45
PERCOBAAN VIII Judul : Reaksi – Reaksi Aldehid Dan Keton Tujuan : Pada akhir percobaan ini mahasiswa harus paham mengenai: 1. Azas - azas reaksi dari senyawa karbonil 2. Perbedaan antara reaksi aldehid dan keton. 3. Jenis - jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan aldehid dan keton. Hari/Tanggal : Selasa/03 Desember 2013 Tempat : Laboraturium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin I. DASAR TEORI Aldehid dan keton, keduanya mempunyai gugus yang sama yaitu gugus karbonil, C = O. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Page | 180

Percobaan VIII

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimia organik

Citation preview

Page 1: Percobaan VIII

PERCOBAAN VIII

Judul : Reaksi – Reaksi Aldehid Dan Keton

Tujuan : Pada akhir percobaan ini mahasiswa harus paham mengenai:

1. Azas - azas reaksi dari senyawa karbonil

2. Perbedaan antara reaksi aldehid dan keton.

3. Jenis - jenis pengujian kimia sederhana yang dapat

membedakan aldehid dan keton.

Hari/Tanggal : Selasa/03 Desember 2013

Tempat : Laboraturium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin

I. DASAR TEORI

Aldehid dan keton, keduanya mempunyai gugus yang sama yaitu gugus

karbonil, C = O. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat pada

karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen

yang terikat pada karbon karbonilnya.

Oleh karena itu sifat reaksi umumnya sama, terhadap sifat karbonil.

Biasanya, aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu pereaksi

yang sama. Hal ini disebabkan oleh karena atom karbon karbonil dari aldehid

kurang terlindung dibandingkan keton. Begitu pula aldehid lebih mudah

teroksidasi daripada keton. Dalam percobaan ini akan diperiksa, persamaan dan

perbedaan dari reaksi aldehid dan keton.

Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menjadi asam karboksilat yang

mengandung jumlah atom karbon yang sama banyaknya. Sedangkan keton tidak

menjalankan reaksi yang serupa, karena dalam oksidasi terjadi pemutusan ikatan

C—C yang menghasilkan 2 asam karboksilat dengan jumlah karbon yang

masing-masing lebih sedikit daripada keton semula (keton siklik akan

menghasilkan suatu asam karboksilat ).

Page | 180

Page 2: Percobaan VIII

O O O || || || R – C – CH2 – R` R – C – OH + HO – C – R`

Keton Asam Asam

Ag2O + 4 NH3 + H2O 2 Ag(NH3)2+ -OH

Pereaksi Tollens

O O || ||R – C – H + 2 Ag(NH3)2

+ -OH R – C – O- +NH4 + 2 Ag + 3 NH3 + H2O

O O || ||

R – C – H R – C – OH

Aldehida Asam Karboksilat

cermin perak

Perbedaan kereaktifan tehadap oksidator antara aldehid dan keton dapat

digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut.

Pereaksi Tollen’s, yaitu larutan ion perak beramonia, direduksi oleh

aldehid menjadi logam perak, sedangkan aldehid dioksidasi menjadi asam yang

bersangkutan. Keton tidak dioksidasi oleh pereaksi ini.

Bila pengujian dilakukan dengan menggunakan pereaksi yang encer, dan

di dalam tabung reaksi yang besih, perak akan mengendap berupa cermin pada

dinding tabung.

Oksidasi bisa juga dilakukan dengan ion Cu (II) di dalam larutan alkali.

Agar supaya tembaga tidak mengendap sebagai hidroksid, ia ubah menjadi ion

kompleks dengan tartarat (pereaksi Fehling) atau dengan sitrat (pereaksi

Benedict). Aldehid akan mereduksi tembaga, biasanya larutan yang berwarna biru

akan berubah menjadi hijau dan lambat laun terjadi endapan Cu(II) oksida, Cu2O,

Page | 181

Page 3: Percobaan VIII

O O || ||

R – C – H + HSO3Na R – C – SO3Na |

H

C = O + H2N – NHC6H5 HO – C – NH – NHC6H5 C = NH – NHC6H5

O O || ||R – C – H + 2 Cu2+ + 5 OH- R – C – O` + Cu2O + H2O

Merah Bata

yang berwarna merah bata. Keton yang sederhana tidak akan terjadi reaksi ini

walaupun beberapa hidroksi keton dan karbohidrat akan bereaksi.

