Upload
phungkhuong
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Penggunaan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XII IPA 2
Pelajaran CorelDraw di SMA Negeri 1 Suruh
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Peneliti :
Ana Dwi Mulyani (702010147)
Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd
Sri Winarso Martyas Edi, S.Kom
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Oktober 2014
2
1
2
3
Penggunaan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XII IPA 2 Pelajaran CorelDraw di
SMA Negeri 1 Suruh
1Ana Dwi Mulyani,
2Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd,
3 Sri Winarso Martyas Edi, S.Kom
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, salatiga 50711, Indonesia
Email: 1 [email protected],
Abstract
This study was conducted to determine the increase in activity and student
learning outcomes after application of the method of peer tutoring in ICT learning
process Coreldraw material among students of class XII IPA 2 first half of SMA Negeri 1
Tell. This study is a Class Action Research ( CAR), which consists of two cycles. Teachers
using conventional methods on the subjects of ICT ( CorelDraw ) as well as the limited
existing computers can lead to low learning achievement . Subjects were all students of
class XII IPA 2 SMA Negeri 1 Tell , which amounted to 18 students. The collection of
learning outcomes seen from the daily tests , while the observation techniques used to
determine the activity of students during the learning process . Data results of learning
achievement was apparent from the beginning or pre-cycle test scores of students who
reach ( KKM ) of five students or by 27.78 % , the first cycle KKM reached 55.56 % ,
while in the second cycle KKM reached 94.44 % These results indicate that the method
peer tutors can increase the activity and student learning outcomes.
Keywords: Peer tutoring methods, Learning acktivties, Learning outcomes.
Abstrak
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas
dan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode tutor sebaya dalam proses pembelajaran
TIK materi Coreldraw di kalangan siswa kelas XII IPA 2 semester I SMA Negeri 1
Suruh. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas dua
siklus. Guru menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran TIK (CorelDraw)
serta dengan terbatasnya komputer yang ada dapat mengakibatkan rendahnya prestasi
belajar. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas XII IPA 2 di SMA Negeri 1 Suruh,
yang berjumlah 18 siswa. Pengumpulan hasil belajar dilihat dari ulangan harian,
sedangkan teknik observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses
pembelajaran. Data hasil prestasi belajar dilihat dari kondisi awal atau pra siklus nilai
ulangan siswa yang mencapai (KKM) sebanyak lima siswa atau sebesar 27.78%, Pada
siklus I KKM mencapai 55.56%, Sedangkan pada siklus II KKM mencapai 94.44% Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa menggunakan metode tutor sebaya dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Metode Tutor Sebaya, Aktivitas belajar, Hasil Belajar.
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
4
1. Pendahuluan
Masalah yang sering muncul dalam sebuah kegiatan pembelajaran biasanya
seorang guru tidak tepat dalam memilih strategi pembelajarannya. Strategi yang
sering digunakan guru adalah menggunakan komunikasi satu arah, sehingga akan
membuat peserta didik cenderung lebih pasif. Guru menggunakan metode
ceramah pada mata pelajaran TIK (CorelDraw) di SMA Negeri 1 Suruh, padahal
dalam mata pelajaran TIK tidak hanya butuh teori saja, tetapi butuh praktik. Oleh
sebab itu dalam pembelajaran TIK membutuhkan strategi pembelajaran khusus,
sehingga siswa bisa memanfaatkan komputer yang terbatas.
Efektif tidaknya penggunaan metode pembelajaran tergantung pada
kemampuan guru itu sendiri dalam memahami hakekat dari metode pembelajaran
itu sendiri. Guru tidak hanya menguasai materi pembelajaran, tetapi juga harus
mampu memilih dan menggunakan secara tepat metode dalam proses
pembelajaran di kelas. Penggunaan metode yang efektif akan meningkatkan
motivasi belajar pada peserta didik maupun hasil pembelajaran di kelas.
Kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran yang berhasil pada umumnya di
tunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh peserta didik yang
diwujudkan lewat prestasi belajar yang mereka raih [1]. Salah satu cara yang
dapat dilakukan guru untuk memaksimalkan belajar kelompok pada siswa dengan
karakteristik yang beragam adalah menggunakan metode tutor sebaya, dimana
peserta didik diajak untuk menjadi tutor atau sumber belajar dan tempat bertanya
bagi temannya. Cara demikian peserta didik yang menjadi tutor dapat mengulang
dan menjelaskan kembali materi kepada temannya, dengan melihat saranan dan
jumlah siswa yang tidak sebanding dengan ini penulis mengusulkan strategi
pembelajaran tutor sebaya untuk pembelajaran TIK.
Berdasarkan permasalahan di SMA Negeri 1 Suruh dan melihat kondisi
lapangan serta melihat keunggulan metode tutor sebaya, maka perlu dilakukan
penelitian tentang metode tutor sebaya dalam pembelajaran TIK. Menggunakan
metode tutor sebaya dalam penelitian ini diharapkan prestasi belajar siswa kelas
XII IPA 2 dalam Pelajaran CorelDraw di SMAN 1 Suruh dapat mengalami
peningkatan.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Moh. Amiruddin yang berjudul
Implementasi Metode Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Pada Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII A Di Mts Al-Ma’arif 01 Singosari
Malang. Adapun metode yang di guanakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kualitatif berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK), Teknik pengumpualan data
yaitu dengan cara intervie atau wawancara, dan dokumen. Adapun tahapan
penelitian ini berupa siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan,
dan refleksi, dan dilaksanakan tiga siklus. Hasil penelitian membuktiakan bahwa
implementasi tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPS
Terpadu kelas VIII A Mta Al Ma’arif singosari malang. Hasil observasi di
lapangan menunjukkan bahwa prestasi mengalami peningkatan dari pre test ke
post test yang semula nilai rata-rata 56 % meningkat siklus ke siklus. Untuk siklus
I nilai rata-rata 60.5 % , siklus II nilai rata-rata 72.6 % dan siklus III nilai rata-rata
81.3%.
