185
PERANCANGAN ALAT PEMOTONG BULU AYAM MENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAU DALAM MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK Skripsi Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ARDIAN MUSTIKA PRAHARA I 0302505 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

  • Upload
    vandien

  • View
    243

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

PERANCANGAN ALAT PEMOTONG BULU AYAMMENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAU DALAM

MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK

Skripsi

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ARDIAN MUSTIKA PRAHARAI 0302505

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2009

Page 2: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi :

PERANCANGAN ALAT PEMOTONG BULU AYAMMENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAU DALAM

MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK

Disusun Oleh:ARDIAN MUSTIKA PRAHARA

I 0302505

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ir. Lobes Herdiman, MTNIP. 19641007 199702 1 001

Taufiq Rochman, STP, MTNIP. 19701030 199802 1 001

Ketua Program S-1 Non RegulerJurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik UNS

Taufiq Rochman, STP, MTNIP. 19701030 199802 1 001

Pembantu Dekan IFakultas Teknik UNS

Ir. Noegroho Djarwanti, MTNIP. 19561112 198403 2 007

Ketua JurusanTeknik Industri

Fakultas Teknik UNS

Ir. Lobes Herdiman, MTNIP. 19641007 199702 1 001

Page 3: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

LEMBAR VALIDASI

Judul Skripsi:

PERANCANGAN ALAT PEMOTONG BULU AYAMMENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAU DALAM

MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK

Disusun Oleh:ARDIAN MUSTIKA PRAHARA

I 0302505

Telah disidangkan pada hari Jum’at tanggal 13 November 2009

Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta,

dengan:

Dosen Penguji

1. Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MTNIP. 19791005 200312 1 003

2. Ir. Munifah, MSIE, MTNIP. 19561215 198701 2 001

Dosen Pembimbing

1. Ir. Lobes Herdiman, MTNIP. 19641007 199702 1 001

3. Taufiq Rochman, STP, MTNIP. 19701030 199802 1 001

Page 4: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya:

Nama : Ardian Mustika Prahara

NIM : I 0302505

Fakultas / Jurusan : Teknik / Industri

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari

terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima

hukuman/sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Surakarta, Desember 2009

Ardian Mustika Prahara

Page 5: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

ABSTRAK

Ardian Mustika Prahara, NIM: I 0302505. PERANCANGAN ALATPEMOTONG BULU AYAM MENGGUNAKAN TIGA SISI MATA PISAUDALAM MENDUKUNG PEMBUATAN PRODUK SHUTTLE COCK.Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, UniversitasSebelas Maret, November 2009.

Serengan merupakan sentra industri kecil bulu ayam shuttle cock diSurakarta. Pengrajin menggunakan peralatan yang sederhana untuk prosespemotongan bulu ayam shuttle cock. Dimensi standar bulu ayam pada shuttlecock dengan panjang bulu ayam untuk pembuatan 6,4 cm – 7,0 cm, sudutkemiringan bulu ayam shuttle cock bawah kanan 45o - 50o dan sudut kemiringanbawah kiri 71o - 75o. Alat pemotong bulu ayam yang ada mengalami dua kaliproses pemotongan. Dalam meningkatkan kapasitas produksi perlu dirancang alatpemotongan bulu ayam shuttle cock agar proses pemotongan lebih cepat dankebutuhan produksi terpenuhi.

Uji kualitas menggunakan diagram x dan R untuk mengetahuipenyimpangan proses, dan uji kualitas kemampuan proses untuk mengetahuidistribusi proses terhadap spesifikasi produk. Hasil perbandingan nilai UCL, CL,dan LCL alat awal terhadap nilai standar memiliki selisih untuk panjang buluayam 0,03, 0,01 dan 0,02, sudut bawah kanan yaitu 2,33, 0,82, dan 0,69, sudutbawah kiri yaitu 2,04, 0,05, dan 1,94. Perhitungan nilai Cp panjang bulu, sudutbawah kanan, dan sudut bawah kiri bulu ayam shuttle cock memiliki nilai0,471 cm, 0,779o dan 0,5o, kemampuan bulu ayam shuttle cock kurang baik.

Hasil perbandingan nilai UCL, CL, dan LCL alat rancangan terhadap nilaistandar memiliki selisih untuk panjang bulu ayam yaitu 0,17, 0,09, dan 0,01, sudutbawah kanan yaitu 0,58, 0,45, dan 1,95, sudut bawah kiri yaitu 0,38, 0,12, dan0,62. Perhitungan nilai Cp panjang bulu, sudut bawah kanan, dan sudut bawah kiribulu ayam shuttle cock memiliki nilai 1,5 cm, 1,02o dan 1,16o, menunjukkankemampuan proses bulu ayam shuttle cock untuk spesifikasi standar baik(capable). Fasilitas kerja berdasarkan pengukuran data antropometri didapatukuran meja dengan tinggi 67 cm, lebar 63 cm dan panjang 127 cm, ukuran kursidengan tinggi 45 cm. Efisiensi perubahan waktu proses pemotongan sebesar 40%dari hasil peta tangan kiri dan tangan kanan.

Hasil perhitungan biaya rancangan, alat pemotong bulu ayam dapatmemproduksi produk sebanyak 39.600 helai atau lebih, maka sudah berada padatitik impas (BEP) atau sudah mendapatkan keuntungan. Ongkos atau biaya totalyang dibutuhkan untuk membuat 39.600 helai Rp 251.918,-. Hasil uji kuantitasalat rancangan dapat meningkatkan produksi sebesar 16 %.

Kata kunci: Alat pemotong bulu ayam, anthropometri, peta kerja tangan kiri dan tangan kanan, variabel kualitas, kemampuan proses.

xiv + 155 halaman; 71 gambar; 45 tabel; 9 lampiranDaftar pustaka: 17 (1974-2009)

Page 6: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

ABSTRACT

Ardian Mustika Prahara, NIM: I 0302505. THE DESIGN OF QUILLCLIPPER USING THREE SIDES KNIFES IN MAKING SHUTTLE COCKPRODUCT. Thesis. Surakarta: Major of Industrial Engineering Faculty ofEngineering, Sebelas March University, Desember 2009.

Serengan is small central industry of quill shuttle cock in Surakarta. Themaker use simple equipment to process quill clipper to make shuttle cock. Thestandard dimension of shuttle cock quill clipper with length of quill 6,4 cm- 7,0cm, with the diagonal of quill shuttle cock in bottom right 45o – 50o and diagonalof bottom left 71o – 75o. The quill clipper undergo twice clipper process. Inincreasing production capacity, it is need to design quill shuttle cock clipper inorder to cut faster and fulfill the need of production. Quality test uses diagram xand R to know the deviation process, and quality test of ability process to knowdistribution process toward product specification. The result of value comparisonUCL, CL, and LCL early equipment toward standard value has differentiation forthe length of quill 0,03, 0,01 and 0,02, right bottom corner namely 2,33, 0,82 and0,69, left bottom corner namely 2,04, 0,05 and 1,94. Value accounting Cp of quilllength, right bottom corner, and left bottom corner of quill shuttle cock has value0,471 cm, 0,779o and 0,5o, shows that quill shuttle cock ability is less good. The result comparison of UCL, CL and LCL equipment design towardstandard value has differentiation for length of quill namely 0,17, 0,09 and 0,01,bottom right corner namely 0,58, 0,45 and 1,95, left bottom corner namely 0,38,0,12 and 0,62. The accounting of Cp account of quill length, bottom right cornerand left bottom corner of quill shuttle cock has value 1,5 cm, 1,02o and 1,16o,shows the process ability of shuttle cock to specify good standard. Workingfacility based on antrometry of data measurement, it obtain measurement of tablewith height 67 cm, wide 63 cm and long 127 cm, measurement of chair withheight 45 cm. Efficiency of time changing in cutting process about 40% from theresult of left and right hand map. The result of cost design, tool of quill clipper can produce product about39600 sheet of more, so it is on Break Even Point (BEP) or it has profit. The totalcost which is need to make 39.600 sheet Rp. 251.918,-. The result quantity ofdesign tool can increase production about 16%.

Key word: quill clipper, anthrometry, working map of right hand and left hand,quality variable, ability process.

xiv + 155 pages, 71 pictures, 45 tables, 9 appendixList of libraries; 17 (1974-2009)

Page 7: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah

dilimpahkan-Nya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik dan

lancar. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu kami dalam

menyelesaikan tugas akhir ini, yaitu:

1. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

Universitas Sebelas Maret dan Dosen Pembimbing I yang sangat membantu

dalam penyusunan laporan ini. Terimakasih atas waktu, nasehat dan kesabaran

yang Bapak berikan, semoga Tuhan membalas kebaikan Bapak dan saya

mohon maaf atas segala kesalahan.

2. Bapak Taufiq Rochman, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing dan senantiasa menyediakan waktunya selama penyusunan tugas

akhir ini, saya mohon maaf atas segala kesalahan.

3. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT, dan Ibu Munifah, MSIE, MT, selaku

Dosen Penguji terimakasih atas saran bagi perbaikan laporan skripsi ini.

4. Ibu Susy Susmartini, MSIE, selaku Pembimbing Akademis, terimakasih untuk

perhatian, waktu, kesabaran serta nasehatnya selama ini.

5. Bapak Sarno dan karyawan di industri usaha kecil shuttle cock T3 yang telah

memberikan ijin dan membantu penulis untuk melakukan penelitian.

6. Bapak, Ibu dan Adik Q serta Keluarga yang senantiasa mendukung dan

mendoakan.

7. Teman-teman Teknik Industri sisa-sisa 2002 yang telah memberi dukungan,

Terima kasih atas segala bantuanya, semoga semuanya sukses.

8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, terimakasih atas

segala bantuan dan pertolongan yang telah diberikan.

Semoga apa yang penulis sampaikan dalam laporan ini dapat bermanfaat

bagi penulis, rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkan.

Surakarta, Desember 2009

Penulis

Page 8: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ivABSTRAK vABSTRACT viKATA PENGANTAR viiDAFTAR ISI viiiDAFTAR TABEL xiDAFTAR GAMBAR xiiiDAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN I-1

1.1 Latar Belakang I-1

1.2 Perumusan Masalah I-2

1.3 Tujuan Penelitian I-3

1.4 Manfaat Penelitian I-3

1.5 Batasan Masalah I-3

1.6 Asumsi Masalah I-3

1.7 Sistematika Pembahasasan I-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-12.1 Industri Kecil Shuttle Cock II-1

2.1.1 Prospektif pengrajin II-1

2.1.2 Spesifikasi shuttle cock II-2

2.1.3 Bahan baku shuttle cock II-3

2.1.4 Peralatan pembuat dop shuttle cock II-3

2.1.5 Proses produksi pembuatan shuttle cock II-7

2.2 Konsep Perancangan dan Pengembangan Produk II-15

2.2.1 Persepektif perancangan dan pengembangan produk II-15

2.2.2 Karakter pengembangan produk II-15

2.2.3 Definisi prototipe II-16

2.2.4 Mekanisme pembuatan alat pemotong bulu ayam II-17

2.3 Anthropometeri II-17

2.3.1 Sumber varibilitas data anthropometri II-18

2.3.2 Jenis data anthropometri II-20

Page 9: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

2.3.3 Aplikasi distribusi normal dalam penetapan dataanthropometri

II-20

2.3.4 Data anthrpometri dalam perancangan produk ataufasilitas kerja

II-25

2.4 Kualitas II-27

2.4.1 Pengertian pengendalian kualitas II-27 2.4.2 Metode yang digunakan dalam pengendalian kualitas II-28

2.4.3 Diagram pengendalian variabel II-30

2.4.4 Uji kualitas kemampuan proses II-35

2.4.5 Uji keseragaman data II-38

2.4.6 Uji kecukupan data II-38

2.5 Peran Operator Pada Pekerjaan II-39 2.5.1 Peta tangan kiri dan kanan II-39

2.5.2 Kegunaan peta tangan kiri dan kanan II-42

2.6 Perancangan Alat II-42

2.6.1 Statika (konstruksi) II-42

2.6.2 Mekanisme alat pemotongan bulu ayam II-43

2.6.3 Rangka II-43

2.7 Biaya Perancangan Alat II-45

2.7.1 Metode penilaian investasi II-46

2.8 Penelitian Penunjang II-48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1

3.1 Identifikasi Masalah III-2

3.2 Pengumpulan Dan Pengolahan Data III-3

3.2.1 Pengumpulan data III-3

3.2.2 Pengolahan data III-5

3.3 Analisis dan interprestasi hasil III-7

3.4 Kesimpulan Dan Saran III-7

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV-1

4.1 PENGUMPULAN DATA IV-1 4.1.1 Lingkungan kerja pada stasiun kerja pemotong bulu

ayamIV-1

4.1.2 Spesifikasi alat pemotong bulu ayam IV-2

Page 10: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

4.1.3 Spesifikasi dan spek bulu ayam di gunakan diindustri shutle cock t3 milik bapak sarno

IV-5

4.1.4 Peta tangan kiri dan kanan alat awal dan gunting IV-6

4.1.5 Data anthropometri IV-8

4.2 PENGOLAHAN DATA IV-21

4.2.1 Dimensi alat dengan operator berdasarkan dataanthropometri

IV-21

4.2.2 Bill of material rancangan perbaikan alat pemotongbulu ayam

IV-23

4.2.3 Menentukan kekuatan material IV-30

4.2.4 Peta tangan kiri dan tangan kanan alat rancangan IV-33

4.2.5 Kualitas hasil pemotongan bulu ayam pada alatpemotong bulu ayam awal

IV-35

4.2.6 Kualitas hasil pemotongan bulu ayam pada alatpemotong bulu ayam yang dirancang

IV-58

4.2.7 Uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock IV-80

4.2.8 Perhitungan kapasitas dan biaya operacionalpertahun

IV-82

4.2.9 Nilai depresiasi pada alat pemotong bulu ayam IV-82

4.2.10 Perhitungan analisa titik impas (BEP) IV-83

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL V-1

5.1 Analisis Hasil Penelitian V-1

5.1.1 Analisis data anthropometri V-1

5.1.2 Analisis alat bubut dop shuttle cock awal V-2

5.1.3 Analisis perancangan alat bubut dop rancangan V-3

5.1.4 Analisa aspek ekonomi V-6

5.2 Interpretasi Hasil Penelitian V-7

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI-1

6.1 Kesimpulan VI-1

6.2 Saran VI-2

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Tingkat pendidikan dan jumlah tenaga kerja II-1

Tabel 2.2 Macam persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal II-21

Tabel 2.3 Pengukuran dimensi tubuh posisi duduk samping II-23

Tabel 2.4 Pengukuran dimensi tubuh jarak tangan ke depan II-24

Tabel 2.5 Pengukuran dimensi tubuh jari tangan II-25

Tabel 2.6 Faktor-faktor untuk menentukan garis tengah dan batas pengendalitiga sigma

II-33

Tabel 2.7 Jumlah sampel menurut ANSI/ASQC Z1.9 – 1993, inspeksi normal,level 3

II-34

Tabel 4.1 Peta tangan kanan dan tangan kiri alat pemotong awal IV-6

Tabel 4.2 PTKTK pemotongan bulu ayam menggunakan gunting IV-7

Tabel 4.3 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TDT IV-8

Tabel 4.4 Persiapan perhitungan uji keseragaman data JTD IV-11

Tabel 4.5 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TSK IV-13

Tabel 4.6 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TSD IV-15

Tabel 4.7 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TP IV-18

Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil uji keseragaman data IV-20

Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil uji kecukupan data IV-20

Tabel 4.10 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil IV-21

Tabel 4.11 Peta tangan kanan dan tangan kiri IV-34

Tabel 4.12 Panjang bulu ayam shuttle cock dengan alat awal IV-36

Tabel 4.13 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel jarak panjang bulushuttle cock

IV-38

Tabel 4.14 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk panjang bulu IV-40

Tabel 4.15 Sudut kemiringan bulu ayam bawah kanan dengan alat awal IV-43

Tabel 4.16 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan buluayam bagian bawah kanan shuttle cock

IV-45

Tabel 4.17 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudutkemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

IV–47

Page 12: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 4.18 Sudut kemiringan bulu ayam bawah kiri dengan alat awal IV–51

Tabel 4.19 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan buluayam bagian bawah kiri shuttle cock

IV–53

Tabel 4.20 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudutkemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

IV–55

Tabel 4.21 Panjang bulu ayam dengan alat yang dirancang IV–59

Tabel 4.22 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel jarak panjang buluayam shuttle cock

IV–61

Tabel 4.23 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk panjang bulu alatrancangan

IV–63

Tabel 4.24 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cockdengan alat yang dirancang

IV–66

Tabel 4.25 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan buluayam bagian bawah kanan shuttle cock alat rancangan

IV–68

Tabel 4.26 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudut kemiringanbulu ayam bagian kanan alat rancangan

IV–70

Tabel 4.27 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cockdengan alat yang dirancang

IV–73

Tabel 4.28 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan buluayam bagian bawah kiri shuttle cock alat rancangan

IV–75

Tabel 4.29 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudut kemiringanbulu ayam bagian kiri alat rancangan

IV–77

Tabel 4.30 Uji kuantitas pemotong bulu ayam shuttle cock denganmenggunakan alat pemotong bulu ayam awal

IV–80

Tabel 4.31 Perhitungan uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cockdengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yangdirancang

IV–81

Tabel 4.32 Depresiasi alat pemotong bulu ayam IV–83

Tabel 4.33 Data pemotong bulu ayam IV–83

Tabel 5.1 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil V–2

Tabel 5.2 Rekapitulasi penentuan ukuran meja dan kursi V–3

Tabel 5.3 Rekapitulasi nilai rata-rata panjang bulu ayam V–5

Tabel 5.4 Rekapitulasi nilai rata-rata sudut bagian bawah kanan V–5

Tabel 5.5 Rekapitulasi nilai rata-rata sudut bagian bawah kiri V–6

Page 13: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Standar shuttle cock II-2

Gambar 2.2 Dop, bulu dan benang II-3

Gambar 2.3 Alat pelubang dop II-4

Gambar 2.4 Alat pemotong bulu II-4

Gambar 2.5 Gunting II-5

Gambar 2.6 Alat penjepit bulu II-5

Gambar 2.7 Obeng pelubang II-5

Gambar 2.8 Alat pemanas II-6

Gambar 2.9 Alat pengukur tinggi mahkota II-6

Gambar 2.10 Cetakan jahit II-7

Gambar 2.11 Cetakan lem II-7

Gambar 2.12 Proses melubangi dop II-8

Gambar 2.13 Proses memotong bulu dengan alat pemotong II-9

Gambar 2.14 Proses memotong bulu dengan gunting II-9

Gambar 2.15 Proses menyortir bulu II-10

Gambar 2.16 Proses merapikan bulu II-10

Gambar 2.17 Proses menancapkan bulu II-11

Gambar 2.18 Proses menyetel diameter mahkota II-11

Gambar 2.19 Proses menjahit bulu II-12

Gambar 2.20 Proses mengelem jahitan II-12

Gambar 2.21 Proses finishing II-13

Gambar 2.22 Peta proses operasi II-14

Gambar 2.23 Distribuís normal II-21

Gambar 2.24 Posisi tubuh duduk menghadap samping II-22

Gambar 2.25 Posisi duduk dengan tangan lurus ke depan II-24

Gambar 2.26 Pengukuran jari tangan II-24

Gambar 2.27 Peta gerakan tangan kanan dan tangan kiri II-41

Gambar 3.1 Metodologi penelitian III-1

Page 14: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 3.2 Tampak depan dan tampak samping III-4

Gambar 4.1 Bagan alir proses produksi produk shuttle cock IV-2

Gambar 4.2 Alat pemotong bulu ayam IV-3

Gambar 4.3 Memotong bulu ayam dengan alat lama IV-4

Gambar 4.4 Dimensi alat pemotong bulu ayam lama IV-5

Gambar 4.5 Grafik kendali TDT IV-10

Gambar 4.6 Grafik kendali JTD IV-12

Gambar 4.7 Grafik kendali TSK IV-14

Gambar 4.8 Grafik kendali TSD IV-17

Gambar 4.9 Grafik kendali TP IV-19

Gambar 4.10 Penentuan ukuran meja dengan menggunakan persentil IV-22

Gambar 4.11 Penentuan ukuran kursi dengan menggunakan persentil IV-23

Gambar 4.12 Penentuan operator bekerja menggunakan persentil IV-23

Gambar 4.13 Bill of material rancangan perbaikan alat pemotong IV-24

Gambar 4.14 Rancangan alat pemotong bulu ayam IV-24

Gambar 4.15 Komponen 1 rancangan rangka alat pemotong IV-25

Gambar 4.16 Komponen 2 rancangan dasar alat pemotong IV-25

Gambar 4.17 Komponen 3 rancangan tuas alat pemotong IV-26

Gambar 4.18 Komponen 4 rancangan batang alat pemotong IV-26

Gambar 4.19 Komponen 5 rancangan per tekan alat pemotong IV-27

Gambar 4.20 Komponen 6 rancangan kawat alat pemotong IV-27

Gambar 4.21 Komponen 7 rancangan dies bawah alat pemotong IV-28

Gambar 4.22 Komponen 8 rancangan rumah pisau alat pemotong IV-28

Gambar 4.23 Perakitan komponen alat pemotong bulu ayam IV-29

Gambar 4.24 Beban dan jarak rangka alat pemotong bulu ayam IV-30

Gambar 4.25 Analisis gaya dengan metode vektor IV-30

Gambar 4.26 Panjang bulu yang di inspeksi IV-35

Gambar 4.27 Diagram x panjang bulu alat awal IV-40

Gambar 4.28 Diagram R panjang bulu alat awal IV-41

Gambar 4.29 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan alat awal IV-43

Gambar 4.30 Diagram x sudut kemiringan bulu bawah kanan awal IV-48

Gambar 4.31 Diagram R sudut kemiringan bulu bawah kanan awal IV-48

Page 15: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 4.32 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri awal IV-50

Gambar 4.33 Diagram x sudut kemiringan bulu bawah kiri alat awal IV-56

Gambar 4.34 Diagram R sudut kemiringan bulu bawah kiri alat awal IV-56

Gambar 4.35 Diagram x panjang bulu alat rancangan IV-63

Gambar 4.36 Diagram R panjang bulu alat rancangan IV-64

Gambar 4.37 Diagram x sudut kemiringan bawah kanan rancangan IV-70

Gambar 4.38 Diagram R sudut kemiringan bawah kanan rancangan IV-71

Gambar 4.39 Diagram x sudut kemiringan bawah kiri rancangan IV-78

Gambar 4.40 Diagram R sudut kemiringan bawah kiri rancangan IV-78

Gambar 5.1 Alat pemotong bulu ayam awal V-1

Gambar 5.2 Alat pemotong bulu ayam rancangan V-2

Page 16: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1.1 Data anthropometri L-1

Lampiran 1.2 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data tinggiduduk tegak (TDT)

L-2

Lampiran 1.3 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data jangkauantangan depan (JTD)

L-3

Lampiran 1.4 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data tinggi sikukerja (TSK)

L-4

Lampiran 1.5 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data tinggi sikududuk (TSD)

L-5

Lampiran 1.6 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan data tinggipopliteal (TP)

L-6

Lampiran 1.7 Pemajemukan diskrit L-7

Page 17: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kota Solo memiliki berbagai macam jenis industri yang cukup terkenal,

diantaranya adalah industri tekstil dengan produk batiknya, industri alat tulis buku

Kiky, industri rokok dan shuttle cock bulutangkis. Industri shuttle cock

bulutangkis dapat kita jumpai di Kelurahan Serengan wilayah selatan Kota Solo.

Produk yang dihasilkan di Kota Solo memiliki perbedaan dengan yang dihasilkan

dari kota lain. Di Kota Tegal bulu angsa digunakan sebagai bahan baku

pembuatan shuttle cock, sedangkan di Kota Solo kebanyakan menggunakan bulu

ayam sebagai bahan baku pembuatan shuttle cock.

Pemenuhan permintaan bahan baku bulu ayam tidak hanya berasal dari

Kota Solo, tetapi mendatangkan juga dari Kota lain seperti Magelang,

Karanganyar, Demak dan juga dari daerah Jawa Timur. Salah satu usaha shutlle

cock di Kelurahan Serengan milik Bapak Sarno misalnya, setiap hari

membutuhkan 19.200 bulu ayam, berarti permintaan dalam sebulan memerlukan

sekitar 480.000 bulu ayam. Bulu ayam yang dipakai terutama yang berwarna

putih. Warna putih bersih untuk shutlle cock yang berkualitas baik, sedangkan

warna yang kecoklat-coklatan untuk kualitas di bawahnya.

Standarisasi dimensi panjang bulu shuttlecock telah ditetapkan dan

disepakati oleh pihak Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) maupun

International Badminton Federation (IBF). Berdasarkan situs BBC Shuttle cock,

(http://bbc.co.uk) standar shuttle cock dengan spesifikasi PBSI mengikuti

standarisasi yang ditentukan oleh IBF. Standar panjang bulu shuttle cock

spesifikasi PBSI dan IBF memiliki batas spesifikasi ukuran 6,4 cm sampai dengan

7 cm.

Proses pemotongan bulu ayam di industri usaha kecil shuttle cock T3 milik

Bapak Sarno menggunakan alat pemotong bulu ayam yang digerakkan oleh kaki

dan pemotong menggunakan pisau (cutter). Operator bekerja dengan cara

menginjak pedal yang terhubung dengan tuas pemotong. Pada saat pedal diinjak,

mata pisau (cutter) bergerak turun dan memotong bulu ayam bagian depan, tetapi

bagian bawah samping kiri dan kanan menggunakan alat berupa gunting. Alat

Page 18: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

pemotong bulu ayam yang ada di tempat produksi Bapak Sarno dalam satu kali

proses pemotongan hanya memotong satu sisi dari bulu ayam.

Perancangan alat pemotong bulu ayam sebelumnya yang dibuat oleh

mahasiswa Teknik Industri UNS, Winanto memiliki cara kerja yang berbeda

dengan alat yang digunakan oleh Bapak Sarno. Alat pemotong bulu ayam yang

dibuat oleh Winanto dengan cara sama dimana operator menggunakan tangan

dalam menekan tuas pemotong, dalam satu kali proses pemotongan menghasilkan

lima helai bulu ayam yang dipotong untuk bagian depan. Sedangkan bagian

bawah bulu samping kiri dan kanan menggunakan gunting sebagai alat

pemotongnya. Alat pemotong bulu ayam milik Bapak Sarno dan alat yang dibuat

oleh Winanto dengan dua kali proses pemotongan bulu. Pemotongan bulu ayam

bagian depan menggunakan alat pemotong. Pemotongan bulu bagian bawah

samping kiri dan kanan menggunakan alat gunting, proses pemotongan sebanyak

dua kali yang menyebabkan produksi bulu ayam masih belum memenuhi

kebutuhan.

Berdasarkan gambaran permasalahan di atas perlu adanya evaluasi dalam

meningkatkan kapasitas produksi pada alat pemotongan bulu ayam agar proses

pemotongan lebih cepat dan kebutuhan produksi terpenuhi. Salah satu alternatif

dari alat pemotong bulu ayam dengan mekanisme sistem penarik pedal yang

dilengkapi 3 sisi mata pisau potong. Alat pemotong yang dirancang mempunyai

pemotong yang berfungsi memotong 3 sisi dari bulu ayam yaitu sisi bagian atas,

bagian samping bawah kiri dan kanan. Cara kerja alat ini, operator menggunakan

kaki sebagai penggerak tuas pemotong dan tangan operator berfungsi untuk

mengatur posisi bulu ayam. Alat pemotong ini dapat memotong tiga bagian bulu

ayam secara serempak dalam satu kali proses pemotongan dari satu bulu ayam.

Proses pemotongan bulu ayam menggunakan alat gunting tidak perlu dilakukan

kembali. Perancangan alat pemotong dengan tiga mata pisau ini dapat

mempercepat waktu proses pemotongan, sehingga target produksi pengrajin

shuttle cock dapat terpenuhi sesuai dengan permintaan pasar.

Page 19: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan bagaimana

merancang alat pemotong bulu ayam dengan mekanisme sistem penarik pedal

dengan dies (pemotong) tiga mata pisau sebagai pemotong serempak, agar proses

pemotongan lebih cepat dan kebutuhan produksi bulu ayam shuttle cock

terpenuhi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang dicapai dari penelitian ini yaitu membuat rancangan alat

pemotong bulu ayam dengan dies (pemotong) tiga mata pisau sehingga

mempercepat waktu proses pemotongan bulu ayam.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu:

1. Menghasilkan rancangan alat pemotong bulu ayam pada pembuatan shutlle

cock untuk membantu kepresisian hasil pemotongan bulu ayam.

2. Mempercepat proses pemotongan bulu ayam sehingga dapat meningkatkan

kapasitas pemotongan bulu ayam dalam satu kali proses pemotongan.

1.5 BATASAN MASALAHBatasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pengujian di industri kecil

shutlle cock merek T3 dengan area pemasaran daerah Surakarta dan

sekitarnya.

2. Fasilitas kerja yang digunakan operator mengacu pada fasilitas kerja di

pengrajin shuttle cock milik Bapak Sarno.

3. Operator bekerja dengan posisi duduk dengan pandangan mata ke depan.

1.6 ASUMSI MASALAHAsumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bulu ayam yang digunakan telah memenuhi syarat untuk dipotong pada dies

pemotong.

2. Sistem penarik pada pedal dengan mekanisme pegas.

Page 20: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

3. Sistem pada pemotongan dilakukan satu kali pemotongan.

1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika penulisan yang digunakan pada penyusunan laporan tugas

akhir, seperti diuraikan dibawah ini.

BAB I PENDAHULUANBab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan masalah

yang digunakan dalam penelitian mengenai perancangan alat

pemotong bulu ayam produk shutlle cock pada industri kecil yang

berada di Kelurahan Serengan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAPada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum tentang usaha

shuttle cock T3 milik Bapak Sarno dan didukung tentang teori yang

mendukung tentang perancangan alat pemotong bulu ayam produk

shutlle cock dengan pendekatan anthropometri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN MASALAHBab ini berisi tentang langkah-langkah terstruktur dan sistematis yang

dilakukan dalam penelitian. Langkah-langkah tersebut disajikan dalam

bentuk diagram alir yang disertai dengan penjelasan singkat.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATABab ini berisi data-data yang berkaitan dengan penelitian, kemudian

dilanjutkan dengan pengolahan terhadap data tersebut yang tahapannya

sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Bab ini berisi analisis terhadap hasil perhitungan, inteprestasi hasil dan

gambar rancangan alat pemotong bulu ayam serta mempresentasikan

cara alat pemotong bulu ayam dari pengolahan data yang telah

dilakukan

Page 21: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari tujuan hasil pengolahan dan

interpretasi hasil sehingga mampu mengambil inti permasalahan

penelitian yang akhirnya dapat memberikan saran bagi perusahaan

tempat dilakukannya penelitian.

