10
Llnlversltas Penerbtf , TlWPenerhikn r/'T/K press web: http:iittmkpress.umkendari.ac.id I Emall: umk.press@,umkenelari.ac.id ISendart tSSru :02164345 Edisi Januari No. 22 Tahun 2012 I Muailah, SP.M.S|. Hubungan Antara Luas Lahan Dan Besarnya Modat Terhadap Pendapatan petani Nilam Di Desa Tobaku Kecamatana Katoi Kabupaten Kotaka lJtara I SyarifAmin, S.Pd.l, M.Pd.l P e rse p s i d a n lt4 i n a t Ml a sy a r a kat te r h ad a p M a cl r a s a h d i Ka b u p ate n Kot a ka I Drs. H. Mustakim, M.Si. Kepemimpinan Lurah Dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat Datam pembangunan DiKelurahan Rahandouna Kecamatan poasia Kota Kendari I Ambo Upe, S.Sos.,M.Si. Pilar-Pilar Kemiskinan Di Pedesaan Studipada Rumah Tangga Miskin diKabupaten Buton lJtara I Drs. Muh.Arsyad, M.Si PolaAdaptasi Efnis Pendatang Di Daerah Transmigrasi Studidi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Se/afan I Dr. Bahtiar, M.Si. Konflik sosial Pada Penambangan Emas DiKabupaten Boriibana I Sahrun, S.E.,M.S|. Analisis Gaya Kepemimpinan Dan Prestasi Kerja Karyawan Pada Bank pembangunan Daerah Su/awesi Tenggara Cabang Raha I Tri Danniningsih, S.Pi.,M.Si& Ferasari, S.pi.,M.Si. Pengaruh Kitosan Terhadap Mutu Kimia Dan Sensori lkan Asap I lr. Bambang lndroYuwono; M.Si. Efisiensi Faktor Produksi Pada LJsahatani Padi Sawah Peserta Dan Non peserta St-ptt Di ecamatan Poleang.Utara Kabupaten Bombana r L. Muh.Amir&Obed Bida Hubungan Pembinaan Pengetahuan Dan Keterampitan Dengan Kompetensi pegawai pada Kantor SearchAnd Rescue Kendari I Bakri Yusuf, S.Sos.,M.Si. Peran Perempuan Di Sektor Pubtik Di Kota Kendari I Dra. Ratna Supiyah, M.Si. PenetrasiTeknologi Perikanan Datam Kegiatan Nelayan Tangkap (Studi Di Kabupaten Konawe S e I ata n S u I awe s i le ngg ara) "Meningkotkon Sumber Doyo Monusio menu.iu Mosyorokot Modoni"

Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kemiskinan pedesaan dewasa ini telah menjadi isu sentral dalam setiap perencanaan pembangunan daerah. Hal ini didasarkan pada kondisi kemiskinan yang telah mengkanker poda masyarakal pedesaan. Terdapat dua pilar utama Sebagai faktor penyebab kemiskinan pedesaan, yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Citation preview

Page 1: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

LlnlversltasPenerbtf , TlWPenerhikn r/'T/K press

web: http:iittmkpress.umkendari.ac.id I Emall: umk.press@,umkenelari.ac.id

ISendart

tSSru :02164345Edisi Januari No. 22 Tahun 2012

I Muailah, SP.M.S|.Hubungan Antara Luas Lahan Dan Besarnya Modat Terhadap Pendapatan petani Nilam DiDesa Tobaku Kecamatana Katoi Kabupaten Kotaka lJtara

I SyarifAmin, S.Pd.l, M.Pd.lP e rse p s i d a n lt4 i n a t Ml a sy a r a kat te r h ad a p M a cl r a s a h d i Ka b u p ate n Kot a ka

I Drs. H. Mustakim, M.Si.Kepemimpinan Lurah Dalam Menggerakkan Partisipasi Masyarakat Datam pembangunanDiKelurahan Rahandouna Kecamatan poasia Kota Kendari

I Ambo Upe, S.Sos.,M.Si.Pilar-Pilar Kemiskinan Di Pedesaan Studipada Rumah Tangga Miskin diKabupaten Buton lJtara

I Drs. Muh.Arsyad, M.SiPolaAdaptasi Efnis Pendatang Di Daerah Transmigrasi Studidi Kecamatan Landono KabupatenKonawe Se/afan

I Dr. Bahtiar, M.Si.Konflik sosial Pada Penambangan Emas DiKabupaten Boriibana

I Sahrun, S.E.,M.S|.Analisis Gaya Kepemimpinan Dan Prestasi Kerja Karyawan Pada Bank pembangunan DaerahSu/awesi Tenggara Cabang Raha

I Tri Danniningsih, S.Pi.,M.Si& Ferasari, S.pi.,M.Si.Pengaruh Kitosan Terhadap Mutu Kimia Dan Sensori lkan Asap

I lr. Bambang lndroYuwono; M.Si.Efisiensi Faktor Produksi Pada LJsahatani Padi Sawah Peserta Dan Non peserta St-ptt Diecamatan Poleang.Utara Kabupaten Bombana

r L. Muh.Amir&Obed BidaHubungan Pembinaan Pengetahuan Dan Keterampitan Dengan Kompetensi pegawai padaKantor SearchAnd Rescue Kendari

