Upload
qurratu-ainiati
View
41
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kimia organik
Citation preview
PERCOBAAN VIII
Judul : Reaksi – Reaksi Aldehid Dan Keton
Tujuan : Pada akhir percobaan ini mahasiswa harus paham mengenai:
1. Azas - azas reaksi dari senyawa karbonil
2. Perbedaan antara reaksi aldehid dan keton.
3. Jenis - jenis pengujian kimia sederhana yang dapat
membedakan aldehid dan keton.
Hari/Tanggal : Selasa/03 Desember 2013
Tempat : Laboraturium Kimia FKIP Unlam Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Aldehid dan keton, keduanya mempunyai gugus yang sama yaitu gugus
karbonil, C = O. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang terikat pada
karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen
yang terikat pada karbon karbonilnya.
Oleh karena itu sifat reaksi umumnya sama, terhadap sifat karbonil.
Biasanya, aldehid bereaksi lebih cepat daripada keton terhadap suatu pereaksi
yang sama. Hal ini disebabkan oleh karena atom karbon karbonil dari aldehid
kurang terlindung dibandingkan keton. Begitu pula aldehid lebih mudah
teroksidasi daripada keton. Dalam percobaan ini akan diperiksa, persamaan dan
perbedaan dari reaksi aldehid dan keton.
Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menjadi asam karboksilat yang
mengandung jumlah atom karbon yang sama banyaknya. Sedangkan keton tidak
menjalankan reaksi yang serupa, karena dalam oksidasi terjadi pemutusan ikatan
C—C yang menghasilkan 2 asam karboksilat dengan jumlah karbon yang
masing-masing lebih sedikit daripada keton semula (keton siklik akan
menghasilkan suatu asam karboksilat ).
Page | 180
O O O || || || R – C – CH2 – R` R – C – OH + HO – C – R`
Keton Asam Asam
Ag2O + 4 NH3 + H2O 2 Ag(NH3)2+ -OH
Pereaksi Tollens
O O || ||R – C – H + 2 Ag(NH3)2
+ -OH R – C – O- +NH4 + 2 Ag + 3 NH3 + H2O
O O || ||
R – C – H R – C – OH
Aldehida Asam Karboksilat
cermin perak
Perbedaan kereaktifan tehadap oksidator antara aldehid dan keton dapat
digunakan untuk membedakan kedua senyawa tersebut.
Pereaksi Tollen’s, yaitu larutan ion perak beramonia, direduksi oleh
aldehid menjadi logam perak, sedangkan aldehid dioksidasi menjadi asam yang
bersangkutan. Keton tidak dioksidasi oleh pereaksi ini.
Bila pengujian dilakukan dengan menggunakan pereaksi yang encer, dan
di dalam tabung reaksi yang besih, perak akan mengendap berupa cermin pada
dinding tabung.
Oksidasi bisa juga dilakukan dengan ion Cu (II) di dalam larutan alkali.
Agar supaya tembaga tidak mengendap sebagai hidroksid, ia ubah menjadi ion
kompleks dengan tartarat (pereaksi Fehling) atau dengan sitrat (pereaksi
Benedict). Aldehid akan mereduksi tembaga, biasanya larutan yang berwarna biru
akan berubah menjadi hijau dan lambat laun terjadi endapan Cu(II) oksida, Cu2O,
Page | 181
O O || ||
R – C – H + HSO3Na R – C – SO3Na |
H
C = O + H2N – NHC6H5 HO – C – NH – NHC6H5 C = NH – NHC6H5
O O || ||R – C – H + 2 Cu2+ + 5 OH- R – C – O` + Cu2O + H2O
Merah Bata
yang berwarna merah bata. Keton yang sederhana tidak akan terjadi reaksi ini
walaupun beberapa hidroksi keton dan karbohidrat akan bereaksi.
Reaksi yang umum senyawa karbonil adalah reaksi adisi kepada ikatan
rangkap karbonil dengan pereaksi nukleofil. Aldehid dan beberapa keton yang
tidak mengandung gugus besar akan bereaksi dengan larutan NaHSO3 pekat
menghasilakan senyawa yang berwujud hablur warna putih. Hasil adisi ini bila
bereaksi dengan asam akan menghasilkan kembali senyawa karbonil sehingga
reaksi ini kadang-kadang berguna untuk memisahkan karbonil dan campurannya.
