29
A. Pengertian Penyesuaian diri Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Membahas tentang pengertian penyesuaian diri, menurut scheneiders (1984) dapat ditinjau dari 3 sudut pandang,yaitu : 1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaption) 2. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan 3. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan Tiga sudut pandang tersebut sama-sama memaknai penyesuaian diri. Akan tetapi sesuai dengan istilah dan konsep masing-masing memiliki penekanan yang berbeda- beda. Penjelasan secara lebih rinci adalah sebagaimana dijelaskan sebagai berikut ini. 1. Penyesuaian diri sebagai Adaptasi (Adaption) Dilihat dari latar belakang perkembangannya,pada mulanya penyesuaian diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik,fisiologis, atau biologis. Misalnya, sesorang yang pindah dari tempat yang panas ke tempat yang dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku didaerah dingain tersebut. Dengan demikian dilihat dari sudut pandang ini penyesuaian diri cendrung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik (self maintenance atau survival). Oleh sebab itu jika penyesuaian diri hanya diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis. Akibatnya,adanya kompleksitas keperibadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu dan lingkungannya menjadi terabaikan. Padahal dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dangan hubungannya dengan lingkungan. 2. Penyesuaian diri sebagai bentuk komformitas (comformity)

Pengertian Penyesuaian diri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

Page 1: Pengertian Penyesuaian diri

A. Pengertian Penyesuaian diriPenyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Membahas tentang pengertian penyesuaian diri, menurut scheneiders (1984) dapat ditinjau dari 3 sudut pandang,yaitu :1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaption)2. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan 3. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan

Tiga sudut pandang tersebut sama-sama memaknai penyesuaian diri. Akan tetapi sesuai dengan istilah dan konsep masing-masing memiliki penekanan yang berbeda-beda. Penjelasan secara lebih rinci adalah sebagaimana dijelaskan sebagai berikut ini.

1. Penyesuaian diri sebagai Adaptasi (Adaption)Dilihat dari latar belakang perkembangannya,pada mulanya penyesuaian diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik,fisiologis, atau biologis. Misalnya, sesorang yang pindah dari tempat yang panas ke tempat yang dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku didaerah dingain tersebut. Dengan demikian dilihat dari sudut pandang ini penyesuaian diri cendrung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara fisik (self maintenance atau survival). Oleh sebab itu jika penyesuaian diri hanya diartikan sama dengan usaha mempertahankan diri maka hanya selaras dengan keadaan fisik saja, bukan penyesuaian dalam arti psikologis. Akibatnya,adanya kompleksitas keperibadian individu serta adanya hubungan kepribadian individu dan lingkungannya menjadi terabaikan. Padahal dalam penyesuaian diri sesungguhnya tidak sekedar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dangan hubungannya dengan lingkungan.

2. Penyesuaian diri sebagai bentuk komformitas (comformity)Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup komformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banya membawa akibat lain. Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha komformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan prilaku, baik secara moral, sosial, maupun emosional. Dalam sudut pandang ini,individu selalu diarahkan kepada tuntutan komformitas dan terancam akan tertolak dirinya manakala prilakunya tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.Keragaman pada individu menyebabkan penyesuaian diri tidak dapat dimaknai sebagai usaha komformitas.misalnya, pola prilaku pada anak-anak berbakat atau anak-anak genius ada yang tidak berlaku atau tidak dapat diterima oleh anak-anak berkemampuan biasa. Namun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa mereka tidak mampu menyesuaikan diri. Norma-norma sosial dan budaya kadang-kadang terlalu kaku dan tidak masuk akal untuk dikenakan pada anak-anak yang memiliki keunggulan tingkat itelegensi atau anak-anak berbakat. Selain itu, norma yang berlaku pada suatu budaya tertentu tidak sama dengan norma pada budaya

Page 2: Pengertian Penyesuaian diri

lainnyasehingga tidak mungkin merumuskan serangkaian prinsip-prinsip penyesuaian diri berdasarkan budaya yang dapat diterima secara universal. Dengan demikian, konsep penyesuaian diri sesungguhnya bersifat dinamis dan tidak dapat disusun berdsarkan komformitas sosial.

3. Penyesuaian Diri sebagai usaha Penguasaan (Mastery)Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan dan frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain, penyesuaian diri diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah. Hal itu juga berarti penguasaan dalam memiliki kekuatan-kekuatan terhadap lingkungan, yaitu kemampuan menyesuaiakan diri secara realitas berdasarkan cara-cara yang baik, akurat, sehat dan mampu berkerjasama dengan orang lain secara efektif dan efisien, serta mampu memanipulasi faktor-faktor lingkungan sehingga penyesuaian diri dapat berlangsung dengan baik.Namun demikian, pemaknaan penyesuaian diri sebagai penguasaan (mastery) mengandung kelemahan, yaitu menyemaratkan semua individu. Padahal, Padahal, kapasitas antara individu yang satu dan lainnya tidak sama. Ada keterbatasan-keterbatasan tertentu yang dihadapi oleh individu. Oleh sebab itu, perlu dirumuskan prinsip-prinsip penting mengenai hakikat penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut:

a. Setiap individu memiliki kualitas penyesuaian diri yang berbedab. Penyesuaian diri sebagian ditentukan oleh kapasitas internal atau

kecendrungan yang telah dicapainnya.c. Penyesuaian diri ditentukan oleh faktor internal dalam hubungannya dengan

tuntutan lingkungan individu yang bersangkutan.

Dengan demikian, semakin tampak bahwa penyesuaian diri dilihat dari pandangan psikologis pun memiliki makna yang beragam. Hanya sedikit saja kualitas penyesuaian diri yang dapat diidentifikasi. Selain itu, kesulitan lain yang muncul adalah bahwa penyesuaian diri tidak dapat dinilai baik atau buruk, melainkan semata-mata hanya menunjuk kepada cara bereaksi kepada tuntutan internal atau situasi eksternal. Hanya saja, reaksi yang dipandang memuaskan,efektif, efisien sering kali diartikan sebagai penyesuaian diri yang baik, sebaliknya reaksi yang tidak memuaskan, tidak efektif,dan tidak efisien seringkali diartikan sebagai penyesuaian diri yang kurang baik, buruk, atau dikenal dengan istilah “malasuai” (maladjustment).Berdasarkan tiga sudut pandang tentang makna penyesuaian diri sebagaimana didiskusikan di atas, akhirnya penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup respons-respons mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi,konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada.

Page 3: Pengertian Penyesuaian diri

B. PENYESUAIAN DIRI YANG BAIKSeseorang dikatakan memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik( well adjusted person) jika mampu melakukan respons-respons yang matang, efisiens, memuaskan dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang dilakukan ssesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok antar individu dan hubungan antar individu dan penciptanya. Bahkan dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah gambaran karakteristik yang paling menonjol untuk melihat atau menentukan bahwa suatu penyesuaian diri itu dikatakan baik.Dengan demikian, orang dipandang mempunyai penyesuaian diri yang baik adalah individu yang telah belajar bereaksi terhadap dirinya dan lingkungannyadengan cara-cara yang matang,efisien, memuaskan, sehat serta dapat mengatasi konflik mental, frustasi, kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengembangkan prilaku simptomatik dan gangguan psikomatik yang mengganggu tujuan-tujuan moral,sosial,agama,dan pekerjaan. Orang seperti itu mampu menciptakan dan mengisi hubungan antar pribadi dan kebahagiaan timbal balik yang mengandung realisasi dan perkembangan kepribadian secara terus-menerus.

