Upload
vandien
View
243
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PERANCANGAN ALAT PEMOTONG BULU AYAMMENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAU DALAM
MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK
Skripsi
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
ARDIAN MUSTIKA PRAHARAI 0302505
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2009
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi :
PERANCANGAN ALAT PEMOTONG BULU AYAMMENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAU DALAM
MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK
Disusun Oleh:ARDIAN MUSTIKA PRAHARA
I 0302505
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Lobes Herdiman, MTNIP. 19641007 199702 1 001
Taufiq Rochman, STP, MTNIP. 19701030 199802 1 001
Ketua Program S-1 Non RegulerJurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik UNS
Taufiq Rochman, STP, MTNIP. 19701030 199802 1 001
Pembantu Dekan IFakultas Teknik UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, MTNIP. 19561112 198403 2 007
Ketua JurusanTeknik Industri
Fakultas Teknik UNS
Ir. Lobes Herdiman, MTNIP. 19641007 199702 1 001
LEMBAR VALIDASI
Judul Skripsi:
PERANCANGAN ALAT PEMOTONG BULU AYAMMENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAU DALAM
MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK
Disusun Oleh:ARDIAN MUSTIKA PRAHARA
I 0302505
Telah disidangkan pada hari Jum’at tanggal 13 November 2009
Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
dengan:
Dosen Penguji
1. Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MTNIP. 19791005 200312 1 003
2. Ir. Munifah, MSIE, MTNIP. 19561215 198701 2 001
Dosen Pembimbing
1. Ir. Lobes Herdiman, MTNIP. 19641007 199702 1 001
3. Taufiq Rochman, STP, MTNIP. 19701030 199802 1 001
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya:
Nama : Ardian Mustika Prahara
NIM : I 0302505
Fakultas / Jurusan : Teknik / Industri
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari
terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima
hukuman/sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.
Surakarta, Desember 2009
Ardian Mustika Prahara
ABSTRAK
Ardian Mustika Prahara, NIM: I 0302505. PERANCANGAN ALATPEMOTONG BULU AYAM MENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAUDALAM MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK.Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, UniversitasSebelas Maret, November 2009.
Serengan merupakan sentra industri kecil bulu ayam shuttle cock diSurakarta. Pengrajin menggunakan peralatan yang sederhana untuk prosespemotongan bulu ayam shuttle cock. Dimensi standar bulu ayam pada shuttlecock dengan panjang bulu ayam untuk pembuatan 6,4 cm – 7,0 cm, sudutkemiringan bulu ayam shuttle cock bawah kanan 45o - 50o dan sudut kemiringanbawah kiri 71o - 75o. Alat pemotong bulu ayam yang ada mengalami dua kaliproses pemotongan. Dalam meningkatkan kapasitas produksi perlu dirancang alatpemotongan bulu ayam shuttle cock agar proses pemotongan lebih cepat dankebutuhan produksi terpenuhi.
Uji kualitas menggunakan diagram x dan R untuk mengetahuipenyimpangan proses, dan uji kualitas kemampuan proses untuk mengetahuidistribusi proses terhadap spesifikasi produk. Hasil perbandingan nilai UCL, CL,dan LCL alat awal terhadap nilai standar memiliki selisih untuk panjang buluayam 0,03, 0,01 dan 0,02, sudut bawah kanan yaitu 2,33, 0,82, dan 0,69, sudutbawah kiri yaitu 2,04, 0,05, dan 1,94. Perhitungan nilai Cp panjang bulu, sudutbawah kanan, dan sudut bawah kiri bulu ayam shuttle cock memiliki nilai0,471 cm, 0,779o dan 0,5o, kemampuan bulu ayam shuttle cock kurang baik.
Hasil perbandingan nilai UCL, CL, dan LCL alat rancangan terhadap nilaistandar memiliki selisih untuk panjang bulu ayam yaitu 0,17, 0,09, dan 0,01, sudutbawah kanan yaitu 0,58, 0,45, dan 1,95, sudut bawah kiri yaitu 0,38, 0,12, dan0,62. Perhitungan nilai Cp panjang bulu, sudut bawah kanan, dan sudut bawah kiribulu ayam shuttle cock memiliki nilai 1,5 cm, 1,02o dan 1,16o, menunjukkankemampuan proses bulu ayam shuttle cock untuk spesifikasi standar baik(capable). Fasilitas kerja berdasarkan pengukuran data antropometri didapatukuran meja dengan tinggi 67 cm, lebar 63 cm dan panjang 127 cm, ukuran kursidengan tinggi 45 cm. Efisiensi perubahan waktu proses pemotongan sebesar 40%dari hasil peta tangan kiri dan tangan kanan.
Hasil perhitungan biaya rancangan, alat pemotong bulu ayam dapatmemproduksi produk sebanyak 39.600 helai atau lebih, maka sudah berada padatitik impas (BEP) atau sudah mendapatkan keuntungan. Ongkos atau biaya totalyang dibutuhkan untuk membuat 39.600 helai Rp 251.918,-. Hasil uji kuantitasalat rancangan dapat meningkatkan produksi sebesar 16 %.
Kata kunci: Alat pemotong bulu ayam, anthropometri, peta kerja tangan kiri dan tangan kanan, variabel kualitas, kemampuan proses.
xiv + 155 halaman; 71 gambar; 45 tabel; 9 lampiranDaftar pustaka: 17 (1974-2009)
ABSTRACT
Ardian Mustika Prahara, NIM: I 0302505. THE DESIGN OF QUILLCLIPPER USING THREE SIDES KNIFES IN MAKING SHUTTLE COCKPRODUCT. Thesis. Surakarta: Major of Industrial Engineering Faculty ofEngineering, Sebelas March University, Desember 2009.
Serengan is small central industry of quill shuttle cock in Surakarta. Themaker use simple equipment to process quill clipper to make shuttle cock. Thestandard dimension of shuttle cock quill clipper with length of quill 6,4 cm- 7,0cm, with the diagonal of quill shuttle cock in bottom right 45o – 50o and diagonalof bottom left 71o – 75o. The quill clipper undergo twice clipper process. Inincreasing production capacity, it is need to design quill shuttle cock clipper inorder to cut faster and fulfill the need of production. Quality test uses diagram xand R to know the deviation process, and quality test of ability process to knowdistribution process toward product specification. The result of value comparisonUCL, CL, and LCL early equipment toward standard value has differentiation forthe length of quill 0,03, 0,01 and 0,02, right bottom corner namely 2,33, 0,82 and0,69, left bottom corner namely 2,04, 0,05 and 1,94. Value accounting Cp of quilllength, right bottom corner, and left bottom corner of quill shuttle cock has value0,471 cm, 0,779o and 0,5o, shows that quill shuttle cock ability is less good. The result comparison of UCL, CL and LCL equipment design towardstandard value has differentiation for length of quill namely 0,17, 0,09 and 0,01,bottom right corner namely 0,58, 0,45 and 1,95, left bottom corner namely 0,38,0,12 and 0,62. The accounting of Cp account of quill length, bottom right cornerand left bottom corner of quill shuttle cock has value 1,5 cm, 1,02o and 1,16o,shows the process ability of shuttle cock to specify good standard. Workingfacility based on antrometry of data measurement, it obtain measurement of tablewith height 67 cm, wide 63 cm and long 127 cm, measurement of chair withheight 45 cm. Efficiency of time changing in cutting process about 40% from theresult of left and right hand map. The result of cost design, tool of quill clipper can produce product about39600 sheet of more, so it is on Break Even Point (BEP) or it has profit. The totalcost which is need to make 39.600 sheet Rp. 251.918,-. The result quantity ofdesign tool can increase production about 16%.
Key word: quill clipper, anthrometry, working map of right hand and left hand,quality variable, ability process.
xiv + 155 pages, 71 pictures, 45 tables, 9 appendixList of libraries; 17 (1974-2009)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah
dilimpahkan-Nya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan tugas akhir ini, yaitu:
1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret dan Dosen Pembimbing I yang sangat membantu
dalam penyusunan laporan ini. Terimakasih atas waktu, nasehat dan kesabaran
yang Bapak berikan, semoga Tuhan membalas kebaikan Bapak dan saya
mohon maaf atas segala kesalahan.
2. Bapak Taufiq Rochman, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan senantiasa menyediakan waktunya selama penyusunan tugas
akhir ini, saya mohon maaf atas segala kesalahan.
3. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT, dan Ibu Munifah, MSIE, MT, selaku
Dosen Penguji terimakasih atas saran bagi perbaikan laporan skripsi ini.
4. Ibu Susy Susmartini, MSIE, selaku Pembimbing Akademis, terimakasih untuk
perhatian, waktu, kesabaran serta nasehatnya selama ini.
5. Bapak Sarno dan karyawan di industri usaha kecil shuttle cock T3 yang telah
memberikan ijin dan membantu penulis untuk melakukan penelitian.
6. Bapak, Ibu dan Adik Q serta Keluarga yang senantiasa mendukung dan
mendoakan.
7. Teman-teman Teknik Industri sisa-sisa 2002 yang telah memberi dukungan,
Terima kasih atas segala bantuanya, semoga semuanya sukses.
8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, terimakasih atas
segala bantuan dan pertolongan yang telah diberikan.
Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkan.
Surakarta, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN ivABSTRAK vABSTRACT viKATA PENGANTAR viiDAFTAR ISI viiiDAFTAR TABEL xiDAFTAR GAMBAR xiiiDAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Perumusan Masalah I-2
1.3 Tujuan Penelitian I-3
1.4 Manfaat Penelitian I-3
1.5 Batasan Masalah I-3
1.6 Asumsi Masalah I-3
1.7 Sistematika Pembahasasan I-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-12.1 Industri Kecil Shuttle Cock II-1
2.1.1 Prospektif pengrajin II-1
2.1.2 Spesifikasi shuttle cock II-2
2.1.3 Bahan baku shuttle cock II-3
2.1.4 Peralatan pembuat dop shuttle cock II-3
2.1.5 Proses produksi pembuatan shuttle cock II-7
2.2 Konsep Perancangan dan Pengembangan Produk II-15
2.2.1 Persepektif perancangan dan pengembangan produk II-15
2.2.2 Karakter pengembangan produk II-15
2.2.3 Definisi prototipe II-16
2.2.4 Mekanisme pembuatan alat pemotong bulu ayam II-17
2.3 Anthropometeri II-17
2.3.1 Sumber varibilitas data anthropometri II-18
2.3.2 Jenis data anthropometri II-20
2.3.3 Aplikasi distribusi normal dalam penetapan dataanthropometri
II-20
2.3.4 Data anthrpometri dalam perancangan produk ataufasilitas kerja
II-25
2.4 Kualitas II-27
2.4.1 Pengertian pengendalian kualitas II-27 2.4.2 Metode yang digunakan dalam pengendalian kualitas II-28
2.4.3 Diagram pengendalian variabel II-30
2.4.4 Uji kualitas kemampuan proses II-35
2.4.5 Uji keseragaman data II-38
2.4.6 Uji kecukupan data II-38
2.5 Peran Operator Pada Pekerjaan II-39 2.5.1 Peta tangan kiri dan kanan II-39
2.5.2 Kegunaan peta tangan kiri dan kanan II-42
2.6 Perancangan Alat II-42
2.6.1 Statika (konstruksi) II-42
2.6.2 Mekanisme alat pemotongan bulu ayam II-43
2.6.3 Rangka II-43
2.7 Biaya Perancangan Alat II-45
2.7.1 Metode penilaian investasi II-46
2.8 Penelitian Penunjang II-48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1
3.1 Identifikasi Masalah III-2
3.2 Pengumpulan Dan Pengolahan Data III-3
3.2.1 Pengumpulan data III-3
3.2.2 Pengolahan data III-5
3.3 Analisis dan interprestasi hasil III-7
3.4 Kesimpulan Dan Saran III-7
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV-1
4.1 PENGUMPULAN DATA IV-1 4.1.1 Lingkungan kerja pada stasiun kerja pemotong bulu
ayamIV-1
4.1.2 Spesifikasi alat pemotong bulu ayam IV-2
4.1.3 Spesifikasi dan spek bulu ayam di gunakan diindustri shutle cock t3 milik bapak sarno
IV-5
4.1.4 Peta tangan kiri dan kanan alat awal dan gunting IV-6
4.1.5 Data anthropometri IV-8
4.2 PENGOLAHAN DATA IV-21
4.2.1 Dimensi alat dengan operator berdasarkan dataanthropometri
IV-21
4.2.2 Bill of material rancangan perbaikan alat pemotongbulu ayam
IV-23
4.2.3 Menentukan kekuatan material IV-30
4.2.4 Peta tangan kiri dan tangan kanan alat rancangan IV-33
4.2.5 Kualitas hasil pemotongan bulu ayam pada alatpemotong bulu ayam awal
IV-35
4.2.6 Kualitas hasil pemotongan bulu ayam pada alatpemotong bulu ayam yang dirancang
IV-58
4.2.7 Uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock IV-80
4.2.8 Perhitungan kapasitas dan biaya operacionalpertahun
IV-82
4.2.9 Nilai depresiasi pada alat pemotong bulu ayam IV-82
4.2.10 Perhitungan analisa titik impas (BEP) IV-83
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL V-1
5.1 Analisis Hasil Penelitian V-1
5.1.1 Analisis data anthropometri V-1
5.1.2 Analisis alat bubut dop shuttle cock awal V-2
5.1.3 Analisis perancangan alat bubut dop rancangan V-3
5.1.4 Analisa aspek ekonomi V-6
5.2 Interpretasi Hasil Penelitian V-7
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI-1
6.1 Kesimpulan VI-1
6.2 Saran VI-2
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Tingkat pendidikan dan jumlah tenaga kerja II-1
Tabel 2.2 Macam persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal II-21
Tabel 2.3 Pengukuran dimensi tubuh posisi duduk samping II-23
Tabel 2.4 Pengukuran dimensi tubuh jarak tangan ke depan II-24
Tabel 2.5 Pengukuran dimensi tubuh jari tangan II-25
Tabel 2.6 Faktor-faktor untuk menentukan garis tengah dan batas pengendalitiga sigma
II-33
Tabel 2.7 Jumlah sampel menurut ANSI/ASQC Z1.9 – 1993, inspeksi normal,level 3
II-34
Tabel 4.1 Peta tangan kanan dan tangan kiri alat pemotong awal IV-6
Tabel 4.2 PTKTK pemotongan bulu ayam menggunakan gunting IV-7
Tabel 4.3 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TDT IV-8
Tabel 4.4 Persiapan perhitungan uji keseragaman data JTD IV-11
Tabel 4.5 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TSK IV-13
Tabel 4.6 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TSD IV-15
Tabel 4.7 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TP IV-18
Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil uji keseragaman data IV-20
Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil uji kecukupan data IV-20
Tabel 4.10 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil IV-21
Tabel 4.11 Peta tangan kanan dan tangan kiri IV-34
Tabel 4.12 Panjang bulu ayam shuttle cock dengan alat awal IV-36
Tabel 4.13 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel jarak panjang bulushuttle cock
IV-38
Tabel 4.14 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk panjang bulu IV-40
Tabel 4.15 Sudut kemiringan bulu ayam bawah kanan dengan alat awal IV-43
Tabel 4.16 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan buluayam bagian bawah kanan shuttle cock
IV-45
Tabel 4.17 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudutkemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
IV–47
Tabel 4.18 Sudut kemiringan bulu ayam bawah kiri dengan alat awal IV–51
Tabel 4.19 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan buluayam bagian bawah kiri shuttle cock
IV–53
Tabel 4.20 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudutkemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
IV–55
Tabel 4.21 Panjang bulu ayam dengan alat yang dirancang IV–59
Tabel 4.22 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel jarak panjang buluayam shuttle cock
IV–61
Tabel 4.23 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk panjang bulu alatrancangan
IV–63
Tabel 4.24 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cockdengan alat yang dirancang
IV–66
Tabel 4.25 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan buluayam bagian bawah kanan shuttle cock alat rancangan
IV–68
Tabel 4.26 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudut kemiringanbulu ayam bagian kanan alat rancangan
IV–70
Tabel 4.27 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cockdengan alat yang dirancang
IV–73
Tabel 4.28 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan buluayam bagian bawah kiri shuttle cock alat rancangan
IV–75
Tabel 4.29 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudut kemiringanbulu ayam bagian kiri alat rancangan
IV–77
Tabel 4.30 Uji kuantitas pemotong bulu ayam shuttle cock denganmenggunakan alat pemotong bulu ayam awal
IV–80
Tabel 4.31 Perhitungan uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cockdengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yangdirancang
IV–81
Tabel 4.32 Depresiasi alat pemotong bulu ayam IV–83
Tabel 4.33 Data pemotong bulu ayam IV–83
Tabel 5.1 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil V–2
Tabel 5.2 Rekapitulasi penentuan ukuran meja dan kursi V–3
Tabel 5.3 Rekapitulasi nilai rata-rata panjang bulu ayam V–5
Tabel 5.4 Rekapitulasi nilai rata-rata sudut bagian bawah kanan V–5
Tabel 5.5 Rekapitulasi nilai rata-rata sudut bagian bawah kiri V–6
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Standar shuttle cock II-2
Gambar 2.2 Dop, bulu dan benang II-3
Gambar 2.3 Alat pelubang dop II-4
Gambar 2.4 Alat pemotong bulu II-4
Gambar 2.5 Gunting II-5
Gambar 2.6 Alat penjepit bulu II-5
Gambar 2.7 Obeng pelubang II-5
Gambar 2.8 Alat pemanas II-6
Gambar 2.9 Alat pengukur tinggi mahkota II-6
Gambar 2.10 Cetakan jahit II-7
Gambar 2.11 Cetakan lem II-7
Gambar 2.12 Proses melubangi dop II-8
Gambar 2.13 Proses memotong bulu dengan alat pemotong II-9
Gambar 2.14 Proses memotong bulu dengan gunting II-9
Gambar 2.15 Proses menyortir bulu II-10
Gambar 2.16 Proses merapikan bulu II-10
Gambar 2.17 Proses menancapkan bulu II-11
Gambar 2.18 Proses menyetel diameter mahkota II-11
Gambar 2.19 Proses menjahit bulu II-12
Gambar 2.20 Proses mengelem jahitan II-12
Gambar 2.21 Proses finishing II-13
Gambar 2.22 Peta proses operasi II-14
Gambar 2.23 Distribuís normal II-21
Gambar 2.24 Posisi tubuh duduk menghadap samping II-22
Gambar 2.25 Posisi duduk dengan tangan lurus ke depan II-24
Gambar 2.26 Pengukuran jari tangan II-24
Gambar 2.27 Peta gerakan tangan kanan dan tangan kiri II-41
Gambar 3.1 Metodologi penelitian III-1
Gambar 3.2 Tampak depan dan tampak samping III-4
Gambar 4.1 Bagan alir proses produksi produk shuttle cock IV-2
Gambar 4.2 Alat pemotong bulu ayam IV-3
Gambar 4.3 Memotong bulu ayam dengan alat lama IV-4
Gambar 4.4 Dimensi alat pemotong bulu ayam lama IV-5
Gambar 4.5 Grafik kendali TDT IV-10
Gambar 4.6 Grafik kendali JTD IV-12
Gambar 4.7 Grafik kendali TSK IV-14
Gambar 4.8 Grafik kendali TSD IV-17
Gambar 4.9 Grafik kendali TP IV-19
Gambar 4.10 Penentuan ukuran meja dengan menggunakan persentil IV-22
Gambar 4.11 Penentuan ukuran kursi dengan menggunakan persentil IV-23
Gambar 4.12 Penentuan operator bekerja menggunakan persentil IV-23
Gambar 4.13 Bill of material rancangan perbaikan alat pemotong IV-24
Gambar 4.14 Rancangan alat pemotong bulu ayam IV-24
Gambar 4.15 Komponen 1 rancangan rangka alat pemotong IV-25
Gambar 4.16 Komponen 2 rancangan dasar alat pemotong IV-25
Gambar 4.17 Komponen 3 rancangan tuas alat pemotong IV-26
Gambar 4.18 Komponen 4 rancangan batang alat pemotong IV-26
Gambar 4.19 Komponen 5 rancangan per tekan alat pemotong IV-27
Gambar 4.20 Komponen 6 rancangan kawat alat pemotong IV-27
Gambar 4.21 Komponen 7 rancangan dies bawah alat pemotong IV-28
Gambar 4.22 Komponen 8 rancangan rumah pisau alat pemotong IV-28
Gambar 4.23 Perakitan komponen alat pemotong bulu ayam IV-29
Gambar 4.24 Beban dan jarak rangka alat pemotong bulu ayam IV-30
Gambar 4.25 Analisis gaya dengan metode vektor IV-30
Gambar 4.26 Panjang bulu yang di inspeksi IV-35
Gambar 4.27 Diagram x panjang bulu alat awal IV-40
Gambar 4.28 Diagram R panjang bulu alat awal IV-41
Gambar 4.29 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan alat awal IV-43
Gambar 4.30 Diagram x sudut kemiringan bulu bawah kanan awal IV-48
Gambar 4.31 Diagram R sudut kemiringan bulu bawah kanan awal IV-48
Gambar 4.32 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri awal IV-50
Gambar 4.33 Diagram x sudut kemiringan bulu bawah kiri alat awal IV-56
Gambar 4.34 Diagram R sudut kemiringan bulu bawah kiri alat awal IV-56
Gambar 4.35 Diagram x panjang bulu alat rancangan IV-63
Gambar 4.36 Diagram R panjang bulu alat rancangan IV-64
Gambar 4.37 Diagram x sudut kemiringan bawah kanan rancangan IV-70
Gambar 4.38 Diagram R sudut kemiringan bawah kanan rancangan IV-71
Gambar 4.39 Diagram x sudut kemiringan bawah kiri rancangan IV-78
Gambar 4.40 Diagram R sudut kemiringan bawah kiri rancangan IV-78
Gambar 5.1 Alat pemotong bulu ayam awal V-1
Gambar 5.2 Alat pemotong bulu ayam rancangan V-2
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1.1 Data anthropometri L-1
Lampiran 1.2 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data tinggiduduk tegak (TDT)
L-2
Lampiran 1.3 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data jangkauantangan depan (JTD)
L-3
Lampiran 1.4 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data tinggi sikukerja (TSK)
L-4
Lampiran 1.5 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data tinggi sikududuk (TSD)
L-5
Lampiran 1.6 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data tinggipopliteal (TP)
L-6
Lampiran 1.7 Pemajemukan diskrit L-7
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kota Solo memiliki berbagai macam jenis industri yang cukup terkenal,
diantaranya adalah industri tekstil dengan produk batiknya, industri alat tulis buku
Kiky, industri rokok dan shuttle cock bulutangkis. Industri shuttle cock
bulutangkis dapat kita jumpai di Kelurahan Serengan wilayah selatan Kota Solo.
Produk yang dihasilkan di Kota Solo memiliki perbedaan dengan yang dihasilkan
dari kota lain. Di Kota Tegal bulu angsa digunakan sebagai bahan baku
pembuatan shuttle cock, sedangkan di Kota Solo kebanyakan menggunakan bulu
ayam sebagai bahan baku pembuatan shuttle cock.
Pemenuhan permintaan bahan baku bulu ayam tidak hanya berasal dari
Kota Solo, tetapi mendatangkan juga dari Kota lain seperti Magelang,
Karanganyar, Demak dan juga dari daerah Jawa Timur. Salah satu usaha shutlle
cock di Kelurahan Serengan milik Bapak Sarno misalnya, setiap hari
membutuhkan 19.200 bulu ayam, berarti permintaan dalam sebulan memerlukan
sekitar 480.000 bulu ayam. Bulu ayam yang dipakai terutama yang berwarna
putih. Warna putih bersih untuk shutlle cock yang berkualitas baik, sedangkan
warna yang kecoklat-coklatan untuk kualitas di bawahnya.
Standarisasi dimensi panjang bulu shuttlecock telah ditetapkan dan
disepakati oleh pihak Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) maupun
International Badminton Federation (IBF). Berdasarkan situs BBC Shuttle cock,
(http://bbc.co.uk) standar shuttle cock dengan spesifikasi PBSI mengikuti
standarisasi yang ditentukan oleh IBF. Standar panjang bulu shuttle cock
spesifikasi PBSI dan IBF memiliki batas spesifikasi ukuran 6,4 cm sampai dengan
7 cm.
Proses pemotongan bulu ayam di industri usaha kecil shuttle cock T3 milik
Bapak Sarno menggunakan alat pemotong bulu ayam yang digerakkan oleh kaki
dan pemotong menggunakan pisau (cutter). Operator bekerja dengan cara
menginjak pedal yang terhubung dengan tuas pemotong. Pada saat pedal diinjak,
mata pisau (cutter) bergerak turun dan memotong bulu ayam bagian depan, tetapi
bagian bawah samping kiri dan kanan menggunakan alat berupa gunting. Alat
pemotong bulu ayam yang ada di tempat produksi Bapak Sarno dalam satu kali
proses pemotongan hanya memotong satu sisi dari bulu ayam.
Perancangan alat pemotong bulu ayam sebelumnya yang dibuat oleh
mahasiswa Teknik Industri UNS, Winanto memiliki cara kerja yang berbeda
dengan alat yang digunakan oleh Bapak Sarno. Alat pemotong bulu ayam yang
dibuat oleh Winanto dengan cara sama dimana operator menggunakan tangan
dalam menekan tuas pemotong, dalam satu kali proses pemotongan menghasilkan
lima helai bulu ayam yang dipotong untuk bagian depan. Sedangkan bagian
bawah bulu samping kiri dan kanan menggunakan gunting sebagai alat
pemotongnya. Alat pemotong bulu ayam milik Bapak Sarno dan alat yang dibuat
oleh Winanto dengan dua kali proses pemotongan bulu. Pemotongan bulu ayam
bagian depan menggunakan alat pemotong. Pemotongan bulu bagian bawah
samping kiri dan kanan menggunakan alat gunting, proses pemotongan sebanyak
dua kali yang menyebabkan produksi bulu ayam masih belum memenuhi
kebutuhan.
Berdasarkan gambaran permasalahan di atas perlu adanya evaluasi dalam
meningkatkan kapasitas produksi pada alat pemotongan bulu ayam agar proses
pemotongan lebih cepat dan kebutuhan produksi terpenuhi. Salah satu alternatif
dari alat pemotong bulu ayam dengan mekanisme sistem penarik pedal yang
dilengkapi 3 sisi mata pisau potong. Alat pemotong yang dirancang mempunyai
pemotong yang berfungsi memotong 3 sisi dari bulu ayam yaitu sisi bagian atas,
bagian samping bawah kiri dan kanan. Cara kerja alat ini, operator menggunakan
kaki sebagai penggerak tuas pemotong dan tangan operator berfungsi untuk
mengatur posisi bulu ayam. Alat pemotong ini dapat memotong tiga bagian bulu
ayam secara serempak dalam satu kali proses pemotongan dari satu bulu ayam.
Proses pemotongan bulu ayam menggunakan alat gunting tidak perlu dilakukan
kembali. Perancangan alat pemotong dengan tiga mata pisau ini dapat
mempercepat waktu proses pemotongan, sehingga target produksi pengrajin
shuttle cock dapat terpenuhi sesuai dengan permintaan pasar.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan bagaimana
merancang alat pemotong bulu ayam dengan mekanisme sistem penarik pedal
dengan dies (pemotong) tiga mata pisau sebagai pemotong serempak, agar proses
pemotongan lebih cepat dan kebutuhan produksi bulu ayam shuttle cock
terpenuhi.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang dicapai dari penelitian ini yaitu membuat rancangan alat
pemotong bulu ayam dengan dies (pemotong) tiga mata pisau sehingga
mempercepat waktu proses pemotongan bulu ayam.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:
1. Menghasilkan rancangan alat pemotong bulu ayam pada pembuatan shutlle
cock untuk membantu kepresisian hasil pemotongan bulu ayam.
2. Mempercepat proses pemotongan bulu ayam sehingga dapat meningkatkan
kapasitas pemotongan bulu ayam dalam satu kali proses pemotongan.
1.5 BATASAN MASALAHBatasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pengujian di industri kecil
shutlle cock merek T3 dengan area pemasaran daerah Surakarta dan
sekitarnya.
2. Fasilitas kerja yang digunakan operator mengacu pada fasilitas kerja di
pengrajin shuttle cock milik Bapak Sarno.
3. Operator bekerja dengan posisi duduk dengan pandangan mata ke depan.
1.6 ASUMSI MASALAHAsumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bulu ayam yang digunakan telah memenuhi syarat untuk dipotong pada dies
pemotong.
2. Sistem penarik pada pedal dengan mekanisme pegas.
3. Sistem pada pemotongan dilakukan satu kali pemotongan.
1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika penulisan yang digunakan pada penyusunan laporan tugas
akhir, seperti diuraikan dibawah ini.
