29
15 BAB II TEHNIK EVALUASI ASPEK AFEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A) Evaluasi Aspek Afektif Pendidikan Agama Islam 1) Pengertian Menurut Sidney P. Rollins, “Evaluation is the process of making judgments”. 1 Artinya evaluasi merupakan proses pembuatan keputusan, dimulai dengan pengumpulan data-data dan informasi dan akhirnya dibuat suatu kesimpulan. Menurut Wand dan Brown, dikutib oleh Wayan Nurkancana dan Sumartana bahwa evaluasi adalah: suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu. 2 Dari definisi diatas, evaluasi merupakan suatu proses yang terus menerus bukan hanya pada akhir pengajaran namun dimulai sebelum dilaksakannya pengajaran sampai berakhirnya pengajaran, hal ini berarti bahwa evaluasi dilaksanakan tidak hanya diakhir semester atau cawu namun proses KBM pun harus dievaluasi. Kemudian proses evaluasi senantiasa diarahkan pada tujuan tertentu, yakni untuk mendapatkan jawaban-jawaban dalam tujuan pembelajaran sehingga evaluasi dituntut menggunakan alat-alat ukur yang akurat dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat suatu keputusan. Dalam pembuatan keputusan dalam evaluasi Menurut pakar evaluasi pendidikan Suharsimi Arikunto, beliau mengemukakan evaluasi dilaksanakan dengan mengukur dan menilai. 3 Mengukur (measure) merupakan perbandingan sesuatu dengan alat ukur, dengan kata 1 Sidney P. Rollins, Introdution To Secondary Education, (Cicago: Rand Menally dan Company, 1979), hal. 249. 2 Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1986), hal 1 3 Suharsimi Arikunto (a), Op Cit., hal. 3.

penilaian Afektif lengkap

Embed Size (px)

Citation preview

  • 15

    BAB II

    TEHNIK EVALUASI ASPEK AFEKTIF

    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    A) Evaluasi Aspek Afektif Pendidikan Agama Islam 1) Pengertian

    Menurut Sidney P. Rollins, Evaluation is the process of making

    judgments. 1 Artinya evaluasi merupakan proses pembuatan keputusan,

    dimulai dengan pengumpulan data-data dan informasi dan akhirnya dibuat

    suatu kesimpulan.

    Menurut Wand dan Brown, dikutib oleh Wayan Nurkancana dan

    Sumartana bahwa evaluasi adalah: suatu tindakan atau suatu proses untuk

    menentukan nilai dari pada sesuatu.2

    Dari definisi diatas, evaluasi merupakan suatu proses yang terus

    menerus bukan hanya pada akhir pengajaran namun dimulai sebelum

    dilaksakannya pengajaran sampai berakhirnya pengajaran, hal ini berarti

    bahwa evaluasi dilaksanakan tidak hanya diakhir semester atau cawu

    namun proses KBM pun harus dievaluasi. Kemudian proses evaluasi

    senantiasa diarahkan pada tujuan tertentu, yakni untuk mendapatkan

    jawaban-jawaban dalam tujuan pembelajaran sehingga evaluasi dituntut

    menggunakan alat-alat ukur yang akurat dalam mengumpulkan informasi

    yang dibutuhkan guna membuat suatu keputusan.

    Dalam pembuatan keputusan dalam evaluasi Menurut pakar

    evaluasi pendidikan Suharsimi Arikunto, beliau mengemukakan evaluasi

    dilaksanakan dengan mengukur dan menilai.3 Mengukur (measure)

    merupakan perbandingan sesuatu dengan alat ukur, dengan kata

    1 Sidney P. Rollins, Introdution To Secondary Education, (Cicago: Rand Menally dan

    Company, 1979), hal. 249. 2Wayan Nurkancana dan Sumartana, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha

    Nasional,1986), hal 1 3Suharsimi Arikunto (a), Op Cit., hal. 3.

  • 16

    lain pengukuran bersifat kuantitatif (dengan memakai angka

    statistik). Menilai (evaluatif) merupakan pengambilan suatu keputusan

    terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk, dengan kata lain

    penilaian bersifat kualitatif. Evaluasi tidak hanya penilaian hasil tes saja

    namun sikap, minat, nilai perlu di evaluasi. Untuk dapat mengetahui aspek

    diatas maka dapat dilihat dengan observasi, wawancara, skala sikap dan

    sebagainya,

    Istilah aspek afektif dalam bahasa Indonesia berasal dari kata

    aspek yang berarti sudut pandang4 perilaku manusia dan afektif

    berasal dari kata Affection berarti unsur perasaan (dan emosi) dari

    pengalaman5. Dalam buku Taxonomy of Educational Obyectives (David R

    Krathwohl), beliau menggunakan istilah domain seperti domain afektif

    artinya bidang atau daerah kekuasaan.

    David R. Krathwohl bersama temannya, beliau mengartikan afektif

    dengan Affective: Objectives which emphasize a feelling tone, an

    emotion, or a degree of acceptance or rejection Artinya: tujuan-tujuan

    yang mengutamakan pada perasaan,emosi atau tingkat penerimaan dan

    penolakan.6 Sedangkan dalam kamus psikologi ranah afektif, karya Kartini

    Kartono, afektif berasal dari kata affek yang merupakan nama khas yang

    mencakup emosi, suasana hati dan perasaan yang kuat, keadaan perasaan

    yang menyertai kesadaran.7 Dalam hal ini ranah afektif diharapkan untuk

    menggugah emosi siswa agar ikut berperan aktif dalam proses KBM.

    2) Ruang Lingkup afektif

    Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada 3 hal penting

    yang perlu dikaji yaitu:

    4Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai

    Pustaka, 1982), hal 62. 5James Drever, Kamus Psikologi, Diterj oleh: Nancy Simanjuntak, (Jakarta: Bina Aksara,

    1988), hal 7. 6David R. Krathwohl, Loc. Cit., hal 7 7Kartini Kartono dan Daligulo, Kamus Psikologi, (Bandung :Pionir Jaya, 1987) hal 11.

  • 17

    a. Perasaan

    Perasaan merupakan suatu keadaan kerohanian atau peristiwa

    kejiwaan yang kita alami dengan senang dan tidak senang dalam

    hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subyektif.8

    Perasaan mempunyai kekuatan tersendiri dan tidak tergantung

    pada perangsang- perangsang dari luar. Perangsang yang sama bisa

    menimbulkan perasan yang berbeda pada pribadi-pribadi yang lain.

