84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN DI KOTA SURAKARTA Skripsi Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Disusun Oleh : CAESA SEPTIANI PUTRI F 1107035 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN

DI KOTA SURAKARTA

Skripsi

Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

CAESA SEPTIANI PUTRI

F 1107035

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

 

Page 3: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

 

 

  

 

Page 4: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

[|wâÑ çtÇz uxÜ{tÜzt twtÄt{ {|wâÑ çtÇz wtÑtà ÅxÅuxÜ|~tÇ ~x{|wâÑtÇÇçt ~xÑtwt ÉÜtÇz

Ät|ÇA

;fÉÜxÇ ^|xÜ~xzttÜw<

TÅu|á| |àâ áxÑxÜà| t|Ü w| Ätâà ÄxÑtá? Äxu|{ utÇçt~ ÉÜtÇz çtÇz ÅxÅ|ÇâÅÇçt Åt~t t~tÇ

{tâáA

;cxÇâÄ|á<

`tátÄt{@ÅtátÄt{ ~|àt twtÄt{ uâtàtÇ ÅtÇâá|t? Åt~t wtÜ| |àâ wtÑtà w|tàtá| ÉÄx{ ÅtÇâá|tA

g|wt~ twt ÅtátÄt{ wtÄtÅ àt~w|Ü ÅtÇâá|t çtÇz à|wt~ àxÜ}tÇz~tâ ÉÄx{ ÅtÇâá|tA

;]É{Ç YA ^xÇÇxwç<

fxáâÇzzâ{Ççt áxáâwt{ twt ~xáâÄ|àtÇ |àâ twt ~xÅâwt{tÇA

;dáA TÄ |Çáç|ÜÉ{M I<

Page 5: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahkan untuk :

♣ Allah SWT atas anugerah dan rahmatnya hingga saat ini, dan hanya kepadaMu hamba menyembah, berlindung serta memohon ampun

Dan dihadiahkan kepada :

♣ Ibunda dan ayahanda atas doa dan kasih sayangnya sepanjang masa

♣ Adik-adikku yang cantik atas doa dan dukungan tanpa henti-hentinya

♣ My Love atas doa, penuntun dan bantuannya selalu

♣ EP`07 atas kerjasama serta kerepotannya

♣ Almamater

Page 6: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan,

pertolongan, dan kasih sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul :“STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN DI

KOTA SURAKARTA”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan,perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya

penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik

secara moril maupun materiil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis

selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan

ketulusan yang mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Sutanto, Msi, selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan

masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun

tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

Page 7: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

4. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

6. Seluruh petugas di perpustakaan MM Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan

data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

7. Ayah dan Mamah yang senantiasa selalu mendoakan, member dorongan dan

bimbingan kepada ananda.

8. Kedua adikku yang cantik makasih atas doanya…..tetap semangat ya…

9. Arry Budhi Saputro terimakasih atas waktu dan bantuannya, baik spirit dan

religi.

10. Teman – temanku di Ekonomi Pembangunan 2007.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung

maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya

penelitian ini.

Demikian skripsi ini penulis susun dan tentunya masih banyak kekurangan

yang perlu di benahi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat

bermanfaat bagi segenap pembaca.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 8: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ......................................................................... 9

B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 20

C. Kerangka Pemikiran ................................................................. 21

D. Hipotesis ................................................................................... 23

Page 9: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 24

B. Teknik Pengambilan Sampel.................................................... 24

C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 26

D. Definisi Operasional Variabel .................................................. 27

E. Analisis Data ............................................................................ 28

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Surakarta ..................................... 34

B. Gambaran Karakteristik Responden ........................................ 40

C. Analisis Data ............................................................................ 53

D. Interpretasi Secara Ekonomi .................................................... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................. 68

B. Saran ......................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I.1 Struktur Eknmi Kota Surakarta Tahun 2003-2008 Atas Dasar

Harga Berlaku (persen) ............................................................ 4 Tabel IV.1 Gambaran Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis

Kelamin, Tingkat Kepadatan, dan Pembagian Administrasi di Kota Surakarta Tahun 2008 ..................................................... 35

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin

Tahun 1995-2008 ..................................................................... 36 Tabel IV.3 Penduduk Kota Surakarta Menurut Dewasa, Anak dan Jenis

Kelamin Tahun 2008 ................................................................ 37 Tabel IV.4 Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat

Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 .............................. 38 Tabel IV.5 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota

Surakarta Tahun 2008 .............................................................. 39 Tabel IV.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah) ............................................................... 40

Tabel IV.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 41 Tabel IV.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia .................................... 41 Tabel IV.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ......................... 42 Tabel IV.10 Lama Menjadi Usahawan Jasa Kecantikan .............................. 43 Tabel IV.11 Distribusi Frekuensi Lokasi Usaha .......................................... 43 Tabel IV.12 Distribusi Frekuensi Status Kepemilikan Usaha ...................... 44 Tabel IV.13 Distribusi Frekuensi Yang Memulai Mendirikan Usaha ......... 45 Tabel IV.14 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan ...................................... 45 Tabel IV.15 Distribusi Frekuensi Usaha Lain .............................................. 46 Tabel IV.16 Distribusi Frekuensi Yang Mendorong Menjadi Usawan Jasa

kecantikan ................................................................................ 46

Page 11: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

Tabel IV.17 Modal Untuk Memulai Usaha Jasa Kecantikan ....................... 47 Tabel IV.18 Cara Mendapatkan Sumber Modal .......................................... 48 Tabel IV.19 Tenaga Pembantu Dalam Menjalankan Usaha ........................ 48 Tabel IV.20 Cara Merekrut Tenaga Pembantu Dalam Menjalankan

Usaha ........................................................................................ 49 Tabel IV.21 Hari Kerja Dalam Seminggu .................................................... 50 Tabel IV.22 Jumlah Gaji Tenaga Pembantu Perbulan ................................. 50 Tabel IV.23 Besar Rata-rata Omset Pendapatan Perbulan ........................... 51 Tabel IV.24 Total Laba Bersih Dalam Satu Bulan ...................................... 52 Tabel IV.25 Distribusi Frekuensi Cara Menentukan Harga Jasa ................. 53 Tabel IV.26 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ................................... 54 Tabel IV.27 Peringkat Variabel .................................................................... 62 Tabel IV.28 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................... 56 Tabel IV.28 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 57 Tabel IV.28 Hasil Uji Autokorelasi dengan B-G Test ................................. 57

Page 12: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 21

Gambar III.1 Uji t .......................................................................................... 33

Page 13: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner.

Lampiran 2. Data Operasional Variabel.

Lampiran 3. Hasil Pengelompokan Data Responden.

Lampiran 4. Hasil Analisis regresi Linier Berganda.

Lampiran 5. Hasil Uji Multikolinearitas.

Lampiran 6. Hasil Uji Heteroskedastik.

Lampiran 7. Hasil Uji Autokorelasi .

Page 14: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAKSI

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN

DI KOTA SURAKARTA

CAESA SEPTIANI PUTRI F1107006

Penelitian ini bertujuan: pertama, mengetahui besarnya pengaruh faktor modal usaha, tingkat

pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di kota Surakarta; kedua, untuk mengetahui manakah dari faktor-fakor tersebut yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan observasi terhadap usahawan jasa kecantikan di Kota Surakarta. Sampel diambil dari 5 Kecamatan di Kota Surakarta yaitu Kecamatan Laweyan, Banjarsari, Serengan, Pasarkliwon, dan Jebres sebanyak 75 responden.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung, dengan sampel sebanyak 75 usahawan dengan teknik sampling classified proportional random sampling technique. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yang disertai dengan uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastik, dan autokorelasi) serta uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2)).

Hasil penelitian menunjukkan, pertama, bahwa secara individu keempat variabel modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta, kecuali tingkat pendidikan tidak signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta. Dan secara bersama-sama keempat variabel tersebut positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta; Kedua, dilihat dari koefisien regresinya, variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta adalah lama usaha, berarti hal ini sesuai dengan hipotesis dalam penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: pertama, usahawan jasa kecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon; ketiga, usahawan memperhatikan lokasi usaha dan menambah pengalaman usaha dalam menjalani usahanya. Kata Kunci : modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan lokai usaha, classified proportional random sampling technique, analisis regresi linier berganda.

Page 15: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun

1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap,

tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional

mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang

pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan

kesejahteraan seluruh rakyat.

Tetapi pembangunan nasional negara Indonesia dapat dikatakan

mengalami perkembangan yang masih jauh dari tujuan negara dalam

mensejahterakan rakyat, khususnya kesejahteraan ekonomi rakyat kecil.

Pembangunan nasional seluruhnya belum mengalami kemajuan yang

signifikan, bahkan perekonomian negara pasca krisis ekonomi 1997 juga tidak

mengalami peningkatan. Akhir-akhir ini Indonesia seakan mengalami cobaan

yang tiad hentinya dengan banyaknya terjadi musibah seperti berbagai macam

bencana alam dan kecelakaan transportasi yang membuat semakin

terpuruknya perekonomian.

Di tengah sektor ekonomi yang lesu karena imbas dari krisis ekonomi

yang menyebabkan ketimpangan antar penduduk dan penyediaan lapangan

pekerjaan yang tidak memadai, sehingga timbul banyaknya permasalahan

pengangguran yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut

1

Page 16: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

terjadi karena banyak perusahaan yang tidak mempertahankan usahanya yang

berakibat berkurangnya lapangan pekerjaan.

Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia dewasa ini memang

merupakan permasalahan yang rumit. Hal ini terjadi karena lapangan

pekerjaan formal tidak mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada akibat

makin kuatnya proses modernisasi yang bergerak bias menuju sifat-sifat

dualistik, masalah ini ditambah lagi dengankemampuan para angkatan kerja

yang kebanyakan mempunyai pendidikan dan ketrampilan relatif rendah,

sedangkan disisi lain lapangan kerja formal menuntut pengetahuan dan

kemampuan tekhnis yang relatif tinggi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan

jumlah pengangguran dan berbagai macam penyakit sosial lainnya. Para

penganggur mempunyai beberapa ciri khas, yaitu banyak diantaranya yang

berumur relatif muda dan belum kawin, pendidikan sekolah lanjutan, dan

berinspirasi bekerja di sektor formal dengan gaji dan pekerjaan yang relatif

tetap (Manning dan Effendi, 1991: 1).

Adanya pertumbuhan yang tidak seimbang antara angkatan kerja dan

kesempatan kerja dengan segala implikasinya secara social ekonomi akan

menjadikan penciptaan lapangan kerja sebagai prioritas utama di Indonesia.

Kesenjangan tersebut tidak sekedar menimbulkan pengangguran, tetapi

sebagian dari mereka akan menerima jenis pekerjaan apa saja demi

kelangsungan hidupnya. Akibat susahnya bekerja di sektor formal, hal ini

ternyata mampu membuat masyarakat berpikir unuk mendirikan usaha sendiri

tanpa harus berupaya untuk mendapatkan pekerjaan disektor formal.

Page 17: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Pemerintah juga telah menyadari bahwa untuk mengurangi angka

pengangguran hanyalah dengan menciptakan para wiraswasta atau pelaku

bisnis yang lebih banyak lagi dan dapat bersaing. Jenis usaha yang peling

banyak dilakukan masyarakat adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Hal

ini dikarenakan keterbatasan modal dan usaha kemampuan yang dimiliki.

Untuk menciptakan para wiraswasta baru khususnya UKM,

pemerintah sudah membantu dengan memberikan kebijakan kredit mudah

untuk para usahawan/pelaku bisnis dalam menciptakan lapangan usahanya

maupun mengembangkan usahanya yang telah ada. Dengan kebijakan tersebut

diharapkan Indonesia dapat meningkatkan pelaku bisnis di Indonesia dan

mengurangi angka pengangguran di Indonesia yang cukup tinggi. Indonesia

pada saat ini menganut perekonomian global yang membuatpersaiangan usaha

menjadi lebih keras dan ketat. Dengan adanya sistem itu para usahawan

dituntut untuk bekerja lebih keras lagi untuk menekuni serta menjalani

usahanya. Di dunia bisnis yang merupakan prioritas utamanya adalah meraih

keuntungan dan keberhasilan atas usahanya.

