33
SATUAN ACARA PENYULUHAN Penyakit Jantung Bawaan di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo Surabaya Disusun Oleh : KELOMPOK 10 1. Qumairy Lutfiyah, S. Kep (131513143052) 2. Siti Roudhotul Janah, S, Kep (131513143062) 3. Moh. Syarifuddin, S. Kep (131513143068) 4. Eka Agustin Herliana, S. Kep (131513143085) 5. Silfia Desi Anggraini, S. Kep (131513143026)

PKRS Camelia Revisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kesehatan

Citation preview

Page 1: PKRS Camelia Revisi

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Penyakit Jantung Bawaan

di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo

Surabaya

Disusun Oleh :KELOMPOK 10

1. Qumairy Lutfiyah, S. Kep (131513143052)2. Siti Roudhotul Janah, S, Kep (131513143062)3. Moh. Syarifuddin, S. Kep (131513143068)4. Eka Agustin Herliana, S. Kep (131513143085)5. Silfia Desi Anggraini, S. Kep (131513143026)6. Any Crisanty, S. Kep (131513143043)7. Mria Novitasari (131513143 )

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2015

Page 2: PKRS Camelia Revisi

SATUAN ACARA PENYULUHANJudul : penyakit jantung bawaanSasaran : Keluarga pasien dan pasien R. Camelia RSUD Dr. Soetomo SurabayaHari/tgl : rabu, 21 Oktober 2015Tempat : R. Camelia RSUD Dr. Soetomo SurabayaPelaksana : Mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAIRWaktu : Pukul 10.00-10.30 WIB

I. Tujuan Instruksional UmumSetelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat memahami tentang penyakit jantung bawaan (PJB).

II. Tujuan Instruksional KhususSetelah mendapat penyuluhan, peserta dapat:

1. Menjelaskan pengertian penyakit jantung bawaan (PJB)2. Menjelaskan penyebab penyakit jantung bawaan (PJB)3. Menyebutkan pembagian penyakit jantung bawaan (PJB)4. Mengetahui tanda dan gejala penyakit jantung bawaan (PJB)5. Mengetahui jenis-jenis penyakit jantung bawaan (PJB)6. Mengetahui deteksi dini penyakit jantung bawaan (PJB)7. Mengetahui pencegahan penyakit jantung bawaan (PJB)8. Mengetahui komplikasi penyakit jantung bawaan (PJB)9. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan (PJB)10. Mengetahui penatalaksanaan penyakit jantung bawaan (PJB)

III. Materi

1. Pengertian penyakit jantung bawaan (PJB)2. Penyebab penyakit jantung bawaan (PJB)3. Pembagian penyakit jantung bawaan (PJB)4. Tanda dan gejala penyakit jantung bawaan (PJB)5. Jenis-jenis penyakit jantung bawaan (PJB)6. Deteksi dini penyakit jantung bawaan (PJB)7. Pencegahan penyakit jantung bawaan (PJB)8. Komplikasi penyakit jantung bawaan (PJB)9. Pemeriksaan penunjang penyakit jantung bawaan (PJB)10. Penatalaksanaan penyakit jantung bawaan (PJB)

IV. MetodeCeramah dan tanya jawabDemonstrasi

Page 3: PKRS Camelia Revisi

V. MediaLeaflet dan flipchart

VI. Seting tempat

VII. Pengorganisasian 1. Pembimbing Akademik : Harmayetty, S.Kp., M.Kes.

2. PembimbingKlinik : Binafsih, SST.

3. Penyaji : Any Crisanty

4. Demonstrator : Qumairy Lutfiyah

5. Moderator : Moh. Syarifuddin

6. Observer : Siti Roudhotul jannah

7. Fasilitator : Eka Agustin Herliana

Silfia Desi Anggraini

VIII. Uraian Tugas

1. Tugas Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan

2. Tugas Moderator : Mengatur jalannya penyuluhan

3. Tugas Observer : Menilai jalannya penyuluhan

4. Tugas Fasilitator : Membantu dan mengondisikan peserta

Observer Moderator Pemateri IIPemateri I

Peserta

Fasilitator 1

Fasilitator 2

Page 4: PKRS Camelia Revisi

IX. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Acara Kegiatan penyuluh Kegiatan Peserta