BAB I PENDAHULUANBab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan masalah
yang digunakan dalam penelitian mengenai perancangan alat
pemotong bulu ayam produk shutlle cock pada industri kecil yang
berada di Kelurahan Serengan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKAPada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum tentang usaha
shuttle cock T3 milik Bapak Sarno dan didukung tentang teori yang
mendukung tentang perancangan alat pemotong bulu ayam produk
shutlle cock dengan pendekatan anthropometri.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN MASALAHBab ini berisi tentang langkah-langkah terstruktur dan sistematis yang
dilakukan dalam penelitian. Langkah-langkah tersebut disajikan dalam
bentuk diagram alir yang disertai dengan penjelasan singkat.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATABab ini berisi data-data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian
dilanjutkan dengan pengolahan terhadap data tersebut yang tahapannya
sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini berisi analisis terhadap hasil perhitungan, inteprestasi hasil dan
gambar rancangan alat pemotong bulu ayam serta mempresentasikan
cara alat pemotong bulu ayam dari pengolahan data yang telah
dilakukan
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari tujuan hasil pengolahan dan
interpretasi hasil sehingga mampu mengambil inti permasalahan
penelitian yang akhirnya dapat memberikan saran bagi perusahaan
tempat dilakukannya penelitian.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 INDUSTRI KECIL SHUTTLE COCK
Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang prospektif pengrajin, spesifikasi
shuttle cock, bahan baku shuttle cock, peralatan pembuatan shuttle cock, dan
proses produksi pembuatan shuttle cock pada sentra industri shuttle cock di daerah
Serengan, Kota Solo.
2.1.1 Prospektif Pengrajin Shuttle Cock.Sejak tahun 1970-an daerah Serengan terkenal sebagai sentra penghasil
produk shuttle cock. Salah satu merek shuttle cock yang cukup terkenal dan
mempunyai produksi cukup banyak di daerah Serengan ialah T3 yang diproduksi
oleh Bapak Sarno. Shuttle cock merek T3 yang di kelola oleh Bapak Sarno
terletak di Makam Bergulo RT 04 RW VIII Kelurahan Serengan, Kota Solo.
Pada tahun 2008, Bapak Sarno memiliki tenaga kerja sebanyak 50 tenaga
kerja yang membantu dalam proses pembuatan shuttle cock. Jumlah karyawan
tersebut dapat menghasilkan sekitar 100 dosin shuttle cock setiap hari. Sehingga
setiap minggu dapat menghasilkan sekitar 700 dosin. Latar belakang pendidikan
tenaga kerja yang membantu produksi shuttle cock T3, dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini.
Tabel 2.1 Tingkat pendidikan dan jumlah tenaga kerja
No. Pendidikan Jumlah TenagaKerja
1. Sekolah Menengah Umum (SMU) atau sederajat 8 orang
2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat 12 orang3. Sekolah Dasar (SD) 30 orang
Jumlah : 50 orangSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
2.1.2 Spesifikasi Shuttle Cock
Shuttle cock memiliki bentuk dan ukuran yang telah ditentukan oleh
persatuan pebulutangkis. Pada buku Badminton Equipment Guide di situs
news.bbc.co.uk, shuttle cock yang memenuhi spesifikasi standar Persatuan
Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) atau International Badminton Federation
(IBF) dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.
Gambar 2.1 Standar shuttle cock Sumber: news.bbc.co.uk, 2009
Berdasarkan situs pb-pbsi.net, standar shuttle cock dengan spesifikasi
Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mengikuti standarisasi yang
ditentukan oleh International Badminton Federation (IBF). Standar Internasional
Badminton Federation (IBF) pada shuttle cock memiliki bulu yang dipasang pada
dop (base) sebanyak 16 buah. Panjang mahkota bervariasi dengan spesifikasi
ukuran 6,4 cm sampai dengan 7,0 cm, tetapi shuttle cock harus memiliki panjang
bulu yang sama. Ujung bulu (diameter mahkota) harus membentuk lingkaran
dengan spesifikasi ukuran diameter 5,8 cm sampai dengan 6,8 cm. Dop yang
digunakan memiliki spesifikasi ukuran diameter 2,5 cm sampai dengan 2,8 cm
dan berbentuk bulat di bawahnya. Shuttle cock harus memiliki spesifikasi berat
4,74 gram sampai dengan 5,5 gram, berdasarkan spesifikasi ini kecepatan shuttle
cock dapat mencapai 200 mil per jam (news.bbc.co.uk).
2.1.3 Bahan Baku Shuttle Cock
Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat shuttle cock adalah
dop dan bulu ayam. Dop dipasok dari daerah Semanggi Surakarta dan bulu ayam
dipasok dari Demak. Di samping bahan baku utama juga dibutuhkan bahan baku
penunjang yaitu label, benang, lem dan lis pita yang didapatkan di kota Solo.
Gambar 2.2 Dop, bulu dan benang untuk pembuatan shuttle cock
Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
2.1.4 Peralatan Pembuatan Shuttle Cock
Shuttle cock dibuat dengan peralatan yang masih relatif sederhana, adapun
peralatan yang digunakan adalah alat pelubang dop, alat pemotong bulu, gunting,
alat penjepit bulu, obeng pelubang, alat pemanas, alat pengukur panjang bulu,
cetakan untuk menjahit, cetakan untuk mengelem dan kuas lem. Fungsi dan
gambar dari masing-masing alat yang digunakan dalam proses pembuatan shuttle
cock, sebagai berikut:
1. Alat pelubang dop.
Alat pelubang dop ini berfungsi untuk melubangi dop setelah dop diberi label.
Alat ini dilengkapi dengan pembagi lubang sehingga lubang yang dihasilkan
memiliki 16 lubang dengan jarak yang seragam. Gambar alat pelubang dop
dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3 Alat pelubang dop Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
2. Alat pemotong bulu.
Alat pemotong bulu ini berfungsi untuk memotong ujung bulu. Alat ini
menghasilkan potongan ujung bulu berbertuk radius. Gambar alat pemotong
bulu dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.
Gambar 2.4 Alat pemotong buluSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
3. Gunting.
Gunting digunakan pada beberapa proses produksi pembuatan shuttle cock
yaitu pada proses pemotongan, proses penancapan, proses penjahitan dan
proses finishing. Pada proses pemotongan gunting berfungsi untuk memotong
bulu bagian bawah sehingga tinggal tangkainya. Pada proses penancapan
gunting berfungsi untuk memotong tangkai bulu sehingga bulu dapat
ditancapkan pada dop sesuai dengan ukuran yang ditetapkan pemesan. Pada
proses penjahitan gunting berfungsi untuk memotong benang yang digunakan
untuk menjahit. Pada proses finishing gunting berfungsi untuk merapikan
bahan yang berlebih pada shuttle cock. Gambar gunting dapat dilihat pada
gambar 2.5 di bawah ini.
Gambar 2.5 Gunting Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
4. Alat penjepit bulu.
Alat penjepit bulu ini berfungsi untuk menancapkan bulu pada dop dengan
cara menjepit bagian bawah bulu dan merapikan bulu setelah proses
penjahitan. Gambar alat penjepit bulu dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah
ini.
Gambar 2.6 Alat penjepit bulu Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
5. Obeng pelubang.
Obeng pelubang adalah obeng yang telah dimodifikasi sehingga memiliki
ujung berbentuk runcing. Obeng pelubang ini digunkan untuk memperbaiki
lubang pada dop yang kurang baik sehingga bulu dapat ditancapkan dengan
baik pada dop.
Gambar 2.7 Obeng pelubangSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
6. Alat pemanas.
Alat pemanas ini berfungsi untuk merapikan bulu ayam yang telah dipotong.
Bulu yang telah dipotong memiliki bentuk tangkai bulu melengkung sehingga
bulu tersebut harus diluruskan terlebih dahulu sebelum ditancapkan pada dop,
dengan cara dipanasi dengan alat pemanas ini. Prinsip kerja alat ini seperti
lampu minyak yang dimodifikasi dengan penambahan pelat pada bagian atas
untuk memanasi bulu. Alat ini menggunakan bahan bakar minyak kelapa
(minyak klentik) supaya tidak berjelaga. Gambar alat pemanas dapat dilihat
pada gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.8 Alat pemanas Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
7. Alat pengukur tinggi mahkota.
Alat pengukur tinggi mahkota ini berfungsi untuk mengukur bulu yang
ditancapkan pada dop sehingga dihasilkan tinggi mahkota sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan pemesan. Alat ini sangat sederhana yaitu berupa
pelat yang memiliki ukuran panjang tertentu sesuai dengan tinggi mahkota
yang ditentukan pemesan. Gambar alat pengukur tinggi mahkota dapat dilihat
pada gambar 2.9 di bawah ini.
Gambar 2.9 Alat pengukur tinggi mahkotaSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
8. Cetakan untuk menjahit.
Cetakan untuk menjahit ini berfungsi untuk menempatkan mahkota shuttle
cock pada saat proses menjahit sehingga bentuk mahkota yang dihasilkan biar
seragam dan memiliki lingkar atau diameter yang sesuai dengan ukuran.
Gambar cetakan untuk manjahit dapat dilihat pada gambar 2.10 di bawah ini.
Gambar 2.10 Cetakan untuk menjahitSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
9. Cetakan untuk mengelem.
Cetakan untuk mengelem ini berfungsi untuk menempatkan ujung mahkota
shuttle cock pada saat proses pengeleman sehingga dihasilkan diameter
mahkota sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pemesan. Gambar cetakan
untuk mengelem dapat dilihat pada gambar 2.11 di bawah ini.
Gambar 2.11 Cetakan untuk mengelem Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
Demikian penjelasan mengenai fungsi peralatan yang digunakan untuk
pembuatan shuttle cock.
2.1.5 Proses Produksi Pembuatan Shuttle Cock
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan proses produksi yang
dilakukan dalam pembuatan shuttle cock diuraikan, sebagai berikut:
1. Melabeli dop,
Pada proses ini dop yang telah di inspeksi di lem dan diberi label merek.
2. Melubangi dop,
Pada proses ini dop yang telah diberi label, selanjutnya dilubangi dengan alat
pelubang dop sederhana menggunakan tenaga manusia (manual).
Proses melubangi dop dapat dilihat pada gambar 2.12 di bawah
ini.
Gambar 2.12 Proses melubangi dop Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
3. Mencuci bulu,
Pada proses ini bulu yang telah dipotong dicuci dengan menggunakan larutan
pemutih sehingga bulu yang telah dicuci berwarna putih bersih dan
dikeringkan dengan bantuan sinar matahari selama 2 jam.
4. Memotong bulu,
Pada proses ini bulu dari pemasok dipotong dengan alat pemotong bulu dan
gunting. Alat pemotong bulu digunakan untuk memotong ujung bulu,
sedangkan gunting digunakan untuk memotong bulu bagian pinggir dan
pangkal sehingga hanya tersisa tangkai bulunya. Proses memotong bulu
dengan alat pemotong bulu dan gunting dapat dilihat pada gambar 2.13 dan
gambar 2.14 di bawah ini.
Gambar 2.13 Proses memotong bulu dengan alat pemotongSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
Gambar 2.14 Proses memotong bulu dengan gunting Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
5. Menyortir bulu,
Pada proses ini bulu yang telah kering disortir untuk memisahkan bulu sesuai
dengan jenis dan kualitasnya. Proses menyortir dapat dilihat pada
gambar 2.15 di bawah ini.
Gambar 2.15 Proses menyortir buluSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
6. Merapikan bulu,
Pada proses ini bulu yang telah disortir dirapikan dengan menggunakan alat
pemanas sehingga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Proses merapikan
bulu dapat dilihat pada gambar 2.16 di bawah ini.
Gambar 2.16 Proses Merapikan Bulu Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
7. Menancapkan bulu,
Pada proses ini bulu yang sudah diseleksi ditancapkan pada dop dengan
menggunakan alat penjepit bulu. Panjang bulu diinspeksi dengan alat
pengukur panjang bulu sederhana sehingga dihasilkan tinggi mahkota yang
memiliki spesifikasi yang ditentukan pemesan. Proses menancapkan bulu
dapat dilihat pada gambar 2.17 di bawah ini.
Gambar 2.17 Proses menancapkan bulu Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
8. Menyetel diameter mahkota,
Pada proses ini shuttle cock dirapikan dengan memutar posisi bulunya
sehingga membentuk lingkaran di ujung bulunya proses ini menggunakan
bantuan alat penjepit. Proses menyetel diameter mahkota dapat dilihat pada
gambar 2.18 di bawah ini.
Gambar 2.18 Proses menyetel diameter mahkotaSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
9. Menjahit bulu,
Pada proses ini shuttle cock diletakkan pada cetakan kemudian tangkai bulu
dijahit menggunakan benang. Proses menjahit dapat dilihat pada gambar 2.19
di bawah ini.
Gambar 2.19 Proses menjahit buluSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
10. Memberi lis pita,
Pada proses ini shuttle cock yang telah disetel bulunya diberi lis pita pada
bagian dopnya.
11. Mengelem jahitan,
Pada proses ini shuttle cock diletakkan pada cetakan untuk mengelem
kemudian pada bagian jahitan diberi lem dengan bantuan kuas lem. Proses
pengeleman dapat dilihat pada gambar 2.20 di bawah ini.
Gambar 2.20 Proses mengelem jahitan Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
12. Finishing,
Pada proses ini shuttle cock yang lemnya telah kering dilepas dari cetakan
kemudian di-finishing dengan merapikan bahan yang berlebihan dengan
bantuan alat penjepit dan gunting. Proses finishing dapat dilihat pada gambar
2.21 di bawah ini.
Gambar 2.21 Proses finishing Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
13. Pengepakan,
Pada proses ini shuttle cock yang telah di-finishing dimasukkan pada dus/slop
kertas karton.
Demikian penjelasan mengenai proses produksi pembuatan shuttle cock
pada sentra industri shuttle cock di daerah Serengan. Peta proses operasi
pembuatan shuttle cock dapat dilihat pada gambar 2.22 di bawah ini.
O-3
Bulu
Dipotong(alat pemotong dan gunting)
O-4
Dicuci
O-5
O-6(alat pemanas)
Disortir
Dirapikan
Dop
O-2
O-1
O-8
O-9
O-10
O-11
Dilabeli
Dilubangi(alat pelubang)
Dirakit( a l a t pe n j ep i t , a la tpengukur panjang bulu)
Dijahit
Distel diameter mahkotanya(alat penjepit)
Ditempel
Dilem(cetakan untuk mengelem, kuas)
Finishing(alat penjepit, gunting)
Dikemas
(cetakan untuk menjahit)Lis pita
Lem
Benang
O-7
0-12
Gambar 2.22 Peta proses operasi pembuatan shuttle cock Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
2.2 KONSEP PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK
Merancang dan mengembangkan produk, perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai konsep dasarnya, yang meliputi perspektif pengembangan, tantangan
yang dihadapi dalam mengembangkan produk, karakter pengembangan produk
dan tipe-tipe proyek pengembangan produk, seperti dijelaskan dibawah ini.
2.2.1 Perspektif Perancangan dan Pengembangan Produk
Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli.
Perancangan dan pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang
dimulai dari analisa persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap
produksi, penjualan dan pengiriman produk (Ulrich dan Eppinger, 2001)
Berbagai industri telah melaksanakan pengembangan produk dengan
efektif dan menyelaraskan berbagai faktor yang mempengaruhinya dengan sangat
baik, seringkali dipengaruhi oleh pasar pelanggan yang berubah dengan cepat.
Keberhasilan produk yang dikembangkan tergantung dari respon konsumen,
produk hasil pengembangan dikatakan sukses bilamana mendapat respon positif
dari konsumen yang diikuti dengan keinginan dan tindakan untuk membeli
produk. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen merupakan fase yang paling
awal dalam mengembangkan produk, karena tahap ini menentukan arah
pengembangan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001)
2.2.2 Karakter Pengembangan Produk
Karakter dalam mengembangkan produk terbagi menjadi lima tipe.
Karakter ini disesuaikan kemampuan dan tujuan perusahaan (Ulrich dan Eppinger
2001), yaitu:
1. Tipe generic (market pull), pada tipe ini perusahaan mengawali dengan
peluang pasar kemudian mendapatkan teknologi yang sesuai untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Contoh penerapan tipe ini yaitu pada barang-barang
untuk keperluan olahraga, furniture, dan alat bantu kerja.
2. Tipe technology push, pada tipe ini perusahaan mengawali dengan suatu
teknologi baru, kemudian mendapatkan pasar yang sesuai. Perbedaan dengan
tipe market pull yaitu pada tahap perencanaan melibatkan kesesuaian antara
teknologi dan kebutuhan pasar. Pengembangan konsep mengasumsikan bahwa
teknologinya telah tersedia.
3. Produk platform, pada tipe ini perusahaan mengasumsikan bahwa produk baru
dibuat berdasarkan sub-sistem teknologi yang telah ada. Peralatan elektronik,
komputer dan printer, beberapa hal yang dikembangkan dengan karakter ini.
4. Process intensive, pada tipe ini karakteristik produk sangat dibatasi oleh
proses produksi. Pada tipe ini proses dan produk harus dikembangkan
bersama-sama dari awal atau proses produksi harus dispesifikasikan sejak
awal. Contoh process intensive adalah pengembangan makanan ringan, bahan
kimia, semikonduktor.
5. Costumized, pada tipe ini produk baru memungkinkan sedikit variasi dari
model yang telah ada. Tipe ini diterapkan pada pengembangan produk saklar,
motor, baterai dan container.
2.2.3 Definisi Prototipe
Definisi prototipe hanya sebagai sebuah kata benda, dalam praktek
pengembangan produk, kata tersebut digunakan sebagai kata benda, kata kerja,
ataupun kata sifat. Definisi prototipe adalah “sebuah penaksiran produk melalui
satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian” (Ulrich dan Eppinger, 2001).
Berdasarkan definisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek
produk yang menarik bagi tim pengembangan produk dapat ditampilkan sebagai
sebuah prototipe.
Prototipe dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi. Dimensi pertama
membagi prototipe menjadi dua yaitu prototipe fisik dan prototipe analitik.
Prototipe fisik merupakan benda nyata yang dibuat untuk memperkirakan produk.
Aspek-aspek dari produk yang diminati oleh tim pengembangan secara nyata
dibuat menjadi suatu benda untuk pengujian dan percobaan. Prototipe analitik
adalah lawan dari prototipe fisik yang hanya menampilkan produk yang tidak
nyata, biasanya dalam bentuk matematis. Contoh prototipe analitik meliputi
simulasi komputer, model komputer, geometrik tiga dimensi atau dua dimensi,
dan sistem persamaan penulisan pada kertas komputer.
Dimensi kedua mengklasifikasikan prototipe menjadi dua pula yaitu
prototipe menyeluruh dan prototipe terfokus. Prototipe menyeluruh
mengimplementasikan sebagaian besar atau semua atribut dari produk. Prototipe
menyeluruh adalah yang diberikan kepada pelanggan untuk mengidentifikasi dari
desain sebelum memutuskan diproduksi. Berlawanan dengan prototipe
menyeluruh, prototipe terfokus hanya mengimplementasikan satu atau sedikit
sekali atribut produk. Perlu dicatat bahwa prototipe terfokus merupakan prototipe
fisik maupun analitik, namun untuk produk fisik, prototipe menyeluruh biasanya
merupakan prototipe fisik.
2.2.4 Mekanisasi Pembuatan Alat Pemotong Bulu Ayam
Alat pemotong bulu ayam yang dirancang dalam penelitian ini melalui
proses permesinan dan proses pengelasan. Proses permesinan diantaranya:
pembubutan, pengeboran, penggerindaan dan senai. Proses pengelasan dengan
menggunakan las listrik. Pada mekanisasi pembuatan alat pemotong bulu ayam
dapat dijelaskan tentang daftar komponen dan fungsi dari alat pemotong bulu
ayam, skema material penyusunan produk, dan cara pengoperasian alat pemotong
bulu ayam.
2.3 ANTHROPOMETRI
Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja
adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan
jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.
Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancangan bangun
fasilitas dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat
ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran
anthropometri tubuh operator maupun penerapan data-data anthropometrinya.
Anthropometri adalah suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran
dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran (tinggi,
lebar, dan sebagainya), berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang
akan memerlukan interaksi manusia.
Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari
suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah
faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi
statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati adalah berat dan pusat massa
(center of gravity) dari suatu segmen atau bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk
pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki.
Selain itu harus didapatkan data yang sesuai dengan tubuh manusia.
Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada
data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur
dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variansinya antara
satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun per
segmennya (Nurmianto E, 2004).
2.3.1 Sumber Variabilitas Data AnthropometriMenurut Nurmianto E. (2004) perbedaan antara satu populasi dengan
populasi yang lain adalah dikarenakan faktor-faktor, yaitu:
1. Keacakan atau random,
Butir pertama ini walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang
sudah jelas sama jenis kelamin, suku bangsa, kelompok usia dan
pekerjaannya. Namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara
berbagai macam masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi
kelompok anggota masyarakat jelas dapat diaproksimasikan dengan
menggunakan distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data persentil
yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya telah
dapat diestimasi.
2. Jenis kelamin,
Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antar dimensi tubuh
pria dan wanita. Kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan antara
mean (rata-rata) dan nilai perbedaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria
dianggap lebih panjang daripada wanita. Oleh karena data anthropometri
untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.
3. Suku bangsa (ethnic variability),
Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak
kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari
satu negara ke negara yang lain. Suatu contoh sederhana bahwa dengan
meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke
Australia untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial work force),
maka mempengaruhi anthropometri secara nasional.
4. Usia,
Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu balita, anak-anak, remaja, dewasa
dan lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain
diaplikasikan untuk anthropometri anak-anak. Anthropometri
cenderung meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah
menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai
kecenderungan untuk menurun yang antara lain disebabkan oleh
berkurang elastisitas tulang belakang (invertebral discs). Selain
itu juga berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
5. Jenis pekerjaan,
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi
karyawan atau stafnya. Seperti misalnya buruh dermaga harus
mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan karyawan perkantoran umumnya.
6. Pakaian,
Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya
iklim atau musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat
lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya
pada waktu dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif
lebih tebal dan ukuran yang relatif yang lebih besar.
7. Cacat tubuh secara fisik,
Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu
dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi
untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta
merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di
dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul, misalnya:
keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk
desain meja kerja, lorong atau jalur khusus di dalam lavatory, jalur khusus
keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran dan supermarket.
2.3.2 Jenis Data AnthropometriData anthropometri dibedakan menjadi dua yaitu data anthropometri yang
diambil dari ukuran tubuh pada saat tidak bergerak atau diam yang disebut dengan
anthropometri statis dan data anthropometri yang diambil dari ukuran tubuh pada
saat bergerak disebut dengan anthropometri dinamis, penjelasan jenis data
antropometri seperti dibawah ini, yaitu:
1. Anthropometri statis (dimensi struktural),
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linear pada permukaan tubuh. Ada
beberapa pengukuran tertentu agar hasilnya representatif. Selain itu ada
beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, yaitu:
a. Umur, ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir hingga
umur 20 tahun untuk pria dan umur 17 tahun untuk wanita. Ada
kecenderungan berkurang setelah umur 60 tahun.
b. Jenis kelamin, pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih
besar kecuali dada dan pinggul.
c. Suku bangsa (etnis).
d. Sosio-ekonomi, konsumsi gizi yang diperoleh.
e. Pekerjaan.
2. Anthropometri dinamis (dimensi fungsional),
sesuai dengan istilah yang digunakan meliputi pengukuran-pengukuran yang
diambil pada posisi-posisi kerja atau selama pergerakan yang dibutuhkan oleh
suatu pekerjaan.
Pengukuran dimensi statik lebih mudah dilakukan, sedangkan pengukuran
dimensi dinamik biasanya jauh lebih rumit (Wignjosoebroto S, 2000).
2.3.3 Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data AnthropometriData anthropometri jelas diperlukan agar suatu rancangan produk dapat
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang
diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara
individual. Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak produk standar yang
dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahn yang timbul di sini
adalah ukuran siapakah yang nantinya dipilih sebagai acuan untuk mewakili
populasi. Mengingat ukuran individu akan bervariasi satu dengan lainnya maka
perlu penetapan data anthropometri yang sesuai dengan populasi yang menjadi
target sasaran produk tersebut (Wignjosoebroto S, 2000).
Penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum
diterapkan. Pada statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan
harga rata-rata dan simpangan standarnya dari data. Nilai yang ada tersebut, maka
persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki
ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) dapat ditetapkan sesuai tabel
probabilitas distribusi normal. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu
mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada misalnya, maka diambil rentang
persentil ke-2.5 dan 97.5 sebagai batas-batasnya, seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 2.23 di bawah ini.
Gambar 2.23 Distribusi normal yang mengakomodasi 95% dari populasi Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam
perhitungan data anthropometri dapat dijelaskan dalam tabel 2.2 dibawah ini.
Tabel 2.2 Macam persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal
Persentil ke- Perhitungan1 xx σ325.2−
2.5 x96.1x σ−
5 x645.1x σ−
10 x28.1x σ−
50 x90 x28.1x σ+
95 x645.1x σ+
97.5 x96.1x σ+
99 x325.2x σ+
Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
Data anthropometri untuk diaplikasikan dalam berbagai perancangan
desain baru atau rancangan perbaikan dan ataupun rancangan ulang maka gambar
dibawah ini memberikan informasi tentang macam anggota tubuh yang perlu di
ukur dan cara pengukurannya untuk perancangan perbaikan atau perancangan
ulang produk yang telah ada di suatu sistem kerja.
a. Posisi duduk samping
Pengukuran dimensi tubuh ini dilakukan untuk mengukur posisi tubuh dari
operator saat duduk menghadap samping. Posisi duduk samping dapat dilihat pada
gambar 2.24 di bawah ini.
Gambar 2.24 Posisi tubuh duduk menghadap samping Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
Tabel 2.3 Pengukuran dimensi tubuh posisi duduk sampingNo Dimensi tubuh Cara pengukuran
1 Tinggi duduk tegak Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung kepala. Subyek duduk tegak denganmemandang lurus ke depan dan lutut membentuksudut siku-siku.
2 Tinggi duduk normal Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung kepala. Subyek duduk normaldengan memandang lurus ke depan dan lututmembentuk sudut siku-siku.
3 Tinggi mata duduk Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung mata bagian dalam. Subyek duduktegak dengan memandang lurus ke depan.
4 Tinggi bahu tegak Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung tulang bahu yang menonjol padasubyek duduk tegak.
5 Tinggi siku duduk Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung bawah situ. Subyek duduk tegakdengan lengan atas vertikal di sisi badan danmembentuk sudut situ-siku dengan lengan bawah.
6 Tinggi sandaran duduk Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai pucuk belikat bawah. Subyek duduk tegakdengan memandang lurus ke depan.
7 Tinggi pinggang Subyek duduk tegak, ukur jarak vertikal daripermukaan alas duduk sampai pinggang (di atastulang pinggul).
8 Tebal paha Subyek duduk tegak, ukur jarak dari permukaanalas duduk sampai kepermukaan alas pangkalpaha.
9 Tinggi popliteal Ukur jarak vertikal dari alas kaki sampai bagianbawah paha.
10 Pantat plopiteal Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal daribagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelahdalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawahmembentuk sudut siku-siku.
12 Pantat ke lutut Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal daribagian terluar pantat sampai lutut. Paha dan kakibagian bawah membentuk sudut siku-siku.
Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
b. Posisi duduk dengan tangan lurus kedepan
Pengukuran dimensi tubuh ini dilakukan untuk mengetahui jarak terjauh
jangkauan tangan ke depan dari operator. Gambar posisi duduk dengan tangan
lurus kedepan dapat dilihat pada gambar 2.25.
Gambar 2.25 Posisi duduk dengan tangan lurus ke depan Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
Tabel 2.4 Pengukuran dimensi tubuh jarak tangan ke depan
No Dimensi tubuh Cara pengukuran1 Jarak tangan depan Ukur jarak horizontal dari punggung sampai
ujung jari tengah. Subyek duduk tegak tangandirentangkan horizontal ke depan.
Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
d. Pengukuran jari tangan
Pengukuran dimensi tubuh ini dilakukan untuk mengetahui ukuran jari
tangan dari operator. Gambar pengukuran jari tangan dapat dilihat pada gambar
2.27 di bawah ini.
Gambar 2.26 Pengukuran jari tangan Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
Tabel 2.5 Pengukuran dimensi tubuh jari tangan
No Dimensi tubuh Cara pengukuran1 Panjang jari 1,2,3,4,5 Ukur dari masing-masing pangkal ruas jari sampai
ujung jari. Jari-jari subyek merentang lurus dansejajar.
2 Pangkal ke tangan Ukur dari pangkal pergelangan tangan sampaipangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapaktangan subyek lurus.
3 Lebar tangan Ukur dari sisi luar ibu jari sampai sisi luar jarikelingking.
4 Genggaman tangan Ukur diameter saat jari tangan menggenggam.5 Panjang telapak tangan Ukur dari ujung tengah sampai pangkal
pergelangan tangan.Sumber: Wignjosoebroto S, 2000
2.3.4 Data Anthropometri dalam Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja
Data anthropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam
anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya
pada saat suatu rancangan produk atau fasilitas kerja akan dibuat. Menurut
Wignjosoebroto S, (2000) agar rancangan suatu produk nantinya dapat sesuai
dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip dalam
aplikasi data anthropometri, sebagai berikut:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim,
rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu:
a. Sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim
dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
dari populasi yang ada).
Agar memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan
ditetapkan dengan cara, yaitu:
a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk
umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti pesentil ke-
90, ke-95 atau ke-99.
b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai
persentil yang paling rendah (persentil ke-1, ke-5 atau ke-10) dari
distribusi data anthropometri yang ada. Hal ini diterapkan sebagai contoh
dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kendali yang harus
dioperasikan oleh seorang pekerja.
Secara umum aplikasi data anthropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja
menetapkan nilai persentil ke-5 untuk dimensi maksimum dan persentil
ke-95 untuk dimensi minimumnya.
2. Prinsip perancangan produk yang dapat dioperasikan di antara rentang ukuran
tertentu, rancangan dapat dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.
Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil letaknya
dapat digeser maju atau mundur dan sudut sandarannyapun dapat berubah-
ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan
rancangan yang fleksibel semacam ini, maka data anthropometri yang umum
diaplikasikan adalah dalam rentang nilai persentil ke-5 sampai dengan ke-95.
3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata, rancangan produk
didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi
dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berada dalam ukuran rata-rata.
Produk dirancang dan dibuat untuk manusia yang berukuran sekitar rata-rata,
sedangkan yang memiliki ukuran ekstrim dibuatkan rancangan tersendiri.
Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam
proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka beberapa rekomendasi
yang diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut:
1. Pertama kali harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya
difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,
dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data
structural body dimension ataukah functional body dimension.
3. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk
tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “market segmentation” seperti produk
mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dan lain-lain.
4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang
fleksibel ataukah ukuran rata-rata.
5. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-90, ke-95, ke-99 atau nilai
persentil yang lain yang dikehendaki.
6. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih atau tetapkan
nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai. Aplikasikan data
tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance), bila diperlukan
seperti tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan
oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves).
2.4 KUALITAS
Definisi atau pengertian yang satu dengan yang lain, Mitra (1998)
menuliskan beberapa pengertian kualitas menurut beberapa pengarang. Garvin
(1984) membagi kualitas dalam lima kategori yaitu transcendent, product-based,
user based, manufacturing based dan value based. Kemudian Garvin
mengidentifikasi delapan atribut yang digunakan untuk mendefinisikan kualitas.
Delapan atribut tersebut adalah performansi (performance), keistimewaan produk
(features), kehandalan (reliability), kesesuaian (conformance), keawetan
(durability), kegunaan (serviceability), estetika (aesthetics), dan kualitas yang
dipersepsikan (perceived quality). Crosby (1979) menyatakan bahwa kualitas
adalah sesuai dengan apa yang disyaratkan atau sesuai spesifikasi. Juran (1974)
menyatakan bahwa kualitas adalah cocok untuk digunakan.
Beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa pengertian kualitas sebuah
produk atau jasa adalah kesesuaian dari produk atau jasa ketika digunakan oleh
konsumen.
2.4.1 Pengertian Pengendalian KualitasMenurut Ahyari (1983), produk adalah hasil dari kegiatan produksi.
Dalam hal ini perlu diketahui bahwa perlu dibedakan antara produk dan jasa.
Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang mempunyai sifat-sifat fisik
dan kimia, sedangkan yang dimaksud jasa adalah hasil dari kegiatan produksi
yang tidak mempunyai sifat fisik dan kimia.
Menurut Wignjosoebroto S, (2000), produk diartikan sebagai keluaran
yang diperoleh dari sebuah proses produksi dan penambahan nilai yang dilakukan
terhadap bentuk maupun dimensi fisik bahan baku serta sifat-sifat material lainnya
(non fisik) sesuai dengan rancangannya. Proses transformasi ini baru akan
memberikan arti positif apabila diikuti dengan adanya penambahan nilai
fungsional maupun nilai ekonomis.
Produk pada hakekatnya tidak bias dipandang dari karakteristik fisik,
atribut atau kandungannya semata, tetapi juga bias dilihat dari berbagai
komponen-komponen yang harus dilihat sebagai pembentuk sebuah produk.
Karena itu perlu diperhatikan benar setiap proses perancangan maupun
pengembangan produk tersebut.
2.4.2 Metode yang Digunakan Dalam Pengendalian Kualitas
Dalam menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam pengendalian
mutu suatu produk, terdapat berbagai macam metode. Adapun metode delapan
langkah pemecahan masalah menurut Suharto (1995), sebagai berikut:
1. Menentukan prioritas utama.
Langkah ini dilakukan bila unit kerja menghadapi beberapa masalah.
Beberapa masalah dapat dipilih satu masalah yang diprioritaskan untuk
dipecahkan. Alat yang digunakan untuk langkah ini adalah Diagram Pareto
dan Histogram.
2. Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan masalah.
Langkah ini merupakan kegiatan analisis dengan mencari sebab-sebab
masalah yang timbul apakah masalah itu disebabkan faktor manusia, alat atau
mesin, metode, bahan baku atau lingkungan, semua perlu dipertimbangkan.
Biasanya alat yang digunakan adalah diagram fishbone.
3. Meneliti sebab-sebab yang paling berpengaruh.
Langkah ini merupakan pengumpulan data dan setiap penyebab diatasi dengan
cara meneliti sebab-sebab mana yang dominan. Alat yang digunakan biasanya
diagram pareto.
4. Menyusun langkah perbaikan.
Langkah ini merupakan rencana tindakan untuk mengatasi sebab-sebab yang
paling dominan yang menimbulkan masalah dengan merumuskan pertanyaan
sebagai jawaban atas pertanyaan 5 W dan 1 H, yaitu:
a. Why, mengapa sebab-sebab itu penting dikemukakan.
b. What, apa sasaran yang ingin dicapai.
c. Where, dimana rencana kegiatan dilakukan.
d. When, kapan rencana kegiatan dilakukan.
e. Who, siapa yang ditugasi bertanggung jawab dalam menyelesaikan
masalah.
f. How, bagaimana caranya mengatasi sebab-sebab tersebut.
5. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan.
Langkah ini merupakan tindakan yang benar-benar sesuai dengan yang telah
disusun sebelumnya. Pelaksanaan langkah ini harus diketahui oleh pihak-
pihak yang bersangkutan. Alat yang biasanya digunakan adalah 5 W dan 1 H.
6. Memeriksa hasil perbaikan.
Langkah ini dimaksudkan untuk meneliti, mengevaluasi hasil pelaksanaan dari
rencana yang telah dibuat. Caranya dengan membandingkan sebelum tindakan
dan sesudah tindakan. Alat yang digunakan adalah Diagram Pareto dan Peta
Kendali.
7. Mencegah terulangnya masalah.
Langkah ini dimaksudkan untuk menyusun kegiatan-kegiatan sesuai peraturan
(standar) untuk ditaati dan dilaksanakan oleh pihak yang bersangkutan
sehingga sebab-sebab masalah tidak muncul kembali, berarti mencegah
masalah yang tidak terpecahkan. Alat yang digunakan berupa blangko tentang
petujuk suatu hasil.
8. Mengerjakan masalah selanjutnya.
Langkah ini merupakan kegiatan untuk memecahkan masalah selain sesuai
contoh yang telah dikerjakan.
Adapun alat yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, yaitu:
1. Diagram sebab akibat (fishbone).
Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat (Ishikawa, 1988), yaitu:
a. Tentukan masalah yang akan diperbaiki atau diamati dan diusahakan
adanya ukuran masalah tersebut sehingga dapat dilakukan.
b. Cari faktor-faktor yang berpengaruh pada masalah tersebut.
c. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh atau
mempunyai akibat pada faktor utama.
d. Cari penyebab utama dari diagram yang sudah lengkap kemudian cari
penyebab utama dengan menganalisa data yang ada.
2. Diagram pareto.
Merupakan suatu diagram yang dapat menggambarkan penyebab suatu proses.
Data frekwensi yang diperoleh dari pengukuran menunjukkan suatu puncak
pada suatu nilai tertentu.
3. Peta kendali (control chart).
Peta kendali adalah alat untuk menggambarkan dengan cara yang tepat apa
maksud dari pengendalian statistik. Model peta kendali dari Shewart adalah
statistik sampel yang mengukur karakteristik kualitas.
2.4.3 Diagram Pengendalian Variabel
Variabel adalah karakteristik yang mempunyai dimensi yang
berkesinambungan. Kemungkinan-kemungkinan terjadinya variabel tidak dapat
dikatakan (banyak kemungkinan). Contoh variabel adalah berat, kecepatan,
panjang, atau kekuatan. Peta kendali untuk rata-rata proses (mean), x , dan range,
R, digunakan untuk memonitor proses dengan dimensi tersebut. Peta- x rata-rata
menunjukkan apakah sudah terjadi perubahan pada kecenderungan umum dari
proses. Jika ada mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti perlengkapan alat-
alat, kenaikan suhu yang bertahap, metode yang berbeda-beda yang digunakan
karyawan pada shif kerja, atau bahan baku baru yang lebih kuat. Nilai peta-R
mengisyaratkan terjadinya kelebihan atau kekurangan dari keseragaman.
Perubahan semacam ini bisa jadi disebabkan oleh pendukung proses yang sudah
tua, suku cadang alat yang digunakan menjadi longgar, arus minyak ke mesin
tersebut, atau karena operator mesinnya tidak cekatan. Kedua jenis diagram
tersebut saling mendukung satu sama lain dalam menghasilkan variabel.
A. Teorema batas-batas kendali yang terpusat
Landasan teori dari peta x - rata-rata adalah teorema batas-batas kendali
yang terpusat (central limit theorem). Secara umum teorema ini menyatakan
bahwa bagaimanapun distribusi populasi, distribusi sx - rata-rata (masing-masing
merupakan rata-rata (mean) sampel yang diambil dari populasi) cenderung
mengikuti kurva normal. Bahkan bila sampel tersebut (n) sangat kecil (4 atau 5),
distribusi rata-ratanya tetap secara kasar mengikuti kurva normal. Teorema ini
juga menyatakan bahwa (1) mean distribusi sx - (disebut x ) akan sama dengan
rata-rata seluruh populasi (disebut µ ); dan (2) standar deviasi distribusi sampel,
xσ , akan menjadi standar deviasi populasi, σ , dibagi dengan akar kuadrat ukuran
sampel, n. Dengan kata lain,
µ=x ..................................................................................... persamaan 2.1
dan
nx
x
σσ = ................................................................................ persamaan 2.2
Pada sampel acak yang berdistribusi normal dapat dinyatakan:
1. 99,7% dari banyaknya pengujian, rata-rata sampel akan berada di antara
± 3 xσ bila dalam proses itu hanya ada variasi acak.
2. 95,5% dari banyaknya pengujian, rata-rata sampel akan berada di antara
± 2 xσ bila dalam proses itu hanya ada variasi acak.
Bila satu titik pada diagram pengendalian ada di luar batasan pengendalian
± 3 xσ , maka kita merasa pasti 99,7% bahwa proses itu telah dirubah. Teori ini
mendasari, diagram pengendalian.
B. Menentukan batas-batas diagram rata-rata
Mengetahui standar deviasi populasi proses ( xσ ) penentuan batas kendali atas
dan batas bawah dengan menggunakan rumus di bawah ini, yaitu:
UCL = x + z xσ .................................................................... persamaan 2.3
LCL = x - z xσ ..................................................................... persamaan 2.4
dengan;
UCL = upper control limit (batas kendali atas)
LCL = lower control limit (batas kendali bawah)
x = rata-rata dari rata-rata sampel (mean of the sample mean)
z = jumlah standar deviasi normal
xσ = standar deviasi rata-rata sampel
Mengingat standar deviasi prosesnya tidak ada atau sulit dihitung,
biasanya dihitung batas kendali dengan nilai selang (range) rata-rata, bukannya
pada standar deviasi. Pada tabel 2.1 memberikan informasi yang diperlukan agar
dapat dihitung batas kendali berdasarkan nilai selang rata-rata. Menghitung batas
kendali dengan menggunakan nilai selang rata-rata, maka harus menghitung rata-
rata dan selang setiap sampel sehingga diperoleh rata-rata dari rata-rata sampel
dan selang (range) rata-rata dari sampel dengan perhitungan, yaitu:
nx
xn
i ii
∑ == 1 ………………………………………………... persamaan 2.5
gx
xg
i i∑ == 1 ………………………………………………… persamaan 2.6
minmax xxRi −= …………………………………………….. persamaan 2.7
gR
Rg
i i∑ == 1 ………………………………………………... persamaan 2.8
dengan;
x = rata-rata dari rata-rata sampel
ix = rata-rata nilai sampel
R = selang (range) rata-rata dari sampel
Ri = selang (range)
g = jumlah sampel
Hasil perhitungan di atas diperoleh batas kendali atas dan batas kendali
bawah, sebagai berikut:
Batas kendali atas (UCL x ) = x + A2 R ……………..... persamaan 2.9
Batas kendali bawah (LCL x ) = x - A2 R ……………..... persamaan 2.10
dengan;
A2 = nilai pada tabel 2.2 selanjutnya
C. Menentukan batas-batas kendali R
Terjadinya variasi pada proses bisa saja tidak terkendali. Misalnya pada
suatu peralatan tertentu, ada komponen yang lepas. Sebagai akibatnya rata-rata
sampel tetap jumlahnya, tetapi variasi yang ada antar-sampel dapat secara
keseluruhan menjadi terlalu besar. Teori yang mendasari peta kendali untuk range
adalah teori yang sama yang mendasari diagram rata-rata proses. Peta kendali
untuk selang, ditetapkan batasan-batasan yang mengandung ± 3 standar deviasi
distribusi selang rata-rata R. Persamaan di bawah ini dapat digunakan untuk
menentukan batas kendali atas dan bawah untuk selang.
UCLR = D4 R ……………………………………………...persamaan 2.11
LCLR = D3 R ……………………………………………. persamaan 2.12
dengan;
UCLR = batas atas diagram pengendalian untuk selang (range)
LCLR = batas bawah diagram pengendalian untuk selang (range)
Tabel 2.6 Faktor-faktor untuk menentukan garis tengah dan batas pengen dali tiga sigma
Peta X Peta RUkuranSampel, n A2 d2 D4 D3
2 1,880 1,128 3,268 0
3 1,023 1,693 2,574 0
4 0,729 2,059 2,282 0
5 0,577 2,326 2,114 0
6 0,483 2,534 2,004 0
7 0,419 2,704 1,924 0,076
8 0,373 2,847 1,864 0,136
9 0,337 2,970 1,816 0,184
10 0,308 3,078 1,777 0,223
12 0,266 3,258 1,716 0,284
14 0,235 3,407 1,671 0,329
16 0,212 3,532 1,636 0,364
Ukuran Peta X Peta RSampel, n A2 d2 D4 D3
18 0,194 3,64 1,608 0,39220 0,18 3,735 1,586 0,41425 0,153 3,931 1,541 0,549
Sumber: Ariani, 2004
D. Tahapan dalam menggunakan diagram pengendalian
Tahapan yang secara umum diikuti dalam menggunakan diagram-X dan
diagram-R, yaitu:
1. Mengumpulkan sampel, masing-masing n = 4 atau n = 5 dari proses yang
stabil dan hitunglah rata-rata (mean) dan selang (range) masing-masing.
Pedoman dalam pemilihan sampel dari ANSI/ASQC Z1.9 – 1993, untuk
inspeksi normal level 3 dapat dilihat pada tabel 2.2.
2. Menghitung rata-rata keseluruhan ( x dan R), tentukan batas kendali yang
tepat, biasanya pada tingkat 99,7%, dan hitung hitung batas atas dan bawah
awal. Bila proses itu tidak stabil saat itu, untuk menghitung batasan gunakan
rata-rata yang diinginkan, µ , bukannya x .
Tabel 2.7 Jumlah sampel menurut ANSI/ASQC Z1.9 – 1993, inspeksi normal, level 3
Banyaknya Produk yangDihasilkan
(unit)
JumlahSampel
91-150 10
151-280 15
281-400 20
401-500 25
501-1200 351201-3200 50
3201-10000 75
10001-35000 100
35001-150000 150 Sumber: Ariani, 2004
3. Membuat grafik rata-rata dan selang sampel pada peta kendali yang
bersangkutan dan menentukan apakah rata-rata dan selang itu berada di luar
batas-batas yang diterima.
4. Menyelidiki titik-titik atau pola yang menunjukkan bahwa proses tersebut
tidak terkendali.
5. Mengumpulkan sampel-sampel tambahan dan validasi ulang batas-batas
kendali dengan menggunakan data yang baru.
2.4.4 Uji Kualitas Kemampuan Proses
Uji kualitas kemampuan proses merupakan suatu tahapan yang harus
dilakukan dalam mengadakan pengendalian kualitas proses statistik (statistical
process control). Uji kualitas kemampuan proses mendefinisikan kemampuan
proses memenuhi spesifikasi atau mengukur kinerja proses. Menurut Pyzdek
(1995) dalam buku karangan Ariani (2004) uji kualitas kemampuan proses juga
merupakan prosedur yang digunakan untuk memprediksi kinerja jangka panjang
yang berada dalam batas pengendali proses statistik. Uji kualitas kemampuan
proses dilakukan hanya apabila proses berada dalam batas pengendali statistik (in
statistical control). Dengan kata lain, penyebab penyimpangan hanyalah penyebab
umum. Identifikasi adanya sebab khusus membuat langkah uji kualitas
kemampuan proses terhenti dan melakukan tindakan perbaikan.
Proses menunjukkan kombinasi mesin, alat, metode, material, dan
karyawan yang terkait dengan kegiatan produksi atau operasi. Sementara
kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan prosesnya berdasarkan pada
penilaian kinerja untuk mencapai hasil yang terukur. Kemampuan yang diukur
tersebut menunjukkan kenyataan bahwa kemampuan proses dihitung dari data
yang diambil dari kinerja proses. Selanjutnya, kemampuan yang melekat
menunjukkan pada keseragaman produk yang dihasilkan dari proses yang berada
pada kondisi in statistical control. Sedangkan pengukuran produk yang
dimaksudkan adalah variasi produk sebagai hasil achir dari suatu proses.
Kemampuan proses biasanya ditunjukkan dengan formulasi ± 3 atau
secara keseluruhan mencakup 6 , dimana menunjukkan penyimpangan standar
(standar deviasi) proses yang berada pada kondisi in statistical control tanpa ada
perubahan atau penyimpangan. Jika proses terpusat pada spesifikasi nominal dan
mengikuti probabilitas normal, maka terdapat 99,73 persen produk berada dalam
batas ± 3 dari spesifikasi nominal. Proses yang berada pada kondisi in statistical
control berada pada kemampuan proses 6 .
Alasan utama dalam mengkuantifikasi kemampuan proses agar dapat
menghitung kualitas kemampuan proses untuk dapat berpegang pada spesifikasi
produk. Pada proses yang berada pada kondisi in statistical control, cara membuat
uji kualitas kemampuan proses, sebagai berikut:
1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index
Apabila proses berada dalam batas pengendali statistik dengan peta
pengendali statistik “normal” dan rata-rata proses terpusat pada target, maka
rasio kemampuan proses atau indeks kemampuan proses dapat dihitung, yaitu:
PCR atau Cp =σ6
LSLUSL − ………………………….. persamaan 2.13
dengan;
PCR = rasio kemampuan proses (process capability ratio)
USL = batas spesifikasi atas (upper specification limit)
LSL = batas spesifikasi bawah (lower specification limit)
σ = standar deviasi data
Estimasi standar deviasi dapat dihitung dengan rumus, yaitu:
2dR
=σ ………………………………………………..persamaan 2.14
dengan;
R = selang (range) rata-rata dari sampel
d2 = faktor untuk garis tengah (tabel 2.1)
Batas spesifikasi atas (USL) dan batas spesifikasi bawah (LSL) adalah batas
toleransi yang ditetapkan konsumen yang harus dipenuhi oleh produsen. Dari
hasil perhitungan tersebut, apabila:
Cp > 1 berarti proses masih baik (capable)
Cp < 1 berarti proses tidak baik (not capable)
Cp = 1 berarti proses sama dengan spesifikasi konsumen
Namun demikian, rasio kemampuan proses atau nilai Cp minimal harus sama
dengan 1,33. Nilai Cp hanya memperhatikan pada rentang
karakteristik yang berhubungan dengan batas-batas spesifikasi
dan mengasumsikan adanya dua batas spesifikasi.
2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)
KPA merupakan perbandingan dari rentang atas rata-rata, sedang KPB adalah
perbandingan rentang bawah rata-rata. Baik Cp, KPA maupun KPB digunakan
untuk mengevaluasi batas spesifikasi yang ditentukan. Selain itu ketiganya
dapat digunakan dalam mengevaluasi kinerja proses relatif terhadap batas-
batas spesifikasi. Hal ini juga dapat membantu penentuan parameter proses.
Indeks kemampuan proses (Cp) menunjukkan kemampuan proses yang
potensial.
Perbandingan dari rentang atas rata-rata dan rentang bawah rata-rata dapat
dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:
KPA =σ
µ3
−BSA……………………………………... persamaan 2.15
KPB =σ
µ3
BSB− ……………………………………... persamaan 2.16
dengan;
KPA = kemampuan proses atas
KPB = kemampuan proses bawah
µ = nilai tengah, diestimasi dengan rata-rata dari rata-rata sampel
3. Indeks kemampuan proses Cpk
Rasio kemampuan proses di atas mengukur kemampuan potensial, dengan
tidak memperhatikan kondisi rata-rata proses ( µ ). Rata-rata proses tersebut
diasumsikan sama dengan titik tengah dari batas-batas spesifikasi dan proses
berada pada kondisi in statistical control. Kenyataannya, nilai rata-rata tidak
selalu berada di tengah, sehingga perlu mengetahui variasi dan lokasi rata-rata
proses. Nilai Cpk mewakili kemampuan sesungguhnya dari suatu proses
dengan parameter nilai tertentu. Nilai Cpk diformulasikan, yaitu:
Cpk = min
−−
σµ
σµ
3,
3BSBBSA
= min{KPA,KPB}........persamaan 2.17
Bila Cpk 1 maka proses disebut baik (capable), bila Cpk 1 maka proses
disebut kurang baik (not capable). Indeks Cpk menunjukkan skala jarak relatif
dengan 3 standar deviasi. Nilai Cpk ini menunjukkan kemampuan
sesungguhnya dari proses dengan nilai-nilai parameter yang ada. Apabila nilai
rata-rata yang sesungguhnya sama dengan titik tengah, maka sebenarnya nilai
Cpk = nilai Cp. Semakin tinggi indeks kemampuan proses maka makin sedikit
produk yang berada di luar batas-batas spesifikasi.
2.4.5 Uji Keseragaman DataUji keseragaman data merupakan salah satu uji yang dilakukan pada data
yang berfungsi untuk memperkecil varian yang ada dengan cara membuang data
ekstrim. Pertama akan dihitung terlebih dahulu mean dan standar deviasi untuk
mengetahui batas kendali atas dan bawah. Rumus yang digunakan dalam uji ini,
yaitu:
Nxx i∑
= ……………………………………….………..... persamaan 2.18
xσ = ( )1
2
−−∑
Nxxi ………………………………………...... persamaan 2.19
Rumus uji keseragaman data:
xxBKA σ3+= ………………………………………......... persamaan 2.20
xxBKB σ3−= …………………………….…………........ persamaan 2.21
dengan;
x = rata-rata
xσ = standar deviasi atau simpangan baku
N = jumlah data
BKA = batas kendali atas
BKB = batas kendali bawah
Jika data berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah
maka data tersebut dihilangkan, keseragaman data dapat diketahui dengan
menggunakan peta kendali x .
2.4.6 Uji Kecukupan DataUji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data hasil
pengamatan dapat dianggap mencukupi. Penetapan berapa jumlah data yang
seharusnya dibutuhkan, terlebih dulu ditentukan derajat ketelitian (s) yang
menunjukkan penyimpangan maksimum hasil penelitian, dan tingkat
kepercayaan (k) yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian
data antropometri. Sedangkan rumus uji kecukupan data, yaitu:
( )2
22' /
∑∑−∑
=X
XXNskN ………………………….. persamaan 2.22
dengan;
N = jumlah data pengamatan sebenarnya
= jumlah data secara teoritis
s = derajat ketelitian (degree of accuracy)
k = tingkat kepercayaan (level of confidence)
Untuk tingkat kepercayaan 68% harga k adalah 1
Untuk tingkat kepercayaan 95% harga k adalah 2
Untuk tingkat kepercayaan 99% harga k adalah 3
Data akan dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan < N,
dengan kata lain jumlah data secara teoritis lebih kecil daripada jumlah data
pengamatan sebenarnya (Wignjosoebroto S, 2000).
2.5 PERAN OPERATOR PADA PEKERJAAN
Peran operator pada suatu pekerjaan dapat dijelaskan dalam diagram peta
tangan kiri dan tangan kanan, dijelaskan seperti dibawah ini.
2.5.1 Peta Tangan Kiri Dan Tangan KananPeta tangan kiri dan tangan kanan atau lebih dikenal sebagai peta operator
(Operator Process Chart) merupakan suatu peta yang menggambarkan semua
gerakan-gerakan dan waktu menganggur saat bekerja, yang dilakukan oleh tangan
kiri dan tangan kanan. Tujuan dari peta tangan kiri dan tangan kanan adalah
mengurangi gerakan-gerakan yang tidak perlu dilakukan dan mengatur gerakan
pada proses bekerja sehingga diperoleh urutan gerakan yang baik. Adanya peta
tangan kiri dan tangan kanan dapat mempermudah dalam menganalisa gerakan-
gerakan yang dilakukan oleh seorang pekerja selama melakukan pekerjaannya dan
semua operasi gerakan yang cukup lengkap serta sangat praktis untuk
memperbaiki suatu gerakan pekerjaan yang bersifat manual. Menganalisis detail
gerakan yang terjadi maka langkah-langkah perbaikan bisa diusulkan. Pembuatan
peta operator ini baru terasa bermanfaat apabila gerakan yang dianalisa tersebut
terjadi berulang-ulang. Diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan
oleh tangan kanan dan tangan kiri, sehingga siklus kerja berlangsung dengan
lancar dalam ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan
delays maupun operator fatigue yang minimum.
Meskipun Frank dan Lilian Gilberth telah menyatakan bahwa gerakan-
gerakan kerja manusia dilaksanakan dengan mengikuti 17 elemen dasar Therblig
kombinasi dari elemen-elemen Therblig tersebut, di dalam membuat peta operator
lebih efektif hanya 8 elemen gerakan Therblig berikut ini yang digunakan, yaitu:
1. Elemen menjangkau - Reach (RE)
2. Elemen memegang - Grasp (G)
3. Elemen membawa - Move (M)
4. Elemen mengarahkan - Position (P)
5. Elemen menggunakan - Use (U)
6. Elemen melepas - Release (RL)
7. Elemen menganggur - Delay (D)
8. Elemen memegang untuk memakai - Hold (H)
Selanjutnya peta penggambaran dari peta operator, sebagai berikut:
1. Pertama kali dituliskan “Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan” (Left & Right
Hand Chart) atau “Peta Operator” (Operator Process Chart) dan
identfikasikan semua masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang
dianalisis seperti nama benda kerja (plus gambar dan sketsanya), nomor
gambar, deskripsi dan operasi atau proses dan lain-lain.
2. Penggambaran peta juga dilakukan berdasarkan skala waktu dan dibuat peta
skala untuk mengamati gerakan dari tangan kanan dan tangan kiri. Space yang
tersedia diatur sedemikian rupa sehingga cukup proporsional berdasarkan
skala tersebut. Deskripsi dari tiap elemen kerja dan juga waktu pengerjaan
untuk elemen tersebut dicantumkan dalam space yang tersedia. Di sini
elemen-elemen kerja tersebut harus cukup besar untuk dapat di ukur
waktunya.
3. Agar tidak membingungkan maka penggambaran peta dilaksanakan satu
persatu. Setelah pemetaan gerakan tangan kanan (misalnya) dilaksanakan
secara penuh persiklus kerja, kemudian dilanjutkan dengan pemetaan secara
lengkap gerakan yang dilakukan oleh tangan yang lain (tangan kiri).
Penggambaran peta biasanya dilakukan segera elemen melepas (release)
dengan kode “RL” dilakukan pada finished part. Begitu elemen melepas
sudah dilakukan, maka gerakan berikutnya merupakan gerakan kerja untuk
siklus operasi yang baru yaitu meraih (reach) benda kerja baru.
Setelah semua gerakan tangan kanan dan tangan kiri selesai dipetakan
untuk satu siklus kerja. Satu kesimpulan umum (summary) perlu dibuat pada
bagian terbawah dari peta kerja ini yaitu menunjukkan total siklus waktu yang
dibutuhkan untuk rnenyelesaikan kerja, jumlah produk persiklus kerja, dan total
waktu penyelesaian kerja per unit produk. Jumlah total waktu kerja untuk tangan
kanan dan tangan kiri haruslah sama. Pokok permasalahannya disini adalah
apakah siklus waktu yang ada tersebut dipergunakan untuk kegiatan yang
produktif atau tidak. Fungsi dari penggambaran peta ini, melihat keseimbangan
kerja yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri pada saat penyelesaian
kerja., seperti proses merakit sebuah cable clamps pada gambar 2.21 berikut ini.
Gambar 2.27 Peta gerakan tangan kanan dan tanan kiri Sumber: Wignjosoebroto S, 1995
Setelah peta operator dengan metode yang sekarang dipergunakan telah
selesai dibuat, langkah selanjutnya menganalisis perbaikan yang bagaimana yang
dapat dilakukan agar gerakan kerja yang berlangsung lebih efektif dan efisien lagi.
2.5.2 Kegunaan Peta Tangan Kiri Dan Tangan KananPada dasarnya, peta ini berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja.
Kegunaan yang lebih khusus, yaitu:
1. Mengurangi gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sehingga waktu
kerja lebih singkat.
2. Sebagai alat untuk menganalisa suatu gerakan dalam proses bekerja.
3. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru dengan cara kerja yang ideal.
2.6 PERANCANGAN ALAT
Pada sub bab ini dijelaskan mengenai kontruksi dan mekanisasi alat
pemotong bulu ayam, dan biaya investasi.