Reaksi yang umum senyawa karbonil adalah reaksi adisi kepada ikatan

rangkap karbonil dengan pereaksi nukleofil. Aldehid dan beberapa keton yang

tidak mengandung gugus besar akan bereaksi dengan larutan NaHSO3 pekat

menghasilakan senyawa yang berwujud hablur warna putih. Hasil adisi ini bila

bereaksi dengan asam akan menghasilkan kembali senyawa karbonil sehingga

reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan karbonil dan campurannya.

Pasangan elektron bebas pada nitrogen dari amonia atau senyawa lain

menyebabkan senyawa ini bisa bereaksi menjadi nukleofil terhadap senyawa

karbonil. Misalnya, fenilhidrazin bereaksi menghasilkan fenilhidrazon setelah

hasil reaksi yang mula-mula terbentuk melepaskan 1 mol air. Hasil reaksinya

kebanyakan berupa kristal sehingga ia dapat digunakan (melalui titik lelehnya)

untuk mengidentifikasikan aldehid dan keton. Reaksi yang sama dengan di atas

2,4–dinitrofenilhidrazin menjadi 2,4–dinitrofenilhidrazon yang biasanya

mempunyai titik leleh yang lebih tinggi.

Page | 182

fenilhidrazin fenilhidrazon

Page 4: Percobaan VIII

H O O O-

| || | || | – C – C – R + R+ BH + – C – C – R – C = C – R ] | | |

C Anion Etanoat

O O || ||R – C – CH3 + I – I + 3 OH- R – C – CH3 + 3 H2O + 3 I-

Begitu pula hidroksilamin, H2N – OH, bereaksi dengan senyawa karbonil

menghasilkan oksim, R – C = NOH, yang dapat pula digunakan untuk identifikasi.

Selain itu oksim digunakan juga sebagai bahan antara dalam sintesa, misalnya

pemanasan di dalam suasana basa menghasilkan hidrokarbon yang sebanding.

Atom Hidrogen yang terikat pada atom karbon karbonil yang disebut atom

karbon alfa adalah bersifat asam lemah. Hal ini disebabkan karena muatan dari

anion enolat dapat diserahkan ke atom oksigen yang elektronegatif.

Atom hidrogen alfa mudah diganti oleh halogen di dalam larutan basa.

Reaksi ini didasarkan kepada reaksi yang cepat antara ion enolat dengan halogen.

Oleh Karena pengaruh tarikan elektron dari halogen, maka atom H yang masih

ada pada C – alfa akan lebih asam dan lebih mudah di tukar dengan halogen. Oleh

karena itu gugus metril yang terikat pada atom karbon karbonil mudah sekali

diubah menjadi senyawa trihalometil oleh halogen dan basa.

Senyawa trihalo yang dihasilkan mudah sekali diuraikan oleh basa

menghasilkan haloform, CHX3. Biasanya reaksi ini digunakan untuk

menunjukkan adanya “metil keton”, CO – CH3 dan juga untuk gugus CH(OH) –

CH3 karena mudah dioksidasi (I2 sebagai oksidator). Pereaksinya adalah I2 dalam

basa dihasilkan iodoform yang baunya khas kuning dan berbentuk kristal.

Oleh karena anion enolat adalah suatu nukleofil, maka ia dapat diadisikan

ke dalam gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan ikatan karbon-karbon

Page | 183

Page 5: Percobaan VIII

O O || ||

CH3 – C – H -CH2 – C – H + H2O

O O O- O || || | || CH3 – C – H + -CH2 – C – H CH3 – CH – CH2 – C – H

aldol

H+

O OH O || | ||

CH3 – CH = CH2 – C – H CH3 – CH – CH2 – C – H

krotonaldehida

O O O || || ||

2C6H5 – C – H + CH3 – C – CH3 C6H5 – CH=CH – C – CH=CH – C6H5

Dibenzalaseton

yang baru sehingga banyak kegunaannya dalam proses sintesis. Bila asetaldehid

direaksikan dalam larutan basa encer, ia akan berkondensasi sesamanya

menghasilkan aldol yang bila dipanaskan akan mengeluarkan H2O sehingga akan

dihasilkan aldehid tak jenuh yang disebut krotonaldehid.

Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aldol, tidak perlu

keduanya mempunyai atom Hidrogen alfa. Misalnya aseton yang mempunyai H –

alfa mudah berkondensasi dengan benzaldehid yang tidak mempunyai H-alfa

sehingga ia sendiri tidak dapat menjalankan kondensasi aldol.

