4
Personal Learning Environments dan eLearning Selama dekade terakhir, penerapan elearning sebagian besar hanya menerapkannya dengan pendekatan Virtual Learning Environment (VLE), yaitu penerapan elearning dengan mengaplikasikannya melalui ‘virtualisasi ruang kelas’ atau disebut virtual classroom. Dengan VLE guru yang memiliki peranan utama dalam sistem, dari sejak merencanakan pembelajaran sampai dengan evaluasi pembelajaran, hal ini berimbas pelaksanaannya sebagian besar kurang dinikmati oleh peserta didik yang memiliki karakter-karakter belajar yang berbeda-beda. Dari sana muncullah penerapan elearning dengan pendekatan Personal Learning Environments (PLEs) yang penerapannya sangat berbeda dibandingkan dengan pendekatan VLE. Penerapan PLEs menitik beratkan elearning sebagai sebuah kegiatan pembelajaran online yang dilakukan oleh individu pembelajar, bukan dilihat dari pemenuhan kebutuhan institusi penyelenggara pembelajaran. A. Konsep Personal eLearning Environments Personal Learning Environments atau disingkat PLEs adalah sebuah pendekatan atau cara pandang e-learning dilihat dari sudut pandang pengalaman belajar mandiri siswa/pengguna. Mohamed Amine Chatti mengibaratkan PLEs sebagai perlengkapan kecil-kecil namun lengkap, berbeda dengan LMS atau sering disebut dengan e-learning dengan pendekatan Virtual Learning Environment (VLE). Intinya bahwa PLEs melihat e-learning sebagai sebuah aktivitas yang biasa dilakukan seseorang ketika online, tools-nya bebas, bisa dengan social networking, blog atau tools lainnya. Hal ini diharapkan demotivasi yang biasa terjadi dapat dihilangkan atau setidaknya dikurangi. Jadi konsep awal PLEs adalah sebuah pendekatan atau cara pandang terhadap e-learning sebagai sebuah aktivitas pembelajaran yang dilakukan secara online oleh pembelajar (siswa) dengan tools yang biasa dan disenangi oleh pembelajar yang bersangkutan. PLEs ini diprediksikan akan menjadi titik tolak utama dalam pengembangan sistem e-learning di masa yang akan segera datang. 1. Ada 4 lapisan dalam pengoperasian PLES a. Online journal (contoh weblog) b. Social content networking (contoh: slide share, youtube, flickr) c. Social bookmarking (contoh: diigo, delicious) d. Social networking (contoh: facebook, twitter) 2. Dengan PLES Individu akan mampu melakukan:

Personal Learning Environments Dan eLearning

Embed Size (px)

Citation preview

  • Personal Learning Environments dan eLearning

    Selama dekade terakhir, penerapan elearning sebagian besar hanya menerapkannya

    dengan pendekatan Virtual Learning Environment (VLE), yaitu penerapan elearning dengan

    mengaplikasikannya melalui virtualisasi ruang kelas atau disebut virtual classroom. Dengan VLE

    guru yang memiliki peranan utama dalam sistem, dari sejak merencanakan pembelajaran sampai

    dengan evaluasi pembelajaran, hal ini berimbas pelaksanaannya sebagian besar kurang dinikmati

    oleh peserta didik yang memiliki karakter-karakter belajar yang berbeda-beda.

    Dari sana muncullah penerapan elearning dengan pendekatan Personal Learning Environments

    (PLEs) yang penerapannya sangat berbeda dibandingkan dengan pendekatan VLE. Penerapan

    PLEs menitik beratkan elearning sebagai sebuah kegiatan pembelajaran online yang dilakukan oleh

    individu pembelajar, bukan dilihat dari pemenuhan kebutuhan institusi penyelenggara

    pembelajaran.

    A. Konsep Personal eLearning Environments

    Personal Learning Environments atau disingkat PLEs adalah sebuah pendekatan atau

    cara pandang e-learning dilihat dari sudut pandang pengalaman belajar mandiri siswa/pengguna.

    Mohamed Amine Chatti mengibaratkan PLEs sebagai perlengkapan kecil-kecil namun

    lengkap, berbeda dengan LMS atau sering disebut dengan e-learning dengan pendekatan

    Virtual Learning Environment (VLE).

    Intinya bahwa PLEs melihat e-learning sebagai sebuah aktivitas yang biasa dilakukan

    seseorang ketika online, tools-nya bebas, bisa dengan social networking, blog atau tools lainnya. Hal ini

    diharapkan demotivasi yang biasa terjadi dapat dihilangkan atau setidaknya dikurangi.

    Jadi konsep awal PLEs adalah sebuah pendekatan atau cara pandang terhadap e-learning

    sebagai sebuah aktivitas pembelajaran yang dilakukan secara online oleh pembelajar (siswa)

    dengan tools yang biasa dan disenangi oleh pembelajar yang bersangkutan. PLEs ini diprediksikan

    akan menjadi titik tolak utama dalam pengembangan sistem e-learning di masa yang akan segera

    datang.