Pasangan elektron bebas pada nitrogen dari amonia atau senyawa lain
menyebabkan senyawa ini bisa bereaksi menjadi nukleofil terhadap senyawa
karbonil. Misalnya, fenilhidrazin bereaksi menghasilkan fenilhidrazon setelah
hasil reaksi yang mula-mula terbentuk melepaskan 1 mol air. Hasil reaksinya
kebanyakan berupa kristal sehingga ia dapat digunakan (melalui titik lelehnya)
untuk mengidentifikasikan aldehid dan keton. Reaksi yang sama dengan di atas
2,4–dinitrofenilhidrazin menjadi 2,4–dinitrofenilhidrazon yang biasanya
mempunyai titik leleh yang lebih tinggi.
Page | 182
fenilhidrazin fenilhidrazon
H O O O-
| || | || | – C – C – R + R+ BH + – C – C – R – C = C – R ] | | |
C Anion Etanoat
O O || ||R – C – CH3 + I – I + 3 OH- R – C – CH3 + 3 H2O + 3 I-
Begitu pula hidroksilamin, H2N – OH, bereaksi dengan senyawa karbonil
menghasilkan oksim, R – C = NOH, yang dapat pula digunakan untuk identifikasi.
Selain itu oksim digunakan juga sebagai bahan antara dalam sintesa, misalnya
pemanasan di dalam suasana basa menghasilkan hidrokarbon yang sebanding.
Atom Hidrogen yang terikat pada atom karbon karbonil yang disebut atom
karbon alfa adalah bersifat asam lemah. Hal ini disebabkan karena muatan dari
anion enolat dapat diserahkan ke atom oksigen yang elektronegatif.
Atom hidrogen alfa mudah diganti oleh halogen di dalam larutan basa.
Reaksi ini didasarkan kepada reaksi yang cepat antara ion enolat dengan halogen.
Oleh Karena pengaruh tarikan elektron dari halogen, maka atom H yang masih
ada pada C – alfa akan lebih asam dan lebih mudah di tukar dengan halogen. Oleh
karena itu gugus metril yang terikat pada atom karbon karbonil mudah sekali
diubah menjadi senyawa trihalometil oleh halogen dan basa.
Senyawa trihalo yang dihasilkan mudah sekali diuraikan oleh basa
menghasilkan haloform, CHX3. Biasanya reaksi ini digunakan untuk
menunjukkan adanya “metil keton”, CO – CH3 dan juga untuk gugus CH(OH) –
CH3 karena mudah dioksidasi (I2 sebagai oksidator). Pereaksinya adalah I2 dalam
basa dihasilkan iodoform yang baunya khas kuning dan berbentuk kristal.
Oleh karena anion enolat adalah suatu nukleofil, maka ia dapat diadisikan
ke dalam gugus karbonil. Reaksi ini akan menghasilkan ikatan karbon-karbon
Page | 183
O O || ||
CH3 – C – H -CH2 – C – H + H2O
O O O- O || || | || CH3 – C – H + -CH2 – C – H CH3 – CH – CH2 – C – H
aldol
H+
O OH O || | ||
CH3 – CH = CH2 – C – H CH3 – CH – CH2 – C – H
krotonaldehida
O O O || || ||
2C6H5 – C – H + CH3 – C – CH3 C6H5 – CH=CH – C – CH=CH – C6H5
Dibenzalaseton
yang baru sehingga banyak kegunaannya dalam proses sintesis. Bila asetaldehid
direaksikan dalam larutan basa encer, ia akan berkondensasi sesamanya
menghasilkan aldol yang bila dipanaskan akan mengeluarkan H2O sehingga akan
dihasilkan aldehid tak jenuh yang disebut krotonaldehid.
Kedua molekul yang berkondensasi di dalam kondensasi aldol, tidak perlu
keduanya mempunyai atom Hidrogen alfa. Misalnya aseton yang mempunyai H –
alfa mudah berkondensasi dengan benzaldehid yang tidak mempunyai H-alfa
sehingga ia sendiri tidak dapat menjalankan kondensasi aldol.