5
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maryani yang berjudul Penerapan
Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Akuntansi Pada Siswa Kelas X Ak 1 Smk Batik 2 Surakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research)
dengan menggunakan strategi siklus. siklus I terdapat 33 siswa, pada siklus II
terdapat 40 siswa. Adanya peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 84.4%
atau 38 siswa menjadi 93,3% atau 42 siswa.
Hasil penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode
tutor sebaya dapat diterapkan pada mata pelajaran IPS, Akuntansi dan TIK.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa menggunakan metode tutor sebaya
dapat meningkatkan hasil belajar. Pada penelitian ini pengukuran keberhasilan
penerapan tutor sebaya tidak hanya dilihat dari kemampuan kognitif siswa sebagai
hasil belajar tetapi juga dari kemampuan psikomotorik dan aktivitas siswa yang
terbentuk dalam proses pembelajaran.
Karakteristik mata pelajaran TIK adalah sebagai berikut: TIK merupakan
kajian secara terpadu tentang data, informasi, pengolahan dan metode
penyampaiannya. Keterpaduan berarti masing-masing komponen saling terkait
bukan merupakan bagian yang terpisah-pisah atau parsial. Materi TIK berupa
tema-tema esensial, aktual dan global yang berkembang dalam kemajuan
teknologi pada masa kini, sehinggga mata pelajaran TIK merupakan pembelajaran
yang dapat mewarnai perkembangan perilaku dalam kehidupan. Tema-tema
esensial dalam TIK merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmu komputer,
matematik, teknik elektronika, telekomunikasi, sibernetika dan informatika itu
sendiri. Tema-tema esensial tersebut berkaitan dengan kebutuhan pokok akan
informasi sebagai ciri abad 21 seperti pengolah kata, pengolah angka, pembuat
presentasi, internet dan e-mail. Tema-tema esensial tersebut terkait dengan aspek
kehidupan sehari-hari [2].
Prestasi belajar dapat disebut juga sebagai hasil belajar yang merupakan
realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki oleh
seorang yang dapat dilihat dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik [3]. Hasil Belajar adalah
kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya [4]. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (intelektual), afektif
(sikap), dan kemampuan psikomotorik (bertindak). Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar ada dua. Pertama, faktor internal meliputi, faktor
jasmani dan faktor psikologis. Kedua, faktor eksternal meliputi, faktor keluarga,
faktor sekolah, dan faktor masyarakat [5]. Kegiatan penilaian adalah suatu
tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instraksional
telah dapat dicapai atau dikuasai peserta didik dalam bentuk hasil-hasil belajar [6].
Tahapan tutor sebaya yaitu guru menyampaikan tujuan belajar berdasarkan
Standar Kopetensi dan Kopetensi dasar. Kemudian membagi kelompok dimana
dalam satu kelompok terdapat empat sampai enam siswa, satu sebagai tutor dan
sisanya sebagai anggota kelompok. pertama guru menjelaskan materi, selanjutnya
tutor dan siswa mendengarkan guru yang sedang mengajar, sebelum diskusi
dilakukan tutor maju kedepan untuk mendapatkan arahan dari guru sedangkan
siswa yang lain belajar tentang materi yang ada. Siswa dan tutor melakukan
6
diskusi kelompok. Tutor adalah peserta didik yang sebaya yang ditunjuk atau
ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena
hubungan antara teman sebaya umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan
guru dengan peserta didik. Tutor sebaya merupakan suatu pembelajaran yang
dilakukan dengan cara memperdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya
serap yang tinggi. Siswa tersebut mengajarkan materi atau latihan kepada teman-
temannya yang belum paham atau memiliki daya serap yang rendah.
Pembelajaran ini mempunyai kelebihan ganda yaitu siswa yang mendapat bantuan
lebih mudah dalam menerima materi sedangkan bagi tutor merupakan kesempatan
untuk mengembangkan kemampuan diri. Peran guru disini adalah mengawasi
kelancaran pelaksanaan metode ini dengan memberikan pengarahan kepada tutor
[7].
Dalam metode pembelajaran tutor sebaya memiliki prosedur peserta didik
mengajar peserta didik lainnya. Kelebihan tutor sebaya dalam pendidikan yaitu
dalam penerapan tutor sebaya, peserta didik diajar untuk mandiri, dewasa dan
punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu,
anak yang dianggap pandai bisa mengajari atau menjadi tutor temannya yang
kurang pandai atau ketinggalan. Di sini peran guru hanya sebagai fasilitator atau
pembimbing saja. Jadi, kita dapat menugaskan peserta didik pandai untuk
memberikan penjelasan kepada peserta didik yang kurang pandai (tutor sebaya).
Demikian juga, anjurkan peserta didik yang kurang pandai untuk bertanya kepada
peserta didik yang pandai terlebih dahulu sebelum kepada gurunya. Hal ini untuk
menanamkan kesan bahwa belajar itu bisa dari siapa saja, tidak selalu dari guru
yang akibatnya ketergantungan kepada guru [8]. Ada beberapa kelebihan dan
kelemahan bimbingan tutor sebaya antara lain: Kelebihan Metode Tutor Sebaya:
Adanya suasana hubungan yang lebih akrab dan dekat antara peserta didik yang
dibantu dengan peserta didik yang membantu. Bagi tutor sendiri kegiatannya
merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar. Bersifat efisien, artinya
bisa lebih banyak yang dibantu. Dapat meningkatkan rasa tanggung jawab akan
kepercayaan. Kelemahan Metode Tutor Sebaya: Peserta didik yang dipilih sebagi
tutor sebaya dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan
peserta didik yang dibantu. Peserta didik yang dipilih sebagai tutor sebaya belum
tentu bisa menyampaikan materi dengan baik [8].