1. 5 Menit Pembukaan a. Mengucap salam

b. Memperkenalkan diri

c. Menjelaskan tujuan

yang akan dicapai

berkaitan dengan

materi penyuluhan

yang akan disampaikan

dan mengajukan

kontrak waktu.

d. Menggali pengetahuan

yang di ketahui tentang

penyakit jantung

bawaan

a. Menjawab salam

b. Mengenal petugas

penyuluhan

c. Menyimak dengan

seksama dan

menerima kontrak.

d. Mengemukakan

pendapat sesuai

dengan apa yang

diketahui

2. 15

menit

Penyampaian

materi

a. Menyampaikan materi

peyuluhan:

- Pengertian PJB

- Etiologi PJB

- Pembeagian PJB

berdasarkan

anatomi

- Tanda dan gajala

PJB

- Jenis-jenis PJB

- Deteksi dini PJB

- Pencegahan PJB

- Komplikasi PJB

- Penatalaksanaan

a. Mendengar materi

yang disampaikan

dengan seksama

b. Memperhatikan

demonstrasi dengan

seksama.

c. Peserta mengajukan

pertanyaan.

Page 5: PKRS Camelia Revisi

PJB

b. Mendemonstrasikan

cara mencuci tangan

yang benar

c. Memberi kesempatan

peserta untuk bertanya

3. 10

menit

Penutup a. Mengajukan

pertanyaan sebagai

evaluasi dan meminta

peserta

mendemonstrasikan

cuci tangan

b. Memberikan

reinforcemen positif

atas jawaban peserta

c. Mengucapkan salam

penutup.

b. Peserta menjawab

pertanyaan,

mendemonstrasikan.

c. Menerima

reinforcement yang

diberikan

d. Menjawab salam.

X. Evaluasi

1.Kriteria struktura. Kontrak waktu dan tempat dilakukan 2 hari sebelum acara dilaksanakanb. Pembuatan SAP dan Leaflet dilakukan 1 minggu sebelumnyac. Peserta hadir di tempat yang telah ditentukand. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum dan saat

penyuluhan dilaksanakan2. Kriteria Proses

a. Peserta antusias terhadap materi kegiatanb. Peserta mendengar dan memperhatikan pada saat kegiatanc. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan PoAd. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job discription

3. Kriteria Hasila. Peserta yang datang sejumlah 10 orang atau lebihb. Acara dimulai tepat waktuc. Audiensi mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskand. Peserta mampu menjawab dengan benar 50 % dari pertanyaan penyaji

Page 6: PKRS Camelia Revisi

MATERI PENYULUHAN

Penyakit Jantung Bawaan

1. Pengertian

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak

lahir, karena sudah terjadi ketika bayi masih dalam kandungan. Pada akhir

kehamilan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap, jadi kelainan

pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan. Penyebab PJB seringkali

tidak bisa diterangkan, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai

penyebab (Rahayoe, 2006).

Kelainan jantung kongenital atau bawaan adalah kelainan jantung atau

malformasi yang muncul saat kelahiran, selain itu kelainan jantung kongenital

merupakan kelainan anatomi jantung yang dibawa sejak dalam kandungan

sampai dengan lahir Kebanyakan kelainan jantung kongenital meliputi

malformasi struktur di dalam jantung maupun pembuluh darah besar, baik yang

meninggalkan maupun yang bermuara pada jantung (Nelson, 2000).

