94
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, selama manusia hidup sampai kapapun pendidikan akan selalu mengikutinya sesuai dengan kebutuhan dan situasi jamannya, karena dengan pendidikan manusia akan hidup lebih sejahtera, dan dapat meningkatkan segala potensi yang dimiliki oleh manusia, sebagaimana yang dijelaskan oleh agama bahwa manusia merupakan khalifah di muka Bumi ini. Dengan demikian pendidikan akan selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan pemikiran dan situasi masyarakat sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi. Mengingat pentingnya pendidikan tersebut, maka pemerintah dengan segala kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan berusaha untuk mengelola system pendidikan secara nasional. Dalam implementasi 1

Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia, selama

manusia hidup sampai kapapun pendidikan akan selalu mengikutinya sesuai

dengan kebutuhan dan situasi jamannya, karena dengan pendidikan manusia akan

hidup lebih sejahtera, dan dapat meningkatkan segala potensi yang dimiliki oleh

manusia, sebagaimana yang dijelaskan oleh agama bahwa manusia merupakan

khalifah di muka Bumi ini.

Dengan demikian pendidikan akan selalu berubah dan berkembang sesuai

dengan perubahan pemikiran dan situasi masyarakat sebagai dampak dari

kemajuan ilmu dan teknologi. Mengingat pentingnya pendidikan tersebut, maka

pemerintah dengan segala kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan

berusaha untuk mengelola system pendidikan secara nasional. Dalam

implementasi penyelenggaraan pendidikan pemerintah berdasarkan perundang-

undangan yang berlaku, yaitu menyelenggarakan lembaga pendidikan formal,

baik yang dikelola Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 adalah :

Untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1

Page 2: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, pada hakekatnya dari

tujuan pendidikan nasional adalah usaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka meningkatkan dan mendidika warga Negara yang memiliki budi pekerti

dan akhlaq mulia serta bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Sehingga segala upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan formal,

non formal, maupun informal seyogianya harus memperhatikan tujuan pendidikan

nasional tersebut, dengan harapan akan terciptanya masyarakat yang memiliki

akhlaq mulia, berpengetahuan, dan memiliki kecakapan hidup, yang dapat

bermanfaat bagi kehidupannya.

Berdasarkan kenyataan bahwa dalam pendidikan formal harapan yang

dikemukakan dalam tujuan pendidikan nasional masih belum dapat memenuhi

harapan tersebut, sebagai indikator dari hasil pendidikan formal tersebut

diantaranya :

1. Pendidikan formal masih terpusat pada aspek kognitif dan psikomotor saja.

2. Belum secara khusus memiliki program dalam peningkatan aspek afektif.

3. Sulitnya melakukan penilaian untuk aspek afektif terhadap peserta didiknya.

4. Akibat pengaruh kemajuan informasi dan teknologi yang mempengaruhi pola

piker masyarakat, sehingga kepedulian terhadap peningkatan aspek afektif

menurun.

Sebenarnya pada pendidikan formal dari sisi pengelolaan telah mendapat

bantuan dari pihak pemerintah baik sarana prasarana maupun sumber daya

2

Page 3: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

manusianya telah disiapkan oleh pemerintah, baik pendidikan formal di bawah

naungan Depdiknas maupun Depag.

Mengingat pentingnya pendidikan yang berorientasi kepada peningkatan

akhlaq (aspek afektif) dalam pendidikan formal mengalami hambatan, maka pada

kesempatan ini akan diteliti pada pada pendidikan nonformal terutama yang

berhubungan dengan peningkatan akhlakulkarimah.

Pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat (4) tentang

pendidikan nonformal dijelaskan sebagai berikut :

“Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga

pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis

hakim, serta satuan pendidikan yang sejenis.”

Majelis Taklim adalah suatu lembaga pendidikan yang diselenggarakan

oleh masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan ketaqwaan dan peribadahan

ummat khususnya muslim.

Dalam kegiatannya Majlis Taklim menyelenggaran pengajian untuk anak-

anak serta orang dewasa pada waktu yang telah ditetapkan, biasanya untuk anak-

anak tiap hari sedangkan untuk orang dewasa dilaksanakan dalam satu minggu

sekali, selain itu pula dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

peringatan hari besar agama.

3

Page 4: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Majlis Taklim biasanya dikelola oleh DKM di tiap-tiap Mesjid Jami, atau

tersendiri yang murni dikelola oleh golongan masyarakat tertentu. Dan tentunya

ada seorang penanggung jawab yaitu oleh tokoh masyarakat atau ulama setempat.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang Pelaksanaan Program Majlis Taklim Murmayasari dalam meningkatkan

Ukhuwah Islamiah di Desa Margaluyu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah yang telah dipaparkan di atas maka rumusan

masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah berdirinya Majlis Ta’lim Nurmayasari di Desa Margaluyu

Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.

2. Bagaimana peranan Metode Da’wah dalam membentuk ukhuwah Islamiyah di

Majlis Ta’lim Nurmayasari Desa Margaluyu Kecamatan Campaka kabupaten

Cianjur.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejaran berdirinya Majlis Ta’lim Nurmayasari Desa

Margaluyu Kecamatan Campaka.

2. Untuk mengetahui sampai sejauh mana Metode Da’wah di Majlis Taklim

Murmayasari dapat meningkatkan Ukhuwah Islamiyah di Desa Margaluyu

Kecamatan Campaka.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmiah dalam menggali persoalan-persoalan yang berhubungan dengan

4

Page 5: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

peningkatan Ukhuwah Islamiyah di Desa Margaluyu yang dilaksanakan oleh

Majlis Taklim.

2. Memberikan gambaran terhadap instansi terkait bahwa peran Majlis Taklim

dapat memberikan sumbangsih yang berarti dalam peningkatan Ukhuwah

Islamiyah terhadap masyarakat.

3. Sebagai masukan terhadap pengelola Majlis Taklim dalam menyusun

program kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan akhlaq dan

peribadahan masyarakat.

1.5 Kerangka Pemikiran

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, oleh sebab itu pada saat

ini ada istilah pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Manusia diperintahkan

untuk menuntut ilmu dari buaian hingga liang lahat. Sebagaimana hadits Nabi

SAW yang berbunyi :

Artinya : .Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat..

Konsep pendidikan seumur hidup (Life Long Education) mulai dari

masyarakat melalui kebijaksanaan Negara (Tap MPR No. IV/MPR/1973 JO. Tap

MPR No. IV/MPR/1978, tentang GBHN) yang menetapkan antara lain dalam bab

IV bagian pendidikan bahwa .Pendidikan berlangsung seumur hidup dan

dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena

itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan

pemerintah.

5

Page 6: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Oleh karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama, maka lembaga

pendidikan yang bermunculan di masyarakat merupakan suatu hal yang sangat

mutlak keberadaannya. Lembaga pendidikan Islam yang bermunculan di

masyarakat seperti majelis ta.lim adalah lembaga pendidikan Islam yang dapat

mengantisipasi dalam menangkal berbagai hal yang negatif yang diakibatkan oleh

pengaruh IPTEK yang semakin maju.

1.6 Langkah-langkah Penelitian

1.6.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah .segala sesuatu yang dijadikan objek pengamatan penelitian,

dalam kata lain variabel dapat didefinisikan sebagai suatu sifat yang dapat dimiliki

berbagai macam nilai, segala sesuatu yang menjadi objek penelitian.

Yang menjadi variabel dalam penelitian ada dua yaitu:

a. Peranan Majelis Ta.lim (X)

b. Pembentukan sikap keagamaan remaja (Y)

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR

(X) Peranan Metode da’wah

- Kegiatan Pengajian

- Aktivitas keagamaan

- Meningkatkan Pengetahuan agama para jemaah.

- Praktek ibadah- Pengembangan pengajaran agama

Islam- Menciptakan suasana yang

khitmat- Meningkatkan aktivitas dan

kreativitas para jemaah dan tanya jawab.

- Mengikut sertakan para jemaah dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Majlis Ta’lim.

- Menciptakan para jemnaah yang bertanggung jawab dan mencintai silaturahmi.

6

Page 7: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

- Menumbuh kembangkan sikap ukhuwah islamiyah

(Y) Sikap Ukhuwah Islamiyah

- Sikap, tingkah laku, dan sikap bermasyarakat

- Sikap ukhuwah islamiyah di keluarga.

- Mengembangkan sikap islamiyah dalam bermasyarakat.

1.6.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Majelis Ta’lim Nurmayasari Rt.04/02 Desa Margaluyu

Kecamatan Campaka Cianjur, karena letak Majelis Ta'lim tersebut dekat dengan

domisili penulis, selain itu penulis merupakan salah satu jama'ah dari Majelis

Ta'lim tersebut, hal ini mendorong penulis untuk mengetahui dan meneleti lebih

mendalam peranan Metode Da’wah di Majelis Ta'lim tersebut dalam membentuk

sikap ukhuwah islamiyah disekitarnya. Adapun waktu penelitian dilakukan sejak

Bulan Juni sampai bulan Juli 2010.

1.6.3 Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Yang dimaksud populasi adalah .Keseluruhan Subjek Penelitian. Apabila orang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian

merupakan penelitian populasi. Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota

jamaah majelis ta’lim Nurmayasari yang berjumlah 60 Orang.

2. Sampel

Yang dimaksud sampel adalah .sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Menurut pendapat DR. Suwarno Surachmad, (1998:115) yang antara lain :

"untuk pedomanumum yang saya dapat katakan bahwa populasi cukup homogen terdapat populasidibawah seratus (100) maka dapat digunakan sampel sebanyak

7

Page 8: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

50 %, bila populasidibawah seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 25 % dan bilaterdapat diatas seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 15 %".

Oleh karena itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 66 % dari 60

jama'ah pengajian Majelis Ta'lim Nurmayasari di Desa Margaluyu Kecamatan

Campaka Kabupaten Cianjur. Maka dalam tekhnik pengambilan sampel

digunakan teknik random sampling.

1.6.4 Tehnik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai

tujuan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan riset kepustakaan dan riset

lapangan.

