Upload
nguyenliem
View
221
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN
DI KOTA SURAKARTA
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas – tugas dan Memenuhi Syarat – syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
CAESA SEPTIANI PUTRI
F 1107035
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
[|wâÑ çtÇz uxÜ{tÜzt twtÄt{ {|wâÑ çtÇz wtÑtà ÅxÅuxÜ|~tÇ ~x{|wâÑtÇÇçt ~xÑtwt ÉÜtÇz
Ät|ÇA
;fÉÜxÇ ^|xÜ~xzttÜw<
TÅu|á| |àâ áxÑxÜà| t|Ü w| Ätâà ÄxÑtá? Äxu|{ utÇçt~ ÉÜtÇz çtÇz ÅxÅ|ÇâÅÇçt Åt~t t~tÇ
{tâáA
;cxÇâÄ|á<
`tátÄt{@ÅtátÄt{ ~|àt twtÄt{ uâtàtÇ ÅtÇâá|t? Åt~t wtÜ| |àâ wtÑtà w|tàtá| ÉÄx{ ÅtÇâá|tA
g|wt~ twt ÅtátÄt{ wtÄtÅ àt~w|Ü ÅtÇâá|t çtÇz à|wt~ àxÜ}tÇz~tâ ÉÄx{ ÅtÇâá|tA
;]É{Ç YA ^xÇÇxwç<
fxáâÇzzâ{Ççt áxáâwt{ twt ~xáâÄ|àtÇ |àâ twt ~xÅâwt{tÇA
;dáA TÄ |Çáç|ÜÉ{M I<
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk :
♣ Allah SWT atas anugerah dan rahmatnya hingga saat ini, dan hanya kepadaMu hamba menyembah, berlindung serta memohon ampun
Dan dihadiahkan kepada :
♣ Ibunda dan ayahanda atas doa dan kasih sayangnya sepanjang masa
♣ Adik-adikku yang cantik atas doa dan dukungan tanpa henti-hentinya
♣ My Love atas doa, penuntun dan bantuannya selalu
♣ EP`07 atas kerjasama serta kerepotannya
♣ Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga hanya dengan bimbingan,
pertolongan, dan kasih sayang-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul :“STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN DI
KOTA SURAKARTA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persiapan,perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak baik
secara moril maupun materiil. Tiada yang dapat melukiskan kebahagiaan penulis
selain rasa syukur yang mendalam. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan
ketulusan yang mendalam penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Sutanto, Msi, selaku pembimbing yang dengan arif dan bijak telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan
masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Prof. DR. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara langsung maupun
tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.
6. Seluruh petugas di perpustakaan MM Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan
data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.
7. Ayah dan Mamah yang senantiasa selalu mendoakan, member dorongan dan
bimbingan kepada ananda.
8. Kedua adikku yang cantik makasih atas doanya…..tetap semangat ya…
9. Arry Budhi Saputro terimakasih atas waktu dan bantuannya, baik spirit dan
religi.
10. Teman – temanku di Ekonomi Pembangunan 2007.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung
maupun tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya
penelitian ini.
Demikian skripsi ini penulis susun dan tentunya masih banyak kekurangan
yang perlu di benahi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat
bermanfaat bagi segenap pembaca.
Surakarta, April 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................... 9
B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 20
C. Kerangka Pemikiran ................................................................. 21
D. Hipotesis ................................................................................... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 24
B. Teknik Pengambilan Sampel.................................................... 24
C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 26
D. Definisi Operasional Variabel .................................................. 27
E. Analisis Data ............................................................................ 28
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Surakarta ..................................... 34
B. Gambaran Karakteristik Responden ........................................ 40
C. Analisis Data ............................................................................ 53
D. Interpretasi Secara Ekonomi .................................................... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 68
B. Saran ......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel I.1 Struktur Eknmi Kota Surakarta Tahun 2003-2008 Atas Dasar
Harga Berlaku (persen) ............................................................ 4 Tabel IV.1 Gambaran Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Rasio Jenis
Kelamin, Tingkat Kepadatan, dan Pembagian Administrasi di Kota Surakarta Tahun 2008 ..................................................... 35
Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin
Tahun 1995-2008 ..................................................................... 36 Tabel IV.3 Penduduk Kota Surakarta Menurut Dewasa, Anak dan Jenis
Kelamin Tahun 2008 ................................................................ 37 Tabel IV.4 Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat
Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008 .............................. 38 Tabel IV.5 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota
Surakarta Tahun 2008 .............................................................. 39 Tabel IV.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah) ............................................................... 40
Tabel IV.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 41 Tabel IV.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia .................................... 41 Tabel IV.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ......................... 42 Tabel IV.10 Lama Menjadi Usahawan Jasa Kecantikan .............................. 43 Tabel IV.11 Distribusi Frekuensi Lokasi Usaha .......................................... 43 Tabel IV.12 Distribusi Frekuensi Status Kepemilikan Usaha ...................... 44 Tabel IV.13 Distribusi Frekuensi Yang Memulai Mendirikan Usaha ......... 45 Tabel IV.14 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan ...................................... 45 Tabel IV.15 Distribusi Frekuensi Usaha Lain .............................................. 46 Tabel IV.16 Distribusi Frekuensi Yang Mendorong Menjadi Usawan Jasa
kecantikan ................................................................................ 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Tabel IV.17 Modal Untuk Memulai Usaha Jasa Kecantikan ....................... 47 Tabel IV.18 Cara Mendapatkan Sumber Modal .......................................... 48 Tabel IV.19 Tenaga Pembantu Dalam Menjalankan Usaha ........................ 48 Tabel IV.20 Cara Merekrut Tenaga Pembantu Dalam Menjalankan
Usaha ........................................................................................ 49 Tabel IV.21 Hari Kerja Dalam Seminggu .................................................... 50 Tabel IV.22 Jumlah Gaji Tenaga Pembantu Perbulan ................................. 50 Tabel IV.23 Besar Rata-rata Omset Pendapatan Perbulan ........................... 51 Tabel IV.24 Total Laba Bersih Dalam Satu Bulan ...................................... 52 Tabel IV.25 Distribusi Frekuensi Cara Menentukan Harga Jasa ................. 53 Tabel IV.26 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ................................... 54 Tabel IV.27 Peringkat Variabel .................................................................... 62 Tabel IV.28 Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................... 56 Tabel IV.28 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 57 Tabel IV.28 Hasil Uji Autokorelasi dengan B-G Test ................................. 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar II.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 21
Gambar III.1 Uji t .......................................................................................... 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner.
Lampiran 2. Data Operasional Variabel.
Lampiran 3. Hasil Pengelompokan Data Responden.
Lampiran 4. Hasil Analisis regresi Linier Berganda.
Lampiran 5. Hasil Uji Multikolinearitas.
Lampiran 6. Hasil Uji Heteroskedastik.
Lampiran 7. Hasil Uji Autokorelasi .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAKSI
STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN
DI KOTA SURAKARTA
CAESA SEPTIANI PUTRI F1107006
Penelitian ini bertujuan: pertama, mengetahui besarnya pengaruh faktor modal usaha, tingkat
pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di kota Surakarta; kedua, untuk mengetahui manakah dari faktor-fakor tersebut yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan observasi terhadap usahawan jasa kecantikan di Kota Surakarta. Sampel diambil dari 5 Kecamatan di Kota Surakarta yaitu Kecamatan Laweyan, Banjarsari, Serengan, Pasarkliwon, dan Jebres sebanyak 75 responden.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung, dengan sampel sebanyak 75 usahawan dengan teknik sampling classified proportional random sampling technique. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yang disertai dengan uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastik, dan autokorelasi) serta uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2)).
Hasil penelitian menunjukkan, pertama, bahwa secara individu keempat variabel modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta, kecuali tingkat pendidikan tidak signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta. Dan secara bersama-sama keempat variabel tersebut positif dan signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta; Kedua, dilihat dari koefisien regresinya, variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta adalah lama usaha, berarti hal ini sesuai dengan hipotesis dalam penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan: pertama, usahawan jasa kecantikan berfokus mengikuti seminar kecantikan dan kursus-kursus kecantikan; kedua, usahawan memiliki modal dalam menambah perlengkapan dan peralatan salon; ketiga, usahawan memperhatikan lokasi usaha dan menambah pengalaman usaha dalam menjalani usahanya. Kata Kunci : modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan lokai usaha, classified proportional random sampling technique, analisis regresi linier berganda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun
1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap,
tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional
mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang
pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan seluruh rakyat.
Tetapi pembangunan nasional negara Indonesia dapat dikatakan
mengalami perkembangan yang masih jauh dari tujuan negara dalam
mensejahterakan rakyat, khususnya kesejahteraan ekonomi rakyat kecil.
Pembangunan nasional seluruhnya belum mengalami kemajuan yang
signifikan, bahkan perekonomian negara pasca krisis ekonomi 1997 juga tidak
mengalami peningkatan. Akhir-akhir ini Indonesia seakan mengalami cobaan
yang tiad hentinya dengan banyaknya terjadi musibah seperti berbagai macam
bencana alam dan kecelakaan transportasi yang membuat semakin
terpuruknya perekonomian.
Di tengah sektor ekonomi yang lesu karena imbas dari krisis ekonomi
yang menyebabkan ketimpangan antar penduduk dan penyediaan lapangan
pekerjaan yang tidak memadai, sehingga timbul banyaknya permasalahan
pengangguran yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal tersebut
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
terjadi karena banyak perusahaan yang tidak mempertahankan usahanya yang
berakibat berkurangnya lapangan pekerjaan.
Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia dewasa ini memang
merupakan permasalahan yang rumit. Hal ini terjadi karena lapangan
pekerjaan formal tidak mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada akibat
makin kuatnya proses modernisasi yang bergerak bias menuju sifat-sifat
dualistik, masalah ini ditambah lagi dengankemampuan para angkatan kerja
yang kebanyakan mempunyai pendidikan dan ketrampilan relatif rendah,
sedangkan disisi lain lapangan kerja formal menuntut pengetahuan dan
kemampuan tekhnis yang relatif tinggi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
jumlah pengangguran dan berbagai macam penyakit sosial lainnya. Para
penganggur mempunyai beberapa ciri khas, yaitu banyak diantaranya yang
berumur relatif muda dan belum kawin, pendidikan sekolah lanjutan, dan
berinspirasi bekerja di sektor formal dengan gaji dan pekerjaan yang relatif
tetap (Manning dan Effendi, 1991: 1).
Adanya pertumbuhan yang tidak seimbang antara angkatan kerja dan
kesempatan kerja dengan segala implikasinya secara social ekonomi akan
menjadikan penciptaan lapangan kerja sebagai prioritas utama di Indonesia.
Kesenjangan tersebut tidak sekedar menimbulkan pengangguran, tetapi
sebagian dari mereka akan menerima jenis pekerjaan apa saja demi
kelangsungan hidupnya. Akibat susahnya bekerja di sektor formal, hal ini
ternyata mampu membuat masyarakat berpikir unuk mendirikan usaha sendiri
tanpa harus berupaya untuk mendapatkan pekerjaan disektor formal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pemerintah juga telah menyadari bahwa untuk mengurangi angka
pengangguran hanyalah dengan menciptakan para wiraswasta atau pelaku
bisnis yang lebih banyak lagi dan dapat bersaing. Jenis usaha yang peling
banyak dilakukan masyarakat adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Hal
ini dikarenakan keterbatasan modal dan usaha kemampuan yang dimiliki.
Untuk menciptakan para wiraswasta baru khususnya UKM,
pemerintah sudah membantu dengan memberikan kebijakan kredit mudah
untuk para usahawan/pelaku bisnis dalam menciptakan lapangan usahanya
maupun mengembangkan usahanya yang telah ada. Dengan kebijakan tersebut
diharapkan Indonesia dapat meningkatkan pelaku bisnis di Indonesia dan
mengurangi angka pengangguran di Indonesia yang cukup tinggi. Indonesia
pada saat ini menganut perekonomian global yang membuatpersaiangan usaha
menjadi lebih keras dan ketat. Dengan adanya sistem itu para usahawan
dituntut untuk bekerja lebih keras lagi untuk menekuni serta menjalani
usahanya. Di dunia bisnis yang merupakan prioritas utamanya adalah meraih
keuntungan dan keberhasilan atas usahanya.