Kelainan ini merupakan kelainan bawaan tersering pada anak, sekitar 8-10

dari 1.000 kelahiran hidup. Kelainan jantung bawaan ini tidak selalu memberi

gejalan segera setelah bayi lahir, tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan

setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan ditemukan setelah pasien

berumur beberapa tahun Kelainan ini bisa saja ringan sehingga tidak terdeteksi

saat lahir. Namun pada anak tertentu, efek dari kelainan ini begitu berat sehingga

diagnosis telah dapat ditegakkan bahkan sebelum lahir. Dengan kecanggihan

teknologi kedokteran di bidang diagnosis dan terapi, banyak anak dengan

kelainan jantung kongenital dapat ditolong dan sehat sampai dewasa (Ngustiyah,

2005).

Kelainan jantung kongenital beraneka raga. Pada bayi yang lahir dengan

kelainan ini, 80% meninggal dalam tahun pertama, di antaranya 1/3 meninggal

pada minggu pertama dan ½ dalam 1-2 bulan (Prawirohardjo, 1999).

Page 7: PKRS Camelia Revisi

2. Jenis Penyakit Jantung Bawaan

2.1 Jenis PJB

1. Penyakit jantung bawaan biru (sianosis) (Nelson, 2000)

kebiruan yang tampak pada anak merupakan akibat dominasi darah yang

kandungan oksigennya rendah mengalir ke seluruh tubuh . Dominasi darah yang

miskin akan oksigen ini dapat diakibatkan oleh beberapa mekanisme:

1) Terjadi kebocoran sekat antara bilik kiri dan kanan yang disertai

penyempitan arteri pulmonal, atau bahkan buntu sama sekali.

Penyempitan arteri pulmonal ini mengakibatkan tekanan di bilik kanan

naik dan pada suatu titik akan lebih tinggi dari bilik kiri, sehingga darah

dari bilik kanan sebagian akan mengalir ke bilik kiri, akibatya darah yang

dipompakan ke seluruh tubuh merupakan pencampuran darah yang

kandungan oksigennya rendah dengan darah yang kaya akan oksigen.

Contoh kasus seperti ini adalah Tetralogy of Fallot (TOF).

2) Terjadi kesalahan posisi dari arteri pulmonalis (pembuluh darah yang

mengalirkan darah dari bilik kanan ke paru) dan aorta. Arteri pulmonalis

yang semestinya keluar dari bilik kanan, pada kasus ini keluar dari bilik

kiri dan sebaliknya aorta keluar dari bilik kanan. Maka yang terjadi

adalah darah yang kurang oksigen dari sistem vena yang seharusnya

dialirkan ke paru untuk mendapatkan oksigen, dialirkan langsung

kembali ke seluruh tubuh karena yang keluar dari bilik kanan adalah

aorta. Dan sebaliknya dengan arteri pulmonalis keluar dari bilik kiri,

sehingga darah yang sudah mendapatkan oksigen, yang seharusnya

dialirkan ke seluruh tubuh, malah kembali lagi ke paru. Keadaan ini

menyebabkan dua sistem sirkulasi yang seharusnya bekerja secara paralel

menjadi terpisah. Akibatnya anak akan semakin biru dan akan meninggal

dengan cepat apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Kasus

seperti ini disebut dengan Transposition of the Great Arteries (TGA).

Masih banyak contoh kasus lain yang menampakkan gejala biru, tetapi

kasus di atas merupakan kasus yang paling sering ditemukan

2. Penyakit jantung bawaan tidak biru (asianosis) (Nelson, 2000)

Terdapat beberapa mekanisme yang terjadi pada PJB yang tidak biru:

Page 8: PKRS Camelia Revisi

1) Aliran darah terjadi dari kiri ke kanan melalui kebocoran sekat

antara jantung kanan dan jantung kiri , baik pada tingkat serambi

maupun bilik jantung. Dapat pula karena tidak menutupnya PDA

pembuluh yang meng hubungkan aorta dan arteri pulmonal (ductus

arteriosus), yang pada bayi normal pembuluh darah tersebut menutup

beberapa saat setelah bayi lahir. Akibatnya darah yang dipompa ke

paru-paru menjadi berlebihan karena sebagian darah di ruang

jantung kiri masuk ke bagian jantung kanan. Beberapa contoh yang

termasuk kelompok ini adalah kebocoran sekat serambi yang disebut

Atrial Septal Defect (ASD), kebocoran sekat bilik disevut ventricular

septal defect (VSD), dan duktus arteriosus yang tetap terbuka disebut

sebagai patent ductus arteriosus (PDA).