Dengan adanya perkembangan dan kemajuan tekhnologi di berbagai

bidang kehidupan, kebutuhan hidup manusia juga semakin banyak dan

kompleks. Demikian halnya banyak bermunculan usaha-usaha kecil seperti

halnya jasa yang mana menawarkan produk maupun jasanya kepada

konsumen (masyarakat) dalam memenuhi kepuasan hasrat pada bagian

masyarakat tertentu yakni wanita dalam hal tampil cantik serta menarik,

dengan beragam penawaran jasa pada usaha jasa kecantikan. Adapun

anggapan bahwa masa depan dunia akan dikuasai oleh usaha kecil dan

Page 18: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menengah yang mana negara memberikan perhatiannya pada pembinaan

usaha skala kecil-menengah. Selain itu adanya kecenderungan berbagai negara

untuk memfokuskan perhatiannya kepada pembinaan usaha kecil-menengah.

Biro Pusat Stastistik (BPS 1994) telah menggunakan secara konsisten

pendekatan ini, yaitu usaha skala kecil-menengah yang identik tidak dengan

badan hukum serta bagi usaha besar yakni identik dengan badan hukum.

Sektor usaha jasa dewasa ini telah mengalami peningkatan yang

dramatis bila dibandingkan dengan dekade sebelumnya. Di Surakarta

misalnya, sektor usaha jasa dewasa ini telah menyumbang 12,38% PDRB,

yang mana kontribusi ini dilihat dari segi pendapatan maupun kemampuannya

menyerap sebagian besar penawaran akan tenaga kerja. Dengan semakin

banyaknya usaha jasa kecantikan di Surakarta, juga akan berpengaruh

terhadap PDRB Kota Surakarta itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tabel I.2

di bawah ini.

Tabel I.1 Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2003-2008

Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) Sektor Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06Pertambangan 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04Industri 28,63 28,10 26,42 25,11 24,34 23,27Listrik, Gas & Air 2,63 2,70 2,59 2,69 2,69 2,70Bangunan 12,80 12,68 12,89 13,07 13,38 14,44Perdagangan, Hotel & Restoran

22,67 22,96 23,82 24,35 24,78 25,12

Pengangkutan dan Komunikasi

10,79 10,83 11,52 11,78 11,61 11,20

Keuangan 10,73 11,14 11,43 11,26 11,06 10,93Jasa-jasa 11,62 11,48 11,23 11,64 12,04 12,38TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : Surakarta dalam angka 2008 Dari tabel I.1 terlihat bahwa sektor perdagangan mempunyai peranan

paling besar dalam PDRB. Sampai tahun 2006, sektor industri pengolahan

Page 19: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kota Surakarta.

Tetapi mulai tahun 2007 disaat mulai bermunculannya usaha jasa kecantikan

di Kota Surakarta, sektor pedagangan member andil paling besar dalam PDRB

Kota Surakarta.

Dinamika yang terjadi pada sektor usaha jasa terlihat dari munculnya

berbagai usaha jasa seperti jasa cathering, jasa letter, jasa wedding organizer,

jasa kecantikan, dan jasa-jasa lainnya yang mana usaha ini merupakan suatu

usaha kecil yang didirikan oleh seseorang usahawan yang memiliki

ketrampilan serta kemampuan dibidangnya tersebut. Usahawan-usahawan

inilah yang mengembangkan usahanya manakala menawarkan pelayanan

produk/jasa kepada konsumen (masyarakat) untuk menghasilkan uang

(pendapatan) yang secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan

usahawan tersebut.

Saat ini perkembangan usaha jasa kecantikan mengalami peningkatan,

dilihat dari permintaan konsumen (masyarakat) akan pelayanan perawatan

rambut, kulit, wajah dan lain-lain. “Selama masih ada wanita, permintaan

untuk perawatan rambut dan kecantikan tetap akan ada” (Nihayati, 2010: 2).

Demikianlah faktor utama yang membuktikan para usahawan-usahawan usaha

jasa kecantikan dalam mendirikan bisnisnya, “wirausaha adalah orang yang

menciptakan kemakmuran bagi dirinya maupun bagi orang lain yang

menemukan cara-cara atau tekhnik yang lebih baik dalam pemafaatan sumber

daya, memperkecil pemborosan, serta menghasilkan produk atau jasa dalam

upayanya memuaskan kebutuhan orang lain” (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Balai Pustaka-1989).

Page 20: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Sejak dikenal pertama kali, seorang usahawan telah berjasa banyak

bagi perekonomian dan kualitas hidup manusia. Suatu usaha atau bisnis akan

menciptakan suatu produk atau jasa baru, lapangan kerja baru, jalur distribusi

baru, aspek-aspek manfaat sosial baru, mobilisasi dan inovasi atas

produktifitas masyarakat, serta metode-metode baru dalam tekhnologi

berproduksi. Dengan demikian munculah berbagai usaha jasa kecantikan yang

mana dapat menbantu dalam menyerap sebagian masyarakat untuk sebagai

karyawan pada usaha ini, misalnya hairstylist, nailist, kapster, teraphist dan

lain sebagainya yang mana orang-orang ini sebelumnya dididik terlebih

dahulu atau memang dari individu tersebut memiliki ketrampilan dan

kemampuan dalam bidang tersebut.

Dalam hal munculnya usaha-usaha atau bisnis jasa kecantikan tersebut

dalam perekonomian dewasa ini, setiap usaha dituntut memiliki daya adaptasi

yang tinggi secara cepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan

usaha agar usaha tersebut dapat bertahan dalam keadaan sulit sekalipun. Di

balik era perubahan yang terus menerus terjadi, tentunya ada peluang usaha

yang dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Dalam hal ini usaha jasa

kecantikan diharapkan mampu mengindentifikasi peluang yang muncul akibat

adanya perubahan itu.

Usaha jasa salon kecantikan merupakan bagian dari sektor informal

yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan

tujuan pembangunan nasional. Adapun persoalan yang dihadapi untuk menuju

keberhasilan usaha dengan melalui berbagai kombinasi dari beberapa variabel

keputusan yang diduga mempengaruhi keberhasilan usaha jasa kecantikan,

diantaranya adalah modal usaha, lama usaha, tingkat pendidikan maupun

Page 21: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

lokasi usaha. Dengan diketahukinya pengaruh terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usaha jasa salon kecantikan, diharapkan para

pengusaha tersebut dapat mengembangkan usahanya dengan mengambil

kebijakan yang tepat.

Dengan nantinya diketahui pengaruh terhadap fakor-faktor terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan, diharapkan mereka dapat

mengembangkan usahanya dengan mengambil kebijaksanaan yang tepat.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dilakukan penelitian

mengenanai “STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN

DI KOTA SURAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Apakah faktor modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha, serta

lokasi usaha mempengaruhi keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota

Surakarta dan faktor manakah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh

faktor modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta, sekaligus untuk

mengetahui manakah dari faktor-fakor tersebut yang mempunyai pengaruh

dominan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta.

Page 22: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk bidang ilmu penelitian, memberikan informasi kepada masyarakat

tentang pola produsen yang mempunyai usaha jasa kecantikan Kota

Surakarta.

2. Memberikan informasi kepada pengusaha jasa kecantikan untuk

mengambil kebijakan dalam meningkatkan keberhasilan.

3. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain yang akan

meneliti masalah yang sama di waktu yang akan datang.

Page 23: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Keberhasilan Usaha

Pengusaha yang berhasil menurut Mubyarto seperti yang dikutip

oleh I nyoman Jampel adalah mereka yang mulai dari usaha kecil-kecilan

bukannya yang sekaligus menjadi besar, yang dipentingkan adalah

keuletan dan ketrampilan sebagai manajer dan inovator (Subanar 1993:

20).

Menurut As`ad (1991: 156) yang mengutip dari pendapat MC

Clarend, seorang wiraswasta di katakana berhasil bila, ia mampu bertahan

di dalam bidang usahanya akan tetapi harus bisa mendatangkan

laba/keuntungan sebagai usaha yang diharapkan bisa berkembang.

Dengan demikian seorang usahawan jasa kecantikan tentunya juga

ingin untuk memperoleh laba. Seperti yang dijelaskan oleh Richard G.

Lipsey dan Petero Steyner yang mengatakan bahwa : … laba ekonomi dari

barang-barang yang dijual dirumuskan sebagai selisih antara pendapatan

yang diterima dari penjualan itu dengan biaya oportunitas dari sumber-

sumber yang digunakan untuk membuatnya (As`ad 1991: 158).

Tujuan akhir perusahaan adalah keutungan dan tingkat keuntungan

yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilan usaha. Dengan

keutungan yang diperoleh, pengusaha akan memperluas usaha, melakukan

9

Page 24: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

penyempurnaan mutu, pengembangan tekhnologi dan pelayanan yang

bagus.

Untuk melihatkeberhasilan dari suatu usaha perusahaan dapat

dinilai dari tercapainya tidaknya tujuan pokok perusahaan yaitu

memperoleh keuntungan sebagai tolak ukurnya (Latief, 2004: 30).

Keberhasilan usaha yang biasa diukur berdasarkan tingkat

keuntungan yang diperoleh para pengusaha dibidang jasa kecantikan ini.

Ditinjau dari sudut ekonomi, keberhasilan usaha atau keuntungan usaha

adalah kelebihan penghasilan dari biaya-biaya yang dikeluarkan

perusahaan yang didapat dari jumlah total penerimaan dikurangi dengan

total biaya yang dikeluarkan.

Total penerimaan (total revenue) yaitu penerimaan total

perusahaan dari hasil penjualan outputnya, dimana output dikalikan

dengan harga jual output tersebut dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

TR = Q x PQ

Total biaya (total cost) adalah penjualan dari biaya tetap dan biaya

variabel. Biaya tetap total (total fixed cost/TFC) adalah jumlah biaya-biaya

tetap yang dibayar atau dikeluarkan perusahaan berapapun tingkat output

yang dihasilkan. Biaya variabel total (total variable cost/TVC) merupakan

jumlah biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang

dihasilkan. Sehingga total penerimaan dapat dirumuskan :

TC = TFC + TVC

Page 25: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Laba

Suatu usaha maupun perusahaan memperoleh keuntungan.

Menurut Soeharno, Laba adalah pendapatan (penerimaan total) dikurangi

dengan biaya total (semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan

suatu barang). Laba (keutungan) perusahaan dapat dirumuskan sebagai

berikut :

π = TR –TC

Keterangan :

π = Laba/keuntungan (profit)

TR = Penerimaan total (harga dikali dengan jumlah yang dijual)

TC = Biaya total (semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan

suatu barang)

Q = Kuantitas barang yang dihasilkan, atau dijual

Masyarakat awam dan masyarakat bisnis biasanya mendefinisikan

laba (profit) dengan menggunakan konsep akuntansi. Laba bisnis (laba

usaha) adalah sisa dari pendapatan dikurangi biaya eksplisit (akuntansi)

dalam menjalankan usaha, yang mana laba tersebut menunjukkan posisi

jumlah kekayaan modal yang tersedia setelah semua sumber daya yang

digunakan dalam proses produksi dibayar (Arsyad, 1993: 23).

Laba adalah pendapatan dikurangi dengan biaya total. Pendapatan

perusahaan diperoleh dari penjualan produknya sebesar Y dengan harga p.

Biaya total yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya yang dibutuhkan

Page 26: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

untuk memproduksi output Y, yaitu sebesar jumlah faktor input sebesar

wi. Dengan demikian laba dapat dirumuskan (Hartono, 2002: 92) :

π = p.Y – wi.Xi - …. – Wn.Xn

Biaya merupakan kombinasi faktor-faktor produksi yang harus

dikorbankan dalam melakukan proses produksi. Minimisasi biaya total

untuk n produksi selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut (Silberberg,

2001: 177) :

C =

3. Modal Usaha

Modal atau yang sering disebut dengan capital adalah semua

bentuk kekayaan yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak

langsung dalam program untuk menambah output, lebih khusus dikatakan

capital terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produksi

pada masa yang akan dating (Irawan dan Suparmoko, 1998: 75). Modal

merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha. Pengertian

modal dalam arti luas menurut Schwiedland, modal meliputi baik modal

dalam bentuk uang, maupun dalam bentuk barang misalnya barang-barang

dagangan dan lain sebagainya (Riyanto, 1997: 18).