Dengan adanya perkembangan dan kemajuan tekhnologi di berbagai
bidang kehidupan, kebutuhan hidup manusia juga semakin banyak dan
kompleks. Demikian halnya banyak bermunculan usaha-usaha kecil seperti
halnya jasa yang mana menawarkan produk maupun jasanya kepada
konsumen (masyarakat) dalam memenuhi kepuasan hasrat pada bagian
masyarakat tertentu yakni wanita dalam hal tampil cantik serta menarik,
dengan beragam penawaran jasa pada usaha jasa kecantikan. Adapun
anggapan bahwa masa depan dunia akan dikuasai oleh usaha kecil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menengah yang mana negara memberikan perhatiannya pada pembinaan
usaha skala kecil-menengah. Selain itu adanya kecenderungan berbagai negara
untuk memfokuskan perhatiannya kepada pembinaan usaha kecil-menengah.
Biro Pusat Stastistik (BPS 1994) telah menggunakan secara konsisten
pendekatan ini, yaitu usaha skala kecil-menengah yang identik tidak dengan
badan hukum serta bagi usaha besar yakni identik dengan badan hukum.
Sektor usaha jasa dewasa ini telah mengalami peningkatan yang
dramatis bila dibandingkan dengan dekade sebelumnya. Di Surakarta
misalnya, sektor usaha jasa dewasa ini telah menyumbang 12,38% PDRB,
yang mana kontribusi ini dilihat dari segi pendapatan maupun kemampuannya
menyerap sebagian besar penawaran akan tenaga kerja. Dengan semakin
banyaknya usaha jasa kecantikan di Surakarta, juga akan berpengaruh
terhadap PDRB Kota Surakarta itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tabel I.2
di bawah ini.
Tabel I.1 Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2003-2008
Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) Sektor Tahun
2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertanian 0,07 0,07 0,06 0,06 0,06 0,06Pertambangan 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04Industri 28,63 28,10 26,42 25,11 24,34 23,27Listrik, Gas & Air 2,63 2,70 2,59 2,69 2,69 2,70Bangunan 12,80 12,68 12,89 13,07 13,38 14,44Perdagangan, Hotel & Restoran
22,67 22,96 23,82 24,35 24,78 25,12
Pengangkutan dan Komunikasi
10,79 10,83 11,52 11,78 11,61 11,20
Keuangan 10,73 11,14 11,43 11,26 11,06 10,93Jasa-jasa 11,62 11,48 11,23 11,64 12,04 12,38TOTAL 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber : Surakarta dalam angka 2008 Dari tabel I.1 terlihat bahwa sektor perdagangan mempunyai peranan
paling besar dalam PDRB. Sampai tahun 2006, sektor industri pengolahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kota Surakarta.
Tetapi mulai tahun 2007 disaat mulai bermunculannya usaha jasa kecantikan
di Kota Surakarta, sektor pedagangan member andil paling besar dalam PDRB
Kota Surakarta.
Dinamika yang terjadi pada sektor usaha jasa terlihat dari munculnya
berbagai usaha jasa seperti jasa cathering, jasa letter, jasa wedding organizer,
jasa kecantikan, dan jasa-jasa lainnya yang mana usaha ini merupakan suatu
usaha kecil yang didirikan oleh seseorang usahawan yang memiliki
ketrampilan serta kemampuan dibidangnya tersebut. Usahawan-usahawan
inilah yang mengembangkan usahanya manakala menawarkan pelayanan
produk/jasa kepada konsumen (masyarakat) untuk menghasilkan uang
(pendapatan) yang secara langsung dapat meningkatkan kesejahteraan
usahawan tersebut.
Saat ini perkembangan usaha jasa kecantikan mengalami peningkatan,
dilihat dari permintaan konsumen (masyarakat) akan pelayanan perawatan
rambut, kulit, wajah dan lain-lain. “Selama masih ada wanita, permintaan
untuk perawatan rambut dan kecantikan tetap akan ada” (Nihayati, 2010: 2).
Demikianlah faktor utama yang membuktikan para usahawan-usahawan usaha
jasa kecantikan dalam mendirikan bisnisnya, “wirausaha adalah orang yang
menciptakan kemakmuran bagi dirinya maupun bagi orang lain yang
menemukan cara-cara atau tekhnik yang lebih baik dalam pemafaatan sumber
daya, memperkecil pemborosan, serta menghasilkan produk atau jasa dalam
upayanya memuaskan kebutuhan orang lain” (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka-1989).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Sejak dikenal pertama kali, seorang usahawan telah berjasa banyak
bagi perekonomian dan kualitas hidup manusia. Suatu usaha atau bisnis akan
menciptakan suatu produk atau jasa baru, lapangan kerja baru, jalur distribusi
baru, aspek-aspek manfaat sosial baru, mobilisasi dan inovasi atas
produktifitas masyarakat, serta metode-metode baru dalam tekhnologi
berproduksi. Dengan demikian munculah berbagai usaha jasa kecantikan yang
mana dapat menbantu dalam menyerap sebagian masyarakat untuk sebagai
karyawan pada usaha ini, misalnya hairstylist, nailist, kapster, teraphist dan
lain sebagainya yang mana orang-orang ini sebelumnya dididik terlebih
dahulu atau memang dari individu tersebut memiliki ketrampilan dan
kemampuan dalam bidang tersebut.
Dalam hal munculnya usaha-usaha atau bisnis jasa kecantikan tersebut
dalam perekonomian dewasa ini, setiap usaha dituntut memiliki daya adaptasi
yang tinggi secara cepat dan usaha antisipasi perkembangan dalam lingkungan
usaha agar usaha tersebut dapat bertahan dalam keadaan sulit sekalipun. Di
balik era perubahan yang terus menerus terjadi, tentunya ada peluang usaha
yang dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Dalam hal ini usaha jasa
kecantikan diharapkan mampu mengindentifikasi peluang yang muncul akibat
adanya perubahan itu.
Usaha jasa salon kecantikan merupakan bagian dari sektor informal
yang mempunyai kedudukan dan peranan yang strategis dalam mewujudkan
tujuan pembangunan nasional. Adapun persoalan yang dihadapi untuk menuju
keberhasilan usaha dengan melalui berbagai kombinasi dari beberapa variabel
keputusan yang diduga mempengaruhi keberhasilan usaha jasa kecantikan,
diantaranya adalah modal usaha, lama usaha, tingkat pendidikan maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
lokasi usaha. Dengan diketahukinya pengaruh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usaha jasa salon kecantikan, diharapkan para
pengusaha tersebut dapat mengembangkan usahanya dengan mengambil
kebijakan yang tepat.
Dengan nantinya diketahui pengaruh terhadap fakor-faktor terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan, diharapkan mereka dapat
mengembangkan usahanya dengan mengambil kebijaksanaan yang tepat.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dilakukan penelitian
mengenanai “STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KEBERHASILAN USAHA JASA KECANTIKAN
DI KOTA SURAKARTA”.
B. Rumusan Masalah
Apakah faktor modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha, serta
lokasi usaha mempengaruhi keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota
Surakarta dan faktor manakah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh
faktor modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta, sekaligus untuk
mengetahui manakah dari faktor-fakor tersebut yang mempunyai pengaruh
dominan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk bidang ilmu penelitian, memberikan informasi kepada masyarakat
tentang pola produsen yang mempunyai usaha jasa kecantikan Kota
Surakarta.
2. Memberikan informasi kepada pengusaha jasa kecantikan untuk
mengambil kebijakan dalam meningkatkan keberhasilan.
3. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi peneliti lain yang akan
meneliti masalah yang sama di waktu yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Keberhasilan Usaha
Pengusaha yang berhasil menurut Mubyarto seperti yang dikutip
oleh I nyoman Jampel adalah mereka yang mulai dari usaha kecil-kecilan
bukannya yang sekaligus menjadi besar, yang dipentingkan adalah
keuletan dan ketrampilan sebagai manajer dan inovator (Subanar 1993:
20).
Menurut As`ad (1991: 156) yang mengutip dari pendapat MC
Clarend, seorang wiraswasta di katakana berhasil bila, ia mampu bertahan
di dalam bidang usahanya akan tetapi harus bisa mendatangkan
laba/keuntungan sebagai usaha yang diharapkan bisa berkembang.
Dengan demikian seorang usahawan jasa kecantikan tentunya juga
ingin untuk memperoleh laba. Seperti yang dijelaskan oleh Richard G.
Lipsey dan Petero Steyner yang mengatakan bahwa : … laba ekonomi dari
barang-barang yang dijual dirumuskan sebagai selisih antara pendapatan
yang diterima dari penjualan itu dengan biaya oportunitas dari sumber-
sumber yang digunakan untuk membuatnya (As`ad 1991: 158).
Tujuan akhir perusahaan adalah keutungan dan tingkat keuntungan
yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilan usaha. Dengan
keutungan yang diperoleh, pengusaha akan memperluas usaha, melakukan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penyempurnaan mutu, pengembangan tekhnologi dan pelayanan yang
bagus.
Untuk melihatkeberhasilan dari suatu usaha perusahaan dapat
dinilai dari tercapainya tidaknya tujuan pokok perusahaan yaitu
memperoleh keuntungan sebagai tolak ukurnya (Latief, 2004: 30).
Keberhasilan usaha yang biasa diukur berdasarkan tingkat
keuntungan yang diperoleh para pengusaha dibidang jasa kecantikan ini.
Ditinjau dari sudut ekonomi, keberhasilan usaha atau keuntungan usaha
adalah kelebihan penghasilan dari biaya-biaya yang dikeluarkan
perusahaan yang didapat dari jumlah total penerimaan dikurangi dengan
total biaya yang dikeluarkan.
Total penerimaan (total revenue) yaitu penerimaan total
perusahaan dari hasil penjualan outputnya, dimana output dikalikan
dengan harga jual output tersebut dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
TR = Q x PQ
Total biaya (total cost) adalah penjualan dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap total (total fixed cost/TFC) adalah jumlah biaya-biaya
tetap yang dibayar atau dikeluarkan perusahaan berapapun tingkat output
yang dihasilkan. Biaya variabel total (total variable cost/TVC) merupakan
jumlah biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang
dihasilkan. Sehingga total penerimaan dapat dirumuskan :
TC = TFC + TVC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Laba
Suatu usaha maupun perusahaan memperoleh keuntungan.
Menurut Soeharno, Laba adalah pendapatan (penerimaan total) dikurangi
dengan biaya total (semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu barang). Laba (keutungan) perusahaan dapat dirumuskan sebagai
berikut :
π = TR –TC
Keterangan :
π = Laba/keuntungan (profit)
TR = Penerimaan total (harga dikali dengan jumlah yang dijual)
TC = Biaya total (semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
suatu barang)
Q = Kuantitas barang yang dihasilkan, atau dijual
Masyarakat awam dan masyarakat bisnis biasanya mendefinisikan
laba (profit) dengan menggunakan konsep akuntansi. Laba bisnis (laba
usaha) adalah sisa dari pendapatan dikurangi biaya eksplisit (akuntansi)
dalam menjalankan usaha, yang mana laba tersebut menunjukkan posisi
jumlah kekayaan modal yang tersedia setelah semua sumber daya yang
digunakan dalam proses produksi dibayar (Arsyad, 1993: 23).
Laba adalah pendapatan dikurangi dengan biaya total. Pendapatan
perusahaan diperoleh dari penjualan produknya sebesar Y dengan harga p.
Biaya total yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya yang dibutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
untuk memproduksi output Y, yaitu sebesar jumlah faktor input sebesar
wi. Dengan demikian laba dapat dirumuskan (Hartono, 2002: 92) :
π = p.Y – wi.Xi - …. – Wn.Xn
Biaya merupakan kombinasi faktor-faktor produksi yang harus
dikorbankan dalam melakukan proses produksi. Minimisasi biaya total
untuk n produksi selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut (Silberberg,
2001: 177) :
C =
3. Modal Usaha
Modal atau yang sering disebut dengan capital adalah semua
bentuk kekayaan yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak
langsung dalam program untuk menambah output, lebih khusus dikatakan
capital terdiri dari barang-barang yang dibuat untuk penggunaan produksi
pada masa yang akan dating (Irawan dan Suparmoko, 1998: 75). Modal
merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha. Pengertian
modal dalam arti luas menurut Schwiedland, modal meliputi baik modal
dalam bentuk uang, maupun dalam bentuk barang misalnya barang-barang
dagangan dan lain sebagainya (Riyanto, 1997: 18).
