46
ii PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PENGUKURAN) SISWA KELAS II SDN 04 TEMUIRENG KEC. PETARUKAN KAB. PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Oleh: Teti Aprianingsih NIM. X9707042 Laporan Penelitian Tindakan Kelas Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL …...v abstrak teti aprianingsih, penggunaan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika (pengukuran) siswa

Embed Size (px)

Citation preview

ii

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

(PENGUKURAN) SISWA KELAS II SDN 04 TEMUIRENG

KEC. PETARUKAN KAB. PEMALANG

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh:

Teti Aprianingsih

NIM. X9707042

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

iii

PERSETUJUAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan di

Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Maret Surakarta.

Surakarta, .............................

Pembimbing, Supervisor, Drs. Sutijan, M.Pd. Intiyas Rahayu, S.Pd. NIP. 19520127 197903 1 007 NIP. 19610321 198201 2 007

iv

PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan di hadapan Tim

Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 24 Juni 2010

Tim Penguji Laporan PTK :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. ………………………….

Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si. ………………………….

Anggota I : Drs. Sutijan, M.Pd. ………………………….

Anggota II : Drs. Sadiman, M.Pd. ………………………….

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 196007271987021001

v

ABSTRAK

Teti Aprianingsih, PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (PENGUKURAN) SISWA KELAS II SDN 04 TEMUIRENG KEC. PETARUKAN KAB. PEMALANG TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Laporan Penelitian Tindakan Kelas, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika (pengukuran) pada siswa kelas II SDN 04 Temuireng dan mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam penggunaan pendekatan kontekstual pada siswa kelas II SDN 04 Temuireng. Dengan demikian variabel penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran kontekstual dan hasil belajar.

Penelitian ini disusun dengan metode Penelitian Tindakan Kelas, subyek penelitian adalah siswa kelas II SDN 04 Temuireng yang terdiri dari 32 siswa. Pengumpulan data menggunakan dokumen, observasi dan wawancara.

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pada kondisi awal (pra siklus) didapat rata-rata kelas 64,89. Dengan penggunaan pendekatan kontekstual pada siklus I rata-rata kelas menjadi 67,60. pada siklus II rata-rata kelas meningkat menjadi 77,81. dari keseluruhan siklus yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peneliti telah mampu meningkatkan hasil belajar matematika (pengukuran) siswa kelas II SDN 04 Temuireng Kec. Petarukan Kab. Pemalang Tahun Pelajaran 2009/2010.

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

menyusun penelitian tindakan kelas yang berjudul " PENGGUNAAN MODEL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA (PENGUKURAN) SISWA KELAS II SDN 04

TEMUIRENG KEC. PETARUKAN KAB. PEMALANG TAHUN PELAJARAN

2009/2010." Penulisan ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

S1. Dengan segala kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan

dukungan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun

material sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Terlebih lagi ucapan

kasih ini dihaturkan kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Rernat Sajidan, M.Si selaku Pembantu Rektor I Fakultas keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Sutijan, M.Pd., selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan,

sehingga penulisan tindakan kelas ini dapat selesai tepat waktu.

4. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.

5. Intiyas Rahayu, S.Pd, selaku Kepala SDN 04 Temuireng dan Bapak Ibu/Guru

SDN 01 Temuireng.

6. Siswa kelas II SDN 04 Temuireng, yang dengan semangat telah membantu

berhasilnya penelitian tindakan kelas.

Penulis menyadari dalam penyusunan PTK ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangat peneliti harapkan

sebagai acuan sempurnanya laporan penelitian di masa yang akan datang.

vii

Penulis berharap, semoga karya ini bisa memberi manfaat yang besar

terutama bagi penulis sendiri, para rekan guru dan semua pihak yang peduli terhadap

peningkatan kualitas pendidikan di nusantara tercinta.

Pemalang, Juni 2010

Penulis

Teti Aprianingsih NIM. X9707042

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ............................................ 2

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

D. Manfaat Hasil Penelitian .................................................................. 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ..................................................................................... 4

1. Pendekatan Kontekstual ............................................................. 4

2. Hakikat Belajar ........................................................................... 5

3. Pengertian Hasil Belajar ............................................................. 13

4. Pengertian Matematika ............................................................... 14

5. Pengertian Pengukuran ............................................................... 15

B. Kerangka Pikir ................................................................................. 16

C. Perumusan Hipotesis Tindakan ....................................................... 17

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 18

B. Subyek dan Objek Penelitian ........................................................... 18

C. Sumber Data ..................................................................................... 18

D. Tehnik Pengumpulan Data ............................................................... 18

E. Prosedur Penelitian .......................................................................... 19

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 21

1. Prasiklus ...................................................................................... 21

2. Siklus I ....................................................................................... 21

3. Siklus II ....................................................................................... 25

B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Temuan ....................................... 27

1. Pembahasan Prasiklus ................................................................ 27

2. Pembahasan Siklus I ................................................................... 29

3. Pembahasan Siklus II .................................................................. 30

4. Pembahasan Antar Siklus ........................................................... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................... 34

B. Saran ................................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36

LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

1. Nilai Frekuensi dan Prosentase nilai Siswa Pra Siklus .................................... 28

2. Diagram Batang 1 ............................................................................................ 28

3. Nilai Frekuensi siswa Siklus Pertama ............................................................. 29

4. Diagram batang 2 ............................................................................................. 30

5. Nilai Frekuensi Siswa Siklus Kedua ............................................................... 31

6. Diagram Batang 3 ............................................................................................ 31

7. Nilai Frekuensi Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ................................ 32

8. Diagram Batang 4 ........................................................................................... 33

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Curriculum Vitae Penulis................................................................................ 37

2. Curriculum Vitae Supervisor .......................................................................... 38

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Pertama ...................................... 39

4. Lembar Kerja Siswa........................................................................................ 42

5. Lembar Observasi Siklus I.............................................................................. 43

6. Lembar Observasi Siklus II ............................................................................ 44

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus Kedua ........................................ 45

8. Instrumen penilaian RPP................................................................................. 51

9. Instrumen Penilaian Praktik Pembelajaran Programan PJJ S-1 PGSD .......... 53

10. Absensi Murid................................................................................................. 55

11. Daftar Hadir Guru Bulan Maret ...................................................................... 56

12. Daftar Hadir Guru Bulan April ....................................................................... 57

13. Daftar Hadir Guru Bulan Mei ......................................................................... 58

14. Komentar Guru / Teman Sejawat ................................................................... 59

15. Foto Dokumentasi .......................................................................................... 60

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

SD Negeri 04 Temuireng adalah salah satu SD di Kabupaten Pemalang, yang

beralamat di Desa Temuireng, Kecamatan Petarukan 52362 Pemalang. Secara

keseluruhan SD Negeri 04 Temuireng memiliki jumlah murid 276 anak. Sedangkan

di Kelas II tempat kami melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas terdapat 32 siswa,

terdiri 13 anak perempuan dan 19 anak laki-laki. Prestasi dari siswa kelas VI SDN 04

Temuireng dapat dikatakan rata-rata. Antara siswa satu dengan siswa yang lain

prestasi belajarnya tidak terpaut terlalu jauh. Hubungan sosial antara anggota kelas

cukup bagus, baik guru dengan siswa maupun hubungan siswa dengan siswa.

