136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia Oleh: ARIS SUTAKA S831002007 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL

PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN METODE

EKSPERIMEN DITINJAU DARI GAYA BELAJAR

DAN SIKAP ILMIAH SISWA

(Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1

Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama: Pendidikan Kimia

Oleh:

ARIS SUTAKA S831002007

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

Page 4: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

Page 5: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Aris Sutaka

NIM : S 831002007

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Penggunaan

Laboratorium Riil Dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode

Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus

Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester

Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal

yang bukan karya saya, dalam tesis ini di beri tanda sitasi dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis ini.

Surakarta, April 2011

Yang membuat pernyataan

Aris Sutaka

Page 6: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Penggunaan

Laboratorium Riil dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode Eksperimen

Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa (Studi Kasus Pada Pokok

Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun

Pelajaran 2010/2011) “. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Dalam penyusunan tesis ini penulis tidak dapat berkerja sendiri tanpa bantuan

dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku pembimbing dan Ketua Program Studi

Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan arahan selama penulis menyelesaikan pendidikan..

3. Prof. Dr. H. Ashadi, sebagai pembimbing I penyusunan tesis atas bimbingan dan

arahannya dalam menyusunan tesis ini.

4. Drs. Haryono, M.Pd, sebagai pembimbing II penyusunan tesis atas bimbingan

dan arahannya dalam menyelesaikan tesis ini.

Page 7: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

5. Dosen Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

6. Semua staf administrasi Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah melayani semua kebutuhan administrasi.

7. Drs. Widiyarto, M.Pd, selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Klaten yang telah

memberi ijin belajar dan tempat dalam penelitian ini

8. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Purwokerto, yang telah memberikan tempat untuk

melaksanakan uji coba instrument penelitian.

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu

secara langsung maupun tidak langsung sehingga semua berjalan lancar hingga

selesai penulisan tesis ini.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat

imbalan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis sudah berusaha semaksimal

mungkin menyusun tesis ini tetapi sebagai insan biasa yang tak luput dari kekurangan

maka apabila masih ada kesalahan dan kekurangan dalam tesis ini, penulis mohon

maaf sebesar-besarnya. Penulis selalu terbuka jika ada kritik dan saran dalam tulisan

ini.

Surakarta, April 2011

Aris Sutaka

Page 8: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………... iii

PERNYATAAN………………………………………………………………….. iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. v

MOTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………………….. vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. viii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………... xii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv

ABSTRAK…………………………………………………………………….... xvii

ABSTRACT……………………………………………………………...………. xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 7

C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 8

D. Perumusan Masalah .................................................................................. 9

E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10

F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS ............ 12

A. Kajian Teori ............................................................................................. 12

1. Pembelajaran Kimia ............................................................................ 12

Page 9: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

2. Belajar .................................................................................................. 14

3. Media Pembelajaran ............................................................................. 21

4. Metode Eksperimen………………………………………………….. 25

5. Penerapan Laboratorium Riil………………………………………… 26

6. Penerapan Laboratorium Virtuil……………………………………… 27

7. Gaya Belajar…………………………………………………………. 28

8. Sikap Ilmiah ......................................................................................... 31

9. Prestasi Belajar………………………………………………………. 33

10. Materi Pembelajaran IPA…………………………………………… 37

B. Penelitian yang Relevan ........................................................................... 47

C. Kerangka Berpikir .................................................................................... 50

D. Hipotesis ................................................................................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 57

A. Tempat danWaktu Penelitian ............................................................................. 57

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan sampel ........................................... 57

1. Populasi Penelitiaan................................................................................ 57

2. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling............................................... 58

C. Rancangan dan Variabel Penelitian ................................................................... 59

1. Rancangan Penelitian.............................................................................. 59

2. Variabel Penelitian........................................................................................... 60

D. Definisi Operasional Variabel ............................................................................. 60

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................. 62

1. Teknik Dokumentasi............................................................................... 63

2. Teknik Angket................................................................................................... 63

3. Teknik Tes.......................................................................................................... 63

Page 10: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

F. Instrumen Penelitian ........................................................................................... 64

1.Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran....................................................... 64

2. Instrumen Pengambilan Data......................................................................... 65

G. Uji Coba Inatrumen.............................................................................................. 65

1. Uji Validitas........................................................................................... 66

2. Uji Reliabilitas....................................................................................... 69

3. Analisis Daya Pembeda......................................................................... 72

4. Analisis Tingkat Kesukaran .....................................................................74

H. Teknik Analisis Data............................................................................................ 75

1.Uji Prasyarat Analisis.............................................................................. 76

2. Uji Hipotesis.......................................................................................... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................... 82

A. Deskripsi Data......................................................................................... 82

1. Data Gaya Belajar Siswa...................................................................... 82

2. Data Sikap Ilmiah Siswa....................................................................... 83

3. Data Prestasi Belajar Kimia.................................................................. 84

B. Pengujian Prasyarat Analisis.................................................................... 88

1. Uji Normalitas...................................................................................... 89

2. Uji Homogenitas.................................................................................. 91

C. Pengujian Hipotesis................................................................................. 92

1. Analisis Variansi Prestasi Kognitif...................................................... 92

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan................................................ 96

D. Pembahasan Hasil Analisis Data............................................................. 102

1. Hipotesis Pertama................................................................................ 102

2. Hipotesis Kedua.................................................................................... 103

Page 11: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

3. hipotesis Ketiga..................................................................................... 104

4. Hipotesis Keempat................................................................................ 104

5. Hipotesis Kelima................................................................................... 105

6. Hipotesis Keenam.................................................................................. 105

7. Hipotesis Ketujuh.................................................................................. 106

E. Keterbatasan Penelitian.............................................................................. 110

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN........................................... 111

A. Kesimpulan............................................................................................... 111

B. Implikasi................................................................................................... 116

1. Implikasi Teoritis................................................................................ 116

2. Implikasi Praktis.................................................................................. 117

C. Saran-Saran............................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 120

LAMPIRAN

Page 12: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1. Data Prestasi kognitif Laju Reaksi SMA N 1 Klaten……………………… 6

3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian…………………………………………………. 57

3.2. Data Populasi Penelitian……………………………………………………. 58

3.3. Rancangan Penelitian……………………………………………………….. 59

3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ……………………………………………… 68

3.5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen…………………………………………… 72

3.6. Distribusi Daya Beda Instrumen Tes……..…………………………..…… 73

3.7. Distribusi Tingkat kesukaran instrument Tes…………………………….. 75

3.8. Data Penelitian Prestasi Kognitif…………………………………………. 78

3.9. Data Penelitian Prestasi Afektif…………………………………………… 79

4.1 Jumlah Siswa dengan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik ………………... 82

4.2 Deskripsi Data Sikap Ilmiah Siswa..……………………………………….. 83

4.3 Jumlah Siswa dengan Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah…………………… 83

4.4 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa……………………………………... 85

4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Lab. Riil……………………… 85

4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Lab. Virtuil…………………... 86

4.7 Deskripsi Data Prestasi Afektif Siswa…………………………………….. 87

4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Lab. Riil ……..…………....... 87

4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Lab. Virtuil…………………... 87

4.10 Deskripsi Data Prestasi Kognitif ditinjau dari Media Pembelajaran, Gaya

belajar, Dan Sikap Ilmiah………………………………………………………… 88

4.11 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif………………………… 89

Page 13: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

4.12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif…………………………. 90

4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas……………………………………… 92

4.14 Ringkasan Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif………………………….. 93

4.15 Ringkasan Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif………………………........ 94

Page 14: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1 Grafik Laju Reaksi……………………...…………………………………… 39

2.2 Grafik Laju Reaksi Orde Nol……………………………………………….. 41

2.3 Grafik Laju Reaksi Orde Satu……………………………………………… 42

2.4 Grafik Laju Reaksi Orde Dua……………………………………………… 42

4.1 Histogram Prestasi Kognitif Siswa Laboratorium Riil……………………. 85

4.2 Histogram Prestasi Kognitif Siswa Laboratorium Virtuil………………… 86

4.3 Histogram Prestasi Afektif Siswa Laboratorium Riil……………………. 87

4.4 Histogram Prestasi Afektif Siswa Laboratorium Virtuil………………… 88

4.5 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Media Terhadap Prestasi Kognitif…….. 97

4.6 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Kognitif ……… 98

4.7 Plot Uji Lanjut Anava Interaksi Media dengan Sikap Ilmiah Terhadap

Prestasi Kognitif…………………………………………………..…………… 99

4.8 Plot Uji Lanjut Anava Interaksi Gaya Belajar dengan Sikap Ilmiah Terhadap

Prestasi Kognitif…………………………………………………..…………… 100

4.9 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Media Terhadap Prestasi Afektif ………. 101

4.10 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Afektif... 102

Page 15: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Silabus .................................................................................................................... 122

Rencana Program Pengajaran (RPP)....................................................................... 125

Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar…………………………………………………... 134

Angket Gaya Belajar…………………………………………………………….. 135

Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah Siswa ..................................................................... 137

Angket Sikap Ilmiah Siswa ..................................................................................... 144

Kisi-Kisi Penyusunan Angket Aspek Afektif ......................................................... 151

Angket Prestasi Ranah Afektif ................................................................................ 155

Kisi-Kisi Soal Laju Reaksi………………………………………………………... 157

Tes Prestasi Laju Reaksi………………………………………………………….. 160

Angket Gaya Belajar……………………………………………………………… 173

Angket Sikap Ilmiah……………………………………………………………… 175

Angket Prestasi Ranah Afektif…………………………………………………… 182

Tes Prestasi Belajar Laju Reaksi…………………………………………………. 184

Rekap Analisis Butir Soal Gaya Belajar………………………………………… 197

Rekap Analisis Butir Soal Sikap Ilmiah ................................................................. 198

Rekap Analisis Butir Soal afektif............................................................................ 200

Rekap Analisis Butir Soal Kognitif ........................................................................ 201

Gaya Belajar Lab. Riil ............................................................................................ 202

Gaya Belajar Lab. Virtuil………………………………………………………… 203

Skor Data Sikap Ilmiah………………………………………………………….. 204

Skor Data Afektif .................................................................................................... 206

Page 16: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif…………………………………………… 208

Uji Normalitas Data Prestasi Afektif…………………………………………….. 215

Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif ................................................................. 222

Uji Homogenitas Data Prestasi Afektif ................................................................... 224

Uji Anava Tiga Jalan Kognitif ................................................................................ 226

Uji Lanjut Anava Tiga Jalan ................................................................................... 227

Uji Anava Tiga Jalan Afektif .................................................................................. 229

Uji Lanjut Anava Tiga Jalan ................................................................................... 230

Foto………………………………………………………………………………. 231

Data induk Penelitian…………………………………………………………… 233

Page 17: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRAK

Aris Sutaka, S831002007, 2010. “Penggunaan Laboratorium Riil Dan Virtuil Pada Pembelajaran Kimia Dengan Metode Eksperimen Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Sikap Ilmiah Siswa”. (Studi Kasus Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI di SMA Negeri 1 Klaten Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011). Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pembimbing I, Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II, Drs. Haryono, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunakan laboratorium riil dan virtuil dengan metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa, (2) pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa, (3) pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa, (4) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa (5) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (6) interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (7) interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Kelas pertama menggunakan laboratorium riil, kelas kedua menggunakan laboratorium virtuil. Populasi kelas XI sebanyak delapan kelas. Sampel diambil dengan menggunakan cluster random sampling. Data diambil dengan menggunakan tes untuk prestasi kognitif, dengan angket untuk penilaian afektif, gaya belajar dan sikap ilmiah kemudian hipotesis diuji dengan menggunakan anava tiga jalan 2x2x2. Berdasarkan hasil pengolahan data, disimpulkan: (1) prestasi kognitif siswa dengan menggunakan laboratorium virtuil lebih baik daripada menggunakan laboratorium riil, (2) ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar siswa, (3) tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar siswa, (4) tidak ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa, (5) ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (6) ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa, (7) tidak ada interaksi antara laboratorium riil dan virtuil dengan gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa. Kata Kunci: metode eksperimen, laboratorium riil, laboratorium virtuil, gaya belajar, sikap ilmiah, prestasi belajar siswa, laju reaksi.

Page 18: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu pendidikan tidak terlepas dari keberhasilan dalam

proses kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran merupakan proses komunikasi

dua arah yang dilakukan oleh guru dan siswa. Mengajar dilakukan oleh guru

sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik.

Pembelajaran sebagai proses yang dibangun oleh guru, dilaksanakan untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan

berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan

pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap

materi pelajaran.

Pada tahun pelajaran 2010/2011, SMA Negeri 1 Klaten mempunyai

jumlah siswa sebanyak 953 yang terbagi dalam 30 kelas. Kelas X sebanyak

sepuluh kelas; kelas XI sebanyak sepuluh kelas, yang terdiri dari delapan kelas

program IPA dan dua kelas program IPS; serta kelas XII sebanyak sepuluh kelas,

yang terdiri dari delapan kelas program IPA dan dua kelas program IPS. Dari

jumlah kelas yang cukup banyak tersebut maka diperlukan fasilitas yang dapat

mencukupi kebutuhan seluruh siswa untuk menunjang proses pembelajaran IPA,

khususnya kimia. Kebutuhan fasilitas untuk mendukung proses pembelajaran

kimia yang dimaksud adalah kebutuhan akan peralatan dan bahan untuk

melaksanakan pembelajaran kimia di laboratorium. Padahal kenyataan yang ada

Page 19: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

menunjukkan bahwa sekolah ini hanya memiliki satu bangunan laboratorium

kimia dan peralatan laboratorium yang kurang lengkap. Ditinjau dari

perbandingan jumlah siswa dengan jumlah laboratorium yang ada tersebut maka

hal ini tentu menjadi permasalahan tersendiri dalam upaya membelajarkan kimia

yang berorientasi pada proses dan sikap. Jumlah peralatan laboratorium kimia

yang ada belum mampu mencukupi kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran

kimia. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi yang dapat mengatasi, minimal

dapat mengurangi, masalah yang ada pada proses pembelajaran kimia. Salah satu

strategi untuk mengatasi keterbatasan jumlah laboratorium dan peralatannya

tersebut adalah dengan pengadaan media pembelajaran. Media pembelajaran yang

dimaksud diharapkan dapat mengatasi keterbatasan alat dan mampu

menggantikan peran laboratorium pada proses pembelajaran kimia. Adapun

beberapa alternatif media pembelajaran tersebut antara lain: laboratorium riil,

laboratorium virtual, animasi, video, dll. Meskipun telah ada beberapa media

pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran kimia

namun guru belum menerapkan media pembelajaran tersebut secara variatif.

Pembelajaran yang berkualitas menekankan perlunya keterlibatan

langsung peserta didik dalam proses belajar mengajar. Orientasi pembelajaran

kimia harus lebih ditujukan kepada peran aktif siswa untuk belajar, dan guru

hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode

pembelajaran yang mampu membelajarkan konsep kimia kepada siswa dengan

berorientasi pada proses dan sikap. Metode pembelajaran yang tepat harus mampu

membelajarkan siswa bagaimana cara memperoleh pengetahuan, bukan hanya

Page 20: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

menerima pengetahuan. Karena menurut Bruner, pengetahuan yang diperoleh

siswa dari penemuannya sendiri akan bertahan lebih lama atau lama dapat diingat.

Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk membelajarkan

konsep kimia secara aktif kepada siswa, antara lain: eksperimen, demonstrasi,

inquiry, discovery, dan lain-lain. Meskipun telah banyak metode pembelajaran

kimia yang berorientasi pada aktivitas siswa, namun metode ini belum banyak

digunakan oleh para guru untuk membelajarkan IPA, khususnya kimia, di kelas.

Materi IPA, khususnya kimia, tidak dapat terlepas dari satu kesatuan yang

terdiri atas proses, produk, dan sikap. Proses sains dalam mempelajari IPA akan

berjalan sesuai dengan kaidah yang benar manakala subjek yang melaksanakan

proses tersebut memiliki sikap ilmiah yang memadai. Sikap ilmiah yakni suatu

kecenderungan seseorang untuk berperilaku dan mengambil tindakan pemikiran

ilmiah yang sesuai dengan metode ilmiah. Dalam lingkup yang lebih luas, sikap

ilmiah menjadi ciri kompetensi seorang ilmuwan. Hal ini berarti bahwa seseorang

dikatakan memiliki kompetensi seorang ilmuwan jika pada dirinya ditemukan

sikap ilmiah sebagai cerminan dari penghayatannya terhadap proses dan produk

sains. Dengan demikian, sikap ilmiah sangat penting untuk diperhatikan guru

dalam mempelajari sains, khususnya kimia.

Setiap peserta didik memiliki karakteristik dan keunikan tersendiri.

Karakteristik tersebut tercermin dalam cara atau gaya belajar yang berbeda dari

setiap siswa. Gaya belajar mengacu pada dengan cara bagaimana seseorang lebih

senang untuk belajar. Secara umum, gaya belajar dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu: gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Siswa dengan gaya belajar

Page 21: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

visual tentu saja berbeda ciri dan karakteristiknya dengan siswa yang memiliki

gaya belajar auditorial, begitupun dengan yang kinestetik. Oleh karena gaya

belajar setiap individu siswa berbeda-beda maka diperlukan perhatian dan

perlakuan yang berbeda juga. Siswa dengan gaya belajar visual seharusnya

diakomodasi dengan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik gaya belajarnya. Begitu juga dengan siswa yang memiliki gaya

belajar auditorial dan kinestetik. Tujuannya tidak lain adalah untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diinginkan sehingga prestasi belajar kimia siswa dapat

ditingkatkan.

Selain faktor sikap ilmiah dan gaya belajar siswa, masih ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar kimia siswa, antara lain:

aktivitas belajar, kemampuan awal, tingkat kecerdasan IQ, kreativitas, motivasi

berprestasi siswa dan lain-lain. Meskipun faktor-faktor tersebut diketahui telah

dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar kimia siswa namun hal ini kurang dapat

diperhatikan oleh para guru. Studi penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor-

faktor tersebut terhadap prestasi belajar kimia siswa juga masih perlu untuk

ditingkatkan. Dengan demikian, penting bagi guru untuk memperhatikan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar kimia siswa untuk dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Metode dan media pembelajaran kimia yang telah dijelaskan sebelumnya

lebih terfokus pada pemberian pengalaman belajar langsung kepada siswa. Guru

sebagai fasilitator pembelajaran perlu menekankan pembelajaran yang bermanfaat

bagi siswa. Jika penerapan metode serta media dalam pembelajaran kimia kurang

Page 22: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

tepat maka hal ini akan berakibat pada rendahnya prestasi belajar kimia siswa,

kurangnya motivasi siswa untuk mempelajari kimia, serta pembelajaran kimia

menjadi kurang bermanfaat. Oleh karena itu, pemilihan metode serta media dalam

pembelajaran kimia menjadi sesuatu yang sangat penting manakala tolok ukur

keberhasilan pembelajaran tersebut kurang dapat menunjukkan hasil yang

menggembirakan. Kenyataan yang ada adalah prestasi belajar kimia belum

optimal dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Hal inilah yang

akan menjadi perhatian serius dalam upaya meningkatkan prestasi belajar kimia

siswa. Baik prestasi belajar kognitif yang berhubungan dengan pengetahuan dan

pemahaman siswa, prestasi belajar afektif yang berkenaan dengan sikap dan

kecakapan hidup seseorang, serta prestasi belajar psikomotor yang erat kaitannya

dengan skill atau keterampilan siswa. Ketiganya merupakan satu kesatuan hasil

belajar yang tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya. Namun, guru hanya

cenderung untuk mengukur prestasi belajar siswa pada aspek kognitif saja.

Padahal ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri-

sendiri. Oleh karena itu, diperlukan studi lanjut untuk mengukur prestasi belajar

siswa dari ketiga aspek tersebut.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita saat ini adalah

masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di

dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi.

Siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan

Page 23: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh siswa

kurang bermanfaat. Terlebih lagi untuk pelajaran kimia di kelas XI. Ada beberapa

materi bahan ajar kimia yang disampaikan di kelas XI program IPA, antara lain:

struktur atom, energetika, laju reaksi, dan kesetimbangan kimia, namun materi

bahan ajar kimia tersebut belum disampaikan secara baik oleh guru. Oleh karena

itu, diperlukan pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk

membelajarkan materi tersebut kepada siswa agar lebih bermakna.

Metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap penerimaan materi

pelajaran yang disampaikan guru terhadap siswa. Pembelajaran kimia dengan

metode yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk belajar dan meningkatkan

prestasi belajar siswa. Peneliti memilih materi laju reaksi dengan alasan prestasi

kognitif laju reaksi belum sesuai harapan jika ditinjau dari kriteria ketuntasan

minimal (KKM). Di SMA Negeri 1 Klaten pada kelas XI IPA, dua tahun terakhir

nilai KKM materi laju reaksi adalah 70. Data prestasi belajar kimia siswa SMA

Negeri 1 Klaten pada materi pokok laju reaksi ditunjukkan pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Prestasi Belajar Laju Reaksi Siswa SMA Negeri 1 Klaten

Tahun Pelajaran Laju Reaksi Persentase nilai

lebih besar dari KKM

Persentase nilai lebih kecil dari

KKM KKM Nilai rata-

rata 2008/2009 70 68,50 57,82% 42,18% 2009/2010 70 67,09 56,52% 43,48%

Prestasi belajar merupakan satu kesatuan yang mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Pada umumnya, guru hanya mengukur prestasi belajar

aspek kognitif saja sehingga prestasi belajar siswa belum terukur secara baik.

Mengingat bahwa gaya belajar dan sikap ilmiah merupakan bakat yang secara

potensial dimiliki oleh setiap orang yang dapat dikenali dan dipupuk melalui

Page 24: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

pendidikan yang tepat. Seseorang selalu berinteraksi mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada. Oleh karena itu, baik perubahan

di dalam individu maupun dalam lingkungan dapat menunjang atau dapat

menghambat upaya peningkatan prestasi belajar. Dengan demikian, perlu

dilakukan penelitian penggunaan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dengan

memperhatikan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Jumlah peralatan laboratorium kimia yang belum mencukupi untuk

membelajarkan konsep kimia kepada siswa.

2. Ada beberapa media pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran kimia namun guru belum menerapkan media pembelajaran

tersebut secara variatif, antara lain: laboratorium riil, laboratorium virtual,

animasi, video, dan lain-lain.

3. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran kimia namun

guru belum menerapkan metode tersebut secara variatif dalam proses

pembelajarannya, antara lain: eksperimen, demonstrasi, inquiry, discovery, dan

lain-lain.

4. Guru belum memperhatikan faktor-faktor prestasi belajar kimia dari siswa,

antara lain: sikap ilmiah, gaya belajar, aktivitas belajar, kemampuan awal,

tingkat kecerdasan IQ, kreativitas, motivasi berprestasi siswa, dan lain-lain,

Page 25: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

5. Prestasi belajar kimia siswa yang belum optimal, meliputi aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor.

6. Prestasi belajar cenderung hanya dipusatkan pada aspek kognitif saja, padahal

prestasi belajar terdiri dari aspek kognitif , afektif, dan psikomotor.

7. Nilai rata-rata prestasi kimia kelas XI IPA SMA N 1 Klaten pada pokok

bahasan laju reaksi belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

diharapkan.

8. Ada beberapa materi kimia yang diajarkan pada siswa SMA kelas XI IPA,

misalnya: struktur atom, energetika, laju reaksi dan kesetimbangan kimia,

namun guru belum mengajarkan materi-materi tersebut secara bermakna.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini akan

difokuskan pada:

1. Media pembelajaran yang digunakan adalah media laboratorium riil dan

laboratorium virtual.

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen.

3. Faktor prestasi belajar yang ditinjau dalam penelitian ini adalah gaya belajar

siswa, yang dibatasi pada gaya belajar visual dan kinestetik.

4. Faktor prestasi belajar yang ditinjau dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah

siswa dalam mempelajari kimia dengan kategori tinggi dan rendah.

5. Prestasi belajar kimia siswa dibatasi pada hasil belajar yang meliputi aspek

kognitif dan afektif.

Page 26: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

6. Pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada pokok

bahasan laju reaksi dengan karakteristik materi bahan ajar bersifat konkret dan

abstrak.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium

riil dan virtuil terhadap prestasi belajar siswa?

2. Apakah ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap

prestasi belajar siswa?

3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap

prestasi belajar siswa?

4. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

5. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi belajar siswa?

6. Apakah ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar siswa?

7. Apakah ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap

ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa?

Page 27: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium riil dan

virtuil terhadap prestasi belajar siswa.

2. Pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi

belajar siswa.

3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar

siswa.

4. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi

belajar siswa.

7. Interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap ilmiah

siswa terhadap prestasi belajar siswa.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan manfaat

antara lain:

1. Manfaat Teoritis:

a. Menambah wawasan pengetahuan penggunaan laboratorium riil dan virtuil.

Page 28: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

b. Sebagai bahan masukan kepada lembaga pendidikan tentang perlunya

labortorium riil dan laboratorium virtuil.

c. Sebagai bahan masukan pada guru pentingnya mengetahui gaya belajar dan

sikap ilmiah siswa.

2. Manfaat Praktis:

a. Memberikan gambaran penggunaan laboratorium virtuil sebagai alternatif

pembelajaran.

b. Memanfaatkan komputer dan LCD secara optimal untuk proses belajar

mengajar.

Page 29: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kimia

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan

maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau

murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) adalah suatu proses

dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia

turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset

khusus dari pendidikan. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk

mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan

dasarnya, motivasinya, latar belakang akademinya, latar belakang sosial

ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik

siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar

dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 297) adalah kegiatan

guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar

secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20

Page 30: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai

proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir

yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai

upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang

diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat

merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran

yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner (1960)

mengatakan bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-

asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas.

b. Ilmu Kimia

Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA yang mempelajari sifat materi,

struktur materi, komposisi materi, perubahan materi, dan energi yang menyertai

perubahan materi. Perkembangan ilmu pengetahuan alam tidak hanya dengan

adanya kumpulan fakta saja tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap

ilmiah. Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam meliputi:

1) Metode ilmiah adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil

pengetahuan alam. Langkah-langkah metode ilmiah antara lain: merumuskan

masalah, hipotesis, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan. 2) Produk

ilmu pengetahuan alam berupa fakta, hukum, dan teori. 3) Sikap ilmiah adalah

semua tingkah laku yang diperlukan selama melakukan metode ilmiah seperti

Page 31: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

jujur, teliti, tanggung jawab, disiplin, rasa ingin tahu, kritis, kerja sama,

menyampaikan ide dan menghargai pendapat orang lain.Ilmu kimia saat ini

berkembang dengan pesat, banyak produk yang dihasilkan misalnya dibidang

sandang, papan, pangan dan obat-obatan.

Pembelajaran kimia perlu metode yang tepat diantaranya eksperimen

dengan menggunakan laboratorium riil dan virtuil agar pembelajaran menjadi

lebih efektif, berkualitas dan menyenangkan.

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Para ahli psikologi dan guru-guru pada umumnya memandang belajar

sebagai kelakuan yang berubah, pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas

antar proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.

Mempelajari dalam arti memahami fakta-fakta sama sekali berlainan dengan

menghafalkan fakta-fakta. Suatu program pengajaran seharusnya memungkinkan

terciptanya suatu lingkungan yang memberi peluang untuk berlangsungnya proses

belajar yang efektif. Oleh karena itu, menurut Staton (1978: 9) seharusnya

keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan tingkatan perbedaan

cara berpikir, merasa dan berbuat para pelajar sebelum dan sesudah memperoleh

pengalaman-pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang serupa. Dengan

kata lain, bila suatu kegiatan belajar telah berhasil maka seharusnya berubah

pulalah cara-cara pendekatan pelajar yang bersangkutan dalam menghadapi tugas-

tugas selanjutnya.

Page 32: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut

individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: (1) kognitif yaitu

kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri

dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi;

(2) afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-

reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan,

partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup;

dan (3) psikomotorik yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani

terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan

kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas. Orang dapat mengamati

tingkah laku orang yang telah belajar setelah membandingkan sebelum belajar.

Akibat belajar dari ketiga ranah ini akan makin bertambah baik. Arthur T.

Jersild menyatakan bahwa belajar adalah “modification of behaviour through

experience and training” yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan

tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena

mengalami latihan. Dalam mengalami itu anak belajar terus menerus antara anak

didik dengan lingkungannya secara sadar dan sengaja. Belajar sebagai proses akan

terarah kepada tercapainya tujuan (goal oriented), dalam aspek ini dapat dilihat

dari pihak siswa untuk mencapai sesuatu yang berarti baginya maupun guru sesuai

dengan tujuan. Belajar merupakan komponen yang paling vital dalam setiap usaha

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan sehingga tanpa proses belajar

sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Belajar menurut Morgan (1978)

Page 33: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai

tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mudjiono (1996:7)

mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses

belajar. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung

pada proses belajar dan mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika

para siswa itu disekolah atau dilingkungan keluarganya sendiri. Tiap ahli

psikologi memberi batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat keragaman

dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning).

Diantaranya dikemukakan Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar

merupakan suatu proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui

latihan, pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri.

James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan

mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri.

Menurut Gage belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma

berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret

berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka

waktu lama melalui latihan atau pengalaman yang membawa kepada perubahan

diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian

Lester D. Crow mengemukan belajar ialah upaya memperoleh kebiasaan-

kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala

seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, maka

Page 34: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

belajar seperti itu disebut “rote learning”. Kemudian jika yang telah dipelajari itu

mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri, maka disebut

“overlearning”. Jadi belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh

pengetahuan, perilaku, dan keterampilan melalui latihan atau pengalaman.

b. Teori Belajar Kognitif

Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan

menggunakan pengetahuan. Belajar menurut teori kognitif adalah perseptual.

Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang

situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Menurut Piaget

perkembangan kognitif merupakan proses adaptasi intelektual. Adaptasi ini

merupakan proses yang melibatkan skemata, asimilasi, akomodasi, dan

ekuilibrasi. Skemata adalah struktur kognitif berupa ide, konsep, gagasan.

Asimilasi adalah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur

kognitif yang ada sekarang. Akomodasi ialah proses penyesuaian struktur kognitif

ke dalam situasi baru. Ekuilibrasi adalah pengaturan diri secara mekanis untuk

mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Eksperimen dengan

menggunakan laboratorium riil atau laboratorium virtuil proses asimilasi terjadi

pada kegiatan memperoleh data. Proses akomodasi terjadi saat pengambilan

kesimpulan.

Menurut Bruner, perkembangan kognitif individu dapat ditingkatkan

melalui penyusunan materi pelajaran dan mempresentasikannya sesuai dengan

tahap perkembangan individu tersebut. Penyusunan materi pelajaran dan

penyajiannya dapat dimulai dari materi secara umum, kemudian secara berkala

Page 35: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci.

Perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Bruner merupakan proses

discovery learning, yaitu penemuan konsep. Pembentukan konsep adalah tindakan

membentuk kategori baru. Eksperimen dengan laboratorium riil atau virtuil siswa

dapat menemukan konsep tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Menurut Ausubel belajar sebagai reception learning. Jika discovery

learning menekankan pada pembelajaran induktif, maka reception learning

merupakan pembelajaran deduktif. Salah satu konsep penting dalam reception

learning adalah advance organizer sebagai kerangka konseptual tentang isi

pelajaran yang akan dipelajari individu. Penggunaan laboratorium riil atau virtuil

tujuannya supaya siswa belajar tidak menghafal sehingga tidak mudah lupa

tentang materi yang dipelajari.

c. Teori Konstruktivisme

Pengetahuan menurut konstruktiviame bersifat subjektif, bukan objektif.

Pengetahuan tidak pernah tunggal. Pengetahuan merupakan realitas plural.

Berdasarkan pembentukannya, Piaget mengkategori pengetahuan menjadi tiga

yaitu: pengetahuan fisis, pengetahuan matematis-logis, dan pengetahuan sosial.

Pengetahuan fisis adalah pengetahuan yang dibentuk dari abstraksi langsung

terhadap obyek yang dipelajari. Pengetahuan matematis-logis adalah pengetahuan

yang dibentuk dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi, maupun penggunaan

objek. Pengetahuan sosial adalah pengetahuan yang dibentuk melalui interaksi

seseorang dengan orang lain.

Page 36: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah

bahasa merupakan aspek social. Menurutnya pembicaraan egosentrik merupakan

permulaan pembentukan kemampuan bicara yang pokok yang akan digunakan

sebagai alat dalam berpikir. Vygotsky membedakan antara pengertian spontan dan

pengertian ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari

pengalaman sehari- hari. Pengertian ilmiah adalah pengertian yang didapat dari

kelas. Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisiksn secara logis

dalam suatu system yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan

dari pengertian spontan ke ilmiah.

Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan

figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur

pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam

situasi. Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan

pengetahuan. Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial.

Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks, yang terpenting adalah bagaimana

menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau konstektual. Secara sosiologis,

pembelajaran konstruktivisme menekankan pentingnya lingkungan sosial dalam

belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kolaboratif

dan kooperatif akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual. Peran

guru dalam pengembangan pembelajaran konstruktivisme adalah memberikan

dukungan dan bantuan kepada peserta didik yang sedang pada awal belajar

kemudian sedikit demi sedikit mengurangi bantuan tersebut setelah peserta didik

mampu memecahkan problem dari tugas yang dihadapi .

Page 37: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

d. Teori Psikologi Sosial

Anggota-anggota kelompok, pada waktu bekerja bersama-sama

memecahkan suatu persoalan, saling mempengaruhi tidak hanya dengan

mempengaruhi cara mereka mengemukakan, memperbaiki, dan menggabung-

gabungkan pemecahan-pemecahan yang diusulkan, akan tetapi juga memotivasi

mereka untuk memberikan sumbangan-sumbangan. Satu anggota atau lebih dalam

kelompok-kelompok yang berinteraksi terus, sering kali merupakan fasilisator-

fasilisator khusus bagi tercapainya tujuan, dan sejauh mereka diakui oleh yang

lain-lainnya maka mereka menyerupai pemimpin. Banyak cara-cara bagaimana

anggota-anggota dapat mengambil peran kepemimpinan sebagai fasilisator, juga

didalam kelompok yang sama. Oleh karena kebanyakan kelompok, sekalipun

tidak semua kelompok, menghadapi masalah-masalah yang menyangkut baik

penyelesaian tugas maupun pemeliharaan hubungan-hubungan interpersonal yang

memuaskan, maka efektivitas kelompok besar kemungkinan akan meningkat oleh

interaksi anggota-anggota dengan seorang pemimpin atau lebih yang merupakan

fasilitator-fasilitator khusus dalam memecahkan kedua macam persoalan tersebut.

Proses-proses interaksionil dasar melalui kelompok-kelompok secara efektif untuk

mencapai tujuan akan mempertinggi kekompakan kelompok. Pengalaman-

pengalaman keberhasilan dalam mencapai tujuan merupakan ciri-ciri kelompok

yang efektif.

e. Belajar Menggunakan Media

Pengetahuan tentang media pengajaran sangat berguna untuk menyusun

perencanaan program pengajaran. Karena program pengajaran adalah seluruh

Page 38: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

rencana kegiatan yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Dengan mengenal media pengajaran dan memahami cara-cara penggunaannya

akan sangat membantu tugas para guru dalam meningkatkan proses pembelajaran.

Jerome Bruner (1960) membagi alat instruksional dalam empat macam menurut

fungsinya yaitu: (1) alat untuk menyampaikan pengalaman, (2) alat model yang

dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, (3) alat

dramatisasi, (4) alat automatisasi atau pelajaran berprograma. Agar proses

pembelajaran tidak mengalami kesulitan maka masalah perencanaan, pemilihan

dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh guru.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata medium

yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (source)

dengan penerima pesan (receiver). Dalam proses pembelajaran, media ini dapat

diartikan sebagai berikut: (1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan

untuk keperluan pembelajaran; (2) Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi

pembelajaran seperti buku , film , video slide , dan sebagainya; (3) Sarana

komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengar termasuk teknologi

perangkat kerasnya.

Dengan memperhatikan beberapa pengertian di atas, ditarik kesimpulan

bahwa: (1) Media pembelajaran merupakan wahana dari informasi yang oleh

sumber pesan ingin diteruskan kepada penerima pesan (siswa). (2) Pesan atau

Page 39: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

bahan ajar yang disampaikan adalah pesan materi pembelajaran. (3) Tujuan yang

ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada diri siswa.

Kegiatan belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi.

Dalam proses komunikasi guru berperan sebagai komunikator yang akan

menyampaikan pesan/bahan ajar kepada siswa sebagai penerima pesan. Agar

pesan/bahan ajar yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa maka

diperlukan wahana penyalur pesan yaitu media pembelajaran. Penggunaan media

pembelajaran yang berlebihan dalam suatu kegiatan belajar mengajar akan

mengaburkan tujuan dan isi pembelajaran. Media yang terdapat di pasaran dan

tinggal pakai tersebut dalam bahasa media disebut media by utilization, sedangkan

media yang dirancang dan dipersiapkan sendiri sesuai dengan tuntutan tujuan

pembelajaran disebut media by design.

Kelebihan dari media jadi (by utilization) adalah bisa menghemat tenaga

dan waktu, sedangkan untuk merancang media yang dapat memenuhi kebutuhan

tertentu (by design) tentu akan banyak memeras waktu dan tenaga, tetapi agak

sulit juga mencari media jadi yang sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau

kebutuhan dimana proses pembelajaran itu dilaksanakan.

b. Klasifikasi Media Pembelajaran

1) Media Visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan

indera penglihatan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan

(non-projected visuals) dan media yang dapat di proyeksikan (projected visuals).

Page 40: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam (still pictures) atau

bergerak (motion pictures).

a) Media visual yang tidak diproyeksikan

(1) Gambar diam/mati (still pictures)

Gambar diam/mati adalah gambar yang disajikan secara fotografik,

misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lainnya.

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media gambar diam yaitu

dapat menterjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih realistic,

banyak tersedia dalam buku, mudah menggunakannya, tidak memerlukan

peralatan lain, tidak mahal.

(2) Media Grafis

Media grafis ini merupakan media pandang dua dimensi yang

dirancangsecara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran. Unsur-

unsur yang terdapat pada media grafik adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat

digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui penggunaan kata-

kata, angka serta bentuk symbol. Karakteristik dari media ini yaitu sederhana,

dapat menarik perhatian, murah dan mudah disimpan atau dibawa.

Grafik (graph) merupakan gambar yang sederhana untuk

menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah untuk dimengerti. Ada

empat jenis grafik yang dapat digunakan yaitu: grafik batang (bar graphs), grafik

piktorial (pictorial graphs), grafik lingkaran (pie graphs), dan grafik garis (line

graphs).

Page 41: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Bagan (chart) berfungsi untuk menunjukkan hubungan, perbandingan,

perkembangan, klasifikasi, dan organisasi. Bagan terdiri atas bagan pohon (tree

charts), bagan arus (flow charts), bagan tebel (tabular charts), bagan organisasi

(organization charts), bagan klasifikasi (classification charts), dan bagan waktu

(time charts).

Diagram merupakan suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk

memperlihatkan tentang tata kerja dari suatu benda. Poster merupakan suatu

kombinasi visual yang terdiri atas gambar dan pesan/tulisan dengan menggunakan

warna yang mencolok. Kartun merupakan penggambaran dalam bentuk lungkisan

atau karikatur tentang orang, gagasan atau situasi yang dirancang untuk

membentuk opini siswa.

b) Media visual yang diproyeksikan

Media yang diproyeksikan pada dasarnya adalah media yang

menggunakan alat proyeksi (proyektor) sehingga gambar atau tulisan nampak

pada layar (screen). Media Proyeksi ini dapat berbentuk media proyeksi gerak dan

media proyeksi diam. Jenis-jenis media proyeksi yang biasa digunakan overhead

projection/OHP, slides dan film strips.

2) Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemauan siswa untuk mempelajari bahan ajar. Bentuk dari media audio adalah

program kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan

pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan

Page 42: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif media

ini hanya akan mampu melayani secara baik mereka yang sudah mempunyai

kemampuan dalam berpikir abstrak.

3) Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang merupakan kombinasi dari audio

dan visual atau biasa disebut media pandang dengar. peran guru bisa beralih

menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan kemudahan bagi para siswa untuk

belajar. Contoh media audio visual adalah: video/televisi pendidikan,

video/televisi instruksional, dan program slide suara (soundslide).

4. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran, dimana siswa

melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu

pertanyaan atau hipotesis yang dipelajarinya. Dalam proses belajar mengajar

dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri

atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,

menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu

obyek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk

mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari sesuatu hukum

atau dalil dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya.

Menurut pendapat di atas metode eksperimen menjadikan siswa sebagai

subyek belajar. Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut: (1)

metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan

berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku

Page 43: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris

tentang sains dan teknologi,suatu sikap dari seorang ilmuwan; (3) metode ini

didudukung oleh azas-azas didaktis modern, antara lain: (a) siswa belajar dengan

mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa terhindar

jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat

obyektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah; dan (e) hasil

belajar akan tahan lama dan internalisasi. Selain kebaikan tersebut, metode

eksperimen mengandung beberapa kelemahan sebagai berikut: (1) memerlukan

berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan

mahal; (2) metode ini memerlukan waktu yang lama; (3) setiap percobaan tidak

selalu memberikan hasil yang diharapkan mungkin ada faktor-faktor tertentu yang

berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; (4) sangat menuntut

penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan, dan bahan mutakhir.

Tabel 2.1 Sintak Eksperimen No Guru Siswa 1. Memberi motivasi - 2. Membentuk kelompok - 3. Memperkenalkan peralatan Mengenali peralatan 4. Membimbing siswa melakukan kegiatan Melakukan kegiatan 5. Mengawasi siswa melakukan kegiatan Mencatat hasil kegiatan

Menyimpulkan data dari kegiatan 6. Menilai presentasi siswa Merepresentasikan hasil kegiatan 7. Membimbing menarik kesimpulan dari hasil

presentasi -

8. Memberi reward pada presenter terbaik mencakup isi dan cara penyampaiannya.

-

5. Penerapan Laboratorium Riil

Laboratorium riil adalah laboratorium yang di dalamnya terdapat alat-alat

dan bahan-bahan riil yang digunakan untuk melakukan percobaan. Melakukan

percobaan di laboratorium akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan

Page 44: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menguatkan ingatan tentang materi yang dieksperimenkan. Kekurangan

laboratorium riil dibutuhkan biaya sarana dan prasarana yang besar. Dalam

melakukan praktikum di laboratorium siswa akan mengalami 1) Pengenalan alat

dan bahan, dalam pengenalan alat dan bahan kimia ini siswa dapat melihat secara

langsung. Guru menjelaskan fungsi atau kegunaan alat dan bahan kimia sehingga

dalam melakukan percobaan tidak merusak alat dan bahan kimia. 2) Pengukuran,

pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang

sejenis yang dipakai sebagai satuan standar. Dalam pengukuran siswa dapat

melihat langsung alat yang digunakan sehingga siswa perlu ketrampilan membaca

alat ukur. 3) Pengamatan, siswa mengamati dengan sungguh-sungguh dari

percobaan yang dilakukan dan menulis hasil percobaan pada tabel pengamatan. 4)

Percobaan, siswa sebelum melakukan percobaan membaca terlebih dahulu

petunjuk pratikum yang sudah ada di lembar kerja siswa sehingga dalam

melakukan percobaan mendapatkan data yang benar.

6. Penerapan Laboratorium Virtuil

Laboratorium virtuil adalah alat-alat dan bahan kimia dalam program

komputer yang dioperasikan dengan komputer. Laboratorium virtuil merupakan

salah satu solusi melakukan percobaan jika sekolah tidak ada alat dan bahan

kimia. Karakteristik program laboratorium virtuil dapat disebutkan sebagai

berikut: a) Berisi alat-alat dan bahan-bahan laboratorium. b) Dapat dilakukan

beberapa kali percobaan. c) Mudah dioperasikan, satu pemakai dapat satu

komputer atau satu komputer untuk dua pemakai. d) Dalam program ini semua

aktivitas ditangan pemakai, pemakai bebas melakukan eksperimen.

Page 45: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Kompetensi yang dikembangkan pada pembelajaran dengan laboratorium

virtuil antara lain: melakukan pengamatan, melakukan proses IPA, memecahkan

masalah, bernalar, dan bersikap ilmiah. Dalam pengamatan laboratorium virtuil

siswa dapat langsung membaca angka-angka pada alat, dapat melihat kejadian

yang terjadi, juga dapat mendengar suara melalui sound pada komputer.

Percobaan dengan menggunakan laboratorium virtuil siswa dapat melakukan

percobaan sendiri secara bebas, dengan tanpa ada rasa takut bersalah berdasarkan

petunjuk praktikum yang telah ada, bahkan siswa dapat mengembangkannya

sendiri dari petunjuk praktikum yang ada. Dalam menggunakan media komputer

direncanakan secara sistematik, agar pembelajaran berjalan efektif. Kelebihan

laboratorium virtuil adalah biaya murah, waktu singkat, dan memerlukan ruang

yang kecil.

7. Gaya Belajar

Gaya belajar difahami sebagai “dengan cara bagaimana seseorang belajar”

dan juga apakah siswa “lebih senang belajar bersama dalam kelompok atau lebih

menyukai belajar sendiri. Bagaimana cara belajar yang merupakan gaya

seseorang, selanjutnya bagaimana kegiatan belajar mengajar dapat dirancang

untuk mengakomodasi semua gaya belajar yang ada. Gaya dari segi cara belajar

adalah (1) bergaya belajar visual atau visual learner, (2) bergaya belajar lewat

pendengaran atau auditory learner, (3) bergaya belajar kinestetik atau kinesthetic

learner atau tactual. Untuk gaya belajar visual siswa akan lebih mudah

menangkap jika cara pembelajaranya dengan melihat: denah, gambar, chart,

video, slight, monitor computer, dll. Mereka yang bergaya belajar lewat

Page 46: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pendengaran lebih bisa jika cara pembelajaranya dengan mendengarkan informasi

lewat suara: misalnya uraian dari rekaman suara, radio, kuliah dll. Gaya belajar

kinestetik lebih bisa jika cara pembelajaranya dengan cara total terlibat melakukan

(secara fisik) apa yang sedang dicoba fahami.

Apabila diperhatikan seluruh gaya diatas, kebijakan pendidikan selama ini

telah berniat melayani semua kebutuhan gaya tersebut. Bukankah penyediaan

belajar berbantuan audio-visual telah lama disepakati. Demikian juga pendekatan

proses yang telah lama dikenal guru adalah layanan untuk ketiga gaya belajar

tersebut karena siswa belajar dengan merancang, melihat keadaan benda

sebenarnya atau tiruan, memahami dengan memanipulasikan (memegang,

merakit, mengurai rakitan, memilah-pilah dsb). Dengan demikian, sebenarnya

keseluruh gaya belajar akan terlayani manakala pembelajaran menerapkan

pembelajaran yang bervariasi menurut kebutuhan materi pokok bahasan.

Gaya belajar yang lain adalah kecocokan belajar dalam kelompok atau

individual. Ada siswa yang senang dan lebih mudah belajar sambil berdiskusi,

menyakinkan apa yang dipikirkan lewat teman. Belajar bersama-sama dalam

kelompok lebih cepat daripada belajar sendiri. Ada pula siswa yang lebih senang

belajar sendiri dan merasa kurang senang belajar bersama. Ia belajar menurut

caranya sendiri dan bahkan terganggu oleh kehadiran teman saat sedang

mempelajari sesuatu.

Banyak ciri-ciri perilaku yang merupakan petunjuk kecenderungan belajar

siswa. Ciri-ciri berikut ini membantu siswa menyesuaikan dengan modalitas

belajar siswa yang terbaik. Ciri-ciri orang visual: rapi dan teratur; berbicara

Page 47: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

dengan cepat; perencana dan pengatur jangka panjang yang baik; mementingkan

penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi; pengeja yang baik dan

dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka; mengingat apa

yang dilihat, daripada yang didengar; mengingat dengan asosiasi visual; biasanya

tidak terganggu oleh keributan; mempunyai masalah untuk mengingat instruksi

verbal kecuali jika ditulis, dan sering kali minta bantuan orang untuk

mengulanginya; pembaca cepat dan tekun; lebih suka membaca daripada

dibacakan; membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap

waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek;

sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat; lebih suka melakukan

demonstrasi daripada berpidato; kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika

mereka ingin memperhatikan.

Ciri-ciri orang auditorial: berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; mudah

terganggu oleh keributan; senang membaca dengan keras dan mendengarkan;

merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; berbicara dalam

irama yang terpola; biasanya pembicara yang fasih; belajar dengan mendengarkan

dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat; suka berbicara, suka

berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar; lebih pandai mengeja dengan

keras daripada menuliskannya; lebih suka gurauan lisan daripada membaca

komik. Ciri-ciri orang kinestetik: berbicara dengan perlahan; menanggapi

perhatian fisik; menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka; berdiri

dekat ketika berbicara dengan orang; selalu berorientasi pada fisik dan banyak

bergerak; belajar melalui memanipulasi dan praktik; menghafal dengan cara

Page 48: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

berjalan dan melihat; menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;

banyak menggunakan isyarat tubuh; tidak dapat duduk diam untuk waktu lama;

tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada

ditempat itu; menggunaka kata-kata yang mengandung aksi; kemungkinan

tulisannya jelek; menyukai permainan yang menyibukkan.

8. Sikap Ilmiah

Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude” sedangkan istilah

attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “aptus” yang berarti keadaan siap

secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Triandis mendefenisikan

sikap sebagai: “An attitude is an idea charged with emotion which predis poses a

class of actions to aparcitular class of social situation”. Rumusan di atas

diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif,

komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan

suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau

negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang

senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu

bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.

Menurut Baharuddin (1982: 34) mengemukakan bahwa ”sikap ilmiah pada

dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka

melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan”. Dengan perkataan lain

kecendrungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan

suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap

ilmiah dikemukakan oleh Mukayat Brotowidjoyo (1985: 31-34) yang biasa

Page 49: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

dilakukan para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah,

antara lain: Sikap ingin tahu: apabila menghadapi suatu masalah yang baru

dikenalnya, maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan

tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak

mungkin untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan

kesungguhan dalam menyelesaikan eksprimen. Sikap kritis: tidak langsung begitu

saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang kuat, kebiasaan menggunakan

bukti-bukti pada waktu menarik kesimpulan; tidak merasa paling benar yang

harus diikuti oleh orang lain; bersedia mengubah pendapatnya berdasarkan bukti-

bukti yang kuat. Sikap objektif: melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu,

menjauhkan bias pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata

lain mereka dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya

sebagai subjek. Sikap ingin menemukan: selalu memberikan saran-saran untuk

eksprimen baru; kebiasaan menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang

baik dan konstruktif; selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan

yang dilakukannya. Sikap menghargai karya orang lain: tidak akan mengakui dan

memandang karya orang lain sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah

walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa lain. Sikap tekun: tidak bosan

mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya

meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum

selesai; terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.

Sikap terbuka: bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda

dengan apa yang diketahuinya, terbuka menerima kritikan dan respon negatif

Page 50: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

terhadap pendapatnya. Dari beberapa aspek sikap ilmiah di atas, maka sikap

ilmiah yang dikembangkan untuk siswa antara lain: jujur, tanggung jawab,

disiplin, kritis, tekun dan terbuka. Dengan demikian, sikap ilmiah adalah sikap

yang dimiliki sesesorang dengan parameter-parameter: kritis, disiplin, tanggung

jawab, ingin tahu, objektif, tekun, ingin menemukan dan terbuka.

9. Prestasi Belajar

Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh

siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi dapat diartikan

sebagai hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar,

karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil

dari proses belajar. Menurut S. Nasution (1996: 17) prestasi belajar adalah

kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.

Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi 3 aspek yakni: kognitif,

affektif, dan psikomotor. Sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika

seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Faktor-faktor prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari

dalam diri siswa, yang meliputi: 1) gaya belajar, 2) motivasi, siswa yang memiliki

motivasi kuat akan mencapai hasil yang maksimal, 3) intelegensi (IQ), pada

umumnya siswa yang mempunyai IQ tinggi dapat lebih berprestasi daripada siswa

yang IQ rendah, 4) kesehatan, yang dapat dijaga dengan berolah raga, makanan

bergizi, dan istirahat cukup, 5) kejelasan tujuan, siswa yang mempunyai kejelasan

Page 51: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

tujuan akan belajar lebih bersemangat, sehingga dapat menunjang keberhasilan

dalam pencapaian prestasi terbaik dibandingkan dengan siswa yang tidak

mempunyai kejelasan tujuan. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa

meliputi: 1) sarana belajar atau laboratorium riil atau virtual, 2) metode mengajar,

dengan menggunakan banyak variasi metode belajar mengajar maka prestasi

siswa akan lebih baik daripada metode ceramah. 3) faktor keluarga, apabila

lingkungan keluarga mendukung maka mendorong anak untuk dapat berprestasi,

4) faktor lingkungan sekolah, situasi sekolah yang nyaman dan komunikasi

kekeluargaan yang kondusif antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa di

dalam sekolah merupakan pendukung keberhasilan siswa, 5) faktor lingkungan

masyarakat, siswa yang berada dalam masyarakat dengan kondisi yang baik akan

berpengaruh positif terhadap prestasi siswa.

Menurut taksonomi Bloom (1956), hasil belajar terdiri dari tiga domain

(Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26-32), yaitu:

a. Domain kognitif, berhubungan dengan kemampuan intelektual

Ada enam tingkatan domain kognitif dari yang sederhana sampai yang

lebih kompleks, yaitu: (1) pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan mengingat

materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2) pemahaman

(comprehention, understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan, atau

meringkas; (3) penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan atau

menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau

konkret; (4) analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau menjabarkan

sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya

Page 52: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dapat dimengerti; (5) sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghimpun bagian-

bagian ke dalam suatu keseluruhan; (6) evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan

menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu

berdasarkan kriteria tertentu.

b. Domain afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, dan nilai

Domain ini mempunyai lima tingkatan dari yang sederhana sampai kepada

yang lebih kompleks, yaitu: (1) penerimaan (receiving), merupakan kepekaan

menerima rangsangan (stimulus) baik berupa situasi maupun gejala; (2)

penanggapan (responding), berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang

terhadap stimulus yang datang; (3) penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai dan

kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang; (4) organisasi

(organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda

berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi; (5) karakteristik nilai

(characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua sistem nilai

yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah

lakunya.

c. Domain psikomotor, meliputi keterampilan motorik dan gerak fisik

Domain psikomotor mempunyai enam tingkatan dari yang sederhana

hingga yang lebih kompleks, maliputi: (1) persepsi (perception), berkaitan dengan

penggunaan indera dalam melakukan kegiatan; (2) kesiapan melakukan pekerjaan

(set), berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan, baik secara mental,

fisik, maupun emosional; (3) mekanisme (mechanism), berkaitan dengan

penampilan respons yang sudah dipelajari; (4) respons terbimbing (guided

Page 53: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

respons), yaitu mengikuti atau mengulang perbuatan yang diperintahkan oleh

orang lain; (5) kemahiran (complex overt respons), berkaitan dengan keterampilan

yang sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang bersangkutan

mampu memodifikasi pola gerakannya; (6) keaslian (origination), merupakan

kemampuan menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah belajar dan mengikuti proses

pembelajaran, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses

pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar

yang baik pula. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain: 1)

Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah

dikuasai siswa; 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu

siswa; 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan; 4)

Prestasi belajar sebagai indikator produktivitas suatu institusi pendidikan; 5)

Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap atau kecerdasan siswa.

Jadi, prestasi belajar tidak hanya berfungsi sebagai indikator keberhasilan

dalam belajar bidang tertentu saja tetapi juga berfungsi sebagai indikator kualitas

institusi pendidikan. Berdasarkan fungsi belajar di atas maka betapa pentingnya

mengetahui prestasi belajar siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor

karena dapat menjadi umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat membuat evaluasi pembelajaran

demi keberhasilan pembelajaran tersebut. Dalam penelitian ini, prestasi belajar

Page 54: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kimia ditunjukkan dengan nilai atau angka, yaitu prestasi akhir dari hasil tes

prestasi belajar kimia pokok bahasan laju reaksi.

10. Materi Pembelajaran IPA

Laju Reaksi

Reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung dengan cepat ataupun lambat.

Misalnya, ketika selembar kertas dibakar, dalam beberapa saat kertas lembaran

tersebut akan berubah menjadi abu, tetapi lain halnya ketika sebatang kayu

dibakar. Batang kayu tersebut akan terbakar lebih lambat dibandingkan dengan

lembaran kertas yang dibakar.

Pada dasarnya, reaksi-reaksi kimia memerlukan waktu yang berbeda untuk

selesai, yang bergantung pada sifat-sifat pereaksi dan hasil reaksi serta kondisi

pada saat reaksi sedang berlangsung. Hal ini merupakan masalah yang

berhubungan dengan konsep laju reaksi. Pembahasan laju reaksi tidak lepas dari

konsentrasi, salah satu konsentrasi tersebut adalah molaritas (M).

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam satu liter larutan,

yang persamaannya ditulis: M = mol/liter.

Apabila suatu larutan diencerkan persamaannya: V1M1 = V2M2

Keterangan: V1= volume sebelum diencerkan

V2 = volume setelah pengenceran

M1= konsentrasi sebelum pengenceran

M2= konsentrasi setelah pengenceran

Dan jika diketahui berat jenis (ρ) maka persamaannya M = 10 . bj . % / Mr

a) Pengertian Laju Reaksi

Page 55: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dalam fisika, istilah laju digunakan untuk menyatakan besar perpindahan

suatu benda tiap satuan waktu. Akan tetapi, dalam kimia laju reaksi didefinisikan

sebagai ukuran yang menyatakan berkurangnya jumlah zat-zat pereaksi tiap

satuan waktu atau bertambahnya zat-zat hasil reaksi tiap satuan waktu. Karena

jumlah zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia biasanya dinyatakan dalam

konsentrasi, maka laju reaksi juga didefinisikan sebagai ukuran yang menyatakan

perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi tiap satuan waktu.

Jika suatu reaksi kimia dinyatakan dengan:

A B

dengan A = zat-zat pereaksi

B = zat-zat hasil reaksi

Maka laju reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

V = - ∆(A) / ∆t atau v = + ∆(B) / ∆t

Keterangan:

V = laju reaksi

∆(A) = perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi

∆(B) = perubahan konsentrasi zat-zat hasil reaksi

∆t = waktu

Nilai positif laju reaksi yang dinyatakan dalam konsentrasi zat-zat hasil

reaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut bertambah. Sementara itu,

nilai negatif laju reaksi yang dinyatakan yang dinyatakan dengan konsentrasi zat-

Page 56: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

zat pereaksi menunjukkan bahwa konsentrasi zat tersebut berkurang. Hal ini dapat

digambarkan dalam grafik jumlah molekul terhadap waktu sebagai berikut:

waktu

Gambar 2.1 Grafik laju reaksi

Kadang-kadang suatu reaksi kimia melbatkan beberapa zat yang

perbandingan jumlah molnya dinyatakan dengan koefisien-koefisien reaksi

sehingga persamaan kimianya dapat dituliskan sebagai berikut:

pA + qB rD + sD

dengan: A,B = zat-zat pereaksi

C,D = zat-zat hasil reaksi

p,q,r,s = koefisien reaksi

Laju reaksi untuk reaksi yang dinyatakan dengan menggunakan persamaan

kimia diatas dapat ditentukan sebagai berikut:

V = - ∆(A) / p.∆t = -∆(B)/q.∆t = +∆(C)/ r.∆t = + ∆(D)/ s.∆t

Secara kimia laju reaksi dapat ditentukan dengan menentukan konsentrasi zat-zat

pada waktu tertentu, kemudian data-data konsentrasi tersebut digunakan untuk

menghitung laju reaksi dengan menggunakan persamaan sebelumnya.

b) Persamaan laju reaksi

Perubahan konsentrasi zat-zat dalam suatu reaksi kimia biasanya

mempengaruhi laju reaksi tersebut. Persamaan laju reaksi menunjukkan pengaruh

Jumlah Molekul

Page 57: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tersebut secara matematis. Orde reaksi merupakan bagian dari persamaan laju

reaksi. Laju reaksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan laju reaksi

berdasarkan konsentrasi zat-zat pereaksi. Pada umumnya, laju reaksi hanya

bergantung pada konsentrasi awal zat-zatt pereaksi yang dapat ditentukan melalui

percobaan. Untuk reaksi A + B C + D, maka persamaan laju reaksinya

dapat dinyatakan sebagai berikut:

V = k ( A )n( B )m

dengan: V = laju reaksi

K = tetapan laju reaksi

(A) = konsentrasi pereaksi A

(B) = konsentrasi pereaksi B

n = orde reaksi terhadap A

m = orde reaksi terhadap B

n + m = orde reaksi total.

