Upload
dangtuyen
View
285
Download
21
Embed Size (px)
Citation preview
[1]
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN
NOMOR 28 TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN
TAHUN 2012-2032
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANYUASIN
Menimbang : a. bahwa dalam rangka perencanaan tata ruang wilayah
Kabupaten Banyuasin sebagai pedoman bagi semua
kegiatan pemanfaatan ruang secara optimal, serasi,
seimbang, terpadu, tertib lestari, dan berkelanjutan
perlu segera dilakukan penataan ruang dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila;
b. bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Banyuasin yang diatur dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Banyuasin Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
sudah tidak sesuai lagi oleh karena itu perlu ditinjau
kembali;
c. bahwa…
[2]
c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional, maka kebijakan dan
strategi penataan ruang wilayah nasional perlu
dijabarkan ke dalam revisi Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyuasin; dan
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
tercantum huruf a, dan huruf b, perlu ditetapkan
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyuasin tahun 2012-2032.
Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi
Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4181);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
4. Undang…
[3]
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam
Penataan Ruang (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5160);
9. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 31);
10. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2006 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera
Selatan (Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 14,
Tambahan Lembaran Daerah Nomor 1).
DEWAN…
[4]
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BANYUASIN
dan
BUPATI BANYUASIN
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012– 2032.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan;
2. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Sumatera Selatan;
3. Daerah adalah daerah Kabupaten Banyuasin;
4. Bupati adalah Kepala Daerah Kabupaten Banyuasin;
5. Kabupaten adalah Kabupaten Banyuasin;
6. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah;
7. Ruang adalah Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya;
8. Tata Ruang adalah Wujud Struktur Ruang dan Pola Ruang;
9. Struktur Ruang adalah Susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional;
10. Pola…
[5]
10. Pola Ruang adalah Distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya;
11. Penataan Ruang adalah Suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
12. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam
penataan ruang;
13. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan
ruang;
14. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan
penataan ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
15. Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat;
16. Pemanfaatan Ruang adalah Upaya untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan
dan program;
17. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah Upaya untuk mewujudkan
tertib tata ruang;
18. Rencana Tata Ruang adalah Hasil Perencanaan Tata Ruang;
19. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin, selanjutnya
disingkat RTRW Kabupaten Banyuasin adalah arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Banyuasin;
20. Tujuan...
[6]
20. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten adalah tujuan yang
ditetapkan pemerintah daerah kabupaten yang merupakan arahan
perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kabupaten
pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional;
21. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah Arahan
pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah guna
mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun
waktu 20 (dua puluh) tahun;
22. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten adalah Penjabaran
kebijakan penataan ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian
tindakan yang lebih nyata yang menjadi dasar dalam penyusunan
rencana struktur dan pola ruang wilayah kabupaten;
23. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten adalah Rencana yang
mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan
kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan
prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan
skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem
jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem
jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan
atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana
lainnya;
24. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi yang selanjutnya disebut PKWp adalah
Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
Provinsi atau beberapa Kabupaten/Kota;
25. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah Kawasan
Perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten
atau beberapa Kecamatan;
26. Pusat...
[7]
26. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah
Kawasan Perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
Kecamatan atau beberapa Desa;
27. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah
Pusat Permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar
Desa;
28. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten adalah
Rencana Jaringan Prasarana Wilayah yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan Wilayah Kabupaten dan untuk melayani kegiatan
yang memiliki cakupan Wilayah layanan prasarana skala Kabupaten;
29. Jalan adalah Seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas umum, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,kecuali
jalan rel dan jalan kabel;
30. Rencana Sistem Perkotaan di Wilayah Kabupaten adalah Rencana
Susunan Kawasan Perkotaan sebagai pusat kegiatan di dalam Wilayah
Kabupaten yang menunjukkan keterkaitan saat ini maupun rencana
yang membentuk hirarki pelayanan dengan cakupan dan dominasi
fungsi tertentu dalam Wilayah Kabupaten;
31. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten adalah Rencana distribusi
peruntukan ruang Wilayah Kabupaten yang meliputi peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan budidaya yang dituju sampai dengan akhir
masa berlakunya RTRW Kabupaten yang memberikan gambaran
pemanfaatan ruang Wilayah Kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun
mendatang;
32. Arahan...
[8]
32. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten adalah Arahan
Pengembangan Wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang Wilayah Kabupaten sesuai dengan RTRW Kabupaten melalui
penyusunan dan pelaksanaan program penataan/pengembangan
Kabupaten beserta pembiayaannya, dalam suatu indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan Kabupaten yang berisi rencana
program utama, sumber pembiayaan, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan;
33. Holding Zone adalah Kawsan Hutan yang diusulkan perubahan fungsi
dan peruntukannya dan bukan kawasan hutan yang diusulkan
menjadi kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan dalam revisi RTRW
yang belum mendapat persetujuan substansi menteri kehutanan;
34. Indikasi Program Utama jangka menengah 5 (lima) tahunan adalah
Petunjuk yang memuat usulan program utama, lokasi, waktu
pelaksanaan, sumber dana, dan instansi pelaksana dalam rangka
mewujudkan ruang kabupaten yang sesuai dengan rencana tata ruang;
35. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten
adalah Ketentuan-ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya
mengendalikan pemanfaatan ruang Wilayah Kabupaten agar sesuai
dengan RTRW Kabupaten yang berbentuk ketentuan umum peraturan
zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi untuk Wilayah Kabupaten;
36. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Sistem Kabupaten adalah
Ketentuan umum yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur
pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten;
37. Ketentuan Perizinan adalah Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh
setiap pihak sebelum melakukan kegiatan pemanfaatan ruang, yang
digunakan sebagai alat dalam melaksanakan pembangunan sesuai
dengan rencana tata ruang;
38. Ketentuan...
[9]
38. Ketentuan Insentif dan Disinsentif adalah Perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah,
membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan
dengan rencana tata ruang;
39. Arahan Sanksi adalah Arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa
saja yang melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang;
40. Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/ atau aspek fungsional.
41. Kawasan adalah Wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
42. Kawasan Lindung adalah Wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya buatan.
43. Kawasan Hutan adalah Wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya
sebagai hutan tetap.
44. Kawasan Hutan Lindung adalah Kawasan Hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan
sekitarnya maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan
banjir dan erosi, serta pemeliharaan kesuburan tanah.
45. Kawasan Budidaya adalah Wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
46. Hutan Produksi adalah Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
47. Kawasan...
[10]
47. Kawasan Permukiman adalah Bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan
penghidupan.
48. Kawasan Perdesaan adalah Wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
49. Kawasan Perkotaan adalah Wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
50. Ruang Terbuka Hijau selanjutnya disebut RTH adalah Area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
51. Kawasan Resapan Air adalah Kawasan yang mempunyai kemampuan
tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat
pengisian air bumi yang berguna sebagai sumber air.
52. Sempadan Pantai adalah Daratan sepanjang tepian yang lebarnya
proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100
(seratus) meter dari titik pasang tertinggi kea rah darat.
53. Sempadan Sungai adalah Kawasan sepanjang kiri-kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
54. Daerah Reklamasi Rawa (DRR) adalah keseluruhan saluran baik
primer, sekunder, maupun tersier dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan, beserta bangunan pelengkapnya yang diperlukan untuk
pengaturan, pembuangan, pemberian, pembagian dan penggunaan air.
55. Kawasan...
[11]
55. Kawasan Agropolitan adalah Kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi
pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukan
oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarkis keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
56. Kawasan Minapolitan adalah Suatu bagian wilayah yang mempunyai
fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentra pengolahan, pemasaran
komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung
lainnya.
57. Kawasan Strategis Provinsi adalah Wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,budaya, dan/atau
lingkungan.
58. Kawasan Strategis Kabupaten adalah Wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten terhadap ekonomi,sosial, budaya, dan/atau
lingkungan,
59. Kawasan Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan dilaut.
60. Kawasan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk kepentingan pertahanan dan keamanan
negara
61. Pulau Kecil adalah Pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
2.000 km² (dua ribu) kilometer persegi beserta kesatuan ekosistemnya.
62. Reklamasi adalah Kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka
meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut
lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan
lahan, atau drainase.
63. Masyarakat adalah Orang perorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi dan/atau pemangku kepentingan
non pemerintah lain dalam penataan ruang.
64. Peran...
[12]
64. Peran Serta Masyarakat adalah Partisipasi aktif masyarakat dalam
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
65. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Hidup
adalah Upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan
hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
masakini dan generasi masa depan.
66. Izin Pemanfaatan Ruang adalah Izin yang dipersyaratkan dalam
kegiatan pemanfaatan ruang.
67. Orang adalah Orang perseorangan dan/ atau korporasi.
BAB II
FUNGSI DAN KEDUDUKAN
Pasal 2
(1) RTRW Kabupaten berfungsi sebagai arahan struktur dan pola ruang,
pemanfaatan sumberdaya, dan pembangunan daerah serta penyelaras
kebijakan penataan ruang Nasional, Provinsi, dan Kabupaten. RTRW
Kabupaten juga berfungsi sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten dan pedoman penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten.
(2) Kedudukan RTRW Kabupaten adalah:
a. sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun tata ruang nasional;
penyelaras bagi kebijakan penataan ruang provinsi; dan pedoman
bagi pelaksanaan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin; dan
b. sebagai dasar pertimbangan dalam penyelarasan penataan ruang
antar wilayah lain yang berbatasan; dan kebijakan pemanfaatan
ruang Kabupaten, lintas kecamatan, dan lintas ekosistem.
BAB III ...
[13]
BAB III
LINGKUP WILAYAH PERENCANAAN DAN MUATAN RTRW KABUPATEN
Pasal 3
(1) Wilayah Kabupaten Banyuasin terdiri atas 19 (Sembilan belas)
kecamatan dengan luas wilayah daratan kurang lebih 1.183.299 (satu
juta seratus delapan puluh tiga ribu dua ratus Sembilan puluh
sembilan) hektar dan luas lautan kurang lebih 192.101 (seratus
sembilan puluh dua ribu seratus satu) hektar.
(2) Batas wilayah Kabupaten, meliputi:
a. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur, Muaro Jambi Provinsi Jambi dan Selat Bangka;
b. sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pangkalan Lampam
dan Air Sugihan (Kabupaten Ogan Komering Ilir);
c. sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bayung Lencir,
Kecamatan Sungai Lilin, Lais dan Lalan (Kabupaten Musi
Banyuasin); dan
d. sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Jejawi dan
Kecamatan Pampangan (Kabupaten Ogan Komering Ilir), Kota
Palembang, Kecamatan Abab, Kecamatan Sungai Rotan, Kecamatan
Gelumbang, Kecamatan Muara Belida (Kabupaten Muara Enim),
Kecamatan Pemulutan (Kabupaten Ogan Ilir).
(3) Lingkup wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kecamatan Rantau Bayur dengan luas kurang lebih 45.336 (empat
puluh lima ribu tiga ratus tiga puluh enam) hektar;
b. Kecamatan Rambutan dengan luas kurang lebih 47.540 (empat
puluh tujuh ribu lima ratus empat puluh) hektar;
c. Kecamatan Banyuasin I dengan luas kurang lebih 21.487 (dua
puluh satu ribu empat ratus delapan puluh tujuh) hektar;
d. Kecamatan Makarti Jaya dengan luas kurang lebih 48.278 (empat
puluh delapan ribu dua ratus tujuh puluh delapan) hektar;
e. Kecamatan...
[14]
e. Kecamatan Betung dengan luas kurang lebih 38.015 (tiga puluh
delapan ribu lima belas) hektar;
f. Kecamatan Banyuasin III dengan luas kurang lebih 31.866 (tiga
puluh satu ribu delapan ratus enam puluh enam) hektar;
g. Kecamatan Pulau Rimau dengan luas kurang lebih 90.618
(Sembilan puluh ribu enam ratus delapan belas) hektar;
h. Kecamatan Muara Telang dengan luas kurang lebih 32.453 (tiga
puluh dua ribu empat ratus lima puluh tiga) hektar;
i. Kecamatan Talang Kelapa dengan luas kurang lebih 46.596 (empat
puluh enam ribu lima ratus Sembilan puluh enam) hektar;
j. Kecamatan Muara Padang dengan luas kurang lebih 94.200
(Sembilan puluh empat ribu dua ratus) hektar;
k. Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang lebih 493.200 (empat
ratus Sembilan puluh tiga ribu dua ratus) hektar;
l. Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas kurang lebih 68.336 (enam
puluh delapan ribu tiga ratus tiga puluh enam) hektar;
m. Kecamatan Tanjung Lago dengan luas kurang lebih 82.010 (delapan
puluh dua ribu sepuluh) hektar;
n. Kecamatan Muara Sugihan dengan luas kurang lebih 106.670
(seratus enam ribu enam ratus tujuh puluh) hektar;
o. Kecamatan Air Saleh dengan luas kurang lebih 27.929 (dua puluh
tujuh ribu sembilan ratus sembilan puluh dua) hektar;
p. Kecamatan Suak Tapeh dengan luas kurang lebih 32.751 (tiga
puluh dua ribu tujuh ratus lima puluh satu) hektar;
q. Kecamatan Sembawa dengan luas kurang lebih 22.105 (dua puluh
dua ribu seratus lima) hektar;
r. Kecamatan Air Kumbang dengan luas kurang lebih 36.222 (tiga
puluh enam ribu dua ratus dua puluh dua) hektar; dan
s. Kecamatan Sumber Marga Telang dengan luas kurang lebih 24.188
(dua puluh empat ribu seratus delapan puluh delapan) hektar.
Pasal 4 ...
[15]
Pasal 4
Materi muatan RTRW Kabupaten ini meliputi:
a. tujuan, kebijakan dan strategi;
b. rencana struktur ruang wilayah;
c. rencana pola ruang wilayah;
d. penetapan kawasan strategis Kabupaten;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah;
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah; dan
g. hak, kewajiban, dan peran masyarakat.
BAB IV
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 5
penataan ruang wilayah Kabupaten bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan Kabupaten Banyuasin melalui pengembangan pertanian dan
pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan ditunjang kegiatan
industri serta pertambangan untuk pembangunan berkelanjutan.
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Pasal 6
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, ditetapkan kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah Kabupaten.
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pembentukan...
[16]
a. Pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup
seluruh wilayah Kabupaten;
b. Peningkatan aksesibilitas, pelayanan sarana dan prasarana;
c. Pemantapkan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan
lindung;
d. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan budidaya yang
ramah lingkungan;
e. Pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kelestarian sumber daya alam hayati, dan budaya; dan
f. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
Pasal 7
(1) Strategi untuk pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang
mencakup seluruh wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 ayat (2) huruf a, meliputi:
a. mengembangkan Ibukota Kecamatan Sungsang menjadi satu pusat
kegiatan utama wilayah kabupaten (PKWp) sesuai arahan dalam
RTRWP;
b. mengembangkan wilayah Pangkalan Balai, menjadi pusat kegiatan
lokal (PKL) wilayah kabupaten sesuai arahan dalam RTRWP dan
mempromosikan pusat utama lainnya sesuai dengan potensinya;
c. menetapkan pusat kegiatan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan
(PPK); dan
d. menetapkan pusat kegiatan/pusat permukiman yang memiliki
wilayah layanan antar desa dan atau lebih dari satu desa sebagai
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), selain yang telah ditetapkan
sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK).
(2) Strategi...
[17]
(2) Strategi untuk Peningkatan aksesibilitas, pelayanan sarana dan
prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf b, meliputi:
a. membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi
keseluruh bagian wilayah Kabupaten;
b. mengembangkan jaringan jalan secara hirarkis yang
menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan
dan antara pusat-pusat kegiatan dengan masing-masing wilayah
pelayanan;
c. mengembangkan sistem angkutan umum darat yang
menghubungkan antar pusat-pusat kegiatan pusat permukiman
penduduk dan mendukung pengembangan terminal penumpang
dan bongkar muat yaitu terminal tipe A di Sungsang dan terminal
tipe B di Pangkalan Balai sesuai arahan RTRWP;
d. mengembangkan sistem transportasi air di wilayah perairan
Kabupaten Banyuasin disertai dengan meningkatkan kualitas dan
kuantitas dermaga yang saling terintegrasi dengan rencana
pelabuhan Tanjung Api-Api;
e. mendukung pembangunan jalur kereta api menuju kawasan
Tanjung Api-Api dan jalur regional yang menghubungkan Provinsi
Sumatera Selatan dengan Provinsi Jambi yang melalui Kecamatan
Betung;
f. menyediakan fasilitas pelayanan sosial-ekonomi (kesehatan,
pendidikan, air bersih, pasar, olahraga, pemerintahan dan
sebagainya); dan
g. meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan listrik,
telekomunikasi, air bersih yang mencapai seluruh wilayah
Kecamatan.
(3) Strategi untuk pemantapan, perlindungan dan peningkatan kualitas
kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf
c, meliputi:
a. mewujudkan...
[18]
a. mewujudkan Ruang Terbuka Hijau minimal 30% (tiga puluh) persen
dari luas wilayah kota dan mewujudkan hutan minimal 30% (tiga
puluh) persen dari setiap DAS dengan sebaran yang proporsional
yang berada di Kabupaten;
b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun kualitasnya;
c. mempertahankan dan melestarikan Kawasan Taman Nasional
Sembilang sebagai green belt area dan kawasan konservasi untuk
mempertahankan dan melestarikan kawasan mangrove yang
berbasis masyarakat;
d. menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam
rangka kegiatan pengembangan dan penelitian fungsi kawasan
lindung terutama pada kawasan Taman Nasional Sembilang, hutan
lindung dan cagar alam laut;
e. rehabilitasi lahan kritis, sedimentasi dan abrasi terutama pada
wilayah pesisir dan hulu sungai yang terjadi di Kabupaten; dan
f. meningkatkan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan
sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis
wilayah sungai dan daerah aliran sungai.
(4) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan
budidaya yang ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (2) huruf d, meliputi:
a. mengoptimalkan pemanfaatan lahan non produktif sebagai
kawasan budidaya pertanian yang didukung oleh penyediaan
seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan;
b. pembangunan dan pengembangan kawasan hutan produksi, hutan
produksi konversi dan hutan rakyat;
c. pembangunan dan pengembangan kawasan pertanian tanaman
pangan, hortikultura, peternakan serta kawasan perkebunan rakyat
dan perkebunan swasta nasional;
d. pembangunan...
[19]
d. pembangunan dan pengembangan kawasan perikanan air tawar, air
payau dan perikanan tangkap baik di perairan umum maupun
perairan laut;
e. mengembangkan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kegiatan pariwisata untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir;
f. mengembangkan kawasan pariwisata;
g. mengembangkan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan
serta pulau-pulau kecil yang diarahkan untuk mendukung
pengembangan pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan;
h. mengembangkan kawasan pertambangan untuk pengelolaan
potensi sumber daya alam secara berimbang dan berkelanjutan
dengan memprioritaskan aspek keseimbangan ekosistem dan
pelestarian lingkungan hidup; dan
i. mengembangkan kegiatan industri untuk mendukung peningkatan
nilai tambah, produktivitas dan saling terintegrasi dengan kegiatan
lainnya.
(5) Strategi untuk pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kelestarian sumber daya alam hayati, dan budaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf e, meliputi:
a. mengembangkan budidaya pertanian pangan sebagai bagian
terbesar penopang produksi untuk Provinsi Sumatera Selatan yang
ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional melalui intensifikasi
dan ekstensifikasi pertanian dengan pusat pengembangan pada
wilayah pertanian lahan pasang surut;
b. mengembangkan dan membangun sarana prasarana pendukung
industri terpadu dan Pelabuhan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat;
c. mengembangkan Kawasan Agropolitan, Minapolitan, KTM, Kawasan
Migas dan Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN)
melalui penyediaan prasarana dan sarana serta fasilitas lainnya;
d. mengembangkan...
[20]
d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
perdagangan yang terpusat di Kawasan Betung;
e. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pusat kegiatan
perkantoran di Kawasan Pangkalan Balai;
f. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan
industri yang terpusat di Kawasan Industri Gasing dan Mariana;
g. mengembangkan dan meningkatkan kerjasama regional, nasional
bahkan internasional di bidang ekonomi berupa perluasan
pemasaran hasil produksi dan membuka peluang investasi dan di
bidang edukasi berupa kegiatan penelitian melalui Kawasan
Agrocenter di Kecamatan Sembawa;
h. mengembangkan sarana prasarana perkotaan di kawasan pusat
permukiman yang diarahkan untuk mendukung pengembangan
pusat-pusat kegiatan dan pusat pelayanan pada kawasan
hinterland kota Palembang;
i. mengembangkan prasarana dan sarana Kawasan Kampung Nelayan
Sungsang sebagai Kawasan Cagar Budaya melalui kegiatan
revitalisasi kawasan; dan
j. Pemeliharaan dan pelestarian kawasan Taman Nasional Sembilang
dan Suaka Margasatwa Padang Sugihan sebagai fungsi pelestarian
alam dan pelestarian suaka alam.
(6) Strategi untuk melaksanakan kebijakan sebagaimana dimaksud pada
huruf f terdiri atas:
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan;
b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan
peruntukannya;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya
tidak terbangun disekitar kawasan pertahanan dan keamanan
negara sebagai zona penyangga; dan
d. turut...
[21]
d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan
keamanan.
BAB V
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten meliputi:
a. rencana sistem perkotaan wilayah kabupaten;
b. rencana sistem jaringan prasarana skala kabupaten yang meliputi:
1. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi
2. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi;
3. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
telekomunikasi
4. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumberdaya
air;
5. rencana pengembangan jaringan prasarana lingkungan; dan
6. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya.
(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten digambarkan dalam peta
dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam
Gambar 3.4 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Perkotaan
Pasal 9
(1) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf
a terdiri atas:
a. PKWp;
b. PKL...
[22]
b. PKL;
c. PPK; dan
d. PPL.
(2) Pusat Kegiatan yang ditetapkan sebagai PKWp sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terletak di Wilayah Sungsang Kecamatan
Banyuasin II.
(3) Pusat Kegiatan yang ditetapkan sebagai PKL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, terletak di Kelurahan Pangkalan Balai
Kecamatan Banyuasin III.
(4) Pusat Kegiatan yang ditetapkan sebagai PPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c terletak di:
a. kawasan perkotaan Betung di Kecamatan Betung;
b. kawasan perkotaan Mariana di Kecamatan Banyuasin I;
c. kawasan perkotaan Sukajadi di Kecamatan Talang Kelapa;
d. kawasan perkotaan Telang Jaya di Kecamatan Muara Telang;
e. kawasan perkotaan Jakabaring di Kecamatan Rambutan ; dan
f. kawasan perkotaan Makarti Jaya di Kecamatan Makarti Jaya.
(5) Pusat Kegiatan yang ditetapkan sebagai PPL sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d terletak di:
a. Tebing Abang Kecamatan Rantau Bayur;
b. Tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago;
c. Teluk Betung Kecamatan Pulau Rimau;
d. Sumber Makmur Kecamatan Muara Padang;
e. Tirta Harja Kecamatan Muara Sugihan;
f. Salek Mukti Kecamatan Air Salek;
g. Sidomulyo Kecamatan Tungkal Ilir;
h. Lubuk Lancang Kecamatan Suak Tapeh; dan
i. Sembawa Kecamatan Sembawa.
j. Muara Telang Kecamatan Sumber Marga Telang
k. Air Kumbang Bakti Kecamatan Air Kumbang
Bagian...
[23]
Bagian Ketiga
Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Jaringan Prasarana
Transportasi
Pasal 10
Sistem jaringan prasarana transportasi sebagaimana dimaksud pada Pasal
8 ayat (1) huruf b angka 1, meliputi:
a. rencana sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi perkeretaapian;dan
c. rencana sistem transportasi laut.
Pasal 11
(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf a terdiri atas :
a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi :
1. jaringan jalan dan jembatan; dan
2. jaringan prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).
b. jaringan angkutan sungai, danau dan penyebrangan (ASDP).
(2) Jaringan jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a angka 1 terdiri atas:
a. jaringan jalan arteri primer, meliputi:
1. ruas jalan Sei Lilin - Betung; dan
2. ruas jalan Betung - Batas Kota Palembang.
b. jaringan jalan kolektor primer 1 meliputi:
1. ruas Simpang Betung - Sekayu;
2. ruas Kabupaten OKI - Kecamatan Muara Padang - Kecamatan
Air Saleh - Kecamatan Muara Telang – Kecamatan Marga Air
Telang - Kecamatan Banyuasin II;
3. ruas Palembang - Rambutan - Kayu Agung;
4. ruas Palembang - Rambuan - Tulung Selapan; dan
5. ruas Pangkalan Balai - Rantau Bayur - Kabupaten Muara Enim;
c. jaringan ...
[24]
c. jaringan jalan kolektor primer 4 meliputi ruas Pangkalan Balai-
Sekayu
d. jaringan jalan lokal primer, meliputi :
1. peningkatan Ruas jalan Pangkalan Balai - Pulau Rimau -
Tungkal Ilir;
2. peningkatan Ruas Jalan Palembang - Banyuasin I – Air
Kumbang - Muara Padang - Muara Sugihan - Kabupaten OKI;
3. peningkatan Ruas jalan Kabupaten Muba - Kecamatan Tungkal
Ilir;
4. peningkatan Ruas jalan Kabupaten Muara Enim - Kecamatan
Rantau Bayur - Kecamatan Betung - Kecamatan Banyuasin III -
Kecamatan Sembawa - Kecamatan Talang Kelapa - Kecamatan
Tanjung Lago;
5. Pembangunan Ruas Jalan Tanjung Lago - Muara Telang –
Sumber Marga Telang; dan
6. Pembangunan Ruas Jalan Makarti Jaya - Air Saleh - Air
Kumbang - Banyuasin I.
e. Jaringan jalan bebas hambatan, meliputi :
1. ruas Palembang - Tanjung Api-Api
2. jalan Lingkar Luar Timur ruas Rambutan - Banyuasin I - Talang
Kelapa; dan
3. jalan Lingkar Luar Barat ruas Kecamatan Rambutan -
Kecamatan Sembawa.
f. Jaringan jalan khusus untuk peruntukan pengangkutan batubara
meliputi ruas Kabupaten Muara Enim - Kecamatan Rantau Bayur -
Kecamatan Suak Tapeh - Kecamatan Banyuasin III - Kecamatan
Sembawa - Kecamatan Talang Kelapa - Kecamatan Tanjung Lago -
Kecamatan Banyuasin II.
g. rencana pengembangan jembatan meliputi:
1. peningkatan jembatan ruas Kecamatan Banyuasin I -
Kecamatan Muara Sugihan
2. peningkatan...
[25]
2. peningkatan jembatan Terusan Sebalik;
3. peningkatan jembatan Gasing;
4. peningkatan jembatan Pulau Rimau;
5. peningkatan jembatan Tungkal Ilir;
6. peningkatan jembatan Rambutan;
7. pembangunan jembatan Teluk Tenggulang;
8. pembangunan jembatan Muara Telang;
9. pembangunan jembatan Banyuasin I;
10. pembangunan jembatan Rantau Bayur;
11. pembangunan jembatan Muara Sugihan; dan
12. pembangunan jembatan Sedang - Banyuasin III.
(3) Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan (LLAJ) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 2, berupa pengembangan
prasarana terminal,terdiri atas :
a. rencana pengembangan terminal penumpang, terdiri atas :
1. peningkatan terminal tipe A terletak di Kecamatan Betung;
2. peningkatan termina tipe C terletak di Sungsang dan
Kecamatan Suak Tapeh;
3. pembangunan terminal tipe A terletak di Kawasan Tanjung Api-
Api;
4. pembangunan terminal tipe B terletak di Pangkalan Balai dan
Sebalik;
5. pembangunan terminal tipe C terletak di Kecamatan Rambutan,
Pulau Rimau, Talang Keramat dan di Cinta Manis;
6. pembangunan terminal multimoda di Sebalik.
b. rencana pengembangan terminal barang, terdiri atas :
1. Terminal Batubara yang terletak di Kecamatan Tanjung Lago
sebanyak 4 (empat) unit, dan 1 (satu) unit di Kecamatan Muara
Telang;
2. terminal CPO terletak di Kecamatan Banyuasin I;
3. terminal Aspal terletak di Kecamatan Banyuasin I; dan
4. terminal...
[26]
4. terminal Galangan Kapal terletak di Kecamatan Banyuasin I dan
Tanjung Api-Api
(4) Rencana pengembangan rute trayek angkutan umum, terdiri atas:
a. angkutan antar perdesaan;
1) Sukajadi - Pangkalan Balai;
2) Serong - Sukajadi - Sungai Rengit - Talang Keramat;
3) Pangkalan Balai - Pengumbuk;
4) Pangkalan Balai - Tanjung Kepayang;
5) Pangkalan Balai - Setreo - Sedang;
6) Pangkalan Balai - Terentang;
7) Pangkalan Balai - Sri Bandung;
8) Pangkalan Balai - Lubuk Saung - Lebong;
9) Terminal Betung - Tebenan - Purwosari - Talang Jaya Indah -
Paldas;
10) Terminal Betung - Sungai Lilin;
11) Terminal Betung - Lais; dan
12) Terminal Betung - Tanjung Api-Api.
b. angkutan antar kota dalam kabupaten;
1) Sukajadi - Pangkalan Balai - Betung; dan
2) Sukajadi - Pangkalan Balai - Pulau Rimau.
c. angkutan antar kota/kabupaten;
1) Mariana – Plaju - Prajen;
2) Cinta Manis Baru - Terminal Plaju;
3) Sungai Dua - Terminal Plaju;
4) Perumnas Meritai - Terminal Plaju;
5) Plaju - Muara Padang;
6) Jakabaring - Kebonsahang;
7) Kenten Laut - Pasar kuto; dan
8) Betung - Sekayu.
(5) Jaringan angkutan sungai, danau dan penyebrangan (ASDP)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. pengembangan...
[27]
a. pengembangan pelabuhan sungai (dermaga) dijabarkan lebih lanjut
dalam Gambar 3.2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini;
b. pengembangan moda angkutan sungai; dan
c. pengembangan alur pelayaran sungai melalui Sungai Musi, Sungai
Gasing, Sungai Banyuasin, Sungai Telang, Sungai Lalan, Sungai
Kenten, Sungai Salek, Sungai Tungkal, Sungai Calik, Sungai Primer
2, Sungai Kumbang, Sungai Padang, Sungai Sebalik, Sungai
Makarti, jalur 6, jalur 8, jalur 10 (Kecamatan Air Salek), jalur 6,
jalur 8, jalur 10 (Kecamatan Muara Telang), jalur 19, jalur 17
(Kecamatan Tanjung Lago), jalur 18, jalur 20 (Kecamatan Muara
Padang), Jalur 13, Jalur 14, jalur 16 (Kecamatan Muara Sugihan).
Pasal 12
(1) Rencana sistem transportasi perkeretaapian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf b, terdiri atas:
a. prasarana perkeretaapian; dan
b. jaringan jalur kereta api.
(2) Rencana pengembangan prasarana perkeretaapian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. stasiun simpang di Kertapati;
b. stasiun gasing; dan
c. stasiun barang di Kawasan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat.
(3) Rencana pengembangan jaringan jalur kereta api sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. jalur kereta api umum, meliputi:
1. pembangunan jalur untuk rute Tanjung Enim-Tanjung Api-
Api/Tanjung Carat;
2. pembangunan jalur ganda (double track) untuk rute Palembang-
Betung-Batas Jambi; dan
3. pembangunan jalur untuk Stasiun Simpang - Banyuasin I.
b.jalur...
[28]
b. jalur kereta api khusus, meliputi jalur kereta api batu bara lintas
Tanjung Enim - Tanjung Api-Api/Tanjung Carat.
Pasal 13
(1) Rencana pengembangan sistem transportasi laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 huruf c, terdiri atas:
a. tatanan kepelabuhan; dan
b. alur pelayaran.
(2) tatanan kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
meliputi
a. pelabuhan utama Tanjung Carat di Kecamatan Banyuasin II;
b. pelabuhan pengumpul Tanjung Api-Api;
c. pelabuhan pengumpan terletak di:
1. Teluk Tenggulang
2. Sungai Tungkal
3. Penuguan
4. Lebung
d. pembangunan Terminal khusus terletak di :
1. Teluk Tenggulang Kecamatan Pulau Rimau;
2. Prajin di Kecamatan Banyuasin I;
3. Sritiga, Teluk Payo, Tebing Abang, Kemang Bejalu, Lebung di
Kecamatan Rantau Bayur;
4. Pulau Tengkorak/Selat Tengkorak Kecamatan Muara Sugihan;
dan
5. Penuguan Kecamatan Pulau Rimau.
(3) Alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas :
a. alur pelayaran lokal antar pulau, meliputi :
1. Tanjung Api-Api - Sunda Kelapa;
2. Tanjung Api-Api - Mentok;
3. Tanjung Api-Api - Kepulauan Riau;
4.Tanjung...
[29]
4. Tanjung Api-Api - Tanjung Pandan;
5. Tanjung Api-Api - Toboali
b. alur pelayaran internasional, meliputi :
1. Tanjung Carat - Malaysia
2. Tanjung Carat - India
3. Tanjung Carat - Singapore
4. Tanjung Carat - Cina
5. Tanjung Carat - Korea
6. Tanjung Carat - Jepang
Bagian Keempat
Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Jaringan Energi dan
Kelistrikan.
Pasal 14
(1) Rencana sistem jaringan energy/kelistrikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b angka 2, meliputi :
a. pembangkit tenaga listrik;
b. jaringan transmisi tenaga listrik; dan
c. jaringan minyak dan gas bumi.
(2) Rencana sistem pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. PLTG terletak di Kecamatan Pulau Rimau;
b. PLTGU terletak di Kecamatan Banyuasin I;
c. PLTU terletak di Kawasan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat dan
Kecamatan Rantau Bayur;
d. PLTGB terletak di Gasing Kecamatan Talang Kelapa; dan
e. Gardu Induk di Betung, Talang Kelapa, dan Tanjung Api-
Api/Tanjung Carat.
(3) Rencana sistem jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a.SUTT...
[30]
a. SUTT terletak di Kecamatan Rantau Bayur, jangkauan
pelayanannya meliputi Kecamatan Rantau Bayur - Kecamatan
Betung - Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Banyuasin II;
b. SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya
meliputi Kecamatan Betung - Kecamatan Banyuasin III - Kecamatan
Pulau Rimau - Kecamatan Sembawa - Kecamatan Talang Kelapa;
c. SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya
meliputi Kecamatan Betung - Kecamatan Tungkal Ilir - Kecamatan
Pulau Rimau - Kecamatan Tanjung Lago - Kecamatan Muara Telang
– Kecamatan Sumber Marga Telang - Kecamatan Mekarti Jaya -
Kecamatan Banyuasin I – Kecamatan Air Kumbang; dan
d. SUTT terletak di Kecamatan Talang Kelapa, jangkauan
pelayanannya meliputi Kecamatan Talang Kelapa - Kecamatan
Tanjung Lago - Kecamatan Muara Telang - Kecamatan Sumber
Marha Telang - Kecamatan Banyuasin II.
(4) Rencana sistem jaringan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c, meliputi:
a. Trans Nasional Betung - Pagar Dewa khusus gas; dan
b. Trans Regional Sungai Lilin - Pusri - Pertamina Sungai Gerong
(merah mata) - Plaju - Jakabaring - Prabu.
Bagian Kelima
Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 15
(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf b angka 3, meliputi peningkatan kualitas dan
jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi yang terpadu dan
merata di wilayah Kabupaten.
(2) Sistem...
[31]
(2) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terdiri atas:
a. jaringan terestrial; dan
b. jaringan satelit.
(3) Jaringan terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri
atas:
a. jaringan kabel telepon yang menjangkau seluruh kecamatan; dan
b. jaringan nirkabel dengan pengembangan Base Transciver Station
(BTS) yang dikelola dengan sistem menara telekomunikasi bersama
yang berlokasi di seluruh kecamatan.
(4) Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b akan
dikembangkan untuk wilayah perairan dan kawasan tertinggal.
Bagian Keenam
Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Jaringan Sumberdaya Air
Pasal 16
(1) Rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b angka 4, meliputi:
a. sistem wilayah sungai;
b. sistem jaringan reklamasi rawa; dan
c. sistem jaringan air baku.
(2) Sistem wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
merupakan wilayah sungai dengan fungsi, terdiri atas :
a. Sungai lintas provinsi dan wilayah sungai strategis, meliputi
wilayah sungai Banyuasin ; dan
b. wilayah sungai lintas provinsi, meliputi wilayah sungai Musi.
(3) Sistem jaringan reklamasi rawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. pengembangan daerah reklamasi rawa (DRR) untuk mendukung
kawasan sentra produksi pertanian, meliputi:
1. DRR...
[32]
1. DRR Delta Air Sugihan Kiri dengan luas lebih kurang 49.557
(empat puluh sembilan ribu lima ratus lima puluh tujuh)
hektar;
2. DRR Pulau Rimau dengan luas lebih kurang 40.263 (empat
puluh ribu dua ratus enam puluh tiga) hektar;
3. DRR Delta Telang I dengan luas potensial 26.680 (dua puluh
enam ribu enam ratus delapan puluh) hektar;
4. DRR Karang Agung Hilir dengan luas lebih kurang 20.317 (dua
puluh ribu tiga ratus tujuh belas) hektar;
5. DRR Air Saleh dengan luas lebih kurang 19.090 (sembilan belas
ribu sembilan puluh) hektar;
6. DRR Karang Agung I Hulu dengan luas lebih kurang 9.000
(sembilan ribu) hektar;
7. DRR Telang II dengan luas lebih kurang 13.800 (tiga belas ribu
delapan ratus) hektar;
8. DRR Air Senda dengan luas lebih kurang 6.730 (enam ribu
tujuh ratus tiga puluh) hektar;
9. DRR Air Limau dengan luas lebih kurang 2.576 (dua ribu lima
ratus tujuh puluh enam) hektar;
10. DRR Gasing Puntiani dengan luas lebih kurang 6.900 (enam
ribu sembilan ratus) hektar;
11. DRR Delta Upang dengan luas lebih kurang 8.420 (delapan ribu
empat ratus dua puluh) hektar;
12. DRR Delta Cinta Manis dengan luas lebih kurang 6.084 (enam
ribu delapan puluh empat) hektar;
13. DRR Bertak II dengan luas potensial 8.100 (delapan ribu
seratus) hektar;
14. DRR Bertak I dengan luas lebih kurang 7.300 (tujuh ribu tiga
ratus) hektar;
15. DRR Karang Agung Tengah dengan luas lebih kurang 5.715
(lima ribu tujuh ratus lima belas) hektar;
16. DDR...
[33]
16. DRR Air Rengit dengan luas lebih kurang 2.411 (dua ribu empat
ratus sebelas) hektar;
17. DRR Kumbang Padang dengan luas lebih kurang 14.227 (emapt
belas ribu dua ratus dua puluh tujuh) hektar;
18. DRR. Rambutan dengan luas lebih kurang 1.901 (seribu
sembilan ratus satu) hektar;
19. DRR Rantau Bayur dengan luas lebih kurang 2.000 (dua ribu)
hektar; dan
20. DRR Air Tenggulang dengan luas lebih kurang 3.080 (tiga ribu
delapan puluh) hektar.
b. Pemeliharaan saluran secara rutin, berkala dan darurat;
c. Mengatur kembali sistem jaringan irigasi yang berhirarki dan
terpadu sesuai fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas;
d. Normalisasi dan rehabilitasi saluran irigasi/draenase lahan
pertanian pasang surut dan anak-anak sungai yang digunakan
untuk irigasi; dan
e. Pengembangan kanal-kanal sebagai sistem jaringan irigasi primer
(utama) sesuai dengan topografinya.
(4) Pengembangan jaringan air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, terdiri atas:
a. pembangunan sumber dan distribusi air bersih untuk memenuhi
kebutuhan air terutama untuk kawasan industri, perdagangan,
jasa, fasilitas umum dan permukiman perkotaan;
b. peningkatan pelayanan air bersih melalui Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) dengan lingkup pelayanan Pangkalan Balai,
Sembawa, Betung, Air Batu, Sungai Pinang, Srimulyo dan Mariana
di setiap ibukota;
c. pengembangan sumber air baku melalui sumur air baku eksisting
dari Sungai Musi, sumur gali dan mata air; dan
d. pengaturan kebutuhan air sesuai dengan prioritas kebutuhan air
dalam rangka menjaga neraca air.
Bagian...
[34]
Bagian Ketujuh
Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Prasarana pengelolaan
ligkungan
Pasal 17
(1) Rencana sistem pengembangan prasarana lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b angka 5, meliputi:
a. sistem penyediaan limbah;
b. sistem pengelolaan sampah; dan
c. sistem pengelolaan draenase.
(2) Pengembangan prasarana pengolahan limbah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. sistem on-site dengan pengembangan septik tank individual;
b. pengembangan sistem terpadu kawasan perkotaan;
c. sistem off-site dapat direncanakan untuk pusat perkantoran, pasar,
kawasan industri dan terminal dengan kepadatan bangunan yang
cukup tinggi; dan
d. Pengembangan prasarana pengolahan limbah industri sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c, dilakukan melalui pembangunan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kawasan Gasing, Mariana
dan Tanjung Api-api/Tanjung Carat.
(3) sistem pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi:
a. pembangunan TPS dengan kapasitas 2m³ sampai dengan tahun
2013 sebanyak 100 (seratus) buah dengan kapasitas 5m³ sebanyak
12 (dua belas) tersebar di setiap kecamatan;
b. pengembangan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) yang di
bagi dalam 3 (tiga) zona pelayanan, yaitu :
1. Zona 1 : pembangunan TPA induk dengan sanitary landfill
terletak di desa Telangu Kecamatan Banyuasin III dengan luas
kurang lebih 15 (lima belas) hektar;
2. Zona...
[35]
2. Zona 2 : pembangunan TPA regional dengan sistem sanitasi
landfill terletak di Desa Sukarela Kecamatan Rantaubayur
dengan luas kurang lebih 15 (lima belas) hektar; dan
3. Zona 3 : peningkatan pelayanan meliputi Kecamatan Banyuasin
I , Kecamatan Rambutan dan sekitarnya. pembangunan TPA
induk terletak di Mariana dengan luas kurang lebih 10 (sepuluh)
hektar.
c. rencana pengelolaan sampah melalui model sanitary landfill dan
dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle).
(4) sistem pengelolaan draenase sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
huruf c meliputi:
a. Pengelolaan drainase melalui sistem jaringan terbuka
dikembangkan sepanjang tepi jalan dan kawasan lingkungan
permukiman; dan
b. Pengelolaan drainase melalui sistem jaringan tertutup akan
diterapkan di kawasan pusat pemerintahan, kawasan perkotaan,
komersial dan kepadatan tinggi.
Bagian Kedelapan
Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Jaringan Prasarana
Lainnya
Pasal 18
(1) Rencana kawasan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b angka 6, terdiri atas:
a. sistem pengendalian genangan/banjir;
b. sistem penanganan pantai;
c. sistem penanganan risiko kekurangan air; dan
d. ruang dan jalur evakuasi bencana.
(2) Rencana pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, melalui :
a.rencana...
[36]
a. rencana pengendalian banjir melalui pembangunan tanggul di
Kecamatan Pulau Rimau, pendowoharjo dan Kecamatan Muara
Sugihan;
b. pengerukan sungai di Kecamatan Rantau Bayur, Kecamatan
Rambutan, Kecamatan Makartijaya, Kecamatan Banyuasin II dan
Kecamatan Banyuasin I;
c. tindakan infiltrasi untuk memulihkan tangkapan alami hidrologis
melalui parit, vegetasi di permukaan, kebun dan trotoar berpori;
d. pengisian air pada sumber air dengan sumur resapan dan jebakan
air;
e. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
f. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
g. pengaturan daerah sempadan sumber air; dan
h. rehabilitasi hutan dan lahan.
(3) Rencana sistem pengendalian pantai, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, melalui :
a. wilayah A, dengan karakteristik perikanan dan desa permukiman,
hutan lebat, rawa dan mangrove penangannan yang dilakukan
berupa restorasi mangrove dan hutan pesisir, proteksi akomodasi
untuk permukiman dan perikanan tambak. Wilayah A meliputi
kawasan utara bagian barat Kabupaten Banyuasin.
b. wilayah B, terdiri dari beberapa delta, sistem estuari, lahan basah
dan hutan bakau dimanfaatkan untuk pengembangan pusat
ekonomi. Penanganan yang dilakukan yaitu proteksi –akomodasi
yang diikuti restorasi mangrove. Wilayah B meliputi kawasan
Tanjung Api-Api dan sebagian besar utara bagian tengah
Kabupaten Banyuasin.
c.wilayah...
[37]
c. wilayah C-D-E didominasi oleh hutan lebat, rawa dan mangrove
disepanjang garis pantai desa. Penanganan yang dilakukan yaitu
pengelolaan zona pesisir terpadu (ICZM) Wilayah ini meliputi utara
bagian timur Kabupaten Banyuasin.
(4) Sistem penanganan risiko kekurangan air sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, melalui:
a. Regulasi penyediaan air untuk aktivitas perkebunan
b. Peningkatan pelayanan PDAM
c. Pemanfaatan air tanah dengan mengembangkan lubang bor
d. Peningkatan infrastruktur irigasi
(5) Ruang dan jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, melalui:
a. pemanfaatan ruang terbuka hijau dan sarana fasilitas sosial dan
umum sebagai salah satu kawasan evakuasi; dan
b. mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah
jalan baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas
perlindungan dan sistem kota/wilayah secara umum.
BAB VI
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Rencana pola ruang meliputi:
a. kawasan lindung; dan
b. kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian
1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Gambar 4.1` yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) Kawasan …
[38]
(3) Kawasan yang belum ditetapkan perubahan peruntukan ruangnya
sebagai rencana kawasan peruntukan yang berada pada Holding Zone
dijabarkan lebih lanjut dalam Tabel 4.14 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini;
(4) Apabila kawasan yang belum ditetapkan Perubahan Peruntukan
Ruangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui perubahannya,
maka peruntukan dan fungsi kawasan adalah kawasan usulan
perubahan peruntukan.
(5) Apabila kawasan yang belum ditetapkan Perubahan Peruntukan
Ruangnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak disetujui usul
perubahan peruntukan dan fungsinya, maka peruntukan dan fungsi
kawasan adalah kawasan peruntukan sebelumnya.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 20
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf a,
terdiri atas:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya;
b. Kawasan perlindungan setempat;
c. Kawasan Suaka alam; dan
d. Kawasan rawan bencana.
Paragraf 1
Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 21
Kawasan yang memberikan perlindungan bawahannya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a meliputi:
(1) Kawasan …
[39]
(1) kawasan hutan lindung yang meliputi kawasan hutan dibagian utara
wilayah Kabupaten Banyuasin dengan luas kurang lebih 62.269 (enam
puluh dua ribu dua ratus enam puluh sembilan) hektar yang terletak di
Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan Makarti
Jaya, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Muara Telang,
Kecamatan Sumber Muara Telang dan Kecamatan Air Saleh.
(2) kawasan resapan air terletak di seluruh kawasan Taman Nasional
Sembilang, hutan lindung dan lebak. Sedangkan untuk Daerah
resapan air tanah terletak di daerah hulu dari DAS Banyuasin, DAS
Benawang, DAS Bangke dan DAS Musi.
(3) kawasan bergambut terletak di dalam Taman Nasional Sembilang dan
hutan lindung pantai.
Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 22
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 huruf b, terdiri atas:
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sekitar mata air; dan
d. kawasan sempadan daerah reklamasi rawa.
(2) sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
kawasan hutan lindung dengan jarak kurang lebih 100 (seratus) meter
dari titik pasang tertinggi kearah darat sejauh 275 km.
(3) sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b luas
seluruhnya kurang lebih 33.136 (tiga puluh tiga ribu seratus tiga puluh
enam) hektar, dengan ketentuan :
a. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditetapkan lebar paling sedikit 5 (lima)meter dari kaki tanggul
sebelah luar;
b.Garis...
[40]
b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan lebar paling sedikit 3 (lima) meter dari kaki tanggul
sebelah luar;
c. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman ditetapkan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari
tepi sungai;
d. Garis sempadan anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman ditetapkan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter
dari tepi sungai.
e. Garis sempadan sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari
3 meter, 3 meter sampai dengan 20 meter dan lebih dari 20 meter di
dalam kawasan perkotaan masing-masing ditetapkan sekurang-
kurangnya 10 meter, 15 meter dan 30 meter dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan
(4) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
sekurang-kurangnya berjarak jari-jari 200 (dua ratus) meter disekitar
mata air.
(5) sempadan daerah reklamasi rawa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d sekurang-kurangnya 2,5 x lebar atas saluran diukur dari as
saluran Untuk saluran primer dan sekunder, sekurang-kurangnya 1
meter diukur dari kaki tanggul sebelah luar Untuk saluran tersier
pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa
pedalaman. Sekurang-kurangnya 1 meter diukur dari kaki langit
sebelah luar Untuk saturan primer dan sekunder pada jaringan
reklamasi rawa khusus untuk tambak baru.
Paragraf 3
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya
Pasal 23
Kawasan Suaka alam sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 20 ayat (1)
huruf c, meliputi;
a. Kawasan...
[41]
a. kawasan suaka alam Padang Sugihan seluas kurang lebih 75.000
hektar. (tujuh puluh lima ribu) hektar, yang terletak di Kecamatan
Muara Padang dan Kecamatan Rambutan masing-masing dengan luas
kurang lebih 71.888 hektar. (tujuh puluh satu ribu delapan ratus
delapan puluh delapan) hektar, dan kurang lebih 3.112 (tiga ribu
seratus dua belas) hektar;
b. kawasan Suaka Alam Bentayan di Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas
kurang lebih 19.300 (sembilan belas ribu tiga ratus) hektar; dan
c. Taman Nasional Sembilang Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang
lebih 198.502 (seratus sembilan puluh delapan ribu lima ratus dua)
hektar.
Paragraf 4
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 24
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam 20 ayat
(1) huruf d terdiri atas :
a. kawasan rawan genangan;
b. kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan lahan gambut; dan
c. kawasan rawan puting beliung.
(2) Kawasan rawan genangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, meliputi:
a. tipe genangan A terletak di Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan
Muara Padang, Kecamatan Banyuasin II dan Kecamatan Muara
Sugihan;
b. tipe genangan B terletak di wilayah Kecamatan Muara Sugihan,
Muara Telang, Sumber Muara Telang, Makarti Jaya; dan
c. tipe genangan C dan D merata di seluruh kecamatan.
(3) Kawasan rawan kebakaran hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi Kecamatan Pulau Rimau, Banyuasin I , Muara
Padang, Tungkal Ilir dan Muara Sugihan serta Taman Nasional (TN)
Sembilang.
(4) Kawasan …
[42]
(4) Kawasan rawan angin puting beliung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terletak di Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan,
Kecamatan Air Kumbang, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan
Betung, Kecamatan Pulau Rimau, Kecamatan Talang Kelapa,
Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air
Salek, dan Kecamatan Tanjung Lago.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 25
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b,
terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan pertanian;
c. kawasan peruntukan perikanan;
d. kawasan peruntukan pertambangan;
e. kawasan peruntukan industri;
f. kawasan peruntukan pariwisata;
g. kawasan peruntukan permukiman;
h. kawasan peruntukan lainnya; dan
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 26
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf a meliputi;
a. Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang lebih 61.746 (enam puluh
satu ribu tujuh ratus empat puluh enam) Hektar;
b. Kecamatan …
[43]
b. Kecamatan Muara Sugihan dengan luas kurang lebih 5.290 (lima ribu
dua ratus Sembilan puluh) Hektar; dan
c. Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas kurang lebih 15 (lima belas)
Hektar.
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 27
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf b, meliputi:
a. Kawasan pertanian tanaman pangan;
b. kawasan pertanian hortikultura;
c. kawasan perkebunan; dan
d. kawasan peternakan.
(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, dikembangkan di semua kecamatan Kabupaten Banyuasin
dengan luas kurang lebih 232.873 (dua ratus tiga puluh dua ribu
delapan ratus tujuh puluh tiga) hektar.
(3) Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana ayat (1) huruf b, tersebar
disekitar permukiman yang dikembangkan di semua kecamatan.
(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
meliputi :
a. perkebunan sawit dengan luas kurang lebih 241.506 (dua ratus
empat puluh satu ribu lima ratus enam) hektar, terletak di :
1. Kecamatan Air Salek dengan luas kurang lebih 2.938 (dua ribu
sembilan ratus tiga puluh delapan) hektar;
2. Kecamatan Banyuasin I dengan luas kurang lebih 4.773 (empat
ribu tujuh ratus tujuh puluh tiga) hektar;
3. Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang lebih 28.070 (dua
puluh delapan ribu tujuh puluh) hektar;
4. Kecamatan...
[44]
4. Kecamatan Banyuasin III dengan luas kurang lebih 656 (enam
ratus lima puluh enam) hektar;
5. Kecamatan Betung dengan luas kurang lebih 2.322 (dua ribu
tiga ratus dua puluh dua) hektar;
6. Kecamatan Makarti Jaya dengan luas kurang lebih 1.788
(seribu tujuh ratus delapan puluh delapan) hektar;
7. Kecamatan Muara Padang dengan luas kurang lebih 3.332 (tiga
ribu tiga ratus tiga puluh dua) hektar;
8. Kecamatan Pulau Rimau dengan luas kurang lebih 44.666
(empat puluh empat ribu enam ratus enam puluh enam) hektar;
9. Kecamatan Rambutan dengan luas kurang lebih 14.985 (empat
belas ribu sembilan ratus delapan puluh lima) hektar;
10. Kecamatan Rantau Bayur dengan luas kurang lebih 8.446
(delapan ribu empat ratus empat puluh enam) hektar;
11. Kecamatan Sembawa dengan luas kurang lebih 5.550 (lima ribu
lima ratus lima puluh) hektar;
12. Kecamatan Suak Tapeh dengan luas kurang lebih 14.749
(empat belas ribu tujuh ratus empat puluh sembilan) hektar;
13. Kecamatan Talang Kelapa dengan luas kurang lebih 21.435 (dua
puluh satu ribu empat ratus tiga puluh lima) hektar;
14. Kecamatan Tanjung Lago dengan luas kurang lebih 33.992 (tiga
puluh tiga ribu sembilan ratus sembilan puluh dua) hektar;
15. Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas kurang lebih 31.397 (tiga
puluh satu ribu tiga ratus Sembilan puluh tujuh) hektar;
16. Kecamatan Sumber Marga Telang dengan luas kurang lebih 900
(Sembilan ratus) hektar; dan
17. Kecamatan Air Kumbang dengan luas kurang lebih 21.505 (dua
puluh ribu lima ratus lima) hektar.
b. perkebunan karet dengan luas kurang lebih 142.042 (seratus empat
puluh dua ribu empat puluh dua) hektar, terletak di :
1. Kecamatan...
[45]
1. Kecamatan Banyuasin I dengan luas kurang lebih 7.143 (tujuh
ribu seratus empat puluh tiga) hektar;
2. Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang lebih 27 (dua
puluh tujuh) hektar;
3. Kecamatan Banyuasin III dengan luas kurang lebih 24.019 (dua
puluh empat ribu Sembilan belas) hektar;
4. Kecamatan Betung dengan luas kurang lebih 30.176 (tiga puluh
ribu seratus tujuh puluh enam) hektar;
5. Kecamatan Makarti Jaya dengan luas kurang lebih 21 (dua
puluh satu) hektar;
6. Kecamatan Muara Padang dengan luas kurang lebih 11.819
(sebelas ribu delapan ratus sembilan belas) hektar;
7. Kecamatan Muara Sugihan dengan luas kurang lebih 123
(seratus dua puluh tiga) hektar;
8. Kecamatan Pulau Rimau dengan luas kurang lebih 3.308 (tiga
ribu tiga ratus delapan) hektar;
9. Kecamatan Rambutan dengan luas kurang lebih 10.679
(sepuluh ribu enam ratus tujuh puluh sembilan) hektar;
10. Kecamatan Rantau Bayur dengan luas kurang lebih 3.783 (tiga
ribu tujuh ratus delapan puluh tiga) hektar;
11. Kecamatan Sembawa dengan luas kurang lebih 12.840 (dua
belas ribu delapan ratus empat puluh) hektar.
12. Kecamatan Suak Tapeh dengan luas kurang lebih 13.590 (tiga
belas ribu lima ratus sembilan puluh) hektar;
13. Kecamatan Talang Kelapa dengan luas kurang lebih 1.525
(seribu lima ratus dua puluh lima) hektar;
14. Kecamatan Tanjung Lago dengan luas kurang lebih 2 (dua)
hektar;
15. Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas kurang lebih 13.817 (tiga
belas ribu delapan ratus tujuh belas) hektar; dan
16. Kecamatan...
[46]
16. Kecamatan Air Kumbang dengan luas kurang lebih 9.167
(Sembilan ribu seratus enam puluh tujuh) hektar.
c. perkebunan kelapa dalam dengan luas kurang lebih 21.560 (dua
puluh satu ribu lima ratus enam puluh) hektar, terletak di :
1. Kecamatan Air Salek dengan luas kurang lebih 846 (delapan
ratus empat puluh enam) hektar;
2. Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang lebih 2.015 (dua
ribu lima belas) hektar;
3. Kecamatan Makarti Jaya dengan luas kurang lebih 7.285 (tujuh
ribu dua ratus delapan puluh lima) hektar;
4. Kecamatan Muara Sugihan dengan luas kurang lebih 1.089
(seribu delapan puluh sembilan) hektar;
5. Kecamatan Muara Telang dengan luas kurang lebih 54 (lima
puluh empat) hektar; dan
6. Kecamatan Pulau Rimau dengan luas kurang lebih 2.717 (dua
ribu tujuh ratus tujuh belas) hektar; dan
7. Kecamatan Sumber Marga Telang dengan luas kurang lebih
7.555 (tujuh ribu lima ratus lima puluh lima) hektar.
d. Perkebunan Tebu dengan luas kurang lebih 1.413 (seribu empat
ratus tiga belas) hektar terletak di Kecamatan Tungkal Ilir.
(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, dengan luas kurang lebih 1.518 (seribu lima ratus delapan
belas) hektar, terpusat di Kecamatan Rambutan, Kecamatan Sembawa
Kecamatan Suak Tapeh, Kecamatan Banyuasin III dan Kecamatan
Talang Kelapa.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 28
(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf c, meliputi:
a. Kawasan...
[47]
a. kawasan perikanan tangkap;
b. kawasan perikanan budidaya; dan
c. Kawasan pengelolahan dan pemasaran ikan.
(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a , berada dalam wilayah perairan kabupaten yang
terpusat di wilayah Sungsang.
(3) Kawasan peruntukan perikanan budidaya dengan luas kurang lebih
9.088 (sembilan ribu delapan puluh delapan) hektar, terdiri atas :
a. Tambak dengan luas kurang lebih 8.424 (delapan ribu empat ratus
dua puluh empat) hektar, terletak di :
1. Kecamatan Air Salek dengan luas kurang lebih 609 (enam ratus
sembilan) hektar;
2. Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang lebih 1.644 (seribu
enam ratus empat puluh empat) hektar;
3. Kecamatan Makarti Jaya dengan luas kurang lebih 1.613
(seribu enam ratus tiga belas) hektar;
4. Kecamatan Muara Sugihan dengan luas kurang lebih 2.917 (dua
ribu sembilan ratus tujuh belas) hektar;
5. Kecamatan Muara Telang dengan luas kurang lebih 77 (tujuh
puluh tujuh) hektar;
6. Kecamatan Sumber Marga Telang dengan luas kurang lebih
1/30 (satu per tiga puluh) hektar; dan
7. Kecamatan Tanjung Lago dengan luas kurang lebih 1.565
(seribu lima ratus enam puluh lima) hektar.
b. perikanan air tawar dengan luas kurang lebih 645 (enam ratus
empat puluh lima) hektar, terletak di :
1. Kecamatan Rambutan dengan luas kurang lebih 20 (dua puluh)
hektar;
2. Kecamatan Talang Kelapa dengan luas kurang lebih 218 (dua
ratus delapan belas) hektar; dan
3. Kecamatan...
[48]
3. Kecamatan Rantau Bayur 427 (empat ratus dua puluh tujuh)
hektar.
(4) kawasan pengelolahan dan pemasaran ikan terletak di Kuala Sugihan
dan Sungsang; dan
(5) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperuntukan bagi pengembangan minapolitan.
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 29
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 huruf d, terdiri atas:
a. rencana kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi;
dan
b. rencana kawasan peruntukan pertambangan batubara.
(2) Rencana kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdapat di Kecamatan
Tungkal Ilir dan Kecamatan Pulau Rimau.
(3) Rencana kawasan peruntukan pertambangan batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di Kecamatan Rantau Bayur,
Kecamatan Banyuasin III, Kecamatan Betung, Kecamatan Tungkal Ilir,
Kecamatan Pulau Rimau, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan
Banyuasin I dan Kecamatan Muara Telang.
(4) Penetapan dan pengembangan kawasan pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :
a. status perizinan IUP dengan luas kurang lebih 209.052 (dua ratus
sembilan ribu lima puluh dua) hektar;
b. status Operasi Produksi dengan luas kurang lebih 12.674 (dua
belas ribu enam ratus tujuh puluh empat) hektar; dan
c. status...
[49]
c. status IUP Eksplorasi dengan luas kurang lebih 196.378 (seratus
sembilan puluh enam ribu tiga ratus tujuh puluh delapan) hektar.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 30
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
huruf e, terdiri atas:
a. kawasan peruntukan industri besar;
b. kawasan peruntukan industri sedang; dan
c. kawasan peruntukan industri kecil.
(2) Kawasan peruntukan industri besar sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a, meliputi kawasan industri gasing di Kecamatan Talang
Kelapa, dan industri di kawasan Tanjung Api-api/Tanjung Carat.
(3) kawasan peruntukkan industri sedang dikembangkan di Kecamatan
Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II , Kecamatan Makarti Jaya,
Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Talang Kelapa, dan Kecamatan
Sumber Marga Telang seluas kurang lebih 18.502 (delapan belas ribu
lima ratus dua) hektar.
(4) kawasan peruntukan industri kecil dan rumah tangga tersebar di
setiap kecamatan menyatu dengan lokasi permukiman.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 31
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf f, terdiri atas :
a. kawasan wisata alam;
b. kawasan wisata budaya; dan
c. kawasan wisata buatan.
(2) Kawasan ...
[50]
(2) Kawasan peruntukan wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdiri atas:
a. Taman Nasional Sembilang di Kecamatan Banyuasin II ;
b. Pulau Gemampo Desa Lebong;
c. Bom Berlian Kelurahan Pangkalanbalai;
d. Hutan lindung Lebong Hitam Desa Air Sugihan;
e. Pulau Pejaye Desa Srijaya;
f. Tebenan Indah Desa Tebenan; dan
g. PT. Pertamina/Sungai Gerong Desa Sungai Gerong.
(3) Kawasan peruntukan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b, terdiri atas:
a. Perkampungan Nelayan Sungsang Desa Sungsang;
b. Tugu Sejarah Silk Air Desa Tanjung Mas; dan
c. Fron Langkan Desa Langkan.
(4) Kawasan peruntukan wisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, terdiri atas:
a. SPP Sembawa Desa Sembawa;
b. PT. Sawit Mas Sejahtera Desa Langkan;
c. PT. Melania Desa Mainan;
d. Eks. PENAS Desa Sembawa;
e. Danau Tanah Mas Desa Tanah Mas;
f. Pemancingan Putra Berlian Kelurahan Pangkalan Balai; dan
g. Kolam Renang Delima Kelurahan Pangkalan Balai.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 32
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf g terdiri atas:
a. permukiman perkotaan; dan
b. permukiman perdesaan. (2). Kawasan...
[51]
(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, dengan luas kurang lebih 21.861 (dua puluh
satu ribu delapan ratus enam puluh satu) hektar terletak di :
a. Kecamatan Air Saleh dengan luas kurang lebih 94 (sembilan puluh
empat) hektar;
b. Kecamatan Banyuasin I dengan luas kurang lebih 1.536 (seribu
lima ratus tiga puluh enam) hektar;
c. Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang lebih 1.274 (seribu
dua ratus tujuh puluh empat) hektar;
d. Kecamatan Banyuasin III dengan luas kurang lebih 956 (sembilan
ratus lima puluh enam) hektar;
e. Kecamatan Betung dengan luas kurang lebih 1.571 (seribu lima
ratus tujuh puluh satu) hektar;
f. Kecamatan Makarti Jaya dengan luas kurang lebih 181 (seratus
delapan puluh satu) hektar;
g. Kecamatan Muara Padang dengan luas kurang lebih 105 (seratus
lima) hektar;
h. Kecamatan Muara Sugihan dengan luas kurang lebih 106 (seratus
enam) hektar;
i. Kecamatan Muara Telang dengan luas kurang lebih 372 (tiga ratus
tujuh puluh dua) hektar;
j. Kecamatan Pulau Rimau dengan luas kurang lebih 153 (seratus
lima puluh tiga) hektar;
k. Kecamatan Rambutan dengan luas kurang lebih 2.521 (dua ribu
lima ratus dua puluh satu ) hektar;
l. Kecamatan Rantau Bayur dengan luas kurang lebih 140 (seratus
empat puluh) hektar;
m. Kecamatan Suak Tapeh dengan luas kurang lebih 226 (dua ratus
dua puluh enam) hektar;
n. Kecamatan Tanjung Lago dengan luas kurang lebih 317 (tga ratus
tujuh belas) hektar;
o. Kecamatan...
[52]
o. Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas kurang lebih 103 (seratus tiga )
hektar;
p. Kecamatan Sembawa dengan luas kurang lebih 838 (delapan ratus
tiga puluh delapan) hektar;
q. Kecamatan Talang Kelapa dengan luas kurang lebih 10.493
(sepuluh ribu empat ratus sembilan puluh tiga) hektar;
r. Kecamatan Sumber Marga Telang dengan luas kurang lebih 521
(lima ratus dua puluh satu) hektar; dan
s. Kecamatan Air Kumbang dengan luas kurang lebih 353 (tiga ratus
lima puluh tiga) hektar.
(3) Permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b,
dengan luas kurang lebih 27.764 (dua puluh tujuh ribu tujuh ratus
enam puluh empat) hektar, terletak di :
a. Kecamatan Air Salek dengan luas kurang lebih 2.356 (dua ribu tiga
ratus lima puluh enam) hektar;
b. Kecamatan Banyuasin I dengan luas kurang lebih 2.035 (dua ribu
tiga puluh lima) hektar;
c. Kecamatan Banyuasin II dengan luas kurang lebih 5.058 (lima ribu
lima ratus delapan) hektar;
d. Kecamatan Banyuasin III dengan luas kurang lebih 566 (lima
ratus enam puluh enam) hektar;
e. Kecamatan Betung dengan luas kurang lebih 62 (enam puluh dua)
hektar;
f. Kecamatan Makarti Jaya dengan luas kurang lebih 1.001 (seribu
satu) hektar;
g. Kecamatan Muara Padang dengan luas kurang lebih 1.821 (seribu
delapan ratus dua puluh satu) hektar;
h. Kecamatan Muara Sugihan dengan luas kurang lebih 2.350 (dua
ribu tiga ratus lima puluh) hektar;
i. Kecamatan Muara Telang dengan luas kurang lebih 2.275 (dua ribu
dua ratus tujuh puluh lima) hektar;
j. Kecamatan...
[53]
j. Kecamatan Pulau Rimau dengan luas kurang lebih 2.060 (dua ribu
empat puluh) hektar;
k. Kecamatan Rambutan dengan luas kurang lebih 502 (lima ratus
dua) hektar;
l. Kecamatan Rantau Bayur dengan luas kurang lebih 108 (seratus
delapan) hektar;
m. Kecamatan Sembawa dengan luas kurang lebih 690 (enam ratus
sembilan puluh) hektar;
n. Kecamatan Suak Tapeh dengan luas kurang lebih 431 (empat ratus
tiga puluh satu) hektar;
o. Kecamatan Talang Kelapa dengan luas kurang lebih 560 (lima ratus
enam puluh ) hektar;
p. Kecamatan Tanjung Lago dengan luas kurang lebih 1.000 (seribu)
hektar;
q. Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas kurang lebih 1.971 (seribu
sembilan ratus tujuh puluh satu) hektar;
r. Kecamatan Sumber Marga Telang dengan luas kurang lebih 819
(delapan ratus Sembilan belas) hektar; dan
s. Kecamatan Air Kumbang dengan luas kurang lebih 2.101 (dua ribu
seratus satu) hektar.
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 33
Rencana kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 huruf h meliputi:
a. pangkalan dan instansi militer yang terletak di Kecamatan Banyuasin III
dan Kecamatan Talang Kelapa; dan
b. kawasan...
[54]
b. kawasan reklamasi pantai dengan luas kurang lebih 3.931 (tiga ribu
sembilan ratus tiga puluh satu) hektar berlokasi di kawasan Tanjung
Api-Api/Tanjung Carat.
BAB VII
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS WILAYAH KABUPATEN
Pasal 34
(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Banyuasin, terdiri atas:
a. Kawasan Strategis Provinsi; dan
b. Kawasan Strategis Kabupaten.
(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Gambar 5.1 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 35
Kawasan strategis provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1)
huruf a, terdiri atas :
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi berupa kawasan
perkotaan metropolitan Palembang, kawasan Pelabuhan Tanjung Api-
Api/Tanjung Carat dan kawasan minapolitan; dan
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup yaitu kawasan Taman Nasional Sembilang.
Pasal 36
(1) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34,
ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
b. kawasan...
[55]
b. Kawasan strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek
Sosial - Budaya;
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup;
d. kawasan strategis dari sudut kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Kawasan Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang, terdiri
atas:
1. Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang;
2. Kawasan Pusat Perdagangan di Kecamatan Betung;
3. Kawasan Pusat Pemerintahan di Pangkalanbalai; dan
4. Kawasan Pusat Permukiman Perkotaan di Kawasan Sukajadi
dan Sukomoro (Kecamatan Talang Kelapa), Jakabaring
(Kecamatan Rambutan) dan Mariana (Kecamatan Banyuasin I )
b. Kawasan Strategis Pertanian, terdiri atas:
1. Kawasan Agropolitan di Kecamatan Tanjung Lago;
2. Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan di Kecamatan
Banyuasin I, Kecamatan Air Kumbang, Kecamatan Muara
Padang dan Kecamatan Rambutan; dan
3. Kawasan Sentra Produksi Beras Pertanian Pasang Surut di
Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan
Makarti Jaya, dan Kecamatan Sumber Marga Telang.
c. Kawasan Migas di Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan
Tungkal Ilir.
d. Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api/Tanjung Carat terletak
di Kecamatan Banyuasin II dan Kecamatan Sumber Marga Telang.
e. Kawasan Strategis Industri Terpadu terletak di Desa Gasing
Kecamatan Talang Kelapa dan Mariana Kecamatan Banyuasin I.
f. Kawasan...
[56]
f. Kawasan Minapolitan, terdiri dari :
1. Kawasan perikanan tangkap di Sungsang
2. Kawasan perikanan budidaya air tawar dan tambak terletak di
Air Batu, Sukamoro, Rantau Bayur, Muara Sugihan dan Karang
Agung Ilir
3. Kawasan pengelolahan dan pemasaran ikan terletak di Kuala Air
Sugihan dan Sungsang
(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pada Aspek Sosial - Budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa Kawasan
kampung Nelayan Sungsang di Kecamatan Banyuasin II .
(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa
Kawasan Taman Nasional Sembilang di Kecamatan Banyuasin II dan
kawasan suaka margasatwa Padang Sugihan di Kecamatan Muara
Padang.
(5) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d berupa kawasan Agrocenter di Kecamatan Sembawa.
Pasal 37
(1) Untuk operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Banyuasin disusun Rencana Rinci Tata Ruang berupa Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.
(2) Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB VIII...
[57]
BAB VIII
PENETAPAN KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
Pasal 38
(1) Kawasan pesisir yaitu daerah peralihan antara ekosistem darat dan
laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut yang terdapat
di dalam wilayah Kabupaten Banyuasin.
(2) Pulau-pulau kecil yaitu pulau-pulau di wilayah Kabupaten Banyuasin
dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu)
kilometer persegi beserta kesatuan ekosistemnya.
(3) Daftar pulau-pulau kecil di wilayah Kabupaten Banyuasin sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Tabel 5.2 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4) Ketentuan pengelolaan dan pengaturan kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (3)
secara teknis diatur berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB IX
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Pasal 39
(1) Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten mengacu pada rencana
struktur ruang, dan pola ruang.
(2). pemanfaatan...
[58]
(2) pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dilaksanakan melalui
penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta
perkiraan pendanaannya.
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
ayat (2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan
yang ditetapkan dalam Tabel 6.1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, investasi swasta dan kerja sama pendanaan.
(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB X
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 41
(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
menjadi acuan pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah Kabupaten.
(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a. ketentuan...
[59]
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan pengenaan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 42
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a digunakan sebagai pedoman
bagi pemerintah daerah dalam menyusun peraturan zonasi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada (1)
terdiri atas :
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem perkotaan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
transportasi darat
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
transportasi laut
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
telekomunikasi
f. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
prasarana sumber daya air
g. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan
prasarana lingkungan
h. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung;
i. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya;
j. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil.
Paragraf...
[60]
Paragraf 1
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Sistem Perkotaan
Pasal 43
Ketentuan peraturan zonasi untuk sistem perkotaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a meliputi:
(1) Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala
kabupaten/kota yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur
perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya.
(2) Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) harus disusun
dengan mematuhi ketentuan mengenai pemanfaatan ruang untuk
kegiatan ekonomi berskala kecamatan yang didukung dengan fasilitas
dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi
yang dilayaninya.
Paragraf 2
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 44
Ketentuan peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi darat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf b meliputi:
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar jaringan jalan
ditetapkan sebagai berikut :
a. Diizinkan untuk Pengembangan Jalur hijau
b. Bangunan di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi
harus memilki sempadan bangunan yang sesuai dengan ketentuan
setengah ruas milik jalan ditambah 1 (sesuai ketentuan berlaku).
c. Terbatas untuk kegiatan kepentingan umum dengan mendapatkan
izin sesuai ketentuan berlaku.
d. dilarang...
[61]
d. dilarang adanya kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan lalu
lintas regional pada pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan jalan
nasional, provinsi dan kabupaten
e. dilarang bangunan dalam DAMIJA sesuai ketentuan yang berlaku Di
sepanjang kawasan sekitar sistem jaringan jalan nasional, provinsi
dan kabupaten
f. dilarang melakukan kegiatan yang dapat menutup sebagian/seluruh
jalan atau menghambat kelancaran lalu lintas Pada kawasan sekitar
prasarana jalan lokal primer maupun jalan strategis kabupaten
g. Prasarana yang dapat dibangun meliputi: tempat parkir dan tempat
bongkar muat.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar Jalur Kereta Api
ditetapkan sebagai berikut :
a. Diizinkan Pengembangan jalur hijau di sempadan
b. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak
lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api
nasional yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan
c. Terbatas untuk kegiatan kepentingan navigasi perkeretaapian dengan
mendapatkan izin sesuai ketentuan berlaku
d. Dilarang adanya kegiatan dan bangunan yang dapat menimbulkan
hambatan lalu lintas
Paragraf 3
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 45
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar ASDP dan Transportasi
Laut ditetapkan sebagai berikut :
a. Diizinkan Pengembangan kegiatan perikanan dan pariwisata alam sesuai
ketentuan berlaku
b. terbatas...
[62]
b. terbatas untuk bangunan yang mendukung kelancaran operasional
transportasi dan fasilitas pendukung pelabuhan
c. pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang
berdampak pada keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan
penyeberangan;
d. pelarangan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan.
Paragraf 4
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Energi
Pasal 46
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar Jaringan Prasarana
Energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf d ditetapkan
sebagai berikut :
a. Diizinkan kegiatan yang tidak intensif, diantaranya untuk kegiatan
pertanian, perkebunan, kehutanan, RTH, perikanan, dan peternakan
Pada kawasan dibawah jaringan listrik SUTUT, SUTET, dan SUTM
b. Diizinkan Pengembangan Jalur hijau
c. Dilarang melakukan kegiatan di sekitar prasarana pembangkit listrik
maupun gardu induk distribusinya yang dapat membahayakan
berfungsinya prasarana energi tersebut
d. Disepanjang jaringan dilarang mendirikan bangunan
e. Terbatas untuk fasilitas pendukung operasional jaringan
Paragraf 5
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 47
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar Prasarana
Telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf e
ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan...
[63]
a. Diizinkan Pengembangan jalur hijau, pertanian kering, perkebunan, dan
hutan
b. Bersyarat untuk Permukiman, perdagangan jasa serta fasilitas umum
dengan syarat radius 20-25 m dari prasarana komunikasi
c. Dilarang adanya bangunan rumah dalam kawasan sekitar sistem
prasarana telekomunikasi yang dapat mengganggu keamanan orang
dalam bangunan tersebut.
Paragraf 6
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Prasana Sumber
Daya Air
Pasal 48
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar Prasarana Sumberdaya
Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf f ditetapkan
sebagai berikut :
a. Diizinkan untuk kawasan pertanian, perkebunan, hutan dan ruang
terbuka hijau
b. Dilarang membangun bangunan maupun melakukan kegiatan sekitar
prasarana sumber daya air yang dapat mengganggu, mencermarkan,
dan merusak fungsi prasarana sumber daya air.
c. Bangunan terbatas untuk mendukung sumberdaya air seperti rumah
pompa,pos keamanan,dll
Paragraf 7
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Sistem Jaringan Prasana
Lingkungan
Pasal 49
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sekitar Prasarana lingkungan
(jaringan limbah, persampahan dan tanggul) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 ayat (2) huruf g ditetapkan sebagai berikut :
a. dilarang...
[64]
a. Dilarang terletak berdekatan dengan kawasan permukiman.
b. Bangunan terbatas untuk prasarana penunjang pengelolaan
sampah/limbah.
Paragraf 8
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Kawasan Lindung
Pasal 50
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf h meliputi :
a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya yang terdiri dari :
1. Hutan Lindung,
2. Kawasan Bergambut,
3. Kawasan Resapan Air.
b. Kawasan Perlindungan Setempat yang terdiri dari :
1. Sempadan Pantai,
2. Sempadan Sungai,
3. Sempadan Mata Air,
4. Reklamasi Rawa.
c. Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam yang terdiri dari :
1. Suaka alam,
2. Taman Nasional.
d. Kawasan Rawan Bencana
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi hutan lindung sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 1 ditetapkan sebagai berikut :
a. Diizinkan kegiatan lain yang bersifat komplementer terhadap fungsi
hutan lindung sebagaimana ditetapkan dalam Kepmen Hut Nomor 50
tahun 2006.
b. bersyarat...
