35
PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA Oleh : Dr. H. Moerad, Sp. OG, MM

PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Oleh :

Dr. H. Moerad, Sp. OG, MM

Page 2: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Pembahasan transisi demografi tidak terlepas dari persoalan pertumbuhan

pernduduk. Pada permulaan tahun masehi penduduk dunia diperkirakan masih

sekitar 250.000.000 jiwa dengan angka pertumbuhan sekitar 0.04 persen/ tahun.

Tingkat pertumbuhan penduduk yang amat rendah ini bertahan dalam waktu

yang cukup lama hingga puncaknya sebelum abad ke 18 terjadi ledakan jumlah

penduduk. Pada awal revolusi industri tahun 1750 jumlah penduduk dunia

sudah mencapai 790.000.000 jiwa.

Seiring kemajuan teknologi di Eropa dan belahan dunia lain mulai

menunjukkan dampaknya. Penemuan obat-obatan, kualitas sanitasi lingkungan,

informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi berdamapak sevcara langsung

terhadap kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Tingkat kematian yang

tinggi pada abad-abad sebelumnya menurun drastis dan angka harapan hidup

mulai naik perlahan-lahan. Sebagai akibatnya terjadi ledakan jumlah penduduk

yang mencapai 1,7 miliar pada permulaan 1900, 2milyar pada 1930, 2,5 milyar

pada 1950, dan genap 6 milyar pada akhir tahun 1999.

2

Page 3: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia semakin banyak pula

tantangan dan masalah yang harus dihadapi.Sayangnya, hanya dalam bidang

ilmu pengetahuan saja yang mampu mengimbangi perkembangan penduduk

dari tahun ke tahun, namun sampai saat ini masih belum ada solusi dan

penyelesaian masalah yang berarti utamanya dalam bidang pemenuhan

kebutuhan, energi, dan masalah kemanusiaan lain yang muncul akibat

pertambahan penduduk ini. Butuh komitmen dan kerjasama dari kita semua,

masyarakat, peemerintah, perusaahaan dan semua elemen makhluk hidup lintas

agama, budaya, dan bangsa untuk mengatasi masalah ledakan penduduk di

dunia.

Dengan penduduk masih tumbuh sekitar 80 juta setiap tahun, sulit untuk

tidak khawatir.. Saat ini di Bumi,sumber daya alama mulai habis, tanah

mengikis, gletser yang mencair, dan stok ikan menghilang. Hampir satu miliar

orang kelaparan setiap hari,mungkin puluhan tahun dari sekarang, kemungkinan

besar akan ada dua miliar lebih orang kelaparan meminta makanan , terutama di

negara-negara miskin. Akan ada miliaran lebih banyak orang yang ingin dan

layak untuk meningkatkan diri dari kemiskinan. Jika mereka mengikuti jalan

yang dirintis oleh hutan negara-kliring kaya, pembakaran batu bara,rminyak,

bebas hamburan pupuk dan pestisida-mereka juga akan menginjak keras pada

sumber daya alam di planet bumi, apakah cara ini akan berhasil, apakah cukup

efektif?

Masalah kependudukan telah menarik perhatian dunia sejak lama.

Malthus (1766-1834), dalam tulisan Essay on the Principles of Population,

mengemukakan teori bahwa pertumbuhan eksponensial penduduk tidak

seimbang dengan pertumbuhan geometrik kebutuhan populasi manusia.

Populasi manusia berjalan dengan tidak seimbang terhadap keadaan alam

sebagai penyedia kebutuhan manusia yang terbatas. Hal ini menimbulkan

kekhawatiran dunia akan keberlanjutan hidup manusia.

3

Page 4: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Ketidakseimbangan penduduk dan sumber alam menimbulkan dampak lanjutan

berupa permasalahan lingkungan hidup. Meningkatnya jumlah penduduk

menimbulkan eksploitasi alam yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan

hidup manusia sehingga kerusakan lingkungan sebagai sistem pendukung

kehidupan manusia tidak dapat dihindarkan. Keadaan seperti ini menuntut

manusia untuk merubah sudut pandang dan cara hidup yang memperhatikan

kelestarian lingkungan. Permasalahan lingkungan hidup baru menarik perhatian

dunia sekitar tahun 70-an.

Yang dimaksud teori malthus adalah bahwa populasi manusia bertambah

lebih cepat daripada produksi makanan, sehingga menyebabkan manusia

bersaing satu sama lain untuk memperebutkan makanan dan menjadikan

perbuatan amal sia-sia. Teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya

keseimbangan pertambahan jumlah penduduk menurut deret ukur terhadap

persediaan bahan makanan menurut deret hitung. Teori Malthus tersebut

sebetulnya sudah mempersoalkan daya dukung lingkungan dan daya tampung

lingkungan. Tanah sebagai suatu komponen lingkungan alkam tidak mampu

menyediakan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan jumlah penduduk

yang terus bertambah dan makin banyak. Daya dukung tanah sebagai komponen

lingkungan menurun, karena beban manusia yang makinbanyak.

