Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

    1/8

    TUGAS

    Kimia Medisinal

    Hubungan Struktur dan Aktivitas Obat

    Perangsang Sistem Saraf Pusat

    Oleh :

    Romario Rompas 081011053

    Gabriel Nelwan 081011061

    Deliyana Lanti 081011062

    Jonly P. Uneputty081011088

    Program Studi Farmasi

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

  • 7/22/2019 Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

    2/8

    Universitas Sam Ratulangi

    Manado

    2011

    OBAT SISTEM SARAF PUSAT

    1.1 DEFINISI SISTEM SARAF PUSAT

    Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu jaringan

    saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi

    sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara

    individu dengan lingkungan sekitarnya.

    Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang serebrum medula

    dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-nyawa stimulan

    SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan pikiran dan semangat

    bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan amfetamin

    Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem saraf tepi

    (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-

    mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa

    sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik

    menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat

    ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik.

    Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.

    Obat obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek farmakodinamiknya

    dibagi atas dua golongan besar yaitu :

    merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung merangsang

    aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.

    menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung memblokir proses

    proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.

    Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang sangat luas

    (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum). Kelompok obat

  • 7/22/2019 Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

    3/8

    memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik khusus mempengaruhi

    pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.

    1.2 Klasifikasi Sistem Saraf Pusat

    Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar, yaitu:

    1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat fungsi-

    fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika);

    Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan psikostimulansia

    (wekamin)).

    2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan penyakit

    Parkinson.

    3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.

    4. Jenis obat vertigo dan obat migraine.

    Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan mengubah

    sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja transmitter)

    HUBUNGAN STRUKTUR DAN AKTIVITAS

    ANALEPTIK

    Dahulu analeptik adalah kelompok perangsang SSP yang kuat dan nonselektif.

    Dosis yang menyebabkan efek konvulsi dekat dengan dosis analeptic, seperti

    antarapicrotoxinin dan pentylenetetrazole. Keduanya sudah tidak dipakai sebagai

    obat, tetapi digunakan untuk menetukan aksi obat dalam penelitian. Agen terbaru,

    modafinil dandoxapram, lebih selektif dan digunakan sebagai narkolepsi dan perangsang

    pernafasan.

    Picrotoxin

  • 7/22/2019 Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

    4/8

    Picrotoxinin

    Picrotoxinin adalah senyawa aktif pada picrotoxin yang memiliki struktur sebagai berikut:

    Picrotoxinin Menu rut Jarb oe et a l . , gugu s h ydrox ylac ton yl ya ng m eng eli l ing i

    member ikan aktifitas dengan didampingi oleh gugus 2-propenyl yang mengelilinginya.

    Menggunakan picrotoxinin memberikan efek antagonis terhadap kerja GABA dengan

    menghambat efekaminobutyric acid (GABA) pada tingkat kanal klorida reseptor

    GABAA. O b a t i n i sudah tidak digunakan lagi secara medis. Secara farmakologi,

    obat ini telah digunakan untuk menentukan mekanisme aksi hipnotik- sedative dan

    antikonvulsan. Butirolakton terikat pada sisi picrotoxinin. Pikrotoksin digunakan untuk

    pengobatan depresi pernapasan yang disebabkan oleh kelebihan dosis turunan barbiturate atau

    lain-lain obat penekan sistem saraf pusat.

    Cincin butirolakton

    METILXANTIN

  • 7/22/2019 Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

    5/8

    Secara alami metilxantin muncul berupa kafein, teofilin dan teobromin.

    Kafein Teofilin Teobromin

    Mekanisme Kerja

    Turunan metilxantin dapat merangsang korteks serebra dan pusat medula.Turunan ini,

    terutama teofiin, dapat menghambat secara kompetitif siklik

    nukleotidafosfodiesterase, suatu enzim yang mengkatalisis konversi siklik 3,5-AMP

    menjadi 5-AMP, sehingga 3,5-AMP dalam jaringan meningkat dan menyebabkan

  • 7/22/2019 Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

    6/8

    rangsangan fisik karena kadar glukosa dalam otak meningkat. diduga pula bahwa

    turunan meti lxantin menimbulkan aktivitas dengan cara memblok reseptor adenosin

    sehingga mempengaruhi sejumlah besar fungsi fisiologis. Kafein telah digunakan secara luas

    sebagai stimulan SSP. Teofilin juga memiliki kegunaan medis sebagai stimulat SSP,

    tetapi sifat stimulasi SSP yang dimiikinya tidak menentu dan terkadang berat, dan

    berpotensi mengancam kehidupan, yang merupakan efek samping dar i

    penggunaann ya pada t erapi asma bronkia l . Teobromin memi l ik i ak t i f i t as

    CNS yang keci l (kemungkinan karena s i f a t

    fi si ko ki mi a ya ng bu ru k da la mpenghantarannya ke SSP ). Ka fe in se ri ng

    digu nak an pad a mi numa n k opi , te h, d an k ola . Pa da b ebe rap a penelitian, dosis

    85-250 mg kafein bertindak sebagai stimulan kortikal dan memfasilitasikejernihan pikiran

    dan keterjagaan, meningkatkan kemampuan konsentrasi kerja padatangan dan

    mengurangi kelelahan. Jika dosis ditingkatkan, efek sampingmengindikasikan

    stimulasi yang berlebihan (contohnya tidak bisa tidur, ansietas, gugup, dan tremor)

    menjadi l eb ih j e l as .