Page | 184
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan:
1. Rak tabung reaksi 4 buah
2. Tabung reaksi 10 buah
3. Erlenmeyer 2 buah
4. Gelas ukur 10 ml 6 buah
5. Pipet tetes 6 buah
6. Kaca arloji 2 buah
7. Gelas kimia 200 mL 1 buah
8. Gelas kimia 30 mL 4 buah
9. Gelas kimia 20 mL 4 buah
10. Gelas kimia 10 mL 2 buah
Bahan yang digunakan :
1. Iodium Iodida
2. AgNO3 5%
3. Fahling A dan B
4. NH3
5. Formalin
6. Formaldehid
7. Sikloheksanon
8. Benzaldehid
9. Aseton
10. NaOH 5%
11. Benedict
Page | 185
III. PROSEDUR KERJA
A. Uji cermin perak, Tollens
1. Menyiapkan empat tabung reaksi yang berisi pereaksi Tollens.
2. Sebelumnya membuat pereaksi Tollens dengan menyiapkan satu
tabung reaksi yang bersih sekali, ke dalam 2 mL larutan perak nitrat
5%
3. Menambahkan 2 tetes larutan NaOH 5% lalu menambahkan tetes demi
tetessambil diaduk larutan amonia perak hanya secukupnya agar larut
4. Menguji benzaldehid, aseton, sikloheksanon dan formalin dengan jalan
menambahkanmasing-masing dua tetes bahan tersebut ke dalam
tabung uji.
5. Mengaduk campuran dan mendiamkan selama 10 menit.
6. Memanaskan tabung dalam pemanas air selama 5 menit, bila reaksi
tidak terjadi.
7. Mengamati apa yang terjadi
B. Uji Fehling dan Benedict
1. Membuat pereaksi Benedict dengan melarutkan 173 gNatrium sitrat
dan 100 g natrium karbonat dalam 750 mL aquades, mengaduk,
menyaring, lalu ke dalam filtrat menambahkan perlahan larutan 17,3 g
CuSO4.5H2O dalam 100 mL air.
2. Mengencerkan hingga volume total 3 L.
3. Membuat pereaksi Fehling A dengan melarutkan 69 g CuSO4.5H2O
dalam 1 L air suling.
4. Membuat pereaksi Fehling B dengan melarutkan 346 g Natrium
kalium tartarat atau garam Rechelle dalam larutan NaOH 10%.
5. Menambahkan beberapa tetes bahan yang akan diuji kedalam masing-
masing tabung.
6. Menempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 10-15 menit.
Page | 186
7. Menguji formaldehid, n-heptaldehid, aseton dan sikloheksanon.
C. Reaksi Haloform
1. Menambahkan sekitar 10 mL larutan iodium iodida kepada 5 tetes
aseton dalam3 mL larutan NaOH 5%.
2. Melarutkan 25 g iodium didalam larutan 50 g kalium iodida dalam 200
mL air, sambil digoncang-goncangkan sampai warna coklat tidak
hilang lagi.
3. Menguji isopropanol, 2-pentanon dan 3-pentanon
IV. HASIL PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil pengamatan
A.
1
2
3
4
5
# Uji cermin perak, Tollens
Larutan pereaksi Tollens + 2 tetes
benzaldehid, mengaduk, mendiamkan
selama 10 menit
Memanaskan selama 10 menit
Larutan pereaksi Tollens + 2 tetes
sikloheksanon, mengaduk, mendiamkan
selama 10 menit
Memanaskan dalam penangas air
selama 10 menit
Larutan pereaksi Tollens + 2 tetes
formalin, mengaduk, mendiamkan
selama 10 menit
Tidak terjadi reaksi
Terbentuk cermin
perak
Tidak terjadi reaksi
Tetap tidak terjadi
reaksi
Langsung terbentuk
cermin perak
Page | 187
No Perlakuan Hasil pengamatan
B.
