petelur di Desa Sugih Waras Kecamatan Belitang Mulya Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Jurnal Social Economic of Agriculture. Vol.5, No.1.

Maulana, Yusuf., Yusuf Mauludin, dan Erwin Gunadhi. 2014. Analisis Usaha

Peternakan Ayam Ras Pedaging (Broiler) dengan Pola Kemitraan. Jurnal Kalibrasi. Vol.12, No.12.

Muchtadi, Tien., Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2011. Ilmu

Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta: Bandung. Mulyantono. 2003. Kemilaunya Broiler Riuhnya Kemitraan. Poultry Indonesia

Edisi Januari. GAPPI.

Page 76: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

60

Murnawan, Heri., dan Mustofa. 2014. Perencanaan Produktivitas Kerja dari Hasil Evaluasi Produktivitas dengan Metode Fishbone di Perusahaan Percetakan Kemasan PT.X. Jurnal Teknik Industri HEURISTIC. Vol.11, No.1.

Murthy, M., dan S.B. Madhuri. 2013. A Case Study On Suguna Poultry

Production Through Contract Farming in Andhra Pradesh. Asia Pacific Journal of Marketing & Management Review. Vol.2, No.5: 58-68.

Muwarni, Retno. 2010. Broiler Modern. Widya Karya: Semarang. Offayana, Gusti M., I Wayan W., dan I Gusti Ayu A.L.A. 2016. Analisis Risiko

Produksi Stroberi pada UD Agro Mandiri di Desa Pancasari Kecamatan Sukadasa Kabupaten Buleleng. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol.5, No.1.

Palupi, Rizki. 2015. Manajemen Mengatasi Heat Stress pada Ayam Broiler yang

Dipelihara Dilahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015. Palembang 8-9 Oktober 2015.

Priyono, Basuki Sigit., Nurhayatin Nufus., dan Dessy K. 2004. Performan

Pelaksanaan Kemitraan PT. Primatama Karya Persada dengan Peternak Ras Pedaging di Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol.6, No.2: 111-115.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian

Pertanian. 2016. Outlook Daging Ayam. epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Diakses 26 September 2017.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian

Pertanian. 2015. Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015. epublikasi.setjen.pertanian.go.id. Diakses 15 Oktober 2017.

Rahma, Ulfa Indah Laela. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras

Pedaging pada Pola Usaha yang Berbeda di Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. Vol.3, No.1.

Rusdiana, S., dan L. Praharani. 2015. Peningkatan Usaha Ternak Domba Melalui

Diversifikasi Tanaman Pangan: Ekonomi Pendapatan Petani. Agriekonomika. Vol.4, No.1.

Saragih, Nani S., Ketut Sukiyono, dan Indra Cahyadinata. 2015. Analisis Resiko

Produksi dan Pendapatan Budidaya Tambak Udang Rakyat di Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. AGRISEP. Vol.14, No.1: 30-52.

Sekarrini, Rina., Mohamad Harisudin., dan Erlyna Wida Riptanti. 2016.

Manajemen Risiko Budidaya Ayam Broiler di Kabupaten Boyolali. AGRISTA. Vol. 4, No.3: 329-240.

Page 77: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

61

Siregar, Ahmad R., Siti N.S., Zainal A., dan Veronica S. 2016. Market Risk Sharing In Partnership Broilers. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). Vol. 27, No.3: 20-25.

Soekartawi, Rusmandi, dan Effi Damaijati. 1993. Risiko dan Ketidakpastian

dalam Agribisnis. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Sugiyono. 2014. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung. Sumardjo, Jaka Sulaksana, dan Wahyu Aris D. 2004. Teori dan Praktik

Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya: Jakarta. Sumarno, Budi Hartono, Bambang A.N, dan Hari Dwi U. 2013. Farmers’

Motivation Partnership Farming System of Broiler Industry in GERBANGKERTASUSILA East Java Indonesia. Journal of Economic and Sustainable Development. Vol 4, No.10.

Sutawi. 2007. Agribisnis Peternakan. UMM Press: Malang. Syukma, Yahya Dharma. 2016. Budidaya dan Analisa Ayam Broiler

Menggunakan Vitamin dan Ayam yang Tidak Menggunakan Vitamin (Ayam Herbal). Jurnal Nasional Ecopedon. Vol. 3 No.1: 77-082.