2) Adanya sumbatan (obstruksi) pada jantung kanan, misalnya

gangguan pada katup pulmonal.

3) Obstruksi atau sumbatan pada jantung kiri,misalnya stenosis katup

aorta, penyempitan dinding aorta (coarctasio aorta).

Semua mekanisme tersebut di atas tidak menyebabkan kandungan oksigen

darah menjadi kurang, sehingga anak tidak menunjukkan biru. Tetapi yang terjadi

adalah pasokan darah ke seluruh tubuh menjadi berkurang namun sebaliknya

darah yang ke paru paru menjadi berlebihan (pada kelompok pertama). Demikian

juga pada PJB yang termasuk kelompok ke dua dan ketiga namun tidak disertai

dengan aliran darah yang berlebi- han ke paru.

2.2 Jenis penyakit jantung bawaan yang sering terjadi (Nelson, 2000 )

1) Defek Septum Atrium ( DSA )

ASD merupakan keadaan defek pada bagian septum antar atrium sehingga

ada komunikasi langsung antara atrium kiri dan kanan, menurut lokasi :

a. ASD sekundum, defeknya pada fosa ovalis, meskipun sesungguhnya fosa

ovalis merupakan septum primum

b. ASD dengan defek sinuns. Defek terjadi dekat muara vena kafa superior,

sehingga terjadi koneksi biatrial. Sering vena pulmonalis dari paru kanan juga

mengalami anomaly, dimana vena tersebut bermuara ke vena kava superior

Page 9: PKRS Camelia Revisi

dekat muaranya di atrium. Dapat juga gterjdi defek sinus venosus type kafa

inferior.

c. ASD primum, merupakan dari defek septum atrioventrikular dan pada bagian

atas berbatas.

Pada ASD presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum

atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran ke

paru yang berlebihan juga menyebabkan beban volum pada jantung kanan.

Kelainan ini sering tidak memberikan keluhan pada anak walaupun pirau cukup

besar, dan keluhan baru timbul saat usia dewasa. Hanya sebagian kecil bayi atau

anak dengan ASD besar yang simptomatik dan gejalanya sama seperti pada

umumnya kelainan dengan aliran ke paru yang berlebihan yang telah diuraikan di

atas. Auskultasi jantung cukup khas yaitu bunyi jantung dua yang terpisah lebar

dan menetap tidak mengikuti variasi pernafasan serta bising sistolik ejeksi halus

di area pulmonal. Bila aliran piraunya besar mungkin akan terdengar bising

diastolik di parasternal sela iga 4 kiri akibat aliran deras melalui katup trikuspid.

Simptom dan hipertensi paru umumnya baru timbul saat usia dekade 30 – 40

sehingga pada keadaan ini mungkin sudah terjadi penyakit obstruktif vaskuler

paru (Roebiono, 2003).

2) Defek Septum Ventrikular ( DSV )

Merupakan kelainan jantung dimana terjadi defek sekat antar ventrikel pada

berbagai lokasi. Merupakan kelainan congenital tersering sesudah kelainan aorta

bikuspidalis. Masalah ini merupakan suatu keadaan adanya hubungan lubang

abnormal pada sekat yang memisahkan vertikal kanan dan vertikel kiri.

a. VSD kecil

VSD kecil tanpa aliran darah pintas dan gangguan hemodinamika yang

berarti tekanan arteri pulmonal pada VSD kecil normal, memperlihatkan aliran

pulmonal dengan aliran sistemis < 1,5 : 1. Seabagian besar jenis VSD akan

menutup secara alamiah pada umur 3 tahun, sisanya tetapterbuka dan mudah di

diagnosis.Hal ini menimbulkan adanya trhill dan bisiing pansistolik yang keras

dan besar di garis ternal bagian bawah. Foto rotgen torak dan EKG tetap normal

pada VSD muskular, bising ini berakhir pada saat mid-diastolik karena penutupan

VSD pada saat diatolik.