1
2
3
4
Uji Fehling dan Benedict
#Uji Fehling
2,5 mL Fehling A+2,5 mL Fehling B
Memanaskan
5 mL Fehling + 5 tetes Formaldehid
Memanaskan
5 mL Fehling + 5 tetes Aseton
Memanaskan
5 mL Fehling + 5 tetes sikloheksanon
Memanaskan
Larutan berwarna
biru
Larutan berwarna
biru
Larutan homogen
Bergelembung,
berendapan coklat
Larutan homogen
Larutan homogen
Terbentuk 2 lapisan :
Atas = keruh ; bawah =
berwarna biru
Larutan homogen
1
2
#Uji Benedict
5 mL Benedict + 5 tetes formaldehid
Memanaskan
5 mL Benedict + 5 tetes Aseto
Larutan berwarna
biru
Larutan berwarna bir
Page | 188
No Perlakuan Hasil pengamatan
3
Memanaskan
5 mL Benedict + 5 tetes sikloheksanon
Memanaskan
Campuran (terdapat
dua lapisan)
Atas = putih ; bawah =
biru
Larut pada menit ke-4
Campuran (terdapat
dua lapisan)
Atas = kuning ; bawah
= biru
Tidak terjadi reaksi
D.
1
2
Reaksi Haloform
3 mL NaOH 5% + 3 tetes aseton
Menambahkan 10 mL larutan Iodium
iodida dan mengocok
Larutan bening
Larutan coklat, terdapat
endapan kuning, bau
seperti betadine
V. ANALISIS DATA
1. Uji Cermin Perak, Tollen’s
Uji tollens ini bertujuan untuk membedakan aldehid dan keton berdasarkan
sifat kemudahan oksidasinya. Keton tidak mudah dioksidasi, tetapi aldehid sangat
mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Aldehid dapat dioksidasi oleh zat
pengoksid yang sangat lembut, seperti Ag+ atau Cu2+, reagensia Tollen’s (suatu
larutan basa dari ion kompleks perak-amonia) digunakan sebagai reagensia uji
Page | 189
O O O
R – C – R R – C – H H - C – H
Ag2O + 4 NH3 + H2O 2 Ag(NH3)2+-OH
Pereaksi Tollens
untuk aldehid. Aldehid itu dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam
reagensia Tollen’s direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai oleh
terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.Reaksinya :
O O
|| OH- ||
R – C – H + Ag(NH3)2+ R – C – O - + Ag
Cermin Perak
Reaktifitas relatifitas aldehid dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat
disebabkan oleh banyaknya karbon positif pada karbon karbonil. Makin besar
muatan karbonil ini akan semakin reaktif. Bila muatan positif ini tersebar ke
seluruh molekul maka senyawa karbonil itu lebih stabil dan kurang reaktif. Gugus
karbonil distabilkan oleh gugus alkil didekatnya yang bersifat melepas elektron.
Pada aldehid setelah ditambah pereaksi tollens yang tak berwarna, diaduk
dan dipanaskan tujuannya untuk mempercepat reaksi hingga didapatkan endapan
cermin perak pada dinding tabung reaksi pada senyawa benzaldehid dan formalin.
Hal ini menunjukkan hasil yang positif pada uji tollens. Reaksi pada benzaldehid:
O O
Page | 190
Naiknya reaktifitas
|| ||
— CH + Ag(NH3)2+ — CO- + Ag
Pada saat formalin direaksikan dengan pereaksi Tollen’s menghasilkan
larutan bening, dan setelah didiamkan pada dinding tabung terbentuk cermin
perak. Hal ini terjadi aldehid dapat mereduksi larutan perak amonia ( Tollen’s) .
Tanpa pemanasan sudah terbentuk cermin perak lebih cepat daripada benzaldehid
hal ini menunjukkan makin besar muatan karbonil maka akan semakin reaktif dan
formalin tidak memiliki gugus alkil sehingga formalin lebih bersifat reaktif (lebih
cepat bereaksi). Reaksi pada formalin :
O O
|| ||
H – C – H + Ag(NH3)2+ R – C- + Ag
Cermin
Pada aseton dan sikloheksanon didapat larutan jernih dan tanpa endapan.
Setelah dipanaskan baik aseton maupun sikloheksanon tak terbentuk endapan
cermin perak hal ini berarti senyawa ini tak positif terhadap pereaksi tollen. Hal
ini disebabkan karena pada aseton dan sikloheksanon tidak memiliki atom H yang
terikat langsung pada atom karbon karbonilnya sehingga kurang reaktif. Reaksi :
+ 2Ag(NH3)2+ -OH
H3CC
CH3
O
aseton
+ 2Ag(NH3)2+ -OHO
Sikloheksanon
Page | 191
2. Uji Fehling
Oksidasi juga bisa dilakukan dengan ion Cu (II) di dalam larutan alkali.
