34
PENGUKURAN TINGKAT PENGEMBALIAN Kelompok 4 Di susun oleh: Amirul Akbar Indra 125030200111121 Rodi Khoirul Basori 125030200111024 Zeska Aditya 125030207111008 JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 1

pengukuran tingkat pengembalian

  • Upload
    amirul

  • View
    368

  • Download
    40

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pengukuran tingkat pengembalian

PENGUKURAN TINGKAT PENGEMBALIAN

Kelompok 4

Di susun oleh:

Amirul Akbar Indra 125030200111121

Rodi Khoirul Basori 125030200111024

Zeska Aditya 125030207111008

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

1

Page 2: pengukuran tingkat pengembalian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan

harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Investasi ada dua

macam yaitu investasi aset finansial dan investasi aset riil. Contoh investasi aset

finansial adalah pasar saham. Saham merupakan salah satu aset yang bere-siko atau

aset yang tingkat pengembalian (return) di masa mendatang masih mengandung

ketidakpastian.

Ketidakpastian dalam investasi saham membuat konteks return dan risk

(resiko) menjadi pertimbangan dalam manajemen investasi saham. Investor pada

umumnya tidak menyukai resiko sehingga investor mempertimbangkan resiko-resiko

yang akan dihadapi sebelum melakukan investasi. Pertimbangan yang dila-kukan

investor adalah menanggung resiko tertentu guna memper-oleh return yang sebesar-

besarnya atau dengan resiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh return tertentu

(Laksono, 2004). Untuk mengantisipasi dari fluktuasi return dan risk yang ada,

investor biasanya melakukan investasi di beberapa saham atau portofolio saham

dengan harapan fluktuasi dari return saham-saham yang terbentuk di portofolio tidak

terlalu tajam.

Dalam menghadapi ketidakpastian tersebut para investor dapat

menggunakan sumber-sumber pendapatan dan mengkonversi ke dalam total

pengembalian dengan Model arithmetic, geometric dan time value. Dengan

menggunakan salah satu atau gabungan dari metode tersebut diharapkan pata

investor dapat memperkirakan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian tingkat pengembalian dan sumber-sumber pendapatan

investasi?

2. Metode-metode apa saja yang digunakan dalam penilaian investasi ?

2

Page 3: pengukuran tingkat pengembalian

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagimana tingkat pengembalian dan sumber-sumber

pendapatan invesasi

2. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam penilaian investasi

3. Untuk mengetahui manfaat Akuntansi Inflasi terhadap manajemen

3

Page 4: pengukuran tingkat pengembalian

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Retun

2.1.1 Pengertian Return

Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan

institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannnya. Adapun menurut

R.J.Shook return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen.

Ada beberapa pengertian  return  yang umum dipakai dalam dunia investasi

yaitu:

1. Return  on equity  atau imbal hasil atas ekuitasmerupakan pendapatan bersih

dibagi ekuitas pemegang saham.

2. Return of capital  atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas

yang tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil

modal yang di investasikan dan bukannnya distribusi dividen. Investor

mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran.

3.  Return on investment  atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi

pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angkan

yang mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.

4. Return on invested capital  atau imbal hasil atas modal investasi merupakan

pendapatan bersih dan pengeluaran bungan perusahaan dibagi total

kapitalisasi perusahaan.

5. Return realisasi ( realized return) merupakan return yang telah terjadi.

Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja perusahaan dan sebagai

dasar penentuan return dan risiko dimasa mendatang.

6. Return on net work  atau imbal atas kekayaan bersih merupakan pemegang

saham dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba

bersih setelah pajak dengan kekayaan bersihnya.

7. Return on sales  atau imbal hasil atas penjualannnya merupakan untuk

menentukan efesiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan

persentase penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelum pajak

4

Page 5: pengukuran tingkat pengembalian

terhadap variabel yang sama dari periode sebelumnya. Persentase yang

menunjukkan tingkat efisien operasi ini bervariasiantar industri.

8. Return  ekspektasi  ( expected return) merupakan return yang diharapkan

akan diperoleh oleh investor  di masa mendatang.

9. Return total (total return) merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam

suatu periode tertentu.

10. Return  realisasi portofolio  ( portfolio realized return) merupakan rata-rata

tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di

dalam portofolio.