Page 10: PKRS Camelia Revisi

b. VSD sedang

VSD sedang dengan kelianan vaskuler paru obstuktif dan sianosis.Pada VSD

sedang tekanan arteri pulmonal > 112 tekanan sistemis dan aliran sirkulasi paru

dibandingkan sirkulasi sistemis antara 1,5 : 1 dan 2 : 1.Jenis ini tidak sering

ditemukan pada orang dewasa karena sering menutup atau menjadi VSD kecil

pada umur muda. Aliran darah pintas pada VSD sedang,cukup besar,sehingga

bising pensisitolik pada garis ternal kiri bawah sering disertai bising mid-diatolik

didaerah katup mitral dan gallop protodiastolik didaerah apeks. Foto rotgen torak

menunujukkan kardiomegali dan vaskularisasi yangb bertambah, sedangkan EKG

menunujukkan hepertropi ventrikel kiri.

c. VSD besar

VSD besar yang disertai stonosis pulmonal sulit dibedakan dengan tetralogi

fallot. Tekanan didaerah jantung identik dengan tekanan dijantung kiri. Aliran

sirkulasi sistemis 2 : 1 aliran pintas yang besar seperti ini akan mengakibatkan

gagal jantung pada 2-3 bulan. Beberapa klien dapat hidup sampai dewasa muda

atau dewasa tetapi mengalami vaskuler paru obstruktif berat,pulmona infudibular.

Aliran menjadai sangat minimal atau yang kadang-kadang ditemukan juga

memberikan gambaran sindrom Eisenmenger.

3. Etiologi

Menurut Ontoseno (2007) penyakit jantung bawaan bisa disebabkan oleh:

1) Kerusakan genetik atau kromosom

2) Infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes

Simplex)

3) Konsumsi obat-obatan selama kehamilan

4) Penyakit kencing manis yang tidak terkontrol saatkehamilan

5) Konsumsi alkohol

6) Bisa juga timbul tanpa diketahui penyebabnya

4. Faktor resiko penyakit jantung bawaan

Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi atau mendukung terjadinya penyakit

jantung bawaan menurut Latief (2005)antara lain;

1. Pada ibu hamil yang mempunyai penyakit kencing manis tidak terkontrol

Page 11: PKRS Camelia Revisi

2. Usia ibu di atas 40 tahun

3. Adanya riwayat penyakit kelurga yang bisa diturunkan seperti diabetes, down

syndrome dan adanya penyakit jantung dalam keluarga.

4. Ibu yang mengkonsumsi rokok dan alkohol selama masa kehamilan

5. Ibu hamil yang mempunyai kelainan jantung dan muskuloskeletal

6. Ibu hamil yang mempunyai berat badan berlebihan (obesitas)

5. Tanda dan gejala penyakit jantung bawaan

Manifestasi klinis kelainan jantung kongenital sangat bervariasi, tergantung

macam kelainannya. Kelainan yang menyebabkan penurunan aliran darah ke paru

atau percampuran darah berkadar tinggi zat asam dengan darah kotor dapat

menimbulkan sianosis, ditandai oleh kebiruan di kulit, kuku jari, bibir, dan lidah.

Ini karena tubuh tidak mendapatkan zat asam memadai akibat pengaliran darah

kotor ke tubuh. Pernapasan si anak akan lebih cepat dan nafsu makan berkurang.

Daya toleransi gerak yang rendah mungkin ditemukan pada anak yang lebih tua.