Orde reaksi

Dalam suatu reaksi kimia, penambahan konsentrasi zat-zat pereaksi dapat

meningkatkan laju reaksi. Berkaitan dengan penambahan konsentrasi zat pereaksi,

maka dalam pesamaan laju reaksi dikenal suatu bilangan yang disebut orde reaksi.

Dalam hal ini orde reaksi didefinisikan sebagai bilangan pangkat yang

menyatakan penambahan laju reaksi karena penambahan konsentrasi zat-zat

pereaksi. Sebagai contoh, jika konsentrasi suatu pereaksi dinikkan m kali semula

dapat menyebabkan laju reaksi meningkat n kali, maka hubungan penambahan

konsentrasi dengan laju reaksi zat tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

Page 58: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

mq = n

dengan:

q = orde reaksi

m = kenaikan konsentrasi

n = kenaikan laju reaksi

Orde reaksi dapat ditentukan berdasarkan tahapan-tahapan reaksi. Jika

tahapan-tahapan reaksi dapat dengan mudah diketahui dan diamati, maka orde

reaksi terhadap masing-masing zat pereaksi adalah koefisien dari tahapan reaksi

yang paling lambat. Akan tetapi, jika tahapan-tahapan reaksi sukar untuk

diketahui dan diamati, maka orde reaksi terhadap masing-masing zat pereaksi

dapat ditentukan berdasarkan percobaan.

Hubungan antara penambahan laju reaksi dengan penambahan konsentrasi

zat-zat pereaksi dapat dinyatakan dengan menggunakan grafik orde reaksi. Pada

subbab ini akan diperkenalkan grafik orde nol, orde satu, dan orde dua.

Orde reaksi nol

Jika orde suatu reaksi terhadap pereaksi tertentu adalah nol, hal ini berarti

bahwa konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Secara

matematis, bilangan yang dipangkatkan nol selalu sama dengan satu sehingga laju

reaksi suatu zat yang orde reaksinya nol adalah tetap pada konsentrasi berapa pun

dan nilainya sama dengan tetapan laju reaksi (k).

Laju Reaksi

Konsentrasi

Page 59: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Gambar 2.2 Grafik Laju Reaksi Terhadap Konsentrasi Orde Nol

Orde reaksi pertama

Jika orde reaksi suatu zat sama dengan satu, berarti penambahan

konsentrasi akan berbanding lurus dengan kenaikan laju reaksinya. Grafik laju

reaksi terhadap konsentrasi orde satu ditampilkan pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Grafik Laju Reaksi Terhadap Konsentrasi Orde Satu

Orde reaksi kedua

Jika orde reaksi suatu zat sama dengan dua, berarti penambahan

konsentrasi akan meningkatkan laju reaksi, dimana laju reaksi sebanding dengan

kuadrat zat tersebut.

Gambar 2.4 Grafik Laju Reaksi Terhadap Konsentrasi Orde Dua

c) Menentukan orde reaksi dan persamaan laju reaksi berdasarkan data percobaan

Jika tahap-tahap reaksi sukar untuk diamati, maka orde reaksi dan

persamaan laju reaksi dapat ditentukan melalui percobaan. Data percobaan

Laju Reaksi

Konsentrasi

Laju Reaksi

Konsentrasi

Page 60: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

tersebut dapat digunakan untuk menghitung orde reaksi yang dapat digunakan

untuk menentukan persamaan laju reaksi.

d) Teori tumbukan

Kita telah mengetahui bahwa zat-zat di alam ini terdiri atas partikel-

partikel. Secara teoritis, partikel-partikel suatu zat selalu bergerak secara acak atau

tidak teratur. Selain itu, kita juga mengetahui bahwa suatu zat dapat bereaksi

dengan zat lain yang membentuk zat baru. Menurut teori tumbukan, jika dua zat

kimia bereaksi maka partikel-partikelnya harus bertumbukan satu sama lain

dengan energi yang cukup untuk berlangsungnya suatu reaksi. Dengan kata lain,

agar suatu reaksi kimia dapat berlangsung maka harus terjadi tumbukan yang

efektif antara partikel-partikel zat-zat yang bereaksi. Tumbukan efektif dapat

terjadi apabila partikel-partikel tersebut mempunyai energi yang cukup besar,

sehingga memungkinkan terjadinya perubahan pada struktur ikatan antar atom zat.

Energi kinetik minimum yang harus dimiliki partikel untuk menghasilkan

tumbukan efektif yang dapat menghasilkan reaksi kimia disebut energi aktivasi.

Jika partikel-partikel suatu zat memiliki energi aktivasi yang kecil maka zat

tersebut mudah bereaksi, sebaliknya jika partikel-partikel suatu zat memiliki

energi aktivasi yang besar maka zat tersebut sukar bereaksi. Efektivitas tumbukan

di antara dua buah molekul juga dipengaruhi oleh posisi molekul-molekul terebut

saat terjadi tumbukan. Bila posisi atom-atom dari molekul-molekul yang

bertumbukan tepat maka akan terjadi pemutusan ikatan antar atom dalam

molekul-molekul tersebut, sehingga terbentuk ikatan baru, yaitu dalam molekul

hasil reaksi.

Page 61: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

e) Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Pada umumnya laju reaksi kimia dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya

luas permukaan, suhu, konsentrasi, tekanan, dan katalis.

1) Luas Permukaan

Pada reaksi-reaksi zat padat, luas permukaan zat padat tersebut akan

mempengaruhi laju reaksi. Oleh karena itu, luas permukaan zat padat akan

mempengaruhi seberapa cepat reaksi tersebut berlangsung. Zat padat yang

berbentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih besar dibandingkan zat

padat dalam bentuk batangan atau kepingan untuk masa zat padat yang sama.

Pada reaksi zat padat yang berbentuk serbuk, setiap bagian zat padat akan segera

bereaksi dengan zat lain pada waktu yang bersamaan karena luas permukaan

sentuh zat padat yang berbentuk batangan, reaksinya terjadi pada permukaan zat

padat tersebut, sehingga untuk terjadi reaksi pada seluruh bagian zat padat

diperlukan waktu yang cukup lama.

2) Temperatur

Perubahan suhu akan mempengaruhi laju suatu reaksi kimia. Pada

umumnya, kenaikan suhu akan menaikkan laju reaksi. Jika suhu naik maka

partikel-partikel zat-zat yang terlibat dalam reaksi akan menyerap kalor, sehingga

energi kinetik partikel-partikel tersebut meningkat. Oleh karena itu, dengan

meningkatnya suhu maka semakin banyak partikel yang mempunyai energi

kinetik lebih besar dari energi aktivasi. Keadaan ini memungkinkan terjadinya

lebih banyak tumbukan efektif antara partikel-partikel, sehingga reaksi

berlangsung dengan lebih cepat. Berdasarkan hasil eksperimen, setiap kenaikkan

Page 62: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

suhu 10oC maka laju reaksi akan meningkat dua kali. Hubungan laju reaksi

dengan peningkatan suhu dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut:

V=2∆t/10.Vo

dengan: V = laju reaksi pada suhu tertentu

Vo = laju reaksi mula-mula

∆t = kenaikkan suhu

3) Konsentrasi

Pada reaksi-reaksi yang melibatkan larutan, konsentrasi larutan

mempengaruhi laju reaksi suatu zat dengan larutan tersebut.Bagaimanakah

konsentrasi mempengaruhi laju reaksi? Dalam hal ini, meningkatnya konsentrasi

zat-zat pereaksi (dalam bentuk larutan) akan meningkatkan frekuensi tumbukan

antara partikel-partikel zat pereaksi tersebut. Hal ini terjadi karena dalam larutan

pekat, jarak antara dua partikel yang berdekatan relatif rapat sehingga mudah

bertumbukan. Oleh karena itu, semakin besar konsentrasi larutan maka semakin

banyak partikel yang terdapat dalam larutan. Jadi, apabila suatu larutan

direaksikan dengan zat tertentu, maka zat tersebut akan mudah bereaksi pada

larutan pekat.

4) Tekanan

Pada dasarnya, tekanan mempengaruhi reaksi-reaksi yang melibatkan gas.

Semakin besar tekanan gas, semakin cepat laju reaksinya dan semakin kecil

tekanan gas, semakin lambat laju reaksinya. Agar dua macam zat kimia bereaksi,

maka harus terdapat tumbukan di antara partikel-partikelnya. Dengan

Page 63: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

meningkatkan tekanan, maka kita menekan partikel-partikel tersebut bersama–

sama sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan diantara partikel-partikel

tersebut. Karena semakin besar tekanan gas, maka volume gas semakin kecil,

sehingga jarak antara partikel-partikelnya menjadi lebih rapat dan partikel-partikel

tersebut lebih mudah bertumbukan efektif.

5) Katalis

Katalis merupakan zat yang meningkatkan laju reaksi tanpa mengalami

perubahan apapun. Hanya dalam beberapa saat, katalis dapat menghasilkan

perubahan dalam laju reaksi. Hal ini karena adanya katalis dalam suatu reaksi

akan menyebabkan reaksi tersebut berlangsung dengan cara yang berbeda.

Kemampuan katalis dalam mempercepat reaksi kimia disebabkan oleh

kemampuan katalis dalam menurunkan energi aktivasi, sehingga reaksi zat dengan

menggunakan katalis dapat berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan reaksi

zat tanpa katalis.

Salah satu reaksi dengan menggunakan katalis adalah reaksi pembuatan

gas oksigen melalui pemanasan kalium klorat (KClO3). Pada kondisi tanpa katalis,

reaksi pemanasan KClO3 berlangsung lambat. Akan tetapi, dengan menambah

katalis mangan dioksida, MnO2 reaksi berlangsung lebih cepat pada suhu yang

tidak terlalu tinggi, dan pada akhir reaksi, katalis MnO2 tersebut diperoleh

kembali.

2KClO3 tanpa katalis 2KCl + 3O2 (lambat)

2KClO3 dengan katalis 2KCl + 3O2 ( cepat)

Page 64: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Katalis banyak digunakan dalam industri, misalnya V2O5 digunakan

dalam industri asam sulfat melalui proses kontak dan serbuk besi digunakan

sebagai katalis dalam industri amonia dengan proses Haber-Bosch. Reaksi-reaksi

kimia dalam tubuh manusia juga dipercepat oleh katalis yang disebut enzim.

Enzim merupakan suatu protein kompleks yang dihasilkan oleh sel-sel hidup yang

dapat meningkatkan laju reaksi tertentu yang bertindak sebagai katalis. Oleh

karena itu, enzim disebut juga biokatalis.

Berdasarkan uraian diatas, maka reaksi dengan menggunakan katalis, baik

yang terjadi dalam tubuh maupun di luar tubuh manusia dapat dinyatakan sebagai

berikut:

P + R PR (cepat)

PR +Q PQ + R (cepat)

P + Q + R PQ + R (cepat)

dengan: P,Q = zat pereaksi

R = katalis

Sementara itu, reaksi tanpa katalis dapat dinyatakan sebagai berikut:

P + Q PQ (lambat)

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian dari Budiyono, dengan judul Penerapan Laboratorium Riil dan

Virtuil pada Pembelajaran Fisika Melalui Metode Eksperimen Ditinjau dari

Gaya Belajar. Pada penelitian Budiyono mempunyai kelebihan yaitu penerapan

Page 65: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

laboratorium riil mampu meningkatkan prestasi belajar siswa lebih baik

dibanding penerapan laboratorium virtuil. Sedangkan kelemahan penerapan

laboratorium virtuil kurang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa karena

tidak ada tantangan seperti pada laboratorium riil. Pada penelitian yang akan

peneliti lakukan mempunyai persamaan pada media laboratorium riil dan

virtuil ditinjau dari gaya belajar. Perbedaan dengan yang peneliti lakukan

menggunakan dua variabel moderator yaitu gaya belajar dan sikap ilmiah.

2. Penelitian dari Mahfut Wingyani, dengan judul Pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat Dengan Media Belajar Riil dan Media Belajar Virtuil Ditinjau dari

Aktivitas Siswa. Pada penelitian Mahfut Wingyani, mempunyai kelebihan

menggunakan metode STM Virtuil prestasi belajar siswa lebih tinggi dibanding

dengan metode STM Riil. Dengan metode STM Virtuil siswa lebih senang

dalam mengikuti pelajaran. Pada penelitian yang akan peneliti lakukan

mempunyai persamaan media virtuil yang digunakan tetapi dalam

pembelajaran peneliti menggunakan metode eksperimen. Setiap kelompok

siswa diberikan media sendiri-sendiri sehingga siswa dapat menampilkan

medianya berulang-ulang dan mendiskusikan materi yang disampaikan lewat

media dalam kelompok sehingga lebih jelas.

3. Penelitian dari Wiwik Winarti, dengan judul Penggunaan Laboratorium Riil

dan Virtual Pada Pembelajaran Kimia Ditinjau dari Motivasi Berprestasi dan

Gaya Belajar Siswa. Pada penelitian Wiwik Winarti, mempunyai kelebihan

penggunaan laboratorium virtuil lebih efektif dari labortorium riil dan

Page 66: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

kemampuan awal tinggi lebih efektif dari kemampuan awal rendah. Perbedaan

peneliti menggunakan variabel gaya belajar dan sikap ilmiah siswa.

4. Penelitian dari Tarno, dengan judul Pembelajaran Fisika Metode Eksperimen

Menggunakan Laboratorium Riil dan Virtual Ditinjau dari Kemampuan

Berpikir dan Kreativitas Peserta Didik. Pada penelitian Tarno, mempunyai

kelebihan pembelajaran dengan metode eksperimen menggunakan media

laboratorium virtual lebih efektif dari pada menggunakan media laboratorium

riil. Kemampuan berpikir dan kreativitas merupakan variabel penting dalam

proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pada

penelitian yang akan peneliti lakukan mempunyai perbedaan variabel

moderator yaitu gaya belajar dan sikap ilmiah siswa.

5. A Virtual reality Laboratory for Distance Education in Chemistry. Simulasi

memainkan peran utama dalam pendidikan tidak hanya menyediakan model

yang realistis, siswa juga dapat berinteraksi untuk mendapatkan pengalaman

dunia nyata. Laboratorium virtuil merupakan lingkungan yang aman di mana

siswa dapat mengulangi proses tanpa resiko dengan tujuan untuk mengetahui

konsep dan teori lebih mudah. Percobaan di laboratorium virtual dapat

mengamati yang sulit atau tidak mungkin untuk dilakukan di laboratorium riil

misalnya laju reaksi yang sangat lambat atau sangat cepat, reaksi kimia yang

komplek dan bahan kimia yang berbahaya.

6. The Chem Collective-Virtual Labs for Introductory Chemistry Courses. Kimia

adalah konsep abstrak dan sulit untuk dibawa ke pengalaman nyata.

Laboratorium virtuil memecahkan masalah dengan menghubungkan konsep-

Page 67: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

konsep abstrak ke percobaan dan aplikasi dunia nyata. Laboratorium virtuil

menantang siswa untuk memecahkan masalah yang lebih efektif.

7. Virtual Computing Laboratories: A Case Study With Comparisons to Physical

Computing Laboratories. Teknologi saat ini memungkinkan sekolah untuk

menyediakan laboratorium virtuil. Siswa menggunakan komputer baik di

dalam maupun di luar kelas untuk melakukan penelitian atau tugas. Kemajuan

dalam jaringan, sistem operasi dan teknologi memungkinkan sekolah membuat

laboratorium virtual.

8. Materials Science Virtual Laboratory as an Example of The Computer Aid in

Material Engineering. Laboratorium virtuil merupakan media didaktik.

Laboratorium virtuil dapat digunakan secara praktis, murah dan mudah.

Laboratorium virtual dapat memotivasi siswa untuk melakukan suatu

percobaan. Pada laboratorium riil diperlukan bahan yang mahal dan resiko

kerusakan alat atau bahan.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, dibuatlah pemikiran

yang merangkaikan teori-teori tersebut sekaligus dapat menghasilkan jawaban

sementara dari permasalahan yang dikemukakan. Adapun kerangka pemikiran

yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium riil dan

laboratorium virtuil terhadap prestasi belajar siswa.

Page 68: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Salah satu materi pembelajaran kimia di SMA adalah laju reaksi yang

bersifat abstrak dan kongkrit serta hitungan (matematika). Hal ini dilakukan

dengan pertimbangan materi ini dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa.

Dalam materi tersebut terdapat konsep, perhitungan dan permasalahan yang

memerlukan pengamatan secara langsung. Penelitian ini menggunakan metode

eksperimen sebagai alternatif metode pembelajaran yang berpusat pada aktivitas

siswa. Dikatakan demikian, karena metode eksperimen merupakan metode

pembelajaran yang menuntut siswa untuk melakukan percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri suatu materi yang sedang dipelajarinya.

Adapun kelebihannya adalah metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas

kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya

menerima dari guru atau buku saja. Selain itu, dengan menggunakan metode

eksperimen, pengetahuan yang diperoleh siswa lebih bermakna dan lebih lama

dapat diingat atau tidak mudah lupa. Dengan demikian, diharapkan akan ada

pengaruh penggunaan metode pembelajaran eksperimen terhadap prestasi belajar

kimia siswa. Apalagi metode ini diimbangi dengan adanya media laboratorium riil

dan virtuil.

Laboratorium riil merupakan laboratorium yang di dalamnya terdapat alat-

alat dan bahan-bahan riil yang digunakan untuk melakukan percobaan. Adapun

kelebihan dari media ini adalah akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan

menguatkan ingatan tentang materi yang dieksperimenkan. Sedangkan

laboratorium virtuil adalah alat-alat dan bahan kimia dalam program komputer

yang dioperasikan dengan komputer. Media ini merupakan salah satu solusi

Page 69: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

melakukan percobaan jika sekolah tidak ada alat dan bahan yang mencukupi.

Kelebihannya adalah biaya lebih murah, waktu relatif singkat, dan memerlukan

ruang yang kecil. Dari penjelasan diatas diduga prestasi belajar siswa lebih baik

menggunakan laboratorium virtuil dibandingkan laboratorium riil.

2. Pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi

belajar siswa.

Gaya belajar dipahami sebagai dengan cara bagaimana siswa lebih mudah

dan lebih senang untuk belajar. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang unik dan

berbeda. Jika siswa mempelajari sesuatu sesuai dengan karakteristik dan gaya

belajarnya sendiri maka informasi yang diperolehnya akan lebih mudah untuk

diterima. Juga siswa akan lebih senang jika ia dibiarkan untuk belajar sesuai

dengan cara atau gaya belajarnya sendiri. Hal tersebut akan berdampak pada hasil

belajar yang diperolehnya. Hasil belajar tersebut tercermin pada prestasi belajar,

yang meliputi aspek kognitif dan afektif. Dengan demikian, gaya belajar visual

dan gaya belajar kinestetik diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi belajar

siswa.

Sikap didefinisikan sebagai keadaan internal seseorang yang

mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya.

Suatu objek atau stimulus merupakan suatu faktor yang dapat menimbulkan suatu

sikap tertentu pada seseorang. Sikap merupakan tenaga pendorong (motif) dari

seseorang untuk timbulnya suatu perbuatan atau tindakan. Berdasarkan hal

tersebut di atas, sikap terhadap objek tertentu tidak hanya merupakan sikap

Page 70: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

pandangan atau sikap perasaan tetapi sikap yang disertai oleh suatu

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi. Dengan

demikian, diduga ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah

terhadap prestasi belajar siswa.

4. Interaksi antara penerapan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dengan

gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa.

Setiap peserta didik memiliki keistimewaan dan keunikan yang berbeda-

beda. Salah satu keunikan tersebut tercermin pada perbedaan cara dari masing-

masing siswa untuk mendapatkan informasi lewat belajar. Karena setiap individu

siswa memiliki cara atau gaya belajar yang tidak sama maka diperlukan metode

dan media pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan masing-masing siswa

tersebut. Siswa dengan gaya belajar visual seharusnya diakomodasi dengan

metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya. Begitupun

dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Siswa dengan gaya belajar

kinestetik juga harus dilayani dengan metode dan media pembelajaran yang sesuai

dengan ciri gaya belajar kinestetik. Tujuannya adalah agar siswa lebih mudah dan

lebih senang untuk belajar memproses informasi dari lingkungannya. Jika siswa

merasa lebih mudah dan senang untuk belajar maka hasil belajar yang diperoleh

juga akan lebih baik. Dengan demikian, diduga ada hubungan antara gaya belajar

dan media pembelajaran terhadap prestasi belajar siswa.