Proses pembelajaran yang berlangsung di SD Negeri 04 Temuireng

cenderung masih konvensional, artinya dalam melaksanakan pembelajaran masih

banyak menggunakan metode ceramah saja. Pada awal pembelajaran guru tidak

menggunakan apersepsi, guru kurang membangkitkan motivasi siswa terhadap

pembelajaran, model pembelajaran kurang menarik, tidak mengkaitkan dengan dunia

nyata, guru juga jarang menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam

menjelaskan atau menyampaikan pelajaran yang bersifat abstrak agar menjadi

konkrit sehingga siswa lebih mudah paham.

Permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran selama ini adalah

sebagai berikut :

1. Guru belum mempergunakan model pembelajaran yang inovatif, lebih banyak

menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan tugas.

2. Pembelajaran masih bersifat text book oriented atau orientasi pada buku, belum

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dan tidak mengkaitkan materi

pembelajaran dengan dunia nyata.

3. Guru dalam pembelajaran belum mempergunakan alat peraga yang beragam atau

bervariasi dari produk pabrik maupun buatan sendiri.

xiii

4. Pengetahuan yang diperoleh siswa kebanyakan hanya bersifat kognitif dan tidak

tahan lama. Proses pembelajaran masih didominasi guru, siswa kurang terlibat

aktif dalam pembelajaran.

5. Nilai prestasi belajar Matematika rendah terutama tentang pengukuran dimana

KKM-KD “Mengukur panjang dengan satuan tak baku daun baku” sangat

rendah 54, sedangkan KKM keseluruhan Matematika 58. Hal itu membuktikan

dalam KD tersebut guru mengalami kesulitan.

Untuk mengatasi permasalahan di atas, penulis menganggap penting

diadakannya penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas ini proses

pembelajaran matematika akan ada perbaikan dengan menggunakan model

pembelajaran yang inovatif. Anak terlibat secara langsung, pembelajaran lebih

bermakna sehingga meningkat pula hasil belajar matematika siswa.

B. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHANNYA

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut : Apakah penggunaan pendekatan kontekstual dapat

meningkatkan hasil belajar tentang pengukuran mata pelajaran matematika siswa

kelas II SDN 04 Temuireng, kecamatan Petarukan, kabupaten Pemalang Tahun

Pelajaran 2009/ 2010 ?

2. Pemecahan Masalah

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang pengukuran mata pelajaran

matematika dapat menggunakan pendekatan kontekstual sehingga anak terlibat

secara langsung dan pelajaran akan lebih lama diserap dalam ingatan anak.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan :

xiv

1. Memperbaiki proses pembelajaran matematika dari pembelajaran yang

menjenuhkan menjadi pembelajaran yang menyenangkan.

2. Meningkatkan pemahaman siswa tentang pengukuran pada mata pelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah bahwa :

1. Bagi Siswa

Meningkatnya hasil belajar siswa tentang pengukuran pada mata pelajaran

matematika dengan penggunaan pendekatan kontekstual.

2. Bagi Guru

a. Dapat menambah wawasan dan pemahaman guru tentang strategi

pembelajaran yang bervariasi.

b. Membantu guru untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika

sehingga pembelajaran lebih bermakna.

3. Bagi Sekolah

a. Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru secara umum.

b. Membantu tercapainya tujuan pendidikan di sekolah, baik secara mikro

maupun secara makro.

xv

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam kajian pustaka ini akan dibahas 3 hal yaitu kajian teori, kerangka pikir,

dan perumusan hipotesis.

A. KAJIAN TEORI

Dalam kajian teori yang relevan ini akan dibahas 5 hal, yaitu pendekatan

kontekstual, pengertian belajar, hasil belajar, pengertian matematika dan pengertian

pengukuran.

1. Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut

Nurhadi (2003) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan

antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya

dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan diperoleh

dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika

ia belajar.

Menurut Johson (2002) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan

menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari

dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan

pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut

meliputi tujuh komponen berikut :

a. Membuat keterkaitan-keterkaitan bermakna

b. Melakukan pekerjaan yang berarti

c. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri

d. Melakukan kerja sama

e. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang

f. Berpikir kritis dan kreatif untuk mencapai standar yang tinggi

g. Menggunakan penilaian otentik

4

xvi

Menurut Sanjaya (2004), Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama

pembelajaran yaitu :

a. Konstruktivisme (Construkvism)

b. Bertanya (Quetioning)

c. Menemukan (Inquiry)

d. Masyarakat belajar (learning community)

e. Permodelan (modeling)

f. Penilaian sebenarnya (authentic assesment)

Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah sebagai

berikut :

a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan

dan keterampilan barunya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

c. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya

d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompoknya)

e. Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran

f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru lebih banyak berurusan dengan strategi

pembelajaran daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai tim

yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelasnya.

Kontekstual hanya sebagai strategi. Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar

pembelajaran lebih produktif dan bermakna.

2. Hakikat Belajar

Dalam hakikat belajar ini akan dibahas dua hal, yaitu pengertian belajar,

prestasi belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebagai suatu perubahan pada diri individu yang

disebabkan oleh pengalaman, perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak

xvii

sekali, baik sifat maupun jenisnya. Karena itu sudah tentu setiap perubahan

dalam diri seseorang merupakan perubahan hasil belajar.

Belajar lebih berhasil apabila ada hubungan dengan minat, keinginan dan

tujuan siswa. Hal ini terjadi apabila ada hubungan dengan apa yang diperlukan

siswa dalam kehidupan sehari-hari, belajar dalam pengertian yang paling umum

adalah setiap perubahan tingkah laku akibat pengalaman yang diperolehnya atau

hasil interaksi individu dengan lingkungannya, karena manusia bersifat dinamis

dan terbuka terhadap berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya dan

lingkungan sekitarnya, maka proses belajar akan selalu terjadi pada diri

seseorang tanpa henti.