11. Return ekspektasi portofolio ( portfolio expected return) merupakan rata-rata

tertimbang dari return-returnekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di

dalam portofolio

Dalam melakukan investasi investor dihadapkan pada ketidakpastian

(uncertainty) antara return yang akan diperoleh dengan risiko yang akan

dihadapinya. Semakin besar return yang diharapkan akan diperoleh dari

investasi, semakin besar pula risikonya, sehingga dikatakan bahwa return

ekspektasi memiliki hubungan positif dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi

biasanya dikorelasikan dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih

tinggi pula (high risk high return, low risk low return). Tetapi return yang

tinggi tidak selalu harus disertai dengan investasi yang berisiko. Hal ini bisa

saja terjadi pada pasar yang tidak rasional.

Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi

dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain/capital loss

(keuntungan selisih harga). Current income adalah keuntungan yang didapat

melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini

biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan

secara cepat. Misalnya dividen saham yaitu dibayarkan dalam bentuk saham

yang bisa dikonversi menjadi uang kas dengan cara menjual saham yang

diterimanya, sedangkan Capital gain (loss) merupakan selisih laba (rugi) yang

dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif lebih tinggi

(rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang

(Pt) lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya (Pt-1) maka pemegang

5

Page 6: pengukuran tingkat pengembalian

saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang

saham akan mengalami capital loss. Dalam penelitian ini return saham yang

digunakan adalah capital gain (loss). Capital gain (loss) merupakan selisih laba

(rugi) yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang relatif

lebih tinggi (rendah) dibandingkan harga saham sebelumnya.

2.1.2 Yield

Yield adalah jumlah bunga yang dibayarkan kepada suatu obligasi dibagi

dengan harga obligasi tersebut. Dengan kata lain, yield mengukur pendapatan

yang dihasilkan oleh suatu obligasi. Yield juga merupakan tingkat hasil (rate of

return) suatu investasi, yang biasanya dikutip adalah persentase pertahun.

Dalam keuangan, hasil jangka menggambarkan jumlah tunai yang

mengembalikan kepada pemilik keamanan. Biasanya itu tidak termasuk variasi

harga, dengan perbedaan dari total return. Yield berlaku untuk tarif menyatakan

berbagai pengembalian saham, instrumen pendapatan tetap, dan beberapa

investasi lainnya produk asuransi jenis.Istilah ini digunakan dalam situasi yang

berbeda berarti hal yang berbeda. Hal ini dapat dihitung sebagai rasio atau

sebagai internal rate of return (IRR). Ini dapat digunakan untuk menyatakan

total return pemilik, atau hanya sebagian dari pendapatan, atau melebihi

pendapatan.

2.2 Metode Estimasi Return Yang Diharapkan

Estimasi return yang diharapkan bisa dilakukan dengan perhitungan rata-

rata return baik secara aritmatik (arithmetic mean) dan rata-rata geometrik

(geometric mean).

2.2.1 Rata-rata aritmatik (arithmetic mean)

 Arithmetic mean lebih baik dipakai untuk menghitung nilai rata-rata

aliran return yang tidak bersifat kumulatif. Statistik yang paling dikenal baik

oleh kebanyakan orang adalah arithmetic mean. Oleh karena itu, ketika

seseorang menunjuk ke mean return mereka biasanya menunjuk ke arithmetic

mean. Arithmetic mean biasanya ditetapkan dengan simbol X-bar, dengan

rumus:

6

Page 7: pengukuran tingkat pengembalian

Dimana ∑x adalah jumlah nilai return selama satu periode, dan n adalah

total jumlah periode.

2.2.2 Geometric Mean

Geometric mean return mengukur susunan tarif dari pertumbuhan (rate

of growth) sepanjang waktu. Geometric mean terkadang digunakan dalam

investasi dan keuangan untuk menggambarkan tarif pertumbuhan yang tetap dari

dana investasi sepanjang beberapa periode yang lampau. Geometric mean

ditentukan sebagai akar yang paling akhir dari produk yang dihasilkan dari

perkembangan relative return.  Geometric mean sebaiknya dipakai untuk

menghitung tingkat perubahan aliran return pada periode yang bersifat serial dan

kumulatif (misalnya 5 atau 10 tahun berturut turut). Rata-rata

geometrik (geometric mean) digunakan untuk menghitung rata-rata yang

memperhatikan tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu. Metode

rata-rata geomertrik lebih tepat digunakan untuk situasi yang harus melibatkan

pertumbuhan, sedangkan metode rata-rata aritmatika lebih tepat digunakan

untuk menghitung rata-rata untuk satu periode yang sama dari banyak return

tanpa melibatkan pertumbuhan. Jika rata-rata geometrik diketahui, indeks

kemakmuran kumulatif untuk periode tertentu.