I Bakri Yusuf, S.Sos.,M.Si.Peran Perempuan Di Sektor Pubtik Di Kota Kendari

I Dra. Ratna Supiyah, M.Si.PenetrasiTeknologi Perikanan Datam Kegiatan Nelayan Tangkap (Studi Di Kabupaten KonaweS e I ata n S u I awe s i le ngg ara)

"Meningkotkon Sumber Doyo Monusio menu.iu Mosyorokot Modoni"

Page 2: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

,Tumal Sumber Doya Insni'(niuesi fas M u {wmna*ja rt Kaa& a

Pilar-Pilar Kemiskinan Di Pedesaan Studi padamah Tangga Miskin di Kabupaten Buton lJtara

Aleh: Amho Upei

AbstrakKemkkinsn pedesaan dewssa ini telah menfadi isu sentral dalun setiap

,trl€l'tcorl{Idttt pembangtnan daerah- I{ol ini didasarkan pada kondisi kemiskinan yang..,dt mengkanker poda masyarakal pedesaon Hrusumyo di Kobupaten Buton {Jtaro..i"-werut itu perlu dilala*iln pengkajian secora ilmioh untuk menemukan berbcgai falaor:,:t*:ebzbtwa" Untuk mernberikan gambaran tentang pilar-pilar kemiskinon pada rumah:ttiggo miskin di Kabupaten Buton Utara digmakan pendekotan fuolitaif dcn kuawitaif.:'cidekotsn ini dimoksudkon unluk mendapatkon onalisis secara interpretolif,i'u:,mprelensif, holistih don mendalam. Hasil penelitian ditemuksn dua pilar utama,tbagoifafuor penyebob kemiskinan pedesaan, yaknifafuor internsl donfahor eksternsl.

':aldor internal yang dimaksudkan yaitu penyebsb kemiskinan ycmg berasal dari RumohTongga l{iskin itu sendiri yang meliputi empat fal6or, yokni keterbdasmt pengetahuan,itterbatassn modal usaha, kurang potensialnyo jenis pekzrjaan yang dimilikt, dan polcitidup korLsumtif. Sedangkanfakt<:r eksternal yang dimaksudkanyaitufafuor atau penyebahicmi.skinan bukan berosal dari dalam diri rumah tangga miskin, melainkan berasal dariiiun yang tidak mampu diiruervensirrya, atau sebuah kondisi pemiskirutn di luar kendatinmtoh tangga miskin yanp5 meliputi &nfaWor yakni kurangnya perhatian pemerintah tlan'ft e t e r ganlungan p ada alam -

Kata Kunciz Kemiskinon, Rumah Tangga, Masyarakat Pedesaan.

PendahuluanKemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan

hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi manapun- Selain bersifat laten danaktual. kemiskinan dipandang sebagai penyakit sosial ekonomi yang paling banyak dialamioleh negara berkembang- Meskipun kebanyakan negara berkembang telah berhasilmelaksanakan pembangunan ekonomi melalui peningkatan pertumbuhan produksi"pendapatan nasional, dan perkembangan teknologi, namun di batik kesuksesan dalamkonteks fisik material mencuat setumpuk fenomena dehumanisasi berupa kemiskinan yangsangat rnemprihatinkan. Pada saat yang bersamaan terjadi pula peningkatan dalamketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok kaya dan miskin. Kemiskinan kianmenjadi masalah serius karena adanya kecenderungan negara berkembang mengutamakanprogram pembangunan ekonomi yang berskala makro, funpa memerhatikan kondisi riilsecara menyeluruh di daerah pedesaan secua mikro.

Berbagai pendekatan telah banyak digunakan pemerintah untuk menanggulangi danmengurangi angka kemiskinan diantaranya pendekatan kebutuhan dasar (bosic needsapprooch), pendekatan pendapatan (income approach), pendekatan kemampuan dasar(humon copability approach) dan pendekatan objective and subjective. Badan pusatStatistik misalnya menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (6asic needs approach)dengan memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untukmemenuhi kebutuhan dasar pangan dan bukan pangan diukur dari sisi pengeluaran yangdisebut garis kemiskinanQrcverty line) atau batas kemiskinan.Qtoverty treishotd)-Gariskemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapatmembayar kebutuhan makanan senilai 2-100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhannon-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi,

o Ambo Upe, S"Sos.,M.Si. Dosen pada Fakultas IImu Sosicl don Ilmu Potitik (Jniversitas Hqluoleo

2t

Page 3: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

"A*vcsi{as M u famnMtA a 6 K$,&rt

serta aneka barang dan jasa lainnya. Berdasarkan ketentuan tersebu! BPS mengeluarkandata makro yang dihitung berdasarkan data sampel" sehingga hasilnya sebetulnya bersifatpnediktif- Oleh karena data makro tidak cukup memberikan gambaran tentang kondisikemiskinan, maka selanjutnya BPS mengeluarkan data milno- Data mikro kemiskinanadalah data yang digunakan untuk pemberian bantuan sosial yang dihasilkan melaluisurvey Pendataan Sosial Ekonomi tahun 2005 (PSE-05) dan telah diupdate dengan SurveyPendataan Program Perlindungan Sosial tahun 2008 (PPLS-0S). Survey pstr-65 dan ppLS-08 mengidentifikasi keluarga miskin sampai pada identitas kepala rumah tangga(by name)dan alamat tempat tinggalnya (by address).