    Unsur senang, tidak senang menentukan kualitas perasan, sehingga

    muncul gembira dan luka, nyaman atau segan, simpati atau antipati.

    Kualitas perasaan tergantung 3 Faktor: 9

    1. Kondiosi fisik / jasmani: oleh suatu penyakit kita jadi terlalu perasa

    dan amat peka, mudah terkena/tersinggung, kepekaan tersebut

    disebabkan karena kelelahan psikis dan tekanan batin.

    2. Pembawaan: Ada orang mempunyai pembawaan berperasaan halus,

    sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya (tidak sensitif)

    3. Bergantung pada stemming atau suasana hati.

    b. Emosi

    Emosi diartikan dengan kondisi ketegangan yang abnormal

    dalam kehidupan perasan; merupakan emosi yang hebat, kuat,namun

    berlangsung pendek, disertai dengan bermacam-macam ledakan fisik,

    sering kehilangan rem-rem batin yang berfungsi sebagai penyaring dan

    pertimbang akal. Akibatnya pribadi yang dilengkapi dengan emosi /

    affec tidak mengenal atau menyadari dari apa yang telah dilakukan.

    Contoh: ketakutan, kebencian yang menyala-nyala, ledakan dendam

    dan lain -lain.

    Menurut Wuth yang dikutib Kartini Kartonmo, bahwa

    affec/emosi dibagi menjadi menjadi 3 yaitu: 10

    8Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 101 9Kartini Kartono, Psikologi Umum, ( Bandung: Bandar Maju,1996), hal 87. 10Ibid,, hal. 92

  • 18

    1. Affec suka dan tidak suka

    2. Affec yang membesarkan hati dan mengecilkan hati

    3. Affec penuh ketegangan dan affec penuh relaks.

    c. Suasana hati /Stemming

    Suasana hati dapat diartikan dengan suasana hati yang

    berlangsung sejak lama,lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai

    dengan perasaan senang dan tidak senang.11 Sebab terjadinyan suasana

    hati pada umumnya ada dalam bawah sadar dan faktor jasmani.

    Dari beberapa pembahasan diatas maka penilaian afektif adalah

    penilaian yang mengarah pada perasaan, emosi dan suasana hati,hal ini

    terlihat dati sikap, minat, nilai, apresiasi dan penyesuaian berkaitan

    derngan nilai-nilai agama Islam.

    Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk membentuk

    peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki

    pengetahuan luas dan beraklakul karimah. Hal tersebut bisa lihat

    bahwa tujuan akhir PAI tak lain adalah membentuk peserta didik yang

    memiliki akhlak mulia. Dengan demikian pendidikan akhlak adalah

    jiwa dari Pendidikan agama islam.

    Berdasarkan standart kompetensi (KBK) evaluasi afektif PAI

    banyak didominasi oleh materi pembelajaran akhlak12 dan peneran

    akhlak mulia. Penilaian afektif dalam PAI dengan menilai sikap,

    minat, apresiasi, nilai dan penyesuaian. Siswa dalam pelajaran PAI.

    Sehingga hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian afektif PAI

    adalah prinsip kontinuitas artinya guru secara terus menerus mengikuti

    pertumbuhan, perkembangan dan perubahan siswa dengan jalan:1)

    Perhatian terhadap siswa ketika duduk, berbicara dan bersikap. 2)

    Pengamatan ketika siswa berada diruang kelas, tempat beribadah dan

    bergaul.

    11Abu Ahmadi, Op.Cit, hal. 108 12Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Standart

    Kompetensi, Mata Pelajaran PAI Sekolah Menengah Pertama, 2003, hal. 323

  • 19

    Tahapan-tahapan Afektif

    Dari unsur-unsur afektif diatas Krathwohl (1956) menjabarkan

    kedalam 5 tahapan. Masing-masing aspek tersebut muncul pada diri siswa

    dengan tidak jelas dan saling tumpang tindih. Untuk lebih jelasnya

    peneliti paparkan pendapat Krantwohl tentang proses munculnya tahapan-

    tahapan afektif dalam diri siswa melalui proses sebagai berikut:

    a. Menerima (Receiving)

    Dalam tahapan ini berhubungan dengan kesediaan siswa dalam

    menaruh perhatian, ada kepekaan terhadap adanya kondisi, gejala,

    keadaan atau masalah tertentu.13 Hasil belajar dalam jenjang dimulai

    dari kesadaran sampai pada minat siswa. Dalam proses penerimaan

    ada 3 hal yang harus di lalui :

    a. Kesadaran (Awareness)

    Sadar adanya kondisi, gejala, keadaan atau masalah tertentu.

    b. Kerelaan untuk menerima (Willing to receive)

    Bersedia untuk memperhatikan gejala dan sebagainya itu dan tidak

    mengelakannya.

    c. Mengarahkan perhatian (Controlled or selected attention)

    Perhatian yang terkontrol atau terpilih (Controlled or selected

    attention). Menunjukkan perhatian kepada berbagai aspek suatu

    gejala dan sebagainya serta implikasinya.

    Dalam proses belajar mengajar, tahapan ini berhubungan

    dengan menimbulkan, mempertahankan dan mengarahkan perhatian

    siswa.14 Yaitu kesadaran akan fenomena, kesediaan menerima

    13Suke Silverius, Evaluasi Hasil Belajar Dan Umpan Balik, (Jakarta: PT. Grasindo,

    1991), hal. 49. 14Slamento, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1988), hal. 162

  • 20

    fenomena dan perhatian yang terkontrol terhadap fenomena. Dalam

    tahapan ini dapat terlihat melalui minat dan apresiasi siswa.

    b. Merespon (Responding)

    Tahapan kedua kaitannya dengan memberi reaksi terhadap

    suatu gejala (dan sebagainya) secara terbuka, melakukan sesuatu

    sebagai respons terhadap gejala itu. Tahapan ini melalui tiga proses

    yaitu :

    a. Persetujuan untuk menjawab (Aequiescence in responding)

    kemauan untuk menyesuaikan diri pada peraturan yang ada.

    b. Kemauan untuk menjawab (Willingness to respond) Melakukan

    sesuatu atas kerelaan sendiri berkenaan dengan gejala.

    c. Merasa kepuasan dalam merespons (Satisfaction in respond).