Riset kepustakaan (library research) adalah penelitian dengan membaca, dan

menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan variable yang

diteliti, dan riset lapangan (filed research) adalah penelitian dengan mencari dan

mengumpulkan informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek

penelitian, yaitu ke pengurus majelis ta'lim Nurmayasari. Pengolahan data

digunakan dalam penelitian adalah metode analitis uji korelasi, yaitu prosedur

pemecahan masalah dengan mengumpulkan data, menganalisa dan

menginterpretasikan hasil dari data yang didapat pada waktu di lapangan,

sehingga dapat diambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat korelasi

yang signifikan. Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan

angket.

a. Observasi adalah .pengamatan dan pencatatan terhadap sistematika fenomena-

fenomena yang diselidiki. Dalam mengadakan observasi ini penulis mendatangi

8

Page 9: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

langsung serta mengamati dari dekat kegiatan-kegiatan dan berbagai kegiatan

yang dilakukan Majelis Ta’lim Nurmayasari yang tujuannya untuk menambah

informasi secara nyata bagaimana peranan metode da.wah yang dilakukan majelis

ta’lim ini dalam membentuk ukhuwah islamiyah.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya

jawab dengan pengurus Majelis Ta'lim Nurmayasari. Metode ini penulis gunakan

untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdirinya Majelis Ta.lim

Nurmayasari, struktur organisasi, kegiatan jamaah dan kegiatan-kegiatan Majelis

Ta.lim Nurmayasari, fasilitator dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan majelis

ta.lim. Wawancara dilakukan dengan para pengurus Majelis Ta’lim Nurmayasari.

c. Angket penelitian, yakni pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden

dengan berbagai alternatif jawaban. Penulis menyebarkan angket kepada anggota

jemaah majelis ta’lim untuk mendapat data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Jumlahnya sebanyak 22 buah yang dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:

a. Angket tentang metode da’wah di majelis ta.lim sebanyak 11 item. Angket

tentang sikap ukhuwah islamiyah sebanyak 13 item.

1.6.5 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut:

1. Editing

pada tahap ini, penulis memeriksa satu persatu angket yang telah diisi dan

dikembalikan oleh responden. Sehingga, apabila ada kekeliruan dalam pengisian

angket tersebut, maka penulis dapat mengetahuinya dan bias meminta responden

untuk melengkapinya.

9

Page 10: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

2. Tabulating dan Analisis

setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dan

dianalisa secara deskriptif analisa dengan menggunakan rumusan distribusi

frekuensi:

P = fn

X 100%

Keterangan:

P = Angka persentase

f = Frekuensi yang diperoleh dari jawaban responden

N = Number of Cases (Jumlah banyaknya individu)

100 % = Bilangan tetap

Setelah penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus peresentase,

maka kemudian penulis mengklasifikasikan hasil perhitungan tersebut dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. 100 % = Seluruhnya

b. 90-99 % = Hampir seluruhnya

c. 60-89 % = Sebagian besar

d. 51-59 % = Lebih dari setengahnya

e. 50 % = Setengahnya

f. 40-49 % = Hampir setengahnya

g. 10-39 % = Sebagian kecil

h. 1-9 % = Sedikit sekali

i. 0 % = Tidak sama sekali

1.6.6 Hipotesa Penelitian

10

Page 11: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu anggapan yang dianggap sah dan

memerlukan jawaban dan pengujian hipotesis sering digunakan untuk dasar

pembuatan keputusan dan penelitian mendalam.

Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan yaitu:

Ha (Hipotesa kerja) : Terdapat hubungan positif antara peranan metode da’wah

majelis ta’lim dalam membentuk ukhuwah islamiyah, sedangkan

Ho (Hipotesa nihil): Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara peranan

metode da’wah majelis ta.’lim dalam membentuk ukhuwah islamiyah.

BAB II

11

Page 12: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERANAN METODE DA’WAHMAJLIS TA’LIM DALAM MEMBENTUK UKHUWAH ISLAMIYAH

2.1 Studi kepustakaan.

2.1.1 Metode Da’wah Menurut Muthahhari

Lebih jauh, berikut ini akan disajikan mengenai metode dakwah menurut

pandangan Muthahhari. Pertama, dakwah tidak diperbolehkan melalui usaha-

usaha yang menipu dan cara-cara yang keliru. Seperti dikemukakan oleh

Muthahhari (2000:15), bahwa Islam sama sekali tidak dapat berdamai dengan

kesalahan, dan Islam dengan alasan apapun tidak membolehkan untuk

menggunakan jalan kebohongan untuk mencapai kebenaran.

Dengan mengutip pandangan dari Haji Mirza Husain Nuri, guru dari

Almarhum Haji Syaikh ‘Abbas Qumi, Muthahhari menyebutkan dua kesalahan

yang sering dilupakan oleh para da’i:

1. Mereka tidak berkata benar, dengan mengatakan jika mereka menyebutkan

sebuah hadits lemah yang kemudian terbukti palsu, maka hal itu dianggap tidak

akan menjadi masalah karena tujuan mereka lebih penting.

2. Mereka yakin bahwa tujuan mereka adalah untuk mendorong orang untuk

menangisi Imam Husain; dan karenanya dianggap sebagai tujuan yang luhur.

Mengenai poin pertama, Muthahhari mengatakan bahwa Islam secara tegas

melarang penggunaan kebohongan di bawah kondisi apa pun, sekalipun untuk

menyiarkan agama.

Sehubungan dengan poin kedua, Muthahhari pun mengajukan kritik

khususnya terhadap para da’i yang lebih menekankan untuk menangisi Imam

12

Page 13: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Husain meskipun dengan cara-cara yang salah. Berkenaan dengan hal tersebut,

Muthahhari mengutip contoh yang dibawakan oleh Haji Mirza Husain Nuri.

Yakni kisah tentang sarjana dari kelompok Yazdi yang sedang dalam perjalanan

melewati padang pasir untuk mengunjungi tempat suci Imam Ridha As di

Masyhad.

Karena perjalanan ini terjadi di bulan Muharram dan malam Asyura, ia

sangat kecewa karena takut tidak sampai ke Masyhad agar ia dapat menghadiri

upacara perkabungan untuk Imam Husain As. Karena tidak ada pilihan lain, ia

memutuskan untuk tinggal di sebuah desa dan menghadiri upacara berkabung di

sana. Seorang khatib naik ke mimbar dan orang-orang yang hadir di masjid

membekalinya dengan sekantung batu. Sang khatib kaget ketika tak seorang pun

yang menangis selama khutbah. Lalu si khatib mematikan lampu dan mulai

melemparkan batu-batu itu kepada orang-orang yang hadir.

Orang-orang mulai menangis dan berteriak. Setelah upacara selesai,

cendekiawan Yazdi bertanya kepada khatib, mengapa ia melakukan kejahatan

seperti itu. Ia menjawab, “Ini adalah satu-satunya cara untuk membuat orang-

orang itu menangisi Imam Husain As, dan saya harus menggunakan cara apa pun

yang mungkin untuk dapat membuat mereka menangis”. Cendekiawan itu

mengatakan bahwa sang khatib tersebut salah dan mengatakan bahwa kesyahidan

Imam Husain memiliki cerita yang cukup menyedihkan hati untuk membuat

orang-orang itu mencucurkan air mata, jika memang mereka benar-benar cinta

dan pengikut setia Imam Husain.

13

Page 14: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Tetapi jika orang-orang itu tidak mengetahui siapa Imam Husain, mereka

tidak akan menangis bahkan untuk ratusan tahun mendatang. Dari kisah yang

dikutip Muthahhari di atas, beliau sesungguhnya hendak mengatakan bahwa

tujuan utama para da’i adalah bukan membuat orang-orang untuk menangisi

Imam Husain, melainkan memberikan pengajaran mengenai kepribadian dan

keteladanan dari Imam Husain. Setelah mereka mengenalnya, maka dengan

sendirinya mereka tidak usah dipaksa untuk menangisi Imam Husain karena

mereka akan menyelaminya sendiri berdasarkan pengajaranpengajaran yang telah

diberikan. Kedua, berdakwah harus dimaksudkan untuk “melapangkan dada

seseorang”, yaitu meningkatkan kapasitas iman dalam hatinya. Terkadang

penyampaian perintah melalui penjelasan-penjelasan yang nyata tidaklah cukup;

seorang da’i harus juga mempengaruhi akal dengan menyampaikan pesan-pesan

itu secara benar.

Apa yang disampaikan kepada mata dan telinga tidak selalu diterima oleh

kesadaran dan pengetahuan. Apa yang mengubah pesan menjadi kesadaran

bukanlah suara ataupun bentuk dari simbol-simbol tulisan, namun sesuatu yang

disebut dengan nalar dan logika. Pengetahuan tidak menerima selain nalar dan

logika. Muthahhari lalu mengutip ayat al-Qur’an surat an-Nahl (16:125):

Artinya: “Serulah manusia menuju jalan Tuhanmu dengan hikmat (pengetahuan),

pengajaran yang baik, dan ajaklah mereka berdebat dengan caracara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui siapa saja yang telah sesat dari jalan-

Nya dan Dia lebih mengetahui siapa saja yang diberikan petunjuk”.

14

Page 15: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Ayat di atas dikutip oleh Muthahhari untuk menunjukkan bahwa al-Qur’an

pun telah menggariskan metode dakwah yang relevan, yang salah satunya melalui

metode hikmat, yaitu pengetahuan yang berbasis kepada nalar dan logika. Ketiga,

dakwah mesti disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang mudah dipahami

yang dapat meresap ke dalam hati dan jiwa manusia yang paling dalam.

Muthahhari menegaskan, bahwa di dalam menyampaikan pesan-pesan Ilahi

seorang Nabi sangat berbeda dengan seorang filosof.

Seorang filosof, bagaimanapun pun beratnya ia berupaya, hanya dapat

mempengaruhi pikiran manusia saja. Dan itu pun hanya untuk kalangan tertentu.

Selain itu, dalam menyampaikan gagasannya seorang filosof perlu menggunakan

terminologi khusus dengan ratusan frase dan istilah yang sulit untuk dipahami

secara sekilas.

Sebenarnya mereka melakukan hal demikian karena ketidakmampuan

mereka dalam mengungkapkan secara sederhana. Di sisi lain, para nabi tidak

memerlukan ungkapan terminologi yang demikian. Mereka mengungkapkan

seluruh gagasannya dalam kata-kata yang sangat jelas dan mudah dipahami. Apa

yang telah dikatakan dalam fraseologi filosofis yang membingungkan mengenai

masalah Keesaan Tuhan, diungkapkan oleh para Rasul dalam dua kalimat

sederhana, mudah dipahami, dan meresap ke dalam hati siapa saja yang

mendengarnya.

15

Page 16: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Artinya: “Dia-lah Allah Yang Maha Esa, Allah Maha Utuh. Dia tidak beranak dan

tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia” (QS.

Al-Ikhlas [114]:1-4).

Pada ayat di atas, prinsip filosofis mengenai keesaan Allah diungkapkan

dalam kata-kata yang sederhana dan sangat mudah dipahami. Selanjutnya

Muthahhari menekankan, bahwa hanya seorang da’i yang pesan-pesannya

disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang benar dan kuat, namun

sederhana dan memberi penerangan yang akan berhasil dalam menyeru manusia

kepada Allah.