Dalam konteks penanggulangan kemiskinan, aneka ragam program pun telahdilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan, antara lain melaiui KreditInvestasi Kecil (KIK), Iftedit Modal Kerja Permanen (I(MKP), Kredit Usaha KecilKUK), Kredit Usaha Tani (Ktl'[), Inpres Desa Tertinggal (DT), Program Pembinaan danPeningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K), Program Tabungan dan KreditUsaha Kesejahteraan Rakyat (fakesra-Kukesra), hogram Nasional pemberdayaanMasyarakat (PNPM) mandiri pedesaan, program bantuan beras untuk keluarga miskin(Raskin), block grant, bantuan dana bagi gabungan kelompok tani (Gapoktan), dan bantuanKelornpok Usaha Bersama (K{IBE). Namun, program-prcgram tersebut belurn jugamampu mengatasi kemiskinan secara menyeluruh dan permanen. Dengan demikian, Oatimmengatasi masalah kemisk'inan bukan hanya ditentukan oleh banyaknya konsep danpendekatan yang digunakan, namun yang paling penting adalah mengetahui beibagaifaklor penyebabnya, sehingga pendekatan dan program yang implementas-ikan tepatsasaran.

Kabupaten Buton Utara merupakan salah satu daerah di Sulawesi Tenggara yangmemiliki angka kemiskinan tinggr- Pasalny4 persentase rumah tangga miskin penerimabantuan beras miskin (Raskin) sebagai salah satu indikator pemenuhan ksbutuhan dasarsangatlah tinggi- Sebanyak 8.390 rumah tangga penerima Raskin {Bulog 20l l) dariI1.613 jumlah rumah tangga di Buton Utara (Kabupaten Buton Utara dalam Angk4 201 l).Data ini menunjukkan bahwa terdapat 72,24 persen rumah tangga di Kabupaten ButonUtara termasuk dalam kategori rumah taqsga miskin. Atas dasa{. p.*iki*n inilahdipandang perlu dilakukan kajian ilmiah untuk mengetahui berbagai ut*-ut* kemiskinansetragai penyebab kemiskinan sebagian besar rumah tangga miskin di Kabupaten ButonUtara-

Metode PenelitianUntuk memberikan gambaran tentang pilar-pilar kemiskinan pada rumah tangga

miskin pedesaan khususnya di Kabupaten Buton Utara'digunakan pendekatan kualitatifdan kuantitatif dengan mengikuti pla dominart-less dominsnt desig, (Creswell, lgg4).Pendekatan gabungan ini dimaksudkan untuk mendapatkan analisis r** komprehensif,,holistilq dan mendalam. Karena itu selain unit analisis berupa informan juga digunakansampel rumah tangga sebanyak 419 yang ditetapkan sebesar 5% dengan menggunakanteknik proportional random sampling. Dengan demikian analisis Out" yung utamamenggunakan deskriptif kualitatif interpretatif dan didukung oleh analisii t<uantitatifmelalui uji statistik berupa regresi berganda untuk mendapatkan signifikansi berbagaifaktor penyebab kemiskinan di pedesaan.

Ilasil dan PembahasanMasalah kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks, bahkan terkadang

dalam menjelaskan faktor penyebabnya dapat membingungkan dan cenderung terputar-putar bagaikan lingkaran setan (vr:rous circle). Seringkali kita dengarkan pandinganbahwa kemiskinan disebabkan oleh terlalu banyaknya anggota keluarga atau karena

22

Page 4: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

i

rendahnya produktivitas usahanya atau kombinasi keduanya- Bahkan tidak jarang kitamendengar beberapa pertanyaan "mengapa miskin?" salah satu jawabannya "karena tidaksekolah, sehingga tidak bisa bekeda", kemudian "mengapa tidak sekolah?"' jawabannyaakan kembali ke atas yaitu "karena miskin". Kondisi yang demikian ini oleh Chambers(1983) disebutnya sebagai deprivation trap ataujebakan kemiskinan. Hasil penelitiannyapada orang rniskin di Asia Selatan dan Tenggara serta A&ika menyimpulkan bahwajebakan kemiskinan tgrdiri atas lima unsur ketidakberuntungan yang melilit kehidupankeluarga miskin. Pertama, kemiskinan itu sendiri. Kedua, kelemahan fisik- Ketigqketerasingan. Keempa! kerentanan. Kelima ketidakberdryaan. Tampakny4 Chambersmenekankan pada upaya perlunya kita terfokus kepada dua jenis ketidakberuntungan yaitukerentanan dan ketidakberdayaan, karena kedua hal inilah yang menjadi biang keladikemiskinan-

Selain itu, Todaro (2003) memperlihatkan jalinan antara kemiskinan danketerbelakangan dengan beberapa aspek ekonomi dan aspek non ekonomi. Tiga komponenutama sebagai penyebab keterbelakangan dan kemiskinan masyaraka! faktor tersebutadalah rendahnya taraf hidup; rendahnya ftrs:r percaya diri dan; terbatamya kebebasan-Ketiga aspek tersebut memiliki hubungan secara timbal balik balik. Rendahnya taraf hidupdisebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya pendapatan disebabkan olehrendahnya produktivitas tenaga kerj4 rendahnya plnduktivitas tenaga kerja disebabkanoleh tingginya pertumbuhan tenaga kerja" tingginya angka pengangguran, dan rendahnyainvestasi per kapita.