5. Interaksi antara penerapan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dengan

sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.

Page 71: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Sikap merupakan keyakinan seseorang menguasai objek atau situasi yang

relatif tetap (konsisten) dan disertai respon penilaian (menerima atau menolak)

sehingga akan mempengaruhi perilaku seseorang. Sikap terbentuk dan berubah

sejalan dengan perkembangan individu. Sikap juga merupakan hasil belajar

individu melalui interaksi sosial. Dengan demikian, sikap dapat dibentuk dan

diubah melalui pendidikan. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam

membina sikap seseorang yang harus mampu mengubah sikap negatif menjadi

positif dan meningkatkan sikap positif lebih positif. Pendidikan pada suatu

sekolah tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran di kelas. Sedangkan

proses pembelajaran di kelas selalu berhubungan dengan pemilihan metode dan

media pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode dan media pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik siswa akan meningkatkan prestasi belajar kimia siswa.

Dengan demikian, diduga ada hubungan antara media pembelajaran dengan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.

6. Interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

siswa.

Pada alinea sebelumnya telah dijelaskan bahwa pemilihan metode dan

media pembelajaran harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Pemilihan

metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa akan

meningkatkan prestasi belajar siswa. Begitu juga sebaliknya, pemilihan metode

dan media pembelajaran yang kurang sesuai dengan gaya belajar siswa akan

berpengaruh pada hasil belajar yang kurang optimal. Karena gaya belajar dan

sikap ilmiah diduga dapat mempengaruhi hasil prestasi belajar siswa maka kedua

Page 72: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

faktor tersebut juga diduga dapat berinteraksi satu dengan yang lain terhadap

prestasi belajar siswa.

7. Interaksi antara penggunaan laboratorium riil dan laboratorium virtuil dengan

gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar siswa.

Kesimpulan akhir dari bagian ini diperoleh dengan merujuk pada apa yang

telah disampaikan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas

dan satu variabel terikat. Ketiga variabel bebas tersebut telah diungkapkan

pengaruhnya terhadap variabel terikat. Interaksi antar ketiga variabel bebas

terhadap variabel terikat juga telah dibahas sebelumnya. Dengan berpijak pada hal

tersebut di atas maka dapat dinyatakan bahwa diduga ada interaksi antara media

pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia

siswa.

D. Hipotesis

1. Ada pengaruh metode eksperimen dengan menggunakan laboratorium riil dan

laboratorium virtuil terhadap prestasi belajar siswa.

2. Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi

belajar siswa.

3. Ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi

belajar siswa.

4. Ada interaksi antara penerapan laboratorium riil dan laboratorium virtuil

dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Page 73: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

5. Ada interaksi antara penerapan laboratorium riil dan laboratorium virtuil

dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa.

6. Ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar

siswa.

7. Ada interaksi antara penggunaan laboratorium riil dan laboratorium virtuil

dengan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa.

Page 74: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Klaten yang beralamat di Jl.

Merbabu No. 13 Klaten. Dengan beberapa pertimbangan bahwa SMA Negeri 1

Klaten memiliki 7 kelas XI IPA dan sarana prasarana yang memadai untuk

penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran

2010/2011 dengan jadwal kegiatan penelitian tercantum pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2010/2011 bulan

Mei

Juni

Juli

Agst

Sept

Okt

Nop

Des

Jan

Feb

Mar

Aprll

1. Penyusunan Proposal 2. Pembimbingan Proposal 3. Penyusunan Instrumen 4. Seminar Proposal 5. Uji coba Instrumen 6. Analisis uji Coba Instrumen 7. Pelaksanaan Penelitian 8. Pengolahan data penelitian 9. Penulisan laporan

10. Ujian Tesis

B. Populasi, Sampel, dan Tehnik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:

130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 1

Klaten tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 8 kelas program IPA dengan

Page 75: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

jumlah siswa sebanyak 244 siswa. Adapun rincian jumlah siswa pada masing-

masing kelas tercantum pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian No. Kelas Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah 1. XI IPA 1 10 20 30 2. XI IPA 2 14 16 30 3. XI IPA 3 14 18 32 4. XI IPA 4 12 20 32 5. XI IPA 5 14 18 32 6. XI IPA 6 12 20 32 7. XI Akselerasi 11 17 28 8. XI Immersi 6 22 28

Total = 244

2. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi

Arikunto, 2006: 131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan

menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini menghendaki adanya

kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-

kelompok yang ada dalam populasi. Jadi, populasi sengaja dipandang

berkelompok-kelompok kemudian kelompok tersebut tercermin dalam sampel.

Masing-masing kelas dari keseluruhan kelas XI program IPA dipandang sebagai

kelompok-kelompok yang akan dipilih dua kelas secara random (acak) untuk

dijadikan sebagai kelompok sampel. Setelah diundi secara acak, terpilihlah kelas

XI IPA 3 dan XI IPA 6 sebagai kelompok sampel dalam penelitian ini. Kelas XI

IPA 3 sebagai kelas eksperimen pertama menggunakan media pembelajaran riil

dan kelas XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen kedua menggunakan media

pembelajaran virtuil.

Page 76: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

C. Rancangan dan Variabel Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode

eksperimen melalui media laboratorium riil dan virtuil untuk meningkatkan

prestasi belajar kimia siswa. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah

penelitian eksperimen (experimental research) dengan pertimbangan bahwa

penelitian ini berusaha untuk mengetahui pengaruh antara suatu variabel terhadap

variabel lainnya. Menurut Donald Ary et.al (2005: 337) penelitian eksperimen

adalah kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis. Penelitian

ini bersifat eksperimental karena hasil penelitian ini akan menegaskan perbedaan

variabel yang diteliti, yaitu pembelajaran dengan metode eksperimen melalui

laboratorium riil dan virtuil. Pada penelitian ini, gaya belajar dibatasi pada gaya

belajar visual dan kinestetik. Sikap ilmiah siswa dikategorikan menjadi sikap

ilmiah tinggi dan rendah. Berkaitan dengan hal tersebut maka rancangan

penelitian ini dapat disajikan seperti tabel 3.3.

Tabel 3.3 Rancangan Penelitian

A

A1 A2

B

B1 A1B1 A2B1

B2 A1B2 A2B2

C

C1 A1C1 A2C1

C2 A1C2 A2C2

Page 77: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Tabel 3.3 di atas menunjukkan tata letak rancangan penelitian. Variabel

bebas dalam penelitian ini masing-masing dikelompokkan menjadi dua bagian.

Variabel bebas tersebut antara lain: media pembelajaran (A), gaya belajar (B), dan

sikap ilmiah (C). Media pembelajaran yang digunakan ada dua macam, yaitu

media laboratorium riil (A1) dan virtuil (A2); gaya belajar yang digunakan adalah

gaya belajar visual (B1) dan kinestetik (B2); serta sikap ilmiah siswa

dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan rendah (C2).

2. Variabel Penelitian

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung)

adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi variabel independen.

Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau

independent variabel, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau

variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel. Variabel dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

a. Variabel bebas: media laboratorium riil dan media laboratorium virtuil.

b. Variabel moderator: gaya belajar dan sikap ilmiah siswa.

c. Variabel terikat: prestasi belajar kimia siswa dalam ranah kognitif dan afektif.

D. Definisi Operasional Variabel

Beberapa istilah dan variabel yang perlu didefinisikan dalam penelitian ini

antara lain:

Page 78: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

1. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau langkah yang dilakukan guru

dalam usahanya untuk membelajarkan siswa atau peserta didik guna

meningkatkan proses pembelajaran yang efektif sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai dengan baik.

2. Metode eksperimen adalah metode pembelajaran yang menekankan siswa

untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

secara langsung sesuatu yang dipelajari.

3. Media pembelajaran adalah wahana atau sarana komunikasi informasi yang

ingin disampaikan dan diteruskan oleh sumber pesan (guru) kepada penerima

pesan (siswa).

4. Laboratorium adalah suatu tempat dilakukannya percobaan dan penelitian.

Media laboratorium yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu

media laboratorium riil dan virtuil.

a. Laboratorium riil adalah laboratorium yang di dalamnya terdapat alat-alat dan

bahan-bahan riil yang digunakan untuk melakukan percobaan.

b. Laboratorium virtuil adalah alat-alat dan bahan kimia dalam program komputer

yang dioperasikan dengan komputer.

5. Gaya belajar adalah dengan cara bagaimana seseorang lebih mudah dan lebih

senang untuk belajar. Gaya belajar dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu

gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik.

a. Gaya belajar visual adalah cara belajar yang lebih mudah diterima oleh siswa

jika dengan melihat.

Page 79: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

b. Gaya belajar kinestetik adalah cara belajar yang lebih mudah diterima oleh

siswa jika dilakukan dengan cara total terlibat melakukan (secara fisik) apa

yang sedang dicoba fahami.

6. Sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan atau dorongan seseorang untuk

berperilaku dan mengambil tindakan pemikiran ilmiah yang sesuai dengan

metode ilmiah.

7. Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa yang berupa seperangkat

pengetahuan atau keterampilan, setelah siswa tersebut mengalami proses

belajar. Prestasi belajar kimia dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu

aspek kognitif dan afektif.

a. Aspek kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat melalui kemampuan

berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami,

mengaplikasi, menganlisis, mensintesis, dan mengevaluasi.

b. Aspek afektif adalah perilaku yang merupakan aktualisasi yang banyak

berkaitan dengan aspek nilai, perasaan, minat, sikap, dan emosi seseorang yang

muncul saat terjadi proses interaksi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diungkap dalam penelitian dapat berupa fakta, pendapat, dan

kemampuan. Metode pengumpulan data dari ketiga jenis data tersebut berbeda

satu dengan yang lain. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tersebut

antara lain berupa teknik dokumentasi, teknik angket, dan teknik tes. Teknik-

teknik tersebut diuraikan sebagai berikut:

Page 80: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

1. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi berarti barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan metode

dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

notulen, catatan harian, gambar, foto, dan sebagainya. Metode ini digunakan

untuk mengetahui proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Adapun jenis

dokumentasi yang diperlukan adalah foto proses pembelajaran siswa dengan

metode eksperimen melalui media laboratorium riil dan virtuil.

2. Teknik Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pernyataan atau pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini, angket

digunakan untuk mengetahui gaya belajar, sikap ilmiah, dan prestasi belajar kimia

siswa pada ranah afektif. Bentuk angket yang digunakan berupa angket tertutup

dengan empat alternatif jawaban. Sebelum angket ini digunakan untuk mengambil

data penelitian, terlebih dahulu angket diujicobakan untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas angket.

3. Teknik Tes

Tes adalah sejumlah pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki individu atau kelompok. Teknik tes ini digunakan untuk

memperoleh data prestasi belajar kimia siswa pada ranah kognitif. Bentuk soal tes

berupa tes objektif pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dan hanya ada

satu jawaban yang benar. Soal-soal tersebut disesuaikan dengan kisi-kisi soal yang

Page 81: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

telah peneliti susun berdasarkan pada silabus dan indikator yang terdapat pada

setiap kompetensi dasar. Sebelum diujikan pada sampel penelitian, terlebih dahulu

soal tes diujicobakan untuk menentukan validitas dan reliabilitas yang pada

akhirnya dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

diolah. Berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, instrumen penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan

pembelajaran dan instrumen pengambilan data.

1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran

Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif sesuai

dengan rencana dan hasil yang diharapkan maka perlu adanya instrumen

pembelajaran dalam penelitian ini, yang meliputi:

a. Silabus yaitu rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

dengan tema tertulis yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,

materi pembelajaran, indikator, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

dikembangkan dalam setiap satuan pendidikan.

b. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau lebih dikenal dengan rencana

pembelajaran (RP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan

Page 82: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus.

c. Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah alat bantu dalam kegiatan belajar

mengajar agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif.

2. Instrumen Pengambilan Data

a. Angket

Penelitian ini menggunakan angket tertutup dalam bentuk skala sikap atau

likert, berupa pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya berbentuk skala

deskriptif. Angket tertutup ini digunakan untuk mengungkap data tentang variabel

moderator, yaitu gaya belajar dan sikap ilmiah siswa. Gaya belajar

dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu gaya belajar visual dan gaya belajar

kinestetik. Sikap ilmiah siswa juga dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu

sikap ilmiah tinggi dan rendah. Selain itu, angket juga digunakan untuk

mengungkap data tentang prestasi belajar siswa dalam ranah afektif.

b. Tes

Instrumen berbentuk tes digunakan untuk mengetahui hasil prestasi belajar

siswa pada ranah kognitif. Tes prestasi belajar kognitif siswa dalam penelitian ini

terdiri dari 25 soal pilihan ganda. Jika jawaban benar skor 4, jika salah skor 0,

sehingga skor maksimal 100 dan skor minimal 0.

G. Uji Coba Instrumen

Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena

data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat

Page 83: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

pembuktian hipotesis. Benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya

hasil penelitian. Sedang benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya

instrumen pengumpulan data.

Instrumen yang baik memenuhi 5 kriteria, yaitu: (1) validitas, yaitu sejauh

mana data yang ditampung pada suatu tes atau kuesioner akan mengukur yang

ingin diukur; (2) reliabilitas, yaitu sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif

konsisten apabila alat ukur digunakan berulang kali; (3) sensitivitas, yaitu

kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi; (4) objektivitas, yaitu

data yang diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian yang subjektif; dan (5)

fisibilitas, yaitu berkenaan dengan teknis pengisian kuesioner serta penggunaan

sumber daya dan waktu. Sebelum digunakan, instrumen penelitian ini akan diuji

dengan uji validitas dan uji reliabilitas yang diujicobakan kepada responden

populasi peserta didik kelas XI IPA pada SMA Negeri 1 Purwokerto.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan butir soal instrumen. Instrumen yang dimaksud antara lain: angket

gaya belajar, sikap ilmiah, prestasi afektif, dan tes kognitif. Suatu instrumen yang

valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006: 168). Uji validitas

instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu

mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur.

Pengujian ini digunakan rumus korelasi product moment dengan angka

kasar yang dikemukakan oleh Arikunto (2006: 170) seperti berikut:

Page 84: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

rƃ7 = J∑ƃ7能(∑ƃ)((∑7)瞬誓试J∑ƃ潜守能(∑ƃ)潜}誓试J∑7潜守能(∑7)潜奏 Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi suatu butir

N = Cacah objek

x = Skor Butir

y = Skor total

Uji validitas adalah uji tentang kemampuan suatu angket sehingga benar-

benar dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sebuah instrumen dikatakan valid

jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari

variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas menunjukkan sejauh

mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas

yang dimaksud.

Jika r (korelasi), dengan item tersebut valid. Besarnya r tiap butir

pertanyaan dapat dilihat dari SPSS pada kolom Corrected Items Correlation.

Kriteria uji validitas secara singkat (rule of tumb) adalah 0,361. Jika Korelasi

sudah lebih besar dari 0,361 maka pertanyaan yang dibuat dikatagorikan valid.

Tabel 3.4 menampilkan ringkasan hasil uji validitas instrumen pengambilan data.

Page 85: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen Pengambilan Data

No. Instrumen

Pengambilan Data Nomor Soal yang

Valid Jumlah

Nomor Soal yang Tidak Valid

Jumlah Total

1. Gaya Belajar 1, 2, 6, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24

17 3, 4, 5, 7, 10, 13, 22

7 24

2. Sikap Ilmiah 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 40, 42, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 57, 58, 60

43 1, 3, 7, 8, 27, 35, 38, 39, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 53, 56, 59

17 60

3. Prestasi Afektif 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16

14 1, 4 2 16

4. Prestasi Kognitif 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25

21 9, 11, 12, 23 4 25

Dari tabel 3.4 terlihat bahwa pada angket gaya belajar, terdapat tujuh item

soal yang tidak valid dengan nomor soal 3, 4, 5, 7, 10, 13, 22. Pada angket sikap

ilmiah, ada tujuh belas item soal yang tidak valid dengan nomor soal 1, 3, 7, 8, 27,

35, 38, 39, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 53, 56, 59. Pada angket prestasi afektif, ada dua

item soal yang tidak valid dengan nomor soal 1 dan 4. Pada soal tes prestasi

kognitif, ada empat item soal yang tidak valid dengan nomor soal 9, 11, 12, 23.

Dari beberapa soal yang tidak valid tersebut kemudian dilakukan revisi. Revisi

dilakukan dengan cara mengubah redaksi kalimat soal yang kurang jelas atau

memperbaiki soal yang terlalu mudah dengan memperhatikan daya beda dan

korelasi butir soal. Dengan demikian, soal-soal tersebut dapat dianggap valid dan

dapat digunakan untuk mengambil data penelitian.

Page 86: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan alat

ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau

keajegan yang tinggi jika dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan

untuk meramalkan (predictability). Dengan demikian, alat ukur tersebut akan

memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan

hasil yang serupa apabila digunakan berkali-kali. Suatu alat ukur atau instrumen

dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur tersebut selalu

memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali, baik oleh peneliti

yang sama maupun oleh peneliti yang berbeda. Oleh karena itu, pengujian

reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi

atau keajegan hasil pengukuran yang digunakan. Alat ukur yang reliabel berarti

akan memberikan hasil pengukuran yang relatif sama apabila dilakukan

pengulangan atas penggunaan alat ukur tersebut. Reliabilitas menunjukkan pada

suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data yang tidak bersifat tendensius atau mengarahkan

responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang reliabel akan

menghasilkan data yang sesuai dengan kondisi sesungguhnya.

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan angket.

Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen yang berbentuk tes

berbeda dengan instrumen bentuk angket. Untuk menguji reliabilitas instrumen

bentuk tes digunakan persamaan Spearman-Brown atau teknik belah dua ganjil-

genap (Suharsimi Arikunto, 2006: 180). Dengan teknik belah dua ganjil-genap,

Page 87: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

peneliti mengelompokkan skor butir bernomor ganjil sebagai belahan pertama dan

kelompok skor butir bernomor genap sebagai belahan kedua. Langkah selanjutnya

adalah mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua, dan

akan diperoleh nilai rxy. Oleh karena indeks korelasi yang diperoleh baru

menunjukkan hubungan antara dua belahan instrumen maka untuk memperoleh

indeks reliabilitas soal masih harus menggunakan persamaan (3.2).

ryy N 2xry挠y挠纵1十ry挠y挠邹 pers. (3.2)

Persamaan (3.2) menunjukkan rumus reliabilitas instrumen (r11) yang

dikemukakan oleh Spearman-Brown. Reliabilitas instrumen dinyatakan dengan

nilai r11 yaitu indeks reliabilitas soal. Indeks reliabilitas soal (r11) tersebut hanya

ditentukan oleh indeks korelasi antara dua belahan instrumen .

Teknik belah dua ganjil-genap dengan persamaan (3.2) tersebut hanya

dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen bentuk tes yang skornya 1

dan 0. Sedangkan untuk instrumen bentuk angket yang skornya merupakan

rentangan antara beberapa nilai (misal: 1 – 4) maka digunakan rumus Alpha.

Rumus Alpha merupakan salah satu rumus untuk menguji reliabilitas instrumen

yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Rumus

Alpha tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan (3.3).

ryy N 纵 nn 石1邹纵1石∑σ凝挠σ疟挠邹 pers. (3.3)

Page 88: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Persamaan (3.3) menunjukkan rumus reliabilitas instrumen yang

dinyatakan dengan nilai r11. Nilai r11 merupakan indeks reliabilitas soal yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: banyaknya butir soal (n), jumlah

varians butir ( ), dan varians total ( ). Sedangkan rumus varians butir

dinyatakan dalam bentuk persamaan (3.4).

R凝挠N ∑ x挠石纵∑ x邹挠NN pers. (3.4)

Persamaan (3.4) merupakan rumus varians setiap butir soal ( ) dengan

variabel (X) merupakan jumlah skor setiap siswa pada soal ke-n dan (N)

merupakan jumlah siswa.