Modal dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu modal usaha dan

modal kerja. Modal usaha atau yang biasa disebut sebagai kapital yaitu

semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak

langsung dalam produksi untuk menambah output (Irawan dan

Suparmoko, 1998: 75). Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi

Page 27: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

sehari-hari, misalnya untuk membayar uang muka pembelian bahan

mentah, dimana uang yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat

masuk kembali dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui

hasil penjualan produksinya.

Modal menurut fungsi kerjanya terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Modal tetap yaitu modal yang berwujud peralatan untuk proses

produksi

b. Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasi

usaha seperti membayar bahan baku, yang diharapkan dapat kembali

lagi. Uang masuk yang berasal dari hasil penjualan produk akan

dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi produksi selanjutnya

(Riyanto, 1997: 51).

Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi modal

sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal yang berasal

dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan modal asing adalah

modal yang didapat dari hasil pinjaman atau kredit dari lembaga keuangan

yang ada. Kekuatan modal yang tertumpu pada kekuatan sendiri akan lebih

baik daripada modal yang berasal dari luar, karena modal dari luar tentu

memiliki konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan dengan pihak luar.

Pengaruh modal usaha pada keberhasilan usaha. Modal usaha

merupakan faktor pendukung dalam kegiatan usaha usaha karena tanpa

modal usaha, sebuah usaha tidak dapat dilakukan. Modal usaha merupakan

kebutuhan utama bagi seorang pengusaha dalam menjalankan usaha baik

Page 28: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

pada saat memulai, pengembangan maupun pada saat penurunan usaha

(Wulaningsih, 2005: 14).

Modal usaha mempunyai peranan penting yang akan menentukan

keberhasilan usaha dari pengusaha karena tersedianya modal usaha yang

cukup akan mempengaruhi kelancaran dan pengembangan usaha yang

yang dijalankan. Modal yang besar akan mengakibatkan volume usaha

akan besar sehingga diharapkan akan mencapai keuntungan maksimal

(Latief, 2004: 33). Dari sini dapat digambarkan bahwa modal usaha

mempengaruhi keberhasilan usaha.

4. Tingkat Pendidikan

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk

keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi

perilaku dan pengembangan keputusannya. Dengan semakin tingginya

tingkat pendidikan yang diperoleh, maka orang akan cenderung lebih

rasional dalam mencermati setiap kejadian.

Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan

ketrampilan dan pengetahuan masyarakat sehingga dapat meningkatkan

kemampuan masyarakat tersebut dalam perkembangan ekonomi.

Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan tetapi juga meningkatkan

keterampilan kerja sehingga akan berpengaruh pada keberhasilan usaha.

Menurut ragamnya, pendidikan dapat dibedakan menjadi 3

(Priyatno dalam Risdianto, 2004: 41-42) :

Page 29: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

a. Pendidikan Formal

Yaitu sebagai suatu system pendidikan yang dikembangkan secara

bertahap dan bertata tingkat, mulai dari pendidikan dasar sampai

pendidikan tinggi.

b. Pendidikan Informal

Yaitu sebagai proses seumur hidup bagi setiap orang dalam mencari

dan menghimpun pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengertian yang

diperoleh dari pengalaman sehari-hari kendatipun biasanya

penyelenggaraan pendidikan ini kurang terorganisir dan kurang

sistematis, tetapi ini merupakan sumber yang paling besar dari segala

apa yang dipelajari manusia.

c. Pendidikan Non Formal

Yaitu sebagai kegiatan pendidikan yang terorganisir dan sistematis

diluar pendidikan formal.

Pengaruh tingkat mendidikan pada keberhasilan usaha. Pendidikan

formal umumnya memberikan kesempatan bagi subjek didik yang cerdas

untuk mengubah kelas sosialnya dan merupakan pencerminan bahwa

untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, yang mendatangkan penghasilan

yang baik (Demartoto, 2001: 32). Meskipun demikian, pendidikan akan

membentuk keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan

mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusannya. Karena

pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan seseorang tetapi juga

meningkatkan produktifitas kerja (Sutomo dalam Latief, 2004: 35).

Page 30: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Hubungan pendidikan dengan produktifitas kerja dapat tercermin dalam

tingkat penghasilan yang tinggi pula (Simanjuntak, 1987: 66). Sehingga

dapat digambarkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh pada

keberhasilan usaha.

5. Lama Usaha

Lama usaha sangat berpengaruh positif terhadap tingkat

keuntungan yaitu lamanya seseorang dalam menggeluti usaha yang

dijalaninya. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang

menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang tersebut.

Hal ini tentu saja akan meningkatkan keberhasilan usahanya, karena selain

mereka mempunyai pengalaman dalam pengelolaannya mereka juga

mengetahui celah-celah mana yang sekiranya dapat membuat

barang/jasanya tersebut laku sehingga akan memperbesar pendapatan yang

mana pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan. Dengan pengalaman

kerja yang lama, usahawan akan semakin terampil, cekatan dan cepat

dalam melakukan pekerjaanya, sehingga yang dilakukan berubah menjadi

hasil yang baik.

Lama usaha maupun pengalaman usaha ini dapat dimasukkan ke

dalam pendidikan informal, yaitu pengalaman sehari-hari yang dilakukan

secara sadar atau tidak sadar dalam lingkungan pekerjaan dan sosialnya.

Dengan demikian usahawan dapat mengumpulkan informasi, sehingga

semakin banyak pengetahuan dan semakin terampil dalam bekerja akan

Page 31: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

membuat mereka tidak ragu lagi dalam mengambil keputusan dalam

berusaha.

Menurut Woodworth dan Marquis yang dikitip oleh Ririn Tri

Rahmawati (2008), dalam hal pengalaman kerja ternyata tidak hanya

menyangkut jumlah masa kerja saja, tetapi lebih dari itu juga perlu

diperhitungkan jenis pekerjaan yang pernah dihadapinya. Sejalan dengan

bertambahnya pengalaman kerja maka akan bertambah pula pengetahuan

dan ketrampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya, karena

penguasaan situasi dan kondisi dalam menghadapi calon pelanggan yang

bervariasi semakin baik.

Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman menjalankan usaha

merupakan prioritas utama dalam menjalankan usaha. Dapat disimpulkan

bahwa seseorang yang terlibat dalam suatu kegiatan usaha bisa menjadi

suatu tolak ukur dalam berusaha.

Pengaruh lama usaha pada keberhasilan usaha ada asumsi bahwa

semakin lama seseorang menjalani usaha maka akan semakin

berpengalaman ornag tersebut, karena mempunyai pengetahuan lebih

tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

Dari pengalaman usaha, seseorang dapat semakin terampil dalam bekerja

akan membuat pengusaha tidak ragu lahi dalam mengambil keputusan

dalam berusaha. Sehingga semakin lama seorang pengusaha bekerja,

berarti semakin banyak pengalaman pengusaha tersebut pada akhirnya

akan meningkatkan keberhasilan usaha (Latief, 2004: 34). Dengan

Page 32: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

demikian dapat digambarkan bahwa pengalaman usaha mempunyai

pengaruh terhadap keberhasilan usaha.

6. Lokasi Usaha

Mengingat lokasi usaha dapat mempengaruhi kelancaran dan

keberhasilan usaha, maka lokasi usaha ini perlu direncanakan dengan baik.

Mengingat lokasi usaha dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan

usaha, sebab salah memilih lokasi usaha akan mengakibatkan suatu

kerugian bagi perusahaan (Murti dan Suprihanto, 1998: 67). Lokasi usaha

yang dipilih pengusaha dalam menjalankan usaha merupakan letak yang

strategis atau termasuk dalam pusat keramaian sehingga banyak orang

yang berkunjung, maka kemungkinan terjadi peningkatan dalam perolehan

pendapatan pengusaha juga meningkat. Sehingga lokasi usaha yang tepat

merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi pendapatan yang

diperoleh pengusaha. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa lokasi

usaha berpengaruh pada keberhasilan usaha.

Pemilihan lokasi usaha pada saat ini tidak dapat dilakukan secara

coba-coba, mengingat semakin tajamnya persaingan serta banyaknya

usaha. Karenanya pemilihan letak usaha harus dilakukan dan diputuskan

melalui beberapa pertimbangan yang disertai fakta yang kongkrit dan

lengkap. Lokasi usaha jasa memiliki sifat distribusi (menawarkan

barang/jasa mendekati konsumen) dengan demikian cenderung memilih

lokasi usaha yang dekat dengan konsumen yang membutuhkan jasanya

(Manullang, 1973: 76).

Page 33: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan

oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan

lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred

input); dan permintaan luar (outside demand) menurut (Hoover dan

Giarratani, 2007). Menurut August Losch mengatakan bahwa lokasi

penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat

digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan

membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual

semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi

berada di pasar atau di dekat pasar.

Dengan berbagai pengertian serta pemahaman yang beragaman

tentang teori lokasi maka dapat disimpulkan Tidak ada sebuah teori

tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan produksi

(industri) itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industri

(skala besar) secara komprehensif diperlukan gabungan dari berbagai

pengetahuan dan disiplin. Berbagai faktor yang ikut dipertimbangkan

dalam menentukan lokasi, antara lain ketersediaan bahan baku, upah

buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan

aksesibilitas dari tempat produksi ke wilayah pemasaran yang dituju

(terutama aksesibilitas pemasaran ke luar negeri), stabilitas politik suatu

negara dan, kebijakan daerah (peraturan daerah).

Pengaruh lokasi usaha pada keberhasilan usaha salah satu hal yang

harus diperhatikan oleh perusahaan adalah lokasi usaha, sebab salah

Page 34: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

memilih lokasi usaha akan mengakibatkan suatu kerugian bagi perusahaan

(Murti dan Suprihanto, 1998: 67). Lokasi usaha yang dipilih pengusaha

dalam menjalankan usaha merupakan lokasi yang strategis atau termasuk

dalam pusat keramaian sehingga banyak orang yang berkunjung, maka

kemungkinan terjadi peningkatan dalam memperoleh pendapatan

pengusaha juga meningkat. Hal ini dikarenakan intensitas pertemuan

antara pengusaha dengan calon pembeli semakin besar dan bervariasi.

Sehingga pemilihan lokasi usaha yang tepat merupakan salah satu unsure

yang dapat mempengaruhi pendapatan yang diperoleh pengusaha. Dengan

demikian dapat digambarkan bahwa lokasi usaha berpengaruh pada

keberhasilan usaha.

B. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan ada kaitannya

dengan penelitian yang akan dilakukan, diharapkan akan semakin mendukung

penelitian ini. Untuk mendukung hipotesis yang telah dikemukakan maka

hasil penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut :

1. Hapsari (2004) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pedagang kaki lima di Kota Surakarta. Hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa faktor modal, jam kerja, tingkat pendidikan, lama

usaha berpengaruh positif terhadap peningkatan keberhasilan pedagang

kaki lima di Kota Surakarta dan faktor umur tidak berpengaruh positif

terhadap keberhasilan pedagang kaki lima tersebut.

Page 35: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2. Kushadiyanto (2006) menganalisis mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha pedagang handphone di Kota

Surakarta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor modal,

pengalaman kerja, jam kerja, tingkat pendidikan, pembukuan berpengaruh

positif terhadap penigkatan keberhasilan usaha pedagang handphone di

Kota Surakarta.

3. Nugraha (2006) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan pengusaha tahu tempe di Kabupaten Sukoharjo. Hasil

penelitiannya menyimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja dan jumlah bahan

baku mempunyai pengaruh positif terhadap keberhasilan pengusaha tahu

tempe di Kabupaten Sukoharjo, sedangkan pengalaman usaha dan modal

usaha tidak berpengaruh terhadap keberhasilan pengusaha tahu tempe di

Kabupaten Sukoharjo.