C Proses penyesuaian diriProses penyesuaian diri menurut Schneiders (1984) setidaknya melibatkan tiga unsur, yaitu:1. Motivasi,2. Sikap terhadap realitas3. Pola dasar penyesuaian diri

Tiga unsur diatas akan mewarnai kualitas proses penyesuaian diri individu . penjelasan keterlibatan masing-masing unsur adalah sebagai berikut:

1. Motivasi dan Proses Penyesuaian Diri

Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami proses penyesuaian diri. Motivasi, sama halnya dengan kebutuhan, perasaan, dan emosi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan ketidakseimbangan dalam organisme. Ketegangan dan ketidakseimbangan merupakan kondisi yang tidak menyenangkan karena swsungguhnya kebebasan dari ketegangan dan keseimbangan dari kekuatan-kekuatan internal lebih wajar dalam organisme apabila dibandingkan dengan kedua kondisi tersebut. Ini sama dengan konflikdan frustasi yang juga tidak menyenangkan, berlawanan dengan kecendrungan organisme untuk meraih keharmonisan internal, ketentraman jiwa,dan kepuasan dari pemenuhan kebutuhan dan motivasi. Ketegangan dan ketidakseimbangan memberikan pengaruh kepada kekacauan perasaan patologis dan emosi yang berlebihan atau kegagalan mengenal pemuasan kebutuhan secara sehat karena mengalaml frustasi dan konflik.

Respons penyesuaian diri, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai suatu upaya organisme untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara keseimbangan yang lebih wajar. Kualitas respons, apakah itu sehat, efisien, merusak atau patologis ditentukan terutama oleh kualitas motivasi, selain juga hubungan lndividu dengan lingkungan.

2. Sikap terhadap Realitas dan Proses Penyesuaian Diri berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap dan cara individu bereaksi

Page 4: Pengertian Penyesuaian diri

terhadap manusia di sekitarnya, benda-benda, dan hubungan-hubungan yang membentuk realitas Secara umum dapat dikatakan bahwa sikap yang sehat terhadap relitas dan kontak yang baik terhadap realitas itu sangat diperlukan bagi proses penyesuaian diri yang sehat. Beberapa perilaku seperti sikap antisosial kurang berminat terhadap hiburan sikap bermusuhan, kenakalan, dan semaunya sendiri semuanya itu sangat mengganggu hubungan antara penyesuaian diri dengan realitas

Berbagai tuntutan realitas adanya pembatasan, aturan dan norma-norma menuntut individu untuk terus belajar menghadapi dan mengatur suatu proses ke arah hubungan yang harmonis antara tuntutan Internal yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap dengan tuntutan eksternal dari realitas jika individu tidak tahan terhadap tuntutan-tuntutan itu, akan muncul situasi konflik, tekanan dan frustasi Dalam situasi seperti itu organisme didorong untuk mencari perbedaan prilaku yang memungkinkan untuk membebaskan diri dari ketegangan.

3. Pola Dasar Proses Penyesuaian DiriDalam penyesuaian diri sehari-hari terdapat suatu pola dasar penyesuaian diri

misalnya sering anak membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya yang selalu sibuk Dalam situasi itu anak akan frustasi dan berusaha menemukan pemecahan yang berguna mengurangi ketegangan antara kebutuhan akan kasih sayang dengan frustasi yang dialami Boleh Jadi, suatu saat upaya yang dilakukan itu mengalami hambatan akhirnya dia akan beralih kepada kegiatan lain untuk mendapat kasih sayang yang dibutuhkan misalnya dengan mengisap-isap ibu Jarinya sendiri demikian juga pada orang dewasa akan mengalami ketegangan dan frustasi karena terhambatnya keinginan memperoleh rasa kasih sayang memperoleh anak, meraih prestasi dan sejenisnya untuk itu,dia akan berusaha mencari kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan yang ditimbulkan sebagai akibat tidak terpenuhi kebutuhannya.

Sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip penyesuaian diri yang ditujuk kepada diri sendiri orang lain, maupun lingkungan maka proses penyesuaian diri menurut Sunarto (1998), dapat ditujukan sebagal berikut.

1. Mula-mula lndlvidu, di satu sisi merupakan dorongan keinginan untuk memperoleh makna dan eksistensi dalam kehidupannya dan di sisi lain mendapat peluang atau tuntutan dari luar dirinya sendiri

2. Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif sesuai dengan pertimbangan-pertimbangan rasional dan perasaan

3. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya

4 Kemampuan bertindak secara dinamis luwes dan tidak kaku sehingga menimbulkan rasa aman tidal dihantui oleh kecemasan atau ketakutan

5 Dapat bertindak sesuai dengan potensi-potensi positif yang layak dikembangkan sehingga dapat menerima dan diterima lingkungan tidak disingkirkan oleh lingkungan maupun menentang dinamika lingkungan.

6. Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran, selalu menunjukkan perilaku hormat seksual dengan harkat dan martabat manusia serta dapat mengerti dan menerima keadaan orang lain meskipun sebenarnya kurang serius dengan keadaan dirinya

7. Kesanggupan merespons frustasi konflik, dan stress secara wajar sehat, dan profesional dapat mengontrol dan mengendalikannya sehingga dapat memperoleh manfaat tanpa harus menerima kesedihan yang mendalam

8 Kesanggupan bertindak secara terbuka dan sanggup menerima kritik dan tindakannya dapat bersifat murni sehingga sanggup memperbaiki tindakan - tindakan yang sudah tidak sesuai lagi

9 Dapat bertindak sesuai dengan norma yang dianut oleh lingkungannya serta selaras dengan hak dan kewajibannya.

Page 5: Pengertian Penyesuaian diri

10 Secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sendiri, orang lain, dan segala sesuatu dl luar dirinya sehingga tidak pernah merasa tersisih dan kesepian.

D. KARAKTERISTIK PENYESUAIAN DIRI REMAJASesuai dengan kekhasan perkembangan fase remaja maka penyesuaian diri di

kalangan remaja pun memiliki karakteristik yang khas pula Adapun karakteristik penyesuaian diri remaja adalah sebagaimana dipaparkan berikut ini.

1. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Peran dan ldentitasnya Pesatnya perkembangan fisik dan psikis seringkali menyebabkan remaja mengalami krisis peran dan identitas Sesungguhnya, remaja senantiasa berjuang agar dapat memainkan perannya agar sesuai dengan perkembangan masa peralihannya dari masa anak-anak menjadi masa dewasa Tujuannya adalah memperoleh identitas diri yang semakin jelas dan dapat dimengerti serta diterima oleh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Dalam konteks ini penyesuaian diri remaja secara khas berupaya untuk dapat berperan sebagai subjek yang kepribadiannya memang berbeda dengan anak-anak ataupun orang dewasa.

2. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Pendidikan Krisis identitas atau masa topan dan badai pada diri remaja seringkali menimbulkan kendala dalam penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya. Pada umumnya, remaja sebenarnya mengetahui bahwa untuk menjadi orang yang sukses harus rajin belajar Namun karena dipengaruhi oleh upaya pencarian identitas diri yang kuat menyebabkan mereka seringkali lebih senang mencari kegiatan-kegiatan selain belajar tetapi menyenangkan bersama-sama dengan kelompoknya. Akibatnya, yang muncul di permukaan adalah seringkali ditemui remaja yang malas dan tidak disiplin dalam belajar Tidak jarang remaja ingin sukses dalam menempuh pendidikannya, tetapi dengan cara yang mudah dan tidak perlu belajar susah payah.Jadi dalam konteks ini penyesuaian diri remaja secara khas berjuang ingin meraih sukses dalam studi tetapi dengan cara-cara yang menimbulkan perasaan babas dan senang terhindar dari tekanan dan konflik atau bahkan frustasi

3. 3. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Kehidupan Seks Secara fisik, remaja telah mengalami kematangan pertumbuhan fungsi seksual sehingga perkembangan dorongan seksual juga semakin kuat.Artinya, remaja perlu menyesuaikan penyaluran kebutuhan seksualnya dalam batas-batas penerimaan lingkungan sosialnya sehingga terbebas dari kecemasan psikoseksual, tetapi juga tidak melanggar nilai-nilai moral masyarakat dan agama. Jadi, secara khas penyesuaian diri remaja dalam konteks ini adalah mereka ingin memahami kondisi seksual dirinya dan lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dibenarkan oleh norma sosial dan agama.

4. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Norma Sosial Dalam kehidupan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, tentunya memiliki ukuran-ukuran dasar yang dijunjung tinggi mengenal apa yang dikatakan baik atau buruk, benar atau salah yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dalam bentuk norma-norma hukum nilai-nilai moral, sopan santun maupun adat lstiadat berbagai bentuk aturan pada sekelompok masyarakat tertentu belum tentu dapat diterima oleh kelompok masyarakat yang lain remaja yang cendrung membentuk kelompok masyarakat tersendiri remaja Juga membentuk dan memillkl kesepakatan aturan tersendiri yang kadang-kadang kurang dapat dimengerti oleh lingkungan masyarakat dl luar kelompok remaja tersebut Dalam konteks ini penyesualan diri remaja terhadap norma sosial mengarah pada dua dimensi Pertama, remaja ingin diakui keberadaanya dalam

Page 6: Pengertian Penyesuaian diri

masyarakat luas yang berarti remaja harus mampu menginternalisasikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat Kedua, remaja ingin babas menciptakan aturan-aturan tersendiri yang lebih sesuai untuk kelompoknya, tetapi menuntut agar dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat dewasa ini dapat diartikan bahwa perjuangan penyesuaian diri remaja terhadap norma sosial adalah ingin menginteraksikan antara dorongan untuk bertindak babas di satu sisi dengan tuntutan norma sosial pada masyarakat di sisi lain Tujuannya adalah agar dapat terwujud lnternalisasi norma, baik pada kelompok remaja itu sendiri, lingkungan keluarga,sekolah, maupun masyarakat luas

5. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Penggunaan Waktu LuangWaktu luang remaja merupakan kesempatan untuk memenuhi dorongan bertindak bebas. Namun, di sisi lain, remaja dituntut mampu menggunakan waktu luangnya untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Jadi, dalam konteks ini upaya penyesuaian diri remaja adalah melakukan penyesuaian antara dorongan kebebasannya serta inisiatif dan kreativitasnya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Dengan demikian penggunaan waktu luang akan menunjang pengembangan diri dan manfaat sosial 6.Penyesuaian Diri Remaja terhadap Penggunaan Uang Dalam kehidupannya, remaja juga berupaya untuk memenuhi dorongan sosial lain yang memerlukan dukungan finansial Karena remaja belum sepenuhnya mandiri, dalam masalah finansial mereka memperoleh jatah dari orang tua sesuai dengan kemampuan keluarganya. Rangsangan, tantangan tawaran inisiatif, kreativitas, petualangan, dan kesempatan-kesempatan yang ada pada remaja seringkali mengakibatkan melonjaknya penggunaan uang pada remaja sehingga menyebabkan jatah yang diterima dari orang tuanya seringkali menjadi tidak cukup Oleh kebab itu, dalam konteks ini perjuangan penyesuaian diri remaja adalah berusaha untuk mampu bertindak secara proporsional melakukan penyesuaian

6. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Penggunaan UangDalam kehidupannya, remaja juga berupaya untuk memenuhi dorongan sosial lain yang memerlukan dukungan finansial. Karena remaja belum sepenuhnya mandiri. Dalam masalah finansial, mereka memperoleh jatah dari orang tua sesuai dengan kemampuan keluarganya. Rangsangan, tantangan tawaran, inisiatif, kreativitas, petualangan dan kesempatan-kesempatan yang ada pada remaja seringkali mengakibatkan melonjaknya penggunaan uang pada remaja sehingga menyebabkan jatah yang diterima dari orang tuanya sering kali menjadi tidak cukup. Oleh sebab itu,dalam konteks ini perjuangan penyesuaian diri remaja adalah berusaha untuk mampu bertindak secara proporsional,melakukan penyesuaian antara kelayakan pemenuhan kebutuhannya dengan kondisi ekonomi orang tuanya Dengan upaya penyesuaian, dlharapkan penggunaan uang akan menjadi efektif dan efisien serta tidak menimbulkan keguncangan pada diri remaja itu sendiri .

7. Penyesuaian Diri Remaja terhadap Kecemasan,KOnflik danFrustrasi Karena dinamika perkembangan yang sangat dinamis remaja seringkali dihadapkan pada kecemasan, konflik dan frustasi srategi penyesuaian diri terhadap kecemasan. konflik dan frustasi tersebut biasanya melalui suatu mekanisme yang oleh Slgmund Freud (Corey, 1989) disebut dengan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) several kompensasi, rasionalisasi, proyeksi, sublimasi, ldentlfikasl, regresi dan fiksasi Cara-cara yang dltempuh tersebut ada yang cendrung negatif atau kurang sehat dan ada pula yang relatif positif misalnya sublimasi Dalam batas-batas kewajaran dan situasi tertentu untuk sementara cara-cara tersebut memang masih memberikan manfaat dalam upaya penyesualan diri remaja Namun, Jika caracara tersebut seringkali ditempuh dan menjadi kebiasaan, hal Itu akan menjadi tidak sehat