Keputusan:

r alpha positif dan rhitung > rtabel maka item tersebut reliabel

r alpha negatif dan rhitung < rtabel maka item tersebut tidak reliabel

Reliabilitas instrumen (r11) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

0,91 – 1,00 = Sangat tinggi

0,71 – 0,90 = Tinggi

0,41 – 0,70 = Cukup

0,21 – 0,40 = Rendah

Negatif – 0,20 = Sangat rendah

Tabel 3.5 merupakan ringkasan hasil uji reliabilitas instrumen secara

keseluruhan.

Page 89: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pengambilan Data No. Instrumen rhitung rtabel Keputusan Kategori 1. Gaya Belajar 0,47 0,363 Reliabel Cukup 2. Sikap Ilmiah 0,85 0,363 Reliabel Tinggi 3. Prestasi Afektif 0,88 0,363 Reliabel Tinggi 4. Prestasi Kognitif 0,87 0,363 Reliabel Tinggi

Tabel 3.5 menunjukkan bahwa instrumen angket gaya belajar memiliki

reliabilitas rhitung sebesar 0,47. Dengan mengacu pada klasifikasi reliabilitas yang

ada maka dapat diputuskan bahwa instrumen tersebut tingkat reliabilitasnya

tergolong cukup. Sementara itu, instrumen sikap ilmiah, prestasi afektif, dan

prestasi kognitif memiliki reliabilitas rhitung masing-masing sebesar 0,85; 0,88; dan

0,87 sehingga dapat diputuskan bahwa ketiga instrumen tersebut tergolong tinggi

reliabilitasnya. Dengan demikian, keempat instrumen pengambilan data tersebut

memenuhi syarat uji coba reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk

mengambil data penelitian.

3. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai

(berkemampuan rendah). Dalam hal ini siswa yang pandai memperoleh skor yang

lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang kurang pandai. Para pengikut

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas berkemampuan tinggi dan

kelompok bawah berkemampuan rendah. Masing-masing kelompok diambil 27%

dari pengikut secara keseluruhan. Daya pembeda dihitung dengan persamaan

(3.5).

DP = �抢J抢− �橇J橇 pers. (3.5)

Page 90: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Persamaan (3.5) merupakan persamaan untuk menentukan daya pembeda

atau indeks diskriminasi soal yang dinyatakan dengan DP. DP atau daya pembeda

merupakan perbandingan antara jumlah jawaban benar pada kelompok atas (BA)

dengan jumlah pengikut pada kelompok atas (NA), dikurangi dengan

perbandingan antara jumlah jawaban benar pada kelompok bawah (BB) dengan

jumlah pengikut pada kelompok bawah (NB).

Daya pembeda soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 = soal jelek

0,21 ≤ DP ≤ 0,40 = soal cukup

0,41 ≤ DP ≤ 0,70 = soal baik

0,71 ≤ DP ≤ 1,00 = soal sangat baik (exelent)

Distribusi daya beda soal untuk tes prestasi kognitif disajikan pada tabel

3.6.

Tabel 3.6 Distribusi Daya Beda Instrumen Tes

No. Instrumen Tes Kualifikasi Daya

Beda Nomor Soal Jumlah

1. Prestasi Kognitif Jelek 9, 12, 22, 23 4 Cukup 2, 3, 5, 6, 11, 16, 25 7 Baik 1, 4, 7, 8, 10, 13, 17, 18, 19,

20, 21, 24 12

Sangat Baik 14, 15 2 Total = 25

Tabel 3.6 di atas menunjukkan bahwa instrumen tes prestasi kognitif

dengan kualifikasi daya beda jelek hanya berjumlah empat soal (nomor soal 9, 12,

22, 23) atau sebesar 16% dari keseluruhan soal tes prestasi kognitif yang ada.

Secara umum, instrumen tes tersebut telah memenuhi uji daya beda sehingga

cukup untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang

Page 91: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

kurang pandai. Item soal dengan kualifikasi daya beda jelek tetap digunakan

untuk mengambil data penelitian karena soal-soal tersebut dibuat sesuai dengan

kisi-kisi materi yang ada dan mendekati valid.

4. Analisis Tingkat Kesukaran

Soal yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur adalah soal yang

mempunyai derajat kesukaran yang memadai, dalam arti soal tidak terlalu sulit

dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks

kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.

Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan (3.6).

IK = �峭J pers. (3.6)

Persamaan (3.6) merupakan persamaan untuk menentukan tingkat

kesukaran suatu soal yang dinyatakan dengan nilai IK. Indeks kesukaran soal (IK)

merupakan nilai perbandingan antara jumlah siswa yang menjawab benar (BN)

dengan jumlah keseluruhan siswa (N). Dengan demikian, indeks kesukaran soal

dipengaruhi oleh jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah keseluruhan

siswa. Semakin banyak jumlah siswa yang menjawab benar suatu soal maka

semakin besar pula nilai IK pada soal tersebut, begitu juga sebaliknya.

Indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

0% - 30,99% = soal kategori sulit

31% - 70,99% = soal kategori sedang

71% - 100% = soal kategori mudah

Uji taraf kesukaran hanya diujikan pada instrumen yang berbentuk tes

karena instrumen tes ini akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.

Page 92: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Dengan demikian, perlu adanya gambaran dari hasil uji taraf kesukaran ini untuk

mengetahui distribusi tingkat kesukaran soal. Tabel 3.7 merupakan tabel distribusi

tingkat kesukaran instrumen berbentuk tes.

Tabel 3.7 Distribusi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes

No. Instrumen Tes Tingkat

Kesukaran Nomor Soal Jumlah

1. Prestasi Kognitif Sulit 24 1 Sedang 4, 7, 9, 10, 11, 12, 19, 23 8 Mudah 1, 2, 3, 5, 6, 8, 13, 14, 15,

16, 17, 18, 20, 21, 22, 25 16

Total = 25

Dari tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa instrumen tes prestasi kognitif

mempunyai distribusi soal yang tidak seimbang. Jumlah soal dengan kategori

mudah lebih banyak dibandingkan dengan soal kategori sulit dan sedang. Suatu

instrumen tes dikatakan memiliki distribusi tingkat kesukaran soal yang baik jika

soal dengan kategori sedang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan soal

kategori sulit dan mudah. Sebagai gambaran, distribusi tingkat kesukaran

instrumen tes yang baik harus mengikuti bentuk kurva normal. Karena soal

dengan kategori mudah jumlahnya lebih banyak, maka langkah yang harus

ditempuh adalah memilih beberapa soal kategori mudah untuk kemudian

dinaikkan tingkat kesukarannya menjadi soal dengan kategori sedang atau sulit.

Tujuannya agar distribusi soal dengan tingkat kesukaran mudah, sedang, dan sulit

dapat mengikuti kaidah bentuk kurva normal

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Page 93: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data masing-masing

variabel berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan

Uji Liliefors yang dirumuskan:

L hitung = | Fo( X1 ) – S ( X )

1) Hipotesis:

H0 : Skor tes prestasi belajar kimia tidak berdistribusi normal

H1 : Skor tes prestasi belajar kimia berdistribusi normal

2) Taraf signifikansi, α = 5%

3) Daerah penerimaan Ho : jika Lmak < Ltabel data memiliki distribusi tidak

normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai

variansi sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji

Bartlett (Budiyono, 2004: 170-171) yang prosedurnya adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0 : ≠ (populasi-populasi tidak homogen)

H1 : = (populasi-populasi homogen)

2) Statistik uji

B2 N 2.203规 足归logƦog石素 归鬼癸跪龟滚鬼2卒

dengan:

k = banyaknya sampel

Page 94: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

f = derajat kebebasan untuk TKG = N-k

fj = derajat kebebasan untuk sj2 = nj-1

j = 1, 2

n = banyaknya seluruh nilai (ukuran)

nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

Sª N 顺nª ∑ xª挠石纵∑ xª邹nª纵nª 石1邹

C N 1 十 y脑纵瓶能评邹收∑ y坪鳃石 y∑坪鳃寿

RKG N ∑¿¿撒∑坪鳃 ∶ 滚滚坪N ∑果凭挠石试∑铺鳃守潜坡鳃 N 纵柜石1邹 3) Taraf signifikansi: α = 0,05

4) Daerah kritik, DK N 走X2特贯挠矢贯挠频y纵瓶能y邹 5) Keputusan Uji H0 ditolak jika X2 DK

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan

dan uji lanjut anava jika antar media pembelajaran, gaya belajar, dan sikap ilmiah

terdapat pengaruh yang signifikan.

a. Uji Anava Tiga Jalan

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang

telah diajukan ditolak atau tidak ditolak. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari

tiga variabel bebas yang meliputi media pembelajaran, gaya belajar, dan sikap

ilmiah siswa. Media pembelajaran yang digunakan adalah media riil (A1) dan

media virtuil (A2). Gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu

Page 95: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

gaya belajar visual (B1) dan kinestetik (B2). Sikap ilmiah siswa dikelompokkan

menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi (C1) dan kategori rendah (C2). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar kimia siswa pada aspek kognitif

dan afektif. Tata letak data penelitian terdistribusi seperti pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Tata Letak Data Penelitian Prestasi Kognitif Metode Eksperimen

Media Riil (A1)

Media Virtuil (A2)

Gaya Belajar Visual

(B1)

Sikap Ilmiah Tinggi (C1)

A1 B1 C1 A2 B1 C1

Sikap Ilmiah Rendah (C2)

A1 B1 C2 A2 B1 C2

Gaya Belajar Kinestetik

(B2)

Sikap Ilmiah Tinggi (C1)

A1 B2 C1 A2 B2 C1

Sikap Ilmiah Rendah (C2)

A1 B2 C2 A2 B2 C2

Masing-masing sel atau kotak pada tabel 3.8 di atas berisi lambang yang

berbeda-beda. Lambang-lambang tersebut menunjukkan interaksi antar ketiga

variabel terhadap prestasi kognitif. Sel pertama dengan lambang A1 B1 C1

menunjukkan interaksi antar media pembelajaran riil, gaya belajar visual, dan

sikap ilmiah tinggi terhadap prestasi kognitifnya. Artinya, pada sel tersebut

terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan media riil (A1), memiliki gaya

belajar visual (B1), dan sikap ilmiah tinggi (C1). Sel kedua dengan lambang A2 B1

C1 mengandung pengertian bahwa pada sel tersebut terdapat kelompok siswa yang

dibelajarkan dengan media virtuil (A2), memiliki gaya belajar visual (B1), dan

sikap ilmiah tinggi (C1). Begitu pula dengan sel-sel yang lainnya.

Page 96: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Tabel 3.9 Tata Letak Data Penelitian Prestasi Afektif Metode Eksperimen

Media Riil (A1)

Media Virtuil (A2)

Gaya Belajar Visual

(B1)

Sikap Ilmiah Tinggi (C1)

A1 B1 C1 A2 B1 C1

Sikap Ilmiah Rendah (C2)

A1 B1 C2 A2 B1 C2

Gaya Belajar Kinestetik

(B2)

Sikap Ilmiah Tinggi (C1)

A1 B2 C1 A2 B2 C1

Sikap Ilmiah Rendah (C2)

A1 B2 C2 A2 B2 C2

Seperti pada tabel 3.8, masing-masing sel atau kotak pada tabel 3.9 juga

berisi lambang yang berbeda-beda. Lambang-lambang tersebut menunjukkan

interaksi antar ketiga variabel terhadap prestasi afektif. Sel pertama dengan

lambang A1 B1 C1 menunjukkan interaksi antar media pembelajaran riil, gaya

belajar visual, dan sikap ilmiah tinggi terhadap prestasi afektifnya. Artinya, pada

sel tersebut terdapat kelompok siswa yang dibelajarkan dengan media riil (A1),

memiliki gaya belajar visual (B1), dan sikap ilmiah tinggi (C1). Sel kedua dengan

lambang A2 B1 C1 mengandung pengertian bahwa pada sel tersebut terdapat

kelompok siswa yang dibelajarkan dengan media virtuil (A2), memiliki gaya

belajar visual (B1), dan sikap ilmiah tinggi (C1). Begitu pula dengan sel-sel yang

lainnya.

Pengujian hipotesis prestasi kognitif dilakukan dengan langkah sebagai

berikut:

1) Menentukan hipotesis

a) Hipotesis nol (H0)

H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode eksperimen melalui media riil

dan virtuil terhadap prestasi kognitif siswa.

Page 97: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

H02: Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik

terhadap prestasi kognitif siswa.

H03: Tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap

prestasi kognitif siswa.

H012: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar

terhadap prestasi kognitif siswa.

H013: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi kognitif siswa.

H023: Tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi kognitif siswa.

H0123: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif siswa.

b) Hipotesis alternatif (H1)

H11: Ada pengaruh penggunaan metode eksperimen melalui media riil dan

virtuil terhadap prestasi kognitif siswa.

H12: Ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap

prestasi kognitif siswa.

H13: Ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap

prestasi kognitif siswa.

H112: Ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap

prestasi kognitif siswa.

H113: Ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi kognitif siswa.

Page 98: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

H123: Ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi kognitif siswa.

H1123: Ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap

ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif siswa.

2) Menentukan statistik uji

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) tiga

jalan dengan General Linear Model (GLM) yang perhitungannya dilakukan

dengan program Minitab 15 series.

3) Menetapkan taraf signifikansi (α)

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini, taraf signifikansi (α) yang

digunakan adalah 0,05 atau 5%.

4) Menentukan keputusan uji

Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria: jika p-value < 0,05 maka

hipotesis nol (H0) ditolak.

b. Uji lanjut Anava

Jika dalam pengujian hipotesis, ternyata hipotesis nol (H0) ditolak yang

berarti hipotesis alternatif (H1) tidak ditolak, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk

mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.

Uji lanjut Anava dilakukan dengan metode Analysis of Mean (ANOM) pada

program Minitab 15 series.

Page 99: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari nilai gaya belajar

siswa, sikap ilmiah siswa, dan nilai prestasi belajar kimia siswa pada pokok

bahasan laju reaksi. Data tersebut diperoleh dari siswa kelas XI IPA 3 sebagai

kelas eksperimen I yang dikenai treatment (perlakuan) dengan media riil dan kelas

XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen II yang dikenai treatment (perlakuan) dengan

media virtuil.

1. Data Gaya Belajar Siswa

Dalam penelitian ini, data gaya belajar siswa diperoleh dari angket gaya

belajar. Gaya belajar siswa hanya dibatasi pada gaya belajar visual dan kinestetik.

Pengelompokan tipe atau gaya belajar masing-masing siswa didasarkan pada

indikator dari masing-masing gaya belajar tersebut pada angket. Siswa

dikategorikan memiliki gaya belajar visual jika nilai angket gaya belajar pada tipe

visual lebih dominan atau lebih baik jika dibandingkan dengan tipe kinestetiknya.

Sementara itu, siswa dikategorikan memiliki gaya belajar kinestetik jika nilai

angket gaya belajar pada tipe kinestetik lebih dominan atau lebih baik jika

dibandingkan dengan tipe visualnya.

Tabel 4.1 Jumlah Siswa dengan Gaya Belajar Visual dan Kinestetik

Gaya Belajar Laboratorium Riil Laboratorium Virtuil

Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Visual 17 53,125 % 16 50,000 %

Kinestetik 15 46,875 % 16 50,000 %

Page 100: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

2. Data Sikap Ilmiah Siswa

Data sikap ilmiah siswa diperoleh dari angket sikap ilmiah responden.

Sikap ilmiah siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu sikap ilmiah

dengan kategori tinggi dan sikap ilmiah dengan kategori rendah. Pengelompokan

jenis kategori ini didasarkan pada nilai rata-rata angket sikap ilmiah dari kedua

kelompok sampel. Siswa dikategorikan memiliki sikap ilmiah tinggi jika nilai

sikap ilmiahnya lebih besar atau sama dengan nilai rerata sikap ilmiah kedua

kelompok sampel, dan siswa dikategorikan memiliki sikap ilmiah rendah jika nilai

sikap ilmiahnya lebih kecil dari nilai rerata sikap ilmiah kedua kelompok sampel.

Deskripsi data sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3.

Tabel 4.2 Deskripsi Data Sikap Ilmiah Siswa

Kelas Jumlah Rerata Standar Deviasi

Minimum Maksimum Median

Riil 32 184,25 11,04 158,00 212,00 182,50 Virtuil 32 183,28 9,32 157,00 200,00 184,00

Tabel 4.2 menunjukkan deskripsi data sikap ilmiah siswa. Data sikap

ilmiah siswa tersebut dikelompokkan berdasarkan pada kelompok sampel yang

ada, yaitu data sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan media laboratorium

riil dan data sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan media laboratorium

virtuil. Sikap ilmiah siswa pada kelompok eksperimen laboratorium riil memiliki

rerata (.伸) sebesar 184,25 sedangkan pada kelompok eksperimen laboratorium

virtuil .伸 sebesar 183,28.

Tabel 4.3 Jumlah Siswa dengan Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah

Sikap Ilmiah Laboratorium Riil Laboratorium Virtuil

Frekuensi Prosentase Frekuensi Prosentase Tinggi 16 50,000 % 17 53,125 %

Rendah 16 50,000 % 15 46,875 % Jumlah 32 100 % 32 100 %

Page 101: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Tabel 4.3 menunjukkan data sikap ilmiah siswa yang dikelompokkan

berdasarkan kategori tinggi dan kategori rendah. Setelah dilakukan perhitungan,

ternyata diperoleh nilai rerata (.伸) sikap ilmiah siswa dari kedua kelompok sampel

sebesar 183,77. Dengan demikian, siswa dikatakan memiliki sikap ilmiah kategori

tinggi jika nilai sikap ilmiahnya ≥ 183,77 sedangkan siswa dikatakan memiliki

sikap ilmiah kategori rendah jika nilai sikap ilmiahnya < 183,77. Setelah

dikelompokkan berdasarkan pada acuan nilai rerata (.伸) tersebut maka diperoleh

data seperti yang tercantum pada tabel 4.3. Pada kelompok laboratorium riil,

siswa yang memiliki sikap ilmiah dengan kategori tinggi sejumlah 16 (enam

belas) siswa atau sebesar 50,00% sedangkan siswa yang memiliki sikap ilmiah

dengan kategori rendah sejumlah 16 (enam belas) siswa atau sebesar 50,00%.

Pada kelompok laboratorium virtuil, siswa yang memiliki sikap ilmiah dengan

kategori tinggi sejumlah 17 (tujuh belas) siswa atau sebesar 53,125% sedangkan

siswa yang memiliki sikap ilmiah dengan kategori rendah sejumlah 15 (lima

belas) siswa atau sebesar 46,875 %.

3. Data Prestasi Belajar Kimia

Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru. Seseorang dikatakan belajar jika

menunjukkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan

perilaku ini sebagai akibat pengalaman yang diperolehnya. Bila seseorang telah

menunjukkan perubahan perilaku dalam suasana yang serupa pada dua waktu

yang berbeda, orang tersebut dikatakan telah belajar. Perubahan tingkah laku

Page 102: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut sikap (afektif). Perubahan

yang diperoleh setelah proses belajar kimia dapat berupa pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, maupun sikap yang berhubungan dengan pelajaran

kimia. Dalam penelitian ini, prestasi belajar kimia siswa meliputi aspek kognitif

dan afektif. Untuk memudahkan pembacaan data, ringkasan prestasi hasil belajar

kimia siswa tersebut disajikan pada tabel 4.4 dan 4.5.

Tabel 4.4 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa

Kelas Jumlah Rerata Standar Deviasi

Minimum Maksimum Median

Riil 32 63,25 10,92 44,00 96,00 60,00 Virtuil 32 67,63 11,69 44,00 96,00 68,00

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Lab. Riil

Nilai Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Prosentase

44 – 52 5 48 5 15,625 % 53 – 61 13 57 18 40,625 % 62 – 70 8 66 26 25,000 % 71 – 79 4 75 30 12,500 % 80 – 88 0 84 30 0,000 % 89 – 97 2 93 32 6,250 % Jumlah 32 - - 100 %

Series1, 44-52 , 5

Series1, 53-61, 13

Series1, 62-70, 8

Series1, 71-79, 4

Series1, 80-88, 0

Series1, 89-97, 2

Frek

uens

i

Interval Nilai

Histogram Kognitif - Riil

Page 103: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Gambar 4.1 Histogram Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas Laboratorium Riil

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas Lab. Virtuil

Nilai Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif

Prosentase

44 – 52 4 48 4 12,500 % 53 – 61 5 57 9 15,625 % 62 – 70 11 66 20 34,375 % 71 – 79 8 75 28 25,000 % 80 – 88 2 84 30 6,250 % 89 – 97 2 93 32 6,250 % Jumlah 32 - - 100 %

Gambar 4.2 Histogram Prestasi Kognitif Siswa pada Kelas Laboratorium Virtuil

Tabel 4.4 menunjukkan deskripsi data prestasi kognitif siswa. Data

prestasi kognitif siswa tersebut dikelompokkan berdasarkan pada kelompok

sampel yang ada, yaitu data prestasi kognitif siswa yang dibelajarkan dengan

media laboratorium riil dan data prestasi kognitif siswa yang dibelajarkan dengan

media laboratorium virtuil. Prestasi kognitif siswa pada kelompok media riil

memiliki rerata (.伸) sebesar 63,25 sedangkan pada kelompok media virtuil (.伸)

sebesar 67,63.

