Upload
others
View
30
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATEMATIKA MELALUI CERITA
FABEL UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER SISWA
MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING
KELAS IV SEKOLAH DASAR
KECAMATAN G
ADINGREJO
(TESIS)
Oleh
SUYUD RIYADI HAIDAR
PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATEMATIKA MELALUI CERITA
FABEL UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER SISWA
MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING
KELAS IV SEKOLAH DASAR
Oleh
SUYUD RIYADI HAIDAR
Masalah pada penelitian ini rendahnya hasil belajar dan lemahnya karakter siswa
kelas IV SD Negeri Gugus III Gadingrejo. Tujuan penelitian adalah
mengembangkan buku ajar matematika, mengetahui kemenarikan, mengetahui
penguatan karakter dan peningkatan hasil belajar matematika menggunakan buku
ajar matematika melalui cerita fabel. Metode penelitian menggunakan Research
and Development dengan desain One Group Pretest- Postest Design. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket, pengamatan dan tes. Populasi penelitian
adalah siswa kelas IV SD Negeri Gugus III Gadingrejo yang berjumlah 263 siswa.
Sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling sebanyak 60 siswa.
Hasil penelitian terwujudnya produk buku ajar matematika berbasis fabel,
kemenarikan buku ajar sangat menarik, penguatan karakter siswa kelas
eksperiment nilai rata-rata pretest 2,30 postest 3,46 dengan gain 0,75 dan
peningkatan hasil belajar kelas eksperiment nilai rata-rata pretest 61,50 postest
75,00 dengan gain 0,39 setelah menggunakan buku ajar melalui cerita fabel
menggunakan Problem Based Learning.
Kata Kunci: Buku Ajar Matematika, Cerita Fabel, Problem Based Learning
iii
ABSTRACT
MATHEMATICS DEVELOPMENT BOOK THROUGH FABEL STORIES
TO STRENGTHEN STUDENT CHARACTER
USING PROBLEM BASED LEARNING
CLASS IV BASIC SCHOOL
By
SUYUD RIYADI HAIDAR
The problem in this study is the low learning outcomes and the weak character of
the fourth grade students of SD Negeri Gugus III Gadingrejo. The aim of the
study was to develop mathematics textbooks, to know attractiveness, to know
character strengthening and to improve mathematics learning outcomes using
mathematics textbooks through fable stories. The research method uses Research
and Development with the design of the One Group Pretest-Postest Design. Data
collection techniques use questionnaires, observations and tests. The study
population was fourth grade students of SD Negeri Gugus III Gadingrejo, totaling
263 students. The sample was done by Cluster Random Sampling technique as
many as 60 students. The results of the research on the realization of fable-based
mathematics textbooks, the attractiveness of teaching books are very interesting,
strengthening the character of experimental students grade average pretest 2.30
posture 3.46 with a gain of 0.75 and an increase in experimental class learning
outcomes the average value of pretest 61.50 posttest 75.00 with a gain of 0.39
after using textbooks through fable stories using Problem Based Learning.
Keywords: Mathematics Textbook, Fable Story, Problem Based Learning
iv
PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATEMATIKA MELALUI CERITA
FABEL UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER SISWA
MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING
KELAS IV SEKOLAH DASAR
KECAMATAN
GADINGREJO
Oleh
SUYUD RIYADI HAIDAR
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Magister Keguruan Guru SD
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN GURU SD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
v
vi
vii
viii
RIWAYAT HIDUP
Suyud Riyadi Haidar lahir di Sendangayu pada tanggal 1
September 1981, anak ke-7 dari tujuh bersaudara pasangan
dari Bapak Abdul Hamid dan Ibu Tuginem. Penulis
menikah dengan Husnul Khotimah dikaruniai 3 anak yaitu
Fahad Amir Abdurrahman, Aisyah Tsabita Farroz, dan
Khodijah Miladia Ramadhani. Saat ini bertempat tinggal di Dusun Jatirejo Desa
Kagunganratu Kecamatan Negerikaton Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung.
Pendidikan yang pernah di tempuh adalah sebagai berikut. SDN 6 Sidodadi lulus
tahun 1993, Madrasah Tsanawiyah Mathlaul Anwar lulus tahun1996, Sekolah
Menengah KejuruanYaditama lulus tahun 1999, D-2 Universitas Terbuka
Lampung tahun 2008 s.d. 2010, S-1 Universitas Terbuka Lampung tahun 2010
s.d. 2012. Sejak tahun 2016 terdaftar sebagai mahasiswa pendidikan S-2 MKGSD
di Universitas Lampung.
Penulis memulai kerja sebagai guru honor di SDN 2 Karanganyar Kecamatan
Gedongtataan Kabupaten Pesawaran tahun 2004 sampai dengan 2010, kemudian
pada tahun 2011 diterima PNS dan mengajar di SDN 2 Tulungagung sampai
dengan sekarang.
ix
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki
ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib
baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib
baginya memiliki ilmu“.
(HR. At-Tirmidzi)
“Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.
Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat
meminta dan memohon. Berangkat dengan penuh keyakinan,
Berjalan dengan penuh keikhlasan, Istiqomah dalam menghadapi cobaan”
( KH. Abdul Shomad, Lc. MA)
x
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil ‘alamin segala pujian hanya kepada Alloh ta’ala sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku
hanya untuk Alloh penguasa alam semesta. Puji syukur akhirnya tesis ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan rasa bangga
dan bahagia saya persembahkan karya ini kepada:
Ayahanda Abdul Hamid (Alm) dan Ibunda Tuginem (Alm) semoga Alloh ta’ala menempatkan di tempat yang mulia disisiNya.
Terimakasih telah membesarkanku menjadi anak yang kuat dan tidak mudah menyerah. Maaf belum bisa membahagiakan ayah
dan ibu. Semoga Allah memberikan tempat yang mulia di Syurganya Alloh ta’ala.
Istriku tersayang Husnul Khotimah yang selalu setia
mendampingiku dalam suka maupun duka, dan anak-anaku tersayang Fahad Amir Abdurrahman, Aisyah Tsabita Farroz,
Khodijah Miladia Ramadhani, yang senantiasa menjadi penyemangat dalam hidupku.
Untuk saudara-saudaraku (Kakak dan Mba), Endang Astuti, Sri
Ekawarni, Bambang Sujoko (Alm), Suwanto Abdul Hamid, Muhammad Sholeh, Sri Rohani, terimakasih sudah menjadi kakak yang baik dan selalu membimbingku, terimakasih dan sayangku
untuk kalian.
xi
SANWACANA
Assalamualaikum Wr Wb,
Puji Syukur Penulis kehadirat Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, yang telah melimpahkan nikmat, anugerah serta kekuatan lahir dan
bathin kepada Penulis.
Dengan berbekal keyakinan, ketabahan dan kemauan yang keras, bimbingan dan
ridho dari Allah SWT, serta bantuan dari berbagai pihak jualah, maka Penulis
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengembangan Buku Ajar
Matematika Melalui Cerita Fabel Untuk Memperkuat Karakter Siswa
Menggunakan Problem Based Learning Kelas IV Sekolah Dasar”. Penulis
menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan Tesis ini
karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.
Melalui kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril, maupun spiritual.
Dengan teriring salam dan doa serta ucapan terimakasih yang tak terhingga
Penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Ir Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah berkontribusi memberikan fasilitas bagi peneliti
menyelesaikan studi di Universitas Lampung .
2. Bapak Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Wakil Rektor Bidang
Akademik sekaligus Sebagai Pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan, semangat, masukan dan saran yang sangat
berharga pada penulisan tesis ini.
xii
3. Bapak Prof.Dr. Mustofa, M.A, Ph.D. selaku Direktur PascasarjanaFKIP
Universitas Lampung yang telah menyiapkan sarana dan prasarana
sehingga memudahkan selesainya tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan fasilitas
sehingga selesainya tesis ini.
5. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP
Universitas Lampung yang telah memberikan banyak sekali sumbangsih
demi kemajuan MKGSD sehingga selesai tesis ini.
6. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pasca
Sarjana Magister Keguruan Guru Sekolah Dasar, FKIP Universitas
Lampung. Sekaligus sebagai Pembahas dan Dosen Ahli Desain yang telah
banyak memberikan masukan dan saran yang sangat berharga pada
penulisan tesis ini.
7. Bapak Dr. Darsono, M.Pd. selaku pembimbing II dengan penuh kesabaran
dan ketelitian telah banyak memberikan masukan dan saran yang sangat
berharga pada penulisan tesis ini.
8. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Dosen Ahli Materi yang telah banyak
memberikan masukan dan saran yang sangat berharga pada penulisan tesis
ini.
9. Ibu Dr. Siti Samhati, M.Pd. selaku Dosen Ahli Bahasa yang telah banyak
memberikan masukan dan saran yang sangat berharga pada penulisan tesis
ini.
10. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Magister Keguruan Guru Sekolah
Dasar, FKIP Universitas Lampung, atas ilmu pengetahuan dan pelayanan
yang telah diberikan sangat berguna bagi penulis selama perkuliahan.
11. Ibu Widati, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN 2 Tulungagung Kecamatan
Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan waktu dan
kesempatan serta izin penelitian.
12. Bapak Ritono, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN 2 Tulungagung
Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu yang telah memberikan
waktu dan kesempatan serta izin penelitian.
xiii
13. Reka-rekan Dewan Guru SDN 2 Tulungagung Kecamatan Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu (Sumartun, A.Md, Marnilawati. S.Pd, Sunyoto.
S.Pd, Rini Mulistina, S.Pd, Rahmawati, S.Pd, Indri Hapsari, S.Pd, Nicen
Agustin, S.Pd, Dian Setianingsih, S.Pd, Miyanto). Yang telah memotivasi
sampai selesai penelitian ini.
14. Rekan-rekan guru KKG wilayah gugus III yang telah memberikan
masukan dan bantuan demi terwujudnya produk buku ajar matematika
melalui cerita fable, terimakasih bantuannya.
15. Siswa-siswi SDN 2 Tulungagung Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu yang saya sayangi maafkan karena sering ditinggal dan belajar
dengan guru pengganti sehingga penulis selesai menulis penelitian ini.
16. Siswa-siswa SDN 3 Tulungagung Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu yang saya sayangi terimakasih sudah bekerjasama menjadi
objek penelitian sebagai kelas control semoga kelak kalian sukses semua.
17. Sahabat seangkatan Magister Keguruan Guru SD 2016 yang telah
memberikan bantuan pikiran, tenaga dan motivasi untuk keberhasilanku.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Tiada kata yang layak terucap selain doa dan ucapan terimakasih yang sebanyak-
banyaknya, atas selesainya penulisan tesis ini. Semoga Alloh SWT membalas
kebaikan kalian semuanya dengan pahala yang besar kelak disisiNya.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Bandarlampung, Juni 2018
Penulis
Suyud Riyadi Haidar
xiv
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xx
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7
C. Batasan Masalah ................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10
G. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 11
H. Spesifikasi Produk Pengembangan ....................................................... 12
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar .................................................................................................... 14
1. Teori Belajar ................................................................................... 14
2. Pengertian Hasil Belajar ................................................................. 17
3. Tujuan dan Fungsi Hasil Belajar .................................................... 19
B. Bahan Ajar ............................................................................................. 21
1. Pengertian Bahan Ajar .................................................................... 21
2. Karakteristik Bahan Ajar ................................................................ 23
3. Jenis - Jenis Bahan Ajar .................................................................. 24
4. Manfaat Bahan Ajar ........................................................................ 25
5. Keunggulan dan Kelemahan Bahan Ajar ........................................ 27
6. Prinsip-Prinsip Penetapan Urutan Bahan Ajar ................................ 28
C. Pengertian Matematika .......................................................................... 29
1. Tujuan Pembelajaran Matematika di SD ........................................ 30
2. Karakteristik Matematika di SD ..................................................... 31
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD .......................... 33
4. Pengertian Geometri Bangun Datar ................................................. 34
5. Bagian-bagian Bangun Datar .......................................................... 35
6. Materi Keliling dan Luas Bangun Datar ......................................... 36
xv
D. Cerita Fabel ........................................................................................... 38
1. Pengertian Cerita Fabel ..................................................................... 38
2. Manfaat Cerita Fabel Berkarakter .................................................... 41
E. Program Penguatan Karakter .................................................................. 43
1. Pengertian Karakter ......................................................................... 43
2. Karakter Jujur ................................................................................... 45
3. Karakter Disiplin ............................................................................... 47
4. Karakter Tanggungjawab ................................................................. 49
5. Pengintegrasian Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggungjawab
dalam Pelajaran ................................................................................ 50
6. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Matematika .......................... 51
F. Model Problem Based Learning ............................................................ 55
G. Penelitian Yang Relevan ........................................................................ 74
H. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................... 83
I. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 88
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian .................................................................................. 89
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ............................................... 91
C. Definisi Konseptual dan Operasional .................................................... 99
1. Definisi Konseptual ........................................................................ 99
2. Definisi Operasional ....................................................................... 100
D. Subyek Uji Coba Produk ....................................................................... 102
1. Populasi Penelitian .......................................................................... 102
2. Sampel Penelitian ........................................................................... 103
E. Instrumen Penelitian .............................................................................. 103
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 111
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 113
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 120
B. Hasil Penelitian ........................................................................................ 122
1. Pengumpulan Informasi Awal ........................................................... 122
2. Perencanaan ........................................................................................ 124
3. Pengembangan Format Produk Awal ................................................. 129
4. Uji Coba Produk Awal ....................................................................... 141
5. Revisi Produk ..................................................................................... 144
6. Uji Coba Lapangan ............................................................................ 147
7. Revisi Produk ..................................................................................... 149
C. Uji instrumen Penelitian ........................................................................... 150
D. Uji Hipotesis ............................................................................................. 153
xvi
E. Pembahasan ............................................................................................... 164
1. Pengembangan buku ajar matematika melalui cerita fabel untuk
memperkuat karakter siswa ................................................................. 164
2. Kemenarikan buku ajar matematika melalui cerita fabel untuk
memperkuat karakter siswa ................................................................. 168
3. Penguatan karakter dan hasil belajar matematika setelah
menggunakan buku ajar matematika melalui cerita fabel ................... 171
4. Kelebihan pengembangan buku ajar matematika
melalui cerita fabel ............................................................................. 175
5. Keterbatasan pengembangan buku ajar matematika
melalui cerita fabel .............................................................................. 175
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 177
B. Implikasi .............................................................................................. 178
C. Saran .................................................................................................... 178
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 180
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pencapaian Nilai Belajar Siswa Gugus III Kecamatan Gadingrejo tahun
Pelajaran 2017/2018 ................................................................................... 5
2. Nilai Dan Indikator Penerapan Pendidikan Karakter Pada Proses
Pembelajaran Matematika .......................................................................... 53
3. Sintaks atau langkah-langkah pada Problem-Based Learning ................... 63
4. Pretest-Posttest control Group Design ....................................................... 91
5. Rincian Jumlah Populasi ............................................................................. 102
6. Rincian Jumlah Sampel .............................................................................. 103
7. Kisi-kisi Penilaian Kebutuhan Siswa .......................................................... 104
8. Kisi-kisi Penilaian Kebutuhan Guru ........................................................... 105
9. Kisi-kisi validasi ahli media ....................................................................... 106
10. Kisi-kisi validasi ahli materi ....................................................................... 107
11. Kisi-kisi validasi ahli bahasa ...................................................................... 108
12. Kisi-kisi penilaian karakter jujur, disiplin, tanggungjawab ........................ 109
13. Kisi-kisi soal untuk mengukur hasil belajar matematika ............................ 110
14. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Soal ........................................ 115
15. Interpretasi Daya Pembeda Intrumen Tes ................................................... 116
16. Klasifikasi kemenarikan dan kemudahan penggunaan buku ajar ............... 117
17. Kriteria indeks gain ..................................................................................... 118
18. Distribusi Materi Pada Buku Ajar ............................................................... 134
19. Rekap Kemenarikan Buku Ajar Matematika Melalui Cerita Fabel............. 142
20. Rekap Hasil Nilai Sikap Siswa Pretest dan Postest pada uji
kelompok kecil ........................................................................................... 143
21. Rekap Hasil Belajar Siswa Pretest dan Postest pada uji
kelompok kecil ............................................................................................ 143
xviii
22. Rekap hasil nilai sikap pretest dan posttest Uji Lapangan atau
(Kelompok besar) ....................................................................................... 148
23. Rekap hasil belajar pretest dan posttest Uji Lapangan
(Kelompok Besar) ....................................................................................... 149
24. Hasil validasi para ahli................................................................................. 154
25. Analisis Nilai Sikap Pretest dan Postest SDN 2 Tulungagung
melalui SPSS .............................................................................................. 157
26. Analisis Hasil Belajar Siswa Pretest dan Postest SDN 2 Tulungagung
melalui SPSS .............................................................................................. 160
27. Analisis Nilai Sikap Siswa Pretest dan Postest SDN 3 Tulungagung
menggunakan SPSS ..................................................................................... 161
28. Analisis Hasil Belajar Siswa Pretest dan Postest SDN 3 Tulungagung
melalui SPSS ............................................................................................... 162
29. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SDN 2 Tulungagung .................................................................................... 163
30. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas IV
SDN 3 Tulungagung ................................................................................... 163
31. Uji Non Parametrik Hipotesis Ketiga ......................................................... 163
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian ............................................................ 87
2. Langkah-langkah penelitian pengembangan .............................................. 89
3. Desain eksperimen pretest-postest group desain ....................................... 98
4. Tampilan sampul buku ajar matematika berbasis fabel ............................... 131
5. Tampilan kata pengantar.............................................................................. 132
6. Tampilan KI, KD dan Indikator................................................................... 132
7. Tampilan Penggunaan Buku ........................................................................ 133
8. Tampilan Daftar Isi ...................................................................................... 133
9. Tampilan Student Orientation ..................................................................... 135
10. Tampilan Organize Students........................................................................ 135
11. Tampilan Guiding Student ........................................................................... 136
12. Tampilan Developing and Presentation ...................................................... 137
13. Tampilan Analysis and Evaluation .............................................................. 137
14. Tampilan Daftar Pustaka ............................................................................. 138
15. Tampilan Peta Konsep ................................................................................. 139
16. Tampilan Glosarium .................................................................................... 139
17. Tampilan Kunci Jawaban ............................................................................ 140
18. Tampilan Biodata Penulis ............................................................................ 140
19. Tampilan Cover Halaman Judul Sesudah Revisi ........................................ 144
20. Tampilan Rujukan Sumber Yang Jelas ....................................................... 145
21. Tampilan Gambar Rumusan Indikator Sesudah Revisi ............................... 145
22. Tampilan Gambar dan Warna Merujuk Sesuai Gambar Asli
Sesudah Revisi ............................................................................................. 146
23. Tampilan Materi Disajikan dari Sederhana ke Kompleks
Sesudah Revisi ............................................................................................. 147
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian SDN 2 Tulungagung dan Surat Keterangan
Melaksanakan Penelitian ........................................................................... 188
2. Surat Izin Penelitian SDN 3 Tulungagung dan Surat Keterangan
Melaksanakan Penelitian ........................................................................... 189
3. Instrumen Wawancara Dengan Guru ...................................................... 190
4. Instrumen Angket Analisis Kebutuhan Guru ........................................... 191
5. Rekapitulasi Hasil Jawaban Angket Analisis Kebutuhan Guru ............... 192
6. Instrumen Angket Analisis Kebutuhan Siswa .......................................... 193
7. Rekapitulasi Hasil Jawaban Angket Analisis Kebutuhan Siswa .............. 194
8. Angket Kemenarikan Buku Ajar Oleh Guru ............................................ 195
9. Rekapitulasi Data Kemenarikan Buku Ajar Oleh Guru ........................... 196
10. Angket Kemenarikan Buku Ajar Oleh Siswa .......................................... 197
11. Rekapitulasi Data Kemenarikan Buku Ajar Oleh Siswa .......................... 198
12. Data Pretest Nilai Sikap Sosial Uji Kelompok Kecil ................................ 199
13. Data Posttest Nilai Sikap Sosial Uji Kelompok Kecil ............................. 200
14. Rekap Hasil Penilaian Sikap Uji Kelompok Kecil ................................... 201
15. Histogram Nilai Sikap Siswa Pretest Dan Posttest Pada Uji
Kelompok Kecil ....................................................................................... 202
16. Hasil Belajar Pretest Dan Postest Pada Uji Kelompok Kecil .................. 203
17. Lembaran Instrumen Validasi Ahli Media ............................................... 204
18. Lembaran Instrumen Validasi Ahli Materi .............................................. 208
19. Lembaran Instrumen Validasi Ahli Bahasa ............................................. 212
20. Soal Pretest Postest Bangun Datar ........................................................... 216
21. Silabus Matematika SD/MI Kelas IV ........................................................ 222
22. Indikator Pendidikan Karakter .................................................................. 224
xxi
23. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................ 227
24. Rekap Awal Penilaian Sikap Siswa Kelas IV Pretest Dan Postest
di SDN 2 Tulungagung ............................................................................. 263
25. Rekap Akhir Penilaian Sikap Siswa Kelas IV Pretest Dan Postest
Di SDN 2 Tulungagung ........................................................................... 267
26. Histogram Sikap Siswa Pretest Dan Postest SDN 2 Tulungagung ........... 268
27. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Pretest Dan
Postest Di SDN 2 Tulungagung ............................................................... 269
28. Data Histogram Pretest Dan Postest Sikap Siswa Kelas IV
SDN 2 Tulungagung ................................................................................ 270
29. Rekap Awal Penilaian Sikap Siswa Kelas IV Pretest Dan Postest
Di SDN 3 Tulungagung ............................................................................ 271
30. Rekap Akhir Penilaian Sikap Siswa Kelas IV Pretest Dan Postest
Di SDN 3 Tulungagung ........................................................................... 275
31. Data Histogram Pretest Dan Postest Sikap Siswa Kelas IV
SDN 3 Tulungagung ................................................................................. 276
32. Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Pretest Dan
Postest Di SDN 3 Tulungagung ................................................................ 277
33. Data Histogram Hasil Belajar Pretest Dan Posttest
SDN 3 Tulungagung ................................................................................. 278
34. Hasil Uji Validitas .................................................................................... 279
35. Sebaran Data Validitas Skor Butir Soal .................................................. 280
36. Hasil Uji Reliabelitas Butir Soal ............................................................... 282
37. Sebaran Data Reliabilitas Skor Butir Soal ............................................... 283
38. Hasil Uji Taraf Kesukaran Butir Soal ....................................................... 285
39. Sebaran Skor Hasil Pengujian Taraf Kesukaran Butir Soal ..................... 286
40. Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal .......................................................... 288
41. Sebaran Skor Hasil Pengujian Taraf Kesukaran Butir Soal ..................... 289
42. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV
Di SDN 2 Tulungagung ............................................................................ 291
43. Hasil Uji Non Parametrik Hipotesis Ketiga Hasil Belajar ........................ 295
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Hanya
bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai
bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Dalam
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 3 dijelaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. (Depdiknas 2003:3).