    1. Ada 4 lapisan dalam pengoperasian PLES

    a. Online journal (contoh weblog)

    b. Social content networking (contoh: slide share, youtube, flickr)

    c. Social bookmarking (contoh: diigo, delicious)

    d. Social networking (contoh: facebook, twitter)

    2. Dengan PLES Individu akan mampu melakukan:

  • a. Membuat konten dan mempublikasikannya

    b. Mencari dan mengumpulkan informasi dari banyak sumber

    c. Merespon pertanyaan

    d. Berkomentar terhadap konten milik individu lain

    Setiap saat ketika anda online, anda belajar sesuatu melalui search engine, social

    networking, weblog, dll. Itulah yang disebut PLEs.

    B. Cara menciptakan Personal eLearning Environments

    Dibawah ini mungkin belum bisa dikatakan penciptaan, namun lebih pada pengkondisian

    siswa dalam pendekatan PLEs. Yaitu:

    1. Tiap individu memiliki kontrol penuh atas kegiatan pembelajarannya.

    2. Tiap individu berada dalam 1 atau lebih jaringan

    3. Tiap PLEs saling mempengaruhi

    Dalam jaringan setiap individu atau siswa (harus )melakukan:

    a. Memberi tag yang sama dalam topik yang senada

    b. Merespon dan mendiskusikan konten yang senada

    c. Me-embed konten milik individu lain jika diperlukan untuk melengkapi kontennya

    d. Mengoleksi, mengolah dan membagikan konten

    1.

    C. Definisi eLearning menurut tokoh-tokoh

    Terdapat beberapa perbedaan terminologi penulisan untuk menunjukan istilah

    pembelajaran online. Ada yang menuliskan dengan E-Learning, Elearning dan ada pula dengan

    penulisan eLearning. Menurut Wahono, fenomena ini hampir sama dengan fenomena

    terminologi penulisan E-Mail dan Email, yang pada akhirnya yang menjadi baku adalah

    penulisan Email (tanpa tanda hubung). Dalam paper ini terminologi penulisan yang digunakan

    adalah Elearning (tanpa tanda hubung). Model mengandung pengertian suatu pola, gaya,

    contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan model yang

    dimaksud adalah suatu pola dan alur proses pengembangan elearning yang dibuat, dihasilkan dan

    digunakan guna keberhasilan program kegiatan pembelajaran yang terdiri dari komponen input,

    proses dan output.

    Secara harfiah, elearning berasal dari dua kata dasar, yaitu e yang merupakan

    kependekan dari electronic atau elektronik dan learning atau pembelajaran. Sehingga

    elearning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang dibentuk atau menggunakan media

  • elektronik. Namun, pada perkembangannya, pengertian elearning mengalami penyempitan

    makna, yaitu untuk menunjukan cara pembelajaran dengan menggunakan media internet, yang

    dapat menggantikan atau melengkapi pembelajaran konvensional sesuai dengan kondisi dan

    kebutuhan.

    Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang

    menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang.

    Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan: e-Learning merupakan suatu jenis

    belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan

    media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.

    LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001]

    menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa: e-Learning adalah sistem pendidikan yang

    menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan

    komputer,maupun komputer standalone.

    Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan

    pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk

    menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning

    sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet.

    Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan

    belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang

    sesuai dengan kebutuhannya.

    Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi

    internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan

    keterampilan.

    Hal ini senada dengan Cambell (2002) & Kamarga (2002) yang intinya menekankan

    penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat e-learning.

    Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah e atau singkatan dari

    elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk

    mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.

    e-Learning menurut Allan J. Henderson (2003:2) dinyatakan sebagai:

    a. e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer (biasanya

    terkoneksi internet).

    b. e-learning dapat digunakan untuk para pekerja dimana mereka dapat belajar pada di tempat kerja

    mereka tanpa harus pergi ke kelas.

  • c. e-learning dapat dijadwalkan dengan kesepakatan antara instruktur dengan siswa

    d. e-Learning dapat merupakan can be an on-demand course dimana pembelajar dapat belajar

    mandiri sesuai waktu yang mereka inginkan.

    Dari beberapa devinisi tokoh-tokoh diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa istilah

    eLearning merupakan istilah untuk menunjukkan cara pembelajaran dengan menggunakan media

    internet, yang dapat menggantikan atau melengkapi pembelajaran konvensional sesuai dengan

    kondisi dan kebutuhan. Atau dapat juga didefinisikan e-Learning merupakan sebuah system

    pembelajaran dimana didukung oleh konsep pengembangan berkelanjutan, proses kolaboratif

    yang memfokuskan pada peningkatan kemampuan individual dan organisasi. Sistem eLearning

    didesain secara efektif melalui pengembangan komunikasi penggunaan media elektonik dan

    jaringan. Atau lebih mudahnya bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan

    teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning.

    Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, elearning merupakan

    penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning

    menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model

    belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer)

    sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti

    menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar

    tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat,

    Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik

    keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas

    siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.