Geometric mean dirumuskan sebagai berikut:

G = [(1 + TR1)(1 + TR2) … (1 + TRn)]     –  1

2.2.3 Arithmetic Mean Versus Geometric Mean

Kapan seharusnya kita menggunakan arithmetic mean dan kapan

seharusnya kita menggunakangeometric mean untuk menerangkan return dari

financial asset ?

Jawabannya tergantung dari pandangan objektif investor, yaitu:

a. Arithmetic mean adalah sebuah pengukuran yang baik atas rata-rata

(pada khususnya) yang ditunjukkan dalam satu periode. Arithmetic mean

7

Page 8: pengukuran tingkat pengembalian

adalah perkiraan terbaik dari pengembalian yang diharapkan (expected

return) untuk periode berikutnya

b. Geometric mean adalah sebuah pengukuran yang baik atas perubahan

kekayaan sepanjang waktu (multiple period). Geometric mean mengukur

hasil susunan rate of return dimana uang bertambah melewati periode

yang telah ditetapkan.

c. Metode arithmetic mean kadangkala bisa menyesatkan terutama jika

pola distribusi return selama suatu periode mengalami prosentase

perubahan yang sangat fluktuatif. Sedangkan metode geometric mean,

yang bisa mengambarkan secara lebih akurat “nilai rata-rata yang

sebenarnya” dari suatu distribusi return selama suatu periode tertentu.

d. Hasil perhitungan return dengan metode geometric mean lebih kecil dari

hasil perhitungan metode arithmetic mean.

e. Penghitungan tingkat perubahan aliranreturn pada periode yang bersifat

serial dan kumulatif sebaiknya mengunakan15/51 metode geometric

mean. Sedangkan arithmetic mean, akan lebih baik dipakai untuk

menghitung nilai rata-rata aliran return yang tidak bersifat kumulatif.

2.2.4 Contoh Penggunaan Metode arithmetic mean dan geometric mean

Contoh Soal 1

Harga dari suatu saham pada periode ke-0 (periode awal) adalah Rp500,-. Pada

periode selanjutnya (periode ke-1), harga saham ini meningkat menjadi Rp600,-

dan turun di periode ke-2 menjadi Rp550,-. Return untuk masing-masing

periode adalah sebagai berikut :

R1       =(Rp660 – Rp500)/Rp500 = 0.20 atau 20%

8

Page 9: pengukuran tingkat pengembalian

R2       =(Rp550 – Rp600)/Rp600 = – 0.083 atau – 8.33%

Jika dihitung dengan metode rata-rata geometric adalah sebesar

RG      = [(1 +0.2)(1 – 0.083)]1/2 – 1 = 0.04883 atau 4.883%

Dengan Rata-rata geometric juga banyak digunakanuntuk menghitung

CWI. Jika rata-rata geometric diketahui, CWI untuk suatu periode tertentu dapat

dihitung dengan rumus :

CWIt = (1 + RG)n bv

Jika dihitung dengan metode rata-rata aritmatika pertumbuhan harga

saham ini adalah sebesar 5.8335. Jika return ini benar dan harga bertumbuh

dengan tingkat 5.833% maka untuk periode ke 2, harga saham ini seharusnya

menjadi Rp560.03 (Rp500 x 1.05833 x 1.05833). Padahal harga saham ini di

akhir periode ke-2 adalah sebsar Rp550,-. Dengan demikian return yang

dihitung dengan metode rata-rata aritmatik ini kurang tepat. Jika dihitung

dengan metode rata-rata geometrik, pertumbuhan harga saham ini adalah

4.883%. Dengan menggunakan tingkat pertumbuhan ini harga saham di akhir

periode ke-2 seharusnya Rp550,- (Rp500 x 1.04883 x 1.04833) sesuai dengan

nilai yang sebenarnya. Jadi metode rata-rata geometrik lebih tepat digunakan

untuk situasi yang melibatkan pertumbuhan, sedang metode  rata-rata aritmatika

lebih tepat digunakan untuk menghitung rata-rata untuk satu periode yang sama

dari banyak return tanpa melibatkan pertumbuhan.