Page 7: Pengertian Penyesuaian diri

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENYESUAIAN REMAJAMenurut Schneiders (1984), setldaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja yaitu 1. kondisi fisik 2. kepribadian 3 proses belajar 4 lingkungan, dan 5. agama serta budaya Bagaimanakah masing-masing faktor tersebut memengaruhi penyesuaian diri remaja adalah sebagaimana pembahasan berikut ini 1. Kondisi FisikSeringkali kondisi fisik berpengaruh kuat terhadap proses penyesuaian diri remaja Aspek-aspek berkaitan dengan kondisi fisik yang dapat memengaruhi penyesuaian diri remaja adalah (a) hereditas dan konstitusi fisik (b) sistem utama tubuh, dan (c) kesehatan fisik Masing-masing dijelaskan sebagai berikuta. Hereditas dan Konstitusi FisikDalam mengidentifikasi pengaruh hereditas terhadap penyesuaian diri lebih dlgunakan pendekatan fislk karena hereditas dipandang lebih dekat dan takterpisahkan dari mekanisme fisik dari sini berkembang prinsip umum bahwa semakin dekat kapasitas , sifat, atau kecenderungan berkaitan dengan konstitusi fisik maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri Bahkan dalam hal tertentu, kecenderungan ke arah malasuai (maladJustment) diturunkan secara genetis khususnya melalui media temperamen Temperamen merupakan komponen utama karena dari temperamen ltu muncul karakteristik yang paling dasar dari kepribadian, khususnya dalam memandang hubungan emosi dengan penyesuaian diri jadi ada kemungkinan besar disposisi yang bersifat mendasar, seperti periang sensitif pemarah, penyabar, dan sebagainya sebagian ditentukan secara genetis yang berarti merupakan kondisi hereditas terhadap penyesuaian diri meskipun tidak secara langsung Faktor lain berkaitan dengan konstitusi tubuh yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri adalah intelegensi dan imajinasi Dua faktor memainkan peranan penting dalam penyesuaian dirib. Sistem Utama TubuhTermasuk ke dalam sistem utama tubuh yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah sistem syaraf kelenjar dan otot Sistem syaraf yang berkembang dengan normal dan sehat merupakan syarat mutlak bagi fungsi- fungsi psikologis agar dapat berfungsi secara maksimal yang akhirnya berpengaruh secara baik pula kepada penyesuaian diri individu Dengan kata lain fungsi yang memadai dari sistem syaraf merupakan kondisi umum yang diiperlukan bagi penyesuaian diri yang baik Sebaliknya, penyimpangan di dalam sistem syaraf akan berpengaruh terhadap kondisi mental yang penyesuaian dirinya kurang baik gejala psikosomatis merupakan salah satu contoh nyata dari keberfungsian sistem syaraf yang kurang baik sehingga memengaruhi penyesuaian diri yang kurang baik pula c. Penyesuaian Fisik Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat darlpada yang tidak sehat kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri percaya diri harga diri dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesuaian diri Sebaliknya, kondisi fisik yang tidak sehat dapat menyebabkan perasaan rendah diri kurang percaya diri atau bahkan menyalahkan diri sehingga akan berpengaruh kurang baik bagi proses penyesuaian diri Contoh yang sederhana saja misalnya seseorang yang sangat lelah akan menjadi kurang percaya diri dan kurang mampu melaksanakan pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2. KepribadianUnsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri adalah (a) kemauan dan kemampuan untuk berubah, (b) pengaturan diri (c) realisasi diri dan (d)

Page 8: Pengertian Penyesuaian diri

intelegensi masing-masing unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut a. Kemauan dan Kemampuan untuk Berubah (Modifiability) Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan karakteristik kepribadian yang pengaruhnya sangat menonjol terhadap proses penyesuaian diri sebagai suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan karakteristik sejesnis lainnya. Oleh sebab itu semakin kaku dan tldak ada kemauan serta kemampuan untuk merespons lingkungan, semakin besar kemungkinannya untuk mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri Kemauan dan kemampuan untuk berubah ini akan berkembang melalui proses belajar bagi individu yang dengan sungguh-sungguh belajar untuk dapat berubah kemampuan penyesuaian dirinya akan berkembang juga sebaliknya kualitas kemampuan untuk berubah akan berkurang atau menurun disebabkan oleh sikap dan kebiasaan yang kaku, kecemasan yang sering dialami, frustasi yang sering muncul dan sifat-sifat neurotik lainnya b. Peagaturan Diri (Self-Regulation) Pengaturan diri sama pentingnya dengan proses penyesuaian diri dan pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri dan mengarahkan diri Kemampuan mengatur diri dapat mencegah individu dari keadaan malasuai dan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengaturan diri dapat mengarahkan kepribadian normal mencapai pengendalian diri dan realisasi diri Realisasi Diri (Self-Realization) Telah dikatakan bahwa kemampuan pengaturan diri mengimplikasikan potensi dan kemampuan ke arah realisasi diri. Proses penyesuaian diri dan pencapaian hasilnya secara bertahap sangat erat kaitannya dengan perkembangan kepribadian jika perkembangan kepribadian berjalan normal sepanjang masa kanak-kanak dan remaja, di dalamnya tersirat potensi laten dalam bentuk sikap, tanggung jawab, nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan, serta karakteristik lainnya menuju pembentukan kepribadian dewasa. Semua itu unsurunsur penting yang mendasari realisasi diri.d. lnteligensi

Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas dasar lainnya yang penting peranannya dalam penyesuaian diri yaitu kualitas inteligensi. tidak sedikit, baik buruknya penyesuaian diri seseorang ditentukan oleh kapasitas intelcktualnya atau lnteligensinya. lnteligensi sangat penting bagi perolehan perkembangan gagasan, prinsip, dan tujuan yang memainkan peranan penting dalam proses penyesuaian diri. Misalnya, kualitas pemikiran seseorang dapat memungkinan orang tersest melakukan pemilihan dan mengambil keputusan penyesuaian diri secara inteligen dan akurat.

3. Edukasi/Pendidikan

Termasuk unsur-unsur penting dalam edukasi/pendidikan yang dapat mempengaruhi peyesuaian diri individu. adalah (a) belajar. (b) pengalaman, (c) latihan, dan (d) determinasi diri. Penjelasan pengaruh masing-masing unsur terhadap penyesuaian diri adalah sebagai berikut.

a. BelajarKemauan belajar merupakan unsur penting dalam penyesuaian diri individu karena pada umumnya respons-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi penyesuian diri diperoleh dan menyerap ke dalam diri individu melalui proses belajar. Oleh karena itu, kemauan belajar menjadi sangat penting karena proses belajar akan terjadi dan berlangsung dengan baik dan berkelanjutin mana kala individu yang bersangkutan memiliki kemauan yang kuat untuk belajar. Bersama-sama dengan kematangan, belajar akan muncul dalam bentuk kapasitas dari dalam atau disposisi terhadap respond. Oleh sebab itu, perbedaan pola-pola penyesuaian diri sejak dari

Page 9: Pengertian Penyesuaian diri

yang normal sampai dengan yang malasuai sebagian besar merupakan basil perubahan yang dipengaruhi oleh belajar dan kematangan. pengaruh proses belajar itu akan muncul dalam bentuk mencoba-coba dan gagal (trial and error ), pengondisisan (conditioning), dan menghubung-hubungkan (association) berbagai factor yang ada di mana individu itu melakukan proses prnyesuaian diri.

b. PengalamanAda dua jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan terhadap proses penyesuaian diri, yaitu ( 1 ) pengalaman yang menyehatkan (salutary experiences) dan (2) pengalaman traumatic (traumatic experiences).Pengalarnan yang menyehatkan adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang mengenakkan mengasyikkan, dan bahkan dirasa ingin mengulangnya kembali. Pengalaman seperti ini akan dijadikan dasar untuk ditransfer oleh indiviu ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Adapun pengalarnan traumatic adalah peristiwa- peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat tidak mengenakkan menyedihkan atau bahkan sangat menyakitkan sehingga individu tersebut sangat tidak ingin peristiwa itu terulang kembali. lndividu yang mengalami pengalaman traumatic akan cendrung ragu-ragu, kurang percaya diri, gamang, rendah diri atau bahkan merasa takut ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

c. LatihanLatihan merupakan proses belajar yang diorientasikan kepada perolehan keterampilan atau kebiasaan. Penyesuaian diri sebagai suatu proses yang komplex yang mencakup di dalamnya proses psikologis dan sociologic maka memerlukan latin yang sungguh-sungguh agar mencapai hasil penyesuaian diri yang baik. Tidak jarang seseorang yang sebelumnya memiliki kemampuan penyesuaian diri yang kurang baik dan kaku tetapi karena melakukan latican secara sungguh-sungguh, akhirnya lambat laun menjadi bagus dalam setiap penyesuaian diri dengan lingkungan baru.

d. Determinasi DiriBerkaitan erat dengan penyesuaian diri adalah bahwa sesungguhnya individu itu sendiri harus mampu menentukan dirinya sendiri untuk melakukan proses penyesuaian diri ini menjadi penting karena determinacy diri merupakan factor yang sangat kuat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan untuk mencapai penyesuaian diri secara tunas atau bahkan untuk merusak diri sendiri. Contolnya, perlakuan orang tua di masa kecil yang menolak kehadiran anaknya akan menyebabkan anak tersebut menganggap dirinya akan ditolak di Iingkungan manapun tempat dirinya melakukan penyesuaian diri, Dengan determinisi diri, seseorang sebenarnya dapat secara bertahap mengatasi penolakan diri tersebut maupun pengaruh buruk lainnya.