Melalui metode tutor sebaya diharapkan setiap peserta didik lebih mudah dan
leluasa dalam menyampaikan masalahnya yang dihadapi selama proses
pembelajaran, sehingga peserta didik yang bersangkutan terpacu semangatnya
untuk mempelajari materi ajar dengan baik, serta meningkatkan prestasi
belajarnya.
Dalam pembelajaran tutor sebaya digunakan bebagai jenis aktivitas untuk
memfasilitasi pembelajaran siswa. Aktivitas Belajar Siswa merupakan kegiatan
yang melibatkan aktivitas fisik maupun mental siswa untuk mengembangkan
keterampilannya dengan cara berfikir kritis dan mampu memecahkan
permasalahan yang ada, sehingga tujuan dapat tercapai [9]. Aktivitas belajar ini
digunakan untuk membuat siswa menjadi lebih aktif di dalam pembelajaran. Ada
beberapa jenis aktivitas yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran
diantaranya adalah: visual activities, oral activities, listening activities, dan
7
writing activities. Visual activities, siswa memperhatikan tutor yang sedang
menerangkan materi dan mendemonstrasikannya. Oral activities, siswa bertanya
kepada tutor tentang materi yang sampaikan kemudian mendiskusikan pada
teman-teman yang lain. Listening activities, siswa mampu memberikan pendapat
kepada teman kelompok. Tutor dapat membantu siswa dengan melakukan diskusi
tanya jawab dengan temanya atau kelompok lain. Writing activities, siswa
mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh tutor dan siswa aktif mengerjakan
soal diskusi [10].
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis
penelitian tindakan yang bersifat praktis, karena penelitian ini menyangkut
kegiatan yang dipraktikan guru dalam tugasnya sehari-hari.
Untuk lebih memahami mengenai apa yang disebut dengan penelitian tindakan
kelas, perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dan karakteristiknya. Penelitian
tindakan kelas merupakan sebuah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru
yang dilakukan oleh siswa [11].
Ada empat bagian kegiatan utama yang ada pada setiap siklus penelitian PTK,
yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi [12].
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Refleksi I
Pengamatan atau
Pengumpulan
Data I
Permasalahan
Permasalahan
Baru hasil
refleksi
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindak II
an II
Refleksi II
Pengamatana
atau
Pengumpulan
Data II
Apabila
Permasalahan belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
Siklus I
Siklus II
8
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Tindakan Kelas [12].
Perencanaan, tahapan ini berupa menyusun rancangan tindakan yang
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan tersebut akan dilakukan. Perencanaan terdiri dari bebagai kegiatan yaitu
mengidentifikasi cara menyelesaikan masalah, yaitu secara jelas dapat dimengerti
masalah apa yang akan diteliti. Masalah tersebut harus benar-benar faktual terjadi
di lapangan, masalah bersifat umum di kelasnya, masalah cukup penting dan
bermanfaat bagi peningkatan mutu hasil pembelajaran, dan masalah pun harus
dalam jangkauan kemampuan penelitian. Menetapkan alasan mengapa peneliti
tersebut dilakukan, yang akan melatarbelakangi PTK. Merumuskan masalah
secara jelas, baik dengan kalimat tanya maupun kalimat pertanyaan. Menetapkan
cara yang akan dilakukan untuk menentukan jawaban, berupa rumusan hipotesis
tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif tindakan
pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikan hasil
terbaik dan yang dapat dilakukan oleh guru. Menentukan cara untuk menguji
hipotesis tindakan dengan menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta
berbagai instrument pengumpulan data yang dapat dipakai untuk menganalisis
indikator keberhasilan itu.
Pada tahap tindakan, rancangan strategi dan skenario penerapan
pembelajaran akan diterapkan. Skenario atau rancangan tindakan yang akan
dilakukan, hendaknya dijabarkan secara tertulis. Rincian tindakan itu menjelaskan
(a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (b) kegiatan yang
seharusnya dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang diharapkan dilakukan oleh
siswa, (d) rincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan dan cara
penggunaannya, (e) jenis instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data atau
pengamatan disertai dengan rinci bagaimana menggunakannya. Pada tahapan
pertama pada pra siklus yaitu guru yang mengajar. Dimana guru mengajar dengan
metode ceramah. Siswa diberi ulangan harian dengan tujuan untuk melihat hasil
belajar siswa. Pengamatan observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang
berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilaksanakan
dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun,
termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari
waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data
yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif yang menggambarkan kreatifitas
siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan.
Tahap kedua pada siklus I pada pertemuan satu siswa sudah siap dengan
materi yang akan diberikan guru. Guru menyampaikan tujuan belajar berdasarkan
Standar Kopetensi dan Kopetensi dasar. Kemudian membagi kelompok dimana
dalam satu kelompok terdapat enam siswa, satu sebagai tutor dan lima sebagai
anggota kelompok. Pertemuan pertama guru menjelaskan materi tentang grafik
vektor dan bitmap. Tutor dan siswa mendengarkan guru yang sedang mengajar.
Siswa dan tutor melakukan diskusi kelompok sambil mengisi lembar diskusi.
9
Pengamatan observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Lembar observasi yang di isi oleh guru SMA
Negeri 1 Suruh. Pada pertemuan kedua materi yang disampaikan guru adalah
fungsi ikon pada CorelDraw yaitu guru menjelaskan fungsinya. Kemudian
melanjutkan presentasi kelompok, kemudian guru memberi ulangan harian untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Pada pengamatan observasi dilakukan pada waktu
tindakan sedang berjalan yang di isi oleh guru SMA Negeri 1 Suruh.