Modal dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu modal usaha dan
modal kerja. Modal usaha atau yang biasa disebut sebagai kapital yaitu
semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan langsung maupun tidak
langsung dalam produksi untuk menambah output (Irawan dan
Suparmoko, 1998: 75). Modal kerja digunakan untuk membiayai operasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sehari-hari, misalnya untuk membayar uang muka pembelian bahan
mentah, dimana uang yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat
masuk kembali dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui
hasil penjualan produksinya.
Modal menurut fungsi kerjanya terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Modal tetap yaitu modal yang berwujud peralatan untuk proses
produksi
b. Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasi
usaha seperti membayar bahan baku, yang diharapkan dapat kembali
lagi. Uang masuk yang berasal dari hasil penjualan produk akan
dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi produksi selanjutnya
(Riyanto, 1997: 51).
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibedakan menjadi modal
sendiri dan modal asing. Modal sendiri merupakan modal yang berasal
dari pemilik perusahaan (pengusaha), sedangkan modal asing adalah
modal yang didapat dari hasil pinjaman atau kredit dari lembaga keuangan
yang ada. Kekuatan modal yang tertumpu pada kekuatan sendiri akan lebih
baik daripada modal yang berasal dari luar, karena modal dari luar tentu
memiliki konsekuensi biaya bunga dan ketergantungan dengan pihak luar.
Pengaruh modal usaha pada keberhasilan usaha. Modal usaha
merupakan faktor pendukung dalam kegiatan usaha usaha karena tanpa
modal usaha, sebuah usaha tidak dapat dilakukan. Modal usaha merupakan
kebutuhan utama bagi seorang pengusaha dalam menjalankan usaha baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
pada saat memulai, pengembangan maupun pada saat penurunan usaha
(Wulaningsih, 2005: 14).
Modal usaha mempunyai peranan penting yang akan menentukan
keberhasilan usaha dari pengusaha karena tersedianya modal usaha yang
cukup akan mempengaruhi kelancaran dan pengembangan usaha yang
yang dijalankan. Modal yang besar akan mengakibatkan volume usaha
akan besar sehingga diharapkan akan mencapai keuntungan maksimal
(Latief, 2004: 33). Dari sini dapat digambarkan bahwa modal usaha
mempengaruhi keberhasilan usaha.
4. Tingkat Pendidikan
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan akan membentuk
keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan mempengaruhi
perilaku dan pengembangan keputusannya. Dengan semakin tingginya
tingkat pendidikan yang diperoleh, maka orang akan cenderung lebih
rasional dalam mencermati setiap kejadian.
Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan
ketrampilan dan pengetahuan masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kemampuan masyarakat tersebut dalam perkembangan ekonomi.
Pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan tetapi juga meningkatkan
keterampilan kerja sehingga akan berpengaruh pada keberhasilan usaha.
Menurut ragamnya, pendidikan dapat dibedakan menjadi 3
(Priyatno dalam Risdianto, 2004: 41-42) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a. Pendidikan Formal
Yaitu sebagai suatu system pendidikan yang dikembangkan secara
bertahap dan bertata tingkat, mulai dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi.
b. Pendidikan Informal
Yaitu sebagai proses seumur hidup bagi setiap orang dalam mencari
dan menghimpun pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengertian yang
diperoleh dari pengalaman sehari-hari kendatipun biasanya
penyelenggaraan pendidikan ini kurang terorganisir dan kurang
sistematis, tetapi ini merupakan sumber yang paling besar dari segala
apa yang dipelajari manusia.
c. Pendidikan Non Formal
Yaitu sebagai kegiatan pendidikan yang terorganisir dan sistematis
diluar pendidikan formal.
Pengaruh tingkat mendidikan pada keberhasilan usaha. Pendidikan
formal umumnya memberikan kesempatan bagi subjek didik yang cerdas
untuk mengubah kelas sosialnya dan merupakan pencerminan bahwa
untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, yang mendatangkan penghasilan
yang baik (Demartoto, 2001: 32). Meskipun demikian, pendidikan akan
membentuk keleluasaan pengetahuan seseorang dan selanjutnya akan
mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusannya. Karena
pendidikan tidak hanya menambah pengetahuan seseorang tetapi juga
meningkatkan produktifitas kerja (Sutomo dalam Latief, 2004: 35).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Hubungan pendidikan dengan produktifitas kerja dapat tercermin dalam
tingkat penghasilan yang tinggi pula (Simanjuntak, 1987: 66). Sehingga
dapat digambarkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh pada
keberhasilan usaha.
5. Lama Usaha
Lama usaha sangat berpengaruh positif terhadap tingkat
keuntungan yaitu lamanya seseorang dalam menggeluti usaha yang
dijalaninya. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang
menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang tersebut.
Hal ini tentu saja akan meningkatkan keberhasilan usahanya, karena selain
mereka mempunyai pengalaman dalam pengelolaannya mereka juga
mengetahui celah-celah mana yang sekiranya dapat membuat
barang/jasanya tersebut laku sehingga akan memperbesar pendapatan yang
mana pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan. Dengan pengalaman
kerja yang lama, usahawan akan semakin terampil, cekatan dan cepat
dalam melakukan pekerjaanya, sehingga yang dilakukan berubah menjadi
hasil yang baik.
Lama usaha maupun pengalaman usaha ini dapat dimasukkan ke
dalam pendidikan informal, yaitu pengalaman sehari-hari yang dilakukan
secara sadar atau tidak sadar dalam lingkungan pekerjaan dan sosialnya.
Dengan demikian usahawan dapat mengumpulkan informasi, sehingga
semakin banyak pengetahuan dan semakin terampil dalam bekerja akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
membuat mereka tidak ragu lagi dalam mengambil keputusan dalam
berusaha.
Menurut Woodworth dan Marquis yang dikitip oleh Ririn Tri
Rahmawati (2008), dalam hal pengalaman kerja ternyata tidak hanya
menyangkut jumlah masa kerja saja, tetapi lebih dari itu juga perlu
diperhitungkan jenis pekerjaan yang pernah dihadapinya. Sejalan dengan
bertambahnya pengalaman kerja maka akan bertambah pula pengetahuan
dan ketrampilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaanya, karena
penguasaan situasi dan kondisi dalam menghadapi calon pelanggan yang
bervariasi semakin baik.
Staw (1991) berpendapat bahwa pengalaman menjalankan usaha
merupakan prioritas utama dalam menjalankan usaha. Dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang terlibat dalam suatu kegiatan usaha bisa menjadi
suatu tolak ukur dalam berusaha.
Pengaruh lama usaha pada keberhasilan usaha ada asumsi bahwa
semakin lama seseorang menjalani usaha maka akan semakin
berpengalaman ornag tersebut, karena mempunyai pengetahuan lebih
tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Dari pengalaman usaha, seseorang dapat semakin terampil dalam bekerja
akan membuat pengusaha tidak ragu lahi dalam mengambil keputusan
dalam berusaha. Sehingga semakin lama seorang pengusaha bekerja,
berarti semakin banyak pengalaman pengusaha tersebut pada akhirnya
akan meningkatkan keberhasilan usaha (Latief, 2004: 34). Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
demikian dapat digambarkan bahwa pengalaman usaha mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan usaha.
6. Lokasi Usaha
Mengingat lokasi usaha dapat mempengaruhi kelancaran dan
keberhasilan usaha, maka lokasi usaha ini perlu direncanakan dengan baik.
Mengingat lokasi usaha dapat mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan
usaha, sebab salah memilih lokasi usaha akan mengakibatkan suatu
kerugian bagi perusahaan (Murti dan Suprihanto, 1998: 67). Lokasi usaha
yang dipilih pengusaha dalam menjalankan usaha merupakan letak yang
strategis atau termasuk dalam pusat keramaian sehingga banyak orang
yang berkunjung, maka kemungkinan terjadi peningkatan dalam perolehan
pendapatan pengusaha juga meningkat. Sehingga lokasi usaha yang tepat
merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi pendapatan yang
diperoleh pengusaha. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa lokasi
usaha berpengaruh pada keberhasilan usaha.
Pemilihan lokasi usaha pada saat ini tidak dapat dilakukan secara
coba-coba, mengingat semakin tajamnya persaingan serta banyaknya
usaha. Karenanya pemilihan letak usaha harus dilakukan dan diputuskan
melalui beberapa pertimbangan yang disertai fakta yang kongkrit dan
lengkap. Lokasi usaha jasa memiliki sifat distribusi (menawarkan
barang/jasa mendekati konsumen) dengan demikian cenderung memilih
lokasi usaha yang dekat dengan konsumen yang membutuhkan jasanya
(Manullang, 1973: 76).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan
oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan
lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred
input); dan permintaan luar (outside demand) menurut (Hoover dan
Giarratani, 2007). Menurut August Losch mengatakan bahwa lokasi
penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat
digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin enggan
membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual
semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi
berada di pasar atau di dekat pasar.
Dengan berbagai pengertian serta pemahaman yang beragaman
tentang teori lokasi maka dapat disimpulkan Tidak ada sebuah teori
tunggal yang bisa menetapkan di mana lokasi suatu kegiatan produksi
(industri) itu sebaiknya dipilih. Untuk menetapkan lokasi suatu industri
(skala besar) secara komprehensif diperlukan gabungan dari berbagai
pengetahuan dan disiplin. Berbagai faktor yang ikut dipertimbangkan
dalam menentukan lokasi, antara lain ketersediaan bahan baku, upah
buruh, jaminan keamanan, fasilitas penunjang, daya serap pasar lokal, dan
aksesibilitas dari tempat produksi ke wilayah pemasaran yang dituju
(terutama aksesibilitas pemasaran ke luar negeri), stabilitas politik suatu
negara dan, kebijakan daerah (peraturan daerah).
Pengaruh lokasi usaha pada keberhasilan usaha salah satu hal yang
harus diperhatikan oleh perusahaan adalah lokasi usaha, sebab salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
memilih lokasi usaha akan mengakibatkan suatu kerugian bagi perusahaan
(Murti dan Suprihanto, 1998: 67). Lokasi usaha yang dipilih pengusaha
dalam menjalankan usaha merupakan lokasi yang strategis atau termasuk
dalam pusat keramaian sehingga banyak orang yang berkunjung, maka
kemungkinan terjadi peningkatan dalam memperoleh pendapatan
pengusaha juga meningkat. Hal ini dikarenakan intensitas pertemuan
antara pengusaha dengan calon pembeli semakin besar dan bervariasi.
Sehingga pemilihan lokasi usaha yang tepat merupakan salah satu unsure
yang dapat mempengaruhi pendapatan yang diperoleh pengusaha. Dengan
demikian dapat digambarkan bahwa lokasi usaha berpengaruh pada
keberhasilan usaha.
B. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan ada kaitannya
dengan penelitian yang akan dilakukan, diharapkan akan semakin mendukung
penelitian ini. Untuk mendukung hipotesis yang telah dikemukakan maka
hasil penelitian terdahulu yang relevan adalah sebagai berikut :
1. Hapsari (2004) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pedagang kaki lima di Kota Surakarta. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa faktor modal, jam kerja, tingkat pendidikan, lama
usaha berpengaruh positif terhadap peningkatan keberhasilan pedagang
kaki lima di Kota Surakarta dan faktor umur tidak berpengaruh positif
terhadap keberhasilan pedagang kaki lima tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Kushadiyanto (2006) menganalisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan usaha pedagang handphone di Kota
Surakarta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa faktor modal,
pengalaman kerja, jam kerja, tingkat pendidikan, pembukuan berpengaruh
positif terhadap penigkatan keberhasilan usaha pedagang handphone di
Kota Surakarta.
3. Nugraha (2006) menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pengusaha tahu tempe di Kabupaten Sukoharjo. Hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja dan jumlah bahan
baku mempunyai pengaruh positif terhadap keberhasilan pengusaha tahu
tempe di Kabupaten Sukoharjo, sedangkan pengalaman usaha dan modal
usaha tidak berpengaruh terhadap keberhasilan pengusaha tahu tempe di
Kabupaten Sukoharjo.