2.6.1 Statika (Konstruksi)Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban yang
mungkin ada pada bahan (konstruksi) atau yang dapat dikatakan sebagai
perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya tekan atau beban. Beban
adalah beratnya benda atau barang yang didukung oleh suatu konstruksi atau
bagan beban dan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Beban statis yaitu berat suatu benda yang tidak bergerak dan tidak berubah
beratnya. Beratnya konstruksi yang mendukung itu termasuk beban mati dan
disebut berat sendiri dari pada berat konstruksi.
2. Beban dinamis yaitu beban yang berubah tempatnya atau berubah beratnya.
Sebagai contoh beban hidup yaitu kendaraan atau orang yang berjalan di atas
sebuah jembatan, tekanan atap rumah atau bangunan.
Pada beban dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Beban terpusat atau beban titik adalah beban yang bertitik pusat di sebuah
titik, misal: orang berdiri diatas pilar pada atap rumah.
2. Beban terbagi adalah pada beban ini masih dikatakan sebagai beban terbagi
rata dan beban segitiga yang terbagi pada bidang yang cukup luas.
2.6.2 Mekanisasi Alat Pemotong Bulu Ayam
Merupakan keseluruhan aspek yang berhubungan dengan suatu pekerjaan,
yaitu berupa bahan, proses pembuatan, waktu dan alat yang digunakan.
Mekanisasi alat pemotong bulu ayam, yaitu:
1. Bahan dan proses pembuatan alat pemotong bulu ayam,Alat pemotong bulu ayam ini terbuat dari komponen besi dan alumunium.
Maka mekanisme pembuatan alat pemotong bulu ayam ini melalui proses
permesinan dan proses pengelesan. Proses permesinan diantaranya
pembubutan, pengeboran dan penggerindaan. Prosese pengelasan dengan
menggunakan las listrik dan pengelasan.
2. Waktu pembuatan alat pemotong bulu ayam,
Pengerjaan alat pemotong bulu ayam memerlukan perhitungan rumusan waktu
permesinan pada mesin bor, dan waktu proses yang lain berupa rekapitulasi
waktu pengerjaan dengan mesin sederhana dan kerja bangku untuk pengerjaan
pertukangan, semua waktu pengerjaan dilakukan dengan perhitungan manual.
2.6.3 Rangka
Rangka merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin, hampir
semua mesin menerima beban khususnya rangka mesin. Rangka menerima beban
lenturan, tarikan, tekan atau puntiran, yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa
gabungan antara yang satu dengan yang lainnya. Hal-hal yang perlu diketahui
dalam perhitungan kekuatan rangka, sebagai berikut:
1 Reaksi tumpuan,
Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila besarnya aksi dan reaksi
sama dengan reaksi, dengan kata lain gaya yang menyebabkan benda dalam
kesetimbangan ialah gaya aksi dan gaya reaksi. Gaya reaksi merupakan gaya
tumpuan dan reaksi tumpuan adalah besarnya gaya yang dilakukan oleh
tumpuan untuk mengimbangi gaya luar agar benda dalam kesetimbangan.
Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung reaksi tumpuan dengan
menggunakan persamaan 2.23 dibawah ini.
Rb =21 x q x L ........................................................................persamaan 2.23
dengan,
Rb = Reaksi tumpuan (kgf/m)
q = Beban (kgf/m)
L = Panjang balok (cm)
2. Momen penampang,
Momen penampang adalah momen yang terjadi pada penampang batang (di
sembarang tempat), di sepanjang batang yang ditumpu. Pada setiap titik
disepanjang batang dapat dihitung momen yang terjadi dengan menggunakan
persamaan 2.24 di bawah ini.
∑ = 0M
Rb x BD – q x BD x21 x BD ………………………….….….persamaan 2.24
dengan,
Rb = Reaksi tumpuan (kgf/m)
q = Beban (kg/f m)
BD = Momen (kg/f m)
3. Profil L,
Profil adalah batang yang digunakan pada konstruksi, ada beberapa jenis
profil yang digunakan pada pembuatan konstruksi mesin yaitu profil L, profil
I, Profil U. Kekuatan profil yang digunakan pada konstruksi dapat dihitung
menggunakan persamaan 2.25 di bawah ini.
= AxAxY /Σ ……………………………...…………….….persamaan 2.25
dengan,
= Momen inersia (mm)
A = Luas (mm)
Y = Titik berat batang (mm)
4. Momen inersia balok besar dan kecil,
Momen inersia adalah momen yang terjadi pada batang yang ditumpu. Pada
setiap batang dapat dihitung momen inersia yang terjadi, dengan
menggunakan persamaan 2.26 di bawah ini.
I1 = I0 + A1 x d12 ………………….……………………….....persamaan 2.26
dengan,
I1 = Momen inersia balok (mm)
A = Luas batang (mm)
d = Diameter batang (mm)
5. Momen inersia batang,
Momen inersia batang adalah momen yang terjadi pada batang yang ditumpu.
Pada setiap batang dapat dihitung momen inersia yang terjadi, dengan
menggunakan persamaan 2.27 di bawah ini.
Ix = I1 - I2 .................................................................................persamaan 2.27
dengan,
Ix = Momen inersia batang (mm)
I1 = Momen inersia batang 1 (mm)
I2 = Momen inersia batang 2 (mm)
6. Besar tegangan geser yang dijinkan,
Tegangan geser yang diijinkan adalah tegangan geser pada batang yang di
ijinkan, jika tegangan geser yang di ijinkan lebih besar dari pada momen
tegangan geser pada konstruksi maka konstruksi aman atau kuat menahan
beban yang diterima. Pada Besar tegangan geser yang di ijinkan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan 2.28 di bawah ini.
τ =Ix
MxΥ ................................................................................persamaan 2.28
dengan,
τ = Tegangan geser yang terjadi (kgf/mm)
M = Momen yang terjadi (kgf/mm)
Ix = Momen inersia batang (mm)
Y = Titik berat batang (mm)
2.7 BIAYA PERANCANGAN ALAT
Pengertian biaya dalam arti luas adalah “Pengorbanan sumber ekonomi,
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk
tujuan tertentu” (Mulyadi, 1991). Mempermudah pengklasifikasian jenis usaha
maka digolongkan ke dalam empat jenis biaya (Mulyadi, 1991), yaitu:
1. Biaya penyusutan (depreciation cost),
Biaya penyusutan adalah biaya yang harus disediakan oleh perusahaan setiap
periode untuk melakukan penggantian peralatan atau mesin, setelah mesin
atau alat tersebut sudah tidak berdaya guna lagi. Pengalokasian biaya
penyusutan akibat adanya penurunan nilai dari mesin atau kendaraan yang
digunakan sepanjang umur pakai benda modal tesebut. Tujuan mengadakan
biaya penyusutan, adalah:
a. Mengembalikan modal yang telah dimasukkan dalam bentuk benda modal.
b. Memungkinkan biaya tersebut dimasukkan dalam biaya produksi sebelum
perhitungan keuntungan ditetapkan.
Depresiasi =isUmurEkonomNilaiSisaaPerolehanH −arg ..................persamaan 2.29
2. Biaya ketidakpastian,
Biaya ini merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena
tidak berproduksi. Adanya perbaikan mesin yang memakan waktu dan jadwal
rencana yang telah ditentukan sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya
tambahan kepada tenaga kerja dan menanggung biaya tetap perusahaan selama
mesin tersebut diperbaiki, adanya kenaikan bahan baku secara mendadak.
3. Faktor inflasi,
Dalam menilai profitabilitas suatu usulan investasi, maka faktor inflasi harus
diperhatikan karena hal ini mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap
biaya dan harga, misalnya biaya bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar, suku
cadang.
2.7.1 Metode Penilaian Investasi Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam penilaian investasi
dan evaluasi suatu proyek (Umar, 2003), yaitu:
1. Metode payback period,
Metode payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas, dengan kata
lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan
cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (yaitu tahun atau
bulan). Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback
period yang dapat diterima.
Payback Period =rsihKasMasukBe
tasiNilaiInves x 1 tahun ................... persamaan 2.29
2. Metode break even point (BEP),
Break Even Point atau titik impas atau titik pulang pokok merupakan titik atau
keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh
keuntungan dan tidak menderita kerugian. Teknis analisis ini untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, dan laba dan juga
mempelajari pola hubungan antara volume penjualan, cost, dan tingkat
keuntungan yang diperoleh pada tingkat penjualan tertentu.
BEP =tan)/(1 PendapaVariabelTotalBiaya
BiayaTetap−
.................. persamaan 2.30
Analisis metode ini, dapat membantu pengambil keputusan mengenai
(Rangkuti, 2000), yaitu:
a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita kerugian.
d. Bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan
terhadap keuntungan yang akan diperoleh.
2.8 PENELITIAN PENUNJANG
Perancangan alat bantu pengendalian kualitas shuttle cock secara atribut
pada industri kecil di kelurahan serengan penelitian oleh Akung Purwito Aji.
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu diperlukan peningkatan
kualitas produk shuttle cock secara atribut dengan merancang alat bantu inspeksi
panjang bulu, tinggi dan diameter mahkota shuttle cock pada saat perakitan
menjadi produk shuttle cock sehingga dapat menjaga kualitas produk sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan pemesan. Manfaat yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah meningkatkan mutu produk shuttle cock dengan adanya alat
bantu inspeksi panjang bulu, tinggi dan diameter mahkota shuttle cock.
Perancangan alat pemotong bulu shuttle cock secara atribut pada industri
kecil di kelurahan serengan penelitian oleh Winanto. Tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini yaitu diperlukan peningkatan kualitas pemotongan bulu shuttle
cock secara atribut dengan merancang alat pemotong bulu shuttle cock sehingga
dapat meningkatkan kualitas produk sesuai dengan spesifikasi. Manfaat yang
ingin dicapai dari penelitian ini adalah meningkatkan mutu produk shuttle cock
dengan adanya alat pemotong bulu yang lebih baik.
Perancangan alat pelubang dop pada shuttle cock dengan pendekatan
antropometri di kelurahan serengan penelitian oleh Anton . Tujuan yang dicapai
dari penelitian ini yaitu membuat rancangan alat pelubang dop shuttle cock
dengan sistem double gear sehingga dapat mempercepat proses pelubangan pada
dop. Manfaat yang ingin dicapai dari penelotian ini adalah mempercepat proses
pelubangan sehingga dapat meningkatkan kapasitas pelubangan dop dalam satu
kali proses pelubangan.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan gambaran proses yang saling berkaitan
mulai dari identifikasi masalah sampai dengan kesimpulan yang diambil dari
sebuah penelitian. Metodologi penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut ini.
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
3.1 IDENTIFIKASI MASALAH
Pada tahap ini diuraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka, dan studi lapangan yang dijelaskan
pada sub bab berikut ini.
1. Latar Belakang,
Penelitian yang dilakukan di pengrajin shuttle cock merek T3 diketahui bahwa
pengrajin masih kurang memperhatikan aspek kualitas produk yang
dihasilkan. Produk yang dihasilkan hanya diseleksi dengan melihat kerapian
bulu shuttle cock yang dihasilkan. Pada saat proses pemotongan ujung bulu
dipotong dengan menggunakan alat pemotong bulu.
Setelah selesai dipotong dengan alat pemotong bulu, bulu bagian bawah
dipotong dengan menggunakan gunting sehingga tinggal tangkai bulunya.
Pemotongan bulu menggunakan gunting ini di ukur dengan jarak tiga jari
orang dewasa wanita yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis yang di
ukur dari ujung bulu. Proses pemotongan tersebut menyebabkan panjang bulu
hasil pemotongan bervariasi karena pada proses pemotongan bulu ini hanya
memperkirakan panjangnya dengan menggunakan tiga jari tanpa
menggunakan bantuan alat ukur. Ukuran pemotongan ini harus diperhatikan
karena panjang bulu ini sangat mempengaruhi laju dan keseimbangan shuttle
cock pada saat digunakan.
2. Perumusan Masalah,
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan maka perlu adanya
perbaikan proses produksi dengan merancang alat pemotong bulu ayam
dengan mekanisme sistem pedal yang bertujuan untuk meningkatkan kuantitas
produk shuttle cock dan juga menghasilkan kualitas yang sesuai dengan PBSI.
3. Tujuan dan Manfaat,
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu membuat rancangan alat
pemotong bulu ayam shuttle cock sehingga dapat menjaga kualitas produk
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh perkumpulan pebulutangkis
tingkat nasional, maupun internasional. Manfaat dari penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk shuttle cock dengan adanya
alat pemotong bulu ayam shuttle cock ini.
4. Studi Pustaka,
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi pendukung yang
diperlukan dalam penyusunan laporan penelitian, yakni dengan mempelajari
literatur, makalah, penelitian penunjang dan semua pelajaran yang berkaitan
dengan masalah konsep ilmu anthropometri.
5. Studi Lapangan,
Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk
perancangan alat pemotong bulu ayam shuttle cock. Informasi ini berupa data
kualitatif dan data kuantitatif yang digunakan pada pengolahan data
selanjutnya.
3.2 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang
digunakan untuk perancangan alat pemotong bulu ayam shuttle cock yang
dijelaskan pada sub bab berikut ini.
3.2.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan dalam perancangan dan pembuatan
alat pemotong bulu ayam shuttle cock, yaitu:
1. Identifikasi masalah pada alat pemotong bulu ayam
Mengamati alat pemotong bulu ayam yang digunakan di sentra industri kecil
shuttle cock di Kelurahan Serengan milik Bapak Sarno dan serangkaian proses
produksinya, selanjutnya mengidentifikasi dan menganalisis untuk acuan
perancangan alat pemotong bulu ayam yang baru.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dimensi shuttle cock dan data
antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan alat. Data dimensi bulu
ayam shuttle cock yang digunakan adalah waktu proses pemotongan bulu
ayam shuttle cock. Hasil dari wawancara dengan pengrajin shuttle cock di
tempat penelitian diketahui bahwa pengrajin dapat memproduksi minimal 100
dosin shuttle cock per hari atau sekitar 1200 shuttle cock per hari, sehingga
menurut ANSI/ASQC Z1.9–1993, jumlah sampel yang diperlukan pada
pengumpulan data waktu proses pemotongan yaitu 50 buah dengan ukuran
sampel 4 buah. Sampel diambil dengan pengukuran secara langsung di
lapangan.
2. Alat ukur yang digunakan dalam pengukuranbulu ayam
Pengukuran data waktu dilakukan menggunakan stopwatch, alat ukur untuk
mengukur panjang bulu ayam shuttle cock dengan jangka sorong dan alat ukur
untuk mengukur sudut kemiringan bulu ayam shuttle cock bagian bawah
kanan dan kiri menggunakan busur.
3. Lingkungan kerja pada stasiun kerja pemotongan bulu ayam
Data diambil dari penelitian langsung di lapangan, data tersebut berupa data
bagaimana proses pemotongan bulu ayam dan posisi operator pada saat
bekerja. Data ini digunakan sebagai pembanding untuk rancangan alat
pemotong bulu ayam shuttle cock yang baru.
4. Elemen aktifitas kerja
Data yang diambil adalah data elemen-elemen kerja yang ada pada proses
pemotongan menggunakan alat pemotong bulu ayam milik Bapak Sarno, yang
berupa data peta tangan kanan dan tangan kiri.
5. Data Anthropometri
Data anthropometri yang digunakan dalam menentukan fasilitas kerja dan
perancangan alat pemotong bulu ayam shuttle cock adalah tinggi duduk tegak
(TDT), jarak tangan depan (JTD), dan tinggi popliteal (TP). Pengukuran data
anthropometri yang diambil dari data anthropometri Laboratorium Analisa
Perancangan Kerja dan Ergonomi UNS.
Posisi kerja dan lingkungan kerja pada stasiun pemotongan bulu ayam milik
Bapak Sarno, dapat dijelaskan seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.2 Tampak depan dan tampak samping Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
Dari hasil penelitian maka diperoleh data anthropometri pekerja. Data yang
terkumpul selanjutnya di uji, pengujian data anthropometri, yaitu:
a. Uji keseragaman data,
Uji keseragaman data dilakukan dengan mengeplotkan data anthropometri
pada peta kendali x . Batas kendali atas dan bawah dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.1 dan persamaan 2.4.
b. Uji kecukupan data,
Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data hasil
pengamatan dapat dianggap mencukupi. Pada uji kecukupan data ini
digunakan tingkat kepercayaan 95% dan derajat ketelitian 5%. Uji ini
dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.5. Data dianggap telah
mencukupi jika memenuhi persyaratan < N, dengan kata lain jumlah
data secara teoritis lebih kecil daripada jumlah data pengamatan
sebenarnya.
c. Perhitungan persentil,
Pada perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan prinsip
perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran
tertentu. Persentil yang digunakan adalah persentil ke-5 dan persentil ke-
95. Cara perhitungan persentil dapat dilihat pada tabel 2.1.
3.2.2 Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan tahap perhitungan data yang telah
dikumpulkan untuk merancang alat pemotong bulu ayam shuttle cock. Tahap-
tahap pengolahan data pada perancangan alat pemotong bulu ayam shuttle cock,
yaitu:
1. Penyusunan dimensi alat dengan operator (anthropometri),
Data anthropometri digunakan untuk menentukan tinggi, panjang dan lebar
alat alat alat pemotong bulu ayam dengan mekanisme sistem pedal, proses
pengujian dilakukan dengan rumusan samaan 2.1 sampai dengan persamaan
2.5.
2. Menentukan statika (kontruksi) alat potong bulu ayam,
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban yang
mungkin ada pada bahan (konstruksi) atau yang dapat dikatakan sebagai
perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya tekan atau beban Statika
meliputi komponen-komponen yang digunakan dalam perancangan alat dan
dipergunakan sebagai alat pendukung proses gerak alat yang dirancang.
3. Pembuatan diagram rata-rata dan selang hasil pemotongan bulu ayam,
Pembuatan diagram rata-rata bertujuan untuk melihat apakah proses masih
berada pada batas pengendalian atau tidak. Sedangkan pembuatan diagram
selang bertujuan untuk mengetahui tingkat keakurasian atau ketepatan proses
yang diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil dalam observasi.
Kedua diagram ini juga digunakan untuk mengetahui dan menghilangkan
penyebab khusus yang membuat terjadinya penyimpangan. Data yang berada
di dalam batas pengendali statistik disebut sebagai in statistical control yang
terdapat penyimpangan karena penyebab umum. Sedangkan data yang berada
di luar batas pengendali statistik disebut sebagai out of statistical control yang
disebabkan oleh penyebab khusus. Langkah-langkah pembuatan diagram rata-
rata dan selang untuk waktu proses pemotongan bulu ayam shuttle cock,
sebagai berikut:
a. Penentuan jumlah sampel dan ukuran sampel,
Pada langkah ini telah ditentukan bahwa jumlah sampel yang digunakan
adalah 50 buah dan ukuran sampel 4 buah.
b. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R),
Data tersebut kemudian dihitung rata-rata ( x ) dan selang (R) masing-
masing menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7.
c. Perhitungan nilai tengah diagram rata-rata ( x ) dan selang (R)
Nilai tengah untuk peta kendali x dan R masing-masing dihitung
menggunakan persamaan 2.6 dan persamaan 2.8. Nilai tengah ini disebut
juga dengan center line (CL).
d. Perhitungan batas kendali atas dan bawah rata-rata ( x ) dan selang (R)
Batas kendali untuk diagram rata-rata dapat dihitung menggunakan
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10. Sedangkan batas kendali untuk
diagram selang dapat dihitung menggunakan persamaan 2.11 dan
persamaan 2.12.
Dari diagram rata-rata dan selang ini dapat diketahui apakah rata-rata dan
selang berada dalam batas-batas kendali.
4. Uji kualitas dan kuantitas hasil pemotong bulu ayam,
Uji kuantitas yang dilakukan untuk membandingkan hasil pemotong bulu
ayam yang dilakukan di sentra industri kecil shuttle cock di Serengan milik
bapak sarno dengan merek dagang T3 dengan alat yang telah dirancang.
5. Menentukan biaya perancangan,
Penggolongan biaya pembuatan adalah semua biaya yang diperlukan dan
biaya investasi sedangkan BEP merupakan titik impas keadaan dimana
perusahaan dalam kondisi tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan biaya dan
BEP tersebut menggunakan persamaan 2.11 sampai dengan persamaan 2.13.
3.3 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Menjelaskan analisis dan interpretasi hasil pengumpulan dan pengolahan data dari
perancangan alat pemotong bulu ayam mekanisme sistem pedal dengan
mempertimbangkan anthropometri operator.
3.4 KESIMPULAN DAN SARAN
Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasi pengolahan data
dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian
memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian
selanjutnya.
BAB IVPENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 PENGUMPULAN DATA
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah identifikasi masalah, data
antropometri yang dibutuhkan untuk menentukan dan perancangan alat pemotong
bulu ayam yang baru.
4.1.1 Lingkungan Kerja Pada Stasiun Kerja Pemotong Bulu Ayam
Peralatan yang digunakan untuk memproduksi shuttle cock oleh
pengrajin umumnya masih sangat sederhana dan dilakukan secara satu per satu.
Proses produksi shuttle cock yang dimiliki Bapak Sarno banyak melibatkan tenaga
kerja di lingkungan tetangga rumah yang berada di sekitar tempat tinggalnya.
Diikutsertakannya para tetangga dalam proses produksi shuttle cock secara tidak
langsung setiap kepala rumah tangga mendapatkan beban pekerjaan yang khusus
(terjadi spesialisasi pekerjaan) yang diatur dan dikendalikan langsung oleh Bapak
Sarno sendiri. Secara garis besar proses produksi shuttle cock dapat dibagi
menjadi lima bagian proses, setiap bagian proses dikerjakan oleh satu atau
beberapa kepala rumah tangga, yaitu:
1. Proses pada dop cock. Proses ini diawali dengan menempelkan label atau
merek pada dop cock, selanjutnya proses pelubangan pada dop cock dengan
alat pelubang yang sederhana, menggunakan tenaga manusia atau sistem
manual.
2. Proses persiapan bulu. Proses ini diawali dengan membersihkan bulu ayam
dari kotoran, selanjutnya proses memotong (membentuk) bulu dan merapikan
bulu dengan alat pemanas (semacam setrika baju).
3. Proses penancapan bulu ayam dan penyetelan panjang bulu. Proses ini diawali
dengan penancapan bulu ayam ke dalam lubang dop cock, selanjutnya
dilakukan penyetelan panjang bulu dengan memasang cetakan mahkota.
4. Proses penjahitan bulu shuttle cock. Proses ini dilakukan agar bentuk mahkota
shuttle cock tidak berubah. Setelah jahit bulu ayam selesai dilakukan
pengeleman dengan lem kayu. Sebelum proses pengeleman dilakukan terlebih
dahulu dipersiapkan alat cetakan mahkota shuttle cock. Setelah cetakan ukuran
dipasang pada shuttle cock, dilakukan proses pengelemen. Hal yang sama juga
direkatkan lis yang melingkari dop dengan warna merah atau hijau.
5. Proses finishing. Proses dilakukan bilamana setelah proses pengelemen selesai
yang ditandai dengan cetakan dibuka, proses finishing shuttle cock dilakukan
dengan merapikan produk dari bahan yang berlebihan, seperti benang yang
kepanjangan atau bulu ayam yang belum rapi.
Setelah hal ini dilakukan secara rapi pada produk shuttle cock, maka
tahapan terakhir yaitu dimasukkan ke dalam dus atau slop kertas karton yang
berbentuk silinder. Bagan aliran proses produksi shuttle cock yang dilakukan oleh
Bapak Sarno dapat dijelaskan pada gambar 4.1 dibawah ini.
Gambar 4.1 Bagan alir proses produksi produk shuttle cock Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
A. Alat pemotong bulu ayam awal
Dari bagan aliran proses diatas masih menggunakan alat pemotong bulu
ayam yang ada di sentra industri kecil di Serengan milik Bapak Sarno. Alat
tersebut digerakkan dengan kaki. Gambar alat pemotong bulu ayam dapat dilihat
pada gambar 4.2 di bawah ini.
Bagian 4
Finishing
PackingBagian 5
Menancapkan BuluAyam Ke Dalam Dop
Pemasangan Cetakan Mahkota(Penyetelan Panjang Bulu
Menjahit Bulu
Memberi Lem Pada Jahitan
Menempelkan Lis
Bagian 3
Bahan Baku Dop
MenempelkanLabel atau Merek
Melubangi Dop
Bagian 1
Bahan Baku Bulu Ayam
PemotonganBentuk Bulu
Merapikan Bulu DenganAlat Pemanas
Bagian 2
Gambar 4.2 Alat Pemotong bulu ayam Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
Keterangan gambar 4.2 dan fungsinya, yaitu:
1. Rangka, berfungsi sebagai penyangga antara tuas dengan tali.
2. Per tekan, berfungsi menekan pisau pemotong kemudian mengembalikan lagi
tuas kembali ke atas pada posisi semula.
3. Rumah pisau, berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan pisau cutter.
4. Landasan, berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan bulu.
5. Pedal kaki, berfungsi sebagai pijakan untuk menggerakkan pisau pemotong.
6. Tali, berfungsi sebagai penghubung antara tuas dengan pedal kaki
7. Tuas, berfungsi penggerak pisau pemotong yang dihubungkan dengan batang
penghubung.
B. Operator pemotong bulu ayam
Alat pemotong bulu ayam digunakan untuk memotong ujung bulu, proses
pemotongan bulu ayam shuttle cock ditempat penelitian menggunakan alat
pemotong bulu ayam yang masih sederhana. Pisau potong pada alat pemotong
bulu ayam menggunakan pisau cutter. Hal ini mengakibatkan pisau potong tidak
1
2
3
4
5
6
7
tahan lama dan setiap saat harus diganti karena pisau tidak tajam lagi (tumpul).
Proses pemotongan bulu ayam diperusahaan kurang ergonomis, hal ini
disebabakan karena fasilitas kerja yang dipakai operator tidak sesuai. Pada proses
ini, meja yang digunakan oleh operator kurang tinggi sehingga punggung operator
membungkuk. Tinggi meja yang digunakan diperusahaan adalah 55 cm. Proses
memotong bulu dengan alat pemotong bulu ayam di tempat penelitian dapat
dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.
Gambar 4.3 Memotong bulu ayam dengan alat pemotong yang lamaSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
Fasilitas kerja lain yang belum sesuai dengan kondisi kerja yang baik di
tempat penelitian adalah kursi. Kursi yang dipakai juga kurang tinggi sehingga
kaki dari operator menekuk. Pada proses pemotongan ini operator bekerja dengan
menggunakan kursi plastik dengan tinggi 18 cm. Sehingga pada perancangan
perbaikan alat pemotong bulu ayam ini dibuat rancangan fasilitas kerja yang
sesuai dengan kondisi kerja alat.
4.1.2 Spesifikasi Alat Pemotong Bulu Ayam
Alat pemotong bulu ayam yang ada di sentra industri kecil di Serengan
milik Bapak Sarno ini memiliki ukuran dengan panjang 20 cm, lebar 6 cm, tinggi
25 cm dan berat alat 3 kilogram.
Gambar 4.4 Dimensi alat pemotong bulu ayam yang lamaSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Serengan milik Bapak Sarno,
operator bekerja dengan posisi badan duduk, alat pemotong ini memotong bulu
ayam bagian depan dengan menggunakan pisau cutter sebagai alat pemotong dan
bagian bawah kiri dan kanan bulu ayam dipotong menggunakan alat berupa
gunting.
4.1.3 Spesifikasi Dan Spek Bulu Ayam Di Gunakan Di Industri Shutle CockT3 Milik Bapak Sarno
Bulu ayam yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan shuttle cock di
Surakarta memiliki spek bulu ayam yang lebih panjang dan lebih lebar dari bulu
ayam shuttle cock yang digunakan di daerah Malang, hal ini dikarenakan
perbedaan geografis antara daerah Solo dan Malang. Sedangkan bulu ayam yang
memenuhi syarat untuk dipotong adalah bulu ayam yang memiliki rat-rata
panjang yang sama yaitu antara 6,4 cm- 7,0 cm dan bentuk bulu yang rapi.
4.1.4 Peta Tangan Kiri Dan Tangan Kanan Alat Pemotong Awal dan AlatPemotong Gunting
Data elemen kerja merupakan data peta tangan kanan dan tangan kiri. Data
ini diperoleh dengan mengamati setiap gerakan tangan kanan dan tangan kiri yang
dilakukan operator pada stasiun pemotongan kemudian menganalisanya. Selain
itu, dapat menunjukkan perbandingan antara tugas yang diberikan tangan kanan
dan kiri ketika melakukan pekerjaan. Peta kerja tangan kanan dan kiri dengan
menggunakan alat pemotong bulu ayam awal dan alat gunting dapat dilihat pada
tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Peta tangan kanan dan tangan kiri alat pemotong awal
Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
Dijelaskan pada tabel 4.1 di atas merupakan data peta kerja tangan kanan
dan tangan kiri pada proses pemotongan bulu ayam dengan menggunakan alat
pemotong dengan sistem penggeraknya menggunakan kaki, pengukuran waktu
kerja operator di ukur berdasarkan waktu proses gerakan tangan pada saat bekerja,
sedangkan waktu set up atau setting alat tidak di ukur. Waktu proses yang
dihasilkan gerakan tangan pada saat bekerja menggunakan alat pemotong bulu
ayam membutuhkan waktu 6 detik per satu bulu ayam dengan sampel panjang
ukuran benda kerja 6,4 cm – 7,0 cm.