Khutbah Imam Ali, misalnya, yang amat fasih, masih dapat dimengerti

oleh orang awam dan orang yang hadir dapat menarik manfaat dari khutbah-

khutbah ini berdasarkan tingkat pemahaman mereka masing-masing. Keempat,

dakwah harus mengandung kabar gembira dan peringatan. Hal ini terkait dengan

karakteristik utama kenabian sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi

peringatan, sebagaimana yang termaktub dalam ayat al-Qur’an yang artinya:

“Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa

kabar gembira, dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada agama

Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi. Dan

sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang mukmin bahwa

sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah (QS. Al-Ahzâb [33]:45-

47). Muthahhari menjelaskan bahwa membawa berita gembira adalah sesuatu

yang membesarkan hati. Ketika seseorang hendak mengajak anak-anaknya untuk

mengerjakan sesuatu, ada dua cara untuk melakukannya, apakah dengan memakai

16

Page 17: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

kabar gembira atau dengan memberikan peringatan, atau keduanya pada waktu

yang bersamaan, sama-sama akan membawa keberhasilan.

1. Membesarkan hati dengan berita gembira. Sebagai contoh, jika seseorang ingin

mengirim anaknya ke sekolah, ia akan bercerita tentang segala sesuatu yang

menarik tentang sekolah dan manfaat yang akan ia peroleh dari sekolah itu.

Cerita ini akan membesarkan hati si anak dan mendorong perasaan dan

cintanya terhadap sekolah.

2. Memberi peringatan tentang akibat buruk. Seorang anak yang telah diterangkan

tentang akibat buruk tidak bersekolah dan tetap buta huruf, akan lebih senang

pergi ke sekolah daripada tidak. Membesarkan hati dan membawa kabar

gembira harus selalu diutamakan dan peringatan mengikutinya sebagai

pendorong. Kadang-kadang kedua metode tersebut dipergunakan karena

keduanya diperlukan dan terkadang berita gembira saja tidak mencukupi.

Membawa berita gembira sangat diperlukan, tetapi bukanlah metode yang

cukup. Hal ini berlaku pula dalam memberi peringatan. Alasan mengapa al-

Qur’an disebut sebagai Sab’u al-Matsani, adalah karena al- Qur’an menggunakan

secara selaras antara berita gembira dan peringatan.

Demikian pula dalam berdakwah, seperti disebutkan oleh Muthahhari, dua

metode ini seharusnya dipergunakan hingga yang satu menjadi pelengkap bagi

yang lainnya. Sangat salah apabila hanya menekankan pada kabar gembira

sajadan melupakan peringatan. Keduanya harus dipergunakan, meskipun lebih

banyak “kabar gembira” yang diberikan dan lebi sedikit “peringatan”. Karena

itulah, dalam kitab suci al-Qur’an kata “membawa kabar gembira” selalu

17

Page 18: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

mendahului “memberi peringatan” dalam banyak ayat-ayatnya. Itulah

pembahasan mengenai metode dakwah yang digagas oleh Muthahhari.

Metode-metode dakwah yang telah dijelaskan di atas terlihat sangat

spektakuler sebagai sebuah metode dakwah yang original, sangat mendasar, dan

aplikatif sebagai sebuah metode ideal dalam kegiatan dakwah di masa kini. Ideide

mengenai dakwah Muthahhari di atas adalah sebuah jawaban dan harapan yang

cerah untuk perkembangan ilmu dakwah, dan untuk memajukan masyarakat Islam

yang memang sedang membutuhkan pemikiran cemerlang untuk kembali

membangun peradaban dunia.

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Da’wah

Adapun mengenai tujuan da'wah, yaitu: pertama, mengubah pandangan

hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan bahwa yang menjadi maksud

dari da'wah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup

bukanlah makan, minum dan tidur saja.

Manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya. Kedua,

mengeluarkan manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini

diterangkan dalam firman Allah: "Inilah kitab yang kami turunkan kepadamu

untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada terang-benderang denga

izin Tuhan mereka kepada jalan yang perkasa, lagi terpuji." (QS. Ibrahim: 1).

Selain itu da’wah juga untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan

hidup di dunia dan di akhirat yang diridlai oleh Allah Swt. Nabi Muhammad

Salallaahu 'alaihi wa salam mencontohkan da'wah kepada ummatnya dengan

berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya,

18

Page 19: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat

itu.

Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi Saw adalah

kaisar Heraclius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kista dari Persia(Iran) dan

Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Suatu kaum yang senantiasa berpegang

teguh pada prinsip ber-amar ma'ruf nahi munkar akan mendapatkan balasan dan

pahala dari Allah Swt. Yang antara lain berupa:

1. Ditinggikan derajatnya ke tingkatan yang setinggi-tingginya (QS. Ali Imran:

110).

2. Terhindar dari kebinasaan sebagaimana dibinasakannya Fir'aun besert orang-

orang yang berdiam diri ketika melihat kedzalimannya.

3. Mendapatkan pahala berlipat dari Allah sebagaimana sabda Nabi Saw.:

"Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan

pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat, tanpa

mengurangi pahala mereka sedikitpun".

4. Terhindar dari laknat Allah sebagai mana yang terjadi pada Bani Isra'il karena

keengganan mereka dalam mencegah kemunkaran. (QS. Al- Maidah: 78-79).

Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam menyampaikan

kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasul Saw. bersabda: "Barang siapa

di antara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan

tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan

jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan

hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman".

19

Page 20: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar

ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan

kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi munkar minimal

diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik, ceramah-ceramah, ataupun

khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak ingin bila hanya termasuk

di dalam golongan yang lemah imannya. Da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar

dengan metode yang tepat akan menghantarkan dan menyajikan ajaran Islam

secara sempurna.

Metode yang di terapkan dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar

tersebut sebenarnya akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi

masyarakat yang dihadapi para da'i. Amar ma'ruf dan nahi munkar tidak bertujuan

memperkosa fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa

mengetahui hujjah yang dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan

membangkitkan kesadaran dalam diri seseorang akan kesalahan dan kekurangan

yang dimiliki. Ketegasan dalam menyampaikan amar ma'ruf dan nahi munkar

bukan berarti menghalalkan cara-cara yang radikal. Implementasinya harus

dengan strategi yang halus dan menggunakan metode tadarruj (bertahap) agar

tidak menimbulkan permusuhan dan keresahan di masyarakat.

Penentuan strategi dan metode amar ma'ruf nahi munkar harus

mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat yang dihadapi. Jangan sampai

hanya karena kesalahan kecil dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar

justru mengakibatkan kerusakan dalam satu umat dengan social cost yang tinggi.

Dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar hendaknya memperhatikan

20

Page 21: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai bentuk

masyarakat:

1. Hendaknya amar ma'ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar

tidak berubah menjadi penelanjangan aib dan menyinggung perasaan orang

lain. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara

dengan lembut kepada Fir'aun (QS. Thaha: 44).

2. Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelu

memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah

diri, sebab cara amar ma'ruf yang baik adalah yang diiringi dengan

keteladanan.

3. Menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar disandarkan kepada keihklasan

karena mengharap ridla Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan

politik.

4. Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan menurut Al-Qur'an dan Al-Sunnah, serta

diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan. Dalam

menyampaikan da'wah amar ma'ruf nahi munkar, para da'i dituntut memiliki

rasa tanggung jawab yang tinggi, baik kepada Allah maupun masyarakat dan

negara.

Bertanggung jawab kepada Allah dalam arti bahwa da'wah yang ia

lakukan harus benar-benar ikhlas dan sejalan dengan apa yang telah digariskan

oleh Al Qur'an dan Sunnah. Bertanggung jawab kepada masyarakat atau umat

menganduang arti bahwa da'wah Islamiyah memberikan kontribusi positif bagi

kehidupan sosial umat yang bersangkutan.

21

Page 22: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Bertanggung jawab kepada negara mengandung arti bahwa pengemban

risalah senantiasa memperhatikan kaidah hukum yang berlaku di negara dimana ia

berda'wah. Jika da'wah dilakukan tanpa mengindahkan hukum positif yang

berlaku dalam sebuah negara, maka kelancaran da'wah itu sendiri akan terhambat

dan bisa kehilangan simpati dari masyarakat.

2.1.3 Macam-macam Metode Da’wah secara Langsung

1. Metode Dakwah Walisongo

Secara konseptual metode dakwah walisongo biasa disebut dengan istilah

”Mau’izatul hasanah wa mujahadah billati hiya ahsan.” Metode ini biasa

digunakan untuk tokoh-tokoh khusus (pemimpin), misalnya para bupati, adipati,

para raja, maupun para tokoh-tokoh masyarakat setempat. Dasar metode ini

adalah QS An-Nahl (16) : 125, yang artinya :”Serulah (manusia) kepada jalan

Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan

cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk”.

Para tokoh khusus itu diperlakukan secara personal, dihubungi secara

istimewa. Kepada mereka diberikan keterangan, pemahaman tentang islam,

peringatan-peringatan secara lemah lembut, tukar pikiran dari hati ke hati dan

penuh toleransi. Ini yang dimaksud Mau’izatul Hasanah. Namun apabila cara

tersebut belum juga berhasil, barulah menggunakan cara berikutnya, yakni Al

Mujadalah billati hiya ihsan. Cara kedua ini diterapkan kepada tokoh yang secara

terus terang menunjukkan sikap kurang setuju terhadap islam.

22

Page 23: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Rangkain cara ini bisa dilihat ketika Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan

kawan-kawan berdakwah kepada Arya Damar dari Palembang. Berkat keramahan

dan kebijakan Raden Rahmat, maka Arya Damar kemudian masuk islam bersama

istrinya. Dan tak lama kemudian diikuti pula oleh hampir segenap anak negerinya.

Demikian pula halnya ketika beliau berdakwah terhadap Prabu Brawijaya Ketika

mendengar wejangan yang demikian bagus dari Sunan Ampel, sesunggunya terasa

sulit bagi Prabu Brawijaya untuk menolak. Tapi karena beliau berkedudukan

sebagai raja, tentu banyak pertimbangan yang membuatnya tidak mudah begitu

saja menerima pendapat orang lain, terutama dalam hal keagamaan.

