Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN AKREDITASI SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN BERBANTUAN KOMPUTER
Mustari S. Lamada, S.Pd., M.T.
Drs. Sugeng A. Karim, M.T.
Abstrak
Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk menghasilkan sebuah
aplikasi penilaian akreditasi sekolah pada jenjang Sekolah Menengah
Kejuruan, aplikasi ini dinamakan Aplikasi Penilaian Akreditasi sekolah
Menengah Kejuruan (APA-SMK). Disamping itu, penelitian ini juga
diharapakan dapat menghasilkan model penilaian akreditasi untuk
kurikulum 2013 (kurikulum nasional). Penelitian ini akan dilaksanakan
di Badan akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) melalui
Badan Akreditasi Propinsi (BAP) di Sulawesi Selatan dan laboratorium
komputer Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNM dengan objek
penelitiannya adalah asesor senior dan asesor muda pada BAP Sulawesi
Selatan. Dalam rangka mencapai tujuan dan target yang telah
ditetapkan itu penelitian ini telah dilakukan dengan diadakan survei
melalui uji pendahuluan terhadap model penilaian existing di BAP
Sulawesi Selatan dengan menggunakan pendekatan analisis kebutuhan.
Hasil penelitian mengungkap bahwa dibutuhkannya Aplikasi Penilaian
Akreditasi SMK untuk mempermudah proses tata kelola sistem
akreditasi di SMK, perbaikan pada Sistem Penilaian Akreditasi
terutama tampilan pada saat diakses serta model konseptual aplikasi
penilaian akreditasi SMK dengan meliputi 4 level, yaitu level admin,
level pengelola provinsi, level sekolah, dan level penilai (asesor).
Key Word: Aplikasi, Akreditasi, SMK
ii
PENDAHULUAN
Dalam era global abad 21 tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sangat
besar. Kesiapan sumber daya manusia merupakan kata kunci dalam menghadapi
tantangan global tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah
Indonesia dalam rangka menyiapkan SDM yang berkualitas. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan memberikan prioritas pada sektor pendidikan.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia pemerintah telah
menetapkan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan memiliki
tujuan tertentu. Tujuan SNP adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Standar Nasional Pendidikan memiliki tujuan tertentu. Tujuan SNP adalah
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa (PP No. 19 Tahun 2005). SNP dikembangkan oleh BSNP selanjutnya
ditetapkan oleh Mendiknas dalam bentuk Permendiknas. SNP yang telah ditetapkan
digunakan sebagai acuan untuk dicapai atau dilampaui oleh setiap satuan
pendidikan.
Dalam rangka pencapaian standar nasional pendidikan oleh setiap satuan
pendidikan termasuk satuan program keahliandi SMK maka dilakukan sebuah
penilaian atas standar yang ditetapkan tersebut. Kegiatan penilaian delapan standar
nasional pendidikan disebut akreditasi. Sesuai dengan amanat Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tersebut, Pemerintah melakukan akreditasi untuk menilai
kelayakan suatu satuan pendidikan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui suatu standar pendidikan yang
baik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Pemerintah telah membentuk suatu badan yang
disebut Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) melalui
Peraturan Mendikbud Nomor 59 Tahun 2012. BAN-S/M suatu badan yang
melakukan evaluasi secara mandiri dengan menetapkan kelayakan suatu program
atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan. Dalam melaksanakan akreditasi
sekolah/ madrasah, BAN-S/M dibantu oleh Badan akreditasi Provinsi
iii
Sekolah/Madrasah (BAP-S/M) yang dibentuk oleh Gubernur, sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (BAN
S/M, 2014).
Dalam melakukan proses akreditasi di tingkat satuan pendidikan, BAN S/M
melalui BAP menugaskan asesor untuk melakukan visitasi. Kegiatan visitasi
dilakukan dengan mengunjungi sekolah yang ditunjuk sesuai dengan peugasan
masing-masing asesor. Setelah melakukan visitasi, para asesor mengisi instrumen
penilaian yang telaah disiapkan oleh BAN S/M melalui BAP. Pengisian instrumen
tersebut dilakukan sebagai bahan laporan ke BAP masing-masing propinsi.