Jadi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
2
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah bahwasannya Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah mencakup Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdiri atas
kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum. Pelaksanaan pembelajaran
pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dilakukan dengan
pendekatan pembelajaran tematik-terpadu, kecuali untuk mata pelajaran
Matematika dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai
mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk kelas IV, V, dan VI.
Pemisahan mata pelajaran matematika dari buku tematik terpadu dikarenakan
siswa tidak akan mendapatkan konsep matematika secara mendalam jika masih
terintegrasi dalam mapel tematik terpadu. Dengan pertimbangan tersebut, pada
revisi Tahun 2017 di Kurikulum 2013, mata pelajaran Matematika dan PJOK
akhirnya dipisahkan dari mata pelajaran Tematik Umum. Pada buku pegangan
yang digunakan menggunakan buku tersendiri yakni Buku Matematika dan
Buku PJOK.
Lembaga pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter
bangsa karena memiliki struktur, sistem dan perangkat yang tersebar di seluruh
Indonesia dari daerah sampai pusat. Menurut Peraturan Presiden (2017:87)
3
Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah
gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk
memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa,
olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM). Nilai utama 5 Program Penguatan Karakter yaitu :
a. Religius (Beriman, Bertaqwa, Toleransi, Cinta Lingkungan)
b. Nasionalis (Cinta Tanah Air, Semangat Kebangsaan, Menghargai
Kebhinekaan).
c. Integritas (Kejujuran, Keteladanan, Kesantunan, Cinta pada Kebenaran).
d. Mandiri (Kerja Keras, Kreatif, Disiplin, Berani, Pembelajar)
e. Gotong Royong (Kerjasama, Solidaritas, Saling Menolong, Kekeluargaan)
Penerapan dan penguatan karakter harus bisa diterapkan pada semua mata
pelajaran yang ada, termasuk penerapan karakter pada pelajaran matematika.
Pembelajaran matematika sangat berbeda dengan pembelajaran pada mata
pelajaran lainnya, dimana pembelajaran matematika memerlukan pemahaman
konsep yang utuh yang melibatkan hasil pengalaman mereka dalam kehidupan
sehari-hari sebelum menginjak pada teori.
Hasil analisis kebutuhan yang dilakukan peneliti pada tanggal 15 April 2018
melalui wawancara dengan beberapa guru kelas IV di wilayah gugus III
Kecamatan Gadingrejo, ditemukan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil belajar Matematika siswa kelas IV Sekolah
4
Dasar di Kecamatan Gadingrejo wilayah gugus III, diantaranya dari segi proses
belajar mengajar adalah kurangnya sumber belajar berupa buku ajar yang
sesuai dengan kebutuhan siswa, yaitu pengunaan buku ajar matematika yang
memuat program karakter belum ada sebagai tidak lanjut dari program
penguatan karakter yang dicanangkan pemerintah, belum digunakan model
pembelajaran yang tepat guna menunjang proses pembelajaran, kurang
dikemasnya pembelajaran matematika dengan metode yang menarik dan
menyenangkan, siswa lebih pasif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
terkesan kurang tertarik terhadap pelajaran matematika.
Dari segi karakter siswa menurut informasi dari guru yang mengajar, siswa
yang kurang mampu masih banyak yang mencontek pada saat mengerjakan
tugas mandiri, kemudian tingkat kedisiplinan juga masih banyak yang tidak
mengikuti ketertiban dalam pembelajaran, telat mengumpulkan tugas dan telat
masuk kelas. Kemudian pada saat pembelajaran anak cenderung pasif saat
kerja kelompok dan bersikap individualistik. Hal ini menimbulkan siswa
kurang aktif dalam kegiatan belajar, tidak terciptanya suasana yang
menyenangkan karena belum tumbuhnya sikap kedisiplinan yang lemah dan
tanggungjawab yang belum tertanam dalam diri siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara nilai karakter siswa dari sikap
jujur, disiplin dan tanggungjawab masih sangat kurang di setiap sekolahan
yang ada di Gugus III. Termasuk di SDN 2 Tulungagung kecamatan
Gadingrejo, dari hasil pretest soal untuk 30 siswa hanya 53% nilai sikap siswa
dengan predikat Baik. Sedangkan hasil pencapaian nilai mata pelajaran juga
kurang sesuai dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah.
5
Untuk lebih jelasnya berikut adalah data pencapaian nilai mata pelajaran
matematika siswa di Kecamatan Gadingrejo wilayah gugus III, dibawah ini:
Tabel 1. Pencapaian Nilai Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2017/2018
NO SEKOLAH Rerata
Belajar KKM KET
1 SDN 1 Tegalsari 65 75 Belum Tuntas
2 SDN 2 Tegalsari 60 70 Belum Tuntas
3 SDN 3 Tegalsari 60 70 Belum Tuntas
4 SDN 4 Tegalsari 45 70 Belum Tuntas
5 SDN 1 Tulungagung 55 75 Belum Tuntas
6 SDN 2 Tulungagung 65 70 Belum Tuntas
7 SDN 3 Tulungagung 60 70 Belum Tuntas
8 SDN 1 Mataram 65 70 Belum Tuntas
9 SDN 2 Mataram 45 75 Belum Tuntas
10 SDN 3 Mataram 60 70 Belum Tuntas
Total 580
Rerata 58,0
Sumber : Rekap daftar KKM siswa gugus III Kecamatan Gadingrejo
Sebagai solusi untuk menumbuhkan karakter dan memperbaiki hasil belajar
adalah dengan bahan ajar yang didalamnya memuat karakter dan mampu
membuat siswa aktif, tertarik dan mampu memecahkan masalah dalam
kehidupan dengan menggunakan konsep pengetahuan yang diketahuinya, dan
mampu memahami pelajaran dengan baik. Bahan ajar sebagai media
pembelajaran, serta mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran
yaitu sebagai acuan bagi siswa dan guru untuk meningkatkan hasil
pembelajaran.
Penulis tertarik untuk memilih pelajaran matematika karena pada pelajaran ini
dianggap paling sulit oleh guru, pemilihan topik pengembangan dalam
penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas IV SDN 2 Tulungagung untuk
6
membantu belum tersedianya buku ajar yang memuat karakter menarik dan
menyenangkan yang dibutuhkan peserta didik untuk mengatasi kesulitan
belajar matematika. Selain itu kelas IV Sekolah Dasar adalah kelompok kelas
tinggi akan tetapi pada tahap permulaan jadi buku ini sangat cocok karena
mudah untuk difahami akan dan memenuhi kebutuhan anak. Pengembangan ini
memuat materi bangun datar yang disajikan dalam bentuk cerita fabel , Tokoh
hewan atau binatang dalam cerita bertujuan untuk memperkuat karakter dan
menarik minat anak belajar matematika serta meningkatkan hasil belajarnya.
Salah satu bahan ajar yang peneliti kembangkan adalah Buku Ajar matematika
melalui cerita fabel pada pelajaran matematika berbasis Problem Based
Learning, buku ini memulai proses pembelajaran matematika dengan cerita
pengantar fabel berkarakter sebagai sarana untuk menarik minat dan
menanamkan nilai moral serta karakter bagi siswa. Terlebih Pada kurikulum
2013 memuat pendidikan karakter dimana siswa dibentuk untuk mempunyai
moral sesuai dengan nilai-nilai agama. Anak usia sekolah dasar merupakan
kondisi yang memungkinkan untuk menanamkan nilai-nilai.
Hal tersebut dikarenakan usia anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan
perkembangan, baik secara kognisi, fisik, maupun psikologisnya. Pada
penelitian ini muatan karakter disampaikan melalui cerita fabel sebagai
pengantar dan untuk memperkuat karakter jujur, disiplin dan tanggungjawab.
Selain Buku ajar untuk memperbaiki hasil belajar siswa, metode pembelajaran
juga harus dibuat yang menarik dan bisa membuat siswa tertarik, Model
Problem Based Learning adalah suatu pembelajaran yang di awali dengan
menghadapkan siswa pada suatu masalah.
7
Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan model
pembelajaran siswa pada masalah autentik, sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih
tinggi, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.
Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu
yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan
konsep-konsep penting. Model pembelajaran ini mengutamakan proses belajar
untuk membantu siswa mencapai hasil yang baik dan memuaskan.
Berdasarkan fakta-fakta diatas maka pengembangan buku ajar matematika
melalui cerita fabel berbasis Problem Based Learning diharapkan
menumbuhkan karakter, menarik minat siswa dan bisa meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran Matematika khususnya di kelas IV SDN 2
Tulungagung Kecamatan Gadingrejo.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasi
permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan beberapa
hal diantaranya:
1. Bahan ajar yang digunakan di sekolah dasar gugus III kecamatan
Gadingrejo khususnya kelas IV SD masih terbatas dan kurang sesuai dengan
kebutuhan siswa.
2. Program penguatan karakter yang diharapkan pemerintah belum terlaksana
pada semua mata pelajaran khususnya pada pelajaran matematika.
8
3. Karakter siswa belum tumbuh kuat dalam kejujuran, kedisiplinan dan
tanggungjawab dengan pembelajaran yang berlangsung.
4. Guru belum mengembangkan buku ajar yang dapat memperkuat karakter
siswa dalam kejujuran, kedisiplinan dan tanggungjawab.
5. Guru belum menggunakan model pembelajaran dan metode yang menarik,
inovatif, kreatif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
6. Siswa mengalami kesulitan memahami materi bangun datar, tentang luas
dan keliling persegi, persegi panjang dan segitiga.
7. Tidak ada buku ajar yang dapat digunakan panduan untuk menumbuhkan
karakter siswa yang menarik, inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
8. Hasil belajar Matematika siswa masih belum mencapai KKM .
C. Batasan Masalah
Berdasarkan pertimbangan waktu, tenaga dan biaya, maka identifikasi masalah
diatas tidak dapat penulis teiliti semua, penulis membatasi masalah pada
pengembangan buku ajar matematika ini pada materi luas bangun datar yaitu
persegi, persegi panjang dan segitiga. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Buku Ajar Matematika
Melalui Cerita Fabel Untuk Memperkuat Karakter Siswa Menggunakan
Problem Based Learning Kelas IV Sekolah Dasar”.
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan
Pengembangan buku ajar matematika melalui cerita Fabel antara lain :
1. Bagaimana pengembangan buku ajar matematika melalui cerita fabel
untuk memperkuat karakter siswa kelas IV SDN 2 Tulungagung?.
2. Bagaimana kemenarikan buku ajar matematika melalui cerita fabel yang
digunakan guru dan siswa kelas IV SDN 2 Tulungagung?.
3. Bagaimana peningkatan karakter dan hasil belajar siswa setelah
penggunaan buku ajar matematika melalui cerita fabel pada siswa kelas
IV SDN 2 Tulungagung?.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Menghasilkan produk berupa buku ajar buku ajar matematika melalui
cerita fabel untuk memperkuat karakter siswa kelas IV SDN 2
Tulungagung.
2. Mengetahui kemenarikan buku ajar matematika melalui cerita fabel
dibandingkan buku paket yang digunakan guru dan siswa kelas IV SDN
2 Tulungagung.
3. Mengetahui peningkatan karakter dan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah memakai buku ajar matematika melalui cerita fabel pada siswa
kelas IV SDN 2 Tulungagung.
10
F. Manfaat Penelitian
Pada penelitian ini ada beberapa hal yang harapkan manfaatnya antara lain:
1. Bagi peserta didik
a. Memperkuat karakter siswa dalam kejujuran, kedisiplinan dan
tanggungjawab kelas IV Sekolah Dasar dengan pengembangan buku ajar
matematika melalui cerita fabel berkarakter.
b. Memperkuat karakter dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan
pengembangan buku ajar matematika melalui cerita fabel berkarakter.
c. Membangun dan meningkatkan pengetahuan siswa kelas IV Sekolah
Dasar tentang menentukan luas bangun datar pada persegi, persegi
panjang, dan segitiga.
2. Bagi Pendidik
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada mata pelajaran di
kelas IV Sekolah Dasar.
b. Meningkatkan kemampuan profesionalitas guru dalam mengembangkan
buku ajar.
c. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan buku ajar
sesuai dengan kurikulum 2013.
3. Bagi Sekolah
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan bahan ajar
yang memudahkan siswa dan memahami materi yang dijelaskan oleh guru
sebagai inovasi pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
11
4. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagaimana cara melakukan
langkah-langkah praktis dalam mengembangkan bahan ajar matematika
melalui cerita fabel berkarakter dengan harapan pembelajaran menjadi
efektif, menyenangkan dan bermakna.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang berjudul “Pengembangan buku ajar matematika
melalui cerita fabel untuk memperkuat karakter siswa menggunakan Problem
Based Learning kelas IV SDN 2 Tulungagung” sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Tulungagung dan SDN 3
Tulungagung di wilayah gugus III Kecamatan Gadingrejo Kabupaten
Pringsewu.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Tulungagung
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SDN 3 Tulungagung sebagai
kelas kontrol.
3. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah buku ajar sebagai produk penelitian
pengembangan dengan judul pengembangan matematika melalui cerita fabel
untuk memperkuat karakter siswa menggunakan Problem Based Learning,
untuk siswa SD kelas IV.
12
4. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017-2018.
5. Kajian Ilmu
Kajian ilmu dalam penelitian ini adalah matematika, yaitu ilmu pengetahuan
tentang penalaran yang logis dan masalah yang berhubungan dengan bangun
datar materi persegi, persegi panjang, dan segitiga.
H. Spesifikasi Produk Pengembangan
Produk yang dihasilkan berupa buku ajar matematika dengan spesifikasi
sebagai berikut :
1. Wujud fisik spesifiaksi produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini
adalah media cetak berupa Buku Ajar (Text Book). Buku ajar ini dibuat
dengan variasi tata letak, pilihan warna, variasi huruf yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga nyaman untuk dibaca dan menarik untuk dipelajari.
2. Buku ajar ini di desain dapat dipergunakan oleh Guru dan Peserta didik, dan
disesuaikan karakteristik siswa sehingga dapat digunakan secara mandiri.
3. Buku ajar ini didesain sebagai buku ajar pada muatan matematika materi
persegi, persegi panjang dan segitiga yang disesuaikan dengan kurikulum
2013 di kelas IV SD/MI.
4. Buku ajar ini isinya didesain sedemikian rupa sehingga bisa dipergunakan
untuk kurikulum 2013, juga dapat digunakan bagi sekolah yang masih
menggunakan kurikulum KTSP tahun 2006, yang dapat digunakan untuk
membantu siswa memahami materi bangun datar .
13
5. Materi yang ada di dalam buku disesuaikan dengan KI dan KD sehingga
bahan ajar ini dapat tersusun secara sistematis.
6. Buku ini berbeda dengan buku ajar lainnya, karena materi yang ada di
dalamnya disajikan dalam bentuk cerita fabel yang menarik. Pada setiap
pembahasan, dilengkapi dengan gambar-gambar yang mendukung sehingga
siswa tertarik untuk mempelajarinya.
7. Buku ajar ini di dalamnya dilengkapi dengan penanaman konsep lewat
cerita, contoh materi dalam kehidupan nyata, catatan untuk diingat,
rangkuman dan soal-soal untuk mengukur kemampuan siswa.
8. Hasil belajar dari pembelajaran matematika kelas IV melalui cerita fabel ini
ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu memperkuat karakter
dan meningkatkan hasil belajar.
9. Bentuk fisik bahan ajar dalam penelitian ini berupa media cetak dibuat
dengan variasi tata letak, pilihan warna, variasi huruf yang sesuai dengan
kebutuhan sehingga nyaman untuk dibaca dan menarik untuk dipelajari.
14
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Teori Belajar
Belajar menurut teori behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Menurut Thorndike dalam Budiningsih (2005: 21)
menyatakan sebagai berikut.
―Belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu
apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan
respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga
dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan‖.
Reber dalam Muhibbin (2011: 66) dalam kamusnya, Dictionary of
Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama belajar
adalah The process of acquiring knowladge (proses memperbaiki
pengetahuan), kedua belajar adalah A relatively permanent change in
respons potentiality which occurs as aresult of rein forced practice (suatu
perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan
yang diperkuat).
15
Barlow dalam Muhibbin (2011: 64). Menyebutkan dalam bukunya
Educational Psychology : The Teaching-Learning Process berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
berlangsung secara progresif.
Belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman,
yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat
diukur. Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Menurut Bruner seorang pengikut teori kognitif dalam Budiningsih (2005:
41), memandang belajar menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya. Belajar menurut pandangan Habermas ahli
psikologi dari pandangan teori belajar humanistik dalam Thobroni (2011:
161), bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan
lingkungan maupun dengan sesama manusia.
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Hasil suatu
penelitian tentang gaya belajar. James and Blank dalam Elbitar (2011: 47),
mengungkapkan bahwa gaya belajar didefinisikan sebagai ―serangkaian
faktor, perilaku, dan sikap yang memfasilitasi pembelajaran bagi seorang
16
individu dalam situasi tertentu‖ (Learning style is defined as "a set of
factors, behaviors, and attitudes that facilitate learning for an individual in
a given situation" ).
Selanjutnya, James and Blank mengungkapkan bahwa gaya belajar
dikategorikan ke dalam 3 (tiga) hal, yaitu, persepsi, kognitif dan afektif
(categorized learning styles into three realms: perceptual, cognitive, and
affective). Persepsi mencakup 7 (tujuh) cara peserta didik menerima dan
menyerap informasi dari lingkungannya. Ke-7 (tujuh) cara tersebut adalah
mendengar, menyentuh, bercakap-cakap dan diskusi dengan orang lain,
pergerakan tubuh, memberdayakan penciuman, membaca dan menulis dan
melihat gambar, foto, objek dan kegiatan (these seven perceptual learning-
style factors are aural (listening), haptic (touching or holding), interactive
(verbalizing and discussing with others), kinesthetic (body movement),
olfactory (employing the sense of smell), print (reading and writing), and
visual (viewing pictures, images, objects, and activities).
Penjelasan dari tokoh pendidikan tersebut disadari bahwa serangkaian
faktor, tingkah laku dan sikap adalah satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dalam pembelajaran karena hal tersebut yang memfasilitasi
pembelajaran sehingga peserta didik memperoleh perubahan dengan
menyerap informasi dari lingkungannya dengan berbagai cara.
Dari pengertian di atas, pada dasarnya belajar merupakan suatu proses,
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil satu tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Oleh karena itu
proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau
17
informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang dan ada interaksi dengan lingkungan.
2. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Surya (2004: 16), hasil belajar adalah perubahan perilaku individu.
Individu akan memperoleh perilaku yang baru, menetap, fungsional, positif,
disadari dsb. Lebih lanjut Surya mengungkapkan bahwa perubahan perilaku
sebagai hasil pembelajaran ialah perilaku secara keseluruhan yang
mencakup aspek kognitif, afektif dan motorik. Sementara menurut
Benyamin S. Bloom dalam Surya (2004: 17), hasil belajar adalah suatu
akibat dari proses belajar yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga ranah,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Menurut Suprijono dalam Thobroni (2011: 22-23), hasil belajar berupa hal-
hal sebagai berikut.
a. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa baik lisan maupu tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan
aturan.
b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis, fakta-konsep, dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
18
c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
e. Sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek tersebut. Sikap
berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap
merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku.
Menurut Sudjana (2005:19) hasil belajar berkenaan dengan kemampuan
siswa di dalam memahami materi pelajaran. Hamalik mengemukakan, hasil
belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, abilititas dan keterampilan. Hasil belajar tampak sebagai terjadi
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur
dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang
lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya.
Dilihat dari sudut pandang pembelajaran, hasil belajar diperkuat lagi oleh
Suprijono mengenai pandangan Bloom tentang hasil belajar dalam Thobroni
(2011: 25), bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ketiga aspek kemampuan tersebut meliputi:
19
a. Domain kognitif, mencakup
1) Knowledge (pengetahuan, ingatan)
2) Chomprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh)
3) Application (menerapkan)
4) Analysis (menuraikan, menentukan hubungan)
5) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk hal baru).
6) Evaluating (menilai)
b. Domain afektif mencakup
1) Receiving ( sikap menerima)
2) Responding (memberikan respons)
3) Valuing (menilai)
4) Organization (organisasi)
5) Characterization (karakterisasi).
c. Domain psikomotorik, mencakup
1) Initiatory (pemrakarsa)
2) Motion skills (keterampilan gerak)
3) Productive skills, techniques, physical (keterampilan produktif, teknik,
fisik).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku siswa secara keseluruhan baik dalam
pemahaman, sikap, dan tingkah lakunya. Hasil belajar dialami siswa dari
yang belum tahu menjadi tahu menuju perbaikan dalam sikap, pengetahuan
dan tingkah laku.
3. Tujuan dan Fungsi Hasil Belajar
a. Tujuan Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana
(2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
20
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak
proses belajar.
Menurut Chittenden dalam Arifin (2009: 15), tujuan hasil belajar adalah:
1. Untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta didik sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan,
2. Untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik selama
mengikuti proses pembelajaran,
3. Untuk mencari, menemukan dan mendeteksi kekurangan, kesalahan
atau kelemahan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga
guru dapat dengan cepat mencari alternative solusinya,
4. Untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan .
b. Fungsi Hasil Belajar
Ada beberapa fungsi hasil belajar antara lain:
1. Fungsi formatif, yaitu untuk memberikan umpan balik (feedback)
kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran
dan mengadakan program remedial bagi peserta didik.
2. Fungsi sumatif, yaitu untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil
belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan
21
untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan
kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.
3. Fungsi diagnosti, yaitu untuk memahami latar belakang (psikologis,
fisik dan lingkungan) peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
4. Fungsi penempatan, yaitu untuk menempatkan peserta didik dalam
situasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan tingkat kemampuan
peserta didik (Arifin, 2009: 20).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:6), Hasil belajar ialah hasil yang
dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil
belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi
acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah nilai
tes formatif yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam
tema Bangun Datar.
B. Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dalam segala kompleksitasnya.
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran.
Sebagaimana Mulyasa (2006: 96) mengemukakan bahwa bahan ajar
merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu
22
yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat khusus maupun
yang bersifat umum dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
Dick dan Carey (2009: 230) menambahkan bahwa: instructional material
contain the conten either written, mediated, or facilitated by an instructor
that a student as use to achieve the objective also include information thet
the learners will use to guide the progress. Berdasarkan ungkapan Dick dan
Carey dapat diketahui bahwa bahan ajar berisi konten yang perlu dipelajari
oleh siswa baik berbentuk cetak atau yang difasilitasi oleh pengajar untuk
mencapai tujuan tertentu. Widodo dan Jasmadi dalam Lestari (2013: 1)
menyatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat
pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan,
dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam
rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi
dengan segala kompleksitasnya.
Iskandar dan Sunendar (2011: 171) mengungkapkan bahwa bahan ajar
merupakan seperangkat informasi yang harus diserap peserta didik melalui
pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
penyusunan bahan ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan manfaat
bahan ajar atau materi itu setelah ia mempelajarinya. Wardhana (2010: 29)
menambahkan bahwa bahan ajar merupakan suatu media untuk mencapai
keinginan atau tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Berdasarkan
kajian di atas, istilah bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
suatu materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru
dan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
23
2. Karakteristik Bahan Ajar
Jenis bahan ajar dibedakan atas beberapa kriteria pengelompokan. Menurut
Koesnandar (2008), jenis bahan ajar berdasarkan subjeknya terdiri dari dua
jenis antara lain: (a) bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar, seperti
buku, handouts, LKS dan modul; (b) bahan ajar yang tidak dirancang
namun dapat dimanfaatkan untuk belajar, misalnya kliping, koran, film,
iklan atau berita. Koesnandar juga menyatakan bahwa jika ditinjau dari
fungsinya, maka bahan ajar yang dirancang terdiri atas tiga kelompok yaitu
bahan presentasi, bahan referensi, dan bahan belajar mandiri. Bahan ajar
memiliki beberapa karakteristik, Widodo dan Jasmani dalam Lestari (2013:
2) mengungkapkan bahwa karakteristik bahan ajar yaitu; Self instructional;
Self contained; Stand alone; Adaptive; dan User friendly..
Pertama, self instructional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu
membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Untuk
memenuhi karakter self instructional, maka di dalam bahan ajar harus
terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun
tujuan sementara. Kedua, self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari
satu unit kompetensi atu subkompetensi yang dipelajari terdapat di dalam
satu bahan ajar secara utuh. Ketiga, stand alone (berdiri sendiri) yaitu bahan
ajar dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar. Keempat, adaptive
yaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap
perkembangan ilmu dan teknologi. Kelima, user friendly yaitu setiap
instruksi dan paparan informasi yang tampil membantu dan bersahabat
dengan pemakainya, mudah diakses pemakainya.
24
Lebih lanjut Lestari (2013: 2-3) menyebutkan Sebuah bahan ajar yang baik
harus mencakup: (1) petunjuk belajar (petunjuk guru dan siswa); (2)
kompetensi yang akan dicapai; (3) informasi pendukung; (4) latihan-latihan;
(5) petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja (LK); dan (6) evaluasi. Dengan
adanya bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
3. Jenis - Jenis Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki beragam jenis, yang cetak maupun non-cetak. Bahan
ajar cetak yang sering dijumpai antara lain berupa handout, buku, modul,
brosur, dan lembar kerja siswa. Lestari (2013: 5-6) menyebutkan bahwa
bahan ajar noncetak meliputi bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio
visual) seperti video compact disk dan film. Bahan ajar multimedia interaktif
(interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction),
compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar
berbasis web (web based learning materials).
Mulyasa (2006: 96) menambahkan bahwa bentuk bahan ajar adalah: bahan
cetak (hand out, buku, modul, LKS, brosur, dan leaflet), audio (radio, kaset,
cd audio), visual (foto atau gambar), audio visual (seperti; video/ film atau
VCD) dan multi media (seperti; CD interaktif, computer based, dan
internet). Selain itu, dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 1
menjelaskan bahwa ‖Buku ajar adalah buku acuan wajib untuk digunakan di
satuan pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat
25
materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan,
akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,
peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan
kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional
pendidikan‖.
Bahan ajar yang dimaksud dalam kajian ini lebih ke bahan ajar cetak berupa
buku ajar. Hal ini dikarenakan, buku ajar sangat erat kaitannya dengan
kurikulum, silabus, standard kompetensi, dan kompetensi dasar yang
disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran.
4. Manfaat Bahan Ajar
Prastowo dalam Lestari (2013: 8) mengungkapkan bahwa berdasarkan
strategi pembelajaran fungsi bahan ajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu
fungsi dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan
pembelajaran kelompok.
a. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal antara lain :
1) Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan
pengendali proses pembelajaran.
2) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan.
b. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual antara lain :
1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.
2) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses
peserta didik dalam memperoleh informasi.
3) Sebagai penunjang media pembelajaram individual lainnya.
26
c. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompok antara lain :
1) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok,
dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi,
informasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar
kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya
sendiri.
2) Sebagai bahan pendukung bahan ajar utama, dan apabila dirancang
sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Menurut Mulyasa dalam Lestari (2013:8) mengungkapkan bahwa ada
beberapa keunggulan dari bahan ajar. Diantaranya adalah sebagai berikut.
1). Berfokus pada kemampuan individual siswa, karena pada hakikatnya
siswa memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung
jawab atas tindakan-tindakannya. 2). Adanya kontrol terhadap hasil belajar
mengenai penggunaan standard kompetensi dalam setiap bahan ajar yang
harus dicapai oleh siswa. 3). Relevansi kurikulum ditunjukkan dengan
adanya tujuan dan cara penyampaiannya, sehingga siswa dapat mengetahui
keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.
Secara garis besar berdasarkan pendapat diatas fungsi bahan ajar bagi guru
adalah untuk mengarahkan semua aktivitasnya dalm proses pembelajaran
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan
kepada siswa. Sedangkan bagi siswa akan menjadi pedoman dalam proses
pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari, selain itu juga sebagai alat evaluasi.
27
5. Keunggulan dan Kelemahan Bahan Ajar
Menurut Suparman (2012: 286) bahwa penggunaan bahan ajar mempunyai
beberapa keuntungan, antara lain :
a. Biaya pembelajarannya efisien karena dapat diikuti oleh sejumlah besar
peserta didik.
b. Peserta didik dapat maju menurut kecepatan mereka masing-masing.
c. Bahan ajar dapat direviu dan direvisi setiap saat dan bertahap, bagian
demi bagian untuk meningkatkan efektifitasnya.
d. Peserta didik mendapat umpan balik secara teratur dalam proses
belajarnya, karena proses umpan balik itu dapat diintegrasikan ke dalam
bahan ajar.
Selain keuntungan, bahan ajar juga memiliki kekurangan yaitu:
a. Biaya pengembangannya tinggi.
b. Waktu pengembangan lama.
c. Membutuhkan tim pendesain yang berketerampilan tinggi dan mampu
bekerja sama secara intensif dalam masa pengembangannya.
d. Peserta didik dituntut memiliki disiplin belajar yang tinggi.
e. Fasilitator dituntut tekun dan sabar untuk terus menerus memantau
proses belajar, member motivasi dan melayani konsultasi peserta didik
secara individual setiap kali dibutuhkan.
28
6. Prinsip-Prinsip Penetapan Urutan Bahan Ajar
Menurut Sukmadinata (2007:89), Ada beberapa prinsip umum dalam
pengembangan bahan ajar sesuai aturan kurikulum antara lain:
a. Prinsip relevansi.
b. Fleksibelitas.
c. Kontinuitas.
d. Praktis
e. Efektifitas
Komalasari (2010:43) menyatakan buku ajar merupakan buku pelajaran
dalam bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang disusun
oleh para pakar dalam bidang itu dengan maksud dan tujuan instruksional,
dilengkapi dengan sarana-sarana pembelajaran yang serasi dan mudah
dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan pergururan tinggi
sehingga dapat menunjang suatu program pembelajaran. Dalam
mengembangkan bahan pembelajaran perlu diperhatikan model-model
pengembangan guna memastikan kualitasnya, seperti yang diungkapkan
oleh Sagala (2005:136), penggunaan model pengembangan bahan
pembelajaran yang pengembangan pengajaran secara sistematik dan
sesuai dengan teori akan menjamin kualitas isi bahan pembelajaran.
29
C. Pengertian Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa Yunani ―mathein‖ atau ―manthenein‖,
yang berarti ―mempelajari‖. Kebanyakan orang mengatakan bahwa matematika
adalah suatu pelajaran yang pasti atau sering disebut ilmu pasti. Menurut Andi
Hakim Nasution dalam Masykur (2008:42) ―penggunaan istilah matematika
lebih tepat daripada ilmu pasti. Karena dalam matematika, banyak terdapat
pokok bahasan yang justru tidak pasti seperti pada statistik terdapat
probabilitas (kemungkinan)‖. Hudoyo (1990:3) menyatakan matematika
berkenan dengan ide, aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara
logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.
Soedjadi (2000:11) mengemukakan bahwa ada beberapa definisi atau
pengertian matematika berdasarkan sudut pandang pembuatnya, yaitu sebagai
berikut:
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan
dengan bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah
tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
30
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan dengan
objek abstrak yang diatur secara logis yang didapat dengan berpikir.
1. Tujuan Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Soedjadi (1998: 45) bahwa tujuan pembelajaran matematika di setiap
jenjang pendidikan digolongkan menjadi (1) tujuan yang bersifat formal,
yaitu tujuan yang menekankan pada penataan nalar siswa serta pembentukan
pribadinya. (2) tujuan yang bersifat material, yaitu tujuan yang
menekankan pada penerapan matematika baik dalam matematika itu sendiri
maupun di luar matematika.Berdasarkan kurikulum 2013, tujuan
pembelajaran berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan SD yang
diharapkan tercapai meliputi:
a. Domain Sikap: memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggungjawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
b. Domain Keterampilan: memiliki kemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang
ditugaskan kepadanya.
c. Domain Pengetahuan: memiliki pengetahuan faktual dan konseptual
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan
wawasan kebangaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
kejadian di lingkugan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
31
Berdasarkan dari tujuan tersebut maka siswa usia sekolah dasar dengan
kemampuan yang berbeda-beda dapat memahami setiap materi yang
diberikan dapat tertanam dengan baik di dalam memori anak dan tidak
mudah dilupakan. Matematika merupakan suatu simbol yang membutuhkan
penalaran sehingga setiap konsep yang disajikan harus dipahami terlebih
dahulu oleh siswa, Yang dibutuhkan untuk menyelesaikan beragam masalah
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Karakteristik Matematika di SD
Menurut Soedjadi (2000:11) menyatakan matematika adalah pengetahuan
eksak dengan objek abstrak meliputi konsep, prinsip, dan operasi yang
berhubungan dengan bilangan. Artinya bahwa materi matematika tersusun
menurut aturan-aturan dari yang terendah sampai tertinggi dan didasarkan
pada kebenaran-kebenaran yang sudah terbukti kebenarannya. Objek
pembelajaran matematika abstrak namun siswa SD belum bisa berfikir
abstrak mereka berada pada tahap operasional kongkrit. Sehingga
diperlukan pemahaman sifat dan karakteristik pembelajaran
matematika di SD. Berikut ini karakteristik matematiaka di SD :
a. Pembelajaran matematika berjenjang (bertahap).
Matematika dimulai dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih
sukar. Sehingga pembelajaran matematika harus dimulai dari suatu hal
yang kongkrit dan berakhir ke yang abstrak.
b. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral.
Spiral maksudya adalah pembelajaran hari ini berkaitan dengan
pembelajaran sebelumnya dan sesudahnya begitu seterusnya. Sehingga
32
setiap memperkenalkan konsep atau materi yang baru perlu dikenalkan
konsep materi yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Materi baru
selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari siswa
sebelumnya, k arena materi sebelumnya dapat menjadi prasyarat untuk
memahami materi selanjutnya.
c. Pembelajaran matematika menekankan pada pola pendekatan induktif.
Matematika merupakan ilmu deduktif namun melihat tahap
perkembangan mental siswa maka dalam pembelajaran matematika
digunakan pendekatan induktif. Misalkan pada pengenalan bangun-
bangun ruang, pembelajaran tidak dimulai dari definisi bangun ruang
melainkan dimulai dengan memperhatikan contoh-contoh bangun
ruang tersebut dan mengenal namanya serta mengenalkan sifat-
sifatnya sehingga didapat pemahaman konsep bangun-bangun ruang.
d. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.
Matematika merupakan kebenaran yang konsisten artinya tidak ada
pertentangan antara kebenaran yang satu dengan kebenaran yang
lain. Kebenaran suatu pernyataan didasrkan kepada pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang telah diterima kebenaranya.
e. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna
Pembelajaran matematika hendaknya dapat disajikan secara
bermakna maksudya adalah pembelajaran matematika berfokus pada
pengertian bukan hafalan. Dalam pembelajaran bermakna konsep
matematika ditemukan sendiri oleh siswa melalui contoh-contoh secara
induktif dan berdasarkan pengalaman siswa secara langsung.
33
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, matematika telah berkembang
pesat baik materi maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penguasaan matematika secara baik sejak dini perlu ditanamkan
sehingga konsep-konsep dasar matematika dapat diterapkan dengan
tepat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memakai konsep dasar
matematika maka anak akan memiliki bekal untuk menguak
perkembangan ilmu dan teknologi. Pada dasarnya pembelajaran
matematika di SD bertujuan untuk pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep matematika yang relatif abstrak.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD
Secara garis besar ruang lingkup pokok pembahasan matematika di SD
meliputi lima poin yaitu:
1. Unit aritmatika (berhitung)
Unit aritmatika dasar atau berhitung mendapat porsi dan penekanan
utama. Sebagian besar dari kajian di SD adalah berhitung.
2. Unit pengantar aljabar
Unit pengantar aljabar adalah perluasan terbatas dari unit matematika
dasar. Dengan dasar pemahaman tentang pemahaman, dilakukan
pengenalan perintisan aljabar.
3. Unit geometri
Unit geometri mengutamakan pengenalan bangun datar dan bangun
ruang.
34
4. Unit pengukuran
Pengukuran diperkenalkan sejak kelas 1 sampai kelas 6 dan diawali
dengan pengukuran tanpa menggunakan satuan baku. Konsep-
konsep pengukuran yang diperkenalkan mencakup pengukuran
panjang, keliling, luas, berat, volume, sudut, dan waktu dengan
satuan ukuranya.
5. Unit kajian data
Yang dimaksud kajian data adalah pembahasan materi statistik
secara sederhana di SD. Dalam kajian ini terdapat kegiatan
pengumpulan data, menyusun data, menyajikan data secara sederhana
serta membaca data yang telah disajikan dalam bentuk diagram.
Sedangkan untuk materi pada buku matematika kelas IV sekolah dasar
berdasarkan kurikulum 2013 revisi, secara garis besar materi yang dipelajari
meliputi: pecahan, KPK, FPB, pembulatan, segi banyak, bangun datar, garis
dan sudut, serta statistika.
4. Pengertian Geometri Bangun Datar
Menurut Tarigan (2006: 63) Bangun datar dapat didefinisikan sebagai
bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar
tetapi tidak mempunyai tinggi dan tebal. Glover (2004 : 3) menyatakan
geometri adalah cabang matematika yang mempelajari garis, kurva, sudut,
dan bangun. Bangun geometri dibentuk dari garis lurus, lingkaran, dan
busur. Geometri merupakan bagian dari matematika yang membahas
mengenai titik, bidang dan ruang. Sudut adalah besarnya rotasi antara dua
buah garis lurus, ruang adalah himpunan titik- titik yang dapat membentuk
35
bangun bangun geometri, garis adalah himpunan bagian dari ruang yang
merupakan himpunan titik-titik yang mempunyai sifat khusus, bidang
adalah himpunan titik- titik yang terletak pada permukaan datar, misalnya
permukaan meja.
Menurut Lisnani dalam Jurnal yang berjudul Desain Pembelajaran Bangun
Datar Menggunakan Fable “ Dog Catches Cat” And “Puzzle” Tangram Di
Kelas II SD. diterbitkan pada tahun 2013. Menjelaskan bahwa Menurut
peneliti, kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam pengenalan dan
pengelompokkan bangun datar dapat dimulai ketika siswa mulai mengenali
bentuk fisik dan sifat-sifat bangun tersebut melalui visualisasi mereka.
Penelitian yang menggunakan fabel ini bertujuan membantu siswa untuk
menemukan kemampuan berpikir kreatif mereka melalui Pendekatan PMRI,
melalui konteks tangram melalui Fable ―dog catches cat”. Sedangkan
Puzzle Tanggram dari hasil kreasi origami sebagai media untuk
mengelompokkan bangun datar tersebut. Bangun datar bisa mempunyai sisi
lurus ataupun lengkung. Bangun datar merupakan bangun dua dimensi yang
memiliki panjang dan lebar, tetapi tidak memiliki tinggi atau ketebalan.
Luas bangun datar adalah banyaknya persegi dengan sisi satuan panjang
yang menutupi seluruh bangun datar tersebut.
5. Bagian-Bagian Bangun Datar
Menurut Glover (2004 : 3) menyatakan bangun datar adalah bangun rata
yang dapat dipotong dari sehelai kertas. Adapun bagian-bagian bangun datar
adalah sebagai berikut:
36
a. Titik (.)
Titik merupakan sebuah noktah, sehingga tidak memiliki panjang. Titik
adalah bentuk yang paling sederhana dari geometri, ini dikarenakan
titik hanya digunakan untuk menunjukkan posisi. Contoh • (Titik) A
b. Garis.
Sebuah garis (garis lurus) dapat dibayangkan sebagai kumpulan dari
titik – titik yang memanjang secara tak terhingga ke kedua arah.
Apabila 2 titik dihubungkan maka diperoleh suatu garis.
Garis AB
c. Bidang
Sebuah bidang dapat dianggap sebagai kumpulan titik yang jumlahnya
tak terhingga yang membentuk permukaan rata yang melebar ke segala
arah sampai tak terhingga.
6. Materi Keliling Dan Luas Bangun Datar di SD
Menurut Yuliati (2016:109 - 129) Materi bangun datar pada sekolah dasar
dijelaskan sebagai berikut:
a. Persegi ( Bujur sangkar)
Yuliati (2016:110) menjelaskan bahwa Persegi atau biasa juga disebut
bujur sangkar merupakan bangun datar yang semua sisinya sama
panjang. Adapun sifat-sifat persegi atau bujur sangkar adalah :
1) Mempunyai empat sisi yang sama panjang.
37
2) Mempunyai empat sudut siku-siiku 900.
3) Mempunyai dua garis diagonal yang sama panjang.
4) Mempunyai empat simetri lipat dan empat simetri putar.
b. Persegi panjang
Yuliati (2016:117) menjelaskan bahwa Pengertian Persegi panjang
adalah bangun datar yang berbentuk bujur sangkar dengan dua sisi yang
saling berhadapan sejajar dan sama panjang dengan pasangannya
masing-masing dimana sisi yang terpanjang disebut panjang dan sisi
yang lebih pendek disebut lebar.
Sifat-sifat Persegi panjang adalah:
1) Sisi yang berhadapan sama panjang.
2) Keempat sudutnya sama besar yaitu 900.
3) Kedua garis diagonalnya sama panjang.
4) Memiliki dua simetri lipat dan dua simetri putar.
c. Segitiga
Yuliati (2016:121) menjelaskan bahwa Segitiga adalah suatu bangun
datar yang jumlah sudutnya 1800 dan dibentuk dengan cara
menghubungkan tiga buah titik yang tidak segaris dalam satu bidang.
Jenis-jenis Segitiga :
1) Segitiga Sama Sisi
Segitiga sama sisi yaitu segitiga yang ketiga sisinya sama panjang.
38
2) Segitiga Sama Kaki
Segitiga sama kaki yaitu segitiga yang mempunyai dua sudut yang
sama dan dua buah sisi yang sama.
3) Segitiga Siku-siku
Segitiga yang salah satu sudutnya 90o
4) Segitiga Sembarang
- Ketiga sisinya tidak sama panjang ( AB ≠ BC≠ AC )
- Ketiga sudutnya tidak sama besar (A ≠B ≠C )
D. Cerita Fabel
1. Pengertian Cerita Fabel
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fabel yang berasal dari bahasa
Inggris fable adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia
yang pelakunya diperankan oleh binatang. Dongeng binatang (fabel) adalah
dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti
binatang menyusui, burung, binatang melata (reptillia), ikan, dan serangga.
Binatang-binatang itu dalam cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi
seperti manusia (Danandjaja, 2002:86). Dengan demikian dongeng binatang
menyimbolkan binatang dalam setiap ceritanya, dimana binatang-binatang
itu memiliki watak seperti manusia, berbicara, dan berakal budi. Seolah-
olah binatang itu hidup dan memiliki kebudayaan masyarakat.
Menurut Sugiarto (2009:9), Fabel awalnya muncul di India, pengarang fabel
menggunakan tokoh binatang sebagai pengganti manusia, atas dasar
39
kepercayaan bahwa binatang bersaudara dengan manusia. Adapun tujuan
dongeng fabel ini untuk memberi nasehat secara halus (secara ibarat)
kepada Raja Dabsyalim, Raja India masa itu. Raja tersebut memerintah
secara zalim kepada rakyatnya. Sehingga rakyat membuat nasehat untuk
rajanya dengan bercerita yang menggunakan binatang sebagai tokohnya,
jika nasehat itu jika ditunjukkan langsung kepada raja, maka rakyat akan
mendapatkan hukuman.
Menurut Danandjaja (2002:86), Fabel merupakan dongeng yang ditokohi
binatang peliharaan dan binatang liar, seperti binatang menyusui, burung,
binatang melata (reptillia), ikan, dan serangga. Binatang-binatang itu dalam
cerita jenis ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia.