C. Kerangka Pemikiran

Gambar II.1. Kerangka Pemikiran

MODAL

TINGKAT PENDIDIKAN

LOKASI USAHA

LAMA USAHA

KEBERHASILAN JASA

KECANTIKAN

Page 36: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Pada dasarnya setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh

keuntungan semaksimal mungkin. Oleh karenanya perusahaan harus

menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi dari biaya-biayanya

(Boediono, 2002: 95-100).

Keberhasilan suatu usaha biasanya ditandai dengan adanya tingkat

keuntungan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

perusahaan usaha jasa kecantikan, diantaranya seperti modal usaha, lama

usaha, tingkat pendidikan dan lokasi usaha.

Modal usaha dapat mempengaruhi keberhasilan usaha jasa

kecantikan karena semakin banyak modal yang dimiliki, maka akan

memperbesar volume usaha yang diharapkan akan meningkatkan

keberhasilan usaha yang dijalankan.

Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung

dengan pelaksanaan kerja, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri

memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar demi kelancaran

pekerjaan. Asumsi dari human capital adalah bahwa seseorang dapat

meningkatkan penghasilan dengan meningkatkan pendidikan (Simanjuntak,

1987:59). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan meningkat,

maka usahawan jasa kecantikan tersebut dapat juga meningkatkan

keberhasilan usahanya.

Berdasarkan kualitas sumber daya manusia usahawan jasa

kecantikan, lama usaha juga dapat mempengaruhi keberhasilan usaha jasa

kecantikan. Semakin lama pengalaman usaha yang digeluti usahawan

Page 37: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

tersebut maka dapat dilihat sudah lama usaha jasa kecantikan itu didirikan,

dengan demikian akan semakin besar peluang atau ide untuk

mempertahannkan atau mengembangkan usahanya.

Dalam halnya lokasi usaha, faktor ini juga dapat mempengaruhi

keberhasilan usaha jasa kecantikan karena lokasi usaha jasa memiliki sifat

distribusi (menawarkan barang/jasa mendekati konsumen) dengan demikian

cenderung memilih lokasi usaha yang dekat dengan konsumen yang

membutuhkan jasanya. Asumsi demikian dimasudkan Lokasi usaha yang

dipilih pengusaha dalam menjalankan usaha merupakan letak yang strategis

atau termasuk dalam pusat keramaian sehingga banyak orang yang

berkunjung, maka dapat meningkatkan keuntungan atas usahanya tersebut.

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah serta tujuan penelitian

yang telah dikemukan, maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

Diduga terdapat pengaruh positif faktor modal usaha, tingkat

pendidikan, lama usaha, serta lokasi usaha terhadap keberhasilan jasa

kecantikan di Kota Surakarta yang mana faktor modal usaha mempunyai

pengaruh yang paling besar terhadap jasa kecantikan.

Page 38: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

dengan usaha jasa kecantikan sebagai unit analisisnya. Penelitian analisis

keberhasilan usaha jasa kecantikan ini dilakukan dengan mengambil wilayah 5

kecamatan di Kota Surakarta dikarenakan dari semua kecamatan memiliki

jumlah populasi yang usaha jasa kecantikan yang banyak.

B. Tekhnik Pengambilan Sampel

Populasi atau Universe adalah jumlah dan keseluruhan obyek yang

karakteristiknya hendak digunakan (Djarwanto, 1987: 107). Berdasarkan data

yang diperoleh pada bagian koperasi dan usaha kecil menengah Badan Pusat

Statistik per 31 Nopember 2009 di Kota Surakarta jumlah usaha jasa

kecantikan sebanyak 300 usahawan. Dengan demikian jumlah populasi yang

dalam penelitian ini adalah 300 Usaha Jasa Kecantikan.

Sampel adalah sebagai populasi yang berkarakteristik hendak diselidiki

dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 1987: 108).

Penentuan besar sampel pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan

metode Slovin (Umar, 1999: 78) dengan rumus sebagai berikut :

η = 2Nε1N

+

24

Page 39: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dimana :

η : Ukuran sampel

N : Ukuran populasi

ε2 : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang masih ditolelir atau diinginkan, misalnya 2%

Dengan rumus di atas maka sampel yang didapat adalah sebagai berikut :

η = 75 )10% x (3001

3002 =

+

Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 75 usaha jasa

kecantikan.

Dalam penelitian ini sampel usaha jasa kecantikan diambil secara area

proportional random sampling, merupakan suatu tekhnik memilih sampel dari

populasi yang dibagi dalam kelompok-kelompok (area) secara geografis,

kemudian sampel diambil dari kelompok-kelompok tersebut secara acak

(Soekartawi dalam farikh, 2007). Secara rinci mengenai jumlah sampel yang

akan diambil dari tiap-tiap kecamatan di Kota Surakarta dapat dilhat pada

tabel III.1 sebagai berikut :

Page 40: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Tabel III.1 Jumlah Usaha Jasa Kecantikan Di Kota Surakarta

Tahun 2009

No Kecamatan Populasi Sampel

1 Laweyan 70 18

2 Jebres 67 17

3 Banjarsari 65 16

4 Pasar Kliwon 43 11

5 Serengan 55 13

Jumlah total 2009 300 75

Sumber: BPS Kota Surakarta

C. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari tekhnik kuesioner, observasi dan studi pustaka.

1. Tekhnik Kuesioner

Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menanyakan

secara langsung kepada usaha jasa kecantikan guna melengkapi data yang

diperlukan dan telah tertulis dalam kuestioner.

2. Observasi atau pengamatan

Yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung

keadaan umum lokasi yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data seakurat

mungkin.

Page 41: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3. Studi Pustaka

Yaitu pengumpulan data teori yang ada hubungannya dengan

masalah yang akan diteliti.

D. Definisi Operasional

1. Keberhasilan Usaha

Dalam penelitian ini keberhasilan usaha adalah variabel dependen.

Keberhasilan usaha diukur dengan tingkat keutungan atau laba usaha yang

diperoleh oleh para usahawan jasa kecantikan dalam menjalankan aktivitas

usahanya. Tingkat keuntungan merupakan penerimaan uang yang didapat

oleh pengusaha dari selisih total penerimaan dengan total biaya yang

dikeluarkan (penjumlahan dari semua biaya tetap dengan biaya variabel)

yang mana diukur dalam satuan rupiah per bulan.

2. Modal Usaha

Modal usaha adalah modal yang digunakan pengusaha untuk

menjalankan operasional usahanya, baik modal sendiri maupun modal dari

pihak lain (modal pinjaman). Modal usaha diukur satuan rupiah.

3. Tingkat Pendidikan

Dalam penelitian ini merupakan pendidikan akhir yang ditamatkan

para usahawan jasa kecatikan secara formal bangku sekolah. Dengan

kategori pendidikan dengan tamat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, Sekolah Menengah Atas, Diploma, Sarjana, maupun

Pascasarjana yakni Diukur dengan tahun sukses dalam satuan tahun.

Page 42: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

4. Lama Usaha

Lama usaha merupakan lamanya usahawan tersebut dalam

menjalankan aktivitas usahanya dengan diukur satuan tahun.

5. Lokasi Usaha

Lokasi usaha diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu strategis

(berada di pinggir jalan utama/raya), serta lokasi usaha yang tidak strategis

(berada jauh dari jalan utama/raya). Lokasi usaha yang terletak dipinggir

jalan utama diperkirakan lebih terjangkau oleh konsumen. Letak usaha

dinyatakan dalam dummy yaitu :

D = 0 : tidak strategis (jauh dari jalan utama)

D = 1 : strategis

E. Analisis Data

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

keberhasilan usaha jasa kecantikan, maka digunakan model regresi

berganda dan dapat dirumuskan model fungsi sebagai berikut;

Y = f {X1, X2, X3, X4,}

Dimana ;

Y : Keberhasilan usaha/keuntungan (dalam rupiah)

X1 : Modal (dalam rupiah)

X2 : Tingkat Pendidikan (tahun)

X3 : Lama Usaha (tahun)

X4 : Lokasi Usaha, dinyatakan dalam dummy :

Page 43: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

D = 0 : tidak strategis

D = 1 : strategis

Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dilakukan pengujian

asumsi dan statistik ( Uji F, R2, t )

a. Uji asumsi

1) Multikolinearitas

Untuk mengetahui hubungan antara beberapa atau semua

variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model

tersebut terdapat Multikolinearitas maka model tersebut memiliki

kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat

ditaksir dengan ketepatan tinggi. Cara pengujiannya adalah dengan

menggunakan metode Klein, yaitu dengan membandingkan nilai r2

dengan nilai R2 yang didapat dan hasil matriks korelasi.

Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah Multikolinearitas.

Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah Multikolinearitas.

2) Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa

variansi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah

tidak sama. Apabila variansi tersebut tidak sama, maka berarti

telah terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas

untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan

Uji White, dengan bantuan program Eviews 6.0 perintah yang

dapat dilakukan adalah dengan meregresi variabel bebas dan

variabel terikat, kemudian dari hasil dari hasil regresi OLS akan

Page 44: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

diperoleh nilai Obs*R-squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu

dibandingkan dengan nilai chi-squared tabel dengan df sesuai

jumlah regresor dan level of significant yang dipakai.

Jika nilai chi-square lebih besar dari nilai Obs*R-squared

(tidak signifikan), maka tidak terdapat heteroskedastik dalam

model tersebut.

Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik

tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak

terjadi masalah heteroskedastisitas.

3) Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi

antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun

dalam rangkaian waktu (data time series) maupun tersusun dalam

rangkaian ruang atau (data cross sectional). Autokorelasi

didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi

yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Dalam hal ini asumsinya

adalah autokorelasi tidak terdapat dalam distribansi atau gangguan

ui. adanya autokorelasi antar variabel gangguan menyebabkan

penaksiran tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun

sampel besar. Salah satu pengujian yang umum digunakan untuk

mengetahui adanya autokorelasi adalah uji statistik LM-TEST

(ditambah metode Breuch-Godfrey Serial Correlation). Dengan

langkah-langkah sebagai berikut (Ghozali, 2006) :

Page 45: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

a) Estimasi persamaan regresi dengan OLS (Ordinary Least

Square), dapatkan nilai residualnya (ut).

b) Regresi ut terhadap variabel bebas dan ut-I ………. ut-p

c) Hitungan (n - p)R2 - x2. Jika lebih besar dari nilai tabel chi-

square dengan df p, menolak hipotesa bahwa setidaknya ada

satu koefisien autokorelasi yang berbeda dengan nol.

Apabila dari hasil uji autokorelasi, diketahui bahwa nilai probalitas

lebih besar dari 5%, maka hipotesis yang terdapat pada model tidak

terdapat autokorelasi (autokorelasi ditolak).

b. Uji Statistik

1) Pengujian secara serentak ( Uji F-test)

Uji F ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terkait. Tahap

Pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):

Hipotesa : Ho = b1, b2, b3, b4, b5, b6 = 0

Ha = b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0

Fhitung : F = ( )( )( ) k-N R-1

1-K

R2

2

R2 : Koefisien determinasi berganda

N : Banyaknya observasi

k : Banyaknya parameter total yang diperkirakan

F-tabel ditentukan level of signifikan (α = 0,05) dengan (n-k, k-1)

Dimana : F : F-hitung

Page 46: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Jika F-hitung <F-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak (semua

koefisien regresi secara bersama-sama tidak signifikan pada tingkat

α).

Jika F-hitung >F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima (semua

koefisien regresi secara bersama-sama signifikan pada tingkat α).