Tabel 4.2 PTKTK pemotongan bulu ayam menggunakan gunting
Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009
Dijelaskan pada tabel 4.2 di atas, waktu proses yang dihasilkan gerakan
tangan pada saat bekerja menggunakan alat pemotong gunting membutuhkan
waktu 4 detik per satu bulu ayam dengan sampel panjang ukuran benda kerja
6,4 cm – 7,0 cm.
4.1.5 Data Anthropometri
Data anthropometri yang digunakan dalam perancangan alat pemotong
bulu ayam adalah tinggi duduk tegak, jarak tangan depan, tinggi popliteal. Data
yang terkumpul selanjutnya di uji keseragaman data dan uji kecukupan datanya,
kemudian dilakukan perhitungan nilai persentil yang digunakan untuk
menentukan ukuran dari alat pemotong bulu ayam.
A. Uji keseragaman data, uji kecukupan data dan perhitungan nilai persentiluntuk data anthropometri
Setelah melakukan pengukuran dimensi tubuh mengenai keadaan aktual
dari fasilitas kerja yang diperlukan untuk perancangan alat pemotong bulu ayam,
kemudian dilakukan perhitungan data anthropometri. Perhitungan data
anthropometri meliputi uji keseragaman data, uji kecukupan data dan perhitungan
presentil, sebagai berikut:
1. Tinggi duduk tegak (TDT)
Di ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung kepala.
Subjek duduk tegak dengan memandang lurus ke depan dan lutut membentuk
sudut siku-siku. Tinggi duduk tegak digunakan untuk menentukan tinggi alat
a. Uji keseragaman data tinggi duduk tegak,
Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan 30 sampel karena
n = 5, n merupakan ukuran sampel sehingga subgroup dibuat 6 data dianggap
telah normal.
Tabel 4.3 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TDT
Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5
x
1 84 85 83 86 89 85,42 88 82 87 87 84 85,63 90 81 86 87 86 86,04 89 87 82 88 85 86,25 87 86 87 85 89 86,86 87 88 85 87 86 86,6
x 86,1
Contoh perhitungan rata-rata,
NXi
X ∑=
cmX 4,855
89868385841 =
++++=
cmX 4,855
84878782882 =
++++=
Perhitungan rata-rata sub group,
NX
X ∑= = 1,866
6,868,862,86866,854,85=
+++++ cm
Contoh perhitungan standar deviasi,
( )1
2
−
−= ∑
NXXi
σ
15)4,8589()4,8586()4,8583()4,8585()4,8584( 22222
1 −−+−+−+−+−
=σ
= 2,302 cm
15)85,684()85,687()85,687()85,682()85,688( 22222
2 −−+−+−+−+−
=σ
= 2,51 cm
Perhitungan standar deviasi sub group,
n
ix ∑=
σσ = 24,2
6442,13
614,148,177,224,351,2302,2
==+++++ cm
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata tinggi duduk tegak 86,1 cm dan standar
deviasinya 2,24 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan
persamaan 2.3 dan persamaan 2.4, sebagai berikut:
BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−
= 86,1+ (2*2,24) = 86,1- (2*2,24)
= 86,1+ (4,48) = 86,1 – (4,48)
= 90,58 cm = 81,62 cm
Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas tinggi duduk tegak 90,58 cm
dan batas kendali bawahnya 81,62 cm. Grafik kendali tinggi duduk tegak
disajikan pada gambar 4.5 di bawah ini.
TDT
81
83
85
87
89
91
1 2 3 4 5 6
Sub groupD
ata
anth
ropo
met
ri
BA
TDT
BT
BW
Gambar 4.5 Grafik kendali TDT
Pada gambar 4.5 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-
batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.
b. Uji kecukupan data tinggi duduk tegak,
Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan
95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.
Perhitungan uji kecukupan data tinggi duduk tegak menggunakan persamaan
2.5, sebagai berikut:
012.12583
)2583()222537(3005,0/2'
22
=
−=N
Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 1,012 Karena data teoritis
lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang
dikumpulkan telah mencukupi.
c. Perhitungan persentil,
Persentil–5 = XX σ.645,1− Persentil-95 = XX σ.645,1+
= 86,1 – (1,645*2,24) = 86,1 +(1,645*2,24)
= 82,41 cm = 89,78 cm
2. Jarak tangan depan (JTD)
Diukur jarak horizontal dari punggung sampai ujung jari tengah. Subjek
duduk tegak tangan direntangkan horizontal ke depan.
a. Uji keseragaman data jarak tangan depan,
Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan persamaan 2.13 dan
persamaan 2.14.
Tabel 4.4 Persiapan perhitungan uji keseragaman data JTD
Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5
x
1 69 68 63 66 67 66,62 72 68 68 65 67 68,03 65 66 69 66 69 67,04 67 66 68 68 70 67,85 69 70 66 65 64 66,86 64 69 67 67 71 67,6
x 67,3
Contoh perhitungan rata-rata,
NXi
X ∑=
cmX 6,665
67666368691 =
++++=
cmX 685
67656868722 =
++++=
Perhitungan rata-rata sub group,
NX
X ∑= = 3,676
6,678,668,6767686,66=
+++++ cm
Contoh perhitungan standar deviasi,
( )1
2
−
−= ∑
NXXi
σ
15)6,6667()6,6666()6,6663()6,6668()6,6669( 22222
1 −−+−+−+−+−
=σ
= 2.302 cm
15)6867()6865()6868(6868()6872( 22222
2 −−+−+−+−+−
=σ
= 2.55 cm
Perhitungan standar deviasi sub group,
n
ix ∑=
σσ = 23,2
6402,13
6607,258,248,187,155,2302,2
==+++++ cm
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata jarak tangan depan 67,3 cm dan standar
deviasinya 2,23 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan
persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:
BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−
= 67,3 + (2*2,23) = 67,3- (2*5,47)
= 67,3+ (4,46) = 67,3– (4,46)
= 71,76 cm = 62,84 cm
Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas jarak tangan depan 71,76 cm
dan batas kendali bawahnya 62,84 cm. Grafik kendali tinggi duduk tegak
disajikan pada gambar 4.6 di bawah ini.
JTD
60626466687072
1 2 3 4 5 6
Sub group
Dat
a an
thro
pom
etri JTD
BA
BT
BW
Gambar 4.6 Grafik kendali JTD
Pada gambar 4.6 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-
batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.
b. Uji kecukupan data jarak tangan depan,
Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan
95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.
Perhitungan uji kecukupan data jangkauan tangan depan menggunakan
persamaan 2.17, sebagai berikut:
=
−=
22
2019)2019()136011(3005,0/2
'N 1,56
Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 1,56. Karena data teoritis
lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang
dikumpulkan telah mencukupi.
c. Perhitungan persentil,
Persentil–5 = XX σ.645,1−
= 67,3 – (1,645*2,23)
= 70,96 cm
3. Tinggi siku kerja (TSK)
Diukur jarak vertikal dari lutut duduk sampai genggaman tangan. Subjek
dalam keadaan kerja, tangan menggenggam dan membentuk sudut siku-siku.
a. Uji keseragaman data tinggi siku kerja,
Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan persamaan 2.13 dan
persamaan 2.14.
Tabel 4.5 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TSK
Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5
x
1 9 12 10 11 13 11,02 11 10 13 10 12 11,23 10 13 11 12 11 11,44 12 13 10 11 12 11,65 13 10 12 13 11 11,86 12 11 13 12 9 11,4
x 11,4
Contoh perhitungan rata-rata,
NXi
X ∑=
115
1311101291 =
++++=X cm
2,115
12101310112 =
++++=X cm
Perhitungan rata-rata sub group,
NX
X ∑=
4,116
4,118,116,114,112,1111=
+++++= cm
Contoh perhitungan standar deviasi,
( )1
2
−
−= ∑
NXXi
σ
15)1113()1111()1110()1112()119( 22222
1 −−+−+−+−+−
=σ
= 1,58 cm
15)2,1112()2,1110()2,1113()2,1110()2,1111( 22222
2 −−+−+−+−+−
=σ
= 1,30 cm
Perhitungan standar deviasi sub group,
ni
x ∑=σ
σ = 33,1698,7
651,130,114,114,130,158,1
==+++++ cm
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata tinggi siku kerja 11,4 cm dan standar
deviasinya 1,33 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan
persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:
BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−
= 11,4 +(2*1,33) = 11,4 – (2*1,33)
= 14,06 cm = 8,74 cm
Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas tinggi siku kerja 14,06 cm dan
batas kendali bawahnya 8,74 cm. Grafik kendali tinggi siku kerja disajikan
pada gambar 4.7 di bawah ini.
TSK
89
1011121314
1 2 3 4 5 6
Sub group
Dat
a an
thro
pom
etri
TSK
BA
BT
BW
Gambar 4.7 Grafik kendali TSK
Pada gambar 4.7 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-
batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.
b. Uji kecukupan data tinggi siku kerja,
Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan
95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.
Perhitungan uji kecukupan data tinggi siku kerja menggunakan persamaan
2.17, sebagai berikut:
=
−=
22
342)342()3944(3005,0/2
'N 18,54
Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 18,54. Karena data teoritis
lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang
dikumpulkan telah mencukupi.
c. Perhitungan persentil,
Presentil–5 = XX σ.645,1− Presentil-95 = XX σ.645,1+
= 11,4–(1,645*1,33) = 11,4 + (1,645*1,33)
= 9,21 cm = 13,58 cm
4. Tinggi Siku Duduk (TSD)
Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah situ.
Subyek duduk tegak dengan lengan atas vertikal disisi badan dan membentuk
sudut situ-siku dengan lengan bawah.
a. Uji keseragaman data tinggi siku duduk,
Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan persamaan 2.13 dan
persamaan 2.14.
Tabel 4.6 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TSD
Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5
x
1 22 21 19 18 20 20,02 20 19 21 19 20 19,83 18 19 20 22 21 20,04 21 20 19 20 21 20,25 19 20 22 19 22 20,46 21 19 20 22 19 20,2
x 20,1
Contoh perhitungan rata-rata,
NXi
X ∑=
205
20181921221 =
++++=X cm
8,195
20192119202 =
++++=X cm
Perhitungan rata-rata sub group,
NX
X ∑=
1,206
2,204,202,20208,1920=
+++++= cm
Contoh perhitungan standar deviasi,
( )1
2
−
−= ∑
NXXi
σ
15)2020()2018()2019()2021()2022( 22222
1 −−+−+−+−+−
=σ
= 1,58 cm
15)8,1920()8,1919()8,1921()8,1919()8,1920( 22222
2 −−+−+−+−+−
=σ
= 0,83 cm
Perhitungan standar deviasi sub group,
n
ix ∑=
σσ = 275,1
665,7
630,151,183,058,183,058,1
==+++++ cm
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata tinggi siku duduk 20,1 cm dan standar
deviasinya 1,275 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan
persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:
BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−
= 20,1 +(2*1,275) = 20,1 - (2*1,275)
= 22,65 cm = 17,55 cm
Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas tinggi siku duduk 26,34 cm
dan batas kendali bawahnya 13,86 cm. Grafik kendali tinggi duduk tegak
disajikan pada gambar 4.8 di bawah ini.
TSD
17
18
1920
21
22
23
1 2 3 4 5 6
Sub groupD
ata
anth
ropo
met
ri
TSD
BA
BT
BW
Gambar 4.8 Grafik kendali TSD
Pada gambar 4.8 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-
batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.
b. Uji kecukupan data tinggi siku duduk,
Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan
95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.
Perhitungan uji kecukupan data tinggi siku duduk menggunakan persamaan
2.17, sebagai berikut:
=
−=
22
603)603()12163(3005,0/2
'N 5,63
Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 5,63. Karena data teoritis
lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang
dikumpulkan telah mencukupi.
c. Perhitungan persentil,
Persentil-95 = XX σ.645,1+
= 20,1 + (1,645*1,275)
= 22,2 cm
5. Tinggi popliteal (TP)
Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat
sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah
membentuk sudut siku-siku.
a. Uji keseragaman data tinggi popliteal,
Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan persamaan 2.13 dan
persamaan 2.14.
Tabel 4.7 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TP
Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5 x
1 38 44 41 42 39 40,82 41 42 37 38 40 39,63 37 38 42 40 39 39,24 40 40 39 41 42 40,45 43 42 42 39 41 41,46 39 39 38 38 43 39,4
x 40,1
Contoh perhitungan rata-rata,
NXi
X ∑=
8,405
39424144381 =
++++=X cm
6.395
40383742412 =
++++=X cm
Perhitungan rata-rata sub group,
NX
X ∑=
1,406
4,394,414,402,396,398,40=
+++++= cm
Contoh perhitungan standar deviasi,
( )1
2
−
−= ∑
NXXi
σ
15)8,4039()8,4042()8,4041()8,4044()8,4038( 22222
1 −−+−+−+−+−
=σ
= 2,38 cm
15)6.3940()6.3938()6.3937()6.3942()6.3941( 22222
2 −−+−+−+−+−
=σ
= 2,07 cm
Perhitungan standar deviasi sub group,
n
ix ∑=
σσ = 85,1
611,11
607,251,114,192,107,238,2
==+++++ cm
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata tinggi popliteal 40,1 cm dan standar
deviasinya 1,85 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan
persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:
BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−
= 40,1+(2*1,85) = 40,1- (2*1,85)
= 43,8 cm = 36,4 cm
Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas tinggi popliteal 43,8 cm dan
batas kendali bawahnya 36,4 cm. Grafik kendali tinggi popliteal disajikan
pada gambar 4.9 di bawah ini.
TP
35
37
39
41
43
45
1 2 3 4 5 6
Sub group
Dat
a an
thro
pom
etri
TP
BA
BT
BW
Gambar 4.9 Grafik kendali TP
Pada gambar 4.9 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-
batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.
b. Uji kecukupan data tinggi popliteal,
Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan
95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.
Perhitungan uji kecukupan data rentangan tangan menggunakan persamaan
2.17, sebagai berikut:
=
−=
22
1204)1204()48426(3005,0/2
'N 3,49
Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 3,49. Karena data teoritis
lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang
dikumpulkan telah mencukupi.
c. Perhitungan persentil,
Persentil-95 = XX σ.645,1+
= 40,1 + (1,645*1,85)
= 43,14 cm
Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil uji keseragaman data
No Deskripsi Data X Xσ BKA BKB Kesimpulan
1 Tinggi duduk tegak 86,1 2,24 90,58 81,62 Data seragam
2 Jarak tangan depan 67,3 2,23 71,76 62,84 Data seragam
3 Tinggi Siku Kerja 11,4 1,33 14,06 8,74 Data seragam
4 Tinggi siku duduk 20,1 1,275 22,65 17,55 Data seragam
5 Tinggi popliteal 40,1 1,85 43,8 36,4 Data seragam
Sumber: Pengolahan data, 2009
Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil uji kecukupan dataNo Deskripsi Data Kesimpulan
1 Tinggi duduk tegak 1,012 Data cukup
2 Jarak tangan depan 1,56 Data cukup
3 Tinggi Siku Kerja 18,54 Data cukup
4 Tinggi siku duduk 5,63 Data cukup
5 Tinggi popliteal 3,49 Data cukup
Sumber: Pengolahan data, 2009
Tabel 4.10 Rekapitulasi hasil perhitungan persentilNo Deskripsi Data P-5 P-95
1 Tinggi duduk tegak 82,41 89,78
2 Jarak tangan depan 63,63 70,96
3 Tinggi Siku Kerja 9,21 13,58
4 Tinggi siku duduk 18 22,2
5 Tinggi popliteal 37,05 43,14 Sumber: Pengolahan data, 2009
Dari tabel rekapitulasi data diatas, maka selanjutnya dapat ditentukan
dimensi alat pemotong bulu ayam dan fasilitas kerja lainnya. Penentuan dimensi
alat pemotong bulu ayam dan fasilitas kerja lainnya dapat dilihat pada tahap
pengolahan data.
4.2 PENGOLAHAN DATA
Setelah tahapan proses pengumpulan data selesai, maka tahap berikutnya
yaitu pengolahan data.
4.2.1 Dimensi Alat Dengan Operator Berdasarkan Data Anthropometri
Hasil dari uji keseragaman data, uji kecukupan data dan perhitungan nilai
presentil diatas, dapat ditentukan tinggi kursi dan meja yang digunakan operator
pada proses pemotongan bulu ayam. Mengevaluasi meja dan kursi yang
digunakan operator pada proses pemotongan bulu ayam lebih ergonomis,
sebaiknya dibuat dalam bentuk fisik meja dan kursi yang sesungguhnya.
Penentuan penggunaan meja dan kursi ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji
apakah meja dan kursi yang digunakan operator pada proses pemotongan bulu
ayam sesuai atau tidak.
1. Penentuan ukuran meja dengan menggunakan persentil
a. Tinggi meja,
Tinggi meja di dapat dari hasil penjumlahan data anthropometri tinggi
popliteal persentil ke-95 sebesar 36,4 cm, tinggi siku duduk persentil ke-95
sebesar 18, dan toleransi alas kaki sebesar 2 cm (Nurmianto E. 2004).
= tp persentil ke-95 + tsd persentil ke-95 + toleransi alas kaki
= 43,14 cm + 22,2 cm + 2 cm
= 67,34 cm 67 cm
b. Lebar meja,
Untuk menentukan lebar meja diperlukan data dimensi jangkauan tangan ke
depan dengan persentil ke-5, yaitu sebesar 63,63 cm. Penentuan persentil ke-5
untuk jangkauan tangan ke depan bertujuan agar orang-orang yang memiliki
jangkauan tangan yang pendek dapat menggunakan rancangan ini tanpa harus
membungkuk untuk mencapai bagian ujung meja.
= jtd persentil ke-5
= 63,63 cm 63 cm
c. Panjang meja,
Dalam penentuan panjang meja diperlukan data dimensi dua kali jangkauan
tangan ke depan persentil ke-5, yaitu sebesar 63,63 cm.
= jtd persentil ke-5*2
= 63,63 cm*2
= 127,26 cm 127 cm
Penentuan persentil 5 untuk jangkauan tangan ke depan bertujuan agar orang-
orang yang memiliki jangkauan tangan pendek dapat menggunakan rancangan
ini.
Gambar 4.10 Penentuan ukuran meja dengan menggunakan persentil
2. Penentuan ukuran tinggi kursi dengan menggunakan persentil
Penentuan tinggi kursi memerlukan data dimensi tinggi popliteal persentil
ke-95 sebesar 43,14 cm ditambah toleransi alas kaki sebesar 2 cm (Nurmianto E,
2004). Pemilihan persentil ke-95 untuk tinggi popliteal bertujuan untuk
mengakomodasi orang-orang yang mempunyai tungkai bawah yang panjang.
Untuk orang-orang yang mempunyai tungkai bawah pendek dapat ditambahkan
penyangga pada kaki kursi.
= tp persentil ke-95 + toleransi alas kaki
= 43,14 cm + 2 cm
= 45,14 cm 45 cm
Gambar 4.11 Penentuan ukuran kursi dengan menggunakan persentil
89,78
22,2
70,96
13,58
43,14
Gambar 4.12 Penentuan operator bekerja dengan menggunakan persentil
Dengan menggunakan meja dan kursi yang telah di tentukan, operator
yang bekerja pada stasiun pembubutan lebih ergonomis. Sehingga pada
perancangan alat pemotong bulu ayam di sarankan menggunakan kursi dan meja
yang telah ditentukan agar sesuai dengan kondisi kerja alat tersebut
4.2.2 Bill of Material Rancangan Perbaikan Alat Pemotong Bulu Ayam
Bill of material merupakan komponen penyusunan produk hingga
menjadi satu benda kerja yang dapat digunakan dan bekerja dengan baik, bill of
material alat pemotong bulu ayam dengan sistem mekanisme penarik dapat
dilihat, sebagai berikut:
1. Material penyusun produk (bill of material),
Perancangan alat pemotong bulu ayam terdapat 8 komponen. Komponen-
komponen tersebut dirangkai menjadi satu sehingga menjadi sebuah alat yang
dapat dioperasikan. Gambar bill of material rancangan perbaikan alat pemotong
bulu ayam dapat dilihat pada gambar 4.13 dibawah ini.
Gambar 4.13 Bill of material rancangan perbaikan alat pemotong bulu ayam
Gambar 4.13 bill of material di atas, dapat dijelaskan dari masing-masing
komponen penyusun produk beserta fungsinya, yaitu:
a. Alat pemotong bulu ayam, serangkaian gabungan dari beberapa komponen
penyusun yang berfungsi sebagai alat untuk pemotong bulu ayam untuk
memberikaan kenyamanan bagi operator pada stasiun pemotongan.
Gambar 4.14 Rancangan alat pemotong bulu ayam
b. Tiang, berfungsi sebagai penyangga berdirinya alat potong bulu ayam.
Kerangka dipilih dari besi plat karena mudah didapat dan harganya tidak
mahal.
Gambar 4.15 Komponen 1 rancangan rangka alat pemotong bulu ayam
c. Dasar, berfungsi sebagai berdirinya kerangka alat pemotong bulu ayam. Dasar
terbuat dari besi, tiap sudut dasar terdapat pengait ke meja yang bertujuan agar
dalam penempatan alat potong tidak bergerak. Penyambungan dasar dengan
pengait dilakukan dengan cara di las.
Gambar 4.16 Komponen 2 rancangan dasar alat pemotong bulu ayam
d. Tuas, berfungsi sebagai penggerak pisau potong yang dihubungkan dengan
batang penghubung. Tuas terbuat dari besi silinder, terdapat 3 lubang pada
tuas yang berfungsi untuk mengaitkan tuas dengan tiang dan batang
penghubung.
Gambar 4.17 komponen 3 rancangan tuas alat pemotong bulu ayam
e. Batang penghubung, berfungsi sebagai penghubung antara tuas dengan rumah
pisau. Batang penghubung terbuat dari besi silinder, di ujung bawah batang
penghubung terdapat baut pengatur yang berfungsi untuk membuka dan
mengencangkan rumah pisau.
Gambar 4.18 Komponen 4 rancangan batang penghubung alat pemotong bulu ayam
f. Per tekan, berfungsi untuk menekan pisau pemotong kemudian
mengembalikan lagi tuas kembali ke atas pada posisi semula. Per tekan dipilih
dari baja elastis agar tekanan per kuat dan tidak mudah lembek.
Gambar 4.19 Komponen 5 rancangan per tekan alat pemotong bulu ayam
g. Kawat penghubung, berfungsi sebagai penghubung antara tuas dengan pedal
kaki.
Gambar 4.20 Komponen 6 rancangan kawat penghubung alat pemotong bulu ayam
h. Dies bawah, berfungsi untuk menempatkan bulu ayam yang siap untuk
dipotong.
Gambar 4.21 Komponen 7 rancangan dies bawah alat pemotong bulu ayam
i. Rumah pisau, berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan pisau potong.
Rumah pisau terbuat dari besi silinder dan pisau potong memiliki 3 sisi mata
pisau berfungsi untuk memotong bulu bagian atas, bagian bawah kanan dan
bagian bawah kiri.
Gambar 4.22 Komponen 8 rancangan rumah pisau alat pemotong bulu ayam
2. Perakitan komponen alat pemotong bulu ayam
Perakitan komponen alat pemotong bulu ayam dilakukan di bengkel
rekayasa kualitas. Setelah semua komponen alat pemotong bulu ayam telah siap,
kemudian dirakit sesuai dengan rencana awal perancangan (lihat gambar 4.23).
Gambar 4.23 Perakitan komponen alat pemotong bulu ayam
Perakitan dimulai dari merakit komponen 1 (tiang), komponen 2 (dasar)
dan komponen 7 (dies bawah). Kemudian komponen 4 (batang penghubung)
dimasukkan pada lubang yang terdapat pada komponen 1 (tiang). Setelah batang
penghubung tersambung dengan komponen tiang, kemudian komponen per tekan
dimasukkan ke dalam komponen batang penghubung dan komponen 8 (rumah
pisau) yang memiliki 3 sisi mata pisau dipasang pada ujung bawah komponen
batang penghubung. Setelah semua komponen telah terpasang, kemudian
sambung komponen 3 (tuas) dengan komponen tiang dan komponen batang
penghubung. Setelah komponen tuas terpasang, langkah terakhir yang dilakukan
adalah pasangkan komponen 6 (kawat) dengan komponen tuas dan dihubungkan
ke pedal kaki.
3. Pengoperasian alat pemotong bulu ayam
Urutan proses pengoperasian alat pemotong bulu ayam melalui beberapa
langkah, yaitu:
1. Ambil bulu ayam yang akan dipotong.
2. Letakkan bulu ayam ke dies bawah.
3. Mengatur posisi bulu ayam.
4. Injak pedal kaki untuk memotong bulu ayam.
5. Bulu ayam yang telah terpotong diletakkan dibagian bulu yang telah
terpotong.
4.2.3 Menentukan Kekuatan Material
Untuk mengetahui bahan yang digunakan cukup kuat untuk menahan
beban maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan perhitungan tegangan
yang diterima pada kaki meja menggunakan analisis vektor (Sriwarno A.B.,
1998). Gambar vektor pada kaki meja disajikan pada gambar 4.24.
Gambar 4.24 Beban dan jarak rangka alat pemotong bulu ayam
Gambar 4. 25 Analisis gaya dengan metode vektor
Data pada gambar 4.25 di atas digunakan untuk mencari tegangan geser
pada rangka mesin dan tegangan geser pada profil, sehingga dapat dihitung
kemudian dibandingkan antara besar tegangan geser pada rangka mesin dan besar
tegangan geser pada profil sehingga diperoleh hasil perhitungan rangka mesin
yang dibuat, sebagai berikut:
1. Langkah 1, mencari Ra dan Rb,
Diketahui beban yang diterima oleh Ra dan Rb adalah beban merata sehingga
beban Ra dan beban Rb sama, kemudian dapat dihitung besar beban Ra dan
beban Rb menggunakan persamaan 2.20, sebagai berikut:
a. Mencari beban Rb,
Rb =21 x q x L
Rb =21 x 3 kgf/m x 0,423 m
Rb = 1,5 kgf/m x 0,423 m
Rb = 0,6345 kgf
b. Mencari beban Rc,
Rc =21 x q x L
Rc =21 x 3 kgf/m x 0,423 m
Rc = 1,5 kgf/m x 0,423 m
Rc = 0,6345 kgf
Sehingga dapat diperoleh besar beban Rb dan beban Rc yaitu 0,6345 kgf.
2. Langkah 2 menghitung momen pada tiap titik.
Momen yang diberikan pada tiap titik terdiri dari momen C (MC) dan momen
D (MD), sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan 2.21 di bawah ini.
a. Mencari momen D
∑ = 0MD
Ra x AD – q x AD x21 x AD = 0
Ra x 0,846 – 3 x 0,846 x21 x 0,846 = 0
Ra x 0,846 – 2,538 x 0,423 = 0
Ra x 0,846 = 1,07
Ra =846,007,1
Ra = 1,26 kgf/m
b. Mencari momen C
∑ = 0MC
Ra x BC – q x BC x21 x BC
Ra x 0,423 – 3 x 0,423x21 x 0,423 = 0
Ra x 0,423 – 1,269 x 0,2115 = 0
Ra x 0,423 = 0,2684
Ra =423,0
2684,0
Ra = 0,634 kgf/m
Sehingga diperoleh besar momen D (MD) = 1,26 kgf/m, momen C (MC) =
0,634 kgf/m. Kemudian dari 2 momen tersebut diambil momen yang terbesar
yaitu momen D (MD) = 1,26 kgf/m
3. Langkah ke 3 mencari besarnya momen inersia pada kaki meja menggunakan
persamaan 2.23 di bawah ini.
I1 = I0 + A1 x d12
I1 =121 x 50 x 50 x 790 x 502
I1 = 411.458.333,33 mm
Sehingga dapat diperoleh besar momen inersia balok = 411.458.333,33 mm.
Kemudian dapat dihitung besar tegangan geser yang diijinkan pada rangka
mesin menggunakan persamaaan 2.24 di bawah ini.
τ =Ix
MY
τ =33,333.458.411
67526,1 x
τ = 2,06704.10-6 kg/mm2.
Perhitungan tegangan geser yang diijinkan pada batang kaki meja diperoleh
hasil 2,06704.10-6 kg/mm2, sehingga dapat dihitung tegangan ijin profil balok
kayu jati dengan tegangan geser yang diijinkan sebesar 0.825 kg/mm2, seperti
di bawah ini.
Tegangan ijin profil =FS
tarikxτ5,0
Tegangan ijin profil =2
825.05,0 x
Tegangan ijin profil = 0,20625 kg/mm2.
Diperoleh kesimpulan bahwa tegangan geser pada batang kaki meja yang
dibuat sebesar 2,06704.10-6 kg/mm2 dan tegangan geser yang diijinkan pada profil
kayu yang digunakan sebesar 0,20625 kg/mm2, besarnya tegangan geser pada kaki
meja yang dibuat lebih kecil dari pada tegangan geser yang diijinkan pada profil
kayu yaitu (2,06704.10-6 kg/mm2 < 0,20625 kg/mm2, maka meja cukup kuat untuk
menahan beban).
4.2.4 Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri
Data-data yang digunakan dalam perancangan alat pemotong bulu ayam
shuttle cock adalah aktivitas proses produksi di industri usaha kecil shuttle cock
T3 milik Bapak Sarno pada operator di stasiun pemotongan dapat dijelaskan
dengan peta tangan kiri dan tangan kanan. Peta tangan kiri dan tangan kanan atau
lebih dikenal sebagai peta operator (Operator Process Chart) merupakan suatu
peta yang menggambarkan semua gerakan-gerakan dan waktu menganggur saat
bekerja, dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan.