    Dengan penambahan dos i s , dapat t e r j adi konvuls i .Ulasan mengenai k er j a

    kafe in pada o tak dengan ru jukan khusus pada faktor yang

    mempengaruhi distribusi penggunaannya secara luas muncul dan dapat didefinisikan. E f e k

    C N S d a r i t e o f i l i n

    p a d a t i n g k a t d o s i s y a n g r e n d a h b a r u s e d i k i t y a n g dipelajari. Pada dosis

    yang tinggi, kecenderungan untuk menimbulkan kejang lebih besar pada teofilin dibandingkan

    dengan kafein. Pada penambahan menjadi stimulan kortikal,teofilin dan kafein adalah

    stimulan medula. Kafein mungkin digunakan pada pengobatan keracunan obat CNS depresan,

    meskipun itu bukan obat yang terbaik depresan,

    Kafein juga dilaporkan memiliki khasiat bronkodilator pada

    asma. Dikarenakan efek vasokonstriksinya, kafein memiliki khasiat untuk

    mengobat i migraine dan sakit kepala dan mungkin memiliki efek analgesik pada

    penggunaan lebih lanjut.Efek st imulasi CNS dari meti lxantin te rkadang dihubungkan

    dengan kemampuannya menghambat fosfodiesterase (Phosphodiesterase

    inhibiting ) . A k s i i n i kemungkinan tidak berhubungan dengan dosis

    terapetik. Fakta - fakta menunjukkan b ahw a ak si sti mu las i CNS le bih

  • 7/22/2019 Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

    7/8

    berhubungan pada kemampuan sen yawa in i untuk mengantagonis adenosine

    pada reseptor A1 dan A 3A. Semua informasi tentang reseptor ini masih dalam

    peneli tian . Subt ipe reseptor adenosine dan efek farmakologinya te lahdiperiksa.

    Permasalahan yang timbul pada senyawa-senyawa seperti kafein dan teofilin,adalah

    kurangnya selektifitas reseptor dan sifat subtipe reseptor yang bermacam-macam.

    Kafe in dan t eof i l in memi l ik i s t ruktur k imia yang pent ing secara f arm

    a se ti k. K e d u a n y a , m e r u p a k a n b a s a l e m a h . N i l a i p K a u n t u k k a f e i n

    adalah 0,8 dan 0,6 ,sedangkan untuk teofi l in 0,7. Nilai nilai ini menunjukkan

    kebasaan gugus nitrogenimino pada posisi 9. Sebagai asam, kafein memiliki nilai

    pKa diatas 14 dan 8,8 untuk t eof i l in. Pada t eof i l in , pro ton dapat d iber i kan

    dar i p osi si 7 ( da pa t ber tin da k se ba ga iasam). Kafein tidak dapat menberikan

    proton dari posisi 7 dan tidak dapat bert indak sebagai asam pada pH dibawah 14.

    Kafein memiliki gugus elektofilik pada posisi 1, 3, dan 7. Sebagai tambahan, sisi

    keasaman terletak pada posisi 7, teofilin memiliki sisi keasaman pada posisi 1

    dan 3. Dalam kondis i terkond ensas i , kedua nya memil iki pasangan donor

    elektron, namun hanya teofilin sebagai donor proton pada sebagian besar sistem

    farmasetika.Walaupun keduanya cukup larut dalam air panas (misalnya, kafein 1 : 6

    pada suhu 800C) , maupun sangat l a ru t da lam a i r pada t empera tur kamar

    (kafe in 1 : 40 , t eof i l in seki t ar 1 : 120) . Oleh karena i tu , berbagai macam

    campuran a tau kompleks d idesa in untuk meningkatkan kelaru tan

    (m is al n ya , ka fe in si tr at , ka fe in da n na tr iu mbenzoat, campuran etilendiamin

    teofilin[aminofilin]).

    Ikatan protein kafein dalam darah tidak terlalu kuat: yaitu sekitar 50%.

    Perbedaan substituen pada posisi 7 dapat mempengaruhi. Secara umum, kafein

    lebih lipofilik daripada teofilin sehingga konsentrasinya di otak lebih tinggi. Waktu

    paruh kafein adalah 5 hingga 8 jam dan waktu paruh teofilin adalah sekitar 3,5 jam. Sekitar

    1%dari masing-masing komponen akan diekskresi tanpa perubahan. Komponen

    tersebut dimetabolisme di hati. Metabolit utama dari kafein adalah asam-1-metalurat dan

    metabolit utama dari teofilin adalah asam-1,3-dimetilurat. Komponen lainnya

    dimetabolisme menjadi asam urat dan hasil metabolisme tersebut tidak saling

    berkontraindikasi pada asam urat.

  • 7/22/2019 Perangsang Sistem Saraf Pusat (Kimed)

    8/8