Page 22: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 INDUSTRI KECIL SHUTTLE COCK

Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang prospektif pengrajin, spesifikasi

shuttle cock, bahan baku shuttle cock, peralatan pembuatan shuttle cock, dan

proses produksi pembuatan shuttle cock pada sentra industri shuttle cock di daerah

Serengan, Kota Solo.

2.1.1 Prospektif Pengrajin Shuttle Cock.Sejak tahun 1970-an daerah Serengan terkenal sebagai sentra penghasil

produk shuttle cock. Salah satu merek shuttle cock yang cukup terkenal dan

mempunyai produksi cukup banyak di daerah Serengan ialah T3 yang diproduksi

oleh Bapak Sarno. Shuttle cock merek T3 yang di kelola oleh Bapak Sarno

terletak di Makam Bergulo RT 04 RW VIII Kelurahan Serengan, Kota Solo.

Pada tahun 2008, Bapak Sarno memiliki tenaga kerja sebanyak 50 tenaga

kerja yang membantu dalam proses pembuatan shuttle cock. Jumlah karyawan

tersebut dapat menghasilkan sekitar 100 dosin shuttle cock setiap hari. Sehingga

setiap minggu dapat menghasilkan sekitar 700 dosin. Latar belakang pendidikan

tenaga kerja yang membantu produksi shuttle cock T3, dapat dilihat pada tabel 2.1

dibawah ini.

Tabel 2.1 Tingkat pendidikan dan jumlah tenaga kerja

No. Pendidikan Jumlah TenagaKerja

1. Sekolah Menengah Umum (SMU) atau sederajat 8 orang

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat 12 orang3. Sekolah Dasar (SD) 30 orang

Page 23: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Jumlah : 50 orangSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

2.1.2 Spesifikasi Shuttle Cock

Shuttle cock memiliki bentuk dan ukuran yang telah ditentukan oleh

persatuan pebulutangkis. Pada buku Badminton Equipment Guide di situs

news.bbc.co.uk, shuttle cock yang memenuhi spesifikasi standar Persatuan

Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) atau International Badminton Federation

(IBF) dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Standar shuttle cock Sumber: news.bbc.co.uk, 2009

Berdasarkan situs pb-pbsi.net, standar shuttle cock dengan spesifikasi

Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) mengikuti standarisasi yang

ditentukan oleh International Badminton Federation (IBF). Standar Internasional

Badminton Federation (IBF) pada shuttle cock memiliki bulu yang dipasang pada

dop (base) sebanyak 16 buah. Panjang mahkota bervariasi dengan spesifikasi

Page 24: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

ukuran 6,4 cm sampai dengan 7,0 cm, tetapi shuttle cock harus memiliki panjang

bulu yang sama. Ujung bulu (diameter mahkota) harus membentuk lingkaran

dengan spesifikasi ukuran diameter 5,8 cm sampai dengan 6,8 cm. Dop yang

digunakan memiliki spesifikasi ukuran diameter 2,5 cm sampai dengan 2,8 cm

dan berbentuk bulat di bawahnya. Shuttle cock harus memiliki spesifikasi berat

4,74 gram sampai dengan 5,5 gram, berdasarkan spesifikasi ini kecepatan shuttle

cock dapat mencapai 200 mil per jam (news.bbc.co.uk).

2.1.3 Bahan Baku Shuttle Cock

Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat shuttle cock adalah

dop dan bulu ayam. Dop dipasok dari daerah Semanggi Surakarta dan bulu ayam

dipasok dari Demak. Di samping bahan baku utama juga dibutuhkan bahan baku

penunjang yaitu label, benang, lem dan lis pita yang didapatkan di kota Solo.

Gambar 2.2 Dop, bulu dan benang untuk pembuatan shuttle cock

Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

2.1.4 Peralatan Pembuatan Shuttle Cock

Shuttle cock dibuat dengan peralatan yang masih relatif sederhana, adapun

peralatan yang digunakan adalah alat pelubang dop, alat pemotong bulu, gunting,

alat penjepit bulu, obeng pelubang, alat pemanas, alat pengukur panjang bulu,

cetakan untuk menjahit, cetakan untuk mengelem dan kuas lem. Fungsi dan

gambar dari masing-masing alat yang digunakan dalam proses pembuatan shuttle

cock, sebagai berikut:

1. Alat pelubang dop.

Alat pelubang dop ini berfungsi untuk melubangi dop setelah dop diberi label.

Alat ini dilengkapi dengan pembagi lubang sehingga lubang yang dihasilkan

Page 25: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

memiliki 16 lubang dengan jarak yang seragam. Gambar alat pelubang dop

dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini.

Gambar 2.3 Alat pelubang dop Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

2. Alat pemotong bulu.

Alat pemotong bulu ini berfungsi untuk memotong ujung bulu. Alat ini

menghasilkan potongan ujung bulu berbertuk radius. Gambar alat pemotong

bulu dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4 Alat pemotong buluSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

3. Gunting.

Page 26: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gunting digunakan pada beberapa proses produksi pembuatan shuttle cock

yaitu pada proses pemotongan, proses penancapan, proses penjahitan dan

proses finishing. Pada proses pemotongan gunting berfungsi untuk memotong

bulu bagian bawah sehingga tinggal tangkainya. Pada proses penancapan

gunting berfungsi untuk memotong tangkai bulu sehingga bulu dapat

ditancapkan pada dop sesuai dengan ukuran yang ditetapkan pemesan. Pada

proses penjahitan gunting berfungsi untuk memotong benang yang digunakan

untuk menjahit. Pada proses finishing gunting berfungsi untuk merapikan

bahan yang berlebih pada shuttle cock. Gambar gunting dapat dilihat pada

gambar 2.5 di bawah ini.

Gambar 2.5 Gunting Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

4. Alat penjepit bulu.

Alat penjepit bulu ini berfungsi untuk menancapkan bulu pada dop dengan

cara menjepit bagian bawah bulu dan merapikan bulu setelah proses

penjahitan. Gambar alat penjepit bulu dapat dilihat pada gambar 2.6 di bawah

ini.

Gambar 2.6 Alat penjepit bulu Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

5. Obeng pelubang.

Page 27: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Obeng pelubang adalah obeng yang telah dimodifikasi sehingga memiliki

ujung berbentuk runcing. Obeng pelubang ini digunkan untuk memperbaiki

lubang pada dop yang kurang baik sehingga bulu dapat ditancapkan dengan

baik pada dop.

Gambar 2.7 Obeng pelubangSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

6. Alat pemanas.

Alat pemanas ini berfungsi untuk merapikan bulu ayam yang telah dipotong.

Bulu yang telah dipotong memiliki bentuk tangkai bulu melengkung sehingga

bulu tersebut harus diluruskan terlebih dahulu sebelum ditancapkan pada dop,

dengan cara dipanasi dengan alat pemanas ini. Prinsip kerja alat ini seperti

lampu minyak yang dimodifikasi dengan penambahan pelat pada bagian atas

untuk memanasi bulu. Alat ini menggunakan bahan bakar minyak kelapa

(minyak klentik) supaya tidak berjelaga. Gambar alat pemanas dapat dilihat

pada gambar 2.8 di bawah ini.

Gambar 2.8 Alat pemanas Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Page 28: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

7. Alat pengukur tinggi mahkota.

Alat pengukur tinggi mahkota ini berfungsi untuk mengukur bulu yang

ditancapkan pada dop sehingga dihasilkan tinggi mahkota sesuai dengan

spesifikasi yang ditentukan pemesan. Alat ini sangat sederhana yaitu berupa

pelat yang memiliki ukuran panjang tertentu sesuai dengan tinggi mahkota

yang ditentukan pemesan. Gambar alat pengukur tinggi mahkota dapat dilihat

pada gambar 2.9 di bawah ini.

Gambar 2.9 Alat pengukur tinggi mahkotaSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

8. Cetakan untuk menjahit.

Cetakan untuk menjahit ini berfungsi untuk menempatkan mahkota shuttle

cock pada saat proses menjahit sehingga bentuk mahkota yang dihasilkan biar

seragam dan memiliki lingkar atau diameter yang sesuai dengan ukuran.

Gambar cetakan untuk manjahit dapat dilihat pada gambar 2.10 di bawah ini.

Gambar 2.10 Cetakan untuk menjahitSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Page 29: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

9. Cetakan untuk mengelem.

Cetakan untuk mengelem ini berfungsi untuk menempatkan ujung mahkota

shuttle cock pada saat proses pengeleman sehingga dihasilkan diameter

mahkota sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pemesan. Gambar cetakan

untuk mengelem dapat dilihat pada gambar 2.11 di bawah ini.

Gambar 2.11 Cetakan untuk mengelem Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Demikian penjelasan mengenai fungsi peralatan yang digunakan untuk

pembuatan shuttle cock.

2.1.5 Proses Produksi Pembuatan Shuttle Cock

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan proses produksi yang

dilakukan dalam pembuatan shuttle cock diuraikan, sebagai berikut:

1. Melabeli dop,

Pada proses ini dop yang telah di inspeksi di lem dan diberi label merek.

2. Melubangi dop,

Pada proses ini dop yang telah diberi label, selanjutnya dilubangi dengan alat

pelubang dop sederhana menggunakan tenaga manusia (manual).

Proses melubangi dop dapat dilihat pada gambar 2.12 di bawah

ini.

Page 30: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 2.12 Proses melubangi dop Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

3. Mencuci bulu,

Pada proses ini bulu yang telah dipotong dicuci dengan menggunakan larutan

pemutih sehingga bulu yang telah dicuci berwarna putih bersih dan

dikeringkan dengan bantuan sinar matahari selama 2 jam.

4. Memotong bulu,

Pada proses ini bulu dari pemasok dipotong dengan alat pemotong bulu dan

gunting. Alat pemotong bulu digunakan untuk memotong ujung bulu,

sedangkan gunting digunakan untuk memotong bulu bagian pinggir dan

pangkal sehingga hanya tersisa tangkai bulunya. Proses memotong bulu

dengan alat pemotong bulu dan gunting dapat dilihat pada gambar 2.13 dan

gambar 2.14 di bawah ini.

Gambar 2.13 Proses memotong bulu dengan alat pemotongSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Page 31: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 2.14 Proses memotong bulu dengan gunting Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

5. Menyortir bulu,

Pada proses ini bulu yang telah kering disortir untuk memisahkan bulu sesuai

dengan jenis dan kualitasnya. Proses menyortir dapat dilihat pada

gambar 2.15 di bawah ini.

Gambar 2.15 Proses menyortir buluSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

6. Merapikan bulu,

Pada proses ini bulu yang telah disortir dirapikan dengan menggunakan alat

pemanas sehingga sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Proses merapikan

bulu dapat dilihat pada gambar 2.16 di bawah ini.

Page 32: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 2.16 Proses Merapikan Bulu Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

7. Menancapkan bulu,

Pada proses ini bulu yang sudah diseleksi ditancapkan pada dop dengan

menggunakan alat penjepit bulu. Panjang bulu diinspeksi dengan alat

pengukur panjang bulu sederhana sehingga dihasilkan tinggi mahkota yang

memiliki spesifikasi yang ditentukan pemesan. Proses menancapkan bulu

dapat dilihat pada gambar 2.17 di bawah ini.

Gambar 2.17 Proses menancapkan bulu Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

8. Menyetel diameter mahkota,

Pada proses ini shuttle cock dirapikan dengan memutar posisi bulunya

sehingga membentuk lingkaran di ujung bulunya proses ini menggunakan

Page 33: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

bantuan alat penjepit. Proses menyetel diameter mahkota dapat dilihat pada

gambar 2.18 di bawah ini.

Gambar 2.18 Proses menyetel diameter mahkotaSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

9. Menjahit bulu,

Pada proses ini shuttle cock diletakkan pada cetakan kemudian tangkai bulu

dijahit menggunakan benang. Proses menjahit dapat dilihat pada gambar 2.19

di bawah ini.

Gambar 2.19 Proses menjahit buluSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

10. Memberi lis pita,

Page 34: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Pada proses ini shuttle cock yang telah disetel bulunya diberi lis pita pada

bagian dopnya.

11. Mengelem jahitan,

Pada proses ini shuttle cock diletakkan pada cetakan untuk mengelem

kemudian pada bagian jahitan diberi lem dengan bantuan kuas lem. Proses

pengeleman dapat dilihat pada gambar 2.20 di bawah ini.

Gambar 2.20 Proses mengelem jahitan Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

12. Finishing,

Pada proses ini shuttle cock yang lemnya telah kering dilepas dari cetakan

kemudian di-finishing dengan merapikan bahan yang berlebihan dengan

bantuan alat penjepit dan gunting. Proses finishing dapat dilihat pada gambar

2.21 di bawah ini.

Page 35: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 2.21 Proses finishing Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

13. Pengepakan,

Pada proses ini shuttle cock yang telah di-finishing dimasukkan pada dus/slop

kertas karton.

Demikian penjelasan mengenai proses produksi pembuatan shuttle cock

pada sentra industri shuttle cock di daerah Serengan. Peta proses operasi

pembuatan shuttle cock dapat dilihat pada gambar 2.22 di bawah ini.

Page 36: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

O-3

Bulu

Dipotong(alat pemotong dan gunting)

O-4

Dicuci

O-5

O-6(alat pemanas)

Disortir

Dirapikan

Dop

O-2

O-1

O-8

O-9

O-10

O-11

Dilabeli

Dilubangi(alat pelubang)

Dirakit( a l a t pe n j ep i t , a la tpengukur panjang bulu)

Dijahit

Distel diameter mahkotanya(alat penjepit)

Ditempel

Dilem(cetakan untuk mengelem, kuas)

Finishing(alat penjepit, gunting)

Dikemas

(cetakan untuk menjahit)Lis pita

Lem

Benang

O-7

0-12

Gambar 2.22 Peta proses operasi pembuatan shuttle cock Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Page 37: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

2.2 KONSEP PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK

Merancang dan mengembangkan produk, perlu dipahami terlebih dahulu

mengenai konsep dasarnya, yang meliputi perspektif pengembangan, tantangan

yang dihadapi dalam mengembangkan produk, karakter pengembangan produk

dan tipe-tipe proyek pengembangan produk, seperti dijelaskan dibawah ini.

2.2.1 Perspektif Perancangan dan Pengembangan Produk

Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli.

Perancangan dan pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang

dimulai dari analisa persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap

produksi, penjualan dan pengiriman produk (Ulrich dan Eppinger, 2001)

Berbagai industri telah melaksanakan pengembangan produk dengan

efektif dan menyelaraskan berbagai faktor yang mempengaruhinya dengan sangat

baik, seringkali dipengaruhi oleh pasar pelanggan yang berubah dengan cepat.

Keberhasilan produk yang dikembangkan tergantung dari respon konsumen,

produk hasil pengembangan dikatakan sukses bilamana mendapat respon positif

dari konsumen yang diikuti dengan keinginan dan tindakan untuk membeli

produk. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen merupakan fase yang paling

awal dalam mengembangkan produk, karena tahap ini menentukan arah

pengembangan produk (Ulrich dan Eppinger, 2001)

2.2.2 Karakter Pengembangan Produk

Karakter dalam mengembangkan produk terbagi menjadi lima tipe.

Karakter ini disesuaikan kemampuan dan tujuan perusahaan (Ulrich dan Eppinger

2001), yaitu:

1. Tipe generic (market pull), pada tipe ini perusahaan mengawali dengan

peluang pasar kemudian mendapatkan teknologi yang sesuai untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan. Contoh penerapan tipe ini yaitu pada barang-barang

untuk keperluan olahraga, furniture, dan alat bantu kerja.

2. Tipe technology push, pada tipe ini perusahaan mengawali dengan suatu

teknologi baru, kemudian mendapatkan pasar yang sesuai. Perbedaan dengan

tipe market pull yaitu pada tahap perencanaan melibatkan kesesuaian antara

Page 38: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

teknologi dan kebutuhan pasar. Pengembangan konsep mengasumsikan bahwa

teknologinya telah tersedia.

3. Produk platform, pada tipe ini perusahaan mengasumsikan bahwa produk baru

dibuat berdasarkan sub-sistem teknologi yang telah ada. Peralatan elektronik,

komputer dan printer, beberapa hal yang dikembangkan dengan karakter ini.

4. Process intensive, pada tipe ini karakteristik produk sangat dibatasi oleh

proses produksi. Pada tipe ini proses dan produk harus dikembangkan

bersama-sama dari awal atau proses produksi harus dispesifikasikan sejak

awal. Contoh process intensive adalah pengembangan makanan ringan, bahan

kimia, semikonduktor.

5. Costumized, pada tipe ini produk baru memungkinkan sedikit variasi dari

model yang telah ada. Tipe ini diterapkan pada pengembangan produk saklar,

motor, baterai dan container.

2.2.3 Definisi Prototipe

Definisi prototipe hanya sebagai sebuah kata benda, dalam praktek

pengembangan produk, kata tersebut digunakan sebagai kata benda, kata kerja,

ataupun kata sifat. Definisi prototipe adalah “sebuah penaksiran produk melalui

satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian” (Ulrich dan Eppinger, 2001).

Berdasarkan definisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek

produk yang menarik bagi tim pengembangan produk dapat ditampilkan sebagai

sebuah prototipe.

Prototipe dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi. Dimensi pertama

membagi prototipe menjadi dua yaitu prototipe fisik dan prototipe analitik.

Prototipe fisik merupakan benda nyata yang dibuat untuk memperkirakan produk.

Aspek-aspek dari produk yang diminati oleh tim pengembangan secara nyata

dibuat menjadi suatu benda untuk pengujian dan percobaan. Prototipe analitik

adalah lawan dari prototipe fisik yang hanya menampilkan produk yang tidak

nyata, biasanya dalam bentuk matematis. Contoh prototipe analitik meliputi

simulasi komputer, model komputer, geometrik tiga dimensi atau dua dimensi,

dan sistem persamaan penulisan pada kertas komputer.

Dimensi kedua mengklasifikasikan prototipe menjadi dua pula yaitu

prototipe menyeluruh dan prototipe terfokus. Prototipe menyeluruh

Page 39: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

mengimplementasikan sebagaian besar atau semua atribut dari produk. Prototipe

menyeluruh adalah yang diberikan kepada pelanggan untuk mengidentifikasi dari

desain sebelum memutuskan diproduksi. Berlawanan dengan prototipe

menyeluruh, prototipe terfokus hanya mengimplementasikan satu atau sedikit

sekali atribut produk. Perlu dicatat bahwa prototipe terfokus merupakan prototipe

fisik maupun analitik, namun untuk produk fisik, prototipe menyeluruh biasanya

merupakan prototipe fisik.

2.2.4 Mekanisasi Pembuatan Alat Pemotong Bulu Ayam

Alat pemotong bulu ayam yang dirancang dalam penelitian ini melalui

proses permesinan dan proses pengelasan. Proses permesinan diantaranya:

pembubutan, pengeboran, penggerindaan dan senai. Proses pengelasan dengan

menggunakan las listrik. Pada mekanisasi pembuatan alat pemotong bulu ayam

dapat dijelaskan tentang daftar komponen dan fungsi dari alat pemotong bulu

ayam, skema material penyusunan produk, dan cara pengoperasian alat pemotong

bulu ayam.

2.3 ANTHROPOMETRI

Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja

adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan

jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.

Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancangan bangun

fasilitas dalam dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang tidak dapat

ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran

anthropometri tubuh operator maupun penerapan data-data anthropometrinya.

Anthropometri adalah suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran

dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya memiliki bentuk, ukuran (tinggi,

lebar, dan sebagainya), berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan

Page 40: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

ergonomis dalam proses perancangan (design) produk maupun sistem kerja yang

akan memerlukan interaksi manusia.

Dalam rangka untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari

suatu ruang dan fasilitas akomodasi maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah

faktor-faktor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi

statis maupun dinamis. Hal lain yang perlu diamati adalah berat dan pusat massa

(center of gravity) dari suatu segmen atau bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk

pergerakan melingkar (angular motion) dari tangan dan kaki.

Selain itu harus didapatkan data yang sesuai dengan tubuh manusia.

Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan pada

data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur

dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variansinya antara

satu tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun per

segmennya (Nurmianto E, 2004).

2.3.1 Sumber Variabilitas Data AnthropometriMenurut Nurmianto E. (2004) perbedaan antara satu populasi dengan

populasi yang lain adalah dikarenakan faktor-faktor, yaitu:

1. Keacakan atau random,

Butir pertama ini walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang

sudah jelas sama jenis kelamin, suku bangsa, kelompok usia dan

pekerjaannya. Namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara

berbagai macam masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi

kelompok anggota masyarakat jelas dapat diaproksimasikan dengan

menggunakan distribusi normal, yaitu dengan menggunakan data persentil

yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya telah

dapat diestimasi.

2. Jenis kelamin,

Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antar dimensi tubuh

pria dan wanita. Kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan antara

Page 41: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

mean (rata-rata) dan nilai perbedaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria

dianggap lebih panjang daripada wanita. Oleh karena data anthropometri

untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.

3. Suku bangsa (ethnic variability),

Variasi diantara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak

kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari

satu negara ke negara yang lain. Suatu contoh sederhana bahwa dengan

meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke

Australia untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial work force),

maka mempengaruhi anthropometri secara nasional.

4. Usia,

Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu balita, anak-anak, remaja, dewasa

dan lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain

diaplikasikan untuk anthropometri anak-anak. Anthropometri

cenderung meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah

menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai

kecenderungan untuk menurun yang antara lain disebabkan oleh

berkurang elastisitas tulang belakang (invertebral discs). Selain

itu juga berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.

5. Jenis pekerjaan,

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi

karyawan atau stafnya. Seperti misalnya buruh dermaga harus

mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan

dengan karyawan perkantoran umumnya.

6. Pakaian,

Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya

iklim atau musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat

lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya

pada waktu dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif

lebih tebal dan ukuran yang relatif yang lebih besar.

7. Cacat tubuh secara fisik,

Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu

Page 42: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi

untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta

merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di

dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul, misalnya:

keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk

desain meja kerja, lorong atau jalur khusus di dalam lavatory, jalur khusus

keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran dan supermarket.

2.3.2 Jenis Data AnthropometriData anthropometri dibedakan menjadi dua yaitu data anthropometri yang

diambil dari ukuran tubuh pada saat tidak bergerak atau diam yang disebut dengan

anthropometri statis dan data anthropometri yang diambil dari ukuran tubuh pada

saat bergerak disebut dengan anthropometri dinamis, penjelasan jenis data

antropometri seperti dibawah ini, yaitu:

1. Anthropometri statis (dimensi struktural),

Pengukuran manusia pada posisi diam dan linear pada permukaan tubuh. Ada

beberapa pengukuran tertentu agar hasilnya representatif. Selain itu ada

beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, yaitu:

a. Umur, ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir hingga

umur 20 tahun untuk pria dan umur 17 tahun untuk wanita. Ada

kecenderungan berkurang setelah umur 60 tahun.

b. Jenis kelamin, pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih

besar kecuali dada dan pinggul.

c. Suku bangsa (etnis).

d. Sosio-ekonomi, konsumsi gizi yang diperoleh.

e. Pekerjaan.

2. Anthropometri dinamis (dimensi fungsional),

sesuai dengan istilah yang digunakan meliputi pengukuran-pengukuran yang

diambil pada posisi-posisi kerja atau selama pergerakan yang dibutuhkan oleh

Page 43: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

suatu pekerjaan.

Pengukuran dimensi statik lebih mudah dilakukan, sedangkan pengukuran

dimensi dinamik biasanya jauh lebih rumit (Wignjosoebroto S, 2000).

2.3.3 Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data AnthropometriData anthropometri jelas diperlukan agar suatu rancangan produk dapat

sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang

diperlukan pada hakekatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara

individual. Situasi menjadi berubah manakala lebih banyak produk standar yang

dibuat untuk dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahn yang timbul di sini

adalah ukuran siapakah yang nantinya dipilih sebagai acuan untuk mewakili

populasi. Mengingat ukuran individu akan bervariasi satu dengan lainnya maka

perlu penetapan data anthropometri yang sesuai dengan populasi yang menjadi

target sasaran produk tersebut (Wignjosoebroto S, 2000).

Penetapan data anthropometri, pemakaian distribusi normal akan umum

diterapkan. Pada statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan

harga rata-rata dan simpangan standarnya dari data. Nilai yang ada tersebut, maka

persentil (nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang memiliki

ukuran pada atau di bawah nilai tersebut) dapat ditetapkan sesuai tabel

probabilitas distribusi normal. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu

mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada misalnya, maka diambil rentang

persentil ke-2.5 dan 97.5 sebagai batas-batasnya, seperti yang ditunjukkan dalam

gambar 2.23 di bawah ini.

Page 44: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 2.23 Distribusi normal yang mengakomodasi 95% dari populasi Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam

perhitungan data anthropometri dapat dijelaskan dalam tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2 Macam persentil dan cara perhitungan dalam distribusi normal

Persentil ke- Perhitungan1 xx σ325.2−

2.5 x96.1x σ−

5 x645.1x σ−

10 x28.1x σ−

50 x90 x28.1x σ+

95 x645.1x σ+

97.5 x96.1x σ+

99 x325.2x σ+

Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

Data anthropometri untuk diaplikasikan dalam berbagai perancangan

desain baru atau rancangan perbaikan dan ataupun rancangan ulang maka gambar

dibawah ini memberikan informasi tentang macam anggota tubuh yang perlu di

ukur dan cara pengukurannya untuk perancangan perbaikan atau perancangan

ulang produk yang telah ada di suatu sistem kerja.

a. Posisi duduk samping

Pengukuran dimensi tubuh ini dilakukan untuk mengukur posisi tubuh dari

operator saat duduk menghadap samping. Posisi duduk samping dapat dilihat pada

gambar 2.24 di bawah ini.

Page 45: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 2.24 Posisi tubuh duduk menghadap samping Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

Tabel 2.3 Pengukuran dimensi tubuh posisi duduk sampingNo Dimensi tubuh Cara pengukuran

1 Tinggi duduk tegak Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung kepala. Subyek duduk tegak denganmemandang lurus ke depan dan lutut membentuksudut siku-siku.

2 Tinggi duduk normal Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung kepala. Subyek duduk normaldengan memandang lurus ke depan dan lututmembentuk sudut siku-siku.

3 Tinggi mata duduk Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung mata bagian dalam. Subyek duduktegak dengan memandang lurus ke depan.

Page 46: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

4 Tinggi bahu tegak Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung tulang bahu yang menonjol padasubyek duduk tegak.

5 Tinggi siku duduk Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai ujung bawah situ. Subyek duduk tegakdengan lengan atas vertikal di sisi badan danmembentuk sudut situ-siku dengan lengan bawah.

6 Tinggi sandaran duduk Ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduksampai pucuk belikat bawah. Subyek duduk tegakdengan memandang lurus ke depan.

7 Tinggi pinggang Subyek duduk tegak, ukur jarak vertikal daripermukaan alas duduk sampai pinggang (di atastulang pinggul).

8 Tebal paha Subyek duduk tegak, ukur jarak dari permukaanalas duduk sampai kepermukaan alas pangkalpaha.

9 Tinggi popliteal Ukur jarak vertikal dari alas kaki sampai bagianbawah paha.

10 Pantat plopiteal Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal daribagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelahdalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawahmembentuk sudut siku-siku.

12 Pantat ke lutut Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal daribagian terluar pantat sampai lutut. Paha dan kakibagian bawah membentuk sudut siku-siku.

Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

b. Posisi duduk dengan tangan lurus kedepan

Pengukuran dimensi tubuh ini dilakukan untuk mengetahui jarak terjauh

jangkauan tangan ke depan dari operator. Gambar posisi duduk dengan tangan

lurus kedepan dapat dilihat pada gambar 2.25.

Page 47: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 2.25 Posisi duduk dengan tangan lurus ke depan Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

Tabel 2.4 Pengukuran dimensi tubuh jarak tangan ke depan

No Dimensi tubuh Cara pengukuran1 Jarak tangan depan Ukur jarak horizontal dari punggung sampai

ujung jari tengah. Subyek duduk tegak tangandirentangkan horizontal ke depan.

Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

d. Pengukuran jari tangan

Pengukuran dimensi tubuh ini dilakukan untuk mengetahui ukuran jari

tangan dari operator. Gambar pengukuran jari tangan dapat dilihat pada gambar

2.27 di bawah ini.

Gambar 2.26 Pengukuran jari tangan Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

Tabel 2.5 Pengukuran dimensi tubuh jari tangan

Page 48: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

No Dimensi tubuh Cara pengukuran1 Panjang jari 1,2,3,4,5 Ukur dari masing-masing pangkal ruas jari sampai

ujung jari. Jari-jari subyek merentang lurus dansejajar.

2 Pangkal ke tangan Ukur dari pangkal pergelangan tangan sampaipangkal ruas jari. Lengan bawah sampai telapaktangan subyek lurus.

3 Lebar tangan Ukur dari sisi luar ibu jari sampai sisi luar jarikelingking.

4 Genggaman tangan Ukur diameter saat jari tangan menggenggam.5 Panjang telapak tangan Ukur dari ujung tengah sampai pangkal

pergelangan tangan.Sumber: Wignjosoebroto S, 2000

2.3.4 Data Anthropometri dalam Perancangan Produk atau Fasilitas Kerja

Data anthropometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam

anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu akan sangat besar manfaatnya

pada saat suatu rancangan produk atau fasilitas kerja akan dibuat. Menurut

Wignjosoebroto S, (2000) agar rancangan suatu produk nantinya dapat sesuai

dengan ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip dalam

aplikasi data anthropometri, sebagai berikut:

1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim,

rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu:

a. Sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim

dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas

dari populasi yang ada).

Agar memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan

ditetapkan dengan cara, yaitu:

a. Dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan produk

umumnya didasarkan pada nilai persentil yang terbesar seperti pesentil ke-

90, ke-95 atau ke-99.

b. Dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan nilai

persentil yang paling rendah (persentil ke-1, ke-5 atau ke-10) dari

distribusi data anthropometri yang ada. Hal ini diterapkan sebagai contoh

dalam penetapan jarak jangkau dari suatu mekanisme kendali yang harus

dioperasikan oleh seorang pekerja.

Page 49: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Secara umum aplikasi data anthropometri untuk perancangan produk ataupun fasilitas kerja

menetapkan nilai persentil ke-5 untuk dimensi maksimum dan persentil

ke-95 untuk dimensi minimumnya.

