32
Peta Jalan Ruhani Revisi : 19-September-2009

Peta Jalan Ruhani

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Peta Jalan Ruhani

Citation preview

Page 1: Peta Jalan Ruhani

Peta Jalan Ruhani

Revisi : 19-September-2009

Atmonadi,Tulisan ini merupakan bagian dari Bab 5 Risalah Mawas “Kun Fa Yakuun :

Mengenal Diri, Mengenal Ilahi” . Dokumen ini dipublikasikan dibawah naungan Creative Common License. Copyright 2004-2009 Atmonadi

http://www.atmonadi.com

Page 2: Peta Jalan Ruhani

Peta Jalan Ruhani adalah sebuah konsep yang menjelaskan manjilah-manjilah

perjalanan ruhani dengan bantuan ayat-ayat Al Qur’an. Tentu saja, peta ini

merupakan generalisasi saja dari suatu proses belajar Al Qur’an dimana kita

dituntut untuk secara mendalam merenungkan makna dan arti ayata-

ayattersebut dan langsung dibandingkan dengan keadaan psikis kita sendiri.

Karena itu, mutlak diperlukan bagi pejalan ruhani untuk berpedoman kepada Al

Qur’an, sunnatullah, maupun informasi lainnya sebagai pembanding.

Risalah ini merupakan bagian ke-6 dari buku Kun fa Yakuun. Meskipun begitu

dapat dibaca secara terpisah sebagai topik tersendiri. Jadi, meskipun Anda tidak

membaca keseluruhan buku yang saya tulis tersebut, topik Peta Jalan Ruhani

dapat dibaca sebara bebas. Modularitas topik ini memang sengaja saya buat

supaya bagian-bagian buku tersebut dapat saya preteli menjadi topik-topik

tersendiri.

6.3 Peta Perjalanan Ruhani

Setelah bekal seyakin-yakinnya sudah dipersiapkan maka perlu juga

dipersiapkan peta perjalanan yang akan dilalui. Inilah Road Map dari perjalanan

suluk dengan judul “Journey To The Center Of The Heart” yang akan dilalui salik

sampai akhirnya wusul kepada Allah dan menyaksikan-Nya dengan qolbu yang

jernih.

Bagaimanakah perjalanan ruhaniah seorang manusia pada umumnya, sejak ia

ditakdirkan untuk menghirup kehidupan duniawi sebagai manusia berjasad, lahir,

berkembang menuju dewasa, mengenal hakikat diri, kemudian meniti jalan

kembali kepada-Nya?

Secara umum, sebenarnya perjalanan kehidupan manusia dapat digambarkan

sebagai suatu gelombang sinusiodal mulai dari dia dilahirkan dalam keadaan

Page 3: Peta Jalan Ruhani

berfitrah suci, dalam arti mempunyai potensi atau qadar baik dan buruk yang

seimbang, berkembang menuju kedewasaan dalam bimbingan orang tua dan

Gambar 44. Peta Jalan Ruhani

Page 4: Peta Jalan Ruhani

lingkungannya, serta kemudian memasuki kehidupan penuh tanggung jawab

sebagai manusia yang dikenai kewajiban sesuai agamanya, bermasyarakat, dan

akhirnya menemukan pola yang semi permanen, kemudian kembali kepada-Nya

Page 5: Peta Jalan Ruhani

dengan totalitas kemantapan hati sebagai Pribadi Muslim. Gelombang sinusoidal

tersebut tidak lain adalah gambaran umum yang berlaku kepada manusia sejak

ia dilahirkan kedunia. Gambar 44 menunjukkan secara skematis peta perjalanan

ruhani yang disusun berdasarkan konteks risalah mawas diri “Kun”. Peta

tersebut sebenarnya bersifat umum, namun dalam tahap-tahap penempuhan

jalan ruhani biasanya apa yang diperoleh sang salik akan sesuai dengan potensi

yang dimilikinya masing-masing. Namun, banyak atau sedikit konteks penciptaan

selalu terlibat di dalamnya, tetapi dalam perinciannya pengungkapan yang dapat

dilakukan oleh salik biasanya sesuai dengan kemampuannya. Berikut ini saya

ringkas tahapannya sesuai dengan uraian-uraian sebelumnya.