Menurut Slameto (1995:2). Belajar adalah ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya senidri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasilnya ia akan mengalami

perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap ketrampilan dan

kemampuannya. Sementara itu menurut Witherington dalam Ngalim Purwanto

(1977:84), belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap

kebiasaan atau suatu pengertian.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (1989:60), belajar merupakan suatu

proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan latihan.

Perkataan belajar dirumuskan oleh Kimble dalam Singgih D Gunarsa

(1990:119), belajar adalah perubahan yang relatif menetap dalam potensi

tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari latihan dengan penguatan dan tidak

masuk perubahan-perubahan karena kematangan, kelelahan dan kerusakan pada

susunan syaraf, dalam hal ini belajar adalah suatu yang diubah atau berubah

daru\i rangkaian tingkah laku dan perubahan itu bersifat menetap, ini diartikan

bilamana pada suatu saat terjadi perubahan ada suatu yang baru diperoleh

mempelajari sesuatu dan ini akan bersifat menetap dalam diri seseorang.

xviii

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat peneliti simpulkan

bahwa belajar suatu proses aktivitas manusia secara aktif, melibatkan unsure

jasmani maupun rohani untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam hal

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan nilai dan sikap. Perubahan-perubahan itu

bersifat relatif konstan dan menetap sehingga dibutuhkan suatu minat agar

mendapatkan sikap belajar yang baik dapat juga belajar diartikan sebagai usaha

yang dilakukan seseorang untuk mengetahui dan menguasai ilmu pengetahuan

sehingga dapat menerapkan dalam kehidupannya, belajar juga merupakan

perubahan-perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan dari hasil

usaha individu dalam memperoleh kepandaian ilmu, ketrampilan, kecakapan,

kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuian diri, serta aspek dalam pribadi

seseorang yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan

sikap.

Adapun dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat

dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian

tentang belajar oleh Ngalim Purwanto (1990:85) adalah sebagai berikut :

1) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman yang disebabkan oleh pertumbuhan atau perkembangan

kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti perubahan yang

terjadi pada diri bayi.

2) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu dapat

mengarah kepada tingkah laku yang baik, akan tetapi ada juga kemungkinan

perubahan itu mengarah ke perubahan tingkah laku yang kurang baik.

3) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun kejiwaan seperti perubahan

tingkah laku yang kurang baik.

4) Untuk disebut dengan belajar, maka perubahan itu harus relative mantap

pada akhir suatu periode waktu yang cukup panjang. Perubahan itu

hendaknya akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari,

berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun ini berarti harus meninggalkan

perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi,

xix

kelelahan, adaptasi, ketajaman, kepekaan perhatian seseorang yang biasanya

hanya berlangsung untuk sementara.

Menurut Slameto (1995:3-4) ada enam aspek perubahan belajar, yaitu

perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan

fungsional, perubahan dalam belajar bersifat aktif dan pasif, perubahan dalam

belajar bukan bersifat sementara, perubahan dalam belajar atau terarah

perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

1) Perubahan terjadi secara sadar, artinya seseorang yang belajar akan

merasakan perubahan yang tejadi sebagai akibat dari usaha belajarnya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, artinya

perubahan yang terjadi dalam individu siswa berlangsung secara

berkesinambungan, tidak statis.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, artinya perubahan-

perubahan yang senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh

sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, artinya perubahan yang

bersifat menetap atau permanen sehingga tingkah lakunya menetap.

5) Perubahan dalam belajar atau terarah, artinya perubahan tingkah laku itu

merupakan tujuan yang akan dicapai sehingga perubahan tingkah lakunya

benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, artinya perubahan sebagai

akibat dari belajar yang dilakukan sehingga terjadi perubahan tingkah laku

yang baik.

Dalam pembelajaran Matematika perubahan tingkah laku yang terjadi

apabila siswa secara sadar dan berkesinambungan dalam belajarnya dengan

menggunakan media yang sesuai maka apa yang diharapkan akan tercapai, sebab

dengan belajar tanpa ada tekanan siswa akan berhasil dalam mengerjakan tugas

dari guru.

Belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk

mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dicapai. Menurut Syaiful

Bahri Djamarah (1991:21), tujuan dalam belajar adalah terjadinya suatu

xx

perubahan dalam diri individu, sejalan dengan itu. Sardiman dalam Syaiful Bahri

Djamarah (1991:21) belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik me

menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut cipta, rasa

dan karsa, rasa kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dari pengertian belajar yang dikemukakan di atas, dapat diambil suatu

pemahaman tentang hakikat dari aktivitas belajar. Hakikat dari aktivitas belajar

adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu, perubahan itu nantinya

akan mempengaruhi pola piker individu dalam berbuat dan bertindak, perubahan

itu sebagai hasil dari pengalaman individu dalam belajar.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar.

Menurut Slameto ( 195 : 54 – 72 ), factor yang mempelajari belajar

dibedakan menjadi dua yaitu faktor interen dan eksteren ;

1) Faktor-faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar, faktor ini meliputi faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor

kelelahan.

a) Faktor jasmani yaitu faktor yang berasal dari anggota badan individu itu

sendiri, faktor jasmani terdiri dari dua macam, yaitu faktor kesehatan

dan cacat tubuh.

(1) Faktor kesehatan adalah kondisi kesehatan pada seseorang terbebas

dari penyakit.

(2) Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.

b) Faktor psikologis yaitu faktor yang mempengaruhi kejiwaan setiap

individu, faktor psikologis terdiri dari inteligensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

(1) Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi

yang baru dan cepat dan efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat.

xxi

(2) Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun

semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.

(3) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan.

(4) Bakat adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sejak lahir untuk

belajar.

(5) Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan seseorang

yang alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan

baru.

(6) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi.

Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga

berhubungan dengan kematangan karena kematangan berarti

kesiapan untuk melaksanakan kecakapan

c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya fisiknya

menurun, kelelahan ada dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan

kelelahan rohani,

(1) Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan

timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

(2) Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan

sesuatu hilang.

2) Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu siswa yang sedang

belajar, meliputi faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a) Faktor keluarga, yaitu siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga yang berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, susunan rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, orang

tua yang memahami perkembangan anak, latar belakang kebudayaan.

(1) Cara orang tua mendidik

Bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting,

anak/siswa yang mengalami kesukaran belajar dapat ditolong

dengan memberikan bimbingan belajar sebaik-bainya.

xxii

(2) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga adalah relasi orang tua dengan

anaknya, hubungan yang pengertian dan kasih sayang, disertai

mensukseskan belajar anak sendiri.

(3) Suasana rumah

Suasana rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-

kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada

dalam belajar.