2. Prinsip perancangan produk yang dapat dioperasikan di antara rentang ukuran

tertentu, rancangan dapat dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup fleksibel

dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.

Contoh yang paling umum dijumpai adalah perancangan kursi mobil letaknya

dapat digeser maju atau mundur dan sudut sandarannyapun dapat berubah-

ubah sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan

rancangan yang fleksibel semacam ini, maka data anthropometri yang umum

diaplikasikan adalah dalam rentang nilai persentil ke-5 sampai dengan ke-95.

3. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata, rancangan produk

didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi

dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang berada dalam ukuran rata-rata.

Produk dirancang dan dibuat untuk manusia yang berukuran sekitar rata-rata,

sedangkan yang memiliki ukuran ekstrim dibuatkan rancangan tersendiri.

Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri yang diperlukan dalam

proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka beberapa rekomendasi

yang diberikan sesuai dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

1. Pertama kali harus ditetapkan anggota tubuh yang mana yang nantinya

difungsikan untuk mengoperasikan rancangan tersebut.

2. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,

dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus menggunakan data

structural body dimension ataukah functional body dimension.

3. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,

diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk

tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai “market segmentation” seperti produk

mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dan lain-lain.

4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan

rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang

fleksibel ataukah ukuran rata-rata.

Page 50: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

5. Pilih persentil populasi yang harus diikuti; ke-90, ke-95, ke-99 atau nilai

persentil yang lain yang dikehendaki.

6. Setiap dimensi tubuh yang diidentifikasikan selanjutnya pilih atau tetapkan

nilai ukurannya dari tabel data anthropometri yang sesuai. Aplikasikan data

tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance), bila diperlukan

seperti tambahan ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan

oleh operator, pemakaian sarung tangan (gloves).

2.4 KUALITAS

Definisi atau pengertian yang satu dengan yang lain, Mitra (1998)

menuliskan beberapa pengertian kualitas menurut beberapa pengarang. Garvin

(1984) membagi kualitas dalam lima kategori yaitu transcendent, product-based,

user based, manufacturing based dan value based. Kemudian Garvin

mengidentifikasi delapan atribut yang digunakan untuk mendefinisikan kualitas.

Delapan atribut tersebut adalah performansi (performance), keistimewaan produk

(features), kehandalan (reliability), kesesuaian (conformance), keawetan

(durability), kegunaan (serviceability), estetika (aesthetics), dan kualitas yang

dipersepsikan (perceived quality). Crosby (1979) menyatakan bahwa kualitas

adalah sesuai dengan apa yang disyaratkan atau sesuai spesifikasi. Juran (1974)

menyatakan bahwa kualitas adalah cocok untuk digunakan.

Beberapa pengertian di atas disimpulkan bahwa pengertian kualitas sebuah

produk atau jasa adalah kesesuaian dari produk atau jasa ketika digunakan oleh

konsumen.

2.4.1 Pengertian Pengendalian KualitasMenurut Ahyari (1983), produk adalah hasil dari kegiatan produksi.

Dalam hal ini perlu diketahui bahwa perlu dibedakan antara produk dan jasa.

Produk merupakan hasil dari kegiatan produksi yang mempunyai sifat-sifat fisik

dan kimia, sedangkan yang dimaksud jasa adalah hasil dari kegiatan produksi

yang tidak mempunyai sifat fisik dan kimia.

Menurut Wignjosoebroto S, (2000), produk diartikan sebagai keluaran

yang diperoleh dari sebuah proses produksi dan penambahan nilai yang dilakukan

terhadap bentuk maupun dimensi fisik bahan baku serta sifat-sifat material lainnya

Page 51: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

(non fisik) sesuai dengan rancangannya. Proses transformasi ini baru akan

memberikan arti positif apabila diikuti dengan adanya penambahan nilai

fungsional maupun nilai ekonomis.

Produk pada hakekatnya tidak bias dipandang dari karakteristik fisik,

atribut atau kandungannya semata, tetapi juga bias dilihat dari berbagai

komponen-komponen yang harus dilihat sebagai pembentuk sebuah produk.

Karena itu perlu diperhatikan benar setiap proses perancangan maupun

pengembangan produk tersebut.

2.4.2 Metode yang Digunakan Dalam Pengendalian Kualitas

Dalam menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi dalam pengendalian

mutu suatu produk, terdapat berbagai macam metode. Adapun metode delapan

langkah pemecahan masalah menurut Suharto (1995), sebagai berikut:

1. Menentukan prioritas utama.

Langkah ini dilakukan bila unit kerja menghadapi beberapa masalah.

Beberapa masalah dapat dipilih satu masalah yang diprioritaskan untuk

dipecahkan. Alat yang digunakan untuk langkah ini adalah Diagram Pareto

dan Histogram.

2. Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan masalah.

Langkah ini merupakan kegiatan analisis dengan mencari sebab-sebab

masalah yang timbul apakah masalah itu disebabkan faktor manusia, alat atau

mesin, metode, bahan baku atau lingkungan, semua perlu dipertimbangkan.

Biasanya alat yang digunakan adalah diagram fishbone.

3. Meneliti sebab-sebab yang paling berpengaruh.

Langkah ini merupakan pengumpulan data dan setiap penyebab diatasi dengan

cara meneliti sebab-sebab mana yang dominan. Alat yang digunakan biasanya

diagram pareto.

4. Menyusun langkah perbaikan.

Langkah ini merupakan rencana tindakan untuk mengatasi sebab-sebab yang

paling dominan yang menimbulkan masalah dengan merumuskan pertanyaan

sebagai jawaban atas pertanyaan 5 W dan 1 H, yaitu:

a. Why, mengapa sebab-sebab itu penting dikemukakan.

Page 52: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

b. What, apa sasaran yang ingin dicapai.

c. Where, dimana rencana kegiatan dilakukan.

d. When, kapan rencana kegiatan dilakukan.

e. Who, siapa yang ditugasi bertanggung jawab dalam menyelesaikan

masalah.

f. How, bagaimana caranya mengatasi sebab-sebab tersebut.

5. Melaksanakan langkah-langkah perbaikan.

Langkah ini merupakan tindakan yang benar-benar sesuai dengan yang telah

disusun sebelumnya. Pelaksanaan langkah ini harus diketahui oleh pihak-

pihak yang bersangkutan. Alat yang biasanya digunakan adalah 5 W dan 1 H.

6. Memeriksa hasil perbaikan.

Langkah ini dimaksudkan untuk meneliti, mengevaluasi hasil pelaksanaan dari

rencana yang telah dibuat. Caranya dengan membandingkan sebelum tindakan

dan sesudah tindakan. Alat yang digunakan adalah Diagram Pareto dan Peta

Kendali.

7. Mencegah terulangnya masalah.

Langkah ini dimaksudkan untuk menyusun kegiatan-kegiatan sesuai peraturan

(standar) untuk ditaati dan dilaksanakan oleh pihak yang bersangkutan

sehingga sebab-sebab masalah tidak muncul kembali, berarti mencegah

masalah yang tidak terpecahkan. Alat yang digunakan berupa blangko tentang

petujuk suatu hasil.

8. Mengerjakan masalah selanjutnya.

Langkah ini merupakan kegiatan untuk memecahkan masalah selain sesuai

contoh yang telah dikerjakan.

Adapun alat yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, yaitu:

1. Diagram sebab akibat (fishbone).

Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat (Ishikawa, 1988), yaitu:

a. Tentukan masalah yang akan diperbaiki atau diamati dan diusahakan

adanya ukuran masalah tersebut sehingga dapat dilakukan.

b. Cari faktor-faktor yang berpengaruh pada masalah tersebut.

c. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci yang berpengaruh atau

mempunyai akibat pada faktor utama.

Page 53: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

d. Cari penyebab utama dari diagram yang sudah lengkap kemudian cari

penyebab utama dengan menganalisa data yang ada.

2. Diagram pareto.

Merupakan suatu diagram yang dapat menggambarkan penyebab suatu proses.

Data frekwensi yang diperoleh dari pengukuran menunjukkan suatu puncak

pada suatu nilai tertentu.

3. Peta kendali (control chart).

Peta kendali adalah alat untuk menggambarkan dengan cara yang tepat apa

maksud dari pengendalian statistik. Model peta kendali dari Shewart adalah

statistik sampel yang mengukur karakteristik kualitas.

2.4.3 Diagram Pengendalian Variabel

Variabel adalah karakteristik yang mempunyai dimensi yang

berkesinambungan. Kemungkinan-kemungkinan terjadinya variabel tidak dapat

dikatakan (banyak kemungkinan). Contoh variabel adalah berat, kecepatan,

panjang, atau kekuatan. Peta kendali untuk rata-rata proses (mean), x , dan range,

R, digunakan untuk memonitor proses dengan dimensi tersebut. Peta- x rata-rata

menunjukkan apakah sudah terjadi perubahan pada kecenderungan umum dari

proses. Jika ada mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti perlengkapan alat-

alat, kenaikan suhu yang bertahap, metode yang berbeda-beda yang digunakan

karyawan pada shif kerja, atau bahan baku baru yang lebih kuat. Nilai peta-R

mengisyaratkan terjadinya kelebihan atau kekurangan dari keseragaman.

Perubahan semacam ini bisa jadi disebabkan oleh pendukung proses yang sudah

tua, suku cadang alat yang digunakan menjadi longgar, arus minyak ke mesin

tersebut, atau karena operator mesinnya tidak cekatan. Kedua jenis diagram

tersebut saling mendukung satu sama lain dalam menghasilkan variabel.

Page 54: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

A. Teorema batas-batas kendali yang terpusat

Landasan teori dari peta x - rata-rata adalah teorema batas-batas kendali

yang terpusat (central limit theorem). Secara umum teorema ini menyatakan

bahwa bagaimanapun distribusi populasi, distribusi sx - rata-rata (masing-masing

merupakan rata-rata (mean) sampel yang diambil dari populasi) cenderung

mengikuti kurva normal. Bahkan bila sampel tersebut (n) sangat kecil (4 atau 5),

distribusi rata-ratanya tetap secara kasar mengikuti kurva normal. Teorema ini

juga menyatakan bahwa (1) mean distribusi sx - (disebut x ) akan sama dengan

rata-rata seluruh populasi (disebut µ ); dan (2) standar deviasi distribusi sampel,

xσ , akan menjadi standar deviasi populasi, σ , dibagi dengan akar kuadrat ukuran

sampel, n. Dengan kata lain,

µ=x ..................................................................................... persamaan 2.1

dan

nx

x

σσ = ................................................................................ persamaan 2.2

Pada sampel acak yang berdistribusi normal dapat dinyatakan:

1. 99,7% dari banyaknya pengujian, rata-rata sampel akan berada di antara

± 3 xσ bila dalam proses itu hanya ada variasi acak.

2. 95,5% dari banyaknya pengujian, rata-rata sampel akan berada di antara

± 2 xσ bila dalam proses itu hanya ada variasi acak.

Bila satu titik pada diagram pengendalian ada di luar batasan pengendalian

± 3 xσ , maka kita merasa pasti 99,7% bahwa proses itu telah dirubah. Teori ini

mendasari, diagram pengendalian.

B. Menentukan batas-batas diagram rata-rata

Mengetahui standar deviasi populasi proses ( xσ ) penentuan batas kendali atas

dan batas bawah dengan menggunakan rumus di bawah ini, yaitu:

Page 55: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

UCL = x + z xσ .................................................................... persamaan 2.3

LCL = x - z xσ ..................................................................... persamaan 2.4

dengan;

UCL = upper control limit (batas kendali atas)

LCL = lower control limit (batas kendali bawah)

x = rata-rata dari rata-rata sampel (mean of the sample mean)

z = jumlah standar deviasi normal

xσ = standar deviasi rata-rata sampel

Mengingat standar deviasi prosesnya tidak ada atau sulit dihitung,

biasanya dihitung batas kendali dengan nilai selang (range) rata-rata, bukannya

pada standar deviasi. Pada tabel 2.1 memberikan informasi yang diperlukan agar

dapat dihitung batas kendali berdasarkan nilai selang rata-rata. Menghitung batas

kendali dengan menggunakan nilai selang rata-rata, maka harus menghitung rata-

rata dan selang setiap sampel sehingga diperoleh rata-rata dari rata-rata sampel

dan selang (range) rata-rata dari sampel dengan perhitungan, yaitu:

nx

xn

i ii

∑ == 1 ………………………………………………... persamaan 2.5

gx

xg

i i∑ == 1 ………………………………………………… persamaan 2.6

minmax xxRi −= …………………………………………….. persamaan 2.7

gR

Rg

i i∑ == 1 ………………………………………………... persamaan 2.8

dengan;

x = rata-rata dari rata-rata sampel

ix = rata-rata nilai sampel

R = selang (range) rata-rata dari sampel

Ri = selang (range)

g = jumlah sampel

Page 56: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Hasil perhitungan di atas diperoleh batas kendali atas dan batas kendali

bawah, sebagai berikut:

Batas kendali atas (UCL x ) = x + A2 R ……………..... persamaan 2.9

Batas kendali bawah (LCL x ) = x - A2 R ……………..... persamaan 2.10

dengan;

A2 = nilai pada tabel 2.2 selanjutnya

C. Menentukan batas-batas kendali R

Terjadinya variasi pada proses bisa saja tidak terkendali. Misalnya pada

suatu peralatan tertentu, ada komponen yang lepas. Sebagai akibatnya rata-rata

sampel tetap jumlahnya, tetapi variasi yang ada antar-sampel dapat secara

keseluruhan menjadi terlalu besar. Teori yang mendasari peta kendali untuk range

adalah teori yang sama yang mendasari diagram rata-rata proses. Peta kendali

untuk selang, ditetapkan batasan-batasan yang mengandung ± 3 standar deviasi

distribusi selang rata-rata R. Persamaan di bawah ini dapat digunakan untuk

menentukan batas kendali atas dan bawah untuk selang.

UCLR = D4 R ……………………………………………...persamaan 2.11

LCLR = D3 R ……………………………………………. persamaan 2.12

dengan;

UCLR = batas atas diagram pengendalian untuk selang (range)

LCLR = batas bawah diagram pengendalian untuk selang (range)

Tabel 2.6 Faktor-faktor untuk menentukan garis tengah dan batas pengen dali tiga sigma

Peta X Peta RUkuranSampel, n A2 d2 D4 D3

2 1,880 1,128 3,268 0

3 1,023 1,693 2,574 0

4 0,729 2,059 2,282 0

5 0,577 2,326 2,114 0

6 0,483 2,534 2,004 0

7 0,419 2,704 1,924 0,076

8 0,373 2,847 1,864 0,136

Page 57: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

9 0,337 2,970 1,816 0,184

10 0,308 3,078 1,777 0,223

12 0,266 3,258 1,716 0,284

14 0,235 3,407 1,671 0,329

16 0,212 3,532 1,636 0,364

Ukuran Peta X Peta RSampel, n A2 d2 D4 D3

18 0,194 3,64 1,608 0,39220 0,18 3,735 1,586 0,41425 0,153 3,931 1,541 0,549

Sumber: Ariani, 2004

D. Tahapan dalam menggunakan diagram pengendalian

Tahapan yang secara umum diikuti dalam menggunakan diagram-X dan

diagram-R, yaitu:

1. Mengumpulkan sampel, masing-masing n = 4 atau n = 5 dari proses yang

stabil dan hitunglah rata-rata (mean) dan selang (range) masing-masing.

Pedoman dalam pemilihan sampel dari ANSI/ASQC Z1.9 – 1993, untuk

inspeksi normal level 3 dapat dilihat pada tabel 2.2.

2. Menghitung rata-rata keseluruhan ( x dan R), tentukan batas kendali yang

tepat, biasanya pada tingkat 99,7%, dan hitung hitung batas atas dan bawah

awal. Bila proses itu tidak stabil saat itu, untuk menghitung batasan gunakan

rata-rata yang diinginkan, µ , bukannya x .

Tabel 2.7 Jumlah sampel menurut ANSI/ASQC Z1.9 – 1993, inspeksi normal, level 3

Banyaknya Produk yangDihasilkan

(unit)

JumlahSampel

91-150 10

151-280 15

281-400 20

401-500 25

501-1200 351201-3200 50

3201-10000 75

10001-35000 100

35001-150000 150 Sumber: Ariani, 2004

Page 58: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

3. Membuat grafik rata-rata dan selang sampel pada peta kendali yang

bersangkutan dan menentukan apakah rata-rata dan selang itu berada di luar

batas-batas yang diterima.

4. Menyelidiki titik-titik atau pola yang menunjukkan bahwa proses tersebut

tidak terkendali.

5. Mengumpulkan sampel-sampel tambahan dan validasi ulang batas-batas

kendali dengan menggunakan data yang baru.

2.4.4 Uji Kualitas Kemampuan Proses

Uji kualitas kemampuan proses merupakan suatu tahapan yang harus

dilakukan dalam mengadakan pengendalian kualitas proses statistik (statistical

process control). Uji kualitas kemampuan proses mendefinisikan kemampuan

proses memenuhi spesifikasi atau mengukur kinerja proses. Menurut Pyzdek

(1995) dalam buku karangan Ariani (2004) uji kualitas kemampuan proses juga

merupakan prosedur yang digunakan untuk memprediksi kinerja jangka panjang

yang berada dalam batas pengendali proses statistik. Uji kualitas kemampuan

proses dilakukan hanya apabila proses berada dalam batas pengendali statistik (in

statistical control). Dengan kata lain, penyebab penyimpangan hanyalah penyebab

umum. Identifikasi adanya sebab khusus membuat langkah uji kualitas

kemampuan proses terhenti dan melakukan tindakan perbaikan.

Proses menunjukkan kombinasi mesin, alat, metode, material, dan

karyawan yang terkait dengan kegiatan produksi atau operasi. Sementara

kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan prosesnya berdasarkan pada

penilaian kinerja untuk mencapai hasil yang terukur. Kemampuan yang diukur

tersebut menunjukkan kenyataan bahwa kemampuan proses dihitung dari data

yang diambil dari kinerja proses. Selanjutnya, kemampuan yang melekat

menunjukkan pada keseragaman produk yang dihasilkan dari proses yang berada

pada kondisi in statistical control. Sedangkan pengukuran produk yang

dimaksudkan adalah variasi produk sebagai hasil achir dari suatu proses.

Kemampuan proses biasanya ditunjukkan dengan formulasi ± 3 atau

secara keseluruhan mencakup 6 , dimana menunjukkan penyimpangan standar

(standar deviasi) proses yang berada pada kondisi in statistical control tanpa ada

Page 59: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

perubahan atau penyimpangan. Jika proses terpusat pada spesifikasi nominal dan

mengikuti probabilitas normal, maka terdapat 99,73 persen produk berada dalam

batas ± 3 dari spesifikasi nominal. Proses yang berada pada kondisi in statistical

control berada pada kemampuan proses 6 .

Alasan utama dalam mengkuantifikasi kemampuan proses agar dapat

menghitung kualitas kemampuan proses untuk dapat berpegang pada spesifikasi

produk. Pada proses yang berada pada kondisi in statistical control, cara membuat

uji kualitas kemampuan proses, sebagai berikut:

1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index

Apabila proses berada dalam batas pengendali statistik dengan peta

pengendali statistik “normal” dan rata-rata proses terpusat pada target, maka

rasio kemampuan proses atau indeks kemampuan proses dapat dihitung, yaitu:

PCR atau Cp =σ6

LSLUSL − ………………………….. persamaan 2.13

dengan;

PCR = rasio kemampuan proses (process capability ratio)

USL = batas spesifikasi atas (upper specification limit)

LSL = batas spesifikasi bawah (lower specification limit)

σ = standar deviasi data

Estimasi standar deviasi dapat dihitung dengan rumus, yaitu:

2dR

=σ ………………………………………………..persamaan 2.14

dengan;

R = selang (range) rata-rata dari sampel

d2 = faktor untuk garis tengah (tabel 2.1)

Batas spesifikasi atas (USL) dan batas spesifikasi bawah (LSL) adalah batas

toleransi yang ditetapkan konsumen yang harus dipenuhi oleh produsen. Dari

hasil perhitungan tersebut, apabila:

Cp > 1 berarti proses masih baik (capable)

Cp < 1 berarti proses tidak baik (not capable)

Cp = 1 berarti proses sama dengan spesifikasi konsumen

Page 60: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Namun demikian, rasio kemampuan proses atau nilai Cp minimal harus sama

dengan 1,33. Nilai Cp hanya memperhatikan pada rentang

karakteristik yang berhubungan dengan batas-batas spesifikasi

dan mengasumsikan adanya dua batas spesifikasi.

2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)

KPA merupakan perbandingan dari rentang atas rata-rata, sedang KPB adalah

perbandingan rentang bawah rata-rata. Baik Cp, KPA maupun KPB digunakan

untuk mengevaluasi batas spesifikasi yang ditentukan. Selain itu ketiganya

dapat digunakan dalam mengevaluasi kinerja proses relatif terhadap batas-

batas spesifikasi. Hal ini juga dapat membantu penentuan parameter proses.

Indeks kemampuan proses (Cp) menunjukkan kemampuan proses yang

potensial.

Perbandingan dari rentang atas rata-rata dan rentang bawah rata-rata dapat

dihitung dengan menggunakan rumus, sebagai berikut:

KPA =σ

µ3

−BSA……………………………………... persamaan 2.15

KPB =σ

µ3

BSB− ……………………………………... persamaan 2.16

dengan;

KPA = kemampuan proses atas

KPB = kemampuan proses bawah

µ = nilai tengah, diestimasi dengan rata-rata dari rata-rata sampel

3. Indeks kemampuan proses Cpk

Rasio kemampuan proses di atas mengukur kemampuan potensial, dengan

tidak memperhatikan kondisi rata-rata proses ( µ ). Rata-rata proses tersebut

diasumsikan sama dengan titik tengah dari batas-batas spesifikasi dan proses

berada pada kondisi in statistical control. Kenyataannya, nilai rata-rata tidak

selalu berada di tengah, sehingga perlu mengetahui variasi dan lokasi rata-rata

proses. Nilai Cpk mewakili kemampuan sesungguhnya dari suatu proses

dengan parameter nilai tertentu. Nilai Cpk diformulasikan, yaitu:

Cpk = min

−−

σµ

σµ

3,

3BSBBSA

= min{KPA,KPB}........persamaan 2.17

Page 61: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Bila Cpk 1 maka proses disebut baik (capable), bila Cpk 1 maka proses

disebut kurang baik (not capable). Indeks Cpk menunjukkan skala jarak relatif

dengan 3 standar deviasi. Nilai Cpk ini menunjukkan kemampuan

sesungguhnya dari proses dengan nilai-nilai parameter yang ada. Apabila nilai

rata-rata yang sesungguhnya sama dengan titik tengah, maka sebenarnya nilai

Cpk = nilai Cp. Semakin tinggi indeks kemampuan proses maka makin sedikit

produk yang berada di luar batas-batas spesifikasi.

2.4.5 Uji Keseragaman DataUji keseragaman data merupakan salah satu uji yang dilakukan pada data

yang berfungsi untuk memperkecil varian yang ada dengan cara membuang data

ekstrim. Pertama akan dihitung terlebih dahulu mean dan standar deviasi untuk

mengetahui batas kendali atas dan bawah. Rumus yang digunakan dalam uji ini,

yaitu:

Nxx i∑

= ……………………………………….………..... persamaan 2.18

xσ = ( )1

2

−−∑

Nxxi ………………………………………...... persamaan 2.19

Rumus uji keseragaman data:

xxBKA σ3+= ………………………………………......... persamaan 2.20

xxBKB σ3−= …………………………….…………........ persamaan 2.21

dengan;

x = rata-rata

xσ = standar deviasi atau simpangan baku

N = jumlah data

BKA = batas kendali atas

BKB = batas kendali bawah

Page 62: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Jika data berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah

maka data tersebut dihilangkan, keseragaman data dapat diketahui dengan

menggunakan peta kendali x .

2.4.6 Uji Kecukupan DataUji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data hasil

pengamatan dapat dianggap mencukupi. Penetapan berapa jumlah data yang

seharusnya dibutuhkan, terlebih dulu ditentukan derajat ketelitian (s) yang

menunjukkan penyimpangan maksimum hasil penelitian, dan tingkat

kepercayaan (k) yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian

data antropometri. Sedangkan rumus uji kecukupan data, yaitu:

( )2

22' /

∑∑−∑

=X

XXNskN ………………………….. persamaan 2.22

dengan;

N = jumlah data pengamatan sebenarnya

= jumlah data secara teoritis

s = derajat ketelitian (degree of accuracy)

k = tingkat kepercayaan (level of confidence)

Untuk tingkat kepercayaan 68% harga k adalah 1

Untuk tingkat kepercayaan 95% harga k adalah 2

Untuk tingkat kepercayaan 99% harga k adalah 3

Data akan dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan < N,

dengan kata lain jumlah data secara teoritis lebih kecil daripada jumlah data

pengamatan sebenarnya (Wignjosoebroto S, 2000).

2.5 PERAN OPERATOR PADA PEKERJAAN

Page 63: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Peran operator pada suatu pekerjaan dapat dijelaskan dalam diagram peta

tangan kiri dan tangan kanan, dijelaskan seperti dibawah ini.

2.5.1 Peta Tangan Kiri Dan Tangan KananPeta tangan kiri dan tangan kanan atau lebih dikenal sebagai peta operator

(Operator Process Chart) merupakan suatu peta yang menggambarkan semua

gerakan-gerakan dan waktu menganggur saat bekerja, yang dilakukan oleh tangan

kiri dan tangan kanan. Tujuan dari peta tangan kiri dan tangan kanan adalah

mengurangi gerakan-gerakan yang tidak perlu dilakukan dan mengatur gerakan

pada proses bekerja sehingga diperoleh urutan gerakan yang baik. Adanya peta

tangan kiri dan tangan kanan dapat mempermudah dalam menganalisa gerakan-

gerakan yang dilakukan oleh seorang pekerja selama melakukan pekerjaannya dan

semua operasi gerakan yang cukup lengkap serta sangat praktis untuk

memperbaiki suatu gerakan pekerjaan yang bersifat manual. Menganalisis detail

gerakan yang terjadi maka langkah-langkah perbaikan bisa diusulkan. Pembuatan

peta operator ini baru terasa bermanfaat apabila gerakan yang dianalisa tersebut

terjadi berulang-ulang. Diharapkan terjadi keseimbangan gerakan yang dilakukan

oleh tangan kanan dan tangan kiri, sehingga siklus kerja berlangsung dengan

lancar dalam ritme gerakan yang lebih baik yang akhirnya mampu memberikan

delays maupun operator fatigue yang minimum.

Meskipun Frank dan Lilian Gilberth telah menyatakan bahwa gerakan-

gerakan kerja manusia dilaksanakan dengan mengikuti 17 elemen dasar Therblig

kombinasi dari elemen-elemen Therblig tersebut, di dalam membuat peta operator

lebih efektif hanya 8 elemen gerakan Therblig berikut ini yang digunakan, yaitu:

1. Elemen menjangkau - Reach (RE)

2. Elemen memegang - Grasp (G)

3. Elemen membawa - Move (M)

4. Elemen mengarahkan - Position (P)

5. Elemen menggunakan - Use (U)

6. Elemen melepas - Release (RL)

7. Elemen menganggur - Delay (D)

8. Elemen memegang untuk memakai - Hold (H)

Selanjutnya peta penggambaran dari peta operator, sebagai berikut:

Page 64: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

1. Pertama kali dituliskan “Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan” (Left & Right

Hand Chart) atau “Peta Operator” (Operator Process Chart) dan

identfikasikan semua masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang

dianalisis seperti nama benda kerja (plus gambar dan sketsanya), nomor

gambar, deskripsi dan operasi atau proses dan lain-lain.

2. Penggambaran peta juga dilakukan berdasarkan skala waktu dan dibuat peta

skala untuk mengamati gerakan dari tangan kanan dan tangan kiri. Space yang

tersedia diatur sedemikian rupa sehingga cukup proporsional berdasarkan

skala tersebut. Deskripsi dari tiap elemen kerja dan juga waktu pengerjaan

untuk elemen tersebut dicantumkan dalam space yang tersedia. Di sini

elemen-elemen kerja tersebut harus cukup besar untuk dapat di ukur

waktunya.

3. Agar tidak membingungkan maka penggambaran peta dilaksanakan satu

persatu. Setelah pemetaan gerakan tangan kanan (misalnya) dilaksanakan

secara penuh persiklus kerja, kemudian dilanjutkan dengan pemetaan secara

lengkap gerakan yang dilakukan oleh tangan yang lain (tangan kiri).

Penggambaran peta biasanya dilakukan segera elemen melepas (release)

dengan kode “RL” dilakukan pada finished part. Begitu elemen melepas

sudah dilakukan, maka gerakan berikutnya merupakan gerakan kerja untuk

siklus operasi yang baru yaitu meraih (reach) benda kerja baru.

Setelah semua gerakan tangan kanan dan tangan kiri selesai dipetakan

untuk satu siklus kerja. Satu kesimpulan umum (summary) perlu dibuat pada

bagian terbawah dari peta kerja ini yaitu menunjukkan total siklus waktu yang

dibutuhkan untuk rnenyelesaikan kerja, jumlah produk persiklus kerja, dan total

waktu penyelesaian kerja per unit produk. Jumlah total waktu kerja untuk tangan

kanan dan tangan kiri haruslah sama. Pokok permasalahannya disini adalah

apakah siklus waktu yang ada tersebut dipergunakan untuk kegiatan yang

produktif atau tidak. Fungsi dari penggambaran peta ini, melihat keseimbangan

kerja yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri pada saat penyelesaian

kerja., seperti proses merakit sebuah cable clamps pada gambar 2.21 berikut ini.

Page 65: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 2.27 Peta gerakan tangan kanan dan tanan kiri Sumber: Wignjosoebroto S, 1995

Setelah peta operator dengan metode yang sekarang dipergunakan telah

selesai dibuat, langkah selanjutnya menganalisis perbaikan yang bagaimana yang

dapat dilakukan agar gerakan kerja yang berlangsung lebih efektif dan efisien lagi.

2.5.2 Kegunaan Peta Tangan Kiri Dan Tangan KananPada dasarnya, peta ini berguna untuk memperbaiki suatu stasiun kerja.

Kegunaan yang lebih khusus, yaitu:

1. Mengurangi gerakan yang tidak efisien dan tidak produktif, sehingga waktu

kerja lebih singkat.

2. Sebagai alat untuk menganalisa suatu gerakan dalam proses bekerja.

3. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru dengan cara kerja yang ideal.

2.6 PERANCANGAN ALAT

Pada sub bab ini dijelaskan mengenai kontruksi dan mekanisasi alat

pemotong bulu ayam, dan biaya investasi.