2) Analisis koefisiensi determinasi berganda (R2)

Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa jauh

variasi variabel bebas atau independen variabel dapat menerangkan

dengan baik variabel terkait atau dependen variabel. Hal ini dapat

dilihat dan nilai R2 nya. Analisis koefisien determinasi berganda

mempunyai ketentan sebagai berikut: Jika R2 mendekati 0, maka

variabel yang dipilih tidak dapat menerangkan variabel terkaitnya

dan jika R2 mendekati 1, maka variabel bebas yang dipilih dapat

menerangkan dengan baik variabel terkaitnya. Formula penguji

adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):

yiei-1

TR

-1 TE

2

2

SS

SS

SS

SS

ΣΣ

==

ESS : Explain Sum Of Square

RSS : Residual Sum Of Squre

TSS : Total Sum Of Square

3) Uji t

Uji t adalah pengujian untuk mengetahui signifikansi

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen,

dengan analisis sebagai berikut:

Page 47: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Hipotesis ; Ho : b1 = 0

Ha : b1 ≠ 0

Menentukan level of significant

Nilai of test

daerah ditolak daerah ditolak

daerah diterima → t (α/2, n-k)

Gambar III.1 Uji t

Ho diterima jika : -t(α/2, n-k) ≤ t (α /2, n-k)

Ho ditolak jika : t > t (α/2, n-k) atau t < -t (α/2, n-k)

Dimana; α : derajat signifikansi

n : jumlah sampel

k : banyaknya parameter

Jika H0 diterima, maka koefisien regresi tidak signifikan pada

tingkat α.

Jika H0 ditolak, maka koefisien regresi signifikan pada tingkat α.

Perhitungan nilai t :

Se

bi t (bi)

=

Dimana bi : Koefisien regresi

Se(bi) : Standart error coefisient regresi

Page 48: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

BAB IV

ANALISIS DATA ATAU PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Surakarta

1. Aspek Geografis

Kota Surakarta merupakan sebuah daratan rendah yang terletak di

cekungan lereng Pegunungan Lawu dan Pegunungan Merapi dengan

ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut. Posisi Kota Surakarta

terletak diantara 110 45’ 15” – 110 45’ 35” Bujur Timur dan 70’ 36” – 70’

56” Lintang Selatan. Suhu udara maksimum adalah 32,5 derajat Celsius

sedangkan suhu udara minimum adalah 21,9 derajat Celsius. Rata-rata

tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara berkisar

antara 69% sampai dengan 86%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah

angin 240 derajat. Solo memiliki iklim tropis, musim hujan dan musim

kemarau bergantian sepanjang 6 bulan tiap tahunnya. Bulan Desember

adalah bulan dimana hari hujan terbanyak jatuh dengan jumlah hari hujan

sebanyak 27 hari sedangkan curah hujan sebesar 1.025,8 mm.

Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh tiga buah sungai besar,

yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan

Solo adalah sungai terbesar, dimana pada jaman dahulu dikenal sebagai

lalu lintas perdagangan. Kota Surakarta memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut :

Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

Sebelah timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

34

Page 49: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Sebelah barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar

Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo.

Luas wilayah kota Surakarta adalah 130 km2, yang secara

administratif terbagi menjadi lima kecamatan. Kelima kecamatan tersebut

adalah Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan

Banjarsari yang terbagi atas 51 kelurahan. Jumlah RW yang tercatat

sebanyak 592 dan jumlah RT sebanyak 2.644, dengan jumlah kepala

keluarga (KK) sebesar 127.742 KK maka jumlah KK setiap RT rata-rata

sebesar 48 KK.

Gambaran luas wilayah, jumlah penduduk, rasio jenis kelamin,

tingkat kepadatan,dan pembagian administrasi di Kota Surakarta Tahun

2008, dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut :

Tabel IV.1 Gambaran Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Tingkat Kepadatan, dan Pembagian Administrasi di Kota Surakarta Tahun 2008

Kecamatan Luas

wilayah (km2)

Jumlah penduduk Tingkat kepadatanLaki-laki Perempuan Jumlah

Laweyan 8,63 54.164 55.766 109.930 12.723Serengan 3,19 31.263 63.558 63.558 19.899Pasar Kliwon 4,82 43.172 44.808 87.980 18.272Jebres 12,58 70.466 71.826 142.292 11.311Banjarsari 14,81 80.259 81.834 162.093 10.945

JUMLAH 44,04 279.324 286.529 565.853 12.849

Sumber : BPS Kota Surakarta Menurut tabel diatas, Kecamatan Banjarsari memiliki luas wilayah

terbesar yaitu 14,81 km2 serta jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar

162.093 orang, sedangkan yang memiliki luas wilayah dan jumlah

penduduk terkecil adalah Kecamatan Serengan masing-masing sebesar

Page 50: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3,19 km2 dan 63.558 orang. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat

di kecamatan Serengan yaitu 19.899 jiwa/km.

2. Aspek Demografis

Penduduk adalah salah satu unsur penting dalam terbentuknya

suatu negara. Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah jumlah

penduduk sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi

terwujutnya pembangunan.

Besar jumlah penduduk Kota Surakarta setiap tahunnya selalu

berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena adanya kelahiran, kematian, dan

perpindahan penduduk. Berdasarkan data yang ada, maka perkembangan

penduduk Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995-2008

Tahun Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

1995 249.084 267.510 516.594 93,112000 238.158 252.056 490.214 94,492003 242.591 254.056 497.234 95,272004 249.278 261.433 510.711 95,352005 250.868 283.672 523.540 88,442006 254.259 258.639 512.898 98,312007 246.132 269.240 515.372 91,422008 247.245 275.690 522.935 89,68

Sumber : BPS Kota Surakarta Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Surakrta

tidak selalu mengalami kenaikan pada tiap tahunnya. Misalnya pada tahun

2006, jumlah penduduk justru mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya yaitu sebesar 523.540 jiwa tahun 2005 menjadi 512.898 jiwa

pada tahun 2006. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya

Page 51: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

kematian dan perpindahan penduduk ke luar kota. Sedangkan kenaikan

jumlah penduduk biasanya disebabkan oleh kelahiran dan migrasi

penduduk ke dalam Kota Surakarta.

Selanjutnya jumlah penduduk menurut dewasa, anak-anak dan

jenis kelamin akan tersaji pada tabel berikut.

Tabel IV.3 Penduduk Kota Surakarta Menurut Dewasa, Anak dan Jenis Kelamin Tahun 2008

Kecamatan Dewasa Anak

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laweyan 42.282 43.981 11.882 12.300Serengan 14.283 15.120 10.701 10.743Pasar Kliwon 31.204 34.566 11.968 10.242Jebres 51.718 52.527 18.748 22.811Banjarsari 41.731 44.203 38.528 37.631Jumlah 181.218 190.397 91.827 93.727

Sumber : BPS Kota Surakarta

Penduduk Kota Surakarta berjenis kelamin perempuan lebih

banyak yaitu 284.142 jiwa dibanding laki-laki yaitu 273.045 jiwa.

Penduduk dewasa juga lebih banyak dari pada anak-anak.

3. Aspek Sosial ekonomi

a. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan

Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan yang sedang dan

telah ditempuh, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pendidikan

formal.

Berdasarkan tabel IV.4 jumlah penduduk Kota Surakarta paling

banyak adalah tamat SMA yaitu 83.364 orang, sedangkan jumlah

terkecil adalah penduduk tidak sekolah yaitu 12.468 orang. Jadi dapat

Page 52: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Kota Surakarta sudah

berpendidikan.

Tabel IV.4 Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008

Tingkat Pendidikan

Kecamatan

Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah

Tamat PT

9.311 3.113 6.970 5.756 10.489 35.639

Tamat SMA

23.280 10.205 19.199 18.455 12.225 83.364

Tamat SMP

20.772 11.493 18.565 23.095 27.426 101.351

Tamat SD

19.316 12.886 15.695 22.199 28.022 98.118

Tidak Tamat SD

7.663 2.813 6.354 16.182 11.039 44.051

Belum Tamat SD

10.481 4.297 11.174 16.810 24.037 66.799

Tidak Sekolah

4.135 1.278 1.084 18.858 6.837 32.192

Jumlah 91.849 46.085 79.041 121.451 138.064 476.490Sumber : BPS Kota Surakarta

b. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Surakarta tahun 2008 jumlah lapangan pekerjaan yang ditekuni

penduduk ada berbagai macam, diantaranya yakni; petani, buruh tani,

pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, angkutan, pns,

pensiunan dan lain sebagainya.

Mata pencaharian penduduk Kota Surakarta terbanyak sebagai

buruh industri karena banyaknya industri yang berdiri di Surakarta

sehingga banyak tenaga kerja yang terserap di sektor tersebut. Selain

itu mata pencarian penduduk Surakarta yang banyak di tekuni seperti

buruh bangunan, pedagang, dan pns sehingga masyarakat

Page 53: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

berpenghasilan kecil dan menengah masih banyak terdapat di Kota

Surakarta, seperti yang disajikan pada tabel IV.5 sebagai berikut.

Tabel IV.5 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008

Mata Pencaharian

Kecamatan

LaweyanSerengan Pasar kliwon Jebres Banjarsari Kota

Petani Sendiri

38 - - 81 337 456

Buruh Tani 32 - - - 397 429Pengusaha 964 1.124 2.237 1.119 2.810 8.254Buruh Industri

16.421 5.264 8.894 17.653 21.802 70.034

Buruh Bangunan

12.648 4.372 7.589 16.534 21.616 62.759

Pedagang 5.387 3.713 7.751 4.478 11.045 32.374Angkutan 2.154 1.726 4.051 1.627 6.218 15.776PNS/POLRI/ TNI

5.027 1.207 3.333 7.167 9.590 26.424

Pensiunan 3.711 647 1.826 8.637 73.862 22.683Lain-lain 37.644 17.166 16.611 49.155 41.714 163.29

0Jumlah 83.726 35.319 52.292 106.451 123.391 401.179

Sumber : BPS Kota Surakarta

c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi

suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada tiap tahun.

Perkembangan PDRB Kota Surakarta tahun 2007 – 2008 atas

dasar harga berlaku dapat dilihat pada tabel PDRB menurut lapangan

usaha atas dasar harga berlaku yang diambil dari Surakarta Dalam

Angka 2008.

Page 54: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

PDRB Kota Surakarta mengalami kenaikan dari tahun 2007

sebesar 6.909.094,57 menjadi 7.901.886,06 pada tahun 2008.

Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi besar dalam PDRB kota

Surakarta berasal dari sektor industri serta perdagangan, hotel dan

restoran, hal ini disebabkan karena Surakarta tergolong sebagai daerah

perkotaan yang sebagian besar perkonomiaannya didominasi oleh

sektor industri serta perdagangan, hotel dan restoran.

Tabel IV.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha Tahun 2007 2008

Pertanian 4.259,39 4.726,23Penggalian 2.525,78 2.945,24Industri pengolahan 1.681.790,25 1.838.499,70Listrik, Gas, dan Air bersih

186.120,50 203.337,92

Bangunan 924.664,68 1.140.846,43Perdagangan, Hotel, dan restoran

1.711.786,42 1.984.698,20

Pengangkutan dan Komunikasi

802.106,24 884.951,75

Keuangan, Persewaan, dan jasa Perusahaan

763.887,99 863.951,75

Jasa - jasa 831.953,32 977.959,30PDRB 6.909.094,57 7.901.886,06Penduduk Pertengahan Tahun (orang)

515.372 522.935

PDRB perkapita 13.406.034,03 15.110.646,75 Sumber : BPS Kota Surakarta

B. Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini berdasarkan

jenis kelamin, usia, dan pendidikan usahawan jasa kecantikan di Surakarta.

Hasil analisis deskriptif karakteristik responden ditampilkan dalam tabel

distribusi frekuensi sebagai berikut :

Page 55: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

1. Jenis Kelamin

Deskripsi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.7 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Wanita 62 82,7 %

2 Pria 13 17,3 %

total 75 100 %

Sumber: Data primer diolah, 2010. Dari responden yang berjumlah 75 orang yang berjenis kelamin

wanita berjumlah 62 orang atau 82,7% dari jumlah keseluruhan.

Sedangkan untuk jenis kelamin pria berjumlah 13 orang atau 17,3% dari

jumlah responden. Hal ini menunjukkan wanita mendominasi dalam

berwirausaha jasa kecantikan dibandingkan dengan pria.