Jumlah penduduk yang terus bertambah mencerminkan pula makin padat

jumlah penduduk tiap 1 km2, dapat mempercepat eksploitasi sumber daya alam

dan mempersempit persediaan lahan hunian dan lahan pakai. Dengan kata lain

jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin padat sangat mengganggu

daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Jumlah penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan, agar tidak

menjadi beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya tampung

lingkungan, dengan menampakkan bencana alam berupa banjir, kekeringan,

gagal panen, kelaparan, wabah penyakit dan kematian, kelahiran dan kematian

4

Page 5: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

sebagai peristiwa-peristiwa vital mengatur keseimbangan penduduk dengan

potensi alamnya.

Makin padat jumlah penduduk dalam jangka pendek, jangka sedang atau

jangka panjang akan mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan

hidup. Di daerah-daerah padat penduduk gangguan keseimbangan lingkungan

(daya dukung dan daya tampung) disebabkan oleh permintaan yang makin

meningkat terhadap berbagai potensi lingkungan, walaupun konsumsi perkapita

rendah.

5

Page 6: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA

Di Indonesia sendiri terjadi lonjakan penduduk yang cukup

mengkhawatirkan. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus 2010

mencapai 237,6 juta jiwa atau 3,5 juta lebih dari prediksi sebeumnya. Setiap

tahun lahir 4,5 juta jiwa yang berarti setara dengan jumah penduduk singapura

atau empat kali lebih banyak dari penduduk timor leste. Ledakan jumlah

penduduk ini membawa konsekuensi yang luas, terutama pada kewajiban

pemerintah untuk menyediakan pangan, permukiman, fasilitas kesehatan,

pendidikan, dan fasilitas dasar lain yang dibutuhkan masyarakat.

Ketika pemerintah masih akan menghitung dampak lonjakan penduduk,

masyarakat sudah merasakan dampaknya. Kesempatan kerja makin sulit karena

persaingan makin ketat. Permukiman kumuh meluas, jalan raya makin padat,

serta berbbagai ekses negatif lainnya.

Seharusnya jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi penggerak

ekonomi yang kuat jika penduduknya berkulitas, namun jumlah penduduk yang

besar itu nampakanya justru malah menjadi beban pembangunan. Daya saing

penduduk indonesia masih kalah jauh dengan negara negara lain termasuk

negara di afrika.

Berdasarkan daata dari program pembangunan PBB (UNDP), indeks

pembangunan manusia indonesia pada 2010 menduduki peringkat ke 108 dari

169 negara yang ada di dunia dan posisi keenam di Asia tenggara. Rata-rata

lama sekolah penduduk berusia 25 tahun keatas hanya 5,7 persen. Kondisi itu

berimplikasi terhadap tingkat pendidikan sekitar 160 juta angkatan kerja

indonesia yang 56 persennya hanya lulusan SD kebawah.

Distribusi pendudukpun tak merata, Luas pulau jawa dan madura yang tak

kurang dari 7 persen luas indonesia harus menampung 57,49 persen penduduk

indonesia atau sekitar 136 juta jiwa. Akibatnya kota-kota di jawa mengalami

kepadatan penduduk, permukiman, dan lalu lintas yang luar biasa. Kualitas

6

Page 7: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

hidup masyarakatnya pun dipastikan rendah disertai dengan beragam masalaha

sosial yang menghadang.

Contohnya adalah pemukiman padat di kawasan tambora, cakung,

kramatpuo, dan sejumlah kwasan padat lain di ibukota. Sudah menjadi hal

biasa, sebuah kamar dengan ukuran 3x3 meter persegi dijejeali 8 orang

sekaligus tanpa fasilitas kamar mandi didalamnya.Sungguh ironis memang.

Jumlah penduduk indonesia meningkat hampir dua kali lipat 40-50 tahun

sekali.Pada 1930 jumlah penduduk 60,7 juta jiwa dan menjadi 119,2 juta jiwa

pada 1971. Jumlah ini berlipat dua menjadi 237,6 juta jiwa pada 2010. Jika

pertumbuhan tak segera dikendalikan junlahnya akan berlipat dua lagi menjadi

475 juta jiwa pada 2057. Laju pertumbuhan penduduk sebenarnya sudah dapat

ditekan pada 1970-2000, namun sejak awal 2000 pertumbuhan penduduk mulai

menngkat lagi. Kondisi ini terjadi karena rata-rata jumlah anak yang dilahikan

perempuan 15-49 tahun atau disebut angka kelahiran total (TFR) 2002-2007

stagnan di angka 2,6 padahal pada RPJMN 2009 adalah 2,2 ternyata hanaya bisa

ditekan sampai 2,3 saja.