    Mengalami kegembiraan dalam reaksinya terhadap gejala itu.

    Tahapan ini bertahan dengan partisipasi siswa. Siswa tidak

    hanya menghadiri suatu fenomena tertentu tetapi juga bereaksi

    terhadapnya dengan jalan satu cara. Hasil belajar pada tahapan ini

    menekankan kemauan untuk menjawab (misal: secara sukarela

    membaca tanpa di tugaskan) atau kepuasaan dalam menjawab. Dalam

    tahapan ini aspek afektif terlihat dari minat, sikap, apresiasi, nilai dan

    penyesuaian.

    c. Menilai (Valuing)

    Tahapan ini bertahan dengan nilai yang dikenakan siswa

    terhadap suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu.15 Ada tiga

    hal yang harus dilalui dalam tingkatan ini, antara lain :

    1. Penerimaan suatu nilai (Acceeptance of a value)

    2. Pemilihan suatu nilai (Preference of a value)

    3. Bertanggung jawab untuk mengingatkan diri (Commitment).

    15Ibid.

  • 21

    Pada taraf ini, siswa menerima nilai-nilai kemudian memilih

    nilai-nilai dan suatu fenomena dan terimplikasi pada sikap siswa

    ketika memegang komitmen, tingkah laku siswa sangat konsisten dari

    tetap sehingga dapat memiliki keyakinan tertentu.

    d. Organisasi (Organization)

    Ada 2 tahapan yang dilalui dari tingkatan ini :

    1. Konseptualisasi suatu nilai (Conzeptualization of a Value).

    2. Pengorganisasian suatu sistem nilai (Pengorganisasian suatu ilmu

    sistem nilai). Tingkatan ini terkait dengan menyatukan nilai-nilai

    yang berbeda, memecahkan konflik diantara nilai-nilai itu dan

    mulai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal,

    hasil belajar kaitan dengan konseptualisasi suatu nilai.16 Tahapan

    ini bisa terlihat dari sikap, nilai dan penyesuaian siswa.

    e. Karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai (Chanacterization

    by a value or value complex)

    Siswa memilih sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya

    untuk waktu yang cukup lama sehingga membentuk sebuah karakteri

    pola hidup sehingga perilaku selalu konsisten karakteristik suatu

    nilai dalam prosesnya melalui :

    1. Perangkat yang tergeneralisasi

    2. Karakteristik

    Hasil belajar / evaluasi meliputi sebanyaknya kegiatan namun

    penekanan pada kenyataan bahwa tingkah laku menjadi ciri khas atau

    karakteristik siswa. Tahapan ini bisa terlihat dari penyesuaian

    Tahapan-tahapan Afektif diatas Kartwohl dapat melihat

    melalui; minat, sikap, nilai, apresiasi dan penyesuaian.17 Berikut ini

    penjelasan mengenai aspek afektif.

    16Ibid, hal. 93. 17David. R. Krathwohl, Loc. Cit, hal . 25

  • 22

    1. Sikap (attitude)

    Sikap menurut Krantwohl adalah Objek dengan jarak lebar

    dari perilaku, sikap tak lain untuk mendiskripsikan perasaan

    perasaan yang ada pada siswa. Sikap merupakan kecenderungan

    untuk merespon sesuatu baik individu, tata nilai, peristiwa, dan

    sebagainya dengan cara tertentu. Menurut All Port, dikutip oleh

    Marat, bahwa sikap dipandang sebagai hasil belajar diperoleh

    melalaui pengalaman dan interaksi terus menerus dengan

    lingkungan.18

    Definisi sikap sebagian besar ahli menentukan kata-kata

    pre disposision yang berarti adanya kecenderungan kesediaan

    dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi jika telah

    diketahui sikapnya. Dalam proses belajar mengajar, terlihat adanya

    sikap siswa seperti kemauannya untuk menerima pelajaran dari

    guru, perhatian yang telah dijelaskan, penghargaan terhadap guru,

    sikap akan memberikan arah terhadap individu untuk melakukan

    perbuatan positif atau negatif.

    2. Minat (interes)

    Menurut pendapat Krathwohl, minat merupakan penjelasan

    mengarah pada tingkah laku seluruh cara dari sekedar sadar nya

    murid dimana fenomena yang menggoda sehingga dia setidaknya

    mencurahkan perhatian saat di dikelas melalui tingkah laku dimana

    dia semakin berkehendak ingin memperhatikan dan merespon

    dalam masalah, begitu juga dengan pendapat Andi Mappiare, minat

    18Marat, Sikap Manusia Perubahan dan Pengukuran Manusia, (Jakarta: Harian Induk,

    1982), hal 20.

  • 23

    adalah: suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran

    dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau

    kecemburuan yang mengarah individu kepada suatu pilihan

    tertentu.19 Begitu juga dengan Dayles Friyer yang dikutip olek

    Wayan Nur kuncoro dalam buku evaluasi pendidikan, minat/interes

    adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktifitas

    yang menstimulus perasaan senang pada individu20 sama halnya

    dengan pendapat W.S. Winkel minat adalah kecenderungan subjek

    yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok

    bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.21

    Whiterington berpendapat, minat adalah kesadaran seseorang

    bahwa suatu obyek, seseorang suatu soal atau situasi mengandung

    sangkut paut pada dirinya,22 dari pengertian tersebut maka minat

    mengandung berbagai unsur yaitu: perasaan senang, menarik

    perhatian, motivasi atau bila siswa senang terhadap objek atau

    aktifitas tertentu maka ia akan mempunyai minat yang besar

    terhadap objek.misal: siswa senang terhadap pelajaran PAI maka

    ia akan menaruh minat yang besar terhadap pelajaran tersebut

    misalnya dengan memperhatikan pelajaran yang baik, banyak

    membaca buku-buku PAI, senang bertanya dan lain-lain.