2. Usia

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner

kepada responden, maka klasifikasi responden menurut kelompok tingkat

usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel IV.8 Distribusi Frekuensi Usia No Usia Frekuensi Persentase 1 ≤ 20 tahun 1 1,32 21 – 30 tahun 20 26,73 31 – 40 tahun 37 49,34 41 – 50 tahun 15 20,05 > 50 tahun 2 2,7

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbesar dari

usahawan adalah mereka yang berumur antara 31 – 40 tahun yang

Page 56: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

berjumlah 37 responden atau 49,3% dari jumlah keseluruhan. Sementara

itu pada posisi kedua diduduki oleh responden yang berusia antara 21 – 30

tahun sebanyak 20 orang atau 26,7%. Posisi ketiga adalah responden yang

berusia 41 – 50 tahun sebanyak 15 atau 20,0%. Posisi kempat adalah

responden yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 2 atau 12,7%. Posisi

kelima adalah responden yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 1

atau 1,3%.

3. Pendidikan

Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden, maka

didapat komposisi responden menurut tingkat pendidikan, sebagai berikut:

Tabel IV.9 Distribusi Frekuensi Pendidikan No Tingkat Pendidikan

(Tahun Sukses) Frekuensi Persentase

1 7 sd 9 2 2,7%2 10 sd 12 44 58,7%3 12 keatas 29 38,7%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang berada pada

tingkat pendidikan SMA merupakan kelompok terbanyak yaitu berjumlah

44 orang atau 58,7% dari keseluruhan jumlah responden. Sedangkan pada

urutan kedua adalah mereka yang berada pada tingkat pendidikan Diploma

dan Sarjana sebanyak 14 orang atau 18,7%. Posisi ketiga ditempati oleh

mereka yang memiliki tingkat pendidikan SMP sebayak 2 orang atau

2,7%. Posisi terakhir ditempati oleh tingkat pendidikan Pascasarjana

sebanyak 1 orang atau 2,7%.

Page 57: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

4. Pengalaman Usaha

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai lama

menjadi usahawan jasa kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.10 Pengalaman Usaha No Pengalaman Usaha Frekuensi Persentase 1 1-7 tahun 49 65.3%2 8 - 14 tahun 8 10,7%3 15 - 21 tahun 9 12,0%4 22 - 28 tahun 7 9,3%5 > 28 tahun 2 2,7%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden responden terbesar

adalah mereka yang lama menjadi usahawan 1-7 tahun sebanyak 49 orang

atau 65,3% dari keseluruhan jumlah responden. Sedangkan pada urutan

kedua adalah mereka yang lama menjadi usahawan 15-21 tahun sebanyak

9 orang atau 12,0%. Urutan ketiga mereka yang lama menjadi usahawan 8-

14 tahun sebanyak 8 orang atau 10,7%. Urutan keempat mereka yang lama

menjadi usahawan 22-28 tahun sebanyak 7 orang atau 9,3%. Dan yang

terakhir > 28 tahun sebanyak 2 orang atau 2,7%.

5. Lokasi Usaha

Deskripsi responden berdasarkan lokasi usaha atau yang dapat

disebut juga dengan letak usaha dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.11 Distribusi Frekuensi Lokasi Usaha No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1 Tidak Strategis 8 10,7%2 Strategis 67 89,3%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari responden yang berjumlah 75 orang yang berlokasi dekat

dengan jalan utama berjumlah 67 orang atau 89,3% dari jumlah

Page 58: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

keseluruhan. Sedangkan yang belokasi jauh dari jalan utama berjumlah 8

orang atau 10,7% dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan lokasi

usaha yang dekat dengan jalan utama mendominasi dalam berwirausaha

jasa kecantikan dibandingkan lokasi usaha yang tidak strategis.

6. Status Kepemilikan Usaha

Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa

kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.12 Distribusi Frekuensi Status Kepemilikan Usaha No Status Kepemilikan Frekuensi Prosentase 1 Milik sendiri 69 92,0%2 Menyewa 5 6,7%3 Milik orang lain 1 1,3%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa status kepemilikan

usaha jasa kecantikan yang status milik sendiri berjumlah 69 orang atau

92,0% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua status kepemilikan

menyewa berjumlah 5 orang atau 6,7% dari jumlah responden. Sedangkan

yang terakhir status kepemilikan milik orang lain sebanyak 1 orang atau

1,3%. Hal ini menunjukkan status kepemilikan usaha yakni milik sendiri

mendominasi dalam berwirausaha jasa kecantikan dibandingkan menyewa

maupun milik orang lain.

7. Awal Usaha

Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa

kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 59: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel IV.13 Distribusi Frekuensi Awal Usaha No Awal usaha

Frekuensi Prosentase

1 Usaha sendiri 69 92,0%2 Usaha keluarga 6 8,0%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa mereka yang

memulai usaha jasa kecantikan atas usahanya sendiri yaitu berjumlah 69

orang atau 92,0% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua mereka yang

memulai usaha sendiri karena warisan orang tua berjumlah 6 orang atau

8,0% dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan yang memulai usaha

tersebut yakni usaha sendiri mendominasi dalam berwirausaha jasa

kecantikan dibandingkan usaha keluarga/warisan keluarga.

8. Status Pekerjaan

Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa

kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.14 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan No Status pekerjaan Frekuensi Prosentase 1 Pekerjaan pokok 56 74,7%2 Pekerjaan sampingan 19 25,3%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa mereka yang

menjadikan usaha jasa kecantikan menjadi pekerjaan pokoknya ialah

berjumlah 56 orang atau 74,7% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua

mereka yang menjadikan usaha jasa kecantikan menjadi pekerjaan

sampingannya berjumlah 19 orang atau 25,3% dari jumlah responden. Hal

ini menunjukkan yang memulai usaha tersebut yakni pekerjaan pokok

Page 60: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

mendominasi dalam berwirausaha jasa kecantikan dibandingkan pekerjaan

sampingan.

9. Usaha Lain

Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa

kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.15 Distribusi Frekuensi Usaha Lain No Usaha lain Frekuensi Prosentase 1 Ya/ada 18 24,0%2 Tidak/tidak ada 57 76,0%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa mereka yang tidak

mempunyai usaha lain selain usaha jasa kecantikan berjumlah 57 orang

atau 76,0% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua mereka yang

mempunyai usaha lain selain usaha jasa kecantikan berjumlah 18 orang

atau 24,0% dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan mereka yang

tidak mempunyai usaha lain selain usaha kecantikan mendominasi dalam

berwirausaha jasa kecantikan dibandingkan mereka yang memiliki usaha

lain.

10. Pendorong Usaha

Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa

kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.16 Distribusi Frekuensi Pendorong Usaha No Pendorong usaha Frekuensi Prosentase 1 Melanjutkan usaha

orangtua 7 9,3%

2 Lain-lain 68 90,7%Total 75 100%

Sumber: Data primer diolah, 2010.

Page 61: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa yang mendorong

mereka untuk menjadi usahawan jasa kecantikan karena hal lain berjumlah

68 orang atau 90,7% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua bahwa yang

mendorong mereka melanjutkan jasa kecantikan orangtuanya berjumlah 7

orang atau 9,3% dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan hal lain

yang mendorong berwirausaha jasa kecantikan lebih dominan

dibandingkan mereka yang melanjutkan usaha jasa kecantikan dari

orangtuanya.

11. Modal

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai modal untuk

memulai usaha jasa kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.17 Distribusi Frekuensi Modal Usaha No Modal usaha Frekuensi Persentase 1 ≤ 5 jt 8 10,7%2 6 - 10 juta 8 10,7%3 11 - 15 juta 9 12,0%4 16 - 20 juta 21 28,0%5 > 20 juta 29 38,7%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbesar adalah

mereka yang memiliki modal untuk mendirikan usaha sebesar >20 juta

sebanyak 29 orang atau 38,7% dari keseluruhan jumlah responden.

Sedangkan pada urutan kedua adalah mereka yang memiliki modal untuk

mendirikan usaha sebesar 16-20 juta sebanyak 21 orang atau 28,0%.

Urutan ketiga mereka yang memiliki modal untuk mendirikan usaha 11-15

juta sebanyak 9 orang atau 12,0%. Selanjutnya urutan keempat dan

Page 62: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

terakhir adalah mereka yang memiliki modal untuk mendirikan usaha

sebesar ≤ 5 jt serta yang memiliki modal sebesar 6-10 juta sebanyak 8

orang atau 10,7%.

12. Sumber Modal Usaha

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai cara

mendapatkan sumber modal dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.18 Distribusi Frekuensi Asal Modal Usaha No Sumber Modal Frekuensi Persentase 1 Modal sendiri 50 66,7%2 Pinjaman 25 33,3%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang dalam

mendapatkan sumber modal sendiri/pribadi dalam mendirikan usaha jasa

kecantikan merupakan kelompok terbanyak yaitu berjumlah 50 orang atau

66,7% dari keseluruhan jumlah responden. Sedangkan pada urutan kedua

adalah mereka yang mendapatkan sumber modal dari pinjaman dalam

mendirikan usaha jasa kecantikan sebanyak 25 orang atau 33,3% dari

seluruh jumlah responden.

13. Tenaga Pembantu

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai adanya

tenaga pembantu dalam menjalankan usaha jasa kecantikan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel IV.19 Distribusi Frekuensi Tenaga Pembantu No Tenaga Pembantu Frekuensi Persentase 1 Ya 65 86,7 %2 Tidak 10 13,0 %

Total 75 100 %Sumber: Data primer diolah, 2010.

Page 63: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

tenaga pembantu atas usaha jasanya merupakan kelompok terbanyak yaitu

berjumlah 65 orang atau 86,7% dari keseluruhan jumlah responden.

Sedangkan pada urutan kedua adalah mereka yang tidak memiliki tenaga

pembantu atas usahanya sebanyak 10 orang atau 13,0% dari seluruh

jumlah responden.

14. Cara Merekrut Tenaga Pembantu

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai adanya

tenaga pembantu dalam menjalankan usaha jasa kecantikan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel IV.20 Distribusi Frekuensi Merekrut Tenaga Pembantu No Perekrutan Tenaga Pembantu Frekuensi Persentase 1 Saudara 5 6,7%2 Teman 24 32,0%3 Tetangga 6 8,0%4 Iklan Lowongan 28 37,3%5 Lainnya 12 16,0%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merekrut

tenaga pembantu melalui iklan lowongan merupakan kelompok terbanyak

yaitu berjumlah 28 orang atau 37,3% dari keseluruhan jumlah responden.

Sedangkan pada urutan kedua adalah mereka yang merekrut dengan

melalui teman sebanyak 24 orang atau 32,0%. Urutan ketiga mereka yang

merekrut dengan melalui lowongan lainnya sebanyak 12 orang atau

16,0%. Urutan keempat mereka yang merekrut dengan melalui tetangga

Page 64: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

sebanyak 6 orang atau 8,0%. Urutan terakhir mereka yang merekrut

dengan melalui saudara 5 orang atau 6,7% seluruh jumlah responden.

15. Jumlah Hari Kerja dalam Seminggu

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai lama

menjual saham kembali dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.21 Distribusi Frekuensi Hari Kerja dalam Seminggu No Hari Kerja Dalam Seminggu Frekuensi Persentase 1 6 hari 46 61,3%2 7 hari 29 38,7%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbesar adalah

mereka yang menggunakan waktu 6 hari dalam menjalankan usaha jasa

kecantikan sebanyak 46 orang atau 61,3% dari keseluruhan jumlah

responden. Sedangkan pada urutan terakhir yaitu meraka yang

menggunakan 7 hari kerja dalam menjalankan usaha jasa kecantikan

sebanyak 29 orang atau 38,7% dari jumlah keseluruhan responden.

16. Jumlah Gaji Tenaga Pembantu Perbulan

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai jumlah gaji

tenaga pembantu perbulan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.22 Distribusi Frekuensi Jumlah Gaji Tenaga Pembantu Perbulan

No Jumlah Gaji Tenaga Pembantu Frekuensi Persentase 1 ≤ 500.000 21 28%2 600 ribu – 1 juta 48 64%3 Lainnya 6 8,0%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Page 65: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan

memberikan gaji kepada tenaga pembantu sebesar 48 orang atau 64%

dalam satu bulan merupakan kelompok terbanyak dari keseluruhan jumlah

responden. Kemudian urutan kedua adalah mereka yang memberikan gaji

kepada tenaga pembantu sebesar ≤ 500.000 sebanyak 21 orang atau 28%

dalam satu bulan. Urutan ketiga dan terakhir adalah mereka yang tidak

mempunyai tenaga kerja sebanyak 6 orang atau 8,0% dari jumlah

keseluruhan.