4. LingkunganBerbicara faktor Iingkungan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri sudah tentu meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

a. Lingkungan keluargaLingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat peting atau bahkan tidak ada yang lebih penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri individu. Unsur-unsur di dalam keluarga. seperti konstelasi keluarga. interaksi orang tua dengan anak interaksi antaranggota keluarga. peran social dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga. kekohesifan keluarga, dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu anggotanya. Dalam konstelasi keluarga yang memiliki organisasi keluarga yang kompleks

Page 10: Pengertian Penyesuaian diri

dan menuntut para anggotanya menyesuaikan perilakunya terhadap hak dan harapan anggota keluarga yang lain akan sangat mendukung bagi perkembangan penyesuaian diri individu yang ada di dalamnya. Namun, di sisi lain ada juga pengaruh negatifnya. yaitu dapat meningkatkart proses persaingan, kecemburuan social, agresititas, atau bahkan ada yang mengarah kepada permusuhan jika tidak dikelola dengan baik. Pengaruh konstelasi keluarga juga tergantung pada faktor-faktor lain, seperti sikap dan harapan orang tua yang secara jelas direfleksikan dalam piranan yang diciptakan orang tua terhadap anaknya. Misalnya, anak sulung diharapkan memiliki peran otoritas dan tanggung jawab sehingga akan membantu proses kematangan dan kedewasaan dalam penyesuaian diri. Sebaliknya, anak yang selalu dimanja akan menyebabkan kelambatan dalam proses kedewasaannya sehingga kelak dikemudian hari akan mengganggu proses penyesuaian diri anak tersebut. Derajat keanggotaan keluarga juga dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu karena factor ini sesungguhnya menjadi sumber pengaruh sosialisasi yang menjadi syarat proses penyesuaian diri. Kekohesifan keluarga atau gangguan keluarga juga dapat mempengaruhi penyesuaian diri individu karena kekohesifan maupun gangguan keluarga akna menciptakan iklim psikologis dalam kehidupan keluarga. Ada sejumlah karakteristik menonjol dalam interaksi orang tua dengan anak yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut

1) Penerimaan (acceptance)Penerimaan orang tua terhadap anaknya yang diwujudkan dalam bentuk perhatian,kehangatan, kasih sayang,akan memberikan sumbangan yang berarti bagi berkembangnya penyesuaian diri yang baik pada anak.Sebaliknya, penolakan orang tua terhadap anak juga akan berpengaruh necatif terhadap perkembangan penyesuaian diri pada anak.

2) Identifikasi (identifaication)Anak memiliki kecenderungan untuk mengidentifikasikan dirinya terhadap pola sikap dan perilaku orang tuanya. Proses identifikasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri anak. Jika orang tua dapat dijadikan model identifikasi yang baik, akan berpengaruh positif pula terhadap perkembangan penyesuaian diri anak.

3) Idealisasi ( idealization)Idealisasi merupakan suatu bentuk proses iderttifikasi yang sifatnya lebih Mendalam. Proses idealisasi diwujudkan dalam bentuk mengidealkan sosok salah satu dari kedua orang tuanya yang dipilih, baik dalam cara berpikir, bersikap. maupun berperilaku. Jika identifikasi memengaruhi perkembangan penyesuaian diri, idealisasi sebagai suatu bentuk identifikasi yang bersifat mandalam juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri anak.

4) Identifikasi negatif ( negative identifiction)Proses ini muncul jika anak justru mengidentifikasi sifat-sifat negatif dari orang tuanya. Jika ada tanda-tanda bahwa proses identifikasi negatif yang justru berkembang pada anak, harus segera dilakukan pencegahan karena akan mengganggu perkembangan penyesuaian diri ke arah yang baik. Satu cara yang amit efektif untuk mencegah timbulnya identitikasi negatif ini adalah orang tua harus berusaha semaksimal mungkin manghilangkan sifat-sifat negatifnya. Jika masih sulit menghilangkan sifat-sifat negatif, diusahakan tidal sampan memperlihatkan sifat-sifat negatif itu di depan anaknya.

5) Identifikasi menyilang (cross identification)ldentifikasi menyilang adalah identifikasi yang dilakukan oleh anak kepada orang tuanya yang berlawanan jenis. Misalnya, anak laki-laki mengidentifikasikan dirinya kepada figur ibunya, sedangkan anak perempuan mengidentifikasikan dirinya kepada

Page 11: Pengertian Penyesuaian diri

figur ayahnya. Identiftkasi menyilang seperti ini berpengaruh kurang menguntungkan terhadap perkembangan penyesuaian diri anak. Anak laki-laki yang mengidentifikasikan dilinya kepada figur ibunya dapat berkembang sifat-sifat feminitas, seperti kurang tegas, kurang berani,kurang tegar, kurang berani mengambil res, atau kurang berani mengambil keputusan. Sedangkan perempuan yang mengidentifikasikan dirinya kepada figur ayahnya dapat berkembang sifat-sifat maskulinitas, seperti kasar, kurang lembut, kurang ramah, dan sifat-sifat lain yang menyebabkan anak itu menjadi kurang menarik dan kurang disenangi oleh laki-laki. Akibat lebih jauh dan lebih parah lagi, menurut Schneiders (1984) adalah bahwa prilaku homoseksual dan lesbi merupakan akibat fatal dari proses identifikasi menyilang pada anak yang tidak segera dicegah atau diluruskan.

6) Tindakan human dan disiplin yang terlalu keras (punishment and overdiscipline)Pemberian human dan disiplin yang terlalu keras juga berakibat kurang baik terhadap perkembangan penyesuaian diri anak karena dapat menimbulkan perasaan terancam, tidak aman, atau bahkan resah turun harkat dan martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu, penerapan human dan disiplin menuntut keterampilan orang tua agar dilakukan dengan bijaksana dan memberikan iklim yang menimbulkan afeksi penghargaan.

7) Kecemburuan dan Kebencian ( jealousy and hatred)Kecemburuan dan kebencian biasanya muncul karena pemberian hukuman dan peraturan kedisiplinan yang terlalu keras sehingga mengakibatkan anak membenci orang tua dan orang tua membenci anak. Padahal, sesungguhnya anak sangat membutuhkan perhatian, rasa aman, perasaan ingin memiliki dan dimiliki, serta penghargaan. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak akan terpenuhi jika suasana kebencian, kecemburuan, dan penolakan orang tua justru berkembang di dalam keluarga. Kondisi seperti ini akan berpengaruh tidak baik terhadap perkembangan penyesuaian diri anak.

8) Pemanjaan dan perlindungan yang berlebihan (overindulgence and over-protection)Pemanjaan dan perlindungan yang berlebihan secara sepintas seolah- olah memberikan perasaan aman terhadap anak, tempo sesungguhnya secara psikologis yang sifatnya mendasar justru menimbulkan perasaan tidak aman, kecemburuan, gugup, kurang percaya diri, dan jenisjenis kesulitan lainnya dalam penyesuaian diri Anakyang terlalu dimanja biasanya mengembangkan sifat memusatkan segala sesuatunya kepada dirinya sendiri, memanjakan diri sendiri dan ciri-ciri kepribadian lainnya yang cenderung mementingkan diri sendiri sehingga akan berpengaruh tidak baik bagi perkembangan penyesuaian diri anak.