Proses pengisian instrumen akreditasi sekolah yang dijalankan saat ini
sebagian besar masih bersifat manual. Proses pengisisan tersebut masih
menggunakan format pengolah tabel yang belum terintegrasi secara otomatis
dengan sebuah sistem yang online. Proses pengisian instrumen secara manual
seringkali memiliki kelemahan (anonim, 2011). Kelemahan yang terjadi berdampak
pada tidak efektif dan efisien penggunaan sumber daya yang ada, sehingga
mengakibatkan pemborosan pada setiap proses.
Selain itu, proses akreditasi di SMK memilik kompleksitas pekerjaan yang
tinggi pada proses penilaian asesor dan pengolahan. Proses penilaian membutuhkan
banyak sekali kriteria yang harus dipenuhi dalam penilaian SMK yang dilakukan
oleh asesor. Sehingga banyak tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan hasil
yang optimal. Tahapan tersebut menjadikan bahwa pekerjaan dilakukan memiliki
tingkat kompleksitas yang tinggi apalagi karena dilakukan secara manual.
Terjadinya kompleksitas akibat penerapan sistem manual dapat mengakibatkan
tidak efektif dan efisien penggunaan waktu serta mengakibatkan beban kerja yang
tinggi dan risiko kesalahan yang besar terhadap proses akreditasi di SMK.
Dibutuhkan model penilaian akreditasi sekolah menegah kejuruan (SMK) terbantu
komputer pada sistem penilaian akreditasi.
iv
STUDI PUSTAKA
Akreditasi dan Standar Nasional Pendidikan
Akreditasi berasal dari kata accreditation yaitu sebuah penilaian kelayakan
secara akademis suatu lembaga penyelenggara pendidikan untuk menghasilkan
lulusan dengan spesifikasi kompetensi tertentu. Pengertian Akreditasi
sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara menyeluruh terhadap kelayakan
satuan pendidikan yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan
akan kelayakannya.
Akreditasi dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan secara nasional. Peningkatan mutu di setiap satuan pendidikan,
diarahkan pada upaya terselenggaranya layanan pendidikan kepada pihak yang
berkepentingan atau masyarakat. Upaya yang dilakukan secara berkesinambungan
diharapkan dapat memberikan layanan pendidikan bermutu dan berkualitas, yang
dapat menjamin bahwa proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah sesuai
harapan.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan maka pemerintah melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 membuat kriteria minimal tentang
komponen pendidikan yang disebut Standat Nasional Pendidikan (SNP). Seperti
dinyatakan pada pasal 1 ayat (1) bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh
karena itu, SNP harus dijadikan acuan guna memetakan secara utuh profil kualitas
sekolah/madrasah. Di dalam pasal 2 ayat (1), lingkup SNP meliputi: (1) standar isi;
(2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga
kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar
pembiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan.
Kedelapan Standar Nasional Pendidikan tersebut di atas diharapkan menjadi
pendorong pertumbuhan pendidikan dan menjadi dasar untuk mengevaluasi
sekolah/madrasah untuk mencapai mutu yang diharapkan. Kedelapan standar
tersebut dievaluasi oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah melalui
akreditasi sekolah.
v
Kegiatan akreditasi sekolah dilaksanakan dengan menggunakan beberapa
prinsip. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam proses akreditasi antara lain: (1)
Objektif; Dalam pelaksanaan akreditasi, aspek yang terkait dengan kelayakan itu
diperiksa dengan jelas dan benar untuk memperoleh informasi tentang sekolah yang
dinilai; (2) Komprehensif; dalam proses akreditasi Sekolah/Madrasah, penilaian
tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu saja tetapi juga meliputi seluruh
komponen pendidikan memperoleh gambaran secara utuh kondisi kelayakan
Sekolah/Madrasah; (3) Adil; dalam melaksanakan akreditasi, semua
Sekolah/Madrasah harus diperlakukan sama tanpa membedakan status
Sekolah/Madrasah; (4) Transparan; informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
akreditasi harus disampaikan secara terbuka kepada seluruh steakholder yang
memerlukannya; (5) Akuntabel; hasil penilaian akreditasi harus dapat
dipertanggungjawabkan (Mustari, 2015).