Meski repot mengelak, akhir nya beliau menolak secara halus, dengan

alasan bahwa sebagai raja dia terikat adat kebiasaan kerajaan dan tradisi rakyatnya

tidak bisa diabaikan begitu saja. Namun lain halnya dengan sang permaisuri yang

tidak mempunyai beban berat. Prabu tidak keberataan bila permaisuri memang

berkehendak masuk Islam. Metode seperti ini digunakan pula oleh Sunan Kalijaga

ketika berdakwah kepada Adipati Pandanarang di Semarang. Pada mulanya terjadi

perdebatan seru, dan perdebatan itu berakhir dengan tunduknya Adipati untuk

masuk Islam. Ia sangat terkesan dengan anjuran Sunan Kalijaga tentang peri

kesopanan (akhlaq). Bahkan saking tertariknya dengan Sunan Kalijaga, maka dia

rela mengorbankan pangkat dan keduniaan, harta dan keluarganya demi menuruti

syarat-syarat yang diajukan Sunan Kalijaga agar dapat diteriama sebagai murid

untuk berguru ilmu keislaman. Lain halnya dengan Sunan Kudus.

Beliau ini berdakwah dengan lembunya yang dihias istimewa. Diberitakan

bahwa Sunan Kudus pernah mengikat seekor lembu di halaman masjid, sehingga

23

Page 24: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

masyarakat yang ketika itu masih memeluk agama Hindu datang berduyun-duyun

menyaksikan lembu yang diperlakukan istimewa itu. Setelah mereka datang

berkerumun di sekitar masjid, Sunan Kudus lalu menyampaikan dakwahnya.

Cara ini sangat praktis dan strategis. Seperti diketahui, lembu merupakan

binatang ke ramat bagi umat Hidu. Menyaksikan bahwa lembu tidak dihinakan

oleh Sunan Kudus, terbitlah niat dan simpati masyarakat penganut Hindu.

Berangkat dari titik perhatian inilah masyarakat kemudian berhasil diislamkan.

Metode tadarruj atau tarbiyatul ummah dipergunakan sebagai proses

pengelompokan yang disesuaikan dengan tahap pendidikan ummat.

Agar ajaran islam dapat dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh

masyarakat secara merata. Maka tampaklah metode yang ditempuh walisongo

didasarkan pada pokok pikiran ‘li kulli maqam maqat’, yakni memperhatikan

bahwa setiap jenjang dan bakat ada tingkat, bidang materi dan kurikulumnya.

Begitu pula saat menyampaikan ajaran fiqih yang ditujukan terutama bagi

masyarakat awam dengan jalan pesantren dan melalui lembaga sosial.

Metode lembaga ssosial melalui pendidikan sosial atau usaha

kemasyarakatan diupa yakan agar ajaran-ajaran islam bersiat praktis (mudah

diterapkan) dapat menjadi tradisi yang memungkinkan terciptanya adat islami dan

bersifat normatif. Dengan begitu diharapkan ajaran islam secara sadar atau tidak

sadar masyarakaat telah menjalankan ajaran serta amalan yang islami, karena

memang sudah menjadi adat istiadat. Misalnya, menjadikan masjid sebagai

lembaga pendidikan, merayakan upacara kelahiran, pernikahan, kematian,

24

Page 25: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

khitanan, dll. Sesuai karakter yang termuat di dalamnya, maka ilmu kalam atau

tauhid disampaikan sebagai taklim (pengajaran) melaliu pesantren.

Sedang penyampaiannya kepada masyarakat ditempuh melalui cerita-

cerita wayang. Untuk keperluan itu, maka diciptakan lakon Dewa Ruci, Jimaat

Kalima Sada, dan dikarang pula buku-buku bacaan umum, misalnya Kitab

Ambiyo (kitab Al Anbiyaa), berisi kisah para nabi. Selanjutnya ilmu tasawuf,

yang oleh Sunan Bonang disebut sebagai ilmu suluk. Ilmu ini di sampaikan

melalui wirid, yaitu pengajaran dengan wejangan, tertutup dan sangat ekslusif.

Tempat dan waktunya ditentukan. Ilmu ini hanya disediakan untuk orang-orang

tertentu yg sudah memiliki dasar yang diperlukan untuk laku tasawuf.

Ketentuan ini di samping atas suatu kelaziman karena tasawuf merupakan

ilmu lanjut yang dengan sendirinya menuntut suatu ilmu dasar, juga demi menjaga

salah paham, salah pengertian dan salah penggunaan terhadap ilmu ini. Contoh

masalah ini adalah ketika Raden Fatah menyatakaan keinginan untuk berguru

kepada Sunan Ampel, maka Raden Fatah ditanya lebih dulu apakah sudah

memiliki dasar. Dan karena ternyata Raden Fatah memilikinya, maka tidak

diharuskan masuk pondok pesantren, tetapi langsung ditempatkan dalam

kelompok wirid, Raden Fatah memang telah memiliki dasar ilmu yang dibawanya

sejak dari Palembang.

Metode lainnya adalah kaderisasi dan penyebaran juru dakwah ke berbagai

daerah. Tempat yang dituju adalah daerah-daerah yang sama sekali kosong

penghuni atau kosong pengaruh islamnya. Sunan Kalijaga mengkader Kyai Gede

Adipati Pandanarang untuk berhijrah ke Tembayat dan mengislamkan masyarakat

25

Page 26: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

di daerah tersebut dan sekitarnya, hingga kemudian Pandanarang dikenal sebagai

Sunan Tembayat. Sunan Kalijaga juga mengutus Ki Cakrajaya dari Purworejo dan

setelah berhasil mengislamkan daerah tersebut, maka dianjurkan pindah ke daerah

Lowanu, dan terus mengalami keberhasilan dalam penyebaran islam. Adaapun

Sunan Ampel memerintahkan Raden Fatah berhijrah ke hutan Bintara, membuka

hutan tersebut dan membuat kota baru, dan sekaligus mengimami masyarakat

yang akan terbentuk nantinya.

Ternyata Bintara ini berkembang hingga menjadi Demak, basis perjuangan

Islam pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu Sunan Ampel juga mengirim utusan

(mubaligh) kepada raja-raja, misalnya Sayyid Ya’qub (Syaikh Wali Lanang)

dikirim ke Blambangan untuk mengislamkan Prabu Satmudha. Sedang Khalifah

Kusen (Husain) ke Madura untuk mengislamkan Arya Lembupeteng, dan lain-

lain. Mengamati metode dakwah walisongo ini berikut bukti-buktinya, maka tidak

berlebihan bila dikatakan, bahwa walisongo telah meneladani metode dakwah

sebagaimana pernah dilakukan oleh rasulullah saw. Wallahu ‘alam.

2. Da'wah Fardiah

Metode da'wah yang dilakukan seseorang kepada orang lain (satu orang)

atau kepada beberapa orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya

da'wah fardiah terjadi tanpa persiapan yang matang dan tersusun secara tertib.

Termasuk kategori da'wah seperti ini adalah: menasihati teman sekerja, teguran,

anjuran memberi contoh. Termasuk dalam hal ini pada saat mengunjungi orang

sakit, pada waktu ada acara tahniah (ucapan selamat), dan pada waktu upacara

kelahiran (tasmiyah).

26

Page 27: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

3. Da'wah Ammah

Merupakan jenis da'wah yang dilakukan oleh seseorang dengan media

lisan yang ditujukan kepada orang banyak dengan maksud menanamkan pengaruh

kepada mereka. Media yang dipakai biasanya berbentuk khitabah (pidato).

Da'wah Ammah ini kalau ditinjau dari segi subyeknya, ada yang dilakukan oleh

perorangan dan ada yang dilakukan oleh organisasi tertentu yang berkecimpung

dalam soal-doal da'wah. Hidayah Petunjuk Allah Swt kepada manusia mengenai

keimanan dan keislaman.

Dalam al-Qur'an tidak didapati kata hidayah tersebut. Kata hidayah

merupakan bentuk masdar (infinitif) dari kata kerja hada (telah menunjuki atau

membimbing) dan yahdi (akan atau sedang menunjuki atau membimbing), yang

sangat banyak dalam al-Qur'an. Selain itu pengertian petunjuk atau bimbingan

yang terkandung dalam kata hidayah itu persis sama dengan kata al-huda, yang

amat banyak kita jumpai dalam al-Quranul karim.

Pengertian hidayah yang terkandung dalam kata hada, yahdi dan al-huda

itu pada umumnya mengacu kepada bimbingan atau petunjuk bagi manusia

kepada jalan yang lurus (as-sirath-al-mustaqim), yang baik (at-thayyib) yang

benar (al-haq), atau jalan yang terpuji (as-sirat al-hamid). Hidayah itu diberikan

oleh Allah kepada manusia supaya manusia mengikutinya dengan baik, agar

mereka berhasil memperoleh apa yang mereka butuhkan di dunia ini dengan cara

yang baik, benar, lurus, atau terpuji, sehigga mereka berbahagia dunia dan akhirat.

Tugas muballigh dalam hal ini adalah memberikan penerangan kepada ummat

manusia agar mereka dapat memperoleh hidayat dari Allah Swt.

27

Page 28: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

4. Da'wah bil-Lisan

Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan da'wah melalui

lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek da'wah).

Da'wah jenis ini akan menjadi efektif bila: disampaikan berkaitan dengan hari

ibadah seperti khutbah Jum'at atau khutbah hari Raya, kajian yang disampaikan

menyangkut ibadah praktis, konteks sajian terprogram, disampaikan dengan

metode dialog dengan hadirin.

5. Dakwah bil-Haal

Da'wah bil al-Hal adalah da'wah yang mengedepankan perbuatan nyata.

Hal ini dimaksudkan agar si penerima da'wah (al-Mad'ulah) mengikuti jejak dan

hal ikhwal si da'i (juru da'wah). Da'wah jenis ini mempunyai pengaruh yang besar

pada diri penerima da'wah. Pada saat pertama kali Rasulullah Saw batu tiba di

kota Madinah beliau mencontohkan dakwah bil al hal ini dengan mendirikan

masjid Quba, dan mempersatukan kaum anshor dan kaum muhajirin dalam ikatan

ukhuwah Islamiyah.

6. Da'wah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini pola da'wah bit at-

Tadwin (da'wah melalui tulisan) baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku,

majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan da'wah

sangat penting dan efektif. Keuntungan lain dari da'wah model ini tidak menjadi

musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat. Menyangkut da'wah bit-

Tadwim ini Rasulullah saw bersabda," Sesungguhnya tinta para ulama adalah

lebih baik dari darahnya para syuhada."