9) Penolakan(rejection)Penolakan orang tua terhadap anak merupakan pengalaman yang paling tidak mengenakkan, sangat tidak menguntungkan, dan bahkan dapat merusak anak. Dengan penolakan orang tua, anak akan merasa dirinya tidak berharga, tidak berguna, tidak bermartabat, meskipun sebenarnya ingin atau bahkan susah berbuat sebaik-baiknya menurut ukuran mereka.perasaan seperti itu akan sangat berpengaruh tidak baik terhadap perkembangan penyesuaian diri anak.

Selain interaksi orang tua dengan anak, malinteraksi antar saudara di dalam keluarga juga sangat penting pengaruhnya terhadap perkembangan penyesuaian diri anak. Jika antar saudara dalam lingkungan keluarga tercipta saling memberi dan menerima, persahabatan, saling menghargai. dan saling bekerja sama akan memberikan sumbangan sangat berarti bagi proses sosialisasi yang akhirnya sangat membantu perkembangan penyesuaian diri anak.

b. Lingkungan Sekolah

Page 12: Pengertian Penyesuaian diri

Sebagaimana lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga dapat menjadi kondisi yang memungkinkan berkembangnya atau terhambatnya proses perkembangan penyesuaian diri. Pada umumnya, sekolah dipandang sebagai media yang sangat berguna untuk memengaruhi kehidupan dan perkembangan intelektual, sosial, nilai-nilai, sikap, dan moral siswa. Apalagi bagi anak-anak SD, seringkali figur guru sangat disegani, dikagumi, dan dituruti. Tidak jarang anak-anak SD lebih mendengarkan dan menuruti apa yang dikatakan oleh gurunya dari pada oleh orang tuanya. Oleh sebab itu. proses sosialisasi yang dilakukan melalui iklim kehidupan sekolah yang diciptakan oleh guru dalam interaksi edukatifnya sangat berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri anak.

c. Lingkungan MasyarakatKarena keluarga dan sekolah itu berada di dalam lingkungan masyarakat, lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan penyesuaian diri. konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-aturan, norma-norma, moral, dan perilaku masyarakat akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap proses perkembangan penyesuaian dirinya. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak sedikit kecenderungan ke arah penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja, sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri yang tidak baik. berasal dari pengaruh lingkungan masyarakat.

5. Agama dan BudayaAgama berkaitan erat dengan faktor budaya. Agama memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberi makna sangat mandalam. tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu. Agama secara konsisten dan terus-menerus kontinu mengingatkan manusia tentang nilai-nilai intrinsik dan kemuliaan manusia yang diciptakan oleh Tuhan, bukan sekedar nilai-nilai instrumental sebagaimana yang dihasilkan oleh manusia. Dengan demkian, faktor agama memiliki sumbangan yang berarti terhadap perkembangan penyesuaian diri individu. Selain agama, budaya juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu. Hal ini terlihat jika dilihat dari adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada individu melalui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Selain itu, tidak sedikit konflik pribadi, kecemasan, frustasi, serta berbagai perilaku neurotik atau penyimpangan perilaku yang disebabkan, secara langsung atau tidak langsung, oleh budaya sekitarnya.Sebagaimana faktor agama, faktor budaya juga memiliki pengaruh yang berarti bagi perkembangan penyesuaian diri individu.

F. Dinamika Penyesuaian Diri RemajaPenyesuaian diri merupakan suatu proses yang bersifat dinamis. Dinamika penyesuaian diri melibatkan sejumlah faktor-faktor psikologis dasar yang mengantarkan individu kepada perilaku yang ajastif/penyesuaian diri yang baik (adjustive behavior). Perilaku ajastif adalah respons-respons yang diarahkan kepada usaha memenuhi tuntutan internal dan eksternal. Tujuan dari respons-respons yang ajastif adalah untuk menyiapkan hubungan yang tepat dan akurat antara individu dan realitas. Dilihatdari sudut pandang yang lebih dalam, tujuannya adalah mengenal ekspresi dan kepuasan faktor-faktor dinamis di dalam kepribadian, misalnya.pengurangan ketegangan, konflik, dan frustasi. Namun demikian, dalam hubungannya dengan kebutuhan dasar, perilaku ajastif tidak selalu mengarahkan respons kepada orientasi pengurangan dan pemuasan kebutuhan dasar, baik berupa dorongan biologis, psikologis, maupun sosial.Ada sejumlah faktor psikologis dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap dinamika

Page 13: Pengertian Penyesuaian diri

penyesuaian diri, yaitu 1. kebutuhan (need), 2. motivate (motivation), 3. persepsi Q|erceptionjs 4. kemampuan (capacity), Dan 5. kepribadian (personality).Bagaimanakah masing-masing faktor psikologis dasar itu memengaruhi dinamika penyesuaian diri remaja seperti penjelasan berikut ini.

1. Kebutuhan (Need)Kebutuhan yang dimaksud merupakan kebutuhan yang bersifat internal. Dari faktor ini, penyesuaian diri ditafsirkan sebagai suatu jenis respons yang diarahkan untuk memenuhi tuntutan yang harus diatasi oleh individu. Tuntutan-tuntutan untuk mengatasinya dalam sebuah prosesnya didorong secara dinamis oleh kebutuhan-kebutuhan internal yang disebut dengan need tersebut.

2. Motivasi (Motivation)Penafsiran terhadap karakter dan tujuan respons individu dan hubungannya dengan penyesuaian tergantung pada konsep-konsep yang menerangkan hakikat motivasi. Ada lima teori motivasi yang dapat digunakan untuk menerangkan dinamika penyesuaian diri, yaitu sebagai berikut.a. Teori Stimulus-Respons

Dari perspektif teori ini, motivasi dianggap sebagai sesuatu yang kurang berarti sebab semua perilaku, termasuk penyesuaian diri, muncul hanya sebagai pengondisian untuk merespons stimulus sehingga perilaku refleks dan kebiasaan membentuk totalitas respons individu. Padahal, perilaku ajastif tidak semata-mata hanya ditentukan oleh pengondisisan. Oleh karena itu, penyesuaian diri menurut teori ini diartikan dengan sangat sederhana dan sangat sempit.

b. Teori FisiologisTeori ini erat kaitannya dengan teori stimulus-respons, dan berpandangan bahwa pengurangan motivasi atau usaha pemuasan motif tertentu ditentukan oleh stimulus. Padahal, sebenarnya banyak motif dan kebutuhan psikologis lainnya yang cukup berarti bagi penyesuaian diri yang perlu diintegrasikan ke dalam setiap teori motivasi. Teori fisiologis ini tidak dapat menjawab tantangan itu. Oleh karena itu, untuk dapat memahami kekhususan nilai penyesuaian diri harus berpaling pula kepada hal-hal di luar unsur fisiologis.