[65]
b. bersyarat untuk Kegiatan pertambangan di kawasn hutan lindung
sepanjang tidak dilakukan secara terbuka, yaitu harus dilakukan
reklamasi areal bekas penambangan sehingga kembali berfungsi
sebagai kawasan lindung dan Pembatasan kegiatan penambangan
tertutup
c. bersyarat untuk alih fungsi Hutan lindung yaitu dengan mengikuti
prosedur dan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. dilarang melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas
kawasan hutan dan tutupan vegetasi;
e. pembangunan prasarana terbatas untuk pencegahan dan
penanggulangan bencana alam seperti pembangunan pos – pos
keamanan pada titik – titik tertentu sesuai kebutuhan pengamanan
lalu lintas dan pencegahan perambahan hutan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan bergambut sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 2 ditetapkan sebagai berikut :
a. Diizinkan kegiatan pariwisata yang tidak merubah bentang alam,
seperti: outbound, wisata alam, olahraga, camping dan hiking
b. Prasarana yang dapat dibangun meliputi: jalan inspeksi dengan
rumija 8 m dan pos-pos pengawasan
c. Dilarang adanya kegiatan budidaya di atas kawasan bergambut yang
memiliki ketebalan ≥ 3 meter;
d. Bersyarat untuk pembangunan prasarana wilayah yang melintasi
kawasan bergambut dengan ketebalan ≥ 3 meter yaitu dengan
ketentuan:
1. tidak menyebabkan terjadinya perkembangan pemanfaatan ruang
budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut;
2. mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dan
peraturan lainnya yang berwawasan lingkungan;
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan resapan air sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a angka 3 ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan...
[66]
a. diizinkan untuk zona pariwisata perikanan dengan syarat tidak
merubah bentang alam
b. dilarang untuk kegiatan budidaya
c. dilarang menimbun tanah yang dapat merusak ekosistem yang berada
pada kawasan tersebut.
d. bersyarat untuk permukiman yang sudah terbangun di dalam
kawasan resapan air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung
masih diperkenankan namun harus memenuhi syarat :
1. tingkat kerapatan bangunan rendah (KDB maksimum 20% dan KLB
maksimum 40%).
2. perkerasan permukaan menggunakan bahan yang memiliki daya
serap air tinggi
e. bangunan terbatas untuk Prasarana jalan inspeksi dengan rumija 8 m
dan pos-pos pengawasan serta sumur-sumur resapan sesuai
ketentuan yang berlaku.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan pantai
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 1 ditetapkan
sebagai berikut :
a. diizinkan Kegiatan wisata alam, perikanan, penelitian yang tidak
merubah bentang alam
b. dilarang Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial,
dan kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan.
c. bangunan terbatas untuk Prasarana seperti bangunan pengendali
air, dan sistem peringatan dini (early warning system); yang telah
mendapat persetujuan dari instansi dan pejabat yang berwenang
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan sungai
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 2 ditetapkan
sebagai berikut :
a. diizinkan untuk jalur hijau
b. diizinkan untuk Kegiatan pariwisata yang tidak merubah bentang
alam
c. diizinkan...
[67]
c. diizinkan untuk Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu
yang tidak merubah bentang alam
d. dilarang Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial,
dan kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan
e. terbatas untuk pembangunan Sarana dan prasarana seperti papan
reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik, telepon, dan PDAM.
f. dibangun terbatas untuk pembangunan sarana dan prasarana
pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan sempadan mata air
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 3 ditetapkan
sebagai berikut :
a. diizinkan untuk kegiatan penunjang pariwisata alam yang tidak
merubah bentang alam
b. diizinkan untuk Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu
c. terbatas untuk pembangunan prasarana berupa Bangunan penyalur
air dengan syarat radius 15 meter dari mata air.
d. terbatas untuk pembangunan Sarana dan prasarana berupa
Bangunan papan reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik,
telepon, dan PDAM yang tidak merubah bentang alam dengan
ketentuan radius melingkar (diameter) sekurang-kurangnya 200
meter.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan reklamasi rawa
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 4 ditetapkan
sebagai berikut :
a. diizinkan untuk jalur hijau
b. diizinkan untuk Kegiatan pariwisata yang tidak merubah bentang
alam
c. diizinkan untuk Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu
yang tidak merubah bentang alam
d. dilarang Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial,
dan kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan.
e. terbatas...
[68]
e. terbatas untuk pembangunan Sarana dan prasarana berupa
Bangunan papan reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik,
telepon, dan PDAM yang tidak merubah bentang alam.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan suaka alam sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf c angka 1 ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan untuk Kegiatan preservasi dan konservasi lingkungan.
b. diizinkan untuk kegiatan penelitian, wisata alam dan kegiatan
berburu yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi kawasan
tersebut.
c. diizinkan untuk kegiatan wisata alam yang tidak merubah bentang
alam.
d. dilarang untuk kegiatan budidaya yang berpotensi mengurangi luas
kawasan hutan.
e. terbatas untuk pembangunan prasarana wilayah, berupa bangunan
penunjang fungsi kawasan dan bangunan pencegah dan
penanggulangan bencana alam.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Pelestarian Alam Taman
Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c angka 2
ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan untuk Kegiatan preservasi dan konservasi lingkungan
terkait dengan perlindungan ekosistem taman Nasional
b. diizinkan kegiatan budidaya hanya bagi penduduk asli di zona
penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;
c. diizinkan untuk kegiatan Pariwisata alam terbatas yang tidak boleh
merubah bentang alam
d. dilarang penebangan pohon dan perburuan satwa yang dilndungi
undang-undang
e. dilarang untuk kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
terhadap keutuhan zona inti taman nasional
f. dilarang...
[69]
f. dilarang untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona
pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman hutan raya,
dan taman wisata alam
g. terbatas untuk pembangunan Prasarana Pengembangan jaringan
listrik dengan ketentuan yang telah ditetapkan
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Rawan Bencana
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d ditetapkan sebagai
berikut :
a. diizinkan untuk pemanfaatan Hutan, perkebunan dengan tanaman
tegakan tinggi
b. diizinkan untuk Kegiatan budidaya seperti pertanian, perkebunan dan
kehutanan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul
akibat bencana alam
c. pembatasan perkembangan kawasan permukiman yang sudah
terbangun di dalam kawasan rawan bencana alam dan diterapkan
peraturan bangunan (building code) sesuai dengan potensi
bahaya/bencana alam, serta dilengkapi jalur evakuasi;
d. dilarang membangun jembatan yang mengurangi lebar palung sungai
Paragraf 9
Ketentuan Peraturan Zonasi untuk Kawasan Budidaya
Pasal 51
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 pada ayat (2) huruf i meliputi :
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi;
b. Kawasan Peruntukan Pertanian yang terdiri dari;
1. Pertanian Pangan
2. Holtikultura
3. Perkebunan
4. Peternakan
c. Kawasan Peruntukan Perikanan;
d.kawasan...
[70]
d. Kawasan Peruntukan Pertambangan dan Energi;
e. Kawasan Peruntukan Industri;
f. Kawasan Peruntukan Pariwisata;
g. Kawasan Peruntukan Permukiman;
h. Kawasan Pertahanan dan Keamanan;
i. Kawasan Reklamasi Pantai.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi hutan produksi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan untuk Kegiatan/bangunan wisata seperti outbond, bumi
perkemahan dengan tidak merubah bentang alam
b. diizinkan untuk Kegiatan penanaman tanaman sela diantara pohon-
pohon utama
c. bersyarat untuk penebangan, yaitu dengan pola tebang pilih
(stripcroping) agar hutan yang ada dapat dikelola secara selektif,
sehingga keutuhan hutannya sejauh mungkin terpelihara.
d. dilarang untuk Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri,
komersial, dan kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan
e. terbatas untuk pembangunan Prasarana berupa jalan dan waduk
serta prasarana lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian pangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 1 ditetapkan
sebagai berikut :
a. diizinkan untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan perikanan
b. diizinkan dilakukan kegiatan wisata agro, penelitian dan pendidikan
dengan tidak merubah bentang alam
c. bersyarat untuk Alih fungsi sawah irigasi teknis dikawasan perkotaan
yaitu maksimum 50%
d. terbatas untuk Lahan terbangun yaitu disesuaikan dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan berdasarkan kajian detil
e. dilarang kegiatan yang merubah dan mengurangi luas pertanian
lahan basah terutama pada lahan irigasi teknis.
f. terbatas...
[71]
f. terbatas untuk bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang
bersifat mendukung kegiatan pertanian lahan basah.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertanian holtikultura
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 2 ditetapkan
sebagai berikut :
a. diizinkan pemanfaatan untuk permukiman, peternakan, dan industri.
b. diizinkan kegiatan perkebunan rakyat pada kawasan pertanian lahan
kering.
c. diizinkan dilakukan kegiatan wisata agro, industri agro penelitian dan
pendidikan dengan tidak merubah bentang alam
d. pembangunan terbatas untuk prasarana wilayah dan bangunan yang
bersifat mendukung kegiatan pertanian lahan kering.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perkebunan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 3 ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan adanya kegiatan budidaya yang meningkatkan dan atau
mempertahankan kelestarian konservasi air dan tanah
b. bersyarat untuk Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi
lainnya sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. bersyarat untuk Kawasan budidaya lain dengan memperhatikan
persyaratan teknis yang ditetapkan pemerintah
d. dilarang merubah jenis tanaman perkebunan untuk kawasan
perkebunan besar yang tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan;
e. dilarang dilakukan di dalam kawasan lindung
f. dilarang memindahkan hak atas tanah usaha perkebunan yang
mengakibatkan terjadinya satuan usaha yang kurang dari luas
minimum
g. dilarang untuk kegiatan yang merubah dan mengurangi luas kawasan
perkebunan. Kecuali kegiatan pertambangan yang sudah eksploitasi
dan izinnya tidak untuk diperpanjang lagi.
h. pembangunan...
[72]
h. pembangunan terbatas untuk Prasarana jalan usaha tani dengan
rumija 8 m, tempat parkir bongkar muat, gudang penyimpanan hasil
perkebunan, tempat pengolahan hasil perkebunan, mess tempat
tinggal pekerja, tempat penyimpanan Saprodi, kantor pengelola
perkebunan
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan peternakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b angka 4 ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan untuk Kegiatan pengembangan jalur hijau
b. diizinkan pembangunan rumah petani disekitar kawasan.
c. diizinkan rumah potong hewan dan balai pelatihan disekitar kawasan
d. dilarang kegiatan lain yang mengganggu kegiatan peternakan.
e. pembangunan terbatas untuk Prasarana jalan usaha tani dengan
rumija 8 m, tempat parkir bongkar muat, rumah potong, balai
pelatihan.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan perikanan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf c ditetapkan sebagai berikut :
a. Diizinkan untuk dialihfungsikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Bersyarat untuk pengembangan Kawasan budidaya lain misalnya
permukiman nelayan, sarana dan prasarana pendukung kegiatan
perikanan dengan memperhatikan persyaratan teknis yang ditetapkan
pemerintah yaitu diluar garis sepadan sungai
c. Pada kawasan perikanan yang juga dibebani fungsi wisata,
pengembangan perikanannya terbatas, tidak boleh
merusak/mematikan fungsi pariwisata
d. Dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan pencemaran
lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya.
e. Dilarang kegiatan lain yang mengganggu kegiatan perikanan dan
kualitas air sungai.
f. pembangunan...
[73]
f. Pembangunan terbatas untuk Prasarana jalan usaha tani dengan
rumija 8 m, tempat parkir bongkar muat, tempat pengolahan hasil
perikanan, balai pelatihan.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d ditetapkan sebagai
berikut :
a. Diizinkan untuk Kegiatan pertanian danperkebunan
b. Pembatasan Kegiatan permukiman hanya untuk menunjang kegiatan
pertambangan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
keselamatan
c. Bersyarat pada kegiatan yang sudah memiliki dokumen AMDAL dan
sudah menyusun Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL)
d. Dilarang dilakukan pada kawasan taman nasional, hutan lindung,
dan pada tempat yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha
pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
e. Pembangunan terbatas untuk Prasarana jalan tambang dengan
rumija 24 m.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Industri sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf e ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan untuk Pengembangan jalur hijau
b. diizinkan bagi permukiman penduduk yang sudah terlebih dulu
bermukim di kawasan peruntukan industri, tetapi dengan
pembatasan kegiatan agar tidak mengakibatkan kecelakaan industri.
c. bersyarat untuk Budidaya lain seperti permukiman, perdagangan
jasa, serta fasilitas umum dengan persyaratan tertentu yang telah
diteteapkan pemerintah
d. terbatas untuk Permukiman para pekerja termasuk fasilitas umum
untuk memenuhi kebutuhan para pekerja maksimum 20% dari luas
lahan yang ada.
e. dilarang...
[74]
e. dilarang berLokasi berbatasan langsung dengan kawasan
permukiman;
f. pembangunan terbatas untuk Prasarana jalan kawasan industri
dengan rumija 24 m, gudang, area bongkar muat, mess karyawan,
IPAL.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Pariwisata sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf f ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan dilakukan penelitian dan pendidikan.
b. dilarang melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan rusaknya
kondisi alam terutama yang menjadi obyek wisata alam;
c. dilarang dibangun permukiman dan industri yang tidak terkait
dengan kegiatan pariwisata;
d. dilarang adanya bangunan lain kecuali bangunan pendukung
kegiatan wisata alam;
e. pembangunan terbatas untuk sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Permukiman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf g ditetapkan sebagai berikut :
a. diizinkan adanya kegiatan industri skala rumah tangga, perdagangan
jasa, pertanian lahan kering dan fasilitas sosial ekonomi lainnya
dengan skala pelayanan lingkungan;
b. dilarang dialokasikan pada kawasan lindung/konservasi serta tidak
terletak pada lahan pertanian teknis.
c. dilarang dikembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi
permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial masyarakat.
d. pembangunan terbatas untuk sarana dan prasarana pendukung
fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan
yang berlaku.
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Pertahanan dan
Keamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf h ditetapkan
sebagai berikut :
a. dilarang...
[75]
a. dilarang bercampur dengan permukiman penduduk atau kawasan
budidaya lainnya
b. dilarang melakukan kegiatan yang merusak fungsi pertahanan dan
keamanan
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Reklamasi Pantai
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf i ditetapkan sebagai
berikut :
a. diizinkan untuk Kegiatan pariwisata alam dengan tidak merubah
bentang alam
b. pembatasan pada Bangunan maksimal 40% dan site development
minimal 60% yang telah mendapat persetujuan instansi/pejabat
setempat
c. dilarang Kegiatan pembangunan dilakukan di dalam kawasan
lindung.
d. dilarang melakukan kegiatan yang merusak fungsi ekosistem daerah
peruntukan.
Paragraf 10
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
Pasal 52
Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf j ditetapkan sebagai
berikut :
a. diizinkan untuk Kegiatan pariwisata alam dengan tidak merubah
bentang alam
b. pembatasan pada Bangunan yang telah mendapat persetujuan
instansi/pejabat setempat
c. kegiatan permukiman terbatas untuk mendukung pengembangan
perikanan dan pariwisata, maksimum 20% dari luas wilayah.
d. dilarang...
[76]
d. dilarang Kegiatan pembangunan dilakukan di dalam kawasan lindung.
e. dilarang melakukan kegiatan yang merusak fungsi ekosistem daerah
peruntukan.
f. dilarang untuk Kegiatan budidaya lain seperti industri polutan.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 53
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2)
huruf b merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam
pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan
pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah.
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 54
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di kabupaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf b, terdiri atas :
a. izin pinsip;
b. izin lokasi;
c. izin Mendirikan Bangunan (IMB);
d. izin mendirikan Tower;
e. izin reklame;
f. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
g. izin In Gang;
h. izin Saluran Air Hujan;
i. izin Saluran Air Limbah;dan
j. izin reklamasi rawa.
(2) Mekanisme…
...
[77]
(2) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Arahan Insentif dan Disinsentif
Pasal 55
(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
41 ayat (2) huruf c merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam
pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan
zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.
(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,
dibatasi atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.
Pasal 56
(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah kepada
pemerintah daerah lainnya dan kepada masyarakat.
(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi
berwenang sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 57
(1) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41 ayat (2) huruf c dalam bentuk:
a. insentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang
mendukung pengembangan kawasan, yaitu dalam bentuk :
1. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, sewa
ruang, dan urun saham;
2. pembangunan...
[78]
2. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
3. Kemudahan prosedur perizinan, dan/atau
4. Pemberian penghargaan kepada masyrakat, swasta dan/atau
pemerintah daerah.
b. disinsentif yang diberikan untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang
mendukung pengembangan kawasan, yaitu dalam bentuk :
1. pengenaan pajak yang tinggi disesuaikan dengan besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang
ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan
2. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi,
dan penalti.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Paragraf 1
Umum
Pasal 58
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf d
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur
ruang dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
e. pelanggaran ...
[79]
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW
kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan
yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur
yang tidak benar.
Paragraf 2
Bentuk – bentuk Sanksi
Pasal 59
(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2)
huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan
sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf c
dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan...
[80]
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.
BAB XI
KELEMBAGAAN
Pasal 60
(1) Kelembagaan pada penataan ruang di daerah untuk memantapkan
koordinasi dilakukan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(BKPRD) kabupaten.
(2) BKPRD Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membantu
Bupati dalam mengkoordinasikan dan merumuskan kebijakan
penataan ruang kabupaten dan bertanggungjawab kepada Bupati.
BAB XII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN
RUANG
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 61
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;
e. mengajukan...
[81]
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat
berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang menimbulkan kerugian.
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 62
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatanruang dari
pejabat yang berwenang;
c. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
d. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh Ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pasal 63
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 dilaksanakan dengan
mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-
aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat
secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan
faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan
struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang
yang serasi, selaras, dan seimbang.
Bagian...
[82]
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 64
Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan pada tahap :
a. Partisipasi dalam Perencanaan tata ruang;
b. Partisipasi dalam Pemanfaatan ruang; dan
c. Partisipasi dalam Pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 65
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 huruf a terdiri atas:
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Pasal 66
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilaksanakan
sebagaimana dimaksud pasal 64 huruf b terdiri atas:
a. memeberi masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan…
[83]
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan
ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi
dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup
dan sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 67
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 huruf c, dapat berupa:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang
terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.
Pasal 68
(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara
langsung dan/atau tertulis.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
disampaikan kepada bupati.
(3) Peran ...
[84]
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat
disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 69
Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, Pemerintah Daerah
membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 70
(1) Jangka waktu RTRW kabupaten berlaku untuk 20 (dua puluh) dan
dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan
bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan dan/atau perubahan batas wilayah yang
ditetapkan dengan Undang-Undang, RTRW Kabupaten dapat ditinjau
kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kebupaten dan/atau
dinamika internal kabupaten.
(4) Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten dilengkapi dengan Buku
Rencana dan Album Peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.
(5) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini,
sepanjang mengenai teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah,
diatur lebih lanjut oleh Peraturan Bupati.
BAB XIV ...
[85]
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 71
Setiap orang atau badan hukum yang melakukan pelanggaran terhadap
rencana tata ruang yang telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 72
(1) Pemanfaatan ruang dalam Holding Zone berlaku ketentuan :
a. Apabila perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 sudah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang
kehutanan, maka pemanfaatan ruangnya mengacu pada penetapan
tersebut.
b. Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 diintegrasikan
dalam revisi rencana tata ruang wilayah Kabupaten sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, semua ketentuan peraturan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan penataan ruang wilayah
Kabupaten tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum
diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(3) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini ini tetap berlaku sesuai
dengan masa berlakunya;
b. izin ...
[86]
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin
tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak.
c. pemanfaatan ruang yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini;
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan peraturan
Daerah ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang
diperlukan.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 73
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun
2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
(Lembaran Daerah Kabupaten Banyuasin Tahun 2005 Nomor 12 Seri E)
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 74...
[87]
Pasal 74
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Banyuasin.
Ditetapkan di Pangkalan Balai
Pada Tanggal : 28 Desember 2012
Bupati Banyuasin
Ir. H. Amiruddin Inoed
Disahkan di Pangkalanbalai
Pada tanggal :_______________
Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuasin Ir. Firmansyah, M. Sc
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012 NOMOR 76.
1
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN
NOMOR 28 TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032
1. PENJELASAN UMUM
Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007
sebagai pengganti Undang-Undang nomor 24 tahun 1992, membawa
perubahan yang cukup mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan
ruang, salah satunya pada aspek pengendalian pemanfaatan ruang,
selain pemberian insentif dan disinsentif juga pengenaan sanksi yang
merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan penertiban
atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
dan peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya diberikan
kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan
pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat pemerintah
yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang. Disamping itu dengan lahirnya Undang-
undang nomor 26 tahun 2007 memberikan kejelasan tugas dan
tanggung jawab pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah
propinsi, pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas, maka daerah
dalam hal ini Kabupaten Banyuasin diberikan waktu selama 3 (tiga)
tahun untuk melakukan penyesuaian terhadap rencana tata ruang yang
ada, yaitu dengan melakukan peninjauan kembali atau penyempurnaan
rencana tata ruang agar sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh
Undang-Undang No.26 tahun 2007.
2
Selanjutnya rencana tata ruang wilayah yang ada setidaknya ditinjau 1
(satu) kali setiap 5 (lima) tahun dengan tujuan utama untuk mengecek
kesesuaian dan keefektifan pelaksanaan RTRW dan bukan ditujukan
untuk pemutihan penyimpangan pemanfaatan ruang. Faktor yang
menjadikan kegiatan peninjauan kembali perlu dilakukan salah satunya
adalah karena adanya ketidaksesuaian atau simpangan antara rencana
dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal
maupun karena faktor eksternal.
Faktor eksternal meliputi pengaruh dari munculnya kebijakan otonomi
daerah baik kabupaten/kota dan provinsi serta kebijakan regional dan
nasional, adanya perubahan undang-undang terkait penataan ruang,
Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional sebagai arahan pembangunan dan adanya
penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang menetapkan koridor Sumatera
sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi
nasional, sehingga sangat berpengaruh terhadap perumusan kebijakan
dan perwujudan pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin
kedepannya.
Selanjutnya faktor internal yang mempengaruhi yaitu adanya dinamika
pembangunan yang terjadi di Kabupaten Banyuasin. Dimana pada saat
pembentukan Kabupaten Bayuasin dengan Undang-Undang nomor 6
tahun 2002 hingga tersusunnya RTRW Kabupaten Banyuasin dengan
Peraturan Daerah No.8 Tahun 20015 Kabupaten Banyuasin terdiri dari
11 kecamatan, pada Tahun 2007 telah dilakukan pemekaran
kecamatan menjadi 15 kecamatan, pada Tahun 2010 mengalami
pemekaran lagi menjadi 17 Kecamatan.
Selain itu adanya rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api
sebagai simpul transportasi laut Nasional yang sekaligus menjadi
generator pembangunan di Kabupaten Banyuasin serta isu-isu strategis
lainnya yang secara langsung akan berdampak kepada perubahan
penataan ruang wilayah sehingga diperlukan strategi dan arahan
kebijakan yang baru dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan
3
pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan
sumberdaya manusia. Strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan
perlu disesuaikan dengan potensi dan kendala yang ada, supaya
mampu menghadapi segala hambatan, tantangan, ancaman dan
peluang yang ada saat ini dan pada masa yang akan datang.
Menyadari hal tersebut, sebagaimana diamanatkan UU.No.26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata ruang Wilayah
Kabupaten Banyuasin Tahun 2005-2025 harus direvisi. RTRW
Kabupaten Banyuasin yang baru diharapkan menjadi acuan
pelaksanaan pembangunan Kabupaten Banyuasin yang lebih
konfrehensif, harmonis, serasi, selaras dan seimbang dan sinergis antar
sektor, antar wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam
pelaksanaan pembangunan. Pada akhirnya diharapkan akan semakin
mendorong peningkatan kualitas ruang dan kualitas kehidupan
masyarakat Kabupaten Banyuasin secara berkelanjutan. RTRW akan
menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan
ruang serta menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan berwawasan tata ruang. RTRW
kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi perencanaan yang lebih
rinci yakni Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan,
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana Kawasan
Strategis Kabupaten. Rencana-rencana ini merupakan perangkat
operasional dari RTRW Kabupaten Banyuasin.
2. Penjelasan Pasal Demi Pasal
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
4
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Yang dimaksud dengan “rencana struktur ruang” adalah gambaran
struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun
rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan
dikembangkan
Pasal 9
Ayat (1) huruf a
Yang dimaksud dengan PKWp adalah pusat kegiatan yang
dipromosikan untuk di kemudian hari dapat ditetapkan sebagai
PKW. PKW merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Penetapan PKWp merupakan wewenang Pemerintah provinsi
sebagaimana tertuang dalam RTRW Provinsi.
Ayat (1) huruf b
Yang dimaksud dengan PKL adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau
beberapa kecamatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Wilayah Provinsi, penetapan PKL ini merupakan wewenang
Pemerintah Provinsi dalam RTRW Provinsi.
5
Ayat (1) huruf c
Yang dimaksud dengan PPK adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
desa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Wilayah
Kabupaten, penetapan PPK ini merupakan wewenang Pemerintah
Kabupaten dalam RTRW Kabupaten.
Ayat (1) huruf d
Yang dimaksud dengan PPL adalah pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Wilayah Kabupaten,
penetapan PPL ini merupakan wewenang Pemerintah Kabupaten
dalam RTRW Kabupaten.
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (2) huruf a
Yang dimaksud dengan Jaringan Jalan arteri primer adalah
merupakan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan
jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional,
dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.
Ayat (2) huruf b
Yang dimaksud dengan jaringan jalan kolektor primer adalah jalan
yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah,
atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
6
Ayat (2) huruf d
Yang dimaksud dengan jaringan jalan lokal primer adalah jalan yang
menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat
kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat
kegiatan lingkungan.
Ayat (2) huruf e
Yang dimaksud dengan jaringan jalan bebas hambatan adalah jalan
umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk
secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang serta
dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan.
Ayat (2) huruf f
Yang dimaksud dengan jaringan jalan khusus merupakan jalan yang
dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani
kepentingan sendiri. Yang dimaksud dengan jalan khusus dalam
pasal ini adalah jalan di kawasan pelabuhan
Ayat (3) huruf a
Yang dimaksud dengan terminal tipe A adalah terminal ini berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar
propinsi, dan/atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar
kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
Biasanya terminal tipe ini melayani arus minimum kendaraan
sebesar 50 – 100 kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang
lebih kurang 10 Ha. Terletak di jalan arteri, jarak antara dua
terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau
Jawa, 30 km di pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya.
Yang dimaksud dengan terminal tipe B adalah terminal ini berfungsi
melayani kendaraan umum untuk, angkutan antar kota dalam
propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Biasanya terminal
7
tipe ini melayani arus minimum kendaraan sebesar 50 – 100
kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang lebih kurang 10 Ha.
Yang dimaksud dengan terminal tipe C adalah terminal ini berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan yang
dipergunakan dengan tujuan pemberangkatan dan kedatangan
kendaraan umum untuk angkutan dalam wilayah kabupaten.
Biasanya terminal tipe ini melayani arus minimum kendaraan
sebesar 25 kendaraan/jam dengan luas kebutuhan ruang lebih
kurang 2,5 Ha, serta terletak di jalan kolektor atau lokal.
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (3) huruf a
Yang dimaksud dengan Sistem Jaringan Kabel adalah yaitu sistem
telekomunikasi dengan menggunakan kabel sebagai sarana
transmisi gelombang dari pengirim menuju penerima.
Ayat (3) huruf b
Yang dimaksud dengan Sistem Nirkabel adalah adalah yaitu sistem
telekomunikasi tanpa menggunakan kabel, melainkan menggunakan
transmisi gelombang ataupun sinyal dari pengirim menuju
penerima.
Pasal 16
Ayat (1) huruf b
Yang dimaksud Sistem Jaringan reklamasi rawa adalah keseluruhan
saluran baik primer, sekunder, maupun tersier dan bangunan yang
8
merupakan satu kesatuan, beserta bangunan pelengkapnya yang
diperlukan untuk pengaturan, pembuangan, pemberian, pembagian
dan penggunaan air. Secara teknis tujuan dari kegiatan reklamasi
rawa adalah: mendrainase kelebihan air permukaan dan air tanah,
memungkinkan suplesi air (pasang) untuk tanaman, mencegah
banjir, mencegah intrusi air asin, menyediakan fasilitas transportasi
untuk perahu-perahu kecil (P2DR, 1995).
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Yang dimaksud dengan “rencana pola ruang” adalah gambaran pola
ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana,
yang mencakup pola ruang yang ada dan yang akan dikembangkan.
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
9
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1) huruf a
Yang dimaksud dengan Kawasan Hutan Produsi merupakan hutan
produksi Tetap yaitu kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas
lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing
dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai di
bawah 125, di luar kawasan hutan lindung, hutan suaka alam,
hutan pelestarian alam, dan taman buru.
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
10
Pasal 34
Yang dimaksud dengan “rencana penetapan kawasan strategis”
adalah penetapan lokasi-lokasi strategis yang dikehendaki sebagai
prioritas pengembangan di wilayah bersangkutan.
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
11
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Ayat (1) huruf a
Yang dimaksud dengan Izin Prinsip adalah suatu izin yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang diberikan kepada
pengusaha atau badan usaha yang akan melakukan kegiatan usaha
di suatu daerah.
Ayat (1) huruf b
Yang dimaksud dengan Izin Lokasi adalah persetujuan dari Kepala
Daerah (Bupati) tentang pembebasan tanah yang terletak pada
lokasi yang ditentukan peruntukannya sesuai dengan rencana tata
ruang yang ditetapkan.
12
Ayat (1) huruf c
Yang dimaksud dengan Izin Mendirikan Bangunan adalah yaitu izin
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten kepada pemilik
bangunan dalam rangka mendirikan bangunan gedung yang telah
disahkan oleh instansi yang berwenang.
Ayat (1) huruf e
Yang dimaksud dengan Izin Reklamasi Rawa adalah izin yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka permohonan
pencadangan lahan rawa.
Ayat (1) huruf f
Yang dimaksud dengan Izin Penggunaan Pemanfaatan tanah adalah
izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten dalam rangka
memanfaatkan ruang pada lokasi tertentu.
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Ayat 1 Huruf a
Yang dimaksud pemberian kompensasi misalnya adalah pemberian
kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum rencana
tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan
Yang dimaksud dengan subsidi silang adalah dilakukan dengan
memberikan kemudahan dalam proses dan prosedur perizinan
kegiatan yang sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang, sehingga
mampu mempercepat pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh
swasta maupun masyarakat.
Yang dimaksud dengan penyediaan prasarana dan sarana adalah
dilakukan dengan melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana
13
wilayah yang mampu memacu kegiatan perekonomian dan
merupakan keunggulan komparatif wilayah, yang dapat menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya.
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
Pasal 67
Cukup Jelas
Pasal 68
Cukup Jelas
14
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2012
NOMOR 031
LAMPIRAN I.
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN QUICK APPRAISAL
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
1. topogafinya wilayah Kabupaten Banyuasin terdiri dari 80 % daratan rendah berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak dan 20 %
darat/lahan kering
Pemanfaatan dan
pengendalian Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya
Negatif :
berpotensi terjadi banjir dan genangan yang dapat
mengganggu aktivitas
masyarakat dan proses kegiatan pembangunan ekonomi
Positif :
Potensi untuk pengembangan
kegiatan pertanian pasang surut, budidaya perikanan dan
perikanan tangkap
Delienasi yang jelas pada
kawasan-kawasan yang selalu mengalami banjir dan genangan
secara periodik
Delienasi kawasan rawa yang
masih dapat dimanfaatkan/di keringkan dengan pembuatan
system drainase dan kawasan
rawa tergenang permanen atau tidak ekonomis jika dikeringkan
dalam rangka pengembangan wilayah
Menyiapkan pembangunan
tanggul pengendali banjir/
genangan
Pemetaan bagi kawasan rawa
yang masih dapat direklamasi dan kawasan rawa yang sudah
tidak dapat direklamasi
Pengembangan kawasan
budidaya diarahkan pada lahan-lahan yang tidak dipengaruhi
banir atau genangan atau lahan-
lahan yang secara ekonomis masih dapat
direklamasi/dikeringkan.
2. Pengembangan pusat-
pusat kegiatan
perkotaan yang berhierarki satu sama
lain (PKWp, PPK, PKL dan PPL)
Perwujudan rencana
struktur ruang sistem
perkotaan
Negatif :
Pengaruh perkembangan
perkotaan yang pesat terhadap
ketersediaan lahan pertanian, gangguan lingkungan hidup
dan sejenisnya. Hal ini mengingat, bahwa pada pusat-
pusat perkotaan yang dimaksud memiliki cadangan lahan
pertanian lahan basah yang
cukup tinggi Pengembangan pusat-pusat
perkotaan baru yang dekat
dengan kawasan hutan dan
Deliniasi kawasan pertanian abadi
dan kawasan pengembangan
sektor pertanian
Pengendalian pembangunan Kawasan dengan tidak merubah
bentang alam disertai dengan konservasi air dan memperhatikan
daerah rawan bencana
Deliniasi kawasan konservasi dan
pengendalian kegiatan pada kawasan konservasi.
Pengembangan kegiatan
Perkotaan menghindari alih
fungsi lahan pertanian produktif.
pengembangan kawasan perkotaan harus sudah
menetapkan lahan hutan dan pertanian yang akan
dipertahankan (konservasi)
melalui deliniasi kawasan dan sosialisasi
Pembuatan aturan pengendalian
pemanfaatan ruang disertai
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
konservasi dikhawatirkan menimbulkan konflik
penggunaan lahan.
Positif : Mengurangi tingkat Kemiskinan,membuka akses Daerah terisolasi, Pemerataan Pembangunan infrastruktur
dengan ketentuan insentif-disinsentif dan sanksi secara
tegas.
3. Pembangunan jaringan jalan seperti jalan tol,
jalan kolektor primer dan jalan lokal primer
Perwujudan rencana struktur ruang sistem
jaringan jalan
Negatif : Potensi nilai jual lahan yang
semakin meningkat membuat
maraknya investasi pembelian lahan yang seringkali
menimbulkan konflik
kepemilikan lahan dan munculnya lahan-lahan yang
tidak dimanfaatkan secara optimal.
Pembukaan jalan baru akan
mempengaruhi kecenderungan perkembangan kegiatan
khususnya kegiatan budidaya
pada kawasan lindung, hutan dan konservasi yang dilalui
Jalan tersebut. Pembukaan jalan maupun
peningkatan kelas dan kualitas
jalan pada kawasan perdesaaan
juga akan memicu perubahan penggunaan lahan pertanian
menjadi lahan non pertanian sehingga dapat mengurangi
cadangan lahan pertanian
Pembanguan jaringan jalan diintegrrasikan dengan akses ke
sentra-sentra produksi
Pengaturan zonasi di sepanjang
rencana jaringan jalan
Pengembangan jalur hijau (RTH) disepanjang koridor dan
sempadan rencana jaringan jalan.
Memperketat Pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang
rencana jaringan jalan
Menegaskan pola pengelolaan
pada kawasan hutan dan kawasan pertanian
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
(ketahanan pangan).
Positif : Pertumbuhan ekonomi dan
kegiatan pembangunan yang
tinggi di sekitar koridor jalur tersebut.
Memperlancar aksesibilitas
terutama untuk daerah terisolir
dan memperlancar pergerakan kegiatan perekonomian.
4. Pengembangan jalur
kereta api baru (double track)
Perwujudan rencana
struktur ruang sistem jaringan perkereta
apian
Negatif :
Pengembangan pembangunan rel kereta untuk transportasi batu
bara akan mengubah lahan wilayah yang dilewatinya,
termasuk didalamnya wilayah hutan dan lahan pertanian
Positif : Mendukung kelancaran
transportasi angkutan batu bara ke tujuan akhir.
Sebelum kegiatan pembangunan jalur kereta api dan fasilitas stasiun batubara serta pendukung dilakukan, wajib dilakukan studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang. Pengembangan jalur hijau (RTH) disepanjang sempadan rel kereta api.
Menyusun aturan Pengendalian
pemanfaatan ruang dan ketentuan zonasi untuk penataan
areal-areal yang dilewati jalur rel yang akan dikembangkan
Meningkatkan regulasi untuk
pengendalian konversi lahan
terutama lahan pertanian dan ruang terbuka hijau.
5 Pengembangan kawasan industri dan pelabuhan Tanjung Api-api/Tanjung Carat
Perwujudan rencana transportasi air dan kawasan industri
Negatif
Dapat menyebabkan
kemacetan lalu lintas dari bangkitan lalu lintas(traffic generation) yang di timbulkan oleh kegiatan-kegiatan
pelabuhan tersebut.
Rentan terhadap kerusakan
lingkungan seperti terganggunya ekosistem
pesisir, sedimentasi dan polusi yang ditimbulkan akibat
Menyiapkan sebuah kawasan transisi diantara kedua kawasan yang berfungsi sebagai kawasan wisat taman nasonal. Kawasan ini akan menjadi penyangga taman nasional yang menjamin taman nasional bebas dari perambahan kawasan.
Menyusun Rencana Detail yang berbasis pada pengembangan lingkungan berkelanjutan.
1. Menyusun ketentuan pengendalian yang sangat ketat bagi kawasn Tanjung Api-api/Tanjung Carat dan wilayah sekitarnya
2. Menetapkan deliniasi kawasan Tanjung Api-api/Tanjung Carat lebih tegas
3. Menambahkan penjelasan dan memastikan bahwa:
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
kegiatan pelabuhan. Mengurangi kawasan
konservasi dan lindung di
Taman Nasional sembilang
Positif Kawasan pelabuhan Tanjung
Api-Api/Tanjung Carat tidak
hanya mengemban fungsi
sebagai kawasan pelabuhan skala lokal tetapi juga
mengemban fungsi sebagai kawasan pelabuhan skala
regional (skala propinsi , skala
nasional bahkan Internasional) yang merupakan stimulator
bagi pengembangan wilayah diatasnya (propinsi dan
nasioanal) Meningkatkan aksesibilitas dan
sarana penunjang pelabuhan
dan kawasan industri.
Menciptakan sistem prasarana pengolahan limbah cair dan padat yang efektif serta ramah lingkungan
Perbaikan kawasan konservasi yang rusak akibat kegiatan pembangunan
- Pengelolaan dan pengaturan kawasan sempadan pantai, DAS harus diperhatikan terlebih dahulu atau seiring dengan pembangunan pelabuhan.
- penyusunan dokumen amdal terkait pembangunan kawasan Tanjung Api-Api/Tanjung carat
6. Potensi ketersediaan dan kesesuaian lahan
untuk Pengembangan
sektor Ekonomi
Pengembangan rencana kawasan strategis untuk peruntukan kawasan Agropolitan/KTM
Negatif :
Terjadinya alih fungsi lahan
pertanian
Positif : - Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, terutama masyarakat perdesaan
- Terjadinya pengembangan
wilayah - Mengurangi urbanisasi karena
adanya kesenjangan antara
Pemanfaatan sinergitas budaya dan keraifan lokal melalui
pemberdayaan masyarakat dan
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Penentuan komoditas unggulan
agropolitan
Rencana terpadu pengembangan
agropolitan. Meminimalisir penggunaan
Melakukan penyusunan master plan pengembangan kawasan
agropolitan.
Menyusun Rencana dukungan
prasarana dan sarana
Pelibatan masyarakat setempat
Pengembangan agropolitan
difasilitasi dengan kebijakan strategis baik di kawasan
perdesaan maupun perkotaan.
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
kawasan perkotaan dan perdesaan sehingga bisa
mendorong penduduk perdesaan tetap tinggal di
pedesaan melalui investasi di wilayah perdesaan.
- Meningkatkan nilai tambah
produksi dan pendapatan masyarakat.
pestisida dan pupuk kimia dalam proses budidaya tanaman
Mengembangkan Pertanian organik
Pengembangan bibit unggul,
Pembinaan intensif dan skema penyediaan kredit murah bagi
kelompok petani dan home
industry pengolahan hasil pertanian dan perikanan
Pengembangan rencana Pola ruang dan kawasan strategis untuk peruntukan kawasan industri terpadu
Negatif
- Kemungkinan terjadi pencemaran lingkungan
- Sebagian lahan akan terdegradasi karena akan
adanya pembukaan lahan untuk pengembangan indutri tertentu
secara besar-besaran.
- Terjadi konfilk kepentingan terutama dalam pemenuhan
prasarana air antara kepentingan air baku domestik
dengan kebutuhan industri
Positif
- Terwujudnya pengembangan industri yang mempunyai
keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan
komparatif
- Terciptanya perluasan lapangan usaha dan kesempatan kerja
secara merata di sektor industri
- Rencana pengembangan industri
terpadu yang berwawasan lingkungan
- Penentuan klasifikasi jenis produk utama industry Rencana
pengembangan industri terpadu - Penyediaan Instalasi sistem
pengelolaan limbah padat , cair
dan gas.
- Pembuatan master plan tentang
studi terkait pengembangan industri terpadu
- Perketat regulasi terhadap pencemaran lingkungan
dikarenakan limbah industri - Meningkatkan regulasi untuk
pengendalian konversi lahan
terutama lahan pertanian dan ruang terbuka hijau.
- Perketat regulasi terkait sumberdaya air yang digunakan.
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
dan perdagangan; - Peningkatan kontribusi terhadap
PDRB
Pengembangan rencana kawasan strategis untuk peruntukan kawasan minapolitan
Negatif:
Kemungkinan terjadinya
eksploitasi sumber daya perikanan secara besar-besaran
guna meningkatkan pendapatan. Hal ini berpotensi mengancam
keberlangsungan sumber daya
perikanan.
Potensi dihasilkannya limbah padat, cair dan gas akibat
kegiatan produksi dan pengolahan hasil seperti residu
pestisida, bahan-bahan
pengawet, asap hasil pembakaran bahan bakar dan
lain-lain.
Positif
- Berkontribusi terhadap PDRB - Meningkatkan kesejahteraan
masyaraka, terutama masyarakat pesisir
- Menambah nilai ekonomis terhadap hasil perikanan
- Memudahkan Pengawasan
Perikanan
- Rencana diverisifikasi komoditas
perikanan
- Rencana integrasi dengan jaringan infrastruktur dan
dengan sentra perikanan lain
- Pembuatan master plan tentang
studi terkait pengembangan
perikanan terpadu - Pemerintah perlu membuat
regulasi yang ketat terhadap kebijakan perikanan, untuk
menghindarkan terjadinya
praktek jual beli izin antar pelaku usaha.
- Perketat regulasi terkait batas wilayah perairan dan sosialisasi
kepada stakeholder terkait
Pengembangan rencana kawasan strategis untuk pertanian pasang surut
Negatif :
Terjadinya konflik kepentingan
pertanahan
Positif :
Penetapan konsep lahan sawah
abadi Rencana pengembangan
Waduk dan system irigasi
- Menigkatkan regulasi pertanahan
untuk melindungi penetapan
kawasan pertanian - Mengembangkan instrumen
pengendalian konversi tanah
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
- Menjaga kemantapan ketahanan pangan di Kabupaten Banyuasin
khususnya dan nasional pada umumnya.
- Mengurangi konversi lahan pertanian
- Meningkatkan kesejahteraan
petani
- Upaya perlindungan tanah pertanian produktif
- Program-program pembinaan dan pelatihan intensif bagi
masyarakat
Pengembangan rencana kawasan strategis untuk Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan
Negatif
Terjadinya konflik kepentingan
pertanahan
Potensi dihasilkannya limbah padat, cair dan gas akibat
kegiatan produksi dan pengolahan hasil seperti residu
pestisida, bahan-bahan
pengawet, asap hasil pembakaran bahan bakar dan
lain-lain.
Adanya monopoli usaha budidaya
dan pemasaran oleh pemilik modal
Positif
- Meningkatkan perekonomian masyarakat
- Manjaga ketahanan bahan
pangan - Terbuka banyak lapangan kerja
baru dalam proses produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran hasil produk serta
kegiatan pendukung lainnya
Konsep pengembangan
perkebunan
Penyediaan Instalasi sistem
pengelolaan limbah padat , cair dan gas khususnya bagi kegiatan
pengolahan hasil pertanian
Penertiban dan pendayagunaan
tanah terlantar
Memperketat regulasi terhadap
konversi lahan
Program-program pembinaan dan pelatihan intensif bagi
masyarakat berkaitan dengan
rencana pengembangan KIMBUN
Memfasilitasi lembaga-lembaga keuangan atau pemerintah
lainnya yang memiliki program
penyaluran kredit lunak atau untuk usaha kecil menengah
Revitalisasi lahan-lahan tidur
yang belum dimanfaatkan melalui pendekatan kepada para
pemilik lahan yang umumnya
bukan warga setempat
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
Pemanfaatan dan pengendalian kawasan
budidaya peruntukan pertambangan
Negatif :
Potensi dihasilkannya limbah padat, cair , gas serta perubahan
bentang alam selain juga mengundang bahaya erosi dan
longsor pada areal-areal tertentu.
Alih fungsi lahan pertanian, alih
fungsi lahan hutan, Erosi/sedimentasi, Degradasi
lahan, bentang alam, Abrasi
pantai, Kerusakan ekosistem pesisir, bencana longsor,
Bencana banjir, sampah domestik dan keanekaragaman hayati
Timbul konflik kepentingan lahan
antar sektor
Positif :
Menjadi salah satu penggerak utama perekonomian yang
memberikan dampak pengganda
signifikan terhadap kegiatan ikutan.
Terbuka banyak lapangan kerja
baru dalam proses penambangan/kegiatan produksi
serta kegiatan pendukung
lainnya
Apabila ternyata di kawasan lindung terdapat indikasi adanya potensi pertambangan berupa batubara, minyak dan gas dan galian golongan C serta deposit mineral lainnya yang bila diusahakan dinilai amat berharga bagi Negara, maka kegiatan budidaya di kawasan lindung tersebut dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan kegiatan budidaya dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan. Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambang bahan galian tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan melaksanakan rehabilitasi daerah bekas penambangannya, sehingga kawasan lindung dapat berfungsi kembali. Sebelum kegiatan pertambangan dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi amdal yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang berwenang.
Pengendalian pemanfaatan ruang
di areal-areal yang memiliki potensi pertambangan batubara,
minyak dan gas dan galian golongan C yang ada di
Kabupaten Banyuasin
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
Ketentuan pelarangan kegiatan penambangan terbuka di dalam kawasan lindung Ketentuan pelarangan kegiatan penambangan yang menimbulkan kerusakan lingkungan. Ketentuan pelarangan lokasi penggalian pada lereng curam lebih besar dari 40% dan kemantapan lerengnya kurang stabil, untuk menghindari bahaya erosi dan longsor.
Rencana Peruntukan kawasan permukiman
Negatif : Alih fungsi lahan pertanian, alih
fungsi lahan hutan,
Erosi/sedimentasi, Degradasi lahan, Bencana banjir, dan dapat
menimbulkan polusi akibat bertambahnya sampah domestik.
Nilai jual lahan yang semakin meningkat sehingga banyak yang
menjadikannya sebagai investasi seringkali menimbulkan konflik
kepemilikan lahan, perambahan kawasan hutan, dan munculnya
lahan-lahan tidur yang tidak
dimanfaatkan.
Positif : Pertumbuhan ekonomi dan
kegiatan pembangunan yang
tinggi
Meningkatkan pembangunan sarana transportasi darat dan
fasilitas lainnya
Pengembangan Ruang Terbuka
hijau
Meningkatkan pembangunan
fasilitas permukiman dan prasarana lingkungan
Penyusunan aturan pengendalian pemanfaatan ruang
Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan untuk
penataan di kawasan pusat permukiman
Identifikasi dan pendekatan kepada para pemilik lahan tidur
untuk segera memanfaatkan lahan-lahan milik mereka
Peningkatan kapasitas
kelembagaan penataan ruang
dalam mengatasi konflik kepemilikan lahan, perambahan
hutan, maraknya lahan tidur yang belum termanfaatkan dan
Konflik pemanfaatan ruang.
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
Adanya reklamasi kawasan pantai menjadi lahan (daratan) untuk kebutuhan rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat
Rencana pola ruang bagi pemanfaatan kawasan pesisir
negatif :
Kegiatan reklamasi lahan tersebut secara tidak tepat/tidak terkendali akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain : terganggunya fungsi hidrologi (menahan air) dan fungsi sebagai penambat karbon, penurunan permukaan tanah (subsiden), serta kerusakan ekosistem laut dan sedimentasi
Positif :
Meningkatkan perekonomian dan PDRB
Tidak mengganggu kawasan lindung lainnya
Perlu rencana pengendalian pemanfaatan reklamasi pantai secara detail dan konprehensif
Pengelolaan kawasan reklamasi secara baik dan berkelanjutan yang berbasis kepada konservasi lahan
Melakukan penataan (evaluasi) kawasan yang telah terreklamasi agar wilayah ekosistem kawasan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan sifat (karakteristik) alamnya yaitu memberikan perlindungan terhadap lingkungan
RTRW harus memasukkan alternatif mitigasi terkait dalam aturan pengelolaan dan pengendalian terhadap kawasan reklamasi pantai
Merupakan kawasan Hutan Lindung dan
Hutan Suaka Alam di Kawasan Taman
Nasional Sembilang
Pengendalian terhadap kawasan lindung
Negatif : Perambahan kawasan lindung dan kegiatan perladangan oleh kegiatan masyarakat di dalam kawasan Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam atau di buffer zone akan mengganggu upaya-upaya perlindungan terhadap kekayaan keanekaragaman hayati. Positif : Berkontribusi terhadap kebijakan global dalam menekan perubahan iklim Memperoleh konpensasi untuk mempertahankan sumber
Ketentuan pelarangan kegiatan perladangan di dalam kawasan Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam atau di buffer zone
RTRW harus memasukkan alternatif mitigasi terkait dalam
aturan pengendalian terhadap kawasan lindung yang meliputi
Hutan Lindung dan Hutan Suaka
alam
No Isu Lingkungan Strategis
Subtansi RTRW Pengaruh Alternatif Mitigasi Rekomendasi
Positif Negatif
oksigen global sesuai protokol Kyoto Sebagai Bank Plasma Nutfah yang merupakan kekayaan flaura dan fauna
Adanya usulan perubahan fungsi/status hutan menjadi area penggunaan lain (perkebunan, area transmigrasi, permukiman dan lahan garapan masyarakat) yang terjadi secara luas di kabupaten berpotensi meningkatkan bencana kebakaran hutan
Rencana pola ruang bagi peruntukan hutan produksi, Kawasan rawan bencana kebakaran hutan
negatif :
Pembukaan hutan yang dilakukan dengan pembakaran hutan pada hutan-hutan yang telah berubah fungsi/status dapat meningkatkan kebakaran hutan
Kegiatan perambahan hutan untuk kegiatan budi daya lainnya oleh masyarakat menjadi ancaman bagi terjadinya bencana longsor, banjir,erosi dan menurunnya kualitas air serta debit air sungai selain juga mengancam bagi penurunan kualitas dan kuantitas keanekaragaman hayati di hutan maupun dalam ekosistem sungai
Rusaknya beberapa kawasan gambut
positif :
perubahan status/fungsi bila disetujui secara substansi akan membarikan kepastian hukum bagi subyek di dalamnya untuk memanfaatkannya secara berkelanjutan.
Perlu segera dilakukan penilian terhadap perubahan tersebut dan segera dilakukan penetapan tata batas hutan serta penyusunan rencana tata ruang yang lebih detail
Pembukaan hutan dilakukan secara lebih terencana dan dalam pengendalian pemerintah terkait.
Reboisasi secara ekstentif dan intensif di areal Kawasan Hutan yang tidak berhutan serta di sempadan-sempadan sungai.
mengakomodasi usulan perubahan kawasan hutan tersebut untuk dimasukkan dalam rencana pola ruang.
RTRW harus memasukkan pengendallian sungai dalan ketentuan pengendalian SDA.
TABEL KLHS
(Kajian Lingkungan Hidup Strategis)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 – 2032merupakan
suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten
Banyuasin untuk periode jangka panjang 20 tahun. Rencana Tata Ruang Wilayah ini juga
merupakan acuan pelaksanaan pembangunan secara komprehensif berbasis keruangan
(spasial) yang secara umum berisi tujuan, kebijakan dan strategi serta indikasi program
berdasarkan arahan rencana struktur ruang, rencana pola ruang dan penetapan kawasan
strategis di wilayah kabupaten. Penyusunan RTRW Kabupaten Banyuasin dilakukan
berdasarkan amanah Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
beserta Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang, serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan RTRW Kabupaten.
Proses penyusunan RTRW Kabupaten Banyuasin ini dilakukan melalui suatu rangkaian studi
akademis yang terdiri dari tahapan persiapan, survei instansional dan lapangan, kompilasi
dan pengolahan data, analisis sektoral dan spasial, perumusan konsep dan penyusunan
rencana. Dalam setiap tahapannya, proses penyusunan RTRW Banyuasin melibatkan
berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait, mulai dari Instansi
Pemerintah di tingkat nasional, provinsi maupun kabupaten, tokoh masyarakat, akademisi,
maupun instansi swasta. Hal ini dilakukan agar diperoleh masukan dan aspirasi semua
pihak terkait melalui sosialisasi maupun konsultasi publik sesuai amanah peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan dan masukan dalam proses penyusunan dokumen RTRW Kabupaten Banyuasin ini
sehingga dokumen ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Besar harapan
kami agar dokumen RTRW ini dapat bermanfaat bagi pemanfaatan ruang 20 tahun ke
depan di Kabupaten Banyuasin.
Pangkalanbalai, Oktober 2011
Pemerintah Kabupaten Banyuasin
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RANCANGAN PERATURAN DAERAH .................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... I-1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... I-1
1.2. Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kabupaten Banyuasin ............ I-3
1.2.1. Undang-undang ............................................................ I-3
1.2.2. Peraturan Pemerintah .................................................... I-4
1.2.3. Keputusan Presiden ....................................................... I-5
1.2.4. Instruksi Presiden ......................................................... I-6
1.2.5. Peraturan Menteri ......................................................... I-6
1.2.6. Peraturan Daerah ........................................................... I-8
1.3. PROFIL WILAYAH .................................................................. I-8
1.3.1 Gambaran Umum Kabupaten Banyuasin ........................... I-8
1.3.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia ....................... I-28
1.3.3 Potensi Bencana Alam ..................................................... I-34
1.3.4 Potensi Sumber Daya Alam .............................................. I-40
1.3.5 Potensi Ekonomi Wilayah ................................................. I-48
1.3.6 Pertanian …………………………………………………………………..I-51
1.3.7 Sektor Industri …………………………………………………………….I-54
1.3.8 Parawisata ...................................................................... I-55
1.3.9 Sarana dan Prasarana Ekonomi…………………………………….I-57
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
1.4 Isu Strategis Penataan Ruang Kabupaten Banyuasin ………………..I-62
BAB 2. TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG ..... II-1
2.1. Tujuan Penataan Ruang .......................................................... II-1
2.2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang .................................. II-2
BAB 3. RENCANA STRUKTUR RUANG .................................................. III-1
3.1. Rencana Sistem Perkotaan ...................................................... III-2
3.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten ........................ III-6
3.2.1. Rencana Pengembangan Jaringan Transportasi Darat ..... III-7
3.2.2. Sistem Jaringan Kereta Api...........................................III-18
3.2.3. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
................................................................................... III-19
3.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi/Kelistrikan ............. III-23
3.3.1. Jaringan Listrik ............................................................. III-23
3.3.2. Jaringan Energi ............................................................ III-24
3.4. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi ................................ III-27
3.5. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air .............. III-28
3.5.1. Sistem Wilayah Sungai .................................................. III-28
3.5.2. Sistem Jaringan Reklamasi Rawa ................................... III-30
3.5.3. Sistem Jaringan Air Baku ............................................... III-35
3.6. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lingkungan .......... III-38
3.6.1. Sistem Pengelolaan Air Limbah ...................................... III-38
3.6.2. Sistem Pemprosesan Sampah ........................................ III-39
3.6.3. Sistem Drainase ........................................................... III-41
3.7. Rencana Sistem Jararingan Prasarana Lainnya……………………….III-41
3.7.1 Rencana Sistem Pengendalian Genangan/Banjir…………..III-41
3.7.2 Rencana Sistem Penanganan Pantai………………………….III-42
3.7.3 Sistem penanganan risiko kekurangan air……………………III-43
3.7.4 Ruang dan jalur evakuasi bencana……………………………..III-43
BAB 4. RENCANA POLA RUANG ........................................................... IV-1
4.1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung ..................................... IV-3
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
4.1.1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap
Kawasan Bawahannya .................................................. IV-3
4.1.2. Kawasan Perlindungan Setempat .................................. IV-8
4.1.3. Kawasan Suaka Alam .................................................... IV-12
4.1.4. Kawasan Rawan Bencana Alam ..................................... IV-16
4.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya ................................... IV-18
4.2.1. Kawasan Hutan Produksi ............................................... IV-19
4.2.2. Kawasan Peruntukan Pertanian ..................................... IV-23
4.2.3. Perikanan ..................................................................... IV-27
4.2.4. Kawasan Peruntukan Pertambangan .............................. IV-29
4.2.5. Kawasan Peruntukan Industri ........................................ IV-31
4.2.6. Kawasan Peruntukan Pariwisata .................................... IV-33
4.2.7. Kawasan Permukiman ................................................... IV-35
4.2.8. Kawasan Peruntukan lainnya ......................................... IV-37
BAB 5. KAWASAN STRATEGIS DAN KAWASAN PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL .............................................................................. V-1
5.1. Kawasan Strategis di Kabupaten Banyuasin .............................. V-1
5.1.1. Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Banyuasin ....... V-2
5.1.2. Kawasan Strategis di Kabupaten Banyuasin .................... V-4
5.2. Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ………………………………..V-21
5.2.1. Kawasan Pesisir ………………………………………………………..V-21
5.2.1. Pulau-Pulau Kecil ………………………………………………………V-23
BAB 6. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG .............................................. VI-1
6.1. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Kabupaten ..................... VI-2
6.1.1. Perwujudan Rencana Sistem Pusat
Kegiatan/Pelayanan......................... ............................ VI-3
6.1.2. Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Transportasi.............. .................................................. VI-8
6.1.3. Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi. VI-12
6.1.4. Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Telekomunikasi. ........................................................... VI-13
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
6.1.5. Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya
Air........................... ................................................... VI-13
6.1.6. Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana
Lingkungan............. .................................................... VI-15
6.1.7. Perwujudan Rencana Sistem Prasarana Lainnya………..VI-16
6.2. Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten ............... VI-17
6.2.1. Program Kawasan Lindung ........................................... VI-17
6.2.2. Program Perwujudan Kawasan Budidaya ...................... VI-20
6.3. Perwujudan Rencana Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten ..... VI-24
6.3.1. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada
Aspek Ekonomi ............................................................ VI-24
6.3.2. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada
Aspek Lingkungan ........................................................ VI-28
6.3.3. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada
Aspek Sosial-Budidaya ................................................. VI-28
6.3.4. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada
Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ........................ VI-29
6.4. Indikasi Program Utama Lima Tahunan .................................... VI-29
6.5. Indikasi Program Utama Lima Tahunan………………………………… VI-29
BAB 7. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG .................. VII-1
7.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten
Banyuasin .............................................................................. VII-2
7.2. Ketentuan Perizinan dalam Penataan Ruang ............................. VII-28
7.3. Ketentuan Pemberian Insentif dan Disintensif ........................... VII-32
7.4. Arahan Pengenaan Sanksi ...................................................... VII-39
BAB 8. HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM
PENATAAN RUANG ..................................................................... VIII-1
8.1 Hak dan Kewajiban Masyarakat dalam Kegiatan Penataan Ruang ............................................................................................ VIII-1
8.2 Bentuk Peran Serta Masyarakat dalam Kegiatan Penataan Ruang ............................................................................................ VIII-2
8.3 Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang ............VIII-4
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
L A M P I R A N
Tabel 1.1. Rincian Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2010/2011 I-11
Tabel 1.2. Luas Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Banyuasin Tahun, 2010
I-26
Tabel 1.3. Jumlah dan Persentase Persebaran Penduduk per Kecamatan di kabupaten Banyuasin Tahun 2011
I-28
Tabel 1.4. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk di kabupaten banyuasin Tahun 2007- awal 2012
I-30
Tabel 1.5. Rata-rata penduduk per kecamatan di kabupaten banyuasin tahun 2011
I-32
Tabel 1.6. Proyeksi jumlah penduduk per kecamatan di kabupaten banyuasin hingga tahun 2031
I-32
Tabel 1.7. Proyeksi kepadatan penduduk per kecamatan kabupaten banyuasin hingga tahun 2031
I-34
Tabel 1.8. Kondisi Eksisting Hutan di Kabupaten Banyuasin I-41
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Tabel 1.9. Izin Migas di Kabupaten Banyuasin I-42
Tabel 1.10. Izin Usaha Pertambangan (Eksplorasi) Batubara di Kabupaten Banyuasin
I-43
Tabel 1.11. Potensi Perikanan Kabupaten Banyuasin
I-48
Tabel 1.12. PDRB Kabupaten Banyuasin menurut Lapangan Usaha atas Dasar harga berlaku Tahun 2008-2010
I-49
Tabel 1.13. Pendapatan Perkapita Penduduk Banyuasin atas Dasar Harga berlaku Tahun 2004-2008
I-50
Tabel 1.14. Nilai LQ PDRB Kabupaten Banyuasin I-50
Tabel 1.15. Potensi Wisata di Kabupaten Banyuasin I-56
Tabel 1.16. Jumlah tempat usaha yang dikelola Dinas Pengelolan Pasar Kabupaten banyuasin 2010
I-57
Tabel 1.17. Jumlah Rumah tangga menurut Fasilitas Air dalam Kabupaten Banyuasin 2009
I-58
Tabel 1.18. Jumlah Lokasi tempat TPA di Kabupaten Banyuasin I-59
Tabel 1.19. Sarana dan Prasarana Perhubungan Darat, Laut dan Udara di Kabupaten Banyuasin
I-60
Tabel 1.20. Panjang Jalan dirinci menurut Status dan Keadaan Jalan di Kabupaaten Banyuasin 2010
I-61
Tabel 1.21. Jumlah Kendaraan angkutan darat menurut Jenisnya di Kabupaten Banyausin
I-61
Tabel 3.1. Kriteria Fungsi Sistem Perkotaan di wilayah kabupaten Banyuasin III-2
Tabel 3.2. Rencana pengembangan pusat kegiatan dan fungsinya di kabupaten Banyuasin
III-4
Tabel 3.3. Rencana pengembangan jaringan jalan di kabupaten Banyuasin tahun 2031
III-9
Tabel 3.4. Rencana pengembangan Jembatan di kabupaten Banyuasin III-11
Tabel 3.5. Rencana pengembangan terminal di kabupaten Banyuasin III-13
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Tabel 3.6. Rencana Pengembangan Pelayanan Transportasi Darat III-15
Tabel 3.7. Rencana Pengembangan Dermaga Sungai III-16
Tabel 3.8. Proyeksi Kebutuhan Listrik Perumahan III-25
Tabel 3.9. Jaringan Sungai dalam DAS III-29
Tabel 3.10. Jaringan Pengairan Rawa Pasang Surut III-33
Tabel 3.11. Nama Sungai yang digunakan untuk irigasi III-34
Tabel 3.12. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di kabupaten Banyuasin tahun 2031
III-37
Tabel 4.1. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Lindung IV-4
Tabel 4.2. Rincian rencana pengembangan kawasan lindung IV-5
Tabel 4.3. Luasan Kawasan Hutan Lindung IV-5
Tabel 4.4. Luasan Sungai dan Sempadan Sungai Kabupaten Banyuasin IV-10
Tabel 4.5. Luasan Kawasan Taman Nasional sembilang IV-16
Tabel 4.6. Usulan Perubahan Hutan Produksi yang dikonversi IV-21
Tabel 4.7. Luas Kawasan Pertanian Pangan IV-23
Tabel 4.8. Luasan Peruntukan Kawasan Perkebunan IV-25
Tabel 4.9. Luasan Peruntukan Kawasan Peternakan IV-27
Tabel 4.10. Luasan Peruntukan Kawasan Perikanan IV-28
Tabel 4.11. Persebaran Kawasan Pertambangan Kabupaten Banyuasin IV-30
Tabel 4.12. Persebaran Kawasan Industri Kabupaten Banyuasin IV-32
Tabel 4.13. Persebaran kawasan permukiman IV-36
Tabel 4.14. Rekaapitulasi Kawasan Holding Zone IV-39
Tabel 4.15. Jenis dan Luasan Rencana Peruntukan Kawasan Budidaya Kabupaten Banyuasin Tahun 2031
IV-42
Tabel 5.1. Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin V-14
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Tabel 5.2. Kawasan Pulau-pulau Kecil di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 V-23
Tabel 6.1. Indikasi Program Utama RTRW Kabupaten Banyuasin 2011-2031 VI-19
Tabel 7.1. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi VII-6
Tabel 7.2. Mekanisme Perizinan Kabupaten Banyuasin VII-30
Tabel 7.3. Ketentuan Intensitas dan Disinsentif VII-35
Tabel 7.4. Ketentuan Sanksi VII-40
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 1.1. Peta Orientasi Kabupaten Banyuasin I-9
Gambar 1.2. Peta Administrasi Kabupaten Banyuasin I-12
Gambar 1.3. Peta Curah Hujan Kabupaten Banyuasin I-14
Gambar 1.4. Peta Lereng Kabupaten Banyuasin I-16
Gambar 1.5. Peta Kontur Kabupaten Banyuasin I-17
Gambar 1.6 Peta Kemampuan Lahan Kabupaten Banyuasin I-19
Gambar 1.7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Banyuasin I-21
Gambar 1.8. Peta Geologi Kabupaten Banyuasin I-23
Gambar 1.9. Peta DAS Kabupaten Banyuasin I-25
Gambar 1.10 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Banyuasin I-27
Gambar 1.11 Grafik Distribusi Penduduk Kab. Banyuasin I-28
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 1.12 Grafik pertambahan Jumlah Penduduk Kab. Banyuasin I-30
Gambar 1.13 Peta Kepadatan Penduduk Kabupatyen Banyuasin I-31
Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana Kabupatyen Banyuasin I-39
Gambar 1.15 Luasan Kawasan Hutan Existing I-41
Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan Kabupaten Banyuasin I-44
Gambar 1.17 Peta Kawasan Migas Kabupaten Banyuasin I-45
Gambar 1.18 Peta Kawasan Pertambangan Batubara Kabupaten Banyuasin
I-46
Gambar 1.19 Grafik Perkembangan Nilai PDRB Kabupaten Banyuasin I-48
Gambar 1.20 Grafik Kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Banyuasin I-49
Gambar 1.21 Grafik Produksi Padi I-51
Gambar 1.22 Grafik Produksi Tanaman Panagan I-52
Gambar 1.23 Grafik Produksi Tanaman Panagan I-52
Gambar 3.1 Peta Rencana Sistem Transportasi Darat Kabupaten Banyuasin
III-12
Gambar 3.2 Peta Rencana Sistem Transportasi Laut Kabupaten Banyuasin
III-22
Gambar 3.3 Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Banyuasin III-26
Gambar 3.4 Peta Rencana Sistem Irigasi/DRR Kabupaten Banyuasin III-32
Gambar 3.5 Ilustrasi Pengangkutan Sampah III-40
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Gambar 3.6 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banyuasin III-44
Gambar 4.1 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyuasin IV-43
Gambar 4.2 Peta Rencana Holding Zone Kabupaten Banyuasin IV-44
Gambar 5.1 Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin V-20
Gambar 5.2 Peta Kawasan Pesisir Kabupaten Banyuasin V-25
Gambar 5.3 Peta Pulau-pulau Kecil Kabupaten Banyuasin V-26
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -1
1.1 LATAR BELAKANG
Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 tahun 2007 sebagai
pengganti Undang-Undang nomor 24 tahun 1992, membawa perubahan yang cukup
mendasar bagi pelaksanaan kegiatan penataan ruang, salah satunya pada aspek
pengendalian pemanfaatan ruang, selain pemberian insentif dan disinsentif juga
pengenaan sanksi yang merupakan salah satu upaya sebagai perangkat tindakan
penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan zonasi. Pengenaan sanksi ini tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang
yang tidak sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan
pula kepada pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan ijin pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Disamping itu dengan lahirnya Undang-
undang nomor 26 tahun 2007 memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab
pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang.
Sejalan dengan perubahan mendasar tersebut di atas, maka daerah dalam hal ini
Kabupaten Banyuasin diberikan waktu selama 3 (tiga) tahun untuk melakukan
penyesuaian terhadap rencana tata ruang yang ada, yaitu dengan melakukan
peninjauan kembali atau penyempurnaan rencana tata ruang agar sesuai dengan apa
yang diamanatkan oleh Undang-Undang No.26 tahun 2007.
Selanjutnya rencana tata ruang wilayah yang ada setidaknya ditinjau 1 (satu) kali
setiap 5 (lima) tahun dengan tujuan utama untuk mengecek kesesuaian dan
keefektifan pelaksanaan RTRW dan bukan ditujukan untuk pemutihan penyimpangan
pemanfaatan ruang. Faktor yang menjadikan kegiatan peninjauan kembali perlu
dilakukan salah satunya adalah karena adanya ketidaksesuaian atau simpangan antara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -2
rencana dengan kenyataan yang terjadi di lapangan baik karena faktor internal
maupun karena faktor eksternal.
Faktor eksternal meliputi pengaruh dari munculnya kebijakan otonomi daerah
baik kabupaten/kota dan provinsi serta kebijakan regional dan nasional, adanya
perubahan undang-undang terkait penataan ruang, Peraturan Pemerintah nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai arahan
pembangunan dan adanya penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang menetapkan koridor Sumatera
sebagai sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional,
sehingga sangat berpengaruh terhadap perumusan kebijakan dan perwujudan
pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin kedepannya.
Selanjutnya faktor internal yang mempengaruhi yaitu adanya dinamika
pembangunan yang terjadi di Kabupaten Banyuasin. Dimana pada saat pembentukan
Kabupaten Bayuasin dengan Undang-Undang nomor 6 tahun 2002 hingga tersusunnya
RTRW Kabupaten Banyuasin dengan Peraturan Daerah No.8 Tahun 2005 Kabupaten
Banyuasin terdiri dari 11 kecamatan, pada Tahun 2006 berdasarkan Peraturan Daerah
No. 2 Tahun 2006 telah dilakukan pemekaran kecamatan menjadi 15 kecamatan,
pada Tahun 2010 mengalami pemekaran lagi menjadi 17 Kecamatan dan pada awal
2012 terjadi pemekaran lagi menjadi 19 Kecamatan.
Selain itu adanya rencana pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api sebagai
simpul transportasi laut Nasional yang sekaligus menjadi generator pembangunan di
Kabupaten Banyuasin serta isu-isu strategis lainnya yang secara langsung akan
berdampak kepada perubahan penataan ruang wilayah sehingga diperlukan strategi
dan arahan kebijakan yang baru dalam hal perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan sumberdaya
manusia. Strategi dan arah kebijakan yang ditetapkan perlu disesuaikan dengan
potensi dan kendala yang ada, supaya mampu menghadapi segala hambatan,
tantangan, ancaman dan peluang yang ada saat ini dan pada masa yang akan datang.
Menyadari hal tersebut, sebagaimana diamanatkan UU.No.26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
Tahun 2005-2025 harus direvisi. RTRW Kabupaten Banyuasin yang baru diharapkan
menjadi acuan pelaksanaan pembangunan Kabupaten Banyuasin yang lebih
konfrehensif, harmonis, serasi, selaras dan seimbang dan sinergis antar sektor, antar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -3
wilayah, maupun antar pemangku kepentingan dalam pelaksanaan pembangunan.
Pada akhirnya diharapkan akan semakin mendorong peningkatan kualitas ruang dan
kualitas kehidupan masyarakat Kabupaten Banyuasin secara berkelanjutan. RTRW
akan menjadi alat penyusunan program dan pengendalian pemanfaatan ruang serta
menjadi perangkat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
berwawasan tata ruang. RTRW kabupaten ini dapat menjadi pedoman bagi
perencanaan yang lebih rinci yakni Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan
Perkotaan, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan dan Rencana Kawasan
Strategis Kabupaten. Rencana-rencana ini merupakan perangkat operasional dari
RTRW Kabupaten Banyuasin.
1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG KABUPATEN
BANYUASIN
Landasan hukum yang menjadi dasar dalam penyusunan Revisi RTRW
Kabupaten Banyuasin ini diantaranya meliputi :
1.2.1 UNDANG-UNDANG
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok - Pokok Agraria;
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;
3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
4) Undang-UndangNomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya;
5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
6) Undang Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten
Banyuasin;
7) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
8) Undang-UndangNomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;
9) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
10) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
11) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
12) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -4
13) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN);
14) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
15) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
16) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau kecil;
17) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
18) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
19) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
20) Undang-Undang Nomor. 38 Tahun 2008 tentang Jalan;
21) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara;
22) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
23) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan Pertanian
pangan berkelanjutan;
24) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
1.2.2 PERATURAN PEMERINTAH (PP)
1) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1991 tentang Rawa;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk
Penataan Ruang Wilayah.
5) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol;
7) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan
PelaksanaanUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -5
10) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan;
12) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
13) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
14) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air;
15) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
16) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tetang Kepelabuhanan;
17) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan
Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;
18) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang;
19) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam;
20) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran
Masyarakat Dalam Penataan Ruang;
21) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
22) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
1.2.3 KEPUTUSAN PRESIDEN/PERATURAN PRESIDEN
1) Keputusan Presiden Nomor 30 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Budidaya;
2) Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -6
3) Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2000 tentang Badan Penetapan dan
Pengendalian Penyediaan Prasarana dan Sarana Pekerjaaan Umum;
4) Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional;
5) Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
6) Petunjuk Presiden RI pada acara Pembukaan PENAS XII - Petani Nelayan
Indonesia tanggal 7 Juli 2007 di Desa Sembawa Kabupaten Banyuasin-Provinsi
Sumatera Selatan. Rencana pengembangan Kabupaten Banyuasin sebagai sentra
agropolitan;
7) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
1.2.4 INSTRUKSI PRESIDEN (INPRES)
1) Inpres Nomor 7/1987 tentang Penyederhanaan Perizinan dan Retribusi di Bidang
Usaha Pariwisata;
2) Inpres Nomor 5/1990 tentang Peremajaan Permukiman Rumah yang berada di
atas tanah negara.
3) Inpres Nomor 5/2011 tentang Pengamanan Cadangan Beras Nasional dan
Antisipasi Perubahan Iklim Ekstrim
1.2.5 PERATURAN MENTERI/KEPUTUSAN MENTERI (PERMEN/KEPMEN)
1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 48/PRT/1990 tentang Pengelolaan atas
Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai;
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Ijin Penggunaan Air dan atau Sumber Air;
3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan
Sungai, Daerah Manfaat Sungai, daerah Penguasaan Sungai, dan Bekas Sungai;
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 65/PRT/1993 tentang Penyuluhan
Pengairan;
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1993 tentang Keamanan
Bendungan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -7
6) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 458/KPTS/1986 tentang Ketentuan
Pengamanan Sungai dalam Hubungan dengan Penambangan Galian Golongan C;
7) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 98/KPTS/1993 tentang Organisasi
Keamanan Bendungan;
8) Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 76 Tahun 2001 tentang Penunjukkan
Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi Sumatera Selatan;
9) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147/2004 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
10) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 630/KPTS/M/2009 tentang Penetapan
Ruas-Ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer Menurut Fungsinya Sebagai Jalan
Arteri dan Kolektor;
11) Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan
Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional;
12) Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14/1998 Penataan Ruang Terbuka Hijau di
Wilayah Perkotaan;
13) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/2007 tentang Pedoman Teknis
Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam
Penyusunan Rencana Tata Ruang;
14) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/2007 tentang Pedoman Penataan
Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi;
15) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/2007 tentang Pedoman Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor;
16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
17) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
18) Peraturan Meteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kriteria Teknis
Peruntukan Kawasan Pertanian;
19) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 660/5113/SJ dan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 04/MENLH/12/2010 tentang Pelaksanaan KLHS dalam
RTRW dan RPJMD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -8
1.2.6 PERATURAN DAERAH (PERDA)
1) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 8 Tahun 2005, Tentang RTRW
Kabupaten Banyuasin;
2) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 15 Tahun 2009, Tentang RDTR
Kawasan Pendukung Pelabuhan Tanjung Api-Api;
3) Peraturan Daerah Kabupaten Banyuasin Nomor 18 Tahun 2009, Tentang RDTR
Kawasan Kenten, Gasing dan Pangkalan Benteng.
1.3 PROFIL WILAYAH
1.3.1 Gambaran Umum Kabupaten Banyuasin
A. Kondisi Geografis dan Administratif
Kabupaten Banyuasin adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera
Selatan. Kabupaten Banyuasin terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Musi
Banyuasin. Secara yuridis pembentukan Kabupaten Banyuasin disahkan dengan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2002 dengan luas Kabupaten
Banyuasin 1.183.299 Ha atau sekitar 12,18 % Luas Provinsi Sumatera Selatan. Secara
geografis terletak antara 1° 3732.12 Sampai 3° 0915.03LS dan 104° 0221.79
Sampai 105° 3338.5BT dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi Provinsi Jambi
dan Selat Bangka;
Sebelah Timur : Kec. Pampangan dan Air Sugihan (OKI);
Sebelah Barat : Kec. Sungai Lilin, Kec. Lais dan Kec. Lalan Kab. Musi Banyuasin;
Sebelah Selatan : Kec. Jejawi, Pampangan (OKI), Kec. Pemulutan (OI), Kota
Palembang, Kec. Sungai Rotan, Kec. Gelumbang, Kec.Muara
Belida (Muara Enim).
Posisi geografis Kabupaten Banyuasin terhadap Provinsi Sumatera Selatan
dapat dilihat pada Peta Orientasi, Gambar 1.1.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -9
Gambar 1.1 Peta Orientasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -10
Memperhatikan letak geografis dan batas administratif Kabupaten Banyuasin
yang berbatasan langsung dengan wilayah laut yaitu Selat Bangka, sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Penataan Ruang nomor 26 Tahun 2007 pasal 15,
bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi,
dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota mencakup ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maka akan terjadi perubahan luas
wilayah Kabupaten hasil deliniasi pada saat revisi RTRW. Hal ini disebabkan selain
faktor perhitungan wilayah yang mengikut sertakan laut, juga karena perbedaan skala
dan ketelitian peta pada saat pembentukan kabupaten dan penyusunan RTRW yang
mengacu Undang-undang No.26 Tahun 2007. Hasilnya luas Wilayah Kabupaten
Banyuasin yang semula sebesar 1.183.299 Ha bertambah menjadi 1.375.400,061 Ha.
