Upload
elsa-debora-silalahi
View
48
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Perdarahan setelah melahirkan adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat
implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit
128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut
terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil
akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien
yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah
sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas
tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000
kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.
Pada satu penelitian, terata hemotokrit postpartum menurun sebesar 2,6% - 4,3% volume,
sepertiga wanita tidak memperlihatkan penurunan atau malah mengalami peningkatan.
Wanita yang menjalani seksio sesarea mengalami penurunan rerata hematokrit 42% volume
tetapi 20% tidak memperlihatkan penurunan (combus dkk, 1991 ).
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 1
BAB II
PEMBAHASAN
PERDARAHAN PERVAGINAM BANYAK
2.1. DEFENISI
Perdarahan secara umum adalah keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan
(robekan) pembuluh darah. Jika pembuluh darah terluka maka akan segera terjadi kontriksi
dinding pembuluh darah sehingga hilangnya darah dapat berkurang. (Menurut WHO).
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang hilangnya darah 500 ml atau
lebih setelah kala tiga persalinan selesai. Bagaimanapun, hampir separuh wanita melakukan
pervaginam mengeluarkan darah dalam jumlah tersebut atau lebih. Perdarahan pervaginam
setelah melahirkan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu
setelah melahirkan di Indonesia. (Menurut buku obstetri Williams vol. 1 edisi 21 hal :704)
2.2. KLASIFIKASI
Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan
Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera). Perdarahan pasca
persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca
persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir
dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 2
2. Perdarahan masa nifas (Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca
Persalinan Lambat). Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama.
Perdarahan pasca persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim
yang tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal.
2.3. PATOFISIOLOGI
HEMOSTASIS DI TEMPAT IMPLANTASI PLASENTA
Menjelang aterm, di perkirakan bahwa sekita 600 ml/mnt darah mengalir melalui ruang
antarvilus. Dengan terlepasnya plasenta, arteri-arteri dan vena-vena uterina yang mengangkut
darah ke plasenta akan terputus secara tiba-tiba. Dibagian tubuh lain, hemostasis tanpa ligasi
bedah bergantung pada vasospasme intrinsik dan pembentukan bekuan darah lokal. Di tempat
implantasi plasenta, yang paling penting untuk hemostasis adalah kontraksi dan retraksi
miometrium untuk menekan pembuluh dan menutup lumennya.
Potongan plasenta atau bekuan darah besar yang melekat akan menghambat kontraksi dan
retraksi miometrium yang efektif sehingga hemostasis di tempat implantasi terganggu.
Perdarahan postpartum yang fatal dapat terjadi akibat uterus hipotonik walaupun mekanisme
koagulasi ibu cukup normal. Sebaliknya, apabila miometrium di tempat implantasi atau
didekatnya berkontraksi dengan kuat, kecil kemungkinan terjadi perdarahan fatal dari tempat
implantasi plasenta walaupun mekanisme pembentukan darah sangat terganggu. (Menurut
buku obstetri Williams vol. 1 edisi 21 hal :704)
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 3
2.4. ETIOLOGI PERDARAHAN POST-PARTUM
Perdarahan pascapersalinan antara lain dapat disebabkan oleh:
1. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan kegagalan miometrium untuk berkontraksi setelah persalinan
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu
menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya
perdarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka
pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan.
2. Retensio plasenta
Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lepas setelah bayi lahir, melebihi waktu
setengah jam (Manuaba, 2001).
Retensio Plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga 30 menit atau
lebih setelah bayi (Syaifudin AB, 2001).
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir (Rsustam Mochtar, 1998).
Penyebab retensio plasenta :
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan
ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
1. Sebab fungsional
a) His yang kurang kuat (sebab utama)
b) Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh : di sudut tuba)
c) Ukuran plasenta terlalu kecil
d) Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 4
2. Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)
1) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih
dalam.
2) Plasenta sudah lepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri
atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim ( akibat kesalahan
penanganan kala III ) yang akan menghalangi plasenta keluar ( plasenta
inkarserata)
3. Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan
pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan
pascapersalinan dengan uterus yang berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh robekan
serviks atau vagina.
4. Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya
masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam
menjadi diluar saat melahirkan plasenta. Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki
kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum uteri.
Inversio uteri terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar.
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 5
2.5. GEJALA KLINIS PERDARAHAN POST-PARTUM
Gejala klinis berupa pendarahan pervaginam yang terus-menerus setelah bayi lahir.
Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat,
tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain. Penderita
tanpa disadari dapat kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat bila pendarahan
tersebut sedikit dalam waktu yang lama.
2.6. DIAGNOSIS PERDARAHAN POST-PARTUM
Diagnosis perdarahan pascapersalinan dilakukan dengan :
1. Palpasi uterus: bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban apakah lengkap atau tidak.
3. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari:
a. Sisa plasenta atau selaput ketuban
b. Robekan rahim
4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan Laboratorium periksa darah yaitu Hb, trombosit dan CT /BT.
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 6
STATUS ORANG SAKIT
I. ANAMNESA PRIBADI
Nama : Rosdelina Silalahi
Umur : 36 Tahun
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Alamat : Purba Dolok
No. Rekam Medik : 28-64-84
Tanggal Masuk : 20 Maret 2013
Tanggal Keluar : 26 Maret 2013
II. ANAMNESA MASUK
Keluhan Utama : Perdarahan dari jalan lahir setelah melahirkan.
Telaah : Os datang ke VK-OK RSUD dr. Djasamen Saragih Pematang
Siantar pada tanggal 20 Maret 2014 pukul 16.00 wib. Os
datang dengan keluhan perdarahan jalan lahir setelah 18 jam
persalinan. Ketuban lahir setelah 1 jam persalinan tetapi
ketuban lahir tidak utuh. Os juga mengalami muntah frekunsi 2
kali isi muntah apa yang dimakan.
Hari Pertama Haid Terakhir : 13 juni 2013
Siklus Haid Teratur : (+)
Riwayat Kehamilan : G6P6A0
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 7
Riwayat Persalinan :
1. Anak pertama laki-laki, melahirkan di rumah, persalinan spontan dengan Berat
Badan Lahir 2500 gram, usia anak sekarang 14 tahun dan anak sehat.
2. Anak kedua laki-laki, melahirkan di rumah, persalinan spontan dengan Berat Badan
Lahir 2600 gram, usia anak sekarang 10 tahun dan anak sehat.
3. Anak ketiga laki-laki, melahirkan dirumah, persalinan spontan dengan Berat Badan
Lahir 2600 gram, usia anak sekarang 6 tahun dan anak sehat.
4. Anak keempat perempuan, melahirkan di rumah, peralinan spontan dengan Berat
Badan Lahir 2200 gram, usia anak sekarang 4 tahun dan anak sehat.
5. Anak keempat perempuan, melahirkan di rumah, peralinan spontan dengan Berat
Badan Lahir 3000 gram, usia anak sekarang 3 tahun dan anak sehat.
6. Anak keempat laki-laki, melahirkan di rumah, peralinan spontan dengan Berat
Badan Lahir 2500 gram, usia anak sekarang 5 hari dan anak sehat.
Riwayat Operasi : (-)
Riwayat perdarahan selama kehamilan : (-)
Riwayat perdarahan setelah melahirkan: (+)
Riwayat Penyakit Terdahulu : (-)
Riwayat Pemakaian Obat : (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Compos Mentis
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 8
Vital Sign
TD : 80/40 mmHg
HR : 120 x/menit
RR : 26 x/menit
Temp. : 37º Celcius.
BB : 68 kg
TB : 160 cm.
Kulit : Turgor kulit kembali cepat(+), sianosis (+), ikterus (+).
Kepala : Mata : - Konjungtiva Ikterik (+)
- Palpebra inferior anemis (+)
- Pupil isokor ka=ki
Muka : oedem (-)
Leher : TVJ (R-2) cmH2O, trakea medial, pembesaran kelenjar getah bening (-).
Dada : Simetris Fusiformis (+), stempremitus ka=ki, ketinggalan pernapasan (-).
Paru : Suara paru vesikuler (+), Suara tambahan (-).
Jantung : Suara jantung I > II, suara galop (-), suara murmur (-).
Perut : Simetris fusiformis, TFU : 2 jari diatas pusat.
Genitalia : - pada pemeriksaan VT di jumpai : Teraba pinggir plasenta
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 9
- pada pemeriksaan inspekulo : - Robekan jalan lahir (-)
- Stol sel (+)
- portio terbuka tanpak selaput
Ekstremitas Superior : Dalam Batas Normal, sianosis (-)
Ekstremitas Inferior : Oedem pretibial (-)
III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Lab. Tanggal 20 maret 2014.
HB : 3,9 gr/dl
Leukosit : 25.800 /mm³
Trombosit : 114.000 /ul
HT : 12,6 %
CT : 5 menit
BT : 3 menit
MCV : 98, 4 fl
MCH : 30,5 pg
MCHC : 31,0 g/dl
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 10
Pemeriksaan Lab. Tanggal 21 maret 2014.