C. Kerangka Pemikiran
Gambar II.1. Kerangka Pemikiran
MODAL
TINGKAT PENDIDIKAN
LOKASI USAHA
LAMA USAHA
KEBERHASILAN JASA
KECANTIKAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Pada dasarnya setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh
keuntungan semaksimal mungkin. Oleh karenanya perusahaan harus
menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi dari biaya-biayanya
(Boediono, 2002: 95-100).
Keberhasilan suatu usaha biasanya ditandai dengan adanya tingkat
keuntungan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
perusahaan usaha jasa kecantikan, diantaranya seperti modal usaha, lama
usaha, tingkat pendidikan dan lokasi usaha.
Modal usaha dapat mempengaruhi keberhasilan usaha jasa
kecantikan karena semakin banyak modal yang dimiliki, maka akan
memperbesar volume usaha yang diharapkan akan meningkatkan
keberhasilan usaha yang dijalankan.
Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung
dengan pelaksanaan kerja, tetapi juga landasan untuk mengembangkan diri
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekitar demi kelancaran
pekerjaan. Asumsi dari human capital adalah bahwa seseorang dapat
meningkatkan penghasilan dengan meningkatkan pendidikan (Simanjuntak,
1987:59). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan meningkat,
maka usahawan jasa kecantikan tersebut dapat juga meningkatkan
keberhasilan usahanya.
Berdasarkan kualitas sumber daya manusia usahawan jasa
kecantikan, lama usaha juga dapat mempengaruhi keberhasilan usaha jasa
kecantikan. Semakin lama pengalaman usaha yang digeluti usahawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
tersebut maka dapat dilihat sudah lama usaha jasa kecantikan itu didirikan,
dengan demikian akan semakin besar peluang atau ide untuk
mempertahannkan atau mengembangkan usahanya.
Dalam halnya lokasi usaha, faktor ini juga dapat mempengaruhi
keberhasilan usaha jasa kecantikan karena lokasi usaha jasa memiliki sifat
distribusi (menawarkan barang/jasa mendekati konsumen) dengan demikian
cenderung memilih lokasi usaha yang dekat dengan konsumen yang
membutuhkan jasanya. Asumsi demikian dimasudkan Lokasi usaha yang
dipilih pengusaha dalam menjalankan usaha merupakan letak yang strategis
atau termasuk dalam pusat keramaian sehingga banyak orang yang
berkunjung, maka dapat meningkatkan keuntungan atas usahanya tersebut.
D. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah serta tujuan penelitian
yang telah dikemukan, maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:
Diduga terdapat pengaruh positif faktor modal usaha, tingkat
pendidikan, lama usaha, serta lokasi usaha terhadap keberhasilan jasa
kecantikan di Kota Surakarta yang mana faktor modal usaha mempunyai
pengaruh yang paling besar terhadap jasa kecantikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan usaha jasa kecantikan sebagai unit analisisnya. Penelitian analisis
keberhasilan usaha jasa kecantikan ini dilakukan dengan mengambil wilayah 5
kecamatan di Kota Surakarta dikarenakan dari semua kecamatan memiliki
jumlah populasi yang usaha jasa kecantikan yang banyak.
B. Tekhnik Pengambilan Sampel
Populasi atau Universe adalah jumlah dan keseluruhan obyek yang
karakteristiknya hendak digunakan (Djarwanto, 1987: 107). Berdasarkan data
yang diperoleh pada bagian koperasi dan usaha kecil menengah Badan Pusat
Statistik per 31 Nopember 2009 di Kota Surakarta jumlah usaha jasa
kecantikan sebanyak 300 usahawan. Dengan demikian jumlah populasi yang
dalam penelitian ini adalah 300 Usaha Jasa Kecantikan.
Sampel adalah sebagai populasi yang berkarakteristik hendak diselidiki
dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 1987: 108).
Penentuan besar sampel pada penelitian ini didapatkan dengan menggunakan
metode Slovin (Umar, 1999: 78) dengan rumus sebagai berikut :
η = 2Nε1N
+
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dimana :
η : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
ε2 : Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih ditolelir atau diinginkan, misalnya 2%
Dengan rumus di atas maka sampel yang didapat adalah sebagai berikut :
η = 75 )10% x (3001
3002 =
+
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 75 usaha jasa
kecantikan.
Dalam penelitian ini sampel usaha jasa kecantikan diambil secara area
proportional random sampling, merupakan suatu tekhnik memilih sampel dari
populasi yang dibagi dalam kelompok-kelompok (area) secara geografis,
kemudian sampel diambil dari kelompok-kelompok tersebut secara acak
(Soekartawi dalam farikh, 2007). Secara rinci mengenai jumlah sampel yang
akan diambil dari tiap-tiap kecamatan di Kota Surakarta dapat dilhat pada
tabel III.1 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Tabel III.1 Jumlah Usaha Jasa Kecantikan Di Kota Surakarta
Tahun 2009
No Kecamatan Populasi Sampel
1 Laweyan 70 18
2 Jebres 67 17
3 Banjarsari 65 16
4 Pasar Kliwon 43 11
5 Serengan 55 13
Jumlah total 2009 300 75
Sumber: BPS Kota Surakarta
C. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari tekhnik kuesioner, observasi dan studi pustaka.
1. Tekhnik Kuesioner
Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menanyakan
secara langsung kepada usaha jasa kecantikan guna melengkapi data yang
diperlukan dan telah tertulis dalam kuestioner.
2. Observasi atau pengamatan
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung
keadaan umum lokasi yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data seakurat
mungkin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Studi Pustaka
Yaitu pengumpulan data teori yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan diteliti.
D. Definisi Operasional
1. Keberhasilan Usaha
Dalam penelitian ini keberhasilan usaha adalah variabel dependen.
Keberhasilan usaha diukur dengan tingkat keutungan atau laba usaha yang
diperoleh oleh para usahawan jasa kecantikan dalam menjalankan aktivitas
usahanya. Tingkat keuntungan merupakan penerimaan uang yang didapat
oleh pengusaha dari selisih total penerimaan dengan total biaya yang
dikeluarkan (penjumlahan dari semua biaya tetap dengan biaya variabel)
yang mana diukur dalam satuan rupiah per bulan.
2. Modal Usaha
Modal usaha adalah modal yang digunakan pengusaha untuk
menjalankan operasional usahanya, baik modal sendiri maupun modal dari
pihak lain (modal pinjaman). Modal usaha diukur satuan rupiah.
3. Tingkat Pendidikan
Dalam penelitian ini merupakan pendidikan akhir yang ditamatkan
para usahawan jasa kecatikan secara formal bangku sekolah. Dengan
kategori pendidikan dengan tamat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, Diploma, Sarjana, maupun
Pascasarjana yakni Diukur dengan tahun sukses dalam satuan tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Lama Usaha
Lama usaha merupakan lamanya usahawan tersebut dalam
menjalankan aktivitas usahanya dengan diukur satuan tahun.
5. Lokasi Usaha
Lokasi usaha diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu strategis
(berada di pinggir jalan utama/raya), serta lokasi usaha yang tidak strategis
(berada jauh dari jalan utama/raya). Lokasi usaha yang terletak dipinggir
jalan utama diperkirakan lebih terjangkau oleh konsumen. Letak usaha
dinyatakan dalam dummy yaitu :
D = 0 : tidak strategis (jauh dari jalan utama)
D = 1 : strategis
E. Analisis Data
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan usaha jasa kecantikan, maka digunakan model regresi
berganda dan dapat dirumuskan model fungsi sebagai berikut;
Y = f {X1, X2, X3, X4,}
Dimana ;
Y : Keberhasilan usaha/keuntungan (dalam rupiah)
X1 : Modal (dalam rupiah)
X2 : Tingkat Pendidikan (tahun)
X3 : Lama Usaha (tahun)
X4 : Lokasi Usaha, dinyatakan dalam dummy :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
D = 0 : tidak strategis
D = 1 : strategis
Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dilakukan pengujian
asumsi dan statistik ( Uji F, R2, t )
a. Uji asumsi
1) Multikolinearitas
Untuk mengetahui hubungan antara beberapa atau semua
variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model
tersebut terdapat Multikolinearitas maka model tersebut memiliki
kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat
ditaksir dengan ketepatan tinggi. Cara pengujiannya adalah dengan
menggunakan metode Klein, yaitu dengan membandingkan nilai r2
dengan nilai R2 yang didapat dan hasil matriks korelasi.
Jika nilai r2 > R2 maka ada masalah Multikolinearitas.
Jika nilai r2 < R2 maka tidak ada masalah Multikolinearitas.
2) Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa
variansi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah
tidak sama. Apabila variansi tersebut tidak sama, maka berarti
telah terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas
untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan
Uji White, dengan bantuan program Eviews 6.0 perintah yang
dapat dilakukan adalah dengan meregresi variabel bebas dan
variabel terikat, kemudian dari hasil dari hasil regresi OLS akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
diperoleh nilai Obs*R-squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu
dibandingkan dengan nilai chi-squared tabel dengan df sesuai
jumlah regresor dan level of significant yang dipakai.
Jika nilai chi-square lebih besar dari nilai Obs*R-squared
(tidak signifikan), maka tidak terdapat heteroskedastik dalam
model tersebut.
Jika variabel independen tidak signifikan secara statistik
tidak mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas.
3) Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi atau hubungan yang terjadi
antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun
dalam rangkaian waktu (data time series) maupun tersusun dalam
rangkaian ruang atau (data cross sectional). Autokorelasi
didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi
yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Dalam hal ini asumsinya
adalah autokorelasi tidak terdapat dalam distribansi atau gangguan
ui. adanya autokorelasi antar variabel gangguan menyebabkan
penaksiran tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun
sampel besar. Salah satu pengujian yang umum digunakan untuk
mengetahui adanya autokorelasi adalah uji statistik LM-TEST
(ditambah metode Breuch-Godfrey Serial Correlation). Dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Ghozali, 2006) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a) Estimasi persamaan regresi dengan OLS (Ordinary Least
Square), dapatkan nilai residualnya (ut).
b) Regresi ut terhadap variabel bebas dan ut-I ………. ut-p
c) Hitungan (n - p)R2 - x2. Jika lebih besar dari nilai tabel chi-
square dengan df p, menolak hipotesa bahwa setidaknya ada
satu koefisien autokorelasi yang berbeda dengan nol.
Apabila dari hasil uji autokorelasi, diketahui bahwa nilai probalitas
lebih besar dari 5%, maka hipotesis yang terdapat pada model tidak
terdapat autokorelasi (autokorelasi ditolak).
b. Uji Statistik
1) Pengujian secara serentak ( Uji F-test)
Uji F ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variabel terkait. Tahap
Pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):
Hipotesa : Ho = b1, b2, b3, b4, b5, b6 = 0
Ha = b1, b2, b3, b4, b5, b6 ≠ 0
Fhitung : F = ( )( )( ) k-N R-1
1-K
R2
2
R2 : Koefisien determinasi berganda
N : Banyaknya observasi
k : Banyaknya parameter total yang diperkirakan
F-tabel ditentukan level of signifikan (α = 0,05) dengan (n-k, k-1)
Dimana : F : F-hitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Jika F-hitung <F-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak (semua
koefisien regresi secara bersama-sama tidak signifikan pada tingkat
α).
Jika F-hitung >F-tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima (semua
koefisien regresi secara bersama-sama signifikan pada tingkat α).
2) Analisis koefisiensi determinasi berganda (R2)
Analisis ini dipergunakan untuk mengetahui seberapa jauh
variasi variabel bebas atau independen variabel dapat menerangkan
dengan baik variabel terkait atau dependen variabel. Hal ini dapat
dilihat dan nilai R2 nya. Analisis koefisien determinasi berganda
mempunyai ketentan sebagai berikut: Jika R2 mendekati 0, maka
variabel yang dipilih tidak dapat menerangkan variabel terkaitnya
dan jika R2 mendekati 1, maka variabel bebas yang dipilih dapat
menerangkan dengan baik variabel terkaitnya. Formula penguji
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):
yiei-1
TR
-1 TE
2
2
SS
SS
SS
SS
ΣΣ
==
ESS : Explain Sum Of Square
RSS : Residual Sum Of Squre
TSS : Total Sum Of Square
3) Uji t
Uji t adalah pengujian untuk mengetahui signifikansi
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen,
dengan analisis sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Hipotesis ; Ho : b1 = 0
Ha : b1 ≠ 0
Menentukan level of significant
Nilai of test
daerah ditolak daerah ditolak
daerah diterima → t (α/2, n-k)
Gambar III.1 Uji t
Ho diterima jika : -t(α/2, n-k) ≤ t (α /2, n-k)
Ho ditolak jika : t > t (α/2, n-k) atau t < -t (α/2, n-k)
Dimana; α : derajat signifikansi
n : jumlah sampel
k : banyaknya parameter
Jika H0 diterima, maka koefisien regresi tidak signifikan pada
tingkat α.