Secara substantif, pandangan atas kemiskinan yang berkembang di Indonesiatampak dalam dua bentuk, yakni dalam pandangan pakar dan LSM serta dalam pandanganpejabat. Bagi kaum pakar dan kalangan aktivis LSM bahwa kemiskinan terjadi sebagaiakibat dari campur tangan yang terlalu luas dari negira terhadap kehidupan masyarakalterutama pada masyarakat perdesaan- Menurutnya" oftmg miskin mampu membangun dirimereka sendiri, jika pemerintah mau memberi kebebasan untuk mengatur diri merekasendiri. Sementara dalam lensa pandang pejabat bahwa kemiskinan itu bersumber darimasalah buday4 sehingga orang menjadi miskin karena faktor etos kerja yang lemah, tidakmemiliki jiwa wiraswasta dan berpendidikan rendah. Namun demikian, menurut Soedrisno(1997) bahwa kedua pandangan tersebut masih merupakan kategori pandangan dari luar.Keduanya belum berupaya memahami inti dari masalah kemiskinan dari pan.lang:ankelompok miskin itu sendiri-

Fenomena yang demikian itu menujunjukkan bahwa penyebab kemiskinan tidakdapat dipandang sama atau *dipukul rata"' pada seluruh daerah. Dengan demikian, agarprogram penanggulangan kemiskinan dapat menyentuh substansi kemiskinan di setiapdaerah, maka dilakukan pengkajian intensif, mendalam, dan komprehensif melalui pror"tpenelitian ilmiah, sehingga dapat diperoleh penyebab kemiskinan yang hakiki-Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kondisi subjektif mengenaipenyebab kemiskinan di Kabupaten Buton Utara- Kondisi subjektif yang dimaksud yaitusuatu gambaran kemiskinan yang diperoleh berdasarkan jeritan dan isak tangis darimasyarakat yang bersangkutan. Secara metodologig prosedur ini disebut wbagai emicperspective, yaitu suatu pendekatan "ke dalam" unfuk memahami suafu masalah sosialyang sedang terjadi berdasarkan sudut pandang masyarakat yang benangkutan.Berdasarkan pendekatan tersebut diperoleh kenyataan bahwa kemiskinan bukanlah sesuatuyang terwujud sendiri, terlepas dari aspek-aspek lainnya" tetapi terwujud sebagai hasilintenaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan di Kabupaten Buton Utaradisebabkan oleh enam faktor, yakni: keterbatasan pengetahuan, keterbatasan modal usaha"kurang memadainya lapangan kerj4 kurangnya perhatian pemerintah, ketergantungan padaalam, dan pola hidup konsumtif. Berdasarkan analisis regresi berganda (multipte

23

Page 5: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

Jurnal Swrber Daya hsani'{fniuedfas M u kmmaty a$ t+d"t

regression) dengan menggunakan software SPSS versi 16,0 menunjukkan angka koefisien

toietasi R-sebesar 0,968. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan langsung antara variabel

keterbatasan pengetahuan, keterbafasan modal usaha" kurang memadainya lapangan k"rju'

kurangnya perhatian pemerintah, ketergantungan pada alam" dan pola hidup konsumtif

dengai -masalah

kemiskinan, yakni sebesar 96,8yo. Secara statistika angka tersebut

tergolong sangat kuat karena nilainya mendekati angka l, yakni tepatnya berada diantara

0,gl - t,OO lSugiyono" 2006)- Sementara nilai R Square sebesar 0,937. Hal ini trerarti

bahwa 93,7 persen masalah kemiskinan dapat dijelaskan penyiUaUnya dari keenam

variabel independen tersebu! sedangkan sisanya sebesar 6,3 persen dijelaskan oleh

variabel lain di luar model ini.Untuk lebih jelasnya keenam faktor sebagai pilar kemiskinan

dapat dilihat pada tabel berikd-

Tabel 1- Pe kerniskinan di ttul0n

No- Faktor PenyebabJumlah(RTM)

Persentase(o/"\

I23

456

Keterbatasan pengetahuan

Keterbatasan modal usaha

Kurang potensialnya jenis pekerjaan

Kurangnya perhatian PemerintahKetergantungan pada alamPola hidup konsumtif

8822822372t23

21,0054,42

5,258,835,015,49

Jumlah 419 100,00

Sumber : Kuesioner (diolah)