HB : 6,4 gr/dl
Leukosit : 17.300 /mm³
Trombosit : 129.000 /ul
HT : 20,9 %
MCV : 91, 3 fl
MCH : 27,9 pg
MCHC : 30,6 g/dl
Pemeriksaan Tanggal 22 Maret 2013.
PEMERIKSAAN USG :
1. Uterus tanpak besar dengan dinding corpus tebal
2. Pada cavum terlihat gambaran amorf tissue
Kesimpulan : Retensi sisa plasenta
PEMERIKSAAN FAAL GINJAL
Ureum : 55 mg%
Creatinin : 1,5 mg%
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 11
Pemeriksaan faal hati Tanggal 24 Maret 2013.
Bilirubbin total : 0,35 mg%
Bilirubin direct : 0,12 mg%
kaline phosphatase : 165 u/l
SGOT : 18 u/l
SGPT : 14 u/l
Gamma GT :10 u/l
Pemeriksaan Lab. Tanggal 24 maret 2014.
HB : 6,5 gr/dl
Leukosit : 10.900 /mm³
LED : 40 mm/i jam
Trombosit : 164.000 /ul
Eritrosit : 2,20 juta/mm³
HT : 20,7 %
MCV : 94 fl
MCH : 30 pg
MCHC : 32 g/dl
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 12
IV. DIAGNOSIS PREOPERASI
Perdarahan pervaginam banyak ec retensio plasenta + anemia berat.
V. Prognosis : Jelek
VI. Terapi : - Manual Plasenta
- Kuret
- Perbaikan keluhan utama : transfusi
- LAB : darah rutin, urin rutin, CT/BT
- Pasang dower cateter
- Pasang O2 2 L/i
- Drip oxytosin : 10 iu / 500 cc cairan
Obat-obatan : - Ceftriaxone 1 amp / 12 jam iv
- Ranitidin 1 amp / 12 jam iv
Persiapan kuretasi :
1. Konsul anestesi
2. Persiapan ruang OK/ operasi
3. Medikamentosa / obat-obatan
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 13
Prosedur Tindakan Kuretase :
1. Pasien ditidurkan dalam posisi litotomi (posisi seperti sedang mau melahirkan)
2. Infus cairan dengan drips oksitosin 10 mg
3. Anestesi blok paraservikal
4. Kateterisasi urin
5. Pemeriksaan bimanual ulang untuk menentukan besar & arah uterus
6. Bersihkan vulva & vagina dengan larutan antiseptik
7. Pasang spekulum vagina
8. Jepit dinding depan porsio uteri dengan tenakulum atau klem ovum
9. Masukkan sonde uterus Letak & panjang kavum uteri
10. Dilatasi kanalis servikalis dengan busi Hegar (bila perlu)
11. Pengeluaran isi rahim dilakukan dengan kuret tajam
VII. DIAGNOSA POST OPERASI
Post Partum ec Retensio Plasenta Post Curretase
INTRUKSI
1. Bed rest 3. Pasien boleh makan / minum setelah pot operasi
2. Awasi vital sign 4. Awasi perdarahan
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 14
Follow-up 20 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), lemas (+), mual (+), Pusing (+), demam (+)
TD : 80/40 mmHg
HR : 120 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 37ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - O2 2 Liter /i
- IVFD Nacl 0,9 % + Adona AC 1 amp/30 gtt/i
- Tranfusi whole blood 3 bag (1.050 cc)
- pasang kateter
- Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
- Inj. Ranitidin ! amp / 12 jam
- Inj. Dexametasone 1 amp setelah transfusi
- Inj. Lasix 2 amp / 12 jam (k/p)
- Tranfusi tiap 2 bag beri inj. Calcium gluconas 1 amp.
- cek lab post transfusi
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 15
Follow-up 21 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), lemas (+), mual (+), Pusing (+), demam (-)
TD : 110/60mmHg
HR : 88 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 36,8 ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 10 gtt/i
- IVFD Nacl 0,9 % 30 gtt/i
- Transfusi PRC 2 bag setelah transfusi cek HB.