Jika H0 ditolak, maka koefisien regresi signifikan pada tingkat α.
Perhitungan nilai t :
Se
bi t (bi)
=
Dimana bi : Koefisien regresi
Se(bi) : Standart error coefisient regresi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB IV
ANALISIS DATA ATAU PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Surakarta
1. Aspek Geografis
Kota Surakarta merupakan sebuah daratan rendah yang terletak di
cekungan lereng Pegunungan Lawu dan Pegunungan Merapi dengan
ketinggian sekitar 92 m diatas permukaan air laut. Posisi Kota Surakarta
terletak diantara 110 45’ 15” – 110 45’ 35” Bujur Timur dan 70’ 36” – 70’
56” Lintang Selatan. Suhu udara maksimum adalah 32,5 derajat Celsius
sedangkan suhu udara minimum adalah 21,9 derajat Celsius. Rata-rata
tekanan udara adalah 1010,9 MBS dengan kelembaban udara berkisar
antara 69% sampai dengan 86%. Kecepatan angin 4 Knot dengan arah
angin 240 derajat. Solo memiliki iklim tropis, musim hujan dan musim
kemarau bergantian sepanjang 6 bulan tiap tahunnya. Bulan Desember
adalah bulan dimana hari hujan terbanyak jatuh dengan jumlah hari hujan
sebanyak 27 hari sedangkan curah hujan sebesar 1.025,8 mm.
Kota Surakarta dibelah dan dialiri oleh tiga buah sungai besar,
yaitu sungai Bengawan Solo, Kali Jenes dan Kali Pepe. Sungai Bengawan
Solo adalah sungai terbesar, dimana pada jaman dahulu dikenal sebagai
lalu lintas perdagangan. Kota Surakarta memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
Sebelah timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sebelah barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo.
Luas wilayah kota Surakarta adalah 130 km2, yang secara
administratif terbagi menjadi lima kecamatan. Kelima kecamatan tersebut
adalah Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan
Banjarsari yang terbagi atas 51 kelurahan. Jumlah RW yang tercatat
sebanyak 592 dan jumlah RT sebanyak 2.644, dengan jumlah kepala
keluarga (KK) sebesar 127.742 KK maka jumlah KK setiap RT rata-rata
sebesar 48 KK.
Gambaran luas wilayah, jumlah penduduk, rasio jenis kelamin,
tingkat kepadatan,dan pembagian administrasi di Kota Surakarta Tahun
2008, dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut :
Tabel IV.1 Gambaran Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Tingkat Kepadatan, dan Pembagian Administrasi di Kota Surakarta Tahun 2008
Kecamatan Luas
wilayah (km2)
Jumlah penduduk Tingkat kepadatanLaki-laki Perempuan Jumlah
Laweyan 8,63 54.164 55.766 109.930 12.723Serengan 3,19 31.263 63.558 63.558 19.899Pasar Kliwon 4,82 43.172 44.808 87.980 18.272Jebres 12,58 70.466 71.826 142.292 11.311Banjarsari 14,81 80.259 81.834 162.093 10.945
JUMLAH 44,04 279.324 286.529 565.853 12.849
Sumber : BPS Kota Surakarta Menurut tabel diatas, Kecamatan Banjarsari memiliki luas wilayah
terbesar yaitu 14,81 km2 serta jumlah penduduk terbesar yaitu sebesar
162.093 orang, sedangkan yang memiliki luas wilayah dan jumlah
penduduk terkecil adalah Kecamatan Serengan masing-masing sebesar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3,19 km2 dan 63.558 orang. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat
di kecamatan Serengan yaitu 19.899 jiwa/km.
2. Aspek Demografis
Penduduk adalah salah satu unsur penting dalam terbentuknya
suatu negara. Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah jumlah
penduduk sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif bagi
terwujutnya pembangunan.
Besar jumlah penduduk Kota Surakarta setiap tahunnya selalu
berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena adanya kelahiran, kematian, dan
perpindahan penduduk. Berdasarkan data yang ada, maka perkembangan
penduduk Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 1995-2008
Tahun Jenis Kelamin Jumlah Rasio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
1995 249.084 267.510 516.594 93,112000 238.158 252.056 490.214 94,492003 242.591 254.056 497.234 95,272004 249.278 261.433 510.711 95,352005 250.868 283.672 523.540 88,442006 254.259 258.639 512.898 98,312007 246.132 269.240 515.372 91,422008 247.245 275.690 522.935 89,68
Sumber : BPS Kota Surakarta Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Surakrta
tidak selalu mengalami kenaikan pada tiap tahunnya. Misalnya pada tahun
2006, jumlah penduduk justru mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 523.540 jiwa tahun 2005 menjadi 512.898 jiwa
pada tahun 2006. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
kematian dan perpindahan penduduk ke luar kota. Sedangkan kenaikan
jumlah penduduk biasanya disebabkan oleh kelahiran dan migrasi
penduduk ke dalam Kota Surakarta.
Selanjutnya jumlah penduduk menurut dewasa, anak-anak dan
jenis kelamin akan tersaji pada tabel berikut.
Tabel IV.3 Penduduk Kota Surakarta Menurut Dewasa, Anak dan Jenis Kelamin Tahun 2008
Kecamatan Dewasa Anak
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laweyan 42.282 43.981 11.882 12.300Serengan 14.283 15.120 10.701 10.743Pasar Kliwon 31.204 34.566 11.968 10.242Jebres 51.718 52.527 18.748 22.811Banjarsari 41.731 44.203 38.528 37.631Jumlah 181.218 190.397 91.827 93.727
Sumber : BPS Kota Surakarta
Penduduk Kota Surakarta berjenis kelamin perempuan lebih
banyak yaitu 284.142 jiwa dibanding laki-laki yaitu 273.045 jiwa.
Penduduk dewasa juga lebih banyak dari pada anak-anak.
3. Aspek Sosial ekonomi
a. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan
Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan yang sedang dan
telah ditempuh, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pendidikan
formal.
Berdasarkan tabel IV.4 jumlah penduduk Kota Surakarta paling
banyak adalah tamat SMA yaitu 83.364 orang, sedangkan jumlah
terkecil adalah penduduk tidak sekolah yaitu 12.468 orang. Jadi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
disimpulkan bahwa sebagian besar penduduk Kota Surakarta sudah
berpendidikan.
Tabel IV.4 Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2008
Tingkat Pendidikan
Kecamatan
Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari Jumlah
Tamat PT
9.311 3.113 6.970 5.756 10.489 35.639
Tamat SMA
23.280 10.205 19.199 18.455 12.225 83.364
Tamat SMP
20.772 11.493 18.565 23.095 27.426 101.351
Tamat SD
19.316 12.886 15.695 22.199 28.022 98.118
Tidak Tamat SD
7.663 2.813 6.354 16.182 11.039 44.051
Belum Tamat SD
10.481 4.297 11.174 16.810 24.037 66.799
Tidak Sekolah
4.135 1.278 1.084 18.858 6.837 32.192
Jumlah 91.849 46.085 79.041 121.451 138.064 476.490Sumber : BPS Kota Surakarta
b. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Surakarta tahun 2008 jumlah lapangan pekerjaan yang ditekuni
penduduk ada berbagai macam, diantaranya yakni; petani, buruh tani,
pengusaha, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, angkutan, pns,
pensiunan dan lain sebagainya.
Mata pencaharian penduduk Kota Surakarta terbanyak sebagai
buruh industri karena banyaknya industri yang berdiri di Surakarta
sehingga banyak tenaga kerja yang terserap di sektor tersebut. Selain
itu mata pencarian penduduk Surakarta yang banyak di tekuni seperti
buruh bangunan, pedagang, dan pns sehingga masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
berpenghasilan kecil dan menengah masih banyak terdapat di Kota
Surakarta, seperti yang disajikan pada tabel IV.5 sebagai berikut.
Tabel IV.5 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2008
Mata Pencaharian
Kecamatan
LaweyanSerengan Pasar kliwon Jebres Banjarsari Kota
Petani Sendiri
38 - - 81 337 456
Buruh Tani 32 - - - 397 429Pengusaha 964 1.124 2.237 1.119 2.810 8.254Buruh Industri
16.421 5.264 8.894 17.653 21.802 70.034
Buruh Bangunan
12.648 4.372 7.589 16.534 21.616 62.759
Pedagang 5.387 3.713 7.751 4.478 11.045 32.374Angkutan 2.154 1.726 4.051 1.627 6.218 15.776PNS/POLRI/ TNI
5.027 1.207 3.333 7.167 9.590 26.424
Pensiunan 3.711 647 1.826 8.637 73.862 22.683Lain-lain 37.644 17.166 16.611 49.155 41.714 163.29
0Jumlah 83.726 35.319 52.292 106.451 123.391 401.179
Sumber : BPS Kota Surakarta
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi
suatu daerah. Perhitungan PDRB yang dilakukan dengan harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga pada tiap tahun.
Perkembangan PDRB Kota Surakarta tahun 2007 – 2008 atas
dasar harga berlaku dapat dilihat pada tabel PDRB menurut lapangan
usaha atas dasar harga berlaku yang diambil dari Surakarta Dalam
Angka 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
PDRB Kota Surakarta mengalami kenaikan dari tahun 2007
sebesar 6.909.094,57 menjadi 7.901.886,06 pada tahun 2008.
Lapangan usaha yang mempunyai kontribusi besar dalam PDRB kota
Surakarta berasal dari sektor industri serta perdagangan, hotel dan
restoran, hal ini disebabkan karena Surakarta tergolong sebagai daerah
perkotaan yang sebagian besar perkonomiaannya didominasi oleh
sektor industri serta perdagangan, hotel dan restoran.
Tabel IV.6 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta Tahun 2007-2008 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha Tahun 2007 2008
Pertanian 4.259,39 4.726,23Penggalian 2.525,78 2.945,24Industri pengolahan 1.681.790,25 1.838.499,70Listrik, Gas, dan Air bersih
186.120,50 203.337,92
Bangunan 924.664,68 1.140.846,43Perdagangan, Hotel, dan restoran
1.711.786,42 1.984.698,20
Pengangkutan dan Komunikasi
802.106,24 884.951,75
Keuangan, Persewaan, dan jasa Perusahaan
763.887,99 863.951,75
Jasa - jasa 831.953,32 977.959,30PDRB 6.909.094,57 7.901.886,06Penduduk Pertengahan Tahun (orang)
515.372 522.935
PDRB perkapita 13.406.034,03 15.110.646,75 Sumber : BPS Kota Surakarta
B. Gambaran Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini berdasarkan
jenis kelamin, usia, dan pendidikan usahawan jasa kecantikan di Surakarta.
Hasil analisis deskriptif karakteristik responden ditampilkan dalam tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1. Jenis Kelamin
Deskripsi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.7 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Wanita 62 82,7 %
2 Pria 13 17,3 %
total 75 100 %
Sumber: Data primer diolah, 2010. Dari responden yang berjumlah 75 orang yang berjenis kelamin
wanita berjumlah 62 orang atau 82,7% dari jumlah keseluruhan.
Sedangkan untuk jenis kelamin pria berjumlah 13 orang atau 17,3% dari
jumlah responden. Hal ini menunjukkan wanita mendominasi dalam
berwirausaha jasa kecantikan dibandingkan dengan pria.