Semua proses akreditasi saat ini sudah menggunakan komputer sebagai alat
bantu untuk mengolah data secara manual. Pemanfaatan komputer dalam dunia
pendidikan menjadi lebih kompleks dengan adanya perkembangan teknologi
komputer yang semakin canggih dan lebih kompleks karena media audio, video dan
alat komunikasi menjadi terintegrasi. Dengan demikian dalam proses akreditasi,
pemanfaatan komputer diupayakan dapat lebih optimal dan lebih praktis.
Model Pengembangan Penilaian Berbantuan Komputer
Pemanfaatan komputer dalam dunia pendidikan menjadi lebih kompleks
dengan adanya perkembangan teknologi komputer yang semakin canggih dan lebih
kompleks karena media audio, video dan alat komunikasi menjadi terintegrasi.Ada
beberapa Model Pengembangan penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian
akreditasi SMK. Secara umum model pengembangan ini diadaptasi dari
pengembangan pembelajaran berbantuan komputer (Muis, 2011) seperti model
Kemp, Kemp and Carey serta IDI, ataupun model Briggs, Bla H. Banathy, Kep,
Gerloch dan Ely, juga Dick dan Carey, Philip R. Teske, Calhoun (1976), Ronald
Ribler (1983), model ISD (1960), Coit Butler (1972), Bryl Shoemaker (1979),
Robert Mager (1967) dan model PPSI (1975), serta model pengembangan dari
Romiszowski (1986).
vi
Kemp & Dayton (1985: 27-69) memberikan langkah-langkah perencanaan
dan pengembangan pembelajaran berbantuan komputer yakni: (1) prelimenary, (2)
the kinds of media, (3) designing the media, (4) producting the media, dan (5) using
and evaluation media. Model pengembangan lain diberikan oleh Sadiman dkk.
Langkah-langkah yang diberikan oleh Sadiman, (1986: 98) yaitu: (1) indentifikasi
kebutuhan, (2) perumusan tujuan, (3) perumusan butir-butir materi, (4) perumusan
alat pengukur keberhasilan, (5) penulisan naskah, (6) tes/ujicoba, (7) naskah siap
produksi, (8) produksi prototype, (9) ujicoba, (10) revisi, dan (11) program final.
Kesemua model yang disebutkan di atas akan dijadikan acuan dalam
pengembangan model penilaian akreditasi SMK berbantuan komputer.
Untuk pengembangan secara umum dapat mengacu pada model yang
diberikan oleh Kemp seperti yang tergambar pada bagan berikut ini:
vii
Gambar 1. Pengembangan dari Romiszowski (Muis, 2011)
viii
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
memberi angket kepada para responden penelitian. Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di kampus UNM Parangtambung. Waktu penelitian dilaksanakan
pada bulan Februari-April tahun 2015 di Jurusan PTE FT UNM. Populasi dalam
penelitian ini yaitu mahasiswa yang mengambil mata kliah pemrograman web.
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini yaitu kelas 01 dan 05. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini, diperoleh dengan menggunakan metode angket dan
dokumentasi.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tanggapan Asesor
BAN S/M Sistem Informasi Penilaian Akreditasi Sekolah (Sispena BAN S/M).
Pengambilan data Dengan 16 item pertanyaan dan 20 responden. Seluruh data yang
dikumpulkan dari hasil penyebaran kuisioner pada guru SMK dan admin yang
ditugaskan pada akreditasi sekolah dilakukan saat melaksanakan kunjungan ke
sekolah di Propinsi Sulawesi Selatan. Dari semua kuisioner yang dibagikan hanya
diambil dari kuisioner yang dianggap valid saja yang kemudian dipakai untuk
melakukan perhitungan pada skala Likert. Skala Likert digunakan mengukur sikap
dan tanggapan responden terhadap sistem penilaian akreditasi yang ada
sebelumnya. Perhitungan dari skala Likert ini akan menjadi hasil penelitian pada
beberapa butir perntanyaan yang diajukan kepada responden.