Perhitungan tersebut telah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang termuat dalam
penjelasan pasal 2, dimana Kewenangan kabupaten/kota ke arah laut ditetapkan
sejauh 4 mil yakni sepertiga dari wilayah laut kewenangan provinsi sebesar 12 mil. Hal
tersebut telah pula dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Dari hasil perhitungan, penambahan luas Kabupaten Banyuasin
menjadi 1.375.400,061 Ha atau bertambah 192.101 Ha sekitar 16% dari luas awal.
Kecamatan yang mengalami penambahan luas wilayah ke arah laut yaitu Kecamatan
Banyuasindua, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Muara
Telang, Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Air Salek.
Dari luas wilayah Kecamatan tersebut, Kecamatan Banyuasindua merupakan
Kecamatan terluas yaitu 402.008 Ha dan mengalami penambahan luas menjadi
493.200 Ha karena Kecamatan Banyuasin II terletak berbatasan langsung dengan
wilayah laut. Sedangkan Kecamatan Muara Telang merupakan Kecamatan terkecil
dengan luas wilayah 21.487 Ha. Gambaran administrasi kawasan Kabupaten Banyuasin
dan Rincian luas tiap Kecamatan serta penambahannya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
dan Gambar 1.2
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -11
Tabel 1.1. Rincian Luas Wilayah Kabupaten Banyuasin Tahun 2010/2011 Berdasarkan Hasil Perhitungan.
No Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Sebelum
Ditambah Wilayah Laut
Setelah Ditambah
wilayah Laut
1. Rantau Bayur 45.335,92 45.335,92
2. Rambutan 47.540,25 47.540,25
3. Banyuasin I 21.487,37 21.487,37
4. Makarti Jaya 32.728,36 48.278
5. Betung 38.014,61 38.014,61
6. Banyuasin III 31.866,48 31.866,48
7. Pulau Rimau 90.618,51 90.618,51
8. Muara Telang 32.453,22 32.453,22
9. Talang Kelapa 46.595,74 46.595,74
10. Muara Padang 94.200,28 94.200,28
11. Banyuasin II 390.841,29 493.200
12. Tungkal Ilir 68.336 68.336
13. Tanjung Lago 82.010 82.010
14. Muara Sugihan 71.628,94 106.670
15. Air Salek 33.197,96 27.929
16. Suak Tapeh 32.750,71 32.750,71
17. Sembawa 22.105,04 22.105,04
18. Air Kumbag 36.222,45 36.222,45
19. Sumber Marga Telang 24.187,81 24.187,81 J u m l a h 1.183.299 1.375.400
Sumber : Banyuasin Dalam Angka, 2010 dan Hasil Analisis 2011
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -12 Gambar 1.2 Peta Administrasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -13
B. Klimatologi
Seperti kebanyakan kondisi klimatologi di wilayah Indonesia, Kabupaten
Banyuasin memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, dengan
suhu rata-rata 26,100 – 27,400 Celcius serta kelembaban rata-rata dan kelembaban
relatif 69,4 % - 85,5 % sepanjang tahun. Kondisi iklim Kabupaten Banyuasin secara
umum beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan 2.723 mm/tahun. Secara
lebih rinci dari pengamatan enam stasuin klimatologi yaitu Stasiun Hujan Sungai Lilin,
Sungsang, Sembawa dan Betung, Air Sugihan, Mariana serta Badaruddin, sebaran tipe
iklim di Kabupaten Banyuasin terbagi menjadi 4 (tiga) yaitu tipe iklim B2, tipe iklim B,
tipe iklim B1 dan tipe iklim C2.
- Tipe Iklim B2, meliputi Sebagian besar Kecamatan Banyuasin II, Pulau Rimau,
Tungkal Ilir, Betung, Sembawa, Makarti Jaya bagian utara, Suak Tapeh bagian barat
serta bagian timur Banyuasintiga dengan curah hujan rata-rata 2521-2683
mm/tahun.
- Tipe Iklim B, dengan curah hujan rata-rata 2359-2521 mm/tahun, meliputi sebagian
besar Kecamatan Muara Sugihan, Air Salek, Makarti Jaya, Muara Telang, Air Marga
Telang, Tanjung Lago, Rantau Bayur, Talang Kelapa dan bagian utara Kecamatan
Sembawa.
- Tipe Iklim B1, dengan curah hujan rata-rata 2197-2359 mm/tahun, meliputi
sebagian besar Kecamatan Muara Padang, Talang Kelapa, bagian selatan Makarti
Jaya dan Muara Telang serta bagian barat Tanjung Lago
- Tipe Iklim C2, dengan curah hujan rata-rata 1872-2197 mm/tahun meliputi
sebagian besar Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Rambutan, Muara Padang
dan bagian selatan Talang Kelapa.
Gambaran kondisi Klimatologi di Kabupaten Banyuasin terlihat pada Gambar 1.3.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -14 Gambar 1.3 Peta Curah Hujan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -15
C. Topografi dan Kemiringan Lahan
Kondisi topografi Kabupaten Banyuasin didominasi oleh daerah yang relatif
datar atau sedikit bergelombang, yaitu terdiri dari 80% luas dataran rendah basah
berupa pesisir pantai, rawa pasang surut dan lebak serta 20% luasan merupakan
dataran berombak sampai bergelombang dengan kisaran ketinggian 0 – 60 M di atas
permukaan laut. Topografi datar atau sedikit bergelombang 0-12 dan 13-24 Mpdl
menyebar di seluruh kecamatan sedangkan topografi berombak sampai bergelombang
25-36 dan 37-48 Mdpl berada di sebagian kecil Banyuasin dua, Tungkal Ilir serta
selatan baguan timur Kabupaten Banyuasin serta sebagian kecil wilayah Betung dan
Banyuasin III untuk 49-60 Mdpl.
Dilihat dari kelerengannya, daratan Kabupaten Banyuasin berada pada kisaran
kemiringan lereng 0-2% seluas 1.181.610 Ha dan 2-5% seluas 1.689 Ha.Beberapa
wilayah yang berada pada dataran rendah dengan kisaran kemiringan lereng 0-2%
berupa lahan rawa pasang surut tersebar di sepanjang Pantai Timur sampai ke
pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara Padang, Makarti Jaya, Muara Telang,
Banyuasin II, Pulau Rimau, Air Salek Muara Sugihan, sebagian Kecamatan Talang
Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir. Selanjutnya berupa lahan rawa lebak terdapat di
Kecamatan Rantau Bayur, sebagian Kecamatan Rambutan, sebagian kecil Kecamatan
Banyuasin I. Sedangkan lahan kering dengan topografi agak bergelombang dan
kisaran kemiringan lereng 2-5% terdapat di sebagian besar Kecamatan Betung,
Sembawa, Banyuasin III, Talang Kelapa, Rantau Bayur dan sebagian kecil Kecamatan
Muara Sugihan, Rambutan dan Kecamatan Tungkal Ilir. Gambaran kondisi topografi
dan kemiringan lahan di Kabupaten Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 1.4 dan
Gambar 1.5.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -16
Gambar 1.4 Peta Lereng
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -17
Gambar 1.5 Peta Kontur
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -18
Berdasarkan sifat dan kondisi topografi serta kemiringan tersebut, kemampuan
lahannya Kabupaten Banyuasin berada dalam kemampuan pengembangan sangat
tinggi, dengan klasifikasi kelerengan 0-2% cocok untuk pengembangan pemukiman
dan pertanian akan tetapi, wilayah pada kelerengan ini berpotensi terhadap bencana
bajir. Sedangkan untuk kelerengan 2-5% memiliki kesesuaian lahan untuk industri,
irigasi terbatas dan pengembangan pemukiman. Gambaran kemampuan lahan
Kabupaten Banyuasin di ilustrasikan dalam Gambar 1.6.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -19
Gambar 1.6 Peta Penggunaan Lahan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -20
D. Jenis Tanah
Menurut kondisi tanahnya, jenis tanah yang berada di Kabupaten Banyuasin
terdiri dari 7 jenis, yaitu :
1 Alluvial : Sepanjang Wilayah Timur dan Tengah Kabupaten Banyuasin serta
sebagian kecil Kec. Banyuasin II dan Kecamatan Tungkal Ilir
2 Andosol : Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Rantau Bayur
3 Glei : Tersebar di seluruh Kabupaten Banyuasin
4 Hidromorf
: Kecamatan Banyuasin I, Air Kumbang, Mariana, Suak Tapeh dan
Kecamatan Banyuasin III
5 Latosol : Kecamatan Rambutan
6 Litosol : Kecamatan Rambutan, Kecamatan Rantau Bayur dan Kecamatan
Banyuasin II
7 Regosol
: Kecamatan Sembawa, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan
Talang Kelapa dan Kecamatan Makarti Jaya.
Dari ketujuh jenis tanah yang tersebar di kawasan Banyuasin jenis tanah yang
mendominasi adalah jenis tanah glei yaitu jenis tanah yang terbentuk karena
pengaruh genangan air, dilanjutkan dengan jenis tanah alluvial yang merupakan hasil
endapan erosi di dataran rendah serta sebaran paling kecil jenis tanah latasol yang
banyak mengandung zat besi dan aluminium akan tetapi tingkat kesuburannya rendah,
tanah ini berada di selatan Kecamatan Rambutan. Persebaran jenis tanah di Kabupaten
Banyuasin dapat di lihat pada Gambar 1.7
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -21
Gambar 1.7 Peta Jenis Tanah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -22
E. Geologi
Kondisi geologi di Kabupaten Banyuasin akan di gambarkan melalui stratigrafi
penyusunnya yang terdiri dari aluvium, batu lempung, batu pasir, batu sabak, endapan
rawa, filit dan granit.
1. Aluvium endapan danau dan pantai : tersebar di seluruh Kecamatan
2. Batu Lempung, Batu Lanau, Batu Pasir : tersebar di sebagian Kecamatan
Banyuasin Dua, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Betung, Banyuasin Tiga, Rantau Bayur
dan Suak Tapeh
3. Batu Pasir, batu lumpur dan batu bara : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau
Rimau
4. Batu Sabak, Filit dan Batu Lumpur : tersebar di sebagian Kecamatan Tanjung Lago
5. Endapan Rawa : tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu
Kecamatan Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur
6. Filit dan Batu pasir : tersebar di sebagian kecil wilayah perbatasan Kecamatan
Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau
7. Granir, Granodiorit, Diorit : tersebar di sebagian Kecamatan Pulau Rimau,
Banyuasin II, Tanjung Lago dan Rambutan
Dari jenis stratigrafi tersebut yang paling mendominasi adalah jenis aluvium
yang terbentuk dari endapan danau dan pantai. Selanjutnya adalah jenis endapan
rawa yang tersebar di selatan bagian timur Kabupaten Banyuasin yaitu Kecamatan
Betung, Suak Tapeh, Banyuasin III, Talang Kelapa dan Rantau Bayur dan persebaran
paling sedikit yaitu jenis filit yang hanya terdapat di sebagian kecil wilayah perbatasan
Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Pulau Rimau. Sebaran kondisi geologi
berdasarkan stratigrafi penyusunnya dalam Kabupaten Banyuasin seperti pada Peta
Geologi Gambar 1.8.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -23
Gambar 1.8 Peta Geologi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -24
F. Hidrologi
Dari sisi hidrologi berdasarkan sifat tata air, wilayah Kabupaten Banyuasin
dapat dibedakan menjadi daerah dataran kering dan daerah dataran basah yang
sangat dipengaruhi oleh pola aliran sungai. Aliran sungai di daerah datarah basah pola
alirannya rectangular dan di daerah dataran kering pola alirannya dendritic.
Beberapa sungai besar seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik,
Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya berperan sebagai sarana transportasi
air berupa alur pelayaran pedalaman yang dapat menghubungkan pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatan lingkungan, antar pusat pelayanan lokal serta antar pusat
pelayanan lingkungan. Pola aliran di wilayah ini, terutama didaerah rawa-rawa dan
pasang surut umumnya rectangular, sedangkan untuk daerah yang dipengaruhi oleh
pasang surut aliran sungainya adalah subparali, dimana daerah bagian tengah disetiap
daerah sering dijumpai genangan air yang cukup luas.
Terkait kondisi hidrologi, Kabupaten Banyuasin terbagi kedalam 5 wilayah
daerah aliran sungai yang masing-masing Das Bangke meliputi Kawasan Taman
Nasional Sembilang, Das Banyuasin yang merupakan Das terbesar meliputi Kecamatan
Tungkal Ilir, Pulau Rimau, Suak Tapeh, Sembawa, Betung, Banyuasin III, Tanjung
Lago dan bagian selatan Banyuasin II, Das Benawang meliputi sepanjang wilayah
timur Kecamatan Muara Sugihan, Sumber Marga Telang dan Muara Padang, Das
Sembilang yang meliputi bagian utara kawasan Taman Nasional Sembilang dan Das
Musi yang meliputi Kecamatan Rambutan, Banyuasin I, Air Kumbang, Talang Kelapa,
Makarti Jaya, Muara Telang, Air Salek, Tanjung Lago, Rantau bayur serta sebagian
wilayah di Kecamatan Banyuasin II. Pembagian daerah aliran sungai di Kabupaten
Banyuasin di ilustrasikan pada Gambar 1.9.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -25
Gambar 1.9 Peta Aliran Sungai
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -26
G. Tata Guna Lahan
Pada pola penggunaan lahan di Kabupaten Banyuasin berrdasarkan analisis
Citra Alos Tahun 2010 dan RTRW Provinsi Suatera Selatan, terrekam jenis penggunaan
lahan terbesar berupa semak belukar rawa dengan luas 299.773 Ha atau sekitar 22 %
dari luas total Kabupaten Banyuasin. Dari kondisi tata guna lahan eksisting yang
terilustrasikan pada gambar 1.10, dominasi penggunaan lahan terluas berikutnya
berupa Pertanian Lahan Kering Campuran termasuk didalamnya perkebunan rakyat,
diikuti pertanian pangan lahan basah/sawah pasang surut dan lebak, perkebunan
besar, hutan mangrove sekunder, kawasan hutan yang terdiri dari hutan mangrove,
hutan rawa primer, hutan rawa sekunder serta hutan tanaman. Untuk kawasan
terbangun berupa permukiman baik perdesaan maupun perkotaan dan ereal
transmigrasi masing-masing seluas 34.039 Ha dan 2.023 Ha. Untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel dan diagram berikut:
Tabel 1.2
Luas Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Banyuasin Tahun 2010
Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) %
Hutan Mangrove Sekunder 160.532 13,6
Hutan Rawa Primer 37.664 3,2
Hutan Rawa Sekunder 28.818 2,4
Hutan Tanaman 16.666 0,1
Lahan Terbuka 7.320 0,6
Perkebunan 142.314 12,0
Permukiman 34.039 2,9
Pertambangan 579 0,0
Pertanian Lahan Kering (PLK) 11.286,72 2,2
PLK Campur Semak 222.374 18,0
Rawa 12.545 1,1
Sawah 197703 13,8
Semak Belukar 3.372 0,3
Semak Belukar Rawa 299.773 22,0
Tambak 12638 3,9
Transmigrasi 2.023 0,2
Tubuh Air 43.261 3,7
Total 1.232.912 100,0
Sumber : RTRWP Sumatera Selatan Tahun 2011-3030, Lapan, 2010
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -27
Gambar 1.10 Peta Tutupan Lahan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -28
1.3.2 Kependudukan dan Sumber Daya Manusia
Penduduk sebagai objek sekaligus subjek pembangunan merupakan aspek
utama yang mempunyai peran penting dalam pembangunan. Oleh karena itu data
penduduk sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan. Dilihat dari
persebaran penduduk di Kabupaten Banyuasin, hingga awal tahun 2012 Kecamatan
Talang Kelapa merupakan Kecamatan dengan persentase persebaran tertinggi, yaitu
sebesar 15,49% dan Kecamatan Air Kumbang adalah kecamatan dengan persebaran
terendah, yaitu hanya sebesar 2,14 %. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel berikut.
Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Persebaran Penduduk di Kabupaten Banyuasin Awal Tahun 2012
No Kecamatan Ibukota Jumlah
Penduduk Persebaran (%)
1. Rantau Bayur Tebing Abang 54.859 6,05
2. Betung Betung 57.869 6,38
3. Banyuasin III Pangkalan Balai 68.732 7,58
4. Pulau Rimau Teluk Betung 51.453 5,67
5. Tungkal Ilir Sidomulyo 30.514 3,37
6. Talang Kelapa Sukajadi 140.439 15,49
7. Tanjung Lago Tanjung Lago 40.109 4,42
8. Banyuasin I Mariana 81.063 8,94
9. Rambutan Rambutan 51.532 5,68
10. Muara Padang Sumber Makmur 35.783 3,95
11. Muara Sugihan Tirta Harja 42.734 4,71
12. Banyuasin II Sungsang 53.168 5,86
13. Makarti Jaya Makarti Jaya 36.683 4,05
14. Air Salek Salek Mukti 32.320 3,56
15. Muara Telang Telang Jaya 31.493 3,47
16. Suak Tapeh Lubuk Lancang 19.570 2,16
17. Sembawa Sembawa 33.164 3,66
18. Sumber Marga Telang Muara Telang 25.883 2,85
19. Air Kumbang Cinta Manis Baru 19.368 2,14
J u m l a h 906.736 100,00
Sumber : BPS, Dokumen Banyuasin Dalam Angka, Tahun 2010/2011 dan Registrasi di Catatan
Sipil Awal Tahun 2012
A. Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Gambar 1.11
Grafik Distribusi Penduduk
Kabupaten Banyuasin Awal Tahun
2012
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -29
Laju pertumbuhan penduduk merupakan barometer untuk menghitung
besarnya semua kebutuhan
yang diperlukan masyarakat,
seperti perumahan, sandang,
pangan, pendidikan dan sarana
penunjang lainnya.
Berdasarkan hasil
registrasi penduduk, Jumlah
penduduk Kabupaten
Banyuasin dalam kurun waktu
tahun 2008 sampai dengan awal tahun 2012 mengalami peningkatan dengan rata-rata
laju pertumbuhan peduduk sekitar 2,6%. Total jumlah penduduk tersebut di tahun
2008 sebesar 798.360 jiwa dan meningkat di awal tahun 2012 menjadi 906.736 jiwa.
Jumlah penduduk terbesar yaitu di Kecamatan Talang Kelapa sebesar 127.432 jiwa di
tahun 2008 dan terus meningkat hingga awal tahun 2012 mencapai 140.439 jiwa.
Secara rinci Tabel 1.4 berikut ini menerangkan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin
di setiap kecamatan Tahun 2008- Awal Tahun 2012.
Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dalam kurun waktu tahun
2008 sampai dengan Awal Tahun 2012 masih tergolong sangat rendah, akan tetapi
tiap tahunnya mengalami peningkatan dengan rata-rata kepadatan di tahun 2008
sebesar 67 jiwa/km2 menjadi 77 jiwa/km2 di Awal tahun 2012, Kecamatan Talang
Kelapa merupakan kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk tertinggi. Pada
awal tahun 2012, rata-rata kepadatan penduduk di Kecamatan Talang Kelapa
mencapai 441 jiwa/Km2. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Talang
Kelapa disebabkan karena kecamatan ini letaknya strategis karena lebih dekat dengan
Kota Palembang. Sementara kecamatan dengan rata-rata kepadatan penduduk
terendah adalah Kecamatan Muara Sugihan, yang pada awal tahun 2012 rata-rata
kepadatan penduduknya hanya 11 jiwa/Km2. Persebaran kepadatan penduduk
Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Peta Kepadatan Gambar 1.13,sedangkan
perkembangan dan Rata-rata kepadatan penduduk di Kabupaten Banyuasin dapat
melihat grafik pada gambar 1.12 dan table 1.4 berikut ini :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -30
Tabel 1.4 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Banyuasin
Tahun 2007-Awal Tahun 2012
No Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa) Laju
Pertumbuhan Penduduk
(%) 2008 2009 2010 2011 2012
1. Rantau Bayur 46.753 47.923 49.169 50.790 54.859 2,5
2. Betung 70.654 72.226 74.104 56.470 57.869 2,4
3. Banyuasin III 105.221 107.742 110.543 66.177 68.732 2,5
4.. Pulau Rimau 49.889 51.065 52.393 49.419 51.453 2,5
5. Tungkal Ilir 25.926 26.572 27.263 28.682 30.514 2,5
6. Talang Kelapa 127.432 130.595 133.990 133.767 140.439 2,5
7. Tanjung Lago 24.885 25.405 26.066 38.683 40.109 2,3
8. Banyuasin I 87.376 89.036 91.351 92.897 81.063 2,2
9. Rambutan 42.037 43.036 44.155 50.111 51.532 2,5
10. Muara Padang 31.493 32.400 33.242 33.142 35.783 2,7
11. Muara Sugihan 33.448 34.429 35.324 41.504 42.734 2,8
12. Banyuasin II 47.696 49.097 50.374 51.351 53.168 2,7
13. Makarti Jaya 29.054 30.018 30.798 36.564 36.683 3,2
14. Air Salek 24.435 25.131 25.784 30.374 32.320 2,7
15. Muara Telang 52.061 53.605 54.999 62.019 31.493 2,8
16. Suak Tapeh *) *) *) 16.756 19.570 *)
17. Sembawa *) *) *) 31.101 33.164 *)
18. Marga Air Telang
*) *) *) *) 25.883
19. Air Kumbang *) *) *) *) 19.368
Rata-rata Laju Pertumbuhan (%) 2,6
J u m l a h 798.360 818.280 839.555 869.807 906.736
Sumber : BPS,Banyuasin Dalam Angka 2010, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Banyuasin 2011 Ket : *) Angka masih tergabung dalam kecamatan induk
Gambar 1.12
Grafik Peningkatan Kepadatan
Penduduk Kabupaten Banyuasin Tahun 2007-201
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -31
Gambar 1.13 Peta Kepadatan Penduduk
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -32
Tabel 1.5
Rata-Rata Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2011
No Kecamatan Luas
Wilayah
Pertengahan Awal Tahun 2012
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan
(jiwa/km2)
1. Rantau Bayur 435,87 54.859 126
2. Betung 523 57.869 111
3. Banyuasin III 293 68.732 235
4. Pulau Rimau 418 51.453 123
5. Tungkal Ilir 380 30.514 80
6. Talang Kelapa 319 140.439 441
7. Tanjung Lago 906 40.109 44
8. Banyuasin I 215 81.063 377
9. Rambutan 464 51.532 111
10. Muara Padang 942 35.783 38
11. Muara Sugihan 4.020 42.734 11
12. Banyuasin II 683 53.168 78
13. Makarti Jaya 825 36.683 44
14. Air Saleh 717 32.320 45
15. Muara Telang 252 31.493 125
16. Suak Tapeh 327 19.570 60
17. Sembawa 221 33.164 150
18. Sumber Marga Telang 242 25.883 107
19. Air Kumbang 217 19.368 89
J u m l a h 11.832,99 906.736 77
Sumber : BPS, Banyuasin Dalam Angka, 2008-2010/2011 Ket : *) Angka masih tergabung dalam kecamatan induk
B. Proyeksi Penduduk
Untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin sampai
dengan tahun 2031 akan digunakan pendekatan Lung Polinomial Methods, dengan
dasar pemikiran bahwa perkiraan pertambahan penduduk ke depan tidak lagi
selamanya mengikuti pola pertumbuhan yang berlaku di wilayah perencanaan
karena sebagai daerah baru dengan potensi/peluang untuk kemungkinan berusaha
lebih baik akan menjadi daya tarik yang kuat bagi penduduk luar untuk memasuki
wilayah Kabupaten Banyuasin. Penggunaan Metoda Lung Polinomial berlandaskan
pada angka pertumbuhan rata-rata Kabupaten Banyuasin sebesar 2,6 % per
tahun. Berikut ini hasil perhitungan proyeksi penduduk Kabupaten Banyuasin di setiap
Kecamatan hingga tahun 2031.
Tabel 1.6.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -33
Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin HinggaTahun 2031
No Kecamatan
Jumlah Penduduk Awal
Tahun 2012
Jumlah Penduduk (jiwa)
2016 2021 2026 2031
1. Rantau Bayur 54.859 60791 69115 78580 89340
2. Betung 57.869 64126 72908 82891 94242
3. Banyuasin III 68.732 76164 86593 98451 111933
4.. Pulau Rimau 51.453 57016 64824 73701 83794
5. Tungkal Ilir 30.514 33813 38444 43708 49693
6. Talang Kelapa 140.439 155624 176935 201164 228711
7. Tanjung Lago 40.109 44446 50532 57452 65319
8. Banyuasin I 81.063 89828 102129 116114 132015
9. Rambutan 51.532 57104 64924 73814 83922
10. Muara Padang 35.783 39652 45082 51255 58274
11. Muara Sugihan 42.734 47355 53839 61212 69594
12. Banyuasin II 53.168 58917 66985 76158 86586
13. Makarti Jaya 36.683 40649 46216 52545 59740
14. Air Salek 32.320 35815 40719 46295 52635
15. Muara Telang 31.493 34898 39677 45110 51288
16. Suak Tapeh 19.570 21686 24656 28032 31871
17. Sembawa 33.164 36750 41782 47504 54009
18. Sumber Marga Telang
25.883 28682 32609 37075 42152
19. Air Kumbang 19.368 21462 24401 27743 31542
J u m l a h 906.736 1.004.778 1.142.371 1.298.805 1.476.661
Sumber : Hasil Analisis, 2011
Dengan jumlah penduduk Kabupaten Banyuasin hingga Tahun 2031 mencapai
1.476.661 jiwa maka kepadatan penduduk di tahun 2031 akan menjadi 112 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Talang Kelapa yaitu sebesar 718
jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Muara
Sugihan sebesar 17 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 1.7 berikut:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -34
Tabel 1.7
Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan Kabupaten Banyuasin Hingga Tahun 2031
Kecamatan Luas
Wilayah
2016 2021 2026 2031
Jumlah Penduduk
(jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa) Kepadatan (jiwa/km2)
Rantaubayur 435,87 60791 139 69115 159 78580 180 89340 205
Betung 523 64126 123 72908 139 82891 158 94242 180
Banyuasin III 293 76164 260 86593 296 98451 336 111933 382
Pulau Rimau 418 57016 136 64824 155 73701 176 83794 201
Tungkal Ilir 380 33813 89 38444 101 43708 115 49693 131
Talang Kelapa 319 155624 488 176935 555 201164 631 228711 718
Tanjung Lago 906 44446 49 50532 56 57452 63 65319 72
Banyuasin I 215 89828 418 102129 475 116114 540 132015 614
Rambutan 464 57104 123 64924 140 73814 159 83922 181
Muara Padang 942 39652 42 45082 48 51255 54 58274 62
Muara Sugihan 4.020 47355 12 53839 13 61212 15 69594 17
Banyuasin II 683 58917 86 66985 98 76158 112 86586 127
Makarti Jaya 825 40649 49 46216 56 52545 64 59740 72
Air Salek 717 35815 50 40719 57 46295 65 52635 73
Muara Telang 252 34898 138 39677 157 45110 179 51288 203
Suak Tapeh 327 21686 66 24656 75 28032 86 31871 97
Sembawa 221 36750 166 41782 189 47504 215 54009 244
Sumber Marga Telang 242 28682 119 32609 135 37075 153 42152 174
Air Kumbang 217 21462 99 24401 112 27743 128 31542 145
11.832,90 1.004.778 85 1.142.371 97 1.298.805 110 1.476.661 125
Sumber : Hasil Analisis,2011
1.3.3 Potensi Bencana Alam
Potensi bencana akan selalu berkaitan dengan tingkat kerentanan dan tingkat
kerawanan bencana pada masing-masing kawasan tertentu sesuai dengan
karakteristik morfologi, geologi, klimatologi dan topografi kawasan. Selain itu
peningkatan suhu global telah pula menjadi perhatian serius karena mengakibatkan
lapisan es di Antartika dan Greenland semakin menipis dan menyebabkan kenaikan
permukaan laut. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kawasan pesisir yang
di miliki Kabupaten Banyuasin. Penanganan dampak pemanasan global semakin
menjadi prioritas nasional, bukan hanya disebabkan timbulnya kenaikan permukaan
laut tetapi pemanasan global itu telah menyebabkan perubahan iklim. Perubahan ini
dapat kita lihat dari fenomena cuaca yang semakin tidak menentu, intensitas curah
hujan yang tinggi, ombak semakin besar, banjir, kebakaran hutan,dan kekeringan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -35
yang dapat saja berpengaruh terhadap wilayah Kabupaten Banyuasin. Kebijakan dan
program strategis terkait adaptasi dan mitigasi pemanasan global perlu segera diambil
pemerintah. Strategi yang kita lakukan sekarang dalam menghadapi pemanasan
global akan menentukan kualitas lingkungan kita di masa depan. Beberapa bentuk
kerawanan bencana yang dapat terjadi di wilayah Kabupaten Banyuasin diantaranya
sebagai berikut :
A. Daerah Rawan Genangan
Topografi Kabupaten Banyuasin yang 80%
merupakan dataran rendah basah dengan kemiringan
0 - 8% terletak sepanjang aliran sungai sampai dengan
wilayah pesisir. Dari hasil kajian risiko dan adaptasi
perubahan iklim Sumatera Selatan oleh Kementrian
Lingkungan Hidup, Kabupaten Banyuasin yang
wilayahnya berbatasan langsung dengan pantai timur Sumaterta Selatan yaitu Selat
Bangka memiliki risiko sangat tinggi terhadap penggenangan pesisir mengingat wilayah
Banyuasin tergolong dataran rendah (lowland) sehingga mempunyai tingkat
keterpaparan tinggi terhadap perubahan iklim khususnya bahaya penggenangan pesisir
yang disebabkan oleh kombinasi kenaikkan air laut, gelombang badai dan fenomena
La-Nina pada saat air pasang maksimum.
Tren kenaikan suhu permukaan laut di sekitar pantai timur Sumatera Selatan
berkisar 0,020C/tahun yang setara dengan nilai rata-rata di seluruh perairan Indonesia.
Sedangkan untuk kenaikkan muka air laut, berdasarkan hasil estimasi altimeter, model
dan data pasang surut berkisar antara 0,5-0,7 cm/tahun. Proyeksi kenaikkan muka air
laut pada tahun 2030 sebesar ±13,5-15,6 cm, dinatara nilai tersebut sekitar 6-15 cm
merupakan hasil kontribusi pencairan es yg di estimasi dengan model. Kejadian
ekstrem juga berpengaruh terhadap kenaikan muka air laut yaitu fenomena La-Nina
(Pengaruh dari Samudera Pasifik) yang dapat menimbulkan kenaikkan sebesar 15 cm
terhadap muka air laut dalam keadaan normal. Gelombang signifikan pada pantai timur
Sumatera Selatan meninggi sekitar bulan Desember-Januari dan menurun pada bulan
mei.
Kondisi tersebut mengakibatkan Kabupaten Banyuasin memiliki luasan daerah
genangan tahunan dengan total luasan genangan sekitar 914.164,7 Ha. Luasan
tersebut terbagi dalam 4 tipe luapan mulai dari genangan dengan tipe A yaitu lahan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -36
yang selalu terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tipe genangan
ini terutama tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Makarti Jaya, Muara Padang,
Banyuasin II, dan Muara Sugihan. Selanjutnya tipe genangan B dimana lahan terluapi
saat pasang besar, kondisi ini terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Muara Sugihan,
Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Makarti Jaya. Tipe genangan C yaitu dalam
kondisi tidak tergenang tetapi kedalaman air tanah pada waktu pasang surut kurang
dari 50 cm dan genangan tipe D yaitu dalam kondisi tidak tergenang pada waktu
pasang air tanah lebih dari 50 cm, tetapi pasang surutnya air masih terasa atau
tampak pada saluran tersier. Untuk Sebaran daerah genangan C dan D cukup merata
hampir di seluruh kecamatan Kabupaten Banyuasin.
Pada kondisi normal genangan yang ada merupakan kondisi alami yang ada di
Kabupaten Banyuasin, akan tetapi perlu diambil langkah ke depan terkait kenaikan
suhu global yang akan berpengaruh terhadap kawasan yang secara alami merupakan
daerah genangan berkala, terutama di kawasan pesisir. Persebaran kawasan rawan
genangan di Kabupaten Banyuasin di terlihat pada Gambar 1.14 Peta Rawan
Bencana.
B. Kawasan Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung
Badai dan topan serta angin puting beliung
adalah salah satu diantara pengaruh pemanasan
suhu global. Turbalensi suhu mengakibatkan
perbedaan tekanan udara yang sering terjadi di
wilayah tropis diantara garis balik utara dan
selatan, kecuali di daerah-daerah yang sangat
berdekatan dengan khatulistiwa.
Sebagian besar sebaran kawasan rawan bencana angin puting beliung terletak
di wilayah pesisir. Berikut sebaran kawasan Kabupaten Banyuasin yang memiliki
daerah Rawan Bencana Angin Topan/Puting Beliung diantaranya adalah Kecamatan
Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Betung, Kecamatan Pulau
Rimau,Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Tungkal Ilir, Kecamatan Muara Sugihan,
Kecamatan Air Salek, dan Kecamatan Tanjung Lago.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -37
C. Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan
Potensi bencana kebakaran hutan di
Kabupaten Banyuasin disebabkan oleh Faktor
kesengajaan antara lain pembakaran lahan untuk
keperluan pertanian, dan faktor alam yaitu
disebabkan oleh musim kemarau mengakibatkan
vegetasi semak belukar, lahan basah dan bergambut
yang kering mudah terbakar. Faktor kesengajaan
dalam pembakaran lahan masih merupakan budaya
sebagian masyarakat di beberapa kecamatan di Kabupaten Banyuasin, dimana pada
musim kemarau panjang masyarakat mencari kawasan semak belukar dengan
ketebalan bahan organik tinggi untuk sengaja dibakar lalu ditebari benih padi (sistem
sonor) yang kemudian di biarkan dan datang kembali saat musim panen.
Berdasarkan sebaran hot spot hasil pantauan Satelit SSMFP, potensi kebakaran
hutan dan lahan cukup tinggi di Kabupaten Banyuasin,tersebar di Kecamatan Pulau
Rimau, Banyuasin I, Muara Padang , Tungkal Ilir dan Muara Sugihan serta kawasan
lain yang memiliki Lahan gambut cukup tebal seperti di daerah Taman Nasional (TN)
Sembilang dan sekitarnya. Sebaran hot spot tersebut dapat dilihat pada gambar
1.14. Biasanya kebakaran hutan tersebut terjadi sekitar Juni-September.
D. Kawasan Rawan Kekurangan Air (Kekeringan)
Perubahan iklim menjadi salah satu
pertimbangan dasar dalam pengelolaan air,
misalnya dalam pengembangan infrastruktur air
mengenai kualitas dan kuantitas air.
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Kekeringan
yang dikeluarkan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (PNPB) Tahun 2010
dan Kajian Risiko Kekurangan Air oleh Kementerian Lingkungan Hidup, Kabupaten
Banyuasin termasuk dalam tingkat risiko tinggi untuk bencana kekeringan. Bencana
kekeringan di Kabupaten Banyuasin terutama terjadi di musim kemarau, dimana
sumber-sumber air warga baik itu sumur maupun sungai kecil kering. Kondisi tersebut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -38
yang mengakibatkan hampir di setiap kecamatan mengalami kekurangan air bersih
untuk air minum, memasak, mandi, dan mencuci maupun air untuk kebutuhan irigasi.
Dari hasil kajian tersebut, risiko kekurangan air di Kaupaten Banyuasin
termasuk dalam 2 zona utama dari 4 zona yang diklasifikasikan berdasarkan Daerah
Aliran Sungai dan susunan sungai, Kabupaten Banyuasin tergolong tingkat risiko
menengah sampai sangat tinggi yang tersebar di kawasan DAS Musi serta tingkatan
risiko dari sangat rendah sampai sangat tinggi di kawasan Das Banyuasin.
.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -39
Gambar 1.14 Peta Rawan Bencana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -40
1.3.4 Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam merupakan segala potensi alam yang dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Potensi sumber daya
alam yang berada di Kabupaten Banyuasin sangat dipengeruhi oleh kondisi wilayah
Kabupaten Banyuasin dimana lebih dari setengah luas wilayah merupakan kawasan
lahan basah, pasang surut dan lebak yang dimanfaatkan untuk lahan pertanian,
sedangkan sisanya, kurang dari setengah luas wilayah sebagai lahan usaha
nonpertanian termasuk untuk lahan bangunan, pekarangan dan jalan.
A. Potensi Sumberdaya Lahan
Kondisi sumberdaya lahan di Kabupaten Banyuasin
terdiri dari lahan basah dan lahan kering, dimana
Hampir 80 persen dari wilayah Kabupaten Banyuasin
merupakan hamparan lahan basah berupa dataran
rendah rawa lebak, dataran rendah
lahan gambut, serta dataran
rendahpasang surut dan sisanya
sekitar 20% merupakan lahan kering
yang dimanfaatkan untuk
pekarangan dan permukiman,
perkebunan, ladang dan pemanfaatan lainnya. Kawasan khusus berekosistem rawa
pasang surut yang dibelah-belah oleh aliran sungai dan menjadi delta-delta serta
membentuk dataran rendah yang bergambut tersebar di sepanjang pesisir timur.
Sedangkan di sepanjang pesisir hilir Sungai Musi dan Sungai Komering terdapat
kawasan lebak. Potensi lahan pasang surut yang tersedia di sebagian besar wilayah
Kabupaten Banyuasin memiliki prospek yang cukup besar untuk dikembangkan
menjadi sentra produksi pertanian dan perkebunan dengan pola intensifikasi dan
ekstensifikasi. Hal ini tercermin dengan pemanfaatan lahan pasang surut yang
dominan untuk tanaman pangan khususnya beras dan telah menghantarkan
Kabupaten Banyuasin sebagai penyumbang produksi beras Sumatera Selatan ± 26%.
Demikian juga dibidang perkebunan, dimana lahan pasag surut yang belum
termanfaatkan untuk tanaman pangan menjadi faktor penarik bagi investor di bidang
perkebunan kelapa sawit.
Lahan Pasang Surut
di Muara Kumbang
Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -41
Potensi pengembangan lahan produktif juga dapat dilakukan pada lahan
berawa (lebak dan gambut). Berdasarkan penggunaan lahan eksisting Kabupaten
Banyuasin tipologi lahan berawa ini berupa kawasan hutan rawa primer seluas 37.664
Ha, kawasan hutan rawa sekunder seluas 28.818 Ha, kawasan rawa 12.545 Ha serta
semak belukar rawa yang memiliki luasan terbesar yaitu 259.773 Ha atau sekitar 22%
dari luas total Kabupaten Banyuasin. Sebaran Lahan rawa tersebut terletak di
sepanjang Pantai Timur sampai ke pedalaman meliputi wilayah Kecamatan Muara
Padang, Makarti Jaya, Muara Telang, Banyuasindua, Pulau Rimau, Air Salek, Muara
Sugihan, sebagian Kecamatan Talang Kelapa, Betung dan Tungkal Ilir.
B. Kehutanan
Kawasan hutan Kabupaten Banyuasin luasnya mencapai 495.213,88 Ha atau
sekitar 40% dari total luas Kabupaten Banyuasin. Kawasan hutan tersebut di dominasi
oleh Taman Nasional Sembilang seluas 202.750 Ha yang telah ditetapkan menurut
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 95/Kpts-II/003 tanggal 19 Maret 2003 serta jenis
kawasan lainnya berupa kawasan hutan lindung, kawasan hutan produksi, kawasan
huntan konversi, dan hutan yang terdapat di kawasan suaka alam berupa suaka
margasatwa. (Perhatikan Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan). Untuk lebih jelasnya,
secara rinci jenis kawasan hutan di Kabupaten Banyuasin menurut fungsinya, dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel1.8
Kondisi Eksisting Hutan Di Kabupaten Banyuasin
No Kawasan Hutan Luas (Ha)
1. Hutan Lindung 68.988,66
2. K.Hutan Produksi 68.393,37
3. HPK 60.781,85
4. Kawasan Suaka Alam :
Suaka Margasatwa 94.300
Taman Nasional Sembilang
202.750
Total 495.213,88
Sumber : - Peta Rupa Bumi Bakosurtanal - Peta Kawasan Hutan - Draft RTRWP Sumatera Selatan 2010-2030
Dari kawasan hutan tersebut, dihasilkan berbagai
potensi sumberdaya hutan diantaranya berupa kayu
yaitu jenis kayu bulat dan olahan yang telah dipasarkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -42
baik di dalam negeri maupun luar negeri. Di tahun 2009 hasil produksi kayu tersebut
mencapai 109.230.610 m3.
C. Penggalian, Pertambangan dan Energi
Kabupaten Banyuasin merupakan daerah yang memiliki bahan galian yang
cukup potensial seperti minyak dan gas bumi, batubara, gambut, lempung, kaolin,
pasir kuarsa. Kualitas batubara di Kab. Banyuasin umumnya berjenis Ligmit –
Subbituminous dengan kalori 4000- 5000 Kcal/kg dan memiliki kadar sulfur dan abu
rendah, baik untuk bahan bakar PLTU dan sebagai komoditi ekspor non migas yang
dapat menjadi sumber devisa negara.
Untuk kegiatan pertambangan minyak dan gas bumi sebagian berlokasi di
Kecamatan Pulau Rimau dengan jumlah sumur produksi sebanyak 24 sumur atau
25.000 barel/hari dan wilayah lain seperti Kecamatan Rantau Bayur, Banyuasin II,
Tungkal Ilir dan Betung. Sebaran lokasi izin usaha pertambangan migas yang terdapat
di Kabupaten Banyuasin dapat diihat pada Tabel 1.9 dan Gambar 1.17 Peta
Kawasan Pertambangan Migas.
Tabel 1.9
Izin Migas Di Kabupaten Banyuasin
NO COMPANY Kecamatan
1. Petronas Cargau (Tanjung Jabung) Kec. Rantau Bayur
2. Job Pertamina-Amirada Hiss Jambi Merang Kec. Banyuasin II
3. PT. Pertamina E&P Kec. Tungkal Ilir
4 PT. Odira Energi Karang Agung Kec. Pulau Rimau
5 Conoco Phillips (Gresik) Kec. Banyuasin II
6 PT. Medco E&P Rimau Kec. Betung
7 PT. Seli Raya Belida Kec. Rantau Bayur
8 PT. Medco E&P Indonesia Kec. Rantau Bayur
9 Star Energy (Sekayu) Kec. Rantau Bayur
10 Job Pertamina-Goldenspike Indonesia Kec. Rantau Bayur
Sumber :Dinas Pertambangan Kabupaten Banyuasin
Sedangkan bahan galian batubara tersebar di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kec.
Rantau Bayur, Kec. Pulau Rimau, Kec. Betung, Kec. Banyuasin I dan Kec. Banyuasin III
dengan perkiraan 2,5 milyar ton. Dari data Dinas Pertambangan setempat telah
terdapat izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi seluas 12.674 Ha dan IUP
Eksplorasi seluas 196.378 Ha yang berada di Kecamatan Banyuasin III, Pulau Rimau,
Rantau Bayur, Betung, Tungkal Ilir, Talang Kelapa dan Kecamatan Muara Telang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -43
(Perhatikan Gambar 1.18 Peta Kawasan Pertambangan Batubara). Berikut ini sebaran
lokasi izin usaha pertambangan batubara yang terdapat di Kabupaten Banyuasin :
Tabel 1.10
Izin Usaha Pertambangan Batubara(Eksplorasi) Di Kabupaten Banyuasin
NO COMPANY DISTRICT Luas Kawasan (Ha)
1. PT. Basin Coal Mining Kec. Rantau Bayur 2870
2. PT. Bumi Indo Power Kec. Banyuasin III, Kec. Betung 22360
3. PT. Basindo Karya Utama Kec. Tungkal Ilir 3760
Kec. Tungkal Ilir 6387
4 PT. Buana Minera Harvest Kec. Pulau Rimau, Kec. Tanjung Lago 9775
5 PT. Graha Nusa Minergi Kec. Tungkal Ilir 13000
6
PT. Sumber Alam Makmur Utama
Kec. Suak Tapeh, Kec. Pulau Rimau 11890
Kec. Banyuasin II, Kec. Muara Telang 13000
Kec. Tungkal Ilir dan Kec. Pulau Rimau 17000
7 PT. Tubindo Kec. Rantau Bayur, Kec. Betung 5000
8 PT. Elok Indah Subur Jaya Kec. Tungkal Ilir 5107
9 PT. Nusantara Alam Pasifik Kec. Betung, Kec. Pulau Rimau 16520
10 PT. Trimata Coal Perkasa Kec. Tungkal Ilir 11640
11 PT. MBH Mining Resources Kec. Tungkal Ilir 11380
Kec. Pulau Rimau 18000
12 PT. Bhumindo Tambang Jaya Kec. Betung 20880
13 PT. Tubindo Energi Kec. Rantau Bayur, Banyuasin III,
Betung
9560
14 PT. Trimata Benua Kec. Tungkal Ilir 4804
Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Banyuasin
Untuk jenis tambang lainnya yaitu Kaolin sebesar 1.000.000 ton terdapat di
Kec. Talang Kelapa, Kec. Pulau Rimau dan Kec. Betung. Tambang Koain ini dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuat keramik, kertas, industri farmasi, industri
komestik dan plastik. Selain itu terdapat jenis tambang Bentonit yang tersebar di Kec.
Talang Kelapa. Tambang ini digunakan sebagai bahan baku pembuat cat, bahan baku
industri cor, lem dan industri kelapa sawit.
Kegiatan pertambangan lainnya berupa Gambut sebesar 120.000.000 m3 yang
berada di Kecamatan Muara Padang, Pasir Silika sebesar 675.000 m3 di Kecamatan
Talang Kelapa dan Tanah Urug yang tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten
Banyuasin.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -44
Gambar 1.16 Peta Kawasan Hutan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -45
Gambar 1.17 Peta Kawsan Migas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -46
Gambar 1.18 Peta Pertambangan Batubara
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -47
D. Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah
di Sumatera Selatan yang memiliki kawasan
perairan terbesar. Kabupaten banyuasin memilik
panjang pantai sekitar 275 km dan luas laut
sebesar 1.765,4 Km², kawasan pantai tersebut
membentang dari perbatasan Provinsi Jambi
hingga perbatasan Kabupaten Ogan Komering Ilir
berhadapan dengan Selat Bangka. Untuk delineasi kawasan pesisir, Batas ke arah
darat berdasarkan Ekologis adalah kawasan yang masih dipengaruhi oleh proses-
proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang. Secara
administrative yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau jarak definitif
secara arbitrer (2 km, 20 km, dst dari garis pantai), sedangkan Batas ke arah laut
berdasarkan Ekologis yaitu kawasan perairan laut yang masih dipengaruhi proses-
proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, seperti aliran air sungai, limpasan air
permukaan, sedimen dan bahan pencemar dan Administratif 4 mil dari garis pantai,
dari ketentuan tersebut delineasi kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin adalah batas
administrasi Kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut dan 4 mil ke arah laut
sesuai kewenangan kabupaten yang meliputi lima Kecamatan, yaitu Banyuasin II,
Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Makarti Jaya, dan
Kecamatan Tanjung Lago serta terdapat sekitar 22 pulau-pulau kecil baik yang berada
di wilayah laut maupun di perairan sungai.
Keberadaan kawasan perairan di Kabupaten Banyuasin sangat potensial, baik
sebagai jalur transportasi yang strategis karena merupakan pintu gerbang penghubung
Provinsi Sumatera Selatan dengan Pulau Bangka, juga menyimpan potensi hasil laut
yang melimpah serta potensi wisata. Pada Kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin juga
terdapat kawasan konservasi Taman Nasional Sembilang yang memiliki hutan
mangrove dengan ketebalan sekitar 35 km. Potensi hasil laut berupa perikanan laut,
perairan umum (budidaya keramba), budidaya tambak dan budidaya ikan air tawar.
Berikut ini potensi perikanan di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -48
Tabel 1.11 Potensi Perikanan Kabupaten Banyuasin
No. Jenis Pemanfaatan Potensi Potensi yang telah dikelola
1. Perikanan Laut 1000 unit 52 unit
2. Budidaya Air Payau 21000 Ha 3.272 Ha
3. Budidaya Air Tawar :
Kolam 142.000 Ha 8.520 Ha
Keramba 15.130 unit 153 unit
Sumber : RTRW Kab. Banyuasin 2005-2025
Jumlah nelayan 1.976 RTP dan buruh 3.477 RTBP. Jenis ikan
yang dominan adalah manyung, cucut, pari, teri, gerot-gerot,
selar, golok-golok, Petek/peperek dan bawal hitam, serta
udang putih. Untuk sarana transportasi, akan dikembangkan
kawasan pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api.
1.3.5 Potensi Ekonomi Wilayah
A. Struktur dan Pertumbuhan Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah indikator utama dalam mengukur
pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan grafik pertumbuhan nilai
PDRB disamping, menunjukkan PDRB di Kabupaten Banyuasin dengan migas atas
dasar harga berlaku tahun 2008 sebesar 9.878.661 juta rupiah dan terus mengalami
peningkatan menjadi 11.921.775 juta rupiah di Tahun 2010, sehingga Pertumbuhan
ekonomi Banyuasin dengan migas tahun 2010 sebesar 15 persen. Sementara itu
pertumbuhan ekonomi Banyuasin
melalui nilai PDRB tanpa migas
hingga Tahun 2010 tumbuh
sebesar 12 persen dengan jumlah
6.742.686 juta rupiah di Tahun
2008 dan meningkat menjadi
8.596.949 juta rupiah di Tahun
2010.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -49
Berdasarkan grafik prosentase disamping,
sektor pertanian merupakan pemberi kontribusi
terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banyuasin
jika dilihat menurut lapangan usaha atas dasar
harga berlaku yaitu sebesar 30% selanjutnya
lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar
27%, sedangkan lapangan usaha dengan
kontribusi terkecil yaitu pada listrik dan air
bersih. Pada tahun 2010, sektor pertanian
memberikan kontribusi sebesar 3.635.805 juta
rupiah terhadap PDRB yang kemudian disusul
sektor industri pengolahan (migas dan non migas) yaitu sebesar 3.229.598 juta rupiah.
Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor listrik, gas dan air
bersih yaitu hanya sebesar 4.984 juta rupiah. Untuk selengkapnya dapat dilihat tabel
berikut ini.
Tabel 1.12
PDRB Kabupaten Banyuasin menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku 2008-2010
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,129,644 1,243,465 1,427,809
7 Pengangkutan dan Komunikas 53,765 59,712 67,212 8 Keuangan, Persewaan Dan Jasa Perusahaan 70,229 77,496 86,682
9 Jasa-jasa 466,904 588,150 694,325
PDRBdengan Migas 9,878,661 10,396,719 11,921,775
PDRBtanpa Migas 6,742,686 7,520,534 8,596,949
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin (Dokumen Banyuasin Dalam Angka)Tahun 2010
B. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita merupakan PDRB atas dasar biaya faktor dibagi dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun. Pertumbuhan pendapatan perkapita Banyuasin
menunjukkan angka yang meningkat pada periode tahun 2004-2008. Pendapatan
perkapita penduduk Banyuasin tahun 2008 atas dasar harga berlaku adalah sebesar
No LapanganUsaha 2008 2009 2010
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Pertanian 3,010,757 3,267,488 3,635,805
2 Pertambangan dan Penggalian 1,711,554 1,480,075 1,809,664 3 Industri Pengolahan 2,712,649 2,828,403 3,229,598
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,173 4,526 4,984 5 Bangunan 718,986 847,404 965,696
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -50
9.694.268 rupiah (dengan migas), sedangkan jika tanpa migas pendapatan
perkapitanya sebesar 7.552.038 rupiah.
Tabel 1.13 Pendapatan Perkapita Penduduk Banyuasinatas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2004-2008
Tahun Dengan Migas (Rp) Tanpa Migas (Rp)
2004 5.431.132 4.574.315
2005 6.525.772 5.076.975
2006 7.573.143 5.833.644
2007 8.861.874 6.579.163
2008 9.694.268 7.552.038
Sumber : Banyuasin Dalam Angka, 2008
C. Peran dan Produksi Sektoral
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan Analisis perekonomian mengenai
kinerja sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banyuasin serta peranannya dalam
lingkup Propinsi Sumatera Selatan. Didahului dengan penentuan sektor-sektor
unggulan (sektor-sektor basis) yaitu sektor-sektor yang memiliki kontribusi besar
terhadap kegiatan perekonomian di Kabupaten Banyuasin.
Penentuan sektor-sektor basis dimaksudkan untuk menentukan pengaruh
dari perubahan-perubahan ekonomi lokal dan untuk memproyeksi ke depan dari
ekonomi lokal tersebut. Hal ini membantu kita untuk lebih fokus perhatiannya
pada sektor-sektor ekonomi penting yang mempengaruhi keseluruhan perekonomian
Kabupaten Banyuasin sehingga sektor basis tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut
guna memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat lokal bahkan
secara regional pada tiap sektor. Metoda yang dilakukan adalah metoda LQ (Location
Quotient). Metoda ini digunakan untuk melihat kemampuan suatu daerah dalam sektor
kegiatan tertentu. Dalam perhitungan dengan metoda LQ ini akan digunakan
data PDRB Kabupaten Banyuasin dan data PDRB Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 1.14
Nilai LQ PDRB Kabupaten Banyuasin
No SEKTOR PDRB
Kab. Banyuasin
PDRB Provinsi
Sumatera Selatan
Nilai LQ
1. Pertanian 3.051.756 11.567.788 1,56
2. Pertambangan & Penggalian 1.711.554 13.616.652 0,74
3. Industri Pengolahan (tanpa migas) 2.707.664 8.022.589 1,99
4. Listrik dan Air Bersih 4.173 281.069 0,09
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -51
No SEKTOR PDRB
Kab. Banyuasin
PDRB Provinsi
Sumatera Selatan
Nilai LQ
5. Bangunan 718.986 4.412.936 0,96
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.129.645 8.101.478 0,82
7. Pengangkutan dan Komunikasi 53.765 2.886.983 0,11
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
70.229 2.386.939 0,17
9. Jasa-jasa 461.776 2.386.939 1,14
TOTAL SEKTOR 9.484.701 55.964.852
Sumber : Hasil Analisis,2011
Berdasarkan hasil analisis nilai LQ, sektor unggulan (sektor basis) yang
mendukung perkembangan perekonomian di wilayah Kabupaten Banyuasin terdiri dari
sektor pertanian, industri pengelolahan (tanpa migas) dan sektor jasa.
1.3.6 Pertanian
A. Pertanian Tanaman Pangan
Tanaman Pangan yang diproduksi oleh Kabupaten Banyuasin antara lain padi,
jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan kacang hijau. Produksi tanaman
padi di Kabupaten Banyuasin meliputi padi ladang, padi pasang surut dan padi lebak,
dengan dominasi produksi yaitu untuk jenis padi pasang surut. Jenis padi pasang surut
memiliki produksi terbesar dengan total produksi 682.786,8 ton di tahun 2010,
sedangkan produksi terkecil yaitu jenis padi lebak sebesar 107.708,1 ton. Mengingat
Kabupaten Banyuasin penopang terbesar lumbung padi nasional di Provinsi Sumatera
Selatan, Oleh karenanya masih perlu dilakukan kegiatan intensifikasi maupun
ekstensifikasi kegiatan pertanian tanaman padi untuk meningkatkan hasil produksi.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -52
Tanaman jagung diproduksi hampir di seluruh
wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuasin
dengan total produksi di tahun 2010
mencapai 10.326 Ton dan yang terbesar
Kacamatan Banyuasin I. Tanaman pangan
lainnya yang dihasilkan di Kabupaten
Banyuasin adalah Ubi Kayu dengan nilai total
produksi 30.342,2Ton, potensi unggulan ubi
kayu terbesar terdapat di Kecamatan Betung,
Kecamatan Tungkal Ilir, Talang Kelapa,
Banyuasin I, Rambutan, dan Kecamatan
Muara Sugihan.
Untuk Produksi ubi jalar di Kabupaten Banyuasin sebesar 4.626,7 Ton dengan
potensi ekspor berada di Kecamatan Betung, Talang Kelapa, Banyuasin I, Rambutan
dan Muara Sugihan. Total Produksi kacang Tanah di Tahun 2010 sebesar 465,7Ton.
Pertanian tanaman kedelai memiliki total produksi sebesar 110Ton dan hanya
Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin II, Makarti Jaya dan Air Salek yang memiliki
potensi. Untuk Kacang hijau merupakan tanaman yang sifatnya optional dengan total
produksi hanya 184,8ton di tahun 2010 terdapat di Kecamatan Rantau Bayur, Betung,
Talang Kelapa, Banyuasin I dan Muara Telang.
B. Pertanian Holtikultura
Pertanian holtikultura yang terdapat di Kabupaten Banyuasin meliputi tanaman
buah-buahan dan sayuran. Untuk tanaman buah-buahan diproduksi hampir di semua
kecamatan. Jenis buah-buahan yang dihasilkan
meliputi mangga, jeruk, pepaya, sawo, durian,
duku, nangka, jambu biji, rambutan dan pisang.
Produksi tertinggi yaitu untuk tanaman jeruk,
rambutan dan pisang yang masing-masing 3.143
ton, 1.262,7 ton dan 37.404,1 ton di tahun 2010.
Produksi tanaman sayuran yang dihasilkan di
Kabupaten Banyuasin meliputi kacang panjang, cabai, tomat, terong, timun, kangkung,
bayam dan buncis. Total produksi terbesar yaitu untuk komoditi terong mencapai
318,6 Ton dan produksi terkecil yaitu komoditi buncis sebesar 36,6 ton.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -53
C. Perkebunan
Karet, kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditi
perkebunan yang banyak diusahakan oleh rakyat
Kabupaten Banyuasin, dibanding dengan komoditi
kopi dan kakao. Hal ini terlihat dari jumlah produksi
untuk karet di tahun 2010 yaitu produksi
perkebunan rakyat sebesar 95.334,5 ton dan
produksi PBMN dan PBSN sebesar 31.675 Ton.
Perkembangan luas area perkebunan karet Tahun 2004 – Tahun 2008 meningkat
sekitar 4,7 % dari 88.826 Ha di Tahun 2004 menjadi 96.631 Ha di Tahun 2008. Potensi
perkebunan karet terutama tersebar di Kecamatan Betung, Banyuasin III, Ranbutan
dan Rantau Bayur.
Untuk komoditas kelapa sawit, Kabupaten
Banyuasin memberikan kontribusi hasil produksi bagi
Sumatera Selatan sekitar 13%, yaitu 31392 ton untuk
perkebunan rakyat dan 99.932 Ton dari PBMN dan
PBSN. Perkembangan luas area perkebunan kelapa
sawit di Kabupaten Banyuasin terus mengalami
peningkatan sebesar 20% dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 yaitu 65.191 Ha
menjadi 106.546 Ha. Persebaran potensi perkebunan sawit di Kabupaten Banyuasin
terutama berada di Kecamatan Pulau Rimau, Talang Kelapa, Betung dan Kecamatan
Banyuasin III, sementara pada komoditas kelapa Kabupaten Banyuasin memberikan
kontribusi terbesar di Sumatera Selatan sekitar 62% dengan hasil produksi 39567 ton
dari perkebunan rakyat serta 2576 dari PBMN dan PBSN, luas area komoditi kelapa dari
tahun 2005 seluas 33.994 Ha terus meningkat sekitar 5% di Tahun 2008 menjadi
35.677 Ha. Potensi perkebunan kelapa tersebut tersebar di kawasan pesisir terutama
berada di Kecamatan Muara Telang, Muara Padang, Muara Sugihan, Makarti Jaya,
Pulau Rimau dan Rambutan. Hasil komoditas lainnya 808 ton untuk kopi serta 16 ton
kakou. Total areal perkebunan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010 sebesar 233.432
Ha yang terdiri dari 152.624 perkebunan rakyat dan 88.808 Ha PBSN dan PBN.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -54
D. Peternakan
Jenis peternakan yang diusahakan di Kabupaten Banyuasin meliputi peternakan
besar seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan babi serta peternakan unggas yang
meliputi ayam petelur, ayam pedaging, ayam buras dan itik. Populasi ternak dan
unggas di Kabupaten Banyuasin cenderung terus meningkat. Populasi ternak tahun
2010, untuk kambing sebanyak 24.145 ekor, sapi sebanyak 25.325 ekor. Kerbau dan
domba masing-masing hanya sekitar dua ribuan ekor. Populasi unggas ayam ras
sebanyak 12.442.100ekor, ayam bukan ras sebanyak 804.200 ekor dan itik sebanyak
96.700 ekor.
E. Perikanan.
Kegiatan perikanan pada perekonomian daerah,
memberikan kontribusi sekitar 13,0 persen
sehingga posisinya menempati pada
urutankedua setelah sub sektor Tanaman Bahan
Makanan yaitu dari hasil produksi penangkapan
ikan dan budidaya ikan. Produksi ikan tahun
2010, sebanyak 58.979,91 ton, yang diperoleh
dari hasil penangkapan ikan di laut sebanyak 37.557,77 ton, penangkapan ikan di
perairan umum sebanyak 8.656,80 ton dan hasil budidaya ikan 12.765,34 ton.
Sedangkan jenis ikan dari perairan umum yang berkualitas ekspor diantaranya jenis
ikan Bandeng, Udang Windu dan lain sebagainya. Potensi untuk perikanan umum
hampir merata di setiap kecamatan, sedangkan jenis perikanan laut hanya terdapat di
Kecamatan Banyuasin II dan Air Salek. Untuk jenis perikanan budidaya terdapat di
Kecamatan Tanjung Lago, Muara Padang, Muara Sugihan dan Muara Telang.
1.3.7 Sektor Industri
Besarnya nilai produksi/nilai tambah sektor industri Kabupaten Banyuasin
sangat dipengaruhi oleh industri minyak/gas bumi, selain migas jenis industri lainnya
yaitu Industri kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur),Industri makanan
dan minuman,Industri barang galian non logam, Industri karet dan barang-barang dari
karet. Di Kabupaten Banyuasin, Jenis industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri
besar/sedang dan industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
Industri Besar/sedang, Jenis industri tersebut meliputi Industri minyak/gas
bumi, kayu dan barang-barang dari kayu (kecuali furnitur), Industri makanan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -55
minuman, Industri karet dan barang-barang olahan dari karet dengan jumlah total
industri di Tahun 2010 sebanyak 99 unit perusahaan. Industri kecil dan kerajinan
Rumah Tangga, tersebar di mengikuti kawasan permukiman, dengan total jumlah
industri di Tahun 2010 sebesar 384 unit perusahaan.
1.3.8 Pariwisata
Sektor pariwisata, seni dan budaya merupakan bidang pembangunan yang memiliki
potensi yang begitu besar untuk dikembangkan di Kabupaten Banyuasin. Kualitas
sumber daya tarik wisata di Kabupaten Banyuasin cukup beragam, baik
keunikan/kelangkaan, keragaman daya tarik maupun jangkauan pemanfaatannya bagi
wisatawan. Misalnya sumber daya wisata Taman Nasional Sembilang yang dengan luas
sekitar 202.750 hektar mempunyai keunikan sumber daya hayati yang tidak ditemukan
di tempat lain dan merupakan salah satu dari dua situs ramsar lahan basah yang ada
di Indonesia. Keistimewaan kawasan Sembilang terutama karena keberadaan Hutan
Mangrove paling tebal di dunia (sekitar 35 km) yang merupakan habitat berbagai jenis
tanaman dan hewan langka, sebagai tempat berkumpulnya kelompok burung migran
jenis stork serta jenis burung langka Wallace Hawk Eagle. Kawasan hutan bakau yang
sangat tebal, pesisir pantai yang sangat panjang serta keberadaan permukiman
nelayan di perairan pantai yang unik dengan pusatnya yang berada di Desa Sungsang
cukup menunjang dan menambah keragaman daya tarik wisata di kawasan Sembilang.
Potensi eco-tourism yang sangat unik serta daya tarik yang sangat beragam ini cuckup
layak untuk dimanfaatkan dan dipasarkan bagi masyarakat internasional. Seperti
banyak dijumpai di tempat lain, sumber daya wisata kawasan perkebunan di
Kabupaten Banyuasin cukup mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Namun demikian,
ragam daya tarik di area perkebunan terbatas pada
panorama/nuansa hijau perkebunan dan kegiatan
pengolahan hasil perkebunan yang ada di lokasi.
Pada saat ini kawasan perkebunan yang ada di
Kabupaten Banyuasin terutama Melania dan
Sembawa sudah dimanfaatkan masyarakat
disekitarnya sebagai tempat berwisata
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -56
Tabel 1.15 Potensi Wisata di Kabupaten Banyuasin
No Nama Objek Wisata Jenis Objek Wisata Potensi 1 Taman Nasional Sembilang
Sungai Sembilang Eko-Wisata/
Satwa - Hutan Lindung - Hewan/Satwa
2 Perkampungan Nelayan Sungsang Desa Sungsang dan sekitar
Wisata Bahari/ Budaya
- Panorama Pantai/Laut - Nelayan/Binatang Laut
3 SPP Sembawa
Desa Sembawa
Agro-Wisata - Tanaman Hias
- Tanaman Hortikultura - Teknologi Pertanian
4 Pulau Gemampo
Desa Lebong
Wisata Alam - Panorama Alam
- Danau/Pulau
5 Bom Berlian
Kelurahan Pangkalan Balai
Wisata Alam - Panorama Alam
- Danau/Pulau
6 PT. Sawit Mas Sejahtera Desa Langkan
Agro-Wisata - Perkebunan Sawit - Teknologi Perkebunan Sawit
7 PT. Melania
Desa Mainan
Agro-Wisata - Perkebunan Karet
- Teknologi Perkebunan Karet
8 Hutan Lindung Lebong Hitam
Lebong Hitam/Jalur 21 Air Sugihan
Eko-Wisata - Habitat Gajah Sumatera
- Studi Ekologi/Habitat
9 Pulau Pejaye Desa Srijaya
Wisata Alam - Panorama Alam - Bumi Perkemahan Banyuasin
10 Tugu Sejarah Silk Air
Desa Tanjung Mas
Wisata Sejarah/
Budaya
- Panorama Alam
- Tugu/Monumen Sejarah
11 Fron Langkan
Desa Langkan
Monumen Sejarah - Tugu Sejarah
- Data Sejarah Perjuangan
12 Eks. PENAS Desa Sembawa
Agro-Wisata - Panorama Alam - Danau/Balong
- Teknologi Pertanian
- Tanaman Hortikultura/Hias
13 Tebenan Indah
Desa Tebenan
Wisata Alam/
Bermain
- Panorama Alam
- Permainan
- Teknologi Perkebunan - Tanaman Hortikultura/Hias
14 Danau Tanah Mas Kelurahan Tanah Mas
Wisata Bermain - Kolam Renang - Kolam Bermain
- Kereta Luncur
- Sepeda Air
15 Pemancingan Putra Berlian
Kelurahan Pangkalan Balai
Kolam Pemancingan - Pemancingan
- Kuliner
16 Kolam Renang Delima Kelurahan Pangkalan Balai
Kolam Renang - Kolam Renang Anak-anak - Kolam Renang Dewasa
17 PT. Pertamina/Sungai Gerong
Desa Sungai Gerong
Wisata Alam/
Teknologi
- Pemandangan Pantai
- Kolam Renang - Olahraga Golf
- Teknologi
Sumber : Kabupaten Banyuasin Dalam Angka,2010
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -57
1.3.9 Sarana dan Prasarana Ekonomi
Kondisi sarana dan prasarana eknomi di Kabupaten Banyuasin dapat
digambarkan melalui keberadaan sarana perdagangan, pengembangan prasarana air
bersih, energi/kelistrikan, telekomunikasi, transportasi dan pengelolaan persampahan.
A. Perdagangan
Wilayah Kabupaten Banyuasin memiliki banyak pusat produksi yang tersebar di
beberapa tempat. Pusat-pusat produksi tersebut menghasilkan komoditi berupa produk
pertanian seperti beras,hasil perikanan, produk perkebunan seperti: kelapa sawit,
karet, kelapa dan aneka komoditi lainnya. Kegiatan perdagangan dilakukan melalui
transaksi antara produsen dan konsumen baik di pasar, pertokoan, maupun melalui
transaksi individual.Pasar merupakan tempat usaha bagi pedagang. Tempat usaha
tersebut berupa kios, los maupun pelataran. Data dari kantor pengelolaan pasar
menunjukkan peningkatan jumlah tempat usaha yang menandakan peningkatan
aktifitas jual beli. Jumlah kios tahun 2010 tidak mengalami perubahan sebagaimana
data tahun 2009 yaitu berjumlah 818 kios, namun jumlah los dipasar mengalami
penambahan dari 1.718 pada tahun 2009 menjadi 1.788 los pada tahun 2010 atau
bertambah 70 los. Lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut :
Tabel 1. 16
Jumlah Tempat Usaha/ Kegiatan Unit Pasar Yang Dikelola Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Banyuasin Tahun 2010
No. Nama Unit Pasar
Tersedia Aktif Tidak Aktif Pelataran Jumlah
Pedagang Kios Los Kios Los Kios Los
1. Betung 322 249 271 194 51 55 370 835
2. Keluang 6 82 5 82 1 - 23 110
3. Kenten Azhar 120 150 116 135 4 15 16 267
4. Makarti Jaya 145 - 145 - - - 60 205
5. Pangkalan Balai 81 507 80 505 1 2 353 938
6. Sidomulyo-18 - 200 - 200 - - 100 300
7. Srikaton - 130 - 130 - - 80 210
8. Sukajadi 32 128 32 126 - 2 90 248
9. Sukamulia - 68 - 68 - - 21 89
10. Sukomoro 40 68 35 68 5 - 116 219
11. Sumber Jaya 25 100 25 100 - - 50 175
12. Sungsang - 18 - 18 - - 90 108
13. Teluk Betung 47 88 43 84 4 4 87 214
Jumlah 818 1.788 752 1.710 66 78 1.456 3.918
Tahun 2009 818 1718 749 1587 69 131 1440 3776
2008 558 936 535 922 23 14 1 077 2 534
Sumber Data : Kantor Pengelolahan Pasar Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -58
B. Listrik
Pengunaan lisrik di Kabupaten Banyuasin sebagian besar adalah untuk
keperluan rumah tangga dan untuk kegiatan bisnis. Dari kapasitas yang ada jangkauan
listrik belum optimal (64,47% desa/kelurahan yang terjangkau listrik). Kecamatan yang
telah menggunakan listrik hampir menjangkau seluruh desa (90% desa/kelurahan
telah terjangkau) adalah di Kecamatan Betung dan Kecamtan Rambutan. Data Dinas
Pertambangan dan Energi menunjukan bahwa terdapat 196 desa/kelurahan dari 304
desa/ kelurahan di Kabupaten Banyuasin yang sudah terjangkau listrik, artinya ada
sekitar 64,47 % desa/kelurahan yang sudah terjangkau listrik meski belum optimal.
C. Penyediaan Air Bersih
Pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Banyuasin baik di
perkotaan maupun di pedesaan sebagian besar adalah menggunakan air sumur
terlindung dan air isi ulang. Sebagian kecil lainnya adalah menggunakan air sumur tak
terlindung, air sungai, air pompa, dan air ledeng. Hal ini menunjukkan kesadaran
penduduk untuk menggunakan penyediaan air bersih yang lebih higienis. Penggunaan
air hujan untuk minum hanya dilakukan penduduk pedesaaan sedangkan penggunaan
sumur bor/pompa hanya dilakukan penduduk perkotaan. Air bersih sebagai kebutuhan
pokok bagi kehidupan masyarakat harus terjamin ketersediaannya. Pemerintah baik
pusat maupun daerah maupun pihak swasta harus berupaya melalui penyediaan jasa
air bersih (PAM/PDAM) untuk mendistribusikan airbersih ke masyarakat.
Tabel 1.17
Jumlah Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Dalam Kabupaten Banyuasin Tahun 2009
Fasilitas Jumlah rumah Tangga
Perkotaan Perdesaan
Air Kemasan Bermerek - 767
Air Isi Ulang 18.780 11.881
Leding Meteran - 2.683
Leding Eceran 1.150 2.300
Sumur Bor/Pompa 383 -
Sumur Terlindung 14.564 35.643
Sumur TakTerlindung 4.599 4.982
Air Sungai 3.449 5.366
Air Hujan - 89.683
Lainnya - -
Jumlah 42.925 153.305
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin*) Data Tahun 2010 Tidak Tersedia
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -59
D. Persampahan
Meskipun sepintas lalu Banyuasin masih belum termasuk daerah padat sampah
sehingga terlihat tidak manusiawi dan berwibawa namun pada kenyataannya jumlah
sampah yang tertimbun tidak sebanding dengan yang telah terlayani. TPA yang biasa
beroperasi hanya terdapat di Desa Lubuk Kecamatan Lubuk Karet Kecamatan Betung
dan di Desa Terlagu di Kecamtan Banyuasin III, Kecamatan Banyuasin I dan
Kecamatan Talang Kelapa. Jika sampah dibuang atau dilebur ke tempat yang tidak
semestinya / tidak melakukan studi AMDAL dahulu maka akan mengakibatkan dampak
lingkungan yang serius di kemudian hari misalnya pembakaran sampah yang
menyebabkan polusi lingkungan sehingga mengganggu kesehatan penduduk. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel1.18
Jumlah Dan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Di Kabupaten Banyuasin
No Lokasi Keberadaan TPA/
(Desa / Kelurahan/Kecamatan) Jumlah TPA Luas TPA/
(Ha) Keterangan
1 Desa Lubuk Karet Kec. Betung 1 1 Unit Hibah Dinas PU.CK
2 Desa Terlangu Kec. Banyuasin III 1 15 Ha Pembelian
Sumber Data : Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kab. Banyuasin.
E. Transportasi
PerananTransportasi di Kabupaten Banyuasin semakin penting dari tahun ke
tahun, terutamaberhubungan dengan pendistribusian barang dan jasa dari satu tempat
ke tempat lain. Sarana perhubungan seperti jalan raya, jembatan, angkutan yang
memadai menyebabkan distribusi barang dan jasa dari sentra produksi semakin lancar.
Tersedianya sarana transportasi yang memadai akan mendorong harga cenderung
stabil dan meningkatkan volume perdagangan. Dampak positif lainnya adalah
terbukanya daerah-daerah terisolir dan meningkatkan mobilitas penduduk.
Sarana dan prasarana perhubungan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari
perhubungan darat, laut dan udara di Kabupaten Banyuasin yaitu Dermaga Laut
Umum, Dermaga Laut Khusus, Dermaga Sungai Umum, Dermaga Sungai Khusus,
Bandara Udara, Stasiun Kereta Api, serta Terminal Penumpang. Penambahan
Dermaga Laut Khusus dan Dermaga Sungai Khusus sebesar 1 unit pada tahun 2008 –
2010. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -60
Tabel 1.19
Sarana dan Prasarana Perhubungan Darat, Laut dan Udara di Kabupaten Banyuasin
Infrastruktur Perhubungan/ Infrastructure of Transportation
Jumlah/Total
2008 2009 2010
1 Dermaga Laut (Umum) / Harbour 2 2 2
2 Dermaga Laut (Khusus) / Pier 8 8 9
3 Dermaga Sungai (Umum) 4 4 8
4 Dermaga Sungai (Khusus) 9 10 10
5 Bandara Udara / Airport - - -
6 Stasiun Kereta Api - - -
7 Terminal Penumpang (Tipe A) 1 1 1
Jumlah 24 25 30
Sumber Data : Dinas Perhubungan , Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuasin
Meskipun sebagian besar pembangunan jaringan jalan dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten. Dukungan/Partisipasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Propinsi untuk pengadaan jaringan jalan dengan kualitas baik di Kabupaten Banyuasin
yaitu untuk jenis permukaan jalan tipe aspal hotmix, kondisi jalan yang baik, kelas
jalan III .A. Pada tahun 2010, panjang jalan di Kabupaten Banyuasin mencapai 1.148
km, terdiri atas: 1) Jalan Nasional/Negara sepanjang 61 Km. 2) Jalan Provinsi
sepanjang 82 Km, 3) Jalan Kabupaten sepanjang 1.005 Km, dari panjang jalan
Kabupaten 33,81 persen permukaan aspal, 10,66 persen permukaan cor, 7,58 persen
permukaan batu pecah dan 47,95 persen permukaan tanah.
Secara keseluruhan kondisi jalan Kabupaten adalah 36,32 persen baik, 3,47
persen kondisi sedang, 4,92 persen rusak dan 55,29 persen rusak berat.Lebih jelasnya
panjang jalan dan status jalan di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada tabel
berikut:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -61
Tabel 1.20 Panjang Jalan Dirinci Menurut Keadaan dan Status Jalan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010
Uraian
Status Jalan
Jalan Negara Jalan Propinsi Jalan Kabupaten
2009 2010 2009 2010 2009 2010
1 Jenis Permukaan Jalan(KM)
a Aspal Hotmix/ Hotmix Asphalt 61,00 61,00 82,00 82,00 258,25 258,25
b Aspal Lapen / Lapen Aspalt - - 83,30 81,50
c Jalan Cor/ Cor - - 67,82 107,12
d Batu pecah, Kerikil/ Gravel - - 96,25 76,25
e Tanah/Dirt - - 473,58 462,08
f Burda / Reycling - - - -
g Tidak Dirincin - - 19,80 19,80
Jumlah 61,00 61,00 82,00 82,00 999,00 1.005,00
2 Kondisi Jalan
a Baik 61,00 61,00 82,00 82,00 325,79 365,05
b Sedang - - 34,80 34,85
c Rusak - - 64,91 49,45
d Rusak Berat - - 573,50 555,65
Jumlah/Total 61,00 61,00 82,00 82,00 999,00 1.005,00
3 Kelas Jalan
a Kelas I - - - -
b Kelas II - - - -
c Kelas III A 61,00 61,00 82,00 82,00 268,74 298,50
d Kelas III B - - 221,78 194,50
e Kelas III C - 82,00 - 488,68 492,20
f Tidak Dirinci - - 19,80 19,80
Jumlah 61,00 61,00 82,00 82,00 999,00 1.005,00
Sumber Data : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Kabupaten Banyuasin
Jenis Moda angkutan jalan raya di Kabupaen Banyuasin terdiri bus umum (31 Unit),
bus tidak umum (25 umum), mobil penumpan otelet umum /taxi (388 unit,) truk tak
umum (882 unit), mobil pick up tak umum(985 unit).