28

Page 29: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

7. Da'wah bil Hikmah

Yakni menyampaikan da'wah dengan cara yang arif bijaksana, yaitu

melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek da'wah mampu

melaksanakan da'wah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan,

tekanan maupun konflik. Dengan kata lain da'wah bi al-hikmah merupakan suatu

metode pendekatan komunikasi da'wah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Dalam kitab al-Hikmah fi al Da'wah Ilallah ta'ala oleh Said bin Ali bin wahif al-

Qathani diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-Hikmah, antara lain:

Menurut bahasa; adil, ilmu, sabar, kenabian,al-Qur'an dan Injil;

memperbaiki (membuat manjadi lebih baik atau pas) dan terhindar dari kerusakan;

ungkapan untuk mengetahui sesuatu yang utama dengan ilmu yang utama; obyek

kebenaran(al-haq) yang didapat melalui ilmu dan akal; pengetahuan atau ma'rifat.

Menurut istilah Syar'i; valid dalam perkataan dan perbuatan, mengetahui yang

benar dan mengamalkannya, wara' dalam Dinullah, meletakkan sesuatu pada

tempatnya dan menjawab dengan tegas dan tepat.

2.2 .Majlis Taklim

2.2.1 Pengertian Majlis Ta’lim

Menurut akar katanya, istilah majelis taklim terssusun dari gabungan dua

kata : majlis yang berarti (tempat) dan taklim yang berarti (pengajaran) yang

berarti tempat pengajaran atau pengajian bagi orang-orang yang ingin

mendalami ajaran-ajaran islam sebagai sarana dakwah dan pengajaran agama.

Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang

29

Page 30: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan

akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.

Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau

pendidikan agama islam yang paling fleksibal dan tidak terikat oleh waktu.

Majelis taklim bersifat terbuka terhadap segla usia, lapisan atau strata social, dan

jenis kelamin.

Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau

malam . tempat pengajarannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushalla,

gedung. Aula, halaman, dan sebagainya. Selain tiu majelis taklim memiliki dua

fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non-

formal. Fleksibelitas majelis taklim inilah yang menjadi kekuatan sehingga

mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan islam yang paling dekat

dengan umat (masyarakat). Majelis taklim juga merupakan wahana interaksi dan

komunikasi yang kuat antara masyarakat awam dengan para mualim, dan antara

sesama anggot jamaah majelis taklim tanpa dibatasi oleh tempat dan waktu.

Dengan demikian majelis taklim menjadi lembaga pendidikan keagamaan

alternative bagi mereka yang tidak memiliki icukup tenaga, waktu, dan

kesempatan menimba ilmu agama dijulur pandidikan formal. Inilah yang

menjadikan majlis taklim memiliki nilai karkteristik tersendiri dibanding

lembaga-lembaga keagamaan lainnya.

Dasar Hukum Majelis Taklim Majelis taklim merupakan lembaga

pendidikan diniyah non-formal yang keberadaannya di akui dan diatur dalam :

a. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional.

30

Page 31: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

b. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tantang standar nasional

pendidikan.

c. Peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan.

d. Keputusan MA nomor 3 tahun 2006 tentang strutur departement agama tahun

2006.

2.2.2 Tujuan Majlis Ta’lim

Tujuan majelis taklim adalah membina dan mengembangkan hubungan yang

santun dan sesuai atau serasi antara manusia dengan Allah, antara manusia

dengan manusia lainnya, antara manusia dengan tempat tinggal sekitarnya

atau lingkungan, dalam rangka meningkatkan ketaqwaan mereka kepada

Allah SWT.

Tujuan umum suatu majlis taklim adalah membina dan mengembangkan

hubungan yang santun dan serasi antara manusisa dengan Allah, sesama

manusia, dan lingkungannya dalam membina masyarakat yang bertaqwa

kepada Allah SWT. Sedangkan tujuan khusus dari mjlis taklim adalh

memasyarakatkan ajaran islam.

Tujuan majlis taklim dilihat dari fungsinya :

1) berrfungsi sebagai tempat belajar

2) berfungsi sebagai tempat kontak social

3) berfungsi sebagai mewujudkan minat social

kedudukan majlis taklim adalah sebagai tempat lembaga pendidikan non-

formal, dan berfungsi sebagai :

31

Page 32: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

a) membina dan mengmbangkan ajaran islam dalam rangka membentuk

masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.

b) Sebagai taman rekreasi rahaniyah, karena penyelenggaraannya yang santai.

c) Ajang berlangsungnya silaturahmi missal yang dapat menghidup-suburkan

dakwah dan ukhuwah islamiyah.

d) Sebagai sarana dialog yang berkesinambungan antara para ulama dengan

umat.

e) Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat

khususnya dan bangsa umumnya.

2.2.3 Peran dan Fungsi Majlis Ta’lim

Majelis ta’lim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi

pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikanyang sifatnya non formal,

karena tidak di dukung oleh seperangkat aturan akademik kurikulum, lama waktu

belajar, tidak ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan sebagainya sebagaimana

lembaga pendidikan formal yaitu sekolah.

Dilihat dari segi tujuan, majelis ta.lim termasuk sarana dakwah Islamiyah yang

secara self . standing dan self disciplined mengatur danmelaksanakan berbagai

kegiatan berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran

pelaksanaan ta’lim Islami sesuai dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari aspek

sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak terdapat

lembaga pendidikan Isla memegang peranan sangat penting dalam penyebaran

ajaran Islam di Indonesia.

32

Page 33: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Di samping peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan

sikap patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan

Indonesia, lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan

nasional. Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya, lembaga-lembaga

pendidikan Islam tersebut ada yang berbentuk langgar, suarau, rangkang. Telah

dikemukakan bahwa majelis ta.lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam.

Dengan demikian ia bukan lembaga pendidikan formal Islam seperti

madrasah, sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan

organisasi massa atau organisasi politik. Namun, majelis ta.lim mempunyai

kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:

a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama

dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.

c. Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam.

d. Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

umat dan bangsa.

Secara strategis majelis-majelis ta.lim menjadi sarana dakwah dan tabligh

yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat

agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini menyadarkan umat Islam

untuk, memahami dan mengamalkan agamanya yang kontekstual di lingkungan

hidup sosial. budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam

sebagai ummatan wasathan yang meneladani kelompok umat lain.

33

Page 34: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Untuk tujuan itu, maka pemimpinnya harus berperan sebagai penunjuk

jalan ke arah kecerahan sikap hidup Islami yang membawa kepada kesehatan

mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah dibuminya sendiri.

Dalam kaitan ini H.M. Arifin mengatakan: Jadi peranan secara fungsional majelis

ta’lim adalah mengokohkan landasan hidup manusia muslim Indonesia pada

khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam upaya

meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawi

dan ukhrawiah bersamaan (simultan), sesuai tuntunan ajaran agama Islam yaitu

iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang

kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita.

2.3 Ukhuwah Islamiyah

2.3.1 Pengertian Ukhuwah Islamiyah

Menurut Imam Hasan Al-Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan

jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.

2.3.2 Hakekat Ukhuwah Islamiyah

1) Nikmat Allah :

Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah

34

Page 35: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS 3:103)

2) Perumpamaan tali tasbih

Artinya :Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.

3) Merupakan arahan Rabbani

Artinya :Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman)[622]. walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah Telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.(QS.8:63)

4) Merupakan cermin kekuatan iman

Artinya :Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.(QS 49:10)

Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah Ukhuwah Islamiyah

bersifat abadi dan universal karena berdasarkan aqidah dan syariat Islam.

Ukhuwah Jahiliyah bersifat temporer (terbatas pada waktu dan tempat), yaitu

ikatan selain ikatan aqidah (misal: ikatan keturunan (orang tua-anak),

perkawinan, nasionalisme, kesukuan, kebangsaan, dan kepentingan pribadi).

35

Page 36: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

2.3.3 Hal-hal yang menguatkan Ukhuwah Islamiyah:

1. Memberitahukan kecintaan pada yang kita cintai

2. Memohon didoakan bila berpisah

3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa

4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)

5. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan.

6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu.

7. Sering bersilaturahmi.

8. Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya

9. Memenuhi hak uhkuwah saudaranya

2.3.4 Manfaat ukhuwah Islamiyah

2. Bermusyawarah dan memilih orang yang bertakwa dan berakhlaq karimah

sebagai pemimpin.

2. Tolong-menolong dalam kebajikan dan ketakwaan

3. Bersikap sopan dan lemah lembut

4. Menjalin hubungan sillaturrahmi dan melakukan rekonsiliasi (perdamaian)

5. Menghormati ulama shaleh/ahli ilmu

6. Dilarang mencela diri sendiri dan meremehkan sesama mukmin

7. Dilarang menggunjing kepada sesama manusia

8. Dilarang memanggil dengan panggilan yang tidak baik/ “paraban/

wadanan” yang dapat merendahkan martabat orang ybs.

9. Hormat kepada orang tua dan sayang pada orang yang lebih muda

10. Berbuat kebaikan kepada kaum kerabat yang dekat dan jauh

36

Page 37: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

11. Berbuat kebaikan kepada tetangga dekat dan tetangga yang jauh

12. Menolong orang fakir miskin, ibnu sabil, dan anak yatim

13. Menghormati/ mengasihi mualaf (orang yang baru masuk Islam)

14. Semangat berqurban untuk kepentingan ukhuwah

15. Mendoakan dan memohonkan ampunan kepada Allah untuk kaum

mukminin

BAB III

HASIL PENELITIAN

37

Page 38: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Penelitian tentang peranan Metode Da’wah Majelis Ta'lim Nurmayasari

dalam membentuk Ukhuwah Islamiyah yang dilakukan pada tanggal 21-25 Juni

telah berhasil mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab

persoalan dalam pembahasan skripsi ini. Data-data tersebut akan dideskripsikan

secara lengkap untuk selanjutnya diolah dan dianalisa secara statistic serta

diinprestasikan sehingga diperoleh suatu kesimpulan sebagai jawaban dari

persoalan skripsi ini.

3.1 Deskripsi Data

3.1.1 Sejarah Berdiri dan Tujuan Majelis Ta'lim Nurmayasari

Majelis Ta'lim Nurmayasari berawal dari sebuah pengajian sederhana yang

dirintis pada tahun 1968 oleh para ulama disekitarnya, antara lain: KH.Hilman

Mubarok, KH. Yusuf Toji’i, KH. Muslim, dan KH. Masyhud.

Majelis Ta'lim ini awalnya hanya mengadakan pengajian kaum bapak dan

ibu saja, pada setiap malam Rabu dan Sabtu setelah shalat Isya bertempat di

Masjid Al-Mujahidin Rt.04/02 Desa Margaluyu Kec.Campaka Kabupaten

Cianjur.