Menurut Atmaja (2010:81) bahwa ―dongeng adalah cerita prosa rakyat yang
dianggap tidak benar-benar terjadi‖ . Dengan demikian dongeng binatang
menyimbolkan binatang dalam setiap ceritanya, dimana binatang-binatang
itu memiliki watak seperti manusia, berbicara, dan berakal budi. Seolah-
olah binatang itu hidup dan memiliki kebudayaan masyarakat.
Menurut Rana Yıldırım dan Fatma Pınar Torun dalam jurnal The Turkish
Online Journal of Educational Technology (2014:13) bahwa Cerita dapat
digunakan sebagai sumber tak ternilai yang bisa mendukung anak-anak
dengan kontekstualisasi dalam pembelajaran di kelas.
Menurut Ridwan dalam Jurnal Premiere Educandum, (2016, 95 – 109)
bahwa Definisi dari fabel sendiri adalah cerita binatang yang dimaksudkan
sebagai personifikasi karakter manusia. Binatang-binatang yang dijadikan
tokoh cerita dapat berbicara, bersikap, dan berperilaku sebagaimana halnya
40
manusia. Menurut Atmaja (2010: 82) bahwa sebuah karya sastra tidak
terlepas dari nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu :
a. Nilai Moral, sebuah karya sastra membawa pesan dan amanat, pesan
moral disampaikan langsung atau tidak langsung oleh seorang pengarang,
dan pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh-tokohnya.
b. Nilai Estetis, nilai estetis merupakan nilai keindahan yang melekat pada
dongeng tersebut, seperti rima, diksi, atau gaya.
c. Nilai Budaya, nilai budaya dan sosial tidak terlepas dari karya sastra
tersebut bercerita tentang daerah tertentu. Aspek budaya tersebut dapat
diketahui dari latar atau setting, tokoh, corak masyarakat, kesenian
ataupun kebudayaan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa cerita fabel
cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya
diperankan oleh binatang dan kebanyakan ditujukan untuk anak-anak
sehingga alur cerita mulai dari awal, titik klimaks sampai akhir cerita berisi
pesan moral baik dan selalu diakhiri secara damai, baik-baik tanpa
kekerasan dan mengedepankan supaya pesan moral dapat dipahami anak-
anak.
Berdasarkan beberapa definisi cerita fable diatas, Fabel berkarakter adalah
dongeng yang ditokohi binatang. Makna yang terkandung dalam fabel
berkarakter adalah isi setiap ceritanya, dimana binatang-binatang itu
memiliki watak seperti manusia, berbicara, dan berakal budi. Seolah-olah
binatang itu hidup dan memiliki kebudayaan masyarakat. Karakter-karakter
yang terdapat pada binatang tersebut dianggap mewakili karakter-karakter
41
manusia dan diceritakan mampu berbicara dan bertidak seperti halnya
manusia. Fabel diceritakan bukan dengan tujuan menghibur semata, Tetapi
juga sebagai media pendidikan moral didalamnya terselip nilai luhur, yakni
pengenalan tentang karakter mulia dan budi pekerti .
2. Manfaat Cerita Fabel Berkarakter
Membacakan cerita atau dongeng pada anak adalah salah satu cara
berkomunikasi dengan anak kecil, melalui cerita guru dapat menyampaikan
pesan-pesan moral baik yang secara umum maupun yang diselipkan.
Berdasarkan sumber data yang didapat dari Danandjaja (2002:96), manfaat
dongeng fabel yaitu:
a. Anak-anak pada dasarnya suka hewan, dongeng dengan tokoh hewan
membuat anak lebih menikmati membaca. Jika kesan pertama akan buku
itu menyenangkan, lebih besar kemungkinan anak akan tumbuh jadi
orang yang suka membaca.
b. Anak bisa belajar dari moral yang terkandung dalam cerita fabel.
c. Jika ceritanya fantasi, anak bisa melatih imajinasi. Dalam hal ini sebah
cerita lebih banyak menggambarkan kehidupan yang mengedepankan
imajinasi anak.
d. Jika ceritanya berdasarkan realita, anak bisa menerapkan dalam hidup
sehari-hari. Cerita-cerita yang didasari kehidupan realita, dimana dalam
cerita tersebut memiliki pola kehidupan hampir sama dengan kehidupan
manusia khususnya anak. Seperti menceritakan berbuat baik atau saling
menolong.
42
Dari uraian diatas, maka dongeng binatang tidak dapat dimanfaatkan jika
orang tua tidak berperan aktif dalam memanfaatkan dongeng binatang,
untuk itu peranan orang tua sangat penting untuk mendidik anak lewat
dongeng binatang tersebut. Guru diharapkan menjawab dengan cara
menyediakan sarana yang semakin merangsang anak berfikir lebih dalam.
Misalnya, dengan memberikan gambar-gambar, buku-buku. Guru
diharapkan memberi kesempatan anak untuk mengembangkan imajinasi,
merenung, berfikir dan mewujudkan gagasan anak dengan cara masing-
masing.
Salah satu bentuk stimulasi untuk mencerdaskan anak ialah dengan
mendongeng binatang. Karena dengan memberikan dongeng, anak diajak
berimajinasi membayangkan visualisasi dari cerita yang didengar sehingga
dapat meningkatkan kecerdasan anak, dan ibu dapat memandu
mengembangkan imajinasi tersebut. Setelah disimpulkan dari berbagai
sumber, manfaat dongeng binatang dapat diketahui sebagai berikut:
a. Mengasah daya pikir dan imajinasi.
b. Menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk
menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati,
kesetiakawanan, kerja keras.
c. Menumbuhkan minat baca anak.
d. Mengembangkan intelektual.
e. Kemampuan bahasa meningkat.
f. Mengenal budaya, seorang anak akan menjumpai berbagai sikap dan
perilaku hidup yang mencerminkan masyarakat dengan budayanya.
43
Pada penelitian ini cerita fabel akan dikemas sebagai cerita pengantar pada
setiap materi, agar siswa lebih tertarik mempelajari materi dan mudah
memahami materi yang diberikan dan menanamkan karakter secara tidak
langsung dengan cerita tersebut.
E. Program Penguatan Karakter
1. Pengertian Karakter
Kata karakter diambil dari bahasa Inggris character, yang juga berasal dari
bahasa Yunani character. Secara umum istilah character digunakan untuk
mengartikan hal yang berbeda antara satu hal dengan hal lainnya, dan
akhirnya juga digunakan untuk menyebut kesamaan kualitas pada tiap orang
yang membedakan dengan kualitas lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008:623) karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dari
pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa karakter setiap individu
akan berbeda dengan karakter individu yang lain.
Selanjutnya, Kemdiknas (2010:7) mendefinisikan karakter sebagai nilai-
nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan tercerminkan dalam
perilaku. Dalam hal ini berarti bahwa nilai moral positif dalam diri
seseorang tercermin dalam kepribadian atau tingkah lakunya. Koesoema
(2010:80) bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karakteristik, gaya, dan sifat dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan misalnya
keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak lahir.
44
Sementara Wiyani (2013:27—28) menyatakan bahwa pendidikan karakter
adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya, yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta
rasa dan karsa. Namun demikian, antara karakter dan kepribadian bukan dua
hal yang sama. Karakter merupakan gambaran tingkah laku yang
menonjolkan nilai benar salah, baik buruk. Karakter berbeda dengan
kepribadian. Kepribadian dibebaskan dari nilai, sementara karakter lekat
dengan nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian, maupun karakter
berwujud tingkah laku manusia yang ditunjukkan ke lingkungan sosial.
Karakter dan kepribadian relatif permanen, serta menuntun, mengarahkan,
dan mengorganisasikan aktivitas individu. Pendidikan karakter dapat
dimaknai dengan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan watak, yang bertujuan untuk memberikan keputusan
baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan dalam
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Kemdiknas (2010: 2) mengemukakan hasil diskusi dan sarasehan tentang
―Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa‖ menghasilkan ―Kesepakatan
Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa‖ untuk
berbagai wilayah Indonesia yang terdiri dari 18 nilai sebagai berikut: (1)
Religius (2) Jujur (3) Toleransi (4) Disiplin (5) Kerja keras (6) Kreatif (7)
Mandiri (8) Demokratis (9) Rasa ingin tahu (10) Semangat kebangsaan (11)
Cinta tanah air (12) Menghargai prestasi (13) Bersahabat (14) Cinta damai
(15) Gemar membaca (16) Peduli lingkungan (17) Peduli sosial (18)
Tanggung jawab.
45
Dari 18 Pedoman nilai karakter yang ada tersebut oleh Kemdikbud (2017)
diringkas menjadi 5 Program Penguatan Karakter yaitu :
1. Religius (Beriman, Bertaqwa, Toleransi, Cinta Lingkungan).
2. Nasionalis (Cinta Tanah Air, Semangat Kebangsaan, Menghargai
Kebhinekaan).
3. Integritas (Kejujuran, Keteladanan, Kesantunan, Cinta pada
Kebenaran).
4. Mandiri (Kerja Keras, Kreatif, Disiplin, Berani, Pembelajar,
tanggungjawab).
5. Gotong Royong (Kerjasama, Solidaritas, Saling Menolong,
Kekeluargaan).
2. Karakter Jujur
a. Pengertian Kejujuran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (2007:
496), jujur berarti lurus hati, tidak curang. Samani dan Hariyanto (2013:
51) menjelaskan bahwa jujur adalah menyatakan apa adanya, terbuka,
konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani
karena benar, dapat dipercaya amanah (trustworthiness), dan tidak
curang (no cheating). Secara singkat Wibowo (2012: 40) mengartikan
bahwa jujur adalah orang yang berbicara dan berbuat harus apa adanya,
tanpa menutupi dengan kebohongan.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional tahun (2010), jujur diartikan
sebagai perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
46
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan. Lickona (2013: 65) menyatakan bahwa kejujuran adalah salah
satu bentuk nilai yang harus diajarkan di sekolah. Jujur dalam berurusan
dengan orang lain, tidak menipu, mencurangi, atau mencuri dari orang
lain merupakan sebuah cara mendasar untuk menghormati orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
kejujuran adalah sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan
perilaku tidak suka berbohong, tidak curang, memberikan informasi
sesuai dengan kenyataan apa adanya secara terbuka, dapat dipercaya
dalam perkataan, perbuatan dan pekerjaan sesuai dengan kondisi dan
fakta yang ada sebenarnya.
b. Indikator karakter Kejujuran di Sekolah
Berkaitan dengan nilai kejujuran, maka peran kepala sekolah, guru,
dan komite harus mampu menjadi model keteladanan dalam
penanaman nilai-nilai kejujuran di sekolah. Indikator nilai kejujuran di
sekolah menurut Wibowo (2012: 100) meliputi (1) Menyediakan
fasilitas tempat temuan barang hilang, (2) Transparansi laporan
keuangan dan penilaian sekolah secara berkala, (3) Menyediakan
kantin kejujuran, (4) Menyediakan kotak saran dan pengaduan, (5)
Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.
Menurut Hasan (2010: 38) menyebutkan indikator keberhasilan nilai
jujur sebagai berikut: (1) Tidak menyontek dalam mengerjakan setiap
tugas; (2) Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang suatu pokok
diskusi; (3) Mengemukakan rasa senang atau tidak senang terhadap
47
pelajaran; (4) Menyatakan sikap terhadap suatu materi diskusi kelas;
(5) Membayar barang yang dibeli di toko sekolah dengan jujur; dan
(6) Mengembalikan barang yang dipinjam atau ditemukan di tempat
umum.
Menurut Fitri (2012: 40), indikator keberhasilan dari nilai kejujuran di
sekolah antara lain:
(1) Membuat dan mengerjakan tugas secara benar.
(2) Tidak mencontek atau memberikan contekan.
(3) Membangun koperasi atau kantin kejujuran.
(4) Melaporkan kegiatan sekolah secara transparan.
(5) Melakukan sistem perekrutan siswa secara benar dan jujur.
(6) Melakukan sistem nilai yang akuntabel dan tidak memanipulasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
indikator menurut Fitri paling mendekati dalam implementasi karakter
kejujuran di sekolah.
3. Karakter Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Menurut Arikunto (2010:114) disiplin ialah Kepatuhan seseorang dalam
mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya
kesadaran yang ada pada kata hatinya tanpa ada paksaan dari pihak luar.
Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2005: 10) disiplin adalah suatu
sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-
peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta
48
sanggup menjalankannya dan siap menerima sanksi apabila melanggar
tugas yang diberikannya.
Kemendiknas (2010: 9) mendeskripsikan disiplin sebagai tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. Begitu pula Rachman ( 2008: 35) menjelaskan bahwa disiplin
berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap aturan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa
hakikat dari nilai disiplin ialah perilaku individu yang menunjukkan pada
ketaatan pada sebuah aturan tertentu dan apabila melanggarnya akan
dikenakan sanksi yang berlaku.
b. Indikator nilai disiplin
Menurut Kemendiknas (2010: 26) indikator dari nilai disiplin ialah :
(1) Membiasakan hadir tepat waktu.
(2) Membiasakan mematuhi aturan.
(3) Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan.
Hal senada diungkapkan Asmani (2013: 94) bahwa dimensi dari
disiplin ialah:
(1) Disiplin waktu. (2) Disiplin menegakkan aturan. (3) Disiplin
sikap. (4) Disiplin menjalankan ibadah.
Berdasarkan kedua pendapat yang telah disebutkan, maka dapat kita
ketahui bahwa indikator dari nilai disiplin pada dasarnya ialah disiplin
waktu, disiplin menegakkan peraturan, dan disiplin perilaku.
49
4. Karakter Tanggungjawab
a. Pengertian nilai tanggung jawab
Kemendiknas (2010: 10) mendeskripsikan tanggung jawab sebagai sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan Munir (2010: 90) menyatakan bahwa tanggung jawab pada
taraf yang paling rendah adalah kemampuan seseorang untuk
menjalankan kewajiban karena dorongan dari dalam dirinya. Kemudian
tanggung jawab menurut Lickona (2013: 73) berarti melaksanakan
sebuah pekerjaan atau kewajiban dalam keluarga, di sekolah, maupun di
tempat bekerja dengan sepenuh hati dan memberikan yang terbaik.
Berdasarkan pengertian beberapa pengertian tanggung jawab di atas
dapat kita ketahui bahwa hakikat dari nilai tanggung jawab ialah sikap
atau perilaku yang dilakukan seseorang untuk menjalankan
kewajibannya.
b. Indikator nilai tanggung jawab
Menurut Kemendiknas (2010: 27) indikator dari nilai tanggung jawab
ialah sebagai berikut:
(1) Pelaksanaan tugas piket secara teratur. (2) Peran serta aktif dalam
kegiatan sekolah. (3) Mengajukan usul pemecahan masalah.
Sedangkan menurut Darmiyati (2011: 450) penjabaran nilai tanggung
jawab ialah sebagai berikut:
50
(1) Memenuhi kewajiban diri.(2) Dapat dipercaya. (3) Dapat
mengontrol diri sendiri. (4) Gigih. (5) Persiapkan diri untuk menjadi
yang terbaik. (6) Tepat waktu saat berlatih dan bermain. (7) Disiplin diri.
(8) Dapat bekerja sama dengan teman satu tim.
Menurut Narwanti (2011: 69) indikator dari tanggung jawab ialah selalu
melaksanakan tugas sesuai dengan aturan dan bertanggung jawab dengan
semua tindakan yang dilakukan. Berdasarkan uraian mengenai indikator
nilai tanggung jawab yang telah disampaikan dari beberapa sumber,
maka peneliti memilih indikator yang sesuai dengan penelitian ini
sebagai berikut: (1) Bertanggung jawab dengan semua tindakan yang
dilakukan. (2) Memenuhi kewajiban diri. (3) Dapat dipercaya.
5. Pengintegrasian Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggungjawab dalam
Pelajaran
Melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang
sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalm
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengembangan nilai-nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam setiap pokok
bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam
silabus dan RPP. Dalam penelitian ini berarti fokus dalam pengintegrasian
nilai kejujuran, kedisiplinan dan tanggungjawab di dalam RPP, proses
pelaksanaan pembelajaran dan bentuk evaluasi pembelajaran. Untuk
mengetahui deskripsi penerapan karakter jujur, disiplin dan tangggungjawab
pada pelajaran matematika akan dilakukan pengamatan dan penilaian pada
awal dan akhir penelitian, instrumen yang digunakan dengan observasi
sikap oleh guru.
51
6. Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada Matematika
Menurut Suwito (2012: 1). Mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada setiap
mata pelajaran degan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai pada peserta
didik akan pentingnya pendidikan karakter, sehingga diharapkan setiap
peserta didik mampu menginternalisasikan nilai-nilai itu ke dalam tingkah
laku sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di
dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain
untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya
perilaku
Menurut Kemendiknas (2010: 19), Nilai-nilai karakter yang dikembangkan
dalam pembelajaran matematika tetap harus berlandaskan pada nilai-nilai
universal. Melalui kegiatan pembelajaran ini, guru dapat mengembangkan
nilai-nilai karakter seperti jujur, demokrasi, bertanggungjawab, mandiri,
disiplin, kerjakeras, kreatif, rasa ingin tau dan sebagainya.
Menurut Wibowo (2012: 92) Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan karakter
dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut:
1. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
2. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan
keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indikator untuk
menentukan nilai yang akan dikembangkan;
52
3. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter itu ke dalam silabus;
4. Mencantumkan nilai-nilai yang tertera dalam silabus ke dalam RPP.
5. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan
internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai.
6. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami
kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya
dalam perilaku.
Berbagai upaya dapat dilakukan guru matematika untuk mengembangkan
nilai-nilai karakter tersebut. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar
yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter, salah satunya adalah
dengan pembelajaran siswa aktif. Melalui pembelajaran siswa yang aktif
diharapkan berkembangnya nilai-nilai karakter seperti jujur, disiplin,
tanggungjawab, rasa ingin tahu, kreatif dan lain-lain. Penanaman karakter
ini dilakukan secara terus menerus sehingga diharapkan menjadi suatu
kebiasaan. Pedoman nilai moral yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini
seperti tercantum dalam kurikulum Kemdiknas (2010:9-10).
Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam mata pelajaran
Matematika dapat diperinci sebagaimana pada tabel 2.1 di bawah ini:
53
Tabel 2. Nilai Dan Indikator Penerapan Pendidikan Karakter Pada Proses
Pembelajaran Matematika
Nilai Karakter Proses dan Sikap Guru dalam Mengembangkan
karakter Siswa
1. Kejujuran
1. Memperingatkan siswa yang mencontek
temannya saat mengerjakan tugas atau saat
ulangan/ujian.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapat tentang suatu pokok
diskusi.
3. Larangan membawa fasilitas komunikasi pada
saat ulangan, ujian atau pun pada saat
pembelajaran.
4. Transparansi penilaian kelas.
2. Demokratis
1. Mengajak seluruh siswa agar dapat bekerja
sama dalam kelompok tanpa membedakan
suku, agama, ras, golongan, status sosial dan
status ekonomi.
2. Memberikan perhatian yang sama kepada
semua siswa.
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
berbeda pendapat.
4. Menghargai pendapat siswa tanpa membedaan
suku, agama, ras, golongan,status sosial, dan
status ekonomi.
3. Disiplin
1. Guru masuk kelas tepat waktu.
2. Menegur siswa yang melanggar aturan di kelas
(seperti makan dalam kelas, berbicara,
mengganggu temannya, berkeliaran, dan
sebagainya).
3. Mengecek kehadiran siswa.
4. Menggunakan seragam guru sesuai aturan.
54
4. Teliti
1. Saat memulai pelajaran, guru menuliskan tujuan
pembelajaran/KD dan judul materi yang akan
dipelajari.
2. Meminta siswa tidak terburu-buru dalam
mengerjakan soal.
3. Meminta siswa mengecek kembali lembar
jawaban sebelum ikumpulkan.
4. Mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi yang sedang diajarkan, jika siswa belum
paham diberi motivasi atau pertanyaan-
pertanyaan terkait materi.
5. Kerja keras
1. Membiasakan semua siswa mengerjakan semua
tugas yang diberikan selesai dengan baik pada
waktu yang telah ditetapkan.
2. Mengajak siswa untuk lebih giat belajar.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mencari informasi, tentang materi pelajaran ke
teman, guru ataupun pihak lain.
4. Membiasakan siswa untuk mengutarakan
pendapatnya saat diskusi kelas.
6. Kreatif
1. Mengajukan berbagai pertanyaan berkenaan
dengan suatu pokok bahasan untuk memancing
gagasan siswa.
2. Pemberian tugas yang menantang munculnya
daya pikir kreatif.
3. Menerapkan berbagai metode pembelajaran.
4. Menggunakan berbagai alat penilaian.
5. Menggunakan berbagai media pembelajaran.
7. Mandiri
1. Menciptakan suasana kelas yang memberikan
kesempatan kepadasiswa untuk bekerja sendiri.
2. Meminta siswa untuk mengerjakan sendiri
tugas individu yang diberikan.
3. Memantau kerja siswa secara mandiri.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk
menentukan kelompok diskusinya sendiri.
5. Memintasiswa mengerjakan sial di papan tulis.
8. Rasa ingin
tahu
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya kepada guru atau teman tentang materi
matematika.
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait
55
materi.
3. Menciptakan suasana kelas yang mengundang
rasa ingin tahu.
4. Mengajak siswa untuk mencari informasi dari
berbagai sumber
9. Tanggung
Jawab
b. Membiasakan siswa untuk mengerjakan soal
latihan yang diberikan.
c. Membiasakan siswa untuk berani
mempertanggungjawabkan pendapatnya.
Pada penelitian ini karakter yang akan diamati dan diperkuat kepada siswa
adalah sikap jujur, disiplin dan tanggungjawab
F. Model Problem Based Learning
1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joyce dalam Trianto, (2013:25) Model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum. Joyce
menyatakan pula bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita
dalam pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga mampu tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut Trianto (2011:21) Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistimatis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan
guru dalam merencanakan aktifitas belajar mengajar. Istilah model
56
pembelajaran mengarah pada satu pendekatan pembelajaran tertentu
termasuk tujuanya, sintaknya, lingkunganya, dan sistem pengelolaanya.
―The team teaching model refres to a particular approach to
instruction that include its goals, syntax, enviroment, and menegement
system.” Tujuan, sintak, lingkungan dan sistem pengelolaan masing-
masing berkaitan tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainya.