Moda angkutan yang mengalami penurunan adalah justru jenis mobil yang
digunakanuntuk penumpang umum/taxi 2008-2010 sebesar 47 unit. Sedangkan yang
menglami penambahan adalah bus tak umum pada tahun 2008-2010 sebesat 4 unit,
truk tak umumpada tahun 2008-2010 sebesar 87 unit danpick up tak umumpada thun
2008-2010 sebesar 27 unit.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -62
Tabel 1.21 Jumlah Kendaraan Angkutan Darat Dirinci Menurut Jenisnya
di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010
Jenis Kendaraan
Jumlah(Unit)
2008 2009 2010
1 Bus Umum 31 31 31
2 Bus Tak Umum 21 25 25
3 Mobil Penumpang/Otolet Umum/Taxi 435 464 388
4 Truk Umumk - - -
5 Truk Tak Umum 795 870 882
6 Pick Up Umum - - -
7 Pick Up Tak Umum 958 965 985
Jumlah 2.240 2.355 2.311
Sumber Data : Dinas Perhubungan , Komunikasi dan Informatika Kabupaten Banyuasin
Beberapa wilayah Banyuasin terletak di aliran sungai dimana transportasi
sungai merupakan sarana yang penting untuk kelancaran di daerah ini. Sarana
angkutan sungai di Kabupaten Banyuasin meliputi; Angkutan penumpang speedboat
kecil, angkutan penumpang speedboat besar, angkutan barang jukung, angkutan
barang tug boat, angkutan barang ketek, angkutan barang tongkang, dan kapal
nelayan/pompon. Jumlah angkutan sungai tahun 2010 tercatat sebanyak 4.777 atau
bertambah 13 armada selama tahun 2010 dibanding data tahun 2009
1.4 Isu Strategis Penataan Ruang Kabupaten Banyuasin.
Isu-isu strategis ini diperoleh melalui penjaringan aspirasi stakeholder.
Penjaringan aspirasi stakeholder ini berupa inventarisasi isu, potensi pengembangan
dan permasalahan yang berkaitan dengaan perencanaan tata ruang di Kabupaten
Banyuasin. Mencermati data yang telah ditabulasi, fakta lapangan yang terlihat
saat obervasi serta cermatan analisis terhadap data-data sekunder memberikan
gambaran beberapa isu penting terkait rencana penataan ruang Kabupaten
Banyuasin, diantaranya adalah :
1. Peningkatan Aksesibilitas di Kabupaten Banyuasin, keterbatasan
infrastruktur transportasi di Kabupaten Banyuasin seperti Jalan darat dan
jembatan yang belum dapat menghubungkan seluruh wilayah mengakibatkan
masih terdapatnya beberapa kawasan yang terisolir terutama di wilayah perairan.
2. Potensi Geografis yang strategis, Kabupaten Banyuasin memiliki letak yang
strategis yaitu terletak di jalur lalu lintas antar provinsi dan merupakan pintu
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -63
gerbang untuk penyeberangan menuju Pulau Bangka, kondisi tersebut merupakan
posisi yang menguntungkan terutama bagi pengembangan wilayah.
3. Pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-Api, adanyarencana pembangunan
Pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api yang ditetapkan sebagai kawasan
strategis Provinsi yang berlokasi di Kecamatan Banyuasin II. Kawasan ini
merupakan kawasan ekonomi khusus yang akan menjadi kawasan strategis
ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Banyuasin.
4. Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (KTM), Berlokasi dikawasan
TransmigrasiKecamatan Muara Telang. Pembangunan dan pengembangan KTM
dirancang menjadi pusatpertumbuhan dengan fungsi perkotaanmelalui
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Fungsi utama KTM sebagai
pusat agribisnis dan perdagangan wilayah yang mampu menarik investasiswasta
untuk menumbuh-kembangkan kesejahteraan transmigran melalui kegiatan
ekonomi yang dapat membuka peluangusaha dan kesempatan kerja.
5. Kabupaten Banyuasin merupakan hinterland Kota Palembang ibukota
provinsi Sumatera Selatan.Kedudukan dan posisi wilayah Kabupaten Banyuasin
secara regional sebagai bagian dari Metropolitan Palembang. Dari posisi tersebut
Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan pendukung metropolitan Palembang
terutama untuk kawasan permukiman dan dapat meningkatkan kualitas dan
jangkauan pelayanan sarana dan prasarana perkotaan.
6. Sumberdaya pertanian pangan, Luas area tanaman pangan di Kabupaten
Banyuasin sangat potensial, sekitar 34% merupakan lahan pasang surut yang
dimanfaatkan untuk kawasan pertanian lahan basah. Hasil produksi pertanian
pangan didominasi oleh komoditas padi, dimana dari hasil tersebut Banyuasin
mampu ikut menopang stok pangan sebesar 28 % bagi provinsi Sumatera Selatan
yang ditetapkan sebagai Lumbung Pangan Nasional.
7. Sumberdaya Perkebunan, Jenis perkebunan didominasi oleh karet dan kelapa
sawit, akan tetapi lebih dari 50% untuk perkebunan kelapa sawit dimiliki dan
dikelolah oleh swasta, sehingga diperlukan penanganan bentuk kerjasama yang
sesuai terutama untuk ikut membantu meningkatkan perekonomian penduduk.
Potensi perkebunan di Kabupaten Banyuasin diarahkan melalui pengembangan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
PENDAHULUAN
I -64
kawasan agropolitan, hal ini didukung dengan ditetapkannya Kecamatan Sumbawa
sebagai kawasan agropolitan center.
8. Sumberdaya Perairan, Kabupaten Banyuasin yang 80% wilayahnya merupakan
perairan dengan panjang garis pantai mencapai 275 km, memiliki potensi
perikanan terbesar di Provinsi Sumatera Selatan dan akan dikembangkan sebagai
kawasan minapolitan. Potensi perairan di Kabupaten Banyuasin jugaterdapat
Taman Nasional Sembilang, yangditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi
berlokasi di Kecamatan Banyuasin II seluas 202.750 Ha. Kawasan Sembilang
berpotensi sebagai kawasan wisata bahari yang memiliki Hutan Mangrove paling
tebal di dunia (sekitar 35 km) yang merupakan habitat berbagai jenis tanaman dan
hewan langka, difungsikan bagi daya dukung lingkungan hidup, tatanan
lingkungan kawasan pelestarian alam untuk taman wisata alam kawasan lindung
untuk perlindungan ekosistem dan memberikan perlindungan keseimbangan tata
guna air. Selain itu Kawasan perairan ini menjadi pintu gerbang yang
menghubungkan dengan pulau Bangka, namun secara umum potensi perairan
Kabupaten Banyuasin belum tergali optimal.
9. Sumberdaya Pertambangan, terdapat potensi pertambangan berupa minyak,
gas bumi serta tambang batubara yang tersebar di Kacamatan Pulau Rimau dan
Rantau Bayur.
10. Pengembangan Potensi Industri, terdapat pengembangan kawasan industri
terpadu yang terletak di Kawasan Gasing dan di Kawasan Tanjung Api-Api, serta
akan dikembangkan kawasan industri Mariana melalui revitalisasi kawasan industri.
11. Rendahnya pemanfaatan lahan yang optimal dan berwawasan
lingkungan, Daya tampung untuk pengembangan lahan budidaya cukup besar.
Kabupaten Banyuasin memiliki alokasi luasan terbesar di Sumatera Selatan yang
direncanakan untuk peruntukan permukiman yaitu sebesar 128.962,07 Ha, akan
tetapi lemahnya pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang serta adanya
desakan kebutuhan ruang memicu terjadinya konflik pemanfaatan yang
berdampak pada Alih fungsi lahan cukup besarselain itu untuk peruntukan
pertanian belum optimalnya pengelolaan mengakibatkan banyak dijumpai lahan
tidur khususnya pada lahan pasang surut serta berdampak pada penurunan
kualitas lingkungan hidup dan munculnya bencana alam.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
II -1
2.1 Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan
ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun).
Dengan mempertimbangkan visi pembangunan, kompleksitas permasalahan dan untuk
menjawab berbagai issu strategis pembangunan yang berkembang di Kabupaten
Banyuasin, maka diformulasikan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Banyuasin
2011-2031 adalah:
“Mempercepat pertumbuhan Kabupaten Banyuasin melalui pengembangan
pertanian dan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan ditunjang
kegiatan industri serta pertambangan untuk pembangunan berkelanjutan”
Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1. Pertanian : pengembangan melalui kegiatan yang berbasis pertanian dalam
pengertian yang luas meliputi pertanian pangan, holtikultura, perkebunan dan
peternakan. Adapun bentuk kegiatan mulai dari pembibitan,penyiapan lahan,
budidaya, panen, proses pengolahan sampai pemasaran, termasuk pusat
penelitian dan agrowisata.
2. Sumberdaya Kelautan dan Perikanan : pemanfaatan sumber daya kelautan,
meliputi budidaya laut, perikanan tangkap, budidaya perairan payau,
pertambangan dan energi, transportasi, dan wisata serta kegiatan konservasi
meliputi upaya pelestarian, pemeliharaan dan pemulihan fungsi-fungsi alam yang
berperan dalam menjaga keseimbangan alam (ekosistem).
3. Industri : Pengembangan industri meliputi industri besar, sedang dan rumah
tangga, dengan bentuk kegiatan mulai dari penetapan kawasan industri, proses
pengelolahan barang dan jasa sampai dengan pemasaran, pemenuhan sarana dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
II -2
prasarana pendukung yang saling mendukung dan terintegrasi dengan kegiatan
pengembangan lainnya.
4. Pertambangan : Pengembangan kegiatan pertambangan yaitu pertambangan
batubara, minyak dan gas bumi serta penggalian aspal alam, koalin, dan pasir
silika, dengan bentuk kegiatan mulai dari penetapan kawasan, proses pengelolaan
sampai dengan pemasaran.
5. Berkelanjutan : Dalam setiap kegiatan pembangunan memperhatikan kondisi
kualitas lingkungan fisik, memanfaatkan dengan bijak sumberdaya lahan yang
tersedia sesuai dengan peruntukannya, malakukan proses penyesuaian kondisi
dan karakteristik lahan dalam setiap pemanfaatan termasuk pula antisipasi
mengembangkan orientasi ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dilakukan sesuai prinsip sustainable development bahwa
pemanfaatan sumberdaya selain memenuhi kebutuhan sekarang juga dapat
menjamin terpenuhinya kebutuhan generasi mendatang.
2.2 Kebijakan Dan Strategi Peataan Ruang
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pengembangan
wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten guna mencapai tujuan
penataan ruang wilayah kabupaten dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun.
Dalam rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka rumusan
kebijakan penataan ruang dari Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh
wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong
pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah;
2. Peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana melalui pengembangan
sistem trasnportasi keseluruh wilayah dalam rangka pemerataan pertumbuhan
wilayah Kabupaten Banyuasin;
3. Pemantapkan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung;
4. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan budidaya yang dikelola secara
optimal, terintegrasi, sesuai dengan daya dukung wilayah dan ramah lingkungan;
5. Pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelestarian sumber daya
alam hayati, dan budaya Kabupaten Banyuasin.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
II -3
6. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
Dengan kebijakan tersebut, diharapkan setiap bagian wilayah tumbuh menjadi
semakin kuat dan berdaya saing atas dasar potensi yang dimilikinya. Berikut ini
Penjabaran strategi yang didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan. Strategi
penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan ruang
wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, Sebagai turunan dari rumusan kebijakan penataan ruang yang
dijabarkan secara lebih operasional, maka strategi penataan ruang Kabupaten
Banyuasin adalah sebagai berikut:
1. Strategi pembentukan dan pengembangan pusat pelayanan yang mencakup seluruh
wilayah Kabupaten sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mendorong
pertumbuhan wilayah sehingga meminimalisir ketimpangan antar wilayah, meliputi :
a. mengembangkan Ibukota Kecamatan Sungsang menjadi satu pusat kegiatan
utama wilayah kabupaten (PKWp) sesuai arahan dalam RTRWP
b. mengembangkan wilayah Pangkalan Balai, menjadi pusat kegiatan lokal (PKL)
wilayah kabupaten sesuai arahan dalam RTRWP dan mempromosikan pusat
utama lainnya sesuai dengan potensinya;
c. menetapkan pusat kegiatan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan (PPK);
d. menetapkan pusat kegiatan/pusat permukiman yang memiliki wilayah layanan
antar desa dan atau lebih dari satu desa sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL), selain yang telah ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Kawasan
(PPK).
2. Strategi peningkatan aksesibilitas, layanan sarana dan prasarana keseluruh wilayah
dalam rangka pemerataan pertumbuhan wilayah Kabupaten Banyuasin, meliputi :
a. Membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi keseluruh
bagian wilayah Kabupaten Banyuasin untuk memperlancar aksesibilitas
terutama pada kawasan perairan dan wilayah yang masih terisolir
b. Mengembangkan jaringan jalan secara hirarkis yang menghubungkan antar
pusat-pusat kegiatan pelayanan perkotaan dan antara pusat-pusat kegiatan
dengan masing-masing wilayah pelayanan;
c. Mengembangkan sistem angkutan umum darat yang menghubungkan antar
pusat-pusat kegiatan pusat permukiman penduduk dan mendukung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
II -4
pengembangan terminal penumpang dan bongkar muat yaitu terminal tipe A di
Sungsang dan terminal tipe B di Pangkalan Balai sesuai arahan RTRWP
d. Mengembangkan sistem transportasi air di wilayah perairan Kabupaten
Banyuasin disertai dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas dermaga yang
saling terintegrasi dengan rencana pelabuhan Tanjung Api-Api.
e. Mendukung pembangunan jalur kereta api menuju kawasan Tanjung Api-Api
dan jalur regional yang menghubungkan Provinsi Sumatera Selatan dengan
Provinsi Jambi yang melalui Kecamatan Betung.
f. Menyediakan fasilitas pelayanan sosial-ekonomi (kesehatan, pendidikan, air
bersih, pasar, olahraga, pemerintahan,dsb).
g. Meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan listrik, telekomunikasi, air bersih
yang mencapai seluruh wilayah Kecamatan.
3. Strategi pemantapan, perlindungan dan peningkatan kualitas kawasan lindung,
meliputi :
a. Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau minimal 30% dari kawasan terbangun dan
mewujudkan hutan minimal 30% dari setiap DAS dengan sebaran yang
proporsional yang berada di Kabupaten Banyuasin.
b. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun
kualitasnya.
c. Mempertahankan dan melestarikan Kawasan Taman Nasional Sembilang sebagai
green belt area dan kawasan konservasi untuk mempertahankan dan
melestarikan kawasan mangrove yang berbasis masyarakat
d. Menggalang kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka
kegiatan pengembangan dan penelitian fungsi kawasan lindung terutama pada
kawasan Taman Nasional Sembilang, hutan lindung dan cagar alam laut.
e. Rehabilitasi lahan kritis, sedimentasi dan abrasi terutama pada wilayah pesisir
dan hulu sungai yang terjadi di Kabupaten Banyuasin.
f. Meningkatkan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan
pengendalian daya rusak air dengan berbasis wilayah sungai dan daerah aliran
sungai.
4. Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan budidaya yang dikelola
secara optimal, terintegrasi, sesuai dengan daya dukung wilayah dan ramah
lingkungan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
II -5
a. Mengoptimalkan pemanfaatan lahan tidur (lahan non produktif) sebagai kawasan
budidaya pertanian yang didukung oleh penyediaan seluruh sarana dan
prasarana yang dibutuhkan,
b. pembangunan dan pengembangan kawasan hutan produksi (HP), hutan produksi
konversi dan hutan rakyat;
c. pembangunan dan pengembangan kawasan pertanian tanaman panga,
hortikultura, peternakan serta kawasan perkebunan rakyat dan perkebunan
swasta nasional;
d. pembangunan dan pengembangan kawasan perikanan air tawar, air payau dan
perikanan tangkap baik di perairan umum maupun perairan laut;
e. mengembangkan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan kegiatan pariwisata untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat pesisir;
f. mengembangkan kawasan pariwisata;
g. mengembangkan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan serta pulau-
pulau kecil yang diarahkan untuk mendukung pengembangan pusat-pusat
kegiatan dan pusat pelayanan;
h. mengembangkan kawasan pertambangan untuk pengelolaan potensi sumber
daya alam secara berimbang dan berkelanjutan dengan memprioritaskan aspek
keseimbangan ekosistem dan pelestarian lingkungan hidup;
i. Mengembangkan kegiatan industri untuk mendukung peningkatan nilai tambah,
produktivitas dan saling terintegrasi dengan kegiatan lainnya.
5. Strategi pengembangan kawasan strategis kabupaten untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelestarian
sumber daya alam hayati, dan budaya Kabupaten Banyuasin.
a. mengembangkan budidaya pertanian pangan sebagai bagian terbesar penopang
produksi untuk Provinsi Sumatera Selatan yang ditetapkan sebagai lumbung
pangan nasional melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian dengan pusat
pengembangan pada wilayah pertanian pasang surut;
b. mengembangkan dan membangun sarana prasarana pendukung industri terpadu
dan Pelabuhan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENATAAN RUANG
II -6
c. mengembangkan kawasan agropolitan, minapolitan, KTM, Kawasan Migas dan
kawasan industri masyarakat perkebunan (KIMBUN) melalui penyediaan
prasarana dan sarana serta fasilitas lainnya;
d. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perdagangan yang
terpusat di Kawasan Betung;
e. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung pusat kegiatan perkantoran
di Kawasan Pangkalan Balai;
f. mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri yang
terpusat di Kawasan Industri Gasing dan Mariana;
g. mengembangkan dan meningkatkan kerjasama regional, nasional bahkan
internasional di bidang ekonomi berupa perluasan pemasaran hasil produksi dan
membuka peluang investasi dan di bidang edukasi berupa kegiatan penelitian
melalui Kawasan Agrocenter di Kecamatan Sembawa;
h. mengembangkan sarana prasarana perkotaan di kawasan pusat permukiman
yang diarahkan untuk mendukung pengembangan pusat-pusat kegiatan dan
pusat pelayanan pada kawasan hinterland kota Palembang;
i. mengembangkan prasarana dan sarana Kawasan Kampung Nelayan Sungsang
sebagai Kawasan Cagar Budaya melalui kegiatan revitalisasi kawasan;
j. Pemeliharaan dan pelestarian kawasan Taman Nasional Sembilang dan Suaka
Margasatwa Padang Sugihan sebagai fungsi pelestarian alam dan pelestarian
suaka alam.
6. Strategi Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
a. mendukung penetapan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi dan perutnukannya;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun
disekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai zona penyangga;
dan
d. turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -1
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah
Kabupaten Banyuasin yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki
satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi. Beberapa komponen kegiatan primer yang berpengaruh
adalah kegiatan yang mempunyai jangkauan regional, meliputi wilayah pelayanan
Kabupaten Banyuasin dan sekitarnya di Sumatera Bagian Selatan, nasional, maupun
internasional. Termasuk dalam kegiatan primer antara lain pemerintahan, kawasan
industri, perdagangan dan jasa, transportasi, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat
melayani wilayah regional. Untuk mencapai kondisi ideal tersebut, maka arahan struktur
ruang wilayah Kabupaten Banyuasin hingga akhir 2031 dibentuk oleh kegiatan primer,
pusat-pusat pelayanan, dan jaringan transportasi.
Dalam mewujudkan struktur ruang wilayah Kabupaten Banyuasin secara
menyeluruh maka Rencana Struktur ruang wilayah kabupaten harus memiliki fungsi:
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan
layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada
dalam wilayah kabupaten; dan
2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta
memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama
pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.
Maka wujud dari Rencana struktur ruang Kabupaten Banyuasin meliputi:
Rencana Sistem Pusat Kegiatan / Pelayanan;
1. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi;
2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi;
3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi;
4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air;
5. Rencana Sistem Prasarana Lingkungan; dan
6. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -2
3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN
Secara hierarki sistem perkotaan di Kabupaten Banyuasin, disesuaikan dengan
arahan RTRWN dan RTRW Provinsi Sumatera Selatan, yang menetapkan wilayah Sungsang
dipromosikan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKWp) serta wilayah Pangkalan Balai,
sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Kemudian untuk pusat-pusat lainnya, seperti Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) ditentukan oleh
Kabupaten. Secara umum kriteria fungsi sistem perkotaan/pusat kegiatan yang digunakan
untuk lingkup wilayah Kabupaten Banyuasin, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Fungsi Sistem Perkotaan di Wilayah Kabupaten Banyuasin
NO FUNGSI KOTA KRITERIA
1. Pusat Kegiatan Wilayah yang Dipromosikan (PKWp)
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang
melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau
kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Diusulkan oleh pemerintah pusat atau provinsi
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota
atau beberapa kecamatan;dan/atau Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi
sebagai simpul transportasi yang melayani skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan Diusulkan oleh pemerintah kabupaten
3. Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK)
Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa
pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian
hari ditetapkan sebagai PKL, dengan notasi PKLp atau PKL promosi
pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan (PPK)
4. Pusat Pelayanan Lingkungan
(PPL)
Pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala antar desa Sumber: PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN & Permen PU No 16 Tahun 2009
Dengan mempertimbangkan hasil identifikasi simpul-simpul perkotaan serta
berdasarkan pertimbangan kriteria di atas tersebut, maka sistem pusat kegiatan di
Kabupaten Banyuasin dapat dirumuskan sebagai berikut:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -3
1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp)
PKWp yang terdapat di Kabupaten Banyuasin merupakan perubahan dari
perkembangan pembangunan pelabuhan Tanjung Api-Api, dalam hal ini pertumbuhan
yang diharapkan lebih cepat untuk menunjang akses transportasi nasional, adapun
Sungsang sesuai arahan RTRWP Sumatera Selatan ditetapkan sebagai PKWp
merupakan permukiman desa sehingga diarahkan untuk menjadi pusat jasa,
perdagangan, industri dan pariwisata.
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. PKL yang diarahkan dalam
RTRWP Sumatera Selatan di Kabupaten Banyuasin berada di Kota Pangkalan Balai.
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Adapun Pusat Pelayanan
Kawasan di Kabupaten Banyuasin berada di Betung, Mariana, Sukajadi, Telang Jaya,
Sungai Pinang dan Makarti Jaya.
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa. Desa yang ditetapkan sebagai pusat
permukiman yang mempunyai prasarana dan sarana yang lebih lengkap dibandingkan
dengan desa-desa yang ada disekitarnya, mempunyai potensi untuk tumbuh dengan
investasi kecil, dapat berfungsi sebagai tempat penyedia pelayanan pada desa-desa
disekitarnya dan berfungsi sebagai pusat perantara antar kota dengan desa-desa
disekitarnya. Adapun Pusat Pelayanan Lingkungan di Kabupaten Banyuasin berada di
Tebing Abang, Tanjung Lago, Teluk Betung, Sumber Makmur, Tirta Harja, Sidomulyo,
Salek Mukti, Lubuk Lancang, Sembawa, Sumber Marga Telang dan Air Kumbang.
Rencana pengembangan sistem hirarki pusat-pusat pelayanan ini mengacu pada
konsep pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Bayuasin yang kedua, yakni
ibukota kabupaten tetap masih menjadi pusat kegiatan utama atau pusat pelayanan utama
untuk dapat melayani atau menjadi media internal ke seluruh wilayah pelayanannya di
Kabupaten Banyuasin. Sedangkan wilayah-wilayah kecamatan yang termasuk ke dalam
pusat-pusat pertumbuhan/pembentuk sistem perkotaan adalah termasuk ke dalam sistem
hirarki kedua dalam skala pelayanan kegiatan lokal di wilayah dan kecamatan yang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -4
termasuk ke dalam pusat-pusat pertumbuhan/pembentuk sistem perdesaan adalah
termasuk ke dalam sistem hirarki ketiga dalam skala pelayanan kegiatan lokal di wilayah
Kabupaten Banyuasin.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut di atas, maka rencana
pengembangan pusat-pusat pelayanan di wilayah Kabupaten Banyuasin dijelaskan dalam
Tabel 3.2 dan Gambar 3.1 berikut :
Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Pusat Kegiatan dan Fungsinya di Kabupaten Banyuasin
PKWp PKL PPK PPL
Sungsang
Fungsi yang
diemban:
- Pemerintahan
Tingkat Kecamatan
- Perdagangan dan
jasa skala
regional/lokal
- Pengembangan
perikanan dan
kelautan
- Pengembangan
transportasi
nasional/regional
- Pengembangan
permukiman dan
pelayanan umum
- Wisata budaya
- Pusat industri
Pangkalan Balai
Fungsi yang diemban:
- Pusat Pemerintahan Tingkat
Kabupaten
- Pusat Pendidikan
- Pusat Permukiman Perkotaan
Penetapan PPK: Penetapan PPL:
1. Betung (Kec.
Betung) Fungsi: Pusat Perdagangan
& Jasa
Pusat pemerintahan
Kecamatan Pusat Permukiman
Perkotaan skala kecamatan
Tebing Abang (Kec.
Rantau Bayur) Fungsi:
Pusat Perdagangan & Jasa
Perikanan budidaya
air tawar Perkebunan
Pelabuhan Khusus Pusat permukiman
perdesaan
2. Mariana (kec. Banyuasin I)
Fungsi: Pusat pemerintahan Pusat Industri
Pusat Permukiman Perkotaan
Tanjung Lago (Kec.Tanjung Lago)
Fungsi:
Perkebunan Pertanian Pangan
Kehutanan Pusat permukiman
perdesaan Pelabuhan Khusus
Perikanan budidaya
air tawar
3. Sukajadi (Kec.
Talang Kelapa)
Fungsi: Pusat pemerintahan
Kecamatan Pusat
Perdagangan&Jasa Pusat Permukiman
Perkotaan
Peternakan Unggas Budidaya air tawar
Teluk Betung (Kec.
Pulau Rimau) Fungsi:
Pertanian pangan
Pertanian Holtikultura Pusat permukiman
perdesaan Pusat Perdagangan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -5
PKWp PKL PPK PPL
4. Telang Jaya (Kec.
Muara Telang) Fungsi:
Pusat pemerintahan Kecamatan
Pusat Perdagangan
& Jasa skala kecamatan
Pusat Pertanian Lahan Basah
Pusat Permukiman Perkotaan
Sumber Makmur
(Kec. Muara Padang) Fungsi:
Pertanian pangan
Pusat permukiman perdesaan
Perdagangan Jasa Perkebunan
5. Sungai Pinang
(Kec. Rambutan) Fungsi:
Pusat pemerintahan
Kecamatan Pusat Pertanian
Lahan lebak Pusat Permukiman
Perkotaan Peternakan Unggas
Perkebunan
Perdagangan dan jasa
Tirto Harjo (Kec.
Muara Sugihan)
Fungsi: Pertanian pangn
Pusat permukiman perdesaan
Perikanan Tambak Konservasi
Mangroove
6. Makarti Jaya
(Kec.Makarti Jaya) Fungsi:
Pusat pemerintahan Kecamatan
Pusat Pertanian pasang surut
Pusat Permukiman
Perkotaan skala kecamatan
Perikanan tambak
Salek Mukti (Kec.
Air Salek) Fungsi:
Pertanian pangan Perikanan Tambak
Pusat permukiman perdesaan
Perkebunan
Sidomulyo (Kec. Tungkal Ilir)
Fungsi :
Pusat permukiman perdesaan
Perkebunan Perdagangan dan
Jasa
Pemerintahan kecamatan
Lubuk Lancang (Kec. Suak Tapeh)
Fungsi :
Pusat permukiman Perkebunan
Perdagangan dan Jasa
Pemerintahan
kecamatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -6
PKWp PKL PPK PPL
Sembawa (Kec.
Sembawa) Fungsi :
Pusat permukiman perdesaan
Perkebunan
Perdagangan dan Jasa
Pemerintahan kecamatan
Pusat IPTEK
Sumber Marga Telang
Fungsi : Perkebunan
Pertanian Pangan
Pusat permukiman perdesaan
Pelabuhan Khusus Perikanan budidaya
air tawar Pendukung industri
Tanjung Api-Api
Air Kumbang Fungsi :
Pusat permukiman
perdesaan Perdagangan Jasa
Perkebunan Sumber : Hasil Analisis
3.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
Kondisi yang ada di Kabupaten Banyuasin, sistem jaringan transportasi yang
berkembang terdiri dari jaringan transportasi darat serta transportasi air. Pada bagian
utara dan timur Kabupaten Banyuasin, masih didominasi oleh penggunaan jaringan
transportasi air baik melalui sungai maupun laut, mengingat di wilayah tersebut merupakan
daerah perairan, sedangkan Di Bagian Selatan Kabupaten Banyuasin, perkembangan
sistem tranportasi darat yang menghubungkan antar wilayah sangat dipengaruhi oleh
posisi dan hirarki kotanya dan memiliki pola keterhubungan dengan kota Palembang.
Dari kondisi tersebut, maka rencana pengembangan sistem jaringan transportasi
Kabupaten Banyuasin dimaksudkan untuk meningkatkan keterkaitan kebutuhan dan
peningkatan transportasi antar wilayah dan antar kawasan permukiman yang
dikembangkan dalam ruang wilayah Kabupaten, serta keterkaitannya dengan sistem
jaringan transportasi di wilayah sekitarnya yang saling terintegrasi antara transportasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -7
darat dan air. Selain itu, pengembangannya juga untuk mewujudkan keselarasan dan
keterpaduan antar pusat permukiman dengan sektor kegiatan ekonomi daerah.
3.2.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat
Sistem jaringan jalan merupakan aspek penting dalam membentuk struktur ruang
wilayah. Peran jaringan jalan sebagai penghubung antar komponen kegiatan antar wilayah
kecamatan dan komponen kegiatan antar kabupaten, selain itu jaringan jalan akan sangat
mempengaruhi bentuk struktur tata ruang kabupaten, atau sebaliknya pengembangan
jaringan jalan disesuaikan dengan struktur tata ruang kabupaten yang direncanakan.
Permasalahan utama sistem jaringan jalan adalah keterbatasan daya jangkau jaringan
jalan untuk menghubungkan setiap kecamatan sehingga pergerakan internal maupun
eksternal relatif kurang memadai.
Kualitas jaringan jalan yang tidak memadai menjadikan sistem pergerakan internal
maupun eksternal wilayah menjadi terhambat. Untuk meningkatkan efisiensi pergerakan,
Rencana pengembangan sistem jaringan jalan, dilakukan melalui peningkatan fungsi
jaringan jalan dan pembangunan jaringan jalan baru sesuai dengan kebutuhan
pengembangan untuk menunjang perwujudan struktur ruang. Peningkatan fungsi jaringan
jalan dapat dilakukan melalui kegiatan peningkatan fungsi, status, maupun kelas jalan,
serta kegiatan rehabilitasi atau pemeliharaan jalan. Sedangkan pembangunan jaringan
jalan dilakukan pada ruas-ruas jalan yang belum terhubung, untuk mendukung
pengembangan pusat-pusat kegiatan dalam sistem perkotaan di Kabupaten Banyuasin
untuk mewujudkan struktur ruang wilayah kabupaten yang optimal.
3.2.1.1 Sistem Jaringan Lalu lintas dan Angkutan Jalan
1. Jaringan Jalan
Dilihat dari fungsinya, jaringan jalan di Kabupaten Banyuasin terdiri dari jaringan
arteri primer, kolektor primer, dan lokal primer. Untuk mengantisipasi perkembangan
mendatang, rencana pengembangan sistem jaringan jalan di Kabupaten Banyuasin sebagai
berikut :
a. Jaringan jalan arteri primer
Jaringan jalan arteri primer diarahkan untuk melayani pergerakan antar kota antar
provinsi. Kabupaten Banyuasin memiliki jaringan jalan yang cukup panjang dengan dilintasi
jalan negara yaitu jaringan jalan lintas timur sumatera, di dalam RTRWN rencana
pengembangan jaringan jalan di wilayah Kabupaten Banyuasin meliputi pembangunan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -8
pengembangan jalan.
Rencana pengembangan sistem arteri primer sesuai arahan RTRWN (Kepmen 630 Tahun
2009) direncanakan untuk ruas jalan yang menghubungkan :
Sei Lilin – Betung sepanjang 43,673 Km
Betung – Bts. Kota Palembang sepanjang 56,167 Km
Rencana pembangunan jalan tol sesuai arahan RTRWP Sumatera Selatan direncanakan
untuk ruas jalan Lingkar Barat Palembang menuju Betung melintasi sebagian Wilayah
Kabupaten Banyuasin di Kecamatan Rambutan menuju Kota Betung dan ruas Lingkar
Timur Luar Palembang dari Jakabaring Kecamatan Rambutan ke Airbatu Kecamatan
Talang Kelapa sedangkan yang menghubungkan ruas Palembang – Tanjung Api-
Api/Tanjung Carat direncanakan untuk jalan tol High Grade Highway .
b. Jaringan jalan Kolektor Primer
Jaringan jalan kolektor primer menghubungkan antar PKW maupun antara PKW
dengan PKL. Beberapa jalan kolektor akan dibangun dan dikembangkan serta ditingkatkan
fungsinya untuk mendorong perkembangan wilayah, terutama untuk akses menuju
rencana PKWp di Sungsang.
Rencana pengembangan sistem Kolektor primer (K1) sesuai arahan RTRWN (Kepmen 630
Tahun 2009) direncanakan untuk ruas jalan yang menghubungkan :
Ruas Simpang Betung – Sekayu - Lubuk Linggau;
Kab. OKI – Kec. Muara Padang – Kec. Air Salek – Kec. Muara Telang – Kec. Sumber
Marga Telang - Kec. Banyuasin II.
Rencana pembangunan jalan tol sesuai arahan RTRWP Sumatera Selatan direncanakan
untuk ruas jalan yang menghubungkan :
Jalan Lingkar Luar Timur Ruas Rambutan - Banyuasin I – Talang Kelapa;
Jalan Lingkar Luar Barat Ruas Kec. Rambutan – Kec. Sembawa;
Dalam arahan RTRWP, Rencana pengembangan sistem kolektor primer (K1) direncanakan
untuk :
Ruas Palembang-Rambutan-Kayu Agung
Ruas Palembang-Rambuan-Tulung Selapan
Ruas Pangkalan Balai-Rantau Bayur-Kab. Muara Enim
Rencana pengembangan sistem kolektor primer (K4) direncanakan untuk :
Ruas Pangkalan Balai- Sekayu
c. Jaringan jalan Lokal Primer
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -9
Rencana pengembangan sistem lokal primer direncanakan untuk ruas jalan yang
menghubungkan antar wilayah (ibukota) kecamatan. Beberapa jalan lokal primer akan
dibangun dan dikembangkan serta ditingkatkan fungsinya untuk mendorong
perkembangan dan pemerataan di Kabupaten Banyuasin. Untuk lebih jelasnya rencana
pengembangan jaringan jalan lokal primer dijabarkan pada Tabel 3.3
Tabel 3.3
Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Kabupaten Banyuasin Tahun 2031
No Ruas Jalan Kota/Simpul Pusat Kegiatan
yang Dihubungkan
Keterangan
(Rencana Pengembangan)
A Jalan Arteri Primer (Jalan Nasional)
Mengacu pada Kepmen 630 Tahun 2009 1. Sei Lilin - Betung (ruas 003) Kabupaten Musi Banyuasin –
Kabupaten Banyuasin (PPK)
Peningkatan jaringan jalan
arteri primer
2. Betung – Bts. Kota Palembang (ruas 004)
Kabupaten Banyuasin (PPK) – Kota Palembang
Peningkatan jaringan jalan arteri primer
3. Ruas Palembang-Tanjung Api-Api Kota Palembang – PKWp Pembangunan Jaringan
Jalan Tol
B Jalan Kolektor Primer (Jalan Nasional)
Mengacu pada Kepmen 630 Tahun 2009
1. Ruas Simpang Betung-Sekayu-Lubuk Linggau
Kabupaten Banyuasin (PPK) – Kabupaten Musi Banyuasin –
Kota Lubuk Linggau
Peningkatan Jaringan jalan kolektor primer
2. Jalan Lingkar Luar Timur Ruas Rambutan - Banyuasin I – Talang
Kelapa
Antar PPK Pembangunan Jaringan Jalan Tol
3. Jalan Lingkar Luar Barat Ruas Kec.
Rambutan – Kec. Sembawa
PPK – PPL Pembangunan Jaringan
Jalan Tol
4. Kab. OKI – Kec. Muara Padang – Kec. Air Salek – Kec. Muara Telang
– Kec. Marga Air Telang - Kec.
Banyuasin II
Kab. OKI – PPL – PPL- PPK – PPL - PKWp
Pembangunan Jaringan Jalan Kolektor Primer (K1)
C Jalan Provinsi
Mengacu pada RTRW Prov SumSel 2009-2029
1. Ruas Palembang-Rambutan-Kayu Agung
Kota Palembang – Kab. Banyuasin (PPK) – Kab. OKI
Peningkatan jaringan jalan kolektor primer
2. Ruas Palembang-Rambuan-Tulung
Selapan
Kota Palembang-Kab. Banyuasin
(PPK) - Kab. OKI
Peningkatan jaringan jalan
kolektor primer
3. Ruas Pangkalan Balai-Rantau
Bayur-Kab. Muara Enim
PKL – PPL - Kab.Muara Enim Peningkatan jaringan jalan
kolektor primer
4. Ruas Pangkalan Balai-Sekayu PKL – PKW Peningkatan jaringan jalan kolektor IV
C Jalan Kabupaten
Menghubungkan pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Banyuasin 1. Ruas Pangkalan Balai-Pulau Rimau-
Tungkal Ilir
PKL dengan PPL Peningkatan Jaringan jalan
lokal primer
2. Ruas Palembang- Banyuasin I – Air Kumbang - Muara Padang – Muara
Sugihan – Kabupaten OKI
Kota Palembang – PPK – PPL – PPL – PPL - Kabupaten OKI
Peningkatan Jaringan jalan lokal primer
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -10
No Ruas Jalan Kota/Simpul Pusat Kegiatan
yang Dihubungkan
Keterangan
(Rencana Pengembangan)
3. Ruas Kab. Muba – Kec. Tungkal Ilir Kabupaten Musi Banyuasin
dengan Kab. Banyuasin (PPL)
Peningkatan Jaringan jalan
lokal primer
4. Ruas Kab. Muara Enim – Kec.
Rantau Bayur – Kec. Betung – Kec.
Banyuasin III – Kec. Sembawa – Kec. Talang Kelapa – Kec. Tanjung
Lago
Kab.Muara Enim – PPL – PPK –
PKL – PPL – PPK – PPL
Peningkatan Jaringan jalan
lokal primer
5. Ruas Jalan Tanjung Lago – Muara Telang – Sumber Marga Telang
PPL – PPK - PPL Pembangunan Jaringan Jalan Lokal Primer
6. Ruas Jalan Makarti Jaya – Air Saleh – Air Kumbang - Banyuasin I
PPK – PPL – PPL- PPK Pembangunan Jaringan Jalan Lokal Primer
D. Jalan Raya Khusus untuk batu bara
1. Ruas Kab. Muara Enim – Kec.
Rantau Bayur – Kec. Suak Tapeh – Kec. Banyuasin III – Kec. Sembawa
– Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung Lago – Kec. Banyuasin II
Kab. Muara Enim – PPL – PPL -
PKL – PPL – PPK – PPL – PKWp
Rencana Pembangunan
(Dikelola Swasta)
Sumber : Hasil Rencana,2011
d. Jaringan jalan Khusus
Berupa jaringan jalan yang dibangun dan di pelihara untuk melayani kepentingan
tertentu. Berdasarkan arahan dari RTRWP Sumatera Selatan, rencana jalan khusus yang
akan dikembangkan untuk peruntukan pengangkutan batubara dari tempat penambangan
ke pelabuhan/terminal khusus batubara yang pengembangannya bekerjasama dengan
pihak swasta.
2. Jembatan
Rencana pembangunan jembatan baru ditujukan untuk membuka kawasan
terisolasi atau untuk meningkatkan kemampuan pemasaran hasil-hasil produksi,
peningkatan/ perkerasan kelas jalan dari tanah menjadi koral kemudian menjadi
permukaan aspal, perbaikan/perawatan jalan yang rusak demi kelancaran mobilitas dan
aksesbilitas pertumbuhan ekonomi makro dan mikro di wilayah Kabupaten Banyuasin.
Rencana pembangunan jembatan di Kabupaten Banyuasin sampai tahun 2031 ditujukan
untuk meningkatkan produktifitas lahan perkebunan, pertanian, pariwisata dan kelautan.
Untuk lebih jelasnya rencana pengembangan jembatan dijabarkan pada Tabel 3.4
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -11
Tabel 3.4 Rencana Pengembangan Jembatan
No. Ruas Jembatan Lokasi Keterangan
1. Jembatan Ruas Banyuasin I – Muara Sugihan
Banyuasin I – Muara Sugihan Rencana peningkatan jembatan
2. Jembatan Terusan Sebalik Tanjung Lago – Muara Telang Rencana peningkatan jembatan
3. Jembatan Gasing Talang Kelapa – Tanjung Lago Rencana peningkatan jembatan
4. Jembatan Pulau Rimau Tanah Kering – Pulau Rimau Rencana peningkatan jembatan
5. Jembatan Tungkal Ilir Desa Tri tunggal Rencana peningkatan jembatan
6. Jembatan Rambutan Sungai Dua Rencana peningkatan jembatan
7. Jembatan Teluk Tenggulang Pulau Rimau Rencana pembangunan jembatan
8. Jembatan Muara Telang Muara Telang Rencana pembangunan jembatan
9. Jembatan Banyuasin I Desa teluk Tenggiri (Banyuasin I) Rencana pembangunan jembatan
10. Jembatan Rantau Bayur Desa Tebing Abang Rencana pembangunan jembatan
11 Jembatan Muara Sugihan Kec. Muara Sugihan – Air Sugihan
(Kab. OKI)
Rencana pembangunan jembatan
12 Jembatan sedang – Banyuasin
III
Kec. Banyuasin III Rencana pembangunan jembatan
Sumber : Hasil Rencana,2011
Secara umum gambaran Rencana Pengembangan Sistem Jaringan jalan dan
jembatan di Kabupaten Banyuasin, diilustrasikan melalui Gambar 3.1 Peta Rencana
Pengembangan Transportasi Darat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -12
Gambar 3.1 Rencana Transportasi Darat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -13
3. Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan (LLAJ)
Selanjutnya rencana pengembangan terminal didasari dari hasil analisis dan
ketetapan dari kebijakan pembangunan Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan dua
pertimbangan tersebut, maka rencana pengembangannya adalah : agar tercapai
keseimbangan dan kemudahan aktivitas perhubungan dalam pengembangan wilayah di
masa mendatang, maka terminal yang sudah ada yaitu terminal tipe B di wilayah
Kecamatan Betung (PPK), terminal penumpang tipe B di Kawasan Tanjung Api-Api
direncanakan untuk ditingkatkan menjadi tipe A sesuai dengan arahan RTRWP Sumatera
Selatan serta beberapa terminal khusus agar dioptimalisasikan fungsinya.
Untuk rencana pengembangan terminal lainnya, berdasarkan arahan RTRWP
Sumatera Selatan direncanakan pengembangan terminal tipe B di wilayah Pangkalan Balai
dan Sebalik (PKL). Berdasarkan ketetapan dari kebijakan Kabupaten Banyuasin akan
dikembangkan pembangunan terminal penumpang tipe C di Kecamatan Rambutan, Teluk
Betung Kecamatan Pulau Rimau (PPL) dan di Cintamanis Kecamatan Banyuasin I. Untuk
lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :
Tabel 3.5
Rencana Pengembangan Terminal Kabupaten Banyuasin
NO TIPE LOKASI TERMINAL KETERANGAN
RENCANA PENINGKATAN PELAYANAN DAN PENGEMBANGAN
1 A Kecamatan Betung (PPK) Terminal Penumpang
2 C Sungsang Terminal Penumpang
3 C Kecamatan Suak Tapeh Terminal Penumpang
4 Tanjung Lago Terminal Khusus Batubara oleh PT. Servo
5 Tanjung Lago Terminal Khusus Batubara oleh PT. Sinar Sekawan Abadi
6 Tanjung Lago Terminal Khusus Batubara oleh PT. Lumbung Karang Sakti
7 Tanjung Lago Terminal Khusus Batubara oleh PT. Cakrawala Sejahtera Sejati
8 Muara Telang Terminal Khusus Batubara oleh PT. Sinar Musi Jaya
9 Banyuasin I Terminal Khusus CPO
10 Banyuasin I Terminal Khusus Aspal
11 Banyuasin I Terminal Khusus Galangan Kapal
12 Tanjung Api-Api Terminal Khusus Galangan Kapal
RENCANA PEMBANGUNAN
1 A Tanjung Api-Api Kecamatan Banyuasin II (PKWp)
Terminal Utama untuk penumpang dan barang (berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
2 B Pangkalan Balai dan
Sebalik (PKL)
Terminal Pengumpan untuk penumpang dan barang
(berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Selatan)
3 C Kecamatan Rambutan (PPK)
Terminal Lokal (Ketetapan dari kebijakan Kabupaten)
4 C Teluk Betung Kecamatan Pulau Rimau (PPL)
Terminal Lokal (Ketetapan dari kebijakan Kabupaten)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -14
NO TIPE LOKASI TERMINAL KETERANGAN
6 C Cintamanis Kecamatan
Banyuasin I
Terminal Lokal (Ketetapan dari kebijakan Kabupaten)
7 C Talangkeramat Kecamatan Talang Kelapa
Terminal Lokal (Ketetapan dari kebijakan Kabupaten)
8 Sebalik Terminal multimoda Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuasin, Hasil Rencana,2011
Persebaran Pengembangan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan berupa
terminal di Kabupaten Banyuasin, dapat dilihat pada Gambar 3.1 Peta Rencana
Pengembangan Transportasi Darat
4. Rencana Pengembangan Pelayanan Transportasi Darat
Kondisi jaringan transportasi yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
penduduk sehari-hari tidak hanya terbatas pada jaringan jalannya, tetapi juga dari sarana
angkutannya. Untuk rencana pengembangan angkutan umum di Kabupaten Banyuasin
didasarkan pada simpul-simpul kegiatan yang akan dilayani dan berdasarkan sistem check
point (terminal/transit) yang akan dilalui dalam jangkauan pelayanannya (radius). Untuk
Jangkauan pelayanan dapat dibagi atas; angkutan antar kota; angkutan kota; dan
angkutan perdesaan.
Penduduk umumnya melakukan pergerakan sehar-hari dengan menggunakan
angkutan pedesaan (angdes) yang dapat menjangkau area-area pedesaan, namun masih
ada beberapa wilayah/kawasan perairan yang masih belum dijangkau oleh moda angkutan
umum darat, seperti Kecamatan Muara Padang, Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air
Salek dan Kecamatan Makarti Jaya, maka pengembangannya juga direncanakan dan
diarahkan serta difokuskan untuk pengembangan transportasi air.
Rencana pengembangan angkutan umum berupa penambahan moda angkutan
umum yang melayani kawasan untuk trayek, berikut ini :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -15
Tabel 3.6
Rencana Pengembangan Pelayanan Transportasi Darat Kabupaten Banyuasin
No. Rute Wilayah Pelayanannya
1. Sukajadi – Pangkalan Balai Angkutan antar perdesaan
2. Serong - Sukajadi - Sungai Rengit - Talangkeramat Angkutan antar perdesaan
3. Pangkalan Balai – Pengumbuk Angkutan antar perdesaan
4. Pangkalan Balai – Tanjung Kepayang Angkutan antar perdesaan
5. Pangkalan Balai – Saterio - Sedang Angkutan antar perdesaan
6. Pangkalan Balai – Terentang Angkutan antar perdesaan
7. Pangkalan Balai – Sri Bandung Angkutan antar perdesaan
8. Pangkalan Balai – Lubuk Saung – Lebong Angkutan antar perdesaan
9. Terminal Betung – Tebenan – Purwosari – Talang Jaya Indah – Paldas
Angkutan antar perdesaan
10. Terminal Betung – Sungai Lilin Angkutan antar perdesaan
11. Terminal Betung – Lais Angkutan antar perdesaan
12. Terminal Betung – Tanjung Api-Api Angkutan antar perdesaan
13. Sukajadi – Pangkalan Balai – Betung angkutan antar kota dalam
kabupaten
14. Sukajadi – Pangkalan Balai – Pulau Rimau angkutan antar kota dalam
kabupaten
15. Mariana – Plaju – Prajen angkutan antar kota/kabupaten
16. Cinta Manis Baru – Terminal Plaju angkutan antar kota/kabupaten
17. Sungai Dua – Terminal Plaju angkutan antar kota/kabupaten
18. Perumnas Meritai – Terminal Plaju angkutan antar kota/kabupaten
19. Plaju – Muara Padang angkutan antar kota/kabupaten
20. Jakabaring – kebonsahang angkutan antar kota/kabupaten
21. Kenten Laut – Pasar kuto angkutan antar kota/kabupaten
22. Betung - Sekayu angkutan antar kota/kabupaten
Sumber : Disan Perhubungan, Kabupaten Banyuasin 2011
3.2.1.1 Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Untuk menghubungkan beberapa daerah di wilayah Kabupaten Banyuasin yang
tidak dapat dilayani oleh transportasi jalan darat karena kondisi fisik dasar yang
memerlukan investasi cukup besar dan belum sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Untuk itu maka pengembangan sistem jaringan transportasi air (sungai) merupakan aspek
penting dalam membentuk struktur ruang wilayah yang direncanakan. Sistem angkutan
sungai di wilayah Kabupaten Banyuasin sangatlah penting dalam mendukung pergerakan
manusia dan barang. Untuk itu moda angkutan sungai perlu dikembangkan dan
ditingkatkan kualitasnya. Untuk angkutan sungai masih dapat dimanfaatkan beberapa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -16
saluran sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Banyuasin seperti Sungai Musi, Sungai
Banyuasin dan beberapa aliran sungai yang lebih kecil ukurannya. Sarana dan prasarana
sungai berupa alat angkut dan dermaga. Alat angkut diantaranya speedboat, jakung,
ketek, truk air, bus air, kapal motor, tanker, tongkang, jetfoil dan lain-lain. Sedangkan
prasarana sungai berupa dermaga. Panjang dermaga umumnya mengikuti pasang surut
yang tegak lurus dengan aliran sungai atau jalur, sehingga sangat mengganggu pelayaran
bila pasang. Jenis dermaga pada umumnya kayu, dimana kepemilikanya umumnya milik
masyarakat dan beberapa ditangani oleh Dinas Perhubungan dan ASDP.
Pembangunan dan pengembangan prasarana penunjang transportasi sungai, yaitu :
1. Rencana pengembangan beberapa dermaga transhipment point
(pelabuhan/dramaga/dock) yang akan diintegrasikan dengan sistem transportasi darat,
yaitu tempat terjadinya pergantian antar moda transportasi baik dari darat ke air atau
sebaliknya, serta dermaga bongkar muat barang. Rencana peningkatan pelayanan dan
penambahan dermaga diantaranya:
Tabel 3.7
Rencana Pengembangan Dermaga Sungai Kabupaten Banyuasin
No Dermaga Lokasi
Rencana Peningkatan Pelayanan dan Pengembangan
1. Dermaga Sungai Sungsang Sungsang Kecamatan Banyuasin II
2. Dermaga Simpang PU Kecamatan Tanjung Lago
3. Dermaga Gasing Kecamatan Talang Kelapa
4. Dermaga Pengumbuk Kecamatan Rantau Bayur
5. Dermaga Sungai Bugin Kecamatan Banyuasin II
6. Dermaga Jalur 8 Kecamatan Air Saleh
7. Dermaga Jalur 6 Kecamatan Air Saleh
8. Dermaga KTM Telang Kecamatan Muara Telang
9. Dermaga Sumber Jaya Kecamatan Sumber Marga Telang
10 Dermaga Mariana Kecamatan Banyuasin I
11. Dermaga Sumbermakmur Kecamatan Muara Padang
12. Dermaga Sidomulyo Kecamatan Muara Padang
13. Dermaga Simpang Jalur 18 Kecamatan Muara Padang
14. Dermaga daya Utama Kecamatan Muara Padang
15. Dermaga Sidorejo Kecamatan Muara Padang
16. Dermaga Saleh Jaya Kecamatan Air Salek
17. Dermaga Pasar Saleh Jaya Kecamatan Air Salek
18. Dermaga Parit 9 Kecamatan Makarti Jaya
19. Dermaga Saleh Agung Kecamatan Air Salek
20. Dermaga Srimulyo Kecamatan Air Salek
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -17
No Dermaga Lokasi
21. Dermaga Srikaton Kecamatan Air Salek
22. Dermaga Penyeberangan Desa Upang
23. Dermaga Telang Jaya (Jembatan 1) Kecamatan Muara Telang
24. Dermaga Pasar Telang Jaya Kecamatan Muara Telang
25. Dermaga Sumber jaya (Jembatan 1 dan 2) Kecamatan Sumber Marga Telang
26. Jemb.1, Pasar Sumber Rejo, Sumber Betung laut Kecamatan Betung
27. D.Sumber Rejo, Sumber Betung Laut Kecamatan Betung
28. D. Unggul Sari, Sumber Betung Laut Kecamatan Betung
29. D.Betung Laut, Pulau Rimau Kecamatan Pulau Rimau
30. D.Suka Mulya, Pulau Rimau Kecamatan Pulau Rimau
31. D.Penuguan, Pulau Rimau Kecamatan Pulau Rimau
32. D.Sri Agung, Kec.Karang agung Ilir Kecamatan Banyuasin II
33. Jemb.4, D.Karang Sari, Kec. Sungsang Kecamatan Banyuasin II
34. Jemb.5, D.Jatisari, Sungsang Kecamatan Banyuasin II
35. Jemb.1, D.Purwo Sari, Tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago
36. Jemb.2, D.Telangsari, tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago
37. Jemb.4, D.banyu Urip, Tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago
38. Jemb.3, D.Mulyasari, Tanjung Lago Kecamatan Tanjung Lago
39. D.Sebalik Kecamatan Tanjung Lago
40. Jemb.1, D. Mukti Jaya, Muara Telang Kecamatan Muara Telang
41. D.Balai Makmur, Mariana Kecamatan Banyuasin I
42. D.Sungai Rumput, Mariana Kecamatan Banyuasin I
43. D.Sungai Rumput, Mariana Kecamatan Banyuasin I
44. D.Lebung, Rantau Bayur Kecamatan Rantau Bayur
45. Dermaga Tebing Abang, D.Pengumbuk, Rantau
Bayur
Kecamatan Rantau Bayur
46. D.Gasing, Talang Kelapa Kecamatan Talang Kelapa
Rencana Pembangunan
1. Dermaga Penubuan Kecamatan Pulau Rimau
2. Dermaga Cintamanis lama/Prajin Kecamatan Banyuasin I
3. Dermaga Teluk Tenggulang Kecamatan Pulau Rimau
4. Dermaga Kenten Laut Kecamatan Talang Kelapa
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Banyuasin dan Hasil Rencana, 2011
2. Rencana pengembangan moda angkutan untuk rute Makarti Jaya-Sungsang, Makarti
Jaya-Kota Palembang, Tanjung Menang-Sungsang, Gasing-Muntok. Sedangkan untuk
rencana penambahan moda ditujukan pada Kedukan dan terminal transit/check point
di Kota Mariana untuk dapat melayani wilayah perdesaan di ketiga kecamatan tersebut
di atas, yakni :
Sungai Kedukan-Kota Mariana,
Sungai Kedukan-Tirtoharjo via Kota Mariana dan via Salek Mukti
Sungai Kedukan-Tirtoharjo via Kota Mariana dan via Muara Padang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -18
Wilayah tengah dan barat Banyuasin difokuskan di terminal Tanjung Alang-
alang/Sukajadi untuk dapat melayani wilayah perdesaan di Kecamatan Rantau
Bayur, Banyuasin III, Betung, Talang Kelapa, Tungkal Ilir, Pulau Rimau, Tanjung
Lago, Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Kecamatan Banyuasin II.
Penambahan angkutan peerintis untuk trayek Kecamatan Tungkal Ilir – Kecamatan
Pulau Rimau.
3. Pengembangan alur pelayaran sungai untuk memperlancar kegiatan ekonomi antar
wilayah terutama yang belum bisa dilalui transportasi darat. Alur pelayaran sungai
tersebut diataranya melalui Sungai Musi, Sungai Gasing, Sungai Banyuasin, Sungai
Telang, Sungai Lalan, Sungai Kenten, Sungai Salek, Sungai Tungkal, Sungai Calik,
Sungai Primer 2, Sungai Kumbang, Sungai Padang, Sungai Sebalik, Sungai Makarti,
jalur 6, jalur 8, jalur 10 (Kecamatan Air Salek), jalur 6, jalur 8, jalur 10 (Kecamatan
Muara Telang), jalur 19, jalur 17 (Kecamatan Tanjung Lago), jalur 18, jalur 20
(Kecamatan Muara Padang), Jalur 13, Jalur 14, jalur 16 (Kecamatan Muara Sugihan).
Dengan Rute :
- Mariana – Sungsang
- Mariana – Muara Telang
- Mariana – Sumber Marga Telang
- Mariana – Gasing
- Mariana - Simpang PU
- Mariana – Makartijaya
- Mariana – Muara Sugihan
- Mariana – Muara Padang
- Mariana – Karangagung Ilir
- Mariana – Penuguan
- Kenten Laut – Muara Telang
- Bunga Karang – Karangagung Ilir
Pengembangan rute untuk alur pelayaran sungai di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat
pada Gambara 3.2 Peta Rencana Sistem Transportasi Laut
3.2.2 Sistem Jaringan Kereta Api
Berdasarkan RTRWP rencana pengembangan jalur kereta api yang melintasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -19
Kabupaten Banyuasin terdiri dari :
Rencana pembangunan rel untuk Rute Tanjung Enim-TAA Via Stasiun Simpang dan
Gasing
Rencana pembangunan rel ganda (double track) untuk rute Palembang-Betung-Batas
Jambi
Rencana Pembangunan Rel Via Stasiun Simpang – Banyuasin I
Terdapat juga pengembangan jalur kereta api khusus Batubara, meliputi
pengembangan jalur khusus angkutan barang melalui rute Muara Enim - Tanjung Api-api,
dengan lokasi stasiun di Kawasan Tanjung Api-Api. Rencana jaringan kereta api di
Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Gambar 3.1 Peta Rencana Sistem Transportasi
Darat.
3.2.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Laut
Rencana pengembangan jaringan transportasi laut di Kabupaten Banyuasin
diwujudkan melalui pengembangan pelabuhan serta pengembangan alur pelayaran untuk
penyebrangan laut.
3.2.3.1 Tatanan Kepelabuhan
Rencana pengembangan pelabuhan berupa peningkatan pelabuhan yang sudah ada
dan pembangunan pelabuhan. Rencana peningkatan pelabuhan meliputi :.
Rencana pembangunan Tanjung Carat sebagai pelabuhan utama yang merupakan
simpul transportasi laut nasional untuk pelabuhan internasional. Pelabuhan Tanjung
Carat ini akan melayani rute pelayaran regional, nasional dan internasional, Selain
mampu meningkatkan kapasitas angkutan untuk jenis kapal-kapal bertonase besar,
Pelabuhan Laut Tanjung Carat sangat memungkinkan memperpendek alur jarak tempuh
bagi armada laut. Rencana pelabuhan tersebut telah di tetapkan dengan keputusan
Bupati no 75 Tahun 2011 sebesar 14.202 Ha. Pelabuhan laut yang telah disiapkan
antara lain :Dalam Peta Rencana Lokasi Pelabuhan laut Tanjung Carat telah disiapkan
beberapa pembangunan, antara lain :
pelabuhan/terminal general kargo mencapai 80 Ha,
pelabuhan laut sekitar 91 Ha,
pelabuhan penyeberangan sekitar 21 Ha,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -20
1 stock pile batubara sekitar 80 Ha,
pelabuhan peti kemas seluas 80 Ha,
pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen) di atas lahan sekitar
85 Ha.
Selebihnya telah disiapkan kawasan perairan pelabuhan Tanjung Carat seluas 2000
Ha yang akan dibangun dengan sistem reklamasi
Rencana peningkatan pelabuhan Pengumpul Tanjung Api-Api
Rencana peningkatan pelabuhan pengumpan. Lokasi Pelabuhan tersebut yaitu :
Teluk Tenggulang;
Sungai Tungkal;
Penuguan; dan
Lebung
Untuk meningkatkan aksesibilitas, mendukung kegiatan ekonomi dan
pengembangan kawasan serta dengan memperhatikan kebijakan struktur ruang nasional,
provinsi dan kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Banyuasin, akan direncanakan
pembangunan terminal khusus yang nantinya saling terintegrasi dengan pelabuhan
utama. Rencana pembangunan terminal khusus tersebut yaitu :
1. Teluk Tenggulang Kecamatan Pulau Rimau;
2. Prajin di Kecamatan Banyuasin I;
3. Sritiga, Teluk Payo, Tebing Abang, Kemang Bejalu, Lebung di Kecamatan Rantau
Bayur;
4. Selat Tengkorak Kecamatan Muara Sugihan; dan
5. Penuguan Kecamatan Pulau Rimau.
3.2.3.2 Alur pelayaran
Alur pelayaran yang akan dilalui oleh kapal-kapal penumpang dan barang untuk
alur pelayaran lokal antar pulau dan alur pelayaran internasional. Alur tersebut melalui
Sungai Musi Sungai Tungkal, Sungai Calik menuju Selat Bangka. Alur pelayaran laut
diantaranya melalui jalur Palembang - Sunda Kelapa Via selat Bangka, Palembang - Mentok
dan Palembang - Kepulauan Riau. Berikut alur pelayaran di Kabupaten Banyuasin :
a. Alur pelayaran lokal antar pulau, meliputi :
1. Tanjung Api-Api – Sunda Kelapa;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -21
2. Tanjung Api-Api – Mentok; dan
3. Tanjung Api-Api – Kepulauan Riau.
4. Tanjung Api-Api – Tanjung Pandan
5. Tanjung Api-Api - Toboali
b. alur pelayaran internasional, meliputi :
1. Tanjung Carat – Malaysia
2. Tanjung Carat – India
3. Tanjung Carat - ingapore
4. Tanjung Carat – Cina
5. Tanjung Carat – Korea
6. Tanjung Carat - Jepang
Secara lebih jelas rencana pengembangan sistem transportasi laut yang terdiri dari
tatanan pelabuhan yaitu pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul, pelabuhan pengumpan
dan terminal khusus serta alur pelayaran dapat dilihat pada Gambar 3.2 Peta Rencana
Sistem Transportasi Laut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -22
Gambar 3.2 Rencana Sistem Transportasi Laut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -23
3.3 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi dan Kelistrikan
3.3.1 Jaringan Listrik
Pelayanan listrik di Kabupaten Banyuasin sampai saat ini dilayani oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah Sumatera Selatan, Jambi dan Bengkulu (WS2JB) Cabang Palembang
yang mengelola unit pembangkit listrik PLTU Keramasan Unit III, PLTA Batu Tegi
(Lampung), PLTA Basai (Lampung), dan PLTG Indralaya. Dari kondisi tersebut masih
terdapat beberapa wilayah yang belum dijangkau aliran listrik, diantaranya beberapa desa
di Kecamatan Air Saleh, Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan
Makarti Jaya, dan Kecamatan Muara Padang. Hal ini menjadi permasalahan bagi
Kabupaten Banyuasin karena kondisi pasokan listrik saat ini mengalami kekurangan suplay
(defisit).
Dari hasil Analisis kebutuhan tenaga listrik di Kabupaten Banyuasin yang
dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan bagi perumahan/domestik. Prediksi kebutuhan
tenaga listrik di Kabupaten Banyuasin sampai akhir tahun perencanaan total sebesar
343.323.450 KVA (Perhatikan Tabel 3.8). Berdasarkan hasil kebutuhan tersubut, rencana
pengembangan energi kelistrikan di Kabupaten Banyuasin selain ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan juga ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat sehingga dapat menunjang kegiatan sosial dan pertumbuhan ekonomi wilayah.
Berikut ini rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan di Kabupaten
Banyuasin, dilakukan melalui:
a. Dengan meningkatkan pasokan listrik yang bersumber dari PLN Cabang Palembang
secara bertahap hingga menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Banyuasin terutama
Kecamatan Air Saleh, Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan
Makarti Jaya, dan Kecamatan Muara Padang
b. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik eksisiting, dilakukan dengan pengembangan
gardu listrik dan jaringan SUTT. Untuk gardu listrik, rencana pengembangan berupa
peningkatan kapasitas yang sudah ada yaitu gardu listrik di Kecamatan Talang Kelapa,
Kec. Banyuasin I, Kec. Betung, dan Kec. Banyuasin II serta pengembangan gardu induk
di Kecamatan Betung, Talang Kelapa dn Tanjung Api-Api. Sedangkan untuk
Pengembangan jaringan SUTT yang sudah ada yaitu :
SUTT terletak di Kecamatan Rantau Bayur, jangkauan pelayanannya meliputi Kec.
Rantau Bayur – Kec. Betung – Kec. Pulau Rimau – Kec. Banyuasin II
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -24
SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Betung
– Kec. Banyuasin III – Kec. Pulau rimau – Kec. Sembawa – Kec. Talang Kelapa
Serta rencana pembangunan jaringan SUTT, yaitu :
SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya meliputi Kec. Betung
– Kec. Tungkal Ilir – Kec. Pulau Rimau – Kec. Tanjung Lago – Kec. Muara Telang –
Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Mekarti Jaya – Kec. Banyuasin I – Kec. Air
Kumbang
SUTT terletak di Kecamatan Talang Kelapa, jangkauan pelayanannya meliputi Kec.
Talang Kelapa – Kec. Tanjung Lago – Kec. Muara Telang – Kec. Sumber Marga
Telang - Kec. Banyuasin II
c. Mengembangkan prasarana pembangkit baru dengan alternatif sumber energi
meliputi:
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Kecamatan Pulau Rimau
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kawasan Tanjung Api-Api
dan Kec. Rantau Bayur
Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batu Bara (PLTGB) di
Gasing Kecamatan Talang Kelapa
Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) di Kecamatan
Banyuasin I
d. Peningkatan jaringan distribusi listrik untuk mendukung kegiatan industri pada pusat
kegiatan utama Kabupaten (Kawasan Indutri Tanjung Api-Api, Gasing dan Mariana)
Persebaran prasarana pembangkit dan jangkauan jaringan listrik di Kabupaten Banyuasin
di ilustrasikan melalui Gambar 3.3 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi
3.3.2 Jaringan Energi
Jaringan pipa minyak dan gas bumi dikembangkan untuk menyalurkan minyak dan gas
bumi dari fasilitas produksi ke kilang pengolahan dan/atau tempat penyimpanan; atau
menyalurkan minyak dan gas bumi dari kilang pengolahan atau tempat penyimpanan ke
konsumen. Kilang minyak di Kabupaten Banyuasin terdapat di Sungai Gerong dan Muara
Sugihan. Jaringan energi untuk minyak dan gas tersebut terdiri dari jaringan trans nasional
untuk gas dan trans regional untuk minyak, berikut jangkauan alirannya :
Trans Nasional : Tungkal Ilir - Betung – Pulau Rimau - Pagar Dewa
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -25
Trans Regional : Sungai Lilin – PUSRI - PERTAMINA sungai gerong
(merah mata) – Plaju – Jakabaring - Prabumulih
Untuk lebih jelasnya jaringan energi untuk gas dan minya di Kabupaten Banyuasin di
ilustrasikan melalui Gambar 3.3 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi.
Tabel 3.8
Proyeksi Kebutuhan Listrik Perumahan di Kabupaten Banyuasin tahun 2031
No Kecamatan
Jumlah Penduduk
Tahun 2031
(Jiwa)
Jumlah Rumah (Unit)
Kebutuhan Listrik (KVA) Total Kebutuhan
Listrik (KVA) Kav.
Besar (1200)
Kav.
Sedang (900)
Kav. Kecil
(900)
1 Rantau Bayur 89340 22335 2680200 6030450 12060900 20771550 2 Rambutan 94242 23561 2827260 6361335 12722670 21911265 3 Banyuasin I 111933 27983 3357990 7555478 15110955 26024423 4 Makarti Jaya 83794 20949 2513820 5656095 11312190 19482105 5 Betung 49693 12423 1490790 3354278 6708555 11553623 6 Banyuasin III 228711 57178 6861330 15437993 30875985 53175308 7 Pulau Rimau 65319 16330 1959570 4409033 8818065 15186668 8 Muara Telang 132015 33004 3960450 8911013 17822025 30693488 9 Talang Kelapa 83922 20981 2517660 5664735 11329470 19511865
10 Muara Padang 58274 14569 1748220 3933495 7866990 13548705 11 Banyuasin II 69594 17399 2087820 4697595 9395190 16180605 12 Tungkal Ilir 86586 21647 2597580 5844555 11689110 20131245 13 Tanjung Lago 59740 14935 1792200 4032450 8064900 13889550 14 Muara Sugihan 52635 13159 1579050 3552863 7105725 12237638 15 Air Salek 51288 12822 1538640 3461940 6923880 11924460 16 Suak Tapeh 31871 7968 956130 2151293 4302585 7410008 17 Sembawa 54009 13502 1620270 3645608 7291215 12557093 18 Sumber Marga Telang 42152 10538 1264560 2845260 5690520 9800340 19 Air Kumabang 31542 7886 946260 2129085 4258170 7333515
Sumber : Hasil Analisis dan hasil perhitungan, 2011
Keterangan :
Berdasarkan kebijakan penyediaan listrik dari PT. PLN (Persero) standart yang digunakan, yaitu:
Rumah tipe besar/mewah : 1.200 VA
Rumah tipe sedang/sederhana : 900 VA
Rumah tipe kecil/sangat sederhana : 900 VA.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -26
Gambar 3.3 Peta Rencana Sistem Jaringan Energi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -27
3.4 Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pelayanan sambungan telepon di Kabupaten Banyuasin dilakukan oleh PT. Telkom
Sekayu berupa telekomunikasi kabel. Selain perumahan, beberapa fasilitas pelayanan
umum yang ada saat ini telah terjangkau oleh pelayanan telepon seperti perkantoran
pemerintah, perdagangan dan jasa, serta fasilitas umum penting lainnya. Di Tahun 2009
jangkauan telepon di Kabupaten hanya melayani beberapa kecamatan, yaitu sentral
Betung dengan kapasitas terpasang 650 sst dan Pangkalan Balai kapasitas terpasang 593
sst, Kecamatan Banyuasin I kapasitas terpasang 107 sst, serta kapasitas terpasang
terbesar di Kecamatan Talang Kelapa 12.135 sst dan beberapa dilayani operator telepon
seluler. Dari kondisi tersebut, dalam jangka panjang jaringan telekomunikasi diharapkan
dapat menjangkau permukiman di seluruh wilayah Kabupaten banyuasin termasuk wilayah
perdesaan, sehingga informasi mengenai perkembangan teknologi, pemasaran serta
peluang bisnis yang terkait dengan produksi pertanian dapat dimanfaatkan secara tepat
waktu.
Selain menggunakan kabel, sistem telekomunikasi saat ini juga bertumpu pada
penggunaan telepon seluler, dalam hal ini penyediaan tower BTS (Base Transcelver
Station) sangat penting menjangkau kepelosok perdesaan sebagai prasarana pendukung.
Tower bersama Telekomunikasi di Wilayah Kabupaten Banyuasin terletak di Kecamatan
Betung, Kecamatan Muara Telang, Kecamatan Rambutan, Kecamatan Banyuasin I,
Kecamatan Talang Kelapa, dan Kecamatan Pulau Rimau. Selain itu juga terdapat
pengembangan telekomunikasi nirkabel yang sudah mulai berkembang serta
Pengembangan jaringan internet ke seluruh perkantoran dan lembaga pelayanan publik
lainnya.
Melihat potensi yang ada, lokasi maupun karakter kegiatan yang akan berkembang
di Kabupaten Banyuasin sangat mendukung bagi pengembangan jaringan telekomunikasi
sehingga kebutuhan telekomunikasi diperkirakan cukup besar dengan pertimbangan
Kabupaten Banyuasin nantinya merupakan daerah yang perkembangannya cukup tinggi.
Oleh karena itu Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi yang akan dilakukan
berdasarkan pembagian wilayah :
1. Cell planning wilayah I adalah rencana wilayah Kabupaten Banyuasin yang sudah
padat menera tower, di wiayah ini tidak direkomendasikan di bangun tower bersama
atau tower milik operator (milik dan operator) dengan ketinggian diatas 70 meter
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -28
dalam wilayah tersebut, meliputi Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Sembawa,
Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Air Kumbang, Kecamatan Banyuasin III dan
Kecamatan Betung.
2. Cell planning wiayah II adalah daerah yang potensial dan direkomendasikan untuk
dibangun menara telekomunikasi bersama maupun menara milik sendiri, wilayah ini
meliputi Kecamatan Air Salek, Kecamatan Muara Padang, Kecamatan Banyuasin II,
Kecamatan Makarti Jaya, Kecamatan Tanjung Lago, Kecamatan Rambutan, Kecamatan
Muara Telang, Kecamatan Pulau Rimau, Kecamatan Suak Tapeh, Kecamatan Muara
Sugihan, Kecamatan Tungkal Ilir dan Kecamatan Rantau Bayur.
3. Pengembangan Sistem Komunikasi wilayah Kabupaten yang lebih diutamakan pada
pengembangan jaringan komunikasi seluler, jaringan telepon nirkabel yang
diimplementasikan dengan pembangunan Tower BTS Terpadu, pengembangan
jaringan internet dan pengembangan jaringan fishland yang mencakup keseluruhan
wilayah Kab. Banyuasin terutama pada wilayah pusat kegiatan (PKWp, PKL, PPK dan
PPL).
4. Pengembangan jaringan satelit di wilayah perairan dan kawasan tertinggal.
5. Pengembangan teknologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan sosial dan
ekonomi wilayah seperti kegiatan pemerintahan, pariwisata, industri, agropolitan,
minapolitan, kawasan pesisir, pelayaran dan kawasan wisata yang diimplementasikan
dengan Peningkatan jaringan telekomunikasi mendukung peruntukan industri di
Kawasan Gasing, Mariana dan Tanjung Api-Api.
3.5 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
3.5.1 Sistem Wilayah Sungai
Wilayah Sungai Banyuasin terdiri dari Sungai Banyuasin dan beberapa sungai yang
berawal dari dataran rendah mengalir ke pantai timur. Sungai-sungai dataran rendah
tersebut berawal dari sebelah utara yaitu Sungai Benu (perbatasan Jambi - Sumsel) sampai
Sungai Sembilang. Sungai Banyuasin berawal dari daerah Tempino di selatan Kota Jambi
termasuk wilayah Kabupaten Batanghari dan mengalir ke selatan – timur bermuara di
sebelah timur Kota Palembang (Sumsel). Keberadaan anak sungai tersebut membentuk
sistem jaringan sungai, dan sistem sungai WS Banyuasin tersebut terdiri dari dua bagian
utama diantaranya;
1. Sistem sungai yang bermuara di sungai Banyuasin, dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -29
2. Sistem sungai – sungai kecil yang langsung bermuara di pantai timur.
Menurut Kepmen PU No. 11A/PRT/M/2006, tertanggal 26 Juni 2006 dan
berdasarkan kriteria Sungai Strategis pasal 3 Kepmen PU tentang Penetapan Wilayah
Sungai, maka berdasarkan uraian diatas Sungai Banyuasin adalah Sungai Lintas Provinsi
dan Wilayah Sungai Strategis.
Tabel 3.9 Jaringan Sungai Dalam DAS Banyusin
No. Nama Sungai CA (km2) L (m)
1 A. Banyuasin 9,197.05 75.00 A. Banyuasin hilir 875.00 12.50
1.1 A. Beringin 37.50 15.00
1.2 A. Lalang (utama) 187.50 25.00 1.2.1 A. Lalang (cabang) 8,097.05
A. Cawang 28.13 7.50
S. Cubu 40.00 10.00
S. Semuring 30.00 7.50 S. Buaya 42.75 8.75
S. Merebu 16.50 7.50
S. Terusan Tiung 16.50 8.00 S. Meranti/Berayan 315.00 22.50
S. Pinangabang 42.75 8.75
S. Meranti Besar 39.81 17.50
S. Petaling1 27.89 8.50 S. Kerau 27.34 8.75
S. Petaling2 28.82 8.50
S. Kepahiyang 140.00 20.00 S. Merang 961.22 37.50
S. 1 133.59 16.25
S. Beruhun 125.00 15.00 S. Bowo 18.75 7.50
S. 2 39.38 6.50
S. Buring 223.25 22.50
S. 4 75.00 5.00 S. 5 70.00 13.75
S. Merang hulu 276.25 32.50
S. Bakung 87.50 17.50 S. Perlampin 82.03 12.50
S. Mangsang 91.88 17.50
S. Bayung 16.50 7.50
S. Panelasan 28.13 10.50 S. Benangsa 42.19 11.25
S. Kenawang 65.63 16.25
S. Terpanji 42.75 8.75 S. Bahu 42.75 8.25
1.2.2 A. Calik ↔ 300.00 40.00
S. Mukul 137.50 20.00 S. Puyuh 37.50 10.00
A. Hitam 125.00 12.50
1.3 S. Puntian ↔ 164.06 26.25
1.4 S. Paimanen Besar 93.75 28.75 1.5 A. Limau (utama) 328.13
1.5.1 S. Bengi 81.25 17.50
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -30
No. Nama Sungai CA (km2) L (m)
1.5.2 A. Limau (cabang) 87.50 20.00
1.5.3 S. Ibul 65.63 18.75
1.5.4 A. Pangkalan Balai 93.75 15.00 1.6 A. Senda ↔ 181.25
1.6.1 A. Bentung 125.00 30.00
S. Kating kiri 56.25 17.50 1.6.2 A. Teluk Tenggulung 1,291.55
S. Betung / Bungin 171.88 30.00
S. Tumbuan 125.00 28.75
S. Ibul 247.50 31.25 S. Supal 139.45 28.75
S. Biduk 607.73 37.50
S. Tungkal 945.35 62.50 Sumber : Pola Pengelolaan WS Banyuasin
Dari kondisi tersebut, rencana pengembangan sistem wilayah sungai Banyuasin melalui :
1. Pengembangan konservasi sumberdaya air melalui perlindungan dan pelestarian SDA,
pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
2. Pendayagunaan sumber daya air melalui penatagunaan, penyediaan, penggunaan,
pengembangan dan pengusahaan sumberdaya air.
3. Penanggulangan daya rusak air melalui pencegahan daya rusak air dan pemulihan daya
rusak air.
4. Pengembangan informasi dan pengelolaan sistem informasi
5. Pelibatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Air
3.5.2 Sistem Jaringan Reklamasi Rawa
Sistem Jaringan Reklamasi Rawa adalah keseluruhan saluran baik primer, sekunder,
maupun tersier dan bangunan yang merupakan satu kesatuan, beserta bangunan
pelengkapnya yang diperlukan untuk pengaturan, pembuangan, pemberian, pembagian
dan penggunaan air. Secara teknis tujuan dari kegiatan reklamasi rawa adalah:
mendrainase kelebihan air permukaan dan air tanah, memungkinkan suplesi air (pasang)
untuk tanaman, mencegah banjir, mencegah intrusi air asin, menyediakan fasilitas
transportasi untuk perahu-perahu kecil (P2DR, 1995).