Page | 184

Page 6: Percobaan VIII

II. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan:

1. Rak tabung reaksi 4 buah

2. Tabung reaksi 10 buah

3. Erlenmeyer 2 buah

4. Gelas ukur 10 ml 6 buah

5. Pipet tetes 6 buah

6. Kaca arloji 2 buah

7. Gelas kimia 200 mL 1 buah

8. Gelas kimia 30 mL 4 buah

9. Gelas kimia 20 mL 4 buah

10. Gelas kimia 10 mL 2 buah

Bahan yang digunakan :

1. Iodium Iodida

2. AgNO3 5%

3. Fahling A dan B

4. NH3

5. Formalin

6. Formaldehid

7. Sikloheksanon

8. Benzaldehid

9. Aseton

10. NaOH 5%

11. Benedict

Page | 185

Page 7: Percobaan VIII

III. PROSEDUR KERJA

A. Uji cermin perak, Tollens

1. Menyiapkan empat tabung reaksi yang berisi pereaksi Tollens.

2. Sebelumnya membuat pereaksi Tollens dengan menyiapkan satu

tabung reaksi yang bersih sekali, ke dalam 2 mL larutan perak nitrat

5%

3. Menambahkan 2 tetes larutan NaOH 5% lalu menambahkan tetes demi

tetessambil diaduk larutan amonia perak hanya secukupnya agar larut

4. Menguji benzaldehid, aseton, sikloheksanon dan formalin dengan jalan

menambahkanmasing-masing dua tetes bahan tersebut ke dalam

tabung uji.

5. Mengaduk campuran dan mendiamkan selama 10 menit.

6. Memanaskan tabung dalam pemanas air selama 5 menit, bila reaksi

tidak terjadi.

7. Mengamati apa yang terjadi

B. Uji Fehling dan Benedict

1. Membuat pereaksi Benedict dengan melarutkan 173 gNatrium sitrat

dan 100 g natrium karbonat dalam 750 mL aquades, mengaduk,

menyaring, lalu ke dalam filtrat menambahkan perlahan larutan 17,3 g

CuSO4.5H2O dalam 100 mL air.

2. Mengencerkan hingga volume total 3 L.

3. Membuat pereaksi Fehling A dengan melarutkan 69 g CuSO4.5H2O

dalam 1 L air suling.

4. Membuat pereaksi Fehling B dengan melarutkan 346 g Natrium

kalium tartarat atau garam Rechelle dalam larutan NaOH 10%.

5. Menambahkan beberapa tetes bahan yang akan diuji kedalam masing-

masing tabung.

6. Menempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 10-15 menit.

Page | 186

Page 8: Percobaan VIII

7. Menguji formaldehid, n-heptaldehid, aseton dan sikloheksanon.

C. Reaksi Haloform

1. Menambahkan sekitar 10 mL larutan iodium iodida kepada 5 tetes

aseton dalam3 mL larutan NaOH 5%.

2. Melarutkan 25 g iodium didalam larutan 50 g kalium iodida dalam 200

mL air, sambil digoncang-goncangkan sampai warna coklat tidak

hilang lagi.

3. Menguji isopropanol, 2-pentanon dan 3-pentanon

IV. HASIL PENGAMATAN

No Perlakuan Hasil pengamatan

A.

1

2

3

4

5

# Uji cermin perak, Tollens

Larutan pereaksi Tollens + 2 tetes

benzaldehid, mengaduk, mendiamkan

selama 10 menit

Memanaskan selama 10 menit

Larutan pereaksi Tollens + 2 tetes

sikloheksanon, mengaduk, mendiamkan

selama 10 menit

Memanaskan dalam penangas air

selama 10 menit

Larutan pereaksi Tollens + 2 tetes

formalin, mengaduk, mendiamkan

selama 10 menit

Tidak terjadi reaksi

Terbentuk cermin

perak

Tidak terjadi reaksi

Tetap tidak terjadi

reaksi

Langsung terbentuk

cermin perak

Page | 187

Page 9: Percobaan VIII

No Perlakuan Hasil pengamatan

B.

