26
PENUNTUN LKK 5 BLOK XII PENATALAKSANAAN NUTRISI DIABETES MELITUS TANPA KOMPLIKASI A. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah kegiatan ini , mahasiswa diharapkan mampu : Mengetahui cara pemberian terapi nutrisi pasien DM tanpa komplikasi: a. Mengetahui cara menganalisis asupan makan pasien DM b. Menghitung berat badan ideal menurut rumus broca c. Menghitung kebutuhan energi total pasien d. Menghitung kebutuhan makronutrien (protein, lemak, karbohidrat) e. Mengetahui perbedaan berat dan ukuran rumah tangga (URT) dari berbagai kelompok bahan makanan (sumber karbohidrat, lemak, protein, sayuran, buah dan susu) f. Mengetahui cara pemberian nutrisi: oral/enteral/parenteral g. Mengetahui bentuk nutrisi B. PELAKSANAAN 1. PANDUAN BELAJAR PENATALAKSANAAN NUTRISI DM TANPA KOMPLIKASI 1.1 Landasan teori Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Prevalensi DM didunia meningkat drastis, hal ini berkaitan dengan perubahan pola hidup masyarakat, berupa penurunan aktifitas 1

Penuntun LKK 5 Blok 12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

lkk

Citation preview

PENUNTUN LKK 5 BLOK XIIPENATALAKSANAAN NUTRISI DIABETES MELITUS TANPA KOMPLIKASI

A. SASARAN PEMBELAJARAN Setelah kegiatan ini , mahasiswa diharapkan mampu : Mengetahui cara pemberian terapi nutrisi pasien DM tanpa komplikasi:a. Mengetahui cara menganalisis asupan makan pasien DMb. Menghitung berat badan ideal menurut rumus brocac. Menghitung kebutuhan energi total pasien d. Menghitung kebutuhan makronutrien (protein, lemak, karbohidrat) e. Mengetahui perbedaan berat dan ukuran rumah tangga (URT) dari berbagai kelompok bahan makanan (sumber karbohidrat, lemak, protein, sayuran, buah dan susu) f. Mengetahui cara pemberian nutrisi: oral/enteral/parenteralg. Mengetahui bentuk nutrisi

B. PELAKSANAAN1. PANDUAN BELAJAR PENATALAKSANAAN NUTRISI DM TANPA KOMPLIKASI1.1 Landasan teoriDiabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Prevalensi DM didunia meningkat drastis, hal ini berkaitan dengan perubahan pola hidup masyarakat, berupa penurunan aktifitas fisik, peningkatan asupan energi dan peningkatan obesitas. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013 menyatakan bahwa prevalensi DM meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Penatalaksanaan DM secara umum memiliki tujuan jangka pendek dan panjang. Tujuan jangka pendek antara lain: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan mencapai target pengendalian glukosa darah, sedangkan tujuan penatalaksanaan DM jangka panjang antara lain: untuk mencegah dan menghambat progresivitas mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati, pada akhirnya tujuan akhir penatalaksanaan DM ini untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas.Ada empat pilar penatalaksanaan DM yang dilakukan ke pasien yakni: (1) edukasi, (2) terapi nutrisi, (3) latihan jasmani, (4) intervensi farmakologis.

Gambar 1. Manajemen DM Tipe 2Sumber: Harrisons principle of internal medicine Terapi nutrisi merupakan bagian penting dalam keberhasilan manajemen diabetes. Tujuan penatalaksanaan terapi nutrisi DM itu sendiri antara lain: (1) mencapai dan memelihara kondisi metabolik yang optimal, (2) mencegah dan mengobati komplikasi DM, (3) meningkatkan derajat kesehatan, (4) pemberian saran nutrisi dengan mempertimbangkan kebiasaan dan budaya setempat. Pemberian kebutuhan kalori pada pasien DM dihitung secara individual sesuai kebutuhan pasien. Pada pasien DM tipe 2 sering didapatkan Indeks Masa Tubuh (IMT) 25 kg/m2 (obesitas). Pasien obesitas berhubungan dengan tingginya proporsi kelebihan lemak tubuh intraabdominal (visceral) yang memiliki efek metabolik dan fisiologi yang buruk termasuk resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa, dislipidemia dan hipertensi. Rumus perhitungan kebutuhan kalori bermacam-macam, tetapi gold standar penentuan kebutuhan kalori menggunakan kalorimetri indirek. karbohidrat memberikan efek terbesar terhadap peningkatan kadar glukosa darah postprandial. Rekomendasi pemberian karbohidrat sekitar 50-60% total kalori. Jenis karbohidrat menentukan respon glikemik pada pasien. Pada pasien DM dianjuran untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan jenis karbohidrat kompleks yang tinggi serat dibandingkan dengan karbohidrat simpleks. Asupan sukrosa dianjurkan kurang dari 5% total asupan energi.Diabetes menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular. Gangguan profil lipid dapat terjadi pada pasien DM tipe 2, yang sebagian besar terjadi pada pasien obesitas dan yang mengalami resistensi insulin. Asupan lemak dianjurkan 25-30% total kalori. Komposisi lemak juga diperhatikan dalam pemberian terapi. nutrisi DM. Lemak jenuh (saturated fatty acid) konsumsinya harus dibatasi, karena dapat meningkatkan kolesterol serum. Pemberian lemak tak jenuh tunggal baik untuk pasien DM sebagai subsitusi lemak jenuh. Kebutuhan protein dihitung sesuai dengan kebutuhan individual pasien. Rekomendasi kebutuhan protein pasien DM untuk fungsi ginjal dalam batas normal sekitar 10-20% Pemilihan sumber protein sangat penting dalam terapi nutrisi DM. Pemilihan sumber protein hewani yang rendah lemak dan rendah kolesterol. 1.2 Media pembelajaran1. Penuntun LKK 5 Blok XII FK UMP2. Ruang periksa dokter3. Food model4. Daftar Bahan Makanan Penukar 5. Kalkulator untuk setiap mahasiswa6. Kertas dobel folio 1 lembar/mahasiswa

1.3 Langkah kerja Menghitung dan menganalisis asupan makan pasien dengan menggunakan daftar bahan makanan penukar yang ada didalam panduan LKK Menghitung Indeks Massa Tubuh : BB (kg)IMT = TB (m) x TB (m) Penentuan klasifikasi status giziKlasifikasi Asia Pasifik (WHO 2000) IMT WHO 2000

BB kurang