6.3.1 Penciptaan

Penciptaan semua makhluk sebenarnya merupakan maujud dari rahmat, cinta,

dan pertolongan Allah semata (QS 1:1) “Bismillahirrahmaanirrahiim”. Sebelum

suatu eksistensi mengada, maka Allah menetapkan suatu kehendak dari ar-

Rahiim-Nya berupa al-Iradah dan al-Qudrah dengan firman "Kun fa Yakuun" (QS

2:117, 3:47, 3:59, 6:73, 16:40, 19:35, 36:82, 40:68),

Allah Pencipta langit dan bumi,

dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu,

maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:

"Jadilah". Lalu jadilah ia. (QS 2:117)

Semua entitas kemudian mengada sebagai suatu eksistensi makhluk dengan

potensi, qadar, ukurannya dan ketentuannya masing-masing (QS 15:21, 13:8,

13:17-19, 25:2, 54:49),

Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya;

dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (QS

15:21)

Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya (QS 13:8).

Page 6: Peta Jalan Ruhani

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (QS 54:49).

Isyarat kata "Kami" pada QS 54:49 dan QS 15:21 juga menegaskan bahwa

penciptaan sesuatu ada juga yang melibatkan selain Allah. Itulah meta-makhluk,

benda-benda yang dibuat oleh makhluknya, baik dari golongan malaikat, jin,

manusia, binatang, atau makhluk lainnya. Namun apapun yang dapat dibuat oleh

makhluk hakikatnya tetaplah mengikuti ukuran dan aturan tertentu yang sudah

menjadi ketetapan-Nya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan keterbatasan

kemampuan makhluk ketika menciptakan makhluk lainnya. Artinya, dalam

konteks hukum-hukum alam fisis berupa sunnatullah dan inayatullah, suatu

makhluk - misalnya manusia - hanya akan mampu membuat benda-benda

seperti kendaraan, gedung dan lain-lainnya dengan asumsi dan batasan, baik

dalam dalam fungsinya maupun keberlakuannya. Sedangkan hakikat dari semua

benda yang dibuat oleh makhluk adalah atas izin dan kehendak Allah SWT baik

melalui "kun" maupun melalui ilmu pengetahuan-Nya yang terpahami oleh

manusia (artinya boleh jadi ilmu pengetahuan Allah tidak lengkap dipahami

sepenuhnya oleh makhluk seperti misalnya konsep kontinuum ruang-waktu yang

mestinya kontinuum kesadaran diri-ruang-waktu) berupa sunnatullah maupun

terpahami oleh makhluk lainnya secara naluri alamiah sebagai suatu

pengetahuan mendasar yang diberikan-Nya misalnya teknologi pembangungan

rumah rayap, sarang semut, sarang tawon, sarang burung dll.

(Al Qur'an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya

mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui

bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang

berakal mengambil pelajaran. (QS 14:52)

Ketika esensi manusia diciptakan Allah dalam bentuk asalnya yang suci dan

termurnikan, maka esensi itu adalah ruh yang bermula dari cahaya

kemegahannya yang menjadi rahmat bagi semua alam serta isinya yaitu Nur

Muhammad sebagai Muhammad Utusan Allah,

Page 7: Peta Jalan Ruhani

Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah,

dan kitab yang menerangkan. (QS 5:15)

Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang

yang mengikuti keridaan-Nya ke

jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang

itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya,

dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.(QS 5:16)

Nabi Muhammad SAW adalah citra-Nya yang disempurnakan, sebagai salah

satu manifestasi Perbendaharaan-Nya Yang Tersembunyi yang diciptakan

sebagai makhluk-Nya yang pertama dan dimunculkan terakhir sesuai dengan

sabda nabi SAW.

Aku adalah Perbendaharaan Yang Tersembunyi, Aku suka untuk dikenal. Maka

ku Ciptakan Makhluk. DenganKu mereka mengenalKu.

Setelah keinginan dan kehendak terfirmankan dengan "kun", semua makhluk

mempunyai suatu pola mendasar memuja memuji-Nya (QS 1:2) sebagai suatu

kewajiban mutlak bahwa eksistensi dirinya semata-mata ada karena rahmat,

cinta, dan pertolongan Tuhan semata (QS 1:1).

Setelah masing-masing makhluk ditetapkan ketentuan-Nya (takdir) yang sesuai

dengan potensinya masing-masing (qadar) (QS 15:21, 13:8, 13:17-19, 25:2

54:49), maka eksistensi semua makhluk termanifestasikan dalam wadah

semesta sebagai suatu penampakkan dari perbuatan, nama-nama dan sifat-sifat

Allah yang tercerap inderawi makhluk-Nya yang ditugaskan untuk menyingkap

diri-Nya sebagai penyaksi atas ketauhidan Tuhan (QS 7:172). Itulah tugas yang

diembankan oleh-Nya kepada makhluk yang disempurnakan sebagai Adam yang

secara langsung mencerminkan citra kesempurnaan-Nya yang pertama (QS

2:30, 91:7).