Series1, 44-52 , 4

Series1, 53-61, 5

Series1, 62-70, 11

Series1, 71-79, 8

Series1, 80-88, 2

Series1, 89-97, 2

Frek

uens

i

Interval Nilai

Histogram Kognitif - Virtuil

Page 104: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Afektif Siswa

Kelas Jumlah Rerata Standar Deviasi

Minimum Maksimum Median

Riil 32 51,594 3,281 45,000 58,000 52,000 Virtuil 32 48,125 2,791 41,000 54,000 48,000

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Lab. Riil

Nilai Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif

Prosentase

45 – 47 3 46 3 9,375 % 48 – 50 9 49 12 28,125 % 51 – 53 11 52 23 34,375 % 54 – 56 8 55 31 25,000 % 57 – 59 1 58 32 3,125 % Jumlah 32 - - 100 %

Gambar 4.3 Histogram Prestasi Afektif Siswa pada Kelas Laboratorium Riil

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Kelas Lab. Virtuil

Nilai Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif

Prosentase

41 – 43 1 42 1 3,125 % 44 – 46 7 45 8 21,875 % 47 – 49 14 48 22 43,750 % 50 – 52 8 51 30 25,000 % 53 – 55 2 54 32 6,250 % Jumlah 32 - - 100 %

Series1, 45-47, 3

Series1, 48-50, 9

Series1, 51-53, 11

Series1, 54-56, 8

Series1, 57-59, 1

Frek

uens

i

Interval Nilai

Histogram Afektif - Riil

Page 105: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Gambar 4.4 Histogram Prestasi Afektif Siswa pada Kelas Laboratorium Virtuil

Tabel 4.7 menunjukkan deskripsi data prestasi afektif siswa. Data prestasi

afektif siswa tersebut dikelompokkan berdasarkan pada kelompok sampel yang

ada, yaitu data prestasi afektif siswa yang dibelajarkan dengan media riil dan data

prestasi afektif siswa yang dibelajarkan dengan media virtuil. Prestasi afektif

siswa pada kelompok media riil memiliki rerata (.伸) sebesar 51,594 sedangkan

pada kelompok media virtuil (.伸) sebesar 48,125.

Tabel 4.10 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Ditinjau Dari Media Pembelajaran, Gaya Belajar, dan Sikap Ilmiah Siswa

A1 (N; 伸; SD; min; maks)

A2 (N; 伸; SD; min; maks)

B1 C1

9; 70,67; 15,23; 52,00; 96,00

17; 66,35; 12,81; 52,00; 96,00

9; 70,67; 8,00; 60,00; 84,00

16; 72,75; 10,75; 60,00; 96,00

C2 8; 61,50; 7,69; 52,00; 76,00

7; 75,43; 13,75; 60,00; 96,00

B2 C1

7; 57,71; 7,95; 44,00; 68,00

15; 59,73; 7,17; 44,00; 72,00

8; 55,00; 8,49; 44,00; 68,00

16; 62,50; 10,52; 44,00; 76,00

C2 8; 61,50; 6,39; 52,00; 72,00

8; 70,00; 6,05; 60,00; 76,00

Total 32; 63,25; 10,92; 44,00; 96,00 32; 67,63; 11,69; 44,00; 96,00

Series1, 41-43, 1

Series1, 44-46, 7

Series1, 47-49, 14

Series1, 50-52, 8

Series1, 53-55, 2

Frek

uens

i

Interval Nilai

Histogram Afektif - Virtuil

Page 106: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

B. Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji prasyarat analisis yang digunakan

untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

atau tidak. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan

dengan bantuan program Minitab 15 series. Hipotesis untuk menguji normalitas

data dalam penelitian ini adalah:

H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

H1 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Untuk mengambil keputusan apakah data penelitian yang diperoleh memiliki

distribusi normal atau tidak maka harus dilakukan uji terlebih dahulu dengan

ketentuan, yaitu: jika p-value hasil perhitungan lebih besar dari harga taraf

signifikansi (α = 0,05) maka H0 ditolak, artinya data berdistribusi secara normal.

Namun, jika p-value hasil perhitungan lebih kecil dari harga taraf signifikansi (α =

0,05) maka H0 tidak ditolak, artinya data tidak berdistribusi normal. Adapun

ringkasan hasil uji normalitas data prestasi kognitif dan afektif dalam penelitian

ini masing-masing ditunjukkan pada tabel 4.11 dan 4.12.

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Kognitif

No. Komponen Metode Uji Normalitas p-value Distribusi Data

1. A1 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 2. A2 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 3. B1 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 4. B2 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 5. C1 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 6. C2 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 7. A1 B1 C1 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 8. A1 B1 C2 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 9. A1 B2 C1 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 10. A1 B2 C2 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 11. A2 B1 C1 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal

Page 107: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

12. A2 B1 C2 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 13. A2 B2 C1 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal 14. A2 B2 C2 Kolmogorov-Smirnov > 0,150 Normal

Tabel 4.11 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi kognitif.

Uji normalitas data prestasi kognitif dilakukan sebanyak empat belas kali pada

data yang berbeda dengan A1 merupakan data prestasi kognitif siswa yang

dibelajarkan dengan media riil, A2 merupakan data prestasi kognitif siswa yang

dibelajarkan dengan media virtuil, B1 merupakan data prestasi kognitif siswa yang

memiliki gaya belajar visual, B2 merupakan data prestasi kognitif siswa yang

memiliki gaya belajar kinestetik, C1 merupakan data prestasi kognitif siswa yang

memiliki sikap ilmiah kategori tinggi, dan C2 merupakan data prestasi kognitif

siswa yang memiliki sikap ilmiah kategori rendah. Hasil uji normalitas pada tabel

4.11 dari urutan data nomor tujuh sampai dengan empat belas merupakan pola

interaksi antar tiga variabel yang berbeda terhadap prestasi kognitifnya. Untuk

data pada nomor tujuh dengan lambang A1 B1 C1 merupakan uji normalitas data

prestasi kognitif siswa yang dibelajarkan dengan media riil (A1), memiliki gaya

belajar visual (B1), dan memiliki sikap ilmiah tinggi (C1). Begitupun seterusnya

pada data nomor delapan sampai dengan empat belas.

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Prestasi Afektif No. Komponen Metode Uji Normalitas p-value Distribusi Data 1. A1 Anderson-Darling 0,593 Normal 2. A2 Anderson-Darling 0,325 Normal 3. B1 Anderson-Darling 0,502 Normal 4. B2 Anderson-Darling 0,567 Normal 5. C1 Anderson-Darling 0,229 Normal 6. C2 Anderson-Darling 0,300 Normal 7. A1 B1 C1 Anderson-Darling 0,303 Normal 8. A1 B1 C2 Anderson-Darling 0,494 Normal 9. A1 B2 C1 Anderson-Darling 0,345 Normal 10. A1 B2 C2 Anderson-Darling 0,934 Normal

Page 108: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

11. A2 B1 C1 Anderson-Darling 0,612 Normal 12. A2 B1 C2 Anderson-Darling 0,579 Normal 13. A2 B2 C1 Anderson-Darling 0,637 Normal 14. A2 B2 C2 Anderson-Darling 0,287 Normal

Tabel 4.12 merupakan ringkasan hasil uji normalitas data prestasi afektif.

Uji normalitas data prestasi afektif dilakukan sebanyak empat belas kali pada data

yang berbeda dengan A1 merupakan data prestasi afektif siswa yang dibelajarkan

dengan media riil, A2 merupakan data prestasi afektif siswa yang dibelajarkan

dengan media virtuil, B1 merupakan data prestasi afektif siswa yang memiliki

gaya belajar visual, B2 merupakan data prestasi afektif siswa yang memiliki gaya

belajar kinestetik, C1 merupakan data prestasi afektif siswa yang memiliki sikap

ilmiah kategori tinggi, dan C2 merupakan data prestasi afektif siswa yang

memiliki sikap ilmiah kategori rendah. Hasil uji normalitas pada tabel 4.12 dari

urutan data nomor tujuh sampai dengan empat belas merupakan pola interaksi

antar tiga variabel yang berbeda terhadap prestasi afektifnya. Untuk data pada

nomor tujuh dengan lambang A1 B1 C1 merupakan uji normalitas data prestasi

afektif siswa yang dibelajarkan dengan media riil (A1), memiliki gaya belajar

visual (B1), dan memiliki sikap ilmiah tinggi (C1). Begitupun seterusnya pada data

nomor delapan sampai dengan empat belas.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan metode uji F (F-Test) dan sebagai pendukung

keputusan digunakan juga uji Levene (Levene’s Test). Variabel untuk uji ini

adalah prestasi kognitif dan afektif sedangkan sebagai faktornya adalah media

Page 109: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

pembelajaran (riil dan virtuil), gaya belajar siswa, dan sikap ilmiah siswa. Hasil

uji homogenitas varians data disajikan pada tabel 4.13.

Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

No. Respon Faktor p-value

Keputusan F-Test

Levene’s Test

1. Prestasi Kognitif Media 0,706 0,582 Homogen 2. Prestasi Kognitif Gaya Belajar 0,107 0,220 Homogen 3. Prestasi Kognitif Sikap Ilmiah 0,280 0,409 Homogen 4. Prestasi Afektif Media 0,373 0,325 Homogen 5. Prestasi Afektif Gaya Belajar 0,390 0,554 Homogen 6. Prestasi Afektif Sikap Ilmiah 0,750 0,374 Homogen

Tabel 4.13 ringkasan hasil uji homogenitas varians data di atas

menunjukkan bahwa prestasi siswa ranah kognitif dan afektif memiliki p-value

yang lebih besar dibandingkan dengan harga taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini

berarti bahwa semua hipotesis null (H0) untuk prestasi kognitif dan afektif siswa

pada faktor media, gaya belajar, dan sikap ilmiah siswa ditolak. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa homogenitas data prestasi siswa ranah kognitif dan

afektif berdasarkan faktor media, gaya belajar, dan sikap ilmiah dapat terpenuhi.

C. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Variansi Prestasi Kognitif

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan anava tiga jalan karena

faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas ada tiga faktor, yaitu

media pembelajaran, gaya belajar, dan sikap ilmiah siswa. Adapun ringkasan hasil

analisis variansi tiga jalan prestasi kognitif dengan frekuensi sel tidak sama dapat

dicermati pada tabel 4.14.

Page 110: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Tabel 4.14 Ringkasan Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif No. Sumber Variansi p-value Keputusan Uji 1. A 0,049 H01 ditolak 2. B 0,001 H02 ditolak 3. C 0,148 H03 tidak ditolak 4. AB 0,410 H012 tidak ditolak 5. AC 0,013 H013 ditolak 6. BC 0,022 H023 ditolak 7. ABC 0,783 H0123 tidak ditolak

Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode eksperimen melalui media riil

dan virtuil terhadap prestasi kognitif siswa. Hipotesis H01 ini ditolak karena p-

value = 0,049 < α = 0,05.

b. H02: Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik

terhadap prestasi kognitif siswa. Hipotesis H02 ini ditolak karena p-value =

0,001 < α = 0,05.

c. H03: Tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap

prestasi kognitif siswa. Hipotesis H03 ini tidak ditolak karena p-value = 0,148 >

α = 0,05.

d. H012: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar

terhadap prestasi kognitif siswa. Hipotesis H012 ini tidak ditolak karena p-value

= 0,410 > α = 0,05.

e. H013: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi kognitif siswa. Hipotesis H013 ini ditolak karena p-value =

0,013 < α = 0,05.

f. H023: Tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa

Page 111: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

terhadap prestasi kognitif siswa. Hipotesis H023 ini ditolak karena p-value =

0,022 < α = 0,05.

g. H0123: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif siswa. Hipotesis H0123 ini tidak

ditolak karena p-value = 0,783 > α = 0,05.

Ketentuan untuk menolak H0 dalam penelitian ini adalah jika p-value lebih

kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α = 0,05. Hasil perhitungan

anava tiga jalan dengan menggunakan program minitab seri 15 pada tabel 4.14 di

atas menunjukkan bahwa p-value untuk hipotesis yang pertama, kedua, kelima,

dan keenam bernilai lebih kecil dari taraf signifikansi α. Dengan demikian,

keempat hipotesis tersebut harus ditolak. Sementara itu, untuk hipotesis yang

ketiga, keempat, dan ketujuh, p-value pada masing-masing hipotesis tersebut

bernilai lebih besar dari taraf signifikansi α sehingga ketiga hipotesis ini tidak

ditolak. Dengan demikian, hanya hipotesis pertama, kedua, kelima, dan keenam

saja yang selanjutnya dapat diuji lanjut anava.

Adapun ringkasan hasil analisis variansi tiga jalan prestasi afektif dengan

frekuensi sel tidak sama dapat dicermati pada tabel 4.15.

Tabel 4.15 Ringkasan Anava Tiga Jalan Prestasi Afektif No. Sumber Variansi p-value Keputusan Uji 1. A 0,000 H01 ditolak 2. B 0,612 H02 tidak ditolak 3. C 0,029 H03 ditolak 4. AB 0,849 H012 tidak ditolak 5. AC 0,458 H013 tidak ditolak 6. BC 0,986 H023 tidak ditolak 7. ABC 0,316 H0123 tidak ditolak

Hasil pada tabel 4.15 tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

Page 112: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

penolakan hipotesis penelitian sebagai berikut:

a. H01: Tidak ada pengaruh penggunaan metode eksperimen melalui laboratorium

riil dan virtuil terhadap prestasi afektif siswa. Hipotesis H01 ini ditolak karena

p-value = 0,000 < α = 0,05.

b. H02: Tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik

terhadap prestasi afektif siswa. Hipotesis H02 ini tidak ditolak karena p-value =

0,612 > α = 0,05.

c. H03: Tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap

prestasi afektif siswa. Hipotesis H03 ini ditolak karena p-value = 0,029 < α =

0,05.

d. H012: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar

terhadap prestasi afektif siswa. Hipotesis H012 ini tidak ditolak karena p-value =

0,849 > α = 0,05.

e. H013: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi afektif siswa. Hipotesis H013 ini tidak ditolak karena p-value =

0,458 > α = 0,05.

f. H023: Tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi afektif siswa. Hipotesis H023 ini tidak ditolak karena p-value =

0,986 > α = 0,05.

g. H0123: Tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi afektif siswa. Hipotesis H0123 ini tidak

ditolak karena p-value = 0,316 > α = 0,05.

Ketentuan untuk menolak H0 dalam penelitian ini adalah jika p-value lebih

Page 113: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α = 0,05. Hasil perhitungan

anava tiga jalan dengan menggunakan program minitab seri 15 pada tabel 4.15 di

atas menunjukkan bahwa p-value untuk hipotesis yang pertama dan ketiga bernilai

lebih kecil dari taraf signifikansi α. Dengan demikian, kedua hipotesis tersebut

harus ditolak. Sementara itu, untuk hipotesis yang kedua, keempat, kelima,

keenam, dan ketujuh, p-value pada masing-masing hipotesis tersebut bernilai lebih

besar dari taraf signifikansi α sehingga kelima hipotesis ini tidak ditolak. Dengan

demikian, hanya hipotesis pertama dan ketiga saja yang selanjutnya dapat diuji

lanjut anava.

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan

Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui

karakteristik hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji lanjut

anava hanya dilakukan pada H0 yang ditolak, yaitu dengan cara membandingkan

rerata dengan uji komparasi ganda Scheffe. Dari hasil perhitungan anava tiga jalan

pada tabel 4.14 di atas, hipotesis yang perlu diuji lebih lanjut adalah hipotesis H01,

H02, H013, H023. Adapun hasil uji lanjut anava tiga jalan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh atau pola interaksi pada masing-masing hipotesis tersebut

dapat dilihat pada gambar 4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8.

Page 114: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

VirtuilRiil

69

68

67

66

65

64

63

62

Media

Mea

n

62,612

68,263

65,438

Pengaruh Media Terhadap Prestasi Kognitif SiswaAlpha = 0,05

Gambar 4.5 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Media Terhadap Prestasi Kognitif Siswa

Gambar 4.5 menunjukkan pengaruh media pembelajaran terhadap prestasi

kognitif siswa. Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

dibelajarkan dengan media virtuil ternyata memperoleh prestasi kognitif yang

lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan media riil.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laboratorium virtuil lebih tepat

diterapkan untuk membelajarkan siswa pada pokok bahasan laju reaksi dengan

metode eksperimen untuk meningkatkan prestasi kognitif siswa.

Page 115: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

VisualKinestetik

70

68

66

64

62

60

Gaya Belajar

Mea

n

62,46

68,42

65,44

Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Kognitif SiswaAlpha = 0,05

Gambar 4.6 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Kognitif

Siswa

Gambar 4.6 menunjukkan pengaruh gaya belajar terhadap prestasi kognitif

siswa. Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki gaya

belajar visual ternyata memperoleh prestasi kognitif yang lebih baik jika

dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, pokok bahasan laju

reaksi lebih tepat dibelajarkan pada siswa yang memiliki gaya belajar visual.

Page 116: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

VirtuilRiil

74

72

70

68

66

64

62

60

Media

Me

an

RendahTinggi

Sikap Ilmiah

Interaction Plot for KognitifData Means

Gambar 4.7 Plot Uji Lanjut Anava Interaksi Antara Media Pembelajaran Dengan Sikap

Ilmiah Terhadap Prestasi Kognitif Siswa

Gambar 4.7 menunjukkan hubungan antara media pembelajaran dengan

sikap ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa. Dari gambar tersebut, dapat

dijelaskan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan media laboratorium riil dengan

sikap ilmiah tinggi memperoleh prestasi kognitif yang lebih baik jika

dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sementara itu,

siswa yang dibelajarkan dengan media laboratorium virtuil dengan sikap ilmiah

rendah ternyata memperoleh prestasi kognitif yang lebih baik daripada siswa yang

memiliki sikap ilmiah tinggi.

Page 117: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

VisualKinestetik

72,5

70,0

67,5

65,0

62,5

60,0

57,5

55,0

Gaya Belajar

Me

an

RendahTinggi

Sikap Ilmiah

Interaction Plot for KognitifData Means

Gambar 4.8 Plot Uji Lanjut Anava Interaksi Antara Gaya Belajar Dengan Sikap Ilmiah

Terhadap Prestasi Kognitif Siswa

Gambar 4.8 menunjukkan hubungan antara gaya belajar dengan sikap

ilmiah terhadap prestasi kognitif siswa. Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan

bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik yang memiliki sikap ilmiah rendah

ternyata memperoleh prestasi kognitif yang lebih baik jika dibandingkan dengan

siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi. Sementara itu, siswa dengan gaya belajar

visual yang memiliki sikap ilmiah tinggi ternyata memperoleh prestasi kognitif

yang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.

Sementara itu, dari hasil perhitungan anava tiga jalan pada tabel 4.15 di

atas, hipotesis yang perlu diuji lebih lanjut adalah hipotesis H01 dan H03. Adapun

hasil uji lanjut anava tiga jalan untuk mengetahui bagaimana pengaruh media

pembelajaran dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi afektifnya pada masing-

masing hipotesis tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9 dan 4.10.

Page 118: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

VirtuilRiil

52

51

50

49

48

Media

Mea

n

49,098

50,620

49,859

Pengaruh Media Terhadap Prestasi Afektif SiswaAlpha = 0,05

Gambar 4.9 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Media Terhadap Prestasi Afektif Siswa

Gambar 4.9 menunjukkan pengaruh media pembelajaran terhadap prestasi

afektif siswa. Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa siswa yang

dibelajarkan dengan laboratorium riil ternyata memperoleh prestasi afektif yang

lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan laboratorium

virtuil. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa laboratorium riil lebih tepat

diterapkan untuk membelajarkan siswa pada pokok bahasan laju reaksi dengan

metode eksperimen untuk meningkatkan prestasi afektif siswa.