2. Usia
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner
kepada responden, maka klasifikasi responden menurut kelompok tingkat
usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.8 Distribusi Frekuensi Usia No Usia Frekuensi Persentase 1 ≤ 20 tahun 1 1,32 21 – 30 tahun 20 26,73 31 – 40 tahun 37 49,34 41 – 50 tahun 15 20,05 > 50 tahun 2 2,7
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbesar dari
usahawan adalah mereka yang berumur antara 31 – 40 tahun yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
berjumlah 37 responden atau 49,3% dari jumlah keseluruhan. Sementara
itu pada posisi kedua diduduki oleh responden yang berusia antara 21 – 30
tahun sebanyak 20 orang atau 26,7%. Posisi ketiga adalah responden yang
berusia 41 – 50 tahun sebanyak 15 atau 20,0%. Posisi kempat adalah
responden yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 2 atau 12,7%. Posisi
kelima adalah responden yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 1
atau 1,3%.
3. Pendidikan
Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden, maka
didapat komposisi responden menurut tingkat pendidikan, sebagai berikut:
Tabel IV.9 Distribusi Frekuensi Pendidikan No Tingkat Pendidikan
(Tahun Sukses) Frekuensi Persentase
1 7 sd 9 2 2,7%2 10 sd 12 44 58,7%3 12 keatas 29 38,7%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang berada pada
tingkat pendidikan SMA merupakan kelompok terbanyak yaitu berjumlah
44 orang atau 58,7% dari keseluruhan jumlah responden. Sedangkan pada
urutan kedua adalah mereka yang berada pada tingkat pendidikan Diploma
dan Sarjana sebanyak 14 orang atau 18,7%. Posisi ketiga ditempati oleh
mereka yang memiliki tingkat pendidikan SMP sebayak 2 orang atau
2,7%. Posisi terakhir ditempati oleh tingkat pendidikan Pascasarjana
sebanyak 1 orang atau 2,7%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4. Pengalaman Usaha
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai lama
menjadi usahawan jasa kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.10 Pengalaman Usaha No Pengalaman Usaha Frekuensi Persentase 1 1-7 tahun 49 65.3%2 8 - 14 tahun 8 10,7%3 15 - 21 tahun 9 12,0%4 22 - 28 tahun 7 9,3%5 > 28 tahun 2 2,7%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden responden terbesar
adalah mereka yang lama menjadi usahawan 1-7 tahun sebanyak 49 orang
atau 65,3% dari keseluruhan jumlah responden. Sedangkan pada urutan
kedua adalah mereka yang lama menjadi usahawan 15-21 tahun sebanyak
9 orang atau 12,0%. Urutan ketiga mereka yang lama menjadi usahawan 8-
14 tahun sebanyak 8 orang atau 10,7%. Urutan keempat mereka yang lama
menjadi usahawan 22-28 tahun sebanyak 7 orang atau 9,3%. Dan yang
terakhir > 28 tahun sebanyak 2 orang atau 2,7%.
5. Lokasi Usaha
Deskripsi responden berdasarkan lokasi usaha atau yang dapat
disebut juga dengan letak usaha dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.11 Distribusi Frekuensi Lokasi Usaha No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase 1 Tidak Strategis 8 10,7%2 Strategis 67 89,3%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari responden yang berjumlah 75 orang yang berlokasi dekat
dengan jalan utama berjumlah 67 orang atau 89,3% dari jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
keseluruhan. Sedangkan yang belokasi jauh dari jalan utama berjumlah 8
orang atau 10,7% dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan lokasi
usaha yang dekat dengan jalan utama mendominasi dalam berwirausaha
jasa kecantikan dibandingkan lokasi usaha yang tidak strategis.
6. Status Kepemilikan Usaha
Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa
kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.12 Distribusi Frekuensi Status Kepemilikan Usaha No Status Kepemilikan Frekuensi Prosentase 1 Milik sendiri 69 92,0%2 Menyewa 5 6,7%3 Milik orang lain 1 1,3%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa status kepemilikan
usaha jasa kecantikan yang status milik sendiri berjumlah 69 orang atau
92,0% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua status kepemilikan
menyewa berjumlah 5 orang atau 6,7% dari jumlah responden. Sedangkan
yang terakhir status kepemilikan milik orang lain sebanyak 1 orang atau
1,3%. Hal ini menunjukkan status kepemilikan usaha yakni milik sendiri
mendominasi dalam berwirausaha jasa kecantikan dibandingkan menyewa
maupun milik orang lain.
7. Awal Usaha
Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa
kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel IV.13 Distribusi Frekuensi Awal Usaha No Awal usaha
Frekuensi Prosentase
1 Usaha sendiri 69 92,0%2 Usaha keluarga 6 8,0%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa mereka yang
memulai usaha jasa kecantikan atas usahanya sendiri yaitu berjumlah 69
orang atau 92,0% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua mereka yang
memulai usaha sendiri karena warisan orang tua berjumlah 6 orang atau
8,0% dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan yang memulai usaha
tersebut yakni usaha sendiri mendominasi dalam berwirausaha jasa
kecantikan dibandingkan usaha keluarga/warisan keluarga.
8. Status Pekerjaan
Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa
kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.14 Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan No Status pekerjaan Frekuensi Prosentase 1 Pekerjaan pokok 56 74,7%2 Pekerjaan sampingan 19 25,3%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa mereka yang
menjadikan usaha jasa kecantikan menjadi pekerjaan pokoknya ialah
berjumlah 56 orang atau 74,7% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua
mereka yang menjadikan usaha jasa kecantikan menjadi pekerjaan
sampingannya berjumlah 19 orang atau 25,3% dari jumlah responden. Hal
ini menunjukkan yang memulai usaha tersebut yakni pekerjaan pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
mendominasi dalam berwirausaha jasa kecantikan dibandingkan pekerjaan
sampingan.
9. Usaha Lain
Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa
kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.15 Distribusi Frekuensi Usaha Lain No Usaha lain Frekuensi Prosentase 1 Ya/ada 18 24,0%2 Tidak/tidak ada 57 76,0%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa mereka yang tidak
mempunyai usaha lain selain usaha jasa kecantikan berjumlah 57 orang
atau 76,0% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua mereka yang
mempunyai usaha lain selain usaha jasa kecantikan berjumlah 18 orang
atau 24,0% dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan mereka yang
tidak mempunyai usaha lain selain usaha kecantikan mendominasi dalam
berwirausaha jasa kecantikan dibandingkan mereka yang memiliki usaha
lain.
10. Pendorong Usaha
Deskripsi responden berdasarkan kepemilikan usaha jasa
kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.16 Distribusi Frekuensi Pendorong Usaha No Pendorong usaha Frekuensi Prosentase 1 Melanjutkan usaha
orangtua 7 9,3%
2 Lain-lain 68 90,7%Total 75 100%
Sumber: Data primer diolah, 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Dari responden yang berjumlah 75 orang bahwa yang mendorong
mereka untuk menjadi usahawan jasa kecantikan karena hal lain berjumlah
68 orang atau 90,7% dari jumlah keseluruhan. Urutan kedua bahwa yang
mendorong mereka melanjutkan jasa kecantikan orangtuanya berjumlah 7
orang atau 9,3% dari jumlah responden. Hal ini menunjukkan hal lain
yang mendorong berwirausaha jasa kecantikan lebih dominan
dibandingkan mereka yang melanjutkan usaha jasa kecantikan dari
orangtuanya.
11. Modal
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai modal untuk
memulai usaha jasa kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.17 Distribusi Frekuensi Modal Usaha No Modal usaha Frekuensi Persentase 1 ≤ 5 jt 8 10,7%2 6 - 10 juta 8 10,7%3 11 - 15 juta 9 12,0%4 16 - 20 juta 21 28,0%5 > 20 juta 29 38,7%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbesar adalah
mereka yang memiliki modal untuk mendirikan usaha sebesar >20 juta
sebanyak 29 orang atau 38,7% dari keseluruhan jumlah responden.
Sedangkan pada urutan kedua adalah mereka yang memiliki modal untuk
mendirikan usaha sebesar 16-20 juta sebanyak 21 orang atau 28,0%.
Urutan ketiga mereka yang memiliki modal untuk mendirikan usaha 11-15
juta sebanyak 9 orang atau 12,0%. Selanjutnya urutan keempat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
terakhir adalah mereka yang memiliki modal untuk mendirikan usaha
sebesar ≤ 5 jt serta yang memiliki modal sebesar 6-10 juta sebanyak 8
orang atau 10,7%.
12. Sumber Modal Usaha
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai cara
mendapatkan sumber modal dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.18 Distribusi Frekuensi Asal Modal Usaha No Sumber Modal Frekuensi Persentase 1 Modal sendiri 50 66,7%2 Pinjaman 25 33,3%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang dalam
mendapatkan sumber modal sendiri/pribadi dalam mendirikan usaha jasa
kecantikan merupakan kelompok terbanyak yaitu berjumlah 50 orang atau
66,7% dari keseluruhan jumlah responden. Sedangkan pada urutan kedua
adalah mereka yang mendapatkan sumber modal dari pinjaman dalam
mendirikan usaha jasa kecantikan sebanyak 25 orang atau 33,3% dari
seluruh jumlah responden.
13. Tenaga Pembantu
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai adanya
tenaga pembantu dalam menjalankan usaha jasa kecantikan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel IV.19 Distribusi Frekuensi Tenaga Pembantu No Tenaga Pembantu Frekuensi Persentase 1 Ya 65 86,7 %2 Tidak 10 13,0 %
Total 75 100 %Sumber: Data primer diolah, 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
tenaga pembantu atas usaha jasanya merupakan kelompok terbanyak yaitu
berjumlah 65 orang atau 86,7% dari keseluruhan jumlah responden.
Sedangkan pada urutan kedua adalah mereka yang tidak memiliki tenaga
pembantu atas usahanya sebanyak 10 orang atau 13,0% dari seluruh
jumlah responden.
14. Cara Merekrut Tenaga Pembantu
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai adanya
tenaga pembantu dalam menjalankan usaha jasa kecantikan dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel IV.20 Distribusi Frekuensi Merekrut Tenaga Pembantu No Perekrutan Tenaga Pembantu Frekuensi Persentase 1 Saudara 5 6,7%2 Teman 24 32,0%3 Tetangga 6 8,0%4 Iklan Lowongan 28 37,3%5 Lainnya 12 16,0%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang merekrut
tenaga pembantu melalui iklan lowongan merupakan kelompok terbanyak
yaitu berjumlah 28 orang atau 37,3% dari keseluruhan jumlah responden.
Sedangkan pada urutan kedua adalah mereka yang merekrut dengan
melalui teman sebanyak 24 orang atau 32,0%. Urutan ketiga mereka yang
merekrut dengan melalui lowongan lainnya sebanyak 12 orang atau
16,0%. Urutan keempat mereka yang merekrut dengan melalui tetangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
sebanyak 6 orang atau 8,0%. Urutan terakhir mereka yang merekrut
dengan melalui saudara 5 orang atau 6,7% seluruh jumlah responden.
15. Jumlah Hari Kerja dalam Seminggu
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai lama
menjual saham kembali dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.21 Distribusi Frekuensi Hari Kerja dalam Seminggu No Hari Kerja Dalam Seminggu Frekuensi Persentase 1 6 hari 46 61,3%2 7 hari 29 38,7%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbesar adalah
mereka yang menggunakan waktu 6 hari dalam menjalankan usaha jasa
kecantikan sebanyak 46 orang atau 61,3% dari keseluruhan jumlah
responden. Sedangkan pada urutan terakhir yaitu meraka yang
menggunakan 7 hari kerja dalam menjalankan usaha jasa kecantikan
sebanyak 29 orang atau 38,7% dari jumlah keseluruhan responden.
16. Jumlah Gaji Tenaga Pembantu Perbulan
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai jumlah gaji
tenaga pembantu perbulan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.22 Distribusi Frekuensi Jumlah Gaji Tenaga Pembantu Perbulan
No Jumlah Gaji Tenaga Pembantu Frekuensi Persentase 1 ≤ 500.000 21 28%2 600 ribu – 1 juta 48 64%3 Lainnya 6 8,0%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan
memberikan gaji kepada tenaga pembantu sebesar 48 orang atau 64%
dalam satu bulan merupakan kelompok terbanyak dari keseluruhan jumlah
responden. Kemudian urutan kedua adalah mereka yang memberikan gaji
kepada tenaga pembantu sebesar ≤ 500.000 sebanyak 21 orang atau 28%
dalam satu bulan. Urutan ketiga dan terakhir adalah mereka yang tidak
mempunyai tenaga kerja sebanyak 6 orang atau 8,0% dari jumlah
keseluruhan.