Tahapan Ketiga pada siklus II pada pertemuan satu siswa sudah siap
dengan materi yang akan diberikan guru. Guru menyampaikan tujuan belajar
berdasarkan Standar Kopetensi dan Kopetensi dasar. Kemudian membagi
kelompok dimana dalam satu kelompok terdapat tiga siswa, satu sebagai tutor dan
dua sebagai anggota kelompok. Dalam pertemuan pertama guru menjelaskan
materi tentang menu dan ikon serta tools-tools dalam perangkat lunak. Tutor dan
siswa mendengarkan guru yang sedang mengajar, sebelum diskusi dilakukan tutor
maju kedepan untuk mendapatkan arahan dari guru sedangkan siswa yang lain
belajar tentang materi yang ada di LKS. Siswa dan tutor melakukan diskusi
kelompok sambil mengisi lembar diskusi. Pengamatan observasi dilakukan pada
waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang
sama. Pada tahap ini melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang
diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Lembar
observasi yang di isi oleh guru SMA Negeri 1 Suruh. Pada pertemuan kedua
materi yang disampaikan guru adalah pembuatan logo sederhana menggunakan
CorelDraw. Kemudian tutor dan siswa mendemostrasikan hasilnya. Pada
pembuatan logo sederhana siswa dibantu oleh tutor masing-masing dan
melakukan diskusi kelompok. Kemudian guru memberi ulangan harian untuk
mengetahui hasil belajar siswa. Pada pengamatan observasi dilakukan pada waktu
tindakan sedang berjalan yang di isi oleh guru SMA Negeri 1 Suruh.
Tahap observasi dan interpretasi, ini sebenarnya berjalan bersama dengan saat
pelaksanaan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi
keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, penelitian ini
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilaksanakan
dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun,
termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan dari
waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Data
yang dikumpulkan dapat berupa data kualitatif yang menggambarkan kreatifitas
siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan. Lembar observasi untuk
mengetahui aktivitas siswa sedangkan ulangan harian untuk mengetahui prestasi
belajar siswa.
Refleksi, tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Jika terdapat
masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui
10
siklus berikutnya yang meliputi kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang dan
pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi [12].
Instrumen yang digunakan adalah soal tes pilihan ganda dan lembar
observasi. Tes pilihan ganda diberikan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
hasil belajar siswa kelas XII IPA 2 pelajaran CorelDraw. Sedangkan lembar
observasi bertujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya menggunakan metode
tutor sebaya. Setelah itu melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh nilai rata-rata siswa dapat dirumuskan [13] :
X =
x
Dengan : X = Nilai rata-rata siswa
∑ X = Jumlah semua nilai siswa
∑ N = Jumlah siswa
Presentase = ∑𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
∑𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
Lembar observasi dilakukan melalui pengamatan serta mencatat semua hal
yang diperlukan dan terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi
ini dilakukan untuk mengetahui partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
Dibawah ini merupakan tabel Indikator keaktifan siswa berdasarkan jenis aktivitas
dapat dilihat pada tabel 3.1 [10].
Tabel 3.1 Indikator keaktifan siswa berdasarkan jenis aktivitas [10].
Jenis aktivitas Indikator keaktifan siswa
Visual activities Siswa memperhatikan tutor :
Memperhatikan tutor yang
sedang mengajar
Mencatat materi
Oral activities Siswa bertanya atau mengeluarkan
berpendapat :
Aktif bertanya
Menjawab pertanyaan dari
siswa yang bertanya
Listening activities Siswa mendengarkan informasi :
Mengajukan pertanyaan
Memberi pendapat
Writing activities Siswa mencatat penjelasan :
Mencatat materi yang di
ajarkan tutor
tutor menjelaskan materi
siswa langsung mencatatnya
Penilaian skor pada lembar observasi dengan cara memberikan skor 1
apabila melakukan sesuai dengan indikator dan skor 0 tidak melakukan sesuai
dengan indikator.
11
Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan [13]
Keaktifan siswa dalam setiap aktivitas:
Persentase = ∑𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠
∑𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 x 100%
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan
teknik analisis presentase. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau
presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap siklus
dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal ulangan harian dan
penilaian observasi keaktifan siswa setiap siklus [13].
4. Hasil Dan Pembahasan
Proses pembelajaran metode tutor sebaya untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa dimulai pada siklus I dan siklus II.
Dari hasil pengamatan pada siklus I siswa masih belum aktif dalam
berdiskusi kelompok, karena jumlah siswa dalam satu kelompok terlalu banyak
sehingga pada proses belajar mengajar tutor kurang fokus. Pada saat diskusi tutor
kurang fokus dengan anggotanya karena jumlah anggota yang terlalu banyak,
bahkan ada siswa yang sibuk bermain sendiri atau mengobrol dengan temannya.
Cara guru menyampaikan materi kepada tutor masih kurang maksimal karena
tutor kurang menguasai materi.
Refleksi, pembelajaran dalam kelompok masih ada anak tutor yang kurang
perhatian dalam berlatih dan belajar bersama dengan tutor. Perbaikan agar siswa
aktif dalam kelompok dengan cara guru lebih memperhatikan siswa selama
pembelajaran yang kurang perhatian selama pembelajaran dengan metode tutor
sebaya, termasuk dalam pembahasan dan guru memberikan penghargaan dalam
bentuk poin nilai kepada kelompok-kelompok yang sudah berhasil. Guru
memberikan materi lebih kepada tutor dan tutor ditekankan untuk belajar
dirumah.