Page 8: Peta Jalan Ruhani

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (QS 2:30)

…dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).. (QS 91:7)

6.3.2 Perjanjian Pra-Eksistensi

Sebelum memasuki alam dunia, manusia mempunyai perjanjian pra-eksistensi

yang diinformasikan Allah dalam QS 7:172 sebagai ruh murni dan suci yang

menyaksikan dan menauhidkan Tuhan Yang Esa.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari

sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau

Tuhan kami), kami menjadi saksi". (QS 1:72)

Perjanjian pra-eksistensi bukan sekedar stempel atau tanda bahwa semua

makhluk menauhidkan-Nya, namun QS 7:172 juga mengisyaratkan bahwa

semua makhluk secara azali memuja-memuji-Nya (QS 1:2) dan menyembah-

Nya (QS 1:5, 51:56). Penyangkalan pada hal demikian adalah penentangan atas

semua perintah-Nya (QS 1:7, 4:172). Sehingga, perjanjian primordial inilah

sebenarnya yang kemudian menjadi memori terdalam yang tersimpan di dalam

diri manusia dan sesekali muncul sebagai suatu bisikan hatinurani terdalam

bahwa semua manusia secara alamiah beriman pada-Nya. Adanya memori

terdalam ini akan menangkal penyangkalan mereka setelah dilahirkan ke dunia

seperti tersirat dalam sambungan berikutnya (QS 172-173),

(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini

(keesaan Tuhan)", atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-

Page 9: Peta Jalan Ruhani

orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini

adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah

Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat

dahulu?" (QS 7:172-173)

Secara langsung firman di atas menunjukkan bahwa masing-masing dari

manusia membawa tanggung jawabnya secara sendiri-sendiri (QS 10:44, 74:38-

48)

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali

golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang

(keadaan) orang-orang yang berdosa, "Apakah yang memasukkan kamu ke

dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-

orang yang mengerjakan salat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang

miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang

yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,

hingga datang kepada kami

kematian". Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang

memberikan syafaat.

Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang

kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu

perbuat".(QS 34:25)

siapa yang mendapat petunjuk, maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan

siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian)

dirinya sendiri dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab

terhadap mereka.(Qs 39:41)

Kendati ia dimunculkan secara kausalitas dengan hikmah dan pembelajaran,

kebijaksanaan dan keadilan sudah sesuai dengan kehendak Allah sebagai

takdirnya (qadar, ikhtiar, sunnatullah, qada) sebagai makhluk yang ditempatkan

dalam kontinuum kesadaran ruang-waktu. Artinya, tidak ada alasan untuk

Page 10: Peta Jalan Ruhani

mengelak dengan menisbahkan kesalahannya kepada kedua orangtuanya

semata apalagi kepada Tuhannya.

Sesungguhnya Allah tidak berbuat lalim kepada manusia sedikit pun, akan tetapi

manusia itulah yang berbuat lalim kepada diri mereka sendiri. (QS 10:44)

Dan dengan kapabilitasnya untuk belajar, menghimpun pengetahuan dan

bernalar logis dengan benar (yaitu mengikuti petunjuk ayat-ayat Al Qur'an QS

10:108) maka, setelah dewasa masing-masing perbuatannya akan ditanggung

oleh diri sendiri (QS 34:25, 39:41), sehingga sekiranya ia mau berpikir dengan

mendalam (QS 10:24, 13:4, 2:219, 39:42 ) maka semestinya manusia bisa

menemukan jalan kembali (QS 7;174, QS 1:6),

Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada

kebenaran).

Kata "kami" dalam ayat diatas sekali lagi menegaskan kembali peran manusia

sebagai pribadi untuk menelaah Al Qur'an (cari, dengar, baca, pelajari, ambil

hikmah dan pengetahuannya, amalkan) agar mereka bisa mengenal dirinya, dan

menemukan jalan kembali yakni jalan yang lurus dan diridhai-Nya (QS 1:6) -

"Shiraat al-Mustaqiim".