2.6.1 Statika (Konstruksi)Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban yang

mungkin ada pada bahan (konstruksi) atau yang dapat dikatakan sebagai

Page 66: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya tekan atau beban. Beban

adalah beratnya benda atau barang yang didukung oleh suatu konstruksi atau

bagan beban dan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Beban statis yaitu berat suatu benda yang tidak bergerak dan tidak berubah

beratnya. Beratnya konstruksi yang mendukung itu termasuk beban mati dan

disebut berat sendiri dari pada berat konstruksi.

2. Beban dinamis yaitu beban yang berubah tempatnya atau berubah beratnya.

Sebagai contoh beban hidup yaitu kendaraan atau orang yang berjalan di atas

sebuah jembatan, tekanan atap rumah atau bangunan.

Pada beban dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Beban terpusat atau beban titik adalah beban yang bertitik pusat di sebuah

titik, misal: orang berdiri diatas pilar pada atap rumah.

2. Beban terbagi adalah pada beban ini masih dikatakan sebagai beban terbagi

rata dan beban segitiga yang terbagi pada bidang yang cukup luas.

2.6.2 Mekanisasi Alat Pemotong Bulu Ayam

Merupakan keseluruhan aspek yang berhubungan dengan suatu pekerjaan,

yaitu berupa bahan, proses pembuatan, waktu dan alat yang digunakan.

Mekanisasi alat pemotong bulu ayam, yaitu:

1. Bahan dan proses pembuatan alat pemotong bulu ayam,Alat pemotong bulu ayam ini terbuat dari komponen besi dan alumunium.

Maka mekanisme pembuatan alat pemotong bulu ayam ini melalui proses

permesinan dan proses pengelesan. Proses permesinan diantaranya

pembubutan, pengeboran dan penggerindaan. Prosese pengelasan dengan

menggunakan las listrik dan pengelasan.

2. Waktu pembuatan alat pemotong bulu ayam,

Pengerjaan alat pemotong bulu ayam memerlukan perhitungan rumusan waktu

permesinan pada mesin bor, dan waktu proses yang lain berupa rekapitulasi

waktu pengerjaan dengan mesin sederhana dan kerja bangku untuk pengerjaan

pertukangan, semua waktu pengerjaan dilakukan dengan perhitungan manual.

2.6.3 Rangka

Page 67: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Rangka merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin, hampir

semua mesin menerima beban khususnya rangka mesin. Rangka menerima beban

lenturan, tarikan, tekan atau puntiran, yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa

gabungan antara yang satu dengan yang lainnya. Hal-hal yang perlu diketahui

dalam perhitungan kekuatan rangka, sebagai berikut:

1 Reaksi tumpuan,

Suatu benda berada dalam keseimbangan apabila besarnya aksi dan reaksi

sama dengan reaksi, dengan kata lain gaya yang menyebabkan benda dalam

kesetimbangan ialah gaya aksi dan gaya reaksi. Gaya reaksi merupakan gaya

tumpuan dan reaksi tumpuan adalah besarnya gaya yang dilakukan oleh

tumpuan untuk mengimbangi gaya luar agar benda dalam kesetimbangan.

Adapun persamaan yang digunakan untuk menghitung reaksi tumpuan dengan

menggunakan persamaan 2.23 dibawah ini.

Rb =21 x q x L ........................................................................persamaan 2.23

dengan,

Rb = Reaksi tumpuan (kgf/m)

q = Beban (kgf/m)

L = Panjang balok (cm)

2. Momen penampang,

Momen penampang adalah momen yang terjadi pada penampang batang (di

sembarang tempat), di sepanjang batang yang ditumpu. Pada setiap titik

disepanjang batang dapat dihitung momen yang terjadi dengan menggunakan

persamaan 2.24 di bawah ini.

∑ = 0M

Rb x BD – q x BD x21 x BD ………………………….….….persamaan 2.24

dengan,

Rb = Reaksi tumpuan (kgf/m)

q = Beban (kg/f m)

BD = Momen (kg/f m)

3. Profil L,

Page 68: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Profil adalah batang yang digunakan pada konstruksi, ada beberapa jenis

profil yang digunakan pada pembuatan konstruksi mesin yaitu profil L, profil

I, Profil U. Kekuatan profil yang digunakan pada konstruksi dapat dihitung

menggunakan persamaan 2.25 di bawah ini.

= AxAxY /Σ ……………………………...…………….….persamaan 2.25

dengan,

= Momen inersia (mm)

A = Luas (mm)

Y = Titik berat batang (mm)

4. Momen inersia balok besar dan kecil,

Momen inersia adalah momen yang terjadi pada batang yang ditumpu. Pada

setiap batang dapat dihitung momen inersia yang terjadi, dengan

menggunakan persamaan 2.26 di bawah ini.

I1 = I0 + A1 x d12 ………………….……………………….....persamaan 2.26

dengan,

I1 = Momen inersia balok (mm)

A = Luas batang (mm)

d = Diameter batang (mm)

5. Momen inersia batang,

Momen inersia batang adalah momen yang terjadi pada batang yang ditumpu.

Pada setiap batang dapat dihitung momen inersia yang terjadi, dengan

menggunakan persamaan 2.27 di bawah ini.

Ix = I1 - I2 .................................................................................persamaan 2.27

dengan,

Ix = Momen inersia batang (mm)

I1 = Momen inersia batang 1 (mm)

I2 = Momen inersia batang 2 (mm)

6. Besar tegangan geser yang dijinkan,

Tegangan geser yang diijinkan adalah tegangan geser pada batang yang di

ijinkan, jika tegangan geser yang di ijinkan lebih besar dari pada momen

tegangan geser pada konstruksi maka konstruksi aman atau kuat menahan

Page 69: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

beban yang diterima. Pada Besar tegangan geser yang di ijinkan dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan 2.28 di bawah ini.

τ =Ix

MxΥ ................................................................................persamaan 2.28

dengan,

τ = Tegangan geser yang terjadi (kgf/mm)

M = Momen yang terjadi (kgf/mm)

Ix = Momen inersia batang (mm)

Y = Titik berat batang (mm)

2.7 BIAYA PERANCANGAN ALAT

Pengertian biaya dalam arti luas adalah “Pengorbanan sumber ekonomi,

diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk

tujuan tertentu” (Mulyadi, 1991). Mempermudah pengklasifikasian jenis usaha

maka digolongkan ke dalam empat jenis biaya (Mulyadi, 1991), yaitu:

1. Biaya penyusutan (depreciation cost),

Biaya penyusutan adalah biaya yang harus disediakan oleh perusahaan setiap

periode untuk melakukan penggantian peralatan atau mesin, setelah mesin

atau alat tersebut sudah tidak berdaya guna lagi. Pengalokasian biaya

penyusutan akibat adanya penurunan nilai dari mesin atau kendaraan yang

digunakan sepanjang umur pakai benda modal tesebut. Tujuan mengadakan

biaya penyusutan, adalah:

a. Mengembalikan modal yang telah dimasukkan dalam bentuk benda modal.

b. Memungkinkan biaya tersebut dimasukkan dalam biaya produksi sebelum

perhitungan keuntungan ditetapkan.

Depresiasi =isUmurEkonomNilaiSisaaPerolehanH −arg ..................persamaan 2.29

2. Biaya ketidakpastian,

Biaya ini merupakan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena

tidak berproduksi. Adanya perbaikan mesin yang memakan waktu dan jadwal

rencana yang telah ditentukan sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya

Page 70: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

tambahan kepada tenaga kerja dan menanggung biaya tetap perusahaan selama

mesin tersebut diperbaiki, adanya kenaikan bahan baku secara mendadak.

3. Faktor inflasi,

Dalam menilai profitabilitas suatu usulan investasi, maka faktor inflasi harus

diperhatikan karena hal ini mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap

biaya dan harga, misalnya biaya bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar, suku

cadang.

2.7.1 Metode Penilaian Investasi Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam penilaian investasi

dan evaluasi suatu proyek (Umar, 2003), yaitu:

1. Metode payback period,

Metode payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup

kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas, dengan kata

lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan

cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu (yaitu tahun atau

bulan). Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback

period yang dapat diterima.

Payback Period =rsihKasMasukBe

tasiNilaiInves x 1 tahun ................... persamaan 2.29

2. Metode break even point (BEP),

Break Even Point atau titik impas atau titik pulang pokok merupakan titik atau

keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh

keuntungan dan tidak menderita kerugian. Teknis analisis ini untuk

mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, dan laba dan juga

mempelajari pola hubungan antara volume penjualan, cost, dan tingkat

keuntungan yang diperoleh pada tingkat penjualan tertentu.

BEP =tan)/(1 PendapaVariabelTotalBiaya

BiayaTetap−

.................. persamaan 2.30

Analisis metode ini, dapat membantu pengambil keputusan mengenai

(Rangkuti, 2000), yaitu:

Page 71: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan

tidak mengalami kerugian.

b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan

tertentu.

c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak

menderita kerugian.

d. Bagaimana efek perubahan harga jual, biaya, dan volume penjualan

terhadap keuntungan yang akan diperoleh.

2.8 PENELITIAN PENUNJANG

Perancangan alat bantu pengendalian kualitas shuttle cock secara atribut

pada industri kecil di kelurahan serengan penelitian oleh Akung Purwito Aji.

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu diperlukan peningkatan

kualitas produk shuttle cock secara atribut dengan merancang alat bantu inspeksi

panjang bulu, tinggi dan diameter mahkota shuttle cock pada saat perakitan

menjadi produk shuttle cock sehingga dapat menjaga kualitas produk sesuai

dengan spesifikasi yang ditentukan pemesan. Manfaat yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah meningkatkan mutu produk shuttle cock dengan adanya alat

bantu inspeksi panjang bulu, tinggi dan diameter mahkota shuttle cock.

Perancangan alat pemotong bulu shuttle cock secara atribut pada industri

kecil di kelurahan serengan penelitian oleh Winanto. Tujuan yang ingin dicapai

pada penelitian ini yaitu diperlukan peningkatan kualitas pemotongan bulu shuttle

cock secara atribut dengan merancang alat pemotong bulu shuttle cock sehingga

dapat meningkatkan kualitas produk sesuai dengan spesifikasi. Manfaat yang

Page 72: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

ingin dicapai dari penelitian ini adalah meningkatkan mutu produk shuttle cock

dengan adanya alat pemotong bulu yang lebih baik.

Perancangan alat pelubang dop pada shuttle cock dengan pendekatan

antropometri di kelurahan serengan penelitian oleh Anton . Tujuan yang dicapai

dari penelitian ini yaitu membuat rancangan alat pelubang dop shuttle cock

dengan sistem double gear sehingga dapat mempercepat proses pelubangan pada

dop. Manfaat yang ingin dicapai dari penelotian ini adalah mempercepat proses

pelubangan sehingga dapat meningkatkan kapasitas pelubangan dop dalam satu

kali proses pelubangan.

Page 73: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan gambaran proses yang saling berkaitan

mulai dari identifikasi masalah sampai dengan kesimpulan yang diambil dari

sebuah penelitian. Metodologi penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1

berikut ini.

Page 74: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 3.1 Metodologi penelitian

3.1 IDENTIFIKASI MASALAH

Pada tahap ini diuraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, studi pustaka, dan studi lapangan yang dijelaskan

pada sub bab berikut ini.

1. Latar Belakang,

Page 75: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Penelitian yang dilakukan di pengrajin shuttle cock merek T3 diketahui bahwa

pengrajin masih kurang memperhatikan aspek kualitas produk yang

dihasilkan. Produk yang dihasilkan hanya diseleksi dengan melihat kerapian

bulu shuttle cock yang dihasilkan. Pada saat proses pemotongan ujung bulu

dipotong dengan menggunakan alat pemotong bulu.

Setelah selesai dipotong dengan alat pemotong bulu, bulu bagian bawah

dipotong dengan menggunakan gunting sehingga tinggal tangkai bulunya.

Pemotongan bulu menggunakan gunting ini di ukur dengan jarak tiga jari

orang dewasa wanita yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis yang di

ukur dari ujung bulu. Proses pemotongan tersebut menyebabkan panjang bulu

hasil pemotongan bervariasi karena pada proses pemotongan bulu ini hanya

memperkirakan panjangnya dengan menggunakan tiga jari tanpa

menggunakan bantuan alat ukur. Ukuran pemotongan ini harus diperhatikan

karena panjang bulu ini sangat mempengaruhi laju dan keseimbangan shuttle

cock pada saat digunakan.

2. Perumusan Masalah,

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan maka perlu adanya

perbaikan proses produksi dengan merancang alat pemotong bulu ayam

dengan mekanisme sistem pedal yang bertujuan untuk meningkatkan kuantitas

produk shuttle cock dan juga menghasilkan kualitas yang sesuai dengan PBSI.

3. Tujuan dan Manfaat,

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu membuat rancangan alat

pemotong bulu ayam shuttle cock sehingga dapat menjaga kualitas produk

sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh perkumpulan pebulutangkis

tingkat nasional, maupun internasional. Manfaat dari penelitian ini adalah

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk shuttle cock dengan adanya

alat pemotong bulu ayam shuttle cock ini.

4. Studi Pustaka,

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh informasi pendukung yang

diperlukan dalam penyusunan laporan penelitian, yakni dengan mempelajari

literatur, makalah, penelitian penunjang dan semua pelajaran yang berkaitan

dengan masalah konsep ilmu anthropometri.

Page 76: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

5. Studi Lapangan,

Studi lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk

perancangan alat pemotong bulu ayam shuttle cock. Informasi ini berupa data

kualitatif dan data kuantitatif yang digunakan pada pengolahan data

selanjutnya.

3.2 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yang

digunakan untuk perancangan alat pemotong bulu ayam shuttle cock yang

dijelaskan pada sub bab berikut ini.

3.2.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan dalam perancangan dan pembuatan

alat pemotong bulu ayam shuttle cock, yaitu:

1. Identifikasi masalah pada alat pemotong bulu ayam

Mengamati alat pemotong bulu ayam yang digunakan di sentra industri kecil

shuttle cock di Kelurahan Serengan milik Bapak Sarno dan serangkaian proses

produksinya, selanjutnya mengidentifikasi dan menganalisis untuk acuan

perancangan alat pemotong bulu ayam yang baru.

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dimensi shuttle cock dan data

antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan alat. Data dimensi bulu

ayam shuttle cock yang digunakan adalah waktu proses pemotongan bulu

ayam shuttle cock. Hasil dari wawancara dengan pengrajin shuttle cock di

tempat penelitian diketahui bahwa pengrajin dapat memproduksi minimal 100

dosin shuttle cock per hari atau sekitar 1200 shuttle cock per hari, sehingga

menurut ANSI/ASQC Z1.9–1993, jumlah sampel yang diperlukan pada

pengumpulan data waktu proses pemotongan yaitu 50 buah dengan ukuran

sampel 4 buah. Sampel diambil dengan pengukuran secara langsung di

lapangan.

2. Alat ukur yang digunakan dalam pengukuranbulu ayam

Pengukuran data waktu dilakukan menggunakan stopwatch, alat ukur untuk

mengukur panjang bulu ayam shuttle cock dengan jangka sorong dan alat ukur

Page 77: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

untuk mengukur sudut kemiringan bulu ayam shuttle cock bagian bawah

kanan dan kiri menggunakan busur.

3. Lingkungan kerja pada stasiun kerja pemotongan bulu ayam

Data diambil dari penelitian langsung di lapangan, data tersebut berupa data

bagaimana proses pemotongan bulu ayam dan posisi operator pada saat

bekerja. Data ini digunakan sebagai pembanding untuk rancangan alat

pemotong bulu ayam shuttle cock yang baru.

4. Elemen aktifitas kerja

Data yang diambil adalah data elemen-elemen kerja yang ada pada proses

pemotongan menggunakan alat pemotong bulu ayam milik Bapak Sarno, yang

berupa data peta tangan kanan dan tangan kiri.

5. Data Anthropometri

Data anthropometri yang digunakan dalam menentukan fasilitas kerja dan

perancangan alat pemotong bulu ayam shuttle cock adalah tinggi duduk tegak

(TDT), jarak tangan depan (JTD), dan tinggi popliteal (TP). Pengukuran data

anthropometri yang diambil dari data anthropometri Laboratorium Analisa

Perancangan Kerja dan Ergonomi UNS.

Posisi kerja dan lingkungan kerja pada stasiun pemotongan bulu ayam milik

Bapak Sarno, dapat dijelaskan seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.2 Tampak depan dan tampak samping Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Dari hasil penelitian maka diperoleh data anthropometri pekerja. Data yang

terkumpul selanjutnya di uji, pengujian data anthropometri, yaitu:

Page 78: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

a. Uji keseragaman data,

Uji keseragaman data dilakukan dengan mengeplotkan data anthropometri

pada peta kendali x . Batas kendali atas dan bawah dihitung dengan

menggunakan persamaan 2.1 dan persamaan 2.4.

b. Uji kecukupan data,

Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data hasil

pengamatan dapat dianggap mencukupi. Pada uji kecukupan data ini

digunakan tingkat kepercayaan 95% dan derajat ketelitian 5%. Uji ini

dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.5. Data dianggap telah

mencukupi jika memenuhi persyaratan < N, dengan kata lain jumlah

data secara teoritis lebih kecil daripada jumlah data pengamatan

sebenarnya.

c. Perhitungan persentil,

Pada perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan prinsip

perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran

tertentu. Persentil yang digunakan adalah persentil ke-5 dan persentil ke-

95. Cara perhitungan persentil dapat dilihat pada tabel 2.1.

3.2.2 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan tahap perhitungan data yang telah

dikumpulkan untuk merancang alat pemotong bulu ayam shuttle cock. Tahap-

tahap pengolahan data pada perancangan alat pemotong bulu ayam shuttle cock,

yaitu:

1. Penyusunan dimensi alat dengan operator (anthropometri),

Data anthropometri digunakan untuk menentukan tinggi, panjang dan lebar

alat alat alat pemotong bulu ayam dengan mekanisme sistem pedal, proses

Page 79: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

pengujian dilakukan dengan rumusan samaan 2.1 sampai dengan persamaan

2.5.

2. Menentukan statika (kontruksi) alat potong bulu ayam,

Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statik dari suatu beban yang

mungkin ada pada bahan (konstruksi) atau yang dapat dikatakan sebagai

perubahan terhadap panjang benda awal karena gaya tekan atau beban Statika

meliputi komponen-komponen yang digunakan dalam perancangan alat dan

dipergunakan sebagai alat pendukung proses gerak alat yang dirancang.

3. Pembuatan diagram rata-rata dan selang hasil pemotongan bulu ayam,

Pembuatan diagram rata-rata bertujuan untuk melihat apakah proses masih

berada pada batas pengendalian atau tidak. Sedangkan pembuatan diagram

selang bertujuan untuk mengetahui tingkat keakurasian atau ketepatan proses

yang diukur dengan mencari range dari sampel yang diambil dalam observasi.

Kedua diagram ini juga digunakan untuk mengetahui dan menghilangkan

penyebab khusus yang membuat terjadinya penyimpangan. Data yang berada

di dalam batas pengendali statistik disebut sebagai in statistical control yang

terdapat penyimpangan karena penyebab umum. Sedangkan data yang berada

di luar batas pengendali statistik disebut sebagai out of statistical control yang

disebabkan oleh penyebab khusus. Langkah-langkah pembuatan diagram rata-

rata dan selang untuk waktu proses pemotongan bulu ayam shuttle cock,

sebagai berikut:

a. Penentuan jumlah sampel dan ukuran sampel,

Pada langkah ini telah ditentukan bahwa jumlah sampel yang digunakan

adalah 50 buah dan ukuran sampel 4 buah.

b. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R),

Data tersebut kemudian dihitung rata-rata ( x ) dan selang (R) masing-

masing menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7.

c. Perhitungan nilai tengah diagram rata-rata ( x ) dan selang (R)

Nilai tengah untuk peta kendali x dan R masing-masing dihitung

menggunakan persamaan 2.6 dan persamaan 2.8. Nilai tengah ini disebut

juga dengan center line (CL).

d. Perhitungan batas kendali atas dan bawah rata-rata ( x ) dan selang (R)

Page 80: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Batas kendali untuk diagram rata-rata dapat dihitung menggunakan

persamaan 2.9 dan persamaan 2.10. Sedangkan batas kendali untuk

diagram selang dapat dihitung menggunakan persamaan 2.11 dan

persamaan 2.12.

Dari diagram rata-rata dan selang ini dapat diketahui apakah rata-rata dan

selang berada dalam batas-batas kendali.

4. Uji kualitas dan kuantitas hasil pemotong bulu ayam,

Uji kuantitas yang dilakukan untuk membandingkan hasil pemotong bulu

ayam yang dilakukan di sentra industri kecil shuttle cock di Serengan milik

bapak sarno dengan merek dagang T3 dengan alat yang telah dirancang.

5. Menentukan biaya perancangan,

Penggolongan biaya pembuatan adalah semua biaya yang diperlukan dan

biaya investasi sedangkan BEP merupakan titik impas keadaan dimana

perusahaan dalam kondisi tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan biaya dan

BEP tersebut menggunakan persamaan 2.11 sampai dengan persamaan 2.13.

3.3 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Menjelaskan analisis dan interpretasi hasil pengumpulan dan pengolahan data dari

perancangan alat pemotong bulu ayam mekanisme sistem pedal dengan

mempertimbangkan anthropometri operator.

3.4 KESIMPULAN DAN SARAN

Pada tahap ini akan membahas kesimpulan dari hasi pengolahan data

dengan memperhatikan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian dan kemudian

memberikan saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk penelitian

selanjutnya.

Page 81: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

BAB IVPENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah identifikasi masalah, data

antropometri yang dibutuhkan untuk menentukan dan perancangan alat pemotong

bulu ayam yang baru.

4.1.1 Lingkungan Kerja Pada Stasiun Kerja Pemotong Bulu Ayam

Page 82: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Peralatan yang digunakan untuk memproduksi shuttle cock oleh

pengrajin umumnya masih sangat sederhana dan dilakukan secara satu per satu.

Proses produksi shuttle cock yang dimiliki Bapak Sarno banyak melibatkan tenaga

kerja di lingkungan tetangga rumah yang berada di sekitar tempat tinggalnya.

Diikutsertakannya para tetangga dalam proses produksi shuttle cock secara tidak

langsung setiap kepala rumah tangga mendapatkan beban pekerjaan yang khusus

(terjadi spesialisasi pekerjaan) yang diatur dan dikendalikan langsung oleh Bapak

Sarno sendiri. Secara garis besar proses produksi shuttle cock dapat dibagi

menjadi lima bagian proses, setiap bagian proses dikerjakan oleh satu atau

beberapa kepala rumah tangga, yaitu:

1. Proses pada dop cock. Proses ini diawali dengan menempelkan label atau

merek pada dop cock, selanjutnya proses pelubangan pada dop cock dengan

alat pelubang yang sederhana, menggunakan tenaga manusia atau sistem

manual.

2. Proses persiapan bulu. Proses ini diawali dengan membersihkan bulu ayam

dari kotoran, selanjutnya proses memotong (membentuk) bulu dan merapikan

bulu dengan alat pemanas (semacam setrika baju).

3. Proses penancapan bulu ayam dan penyetelan panjang bulu. Proses ini diawali

dengan penancapan bulu ayam ke dalam lubang dop cock, selanjutnya

dilakukan penyetelan panjang bulu dengan memasang cetakan mahkota.

4. Proses penjahitan bulu shuttle cock. Proses ini dilakukan agar bentuk mahkota

shuttle cock tidak berubah. Setelah jahit bulu ayam selesai dilakukan

pengeleman dengan lem kayu. Sebelum proses pengeleman dilakukan terlebih

dahulu dipersiapkan alat cetakan mahkota shuttle cock. Setelah cetakan ukuran

dipasang pada shuttle cock, dilakukan proses pengelemen. Hal yang sama juga

direkatkan lis yang melingkari dop dengan warna merah atau hijau.

5. Proses finishing. Proses dilakukan bilamana setelah proses pengelemen selesai

yang ditandai dengan cetakan dibuka, proses finishing shuttle cock dilakukan

dengan merapikan produk dari bahan yang berlebihan, seperti benang yang

kepanjangan atau bulu ayam yang belum rapi.

Setelah hal ini dilakukan secara rapi pada produk shuttle cock, maka

tahapan terakhir yaitu dimasukkan ke dalam dus atau slop kertas karton yang

Page 83: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

berbentuk silinder. Bagan aliran proses produksi shuttle cock yang dilakukan oleh

Bapak Sarno dapat dijelaskan pada gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Bagan alir proses produksi produk shuttle cock Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

A. Alat pemotong bulu ayam awal

Dari bagan aliran proses diatas masih menggunakan alat pemotong bulu

ayam yang ada di sentra industri kecil di Serengan milik Bapak Sarno. Alat

tersebut digerakkan dengan kaki. Gambar alat pemotong bulu ayam dapat dilihat

pada gambar 4.2 di bawah ini.

Bagian 4

Finishing

PackingBagian 5

Menancapkan BuluAyam Ke Dalam Dop

Pemasangan Cetakan Mahkota(Penyetelan Panjang Bulu

Menjahit Bulu

Memberi Lem Pada Jahitan

Menempelkan Lis

Bagian 3

Bahan Baku Dop

MenempelkanLabel atau Merek

Melubangi Dop

Bagian 1

Bahan Baku Bulu Ayam

PemotonganBentuk Bulu

Merapikan Bulu DenganAlat Pemanas

Bagian 2

Page 84: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 4.2 Alat Pemotong bulu ayam Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Keterangan gambar 4.2 dan fungsinya, yaitu:

1. Rangka, berfungsi sebagai penyangga antara tuas dengan tali.

2. Per tekan, berfungsi menekan pisau pemotong kemudian mengembalikan lagi

tuas kembali ke atas pada posisi semula.

3. Rumah pisau, berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan pisau cutter.

4. Landasan, berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan bulu.

5. Pedal kaki, berfungsi sebagai pijakan untuk menggerakkan pisau pemotong.

6. Tali, berfungsi sebagai penghubung antara tuas dengan pedal kaki

7. Tuas, berfungsi penggerak pisau pemotong yang dihubungkan dengan batang

penghubung.

B. Operator pemotong bulu ayam

Alat pemotong bulu ayam digunakan untuk memotong ujung bulu, proses

pemotongan bulu ayam shuttle cock ditempat penelitian menggunakan alat

pemotong bulu ayam yang masih sederhana. Pisau potong pada alat pemotong

bulu ayam menggunakan pisau cutter. Hal ini mengakibatkan pisau potong tidak

1

2

3

4

5

6

7

Page 85: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

tahan lama dan setiap saat harus diganti karena pisau tidak tajam lagi (tumpul).

Proses pemotongan bulu ayam diperusahaan kurang ergonomis, hal ini

disebabakan karena fasilitas kerja yang dipakai operator tidak sesuai. Pada proses

ini, meja yang digunakan oleh operator kurang tinggi sehingga punggung operator

membungkuk. Tinggi meja yang digunakan diperusahaan adalah 55 cm. Proses

memotong bulu dengan alat pemotong bulu ayam di tempat penelitian dapat

dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini.

Gambar 4.3 Memotong bulu ayam dengan alat pemotong yang lamaSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Fasilitas kerja lain yang belum sesuai dengan kondisi kerja yang baik di

tempat penelitian adalah kursi. Kursi yang dipakai juga kurang tinggi sehingga

kaki dari operator menekuk. Pada proses pemotongan ini operator bekerja dengan

menggunakan kursi plastik dengan tinggi 18 cm. Sehingga pada perancangan

perbaikan alat pemotong bulu ayam ini dibuat rancangan fasilitas kerja yang

sesuai dengan kondisi kerja alat.

4.1.2 Spesifikasi Alat Pemotong Bulu Ayam

Alat pemotong bulu ayam yang ada di sentra industri kecil di Serengan

milik Bapak Sarno ini memiliki ukuran dengan panjang 20 cm, lebar 6 cm, tinggi

25 cm dan berat alat 3 kilogram.

Page 86: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 4.4 Dimensi alat pemotong bulu ayam yang lamaSumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Serengan milik Bapak Sarno,

operator bekerja dengan posisi badan duduk, alat pemotong ini memotong bulu

ayam bagian depan dengan menggunakan pisau cutter sebagai alat pemotong dan

bagian bawah kiri dan kanan bulu ayam dipotong menggunakan alat berupa

gunting.

4.1.3 Spesifikasi Dan Spek Bulu Ayam Di Gunakan Di Industri Shutle CockT3 Milik Bapak Sarno

Bulu ayam yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan shuttle cock di

Surakarta memiliki spek bulu ayam yang lebih panjang dan lebih lebar dari bulu

ayam shuttle cock yang digunakan di daerah Malang, hal ini dikarenakan

perbedaan geografis antara daerah Solo dan Malang. Sedangkan bulu ayam yang

memenuhi syarat untuk dipotong adalah bulu ayam yang memiliki rat-rata

panjang yang sama yaitu antara 6,4 cm- 7,0 cm dan bentuk bulu yang rapi.

4.1.4 Peta Tangan Kiri Dan Tangan Kanan Alat Pemotong Awal dan AlatPemotong Gunting

Data elemen kerja merupakan data peta tangan kanan dan tangan kiri. Data

ini diperoleh dengan mengamati setiap gerakan tangan kanan dan tangan kiri yang

dilakukan operator pada stasiun pemotongan kemudian menganalisanya. Selain

Page 87: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

itu, dapat menunjukkan perbandingan antara tugas yang diberikan tangan kanan

dan kiri ketika melakukan pekerjaan. Peta kerja tangan kanan dan kiri dengan

menggunakan alat pemotong bulu ayam awal dan alat gunting dapat dilihat pada

tabel 4.1 dan 4.2.

Tabel 4.1 Peta tangan kanan dan tangan kiri alat pemotong awal

Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Dijelaskan pada tabel 4.1 di atas merupakan data peta kerja tangan kanan

dan tangan kiri pada proses pemotongan bulu ayam dengan menggunakan alat

pemotong dengan sistem penggeraknya menggunakan kaki, pengukuran waktu

kerja operator di ukur berdasarkan waktu proses gerakan tangan pada saat bekerja,

sedangkan waktu set up atau setting alat tidak di ukur. Waktu proses yang

dihasilkan gerakan tangan pada saat bekerja menggunakan alat pemotong bulu

ayam membutuhkan waktu 6 detik per satu bulu ayam dengan sampel panjang

ukuran benda kerja 6,4 cm – 7,0 cm.