Supaya tembaga tidak mengendap sebagai hidroksida, ia diubah menjadi ion
kompleks dengan tartarat yang disebut pereaksi fehling. Pereaksi fehling terdiri
atas fehling A yang terdiri dari CuSO4 dalam air, H2SO4 dan fehling B yang terdiri
dari Kalium Natrium tartarat, KOH dalam air, berupa larutan yang berwarna biru.
Dalam pereaksi fehling ini, terdapat ion Cu2+ sebagai ion kompleks.
Pada pengujian pereaksi fehling terhadap formaldehid terbentuk endapan
berwarna coklat merah bata. Ini berarti formal dehid dapat bereaksi dengan
pereaksi fehling. Dimana formaldehid dapat dioksidasi oleh ion Cu2+ dalam
pereaksi fehling, karena formaldehid mempunyai atom hidrogen yang terikat
langsung pada karbon karbonilnya. Formaldehid dalam pereaksi fehling akan
mereduksi tembaga, sehingga terbentuk endapan Cu2O yang berwarna coklat
merah bata. Reaksi :
Page | 192
+2Cu2+ + OH-+ H2O
H
CH
O
+
HC
O-
O
Cu2O
Formaldehid
Pada percobaan kedua, aseton dan sikloheksanon direaksikan dengan
pereaksi fehling tidak terbentuk endapan hanya terdapat larutan yang terpisah
menjadi dua lapisan. Hal ini karena aseton dan sikloheksanon tidak mempunyai
atom H yang terikat langsung pada atom C karbonilnya sehingga tidak
mengalami oksidasi. Aseton dan sikloheksanon dalam pereaksi fehling tidak dapat
mereduksi ion tembaga, sehingga tidak terbentuk endapan. Reaksi :
+O 2Cu2+ + 5OH-
Aldehid dapat dioksidasi oleh pereaksi fehling dan terbentuk endapan
Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan keton tidak mengalami oksidasi oleh
pereaksi fehling. Sehingga pengujian dengan pereaksi fehling dapat dilakukan
untuk membedakan antara aldehid dan keton.
3. Uji Benedict
Pada uji ini digunakan pereaksi benedict yang merupakan larutan tembaga
berwarna biru tua. Uji ini memberikan hasil positif jika didapatkan endapan Cu2O
merah pada aldehid.
Benedict merupakan oksidasi kuat yang dapat membentuk Cu2+ yang
kemudian tereduksi menjadi ion cu+. Pada reaksi ini gugus karbonil bebas didalam
reagent aldehid berubah menjadi etanol. Pereaksi Benedictnya bersifat nukleofil
yang dapat mengubah ikatan C-H menjadi C=O yang ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata. Keton yang sederhana tidak akan terjadi reaksi
ini.
Page | 193
2Cu2+ + OH-+H3C
CCH3
O
Pada aseton dan sikloheksanon, larutan yang didapat tetap berwarna biru
dan terbentuk lapisan. Seharusnya tidak terbentuk lapisan dan tidak ada reaksi.
Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan. Reaksi :
aseton
Sikloheksanon
Pada penambahan formalin ke dalam pereaksi Benedict maka terbentuk
larutan berwarna biru. Kemudian setelah dipanaskan tetap berwarna biru, seharus-
nya terdapat endapan merah bata tetapi disini tidak ada, hal ini disebabkan kurang
lamanya pemanasan. Hal ini karena partikel Cu2O yang terbentuk belum banyak,
sehingga tidak mampu menghasilkan endapan merah bata pada dasar tabung.
Reaksi formalin yang terjadi seharusnya:
Page | 194
2Cu2+ + 5O H--+H3C
CCH3
O
+O 2Cu2+ + 2OH-
Page | 195
F merah bataeharusnya merah bataid,ormaldehid CH H
O
+ Cu2O+2 Cu2+ + aldehid yang terjadi : tidak membentuk endapan berwarna merah bata. reaksi uk. hal angsung pada atom karbon karbonilnya
5OH- CH O-
O
Seharusnya aldehid dapat bereaksi dengan pereaksi benedict membentuk
asam karboksilat dan terdapat endapan Cu2O berwarna merah bata (orange).