Kawasan daerah rawa pasang surut di Kabupaten Banyuasin merupakan salah
satu wilayah yang mempunyai potensi sumberdaya alam yang perlu dikembangkan
dengan tetap memperhatikan peningkatan fungsi dan potensinya secara serasi. Letak
geografisnya menempatkan daerah rawa Banyuasin pada posisi potensial dan strategis
dalam hal pertanian, perdagangan dan industri, pengembangan wilayah, maupun
pertumbuhan sektor-sektor unggulan baru. Total rencana pengembangan jaringan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -31
pengairan rawa pasang surut di Kabupaten Banyuasin sebesar 291.313 Ha, dari luas
tersebut luas layanan potensial sebesar 180.117 Ha dan luas yang sudah berfungsi sawah
yaitu sebesar 116.841 Ha atau 40% dari luas total rencana. Luas jaringan tersebar di 13
daerah reklamasi rawa (DRR) dan 13 daerah reklamasi (DR), untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 3.10. Sedangkan kondisi sistem jaringan reklamasi di Kabupaten
Banyuasin menunjukan untuk saluran primer sebagian besar telah mengalami perubahan
dimensi baik lebar maupun kedalaman. Perubahan ini diakibatkan karena saluran selain
untuk mengalirkan air juga digunakan sarana transportasi kendaraan air sehingga terjadi
erosi tanggul dan masuk ke dalam saluran. Selain terjadi erosi tanggul dibeberapa tempat
seperti delta Saleh banyak sekali saluran primer yang kiri-kanannya ditumbuhi pohon dan
semak sehingga menyulitkan alur transportasi.
Pengembangan sistem jaringan reklamasi rawa di Kabupaten Banyuasin juga tetap
memanfaatkan Aliran Sungai Musi, Aliran Sungai Banyuasin, Aliran Sungai Upang, beserta
anak-anak sungainya dan Keramasan atau pembuangan alamiah yang berfungsi sebagai
badan air penampungan dari limpasan air hujan sebagai jaringan pembuangan akhir.
Gambaran Rencana sistem irigasi/Daerah reklamasi rawa dapat dilihat pada gambar 3.4.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -32
Gambar 3.4 Sistem Irigasi/ DRR
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -33
Adapun Rencana pengembangan sistem irigasi yang berhirarki di Kabupaten
Banyuasin, berupa :
Pemeliharaan secara terus menerus dan berkelanjutan;
Mengatur kembali sistem jaringan irigasi yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya
baik secara kuantitas ataupun kualitas;
Normalisasi dan rehabilitasi saluran irigasi/draenase lahan pertanian pasang surut dan
anak-anak sungai yang digunakan untuk irigasi;
Pengembangan kanal-kanal sebagai sistem jaringan irigasi primer (utama) sesuai
dengan topografinya;
Pengembangan sistem jaringan irigasi sekunder disesuaikan dengan topografinya; dan
Pembuatan sistem saluran irigasi tersier dan turunannya yang pengembangannya
saling terintegrasi dan terpadu dengan sistem jaringan irigasi wilayahnya.
Untuk implementasi rencana program tersebut diatas, perlu dibuat suatu prioritas
penanganan dalam satu sistem, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan secara
tuntas dan terpadu, yang tahapan sebagai berikut :
Tahap I : Memperbaiki saluran drainase dengan cara normalisasi atau pelapisan
saluran irigasi dipinggir sepanjang jalan yang ada dan nantinya bisa
diteruskan hingga mencapai saluran irigasi utama atau sungai sebagai
saluran pembuangan akhir;
Tahap II : Perbaikan saluran irigasi pada pusat konsentrasi yang biasanya
penduduknya lebih padat dan tempat-tempat yang besar frekuensi lalu
lintasnya seperti pusat pemerintahan, pasar (pusat kegiatan
perekonomian) dan sebagainya;
Tahap III : Pembuatan saluran irigasi baru yang terintegrasi dan terpadu dengan
sistem jaringan pusat, terutama pada daerah-daerah yang belum terlayani
oleh saluran irigasi.
Berikut ini daftar luas jaringan pengairan rawa pasang surut/lebak pada tabel 3.10 dan
Sungai primer yang digunakan untuk irigasi pada tabel 3.11 di Kabupaten Banyuasin :
Tabel 3.10
Jaringan Pengairan Rawa Pasang Surut/Lebak Kabupaten Banyuasin
No. Daerah Reklamasi Rawa Luas Rencana
1. DRR Delta Air Sugihan Kiri 49.557
2. DRR Pulau Rimau 40.263
3. DRR Telang I 26.680
4. DRR Ka. Agung Hilir 20.317
5. DRR Air Saleh 19.090
6. DRR Karang Agung I Hulu 9.000
7. DRR Telang II 13.800
8. DRR Air Senda 6.730
9. DRR Air Limau 2.576
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -34
No. Daerah Reklamasi Rawa Luas Rencana
10. DRR Gasing Puntiani 6.900
11. DRR Delta Upang 8.420
12. DRR Delta Cinta Manis 6.084
13. DRR. Bertak II 8.100
14. DRR Bertak I 7.300
15. DRR Karang Agung Tengah 5.715
16. DRR Air Rengit 2.411
17. DRR Kumbang Padang 14.227
18. DRR Rambutan 1.901
19. DRR Rantau Bayur 2.000
20. DRR Air Tenggulang 3.080
Jumlah 254.151
Sumber : Dinas Pengairan Kab. Banyuasin
Tabel 3.11
Nama Sungai yang Digunakan untuk Irigasi
Nama Sungai Panjang
Sungai Musi 157,74 Km
Sungai Gasing 29,4 Km
Sungai Banyuasin 81 Km
Sungai Telang 54,02 Km
Sungai Lalan 3,32 Km
Sungai Kenten 17,8 Km
Sungai Calik 46,44 Km
Sungai Kumbang 58,2 Km
Sungai Padang 90 Km
Sungai Sebalik 7,5 Km
Jalur 3 10,93 Km
Jalur 5 8,37 Km
Jalur 6 8,9 Km
Jalur 8 19,14 Km
Jalur 19 7,01 Km
Jalur 17 19 Km
Jalur 10 Kec. Muara Telang 7,21 km
Jalur 10 Kec. Air Salek 7,45 km
Jalur 20 17,02 km
Jalur 18 12,59 Km
Jalur 16 21,78 km
Jalur 14 23,64 km
Terusan Kenten 5 km
Sumber : Dinas Pengairan Kab. Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -35
3.5.3 Sistem Jaringan Air Baku
Fungsi dan peran wilayah Kabupaten Banyuasin dimasa mendatang cenderung akan
meningkat. Hal ini tentunya akan menarik penduduk untuk datang dan menetap di wilayah
ini. Kondisi ini dengan sendirinya akan menambah tingkat kebutuhan masyarakat akan
pelayanan utilitas, termasuk kebutuhan air minum. Pelayanan air bersih Kabupaten
Banyuasin saat ini dilakukan oleh Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Banyuasin dengan lingkup pelayanan Pangkalan Balai, Sembawa, Betung, Air Batu, Sungai
Pinang, Srimulyo dan Mariana dengan total kapasitas 6.605.195 M³ dan yang
didistribusikan sebesar 5.663.787 m3 hal ini menunjukkan 941408 m3 atau 14% dari total
kapasitas air belum dimanfaatkan . Cakupan pelayanan air bersih PDAM Kabupaten pada
akhir Tahun 2008 meliputi 11 Kecamatan, 9 Kelurahan, melalui sistem perpipaan sebanyak
54 Desa dan non perpipaan 111 Desa. Pelayanan untuk domestik didistribusikan melalui
sambungan ke rumah (sambungan langsung) dan sambungan keran umum, kebutuhan
non domestik, dan kebutuhan lainnya. Untuk wilayah yang belum terjangkau PDAM, yang
terletak disekitar wilayah sungai sumber air yang digunakan yaitu dengan mengembangkan
Sungai terutama Sungai Musi dan sebagian bersumber dari sumur gali. Berdasarkan
kondisi tersebut terlihat bahwa masih terdapat beberapa Kecamatan yang belum
terjangkau pelayanan sumber air, sehingga rencana pengembangan sumber daya air baku,
yaitu :
- pembangunan sumber dan distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan air terutama
untuk kawasan industri, perdagangan, jasa, fasilitas umum dan permukiman perkotaan;
- peningkatan pelayanan air bersih melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan
lingkup pelayanan Pangkalan Balai, Sembawa, Betung, Air Batu, Sungai Pinang,
Srimulyo dan Mariana di setiap ibukota; dan
- pengembangan sumber air baku melalui sumur air baku eksisting dari Sungai Musi,
sumur gali dan mata air.
- Pengaturan kebutuhan air untuk masing-masing kegiatan dalam rangka menjaga neraca
air. Dalam penetapan prioritas kebutuhan air bagi masyarakat Kabupaten Banyuasin,
penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian
merupakan prioritas utama. Urutan prioritas utama penyediaan sumberdaya air
ditetapkan pada setiap wilayah sungai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin.
Untuk mengetahui perkiraan kebutuhan air bersih di Kabupaten Banyuasin sampai
tahun 2031 disajikan pada 3.12. Beberapa asumsi yang digunakan yaitu target
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -36
penyediaan paling tidak (minimal) sama dengan target nasional yaitu 80% dan 20% untuk
hydran umum, kebutuhan air bersih untuk domestik 120 l/org/hr, kebutuhan air hydran
umum 30 l/org/hr.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -37
Tabel 3.12
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Banyuasin sampai Tahun 2031
No Kecamatan Jumlah
Penduduk Tagun 2031
(Org)
Sambungan Rumah (SR) Hydran Umum (HU) Kebutuhan Air
Domestik (l/det)
Kebutuhan Air Non
Domestik (l/det)
Kehilangan Air (l/det)
Total Kebutuhan Air (l/det) Penduduk
Terlayani (80%)
SR (unit) Kebutuhan Air Bersih
(l/det)
Penduduk Terlayani
(20%)
SR (unit) Kebutuhan Air Bersih
(l/det)
1 Rantau Bayur 89340 71472 17868 99 17868 179 6 105 21 21 148
2 Rambutan 94242 75394 18848 105 18848 188 7 111 22 22 156
3 Banyuasin I 111933 89546 22387 124 22387 224 8 132 26 26 185
4 Makarti Jaya 83794 67035 16759 93 16759 168 6 99 20 20 138
5 Betung 49693 39754 9939 55 9939 99 3 59 12 12 82
6 Banyuasin III 228711 182969 45742 254 45742 457 16 270 54 54 378
7 Pulau Rimau 65319 52255 13064 73 13064 131 5 77 15 15 108
8 Muara Telang 132015 105612 26403 147 26403 264 9 156 31 31 218
9 Talang Kelapa 83922 67138 16784 93 16784 168 6 99 20 20 139
10 Muara Padang 58274 46619 11655 65 11655 117 4 69 14 14 96
11 Banyuasin II 69594 55675 13919 77 13919 139 5 82 16 16 115
12 Tungkal Ilir 86586 69269 17317 96 17317 173 6 102 20 20 143
13 Tanjung Lago 59740 47792 11948 66 11948 119 4 71 14 14 99
14 Muara Sugihan 52635 42108 10527 58 10527 105 4 62 12 12 87
15 Air Salek 51288 41030 10258 57 10258 103 4 61 12 12 85
16 Suak Tapeh 31871 25497 6374 35 6374 64 2 38 8 8 53
17 Sembawa 54009 43207 10802 60 10802 108 4 64 13 13 89
18 Sumber Marga Telang 42152 33722 8430 47 8430 84 3 50 10 10 70
19 Air Kumbang 31542 25234 6308 35 6308 63 2 37 7 7 52
Total 2441
Sumber : Hasil Analisis dan hasil perhitungan, 2011
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -38
3.6 Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lingkungan
3.6.1 Sistem Pengelolaan Air Limbah
Pengembangan sistem pengelolaan air limbah diarahkan kepada penanganan air
limbah buangan manusia dan buangan cair perumahan. Pelayanan sanitasi masih sangat
minim, sebagai wilayah penyangga dan pusat kegiatan wilayah (PKW) seharusnya
Banyuasin telah memiliki sistem pengelolaan air limbah terpadu (off site system).
Pengelolaan air limbah domestik Kabupaten Banyuasin umumnya menggunakan sistem
sanitasi setempat (on site sanitation) dengan menggunakan jamban, baik yang dikelola
secara individu maupun secara komunal, yang dilengkapi dengan tangki septik (septic
tank) atau cubluk. Disamping ini dengan adanya sungai-sungai yang mengalir melalui
Kabupaten Banyuasin dapat dimanfaatkan sebagai tempat buangan air limbah.
Namum untuk menghindari terjadinya pencemaran air sungai maka jenis air limbah
yang dapat dibuang ke sungai-sugai tersebut berupa air limbah cair, sedangkan
penggunaan sistem sanitasi terpusat (off site sanitation) sampai saat ini belum bisa
dilaksanakan untuk pengelolaan limbah terpadu, karena harus melihat dan mencermati
kondisi topografi dan biayanya relatif tinggi. Penanganan pembuangan air limbah untuk
masa yang akan datang di Kabupaten Banyuasin diarahkan menjadi :
- Pengembangan sistem terpusat (off site) di kawasan yang relatif padat dibagian
perkotaan dan kawasan-kawasan pengembangan baru khususnya di Kawasan industri
gasing, mariana dan tanjung apai-api dengan pembangunan Instalasi Pengelolaan
Limbah Terpadu.
- Pengembangan sistem setempat (on site) yaitu dengan mengembangkan
penggunaan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan
kuantitas dan kualitasnya. Tangki septik tersebut sebaiknya dilengkapi dengan bidang
resapan. Adanya tangki setik ini diharapkan kotoran zat-zat organik setelah diendapakan
beberapa waktu akan mengalami pembusukan yang tidak akan mencemari lingkungan
dan dapat menghasilkan pupuk untuk tanaman. Prinsip dasar pengembangan tangki
septik adalah, diantaranya :
Dasar tangki septik dibuat miring untuk pengendapan lumpur dengan kapasitas
kurang lebih 30 lt/org/tahun, dengan frekuensi pembuangan 1 hingga 4 tahun;
Ruang gas disediakan sekitar 30 m3;
Bidang resapan memiliki dimensi 50 centimeter, panjang 150 centimeter dan
kedalaman 70 centimeter.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -39
Mengingat pemakaian tangki septik membutuhkan lahan yang cukup luas, maka bagi
daerah yang padat dilakukan dengan sistem perpipaan dahulu untuk seterusnya
dialirkan menuju tangki septik komunal. Hal ini dilakukan agar dalam masa mendatang
sistem pengelolaan limbah di Kabupaten Banyuasin dapat mengikat secara bertahap
dari rumah tangga menjadi sistem kawasan dan menjadi sistem wilayah. Penyediaan
WC yang dilengkapi dengan tangki septik ini tidak semua golongan masyarakat mampu
menyediakannya karena harus tersedia lahan yang cukup luas, maka dalam
pengadaannya dibutuhkan bantuan pemerintah daerah berupa penyediaan WC atau
MCK umum.
- Penyuluhan kepada penduduk, dalam peningkatan kesadarannya akan pentingnya
kesehatan dengan menghilangkan kebiasaan untuk membuang kotorannya disembarang
tempat sebagai kosekuensinya penduduk diharapkan untuk membangun sendiri sarana
sanitasi ditempat tinggal masing-masing;
- Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan menguras
lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh;
- Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah domestik, serta kuantitas dan
kualitas badan-badan air yang ada.
3.6.2 Sistem Pemprosesan Sampah
Dengan meningkatkan aktivitas masyarakat di Kabupaten Banyuasin maka jumlah
sampah yang dihasilkan juga terus meningkat. Sistem pemprosesan sampah yang dikelola
saat ini kelengkapan sarana dan prasarananya masih belum merata, sebagian masyarakat
masih memproses sampah dengan cara sederhana yaitu di bakar. Ketersesiaan TPS
(Tempat Penampungan Sementara) eksisting di Kabupaten Banyuasin berupa drum
sebanyak 700 buah, yang terdapat di Kecamatan Talang Kelapa 100 buah, di Kec.
Banyuasin I 75 buah dan sisanya di Pangkalan Balai, selain itu TPS berupa container
dengan kapasitas 2m3 sebanyak 8 buah terletak di Kecamatan Betung 1 buah dan 7 buah
di Pangkalan Balai.
Untuk kebijakan selanjutnya dalam pengolahan persampahan secara berkelanjutan,
maka pengelolaan sampah diarahkan pada aktivitas pengomposan, yaitu melalui rumah-
rumah kompos pada beberapa lokasi. Pengomposan dilakukan untuk dapat mengurangi
timbulan sampah, selain itu juga bertujuan untuk memberikan manfaat ekonomi yaitu
berupa pembuatan kompos yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Selain itu,
untuk penanganan berkelanjutan pengelolaan sampah perkotaan, dilakukan dengan
Penimbunan Saniter (Sanitary Landfill) yaitu teknik penimbunan sampah yang dapat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -40
meminimumkan dampak yang merusak lingkungan dimana teknik yang digunakan adalah
dengan memadatkan sampah dengan ketebalan 3,5 – 5 meter dan kemudian ditimbun
dengan tanah setebal 15 – 30 cm. Sedangkan untuk sistem pengelolaan sampah di
kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat
kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada
sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya
pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi
kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat
diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan
bakteri (proses dibakar).
Untuk mendukung pengelolaan tersebut diatas, maka rencana pengembangan sarana
prasaraan persampahan yang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin, diantaranya :
- Rencana pembangunan TPS dengan kapasitas 2m3 sampai dengan tahun 2013
sebanyak 100 buah dan dengan kapasitas 5m3 sebanyak 12 tersebar di setiap
kecamatan.
- Rencana pengembangan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) yang di bagi dalam
3 zona pelayanan, yaitu :
a. Zona 1 : Untuk Kecamatan Betung, Banyuasin III yang sudah terlayani dan
peningkatan pelayanan ke Kecamatan Rantau Bayur, Sembawa, Suak Tapeh dan
Pasar, Rumah Tangga, penghasil sampah
Pengangkutan menuju TPS dan Depo sampah
TPS
Menggunakan Dump Truck, Trusk Manual, Armroll, Pick Up/L.300
TPA
Pengumpulan secara individu dan komunal
Pewadahan
Pengangkutan
Gambar 3.5
Ilustrasi Rencana Pengangkutan Sampah di
Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -41
Mariana. Pembangunan TPA induk dengan sanitary landfill di desa Telangu Kec.
Banyuasin III seluas 15 Ha.
b. Zona 2 : untuk Kecamatan Talang Kelapa, Sembawa yang sudah terlayani dan
peningkatan pelayanan ke Kec.Tanjung Lago, Banyuasin II dan sebagian wilayah
perbatasan Palembang. Pembangunan TPA regional dengan sistem sanitary landfill
di Desa Sukarela Kecamatan Rantau Bayur seluas 15 Ha
c. Zona 3 : Peningkatan pelayanan meliputi Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Air
Kumbang, Rambutan dan sekitarnya. Pembangunan TPA induk di Mariana seluas 10
Ha.
3.6.3 Sistem Drainase
Jenis saluran drainase yang akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin yakni
sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup yang sebagian besar
dikembangkan di pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa serta jaringan drainase
sistem terbuka yang sebagian besar dikembangkan di lingkungan permukiman :
3.6.3.1 Sistem Jaringan Terbuka
Sistem saluran drainase terbuka direncanakan menggunakan saluran dengan bentu
saluran trapesium dengan lining yang pengalirannya dilakukannya secara gravitasi.
Keuntungan menggunakan sistem terbuka ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih
murah, teknologi pembangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit.
Sedangkan kerugian sistem ini yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke jalan dan orang
harus hati-hati terhadap kemungkinan masuk ke saluran ini karena sistemnya terbuka.
3.6.3.2 Sistem Jaringan Tertutup
Sistem ini dibuat disamping jalan dengan membuat perkerasan pada saluran
seperti saluran terbuka hanya permukaannnya ditutup. Sistem tertutup ini dibangun
sebagai terusan agar sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong
jaringan jalan. Selain dikembangkan di pusat pemerintahan, saluran drainase jenis ini juga
sangat cocok untuk dikembangkan di daerah komersial atau daerah yang mempunyai lebar
jalan kecil.
3.7 Rencana Sistem Jararingan Prasarana Lainnya
3.7.1 Rencana Sistem Pengendalian Genangan/Banjir
Mengingat kondisi Kabupaten Banyuasin yang 80% wilayahnya adalah area dataran
rendah (lowland) yang sangat rentan terhadap terjadinya genangan/banjir, maka untuk
pengendali genangan/banjir direncanakan pembangunan Tanggul di sekitar sungai untuk
melindungi meluanya air sungai. Pembangunan tanggul tersebut terdapat di Kec. Pulau
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -42
Rimau, Pendowoharjo, kec. Muara Sugihan dan juga dilakukan kegiatan pengerukan sungai
di Kec. Rantau Bayur, Kec. Rambutan dan Kec. Banyuasin I. Selain rencana diatas,
pengendalian terhadap terjadinya genangan juga dilakukan melalui :
a. Tindakan infiltrasi untuk memulihkan tangkapan alami hidrologis melalui parit, vegetasi
di permukaan, kebun dan trotoar berpori;
b. pengisian air pada sumber air dengan sumur resapan dan jebakan air;
c. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan lahan pada sumber air;
d. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
e. pengaturan daerah sempadan sumber air; dan
f. rehabilitasi hutan dan lahan
3.7.2 Rencana Sistem Penanganan Pantai
Kabupaten Banyuasin mempunyai garis pantai sepanjang kurang lebih 275
kilometer. Dengan kondisi topografis pantai yang relatif datar berupa dataran aluvial
pantai. Berbatasan langsung dengan Selat Bangka dan terdapat kawasan Taman Nasional
Sembilang dengan sebagian besar vegetasi yang berkembang disepanjang pantai berupa
hutan mangrove (bakau). Untuk mengantisipasi risiko penggenangan kawasan pesisir yang
dipicu oleh perubahan iklim berupa abrasi, kenaikan muka air laut maupun gelombang
pasang, maka rencana sistem pengamanan pantai di Kabupaten Banyuasin dilakukan
dengan pembangunan dan pengembangan pengamanan pantai timur Pulau Sumatera
berdasarkan pembagian Provinsi Sumatera Selatan ke dalam enam region, dimana
Kabupaten Banyuasin masuk dalam lima region diantaranya melaui:
1. Wilayah A, dengan karakteristik perikanan dan desa permukiman, hutan lebat, rawa
dan mangrove penangannan yang dilakukan berupa restorasi mangrove dan hutan
pesisir, proteksi akomodasi untuk permukiman dan perikanan tambak. Wilayah A
meliputi kawasan utara bagian barat Kabupaten Banyuasin.
2. Wilayah B, terdiri dari beberapa delta, sistem estuari, lahan basah dan hutan bakau
dimanfaatkan untuk pengembangan pusat ekonomi. Penanganan yang dilakukan yaitu
proteksi –akomodasi yang diikuti restorasi mangrove. Wilayah B meliputi kawasan
Tanjung Api-Api dan sebagian besar utara bagian tengah Kabupaten Banyuasin.
3. Wilayah C-D-E didominasi oleh hutan lebat, rawa dan mangrove disepanjang garis
pantai desa. Penanganan yang dilakukan yaitu pengelolaan zona pesisir terpadu
(ICZM) Wilayah ini meliputi utara bagian timur Kabupaten Banyuasin.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -43
3.7.3 sistem penanganan risiko kekurangan air
Penanganan risiko kekurangan air dibagi dalam 4 zona utama yang diklasifikasikan
berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan satuan sungai. Di Kabupaten Banyuasin
kawasan DAS yang masik dalam risiko kekurangan air yaitu zona DAS Musi dan Zona Das
Banyuasin. Secara umum penanganan yang dilakukan melalui :
- Regulasi penyediaan air untuk aktivitas perkebunan
- Peningkatan pelayanan PDAM
- Pemanfaatan air tanah dengan mengembangkan lubang bor
- Peningkatan infrastruktur irigasi
3.7.4 Ruang dan jalur evakuasi bencana.
Jalur evakuasi bencana disiapkan sebagai antisipasi apabila terjadi bencana alam,
berupa penyediaan ruang yang dapat digunakan sebagai tempat keselamatan dan ruang
untuk berlindung. Jenis bencana yang potensial terjadi di Kabupaten Banyuasin ialah
genangan, angin puting beliung serta kebakaran hutan dan lahan. Jalur evakuasi bencana
meliputi escape way baik dalam skala kabupaten, kawasan, maupun lingkungan serta
rencana perlindungan melalui :
a. pemanfaatan ruang terbuka hijau dan sarana fasilitas sosial dan umum sebagai salah
satu kawasan evakuasi; dan
b. mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan baru sebagai
rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem kota/wilayah
secara umum.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA STRUKTUR RUANG
III -44
Gambar 3.6 Peta Rencana Struktur Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -1
Pemanfaatan ruang merupakan kegiatan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia
pada ruang yang bersangkutan dengan sifat yang dinamis. Namun dinamika
perubahan pemanfaatan ruang tidak selalu mengarah pada optimasi pemanfaatan
sumberdaya yang ada, hal ini terutama disebabkan oleh terus meningkatnya
kebutuhan akan ruang sejalan dengan perkembangan kegiatan budidaya sementara
keberadaan ruang bersifat terbatas. Rencana pola ruang adalah rencana gambaran
letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi rencana pola
ruang adalah deliniasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan
kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan deliniasi kawasan lindung.
Rencana pola ruang terbagi ke dalam dua kawasan yakni Kawasan Lindung dan
Kawasan Budidaya;
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan guna menjamin berlangsung-nya pembangunan berkelanjutan.
Sedangkan Kawasan Budidaya adalah kawasan di luar kawasan lindung yang
mempunyai fungsi utama budidaya, baik berupa permukiman maupun kegiatan usaha
seperti kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, perkebunan, hutan produksi, industri,
pertanian, dan pariwisata. Rencana pola ruang yang akan dikembangkan di wilayah
Kabupaten Banyuasin adalah pola ruang yang didominasi oleh kawasan pertanian,
permukiman, hutan dan perairan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut, diantaranya :
Bahwa wilayah perencanaan adalah wilayah yang berkarakteristik kabupaten,
sehingga dominasi pola ruang yang ada (eksisting) adalah kawasan pertanian,
walaupun di wilayah Kabupaten Banyuasin sendiri kawasan pertaniannya sedikit
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -2
berkurang atau beralih fungsi ke kawasan permukiman guna memenuhi kebutuhan
tempat tinggal penduduknya;
Bahwa wilayah perencanaan merupakan wilayah kabupaten yang bercirikan
kawasan pertanian dan kawasan permukiman perdesaan (dominasi), permukiman
perkotaan (minoritas);
Bahwa wilayah perencanaan merupakan wilayah kabupaten yang ditunjang dengan
dua prasarana wilayah yang sangat menonjol, yakni : prasarana wilayah darat
(sistem transportasi darat) dan prasarana wilayah perairan (irigasi dan sistem
transportasi air). Sehingga prasarana wilayah perairan yang dapat menunjang dan
meningkatkan kapasitas produktivitas pertanian (dominasi pola ruang).
Rencana pola ruang ini kemudian dijabarkan lagi menurut kelompok kawasan masing-
masing sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam PP No. 26 Tahun 2008
(tentang RTRWN) dan UU No. 26/2007 (tentang penataan ruang), yakni kelompok
Kawasan Lindung dan Kelompok Kawasan Budidaya. Mengacu pada ketentuan
tersebut, kebijakan klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten Banyuasin yang terdiri
atas kawasan lindung dan kawasan budidaya adalah :
1. Kawasan Lindung;
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya; berupa kawasan
hutan lindung, kawasan resapan air dan kawasan gambut;
b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar mata air dan kawasan sekitar reklamasi rawa;
c. Kawasan Suaka alam berupa kawasan Taman Nasiona dan kawasan suaka
margasatwa; dan
d. Kawasan rawan bencana.
2. Kawasan Budidaya;
a. Kawasan Hutan Produksi dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
b. Kawasan pertanian yang terdiri dari pertanian pangan, holtikultura, perkebunan
dan peternakan
c. Kawasan perikanan
d. Kawasan Pertambangan
e. Kawasan Industri
f. Kawasan pariwisata
g. Kawasan Permukiman
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -3
h. Kawasan peruntukan lainnya.
4.1 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG
Kawasan lindung yang terdiri dari enam pengelompokan kawasan yang masing-
masing memiliki fungsi dan kegunaan agar dalam memanfaatkannya dapat menjadi
acuan sebagai keseimbangan ruang dan lingkungan. Dalam menetapkan kawasan
lindung di Kabupaten Banyuasin mengacu pada ketentuan-ketentuan berikut :
SK. MenHutbun No. 076/Kpts-II/2001, tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan
Perairan di Provinsi Sumatera Selatan;
Secara spesifik didasarkan pada hasil kajian mengenai kelas kemampuan lahan
Kabupaten Banyuasin.
44..11..11 KKaawwaassaann yyaanngg MMeemmbbeerriikkaann PPeerrlliinndduunnggaann TTeerrhhaaddaapp KKaawwaassaann
BBaawwaahhaannnnyyaa
Untuk wilayah Kabupaten Banyuasin, kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahnya berupa kawasan hutan lindung, kawasan resapan air dan
kawasan bergambut.
a. Kawasan Hutan Lindung;
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Berdasarkan kondisi lapangan telah terjadi perubahan fungsi kawasan hutan lindung
Air Telang, Muara Salek menjadi pemukiman transmigrasi, areal perkebunan rakyat,
tambak rakyat serta persawahan. Dalam Rancangan RTRW Provinsi Sumatera Selatan
2010-3030 perubahan fungsi tersebut telah diakomodasi dalam rencana pola ruang.
Berikut secara rinci perubahan peruntukan seperti pada Tabel 4.1.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -4
Tabel 4.1
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Lindung
Perkebunan
Masyarakat
Tambak Sawah Permukiman Akses
Jalan
Total Lokasi
Kawasan Hutan Lindung Pantai Telang
3.975,5 350,25 163 57
4.545,75
Desa Karang Anyar, Sritiga, Teluk Payau,
Muara Sungsang, Marga Sungsang
Pantai Telang 180 180
desa Teluk Payau, Sungsang I. Sungsang II,
Sungsang III dan Sungsang IV
Kawasan Hutan Lindung Muara Saleh
489 1.665 1.461 240
3.855 Desa Gilirang, Sido
Makmur, Ganesa Mukti, Juru Taro
Total Pengurangan
8.610,75
Sumber : Dinas Kehutanan
Di Kabupaten Banyuasin pengembangan hutan lindung semula direncanakan
seluas 68.988,66 Ha dari total tersebut kawasan hutan lindung diusulkan akan
mengalami perubahan yaitu untuk kawasan lindung Pantai Telang sebesar 4.545,75 Ha
dengan perubahan terbesar menjadi perkebunan, sedangkan pada Kawasan Hutan
Lindung Muara Saleh total perubahan sebesar 3.885 Ha dengan perubahan terbesar
menjadi tambak. Selain perubahan fungsi tersebut, terdaapt juga usulan perubahan
untuk mengakomodasi kebutuhan pembangunan pelabuhan Tanjung Carat dan
pembuka akses desa nelayan terisolir seuas 180 Ha. Di samping usulan perubahan
fungsi sebagian kawasan hutan lindung, juga diusulkan beberapa kawasan APL
menjadi Hutan lindung dan Hutan bagian dari Taman Nasional sembilang, yakni Pulau
Payung menjadi Hutan Lindung Air Upang, APL Muara Salek menjadi bagian dari Hutan
Lindung Muara Salek, APL di kawasan Sungsang II berupa APL penyangga antara
Areal Perkebunan Swasta dan Taman Nasioanl Sembilang serta Areal Penggantii Hutan
lindung untuk pelabuhan Tanjung Api-api dengan tota penambahan sebesar 1.891,34
Ha. Setelah perhitungan penambahan dan pengurangan kawasan Hutan lindung, Total
luas rencana pengembangan Hutan lindung di Kabupaten Banyuasin 62.269,25 ha.
Persebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Banyuasin meliputi Kecamatan Air
Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara Telang, Tanjung Lago,
Sumber Marga Telang. Secara rinci rencana pengembangan dan persebaran kawasan
Hutan lindung di kabupaten Banyuasin seperti pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -5
Tabel 4.2
Rincian rencana pengembangan kawasan hutan lindung Kab. Banyuasin
Perubahan Kawasan Hutan Lindung (Ha)
Nama Kawasan Pengurangan
Luasan HL Nama Kawasan
Penambahan
Luasan HL
Hutan Lindung
Pantai Telang
4.545,75 Air Upang 497,18
HL Pantai Telang 180 Saleh Barat I 1.394,16
HL Muara Saleh 3.885
Total 8.610,75 Total 1.891,34
Total kawasan hutan
lindung 68.988,66 - 8.610,75 + 1.891,34 = 62.269,25
Sumber : Usulan Perubahan Hutan, 2011
Tabel 4.3 Luasan Kawasan Hutan Lindung
No Kecamatan Luasan (Ha)
1. Air Salek 1.731,57
2. Banyuasin II 27.356,40 3. Makarti Jaya 4.922,54 4. Muara Sugihan 23.230,19 5. Muara Telang 660,22 6. Tanjung Lago 4.339,95 7. Sumber Marga Telang 28,38 Total 62.269,25 Sumber : Hasil Rencana,2011
Luas perubahan kawasan Hutan lindung yang diusulkan perubahan
(pengurangan) tersebut diatas, sebelum ada keputusan Menteri Kehutanan statusnya
sebagai Holding Zone. Selanjutnya arahan pengelolaan kawasan hutan lindung yang
akan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin mencakup :
Perlindungan dan penetapan kawasan hutan lindung seluas 62.269,25 Ha yang
tersebar di Kecamatan Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara
Telang, Tanjung Lago dan Sumber Marga Telang.
Kawasan Hutan lindung yang sebagian berubah fungsi dikembalikan ke fungsi awal
yaitu sebagai hutan lindung.
Melakukan Kegiatan Rehabilitasi, Redeliniasi, reboisasi pada lahan-lahan kritis
melalui kerjasama dengan berbagai lembaga peduli hutan, lintas instansi
pemerintah dan masyarakat setempat.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -6
Penguatan manajemen kawasan dan pemantapan blok lindung pada kawasan Hutan
Lindung untuk mendukung kawasan konservasi di atasnnya.
Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging dengan penanganan (represif,
persuasif, dan preventif) secara kontinu.
b. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. Kawasan ini
difungsikan untuk meresapkan dan menyimpan air hujan pada waktu musim hujan
yang menjadi cadangan pada musim kemarau. Penetapan kawasan resapan air juga
ditujukan sebagai upaya konservasi sumberdaya air untuk memenuhi kebutuhan
makhluk hidup. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk
memberikan ruang yang cukup bagi resapan air hujan pada daerah tertentu untuk
keperluan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir. Hampir seluruh kawasan
Taman Nasional Sembilang, Hutan Lindung dan kawasan rendah diantaranya berupa
lebak merupakan kawasan resapan air yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya. Sedangkan untuk Daerah resapan air tanah pada umumnya
terdapat di daerah hulu dari DAS yang mengalir di wilayah Kabupaten Banyuasin yaitu
Das Bangke, Das Banyuasin, Das Benawang, Das Sembilang dan Das Musi yang
wilayahnya tersebar di Kabupaten Banyuasin serta di kawasan hutan rawa yang
terletak di Kecamatan Banyuasin II dan Muara Sugihan dan merupakan salah satu
daerah cadangan air yang harus dilindungi. Adapun arahan pengembangan dan
pengelolaan kawasan resapan air adalah :
- Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi tegakan yang mampu memberikan perlindungan terhadap
permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah
- Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan
- reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan pendekatan partisipasi
masyarakat lokal yang didukung oleh pemerintah dan lembaga peduli lingkungan
lainnya.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -7
c. Kawasan Bergambut
Kawasan Bergambut adalah kawasan yang unsur pembentuk tanahnya
sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu yang
lama. Perlindungan terhadap kawasan bergambut dimaksudkan untuk mengendalikan
hidrologi wilayah, yang berfungsi sebagai penambaat air dan pencegah banjir, serta
melindungi ekosistem yang khas di kawasan yang bersangkutan. Konservasi lahan
gambut juga dimaksudkan untuk meminimalkan teremisinya karbon tersimpan yang
jumlahnya sangat besar. Semakin tebal gambut, semakin penting fungsinya dalam
memberikan perlindungan terhadap lingkungan, dan sebaliknya semakin ringkih
(fragile) jika dijadikan lahan pertanian. Berdasarkan Keppres 32 Tahun 1990, Kriteria
kawasan bergambut yang termasuk dalam kawasan yang dilindungi adalah tanah
bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat dibagian hulu sungai
dan rawa.
Di Kabupaten Banyuasin, keberadaan kawasan gambut termasuk di dalam
Taman Nasional Sembilang dan hutan lindung pantai yang difungsikan sebagai
penambat air dan pencegah banjir (kawasan bergambut), dan kawasan resapan air.
Rencana pola ruang Kabupaten Banyuasin untuk kawasan tersebut adalah bahwa
untuk kawasan yang ketebalannya 3 (tiga) meter atau lebih tidak diperkenankan
untuk budidaya. Bila sudah ada kegiatan budidaya di atasnya, maka kegiatan tersebut
dalam rangka menunjang pengembalian fungsi lindung kawasan bergambut. Untuk
kawasan yang ketebalannya dibawah 3 meter boleh dilakukan untuk budidaya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai budidaya kawasan bergambut ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun arahan pengembangan dan
pengelolaan kawasan gambut di Kabupaten Banyuasin, diantaranya :
- Penetapan dan perilindungan kawasan gambut khususnya untuk kawasan gambut
yang ketebalannya lebih dari 3 meter sebagai fungsi lindung
- penguatan peraturan perundang-undangan dan pengawasan penggunaan dan
pengelolaan lahan gambut,
- menanggulangi kebakaran hutan dan lahan gambut
- penanaman kembali dengan tanaman penambat karbon tinggi (tanaman pohon-
pohonan)
- memanfaatkan lahan semak belukar yang terlantar, dan
- pemberian insentif dalam konservasi gambut.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -8
4.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat
a. Sempadan Pantai
Kawasan sempadan pantai merupakan daratan sepanjang tepian pantai yang
lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari
titik pasang tertinggi ke arah darat. Hal ini bertujuan untuk melindungi dari usaha
kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Untuk wilayah Kabupaten
Banyuasin kawasan sempadan pantai penyebarannya berada di bagian timur yaitu di
pantai Selat Bangka dengan panjang pantai sekitar 275 Km, dimana seluruh kawasan
sempadan pantai tersebut termasuk dalam kawasan hutan lindung. Kawasan ini
sebagian besar berupa kawasan hutan mangrove/bakau yang sebagian dibudidayakan
sebagai kawasan tambak dan sebagian berupa pantai berpasir yang terdapat di
wilayah Sungsang. Adapun penetapan sempadan pantai ini ditekankan kepada
pertimbangan karakteristik pantai. Pada kawasan pantai Kabupaten Banyuasin yang
berhadapan dengan Selat Bangka, mempunyai karakteristik gelombang yang
ditimbulkan relatif kecil namun kecepatan arus yang terjadi cukup besar. Berdasarkan
karakteristik tersebut, maka arahan pengembangan kawasan sempadan pantai adalah
sebagai berikut :
1. Penetapan Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 275 Km
2. Pelestarian hutan mangroove serta pengembangan sabuk hijau mangrove maupun
sabuk hijau vegetasi pantai
3. Penetapan Kawasan pantai berhutan bakau yang ditetapkan minimal 130 kali nilai
rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air
surut terendah ke arah darat yang merupakan habitat hutan bakau.
Kawasan Pantai Berpasir Sungsang Kawasan Pantai bermangrove Sembilang
100 meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat
130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah ke arah darat habitat hutan bakau.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -9
b. Sempadan Sungai
Wilayah Kabupaten Banyuasin merupakan wilayah dengan daerah aliran sungai
(DAS) yang tersebar diseluruh wilayah kabupaten. Das tersebut yaitu Das Banyuasin,
Das Benawang, Das Bangke, Das Sembilang dan Das Musi. Selain itu terdiri dari
beberapa sungai besar diantaranya Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Calik,
Sungai Telang, Sungai Upang dan yang lainnya serta sungai-sungai kecil yang
sebagian besar bermuara ke Selat Bangka. Total luasan kawasan sungai (tubuh air) di
Kabupaten Banyuasun yaitu 63.599,53 Ha atau sekitar 5% dari total luas Kabupaten
Banyuasin.
Untuk melindungi dan melestarikan fungsi sungai tersebut, ditetapkan kawasan
Sempadan sungai yang merupakan kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai
buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Adapun tujuan penetapan sempadan
sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan
merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan
aliran sungai.
Kawasan sempadan sungai dibedakan untuk sungai bertanggul dan sungai
tidak bertanggul, sedang dari letaknya dibedakan yang berada di kawasan perkotaan
dan di luar kawasan perkotaan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Sungai Bertanggul
Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan lebar
paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan lebar
paling sedikit 3 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
2. Sungai Tak Bertanggul
Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
ditetapkan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
Garis sempadan anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman
ditetapkan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Garis sempadan sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, 3
meter sampai dengan 20 meter dan lebih dari 20 meter di dalam kawasan
perkotaan masing-masing ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter, 15 meter
dan 30 meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -10
Berikut ini sebaran luasan kawasan tubuh air (sungai) beserta rencana
sempadan sungai setiap kecamatan di Kabupaten Banyuasin.
Tabel 4.4 Luasan Sungai dan Sempadan Sungai Kabupaten Banyuasin (Ha)
No Kecamatan Luasan (Ha)
Sungai (Tubuh Air) Sempadan
1 Kec. Air Salek 3.141,50 1.327,37 2 Kec. Banyuasin I 1.910,72 1.279,76 3 Kec. Banyuasin II 27.673,82 3.466,79 4 Kec. Banyuasin III 278,66 1.978,93 5 Kec. Betung 97,36 0,001 6 Kec. Makarti Jaya 5.720,44 1.612,87 7 Kec. Muara Padang 1.677,26 2.517,58 8 Kec. Muara Sugihan 1.362,80 2.046,99 9 Kec. Muara Telang 2.501,38 1.762,79 10 Kec. Pulau Rimau 3.041,01 2.483,71 11 Kec. Rambutan 454,39 1.356,88 12 Kec. Rantau Bayur 2.810,74 2.177,81 13 Kec. Suak Tapeh 244,4 1.038,02 14 Kec. Tanjung Lago 8.136,23 3.054,16 15 Kec. Tungkai Ilir 1.132,76 694,36 16 Kec.Sembawa 290,01 564,55 17 Kec.Talang Kelapa 1.357,23 3.009,78 18 Kec. Sumber Marga Telang 1.379,37 1.255,95 19 Kec. Air Kumbang 389,45 1.507,82 Total 63.599,53 33.136,12
Sumber : Hasil analisis dan rencana, 2011
Adapun arahan pemanfaatan kawasan sempadan
sungai, adalah :
- Penetapan Sempadan sungai selebar 50-100
meter untuk setiap sungai di tiap Kecamatan
dengan total luas 33.136,12 Ha.
- Perlindungan dan Pengembangan jalur hijau
disepanjang sempadan sungai.
c. Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi mata air. Adapun tujuan
perlindungan mata air adalah melindungi kualitas air dan kondisi fisik kawasan dari
kegiatan budidaya yang dapat merusak. Perlindungan setempat ini difokuskan kepada
50 – 100 meter dari tepi sungai
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -11
badan air dari mata air, perlindungan daerah tangkapan mata air atau recharge area
ditekankan pada perlindungan kawasan resapan air. Untuk perlindungan kawasan
sekitar mata air ditetapkan minimal radius 150 meter dari mata air. Kawasan dengan
radius 150 meter dari mata air harus bebas dari bangunan kecuali bangunan
penyaluran air.
Beberapa mata air di wilayah Banyuasin yang perlu dilindungi diantaranya
sumber mata air di Sukomoro. Adapun arahan pengembangan dan pengelolaan
kawasan sekitar mata air adalah sebagai berikut ;
1. Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum berjari-jari 200
meter dari sumber mata air tersebut jika di luar kawasan permukiman dan 100
meter jika di dalam kawasan permukiman. Dengan demikian di sekitar kawasan
sumber air dapat ditanami dengan jenis tanaman yang dapat mengikat air, sehingga
kawasan di sekitar sumber air juga dapat digunakan sebagai daerah resapan.
2. Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung
dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
3. Pembuatan sistem saluran khusus bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau
irigasi;
4. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau
ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
5. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan
yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
d. Kawasan sempadan Daerah Rekamasi Rawa
Untuk pengamanan jaringan reklamasi rawa yang dibangun oleh Pemerintah
maupun pihak swasta ditetapkan adanya garis sempadan di kiri kanan saluran yang
berfungsi untuk melindungi jaringan, memberikan kemudahan bagi petugas dalam
melaksanakan tugas eksploitasi dan pemeliharaan, penyediaan tempat penimbunan
hasil pengerukan/galian serta peningkatan fungsi jaringan. Berdasarkan Permen PU
No. 64 Tahun 1993 tentang reklamasi rawa, garis sempadan sebagaimana ditetapkan
sebagai berikut :
1. Untuk saluran primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai
maupun rawa pedalaman sekurangkurangnya 2 1/2 (dua setengah) x (kali) lebar
atas saluran, diukur dan as saluran.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -12
2. Untuk saluran tersier pada jaringan reklamasi rawa baik rawa pantai maupun rawa
pedalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) meter diukur dari kaki tanggul sebetah
Luar.
3. Untuk saturan primer dan sekunder pada jaringan reklamasi rawa khusus untuk
tambak baru sekurang-kurangnya 1 (satu) meter diukur dan kaki Langgit sebelah
luar.
Adapun arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan sempadan daerah reklamasi
rawa adalah sebagai berikut ;
1. Pemantapan sempadan kawasan rekamasi rawa sesuai dengan peraturan
perundangan yang beraku, dimana Lebar lahan yang dibatasi garis sempadan
pada janingan reklamasi rawa yang sudah dibangun dan dimanfaatkan masyarakat
sebelum ditetapkannya peraturan tersebut diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala
Daerah.
2. Perlindungan dan Pengembangan jalur hijau disepanjang sempadan kawasan
rekamasi rawa.
4.1.3 Kawasan Suaka Alam
Kawasan Suaka Alam adalah
kawasan dengan ciri khas tertentu baik di
darat maupun di perairan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pelestarian
keragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya. Rencana pola ruang
kawasan suaka alam yang akan
dikembangkan di wilayah Kabupaten
Banyuasin berupa kawasan Suaka Flaura dan Fauna di Kawasan Suaka Lama Bentayan dan
Padang Sugihan Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -13
Margasatwa yaitu berupa Perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala
dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan
pembangunan pada umumnya serta kawasan Taman Nasional Sembilang dan Taman
Nasional Laut.
a. Kawasan Suaka Margasatwa
Sebagai kawasan satwa margasatwa, kawasan ini merupakan habitat gajah
Sumatera terbesar yang dihuni sekitar 200 ekor dan beberapa satwa langka lainnya
seperti Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan Macan Dahan (Neofelis
nebulosa). Di Kabupaten Banyuasin kawasan suaka margasatwa yang telah ada dan
tetap akan dipertahankan adalah kawasan suaka Padang Sugihan seluas 75.000 Ha
yang ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.004/Kpts-II/1983. Kawasan ini termasuk
dalam dua wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Muara Padang dan Kecamatan
Rambutan masing-masing 71.888 Ha dan 3.112 Ha. Selain itu kawasan suaka alam
yang lain adalah Suaka Alam Bentayan di Kecamatan Tungkal Ilir dengan luas 19.300
Ha.
Secara umum Upaya-upaya yang dapat dilakukan sebagai arahan
pengembangan kawasan suaka alam untuk mempertahankan keseimbangan ekologi
dan menjaga kelestarian sumberdaya alam, antara lain:
a) perlindungan kawasan suaka margasatwa Padang Sugiahan seluas 75.000 Ha di
Kecamatan Muara Padang dan Kecamatan Rambutan dan Bentayan seluas
19.300 Ha di Kecamatan Tungkal Ilir.
b) perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam di
kawasan suaka alam dan kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya untuk
kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan
pembangunan pada umumnya
b. Taman Nasional Sembilang (TNS)
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan,
pariw isata dan rekreasi. Perlindungan terhadap taman nasional dilakukan untuk
pengembangan pendidikan, penelitian rekreasi dan pariwisata serta peningkatan
kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. Kriteria taman
nasional adalah kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -14
satwa yang beragam, memiliki arsitektur tentang alam yang baik untuk keperluan
pariwisata.
Taman Nasional Sembilang merupakan situs Ramsar terletak di pesisir timur Provinsi
Sumatera Selatan Kecamatan Banyuasin II, merupakan kawasan lahan basah yang
sebagian besar terdiri dari hutan mangrove dan hutan rawa air tawar serta hutan rawa
gambut yang terletak di belakangnya. Hutan mangrove yang meluas hingga 35 km ke
arah darat (hulu) di kawasan ini merupakan sebagian kawasan hutan mangrove terluas
yang tersisa dengan banyak muara sungai dan dataran lumpur yang luar di sepanjang
pantai timur pulau Sumatera.
Sebagai kawasan lindung, kawasan hutan mangrove tersebut fungsi
perlindungannya adalah melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem
hutan bakau dan tempat perkembangbiakan dari berbagai biota laut, disamping
sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya
dibelakangnya. Dalam pengembangannya kawasan Taman Nasional Sembilang juga
akan difungsikan sebagai taman wisata alam berupa kawasan ekowisata mangrove.
Di Kawasan Taman Nasional Sembilang terdapat area konservasi perairan laut
yang mempunyai ciri khas berupa keragaman atau keunikan ekosistem. Adapun fungsi
perlindungannya adalah melindungi keragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan
keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan
pada umumnya.
Kawasan Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -15
Gambar 4.1 Ilustrasi Pengembangan kawasan ekowisata mangrove di TNS
Selain itu Taman Nasional Sembilang juga merupakan habitat bagi sejumlah
spesies penting/terancam Beruang Madu (Helarctos malayanus), Lumba-lumba Tanpa-
sirip Punggung (Neophocaena phocaenoides), Buaya Muara (Crocodylus porosus),
serta lebih dari 32 spesies burung air, termasuk spesies yang status populasinya
rentan (vulnerable) di dunia seperti Bangau Bluwok (Mycteria cinerea), Bangau
Tontong (Leptoptilos javanicus), dan Trinil-lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus).
Dataran lumpur yang luas di kawasan ini merupakan habitat persinggahan bagi ribuan
burung air migran terutama pada bulan Oktober hingga April dan Hutan mangrove
yang ada juga merupakan habitat yang subur bagi perikanan (ikan dan udang).
Penetapan kawasan taman nasional, sebagai kawasan pelestarian alam di
Kabupaten Banyuasin dalam pengembangannya mengalami usulan perubahan luasan,
usulan perubahan tersebut menjadi APL untuk mengakomodir perkembangan Desa
Tanahpilih di kawasan daratan dan kawasan perairan menjadi kawasan penyangga di
sepanjang sungai Calik, sungai Lalan, Kawasan konservasi perairan di Teluk Banyuasin
untuk kepentingan rencana Tanjung Api-Api dengan total seluas 11.471 Ha. Selain
perubahan diatas, juga diusulkan penambahan kawasan Taman Nasional yang semula
berupa APL masing-masing di kawasan Sungsang II, kawasan konservasi perairan TNS
serta APL yang berbatasan dengan TNS dengan total penambahan 7.223,4 Ha,
sehingga dengan usulan pengurangan dan penambahan tersebut total rencana
pengembangan TNS menjadi 198.502,44 Ha dari luas semula 202.750 Ha yang telah
ditetapkan menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 95/Kpts-II/003 tanggal 19
Maret 2003 , berikut rincian usulan perubahannya :
Kawasan Mangrove Taman Nasional Sembilang
Ilustrasi Rencana Ekowisata Mangrove di Kawasan Taman Nasional Sembilang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -16
Tabel 4.5 Perubahan Kawasan Taman Nasional Sembilang (Ha)
Nama Kawasan Pengurangan Luasan
TNS menjadi APL Nama Kawasan
Penambahan Luasan
APL menjadi TNS
TN Sembilang 3.756,62 APL berbatasan
dengan TN Sembilang
1.315
Perairan TN
Sembilang
7.714,38 Konservasi Perairan
TN Sembilang
1.484,82
APL Sungsang II 4.423,62
Total 11.471 Total 7.223,44
Total kawasan
hutan lindung 202.750 – 11.471 + 7.223,44 = 198.502,44
Sumber : Usulan perubahan kawasan hutan tahun 2010
Rencana perubahan kawasan Taman Nasional Sembilang tersebut diatas untuk
sementara menunggu keputusan Menteri Kehutanan statusnya adalah Holding Zone.
Adapun arahan pengembangan kawasan Taman Nasional, antara lain:
a) Perlindungan dengan tetap mempertahankan kawasan Taman Nasional Sembilang
seluas 198.502,44 Ha yang terletak di Kecamatan Banyuasin II.
b) Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau dilakukan melalui penanaman
tanaman bakau dan nipah di pantai.
c) perlindungan mangrove, keanekaragaman biota dan tipe ekosistem untuk
kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan
pembangunan pada umumnya
d) Pengembangan pariwisata berupa ekowisata mangrove yang disertai dengan
pengembangan balai penelitian dan budidaya mangrove.
4.1.4 Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Banyuasin terdiri dari kawasan
rawan genangan, kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan khususnya hutan dan
lahan gambut serta kawasan rawan angin puting beliung.
Untuk kawasan rawan genangan, Luasannya cukup beragam mulai dari
genangan dengan tipe A yaitu lahan yang selalu terluapi air pasang baik pasang besar
maupun pasang kecil, tipe genangan ini terutama terdapat di sebagian wilayah
Kecamatan Makarti Jaya, Muara Padang, Banyuasin II, dan Muara Sugihan.
Selanjutnya tipe genangan B dimana lahan terluapi saat pasang besar, kondisi ini
terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Muara Sugihan, Muara Telang, Sumber Marga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -17
Telang dan Makarti Jaya. Tipe genangan C yaitu dalam kondisi tidak tergenang tetapi
kedalaman air tanah pada waktu pasang surut kurang dari 50 cm dan genangan tipe D
yaitu dalam kondisi tidak tergenang pada waktu pasang air tanah lebih dari 50 cm,
tetapi pasang surutnya air masih terasa atau tampak pada saluran tersier. Untuk
Sebaran daerah genangan C dan D cukup merata hampir di seluruh kecamatan
Kabupaten Banyuasin.
Guna mengantisipasi terjadingan genangan khusunya di kawasan dengan tipe
genangan A dan B selama waktu pasang dan musim penghujan, faktor-faktor
penyebab aliran bebas di permukaan harus diminimalisir dengan melakukan beberapa
hal, antara lain :
1. Normalisasi pada aliran sungai-sungai kecil dan kanal perlu dilakukan secara
terprogram;
2. Pembuatan saluran-saluran pengaliran (drainase) yang mampu mengontrol aliran
permukaan;
3. Revitalisasi kawasan tangkapan air (catchment areas);
4. Konservasi ekologi kawasan rawa.
5. Pembangunan tanggul penahan air
6. Pemberdayaan peran serta masyarakat disekitar wiayah DAS di Kabupaten
Banyuasin
Rencana pola ruang di Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan yang rawan
terhadap genangan sehingga membutuhkan pengendalian khusus untuk
pengembangan kawasan budidaya terutama untuk kawasan terbangun. Hal ini terkait
dengan kawasan yang harus dilindungi seperti sempadan sungai, kawasan sekitar
danau dan rawa dalam, dan kawasan bergambut. Berdasarkan sebaran hot spot hasil
pantauan Satelit SSMFP, potensi kebakaran hutan dan lahan di kawasan bergambut
cukup tinggi di Kabupaten Banyuasin, yang tersebar di Kecamatan Pulau Rimau,
Banyuasinsatu, Muara Padang , Tungkal Ilir dan Muara Sugihan serta kawasan lain
yang memiliki Lahan gambut cukup tebal seperti di daerah Taman Nasional (TN)
Sembilang dan sekitarnya. Potensi kebakaran yang cukup tinggi pada kawasan lahan
gambut, perlu diantisipasi dengan :
1. rencana pola ruang melalui penetapan kawasan bergambut menjadi kawasan
lindung. Hal ini juga terkait dengan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -18
2. Melalui Pola penyiapan lahan pertanian khususnya di Kecamatan Tungkal Ilir,
Muara Telang, Muara Sugihan
Disamping itu Kabupaten Banyuasin juga memiliki kawasan rawan angin puting
beliung yakni di Kecamatan Banyuasin I, Kecamatan Banyuasin II, Kecamatan Betung,
Kecamatan Pulau Rimau,Kecamatan Talang Kelapa, Kecamatan Tungkal Ilir,
Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, dan Kecamatan Tanjung Lago.
Berkaitan dengan hal tersebut maka untuk kecamatan-kecamatan dimaksud perlu
diprioritaskan upaya-upaya penaggulangan bencana angin puting beliung. Seperti
Perlindungan vegetasi tegakan pada kawasan pantai.
Bencana Alam lainnya yaitu rawan kekeringan, Dari Indeks Risiko Bencana
Kekeringan yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNPB)
Tahun 2010 dan Kajian Risiko Kekurangan Air oleh Kementerian Lingkungan Hidup,
Kabupaten Banyuasin termasuk dalam tingkat risiko tinggi untuk bencana kekeringan.
Tingkat risiko menengah sampai sangat tinggi yang tersebar di kawasan DAS Musi
serta tingkatan risiko dari sangat rendah sampai sangat tinggi di kawasan Das
Banyuasin. Terkait dengan rencan pola ruang, upaya penanggulangan bencana untuk
kekeringan di Kabupaten Banyuasin dapat dilakukan melalui Keberlanjutan konservasi
lahan, hutan konservasi dan reboisasi untuk pemeliharaan kuantitas dan kualitas
penyediaan air
4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA
Rencana pengembangan pola ruang untuk kawasan budidaya di Kabupaten
Banyuasin pada dasarnya di arahkan dalam rangka optimasi pemanfataan sumber daya
dan ruang untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Kriteria untuk mendelineasi
kawasan/sub-kawasan budidaya secara umum lebih didasarkan pada faktor kesesuaian
lahan untuk dikembangkan.
Klasifikasi kawasan budidaya yang akan diuraikan terutama dikaitkan dengan
fungsi utama pemanfaatan ruangnya dalam menampung kebutuhan penduduk. Dilihat
dari kriterianya, pada dasarnya terdapat wilayah yang dapat saja memenuhi kriteria
untuk pengembangan beberapa jenis kegiatan budidaya (misalnya pertanian tanaman
lahan basah, tanaman lahan kering, perkebunan dan pertambangan). Dengan kata
lain, bahwa penggarisannya (deliniasi) di atas peta akan menjadi tumpang tindih
(overlap). Dengan demikian pengalokasian ruangnya di samping didasarkan pada
kesesuaian lahan, juga perlu mempertimbangkan aspek ekonomis serta kebijakan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -19
secara nasional atau daerah sebagai dasar bagi prioritasnya. Ketentuan/kriteria yang
dijadikan acuan dalam mengkaji alokasi dan sebaran kawasan budidaya adalah
Keputusan Presiden No. 57/1989 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan tata ruang
nasional dan penyusunannya mengacu pada Pertaturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 16/PRT/M/2009 tentang pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang, maka
rencana pola ruang untuk kawasan budidaya yang akan dikembangkan di Kabupaten
Banyuasin, secara garis besar dibagi menjadi :
a) kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan:
peruntukan hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat di konversi
b) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan:
peruntukan pertanian lahan pangan, holtikultura, perkebunan dan peternakan;
c) kawasan peruntukan perikanan;
d) kawasan peruntukan pertambangan;
e) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan
industri besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri rumah tangga;
f) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan:
peruntukan pariwisata budaya, peruntukan pariwisata alam, dan peruntukan
pariwisata buatan;
g) kawasan peruntukan permukiman yang terdiri dari permukiman perdesaan dan
perkotaan
h) kawasan peruntukan lainnya yang terdiri dari pertahanan keamanan, rencana
reklamasi pantai
4.2.1 Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi merupakan kawasan hutan yang dikelola untuk
peningkatan kesejahteraan penduduk, dalam arti keberadaan hutan produksi dapat
difungsikan sebagai lahan produktif dengan tidak mengganggu tegakan dan yang
diambil hanya hasil dari tanaman tersebut. Penetapan kawasan hutan produksi
ditujukan untuk mewujudkan kawasan hutan produksi yang dapat memberikan
manfaat :
a. Mendorong peningkatan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor
serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
b. Mampu meningkatkan fungsi lindung, menjaga keseimbangan tata air dan
lingkungan serta pelestarian kemampuan sumberdaya hutan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -20
c. Mampu menjaga kawasan lindung terhadap pengembangan kawasan budidaya;
d. Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan, meningkatkan
pendapatan daerah, dan meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar
hutan;
e. Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri pengolahannya dan
meningkatkan ekspor; atau
f. Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat sekitar hutan.
Kawasan hutan produksi yang terdapat di wilayah Kabupaten Banyuasin hanya
berupa kawasan hutan produksi tetap (± 68.393,37 Ha) dan kawasan hutan produksi
yang dapat dikonversi. Kawasan hutan produksi ini pengembangannya berdasarkan
ketentuan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) berlokasi di wilayah Kecamatan
Banyuasin II yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional Sembilang. Namun
demikian kawasan hutan produksi tersebut saat ini dalam kondisi tidak produktif
karena potensi kayu yang rendah pasca penebangan.
a. Peruntukan hutan produksi tetap
Hutan produksi tetap Adalah kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi
dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam. Pada
hutan produksi tetap pada dasarnya hasil hutan dapat dikelola seoptimal mungkin,
tetapi tetap memberlakukan prinsip dasarnya yakni apa yang diambil dari alam harus
diganti dengan hal yang serupa kepada alam, sehingga pengambilan hasil hutan harus
dilaksanakan secara bergilir dan dilakukan penanaman kembali sebagai bagian dari
upaya pelestarian sekaligus mempertahankan kualitas alam.
Kawasan hutan produksi tetap yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin
seluas 67.051,16 Ha atau sebesar 5,2% dari luas wilayah Kabupaten Banyuasin, dan
tersebar di Kecamatan Banyuasin II seluas 61.746,12 Ha, Kecamatan Muara Sugihan
seluas 5.290,01 Ha dan Kecamatan Tungkal Ilir seluas 15,026 Ha. Dalam
Pengembangannya terjadi perubahan luas untuk hutan produksi di Kabupaten
Banyuasin berupa penambahan luas hutan di Muara Sugihan seluas 1.342,21 sehingga
total kawasan hutan produksi di Kabupeten Banyuasin menjadi 68.393,37 Ha.
Rencana penanganan kawasan produksi tetap adalah :
1. Penetapan dan perlindungan kawasan hutan produksi tetap seluas 68.393,37 Ha di
Kecamatan Banyuasin II, Muara Sugihan dan Tungkal Ilir.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -21
2. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebang,
dan tidak dapat dialihfungsikan ke budidaya lainnya
kecuali untuk tanaman dengan tegakan yang dapat
memberikan fungsi perlindungan.
3. Pengembangan kawasan penyangga pada kawasan
hutan produksi yang berbatasan dengan hutan
lindung.
4. Melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan
pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya.
5. Pembangunan dan pengembangan industri yang berbasis
hutan tanaman industry
b. Peruntukan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi (HOK) adalah
kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan
transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain.
Kondisi eksisting dan telah ditinjau oeh tim terpadu, Melalui surat keputusan
Kementerian Kehutanan, terdapat perubahan kawasan hutan produksi yang dikonversi
menjadi perkebunan sawit sebesar 15.396 Ha. Selain perubahan tersebut, dari
penetapan kawasan hutan dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan dan dan
Berdasarkan hasil peninjauan ke lapangan oleh Tim terpadu pusat Tanggal 2
November sampai dengan 5 November 2011 dalam rangka penelitian Revisi Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Banyuasin
terdapat usulan perubahan peruntukan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
di Kabupaten Banyuasin dengan total yang diusulkan sebesar 60.781,85 Ha, rincian
usulan perubahan tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Usulan Perubahan Hutan Produksi yang di konversi
Sumber : Usulan Perubahan
Nama Kawasan FUNGSI Luas (Ha)
Awal Usulan
HPK Tanjunglago HPK APL 11.295,97
HPK Air Senda Air Limau HPK APL 1.469,59
HPK. Bertak/Sungai Lilin HPK APL 40.525,29
HPK Gelumbang HPK APL 7.491,00
Total 60.781,85
Kawasan Hutan Produksi Tetap
di Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -22
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, Keseluruhan usulan perubahan status
hutan yang dapat dikonversi tersebut, berubah menjadi areal penggunaan lain (APL)
untuk kebutuhan mendesak, Di wilayah HPK Tanjunglago berdasarkan fakta
dilapangan merupakan bagian dari sentra penghasil padi/beras pasang surut
Kabupaten Banyuasin, dimana yang tersisa terdapat Desa Asli (Desa Tanjunglago dan
Desa Srimenanti) Desa Tanjungago telah menjadi pusat Kecamatan Tanjunglago
dilengkapai dengan infrastruktur seperti kantor camat, Puskesmas, Pustu dan fasilitas
pendidikan serta terdapat desa-desa eks transmigrasi antara lain Desa Sukadamai
,Tanjung Lago, Desa Sukatani dan Desa Banyuurip. Sedangkan HPK di Air Senda Air
Limau yang tersisa semuanya merupakan permukiman dan perkebunan masyarakat.
Pada Kawasan HPK Bertak/Sungai Lilin ini terdapat Desa Asli ( Desa Keluang
dan Desa Bentayan) serta Desa eks transmigrasi antara lain Desa Bumi Serdang, Desa
Sidomulyo, Desa Pancamulya ,Desa Sukajaya ,Desa Sukakarya. Selain itu di wilayah
HPK Bertak dan telah ada Puskesmas, SD, SMP, SMA, Pustu, Kantor KUA, dan Kantor
Camat serta salah satu desa tersebut telah menjadi ibukota kecamatan tungkal ilir
yaitu sidomulyo. Sedangkan untuk HPK Gelumbang areal ini sebagian besar telah
berupa Areal pesawahan dan perkebunan rakyat.
Penetapan kawasan Secara resmi usulan kawasan tersebut telah diusulkan
melalui Surat keputusan Bupati Nomor 050/3713/Bappeda-PM/PPWFS/2011 tanggal 25
November 2011 dan diteruskan oeh Surat keputusan Gubernur Nomor
522/3519/Bappeda/2011 tanggal 20 Desember 2011. Sehubungan dengan belum
dikeluarkannya Keputusan Menteri Kehutanan terhadap usulan perubahan HPK
menjadi APL maka status Kawasan HPK masih dalam bentuk Holding Zone , segala
proses perizinan di kawasan ini masih mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan
yang berlaku terahir.
Adapun rencana penanganan kawasan produksi yang dikonversi adalah :
1. Apabila dilakukan penebangan, digunakan pola tebang pilih agar hutan yang ada
dapat dikelola secara selektif, sehingga keutuhan hutannya sejauh mungkin
terpelihara. Kond`isi tersebut dilakukan untuk menghindari adanya bencana alam
longsor,
2. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan
keamanan hutan lainnya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -23
4.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan pertanian di Kabupaten Banyuasin, meliputi pertanian lahan pangan
(persawahan), pertanian holtikultura (ladang, kebun campur), perkebunan, dan
peternakan.
a. Pertanian Pangan
Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Banyuasin didominasi oleh kawasan
pertanian lahan basah. Hal ini terkait dengan letak geografis dan kondisi fisik wilayah
Kabupaten Banyuasin yang berupa dataran rendah dan merupakan rawa pasang
surut. Berdasarkan kondisi tersebut, maka luas lahan pertanian pangan yang
direncanakan di Kabupaten Banyuasin yakni seluas 232.873,40 Ha (20% dari luas
wilayah kabupaten), dari luas tersebut, sekitar 35.588 Ha masih belum termanfaatkan.
Sebagai penopang lumbung padi Nasional bagi Sumatera Selatan, pengembangan
lahan pertanian pangan di Kabupaten Banyuasin dikembangkan tersebar di seluruh
kecamatan dengan alokasi luasan terbesar yaitu Kecamatan Muara Sugihan yaitu
42.326,09 Ha. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :
Tabel 4.7 Luas Kawasan Pertanian Pangan Kabupaten Banyuasin
Kecamatan Luas (Ha)
Kec. Air Salek 1.8101
Kec. Banyuasin I 21.359
Kec. Banyuasin II 13.145
Kec. Banyuasin III 5.391
Kec. Makarti Jaya 16.818
Kec. Muara Padang 26.461
Kec. Muara Sugihan 27.615
Kec. Muara Telang 17.394
Kec. Pulau Rimau 17.078
Kec. Rambutan 3.070
Kec. Rantau Bayur 19.200
Kec. Suak Tapeh 1.050
Kec. Tanjung Lago 18.391
Kec. Tungkai Ilir 6.667
Kec. Sembawa 2.454
Kec. Betung 1.520
Kec. Talang Kelapa 1.655
Kec. Sumber Marga Telang 13.890
Kec. Air Kumbang 1.615 Total 232.873,40
Sumber : Hasil Analisis dan rencana 2011
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -24
Adapun arahannya adalah :
1. Pengembangan dan perlindungan pertanian pangan seluas 238.259,40 yang
tersebar di setiap kecamatan.
2. Atas pertimbangan tertentu, dan untuk menjamin agar kawasan pertanian tidak
berubah fungsi, maka kawasan-kawasan pertanian pada lokasi-lokasi tertentu
dapat ditetapkan sebagai kawasan pertanian abadi.
3. Perlu adanya inventarisasi ulang terhadap luas baku sawah maupun jaringan
irigasi yang ada.
4. Pengembangan dan pemeliharaan sistem irigasi
5. Pembangunan dan pengembangan pertanian lahan kering dengan komoditi
palawija di seluruh Kecamatan
6. Konservasi tanah dan air pada lahan pertanian
7. Penggunaan bibit unggul dengan kualitas tinggi, pematangan awal dan tahan
terhadap genangan air yang berkadar garam relatif tinggi
8. Penggunaan teknik budidaya pangan
9. Optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian
b. Pertanian Tanaman Holtikultura
Ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang
bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Komoditas pertanian hortikultura yang terdapat di Kabupaten Banyuasin untuk sayur-
sayuran adalah kacang panjang, tomat, terong, timun, kangkung, bayam, buncis dan
cabe. Sedangkan komoditas buah-buahan yang unggulan seperti jeruk, rambutan dan
pisang. Mengingat karakteristik wilayah dan penduduk serta kesesuaian lahan yang
ada, kegiatan pertanian holtikuktura di Kabupaten Banyuasin bersifat
pilihan/kondisional yang diusahakan disela waktu kegiatan pertanian utama yaitu
pertanian pangan. Lahan yang digunakan untuk holtikultura tersebar hampir di setiap
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -25
kecamatan dan sebagian besar dilakukan disekitar permukiman. Pengembangan
kedepan pertanian holtikultura sangat tepat untuk dikembangkan terutama untuk
memanfaatkan lahan tidur menjadi produktif.
c. Perkebunan
Kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin dikembangkan berdasarkan
fungsi kawasan dan potensi yang ada pada masing-masing kecamatan. Kawasan
perkebunan di Kabupaten Banyuasin dibedakan berdasarkan komoditas dengan
potensi luas dominan/terbesar meliputi perkebunan sawit, perkebunan karet,
perkebunan kelapa dalam dan tebu. Total Luas perkebunan yang direncanakan di
Kabupaten Banyuasin seluas 406.520,07 ha atau sekitar 27% dari luas Kabupaten
Banyuasin yang pengembangannya hampir di seluruh kecamatan. Luas tersebut terdiri
dari perkebunan karet sebesar 142.041,87 Ha, perkebunan sawit 241.506,03 Ha,
perkebunan kelapa dalam sebesar 21.559,60 Ha dan perkebunan tebu seluas 1.412,57
Ha. Untuk persebaran luasan perkebunan di setiap kecamatan, akan dijelaskan melalui
tabel berikut :
Tabel 4.8 Luasan Peruntukan Perkebunan
Kecamatan Luas (Ha) Total (Ha)
Sawit Karet Kalapa Dalam Tebu
Air Salek 2.937,91 - 845,62 - 4.283,53
Banyuasin I 4.772,65 7.143,20 - - 12.915,85
Banyuasin II 28,069,92 27,43 2.014,98 - 2.042,41
Banyuasin III 656,03 24.019,32 - - 27.586,35
Betung 2.321,81 30.175,81 - - 32.497,62
Makarti Jaya 1.787,75 21,10 7.284,89 - 9.093,74
Muara Padang 3.332,24 11.819,08 - - 16.151,32
Muara Sugihan - 123,48 1.088,87 - 1.212,35
Muara Telang - - 53,67 - 53,67
Pulau Rimau 44.666,23 3.308,25 2.716,99 - 57.760,39
Rambutan 14.985,32 10.679,06 - - 28.664,38
Rantau Bayur 8.446,09 3.783,21 - - 13.229,30
Sembawa 5.550,08 12.840,22 - - 19.390,30
Suak Tapeh 14.749,24 13.589,32 - - 30.729,56
Talang Kelapa 21.435,63 1.525,26 - - 24.160,88
Tanjung Lago 33.991,91 2,18 - - 38.994,09
Tungkal Ilir 31.396,63 13.817,60 - 1.412,57 49.626,80
Sumber Marga
Telang 900 - 7.554,58 8.454,58
Air Kumbang 21.505,60 9.167,35 - 29.672,95
Total 241.506,03 142.041,87 21.559,60 1.412,57 406.520,07
Sumber : Hasil Analisis,2011
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -26
Arahan pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Banyuasin adalah :
1. Penetapan dan perlindungan kawasan perkebunan dengan total 406.520,07 ha,
terdiri dari perkebunan karet sebesar 142.041,87 Ha, perkebunan sawit 241.506,03
Ha, perkebunan kelapa dalam sebesar 21.559,60 Ha dan perkebunan tebu seluas
1.412,57 Ha.
2. melakukan peremajaan tanaman perkebunan secara berkala
3. Memperbaiki dan mengembangkan prasarana dan sarana infrastruktur ke lokasi
perkebunan maupun untuk pengolahan dan pemasaran.
5. Pemilihan komoditas unggulan di kawasan agropolitan sifatnya tidak
tetap/dinamis, disesuaikan dengan kondisi fisik tanah di kawasan tersebut dan
kondisi pasar yang ada.
6. Mendorong tumbuh berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku usaha.
7. Menjalankan mekanisme insentif dan disinsentif bagi para pelaku usaha
perkebunan.
Selanjutnya langkah yang sangat relevan dalam pembangunan perkebunan ke
depan adalah menerapkan pengembangan konsep ”Corporate Community
Relationship”. Melalui pengembangan konsep ini, diharapkan :
1. Pengusaha perkebunan rakyat atau masyarakat sekitar perkebunan dapat berperan
di dalam pengelolaan perkebunan.
2. Pengusaha perkebunan besar dengan segala kelebihan yang dimilikinya dapat
berperan membantu meningkatkan produktivitas dan mutu hasil perkebunan
rakyat, baik melalui kegiatan peremajaan, rehabilitasi maupun diversifikasi usaha
perkebunan.
3. Pengusaha perkebunan dapat ikut berperan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan melakukan berbagai bentuk kerjasama dengan pemerintah daerah
dalam pengembangan infrastruktur setempat.
Kawasan Perkebunan di Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -27
d. Peternakan
Berdasarkan data populasi dan rencana program
pengembangan sentra peternakan Pemerintah
kabupaten Banyuasin, pengembangan sentra
peternakan akan dikembangkan yaitu
Pengembangan sentra peternakan ternak besar,
Pengembangan sentra peternakan ternak kecil
dan Pengembangan sentra peternakan unggas. Kawasan peternakan yang akan
dikembangkan di Kabupaten Banyuasin sekitar 1.518 Ha. Khusus untuk kecamatan
lainnya, peternakan tidak menempati kawasan tersendiri tetapi terintegrasi pada
kawasan pertanian pangan dan perkebunan. Sebaran lokasi pengembangan kawasan
peternakan tersebut yaitu terpusat di Kecamatan Rambutan sebesat 353,24 Ha,
Kecamatan Sembawa 79,29 Ha serta Kecamatan Talang Kelapa sebesar 1.085,81 Ha.
(Perhatikan Tabel berikut )
Tabel 4.9 Luasan Peruntukan Kawasan Peternakan
Kecamatan Luas (Ha)
Rambutan 353,24
Sembawa 79,29
Banyuasin III 50
Suak Tapeh 100
Talang Kelapa 935,81
Total 1.518,34
Sumber : Hasil Analisis,2011
Arahan pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Banyuasin adalah :
1. Penetapan dan perlindungan kawasan peternakan dengan total 1.509 Ha, terdiri di
Kecamatan Rambutan sebesat 340,9 Ha, Kecamatan Sembawa 82,962 Ha serta
Kecamatan Talang Kelapa sebesar 1.086,1 Ha
2. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung peternakan
3. Mendorong tumbuh berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku usaha
melalui pengembangan industri peternakan
4.2.3 Perikanan
Rencana pola ruang kawasan budidaya untuk pengembangan kawasan
perikanan di Kabupaten Banyuasin didasarkan pada potensi sumberdaya perikanan
Usaha Peternakan Unggas di Pangkalan Balai
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -28
yang cukup melimpah di wilayah ini, hal ini ditunjang dengan luas perairan laut
Banyuasin yang mencapai sekitar 1.765,4 km2 dan panjang garis pantai 275 km. Usaha
perikanan di Kabupaten banyuasin terdiri dari perikanan laut, perairan umum
(budidaya keramba), budidaya tambak dan budidaya ikan air tawar. Dasar penentuan
kawasan perikanan adalah secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan perikanan,
dan secara ruang dapat memberikan manfaat untuk :
Meningkatkan produksi perikanan dan mendayagunakan investasi;
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
kegiatan ekonomi sekitarnya;
Tidak mengganggu fungsi lindung;
Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam;
Meningkatkan pendapatan masyarakat;
Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
Meningkatkan kesempatan kerja; ekspor dan kesejahteraan masyarakat.
Tabel 4.10 Luasan Peruntukan Kawasan Perikanan
Kecamatan Luas (Ha)
Kec. Air Salek 608,80
Kec. Banyuasin II 1.643,59
Kec. Makarti Jaya 1.612,87
Kec. Muara Sugihan 2.916,88
Kec. Muara Telang 76,61
Kec. Rantau Bayur 626,85
Kec. Tanjung Lago 1.564,76
Kec.Talang Kelapa 17,72
Kec. Sumber Marga Telang 0,03
Kec. Rambutan 20 Total 9.088,11
Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011
Kabupaten Banyuasin mempunyai 275 km
panjang pantai namun hanya dilengkapi dengan 1
Tempat Pelelangan ikan (TPI), yaitu di Sungsang.