Page 88: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 4.2 PTKTK pemotongan bulu ayam menggunakan gunting

Sumber: Pengrajin shuttle cock T3, 2009

Dijelaskan pada tabel 4.2 di atas, waktu proses yang dihasilkan gerakan

tangan pada saat bekerja menggunakan alat pemotong gunting membutuhkan

waktu 4 detik per satu bulu ayam dengan sampel panjang ukuran benda kerja

6,4 cm – 7,0 cm.

4.1.5 Data Anthropometri

Data anthropometri yang digunakan dalam perancangan alat pemotong

bulu ayam adalah tinggi duduk tegak, jarak tangan depan, tinggi popliteal. Data

yang terkumpul selanjutnya di uji keseragaman data dan uji kecukupan datanya,

Page 89: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

kemudian dilakukan perhitungan nilai persentil yang digunakan untuk

menentukan ukuran dari alat pemotong bulu ayam.

A. Uji keseragaman data, uji kecukupan data dan perhitungan nilai persentiluntuk data anthropometri

Setelah melakukan pengukuran dimensi tubuh mengenai keadaan aktual

dari fasilitas kerja yang diperlukan untuk perancangan alat pemotong bulu ayam,

kemudian dilakukan perhitungan data anthropometri. Perhitungan data

anthropometri meliputi uji keseragaman data, uji kecukupan data dan perhitungan

presentil, sebagai berikut:

1. Tinggi duduk tegak (TDT)

Di ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung kepala.

Subjek duduk tegak dengan memandang lurus ke depan dan lutut membentuk

sudut siku-siku. Tinggi duduk tegak digunakan untuk menentukan tinggi alat

a. Uji keseragaman data tinggi duduk tegak,

Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan 30 sampel karena

n = 5, n merupakan ukuran sampel sehingga subgroup dibuat 6 data dianggap

telah normal.

Tabel 4.3 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TDT

Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5

x

1 84 85 83 86 89 85,42 88 82 87 87 84 85,63 90 81 86 87 86 86,04 89 87 82 88 85 86,25 87 86 87 85 89 86,86 87 88 85 87 86 86,6

x 86,1

Contoh perhitungan rata-rata,

NXi

X ∑=

Page 90: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

cmX 4,855

89868385841 =

++++=

cmX 4,855

84878782882 =

++++=

Perhitungan rata-rata sub group,

NX

X ∑= = 1,866

6,868,862,86866,854,85=

+++++ cm

Contoh perhitungan standar deviasi,

( )1

2

−= ∑

NXXi

σ

15)4,8589()4,8586()4,8583()4,8585()4,8584( 22222

1 −−+−+−+−+−

= 2,302 cm

15)85,684()85,687()85,687()85,682()85,688( 22222

2 −−+−+−+−+−

= 2,51 cm

Perhitungan standar deviasi sub group,

n

ix ∑=

σσ = 24,2

6442,13

614,148,177,224,351,2302,2

==+++++ cm

Hasil perhitungan didapatkan rata-rata tinggi duduk tegak 86,1 cm dan standar

deviasinya 2,24 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan

persamaan 2.3 dan persamaan 2.4, sebagai berikut:

BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−

= 86,1+ (2*2,24) = 86,1- (2*2,24)

= 86,1+ (4,48) = 86,1 – (4,48)

= 90,58 cm = 81,62 cm

Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas tinggi duduk tegak 90,58 cm

dan batas kendali bawahnya 81,62 cm. Grafik kendali tinggi duduk tegak

disajikan pada gambar 4.5 di bawah ini.

Page 91: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

TDT

81

83

85

87

89

91

1 2 3 4 5 6

Sub groupD

ata

anth

ropo

met

ri

BA

TDT

BT

BW

Gambar 4.5 Grafik kendali TDT

Pada gambar 4.5 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-

batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.

b. Uji kecukupan data tinggi duduk tegak,

Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan

95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.

Perhitungan uji kecukupan data tinggi duduk tegak menggunakan persamaan

2.5, sebagai berikut:

012.12583

)2583()222537(3005,0/2'

22

=

−=N

Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 1,012 Karena data teoritis

lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang

dikumpulkan telah mencukupi.

c. Perhitungan persentil,

Persentil–5 = XX σ.645,1− Persentil-95 = XX σ.645,1+

= 86,1 – (1,645*2,24) = 86,1 +(1,645*2,24)

= 82,41 cm = 89,78 cm

2. Jarak tangan depan (JTD)

Diukur jarak horizontal dari punggung sampai ujung jari tengah. Subjek

duduk tegak tangan direntangkan horizontal ke depan.

a. Uji keseragaman data jarak tangan depan,

Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan persamaan 2.13 dan

persamaan 2.14.

Page 92: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 4.4 Persiapan perhitungan uji keseragaman data JTD

Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5

x

1 69 68 63 66 67 66,62 72 68 68 65 67 68,03 65 66 69 66 69 67,04 67 66 68 68 70 67,85 69 70 66 65 64 66,86 64 69 67 67 71 67,6

x 67,3

Contoh perhitungan rata-rata,

NXi

X ∑=

cmX 6,665

67666368691 =

++++=

cmX 685

67656868722 =

++++=

Perhitungan rata-rata sub group,

NX

X ∑= = 3,676

6,678,668,6767686,66=

+++++ cm

Contoh perhitungan standar deviasi,

( )1

2

−= ∑

NXXi

σ

15)6,6667()6,6666()6,6663()6,6668()6,6669( 22222

1 −−+−+−+−+−

= 2.302 cm

15)6867()6865()6868(6868()6872( 22222

2 −−+−+−+−+−

= 2.55 cm

Perhitungan standar deviasi sub group,

n

ix ∑=

σσ = 23,2

6402,13

6607,258,248,187,155,2302,2

==+++++ cm

Page 93: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Hasil perhitungan didapatkan rata-rata jarak tangan depan 67,3 cm dan standar

deviasinya 2,23 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan

persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:

BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−

= 67,3 + (2*2,23) = 67,3- (2*5,47)

= 67,3+ (4,46) = 67,3– (4,46)

= 71,76 cm = 62,84 cm

Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas jarak tangan depan 71,76 cm

dan batas kendali bawahnya 62,84 cm. Grafik kendali tinggi duduk tegak

disajikan pada gambar 4.6 di bawah ini.

JTD

60626466687072

1 2 3 4 5 6

Sub group

Dat

a an

thro

pom

etri JTD

BA

BT

BW

Gambar 4.6 Grafik kendali JTD

Pada gambar 4.6 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-

batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.

b. Uji kecukupan data jarak tangan depan,

Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan

95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.

Perhitungan uji kecukupan data jangkauan tangan depan menggunakan

persamaan 2.17, sebagai berikut:

=

−=

22

2019)2019()136011(3005,0/2

'N 1,56

Page 94: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 1,56. Karena data teoritis

lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang

dikumpulkan telah mencukupi.

c. Perhitungan persentil,

Persentil–5 = XX σ.645,1−

= 67,3 – (1,645*2,23)

= 70,96 cm

3. Tinggi siku kerja (TSK)

Diukur jarak vertikal dari lutut duduk sampai genggaman tangan. Subjek

dalam keadaan kerja, tangan menggenggam dan membentuk sudut siku-siku.

a. Uji keseragaman data tinggi siku kerja,

Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan persamaan 2.13 dan

persamaan 2.14.

Tabel 4.5 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TSK

Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5

x

1 9 12 10 11 13 11,02 11 10 13 10 12 11,23 10 13 11 12 11 11,44 12 13 10 11 12 11,65 13 10 12 13 11 11,86 12 11 13 12 9 11,4

x 11,4

Contoh perhitungan rata-rata,

NXi

X ∑=

115

1311101291 =

++++=X cm

2,115

12101310112 =

++++=X cm

Perhitungan rata-rata sub group,

NX

X ∑=

Page 95: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

4,116

4,118,116,114,112,1111=

+++++= cm

Contoh perhitungan standar deviasi,

( )1

2

−= ∑

NXXi

σ

15)1113()1111()1110()1112()119( 22222

1 −−+−+−+−+−

= 1,58 cm

15)2,1112()2,1110()2,1113()2,1110()2,1111( 22222

2 −−+−+−+−+−

= 1,30 cm

Perhitungan standar deviasi sub group,

ni

x ∑=σ

σ = 33,1698,7

651,130,114,114,130,158,1

==+++++ cm

Hasil perhitungan didapatkan rata-rata tinggi siku kerja 11,4 cm dan standar

deviasinya 1,33 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan

persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:

BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−

= 11,4 +(2*1,33) = 11,4 – (2*1,33)

= 14,06 cm = 8,74 cm

Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas tinggi siku kerja 14,06 cm dan

batas kendali bawahnya 8,74 cm. Grafik kendali tinggi siku kerja disajikan

pada gambar 4.7 di bawah ini.

TSK

89

1011121314

1 2 3 4 5 6

Sub group

Dat

a an

thro

pom

etri

TSK

BA

BT

BW

Gambar 4.7 Grafik kendali TSK

Page 96: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Pada gambar 4.7 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-

batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.

b. Uji kecukupan data tinggi siku kerja,

Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan

95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.

Perhitungan uji kecukupan data tinggi siku kerja menggunakan persamaan

2.17, sebagai berikut:

=

−=

22

342)342()3944(3005,0/2

'N 18,54

Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 18,54. Karena data teoritis

lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang

dikumpulkan telah mencukupi.

c. Perhitungan persentil,

Presentil–5 = XX σ.645,1− Presentil-95 = XX σ.645,1+

= 11,4–(1,645*1,33) = 11,4 + (1,645*1,33)

= 9,21 cm = 13,58 cm

4. Tinggi Siku Duduk (TSD)

Diukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai ujung bawah situ.

Subyek duduk tegak dengan lengan atas vertikal disisi badan dan membentuk

sudut situ-siku dengan lengan bawah.

a. Uji keseragaman data tinggi siku duduk,

Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan persamaan 2.13 dan

persamaan 2.14.

Tabel 4.6 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TSD

Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5

x

1 22 21 19 18 20 20,02 20 19 21 19 20 19,83 18 19 20 22 21 20,04 21 20 19 20 21 20,25 19 20 22 19 22 20,46 21 19 20 22 19 20,2

x 20,1

Page 97: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Contoh perhitungan rata-rata,

NXi

X ∑=

205

20181921221 =

++++=X cm

8,195

20192119202 =

++++=X cm

Perhitungan rata-rata sub group,

NX

X ∑=

1,206

2,204,202,20208,1920=

+++++= cm

Contoh perhitungan standar deviasi,

( )1

2

−= ∑

NXXi

σ

15)2020()2018()2019()2021()2022( 22222

1 −−+−+−+−+−

= 1,58 cm

15)8,1920()8,1919()8,1921()8,1919()8,1920( 22222

2 −−+−+−+−+−

= 0,83 cm

Perhitungan standar deviasi sub group,

n

ix ∑=

σσ = 275,1

665,7

630,151,183,058,183,058,1

==+++++ cm

Hasil perhitungan didapatkan rata-rata tinggi siku duduk 20,1 cm dan standar

deviasinya 1,275 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan

persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:

BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−

= 20,1 +(2*1,275) = 20,1 - (2*1,275)

= 22,65 cm = 17,55 cm

Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas tinggi siku duduk 26,34 cm

dan batas kendali bawahnya 13,86 cm. Grafik kendali tinggi duduk tegak

disajikan pada gambar 4.8 di bawah ini.

Page 98: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

TSD

17

18

1920

21

22

23

1 2 3 4 5 6

Sub groupD

ata

anth

ropo

met

ri

TSD

BA

BT

BW

Gambar 4.8 Grafik kendali TSD

Pada gambar 4.8 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-

batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.

b. Uji kecukupan data tinggi siku duduk,

Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan

95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.

Perhitungan uji kecukupan data tinggi siku duduk menggunakan persamaan

2.17, sebagai berikut:

=

−=

22

603)603()12163(3005,0/2

'N 5,63

Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 5,63. Karena data teoritis

lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang

dikumpulkan telah mencukupi.

c. Perhitungan persentil,

Persentil-95 = XX σ.645,1+

= 20,1 + (1,645*1,275)

= 22,2 cm

Page 99: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

5. Tinggi popliteal (TP)

Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal dari bagian terluar pantat

sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah

membentuk sudut siku-siku.

a. Uji keseragaman data tinggi popliteal,

Perhitungan rata-rata dan standar deviasi menggunakan persamaan 2.13 dan

persamaan 2.14.

Tabel 4.7 Persiapan perhitungan uji keseragaman data TP

Urutan data dalam cmSubgroup 1 2 3 4 5 x

1 38 44 41 42 39 40,82 41 42 37 38 40 39,63 37 38 42 40 39 39,24 40 40 39 41 42 40,45 43 42 42 39 41 41,46 39 39 38 38 43 39,4

x 40,1

Contoh perhitungan rata-rata,

NXi

X ∑=

8,405

39424144381 =

++++=X cm

6.395

40383742412 =

++++=X cm

Perhitungan rata-rata sub group,

NX

X ∑=

1,406

4,394,414,402,396,398,40=

+++++= cm

Contoh perhitungan standar deviasi,

( )1

2

−= ∑

NXXi

σ

15)8,4039()8,4042()8,4041()8,4044()8,4038( 22222

1 −−+−+−+−+−

= 2,38 cm

Page 100: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

15)6.3940()6.3938()6.3937()6.3942()6.3941( 22222

2 −−+−+−+−+−

= 2,07 cm

Perhitungan standar deviasi sub group,

n

ix ∑=

σσ = 85,1

611,11

607,251,114,192,107,238,2

==+++++ cm

Hasil perhitungan didapatkan rata-rata tinggi popliteal 40,1 cm dan standar

deviasinya 1,85 cm. Perhitungan batas kendali atas dan bawah menggunakan

persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:

BKA = XKX σ.+ BKB = XKX σ.−

= 40,1+(2*1,85) = 40,1- (2*1,85)

= 43,8 cm = 36,4 cm

Hasil perhitungan didapatkan batas kendali atas tinggi popliteal 43,8 cm dan

batas kendali bawahnya 36,4 cm. Grafik kendali tinggi popliteal disajikan

pada gambar 4.9 di bawah ini.

TP

35

37

39

41

43

45

1 2 3 4 5 6

Sub group

Dat

a an

thro

pom

etri

TP

BA

BT

BW

Gambar 4.9 Grafik kendali TP

Pada gambar 4.9 di atas dapat dilihat bahwa data sudah berada pada batas-

batas pengendalian sehingga tidak perlu membuat peta kendali revisi.

b. Uji kecukupan data tinggi popliteal,

Pada uji kecukupan data anthropometri ini digunakan tingkat kepercayaan

95% dan derajat ketelitian 5% sehingga nilai k = 2 dan nilai s = 0,05.

Perhitungan uji kecukupan data rentangan tangan menggunakan persamaan

2.17, sebagai berikut:

Page 101: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

=

−=

22

1204)1204()48426(3005,0/2

'N 3,49

Hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 3,49. Karena data teoritis

lebih kecil daripada jumlah pengamatan sebenarnya N maka data yang

dikumpulkan telah mencukupi.

c. Perhitungan persentil,

Persentil-95 = XX σ.645,1+

= 40,1 + (1,645*1,85)

= 43,14 cm

Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil uji keseragaman data

No Deskripsi Data X Xσ BKA BKB Kesimpulan

1 Tinggi duduk tegak 86,1 2,24 90,58 81,62 Data seragam

2 Jarak tangan depan 67,3 2,23 71,76 62,84 Data seragam

3 Tinggi Siku Kerja 11,4 1,33 14,06 8,74 Data seragam

4 Tinggi siku duduk 20,1 1,275 22,65 17,55 Data seragam

5 Tinggi popliteal 40,1 1,85 43,8 36,4 Data seragam

Sumber: Pengolahan data, 2009

Tabel 4.9 Rekapitulasi hasil uji kecukupan dataNo Deskripsi Data Kesimpulan

1 Tinggi duduk tegak 1,012 Data cukup

2 Jarak tangan depan 1,56 Data cukup

3 Tinggi Siku Kerja 18,54 Data cukup

4 Tinggi siku duduk 5,63 Data cukup

5 Tinggi popliteal 3,49 Data cukup

Sumber: Pengolahan data, 2009

Page 102: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 4.10 Rekapitulasi hasil perhitungan persentilNo Deskripsi Data P-5 P-95

1 Tinggi duduk tegak 82,41 89,78

2 Jarak tangan depan 63,63 70,96

3 Tinggi Siku Kerja 9,21 13,58

4 Tinggi siku duduk 18 22,2

5 Tinggi popliteal 37,05 43,14 Sumber: Pengolahan data, 2009

Dari tabel rekapitulasi data diatas, maka selanjutnya dapat ditentukan

dimensi alat pemotong bulu ayam dan fasilitas kerja lainnya. Penentuan dimensi

alat pemotong bulu ayam dan fasilitas kerja lainnya dapat dilihat pada tahap

pengolahan data.

4.2 PENGOLAHAN DATA

Setelah tahapan proses pengumpulan data selesai, maka tahap berikutnya

yaitu pengolahan data.

4.2.1 Dimensi Alat Dengan Operator Berdasarkan Data Anthropometri

Hasil dari uji keseragaman data, uji kecukupan data dan perhitungan nilai

presentil diatas, dapat ditentukan tinggi kursi dan meja yang digunakan operator

pada proses pemotongan bulu ayam. Mengevaluasi meja dan kursi yang

digunakan operator pada proses pemotongan bulu ayam lebih ergonomis,

sebaiknya dibuat dalam bentuk fisik meja dan kursi yang sesungguhnya.

Penentuan penggunaan meja dan kursi ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji

apakah meja dan kursi yang digunakan operator pada proses pemotongan bulu

ayam sesuai atau tidak.

1. Penentuan ukuran meja dengan menggunakan persentil

a. Tinggi meja,

Tinggi meja di dapat dari hasil penjumlahan data anthropometri tinggi

popliteal persentil ke-95 sebesar 36,4 cm, tinggi siku duduk persentil ke-95

sebesar 18, dan toleransi alas kaki sebesar 2 cm (Nurmianto E. 2004).

= tp persentil ke-95 + tsd persentil ke-95 + toleransi alas kaki

= 43,14 cm + 22,2 cm + 2 cm

= 67,34 cm 67 cm

Page 103: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

b. Lebar meja,

Untuk menentukan lebar meja diperlukan data dimensi jangkauan tangan ke

depan dengan persentil ke-5, yaitu sebesar 63,63 cm. Penentuan persentil ke-5

untuk jangkauan tangan ke depan bertujuan agar orang-orang yang memiliki

jangkauan tangan yang pendek dapat menggunakan rancangan ini tanpa harus

membungkuk untuk mencapai bagian ujung meja.

= jtd persentil ke-5

= 63,63 cm 63 cm

c. Panjang meja,

Dalam penentuan panjang meja diperlukan data dimensi dua kali jangkauan

tangan ke depan persentil ke-5, yaitu sebesar 63,63 cm.

= jtd persentil ke-5*2

= 63,63 cm*2

= 127,26 cm 127 cm

Penentuan persentil 5 untuk jangkauan tangan ke depan bertujuan agar orang-

orang yang memiliki jangkauan tangan pendek dapat menggunakan rancangan

ini.

Gambar 4.10 Penentuan ukuran meja dengan menggunakan persentil

2. Penentuan ukuran tinggi kursi dengan menggunakan persentil

Penentuan tinggi kursi memerlukan data dimensi tinggi popliteal persentil

ke-95 sebesar 43,14 cm ditambah toleransi alas kaki sebesar 2 cm (Nurmianto E,

2004). Pemilihan persentil ke-95 untuk tinggi popliteal bertujuan untuk

mengakomodasi orang-orang yang mempunyai tungkai bawah yang panjang.

Page 104: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Untuk orang-orang yang mempunyai tungkai bawah pendek dapat ditambahkan

penyangga pada kaki kursi.

= tp persentil ke-95 + toleransi alas kaki

= 43,14 cm + 2 cm

= 45,14 cm 45 cm

Gambar 4.11 Penentuan ukuran kursi dengan menggunakan persentil

89,78

22,2

70,96

13,58

43,14

Gambar 4.12 Penentuan operator bekerja dengan menggunakan persentil

Dengan menggunakan meja dan kursi yang telah di tentukan, operator

yang bekerja pada stasiun pembubutan lebih ergonomis. Sehingga pada

perancangan alat pemotong bulu ayam di sarankan menggunakan kursi dan meja

yang telah ditentukan agar sesuai dengan kondisi kerja alat tersebut

4.2.2 Bill of Material Rancangan Perbaikan Alat Pemotong Bulu Ayam

Bill of material merupakan komponen penyusunan produk hingga

menjadi satu benda kerja yang dapat digunakan dan bekerja dengan baik, bill of

material alat pemotong bulu ayam dengan sistem mekanisme penarik dapat

dilihat, sebagai berikut:

Page 105: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

1. Material penyusun produk (bill of material),

Perancangan alat pemotong bulu ayam terdapat 8 komponen. Komponen-

komponen tersebut dirangkai menjadi satu sehingga menjadi sebuah alat yang

dapat dioperasikan. Gambar bill of material rancangan perbaikan alat pemotong

bulu ayam dapat dilihat pada gambar 4.13 dibawah ini.

Gambar 4.13 Bill of material rancangan perbaikan alat pemotong bulu ayam

Gambar 4.13 bill of material di atas, dapat dijelaskan dari masing-masing

komponen penyusun produk beserta fungsinya, yaitu:

a. Alat pemotong bulu ayam, serangkaian gabungan dari beberapa komponen

penyusun yang berfungsi sebagai alat untuk pemotong bulu ayam untuk

memberikaan kenyamanan bagi operator pada stasiun pemotongan.

Gambar 4.14 Rancangan alat pemotong bulu ayam

Page 106: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

b. Tiang, berfungsi sebagai penyangga berdirinya alat potong bulu ayam.

Kerangka dipilih dari besi plat karena mudah didapat dan harganya tidak

mahal.

Gambar 4.15 Komponen 1 rancangan rangka alat pemotong bulu ayam

c. Dasar, berfungsi sebagai berdirinya kerangka alat pemotong bulu ayam. Dasar

terbuat dari besi, tiap sudut dasar terdapat pengait ke meja yang bertujuan agar

dalam penempatan alat potong tidak bergerak. Penyambungan dasar dengan

pengait dilakukan dengan cara di las.

Gambar 4.16 Komponen 2 rancangan dasar alat pemotong bulu ayam

Page 107: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

d. Tuas, berfungsi sebagai penggerak pisau potong yang dihubungkan dengan

batang penghubung. Tuas terbuat dari besi silinder, terdapat 3 lubang pada

tuas yang berfungsi untuk mengaitkan tuas dengan tiang dan batang

penghubung.

Gambar 4.17 komponen 3 rancangan tuas alat pemotong bulu ayam

e. Batang penghubung, berfungsi sebagai penghubung antara tuas dengan rumah

pisau. Batang penghubung terbuat dari besi silinder, di ujung bawah batang

penghubung terdapat baut pengatur yang berfungsi untuk membuka dan

mengencangkan rumah pisau.

Gambar 4.18 Komponen 4 rancangan batang penghubung alat pemotong bulu ayam

Page 108: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

f. Per tekan, berfungsi untuk menekan pisau pemotong kemudian

mengembalikan lagi tuas kembali ke atas pada posisi semula. Per tekan dipilih

dari baja elastis agar tekanan per kuat dan tidak mudah lembek.

Gambar 4.19 Komponen 5 rancangan per tekan alat pemotong bulu ayam

g. Kawat penghubung, berfungsi sebagai penghubung antara tuas dengan pedal

kaki.

Gambar 4.20 Komponen 6 rancangan kawat penghubung alat pemotong bulu ayam

Page 109: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

h. Dies bawah, berfungsi untuk menempatkan bulu ayam yang siap untuk

dipotong.

Gambar 4.21 Komponen 7 rancangan dies bawah alat pemotong bulu ayam

i. Rumah pisau, berfungsi sebagai tempat untuk menempatkan pisau potong.

Rumah pisau terbuat dari besi silinder dan pisau potong memiliki 3 sisi mata

pisau berfungsi untuk memotong bulu bagian atas, bagian bawah kanan dan

bagian bawah kiri.

Gambar 4.22 Komponen 8 rancangan rumah pisau alat pemotong bulu ayam

2. Perakitan komponen alat pemotong bulu ayam

Perakitan komponen alat pemotong bulu ayam dilakukan di bengkel

rekayasa kualitas. Setelah semua komponen alat pemotong bulu ayam telah siap,

kemudian dirakit sesuai dengan rencana awal perancangan (lihat gambar 4.23).

Page 110: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Gambar 4.23 Perakitan komponen alat pemotong bulu ayam

Perakitan dimulai dari merakit komponen 1 (tiang), komponen 2 (dasar)

dan komponen 7 (dies bawah). Kemudian komponen 4 (batang penghubung)

dimasukkan pada lubang yang terdapat pada komponen 1 (tiang). Setelah batang

penghubung tersambung dengan komponen tiang, kemudian komponen per tekan

dimasukkan ke dalam komponen batang penghubung dan komponen 8 (rumah

pisau) yang memiliki 3 sisi mata pisau dipasang pada ujung bawah komponen

batang penghubung. Setelah semua komponen telah terpasang, kemudian

sambung komponen 3 (tuas) dengan komponen tiang dan komponen batang

penghubung. Setelah komponen tuas terpasang, langkah terakhir yang dilakukan

adalah pasangkan komponen 6 (kawat) dengan komponen tuas dan dihubungkan

ke pedal kaki.

3. Pengoperasian alat pemotong bulu ayam

Urutan proses pengoperasian alat pemotong bulu ayam melalui beberapa

langkah, yaitu:

1. Ambil bulu ayam yang akan dipotong.

2. Letakkan bulu ayam ke dies bawah.

3. Mengatur posisi bulu ayam.

4. Injak pedal kaki untuk memotong bulu ayam.

Page 111: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

5. Bulu ayam yang telah terpotong diletakkan dibagian bulu yang telah

terpotong.

4.2.3 Menentukan Kekuatan Material

Untuk mengetahui bahan yang digunakan cukup kuat untuk menahan

beban maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan perhitungan tegangan

yang diterima pada kaki meja menggunakan analisis vektor (Sriwarno A.B.,

1998). Gambar vektor pada kaki meja disajikan pada gambar 4.24.

Gambar 4.24 Beban dan jarak rangka alat pemotong bulu ayam

Gambar 4. 25 Analisis gaya dengan metode vektor

Data pada gambar 4.25 di atas digunakan untuk mencari tegangan geser

pada rangka mesin dan tegangan geser pada profil, sehingga dapat dihitung

kemudian dibandingkan antara besar tegangan geser pada rangka mesin dan besar

tegangan geser pada profil sehingga diperoleh hasil perhitungan rangka mesin

yang dibuat, sebagai berikut:

Page 112: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

1. Langkah 1, mencari Ra dan Rb,

Diketahui beban yang diterima oleh Ra dan Rb adalah beban merata sehingga

beban Ra dan beban Rb sama, kemudian dapat dihitung besar beban Ra dan

beban Rb menggunakan persamaan 2.20, sebagai berikut:

a. Mencari beban Rb,

Rb =21 x q x L

Rb =21 x 3 kgf/m x 0,423 m

Rb = 1,5 kgf/m x 0,423 m

Rb = 0,6345 kgf

b. Mencari beban Rc,

Rc =21 x q x L

Rc =21 x 3 kgf/m x 0,423 m

Rc = 1,5 kgf/m x 0,423 m

Rc = 0,6345 kgf

Sehingga dapat diperoleh besar beban Rb dan beban Rc yaitu 0,6345 kgf.

2. Langkah 2 menghitung momen pada tiap titik.

Momen yang diberikan pada tiap titik terdiri dari momen C (MC) dan momen

D (MD), sehingga dapat dihitung menggunakan persamaan 2.21 di bawah ini.

a. Mencari momen D

∑ = 0MD

Ra x AD – q x AD x21 x AD = 0

Ra x 0,846 – 3 x 0,846 x21 x 0,846 = 0

Ra x 0,846 – 2,538 x 0,423 = 0

Ra x 0,846 = 1,07

Ra =846,007,1

Page 113: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Ra = 1,26 kgf/m

b. Mencari momen C

∑ = 0MC

Ra x BC – q x BC x21 x BC

Ra x 0,423 – 3 x 0,423x21 x 0,423 = 0

Ra x 0,423 – 1,269 x 0,2115 = 0

Ra x 0,423 = 0,2684

Ra =423,0

2684,0

Ra = 0,634 kgf/m

Sehingga diperoleh besar momen D (MD) = 1,26 kgf/m, momen C (MC) =

0,634 kgf/m. Kemudian dari 2 momen tersebut diambil momen yang terbesar

yaitu momen D (MD) = 1,26 kgf/m

3. Langkah ke 3 mencari besarnya momen inersia pada kaki meja menggunakan

persamaan 2.23 di bawah ini.

I1 = I0 + A1 x d12

I1 =121 x 50 x 50 x 790 x 502

I1 = 411.458.333,33 mm

Sehingga dapat diperoleh besar momen inersia balok = 411.458.333,33 mm.

Kemudian dapat dihitung besar tegangan geser yang diijinkan pada rangka

mesin menggunakan persamaaan 2.24 di bawah ini.

τ =Ix

MY

τ =33,333.458.411

67526,1 x

τ = 2,06704.10-6 kg/mm2.

Perhitungan tegangan geser yang diijinkan pada batang kaki meja diperoleh

hasil 2,06704.10-6 kg/mm2, sehingga dapat dihitung tegangan ijin profil balok

kayu jati dengan tegangan geser yang diijinkan sebesar 0.825 kg/mm2, seperti

di bawah ini.

Page 114: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tegangan ijin profil =FS

tarikxτ5,0

Tegangan ijin profil =2

825.05,0 x

Tegangan ijin profil = 0,20625 kg/mm2.

Diperoleh kesimpulan bahwa tegangan geser pada batang kaki meja yang

dibuat sebesar 2,06704.10-6 kg/mm2 dan tegangan geser yang diijinkan pada profil

kayu yang digunakan sebesar 0,20625 kg/mm2, besarnya tegangan geser pada kaki

meja yang dibuat lebih kecil dari pada tegangan geser yang diijinkan pada profil

kayu yaitu (2,06704.10-6 kg/mm2 < 0,20625 kg/mm2, maka meja cukup kuat untuk

menahan beban).

4.2.4 Peta Tangan Kanan dan Tangan Kiri

Data-data yang digunakan dalam perancangan alat pemotong bulu ayam

shuttle cock adalah aktivitas proses produksi di industri usaha kecil shuttle cock

T3 milik Bapak Sarno pada operator di stasiun pemotongan dapat dijelaskan

dengan peta tangan kiri dan tangan kanan. Peta tangan kiri dan tangan kanan atau

lebih dikenal sebagai peta operator (Operator Process Chart) merupakan suatu

peta yang menggambarkan semua gerakan-gerakan dan waktu menganggur saat

bekerja, dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan.