Keenam pilar penyebab kemiskinan di atas pada dasarnya dikategorikan ke dalam

dua faktor utama" yakni faktor intemal dan faktor eksternal- Faktor internal yang

dimaksudkan yaitu penyebab kemiskinan yang berasal dari Rumah Tangga Miskin yang

meliputi empat faktor, yakni keterbatasan pengetahuan, keterbatasan modal usaha, kurang

potensialnyi jenis pekerjaan yang dimiliki, dan pola hidup konsumtif. Sedangkan faktor

eksternal yang dimaksudkan yaitu faktor atau penyebab kemiskinan bul€n berasal dari

dalam diri rumah tangga miskin, melainkan berasal dari luar yang fidak mampu

diintervensinya, atau sebuah kondisi pemiskinan di luar ksndali rumah tanggamiskin yang

meliputi dua faktor yakni kurangnya perhatian pemerintah dan ketergantungan pada alam-

l. Faktor internala. Keterbatasan pengetahuan

Keberhasilan kegiatan pembangunan tidak hanya memerlukan dukungan

investasi modal fisik semata melainkan juga sumbdr daya manusia- Tanpa adanya

dukungan sumber daya manusia yang memadai, akan terjadi ketidakmampuan dalam

menjalankan investasi di berbagai sektor perekonomian dan sebagai akibatnya

pertumbuhan ekonomi tidak akan dapat dicapai secara berkelanjutan- Pendidikan

merupakan hal yang sangat penting bagi setiap daerah, dimana keberhasilan

pembangunan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Pendidikan pada

dasarnya merupakan suatu kebutuhan dasar {basic need) bagi masyarakat dalam

upaya meningkatkan taraf kehidupannya.Profil pendidikan responden menunjukkan sebagian besar rumah tangga

miskin di Kabupaten Buton Utara hanya menamatkan pendidikannya pada tingkat

sekolah dasar (72,32 persen) dan yang tidak tamat sekolah dasar sebesar 16,23

persen dari seluruh kepala rumah tangga miskin. Hal ini berarti bahwa hampir

mencapai 90 persen rumah tangga miskin adalah pekerja yang tidak mempunyai

keahlian secara formal (unsktlled-loborers). Persentase rendahnya tingkat pendidikan

tersebut tampaknya sangat berpengaruh s@ara signifikan terhadap kemiskinan di

Utarz

ri,24

I'l

Page 6: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

'U *e* fas Mu fwmnadg a 6 t<n{"a

Kabupaten Buton utaia pada umumnya dan kaum petani dan nelayan padakhususnya. Masyarakat petani di Kabupaten Buton Utara sedang menghatapikesulitan menangani masalah hama dan penyakit yang sering **oyo*g tiru*u1mereka- Petani saat ini sedang gamang menyelesaikan problematika yang kinimenyerang usaha tani yang sedang dibudidayakannya. Disinilah pntingnya seoftmgpetani memiliki pengetahuan baik secara formal maupun infonnal untukmenanggulangi berbagai hal yang mengganggu tanaman mereka.

Secara keseluruhan tampaknya kelemahan petani sebagai faktor penyebabkemiskinan mereka berkaitan dengan metode bertani. Petani tradisionil kurangmemiliki penguasaan metode bertani. Kelemahan ini berkaitan denganpendidikan atau haining yang dimiliki. pada umumnya rumah tangga miskin yangberprofesi sebagai petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah- untukitu disinilah diharapkan fungsi penyuluh pertanian di lapangan agar dapat menguat-kan aspek pengetahuan petani. Karena itu, ke depan aspek peningtatt<an kemamluanadopsi dan intervensi teknologi ke proses pertanian petani harus ditingkatkan *4uluiberbagai regulasi. Seprti memudahkan akses petani ke teknologi, memberikansubsidi alat-alat pertanian dan mengadakan paket-paket trainlng ro.* priodik danterarah yang langzung berdampak pada peningkatan kapasitas produksi bagi petani.

Kemiskinan akibat keterbatasan pengetahuan bukan hanya *.*s,rki Lalanganpetani kecil di Kabupaten Buton Utarq tetapi juga mewabah hingga berlabuh diwilayah pesisir yang mayoritas dihuni kaum pelaut yang lebih at rafu Oitenal dengansebutan nelayan. Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologimodern, kualitas sumber daya manusia rendah dan tingkat produktivitas hasiltangkapannya juga sangat rendah- Tingkat pendidikan nelayan berbanding lurusdengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini teknJlogi dibidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan cepat mengalami prosespembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain disebabkan oieh bakteri danperubahan kimiawi pada ikan- Oleh karena itu, diperlukan teknologi pengawetanikan yang baik. Selama ini, nelayan tradisional hanya menggunakan ** v*I sangatsededtana untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut saldr saonya discbabka;karenarendahnya tingkat pendidikan dan pengusaaan nelayan terhadap teknologi-

b- Keterbatasan modal usahaSalah satu ciri dari kemiskinan yang sudah lama dikenali para ahli adalah