Hal ini antara lain disebabkan karena mulai diabaiakannya program KB

akibatbanyak perubahan kebijakan, program , dan situasi politik yang tidak

kondusif di Indonesia. Sistem penggantian kepemimipinan plitik lebih

cenderung memperhatika program jangka pendek demi menunjang keberhasilan

programnya sendiri. Hal itu tidak sejalan dengan hasil program kependudukan

yang dampaknya baru bisa dirasakan 20-30 tahun kemudian.

Saat ini penduduk Indonesia didominasi kelompok usia tengah 15-29 tahun

dan kelompok usia muda 0-9 tahun. Dominasi kelompok usia tengah

merupakan buah dari edakan penduduk pada 1970-1980, sedangkan dominasi

kelompok usia muda akibat kegagalan KB pada awal tahun 2000an. Jumlah

kelompok usia tua yang berumur diatas 60 tahun juga meningkat. Ini buah dari

meningkanya harapan hidup dan den membaiknya kualitas hidup masyarakat.

7

Page 8: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Namun keompok ini rentan terhadap berbagai penyakit, sehingga harus ada

upaya juga dari pemerintah untuk memberikan jaminan sosial terhadap

kelompok umur ini. Membengkaknya jumlah penduduk usia muda dan tua akan

memberikan bebabn berat bagi kelompok usia tengah. Tambahan beban itu

terjadi saat mereka sendiri kesulitan untuk menanggung hidupnya seniri.

Pengganguran bertambah, buruknya ekonomi masyarakat juga membawa

imbas terhadap gizi masyarakat. Berdasarkan data BPS jumlah anak balita

berumur 0-59 bulan yang termasuk gizi buruk dan kurang dari 24,66 persen

pada tahun 2000 meningka menjadi 28.04 persen pada 2005. Selain gizi buruk

berbagai masalah muncul mulai pemukiman lalu lintas, pangan, kualitas

pendidikan sarana kesehatan yg mulai kurang memadai, kriminalitas dan lain

lain yang menjadi buah dari diabaikannya persoalan kependudukan selma ini.

MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

Pada dasarnya ada 3 parameter penting dalam pertumbuhan penduduk, yakni

fertilitas, mortalitas, dan migrasi. Selisih antara fertilitas dan mortalitas disebut

perubahan reproduktif/ pertumbuhan alamiah, sedangkan selisih antara migrasi

masuk dan migrasi keluar disebut migrasi neto. Berdasarkan metode tersebut

maka suatu metode komponen sederhana yang dapat digunakan untuk

mengestimasi jumlah penduduk jika tersedia data registrasi kelahiran, kematian

dan perpindahan penduduk adalah sebagai berikut :

Pt = Po + (B - D) + (Mi – Mo)

Dimana :

Pt : jumlah penduduk pada tahun t

Po : jumlah penduduk pada tahun dasar (0)

B(birth) : jumlah kelahiran selama periode 0-t

D(death) : jumlah kematian selama periode 0-t

Mo : Jumlah migrasi keluar selama periode 0-t

8

Page 9: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Mi : Jumlah migrasi masuk selama periode 0-t

Berikut akan dibahas masalah-masalah yang diakibatkan akibat perubahan

dari jumlah penduduk.

A. Masalah Akibat Angka Kelahiran

Kelahiran dapat diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari

seorang wanita atau kelompok wanita. Fertilitas merupakan taraf kelahiran

penduduk yang sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang terjadi.

Pengertian ini digunakan untuk menunjukkan pertambahan jumlah penduduk.

Fertilitas disebut juga dengan natalitas.

Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian fertilitas yang penting

untuk diketahui adalah:

1. Fecunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk

melahirkan anak.

2. Sterilisasi adalah ketidakmampuan seorang pria atau wanita untuk

menghasilkan suatu kelahiran.

3. Natalitas adalah kelahiran yang merupakan komponen dari perubahan

penduduk.

4. Lahir hidup (live birth) adalah anak yang dilahirkan hidup (menunjukkan

tanda-tanda kehidupan) pada saat dilahirkan, tanpa memperhatikan lamanya di

kandungan, walaupun akhirnya meninggal dunia.

5. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan

kurang dari 28 minggu.

6. Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang

berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Tidak dihitung sebagai kelahiran.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelahiran, yaitu:

a. kontrasepsi (pencegahan pembuahan),

b. aborsi (pengguguran),

9

Page 10: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

c. perubahan keadaan perkawinan (perceraian dll),

d. mandul (tidak bisa punya anak).

CARA MENGUKUR KELAHIRAN

1. Crude Birth Rate (CBR)

Tingkat Kelahiran Kasar atau CBR merupakan jumlah kelahiran setiap 1000

penduduk per tahun.

Rumus:CBR=B/Px1.000

Keterangan : B= jumlah seluruh kelahiran

P= jumlah penduduk pada pertengahan tahun

1.000 = bilangan konstanta

Tingkat kelahiran ini dapat digolongkan dalam tiga tingkat kriteria sebagai

berikut:

Tingkat kelahiran Golongan> 30 Tinggi, 20-30 Sedang, < 20 Rendah

2. General Fertility Rate (GFR)

Tingkat kelahiran umum atau GFR adalah banyaknya kelahiran setiap 1000

penduduk wanita yang berada dalam periode usia produktif (15-49 tahun)

dalam kurun waktu setahun. Usia produktif adalah usia reproduksi atau usia

subur yang memungkinkan wanita untuk melahirkan.

Rumus: GFR=B/Pfx1000

Keterangan :

B=jumlah kelahiran selama setahun

Pf=jumlah penduduk wanita (berumur 15-49 tahun), pertengahan tahun

1.000=bilangan konstanta

3. Age Spesific Fertility Rate (ASFR)

Tingkat kelahiran menurut kelompok umur tertentu atau ASFR adalah

banyaknya kelahiran yang terjadi pada wanita dalam kelompok umur

tertentu dalam unsur reproduksi per 1000 wanita.

Rumus : ASFR=Bi/Pfix1000

10

Page 11: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Keterangan:

Bi=banyaknya kelahiran dari wanita dalam kelompok umur tertentu selama

setahun

Pfi=banyaknya penduduk wanita dalam kelompok umur tertentu yang sama

pada pertengahan tahun.

1.000=bilangan konstanta

Contoh : 2,1% rata-rata pertahun.

Age Spesific Fertility Rate (ASFR)

Hasil SP71 dan SP80 masih menunjukan bahwa tingkat kelahiran untuk

kelompok umur wanita 20-24 tahun adalah yang tertinggi. Namun demikian

terjadi pergeseran ke kelompok umur (25 -29) tahun pada hasil SP80 dan ini

akan memberikan dampak terhadap penurunan tingkat gfertilitas secara

keseluruhan (Trend Fertilitas, Mortalitas dan Demografi, 1994: 18)

Berdasarkan dua kondisi di atas dapatlah disebutkan beberapa masalah

(terkait dengan SDM) sebagai berikut :

1) Jika fertilitas semakin meningkat maka akan menjadi beban pemerintah

dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya fasilitas kesehatanketimbang

aspek intelektual.

2) Fertilitas meningkat maka pertumbuhan penduduk akan semakin

meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang akan

menunjukan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.

Jika ASFR 20- 24 terus meningkat maka akan berdampak kepada investasi

SDM yang semakin menurun.

4. Total Fertility Rate (TFR)

Tingkat kelahiran total atau TFR adalah rata-rata jumlah anak yang

dilahirkan oleh seorang wanita selama masa hidupnya (sampai akhir masa

reproduksinya).

Rumus: TFR=5x7/i=1 ASFR

11

Page 12: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Keterangan:

i=kelompok umur 5 tahunan (15-19, 20-24, dst)

Contoh : Total Fertility Rate (TFR)

Hasil perkiraan tingkat fertilitas (metode anak kandung) menunjukan bahwa

penurunan tingkat fertilitas Indonesia tetap berlangsung dengan kecepatan

yang bertambah seperti nampak pada tabel di bawah ini :

Periode (tahun) TFR % Penurunan/tahun

Periode TFR Penurunan/ tahun

1976-1979 5,2 2,3

1980-1984 4,68 2,8

1987-1990 4,05 3,9

2006-2009 4 2,3

Sumber : BPS Jawa Timur

Tingkat fertilitas secara keseluruhan dari periode 1981- 1984 ke periode

1986 -1989 turun sebesar 18 % atau sekitar 3,9% pertahun. Namun

tingkat penurunan fertilitas mulai melambat atara periode 1986-1989 dan

1987-1990 yaitu menjadi

B. Masalah akibat Angka Kematian

Selama hampir 20 tahun terakhir, Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami

penurunan sebesar 51,0 pada periode 1967-1986. Tahun 1967 AKB adalah 145

per 1000 kelahiran, kemudian turun menjadi 109 per 1000 kelahiran pada tahun

1976. Selama 9 tahun terjadi penurunan sebesar 24,8 persen atau rata-rata 2,8

persen per tahun. Berdasarkan SP90, AKB tahun 1986 diperkirakan sebesar 71

per 1000 kelahiran yang menunjukan penurunan sebesar 34,9 persen selama 10

tahun terakhir atau 3,5 persen pertahun (Trend Mortalitas, 66).