Melalui pendapat-pendapat para ahli mengenai pengertian model
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
suatu kerangka untuk merencanakan suatu pembelajaran dengan
prosedur yang sistimatis dalam mengupayakan pengorganisasian
pengalaman belajar dalam upaya tercapainya tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman para guru dalam
merancang pelaksanaan proses pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa
prosedur model pembelajaran hampir sama dengan prosedur penyusunan
RPP, dimana terdapat tujuan, materi, kegiatan guru dan siswa, metode,
media, sumber belajar dan alat evaluasi.
2. Pengertian Model Problem Based Learning
Menurut Amir, (2010:21). Model Problem Based Learning dikembangkan
berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep
tersebut adalah belajar penemuan. Konsep tersebut memberikan dukungan
teoritis terhadap pengembangan model Problem Based Learning yang
berorientasi pada kecakapan memproses informasi. Problem Based
Learning merupakan model intruksional yang menantang siswa agar
57
―belajar untuk belajar‖ bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi
bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa
keinggintauan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas
matapelajaran. Problem Based Learning mempersiapkan siswa untuk
berfikir kritis dan analisis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber
belajar yang sesuai.
Berikut ini kami menyajikan beberapa pendapat tentang Model Problem
Based Learning: Menurut Roh,(2003:1) Model pembelajaran berbasis
masalah (Problem-Based Learning) adalah suatu pembelajaran yang di
awali dengan menghadapkan siswa pada suatu masalah. Menurut Tan dalam
Rusman (2011: 232). Pembelajaran berbasis masalah merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi
segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Pendapat di atas diperjelas oleh Ibrahim dan Nur dalam Rusman, (2011:
241) bahwa Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi
siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di
dalamnya belajar bagaimana belajar. Menurut Sumantri (2015: 43),
Pembelajaran bebasis masalah adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan pada pradigma konstruktivisme, yang berorientasi pada proses
belajar siswa (student-centered learning). Definisi pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu lingkungan belajar di mana masalah mengendalikan
proses belajar.
58
Menurut Suprihatiningrum (2013: 215), Pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu model pembelajaran yang sejak awal siswa dihadapkan pada
suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang
bersifat student centered. Di dalam pembelajaran berbasis masalah, dikenal
adanya conceptual fog yang bersifat umum, mencakup kombinasi antara
metode pendidikan dan filosofi kurikulum. Pada aspek filosofi,
pembelajaran berbasis masalah dipusatkan pada siswa yang dihadapkan
pada suatu masalah. Sementara pada subject based learning guru
menyampaikan pengetahuannya kepada siswa sebelum menggunakan
masalah untuk memberi ilustrasi pengetahuan tadi. Pembelajaran bebasis
masalah bertujuan agar siswa mampu memperoleh dan membentuk
pengetahuan secara efisien, kontekstual dan terintegrasi. Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Problem
Based Learning adalah pembelajaran yang proses pembelajarannya diawali
dengan pemberian masalah kepada siswa.
3. Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Problem Based Learning
Teori belajar yang melandasi model pembelajaran Problem Based Learning,
a. Teori belajar bermakna dari David Ausubel
Menurut Ausubel dalam Rusman,(2011:242) membedakan antara belajar
bermakna ( meaningfull learning) dengan belajar menghafal ( rote
learning ). Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana informasi
baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki
seseorang yang sedang belajar. Belajar menghafal diperlukan bila
seseorang memperoleh informasi baru dalam pengetahuan yang sama
59
sekali tidak berhubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitannya
dengan Problem Based Learning dalam hal mengaitkan informasi baru
dengan stuktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
b. Teori belajar Vigostsky
Rusman ( 2011:244) menjelaskan Perkembangan intelektual terjadi pada
saat individu berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta
ketika berusaha untuk memecahkan masalah yang berikan. Dalam upaya
menempatkan pemahaman, individu berusaha mengaitkan pengetahuan
baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian
membangun pengetahuan baru. Vigostsky meyakini bahwa interaksi
sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa. Kaitannya dengan
Problem Based Learning dalam hal mengaitkan informasi baru dengan
stuktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar
dalam interaksi sosial dengan teman lain.
c. Teori belajar Jerome S. Brunner
Metode penemuan merupakan metode dimana siswa menemukan
kembali, bukan menemukan yang sama sekali yang benar-benar baru.
Kaitannya dengan Problem Based Learning dalam hal menemukan
informasi baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih
kuat, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta didukung oleh
pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna.
60
Pembelajaran Problem Based Learning merupakan pembelajaran dimana
siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan kemampuan
berfikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri
Arends dalam Trianto, ( 2011:68). Model pembelajaran ini mengacu pada
model pembelajaran yang lain, seperti pembelajaran berdasarkan proyek,
pembelajaran berdasarkan pengalaman, belajar autentik dan bermakna.
Penyajian sebuah masalah dalam pembelajaran dapat membantu siswa lebih
baik dalam belajar. Setelah melihat pendapat dari beberapa ahli mengenai
hakikat problem based learning dapat disimpulkan bahwa problem based
learning adalah suatu proses pembelajaran yang diawali dari penyajian
suatu masalah kepada siswa. Masalah yang diberikan kepada siswa
merupakan masalah kongkrit yang dihadapi siswa, kemudian pemecahan
masalah diselesaikan secara berkelompok dimaksudkan untuk melatih
siswa dalam bersosialisasi dan kerjasama.
4. Ciri-ciri Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Arends dalam Suprihatiningrum, (2013: 220), model pembelajaran
Problem-Based Learning memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan
akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran disekitar pertanyaan dan masalah yang
dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk
siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik,
61
menghindari jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai
macam solusi untuk situasi tersebut.
b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada
mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah
yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam
pemecahannya, siswa meninjau masalah dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa untuk
melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata
terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan
produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang
menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka
temukan. Karya nyata dan peragaan yang akan dijelaskan kemudian,
direncanakan oleh siswa untuk mendemonstasikan kepada teman-
temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan
suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
62
e. Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja
sama satu dengan yang lain, paling sering secara berpasangan atau dalam
kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara
berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak
peluang untuk berbagi inkuiri, dialog dan untuk mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
Menurut Arends Problem Based Learning ada beberapa unsur yaitu:
a. Integrated Learning, pembelajaran mengintegrasikan seluruh bidang
pelajaran. Pembelajaran bersifat menyeluruh melibatkan perkembangan
anak dan membangun pemikiran melalui pengalaman langsung.
b. Contextual Learning, yaitu anak belajar sesuatu yang nyata, terjadi, dan
dialami dalam kehidupannya. Anak merasakan langsung manfaat belajar
untuk kehidupannya.
c. Constructivist Learning, yaitu anak membangun pemikirannya melalui
pengalaman langsung (hand on experience).
d. Active Learning, yaitu anak sebagai subyek belajar yang aktif
menentukan, melakukan dan mengevaluasi.
e. Learning Interesting, yaitu bahwa pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan bagi anak karena anak terlibat langsung dalam
menentukan masalah.
63
5. Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning
Sintaks atau langkah-langkah pada Problem Based Learning Menurut
Ibrahim dan Nur dalam Suprihatiningrum, (2013: 223), sebagai berikut:
Tabel 3. Sintaks atau langkah-langkah pada Problem Based Learning
Fase Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Fase 1
Orientasi siswa
terhadap masalah
autentik
Guru mrnyampaikan tujuan
belajar, menjelaskan hal yang
diperlukan, dan memotivasi
menggunakan kemampuannya
memecahkan masalah.
Siswa mendengarkan
tujuan belajar yang
disampaikan oleh guru
dan mempersiapkan
logistik yang diperlukan.
Fase 2
Mengorganisasi
siswa dalam belajar
Guru membantu siswa
mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas
belajar yang diangkat.
Siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan
tugas belajar yang di
angkat.
Fase 3
Membimbing siswa
secara individual
atau kelompok
melaksanakan
penelitian
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk
memperoleh jawaban yang
sesuai atas masalah.
Siswa mengumpulkan
informasi yang sesuai,
melaksanakan
eksperimen, dan berusaha
menemukan jawaban atas
masalah yang di angkat.
Fase 4
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
Guru membantu siswa
menyiapkan karya seperti
laporan, video, gambar dan
membantu untuk menyajikan
kepada teman lain.
Siswa merencanakan dan
menyiapkan karya,video,
dan menyampaikannya
pada teman lain.
Fase 5
Analisis dan
evaluasi proses
pemecahan
masalah.
Guru membantu siswa
melakukan refleksi kegiatan
penyelidikannya dan proses
yang telah dilakukan
Siswa melakukan refleksi
kegiatan penyelidikannya
dan proses yang
dilakukan.
64
Berikut ini penjelasan secara rinci langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengimplementasikan Problem Based Learning dalam pembelajaran
sebagai berikut:
Tahap 1. Mengorientasikan siswa pada masalah.
Dalam hal ini pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan
pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Tahapan ini
sangat penting dalam penggunaan Problem Based Learning, dimana guru
harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa dan
guru sendiri. Di samping proses yang akan berlangsung, penting juga untuk
menjelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembela-
jaran. Semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan
dan menyampaikan ide-ide mereka.
Tahap 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Pemecahan suatu masalah yang membutuhkan kerjasama dan sharing antar
anggota mendorong siswa untuk belajar berkolaborasi. Prinsip-prinsip
pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan
dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi
antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagai-
nya. Hal penting yang dilakukan guru adalah memonitor dan mengevaluasi
kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika
kelompok selama pembelajaran. Selanjutnya guru dan siswa menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
65
Tahap 3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
Pada fase ini guru membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir
tentang suatu masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik
yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang
dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana etika
penyelidikan yang benar.
Tahap 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Hasil karya yang dimaksud lebih dari sekedar laporan tertulis, termasuk hal-
hal seperti rekaman video yang memperlihatkan situasi yang bermasalah
dan solusi yang diusulkan, model-model yang mencakup representasi fisik
dari situasi masalah atau solusinya, dan program komputer serta presentasi
multimedia. Selain beberapa hal tersebut, dapat pula dilakukan dengan cara
lain, newsletter misalnya, merupakan cara yang ditawarkan untuk
memamerkan hasil-hasil karya siswa dan untuk menandai berakhirnya
proyek-proyek berbasis masalah.
Tahap 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Fase terakhir Problem Based Learning ini melibatkan kegiatan-kegiatan
yang dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi
proses berpikirnya sendiri maupun keterampilan investigative dan
keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru
meminta siswa untuk merekonstruksikan pikiran dan kegiatan mereka
selama berbagai fase pelajaran. Tantangan utama bagi guru dalam tahap ini
66
adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah
kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
6. Tujuan Penggunaan Model Problem-Based Learning
Setiap model pembelajaran memiliki tujuan yang ingin dicapai. Seperti yang
diungkapkan Ibrahim dan Nur dalam Rusman, (2011: 242) mengemukakan
tujuan model Problem Based Learning secara lebih rinci yaitu:
a. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan
memecahkan masalah.
b. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam
pengalaman nyata dan autentik.
c. Menjadikan siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan
kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri.
d. Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar
berpikir konkret, tapi belajar berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan
kompleks menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.
7. Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning
Menurut Warsono dan Haryanto, (2012:152). Kelebihan Problem Based
Learning yaitu:
a. Siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan menyelesaikan masalah.
b. Mengajak siswa berpikir secara rasional.
c. Meningkatkan pemahaman siswa atas materi pelajaran.
67
d. Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah yang ada dalam kehidupan nyata.
e. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan
f. Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-
teman.
g. Membiasakan siswa melakukan eksperimen.
Kelemahan dari penerapan model Problem Based Learning antara lain:
a. sedikit guru yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan
masalah.
b. Memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang panjang.
c. Aktivitas siswa di luar sekolah sulit dipantau.
8. Kelebihan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Sudrajat (2011), secara spesifik Keunggulan PBL dalam pelajaran
matematika adalah sebagai berikut:
a. Siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang diajarkan.
b. Melibatkan secara aktif keterampilan memecahkan masalah dan
menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.
c. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika lebih
bermakna.
d. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi
dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang
positif diantara siswa.
68
e. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi
dan bekerjasama sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat
diharapkan.
9. Peran Guru Dalam Pembelajaran Problem Based Learning
Menurut Rusman (2011: 245) Guru harus menggunakan proses yang
pembelajaran yang akan mengerakkan siswa menuju kemandirian,
kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang hayat. Lingkungan
belajar yang dibangun guru harus mendorong cara berpikir reflektif,
evaluasi kritis, dan cara pikir yang berdayaguna. Adapun peran Guru dalam
Pembelajaran Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam
Problem Based Learning adalah: 1) membantu siswa mengubah cara
berpikir; 2) menjelaskan apakah Problem Based Learning itu? Pola apa
yang dialami oleh siswa?; 3) memberi siswa ikhtisar siklus Problem
Based Learning, struktur, dan batasan waktu; 4) mengomunikasikan
tujuan, hasil dan harapan; 5) menyiapkan siswa untuk pembaruan dan
kesulitan yang akan menghadang; dan 6) membantu siswa merasa
memiliki masalah.
b. Menekankan Belajar Kooperatif
Problem Based Learning menyediakan cara untuk inqury yang bersifat
kolaborasi dan belajar Bray,dkk dalam Rusman (2011:235)
mengambarkan belajar kolaboratif sebagai proses di mana orang
melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja
69
dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Dari pendapat diatas
dapat disimpulkan bahwa pada Pembelajaran Berbasis Masalah lebih
menekankan pembelajaran inquiry kolaboratif yang di kerjakan dengan
tim secara berkelompok.
c. Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Problem Based
Learning
Belajar dalam kelompok kecil lebih mudah dilakukan apabila anggota
berkisar antara 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu
orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar
kooperatif untuk mengabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam
langkah-langkah yang beragam dalam siklus Problem Based Learning
untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.
d. Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan
pelibatan siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam
memfasilitasi penemuan kolaboratif dan proses belajar siswa.
10. Kriteria Bahan Ajar Untuk Problem Based Learning
Menurut Amri dan Ahmadi, (2010:162), Prinsip-prinsip dalam pemilihan
bahan ajar atau materi pembelajaran meliputi: prinsip relevansi,
konsistensi dan kecakupan Penjelasan mengenai prinsip-prinsip tersebut
sebagai berikut.
70
a. Prinsip relevansi
Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan,
memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan
dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi
pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
b. Prinsip konsistensi
Prinsip konsistensi artinya adanya ketegasan atau keajegan antara bahan
ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik.
Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik empat
macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Contohnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai
peserta didik adalah pengoperasian bilangan yang meliputi
penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi
yang diajarkan juga harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian.
c. Prinsip kecakupan
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar
yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh
terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu
banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu
untuk mempelajarinya.
71
Selanjutnya Amri dan Ahmadi, (2010:164), menjelaskan Kriteria pemilihan
bahan pelajaran untuk Problem-Based Learning adalah sebagai berikut.:
a. Bahan pelajaran mengandung isu-isu konflik (conflict issue) bersumber
dari berita, rekaman, dan video.
b. Bahan yang dipilih bersifat familiar dengan siswa.
c. Bahan yang dipilih yang berhubungan dengan orang banyak (universal).
d. Bahan yang dipilih yang mendukung tujuan atau kompetensi yang
dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa
perlu untuk mempelajarinya.
11. Evaluasi dan Penilaian dalam Problem Based Learning
Pembelajaran Kurikulum 2013 menekankan kepada keaktifan siswa dalam
proses belajar, sehingga penilaian tidak hanya dilihat dari hasil belajar saja
namun juga dari proses belajar yang dialami siswa baik pada aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Teknik penilain autentik di SD adalah:
a. Sikap. Penilaian aspek sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
antar teman, dan jurnal.
b. Pengetahuan. Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan tes tulis, tes lisan,
dan penugasan.
c. Keterampilan. Aspek keterampilan dapat dinilai dari kinerja atau
performance, projek, dan fortofolio
72
Simpson dalam Sudijono (2011: 57) Penilaian yang relevan dalam Problem
Based Learning antara lain berikut ini.
1) Penilaian kinerja peserta didik. Pada penilaian kinerja ini, peserta didik
diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan
melakukan tugas-tugas tertentu, seperti menulis karangan, melakukan
suatu eksperimen, menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah,
memainkan suatu lagu, atau melukis suatu gambar.
2) Penilaian portofolio peserta didik. Penilaian portofolio adalah penilaian
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu
periode tertentu. Penilaian Potensi Belajar. Penilaian yang diarahkan
untuk mengukur potensi belajar peserta didik yaitu mengukur
kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau teman-
temannya yang lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan
masalah memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan dan
mengenali potensi kesiapan belajarnya.
3) Penilaian Usaha Kelompok. Menilai usaha kelompok seperti yang
dlakukan pada pembelajaran kooperatif dapat dilakukan pada PBL.
Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi merugikan yang sering
terjadi, misalnya membandingkan peserta didik dengan temannya.
Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis
masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh peserta didik
sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan secara
bersama-sama.
73
4) Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik
tersebut, penilaian ini antara lain: 1).assesment kerja, 2). assesment
autentik dan 3). portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat
melihat bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah,
melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan
keterampilannya.
5) Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang
dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah
dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan
zaman dan konteks atau lingkungannya, maka di samping pengembangan
kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai
tujuan kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif
mengembangkan kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta
kemampuannya untuk bagaimana belajar (learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik
akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi
pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang
menekankan kebutuhan peserta didik untuk menyelidiki lingkungannya
dan membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna.
12. Kaitan Bangun Datar dengan Problem Based Learning
Menurut Yuliati (2016:109 - 129) materi bangun datar pada sekolah dasar
sangat sering muncul dalam kehidupan nyata dan bersinggungan langsung
dengan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Materi bangun datar merupakan
materi pokok pada pelajaran matematika yang cara pembelajarannya sangat
74
menantang untuk dipelajari. Pembelajaran Problem Based Learning dalam
Pembelajaran Matematika bukanlah hal yang mudah. Contoh-contoh
masalah yang cocok diberikan dalam Pembelajaran Problem Based
Learning tidak hanya menuntut penguasaan matematika saja. Diperlukan
penguasaan disiplin ilmu lain untuk mengatasi masalah tersebut. Secara
sederhana materi bangun datar adalah bangun dua demensi yang tidak
memiliki ruang hanya sebuah bidang datar saja dan dibatasi oleh garis lurus
atau lengkung, Unsur-unsur bangun datar adalah Sudut, Sisi, Diagonal.
G. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti dalam mencari penelitian secara
langsung berkaitan dengan pengembangan bahan ajar pada pembelajaran
matematika, peneliti menemukan beberapa penelitian terdahulu terkait
penelitian di atas antara lain:
1. Jurnal Internasional Takahashi (2016 : 313-319 ) yang berjudul ―Recent
Trends in Japanese Mathematics Textbooks for Elementary Grades:
Supporting Teachers to Teach Mathematics through Problem Solving‖
Dalam jurnal ini dijelaskan Pendidikan di Jepang telah menggunakan buku
ajar sebagai sumber pengajaran matematika. Untuk memberikan
pengalaman belajar yang lebih baik bagi siswa mereka, semua guru harus
dapat menggunakan buku ajar untuk mengajar matematika. Setiap guru
harus menggunakan pengetahuan dan keahlian mereka untuk mengajar
matematika. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang sedang penulis
kembangkan yaitu tentang penggunaan buku ajar matematika untuk
memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika.
75
2. Jurnal Internasional Abed dkk (2015) yang berjudul “Content Analysis of
Jordanian Elementary Textbooks during 1970–2013 as Case Study‖.
Sebagai hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan yang signifikan
dalam peningkatan kualitas dan kuantitas matematika di sekolah dasar
Yordania, Peningkatan tersebut relevan dengan keunggulan Buku ajar (juga
dikenal sebagai buku siswa) memainkan peran utama di sekolah-sekolah
Yordania. Buku ajar matematika tetap dikembangkan sebagai subjek dalam
buku ajar. Jurnal ini relevan dengan penelitian yang sedang dikembangkan
yaitu pentingnya buku ajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika.
3. Jurnal Internasional Kilic dkk (2013:38) dengan judul ―Turkish Primary
School Teachers’ Opinions about Problem Posing Applications: Students,
the Mathematics Curriculum and Mathematics Textbooks” Dalam jurnal ini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar di Turki
menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan ketika siswa
menggunakan buku ajar matematika. Salah satu tujuan terpenting dari buku
ajar matematika adalah untuk melatih siswa mampu memecahkan masalah
yang baik sehingga mudah mengatasi masalah yang dihadapi kehidupan
sehari-hari. Mengingat buku ajar matematika membantu siswa berpikir,
mengembangkan pemahaman dan keterlibatan masalah matematika dan
siswa menghabiskan sebagian besar waktunya di kelas menggunakan bahan
siap pakai seperti buku ajar. Hasil jurnal ini sesuai dengan penelitian yang
sedang penulis kembangkan yaitu penggunaan buku ajar untuk membantu
memudahkan siswa memecahkan masalah pada mata pelajaran matematika.
76
4. Jurnal Internasional Gunzel dkk (2016 ) dengan judul ―Evaluation of
Nonverbal Elements in Mathematics Textbooks” Hasil penelitian
menjelaskan tentang peran unsur nonverbal dalam bentuk gambar pada buku
ajar yang sangat membantu dalam proses pembelajaran untuk memudahkan
siswa memahami pelajaran matematika. Unsur-unsur kalimat yang mudah
difahami dan menarik untuk dibaca menjadi faktor penting kemenarikan
buku ajar terhadap minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
matematika. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sedang peneliti
kembangkan tentang buku ajar matematika yang menarik dan
menyenangkan untuk dipelajari siswa.
5. Jurnal internasional Mislia dkk (2016) dengan judul The Implementation of
Character Education through Scout Activities. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter melalui kegiatan
pramuka di sekolah menengah pertama (SMPN 1 Maros) di aspek faktor
pendukung masih belum optimal. Infrastruktur pendukung masih kurang.
Rasio antara pemimpin pramuka dan siswa tidak sebanding. Selain itu,
jumlah sumber pendanaan dan pembiayaan kurang. Penelitian ini juga
menemukan bahwa keterampilan pramuka seperti tali-temali, melakukan
pertolongan pertama, decoding, berkemah, marching, navigasi dan
pemetaan dapat membentuk karakter siswa. Karakter yang bisa dibentuk
adalah ketelitian, kesabaran, kerja sama, tanggung jawab, kepedulian sosial,
keberanian, kepercayaan diri, ketekunan, kreatif, agama, patriotisme,
kesadaran lingkungan, kemandirian, disiplin, keingintahuan, dan kerja
keras. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa strategi pembentukan
77
karakter adalah intervensi, teladan, habituasi, fasilitasi, penguatan, dan
keterlibatan pihak lain.