Page 119: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

TinggiRendah

51,0

50,5

50,0

49,5

49,0

48,5

Sikap Ilmiah

Mea

n

48,907

50,812

49,859

Pengaruh Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Afektif SiswaAlpha = 0,05

Gambar 4.10 Plot Uji Lanjut Anava Pengaruh Sikap Ilmiah Terhadap Prestasi Afektif Siswa

Gambar 4.10 menunjukkan pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap prestasi

afektifnya. Dari gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki

sikap ilmiah tinggi ternyata memperoleh prestasi afektif yang lebih baik jika

dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan sikap ilmiah tinggi akan

memperoleh prestasi afektif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap

ilmiah rendah.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Pembahasan Hasil Analisis Data Prestasi Kognitif

a. Hipotesis Pertama

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.14

Page 120: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

diperoleh p-value hipotesis null yang pertama H01 sebesar 0,049. P-value ini lebih

kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null

pertama (H01) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan metode

eksperimen melalui laboratorium riil dan virtuil terhadap prestasi kognitif siswa,

harus ditolak. Hal ini berarti bahwa antara media pembelajaran laboratorium riil

dengan virtuil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa

aspek kognitif pada pokok bahasan laju reaksi. Selanjutnya, dari hasil uji lanjut

anava pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan

laboratorium virtuil ternyata memperoleh prestasi kognitif yang lebih baik jika

dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan laboratorium riil. Dengan

demikian, laboratorium virtuil lebih tepat digunakan untuk membelajarkan siswa

pada materi laju reaksi dengan metode eksperimen untuk meningkatkan prestasi

kognitif siswa.

b. Hipotesis Kedua

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.14

diperoleh p-value hipotesis null yang kedua H02 sebesar 0,001. P-value ini lebih

kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null kedua

(H02) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya

belajar kinestetik terhadap prestasi kognitif siswa, harus ditolak. Hal ini berarti

bahwa antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan siswa yang

memiliki gaya belajar kinestetik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Page 121: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

prestasi belajar siswa aspek kognitif pada pokok bahasan laju reaksi. Selanjutnya,

dari hasil uji lanjut anava pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa siswa yang

memiliki gaya belajar visual ternyata memperoleh prestasi kognitif yang lebih

baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan prestasi kognitif

siswa pada materi laju reaksi lebih tepat dibelajarkan pada siswa yang memiliki

gaya belajar visual.

c. Hipotesis Ketiga

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.14

diperoleh p-value hipotesis null yang ketiga H03 sebesar 0,148. P-value ini lebih

besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null ketiga

(H03) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap

ilmiah rendah terhadap prestasi kognitif siswa, tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa

antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap

ilmiah rendah tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar

siswa aspek kognitif pada pokok bahasan laju reaksi. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa faktor sikap ilmiah siswa, baik kategori tinggi maupun

rendah, tidak berpengaruh terhadap peningkatan prestasi kognitif siswa pada

materi laju reaksi.

d. Hipotesis Keempat

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.14

diperoleh p-value hipotesis null yang keempat H012 sebesar 0,410. P-value ini

Page 122: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

lebih besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null

keempat (H012) yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara media

pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi kognitif siswa, tidak ditolak.

Hal ini berarti tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar

terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif pada pokok bahasan laju reaksi.

e. Hipotesis Kelima

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.14

diperoleh p-value hipotesis null yang kelima H013 sebesar 0,013. P-value ini lebih

kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null kelima

(H013) yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran

dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif siswa, harus ditolak. Hal ini

berarti bahwa ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi belajar siswa aspek kognitif pada materi laju reaksi. Selanjutnya,

dari hasil uji lanjut anava pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa siswa yang

dibelajarkan dengan laboratorium riil dengan sikap ilmiah tinggi memperoleh

prestasi kognitif yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki

sikap ilmiah rendah. Sementara itu, siswa yang dibelajarkan dengan laboratorium

virtuil dengan sikap ilmiah rendah ternyata memperoleh prestasi kognitif yang

lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi.

f. Hipotesis Keenam

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.14

Page 123: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

diperoleh p-value hipotesis null yang keenam H023 sebesar 0,022. P-value ini lebih

kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null keenam

(H023) yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif siswa, harus ditolak. Hal ini berarti

bahwa ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar siswa aspek kognitif pada pokok bahasan laju reaksi. Selanjutnya,

dari hasil uji lanjut anava pada gambar 4.8 menunjukkan bahwa siswa dengan

gaya belajar kinestetik yang memiliki sikap ilmiah rendah ternyata memperoleh

prestasi kognitif yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki

sikap ilmiah tinggi. Sementara itu, siswa dengan gaya belajar visual yang

memiliki sikap ilmiah tinggi ternyata memperoleh prestasi kognitif yang lebih

baik daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.

g. Hipotesis Ketujuh

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.14

diperoleh p-value hipotesis null yang ketujuh H0123 sebesar 0,783. P-value ini

lebih besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null ketujuh

(H0123) yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran

dengan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif siswa, tidak

ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran

dengan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa aspek

kognitif pada pokok bahasan laju reaksi.

Page 124: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

2. Pembahasan Hasil Analisis Data Prestasi Afektif

a. Hipotesis Pertama

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.15

diperoleh p-value hipotesis null yang pertama H01 sebesar 0,000. P-value ini lebih

kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null

pertama (H01) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan metode

eksperimen melalui laboratorium riil dan virtuil terhadap prestasi afektif siswa,

harus ditolak. Hal ini berarti bahwa antara media pembelajaran laboratorium riil

dengan virtuil memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa

aspek afektif pada pokok bahasan laju reaksi. Selanjutnya, dari hasil uji lanjut

anava pada gambar 4.9 menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan

laboratorium riil ternyata memperoleh prestasi afektif yang lebih baik jika

dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan laboratorium virtuil.

Dengan demikian, laboratorium riil lebih tepat digunakankan untuk

membelajarkan siswa pada materi laju reaksi dengan metode eksperimen untuk

prestasi afektif siswa.

b. Hipotesis Kedua

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.15

diperoleh p-value hipotesis null yang kedua H02 sebesar 0,612. P-value ini lebih

besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null kedua

(H02) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh gaya belajar visual dan gaya

Page 125: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

belajar kinestetik terhadap prestasi afektif siswa, tidak ditolak. Hal ini berarti

bahwa antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan siswa yang

memiliki gaya belajar kinestetik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi belajar siswa aspek afektif pada materi laju reaksi.

c. Hipotesis Ketiga

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.15

diperoleh p-value hipotesis null yang ketiga H03 sebesar 0,029. P-value ini lebih

kecil dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null ketiga

(H03) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap

ilmiah rendah terhadap prestasi afektif siswa, harus ditolak. Hal ini berarti bahwa

antara siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan siswa yang memiliki sikap

ilmiah rendah memiliki pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa

aspek afektif pada materi laju reaksi. Selanjutnya, dari hasil uji lanjut anava pada

gambar 4.10 menunjukkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan sikap ilmiah

tinggi ternyata memperoleh prestasi afektif yang lebih baik jika dibandingkan

dengan siswa yang dibelajarkan dengan sikap ilmiah rendah. Dengan demikian,

sikap ilmiah tinggi lebih tepat digunakan untuk membelajarkan siswa pada materi

laju reaksi dengan metode eksperimen untuk prestasi afektif siswa.

d. Hipotesis Keempat

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.15

diperoleh p-value hipotesis null yang keempat H012 sebesar 0,849. P-value ini

lebih besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

Page 126: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null

keempat (H012) yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara media

pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi afektif siswa, tidak ditolak.

Hal ini berarti tidak ada interaksi antara antara media pembelajaran dengan gaya

belajar terhadap prestasi belajar siswa aspek afektif pada materi laju reaksi.

e. Hipotesis Kelima

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.15

diperoleh p-value hipotesis null yang kelima H013 sebesar 0,458. P-value ini lebih

besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null kelima

(H013) yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran

dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi afektif siswa, tidak ditolak. Hal ini

berarti bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah

siswa terhadap prestasi belajar siswa aspek afektif pada materi laju reaksi.

f. Hipotesis Keenam

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.15

diperoleh p-value hipotesis null yang keenam H023 sebesar 0,986. P-value ini lebih

besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null keenam

(H023) yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan

sikap ilmiah siswa terhadap prestasi afektif siswa, tidak ditolak. Hal ini berarti

bahwa tidak ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar siswa aspek afektif pada materi laju reaksi.

Page 127: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

g. Hipotesis Ketujuh

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan pada tabel 4.15

diperoleh p-value hipotesis null yang ketujuh H0123 sebesar 0,316. P-value ini

lebih besar dibandingkan dengan nilai taraf signifikansi α yang telah ditetapkan

sebelumnya, yakni sebesar 0,05 atau 5%. Dengan demikian, hipotesis null ketujuh

(H0123) yang menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran

dengan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi afektif siswa, tidak

ditolak. Hal ini berarti bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran

dengan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi belajar siswa aspek

afektif pada materi laju reaksi.

E. Keterbatasan Penelitian

Meskipun penelitian ini telah direncanakan dengan optimal dan telah

melalui proses evaluasi namun tetap tidak dapat luput dari keterbatasan. Adapun

beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam melaksanakan penelitian ini antara

lain: 1) Gaya belajar dan sikap ilmiah siswa hanya dikategorikan ke dalam dua

kelompok saja, yaitu gaya belajar visual dan kinestetik serta sikap ilmiah tinggi

dan rendah. Peneliti tidak melibatkan gaya belajar audio dan sikap ilmiah kategori

sedang. Hal ini mungkin sedikit berpengaruh terhadap hasil penelitian; 2)

Penelitian ini hanya melibatkan sebagian faktor dari keseluruhan faktor yang

dapat mempengaruhi prestasi belajar kimia siswa, meliputi media pembelajaran,

gaya belajar, dan sikap ilmiah siswa; 3) Metode dan media pembelajaran yang

digunakan dalam penelitian ini selain memiliki kelebihan, tentu juga memiliki

kelemahan. Hal ini dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Page 128: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,

penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan untuk prestasi ranah kognitif

sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan diperoleh p-value media

pembelajaran sebesar 0,049 < α = 0,05. Nilai rata-rata kognitif siswa yang

dibelajarkan dengan media laboratorium riil adalah f伸 = 63,25 sedangkan nilai

rata-rata kognitif siswa yang dibelajarkan dengan media laboratorium virtuil

adalah f伸 = 67,63. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

penggunaan metode eksperimen melalui media riil dan virtuil terhadap prestasi

kognitif siswa. Selanjutnya, dari hasil uji lanjut anava dapat dijelaskan bahwa

siswa yang dibelajarkan dengan media virtuil ternyata memperoleh prestasi

kognitif yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan

dengan media riil.

2. Uji statistik parametrik dengan anava tiga jalan menunjukkan p-value untuk

gaya belajar siswa sebesar 0,001 < α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi

kognitif siswa. Selanjutnya, dari hasil uji lanjut anava dapat dijelaskan bahwa

siswa yang memiliki gaya belajar visual ternyata memperoleh prestasi kognitif

Page 129: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya belajar

kinestetik.

3. Uji statistik parametrik dengan anava tiga jalan menunjukkan p-value untuk

sikap ilmiah siswa sebesar 0,148 > α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

sikap ilmiah siswa kategori tinggi sama kuatnya dengan sikap ilmiah siswa

kategori rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada

pengaruh sikap ilmiah tinggi dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi kognitif

siswa.

4. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi

antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa sebesar 0,410. Nilai ini

menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi kognitif siswa dengan gaya belajar

visual dan kinestetik yang diberi pembelajaran dengan media laboratorium riil

tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan

media laboratorium virtuil. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa

tidak ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar terhadap

prestasi kognitif siswa.

5. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi

antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa sebesar 0,013. Nilai ini

menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi kognitif siswa dengan sikap ilmiah

tinggi dan rendah yang diberi pembelajaran dengan media laboratorium riil

berbeda secara signifikan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan

media laboratorium virtuil. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa

ada interaksi antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa terhadap

Page 130: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

prestasi kognitif siswa. Selanjutnya, dari hasil uji lanjut anava dapat dijelaskan

bahwa siswa yang dibelajarkan dengan media riil dengan sikap ilmiah tinggi

memperoleh prestasi kognitif yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa

yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sementara itu, siswa yang dibelajarkan

dengan media virtuil dengan sikap ilmiah rendah ternyata memperoleh prestasi

kognitif yang lebih baik daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi.

6. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi

antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa sebesar 0,022. Nilai ini

menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi kognitif siswa dengan sikap ilmiah

tinggi dan rendah serta memiliki gaya belajar visual berbeda secara signifikan

dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Dengan demikian, dapat

diambil kesimpulan bahwa ada interaksi antara gaya belajar dengan sikap

ilmiah siswa terhadap prestasi kognitif siswa. Selanjutnya, dari hasil uji lanjut

anava dapat dijelaskan bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik yang

memiliki sikap ilmiah rendah ternyata memperoleh prestasi kognitif yang lebih

baik jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi.

Sementara itu, siswa dengan gaya belajar visual yang memiliki sikap ilmiah

tinggi ternyata memperoleh prestasi kognitif yang lebih baik daripada siswa

yang memiliki sikap ilmiah rendah.

7. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi

antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa sebesar

0,783. Nilai ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi kognitif siswa

dengan gaya belajar visual dan kinestetik serta sikap ilmiah tinggi dan rendah

Page 131: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

yang diberi pembelajaran dengan media laboratorium riil tidak berbeda secara

signifikan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan media laboratorium

virtuil. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi

antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa

terhadap prestasi kognitif siswa.

Kesimpulan untuk prestasi ranah afektif adalah:

1. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value untuk

media pembelajaran sebesar 0,000 < α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

mean (rerata) prestasi afektif siswa yang dibelajarkan dengan media

laboratorium riil berbeda secara signifikan dengan siswa yang diberi

pembelajaran dengan media laboratorium virtuil. Dengan demikian, dapat

diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh penggunaan metode eksperimen

melalui laboratorium riil dan virtuil terhadap prestasi afektif siswa.

Selanjutnya, dari hasil uji lanjut anava dapat dijelaskan bahwa siswa yang

dibelajarkan dengan laboratorium riil ternyata memperoleh prestasi afektif

yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan

laboratorium virtuil.

2. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value untuk

gaya belajar siswa sebesar 0,612 > α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

mean (rerata) prestasi afektif siswa yang memiliki gaya belajar visual tidak

berbeda secara signifikan dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh gaya

belajar visual dan gaya belajar kinestetik terhadap prestasi afektif siswa.

Page 132: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

3. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value untuk

sikap ilmiah siswa sebesar 0,029 < α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa

mean (rerata) prestasi afektif siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi berbeda

secara signifikan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Dengan

demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh sikap ilmiah tinggi

dan sikap ilmiah rendah terhadap prestasi afektif siswa. Selanjutnya, dari hasil

uji lanjut anava dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah

tinggi ternyata memperoleh prestasi afektif yang lebih baik jika dibandingkan

dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.

4. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi

antara media pembelajaran dengan gaya belajar siswa sebesar 0,849 > α = 0,05.

Nilai ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi afektif siswa dengan gaya

belajar visual dan kinestetik yang diberi pembelajaran dengan media

laboratorium riil tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang diberi

pembelajaran dengan media laboratorium virtuil. Dengan demikian, dapat

diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran

dengan gaya belajar terhadap prestasi afektif siswa.

5. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi

antara media pembelajaran dengan sikap ilmiah siswa sebesar 0,458 > α =

0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi afektif siswa dengan

sikap ilmiah tinggi dan rendah yang diberi pembelajaran dengan media

laboratorium riil tidak berbeda secara signifikan dengan siswa yang diberi

pembelajaran dengan media laboratorium virtuil. Dengan demikian, dapat

Page 133: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara media pembelajaran

dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi afektif siswa.

6. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi

antara gaya belajar dengan sikap ilmiah siswa sebesar 0,986 > α = 0,05. Nilai

ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi afektif siswa dengan sikap

ilmiah tinggi dan rendah serta memiliki gaya belajar visual tidak berbeda

secara signifikan dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Dengan

demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada interaksi antara gaya

belajar dengan sikap ilmiah siswa terhadap prestasi afektif siswa.

7. Hasil uji hipotesis pada bab sebelumnya menunjukkan bahwa p-value interaksi

antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap ilmiah siswa sebesar

0,316 > α = 0,05. Nilai ini menunjukkan bahwa mean (rerata) prestasi afektif

siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik serta sikap ilmiah tinggi dan

rendah yang diberi pembelajaran dengan media laboratorium riil tidak berbeda

secara signifikan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan media

laboratorium virtuil. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak

ada interaksi antara media pembelajaran dengan gaya belajar dan sikap ilmiah

siswa terhadap prestasi afektif siswa.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang media

pembelajaran laboratorium riil dan virtuil yang dapat digunakan dalam proses

Page 134: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

pembelajaran kimia pada materi pokok laju reaksi. Sekalipun media pembelajaran

ini sama-sama mempermudah siswa untuk memahami konsep pembelajaran kimia

pada materi tersebut, media laboratorium riil lebih mampu merangsang siswa

untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih optimal daripada media

laboratorium virtuil.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini antara lain:

a. Media laboratorium virtuil lebih tepat digunakan untuk membelajarkan siswa

pada materi pokok laju reaksi untuk meningkatkan prestasi belajar kimia siswa

pada aspek kognitif.

b. Pembelajaran kimia pada materi laju reaksi perlu memperhatikan gaya belajar

siswa.

c. Media laboratorium riil lebih tepat digunakan untuk membelajarkan siswa

pada materi pokok laju reaksi untuk meningkatkan prestasi belajar kimia siswa

pada aspek afektif.

d. Pembelajaran kimia pada materi laju reaksi perlu memperhatikan sikap ilmiah

siswa.

C. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi sebelumnya, dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Saran untuk siswa

a. Hendaknya siswa lebih tertarik dan termotivasi untuk mengikuti proses belajar.

Page 135: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

b. Apabila tersedia fasilitas komputer atau laptop dirumah, siswa dapat

memperdalam materi laju reaksi di rumah.

2. Saran untuk para guru

a. Untuk meningkatkan prestasi belajar kimia siswa pada aspek kognitif dalam

mempelajari pokok bahasan laju reaksi sebaiknya digunakan media

laboratorium virtuil. Hal yang perlu diperhatikan guru jangan sampai salah

konsep.

b. Sebelum menggunakan media laboratorium riil dan virtuil sebagai media

pembelajaran kimia, hendaknya guru memperhatikan gaya belajar dari masing-

masing siswa. Siswa yang memiliki gaya belajar visual sebaiknya dibelajarkan

dengan media laboratorium virtuil.

c. Untuk meningkatkan prestasi belajar kimia siswa pada aspek afektif dalam

mempelajari pokok bahasan laju reaksi sebaiknya digunakan media

laboratorium riil.

d. Sebelum menggunakan media laboratorium riil dan virtuil sebagai media

pembelajaran kimia, hendaknya guru memperhatikan sikap ilmiah dari masing-

masing siswa. Siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi sebaiknya dibelajarkan

dengan media laboratorium riil.

3. Saran untuk para peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

penelitian sejenis, pada materi pokok laju reaksi. Untuk memperoleh hasil yang

lebih baik lagi, peningkatan aktivitas belajar supaya diciptakan situasi

pembelajaran yang menyenangkan, siswa suka berdiskusi, berani bertanya, kritis,

Page 136: PENGGUNAAN LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL PADA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

dan memiliki sikap tanggung jawab. Perlu melakukan pengkajian yang lebih

mendalam tentang media yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran

di kelas sesuai dengan karakteristik materi bahan ajar dan aspek (ranah) prestasi

yang akan digali dari siswa. Tidak semua siswa dapat menerima dengan baik efek

dari setiap model atau media pembelajaran yang digunakan oleh guru karena

setiap anak memiliki keunikan belajarnya sendiri. Studi penelitian mengenai

penerapan media pembelajaran lain yang dapat mempermudah siswa dalam

memahami materi atau konsep kimia tertentu masih perlu untuk dilakukan.

Dengan demikian, diharapkan dapat memaksimalkan prestasi belajar siswa, baik

pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.