kehausan rumah tangga miskin khususnya di peredesaan dan pesisir terhadap kreditberbunga lunak. Tetapi, ini bukan berarti setiap pemberian bantuan modal usahaberbunga lunak kepada rumah tangga miskin selalu berfungsi efektif- pelaksanaanpemberian kredit sequa efektif mengalami beberapa hambatan, diantaranya karenaamat beragamnya kelompok sasaftm yang hendak dijangkau, dan kesukaranmengkompromikan kriteria efisiensi dan efektivitas kredit. Selain itu, kendalalainnya disebabkan oleh kurangnya akses warga miskin atas lembaga keuangan yangada di sekitarnya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tidak adanyi barangjaminan yang dimiliki warga miskin yang dapat dijadikan sebagai agunan iada suatulembaga keuangan. Karena itu yunus ea\T berpandingan bahwa untukmenanggulangi kemiskinan, kaum miskin perlu diberi kesempatan dan kepercayaanuntuk mendapatkan pinjaman. Hanya saja mereka sulit berhubungan Oengan banL,karena tidak memiliki agunan-

Bagi rumah tangga miskin, kredit merupakan sarana untuk menciptakanpendapatan melalui bekerja dan berusaha berdasarkan potensi sumber daya manusiayang dimiliki dan potensi lingkungan ekonomi dimana ia berada Kredit yang tepagmurah, dan mudah yang dikelola berdasarkan adat dan budaya setempat merupakansalah satu sarana penting yang amat membanfu melancarkan kegiatan perekonomian.

25

Page 7: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

'Univ ersi fas M. kn "Mdga$'l<.et&a

Ringkasnya" fungsi kredit adalah untuk membantu meningkatkan kasejahteraanrumah tangga miskin, khususnya yang tergolong miskin dan mendekati miskin (nearpoor).

c. Kurang potensialnyajenis pekerjaan yang dimilikiKeterbatasan pengetahuan menyebabkan rumah tangga miskin melakoni jenis

pekerjaan yang relatif kurang poGnsial. Keterbatasan mengakses lapangan pekerjaanyang me4iaqiikan serta banyaknya masyakarakat yang bekerja pada lapangan kerjayang kurang produktif b€rakibat pada rendahnya pendapatan sehingga merekatergolong miskin atau tergolong pada pekerja yang rentan jatuh di bawah garis

kemiskinan (near poor). Pada umunrnya informasi yang diperoleh sangat jelasmenunjukkan bahwa mmah tangga miskin cenderung fidak memiliki pekerjaan tetap,namun tidak juga dapat dikategorikan tidak bekerja atau pengangguran terbukakarena dari sisi jam kerja melebihi jam kerja nomral (35 jan/minegu)- Hanya saj4jika dikaji dari sisi kernampuan produktivitas dengan kaitannya dengan upayapemenuhan kebutuhan dasar tampaknya masih menemui kendala. Karena itu perluada jenis pekerjaan yang lebih menjanjikan bagi rumah tangga miskin. Pada

umumnya rumalt' tangga miskin bekerja apa saja dalam kurun wakhr yang singkatdemi mernenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, entah mau meqfadi buruh bangunan,buruh tani, maupun tukang ojek.

Disinilatr p€ran stakeholders untuk menggerakkan sektor-seklor ekonomiyang menjadi potensi lokal. Di sektor perikanan dapat diupayakan jenis pekerjaanbaru berupa pngolahan ikan menjadi abon, mengolahan kulit kerang menjadi hiasanyang bemilai tambah, usaha rumput laut dan tentu masih banyak lagi jenis yangdapat dikembangkan. Di sektor pertanian misalnya dapat diupayakan pengolahanVCO (vlrgln coconu! o/), pmbuatan sapu dari sabuk k"lupu, dan berbagai jenispekerjaan lainnya yang membutuhkan ketrampilan- Untukmenggerald<an potensi ini,maka tidak dapat dilepaskan dengan tingkat pengetahuan masyarakat psnyediaanmodal dasar, dan penguatan kelembagaan.

d. Pola hidup konsumtifStreotipe malas oleh berbagai pihak sering dianggap menjadi .pnyebab

kemiskian nelayan- Namun dalam kenyataannya kultur nelayan jika dicermatisecaramendalamjustru memiliki etos ke{ayang handal- Mereka pergi subuh pulang siang,bahkan pada masa tertentu nelayan terpaksa harus beberapa hari di laut dan menjualikan hasil tangkapan di laut melalui para tengkulak yang menemui mereka di tengahlaul kemudian menyempatkan waktu pada waktu senggang untuk mernperbaikijaring. Dengan demikian, tidak pantas jika kita mengatakan nelayan pemalas, karenajika dilihat dari daur hidup nelayan yang selaltr bekerja keras. Namun ternyatakendalanya adalah terletak pada pola hidup konsumtif. Pola hidup konsumtif menjadimasalah laten pada masyarakat nelayan, dimana pada saat penghasilan banyalq tidakditabung untuk persiapan paceklih melainkan dijadikan kesempatan untuk membelikebutuhan sekunder- Namun ketika musim paceklik datang pada akhirnya merekaberhutang termasuk kepada lintah daraf yang justru semakin memperberatkondisinya.