(4) Keadaan ekonomi keluarga

Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan-kebutuhan

pokoknya.

(5) Orangtua yang memahami perkembangan anak

Anak yang sedang belajar perlu dorongan dan pengertian dari

orang tua.

(6) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar.

b) Faktor Sekolah

Faktor sekolah, yaitu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekolah

sehingga mempengaruhi belajar siswa. Faktor ini mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa dan relasi siswa dengan

siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung

sekolah, metode belajar dan tugas sekolah.

(1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui

didalam mengajar. Jadi setiap guru mengajar metode yang

digunakan harus sesuai materi.

(2) Kurikulum

xxiii

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

kepada siswa. Jadi semua kegiatan belajar siswa sudah diatur dalam

kurikulum. Kurikulum harus sesuai dengan perkembangan siswa dan

juga mengikuti perkembangan jaman.

(3) Relasi guru dengan siswa

Yaitu proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa.

Sedang relasi siswa dengan siswa yaitu proses belajar antara siswa

dengan siswa dan saling bertukar pendapat, kegiatan ini berjalan

dengan baik.

(4) Disiplin sekolah

Yaitu kedisiplinan yang erat hubungannya dengan kerajinan siswa

dalam sekolah dan juga dalam belajar.

(5) Alat pelajaran

Yaitu mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap sangat

perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat

menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik.

(6) Waktu sekolah

Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di

sekolah, waktu itu dapat di pagi hari, sore atau malam hari.

(7) Keadaan gedung

Keadaan gedung yang baik harus sesuai dengan jumlah siswa dan

ada ventilasi yang menunjang sehingga siswa betah belajar.

(8) Metode belajar

Metode belajar adalah cara yang paling baik untuk belajar sehingga

hasilnya memuaskan.

(9) Tugas rumah

Tugas rumah adalah tugas yang harus dikerjakan dirumah sehingga

siswa rajin belajar dan mengurangi bermaninnya

c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap

belajar siswa, yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan siswa

xxiv

dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan

masyarakat.

(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Sebagai anggota masyarakat siswa harus bergaul dan tanpa

masyarakat siswa tidak dapat belajar.

(2) Mass media

Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa

dan juga terhadap belajarnya.

(3) Teman bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk

dalam jiwanya dari yang kita duga.

(4) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat berpengaruh kuat terhadap belajar siswa.

3. Pengertian Hasil Belajar

Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian

terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di

atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil

penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Cecer

Rahmat (dalam Zainal Abidin, 2004:1) mengatakan bahwa hasil belajar adalah

penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan

tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai

materi pelajaran yang telah diberikan. Nana Sujana (1989 : 9) belajar didefinisikan

sebagai proses interaksional dimana pribadi menjangkau wawasan-wawasan baru

atau mengubah sesuatu yang lama.

Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Nasrun Harahap (dalam Zainal

Abidin, 2004 : 2) yaitu ;

“a. hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa

setelah mengikuti PBM dalam jangka waktu tertentu. b. Untuk mengetahui

keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan. c.

Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program

xxv

perbaikan, pengayaan atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya. d.

Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan

dalam suatu program bahan pelajaran. e. Untuk keperluan supervisi bagi kepala

sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten. f. Sebagai bahan dalam

memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan dalam mengambil

berbagai keputusan film pengajaran”.

4. Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk, susunan, besaran dan konsep-

konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, matematika dapat dibagi dalam

tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. James & James (dalam Ruseffendi,

1993:27) menyatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang

dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika untuk membantu

masalah sosial, ekonomi dan alam.

Matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran

dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematika

itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan

penalaran.

Menurut Suyitno dalam (2003:37), matematika adalah ilmu yang mempelajari

tentang bilangan dan ruang yang bersifat abstrak. Untuk menunjang kelancaran

pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan suatu

pembelajaran yang sangat berperan dalam membimbing abstraksasi siswa.

Sedangkan menurut Johnson dan Myk lebus dalam bukunya Mulyono

Abdurrahman (1999:252), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya

untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, sedangkan

fungsi teorinya adalah untuk memudahkan berpikir. Sedang Lenner yang

berpendapat dalam Mulyono Abdurrahman (1999:252) mengemukakan bahwa :

Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah

yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan

pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam

diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Dari berbagai pendapat ahli tersebut disimpulkan bahwa matematika, adalah

pola berpikir, pola, mengorganisir pembuktian yang logis, menggunakan bahasa

xxvi

yang cermat, jelas, dan akurat serta. representasinya dengan simbol. Matematika juga

merupakan pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat dan teori-teori itu

dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan

kebenarannya. Disamping itu matematika juga merupakan seni karena keindahannya,

terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

Di dalam penelitian ini yang dimaksud dengan matematika adalah salah satu

ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan

teknologi yang memudahkan manusia, berpikir dan memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

5. Pengertian Pengukuran

Menurut Kerlinger (1986), “Pengukuran adalah proses atau prosedur untuk

mengkualifikasikan atribut dalam sebuah kontinum”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “Pengukuran adalah

proses, perbuatan, cara mengukur”.

Pengukuran dalam pendidikan IPA, “ Pengukuran adalah proses

membandingkan suatu besaran dengan besaran standar sejenis dengan cara dan

sistem tertentu”.

Pengukuran dalam Assesmen, “Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang

dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau

benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka”.

Dari berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa pengukuran adalah

proses mengukur sesuatu benda dengan alat ukur.

Di dalam penelitian ini kami membatasi pengukuran tersebut dalam

pengukuran panjang. Yaitu suatu proses kegiatan mengukur panjang benda dengan

menggunakan alat ukur. Baik yang berupa alat ukur standar seperti meter, inci,

sentimeter, ataupun alat ukur yang bersifat relatif seperti depa, jengkal dan langkah.

B. KERANGKA PIKIR

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit

dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar, perlu dicari

terobosan baru yang mampu merangsang siswa untuk tertarik dan hasil belajarnya

xxvii

meningkat. Karena itu materi pengukuran yang dikemas secara kontekstual dekat

dengan kehidupan siswa, bisa dialami siswa, ditemukan dengan mudah dapat

merangsang keinginan siswa untuk menyenangi mata pelajaran matematika.

Pembelajaran yang sarat dengan kriteria di atas adalah pembelajaran tentang

pengukuran berbasis kontekstual.