Saat ini potensi kawasan pesisir (laut) yang perlu
dikelola dengan potensi 102.300 Ton/Tahun
yang berada pada kawasan tangkap sampai batas
Kegiatan Perikanan di Sungsang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -29
4 mil dari pantai (kewenangan kabupaten sekitar 1,3 juta Ha). Secara lebih detil
rencana pengelolaan kawasan laut dan pesisir didetailkan pada rencana pengelolaan
zonasi kawasan pesisir pada studi yang berbeda.
Adapun arahan pengembangan Kawasan perikanan dimaksud adalah :
1. Tambak : Lokasi pengembangan areal tambak di Kabupaten Banyuasin
dialokasikan di Kecamatan Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan,
Muara Telang, Sumber Marga Telang dan Tanjung Lago dengan luas total
8.423,54 ha
2. Perikanan air tawar (kolam) di Kecamatan Talang Kelapa seluas 217,72 Ha, Rantau
Bayur seluas 426,85 Ha dan Kecamatan Rambutan seluas 20 Ha serta daerah lain
yang memiliki potensi budidaya air tawar.
3. Perikanan tangkap sungai, melalui Sungai Komering, Sungai Musi, Sungai
Banyuasin, Sungai Upang, Sungai Air Saleh dan Sugihan. Budidaya sungai di
Kecamatan Rantau Bayur dan Musi
4. Perikanan tangkap laut dangkal di Selat Bangka
5. Pengembangan kawasan Minapolitan yang merupakan kawasan ekonomi yang
terdiri dari sentra-sentra produksi dan perdagangan komoditas kelautan dan
perikanan, jasa, perumahan, dan kegiatan lainnya yang saling terkait. Penetapan
kawasan minapolitan di Kabupaten Banyuasin dialokasikan di Kawasan Sungsang
yang dikembangkan untuk perikanan tangkap dan laut serta sebagian kecil untuk
perikanan tambak. Kawasan Air Batu, Sukamoro dan Rantau Bayur untuk
perikanan Budidaya air tawar serta kawasan Muara Sugihan, Banyuasin II untuk
pengembangan perikanan tambak/payau.
6. Pengembangan kawasan perikanan darat diserasikan dengan pemanfaatan ruang
permukiman maupun pemanfaatan ruang kawasan pertanian, maupun industri
hasil pertanian.
4.2.4 Kawasan Peruntukan Pertambangan
Dasar penentuan kawasan pertambangan di Kabupaten Banyuasin adalah
kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pemusatan kegiatan
pertambangan, dan tidak menganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta
apabila dimanfaatkan dapat memberi kontribusi daerah, yakni :
Meningkatkan produksi pertambangan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -30
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
kegiatan ekonomi sekitarnya;
Tidak mengganggu fungsi lindung;
Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam;
Meningkatkan pendapatan masyarakat;
Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
Meningkatkan kesempatan kerja; ekspor dan perkembangan masyarakat.
Kondisi eksisting, pemanfaatan potensi Recana pola
ruang kawasan pertambangan di Kabupaten Banyuasin
tidak dapat ditetapkan secara eksklusif, namun berupa
kegiatan pertambangan baik hanya berupa bahan
galian mineral dan batubara maupun pertambangan
minyak bumi. Penyebaran kegiatan pertambangan
minyak dan gas bumi sebagian besar berlokasi di
Kecamatan Pulau Rimau dan Kecamatan Tungkal Ilir
dengan jumlah sumur produksi sebanyak 24 sumur.
Kegiatan penambangan batu bara terdapat di wilayah Kecamatan Betung, Pulau
Rimau, Tungkal Ilir, Rantau Bayur, Talang Kelapa, Muara Telang dan Kecamatan
Banyuasin III. Jenis batubara di lokasi tersebut pada umumnya dari jenis lignite
dengan kadar air yang tinggi namun nilai kalorinya rendah. Kegiatan pertambangan
lainnya berupa gambut di Kecamatan Banyuasin II, Kaolin di Kecamatan Betung dan
Kecamatan Talang Kelapa; pasir kuarsa dan bentonit di wilayah Kecamatan Talang
Kelapa; dan tanah urug tersebar di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuasin.
Tabel 4.11 Persebaran Kawasan Pertambangan Kab. Banyuasin IUP Operasi Produksi
Kecamatan Luas (Ha)
Kec. Banyuasin III 616,28
Kec. Betung 3.620,25
Kec. Pulau Rimau 99,077
Kec. Rantau Bayur 3.616,59
Kec. Tungkai Ilir 4.902,315 total 12.674,523
Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011
Arahan pengembangan pertambangan di Kabupaten Banyuasin adalah :
Kegiatan Pertambangan di Kab. Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -31
1. Penetapan dan pengembangan kawasan pertambangan sebesar 209.052 Ha
dengan status perizinan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi seluas
12.674 Ha dan IUP Eksplorasi seluas 196.378 Ha yang berada di Kecamatan
Banyuasin III, Pulau Rimau, Rantau Bayur, Betung, Tungkal Ilir, Talang Kelapa
dan Kecamatan Muara Telang.
2. Selain itu perlu dilakukan sanksi yang tegas jika melanggar aturan yang telah
disepakati, dan diwajibkan untuk melakukan reboisasi kembali terhadap lahan
yang sudah dieksploitasi.
3. Mewajibkan bagi seluruh pemegang eksploitasi untuk melakukan reboisasi
terhadap kawasan yang telah dieksploitasi, jika melanggar diberikan sanksi.
4. Memberikan batasan lahan yang dapat dieksploitasi dan harus menjaga
keseimbangan lingkungan yang ada.
4.2.5 Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan industri adalah kawasan yang dikembangkan untuk kegiatan industri
pengolahan atau manufaktur, kawasan ini dilengkapi dengan prasarana, sarana
penunjang yang disediakan oleh perusahaan kawasan industri (Kamus Tata Ruang,
1997). Beberapa hal yang menjadi dasar dalam penentuan kawasan industri di
Kabupaten Banyuasin adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk
kegiatan industri serta tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan
apabila digunakan untuk kegiatan industri dapat memberikan manfaat :
Meningkatkan produksi hasil industri dan meningkatkan daya guna investasi di
daerah sekitarnya;
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
kegiatan ekonomi sekitarnya;
Tidak mengganggu fungsi lindung;
Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam;
Meningkatkan pendapatan masyarakat;
Meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
Meningkatkan kesempatan kerja;
Meningkatkan ekspor; dan
Meningkatkan perkembangan perekonomian masyarakat setempat.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -32
Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Banyuasin didasarkan pada
potensi sumberdaya alam yang ada. Kondisi eksisting saat ini, struktur ekonomi
Kabupaten Banyuasin banyak bertumpu pada sektor primer yakni sektor pertanian
tanaman pangan, peternakan, perkebunan dan perikanan. Sementara sektor sekunder
seperti industri pengolahan yang banyak digunakan sebagai motor penggerak
ekonomi wilayah belum mampu mengimbangi sektor primernya. Sehingga untuk
meningkatkan perekonomian wilayah Banyuasin perlu dikembangkan kawasan industri
yakni antara lain :
1. Kawasan industri yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin dengan jenis industri
besar yaitu kawasan industri gasing di Kecamatan Talang Kelapa dan industri di
kawasan Tanjung api-api, untuk mengolah hasil sumberdaya alam yang ada di
Kabupaten Banyuasin.
2. Lahan peruntukkan industri merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai zona
industri berkembang karena adanya kemudahan akses dan kecenderungan
menjadi area industri karena sebelumnya sudah banyak terdapat industri. Lokasi
yang dkembangkan harus tetap memperhatikan daya dukung lahannya dan tidak
mengkonversi lahan pertanian secara besar-besaran yaitu industri di kawasan
mariana.
3. Sentra industri kecil dikembangkan di setiap kecamatan disesuaikan dengan
potensi yang dimiliki. Pola pengembangannya mengikuti kecenderungan yang ada
yakni menyatu dengan permukiman tenaga kerja dari penduduk lokal dan
dikerjakan di tiap rumah.
4. Sentra industri kecil diarahkan pengembangannya dengan pengendalian terhadap
pengembangan pemanfaatan lahannya serta dikelola limbahnya pada tempat yang
sudah berkembang.
Arahan persebaran kawasan industri di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12 Persebaran Kawasan Industri Kab. Banyuasin
Kecamatan Luas (Ha)
Banyuasin I 1.004,21 Banyuasin II 8.727,19 Muara Telang 21,77 Talang Kelapa 5.091,33 Sumber Marga Telang 3.658,34 Total 18.502,84
Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -33
Berdasarkan perkembangan dan persebaran industri di atas, maka arahan
pengembangan industri di Kabupaten Banyuasin adalah :
1. Penetapan dan pengembangan kawasan industri seluas 18.502,84 Ha, yang
tersebar di Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin II, Sumber Marga Telang, Muara
Telang dan Talang Kelapa.
2. Pada daerah pedesaan diarahkan pada sentra-sentra industri dan kerajinan serta
pada permukiman yang ada.
3. Pada wilayah perkotaan diarahkan dengan mempertimbangkan batas wilayah kota
dan rencana detail tata ruang kota sebagai breakdown dari rencana tata ruang
wilayah kabupaten.
4. Pengembangan industri kecil dialokasikan secara terkonsentrasi pada satu
kawasan tertentu maupun pada kawasan yang menyatu dengan permukiman
penduduk; untuk industri kerajinan atau industri yang berkaitan dengan pariwisata
diarahkan pada kawasan yang berdekatan dengan lokasi parawisata; dan untuk
industri yang menimbulkan polusi diarahkan pada kawasan yang jauh dari
permukiman.
5. Menjalin kerjasama antara pihak pemerintah, swasta dan industri kecil di dalam
penyuluhan keterampilan, penyediaan dana dan distribusi pemasaran.
6. Pengembangan industri kecil ini perlu dilaksanakan di tiap kecamatan dengan
diversifikasi jenis industri sesuai dengan kegiatan eksisting, bahan baku dan
ketersediaan sumber daya lainnya.
4.2.6 Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan pariwisata secara teknis adalah kawasan yang apabila dikembangkan
tidak mengganggu kelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan, apabila
dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata akan memberikan manfaat untuk :
Meningkatkan pendapatan daerah dan mendayagunakan investasi;
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
kegiatan ekonomi sekitarnya;
Tidak mengganggu fungsi lindung;
Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam;
Meningkatkan pendapatan masyarakat;
Meningkatkan pendapatan daerah dan nasional;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -34
Meningkatkan kesempatan kerja;
Melestarikan budaya; dan
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian, maka rencana pola ruang untuk pengembangan kawasan
pariwisata adalah yang tersebar di wilayah Kecamatan Banyuasin III khususnya di
daerah Sembawa untuk pengembangan kawasan wisata agro, di wilayah Kecamatan
Talang Kelapa khususnya di daerah Sukomoro untuk pengembangan kawasan wisata
pemancingan, dan di wilayah Kecamatan Banyuasin II khususnya di daerah Sungsang
dan Muara Baru untuk pengembangan kawasan wisata pesisir/kampung nelayan dan
kawasan wisata Tugu Silk Air, Taman Nasional Sembilang dapat dikelola menjadi salah
satu tujuan ekowisata.
Beberapa aspek yang terkait dengan perencanaan kawasan wisata, perlu
ditindaklanjuti dengan :
1. Penetapan dan pengembangan kawasan pariwisata seluas 889,94 Ha, yang
tersebar di Kecamatan Banyuasin II 815,84 Ha dan Sumber Marga Telang 74,10
Ha.
2. Meningkatkan mekanisme pengelolaan pengembangan obyek wisata sesuai dengan
potensi yang dimiliki dan memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.
3. Mensinkronkan dan meningkatkan koordinasi antara sistem kepariwisatan
kabupaten dengan Propinsi Sumatera Selatan, sehingga pengembangan obyek
wisata andalan dalam skala regional dapat lebih terpadu.
4. Membuat rencana pengembangan setiap obyek wisata, guna memacu
perkembangan dan menarik investasi dalam pembangunan kepariwisataan.
5. Mengingat bahwa sebagian besar obyek wisata ini merupakan wisata alam, maka
sangat perlu dilakukan penjagaan ketat terhadap kelestarian alam sehingga
meskipun dapat meningkatkan nilai tambah yang sangat besar dari sektor ini dan
kelestarian alam dapat tetap terjaga.
6. Perlunya penyusunan rencana tapak pada setiap obyek wisata andalan.
7. Perlunya penyusunan paket wisata dan penawaran dalam berbagai tingkatan
pengunjung. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan membuat dan mengkaitkan
agenda wisata di kabupaten dengan Propinsi Sumatera Selatan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -35
8. Perlu dibuat sistem informasi tujuan wisata yang berfungsi sebagai alat bantu dan
sekaligus sebagai piranti pelayanan dan mempermudah wisatawan di dalam
mencapai dan menikmati kebutuhan pariwisata.
4.2.7 Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan
Pemukiman). Selanjutnya pembangunan kawasan permukiman ditujukan untuk :
Menciptakan kawasan permukiman yang tersusun atas satuan-satuan lingkungan
permukiman;
Mengintegrasikan secara terpadu dan meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan yang telah ada di dalam atau di sekitarnya.
Beberapa hal yang dijadikan dasar dalam pengembangan kawasan
permukiman bahwa kawasan secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang
aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai
akses untuk kesempatan berusaha, serta dapat membeerikan manfaat :
Meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan prasarana dan
sarana permukiman;
Meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
kegiatan ekonomi sekitarnya;
Tidak mengganggu fungsi lindung;
Tidak mengganggu upaya pelestarian sumberdaya alam;
Meningkatkan pendapatan masyarakat;
Menyediakan kesempatan kerja; dan
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Banyuasin dibedakan
menjadi pengembangan kawasan permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan.
Rencana pengembangan pola ruang untuk pengembangan permukiman perkotaan
pengembangannya direncanakan seluas 21.861,06 Ha yakni pada wilayah/kawasan
yang termasuk ke dalam sistem perkotaan pada ibukota kecamatan masing-masing.
Sedangkan pengembangan permukiman perdesaan direncanakan seluas 27.764,40 Ha
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -36
yang tersebar di setiap kecamatan, dengan luasan terbesar di Kecamatan Banyuasin II.
Permukiman perkotaan selanjutnya diarahkan untuk pengembangan kegiatan budidaya
non pertanian yaitu pemerintahan, jasa dan perdagangan, dan industri. Sedang
pengembangan permukiman perdesaan selanjutnya diarahkan untuk kegiatan
pelayanan pemerintahan tingkat desa dan pertanian (termasuk perkebunan, perikanan
dan peternakan), serta kegiatan pertambangan.
Untuk kawasan permukiman terkait dengan pengembangan kawasan industri
dan kebijakan pengembangan kasiba Lisiba di Kabupaten Banyuasin antara lain akan
dikembangkan kawasan pemukiman di Kasiba talang Kelapa, Kawasan Sungsang dan
Pangkalan Balai. Persebaran kawasan Permukiman di Kabupaten Banyuasin adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.13 Persebaran Kawasan Permukiman Kab. Banyuasin
Kecamatan Luas Permukiman(Ha) Total
Perdesaan Perkotaan
Kec. Airsalek 2.355,57 94 2.449,57
Kec. Banyuasin I 2.035,28 1.535,78 3.571,06
Kec. Banyuasin II 5.058,01 1.273,88 6.331,89
Kec. Banyuasin III 565,54 955,98 1.521,52
Kec. Betung 61,61 1.571,22 1.632,83
Kec. Makarti Jaya 1.000,9 181,02 1.181,92
Kec. Muara Padang 1.820,63 105,3 1.925,93
Kec. Muara Sugihan 2.350,06 106,1 2.456,16
Kec. Muara Telang 2.275,29 372,55 2.647,84
Kec. Pulau Rimau 2.060,17 153 2.213,17
Kec. Rambutan 502,24 2.520,72 3.022,96
Kec. Rantau Bayur 108,23 140,01 248,24
Kec. Suak Tapeh 430,78 226,01 656,79
Kec. Tanjung Lago 1.000,03 317 1.317,03
Kec. Tungkai Ilir 1.970,7 103 2.073,70
Kec.Sembawa 690,12 838,14 1.528,26
Kec.Talang Kelapa 559,60 10.493,36 11.052,96
Kec. Sumber Marga Telang 818,78 520,99 1.339,77
Kec. Air Kumbang 2.100,86 353 2.453,86
Total 27.764,40 21.861,06 49.625,46
Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011
Berdasarkan perkembangan dan persebaran permukiman di atas, maka arahan
pengembangan permukiman di Kabupaten Banyuasin adalah :
1. Penetapan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan sebesar
27.764,40 Ha dan Permukiman perkotaan sebesar 21.861,06 Ha
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -37
2. Pengembangan dan pembangunan perumahan di Kawasan pulau kecil dan
terpencil
3. Pengembangan permukiman pedesaan dikembangkan dengan sistem cluster
sehingga tidak menggangu lahan pertanian yang ada dan terintegrasi dengan
kawasan produksi disekitarnya.
4. Pengembangan kawasan permukiman skala besar diarahkan dalam bentuk ”Kota
Baru” yang dilengkapi dengan fasilitas, sistem utilitas dan sistem transportasi
yang lengkap dan terintegrasi dengan wilayah permukiman sekitarnya,
terintegrasi dengan pengembangan kawasan perkantoran, perdagangan dan jasa,
serta industri.
5. Penyusunan masterplan RTH untuk kawasan perkotaan
6. Pembangunan Taman dan Hutan kota
4.2.8 Kawasan Peruntukan Lainnya
Kawasan peruntukan lainnya yang di rencanakan di Kabupaten Banyuasin
meliputi kawasan reklamasi pantai dan kawasan pertahanan keamanan, Rencana
kawasan peruntukan lainnya di Kabupaten Banyuasin adalah:
a. Kawasan Reklamasi Pantai
Kawasan reklamasi pantai yang direncanakan di Kabupaten Banyuasin
diperuntukkan untuk industri dan pelabuhan yaitu kawasan industry Tanjung Api-
Api/Tanjung Carat yang dikembangkan di kecamatan Banyuasindua, kawasan ini
berada di kawasan reklamasi pantai seluas 3.931,35 Ha.
b. Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Kawasan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Banyuasin berupa dan instansi
militer yang terletak di Kecamatan Banyuasintiga dan Kecamatan Talangkelapa.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -38
Dari penjelasan perubahan (pengurangan) kawasan hutan, Akan diterapkan konsep
holding zone sebagaimana disebutkan diatas untuk kawasan hutan yang diusulkan
perubahannya dalam RTRWP dan belum disetujui perubahannya oleh Menteri
Kehutanan (masih dalam pembahasan). Konsep Holding Zone merupakan kawasan
hutan yang diusulkan perubahan fungsi dan peruntukannya dan bukan-kawasan hutan
yang diusulkan menjadi kawasan hutan kepada Menteri Kehutanan dalam revisi
RTRWP yang belum mendapat persetujuan Menteri Kehutanan. Dengan berlakunya
holding zone maka:
izin yang telah dikeluarkan tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya.
apabila akan diterbitkan izin baru maka harus sesuai dengan fungsi kawasan hutan
sebelumnya (sesuai keputusan Menteri Kehutanan yang berlaku terakhir).
Untuk lebih jelasnya rekapitulasi kawasan hutan berikut pertimbangan dan jenis
perubahannya yang berstatus Holding Zone di Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada
tabel 4.14 dan Gambar 4.1 berikut :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -39
No KODE NAMA KAWASAN LUAS FUNGSI PERTIMBANGAN KETERANGAN
Awal Usulan
1. K 026 HPK Tanjung Lago 11.295,97 HPK APL : - Kawasan
Peruntukan
Permukiman - Kawasan
Peruntukan Perkebunan
Rakyat
Pertimbangan Yuridis melalui Keputusan Bupati Banyuasin:
- Nomor 684 Tahun 2010
- Nomor 680 Tahun 2010 - Nomor 682 Tahun 2010
- Nomor 679 Tahun 2010 - Nomor 688 Tahun 2010
- Nomor 677 Tahun 2010
- Nomor 678 Tahun 2010 - Nomor 689 Tahun 2010
Desa Tanjung Lago dan Sri Menanti sudah ada sejak tahun 1950 sedangkan desa
transmigrasi sejak tahun 1979/1980 (Desa Sukatani, Sukadamai, Mulyasari,
Banyurip, Bangun Sari, Sumbermekarmukti)
Dengan Jumlah Penduduk ± 12.448 Jiwa terdiri dari Lahan Transmigrasi yang massuk
Wilayah HPK ± 4.000 Ha, Perkebunan dan Persawahan rakyat ± 5.000 Ha serta semak
belukar rawa ± 2500 Ha serta merupakan
Bagian dari sentra penghasil padi/beras pasang surut Kabupaten Banyuasin
Fungsi awal dari HPK menjadi
permukiman
perdesaan, desa-desa eks
transmigrasi, pusat kecamatan serta
infrastruktur
seperti Kantor Camat, Puskesmas,
SD,SMP Pustu dan SMK
2. K 025 HPK Air Senda Air Limau
1.469,59 HPK APL : - Kawasan
Peruntukan
Permukiman - Kawasan
Peruntukan Perkebunan
Rakyat
Termasuk Wilayah Desa Tanjung Laut ± 500 ha yang menempati sejak tahun 1984
terdiri dari Perkebunan Rakyat + 1.000 Ha
dan Semak Belukar rawa + 4500 Ha, HPK yang tersisa semuanya merupakan
pemukiman dan perkebunan masyarakat.
Fungsi awal dari HPK menjadi
permukiman dan
perkebunan rakyat
3. K 024 TN Sembilang 3756,62 TN APL : - Kawasan
Keberadaan kawasan konservasi perarian yang merupakan bagian dari TN Sembilang
Fungsi awal dari Taman Nasional
Tabel 4.14 Rekapitulasi Kawasan Holding Zone Kabupaten Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -40
Peruntukan
Tambak
baru tahun 2001, sebelumnya merupakan
perairan umum
menjadi Perairan
Umum dan aktivitas
Masyarakat
Nelayan
4. K 023 Perairan TN
Sembilang
7.714,38 TN APL :
- Kawasan
Peruntukan jalur
transportasi dan
penyebrangan
Keberadaan kawasan konservasi perarian
yang merupakan bagian dari TN Sembilang
baru tahun 2001, sebelumnya merupakan perairan umum. Kawasan Konservasi
perairan disepanjang sungai diusulkan : a. Selebar 200 meter sebagai daerah
penyangga di sepanjang sungai calik dan sungai lalan.
b. Selebar 1500 meter disepanjang sungai
banyuasin sebagai kawasan konservasi perairan.
(pertimbangan a dan b agar tidak mengganggu kepentingan perairan umum
khususnya untuk kepentingan pelabuhan
tanjung api-api
Fungsi awal dari
Taman Nasional
Sembilang menjadi jalur transportasi
angkutan sungai dan
penyeberangan yang merupakan
rencana kawasan
Tanjung Api-Api dan Tanjung Carat
5. K 017 HPK. Bertak/Sungai
Lilin
40.525,29 HPK APL :
- Kawasan Peruntukan
Permukiman
- Kawasan Peruntukan
Perkebunan Rakyat
- Kawasan
peruntukan semak belukar
rawa
Termasuk wilayah Desa Keluang ± 750 ha
dengan jumlah penduduk2.500 Jiwa, Desa Penuguan 500 Ha dengan Jumlah penduduk
2000 Jiwa, Desa Mukud 500 Ha dengan
jumlah penduduk 1000 Jiwa yang telah menempati lokasi tersebut sejak Tahun
1975 terdapat 7.000 Ha perkebunan Rakyat dan semak belukar rawa 5.650 Ha
serta terdapat Perkebunan PTPN VII
Fungsi awal HPK
menjadi perkebunan,
pertambangan,
permukiman, eks transmigrasi,
infrastruktur seperti Puskesmas,
SD, SMP, SMA,
Pustu, Kantor KUA, dan Kantor Camat
serta salah satu desa tersebut telah
menjadi Ibukota
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -41
Kecamatan
Tungkal Ilir yaitu Sidomulyo.
6. K 083 HPK Gelumbang 7.491 HPK APL :
- Kawasan Peruntukan
sawah
- Kawasan Peruntukan
Perkebunan Rakyat
Terletak di Kecamatan Rantaubayur
berbatasan dengan Kabupaten Muara Enim
Fungsi awal HPK
menjadi areal persawahan dan
perkebunan rakyat.
7. K 027a,
K 027b
Hutan Lindung (HL)
Pantai Telang
4.545,75 HL APL :
- Kawasan Peruntukan
sawah - Kawasan
Peruntukan
Perkebunan Rakyat
- Kawasan Peruntukan
tambak - Kawasan
Peruntukan
permikiman
Masuk kedalam desa Karanganyar, Sritiga,
Telukpayau, Muarasungsang dan Margasungsang, terdiri dari :
- Perkebunan masyarakat ± 3.975,5 ha
- Tambak ± 350,25 ha - Sawah ±163 ha
- Permukiman ±57 ha - Akan dibuat Akses Jalan Menuju
Pelabuhan Penumpang Sejarak + 1500 Meter dengan Lebar 100 meter
Fungsi awal Hutan
Lindung menjadi areal penggunaan
lain sebagai pendukung
rencana pelabuhan
Tanjung Api-api / Tanjung Carat.
8. K 027 c HL Pantai Telang 180 HL APL :
- Kawasan
Peruntukan pelabuhan,
tambak, industry dan
fasilitas umum
lainnya
Masuk kedalam desa Telukpayau,
Sungsang I. Sungsang II, Sungsang III dan
Sungsang IV, terdiri dari : a. Akses jalan Menuju Pelabuhan Tanjung
Carat Sejauh ± 9000 Meter dengan lebar 200 meter.
b. Wilayah Tanjung Carat menjadi rencana
lokasi pelabuhan utama yang dapat dilayari kapan-kapan bertonase besar
Fungsi awal Hutan
Lindung menjadi
pelabuhan Utama, dermaga serta
jalan akses jalan untuk Tanjung
Carat
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -42
c. Pengembangan pelabuhan direncanakan
seluas ± 2000 ha yang telah dilakukan Study kelayakan
d. rencana dermaga roro
e. Usulan untuk jalan tanjung carat keseluruhannya digunakan hanya untuk
akses publik.
9. K 028 & K 029
HL Muara Saleh 3.885,00 HL APL: - Kawasan
Peruntukan Permukiman
- Kawasan Peruntukan
Perkebunan
Rakyat - Kawasan
Peruntukan sawah
- Kawasan
Peruntukan tambak
Masuk kedalam desa Gilirang 355 KK, Sidomakmur 321 KK, Ganesamukti 402 KK,
Jurutaro 372 KK, terdiri dari : a. Perkebunan masyarakat ± 489 ha
b. Tambak ± 1.665 ha, Sawah ±1.461 ha c. Permukiman ±240 ha
d. Akan membuat Jalan Akses yang
berjarak ± 1500 meter dengan lebar 4 meter yang menghubungkan dari Desa
Jurutaro menuju Desa Sido Makmur maupun ke pusat kecamatan muara
sugihan
e. Terdapat 2 Desa transmigrasi (Sidomakmur, Ganesamukti) ,
persawahan, tambak serta perkebunan rakyat
f. Khusus Desa Jurutaro adalah desa nelayan yang dipisahkan dengan desa
lain oleh hutan lindung sejarak ± 800
meter.
Fungsi awal Hutan Lindung menjadi
permukiman, Desa Transmigrasi,
akses jalan, persawahan,
tambak,
perkebunan rakyat serta desa nelayan
10 T 003 APL Sungsang II 4.423,62 APL TN a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU
41 tahun 1999 bahwa pemerintah
mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan
b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan
dalam rangka penyelesaian
Semak belukar
rawa, Tidak ada
permukiman dan sarana prasarana
serta diperlukan sebagai bufferzone
TN Sembilang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -43
permasalahan kawasan hutan dan
kepastian hukum maka, diusulkan APL yang layak untuk dijadikan kawasan
hutan
c. Sebelumnya merupakan bufferzone TN Sembilang yang terbentuk karena
adanya izin lokasi perkebunan kelapa sawit PT. Raja Palma
d. Karena sebelumnya merupakan
bufferzone maka fungsinya diusulkan sebagai HP tetap dilanjutkan menjadi
Taman Nasional
11 T 005
Konservasi Perairan
TN Sembilang
1.484,82 APL TN a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU
41 tahun 1999 bahwa pemerintah
mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan
b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan
dalam rangka penyelesaian
permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL
yang layak untuk dijadikan kawasan hutan
c. Kondisi biofisik perairan identik dengan bagian TN Sembilang yang berbatasan
sehingga dapat dijadikan sebagai
perluasan kawasan perairan TN Sembilang
Merupakan tempat
mencari makan
(persingahan) bagi burung migran
12 T 006 APL berbatasan
dengan HL Air Upang
497,18 APL HL a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU
41 tahun 1999 bahwa pemerintah mempertahankan kecukupan luas dan
penutupan hutan b. Sehubungan dengan usulan perubahan
status kawasan hutan menjadi APL dan
Pulau berupa
hutan mangrove primer yang tidak
layak dimanfaatkan sebagai kawasan
budidaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -44
dalam rangka penyelesaian
permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL
yang layak untuk dijadikan kawasan
hutan c. Tidak ada perizinan penggunaan lahan
d. Berfungsi sebagai kawasan perlindungan daerah pantai/pesisir (hutan mangrove).
13 T 007 APL berbatasan
dengan HL Saleh Barat I
1.394,16 APL HL a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU
41 tahun 1999 bahwa pemerintah mempertahankan kecukupan luas dan
penutupan hutan b. Sehubungan dengan usulan perubahan
status kawasan hutan menjadi APL dan
dalam rangka penyelesaian permasalahan kawasan hutan dan
kepastian hukum maka, diusulkan APL yang layak untuk dijadikan kawasan
hutan
c. Tidak ada perizinan penggunaan lahan d. Berfungsi sebagai kawasan perlindungan
daerah pantai/pesisir (hutan mangrove).
Sebagian besar
hutan mangrove, Tidak ada
permukiman dan sarana prasarana
14 T 008 APL berbatasan
dengan HP Muara
Sugihan
1.342,21 APL HP a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU
41 tahun 1999 bahwa pemerintah
mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan
b. Sehubungan dengan usulan perubahan status kawasan hutan menjadi APL dan
dalam rangka penyelesaian
permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL
yang layak untuk dijadikan kawasan hutan
c. Tidak ada perizinan penggunaan lahan
Penutupan lahan
berupa hutan
mangrove sekunder dan
semak belukar rawa, rawa
bergambut, Tidak
ada permukiman dan sarana
prasarana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -45
d. Berada dalam ekosistem hutan rawa dan
mangrove, diusulkan sebagai HTR
15 T 009 APL berbatasan dengan TN
Sembilang
1.315,00 APL TN a. Berdasarkan pasal 18 ayat 1 dalam UU 41 tahun 1999 bahwa pemerintah
mempertahankan kecukupan luas dan penutupan hutan
b. Sehubungan dengan usulan perubahan
status kawasan hutan menjadi APL dan dalam rangka penyelesaian
permasalahan kawasan hutan dan kepastian hukum maka, diusulkan APL
yang layak untuk dijadikan kawasan hutan
c. Tidak ada perizinan penggunaan lahan
d. Kondisi biofisik lahan identik dengan bagian TN Sembilang yang berbatasan
sehingga dapat dijadikan perluasan Kawasan TN Sembilang ( serbagai
pengganti areal di tanjung api-api)
Semak belukar rawa, Tidak ada
permukiman dan sarana prasarana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -46
Secara keseluruhan kompilasi luasan dari rencana peruntukan yang membentuk
pola ruang di Kabupaten Banyuasin dengan didominasi oleh kawasan budidaya yaitu
sebesar 807.078,34 Ha atau sekitar 57,31% dari luas total dan 388.207,81 Ha atau
28,2% merupakan kawasan lindung serta sisanya sekitar 14,47% merupakan tubuh
air. Secara rinci rencana pola ruang diiliustrasikan pada tabel 4.15 dan peta pola ruang
gambar 4.2 berikut :
Tabel 4. 15 Jenis dan Luas Rencana Peruntukan Kawasan Budidaya
Kabupaten Banyasin Tahun 2031
No Jenis Penggunaan Usulan Perubahan
Ha %
A. Peruntukan Kawasan Lindung
1 Hutan lindung 62.269,25 4,37
2 Sempadan Sungai 33.136,12 1,77
3 Suaka Alam 94.300 6,86
4 Taman Nasional Sembilang 198.502,44 14,74
Total Kawasan Lindung 388.207,81 28,22
B. Peruntukan Kawasan Budidaya
1 hutan produksi 68.393,37 5,02
2 pertanian pangan 232.873,40 15,26
3 perkebunan karet 142.041,87 10,66
4 perkebunan sawit 241.506,03 18,91
5 perkebunan kelapa 21.559,60 1,63
6 Perkebunan Tebu 1.412,57 0,10
7 kawasan peternakan 1.518,34 0,11
7 Tambak 9.068,11 0,67
8 Pertambangan (IUP) 13.779,55 0,93
9 kawasan industri 20.478,75 1,49
10 kawasan pariwisata 889,94 0,06
11 permukiman perdesaan 27.764,40 2,10
12 Permukiman perkotaan 21.861,06 1,45
13 Kawasan Tanjung Api-Api/Tanjung Carat
(Reklamasi) 3.931,35 0,75
Total Kawasan Budidaya 807.078,34 57,31
Tubuh Air (Sungai) 63.599,53
Tubuh Air (Laut) 116.514,38
Total Tubuh Air 192.100,91 14,47
Total 1.375.400,06 Sumber : hasil rencana, 2011 Keterangan :
Terdapat penggunaan lahan untuk holtikultura pada alokasi yang tersebar spot-spot yang tidak dapat terpetakan karena luasan yang relatif kecil-kecil dan tercampur dengan kawasan pertanian pangan, hutan rakyat dan perkebunan. Untuk luasan sempadan pantai sudah termasuk di dalam kawasan hutan lindung.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -47
Gambar 4.1 Peta Rencana Pola Ruang untuk Holding Zone
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
RENCANA POLA RUANG
IV -48
Gambar 4.2 Peta Rencana Pola Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-1
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang
penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Penentuan
kawasan strategis kabupaten lebih bersifat indikatif. Batasan fisik kawasan strategis
kabupaten akan ditetapkan lebih lanjut di dalam rencana tata ruang kawasan strategis.
Dalam upaya mengurangi disparitas pembangunan antara kawasan pusat
pertumbuhan (Kota Metropolitan Palembang) dengan kawasan-kawasan di sekitarnya
dan upaya optimalisasi potensi kawasan, maka diperlukan strategi pengembangan
wilayah pada kawasan-kawasan yang memiliki peran strategis sebagai motor
penggerak bagi pembangunan kawasan-kawasan di sekitarnya, baik dalam aspek
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan keamanan dan lingkungan. Penetapan kawasan
strategis harus didukung oleh tujuan tertentu daerah sesuai pertimbangan aspek
strategis masing-masing kabupaten. Kawasan strategis yang ada di kabupaten memiliki
peluang sebagai kawasan strategis nasional dan provinsi. Penetapan kawasan strategis
kabupaten didasarkan pada kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan
yang ditetapkan.
5.1 KAWASAN STRATEGIS DI KABUPATEN BANYUASIN
Kawasan strategis ditetapkan selain dengan memperhatikan kondisi wilayah
Kabupaten juga memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis
provinsi yang ada di wilayah Kabupaten. Meninjau dari penetapan PP 26 Tahun 2008
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), di Kabupaten Banyuasin
tidak terdapat kawasan strategis yang menjadi kawasan strategis nasional, sehingga
Kawasan strategis yang terdapat di Kabupaten Banyuasin terdiri dari :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-2
1. Kawasan strategis provinsi yang ditetapkan dalam RTRW Provinsi Sumatera
Selatan.
2. Kawasan strategis kabupaten merupakan hasil perumusan dan kesepakatan
pemangku kepentingan (stakeholder) penataan ruang wilayah Kabupaten
Banyuasin.
5.1.1 Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Banyuasin
Kawasan Strategis Provinsi yang direncanakan untuk Kabupaten Banyuasin
adalah :
1. Kawasan Perkotaan Metropolitan Palembang, merupakan kawasan strategis
yang ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis
ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek
potensi ekonomi cepat tumbuh serta dukungan jaringan prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi. Kendati belum ditetapkan delineasi kawasannya
secara jelas, Kawasan Strategis Metropolitan Palembang ini akan dikembangkan ke
arah lebih luas yang mencakup sebagian wilayah Kabupaten Banyuasin, dengan
arahan penangan :
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan,
penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam
mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan metropolitan
Pengembangan pembangunan vertikal
Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di tingkat regional
Perlu sinergitas infrastruktur
Perlu sinergitas pembangunan antar daerah
2. Kawasan Pelabuhan Tanjung Api-Api, merupakan kawasan strategis yang
ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek potensi
ekonomi cepat tumbuh serta dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatan ekonomi. Kawasan Tanjung Api-Api berlokasi di Kecamatan Banyuasin II,
arahan dari RTRWP Sumatera Selatan untuk penanganannya meliputi :
Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan
industri
Perlu dikendalikan agar tidak merambah kawasan hutan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-3
Mengembangkan pelabuhan internasional
Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah disekitarnya
Kerjasama dengan pihak swasta.
3. Kawasan Taman Nasional Sembilang, merupakan kawasan strategis yang
ditetapkan dengan kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup yang merupakan kawasan lindung yang ditetapkan
bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan serta
memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian. Berlokasi di Kecamatan Banyuasin II seluas
205.750 Ha, dengan arahan penanganan :
Penyusunan Renstra dan peraturan zonasi
Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya dukung lingkungan
Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove
Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi konservasi kawasan
4. Kawasan Minapolitan, merupakan kawasan strategis yang ditetapkan dengan
kepentingan kawasan yang memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi dalam aspek Sektor unggulan perikanan
dan industri yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi serta Dukungan
jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, namun dalam draft
RTRWP Sumatera Selatan lokasinya tidak ditentukan. Artinya Pemerintah
Kabupaten Banyuasin dapat menentukan lokasi untuk kawsan strategis
minapolitan tersebut. Sedangkan untuk arahan dari RTRWP Sumatera Selatan
untuk penanganannya meliputi : tambahkan lokasi
Penyusunan RDTR danPeraturan Zonasi
Mempertahankan tingkat produksi pangan dari sektor perikanan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan;
Mempertahankan luasan lahan budidaya perikanan
Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya
Meningkatkan pendapatan nelayan/pembudidaya dengan program
multiaktivitas minabisnis
Mengembangkan kawasan minabisnis dari hulu hingga hilir yang sesuai dengan
potensi kawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-4
5.1.2 Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin.
Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan pada wilayah kabupaten
Banyuasin yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang
sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan.
1. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek
Ekonomi
Merupakan kawasan-kawasan yang dapat berperan mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah secara makro dengan memanfaatkan potensi wilayah yang ada.
Rencana pengembangan kawasan strategis bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Banyuasin adalah sebagai berikut :
a. Kawasan Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang
Kawasan strategis ini merupakan kawasan di wilayah Kabupaten Banyuasin
yang difungsikan untuk mendukung kawasan strategis Provinsi Sumatera Selatan yaitu
kawasan perkotaan metripolitan Palembang. Delineasi kawasan tersebut menjadi
kewenangan Kabupaten yang meliputi :
Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang,
Merupakan kawasan transmigrasi yang pembangunan dan pengembangannya
dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan melalui
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Kawasan tersebut berlokasi di
Kecamatan Muara Telang dengan kegiatan utama sebagai pusat kegiatan agribisnis
dan pusat kegiatan perdagangan, dimana pengembangannya diharapkan mampu
mewujudkan tujuan dari pembangunan Kota Terpadu Mandiri tersebut, yaitu :
- Menciptakan sentra-sentra agribisnis dan agroindustri yang mampu menarik
investasi swasta untuk menumbuh-kembangka kegiatan ekonomi transmigran
dan penduduk sekitar, serta membuka peluang usaha dan kesempatan kerja.
- Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan transmigran dan penduduk sekitar.
- Meningkatkan kemudahan transmigran dan penduduk sekitar untuk memenuhi
berbagai kebutuhan dasar.
Adapun arahan pengembangan untuk kawasan Kota Terpadu Mandiri Telang,
diantaranya :
- Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-5
- Revisi Masterplan KTM
- Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan.
- Penguatan kelembagaan dan masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan
kawasan KTM
Kawasan Perdagangan Betung.
Kawasan strategis ini memiliki nilai sangat strategis sebagai pintu gerbang
perbatasan kabupaten, yaitu antara Kabupaten Banyuasin dengan Kabupaten Musi
Banyuasin. Kawasan Betung memiliki peran sebagai pusat pelayanan kegiatan
(PPK). Kawasan koridor ini memiliki potensi untuk pengembangan kegiatan-kegiatan
yang terkait dengan akses jalan regional bahkan nasional seperti pendukung
kegiatan industri atau zona industri, pergudangan, rest area. Lokasi yang strategis
tersebut membuat kawasan ini sangat sesuai untuk pengembangan kawasan
perdagangan skala regional. Kedapannya rencana pengembangan kawasan tersebut
berupa :
- Penyusunan rencana Detail Kawasan
- Pengembangan sarana dan prasarana transportasi.
- Pengaturan ruang pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin
- Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa
Kawasan Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai
Kawasan ini dikembangkan menjadi lokasi perkantoran yang memiliki nilai strategis,
yaitu menjadi lokasi pusat perkantoran Kabupaten. Berdasarkan struktur ruang yang
akan dibentuk, Pangkalan Balai direncanakan menjadi PKL. Dengan demikian
kawasan tersebut akan mengemban fungsi sebagai pusat pemerintah, perdagangan
dan jasa yang melayani Kabupaten Banyuasin secara keseluruhan sehingga
kawasan ini diharapkan menjadi kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat
tumbuh. Rencana pengembangan kawasan tersebut diantaranya :
- Penyususan RTBL Kawasan
- Pengembangan Fasilitas Perkantoran
- Pengembangan Fasilitas Permukiman perkotaan
- Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi
- Pengembangan sarana dan prasarana transportasi
Kawasan Pusat Permukiman Perkotaan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-6
Kawasan Sukajadi dan Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Jakabaring, Rambutan (Kec.
Rambutan) dan Mariana (Kec. Banyuasin I) dikembangkan menjadi kawasan
strategis yang berfungsi menjadi pendukung lokasi kawasan perkotaan Palembang.
Kawasan tersebut difungsikan untuk pusat kegiatan permukiman perkotaan.
Rencana pengembangan kawasan ini diantaranya :
- Penyususnan RTBL Kawasan
- Penataan Kasiba dan Lisiba
- Rencana pengembangan perumahan
- Rencana pengembangan fasilitas umum pendukung permukiman
- Pengembangan utilitas
- Pengembangan jaringan transportasi
b. Kawasan Strategis Pertanian
Kawasan ini merupakan kawasan strategis yang kegiatan utamanya pada sektor
pertanian meliputi agropolitan, pertanian pangan, perkebunan berbasis industri dan
migas serta perikanan.
Kawasan Agropolitan
Pengembangan kawasan agropolitan difokuskan pada Kec. Tanjung Lago,
Keberadaan kawasan ini berupa sentra pertanian lahan basah dan hortikultura yang
dapat dijadikan sebagai kawasan agrowisata dan pendidikan untuk pengenalan
bentuk dan jenis tanaman pangan, sayuran serta buah – buahan juga mengetahui
tentang teknik pengelolaannya. Diharapkan kawasan ini dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat sekitar maupun pertumbuhan ekonomi
kabupaten melalui potensi pertanian yang dimiliki. Arahan pengembangan untuk
kawasan agropolitan ini yaitu :
- Penyusunan Masterplan
- Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan
- pengembangan wilayah sentra produksi
- Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi
- Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi
- peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna
- penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci
- Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-7
- Pengembangan jaringan pasar dan promosi
- Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah
dan swasta
- Pengembangan lembaga pembiayaan
Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun)
Kawasan ini ditujukan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari kegiatan perkebunan.
Hasil Perkebunan cenderung berfluktuasi, sehingga diperlukan untuk
mengembangkan usaha melalui industri. Pengembangan dari KIMBUN ini berupa
zona industri yang bertumpu pada pengolahan hasil pertanian (agro industri) yang
berasal dari perkebunan. DiKabupaten Banyuasin telah ditetapkan beberapa
kawasan yang memiliki fungsi sebagai kawasan KIMBUN, yaitu Kawasan KIMBUN
Muara Padang yang terdiri dari Kec. Banyuasin I, Kec. Air Kumbang, Kec. Muara
Padang dan Kec. Rambutan.
Arahan pengembangan untuk kawasan ini adalah :
- Penyusunan Masterplan
- Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan
limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri
berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional.
- Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi
- Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian
- Pengembangan jaringan pasar dan promosi
Kawasan Sentra Produksi Beras Pertanian Pasang Surut
Kawasan pasang surut di Kabupaten Banyuasin sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai kawasan pertanian padi pasang surut. Kawasan pertanian
pasang surut tersebut diarahkan untuk pengembangan kawasan sentra produksi
beras yang dipusatkan di Kecamatan Tanjunglago, Kecamatan Muara Telang dan
Kecamatan Sumber Marga Telang. Kondisi tersebut menjadikan Kabupaten
Banyuasin sebagai pensuplay terbesar lumbung pangan nasional di Sumatera
Selatan. Kawasan pertanian pasang surut ini menjadi kegiatan utama bagi sebagian
besar penduduk Kabupaten Banyuasin yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi penduduk dan penyumbang PDRB bagi Kabupaten Banyuasin. Untuk
kedepannya arahan pengembangan kawasan pertanian pasang surut ini yaitu :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-8
- Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan
rencana zonasi
- Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui
pengembangan aplikasi budidaya dan bibit unggul yang adaptif terhadap
perubahan iklim (teknologi)
- Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian
- Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi/daerah
reklamasi rawa
- Pengembangan lumbung padi
- Pengembangan sistem Perlindungan hak-hak petani untuk meningkatkan
kesejahteraan petani.
c. Kawasan Sentra Pertambangan dan Migas
Kawasan Sentra Pertambangan Migas
Kawasan Kec. Pulau Rimau dan Kec. Tungkal Ilir termasuk didalamnya Teluk
Betung, Penuguaan, Mukut, Bentayan dan Kluang. Kawasan ini difungsikan sebagai
kawasan KIMBUN dan Migas
Arahan pengembangan untuk kawasan ini adalah :
- Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan
rencana zonasi
- Peningkatan sarana penunjang produksi seperti air bersih, pengolahan limbah
- Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses produksi
- Pengembangan jaringan pasar dan promosi
- Penataan kembali lahan bekas tambang
d. Kawasan Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api.
Lokasi kawasan strategis ini terletak di Kecamatan Banyuasin II yang
dipromosikan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKWp) dan sebagian di Kecamatan
Sumber Marga Telang sebagai kawasan pendukung industri Tanjung Api-Api. Kawasan
ini merupakan kawasan terpadu dimana kegiatan didalamnya berupa rencana
pembangunan pelabuhan utama skala internasional ditetapkan sebagai kawasan
strategis provinsi. Selain pelabuhan pada kawasan ini juga akan terdapat kawasan
industri dan dilengkapi dengan keberadaan fasilitas penunjang lainnya. Pembangunan
kawasan ini merupakan suatu nilai lebih yang tidak dimiliki Kabupaten lain, sehingga
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-9
pengembangan kawasan secara optimal dapat memberikan pemasukan bagi
pendapatan asli daerah. Arahan pengembangan kawasan ini berupa :
- Pengembangan kawasan Industri Terpadu
- pelabuhan/terminal general kargo mencapai
- pelabuhan laut
- pelabuhan penyeberangan
- 1 stock pile batubara
- pelabuhan peti kemas
- pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/Semen)
- Pengembangan kawasa perkantoran
- Pengembangan kawasan Permukiman
- Pengembangan Fasilitas umum sosial-ekonomi
- Pengembangan Jaringan utilitas pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan
permukiman
- Pengembangan JaringanTransportasi
e. Kawasan Strategis Industri
Pengembangan Kawasan industri di Kabupaten Banyuasin terletak di Gasing
Kecamatan Talangkelapa dan Mariana di Kecamatan Banyuasin I. Untuk kawasan
industri gasing, jenis industri berskala menengah hingga besar, sedangkan di Kawasan
Mariana kegiatan industri bertumpuh pada industri perkapalan, migas, CPO dan kayu.
Arahan pemanfaatan pengembangan yang perlu dilakukan :
- Penyusunan Masterplan
- Penyusunan Rencana Detail Kawasan;
- Pengembangan jaringan transportasi
- Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah, ketersediaan
jalur hijau/RTH
- Pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi khususnya di kawasan Gasing
f. Kawasan Minapolitan
Minapolitan adalah kota perikanan yang tumbuh dan berkembang karena
berjalannya sistem dan usaha perikanan serta mampu melayani, mendorong, menarik,
menghela kegiatan pembangunan perikanan di wilayah sekitarnya. Kondisi wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-10
Kabupaten Banyuasin yang memiliki kawasan pesisir terbesar di Sumatera Selatan,
diarahkan menjadi kawasan strategis untuk pengembangan minapolitan. Kabupaten
Banyuasin menetapkan kawasan minapolitan yaitu di Kawasan Sungsang yang
dikembangkan untuk perikanan tangkap dan laut serta sebagian kecil untuk perikanan
tambak. Kawasan Air Batu, Sukamoro dan Rantau Bayur untuk perikanan Budidaya air
tawar serta kawasan Muara Sugihan untuk pengembangan perikanan tambak/payau.
Kawasan-kawasan tersebut diharapkan mampu mendorong pertumbuhan
pembangunan perdesaan dan desa-desa hinterland melalui pengembangan ekonomi,
yang tidak terbatas sebagai pusat pelayanan sektor perikanan, tetapi juga
pembangunan sektor secara luas seperti usaha perikanan, industri kecil, pariwisata,
jasa pelayanan, dan lain-lain. Arahan pengembangan untuk kawasan minapolitan ini
diantaranya :
- Penyusunan masterplan minapolitan
- Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan
- Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan
diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan
tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas.
- Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk
memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman.
- Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai)
2. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek
Lingkungan.
Merupakan kawasan strategis yang memberikan perlindungan alam, mempunyai
ekosistem asli yang dikelola dengan sistem Zonasi dan dimanfaatkan untuk
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang kebudayaan dan
berpotensi untuk rekreasi / pariwisata. Sedangkan fungsinya adalah sebagai
perbandingan sistem penyangga kehidupan pengawasan serta pemanfaatan secara
lestari keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-11
Kawasan Taman Nasional Sembilang
Tamana Nasional Sembilang merupakan kawasan
lahan basah yang sebagian besar terdiri dari hutan
mangrove dengan hutan rawa air tawar dan hutan rawa
gambut yang terletak di
belakangnya. Hutan mangrove
yang meluas hingga 35 km ke
arah darat (hulu) di kawasan ini
merupakan sebagian kawasan
hutan mangrove terluas yang tersisa di sepanjang pantai
timur pulau Sumatera. Kawasan ini merupakan habitat
bagi sejumlah spesies penting/terancam serta lebih dari 32 spesies burung air. Dataran
lumpur yang luas di kawasan ini merupakan habitat persinggahan bagi ribuan burung
air migran terutama pada bulan Oktober hingga April. Hutan mangrove yang ada juga
merupakan habitat yang subur bagi perikanan (ikan dan udang). Hal tersebut
memperlihatkan pentingnya nilai ekologi kawasan pesisir di Kawasan Taman Nasional
Sembilang. Masih terbatasnya aksesibilitas menuju kawasan Taman Nasional
Sembilang, untuk kedepan diharapkan adanya pengembangan jaringan transportasi di
kawasan ini khususnya jalur darat. Taman Nasional Sembilang yang juga ditetapkan
sebagai kawasan strategis provinsi ini terletak di ujung utara Kabupaten Banyuasin
tepatnya di Kecamatan Banyuasin II seluas 205.750 Ha.
Dalam kewenangan Kabupaten, arahan untuk pengembangan Kawasn Taman
Nasional Sembilang diantaranya :
- Pengembangan ekowisata
- pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata
- Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi.
- Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Kawasan Taman Nasional Sembilang
- Peningkatan promosi wisata
Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-12
Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan merupakan hutan hujan tropis
atau hutan daratan seluas 75.000 Ha yang ditetapkan berdasarkan SK Menhut
No.004/Kpts-II/1983, kawasan tersebut terletak di Kecamatan Muara Padang dan
Kecamatan Rambutan. Kawasan ini merupakan habitat gajah Sumatera sebagai
plasma nutfah yang memiliki ciri khas dan termasuk satwa langka yang dilindungi.
arahan pengembangan kawasan strategis ini meliputi :
- Reboisasi dan Pemantapan kawasan sebagai habitat Gajah
- Revitalisasi infrastruktur pendukung pusat pelatihan gajah
- meningkatkan peran serta pemerintah, pemberdayaan masyarakat sekitar dan
investor.
- Peningkatan sosialisasi dan promosi
- Optimalisasi kawasan tersebut untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
3. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek
Sosial-Budaya
Untuk Kabupaten Banyuasin, yang dikategorikan
sebagai kawasan strategis aspek sosial budaya yaitu
Kawasan Strategis perkampungan nelayan di Sungsang.
Sungsang merupakan salah satu perkampungan nelayan
terbesar yang terletak di daerah Muara Sungai Musi
ibukota kecamatan Banyuasin II, kabupaten Banyuasin.
Kawasan ini tempat bertemunya air tawar Sungai Musi dengan air laut Selat Bangka. Di
dusun ini tinggal penduduk dengan keragaman suku yang demikian kontras dengan
dominasi suku Melayu, Bugis dan Jawa. Pekerjaan utama masyarakat di dusun ini
adalah nelayan, meski memiliki pekerjaan utama sebagai nelayan namun hampir
sebagian besar penduduk di dusun sembilang juga memiliki huma, tempat bercocok
tanam sebagai penopang hidup.
Keberagaman suku menjadikan dusun ini kaya akan nilai-
nilai budaya. Mulai dari tata cara penangkapan dan
pengelolaan hasil perikanan, hingga pola bercocok tanam
dan tanaman yang digemari terlihat sangat berbeda.
Terdapat pola tradisional yang masih dilakukan, seperti
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-13
lelang lebak lebung yang merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat
setempat untuk memperoleh wilayah areal tangkapan ikan dengan cara lelang.
Kekhasan, keunikan serta keaslian kondisi di Kampung nelayan Sungsang dapat
ditetapkan sebagai kawasan strategis untuk tempat pelestarian dan pengembangan
budaya skala kabupaten. Untuk kedepannya arahan pengembangan di Kawasan
kampung nelayan Sungsang yaitu :
- Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan.
- Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan dan Lingkungan
- Pengembangan sektor pariwisata.
- Pengembangan sarana dan prasarana permukiman serta transportasi.
- Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan.
4. Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan strategis aspek Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yaitu Kawasan Strategis pusat penelitian di bidang
pertanian yang terletak di Kecamatan Sumbawa. Di Kawasan tersebut akan
direncanakan sebagai kawasan Agrocenter yang didukung keberadaan Balai Penelitian.
Kebijakan penetapan alokasi ruang ini mendukung pengembangan kawasan sebagai
kawasan strategis kabupaten karena memiliki sektor unggulan yang dapat
menggerakkan pertumbuhan ekonomi kabupaten.
- Penyusunan rencana detail kawasan
- Pengembangan pusat Balai penelitian pertanian
- Pengembangan pusat balai penelitian ternak unggul.
- Pengembangan pusat penelitian perkebunan
- Pengembangan kawasan agrowisata perkebunan.
- Peningkatan sekolah pertanian pembangunan menjadi bertaraf internasional
- Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian
Untuk lebih jelasnya penetapan kawasan strategis di Kabupaten Banyuasin dapat
dilihat pada Tabel 5.1 dan Gambar 5.1 berikut :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-14
Tabel 5.1 Kawasan Strategis Kabupaten Banyuasin
No
Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi
Kawasan Strategis
Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Kawasan
Lokasi Kawasan Strategis
Arahan Pengembangan
1 2 3 4 5 6 7
Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi
1. Kawasan Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang : Kawasan Perkotaan Metropolitan Palembang
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, melalui revitalisasi kawasan, penataan lingkungan sekitar, peningkatan aksesibilitas menuju kawasan dalam mendukung peningkatan fungsi kawasan sebagai kawasan metropolitan
Pengembangan pembangunan vertikal
Berpotensi sebagai kawasan ekonomi untuk persaingan di
tingkat regional Perlu sinergitas infrastruktur Perlu sinergitas pembangunan
antar daerah
Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang
- Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi
- Revisi Masterplan KTM - Peningkatan investasi budidaya dan industri
pertanian, jasa dan perdagangan. - Penguatan kelembagaan dan masyarakat
untuk terlibat dalam pengembangan kawasan KTM
Kawasan Perkotaan Berbasis Komoditas Pertanian
Kec. Muara Telang dan Tanjung Lago
Kawasan Perdagangan Betung
- Penyusunan rencana Detail Kawasan - Pengembangan sarana dan prasarana
transportasi.
- Pengaturan ruang pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin
- Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa
Kawasan Pusat Perdagangan Regional
Kec. Betung
Kawasan Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai
- Penyususan RTBL Kawasan - Pengembangan Fasilitas Perkantoran - Pengembangan Fasilitas Permukiman
perkotaan - Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi - Pengembangan sarana dan prasarana
transportasi
Pusat Pemerintahan Kabupaten
Pangkalan Balai
Kawasan
Jakabaring, Sukajadi dan Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Rambutan (Kec. Rambutan) dan Mariana (Kec.
- Penyususnan RTBL Kawasan
- Penataan Kasiba dan Lisiba - Rencana pengembangan perumahan - Rencana pengembangan fasilitas umum
pendukung permukiman - Pengembangan utilitas - Pengembangan jaringan transportasi
Pusat
Permukiman Perkotaan
Sukajadi dan
Sukomoro (Kec. Talang Kelapa), Rambutan (Kec. Rambutan) dan Mariana (Kec. Banyuasin I)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-15
No
Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi
Kawasan Strategis
Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Kawasan
Lokasi Kawasan Strategis
Arahan Pengembangan
1 2 3 4 5 6 7
Banyuasin I)
2. Kawasan Strategis Pertanian - -
Kawasan Agropolitan
- Penyusunan Masterplan - Penyusunan rencana detail tata ruang
kawasan
- pengembangan wilayah sentra produksi - Operasional dan pemeliharaan jaringan
irigasi - Peningkatan Infrastruktur transportasi ke
daerah sentra produksi - peningkatan produktivitas melalui
penggunanaan teknologi tepat guna - penyuluhan dan bimbingan kelompok tani,
koperasi dan usaha keci - Pengembangan kegiatan industri
pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian
- Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Pengembangan jaringan kerjasama antar
daerah pengelola kawasan, pemerintah dan swasta
- Pengembangan lembaga pembiayaan
Pusat Agropolitan Pertanian
pangan dan perkebunan
Kec. Muara Padang
- -
Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun)
- Penyusunan Masterplan - Peningkatan sarana penunjang produksi
seperti listrik, air bersih, pengolahan limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional.
- Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi
- Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian
- Pengembangan jaringan pasar dan promosi
Pusat Industri berbasis perkebunan
Muara Padang yang terdiri dari Kec. Banyuasin I, Kec. Air Kumbang, Kec. Muara Padang dan Kec.
Rambutan
- -
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-16
No
Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi
Kawasan Strategis
Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Kawasan
Lokasi Kawasan Strategis
Arahan Pengembangan
1 2 3 4 5 6 7
Kawasan Pertanian Pasang Surut
- Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi
- Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui pengembangan Aplikasi teknik budidaya dan bibit unggul yang adaptif terhadap perubahan iklim (teknologi)
- Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian
- Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi
- Pengembangan lumbung padi - Pengembangan sistem Perlindungan hak-
hak petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani
Kegiatan pertanian pangan pasang surut
Kec. Tanjunglago Kec. Sumber Marga Telang, Kec. Muara Telang, dan Makarti Jaya
- -
3. Kawasan Pertambangan
Migas
- Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi
- Peningkatan sarana penunjang produksi seperti air bersih, pengolahan limbah
- Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses produksi
- Pengembangan jaringan pasar dan promosi - Penataan kembali lahan bekas tambang
Pusat produksi pertambangan
Kawasan Kec. Pulau Rimau dan
Kec. Tungkal Ilir
4. Kawasan Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
- Pengembangan kawasan Industri Terpadu - Pengembangan Fasilitas umum sosial-
ekonomi pendukung kawasan industri terpadu
- Pengembangan Jaringan utilitas pendukung
kegiatan pelabuhan, industri dan permukiman
- Pengembangan JaringanTransportasi
Kawasan Ekonomi Khusus
Kec. Banyuasin II dan Kec. Sumber Marga Telang
Kawasan Pelabuhan Tanjung Api-Api
Meningkatkan aksesibilitas dan sarana penunjang pelabuhan dan kawasan industri
Perlu dikendalikan agar tidak merambah kawasan hutan
Mengembangkan pelabuhan internasional
Mengintegrasikan dengan pengembangan wilayah disekitarnya
Kerjasama dengan pihak swasta.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-17
No
Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi
Kawasan Strategis
Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Kawasan
Lokasi Kawasan Strategis
Arahan Pengembangan
1 2 3 4 5 6 7
5. Kawasan Strategis Industri
- Penyusuna Masterplan - Penyusunan Rencana Detail Kawasan; - Pengembangan jaringan transportasi - Pengembangan infrastruktur lingkungan
seperti pengelolahan limbah, ketersediaan jalur hijau/RTH
- Pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi khususnya di kawasan Gasing
Pusat Industri Terpadu
Kecamatan Talang Kelapa dan Kecamatan Banyuasin I
- -
6. Kawasan Minapolitan
- Penyusunan masterplan minapolitan - Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan - Pengembangan infrastruktur yang
mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas.
- Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman.
- Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai)
Pusat Kegiatan Perikanan
Sungsang Air Batu, Sukamoro, Rantau Bayur dan Muara Sugihan
Kawasan Minapolitan Mempertahankan tingkat produksi pangan dari sektor perikanan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan lumbung pangan;
Mempertahankan luasan lahan budidaya perikanan
Meningkatkan produktivitas
perikanan budidaya Meningkatkan pendapatan
nelayan/pembudidaya dengan program multiaktivitas minabisnis
Mengembangkan kawasan minabisnis dari hulu hingga hilir yang sesuai dengan potensi kawasan
Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Lingkungan.
1. Kawasan Taman
Nasional Sembilang
- Pengembangan ekowisata
- pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata
- Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi.
- Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Kawasan Taman Nasional Sembilang
Kawasan
Konservasi Strategis
Kec. Banyuasin
II
Kawasan Taman
Nasional Sembilang
Pengendalian pemanfaatan SDA
yang melebihi daya dukung lingkungan
Rehabilitasi/revitalisasi kawasan hutan mangrove
Rehabilitasi dan revitalisasi fungsi konservasi kawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-18
No
Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi
Kawasan Strategis
Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Kawasan
Lokasi Kawasan Strategis
Arahan Pengembangan
1 2 3 4 5 6 7
- Peningkatan promosi wisata - Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
2. Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan
- Reboisasi dan Pemantapan kawasan sebagai habitat Gajah
- Revitalisasi infrastruktur pendukung
pusat pelatihan gajah - meningkatkan peran serta pemerintah,
pemberdayaan masyarakat sekitar dan investor.
- Peningkatan sosialisasi dan promosi
- Optimalisasi kawasan tersebut untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Kawasan Pelestarian gajah Sumatera
Kec. Muara Padang dan Kec.
Rambutan
- -
Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Sosial-Budaya
1. Kawasan
Perkampungan Nelayan
- Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan.
- Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan dan Lingkungan
- Pengembangan sektor pariwisata. - Pengembangan sarana dan prasarana
permukiman serta transportasi. - Peningkatan Industri rumah tangga
berbasis perikanan
Pusat kegiatan
sosial-budaya
Sungsang - -
Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ilmu Pengetahuan danTeknologi
1. Kawasan Agrocenter Sembawa
- Penyusunan rencana detail kawasan - Pengembangan pusat Balai penelitian
pertanian - Pengembangan pusat balai penelitian ternak
unggul. - Pengembangan pusat penelitian perkebunan - Pengembangan kawasan agrowisata
perkebunan. - Peningkatan sekolah pertanian
pembangunan menjadi bertaraf internasional
Pusat Pendidikan dan Penelitian berbasis
pertanian
Kec. Sembawa - -
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-19
No
Kewenagan Kabupaten Kewenangan Provinsi
Kawasan Strategis
Rencana Pengembangan Peran/Fungsi Kawasan
Lokasi Kawasan Strategis
Arahan Pengembangan
1 2 3 4 5 6 7
- Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian
Sumber : Hasil Analisa,2011
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-20
Gambar 5.1 Peta Kawasan Strategis
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-21
5.2 Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
5.2.1 Kawasan Pesisir
Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut yang terdapat di dalam wilayah. Secara
ekologis batasan kawasan pesisir kearah darat berupa kawasan yang masih dipengaruhi
oleh proses-proses laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan percikan air gelombang
sedangkan secara administrative yaitu batas terluar sebelah hulu dari desa pantai atau
jarak definitif secara arbitrer (2 km, 20 km dari garis pantai). Sedangkan untuk batasan
kawasan pesisir ke arah laut secara Ekologis yaitu kawasan perairan laut yang masih
dipengaruhi proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan, seperti aliran air
sungai, limpasan air permukaan, sedimen dan bahan pencemar dan secara Administratif
dengan jarak 4 mil dari garis pantai sesuai dengan kewenangan Kabupaten.
Kondisi kawasan pesisir di Kabupaten Banyuasin yang merupakan satu-satunya
Kabupaten yang memiliki kawasan pesisir terbesar di Provinsi Sumatera Selatan dengan
garis pantai sekitar 275 km dan luas wilayah laut 1.765,4 Km² memiliki batasan perencaan
(delineasi) kawasan pesisir yang didasarkan pada Undang-Undang nomor 27 Tahun 2007
yaitu untuk Kewenangan kabupaten/kota ke arah laut ditetapkan sejauh sepertiga dari
wilayah laut kewenangan provinsi (sepertiga dari 12 mil) sedangkan ke arah daratan
ditetapkan sesuai dengan batas administrasi kecamatan. Dari batasan tersebut kawasan
pesisir di Kabupaten Banyuasin meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Banyuasin II,
Kecamatan Muara Sugihan, Kecamatan Air Salek, Kecamatan Makarti Jaya, dan Kecamatan
Tungkal Ilir. Delineasi kawasan pesisir Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada Gambar
5.2 Peta Kawasan Pesisir.
Secara umum pemanfaatan ruang di kawasan pesisir tersebutmeliputi pemanfaatan
umum, kawasan konservasi dan alur laut.
Pemanfaatan umum
Merupakan Kawasan pesisir yang dijadikan kawasan pemukiman, perdagangan dan
infrastruktur/prasarana public. Pemanfaatan umum kawasan pesisir di Kabupaten
Banyuasin meliputi :
a. Kawasan Pelabuhan Internasional Tanjung Api-Api/ Tanjung Carat, Pelabuhan
Pengumpan, Pelabuhan Khusus dan Pelabuhan Tengkorak
b. Kawasan Perikanan Tangkap, merupakan kawasan yang terdapat di seluruh perairan
Kabupaten Banyuasin yang diarahkan untuk mengendalikan dan membatasi metode
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-22
dan penggunaan alat tangkap dalam rangka pengendalian pemanfaatan potensi
perikanan tangkap, menerapkan alat tangkap sesuai jalur penangkapan SK
Mentan,dan untuk mendorong pemanfaatan potensi perikanan di Laut Selatan melalui
peningkatan teknologi dan kemampuan armada perikanan.
c. Kawasan pariwisata, meliputi kawasan Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
Sembilang
d. Kawasan industry, merupakan kawasan industry Tanjung Api-Api/Tanjung Carat yang
direncanakan untuk dikembangkan di kecamatan Banyuasin II, kawasan ini berada di
kawasan reklamasi pantai seluas 3.931,346 Ha
e. Kawasan permukiman yang terpusat di permukiman kampung nelayan Sungsang,
Kecamatan Banyuasin II serta permukiman lain yang tumbuh akibat adanya
perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industry, dan infrastruktur.
f. Kawasan pertanian, yang meliputi pertanian pangan lahan pasang surut yang tersebar
di seluruh kecamatan pesisir.
g. Kawasan hutan lindung dan hutan produksi.
Kawasan Konservasi
Kawasan konservasi pesisir Kabupaten Banyuasin merupakan kawasan sepanjang
pantai yang memiliki manfaat penting dalam mempertahankan kelestarian fungsi kawasan
pesisir Kabupaten Banyuasin, dimana prinsip pemanfaatan lahan pada kawasan ini
merupakan tindakan pelestarian, rehabilitasi, dan tidak boleh mengganggu fungsi lindung.
Pada kawasan ini memiliki hutan bakau yang berfungsi untuk melindungi berbagai jenis
biota laut di pesisir Kabupaten Banyuasin yang dilindungi. kawasan konservasi yang
diarahkan untuk perindungan ekosistem mangrove dan fishing ground ada di sepanjang
Taman Nasional Sembilang yaitu kawasan perlindungan bagi pengelolaan sumberdaya
kawasan lindung yang dikelola untuk keberlanjutan pemanfaatan ekosistem laut.
Alur Laut
Merupakan wilayah Perairan di Kabupaten Banyuasin yang dialokasikan untuk alur
pelayaran baik lokal maupun alur pelayaran regional.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-23
5.2.2 Pulau-Pulau Kecil
Pulau-pulau kecil sebagai bagian dari sistem sumberdaya pesisir pada umumnya
memiliki potensi sumberdaya alam daratan (terestrial) yang sangat terbatas, tetapi
sebaliknya memiliki potensi sumberdaya kelautan yang cukup besar, dimana potesi
perikanan di pulau-pulau kecil didukung oleh adanya ekosistem laut yang perlu
dilestarikan. Pulau-Pulau kecil yaitu pulau-pulau di wilayah Kabupaten Banyuasin dengan
luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan
ekosistemnya. Kabupaten Banyuasn berdasarkan data terakhir Tahun 2010 memiliki sekitar
22 Pulau dimana 17 pulau terletak di kawasan pesisir dan 5 pulau lainnya terlatak di
perairan sungai. Berikut ini daftar Pulau-Pulau di Kabupaten Banyuasin :
Tabel 5.2 Pulau-Pulau Kecil Di Kabupaten Banyuasin Tahun 2010
NAMA PULAU KOORDINAT KECAMATAN KETERANGAN
Pulau yang terletak di Kawasan Pesisir
Alanggantang 01 55 42 LS – 104 34 11 BT Banyuasin II Taman Nasional Sembilang
Alangtikus 02 20 02 LS – 104 45 46 BT Banyuasin II Tidak berpenghuni
Gandul 02 39 53 LS – 104 56 34 BT Makarti Jaya Tidak berpenghuni
Betet 01 45 41 LS – 104 31 14 BT Banyuasin II Taman Nasional Sembilang
Burung 02 51 43 LS – 104 53 55 BT Makarti Jaya Tidak berpenghuni dan Daerah
konservasi Burung
Keramat 02 31 07 LS – 104 56 07 BT Banyuasin II dan Makarti Jaya
Berpenduduk Melayu
Payung 02 22 16 LS – 104 55 09 BT Banyuasin II Tdk berpenghuni Hutan
Lindung
Singgris 02 33 47 LS – 104 50 55 BT Banyuasin II Berpenduduk Melayu
Deltaupang 02 33 49 LS - 104 56 36 BT Banyuasin II dan Makarti
Jaya
Ada Perubahan nama sejak
thn 69 (Transmigran)
Selatcemara 02 31 07 LS – 104 56 06 BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk
Deltasersalek 02 29 33 LS – 104 58 21 BT Muara sugihan, Banyuasin
I, Makarti Jaya, Air Salek
dan Muara Padang
Berpenduduk
Deltasersugihan 02 30 12 LS – 105 11 15 BT Muara Sugihan dan
muara Padang
Berpenduduk terdiri dari 39
Desa
Lopak besak 02 21 34 LS – 104 42 11 BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk
Lopak kecik 02 21 39 LS – 104 42 11 BT Banyuasin II Tidak Berpenduduk
Deltatelang 02 36 04 LS – 104 52 54 BT Muara Telang, Makarti
Jaya, Tanjung Lago & Banyuasin II
Berpenduduk terdiri dari 27
desa
Pulau-Pulau yang terlatak di Perairan Sungai
Ketiu 02 50 12 LS – 104 49 16 BT Talang Kelapa Luas ± 2000 Ha, areal perkebunan Transpacifik Agro
Borang 02 54 39 LS – 104 52 50 BT Banyuasin I Berpenduduk I Desa Pulau
Borang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-24
NAMA PULAU KOORDINAT KECAMATAN KETERANGAN
Salahmano 02 57 29 LS – 104 52 16 BT Banyuasin I Berpenduduk sekitar 50 KK Perubahan nama sekitar thn
1970-an
Brendam 02 31 55 LS – 104 25 20 BT Pualu Rimau Tidak Berpenduduk, lahan pertanian
Kalong 02 36 15 LS – 104 21 15 BT Tungkal ilir Tidak Berpenduduk, lahan
pertanian
Sumber : Tata Pemerintahan Kabupaten Banyuasin 2011
Secara umum, rencana pengembangan untuk kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
di Kabupaten Banyuasin, adalah sebagai berikut :
Reklamasi Pantai ±4000 Ha
Penyusunan RDTR Kawasan Reklamasi Pantai
Penyusunan Rencana strategis Kawasan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Penyusunan rencana Zonasi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rencana Pengembangan transportasi
Peningkatan dan penyuluhan keterampilan masyarakat pesisir
Pengaturan dalam pengambilan atau pemompaan air tanah untuk menjaga
keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir
Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan sedimentasi
Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena dampak dari kegiatan industri
harus memiliki rencana-rencana penanggulangannya
Perlindungan terhadap kawasan konservasi
Restorasi hutan pesisir
Ketentuan pengelolaan dan pengaturan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil secara
teknis akan diatur berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-25
Gambar 5.2 Peta Kawasan Pesisir
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
KAWASAN STRATEGIS
V-26
Gambar 5.3 Peta Pulau-Pulau Kecil
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-1
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten merupakan perwujudan rencana
tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama
penataan/pengembangan wilayah kabupaten dalam jangka waktu perencanaan 5
(lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan (20 tahun).
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi:
a. sebagai acuan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman
penataan/pengembangan wilayah kabupaten;
b. sebagai arahan untuk sektor dalam penyusunan program (besaran, lokasi, sumber
pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan);
c. sebagai dasar estimasi kebutuhan pembiayaan setiap jangka waktu 5 (lima) tahun;
dan
d. sebagai acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.
Dari berbagai strategi dan kebijaksanaan spasial yang berupa rencana tata
ruang, disusun indikasi program pembangunan sehingga rencana tata ruang dapat
ditindaklanjuti dengan program-program pembangunan melalui prosedur formal
perencanaan pembangunan yang ada dan akhirnya diterjemahkan dalam proyek-
proyek pelaksanaan pembangunan.
Indikasi program utama yang memuat usulan program utama, perkiraan
pendanaan beserta sumbernya, instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan dalam
rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang.
Indikasi program utama merupakan acuan utama dalam penyusunan program
pemanfaatan ruang yang merupakan kunci dalam pencapaian tujuan penataan ruang
serta acuan sektor dalam menyusun rencana strategis. Indikasi program utama lima
tahunan disusun untuk jangka waktu rencana 20 tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-2
Pemanfaatan ruang adalah pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta
pembiayaannya, yang didasarkan atas rencana tata ruang. Dalam hal ini pemanfaatan
ruang dilakukan melalui :
Rangkaian program kegiatan pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan
ruang menurut jangka waktu ruang yang ditetapkan di dalam rencana tata ruang.
Pembiayaan program pemanfaatan ruang melalui mobilisasi, prioritas, dan alokasi
pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan.
Pemanfaatan ruang dilakukan secara bertahap melalui penyiapan program kegiatan
pelaksanaan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang, baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat, sesuai dengan rencana tata ruang yang telah
ditetapkan. Arahan pemanfaatan ruang kabupaten khususnya di Kabupaten Banyuasin
adalah:
1. Perwujudan rencana struktur ruang wilayah kabupaten;
2. Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten;
3. Perwujudan kawasan strategis kabupaten.
6.1 Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang
wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki
satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi. Rencana struktur ruang yang dibentuk ini mempunyai
fungsi sebagai berikut :
Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang
memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di
sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan
Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya
serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah
kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.