Tamalluddin, Ferry. 2016. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Penebar Swadaya:

Jakarta. UNIBANG, 1981. Peternakan Unggas. Bhratara Karya Aksara: Bangkalan. Vinanda, Gita., Harianto, dan Lukytawati A. 2016. Risiko Produksi Ayam Broiler

dan Preferensi Peternak di Kabupaten Bekasi. Jurnal Manajemen & Agribisnis. Vol.13, No.1.

Wiedosari, Ening., dan Sutiastuti Wahyuwardani. 2015. Studi Kasus Penyakit

Ayam Pedaging di Kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan. Vol. 9, No.1.

Wijayanti, Reny Puspa., Woro Busono., dan Rositawati Indrati. 2013. Effect of

House Temperature on Performance of Broiler in Starter Period. Zakaria, Fauzan. 2015. Pola Kemitraan Agribisnis. Ideas Publishing: Gorontalo.

repository.ung.ac.id. Diakses 12 Desember 2017.

Page 78: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

62

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

KUESIONER PENELITIAN

PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER MELALUI POLA KEMITRAAN

DI KECAMATAN BAURENO KABUPATEN BOJONEGORO

I. Identitas Responden :

Nama : …………………………………………………………

Alamat : ……..........................................................................

Umur : ………………………………………………………...

Jenis kelamin : Laki-laki/ perempuan

Status : Menikah/ belum menikah

Pendidikan terakhir : …………………………………………………………

Berapa lama menggeluti usaha peternakan ayam: ………………………………….

Berapa lama mengikuti kemitraan dengan perusahan: ……………………………..

Perusahaan kemitraan apa yang diikuti saat ini : …………………………………....

II. Pertanyaan Penelitian

Mohon diisi pertanyaan berikut:

A. Risiko Keuangan

1). Sumber modal? (sendiri/ perusahaan kemitraan/ koperasi/ pinjaman bank/ pinjaman………………...…………………..…………………..…………………..)

2). Bagaimana akses untuk mendapatkan modal pinjaman dari bank?

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

4). Bagaimana akses untuk mendapatkan modal pinjaman dari pihak informal?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

5). Berapa tingkat bunga untuk modal pinjaman dari bank?

……………………………………………………………………………….....................

6). Berapa tingkat bunga untuk modal pinjaman dari pihak informal?

……………………………………………………………………………………………..

7). Alasan kenapa memilih menggunakan modal sendiri?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….........

8). Alasan kenapa memilih meminjam modal dari perusahaan kemitraan?

Page 79: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

63

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

9). Alasan kenapa memilih meminjam modal di bank?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

10). Alasan kenapa memilih meminjam di koperasi? ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

11). Alasan kenapa memilih meminjam ke pihak informal?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

12). Berapa modal yang digunakan setiap sekali produksi? ………..…………(Rp)

13). Penjualan ayam broiler kepada siapa saja? (juragan/ tengkulak/ perusahaan/ rumah makan/ kepasar langsung, dan…………………………………………...)

14). Berapa harga yang diterima jika dijual keperusahaan?……………………(Rp)

15). Berapa harga yang diterima jika dijual ke tengkulak? …….……………….(Rp)

B. Hasil produksi

Data Jumlah Produksi dan Harga

Tahun Siklus Produksi (Kg) Harga (Rp)

2017

1

2

3

4

5

6

Data Kekurangan Produksi (Kematian) dan Harga

Tahun Siklus Kekurangan Produksi (Kg) Harga (Rp)

2017

1

2

3

4

5

6

1). Berapa produksi ayam broiler tertinggi? ..................................................... (kg)

2). Berapa produksi ayam broiler terendah? .................................................... (kg)

3). Berapa batas produksi yang dikatakan rugi per siklus produksi? ............... (kg)

Page 80: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

64

4). Berapa batas kerugian yang dapat diterima per siklus produksi? .............. (Rp)

5). Berapa persentase batas kejadian risiko yang masih ditoleransi? .............. (%)

6). Berapa batas dampak risiko yang dapat ditoleransi? …..............................(Rp)

C. Risiko Logistik

1). Apakah ketersediaan sumberdaya manusia sudah terpenuhi sesuai kebutuhan?

............................................................................................................................

2). Apakah ketersediaan pakan sesuai dengan yang dibutuhkan dan dipesan?

……………………………………………………………………………………….

3). Apakah ketersediaan benih sesuai dengan yang dibutuhkan dan dipesan?

…………………………………………………………………………………….....

4). Apakah DOC yang ada sesuai dengan standar kualitas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5). Apakah pakan yang digunakan sesuai dengan standar kualitas?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

6). Apakah kestabilan pakan terkontrol dengan baik?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………...........