Kerangka berpikirnya, dengan menggunakan media benda-benda yang ada di

lingkungan sekolah tentu siswa akan lebih mudah menangkap pembelajaran yang

disajikan. Dengan siswa melakukan kegiatan mengukur serta keterkaitan guru

sebagai motivator dimungkinkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

xxviii

C. PERUMUSAN HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran, maka dapat dirumuskan

hipotesis Penelitian Tindakan Kelas ini sebagai berikut : Penggunaan model belajar

kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika (pengukuran siswa kelas II

SDN 04 Temuireng, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran

2009 / 2010.

Dalam pembelajaran Matematika khususnya pengukuran : a. Hasil belajar siswa rendah b. Pembelajaran tidak

menyenangkan c. Siswa cepat bosan

Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran yaitu model pembelajaran konstektual yang dikaitkan dengan media pembelajaran yang ada di sekitar sekolah dan pembelajran tidak hanya dilakukan di dalam kelas sehingga pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan.

Dalam pembelajaran Matematika khususnya pengukuran khususnya menggunakan model pembelajran konstekstual: a. Meningkatkan pemahaman cara

pengukuran yang benar b. Hasil belajar siswa meningkat c. Pembelajaran menjadi

menyenangkan d. Siswa tidak cepat bosan

Kondisi Akhir

Tindakan

Kondisi Awal

xxix

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Temuireng kecamatan

Petarukan, kabupaten Pemalang. Penelitian direncanakan akan dilakukan pada

pertengahan bulan Januari sampai dengan awal bulan Juni 2010.

B. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN

1. Subjek penelitian : penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas II SDN N 04

Temuireng, kecamatan Petarukan, kabupaten Pemalang.

2. Objek penelitian : pendekatan kontekstual.

C. SUMBER DATA

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Informan dalam penelitian adalah guru yang mengampu kelas II dan siswa kelas

II SDN 04 Temuireng.

2. Tempat dan kegiatan berupa pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran kontekstual.

3. Dokumen yang yang ada meliputi kurikulum, rencana pelaksanaan

pembelajaran, foto kegiatan pembelajaran, hasil tes siswa, catatan lapangan serta

hasil wawancara dengan siswa dan guru.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

kuisioner, wawancara, catatan lapangan (lembar observasi), dan tes serta penugasan.

Kuisioner, lembar observasi (catatan lapangan) dan wawancara digunakan

untuk mengungkap sikap siswa terhadap pembelajaran matematika tentang

pengukuran. Tes dan penugasan digunakan untuk mengungkap tingkat penguasaan

siswa dalam pembelajaran matematika tentang pengukuran.

18

xxx

2. Teknik Analisis Data Penelitian

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis interaktif. Model analisa interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok

yaitu : reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

E. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian tindakan ini dilakukan melalui dua siklus. Adapun mengenai

pelaksanaan tindakan secara umum melalui tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, kegiatan yang akan dilakukan adalah :

a. Mengidentifikasi masalah (mendiskusikan permasalahan) yang muncul berkaitan

dengan kekurang mampuan siswa dalam pembelajaran pengukuran pada mata

pelajaran matematika. Untuk melakukan identifikasi masalah ini digunakan tes

wawancara.

b. Merancang pelaksanaan tindakan untuk memecahkan permasalahan yang

berkaitan dengan pembelajaran pengukuran.

c. Menyusun format observasi dan instrument penelitian untuk mengetahui respon

siswa terhadap pembelajaran pengukuran.

d. Menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan dan teknis analisis data yang

dapat digunakan dalam PTK ini.

2. Tahap implementasi tindakan

Adapun rencana tindakan yang disepakati adalah sebagai berikut :

Siklus Pertama

a. Pengenalan dan tanya jawab mengenai jenis alat ukur baik baku maupun non

baku.

b. Siswa berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa untuk

menyelesaikan pengukuran benda-benda yang ada di lingkungan sekolah.

c. Siswa melaporkan hasilnya di depan kelas dan siswa lain menanggapinya.

Siklus Kedua

xxxi

a. Siswa menyiapkan alat untuk mengukur secara individual. Terlebih dahulu guru

menuliskan benda-benda yang akan diukur siswa.

b. Siswa melakukan kegiatan pengukuran diluar kelas namun masih dalam

lingkungan sekolah.

c. Guru melakukan evaluasi baik proses maupun hasil.

d. Guru memberikan penguatan sebagai simpulan dari pembelajaran saat itu.

e. Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengatasi kesan-kesan atau

respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.

3. Tahap Observasi dan Monitoring

Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring,

serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria

keberhasilan tindakan adalah siswa mampu melakukan ketrampilan mengukur baik

dengan alat ukur baku yang berupa penggaris mika (berukuran 30 cm) dan alat ukur

tidak baku (jengkal, depa, dan langkah).

Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas mengukur benda-benda

yang ada di lingkungan sekolah. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat

kemampuan siswa mengenai pengukuran antara sebelum dan sesudah tindakan, dan

pada Siklus Pertama dan Siklus Kedua.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan

pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau

mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang

perlu diterapkan agar siswa dapat memiliki ketrampilan mengukur dengan baik.

Begitu seterusnya sampai tindakan ini dapat tercapai.

xxxii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal

Proses pembelajaran yang berlangsung di SD Negeri 04 Temuireng

cenderung masih konvensional, artinya dalam melaksanakan pembelajaran masih

banyak menggunakan metode ceramah saja. Pada awal pembelajaran guru tidak

menggunakan apersepsi, guru kurang membangkitkan motivasi siswa terhadap

pembelajaran, model pembelajaran kurang menarik, tidak mengkaitkan dengan dunia

nyata, guru juga jarang menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam

menjelaskan atau menyampaikan pelajaran yang bersifat abstrak agar menjadi kokrit

sehingga siswa lebih mudah paham. Sehingga nilai prestasi belajar siswa masih

rendah. Hal ini dapat kita lihat pada tabel kondisi awal pada lampiran 10.

2. Siklus Pertama

Siklus pertama dilaksanakan tanggal 4 Februari 2010 dengan 1 kali

pertemuan yang diikuti oleh 32 siswa kelas II SDN 04 Temuireng. Materi pokok

yang diajarkan adalah mengukur panjang benda dengan satuan tidak baku dan satuan

baku. Guru dalam menyampaikan materi, selain menjelaskan juga menekankan agar

siswa menemukan sendiri konsep matematika khususnya pengukuran melalui kerja

kelompok maupun pengugasan yang dilakukan. Sehingga pembelajaran akan lebih

mena pada siswa.