Dari hasil refleksi dari siklus I ke siklus II dilakukan perubahan jumlah
anggota kelompok, satu kelompok terdapat tiga anak dimana satu anak menjadi
tutor dan dua anak menjadi anggota kelompok. Proses belajar dapat dilakukan
sesuai dengan metode yang diterapkan. Pada siklus II siswa sudah mulai aktif
dengan kelompok masing-masing, tutor bisa mengamati anggotanya secara
maksimal. Siklus II diketahui bahwa tutor semakin menguasai materi yang
disampaikan, terampil dalam praktik, walaupun masih canggung dalam
memberikan bimbingan dan anak tutor dapat lebih fokus dan mudah mengikuti
pembelajaran, semakin aktif bertanya dan mencatat, terbiasa dengan pembelajaran
kelompok, terampil dalam praktik dan semakin berani berpendapat dalam
Tingkat Keberhasilan Kategori Pencapaian
90-100% Sangat baik
80 – 89% Baik
70 – 79% Cukup
60 – 69% Kurang
50% kebawah Sangat kurang
12
pembahasan. Sesuai dengan refleksi pada Siklus II diperoleh beberapa hal yg
bermanfaat diantaranya 1) guru memberikan perhatian kepada siswa yang kurang
perhatian dan mengalami kesulitan selama pembelajaran, 2) guru memberikan
pujian kepada kelompok yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran, 3)
pembelajaran dalam kelompok dengan metode tutor sebaya dapat meningkatkan
hasil belajar.
Hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada pra siklus, siklus I
dan siklus II. Pada pra siklus menunjukkan sebagian besar siswa masih saling
bicara dengan teman dan ada siswa yang sibuk dengan bermain hp. Pada siklus I
siswa masih kurang aktif beberapa siswa sibuk membuka facebook dan ada
beberapa siswa fokus dengan diskusi bersama temannya. Menjadikan siswa
kurang memperhatikan tutor sehingga tidak bertanya atau mengeluarkan
pendapat . Pada siklus II siswa sudah mulai aktif.
Dari hasil yang diperoleh dari pengamatan yang telah dilakukan, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Keaktifan siswa pada Visual activities
Presentase Jumlah Siswa (%)
NO Indikator keaktifan siswa Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1. Memperhatikan tutor
yang sedang mengajar
22.22 27.77 72.22
2. Mencatat materi 22.22 44.44 72.22
Jumlah Rata-rata 22.22 36.11 72.22
Pada pra siklus indikator pertama hanya mencapai 22.22% masuk dalam
kriteria kurang baik karena siswa kurang memahami materi coreldraw. Pada
siklus I sudah meningkat yaitu mencapai 36.11% masuk dalam kriteria kurang
baik. Dalam siklus I sudah ada peningkatan akan tetapi pertemuan selanjutnya
akan diperbaiki kembali agar siswa lebih aktif dan hasilnya lebih meningkat.
Pada siklus II sudah mencapai kriteria yaitu mencapai 72.22% masuk dalam
kriteria cukup. Jadi pada Visual activities dapat dikatakan bahwa penjelasan
dan demonstrasi siswa yang dilakukan oleh tutor direspon cukup baik oleh
siswa lainnya sehingga dapat membantu dalam proses pembelajaran.
Dari hasil pengamatan dan analisa, pembelajaran dinilai kurang menarik
dilihat dari siswa yang masih asik bermain sendiri, dan dapat dilihat dari cara
guru menyampaikan materi. Hasil dari indikator pertama pada pra siklus
mencapai 22.22% masuk dalam kriteria kurang baik, karena siswa tidak tertarik
dengan cara guru mengajar. Indikator pertama siklus I mulai ada peningkatan
dikarenakan siswa belajar dengan temannya yaitu dengan cara diskusi
kelompok, dilihat dari cara pembejaran yang dilakukan secara berkelompok
menjadikan siswa tidak mudah bosan. Hasil siklus I meningkat menjadi
27.77% masih dibawah rata-rata dan masuk kriteria kurang baik, karena siswa
masih kurang aktif dalam melakukan diskusi kelompok, siswa tidak mau
berdiskusi dengan teman kelompok, karena kurang akrab, siswa tidak tertarik
dengan materi yang didiskusikan. Indikator pertama siklus II mencapai 72.22%
13
diatas rata-rata dan masuk dalam kriteria cukup baik karena siswa mulai
memperhatikan tutor dilihat pada saat diskusi kelompok, dalam siklus II
jumlah siswa tidak terlalu banyak sehingga siswa bersemangat untuk
memperhatikan tutor dalam menyampaikan materi. Pada indikator kedua pra
siklus 22.22% dibawah rata-rata dan masuk dalam kriteria kurang baik, karena
beberapa siswa tidak meperhatikan guru dan tidak mencatat materi yang
diterangkan oleh guru. Indikator kedua siklus I sudah mulai meningkat yaitu
mencapai 44.44% dikarenakan pembelajaran dilakukan secara kelompok
menjadikan siswa bersemangat dalam belajar. Siklus I diatas rata-rata masuk
dalam kriteria kurang baik, karena siswa malas mencatat, sibuk ngobrol dengan
teman. Indikator kedua siklus II meningkat menjadi 72.22% mencapai rata-rata
dan masuk dalam kriteria cukup baik, karena pada saat tutor mejelaskan siswa
langsung mencatat materi atau mencatat hasil diskusinya.
Tabel 4.2 Keaktifan siswa pada Oral activities
Presentase Jumlah Siswa (%)
NO Indikator keaktifan siswa Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1. Aktif bertanya 22.22 33.33 72.22
2. Menjawab pertanyaan dari
siswa yang bertanya
33.33 38.39 77.78
Jumlah Rata-rata 27.77 35.86 75
Pada pra siklus indikator kedua mencapai 27.77% masuk dalam kriteria
kurang baik. Karena pada saat guru mengajar siswa kurang aktif dalam bertanya.
Pada siklus I sudah meningkat, sebagian siswa mulai aktif bertanya kepada tutor
yaitu mencapai 35.86% masuk dalam kriteria kurang baik. Dalam siklus I akan
diperhatikan lagi agar siswa aktif bertanya. Pada siklus II sudah meningkat dan
mencapai kriteria yaitu mencapai 75% masuk dalam kriteria cukup. Jadi pada
Oral activities siswa aktif bertanya kepada tutor dalam berdiskusi dan direspon
cukup baik pada teman kelompok, sehingga dapat membantu dalam proses
pembelajaran.