7). Apakah kesadaran memeriksa kualitas DOC dilakukan? Kenapa?

…………………………………………………………………………………………

D. Risiko Politis

1). Apakah selama ini ada hambatan bagi pemasok dari perusahaan untuk DOC?

…………………………………………………………………………………………

2). Apakah selama ini ada hambatan bagi pemasok dari perusahaan untuk pakan?

…………………………………………………………………………………………….

3). Apakah ada kecurangan transaksi saat pembelian DOC?

…………………………………………………………………………………………

4). Apakah ada kecurangan transaksi saat pembelian pakan?

………………………………………………………………………………….……

III. Gambaran umum usaha ayam broiler

Kegiatan produksi

Page 81: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

65

1). Pengapuran

Tahapan proses:

……………………………………………………………………………….......

2). Pemilihan DOC (Day Old Chick)

Jenis DOC yang digunakan……………………………………………………

Waktu pemasukan DOC………………………………………………………..

Tahapan proses:

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

3). Pemberian pakan dan air minum

Waktu pemberian pakan dan air minum

Tahapan Proses:

……………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………..

4). Pemeliharaan kesehatan ayam broiler

Sistem pemeliharaan

……………..........................................................................................................................................................................................................................

Vaksinasi yang dilakukan

……………………………………………………………………………………..……………………………………………………………………………………..

Menjaga kebersihan kandang

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Tahapan proses

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5). Panen

Tahapan proses:

……………………………………………………………………………………..

Page 82: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

66

IV. Penilaian peternak ayam broiler terhadap risiko berdasarkan (Probabilitas dan Dampak Risiko)

No Pertanyaan Jawaban

Risiko Logistik

1 a. Apakah kondisi kandang tidak sesuai dengan kualitas yang ditentukan dan apakah ini dapat menyebabkan kegagalan produksi?

b. Mengapa?

c. Berapa kali Bapak mengalami kegagalan produksi karena hal tersebut?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

2 a. Apakah pakan dan air minum sesuai dengan standar kualitas, apakah ini dapat menyebabkan kegagalan produksi?

b. Mengapa?

c. Berapa kali Bapak mengalami kegagalan produksi karena hal tersebut?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

3 a. Apakah kualitas DOC sangat berpengaruh terhadap produksi dan apakah ini dapat menyebabkan kegagalan produksi?

b. Mengapa?

Page 83: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

67

c. Berapa kali Bapak mengalami kegagalan produksi karena hal tersebut?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

4 a. Apakah Bapak pernah mengalami kelebihan DOC dan apakah ini dapat menyebabkan kegagalan produksi?

b. Mengapa?

c. Berapa kali Bapak mengalami kegagalan produksi karena hal tersebut?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

Risiko Sosial dan Geografis

1 a. Apakah ada pencurian ayam broiler selama menjalankan usaha ternak ayam broiler?

b. Mengapa bisa terjadi?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian karena hal tersebut?

Page 84: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

68

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

2 a. Apakah bapak pernah mengalami kerugian

akibat kelalaian pekerja?

b. Bagaimana bisa terjadi?

c. Berapa kali bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung

akibat kejadian tersebut?

3

a. Apakah bapak pernah mengalami kerugian akibat ketidaktelitian pekerja?

b. Bagaimana bisa terjadi?

c. Berapa kali bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung

akibat kejadian tersebut?

4 a. Apakah perubahan cuaca yang tidak menentu

dapat mempengaruhi hasil produksi dan menjadi penyebab kegagalan produksi?

b. Bagaimana bisa terjadi?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung

akibat kejadian tersebut?

5 a. Apakah Bapak pernah mengalami tingkat kematian ayam broiler tinggi akibat penyakit

b. Mengapa bisa terjadi?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?

Page 85: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

69

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

6 a. Apakah Bapak pernah mengalami kekurangan produksi akibat ayam broiler diserang oleh virus?

b. Bagaimana bisa terjadi?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

7 a. Apakah Bapak pernah mengalami serangan

hama seperti tikus, musang, dll?

b. Mengapa bisa terjadi?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung

akibat kejadian tersebut?

Risiko Keuangan

1

a. Apakah Bapak pernah mengalami permasalahan selama proses produksi yang diakibatkan oleh naiknya harga DOC?

b. Bagaimana bisa terjadi?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?

Page 86: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

70

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

2 a. Apakah Bapak pernah mengalami

permasalahan selama proses produksi yang diakibatkan oleh naiknya harga pakan?

b. Bagaimana bisa terjadi?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

3 a. Apakah modal merupakan kendala pada proses produksi ayam broiler?

b. Mengapa?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

Risiko Politis

1

a. Apakah Bapak pernah mengalami kecurangan transaksi ketika melakukan pesanan DOC?