Dengan demikian, masalah pola hidup di sini memiliki dua makna, yakni polahidup konsumtif, dan pola hidup dalam pengertian masyarakat kurang tanggapmembaca situasi ke depan untuk mengantisipasi selang waktu dimana saatrya tidakmelakukan produksi. Hal demikian senada dengan pandangan Antropolog Oscarl,ewis (1988), mengungkapkan bahwa masalah kemiskinan bukanlah masalahekonomi, bukan pula masalah ketergantungan antarnegara atau masalah pertentangankelas. Memang hal-hal tersebut merupakan penyebab kemiskinan itu sendiri tetapimenurutnya kemiskinan itu sendiri adalah budaya atau sebuah cara hidup.

ri26i

Page 8: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

Anivea tu M u bnnatyo 6 tGrdaa

2. Faktor eksternala- Kurangnya perhatian pemerintah

Selain masalah keterbatasan pengetahuan, modal usaha, dan lapanganpekerjaan, kemiskinan pedesaan khususnya kalangan petani Buton Utara;ugadisebabkan oleh kurangnya saftrna dan prasarana pertanian. Kondisi wilayah yangcukup memprihatinkan karena masih adanya sistem pertanian sawah tadah 6jan.Tentu saja kondisi yang demikian ini membuat kaum petani sangat tergantungpada alam, kalena pengolahan sawah hanya ditakukan pada satu kali musim"saja-.Jika demikian, apakah kemiskinan yang diderita kaum papa ini disebutkemiskinan alamiah atau kemiskinan strukflrral?

Secara sepintas dapat saja kita katakan hal itu sebagai kemiskinan alamiahkarena kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alam. Akan t€tapi, analisa yangdemikian itu sangatlah dangkal. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tetapdipengaruhi oleh alam, namun tidak sepenuhnya seperti itu. Dengan kemampuanteknologinya manusiapun mampu mengendalikan lingkungan a&amnya. Hanya

. saja pada kondisi yang demikian ini, pemerintah kurang tanggap menyikapirintihan kaum papa pedesaan sehingga mereka dibiarkan tidak menikmati iistem ,

irigasi yang memadai. Artiny4 pemerintah melaiui kebijakannya dapatmengeluarkan petani dari masalah yang kini selalu membuntutinya Dengandemikian, kemiskinan yang terjadi sangatlah terang trenderang disebabkan olehstruktur yang tidak pro Inor- Pada umumnya informan memberikan keteranganbahwa tampaknya kerniskinan yang kian dideritanya s@ara sepintas lalu dipatdikatakan kemiskinan alami, namun juga didalami, maka temyata ditemukanmodus kurangnya perhatian pemerintah-

Memang secara sekilas dari keluhan warga tersebut tidak ada kaitannyadengan perhatian pemerintah, tampak terasa hanya merupakan pernyataan st

"piitatas kondisi alam yang kurang mendukung. Akan tetapi, jika dielaborasi lebihjauh dari keluhan rumah tangga miskin pada dasamya dialamatkan kepadapemerintah, karena pemerintahlah yang mampu memberikan uluran tanganmenyelesaikan masalah kondisi persawahan yang masih dikelola secara sangattradisional karena masih bersifat tadah hujan. Padahal, intervensi pemerintahberupa kebijakan pembangunan sarana pertanian sudah menjadi iewajiban.Dengan demikian, disimpulkan pada bagian ini bahwa ketidakberdayaanrnasyarakat menghadapi kesulitan pengolahan lahan pertanian mereka disebabkan .

klrangnya perhatian pemerintah dalam menanggulangi masalah yang sedangdialami oleh kaum papah di pedesaan. Realitas demikian ini sejalan denganpandangan Yunus Q0AT bahwa kemiskinan itu akibat kesalahan pemb-uatketrijakan dan keputusan dalam pembangunan negara yang tidak menyentuhkegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan manusia.

b- Ketergantungan pada alamRumah tangga miskin sangat rentan terhadap perubahan pola pemanfaatan

sumber daya alam dan perubahan lingkungan. Rumah tangga miskin yang tinggaldi daerah perdesaan dan kawasan pesisir sangat tergantung pada sumberdiya alamsetragai sumber penghasilan. Nelayan merupakan kelompok masyarakat yungmata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan Oanmengumpulkan hasil laut lainnya. Mereka umumnya hidup di kawasan pesisirpantai dan sangat dipengaruhi kondisi dam terutama angin, gelombang dan aruslaut sehingga aktivitas penangkapan ikan tidak berlangsung sepanjang tahun-Pada periode waktu tertentu nelayan tidak melaut karena angin kencarrg,gelombang besar, dan arus laut yang kuat. Kondisi atam ini kerapkali disebutmusirn paceklik yaitu suatu musim dimana nelayan tidak beraktivitas sama sekali.

27

Page 9: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

'Uniuedfas M u kmmafy a {t (G'{^ti

Rirfran para nelayan dalarn menghadapi ketergantungan pada alam bersahut-5afurrren dilontarkan ketika peneliti menemui para nelayan yang kebetulan sedangberistrahat di sekitar rumah mereka.