Dari hasil pengamatan dan analisa, pada indikator pertama pra siklus
yaitu mencapai 22.22% dibawah rata-rata dan masuk dalam kriteria kurang baik,
karena siswa malu bertanya kepada guru. Pada siklus I mencapai 33.33%
dibawah rata-rata masuk dalam kriteria kurang baik, karena dalam diskusi
kelompok siswa malu untuk bertanya kepada temannya. Pada siklus II sudah
meningkat menjadi 72.22% masih dibawah rata-rata masuk kriteria cukup,
karena dalam melakukan diskusi kelompok siswa mulai aktif untuk bertanya.
Indikator kedua pada pra siklus mencapai 33.33% diatas rata-rata masuk dalam
kriteria kurang baik, karena siswa masih malu untuk menyampaikan
pendapatnya kepada guru dan tidak terbiasa berfikir kritis. Pada siklus I
mencapai 38.39% diatas rata-rata masuk dalam kriteria kurang baik, karena
dalam kelompok siswa kurang akrab, sehingga malu untuk menyampaikan
14
pendapat kepada temanya. Pada siklus II mencapai 77.78% diatas rata-rata
masuk dalam kriteria cukup, karena siswa dapat menaggapi hasil diskusi yang
dilakukan dikelas.
Tabel 4.3 Keaktifan siswa pada Listening activities
Presentase Jumlah Siswa (%)
NO Indikator keaktifan siswa Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1. Mengajukan pertanyaan 55.55 61.11 72.22
2. Memberi pendapat 66.66 66.67 83.33
Jumlah Rata-rata 61.11 63.89 77.77
Pada pra siklus indikator ketiga mencapai 61.11% mencapai kriteria
kurang. Karena pada saat guru mengajar siswa tidak mendengar informasi. Pada
siklus I sudah meningkat mencapai 63.89% masuk dalam kriteria kurang. Dalam
proses belajar siswa mulai mendengar informasi dari tutor. Siklus II sudah
meningkat dan mencapai kriteria yaitu mencapai 77.77% masuk dalam kriteria
cukup. Jadi pada listening activities siswa mampu memberikan pendapat kepada
teman kelompok dan direspon cukup baik. Tutor dapat memantau siswa dengan
melakukan diskusi dan tanya jawab.
Dari hasil pengamatan dan analisa, indikator pertama pra siklus yaitu
mencapai 55.55% masih dibawah rata-rata masuk dalam kriteria sangat kurang,
karena siswa masih takut salah untuk mengajukan pertanyaan kepada guru dan
masih kurang percaya diri untuk menyampaikan pendapatnya. Pada siklus I
mencapai 61.11% dibawah rata-rata masuk dalam kriteria kurang, karena siswa
tidak aktif dengan kelompoknya sibuk dengan browsing internet dan ngobrol
dengan teman, sehingga siswa tidak mengajukan pertanyaan kepada kelompok
yang lain. Pada siklus II mencapai 72.22% dibawah rata-rata masuk dalam kriteria
cukup baik, karena pada siklus II siswa mulai akrab dengan kelompoknya,
sehingga siswa tidak malu untuk bertanya kepada teman kelompok maupun
bertanya kepada kelompok lain. Pada indikator kedua pra siklus mencapai
66.66% diatas rata-rata masuk dalam kriteria kurang baik, karena dalam belajar
mengajar siswa tidak memberi pendapat kepada guru. Pada siklus I mencapai
66.67% diatas rata-rata masuk kriteria kurang baik, karena siswa masih malu
untuk menyampaikan pendapatnya dan masih ragu-ragu denga pendapatnya. Pada
siklus II mencapai 83.33% diatas rata-rata masuk dalam kriteria baik, karena pada
siklus II siswa mulai aktif berpendapat dan bertanya dengan kelompok maupun
dengan kelompok yang lain.
15
Tabel 4.4 Keaktifan siswa pada Writing activities
Presentase Jumlah Siswa (%)
NO Indikator keaktifan siswa Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1. Mencatat materi yang di
ajarkan tutor
66.66 77.78 83.33
2. Tutor menjelaskan materi
kemudian siswa yang lain
langsung mencatatnya
77.77 83.33 88.89
Jumlah Rata-rata 72.22 80.55 86.11
Pada pra siklus indikator keempat mencapai 72.22% sudah mencapai
kriteria sedang. Karena siswa sudah mulai mencatat penjelasan. Pada siklus I data
menunjukkan ada peningkatan mencapai 80.55% masuk dalam kriteria baik. Pada
siklus II sudah menujukkan peningkatan mencapai 86.11% masuk dalam kriteria
baik. Pada writing activities siswa mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh
tutor sehingga siswa dapat merespon dengan baik hasil diskusi kelompok .
Dari hasil pengamatan dan analisa indikator pertama pra siklus yaitu mencapai
66.66% masih dibawah rata-rata masuk dalam kriteria sangat kurang, karena
siswa tidak mencatat materi yang disampaikan guru, cara guru mengajar
mejadikan siswa merasa bosan sehingga siswa sibuk bermain game dari pada
mencatat materi. Pada siklus I mencapai 77.78% dibawah rata-rata masuk dalam
kriteria kurang, karena siswa dalam mencantat hasil diskusi masih disuruh dengan
tutornya. Pada siklus II mencapai 83.33% dibawah rata-rata masuk dalam kriteria
cukup baik, karena pada siklus II siswa sudah mulai mencatat hasil diskusi
kelompoknya tetapi ada beberapa siswa sibuk dengan barmain hp. Pada indikator
kedua pra siklus mencapai 77.77% diatas rata-rata masuk dalam kriteria kurang
baik, karena pada saat proses belajar mengajar berjalan siswa tidak mencatat
materi yang disampaikan guru. Pada siklus I mencapai 83.33% diatas rata-rata
masuk kriteria baik, karena pada saat tutor mejelaskan materi siswa sudah mulai
mencatat materi dan mencatat hasil diskusi kelompok. Pada siklus II mencapai
88.89% diatas rata-rata masuk dalam kriteria baik, karena pada siklus II siswa
sudah mulai katif untuk mencatat hasil diskusi kelompoknya.
