Upload
lycong
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Pengolahan Air Limbah Perkotaan Menggunakan Teknologi Tepat Guna dengan Memanfaatkan Constructed Wetland (Studi Kasus:
Saluran Kalidami)
Municipal Wastewater Treatment Using Apropiete Technology with Constructed Wetlands (Study Case: Kalidami Drainage)
Febrina Kusman & *Eddy S. Soedjono*1)
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
1) Korenpondesif [email protected]
ABSTRAK Saluran Kalidami merupakan salah satu saluran drainase di Kota Surabaya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Kota Surabaya No. 02 tahun 2004 Saluran Kalidami termasuk ke dalam kelas III karena kualitas air di saluran sangat buruk. Kualitas air yang buruk disebabkan oleh air limbah permukiman yang dibuang secara sembarangan melalui pipa sekunder dan tersier dari rumah-rumah penduduk. Kualitas air yang seperi itu perlu diolah dengan menggunakan teknologi yang tepat guna. Constructed wetland merupakan teknologi tepat guna yang dapat digunakan untuk mengolah ar limbah di Saluran Kalidami dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok. Perencanaan constructed wetland di Saluran Kalidami dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data-data yang telah dikumpulkan digunakan untuk mendesain constructed wetland di Saluran Kalidami. Constructed wetland direncanakan sepanjang 300 m dan membagi 6 constructed
wetland dengan panjnag 50 m untuk tiap constructed wetland. Lebar dari constructed wetland mengikuti lebar saluran. Constructed wetland yang direncanakan tersebut dapat menurunkan kadar pencemar dalam air limbah dengan efisiensi removal BOD (55,73%), TSS (76,28%) dan Ammoium (46,2%). Biaya yang dipelukan untuk membuat perencanaan constructed wetland di Saluran Kalidami sebesar Rp 98.610.000. PENDAHULUAN
Menurut Metcalf dan Eddy (1991) air limbah didefenisikan sebagai cairan buangan dari
rumah tangga yang mengandung bahan–bahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan
lingkungan. Grey water merupakan limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal
dari kamar mandi, dapur yang mengandung sisa makanan dan tempat cuci. Grey water yang
dihasilkan oleh masyarakat setiap hari dibuang secara sembarangan ke saluran drainase tanpa
adanya pengolahan. Hal ini berkaitan langsung dengan penurunan kualitas air permukaan yang
selalu terjadi dari tahun ke tahun di Kota Surabaya karena daya dukung alam yang tidak dapat
mengatasi buangan air limbah seiring meningkatnya jumah penduduk.
Penurunan kualitas air permukaan di Kota Surabaya sangat mudah diamati secara langsung
dari saluran yang ada di sepanjang Kota Surabaya. Kenyataan bahwa saluran drainase di Kota
Surabaya telah berubah fungsi menjadi saluran pembuangan air limbah permukiman. Permasalahan
penurunan kualitas air permukaan di Saluran Kalidami terkait dengan ditetapkannya saluran ini
dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 02 Tahun 2004, tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air sebagai badan air dengan Klasifikasi Kelas III, yaitu air yang
dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar dan payau, air untuk mengairi pertamanan.
Penurunan kualitas air permukaan disebabkan bahan pencemar yang terkandung di dalam limbah
permukiman yang dibuang secara langsung ke Saluran Kalidami. Bahan pencemar yang terkandung
dalam limbah permukiman terdiri dari bahan organik, nutrien, sampah, dan mikroorganisme
patogen (Anonim, 2004). Penurunan kualitas air permukaan di Saluran Kalidami yang terus
menerus dapat diolah dengan menggunakan teknologi yang tepat guna. Wetland merupakan salah
satu teknologi yang tepat guna untuk mengolah air limbah permukiman. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa wetland baik untuk perairan dan ekologi air permukaan (Novotny, 1994).