Banyak sebenarnya ayat-ayat al-Qur'an yang dengan logis dan indah

menunjukkan suatu alur yang jelas bagaimana manusia dalam bentuknya yang

esensial yang Menyaksikan KeEsaan-Nya diberi suatu petunjuk jelas di dalam al-

Qur'an sehingga ia bisa mengenal dirinya dan menemukan jalan kembali

kepada-Nya. Namun, al-Qur’an nampaknya bagi Bangsa Indonesia baru sekedar

dihafal lafal Arabnya belaka, tanpa pendalaman yang hakiki untuk

mengungkapkan semua hikmahnya baik berupa amaliah lahir, batin, maupun

ilmu pengetahuan untuk kemajuan manusia. Informasi yang saya kutipkan di

atas hanya beberapa ayat saja yang saya susun dan saya sesuaikan dengan

Page 11: Peta Jalan Ruhani

maksud bagian ini. Masih banyak ayat-ayat lain yang mempunyai makna

senada.

6.3.3 Menjadi Manusia Sejati

Setelah ruh ditiupkan ke dalam jasad (QS 38:72), maka ruh murni dan suci

tertabiri oleh karena adanya interaksi energetis sehingga sistem ruh berkembang

menjadi nafs (QS 91:7-9) dan ruh yang murni dan cahayanya yang membawa

penyaksian pra-eksistensi tertabisi oleh sifat-sifat jasmaniah manusia. Ketika

manusia dilahirkan ia berada dalam keadaan fitrah yang suci. Dalam arti

mempunyai potensi yang seimbang antara potensi baik dan buruk. Dalam

perkembangannya kemudian faktor pendidikan dan lingkunganlah yang

menentukan baik buruknya seseorang, terutama ibu bapaknya. Hadis Nabi SAW

menyebutkan,

Manusia terlahir dalam keadaan yang suci, Bapak Ibunyalah yang

menjadikannya Yahudi, Kristiani atau Majusi.

Ketika dalam perkembangannya suatu pola dasar kehidupan terbentuk maka

ada dua kemungkinan yang dapat diambil oleh seseorang sebagai manusia

dewasa yaitu mengambil jalan kiri atau jalan kanan. Keduanya menjadi tanggung

jawabnya masing-masing kelak dikemudian hari.

Potensi buruk adalah potensi yang berkembang kearah kiri, cabang pohon

penciptaan yang menjulur mengikuti hawa nafsunya (QS 7:175-176, 38:26,

45:23) dengan cabang-cabang dan ranting-rantingnya yang menyesatkan,

menjulurkan semua makhluk yang menelusui jalan tersebut menuju kemurkaan-

Nya.

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya

Page 12: Peta Jalan Ruhani

nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan (QS 12:53)

Maka pernahkah kamu melihat

orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya,

dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya

dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya

dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?

Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah

(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Qs

45:23)

dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,

karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah.

Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah

akan mendapat azab yang berat,

karena mereka melupakan hari perhitungan.(QS 38:26)

Dan kalau Kami menghendaki,

sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu,

tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,

maka perumpamaannya seperti anjing

jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya

dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). (QS 7:176)

dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan

dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya

dan adalah keadaannya itu melewati batas. (Qs 18:28)

Golongan kanan adalah ranting pohon penciptaan yang menjulur dibawah

naungan rahmat dan hidayah-Nya dan berkembang menjadi cabang dan ranting

yang mampu mengembangkan diri dengan potensi yang membawa kebaikan,

inilah nafsu yang mendapatkan rahmat :

kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. (QS 12:53)

Page 13: Peta Jalan Ruhani

Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan;

di antaranya ada orang-orang yang saleh

dan di antaranya ada yang tidak demikian.

Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik

dan (bencana) yang buruk-buruk,

agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS 7:168)

Dua kecenderungan manusia untuk masuk ke golongan kiri atau kanan secara

alamiah menuntut suatu proses penalaran, memilah dan memilih, suatu

kemampuan yang sudah dinisbahkan kepada manusia karena akal dan

kehendak bebasnya. Maka bagi dia yang mampu memahami jatidirinyalah yang

akan menentukan kecondongan akhirnya, apakah dia lebih menyukai dunia dan

menolak adanya akhirat yang kekal. Atau sebaliknya menjadi tidak terlalu

mempedulikan dunia dan mengarah pada jalan yang lurus yang

mengarahkannya pada pengertian kehidupan yang hakiki.

Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai

kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi

petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati,

pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah dan mereka itulah

orang-orang yang lalai. (QS 16:107-108)

Ketika seseorang memutuskan untuk memilih dunia, maka jalan kehidupannya

akan mengarah pada pemuasan hasrat yang berhubungan dengan kebendaan

atau materialistik misalnya mencari kekayaan, pemenuhan hasrat seksual,

bermabuk-mabukan, kemewahan, kesombongan , ketamakan, iri, dengki serta

kesia-siaan lainnya. Pada akhirnya kabut gelap meliputi qolbunya yang semakin

terkotori oleh gelimang dosa akibat semua perbuatnnya :

Page 14: Peta Jalan Ruhani

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,

maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang

menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat

melihat. (QS 2:17)

Mereka tuli, bisu dan buta,

maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). (QS 2:18)

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu,

bahkan lebih keras lagi. (QS 2:74)

Padahal diantara kebutaan, kebisuan, ketulian, diantara kerasnya hati yang

membatu, terdapat suatu air yang menjernihkan, yang semestinya dapat

digunakan untuk membersihkan dan melunakkan, bahkan menghancurkan

selubung kegelapan yang sudah membatu sekalipun :

Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai

daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air

daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut

kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.

(QS 2:74)

6.3.4 Petunjuk dan Pedoman : Al Qur'an, Hadis, dan Ilmu

Ada banyak ayat-ayat yang dapat digunakan sebagai pedoman, maupun dari

petunjuk para utusan-Nya sehingga seseorang mendapatkan petunjuk yang

benar atas realitas kehidupan yang sebenarnya dari kitab yang memberikan

petunjuk ke jalan yang lurus yaitu jalan Tauhid dengan realitasnya berupa al-

Qur'an.

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (QS 1:6)

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan

Page 15: Peta Jalan Ruhani

penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa

mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah, bagaimana Kami berkali-kali

memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami),

kemudian mereka tetap berpaling (juga). (QS 6:46)

Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan

kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia

melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia

tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (QS 7:175)

Hanya milik Allah asmaulhusna,

maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu

dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang

dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.

Nanti mereka akan mendapat balasan

terhadap apa yang telah mereka kerjakan. ( QS 7:180)

Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk

dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. (QS

7:181)

Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik

mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak

mereka ketahui. (QS 7:182)

Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang

mereka melaluinya, sedang mereka berpaling daripadanya. (QS 12:105)

Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka

dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu

dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran,

penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak

berguna sedikit jua pun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-

ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka

memperolok-olokkannya. (QS 46:26)

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan

Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya

Page 16: Peta Jalan Ruhani

mereka kembali (bertobat). (QS 46:27)

Maka barang siapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya

(Al Qur'an). (QS 74:55)

Banyak surat dan ayat yang senyatanya menunjukkan berbagai aspek yang

memberikan jalan pada kebenaran. Namun, seringkali kita mengabaikannya atau

membacanya tanpa tahu apa maksudnya. Maka hikmah dan ilmu dari-Nya pun

tak dapat diraihnya. Hanya dengan tafakkur dan berfikir mendalam maka al-

Qur’an dan Hadis menjadi penuh makna yang menunjukkan jalan hidup manusia

yang sebenarnya.

6.3.5 Iman dan Islam

Ketika manusia untuk memilih tidak mempedulikan dunia, keberuntungan dan

kemalangannya, serta semua aspek kehidupannya adalah ujian Allah semata

(QS 21:35, 2:155,7:166),

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,

kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu) orang-orang yang apabila

ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun"

(QS 2:155-156)

Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang

buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (QS 7:168)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan

keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya

kepada Kami lah kamu dikembalikan. (QS 21:35)

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (QS 37:106)

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran,

membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan

sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah

Page 17: Peta Jalan Ruhani

perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti

hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang

kepadamu. Untuk tiap-tiap umat

di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah

menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak

menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah

berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu

diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, (QS 5:48)

Ketika seorang manusia memahami arti ujian tersebut, maka ketetapan hatipun

tumbuh mandiri sebagai suatu hidayah dan rahmat-Nya yang tak ternilai. Dari

berbagai ujian tersebut, yang diperlukan adalah suatu kedewasaan mengambil

sikap kita kepada Allah Yang Maha Menentukan sehingga apakah ujian itu

disikapi dengan benar atau sebaliknya akan menentukan proses perjalanan

ruhani selanjutnya. Yang diperlukan ketika ujian terjadi adalah tahap awal

evaluasi diri sehingga diperoleh sikap yang benar dengan keyakinan ilmul/ainul

yaqin. Sikap benar adalah sikap seorang hamba yang kembali dijalan Allah

dengan cara bertaubat yang benar semurni-murninya.

Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang

semurni-murninya, (QS 66:8)

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,

sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta

kamu dan janganlah kamu melampaui batas.

Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS 11:112)

Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman

supaya kamu beruntung. (QS 24:31)

Page 18: Peta Jalan Ruhani

Inilah pintu masuk seorang hamba kepada perjalanan ruhani selanjutnya yaitu

Jihad Al Akbar memasuki medan perang sesungguhnya yaitu melawan nafsu

dan hasrat dirinya sendiri yang hakikatnya adalah menyucikan jiwa atau

memperhalus qolbu dengan tarikat.

6.3.6 Jihad Al Akbar

Setelah pertaubatannya, jiwanya semakin tenang bagai air yang tenang

menghanyutkan. Maka, terpanggillah ia dengan seruan,

Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi

diridhai-Nya.(QS 89:27-28)

Menyelami seruan itu, hasratnya tiba-tiba muncul begitu saja, bagai benih-benih

bunga cinta yang muncul menjadi putik, lantas mekar mengembang disiram air

jernih menyejukkan yang mengalir dari sungai-sungai kesuburan. Sebuah medan

gravitasi ruhaniah universal seperti menariknya ke dalam pusat kelopak Bunga

Cinta Ilahi, membuka lintasan perjalanan yang menjadi penentu takdirnya. Iapun

kemudian lebih pasti memasuki pintu gerbang Jihad Al-Akbar yang sebenarnya.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan

berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS 2:218)

Jihad yang dimasukinya adalah arena perang untuk menauhidkan-Nya secara

hakiki inilah Jihad Untuk Tauhid. Maka, siklus hidupnya pun kemudian

dijungkirbalikkannya. Parameter-parameter kehidupannya telah ia ubah total

dengan parameter yang sama sekali baru yaitu Qolbu. Bekalnya sudah ia

Page 19: Peta Jalan Ruhani

siapkan dengan ketulusan “Ksatria Ruhani” apa adanya : Iman dan Islam,

dengan satu baju jirah tanpa pengganti bernama baju taqwa.

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,

akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,

hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta

yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,

musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;

dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat;

dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,

dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam

peperangan.

Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);

dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS 2:177)

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.

Dan apa saja yang kamu nafkahkan,

maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.(3:92)

Pintu gerbang medan Jihad al-Akbar membuka tiba-tiba. Pintunya yang

berbentuk lingkaran seperti Galaksi Bima Sakti berputar saling berlawanan arah;

Seperti Yin dan Yang. Samudera keheningan yang luas terhampar di depannya.

Sebuah perahu dengan bendera Tauhid tertulis mantap “Laa ilaaha illaa Allaah,

Muhammadurrasulullah” berkibar tertiup angin pantai yang semilir mengalir

disela-sela deburan ombak samudera kerahasiaan. Wangi semerbak bunga

hakikat tercium samar-samar, segar seperti udara pegunungan, harum manis

rasanya, wangi yang aneh itu tetap menempel seperti hinggap di ujung

hidungnya. Sebuah perahu siap-sedia dengan sebuah nama : Syariat

Page 20: Peta Jalan Ruhani

6.3.7 Mengarungi Samudera Kerahasiaan

Kakinya melangkah di pantai berpasir yang putih mengkilat ditimpa cahaya;

deburan ombak yang melenyap dikejauhan berkejaran dengan kilau kemilau

membutakan. Seorang Nakhoda berdiri di anjungan perahu sambil

menetapkannya, “Berserah diri dan Istiqamahlah”, begitu pesannya. Ketika layar

terkembang, angin samudera yang menyimpan kerahasiaan berhembus

perlahan. Perahupun meluncur memecah ombak pantai. Di kejauhan kelap-kelip

pelita dengan angus yang menggelapkan qolbu masih terlihat dikelilingi anai-anai

yang masih mabuk pada gemerlap dunia yang maya.

Sang Nakhoda menasihatinya, “Sikap yang benar akan mewujudkan kesabaran,

tawakkal dan syukur yang tidak lain adalah jalan Berserah Diri yaitu jalan para

rasul, nabi, wali dan kaum saleh lainnya yang dengan tabah meniti jalan menuju

kepada Allah SWT. “

Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang

yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul

tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.(31:22)

Berserah diri adalah jalan dimana selimut kesabaran, tawakkal, dan syukur akan

mengembang, melindungimu dari semua badai cobaan yang datang, yang akan

semakin memantapkan para pejalan ruhani dengan sikap istiqamah selama

meniti Shiraatal Mustaqiim.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah",

kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap

mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS 46:13)

Page 21: Peta Jalan Ruhani

Dari berserah diri dan istiqamah maka menjadi jelas bahwa semua yang telah

dilakukan oleh penempuh jalan ruhani memiliki kepastian sebagai suatu Rahmat

dan Hidayah dari-Nya sematanya.

Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat

petunjuk;

dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang

merugi. (QS 7:178)

Ketika kesadaran diri yang lebih intens muncul atas hubungan dirinya dan

Tuhannya, maka penggalian yang lebih terinci harus dilakukan dengan melalui

penyucian jiwa atau penghalusan kualitas qolbu dengan memaknai secara lebih

mendalam al-Qur'an, Hadis, dan sumber-sumber pengetahuan lainnya. Di

tingkatan ini, fitrah diri yang suci murni hanya akan muncul bila semua bercak

angus dari nyala-nyala pelita dunia digosok dengan keistiqamahan. Bercak-

bercak inilah yang harus dihilangkan dari qolbu sehingga seseorang dapat

bercermin.

Sikap yang benar selanjutnya setelah melalui tobat, menetapnya wara dan

zuhud, alamiahnya berserah diri dan istiqamah, adalah menyuburkan bumi hati

dengan menyianginya dengan mawas diri, menyuburkannya dengan pupuk

peribadahan dan amaliah yang lahir dan batin dengan Ihsan, dan sampai

akhirnya bumi hati pun menjadi ladang keikhlasan yang siap menerima

datangnya kilatan cahaya dan curahan hujan dari langit. Itulah curah hujan yang

langsung diturunkan di qolbu manusia sehingga ia bisa memahami semua

hikmah dibalik setiap peristiwa.

Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang

kecuali dengan izin Allah;

Dan barang siapa yang beriman kepada Allah,

Page 22: Peta Jalan Ruhani

niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.

Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 64:11)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman

dan mengerjakan amal-amal saleh,

mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya,

di bawah mereka mengalir sungai-sungai

di dalam surga yang penuh kenikmatan. (QS 10:9)

Ketika bumi hati semakin subur dan curah hujan mulai turun, maka bumi hati

adalah tempat tumbuhnya segala macam tanaman, pepohonan, tetumbuhan,

rerumputan, pengetahuan, rahasia-rahasia, dan tempat singgah malaikat, ruh,

jin, dan semua makhluk. Ketika itu, semua langkah perjalanan telah menjadi

fondasi-fondasi yang kukuh dan nyata membangun jembatan Shiraathal

Mustaqiim (QS 1:4, 5:16, 22:54).

Layar masih terkembang, perahu masih melaju menembus keheningan

samudera kerahasiaan yang sesekali masih bergolak. Pelayaran selanjutnya

akan memasuki batas-batas antara dua alam, yang gaib dan yang nyata,

terbangun diantaranya adalah lintasan pelayaran bernama Shiraathal Mustaqiim

yang menyebabkan pejalan ruhani menjadi antara ada dan tiada, timbul

tenggelam diantara gelombang dahsyat kesombongan yang mengintai, puting

beliung kebodohan yang menghantui, pusaran syahwat yang

memporakporandakan semua hasrat ruhani, binatang buas bernama iri dan

kedengkian, hantu kebendaan yang menggoda dengan gemerlap kekayaan,

siulan putri duyung yang merdu yang mewakili duniawi, dan gempuran-

gempuran lainnya yang masih sering menggelegak di samudera tarikat. Ketika

mereka mabuk dalam keliaran gelombang samudera, semua naluri serasa mati,

harap dan cemas menghantui, mereka pun terkatung-katung dalam keheningan

samudera, bermunajat dengan penuh harap dan cemas. Ketika semua badai

terlewati, mereka seperti makhluk tanpa nyawa. Mereka tidaklah mati, ia hidup

disisi Allah dan berjalan di tengah manusia,

Page 23: Peta Jalan Ruhani

Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan

dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang,

yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat

manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita

yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? (QS 6:122)

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan

Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi

kamu tidak menyadarinya. (QS 2:154)

Sebuah daratan terlihat, kemilaunya menunjukkan adanya cahaya yang tak

pernah padam. Pantai Makrifat di depan mata, gunung-gunung hakikat

menjulang dikejauhan menembus awan. Ia harus terbang dengan sayap-sayap

yang bernama keikhlasan dan kefakiran. Alam keperakan adalah daratan lembut

malakut yang penuh misteri. Ia lewati pintu gerbangnya yang bertuliskan “Laa

Illaaha Ilaa Allaah”. Ketika alam malakut telah menjadi bagian dirinya, maka

batas-batas psikologisnya telah runtuh.