Sedangkan pada keton tidak terjadi perubahan/reaksi. Hal ini karena pereaksi
benedict mengandung ion Cu2+ yang bersifat oksidator lemah. Ion tersebut dapat
mengoksidasi gugus aldehida saja tetapi tidak dapat mengoksidasi gugus keton.
4. Reaksi Haloform
Halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji kimia, yang disebut iodoform,
untuk metal keton. Gugus metal dari suatu metal keton di iodinasi bertahap
sampai terbentuk iodoform (CHI3) padat berwarna kuning. Uji iodoform :
+ 3I2CCH3
O
Sikloheksil metil keton
OH-, H2OCO-
O
+ CHI3
ion sikloheksil karboksilat
Iodoform kristal kuning
Pada percobaan pertama, aseton yang ditambahkan NaOH dan iodium
iodide sedikit demi sedikit yang menghasilkan endapan berwarna kuning dan
menimbulkan bau seperti bau yang sangat menyengat. Endapan berwarna kuning
ini merupakan iodoform (suatu haloform) yang menandakan aseton dan iodium
iodide beraksi dengan bantuan NaOH yang berperan menjaga agar campuran
dalam keadaan basa. Karena dalam keadaan basa atom hydrogen alfa akan mudah
digantikan oleh halogen. Karena pengaruh tarikan electron dari iod (halogen),
maka atom H yang masih ada pada karbon alfa menjadi lebih asam, sehingga
lebih mudah ditukar dengan halogen itu. Reaksi :
CH3C CH3
O
I2 CH3C CI3
O
3H2O 3I-+ 3OH-+ ++
Page | 196
Gugus metil yang terikat pada atom C karbonil pada aseton diubah menjadi
senyawa tri iodometil (trihalometil) olehiod (halogen) dan basa. Kemudian
senyawa ini diuraikan oleh basa menghasilkan iodoform yang berupa
padatan/endapan berwarna kuning.
Reaksi pembentukan haloform ini untuk menunjukkan adanya
“metilketon”, karena mudah dioksidasi oleh I2.
VI. KESIMPULAN
1. Untuk membedakan aldehid keton dapat dilakukan dengan cara
diantaranya uji tollen’s, uji benedict, uji fecling dan reaksi haloform
2. Uji tollens ini untuk membedakan aldehid dan keton berdasarkan sifat
kemudahan oksidasinya, pada percobaan uji positif ditandai oleh
terbentuknya cermin perak yakni pada formalin dan benzaldehid.
3. Uji Benedict digunakan pereaksi benedict yang merupakan larutan tem-
baga berwarna biru tua, uji positif jika didapatkan endapan Cu2O merah
pada aldehid, seharusnya terdapat endapan merah bata pada formalin,
hal ini disebabkan karena kurang lamanya pemanasan.
4. Uji Fehling dimana aldehid dalam pereaksi fehling akan mereduksi
tembaga, sehingga terbentuk endapan Cu2O yang berwarna coklat
merah bata, pada percobaan uji positif pada Formaldehid.
5. Uji haloform dimana gugus metal dari suatu metal keton di iodinasi
bertahap sampai terbentuk iodoform (CHI3) padat berwarna kuning.
Pada percobaan uji positif pada senyawa aseton.
Page | 197
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, dkk. 1982. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga
Susilowati, E. 2009. Theory and Application of Chemistry. Solo : Tiga Serangkai
Syahmani, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin: FKIP
UNLAM
Page | 198
LAMPIRANJawaban Pertanyaan Prapraktek
1. Struktur umum aldehid dan keton adalah :
a) Aldehida
b) Keton
2. Aldehid sangat mudah menjalani oksidasi menjadi asam karboksilat yang
mengandung jumlah atom karbon yang sama banyaknya sedangkan keton
tidak menjalankan reaksi yang serupa karena dalam oksidasi terjadi pemutusan
ikatan karbon – karbon menghasilkan 2 asam karboksilat dengan jumlah
karbon yang masing – masing sedikit dari keton semula ( keton siklik akan
menghasilkan suatu asam bikarboksilat ). Aldehid dapat dioksidasi oleh zat
pengoksida yang sangat lembut seperti Ag+ dalam pereaksi Tollens dan Cu2+
dalam pereaksi Benedict dan Fehling. Uji positif pereaksi Tollens ditandai
Page | 199
O ||R – C – H
O ||R – C – R`
oleh terbentuknya cermin perak sedangkan uji positif pereaksi Benedict dan
Fehling ditandai oleh terbentuknya endapan merah bata dari Cu2O.