c. Teori InterinsikTeori ini memiliki beberapa bentuk, tergantung pada landasan filosofinya, tetapi ada dua yang sangat menonjol dalam hubungannya dengan penyesuaian diri, yaitu pandangan hornic dan psikoanalisis. Menurut pandangan hornic yang dikemukakan oleh William McDougall (Schneiders, 1984) mengatakan bahwa semua perilaku individu itu dimunculkan untuk malayani dan memenuhi insting dasar. Oleh karena itu, insting dasar merupakan penentu internal yang utama dalam penyesuaian diri individu. Pada awalnya, teori ini banyak diminati, namun dalam perkembangan selanjutnya banyak dikecam orang. Adapun pandangan psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud (Schneiders, 1984) membagi dua jenis insting, yaitu insting kehidupan (eros) dan insting kematian (thanathos). Dalam hubungannya dengan penyesuaian diri, Sigmund Freud berpandangan bahwa insting seksual yang merupakan salah satu bentuk insting kehidupan sebagai penentu perkembangan penyesuaian diri individu. Teori insting dari Sigmund Freud dapat digunakan untuk memahami penyesuaian diri individu berdasarkan

Page 14: Pengertian Penyesuaian diri

tahap-tahap perkembangan.d. Teori Motivasi Tak Sadar

Teori ini juga didominasi dan dikemukakan oleh Sigmund Freud. Sebagai salah satu bukti adanya motivasi tak sadar sebagai faktor yang memengaruhi dinamika penyesuaian diri dibuktikan oleh Sigmund Freud dalam eksperimennya melalui pengalaman-pengalaman psikologi klinisnya yang menemukan bahwa orang-orang yang berperilaku malasuai (maladjusted) maupun yang berperilaku ajastif (adjusted) mengungkapkan bahwa motivasi yang mendasari gejala perilakunya itu sering tidak diketahui atau tidak disadari.

e. Teori HedonistikTeori ini masih berhubungan dengan teori Sigmund Freud tentang prinsip-prinsip pemuasan kesenangan (pleasure principles). Menurut teori ini, suasana hedonisme berarti perilaku yang diarahkan untuk memenuhi kesenangan individu. Ini dianggap penting karena pada dasarnya kebutuhan merupakan tuntutan internal yang harus dipuaskan agar dapat mencapai penyesuaian diri yang baik. Kebutuhan merupakan kecenderungan yang bersifat dinamis yang berorientasi kepada objek, kualitas, dan pengalaman yang diperlukan untuk mengetahui keadaan fisik, psikis,dan sosial suatu organisme. Jika salah satu bentuk kecenderungan yang bersifat dinamis itu terganggu karena tidak terpenuhi, organisme akan cenderung membentuk perilaku yang tidak memadai, simptomatik, dan patologis. lni berarti bahwa penyesuaian diri individu menjadi sangat terganggu sehingga tidak dapat berkembang dengan baik.

3. Persepsi (Perception)Setiap individu dalam menjalani hidupnya selalu mengalami apa yang disebut persepsi sebagai basil penghayatannya terhadap berbagai perangsang (stimulus) yang berasal dari lingkungan. Tidak jarang persepsi dipahami sebagai suatu pencerminan yang sempurna tentang realitas. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Davidof (1981) mengemukakan tiga alasan yang mendukung bahwe persepsi itu bukanlah cermin realitas, yaitu pertama. Indera yang dimiliki oleh manusia tidak dapat memberikan respons terhadap semua aspek yang ada dalam lingkungan; kedua, manusia seringkali melakukan persepsi terhadap stimulus-stimulus yang pada kenyataannya tidak ada; ketiga, persepsi manusia itu tergantung pada apa yang diharapkan, pengalaman yang dimilikinya, dan motivasi yang ada pada dirinya.Dengan demikian, persepsi sesungguhnya bukanlah merupakan suatu gambaran

yang persis sama dengan realitas yang ada, melainkan gambaranyang perwujudannya sudah diwarnai oleh interprestasi individu.

Atkinson dan Hilgard (1983) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses menginterprestasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasal dari lingkungan. Dalam pengertian ini terdapat dua unsur penting, yaitu interpretasi dan pengorganisasian. Interpretasi itu sangat panting dalam suatu persepsi karena realitas yang ada di dunia ini sangat bervariasi sehingga tidak jarang memerlukan upaya pemahaman dari individu agar menjadi bermakna bagi individu yang bersangkutan. Sedangkan pengorganisasian diperlukan dalam Persepsi karena berbagai informasi yang sampai pada reseptor individu seringkali membingungkan dan tidak terorganisasikan. agar informasi yang sampai pada reseptor menjadi jelas dan bermakna maka individu masih perlu mengorgariisasikannya ketika informasi itu diterima oleh reseptor.

ahli lain yaitu Levine dan Shefner (Eysenck, 1993) mengemukakan pengertian persepsi adalah cara-cara individu menginterpretasikan informasi yang diperoleh di

Page 15: Pengertian Penyesuaian diri

dasarkan atas pemahaman individu itu sendiri. Dengan kata lain, individu menyadari adanya kehadiran suatu stimulus, tetapi individu itu mengintepretasikan stimulus tersebut. Dalam definisi ini terkandung dua makna: pertama, persepsi itu tergantung pada sensasi-sensasi yang didasarkan pada informasi sensori dasar (basic sensory information; kedua, sensasi-sensasi itu memerlukan interprestasi agar persepsi dapat terjadi. Yang dimaksud dengan informasi sensori dasar di sini adalah informasi yang sesungguhnya terjadi yang sampai pada alat indra kita.Misalnya, suara gonggongan anjing yang sampai pada telinga kita. Jadi, kita tidak akan mendengar suara gonggongan anjing jika suara gonggongan anjing itu memang tidak ada. Namun, bagaimana gonggongan anjing itu mengganggu kita atau tidak, sangat tergantung pada bagaimana interpretasi kita terhadap suara itu. Di sinilah letak terjadinya persepsi.Dengan persepsi, individu dapat menentukan bagaimana seharusnya ia bereaksi terhadap stimulus yang ada di sekitarnya karena persepsi merupakan rangkaian peristiwa yang menjembatani stimulus dan perilaku tertentu (Stagner dan Solley, 1970). Morgan (198 1) lebih menekankan pada proses interpretasi terhadap apa yang dialami dan dirasakan untuk membuatnya bermakna. Untuk membuat sesuatu agar lebih bermakna diperlukan adanya keterlibatan aktif dari aktivitas indrawi yang berhubungan dengan pengamatan dan interpretasi.Yang masih sering menjadi bahan perdebatan sampai dengan saat ini adalah apakah persepsi itu dibawa sejak lahir ataukah merupakan hasil dari proses belajar atau pengalaman. John Lock dan para pengikutnya berpendapat bahwa persepsi itu tidak dibawa sejak lahir melainkan merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman. Bahkan mereka menegaskan bahwa persepsi hanya mungkin terjadi pada individu setelah melalui proses pengalaman dan belajar yang cukup lama (Eysenck, 1993). Sebaliknya, para psikolog Jerman, terutama para penganut Gestalt, berpendapat bahwa persepsi itu merupakan pembawaan sejak lahir. Mereka secara tegas mengatakan bahwa yang paling penting dalam proses persepsi adalah yang dibawa sejak lahir dan tidak tergantung secara langsung pada pengalaman.Eysenck (1993) mempersoalkan pendapat para penganut Gestalt ini. Ia mengatakan jika persepsi itu merupakan pembawaan sejak lahir. seharusnya setiap individu dapat mempersepsi sesuatu secara kuat. Namun, kenyataannya pada bayi yang baru saja lahir barangkali sudah dapat mempersepsi stimulus yang ada di sekelilingnya, tetapi ia tidak dapat memanifestasikan dan mendeskripsikan persepsinya itu. Dengan demikian, persepsi sesungguhnya memerlukan proses belajar dan pengalaman, meskipun ada beberapa keterampilan perseptual tidak menuntut pengalaman; misalnya, anak bayi sudah mampu mendengarkan suara-suara yang ada di sekelilingnya.Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses individual dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan, dan memberi makna kepada stimulus yang berasal dari lingkungan di mana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman.Persepsi yang ada pada individu tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui suatu proses, objek kejadian yang dialami oleh individu akan menimbulkan stimulus yang kemudian mengenai alat indra. Proses ini dinamakan proses kealaman.Stimulus yang diterima alat indra ini dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di dalam otak sehingga individu dapat menyadari apa yang diterima melalui alat indranya. Proses yang terjadi dalam otak ini disebut proses psikologis. Pada tahap ini individu memberi makna terhadap apa yang diterima melalui indranya itu.Menurut Atkinson dan Hilgard (1983) proses terjadinya persepsi tergantung pada pengalaman masa lalu dan pendidikan yang telah diperoleh individu, perangsang