Setelah pengajian tersebut berlangsung selama 28 tahun, maka timbul

gagasan dari para jama'ah pengajian untuk mendirikan pengajian khusus untuk

ibu-ibu dan remaja. Pada tanggal 2 sya'ban 1411 H bertepatan pada tanggal 17

Agustus 1991 M, didirikanlah pengajian ibu-ibu dan remaja yang dilaksanakan

setiap hari Jum’at tiap pukul 4 sore setelah ba’da shalat Asyar bertempat di Masjid

Al-Mujahidin. Latar belakang didirikannya pengajian ibu-ibu dan remaja ini

karena remaja dan ibu-ibu di sekitar Majelis Ta'lim Nurmayasari ada sebagian

38

Page 39: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

yang hanya mengenyam pendidikan umum saja, dan juga ada sebagian remaja

yang putus sekolah.

Hal ini mendorong para perintis merasa perlu untuk memberi perhatian

kepada para remaja tersebut agar memiliki pengetahuan agama yang luas.

Pengajian ibu-ibu dan remaja ini mulai mengalami perkembangan, hal ini terlihat

dari jumlah jama'ahnya yang semakin bertambah. Besarnya minat ibu-ibu dan

remaja yang mengikuti pengajian akhirnya timbul pemikiran untuk menambah

waktu pengajian, maka diadakanlah pengajian bulanan yang jama'ahnya adalah

jama'ah pengajian khusus remaja. Pengajian bulanan dilaksanakan setiap hari

Minggu pertama jam 08.00 sampai dengan selesai, dengan bentuk pengajian yaitu

mendengarkan ceramah dari para ulama yang di undang untuk memberikan

ceramah agama.

3.1.2 Tenaga Pengajar dan Jama’ah

Tenaga pengajar pengajian remaja pada awalnya dipimpin oleh para perintis

Majelis Ta'lim, dan guru dari luar antara lain: KH. Sumarno Syafi'i dan KH.

Munahar. Mengingat usia para perintis sudah tua, KH. Muhammad Yusuf (Al-

Marhum), KH. Muslim (umur 67 tahun), KH. Masyhud (Al-Marhum), KH.

Zamakhsyari HM (Al-Marhum), KH. Abdussalam HM (umur 60 tahun). Maka

pada saat ini yang mengajar pengajian remaja antara lain: Ustadz Fathurrahman

(fiqh), Ustadz Muhammad Syahru (Tafsir), Alwi Husin (akhlaq), Ustadzah Wafa.

S (hadits). Tampaknya semangat para pengajar ini antusias dalam memberikan

pengajian. Jama'ah pengajian ibu-ibu dan remaja yang mengikuti pengajian juga

antusias jumlah mereka 60 orang, mulai usia 12 sampai 27 tahun. Sebagian besar

39

Page 40: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

dari jama'ah adalah para pelajar dan ibu rumahtangga, dan sebagian lagi

jama'ahnya sudah bekerja. Dalam setiap pengajian jama'ah harus mengisi absen

yaitu untuk mengetahui kehadiran jama'ah disetiap minggunya. Pakaian yang

dipakai dalam mengikuti pengajian adalah busana muslim atau muslimah.

3.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana merupakan komponen pendukung bagi kelangsungan Majelis Ta'lim ini.

Menurut data yang penulis peroleh dari hasil observasi dan survey, Majelis Ta'lim

Nurmayasari memiliki sarana dan prasara pendukung dalam melaksanakan proses

belajar mengajar, seperti: spidol, white board (papan tulis), alat pengeras suara

(sound system), komputer, serta kitab-kitab serta secretariat yang digunakan

sebagai tempat untuk menyimpan sarana tersebut dan juga digunakan sebagai

ruang baca. Proses belajar mengajar dilaksanakan di Masjid Al-Mujahidin lantai

dasar atau tempat biasa jama'ah masjid Al-Mujahidin melaksanakan sholat lima

waktu.

3.1.4 Materi dan Metode Mengajar Yang Digunakan

Materi yang diajarkan di Majelis Ta'lim Nurmayasari, antara lain:

1. Minggu pertama Hadits oleh Ustadzah Wafa. S

2. Minggu kedua Fiqh oleh Ustadz Fathurrahman

3. Minggu ketiga Tafsir oleh Ustadz Muhammad Syahru

4. Minggu keempat Akhlaq oleh Ustadz Alwi Husin

Proses pengajian dilaksanakan selama 2 Jam yaitu pukul 19.30 sampa 21.30,

pengajian di awali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an oleh salah satu jama'ah,

kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Shalawat Nabi yang dibacakan oleh tiga

40

Page 41: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

sampai empat orang jama'ah, setelah itu penyampaian materi oleh guru. Metode

yang digunakan adalah metode ceramah, yaitu seorang guru menyampaikan

pelajaran di depan para jama'ah dan jama'ah mendengarkan serta menyimak

bacaan yang sedang dijelaskan, dan tanya jawab.

3.1.5 Struktur Organisasi dan Pengolahan Majelis Ta'lim Nurmayasari

Majelis Ta'lim Nurmayasari adalah pendidikan non-formal dengan berbagai

kegiatan keagamaan, yang dikelola oleh seluruh pengurus yang struktur

organisasinya sebagai berikut:

Penasehat : KH. Hilman Mubarok

Pembina : M. Huh

Ketua : Mulyadi

Wakil Ketua : H. Juanda

Sekretaris I : Hildan

Bendahara I : Ade. S

BADAN PELAKSANA KEGIATAN ORGANISASI

Seksi Pendidikan dan Da'wah :

1. Siti Muthiah

2. Fitri

Seksi Sosial dan Humas :

1. H. Asep

2. Sanuddin

Seksi Kepemudaan

1. S. Yusuf. H

41

Page 42: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

2. Abdillah

Seksi Kaderisasi dan Organisasi

1. Misbahul Khoir

2. Ahmad Rifa'i

Berikut ini dikemukakan bagan organisasi Majelis Ta'lim Nurmayasari

Struktur Organisasi Majelis Ta'lim Nurmayasari

Pengurus inilah yang mengelola kegiatan yang ada di Majelis Ta'lim sehingga

berbagai kegiatan keagamaan berjalan dengan baik. Kegiatan Majelis Ta'lim

Nurmayasari dilaksanakan satu kali seminggu, yaitu malam Kamis setelah shalat

Isya. Materi yang dikaji adalah Hadits, Tafsir, Akhlaq, Fiqh, yang diajarkan

secara bergiliran oleh para guru dalam satu minggu.

Selain kegiatan pengajian Mingguan, pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-

Mujahidin juga melaksanakan pengajian bulanan, dengan mengundang para ulama

atau kyai untuk memberikan siraman rohani atau pengetahuan agama Islam

42

Penasehat

Pembina

Ketua

Wakil Ketua

Ketua Ketua

Ketua Ketua

Seksi-seksi

Page 43: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

(ceramah). Pengajian remaja Majelis Ta'lim Al-Mujahidin juga mempunyai

berbagai kegiatan yang dikelola para pengurus untuk memenuhi kebutuhan

jama'ah. Kegiatan tersebut antara lain:

1. Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin dilaksanakan, yaitu:

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi

Muhammad SAW, Peringatan Tahun Baru Islam.

2. Kunjungan ke Majelis Ta'lim-Majelis Ta'lim lain (Stady Comperative).

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan para jama'ah dan

mempererat tali silaturahim antar sesama muslim.

3. Memperingati Hari Ulang Tahun HIPMA (Himpunan Pemuda Majelis Ta'lim

Al-Mujahidin. Kegiatan ini diisi dengan berbagai perlombaan, antara lain:

membaca Al-Qur'an, membaca Kitab, membaca Rawi, Pidato, Khutbah, Shalawat,

Adzan, Hifzil Qur'an, Pawai Ta'aruf, dan lain-lain. Kegiatan ini diselenggarakan

setiap empat tahun sekali, dengan lama kegiatan 7 sampai 10 hari. Sedangkan para

peserta berasal dari mushola-mushola atau pengajian-pengajian yang ada

disekitarnya. Seluruh kegiatan di atas dikelola oleh para pengurus pengajian

remaja dan dihadiri oleh jama'ah pengajian remaja, para undangan, dan

masyarakat sekitarnya.

3.1.6 Peranan Majelis Ta'lim Nurmayasari

Peranan Majelis Ta'lim Al-Mujahidin secara umum dapat terlihat dari berbagai

kegiatan yang telah diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya

43

Page 44: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

akan membawa dampak positif bagi jama'ah yang selanjutnya menjadi landasan

kehidupan sehari-hari. Peranan Majelis Ta'lim Nurmayasari, antara lain:

1. Memberikan wawasan keagamaan yang luas kepada para jama'ah

Peran Majelis Ta.lim Nurmayasari dalam pengembangan wawasan keagamaan

para jama.ahnya, terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dari berbagai

kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung para jama.ah majelis ta.lim tersebut

dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang wawasan agama Islam

dan akhirnya menambah pengetahuan mereka tentang Islam sebagai agama yang

mereka yakini serta mereka jadikan sebagai landasan hidup sehari-hari.

2. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim (Ukhuwah Islamiyah)

Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan Majelis Ta.lim Nurmayasari, tidak

hanya untuk menambah wawasan keagamaan Islam saja tetapi juga menjadi ajang

untuk mempererat tali silaturrahmi sesama jama.ah.

3. Mengkaderisasi calon ulama yang ada disekitar

Kegiatan-kegiatan dan pemahaman-pemahaman tentang agama Islam yang

dilaksanakan di Majelis Ta.lim Nurmayasari seluruhnya berorientasi pada

pengkaderan calon ulama seperti kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK),

Pelatihan Bilal, Khotib dan Imam. Hal ini dilakukan agar remaja yang ada

disekitar (Majelis Ta.lim Nurmayasari) memahami ajaran agama Islam dan

mewariskannya kepada generasi-generasi penerusnya.

4. Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul karimah

Peran Majelis Ta.lim Nurmayasari dalam menciptakan masyarakat yang bertaqwa

serta berakhlaqul karimah, dilakukan dengan cara memberikan pemahaman

44

Page 45: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

tentang pentingnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang

akan menjadikan benteng pertahanan untuk menghadapi kemajuan tekhnologi dan

perkembangan jaman.

5. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan

keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara. Dengan kegiatan-kegiatan dan

pemahaman tentang agama yang diberikan di Majelis Ta.lim Nurmayasari

diharapkan para jama.ah mampu menerapkan dan mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan

negara serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab di berbagai aspek

kehidupan.