1

2

3

4

Uji Fehling dan Benedict

#Uji Fehling

2,5 mL Fehling A+2,5 mL Fehling B

Memanaskan

5 mL Fehling + 5 tetes Formaldehid

Memanaskan

5 mL Fehling + 5 tetes Aseton

Memanaskan

5 mL Fehling + 5 tetes sikloheksanon

Memanaskan

Larutan berwarna

biru

Larutan berwarna

biru

Larutan homogen

Bergelembung,

berendapan coklat

Larutan homogen

Larutan homogen

Terbentuk 2 lapisan :

Atas = keruh ; bawah =

berwarna biru

Larutan homogen

1

2

#Uji Benedict

5 mL Benedict + 5 tetes formaldehid

Memanaskan

5 mL Benedict + 5 tetes Aseto

Larutan berwarna

biru

Larutan berwarna bir

Page | 188

Page 10: Percobaan VIII

No Perlakuan Hasil pengamatan

3

Memanaskan

5 mL Benedict + 5 tetes sikloheksanon

Memanaskan

Campuran (terdapat

dua lapisan)

Atas = putih ; bawah =

biru

Larut pada menit ke-4

Campuran (terdapat

dua lapisan)

Atas = kuning ; bawah

= biru

Tidak terjadi reaksi

D.

1

2

Reaksi Haloform

3 mL NaOH 5% + 3 tetes aseton

Menambahkan 10 mL larutan Iodium

iodida dan mengocok

Larutan bening

Larutan coklat, terdapat

endapan kuning, bau

seperti betadine

V. ANALISIS DATA

1. Uji Cermin Perak, Tollen’s

Uji tollens ini bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton berdasarkan

sifat kemudahan oksidasinya. Keton tidak mudah dioksidasi, tetapi aldehid sangat

mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Aldehid dapat dioksidasi oleh zat

pengoksid yang sangat lembut, seperti Ag+ atau Cu2+, reagensia Tollen’s (suatu

larutan basa dari ion kompleks perak-amonia) digunakan sebagai reagensia uji

Page | 189

Page 11: Percobaan VIII

O O O

R – C – R R – C – H H - C – H

Ag2O + 4 NH3 + H2O 2 Ag(NH3)2+-OH

Pereaksi Tollens

untuk aldehid. Aldehid itu dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam

reagensia Tollen’s direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai oleh

terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.Reaksinya :

O O

|| OH- ||

R – C – H + Ag(NH3)2+ R – C – O - + Ag

Cermin Perak

Reaktifitas relatifitas aldehid dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat

disebabkan oleh banyaknya karbon positif pada karbon karbonil. Makin besar

muatan karbonil ini akan semakin reaktif. Bila muatan positif ini tersebar ke

seluruh molekul maka senyawa karbonil itu lebih stabil dan kurang reaktif. Gugus

karbonil distabilkan oleh gugus alkil didekatnya yang bersifat melepas elektron.

Pada aldehid setelah ditambah pereaksi tollens yang tak berwarna, diaduk

dan dipanaskan tujuannya untuk mempercepat reaksi hingga didapatkan endapan

cermin perak pada dinding tabung reaksi pada senyawa benzaldehid dan formalin.

Hal ini menunjukkan hasil yang positif pada uji tollens. Reaksi pada benzaldehid:

O O

Page | 190

Naiknya reaktifitas

Page 12: Percobaan VIII

|| ||

— CH + Ag(NH3)2+ — CO- + Ag

Pada saat formalin direaksikan dengan pereaksi Tollen’s menghasilkan

larutan bening, dan setelah didiamkan pada dinding tabung terbentuk cermin

perak. Hal ini terjadi aldehid dapat mereduksi larutan perak amonia ( Tollen’s) .

Tanpa pemanasan sudah terbentuk cermin perak lebih cepat daripada benzaldehid

hal ini menunjukkan makin besar muatan karbonil maka akan semakin reaktif dan

formalin tidak memiliki gugus alkil sehingga formalin lebih bersifat reaktif (lebih

cepat bereaksi). Reaksi pada formalin :

O O

|| ||

H – C – H + Ag(NH3)2+ R – C- + Ag

Cermin

Pada aseton dan sikloheksanon didapat larutan jernih dan tanpa endapan.

Setelah dipanaskan baik aseton maupun sikloheksanon tak terbentuk endapan

cermin perak hal ini berarti senyawa ini tak positif terhadap pereaksi tollen. Hal

ini disebabkan karena pada aseton dan sikloheksanon tidak memiliki atom H yang

terikat langsung pada atom karbon karbonilnya sehingga kurang reaktif. Reaksi :

+ 2Ag(NH3)2+ -OH

H3CC

CH3

O

aseton

+ 2Ag(NH3)2+ -OHO

Sikloheksanon

Page | 191

Page 13: Percobaan VIII

2. Uji Fehling

Oksidasi juga bisa dilakukan dengan ion Cu (II) di dalam larutan alkali.