16
Secara keseluruhan data yang diperoleh dari pra siklus, siklus I dan siklus II
dapat digambarkan pada diagram sebagai berikut:
Gambar 4.1. Grafik Peningkatan Aktivitas Belajar
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa menggunakan
metode tutor sebaya pada pembelajaran TIK pada SMA Negeri 1 suruh dapat
meningkatkan aktivitas siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi awal atau pra
siklus, siklus I dan siklus II. Pada pra siklus perolehan persentase aktivitas belajar
siswa hanya 50%, siklus I sebesar 58.84%, kemudian pada siklus II mencapai
80%. Dilihat dari hasil keseluruhan peningkatan aktivitas paling tinggi yaitu pada
visual activities dan oral activities. Hal ini bearti penerapan tutor sebaya
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan siswa dalam
memperhatikan tutor dan kemampuan siswa dalam melakukan diskusi.
Hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung menggunakan metode
tutor sebaya diamati dengan menggunakan soal ulangan harian. Tes diberikan
secara individu dengan jumlah 15 soal berupa pilihan ganda.
Dari hasil tes yang diberikan maka dapat diketahui nilai tes sebagai berikut :
Tabel 4.6. Hasil Belajar
Siklus Min Mak Rata-rata Jumlah Siswa
Tuntas(KKM)
Pra Siklus 6 8 6.9 27.78%
Siklus I 6 9.6 7.8 55.56%
Siklus II 6.6 9.6 8 94.44%
Pra siklus, dari data tersebut dengan jumlah siswa 18 orang,yang mencapai
nilai KKM hanya lima orang atau sekitar 27.78 % saja sedangkan 72.22 % atau
sebanyak 13 siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan sehingga hasil
yang diperoleh tergolong rendah. Karena pada saat pelajaran siswa kurang aktif
dan sibuk bermain sendiri sehingga siswa kurang menguasai materi dan
0
20
40
60
80
100
Pre
sen
tase
sis
wa a
kti
f
Aspek Keaktivan
Grafik Presentase Siswa Dalam Kegiatan Aktivitas
prasiklus
siklus 1
siklus 2
17
menimbulkan hasil belajar siswa kurang baik. Maka dari itu metode yang
digunakan guru tidak tepat membuat siswa menjadi pasif. Selanjutnya pelajaran
akan dilakukan dengan menggunakan metode tutor sebaya dimana pembelajaran
ini dilakukan secara kelompok. Dalam siklus I akan memperbaiki dengan cara
pembagian kelompok, dimana dalam satu kelompok terdapat enam siswa.
Dari hasil kegiatan pra tindakan, rancangan penelitian dilakukan dalam II
siklus. Pada masing-masing siklus memliki materi yang berbeda sesuai dengan
kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Pada siklus I, pertemuan satu materi
yang diajarkan adalah tentang pengertian grafis berbasis vector dan grafis berbasis
bitmap, pertemuan dua materi yang diajarkan adalah menu-menu dan ikon yang
terdapat dalam CorelDraw dengan mode tutor Sebaya. Siklus II, pertemuan satu
materi yang diajarkan adalah menjelaskan menu dan ikon pada CorelDraw,
menggunakan model tutor sebaya, pertemuan dua materi yang diajarkan adalah
menjelaskan fungsi-fungsi tools-tools CorelDraw menggunakan model tutor
sebaya.
Siklus I, dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa, dari 18 siswa yang
mencapai nilai KKM sebanyak sepuluh siswa atau sekitar 55.56%, sedangkan
yang nilainya kurang dari KKM terdapat delapan siswa atau sekitar 44.44%. Dari
data yang telah diperoleh hasil belajar siswa tergolong tinggi dibandingkan
dengan pras siklus. Siswa sudah mulai aktif dengan metode tutor sebaya sehingga
hasil belajar dikatakan meningkat.
Setelah melakukan tindakan dan mengumpulkan data aktivitas dan hasil
belajar siswa pada Siklus I, dalam penelitian ini mendapatkan beberapa
kesimpulan, diantaranya : Pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan
metode tutor sebaya dapat berlangsung hampir sesuai dengan skenario yang telah
dibuat. Namun hal ini masih bisa ditingkatkan agar pembelajaran bisa lebih
optimal. Dari data yang didapat mengenai aktivitas belajar siswa menggunakan
metode tutor sebaya, data yang diperoleh sudah menunjukkan adanya peningkatan
presentase tiap indikator maupun jumlah rata-rata seluruh indikator pada siklus I,
namun masih ada beberapa indikator yang bisa ditingkatkan presentase
keberhasilannya, seperti halnya pada indikator keaktivan siswa memperhatikan
tutor, siswa bertanya atau mengeluarkan pendapat dan siswa mendengarkan
informasi dalam pembelajaran. Pada hasil belajar siswa data yang diperoleh
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yang baik pada siklus I, namun hal
ini masih bisa ditingkatkan dengan pembelajaran bisa lebih optimal dan pada
pembagian kelompok lebih diperhatikan lagi, sehingga bisa meningkatkan hasil
belajar siswa. Pada saat diskusi dilakukan ternyata siswa ada yang sibuk bermain
sendiri, karena dalam pembagian kelompok terlalu banyak. Jadi tutor juga kurang
fokus untuk menyampaikan materi atau diskusi. Dalam pertemuan selanjutnya
atau siklus II dalam pembagian kelompok lebih diperhatikan lagi yaitu dalam satu
kelompok terdapat tiga siswa.