Kelainan yang dapat menyebabkan sianosis atau kebiruan adalah penyumbatan

katup pulmonal (antara bilik jantung kanan dan pembuluh darah paru) yang

mengurangi aliran darah ke paru, tertutupnya katup pulmonal (pada muara

pembuluh darah paru) yang menghambat aliran darah dari bilik jantung kanan ke

paru, tetralogi fallot (kelainan yang ditandai oleh bocornya sekat bilik jantung,

pembesaran bilik jantung kanan, penyempitan katup pulmonal dan transposisi

aorta), serta tertutupnya katup trikuspidal (terletak antara serambi dan bilik

jantung kanan) yang menghambat aliran darah dari serambi ke bilik jantung

kanan. Selain itu, gejala kebiruan juga bisa muncul jika terjadi transposisi

pembuluh darah besar, gangguan pertumbuhan ruangan, katup dan pembuluh

darah yang berhubungan dengan sisi jantung kiri, serta kelainan akibat salah

bermuaranya keempat vena paru yang seharusnya ke serambi jantung kiri (Nelson,

2002).

Beberapa jenis kelainan jantung kongenital juga dapat menyebabkan gagal

jantung. Kelainan ini menyebabkan terjadinya aliran darah dari sisi jantung kiri ke

sisi jantung kanan yang secara progresif meningkatkan beban jantung. Gejala dari

gagal jantung berupa menurut Sudarti dan Endang (2010) adalah sebagai berikut:

Page 12: PKRS Camelia Revisi

1) Napas cepat

2) Sulit makan dan menyusu

3) Berat badan rendah

4) Infeksi pernapasan berulang

5) Toleransi gerak badan yang rendah

Termasuk dalam kelainan ini adalah bocornya sekat serambi atau bilik

jantung, menetapnya saluran penghubung antara aorta dan pembuluh darah paru

yang seharusnya tertutup setelah lahir, gangguan pertumbuhan ruangan, katup dan

pembuluh darah yang berhubungan dengan sisi jantung kiri, bocornya sekat antara

serambi dan bilik jantung serta kelainan katup jantung, gagalnya pemisahan

pembuluh darah besar jantung, serta terputusnya segmen aorta. Penyempitan

katup jantung dan pembuluh darah besar kadang kala hanya menimbulkan gejala

ringan. Gejala gagal jantung baru terlihat jika terjadi peningkatan beban jantung

(Nelson, 2010).

Derajat PJB yang berat pada umumnya menunjukkan gejala pada umur 6

bulan pertama dan sering juga pada masa neonatus. Beraneka ragam manifestasi

klinis dapat ditimbulkan, namun ada empat hal gejala yang paling sering

ditemukan pada neonatus dengan PJB, yaitu:

1) Sianosis: adalah manifestasi jelas PJB pada neonatus. Sekali dinyatakan

sianosis sentral bukan akibat kelainankelainan paru-paru, serebral atau

metabolik atau kejadiankejadian perinatal, maka perlu segera diperiksa

untuk mencari PJB derajat berat walaupun tanpa bising jantung.

2) Takipnea: Takipnea adalah tanda yang biasa ditemukan pada bayi dengan

shunt kiri-kanan (misal Ventricular Septal Defect atau PatentDuctus

Arteriosus), obstruksi vena Pulmonalis (anomali total aliran vena

pulmonalis) dan kelainan lainnya dengan akibat gagal jantung misalnya

pada dugaan secara diagnosa klinik,adanya Aorta koarktasi dimana pulsasi

nadi femoralis melemah/tidak teraba.

3) Frekuensi jantung abnormal: takikardia atau bradikardia

4) Bising jantung (Manuaba, 2002).