Supaya tembaga tidak mengendap sebagai hidroksida, ia diubah menjadi ion

kompleks dengan tartarat yang disebut pereaksi fehling. Pereaksi fehling terdiri

atas fehling A yang terdiri dari CuSO4 dalam air, H2SO4 dan fehling B yang terdiri

dari Kalium Natrium tartarat, KOH dalam air, berupa larutan yang berwarna biru.

Dalam pereaksi fehling ini, terdapat ion Cu2+ sebagai ion kompleks.

Pada pengujian pereaksi fehling terhadap formaldehid terbentuk endapan

berwarna coklat merah bata. Ini berarti formal dehid dapat bereaksi dengan

pereaksi fehling. Dimana formaldehid dapat dioksidasi oleh ion Cu2+ dalam

pereaksi fehling, karena formaldehid mempunyai atom hidrogen yang terikat

langsung pada karbon karbonilnya. Formaldehid dalam pereaksi fehling akan

mereduksi tembaga, sehingga terbentuk endapan Cu2O yang berwarna coklat

merah bata. Reaksi :

Page | 192

+2Cu2+ + OH-+ H2O

H

CH

O

+

HC

O-

O

Cu2O

Formaldehid

Page 14: Percobaan VIII

Pada percobaan kedua, aseton dan sikloheksanon direaksikan dengan

pereaksi fehling tidak terbentuk endapan hanya terdapat larutan yang terpisah

menjadi dua lapisan. Hal ini karena aseton dan sikloheksanon tidak mempunyai

atom H yang terikat langsung pada atom C karbonilnya sehingga tidak

mengalami oksidasi. Aseton dan sikloheksanon dalam pereaksi fehling tidak dapat

mereduksi ion tembaga, sehingga tidak terbentuk endapan. Reaksi :

+O 2Cu2+ + 5OH-

Aldehid dapat dioksidasi oleh pereaksi fehling dan terbentuk endapan

Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan keton tidak mengalami oksidasi oleh

pereaksi fehling. Sehingga pengujian dengan pereaksi fehling dapat dilakukan

untuk membedakan antara aldehid dan keton.

3. Uji Benedict

Pada uji ini digunakan pereaksi benedict yang merupakan larutan tembaga

berwarna biru tua. Uji ini memberikan hasil positif jika didapatkan endapan Cu2O

merah pada aldehid.

Benedict merupakan oksidasi kuat yang dapat membentuk Cu2+ yang

kemudian tereduksi menjadi ion cu+. Pada reaksi ini gugus karbonil bebas didalam

reagent aldehid berubah menjadi etanol. Pereaksi Benedictnya bersifat nukleofil

yang dapat mengubah ikatan C-H menjadi C=O yang ditandai dengan

terbentuknya endapan merah bata. Keton yang sederhana tidak akan terjadi reaksi

ini.

Page | 193

2Cu2+ + OH-+H3C

CCH3

O

Page 15: Percobaan VIII

Pada aseton dan sikloheksanon, larutan yang didapat tetap berwarna biru

dan terbentuk lapisan. Seharusnya tidak terbentuk lapisan dan tidak ada reaksi.

Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan. Reaksi :

aseton

Sikloheksanon

Pada penambahan formalin ke dalam pereaksi Benedict maka terbentuk

larutan berwarna biru. Kemudian setelah dipanaskan tetap berwarna biru, seharus-

nya terdapat endapan merah bata tetapi disini tidak ada, hal ini disebabkan kurang

lamanya pemanasan. Hal ini karena partikel Cu2O yang terbentuk belum banyak,

sehingga tidak mampu menghasilkan endapan merah bata pada dasar tabung.

Reaksi formalin yang terjadi seharusnya:

Page | 194

2Cu2+ + 5O H--+H3C

CCH3

O

+O 2Cu2+ + 2OH-

Page 16: Percobaan VIII

Page | 195

F merah bataeharusnya merah bataid,ormaldehid CH H

O

+ Cu2O+2 Cu2+ + aldehid yang terjadi : tidak membentuk endapan berwarna merah bata. reaksi uk. hal angsung pada atom karbon karbonilnya

5OH- CH O-

O

Page 17: Percobaan VIII

Seharusnya aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi benedict membentuk

asam karboksilat dan terdapat endapan Cu2O berwarna merah bata (orange).