Selain itu, peta ini dapat menunjukkan perbandingan antara tugas yang

dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan ketika melakukan suatu pekerjaan.

Tujuan dari peta tangan kiri dan tangan kanan adalah mengurangi gerakan yang

tidak perlu dilakukan dan mengatur gerakan pada proses bekerja sehingga

diperoleh urutan gerakan yang baik. Proses pemotongan pada stasiun kerja

pemotongan menggunakan alat rancangan, dapat dijelaskan dengan menggunakan

peta tangan kiri dan tangan kanan, seperti pada tabel 4.11 di bawah ini.

Page 115: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 4.11 Peta tangan kanan dan tangan kiri

Sumber: Pengolahan data, 2009

Dijelaskan pada tabel 4.11 di atas merupakan data perancangan peta kerja

tangan kiri dan kanan pada proses pemotongan bulu ayam, pengukuran waktu

kerja operator diukur berdasarkan waktu proses gerakan tangan pada saat bekerja

sedangkan waktu setup atau setting alat tidak di ukur. Waktu proses yang

dihasilkan gerakan tangan pada saat bekerja menggunakan alat pemotong

membutuhkan waktu 6 detik per satu kali proses kerja, dengan jumlah produk 1

Page 116: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

helai bulu ayam. Efisiensi perubahan waktu alat pemotong bulu ayam shuttle cock

awal dan alat pemotong bulu ayam shuttle cock rancangan, sebagai berikut:

%100*B

AB −=η

= %100*10

610−

= 40 %

Data-data yang telah diperoleh dijadikan data pengamatan yang dibuat

peta kerja usulan dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki waktu proses

serta gerakan tangan pada proses pemotongan bulu ayam.

4.2.5 Kualitas Hasil Pemotongan Bulu Ayam Pada Alat Pemotong BuluAyam Awal

Uji kualitas hasil pemotongan dilakukan untuk mengetahui apakah proses

yang dilakukan ditempat penelitian sudah memenuhi target yang diharapkan.

Hasil yang di ukur untuk mengetahui kualitas hasil pemotongan pada alat

pemotong bulu ayam, yaitu:

1. Panjang Bulu Ayam.

Hasil proses pemotongan bulu ayam shuttle cock yang di ukur adalah

panjang bulu shuttle cock seperti ditunjukkan pada gambar 4.26 di bawah ini.

Gambar 4.26 Panjang bulu yang di inspeksi

Page 117: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

a. Data panjang buluData panjang bulu diperoleh dari hasil pemotongan alat pemotong bulu

ayam di perusahaan. Sampel yang diambil masing-masing berjumlah 50 dengan

ukuran sampel 4. Data panjang bulu shutte cock dapat dilihat pada tabel 4.12

dibawah ini.

Tabel. 4.12 Panjang bulu ayam shuttle cock dengan alat awal

Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4

1 6,26 6,32 6,38 6,342 6,99 6,68 6,52 6,973 6,57 6,31 6,58 6,844 6,36 6,32 6,76 6,465 6,47 6,83 6,77 6,336 6,58 6,43 7,05 6,357 6,38 6,32 6,82 6,788 6,84 6,78 6,8 6,639 6,48 6,68 6,72 6,53

10 6,43 7,06 6,41 6,5311 7,08 7,02 6,94 6,0112 6,61 6,75 7,09 6,6913 6,93 6,62 7,09 6,4214 6,71 6,62 6,5 7,115 6,99 6,61 6,62 6,6916 7,03 7,04 6,55 6,9117 6,96 6,75 6,85 6,6118 6,99 7,21 7,02 7,0119 6,21 6,49 6,34 6,3320 6,37 6,95 6,46 6,6321 6,45 6,66 6,97 6,4222 6,46 6,65 6,71 6,823 6,81 6,72 6,38 6,8324 6,37 6,54 6,88 725 6,6 6,89 6,72 6,5526 6,99 7,14 7,07 7,0527 6,78 6,77 6,43 6,4728 6,4 6,99 6,52 6,8629 6,53 7,05 6,74 7,0430 7,04 6,34 6,37 6,9331 6,75 6,72 6,83 6,432 6,83 6,76 6,6 6,8633 6,45 6,48 7,02 6,6634 6,62 6,99 6,52 7,135 6,66 7 6,42 6,6936 7,08 7,05 7 7,0637 6,84 7,04 6,43 6,45

Page 118: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.12

Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4

38 6,81 6,72 6,79 6,8939 7,2 7,09 7,06 6,1440 6,45 6,68 6,63 6,8241 6,76 6,67 6,7 6,9342 6,76 6,84 6,85 7,0643 6,67 6,76 6,74 6,3844 6,79 6,64 6,55 6,6745 6,45 7 6,47 6,8346 6,51 6,38 6,45 6,8547 6,48 6,98 6,49 6,5348 6,51 6,61 6,63 7,0349 6,33 6,66 7,02 7,0550 6,31 7,02 7,06 6,4549 6,33 6,66 7,02 7,0550 6,31 7,02 7,06 6,45

Hasil dari data yang terkumpul selanjutnya dibuat diagram x dan R untuk

mengetahui batas pengendalian panjang bulu shuttle cock dan juga dilakukan uji

kualitas kemampuan prosesnya.

b. Pembuatan diagram x dan R untuk panjang bulu shuttle cock

Pembuatan diagram x dan R untuk panjang bulu ayam shuttle cock dibuat

dengan langkah-langkah, yaitu:

1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel panjang bulu,

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan

menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata

dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:

nx

xn

i ii

∑ == 1

33,64

34,638,632,626,61 =

+++=x cm

minmax xxRi −=

12,026,638,61 =−=R cm

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada

tabel 4.13 dibawah ini.

Page 119: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 4.13 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel jarak panjang bulu shuttle cock

Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4

ix Ri

1 6,26 6,32 6,38 6,34 6,33 0,122 6,99 6,68 6,52 6,97 6,79 0,473 6,57 6,31 6,58 6,84 6,57 0,534 6,36 6,32 6,76 6,46 6,48 0,445 6,47 6,83 6,77 6,33 6,6 0,56 6,58 6,43 7,05 6,35 6,6 0,697 6,38 6,32 6,82 6,78 6,57 0,518 6,84 6,78 6,8 6,63 6,76 0,219 6,48 6,68 6,72 6,53 6,6 0,23

10 6,43 7,06 6,41 6,53 6,61 0,6511 7,08 7,02 6,94 6,01 6,76 1,0712 6,61 6,75 7,09 6,69 6,78 0,4813 6,93 6,62 7,09 6,42 6,77 0,6714 6,71 6,62 6,5 7,1 6,73 0,615 6,99 6,61 6,62 6,69 6,73 0,3816 7,03 7,04 6,55 6,91 6,88 0,4917 6,96 6,75 6,85 6,61 6,79 0,3518 6,99 7,21 7,02 7,01 7,06 0,2219 6,21 6,49 6,34 6,33 6,34 0,2820 6,37 6,95 6,46 6,63 6,6 0,5821 6,45 6,66 6,97 6,42 6,62 0,5622 6,46 6,65 6,71 6,8 6,66 0,3423 6,81 6,72 6,38 6,83 6,69 0,4524 6,37 6,54 6,88 7 6,7 0,6325 6,6 6,89 6,72 6,55 6,69 0,3426 6,99 7,14 7,07 7,05 7,06 0,1527 6,78 6,77 6,43 6,47 6,61 0,3528 6,4 6,99 6,52 6,86 6,7 0,5929 6,53 7,05 6,74 7,04 6,84 0,5330 7,04 6,34 6,37 6,93 6,67 0,731 6,75 6,72 6,83 6,4 6,67 0,4332 6,83 6,76 6,6 6,86 6,76 0,2733 6,45 6,48 7,02 6,66 6,65 0,5734 6,62 6,99 6,52 7,1 6,8 0,5835 6,66 7 6,42 6,69 6,7 0,5836 7,08 7,05 7 7,06 7,05 0,0837 6,84 7,04 6,43 6,45 6,69 0,6138 6,81 6,72 6,79 6,89 6,8 0,1739 7,2 7,09 7,06 6,14 6,87 1,0640 6,45 6,68 6,63 6,82 6,64 0,3741 6,76 6,67 6,7 6,93 6,77 0,2642 6,76 6,84 6,85 7,06 6,88 0,343 6,67 6,76 6,74 6,38 6,64 0,3844 6,79 6,64 6,55 6,67 6,66 0,2445 6,45 7 6,47 6,83 6,69 0,55

Page 120: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.13Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4

ix Ri

46 6,51 6,38 6,45 6,85 6,55 0,4747 6,48 6,98 6,49 6,53 6,62 0,548 6,51 6,61 6,63 7,03 6,69 0,5249 6,33 6,66 7,02 7,05 6,77 0,7250 6,31 7,02 7,06 6,45 6,71 0,75

x 6,7 R 0,47

2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R panjang bulu,

Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,

sebagai berikut:

gx

xg

i i∑ == 1

x =50

20,335 = 6,70 cm

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 6,70.

Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,

sebagai berikut:

gR

Rg

i i∑ == 1

R =50

47,23= 0,47 cm

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 0,47cm.

3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R panjang bulu,

Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan

persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:

UCL x = 6,70 + (0,729)(0,47) = 7,03 cm

LCL x = 6,70 - (0,729)(0,47) = 6,38 cm

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 7,03 cm dan

batas kendali bawah LCL x sebesar 6,38 cm. Perhitungan batas kendali atas

Page 121: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

dan bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan

2.12, sebagai berikut:

UCLR = (2,282)(0,47) = 1,03 cm

LCLR = (0)(0,47) = 0 cm

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 1,03 cm dan

batas kendali bawah LCLR sebesar 0 cm.

Tabel 4.14 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk panjangbulu

Nilai Diagram x Diagram R

UCL 7,03 1,03

CL 6,7 0,47

LCL 6,38 0

Pada tabel 4.14 di atas diketahui bahwa panjang bulu memiliki nilai UCL, CL,

dan LCL untuk diagram x yaitu 7,03 cm, 6,70 cm, dan 6,38 cm, sedangkan

untuk diagram R yaitu 1,03 cm, 0,47 cm, dan 0 cm. Selanjutnya hasil

perhitungan ini digunakan untuk membuat diagram x dan R.

4. Gambar diagram x dan R panjang bulu,

Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R

tampak seperti gambar 4.27 dan gambar 4.28 berikut ini.

6,20

6,30

6,40

6,50

6,60

6,70

6,80

6,90

7,00

7,10

7,20

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

X

UCL

LCL

CL

Gambar 4.27 Diagram x panjang bulu

Pada diagram x gambar 4.27 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang

keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar

menunjukkan bahwa data panjang bulu hasil pemotongan dengan menggunakan

Page 122: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

alat pemotong bulu ayam yang ada di perusahaan belum berada di antara batas

pengendali statistik.

0,00

0,20

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

R

UCL

LCL

CL

Gambar 4.28 Diagram R panjang bulu

Pada diagram R gambar 4.28 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang

keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar

menunjukkan bahwa data panjang bulu hasil pemotongan dengan menggunakan

alat pemotong bulu ayam yang ada di perusahaan belum berada di antara batas

pengendali statistik.

c. Kualitas kemampuan proses panjang bulu shuttle cock

Berdasarkan hasil penelitian di pengrajin shuttle cock merek T3, panjang

bulu shuttle cock memiliki spesifikasi 6,3 cm- 7,0 cm. Kualitas kemampuan

proses panjang bulu shuttle cock di pengrajin shuttle cock merek T3 diuraikan,

sebagai berikut:

1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index panjang

bulu shuttle cock,

Sebelum menghitung Cp dilakukan estimasi nilai standar deviasi panjang bulu

shuttle cock yang diproduksi menggunakan persamaan 2.14, sebagai berikut:

2dR

σ =059,247.0

= 0,23 cm

Page 123: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Perhitungan Cp panjang bulu shuttle cock menggunakan persamaan 2.13,

sebagai berikut:

Cp =)23,0(638,603,7 − = 0,471 cm

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp panjang bulu shuttle cock di pengrajin

shuttle cock merek T3 sebesar 0,471 cm.

2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)

panjang bulu shuttle cock,

Perhitungan KPA dan KPB panjang bulu shuttle cock menggunakan

persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:

KPA =σ

µ3

−BSA

KPA =)23,0(37,603,7 − = 0,4782 cm

KPB =σ

µ3

BSB−

KPB =)23,0(338,67,6 −

= 0,4637 cm

Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB panjang bulu shuttle cock di

pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,4782 cm dan 0,4637 cm.

3. Indeks kemampuan proses Cpk panjang bulu shuttle cock,

Perhitungan Cpk panjang bulu shuttle cock menggunakan persamaan 2.17,

sebagai berikut:

Cpk = min {KPA,KPB}= 0,4637 cm

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk panjang bulu shuttle cock di pengrajin

shuttle cock merek T3 sebesar 0,4637 cm.

Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan kualitas

kemampuan proses panjang bulu shuttle cock hasil pemotongan di pengrajin

shuttle cock merek T3 dijelaskan pada bab selanjutnya.

Page 124: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

2. Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan.

Hasil proses pemotongan bulu ayam shuttle cock yang di ukur adalah

sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan seperti ditunjukkan pada

gambar 4.29 di bawah ini.

Gambar 4.29 Sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

a. Data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

Data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan ini diperoleh dari

hasil pemotongan alat pemotong bulu ayam di perusahaan. Sampel yang diambil

masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran sampel 4. Data kemiringan bulu

bagian bawah kanan shutte cock dapat dilihat pada tabel 4.15 dibawah ini.

Tabel 4.15 Sudut kemiringan bulu ayam bawah kanan dengan alat awal

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampelx1 x2 x3 x4

1 47 51 49 522 42 44 43 443 49 47 46 474 44 49 45 515 44 50 45 496 45 47 46 527 52 52 44 468 51 46 46 439 51 50 44 44

10 53 52 51 5511 53 44 50 4912 50 48 51 4913 52 53 54 5214 43 45 43 4315 51 43 49 45

Page 125: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.15

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampelx1 x2 x3 x4

16 45 49 46 4317 47 48 48 5218 50 51 47 5319 45 42 50 5520 51 53 52 5521 46 49 48 4322 48 51 52 4323 47 44 47 4324 48 50 52 5025 52 53 54 5326 50 49 48 4527 51 43 46 4928 47 51 47 5029 47 44 49 4630 45 52 48 5131 48 51 45 5132 43 45 44 4233 46 46 46 4734 45 47 52 4435 45 47 49 4936 47 45 51 5037 45 52 45 5238 48 47 45 5239 48 50 53 5040 52 53 54 5241 46 51 49 5342 48 50 52 5143 50 48 53 4844 47 51 49 5245 52 43 47 4946 49 51 45 4447 53 52 44 5248 44 45 42 4349 51 47 46 4550 53 52 54 52

Hasil dari data yang terkumpul selanjutnya dibuat diagram x dan R untuk

mengetahui batas pengendalian sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

shuttle cock dan juga dilakukan uji kualitas kemampuan prosesnya.

b. Pembuatan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

Pembuatan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kanan shuttle cock dibuat dengan langkah-langkah, yaitu:

Page 126: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel sudut kemiringan bulu

ayam bagian bawah kanan,

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan

menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata

dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:

nx

xn

i ii

∑ == 1

75,494

524951471 =

+++=x o

minmax xxRi −=

547521 =−=R o

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada

tabel 4.16 dibawah ini.

Tabel 4.16 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4ix Ri

1 47 51 49 52 49,75 52 42 44 43 44 43,25 23 49 47 46 47 47,25 34 44 49 45 51 47,25 75 44 50 45 49 47 66 45 47 46 52 47,5 77 52 52 44 46 48,5 88 51 46 46 43 46,5 89 51 50 44 44 47,25 7

10 53 52 51 55 52,75 411 53 44 50 49 49 912 50 48 51 49 49,5 313 52 53 54 52 52,75 214 43 45 43 43 43,5 215 51 43 49 45 47 816 45 49 46 43 45,75 617 47 48 48 52 48,75 518 50 51 47 53 50,25 619 45 42 50 55 48 1320 51 53 52 55 52,75 4

Page 127: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.16Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4ix Ri

21 46 49 48 43 46,5 622 48 51 52 43 48,5 923 47 44 47 43 45,25 424 48 50 52 50 50 425 52 53 54 53 53 226 50 49 48 45 48 527 51 43 46 49 47,25 828 47 51 47 50 48,75 429 47 44 49 46 46,5 530 45 52 48 51 49 731 48 51 45 51 48,75 632 43 45 44 42 43,5 333 46 46 46 47 46,25 134 45 47 52 44 47 835 45 47 49 49 47,5 436 47 45 51 50 48,25 637 45 52 45 52 48,5 738 48 47 45 52 48 739 48 50 53 50 50,25 540 52 53 54 52 52,75 241 46 51 49 53 49,75 742 48 50 52 51 50,25 443 50 48 53 48 49,75 544 47 51 49 52 49,75 545 52 43 47 49 47,75 946 49 51 45 44 47,25 747 53 52 44 52 50,25 948 44 45 42 43 43,5 349 51 47 46 45 47,25 650 53 52 54 52 52,75 2

x 48,32 R 5,5

2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R sudut kemiringan bulu ayam

bagian bawah kanan,

Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,

sebagai berikut:

gx

xg

i i∑ == 1 =50

2416 = 48,32 o

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 48,32o.

Page 128: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,

sebagai berikut:

gR

Rg

i i∑ == 1 =50275 = 5,50 o

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 5,50 o.

3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R sudut kemiringan

bulu ayam bagian bawah kanan,

Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan

persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:

(UCL x ) = x + A2 R

UCL x = 48,32 + (0,729)( 5,50) = 52,33 o

(LCL x ) = x - A2 R

LCL x = 48,32- (0,729)( 5,50) = 44,31 o

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 52,33 o dan

batas kendali bawah LCL x sebesar 44,31 o. Perhitungan batas kendali atas dan

bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan 2.12,

sebagai berikut:

UCLR = D4 R

UCLR = (2,282)( 5,50) = 12,55 o

LCLR = D3 R

LCLR = (0)( 5,50) = 0 o

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 12,55 o dan batas

kendali bawah LCLR sebesar 0 o.

Tabel 4.17 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

Nilai Diagram x Diagram R

UCL 52,33 12,55

CL 48,32 5,50

LCL 44,31 0

Page 129: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Pada tabel 4.17 di atas diketahui bahwa sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kanan memiliki nilai UCL, CL, dan LCL untuk diagram x yaitu

52,33o, 48,32o, dan 44,31 o, sedangkan untuk diagram R yaitu 12,55 o, 5,50 o,

dan 0 o. Selanjutnya hasil perhitungan ini digunakan untuk membuat diagram

x dan R.

4. Gambar diagram x dan R sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan,

Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R

tampak seperti gambar 4.30 dan gambar 4.31 berikut ini.

40,00

42,00

44,00

46,00

48,00

50,00

52,00

54,00

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

X

UCL

LCL

CL

Gambar 4.30 Diagram x sudut kemiringan bulu ayam bagian bawahkanan

Pada diagram x gambar 4.30 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang

keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar

menunjukkan bahwa data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

hasil pemotong`an dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang ada

di perusahaan belum berada di antara batas pengendali statistik.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

R

UCL

LCL

CL

Gambar 4.31 Diagram R sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

Page 130: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Pada diagram R gambar 4.31 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang

keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar

menunjukkan bahwa data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

hasil pemotongan dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang ada di

perusahaan belum berada di antara batas pengendali statistik.

c. Kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock

Berdasarkan hasil penelitian di pengrajin shuttle cock merek T3, sudut

kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock memiliki spesifikasi 43-

53 derajat. Kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kanan di pengrajin shuttle cock merek T3 diuraikan, sebagai berikut:

1 Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index sudut

kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock,

Sebelum menghitung Cp dilakukan estimasi nilai standar deviasi sudut

kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock yang diproduksi

menggunakan persamaan 2.14, sebagai berikut:

2dR

σ =059,253,3 = 1,714 o

Perhitungan Cp sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock

menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:

Cp =)714,1(631,4433,52 − = 0,779 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp jarak sudut kemiringan bulu ayam

bagian bawah kanan di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,779.

2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)

sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock,,

Perhitungan KPA dan KPB sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan

shuttle cock menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai

berikut:

Page 131: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

KPA =)714,1(332,4833,52 − = 0,779 o

KPB =)714,1(331,4432,48 − = 0,779 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB sudut kemiringan bulu

ayam bagian bawah kanan di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,779

dan 0,779.

1. Indeks kemampuan proses Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah

kanan shuttle cock,

Perhitungan Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle

cock menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:

Cpk = min {KPA,KPB}= 0,779 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kanan di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,779 o.

Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan kualitas

kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock

hasil pemotongan di pengrajin shuttle cock merek T3 dijelaskan pada bab

selanjutnya.

3. Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri.

Hasil proses pemotongan bulu ayam shuttle cock yang di ukur adalah

sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri seperti ditunjukkan pada gambar

4.32 di bawah ini.

Gambar 4.32 Sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

Page 132: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

a. Data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

Data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri ini diperoleh dari

hasil pemotongan alat pemotong bulu ayam di perusahaan. Sampel yang diambil

masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran sampel 4. Data kemiringan bulu

bagian bawah kiri shutte cock dapat dilihat pada tabel 4.18 dibawah ini.

Tabel 4.18 Sudut kemiringan bulu ayam bawah kiri dengan alat awalHasil Pengukuran Sudut Kemiringan

(derajat)Sampelx1 x2 x3 x4

1 72 71 77 692 70 69 71 713 68 72 71 774 71 74 75 775 74 76 72 686 75 74 77 697 80 77 79 778 73 71 77 749 74 73 70 72

10 70 69 68 7311 71 71 71 7212 77 72 69 7513 73 71 71 6914 76 77 71 7115 78 79 76 7716 69 69 74 7417 75 68 71 7018 79 76 78 7819 73 75 76 7520 72 72 73 6921 68 68 66 6922 71 73 77 7723 79 77 76 7824 73 76 77 7425 76 70 76 7326 77 72 72 7727 69 73 71 7728 73 74 70 7529 70 68 71 7630 72 73 69 7431 72 72 70 7532 75 72 74 77

Page 133: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.18

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4

33 78 78 76 7834 66 68 67 7035 77 72 69 7836 75 73 75 7037 73 75 72 7138 70 71 76 7239 77 75 71 6940 74 71 77 7141 72 70 68 7642 77 70 74 6943 74 73 76 6844 77 68 73 7045 75 69 77 7146 69 70 77 6947 75 73 73 7448 69 73 75 6949 79 77 78 7750 70 74 74 69

Hasil dari data yang terkumpul selanjutnya dibuat diagram x dan R untuk

mengetahui batas pengendalian sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

shuttle cock dan juga dilakukan uji kualitas kemampuan prosesnya.

b. Pembuatan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

Pembuatan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kiri shuttle cock dibuat dengan langkah-langkah, yaitu:

1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel sudut kemiringan bulu

ayam bagian bawah kiri,

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan

menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata

dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:

nx

xn

i ii

∑ == 1

Page 134: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

25,724

697771721 =

+++=x o

minmax xxRi −=

869771 =−=R o

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada

tabel 4.19 dibawah ini.

Tabel 4.19 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4ix Ri

1 72 71 77 69 72,25 8,002 70 69 71 71 70,25 2,003 68 72 71 77 72,00 9,004 71 74 75 77 74,25 6,005 74 76 72 68 72,50 8,006 75 74 77 69 73,75 8,007 80 77 79 77 78,25 3,008 73 71 77 74 73,75 6,009 74 73 70 72 72,25 4,00

10 70 69 68 73 70,00 5,0011 71 71 71 72 71,25 1,0012 77 72 69 75 73,25 8,0013 73 71 71 69 71,00 4,0014 76 77 71 71 73,75 6,0015 78 79 76 77 77,50 3,0016 69 69 74 74 71,50 5,0017 75 68 71 70 71,00 7,0018 79 76 78 78 77,75 3,0019 73 75 76 75 74,75 3,0020 72 72 73 69 71,50 4,0021 68 68 66 69 67,75 3,0022 71 73 77 77 74,50 6,0023 79 77 76 78 77,50 3,0024 73 76 77 74 75,00 4,0025 76 70 76 73 73,75 6,0026 77 72 72 77 74,50 5,0027 69 73 71 77 72,50 8,00

Page 135: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.19

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4ix Ri

28 73 74 70 75 73,00 5,0029 70 68 71 76 71,25 8,0030 72 73 69 74 72,00 5,0031 72 72 70 75 72,25 5,0032 75 72 74 77 74,50 5,0033 78 78 76 78 77,50 2,0034 66 68 67 70 67,75 4,0035 77 72 69 78 74,00 9,0036 75 73 75 70 73,25 5,0037 73 75 72 71 72,75 4,0038 70 71 76 72 72,25 6,0039 77 75 71 69 73,00 8,0040 74 71 77 71 73,25 6,0041 72 70 68 76 71,50 8,0042 77 70 74 69 72,50 8,0043 74 73 76 68 72,75 8,0044 77 68 73 70 72,00 9,0045 75 69 77 71 73,00 8,0046 69 70 77 69 71,25 8,0047 75 73 73 74 73,75 2,0048 69 73 75 69 71,50 6,0049 79 77 78 77 77,75 2,0050 70 74 74 69 71,75 5,00

x 73,05R 5,48

2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R sudut kemiringan bulu ayam

bagian bawah kiri,

Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,

sebagai berikut:

gx

xg

i i∑ == 1

x =50

50,3652 = 73,05 o

Page 136: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 73,05o.

Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,

sebagai berikut:

gR

Rg

i i∑ == 1 R =50274 = 5,48 o

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 5,48 o.

3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R sudut kemiringan

bulu ayam bagian bawah kiri,

Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan

persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:

(UCL x ) = x + A2 R

UCL x = 73,05+ (0,729)( 5,48) = 77,04 o

(LCL x ) = x - A2 R

LCL x = 73,05- (0,729)( 5,48) = 69,06 o

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 77,04 o dan

batas kendali bawah LCL x sebesar 69,06 o. Perhitungan batas kendali atas dan

bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan 2.12,

sebagai berikut:

UCLR = D4 R

UCLR = (2,282)( 5,48) = 12,51 o

LCLR = D3 R

LCLR = (0)( 5,48) = 0 o

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 12,51 dan batas

kendali bawah LCLR sebesar 0.

Tabel 4.20 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

Nilai Diagram x Diagram RUCL 77,04 12,51CL 73,05 5,48

LCL 69,06 0

Page 137: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Pada tabel 4.20 di atas diketahui bahwa sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kiri memiliki nilai UCL, CL, dan LCL untuk diagram x yaitu 77,04 o,

73,05 o, dan 69,06 o, sedangkan untuk diagram R yaitu 12,51 o, 5,48 o, dan 0 o.

Selanjutnya hasil perhitungan ini digunakan untuk membuat diagram x dan R.

4. Gambar diagram x dan R sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri,

Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R

tampak seperti gambar 4.33 dan gambar 4.34 berikut ini.

66,00

68,00

70,00

72,00

74,00

76,00

78,00

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

X

UCL

LCL

CL

Gambar 4.33 Diagram x sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

Pada diagram x gambar 4.33 di atas dapat dilihat bahwa ada sampel yang

keluar dari batas-batas kendali (out of statistical control). Sampel yang keluar

menunjukkan bahwa data sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri hasil

pemotongan dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang ada di

perusahaan belum berada di antara batas pengendali statistik.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

R

UCL

LCL

CL

Gambar 4.34 Diagram R sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

Page 138: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Pada diagram R gambar 4.34 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada sampel

yang keluar dari batas-batas kendali.

c. Kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock

Berdasarkan hasil penelitian di pengrajin shuttle cock merek T3, sudut

kemiringan bulu ayam bagian bawah kanan shuttle cock memiliki spesifikasi 68-

78 derajat. Kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kiri di pengrajin shuttle cock merek T3 diuraikan, sebagai berikut:

1 Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index sudut

kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock,

Sebelum menghitung Cp dilakukan estimasi nilai standar deviasi sudut

kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock yang diproduksi

menggunakan persamaan 2.14, sebagai berikut:

2dR

σ =059,248,5 = 2,66 o

Perhitungan Cp sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock

menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:

Cp =)66,2(6

06,6904,77 − = 0,5 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp jarak sudut kemiringan bulu ayam

bagian bawah kiri di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,5 o.

2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)

sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock,,

Perhitungan KPA dan KPB sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

shuttle cock menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai

berikut:

KPA =)66,2(3

05,7304,77 − = 0,5 o

KPB =)66,2(3

06,6905,73 −= 0,5 o

Page 139: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB sudut kemiringan bulu

ayam bagian bawah kiri di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,5 o dan

0,5 o.

3. Indeks kemampuan proses Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri

shuttle cock,

Perhitungan Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock

menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:

Cpk = min {KPA,KPB}= 0,5 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kiri di pengrajin shuttle cock merek T3 sebesar 0,5 o.

Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan kualitas

kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian bawah kiri shuttle cock

hasil pemotongan di pengrajin shuttle cock merek T3 dijelaskan pada bab

selanjutnya.

4.2.6 Kualitas Hasil Pemotongan Bulu Ayam Pada Alat Pemotong BuluAyam Yang Dirancang

Uji kualitas hasil pemotongan bulu ayam dilakukan untuk mengetahui

apakah proses yang dilakukan ditempat penelitian sudah memenuhi spesifikasi

yang telah ditentukan pemesan. Spesifikasi yang digunakan pada uji kualitas

kemampuan proses ini adalah sesuai dengan spesifikasi PBSI dan IBF.

1. Kualitas panjang bulu ayam.

Data panjang bulu ayam dari hasil pemotongan dengan alat rancangan di

ukur kualitas kemampuan prosesnya, kemudian data hasil pemotongan dibuat

diagram x dan R untuk mengetahui batas-batas pengendalian panjang bulu ayam.

a. Pembuatan diagram x dan R panjang bulu ayam shuttle cock

Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas

pengendalian panjang bulu ayam shuttle cock dengan menggunakan alat

pemotong bulu ayam yang dirancang. Data diameter panjang bulu ini diperoleh

dari hasil pemotongan alat pemotong bulu ayam yang dirancang. Sampel yang

Page 140: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

diambil masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran sampel 4. Data panjang bulu

ayam shuttle cock dapat dilihat pada tabel 4.21 dibawah ini.