3. Suatu reaksi kondensasi adalah reaksi dimana 2 molekul atau lebih bergabung
menjadi 1 molekul yang lebih besar dengan atau tanpa adanya hilang suatu
molekul kecil. Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak
dilepaskan suatu molekul kecil dan dapat terjadi dengan syarat kedua molekul
yang bergabung harus sama-sama memiliki Hidrogen alfa. Proses pertama dari
reaksi ini adalah pembentukkan ion enolat dalam konsentrasi rendah. Ion
enolat akan bereaksi dengan suatu molekul aldehid yang lain dengan cara
mengadisi pada karbon karbonil untuk membentuk suatu ion alkoksida yang
kemudian merebut sebuah proton dari dalam air untuk menghasilkan aldol itu
sendiri.
Jawaban Pertanyaan Pascapraktek
1. Persamaan Reaksi
a) Reaksi Tollens dengan Formaldehid adalah :
b) Reaksi fehling dengan heptaldehida
c) Pembuatan senyawa adisi aseton-bisulfit
Page | 200
O O || || H – C – H + 2 Ag(NH3)2
+ -OH H – C – O +NH4 + 2 Ag +
3 NH3 + H2O
O O || ||CH3(CH2)5 – C – H + 2 Cu2+ + 5 OH- CH3(CH2)5 – C – O-
+ Cu2O + 3 H2O
O OH || |
CH3 – C – CH3 + HSO3Na CH3 – C – SO3Na+ |
H
d) Pembuatan benzaldehida fenilhidrazon
e) Pembuatan sikloheksanol-oksim
f) Pengujian iodoform terhadap 2-pentanon
Page | 201
O O || || — CH + H3N – NHC6H5 —C – H3N –
NHC6H5 + Cu2O + 3H2O
= O + HONH2 = NOH + H2O
O O || ||CH3(CH2)2 – C – CH3 + 3 I2 CH3(CH2)2 – C – O- +
2-pentanon 3 CHI3
2. Mekanisme reaksi kondensasi aldol silang dari aseton dengan benzaldehida
3. Pengujian Iodoform dapat dilakukan untuk membedakan methanol dari etanol.
Hal itu dikarenakan iod merupakan zat pengoksidasi lembut sehingga senyawa
apa saja yang dioksidasi menjadi suatu senyawa karbonil metil juga akan
menunjukkan uji positif. Reaksi uji Iodoform pada etanol akan menunjukkan
uji positif karena adanya gugus metil keton yang dapat diodinasi sampai
terbentuk Iodoform padat berwarna kuning. Sedangkan uji pada methanol
akan uji negatif karena tidak adanya gugus metil yang dapat diiodinasi.
Reaksinya adalah:
Page | 202
O O O || || ||
C6H5 – C – H + CH3 – C – CH3 C6H5 – CH=CH – C – CH3 + H2O
Dibenzalaseton
O ||
CH3OH H – C – H (uji negatif)
O O || ||
CH3CH2OH CH3 – C – H H – C – O- + CHI3
Uji Iodoform juga dapat digunakan untuk membedakan isopropanol dai n-
butanol dimana uji positif akan ditunjukkan pada pengujian isopropanol dan
uji negatif pada n-butanol. Reaksinya adalah :
4. Peranan natrium dari pembuatan oksim adalah sebagai katalis agar terjadi
pengendapan.