Sedangkan pada keton tidak terjadi perubahan/reaksi. Hal ini karena pereaksi

benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah. Ion tersebut dapat

mengoksidasi gugus aldehida saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton.

4. Reaksi Haloform

Halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji kimia, yang disebut iodoform,

untuk metal keton. Gugus metal dari suatu metal keton di iodinasi bertahap

sampai terbentuk iodoform (CHI3) padat berwarna kuning. Uji iodoform :

+ 3I2CCH3

O

Sikloheksil metil keton

OH-, H2OCO-

O

+ CHI3

ion sikloheksil karboksilat

Iodoform kristal kuning

Pada percobaan pertama, aseton yang ditambahkan NaOH dan iodium

iodide sedikit demi sedikit yang menghasilkan endapan berwarna kuning dan

menimbulkan bau seperti bau yang sangat menyengat. Endapan berwarna kuning

ini merupakan iodoform (suatu haloform) yang menandakan aseton dan iodium

iodide beraksi dengan bantuan NaOH yang berperan menjaga agar campuran

dalam keadaan basa. Karena dalam keadaan basa atom hydrogen alfa akan mudah

digantikan oleh halogen. Karena pengaruh tarikan electron dari iod (halogen),

maka atom H yang masih ada pada karbon alfa menjadi lebih asam, sehingga

lebih mudah ditukar dengan halogen itu. Reaksi :

CH3C CH3

O

I2 CH3C CI3

O

3H2O 3I-+ 3OH-+ ++

Page | 196

Page 18: Percobaan VIII

Gugus metil yang terikat pada atom C karbonil pada aseton diubah menjadi

senyawa tri iodometil (trihalometil) olehiod (halogen) dan basa. Kemudian

senyawa ini diuraikan oleh basa menghasilkan iodoform yang berupa

padatan/endapan berwarna kuning.

Reaksi pembentukan haloform ini untuk menunjukkan adanya

“metilketon”, karena mudah dioksidasi oleh I2.

VI. KESIMPULAN

1. Untuk membedakan aldehid keton dapat dilakukan dengan cara

diantaranya uji tollen’s, uji benedict, uji fecling dan reaksi haloform

2. Uji tollens ini untuk membedakan aldehid dan keton berdasarkan sifat

kemudahan oksidasinya, pada percobaan uji positif ditandai oleh

terbentuknya cermin perak yakni pada formalin dan benzaldehid.

3. Uji Benedict digunakan pereaksi benedict yang merupakan larutan tem-

baga berwarna biru tua, uji positif jika didapatkan endapan Cu2O merah

pada aldehid, seharusnya terdapat endapan merah bata pada formalin,

hal ini disebabkan karena kurang lamanya pemanasan.

4. Uji Fehling dimana aldehid dalam pereaksi fehling akan mereduksi

tembaga, sehingga terbentuk endapan Cu2O yang berwarna coklat

merah bata, pada percobaan uji positif pada Formaldehid.

5. Uji haloform dimana gugus metal dari suatu metal keton di iodinasi

bertahap sampai terbentuk iodoform (CHI3) padat berwarna kuning.

Pada percobaan uji positif pada senyawa aseton.

Page | 197

Page 19: Percobaan VIII

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, dkk. 1982. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga

Susilowati, E. 2009. Theory and Application of Chemistry. Solo : Tiga Serangkai

Syahmani, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin: FKIP

UNLAM

Page | 198

Page 20: Percobaan VIII

LAMPIRANJawaban Pertanyaan Prapraktek

1. Struktur umum aldehid dan keton adalah :

a) Aldehida

b) Keton

2. Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menjadi asam karboksilat yang

mengandung jumlah atom karbon yang sama banyaknya sedangkan keton

tidak menjalankan reaksi yang serupa karena dalam oksidasi terjadi pemutusan

ikatan karbon – karbon menghasilkan 2 asam karboksilat dengan jumlah

karbon yang masing – masing sedikit dari keton semula ( keton siklik akan

menghasilkan suatu asam bikarboksilat ). Aldehid dapat dioksidasi oleh zat

pengoksida yang sangat lembut seperti Ag+ dalam pereaksi Tollens dan Cu2+

dalam pereaksi Benedict dan Fehling. Uji positif pereaksi Tollens ditandai

Page | 199

O ||R – C – H

O ||R – C – R`

Page 21: Percobaan VIII

oleh terbentuknya cermin perak sedangkan uji positif pereaksi Benedict dan

Fehling ditandai oleh terbentuknya endapan merah bata dari Cu2O.