Data perencanaan telah tertuang dalam RPP yang dapat dilihat pada lampiran

5. Pada siklus pertama terdiri dari beberapa tahap, yaitu : perencanaan, pelaksanaan,

observasi dan refleksi.

a. Perencanaan

Adapun perencanaan siklus pertama dilaksanakan dalam waktu 2 x 30 menit atau

60 menit. Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perencanaan RPP mencakup

menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

21

xxxiii

pembelajaran, dampak pengiring, langkah-langkah pembelajaran alat dam

sumber belajar serta penilaian. Selin itu juga mempersiapkan fasilitas dan sarana

pendukung, Fasilitas yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran

adalah :

1) Ruang Belajar

Ruang belajar yang digunakan adalah gedung sekolah yang digunakan

sebagai pusat sumber belajar. Guru menyiapkan alat-alat yang digunakan

untuk kegiatan belajar mengajar, seperti kapur, penggaris dan lain

sebagainya.

2) Buku Pelajaran

Buku pelajaran matematika kelas II Penerbit Eralngga.

3) Alat Peraga

Alat Peraga yang dipersiapkan diantaranya macam-macam alat untuk

mengukur panjang.

Selain menyiapkjan RPP, guru juga menyiapkan lembar kerja. Dalam

menyiapkan lembar kerja guru menyiapkan materi yang diajarkan dan

menyiapkan instrumen penilaian siswa.

Di dalam perencanaan guru juga menyiapkan lembar evaluasi yang berisi

soal-soal evaluasi untuk siswa dan juga menyiapkan lembar observasi untuk

teman sejawat bertindak sebagai observer yang bertugas mengobservasi terhadap

proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, kemudian hasilnya ditulis dalam

lembar observasi.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan Siklus Pertama peneliti menyampaikan

pembelajaran matematika sesuai engan rencana pembelajaran yang disusun

sesuai dengan kompetensi dasar pada semester 2 yaitu menggunakan alat ukur

panjang tidak baku dan baku (cm, m) yang sering digunakan. Pelaksanaan ini

dilakukan selama 2 kali jam pelajaran, yaitu 2 x 30 menit atau 1 kali pertemuan.

Pada siklus pertama ini, kegiatan awal dimulai dengan berdo’a, setelah itu

guru mengadakan apersepsi yaitu dengan tanya jawab berupa pengalaman siswa

dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan kegiatan pengukuran.

xxxiv

Setelah kegiatan awal dilanjutkan dengan kegiatan inti pembelajaran, yaitu

guru menjelaskan jenis alat ukur panjang baku (meteran, penggaris kayu dan

meteran plastik penjahit) dan jenis alat ukur panjang tidak baku (jengkal, tepalak

kaki dan depa). Untuk mengaktifkan, siswa disuruh untuk mengukur mejanya

masing-masing dengan jengkal. Setelah selesai mengukur, guru menanyakan

kepada siswa apakah hasilnya sama? Kemudian guru dan siswa menyimpulkan

bahwa dengan jengkal masing-masing siswa memperoleh hasil yang berbeda.

Kemudian mengukur buku paket matematika dengan penggaris yang terlebih

dulu siswa diajari cara mengukur dengan menggunakan penggaris. Setelah

selesai, guru menanyakan bagaimana hasilnya. Kemudian guru dan siswa

menyimpulkan bersama-sama.

Langkah selanjutnya guru membagi ke dalam kelompok-kelompok kecil.

Tiap kelompok terdiri 4 siswa. Tiap kelompok menerima tugas yang sama yaitu

untuk mengukur benda-benda yang ada di dalam kelas seperti buku gambar, buku

matematika dan pensil. Siswa melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan

kelas, siswa lain menanggapinya. Guru memberi tanggapan. Pembelajaran

diakhiri dengan siswa mengerjakan soal evaluasi secara mandiri.

Ternyata pada penguasaan materi pengukuran belum mencapai

keberhasilan karena belum sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh peneliti.

Dilihat dalam proses mengukur masih banyak siswa yang keliru cara mengukur

dengan menggunakan penggaris. Yang seharusnya dimulai dari angka 0 (nol),

siswa menempatkan benda yang diukur pada angka 1 (satu). Dan hal ini

mempengaruhi hasil pengukuran. Pada Siklus Pertama masih banyak siswa yang

mendapat nilai kurang dari 60. Dan nilai rata-rata kelas baru mencapai 67,60.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh teman sejawat yang ditujukan pada aktivitas guru

dan juga keaktifan siswa. Adapun data hasil observasi tersebut dapat dilihat pada

tabel hasil observasi pertama terdapat pada lampiran 5.

xxxv

d. Refleksi

Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan yang sudah

dilaksanakan. Hasil evaluasi dan refleksi siklus pertama digunakan sebagai acuan

dalam menyusun perencanaan pada siklus kedua.

Adapun hasil dari refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat

diperoleh data sebagai berikut :

1) Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sudah cukup

berhasil meningkatkan motivasi siswa.

2) Dalam proses pembelajaran siswa sudah cukup efektif terlibat dalam kegiatan

belajar mengajar.

3) Siswa dapat belajar dengan senang, tidak mengalami ketakutan/tekanan.

4) Siswa dalam mengikuti KBM dapat mengikuti pelajaran dan dapat

bekerjsama dengan kelompoknya.

5) Hasil evaluasi mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi

sebelumnya ketika belum menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Kelemahan proses pembelajaran pada siklus pertama adalah :

1) Kegiatan kelompok hanya didominasi oleh siswa yang lebih pintar sedangkan

siswa yang kurang pandai cenderung pasif dan kurang memperhatikan tugas

kelompok yang harus dikerjakan.

2) Kurang media yang bervariasi sehingga terkesan monoten, sehingga kurang

menarik minat siswa.

3) Kehadiran observer mempengaruhi KBM, konsentrasi siswa agak terbagi.

Dari hasil observasi dan refleksi maka peneliti harus melakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

1) Sebelum pembelajaran guru menyampaikan kepada siswa bahwa kelas akan

di observasi dan difoto, hal ini bertujuan agar siswa terpengaruh dan tidak

mempengaruhi konsentrasi siswa.

2) Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan alat peraga matematika

khususnya alat peraga pengukuran untuk kelas II sehingga lebih menunjang

dalam penanaman konsep-konsep matematika.

xxxvi

3) Penggunaan model pembelajaran inovatif yang menyenangkan dan tidak

hanya menekankan pada ranah kognitif siswa namun mencakup 3 ranah

sekaligus.

3. Siklus Kedua

Pelaksanaan pembelajaran siklus kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 24

April 2010 di kelas II SDN 04 Temuireng kecamatan Petarukan Kabupaten

Pemalang. Adapun tahapan yang dilakukan pada siklus kedua terdiri dari

perencanakan tindakan, pelaksanakan tindakan, observasi dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada perencanaan ini antara lain :

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan

kontekstual, menyusun skenario pembelajaran, menyusun skenario

pembelajaran, menyusun perangkat pembelajaran seperti yang tertera di

silabus dan rencana perbaikan pembelajaran.