6. Jurnal internasional Almerico (2014) dengan judul Building character
through literacy with children’s literature. Pendidikan karakter
digambarkan sebagai kurikulum yang dikembangkan khusus untuk
mengajar anak-anak tentang kualitas dan sifat karakter yang baik. Satu
sarana di mana anak-anak dapat belajar tentang kebaikan karakter adalah
melalui halaman-halaman literatur anak-anak berkualitas tinggi. Dalam
penelitian ini, penulis mendefinisikan karakteristik program pengembangan
karakter yang efektif untuk anak sekolah dasar yang dibangun di sekitar
sastra anak-anak. Diskusi berfokus pada bagaimana sastra dapat dibawa ke
dalam kurikulum dalam membantu mengembangkan karakter dalam cara
yang bermakna dan substansial.
7. Jurnal Internasional Müller dkk (2017 ) dengan judul ―The
Interdisciplinary Journal of Problem based Learning, Getting Started With
Problem Based Learning A Reflection‖. Kesimpulan dari jurnal ini adalah
pendidikan di Jerman menggunakan model Problem Based Learning di
sekolah-sekolah dan untuk menunjukkan bahwa Problem Based Learning
sangat baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Jurnal ini sesuai
dengan penelitian yang sedang peneliti kembangkan yaitu bagaimana
menggunakan model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan kebutuhan
siswa membuat siswa meningkat hasil pembelajarannya.
78
8. Jurnal Internasional Merritt dkk ( 2017 ) dengan judul ―Problem-Based
Learning in K–8 Mathematics and Science Education: A Literature
Review”, dalam jurnal ini dijelaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) diimplementasikan dengan siswa di awal SD
sampai kelas 8 (usia 3-14) di kelas matematika dan sains. hasil dari tinjauan
ini mengungkapkan bahwa Problem Based Learning memiliki banyak
kelebihan secara bahwa Problem Based Learning efektif untuk
meningkatkan kemampuan siswa. Hasil ini relevan dengan penelitian yang
sedang peneliti kembangkan yaitu perlunya pengggunaan Problem Based
Learning sebagai model pembelajaran untuk pelajaran matematika di
sekolah dasar.
9. Jurnal Internasional Rillero dkk ( 2017 ) “Developing Teacher
Competencies for Problem Based Learning Pedagogy and for Supporting
Learning in Language-Minority Students” Hasil penelitian menyebutkan
bahwa pentingnya seorang guru harus dapat merancang dan menerapkan
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk membantu
siswa menguasai isi dan proses dalam standar pendidikan matematika dan
sains baru. Karena populasi pelajar yang beragam di dalam sekolah, penting
juga bahwa guru di sekolah dasar memiliki kemampuan untuk bekerja
secara efektif dan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning didalam setiap proses pembelajaran terutama matematika.
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang sedang peneliti kembangkan
yaitu penggunaan Problem Based Learning sebagai model pembelajaran
yang efektif.
79
10. Jurnal Internasional Powell dkk (2012 : 46-52 ) ―Using Storytelling
Strategies to Improve Student Comprehension in Online Classes”. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa menyajikan materi kelas dalam format cerita
dapat meningkatkan kemampuan siswa belajar di kelas. Temuan peneliti
menunjukkan bahwa ketika materi disajikan dalam format cerita hasilya
lebih baik dari pada format buku biasa, pemahaman siswa akan teori dan
konsep yang sulit meningkat dan nilai membaik. Makalah ini menguraikan
strategi mendongeng yang diuji dan membuat saran untuk menggunakan
pengisahan cerita di berbagai disiplin ilmu di kelas online. Secara
keseluruhan, siswa dinilai lebih tinggi bila materi disajikan sebagai cerita
(77%) dibandingkan dengan format teks tradisional (61%). Sebagai hasil
dari temuan ini, kita semakin yakin menggunakan cerita sebagai strategi
untuk menggambarkan teori dan konsep di kelas. Hasil penelitian ini relevan
dengan penelitian yang sedang peneliti kembangkan yaitu penggunaan
cerita sebagai media untuk menarik dan memahamkan konsep kepada siswa.
11. Jurnal Internasional Yıldırım dkk ( 2014 ) dengan judul “Exploring The
Value Of Animated Stories With Young English Language Learners”
Penulis menjelaskan bahwa Cerita dapat digunakan sebagai sumber tak
ternilai yang bisa mendukung anak-anak dengan kontekstualisasi dalam
bahasa kelas Cerita menyumbang sumber bahasa yang jelas yang siswa
dapat belajar secara tidak sadar sambil mengejar makna. Selain itu, dengan
tema menarik mereka, plot, dan karakter mereka memiliki potensi besar
untuk memberi menumbuhkan linguistik dan kognitif. Dengan sifatnya yang
menyenangkan, menantang dan memotivasi, cerita dapat membantu
80
mengembangkan hal yang positif sikap terhadap pembelajaran dan
menciptakan keinginan untuk terus belajar. Hasil penelitian ini relevan
dengan penelitian yang sedang peneliti kembangkan yaitu bagaimana siswa
bisa tertarik dan membangkitkan minat belajar dengan cerita yang dijadikan
pengantar dalam pembelajaran.
12. Jurnal Internasional Batari dkk ( 2015 ) dengan judul “Development of
Teaching Materials Based on Indonesian Folktale in Gowa District”. Hasil
penelitian ini menjelaskan bahwa Cerita yang dijadikan cerita rakyat
memiliki makna yang dalam, dan nilai budaya sangat tinggi. Melalui
karakteristik dan sifat karakter, peserta didik bisa merasakan dan
menghargai makna kehidupan yang diterapkan dalam kehidupan nyata dari
makna bahwa peserta didik dapat menemukan nilai-nilai yang membentuk
sikap dan perilaku. Jadi materi pembelajaran berdasarkan cerita rakyat
dinyatakan layak dijadikan bahan ajar bahasa indonesia untuk kelas III di
sekolah dasar. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang sedang
dikembangkan yaitu penggunaan cerita untuk mengajarkan karakter yang
bisa diterapkan dalam dalam kehidupan nyata dari makna bahwa peserta
didik dapat menemukan nilai-nilai yang membentuk sikap dan perilaku
melalui pembelajaran matematika di sekolah dasar.
13. Jurnal Nasional Bisri (2016) yang berjudul Kolaborasi Orangtua dan Guru
dalam membentuk Karakter Jujur dan Disiplin pada anak didik Hasil
penelitian ditemukan peran orangtua dalam membangun karakter anak-anak
sebagai motivator dan inspirator dalam sikap kedisiplinan dan kejujuran.
81
Sedangkan peran guru dalam membentuk karakter disiplin dan jujur sebagai
creator dan evaluator. Kolaborasi antara guru dan orangtua dalam
membentuk karakter disiplin dan jujur terjalin baik secara langsung dan tak
langsung.
14. Jurnal Nasional Lisnani ( 2013 ) yang berjudul Desain Pembelajaran
Bangun Datar Menggunakan Fable “ Dog Catches Cat” And “Puzzle”
Tangram Di Kelas II SD. Menurut peneliti, kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa dalam pengenalan dan pengelompokkan bangun datar
dapat dimulai ketika siswa mulai mengenali bentuk fisik dan sifat-sifat
bangun tersebut melalui visualisasi mereka. Penelitian yang menggunakan
fabel ini bertujuan membantu siswa untuk menemukan kemampuan berpikir
kreatif mereka melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI) melalui konteks tangram melalui Fable ―dog catches cat‖.
Sedangkan Puzzle Tanggram dari hasil kreasi origami sebagai media untuk
mengelompokkan bangun datar tersebut. Penelitian ini relevan dengan
penelitian yang sedang peneliti kembangkan yaitu penggunaan cerita fable
sebagai pengantar untuk pembelajaran matematika materi bangun datar.
15. Jurnal Nasional Ridwan ( 2016 ) dengan judul Ajaran Moral Dan Karakter
Dalam Fabel Kisah Dari Negeri Dongeng Karya Mulasih Tary (Kajian
Sastra Anak Sebagai Bahan Ajar Di Sekolah Dasar) Hasil penelitian
menjelaskan bahwa Masalah krisis moral dan karakter adalah perbincangan
yang serius dan terus menerus. Bangsa Indonesia krisis moral dan karakter
yang luar biasa. Fakta tersebut adalah tanggung jawab bersama, bukan
semata pemerintah, guru dan orang tua dan lingkungan. Semua harus turun
82
tangan menghadapi darurat moral dan karakter ini. Penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang peneliti kembangkan yaitu menanamkan karakter
melalui cerita fabel pada mata pelajaran khususnya matematika di sekolah
dasar.
16. Jurnal Nasional Permata dkk ( 2017 dengan judul “Bahan Ajar Berbasis
Cerita Untuk Menanamkan Literasi Ekonomi Pada Siswa Sekolah Dasar”
Penulis menjelaskan bahwa hasil penelitian menggunakan bahan ajar cerita
bergambar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktitan
dengan tingkat persentase angket respon siswa mencapai 78,91% yang
termasuk dalam kategori baik. Selanjutnya bahan ajar bercerita bergambar
dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini dibuktikan dengan tingkat
persentase angket respon siswa mencapai 75,35% yang termasuk dalam
kategori baik. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang peneliti
kembangkan yaitu penggunaan bahan ajar menggunakan cerita pada sekolah
dasar.
83
H. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir pada penelitian ini terdiri dari input, proces, dan output.
Adapun input dari penelitian ini adalah terbatasnya bahan ajar yang sesuai
dengan kebutuhan siswa, buku ajar yang dipakai selama ini belum memenuhi
kebutuhan siswa dan belum sesuai dengan pembelajaran yang diharapkan
sehingga hasil belajar matematika masih rendah belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan.
Proces pada kerangka pikir ini adalah terbatasnya buku ajar yang ada disekolah
sehingga penulis mencoba untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku
fabel berkarakter dengan materi bangun datar pada mata pelajaran matematika.
Adapun spesifikasi dari buku ajar yang penulis kembangkan adalah berupa
buku ajar matematika yang bisa digunakan untuk guru dan siswa dengan
spesifikasi sebagai berikut : 1). Wujud fisik spesifiaksi produk yang dihasilkan
dalam pengembangan ini adalah media cetak berupa Buku Ajar (Text Book).
2). Buku ajar ini di desain dapat dipergunakan oleh Guru dan Peserta didik, dan
disesuaikan berdasarkan karakteristik siswa sehingga dapat digunakan secara
mandiri. 3). Buku ajar ini didesain sebagai buku pedamping tematik pada
muatan matematika materi persegi, persegi panjang dan segitiga di kelas IV.
4). Buku ajar ini selain didesain berdasarkan kurikulum 2013 juga dapat
digunakan bagi sekolah yang masih menggunakan kurikulum KTSP tahun
2006, sehingga dapat digunakan untuk membantu siswa memahami materi
bangun datar. 5). Materi yang ada di dalam buku disesuaika dengan KI dan KD
sehingga bahan ajar ini dapat tersusun secara sistematis. 6). Pada setiap
pembahasan, dilengkapi dengan gambar-gambar yang mendukung sehingga
84
siswa tertarik untuk mempelajarinya. 7). Buku ini berbeda dengan buku ajar
lainnya, karena materi yang ada di dalamnya disajikan dalam bentuk cerita
fabel yang menarik. 8). Buku ajar ini di dalamnya dilengkapi dengan
penanaman konsep lewat cerita, contoh materi dalam kehidupan nyata, catatan
untuk diingat, rangkuman dan soal-soal untuk mengukur kemampuan siswa. 9).
Hasil belajar dari pembelajaran matematika kelas IV berbasis cerita fabel
berkarakter ini ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus
sebagaimana dipaparkan dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam
kurikulum matematika untuk SD/MI yang dikembangkan dari PP No.13 tahun
2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19. 10). Bentuk fisik bahan
ajar dalam penelitian ini berupa media cetak dibuat dengan menggunakan
variasi tata letak, pilihan warna, variasi huruf yang sesuai dengan kebutuhan
sehingga nyaman untuk dibaca dan menarik untuk dipelajari.
Selanjutnya untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa bisa diatasi dengan
menggunakan model pembelajaran yang menarik dan dapat menjadikan siswa
aktif serta memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai
dengan karakteristik model Problem Based Learning yaitu belajar tentang
kehidupan yang lebih luas, keterampilan memaknai informasi, kolaboratif, dan
belajar tim, serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif. Oleh karena itu
penulis menggunakan model ini untuk mencapai hasil yang dinginkan, adapun
Model Problem Based Learning memiliki beberapa karakteristik yaitu (1)
masalah menjadi fokus dan stimulus dalam pembelajaran, (2) pembelajaran
terjadi pada kelompok-kelompok kecil, (3) guru berperan sebagai fasilitator
dan mediator, (4) pembelajaran bersifat student centered, (5) masalah
85
merupakan sarana mengembangkan secara klinis keterampilan problem
solving, (6) informasi-informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri (self
dirrected learning). Dari enam karakteristik tersebut Problem Based Learning
disetting dalam bentuk pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah,
kemudian dengan menggunakan instruktur sebagai pelatih metakognitif serta
diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Sehingga, ide dari
adanya Problem Based Learning yaitu adanya masalah yang harus dipecahkan
siswa sebagai akibat dari rasa ingin tahu yang dimiliki anak yang secara
berkelanjutan berusaha memahami dunia di sekitarnya.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Problem
Based Learning adalah:
1. Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa
untuk terlibat dalam pemecahan masalah.
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video,
dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
86
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Output yang diharapkan adalah terwujudnya produk buku ajar fabel
berkarakter menggunakan model Problem Based Learning yang menarik bagi
siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Sehingga diharapkan dari output ini
bisa menjadi hasil produk yang bisa mengatasi kesenjangan belajar siswa
selama ini.
87
Kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian
INPUT
Buku ajar terbatas dan
belum memenuhi
kebutuhan siswa
Hasil Belajar
Matematika siswa
masih rendah
PROCESS
Buku Ajar
Fabel
Berkarakter
Problem Based
Learning
Pengembangan Buku Ajar matematika melalui cerita fabel
berkarakter berbasis Problem Based Learning
1. Buku ajar matematika melalui cerita fabel
berkarakter .
2. Kemenarikan buku ajar yang dikembangkan.
3. Karakter siswa menguat dan hasil belajar matematika
meningkat .
Bahan Ajar
Model
Pembelajaran
OUT PUT
Karakter siswa
masih lemah
Penguatan
Karakter
Jujur
Disiplin
Tanggungjawab
88
I. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jika digunakan langkah-langkah pengembangan buku ajar matematika
melalui cerita fabel untuk memperkuat karakter siswa sesuai dengan
prosedur maka akan terwujud produk berupa buku ajar matematika.
2. Jika penerapan buku ajar matematika melalui cerita fabel disusun
berdasarkan syarat yang ditentukan maka akan menghasilkan buku ajar yang
menarik.
3. Jika menggunakan buku ajar matematika melalui cerita fabel maka karakter
siswa dan hasil belajar akan meningkat dibandingkan jika tidak
menggunakan buku ajar matematika melalui cerita fabel.
89
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and
Development, Langkah-langkah dalam penelitian pengembangan ini menurut
Borg and Gall (2003) dalam Sugiyono (2011: 298), adalah sebagai berikut 1)
Pengumpulan informasi, 2) Perencanaan, 3) Pengembangan format produk
awal, 4) Uji coba tahap awal, 5) Revisi produk, 6) Uji lapangan utama, 7)
Revisi produk, 8) Uji coba lapangan, 9) Revisi produk akhir, 10) Desiminasi
dan Implementasi. Sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan
pengembangan dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2. Langkah-langkah penelitian pengembangan
(Adaptasi Model Pengembangan Borg adn Gall dalam Sugiyono, 2008: 298)
Pengumpulan
Informasi Perencanaan
Pengembangan
format produk
awal
Uji coba
awal
Revisi
Produk
Uji coba
Lapangan
Revisi
Produk
Uji coba
Lapangan
Revisi Produk
Akhir
Desimenasi dan
Implementasi
90
Langkah-langkah pada penelitian pengembangan dari Borg and Gall tersebut di
atas, peneliti hanya melakukan penelitian dari langkah 1 sampai dengan
langkah 7 yaitu pengumpulan informasi awal sampai dengan revisi produk. Hal
ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan biaya, prosedur penelitian
pengembangan serta menyesuaikannya dengan tujuan dan kondisi penelitian
yang sebenarnya. Penelitian dan Pengembangan atau Research and
Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut Sugiyono (2011:
297). Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang
bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut
supaya dapat berfungsi dengan baik, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut. Dengan demikian jelaslah bahwa metode
penelitian dan pengembangan Research and Development (R&D) dipandang
tepat digunakan dalam penelitian ini, karena sesuai dengan tujuan penelitian
yaitu untuk mengetahui pengembangan buku ajar matematika untuk
memperkuat karakter siswa di Kelas IV SDN 2 Tulungagung Kecamatan
Gadingrejo.
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah ―The Randomized Preteset-
Posttest Control Group Design” Dalam rancangan ini, kelompok eksperimen
diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok
diawali dengan pratest, dan setelah pemberian perlakuan diadakan pengukuran
kembali (pasca test). Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih
secara random, kemudian diberi pretes untuk mengetahui keadaan awal,
adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
91
Adapun skema model penelitian ini adalah:
Tabel 4. Pretest-Posttest control Group Design
Grup Pretest Perlakuan Posttest
R Eksperiment O1 X O2
R Kontrol O3 - O4
Sumber: Sugiyono, ( 2011:112)
Keterangan:
R = Pengambilan sampel secara acak
X = Perlakuan pada kelas eksperimen
O1= Pretest kelas eksperimen
O2= Posttest kelas eksperimen
O3= Pretest kelas kontrol
O4= Posttest kelas kontrol
B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Adapun langkah-langkah yang peneliti adopsi dari pengembangan bahan ajar
menurut Borg & Gall dalam penelitian ini hanya menggunakan 9 langkah :
1. Pengumpulan Informasi Awal
Peneliti melakukan pengamatan dan observasi pada proses pembelajaran di
kelas IV SDN 2 Tulungagung dan SDN 3 Tulungagung untuk mengetahui
karakteristik siswa dan kebutuhan-kebutuhan siswa yang di perlukan dalam
proses pembelajaran. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara kepada
guru kelas IV untuk menggali lebih dalam informasi tentang kondisi siswa,
karakteristik bahan ajar yang mendukung bagi siswa dan hasil belajar
mereka di kelas.
92
2. Perencanaan
Setelah peneliti menggali informasi lebih mendalam kepada guru kelas
melalui wawancara, maka peneliti menentukan kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang akan digunakan dalam pengembangan bahan ajar
yang diinginkan. Peneliti melakukan perencanaan dengan cara sebagai
berikut.
a. Mengkaji kurikulum, menentukan SK, KD pada Materi Bangun Datar
kelas IV SD untuk semester genap yang pada proses pembelajarannya
sangat perlu dikembangkan bahan ajar berupa buku ajar matematika
berbasis fabel berkarakter yang digunakan sebagai sumber belajar.
b. Merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran serta materi yang akan
dikembangkan berdasarkan KD yang telah dipilih.
c. Materi yang dipilih adalah pada materi bangun datar. Melalui materi ini
peneliti mencoba untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
Matematika sekaligus menguatkan nilai karakter siswa kelas IV SD/MI
di Kecamatan Gadingrejo.
d. Menyusun Kerangka Bahan Ajar. Penyusunan kerangka bahan ajar
bertujuan agar bahan ajar yang akan dikembangkan tersusun secara
sistematis. Adapun komponen yang ada dalam kerangka bahan ajar
meliputi definisi materi masing-masing bangun datar, konsep
pemahaman bangun datar, luas bangun datar, dan soal cerita yang
memuat luas masing-masing bangun datar.
93
3. Pengembangan format produk awal
Pada tahap ini peneliti mulai mengembangkan produk awal yang meliputi
menyiapkan materi pembelajaran, menyusun produk bahan ajar Matematika
berbasis cerita fabel berkarakter dan menyusun seperangkat evaluasi.
Langkah-langkah pengembangan produk awal adalah:
a. Mengumpulkan materi yang sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
b. Menentukan unsur-unsur bahan ajar yang terdiri dari tiga unsur, yaitu
Pendahuluan, isi dan pendukung.
c. Mendesain tampilan buku ajar Matematika berbasis fabel berkarakter.
d. Menyusun unsur-unsur buku ajar matematika berbasis fabel berkarakter
sesuai dengan desain yang dibuat.
1) Pendahuluan terdiri dari : a) Cover Depan judul/halaman muka, b)
Kata Pengantar, b) Kelebihan Bahan Ajar, c) Penjabaran KI, KD dan
Indikator, d) Petunjuk Penggunaan Buku; e) dan Daftar Isi.
2) Bagian Isi terdiri dari : a). Cerita Pengantar b) Pengamatan Benda, c)
Penanaman Materi, d ) Pemahaman Konsep, dan e) Uji Kemampuan
Siswa.
e. Bagian Pendukung terdiri dari : a) Daftar Pustaka b) Peta Konsep dan c)
Glosarium d) Kunci Jawaban e) Biodata Penulis e) Editing untuk
menghasilkan produk awal f) Finishing produk awal berupa bahan ajar
dalam bentuk buku ajar melalui cerita fabel berkarakter .
Setelah peneliti mengembangkan produk awal maka selanjutnya adalah
membuat instrumen penilaian melalui angket kepada validator ahli antara
lain ahli materi, ahli, desain, bahasa dan praktisi pembelajaran untuk
94
mengetahui tingkat kelayakan bahan ajar sebelum diuji cobakan kepada
siswa.
4. Uji Coba Produk Awal
Pada tahap ini pegujian dilakukan tiga uji coba yaitu uji para ahli untuk
validasi produk,uji kemenarikan praktisi pembelajaran (guru) dan uji
kemenarikan pada kelompok kecil.
a. Uji coba yang pertama yaitu uji para ahli
Uji coba ini dengan cara memvalidasi 3 aspek, yaitu aspek media, aspek
materi, aspek bahasa. Validasi isi dilakukan oleh ahli yang kompeten
terhadap bahan ajar matematika dan strategi pembelajaran. Validasi isi
diperlukan untuk menilai kelayakan bahan ajar yang dikembangkan,
dilakukan dengan cara pemberian angket untuk mengetahui kelemahan
dan kekuatannya.Adapun kualifikasi masing-masing para validator
dijelaskan sebagai berikut.