    3. Nilai (value)

    Menurut Krantwohl nilai seperti halnya sikap, nilai

    sebagai tampilan dari pada sikap. Pendapat tersebut senada dengan

    Milton Rokeach dan James Bank, yang dikutib oleh Cabib Thoha

    dalam buku Kapita Selekta Pendidikan Islam, nilai adalah suatu

    19Andi Mapiore, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), hal 62. 20Wayan Nur Kuncana dan Sumartana, Op.Cit.,hal 229 21W.S. Winkel D.J, Psikologis Pengajaran, (Jakarta: Gramedia, 1999), hal. 188. 22Whiterington,Psikologi Pendidikan, terj oleh: M. Buchori, (Jakarta: Aksana Baru,

    1986) hal 135.

  • 24

    tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup kepercayaan

    dalam yang mana seseorang bertindak atau menghindari suatu

    tindakan atau mengenai sesuatu yang pantas dan tidak pantas untuk

    dikerjakan.23 Begitu juga dengan Mansur Isna beliau mengartikan

    nilai dengan sesuatu yang abstrak, ia ideal, nilai bukan benda

    kongkret, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar salah yang

    menurut pembuktian empirik melainkan soal penghayatan yang

    disenangi dan tidak disenangi.24

    Dari pendapat tersebut, bahwa sistem nilai dijadikan

    kerangka acuan yang menjadikan rujukan cara berperilaku lahiriah

    dan rohaniah manusia, Dalam hal ini nilai yang dijadikan sebagai

    acuan Pendidikan Agama Islam adalah Nilai yang diajarkan Al

    Quran dan hadist. Jika nilai dikaitkan dengan proses KBM siswa

    mampu menghayati sebuah fenomena sehingga ia dapat

    membedakan benar atau salah, baik buruk, dan mana yang lebih

    penting dalam kehidupan manusia.

    4. Apresiasi

    Menurut Krant Wohl, apresiasi seperti halnya minat,

    mungkin lebih banya perilaku sederhana sebagai manusian yang

    memperhatikan kejadian dan tidak dapat merasa. Apresiasi sering

    diartikan sebagai penghargaan terhadap suatu benda baik abstrak

    maupun kongkret yang memiliki nilai luhur. Menutur Chaplin yang

    dikutib oleh Muhibbin Syah, apresiasi berarti suatu pertimbangan

    (Adjugment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu.25 Dalam

    proses KBM Apresiasi terlihat dari perilaku siswa menghargai

    23Chabib Thoha M.A. Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1996), hal 60

    24Mansur Isna.M.A, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka utama,2001), hal. 98

    25Muhibbin Syah, M. Ed., Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya,1997), hal 121.

  • 25

    guru dan teman, menghargai waktu belajar dan tahu hal yang

    penting dalam kehidupan.

    5. Penyesuaian (Adjagment)

    Penyesuaian menurut Krathwohl diartikan dengan

    hubungan timbal balik dari satu aspek dari seseorang dengan orang

    lain. Menurut Kartini Kartono penyesuaian diartiakan dengan

    penguasaan yaitu kemampuan membuat rencana dan mengatur

    respon sedemikian rupa sehingga dapat menguasai/menaggapi

    segala macam konflik atau masalah.26 Dari definisi tersebut bahwa

    pengusaan merupakan hasil aplikasi nilai dalam kehidupan sehari-

    hari. Contoh siswa melakukan syariat agama berdasarkan konsep

    Islam yang telah diperoleh dalam kehidupan sehari

    26Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung:

    Mandar Maju, 1989), hal 260-261.

  • 26

    skema

    1.1 Awareness

    1.2 Willingnes to

    receive

    1.0

    R

    ecev

    ing

    1.3

    Controled or selected attention

    2.

    1 Acquescence in responding

    2.

    2

    Willingness to respond

    2.0

    Res

    dpon

    ding

    2.3

    Satilfaction in response

    3.1 Acceptance for a

    value

    3.2 Preference for a

    value

    3.0

    Val

    uing

    3.3 commitment

    4.1

    Conceptualization of a value

    4.0

    Org

    aniz

    atio

    n

    4.2

    Organization of a value sistem

    5.1

    Generalized set

    5.0

    Car

    acte

    rizat

    ion

    by

    a va

    lue

    com

    plex

    5.2

    Characterization

    Sumber : David R. Krantwoh (hal.37)

    adja

    stm

    ent

    valu

    e

    attit

    ude

    apfr

    ecia

    tion

    vite

    rest

  • 27

    Telah disebutkan diatas bahwa ranah afektif meliputi 5 jenjang

    kemampuan yakni receiving (menerima), responding (menjawab),

    valuing (Menilai), Organisation (Organisasi) dan carakterization by a

    value Complex (mengkarakterisasikan dengan suatu nilai atau

    komplrewk nilai). Adapaun kata kerja operasional untyuk

    merumuskan TIK atau kompetensi dasar yang mengukur jenjanng

    kemampuan dalam ranah afektif. Sebagai berikut.27

    1. Menerima/receiving: menanyakan, menjawab, menyebutkan,

    memilih, mengidentifikasi, memberikan, mencandrakan,

    mengikuti, menyeleksi, menggunakan.

    2. Menjawab/responding: menjawab, melakukan, menulis, berbuat,

    menceritakan, membantu, mendiskusikan, melaksanakan,

    mengemukakan, melaporkan, menyambut, mendukung,

    menyenangi dan sebagainya.

    3. Menilai/valuing : menerima, membedakan, merubah, mempelajari,

    menyeleksi, bekerja, membaca, menyalinkan, mengimani,

    menekankan dan sebagainya.

    4. Organisasi/Organization: Mengorganisasikan, menyiapkan,

    mengatur, mengubah, membandingkan, mengintegrasikan,

    memodifikasikan, menghubungkan, menyusun, memadukan,

    menyelesaikan, mempertahankan dan sebagainya.

    5. Karakterisasi dengan suatiu nilai atau komplel milai/carakterization

    by a valui or valui komplex: menggunakan, mengubah perilaku,

    berakhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkian, melayani,

    menunjukkan, membuktikan, memecahkan dan sebagainya.

    27Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal 188-190.

  • 28

    RANAH AFEKTIF

    Tingkat/hasil

    belajar

    Ciri-cirinya

    1. Receiving

    2. Responding

    3.Valuing

    4.Organization

    5.Chracterizati

    on by oa

    - Aktif menerima dan sesitif (tanggap)

    dalam menghadapi gejala-gejala

    (fenomena)

    - Siswa sadar tetapi sikapnya pasif

    terhadap simulus

    - Siswa sedia menerima, pasif terhadap

    fenomena tetapi sikapnya mulai aktif

    - Siswa mulai selektif artinya sudah aktif

    melihat dan memilih

    - Bersedia menerima, menanggapi dan

    aktif menyeleksi reaksi

    - Sedia menanggapi dan merespon

    - Puas dan menanggapi

    - Sudah mulai menyusun/ memberikan

    persepsi tentang obyek/fenomena

    - Menerima nilai

    - Memilih nilai/seleksi nilai

    - Memilih ikatan batin (memilih

    keyakinan terhadap nilai)

    - Pemilikan sistem nilai

    - Aktif mengkonsepsikan nilai dalam diri

    - Mengorganisasikan sistem nilai

    (menjaga agar nilai menjadi aktif dan

    stabil)

    - Menyusun berbagai macam sistem nilai

    menjadi nilai yang mapan dalam

  • 29

    value or

    value

    complex

    dirinya.

    - Predisposisi nilai (terapan dan

    pemilikan sestem nilai)

    - Karakteristik pribadi, atau internalisasi

    nilai, (nilai sudah menjadi bagian yang

    melekat dalam pribadinya.)

    Sumber : David Krantwohl,(ed) (1964)

    3) Prinsip- prinsip Evaluasi

    a. Evaluasi Afektif didasarkan atas tujuan tertentu; Setiap program

    evaluasi kurikulum terarah untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan secara jelas dan spesifik. Tujuan tersebut akan mengarah

    pada kegiatan sepanjang proses evaluasi dilaksanakan. Begitu juga

    dengan tujuan evaluasi afektif yaitu untuk mengetahui internalisasi

    nilai- nilai yang telah diajarkan pada siswa yang telah diajarkan

    sehingga untuk mengetahui hal tersebut guru dapat menilai sikap,

    minat, apresiasi, nilai dan penyesuaian pada siswa.

    b. Evaluasi harus bersifat obyektif; Pelaksanaan dan hasil evaluasi harus

    bersifat obyektif, berpijak pada apa adanya dan bersumber pada data

    yang nyata dan akurat yang diperoleh melalui instrumen yang

    terandal.

    c. Evaluasi kurikulum bersifat komprehensif; Pelaksanakan evaluasi

    mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang

    lingkup penilaian afektif. Seluruh komponen harus mendapakan

    perhatian dan pertimbangan yang sama dalam mengambil keputusan.

    d. Evaluasi dilaksanakan dengan kooperatif; pelaksanaan evaluasi

    merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalam

    penilaian seperti guru, kepala sekolah, orang tua bahkan siswa. Semua

    harus dapat bekerja sama dalam pelaksanaannya.

    e. Evaluasi dilaksanakan secara efisien; Pelaksanaan evaluasi harus

    memperhatikan faktor efisien khususnya dalam menggunakan waktu,

    biaya, tenaga, dan instrumen sebagai penunjang.

  • 30

    f. Evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan; Evaluasi tidak hanya

    dilaksanakan satu kali, dua kali saja namun secara terus menerus,

    apalagi dalam penilai afektif yang menuntut proses perkembangan

    siswa tentu tak luput dari pengamatan keseharian siswa.28

    4) Materi penilaian afekif

    Materi penilaian afektif, sama halnya dengan materi penilaian

    kognitif cuma bedanya adalah penilaian kognitif ditekankan pada hafalah,

    pemahaman, namun penilaian afektif difokuskan pada penerimaan nilai

    nilai materi dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah

    materi penilaian afektif, (berdasarkan pedoman khusus pengembangan

    silabus dan penilaian mata pelajaran PAI 2004)

    Mengamalkan ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari

    a. Menerapkan akidah Islam dalam kehidupan sehari-hari

    b. Melaksanakan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari

    c. Menerapkan akhlak karimah dalam kehidupan sehari-hari

    d. Memetik hikmah dari Tarih Islam untuk diamalkan dalam kehidupan

    sehari-hari.

    5) Penilaian afektif siswa dalam pelajaran PAI

    Berdasarkan tahapan-tahapan afektif diatas, meliputi 5 jenjang

    kemampuan, maka hal inilah yang akan diukur dengan melihat sikap,

    minat, apresiasi, nilai dan penyesuaian dengan bantuan kata operasional.

    Dalam merumuskan kompetensi dasar atau TIK Penilaian afektif tidak

    menuntut jawaban benar atau salah tetapi jawaban khusus sehingga

    tentang dirinya mengenai minat, sikap, nilai, apresiasi dan penyesuaian.

    Berkaitan dengan pelajaran PAI standart kompetensi yang diharapkan PAI

    diantaranya menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, hal

    tersebut mengaharapkan pada siswa bahwa nilai-nilai akhlak mulia sudah

    terorganisasi yang membentuk suatu karakter atau pedoman sehari-hari.

    Untuk mengetahui standart kompetensi tersebut pada siswa melalui proses

    28Oemar Hamalik, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal 13-14.

  • 31

    menerima, merespon, menilai, mengoraganisasi dan kararterisasi suatu

    nilai dengan melihat sikap, minat, nilai, apresiasi dan penyesuaian pada

    siswa.maka akan dibahas bab berikut ini

    1. Penilaian sikap

    Sikap akan memberi arah kepada pembuatan atau tindakan

    seseorang, oleh sebab itu sikap dikatakan dengan predisposisi atau

    kecenderungan untuk melakukan suatu respon sesuatu. Namun tidak

    berarti nbahwa semua tindakan atau perbuatan seseorang identik

    dengan sikap yang ada padanya. Siswa mungkin saja melakukan

    perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan sikap yang sebenarnya.

    Metode pengukuran sikap antara lain :quesioner, observasi,

    intervie, dengan dibantu dengan skala sikap berikut ini.

    Format lembar pengamatan sikap siswa dalam PAI

    1) Format lembar pengamatan sikap siswa dalam PAI

    No Indikator Sikap

    Nama siswa

    Ket

    erbu

    kaan

    Ket

    ekun

    an

    bela

    jar

    Ker

    ajin

    an

    Teng

    gang

    rasa

    Ked

    ispl

    inan

    Ker

    jasa

    ma

    Ran

    ah d

    enga

    n te

    man

    Hor

    mat

    pad

    a gu

    ruK

    ejuj

    uran

    Men

    empa

    ti ja

    nji

    kepe

    dulia

    n

    Tang

    gung

    jaw

    ab

    Nila

    i rat

    a-ra

    ta

    1 2 3 4 5 6 7 8 Dst

    Skor untuk masing-masing sikap diatas dapat berupa angka

    akan tetapi pada tahap akhir skor tersebutdirata-rata dan dikonversikan

    kedalam bentuk kualitatif. Skala dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5.

    Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: 1= sangat

    kurang ,2= kurang,3= cukup,4=baik dan 5=amat baik.

    2. Penilai minat

  • 32

    Siswa yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran

    prestasinya akan tinggi sehingga minat sebagai pendorong kuat untuk

    terlibat secara aktif dalam pelajaran tersebut. Begitu juga

    sebaliknya.bila siswa kurang berminat dalam pelajaran tersebut maka

    dalam mengikuti pelajaran sedikit sekali keterlibatan diri dalam

    pelajaran tersebut.metode tes minat dapat digunakan dengan

    observasi, interview, quesioner dan inventori.

    Berikut ini penilaian minat siswa terhadap PAI.

    Format penilaian minat siswa terhadap PAI

    SKALA No Pertanyaan

    SL SR JR TP

    1.

    2.

    3.

    4

    .

    5.

    6

    .

    7

    .8.

    9

    .

    10.

    Saya senang mengikuti pelajaran PAI

    Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran

    PAI

    Saya merasa pelajaran PAI bermanfaat

    Saya berusaha meyerahkan tugas tepat

    waktu

    Saya berusaha memahami pelajaran PAI

    Saya bertanya kepada guru bila ada yang

    tidak jelas

    Saya mengerjakan soal-soal latihan

    dirumah

    Saya mendiskusikan materi pelajaran

    dengan teman

    Saya berusaha memiliki buku pelajaran

    PAI

    Saya berusaha mencari bahan di

    perpustakaan

    Jumlah

    Ket : SL : Selalu, SR: Sering, JR : Jarang, TP : Tidak Pernah

  • 33

    Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala

    bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah

    pertanyaannya. Misal jawaban sangat setuju diberi skor 4, sedangkan

    sangat tidak setuju 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan

    menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. misalnya

    instrumen untuk mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir.Jika

    rentangan yang dipakai 1-4, maka skor terendah adaalah 10 dan skor

    tertinggi 40, jika dibagi 4 kategori maka skala 10-16 termasuk tidak

    berminat,17-24 kurang berminat,25-32 berminat dan skala 33-40

    sangat berminat.

    3. Penilaian nilai

    Penilaian nilai dilakakukan untuk mengukur nilai-nilai yang

    terekam pada diri siswa terhadap pelajaran yang telah dilakukan.

    Penilaian nilai adalah suatu yang abstrak sehingga susah sekali

    dicapai. Untuk mengukur nilai sebagaimana pengukuran yang lainnya

    dengan metode observasi, interview dan angket.

    Format penilaian nilai pada siswa dalam pelajaran PAI.

    No Pertanyaan SS S KS TS TSS

    1

    2

    .

    3

    4

    5

    Menurut saya membaca buku

    Pelajaran PAI itu penting

    Saya tertarik berdiskusi dengan orang

    lain

    Pelajaran agama dapat merubah

    perilaku yang benar

    Ketenangan batinku tercipta ketika

    saya menjalankan syariat agama

    islam.

    Dengan membaca Al-Quran batiku

    terasa tenang.

    dsb.

  • 34

    Ket: SS=Setuju Sekali, S=setuju, KS=Kutang Setuju, TS=Tidak Setuju,

    TSS=Tidak Setuju Sekali

    4. Penilaian Apresiasi.

    Penilaian apresiasi siswa terlihat sikap siswa terhadap

    penghargaan pada pelajaran, guru, teman dan sebagainya. Metode

    yang digunakan yaitu observasi, interview dan angket.

    Format Penilaian Apresiasi.

    No Pernyataan SS S KS TS TSS

    1

    2

    3

    4

    Saya selalu menghormati guru

    ketika mengajar

    Saya selalu mendengarkan apa yang

    telah diterangkan guru

    Saya selalu mengerjakan tugas

    yang diperintah guru

    Saya selalu berbuat baik pada teman

    Dsb.

    Ket :SS= Setuju Sekali, S= Setuju, KS= Kurang Setuju, TS=

    Tidak Setuju, TSS= Tidak Setuju Sekali

    5. Penilaian Penyesuaian

    Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa

    menerapakan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian

    ini terlihat dari sikap siswa menghadapi permasalahan, mengerjakan

    nilai-nilai keagamaan. Metode yang digunakan: observasi, interview

    dan angket.

    Format Penilaian Penyesuaian

    No Pernyataan SL JR TP

    1 Ketika tidak ada pelajaran (jam kosong) saya

  • 35

    2

    3

    4

    selalu belajar sendiri

    Saya berani mengunkapkan pendapat yang

    berbeda dengan teman

    Saya selalu mengerjakan sholat berjamaah.

    Saya selalu mengerjakan shalat 5 waktu setiap

    hari.dsb

    Ket: SL= Selalu, JR= Jarang, TP= Tidak Pernah.

    6) Teknik Evaluasi Aspek Afektif PAI

    Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar tidaklah selalu

    dapat diukur dengan alat tes, sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan

    siswa yang sukar diukur secara kuantitatif dan obyektif. Seperti halnya

    aspek afektif yang mencakup, sikap, kerajinan, tanggung jawab dan

    sebagainya. Untuk mengukur aspek ini maka diperlukan alat penilai yang

    sesuai dan memenuhi syarat. Pengukuran ranah afektif tidak melalui tes

    sumatif yang selama ini berjalan, namun yang dilakukan sendiri oleh guru

    terhadap perkembangan siswa. Adapun instrument penilaian aspek afektif

    menggunakan teknik non tes yang meliputi : observasi kuesioner, chek-

    list, wawancara, riwayat hidup. Untuk lebih jelas instrument tersebut maka

    akan dijabarkan di bawah :

    a. Observasi

    Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap

    siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya.29 Dalam observasi guru

    tidak perlu mengadakan komunikasi langsung dengan siswa. Observasi

    dapat dilakukan dengan berbagai tempat misalnya dikelas, pada waktu

    pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu murid bermain-main,

    dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara, dan lain-lain. dalam

    situasi tersebut guru agama dapatmengamati sikap anak didik yang

    terkait dengan nilai-nilai keagamaan seperti bagaimana mereka

    bergaul, bertatakrama, ditempat ibadah dan lain-lain.

    29Ibid., hal. 96.

  • 36

    Untuk mencari data dalam observasi menurut Slamento

    menggunakan check-list (daftar cek) dan skala penilaian.30 Check-list

    atau daftar cek merupakan salah satu alat pedoman observasi yang

    berupa daftar kemungkinan aspek tingkah laku yang sengaja dibuat

    untuk memudahkan mengenai ada tidaknya aspek-aspek tingkah laku

    tertentu pada seseorang akan dimulai. Begitu juga dengan skala

    penilaian meng gambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap

    suatu hasil, guru dapat menilai dengan hampir segala sesuatu dengan

    skala, dengan maksud agar pencatatnya dapat obyektif, maka penilaian

    terhadap kepribadiannya seseorang disajikan dalam bentuk skala.

    Ada beberapa jenis skala yang dijadikan alat ukur sikap.31

    1. Skala Likert

    Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan

    diikuti lima respons yang menunjukkan tingkatan misal; sangat

    setuju, setuju, ragu-ragu, kurang setuju, tidak setuju.Contoh:

    Dilihat dari segi ajaran islam, melaksanakan solat tepat pada

    waktunya itu baik,tetapi karena kita sebagai murid keadaan ini

    tidak menjadi kewajiban:

    a. Sangat setuju

    b. Setuju

    c. Ragu-ragu

    d. Kurang setuju

    e. Tidak setuju

    2. Skala Thurston

    Skala ini dapat digunakan untuk mengukur sikap yang

    bertkaitan dengan ideologi keyakinan terhadap agama yang

    membutuhkan pertimbangan/argumen secara eksplisit dalam

    menyatakan kesetujuan atau ketidak setujuan.

    30Suaharsimi Arikunto, Op cit., hal. 27. 31Ibid., hal 179-180

  • 37

    Pernyataan yang diajukan kepada responden disarankan

    oleh trustone kira-kira 10 butir tetapi tidak boleh kurang dari 5

    soal. Contoh, Sikap seorang siswa ketika melakukan solat dapat

    diungkapkan dalam pernyataan sebagai berikut;

    1. Apakah berdoa kepada Allah dalam hati saja dan perasaan

    kepasrahan yang tulus kepada-Nya.

    2. Setiap kali saya berdoa kepada Allah Semangat hidup saya

    muncul kembali.

    3. Setiap kali saya bertdoa kepada Allah saya merasa terlepas dari

    himpitan masalah.

    4. Setiap kali saya berdoa kepada Allah selalu muncul perasaan

    serba takut kepadaNya.

    5. Setiap kali saya berdoa kepada Allah tidak ada sesuatu yang

    aneh dalam diri saya.

    6. Setip jkali saya berdoa kepada Allah yang saya inginkan adalah

    kebesaran dan dan kekuasaan Allah.

    7. Setiap saya berdoa kepadea Allah yang saya inginkan adalah

    jangan sampai salah melafadkan lafadz doanya.

    Pemberian skor terhadap tujuh pernyataan tersebut tidak

    harus berkisar satu sampai tujuh, melainkan bisa jadi 3 sampai 19.

    3. Skala Bagasdus

    Skala ini sangat tepat untuk mengukur sikap seseorang

    terhadap keyakinan/ kepercayaan atau ideology.dalam penyusunan

    skala dengan mengunkapkan satu masalah melalui pernyataan-

    pernyatan yang berangkat dari satu konsep.masing-masing

    pernyataan diajukan memiliki kualitas yang berbeda. Contoh

    penyusunan pernyataan tentang umat islam dalam berjuang

    mempertahankan agama menggunakan konsep tunggal yakni,

    Sebaik-baik jihad adalah dengan mengorbankan jiwa dan harta,

    dengan pernyataan ;

  • 38

    a. Untuk menunjukkan kesetiaan kepada agama bagi seorang

    muslim yang baik, jika ia sempat meluangkan sebagian

    waktu,pikiran dan tenaganya untuk mengembangkan

    agamanya.

    b. Seorang muslim yang mencintai agamanya, akan meraseakn

    prihatin bila persatuan dan kesatuan umat terkoyak-koyak.

    c. Jika suatu saat untuk mempertahankan agama memerlukan

    dukungan logistik yang besar, maka saya tidak keberatan untuk

    mnemberikan selurus harta dan kekayaan saya demi kejayaan

    agama.

    d. Bagi saya belum disebut muslim sejati jika belum sanggup

    gugur dimedan perjuangan untuk menegakkan agama.

    e. Bagian tertinggi bagi seorang muslim jika nia dapat

    menyerahkan harta untuk kepentingan agama.

    4. Skala pilihan ganda

    Skala ini bentuknya seperti soal pilihan gandaya itu suatu

    pernyataan yangdiikuti oleh sejumlah alternatif pendapat. Contoh:

    Apabila saya mengerjakan solat maka:

    a. Dilaksanakan dengan khusuk tanpa menghiraukan yang lain

    b. Dalam melaksanakan solat pikiran kemana-mana

    c. Dalam keadaan terpaksa solat dengan melirik

    d. Dalam keadaan solat sambil tersenyum.

    b. Interview (wawancara)

    Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang

    digunakan untuk mendapatkan jawaban dengan responden atau siswa

    dengan jalan tanya jawab sepihak.

    Wawancara dapat dilakukan untuk dapat dilakukan 2 cara,

    yaitu : interview bebas dan terpimpin. Interview bebas, yakni

    responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya

    tanpa dibatasi patokan-patokan oleh mengevaluasi. Sedangkan

    wawancara terpimpin dimana siswa (responden) harus menjawab

  • 39

    dengan pertanyaan yang sudah tersusun terlebih dahulu oleh evaluator.