Hasil wawancara yang dilakukan memberikan gambaran betapakompleksnya permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan. Kemiskinan terjadidisebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasilna alam yang keras yang selaludiliputi ketidakpastian (tmcertatnty') dalam menjalankan usahanya- Musim- paceklik yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya pun tidak dapat dipastikaflakan semakin membuat masyarakat nelayan terus berada dalam lingkaran setankemiskinan (vicious circle) setiap tahunnya. Tidak ada yang dapat dilakukandalam menghadapi kondisi alam, karena alarn tidak akan mampu dilawan. Halyang mungkin dilakukan dalam menghadapinya adalah perlunya masyarakatnelayan memiliki penguasaaan aspek informasi dalam hal cuaca dan lokasi-

Gambaran penyebab kemiskinan di Kabupaten Buton Utaxa sebargaimanatemuan lapangan tampaknya sejalan dengan uraian yang dikemukakan olehKartasasmita (1996). Menurutnya bdrwa kondisi kemiskinan dapat disebabkanoleh sekurangnya empat penyebab- Pertam4 rendahnya taraf pendidikan. Tarafpendidikan yang rendah mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatasdan menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Dalam bersainguntuk mendapatkan lapang*n kerja untuk saat ini serendah-rendahtrya diperiukaniiasah SMU sedangkan kebanyakan rumah tangga miskin adalah lulusan SD atauSLTP.

Kedua" rendahnya derajat kesehatan- Tarafkesehatan dan gizi yang rendahmenyebabkan rendahnya daya tahan fisilq daya fikir, dan prakarsa- Ketig4terbatamya lapangan kerja. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha"selama itu pula harapan untuk memufirskan lingkaran.kerniskinan. Keernpa!kondisi keterisolasian, banyak penduduk miskin, s@ara ekonomi tidak berdayakarena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit arau tidakdapak dapt terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan, dan gerakkemajuan yang dinikmati masyarakat lainnya. Kenyataan tersebut menunjukkanbahwa kemiskinan tidak dapat didefinisikan dengan sangat sederhana, karenatidak hanya berhubungan dengan kemampuan memenuhi kebutuhan materialsemata" melainkan juga sangat berkaitan dengan dimensi kbhidupan manusia yanglaiu. Karenanya" kemiskinan hanya dapat ditanggulangi apabila dimensidimensilain itu diperhitungkan.

Simpulan dan Saranl. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang diuraikan di atas dapatdisimpulkan bahwa rumah tangga miskin pedesaan i<hususnya di Kabupaten ButonUtara terperangkap oleh struktur dan kultur yang ada- Artinya bahwa selainketidakmampuan masyarakat miskin mengeluarkan dirinya dari masalah kemiskinan,juga diperparah oleh kondisi kemiskinan struktural. Secara spesifilq kemiskinan diKabupaten Buton Utara disebabkan oleh enam faklor yakni terbatasnya pengetahuan,terbatasnya modal usaha, kurang memadainya lapangan kerja, kurangnya perhatianpemerintah, ketergantungan pada alam, dan pola hidup konsumtif.

2- SaranPerlu adanya upaya orisinil yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam

rangka menanggulangi masalah kemiskinan karcna program yang selama ini berjalan

28

Page 10: Pilar-Pilar Kemiskinan Pedesaan

Jurnal Sw$er fuya Itrcni'U niu ed fas Mu tmnadty a $ t&da a fi

masih bersifat terpusat atau merupakan program nasional dan program pemerintahprovinsi- Meskipun telah ada progfiIm yang masih terpusa! t u*u" b"l r* sepenuhnyadirasakan oleh masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Buton utara-

DAF"TAR PUSTAI(A

BPS.2011. Kcbupaten Buton Utsra Dolam Angka.

Bulog- 201I. Dttta Rumah Tangg4c Miskin Penerims Raskin. Bulog Sulawesi Tenggara-

Chambers, Robert. 1983. Pembongtman Desa Mulai Dari Belakang-LP3ES, Jakarta-

Creswell, John W. 1994. Reseorch Design Quatitative & Quantitative Appraaehes- SagePublications, I"ondon.

Kartasasmita" Ginandjar. 1996. Pembtmgwrcm Untuk Rakyat: Memadukan perrumbuhondan Pemerataan CIDES, Jakarta.

Lewis, oscar- 1988- Kisah Lima Keluarg;a- Yayasan obor Indonesi4 Jakarta-

Soetrisno, lnekman. 1997. Kemiskinan, Perempuant dsn Pemberdqwon. Kanisius,Yogyakarta-

Sugiyono. 2006. Statistikc {Jntuk Penelitian. Alfabet4 Bandung-

Todaro, Michael P- 2003. Pembmtgunon Ekanomi di DunioKetiga Erlangga" Jakarta-

Yunus, Muhammad dan Jolis, Alan- 2007. Bank Kaum Miskin: Kisah yumts dan GrameenBank Memerangi Kemiskinan Terjemahan: lrfan Nasution, Pengantar: RobertMZ.lawang. Marjin Kiri, Depok.

29