Page 87: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

71

b. Mengapa bisa terjadi?

c. Berapa kali bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

2 a. Apakah Bapak pernah mengalami kerugian yang diakibatkan DOC tidak sesuai dengan pesanan dari pemasok perusahaan kemitraan?

b. Mengapa bisa terjadi?

c. Berapa kali Bapak mengalami kejadian itu?

d. Berapa kerugian penerimaan yang ditanggung akibat kejadian tersebut?

V. Model reduksi risiko yang dilakukan oleh perusahaan kemitraan

1). Perusahaan kemitraan apa yang diikuti saat ini?

…………………………………………………………………………………………

2). Perusahaan kemitraan apa saja yang pernah diikuti selama ini?

…………………………………………………………………………………………

3). Berapa lama mengikuti perusahaan-perusahaan kemitraan tersebut?

…………………………………………………………………………………………

4). Alasan kenapa memilih perusahaan kemitraan yang saat ini diikuti?

…………………………………………………………………………………………

Page 88: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

72

5). Apakah terdapat sistem kontrak dari perusahaan kemitraan?

…………………………………………………………………………………………

6). Bagaimana sistem kontrak yang dijalankan?

…………………………………………………………………………………………

7). Bagaimana penanganan dari perusahaan jika terjadi sumber-sumber risiko

tersebut?

a. Risiko Logistik (dijelaskan)

…………………………………………………………………………………………

b. Risiko Sosial dan Geografis (dijelaskan)

…………………………………………………………………………………………

c. Risiko Teknis (dijelaskan)

…………………………………………………………………………………………

d. Risiko Keuangan (dijelaskan)

…………………………………………………………………………………………

e. Risiko Politis (dijelaskan)

…………………………………………………………………………………………

8). Apakah terdapat penyuluhan dari perusahaan kemitraan?

…………………………………………………………………………………………

9). Apakah terdapat sistem pengontrolan dari perusahaan kemitraan?

…………………………………………………………………………………………

10). Bagaimana dan berapa kali dilakukan pengontrolan dalam satu periode?

…………………………………………………………………………………………

Page 89: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

73

Lampiran 2. Data Responden

Data Karakteristik Responden Peternak Ayam Broiler

No. Nama

Responden Jenis

Kelamin Umur (th)

Tingkat Pendidikan

Pengalaman Usaha Tani (th)

1 Umar Laki-laki 54 SD 3

2 H. Amar Yudarto, SE Laki-laki 45 S1 20

3 Sutrisno Laki-laki 45 SLTA 8

4 Drs. Imam Soleh Laki-laki 51 S1 12

5 Hj. Sri Munasih, S.Pd Perempuan 42 S1 8

6 H. Mansur Laki-laki 46 SLTA 10

7 Anshori Laki-laki 38 SLTP 5

8 Sugeng Laki-laki 40 Akademi 11

9 Mashuri, S.Pd Laki-laki 46 S1 7

10 Rohim Laki-laki 49 SLTA 2

Page 90: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

74

Lampiran 3. Hasil Produksi Ayam Broiler Tahun 2017

Produksi Ayam Broiler Selama 6 Siklus Tahun 2017

Responden DOC (Ekor) Siklus Produksi (Kg) Hasil Produksi

(Ekor)