Page | 203
CH3 O O | || ||
CH3 – CH – OH CH3 – C – CH3 CH3 – C – O- + CHI3
isopropanol ion asetat iodoform
O ||
CH3(CH2)2CH2 – OH CH3(CH2)2 – C – H (uji negatif)
n-butanol
FLOWCHART
1. Uji Cermin Perak
a) Membuat pereaksi Tollen’s
NB: Pengujian akan gagal kalau terlalu banyak menambahkan NH3
b) Pengujian
Page | 204
2 m L AgNO3 5% + 2 tetes NaOH 5% + NH3 pekat secukupnya
Memasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih sekali
mengaduk
Larutan pereaksi Tollen’s (keruh)
2 tetes benzaldehid + larutan pereaksi Tollen’s
Memasukkan ke dalam tabung reaksi Mengaduk campuranMendiamkan
Larutan keruh dengan 2 lapisan
Memanaskan tabung dalam penangas air selama 2 menit
Mengamati yang terjadi
Terbentuk cermin
Page | 205
2 tetes aseton + larutan pereaksi Tollen’s
Memasukkan ke dalam tabung reaksi Mengaduk campuranMendiamkan
Larutan keruh dengan 2 lapisan
Memanaskan tabung dalam penangas air selama5 menit
Mengamati yang terjadi
Tidak terbentuk cermin
2 tetes sikloheksanon + larutan pereaksi Tollen’s tidak terbentuk cermin
- Memasukkan ke dalam tabung reaksi
- Mengaduk campuran
- Mendiamkan selama 10 menit
Larutan keruh dengan 2 lapisan
- Memanaskan tabung dalam penangas air selama 5 menit
- Mengamati yang terjadi
2. Uji Fehling
a) Membuat pereaksi fehling
NB: Mencampurkan fehling A dan fehling B dengan volume yang sama banyak.
b) Pengujian
Page | 206
2 tetes formaldehid + larutan pereaksi Tollen’s
Memasukkan ke dalam tabung reaksi Mengaduk campuran
Terbentuk cermin
Terbentuk Cermin
1,739 gram CuSO4 + 25 mL air suling + H2SO4
Memasukkan ke dalam ErlenmeyerMelarutkan
Larutan pereaksi fehling A
3,85 gram KOH + 8,75 gram K-Na Tartarat + 25 mL air suling
Memasukkan ke dalam ErlenmeyerMelarutkan
Larutan pereaksi fehling B
5 mL pereaksi Fehling + 5 tetes formaldehid
Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menempatkan tabung reaksi dalam air
mendidih selama 10-15 menit
Larutan merah bata + endapan merah bata
Page | 207
5 mL pereaksi Fehling + 5 tetes aseton
Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menempatkan tabung reaksi dalam air
mendidih selama 10-15 menit
Larutan biru + endapan merah
5 mL pereaksi Fehling + 5 tetes sikloheksanon
Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menempatkan tabung reaksi dalam air
mendidih selama 10-15 menit
Larutan biru + endapan merah
1. Adisi Bikarbonat
Page | 208
5 mL NaHCO3 jenuh
Memasukkan ke dalam Erlenmeyer 50 mLMendinginkan larutan dalam air es
Larutan + 2,5 mL aseton
Menambahkan tetes demi tetes Mengaduk selama 5 menit
Larutan + 10 mL etanol
Mengkristalisasi
Larutan + kristal
Kristal + beberapa tetes HCl pekat Filtrat
Mengamati yang terjadi
Kristal
3. Pengujian dengan Fenilhidrazin
Page | 209
5 mL fenilhidrazin + 10 tetes benzaldehid
Memasukkan dalam tabung reaksiMenutup tabung reaksiMenggoncangkan dengan kuat selama 1-2
menit hingga mengkristal
Larutan + kristal
Kristal + beberapa tetes HCl pekat Filtrat
Mencuci dengan sedikit air dinginMerekristalisasi dengan sedikit metanol
dan etanolmengeringkan
Kristal
5 mL fenilhidrazin + 10 tetes sikloheksanon
Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menggoncangkan dengan kuat selama 1-2
menit
Tidak terbentuk kristal
1. Reaksi Haloform
2. Kondensasi aldol
Page | 210
10 mL etanol, + 1 mL aseton + 2 mL benzaldehid + 5 mL NaOH 5%
Menempatkan dalam labu 50 mLMerefluks campuran selama 5 menit
Larutan + kristal
Kristal Filtrat
Merekristalisasi dengan etanolMenentukan titik leleh
Kristal
Campuran merah tua
Mendinginkan labu
Mengumpulkan Kristal dengan corong Buchner
5 tetes aseton + 3 mL NaOH 5% + 10 mL larutan iodium iodida
Memasukkan ke dalam tabung reaksi Menggoncang-goncangkan sampai warna
coklat tidak hilang lagi
Larutan coklat + endapan kuning
FOTO-FOTO PRAKTIKUM
Keterangan: Tollen’s
Page | 211
Keterangan: Uji Fehling
Page | 212
Keterangan: Uji Benedict
Keterangan: Reaksi Holoform
Page | 213