Selain itu, peta ini dapat menunjukkan perbandingan antara tugas yang
dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan.
Tujuan dari peta tangan kiri dan tangan kanan adalah mengurangi gerakan yang
tidak perlu dilakukan dan mengatur gerakan pada proses bekerja sehingga
diperoleh urutan gerakan yang baik. Proses pemotongan pada stasiun kerja
pemotongan menggunakan alat rancangan, dapat dijelaskan dengan menggunakan
peta tangan kiri dan tangan kanan, seperti pada tabel 4.11 di bawah ini.
Tabel 4.11 Peta tangan kanan dan tangan kiri
Sumber: Pengolahan data, 2009
Dijelaskan pada tabel 4.11 di atas merupakan data perancangan peta kerja
tangan kiri dan kanan pada proses pemotongan bulu ayam, pengukuran waktu
kerja operator diukur berdasarkan waktu proses gerakan tangan pada saat bekerja
sedangkan waktu setup atau setting alat tidak di ukur. Waktu proses yang
dihasilkan gerakan tangan pada saat bekerja menggunakan alat pemotong
membutuhkan waktu 6 detik per satu kali proses kerja, dengan jumlah produk 1
helai bulu ayam. Efisiensi perubahan waktu alat pemotong bulu ayam shuttle cock
awal dan alat pemotong bulu ayam shuttle cock rancangan, sebagai berikut:
%100*B
AB −=η
= %100*10
610−
= 40 %
Data-data yang telah diperoleh dijadikan data pengamatan yang dibuat
peta kerja usulan dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki waktu proses
serta gerakan tangan pada proses pemotongan bulu ayam.
4.2.5 Kualitas Hasil Pemotongan Bulu Ayam Pada Alat Pemotong BuluAyam Awal
Uji kualitas hasil pemotongan dilakukan untuk mengetahui apakah proses
yang dilakukan ditempat penelitian sudah memenuhi target yang diharapkan.
Hasil yang di ukur untuk mengetahui kualitas hasil pemotongan pada alat
pemotong bulu ayam, yaitu:
1. Panjang Bulu Ayam.
Hasil proses pemotongan bulu ayam shuttle cock yang di ukur adalah
panjang bulu shuttle cock seperti ditunjukkan pada gambar 4.26 di bawah ini.
Gambar 4.26 Panjang bulu yang di inspeksi
a. Data panjang buluData panjang bulu diperoleh dari hasil pemotongan alat pemotong bulu
ayam di perusahaan. Sampel yang diambil masing-masing berjumlah 50 dengan
ukuran sampel 4. Data panjang bulu shutte cock dapat dilihat pada tabel 4.12
dibawah ini.
Tabel. 4.12 Panjang bulu ayam shuttle cock dengan alat awal
Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4
1 6,26 6,32 6,38 6,342 6,99 6,68 6,52 6,973 6,57 6,31 6,58 6,844 6,36 6,32 6,76 6,465 6,47 6,83 6,77 6,336 6,58 6,43 7,05 6,357 6,38 6,32 6,82 6,788 6,84 6,78 6,8 6,639 6,48 6,68 6,72 6,53
10 6,43 7,06 6,41 6,5311 7,08 7,02 6,94 6,0112 6,61 6,75 7,09 6,6913 6,93 6,62 7,09 6,4214 6,71 6,62 6,5 7,115 6,99 6,61 6,62 6,6916 7,03 7,04 6,55 6,9117 6,96 6,75 6,85 6,6118 6,99 7,21 7,02 7,0119 6,21 6,49 6,34 6,3320 6,37 6,95 6,46 6,6321 6,45 6,66 6,97 6,4222 6,46 6,65 6,71 6,823 6,81 6,72 6,38 6,8324 6,37 6,54 6,88 725 6,6 6,89 6,72 6,5526 6,99 7,14 7,07 7,0527 6,78 6,77 6,43 6,4728 6,4 6,99 6,52 6,8629 6,53 7,05 6,74 7,0430 7,04 6,34 6,37 6,9331 6,75 6,72 6,83 6,432 6,83 6,76 6,6 6,8633 6,45 6,48 7,02 6,6634 6,62 6,99 6,52 7,135 6,66 7 6,42 6,6936 7,08 7,05 7 7,0637 6,84 7,04 6,43 6,45
Lanjutan tabel 4.12
Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4
38 6,81 6,72 6,79 6,8939 7,2 7,09 7,06 6,1440 6,45 6,68 6,63 6,8241 6,76 6,67 6,7 6,9342 6,76 6,84 6,85 7,0643 6,67 6,76 6,74 6,3844 6,79 6,64 6,55 6,6745 6,45 7 6,47 6,8346 6,51 6,38 6,45 6,8547 6,48 6,98 6,49 6,5348 6,51 6,61 6,63 7,0349 6,33 6,66 7,02 7,0550 6,31 7,02 7,06 6,4549 6,33 6,66 7,02 7,0550 6,31 7,02 7,06 6,45
Hasil dari data yang terkumpul selanjutnya dibuat diagram x dan R untuk
mengetahui batas pengendalian panjang bulu shuttle cock dan juga dilakukan uji
kualitas kemampuan prosesnya.
b. Pembuatan diagram x dan R untuk panjang bulu shuttle cock
Pembuatan diagram x dan R untuk panjang bulu ayam shuttle cock dibuat
dengan langkah-langkah, yaitu:
1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel panjang bulu,
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan
menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata
dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:
nx
xn
i ii
∑ == 1
33,64
34,638,632,626,61 =
+++=x cm
minmax xxRi −=
12,026,638,61 =−=R cm
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada
tabel 4.13 dibawah ini.
Tabel 4.13 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel jarak panjang bulu shuttle cock
Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4
ix Ri
1 6,26 6,32 6,38 6,34 6,33 0,122 6,99 6,68 6,52 6,97 6,79 0,473 6,57 6,31 6,58 6,84 6,57 0,534 6,36 6,32 6,76 6,46 6,48 0,445 6,47 6,83 6,77 6,33 6,6 0,56 6,58 6,43 7,05 6,35 6,6 0,697 6,38 6,32 6,82 6,78 6,57 0,518 6,84 6,78 6,8 6,63 6,76 0,219 6,48 6,68 6,72 6,53 6,6 0,23
10 6,43 7,06 6,41 6,53 6,61 0,6511 7,08 7,02 6,94 6,01 6,76 1,0712 6,61 6,75 7,09 6,69 6,78 0,4813 6,93 6,62 7,09 6,42 6,77 0,6714 6,71 6,62 6,5 7,1 6,73 0,615 6,99 6,61 6,62 6,69 6,73 0,3816 7,03 7,04 6,55 6,91 6,88 0,4917 6,96 6,75 6,85 6,61 6,79 0,3518 6,99 7,21 7,02 7,01 7,06 0,2219 6,21 6,49 6,34 6,33 6,34 0,2820 6,37 6,95 6,46 6,63 6,6 0,5821 6,45 6,66 6,97 6,42 6,62 0,5622 6,46 6,65 6,71 6,8 6,66 0,3423 6,81 6,72 6,38 6,83 6,69 0,4524 6,37 6,54 6,88 7 6,7 0,6325 6,6 6,89 6,72 6,55 6,69 0,3426 6,99 7,14 7,07 7,05 7,06 0,1527 6,78 6,77 6,43 6,47 6,61 0,3528 6,4 6,99 6,52 6,86 6,7 0,5929 6,53 7,05 6,74 7,04 6,84 0,5330 7,04 6,34 6,37 6,93 6,67 0,731 6,75 6,72 6,83 6,4 6,67 0,4332 6,83 6,76 6,6 6,86 6,76 0,2733 6,45 6,48 7,02 6,66 6,65 0,5734 6,62 6,99 6,52 7,1 6,8 0,5835 6,66 7 6,42 6,69 6,7 0,5836 7,08 7,05 7 7,06 7,05 0,0837 6,84 7,04 6,43 6,45 6,69 0,6138 6,81 6,72 6,79 6,89 6,8 0,1739 7,2 7,09 7,06 6,14 6,87 1,0640 6,45 6,68 6,63 6,82 6,64 0,3741 6,76 6,67 6,7 6,93 6,77 0,2642 6,76 6,84 6,85 7,06 6,88 0,343 6,67 6,76 6,74 6,38 6,64 0,3844 6,79 6,64 6,55 6,67 6,66 0,2445 6,45 7 6,47 6,83 6,69 0,55
Lanjutan tabel 4.13Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4
ix Ri
46 6,51 6,38 6,45 6,85 6,55 0,4747 6,48 6,98 6,49 6,53 6,62 0,548 6,51 6,61 6,63 7,03 6,69 0,5249 6,33 6,66 7,02 7,05 6,77 0,7250 6,31 7,02 7,06 6,45 6,71 0,75
x 6,7 R 0,47
2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R panjang bulu,
Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,
sebagai berikut:
gx
xg
i i∑ == 1
x =50
20,335 = 6,70 cm
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 6,70.
Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,
sebagai berikut:
gR
Rg
i i∑ == 1
R =50
47,23= 0,47 cm
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 0,47cm.
3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R panjang bulu,
Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:
UCL x = 6,70 + (0,729)(0,47) = 7,03 cm
LCL x = 6,70 - (0,729)(0,47) = 6,38 cm
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 7,03 cm dan
batas kendali bawah LCL x sebesar 6,38 cm. Perhitungan batas kendali atas
dan bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan
2.12, sebagai berikut:
UCLR = (2,282)(0,47) = 1,03 cm
LCLR = (0)(0,47) = 0 cm
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 1,03 cm dan
batas kendali bawah LCLR sebesar 0 cm.
Tabel 4.14 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk panjangbulu
Nilai Diagram x Diagram R
UCL 7,03 1,03
CL 6,7 0,47
LCL 6,38 0
Pada tabel 4.14 di atas diketahui bahwa panjang bulu memiliki nilai UCL, CL,
dan LCL untuk diagram x yaitu 7,03 cm, 6,70 cm, dan 6,38 cm, sedangkan
untuk diagram R yaitu 1,03 cm, 0,47 cm, dan 0 cm. Selanjutnya hasil
perhitungan ini digunakan untuk membuat diagram x dan R.
4. Gambar diagram x dan R panjang bulu,
Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R
tampak seperti gambar 4.27 dan gambar 4.28 berikut ini.
6,20
6,30
6,40
6,50
6,60
6,70
6,80
6,90
7,00
7,10
7,20
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
X
UCL
LCL
CL
Gambar 4.27 Diagram x panjang bulu
Pada diagram x gambar 4.27 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang
keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar
menunjukkan bahwa data panjang bulu hasil pemotongan dengan menggunakan
alat pemotong bulu ayam yang ada di perusahaan belum berada di antara batas
pengendali statistik.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
R
UCL
LCL
CL
Gambar 4.28 Diagram R panjang bulu
Pada diagram R gambar 4.28 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang
keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar
menunjukkan bahwa data panjang bulu hasil pemotongan dengan menggunakan
alat pemotong bulu ayam yang ada di perusahaan belum berada di antara batas
pengendali statistik.
c. Kualitas kemampuan proses panjang bulu shuttle cock
Berdasarkan hasil penelitian di pengrajin shuttle cock merek T3, panjang
bulu shuttle cock memiliki spesifikasi 6,3 cm- 7,0 cm. Kualitas kemampuan
proses panjang bulu shuttle cock di pengrajin shuttle cock merek T3 diuraikan,
sebagai berikut:
1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index panjang
bulu shuttle cock,
Sebelum menghitung Cp dilakukan estimasi nilai standar deviasi panjang bulu
shuttle cock yang diproduksi menggunakan persamaan 2.14, sebagai berikut:
2dR
=σ
σ =059,247.0
= 0,23 cm
Perhitungan Cp panjang bulu shuttle cock menggunakan persamaan 2.13,
sebagai berikut:
Cp =)23,0(638,603,7 − = 0,471 cm
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp panjang bulu shuttle cock di pengrajin
shuttle cock merek T3 sebesar 0,471 cm.
2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)
panjang bulu shuttle cock,
Perhitungan KPA dan KPB panjang bulu shuttle cock menggunakan
persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:
KPA =σ
µ3
−BSA
KPA =)23,0(37,603,7 − = 0,4782 cm
KPB =σ
µ3
BSB−
KPB =)23,0(338,67,6 −
= 0,4637 cm
Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB panjang bulu shuttle cock di
pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,4782 cm dan 0,4637 cm.
3. Indeks kemampuan proses Cpk panjang bulu shuttle cock,
Perhitungan Cpk panjang bulu shuttle cock menggunakan persamaan 2.17,
sebagai berikut:
Cpk = min {KPA,KPB}= 0,4637 cm
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk panjang bulu shuttle cock di pengrajin
shuttle cock merek T3 sebesar 0,4637 cm.
Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan kualitas
kemampuan proses panjang bulu shuttle cock hasil pemotongan di pengrajin
shuttle cock merek T3 dijelaskan pada bab selanjutnya.
2. Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan.
Hasil proses pemotongan bulu ayam shuttle cock yang di ukur adalah
sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan seperti ditunjukkan pada
gambar 4.29 di bawah ini.
Gambar 4.29 Sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
a. Data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
Data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan ini diperoleh dari
hasil pemotongan alat pemotong bulu ayam di perusahaan. Sampel yang diambil
masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran sampel 4. Data kemiringan bulu
bagian bawah kanan shutte cock dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini.
Tabel 4.15 Sudut kemiringan bulu ayam bawah kanan dengan alat awal
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampelx1 x2 x3 x4
1 47 51 49 522 42 44 43 443 49 47 46 474 44 49 45 515 44 50 45 496 45 47 46 527 52 52 44 468 51 46 46 439 51 50 44 44
10 53 52 51 5511 53 44 50 4912 50 48 51 4913 52 53 54 5214 43 45 43 4315 51 43 49 45
Lanjutan tabel 4.15
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampelx1 x2 x3 x4
16 45 49 46 4317 47 48 48 5218 50 51 47 5319 45 42 50 5520 51 53 52 5521 46 49 48 4322 48 51 52 4323 47 44 47 4324 48 50 52 5025 52 53 54 5326 50 49 48 4527 51 43 46 4928 47 51 47 5029 47 44 49 4630 45 52 48 5131 48 51 45 5132 43 45 44 4233 46 46 46 4734 45 47 52 4435 45 47 49 4936 47 45 51 5037 45 52 45 5238 48 47 45 5239 48 50 53 5040 52 53 54 5241 46 51 49 5342 48 50 52 5143 50 48 53 4844 47 51 49 5245 52 43 47 4946 49 51 45 4447 53 52 44 5248 44 45 42 4349 51 47 46 4550 53 52 54 52
Hasil dari data yang terkumpul selanjutnya dibuat diagram x dan R untuk
mengetahui batas pengendalian sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
shuttle cock dan juga dilakukan uji kualitas kemampuan prosesnya.
b. Pembuatan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
Pembuatan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kanan shuttle cock dibuat dengan langkah-langkah, yaitu:
1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel sudut kemiringan bulu
ayam bagian bawah kanan,
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan
menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata
dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:
nx
xn
i ii
∑ == 1
75,494
524951471 =
+++=x o
minmax xxRi −=
547521 =−=R o
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada
tabel 4.16 dibawah ini.
Tabel 4.16 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4ix Ri
1 47 51 49 52 49,75 52 42 44 43 44 43,25 23 49 47 46 47 47,25 34 44 49 45 51 47,25 75 44 50 45 49 47 66 45 47 46 52 47,5 77 52 52 44 46 48,5 88 51 46 46 43 46,5 89 51 50 44 44 47,25 7
10 53 52 51 55 52,75 411 53 44 50 49 49 912 50 48 51 49 49,5 313 52 53 54 52 52,75 214 43 45 43 43 43,5 215 51 43 49 45 47 816 45 49 46 43 45,75 617 47 48 48 52 48,75 518 50 51 47 53 50,25 619 45 42 50 55 48 1320 51 53 52 55 52,75 4
Lanjutan tabel 4.16Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4ix Ri
21 46 49 48 43 46,5 622 48 51 52 43 48,5 923 47 44 47 43 45,25 424 48 50 52 50 50 425 52 53 54 53 53 226 50 49 48 45 48 527 51 43 46 49 47,25 828 47 51 47 50 48,75 429 47 44 49 46 46,5 530 45 52 48 51 49 731 48 51 45 51 48,75 632 43 45 44 42 43,5 333 46 46 46 47 46,25 134 45 47 52 44 47 835 45 47 49 49 47,5 436 47 45 51 50 48,25 637 45 52 45 52 48,5 738 48 47 45 52 48 739 48 50 53 50 50,25 540 52 53 54 52 52,75 241 46 51 49 53 49,75 742 48 50 52 51 50,25 443 50 48 53 48 49,75 544 47 51 49 52 49,75 545 52 43 47 49 47,75 946 49 51 45 44 47,25 747 53 52 44 52 50,25 948 44 45 42 43 43,5 349 51 47 46 45 47,25 650 53 52 54 52 52,75 2
x 48,32 R 5,5
2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R sudut kemiringan bulu ayam
bagian bawah kanan,
Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,
sebagai berikut:
gx
xg
i i∑ == 1 =50
2416 = 48,32 o
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 48,32o.
Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,
sebagai berikut:
gR
Rg
i i∑ == 1 =50275 = 5,50 o
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 5,50 o.
3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R sudut kemiringan
bulu ayam bagian bawah kanan,
Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:
(UCL x ) = x + A2 R
UCL x = 48,32 + (0,729)( 5,50) = 52,33 o
(LCL x ) = x - A2 R
LCL x = 48,32- (0,729)( 5,50) = 44,31 o
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 52,33 o dan
batas kendali bawah LCL x sebesar 44,31 o. Perhitungan batas kendali atas dan
bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan 2.12,
sebagai berikut:
UCLR = D4 R
UCLR = (2,282)( 5,50) = 12,55 o
LCLR = D3 R
LCLR = (0)( 5,50) = 0 o
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 12,55 o dan batas
kendali bawah LCLR sebesar 0 o.
Tabel 4.17 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
Nilai Diagram x Diagram R
UCL 52,33 12,55
CL 48,32 5,50
LCL 44,31 0
Pada tabel 4.17 di atas diketahui bahwa sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kanan memiliki nilai UCL, CL, dan LCL untuk diagram x yaitu
52,33o, 48,32o, dan 44,31 o, sedangkan untuk diagram R yaitu 12,55 o, 5,50 o,
dan 0 o. Selanjutnya hasil perhitungan ini digunakan untuk membuat diagram
x dan R.
4. Gambar diagram x dan R sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan,
Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R
tampak seperti gambar 4.30 dan gambar 4.31 berikut ini.
40,00
42,00
44,00
46,00
48,00
50,00
52,00
54,00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
X
UCL
LCL
CL
Gambar 4.30 Diagram x sudut kemiringan bulu ayam bagian bawahkanan
Pada diagram x gambar 4.30 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang
keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar
menunjukkan bahwa data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
hasil pemotong`an dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang ada
di perusahaan belum berada di antara batas pengendali statistik.
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
R
UCL
LCL
CL
Gambar 4.31 Diagram R sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
Pada diagram R gambar 4.31 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang
keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar
menunjukkan bahwa data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
hasil pemotongan dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang ada di
perusahaan belum berada di antara batas pengendali statistik.
c. Kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock
Berdasarkan hasil penelitian di pengrajin shuttle cock merek T3, sudut
kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock memiliki spesifikasi 43-
53 derajat. Kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kanan di pengrajin shuttle cock merek T3 diuraikan, sebagai berikut:
1 Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index sudut
kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock,
Sebelum menghitung Cp dilakukan estimasi nilai standar deviasi sudut
kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock yang diproduksi
menggunakan persamaan 2.14, sebagai berikut:
2dR
=σ
σ =059,253,3 = 1,714 o
Perhitungan Cp sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock
menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:
Cp =)714,1(631,4433,52 − = 0,779 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp jarak sudut kemiringan bulu ayam
bagian bawah kanan di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,779.
2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)
sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock,,
Perhitungan KPA dan KPB sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan
shuttle cock menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai
berikut:
KPA =)714,1(332,4833,52 − = 0,779 o
KPB =)714,1(331,4432,48 − = 0,779 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB sudut kemiringan bulu
ayam bagian bawah kanan di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,779
dan 0,779.
1. Indeks kemampuan proses Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah
kanan shuttle cock,
Perhitungan Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle
cock menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:
Cpk = min {KPA,KPB}= 0,779 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kanan di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,779 o.
Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan kualitas
kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock
hasil pemotongan di pengrajin shuttle cock merek T3 dijelaskan pada bab
selanjutnya.
3. Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri.
Hasil proses pemotongan bulu ayam shuttle cock yang di ukur adalah
sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri seperti ditunjukkan pada gambar
4.32 di bawah ini.
Gambar 4.32 Sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
a. Data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
Data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri ini diperoleh dari
hasil pemotongan alat pemotong bulu ayam di perusahaan. Sampel yang diambil
masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran sampel 4. Data kemiringan bulu
bagian bawah kiri shutte cock dapat dilihat pada tabel 4.18 dibawah ini.
Tabel 4.18 Sudut kemiringan bulu ayam bawah kiri dengan alat awalHasil Pengukuran Sudut Kemiringan
(derajat)Sampelx1 x2 x3 x4
1 72 71 77 692 70 69 71 713 68 72 71 774 71 74 75 775 74 76 72 686 75 74 77 697 80 77 79 778 73 71 77 749 74 73 70 72
10 70 69 68 7311 71 71 71 7212 77 72 69 7513 73 71 71 6914 76 77 71 7115 78 79 76 7716 69 69 74 7417 75 68 71 7018 79 76 78 7819 73 75 76 7520 72 72 73 6921 68 68 66 6922 71 73 77 7723 79 77 76 7824 73 76 77 7425 76 70 76 7326 77 72 72 7727 69 73 71 7728 73 74 70 7529 70 68 71 7630 72 73 69 7431 72 72 70 7532 75 72 74 77
Lanjutan tabel 4.18
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4
33 78 78 76 7834 66 68 67 7035 77 72 69 7836 75 73 75 7037 73 75 72 7138 70 71 76 7239 77 75 71 6940 74 71 77 7141 72 70 68 7642 77 70 74 6943 74 73 76 6844 77 68 73 7045 75 69 77 7146 69 70 77 6947 75 73 73 7448 69 73 75 6949 79 77 78 7750 70 74 74 69
Hasil dari data yang terkumpul selanjutnya dibuat diagram x dan R untuk
mengetahui batas pengendalian sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
shuttle cock dan juga dilakukan uji kualitas kemampuan prosesnya.
b. Pembuatan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
Pembuatan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kiri shuttle cock dibuat dengan langkah-langkah, yaitu:
1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel sudut kemiringan bulu
ayam bagian bawah kiri,
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan
menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata
dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:
nx
xn
i ii
∑ == 1
25,724
697771721 =
+++=x o
minmax xxRi −=
869771 =−=R o
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada
tabel 4.19 dibawah ini.
Tabel 4.19 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4ix Ri
1 72 71 77 69 72,25 8,002 70 69 71 71 70,25 2,003 68 72 71 77 72,00 9,004 71 74 75 77 74,25 6,005 74 76 72 68 72,50 8,006 75 74 77 69 73,75 8,007 80 77 79 77 78,25 3,008 73 71 77 74 73,75 6,009 74 73 70 72 72,25 4,00
10 70 69 68 73 70,00 5,0011 71 71 71 72 71,25 1,0012 77 72 69 75 73,25 8,0013 73 71 71 69 71,00 4,0014 76 77 71 71 73,75 6,0015 78 79 76 77 77,50 3,0016 69 69 74 74 71,50 5,0017 75 68 71 70 71,00 7,0018 79 76 78 78 77,75 3,0019 73 75 76 75 74,75 3,0020 72 72 73 69 71,50 4,0021 68 68 66 69 67,75 3,0022 71 73 77 77 74,50 6,0023 79 77 76 78 77,50 3,0024 73 76 77 74 75,00 4,0025 76 70 76 73 73,75 6,0026 77 72 72 77 74,50 5,0027 69 73 71 77 72,50 8,00
Lanjutan tabel 4.19
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4ix Ri
28 73 74 70 75 73,00 5,0029 70 68 71 76 71,25 8,0030 72 73 69 74 72,00 5,0031 72 72 70 75 72,25 5,0032 75 72 74 77 74,50 5,0033 78 78 76 78 77,50 2,0034 66 68 67 70 67,75 4,0035 77 72 69 78 74,00 9,0036 75 73 75 70 73,25 5,0037 73 75 72 71 72,75 4,0038 70 71 76 72 72,25 6,0039 77 75 71 69 73,00 8,0040 74 71 77 71 73,25 6,0041 72 70 68 76 71,50 8,0042 77 70 74 69 72,50 8,0043 74 73 76 68 72,75 8,0044 77 68 73 70 72,00 9,0045 75 69 77 71 73,00 8,0046 69 70 77 69 71,25 8,0047 75 73 73 74 73,75 2,0048 69 73 75 69 71,50 6,0049 79 77 78 77 77,75 2,0050 70 74 74 69 71,75 5,00
x 73,05R 5,48
2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R sudut kemiringan bulu ayam
bagian bawah kiri,
Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,
sebagai berikut:
gx
xg
i i∑ == 1
x =50
50,3652 = 73,05 o
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 73,05o.
Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,
sebagai berikut:
gR
Rg
i i∑ == 1 R =50274 = 5,48 o
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 5,48 o.
3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R sudut kemiringan
bulu ayam bagian bawah kiri,
Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:
(UCL x ) = x + A2 R
UCL x = 73,05+ (0,729)( 5,48) = 77,04 o
(LCL x ) = x - A2 R
LCL x = 73,05- (0,729)( 5,48) = 69,06 o
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 77,04 o dan
batas kendali bawah LCL x sebesar 69,06 o. Perhitungan batas kendali atas dan
bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan 2.12,
sebagai berikut:
UCLR = D4 R
UCLR = (2,282)( 5,48) = 12,51 o
LCLR = D3 R
LCLR = (0)( 5,48) = 0 o
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 12,51 dan batas
kendali bawah LCLR sebesar 0.
Tabel 4.20 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
Nilai Diagram x Diagram RUCL 77,04 12,51CL 73,05 5,48
LCL 69,06 0
Pada tabel 4.20 di atas diketahui bahwa sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kiri memiliki nilai UCL, CL, dan LCL untuk diagram x yaitu 77,04 o,
73,05 o, dan 69,06 o, sedangkan untuk diagram R yaitu 12,51 o, 5,48 o, dan 0 o.
Selanjutnya hasil perhitungan ini digunakan untuk membuat diagram x dan R.
4. Gambar diagram x dan R sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri,
Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R
tampak seperti gambar 4.33 dan gambar 4.34 berikut ini.
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
76,00
78,00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
X
UCL
LCL
CL
Gambar 4.33 Diagram x sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
Pada diagram x gambar 4.33 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang
keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar
menunjukkan bahwa data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri hasil
pemotongan dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang ada di
perusahaan belum berada di antara batas pengendali statistik.
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
R
UCL
LCL
CL
Gambar 4.34 Diagram R sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
Pada diagram R gambar 4.34 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada sampel
yang keluar dari batas-batas kendali.
c. Kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock
Berdasarkan hasil penelitian di pengrajin shuttle cock merek T3, sudut
kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock memiliki spesifikasi 68-
78 derajat. Kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kiri di pengrajin shuttle cock merek T3 diuraikan, sebagai berikut:
1 Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index sudut
kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock,
Sebelum menghitung Cp dilakukan estimasi nilai standar deviasi sudut
kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock yang diproduksi
menggunakan persamaan 2.14, sebagai berikut:
2dR
=σ
σ =059,248,5 = 2,66 o
Perhitungan Cp sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock
menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:
Cp =)66,2(6
06,6904,77 − = 0,5 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp jarak sudut kemiringan bulu ayam
bagian bawah kiri di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,5 o.
2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)
sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock,,
Perhitungan KPA dan KPB sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
shuttle cock menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai
berikut:
KPA =)66,2(3
05,7304,77 − = 0,5 o
KPB =)66,2(3
06,6905,73 −= 0,5 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB sudut kemiringan bulu
ayam bagian bawah kiri di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,5 o dan
0,5 o.
3. Indeks kemampuan proses Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri
shuttle cock,
Perhitungan Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock
menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:
Cpk = min {KPA,KPB}= 0,5 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kiri di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,5 o.
Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan kualitas
kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock
hasil pemotongan di pengrajin shuttle cock merek T3 dijelaskan pada bab
selanjutnya.
4.2.6 Kualitas Hasil Pemotongan Bulu Ayam Pada Alat Pemotong BuluAyam Yang Dirancang
Uji kualitas hasil pemotongan bulu ayam dilakukan untuk mengetahui
apakah proses yang dilakukan ditempat penelitian sudah memenuhi spesifikasi
yang telah ditentukan pemesan. Spesifikasi yang digunakan pada uji kualitas
kemampuan proses ini adalah sesuai dengan spesifikasi PBSI dan IBF.
1. Kualitas panjang bulu ayam.
Data panjang bulu ayam dari hasil pemotongan dengan alat rancangan di
ukur kualitas kemampuan prosesnya, kemudian data hasil pemotongan dibuat
diagram x dan R untuk mengetahui batas-batas pengendalian panjang bulu ayam.
a. Pembuatan diagram x dan R panjang bulu ayam shuttle cock
Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas
pengendalian panjang bulu ayam shuttle cock dengan menggunakan alat
pemotong bulu ayam yang dirancang. Data diameter panjang bulu ini diperoleh
dari hasil pemotongan alat pemotong bulu ayam yang dirancang. Sampel yang
diambil masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran sampel 4. Data panjang bulu
ayam shuttle cock dapat dilihat pada tabel 4.21 dibawah ini.