Tabel Perkiraan Angka Harapan Hidup (AHH)

Tahun Nilai

12

Page 13: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

SP 1971 45, 7

SP 1980 52, 2

SP 1990 59, 8

Sumber: BPS Jatim, 1996.

Sejalan dengan penurunan AKB, AHH menunjukan kenaikan. Pada tahun 1971

AHH adalah 45,7 yang kemudian naik 6,5 tahun menjadi 52,2 pada SP80 dan

mengalami kenaikan 7,6 menjadi 59,8 pada SP90.

Masalah yang muncul akibat tingkat mortalitas adalah :

1) Semakin bertambahnya Angka Harapan Hidup itu berarti perlu adanya peran

pemerintah di dalam menyediakan fasilitas penampungan.

2) Perlunya perhatian keluarga dan pemerintah didalam penyediaan gizi yang

memadai bagi anak-anak (Balita).

3) Sebaliknya apabila tingkat mortalitas tinggi akan berdampak terhadap

reputasi Indonesia dimata dunia.

Pemecahan masalah angka kelahiran dan kematian :

a) Kelahiran

Angka kelahiran perlu ditekan melalui :

- Partisipasi wanita dalam program KB.

- Tingkat pendidikan wan ita wanita mempengaruhi umur kawin pertama dan

penggunaan kontrasepsi.

- Partisipasi dalam angkatan kerja mempunyai hubungan negatif dengan

fertilitas ! Peningkatan ekonomi dan sosial.

b) Kematian

Angka kematian perlu ditekan :

- Pelayanan kesehatan yang lebih baik

- Peningkatan gizi keluarga dan pendidikan (kesehatan masyarakat)

13

Page 14: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

C. Masalah Komposisi Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus tahun 2010

berjumlah 237600000 jiwa, dari jumlah tersebut komposisi usianya tidak

berimbang yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru.

Katagori Berdasarkan Usia Sebagai Berikut :

Berdasarkan angka-angaka tersebut tampak penumpukan jumlah

penduduk pada usia muda, yaitu usia 0 -4, usia 5-9 tahun, dan 10 -14 tahun yang

mana pada usia tersebut belum produktif masih tergantung pada orang-orang

lain terutama keluarga.

Masalah-masalah yang dapat timbul akibat keadaan demikian adalah :

1) Aspek ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Banyaknya beban

tanggungan yang harus dipenuhi biaya hidupnya oleh sejumlah manusia

produktif yang lebih sedikit akan mengurangi pemenuhan kebutuhan ekonomi

dan hajat hidup.

2) Aspek pemenuhan gizi.

Kemampuan ekonomi yang kurang dapat pula berakibat pada pemenuhan

makanan yang dibutuhkan baik jumlah makanan (kuantitatif) sehingga dampak

lebih lanjut adalah adanya rawan atau kurang gizi (malnutrition). Pada

14

Page 15: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

gilirannya nanti bila kekurangan gizi terutama pada usia muda 0 -5 tahun. Akan

mengganggu perkembangan otak bahkan dapat terbelakang mental (mental

retardation). Ini berarti mengurangi mutu SDM masa yang akan datang.

3) Aspek Pendidikan

Pendidikan memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga diperlukan

dukungan kemampuan ekonomi semua termasuk orang tua. Apabila

kemampuan ekonomi kurang mendukung maka fasilitas pendidikan juga sukar

untuk dipenuhi yung mengakibatkan pada kualitas pendidikan tersebut kurang.

4) Lapangan Kerja

Penumpukan jumlah penduduk usia muda atau produktif memerlukan

persiapan lapangan kerja masa mendatang yang lebih luas. Hal ini merupakan

bom waktu pencari kerja atau penyedia kerja. Apabila tidak dipersiapkan

SDMnya dan lapangan kerja akan berdampak lebih buruk pada semua aspek

kehidupan.

Alternatif Pemecahan yang diperlukan :

(a) Pengendalian angka kelahiran melalui KB.

(b) Peningkatan masa pendidikan.

(c) Penundaaan usia perkawinan

D. Masalah Kependudukan dan Angkatan Kerja.

Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 10

tahun keatas. Mereka terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (BPS

: 1994,30). Penduduk yang tergolong angkatan kerja dikenal dengan Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK menurut umur mengikuti pola huruf

"U" terbalik. Angkatan rendah pada usia-usia muda karena sekolah, kemudian

naik sejalan kenaikan umur sampai mencapai 25 -29 tahun, kemudian turun

secara perlahan pada umur-umur berikutnya (antara lain karena pensiun).