Perwujudan rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Banyuasin mencakup:
1. Perwujudan rencana sistem pusat kegiatan/pelayanan; yang terdiri dari pusat
kegiatan wilayah (PKW), pusat kegiatan lokal (PKL), pusat kegiatan lokal promosi
(PKLp), pusat pelayanan kawasan (PPK) dan pusat pelayanan lingkungan (PPL);
2. Perwujudan rencana sistem prasarana jaringan transportasi yang meliputi sistem
jaringan jalan darat, sistem jaringan perkeretaapian dan transportasi sungai, dan
laut;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-3
3. Perwujudan rencana sistem prasarana jaringan energi;
4. Perwujudan rencana sistem prasarana jaringan telekomunikasi;
5. Perwujudan rencana sistem prasarana jaringan sumber daya air meliputi, jaringan
air baku, jaringan irigasi, pengendalian banjir dan pengamanan pantai;
6. Perwujudan rencana sistem prasarana lingkungan meliputi sistem jaringan air
limbah, sistem jaringan drainase, dan sistem persampahan;
6.1.1. Perwujudan Rencana Sistem Pusat Kegiatan/Pelayanan
Program perwujudan sistem perkotaan di wilayah kabupaten, meliputi
pemenuhan kebutuhan sarana untuk masing-masing pusat kegiatan mulai dari PKWp,
PKL, PPK, hingga PPL di wilayah kabupaten Banyuasin;
Perwujudan PKWp Sungsang dilakukan melalui :
- Penyusunan RDTRK Sungsang
- Pembangunan Perkantoran
- Pembangunan jalan lingkungan
- Peningkatan sarana dan prasarana Pasar
- Pembangunan Sekolah dan Perguruan Tinggi
- Pembangunan Rumah Sakit
- Peningkatan sarana peribadatan
- Pembangunan Gedung/Balai Pelatihan
- Pembangunan Lumbung Padi
- Pembangunan Terminal tipe A
- Pengembangan perumahan rakyat
- Peningkatan Pengelolaan sampah dan penyediaan TPST
- Peningkatan pelayanan energi kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
- Pengembangan IPAL
Perwujudan PKL Pangkalan Balai dilakukan melalui :
- Penyusunan Revisi RDTRK Kawasan Perkotaan Pangkalan Balai
- Pembangunan Pasar
- Peningkatan pelayanan rumah sakit
- Peningkatan pelayanan Sarana ibadah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-4
- Pengembangan sekolah dan pembangunan perguruan tinggi
- Pengembangan perumahan rakyat
- Pembangunan gedung olahraga dan kesenian
- Pembangunan terminal tipe B
- Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah dan penyediaan TPS
- Peningkatan pelayanan energi kelistrikan
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Perwujudan PPK Betung dilakukan melalui :
- Peningkatan pusat kawasan Perdagangan dan jasa
- Pembangunan rumah sakit
- Pengembangan perumahan rakyat
- Peningkatan pelayanan Terminal Tipe B
- Peningkatan pelayanan sarana ibadah
- Peningkatan pelayanan sarana pendidikan
- Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah dan penyediaan TPS
- Peningkatan pelayanan energi kelistrikan dan pembangunan SUTT
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Perwujudan PPK Mariana dilakukan melalui :
- Pembangunan kawasan industri
- Pengembangan perumahan perkotaan
- Peningkatan pelayanan moda angkutan sungai
- Pembangunan TPA
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Pengembangan IPAL
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPK Sukajadi dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan
- Peningkatan pelayanan fasilitas peternakan unggas
- Peningkatan pelayanan fasilitas budidaya air tawar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-5
- Peningkatan pelayanan sarana ibadah
- Peningkatan pelayanan sarana pendidikan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPK Telang Jaya dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
- Peningkatan jaringan listrik dan pembangunan SUTT
Perwujudan PPK Rambutan dilakukan melalui :
- Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan
- Pengembangan fasilitas peternakan unggas
- Pengembangan fasilitas budidaya air tawar
- Pembangunan Terminal Tipe C
- Pembangunan TPA Induk
- Pembangunan Tanggul Pengendali Banjir
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPK Makarti Jaya dilakukan melalui :
- Pembangunan Pelabuhan Pengumpan
- Peningkatan pelayanan Jaringan Listrik
- Pengembangan Permukiman Perdesaan
- Pengembangan fasilitas Kesehatan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Tebing Abang dilakukan melalui :
- Peningkatan Pelabuhan Khusus menjadi Pelabuhan Pengumpan
- Pembangunan Peabuhan Khusus
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-6
- Pengembangan fasilitas perikanan air tawar
- Pengembangan fasilitas perkebunan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Tanjung Lago dilakukan melalui :
- Pengembangan Permukiman perdesaan
- Peningkatan Terminal Khusus
- Peningkatan Dermaga
- Pengembangan Angkutan Moda
- Peningkatan Pelabuhan Khusus menjadi Pengumpan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan dan Pembangunan SUTT
- Peningkatan Layanan TPA
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Teluk Betung dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
- Pembangunan Terminal Tipe C
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Sumber Makmur dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Tirto Harjo dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-7
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Salek Mukti dilakukan melalui :
- Pengembangan Moda Sungai
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Sidomulyo dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Suak Tapeh dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Sembawa dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
- Pengembangan pusat pendidikan
Perwujudan PPL Sumber Marga Telang dilakukan melalui :
Pengembangan Permukiman perdesaan
Peningkatan Terminal Khusus
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Pengembangan fasilitas perkebunan
Pengembangan fasilitas pertanian
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-8
Pengembangan infrastruktur pendukung industri
Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Perwujudan PPL Air Kumbang dilakukan melalui :
- Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
- Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
- Peningkatan pelayanan kelistrikan
- Peningkatan pelayanan telekomunikasi
- Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
- Pengembangan fasilitas perkebunan
6.1.2 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Transportasi
Sesuai dengan rencana struktur ruang wilayah rencana pengembangan sistem
jaringan transportasi Kabupaten Banyuasin dimaksudkan untuk meningkatkan
keterkaitan kebutuhan dan peningkatan transportasi antar wilayah dan antar kawasan
permukiman yang dikembangkan dalam ruang wilayah Kabupaten, serta
keterkaitannya dengan sistem jaringan transportasi di wilayah sekitarnya yang saling
terintegrasi antara transportasi darat dan air. Selain itu, pengembangannya juga untuk
mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antar pusat permukiman dengan sektor
kegiatan ekonomi daerah. Berdasarkan hal tersebut maka perwujudan pengembangan
sistem prasarana transportasi di Kabupaten Banyuasin dilakukan melalui beberapa
program yakni:
1. Program Sistem Jaringan Transportasi Darat;
2. Program Sistem Jaringan Kereta Api; dan
3. Program Sistem Jaringan Transportasi Laut.
Perwujudan sistem jaringan prasarana kabupaten, yang mencakup pula sistem
prasarana nasional dan wilayah/regional di wilayah kabupaten adalah sebagai berikut :
1. Perwujudan sistem prasarana jaringan transportasi darat di wilayah kabupaten,
yang meliputi :
Perwujudan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan yang terdiri dari
jaringan jalan, jembatan, jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan dan
pengembangan pelayanan transportasi darat.
a. Jaringan Jalan
- Dukungan Perwujudan Jalan Arteri Primer (Jalan Nasional):
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-9
Sei Lilin – Betung
Betung – Bts. Kota Palembang
- Dukungan Perwujudan Jalan Kolektor Primer 1
ruas Simpang Betung – Sekayu - Lubuk Linggau;
Kab. OKI – Kec. Muara Padang – Kec. Air Salek – Kec. Muara Telang –
Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Banyuasin II.
- Dukungan Perwujudan Jalan Kolektor Primer (Jalan Provinsi) :
Ruas Palembang-Rambutan-Kayu Agung
Ruas Palembang-Rambuan-Tulung Selapan
Ruas Pangkalan Balai-Rantau Bayur-Kab. Muara Enim
- Dukungan Perwujudan Jalan Kolektor Primer 4 meliputi ruas Pangkalanbalai
– Sekayu
- Dukungan perwujudan jalan lokal primer (jalan Kabupaten), meliputi :
peningkatan ruas jalan Pangkalan Balai - Pulau Rimau-Tungkal Ilir;
peningkatan ruas jalan Palembang - Banyuasinsatu – Air Kumbang -
Muara Padang - Muara Sugihan - Kabupaten OKI;
peningkatan ruas jalan Kab. Muba - Kec. Tungkal Ilir;
peningkatan ruas jalan Kab. Muara Enim - Kec. Rantau Bayur - Kec.
Betung - Kec. Banyuasintiga - Kec. Sembawa - Kec. Talang Kelapa - Kec.
Tanjung Lago;
Pembangunan ruas jalan Tanjung Lago – Muara Telang; dan
Pembangunan ruas jalan Makarti Jaya – Air Saleh – Banyuasinsatu
- Pembangunan jaringan jalan bebas hambatan :
ruas Palembang – Tanjung Api-Api/Tanjung Carat
jalan Lingkar Luar Timur ruas Rambutan – Banyuasin I – Talang Kelapa;
dan
jalan Lingkar Luar Barat ruas Kecamatan Rambutan – Kecamatan
Sembawa.
- Jalan Raya Khusus untuk Batu Bara :
Ruas Kab. Muara Enim – Kec. Rantau Bayur – Kec. Suak Tapeh – Kec.
Banyuasin III – Kec. Sembawa – Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung
Lago – Kec. Banyuasin II
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-10
b. Dukungan Peningkatan dan pembangunan Jembatan :
peningkatan jembatan ruas Kecamatan Banyuasin I - Kecamatan Muara
Sugihan;
peningkatan jembatan Terusan Sebalik;
peningkatan jembatan Gasing;
peningkatan jembatan Pulau Rimau;
peningkatan jembatan Tungkal Ilir;
peningkatan jembatan Rambutan;
pembangunan jembatan Teluk Tenggulang;
pembangunan jembatan Muara Telang;
pembangunan jembatan Banyuasin I;
pembangunan jembatan Rantau Bayur;
pembangunan jembatan sedang-Banyuasin III; dan
pembangunan jembatan Muara Sugihan.
c. Jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan (LLAJ), berupa terminal, yaitu :
- rencana pengembangan terminal penumpang, terdiri atas :
peningkatan terminal tipe A yang terletak di Kecamatan Betung;
peningkatan terminal tipe C terletak di Sungsang dan Kecamatan Suak
Tapeh
pembangunan terminal tipe A yang terletak di Tangjung Api-Api;
pembangunan terminal tipe B yang terletak di Pangkalan Balai dan
Sebalik; dan
pembangunan terminal tipe C yang terletak di Kecamatan Rambutan,
Teluk Betung, Talang Keramat dan Cintamanis.
Pembangunan terminal multimoda di sebalik.
- rencana pengembangan terminal barang terdiri atas :
Terminal Batubara yang terletak di Kecamatan Tanjunglago sebanyak 4
(empat) unit dan satu unit di Kecamatan Muara Telang;
terminal CPO terletak di Kecamatan Banyuasin I;
terminal Aspal terletak di Kecamatan Banyuasin I; dan
terminal Galangan Kapal terletak di Kecamatan Banyuasin I dan Tanjung
Api-Api
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-11
d. Rencana pengembangan pelayanan transportasi darat berupa peningkatan
rute trayek angkutan umum antar perdesaan, antar kota dalam kabupaten
dan antar kabupaten.
Pengembangan jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan, meliputi :
a. Pengembangan dermaga sungai
b. Pengembangan moda angkutan sungai
c. Pengembangan alur pelayaran sungai
2. Pengembangan prasarana dan jaringan jalur Kereta api di wilayah kabupaten, yang
meliputi :
Rencana rel untuk Rute Tanjung Enim-TAA Via stasiun Simpang dan Gasing
Rencana pembangunan rel ganda (double track) untuk rute Palembang-Betung-
Batas Jambi.
Pembangunan Rel Via Stasiun Simpang-Banyuasin I
Pembangunan jalur kereta api khusus, meliputi jalur kereta api batu bara
lintas Tanjung Enim - Tanjung Api-Api/Tanjung Carat.
3. Perwujudan sistem prasarana Transportasi Laut di wilayah kabupaten, yang
meliputi :
1. Pengembangan tatanan kepelabuhanan, meliputi :
a. pelabuhan utama Tanjung Carat di Kecamatan Banyuasi II;
b. pelabuhan pengumpul di Tanjung Api-Api
c. pelabuhan pengumpan terletak di Desa Tenggulang; Sungai Tungkal;
Penuguan; dan Lebung.
d. pembangunan terminal khusus terletak di :
Teluk Tenggulang Kecamatan Pulau Rimau;
Prajin di Kecamatan Banyuasin I;
Sritiga, Teluk Payo, Tebing Abang, Kemang Bejalu, Lebung di
Kecamatan Rantau Bayur;
Pulau Tengkorak Kecamatan Muara Sugihan;
Penuguan Kecamatan Pulau Rimau;
2. Rencana pengembangan alur pelayaran
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-12
6.1.3 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Energi
Sesuai dengan rencana struktur ruang Kabupaten Banyuasin, rencana
pengembangan energi kelistrikan di Kabupaten Banyuasin selain ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan juga ditujukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat sehingga dapat menunjang kegiatan sosial dan pertumbuhan ekonomi
wilayah. Berikut ini rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan di
Kabupaten Banyuasin, dilakukan melalui:
1. Perwujudan dan sistem jaringan prasarana kelistrikan;
a. Meningkatkan pasokan listrik yang bersumber dari PLN Cabang Palembang.
b. Peningkatan kapasitas dengan pengembangan gardu listrik di Kecamatan
Talang Kelapa, Kec. Banyuasin I, Kec. Betung, dan Kec. Banyuasin II serta
pengembangan gardu induk di Kecamatan Betung, Talang Kelapa dan
Tanjung Api-Api.
c. Peningkatan Pelayanan dan Pengembangan jaringan SUTT :
SUTT terletak di Kecamatan Rantau Bayur, jangkauan pelayanannya
meliputi Kec. Rantau Bayur – Kec. Betung – Kec. Pulau Rimau – Kec.
Banyuasin II.
SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya meliputi Kec.
Betung – Kec. Banyuasin III – Kec. Pulau rimau – Kec. Sembawa – Kec.
Talang Kelapa
d. Rencana pembangunan jaringan SUTT :
SUTT terletak di Kecamatan Betung, jangkauan pelayanannya meliputi Kec.
Betung – Kec. Tungkal Ilir – Kec. Pulau Rimau – Kec. Tanjung Lago – Kec.
Muara Telang – Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Makarti Jaya – Kec.
Banyuasin I – Kec. Air Kumbang
SUTT terletak di Kecamatan Talang Kelapa, jangkauan pelayanannya
meliputi Kec. Talang Kelapa – Kec. Tanjung Lago – Kec. Muara Telang –
Kec. Sumber Marga Telang - Kec. Banyuasin II.
e. Mengembangkan prasarana pembangkit baru dengan alternatif sumber energi
meliputi:
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Kecamatan
Pulau Rimau.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-13
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) di
Kecamatan Banyuasin I
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kawasan
Tanjung Api-Api dan Kecamatan Rantau Bayur
Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batu Bara
(PLTGB) di Gasing Kecamatan Talang Kelapa
2. Perwujudan dan sistem jaringan prasarana energi Migas;
Pengembangan jaringan gas trans nasional melalui Betung – Pagar Dewa;
Pengembangan jaringan migas trans regional melalui Sunagai Lilin – PUSRI –
PERTAMINA sungai gerong (merah mata) – plaju – jakabaring - prabumulih
6.1.4 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Sesuai dengan rencana struktur ruang Kabupaten Banyuasin, pembangunan
dan pengembangan prasarana dan sarana telekomunikasi di Kabupaten Banyuasin
Selain menggunakan kabel, sistem telekomunikasi saat ini juga bertumpu pada
penggunaan telepon seluler, dalam hal ini penyediaan tower BTS (Base Transcelver
Station) sangat penting menjangkau kepelosok perdesaan sebagai prasarana
pendukung. Selain itu juga terdapat pengembangan telekomunikasi nirkabel yang
sudah mulai berkembang serta Pengembangan jaringan internet ke seluruh
perkantoran dan lembaga pelayanan publik lainnya. Dalam rangka mewujudkan
pengembangan sistem prasarana telekomunikasi di Kabupaten Banyuasin, dilakukan
berbagai program yakni:
1. pengembangan jaringan komunikasi seluler, dengan pembangunan Tower BTS
Terpadu, pengembangan jaringan internet dan pengembangan jaringan fishland
yang mencakup keseluruhan wilayah Kab. Banyuasin terutama pada wilayah pusat
kegiatan (PKWp, PKL, PPK dan PPL).
2. Pengembangan jaringan satelit di wilayah perairan dan kawasan tertinggal
3. Peningkatan jaringan telekomunikasi mendukung peruntukan industri di Kawasan
Gasing, Marianan dan Tanjung Api-Api.
6.1.5 Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air
Sesuai dengan rencana struktur ruang Kabupaten Banyuasin, pembangunan
dan pengembangan sistem jaringan sumber daya air di Kabupaten Banyuasin meliputi
sistem jaringan air baku, sistem pengendalian banjir dan sistem pengamanan pantai.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-14
Dengan demikian program-program yang perlu dilakukan harus mengacu pada
rencana struktur ruang dimaksud yakni:
Rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air
1. Pengembangan sistem wilayah sungai :
Pengembangan konservasi sumberdaya air melalui perlindungan dan
pelestarian SDA, pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran
Pendayagunaan sumber daya air melalui penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumberdaya air.
Penanggulangan daya rusak air melalui pencegahan daya rusak air dan
pemulihan daya rusak air.
Pengembangan informasi dan pengelolaan sistem informasi
Pelibatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Air
2. Perwujudan Sistem jaringan rekamasi rawa
Pementapan dan perlindungan daerah reklamasi rawa untuk mendukung
kawasan sentra produksi pertanian
pemeliharaan saluran secara rutin, berkala dan darurat;
mengatur kembali sistem jaringan irigasi yang berhirarki dan terpadu
sesuai fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas;
normalisasi dan rehabilitasi saluran irigasi/draenase lahan pertanian
pasang surut dan anak-anak sungai yang digunakan untuk irigasi; dan
pengembangan kanal-kanal sebagai sistem jaringan irigasi primer (utama)
sesuai dengan topografinya.
3. Perwujudan rencana pengembangan air baku :
pembangunan sumber dan distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan
air terutama untuk kawasan industri, perdagangan, jasa, fasilitas umum
dan permukiman perkotaan;
peningkatan pelayanan air bersih melalui Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) dengan lingkup pelayanan Pangkalan Balai, Sembawa, Betung, Air
Batu, Sungai Pinang, Srimulyo dan Mariana di setiap ibukota; dan
pengembangan sumber air baku melalui sumur air baku eksisting dari
Sungai Musi, sumur gali dan mata air.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-15
6.1.6. Perwujudan Rencana Sistem Prasarana Lingkungan
Sistem prasarana dan sarana lingkungan di Kabupaten Banyuasin meliputi
sistem jaringan air limbah,sistem jaringan drainase, serta sistem persampahan. Untuk
sistemjaringan air limbah meliputi saluran pembuangan air limbah rumah tangga
(domestik) dan air limbah industri (pabrik). Untuk sistem jaringan drainase berupa
saluran drainase. Perwujudan sistem jaringan prasarana lingkungan :
Perwujudan sistem pengelolaan air limbah :
(1) sistem on-site dengan pengembangan septik tank individual;
(2) pengembangan sistem terpadu kawasan perkotaan;
(3) sistem off-site dapat direncanakan untuk pusat perkantoran, pasar, kawasan
industri dan terminal dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi; dan
(4) Pengembangan prasarana pengolahan limbah industri melalui pembangunan
instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di Kawasan Gasing, Mariana dan
Tanjung Api-api/Tanjung Carat.
Perwujudan sistem pemprosesan sampah :
1. Rencana pembangunan TPS dengan kapasitas 2 m3 sampai dengan tahun 2013
sebanyak 100 buah dan dengan kapasitas 5 m3 sebanyak 12 tersebar di setiap
kecamatan.
2. Rencana pengembangan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) yang di
bagi dalam 3 zona pelayanan, yaitu :
Zona 1 : Untuk Kecamatan Betung, Banyuasin III yang sudah terlayani
dan peningkatan pelayanan ke Kecamatan Rantau Bayur, Sembawa, Suak
Tapeh dan Mariana. Pembangunan TPA induk dengan sanitasi landfill di
desa Telangu Kec. Banyuasin III seluas 15 Ha.
Zona 2 : untuk Kecamatan Talang Kelapa, Sembawa yang sudah terlayani
dan peningkatan pelayanan ke Kec.Tanjung Lago, Banyuasin II dan
sebagian wilayah perbatasan Palembang. Pembangunan TPA regional
dengan sistem sanitasi landfill di Desa Sukarela Kecamatan Rantau Bayur
seluas 15 Ha
Zona 3 : Peningkatan pelayanan meliputi Kecamatan Banyuasin I, Air
Kumbang, Rambutan dan sekitarnya. Pembangunan TPA induk di Mariana
seluas 10 Ha.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-16
3. rencana pengelolaan sampah melalui model sanitary landfill dan dengan prinsip
3R (reduce, reuse, dan recycle).
4. Perwujudan sistem Drainase di kawasan perkotaan :
Pengembangan sistem jaringan terbuka
Pengembangan sistem jaringan tertutup
6.1.7 Perwujudan Rencana Sistem Prasarana Lainnya
Sistem pengendalian banjir, melalui :
1. Tindakan infiltrasi untuk memulihkan tangkapan alami hidrologis melalui parit,
vegetasi di permukaan, kebun dan trotoar berpori;
2. pengisian air pada sumber air dengan sumur resapan dan jebakan air;
3. perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan
dan pemanfaatan lahan pada sumber air;
4. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu;
5. pengaturan daerah sempadan sumber air; dan
6. rehabilitasi hutan dan lahan
Rencana sistem pengendalian pantai, melalui :
1. restorasi mangrove dan hutan pesisir, proteksi akomodasi untuk permukiman
dan perikanan tambak
2. pengelolaan zona pesisir terpadu (ICZM)
Rencana sistem pengendalian erosi dan longsor, melalui :
1. Regulasi penyediaan air untuk aktivitas perkebunan
2. Peningkatan pelayanan PDAM
3. Pemanfaatan air tanah dengan mengembangkan lubang bor
4. Peningkatan infrastruktur irigasi
5. Keberlanjutan konservasi lahan, hutan konservasi dan reboisasi untuk
pemeliharaan kuantitas dan kualitas penyediaan air
Rencana pengembangan ruang dan jalur evakuasi :
1. pemanfaatan ruang terbuka hijau dan sarana fasilitas sosial dan umum sebagai
salah satu kawasan evakuasi; dan
2. mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan baru
sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem
kota/wilayah secara umum.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-17
6.2 Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Perwujudan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Banyuasin, mencakup
Perwujudan rencana kawasan lindung meliputi; kawasan hutan lindung, kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat,
kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan kawasan rawan bencana alam.
Sedangkan perwujudan rencana kawasan budidaya meliputi; kawasan hutan produksi,
kawasan hutan rakyat, kawasan pertanian yang meliputi kawasan pertanian tanaman
pangan, kawasan hortikultura, kawasan peternakan, dan kawasan perkebunan,
selanjutnya kawasan perikanan, kawasan pertambangan, kawasan industri, kawasan
pariwisata, kawasan peruntukan permukiman, dan kawasan pesisir serta pulau-pulau
kecil.
6.2.1 Program Perwujudan Kawasan Lindung
Kawasan lindung yang terdiri dari empat pengelompokan kawasan yang
masing-masing memiliki fungsi dan kegunaan agar dalam memanfaatkannya dapat
menjadi acuan sebagai keseimbangan ruang dan lingkungan.
Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya.
1. Kawasan Hutan Lindung, arahan pengelolaan kawasan hutan lindung yang akan
dikembangkan di Kabupaten Banyuasin mencakup :
Perlindungan dan penetapan kawasan hutan lindung seluas 62.269,25 Ha yang
tersebar di Kecamatan Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan,
Muara Telang dan Tanjung Lago
Kawasan Hutan lindung yang sebagian berubah fungsi dikembalikan ke fungsi
awal yaitu sebagai hutan lindung.
Melakukan Kegiatan Rehabilitasi, Redeliniasi, reboisasi pada lahan-lahan kritis
melalui kerjasama dengan berbagai lembaga peduli hutan, lintas instansi
pemerintah dan masyarakat setempat.
Penguatan manajemen kawasan dan pemantapan blok lindung pada kawasan
Hutan Lindung untuk mendukung kawasan konservasi di atasnnya.
Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging dengan penanganan (represif,
persuasif, dan preventif) secara kontinu.
2. Kawasan Resapan Air, arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan resapan air
adalah :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-18
Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui
pengembangan vegetasi tegakan yang mampu memberikan perlindungan
terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah
Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan
reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan pendekatan partisipasi
masyarakat lokal yang didukung oleh pemerintah dan lembaga peduli lingkungan
lainnya.
3. Kawasan Bergambut
Penetapan dan perilindungan kawasan gambut khususnya untuk kawasan
gambut yang ketebalannya lebih dari 3 meter sebagai fungsi lindung
penguatan peraturan perundang-undangan dan pengawasan penggunaan dan
pengelolaan lahan gambut,
menanggulangi kebakaran hutan dan lahan gambut
penanaman kembali dengan tanaman penambat karbon tinggi (tanaman pohon-
pohonan)
memanfaatkan lahan semak belukar yang terlantar, dan
pemberian insentif dalam konservasi gambut.
Kawasan Perlindungan Setempat, malalui :
1. Sempadan pantai, arahan pengembangan kawasan sempadan pantai adalah
sebagai berikut :
Penetapan Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 275 Km
Pelestarian hutan mangroove serta pengembangan sabuk hijau mangrove
maupun sabuk hijau vegetasi pantai
Penetapan Kawasan pantai berhutan bakau yang ditetapkan minimal 130
kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan
diukur dari garis air surut terendah ke arah darat yang merupakan habitat
hutan bakau.
2. Sempadan Sungai, arahan pemanfaatan kawasan sempadan sungai, adalah :
Penetapan Sempadan sungai selebar 50-100 meter untuk setiap sungai di
tiap Kecamatan dengan total luas 24.292,91 Ha.
Perlindungan dan Pengembangan jalur hijau disepanjang sempadan sungai.
3. Kawasan Sekitar Mata Air, arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan
sekitar mata air adalah sebagai berikut ;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-19
Penetapan perlindungan pada sekitar mata air ini adalah minimum berjari-
jari 200 meter dari sumber mata air tersebut jika di luar kawasan
permukiman dan 100 meter jika di dalam kawasan permukiman. Dengan
demikian di sekitar kawasan sumber air dapat ditanami dengan jenis
tanaman yang dapat mengikat air, sehingga kawasan di sekitar sumber air
juga dapat digunakan sebagai daerah resapan.
Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
Pembuatan sistem saluran khusus bila sumber dimanfaatkan untuk air
minum atau irigasi;
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah
atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air.
4. Kawasan sempadan Daerah Reklamasi Rawa, arahan pengembangan dan
pengelolaan kawasan sempadan daerah reklamasi rawa adalah sebagai berikut:
Pemantapan sempadan kawasan rekamasi rawa sesuai dengan peraturan
perundangan yang beraku, dimana Lebar lahan yang dibatasi garis
sempadan pada janingan reklamasi rawa yang sudah dibangun dan
dimanfaatkan masyarakat sebelum ditetapkannya peraturan tersebut diatur
lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah.
Perlindungan dan Pengembangan jalur hijau disepanjang sempadan
kawasan rekamasi rawa.
Program Kawasan Suaka Alam, melalui :
1. Kawasan Suaka Margasatwa
perlindungan kawasan suaka margasatwa Padang Sugiahan seluas
75.000 Ha di Kecamatan Muara Padang dan Kecamatan Rambutan dan
Bentayan seluas 19.300 Ha di Kecamatan Tungkal Ilir.
perlindungan keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan
alam di kawasan suaka alam dan kawasan suaka alam laut dan perairan
lainnya untuk kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu
pengetahuan dan pembangunan pada umumnya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-20
2. Kawasan Taman Nasional Sembilang, Arahan pengembangan kawasan Taman
Nasional, antara lain:
Perlindungan dengan tetap mempertahankan kawasan Taman Nasional
Sembilang seluas 198.502,44 Ha yang terletak di Kecamatan Banyuasin
II.
Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau dilakukan melalui penanaman
tanaman bakau dan nipah di pantai.
perlindungan mangrove, keanekaragaman biota dan tipe ekosistem untuk
kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan
pembangunan pada umumnya
Pengembangan pariwisata berupa ekowisata mangrove yang disertai
dengan pengembangan balai penelitian dan budidaya mangrove.
Program Kawasan Rawan Bencana Alam
1. Normalisasi pada aliran sungai-sungai kecil dan kanal perlu dilakukan secara
terprogram;
2. Pembuatan saluran-saluran pengaliran (drainase) yang mampu mengontrol
aliran permukaan
3. Revitalisasi kawasan tangkapan air (catchment areas);
4. Konservasi ekologi kawasan rawa.
5. Pembangunan tanggul penahan air
6. Pemberdayaan peran serta masyarakat disekitar wiayah DAS di Kabupaten
Banyuasin
7. rencana pola ruang melalui penetapan kawasan bergambut menjadi kawasan
lindung. Hal ini juga terkait dengan perlindungan terhadap kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, yakni kawasan
bergambut dan resapan air.
8. Melalui Pola penyiapan lahan pertanian khususnya di Kecamatan Tungkal Ilir,
Muara Telang, Muara Sugihan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-21
6.2.2 Program Perwujudan Kawasan Budidaya
Rencana pengembangan pola ruang untuk kawasan budidaya di Kabupaten
Banyuasin pada dasarnya di arahkan dalam rangka optimasi pemanfataan sumber daya
dan ruang untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Adapun program yang
akan dilakukan untuk pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Banyuasin
adalah sebagai berikut :
Kawasan Hutan Produksi
a. Penetapan dan perlindungan kawasan hutan produksi tetap seluas 71.242,8 Ha
di Kecamatan Banyuasin II, Muara Sugihan dan Tungkal Ilir.
b. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebang, dan tidak dapat
dialihfungsikan ke budidaya lainnya kecuali untuk tanaman dengan tegakan
yang dapat memberikan fungsi perlindungan.
c. Pengembangan kawasan penyangga pada kawasan hutan produksi yang
berbatasan dengan hutan lindung.
d. Melakukan pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta
gangguan keamanan hutan lainnya.
e. Pembangunan dan pengembangan industri yang berbasis hutan tanaman
industry
Kawasan produksi yang dikonversi :
a. Apabila dilakukan penebangan, digunakan pola tebang pilih agar hutan yang
ada dapat dikelola secara selektif, sehingga keutuhan hutannya sejauh
mungkin terpelihara. Kond`isi tersebut dilakukan untuk menghindari adanya
bencana alam longsor,
b. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan
keamanan hutan lainnya
Pengembangan kawasan Pertanian meliputi :
1. Pengembangan Kawasan Pertanian Lahan Basah sbg Kawasan Pertanian
Pangan Berkelanjutan di Kab Banyuasin, melalui :
a. Pengembangan dan perlindungan pertanian pangan seluas 232.873,4 yang
tersebar di setiap kecamatan.
b. Atas pertimbangan tertentu, dan untuk menjamin agar kawasan pertanian
tidak berubah fungsi, maka kawasan-kawasan pertanian pada lokasi-lokasi
tertentu dapat ditetapkan sebagai kawasan pertanian abadi.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-22
c. Perlu adanya inventarisasi ulang terhadap luas baku sawah maupun
jaringan irigasi yang ada.
d. Pengembangan dan pemeliharaan sistem irigasi
e. Pembangunan dan pengembangan pertanian lahan kering dengan
komoditi palawija di seluruh Kecamatan
f. Konservasi tanah dan air pada lahan pertanian
g. Penggunaan bibit unggul dengan kualitas tinggi, pematangan awal dan
tahan terhadap genangan air yang berkadar garam relatif tinggi
h. Penggunaan teknik budidaya pangan
i. Konversi lahan pertanian yang tergenang air asin menjadi lahan usaha
perkebunan dan tambak serta mencatak lahan baru untuk
menggantikannya.
2. Pengembangan Kawasan Pertanian Lahan Kering & Holtikultura, melalui :
a. Pengembangan sarana prasarana pendukung keg.pertanian holtikultura
b. Pengembangan Kws Pertanian Lahan Kering & Holtikultura
c. Melakukan berbagai pelatihan kepada para petani guna menjaga mutu
komoditi.
3. Pengembangan Kawasan Perkebunan, melalui :
a. Membatasi perubahan jenis tanaman tahunan menjadi tanaman semusim,
jika dimungkinkan dianjurkan untuk melakukan reboisasi dengan tanaman
tahunan yang dapat diambil buahnya.
b. Bila pada kawasan terdapat kawasan budidaya, maka harus dibatasi dan
tidak boleh dikembangkan lebih lanjut.
c. Memperbaiki dan mengembangkan prasarana dan sarana infrastruktur ke
lokasi perkebunan maupun untuk pengolahan dan pemasaran.
d. Pemilihan komoditas unggulan di kawasan agropolitan sifatnya tidak
tetap/dinamis, disesuaikan dengan kondisi fisik tanah di kawasan tersebut
dan kondisi pasar yang ada.
e. Mendorong tumbuh berkembangnya organisasi kerjasama antar pelaku
usaha.
f. Menjalankan mekanisme insentif dan disinsentif bagi para pelaku usaha
perkebunan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-23
4. Pengembangan Kawasan Peternakan, melalui :
a. Pengembangan peternakan potensial di Kab Banyuasin
b. Pengembangan sarana prasarana pendukung kegiatan peternakan
c. Pengembangan kemitraan antar pelaku usaha melalui pengembangan
industri peternakan
Pengembangan Kawasan Perikanan, meliputi
pengembangan untuk kawasan perikanan air laut
pengembangan kawasan perikanan perairan umum
pengembangan kawasan perikanan air payau : Lokasi pengembangan di
Kabupaten Banyuasin dialokasikan di Kecamatan Banyuasin II, Makarti Jaya,
Muara Sugihan, Muara Telang, Rantau Bayur, Talang Kelapa, dan Tanjung
Lago.
Pengembangan kawasan Minapolitan yang merupakan pengembangan
coolstorage dan industri perikanan laut dengan produksi perikanan yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi (tuna) dialokasikan di Kawasan Sungsang
yang dikembangkan untuk perikanan tangkap dan laut serta sebagian kecil
untuk perikanan tambak. Kawasan Air Batu, Sukamoro dan Rantau Bayur
untuk perikanan Budidaya air tawar serta kawasan Muara Sugihan untuk
pengembangan perikanan tambak/payau.
Pengembangan industri pengolahan perikanan
Pengembangan sarana prasarana pendukung keg perikanan
Pengembangan Kawasan Pertambangan, melalui Inventarisasi daerah yg
berpotensi untuk usaha pertambangan, Penetapan aturan zonasi penambangan
rakyat, Relokasi & lokalisasi tambang rakyat dan Rehabilitasi lahan pasca tambang
Pengembangan Kawasan Industri melaui Pembangunan Kawasan Industri Besar
Gasing dan tanjung api-api, Revitalisasi kawasan industri Mariana, Penetapan
aturan zonasi Kawasan Industri Gasing (Masterplan), Pengembangan industri
pengolahan pangan dan Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan
serta Penyuluhan dan pembinaan industri kecil dan rumah tangga.
Pengembangan Kawasan Pariwisata melalui Pengembangan kawasan wisata agro,
Pengembangan kawasan wisata bahari, Pengembangan ekowisata. Dan
Pengembangan kawasan wisata Tugu Silk Air serta Peningkatan & Pengemb.
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan Pariwisata serta penyusunan rencana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-24
tapak pada setiap obyek wisata andalan dan penyusunan paket wisata, promosi
wisata dan dibuat sistem informasi tujuan wisaa.
Pengembangan Kawasan Permukiman melalui
Penetapan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan
Permukiman perkotaan
Pengembangan dan pembangunan perumahan di Kawasan pulau kecil dan
terpencil
Penyediaan KPR-RSH bersubsidi
Pengemb. perumahan swadaya
Pengembangan kawasan permukiman skala besar diarahkan dalam bentuk
”Kota Baru”
Pengembangan Kasiba/Lisiba
Pengembangan prasarana dan sarana kawasan perkotaan
Peningkatan penyehatan lingkungan permukiman
Pembinaan Teknis Kawasan Permukiman
Pengembangan RTH 30 % yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH
Privat
Pembangunan taman dan hutan kota
Kawasan peruntukan lainnya, berupa kawasan reklamasi pantai dan pertahanan
keamanan.
6.3 Perwujudan Rencana Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten
6.3.1 Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek
Ekonomi :
Kawasan strategis kabupaten dari sudut kepentingan ekonomi yang ada di
Kabupaten Banyuasin meliputi Kawasan pendukung perkotaan metropolitan
palembang, Kawasan Pertanian, Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api, Kawasan
Industri dan Kawasan Minapolitan. Program pengembangan kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi ini diantaranya adalah :
a. Kawasan Pendukung Perkotaan Metropolitan Palembang.
Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang :
1. Pengembangan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi
2. Revisi Masterplan KTM
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-25
3. Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan
perdagangan.
4. Penguatan kelembagaan dan masyarakat untuk terlibat dalam
pengembangan kawasan KTM
Kawasan Perdagangan Betung :
1. Penyusunan rencana Detail Kawasan
2. Pengembangan sarana dan prasarana transportasi.
3. Pengaturan ruang pemanfaatan ruang koridor jalan Betung-Musi Banyuasin
4. Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa
Kawasan Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai
1. Penyususan RTBL Kawasan
2. Pengembangan Fasilitas Perkantoran
3. Pengembangan Fasilitas Permukiman perkotaan
4. Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi
5. Pengembangan sarana dan prasarana transportasi
Kawasan Pusat Permukiman Perkotaan
1. Penyususnan RTBL Kawasan
2. Penataan Kasiba dan Lisiba
3. Rencana pengembangan perumahan
4. Rencana pengembangan fasilitas umum pendukung permukiman
5. Pengembangan utilitas
6. Pengembangan jaringan transportasi
b. Kawasan Strategis Pertanian
Kawasan Agropolitan
1. Penyusunan Masterplan
2. Penyusunan rencana detail tata ruang kawasan
3. pengembangan wilayah sentra produksi
4. Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi
5. Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi
6. peningkatan produktivitas melalui penggunanaan teknologi tepat guna
7. penyuluhan dan bimbingan kelompok tani, koperasi dan usaha keci
8. Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas
pertanian
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-26
9. Pengembangan jaringan pasar dan promosi
10. Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan,
pemerintah dan swasta
11. Pengembangan lembaga pembiayaan
Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun)
1. Penyusunan Masterplan
2. Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan
limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan
industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional.
3. Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses distribusi
4. Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas
perkebunan
5. Pengembangan jaringan pasar dan promosi
Kawasan Sentra Pertambangan Migas
1. Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan
rencana zonasi
2. Peningkatan sarana penunjang produksi seperti air bersih, pengolahan
limbah
3. Pengembangan jaringan trasportasi untuk kemudahan proses produksi
4. Pengembangan jaringan pasar dan promosi
5. Penataan kembali lahan bekas tambang
Kawasan Sentra Produksi Beras Pasang Surut
1. Perlindungan kawasan dari konversi melalui pengendalian dan penetapan
rencana zonasi
2. Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui
pengembangan Aplikasi Teknik budidaya dan bibit unggul yang adaptif
terhadap perubahan iklim teknologi
3. Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian
4. Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi/daerah
reklamasi rawa
5. Pengembangan lumbung padi
6. Pengembangan sistem Perlindungan hak-hak petani untuk meningkatkan
kesejahteraan petani
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-27
c. Kawasan Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api.
1. Pengembangan kawasan Industri Terpadu
2. pelabuhan/terminal general kargo mencapai
3. pelabuhan laut
4. pelabuhan penyeberangan
5. 1 stock pile batubara
6. pelabuhan peti kemas
7. pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen)
8. Pengembangan kawasa perkantoran
9. Pengembangan kawasan Permukiman
10. Pengembangan Fasilitas umum sosial-ekonomi
11. Pengembangan Jaringan utilitas pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan
permukiman
12. Pengembangan JaringanTransportasi
d. Kawasan Strategis Industri
1. Penyusuna Masterplan
2. Penyusunan Rencana Detail Kawasan;
3. Pengembangan jaringan transportasi
4. Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah,
ketersediaan jalur hijau/RTH
5. Pengembangan jaringan listrik dan telekomunikasi khususnya di kawasan
Gasing
e. Kawasan Minapolitan
1. Penyusunan masterplan minapolitan
2. Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan
3. Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan
minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan,
jaringan tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas.
4. Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk
memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman.
5. Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai).
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-28
6.3.2 Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek
Lingkungan.
a. Kawasan Taman Nasional Sembilang
1. Pengembangan ekowisata
2. pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata
3. Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi.
4. Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Kawasan Taman Nasional
Sembilang
5. Peningkatan promosi wisata
b. Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan :
1. pengembangan organisasi ruang kawasan plasma nutfah
2. pembangunan dan pengembangan infrastruktur kawasan plasma nutfah;
3. pengembangan teknologi agribisnis;
4. pengembangan dan penyuluhan agribisnis; dan
5. meningkatkan peran serta pemerintah, masyarakat dan investor
6.3.3 Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek
Sosial-Budaya
Kawasan Perkampungan Nelayan Sungsang
1. Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan.
2. Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan dan Lingkungan
3. Pengembangan sektor pariwisata.
4. Pengembangan sarana dan prasarana permukiman serta transportasi.
5. Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan.
6.3.4 Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kawasan Agrocenter Sembawa
1. Penyusunan rencana detail kawasan
2. Pengembangan pusat Balai penelitian pertanian
3. Pengembangan pusat balai penelitian ternak unggul.
4. Pengembangan pusat penelitian perkebunan
5. Pengembangan kawasan agrowisata perkebunan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-29
6. Peningkatan sekolah pertanian pembangunan menjadi bertaraf internasional
7. Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian
6.4 Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pengembangan Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, melalui :
Reklamasi Pantai ±4000 Ha
Penyusunan RDTR Kawasan Reklamasi Pantai
Penyusunan Rencana strategis Kawasan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Penyusunan rencana Zonasi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Rencana Pengembangan transportasi
Peningkatan dan penyuluhan keterampilan masyarakat pesisir
Pengaturan dalam pengambilan atau pemompaan air tanah untuk menjaga
keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir
Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan
sedimentasi
Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena dampak dari kegiatan industri
harus memiliki rencana-rencana penanggulangannya
Perlindungan terhadap kawasan konservasi
Restorasi hutan pesisir
66..55 IINNDDIIKKAASSII PPRROOGGRRAAMM UUTTAAMMAA LLIIMMAA TTAAHHUUNNAANN
Pentahapan dan urutan prioritas program pembangunan dimaksudkan untuk
mendapatkan rincian mengenai sektor kegiatan yang perlu dilaksanakan sesuai dengan
tingkat kepentingannya, jangka waktu pelaksanaan serta sumber pembiayaan yang
dapat dipergunakan untuk pelaksanaan program pembangunan.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan dalam pengembangan
pembangunan, maka perlu disusun tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai UU 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, bahwa pelaksanaan pembangunan memiliki jangka
waktu pelaksanaan selama 20 tahun, pentahapan kegiatan tersebut dituangkan dalam
kegiatan per 5 (lima) tahun. Indikasi program lima tahun pertama diuraikan per tahun
kegiatan.
Indikasi program adalah bagian yang memuat rincian tahapan dan program
pembangunan yang akan diterapkan di kawasan perencanaan, sesuai dengan tujuan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-30
pengembangan tata ruang di masa yang akan datang. Indikasi program
pembangunan ditentukan berdasarkan potensi dan masalah kawasan terkait
pengembangan wilayah serta kecenderungan perkembangan sektor-sektor tertentu
dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan atau pembangunan sektor
tersebut.
Pelaksanaan pembangunan ini paling tidak membutuhkan waktu 20 tahun sejak
ditetapkannya RTRW Kabupaten Banyuasin. Dalam pelaksanaannya, dapat dibagi
menjadi 4 (empat) tahap. Tahapan lima tahunan tersebut, adalah :
1. Tahap I (Tahun 2011- 2015);
2. Tahap II (Tahun 2016 -2020);
3. Tahap III (Tahun 2021 – 2025);
4. Tahap IV (Tahun 2026 – 2031).
Adapun program-program yang direncanakan, dapat dikelompokkan dalam beberapa
program kegiatan. Untuk lebih jelasnya mengenai indikasi program dapat dilihat pada
Tabel 6.1. Indikasi Program Utama RTRW Kabupaten Banyuasin 2011-2031.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-31
6.1 Tabel Indikasi Program Utama RTRW Kabupaten Banyuasin 2011-2031
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
I Perwujudan Pusat Kegiatan
A Pengembangan dan Penataan PKWp Sungsang
1. A1.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR) Sungsang APBD Kab
Bappeda & PM /Din PU Cipta Karya Kab
2. A2. Pembangunan Jalan Linkungan Sungsang APBD Kab
Din PU Bina Marga Kab
A3. Pembangunan Perkantoran
Sungsang APBD Kab &
Prov
Pemda Kab & Prov (Din. PU Cipta Karya)
A4. Peningkatan sarana dan prasarana Pasar Sungsang
APBD Kab & Prov/Swasta
Pemda Kab & Prov (Din. Pengelola Pasar dan PU)
A5. Pembangunan Sekolah dan Perguruan Tinggi Sungsang
APBD Kab & Prov/Swasta
Pemda Kab & Prov (Din PU& Din Pendidikan)
A6. Pembangunan Rumah Sakit
Sungsang APBD Kab Din Kesehatan Kab
A7. Peningkatan sarana peribadatan
Sungsang APBD Kab Bappeda & PM/Din PU Kab
A8.
Pembangunan Gedung/Balai Pelatihan
Sungsang
APBD Kab
Din. Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olaraga serta Din.PU Cipta Karya Kab
A9. Pengembangan permukiman nelayan
Sungsang APBD Kab & Prov/Swasta
Bappeda & PM Kab & Prov (Din. PU)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-32
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
A10.
Pembangunan Terminal Tipe A Sungsang
APBD Nas, Prov, Kab &
Swasta
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, Din PU Bina Marga (Nas, Prov, Kab)
A11. Peningkatan Pengelolaan sampah dan penyediaan TPST
Sungsang APBD Kab
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
A12.
Peningkatan pelayanan energi kelistrikan
Sungsang APBD Kab & Prov/Swasta
Kab (Din Pertambangan dan Energi, PLN)
A13.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Sungsang
APBD Kab & Prov/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom (Kab/Prov)
A14. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Sungsang APBD Kab & Prov/Swasta
Kab&Prov (Dinas PU Cipta Karya dan PDAM)
A15. Pengembangan IPAL Sungsang
APBD Kab & Prov/Swasta
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
B Pengembangan dan Penataan PKL Pangkalan Balai
B1 Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Kawasan Pangkalan Balai APBD Kab,
Bappeda&PM/Din PU Cipta Karya Kab
B2.
Pembangunan Pasar
Pangkalan Balai APBD Kab
Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab
B3. Peningkatan pelayanan rumah Pangkalan Balai APBD Dinas Kesehatan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-33
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
sakit Kab/Swasta dan Din PU Cipta Karya Kab
B4. Peningkatan pelayanan Sarana ibadah
Pangkalan Balai APBD
Kab/Swasta Dinas Pu Cipta Karya Kab.
B5. Pengembangan sekolah dan pembangunan perguruan tinggi Pangkalan Balai
APBD Kab & Prov/Swasta
Din. Pendidikan dan PU Cipta Karya Kab&Prov
B6. Pengembangan perumahan rakyat
Pangkalan Balai APBD
Kab/Swasta Dinas PU Cipta Karya Kab.
B7.
Pembangunan gedung olahraga dan kesenian
Pangkalan Balai
APBD Kab/Swasta
Din. Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olaraga serta Din.PU Cipta Karya Kab
B8.
Pembangunan terminal tipe B Pangkalan Balai
APBD Kab & Prov/Swasta
Dinas
Perhubungan, komunikasi dan informatika Prov&Kab
B9. Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah dan penyediaan TPS
Pangkalan Balai APBD
Kab/Swasta
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
B10. Peningkatan pelayanan energi kelistrikan
Pangkalan Balai APBD Kab & Prov/Swasta
Kab & Prov (Din Pertambangan dan Energi, PLN)
B11. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Pangkalan Balai APBD Kab & Prov/Swasta
Kab&Prov (Dinas PU dan PDAM)
B12.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Pangkalan Balai
APBD Kab & Prov/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-34
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
(Kab/Prov)
C. Perwujudan PPK Betung
C1. Penyusunan Dokumen Revisi Rencana Detail Tata Ruang Betung APBD Kab
Bapedda&PM dan PU Cipta Karya Kab
C2.
Peningkatan pusat kawasan Perdagangan dan jasa
Betung APBD Kab &
Swasta
Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab.
C3. Pembangunan rumah sakit Betung
APBD Kab Din Kesehatan Kab
C4. Pengembangan perumahan rakyat
Betung APBD Kab & Swasta
Dinas PU Kab.
C5.
Peningkatan pelayanan Terminal Tipe B
Betung APBD
Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan
informatika Kab.
C6. Peningkatan pelayanan sarana ibadah
Betung APBD Kab Dinas PU Kab
C7. Peningkatan pelayanan sarana pendidikan
Betung APBD Kab/Swasta
Din. Pendidikan dan PU Kab
C8. Peningkatan pelayanan pengelolaan sampah dan penyediaan TPS
Betung APBD
Kab/Swasta
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
C9. Peningkatan pelayanan energi kelistrikan dan pembangunan SUTT
Betung APBD
Kab/Swasta
Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab
C10. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Betung APBD Kab/Swasta
Dinas PU dan PDAM
C11.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Betung APBD
Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-35
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
Telkom Kab.
D. Perwujudan PPK Mariana
D1. Penyusunan Dokumen Revisi Rencana Detail Tata Ruang
Mariana APBD Kab Bapedda&PM dan PU Kab
D2.
Pembangunan kawasan industri
Mariana APBD
Kab/Swasta
Dinas Koperasi,
perindustrian, perdagangan, UKM dan PM , Din PU Kab
D3. Pengembangan perumahan perkotaan
Mariana APBD Kab/Swasta
Dinas PU Kab
D4. Peningkatan pelayanan moda angkutan sungai
Mariana APBD Kab/Swasta
Din. Perhubungan
D5. Pembangunan TPA Mariana
APBD Kab/Swasta
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
D6. Peningkatan pelayanan kelistrikan Mariana APBD
Kab/Swasta Din Pertambangan dan Energi, PLN
D7. Pengembangan IPAL Mariana APBD
Kab/Swasta Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
D8.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Mariana APBD Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab
D9. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Mariana APBD Kab/Swasta
Dinas PU dan PDAM
E. Perwujudan PPK Sukajadi
E1. Penyusunan Dokumen Rencana Detail Tata Ruang
Sukajadi APBD Kab Bapedda&PM dan PU Kab
E2. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
Sukajadi APBD
Kab/Swasta Dinas Koperasi, perindustrian,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-36
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
perdagangan, UKM dan PM , Din PU Kab
E3. Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan
Sukajadi APBD Kab/Swasta
Dinas PU Kab
E4. Peningkatan pelayanan fasilitas peternakan unggas
Sukajadi APBD
Kab/Swasta
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
E5. Peningkatan pelayanan fasilitas budidaya air tawar
Sukajadi APBD Kab/Swasta
Dinas Perikanan dan Kelautan Kab
E6. Peningkatan pelayanan sarana ibadah
Sukajadi APBD Kab Dinas PU Kab
E7. Peningkatan pelayanan sarana pendidikan
Sukajadi APBD Kab/Swasta
Din. Pendidikan dan PU Kab
E8. Peningkatan pelayanan kelistrikan Sukajadi
APBD Kab/Swasta
Din Pertambangan dan Energi, PLN
Kab
E9.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Sukajadi
APBD Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab
E10. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Sukajadi APBD Kab/Swasta
Dinas PU dan PDAM
F. Perwujudan PPK Telang Jaya
F1. Penyusunan Revisi Dokumen Rencana Detail Tata Ruang
Telang Jaya APBD Kab Bapedda&PM dan PU Kab
F2.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
Telang Jaya APBD
Kab/Swasta
Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM dan PM , Din PU Kab
F3. Pengembangan fasilitas Telang Jaya APBD Dinas PU Kab
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-37
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
permukiman perkotaan Kab/Swasta
F4.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Telang Jaya
APBD Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab
F5. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Telang Jaya APBD Kab/Swasta
Dinas PU dan PDAM
F6. Peningkatan jaringan listrik dan pembangunan SUTT
Telang Jaya APBD
Kab/Swasta
Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab
F7. Pengembangan fasilitas pertanian pasang surut
Telang Jaya APBD Kab/Swasta
Dinas Pertanian dan Peternakan
G. Perwujudan PPK Jakabaring Kec. Rambutan
G1. Pengembangan fasilitas permukiman perkotaan
Jakabaring APBD
Kab/Swasta Dinas PU Kab
G2. Pengembangan fasilitas peternakan unggas
Jakabaring APBD
Kab/Swasta
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
G3. Pengembangan fasilitas budidaya air tawar
Jakabaring APBD Kab/Swasta
Dinas Perikanan dan Kelautan Kab
G4.
Pembangunan Terminal Tipe C Jakabaring APBD
Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab
G5. Pembangunan TPA Induk Jakabaring
APBD Kab/Swasta
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
G6. Pembangunan Tanggul Pengendali Banjir
Jakabaring APBD Kab Dinas PU Kab
G7. Peningkatan pelayanan kelistrikan Jakabaring
APBD Kab/Swasta
Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-38
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
G8.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Jakabaring
APBD Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab
G9. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Jakabaring APBD Kab/Swasta
Dinas PU dan PDAM
H. Perwujudan PPK Makarti Jaya
H1.
Pembangunan Pelabuhan Pengumpan
Makarti Jaya APBD
Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab
H2. Peningkatan pelayanan Jaringan Listrik
Makarti Jaya APBD
Kab/Swasta
Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab
H3. Pengembangan Permukiman
Perdesaan
Makarti Jaya APBD
Kab/Swasta Dinas PU Kab
H4. Pengembangan fasilitas Kesehatan
Makarti Jaya APBD Kab
Din. Kesehatan dan Din PU Kab
H5.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Makarti Jaya
APBD Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab
H6. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Makarti Jaya APBD Kab/Swasta
Dinas PU dan PDAM
H7. Pengembangan fasilitas pertanian pasang surut
Makarti Jaya APBD Kab/Swasta
Dinas Pertanian dan Peternakan
I Perwujudan Rencana Sistem Perdesaan/Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
I1. Pembuatan Tata Ruang Desa
Seluruh PPL APBD Kab Dinas PU dan Bappeda&PM
I2. Pembangunan prasarana dan sarana ekonomi dan sosial di
Seluruh PPL APBD
Kab/Sasta SKPD terkait
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-39
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
pusat desa seperti sekolah minimal tingkat Sekolah Dasar, pusat kesehatan minimal setingkat Poskesdes, Kantor Kepala Desa, Balai Desa, Pasar Desa, Masjid.
I3. Peningkatan Pelabuhan Khusus menjadi Pelabuhan Pengumpan Tebing Abang
APBD Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab
I4. Pembangunan Peabuhan Khusus
Tebing Abang APBD
Kab/Swasta
I5.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
Seluruh PPL APBD
Kab/Swasta
Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM, Din PU Kab
I6. Pengembangan fasilitas permukiman perdesaan
Seluruh PPL APBD
Kab/Swasta Dinas PU Kab
I7. Pengembangan fasilitas perikanan air tawar
Tebing Abang, Sumber Marga Telang
APBD Kab/Swasta
Dinas Perikanan dan Kelautan Kab
I8. Pengembangan fasilitas perkebunan Tebing Abang, Air Kumbang
APBD Kab/Swasta
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
I9. Peningkatan pelayanan kelistrikan
Seluruh PPL APBD
Kab/Swasta
Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab
I10.
Peningkatan pelayanan telekomunikasi
Seluruh PPL APBD
Kab/Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika serta Telkom Kab
I11. Peningkatan pelayanan dan kapasitas PDAM
Seluruh PPL APBD
Kab/Swasta Dinas PU dan PDAM
I12. Peningkatan Terminal Khusus
Tanjung Lago, Sumber Marga Telang APBD Kab Dinas Perhubungan,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-40
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
komunikasi dan informatika Kab
I13. Peningkatan Dermaga
Tanjung Lago APBD
Kab/Swasta Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab
I14. Pengembangan Angkutan Moda
Tanjung Lago APBD
Kab/Swasta
I15. Pembangunan SUTT
Tanjung Lago APBD Kab Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab
I16. Peningkatan Layanan TPA
Tanjung Lago APBD Kab Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
I17. Pembangunan Terminal Tipe C
Teluk Betung APBD
Kab/Swasta Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab
I18. Pengembangan Moda Sungai
Salek Mukti APBD
Kab/Swasta
I19. Pengembangan fasilitas pusat pendidikan Sembawa
APBD Prov/Kab
dan Swasta
Dinas PU, Dinas Pendidikan
I20. Pengembangan fasilitas pertanian
Sumber Marga Telang APBD Kab Dinas Pertanian dan Peternakan
I21.
Pengembangan fasilitas pendukung industri
Sumber Marga Telang APBD Kab
Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM Kab
II Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Transportasi
A Program Sistem Jaringan Transportasi Darat
A1 Dukungan Perwujudan Jalan Arteri Primer (Berdasarkan Kepmen PU No 630 Tahun 2009) Sei Lilin - Betung (ruas 003) Ruas-ruas jalan arteri primer di Kab.
Banyuasin APBN dan
APBD Provinsi
Kemen PU (Balai Jalan dan Jembatan)
Betung – Bts. Kota Palembang
(ruas 004)
A2. Jalan Kolektor Primer K1(Berdasarkan Kepmen PU No 630 Tahun 2009) dan Jalan Tol Ruas Simpang Betung-Sekayu- Ruas-ruas jalan kolektor primer di APBN,APBD Kemen PU (Balai
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-41
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
Lubuk Linggau Kab Banyuasin Prov/Kab Jalan dan Jembatan), Din PU Prov/Kab
Kab. OKI – Kec. Muara
Padang – Kec. Air Salek – Kec. Muara Telang – Kec.
Marga Air Telang - Kec.
Banyuasin II
APBD Provinsi
Ruas Palembang-Rambutan-
Kayu Agung APBD Prov
Pemda Prov (Dinas PU)
Ruas Palembang-Rambuan-
Tulung Selapan APBD Kab &
Prov Pemda Kab & Prov (Dinas PU)
Ruas Pangkalan Balai-Rantau
Bayur-Kab. Muara Enim
Betung - Sekayu Jalan kolektor primer 4
A3. Peningkatan Status Jaringan Jalan dari Lokal Primer menjadi Kolektor Primer Kabupaten
Ruas Pangkalan Balai-Pulau
Rimau-Tungkal Ilir
Ruas-ruas jalan arteri primer di Kab Banyuasin
APBD Kab dan Swasta
PU Bina Marga
Ruas Palembang- Banyuasin I – Air Kumbang - Muara Padang – Muara Sugihan – Kabupaten OKI
Ruas Kab. Muba – Kec. Tungkal
Ilir
Ruas Kab. Muara Enim – Kec. Rantau Bayur – Kec. Betung – Kec. Banyuasin III – Kec. Sembawa – Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung Lago.
A4. Pembangunan Jaringan Jalan Lokal Primer Kabupaten
Ruas Jalan Tanjung Lago –
Muara Telang – Sumber Marga Telang
Ruas-ruas jalan arteri primer di Kab Banyuasin
APBD Kab dan Swasta
PU Bina Marga
Makarti Jaya – Air Saleh – Air
Kumbang - Banyuasin I
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-42
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
A5. Pembangunan jaringan jalan bebas hambatan
ruas Palembang – Tanjung Api-
Api/Tanjung Carat
Kab Banyuasin APBD Kab
dan Swasta PU Bina Marga
jalan Lingkar Luar Timur ruas
Rambutan - Banyuasin I – Talang Kelapa;
jalan Lingkar Luar Barat ruas
Kecamatan Rambutan – Kecamatan Sembawa
A6. Pengembangan Jalan Raya Khusus Batubara
Ruas Kab. Muara Enim – Kec. Rantau Bayur – Kec. Suak Tapeh – Kec. Banyuasin III – Kec. Sembawa – Kec. Talang Kelapa - Kec. Tanjung Lago – Kec. Banyuasin II
Ruas-ruas jalan arteri primer di Kab Banyuasin
Swasta PU Bina Marga dan Swasta
A7. Peningkatan dan Pembangunan Jembatan
Jembatan Ruas Banyuasin I –
Muara Padang Banyuasin I – Muara Padang
APBD Kab dan Swasta
PU Bina Marga dan Swasta
Jembatan Terusan Sebalik Tanjung Lago –Muara Telang
Jembatan Gasing Talang Kelapa –Tanjung Lago
Jembatan Pulau Rimau Tanah Kering –Pulau Rimau
Jembatan Tungkal Ilir Desa Tri tunggal
Jembatan Rambutan Sungai Dua
Jembatan Teluk Tenggulang Pulau Rimau
Jembatan Muara Telang Muara Telang
Jembatan Banyuasin I Desa teluk Tenggiri (Banyuasin I)
Jembatan Rantau Bayur Desa Tebing Abang APBD Prov dan Swasta
Dinas PU Bina Marga Prov
Jembatan Air Sugihan Kec. Muara Padang – Air Sugihan
(Kab. OKI)
Jembatan sedang-
Banyuasintiga Banyuasintiga APBD Kab. &
Swasta Dinas PU Bina Marga Kab.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-43
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
A8. Dukungan rencana pengembangan terminal barang
Terminal Galangan kapal Kec.Banyuasinsatu dan Kawasan
Tanjung Api-Api APBD Kab
dan Swasta Swasta dan Dinas Perhubungan, komunikasi dan
informatika Kab
Terminal Khusus Batu Bara 4 Terminal di Tanjung Lago, 1
Terminal di Muara Telang Swasta
Terminal Khusus CPO Banyuasin I
Terminal Khusus Aspal Banyuasin I
A9. Rencana Pembangunan Terminal
Peningkatan Terminal Tipe A
Kec. Betung APBD Prov dan Kab
Pemda Prov/ Kab (Dishub)
Peningkatan Terminal Tipe C
Sungsang & Suaktapeh APBD
Prov/Kab
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab
Pembangunan Terminal Tipe A
Kaw. TAA APBD Kab
dan Swasta
Pembangunan Terminal Tipe B
Pangkalan balai dan sebalik APBD Kab
dan Swasta
Pembangunan Terminal Tipe C Cintamanis, Rambutan,
Telukbetung, Talangkeramat APBD Kab
dan Swasta
Pembangunan Terminal
Multimoda Sebalik
APBD Kab dan Swasta
A10.
Rencana pengembangan rute trayek angkutan umum
Dalam Wilayah Kab. Banyuasin
APBD Kab, Swasta
Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab, swasta
B. Pengembangan Jaringan Transportasi Sungai
B1. Rencana peningkatan pelayanan dan pengembangan Dermaga
Kawasan Perairan Kab.Banyuasin
APBD Kab dan Swasta
Swasta, Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika Kab
B2. Rencana pengembangan moda angkutan sungai
B3. Pengembangan alur pelayaran
C. Pembangunan Sistem Jaringan Rel Kereta Api
C1. rel untuk Rute Tanjung Enim-TAA Wilayah Kabupaten Banyuasin APBN & Kemen
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-44
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
Via Stasiun Simpang dan Gasing APBD Prov/Kab
Perhubungan, Din Perhub Prov/Kab
C2. pembangunan rel ganda (double track) untuk rute Palembang-Betung-Batas Jambi
C3. Pembangunan Rel Via Stasiun Simpang – Banyuasin I
C4. Jalur kereta api khusus
D. Perwujudan sistem prasarana Transportasi Laut
D1.
Pembangunan Pelabuhan utama Tanjung Carat
Banyuasin II
APBN, Swasta, ,
APBD Prov dan Kab
Kementrian Perhubungan, Pelindo, Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika Prov
dan Kab
D2.
Pelabuhan pengumpul Tanjung
Api-Api Banyuasin II
APBN
Nas,Prov, Kab & Swasta
Pelindo, Dinas
Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab
D6.
Pembangunan terminal khusus Teluk Tenggulang, Prajin, Sritiga, Teluk Payo, Tebing Abang, Kemangbejalu, Lebung, Pulau Tengkorak, Penuguan APBD Kab
dan Swasta
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika Kab
D7. Pelabuhan pengumpan Tenggulang, Sungai Tungkal,
penuguan, Lebung
D8. Pengembangan dan peningkatan alur pelayaran
Kab. Banyuasin
III Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Energi/Kelistrikan
A Program Sistem Jaringan Kelistrikan
A1 Meningkatkan pasokan listrik yang bersumber dari PLN Cabang Palembang
Kab. Banyuasin APBN, APBD Prov , Kab dan Swasta
Din Pertambangan dan Energi, PLN Kab
A2. Peningkatan kapasitas dengan Kec. Talang Kelapa, Kec. Banyuasin
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-45
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
pengembangan gardu listrik I, Kec. Betung, Kec. Banyuasin III, Kec. Banyuasin II
A3. Peningkatan Pelayanan dan Pengembangan jaringan SUTT
Kec. Rantau Bayur, Kec. Betung
A4. Rencana pembangunan jaringan SUTT
Kec. Betung, Kec. Talang Kelapa
A5. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Kec. Pulau Rimau
A6. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Tanjung Api-Api
A7. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)
Kec. Banyuasin satu
A8. Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Kec. Rantau Bayur
A9. Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Batu Bara (PLTGB)
Kec. Talang Kelapa
A10. Peningkatan jaringan distribusi listrik untuk mendukung kegiatan industri
Tanjung Api-Api, Gasing dan Mariana
B. Pengembangan Sistem Jaringan Migas
B1. Pengembangan Trans Nasional Khusus untuk jaringan Gas
Betung - Pagar Dewa
APBD Prov,Kab dan
Swasta
Din Pertambangan dan Energi, Pertamina
B2. Pengembangan Trans Regional untuk jaringan migas
Sungai Lilin – PUSRI - PERTAMINA sungai gerong (merah mata) – plaju – jakabaring - prabumulih
IV. Perwujudan Sistem Jar.Telekomunikasi
A Program Sistem Jaringan Telekomunikasi
A1.
pengembangan jaringan komunikasi seluler, dengan pembangunan Tower BTS Terpadu
Tersebar di pusat kegiatan (PKWp, PKL, PPK, dan PPL)
APBD Kab & Swasta
TELKOM & Dinas Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab
A2. Peningkatan jaringan Tanjung Api-Api, Gasing dan Mariana APBD Kab & TELKOM & Dinas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-46
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
telekomunikasi mendukung peruntukan industri
Swasta Perhubungan, komunikasi dan informatika Kab A3. Pengembangan jaringan satelit Wil. Perairan dan kawasan tertinggal
V. Perwujudan Sistem Prasarana Sumber Daya Air
A. Rencana Pengembangan Air Baku
A1. Optimalisasi sumber air dengan memanfaatkan kapasitas yang belum terpakai
Tersebar di Kabupaten Banyuasin APBD Kab Dinas PU Cipta Karya, Pengairan dan PDAM Kab
A2. Penyediaan air minum di kota kecil yang rawan air belum ada sistem penyediaan air minum
A3. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih bagi masyarakat di pedesaan
A4. Penyediaan, Penyelolaan dan Pemeliharaan sumber-sumber air baku
A5. Pengaturan kebutuhan air
B. Rencana Pengembangan Jaringan Irigasi Reklamasi Rawa
B1.
Mengatur kembali sistem jaringan irigasi yang berhirarki dan terpadu sesuai fungsinya baik secara kuantitas ataupun kualitas
Tersebar di Kabupaten Banyuasin APBD Kab Dinas PU Cipta Karya, Pengairan Kab
B2. Normalisasi dan rehabilitasi saluran-saluran irigasi
B3. Pengembangan kanal-kanal
B4.
Pengembangan sistem jaringan
irigasi sekunder yang disesuaikan
dengan topografinya
B5. Pembuatan sistem saluran irigasi
tersier
B6. Pemeliharaan secara terus
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-47
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
menerus dan berkelanjutan
C. Rencana wilayah sungai
C1
Pengembangan konservasi sumberdaya air melalui perlindungan dan pelestarian
SDA, pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
Tersebar di Kabupaten Banyuasin APBD Kab Dinas PU Cipta Karya, Pengairan Kab
C2
Pendayagunaan sumber daya air melalui penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumberdaya air.
C3 Penanggulangan daya rusak air melalui pencegahan daya rusak air dan pemulihan daya rusak air.
C4 Pengembangan informasi dan pengelolaan sistem informasi
C5 Pelibatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan Sumber Daya Air
VI Perwujudan Pengembangan Prasarana Pengelolaan Lingkungan
A Pengelolaan Persampahan
A1. Pengadaan prasarana persampahan (truck sampah, bak sampah, truck tinja, Arm Roll dll)
Seluruh kecamatan
APBD Kab
Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan
Pemakaman, Dinas Pertanian dan Peternakan dan Dinas PU
A2. pembangunan TPS dengan kapasitas 2m3
Seluruh kecamatan
A3. pengembangan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA)
Kec. Banyuasin III, Kec. Rantau Bayur, Kec. Mariana
A4. Pembangunan Rumah Kompos
B. Prasarana Pengelolaan Air Limbah
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-48
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
B1.
Pengembangan sistem terpusat (off site) dengan pembangunan Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu
Kawasan Permukiman Perkotaan, industri gasing, mariana dan tanjung
apai-api
APBD Kab/Swasta
Badan Lingkungan Hidup
B2. Penyusunan Studi kelayakan IPAL
B3.
Pengembangan sistem setempat (on site) yaitu dengan mengembangkan penggunaan tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah Seluruh wilayah Kab. Banyausin
APBD Kab
Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Dinas PU CK
B4. Penyuluhan kepada penduduk
B5. Penyediaan kendaraan
pengangkut tinja
B6. Monitoring
C. Sistem Drainase Perkotaan
C1. Pengembangan sistem jaringan
terbuka
Seluruh Kawasan Perkotaan APBD Kab Dinas PU CK
C2. Pengembangan sistem jaringan
tertutup
C3. Penyusunan Master Plan Drainase
Kawasan
C4. Pemeliharaan Jaringan Draenase
VII Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
A. Rencana Sistem Pengendalian Genangan Banjir
A1.
Tindakan infiltrasi untuk memulihkan tangkapan alami
hidrologis melalui parit, vegetasi di permukaan, kebun dan trotoar berpori
Tersebar di Kabupaten Banyuasin APBD Kab
Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Badan Lingkungan Hidup
A2. pengisian air pada sumber air dengan sumur resapan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-49
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
jebakan air
A3.
perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan
lahan pada sumber air.
A4. Pengendalian pengolahan tanah
di daerah hulu
A5. Pengaturan daerah sempadan
sumber air
A6. Rehabilitasi hutan dan lahan
B. Rencana Sistem Penanganan Pantai
B1. restorasi mangrove dan hutan pesisir,
kawasan utara bagian barat dan tengah Kabupaten Banyuasin
APBD Kab
Badan Lingkungan Hidup, Bapeda &PM, Dinas Perikanan dan Kelautan
B2. proteksi akomodasi untuk permukiman dan perikanan tambak
B3. pengelolaan zona pesisir terpadu (ICZM)
utara bagian timur Kabupaten Banyuasin
C. Rencana sistem penanganan risiko kekurangan air
C1. Regulasi penyediaan air untuk aktivitas perkebunan
Wilayah DAS Musi dan DAS Banyuasin
APBD Kab
PU Cipta Karya, PDAM, PU Pengairan, Badan Lingkungan Hidup
C2. Peningkatan pelayanan PDAM
C3. Pemanfaatan air tanah dengan mengembangkan lubang bor
C4. Peningkatan infrastruktur irigasi
C5.
konservasi lahan, hutan konservasi dan reboisasi untuk
pemeliharaan kuantitas dan kualitas penyediaan air
D. Rencana ruang dan jalur evakuasi bencana
D1. pemanfaatan ruang terbuka hijau dan sarana fasilitas sosial dan
Tersebar di Kabupaten Banyuasin APBD Kab, APBN,
Dinas Sosial, Badan Lingkungan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-50
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
umum sebagai salah satu kawasan evakuasi
Swasta Hidup
D2.
mengintegrasikan/menghubungkan jalan eksisting dan menambah jalan baru sebagai rencana jalur penyelamatan dengan fasilitas perlindungan dan sistem kota/wilayah secara umum
PU Bina Marga,
Dinas PU Cipta Karya
PERWUJUDAN POLA RUANG
I Perwujudan Kawasan Lindung
A. Program Kawasan Hutan Lindung
A1. Melakukan Kegiatan Rehabilitasi, Redeliniasi, reboisasi
Air Salek, Banyuasin II, Makarti Jaya,
Muara Sugihan, Muara Telang dan
Tanjung Lago
APBD
Dinas Kehutan
dan perkebunan, Badan Lingkungan
Hidup
A2.
Penguatan manajemen kawasan dan pemantapan blok lindung pada kawasan Hutan Lindung
untuk mendukung kawasan konservasi di atasnnya.
A3. Pengawasan dan pengamanan melalui Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging
A4. pembinaan msyrakakat di sekitar kawasan lindung
B. Program Kawasan resapan air dan kawasan bergambut
B1. pengembangan vegetasi resapan
Tersebar di Kawasan Kab. Banyuasin APBD Prov, Kab/swasta
Din Kehutanan Prov & Kab, , Badan Lingkungan Huidup, Dinas PU Pengairan dan masyarakat
B2. rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan
B3. reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan pola parsitipatif
B4. Penetapan kawasan sekitar DAS dan rawa dalam sebagai kawasan resapan air
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-51
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
B5.
Penetapan kawasan bergambut khususnya kawasan bergambut yang mempunyai kedalaman di atas 3 meter sebagai fungsi hidrologis dari kegiatan budidaya
C. Program Kawasan Perlindungan Setempat
C1
Penetapan Kawasan Sempadan Pantai dan kawasan pantai berhutan bakau sebagai kawasan perlindungan
Di pesisir timur Kab. Banyuasin APBD
Kab/swasta
Din Kehutanan dan Perkebunan Kab, Din Perikanan dan kelautan
C2.
Pelestarian hutan mangroove serta pengembangan sabuk hijau mangrove maupun sabuk hijau vegetasi pantai
C3. Penetapan Kawasan sempadan sungai sebagai kawasan
perlindungan seluruh sungai di Kab Banyuasin APBD
Kab/swasta
Din Kehutanan
dan Perkebunan Kab
C4. Pengembangan jalur hijau di sepanjang sempadan sungai
C5..
Kawasan sempadan mata air sebagai kawasan kawasan perlindungan
Sukomoro APBD
Kab/swasta
PDAM, Din Kehutanan dan Perkebunan Kab & Din PU
C6. Pembuatan sistem saluran khusus bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau irigasi
C7.
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan
penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air
D. Program Kawasan Suaka Alam
D1. Penetapan kawasan suaka Padang Sugihan dan Bentayan APBN, APBD BKSDA, Din
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-52
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
margasatwa Prov&Kab, Swasta
Kehutanan Prov & Kab, , Badan Lingkungan Hidup D2.
Perlindungan dan pengawasan terhadap keanekaragaman flaura dan fauna secara partisipatif
D3. Program penelitian, pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan
E. Program Kawasan Taman Nasional Sembilang
E1. Perlindungan dengan tetap mempertahankan kawasan Taman Nasional Sembilang
Kec. Banyuasin II APBN, APBD Prov&Kab,
Swasta
Din Kehutanan Prov & Kab, Badan Lingkungan Hidup
E2.
Pengelolaan kawasan pantai berhutan bakau dilakukan melalui penanaman tanaman bakau dan nipah di pantai.
E3.
perlindungan mangrove, keanekaragaman biota dan tipe
ekosistem untuk kepentingan plasma nutfah, keperluan pariwisata, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya
E4.
Pengembangan pariwisata berupa ekowisata mangrove yang disertai dengan pengembangan balai penelitian dan budidaya mangrove.
F. Program Kawasan Rawan Bencana Alam
F1.
Penyusunan progam spesifik
disesuaikan dengan jenis bencana dan kerusakan yang terjadi
Tersebar pada kawasan genangan, bencana angin puting beliung dan kebakaran hutan
APBD Kab/swasta
Pemda Kab (Din
Kehutanan dan Perkebunan, Din PU, Bappeda&PM, Din Pemadam Kebakaran, Din
F2. Menginventarisasi kawasan rawan bencana alam secara lebih
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-53
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
akurat; Sosial)
F3.
Pengelolaan kawasan rawan bencana alam (hutan dan rawa gambut) secara lebih terprogram dan melibatkan masyarakat setempat
F4.
Melakukan sosalisasi bencana alam dan/atau penyadaran masyarakat untuk tidak membakar pada kawasan rawan bencana alam
F5.
Pembangunan dan pengembangan prasarana dan sarana penanggulangan kebakaran hutan dan gambut
F6.
Pembangunan dan pengadaan
prasarana dan sarana untuk mengantisipasi adanya bencana angin puting beliung
II Perwujudan Kawasan Budidaya
A. Program Kawasan Hutan Produksi
A1. Rehabilitasi hutan dan lahan
Tersebar di Kawasan Hutan Kab. Banyuasin
APBD Prov, Kab & swasta
Din. Kehutanan dan Perkebunan, Swasta,
Masyarakat
A2. Pengembangan kawasan penyangga
A3.
pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan lainnya.
A4. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan
A5. Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis tanaman hutan
A6. Pembangunan dan Banyuasin II, Muara Sugihan,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-54
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
pengembangan industri yang berbasis hutan tanaman industri
Tungkai Ilir
A7. Pembangunan dan pengembangan hutan rakyat melalui hutan kemasyarakatan
Banyuasin II, Muara Sugihan
B. Program Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
B1. Pengemb. Dan penetapan Kws Pertanian Pangan di Kab Banyuasin
Tersebar di seluruh kecamatan APBD Kab &
swasta SKPD lingkup Pertanian Kab
B2. Pengembangan sarana prasarana pendukung keg pertanian pangan lahan basah
B3. Pengembangan lumbung pangan daerah
B4. Pengembangan sistem informasi sumberdaya pertanian lahan basah
B5. Pengembangan dan pemeliharaan sistem irigasi
B6.
Pembangunan dan pengembangan pertanian lahan kering dengan komoditi palawija di seluruh Kecamatan
B7. Konservasi tanah dan air pada lahan pertanian
B8. Penetapan sawah abadi dan pencetakan sawah
B9. Penggunaan teknologi budidaya pangan yang tahan terhadap genangan serta kadar garam
C. Program Kawasan Pertanian Holtikultura
C1. Pengembangan sarana prasarana pendukung keg.pertanian holtikultura
Tersebar di Kecamatan APBD Kab &
swasta Din Pertanian dan Peternakan Kab
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-55
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
C2. Pengembangan Kws Pertanian Lahan Kering & Holtikultura
C3. Melakukan berbagai pelatihan kepada para petani guna menjaga mutu komoditi.
D. Program Kawasan Perkebunan
D1.
Pengembangan Lahan Kawasan Perkebunan , Pengemb komoditi unggulan perkebunan: kelapa, karet , kelapa sawit
Tersebar di seluruh Kecamatan APBD Kab &
swasta
Din Kehutanan dan Perkebunan
Kab
D2. Pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan
D3. Pengembangan Pusat Penelitian
D4. peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan rakyat
D5. Pengemb. sarana prasarana pendukung keg perkebunan
D6. pengembangan konsep ”Corporate Community Relationship”
E. Program Kawasan Peternakan
E1. Pengembangan peternakan potensial di Kab Banyuasin
Kec. Sembawa dan Talang Kalapa APBD Kab &
swasta Din Pertanian dan Peternakan Kab
E2. Pengembangan sarana prasarana pendukung keg peternakan
E3.
Pengembangan kemitraan antar pelaku usaha melalui pengembangan industri peternakan
F. Program Kawasan Perikanan
F1. pengembangan untuk kawasan perikanan air laut
Kecamatan Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Sugihan, Muara Telang, Rantau Bayur, Talang Kelapa, dan
APBD Kab & swasta
Din Perikanan dan Kelautan Kab
F2. pengembangan kawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-56
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
perikanan perairan umum Tanjung Lago
F3. pengembangan kawasan perikanan air payau
F4. Pengembangan Kawasan Minapolitan
F5. Pengembangan industri pengolahan perikanan
F6. Pengembangan sarana prasarana pendukung keg perikanan
G. Program Kawasan Pertambangan
G1. Inventarisasi daerah yg berpotensi untuk usaha pertambangan
Kecamatan Pulau Rimau dan Tungkal Ilir.
APBD Kab & swasta
Din Pertambangan & Energi Kab
G2. Penetapan aturan zonasi penambangan rakyat
G3. Relokasi & lokalisasi tambang rakyat
G4. Rehabilitasi lahan pasca penambangan
H. Program Kawasan Industri
H1. Pembangunan Kawasan Industri Besar Gasing dan tanjung api-api
Kecamatan Banyuasin I, Banyuasin II, Makarti Jaya, Muara Telang, Talang Kelapa, dan Tanjung Lago.