1 20.000

1 36.165,50 19.594

2 30.775,50 18.660

3 19.123,00 19.094

4 22.514,50 19.228

5 23.178,00 19.385

6 32.287,00 19.275

2

15.000

1 25.458,00 14.783

2 25.622,50 14.550

3 28.218,50 14.527

16.000

4 23.965,00 15.624

5 24.964,00 15.629

6 23.303,50 15.496

3 11.000

1 16.037,00 10.701

2 16.294,00 10.428

3 16.830,00 10.497

4 17.374,50 10.663

5 17.456,00 10.652

6 16.938,00 10.593

4 22.000

1 31.037,00 21.107

2 35.852,00 21.351

3 35.047,00 21.340

4 36.492,50 21.018

5 35.561,00 21.294

6 30.839,00 21.147

5 15.000

1 23.071,00 14.305

2 21.053,00 14.510

3 21.517,50 14.729

4 22.362,00 14.283

5 21.908,00 14.152

6 21.460,00 14.371

Page 91: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

75

Lanjutan

6 15.000

1 24.952,00 14.620

2 23.830,00 14.595

3 23.417,50 14.482

4 22.958,50 14.504

5 21.207,00 14.208

6 23.821,00 14.210

7 20.000

1 32.637,00 18.913

2 32.628,00 19.207

3 35.173,50 18.986

4 36.771,00 19.274

5 37.451,50 19.142

6 35.442,50 19.076

8 16.000

1 26.158,00 15.307

2 25.027,00 15.482

3 26.653,50 15.393

4 26.094,00 15.206

5 25.903,50 15.530

6 27.994,00 15.583

9 14.000

1 18.074,50 13.622

2 17.752,00 13.705

3 17.933,00 13.633

4 18.392,00 13.742

5 18.019,00 13.520

6 17.830,00 13.495

10

39.000 1 54.674,20 37.920

40.000

2 70.344,30 38.601

3 88.710,00 39.102

4 81.711,50 38.774

45.000 5 89.791,50 43.805

6 91.816,80 43.963

Jumlah 288.000

1.845.873,00 Rata-rata

30.764,55

Page 92: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

76

Lampiran 4. Perhitungan Kerugian

Responden Kematian

(Ekor/siklus)

Harga DOC (Rp)

Biaya Pemeliharaan/hari/ekor (Rp)

WK I

WK II

WK III

WK IV

Kerugian I

Kerugian II

Kerugian III

Kerugian IV

Jumlah Kerugian

(Rp)

1

406 5.000 62,50 137 105 85 79 744.937,50 616.875,00 536.562,50 533.250,00 2.431.625,00

1340 5.000 62,50 473 384 293 190 2.571.937,50 2.256.000,00 1.849.562,50 1.282.500,00 7.960.000,00

906 5.000 62,50 265 379 136 116 1.440.937,50 2.226.625,00 858.500,00 783.000,00 5.309.062,50

772 5.500 62,50 292 226 161 93 1.733.750,00 1.440.750,00 1.096.812,50 674.250,00 4.945.562,50

615 5.500 62,50 196 149 152 118 1.163.750,00 949.875,00 1.035.500,00 855.500,00 4.004.625,00

725 5.500 62,50 277 193 163 92 1.644.687,50 1.230.375,00 1.110.437,50 667.000,00 4.652.500,00

2

217 5.000 47,62 84 61 35 37 448.000,00 345.666,67 210.000,00 234.333,33 1.238.000,00

450 5.000 47,62 172 153 64 61 917.333,33 867.000,00 384.000,00 386.333,33 2.554.666,67

473 5.000 47,62 204 109 92 68 1.088.000,00 617.666,67 552.000,00 430.666,67 2.688.333,33

376 5.000 55,80 148 81 95 52 797.812,50 468.281,25 586.328,13 341.250,00 2.193.671,88

371 5.500 55,80 162 97 61 51 954.281,25 609.281,25 406.984,38 360.187,50 2.330.734,38

504 5.500 55,80 185 162 93 64 1.089.765,63 1.017.562,50 620.484,38 452.000,00 3.179.812,50

3

299 5.000 64,94 94 70 82 53 512.727,27 413.636,36 521.818,18 361.363,64 1.809.545,45

572 5.000 64,94 226 168 96 82 1.232.727,27 992.727,27 610.909,09 559.090,91 3.395.454,55

503 5.000 64,94 208 127 104 65 1.134.545,45 750.454,55 661.818,18 443.181,82 2.990.000,00

337 5.000 64,94 121 94 63 59 660.000,00 555.454,55 400.909,09 402.272,73 2.018.636,36

Page 93: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

77

348 5.500 64,94 135 81 94 38 803.863,64 519.136,36 645.181,82 278.090,91 2.246.272,73

407 5.500 64,94 146 117 91 53 869.363,64 749.863,64 624.590,91 387.863,64 2.631.681,82

4

893 5.000 64,94 339 205 247 102 1.849.090,91 1.211.363,64 1.571.818,18 695.454,55 5.327.727,27

649 5.000 64,94 253 194 118 84 1.380.000,00 1.146.363,64 750.909,09 572.727,27 3.850.000,00

660 5.000 64,94 274 137 152 97 1.494.545,45 809.545,45 967.272,73 661.363,64 3.932.727,27

982 5.000 64,94 351 294 206 131 1.914.545,45 1.737.272,73 1.310.909,09 893.181,82 5.855.909,09

706 5.500 64,94 283 227 104 92 1.685.136,36 1.454.863,64 713.818,18 673.272,73 4.527.090,91