Angka kesempatan kerja yang merupakan pebandingan antara penduduk

15

Page 16: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

yang bekerja dengan angkatan kerja pada tahun 1993 cukup tinggi yaitu sekitar

97,2%. Ini berarti angka penganguran kurang lebih hanya 2,8 0/00

(BPS:1994,30). Berdasarkan hasil sensus tahun 1994 jumlah TPAK sebesar

19.254.554 (Sensus PBS; 1990,417) sedangkan jumlah penduduk mencapai

179.247.283 jiwa sehingga TPAK meskipun mungkin termasuk angkatan kerja.

Melihat rasio TPAK dan Non TPAK tampaknya jauh tidak seimbang hal ini

kemungkinan dapat menyebabkan masalah antara lain:

(a) Produktifitas yang dihasilkan oleh sebagian kecil manusia kemungkinan bisa

habis dikonsumsi sebagian besar penduduk.

(b) Pendapatan perkapita akan rendah sehingga berpengaruh pada sektor

ekonomi masyarakat.

Alternatif Pemecahan Masalah :

(a) Penyediaan lapangan kerja

(b) Peningkatan mutu SDM melalui pendidikan dan keterampilan.

E. Masalah Mobilitas Penduduk di Indonesia

Masalah migrasi penduduk di Indonesia menjadi isu politik

kependudukan di Indonesia.

Mobilitas Antar Pulau

Mobilitas antar pulau didominasi mobilitas penduduk di Pulau Jawa.

Penduduk yang keluar dari Jawa sebanyak 3,6 juta jiwa tahun 1980 dan 5,3 juta

jiwa tahun 1990. Sebagian besar migrasi menuju Sumatera, yaitu 79,75% pada

tahun 1980 dan 68,70% pada tahun 1990. Migran keluar dari Pulau Sumatera

tahun 1980 sebanyak 0,8 juta, dan sebesar 92,97% menuju Pulau Jawa, sedang

pada tahun 1990 sebesar 1,6 juta dan 92,62 % juga menuju Pulau Jawa. Migran

dari Kalimantan sebagian besar menuju Pulau Jawa. Dari 0,2 juta jiwa pada

tahun 1980 adaa 73,32% menuju Pulau Jawa dan pada tahun 1990 ada sebanyak

0,5 juta ternyata yang 76,49 % juga menuju Pulau Jawa. (BPS:107,110) Dapat

16

Page 17: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

dimaklumi bahwa Pulau Jawa sebagai tujuan utama para migran, karena di

Pulau Jawa merupakan pusat perekonomian, pusat pendidikan, pusat

pemerintahan dan pusat kegiatan sosial ekonomi lainnya. Migran terbesar yang

masuk ke Pulau Jawa berasal dari Sumatera, karena Pulau Sumatera secara

geografis berdekatan dengan Pulau Jawa dan sistim transportasi yang

menghubungkan kedua pulau ini lebih bervariasi dan lebih banyak frekuensinya

dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya.

Mobilitas Penduduk antar Pulau Propinsi

Pola mobilitas di Jawa masih sangat besar. Di Jawa Timur jumlah

pendatang masih didominasi migran sekitarnya terutama Jawa Tengah. Keadaan

ini menunjukan bahwa pekembangan mobilitas terjadi karena peningkatan

peranan lalu lintas di Pulau Jawa dan Sekitarnya termasuk Lampung, Sumatera

Selatan sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat. Sedang

migran yang keluar dari Jawa Timur mayoritas menuju wilayah Indonesia Barat

terutama Sumatera dan daerah pusat pertumbuhan ekonomi seperti Jakarta.

Propinsi pengirim migran total terbesar adalah Jawa Tengah, yaitu 3,1 juta jiwa

pada tahun 1980 dan 4,4 juta tahun 1990. Jawa Timur sebanyak 1,6 juta pada

tahun 1980 dan 2,5 juta tahun 1990, disusul Propinsi Jawa Barat dan DKI

Jakarta (BPS 1994; 111).

Mobilitas Penduduk dari Desa ke Kota

Urbanisasi pada dasarnya adalah pertumbuhan penduduk perkotaan yang

disebabkan perpindahan dari desa ke kota, dari kota ke kota, serta akibat proses

perluasan wilayah perkotaan (Reklamasi).

Permasalah yang Timbul :

Pertumbuhan penduduk perkotaan selalu menunjukan peningkatan yang terus

menerus, hal ini disebabkan pesatnya perkembangan ekonomi dengan

perkembangan industri, pertumbuhan sarana dan prasarana jalan perkotaan.