Page 16: Pengertian Penyesuaian diri

spesifik yang menimbulkan reaksi alat-alat indra pada waktu itu dan interpretasi individu dalam menafsirkan informasi yang diterimanya. Serangkaian penghayatan dan proses belajar yang dilakukan oleh individu akan dipakai sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dalam menafsirkan suatu kejadian atau situasi, persepsi setiap individu dapatberbeda, tergantung pada bagaimana individu tersebut mengamati dan menanggapinya.Sejalan dengan pendapat-pendapat di atas, Stagner dan Solley (1970) mengemukakan bahwa persepsi terjadi pada individu melalui tahap-tahap: (1) adanya stimulus yang ditangkap melalui pancaindra, (2) adanya kesadaran individu terhadap stimulus, (3) individu menginterpretasikan stimulus tersebut, dan (4) individu mewujudkannya ke dalam tindakan.

Dalam kaitannya dengan proses persepsi ini, Krech dan Crutchfield (Rakhmad,1988) mengemukakan bahwa persepsi itu dalam prosesnya dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Yang dimaksud dengan faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,pengalaman masa lalu, dan hal-hal yang bersifat personal. Sedangkan faktor struktural, adalah faktor-faktor yang semata-mata berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang bersifat personal. Sedangkan faktor struktural,adalah faktor yang semata-mata berasal dari sifat stimulus fisik dan pengaruh syaraf individu.

Persepsi remaja memiliki pengaruh yang berarti terhadap dinamika penyesuaian diri karena persepsi memiliki peranan penting dalam prilaku, yaitu sebagai berikut.a. Sebagai pembentukan pengembangan sikap terhadap suatu objek atau peristiwa

yang berarti akan berpengaruh terhadap prilaku penyesuaian diri yang lebih terarah.

b. Sebagai pengembangan fungsi kognitif, afektif, dan kognitif sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian yang lebih utuh dan proposional sesuai dengan pertimbangan dan pengalaman-pengalaman yang relevan.

c. Meningkatkan keaktifan,kedinamisan dan kesadaran terhadap lingkungan sehingga dapat menggerakan motivasi untuk penyesuaian diri secara lebih sadar.

d. Meningkatkan pengamatan dan penilaiansecara objektif terhadap lingkungan sehingga perilaku penyesuaian diri menjadi lebih rasional dan realitis.

e. Mengembangkan kemampuan mengelola pengalaman dalam kehidupan sehari-hari secara berkelanjutan sehingga dapat mendorong ke arah proses sosialisasi yang semakin mantap.

4. Kemampuan (Capacity)Perkembangan kemampuan remaja dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor,juga dapat mewarnai dinamika penyesuaian dirinya. Pengaruh aspek-aspek itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Kemampuan kognitif seperti pengamatan, perhatian, tanggapan, fantasi, dan berpikir, merupakan sarana dasar untuk pengambilan keputusan oleh remaja dalam melakukan penyesuaian diri.

b. Kemampuan afeksi seperti sikap, perasaan, emosi, dan penghayatan terhadap nilai-nilai dan moral akan menjadidasar pertimbangan bagi kognisi dalam proses penyesuaian diri remaja.

c. Kemampuan psikomotorik menjadi somber kekuatan yang mendorong remaja untuk melakukan penyesuaian diri disesuaikan dengan dorongan dan kebutuhannya.

Ketiga kemampuan itu akan membangun suatu hubungan dialektis yang dinamis dalam dinamika proses penyesuaian diri remaja. Dinamika proses penyesuaian diri remaja

Page 17: Pengertian Penyesuaian diri

akan berlangsung lancar dan baik, manakala ketiga kemampuan itu membentuk suatu kerja sama yang terpadu dan harmonis. Sebaliknya jika terjadi ketidakharmonisan antara ketiga kemampuan itu, dapat menimbulkan konflik, kecemasan, atau bahkan frustasi.

5. Kepribadian (Personality)Remaja yang sedang mengalami perkembangan pesat dari segala aspeknya, kepribadiannya pun menjadi sangat dinamis. Kedinamisan kepribadian remaja itu akan sangat mewarnai dinamika penyesuaian dirinya. Remaja yang sudah mencapai tahapan berpikir operasional formal, sudah menyadari akan pentingnya nilai-nilai dan norma yang dapat dijadikan pegangan hidupnya, sudah mulai berkembang ketertarikan dengan lawan jenis, memiliki kohesivitas kelompok yang kuat, serta cenderung membangun budaya kelompoknya senderi, akan sangat memberikan warna tersendiri terhadap dinamika penyesuaian diri remaja.

G. Implikasi proses penyesuaian diri remaja bagi pendidikanPerkembangan penyesuaian diri remaja yang ditandai dengan dinamika yang sangat tinggi, membawa implikasi imperatif akan pentingnya intervensi pendidikan yang dilakukan secara sistematis, serius, dan terprogram guna membantu proses perkembangannya agar berkembang ke arah yang lebih baik. lntervensi edukatif yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.l . Dalam kehidupan keluarga hendaknya diciptakan interaksi edukatif yang memberikan perasaan aman bagi remaja untuk memerankan dirinya ikut ambil bagian dalam berbagai kegiatan keluarganya. Dengan cara demikian, remaja akan terlatih melakukan penyesuaian diri dalam bentuk interaksi yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.2.Orang tua hendaknya jangan menimbulkan stimulus yang dapat mengembangkan identifikasi negatif pada remaja karena sesungguhnya orang tua harus dapat dijadikan model bagi remaja dalam segala tingkah lakunya. Oleh karena itu, orang tua sedapat mangkin menghilangkan perilaku negatifnya karena akan ditiru oleh remaja dan kalau suatu saat orang tua melarangnya berbuat tidal baik, remaja akan protes keras jika orang Tuanya masih menampilkan Perilaku negatif. Paling tidak jika masih sulit untuk menghilangkannya. Jangan sampai memperlihatkan di depan anak remajanya.3.Hindarkanlah perkembangan identifikasi menyilang pada remaja. karena akan Sangat mengganggu proses perkembangan penyesuaian diri remaja. Jika terlihat anak remajanya mengidentifikasikan kepada orang tua yang berbeda jenis kelaminnya, sebaiknya segera hindarkan dan cegah perkembangan lebih jauh lagi.4. Perlu menciptakan kegiatan-kegiatan yang bersifat edukatif dan di dalamnya menuntut kemampuan remaja untuk melakukan interaksi, proses sosialisasi, dan penyesuaian diri terhadap diri sendiri, kegiatan yang diikuti, maupun orang lain yang sama-sama ikut aktif dalam proses kegiatan tersebut.

Page 18: Pengertian Penyesuaian diri
Page 19: Pengertian Penyesuaian diri