Rata-rata geometric juga banyak digunakanuntuk menghitung CWI. Jika

rata-rata geometric diketahui, CWI untuk suatu periode tertentu dapat dihitung

dengan rumus :

CWIt = (1 + RG)n bv

Dengan :

CWI (IKK)     = indeks kemakmuran kumulatif

Bv                   = nilai dasar

N                     = lama periode dari periode dasar ke periode ke-t

9

Page 10: pengukuran tingkat pengembalian

T                      = periode ke-t

Bv                   = nilai dasar

Rata-rata geometric untuk return dari tahun 1990 sampai dengan tahun

1996 adalah sebesar :

RG      =[(1+0.060)(1+0.077)(1+0.095)(1+0.13)(1+0.047)(1+0.113)(1+0.112)1/7 -1

= 0.0987

CWI untuk tahun 1996 dapat dihitung sebesar :

CWI1996 = (1+0.0987)7 x 1 =1.933136

Hubungan antara return rata-rata aritmatika dan rata-rata geometric adalah sebagai

berikut :

(1 + RG)2  (1 + RA)2 –(SD)2

Contoh soal :

Dari hubungan rata-rata aritmatika dan rata-rata geometric, deviasi standar dapat

dihitung sebesar :

RA = 

Dari hubungan rata-rata aritmatika dan rata-rata geometric, deviasi standar dapat

dihitung sebesar :

(1+0.0987)2     (1+0.09957)2 –(SD)2

1.20714            1.2005 – SD2

SD2                  (1.20905 – 1.20714)

SD                    0.04375

2.2.5 Nilai Sekarang Net (Net Present Value = NPV)

10

Page 11: pengukuran tingkat pengembalian

Merupakan selisih antara nilai pasar proyek dan harga perolehannya (cost)

NPV =PV Cash Inflow – Initial Cost NPV = Nilai sekarang dari arus kas masuk

biaya investasi Langkah pertama adalah memperkirakan arus kas mendatang yang

diharapkan. Langkah kedua adalah memperkirakan hasil (return) yang diinginkan

dari proyek pada tingkat resikonya. Langkah ketiga adalah menghitung nilai

sekarang dari arus kas masuk dan dikurangi dengan nilai investasi awal (harga

perolehan).

Contoh :

Sebuah proyek diperkirakan memiliki arus kas  (cash flow = CF) sebagai berikut

(yang bertanda negative berarti arus kas keluar / pengeluaran kas sedangkan

yang bertanda positif berarti arus kas masuk / penerimaan kas) :

Tahun 0 : CF = -Rp 165 miliar

Tahun 1 : CF = Rp 63,12 miliar ; NI = Rp 13,62 miliar

Tahun 2 : CF = Rp 70,80 miliar ; NI = Rp   3,30 miliar

Tahun 3 : CF = Rp 91,08 miliar ; NI = Rp 29,10 miliar

Nilai Buku Rerata (average) = Rp 72 miliar

Hasil yang diharapkan dari proyek tersebut pada tingkat resiko yang

Dihadapi sebesar 15%. Diharapkan proyek tersebut akan balik modal

dalam waktu 2 tahun.

Pengambilan Keputusan

Pada metode Nilai Sekarang Neto (Net Present Value = NPV) , Jika nilai

NPV positif maka proyek diterima dan sebaliknya. Bila NPV bernilai

positif berarti proyek tersebut diharapkan akan menambah nilai

perusahaan dan akan meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan. Karena

tujuan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan,

NPV merupakan ukuran langsung seberapa baik proyek dapat mencapai

11

Page 12: pengukuran tingkat pengembalian

tujuan tersebut.

Untuk contoh di atas,nilai NPV nya sbb  (dalam miliaran rupiah) :

NPV = -165 + 63,120/(1.12) + 70,8/(1.12)^2 + 91,08/(1.12)^3 = 12,62741

Karena nilai NPV positif Rp 12,63 miliar, berarti proyek tersebut diterima.

NPV – Test Kriteria Keputusan

1. NPV memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini terlihat dari

adanya

diskonto terhadap arus kas yang diperoleh setiap periodenya.

2.       NPV memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas (pada soal

di atas sudah tertulis hasil yang diharapkan mencerminkan tingkat

resiko yang dihadapi)

3.       NPV memberikan informasi tentang kenaikan nilai perusahaan

(adanya tambahan kekayaan sebesar Rp 12,63 miliar) Karena NPV

memenuhi ketiga kriteria tersebut, maka NPV merupakan metode

yang baik.