Constructed wetland adalah wetland buatan yang dikelola dan dikontrol oleh manusia
(Novotny,1994). Menurut Watson (1989) dan Kadlec (1996) menyatakan bahwa ada beberapa
keuntungan dari constructed wetland dibandingkan dengan sistem pengolahan air limbah yang lain,
yaitu : murah, sangat berpotensi untuk dikembangkan di negara berkembang, operasi dan
pemeliharaan sangat mudah serta tidak butuh bahan kimia.
Constructed wetland terdiri dari dua, yaitu Free Water Surface (FWS) dan Subsurface Flow.
Free water surface merupakan saluran dengan lapisan dasar impermiabel alami maupun buatan
berupa tanah liat yang berfungsi untuk mencegah air merembes keluar kolam. Kolam buatan berupa
tanah sebagai tempat hidup emergen plant dengan kedalaman air berkisar antara 0,1-0,6 m.
Pengolahan air limbah pada sistem subsurface flow wetland terjadi melalui tanaman yang ditanam
pada media berpori. Media yang digunakan adalah tanah, kerikil, dan gravel. Subsurface flow
efektif untuk mengolah air limbah pada iklim dingin.
Selain kualitas air Saluran Kalidami yang buruk, permasalahan yang ada di Saluran
Kalidami adalah tanaman eceng gondok yang tumbuh di saluran sehingga mengakibatkan saluran
tertutup oleh tanaman gulma tersebut. Tanaman yang digunakan pada perencanaan constructed
wetland di Saluran Kalidami adalah eceng gondok. Eceng gondok dapat hidup mengapung bebas di
atas permukaan air dan berakar di dasar kolam atau rawa jika airnya dangkal. Kemampuan tanaman
inilah yang banyak di gunakan untuk mengolah air buangan, karena dengan aktivitas tanaman ini
mampu mengolah air buangan domestic dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Eceng gondok dapat
menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara biokimiawi (berlangsung agak lambat) dan
mampu menyerap logam-logam berat seperti Cr, Pb, Hg, Cd, Cu, Fe, Mn, Zn dengan baik,
kemampuan menyerap logam persatuan berat kering eceng gondok lebih tinggi pada umur muda
dari pada umur tua.
Perencanaan constructed wetland menggunakan tanaman eceng gondok di Saluran Kalidami
bertujuan untuk merencanakan suatu teknologi tepat guna untuk menurunkan kadar pencemar
dengan memanfaatkan tanaman air. Tanaman eceng gondok yang digunakan pada constructed
wetland beasala dari eceng gondok yang tumbuh di Saluran Kalidami sehingga secara tidak
langsung pemanfaatna tnaman eceng gondok tersebut bertujuan untuk membersihkan saluran dari
tanaman eceng gondok.
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Saluran Kalidami adalah saluran primer yang terletak di wilayah Surabaya Timur, tepatnya di
Jalan Karang Menur sampai dengan pintu air Kalidami. Saluran ini memiliki panjang 4910 m
dengan lebar antara 18-40 . Saluran ini melalui tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Gubeng,
Kecamatan Mulyorejo, dan Kecamatan Sukolilo. Namun, Saluran Kalidami memiliki catchment
area di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Gubeng, Kecamatan Mulyorejo, Kecamatan Sukolilo
dan sebagian daerah Kecamatan Tambak Sari.
Air limbah yang berasal dari saluran sekunder dan tersier dibuang secara langsung oleh
penduduk ke Saluran Kalidami Saluran sekunder dan tersier tersebut membuang air limbahnya ke
saluran Kalidami yang merupakan wilayah perencanaan. Berikut peta wilayah perencanaan
constructed wetlanddi Saluran Kalidami dan peta arah pematusan Saluran Kalidami. (Sumber :
Laporan Kerja Praktek Pemantauan Kualitas Air Limbah di Saluran Kalidami, 2011)
Berdasarkan peta arah pematusan Saluran Kalidami, nama-nama saluran sekunder dan
tersier yang termasuk dalam catchment area di tiap constructed wetland dapat dilihat pada Tabel
1.3.