3.2 Analisa dan Interpretasi Data

Pada pengumpulan data ini dideskripsikan dengan mengambil pembuatan table-

tabel. Mengingat terbatasnya kemampuan penulis maka penelitian ini

menggunakan sampel sebesar 66 % dari 60 jama'ah pengajian remaja Majelis

Ta'lim Al-Mujahidin. Data-data yang terkumpul dari responden sebanyak 40

jama'ah. Untuk mempermudah menganalisa data angket wawancara, maka tiap

yang ditanyakan dalam angket diolah dalam bentuk tabel

.

3.2.1 Kegiatan Keagamaan Majelis Ta'lim

Tabel 1Bagaimanakah Keberadaan Majelis Ta'lim Nurmayasari

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

45

Page 46: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

A Sangat penting 24 60 %

B Penting 16 40 %

C Kurang penting - -

D Tidak penting - -

Jumlah N=40 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah menganggap keberadaan

Majelis Ta'lim Nurmayasari sangat penting yaitu sekitar 60 % dan yang menjawab

penting sebayak 40 %. Hal ini membuktikan bahwa Majelis Ta'lim Nurmayasari

mempunyai kontribusi dalam memberikan wawasan Islam. Dengan demikian

dapat diketahui bahwa Majelis Ta'lim Al-Mujahidin mempunyai peranan yang

cukup penting.

Tabel 2Bagaimanakan Frekwensi kehadiran mengaji

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 13 32,5 %

B Sering 16 40 %

C Kadang-kadang 11 27,5 %

D Tidak pernah - -

Jumlah N= 40 100 %

Bila dilihat dari prosentase di atas sekitar 32,5 % dari jama'ah selalu mengikuti

pengajian dan yang menjawab sering mengikuti pengajian secara rutin sebanyak

40 %. Sedangkan 27,5 % menyatakan kadang-kadang mengikuti pengajian secara

46

Page 47: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

rutin. Dari tabel di atas mununjukan bahwa Majelis Ta'lim Nurmayasari

mempunyai daya tarik bagi jama'ah sehingga sebagian besar sering menghadiri

kegiatan tersebut.

Tabel 3

Apakah Alasan Menghadiri Pengajian di Majelis Ta'lim Nurmayasari

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Atas kemauan sendiri 30 75 %

B Ajakan teman/pengurus 7 17,5 %

C Perintah keluarga 3 7,5 %

D Ikut-ikutan - -

Jumlah N=40 100 %

Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah yang mengikuti aktivitas

di Majelis Ta'lim atas kemauan sendiri, yaitu sebanyak 75 %. Sedangkan jama'ah

yang mengikuti Majelis Ta'lim karena ajakan teman atau pengurus sebanyak 17,5

% dan 7,5 % atas perintah keluarga. Dengan demikian kesadaran agama dalam

diri muslim/muslimat sudah melekat dan tidak harus dipaksa lagi.

Tabel 4Apa Alasan Bergabung di Majelis Ta'lim Nurmayasari

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Menambah pengetahuan agama 35 87,5%

47

Page 48: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

B Memperbanyak teman 3 7,5%

C Mengisi waktu luang 2 5%

D Iseng-iseng saja - -

Jumlah N= 40 100 %

Berdasarkan hitungan prosentase di atas yaitu 87,5 % sebagian besar jama'ah

mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Nurmayasari untuk menambah

pengetahuan agama, di samping itu ada juga yang beralasan untuk memperbanyak

teman yaitu sekitar 7,5 % dan mengisi waktu luang 5 %. Hal ini menunjukan

bahwa Majelis Ta'lim sebagai lembaga pendidikan non-formal dapat menambah

pengetahuan agama khususnya bagi para jama'ahnya.

Tabel 5Bagaimana Keaktifan Mengikuti Kegiatan Keagamaaan

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Sangat aktif 11 27,5%

B Aktif 20 50%

C Kurang aktif 9 22,5%

D Tidak aktif - -

Jumlah N=40 100%

Bila dilihat prosentase di atas 27,5 % dari jama'ah terbilang sangat aktif dan 50 %

jama'ah menyatakan aktif, sedangkan 22,5 % jama'ah kurang aktif. Hal ini

menunjukan antusias para jama'ah untuk mempelajari pengetahuan agama yang

diajarkan di Majelis Ta'lim Nurmayasari.

48

Page 49: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Tabel 6Apakah Pengetahuan Bertambah Setelah Mengikuti Pengajian

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Sangat Bertabah 20 50%

B Cukup bertambah 20 50%

C Kurang bertambah - -

D Tidak sama sekali - -

Jumlah N=40 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa setelah mereka mengikuti pengajian di Majelis

Ta'lim Nurmayasari pengetahuan agama mereka sangat bertambah yaitu 50 % dan

50 % lagi menyatakan cukup bertambah. Ini menunjukan bahwa Majelis Ta'lim

Nurmayasari berperan dalam menambah wawasan keagamaan bagi para

jama'ahnya.

Tabel 7Bagaimana Cara Penyampaian Materi

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Sangat sistematis sehingga mudah dipahami 18 45%

B Cukup sederhana 20 50%

C Sering berbelit-belit sehingga sukar dipahami 2 5%

D Tidak menarik/membosankan - -

Jumlah N=40 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 45 % jama'ah menyatakan bahwa

dalam penyampaian materi mereka dapat memahami dengan baik karena sangat

sistematis dan ada pula yang menyatakan cukup sederhana yaitu 50 %. Sedangkan

49

Page 50: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

yang menyatakan sering berbelit-belit adalah sebanyak 5 %. Hal ini menunjukan

bahwa para pengajar di Majelis Ta'lim Nurmayasari dalam menyampaikan materi

cukup jelas sehingga mudah dipahami oleh jama'ah.

Tabel 8Metode apa yang Diinginkan dalam pengajian

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Ceramah, diskusi, dan tanya jawab 34 85%

B Ceramah 3 7,5%

C Diskusi 1 2,5%

D Tanya jawab -

Jumlah N=100 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa mereka

menginginkan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab yang dipakai di Majelis

Ta'lim Nurmayasari. Sedangkan metode ceramah saja 7,5 %, metode diskusi saja

2,5 % dan metode Tanya jawab saja 5 %. Dengan demikian tabel di atas

menunjukkan metode yang dipakai harus bervariasi.

Tabel 9Bagaimanakah Pengamalan Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hari

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 7 17,5%

B Sering 29 72,5%

C Kadang-kadang 4 10%

D Tidak pernah - -

Jumlah N=40 100%

50

Page 51: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Pada tabel di atas 17,5 % responden menyatakan selalu dan 72,5 % menyatakan

sering mengamalkan ilmu yang telah diajarkan dalam kehidupan seharihari.

Sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 10 %. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar jama'ah Majelis Ta'lim Nurmayasari

mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 10Bagaimana Peran Majelis Ta'lim dalam Mempengaruhi Sikap dan Perilaku

KeagamaanNO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Sangat berperan 24 60%

B Cukup berperan 16 40%

C Kurang berperan - -

D Tidak berperan - -

Jumlah N=40 100%

Prosentase di atas 60 % dari responden menyatakan bahwa Majelis Ta'lim

Nurmayasari mempunyai peranan dalam mempengaruhi sikap keagamaan.

Sedangkan 40 % dari responden menyatakan cukup berperan. Dengan demikian

Majelis Ta'lim Nurmayasari sebagai pendidikan non-formal mempunyai peranan

penting dalam mempengaruhi sikap dan perilaku keagamaan remaja.

Tabel 11Faktor-faktor apa yang Berperan Terhadap Sikap dan Perilaku Keagamaan

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Bimbingan keluarga 21 52,5%

B Pendidikan agama di sekolah 6 15%

51

Page 52: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

C Bimbingan guru ngaji 5 12,5%

D Baca buku agama 8 20%

Jumlah N=40 100%

Berdasarkan tabel di atas meninjukan bahwa 52,5 % dari jama'ah menyatakan

bahwa bimbingan orang tua sangat berperan penting dalam membentuk sikap dan

perilaku keagamaan selain Maj;is Ta'lim Nurmayasari. 15 % menunjukan

bimbingan pendidikan agama di sekolah juga mempunyai peran dalam

membentuk sikap dan perilaku keagamaan. Sedangkan 12,5 % dan 20 % adalah

bimbingan guru ngaji dan baca buku agama juga berperan penting dalam

membentuk sikap dan perilaku keagamaan seorang remaja.

3.2.2 Sikap Ukhuwah Islamiyah

Tabel 12Apakah Pelaksanaan sikap Bermusyawarah dan memilih orang yang bertaqwa dan

berakhlak karimah sebagai pemimpin dalam kehidupan sehari-hari

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 23 57,5%

B Kadang-kadang 9 22,5%

C Tergantung keadaan 8 20%

D Belum pernah - -

Jumlah N=40 100%

Tabel hitungan presentase di atas 57,5 % dari responden selalu dalam

bermusyawarah dan memilih orang yang bertaqwa dan berakhlak karimah sebagai

pemimpin. Sedangkan 22,5 % menyatakan kadang-kadang. 20 % menyatakan

52

Page 53: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

tergantung keadaan. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar selalu

mengutamakan dalam bermusyawarah dan memilih orang yang bertaqwa dan

berakhlak karimah sebagai pemimpin setelah mengikuti pengajian di Majelis

Ta'lim ini.

Tabel 13Apakah selalu Tolong menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 27 67,5%

B Sering 8 20%

C Kadang-kadang 5 12,5%

D Tidak pernah - -

Junlah N=40 100%

Presentase di atas menyatakan bahwa 67,5 % dari responden menyatakan selalu

melaksanakan tolong menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan. 20 %

menyatakan sering dan 12,5 % menyatakan kadang-kadang melaksanakan tolong

menolong dalam kebajikan dan ketaqwaan. Hal ini menunjukan bahwa sebagia

besar jama'ah menyadari bahwa tolong –menolong dalam kebajikan dan

ketaqwaan merupakan perintah yang harus dilaksanakan.

Tabel 14Apakah selalu Bersikap sopan dan lemah lembut

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 23 57,5%

53

Page 54: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

B Sering 9 22,5%

C Kadang-kadang 8 20%

D Tidak pernah - -

Jumlah N=40 100%

Tabel di atas menunjukan presentase 57,5% dari jama'ah Majelis Ta'lim

Nurmayasari selalu bersikap sopan dan lemah lembut. Sedangkan 22,5% dari

responden menyatakan sering bersikap sopan dan lemah lembut dan 22,5 %

menyatakan kadang-kadang.