Page 13: PKRS Camelia Revisi

6. Deteksi dini penyakit jantung bawaan

Penyakit jantung bawaan dapat dideteksi secara dini saat masa kehamilan dengan

cara;

1. Pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan yang rutin selama masa kehamilan

dengan kontrol yang teratur yaitu, Satu kali pada triwulan pertama (sebelum

14 minggu), satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28 minggu), dan dua

kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)

(Manuaba, 2002)

2. Pemeriksaan antenatal juga dapat mendeteksi adanya PJB pada janin dengan

ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini sangat tergantung dengan saat

dilakukannya USG, beratnya kelainan jantung dan juga kemampuan dokter

yang melakukan ultrasonografi. Umumnya, PJB dapat terdeteksi pada saat

USG dilakukan pada paruh kedua kehamilan atau pada kehamilan lebih dari

20 minggu. Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan jantung pada janin,

maka penting untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan fetal

ekokardiografi. Dengan pemeriksaan ini, gambaran jantung dapat dilihat

dengan lebih teliti (Arief dan Kristiyanasari, 2009)

7. Cara pencegahan (Rahayoe, 2006)

1. Kenali faktor risiko pada ibu hamil yaitu penyakit gula maka kadar gula darah

harus dikontrol dalam batas normal selama masa kehamilan, usia ibu di atas

40 tahun, ada riwayat penyakit dalam keluarga seperti diabetes, kelainan

genetik down sindrom , penyakit jantung dalam keluarga. Perlu waspada ibu

hamil dengan faktor resiko meskipun kecil kemungkinannya.

2. Pencegahan dapat dilakukan pula dengan menghindarkan ibu dari risiko

terkena infeksi virus TORCH (Toksoplasma, Rubela, Sitomegalovirus dan

Herpes). Skrining sebelum merencanakan kehamilan. Skrining ini yang juga

dikenal dengan skrining TORCH adalah hal yang rutin dilakukan pada ibu-

ibu hamil di negara maju, namun di Indonesia skrining ini jarang dilakukan

oleh karena pertimbangan finansial. Lakukan imunisasi MMR untuk

mencegah penyakit morbili (campak) dan rubella selama hamil.

Page 14: PKRS Camelia Revisi

3. Konsumsi obat-obatan tertentu saat kehamilan juga harus dihindari karena

beberapa obat diketahui dapat membahayakan janin yang dikandungnya.

Penggunaan obat dan antibiotika bisa mengakibatkan efek samping yang

potensial bagi ibu maupun janinnya. Penggunaan obat dan antibiotika saat

hamil seharusnya digunakan jika terdapat indikasi yang jelas. Prinsip utama

pengobatan wanita hamil dengan penyakit adalah dengan memikirkan

pengobatan apakah yang tepat jika wanita tersebut tidak dalam keadaan

hamil. Biasanya terdapat berbagai macam pilihan, dan untuk alasan inilah

prinsip yang kedua adalah mengevaluasi keamanan obat bagi ibu dan

janinnya

4. Hindari paparan sinar X atau radiasi dari foto rontgen berulang pada masa

kehamilan

5. Hindari paparan asap rokok baik aktif maupuin pasif dari suami atau anggota

keluarga di sekitarnya.

6. Hindari polusi asap kendaraan dengan menggunakan masker pelindung agar

tidak terhisap zat – zat racun dari karbon dioksida.

7. Hindari konsumsi jamu-jamuan.

8. Penatalaksanaan PJB (Rahayoe, 2006)

1) Istirahat, dimana kerja jantung tidak normal harus dikurangi beberapa

kegiatan anak seperti bedres total, dengan istirahat anak dapat mengurangi

gejala PJ pada anak.

2) Digitalisasi, dengan memperlambat, memperkuat kontraksi otot dan

menignggiknan curah jantung.

3) Diuretikum, untuk bekerja pada bagian korteks serebri

4) Diet , diberikan pada anak makanan yang lunak dan rendah garam sesuai

kebutuhan anak.

5) Pengobatan penunjang

a. Oksigen, diberikan 40-50% dan suhunya 37 C0 dan aliran nya 4-5

l/menit.

b. Penenang, seperti atonorfin dan dianjurkan untuk anak yang gelisah.