Tabel 1.3 Debit Air Limbah di Titik A
No Nama Saluran Q Limbah Domestik (l/dt)
1 Saluran Srikana 0 Saluran Tersier
1 Saluran Gubeng Jaya 0,99 0,6 2 Saluran 1.1 0,3 3 Saluran Gubeng Kertajaya Utara 1,08 1,42 4 Saluran Gubeng Klingsingan 1,56 5 Saluran Dharmawangsa Utara 2,62 6 Saluran Dharmawangsa Selatan 2,34 7 Saluran Karang Menur 1,31
Saluran Sekunder 2 Saluran UNAIR
Saluran Tersier 1 Saluran Kampus UNAIR 1,65 2 Saluran RS. Dr. Sutomo 2,59
Saluran Tersier 1 Saluran Kedung Sroko 3,32 2 Saluran UNAIR dalam 5,54
Saluran Sekunder 0 4 Saluran Kertajaya
Saluran Tersier 1 Saluran Gubeng Kertajaya Selatan 4,55 2 Saluran Gubeng Kertajaya 7 1,34 5 Sal. Kr.Menjangan Timur 1,08 6 Sal. Dharmahusada Indah Barat 1,1
Tabel 1.4 Debit Air Limbah di Titik A
No Nama Saluran Q Limbah Domestik (l/dt)
7 Sal. Kedung Sroko 3,32 8 Sal. Unair Dalam 5,54
Total 86,53
Tabel 1.5 Debit Air Limbah di Titik B
No Nama Sal. Q Limbah Domestik (l/dt)
Sal. Tersier 1 Sal. Dharmahusada Indah Barat 2 2,7 2 Sal. Manyar Kertoarjo Timur 2,25 3 Sal. Raya Dharmahusada Indah 0,75 4 Sal. Dharmahusada Indah Selatan 0,07 5 Sal. Kertajaya Indah Barat 1,27 6 Sal. A.1 0,27 7 Sal. Kertajaya Indah 2 1,58 8 Sal. Dharmahusada Indah Blok B 1,3 9 Sal. Manyar Kertoarjo 10 2,4
Total 12,59
Tabel 1.6 Debit Air Limbah di Titik C
No Nama Sal. Q Limbah Domestik (l/dt)
Sal. Sekunder 7 Sal. Dharmahusada Indah 0
Sal. Tersier 1 Sal. 7.1 0,28 2 Sal. Dharmahusada Timur 1 0,73 3 Sal. Dharmahusada Timur 6 0,3 4 Sal. Wisma Permai Barat 0,16 5 Sal. Dharmahusada Indah 2 0,19 6 Sal. Dharmahusada Timur 11 0,24
Total 1,9
Tabel 1.7 Debit Air Limbah di Titik D
No Nama Sal. Q Limbah Domestik (l/dt)
Sal. Sekunder 1 Sal.Kertajaya Indah Tengah I 2,56 2 Sal. Kertajaya Indah Timur 2 0,53 3 Sal. Kertajaya Indah Timur 1 0,64 4 Sal. D.H.I Permai 11 0,23 5 Sal. Kertajaya Indah Timur 13 2,14 6 Sal. Kertajaya Indah Timur 14 3,51
Total 9,61
Tabel 1.8 Debit Air Limbah di Titik E
No Nama Sal. Q Limbah Domestik (l/dt)
Sal. Tersier 1 Sal. A.2 0,14 2 Sal. Wisma Permai I 1,1
Total 1,24
Tabel 1.9 Debit Air Limbah di Titik F
No Nama Sal. Q Limbah Domestik (l/dt)
Sal. Sekunder 8 Sal. Mleto 2,56
Sal. Tersier 1 Sal. Gebang Kidul 0,66
Sal. Sekunder 9 Sal. Raya ITS 0,28
Sal. Tersier 1 Sal. Graha 10 Nopember 0,19 2 Sal. A.3 0,44 3 Sal. A.4 0,18 4 Sal. ITS 0,63
Total 4,94 Sumber : Hasil Perhitungan dan Data-data Laporan Kerja Praktek, 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN
Saluran Kalidami merupakan saluran drainase yang kualitas airnya termasuk ke dalam kelas III
sesuai dengan keputusan Peraturan Daerah Kota Surabaya No.02 Tahun 2004. Saluran yang
termasuk ke dalam kelas III merupakan saluran yang kualitas airnya buruk karena hanya digunakan
untuk pembudidayaan ikan air tawar dan air payau, air untuk mengairi pertanaman. Kualitas air
Saluran Kalidami yang buruk dapat dilihat pada Tabel 1.10 Hasil analisa kualitas air di Saluran
Kalidami.