17

Page 18: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Upaya Pencegahan:

Pertumbuhan penduduk di perkotaan periode 1971-1980 jauh lebih pesat

dibandingkan dengan periode 1980-1990, hal ini disebabkan periode 1971-1980

pertumbuhan ekonomi masih terpusat didaerah perkotaan, sehingga penduduk

banyak pindah ke perkotaan untuk memperoleh penghidupan yang lebih layak.

Pada periode 1980-1990 pemeratan pembangunan mulai terasa sampai ke

daerah pedesaan. Keadaan ini memungkinkan penduduk tidak lagi membangun

daerah perkotaan, akan tetapi cendrung menciptakan lapangan pekerjaan sendiri

di pedesaan. (BPS 1994: 18). Sejalan dengan arah pembangunan yang

diharapkan persentase penduduk perkotaan cendrung meningkat. Proyeksi yang

diharapkan ada peningkatan dari 31,10 persen tahun 1990 menjadi 41,46 %

pada tahun 2000.

Menurut Prigno Tjiptoheriyanto upaya mempercepat proses

pengembangan suatu daerah pedesaan menjdadi daerah perkotaan yang

disesuaikan dengan harapan dan kemampuan masyarakat setempat. Untuk itu

diperlukan upaya peningkatan jumlah penduduk yang berminat tetap tinggal di

desa. Yang perlu diusahakan perubahan status desa itu sendiri, dari desa "desa

rural" menjadi "desa urban". Dengan demikian otomatis penduduk yang tinggal

didaerahnya menjadi "orang kota" daalam arti statistik (Surabaya Post, 23

September 19996). Guna menekan derasnya arus penduduk dari desa ke kota,

maka pola pembangunan yang beroreantasi pedesaan perlu digalakan dengan

memasukan fasilitas perkotaan ke pedesaan, sehingga merangsang kegiatan

ekonomi pedesaan.

F. Masalah Kepadatan Penduduk di Indonesia

Dilihat dari jumlah penduduknya Indonesia termasuk negara terbesar

ketiga diantara negara-negara sedang berkembang setelah Gina dan India. Hasil

pencacahan lengkap sensus penduduk 1990, penduduk Indonesia berjumlah

18

Page 19: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

179,4 juta jiwa. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, julah penduduk pada

tahun 1995 mencapai 195,3 juta jiwa. Kepadatan di 27 Propinsi masih belum

merata. Berdasarkan sensus penduduk tahun 1990 sekitar 60% penduduk tinggal

di Pulau Jawa, padahal luas Pulau Jawa hanya sekitar 7% dari seluruh wilayah

daratan Indonesia. Dilain pihak, Kalimantan yang memiliki 28% dari luas total,

hanya dihuni oleh 5% penduduk Indonesia.

Dengan demikian kepadatan penduduk secara regional juga sangat

timpang, sementara kepadatan per kilometer persegi di Pulau Jawa mencapai

814 orang, di Maluku dan Irian Jaya hanya 7 orang (BPS, 1994:29).

Permasalahan yang timbul:

Ketidakseimbangan kepadatan penduduk ini mengakibatkan

ketidakmerataan pembangunan baik phisik maupun non phisik yang selanjutnya

mengakibatkan keinginan untuk pindah semakin tinggi. Arus perpindahan

penduduk biasanya bergerak dari daerah yang agak terkebelakang

pembangunannya ke daerah yang lebih maju, sehingga daerah yang sudah padat

menjadi semakin padat.

Pemecahan Masalah:

Untuk memecahkan masalah ini dilaksanakan program pepindahan

penduduk dari daerah padat ke daerah kekurangan penduduk, yaitu program

transmigrasi. Sasaran utama program transmigrasi semula adalah untuk

mengurangi kelebihan penduduk di Pulau Jawa. Tetapi ternyata jumlah

penduduk yang berhasil di transmigrasikan keluar Jawa sangat kecil jumlahnya.

Pada tahun 1953 direncanakan100.000 penduduk, tetapi hanya sebanyak 40.000

orang yang berhasil dipindahkan (BPS 1994:90)

Walaupun demikian, program transmigrasi sudah menunjukan hasilnya

dimana penduduk yang tinggal di Pulau Jawa turun dari 60% pada tahun 1990,

diproyeksikan menjadi 57,7% pada tahun 2000. Sebaliknya diluar Jawa

19

Page 20: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

diproyeksikan akan terjadi kenaikan tahun 1990-2000. Di Pulau Sumatera naik

dari 21% pada tahun 1990 menjadi 21,65 % pada tahun 2000 (BPS 1990:6-7).