APBD Kab & swasta
Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan,
UKM
H2. Revitalisasi kawasan industri Mariana
H3. Penetapan aturan zonasi Kawasan Industri (Masterplan)
H4. Pengembangan industri pengolahan pangan
H5. Pengembangan sentra-sentra industri dan kerajinan serta pada permukiman yang ada.
H6. Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-57
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
H7. Penyuluhan dan pembinaan industri kecil dan rumah tangga
I Program Kawasan Pariwisata
I1. Pengembangan kawasan wisata agro
Kecamatan Banyuasin II dan Kecamatan Muara Telang.
APBD Kab & swasta
Din. Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan
Olaraga, Bappeda&PM &
Din PU Cipta Karya
I2. Pengembangan kawasan wisata bahari
I3. Pengembangan ekowisata.
I4. Peningkatan & Pengemb. Sarana dan prasarana penunjang kegiatan Pariwisata
I5. penyusunan rencana tapak pada setiap obyek wisata andalan
I6. penyusunan paket wisata, promosi wisata dan dibuat sistem informasi tujuan wisata
J Program Kawasan Permukiman
J1.
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan, perdesaan dan pulau-pulau kecil berpenduduk
Permukiman perkotaan di PKWp, PKL& PPK, Permukiman perdesaan di PPL dan kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil
APBD Kab & swasta
Bappeda&PM & Din PU Cipta Karya Kab
J2. Penyediaan KPR-RSH bersubsidi
J3. Pengemb. perumahan swadaya
J4.
Pengembangan kawasan permukiman skala besar diarahkan dalam bentuk ”Kota Baru”
J5. Pengembangan Kasiba/Lisiba
J6. Pengembangan prasarana dan sarana kawasan perkotaan
J7. Peningkatan penyehatan lingkungan permukiman
J8. Pembinaan Teknis Kawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-58
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
Permukiman
J9. Pengembangan RTH 30 % yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH Privat
Kawasan Perkotaan
Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman
J10. Pembangunan tamn dan hutan kota
K. Program Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
K1. Reklamasi Pantai ±4000 Ha
Kawasan Tanjung Carat APBN, APBD Prov, Kab &
Swasta
Bappeda&PM & Din PU
K2. Penyusunan RDTR Kawasan Reklamasi Pantai
K3. Penyusunan Rencana strategis Kawasan pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kec. Makarti Jaya, Kec. Banyuasin II, Kec. Air Saleh, Kec. Muara Telang,
Kec. Pulau Rimau, Kec. Muara Sugihan
APBD Kab & Swasta
Bappeda&PM & Din PU, Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan, UKM, Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Lingkungan Hidup
K4. Penyusunan rencana Zonasi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
K5. Rencana Pengembangan transportasi
K6. Peningkatan dan penyuluhan keterampilan masyarakat pesisir
K7.
Pengaturan dalam pengambilan atau pemompaan air tanah untuk menjaga keseimbangan salinitas di lingkungan pesisir
K8. Memelihara keseimbangan alamiah antara pertambahan tanah erosi dan sedimentasi
K9.
Pada daerah-daerah yang memungkinkan terkena dampak dari kegiatan industri harus memiliki rencana-rencana penanggulangannya
K10. Perlindungan terhadap kawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-59
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
konservasi
K11. Restorasi hutan pesisir
Perwujudan Kawasan Strategis
I Program Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pada Aspek Ekonomi
A. Pengembangan Kawasan Metropolitan Kota Palembang
A1. Kota Terpadu Mandiri (KTM) Telang
Pengembangan sarana dan
prasarana sosial dan ekonomi
Kec. Telang APBD Kab
Pemda Kab/Bappeda&PM,
Din PU
Revisi Masterplan KTM Bappeda&PM,
Din PU
Peningkatan investasi budidaya dan industri pertanian, jasa dan perdagangan.
Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan,
UKM
Penguatan kelembagaan dan
masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan kawasan KTM
Din. Tenaga Kerja
dan Transmigrasi
A2. Kawasan Perdagangan Betung
Penyusunan rencana detail
kawasan
Kec. Betung APBD Kab
Bappeda&PM, Din PU
Pengembangan sarana dan prasarana transportasi
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika Kab
Pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa
Dinas Koperasi, perindustrian,
perdagangan, UKM
Pengaturan pemanfaatan ruang
koridor jalan Betung-Musi Banyuasin
Dinas PU Cipta Karya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-60
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
A3. Kawasan Pusat Pemerintahan Pangkalan Balai
Penyususan RTBL Kawasan
Pangkalan Balai Kec. Banyuasin III APBD Kab
Bappeda&PM, Din PU Cipta Karya
Pengembangan Fasilitas
Perkantoran Dinas PU Cipta
Karya
Pengembangan Fasilitas
Permukiman perkotaan Dinas PU Cipta
Karya
Pengembangan fasilitas sosial-ekonomi
Pemda Kab/Bappeda&PM,
Din PU Cipta Karya
Pengembangan sarana dan prasarana transportasi
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika Kab
A4. Kawasan Pusat Permukiman Perkotaan
Penyususnan RTBL Kawasan
Kec. Talang Kelapa, Rambutan, Banyuasin I
APBD Kab & swasta
Bappeda&PM, Din PU Kab
Penataan Kasiba dan Lisiba
Rencana pengembangan
perumahan Dinas PU Kab
Rencana pengembangan fasilitas
umum pendukung permukiman Bappeda&PM,
Din PU
Pengembangan utilitas PDAM, Dinas Pertambangan
dan Energi, PLN Kab
Pengembangan jaringan transportasi
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika,
B. Program Kawasan Strategis Pertanian
B1. Kawasan Agropolitan
Penyusunan Masterplan Kec. Banyuasin III dan Kec. Tanjung APBD Kab & Bappeda&PM,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-61
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
Penyusunan rencana detail tata
ruang kawasan Lago swasta Dinas PU Cipta
Karya.
pengembangan wilayah sentra produksi
Dinas PU dan Dinas Pertanian dan Peternakan
Kab
Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi
Dinas Pertanian dan Peternakan,
Din. PU Pengairan Kab
Peningkatan Infrastruktur transportasi ke daerah sentra produksi
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika,
peningkatan produktivitas
melalui penggunanaan teknologi
tepat guna
Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan,
UKM Kab
penyuluhan dan bimbingan
kelompok tani, koperasi dan usaha keci
Pengembangan kegiatan industri
pengolahan (industri hilir) komoditas pertanian
Pengembangan jaringan pasar
dan promosi
Pengembangan jaringan kerjasama antar daerah pengelola kawasan, pemerintah dan swasta
Pengembangan lembaga
pembiayaan
B2. Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (Kimbun)
- Penyusunan Masterplan KIMBUN : Kec. Banyuasin I, Kec. Air
Kumbang, Kec. Muara Padang dan APBD Kab &
swasta Bappeda&PM, Din PU Kab
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-62
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
- Peningkatan sarana penunjang produksi seperti listrik, air bersih, pengolahan limbah serta perlu adanya manajemen yang focus terhadap pengelolaan industri berbasis perkebunan sesuai komoditas secara professional.
Kec. Rambutan. KIMBUN dan Migas : Kawasan Kec. Pulau Rimau dan Kec. Tungkal Ilir termasuk didalamnya Teluk Betung, Penuguaan, Mukut, Bentayan dan Kluang
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika, Dinas PU, PDAM, Energi,
PLN Kab
- Pengembangan jaringan
trasportasi untuk kemudahan proses distribusi
- Pengembangan jaringan pasar
dan promosi Dinas Pertanian dan Peternakan, Din. Koperasi, perindustrian, perdagangan,
UKM Kab
- Pengembangan kegiatan industri pengolahan (industri hilir) komoditas perkebunan
B3. Kawasan Sentra Produksi Beras Pertanian Pasang Surut
Perlindungan kawasan dari
konversi melalui pengendalian dan penetapan rencana zonasi
Kec. Tanjung Lago Kec. Sumber Marga Telang dan Kec. Muara
Telang
APBD Kab & swasta
Bappeda&PM, Din PU Kab
Peningkatan produksi hasil pertanian dan industri pengelolahan hasil melalui pengembangan aplikasi teknik budidaya dan bibit unggul (teknologi)
Dinas Pertanian dan Peternakan
Peningkatan dan Pengembangan Infrastruktur pendukung pertanian
Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-63
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
PDAM, PLN, Dinas PU
Evaluasi, revitalisasi dan Peningkatan pengelolaan jaringan irigasi/Daerah reklamasi rawa
Dinas Pertanian dan Peternakan,
Dinas PU Pengairan
Pengembangan lumbung padi
Pengembangan sistem Perlindungan hak-hak petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani
Dinas Pertanian dan Peternakan
C. Kawasan Strategis Ekonomi Khusus Tanjung Api-Api
C1. Pengembangan kawasan Industri Terpadu
Banyuasin II dan Kec. Sumber Marga Telang
APBN, APBD Prov, Kab
dan Swasta
Bappeda&PM, Din PU Cipta Karya Kab
C2. pelabuhan/terminal general kargo
mencapai
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika
C3. pelabuhan laut
C4. pelabuhan penyeberangan
C5. 1 stock pile batubara
C6. pelabuhan peti kemas
C7. pelabuhan/terminal curah cair (CPOIBBM/Migas/Pupuk/semen)
C8. Pengembangan kawasan perkantoran Din PU Cipta
Karya
C9. Pengembangan kawasan Permukiman
C10.
Pengembangan Fasilitas umum
sosial-ekonomi
Dinas PU, Dinas
Koperasi, perindustrian, perdagangan,
UKM Kab
C11. Pengembangan Jaringan utilitas Dinas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-64
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
pendukung kegiatan pelabuhan, industri dan permukiman
Perhubungan, komunikasi dan
informatika, Dinas Pertambangan
dan Energi, PDAM, PLN,
C12.
Pengembangan JaringanTransportasi
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika
D. Kawasan Strategis Industri
D1. Penyusunan Masterplan
Banyuasin Valey, Gasing dan Mariana
APBD Kab & swasta
Bappeda&PM, Din PU Cipta Karya Kab
D2. Penyusunan Rencana Detail Kawasan;
D3. Pengembangan jaringan transportasi
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika, Dinas
Pertambangan dan Energi, PDAM, PLN,
Badan Lingkungan Hidup, Din PU Kab
D4.
Pengembangan infrastruktur lingkungan seperti pengelolahan limbah, ketersediaan jalur hijau/RTH
E. Kawasan Minapolitan
E1. Penyusunan masterplan minapolitan
Kawasan Air Batu, Sukamoro dan
Rantau Bayur, Kawasan Sungsang, Muara Sugihan
APBD Kab &
swasta
Bappeda&PM, Din PU Kab
E2. Penyusunan Rencana Zonasi Minapolitan
E3.
Pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan minapolitan diantaranya pelabuhan pendaratan ikan, tempat pelelangan ikan, jaringan
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika, PDAM, Dinas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-65
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
tranasportasi darat dan air, serta jaringan utilitas.
Pertambangan dan Energi, PLN,Din PU
E4.
Pengembangan prasarana sosial-ekonomi dilakukan untuk memantapkan/membentuk sistem pusat-pusat permukiman.
Dinas PU, Dinas Koperasi,
perindustrian, perdagangan,
UKM Kab
E5.
Meningkatkan pelayanan moda transportasi air (sungai)
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika serta Din Perikanan dan
Kelautan
II Dukungan Perwujudan Kawasan Strategis Provinsi dari Sudut Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
A Kawasan Taman Nasional Sembilang
A1. Pengembangan ekowisata
Kec. Banyuasin I APBD Kab &
swasta
Bappeda&PM, Din PU Kab
A2.
pengembangan sarana prasarana pendukung pariwisata
Din PU, Din. Perikanan dan Kelautan, Din
Pendidikan dan Din Pariwisata
A3.
Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi.
Dinas Perhubungan,
komunikasi dan informatika,Dinas
PU
A4. Peningkatan Pengendalian zona pemanfaatan Kawasan Taman Nasional Sembilang
Bappeda, Din PU Kab
A5. Peningkatan promosi wisata Din. Perikanan
dan Kelautan dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-66
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
Din. Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan
Olaraga
B. Kawasan Suaka Margasatwa Padang Sugihan
B1. Reboisasi dan Pemantapan kawasan sebagai habitat Gajah
Kec. Muara Sugihan dan Kec. Rambutan
APBD Kab & swasta
BKSDA
B2. Revitalisasi infrastruktur pendukung pusat pelatihan gajah
BKSDA ,Dinas PU
B3. meningkatkan peran serta pemerintah, pemberdayaan masyarakat sekitar dan investor
Dinas PU, Dinas Koperasi,
perindustrian, perdagangan,
UKM Kab
B4. Peningkatan sosialisasi dan promosi
B5. Optimalisasi kawasan tersebut untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
III Dukungan Perwujudan Kawasan Strategis dari Kepentingan Sosial-Budaya
A. Kawasan Perkampungan Nelayan Sungsang
A1. Revitalisasi dan rehabilitasi kawasan.
Sungsang APBD Kab &
swasta
Din. PU
A2. Penyusunan rencana teknis Tata Bangunan dan Lingkungan
Bappeda, Din PU Kab
A3.
Pengembangan sektor pariwisata. Dinas Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan
Olaraga
A4.
Pengembangan sarana dan
prasarana permukiman serta transportasi.
Dinas
Perhubungan, komunikasi dan
informatika, PDAM, Energi,
PLN,Din PU
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
VI-67
No Program Utama dan Kegiatan Lokasi Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Tahun Pelaksanaan
PJM -1 PJM-2 PJM - 3 PJM - 4
2011 2012 2013 2014 2015 2016 - 2020
2021 - 2025
2026 - 2031
A5.
Peningkatan Industri rumah tangga berbasis perikanan
Dinas PU, Dinas Koperasi,
perindustrian, perdagangan,
UKM Kab
IV. Dukungan Perwujudan Kawasan Strategis dari Kepentingan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
A. Kawasan Agrocenter Sembawa
A1. Penyusunan rencana detail kawasan
Kec. Sembawa APBD
Prov/Kab & swasta
PU dan Bappeda&PM
A2. Pengembangan pusat balai penelitian ternak unggul.
Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Pendidikan, Dinas Koperasi, perindustrian, perdagangan,
UKM Kab
A3. Pengembangan pusat penelitian perkebunan
A4. Pengembangan kawasan agrowisata perkebunan.
A5. Peningkatan sekolah pertanian pembangunan menjadi bertaraf internasional
A6. Pengembangan Pusat Pelatihan pertanian
REVISI RTRW KABUPATEN BANYUASIN
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Laporan Akhir Hal 5 - 68
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -1
Penataan ruang merupakan serangkaian proses dan prosedur yang diikuti
secara konsisten sebagai satu kesatuan, yaitu kegiatan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Selain itu, perlu dilakukan
kegiatan peninjauan kembali secara berkala dengan memanfaatkan informasi yang
diperoleh dari proses pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas perijinan,
pengawasan (pelaporan, pemantauan, dan evaluasi) dan penertiban. Pengendalian
harus dilakukan secara rutin, baik oleh perangkat pemerintah daerah, masyarakat,
atau keduanya. Dalam hal proses penataan ruang perlu melibatkan peran serta
masyarakat. Peran serta masyarakat dalam penataan ruang diatur dalam peraturan
perundangan, meliputi Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, tentang Penataan
Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Hak dan Kewajiban
Masyarakat dalam Penataan Ruang, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9
tahun 1998.
Dalam peraturan perundangan tersebut, masyarakat berhak dan wajib
berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang didasarkan pada
prinsip-prinsip pendekatan pada ketentuan perundangan (legalistic approach) dengan
menerapkan pendekatan yang lebih luwes di mana prinsip keberlanjutan merupakan
acuan utama. Untuk mewujudkan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif
diperlukan pertimbangan yang bersifat multi dan lintas sektoral. Prinsip-prinsip
pengendalian didasarkan pada lima komponen berikut ini :
Kategori pemanfaatan ruang dan kebijaksanaannya;
Peringkat pengaruh geografis kebijaksanaan;
Kerangka pengendalian yang berkelanjutan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -2
Instrumen dan tata cara pengendalian;
Institusi pengendali.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
mengacu pada UU No 26 Tahun 2007 dan Permen 16 Tahun 2009. Pengendalian
pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan,
pemberian intensif dan disinsentif serta pengenaan sanksi. Ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berfungsi :
a) Sebagai alat pengendali pengembangan kawasan
b) Menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang
c) Menjamun agar pembangunan baru tidak mengganggu pemanfaatan ruang yang
telah sesuai dengan rencana tata ruang
d) Meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
e) Mencegah dampak pembangunan yang merugikan
Oleh karenanya ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten di
susun berdasarkan:
a) Rencana struktur dan pola ruang
b) Masalah, tantangan, dan potensi yang di miliki wilayah kabupaten
c) Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang di tetapkan; dan
d) Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait
7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Wilayah Kabupaten Banyuasin
Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.
Peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten untuk peraturan
zonasi. Ketentuan umum peratuaran zonasi yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten
berisikan :
a) Deskripsi atau definisi pola (jenis zona) yang telah ditetapkan dalam rencana pola
ruang wilayah kabupaten
b) Ketentuan Umum dan ketentuan rencana umum (design plan) yang merupakan
ketentuan kinerja dari setiap pola ruang yang meliputi:
ketentuan kegiatan yang diperbolehkan, bersyarat, atau dilarang;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -3
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang berupa tata bangunan, kepadatan
bangunan, besaran kawasan terbangun, besaran ruang terbuka hijau, dan
prasarana minimum yang perlu diatur terkait pengendalian ruang
c) Ketentuan pemanfaatan ruang pada zona-zona yang dilewati oleh sistem jaringan
prasarana dan sarana wilayah kabupaten mengikuti ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dan
d) Ketentuan khusus yang di sesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kabupaten
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, seperti pada kawasan lindung, kawasan
rawan bencana, kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP), kawasan
dengan pembangunan ruang udara (air-right) atau di dalam bumi.
Penyusunan Klasifikasi Zonasi disusun sesuai dengan kondisi daerah dan
rencana pengembangannya dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi yang ada, yang telah disusun
berdasarkan :
a. Kajian literatur studi-studi yang pernah dilakukan, ketentuan normatif
(peraturan-perundangan), dan kajian perbandingan dari berbagai contoh;
b. Skala/tingkat pelayanan kegiatan berdasarkan standar pelayanan yang berlaku
(standar Departemen PU);
2. Menambahkan/melengkapi klasifikasi zonasi pada lampiran yang dirujuk dengan
mempertimbangkan :
a. Hirarki klasifikasi zonasi yang dipilih sebagai dasar pengaturan (untuk kawasan
budidaya di wilayah perkotaan dianjurkan sekurang-kurangnya hirarki 5.
b. Zonasi yang sudah berkembang di daerah yang akan disusun Peraturan
Zonasinya (kajian/pengamatan empiris) dan dianggap perlu ditambahkan ke
dalam klasifikasi zona.
c. Jenis zona yang spesifik yang ada di daerah.
d. Jenis zonasi yang prospektif berkembang di daerah.
3. Menghapuskan zonasi yang tidak terdapat di daerah.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -4
Klasifikasi fungsi zona dapat merujuk pada peraturan perundangan yang sesuai
dengan kondisi pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin. Fungsi utama
peruntukan kawasan adalah :
1. Kawasan Lindung, terdiri dari : Kawasan Hutan lindung, Kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya, Kawasan perlindungan
setempat, Kawasan suaka alam dan kawasan rawan bencana alam
2. Kawasan Budidaya, terdiri dari : Kawasan hutan produksi; Kawasan
pertanian; Kawasan pertambangan; Kawasan industri; Kawasan pariwisata;
Kawasan permukiman, Kawasan Perikanan dan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
Pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya diatur berdasarkan ketentuan
teknis pemanfaatan ruang di Kabupaten Banyuasin. Ketentuan teknis pemanfaatan
kawasan lindung adalah :
a. Di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya apapun, kecuali
pembangunan prasarana vital dengan luas areal maksimum 2 % dari luas kawasan
lindung.
b. Di dalam kawasan non-hutan yang berfungsi lindung diperbolehkan kegiatan
budidaya secara terbatas dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan dan
wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup.
c. Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dan mempunyai dampak
penting terhadap lingkungan hidup, serta dapat mengganggu fungsi lindung harus
dikembaikan ke fungsi lindung secara bertahap sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan ketentuan pemanfaatan kawasan budidaya adalah :
a. Pemanfaatan tanah yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang tidak dapat
ditingkatkan pemanfaatannya.
b. Pemanfaatan tanah di kawasan budidaya yang belum diatur dalam rencana rinci
tata ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan kriteria dan standar
pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -5
c. Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang di atas dan atau di bawah tanah yang
tidak terkait dengan penguasaan tanah dapat dilaksanakan apabila tidak
mengganggu penggunaan dan pemanfaatan tanah ybs.
d. Kegiatan dalam rangka pemanfaatan ruang di atas dan atau di bawah tanah
dilaksanakan besarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Matrik tipikal ketentuan peratuaran zonasi Kabupaten Banyuasin dapat dilihat pada
Tabel berikut
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -6
Tabel 7.1 Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum Intensitas Bangunan Ketentuan Umum
Prasarana Minimum
Ketentuan Umum
Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan tidak diizinkan)
(KDB, KLB, KDH)
A. Kawasan Lindung A1. Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya
- Kawasan Hutan
Lindung
Diizinkan kegiatan lain yang bersifat
komplementer terhadap fungsi hutan lindung sebagaimana ditetapkan
dalam Kepmen Hut Nomor 50 tahun 2006
Bersyarat untuk Kegiatan
pertambangan di kawasn hutan lindung sepanjang tidak dilakukan
secara terbuka, yaitu harus dilakukan reklamasi areal bekas penambangan
sehingga kembali berfungsi sebagai
kawasan lindung dan Pembatasan kegiatan penambangan tertutup
Bersyarat untuk alih fungsi Hutan lindung yaitu dengan mengikuti
prosedur dan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku; Dilarang melakukan kegiatan yang
berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi.
KLB maksimum 0,3;
KDB maksimum 9 %; KDH minimum 90%;
Pembangunan prasarana
terbatas untuk pencegahan dan penanggulangan
bencana alam banjir, tanah longsor, letusan gunung
api, lahar dingin, dan
potensi bencana lainnya, Pembangunan pos – pos
keamanan pada titik – titik tertentu sesuai kebutuhan
pengamanan lalu lintas dan
pencegahan perambahan hutan.
Pemanfaatan ruang untuk
budidaya perlu pengawasan secara ketat oleh pemerintah
Kabupaten dengan pemberanian sanksi hukum
- Kawasan resapan air Diizinkan untuk zona pariwisata KDB maksimum 20% Prasarana yang dapat Pemanfaatan ruang untuk
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -7
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
perikanan dengan syarat tidak
merubah bentang alam Dilarang untuk kegiatan budidaya
Dilarang menimbun tanah yang dapat merusak ekosistem yang
berada pada kawasan tersebut.
Bersyarat untuk permukiman yang sudah terbangun di dalam kawasan
resapan air sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung masih
diperkenankan namun harus
memenuhi syarat : a. Tingkat kerapatan bangunan
rendah (KDB maksimum 20% dan KLB maksimum 40%).
b. Perkerasan permukaan menggunakan bahan yang
memiliki daya serap air tinggi
KLB maksimum 40%
KDH minimum 90%;
dibangun meliputi: jalan
inspeksi dengan rumija 8 m dan pos-pos pengawasan
Dalam kawasan resapan air, wajib dibangun sumur-
sumur resapan sesuai
ketentuan yang berlaku.
budidaya perlu pengawasan
secara ketat oleh pemerintah Kabupaten dengan
pemberanian sanksi hukum
- Kawasan Bergambut Diizinkan kegiatan pariwisata yang tidak merubah bentang alam,
seperti: outbound, wisata alam, olahraga, camping dan hiking
Dilarang adanya kegiatan budidaya di
atas kawasan bergambut yang memiliki ketebalan ≥ 3 meter;
Bersyarat untuk pembangunan
KLB maksimum 0,3;
KDB maksimum 9 %;
KDH minimum 90%; GSB minimum
berbanding lurus dengan Rumija;
Prasarana yang dapat
dibangun meliputi: jalan inspeksi dengan rumija 8 m
dan pos-pos pengawasan
Pemanfaatan ruang harus
disertai pengawasan Pemerintah Provinsi dan
Kementerian Kehutanan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -8
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
prasarana wilayah yang melintasi
kawasan bergambut dengan ketebalan ≥ 3 meter yaitu dengan
ketentuan: a. tidak menyebabkan terjadinya
perkembangan pemanfaatan
ruang budidaya di sepanjang jaringan prasarana tersebut;
b. mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri
Kehutanan dan peraturan lainnya
yang berwawasan lingkungan;
A3. Kawasan Perlindungan Setempat
- Kawasan Sempadan
Pantai
Diizinkan Kegiatan wisata alam, perikanan, penelitian yang tidak
merubah bentang alam
Dilarang Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial, dan
kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan.
KLB maksimum 0; KDB maksimum 10 %;
KDH minimum 90 -
100%;
Prasarana seperti bangunan pengendali air,
dan sistem peringatan dini
(early warning system); yang telah mendapat
persetujuan dari instansi dan pejabat yang
berwenang
Lebar sempadan pantai paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tetinggi ke arah darat.
Penetapan batas Sempadan Pantai mengikuti ketentuan:
a. Perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
b. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
c. perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan bencana
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -9
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
alam lainnya; d. perlindungan terhadap
ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta;
e. pengaturan akses publik; serta
f. pengaturan untuk saluran air dan limbah.
- Kawasan Sempadan
Sungai
Diizinkan untuk jalur hijau
Diizinkan untuk Kegiatan pariwisata
yang tidak merubah bentang alam Diizinkan untuk Kegiatan pertanian
dengan jenis tanaman tertentu yang tidak merubah bentang alam
Dilarang Kegiatan budidaya seperti permukiman, industri, komersial, dan
kegiatan budidaya lain selain yang
diperbolehkan
KLB maksimum 0;
KDB maksimum 0 %;
KDH minimum 100%;
Sarana dan prasarana yang
dapat dibangun papan
reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik,
telepon, dan PDAM. Sarana dan prasarana yang
dapat dibangun terbatas untuk bangunan
pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air;
Ketentuan lebar sempadan
sebagai berikut :
a. Bertanggul dan berada dalam kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 5
(lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar
b. Tidak bertanggul dan
berada diluar kawasan permukiman dengan
lebar minimal paling sedikit 100 (seratus)
meter dari tepi sungai
c. Tidak bertanggul pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -10
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
sungai kecil diluar
kawasan permukiman dengan lebar paling
sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
- Kawasan Sekitar
Mata Air
Diizinkan untuk kegiatan penunjang
pariwisata alam yang tidak merubah bentang alam
Diizinkan untuk Kegiatan pertanian
dengan jenis tanaman tertentu
KLB maksimum 0;
KDB maksimum 0 %; KDH minimum 100%;
Prasarana berupa
Bangunan penyalur air dengan syarat radius 15
meter dari mata air
Sarana dan prasarana berupa Bangunan papan
reklame, rambu-rambu, pemasangan kabel listrik,
telepon, dan PDAM yang tidak merubah bentang
alam.
ketentuan radius melingkar
(diameter) sekurang-kurangnya 200 meter. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga
kelestarian sumberdaya air sebagai sumber mata air aik
untuk memenuhi kebutuhan manusia maupun pertanian.
- Kawasan Rekamasi
Rawa
Diizinkan untuk jalur hijau Diizinkan untuk Kegiatan pariwisata
yang tidak merubah bentang alam
Diizinkan untuk Kegiatan pertanian dengan jenis tanaman tertentu yang
tidak merubah bentang alam Dilarang Kegiatan budidaya seperti
permukiman, industri, komersial, dan
kegiatan budidaya lain selain yang diperbolehkan
KLB maksimum 0; KDB maksimum 0 %;
KDH minimum 100%;
Sarana dan prasarana berupa Bangunan papan
reklame, rambu-rambu,
pemasangan kabel listrik, telepon, dan PDAM yang
tidak merubah bentang alam.
Ketentuan lebar sempadan sebagai berikut :
a. Untuk saluran primer dan
sekunder pada jaringan reklamasi rawa baik rawa
pantai maupun rawa pedalaman
sekurangkurangnya 2 1/2
(dua setengah) x (kali) lebar atas saluran, diukur
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -11
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
dan as saluran.
b. Untuk saluran tersier pada jaringan reklamasi rawa
baik rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurang-
kurangnya 1 (satu) meter
diukur dari kaki tanggul sebetah Luar.
c. Untuk saturan primer dan
sekunder pada jaringan reklamasi rawa khusus
untuk tambak baru sekurang-kurangnya 1
(satu) meter diukur dan
kaki Langgit sebelah luar. A4. Kawasan Suaka
Alam
Diizinkan untuk Kegiatan preservasi
dan konservasi lingkungan.
Diizinkan untuk kegiatan penelitian, wisata alam dan kegiatan berburu
yang tidak mengakibatkan penurunan fungsi kawasan tersebut.
Diizinkan untuk kegiatan wisata alam
yang tidak merubah bentang alam Dilarang untuk kegiatan budidaya
yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan
KLB maksimum 0;
KDB maksimum 0 %;
KDH minimum 100%;
prasarana wilayah, berupa
bangunan penunjang fungsi
kawasan dan bangunan pencegah dan
penanggulangan bencana alam.
Pemanfaatan ruang untuk
budidaya perlu pengawasan
secara ketat oleh pemerintah Kabupaten dengan
pemberanian sanksi hukum
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -12
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
A5. Kawasan
Pelestarian Alam
Taman Nasional
Diizinkan untuk Kegiatan preservasi
dan konservasi lingkungan terkait dengan perlindungan ekosistem
taman Nasional Diizinkan kegiatan budidaya hanya
bagi penduduk asli di zona
penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;
Diizinkan untuk kegiatan Pariwisata
alam terbatas yang tidak boleh merubah bentang alam
Dilarang penebangan pohon dan perburuan satwa yang dilndungi
undang-undang Dilarang untuk kegiatan yang dapat
mengakibatkan perubahan terhadap
keutuhan zona inti taman nasional Dilarang untuk kegiatan yang tidak
sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari
taman nasional, taman hutan raya,
dan taman wisata alam
- Prasarana untuk
Pengembangan jaringan listrik dengan ketentuan
yang telah ditetapkan
Pemanfaatan ruang untuk
budidaya perlu pengawasan secara ketat oleh pemerintah
Kabupaten dengan pemberanian sanksi hukum
A6. Kawasan Rawan
Bencana
Diizinkan untuk pemanfaatan Hutan,
perkebunan dengan tanaman
- pembangunan prasarana
penunjang untuk
Pemanfaatan ruang untuk
budidaya perlu pengawasan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -13
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
tegakan tinggi
Diizinkan untuk Kegiatan budidaya seperti pertanian, perkebunan dan
kehutanan yang berfungsi untuk mengurangi resiko yang timbul
akibat bencana alam
Pembatasan perkembangan kawasan permukiman yang sudah terbangun
di dalam kawasan rawan bencana alam harus dibatasi dan diterapkan
peraturan bangunan (building code)
sesuai dengan potensi bahaya/bencana alam, serta
dilengkapi jalur evakuasi;
Dilarang membangun perumahan dan permukiman. Perumahan yang
sudah ada didorong untuk direlokasi.
Dilarang membangun jembatan yang mengurangi lebar palung sungai
mengurangi resiko bencana
banjir.
secara ketat oleh pemerintah
Kabupaten dengan pemberanian sanksi hukum
B. Kawasan Budidaya
B1. Hutan Produksi Diizinkan untuk Kegiatan/bangunan
wisata seperti outbond, bumi
perkemahan dengan tidak merubah bentang alam
Diizinkan untuk Kegiatan penanaman tanaman sela diantara
- Prasarana yang dapat
dibangun berupa jalan dan
waduk
Sebelum kegiatan
pengelolaan hutan produksi
dilakukan wajib dilakukan studi kelayakan dan studi
AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -14
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
pohon-pohon utama
Bersyarat untuk penebangan, yaitu dengan pola tebang pilih
(stripcroping) agar hutan yang ada dapat dikelola secara selektif,
sehingga keutuhan hutannya sejauh
mungkin terpelihara. Dilarang untuk Kegiatan budidaya
seperti permukiman, industri, komersial, dan kegiatan budidaya
lain selain yang diperbolehkan
dari lembaga yang
berwenang.
B2. Kawasan Pertanian
- Pertanian Pangan Diizinkan untuk dimanfaatkan
sebagai kegiatan perikanan Diizinkan dilakukan kegiatan wisata
agro, penelitian dan pendidikan
dengan tidak merubah bentang alam
Bersyarat untuk Alih fungsi sawah irigasi teknis dikawasan perkotaan
yaitu maksimum 50%
Terbatas untuk Lahan terbangun yaitu disesuaikan dengan daya
dukung dan daya tampung lingkungan berdasarkan kajian detil
Dilarang kegiatan yang merubah dan
- Jalan sesuai dengan
kebutuhan bangunan prasarana
wilayah dan bangunan
yang bersifat mendukung kegiatan pertanian lahan basah seperti gudang
penyimpanan hasil pertanian,
tempat penjemuran padi,
tempat penyimpanan Saprodi.
Perubahan kawasan
pertanian menjadi non pertanian harus diikuti oleh
pengembangan kawasan
pertanian baru dengan tetap memperhatikan luas
kawasan yang dipertahankan sebagai
kawasan pertanian kecuali
lahan pertanian pangan yang telah mempunyai
ketetapan hukum Pemanfaatan kawasan
pertanian diarahkan untuk
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -15
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
mengurangi luas pertanian lahan basah
terutama pada lahan irigasi teknis. meningkatkan produksi dan
produktifitas tanaman pangan dengan
mengembangkan kawasan cooperative farming
- Holtikultura Diizinkan pemanfaatan untuk
permukiman, peternakan, dan industri.
Diizinkan kegiatan perkebunan rakyat
pada kawasan pertanian lahan kering.
Diizinkan dilakukan kegiatan wisata agro, penelitian dan pendidikan
dengan tidak merubah bentang alam
- prasarana wilayah dan
bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
pertanian lahan kering.
Pengembangan sarana dan prasarana wisata agro
secara terbatas. Pengembangan sarana
dan prasarana industri agro.
Pemanfaatan kawasan
pertanian diarahkan untuk meningkatkan produksi dan
produktifitas tanaman
hortikultura dengan mengembangkan kawasan
good agriculture practices.
- Perkebunan Diizinkan adanya kegiatan budidaya
yang meningkatkan dan atau mempertahankan kelestarian
konservasi air dan tanah
Bersyarat untuk Alih fungsi kawasan perkebunan menjadi fungsi lainnya
sepanjang sesuai dan mengikuti ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
Bersyarat untuk Kawasan budidaya lain dengan memperhatikan
- Prasarana yang dapat
dibangun meliputi: jalan usaha tani dengan rumija 8
m, tempat parkir bongkar
muat, gudang penyimpanan hasil perkebunan, tempat
pengolahan hasil perkebunan, mess tempat
tinggal pekerja, tempat
penyimpanan Saprodi, kantor pengelola
Sebelum kegiatan
perkebunan besar dilakukan diwajibkan untuk dilakukan
studi kelayakan dan studi
AMDAL yang hasilnya disetujui oleh tim evaluasi
dari lembaga yang berwenang;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -16
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
persyaratan teknis yang ditetapkan
pemerintah Dilarang merubah jenis tanaman
perkebunan untuk kawasan perkebunan besar yang tidak sesuai
dengan perizinan yang diberikan;
Dilarang dilakukan di dalam kawasan lindung
Dilarang memindahkan hak atas tanah usaha perkebunan yang
mengakibatkan terjadinya satuan
usaha yang kurang dari luas minimum (sesuai Peraturan Menteri)
Dilarang untuk kegiatan yang merubah dan mengurangi luas
kawasan perkebunan. Kecuali kegiatan pertambangan yang sudah
eksploitasi dan izinnya tidak untuk diperpanjang lagi.
perkebunan
- Peternakan Diizinkan untuk Kegiatan
pengembangan jalur hijau
Diizinkan pembangunan rumah petani disekitar kawasan.
Diizinkan rumah potong hewan dan balai pelatihan disekitar kawasan.
Dilarang kegiatan lain yang
- Prasarana yang dapat
dibangun meliputi: jalan
usaha tani dengan rumija 8 m, tempat parkir bongkar
muat, rumah potong, balai pelatihan.
Mempertahankan ternak
plasma nuftah sebagai
potensi daerah. Perlu adanya pengolahan
limbah untuk peternakan skala besar
Kawasan peternakan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -17
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
mengganggu kegiatan peternakan. diarahkan mempunyai
keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak
B3. Perikanan Diizinkan untuk dialihfungsikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bersyarat untuk pengembangan Kawasan budidaya lain misalnya
permukiman nelayan, sarana dan
prasarana pendukung kegiatan perikanan dengan memperhatikan
persyaratan teknis yang ditetapkan pemerintah yaitu diluar garis
sepadan sungai Pada kawasan perikanan yang juga
dibebani fungsi wisata,
pengembangan perikanannya terbatas, tidak boleh
merusak/mematikan fungsi pariwisata
Dilarang melakukan kegiatan yang
mengakibatkan pencemaran lingkungan dan kerusakan
lingkungan lainnya. Dilarang kegiatan lain yang
mengganggu kegiatan perikanan
- Prasarana yang dapat
dibangun meliputi: jalan usaha tani dengan rumija 8
m, tempat parkir bongkar muat, tempat pengolahan
hasil perikanan, balai
pelatihan
Memiliki instalasi
pengelolaan limbah untuk pengelolaan perikanan
skala besar Memanfaatkan potensi
perikanan di wilayah
peraiaran teritorial dan ZEE Indonesia;
Memelihara kelestarian potensi sumber daya ikan;
dan Melindungi jenis biota laut tertentu yang dilindungi
peraturan perundang-
undangan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -18
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
dan kualitas air sungai
B4. Pertambangan Diizinkan untuk Kegiatan pertanian danperkebunan
Pembatasan Kegiatan permukiman
hanya untuk menunjang kegiatan pertambangan dengan tetap
memperhatikan aspek-aspek keselamatan
Bersyarat pada kegiatan yang sudah
memiliki dokumen AMDAL dan sudah menyusun Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
Dilarang dilakukan pada kawasan taman nasional, hutan lindung, dan
pada tempat yang dilarang untuk
melakukan kegiatan usaha pertambangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
- Prasarana yang dapat dibangun meliputi: jalan
tambang dengan rumija 24 m.
Pengelolaan kawasan bekas penambangan yang telah
digunakan harus
direhabilitasi dengan. Sebelum kegiatan
pertambangan wajib dilakukan studi kelayakan
dan studi AMDAL yang
hasilnya disetujui oleh tim evaluasi dari lembaga yang
berwenang. Setiap kegiatan usaha
pertambangan harus menyimpan dan
mengamankan tanah atas
(top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan
bekas penambangan. Pengharusan penjaminan
segi-segi keselamatan
pekerja dan keamanan lingkungan dalam
penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan
penambangan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -19
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
B5. Industri Diizinkan untuk Pengembangan jalur
hijau Diizinkan bagi permukiman penduduk
yang sudah terlebih dulu bermukim di kawasan peruntukan industri,
tetapi dengan pembatasan kegiatan
agar tidak mengakibatkan kecelakaan industri.
Bersyarat untuk Budidaya lain seperti
permukiman, perdagangan jasa,
serta fasilitas umum dengan
persyaratan tertentu yang telah diteteapkan pemerintah
Terbatas untuk Permukiman para pekerja termasuk fasilitas umum
untuk memenuhi kebutuhan para pekerja maksimum 20% dari luas
lahan yang ada
Dilarang berLokasi berbatasan langsung dengan kawasan
permukiman;
KLB maksimum 2 Lantai
KDB 40% - 60%; KDH 40% - 60%;
Prasarana yang dapat
dibangun meliputi: jalan kawasan industri dengan
rumija 24 m, gudang, area bongkar muat, mess
karyawan, IPAL.
Pengembangan zona
industri yang terletak pada sepanjang jalan arteri atau
kolektor harus dilengkapi dengan frontage road untuk
kelancaran aksesibilitas;
Setiap kegiatan industri harus dilengkapi dengan
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan
serta dilakukan studi AMDAL.
B6. Pariwisata Diizinkan dilakukan penelitian dan pendidikan.
Pada kawasan pariwisata alam dilarang melakukan kegiatan yang
dapat menyebabkan rusaknya
KLB maksimum 2 Lantai KDB maksimum 40%;
KDH minimum 60%;
sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
pariwisata dan sistem prasarana wilayah sesuai
dengan ketentuan
Pada obyek yang tidak memiliki akses yang cukup,
perlu ditingkatkan pembangunan dan
pengendalian
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -20
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
kondisi alam terutama yang menjadi
obyek wisata alam; dilarang dibangun permukiman dan
industri yang tidak terkait dengan kegiatan pariwisata;
Dilarang adanya bangunan lain
kecuali bangunan pendukung kegiatan wisata alam;
perundang-undangan yang
berlaku;
pembangunan sarana dan
prasarana transportasi ke obyek-obyek wisata alam,
budaya dan minat khusus Pengembangan pariwisata
harus dilengkapi dengan
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan serta studi AMDAL.
B7. Permukiman Diizinkan adanya kegiatan industri
skala rumah tangga, perdagangan jasa, pertanian lahan kering dan
fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan lingkungan;
Dilarang dialokasikan pada kawasan
lindung/konservasi serta tidak terletak pada lahan pertanian teknis.
Dilarang dikembangkan kegiatan yang mengganggu fungsi
permukiman dan kelangsungan
kehidupan sosial masyarakat.
KLB maksimum 4 lantai;
KDB maksimum 40% - 60%;
KDH 40% - 60%;
sarana dan prasarana
pendukung fasilitas permukiman sesuai dengan
petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku;
Dalam kawasan
permukiman masih diperkenankan dibangun
prasarana wilayah sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku;
Untuk pengembangan
resletment di luar permukiman yang telah ada
diupayakan dekat dengan pusat pelayanan.
Pengembangan
permukiman harus aman dari bahaya bencana alam,
sehat, mempunyai akses untuk kesempatan
berusaha permukiman
harus sesuai dengan peraturan teknis dan
peraturan lainnya yang berlaku (KDB, KLB,
sempadan bangunan, dan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -21
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
lain sebagainya)
C. Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil
Diizinkan untuk Kegiatan pariwisata alam dengan tidak merubah
bentang alam
Pembatasan pada Bangunan yang telah mendapat persetujuan
instansi/pejabat setempat Kegiatan permukiman terbatas
untuk mendukung pengembangan
perikanan dan pariwisata, maksimum 20% dari luas wilayah
Dilarang Kegiatan pembangunan dilakukan di dalam kawasan lindung.
Dilarang melakukan kegiatan yang merusak fungsi ekosistem daerah
peruntukan
Dilarang untuk Kegiatan budidaya lain seperti industri polutan
- sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan
petunjuk teknis dan
peraturan yang berlaku
D. Kawasan reklamasi
pantai
Diizinkan untuk Kegiatan pariwisata
alam dengan tidak merubah bentang alam
Pembatasan pada Bangunan maksimal 40% dan site
development minimal 60% yang
telah mendapat persetujuan instansi/pejabat setempat
KLB maksimum 5 lantai;
KDB maksimum 40 %; KDH minimum 60%;
sarana dan prasarana
pendukung sesuai dengan petunjuk teknis dan
peraturan yang berlaku
Penetapan diupayakan
berdekatan dengan kawasan industri dan pusat distribusi
barang secara efisien.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -22
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
Dilarang Kegiatan pembangunan
dilakukan di dalam kawasan lindung. Dilarang melakukan kegiatan yang
merusak fungsi ekosistem daerah peruntukan
E. Kawasan sekitar Sistem Prasarana
D1. Jaringan Jalan Diizinkan untuk Pengembangan Jalur hijau
Bangunan di sepanjang sistem
jaringan jalan nasional dan provinsi harus memilki sempadan bangunan
yang sesuai dengan ketentuan setengah ruas milik jalan ditambah 1
(sesuai ketentuan berlaku). Terbatas untuk kegiatan kepentingan
umum dengan mendapatkan izin
sesuai ketentuan berlaku. dilarang adanya kegiatan yang
dapat menimbulkan hambatan lalu lintas regional pada pemanfaatan
ruang di sepanjang jaringan jalan
nasional, provinsi dan kabupaten dilarang bangunan dalam DAMIJA
sesuai ketentuan yang berlaku Di sepanjang kawasan sekitar sistem
jaringan jalan nasional, provinsi dan
- Prasarana yang dapat dibangun meliputi: tempat
parkir dan tempat bongkar
muat.
Perlu adanya pengendalian terutama IMB yang
dikeluarkan oleh pemerintah
daerah Lebar Ruang milik jalan dan
lebar pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan
jalan berdasarkan peraturan terkait.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -23
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
kabupaten
dilarang melakukan kegiatan yang dapat menutup sebagian/seluruh
jalan atau menghambat kelancaran lalu lintas Pada kawasan sekitar
prasarana jalan lokal primer maupun
jalan strategis kabupaten
D2. Jalur Rel Kereta
Api
Diizinkan Pengembangan jalur hijau
di sempadan
pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak
lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api
nasional yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan
Terbatas untuk kegiatan kepentingan
navigasi perkeretaapian dengan mendapatkan izin sesuai ketentuan
berlaku Dilarang adanya kegiatan dan
bangunan yang dapat
menimbulkan hambatan lalu lintas
- sarana dan prasarana
pendukung sesuai dengan
petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku
penetapan garis sempadan
bangunan di sisi jaringan
jalur kereta api dengan memperhatikan dampak
lingkungan dan kebutuhan pengembangan jaringan
jalur kereta api.
D3. ASDP dan
Transportasi Laut
Diizinkan Pengembangan kegiatan
perikanan dan pariwisata alam sesuai
ketentuan berlaku Terbatas untuk bangunan yang
- sarana dan prasarana
pendukung sesuai dengan
petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku
-
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -24
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
mendukung kelancaran operasional
transportasi dan fasilitas pendukung pelabuhan
pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas perairan yang
berdampak pada keberadaan alur
pelayaran sungai, danau, dan penyeberangan;
pelarangan kegiatan di bawah perairan yang berdampak pada
keberadaan alur pelayaran sungai,
danau, dan penyeberangan.
D4. Kawasan sekitar
jaringan prasarana energi
Diizinkan kegiatan yang tidak
intensif, diantaranya untuk kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan,
RTH, perikanan, dan peternakan
Pada kawasan dibawah jaringan listrik SUTUT, SUTET, dan SUTM
Diizinkan Pengembangan Jalur hijau Dilarang melakukan kegiatan di
sekitar prasarana pembangkit listrik
maupun gardu induk distribusinya yang dapat membahayakan
berfungsinya prasarana energi tersebut
Disepanjang jaringan dilarang
- fasilitas pendukung
operasional jaringan
Peraturan zonasi untuk
pembangkit tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan
pemanfaatan ruang di sekitar pembangkit listrik
harus memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain.
Peraturan zonasi untuk
jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan
memperhatikan ketentuan pelarangan pemanfaatan
ruang bebas di sepanjang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -25
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
mendirikan bangunan jalur transmisi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
D5. Prasarana
Sumberdaya air
Diizinkan untuk kawasan pertanian, perkebunan, hutan dan ruang
terbuka hijau Dilarang membangun bangunan
maupun melakukan kegiatan sekitar
prasarana sumber daya air yang dapat mengganggu, mencermarkan,
dan merusak fungsi prasarana sumber daya air.
- sarana dan prasarana pendukung sumber daya air
sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang
berlaku
Bangunan terbatas untuk mendukung sumberdaya air
seperti rumah pompa,pos keamanan,dll
pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah
sungai dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan dan fungsi
lindung kawasan; Garis sempadan jaringan
reklamasi rawa ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk saluran primer dan sekunder pada jaringan
reklamasi rawa baik rawa
pantai maupun rawa pedalaman sekurang-
kurangnya dua setengah kali lebar atas saluran, diukur
dan as saluran.
b. Untuk saluran tersier pada jaringan reklamasi rawa baik
rawa pantai maupun rawa pedalaman sekurang-
kurangnya satu meter diukur
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -26
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
dari kaki tanggul sebetah
Luar. c. Untuk saturan primer dan
sekunder pada jaringan reklamasi rawa khusus untuk
tambak baru sekurang-
kurangnya satu meter diukur dan kaki Langgit sebelah
luar.
D6. Sekitar Prasarana
Telekomunikasi
Diizinkan Pengembangan jalur hijau, pertanian kering, perkebunan, dan
hutan Bersyarat untuk Permukiman,
perdagangan jasa serta fasilitas umum dengan syarat radius 20-25 m
dari prasarana komunikasi
Dilarang adanya bangunan rumah dalam kawasan sekitar sistem
prasarana telekomunikasi yang dapat mengganggu keamanan orang dalam
bangunan tersebut.
- sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan
petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku
Peraturan zonasi untuk sistem jaringan
telekomunikasi disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk penempatan stasiun bumi
dan menara pemancar
telekomunikasi yang memperhitungkan aspek
keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di
sekitarnya.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -27
Pola Ruang Kabupaten
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Ketentuan Umum
Intensitas Bangunan Ketentuan Umum Prasarana Minimum
Ketentuan Umum Khusus Lainnya (yang diizinkan, bersyarat dan
tidak diizinkan) (KDB, KLB, KDH)
D7. Prasarana
lingkungan (jaringan limbah, persampahan
dan tanggul)
Dilarang terletak berdekatan dengan
kawasan permukiman
- prasarana penunjang
pengelolaan sampah/limbah
Peraturan zonasi untuk
sistem jaringan telekomunikasi disusun
dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk
penempatan stasiun bumi
dan menara pemancar telekomunikasi yang
memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan
aktivitas kawasan di
sekitarnya. harus didukung oleh studi
AMDAL yang telah disepakati oleh instansi yang
berwenang; Pengelolaan sampah dalam
TPST dilakukan dengan
sistem sanitary landfill sesuai ketentuan peraturan
yang berlaku;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -28
7.2 Ketentuan Perizinan dalam Penataan Ruang
Perizinan pemanfaatan ruang merupakan izin-izin yang diberikan melalui
mekanisme perizinan untuk memanfaatkan ruang termasuk untuk melaksanakan
kegiatannya sesuai dengan rencana tata ruang. Perizinan pemanfaatan ruang pada
dasarnya diberikan guna pelaksanaan tertib pemanfaatan yang menjamin keamanan
dan kenyamanan serta menciptakan kemudahan pelaksanaan pembangunan sesuai
dengan rencana tata ruang, memberikan pengertian bagi usaha kelancaran
pembangunan, bukan menciptakan rantai panjang dalam pelaksanaan pembangunan.
Ketentuan perizinan disusun berdasarkan ketentuan umum peraturan zonasi yang
sudah di tetapkan dan ketentuan teknis berdasarkan peraturan perundang-undangan
sector terkait lainnya.
Secara lebih rinci berkenaan dengan ketentuan perizinan ini, pada Undang-Undang
Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 ditetapkan bahwa :
a. Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Penataan
Ruang diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum.
d. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi
kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
e. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin dapat dimintakan
penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
f. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana
tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
g. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang
dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -29
Jenis-jenis perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten
Banyuasin yang berkaitan dengan penataan ruang berserta persyaratan yang
diperlukan. Lembaga yang menangani perizinan adalah Badan Pelayanan Terpadu.
Bentuk-bentuk perizinan tersebut diantaranya :
1. Izin Prinsip
2. Izin Lokasi
3. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
4. Izin Gangguan
5. Izin Tempat Usaha (SITU)
6. Izin Mendirikan Tower
7. Izin Reklame
8. Izin Lingkungan
9. Rekomendasi AMDAL
10. Izin lain berdasarkan peraturan perundangan
Secara umum, alur pentahapan perizinan di wilayah kabupaten Banyuasin melalui
Badan Pelayanan Terpadu adalah sebagai berikut:
Gambar 7.1 Tahapan Perizinan di Wilayah Kabupaten Banyuasin
Sedangkan untuk pengajuan izin prinsip dan lokasi mekanisme dan prosedur yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -30
Tabel 7.2
Mekanisme Perizinan Kabupaten Banyuasin
No Jenis Pelayanan Mekanisme/ Prosedur/ Tata Cara
1 Izin Prinsip 1. Pengajuan berkas permohonan di lokasi pelayanan;
2. Berkas permohonan dinyatakan lengkap, kemudian diadakan rapat koordinasi dengan mengundang Tim Teknis Lapangan dan dibuatkan
Berita Acara dan Dilanjutkan Pemeriksaan (BAP);
3. Berdasarkan Berita Acara (BAP) tersebut permohonan dapat disetujui an atau ditolak;
2 Izin Lokasi 1. Pengajuan berkas permohonan di loket pelayanan;
2. Berkas Permohonan dinyatakan Lengkap kemudiaan diadakan rapat koordinasi dengan mengundang Tim Teknis dilanjutkan Pemeriksaan
lapangan dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP); 3. Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tersebut permohonan
dapat disetujui atau tidak.
Berkenaan dengan muatan RTRW tahun 2011-2031, dimana dalam muatannya
terdapat arahan pemanfaatan ruang yang perlu diatur perizinannya, selain perizinan
yang sudah ada saat ini. Dengan demikian Pemerintah Kabupaten Banyuasin perlu
menyiapkan beberapa bentuk pelayanan perizinan seperti di bawah ini :
1. Izin In Gang
2. Izin Saluran Air Hujan
3. Izin Saluran Air Limbah
4. Izin Reklamasi Rawa
1. Izin In Gang
Izin in gang ini diperlukan bagi kagiatan tertentu yang memerlukan adanya jalan
masuk secara khusus ke lokasi kegiatan usaha. Dalam hal ini kegiatan tersbut
memerlukan akses jalan untuk memungkinkan pemakai jalan memasuki tempat
kegiatan tersebut. Untuk mendapatkan izin in gang diperlukan berbagai
persyaratan, diantaranya :
a. Mengisi formulir yang telah disediakan, diketahui ketua RT sampai dengan
camat;
b. Fotocopy KTP pemohon
c. Fotocopy sertifikat tanah atau surat ukur yang dikeluarkan kantor pertanahan;
d. Gambar sketsa lokasi;
e. Gambar rencana jalan masuk (in gang);
f. Surat pernyataan (bilamana diperlukan).
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -31
2. Izin Saluran Air Hujan
Izin saluran air hujan diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan
pembangunan saluran air hujan tertentu. Untuk mendapatkan izin ini diperlukan
berbagai persyaratan, diantaranya :
a. Mengisi formulir yang telah disediakan, diketahui ketua RT samapi camat;
b. Fotocopy KTP pemohon;
c. Fotocopy sertifikat tanah atau surat ukur yang dikeluarkanoleh kantor
pertanahan;
d. Gambar sketsa lokasi;
e. Gambar rencana jalan masuk (in gang) atau saluran air hujan;
f. Surat pernyataan tidak bermaterai.
3. Izin Saluran Air Limbah/Saluran Air Kotor
Izin saluran air limbah diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan
pembagunan saluran air limbah/air kotor tertentu. Untuk mendapatkan izin ini
diperlukan berbagai persyaratan, diantaranya :
a. Fotocopy IMBB/IMB;
b. Denah situasi;
c. Bagi bangunan yang belum memiliki IMBB, agar melampirkan fotocopy
sertifikat tanah;
d. Fotocopy KTP pemohon
4. Izin Reklamasi Rawa
Permohonan izin reklamasi rawa harus dilengkapi:
a. Data admrnistrasi berupa:
- Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP yang berlaku dan penanggung
jawab instansi / perusahaan / perkumpulan /perorangan.
- Foto Copy akte pendirian perusahaan dan legalisasi instansi / perkumpulan.
- Nomor Wajib Pajak (NPWP) perusahaan/ perkumpulan /perorangan yang
berlaku.
- Pasphoto penanggung jawab perusahaan/ perkumpulan/ perorangan
ukuran 4 x 6 rangkap 4 (empat).
- Bukti pembayaran biaya administrasi perizinan.
b. Data teknis berupa:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -32
- Rencana teknis reklamasi rawa yang dilengkapi peta lokasi kegiatan yang
menggambarkan tata letak reklamasi rawa terhadap lingkungan sekitarnya
dan gambar detail jaringan Reklamasi rawa serta peralatan yang akan
digunakan dalam kegiatan reklamasi
- Dokumen analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Depantemen Pekerjaan Umum
7.3. Ketentuan Pemberian Insentif dan Disintensif
Arahan pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah
daerah dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif. Mekanisme pemberian
insentif dan disinsentif mengandung suatu pengaturan dan pengendalian
pembangunan yang bersifat akomodatif terhadap setiap perubahan yang menunjang
pembangunan/perkembangan kota. Ketentuan pemberian insentif adalah ketentuan
yang mengatur tentang pemberian imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang
sesuai dengan kegiatan yang didorong perwujudannya dalam rencana tata ruang.
Pemberian insentif dimasudkan sebagai upaya untuk memberikan imbalan terhadap
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, baik yang dilakukan
oleh masyarakat maupun oleh pemerintah daerah.
a. Insentif dari kepada pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan antara lain
dalam bentuk :
- Subsidi silang
- Kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh
pemerintah
- Penyediaan prasarana dan sarana daerah
- Pemberian kompensasi
- Penghargaan dan fasilitasi
- Publikasi atau promosi daerah
b. Insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya, antara lain
dalam bentuk :
- Pemberian kompensasi
- Pemberian penyediaan sarana dan prasarana
- Kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -33
- Publikasi atau promosi daerah
c. Insentif dari pemerintah kepada masyarakat diberikan, antara lain dalam bentuk :
- Keringanan pajak
- Pemberian kompensasi
- Pengurangan retribusi
- Imbalan
- Sewa ruang
- Urun Saham
- Penyediaan Infrastruktur
- Kemudahan prosedur perizinan
- Penghargaan
Mekanisme insentif yang diberikan, lebih diarahkan pada kawasan-kawasan prioritas
yang memiliki tingkat perkembangan yang cepat dan mampu memacu perkembangan
wilayah sekitarnya, serta kawasan-kawasan yang memiliki tingkat perkembangan yang
rendah namun memiliki potensi unggulan dan perlu dipromosikan. Adapun Mekanisme
insentif yang diberikan, meliputi :
Bidang Ekonomi, dilakukan dengan mempromosikan potensi-potensi unggulan
wilayah, serta pengenaan pajak yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan
wilayah lainnya.
Penyediaan Sarana dan Prasarana Wilayah, dilakukan dengan melengkapi
ketersediaan sarana dan prasarana wilayah yang mampu memacu kegiatan
perekonomian dan merupakan keunggulan komparatif wilayah, yang dapat menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya.
Kemudahan perizinan, dilakukan dengan memberikan kemudahan dalam swasta
maupun masyarakat.
Kemudahan informasi, dilakukan dengan memberikan kemudahan informasi
terhadap segala kegiatan yang akan dilaksanakan pada wilayah tersebut.
Sedangkan untuk Ketentuan diinsentif merupakan ketentuan yang mengatur tentang
pengenaan bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang.
a. Disinsentif dari pemerintah kepada pemerintah daerah antara lain dalam bentuk :
- Persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh Pemerintah;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -34
- Pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di daerah; dan/atau
- Pemberian status tertentu dari Pemerintah
b. Disinsentif kepada pemerintah daerah dikenakan antara lain dalam bentuk :
- Pembatasan penyediaan infrastruktur
- Pengenaan kompensasi
- pensyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang
c. Disinsentif dari pemerintah daerah kepada masyarakat dikenakan antara lain dalam
bentuk :
- Pengenaan pajak yang tinggi
- Pembatasan penyediaan insfrastruktur
- Pengenaan kompensasi
- kewajiban memberi imbalan
- pensyaratan khusus dalam perizinan
- Pinalti
Mekanisme disinsentif digunakan sebagai perangkat yang mampu
mengendalikan, segala kegiatan-kegiatan yang diperkirakan akan memperlambat
pencapaian tujuan pengembangan wilayah, serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup.
Adapun perangkat disinsentif yang diberikan, meliputi :
Bidang Ekonomi, dilakukan dengan pengenaan pajak yang relatif lebih tinggi, jika
pada lokasi-lokasi yang sudah diberikan izin pemanfaatannya tidak dilaksanakan
sesuai dengan jangka waktu perencanaan atau lahan-lahan tersebut tidak
dimanfaatkan atau ditelantarkan (lahan tidur).
Bidang Fisik, dilakukan dengan membatasi kegiatan atau tidak menyediakan sarana
dan prasarana pelayanan.
Teknis Bangunan, dilakukan dengan memberikan persyaratan teknis bangunan
berupa pembatasan tata bangunan (Koefisien Dasar Bangunan/KDB) serta
pembatasan ketinggian bangunan (Koefisien Lantai Bangunan/KLB).
Perizinan, dilakukan dengan tidak memberikan izin pemanfaatan ruang bagi
kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang yang telah
ditetapkan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -35
Pembatasan pemanfaatan, dilakukan dengan membatasi pemanfaatan sumber
daya secara terbatas dan tidak mengganggu kelestarian lingkungan.
Untuk lebih jelasnya, ketentuan insentif dan disinsentif dalam setiap klasifikasi
pemanfaatan ruang disajukan dalam tabel berikut :
Tabel 7.3 Ketentuan Insentif dan Disinsentif
No Klasifikasi
Pemanfaatan Ruang Insentif Disinsentif
1. Kawasan
Lindung,(Hutan Lindung, daerah
resapan air, perlindungan setempat,
suakan alam dan Taman Nasional
Sembilang
Pemberian penghargaan kepada
pihak yang melakukan rehabilitasi fungsi kawasan lindung
Memberikan kompensasi permukiman dan kelengkapan
infrastruktur atau imbalan kepada penduduk yang bersedia direlokasi
dari kawasan lindung
Memberikan keringanan pajak dan pembebasan retribusi dilokasi
yang baru
Pembatasan dukungan infrastruktur.
Tidak diterbitkannya sertifikat Tanah dan Bangunan.
Tidak mengeluarkan IMB ataupun izin usaha lain
Tidak menyalurkan bantuan sosial-ekonomi bagi penduduk yang masih
bermukim pada kawasan
lindung/hutan lindung Kewajiban memberikan imbalan
sebagai denda
2. Hutan Produksi Pemberian piagam atau penghargaan bagi seseorang,
kelompok masyarakat atau kelompok tertentu yang turut
melindungi dan meningkatkan
fungsi hutan Memberikan penghargaan/imbalan
kepada pihak pengelola hutan yang mengusahakan hutan sesuai
pertauran perundang-undangan yang berlaku
Memberikan penghargaan/imbalan
kepada pihak pengelola hutan yang merehabilitasi kawasan
lidnung setempat pada kawasan hutan produksi
Penambahan syarat pengusahaan hutan produksi terkait peningkatan
kualitas lingkungan Meningkatkan nilai retribusi dan
atau pajak hasil hutan bila
pengelola hutan tidak mengikuti aturan pengusahaan hutan yang
berlaku Memberikan pinalti bagi pengusaha
hutan yang tidak mematuhi aturan perundang-undangan yang berlaku
4. Pertanian Memberikan imbalan,
penghargaan, dukungan infrastruktur dan bantuan (subsidi)
bagi petani yang memperluas lahan pertanian padi sawah
Memberikan kemudahan berbagai
perizinan bagi petani yang memperluas lahan atau tetap
mempertahankan luas lahan pertanian padi sawah
Memberikan bantuan-bantuan
Pengenaan pajak progresif pada
tanah subur yang tidak berfungsi lindung dan berada pada kawasan
pertanian namun tidak diolah (produktif)
Pengenaa retribusi dan pajak yang
tinggi bagi bangunan yang didirikan pada areal pertanian padi sawah
Pengenaan retribusi yang tinggi bagi penduduk yang memanfaatkan
air irigasi bukan untuk pertanian,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -36
No Klasifikasi
Pemanfaatan Ruang
Insentif Disinsentif
khusus kepada petani padi sawah
(saprotan, beasiswa sekolah anak petani, dll)
Menjamin harga gabah tetap
tinggi (subsidi)
kecuali tidak mengurangi debit dan
volume air irigasi
5. Perkebunan Memberikan penghargaan,
imbalan, penyertaan saham,
kemudahan perizinan, kepada pihak yang mengusahakan
perkebunan karet yang sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku Memberikan penghargaan,
imbalan, penyertaan saham,
kemudahan perizinan, kepada pihak yang mengelola perkebunan
dengan memprioritaskan penyerapan tenaga kerja lokal
Memberikan penghargaan,
imbalan, penyertaan saham, kemudahan perizinan, kepada
pihak yang mengelola perkebunan dengan merehabilitasi kawasan
lindung setempat Memberikan bantuan khusus
kepada petani seperti alat-alat
perkebunan, pembibitan serta tunjangan beasiswa sekolah untuk
anak petani
Pengenaan retribusi/ kenaikan
pajak/kompensasi bagi pengusaha
yang dalam pengelolaan kegiatannya mengabaikan
kerusakan lingkungan dan atau tidak sesuai dengan aturan
perundang-undangan yang berlaku Pencabutan izin usaha dan HGU
pada perusahaan yang terbukti
melanggar aturan Pengenaan kompensasi dalam
bentuk pembangunan infrastruktur sosial
6. Perikanan Memberikan penghargaan, imbalan, kemudahan berbagai
perizinan bagi nelayan melakukan usahanya dengan tidak merusak
lingkungan dan ikut melindungi
biota laut dan sungai Memberikan bantuan-bantuan
khusus kepada nelayan (peralatan tangkap, perahu,subsidi bahan
bakar, serta tunjangan beasiswa bagi anak nelayan dll)
Menjamin harga ikan dan hasil
laut lainnya tetap tinggi (subsidi) Pembangunan pabrik pengolahan
ikan dan non ikan Kemudahan izin usaha perikanan
(sesuai aturan berlaku)
Pengenaan pajak progresif pada kawasan budidaya perikanan seperti
tambak yang berada pada kawasan pertambakan namun tidak diolah
(produktif)
Pengenaa retribusi dan pajak yang tinggi bagi bangunan yang didirikan
pada areal usaha perikanan Mengenakan retribusi yang tinggi
bagi yang melakukan gangguan terhadap pelestarian lingkungan
7. Pertambangan Menyiapkan dukungan administratif sehingga terdapat
kepastian hukum berusaha Memberikan kemudahan dalam
prizinan
Mengenakan retribusi yang tinggi bagi perusahaan yang melakukan
gangguan terhadap pelestarian lingkungan
Mengenakan retribusi khusus bagi
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -37
No Klasifikasi
Pemanfaatan Ruang
Insentif Disinsentif
Dukungan pembangunan
infrastruktur Memfasilitasi urusan birokrasi
dengan pemerintah provinsi dan
pusat Mendukung pelatihan tenaga lokal
sesuai kebutuhan perusahaan pertambangan
persuahaan pertambangan yang
tidak melibatkan tenaga kerja lokal lebih dari 40%
Mengenakan kompensasi seperti
pembangunan infrastruktur sosial untuk menggati lahan yang dipakai
usaha (Biaya Dampak Pembangunan)
Pencabutan izin usaha dan HGU
pada perusahaan yang terbukti melanggar aturan
8. Industri Menyiapkan dukungan administratif sehingga terdapat
kepastian hukum berusaha
Memberikan kemudahan dalam prizinan
Dukungan pembangunan infrastruktur
Memfasilitasi urusan birokrasi
dengan pemerintah provinsi dan pusat
Mendukung pelatihan tenaga lokal sesuai kebutuhan perusahaan
industri
Mengenakan retribusi yang tinggi bagi perusahaan yang melakukan
gangguan terhadap pelestarian
lingkungan Mengenakan retribusi khusus bagi
persuahaan industri yang tidak melibatkan tenaga kerja lokal lebih
dari 40%
Mengenakan kompensasi seperti pembangunan infrastruktur sosial
untuk menggati lahan yang dipakai usaha (Biaya Dampak
Pembangunan) Pencabutan izin usaha dan HGU
pada perusahaan yang terbukti
melanggar aturan
9. Permukiman
Perkotaan
Memberikan imbalan,
penghargaan, kompensasi dan
kemudahan usaha bagi penduduk (swasta) yang melakukan investasi
pada kawasan perkotaan Menyediakan kavling strategis
yang murah atau pinjam pakai
sampai 25 tahun) bagi pengusaha yang akan bergiat pada kawasan
ini Memberikan keringanan pajak
kepada pengusaha yang berminat berusaha/ menanamkan modalnya
Menyiapkan lahan matang secara
gratis untuk bangunan komersial
Meningkatkan nilia PBB pada
kawasan perkotaan lain selain
kawasan perkotaan. Mengenakan retribusi yang tinggi
pada bangunan yang dibangun diluar ketentuan penataan ruang
yang sudah ditetapkan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -38
No Klasifikasi
Pemanfaatan Ruang
Insentif Disinsentif
10. Permukiman Memberikan kemudahan perizinan
pembangunan rumah/ perumahan yang sesuai peruntukan
Membangun prasarana
permukiman Membangun fasilitas umum dan
sosial Memberikan kepastian hukum dan
nasehat teknis untuk bangunan
tahan gempa yang dibangun pada kawasan bebas bencana
Menyiapkan lahan yang aman bagi permukiman (kasiba/lisiba)
Mengenakan retribusi yang tinggi
bagi pengembang yang melakukan gangguan terhadap pelestarian
lingkungan
Mengenakan kompensasi seperti pembangunan infrastruktur sosial,
RTH untuk menggati lahan yang dipakai usaha (Biaya Dampak
Pembangunan)
Pencabutan izin membangun pada pengembangan yang terbukti
melanggar aturanselai
11 Pariwisata Penyiapan lahan untuk kawasan
wisata Kemudahan izin pembangunan
fasiltias pendukung pariwisata
Pembangunan infrastruktur
Kemudahan memperoleh sambungan
listrik, PDAM, telekomunikasi Fasilitasi Promosi dan pemasaran
ODTW Bantuan rehabilitasi rumah
penduduk yang digunakan untuk
penginapan tamu/wisatawan (home stay)
Syarat yang berat bagi penggiat
wisata yang betentangan dengan norma dan tata krama setempat
Retribusi/pajak bangunan lebih tinggi yang berada pada sempadan
pantai/danau
Pembatasan atau penutupan akses terhadap sistem jaringan prasarana
wilayah
12 Kawasan Pesisir Memberikan penghargaan,
imbalan, kemudahan berbagai perizinan bagi yang ikut menjaga
dan berperan merehabilitasi kawasan lindung pantai
Memberikan penghargaan,
imbalan, kemudahan berbagai perizinan bagi yang ikut menjaga
pertahanan dan keamanan wilayah laut
Pelatihan keterampilan utk masyarakat pesisir
Penelitian dan pemasaran hasil
laut Pembangunan Escape Road &
Building Bantuan revitalisasi dan
rehabilitasi kawasan
perkampungan nelayan Bantuan pembangunan
infrastruktur permukiman
Pembatasan izin bangunan pada
kawasan lindung pantai (kawasan mangroove dan suaka alam)
Retribusi/pajak bangunan lebih tinggi yang berada pada sempadan
pantai
Tidak menyediakan atau membangun prasarana dan sarana
permukiman pada kawasan lindung pantai
Sumber : Hasil Analisis dan Rencana,2011
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -39
7.4. Arahan Pengenaan Sanksi
Pengenaan sangsi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan
zonasi. Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan ketentuan perizinan pemanfaatan ruang, tetapi juga terhadap pejabat
pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang.
Arahan sanksi merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap :
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola
ruang wilayah kabupaten
b. Pelanggran ketentuan arahan peraturan zonasi kabupaten
c. Pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan yang diterbitkan berdasarkan RTRW
Kabupaten
d. Pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang ditertibkan
berdasarkan RTRW Kabupaten
e. Pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten
f. Pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum
g. Pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar
Setelah menentukan jenis pelanggaran yang dibuat, maka perlu tindakan:
1. Lihat ketentuan dalam rencana tata ruang.
2. Lihat ketentuan standar bangunan.
3. Lihat perijinan.
4. Ukuran besaran pelanggaran.
5. Ukur dampak pelanggaran terhadap lingkungan.
6. Cari solusi dari masalah yang muncul.
7. Tetapkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dibuat.
Adapun jenis sanksi yang dapat dikenakan adalah sebagai berikut:
Sanksi administratif,
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -40
Dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna
air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung,
kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu
yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasan-
kawasan tersebut. Terhadap pelanggaran untuk pemanfaatan ruang tanpa izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten, dikenakan sanksi
adminstratif berupa:
a) Peringatan tertulis;
b) Penghentian sementara kegiatan;
c) Penghentian sementara pelayanan umum;
d) Penutupan lokasi;
e) Pencabutan izin;
f) Pembatalan izin;
g) Pembongkaran bangunan;
h) Pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i) Denda administratif.
Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan pada masing-masing
sanksi di atas.
Tabel 7.4
Ketentuan Sanksi
No. Bentuk Sanksi Ketentuan
1. Peringatan Tertulis Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.
2. Penghentian sementara kegiatan
- Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
- Apabila pelanggar mengabaikan pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan
ruang;
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
- Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan
- Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan
tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -41
No. Bentuk Sanksi Ketentuan
untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
3. Penghentian
sementara pelayanan umum
- Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum);
- Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum
yang akan diputus;
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum yang akan segera dilaksanakan, disertai rincian jenis-
jenis pelayanan umum yang akan diputus;
- Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa
pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan secukupnya;
- Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar
- Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya
untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang
dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
4. Penutupan Lokasi - Penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
- Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi
penutupan lokasi kepada pelanggar;
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan
memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;
- Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara
paksa; dan
- Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan
pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan
ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
5. Pencabutan Izin - Menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
- Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan ruang;
- Pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pencabutan izin;
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan
untuk melakukan pencabutan izin;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -42
No. Bentuk Sanksi Ketentuan
- Pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin menerbitkan keputusan pencabutan izin; (6) memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut, sekaligus
perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara
permanen yang telah dicabut izinnya; dan
- Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Pembatalan Izin - Membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan
ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku;
- Memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan
izin;
- Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
- Memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan
izin;
- Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan
- Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dibatalkan.
7. Pembongkaran
Bangunan - Menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari
pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan
ruang;
- Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat
keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera
- dilaksanakan; dan
- Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban
melakukan pembongkaran bangunan secara paksa.
8. Pemulihan fungsi ruang
- Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;
- Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang;
- Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu
- Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;
- Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -43
No. Bentuk Sanksi Ketentuan
melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
- Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan
pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari.
Sumber : Hasil Rencana,2011
Sanksi perdata
Dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna
air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung,
kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu
yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan
hukum.
Sanksi pidana
Dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna
air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung,
kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan tertentu
yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan
perkotaan.
- Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Jika tindak pidana mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Jika tindak
pidana mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan penjara paling
lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
- Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang, dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
Jika tindak pidana mengakibatkan perubahan fungsi ruang, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
VII -44
Jika tindak pidana mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan
barang, pelaku dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah). Jika tindak
pidana mengakibatkan kematian orang, pelaku dipidana dengan penjara paling
lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
- Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan
izin pemanfaatan ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
- Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh paraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai miliki umum, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 tahun dengan denda paling banyan Rp. 100.000.000
(seratus juta rupiah).
- Setiap pejabat pemerintahan yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai
dengan rencana tata ruang, dipidana dengan pidana paling lama 5 tahun dan
denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) selain itu juga
dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak hormat dari
jabatannya, dan jika dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan
denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi
berupa pidana denda dengan pemberatan 3 kali dari denda pidana yang telah
disebutkan sebelumnya. Korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa :
Pencabutan izin usaha; dan / atau
Pencabutan status badan hukum
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
VIII-1
Kegiatan penataan ruang merupakan kegiatan yang dilakukan bukan hanya secara
partial melainkan memerlukan partisipasi bersama (public participatory) yang
melibatkan tidak hanya pemerintah tetapi melibatkan berbagai unsur (stakeholder)
seperti masyarakat, pihak swasta, dunia usaha, kelompok profesi, LSM. Hal ini
dilakukan sebagaimana Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang menimbang bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman
masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang yang transparan,
efektif dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan. Mengacu pada Pasal 60 dan 61, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan ruang diatur hak dan kewajiban masyarakat dalam kegiatan
penataan ruang yang terdiri dari perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalain
pemanfaatan ruang . Mengenai tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang
diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Tata
Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut
dijelaskan bahwa peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
8.1 HAK DAN KEWAJIBAN DALAM PENATAAN RUANG
Mengacu pada Pasal 60 dan 61, UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan ruang diatur
hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang. Hak, kewajiban, dan peran
masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang untuk menjamin keterlibatan
masyarakat, termasuk masyarakat adat dalam setiap proses penyelenggaraan
penataan ruang;
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
VIII-2
a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang
izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang menimbulkan kerugian.
Sedangkan kewajiban orang (masyarakat) dalam pemanfaatan ruang, diantaranya
adalah:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
8.2. BENTUK PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
Mengenai tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang diatur dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Tata Cara Peran Masyarakat
dalam Penataan Ruang. Dalam PP tersebut dijelaskan bahwa peran masyarakat adalah
partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Bentuk peran masyarakat adalah kegiatan/aktivitas
yang dilakukan masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
1. Tahap Perencanaan Tata Ruang
Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
VIII-3
a. masukan mengenai:
(1) persiapan penyusunan rencana tata ruang;
(2) penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
(3) pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
(4) perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
(5) penetapan rencana tata ruang.
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang dapat secara
aktif melibatkan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah yang terkena dampak
langsung dari kegiatan penataan ruang, yang memiliki keahlian di bidang penataan
ruang, dan/atau yang kegiatan pokoknya di bidang penataan ruang.
2. Tahap Pemanfaatan Ruang
Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang
darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara
dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam;
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3. Tahap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa:
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
VIII-4
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
8.3. TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
Peran masyarakat dalam penataan ruang dapat disampaikan secara langsung dan/atau
tertulis, kepada: menteri/pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian terkait
dengan penataan ruang; gubernur; dan bupati/walikota.
Pelaksanaan peran masyarakat dilakukan secara bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundanganundangan dengan menghormati norma agama,
kesusilaan, dan kesopanan.
1. Tahap Perencanaan Tata Ruang
Tata cara peran masyarakat dalam tahap perencanaan tata ruang dilaksanakan
dengan cara:
a. menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi dan masalah,
rumusan konsepsi/rancangan rencana tata ruang melalui media komunikasi
dan/atau forum pertemuan; dan
b. kerja sama dalam perencanaan tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Tahap Pemanfaatan Ruang
Tata cara peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan cara:
a. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang melalui
media komunikasi dan/atau forum pertemuan;
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
VIII-5
b. kerja sama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yangtelah ditetapkan;
d. penaatan terhadap izin pemanfaatan ruang
3. Tahap Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Tata cara peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan
dengan cara:
a. menyampaikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi kepada pejabat yang
berwenang;
b. memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata ruang;
c. melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.