853 5.500 64,94 305 239 173 136 1.816.136,36 1.531.772,73 1.187.409,09 995.272,73 5.530.590,91

5

695 5.000 66,67 277 208 115 95 1.514.266,67 1.234.133,33 736.000,00 652.333,33 4.136.733,33

490 5.000 66,67 142 126 127 95 776.266,67 747.600,00 812.800,00 652.333,33 2.989.000,00

271 5.000 66,67 85 74 55 57 464.666,67 439.066,67 352.000,00 391.400,00 1.647.133,33

717 5.000 66,67 270 202 127 118 1.476.000,00 1.198.533,33 812.800,00 810.266,67 4.297.600,00

848 5.500 66,67 336 148 205 159 2.004.800,00 952.133,33 1.414.500,00 1.171.300,00 5.542.733,33

629 5.500 66,67 220 182 174 51 1.312.666,67 1.170.866,67 1.200.600,00 375.700,00 4.059.833,33

6

380 5.000 59,52 113 94 81 92 612.083,33 548.333,33 506.250,00 613.333,33 2.280.000,00

405 5.000 59,52 175 108 98 24 947.916,67 630.000,00 612.500,00 160.000,00 2.350.416,67

518 5.000 59,52 209 193 95 21 1.132.083,33 1.125.833,33 593.750,00 140.000,00 2.991.666,67

496 5.000 59,52 159 162 87 85 861.250,00 945.000,00 543.750,00 566.666,67 2.916.666,67

792 5.500 59,52 306 288 102 96 1.810.500,00 1.824.000,00 688.500,00 688.000,00 5.011.000,00

790 5.500 59,52 322 274 113 81 1.905.166,67 1.735.333,33 762.750,00 580.500,00 4.983.750,00

Page 94: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

78

7

1087 5.750 66,07 419 393 165 110 2.603.037,50 2623275,00 1177687,50 836000,00 7240000,00

793 5.750 66,07 305 152 241 95 1.894.812,50 1014600,00 1720137,50 722000,00 5351550,00

1014 5.750 66,07 458 305 164 87 2.845.325,00 2035875,00 1170550,00 661200,00 6712950,00

726 5.750 66,07 391 118 155 62 2.429.087,50 787650,00 1106312,50 471200,00 4794250,00

858 5.750 66,07 385 231 168 74 2.391.812,50 1541925,00 1199100,00 562400,00 5695237,50

924 5.750 66,07 402 255 172 95 2.497.425,00 1702125,00 1227650,00 722000,00 6149200,00

8

693 5.750 62,50 318 190 103 82 1.967.625,00 1258750,00 727437,50 615000,00 4568812,50

518 5.750 62,50 247 116 94 61 1.528.312,50 768500,00 663875,00 457500,00 3418187,50

607 5.750 62,50 304 124 114 65 1.881.000,00 821500,00 805125,00 487500,00 3995125,00

794 5.750 62,50 385 207 105 97 2.382.187,50 1371375,00 741562,50 727500,00 5222625,00

470 5.750 62,50 277 103 57 33 1.713.937,50 682375,00 402562,50 247500,00 3046375,00

417 5.750 62,50 167 82 63 105 1.033.312,50 543250,00 444937,50 787500,00 2809000,00

9

378 3.272 63,78 152 94 76 53 565.201,14 391496,57 350457,71 268058,86 1575214,29

295 3.272 63,78 107 79 62 47 397.871,86 329023,71 285899,71 237712,57 1250507,86

367 3.272 63,78 119 85 60 52 442.493,00 354012,86 276677,14 263001,14 1336184,14

258 3.272 63,78 62 95 52 49 230.542,57 395661,43 239786,86 247828,00 1113818,86

480 3.272 63,78 247 107 61 65 918.451,86 445639,71 281288,43 328751,43 1974131,43

505 3.272 63,78 263 110 79 53 977.946,71 458134,29 364291,57 268058,86 2068431,43

10 1080 3.272 64,10 448 305 232 95 1.666.881,64 1271677,95 1071411,69 481352,82 4491324,10

1399 3.272 66,96 591 388 246 174 2.210.783,25 1633286,00 1150849,50 895578,00 5890496,75

Page 95: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

79

Siklus Jumlah Kematian (ekor) Total Kerugian

1 6.128 35.098.982

2 6.911 39.010.280

3 6.217 35.355.648

4 6.684 38.445.525

5 6.683 39.348.524

6 6.791 40.284.086

Total 39.414 227.543.045

898 3.272 66,96 405 253 145 96 1.515.003,75 1065003,50 678346,25 494112,00 3752465,50