2.2.6 Periode Pengembalian Investasi (Payback Period = PP)

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh kembali uang kas

(dana) yang telah dikeluarkan dalam suatu investasi.

Langkah-langkahnya : perkirakan arus kas yang akan diperoleh. Lalu

kurangkan arus kas mendatang tersebut dari investasi awal sehingga seluruh

nilai investasi tersebut dapat ditutupi. Suatu proyek akan diterima bila periode

pengembalian investasinya lebih cepat dibanding batas waktu yang ditetapkan

(preset limit).

Pada contoh di atas perhitungan nya sbb  (dalam jutaan rupiah) :

Investasi awal                        - Rp 165.000

Arus kas masuk tahun-1         Rp       63.120

Saldo                                      - Rp 101.880

12

Page 13: pengukuran tingkat pengembalian

Arus kas masuk tahun-2       Rp         70.000

Saldo                                      - Rp    31.080

Arus kas masuk tahun-3       Rp         91.080

Saldo                                        Rp    60.000

Dengan demikian periode pengambilan investasi = 2 tahun + 31,08 /

91,03 x 12 bulan = 2 tahun 4,09 bulan Artinya setelah tersebut berlangsung

selama 2 tahun 4,09 bulan, investasi (proyek) tersebut sudah kembali modal

(dana yang sudah dikeluarkan saat melakukan investasi pada proyek tersebut,

sudah diperoleh kembali). Namun karena investasi tersebut balik modal setelah

2 tahun beroperasi, maka realisasi balik modal selama 2 tahun 4,09 bulan terlalu

lama. Dengan demikian proyek tersebut ditolak.

Periode Pengembalian Investasi (PP) – Tes Kriteria Keputusan

1. PP tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money).

Pada

metode ini tidak ada perhitungan diskonto dari arus kas yang diperoleh.

2.       PP tidak memperhitungkan resiko dari proyek. PP tidak mengaitkan antara

resiko dan hasil yang diinginkan. PP hanya mementingkan berapa lama

uang dikeluarkan dapat kembali.

3.       PP tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi

perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah

tercapainya periode pengembalian investasi.

Mengingat PP tidak lulus terhadap ketiga ujian (pertanyaan) tersebut, maka PP

tidak

bisa dijadikan sebagai metode yang utama.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode PP

Kelebihan : mudah dipahami (metode yang paling sederhana), selaras dengan

13

Page 14: pengukuran tingkat pengembalian

ketidakpastian arus kas di masa mendatang (makin kecil arus kas yang diperoleh

maka semakin lama kembali modalnya), menggunakan arus kas (bukan laba

pembukuan).

Kelemahan : mengabaikan nilai waktu dari uang, membutuhkan lamanya waktu

Balik modal pembanding (periode waktu yang dijadikan patokan untuk

Pengembalian investasi), mengabaikan arus kas setelah tercapainya periode

pengembalian investasi, bias untuk proyek jangka panjang seperti riset dan

pengembangan dll.

2.2.7 Periode Pengembalian Investasi Terdiskonto  (Discounted Payback

Period = DPP)

Pada metode ini, seluruh arus kas masuk (cash inflow / proceeds) dihitung

nilai sekarangnya (didiskontokan), baru dihitung berapa lama waktu yang

diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi. Lalu bandingkan dengan

lamanya waktu yang diinginkan. Dengan metode ini, proyek akan diterima

bila lamanya proyek ini bisa mengembalikan dana investasi selambat-

lambatnya dalam waktu yang ditentukan tersebut.

Pada contoh di atas , pertama kita hitung nilai sekarang dari arus kas

(masuk)nya sbb :

Tahun pertama : Rp 63,12 / (1+12%)^1 = Rp 56,357

Tahun kedua      : Rp 70,80 / (1+12%)^2 = Rp 56,441

Tahun ketiga      : Rp 91,08 / (1+12%)^3 = Rp 64,829

(dalam jutaan rupiah)

Investasi awal                        - Rp 165.000

Arus kas masuk tahun-1         Rp       56.357

Saldo                                      - Rp  108.643

Arus kas masuk tahun-2       Rp         56.441

Saldo                                      - Rp     52.202

Arus kas masuk tahun-3       Rp         64.827

14

Page 15: pengukuran tingkat pengembalian

Saldo                                        Rp    12.627

Dengan demikian periode pengambilan investasi = 2 tahun + 52.202 / 64.827 x

12 bulan = 2 tahun 9,66 bulan

Artinya setelah tersebut berlangsung selama 2 tahun 9,66 bulan, investasi

(proyek) tersebut sudah kembali modal (dana yang sudah dikeluarkan saat

melakukan investasi pada proyek tersebut, sudah diperoleh kembali).