2) Menyediakan alat dan media pembelajaran, menyediakan alat dan media

pembelajaran yang sesuai dengan pengukuran panjang dengan satuan tak

baku dan satuan baku, misalnya : meteran, penggaris, roll meter, meteran

plastik.

3) Membuat lembar evaluasi pembelajaran

Menyiapan alat evaluasi berupa tes tertulis dan LKS (Lembar Kerja Siswa)

untuk mengetahui hasil belajar siswa, penilaian dalam penelitian ini

digunakan untuk mengetahui belajar siswa pada indikator. Tes yang

digunakan berbentuk isian singkat.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus kedua peneliti menyampaikan

pembelajaran matematika sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun

penelitia. Yaitu sesuai dengan indikator mata pelajaran matematika semester II,

yaitu mengukur panjang dengan satuan yang sesuai. Pelaksanaan tindakan ini

dilakukan dalam dua kali pertemuan. Yang meliputi :

xxxvii

1) Pertemuan pertama

Pada pelaksanaan pertemuan pertama dimulai dari kegiatan awal

yang dimulai dengan mengucapkan salam, apperspsi dengan tanya jawab

mengulang dan mengingat kembali pelajaran yang telah lalu dan

mengaitkan materi yang akan diberikan.

Pada kegiatan inti dimulai dengan siswa memperhatikan penjelasan

guru tentang macam-macam alat ukur panjang. Kemudian siswa berlatih

menentukan panjang benda yang sebelumnya diberi contoh terlebih dahulu

bagaimana cara mengukur benda dengan menggunakan jengkal, depa

maupun penggaris. Setelah itu guru dan siswa mendiskusikan pekerjaan

siswa dan mengambil kesimpulan bersama-sama. Kegiatan inti diakhiri

dengan siswa mengerjakan evaluasi.

Pada kegiatan akhir meliputi beberapa kegiatan yaitu : guru bersama

dengan siswa menyusun simpulan materi dan tindak lanjut berupa

pemberian PR.

2) Pertemuan kedua

Pada pelaksanaan pertemuan kedua dimulai dari kegiawan awal guru

mengabsen siswa kemudian guru memberikan appersepsi dengan menggali

pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan

kegiatan yang mengukur. Setelah itu guru menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Pada kegiatan inti guru menunjukkan alat ukur panjang dan

kegunaannya. Kemudian guru menunjuk salah satu siswa untuk maju ke

depan memperagakan cara mengukur yang benar. Kemudian guru

memberikan tugas individual yaitu macam-macam benda yang harus diukur

baik dengan satuan tidak baku dan baku. Sedangkan siswa menyiapkan

buku catatan dan alat ukur. Setelah itu guru mengajak ke luar kelas untuk

mengerjakan tugas mencari benda-benda yang harus diukur. Siswa

mengerjakan secara individual dengan bimbingan guru kemudian

mencocokkan hasil pekerjaannya. Pada kegiatan penutup, siswa dan guru

xxxviii

mencatat kesimpulan kemudian guru memberikan tindak lanjut berupa

pemberian PR.

3) Observasi

Observasi dilakukan oleh teman sejawat hasilnya dapat dilihat pada

lampiran 6.

c. Refleksi

Adapun refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat

diperoleh data sebagai berikut :

1) Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran sudah cukup

berhasil meningkatkan motivasi siswa.

2) Dalam proses pembelajaran siswa sudah cukup efektif terlibat dalam

kegiatan belajar mengajar.

3) Siswa dapat belajar dengan senang, tidak mengalami ketakutan/tekanan.

4) Siswa dalam mengikuti KBM dapat mengikuti pembelajaran dan dapat

bekerjasama dalam kelompoknya.

5) Hasil evaluasi mengalami peningkatan jika dibandingkan dalam siklus

pertama.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pembahasan pra siklus

Dari data daftar nilai siswa pra siklus pada lampiran 10 dapat dilihat

perolehan nilai siswa pada mata pelajaran matematika sebagai berikut : siswa yang

mendapat nilai dibawah KKM sebanyak 12 siswa pada tes tertulis sedangkan siswa

yang mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 20 siswa. Rata-rata kelaspun masih

relatif rendah yaitu 64,89 yang mencakup evaluasi baik tertulis, lisan maupun unjuk

kerja. Adapun nilai frekuensi pra siklus dan persentase nilai pra siklus adalah sebagai

berikut :

Tabel 1

Nilai frekuensi dan persentase nilai siswa pra siklus

No Nilai Jumlah Persentase

1 0 – 20 0 0%

xxxix

2 21 – 40 0 0%

3 41 – 60 11 34,4%

4 61 – 80 20 72,5%

5 81 – 100 1 3,1%

Jumlah 32 100%

Dari tabel diatas diperoleh data jumlah siswa yang mendapat nilai 0 sampai 40

tidak ada, siswa yang mendapat nilai 41 – 60 sebanyak 11 anak, siswa yang

mendapat nilai 61 – 80 sebanyak 20 anak dan yang mendapat nilai 81 – 100

sebanyak 1 anak. Dari data diatas apabila dibuat dalam bentuk diagram adalah

sebagai berikut :

Diagram batang 1

0

5

1 0

1 5

20

25

0-20 21 -40 41 -60 61 -80 81 -1 00

Pada tabel dan diagram diatas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa masih

rendah dan diperlukan adanya tindakan untuk memperoleh hasil belajar yang

maksimal. Untuk itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

matematika khususnya materi pengukuran.

2. Pembahasan Siklus Pertama

xl

Dari perolehan nilai siswa pada siklus pertama (lampiran 10) menunjukkan

adanya peningkatan hasil belajar jika kita dibandingkan dengan perolehan siswa pada

pra siklus. Yaitu pada jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM

berkurang yang semula 12 anak menjadi 8 anak dan jumlah siswa yang mendapat

nilai di atas KKM mengalami peningkatan yang semula 20 anak menjadi 24 anak.

Berdasarkan nilai siswa pada siklus pertama maka diperoleh data nilai

frekuensi siswa pada siklus pertama sebagai berikut :

Tabel 2

Nilai frekuensi siswa siklus pertama

No Nilai Jumlah Persentase

1 0 – 20 0 0%

2 21 – 40 0 0%

3 41 – 60 8 25%

4 61 – 80 19 39,4%

5 81 – 100 5 15,6%

Jumlah 32 100%

Dari tabel diatas diperoleh jumlah siswa yang mendapat nilai 0-40 tidak ada,

siswa yang mendapat nilai 41-60 sebanyak delapan anak, ssiwa yang mendapat nilai

61-80 sebanyak 19 anak dan siswa yang mendapat nilai 81-100 sebanyak 5 anak.