1226 3.272 66,96 611 325 127 163 2.285.598,25 1368087,50 594137,75 838961,00 5086784,50

1195 3.272 63,49 518 307 215 154 1.925.118,22 1277392,89 990146,67 777665,78 4970323,56

1037 3.272 63,49 625 110 194 108 2.322.777,78 457697,78 893434,67 545376,00 4219286,22

Page 96: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

80

Lampiran 5. Identifikasi Risiko

Identifikasi Risiko Logistik Menggunakan Fishbone

Efek Kategori

Penyebab Utama

Akar Permasalahan

Risiko Logistik

Kualitas DOC

Ayam sakit Peternak tidak bisa memilih DOC dari perusahaan

Ayam sulit tumbuh

Siklus indukan dari perusahaan

Kualitas Air Minum

Air kurang oksigen

Sumber air langsung dari bawah

Air tidak ditampung

Musim kemarau panjang

Bakteri dengan mudah dapat berkembang

Kualitas Kandang

Ayam keluar dari tempat

Kurang pembatas

Ayam yang kecil dapat melewati batas

Ayam jatuh dari lubang

Kurang pengawasan anak kandang

Identifikasi Risiko Sosial dan Geografis Menggunakan Fishbone

Efek Kategori

Penyebab Utama

Akar Permasalahan

Risiko Sosial dan Geografis

Perubahan Cuaca

Ayam stres Terganggu suara petir

Ayam sakit Suhu kurang sesuai

Penyakit

Difteri,Gumboro, Tetelo, Chronic Respirator Disease (CRD)

Oksigen dalam kandang kurang baik

Bakteri dan amoniak tinggi

Serangan Hama

Tikus, musang, dan kucing

Ayam masih kecil Terpal dapat dirusak

Ayam dan Sapronak dicuri

Sifat tidak bertanggung jawab dari orang sekitar

Kurang penjagaan

Tidak dilaporkan pada pihak perusahaan

Kelalaian Anak Kandang

Ayam keluar dari pembatas

Kurang pengawasan anak kandang

Page 97: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

81

Lampiran 6. Batasan-Batasan

Batasan Produksi dan Penerimaan (x)

Responden Batasan Risiko Produksi (x) Batasan Risiko Kerugian (x)

1 19.500 40.000.000

2 15.500 20.000.000

3 10.500 16.500.000

4 20.500 40.000.000

5 14.500 15.500.000

6 13.500 17.000.000

7 18.600 60.000.000

8 15.000 28.000.000

9 13.550 15.000.000

10 40.000 80.000.000

Total 332.000.000

Rata-rata 18.115 33.200.000

Batasan Probabilitas dan Dampak Risiko

Responden Batas Probabilitas (%) Dampak (Rp)

1 35 28.000.000

2 16 15.500.000

3 20 13.500.000

4 20 31.000.000

5 25 10.500.000

6 20 12.000.000

7 20 17.600.000

8 20 26.000.000

9 25 15.000.000

10 35 45.000.000

Total 214.100.000

Rata-rata 23,6 21.410.000

Page 98: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

82

Lampiran 7. Perhitungan Probabilitas dan Dampak Risiko Logistik

Penilaian Peternak terhadap Probabilitas dan Dampak Risiko Logistik

Responden

Kualitas DOC Kualitas Air Minum Kualitas Kandang

Kejadian Risiko Probabilitas terjadinya

risiko Kerugian

Kejadian Risiko

Rata-rata/tahun

Kerugian Kejadian

Risiko

Probabilitas terjadinya

risiko

Kerugian

1 1 0,17 4.000.000 1 0,17 3.500.000

2 1 0,17 2.500.000 1 0,17 1.500.000

3 1 0,17 3.500.000

1 0,17 1.000.000

4 2 0,33 7.800.000

5 1 0,17 1.800.000

6 2 0,33 4.900.000 1 0,17 1.200.000

7 1 0,17 3.000.000

8 1 0,17 4.000.000 1 0,17 2.700.000

9 2 0,33 6.500.000

10 2 0,17 8.000.000 1 0,17 3.000.000 1 0,17 2.300.000

Jumlah 14 2,17 46.000.000 4 0,67 8.400.000 3 0,50 6.800.000

Rata-rata 0,22 4.600.000 0,17 2.100.000 1 0,17 3.400.000

Jumlah Total Risiko Logistik

Probabilitas

terjadinya risiko Dampak

Kualitas DOC 0,22 4.600.000 Kualitas Air Minum 0,17 2.100.000 Kualitas Kandang 0,17 3.400.000 Jumlah 0,55 10.100.000