Namun karena investasi tersebut balik modal setelah 2 tahun beroperasi, maka

realisasi balik modal selama 2 tahun 9,66 bulan terlalu lama. Dengan demikian

proyek

tersebut ditolak.

Periode Pengembalian Investasi Terdiskonto (DPP) – Tes Kriteria

Keputusan

1.       DPP memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Pada

metode ini sudah diperhitungkan diskonto dari arus kas yang diperoleh.

2.       DPP tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang tercermin dari

hasil  (return) yang dikehendaki.

3.       DPP tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi

perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas setelah

tercapainya periode pengembalian investasi.

Mengingat DPP tidak lulus terhadap satu ujian (pertanyaan) tersebut, maka DPP

tidak bisa dijadikan sebagai metode yang utama.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode DPP

Kelebihan : memperhitungkan nilai waktu dari uang, mudah dipahami, tidak

menerima investasi dengan NPV negative walau semua arus kas positif ,

menggunakan arus kas (bukan laba pembukuan).

Kelemahan : mungkin menolak investasi yang memiliki NPV positif,

membutuhkan lamanya waktu balik modal pembanding (periode waktu yang

15

Page 16: pengukuran tingkat pengembalian

dijadikan patokan untuk pengembalian investasi), mengabaikan arus kas setelah

tercapainya periode pengembalian investasi, bias untuk proyek jangka panjang

seperti riset dan pengembangan dll.

2.2.8 Hasil Akuntansi Rerata (Average Accounting Return = ARR)

Terdapat banyak defisini yang berbeda untuk Hasil Akuntansi Rerata. Sala

satunya : Laba Bersih Rerata / Nilai Buku Rerata Dengan catatan bahwa nilai

buku rerata tergantung dari bagaimana aset disusutkan. Pada metode ini

dibutuhkan tariff pembanding yang dijadikan dasar (target cutoff rate). Menurut

metode ini , proyek akan diterima bila AAR lebih besar dari tarif yang ditentukan

tersebut.

Pada contoh di atas, misalnya return akuntansi rerata yang dikehendaki 25%.

Laba bersih rerata (dalam miliar rupiah) = (13,620 + 3,300 + 29,100) / 3 = 15,340

AAR = 15,340 / 72,000 = 0.213 = 21.3%

Karena AAR (21,3%) < return yang dikehendaki (25%), maka proyek tersebut

ditolak.

Hasil Akuntansi Rerata (ARR) – Tes Kriteria Keputusan

1.       ARR tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money).

2.       ARR tidak memperhitungkan resiko dari proyek yang tercermin dari

hasil  (return) yang dikehendaki.

3.       ARR tidak memberikan informasi tentang pertambahan nilai bagi

perusahaan dan pemilknya. Ia tidak memperhitungkan arus kas

(menggunakan laba bersih). Mengingat ARR tidak lulus terhadap ujian

(pertanyaan) tersebut, maka ARR tidak bisa dijadikan sebagai metode yang

utama.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode AAR

Kelebihan : mudah menghitungnya, informasi yang diperlukan biasanya tersedia.

Kelemahan : bukan merupakan tingkat hasil yang sebenarnya (nilai waktu dari

uang diabaikan), menggunakan tarif pembanding yang arbitrar (subjektif),

didasarkan pada laba bersih dan nilai buku akuntansi (bukan arus kas dan nilai

pasar).

16

Page 17: pengukuran tingkat pengembalian

2.2.9 Tingkat Hasil Internal (Internal Rate of Return = IRR)

IRR merupakan metode alternative NPV yang terpenting. IRR sering digunakan

dalam prakteknya dan menarik secara intuisi. IRR didasarkan atas arus kas

perkiraan dan tidak terikat pada tingkat suku bunga. IRR merupakan tingkat hasil

yang menghasilkan NPV = 0. Suatu proyek diterima menurut IRR, bila IRR lebih

besar dari hasil yang diharapkan.