Tabel 4.21 Panjang bulu ayam dengan alat yang dirancang

Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4

1 6,51 6,53 6,54 6,782 6,57 6,61 6,93 6,533 6,55 6,67 6,43 6,594 6,87 6,54 6,50 6,565 6,62 6,67 6,49 6,516 6,57 6,70 6,58 6,537 6,75 6,56 6,50 6,518 6,53 6,62 6,44 6,409 6,44 6,73 6,71 6,43

10 6,72 6,80 6,44 6,5911 6,42 6,79 6,89 6,5012 6,61 6,54 6,98 6,4813 6,43 6,78 6,53 6,4814 6,80 6,45 6,61 6,6615 6,79 6,69 6,64 6,4716 6,49 6,75 6,44 6,5717 6,52 6,79 6,67 6,5818 6,46 6,59 6,57 6,6119 6,87 6,73 6,76 6,6920 6,67 6,75 6,52 6,6821 6,41 6,48 6,48 6,7522 6,65 6,46 6,93 6,5623 6,62 6,52 6,84 6,5924 6,47 6,64 6,94 6,6925 6,46 6,82 6,42 6,7826 6,42 6,45 6,76 6,5527 6,41 6,56 6,92 6,4828 6,42 6,65 6,58 6,4729 6,44 6,50 6,49 6,6230 6,45 6,70 6,48 6,4431 6,66 6,51 6,54 6,4432 6,51 6,50 6,65 6,5233 6,44 6,43 6,53 6,5734 6,43 6,54 6,63 6,4935 6,41 6,45 6,63 6,5036 6,48 6,45 6,88 6,5037 6,47 6,79 6,83 6,7738 6,55 6,87 6,65 6,6239 6,54 6,69 6,82 6,7840 6,45 6,42 6,55 6,8041 6,55 6,72 6,78 6,7842 6,52 6,41 6,69 6,40

Page 141: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.21

Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4

43 6,87 6,62 6,64 6,8044 6,46 6,62 6,56 6,8045 6,68 6,52 6,76 6,7446 6,66 6,41 6,61 6,8547 6,47 6,66 6,79 6,7948 6,63 6,73 6,72 6,6949 6,69 6,43 6,72 6,8250 6,78 6,46 6,77 6,50

Hasil dari data yang terkumpul selanjutnya dibuat diagram x dan R untuk

mengetahui batas pengendalian panjang bulu shuttle cock dan juga dilakukan uji

kualitas kemampuan prosesnya.

b. Pembuatan diagram x dan R untuk panjang bulu shuttle cock

Pembuatan diagram x dan R untuk panjang bulu ayam shuttle cock dibuat

dengan langkah-langkah, yaitu :

1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel panjang bulu,

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan

menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata

dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:

nx

xn

i ii

∑ == 1

59,64

78,654,653,651,61 =

+++=x cm

minmax xxRi −=

27,051,678,61 =−=R cm

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada

tabel 4.21 berikut ini.

Page 142: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 4.22 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel jarak panjang bulu shuttle cock

Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4

ix Ri

1 6,51 6,53 6,54 6,78 6,59 0,272 6,57 6,61 6,93 6,53 6,66 0,403 6,55 6,67 6,43 6,59 6,56 0,244 6,87 6,54 6,50 6,56 6,62 0,375 6,62 6,67 6,49 6,51 6,57 0,196 6,57 6,70 6,58 6,53 6,60 0,177 6,75 6,56 6,50 6,51 6,58 0,258 6,53 6,62 6,44 6,40 6,50 0,229 6,44 6,73 6,71 6,43 6,58 0,30

10 6,72 6,80 6,44 6,59 6,64 0,3711 6,42 6,79 6,89 6,50 6,65 0,4712 6,61 6,54 6,98 6,48 6,65 0,5013 6,43 6,78 6,53 6,48 6,55 0,3514 6,80 6,45 6,61 6,66 6,63 0,3515 6,79 6,69 6,64 6,47 6,65 0,3216 6,49 6,75 6,44 6,57 6,56 0,3117 6,52 6,79 6,67 6,58 6,64 0,2818 6,46 6,59 6,57 6,61 6,56 0,1519 6,87 6,73 6,76 6,69 6,76 0,1820 6,67 6,75 6,52 6,68 6,66 0,2321 6,41 6,48 6,48 6,75 6,53 0,3322 6,65 6,46 6,93 6,56 6,65 0,4723 6,62 6,52 6,84 6,59 6,64 0,3224 6,47 6,64 6,94 6,69 6,68 0,4725 6,46 6,82 6,42 6,78 6,62 0,4026 6,42 6,45 6,76 6,55 6,55 0,3427 6,41 6,56 6,92 6,48 6,59 0,5128 6,42 6,65 6,58 6,47 6,53 0,2329 6,44 6,50 6,49 6,62 6,51 0,1830 6,45 6,70 6,48 6,44 6,52 0,2631 6,66 6,51 6,54 6,44 6,54 0,2332 6,51 6,50 6,65 6,52 6,55 0,1533 6,44 6,43 6,53 6,57 6,49 0,1434 6,43 6,54 6,63 6,49 6,52 0,2035 6,41 6,45 6,63 6,50 6,50 0,2236 6,48 6,45 6,88 6,50 6,58 0,4337 6,47 6,79 6,83 6,77 6,72 0,3738 6,55 6,87 6,65 6,62 6,67 0,3239 6,54 6,69 6,82 6,78 6,71 0,2840 6,45 6,42 6,55 6,80 6,56 0,3841 6,55 6,72 6,78 6,78 6,71 0,2342 6,52 6,41 6,69 6,40 6,50 0,2943 6,87 6,62 6,64 6,80 6,73 0,2544 6,46 6,62 6,56 6,80 6,61 0,3445 6,68 6,52 6,76 6,74 6,67 0,24

Page 143: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.22

Hasil Pengukuran Panjang Bulu (cm)Sampelx1 x2 x3 x4

ix Ri

46 6,66 6,41 6,61 6,85 6,63 0,4447 6,47 6,66 6,79 6,79 6,68 0,3348 6,63 6,73 6,72 6,69 6,69 0,1049 6,69 6,43 6,72 6,82 6,66 0,3950 6,78 6,46 6,77 6,50 6,63 0,32

x 6,61R 0,30

2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R panjang bulu,

Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,

sebagai berikut:

gx

xg

i i∑ == 1

x =50

38,330 = 6,61 cm

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 6,61 cm.

Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,

sebagai berikut:

gR

Rg

i i∑ == 1

R =50

09,15 = 0,30 cm

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 0,30 cm.

3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R panjang bulu,

Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan

persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:

UCL x = 6,61 + (0,729)(0,30) = 6,83 cm

LCL x = 6,61 - (0,729)(0,30) = 6,39 cm

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 6,83 cm dan

batas kendali bawah LCL x sebesar 6,39 cm. Perhitungan batas kendali atas

Page 144: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

dan bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan

2.12, sebagai berikut:

UCLR = (2,282)(0,30) = 0,69 cm

LCLR = (0)(0,30) = 0 cm

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 0,69 cm dan

batas kendali bawah LCLR sebesar 0 cm.

Tabel 4.23 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuk panjang bulu alat rancangan

Nilai Diagram x Diagram R

UCL 6,83 0,69

CL 6,61 0,30

LCL 6,39 0

Pada tabel 4.23 di atas diketahui bahwa panjang bulu memiliki nilai UCL, CL,

dan LCL untuk diagram x yaitu 6,83 cm, 6,61 cm, dan 6,39 cm, sedangkan

untuk diagram R yaitu 0,69 cm, 0,30 cm, dan 0 cm. Selanjutnya hasil

perhitungan ini digunakan untuk membuat diagram x dan R.

4. Gambar diagram x dan R panjang bulu,

Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R

tampak seperti gambar 4.35 dan gambar 4.36 berikut ini.

6,35

6,40

6,45

6,50

6,55

6,60

6,65

6,70

6,75

6,80

6,85

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49

X

UCL

LCL

CL

Gambar 4.35 Diagram x panjang bulu

Pada diagram x gambar 4.35 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada sampel

yang keluar dari batas-batas kendali (in statistical control). Dengan demikian

seluruh data hasil pemotongan berada di antara batas pengendalian yang

Page 145: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

menunjukkan data tersebut semua dalam kondisi terkendali dan sesuai dengan

pengendalian proses atau berada dalam batas pengendali statistik.

0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

0,80

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

R

UCL

CL

LCL

Gambar 4.36 Diagram R panjang bulu

Pada diagram R gambar 4.36 di atas juga tidak ada data yang keluar dari

batas-batas kendali (in statistical control). Seluruh data hasil pemotongan berada

di antara batas pengendalian yang menunjukkan data tersebut semua dalam

kondisi terkendali dan sesuai dengan pengendalian proses atau berada dalam batas

pengendali statistik.

c. Kualitas kemampuan proses panjang bulu ayam shuttle cock

Uji kualitas kemampuan proses dilakukan untuk mengetahui apakah

proses yang dilakukan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan

pemesan. Spesifikasi yang digunakan pada uji kualitas kemampuan proses ini

adalah sesuai dengan spesifikasi PBSI.

Berdasarkan ketentuan dari PBSI , panjang bulu ayam shuttle cock

memiliki batas spesifikasi atas 7,0 cm dan batas spesifikasi bawah 6,4 cm. Uji

kualitas kemampuan proses panjang bulu ayam shuttle cock, sebagai berikut:

1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp panjang bulu

ayam menghitung Cp dilakukan estimasi nilai standar deviasi panjang bulu

ayam yang diproduksi yaitu sebesar 0,145. Perhitungan Cp panjang bulu ayam

menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:

Cp =)145,0(60,61,7 − = 1,15 cm

Page 146: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp panjang bulu ayam shuttle cock dengan

spesifikasi PBSI yaitu sebesar 1,15 cm.

2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)

panjang bulu ayam dengan spesifikasi PBSI,

Perhitungan KPA dan KPB panjang bulu ayam dengan spesifikasi

menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai berikut:

KPA =)145,0(3

61,61,7 − = 1,12 cm

KPB =)145,0(30,61,7 − = 2,52 cm

Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB panjang bulu ayam yaitu

sebesar 1,12 cm dan 2,52 cm.

3. Indeks kemampuan proses Cpk panjang bulu ayam shuttle cock dengan

spesifikasi PBSI,

Perhitungan Cpk panjang bulu ayam dengan spesifikasi yang ditentukan

menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:

Cpk = min {KPA,KPB} = 1,12 cm.

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk panjang bulu ayam shuttle cock

dengan spesifikasi yang ditentukan PBSI yaitu sebesar 1,12.

Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan uji kualitas

kemampuan proses panjang bulu ayam shuttle cock dengan spesifikasi yang

ditentukan PBSI dijelaskan pada bab selanjutnya.

2. Kualitas sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan.

Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan dari hasil pemotongan alat

rancangan diukur kualitas kemampuan proses pemotongan, kemudian data yang di

ukur di buat diagram x dan R untuk mengetahui batas-batas pengendalian sudut

kemiringan bulu bagian bawah kanan.

a. Pembuatan diagram x dan R sudut bulu bagian bawah kanan shuttlecock

Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas

pengendalian sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock dengan

Page 147: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

menggunakan alat pemotong bulu yang dirancang. Data sudut kemiringan bulu

bagian bawah kanan ini diperoleh dari hasil pemotongan alat pemotong bulu yang

dirancang. Sampel yang diambil masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran

sampel 4. Data sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shutte cock dapat

dilihat pada tabel 4.24 dibawah ini.

Tabel 4.24 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock dengan alat yang dirancang

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4

1 49 47 47 482 49 48 47 473 48 47 48 484 49 48 47 465 50 48 50 486 49 50 47 487 49 48 47 478 47 46 45 489 49 46 47 47

10 48 45 48 4811 48 47 49 4912 49 48 50 4713 46 48 47 4714 50 49 47 5015 49 47 47 4816 49 47 46 4917 50 50 48 4818 48 49 48 4919 49 48 49 4720 47 47 47 4821 45 48 47 4722 48 48 50 4823 48 48 47 5024 49 47 47 4925 49 49 49 4826 48 48 50 5027 49 49 48 4828 47 49 49 4929 48 46 49 4630 48 48 47 4731 46 48 49 4732 48 48 46 46

Page 148: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.24

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4

33 48 48 48 4934 48 48 49 4735 49 48 49 4836 46 47 47 4837 48 49 49 4838 47 50 47 5039 48 48 49 4940 48 48 49 4741 49 47 49 4742 48 49 50 4843 48 49 48 4944 47 46 48 4745 47 46 46 4846 48 47 49 4747 48 48 48 4748 48 47 47 4649 49 50 48 4850 47 49 47 49

b. Pembuatan diagram x dan R sudut kemiringan bulu bagian bawah kananshuttle cock hasil dari alat pemotong bulu yang dirancang

Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas

pengendalian sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock. Pembuatan

diagram x dan R untuk pemotong bulu dibuat dengan langkah-langkah, yaitu:

1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel kemiringan bulu,

Data sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock yang telah

dikumpulkan dihitung rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan

menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata

dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:

75,474

484747491 =

+++=x o dan 247491 =−=R o

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada

tabel 4.25 dibawah ini.

Page 149: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 4.25 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4ix Ri

1 49 47 47 48 47,75 2,002 49 48 47 47 47,75 2,003 48 47 48 48 47,75 1,004 49 48 47 46 47,50 3,005 50 48 50 48 49,00 2,006 49 50 47 48 48,50 3,007 49 48 47 47 47,75 2,008 47 46 45 48 46,50 3,009 49 46 47 47 47,25 3,00

10 48 45 48 48 47,25 3,0011 48 47 49 49 48,25 2,0012 49 48 50 47 48,50 3,0013 46 48 47 47 47,00 2,0014 50 49 47 50 49,00 3,0015 49 47 47 48 47,75 2,0016 49 47 46 49 47,75 3,0017 50 50 48 48 49,00 2,0018 48 49 48 49 48,50 1,0019 49 48 49 47 48,25 2,0020 47 47 47 48 47,25 1,0021 45 48 47 47 46,75 3,0022 48 48 50 48 48,50 2,0023 48 48 47 50 48,25 3,0024 49 47 47 49 48,00 2,0025 49 49 49 48 48,75 1,0026 48 48 50 50 49,00 2,0027 49 49 48 48 48,50 1,0028 47 49 49 49 48,50 2,0029 48 46 49 46 47,25 3,0030 48 48 47 47 47,50 1,0031 46 48 49 47 47,50 3,0032 48 48 46 46 47,00 2,0033 48 48 48 49 48,25 1,0034 48 48 49 47 48,00 2,0035 49 48 49 48 48,50 1,0036 46 47 47 48 47,00 2,0037 48 49 49 48 48,50 1,0038 47 50 47 50 48,50 3,00

Page 150: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.25

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4ix Ri

39 48 48 49 49 48,50 1,0040 48 48 49 47 48,00 2,0041 49 47 49 47 48,00 2,0042 48 49 50 48 48,75 2,0043 48 49 48 49 48,50 1,0044 47 46 48 47 47,00 2,0045 47 46 46 48 46,75 2,0046 48 47 49 47 47,75 2,0047 48 48 48 47 47,75 1,0048 48 47 47 46 47,00 2,0049 49 50 48 48 48,75 2,0050 47 49 47 49 48,00 2,00

x 47,95 R 2,02

2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R sudut kemiringan bulu,

Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,

sebagai berikut:

x =50

25,2397 = 47,95 o

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 47,95 o

Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,

sebagai berikut:

R =50101= 2,02 o

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 2,02 o.

3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R sudut kemiringan

bulu,

Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan

persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:

UCL x = 47,95 + (0,729)(2,02) = 49,42 o

LCL x = 47,95 - (0,729)( 2,02) = 46,47 o

Page 151: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 49,42 o dan

batas kendali bawah LCL x sebesar 46,47 o. Perhitungan batas kendali atas dan

bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan 2.12,

sebagai berikut:

UCLR = (2,282)( 2,02) = 4,61 o

LCLR = (0)(3,20) = 0 o

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 4,61 o dan batas

kendali bawah LCLR sebesar 0 o.

Tabel 4.26 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuksudut kemiringan bulu ayam bagian kanan

Nilai Diagram x Diagram RUCL 49,42 4,61CL 47,95 2,02

LCL 46,47 0

Pada tabel 4.26 di atas diketahui bahwa sudut kemiringan bulu kanan memiliki

nilai UCL, CL, dan LCL untuk diagram x yaitu 49,42 o, 47,95 o dan 46,47 o,

sedangkan untuk diagram R yaitu 4,61 o, 2,02 o, dan 0 o. Dari nilai UCL, CL

dan LCL diagram x dan R tersebut, sudah tidak ada sampel yang keluar dari

batas kendali. Selanjutnya hasil perhitungan ini digunakan untuk membuat

diagram x dan R.

4. Diagram x dan R sudut kemiringan bulu,

Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R

tampak seperti gambar 4.37 dan gambar 4.38 berikut ini.

46,00

47,00

48,00

49,00

50,00

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49

XUCL

LCLCL

Gambar 4.37 Diagram x sudut kemiringan bulu bawah kanan

Page 152: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Pada diagram x gambar 4.37 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada sampel

yang keluar dari batas-batas kendali (in statistical control). Dengan demikian

seluruh data hasil pemotongan berada di antara batas pengendalian yang

menunjukkan data tersebut semua dalam kondisi terkendali dan sesuai dengan

pengendalian proses atau berada dalam batas pengendali statistik.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

R

UCL

LCL

CL

Gambar 4.38 Diagram R sudut kemiringan bulu kanan

Pada diagram R gambar 4.38 di atas juga tidak ada data yang keluar dari

batas-batas kendali (in statistical control). Seluruh data hasil pemotongan berada

di antara batas pengendalian yang menunjukkan data tersebut semua dalam

kondisi terkendali dan sesuai dengan pengendalian proses atau berada dalam batas

pengendali statistik.

c. Kualitas Kemampuan Proses Sudut Kemiringan Bulu Ayam BagianBawah Kanan

Uji kualitas kemampuan proses dilakukan untuk mengetahui apakah

proses yang dilakukan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan PBSI.

Spesifikasi yang digunakan pada uji kualitas kemampuan proses ini adalah sesuai

dengan spesifikasi PBSI.

Berdasarkan ketentuan dari PBSI, sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kanan shuttle cock memiliki batas spesifikasi atas 50o dan batas spesifikasi

bawah 45o. Uji kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kanan diuraikan, sebagai berikut:

1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index sudut

kemiringan bulu bagian bawah kanan menghitung Cp dilakukan estimasi nilai

Page 153: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

standar deviasi sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan yang diproduksi

yaitu sebesar 0,98 o. Perhitungan Cp sudut kemiringan bulu bagian bawah

kanan menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:

Cp =)98,0(6

4551−= 1,02 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp sudut kemiringan bulu bagian bawah

kanan shuttle cock dengan spesifikasi PBSI yaitu sebesar 1,02 o.

2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)

sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan shuttle cock dengan spesifikas

PBSI,

Perhitungan KPA dan KPB sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan

dengan spesifikasi menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai

berikut:

KPA =)98,0(395,4751− = 1,04 o

KPB =)98,0(34595,47 − = 1,00 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB sudut kemiringan bulu

bagian bawah kanan yaitu sebesar 1,04 o dan 1,00 o.

3. Indeks kemampuan proses Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan

shuttle cock dengan spesifikasi PBSI,

Perhitungan Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan dengan

spesifikasi yang ditentukan menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:

Cpk = min {KPA,KPB} = 1,00 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah

kanan dengan spesifikasi yang ditentukan PBSI yaitu sebesar 1,00 o.

Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan uji kualitas

kemampuan proses sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan dengan spesifikasi

yang ditentukan PBSI dijelaskan pada bab selanjutnya.

Page 154: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

3. Kualitas sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri.

Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri dari hasil pemotongan alat

rancangan diukur kualitas kemampuan proses pemotongan, kemudian data yang di

ukur di buat diagram x dan R untuk mengetahui batas-batas pengendalian sudut

kemiringan bulu bagian bawah kiri.

a. Pembuatan diagram x dan R sudut bulu bagian bawah kiri shuttle cock

Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas

pengendalian sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock dengan

menggunakan alat pemotong bulu yang dirancang. Data sudut kemiringan bulu

bagian bawah kiri ini diperoleh dari hasil pemotongan alat pemotong bulu yang

dirancang. Sampel yang diambil masing-masing berjumlah 50 dengan ukuran

sampel 4. Data sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shutte cock dapat dilihat

pada tabel 4.27 dibawah ini.

Tabel 4.27 Sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock dengan alat yang dirancang

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4

1 73 73 73 752 71 72 73 723 74 73 74 734 72 73 72 725 75 74 74 736 73 73 74 757 73 74 74 738 73 75 75 739 73 74 75 74

10 72 73 72 7311 74 73 73 7512 74 72 71 7313 73 72 73 7214 74 72 74 7215 71 74 74 7416 73 71 74 7417 75 73 73 7318 71 71 72 74

Page 155: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.27

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4

19 73 73 73 7520 74 73 71 7421 73 74 72 7222 72 73 73 7423 73 73 72 7524 74 73 75 7525 73 73 73 7126 74 74 73 7327 72 74 74 7428 74 72 72 7329 73 72 73 7130 72 74 71 7431 73 73 75 7532 72 73 74 7233 74 72 74 7234 74 74 74 7335 73 74 72 7436 74 73 75 7537 74 73 75 7438 72 74 73 7439 74 73 75 7340 71 73 73 7141 72 73 72 7142 73 73 71 7443 72 73 74 7244 72 74 74 7145 74 74 74 7546 72 72 74 7547 73 73 73 7448 72 74 71 7449 71 72 74 7150 73 74 72 72

b. Pembuatan diagram x dan R sudut kemiringan bulu bagian bawah kirishuttle cock hasil dari alat pemotong bulu yang dirancang

Pembuatan diagram x dan R dilakukan untuk mengetahui batas-batas

pengendalian sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock. Pembuatan

diagram x dan R untuk pemotong bulu dibuat dengan langkah-langkah, yaitu:

Page 156: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

1. Perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel kemiringan bulu,

Data sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock yang telah

dikumpulkan dihitung rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dengan

menggunakan persamaan 2.5 dan persamaan 2.7. Contoh perhitungan rata-rata

dan selang untuk sampel pertama, sebagai berikut:

5,734

737573731 =

+++=x o dan 273751 =−=R o

Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan selang (R) tiap sampel dapat dilihat pada

tabel 4.28 dibawah ini.

Tabel 4.28 Perhitungan rata-rata dan selang tiap sampel sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4ix Ri

1 73 73 73 75 73,50 2,00

2 71 72 73 72 72,00 2,00

3 74 73 74 73 73,50 1,00

4 72 73 72 72 72,25 1,00

5 75 74 74 73 74,00 2,00

6 73 73 74 75 73,75 2,00

7 73 74 74 73 73,50 1,00

8 73 75 75 73 74,00 2,00

9 73 74 75 74 74,00 2,00

10 72 73 72 73 72,50 1,00

11 74 73 73 75 73,75 2,00

12 74 72 71 73 72,50 3,00

13 73 72 73 72 72,50 1,00

14 74 72 74 72 73,00 2,00

15 71 74 74 74 73,25 3,00

16 73 71 74 74 73,00 3,00

17 75 73 73 73 73,50 2,00

18 71 71 72 74 72,00 3,00

Page 157: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Lanjutan tabel 4.28

Hasil Pengukuran Sudut Kemiringan (derajat)Sampel

x1 x2 x3 x4ix Ri

19 73 73 73 75 73,50 2,0020 74 73 71 74 73,00 3,0021 73 74 72 72 72,75 2,0022 72 73 73 74 73,00 2,0023 73 73 72 75 73,25 3,0024 74 73 75 75 74,25 2,0025 73 73 73 71 72,50 2,0026 74 74 73 73 73,50 1,0027 72 74 74 74 73,50 2,0028 74 72 72 73 72,75 2,0029 73 72 73 71 72,25 2,0030 72 74 71 74 72,75 3,0031 73 73 75 75 74,00 2,0032 72 73 74 72 72,75 2,0033 74 72 74 72 73,00 2,0034 74 74 74 73 73,75 1,0035 73 74 72 74 73,25 2,0036 74 73 75 75 74,25 2,0037 74 73 75 74 74,00 2,0038 72 74 73 74 73,25 2,0039 74 73 75 73 73,75 2,0040 71 73 73 71 72,00 2,0041 72 73 72 71 72,00 2,0042 73 73 71 74 72,75 3,0043 72 73 74 72 72,75 2,0044 72 74 74 71 72,75 3,0045 74 74 74 75 74,25 1,0046 72 72 74 75 73,25 3,0047 73 73 73 74 73,25 1,0048 72 74 71 74 72,75 3,0049 71 72 74 71 72,00 3,0050 73 74 72 72 72,75 2,00

x 73,12 R 2,06

2. Perhitungan nilai tengah diagram x dan R sudut kemiringan bulu,

Perhitungan nilai tengah diagram x dengan menggunakan persamaan 2.6,

sebagai berikut:

Page 158: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

x =50

00,3656 = 73,12 o

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram x sebesar 73,12 o

Perhitungan nilai tengah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.8,

sebagai berikut:

R =50

103= 2,06 o

Hasil perhitungan diperoleh nilai tengah (CL) diagram R sebesar 2,06 o.

3. Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dan R sudut kemiringan

bulu,

Perhitungan batas kendali atas dan bawah diagram x dengan menggunakan

persamaan 2.9 dan persamaan 2.10, sebagai berikut:

UCL x = 73,12 + (0,729)(2,06) = 74,62 o

LCL x = 73,12 - (0,729)( 2,06) = 71,58 o

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCL x sebesar 74,62 o dan

batas kendali bawah LCL x sebesar 71,58 o. Perhitungan batas kendali atas dan

bawah diagram R dengan menggunakan persamaan 2.11 dan persamaan 2.12,

sebagai berikut:

UCLR = (2,282)( 2,06) = 4,61 o

LCLR = (0)(2,06) = 0 o

Hasil perhitungan diperoleh batas kendali atas UCLR sebesar 4,61 dan batas

kendali bawah LCLR sebesar 0.

Tabel 4.29 Rekapitulasi perhitungan diagram x dan R untuksudut kemiringan bulu ayam bagian kiri

Nilai Diagram x Diagram RUCL 74,62 4,70CL 73,12 2,06

LCL 71,62 0

Pada tabel 4.29 di atas diketahui bahwa sudut kemiringan bulu kiri memiliki

nilai UCL, CL, dan LCL untuk diagram x yaitu 74,62 o, 73,12 o dan 71,62 o,

sedangkan untuk diagram R yaitu 4,70 o, 2,06 o, dan 0 o. Dari nilai UCL, CL

Page 159: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

dan LCL diagram x dan R tersebut, sudah tidak ada sampel yang keluar dari

batas kendali. Selanjutnya hasil perhitungan ini digunakan untuk membuat

diagram x dan R.

4. Diagram x dan R sudut kemiringan bulu,

Setelah diketahui nilai tengah dan batas-batas kendali diagram x dan R

tampak seperti gambar 4.39 dan gambar 4.40 berikut ini.

71,0071,5072,0072,5073,0073,5074,0074,5075,00

1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49

X

UCL

LCL

CL

Gambar 4.39 Diagram x sudut kemiringan bulu bawah bagian kiri

Pada diagram x gambar 4.39 di atas dapat dilihat bahwa tidak ada sampel

yang keluar dari batas-batas kendali (in statistical control). Dengan demikian

seluruh data hasil pemotongan berada di antara batas pengendalian yang

menunjukkan data tersebut semua dalam kondisi terkendali dan sesuai dengan

pengendalian proses atau berada dalam batas pengendali statistik.

0,000,501,001,502,002,50

3,003,504,004,505,00

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

RUCLLCLCL

Gambar 4.40 Diagram R sudut kemiringan bulu kiri

Pada diagram R gambar 4.40 di atas juga tidak ada data yang keluar dari

batas-batas kendali (in statistical control). Seluruh data hasil pemotongan berada

di antara batas pengendalian yang menunjukkan data tersebut semua dalam

Page 160: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

kondisi terkendali dan sesuai dengan pengendalian proses atau berada dalam batas

pengendali statistik.

c. Kualitas Kemampuan Proses Sudut Kemiringan Bulu Ayam BagianBawah Kiri

Uji kualitas kemampuan proses dilakukan untuk mengetahui apakah

proses yang dilakukan sudah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan PBSI.

Spesifikasi yang digunakan pada uji kualitas kemampuan proses ini adalah sesuai

dengan spesifikasi PBSI.

Berdasarkan ketentuan dari PBSI, sudut kemiringan bulu ayam bagian

bawah kiri shuttle cock memiliki batas spesifikasi atas 75o dan batas spesifikasi

bawah 71o. Uji kualitas kemampuan proses sudut kemiringan bulu ayam bagian

kiri diuraikan, sebagai berikut:

1. Rasio kemampuan proses (process capability ratio) atau Cp Index sudut

kemiringan bulu bagian bawah kiri menghitung Cp dilakukan estimasi nilai

standar deviasi sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri yang diproduksi

yaitu sebesar 1,00. Perhitungan Cp sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri

menggunakan persamaan 2.13, sebagai berikut:

Cp =)1(67077 −

= 1,16 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp sudut kemiringan bulu bagian bawah

kiri shuttle cock dengan spesifikasi PBSI yaitu sebesar 1,16 o.

2. Indeks kemampuan proses atas dan bawah (upper and lower capability index)

sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri shuttle cock dengan spesifikas PBSI,

Perhitungan KPA dan KPB sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri dengan

spesifikasi menggunakan persamaan 2.15 dan persamaan 2.16, sebagai

berikut:

KPA =)16,1(312,7377 − = 1,115 o, KPB =

)16,1(37012,73 − = 1,143 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai KPA dan KPB sudut kemiringan bulu

bagian bawah kiri yaitu sebesar 1,115 o dan 1,143 o.

Page 161: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

4. Indeks kemampuan proses Cpk sudut kemiringan lubang dop shuttle cock

dengan spesifikasi PBSI,

Perhitungan Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah kiri dengan spesifikasi

yang ditentukan menggunakan persamaan 2.17, sebagai berikut:

Cpk = min {KPA,KPB} = 1,115 o

Hasil perhitungan didapatkan nilai Cpk sudut kemiringan bulu bagian bawah

kiri dengan spesifikasi yang ditentukan PBSI yaitu sebesar 1,115 o.

Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan uji kualitas

kemampuan proses sudut kemiringan bulu bagian bawah kanan dengan spesifikasi

yang ditentukan PBSI dijelaskan pada bab selanjutnya.