3. Suatu reaksi kondensasi adalah reaksi dimana 2 molekul atau lebih bergabung

menjadi 1 molekul yang lebih besar dengan atau tanpa adanya hilang suatu

molekul kecil. Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak

dilepaskan suatu molekul kecil dan dapat terjadi dengan syarat kedua molekul

yang bergabung harus sama-sama memiliki Hidrogen alfa. Proses pertama dari

reaksi ini adalah pembentukkan ion enolat dalam konsentrasi rendah. Ion

enolat akan bereaksi dengan suatu molekul aldehid yang lain dengan cara

mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida yang

kemudian merebut sebuah proton dari dalam air untuk menghasilkan aldol itu

sendiri.

Jawaban Pertanyaan Pascapraktek

1. Persamaan Reaksi

a) Reaksi Tollens dengan Formaldehid adalah :

b) Reaksi fehling dengan heptaldehida

c) Pembuatan senyawa adisi aseton-bisulfit

Page | 200

O O || || H – C – H + 2 Ag(NH3)2

+ -OH H – C – O +NH4 + 2 Ag +

3 NH3 + H2O

O O || ||CH3(CH2)5 – C – H + 2 Cu2+ + 5 OH- CH3(CH2)5 – C – O-

+ Cu2O + 3 H2O

O OH || |

CH3 – C – CH3 + HSO3Na CH3 – C – SO3Na+ |

H

Page 22: Percobaan VIII

d) Pembuatan benzaldehida fenilhidrazon

e) Pembuatan sikloheksanol-oksim

f) Pengujian iodoform terhadap 2-pentanon

Page | 201

O O || || — CH + H3N – NHC6H5 —C – H3N –

NHC6H5 + Cu2O + 3H2O

= O + HONH2 = NOH + H2O

O O || ||CH3(CH2)2 – C – CH3 + 3 I2 CH3(CH2)2 – C – O- +

2-pentanon 3 CHI3

Page 23: Percobaan VIII

2. Mekanisme reaksi kondensasi aldol silang dari aseton dengan benzaldehida

3. Pengujian Iodoform dapat dilakukan untuk membedakan methanol dari etanol.

Hal itu dikarenakan iod merupakan zat pengoksidasi lembut sehingga senyawa

apa saja yang dioksidasi menjadi suatu senyawa karbonil metil juga akan

menunjukkan uji positif. Reaksi uji Iodoform pada etanol akan menunjukkan

uji positif karena adanya gugus metil keton yang dapat diodinasi sampai

terbentuk Iodoform padat berwarna kuning. Sedangkan uji pada methanol

akan uji negatif karena tidak adanya gugus metil yang dapat diiodinasi.

Reaksinya adalah:

Page | 202

O O O || || ||

C6H5 – C – H + CH3 – C – CH3 C6H5 – CH=CH – C – CH3 + H2O

Dibenzalaseton

O ||

CH3OH H – C – H (uji negatif)

O O || ||

CH3CH2OH CH3 – C – H H – C – O- + CHI3

Page 24: Percobaan VIII

Uji Iodoform juga dapat digunakan untuk membedakan isopropanol dai n-

butanol dimana uji positif akan ditunjukkan pada pengujian isopropanol dan

uji negatif pada n-butanol. Reaksinya adalah :

4. Peranan natrium dari pembuatan oksim adalah sebagai katalis agar terjadi

pengendapan.

Page | 203

CH3 O O | || ||

CH3 – CH – OH CH3 – C – CH3 CH3 – C – O- + CHI3

isopropanol ion asetat iodoform

O ||

CH3(CH2)2CH2 – OH CH3(CH2)2 – C – H (uji negatif)

n-butanol

Page 25: Percobaan VIII

FLOWCHART

1. Uji Cermin Perak

a) Membuat pereaksi Tollen’s

NB: Pengujian akan gagal kalau terlalu banyak menambahkan NH3

b) Pengujian

Page | 204

2 m L AgNO3 5% + 2 tetes NaOH 5% + NH3 pekat secukupnya

Memasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih sekali

mengaduk

Larutan pereaksi Tollen’s (keruh)