Hasil kuisioner analisis kebutuhan yang telah dibagikan diperoleh data-data
kemudian diolah untuk melihat hasil tanggapan responden pada sistem penilaian
akreditasi yang sudah berlangsung. Skala Likert yang digunakan menggunakan
bobot sebagai berikut: (a) Untuk jawaban 1 menyatakan sangat tidak setuju; (b)
untuk jawaban 2 menyatakan tidak setuju; (c) Untuk jawaban 3 menyatakan kurang
setuju; (d) Untuk jawaban 4 menyatakan ragu-ragu; (e) Untuk jawaban 5
menyatakan agak setuju; (f) Untuk jawaban 6 menyatakan setuju; dan (g) Untuk
jawaban 7 menyatakan sangat setuju.
ix
Analisis Kemudahan Pada Sistem Penilaian Akreditasi Sekolah
Dari hasil penelitian dengan butir pertanyaan kepuasan dengan kemudahan
pada Sistem Penilaian Akreditasi Sekolah/Madrasah Badan Akreditasi
Sekolah/Madrasah (Sispena Ban S/M) menggunakan komputer, dengan jawaban
(1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Ragu Ragu, (4) Setuju, dan (5) Sangat
Setuju.
Gambar 2. Kepuasan dengan Kemudahan pada Sispena menggunakan Komputer
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa sistem penilaian akreditasi
Sispena BAN S/M responden yang menjawab sangat mudah sebanyak 20% dan
80% menjawab mudah. Hal ini membuktikan bahwa aplikasi sispena yang dibuat
telah memenuhi syarat kemudahan dalam penggunaannya.
Peran Sispena dalam Persiapan Akreditasi Sekolah
Pada aspek persiapan akreditasi sekolah penggunaan aplikasi hasil analisis
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
10%20%30%
480%
520%
Kepuasan dengan Kemudahan pada Sistem Penilaian
Akreditasi Sekolah/Madrasah Badan Akreditasi
Sekolah/Madrasah (Sispena Ban S/M) menggunakan
Komputer
1 2 3 4 5
x
Gambar 3. Peran Sispena dalam Persiapan Akreditasi Sekolah
Dari diagram di atas dapat dilihat pada butir pertanyaan kelima, dari 20
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 25%, setuju 30%, ragu-ragu
sebanyak 45% sedangkan 0% yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Aspek Fitur yang disediakan Sispena
Pada aspek fitur yang disiapkan aplikasi hasil analisis dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 4. Fitur-Fitur Sispena BAN S/M Menggunakan Komputer Disajikan
Tepat dan Sesuai Tidak Berlebihan
10%20%
345%
430%
525%
Sistem Penilaian Akreditasi Sekolah/Madrasah Badan
Akreditasi Sekolah/Madrasah (Sispena BAN S/M)
Menggunakan Komputer dapat Membantu Admin SMK
dalam Melakukan Tugas Persiapan Akreditasi Sekolah
1 2 3 4 5
10%20%
335%
445%
520%
Fitur-Fitur Sispena BAN S/M Menggunakan Komputer
Disajikan Tepat dan Sesuai Tidak Berlebihan
1 2 3 4 5
xi
Dari diagram di atas dapat dilihat pada butir pertanyaan sembilan, dari 20
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 20%, setuju 45%, ragu-ragu
sebanyak 35%, sedangkan 0% yang menjawab tidak setuju.
Secara umum tingkat kepuasan pengguna pada sispena yang digunakan
dalam sistem akreditasi sekolah menunjukkan bahwa responden yang menjawab
puas sebanyak 75%, masih belum menentukan sikap atau ragu-ragu sebanyak 25%,
sedangkan 0% yang menjawab tidak puas. Hal tersebut dapat dilihat dalam gambar
diagram berikut ini.
Gambar 5. Secara Keseluruhan, Puas dengan Sispena BAN S/M
Menggunakan Komputer
Namun beberapa kekurangan yang diperoleh peneliti dalam mengkaji
aplikasi sispena antara lain kekurangan tersebut adalah: (a) tampilan yang kaku
pada halaman muka ketika pertama kali di akses; (b) tidak ditampilkan secara
realtime informasi yang diakses; (c) tampilan informasi identitas menggunakan
form edit yang tidak menampilkan secara rinci identitas user sehingga jika terdapat
kolom informasi yang panjang maka akan terpotong oleh batas kolom input; (d)
halaman ganti foto juga terpisah dengan halaman edit foto padahal harusnya bisa
dijadikan satu; (e) pada saat melakukan pengisian rekomendasi tidak tersimpan
otomatis, dan ketika jaringan terganggu kadang kita harus mengulangi input
rekomendasi ulang yang belum tersimpan; (f) tampilannya masih menggunakan
static table, foto yang tampil dengan ukuran lebar dan panjang yang berbeda-beda,
atau tidak sama pada satu ukuran.