Page 15: PKRS Camelia Revisi

c. Posisi, bayi ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi dari badan

dengan posisi 20 Cm.

d. Korensi gangguan asam basa dan elektrolit,

e. Antibiotika,

f. Rotating forniquit

g. Seksi vena, vena yang dicari dikaki untuk pemberian cairan karena vena-

vena yang lain sudah tidak mungkin lagi dilakukan pemberian cairan.

Page 16: PKRS Camelia Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Arief, I. 2007. Penyakit jantung bawaan. http://www.cyntiasari.com. Diakses Tanggal: 1 Juli 2010.

Arief dan Kristiyanasari, Weni, 2009. Neonatus dan asuhan keperawatan anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

British heart foundation. 2009. Beating heart desease together. http:// www .nhlbi.nih.gov . Diakses Tanggal: 1 Juli 2010.

Latief , dkk. 2005. Ilmu Kesehatan Anak ,buku kuliah 2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. 2002. Jakarta: EGC.

Maryunani, Anik. Dkk. 2002. Asuhan Kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus. Jakarta: Trans info Media

Nelson, (2000), Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.

Ngustiyah. 2005. Perawatan anak Sakit edisi 2. Jakarta: EGC.

Ontoseno, Teddy. 2007. Deteksi dini penyakit jantung bawaan pada bayi untuk indikasi pembedahan. http://www.majalah-farmacia.com. Diakses tanggal: 7 Juni 2010.

Prawirohardjo sarwono, 1999. Ilmu Kebidanan edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rahayoe, A. 2006. Penanganan medis pada penyakit jantung bawaan. http:// www .indonesiaindonesia.com . Diakses Tanggal: 1 Juli 2010.

Sudarti dan Endang. 2010. Kebidanan Neonatus, bayi dan anak balita untuk mahasiswa kebidanan. Yogyakarta: numed .

Page 17: PKRS Camelia Revisi

Daftar Hadir Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Mahasiswa Di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tanggal 21 Oktober 2015

NO NAMA ALAMAT TTD

Page 18: PKRS Camelia Revisi

Daftar Pertanyaan Kegiatan Penyuluhan Mahasiswa Di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tanggal 21 Oktober 2015

NO NAMA PERTANYAANTERJAWAB

YA TIDAK

Page 19: PKRS Camelia Revisi
Page 20: PKRS Camelia Revisi

Lembar Evaluasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Mahasiswa Di Ruang Camelia RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Tanggal 21 Oktober 2015

Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasila. Kontrak waktu dan

tempat dilaksanakan 2 hari sebelum acara dilakukan ( )

b. Pembuatan satuan acara penyuluhan dan flip chart ( )

c. Pesertahadir ditempat yang telah ditentukan ( )

d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan dilaksanakan ( )

Pemnbukaan :a. Mengucapkan

salam dan memperkenalkan diri ()

b. Menyampaikan tujuan dan maksud kegiatan()

c. Menjelaskan kontrak waktu dan mekanisme kegiatan ( )

d. Menyebutkan materi yang akan diberikan ( )

Pelaksanaan :a. Menggali

pengetahuan dan pengalaman pasien dan keluarga mengenai TB paru ( )

b. Menjelaskan pengertian TB

c. Peserta antusias terhadap materi yang diberikan( )

d. Peserta mendengarkan dan memperhatikan materi yang diberikan ( )

e. Peserta yang datang sejumlah 10 orang atau lebih ( )

f. Acara dimulai tepat waktu ( )

Page 21: PKRS Camelia Revisi

paru ( )c. Menjelaskan

tanda gejala TB paru ( )

d. Menjelaskan manajemen TB paru ( )

e. Menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan keluarga ( )

Evaluasi :a. Menanyakan

kembali kepada peserta materi yang telah dijelaskan ( )

b. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan ( )

g. Peserta dapat megikuti kegiatan sesui dengan aturan yang telah dijelaskan ( )

h. Peserta mampu menjawab dengan benar 50% dari pertanyaan penyaji ( )