Luluh dalam ketakberdayaan di hadapan gelombang kekuasaan-Nya. Ia menjadi

apa seperti yang diinginkankan-Nya sesuai kapasitasnya, maka dirinya

memasuki wilayah kegembiraan, takut dan harap, rindu dan cinta dengan

kesabaran dan ridha-Nya :

Ingatlah,

sesungguhnya wali-wali Allah itu,

tidak ada kekhawatiran terhadap mereka

dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS 10:62)

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya,

sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap,

dan mereka menafkahkan sebahagian

Page 24: Peta Jalan Ruhani

dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.(QS 30:24)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh,

kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati)

mereka rasa kasih sayang.(QS 19:96)

Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku;

dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.(QS 20:39)

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan

orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari

dengan mengharap keridhaan-Nya;

dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan

perhiasan kehidupan dunia ini; (QS 18:28)

Dilewatinya surga dengan semerbak mewangi taman cinta-Nya dan neraka

dengan gemuruh kemurkaan-Nya, ia tak memerlukan semua itu. Maka ketika

rindu dan cinta-Nya terpadu di Taman Cinta Kasih Ilahi, dilihatnya aneka warna

bunga semerbak dengan wewangian keabadian rahmat dan cinta-Nya. Di taman

hijau itu, bunga-bunga bermekaran. Ada Bunga Sidrath yang membawakan

rahmat bagi seluruh makhluk di semua alam, bunga itulah penghulu dari semua

bunga yang ada. Ada juga Bunga Matahari, Bunga Anggrek, dan entah bunga

apa lagi.

Itulah Sidratul Muntaha - Taman Bunga Cinta Kasih Ilahi - tempat dimana para

kekasih menanamkan tanda cinta-Nya. Maka ia tanamkan benih-benih bunga

cintanya disana menjadi bagian dari Para Pecinta yang telah menjadi

penghulunya. Ketika kegembiraan, takut dan harap, kerinduan dan cinta, ridha

dan kepasrahannya, meluruhkan semua hasrat dirinya, iapun terfanakan dan

terbaqakan dipelukan Kemahaagungan dan Kemahaindahan Cinta Ilahi.

Kemudian, belaian Kemahalembutan-Nya mengagetkannya: "Akulah Cinta".

Maka ia telah kembali menyaksikan-Nya sebagai Yang Esa seperti ia pernah

menyaksikan-Nya pada pra-eksistensi dirinya (QS 7:172). Bagi Tuhannya,

Page 25: Peta Jalan Ruhani

kehidupannya di dunia yang fana sekedar mimpi yang sekejap, tanpa arti,

mungkin sedetik mungkin semenit; bagi dirinya bisa berarti 30, 40, 60, 70 atau

100 tahun. Tapi pra-eksistensinya kembali terbuka dengan kejernihan qolbu

seperti awal mula sebelum esensi dirinya ditiupkan ke dalam jasad.

Ketika eksistensinya terbaqakan didalam-Nya maka ia mengada mandiri,

berjalan diantara semua manusia sebagai dia yang menjadi hamba-Nya semata.

Ia telah kembali dengan keyakinan haqqul yaqin, keyakinan hakiki tentang

dirinya dan Tuhan-Nya, ia telah menjadi , "Dialah, Yang Awal Dan Yang Akhir,

Yang Lahir dan Yang Batin" (QS 57:3). Ia berjalan diantara manusia sebagai

"yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat

manusia (QS 6:122)”. Itulah cahaya makrifat.

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,

dan bulan apabila mengiringinya,

dan siang apabila menampakkannya,

dan malam apabila menutupinya,

dan langit serta pembinaannya,

dan bumi serta penghamparannya,

dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu

sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu,

dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS 91 1:10)

Demikian kira-kira peta perjalanan ruhani yang sejatinya dapat dilakukan oleh

semua orang yang Muslim bila ia menyadarinya. Dui al-Qur’an dan petunjuk Nabi

Muhammad SAW, semua peta perjalaann itu sudah tertulis dan difirmankan-Nya.

Atmonadi,

Tulisan ini merupakan bagian dari Bab 6 Risalah Mawas “Kun Fa Yakuun : Mengenal Diri, Mengenal Ilahi” Release ke-3.

Page 26: Peta Jalan Ruhani