17. Rata-rata Pendapatan
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai besar rata-
rata keuntungan satu bulan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.23 Distribusi Frekuensi Besar Rata-rata Pendapatan per Bulan
No Rata-rata keuntungan Frekuensi Persentase 1 ≤ 5 juta 27 36,0%2 6 – 10 juta 28 37,3%3 11 – 15 juta 12 16,0%4 16 – 20 juta 8 10,7%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden dengan besar
omset rata-rata pendapatan sekitar 6 - 10 juta dalam satu bulan merupakan
kelompok terbanyak dengan jumlah 28 orang atau 37,3% dari keseluruhan
jumlah responden. Kemudian urutan kedua adalah mereka yang memiliki
omset rata-rata sebesar ≤ 5 juta dalam satu bulan sebanyak 27 orang atau
36,0%. Urutan ketiga adalah merekayang memiliki omset rata-rata
pendapatan sebesar 11- 15 juta sebanyak 12 orang atau 16,0%. Urutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
terakhir mereka yang memiliki rata-rata omset pendapatan sebesar 16 – 20
juta sebesar 8 orang atau 10,7% dari jumlah keseluruhan.
18. Laba Bersih
Deskripsi responden berdasarkan tanggapan mengenai total laba
bersih perbulan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.23 Total Laba Bersih Dalam Satu Bulan No Total Laba Bersih Frekuensi Persentase 1 < 1 juta 4 5,3%2 1 - <5 juta 45 60,0%3 5 - <10 juta 11 14,7%4 10 - <15 juta 13 17,3%5 >15 juta 2 2,7%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mengenai total
laba bersih dalam satu bulan dengan total laba bersih 1 - <5 juta
merupakan kelompok terbanyak dengan jumlah 45 orang atau 60,0% dari
keseluruhan jumlah responden. Kemudian urutan kedua adalah mereka
dengan total laba bersih satu bulan 10 - <15 juta sebanyak 13 orang atau
17,3%. Urutan ketiga adalah mereka dengan total laba bersih satu bulan 5 -
<10 juta sebanyak 11 orang atau 14,7%. Dan yang keempat adalah mereka
yang dengan total laba bersih <1 juta atau 5,3% dari jumlah keseluruhan.
Selanjutnya yang terakhir mereka yang dengan total laba bersih >15 juta
sebanyak 2 orang atau 2,7%.
19. Penentuan Harga Jasa Dalam Usaha Jasa Kecantikan
Deskripsi responden berdasarkan cara menentukan harga jasa
dalam usaha jasa kecantikan dapat dilihat pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel IV.24 Distribusi Frekuensi Cara Menentukan Harga Jasa No Menentukan Harga Jasa Frekuensi Persentase 1 Menentukan sendiri 57 76,0%2 Mengikuti usaha jasa
kecantikan lainnya 18 24,0%
Total 75 100%Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dari responden yang berjumlah 75 orang, mereka yang cara
menentukan harga jasa kecantikan dengan cara menentukan sendiri pada
usahanya berjumlah 57 orang atau 76,0% dari jumlah keseluruhan.
Sedangkan untuk mereka yang cara menentukan harga jasa kecantikan
dengan cara mengikuti usaha jasa kecantikannya lainnya pada usahanya
berjumlah 18 orang atau 24,0% dari jumlah responden. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam menentukan harga dengan cara menentukan
sendiri oleh usahawan jasa kecantikan ternyata lebih dominan
dibandingkan dengan cara mengikuti usaha jasa kecantikan lainnya.
C. Analisis Data
1. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk menjawab permasalahan dan pengujian hipotesis yang ada
pada penelitian ini perlu dilakukan analisis statistik terhadap data yang
telah diperoleh. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda
menggunakan bantuan komputer program Eviews 6 diperoleh hasil
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel IV.25 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 04/07/11 Time: 11:54 Sample: 1 75 Included observations: 75
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -5817817. 2481314. -2.344652 0.0219X1 0.203547 0.051427 3.957935 0.0002X2 232158.9 193798.2 1.197941 0.2350X3 172538.7 60201.37 2.866027 0.0055X4 2866982. 1030103. 2.783200 0.0069
R-squared 0.449862 Mean dependent var 4854000.Adjusted R-squared 0.418425 S.D. dependent var 3877985.S.E. of regression 2957392. Akaike info criterion 32.70185Sum squared resid 6.12E+14 Schwarz criterion 32.85635Log likelihood -1221.320 Hannan-Quinn criter. 32.76354F-statistic 14.31019 Durbin-Watson stat 1.916130Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data Primer Diolah, 2010
Persamaan regresi yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut
adalah:
Y = -5817817 + 0,20354X1 + 232158,9X2 + 172538,7X3 + 2866982X4
Keterangan :
Y = Keberhasilan Usaha Jasa Kecantikan
X1 = Modal Usaha
X2 = Tingkat Pendidikan
X3 = Lama Usaha
X4 = Lokasi Usaha
Besarnya pengaruh variabel bebas yaitu modal usaha, tingkat
pendidikan, lama usaha, dan lokasi usaha terhadap keberhasilan usaha jasa
kecantikan sebagai variabel dependen, ditunjukkan oleh besarnya
koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Jika X1, X2, X3, dan X4 nilainya = 0 maka nilai Y = 5817817
Koefisien regresi sebesar 0,20354 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu skor atau nilai Modal Usaha (X1) dapat meningkatkan
nilai atau skor keberhasilan usaha jasa kecantikan sebesar 0,20354 rupiah.
Koefisien regresi sebesar 232158,9 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu skor atau nilai Tingkat Pendidikan (X2) dapat
meningkatkan nilai atau skor keberhasilan usaha jasa kecantikan sebesar
232158,9 rupiah.
Koefisien regresi sebesar 172538,7 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu skor atau nilai Lama Usaha (X3) dapat meningkatkan
nilai atau skor keberhasilan usaha jasa kecantikan sebesar 172538,7
rupiah.
Koefisien regresi sebesar 2866982 menyatakan bahwa setiap
penambahan satu skor atau nilai Lokasi Usaha (X4) dapat meningkatkan
nilai atau skor keberhasilan usaha Jasa Kecantikan sebesar 2866982
rupiah.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika
terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinearitas.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas dapat dilihat pada
nilai r2 regresi parsial dan R2 regresi utama. Apabila nilai r2 < R2, maka
tidak terjadi multikolinearitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel IV.27 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel r2 R2 Kesimpulan
Modal Usaha 0,195 0,449 Tidak terjadi multikolinearitasTingkat Pendidikan 0,129 0,449 Tidak terjadi multikolinearitasLama Usaha 0,112 0,449 Tidak terjadi multikolinearitasLokasi Usaha 0,121 0,449 Tidak terjadi multikolinearitasSumber: Data primer diolah, 2010.
Tabel IV.27 di atas menunjukkan bahwa semua variabel bebas
yaitu modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha
mempunyai nilai R-squared di bawah R-squared regresi utama
(<0,449), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi pada
penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
b. Heteroskedastik
Salah satu asumsi pokok dalam regresi linear adalah bahwa
variansi residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain adalah
tidak sama. Apabila variansi tersebut tidak sama, maka berarti telah
terjadi masalah heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas untuk
mengetahui adanya heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji
White, dengan bantuan program Eviews 6.0 perintah yang dapat
dilakukan adalah dengan meregresi variabel bebas dan variabel terikat,
kemudian dari hasil dari hasil regresi OLS akan diperoleh nilai Obs*R-
squared. Nilai Obs*R-squared tadi lalu dibandingkan dengan nilai chi-
squared tabel dengan df sesuai jumlah regresor dan level of significant
yang dipakai.
Berikut ini adalah ringkasan hasil uji heteroskedastisitas pada
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel IV.28 Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.600063 Prob. F(13,60) 0.1105Obs*R-squared 19.05006 Prob. Chi-Square(13) 0.1216Scaled explained SS 21.84289 Prob. Chi-Square(13) 0.0578
Sumber: Data primer diolah, 2010.
Dengan df = 13 (jumlah regresor) dan α = 5% didapatkan X2
tabel yaitu 22,362.
Nilai OBS*R-squares = 19,05006 < 22,362
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah
heteroskedastiksitas
c. Autokorelasi
Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel
gangguan sehingga penaksiran tidak lagi efisien baik dalam sampel
kecil maupun sampel besar. Salah satu cara yang digunakan dalam
pengujian autokorelasi adalah B-G Test. Dengan menggunakan
program Eviews6.0 didapat hasil pada tabel IV.29 sebagai berikut:
Tabel IV.29 Hasil Uji Autokorelasi Dengan B-G Test Variabel Probabilitas
Modal Usaha 0,9735Tingkat Pendidikan 0,9029Lama Usaha 0,8554Lokasi Usaha 0,9858RESID (-1) 0,7708F-statistic 0,312561Obs*R-squared 0,683192Sumber: Analisis data primer diolah, 2010. Apabila dari hasil uji autokorelasi, diketahui bahwa nilai probalitas
lebih besar dari 5%, maka hipotesis yang terdapat pada model tidak
terdapat autokorelasi (autokorelasi ditolak).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3. Uji Statistik
a. Uji Statistik F-test
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui hasil uji F (uji
Fisher) digunakan untuk menguji signifikansi model regresi. Tujuan dari
uji F ini adalah untuk membuktikan secara statistik bahwa keseluruhan
koefisien regresi yang digunakan dalam analisis ini signifikan. Apabila
nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka model regresi
signifikan secara statistik. Dari hasil pengujian diperoleh nilai F hitung
sebesar 14,31019 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi
tersebut lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), berarti bahwa model regresi
dengan variabel modal, tingkat pendidikan, lama usaha, lokasi usaha
tingkat model signifikan secara statistik
b. Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi diperlukan untuk mengetahui berapa persen
variasi variabel-variabel bebas yang ada dalam model, dalam hal ini
pengalaman investor, lama menjual saham kembali, tingkat pendidikan,
dan tingkat modal dapat menjelaskan variabel dependen yaitu keberhasilan
investor dalam berinvestasi saham. Berdasarkan tabel IV.25 diperoleh
hasil bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,418425 yang berarti 41%
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas.
sedangkan sisanya sebesar 59% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
c. Uji t-test
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing
variabel bebas dalam mempengaruhi variabel dependen. Kriteria pengujian
dilakukan dengan membandingkan nilai signifikan pada tingkat 0,05
dengan nilai signifikan hasil uji t, jika nilai signifikan uji t lebih kecil dari
batas signifikan 0,05 maka nilai koefisien regresi variabel mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
a. Variabel Modal Usaha
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t
statistik variabel modal usaha sebesar 0,0002 yang berarti signifikan
pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Oleh karena itu variabel modal
usaha dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.
b. Variabel Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t
statistik variabel tingkat pendidikan sebesar 0,2350 yang berarti tidak
signifikan pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Oleh karena itu variabel
tingkat pendidikan dikatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.
c. Variabel Lama Usaha
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t
statistik variabel lama usaha sebesar 0,0055 yang berarti signifikan
pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Oleh karena itu variabel lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
usaha dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.
d. Lokasi Usaha
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t
statistik variabel lokasi usaha sebesar 0,0069 yang berarti signifikan
pada tingkat signifikansi 5% (0,05). Oleh karena itu variabel lokasi
usaha dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.
4. Pengujian Hipotesis
a. Hipotesis 1
1) Pernyataan hipotesis yang menunjukan bahwa ”Diduga ada
pengaruh yang signifikan antara variabel modal usaha terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta”. Hasil statistik uji
t untuk menguji pengaruh variabel modal usaha diperoleh t statistik
sebesar 3,957935 dengan tingkat signifikansi 0,0002. Oleh karena
signifikansi kurang dari 5% (p < 0,05), maka hipotesis diterima.
Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel modal usaha
terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta.
2) Pernyataan hipotesis yang menunjukan bahwa ”Diduga ada
pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan
terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta”. Hasil
statistik uji t untuk menguji pengaruh variabel tingkat pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
diperoleh t statistik sebesar 1,197941 dengan tingkat signifikansi
0,2350. Oleh karena signifikansi lebih dari 5% (p < 0,05), maka
hipotesis ditolak. Dengan demikian hasil ini tidak mendukung
hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara variabel tingkat pendidikan terhadap keberhasilan usaha
jasa kecantikan di Kota Surakarta.