Dari data diatas apabila dibuat dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :

Diagram batang 2

xli

0

2

4

6

8

1 0

1 2

1 4

1 6

1 8

20

0-20 21 -40 41 -60 61 -80 81 -1 00

Pada tebel dan diagram di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa ada

peningkatan bila dibandingkan dengan pra siklus. Namun peningkatan masih relatif

sedikit atau belum maksimal. Untuk itu perlu diadakan siklus kedua.

3. Pembahasan siklus kedua

Dari perolehan nilai siswa pada siklus [lampiran II] meunjukkan adanya

peningkatan hasil belajar jika dibandingkan dengan perolehan siswa pada siklus

pertama. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Semua siswa rata-

rata kelas meningkat dari 67,60 menjadi 77,81.

Adapun nilai frekuensi dan persentase nilai siswa siklus kedua adalah sebagai

berikut :

Tabel 3

Nilai Frekuensi Siswa Siklus Kedua

xlii

No Nilai Jumlah Persentase

1

2

3

4

5

0-20

21-40

41-60

61-80

81-100

0

0

0

27

5

0%

0%

0%

84,4%

15,60%

Jumlah 32 100%

Dari tabel di atas diperoleh tidak ada siswa yang memperoleh nilai 0-60, siswa yang

mendapat nilai 61-80 sebanyak 27 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 81-100

sebanyak 5 siswa.

Dari data di atas apabila dibuat dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :

Diagram batang 3

0

5

10

15

20

25

30

0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

4. Pembahasan Antar Siklus

xliii

Setelah diadakannya tindakan hasil belajar siswa dari nilai pra siklus [kondisi awal]

mengalami peningkatan. Hal ini dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 4

Nilai Frekuensi siswa pra siklus, Siklus I, dan Siklus II

Jumlah siswa Persentase No Nilai

Prasiklus Siklus I Siklus II Prasiklus Siklus I Siklus II

1

2

3

4

5

0-20

21-40

41-60

61-80

81-100

0

0

11

20

1

0

0

8

19

5

0

0

0

27

5

0%

0%

34,4%

72,5%

3,1%

0%

0%

25%

59,4%

15,6%

0%

0%

0%

84,4%

15,6%

Jumlah 32 32 32 100% 100% 100%

Dari tabel di atas diperoleh jumlah siswa yang nilainya kurang dari KKM

sebanyak 20 siswa pada prasiklus, pada siklus kedua berkurang menjadi 8 siswa dan

tidak ada siswa yang mendapatkan nilaidi bawah KKM pada siklus II. Rata-rata kelas

pun meningkat dari rata-rata prasiklus 64,89 menjadi 67,60 dan pada siklus II rata-

rata meningkat menjadi 77,81. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 10 dan lampiran

11.

Siswa yang mendapatkan nilai 61 sampai 100 juga mengalami peningkatan

yang semula dalam prasiklus 21 siswa, dalam siklus I meningkat menjadi 24 siswa

dan pada siklus II menjadi 32 siswa.

Dari data di atas apabila dibuat dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut :

Diagram batang

xliv

0

5

10

15

20

25

30

0-20 21-40 41-60 61-80 81-100

Pada tabel dan diagram di atas menunjukan bahwa hasil belajar siswa sudah

mengalami peningkatan dengan demikian penulis mengambil tindakan hanya sampai

siklus II karena dalam siklus II ini sudah memperoleh peningkatan hasil belajar yang

maksimal.

BAB V

xlv

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan di SDN 04

Temuireng Unit Pengelola Pendidikan Kecamatan Petarukan Kabupaten

Pemalang pada tahun 2009/2010 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pendekatan kontekstual mampu memperbaiki proses pembelajaran

matematika dari pembelajaran yang menjenuhkan menjadi pembelajaran yang

menyenangkan. Hal ini disebabkan olah :

a. Siswa mempraktekkan sendiri dengan melakukan pengukuran panjang

menggunakan alat ukur tidak baku maupun alat ukur baku. Sehingga anak

lebih aktif dan tidak hanya duduk, diam dan mendengarkan penjelasan

guru.

b. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual siswa tidak hanya

melakukan pembelajaran di dalam ruang kelas, namun dilakukan juga di

luar ruang kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai

sumber belajar.

2. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa tentang pengukuran.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka ada

beberapa saran untuk dipertimbangkan dalam perbaikan pembelajaran di masa

mendatang, yang meliputi bagi sekolah, bagi guru, bagi siswa dan bagi orang tua.

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah mengupayakan pengadaan berbagai alat peraga

matematika khususnya alat ukur panjang, baik doping maupun swadaya

sekolah, sekolah lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep

matematika secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa

dan memperdayakan penggunaan alat peraga.

2. Bagi Guru 34

xlvi

Hendaknya mempersiapkan secara cermat dan tepat perangkat

pendukung pembelajaran matematika yang pada akhirnya berpengaruh pada

proses dan hasil belajar siswa.

3. Bagi siswa

Siswa hendaknya ikut serta berperan aktif dalam proses pembelajaran

dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru sehingga akan

memperoleh hasil atau prestasi yang maksimal.

4. Bagi orang tua

Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan

pendidikan siswa, sebab waktu yang paling banyak adalah di rumah. Oleh

karenanya pengawasan siswa di rumah lebih banyak dari pada di sekolah.

Pendidikan akan berhasil apabila ada kerja sama antara orang tua dan guru.

Bimbingan orang tua di rumah sangat berarti dalam kemajuan belajar siswa,

tanpa bantuan orang tua, pendidikan anak tidak optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arief S. Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

xlvii

Aristo Rahadi, 2003, Media Pembelajaran, Jakarta : Depdikbud Baharudin, Esa Nur Wahyudi, 2008. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar

Ruzz Media Group Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Kurikulum, 2004. Kurikulum Tahun

2004. Jakarta: Depdikbud. M. Saekhan Muchith. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RA Said: Media

Group. Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta: Mirza

Media Pustaka. Mulyani Sumantri, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Maulana Ngalim Purrwanto, 1990. Psikologi Pendidikan . Jakarta : Remaja Rosda Karya Oemar Hamalik, 1989. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung : Mandar

Maju Slameto, 1995, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka

Cipta Syaful Bahri Djanara, 1991, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya :

Usaha Nasional Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen

Dikti Depdiknas. W.J.S. Poerwadarminto, 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka