Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penilaian Postur Operator dan Perbaikan pada Bagian
Produksi Pabrik Roti X dengan Metode RULA,
REBA, dan OWAS
Kata Kunci—Postur, RULA, REBA, OWAS
Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri di Indonesia masih sangat dominan, terutama pada kegiatan Manual Material Handling (MMH). Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan penanganan material menggunakan alat bantu adalah fleksibilitas gerakan yang dapat dilakukan untuk beban-beban ringan [1]. Kegiatan penanganan bahan secara manual berisiko terjadinya gangguan muskuloskeletal atau musculoskeletal disorders (MSDs), yakni cedera pada otot, urat syaraf, urat daging, tulang, persendian tulang, tulang rawan yang disebabkan oleh aktivitas kerja [2].
Mengingat aktivitas MMH mempunyai peranan vital dalam pekerjaan yang dilakukan di bagian proses produksi, maka telah banyak dilakukan penelitian untuk menganalisis postur MMH dengan merekomendasikan perbaikan postur dan ruang kerjanya. Metode yang dapat digunakan untuk menganalisis postur kerja antara lain metode RULA, REBA, dan OWAS. Ketiga metode ini mampu mendefinisikan pergerakan seluruh bagian tubuh pada pekerja stasiun pengepakan karton dan dapat memberi perbaikan pergerakan tubuh secara keseluruhan
sehingga dapat memberi rasa nyaman dan aman pada saat melakukan aktivitas kerja [2].
a. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) adalah suatu metode untuk mengukur atau menilai postur tubuh atau anggota tubuh bagian atas (upper limb) pada saat melakukan aktivitas yang diukur dengan tingkat risiko cedera (degree of injury risk). Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor risiko yang akan dialami oleh pekerja. Risiko yang dimaksud adalah risiko kecelakaan atau cedera tubuh atau otot, akibat dari bagian tubuh bergerak, karena tidak sesuai dengan pola gerak yang benar disebut sebagai gerak bagian tubuh yang tidak ergonomi.
RULA adalah salah satu alat penilaian ergonomis secara observasi yang sering digunakan untuk menganalisis postur tubuh yang diadopsi oleh pekerja di lapangan. Pada metode ini, skor akan diberikan secara spesifik untuk postur tertentu khususnya dalam kaitannya dengan bahu, tangan, dan pergelangan tangan. Skor gabungan RULA pada suatu waktu tertentu saat melakukan pekerjaan dihitung untuk menghasilkan satu skor risiko akhir terkait dengan tingkat risiko pekerjaan saat ini [3].
b. Rapid Entire Body Assessment (REBA)
REBA (Rapid Entire Body Assessment) adalah sebuah
metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat
untuk menilai postur leher, punggung, lengan, pergelangan
tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA memiliki kesamaan
yang mendekati metode RULA, tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang menunjukkan pada analisis pada
keunggulan yang sangat dibutuhkan dan untuk pergerakan
pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih umum,
dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang
ER-12
Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta
Jakarta, Indonesia
Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta
Jakarta, Indonesia [email protected]
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Jakarta, Indonesia
4th Prama Shandyasta Mahindriya
5th Hanan Afifah Rachmadini
1st Claudia Ivana Sitorus Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Jakarta, Indonesia [email protected]
2nd Santika Sari
Teknik Industri
3rd Nurfajriah
Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Jakarta
Jakarta, Indonesia
6th Najibatul Mujahidah
Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
Jakarta, Indonesia [email protected]
Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai
postur pekerja dan memberikan rekomendasi perbaikan sistem
kerja dari proses mixing, rolling, packing, cutting dan baking
yang dilakukan operator. Penelitian dilakukan melalui beberapa
tahapan, yaitu mendokumentasikan postur operator yang
dilakukan saat bekerja, mengetahui skor, level risiko dan level
tindakan dengan metode RULA, REBA dan OWAS serta
memberikan solusi terhadap risiko ergonomi pada pekerja.
Solusi atau perbaikan diperoleh dari hasil perhitungan RULA,
REBA dan OWAS masing-masing proses kerja. Setelah itu
dilakukan perancangan perbaikan dari proses kerja yang paling
berisiko menimbulkan cedera. Adapun penyesuaian serta
perbaikan yang dilakukan adalah pada proses rolling dengan
menyesuaikan meja kerja dengan membuat mesin rolling.
II. KAJIAN PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
di dalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk
pembebanan interaksi pembebanan perorangan, dan konsep
baru berhubungan dengan pertimbangan dengan sebutan “The
Gravity Attended” untuk mengutamakan posisi dari yang
paling unggul.
Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah suatu alat
analisis postural yang mengukur dengan cepat dan mudah
untuk menilai suatu varietas dari postur kerja untuk risiko
WMSDs. Penilaian menggunakan metode REBA terbukti
cocok untuk melakukan evaluasi seluruh tubuh dan baik untuk
pekerjaan statis dan dinamis. Demikian pula, penilaian REBA
memiliki keuntungan karena tidak mahal, dan hanya
membutuhkan peralatan kecil [4]. REBA membantu
menghindari inkonsistensi pada data karena fakta bahwa
penggunaan alat laporan diri telah menunjukkan bahwa peserta
mengidentifikasi tidak adanya faktor risiko postural dengan
tepat tetapi tidak mampu mengidentifikasi keberadaan mereka
dengan benar [5].
c. Ovako Work Posture Analysis (OWAS)
Salah satu metode untuk mengidentifikasi dan menganalisis
postur kerja untuk menjamin keamanan dan kenyamanan dalam
bekerja adalah dengan Ovako Work Sistem Analisis Postur
(OWAS). OWAS adalah metode sederhana untuk
memverifikasi tingkat keselamatan yang terkait dengan postur
kerja, dan untuk mengevaluasi tingkat risiko yang mengarah
pada tindakan korektif [6]. Metode OWAS dapat
mendefinisikan pergerakan seluruh bagian tubuh dan dapat
merekomendasikan perbaikan untuk perasaan lebih aman dan
nyaman saat bekerja.
2) Proses Rolling Mesin rolling membutuhkan tenaga manusia untuk
memasukkan adonan ke dalam alat.
3) Proses Packing Pada mesin packing ini tenaga kerja manusia atau pekerja
digunakan untuk mengontrol kualitas (Quality Control) roti
yang sudah selesai dipanggang juga kontrol pada hasil
pembungkusan roti tersebut.
ER-13
a. Penilaian Postur Kerja
Penilaian postur kerja dilakukan dengan tiga metode yaitu RULA, REBA dan OWAS. Penilaian ini dilakukan oleh lima operator dengan job-desc sebagai berikut: mixing, rolling, packing, cutting dan baking.
OWAS (Ovako Work posture analysis) adalah suatu
metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi postural
stress yang terjadi pada seseorang ketika sedang bekerja.
OWAS merupakan suatu metode yang digunakan untuk
melakukan pengukuran tubuh dimana prinsip pengukuran yang
digunakan adalah keseluruhan aktivitas kerja di rekapitulasi,
dibagi beberapa interval waktu (detik atau menit), sehingga
diperoleh beberapa sampling postur kerja dari suatu siklus kerja
atau aktivitas lalu diadakan suatu pengukuran terhadap
sampling dari siklus kerja tersebut.
Gambar 1. Proses Mixing
Gambar 2. Proses Rolling
Gambar 3. Proses Packing
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Proses Mixing Mesin mixing membutuhkan tenaga manusia menekan
tombol pada mesin untuk memulai pengadukan adonan. Selanjutnya operator harus menunggu hingga adonan itu
selesai di aduk dan siap untuk dilanjutkan ke proses
berikutnya.
4) Proses Cutting Mesin cutting membutuhkan tenaga kerja manusia untuk
membantu proses pemotongan agar pemotongan berjalan
dengan sempurna, dengan cara menarik tuas mesin
pemotong adonan hingga adonan terpotong. Selain itu tenaga kerja manusia dibutuhkan untuk melakukan
kontrol apakah proses pemotongan berjalan dengan
sempurna.
5) Proses Baking Mesin pemanggang membutuhkan tenaga kerja manusia
untuk memasukkan adonan yang telah siap dipanggang, menyalakan api dan mengontrol apakah adonan sudah siap
saji atau belum.
1) Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA
No Jenis
Pekerjaan
Skor
Akhir Level Risiko
Tindakan
Perbaikan
1 Mixing 3 Perlu
Pemeriksaan Perlu
2 Rolling 7 Berbahaya Perlu segera saat
itu juga
No Jenis
Pekerjaan
Skor
Akhir Level Risiko
Tindakan
Perbaikan
3 Packing 2 Bisa
Diabaikan Tidak Perlu
4 Cutting 5 Pemeriksaan Perlu Segera
5 Baking 4 Perlu
Pemeriksaan Perlu
2) Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA
No Jenis
Pekerjaan
Skor
Akhir Level Risiko
Tindakan
Perbaikan
1 Mixing 3 Rendah Mungkin Perlu
2 Rolling 12 Sangat Tinggi Perlu Sesegera
Mungkin
3 Packing 3 Rendah Mungkin Perlu
4 Cutting 6 Sedang Perlu
5 Baking 5 Sedang Perlu
3) Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode OWAS
No Jenis
Pekerjaan
Skor
Akhir Level Risiko
Tindakan
Perbaikan
1 Mixing 1 Bisa
Diabaikan Tidak Perlu
2 Rolling 2 Rendah Perlu jika
diperlukan
3 Packing 1 Bisa
Diabaikan Tidak Perlu
4 Cutting 1 Bisa
Diabaikan Tidak Perlu
5 Baking 2 Rendah Perlu jika
diperlukan
b. Analisis Postur Kerja
1) Analisis Proses Mixing
Berdasarkan metode RULA didapatkan nilai sebesar
3 yang artinya perlu pemeriksaan. Sedangkan berdasarkan
metode REBA didapatkan nilai sebesar 3 yang artinya
risikonya adalah rendah dan yang terakhir adalah pada
metode OWAS didapatkan nilai sebesar 1 yang artinya
risiko bisa diabaikan atau tergolong aman. Dari ketiga
hasil ini dapat kita lihat bahwa pekerjaan mixing tergolong
aman.
2) Analisis Proses Rolling
Berdasarkan metode RULA didapatkan nilai sebesar
7 yang artinya berbahaya dan termasuk level risiko tinggi.
Sedangkan berdasarkan metode REBA didapatkan nilai
sebesar 12 yang artinya risikonya adalah sangat tinggi,
dan yang terakhir, pada metode OWAS didapatkan nilai
sebesar 2 yang artinya risiko rendah. Dari ketiga hasil ini
ER-14
Gambar 4. Proses Cutting
Gambar 5. Proses Baking
TABEL I. PENILAIAN RULA
TABEL II. PENILAIAN REBA
Berdasarkan pengolahan data RULA, REBA dan OWAS
pada kelima operator maka terdapat perbedaan risiko antara
kelima operator tersebut yang akan dibahas pada berikut ini.
TABEL III. PENILAIAN OWAS
dapat kita lihat bahwa pekerjaan rolling tergolong berisiko
tinggi terkena cedera.
Dilihat dari metode RULA bahwa nilai yang tinggi
adalah pada posisi lengan atas, leher dan punggung.
Beban adonan yang berat menjadi salah satu alasan tingginya nilai beban dan nilai pada lengan atas karena
harus mengangkat adonan selama dua puluh detik dengan
ketinggian 45o-90o dengan kondisi ini, postur lengan atas
mendapat skor 3. Postur ini dapat menyebabkan lengan
atas menjadi pegal bahkan cedera jika pekerjaan
dilakukan secara berulang-ulang. Selain itu posisi alat
rolling yang terlalu pendek menyebabkan operator harus
menunduk sebesar 20o+ dan membungkuk sekitar 20o-60o
dalam melakukan pekerjaan. Dengan kondisi di atas,
postur leher mendapatkan skor sebesar 3 dan postur badan
mendapatkan skor sebesar 3. Postur ini dapat
menyebabkan berubahnya postur tubuh operator dan cedera jika dilakukan secara terus-menerus. Jika
dibandingkan dengan postur lengan bawah dan
pergelangan tangan yang hanya mendapat skor sebesar 2
dan postur kaki dengan skor sebesar 1, tentu dapat dilihat
bahwa harus ada perbaikan pada postur lengan atas, leher
dan badan agar operator tidak cedera.
Dilihat dari metode REBA bahwa nilai yang tinggi
berada pada postur lengan atas dan badan dengan
penjelasan dan skor yang sama dengan yang terdapat pada
RULA sheet. Terakhir adalah pada postur kaki, hal ini
karena letak alat yang rendah menyebabkan satu kaki operator harus menekuk dengan sudut 30o-60o. Dengan
kondisi ini, postur kaki mendapat nilai sebesar 3. Postur
ini dapat menyebabkan pegal atau bahkan cedera jika
dilakukan dalam jangka waktu yang lama.
Terdapat perbedaan pada skor yang didapatkan postur
kaki pada RULA sheet dan sheet. Hal ini dikarenakan
pada REBA sheet, klasifikasi postur kaki lebih mendetail
daripada pada RULA sheet.
Sedangkan pada metode OWAS didapatkan skor akhir
2 dan tergolong rendah sehingga harus dilakukan
perbaikan jika diperlukan. Namun metode OWAS
dianggap kurang akurat dalam menilai postur tubuh,
dikarenakan pekerjaan baking yang dinilai cukup berat.
3) Analisis Proses Packing
Berdasarkan metode RULA didapatkan nilai sebesar 2
yang artinya sangat rendah sehingga dapat diabaikan.
Sedangkan berdasarkan metode REBA didapatkan nilai
sebesar 3 yang artinya risikonya adalah rendah dan yang
terakhir adalah pada metode OWAS didapatkan nilai
sebesar 1 yang artinya risiko bisa diabaikan atau tergolong
aman. Dari ketiga hasil ini dapat kita lihat bahwa
pekerjaan packing tergolong aman.
4) Proses Cutting
Berdasarkan metode RULA didapatkan nilai sebesar 6
yang artinya diperlukan perbaikan segera. Sedangkan
berdasarkan metode REBA didapatkan nilai sebesar 6 yang
artinya risikonya adalah sedang dan yang terakhir adalah
pada metode OWAS didapatkan nilai sebesar 1 yang
artinya risiko bisa diabaikan atau tergolong aman. Dari
ketiga hasil ini dapat kita lihat bahwa pekerjaan cutting
tergolong berisiko.
Dilihat dari metode RULA dan REBA bahwa nilai
yang tinggi adalah pada posisi lengan atas. Hal ini
dikarenakan operator harus menekuk lengan saat menarik
tuas alat pemotong adonan dan menahannya agar adonan
terpotong sempurna. Dengan kondisi seperti ini, postur
lengan atas mendapatkan skor sebesar 3. Postur ini dapat
menyebabkan lengan atas menjadi pegal bahkan cedera
jika pekerjaan dilakukan secara berulang-ulang.
Sedangkan pada metode OWAS merupakan satu-
satunya metode dengan hasil yang kecil, sehingga
dianggap kurang akurat dalam menilai postur tubuh,
padahal pekerjaan cutting dinilai cukup berat.
5) Proses Baking
Berdasarkan metode RULA didapatkan nilai sebesar 4
yang artinya perlu dilakukan pemeriksaan. Sedangkan
berdasarkan metode REBA didapatkan nilai sebesar 5 yang
artinya risikonya adalah sedang dan yang terakhir adalah
pada metode OWAS didapatkan nilai sebesar 2 yang
artinya risiko rendah. Dari ketiga hasil ini dapat kita lihat
bahwa pekerjaan baking tergolong berisiko.
Dilihat dari metode RULA dan REBA bahwa nilai
yang tinggi adalah pada punggung. Hal ini dikarenakan operator harus membungkuk ketika akan memasukkan
adonan ke dalam mesin pemanggang. Sedangkan pada
metode OWAS merupakan satu-satunya metode dengan
hasil yang kecil, sehingga dianggap kurang akurat dalam
menilai postur tubuh, padahal pekerjaan baking dinilai
cukup berat.
c. Rancangan Perbaikan
Dari analisis postur kerja dapat diketahui bahwa
kegiatan yang paling berisiko menimbulkan cedera terjadi
pada proses rolling dikarenakan dari skor akhir RULA dan
REBA yang tergolong tinggi sehingga dapat menimbulkan
cedera jika tidak dilakukan perbaikan sesegera mungkin. Maka dari itu harus dilakukan perbaikan sesegera mungkin,
hal ini dapat dilakukan dengan cara mengganti mesin
rolling menjadi otomatis sehingga beban operator menjadi
berkurang dan risiko cedera menurun.
ER-15
1) Desain Perbaikan Mesin Rolling
Penjelasan rancangan perbaikan: pada desain mesin rolling
terbaru ini terdapat belt conveyor (1) untuk membawa adonan
ke roda pemutar (2), roda pemutar akan menggilas adonan dan
adonan akan terdorong ke atas lalu ditahan oleh papan (3) dan
terjatuh lagi ke belt conveyor sehingga proses akan berulang.
Selain untuk menahan adonan, papan juga berfungsi sebagai
penutup mesin jika mesin sudah selesai digunakan. Proses ini
dilakukan sampai adonan menjadi kalis.
2) Analisis Desain Perbaikan untuk Operator
Dengan perubahan ini, operator tidak perlu berulang-
ulang mengangkat dan memasukkan adonan ke mesin
sehingga beban pada lengan atas menjadi berkurang. Mesin
yang terukur tingginya juga memudahkan operator untuk
meletakkan adonan pada belt conveyor sehingga operator tidak
perlu menunduk dan membungkuk, dengan demikian beban
pada leher dan badan akan berkurang sehingga cedera dapat
dihindari.
tergolong berisiko tinggi terkena cedera sehingga harus segera
dilakukan perbaikan.
Pada proses packing hasil penilaian RULA, REBA dan
OWAS tergolong aman sehingga tidak perlu dilakukan
perbaikan. Berbeda dengan proses cutting yang memiliki hasil penilaian RULA, REBA dan OWAS yang tergolong berisiko
sehingga perlu dilakukan perbaikan dan pada proses terakhir
(baking) hasil penilaian RULA, REBA dan OWAS tergolong
berisiko sehingga perlu dilakukan perbaikan.
Dari analisis postur kerja dapat diketahui bahwa kegiatan
yang paling berisiko cedera adalah proses rolling, maka dari
itu dilakukan perbaikan sesegera mungkin dengan cara
mengganti mesin rolling menjadi otomatis sehingga beban
operator menjadi berkurang dan risiko cedera akan menurun.
Terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan rasa hormat kepada pihak universitas serta para orang tua penulis yang telah membantu penelitian ini baik secara material maupun non material.
[2] A. Syahputra et al., “Analisa Perbandingan Metode RULA , REBA dan
OWAS pada Stasiun Pengepakan Karton PT . Universal Indofood
Product,” vol. 1, no. 1, pp. 128–140.
[3] G. Naik and M. R. Khan, “Prevalence of MSDs and Postural Risk
Assessment in Floor Mopping Activity Through Subjective and
Objective Measures,” Saf. Health Work, vol. 11, no. 1, pp. 80–87, 2020,
doi: 10.1016/j.shaw.2019.12.005.
[5] J. Lapointe, C. E. Dionne, C. Brisson, and S. Montreuil, “Interaction between postural risk factors and job strain on self-reported
musculoskeletal symptoms among users of video display units: A three-
year prospective study,” Scand. J. Work. Environ. Heal., vol. 35, no. 2,
pp. 134–144, 2009, doi: 10.5271/sjweh.1312.
[6] M. A. Wahyudi, W. A. P. Dania, and R. L. R. Silalahi, “Work Posture
Analysis of Manual Material Handling Using OWAS Method,” Agric.
Agric. Sci. Procedia, vol. 3, pp. 195–199, 2015, doi:
10.1016/j.aaspro.2015.01.038.
ER-16
Gambar 6. Desain Perbaikan
Dimensi tubuh yang dijadikan acuan:
1) Tinggi tubuh = 152,58 cm (Persentil 50) 2) Tinggi pinggul = 87,3 cm (Persentil 50) 3) Rentang tangan ke depan = 66,18 cm (Persentil 50) 4) Panjang rentang siku = 79,88 cm (Persentil 50)
IV. KESIMPULAN Pengolahan data dan analisis yang dilakukan memperoleh
hasil penilaian yang berbeda setiap prosesnya. Pada proses
mixing hasil RULA, REBA dan OWAS tergolong aman
sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan, sedangkan pada
proses rolling hasil penilaian RULA REBA, dan OWAS
UCAPAN TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
[4] L. Nino, F. Marchak, and D. Claudio, “Physical and mental workload interactions in a sterile processing department,” Int. J. Ind. Ergon., vol.
76, no. January, p. 102902, 2020, doi: 10.1016/j.ergon.2019.102902.
[1] E. Budiman et al., “Perbandingan Metode-Metode Biomekanika Untuk Menganalisis Postur Pada Aktivitas Manual Material Handling (Mmh)
Kajian Pustaka,” J@ti Undip J. Tek. Ind., vol. 1, no. 3, pp. 46–52, 2012,
doi: 10.12777/jati.1.3.46-52.