Tabel 15Apakah selalu Menjalin hubungan silaturahmi dan melakukan rekonsiliasi

(perdamaian)

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 9 22,5%

B Sering 12 30%

C Kadang-kadang 19 47,5%

D Tidak pernah - -

Jumlah N=40 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 22,5 5 dari responden menyatakan

bahwa mereka selalu menjalin hubungan silaturahmi dan melakukan rekonsiliasi

dan 30 % menyatakan sering menjalin hubungan silaturahmi dan melakukan

rekonsiliasi sedangkan 47,5 % dari responden menyatakan kadang-kadang

menjalin hubungan silaturahmi dan melakukan rekonsiliasi.

Tabel 16

54

Page 55: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Apakah selalu Menghormati ulama shaleh/ahli ilmu

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 36 90%

B Sering 4 10%

C Kadang-kadang - -

D Tidak pernah - -

Jumlah N=40 100%

Berdasarkan hitungan presentase di atas 90 % dari responden menyatakan bahwa

mereka selalu menghormati ulama shaleh/ahli ilmu dan 10% menyatakan sering

menghormati ulama shaleh/ahli ilmu. Hal ini menyatakan bahwa kesadaran

menghormati ulama shaleh/ahli ilmu sudah melekat dalam diri mereka, walaupun

ada juga yang menyatakan sering.

Tabel 17Bagaimana dalam Mentaati larangan mencela diri sendiri dan meremehkan

sesama mukmin

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Mentaati dengan senang hati 34 85%

B Mentaati dengan kesal hati - -

C Biasa saja 6 15%

D Membantah perintahnya - -

Jumlah N=40 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa mereka

selalu mentaati dengan senang hati larangan mencela diri sendiri dan meremehkan

55

Page 56: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

sesama mukmin. Sedangkan sekitar 15 % dari responden menyatakan biasa saja

dalam mentatati larangan mencela diri sendiri dan meremehkan sesama mukmin.

Tabel 18Bagaimana Mentaati larangan menggunjing kepada sesama manusia

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Mentaati dengan senang hati 40 100%

B Mentaati dengan kesal hati - -

C Biasa saja - -

D Membantah perintahnya - -

Jumlah N=40 100%

Tabel di atas menunjukan bahwa 100 % dari responden menyatakan bahwa

mentaati dengan senang hati untuk tidak menggunjing kepada sesama manusia.

Tabel 19Apakah selalu Hormat kepada Orang tua dan sayang pada orang yang lebih muda

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 21 52,5%

B Sering 18 45%

C Kadang-kadang 1 2,5%

D Tidak pernah - -

Jumlah N=40 100%

Tabel di atas menunjukan 52,5 % dari responden menyatakan bahwa mereka

selalu hormat kepada orang tua dan sayang pada orang yang lebih muda,

sedangkan 45 % sering dan 2,5 % kadang-kadang hormat kepada orang tua.

Tabel 20

56

Page 57: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Berbuat kebaikan kepada kaum kerabat yang dekat dan jauh

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 14 35%

B Sering 20 50%

C Kadang-kadang 4 10%

D Tidak pernah 2 5%

Jumlah N=40 100%

Berdasarkan hitungan presentase di atas 35 % dari responden selalu beebuat

kebaikan kepada kaun kerabat yang dekat dan jauh, sedangkan 50 % sering, 10 %

Kadang-kadang dan 5 % tidak pernah.

Tabel 21

Berbuat Kebaikan kepada Tetangga dekat dan jauh

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 14 35%

B Sering 20 50%

C Kadang-kadang 4 10%

D Tidak pernah 2 5%

Jumlah N=40 100%

Berdasarkan tabel di atas 35 % dari responden menyatakan selalu berbuat

kebaikan kepada tetangga jauh dan dekat, sedangkan 50% dari anggota jama'ah

menyatakan sering, dan 10 % menyatakan kadang-kadang, sedang 5% tidak

pernah.

57

Page 58: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Tabel 22

Menolong orang fakir miskin, ibnu sabil, dan anak yatim

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 15 37,5%

B Sering 25 62,5%

C Kadang-kadang - -

D Tidak pernah - -

Jumlah N=40 100%

Berdasarkan tabel di atas 37,5 % dari jama'ah Majelis Ta'lim menyatakan selalu

menolong orang fakir, ibnu sabil dan anak yatim, sedangkan 62,5 % mereka

sering menolong.

Tabel 23

Semangat berqurban untuk kepentingan ukhuwah islamiyah

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 30 75%

B Sering 10 25%

C Kadang-kadang - -

D Tidak pernah - -

Jumlah N=40 100%

Berdasarkan tabel di atas 75 % dari jama'ah Majelis Ta'lim menyatakan selalu

memiliki semangat berqurban untuk kepentingan ukhuwah, sedangkan 25 %

mereka selalu.

58

Page 59: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Tabel 24

Mendo’akan dan memohonkan ampunan kepada Allah SWT untuk kaum mukminin

NO Alternatif Jawaban (F) ( P )

A Selalu 15 37,5%

B Sering 25 62,5%

C Kadang-kadang - -

D Tidak pernah - -

E Jumlah N=40 100%

Berdasarkan tabel di atas 37,5 % dari jama'ah Majelis Ta'lim menyatakan selalu

mendoakan dan memohonkan ampun kepada Allah SWT untuk kaum mukminin,

sedangkan 62,5 % mereka sering mendo’akan dan memohonkan ampunan bagi

semua mukminin.

Dari semua tabel di atas menunjukan bahwa keberadaan Majelis Ta'lim

Nurmayasari mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk

ukhuwah Islamiyah. Pernyataan ini bisa dibuktikan dari rata-rata jawaban

responden yang menjawab selalu dan sering. Meskipun sebagian kecil responden

menyatakan Majelis Ta'lim hanya sedikit berperan dalam membentuk ukhuwah

islamiyah, ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab kadang-

kadang dan tidak pernah. Apabila dilihat dari ilmu pengetahuan, responden

menyatakan bahwa setelah mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Nurmayasari

pengetahuan agama sangat bertambah sekitar 50 %, adapun yang mengikuti

pengajian di Majelis Ta'lim atas kemauan sendiri yaitu sekitar 75 %. Hal ini

59

Page 60: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

menunjukan bahwa pengetahuan tentang agama mereka sangat bertambah setelah

mengikuti pengajian di Majelis Ta'lim Nurmayasari. Motivasi itu timbul dari diri

parajama’ah tersebut tanpa paksaan dari orang lain. Ini terlihat kesadaran tentang

ukhuwah islamiyah sudah melekat di para jema’ah.

Metode Daiwah Majelis Ta'lim Nurmayasari dalam peranannya membentuk

ukhuwah islamiyah diaplikasikan dengan melakukan berbagai macam kegiatan

yang telah mendidik dan mengarahkan para jema’ah agar jangan sampai mereka

melakukan perbuatan yang dilarang. Melalui kegiata-kegiatan itulah para jema’ah

akan mendapat pengetahuan dan pendidikan agama maupuan umum dan dapat

membawa jema’ah menjadi manusia manusia yang berkepribadian muslim yang

diharapkan semua orang baik keluarga, masyarakat dan agama. Berdasarkan

penelitian ternyata hipotesa alternatif (Ha) diterima karena teruji kebenarannya,

berarti: pengaruh yang signifikan antara peranan Metode Da’wah Majelis Ta'lim

dalam membentuk ukhuwah islamiyah, dan sebaliknya hipotesa nihil (Ho) ditolak

karena tidak teruji kebenarannya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

60

Page 61: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan untuk menulis

skripsi dengan judul .Peranan Majelis Ta.lim Al-Mujahiddin dalam Pembentukan

Sikap Keagamaan Remaja di Desa Belendung Batu Ceper Tangerang., penulis

mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Majelis Ta'lim Al-Mujahidin yang dirintis tahun 1968 awalnya hanya

melaksanakan pengajian anak-anak saja. Akan tetapi sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, maka didirikanlah Pengajian bapak-bapak dan ibu-ibu .Majelis

Ta'lim Nurmayasari pada tanggal 17 Agustus 1991, dengan waktu pengajian

setiap malam Jum'at ba'da Isya bertempat di Masjid Al-Mujahidin. Pengajian di

Majelis Ta'lim Nurmayasari inipun mulai mengalami perkembangan dan

akhirnya muncul pengajian bulanan.

2. Peranan Metode Da’wah dalam membentuk Ukhuwah Islamiyah di Majlis

Ta’lim Nurmayasari ini adalah sangat berperan hal ini dapat dilihat dari hasil

angket yang disebarkan kepada para jemaah, diantara indikator yang dapat

dijelakan di bawah ini antara lain :

1. Para jemaah sebagian besar telah dapat memilih calon pemimpin orang

yang bertaqwa dan berakhlak karimah.

2. Hampir seluruh jemaah telah melaksanakan tolong menolong dalam

kebajikan dan ketaqwaan.

3. Para jema’ah majlis ta’lim telah dapat melaksanakan sikap, dan perilaku

ukhuwah islamiyah sebagai hasil dari mengikuti pengajian di majlis

ta’lim Nurmayasari dalam kehidupan sehari-hari, sehingga masyarakat

61

Page 62: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

di lingkungan majlis ta’lim suasana silaturahmi telah terjalin dengan

baik.

B. saran

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Majelis Ta'lim Nurmayasari

yang terletak di Desa Margaluyu Kecamatan Campaka Kebupaten Cianjur, telah

dapat penulis simpulkan sebagaimana tertulis sebelumnya di atas. Bertolak dari

kesimpulan tersebut, maka penulis menganjurkan saran sebagai berikut:

1. Untuk lebih meningkatkan intelektualitas para jama'ah, hendaklah jama'ah tidak

hanya mendengarkan dan menerima materi yang diajarkan saja. Akan tetapi

usahakan materi yang akan dibahasn terlebih dahulu dibaca oleh jama'ah secara

bergiliran, sehingga jama'ah lebih memperhatikan materi yang akan dibahas.

2. Dalam menjelaskan materi yang sedang dibahas janganlah bersifat monoton

yang selajutkan akan membuat bosan jama'ah, usahakan penjelasan materi

dikaitkan dengan perkembangan zaman yang sedang berkembang, sehingga

para jama'ah mudah memahami dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-

hari.

3. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Majelis Ta'lim Nurmayasari

hendaklah lebih bervariasi sehingga menarik minat para jama'ah untuk ikut

menghadiri.

4. Majelis Ta'lim Nurmayasari sebagai lembaga pendidikan non-formal yang telah

lama berdiri dan telah mengalami perkembangan, hendaklah diimbangi dengan

sistem pengelolaan yang baik. Kemandirian dan ketangguhan dalam

mengantisipasi setiap perubahan, baik yang berskala lokal, nasional dan

62

Page 63: Peranan Metode Da'Wah Dalam Ukhuwah Islamiyah

internasional menjadi suatu hal yang penting yang harus diperhatikan para

pengurus.

63