10%20% 3
25%
475%
50%
Secara Keseluruhan, Puas dengan Sispena BAN S/M
Menggunakan Komputer
1 2 3 4 5
xii
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada Tahun I, dapat disimpulkan bahwa:
1. Uji pendahuluan mengungkap dibutuhkannya Aplikasi Penilaian Akreditasi
SMK untuk mempermudah proses tata kelola sistem akreditasi di Sekolah
Menengah Kejuruan.
2. Analisis bedah aplikasi mengungkap bahwa dibutuhkannya perbaikan pada
Sispena 2017 terutama tampilan pada saat diakses dan pada saat melakukan
pengisian rekomendasi tidak tersimpan otomatis, dan ketika jaringan terganggu
kadang kita harus mengulangi input rekomendasi ulang yang belum tersimpan.
3. Model konseptual aplikasi penilaian akreditasi SMK melihat 4 level data yang
harus dibuat untuk pengelolaan system penilaian akreditasi yaitu level admin,
level pengelola provinsi, level sekolah, dan level penilai (asesor).
Saran
Setelah hasil analisis data dan kesimpulan maka dalam tulisan ini peneliti
menyarankan: (1) perlu dilakukan pengembanngan model aplikasi penilaian
akreditasi SMK, (2), perlu dilakukan perbaikan pada Sispena 2017 terutama
tampilan pada saat diakses dan pada saat melakukan pengisian rekomendasi tidak
tersimpan otomatis, dan ketika jaringan terganggu kadang kita harus mengulangi
input rekomendasi ulang yang belum tersimpan, dan (3) perlu dibuat sebuah system
aplikasi penilaian akreditasi Sekolah Menengah Kejuruan pada 4 level data yang
harus dibuat untuk pengelolaan system penilaian akreditasi yaitu level admin, level
pengelola provinsi, level sekolah, dan level penilai (asesor).
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2011) Kajian analisis sistem akreditasi sekolah/madrasahDalam rangka
reformasi birokrasi internal Kementerian Pendidikan Nasional [online]
tersedia di: http://luk.staff.ugm.ac.id /atur /rbi/ Akreditasi Sekolah
Madrasah.pdf.
Cotton, Kathlen. (2001). Computer assisted instruction. Regional
EducationalLaboratory, School Improvement Research Eries (SIRS).
Gagne, R, M. & Briggs L.J. (1974). Principle of Instructional Design. New york:
Holt, Rinehart & Winston.
Gall, D. Meredith., Borg., Walter R.(2003). Education Research : an Introduction.
(7th Edition). Allyn and Bacon.
Herman Dwi Surjono & Maltby, J. 2003. Adaptive educational hypermedia based
on multiple student characteristics. Proceedings of the Second
International Conference on Web-based Learning (ICWL 2003).
Melbourne, Australia, 18-20 August 2003.
Hendra J., 2010. Hologhraphy Technology for Virtual Learning in Vocational
Eduction. JETC Jurnal Elektronika Telekomunikasi & Computer.
ISSN: 1829-7021. Vol.4 No.2 Juni 2010. Hal. 720-728.
Kemp, J.E. & Dayton, D.K. (1985). Planning and producing instructional
media.New York: Harper & Row Publisher
Muis Mappalotteng. (2001). Pengembangan Media Pembelajaran Berbantuan
Komputer. Disertasi tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Program
PascasarjanaUniversitas Negeri Yogyakarta.
Muhtadi, Ali (2006) Pemanfaatan Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan
kualitas dan efektifitas pendidikan, Jurnal Dinamika Pendidikan No
2/Th XIII September 2006.
Mustari (2010) Perencanaan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
relevan dengan dunia kerja, Wacana Indonesia, volume 1 nomor 2,
april tahun 2010.
Mustari (2012) Empowering vocational education and training to elevate national
economic growth The development of learning model of web
programming course with project based learning, international
conference on Vocational education and training (ICVET) May
14th,2014 Yogyakarta Proceedings 3rd Hal. 88-90.
Mustari (2013) Needs analysis project based learning in programming webcourses
at informatics and computer engineering education UNM, International
Conference on Education and Technology (ISSET) ISBN : 978-602-
9075-05-2 Hal 65-74