1) Ahli Media
Ahli desain pada penelitian ini adalah dosen ahli yang ditetapkan
sebagai penguji kemenarikan produk. Adapun kualifikasi ahli dalam
penelitian pengembangan ini adalah seseorang yang ahli dan
berpengalaman di bidang desain. Seseorang yang memiliki perhatian
lebih terhadap masalah-masalah produk pengembangan bahan ajar.
Bersedia menjadi penguji dalam hal kemenarikan produk
pengembangan bahan ajar.
95
2) Ahli Materi
Ahli desain pada penelitian ini adalah dosen ahli yang ditetapkan
sebagai penguji kemenarikan produk pengembangan bahan ajar
matematika berbasis buku fabel berkarakter yang berupa buku ajar
matematika. Adapun kualifikasi ahli dalam penelitian pengembangan
ini adalah seseorang yang ahli dan berpengalaman di bidang desain.
Seseorang yang memiliki perhatian lebih terhadap masalah-masalah
produk pengembangan bahan ajar. Bersedia menjadi penguji dalam
hal kemenarikan produk pengembangan bahan ajar.
3) Ahli Bahasa
Ahli bahasa pada penelitian ini adalah dosen ahli yang ditetapkan
sebagai penguji kelayakan penggunaan bahasa, agar sesuai dengan
standar isi BSNP dan penggunaan EYD yang berlaku. Adapun
kualifikasinya dalah: Seseorang yang ahli dan berpengalaman di
bidang bahasa . Memiliki keahlian dan pengalaman yang relevan
terhadap produk yang dikembangkan. Bersedia menjadi penguji
produk pengembangan buku ajar matematika melalui cerita fabel.
b. Uji kemenarikan praktisi pembelajaran
Uji coba kedua diberikan kepada praktisi pembelajaran untuk
memberikan tanggapan dan penilaian berupa angket kemenarikan
terhadap buku ajar matematika melalui cerita fabel. Dalam halini
dilakukan oleh guru, adapun kriteria guru tersebut adalah Guru yang
mengajar di tingkat SD/MI. Memiliki pengalaman dalam pembelajaran
matematika di kelas. Kesediaan guru sebagai penilai dan pengguna
96
produk pengembangan untuk sumber perolehan data hasil
pengembangan.
c. Uji kemenarikan kelompok kecil
Uji coba ketiga yaitu uji kelompok kecil dilakukan pada kelas IV sdn 2
Tulungagung yang diambil sebanyak 10 siswa secara acak tingkat
pengetahuannya, pengambilan subjek uji coba kelompok kecil ini untuk
mengetahui kemenarikan dan kemudahan serta kemanfaatan buku ajar
matematika apakah sudah sesuai dengan kebutuhan siswa dan menarik
Dari hasil uji kelompok kecil ini diperoleh data kuantitatif yang
selanjutnya peneliti gunakan untuk menilai apakah produk yang
dikembangkan benar-benar menarik dan layak untuk dikembangkan
dalam proses pembelajaran selanjutnya.
5. Revisi produk
Setelah melakukan mendapatkan data dari para ahli berupa validasi hasil
angket dari para ahli, praktisi pembelajaran dan uji kelompok kecil
diketahui terdapat kelemahan atau kekurangan dari produk yang
dikembangkan. Selanjutnya dilakukan revisi/perbaikan.
Berdasarkan data kualitatif dan kuantitatif dilakukan revisi produk. Hasil
perhitungan tersebut jika mengalami peningkatan dan menarik maka
dilanjutka pada tahap selanjutnya yaitu uji coba lapangan atau uji kelompok
besar.
97
6. Uji Coba Lapangan
Uji coba ini adalah uji coba kelompok besar, pengujian dilakukan dengan
menguji melibatkan seluruh siswa kelas eksperimen untuk mengetahui
penguatan sikap karakter dan peningkatan hasil belajar melalui pengamatan
dan tes tertulis pada materi bangun datar yaiti persegi, persegi panjang dan
segitiga. Dalam uji coba lapangan tahap ini diperoleh data kualitatif dari
hasil observasi sikap belajar dan data kuantitatif dari tes hasil belajar siswa.
Data tersebut peneliti gunakan untuk menilai apakah produk yang
dikembangkan benar-benar layak untuk dipakai dalam proses pembelajaran,
dan menarik minat belajar siswa. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk
uji coba dalam penelitian pengembangan ini antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Subjek Uji Coba
Subjek uji coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2
Tulungagung berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen, dan siswa
kelas IV SDN 3 Tulungagung berjumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol.
Kondisi siswa dalam kelas memiliki karakter yang cukup kompleks,
sehingga memerlukan buku ajar yang menarik dan menyenangkan. Oleh
karena itu, buku ajar matematika yang cocok di kelas IV SDN 2
Tulungagung menurut peneliti adalah buku ajar matematika melalui
cerita fabel karena dapat menguatkan nilai sikap dan meningkatkan hasil
belajar siswa secara mandiri.
98
b. Desain Uji Coba
Desain uji coba menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Adapun perolehan hasil belajar siswa melalui pre-test dan post-
test digunakan untuk mengetahui pengaruh bahan ajar yang
dikembangkan terhadap siswa. Selanjutnya hasil pre-test dan post-test di
analisis melalui uji t dengan spss dan perhitungan manual.
Untuk menilai karakter dilakukan pada aspek sikap siswa melalui
observasi yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan hasil belajar
penilaian menggunakan uji tes tertulis dalam materi bangun datar.
Bentuk desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
eksperimen adaptasi dari Sugiyono (2014:303) yaitu dengan memberikan
perlakuan yang sama terhadap semua sampel uji coba (pretest-postest
group desain). Uji dilakukan dengan melihat peningkatan (gain) dari
kedua kelas uji coba.
Model desain eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3. Desain eksperimen pretest-postest group desain
Keterangan:
O1 = nilai pretest kelas A
O2 = nilai postest kelas A
X = perlakuan
O3 = nilai pretest kelas B
O4 = nilai postest kelas B
X
X
O1 O2
O3 O4
99
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan postest. Selanjutnya hasil
observasi dan hasil tes tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif
untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar pada salah satu
kelas yang diberi perlakuan dengan buku ajar matematika melalui cerita
fabel materi bangun datar.
7. Revisi Produk
Pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap
produk setelah uji coba produk lapangan, berdasarkan hasil analisis dan
masukan yang diperoleh dari para ahli, apabila bahan ajar yang sudah
dikembangakan sudah berhasil maka peneliti tidak perlu melakukan revisi
produk. Karena produk sudah layak untuk dipakai, jika produk masih belum
berhasil maka peneliti harus perbaikan dan penyempurnaan.
C. Definisi Konseptual dan Operasional
1. Definisi Konseptual
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah buku ajar matematika, buku
disusun untuk memudahkan para guru dan siswa dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran. Bahan ajar yang dimaksud dalam kajian ini lebih ke
bahan ajar cetak berupa buku teks. Hal ini dikarenakan, buku teks sangat
erat kaitannya dengan kurikulum, silabus, standard kompetensi, dan
kompetensi dasar. Artinya bahwa buku ajar matematika tersusun menurut
aturan-aturan dari yang terendah sampai tertinggi dan didasarkan pada
kebenaran-kebenaran yang sudah terbukti kebenarannya.
100
b. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah Karakter peserta didik dan
hasil belajar, dalam penelitian ini ada tiga karakter yang dibahas yaitu (1)
kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan. (2) Karakter Disiplin adalah tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. (3) Karakter Tanggungjawab adalah melakukan tugas sepenuh
hati, berusaha keras untuk mencapai prestasi terbaik, dan berdedikasi
tinggi terhadap keputusan yang diambil.
Sedngkan hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan
menggunakan alat pengukur, yaitu berupa tes yang tersusun secara
terencana.
2. Definisi Operasional
a. Variabel Bebas
Secara operasional dalam penelitian ini adalah buku ajar matematika
yang berisi kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan
guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar ini
berupa buku teks matematika yang memuat cerita fable, buku ajar
matematika disesuaikan dengan kondisi pembelajaran sehingga peserta
didik mampu memahami dan mencapai kemampuan sesuai indicator
yang ditempuh. Penilaian sikap dan karakter dilakukan untuk mengukur
proses pembelajaran sudah berhasil berhasil.
101
b. Variabel Terikat
Karakter peserta didik yang dinilai dan diamati adalah Karakter jujur
dengan indicator: Berani mengatakan atau menunjukan apa adanya dan
berani untuk benar, Sikap tidak menyontek pada saat mengerjakan
ulangan, tidak menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya
pada saat mengerjakan tugas, melaporkan kepada yang berwenang jika
menemukan barang, berani mengakui kesalahan yang saya dilakukan,
mengerjakan soal ujian tanpa melihat jawaban teman yang lain.
Karakter disiplin dengan indicator: ketaatan dan kepatuhan dalam
melaksanakan peraturan yang disepakati seperti kebiasaan masuk kelas
tepat waktu, Mengumpulkan tugas tepat waktu, Memakai seragam sesuai
tata tertib, Mengerjakan tugas yang diberikan, Tertib dalam mengikuti
pembelajaran, Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang
ditetapkan, Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran, Membawa buku
teks mata pelajaran.
Karakter Tanggungjawab dengan indicator: melaksanakan tugas individu
dengan baik, Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, Tidak
menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat, Mengembalikan barang
yang dipinjam, Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.
Sedangkan hasil belajar melalui tes soal pilihan ganda.
102
D. Subyek Uji Coba Produk
1. Populasi Penelitian
Populasi menurut Sugiyono (2008:90 ) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari object/subject yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya sekedar jumlah yang ada pada obyek
dan subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki obyek dan subyek tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut Populasi dalam penelitian ini diambil
hanya10 SD Negeri di Wilayah Gugus III hal ini dilakukan karena
banyaknya SD yang berada di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu
tahun pelajaran 2017/2018, adapun populasi yang diambil rinciannya
sebagai berikut.
Tabel 5. Rincian Jumlah Populasi
NO SEKOLAH Kelas Jumlah Siswa
1 SDN 1 Tegalsari IV 30
2 SDN 2 Tegalsari IV 30
3 SDN 3 Tegalsari IV 25
4 SDN 4 Tegalsari IV 15
5 SDN 1 Tulungagung IV 20
6 SDN 2 Tulungagung IV 30
7 SDN 3 Tulungagung IV 30
8 SDN 1 Mataram IV 30
9 SDN 2 Mataram IV 25
10 SDN 3 Mataram IV 28
Jumlah 263
Sumber: Data siswa Gugus III Kecamatan Gadingrejo TP 2017-2018
103
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian menurut Sugiyono (2008:91) adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan jumlah
sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Cluster Sampling. Hal
ini dilakukan mengingat jumlah sekolah yang berada di Wilayah Gugus III
Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu cukup banyak, maka
penentuan Cluster Sampling ini adalah mewakili sekolah dari Wilayah
Gugus III Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu, dengan rincian
sebagai berikut.
Tabel 6. Rincian Jumlah Sampel
NO SEKOLAH Jumlah Siswa Jumlah
1 SDN 2 Tulungagung 30 60 siswa
2 SDN 3 Tulungagung 30
Sumber: Data siswa Gugus III Kecamatan Gadingrejo TP 2017-2018
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1). Instrumen untuk penilaian kebutuhan siswa yaitu
ditujukan kepada guru dan siswa dengan bentuk instrumen angket tertutup
(closed questionnaire). Instrumen untuk penilaian Validasi Ahli Media,
Validasi Ahli Materi, dan Validasi ahli bahasa. (2). Instrumen untuk penilaian
sikap jujur, disiplin dan tanggungjawab. (3). Instrumen untuk mengukur hasil
belajar Matematika yaitu menggunakan tes tertulis dengan bentuk pilihan
ganda (multiple choice). Masing-masing instrumen disusun berdasarkan kisi-
104
kisi yang diturunkan dari definisi konseptual dan operasional dengan
memperhatikan indikator dan arahan dari pembimbing.
1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian
a. Kisi-kisi Penilaian Kebutuhan Siswa
Tabel 7. Kisi-kisi Penilaian Kebutuhan Siswa
No Aspek yang akan
diketahui Indikator
No
Item
1
Potensi yang
mendukung
pengembangan buku
ajar
1. Hasil belajar siswa belum
mencapai KKM
2. Hasil belajar siswa belum
memuaskan
3. Kebutuhan siswa terhadap
kompetensi dasar materi bangun
datar persegi, persegi panjang,
dan segitiga
4. Alokasi waktu yang disediakan
kurang memadai
1
2
3
4
2 Masalah yang
dihadapi
5. Kemenarikan buku ajar yang
tersedia dalam mendukung
pemahaman dan kegiatan
pembelajaran
6. Kemudahan buku ajar yang
tersedia
5
6
3
Kebutuhan
pengembangan buku
ajar
7. Kebutuhan buku ajar yang
menarik untuk mencapai tujuan
pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar
7
105
b. Kisi-kisi Penilaian Kebutuhan Guru
Tabel 8. Kisi-kisi Penilaian Kebutuhan Guru
No Aspek yang akan
diketahui Indikator
No
Item
1
Potensi yang
mendukung
pengembangan buku
ajar
1. Hasil belajar siswa belum
mencapai KKM
2. Hasil belajar siswa belum
memuaskan
3. Kebutuhan siswa terhadap
kompetensi dasar materi bangun
datar persegi, persegi panjang,
dan segitiga
4. Alokasi waktu yang disediakan
kurang memadai
1
2
3
4
2
Masalah yang
dihadapi
5. Kemenarikan buku ajar yang
tersedia dalam mendukung
pemahaman dan kegiatan
pembelajaran
6. Kemudahan buku ajar yang
tersedia
5
6
3
Kebutuhan
pengembangan buku
ajar
7. Kebutuhan buku ajar yang
menarik untuk mencapai tujuan
pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar
7
106
c. Kisi-kisi Penilaian Validasi Ahli Media
Tabel 9. Kisi-kisi validasi ahli media
No Aspek Indikator No
Item
1 Warna
1. Kesesuaian warna dengan
tampilan buku ajar
2. Kesesuaian warna tulisan dan
gambar isi buku ajar
1
2
2 Efektivitas
3. Buku ajar membuat siswa aktif
4. Bahasa mudah dipahami
5. Kemudahan penggunaan buku
ajar
6. Buku ajar berperan dalam
pembelajaran
7. Buku ajar menumbuhkan minat
siswa
3
4
5
6
7
3 Tampilan
8. Tampilan isi buku ajar menarik
siswa
9. Kesesuaian ilustrasi gambar
10. Layout buku ajar
11. Kesesuaian font huruf dan
ukuran huruf
12. Tampilan warna yang menarik
8
9
10
11
12
107
d. Kisi-kisi Penilaian Validasi Ahli Materi
Tabel 10. Kisi-kisi validasi ahli materi
No Aspek Indikator No
Item
1 Relevansi tujuan
pembelajaran
1. Kesesuaian materi dengan
indikator dan tujuan
pembelajaran
1
2 Sistematika yang
jelas dan logis
2. Materi pada buku ajar runut
logis dan jelas
2
3 Kedalaman materi
3. Materi diuraikan dengan luas
dan mendalam
4. Keterpenuhan materi setiap
kegiatan pembelajaran
3
4
4 Relevansi dengan
pembelajaran
5. Kesesuaian antara materi dan
kegiatan pembelajaran
5
5
Ketepatan pengguna
istilah sesuai dengan
bidang keilmuan
6. Kesesuaian penggunaan istilah
dengan mata pelajaran
6
6 Relevansi dengan
karakteristik siswa
7. Kesesuaian materi dengan
karakteristik siswa
8. Tingkat kesulitan materi sesuai
dengan karakteristik siwa
7
8
7
Relevansi dengan
Problem Based
Learning
9. Buku ajar fabel berkarakter
mampu memfasilitasi aktivitas
dalam pendekatan ilmiah
scientifik dan problem based
learning
9
108
e. Kisi-kisi Penilaian Validasi Ahli Bahasa
Tabel 11 Kisi-kisi Penilaian Validasi Ahli Bahasa
No Aspek Evaluasi Indikator
Nomor
Item
1 Lugas
1. Ketepatan struktur kalimat.
2. Keefektifan kalimat.
3. Pilihan kata
1
2
3
2 Komunikatif
4. Keterbacaan pesan
5. Ketepatan
penggunaan kaidah
bahasa.
6. Kalimat dalam buku ajar
mudah
dipahami.
4
5
6
3 Tulisan
7. Huruf yang digunakan jelas.
8. Kalimat yang digunakan sesuai
dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia.
9. Ukuran huruf dan gambar
sesuai.
10. Keruntutan dan keterpaduan
antarparagraf
7
8
9
10
4
Penggunaan
istilah, simbol,
atau ikon
11. Kebakuan istilah.
12. Konsistensi penggunaan
istilah.
13. Konsistensi penggunaan
simbol atau ikon.
11
12
13
109
2. Instrumen Penilaian Karakter Jujur, Disiplin dan Tanggungjawab
Kisi-kisi penilaian karakter jujur, disiplin dan tanggungjawab
Tabel 12. Kisi-kisi penilaian karakter jujur, disiplin dan tanggungjawab
No Aspek Indikator No
Item
1
Karakter Jujur
1. Tidak nyontek dalam mengerjakan
ujian/ulangan/tugas
1
2. Tidak melakukan plagiat
(mengambil/menyalin karya orang lain
tanpa menyebutkan sumber) dalam
mengerjakan setiap tugas
2
3. Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu
apa adanya
3
4. Melaporkan data atau informasi apa adanya 4
5. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang
dimiliki
5
2
Karakter
Disiplin
1. Masuk kelas tepat waktu 1
2. Mengumpulkan tugas tepat waktu 2
3. Memakai seragam sesuai tata tertib 3
4. Mengerjakan tugas yang diberikan 4
5. Tertib dalam mengikuti pembelajaran 5
6. Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah
yang ditetapkan
6
7. Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran 7
8. Membawa buku teks mata pelajaran 8
3
Karakter
Tanggung
jawab
1. Melaksanakan tugas individu dengan baik 1
2. Menerima resiko dari tindakan yang
dilakukan
2
3. Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang
akurat
3
4. Mengembalikan barang yang dipinjam 4
5. Meminta maaf atas kesalahan yang
dilakukan
5
110
3. Instrumen Penelitian Hasil Belajar Matematika
Instrumen penelitian ini mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika menggunakan tes tertulis dengan bentuk pilihan ganda (multiple
choice). Instrumen tersebut disusun dengan berpedoman pada kisi-kisi yang
diturunkn dari definisi konseptual dan operasional dengan memperhatikan
indikator-indikator dan arahan dari pembimbing.
Tabel 13. Kisi-kisi soal untuk mengukur hasil belajar matematika
No Kompetensi
Inti
Kompetensi
Dasar Indikator
No Butir
Sesudah
uji coba
Jum
lah
1
Memahami
pengetahuan
faktual
dengan cara
mengamati
dan menanya
berdasarkan
rasa ingin
tahu tentang
dirinya,
makhluk
ciptaan
Tuhan dan
kegiatannya,
dan benda-
benda yang
dijumpainya
di rumah, di
sekolah, dan
tempat
bermain
3.9
Menjelaskan
dan
menentukan
keliling dan
luas persegi,
persegi
panjang, dan
segitiga.
1. Siswa mampu
menjelaskan
konsep Keliling
dan luas bangun
datar persegi,
persegi panjang,
dan segitiga
1,2,3,4, 4
2. Siswa mampu
menghitung
Keliling dan luas
bangun datar
persegi.
5,6,7,8 4
3. Siswa mampu
menghitung
Keliling dan luas
bangun datar
persegi panjang.
9,10,11
, 12
4
4. Siswa mampu
menghitung
Keliling dan luas
bangun datar
segitiga.
13,14,1
5,16
4
5. Siswa mampu
menyelesaikan
soal cerita yang
berhubungan
dengan Keliling
dan luas persegi,
persegi panjang,
dan segitiga.
17,18,1
9,20
4
111
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, angket dan tes tertulis.
Wawancara langsung dilakukan kepada guru kelas IV yang mengajar di
sekolah yang berada di Wilayah Gugus III Kecamatan Gadingrejo untuk
memperoleh data awal. Angket disampaikan kepada validator ahli untuk
menilai kelayakan buku ajar matematika menggunakan cerita fabel berkarakter
yang telah dikembangkan dan diberikan juga kepada siswa untuk menilai
kemenarikan dari buku ajar tersebut. Sedangkan tes diberikan kepada para
siswa dalam bentuk pilihan ganda untuk kelas uji coba pada awal dan akhir.
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan kepada guru kelas IV SDN 2 Tulungagung
yaitu Ibu Rini Mulistina, S.Pd. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data ketika peneliti melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan ingin mengetahui hal-hal
yang lebih mendalam. Adapun pedoman wawancara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengetahui permasalahan yang ada pada materi bangun datar
adalah sebagai berikut:
a. Sikap dan karakter siswa mengenai kejujuran, kedisiplinan dan
tanggungjawab.
b. Hasil belajar siswa pada materi bangun datar persegi, persegi panjang
dan segitiga.
c. Kemampuan siswa dalam memahami materi bangun datar persegi,
persegi panjang dan segitiga.
d. Kebutuhan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
112
2. Angket
Pada penelitian ini menggunakan angket tertutup dimana menurut Arikunto
(2010: 151), angket tertutup adalah angket yang sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih pada kolom yang sudah
disediakan dengan memberikan tanda contreng ( ). Angket digunakan
untuk mengumpulkan data tentang tanggapan dari komponen bahan ajar
matematika berbasis buku fabel berkarakter. Angket yang dibutuhkan dalam
penelitian pengembangan ini diantara lain:
a. Angket penilaian dan validasi ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.
b. Angket penilaian atau tanggapan guru dan siswa tentang kemenarikan
bahan ajar melalui uji coba lapangan.
Angket dibuat berisi daftar pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
informasi atau tanggapan mengenai kemenarikan bahan ajar yang telah
dikembangkan.
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengambil penilaian sikap yaitu karakter jujur,
disiplin dan tanggungjawab siswa, penilaian ketiga sikap tersebut diambil
melalui observasi atau pengamatan selama proses pembelajaran.