Tabel 4.21 Panjang bulu ayam dengan alat yang dirancang
Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4
1 6,51 6,53 6,54 6,782 6,57 6,61 6,93 6,533 6,55 6,67 6,43 6,594 6,87 6,54 6,50 6,565 6,62 6,67 6,49 6,516 6,57 6,70 6,58 6,537 6,75 6,56 6,50 6,518 6,53 6,62 6,44 6,409 6,44 6,73 6,71 6,43
10 6,72 6,80 6,44 6,5911 6,42 6,79 6,89 6,5012 6,61 6,54 6,98 6,4813 6,43 6,78 6,53 6,4814 6,80 6,45 6,61 6,6615 6,79 6,69 6,64 6,4716 6,49 6,75 6,44 6,5717 6,52 6,79 6,67 6,5818 6,46 6,59 6,57 6,6119 6,87 6,73 6,76 6,6920 6,67 6,75 6,52 6,6821 6,41 6,48 6,48 6,7522 6,65 6,46 6,93 6,5623 6,62 6,52 6,84 6,5924 6,47 6,64 6,94 6,6925 6,46 6,82 6,42 6,7826 6,42 6,45 6,76 6,5527 6,41 6,56 6,92 6,4828 6,42 6,65 6,58 6,4729 6,44 6,50 6,49 6,6230 6,45 6,70 6,48 6,4431 6,66 6,51 6,54 6,4432 6,51 6,50 6,65 6,5233 6,44 6,43 6,53 6,5734 6,43 6,54 6,63 6,4935 6,41 6,45 6,63 6,5036 6,48 6,45 6,88 6,5037 6,47 6,79 6,83 6,7738 6,55 6,87 6,65 6,6239 6,54 6,69 6,82 6,7840 6,45 6,42 6,55 6,8041 6,55 6,72 6,78 6,7842 6,52 6,41 6,69 6,40
Lanjutan tabel 4.21
Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4
43 6,87 6,62 6,64 6,8044 6,46 6,62 6,56 6,8045 6,68 6,52 6,76 6,7446 6,66 6,41 6,61 6,8547 6,47 6,66 6,79 6,7948 6,63 6,73 6,72 6,6949 6,69 6,43 6,72 6,8250 6,78 6,46 6,77 6,50
Hasil dari data yang terkumpul selanjutnya dibuat diagram x dan R untuk
mengetahui batas pengendalian panjang bulu shuttle cock dan juga dilakukan uji
kualitas kemampuan prosesnya.
b. Pembuatan diagram x dan R untuk panjang bulu shuttle cock
Pembuatan diagram x dan R untuk panjang bulu ayam shuttle cock dibuat
dengan langkah-langkah, yaitu :
1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel panjang bulu,
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan
menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata
dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:
nx
xn
i ii
∑ == 1
59,64
78,654,653,651,61 =
+++=x cm
minmax xxRi −=
27,051,678,61 =−=R cm
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada
tabel 4.21 berikut ini.
Tabel 4.22 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel jarak panjang bulu shuttle cock
Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4
ix Ri
1 6,51 6,53 6,54 6,78 6,59 0,272 6,57 6,61 6,93 6,53 6,66 0,403 6,55 6,67 6,43 6,59 6,56 0,244 6,87 6,54 6,50 6,56 6,62 0,375 6,62 6,67 6,49 6,51 6,57 0,196 6,57 6,70 6,58 6,53 6,60 0,177 6,75 6,56 6,50 6,51 6,58 0,258 6,53 6,62 6,44 6,40 6,50 0,229 6,44 6,73 6,71 6,43 6,58 0,30
10 6,72 6,80 6,44 6,59 6,64 0,3711 6,42 6,79 6,89 6,50 6,65 0,4712 6,61 6,54 6,98 6,48 6,65 0,5013 6,43 6,78 6,53 6,48 6,55 0,3514 6,80 6,45 6,61 6,66 6,63 0,3515 6,79 6,69 6,64 6,47 6,65 0,3216 6,49 6,75 6,44 6,57 6,56 0,3117 6,52 6,79 6,67 6,58 6,64 0,2818 6,46 6,59 6,57 6,61 6,56 0,1519 6,87 6,73 6,76 6,69 6,76 0,1820 6,67 6,75 6,52 6,68 6,66 0,2321 6,41 6,48 6,48 6,75 6,53 0,3322 6,65 6,46 6,93 6,56 6,65 0,4723 6,62 6,52 6,84 6,59 6,64 0,3224 6,47 6,64 6,94 6,69 6,68 0,4725 6,46 6,82 6,42 6,78 6,62 0,4026 6,42 6,45 6,76 6,55 6,55 0,3427 6,41 6,56 6,92 6,48 6,59 0,5128 6,42 6,65 6,58 6,47 6,53 0,2329 6,44 6,50 6,49 6,62 6,51 0,1830 6,45 6,70 6,48 6,44 6,52 0,2631 6,66 6,51 6,54 6,44 6,54 0,2332 6,51 6,50 6,65 6,52 6,55 0,1533 6,44 6,43 6,53 6,57 6,49 0,1434 6,43 6,54 6,63 6,49 6,52 0,2035 6,41 6,45 6,63 6,50 6,50 0,2236 6,48 6,45 6,88 6,50 6,58 0,4337 6,47 6,79 6,83 6,77 6,72 0,3738 6,55 6,87 6,65 6,62 6,67 0,3239 6,54 6,69 6,82 6,78 6,71 0,2840 6,45 6,42 6,55 6,80 6,56 0,3841 6,55 6,72 6,78 6,78 6,71 0,2342 6,52 6,41 6,69 6,40 6,50 0,2943 6,87 6,62 6,64 6,80 6,73 0,2544 6,46 6,62 6,56 6,80 6,61 0,3445 6,68 6,52 6,76 6,74 6,67 0,24
Lanjutan tabel 4.22
Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4
ix Ri
46 6,66 6,41 6,61 6,85 6,63 0,4447 6,47 6,66 6,79 6,79 6,68 0,3348 6,63 6,73 6,72 6,69 6,69 0,1049 6,69 6,43 6,72 6,82 6,66 0,3950 6,78 6,46 6,77 6,50 6,63 0,32
x 6,61R 0,30
2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R panjang bulu,
Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,
sebagai berikut:
gx
xg
i i∑ == 1
x =50
38,330 = 6,61 cm
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 6,61 cm.
Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,
sebagai berikut:
gR
Rg
i i∑ == 1
R =50
09,15 = 0,30 cm
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 0,30 cm.
3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R panjang bulu,
Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:
UCL x = 6,61 + (0,729)(0,30) = 6,83 cm
LCL x = 6,61 - (0,729)(0,30) = 6,39 cm
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 6,83 cm dan
batas kendali bawah LCL x sebesar 6,39 cm. Perhitungan batas kendali atas
dan bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan
2.12, sebagai berikut:
UCLR = (2,282)(0,30) = 0,69 cm
LCLR = (0)(0,30) = 0 cm
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 0,69 cm dan
batas kendali bawah LCLR sebesar 0 cm.
Tabel 4.23 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk panjang bulu alat rancangan
Nilai Diagram x Diagram R
UCL 6,83 0,69
CL 6,61 0,30
LCL 6,39 0
Pada tabel 4.23 di atas diketahui bahwa panjang bulu memiliki nilai UCL, CL,
dan LCL untuk diagram x yaitu 6,83 cm, 6,61 cm, dan 6,39 cm, sedangkan
untuk diagram R yaitu 0,69 cm, 0,30 cm, dan 0 cm. Selanjutnya hasil
perhitungan ini digunakan untuk membuat diagram x dan R.
4. Gambar diagram x dan R panjang bulu,
Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R
tampak seperti gambar 4.35 dan gambar 4.36 berikut ini.
6,35
6,40
6,45
6,50
6,55
6,60
6,65
6,70
6,75
6,80
6,85
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49
X
UCL
LCL
CL
Gambar 4.35 Diagram x panjang bulu
Pada diagram x gambar 4.35 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada sampel
yang keluar dari batas-batas kendali (in statistical control). Dengan demikian
seluruh data hasil pemotongan berada di antara batas pengendalian yang
menunjukkan data tersebut semua dalam kondisi terkendali dan sesuai dengan
pengendalian proses atau berada dalam batas pengendali statistik.
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
0,70
0,80
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
R
UCL
CL
LCL
Gambar 4.36 Diagram R panjang bulu
Pada diagram R gambar 4.36 di atas juga tidak ada data yang keluar dari
batas-batas kendali (in statistical control). Seluruh data hasil pemotongan berada
di antara batas pengendalian yang menunjukkan data tersebut semua dalam
kondisi terkendali dan sesuai dengan pengendalian proses atau berada dalam batas
pengendali statistik.
c. Kualitas kemampuan proses panjang bulu ayam shuttle cock
Uji kualitas kemampuan proses dilakukan untuk mengetahui apakah
proses yang dilakukan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan
pemesan. Spesifikasi yang digunakan pada uji kualitas kemampuan proses ini
adalah sesuai dengan spesifikasi PBSI.
Berdasarkan ketentuan dari PBSI , panjang bulu ayam shuttle cock
memiliki batas spesifikasi atas 7,0 cm dan batas spesifikasi bawah 6,4 cm. Uji
kualitas kemampuan proses panjang bulu ayam shuttle cock, sebagai berikut:
1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp panjang bulu
ayam menghitung Cp dilakukan estimasi nilai standar deviasi panjang bulu
ayam yang diproduksi yaitu sebesar 0,145. Perhitungan Cp panjang bulu ayam
menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:
Cp =)145,0(60,61,7 − = 1,15 cm
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp panjang bulu ayam shuttle cock dengan
spesifikasi PBSI yaitu sebesar 1,15 cm.
2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)
panjang bulu ayam dengan spesifikasi PBSI,
Perhitungan KPA dan KPB panjang bulu ayam dengan spesifikasi
menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:
KPA =)145,0(3
61,61,7 − = 1,12 cm
KPB =)145,0(30,61,7 − = 2,52 cm
Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB panjang bulu ayam yaitu
sebesar 1,12 cm dan 2,52 cm.
3. Indeks kemampuan proses Cpk panjang bulu ayam shuttle cock dengan
spesifikasi PBSI,
Perhitungan Cpk panjang bulu ayam dengan spesifikasi yang ditentukan
menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:
Cpk = min {KPA,KPB} = 1,12 cm.
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk panjang bulu ayam shuttle cock
dengan spesifikasi yang ditentukan PBSI yaitu sebesar 1,12.
Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan uji kualitas
kemampuan proses panjang bulu ayam shuttle cock dengan spesifikasi yang
ditentukan PBSI dijelaskan pada bab selanjutnya.
2. Kualitas sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan.
Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan dari hasil pemotongan alat
rancangan diukur kualitas kemampuan proses pemotongan, kemudian data yang di
ukur di buat diagram x dan R untuk mengetahui batas-batas pengendalian sudut
kemiringan bulu bagian bawah kanan.
a. Pembuatan diagram x dan R sudut bulu bagian bawah kanan shuttlecock
Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas
pengendalian sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock dengan
menggunakan alat pemotong bulu yang dirancang. Data sudut kemiringan bulu
bagian bawah kanan ini diperoleh dari hasil pemotongan alat pemotong bulu yang
dirancang. Sampel yang diambil masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran
sampel 4. Data sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shutte cock dapat
dilihat pada tabel 4.24 dibawah ini.
Tabel 4.24 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock dengan alat yang dirancang
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4
1 49 47 47 482 49 48 47 473 48 47 48 484 49 48 47 465 50 48 50 486 49 50 47 487 49 48 47 478 47 46 45 489 49 46 47 47
10 48 45 48 4811 48 47 49 4912 49 48 50 4713 46 48 47 4714 50 49 47 5015 49 47 47 4816 49 47 46 4917 50 50 48 4818 48 49 48 4919 49 48 49 4720 47 47 47 4821 45 48 47 4722 48 48 50 4823 48 48 47 5024 49 47 47 4925 49 49 49 4826 48 48 50 5027 49 49 48 4828 47 49 49 4929 48 46 49 4630 48 48 47 4731 46 48 49 4732 48 48 46 46
Lanjutan tabel 4.24
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4
33 48 48 48 4934 48 48 49 4735 49 48 49 4836 46 47 47 4837 48 49 49 4838 47 50 47 5039 48 48 49 4940 48 48 49 4741 49 47 49 4742 48 49 50 4843 48 49 48 4944 47 46 48 4745 47 46 46 4846 48 47 49 4747 48 48 48 4748 48 47 47 4649 49 50 48 4850 47 49 47 49
b. Pembuatan diagram x dan R sudut kemiringan bulu bagian bawah kananshuttle cock hasil dari alat pemotong bulu yang dirancang
Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas
pengendalian sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock. Pembuatan
diagram x dan R untuk pemotong bulu dibuat dengan langkah-langkah, yaitu:
1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel kemiringan bulu,
Data sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock yang telah
dikumpulkan dihitung rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan
menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata
dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:
75,474
484747491 =
+++=x o dan 247491 =−=R o
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada
tabel 4.25 dibawah ini.
Tabel 4.25 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4ix Ri
1 49 47 47 48 47,75 2,002 49 48 47 47 47,75 2,003 48 47 48 48 47,75 1,004 49 48 47 46 47,50 3,005 50 48 50 48 49,00 2,006 49 50 47 48 48,50 3,007 49 48 47 47 47,75 2,008 47 46 45 48 46,50 3,009 49 46 47 47 47,25 3,00
10 48 45 48 48 47,25 3,0011 48 47 49 49 48,25 2,0012 49 48 50 47 48,50 3,0013 46 48 47 47 47,00 2,0014 50 49 47 50 49,00 3,0015 49 47 47 48 47,75 2,0016 49 47 46 49 47,75 3,0017 50 50 48 48 49,00 2,0018 48 49 48 49 48,50 1,0019 49 48 49 47 48,25 2,0020 47 47 47 48 47,25 1,0021 45 48 47 47 46,75 3,0022 48 48 50 48 48,50 2,0023 48 48 47 50 48,25 3,0024 49 47 47 49 48,00 2,0025 49 49 49 48 48,75 1,0026 48 48 50 50 49,00 2,0027 49 49 48 48 48,50 1,0028 47 49 49 49 48,50 2,0029 48 46 49 46 47,25 3,0030 48 48 47 47 47,50 1,0031 46 48 49 47 47,50 3,0032 48 48 46 46 47,00 2,0033 48 48 48 49 48,25 1,0034 48 48 49 47 48,00 2,0035 49 48 49 48 48,50 1,0036 46 47 47 48 47,00 2,0037 48 49 49 48 48,50 1,0038 47 50 47 50 48,50 3,00
Lanjutan tabel 4.25
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4ix Ri
39 48 48 49 49 48,50 1,0040 48 48 49 47 48,00 2,0041 49 47 49 47 48,00 2,0042 48 49 50 48 48,75 2,0043 48 49 48 49 48,50 1,0044 47 46 48 47 47,00 2,0045 47 46 46 48 46,75 2,0046 48 47 49 47 47,75 2,0047 48 48 48 47 47,75 1,0048 48 47 47 46 47,00 2,0049 49 50 48 48 48,75 2,0050 47 49 47 49 48,00 2,00
x 47,95 R 2,02
2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R sudut kemiringan bulu,
Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,
sebagai berikut:
x =50
25,2397 = 47,95 o
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 47,95 o
Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,
sebagai berikut:
R =50101= 2,02 o
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 2,02 o.
3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R sudut kemiringan
bulu,
Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:
UCL x = 47,95 + (0,729)(2,02) = 49,42 o
LCL x = 47,95 - (0,729)( 2,02) = 46,47 o
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 49,42 o dan
batas kendali bawah LCL x sebesar 46,47 o. Perhitungan batas kendali atas dan
bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan 2.12,
sebagai berikut:
UCLR = (2,282)( 2,02) = 4,61 o
LCLR = (0)(3,20) = 0 o
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 4,61 o dan batas
kendali bawah LCLR sebesar 0 o.
Tabel 4.26 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuksudut kemiringan bulu ayam bagian kanan
Nilai Diagram x Diagram RUCL 49,42 4,61CL 47,95 2,02
LCL 46,47 0
Pada tabel 4.26 di atas diketahui bahwa sudut kemiringan bulu kanan memiliki
nilai UCL, CL, dan LCL untuk diagram x yaitu 49,42 o, 47,95 o dan 46,47 o,
sedangkan untuk diagram R yaitu 4,61 o, 2,02 o, dan 0 o. Dari nilai UCL, CL
dan LCL diagram x dan R tersebut, sudah tidak ada sampel yang keluar dari
batas kendali. Selanjutnya hasil perhitungan ini digunakan untuk membuat
diagram x dan R.
4. Diagram x dan R sudut kemiringan bulu,
Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R
tampak seperti gambar 4.37 dan gambar 4.38 berikut ini.
46,00
47,00
48,00
49,00
50,00
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49
XUCL
LCLCL
Gambar 4.37 Diagram x sudut kemiringan bulu bawah kanan
Pada diagram x gambar 4.37 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada sampel
yang keluar dari batas-batas kendali (in statistical control). Dengan demikian
seluruh data hasil pemotongan berada di antara batas pengendalian yang
menunjukkan data tersebut semua dalam kondisi terkendali dan sesuai dengan
pengendalian proses atau berada dalam batas pengendali statistik.
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
R
UCL
LCL
CL
Gambar 4.38 Diagram R sudut kemiringan bulu kanan
Pada diagram R gambar 4.38 di atas juga tidak ada data yang keluar dari
batas-batas kendali (in statistical control). Seluruh data hasil pemotongan berada
di antara batas pengendalian yang menunjukkan data tersebut semua dalam
kondisi terkendali dan sesuai dengan pengendalian proses atau berada dalam batas
pengendali statistik.
c. Kualitas Kemampuan Proses Sudut Kemiringan Bulu Ayam BagianBawah Kanan
Uji kualitas kemampuan proses dilakukan untuk mengetahui apakah
proses yang dilakukan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan PBSI.
Spesifikasi yang digunakan pada uji kualitas kemampuan proses ini adalah sesuai
dengan spesifikasi PBSI.
Berdasarkan ketentuan dari PBSI, sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kanan shuttle cock memiliki batas spesifikasi atas 50o dan batas spesifikasi
bawah 45o. Uji kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kanan diuraikan, sebagai berikut:
1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index sudut
kemiringan bulu bagian bawah kanan menghitung Cp dilakukan estimasi nilai
standar deviasi sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan yang diproduksi
yaitu sebesar 0,98 o. Perhitungan Cp sudut kemiringan bulu bagian bawah
kanan menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:
Cp =)98,0(6
4551−= 1,02 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp sudut kemiringan bulu bagian bawah
kanan shuttle cock dengan spesifikasi PBSI yaitu sebesar 1,02 o.
2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)
sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock dengan spesifikas
PBSI,
Perhitungan KPA dan KPB sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan
dengan spesifikasi menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai
berikut:
KPA =)98,0(395,4751− = 1,04 o
KPB =)98,0(34595,47 − = 1,00 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB sudut kemiringan bulu
bagian bawah kanan yaitu sebesar 1,04 o dan 1,00 o.
3. Indeks kemampuan proses Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan
shuttle cock dengan spesifikasi PBSI,
Perhitungan Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan dengan
spesifikasi yang ditentukan menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:
Cpk = min {KPA,KPB} = 1,00 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah
kanan dengan spesifikasi yang ditentukan PBSI yaitu sebesar 1,00 o.
Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan uji kualitas
kemampuan proses sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan dengan spesifikasi
yang ditentukan PBSI dijelaskan pada bab selanjutnya.
3. Kualitas sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri.
Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri dari hasil pemotongan alat
rancangan diukur kualitas kemampuan proses pemotongan, kemudian data yang di
ukur di buat diagram x dan R untuk mengetahui batas-batas pengendalian sudut
kemiringan bulu bagian bawah kiri.
a. Pembuatan diagram x dan R sudut bulu bagian bawah kiri shuttle cock
Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas
pengendalian sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock dengan
menggunakan alat pemotong bulu yang dirancang. Data sudut kemiringan bulu
bagian bawah kiri ini diperoleh dari hasil pemotongan alat pemotong bulu yang
dirancang. Sampel yang diambil masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran
sampel 4. Data sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shutte cock dapat dilihat
pada tabel 4.27 dibawah ini.
Tabel 4.27 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock dengan alat yang dirancang
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4
1 73 73 73 752 71 72 73 723 74 73 74 734 72 73 72 725 75 74 74 736 73 73 74 757 73 74 74 738 73 75 75 739 73 74 75 74
10 72 73 72 7311 74 73 73 7512 74 72 71 7313 73 72 73 7214 74 72 74 7215 71 74 74 7416 73 71 74 7417 75 73 73 7318 71 71 72 74
Lanjutan tabel 4.27
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4
19 73 73 73 7520 74 73 71 7421 73 74 72 7222 72 73 73 7423 73 73 72 7524 74 73 75 7525 73 73 73 7126 74 74 73 7327 72 74 74 7428 74 72 72 7329 73 72 73 7130 72 74 71 7431 73 73 75 7532 72 73 74 7233 74 72 74 7234 74 74 74 7335 73 74 72 7436 74 73 75 7537 74 73 75 7438 72 74 73 7439 74 73 75 7340 71 73 73 7141 72 73 72 7142 73 73 71 7443 72 73 74 7244 72 74 74 7145 74 74 74 7546 72 72 74 7547 73 73 73 7448 72 74 71 7449 71 72 74 7150 73 74 72 72
b. Pembuatan diagram x dan R sudut kemiringan bulu bagian bawah kirishuttle cock hasil dari alat pemotong bulu yang dirancang
Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas
pengendalian sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock. Pembuatan
diagram x dan R untuk pemotong bulu dibuat dengan langkah-langkah, yaitu:
1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel kemiringan bulu,
Data sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock yang telah
dikumpulkan dihitung rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan
menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata
dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:
5,734
737573731 =
+++=x o dan 273751 =−=R o
Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada
tabel 4.28 dibawah ini.
Tabel 4.28 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4ix Ri
1 73 73 73 75 73,50 2,00
2 71 72 73 72 72,00 2,00
3 74 73 74 73 73,50 1,00
4 72 73 72 72 72,25 1,00
5 75 74 74 73 74,00 2,00
6 73 73 74 75 73,75 2,00
7 73 74 74 73 73,50 1,00
8 73 75 75 73 74,00 2,00
9 73 74 75 74 74,00 2,00
10 72 73 72 73 72,50 1,00
11 74 73 73 75 73,75 2,00
12 74 72 71 73 72,50 3,00
13 73 72 73 72 72,50 1,00
14 74 72 74 72 73,00 2,00
15 71 74 74 74 73,25 3,00
16 73 71 74 74 73,00 3,00
17 75 73 73 73 73,50 2,00
18 71 71 72 74 72,00 3,00
Lanjutan tabel 4.28
Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel
x1 x2 x3 x4ix Ri
19 73 73 73 75 73,50 2,0020 74 73 71 74 73,00 3,0021 73 74 72 72 72,75 2,0022 72 73 73 74 73,00 2,0023 73 73 72 75 73,25 3,0024 74 73 75 75 74,25 2,0025 73 73 73 71 72,50 2,0026 74 74 73 73 73,50 1,0027 72 74 74 74 73,50 2,0028 74 72 72 73 72,75 2,0029 73 72 73 71 72,25 2,0030 72 74 71 74 72,75 3,0031 73 73 75 75 74,00 2,0032 72 73 74 72 72,75 2,0033 74 72 74 72 73,00 2,0034 74 74 74 73 73,75 1,0035 73 74 72 74 73,25 2,0036 74 73 75 75 74,25 2,0037 74 73 75 74 74,00 2,0038 72 74 73 74 73,25 2,0039 74 73 75 73 73,75 2,0040 71 73 73 71 72,00 2,0041 72 73 72 71 72,00 2,0042 73 73 71 74 72,75 3,0043 72 73 74 72 72,75 2,0044 72 74 74 71 72,75 3,0045 74 74 74 75 74,25 1,0046 72 72 74 75 73,25 3,0047 73 73 73 74 73,25 1,0048 72 74 71 74 72,75 3,0049 71 72 74 71 72,00 3,0050 73 74 72 72 72,75 2,00
x 73,12 R 2,06
2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R sudut kemiringan bulu,
Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,
sebagai berikut:
x =50
00,3656 = 73,12 o
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 73,12 o
Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,
sebagai berikut:
R =50
103= 2,06 o
Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 2,06 o.
3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R sudut kemiringan
bulu,
Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan
persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:
UCL x = 73,12 + (0,729)(2,06) = 74,62 o
LCL x = 73,12 - (0,729)( 2,06) = 71,58 o
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 74,62 o dan
batas kendali bawah LCL x sebesar 71,58 o. Perhitungan batas kendali atas dan
bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan 2.12,
sebagai berikut:
UCLR = (2,282)( 2,06) = 4,61 o
LCLR = (0)(2,06) = 0 o
Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 4,61 dan batas
kendali bawah LCLR sebesar 0.
Tabel 4.29 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuksudut kemiringan bulu ayam bagian kiri
Nilai Diagram x Diagram RUCL 74,62 4,70CL 73,12 2,06
LCL 71,62 0
Pada tabel 4.29 di atas diketahui bahwa sudut kemiringan bulu kiri memiliki
nilai UCL, CL, dan LCL untuk diagram x yaitu 74,62 o, 73,12 o dan 71,62 o,
sedangkan untuk diagram R yaitu 4,70 o, 2,06 o, dan 0 o. Dari nilai UCL, CL
dan LCL diagram x dan R tersebut, sudah tidak ada sampel yang keluar dari
batas kendali. Selanjutnya hasil perhitungan ini digunakan untuk membuat
diagram x dan R.
4. Diagram x dan R sudut kemiringan bulu,
Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R
tampak seperti gambar 4.39 dan gambar 4.40 berikut ini.
71,0071,5072,0072,5073,0073,5074,0074,5075,00
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49
X
UCL
LCL
CL
Gambar 4.39 Diagram x sudut kemiringan bulu bawah bagian kiri
Pada diagram x gambar 4.39 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada sampel
yang keluar dari batas-batas kendali (in statistical control). Dengan demikian
seluruh data hasil pemotongan berada di antara batas pengendalian yang
menunjukkan data tersebut semua dalam kondisi terkendali dan sesuai dengan
pengendalian proses atau berada dalam batas pengendali statistik.
0,000,501,001,502,002,50
3,003,504,004,505,00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49
RUCLLCLCL
Gambar 4.40 Diagram R sudut kemiringan bulu kiri
Pada diagram R gambar 4.40 di atas juga tidak ada data yang keluar dari
batas-batas kendali (in statistical control). Seluruh data hasil pemotongan berada
di antara batas pengendalian yang menunjukkan data tersebut semua dalam
kondisi terkendali dan sesuai dengan pengendalian proses atau berada dalam batas
pengendali statistik.
c. Kualitas Kemampuan Proses Sudut Kemiringan Bulu Ayam BagianBawah Kiri
Uji kualitas kemampuan proses dilakukan untuk mengetahui apakah
proses yang dilakukan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan PBSI.
Spesifikasi yang digunakan pada uji kualitas kemampuan proses ini adalah sesuai
dengan spesifikasi PBSI.
Berdasarkan ketentuan dari PBSI, sudut kemiringan bulu ayam bagian
bawah kiri shuttle cock memiliki batas spesifikasi atas 75o dan batas spesifikasi
bawah 71o. Uji kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian
kiri diuraikan, sebagai berikut:
1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index sudut
kemiringan bulu bagian bawah kiri menghitung Cp dilakukan estimasi nilai
standar deviasi sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri yang diproduksi
yaitu sebesar 1,00. Perhitungan Cp sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri
menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:
Cp =)1(67077 −
= 1,16 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp sudut kemiringan bulu bagian bawah
kiri shuttle cock dengan spesifikasi PBSI yaitu sebesar 1,16 o.
2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)
sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock dengan spesifikas PBSI,
Perhitungan KPA dan KPB sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri dengan
spesifikasi menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai
berikut:
KPA =)16,1(312,7377 − = 1,115 o, KPB =
)16,1(37012,73 − = 1,143 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB sudut kemiringan bulu
bagian bawah kiri yaitu sebesar 1,115 o dan 1,143 o.
4. Indeks kemampuan proses Cpk sudut kemiringan lubang dop shuttle cock
dengan spesifikasi PBSI,
Perhitungan Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri dengan spesifikasi
yang ditentukan menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:
Cpk = min {KPA,KPB} = 1,115 o
Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah
kiri dengan spesifikasi yang ditentukan PBSI yaitu sebesar 1,115 o.
Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan uji kualitas
kemampuan proses sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan dengan spesifikasi
yang ditentukan PBSI dijelaskan pada bab selanjutnya.
4.2.7 Uji Kuantitas Pemotongan Bulu Ayam Shuttle Cock
Uji kuantitas pemotongan bulu ayam dilakukan untuk membandingkan
pemotongan bulu ayam yang dilakukan dengan menggunakan alat pemotong bulu
ayam yang berada ditempat penelitian dengan alat pemotongan bulu ayam yang
dirancang. Pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali proses pemotongan dengan
waktu 1 menit (60 detik) dalam sekali proses pemotongan.
a. Uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock di tempat penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan di sentra industri kecil shuttle cock merek
T3 milik Bapak sarno di Serengan Surakarta, setiap pemotongan bulu ayam
shuttle cock dalam 1 menit (60 detik).