17. Rata-rata Pendapatan

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai besar rata-

rata keuntungan satu bulan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.23 Distribusi Frekuensi Besar Rata-rata Pendapatan per Bulan

No Rata-rata keuntungan Frekuensi Persentase 1 ≤ 5 juta 27 36,0%2 6 – 10 juta 28 37,3%3 11 – 15 juta 12 16,0%4 16 – 20 juta 8 10,7%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan besar

omset rata-rata pendapatan sekitar 6 - 10 juta dalam satu bulan merupakan

kelompok terbanyak dengan jumlah 28 orang atau 37,3% dari keseluruhan

jumlah responden. Kemudian urutan kedua adalah mereka yang memiliki

omset rata-rata sebesar ≤ 5 juta dalam satu bulan sebanyak 27 orang atau

36,0%. Urutan ketiga adalah merekayang memiliki omset rata-rata

pendapatan sebesar 11- 15 juta sebanyak 12 orang atau 16,0%. Urutan

Page 66: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

terakhir mereka yang memiliki rata-rata omset pendapatan sebesar 16 – 20

juta sebesar 8 orang atau 10,7% dari jumlah keseluruhan.

18. Laba Bersih

Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai total laba

bersih perbulan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel IV.23 Total Laba Bersih Dalam Satu Bulan No Total Laba Bersih Frekuensi Persentase 1 < 1 juta 4 5,3%2 1 - <5 juta 45 60,0%3 5 - <10 juta 11 14,7%4 10 - <15 juta 13 17,3%5 >15 juta 2 2,7%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mengenai total

laba bersih dalam satu bulan dengan total laba bersih 1 - <5 juta

merupakan kelompok terbanyak dengan jumlah 45 orang atau 60,0% dari

keseluruhan jumlah responden. Kemudian urutan kedua adalah mereka

dengan total laba bersih satu bulan 10 - <15 juta sebanyak 13 orang atau

17,3%. Urutan ketiga adalah mereka dengan total laba bersih satu bulan 5 -

<10 juta sebanyak 11 orang atau 14,7%. Dan yang keempat adalah mereka

yang dengan total laba bersih <1 juta atau 5,3% dari jumlah keseluruhan.

Selanjutnya yang terakhir mereka yang dengan total laba bersih >15 juta

sebanyak 2 orang atau 2,7%.

19. Penentuan Harga Jasa Dalam Usaha Jasa Kecantikan

Deskripsi responden berdasarkan cara menentukan harga jasa

dalam usaha jasa kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 67: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tabel IV.24 Distribusi Frekuensi Cara Menentukan Harga Jasa No Menentukan Harga Jasa Frekuensi Persentase 1 Menentukan sendiri 57 76,0%2 Mengikuti usaha jasa

kecantikan lainnya 18 24,0%

Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dari responden yang berjumlah 75 orang, mereka yang cara

menentukan harga jasa kecantikan dengan cara menentukan sendiri pada

usahanya berjumlah 57 orang atau 76,0% dari jumlah keseluruhan.

Sedangkan untuk mereka yang cara menentukan harga jasa kecantikan

dengan cara mengikuti usaha jasa kecantikannya lainnya pada usahanya

berjumlah 18 orang atau 24,0% dari jumlah responden. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam menentukan harga dengan cara menentukan

sendiri oleh usahawan jasa kecantikan ternyata lebih dominan

dibandingkan dengan cara mengikuti usaha jasa kecantikan lainnya.

C. Analisis Data

1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menjawab permasalahan dan pengujian hipotesis yang ada

pada penelitian ini perlu dilakukan analisis statistik terhadap data yang

telah diperoleh. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda

menggunakan bantuan komputer program Eviews 6 diperoleh hasil

sebagai berikut:

Page 68: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Tabel IV.25 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 04/07/11 Time: 11:54 Sample: 1 75 Included observations: 75

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -5817817. 2481314. -2.344652 0.0219X1 0.203547 0.051427 3.957935 0.0002X2 232158.9 193798.2 1.197941 0.2350X3 172538.7 60201.37 2.866027 0.0055X4 2866982. 1030103. 2.783200 0.0069

R-squared 0.449862 Mean dependent var 4854000.Adjusted R-squared 0.418425 S.D. dependent var 3877985.S.E. of regression 2957392. Akaike info criterion 32.70185Sum squared resid 6.12E+14 Schwarz criterion 32.85635Log likelihood -1221.320 Hannan-Quinn criter. 32.76354F-statistic 14.31019 Durbin-Watson stat 1.916130Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data Primer Diolah, 2010

Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut

adalah:

Y = -5817817 + 0,20354X1 + 232158,9X2 + 172538,7X3 + 2866982X4

Keterangan :

Y = Keberhasilan Usaha Jasa Kecantikan

X1 = Modal Usaha

X2 = Tingkat Pendidikan

X3 = Lama Usaha

X4 = Lokasi Usaha

Besarnya pengaruh variabel bebas yaitu modal usaha, tingkat

pendidikan, lama usaha, dan lokasi usaha terhadap keberhasilan usaha jasa

kecantikan sebagai variabel dependen, ditunjukkan oleh besarnya

koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas.

Page 69: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Jika X1, X2, X3, dan X4 nilainya = 0 maka nilai Y = 5817817

Koefisien regresi sebesar 0,20354 menyatakan bahwa setiap

penambahan satu skor atau nilai Modal Usaha (X1) dapat meningkatkan

nilai atau skor keberhasilan usaha jasa kecantikan sebesar 0,20354 rupiah.

Koefisien regresi sebesar 232158,9 menyatakan bahwa setiap

penambahan satu skor atau nilai Tingkat Pendidikan (X2) dapat

meningkatkan nilai atau skor keberhasilan usaha jasa kecantikan sebesar

232158,9 rupiah.

Koefisien regresi sebesar 172538,7 menyatakan bahwa setiap

penambahan satu skor atau nilai Lama Usaha (X3) dapat meningkatkan

nilai atau skor keberhasilan usaha jasa kecantikan sebesar 172538,7

rupiah.

Koefisien regresi sebesar 2866982 menyatakan bahwa setiap

penambahan satu skor atau nilai Lokasi Usaha (X4) dapat meningkatkan

nilai atau skor keberhasilan usaha Jasa Kecantikan sebesar 2866982

rupiah.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika

terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinearitas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas dapat dilihat pada

nilai r2 regresi parsial dan R2 regresi utama. Apabila nilai r2 < R2, maka

tidak terjadi multikolinearitas.

Page 70: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Tabel IV.27 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel r2 R2 Kesimpulan

Modal Usaha 0,195 0,449 Tidak terjadi multikolinearitasTingkat Pendidikan 0,129 0,449 Tidak terjadi multikolinearitasLama Usaha 0,112 0,449 Tidak terjadi multikolinearitasLokasi Usaha 0,121 0,449 Tidak terjadi multikolinearitasSumber: Data primer diolah, 2010.

Tabel IV.27 di atas menunjukkan bahwa semua variabel bebas

yaitu modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha

mempunyai nilai R-squared di bawah R-squared regresi utama

(<0,449), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada

penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.

b. Heteroskedastik

Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa

variansi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah

tidak sama. Apabila variansi tersebut tidak sama, maka berarti telah

terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas untuk

mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji

White, dengan bantuan program Eviews 6.0 perintah yang dapat

dilakukan adalah dengan meregresi variabel bebas dan variabel terikat,

kemudian dari hasil dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai Obs*R-

squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu dibandingkan dengan nilai chi-

squared tabel dengan df sesuai jumlah regresor dan level of significant

yang dipakai.

Berikut ini adalah ringkasan hasil uji heteroskedastisitas pada

penelitian ini.

Page 71: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tabel IV.28 Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.600063 Prob. F(13,60) 0.1105Obs*R-squared 19.05006 Prob. Chi-Square(13) 0.1216Scaled explained SS 21.84289 Prob. Chi-Square(13) 0.0578

Sumber: Data primer diolah, 2010.

Dengan df = 13 (jumlah regresor) dan α = 5% didapatkan X2

tabel yaitu 22,362.

Nilai OBS*R-squares = 19,05006 < 22,362

Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah

heteroskedastiksitas

c. Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel

gangguan sehingga penaksiran tidak lagi efisien baik dalam sampel

kecil maupun sampel besar. Salah satu cara yang digunakan dalam

pengujian autokorelasi adalah B-G Test. Dengan menggunakan

program Eviews6.0 didapat hasil pada tabel IV.29 sebagai berikut:

Tabel IV.29 Hasil Uji Autokorelasi Dengan B-G Test Variabel Probabilitas

Modal Usaha 0,9735Tingkat Pendidikan 0,9029Lama Usaha 0,8554Lokasi Usaha 0,9858RESID (-1) 0,7708F-statistic 0,312561Obs*R-squared 0,683192Sumber: Analisis data primer diolah, 2010. Apabila dari hasil uji autokorelasi, diketahui bahwa nilai probalitas

lebih besar dari 5%, maka hipotesis yang terdapat pada model tidak

terdapat autokorelasi (autokorelasi ditolak).

Page 72: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3. Uji Statistik

a. Uji Statistik F-test

Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui hasil uji F (uji

Fisher) digunakan untuk menguji signifikansi model regresi. Tujuan dari

uji F ini adalah untuk membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan

koefisien regresi yang digunakan dalam analisis ini signifikan. Apabila

nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka model regresi

signifikan secara statistik. Dari hasil pengujian diperoleh nilai F hitung

sebesar 14,31019 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi

tersebut lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), berarti bahwa model regresi

dengan variabel modal, tingkat pendidikan, lama usaha, lokasi usaha

tingkat model signifikan secara statistik

b. Nilai Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi diperlukan untuk mengetahui berapa persen

variasi variabel-variabel bebas yang ada dalam model, dalam hal ini

pengalaman investor, lama menjual saham kembali, tingkat pendidikan,

dan tingkat modal dapat menjelaskan variabel dependen yaitu keberhasilan

investor dalam berinvestasi saham. Berdasarkan tabel IV.25 diperoleh

hasil bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,418425 yang berarti 41%

variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas.

sedangkan sisanya sebesar 59% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

termasuk dalam penelitian ini.

Page 73: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

c. Uji t-test

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing

variabel bebas dalam mempengaruhi variabel dependen. Kriteria pengujian

dilakukan dengan membandingkan nilai signifikan pada tingkat 0,05

dengan nilai signifikan hasil uji t, jika nilai signifikan uji t lebih kecil dari

batas signifikan 0,05 maka nilai koefisien regresi variabel mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

a. Variabel Modal Usaha

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t

statistik variabel modal usaha sebesar 0,0002 yang berarti signifikan

pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Oleh karena itu variabel modal

usaha dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.

b. Variabel Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t

statistik variabel tingkat pendidikan sebesar 0,2350 yang berarti tidak

signifikan pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Oleh karena itu variabel

tingkat pendidikan dikatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.

c. Variabel Lama Usaha

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t

statistik variabel lama usaha sebesar 0,0055 yang berarti signifikan

pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Oleh karena itu variabel lama

Page 74: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

usaha dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.

d. Lokasi Usaha

Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t

statistik variabel lokasi usaha sebesar 0,0069 yang berarti signifikan

pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Oleh karena itu variabel lokasi

usaha dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.

4. Pengujian Hipotesis

a. Hipotesis 1

1) Pernyataan hipotesis yang menunjukan bahwa ”Diduga ada

pengaruh yang signifikan antara variabel modal usaha terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta”. Hasil statistik uji

t untuk menguji pengaruh variabel modal usaha diperoleh t statistik

sebesar 3,957935 dengan tingkat signifikansi 0,0002. Oleh karena

signifikansi kurang dari 5% (p < 0,05), maka hipotesis diterima.

Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel modal usaha

terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta.