Tabel 5.1 Hasil Analisa Kualitas Air Saluran Kalidami Jam 08.00 pagi
No Parameter Satuan Titik Sampling
Metode Analisa A B C D E
1 Suhu ⁰C 28,6 28,6 29 29,3 27,3 Termometer 2 pH - 8,36 8,38 8,38 8,43 8,36 pH meter 3 BOD mg/L 51,12 65,32 80,16 103,12 35,13 Winkler 4 TSS mg/L 430 430 453 497 370 Gravimetri 5 Ammonium mg/L 16,73 18,54 23,66 25,32 12,54 Nessler
Sumber : Laboraturium Teknik Lingkungan, ITS dan Perda Kota Surabaya No.02 tahun 2004
Berdasarkan tabel hasil analisa kualitas air limbah di Saluran Kalidami tersebut, konsentrasi
pencemar di titik sampling E mengalami penurunan. Penurunan konsentrasi pencemar tersebut
disebabkan oleh adanya tanaman eceng gondok di Saluran Kalidami sepanjang ± 200 m. Titik
sampling E yang ditumbuhi eceng gondok sepanjang ± 200 m dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.1 Tanaman eceng gondok di titik E
. Perencanaan constructed wetland di Saluran Kalidami ada 6 constructed wetland.
Constructed wetland yang direncanakan berdasarkan adanya air limbah dari saluran sekunder dan
tersier yang masuk ke Saluran Kalidami. Pada perencanaan ini, panjang constructed wetland
direncanakan 50 m dan lebar sesuai dengan lebar Saluran Kalidami. Perencanaan constructed
wetland di Saluran Kalidami ada 5 constructed wetland. Lebar dari Saluran Kalidami tidak sama
antara saluran di titik satu dengan di titik yang lain. Berikut tabel lebar saluran di setiap titik
sampling.
Tabel 5.3 Lebar Saluran di tiap titik sampling No Titik Sampling Lebar Saluran (m) 1 A 23 2 B 25 3 C 29 4 D 31 5 E 35
Sumber : Hasil pengukuran di lapangan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari lapangan dan analisa di laboraturium, maka
dilakukan perhitungan removal yang dapat dihasilkan dari perencanaan constructed wetland.
Berikut perhitungan perencanaan constructed wetland di Saluran Kalidami :
Titik A
Berikut perhitungan dimensi constructed wetland di titik A:
Data-data perencanaan :
Data-data perencanaan yang digunakan untuk perencanaan constructed wetland: Suhu (T) = 28,6⁰C
CBODin = 53,95 mg/L; CTSSin = 594 mg/L, Ammonium = 18,54 mg/L; Hair = 0,3 m; Lebar saluran
= 25 m; Panjang = 50 m; Debit = 86,53 L/det
Perhitungan
Berdasarkan Suhu (T) air limbah sebesar 28,6⁰C; Hair = 0,3 m; Lebar saluran = 25 m; Panjang = 50
m; Debit = 86,53 L/det ,maka diperoleh waktu detensi (td) selama 1,3 jam dengan menggunakan
persamaan Q = .