Tabel 4.30 Uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam awal
Pemotonganke-
Bulu yangdipotong / menit
1 352 383 414 395 386 427 418 459 3910 42
Jumlah 400
Perhitungan rata-rata pemotongan,
pemotongandipotongyangbuluX
ΣΣ
=
4010400
== bulu ayam
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata pemotongan bulu ayam tiap menit yaitu
sebanyak 40 bulu ayam.
b. Uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock dengan menggunakanalat pemotong bulu ayam yang dirancang
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, pemotongan bulu ayam
shuttle cock dalam 1 menit (60 detik).
Tabel 4.31 Perhitungan uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang
dirancang
Pemotonganke-
Bulu yangdipotong / menit
1 452 503 494 475 496 477 488 499 4910 47
Jumlah 480
Perhitungan rata-rata pemotongan,
pemotongandipotongyangbuluX
ΣΣ
=
4810480
== bulu ayam
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata pemotongan bulu ayam (X) tiap menit
yaitu sebanyak 48 bulu ayam.
Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan uji kuantitas
pemotongan bulu ayam akan dijelaskan pada bab selanjutnya.
4.2.8 Menentukan Kapasitas Dan Biaya Operasional Pertahun
Perhitungan kapasitas alat per tahun bertujuan untuk mengetahui berapa
besar kapasitas alat dalam membuat produk yang diproduksi per tahun.
Kapasitas perhitungan produksi alat pemotong bulu ayam per bulan. Data yang
digunakan untuk menghitung besarnya kapasitas alat pemotong bulu ayam per
bulan yaitu, jam kerja operator per bulan (192 jam/bulan), kapasitas alat per unit
(2880 helai/jam), jam kerja operator per hari (8 jam/hari) dan hari kerja operator
per bulan (24 hari), seperti dijelaskan di bawah ini.
Kapasitas alat pemotong per hari:
= Kapasitas alat per jam x jam kerja operator per hari
= 2880 helai x 8jam
= 23.040 helai per hari
Kapasitas alat pemotong per bulan:
= Kapasitas alat per jam x jam kerja oper per bulan
= 2880 helai x 192 jam
= 552.960 helai per bulan
Hasil perhitungan diatas, menjelaskan bahwa besar kapasitas produksi alat
pemotong bulu ayam per hari 23040 helai dan kapasitas per bulan 552960 helai.
4.2.9 Nilai Depresiasi Pada Alat Pemotong Bulu Ayam
Biaya yang harus disediakan oleh perusahaan setiap periode untuk
melakukan penggantian alat, setelah alat pemotong bulu ayam sudah tidak
berdaya guna lagi. Perhitungan biaya penyusutan alat setelah digunakan satu
tahun kedepan, sebagai berikut:
1. Biaya alat pemotong bulu ayam Rp 900.000,-
2. Nilai sisa Rp 400.000,- (estimasi dapat dijual)
3. Umur pakai ±5 tahun
4. Bunga pinjaman bank 15% per tahun pada tahun 2009.
Maka biaya depresiasi setiap tahun alat pemotong bulu ayam adalah:
D1 = Rp 900.000 - Rp 400.000 (A/F, 15%, 5) (F/P, 15 %,1-1)
= Rp 500.000 (0,1483) (1)
= Rp 74.000
Nilai buku pada akhir tahun pertama adalah:
BVt = P-A (F/A, i %, t)
= Rp 900.000 – 74.000 (1)
= Rp 826.000
Jadi depresiasi pertahun untuk alat pemotong bulu ayam yang digunakan
di perusahaan adalah sebesar Rp 74.000, sehingga dapat dijelaskan pada tabel
4.32 dibawah ini.
Tabel 4.32 Depresiasi alat pemotong bulu ayam
TahunDepresiasi
(Rp)
Nilai Sisa
(Rp)
0 0 900.0001 74.000 826.0002 85.100 740.9003 97.865 643.0354 112.547 530.488,45 130.488,4 400.000
Sumber: Data diolah, 2009
Pada tabel 4.32 di atas terlihat nilai investasi awal sebesar Rp 900.000 dan
untuk nilai sisa alat pemotong bulu ayam pada tahun kelima sebesar Rp 400.000
nilai sisa di estimasikan dapat dijual.
4.2.10 Perhitungan Analisa Titik Impas (BEP)
Perhitungan analisa titik impas (BEP) terdiri dari perhitungan alat
pemotong bulu ayam dan perhitungan pembuatan alat pemotong bulu ayam,
sebagai berikut:
1. Perhitungan analisis pemotong bulu ayam,
Tabel 4.33 Data pemotong bulu ayamInvestasi
mesin (Rp)Tingkat
bunga/periodeNilai sisa
(Rp)Kapasitas
alat per hariUmur alat
(th)Biaya operatorper hari (Rp)
900.000 15% 400.000 23040 helai 5 tahun 25.000Sumber: Data diolah, 2009
Pada tabel 4.33 di atas, menjelaskan bahwa investasi alat pemotong bulu
ayam adalah Rp 900.000, bunga per bulan 15 %, kapasitas alat per hari 23040
helai, umur alat diperkirakan 5 tahun, dan biaya operator per hari Rp 25.000.
Data tersebut diuraikan dengan menghitung ongkos variabel untuk
membuat produk dengan menggunakan persamaan 2.18, seperti di bawah ini.
VC =helai
harixhari
Rp23040
1000.25
=23040
000.25Rp
= Rp 1,08 per helai
Hasil perhitungan ongkos variabel pembuatan produk sebesar Rp 1,08
sedangkan ongkos tetap (fixed cost) untuk biaya penggunaaan alat pemotong bulu
ayam, yaitu:
FC1 = P(A/P, i%,N) - Rp 300.000 (A/F, i%,N)
= Rp 900.000 (A/P, 15 %, 5) - Rp 400.000 (A/F, 15%, 5)
= Rp 900.000 (0,2983) - Rp 400.000 (0,1483)
= Rp 268.470 - Rp 59.320
= Rp 209.150,-
Hasil perhitungan di atas, menjelaskan bahwa besar ongkos tetap (fixed
cost) untuk biaya pemotongan menggunakan alat pemotong bulu ayam sebesar Rp
209.150, sehingga total cost (TC) dapat diuraikan, sebagai berikut:
TC1 = FC+VC
= Rp Rp 209.150,-+ Rp 1,08 (X)
Bila, p = Rp 1.900 per unit maka jumlah yang harus diproduksi per hari agar
mencapai titik impas, adalah:
cPFCX−
=
08,11900209150
−=X
14,110=X
Jadi volume produksi sebesar 110 unit perhari menyebabkan perusahaan berada
pada titik impas dan total ongkos yang terjadi, adalah:
TC = FC + cX
= Rp 209.150 + (Rp 1,08 x 39.600)
= Rp 251.918
Jadi apabila rancangan alat pemotong bulu ayam dapat memproduksi sebanyak
39.600 helai bulu ayam atau lebih maka sudah berada pada titik impas (BEP) atau
sudah mendapat keuntungan. Biaya total yang dibutuhkan untuk membuat 39.600
helai bulu ayam Rp 251.918.
BAB VANALISA DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil terhadap
hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya.
5.1 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Pada analisis hasil penelitian ini diuraikan mengenai analisis data
anthropometri dan hasil pengumpulan data yang ada di tempat penelitian maupun
alat perajang hasil rancangan.
5.1.1 Analisis Alat Pemotong Bulu Ayam
Alat pemotong bulu ayam yang digunakan di pengrajin shuttle cock merek
T3 masih menggunakan alat pemotong yang sederhana, pisau potong pada alat
pemotong bulu ayam menggunakan pisau gillete dan memotong bulu bagian
depan saja, untuk sisi bawah kanan dan kiri bulu menggunakan alat gunting . Hal
ini mengakibatkan pisau potong tidak tahan lama dan setiap saat harus diganti
karena pisau tidak tajam lagi (tumpul). Proses pemotongan bulu di tempat
penelitian kurang ergonomis, hal ini disebabakan karena meja yang dipakai pada
proses pemotongan kurang tinggi sehingga punggung operator membungkuk.
Gambar 5.1 Alat Pemotong bulu Gambar 5.2 Alat Pemotong ayam awal rancangan
5.1.2 Analisis Fasilitas Kerja Pada Operator
Pengujian data anthropometri meliputi tinggi tegak duduk (TDT),
jangkauan tangan depan (JTD), tinggi siku kerja (TSK), tinggi siku duduk (TSD)
dan tinggi plopiteal (TP) diperoleh bahwa data yang diperlukan telah seragam dan
cukup, sehingga tidak diperlukan penambahan data tambahan. Selanjutnya
parameter data yang meliputi nilai rata-rata dan standar deviasi digunakan untuk
perhitungan persentil. Hasil perhitungan persentil ke-5 dan ke-95 dapat dilihat
pada tabel 5.1 dibawah ini.
Tabel 5.1 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil
No Deskripsi Data P-5 P-95
1 Tinggi duduk tegak 82,41 89,78
2 Jangkauan tangan depan 63,63 70,96
3 Tingi siku kerja 9,21 13,58
4 Tinggi siku duduk 18 22,22
5 Tinggi popliteal 37,05 43,14
A. Penentuan ukuran meja dan kursi
Tinggi meja di dapat dari hasil penjumlahan data antropometri tinggi
popliteal persentil ke-95 sebesar 43,14 cm, tinggi siku duduk persentil ke-95
sebesar 22,22. dan toleransi alas kaki sebesar 2 cm (Nurmianto E, 2004). Hasil
dari pengukuran tinggi meja didapatkan 67 cm.
Menentukan lebar meja diperlukan data dimensi jangkauan tangan ke
depan dengan persentil ke-5, yaitu sebesar 63,63 cm. Penentuan persentil ke-5
untuk jangkauan tangan ke depan bertujuan agar orang-orang yang memiliki
jangkauan tangan yang pendek dapat menggunakan rancangan ini tanpa
membungkuk untuk mencapai bagian ujung meja. Hasil dari pengukuran lebar
meja didapatkan 63 cm.
Penentuan panjang meja diperlukan data dimensi dua kali jangkauan
tangan ke depan persentil ke-5 sebesar 63,63 cm. Hasil dari pengukuran panjang
meja didapatkan 127 cm. Penentuan persentil 5 untuk jangkauan tangan ke depan
bertujuan yang memiliki jangkauan tangan pendek dapat menggunakan rancangan
ini.
Penentuan tinggi kursi memerlukan data dimensi tinggi popliteal persentil
ke-95 sebesar 43,14 cm ditambah toleransi alas kaki sebesar 2 cm (Nurmianto E,
2004). Pemilihan persentil ke-95 untuk tinggi popliteal bertujuan untuk
mengakomodasi orang yang mempunyai tungkai bawah yang panjang. Bagi orang
yang mempunyai tungkai bawah pendek dapat ditambahkan penyangga pada kaki
kursi. Hasil dari pengukuran tinggi kursi didapatkan 45 cm.
Tabel 5.2 Rekapitulasi penentuan ukuran meja dan kursi
Komponen Dimensi Ukuran Ukuran (cm)
Meja
Tinggi meja
Lebar meja
Panjang meja
67
63
127
Kursi Tinggi kursi 45
B. Penentuan kekuatan material
Bahan kayu yang digunakan untuk pembuatan meja menggunakan jenis
kayu akasia. Perhitungan tegangan geser pada batang kaki meja yang dibuat
sebesar 2,06704.10-6 kg/mm2 dan tegangan geser yang diijinkan pada profil kayu
yang digunakan sebesar 0,20625 kg/mm2, sehingga persyaratan beban di atas
meja adalah (2,06704.10-6 kg/mm2 < 0,20625 kg/mm2, meja cukup kuat untuk
menahan beban).
5.1.3 Analisis Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Analisis data perancangan peta kerja tangan kiri dan kanan pada proses
pemotongan bulu ayam shuttle cock, pengukuran waktu kerja operator diukur
berdasarkan waktu proses gerakan tangan pada saat bekerja sedangkan waktu
setup atau setting alat tidak di ukur. Waktu proses yang dihasilkan gerakan tangan
pada saat bekerja menggunakan alat pemotong bulu ayam selama 6 detik per satu
kali proses kerja, dengan jumlah produk 1 helai bulu ayam. Efisiensi perubahan
waktu alat pemotong bulu ayam shuttle cock awal dan alat pemotong bulu ayam
shuttle cock rancangan sebesar 40 %.
5.1.4 Analisis Perancangan Alat Pemotong Bulu Ayam Shuttle Cock
Pada sub bab ini diuraikan mengenai analisis alat pemotong bulu ayam
desain hasil rancangan serta analisis uji kualitas.
a. Analisis alat pemotong bulu ayam shuttle cock hasil rancangan
Perbedaan yang paling mendasar dari alat pemotong bulu ayam shuttle
cock yang dirancang dengan alat pemotong bulu ayam shuttle cock awal terdapat
pada pisu pemotong yang memiliki 3 sisi mata pisau yang masing-masing sisi
berfungsi sebagai pemotong bulu ayam shuttle cock.
Alat pemotong bulu ayam shuttle cock hasil perancangan adalah
serangkaian gabungan dari beberapa komponen penyusun yang berfungsi sebagai
alat untuk memotong bulu ayam shuttle cock, untuk mengurangi kecacatan dan
meningkatkan kualitas hasil pembuatan produk shuttle cock, memiliki panjang
bulu ayam shuttle cock 6,4 cm - 7,0 cm, sudut sisi bagian bawah kanan bulu
ayam shuttle cock 45o sampai dengan 50 o, sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam
shuttle cock 71o sampai dengan 75 o.
b. Kualitas bulu ayam shuttle cock dengan spesifikasi PersatuanBulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan International BadmintonFederation (IBF)
Pada analisa kualitas bulu ayam shuttle cock berikut diuraikan mengenai
panjang bulu ayam shuttle cock, sudut sisi bagian bawah kanan bulu ayam shuttle
cock dan sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam shuttle cock dengan alat
rancangan.
1. Panjang bulu ayam shuttle cock
Data nilai UCL, CL dan LCL panjang bulu ayam shuttle cock antara alat
pemotong bulu ayam awal shuttle cock, alat pemotong bulu ayam shuttle cock
hasil rancangan dan standar dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Rekapitulasi nilai rata-rata panjang bulu ayam
Awal Rancangan StandarNilai
x R x R x R
UCL 7,03 1,03 6,83 0,69 7,0 0,6
CL 6,7 0,47 6,61 0,30 6,7 0,3
LCL 6,38 0 6,39 0 6,4 0
Berdasarkan standar spesifikasi shuttle cock panjang bulu shuttle cock
memiliki batas spesifikasi atas 7,0 cm dan batas spesifikasi bawah 6,4 cm. Hasil
perhitungan didapatkan nilai Cp panjang bulu ayam shuttle cock dengan alat
rancangan memiliki 1,15 cm. Hal ini menunjukkan kemampuan proses
pemotongan panjang bulu ayam shuttle cock untuk spesifikasi internasional baik
(capable).
2. Sudut sisi bagian bawah kanan bulu ayam shuttle cock
Data nilai UCL, CL dan LCL sudut sisi bagian bawah kanan bulu ayam
shuttle cock antara alat pemotong bulu ayam awal shuttle cock, alat pemotong
bulu ayam shuttle cock hasil rancangan dan standar dapat dilihat pada tabel 5.4
dibawah ini.
Tabel 5.4 Rekapitulasi nilai rata-rata sudut bagian bawah kanan
Awal Rancangan StandarNilai
x R x R x R
UCL 52,33 12,55 49,42 4,61 50 5
CL 48,32 5,50 47,95 2,02 47,5 2,5
LCL 44,31 0 46,95 0 45 0
Berdasarkan standar spesifikasi shuttle cock untuk sudut sisi bagian
bawah kanan shuttle cock memiliki batas spesifikasi atas 50 derajat dan batas
spesifikasi bawah 45 derajat. Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp sudut bagian
bawah kanan shuttle cock dengan alat rancangan yaitu 1,02O. Hal ini menunjukkan
kemampuan proses pemotongan sudut bagian bawah kanan shuttle cock untuk
spesifikasi internasional baik (capable).
3. Sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam shuttle cock
Data nilai UCL, CL dan LCL sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam
shuttle cock antara alat pemotong bulu ayam awal shuttle cock, alat pemotong
bulu ayam shuttle cock hasil rancangan dan standar dapat dilihat pada tabel 5.5
dibawah ini.
Tabel 5.5 Rekapitulasi nilai rata-rata sudut bagian bawah kiri
Awal Rancangan StandarNilaix R x R x R
UCL 77,04 12,51 74,62 4,70 75 4
CL 73,05 5,48 73,12 2,06 73 2
LCL 69,06 0 71,62 0 71 0
Berdasarkan standar spesifikasi shuttle cock untuk sudut sisi bagian
bawah kiri shuttle cock memiliki batas spesifikasi atas 75o dan batas spesifikasi
bawah 71o. Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp sudut bagian bawah kiri shuttle
cock dengan alat rancangan yaitu 1,16O. Hal ini menunjukkan kemampuan proses
pemotongan sudut bagian bawah kiri shuttle cock untuk spesifikasi internasional
baik (capable).
5.2 INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
Interpretasi hasil perancangan dari alat pemotong bulu ayam terhadap
proses pemotongan, mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil
pemotongan bulu ayam shuttle cock, alat ini dirancang memiliki tiga sisi mata
pisau sehingga dalam satu kali proses pemotongan dapat memotong tiga sisi bulu
ayam shuttle cock sekaligus. Selain itu, alat pemotong bulu ayam ini dirancang
menggunakan fasilitas kerja seperti meja dan kursi untuk meningkatkan
kenyamanan operator. Berdasarkan hasil pengukuran data antropometri di dapat
ukuran meja yaitu tinggi meja 67 cm, lebar meja 63 cm, panjang meja 127 cm,
dan tinggi kursi yaitu 45 cm.
Hasil dari perhitungan nilai UCL, CL, dan LCL diagram x pada alat
pemotong bulu ayam hasil rancangan untuk panjang bulu ayam shuttle cock yaitu
6,38 cm, 6,61 cm dan 6,39cm, sudut sisi bagian bawah kanan bulu ayam shuttle
cock yaitu 49,42o, 47,95o dan 46,95o dan sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam
shuttle cock yaitu 74,62o, 73,12o dan 71,62o. Diagram R panjang bulu ayam
shuttle cock yaitu 0,69 cm, 0,30 cm dan 0 cm, sudut sisi bagian bawah kanan bulu
ayam shuttle cock yaitu 4,61o, 2,20o dan 0o dan sudut sisi bagian bawah kiri bulu
ayam shuttle yaitu 4,70o, 2,06o, dan 0o.
Hasil perhitungan uji kuantitas pada interpretasi hasil ditempat penelitian
didapatkan rata-rata pemotongan bulu ayam shuttle cock per menit yaitu 40 bulu,
sedangkan hasil perhitungan dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang
dirancang didapatkan rata-rata pemotongan bulu ayam shuttle cock per menit
yaitu 48 bulu. Selisih hasil pelubangan antara alat awal dengan alat rancangan
adalah 8 bulu ayam. Biaya depresiasi dari alat pemotong bulu ayam hasil
rancangan ongkos total yang dibutuhkan untuk memproduksi 39.600 helai bulu
ayam yaitu sebesar Rp 251.918, sedangkan besar kapasitas produksi pada alat
pemotong bulu ayam per tahun mampu memproduksi 6.635.520 helai.
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya dan saran untuk pengrajin dan pengembangan penelitian
selanjutnya.
6.1 KESIMPULANKesimpulan dari penelitian ini, yaitu:
1. Alat yang dirancang adalah alat pemotong bulu ayam shuttle cock dengan dies
(pemotong) 3 mata pisau yang berfungsi sebagai pemotong tiga sisi bulu ayam
shuttle cock mendekati spesifikasi standar dengan panjang bulu ayam shuttle
cock 6,4 cm – 7,0 cm, sudut bagian bawah kanan bulu ayam shuttle cock
45O – 50O, sudut bagian bawah kiri bulu ayam shuttle cock 71O – 75O.
2. Perhitungan anthropometri dapat ditentukan fasilitas kerja operator dengan
dimensi kursi dengan tinggi 45 cm dan meja dengan tinggi 67 cm, lebar
63 cm, panjang 127 cm yang digunakan operator pada proses pemotongan
bulu ayam shuttle cock yang dirancang.
3. Perhitungan panjang bulu ayam shuttle cock dan sudut shuttle cock dengan
alat yang dirancang didapatkan nilai Cp panjang bulu ayam shuttle cock
1,15 cm, sudut bagian bawah kanan bulu ayam shuttle cock 1,02O dan sudut
bagian bawah kiri bulu ayam shuttle cock 1,16O, menunjukkan bahwa rata-
rata proses berada pada batas spesifikasi.
4. Rancangan alat pemotong bulu ayam dapat memproduksi produk sebanyak
39.600 helai bulu ayam atau lebih, maka sudah mendapatkan keuntungan.
Ongkos atau biaya total yang diperlukan dalam membuat 39.600 helai bulu
ayam Rp 251.918,-.
6.2 SARANBeberapa saran yang dapat diberikan untuk pengrajin dan pengembangan
penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya disarankan merancang alat pemotong bulu ayam dengan
sistem pemotongan yang dapat memotong lebih dari satu bulu ayam guna
meningkatkan produksi shuttle cock.
2. Penelitian selanjutnya disarankan merancang alat pemotong bulu ayam shuttle
cock dengan sistem pneumatik yang dapat menghasilkan pemotongan yang
sesuai dengan standar PBSI.
3. Melakukan tindakan perbaikan terhadap fasilitas kerja operator dengan
meningkatkan kenyamanan operator dan merancang landasan bulu ayam
shuttle cock yang sesuai dengan standar PBSI.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Dorothea Wahyu, 2004. Pengendalian Kualitas Statistik, Andi,Yogyakarta.
Ahyari, Agus, 1983. Perencanaan Sistem Produksi, BPFE, Yogyakarta.
BBC, [Online, accessed 27 Agustus 2009]. Shuttle cock,URL:http://bbc.co.uk/hi/other_sports/badminton/5173112.stm.
Bagyo, Sucahyo, 1999. Mekanika Teknik 2, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,Surakarta.
Crosby,1979. Statiscal Quality Control, Harper & Row, New York.
Garvin, McCain, 1984. The Game of Science, California: Brooks/Ccole, Montere.
Gaspersz, V, 2000. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa, Gramedia PustakaUtama, Jakarta.
J M, Juran, 1974. Quality Planning and Analysis, Tata Mcgrow-Hill PublicCompany, England.
Kamarwan, Sidarta S, 1984. Statika dan Bagian Mekanika Teknik, UII Press,Jakarta.
Mitra, Amitava, 1993. Fundamental Of Quality Control and Improvement,Macmillan Publishing Company, NewYork.
Mulyadi, 1991. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan,Raja Grafindo, Jakarta.
Nurmianto, Eko, 2004. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasi, Prima Printing,Surabaya.
Purwito A, Akung, 2007. Perancangan Alat Bantu Pengendalian Kualitas ShuttleCock Secara Atribut pada Industri Kecil di Kelurahan Serengan, SkripsiUniversitas Sebelas Maret, Surakarta.
Ulrrich, Karl T. dan Eppinger, Steven D, 2000. Perancangan dan PengembanganProduk, Salemba Teknika, Jakarta.
Umar, Husein, 2003. Akutansi Penelitian Metodologi Penelitian Akutansi, GhaliaIndonesia, Jakarta.
Wignjosoebroto Sritomo, 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya,Surabaya.
Winanto, 2008. Perancangan Alat Pemotong Bulu Ayam Untuk MeningkatkanKuantitas dan Kualitas Pembuatan Produk Shuttle Cock pada IndustriKecil di Kelurahan Serengan Kotamadya Surakarta, Skripsi UniversitasSebelas Maret, Surakarta.
Tabel L1.1 Data anthropometri
Data yang diukur (cm)NoTDT JTD TSK TSD TP
1 84 69 9 22 382 85 68 12 21 443 83 63 10 19 414 86 66 11 18 425 89 67 13 20 396 88 72 11 20 417 82 68 10 19 428 87 68 13 21 379 87 65 10 19 38
10 84 67 12 20 4011 90 65 10 18 3712 81 66 13 19 3813 86 69 11 20 4214 87 66 12 22 4015 86 69 11 21 3916 89 67 12 21 4017 87 66 13 20 4018 82 68 10 19 3919 88 68 11 20 4120 85 70 12 21 4221 87 69 13 19 4322 86 70 10 20 4223 87 66 12 22 4224 85 65 13 19 3925 89 64 11 22 4126 87 64 12 21 3927 88 69 11 19 3928 85 67 13 20 3829 87 67 12 22 3830 86 71 9 19 43
Tabel L1.2 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan datatinggi duduk tegak (TDT)
No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2
1 84 2,1 4,412 85 1,1 1,213 83 3,1 9,614 86 0,1 0,015 89 -2,9 8,416 88 -1,9 3,617 82 4,1 16,818 87 -0,9 0,819 87 -0,9 0,81
10 84 2,1 4,4111 90 -3,9 15,2112 81 5,1 26,0113 86 0,1 0,0114 87 -0,9 0,8115 86 0,1 0,0116 89 -2,9 8,4117 87 -0,9 0,8118 82 4,1 16,8119 88 -1,9 3,6120 85 1,1 1,2121 87 -0,9 0,8122 86 0,1 0,0123 87 -0,9 0,8124 85 1,1 1,2125 89 -2,9 8,4126 87 -0,9 0,8127 88 -1,9 3,6128 85 1,1 1,2129 87 -0,9 0,8130 86 0,1 0,01
Jumlah : 2583 140,7
Tabel L1.3 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan datajangkauan tangan depan (JTD)
No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2
1 69 -1,7 2,892 68 -0,7 0,493 63 4,3 18,494 66 1,3 1,695 67 0,3 0,096 72 -4,7 22,097 68 -0,7 0,498 68 -0,7 0,499 65 2,3 5,29
10 67 0,3 0,0911 65 2,3 5,2912 66 1,3 1,6913 69 -1,7 2,8914 66 1,3 1,6915 69 -1,7 2,8916 67 0,3 0,0917 66 1,3 1,6918 68 -0,7 0,4919 68 -0,7 0,4920 70 -2,7 7,2921 69 -1,7 2,8922 70 -2,7 7,2923 66 1,3 1,6924 65 2,3 5,2925 64 3,3 10,8926 64 3,3 10,8927 69 -1,7 2,8928 67 0,3 0,0929 67 0,3 0,0930 71 -3,7 13,69
Jumlah : 2019 132,3
Tabel L1.4 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan dataTinggi situ kerja (TSK)
No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2
1 9 2,4 5,762 12 -0,6 0,363 10 1,4 1,964 11 0,4 0,165 13 -1,6 2,566 11 0,4 0,167 10 1,4 1,968 13 -1,6 2,569 10 1,4 1,96
10 12 -0,6 0,3611 10 1,4 1,9612 13 -1,6 2,5613 11 0,4 0,1614 12 -0,6 0,3615 11 0,4 0,1616 12 -0,6 0,3617 13 -1,6 2,5618 10 1,4 1,9619 11 0,4 0,1620 12 -0,6 0,3621 13 -1,6 2,5622 10 1,4 1,9623 12 -0,6 0,3624 13 -1,6 2,5625 11 0,4 0,1626 12 -0,6 0,3627 11 0,4 0,1628 13 -1,6 2,5629 12 -0,6 0,3630 9 2,4 5,76
Jumlah : 342 45,2
Tabel L1.5 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan datatinggi siku duduk (TSD)
No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2
1 22 -1,9 3,612 21 -0,9 0,813 19 1,1 1,214 18 2,1 4,415 20 0,1 0,016 20 0,1 0,017 19 1,1 1,218 21 -0,9 0,819 19 1,1 1,21
10 20 0,1 0,0111 18 2,1 4,4112 19 1,1 1,2113 20 0,1 0,0114 22 -1,9 3,6115 21 -0,9 0,8116 21 -0,9 0,8117 20 0,1 0,0118 19 1,1 1,2119 20 0,1 0,0120 21 -0,9 0,8121 19 1,1 1,2122 20 0,1 0,0123 22 -1,9 3,6124 19 1,1 1,2125 22 -1,9 3,6126 21 -0,9 0,8127 19 1,1 1,2128 20 0,1 0,0129 22 -1,9 3,6130 19 1,1 1,21
Jumlah : 603 42,7
Tabel L1.6 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan datatinggi popliteal (TP)
No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2
1 38 2,1 4,412 44 -3,9 15,213 41 -0,9 0,814 42 -1,9 3,615 39 1,1 1,216 41 -0,9 0,817 42 -1,9 3,618 37 3,1 9,619 38 2,1 4,41
10 40 0,1 0,0111 37 3,1 9,6112 38 2,1 4,4113 42 -1,9 3,6114 40 0,1 0,0115 39 1,1 1,2116 40 0,1 0,0117 40 0,1 0,0118 39 1,1 1,2119 41 -0,9 0,8120 42 -1,9 3,6121 43 -2,9 8,4122 42 -1,9 3,6123 42 -1,9 3,6124 39 1,1 1,2125 41 -0,9 0,8126 39 1,1 1,2127 39 1,1 1,2128 38 2,1 4,4129 38 2,1 4,4130 43 -2,9 8,41
Jumlah : 1204 105,5
Tabel L1.7 Pemajemukan Diskrit