4. Tes Tertulis
Tes tertulis dilakukan oleh peneliti dengan cara memberikan tes tertulis
kepada siswa untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran matematika materi bangun datar. Peneliti
memberikan tes tertulis berupa 20 soal pilihan ganda pada kelas IV SDN 2
Tulungagung sebagai kelas eksperimen dan SDN 3 Tulungagung sebagai
113
kelas kontrol yang menjadi objek penelitian. Tes yang digunakan dalam
penelitian dan pengembangan ini adalah pre-test dan post-test. Tujuan tes
ini dilakukan adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah
menggunakan bukuajar matematika melalui cerita fabel. Penyusunan alat
ukur disesuaikan dengan indikator masing-masing kompetensi yang ingin
dicapai.
G. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif. Pengambilan data
dalam penelitian ini diambil dari nilai sikap dan hasil belajar siswa. Penilaian
dilakukan pada kedua kelas dengan observasi untuk nilai sikap dan tes tertulis
untuk hasil belajar yang diberikan sebelum dan sesudah menggunakan buku
ajar melalui cerita fabel, materi bangun datar untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi
normal atau tidak berdasarkan data skor rata-rata aktivitas sampel. Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Dalam penelitian ini, untuk menguji hipotesis di atas menggunakan uji
chikuadrat. Uji chi-kuadrat menurut Sugiyono, 2007:107 sebagai berikut:
∑ (
) 2
114
Keterangan.
Chi Kuadrat
= frekuensi yang di observasi
= frekuensi yang di harapkan
Kriteria pengujian adalah:
a. Apabila harga chi kuadrat lebih kecil (<) atau sama dengan harga chi
kuadrat tabel (
) maka distribusinya dinyatakan normal.
b. Apabila harga chi kuadrat hitung lebih besar (>) dengan harga chi
kuadrat tabel (
) inyatakan tidak normal
2. Uji Validitas
Menurut Bayu Permata dkk dalam Jurnal Pendidikan (2017: 356—362 )
Uji Validitas adalah untuk melihat apakah bahan ajar beserta instrumen
penilaian yang telah disusun memenuhi kriteria kevalidan. alat ukur tersebut
mampu mengukur apa yang akan diukur, kriteria ujinya apabila nilai r
hitung lebih besar dari nilai r tabel maka soal tersebut valid dan dapat
digunakan untuk pengujian data. Penghitungan validitas data menggunakan
SPSS Versi 24 tahun 2018.
3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada instrumen hasil belajar bertujuan untuk melihat apakah
alat ukur mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten dalam
waktu dan tempat yang berbeda. Kriteria ujinya apabila nilai r hitung lebih
besar dari nilai r tabel maka soal tersebut reliabel dan dapat digunakan
untuk pengujian data. Penghitungan reliabilitas menggunakan SPSS Versi
24 tahun 2018.
115
4. Uji Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal
tersebut tergolong mudah atau sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran
tiap butir soal digunakan persamaan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Jx = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan
kriteria indeks kesukaran menurut Supardi (2015: 88), sebagai berikut:
Tabel 14. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran Butir Soal
No Tingkat
Kesukaran Indeks kesukaran Jenis soal
1 Mudah 0,00 – 0,30 Pilihan Ganda
2 Sedang 0,31 – 0,70 Pilihan Ganda
3 Sukar 0,71 – 1,00 Pilihan Ganda
5. Uji Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal berhubungan dengan kemampuan membedakan
antara kelompok atas dan kelompok bawah (berdasarkan skor yang
diperoleh dalam tes secara keseluruhan). Peserta didik yang mendapat skor
tinggi dinamakan kelompok atas dan yang mendapat skor rendah dinamakan
kelompok bawah (Thoha, 1995: 150).
Untuk mencari indeks Daya Pembeda digunakan rumus:
116
DP = Daya Pembeda
JBKa = Jumlah jawaban benar kelompok atas
JBKb = Jumlah jawaban benar kelompok bawah
N = Jumlah siswa masing-masing kelompok
Tabel 15. Interpretasi Daya Pembeda Intrumen Tes
Indeks Daya Pembeda Ktiteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 – 0,20 Buruk, sebaiknya dibuang
0,21 – 0,40 Agak baik atau cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Sangat baik
6. Uji Hipotesis
a. Pengujian Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis pertama adalah terwujudnya produk berupa buku ajar
matematika melalui cerita fabel untuk memperkuat karakter siswa kelas
IV SDN 2 Tulungagung. Prosesnya adalah dengan memvalidasi isi yang
dilakukan oleh ahli yang kompeten terhadap buku ajar matematika
melalui cerita Fabel. Validasi ini diperlukan untuk menilai kelayakan
produk buku ajar yang dikembangkan, pengujian dilakukan dengan cara
pemberian angket kepada para ahli sehingga dapat diketahui kelemahan
dan kekuatannya.
b. Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua adalah untuk mengetahui kemenarikan buku
ajar matematika melalui cerita fabel dibandingkan dengan buku paket
yang dipakai guru dan siswa selama ini, maka diberikan angket kepada
guru-guru yang tergabung di gugus III Tulungagung, dan uji
kemenarikan kelompok kecil, hasil skor angket di hitung menggunakan
117
rumus berikut:
Nilai = Skor yang diperoleh X 100
Skor total
Kualitas kemenarikan dan kemudahan penggunaan buku ajar dengan
rentang klasifikasi sebagai berikut.
Tabel 16. Klasifikasi kemenarikan dan kemudahan penggunaan buku ajar
Nilai Klasifikasi
kemenarikan
Klasifikasi
kemenarikan
90 – 100,00 Sangat menarik Sangat efektif
70 – 89,00 Menarik Efektif
50 – 69,00 Cukup menarik Cukup efektif
0 – 49,00 Kurang menarik Kurang efektif
Sumber : Tabel diadaptasi dari Elice (2012:69)
c. Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah mengukur
penguatan karakter dan peningkatan hasil belajar, Hasil data observasi
dan tes tertulis di hitung dengan menggunakan rumus N-Gain. Dari
observasi dan tes tertulis ini diperoleh nilai pretest, nilai posttest, dan
peningkatan hasil belajar. Hasil kedua data observasi dan tes tertulis di
hitung dengan menggunakan rumus N-Gain. Menurut Hake (1999: 1),
besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi
(normalized gain) yaitu:
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake (1999) seperti terdapat pada Tabel berikut.
118
Tabel 17. Kriteria Indeks Gain
Indeks Gain (g) Kriteria
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Menurut Sugiyono (2008:241) penggunaan statistik parametrik
mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus
terdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu sebelum pengujian
hipotesis dilakukan maka pengujian normalitas dilakukan terlebih
dahulu, selanjutnya apabila data normal maka dapat dilakukan pengujian
hipotesis parametrik. Jika melalui uji normaliatas ternyata data hasil
belajar kedua kelas berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal.
Maka pengujian hipotesis menggunakan uji Mann Whitney U. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut.
∑
∑
Keterangan:
= Jumlah sampel kelas A
= jumlah sampel kelas B
= jumlah peringkat 1
= jumlah peringkat 2
∑ = jumlah rangking pada sampel
∑ = jumlah rangking pada sampel
karena terdapat dua rumus uji statistik, maka rumus uji statistik yang
digunakan adalah rumus uji statistik yang memiliki nilai lebih kecil untuk
dibandingkan dengan tabel U.
119
Adapun rumus perhitungannya sebagai berikut.
√
Keterangan:
= Nilai harapan mean
= Standar deviasi
Kriteria pengujian adalah H0 diterima jika nilai .
dan H0 ditolak jika sebaliknya dengan α = 0,05.
Menurut Rusffendi (1998:314) jika H1 diterima maka cukup melihat data
sampel mana rata-rata yang lebih tinggi.
177
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, dapat diambil
simpulan sebagai berikut.
1. Terwujudnya produk berupa buku ajar buku ajar matematika melalui cerita
fabel untuk memperkuat karakter siswa menggunakan Problem Based
Learning kelas IV SDN 2 Tulungagung, setelah melalui validasi dan
perbaikan dari para ahli sehingga produk buku ajar layak digunakan.
2. Buku ajar matematika melalui cerita fabel menggunakan Problem Based
Learning terkategori sangat menarik dalam rangka memperkuat karakter
siswa dan meningkatkan hasil belajar Matematika siswa Kelas IV SDN 2
Tulungagung, setelah melalui masukan angket kemenarikan, saran dan
masukan dari para tenaga ahli pendidikan yang ada di wilayah gugus III
Gadingrejo.
3. Peningkatan sikap jujur disiplin dan tanggungjawab siswa dan hasil belajar
matematika siswa lebih tinggi setelah menggunakan buku ajar matematika
melalui cerita fabel menggunakan Problem Based Learning dibandingkan
sebelum menggunakan buku ajar tersebut.
178
B. Implikasi
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Setelah melalui langkah-langkah yang sesuai dengan prosedur maka
terwujud produk buku ajar matematika melalui cerita fabel, buku tersebut
dikembangkan sehingga layak digunakan dan sesuai dengan kebutuhan
belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar.
2. Buku ajar matematika melalui cerita fabel terbukti dapat menarik minat
belajar siswa dan lebih mudah digunakan untuk memahami pelajaran, buku
ajar yang menarik berpengaruh dengan semangat belajar dan sikap siswa
sebelumnya malas belajar dan membaca, tidak disiplin dan tidak
tanggungjawab, berubah menjadi lebih baik dan ingin mengulang-ulang
kembali belajar.
3. Hasil akhir penelitian menunjukkan bahwa penggunaan buku ajar
matematika melalui cerita fabel dapat menguatkan sikap jujur, disiplin dan
tanggungjawab siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan
sebelum menggunakan menggunakan buku ajar tersebut.
C. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi Peserta Didik
Untuk membangun dan meningkatkan pengetahuan peserta didik kelas IV
Sekolah Dasar tentang menentukan luas bangun datar pada persegi, persegi
panjang, dan segitiga, siswa bisa menggunakan buku ajar ini sebagai buku
pendamping dan pengayaan.
179
2. Bagi Pendidik
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan profesionalisme guru
khususnya pada mata pelajaran di kelas IV Sekolah Dasar, maka guru harus
belajar mengembangkan buku ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
kurikulum yang berlaku.
3. Bagi Sekolah
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan bahan ajar
maka sekolah harus memfasilitasi guru sebagai inovator pembelajaran untuk
mengembangkan bahan ajar dan pembelajaran yang aktif dan
menyenangkan.
4. Bagi Peneliti
Untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti yang lain
agar mengembangkan dan mengkaji lebih mendalam, secara luas
menggunakan variabel yang lain dengan harapan akan menghasilkan produk
buku ajar yang efektif, menyenangkan dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, A.G dan Ridwan, T. 2008. Implementasi Problem Based Learning
(PBL) Pada Proses Pembelajaran di BPTP Bandung. Bandung.
Abed, Eman Rasmi, Mohammad Mustafa Al-Absi. 2015. Content Analysis of
Jordanian Elementary Textbooks during 1970–2013 as Case Study.
International Journal Faculty of Educational Sciences and Arts Vol. 8, No.
3, UNRWA. Amman. Jordan.
Abdurrahman. 1999. Metode Pembelajaran Tindakan Kelas. Grafindo. Jakarta.
Almerico, M Gina. 2014. Building character through literacy with children’s
literature. Research in Higher Education Journal Volume 26 Oktober
2014.
Amir, N. 2010. Skizofrenia Buku Ajar Psikiatri UI. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi
Pustaka. Jakarta.
Anas, Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT Rineka
Cipta. Jakarta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah. Diva Press. Yogyakarta.
Asra, dkk. 2008. Metode Pembelajaran Seri Pembelajaran Aktif. Wacana Prima.
Bandung.
Atmaja, J.F. 2010. Buku Lengkap Bahasa Indonesia dan Peribahasa SD-SMP-
SMA. Pustaka Widyatama. Yogyakarta.
181
Batari, Ulfa Tenri, Ahmad Tolla, Muhammad Rafi Tang, Anshari. 2015.
Development of Teaching Materials Based on Indonesian Folktale in
Gowa District. Journal of Language Teaching and Research, Vol. 6, No. 6,
pp. 1216-1224, November 2015
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rieneka cipta. Jakarta.
Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain.
Grafiti. Jakarta.
Darmiyati Zuchdi. 2011.Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan
Praktik. UNY Press. Yogyakarta.
Depdiknas 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem
pendidikan nasional. Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta.
Dick, W. Carey, L dan Carey, J.O .2009. The Systematic Design of Instuction.
Person. New Jersey.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Dusseldrop. 1981. Education Psychology a Realistic Approach. Skylight.UK
E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Elbitar and Kennedy E. Umunadi. 2011. Learning Styles in Technical Drawing
Courses as Perceived by Students in Egypt and Nigeria. Tersedia online
pada http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JSTE/v48n3/pdf/elbitar.pdf.
Diakses pada 27/September/2017.
Elice, Deti. 2010. Pengembangan Desain Bahan Ajar Keterampilan Aritmatika
menggunakan media sempoa untuk guru sekolah dasar. Tesis. Bandar
Lampung. FKIP Unila PPSJ Teknologi Pendidikan.
Fitri, Agus Zainul. 2012. Reinventing Human Character Pendidikan Karakter
Berbasis Bilai & Etika di Sekolah. Ar-Ruz Media. Yogyakarta.
Glover, David. 2004. Seri Ensiklopedia Anak A - Z Matematika. PT Grafindo
Media Pratama. Bandung.
Gunzel, Martin. & Helena Binterova. 2016. Evaluation of Nonverbal Elements in
Mathematics Textbooks. Universal Journal of Educational Research 4(1):
122-130. Faculty of Education, University of South Bohemia, Czech
Republic
182
Hake R. Richard. 1999. Analyzyng Change/ Gain Skort tersedia online
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf diakses
tanggal 26 September 2017 .
----------- 1999. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational Research
Methodology
Hasan, Bisri.2016. Kolaborasi Orangtua dan Guru dalam membentuk Karakter
Jujur dan Disiplin pada anak didik.UINMMI Press. Malang.
Hasan, Said Hamid. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa, Bahan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-
nilai Budaya Untuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Puskur Balitbang
Kemdiknas. Jakarta.
Hudoyo,H. 1990. Strategi Belajar Matematika. IKIP Malang. Malang.
Husin, Sayuti. M. Thoha B.S. Jaya .1995. Metode Penelitian Sosial dan
Humaniora. Unila Pres. B. Lampung.
Iskandar, Agung. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. PT. Remaja Rosda Karya
Offset. Bandung.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. 2008. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Kemdiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Kementerian Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Kemendikbud. 2017. Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter
Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
KementerianPendidikan dan Kebudayaan
Koesnandar. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web. [Online] tersedia di
http://www.teknologipendidikan .net diakses tanggal 5 Desember 2017.
Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global, Cet.II. Grasindo. Jakarta.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Refika Aditama. Bandung.
183
Kilic,Cigdem. 2013. Turkish Primary School Teachers’ Opinions about Problem
Posing Applications: Students, the Mathematics Curriculum and
Mathematics Textbooks. Australian Journal of Teacher Education Volume
38 | Issue 5 Article 10 Mersin University, Turkey.
Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Akademia
Permata. Padang.
Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Panduan lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Peintar dan Baik. Nusa Media. Bandung
Lisnani. 2013. Desain Pembelajaran Bangun Datar Menggunakan Fable " Dog
Catches Cat" And "Puzzle" Tangram Di Kelas II SD. Jurnal Program
Magister Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya Palembang.
Masykur. M. 2008. Mathematical Intelegensi. EGC. Jakarta.
Merrit, Joi, Mi Yeon Lee, Peter Rillero, dan Barbara M. Kinach.2017. Problem-
Based Learning in K–8 Mathematics and Science Education: A Literature
Review. Interdisciplinary Journal of Problem based Learning. Volume 11
| Issue 2 Article 8. Arizona State University.
Mudhofir, 1999. Teknologi Instruksional. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Muhibbin, Syah. 2011. Psikologi Belajar. Rajawali Pers. Jakarta.
Muller, Tanja & Thomas Henning. 2017. Getting Started With PBL A Reflection.
Interdisciplinary Journal of Problem based Learning. Volume 11 | Issue 2
Article 8. City University of Applied Sciences Bremen.
Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 Perubahan
dan Pengembangan Kurikulum 2013 Merupakan Persoalan Penting dan
Genting. Remaja Rosdakarya. Bandung.
--------- 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Munir, 2010. Multimedia Konsep & Aplikasi Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Mustofa, Arif. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Pengembangan Wacana dan
Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional. Ar Ruzz Media.
Jogjakarta.
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter. Familia. Yogyakarta.
Permata, Bayu. Hari Wahyono dan cipto Wardoyo. 2017. Bahan Ajar Berbasis
Cerita Untuk Menanamkan Literasi Ekonomi Pada Siswa Sekolah Dasar .
Jurnal Pendidikan, Vol. 2, No. 3, Bln Maret, Thn 2017, Hal 356-362 .
Fakultas Pendidikan Ekonomi-Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
184
Permendikbud, Nomor 147/P/2016 Tentang Tentang Penetapan Judul Buku Teks
Pelajaran Matematika Serta Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan (PJOK) untuk Kelas IV SD/MI
Permendikbud. Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 2 ayat 1, 2 dan 3 tentang Buku yang
Digunakan Satuan Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Permendikbud. Nomor 24 tahun 2016 Tentang KI Dan KD Sekolah Dasar Dan
Menengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015 pasal 19 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor. 87 Tahun 2017. Tentang Penguatan
Pendidikan Karakter. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 pasal 1 ayat 3 Tentang Buku Teks Pelajaran
Pendidikan Dasar, Menengah, dan Perguruan Tinggi. Kementerian
Pendidikan Nasional. Jakarta
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menegah. Kementerian Pendidikan Nasional.
Jakarta
Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Powell, Rasby Marlene, dan Ottis Murray. 2012. Using Storytelling Strategies to
Improve Student Comprehension in Online Classes. The Journal of
Effective Teaching an online journal devoted to teaching excellence Vol.
12, No. 1, 2012, 46-52. University of North Carolina at Pembroke,
Pembroke, NC 28372.
Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press.
Yogyakarta.
Rachman, Maman. 2008. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. UNS. Semarang
Ramly, Mansyur. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa. Jakarta. Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan
Pengembangan Pusat Kurikulum.
Rana Yildirim dan Fatma Pinar Torun. 2014. Exploring The Value Of Animated
Stories With Young English Language Learners. International Journal
TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology - October
2014, volume 13 issue 4. Cukurova University, Turkey.
185
Reiff, J. C. 1992. Learning styles. Monograph. What Research Says To The
Teacher. 7. National Education Association. Washington, D.C.
Ridwan, M . 2016. Ajaran Moral Dan Karakter Dalam Fabel Kisah Dari Negeri
Dongeng Karya Mulasih Tary (Kajian Sastra Anak Sebagai Bahan Ajar
Di Sekolah Dasar). Jurnal Premiere Educandum, Volume 6 Nomor 1, Juni
2016, 95 – 109
Rillero, Peter, Mari Koerner, Margarita Jimenez Silva, Joi Merrit, Wendy J.Far.
2017. Developing Teacher Competencies for Problem Based Learning
Pedagogy and for Supporting Learning in Language-Minority Students.
Interdisciplinary Journal of Problem based Learning. Volume 11 | Issue 2
Article 4. Arizona State University, [email protected].
Roh, K. H. 2003. Problem-based learning in mathematics. Clearinghouse for
Science, Mathematics, and Environmental Education. Tersedia on line:
http://www.ericdigest.org/2004-3/math.html.
Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Rusffendi. 1998. Pengantar Kepada Guru Untuk mengembangkan kompetensi
dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA. Tarsito.
Bandung.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Rajawali Press. Jakarta.
Sadiman, Arif. 2010. Media Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
----------. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.
Samani, Muchlas. Hariyanto. 2013. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.
Remaja Rosdakarya. Bandung
Sastrohadiwiryo, Bejo Siswanto. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,
Pendekatan Administratif dan Operasional. Bumi Aksara. Jakarta.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Direktorat. Jakarta.
Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sudjana, Nana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
----------. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Bandung.
186
----------. 2009. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya.
Bandung.
Sugiarto, Eko. 2009. Mengenal Pantun dan Puisi Lama. Pustaka Widyatma.
Yogyakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
-----------. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
------------. 2014. Metode Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Sujadi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Tindakan. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
---------. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Supardi. 2015. Penilaian Autentik. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sumantri, M.S. 2015. Strategi Pembelajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Suparman, M. Atwi . 2012. Desain Instruksional Modern. Erlangga. Jakarta.
Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi pembelajaran Teori & Aplikasi. Ar-Ruzz
Media. Jogjakarta.
Surya, Mohammad. 2004. Psikologi Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Bani Quraisy. Bandung.
Susilana, Rudi. 2007. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional). Tersedia online
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PEND
IDIKAN/196610191991021-RUDI_SUSILANA/KP10c1-Model_PPSI-
Kemp.pdf
Suwito, Anton. 2012. “Integrasi Nilai Pendidikan Karakter ke Dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah melalui RPP”. Jurnal
Ilmiah CIVIS, 2, (2), 2.
Syaiful, Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. CV. Alvabeta.
Bandung.
187
Takahashi, Akihiko. 2016. Recent Trends in Japanese Mathematics Textbooks for
Elementary Grades: Supporting Teachers to Teach Mathematics through
Problem Solving. Universal Journal of Educational Research : 313-319. College of Education, DePaul University, USA.
Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Depdiknas. Jakarta.
Thobroni, Muhammad. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media.
Yogyakarta.
Thoha, M. B.S Jaya. 1995. Metode Penelitian Sosial dan Humaniora. Fajar
Agung. Jakarta.
Trianto. 2013. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia
Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Kencana Prenada Media
Grup. Jakarta.
---------. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Undang-undang RI no. 20 pasal 3 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kementerian Pendidikan Nasional. Jakarta.
Wardhana, Yana. 2010. Teori Belajar dan Mengajar. PT. Pribumi Mekar.
Bandung.
Warsono dan Haryanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen. Remaja
Rosda Karya. Bandung.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Wiyani, Novan A. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD: Konsep, dan
Strategi. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Yildirim, Rana & Fatma Pinar Torun. 2014. Exploring The Value Of Animated
Stories With Young English Language Learners. The Turkish Online
Journal of Educational Technology. Volume 13 issue 4 October 2014.
Yuliati, Yuyun. 2016. Matematika untuk SD/MI Kelas IV. CV Arya Duta. Depok