2) Pernyataan hipotesis yang menunjukan bahwa ”Diduga ada

pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan

terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta”. Hasil

statistik uji t untuk menguji pengaruh variabel tingkat pendidikan

Page 75: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

diperoleh t statistik sebesar 1,197941 dengan tingkat signifikansi

0,2350. Oleh karena signifikansi lebih dari 5% (p < 0,05), maka

hipotesis ditolak. Dengan demikian hasil ini tidak mendukung

hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara variabel tingkat pendidikan terhadap keberhasilan usaha

jasa kecantikan di Kota Surakarta.

3) Pernyataan hipotesis yang menunjukan bahwa ”Diduga ada

pengaruh yang signifikan antara variabel lama usaha terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta”. Hasil statistik uji

t untuk menguji pengaruh variabel lama usaha diperoleh t statistik

sebesar 2,866027 dengan tingkat signifikansi 0,0055. Oleh karena

signifikansi kurang dari 5% (p < 0,05), maka hipotesis diterima.

Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel lama usaha

terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta.

4) Pernyataan hipotesis yang menunjukan bahwa ”Diduga ada

pengaruh yang signifikan antara variabel lokasi usaha terhadap

keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta”. Hasil statistik uji

t untuk menguji pengaruh variabel lokasi usaha diperoleh t statistik

sebesar 2,783200 dengan tingkat signifikansi 0,0069. Oleh karena

signifikansi kurang dari 5% (p < 0,05), maka hipotesis diterima.

Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan

Page 76: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel lokasi usaha

terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta.

b. Hipotesis 2

Hipotesis kedua menyatakan bahwa ”Faktor tingkat modal

usaha diduga berpengaruh paling besar terhadap keberhasilan usaha

jasa kecantikan di Kota Surakarta”. Untuk menjawab hipotesis kedua

dapat dilihat dari urutan variabel yang signifikan diantara keempat

variabel independen berikut:

Tabel IV.26 Peringkat Variabel Variabel P Peringkat

Modal Usaha 0,0002 1 Tingkat Pendidikan 0,2350 4 Lama Usaha 0,0055 2 Lokasi Usaha 0,0069 3 Sumber: Data primer diolah, 2010.

Berdasarkan analisis pada Tabel IV.26 diketahui bahwa urutan

faktor yang berpengaruh paling besar terhadap keberhasilan usahawan

dalam berwirausaha jasa kecantikan adalah modal usaha, lama usaha,

lokasi usaha, dan terakhir adalah tingkat pendidikan. Dengan

demikian, maka hasil analisis ini mendukung hipotesis kedua yang

menyatakan bahwa faktor tingkat modal usaha diduga berpengaruh

paling besar terhadap keberhasilan usahawan dalam berwirausaha jasa

kecantikan di Kota Surakarta.

D. Interpretasi Secara Ekonomi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan usahawan dalam berwirausaha jasa kecantikan di

Page 77: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Surakarta. Faktor yang diteliti meliputi modal usaha, tingkat pendidikan, lama

usaha, dan lokasi usaha. Untuk menguji pengaruh keempat faktor tersebut

terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta digunakan analisis

regresi linier.

1. Pengaruh Modal Usaha terhadap keberhasilan usahawan dalam usaha jasa

kecantikan di Surakarta.

Koefisien regresi modal usaha bernilai positif sebesar 0,203547

dan nilai probabilitasnya sebesar 0,0002, nilai tersebut berarti variabel

modal usaha mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan

usaha yang diperoleh usahawan jasa kecantikan. Probabilitas regresi modal

usaha yang bernilai positif sebesar 0,0002 menunjukkan bahwa variabel

modal usaha mempunyai pengaruh positif terhadap keberhasilan usaha.

Jika modal usaha bertambah sebesar 1 satuan rupiah, maka tingkat

keberhasilan yang diterima usahawan jasa kecantikan akan mengalami

kenaikan sebesar 0,203547 rupiah dengan asumsi variabel lain konstan.

Nilai ini sesuai hipotesis pertama yang menyatakan bahwa modal usaha

berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Hasil ini mengindikasikan

bahwa modal usaha merupakan faktor pendukung dalam kegiatan usaha

karena tanpa modal usaha, sebuah usaha tidak dapat dilakukan. Modal

usaha merupakan kebutuhan utama bagi seorang pengusaha dalam

menjalankan usaha baik pada saat memulai, pengembangan maupun pada

saat penurunan usaha. Tujuan keberhasilan usaha mengarah pada

maksimalisasi keuntungan. Semakin besar tingkat keuntungan atau imbal

Page 78: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

hasil yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan usaha

tersebut. Dalam kaitan ini, usahawan selalu berusaha untuk mencapai hal

tersebut.

Pengusaha tersedia modal usahanya yang cukup akan

mempengaruhi kelancaran dan pengembangan usaha yang yang

dijalankan, seperti halnya anggapan para usahawan ingin menambah

desaign interior, peralatan salon, perlengkapan salon, menambah luas

lahan, dan lain sebagainya. Dari sini dapat digambarkan bahwa modal

usaha mempengaruhi keberhasilan usaha. Namun selain hal tersebut

usahawan pun harus tetap memperhatikan kenyamanan pelanggan dan

serta persaingan jasa kecantikan lainnya.

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan

di Surakarta.

Koefisien regresi tingkat pendidikan bernilai positif sebesar

232158,9 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,2350, nilai tersebut berarti

variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat

keberhasilan usaha yang diperoleh usahawan jasa kecantikan. Probabilitas

regresi tingkat pendidikan yang bernilai positif sebesar 0,2350

menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh

positif terhadap keberhasilan usaha. Jika tingkat pendidikan bertambah

sebesar 1 satuan tahun sukses, maka tingkat keberhasilan yang diterima

usahawan jasa kecantikan akan mengalami kenaikan sebesar 232158,9

rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Nilai ini sesuai hipotesis

Page 79: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

pertama yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap

keberhasilan usaha. Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa tingkat

pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa

kecantikan di Surakarta yang ditunjukkan dari tinggi rendahnya

pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap keberhasilan usaha jasa

kecantikan di Surakarta. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam mendirikan

usaha jasa kecantikan tidak mutlak harus mempunyai pendidikan yang

tinggi. Keberhasilan usaha jasa lebih dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan

dalam diri seorang usahawan. Pencapaian keberhasilan usahawan dalam

usahanya diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam

berbisnis, seperti halnya memiliki kemauan, kemmpuan serta ketrampilan

dalam menjalankan bisnis/usahanya.

3. Pengaruh Lama Usaha terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di

Surakarta.

Koefisien regresi lama usaha bernilai positif sebesar 172538,7 dan

nilai probabilitasnya sebesar 0,0055, nilai tersebut berarti variabel modal

usaha mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan usaha

yang diperoleh usahawan jasa kecantikan. Probabilitas regresi lama usaha

yang bernilai positif sebesar 0,0055 menunjukkan bahwa variabel lama

usaha mempunyai pengaruh positif terhadap keberhasilan usaha. Jika lama

usaha bertambah sebesar 1 tahun, maka tingkat keberhasilan yang diterima

usahawan jasa kecantikan akan mengalami kenaikan sebesar 172538,7

rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Nilai ini sesuai hipotesis

Page 80: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

pertama yang menyatakan bahwa lama usaha berpengaruh terhadap

keberhasilan usaha. Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa lama

usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa

kecantikan di Surakarta yang ditunjukkan dari hasil analisis memberikan

bukti empiris bahwa lama uasha berpengaruh positif terhadap keberhasilan

usaha jasa kecantikan di Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan

p<0,05. Lama usaha sangat berpengaruh positif terhadap tingkat

keuntungan yaitu lamanya seseorang dalam menggeluti usaha yang

dijalaninya. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang

menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang tersebut.

Hal ini tentu saja akan meningkatkan keberhasilan usahanya, dengan

pengalaman kerja yang lama, usahawan akan semakin terampil, cekatan

dan cepat dalam melakukan pekerjaanya, sehingga yang dilakukan

berubah menjadi hasil yang baik.

4. Pengaruh Lokasi Usaha terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di

Surakarta.

Koefisien regresi lokasi usaha bernilai positif sebesar 2866982 dan

nilai probabilitasnya sebesar 0,0069, nilai tersebut berarti variabel lokasi

usaha mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan usaha

yang diperoleh usahawan jasa kecantikan. Probabilitas regresi lokasi usaha

yang bernilai positif sebesar 0,0069 menunjukkan bahwa variabel lokasi

usaha mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan

usaha. Nilai ini sesuai hipotesis pertama yang menyatakan bahwa lokasi

Page 81: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

usaha berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Berdasarkan analisis

regresi diketahui bahwa lokasi usaha tidak berpengaruh signifikan

terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta yang ditunjukkan

dari hasil analisis memberikan bukti empiris bahwa lokasi uasha

berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di

Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Lokasi usaha sangat

berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan yaitu lokasi usaha

mempengaruhi letak usahanya. Ada suatu asumsi bahwa lokasi usaha yang

dipilih pengusaha dalam menjalankan usaha merupakan letak yang

strategis atau termasuk dalam pusat keramaian sehingga banyak orang

yang berkunjung, maka kemungkinan terjadi peningkatan dalam perolehan

pendapatan pengusaha juga meningkat. Sehingga lokasi usaha yang tepat

merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi pendapatan yang

diperoleh pengusaha yang mana akan mendatangkan

keuntungan/keberhasilan tersebut. Dengan demikian dapat digambarkan

bahwa lokasi usaha berpengaruh pada keberhasilan usaha. Namun hal lain

ada penunjang lain seperti halnya sudah dipercayai customer dengan hasil

bagus dan harga terjangkau dan lainnya, maka walaupun lokasi usaha

terletak pada lokasi tidak strategispun customer tetap mengunjungi tempat

tersebut.

Page 82: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada

bab sebelumnya terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Hasil analisis regresi mengenai keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota

Surakarta menunjukkan :

a. Secara serentak modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan

lokasi usaha berpengaruh signifikan, kecuali tingkat pendidikan tidak

signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan dengan tingkat

derajat kepercayaan 95%.

b. Berdasarkan perhitungan R2 didapatkan nilai adjusted R2 sebesar

0,418425. Ini berarti 41% variasi variabel modal usaha, tingkat

pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha dapat menerangkan dengan

baik variabel tingkat keberhasilan usaha jasa kecantikan. Sisanya 59%

variabel tingkat keberhasilan usaha jasa kecantikan dijelaskan oleh

variasi variabel lain di luar model.

c. Secara individual pada derajat signifikan 95% variabel modal usaha,

tingkat pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha, kecuali tingkat

pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan

usaha jasa kecantikan.

68

Page 83: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian dimana variabel yang berpengaruh positif dan

signifikan ialah modal usaha, lama usaha dan lokasi usaha maka untuk

meningkatkan keuntungan yang didapat maka pemilik usaha jasa

kecantikan tersebut disarankan untuk menambah modal usaha untuk

memperbesar volume usaha seperti melengkapi perlengkapan, peralatan

salon, desaign interior, menambah luas lahan, dan lain sebagainya. Selain

itu juga menambah pengalaman dalam menjalani usahanya dan juga tetap

memperhatikan letak serta lokasi usahanya agar para konsumen tertarik

dan nyaman.

2. Berdasarkan penelitian bahwa variabel tingkat pendidikan bepengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap keberhasilan jasa kecantikan maka

sebaiknya kepada usahawan maupun tenaga pembantunya mengikuti

pelatihan/kursus-kursus serta seminar di bidang tatarias serta kecantikan

yang menunjang usahanya terlebih dahulu, sehingga mereka dapat

tambahan ketrampilan serta pengetahuan akan trend terkini (model up to

date) secara fundamental maupun teknikal dengan tujuan agar dapat

menekan faktor resiko yang ada serta dapat memberikan kepuasan

maksimal terhadap konsumen.

Page 84: digilib.uns.ac · PDF filekecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

3. Usahawan jasa kecantikan diharapkan selalu memiliki ketrampilan,

kreatifitas dan juga inovasi baru agar konsumen tetap setia dating kembali

dan puas atas pelayanan yang diterimanya.

4. Model regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan R2

yang masih rendah (41%), oleh karena itu terdapat kemungkinan

penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel baru yang lebih

mempengaruhi keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.