- pasang kateter
- Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
- Inj. Ranitidin ! amp / 12 jam
- B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. C tab 3x1 tab
Hasil Lab : - Hb : 6,4 gram / dl
- Leukosit : 17.300 / mm³
- Trombosit : 129.000 mm/1 jam
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 16
Follow-up 22 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), lemas (-), mual (-), Pusing (+),
TD : 110/60 mmHg
HR : 68 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 36,2ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 10 gtt/i
- IVFD Nacl 0,9 % 30 gtt/i
- Inj. Ceftriaxone 1 gram / 12 jam
- Inj. Ranitidin ! amp / 12 jam
- PCT tab 3x1 tab
- B. Vomp. Tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3x1 tab
Palpasi TFU : 1 jari dibawah pusat
Hasil USG : - Uterus tanpak besar dengan dinding corpus tebal
- Pada cavum terlihat gambaran amorf tissue
Kesimpulan : Retensi sisa plasenta
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 17
Follow-up 23 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), lemas (+), mual (-), Pusing (+),
TD : 120/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp. : 36ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- Clindamisin tab 3x1 tab
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3 x 1 tab
Follow-up 24 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), lemas (+), mual (+), Pusing (-),
TD : 120/70 mmHg
HR : 72 x/i
RR : 24 x/i
Temp. : 36,5ºC
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 18
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- Clindamisin tab 3x1 tab
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3 x 1 tab
Hasil pem. Lab : - Hb : 6,5 gram /dl
Anjuran : - Transfusi WB 2 bag (700 cc)
Note : setelah tranfusi periksa faal hati
Hasil pem. Faal Hati : - bilirubbin total : 0,35 mg%
- Bilirubin direct : 0,12 mg%
- kaline phosphatase: 165 u/l
- SGOT : 18 u/l
- SGPT : 14 u/l
- Gamma GT :10 u/l
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 19
Follow-up 26 maret 2014
Ku : perdarahan pervaginam (+), lemas (+), pusing(+)
TD : 170/ 80 mmHg
HR : 54 x/i
RR : 18 x/i
Temp. : 36,5ºC
BB : 68 kg
TB : 160 cm
Terapi : - IVFD RL 20 gtt/i
- Clindamisin tab 3x1 tab
- Vit. B. Compeks tab 3x1 tab
- Vit. K tab 3 x 1 tab
Telah dilakukan kuretasi pada pukul 10.00 wib sisa plasenta telah keluar namun
perdarahan tidak berhenti kemudian di berikan misoprostol 4 tab secara rektal
namun perdarahan juga tidak berhenti.
13.00 wib dilakukan pem. Lab. Hasil Hb : 7.5 gr/dl, lapor ke dokter Bachder
Johan Sp.OG, advice lapor ke bagian anestesi.
13.05 wib lapor kebagian anestesi, advice : inj. Transamin 1 Amp/flash
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 20
14.15 wib : lapor kedokter Bachder Johan Sp.OG perihal anestesi beresiko
tinggi. Advice : PASIEN RUJUK KE RUMAH SAKIT ADAM MALIK
MEDAN.
Last. Post. Kuretasi :
1. Awasi vital sign s/d stabil
2. Pasien boleh makan /minum setelah sadar betul
3. Transfusi : WB (seperlunya)
4. Obat-obatan : - Ceftriaxone 1 gram / 12 jam iv
- Ranitidin 1 amp / 12 jam iv
- obat-obat lain teruskan.
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 21
BAB III
PEMBAHASAN
PASIEN DENGAN “PERDARAHAN PERVAGINAM BANYAK ac RETENSIO
PLASENTA + ANEMIA BERAT”
Pada kasus ini akan di bahas :
1. Apa itu retensio plasenta ?
2. Bagaimana perdarahan akibat retensi sisa plasenta ?
3. Apa faktor etiologis terjadinya retensio plasenta ?
4. Bagaimana penanganan retensio plasenta ?
5. Kenapa pasien perdarahannya banyak ?
6. Bagaimana menghentikan perdarahan pada pasien?
7. Kenapa pasien bisa terjadi anemia?
PEMBAHASAN :
1. Apa itu retensio plasenta ?
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir (Rsustam Mochtar, 1998).
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 22
2. Bagaimana perdarahan akibat retensi sisa plasenta ?
Perdarahan postpartum dini jarang oleh retensi potongan plasenta yang kecil, tetapi
plasenta yang tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. Inspeksi
plasenta setelah pelahiran harus di lakukan secara rutin. Apa bila ada bagian plasenta
yang hilang, uterus harus di eksplorasi dan sisa plasenta di keluarkan, terutama pada
perdarahan postpartum yang berlanjut. (Menurut buku obstetri Williams vol. 1 edisi
21 hal :709)
3. Apa faktor etiologis terjadinya retensio plasenta ?
Perlekatan plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukan desidua terganggu.