Cara menghitungnya dengan proses coba-coba (trial and error).

Misalkan  (nilai dalam miliaran rupiah)

R        = 15% NPV = -165 + 62,12/(1+15%) + 70,8/(1+15%)^2 +

91,08/(1+15%)^3 = -3,309

R        = 17% NPV = -165 + 62,12/(1+17%) + 70,8/(1+17%)^2 +

91,08/(1+17%)^3 =     2,463

Selisih=2%                                                                                                                  

             5,772

IRR = 15% + 3,309/5,772*2% = 16,15% atau

    = 17% - 2.463/5,772*2%  = 16,15%

Karena IRR = 16,15% > hasil yang diharapkan (RRR = 12%), maka

proyek tersebut diterima.

IRR – Test Kriteria Keputusan

1. IRR memperhitungkan nilai waktu dari uang. Hal ini terlihat dari adanya

perhitungan diskonto terhadap arus kas yang diperoleh setiap periodenya.

2. IRR memperhitungkan resiko dari penerimaan arus kas (semakin besar

resikonya, hasil yang diharapkan semakin besar)

3. IRR memberikan informasi tentang kenaikan nilai perusahaan (IRR berkaitan

dengan perhitungan NPV) Karena IRR memenuhi ketiga kriteria tersebut,

maka IRR merupakan metode alterantif yang baik.

Kelebihan IRR : mengetahui hasil merupakan hal yang menarik secara intuisi,

mudah untuk mengkomunikasikan nilai proyek kepada seseorang yang tidak

tahu rincian perkiraan secara rinci. Jika IRR relative tinggi, maka tidak perlu

17

Page 18: pengukuran tingkat pengembalian

memperkirakan hasil yang diinginkan (required return / RRR), yang sering

merupakan suatu tugas yang sulit.

Ringkasan keputusan atas proyek berdasarkan metode :

-          NPV                         : proyek diterima

-          PP                            : proyek ditolak

-          DPP                         : proyek ditolak

-          ARR                        : proyek ditolak

-          IRR                         : proyek diterima

NPV vs. IRR

Pada umumnya metode NPV dan IRR mengarahkan kita untuk mengambil

keputusan yang sama. Namun terdapat 2 kekecualiaan yakni :

-  Arus kas tidak konvensional yakni arus kas yang berubah-ubah tandanya

lebih dari sekali. Bila arus kas berubah-ubah tandanya (dari negative ke

positif lalu negative kembali misalnya), maka akan terdapat beberapa IRR

(garisnya tidak lagi linear melainkan non linear). Karena saat mencari IRR,

kita mencari akar dari persamaan, jika garis yang terbentuk melewati sumbu

X ebih dari sekali, maka akan terdapat lebih dari satu hasil yang memenuhi

persamaan tersebut. Masalahnya : bila terdapat lebih dari satu IRR, mana

yang akan dipakai dalam membuat keputusan?

Contoh : sebuah investasi memerlukan pengeluaran sebesar Rp 90 miliar dan

akan menghasilkan arus kas untuk tahun pertama Rp 132 miliar, tahun kedua

Rp 100 miliar dan tahun ketiga negative Rp 150 miliar. Jika hasil yang

dikehendaki 15%, apakah investasi tersebut akan diterima? Jika dicari maka

IRR ada 2 yakni >15% (berarti investasi tersebut diterima) dan 10,11%

(berarti proyek diterima). Mana yang dipilih?

-  Proyek yang bersifat mutually exclusive (untuk proyek-proyek yang

berbeda ukuran skala dan waktu arus kas yang berbeda).

Pada proyek yang bersifat mutually exclusive, jika kita menerima proyek

yang satu , maka kita menolak proyek lainnya. Misalnya : Jika terdapat

pilihan untuk menghadiri wisuda di Harvard atau Stanford pada saat yang

bersamaan. Kita tidak dapat hadir pada keduanya. Untuk setiap proyek, maka

18

Page 19: pengukuran tingkat pengembalian

secara intuisi kita akan mengambil keputusan : pilihlah proyek yang memiliki

nilai NPV atau IRR yang lebih tinggi.

Contoh : Proyek yang bersifat Mutually Exclusive (nilai dari miliaran rupiah)

Periode          Proyek A                Proyek B

   0               - Rp 500                 - Rp 400

               1                   Rp 325                    Rp 325

                 2               Rp 325                    Rp 200

               IRR             19,43%                    22,17%

                 NPV            Rp 64,05                Rp 60,74

Jika hasil yang dikehendaki untuk kedua proyek tersebut 10%, manakah

proyek yang akan diterima?

NPV mengukur langsung kenaikan nilai persahaan. Bila terdapat konflik

antara NPV dan metode lainnya, maka gunakanlah NPV. IRR tidak dapat

digunakan dalam situasi : arus kas non konvensional dan proyek-proyek yang

bersifat mutually exclusive.

Modified IRR

Caranya :

1. Hitunglah NPV dari seluruh pengluaran kas dengan menggunakan

tingkat bunga pinjaman

2. Hitunglah seluruh arus kas masuk mendatang dengan menggunakan

tingkat bunga investasi

3.   Lalu carilah tingkat hasil (return) yang menyamakan kedua nilai

tersebut.

Manfaat : satu jawaban dan tingkat hasil spesifik untuk meminjam

dan melakukan investasi kembali.

Profitability Index (PI) / Cost Benefit Ratio (CBR)

Metode ini untuk mengukur manfaat per unit biaya didasarkan atas nilai

waktu dari uang. PI sebesar 1,1 berarti untuk setiap investasi sebesar Rp 1,

akan menciptakan tambahan nilai sebesar Rp 0,1 (yakni Rp 1,1 – Rp 1 nilai

investasi). Ukuran ini sangat berguna saat modal yang tersedia jumlahnya

19

Page 20: pengukuran tingkat pengembalian

terbatas. Bila proyek memiliki PI>1, maka proyek tersebut diterima. Tidak

dapat digunakan untuk memberi peringkat proyek yang bersifat mutually

exclusive. Dapat digunakan untuk membuat peringkat proyek dalam  capital

rasioning.

Kelebihan dan kekurangan dari Metode PI

Kelebihan : sangat mendekati metode NPV, umumnya menghasilkan

keputusan yang identik (sama), mudah dimengerti dan dijelaskan, sangat

bermanfaat bila dana investasi yang tersedia terbatas.

Kelemahan : dapat mengarah pada keputusan yang keliru saat

membandingkan investasi yang bersifat mutually exclusive.

Penganggaran Modal (capital budgeting) dalam penerapannya.

Kita seharusnya mempertimbangkan beberapa kriteria investasi saat membuat

keputusan. Metode NPV dan IRR merupakan metode yang paling umum

dipakai untuk menilai investasi. Payback merupakan metode (kriteria)

investasi kedua yang paling banyak digunakan.

20

Page 21: pengukuran tingkat pengembalian

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketidakpastian dalam investasi saham membuat konteks return dan risk

(resiko) menjadi pertimbangan dalam manajemen investasi saham. Investor pada

umumnya tidak menyukai resiko sehingga investor mempertimbangkan resiko-resiko

yang akan dihadapi sebelum melakukan investasi. Pertimbangan yang dila-kukan

investor adalah menanggung resiko tertentu guna memper-oleh return yang sebesar-

besarnya atau dengan resiko yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh return tertentu

(Laksono, 2004). Untuk mengantisipasi dari fluktuasi return dan risk yang ada,

investor biasanya melakukan investasi di beberapa saham atau portofolio saham

dengan harapan fluktuasi dari return saham-saham yang terbentuk di portofolio tidak

terlalu tajam.

Dalam menghadapi ketidakpastian tersebut para investor dapat

menggunakan sumber-sumber pendapatan dan mengkonversi ke dalam total

pengembalian dengan Model arithmetic, geometric dan time value. Dengan

menggunakan salah satu atau gabungan dari metode tersebut diharapkan pata

investor dapat memperkirakan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan.

21

Page 22: pengukuran tingkat pengembalian

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Irham. 2013.Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: ALFABETA.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Tiga. Yogyakarta: BPFE

Tandelilin, Eduardus, 2010. Portfolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama, Yogyakarta: Kanisius

http://arixsthecoolest.blogspot.com/2008/02/pengertian-return-saham.html

Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Pasar Modal dan Portofolio. Yogyakarta: BPFE.

https://akuntansibubung.wordpress.com/category/manajemen-investasi-dan-portofolio-

mifo/

http://manajemenkeuanganakuntansi.blogspot.com/2013/06/metode-penilaian-

investasi_4.html

22