Page 99: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

83

Lampiran 8. Perhitungan Probabilitas dan Dampak Risiko Sosial dan Geografis

Penilaian Peternak terhadap Probabilitas dan Dampak Risiko Sosial dan Geografis

Responden

Perubahan Cuaca Tingkat Penyakit Serangan Hama

Kejadian Risiko

Probabilitas terjadinya

risiko Kerugian

Kejadian Risiko

Probabilitas terjadinya

risiko Kerugian

Kejadian Risiko

Probabilitas terjadinya

risiko Kerugian

1 2 0,33 1.800.000 2 0,33 3.600.000

2 1 0,17 1.500.000 1 0,17 3.000.000

3 1 0,17 1.300.000 2 0,33 2.800.000 1 0,17 600.000

4 3 0,50 3.500.000 3 0,50 3.500.000

5 1 0,17 750.000 1 0,17 1.300.000

6 1 0,17 1.250.000 2 0,33 2.000.000 2 0,33 2.200.000

7 2 0,33 2.600.000 1 0,17 1.700.000

8 3 0,50 2.100.000 2 0,33 3.400.000

9 2 0,33 3.500.000 3 0,50 4.200.000 1 0,17 500.000

10 3 0,50 6.000.000 1 0,17 4.500.000 1 0,17 800.000

Jumlah 19 3,17 24.300.000 18 3,00 30.000.000 5 0,83 4.100.000 Rata-rata 1,9 0,32 2.430.000 1,8 0,30 3.000.000 1,25 0,21 1.025.000

Ayam/Sapronak dicuri Kelalaian Anak Kandang

Kejadian Risiko

Probabilitas terjadinya risiko

Kerugian Kejadian

Risiko Probabilitas

terjadinya risiko Kerugian

1 0,17 850.000

1 0,17 14.000.000

2 0,33 1.200.000

1 0,17 6.500.000 1 0,17 900.000

2 0,33 20.500.000 4 0,67 2.950.000

1 0,17 10.250.000 1,33333 0,22 983.333

Page 100: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

84

Lanjutan

Jumlah Total Risiko Sosial dan Geografis

Rata-rata probabilitas

terjadinya risiko Dampak

Perubahan Cuaca 0,32 2.430.000

Tingkat Penyakit 0,30 3.000.000

Serangan Hama 0,21 1.025.000

Ayam/Sapronak dicuri 0,17 10.250.000 Kelalaian Anak Kandang 0,22 983.333

Jumlah 1,21 17.688.333

Penilaian Peternak Ayam Broiler

Sumber-Sumber Risiko

Probabilitas (%) Dampak (Rp)

Besar (>23,6) Kecil(<23,6) Besar (> Rp 21.410.000)

Kecil (< Rp 21.410.000)

1. Risiko Logistik Kualitas DOC

22

4.600.000

Kualitas Air Minum

17

2.100.000

Kualitas Kandang

17

3.400.000

2. Risiko Sosial dan Geografis

Perubahan Cuaca 32

2.430.000

Tingkat Penyakit 30

3.000.000

Serangan Hama

21

1.025.000 Ayam dan Sapronak dicuri

17

10.250.000

Kelalaian Anak Kandang 22 983.333

Page 101: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

85

Lampiran 9. Analisis Z-Score dan VaR

Analisis Probabilitas Risiko Produksi

Tahun Siklus Jumlah Rata-Rata Produksi (kg)

2017

1 28.826,42

2 29.917,83

3 31.262.35

4 30.863.55

5 31.543,95

6 32.173,18

Total 184.587,28

Rata-rata 30.764,55

N 6

Standar Deviasi 68791,62

X 18.115

Z -0,183882093

Nilai Z table 0,429

Probabilitas Risiko 42,90%

Hasil Analisis Dampak Risiko Produksi

Tahun Siklus Jumlah Kematian

(Ekor) Kerugian (Rp)

2017

1 6.128 35.098.982

2 6.911 39.010.280

3 6.217 35.355.648

4 6.684 38.445.525

5 6.683 39.348.524

6 6.791 40.284.086

Total 227.543.045

Rata-rata ( x ) 37.923.841

S 84.800.286

Z 1,645

N 6

akar n 2,449489743

s/akar n 34.619.572

z(s/akar n) 56.949.196

( x )+z(s/akar n) 94.873.036

VaR 94.873.036

Page 102: PENGELOLAAN RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM …

86

Lampiran 10. Dokumentasi