Siklus II, diketahui bahwa dari 18 siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 17
siswa atau sekitar 94.44% sedangkan yang nilainya kurang dari KKM terdapat
satu siswa atau sekitar 5.56%. Dari data yang telah diperoleh hasil belajar siswa
tergolong sangat tinggi. Karena satu siswa nilainya kurang dari 7,5 maka
dilakukan remidi agar siswa mencapai KKM. Bisa dikatakan optimal karena bagi
18
siswa yang nilainya kurang dari 7,5 dilakukan remidi, sehingga siswa dapat
mencapai KKM.
Hasil belajar siswa selama pembelajaran berlangsung menggunakan
metode tutor sebaya diamati dengan menggunakan soal praktikum. Tes diberikan
secara individu dengan pembuatan logo. Dari hasil praktik yang sudah diberikan
maka dapat diketahui sebagai berikut :
Tabel 4.7. Nilai praktik
Siklus Min Mak Rata-rata Jumlah Siswa
Tuntas(KKM)
Siklus II 7 8.5 8 94.44%
Dari tabel di atas maka dapat diketahui bahwa, dari 18 siswa yang mencapai
nilai KKM sebanyak 17 siswa atau sekitar 94.44%, sedangkan yang nilainya
kurang dari KKM terdapat satu siswa atau sekitar 5.56%. Dari data yang telah
diperoleh hasil belajar siswa tergolong tinggi. Siswa sudah mempunyai skill dan
aktif dengan metode tutor sebaya. Karena satu siswa nilainya kurang dari 7,5
maka dilakukan remidi agar siswa mencapai KKM. Bisa dikatakan optimal karena
bagi siswa yang nilainya kurang dari 7,5 dilakukan remidi, sehingga siswa dapat
mencapai KKM.
5. Simpulan
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa menggunakan metode
tutor sebaya pada pembelajaran TIK pada SMA Negeri 1 suruh dapat
meningkatkan aktivitas siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dilihat dari hasil keseluruhan peningkatan aktivitas paling tinggi yaitu pada visual
activities dan oral activities. Hal ini bearti penerapan tutor sebaya memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan siswa dalam memperhatikan
tutor dan kemampuan siswa dalam melakukan diskusi, dengan menggunakan
metode tutor sebaya dapat membuat siswa lebih aktif dan kreaktif dalam belajar.
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMA Negeri 1
suruh menggunakan metode tutor sebaya diperoleh peningkatan hasil belajar
siswa pada pelajaran TIK. Dari hasil pengamatan yang dilakukan Pada siklus I
siswa masih belum aktif dalam berdiskusi kelompok, karena jumlah siswa dalam
satu kelompok terlalu banyak sehingga pada proses belajar mengajar tutor kurang
fokus. Pada saat diskusi tutor kurang fokus dengan anggotanya karena jumlah
anggota yang terlalu banyak. Bahkan ada siswa yang sibuk bermain sendiri atau
mengobrol dengan temannya. Maka dari itu dalam siklus II diubah, satu
kelompok terdapat tiga anak yaitu satu anak menjadi tutor dan dua anak menjadi
anggota kelompok. Proses belajar dapat dilakukan sesuai dengan metode yang
diterapkan. Pada siklus II siswa sudah mulai aktif dengan kelompok masing-
masing, tutor bisa mengamati anggotanya secara maksimal. Siswa sudah aktif
berdiskusi kelompok dan melakukan tanya jawab.
Hasil ulangan harian siswa menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar
siswa, sehingga dengan menggunakan metode tutor sebaya dapat menyelesaikan
rendahnya prestasi belajar siswa. Bisa dikatakan optimal karena bagi siswa yang
nilainya kurang dari 7,5 dilakukan remidi, sehingga siswa dapat mencapai KKM.
Penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam menyusun
laporan ini, maka dari itu saran penelitian selanjutnya dalam mengembangkan
19
metode tutor sebaya diharapkan tidak hanya mengetahui prestasi hasil belajar
tetapi juga dikembangan lagi dalam pelajaran praktikum dan jenis aktivitas-
aktivitas yang lain.
6. Daftar Pustaka
[1] Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
[2] Azimatul Ifah dan Rusijono. 2010. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tutor
Sebaya Terhadap Hasil Belajar TIK. Jurnal Teknologi Pendidikan,
Universitas Negri Surabaya. Vol 10 No 10 Oktober 2010. Surabaya.
[3] Sumadinata. 2003. Prestasi belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
[4] Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:
Rosdakarya.
[5] Akbar, reni dan Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
[6] Sudjana, Nana. 2009. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
[7] Yuvitta Indriani, Penerapan Metode Pembelajaran Tutor Sebaya Untuk
Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Pecahan Bagi Siswa Kelas V
SDN 1 Bojongsari Tahun 2012/2013, http://download.portalgaruda.org.
Diakses tanggal 10 Oktober 2014
[8] Desy Puspa Rahayu, Pengaruh Model Pembelajaran Tutor Sebaya Tipe Peer
Assisted Learning Strategies (Pals) Pada Komunitas Belajar Online Terhadap
Hasil Belajar Teknologi Informasi Dan Komunikasi, http://cs.upi.edu. Diakses
tanggal 10 Oktober 2014
[9] Oemar, Hamalik. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
[10] Sardiman A.M, 2012. Interaksi & motivasi belajar mengajar, Jakarta:
Rajawali pers.
[11] Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi. 2011. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[12] Suharsimi Arikunto. 1986. Pengelolaan kelas dan siswa. Jakarta: Rajawali.
[13] Sugiyono. 2010/2011. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.