Keadaan-keadaan terkait mencakup implantasi di segmen bawah uterus, di atas
jaringan parut seksio sesareaatau insisi uterus lainnya atau setelah kuretasu uterus.
Dalam ulasannya terhadap 622 kasus yang dikumpulkan antara tahun 1945dan 1969,
fox (1972) mencatat karakteristik berikut :
a. Plasenta previa di identifikasi pada sepertiga kehamilan yang terkena.
b. Seperempat pasien pernah menjalani seksio sesarea.
c. Hampir seperempat hampir menjalani kuretasi.
d. Seperempatnya adalah gravida 6 atau lebih.
Ibu-ibu yang dengan kehamilan lebih dari 3 kali atau yang termasuk multigravida
mempunyai risiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan
dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan primigravida (hamil
pertama kali). Hal ini dikarenakan pada multigravida, fungsi reproduksi
mengalami penurunan sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan
pascapersalinan menjadi lebih besar.
(Menurut buku obstetri Williams vol. 1 edisi 21 hal :709)
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 23
4. Bagaimana penanganan retensio plasenta ?
Masalah yang menyertai perlahiran plasenta dan perkembangan selanjutnya cukup
bervariasi, bergantung pada tempat implantasi, kedalaman penetrasi miometrium, dan
jumlah kotiledonyang terlibat. Kotiledon yang terlibat mungkin terlepas dari
miometrium dengan perdarahan yang cukup banyak. Pengobatan yang berhasil
bergantung pada pemberian darah pengganti sesegera mungkin.
Plasenta yang terlalu melekat walaupun jarang dijumpai, memiliki makna klinis yang
cukup penting karena morbiditas dan kadang-kadang mortalitasyang di timbulkan
oleh perdarahan berat. Zelop dkk (1993 ) melaporkan bahwa plasenta yg terlalu
melekat menyebabkan 65% kasus perdarahan intrapartum membandel yang
mengharuskan dilakukannya histerektomi . (Menurut buku obstetri Williams vol. 1
edisi 21 hal :711)
5. Kenapa pasien perdarahannya banyak ?
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah dalam stratum spongiosum
sehingga sinus-sinus maternalis ditempat insersinya plasenta terbuka.
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan menutup,
kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan
terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat
penutupan pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan. Perlukaan
yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix, vagina dan perinium.
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 24
6. Bagaimana menghentikan perdarahan pada pasien?
Dengan terlepasnya plasenta, arteri-arteri dan vena-vena uterina yang mengangkut
darah ke plasenta akan terputus secara tiba-tiba. Dibagian tubuh lain, hemostasis
tanpa ligasi bedah bergantung pada vasospasme intrinsik dan pembentukan bekuan
darah lokal. Di tempat implantasi plasenta, yang paling penting untuk hemostasis
adalah kontraksi dan retraksi miometrium untuk menekan pembuluh dan
menutup lumennya.
7. Kenapa pasien bisa terjadi anemia?
Perdarahan pervaginam menyebabkan terjadinya anemia. Anemia adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan penurunan nilai hemoglobin dibawah nilai normal.
Dikatakan anemia jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%. Perdarahan
pascapersalinan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih, dan jika
hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang tepat dan akurat akan
mengakibatkan turunnya kadar hemoglobin dibawah nilai normal.
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 25
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu, Early Postpartum yang
terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, dan Late Postpartum yang terjadi lebih dari 24 jam
pertama setelah bayi lahir. Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan
dengan komplikasi perdarahan post partum adalah menghentikan perdarahan, mencegah
timbulnya syok, dan mengganti darah yang hilang.
SARAN
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti mengenai konsep perdarahan post
partum, memahami tentang Definisi, Etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, pemeriksaan fisik dan dapat memberikan terapi yang tepat pada ibu perdarahan
post partum.
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 26
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, G, F, dkk (2006). Obstetri Williams (Volume 1). Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Edisi : 21.
Mochtar Rustam MPH, Sinopsis Obstetri (jilid 2). Jakarta : EGC, 1998.
Supono. Ilmu Kebidanan Bab Fisiologi. Palembang: Bagian Departemen Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2004.
Khoman JS. Pendarahan Hamil Tua dan Pendarahan Post Partum. Cermin Dunia.
Kedokteran, Edisi Khusus No. 80, 1992 : 60-63.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga, Eds: Hanifa Wiknjosastro dkk.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2005.
Perdarahan Pervaginam Banyak ac retensio Plasenta + Anemia Berat 27