3) Pernyataan hipotesis yang menunjukan bahwa ”Diduga ada
pengaruh yang signifikan antara variabel lama usaha terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta”. Hasil statistik uji
t untuk menguji pengaruh variabel lama usaha diperoleh t statistik
sebesar 2,866027 dengan tingkat signifikansi 0,0055. Oleh karena
signifikansi kurang dari 5% (p < 0,05), maka hipotesis diterima.
Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel lama usaha
terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta.
4) Pernyataan hipotesis yang menunjukan bahwa ”Diduga ada
pengaruh yang signifikan antara variabel lokasi usaha terhadap
keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta”. Hasil statistik uji
t untuk menguji pengaruh variabel lokasi usaha diperoleh t statistik
sebesar 2,783200 dengan tingkat signifikansi 0,0069. Oleh karena
signifikansi kurang dari 5% (p < 0,05), maka hipotesis diterima.
Dengan demikian hasil ini mendukung hipotesis yang menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel lokasi usaha
terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta.
b. Hipotesis 2
Hipotesis kedua menyatakan bahwa ”Faktor tingkat modal
usaha diduga berpengaruh paling besar terhadap keberhasilan usaha
jasa kecantikan di Kota Surakarta”. Untuk menjawab hipotesis kedua
dapat dilihat dari urutan variabel yang signifikan diantara keempat
variabel independen berikut:
Tabel IV.26 Peringkat Variabel Variabel P Peringkat
Modal Usaha 0,0002 1 Tingkat Pendidikan 0,2350 4 Lama Usaha 0,0055 2 Lokasi Usaha 0,0069 3 Sumber: Data primer diolah, 2010.
Berdasarkan analisis pada Tabel IV.26 diketahui bahwa urutan
faktor yang berpengaruh paling besar terhadap keberhasilan usahawan
dalam berwirausaha jasa kecantikan adalah modal usaha, lama usaha,
lokasi usaha, dan terakhir adalah tingkat pendidikan. Dengan
demikian, maka hasil analisis ini mendukung hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa faktor tingkat modal usaha diduga berpengaruh
paling besar terhadap keberhasilan usahawan dalam berwirausaha jasa
kecantikan di Kota Surakarta.
D. Interpretasi Secara Ekonomi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan usahawan dalam berwirausaha jasa kecantikan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Surakarta. Faktor yang diteliti meliputi modal usaha, tingkat pendidikan, lama
usaha, dan lokasi usaha. Untuk menguji pengaruh keempat faktor tersebut
terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta digunakan analisis
regresi linier.
1. Pengaruh Modal Usaha terhadap keberhasilan usahawan dalam usaha jasa
kecantikan di Surakarta.
Koefisien regresi modal usaha bernilai positif sebesar 0,203547
dan nilai probabilitasnya sebesar 0,0002, nilai tersebut berarti variabel
modal usaha mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan
usaha yang diperoleh usahawan jasa kecantikan. Probabilitas regresi modal
usaha yang bernilai positif sebesar 0,0002 menunjukkan bahwa variabel
modal usaha mempunyai pengaruh positif terhadap keberhasilan usaha.
Jika modal usaha bertambah sebesar 1 satuan rupiah, maka tingkat
keberhasilan yang diterima usahawan jasa kecantikan akan mengalami
kenaikan sebesar 0,203547 rupiah dengan asumsi variabel lain konstan.
Nilai ini sesuai hipotesis pertama yang menyatakan bahwa modal usaha
berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Hasil ini mengindikasikan
bahwa modal usaha merupakan faktor pendukung dalam kegiatan usaha
karena tanpa modal usaha, sebuah usaha tidak dapat dilakukan. Modal
usaha merupakan kebutuhan utama bagi seorang pengusaha dalam
menjalankan usaha baik pada saat memulai, pengembangan maupun pada
saat penurunan usaha. Tujuan keberhasilan usaha mengarah pada
maksimalisasi keuntungan. Semakin besar tingkat keuntungan atau imbal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
hasil yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan usaha
tersebut. Dalam kaitan ini, usahawan selalu berusaha untuk mencapai hal
tersebut.
Pengusaha tersedia modal usahanya yang cukup akan
mempengaruhi kelancaran dan pengembangan usaha yang yang
dijalankan, seperti halnya anggapan para usahawan ingin menambah
desaign interior, peralatan salon, perlengkapan salon, menambah luas
lahan, dan lain sebagainya. Dari sini dapat digambarkan bahwa modal
usaha mempengaruhi keberhasilan usaha. Namun selain hal tersebut
usahawan pun harus tetap memperhatikan kenyamanan pelanggan dan
serta persaingan jasa kecantikan lainnya.
2. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan
di Surakarta.
Koefisien regresi tingkat pendidikan bernilai positif sebesar
232158,9 dan nilai probabilitasnya sebesar 0,2350, nilai tersebut berarti
variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat
keberhasilan usaha yang diperoleh usahawan jasa kecantikan. Probabilitas
regresi tingkat pendidikan yang bernilai positif sebesar 0,2350
menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai pengaruh
positif terhadap keberhasilan usaha. Jika tingkat pendidikan bertambah
sebesar 1 satuan tahun sukses, maka tingkat keberhasilan yang diterima
usahawan jasa kecantikan akan mengalami kenaikan sebesar 232158,9
rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Nilai ini sesuai hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
pertama yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha. Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa tingkat
pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa
kecantikan di Surakarta yang ditunjukkan dari tinggi rendahnya
pendidikan responden tidak berpengaruh terhadap keberhasilan usaha jasa
kecantikan di Surakarta. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dalam mendirikan
usaha jasa kecantikan tidak mutlak harus mempunyai pendidikan yang
tinggi. Keberhasilan usaha jasa lebih dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan
dalam diri seorang usahawan. Pencapaian keberhasilan usahawan dalam
usahanya diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam
berbisnis, seperti halnya memiliki kemauan, kemmpuan serta ketrampilan
dalam menjalankan bisnis/usahanya.
3. Pengaruh Lama Usaha terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di
Surakarta.
Koefisien regresi lama usaha bernilai positif sebesar 172538,7 dan
nilai probabilitasnya sebesar 0,0055, nilai tersebut berarti variabel modal
usaha mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan usaha
yang diperoleh usahawan jasa kecantikan. Probabilitas regresi lama usaha
yang bernilai positif sebesar 0,0055 menunjukkan bahwa variabel lama
usaha mempunyai pengaruh positif terhadap keberhasilan usaha. Jika lama
usaha bertambah sebesar 1 tahun, maka tingkat keberhasilan yang diterima
usahawan jasa kecantikan akan mengalami kenaikan sebesar 172538,7
rupiah dengan asumsi variabel lain konstan. Nilai ini sesuai hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pertama yang menyatakan bahwa lama usaha berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha. Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa lama
usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa
kecantikan di Surakarta yang ditunjukkan dari hasil analisis memberikan
bukti empiris bahwa lama uasha berpengaruh positif terhadap keberhasilan
usaha jasa kecantikan di Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan
p<0,05. Lama usaha sangat berpengaruh positif terhadap tingkat
keuntungan yaitu lamanya seseorang dalam menggeluti usaha yang
dijalaninya. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang
menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang tersebut.
Hal ini tentu saja akan meningkatkan keberhasilan usahanya, dengan
pengalaman kerja yang lama, usahawan akan semakin terampil, cekatan
dan cepat dalam melakukan pekerjaanya, sehingga yang dilakukan
berubah menjadi hasil yang baik.
4. Pengaruh Lokasi Usaha terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di
Surakarta.
Koefisien regresi lokasi usaha bernilai positif sebesar 2866982 dan
nilai probabilitasnya sebesar 0,0069, nilai tersebut berarti variabel lokasi
usaha mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan usaha
yang diperoleh usahawan jasa kecantikan. Probabilitas regresi lokasi usaha
yang bernilai positif sebesar 0,0069 menunjukkan bahwa variabel lokasi
usaha mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keberhasilan
usaha. Nilai ini sesuai hipotesis pertama yang menyatakan bahwa lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
usaha berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Berdasarkan analisis
regresi diketahui bahwa lokasi usaha tidak berpengaruh signifikan
terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta yang ditunjukkan
dari hasil analisis memberikan bukti empiris bahwa lokasi uasha
berpengaruh positif terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan di
Surakarta yang ditunjukkan dari uji t dengan p<0,05. Lokasi usaha sangat
berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan yaitu lokasi usaha
mempengaruhi letak usahanya. Ada suatu asumsi bahwa lokasi usaha yang
dipilih pengusaha dalam menjalankan usaha merupakan letak yang
strategis atau termasuk dalam pusat keramaian sehingga banyak orang
yang berkunjung, maka kemungkinan terjadi peningkatan dalam perolehan
pendapatan pengusaha juga meningkat. Sehingga lokasi usaha yang tepat
merupakan salah satu unsur yang dapat mempengaruhi pendapatan yang
diperoleh pengusaha yang mana akan mendatangkan
keuntungan/keberhasilan tersebut. Dengan demikian dapat digambarkan
bahwa lokasi usaha berpengaruh pada keberhasilan usaha. Namun hal lain
ada penunjang lain seperti halnya sudah dipercayai customer dengan hasil
bagus dan harga terjangkau dan lainnya, maka walaupun lokasi usaha
terletak pada lokasi tidak strategispun customer tetap mengunjungi tempat
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada
bab sebelumnya terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
usaha jasa kecantikan di Kota Surakarta, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Hasil analisis regresi mengenai keberhasilan usaha jasa kecantikan di Kota
Surakarta menunjukkan :
a. Secara serentak modal usaha, tingkat pendidikan, lama usaha dan
lokasi usaha berpengaruh signifikan, kecuali tingkat pendidikan tidak
signifikan terhadap keberhasilan usaha jasa kecantikan dengan tingkat
derajat kepercayaan 95%.
b. Berdasarkan perhitungan R2 didapatkan nilai adjusted R2 sebesar
0,418425. Ini berarti 41% variasi variabel modal usaha, tingkat
pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha dapat menerangkan dengan
baik variabel tingkat keberhasilan usaha jasa kecantikan. Sisanya 59%
variabel tingkat keberhasilan usaha jasa kecantikan dijelaskan oleh
variasi variabel lain di luar model.
c. Secara individual pada derajat signifikan 95% variabel modal usaha,
tingkat pendidikan, lama usaha dan lokasi usaha, kecuali tingkat
pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat keberhasilan
usaha jasa kecantikan.
68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian dimana variabel yang berpengaruh positif dan
signifikan ialah modal usaha, lama usaha dan lokasi usaha maka untuk
meningkatkan keuntungan yang didapat maka pemilik usaha jasa
kecantikan tersebut disarankan untuk menambah modal usaha untuk
memperbesar volume usaha seperti melengkapi perlengkapan, peralatan
salon, desaign interior, menambah luas lahan, dan lain sebagainya. Selain
itu juga menambah pengalaman dalam menjalani usahanya dan juga tetap
memperhatikan letak serta lokasi usahanya agar para konsumen tertarik
dan nyaman.
2. Berdasarkan penelitian bahwa variabel tingkat pendidikan bepengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap keberhasilan jasa kecantikan maka
sebaiknya kepada usahawan maupun tenaga pembantunya mengikuti
pelatihan/kursus-kursus serta seminar di bidang tatarias serta kecantikan
yang menunjang usahanya terlebih dahulu, sehingga mereka dapat
tambahan ketrampilan serta pengetahuan akan trend terkini (model up to
date) secara fundamental maupun teknikal dengan tujuan agar dapat
menekan faktor resiko yang ada serta dapat memberikan kepuasan
maksimal terhadap konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3. Usahawan jasa kecantikan diharapkan selalu memiliki ketrampilan,
kreatifitas dan juga inovasi baru agar konsumen tetap setia dating kembali
dan puas atas pelayanan yang diterimanya.
4. Model regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan R2
yang masih rendah (41%), oleh karena itu terdapat kemungkinan
penelitian lebih lanjut dengan memasukkan variabel baru yang lebih
mempengaruhi keberhasilan usaha jasa kecantikan di Surakarta.