Waktu detensi yang telah diperoleh selama 1,3 jam dapat dihitung BOD effluen dari constructed
wetland dengan menggunkan rumus:
t = -
KT = 0,678 x 1,06(T-20)
KT = 1/hari
Hasil BOD effluen yang diperoleh dari perhitungan adalah BODeff = 48,68 mg/L.
Untuk penyisihan Total Suspended Solid (TSS) untuk sistem FWS dapat dihitung menggunakan
persamaan di bawah ini (Sherwood C. Reed dan Ronald W. Crites, 1995):
Ce = Co [ 0,1139 + 8,4 x 10-4 (HLR) ]
HLR =
Ce = 184,9 mg/L
Untuk penyisihan Ammonium untuk sistem FWS dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah
ini (Sherwood C. Reed dan Ronald W. Crites, 1995):
Nt = 0,193No + 1,55 In (HLR) – 1,75
A =
Nt = 10,29 mg/L
Perhitungan untuk tiap constrcted wetland menggunakan persamaan rumus yang sama, hasil
perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.3 Efisiensi Removal dari Constructed Wetland
Parameter Awal Constructed wetland Efisiensi
removal (%) A B C D E F
BOD (mg/L) 51,12 48,68 45,76 40,9 35,8 30,48 23,65 55,73 TSS (mg/L) 430 184 194 201,08 198 139 98,02 76,28 Ammonium (mg/L) 16,73 10,29 11,26 11,5 11,47 9 9 46,2
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011
Pada perencanaan ini, tanaman eceng gondok akan ditanam seluas area constructed wetland
untuk menghasilkan effluen yang sesuai baku mutu. Tanaman eceng gondok akan dibagi 3 pada
constructed wetland, yaitu eceng gondok kecil, eceng gondok sedang dan eceng gondok besar.
Tanaman eceng gondok kecil berukuran (5-10) cm, eceng gondok sedang kecil berukuran (10-30)
cm dan eceng gondok besar kecil berukuran (30-80) cm.
Total biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan satu constructed wetland di Saluran
Kalidami adalah Rp 16.435.000. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan 6 constructed
wetland di Saluran Kalidami adalah Rp 98.610.000
KESIMPULAN
Dari analisa dan pengolahan data yang telah dilakukan dalam Tugas Akhir ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan perencanaan 6 cosntructed wetland di Saluran Kalidami dengan dimensi panjang 50
m, beban pencemar yang terkandung pada air limbah menurun sebesar 46%-76,28. Berdasarkan
PP No. 08 tahun 2011 parameter BOD belum memenuhi baku mutu, tetapi kadar BOD dapat
diturunkan hingga 55,73 %.
2. Biaya yang dikeluarkan untuk seluruh perencanaan constructed wetland sebesar Rp 98.610.000
DAFTAR PUSTAKA
Cancerita, Pradita dan Reinita A. 2011. Laporan Kerja Praktek : Pemantauan Kuantitas Air Limbah
di Saluran Kalidami. Teknik Lingkungan-ITS
Crites, Ron dan Tchobanoglous. 1998.”Small and Decentrallized Wastewater Mnagement
System”. McGraw Hill Inc.: New York
Metcalf dan Eddy. 1991. “Wastewater Engineering Treatment Disposal and Reuse”. Mc Graw
Hill Inc.: New York
Novotny, V dan Olem, H. 1993. “Water Quality : Prevention, Identification and Management
of Difuse Polllution”.
Peraturan Daerah Kota Surabaya No.02 Tahun 2004. “Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air”. Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Surabaya.
Reddy, K.Ramesh dan Kadlec, Robert H. 2000. “Wetland System for Water Pollution Control”.
Universitas of Florida
Wood, A. 1993. “Constructed Wetland for Wastewater Treatment Engineering and Design Consideration”. Cooper, P. F and Findlater, B. C (eds). Pergamon press, U. K