    Untuk mengetahui sikap minat selain pengamatan juga wawancara

    dengan siswa sebagai penguat. Pertanyaan wawancara bekisar tentang

    akhlak /perrilaku siswa yang terkait dengan nilai-nilai

    Islam.Wawancara bisa dilakukan ketika guru duduk-duduk santai

    bersendau guru dengan siswa. Contoh pertanyaan wawancara;

    1. Apakah kamu merasa senang dengan pelajaran PAI ?

    2. Apakah kamu melaklsanakan solat satuhari 5 kali ?

    c. Quesioner/angket

    Quesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi

    oleh responden. Quesioner sering disebut dengan angket. Dengan

    quesioner siswa dapat diketahui tentang keadaan diri, pengalaman,

    pengetahuan sikap atau yang lainnya.

    Quesioner dapat dilaksanakan secara langsung dan tidak

    langsung, secara langsung jika siswa (responden) secara langsung

    mengisi angket, namun secara tidak langsung Quesioner dikirim / di isi

    bukan orang yang diminta keterangan namun orang yang bersangkutan

    dengan responden.

    Pertanyaan angket dilakukan untuk mendapatkan data yang

    terkait dengan sikap dan minat siswa terutama dengan nilai-nilai

    agama.Contoh angket

    1. Saya mengikuti Pelajaran PAI karena

    a. Ajakan teman

    b. Pelajaran yang telah disediakan

    c. Takut sama guru

    d. Kesadaran sendiri

    2. Saya membaca al-Quran setiap hari:

    a. 1 kali

    b. 2 kali

    c. 3 kali

    d. Tidak pernah

  • 40

    d. Riwayat Hidup

    Gambaran tentang keadaan siswa selama dalam masa

    kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup maka akan

    dapat menarik kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan

    sikap/akhlak hidupnya.

    7) Langkah-langkah penilaian afektif

    Instrumen non tes diatas digunakan untuk menilai aspek afektif

    yaitu sikap dan minat terhadap pelajaran PAI. Teknik / langkah-langkah

    pembuatan instrumen sikap dan minat antara lain:

    a. Pilih ranah afektif yang akan dinilai missal: sikap atau minat.

    b. Tentukan indikator minat misalnya: kehadiran kelas, banyaknya

    bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas dan catatan buku rapi.

    c. Pilih tipe skala yang digunakan misalnya skala Likert dengan empat

    skala yaitu sangat senang sampai tidak senang, dari selalu sampai tidak

    pernah.

    d. Telaah instrument dengan teman sejawat

    e. Perbaiki instrument

    f. Siapkan inventori laporan diri.

    g. Tentukan skor inventori.

    h. Buat hasil analisis inventori skala minat dan sikap

    8) Analisis instrumen

    Sebelum instrumen digunakan, hendaknya dianalisis dahulu. Ada 2

    model analisis yang dapat digunakan, yaitu analisis kualitatif dan

    kuantitatif. Analisis kuatitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan

    instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah siswa

    yang memiliki karakteristik yang sama dengan siswa yang akan diuji

    dengan instrumen tersebut. Hasil uji coba bertujuan untuk melihat

    karakteristik instrumen seperti kepekaan dan kesensitifan instrumen.

    Untuk mengetahui efektifitas proses pembelajaran dapat dilakukan

    dengan cara melihat karakterirtik butir instrumen dengan mengikuti acuan

    criteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitifitas. Hal ini

  • 41

    dapat diketahui manakala dilakukan tes awal /pretest dan setelah

    pembelajaran/ posttest.

    Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval 1 sampai 1.

    Indeks sensitivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif sebagai berikut:32

    Ix = RA - RB T

    RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir

    instrumen sesudah proses pembelajaran

    RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir

    instrumen sebelum proses pembelajaran

    T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian.

    Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari

    besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir. Jika tingkat

    pencapaian butir kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses

    pembelajaran tidak efektif, namun harus memperhatikan pula kualitas

    butir secara kualitatis. Jika hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi

    syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukan

    tidak efektifnya proses pembelajaran.

    9) Evaluasi hasil penilaian

    Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui

    ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi

    tersebut dapat diketahui kompetensi dasar, materi atau indikator yang

    belum mencapai ketuntasan, dengan mengevaluasi hasil belaja, guru

    mendapatkan informasi untuk melakukan program perbaikan yang tepat.

    Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal perlu dikaji kembali apakah

    instrumen penilaian terlalu sulit, apakah instrumen penilaian tidak sesuai

    dengan indikatornya, ataukah cara pembelajaranya (metode, media,

    tehnik) yang digunakan kurang tepat. Jika instrumen penilaiannya terlalu

    32Departemen Pendidikan Nasional., Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Umum,,

    Kurikulum 2004 SMA (Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Agam Islam), 2003, hlm. 19

  • 42

    sulit maka perlu diperbaiki. Akan tetapi jika instrumen penilaian tidak

    sulit, mungkin pemberlajarannya perlu diperbaiki dan seterusnya.

    Hasil evaluasi afektif, misalnya minat dan sikap, apabila dari

    sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata

    pelajaran PAI, maka guru PAI harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji

    dan dilihat kembali secara keseluruhan segala hal yang terkait dengan

    pembelajaran PAI baik menyangkut metode, media maupun tehniknya.

    10) Pelaporan hasil penilaian

    Pelaporan hasil penilaian afektif bermanfaat untuk mengetahui

    sikap dan minat siswa terhadap pelajaran PAI dan hasilnya dapat

    dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap dan minat siswa terhadap

    pembelajaran PAI. Pelaporan afektif dilakukan secara kualitatif, misalnya

    A (amat baik),B (baik), C (cukup). Pelaporan hasil penilaian ditujukan

    pada siswa,orang tua,sekolah,dan masyarakat

    1. Laporan untuk siswa dan orang tua

    Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan dapat

    memberikan informasi yang lengkap. Laporan yang dibuat guru untuk

    siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar siswa. Prestasi yang

    dilaporkan tersebut dapat dilihat dalam buku lapor yang diisi dalam

    setiap semester.

    2. Laporan untuk sekolah

    Laporan untuk sekolah untuk mengetahui catatan perkembangan

    sisdwa yang ada didalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa

    akan diperhatikan dan dipikirkan oleh pihak sekolah. Guru tidak

    semata melaporkan prestasi siswa tetapi juga menyinggung problem

    kepribadian mereka.

    3. Laporan untuk masyarakat

    Laporan untuk masyarakat pada umumnya berkaitan dengan jumlah

    kelulusan sekolah. Setiap siswa telah lulus membawa bukti bahwa

    mereka memiliki pengetahuan dan ketrampilan tertentu.

  • 43