4.2.7 Uji Kuantitas Pemotongan Bulu Ayam Shuttle Cock

Uji kuantitas pemotongan bulu ayam dilakukan untuk membandingkan

pemotongan bulu ayam yang dilakukan dengan menggunakan alat pemotong bulu

ayam yang berada ditempat penelitian dengan alat pemotongan bulu ayam yang

dirancang. Pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali proses pemotongan dengan

waktu 1 menit (60 detik) dalam sekali proses pemotongan.

a. Uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock di tempat penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan di sentra industri kecil shuttle cock merek

T3 milik Bapak sarno di Serengan Surakarta, setiap pemotongan bulu ayam

shuttle cock dalam 1 menit (60 detik).

Tabel 4.30 Uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam awal

Pemotonganke-

Bulu yangdipotong / menit

1 352 383 414 395 386 427 418 459 3910 42

Jumlah 400

Page 162: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Perhitungan rata-rata pemotongan,

pemotongandipotongyangbuluX

ΣΣ

=

4010400

== bulu ayam

Hasil perhitungan didapatkan rata-rata pemotongan bulu ayam tiap menit yaitu

sebanyak 40 bulu ayam.

b. Uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock dengan menggunakanalat pemotong bulu ayam yang dirancang

Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, pemotongan bulu ayam

shuttle cock dalam 1 menit (60 detik).

Tabel 4.31 Perhitungan uji kuantitas pemotongan bulu ayam shuttle cock dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang

dirancang

Pemotonganke-

Bulu yangdipotong / menit

1 452 503 494 475 496 477 488 499 4910 47

Jumlah 480

Perhitungan rata-rata pemotongan,

pemotongandipotongyangbuluX

ΣΣ

=

4810480

== bulu ayam

Hasil perhitungan didapatkan rata-rata pemotongan bulu ayam (X) tiap menit

yaitu sebanyak 48 bulu ayam.

Page 163: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Penjelasan mengenai angka yang diperoleh pada perhitungan uji kuantitas

pemotongan bulu ayam akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

4.2.8 Menentukan Kapasitas Dan Biaya Operasional Pertahun

Perhitungan kapasitas alat per tahun bertujuan untuk mengetahui berapa

besar kapasitas alat dalam membuat produk yang diproduksi per tahun.

Kapasitas perhitungan produksi alat pemotong bulu ayam per bulan. Data yang

digunakan untuk menghitung besarnya kapasitas alat pemotong bulu ayam per

bulan yaitu, jam kerja operator per bulan (192 jam/bulan), kapasitas alat per unit

(2880 helai/jam), jam kerja operator per hari (8 jam/hari) dan hari kerja operator

per bulan (24 hari), seperti dijelaskan di bawah ini.

Kapasitas alat pemotong per hari:

= Kapasitas alat per jam x jam kerja operator per hari

= 2880 helai x 8jam

= 23.040 helai per hari

Kapasitas alat pemotong per bulan:

= Kapasitas alat per jam x jam kerja oper per bulan

= 2880 helai x 192 jam

= 552.960 helai per bulan

Hasil perhitungan diatas, menjelaskan bahwa besar kapasitas produksi alat

pemotong bulu ayam per hari 23040 helai dan kapasitas per bulan 552960 helai.

4.2.9 Nilai Depresiasi Pada Alat Pemotong Bulu Ayam

Biaya yang harus disediakan oleh perusahaan setiap periode untuk

melakukan penggantian alat, setelah alat pemotong bulu ayam sudah tidak

berdaya guna lagi. Perhitungan biaya penyusutan alat setelah digunakan satu

tahun kedepan, sebagai berikut:

1. Biaya alat pemotong bulu ayam Rp 900.000,-

2. Nilai sisa Rp 400.000,- (estimasi dapat dijual)

3. Umur pakai ±5 tahun

4. Bunga pinjaman bank 15% per tahun pada tahun 2009.

Maka biaya depresiasi setiap tahun alat pemotong bulu ayam adalah:

D1 = Rp 900.000 - Rp 400.000 (A/F, 15%, 5) (F/P, 15 %,1-1)

Page 164: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

= Rp 500.000 (0,1483) (1)

= Rp 74.000

Nilai buku pada akhir tahun pertama adalah:

BVt = P-A (F/A, i %, t)

= Rp 900.000 – 74.000 (1)

= Rp 826.000

Jadi depresiasi pertahun untuk alat pemotong bulu ayam yang digunakan

di perusahaan adalah sebesar Rp 74.000, sehingga dapat dijelaskan pada tabel

4.32 dibawah ini.

Tabel 4.32 Depresiasi alat pemotong bulu ayam

TahunDepresiasi

(Rp)

Nilai Sisa

(Rp)

0 0 900.0001 74.000 826.0002 85.100 740.9003 97.865 643.0354 112.547 530.488,45 130.488,4 400.000

Sumber: Data diolah, 2009

Pada tabel 4.32 di atas terlihat nilai investasi awal sebesar Rp 900.000 dan

untuk nilai sisa alat pemotong bulu ayam pada tahun kelima sebesar Rp 400.000

nilai sisa di estimasikan dapat dijual.

4.2.10 Perhitungan Analisa Titik Impas (BEP)

Perhitungan analisa titik impas (BEP) terdiri dari perhitungan alat

pemotong bulu ayam dan perhitungan pembuatan alat pemotong bulu ayam,

sebagai berikut:

1. Perhitungan analisis pemotong bulu ayam,

Tabel 4.33 Data pemotong bulu ayamInvestasi

mesin (Rp)Tingkat

bunga/periodeNilai sisa

(Rp)Kapasitas

alat per hariUmur alat

(th)Biaya operatorper hari (Rp)

900.000 15% 400.000 23040 helai 5 tahun 25.000Sumber: Data diolah, 2009

Pada tabel 4.33 di atas, menjelaskan bahwa investasi alat pemotong bulu

ayam adalah Rp 900.000, bunga per bulan 15 %, kapasitas alat per hari 23040

Page 165: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

helai, umur alat diperkirakan 5 tahun, dan biaya operator per hari Rp 25.000.

Data tersebut diuraikan dengan menghitung ongkos variabel untuk

membuat produk dengan menggunakan persamaan 2.18, seperti di bawah ini.

VC =helai

harixhari

Rp23040

1000.25

=23040

000.25Rp

= Rp 1,08 per helai

Hasil perhitungan ongkos variabel pembuatan produk sebesar Rp 1,08

sedangkan ongkos tetap (fixed cost) untuk biaya penggunaaan alat pemotong bulu

ayam, yaitu:

FC1 = P(A/P, i%,N) - Rp 300.000 (A/F, i%,N)

= Rp 900.000 (A/P, 15 %, 5) - Rp 400.000 (A/F, 15%, 5)

= Rp 900.000 (0,2983) - Rp 400.000 (0,1483)

= Rp 268.470 - Rp 59.320

= Rp 209.150,-

Hasil perhitungan di atas, menjelaskan bahwa besar ongkos tetap (fixed

cost) untuk biaya pemotongan menggunakan alat pemotong bulu ayam sebesar Rp

209.150, sehingga total cost (TC) dapat diuraikan, sebagai berikut:

TC1 = FC+VC

= Rp Rp 209.150,-+ Rp 1,08 (X)

Bila, p = Rp 1.900 per unit maka jumlah yang harus diproduksi per hari agar

mencapai titik impas, adalah:

cPFCX−

=

08,11900209150

−=X

14,110=X

Jadi volume produksi sebesar 110 unit perhari menyebabkan perusahaan berada

pada titik impas dan total ongkos yang terjadi, adalah:

TC = FC + cX

= Rp 209.150 + (Rp 1,08 x 39.600)

= Rp 251.918

Page 166: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Jadi apabila rancangan alat pemotong bulu ayam dapat memproduksi sebanyak

39.600 helai bulu ayam atau lebih maka sudah berada pada titik impas (BEP) atau

sudah mendapat keuntungan. Biaya total yang dibutuhkan untuk membuat 39.600

helai bulu ayam Rp 251.918.

Page 167: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

BAB VANALISA DAN INTERPRETASI HASIL

Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil terhadap

hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya.

5.1 ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada analisis hasil penelitian ini diuraikan mengenai analisis data

anthropometri dan hasil pengumpulan data yang ada di tempat penelitian maupun

alat perajang hasil rancangan.

5.1.1 Analisis Alat Pemotong Bulu Ayam

Alat pemotong bulu ayam yang digunakan di pengrajin shuttle cock merek

T3 masih menggunakan alat pemotong yang sederhana, pisau potong pada alat

pemotong bulu ayam menggunakan pisau gillete dan memotong bulu bagian

depan saja, untuk sisi bawah kanan dan kiri bulu menggunakan alat gunting . Hal

ini mengakibatkan pisau potong tidak tahan lama dan setiap saat harus diganti

karena pisau tidak tajam lagi (tumpul). Proses pemotongan bulu di tempat

penelitian kurang ergonomis, hal ini disebabakan karena meja yang dipakai pada

proses pemotongan kurang tinggi sehingga punggung operator membungkuk.

Gambar 5.1 Alat Pemotong bulu Gambar 5.2 Alat Pemotong ayam awal rancangan

Page 168: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

5.1.2 Analisis Fasilitas Kerja Pada Operator

Pengujian data anthropometri meliputi tinggi tegak duduk (TDT),

jangkauan tangan depan (JTD), tinggi siku kerja (TSK), tinggi siku duduk (TSD)

dan tinggi plopiteal (TP) diperoleh bahwa data yang diperlukan telah seragam dan

cukup, sehingga tidak diperlukan penambahan data tambahan. Selanjutnya

parameter data yang meliputi nilai rata-rata dan standar deviasi digunakan untuk

perhitungan persentil. Hasil perhitungan persentil ke-5 dan ke-95 dapat dilihat

pada tabel 5.1 dibawah ini.

Tabel 5.1 Rekapitulasi hasil perhitungan persentil

No Deskripsi Data P-5 P-95

1 Tinggi duduk tegak 82,41 89,78

2 Jangkauan tangan depan 63,63 70,96

3 Tingi siku kerja 9,21 13,58

4 Tinggi siku duduk 18 22,22

5 Tinggi popliteal 37,05 43,14

A. Penentuan ukuran meja dan kursi

Tinggi meja di dapat dari hasil penjumlahan data antropometri tinggi

popliteal persentil ke-95 sebesar 43,14 cm, tinggi siku duduk persentil ke-95

sebesar 22,22. dan toleransi alas kaki sebesar 2 cm (Nurmianto E, 2004). Hasil

dari pengukuran tinggi meja didapatkan 67 cm.

Menentukan lebar meja diperlukan data dimensi jangkauan tangan ke

depan dengan persentil ke-5, yaitu sebesar 63,63 cm. Penentuan persentil ke-5

untuk jangkauan tangan ke depan bertujuan agar orang-orang yang memiliki

jangkauan tangan yang pendek dapat menggunakan rancangan ini tanpa

membungkuk untuk mencapai bagian ujung meja. Hasil dari pengukuran lebar

meja didapatkan 63 cm.

Penentuan panjang meja diperlukan data dimensi dua kali jangkauan

tangan ke depan persentil ke-5 sebesar 63,63 cm. Hasil dari pengukuran panjang

Page 169: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

meja didapatkan 127 cm. Penentuan persentil 5 untuk jangkauan tangan ke depan

bertujuan yang memiliki jangkauan tangan pendek dapat menggunakan rancangan

ini.

Penentuan tinggi kursi memerlukan data dimensi tinggi popliteal persentil

ke-95 sebesar 43,14 cm ditambah toleransi alas kaki sebesar 2 cm (Nurmianto E,

2004). Pemilihan persentil ke-95 untuk tinggi popliteal bertujuan untuk

mengakomodasi orang yang mempunyai tungkai bawah yang panjang. Bagi orang

yang mempunyai tungkai bawah pendek dapat ditambahkan penyangga pada kaki

kursi. Hasil dari pengukuran tinggi kursi didapatkan 45 cm.

Tabel 5.2 Rekapitulasi penentuan ukuran meja dan kursi

Komponen Dimensi Ukuran Ukuran (cm)

Meja

Tinggi meja

Lebar meja

Panjang meja

67

63

127

Kursi Tinggi kursi 45

B. Penentuan kekuatan material

Bahan kayu yang digunakan untuk pembuatan meja menggunakan jenis

kayu akasia. Perhitungan tegangan geser pada batang kaki meja yang dibuat

sebesar 2,06704.10-6 kg/mm2 dan tegangan geser yang diijinkan pada profil kayu

yang digunakan sebesar 0,20625 kg/mm2, sehingga persyaratan beban di atas

meja adalah (2,06704.10-6 kg/mm2 < 0,20625 kg/mm2, meja cukup kuat untuk

menahan beban).

5.1.3 Analisis Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Analisis data perancangan peta kerja tangan kiri dan kanan pada proses

pemotongan bulu ayam shuttle cock, pengukuran waktu kerja operator diukur

berdasarkan waktu proses gerakan tangan pada saat bekerja sedangkan waktu

setup atau setting alat tidak di ukur. Waktu proses yang dihasilkan gerakan tangan

pada saat bekerja menggunakan alat pemotong bulu ayam selama 6 detik per satu

kali proses kerja, dengan jumlah produk 1 helai bulu ayam. Efisiensi perubahan

Page 170: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

waktu alat pemotong bulu ayam shuttle cock awal dan alat pemotong bulu ayam

shuttle cock rancangan sebesar 40 %.

5.1.4 Analisis Perancangan Alat Pemotong Bulu Ayam Shuttle Cock

Pada sub bab ini diuraikan mengenai analisis alat pemotong bulu ayam

desain hasil rancangan serta analisis uji kualitas.

a. Analisis alat pemotong bulu ayam shuttle cock hasil rancangan

Perbedaan yang paling mendasar dari alat pemotong bulu ayam shuttle

cock yang dirancang dengan alat pemotong bulu ayam shuttle cock awal terdapat

pada pisu pemotong yang memiliki 3 sisi mata pisau yang masing-masing sisi

berfungsi sebagai pemotong bulu ayam shuttle cock.

Alat pemotong bulu ayam shuttle cock hasil perancangan adalah

serangkaian gabungan dari beberapa komponen penyusun yang berfungsi sebagai

alat untuk memotong bulu ayam shuttle cock, untuk mengurangi kecacatan dan

meningkatkan kualitas hasil pembuatan produk shuttle cock, memiliki panjang

bulu ayam shuttle cock 6,4 cm - 7,0 cm, sudut sisi bagian bawah kanan bulu

ayam shuttle cock 45o sampai dengan 50 o, sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam

shuttle cock 71o sampai dengan 75 o.

b. Kualitas bulu ayam shuttle cock dengan spesifikasi PersatuanBulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan International BadmintonFederation (IBF)

Pada analisa kualitas bulu ayam shuttle cock berikut diuraikan mengenai

panjang bulu ayam shuttle cock, sudut sisi bagian bawah kanan bulu ayam shuttle

cock dan sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam shuttle cock dengan alat

rancangan.

1. Panjang bulu ayam shuttle cock

Data nilai UCL, CL dan LCL panjang bulu ayam shuttle cock antara alat

pemotong bulu ayam awal shuttle cock, alat pemotong bulu ayam shuttle cock

hasil rancangan dan standar dapat dilihat pada tabel 5.3.

Page 171: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel 5.3 Rekapitulasi nilai rata-rata panjang bulu ayam

Awal Rancangan StandarNilai

x R x R x R

UCL 7,03 1,03 6,83 0,69 7,0 0,6

CL 6,7 0,47 6,61 0,30 6,7 0,3

LCL 6,38 0 6,39 0 6,4 0

Berdasarkan standar spesifikasi shuttle cock panjang bulu shuttle cock

memiliki batas spesifikasi atas 7,0 cm dan batas spesifikasi bawah 6,4 cm. Hasil

perhitungan didapatkan nilai Cp panjang bulu ayam shuttle cock dengan alat

rancangan memiliki 1,15 cm. Hal ini menunjukkan kemampuan proses

pemotongan panjang bulu ayam shuttle cock untuk spesifikasi internasional baik

(capable).

2. Sudut sisi bagian bawah kanan bulu ayam shuttle cock

Data nilai UCL, CL dan LCL sudut sisi bagian bawah kanan bulu ayam

shuttle cock antara alat pemotong bulu ayam awal shuttle cock, alat pemotong

bulu ayam shuttle cock hasil rancangan dan standar dapat dilihat pada tabel 5.4

dibawah ini.

Tabel 5.4 Rekapitulasi nilai rata-rata sudut bagian bawah kanan

Awal Rancangan StandarNilai

x R x R x R

UCL 52,33 12,55 49,42 4,61 50 5

CL 48,32 5,50 47,95 2,02 47,5 2,5

LCL 44,31 0 46,95 0 45 0

Berdasarkan standar spesifikasi shuttle cock untuk sudut sisi bagian

bawah kanan shuttle cock memiliki batas spesifikasi atas 50 derajat dan batas

spesifikasi bawah 45 derajat. Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp sudut bagian

bawah kanan shuttle cock dengan alat rancangan yaitu 1,02O. Hal ini menunjukkan

kemampuan proses pemotongan sudut bagian bawah kanan shuttle cock untuk

spesifikasi internasional baik (capable).

Page 172: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

3. Sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam shuttle cock

Data nilai UCL, CL dan LCL sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam

shuttle cock antara alat pemotong bulu ayam awal shuttle cock, alat pemotong

bulu ayam shuttle cock hasil rancangan dan standar dapat dilihat pada tabel 5.5

dibawah ini.

Tabel 5.5 Rekapitulasi nilai rata-rata sudut bagian bawah kiri

Awal Rancangan StandarNilaix R x R x R

UCL 77,04 12,51 74,62 4,70 75 4

CL 73,05 5,48 73,12 2,06 73 2

LCL 69,06 0 71,62 0 71 0

Berdasarkan standar spesifikasi shuttle cock untuk sudut sisi bagian

bawah kiri shuttle cock memiliki batas spesifikasi atas 75o dan batas spesifikasi

bawah 71o. Hasil perhitungan didapatkan nilai Cp sudut bagian bawah kiri shuttle

cock dengan alat rancangan yaitu 1,16O. Hal ini menunjukkan kemampuan proses

pemotongan sudut bagian bawah kiri shuttle cock untuk spesifikasi internasional

baik (capable).

5.2 INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

Interpretasi hasil perancangan dari alat pemotong bulu ayam terhadap

proses pemotongan, mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil

pemotongan bulu ayam shuttle cock, alat ini dirancang memiliki tiga sisi mata

pisau sehingga dalam satu kali proses pemotongan dapat memotong tiga sisi bulu

ayam shuttle cock sekaligus. Selain itu, alat pemotong bulu ayam ini dirancang

menggunakan fasilitas kerja seperti meja dan kursi untuk meningkatkan

kenyamanan operator. Berdasarkan hasil pengukuran data antropometri di dapat

ukuran meja yaitu tinggi meja 67 cm, lebar meja 63 cm, panjang meja 127 cm,

dan tinggi kursi yaitu 45 cm.

Hasil dari perhitungan nilai UCL, CL, dan LCL diagram x pada alat

pemotong bulu ayam hasil rancangan untuk panjang bulu ayam shuttle cock yaitu

6,38 cm, 6,61 cm dan 6,39cm, sudut sisi bagian bawah kanan bulu ayam shuttle

cock yaitu 49,42o, 47,95o dan 46,95o dan sudut sisi bagian bawah kiri bulu ayam

Page 173: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

shuttle cock yaitu 74,62o, 73,12o dan 71,62o. Diagram R panjang bulu ayam

shuttle cock yaitu 0,69 cm, 0,30 cm dan 0 cm, sudut sisi bagian bawah kanan bulu

ayam shuttle cock yaitu 4,61o, 2,20o dan 0o dan sudut sisi bagian bawah kiri bulu

ayam shuttle yaitu 4,70o, 2,06o, dan 0o.

Hasil perhitungan uji kuantitas pada interpretasi hasil ditempat penelitian

didapatkan rata-rata pemotongan bulu ayam shuttle cock per menit yaitu 40 bulu,

sedangkan hasil perhitungan dengan menggunakan alat pemotong bulu ayam yang

dirancang didapatkan rata-rata pemotongan bulu ayam shuttle cock per menit

yaitu 48 bulu. Selisih hasil pelubangan antara alat awal dengan alat rancangan

adalah 8 bulu ayam. Biaya depresiasi dari alat pemotong bulu ayam hasil

rancangan ongkos total yang dibutuhkan untuk memproduksi 39.600 helai bulu

ayam yaitu sebesar Rp 251.918, sedangkan besar kapasitas produksi pada alat

pemotong bulu ayam per tahun mampu memproduksi 6.635.520 helai.

Page 174: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi kesimpulan berdasarkan analisis yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya dan saran untuk pengrajin dan pengembangan penelitian

selanjutnya.

6.1 KESIMPULANKesimpulan dari penelitian ini, yaitu:

1. Alat yang dirancang adalah alat pemotong bulu ayam shuttle cock dengan dies

(pemotong) 3 mata pisau yang berfungsi sebagai pemotong tiga sisi bulu ayam

shuttle cock mendekati spesifikasi standar dengan panjang bulu ayam shuttle

cock 6,4 cm – 7,0 cm, sudut bagian bawah kanan bulu ayam shuttle cock

45O – 50O, sudut bagian bawah kiri bulu ayam shuttle cock 71O – 75O.

2. Perhitungan anthropometri dapat ditentukan fasilitas kerja operator dengan

dimensi kursi dengan tinggi 45 cm dan meja dengan tinggi 67 cm, lebar

63 cm, panjang 127 cm yang digunakan operator pada proses pemotongan

bulu ayam shuttle cock yang dirancang.

3. Perhitungan panjang bulu ayam shuttle cock dan sudut shuttle cock dengan

alat yang dirancang didapatkan nilai Cp panjang bulu ayam shuttle cock

1,15 cm, sudut bagian bawah kanan bulu ayam shuttle cock 1,02O dan sudut

bagian bawah kiri bulu ayam shuttle cock 1,16O, menunjukkan bahwa rata-

rata proses berada pada batas spesifikasi.

4. Rancangan alat pemotong bulu ayam dapat memproduksi produk sebanyak

39.600 helai bulu ayam atau lebih, maka sudah mendapatkan keuntungan.

Ongkos atau biaya total yang diperlukan dalam membuat 39.600 helai bulu

ayam Rp 251.918,-.

Page 175: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

6.2 SARANBeberapa saran yang dapat diberikan untuk pengrajin dan pengembangan

penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Penelitian selanjutnya disarankan merancang alat pemotong bulu ayam dengan

sistem pemotongan yang dapat memotong lebih dari satu bulu ayam guna

meningkatkan produksi shuttle cock.

2. Penelitian selanjutnya disarankan merancang alat pemotong bulu ayam shuttle

cock dengan sistem pneumatik yang dapat menghasilkan pemotongan yang

sesuai dengan standar PBSI.

3. Melakukan tindakan perbaikan terhadap fasilitas kerja operator dengan

meningkatkan kenyamanan operator dan merancang landasan bulu ayam

shuttle cock yang sesuai dengan standar PBSI.

Page 176: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Dorothea Wahyu, 2004. Pengendalian Kualitas Statistik, Andi,Yogyakarta.

Ahyari, Agus, 1983. Perencanaan Sistem Produksi, BPFE, Yogyakarta.

BBC, [Online, accessed 27 Agustus 2009]. Shuttle cock,URL:http://bbc.co.uk/hi/other_sports/badminton/5173112.stm.

Bagyo, Sucahyo, 1999. Mekanika Teknik 2, PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,Surakarta.

Crosby,1979. Statiscal Quality Control, Harper & Row, New York.

Garvin, McCain, 1984. The Game of Science, California: Brooks/Ccole, Montere.

Gaspersz, V, 2000. Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa, Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

J M, Juran, 1974. Quality Planning and Analysis, Tata Mcgrow-Hill PublicCompany, England.

Kamarwan, Sidarta S, 1984. Statika dan Bagian Mekanika Teknik, UII Press,Jakarta.

Mitra, Amitava, 1993. Fundamental Of Quality Control and Improvement,Macmillan Publishing Company, NewYork.

Mulyadi, 1991. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan,Raja Grafindo, Jakarta.

Nurmianto, Eko, 2004. Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasi, Prima Printing,Surabaya.

Purwito A, Akung, 2007. Perancangan Alat Bantu Pengendalian Kualitas ShuttleCock Secara Atribut pada Industri Kecil di Kelurahan Serengan, SkripsiUniversitas Sebelas Maret, Surakarta.

Ulrrich, Karl T. dan Eppinger, Steven D, 2000. Perancangan dan PengembanganProduk, Salemba Teknika, Jakarta.

Umar, Husein, 2003. Akutansi Penelitian Metodologi Penelitian Akutansi, GhaliaIndonesia, Jakarta.

Wignjosoebroto Sritomo, 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya,Surabaya.

Page 177: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Winanto, 2008. Perancangan Alat Pemotong Bulu Ayam Untuk MeningkatkanKuantitas dan Kualitas Pembuatan Produk Shuttle Cock pada IndustriKecil di Kelurahan Serengan Kotamadya Surakarta, Skripsi UniversitasSebelas Maret, Surakarta.

Page 178: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel L1.1 Data anthropometri

Data yang diukur (cm)NoTDT JTD TSK TSD TP

1 84 69 9 22 382 85 68 12 21 443 83 63 10 19 414 86 66 11 18 425 89 67 13 20 396 88 72 11 20 417 82 68 10 19 428 87 68 13 21 379 87 65 10 19 38

10 84 67 12 20 4011 90 65 10 18 3712 81 66 13 19 3813 86 69 11 20 4214 87 66 12 22 4015 86 69 11 21 3916 89 67 12 21 4017 87 66 13 20 4018 82 68 10 19 3919 88 68 11 20 4120 85 70 12 21 4221 87 69 13 19 4322 86 70 10 20 4223 87 66 12 22 4224 85 65 13 19 3925 89 64 11 22 4126 87 64 12 21 3927 88 69 11 19 3928 85 67 13 20 3829 87 67 12 22 3830 86 71 9 19 43

Page 179: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel L1.2 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan datatinggi duduk tegak (TDT)

No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2

1 84 2,1 4,412 85 1,1 1,213 83 3,1 9,614 86 0,1 0,015 89 -2,9 8,416 88 -1,9 3,617 82 4,1 16,818 87 -0,9 0,819 87 -0,9 0,81

10 84 2,1 4,4111 90 -3,9 15,2112 81 5,1 26,0113 86 0,1 0,0114 87 -0,9 0,8115 86 0,1 0,0116 89 -2,9 8,4117 87 -0,9 0,8118 82 4,1 16,8119 88 -1,9 3,6120 85 1,1 1,2121 87 -0,9 0,8122 86 0,1 0,0123 87 -0,9 0,8124 85 1,1 1,2125 89 -2,9 8,4126 87 -0,9 0,8127 88 -1,9 3,6128 85 1,1 1,2129 87 -0,9 0,8130 86 0,1 0,01

Jumlah : 2583 140,7

Page 180: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel L1.3 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan datajangkauan tangan depan (JTD)

No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2

1 69 -1,7 2,892 68 -0,7 0,493 63 4,3 18,494 66 1,3 1,695 67 0,3 0,096 72 -4,7 22,097 68 -0,7 0,498 68 -0,7 0,499 65 2,3 5,29

10 67 0,3 0,0911 65 2,3 5,2912 66 1,3 1,6913 69 -1,7 2,8914 66 1,3 1,6915 69 -1,7 2,8916 67 0,3 0,0917 66 1,3 1,6918 68 -0,7 0,4919 68 -0,7 0,4920 70 -2,7 7,2921 69 -1,7 2,8922 70 -2,7 7,2923 66 1,3 1,6924 65 2,3 5,2925 64 3,3 10,8926 64 3,3 10,8927 69 -1,7 2,8928 67 0,3 0,0929 67 0,3 0,0930 71 -3,7 13,69

Jumlah : 2019 132,3

Page 181: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel L1.4 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan dataTinggi situ kerja (TSK)

No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2

1 9 2,4 5,762 12 -0,6 0,363 10 1,4 1,964 11 0,4 0,165 13 -1,6 2,566 11 0,4 0,167 10 1,4 1,968 13 -1,6 2,569 10 1,4 1,96

10 12 -0,6 0,3611 10 1,4 1,9612 13 -1,6 2,5613 11 0,4 0,1614 12 -0,6 0,3615 11 0,4 0,1616 12 -0,6 0,3617 13 -1,6 2,5618 10 1,4 1,9619 11 0,4 0,1620 12 -0,6 0,3621 13 -1,6 2,5622 10 1,4 1,9623 12 -0,6 0,3624 13 -1,6 2,5625 11 0,4 0,1626 12 -0,6 0,3627 11 0,4 0,1628 13 -1,6 2,5629 12 -0,6 0,3630 9 2,4 5,76

Jumlah : 342 45,2

Page 182: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel L1.5 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan datatinggi siku duduk (TSD)

No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2

1 22 -1,9 3,612 21 -0,9 0,813 19 1,1 1,214 18 2,1 4,415 20 0,1 0,016 20 0,1 0,017 19 1,1 1,218 21 -0,9 0,819 19 1,1 1,21

10 20 0,1 0,0111 18 2,1 4,4112 19 1,1 1,2113 20 0,1 0,0114 22 -1,9 3,6115 21 -0,9 0,8116 21 -0,9 0,8117 20 0,1 0,0118 19 1,1 1,2119 20 0,1 0,0120 21 -0,9 0,8121 19 1,1 1,2122 20 0,1 0,0123 22 -1,9 3,6124 19 1,1 1,2125 22 -1,9 3,6126 21 -0,9 0,8127 19 1,1 1,2128 20 0,1 0,0129 22 -1,9 3,6130 19 1,1 1,21

Jumlah : 603 42,7

Page 183: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel L1.6 Bantuan untuk menghitung uji kecukupan datatinggi popliteal (TP)

No iX ( x - 1x ) ( x - 1x ) 2

1 38 2,1 4,412 44 -3,9 15,213 41 -0,9 0,814 42 -1,9 3,615 39 1,1 1,216 41 -0,9 0,817 42 -1,9 3,618 37 3,1 9,619 38 2,1 4,41

10 40 0,1 0,0111 37 3,1 9,6112 38 2,1 4,4113 42 -1,9 3,6114 40 0,1 0,0115 39 1,1 1,2116 40 0,1 0,0117 40 0,1 0,0118 39 1,1 1,2119 41 -0,9 0,8120 42 -1,9 3,6121 43 -2,9 8,4122 42 -1,9 3,6123 42 -1,9 3,6124 39 1,1 1,2125 41 -0,9 0,8126 39 1,1 1,2127 39 1,1 1,2128 38 2,1 4,4129 38 2,1 4,4130 43 -2,9 8,41

Jumlah : 1204 105,5

Page 184: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata

Tabel L1.7 Pemajemukan Diskrit

Page 185: perancangan alat pemotong bulu ayam menggunakan tiga sisi mata