G. Masalah Perkawinan dan Perceraian

Perkawinan bukan merupakan komponen yang langsung mempengaruhi

pertumbuhan penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh yang cukup besar

terhadap fertilitas, karena dengan adanya perkawinan dapat meningkatkan

angka kelahiran. Sebaliknya perceraian adalah merupalkan penghambat tingkat

fertilitas karena dapat menurunkan angka kelahiran.

Di Indonesia status perkawinan (kawin) masih jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan status perceraian hal ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

JENIS KELAMIN KAWIN CERAI HIDUP/ MATI

PRIA 25.312.260 1.322.446

WANITA 26.448.577 6.176.904

Sumber: BPS Jawa Timur, 1996

Dari data di atas memberikan gambar bahwa jumlah perkawina baik pia

maupun wanita sebesar 5.176.837 masih jauh lebih besar bila dibandingkan

dengan jumlah perceraian baik cerai hidup maupun cerai mati yang hanya

sekitar 7.499.340.

Masalah yang timbul akibat perkawinan antara lain:

1. Perumahan

2. Fasilitas kesehatan

Masalah yang timbul akibat perceraian meningkat adalah :

1. Sosial Ekonomi

2. Nilai agama yang lemah

Alternatif Pemecahan :

Perkawinan

20

Page 21: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

1. Menambah masa lajang.

2. Meningkatkan masa pendidikan.

Peceraian :

1. Konsultasi Keluarga.

2. Pendalaman Agama.

21

Page 22: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN

Kebijakan kependudukan adalah langkah-langkah dan program yang

membantu tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, sosial, demografis, dan tujuan-

tujuan utama lain dengan cara memengaruhi variabel-variabel utama demografi,

yaitu besar penduduk dan pertumbuhannya, serta perubaahan dan ciri-ciri

demografisnya.

Keberadaan kebijakan kependudukan yang baik sangat penting dalam

menyeimbangkan jumlah penduduk demi mencapai indeks pembangunan

manusia yang optimal, berikut data tentang indeks pembangunan manusia di

beberapa negara di dunia.

22

Page 23: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

Di negara-negara berkembang kebijakan kependudukan sering dikaitkan

dengan program KB (family planning). Di negara-negara maju khususnya di

negara barat, pemerintah justru tidak ikut campur dalam hal program KB, usaha

KB justru diambil allih oleh pihak swasta dan cenderung dikerjakan oleh orang-

orang yang memiliki derajat pengetahuan tinggi karena mereka beranggapan

bahwa punya banyak anak akan menghambat karieer dan pelu biaya lebih. Hal

ini sangat menunjang terhadap indeks pembangunan manusia yang tinggi.

Secara garis besar kebijakan kependudukan berorientasi pada 2 hal yaitu

pronatalis versus antinatalis. Kebijakan kependudukan yang banyak dianut

saat ini adalah antinatalis yang bertujuan untuk menurunkan angka kelahiran,

23

Page 24: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

umumnya diterpakan di negara berkembang seperti indonesia, sedangkan

kenijakan pronatalis dianut oleh negara-negara yang telah mencapai tahap

dibawah level penggantian penduduk / mengalami laju pertumbuhan penduduk

yang sangat rendah seperti brazil dan prancis.

Negara-negara di Asia terbagi dua dalam kebijaka kependudukannya.

Negara-negara Asia selatan, tenggara, timur, hampir semua mengikuti kebijakan

anti natalis. Bahkan RRC memiliki kebijakan “hanya 1 anak” setelah jumlah

penduduknya mencapai 1 milyar.

Negara-negar di eropa tidak memiliki kebijaka kependudukan yang

spesifik. Program-program kependudukan yang ada hanya bersifat sosial dan

ekonomi atau hanya sekedar menampung akibat tindakan negatif masyarakat.

Di timur tengah, afrika, dan amerika latin program KB belum banyak

dilakasanankan seperti di Asia selatan, tenggara , dan timur. Akan tetapi

kecenderungan ke arah antinatalis telah memasuki golongan-golongan terbatas

masyarakatnya sehingga akhirnya dapat mendorong ke arah kebijakan yang anti

natalis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Moertiningsih S, Samosir O, 2010. Dasar-dasar demografi edisi 2,

Lembaga Demografi FEUI; Salemba empat : Jakarta

2. National geographic, Jan 2011. Population 7 billion,

NGM :Canada

3. Sanusi, SR, 2003. Masalah kependudukan di negara indonesia,

FKM USU : Medan

4. Kurnia, R, 2006. Pengantar kuliah lingkungan hidup, Fakultas

geografi UGM : Yogyakarta

24

Page 25: PERTUMBUHAN PENDUDUK DUNIA

5. BPS.com

6. UN.com

25