2 tetes benzaldehid + larutan pereaksi Tollen’s

Memasukkan ke dalam tabung reaksi Mengaduk campuranMendiamkan

Larutan keruh dengan 2 lapisan

Memanaskan tabung dalam penangas air selama 2 menit

Mengamati yang terjadi

Terbentuk cermin

Page 26: Percobaan VIII

Page | 205

2 tetes aseton + larutan pereaksi Tollen’s

Memasukkan ke dalam tabung reaksi Mengaduk campuranMendiamkan

Larutan keruh dengan 2 lapisan

Memanaskan tabung dalam penangas air selama5 menit

Mengamati yang terjadi

Tidak terbentuk cermin

2 tetes sikloheksanon + larutan pereaksi Tollen’s tidak terbentuk cermin

- Memasukkan ke dalam tabung reaksi

- Mengaduk campuran

- Mendiamkan selama 10 menit

Larutan keruh dengan 2 lapisan

- Memanaskan tabung dalam penangas air selama 5 menit

- Mengamati yang terjadi

Page 27: Percobaan VIII

2. Uji Fehling

a) Membuat pereaksi fehling

NB: Mencampurkan fehling A dan fehling B dengan volume yang sama banyak.

b) Pengujian

Page | 206

2 tetes formaldehid + larutan pereaksi Tollen’s

Memasukkan ke dalam tabung reaksi Mengaduk campuran

Terbentuk cermin

Terbentuk Cermin

1,739 gram CuSO4 + 25 mL air suling + H2SO4

Memasukkan ke dalam ErlenmeyerMelarutkan

Larutan pereaksi fehling A

3,85 gram KOH + 8,75 gram K-Na Tartarat + 25 mL air suling

Memasukkan ke dalam ErlenmeyerMelarutkan

Larutan pereaksi fehling B

5 mL pereaksi Fehling + 5 tetes formaldehid

Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menempatkan tabung reaksi dalam air

mendidih selama 10-15 menit

Larutan merah bata + endapan merah bata

Page 28: Percobaan VIII

Page | 207

5 mL pereaksi Fehling + 5 tetes aseton

Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menempatkan tabung reaksi dalam air

mendidih selama 10-15 menit

Larutan biru + endapan merah

5 mL pereaksi Fehling + 5 tetes sikloheksanon

Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menempatkan tabung reaksi dalam air

mendidih selama 10-15 menit

Larutan biru + endapan merah

Page 29: Percobaan VIII

1. Adisi Bikarbonat

Page | 208

5 mL NaHCO3 jenuh

Memasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mLMendinginkan larutan dalam air es

Larutan + 2,5 mL aseton

Menambahkan tetes demi tetes Mengaduk selama 5 menit

Larutan + 10 mL etanol

Mengkristalisasi

Larutan + kristal

Kristal + beberapa tetes HCl pekat Filtrat

Mengamati yang terjadi

Kristal

Page 30: Percobaan VIII

3. Pengujian dengan Fenilhidrazin

Page | 209

5 mL fenilhidrazin + 10 tetes benzaldehid

Memasukkan dalam tabung reaksiMenutup tabung reaksiMenggoncangkan dengan kuat selama 1-2

menit hingga mengkristal

Larutan + kristal

Kristal + beberapa tetes HCl pekat Filtrat

Mencuci dengan sedikit air dinginMerekristalisasi dengan sedikit metanol

dan etanolmengeringkan

Kristal

5 mL fenilhidrazin + 10 tetes sikloheksanon

Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menggoncangkan dengan kuat selama 1-2

menit

Tidak terbentuk kristal

Page 31: Percobaan VIII

1. Reaksi Haloform

2. Kondensasi aldol

Page | 210

10 mL etanol, + 1 mL aseton + 2 mL benzaldehid + 5 mL NaOH 5%

Menempatkan dalam labu 50 mLMerefluks campuran selama 5 menit

Larutan + kristal

Kristal Filtrat

Merekristalisasi dengan etanolMenentukan titik leleh

Kristal

Campuran merah tua

Mendinginkan labu

Mengumpulkan Kristal dengan corong Buchner

5 tetes aseton + 3 mL NaOH 5% + 10 mL larutan iodium iodida

Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menggoncang-goncangkan sampai warna

coklat tidak hilang lagi

Larutan coklat + endapan kuning

Page 32: Percobaan VIII

FOTO-FOTO PRAKTIKUM

Keterangan: Tollen’s

Page | 211

Page 33: Percobaan VIII

Keterangan: Uji Fehling

Page | 212

Page 34: Percobaan VIII

Keterangan: Uji Benedict

Keterangan: Reaksi Holoform

Page | 213