18
DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.....................................................2 1.1 Latar Belakang............................................... 2 1.2 Tujuan....................................................... 3 II. POLA TANAM.....................................................4 2.1 Bentuk pola tanam............................................ 4 2.2 Syarat Tumbuh Ubi Kayu.......................................6 2.2.1 Iklim.................................................... 6 2.2.2 Media Tanam.............................................. 6 2.2.3 Ketinggian Tempat........................................6 2.3 Syarat Tumbuh Kacang Tanah...................................6 2.3.1 Iklim.................................................... 6 2.3.2 Media Tanam.............................................. 7 2.3.3 Ketinggian Tempat........................................7 2.4 Pola Tanam Tumpangsari Ubi Kayu Dengan Kacang Tanah.........7 2.4.1 Pola Tanam Tumpang Sari..................................7 2.4.2 Tumpang Sari Ubi Kayu dengan Kacang Tanah................8 2.5 Pemecahan Masalah........................................... 9 III. KESIMPULAN...................................................10 3.1 Kesimpulan.................................................. 10 3.2 Saran....................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA....................................................11 1

Pola Tanam Tumpangsari ubi kayu.docx

Embed Size (px)

Citation preview

DAFTAR ISII. PENDAHULUAN21.1 Latar Belakang21.2 Tujuan3II. POLA TANAM42.1 Bentuk pola tanam42.2 Syarat Tumbuh Ubi Kayu62.2.1 Iklim62.2.2 Media Tanam62.2.3 Ketinggian Tempat62.3 Syarat Tumbuh Kacang Tanah62.3.1 Iklim62.3.2 Media Tanam72.3.3 Ketinggian Tempat72.4 Pola Tanam Tumpangsari Ubi Kayu Dengan Kacang Tanah72.4.1 Pola Tanam Tumpang Sari72.4.2 Tumpang Sari Ubi Kayu dengan Kacang Tanah82.5 Pemecahan Masalah9III. KESIMPULAN103.1 Kesimpulan103.2 Saran10DAFTAR PUSTAKA11

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Intensifikasi pertanian adalah usaha untuk mengoptimalkan lahan pertanian yang ada (Ahira, 2011). Selanjutnya Guritno (1996) cit Widiwurjani, (1999) menyatakan bahwa upaya ekstensifikasi peluangnya kecil karena terbatasnya lahan pertanian produktif. Dengan demikian upaya intensifikasi merupakan pilihan yang perlu terus dikembangkan, yang pelaksanaannya dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk sistem tanam tumpangsari. Warsana ( 2009) menyatakan sistem tanam tumpangsari adalah salah satu usaha sistem tanamdimana terdapat dua atau lebih jenis tanaman yang berbeda ditanam secara bersamaan dalam waktu relatif sama atau berbeda dengan penanaman berselangseling dan jarak tanam teratur pada sebidang tanah yang sama.Pada umumya sistem tumpangsari lebih menguntungkan dibandingkan sistem monokultur karena produktivitas lahan menjadi tinggi, jenis komoditas yang dihasilkan beragam, hemat dalam pemakaian sarana produksi dan resiko kegagalan dapat diperkecil (Beets, 1982). Disamping keuntungan di atas, sistem tumpangsari juga dapat memperkecil erosi, bahkan cara ini berhasil mempertahankan kesuburan tanah (Ginting dan Yusuf, 1983). Keuntungan agronomis dari pelaksanaan sistem tumpangsari dapat dievaluasi dengan cara menghitung nisbah kesetaraan lahan. Nisbah kesetaraan lahan > 1 berarti menguntungkan (Beets, 1982). Produktivitas lahan pada sistem tumpangsari dihitung berdasarkan nisbah kesetaraan lahan (NKL). Tanaman yang saling menguntungkan maka nilai NKL didapat lebih dari satu. Apabila salah satu spesies tanaman tertekan (tidak saling menguntungkan) maka nilai NKL kurang dari satu. Produksi tumpangsari antara jagung dengan kacang hijau menunjukkan nilai NKL 1.50 ini berarti diperoleh efisiensi penggunaan lahan sebesar 50% (Anonim, 2011).Pola sistem tumpangsari mengakibatkan terjadi kompetisi secara intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Tetapi bagaimana sistem tumpangsari dapat meminimalkan kompetisi diantara tanaman atau dapat saling mendukung untuk pertumbuhan dan produksi dan meningkatkan produktivitas per satuan luas lahan (Francis, 1986 cit Ridwan, 1992).Ketika dua atau lebih jenis tanaman tumbuh bersamaan akan terjadi interaksi, masing-masing tanaman harus memiliki ruang yang cukup untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi. Oleh karena itu, dalam tumpangsari perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu (1) pengaturan jarak tanam, (2) populasi tanaman, (3) umur panen tiap-tiap tanaman, (4) arsitektur tanaman (Sullivan, 2003 cit Suwarto et al., 2005) .Tinggi dan lebar tajuk antara tanaman yang ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan (Supriyatman, 2011). Tanaman yang di tumpangsarikan juga harus memperhatikan kemampuannya dalam penyerapan unsur hara. Pilihlah tanaman yang mempunyai akar dalam dan tanaman yang berakar dangkal. Hal ini untuk menghindari persaingan unsur hara dari dalam tanah (Bangun, 1995)

1.2 Tujuan Untuk mengetahui besaran produksi tanaman tumpang sari ubi kayu dan kacang tanah Untuk mengetahui besaran efisiensi penggunaan lahan yang terbatas.

II. POLA TANAM2.1 Bentuk pola tanam

Pola Tanam terdiri dari 2 macam yaitu : MonokulturPertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar mempercepat penyebaran organisme pengganggu tanaman (OPT, seperti hama dan penyakit tanaman).Sistem Monokultur ini dibagi menjadi 2:1. Sequential CroppingPenanaman dua tanaman atau lebih pada sebidang lahan pada waktu yang berbeda dalam satu tahun. Tanaman kedua ditanam sesegera mungkin setelah tanaman pertama dipanen. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan intensitas lahan.2. Rotasi TanamRotasi tanaman ialah menanam tanaman secara bergulir di suatu lahan pertanian. tanaman ditanam secara berselang seling untuk memberikan waktu pada tanah mengembalikan kesuburannya. Tanah yang subur memberikan keuntungan yang banyak bagi makhluk hidup terutama yang tinggal di permukaan tanah. PolikulturPolikultur merupakan penanaman lebih dari satu jenis tanaman pada satu lahan yang sama pada suatu waktu tertentu yang bersamaan ataupun tidak bersamaan.Pola tanam polikultur, ada bermacam-macam bentuknya, yaitu :a) Sequential cropping (tanam bergiliran), adalah usaha menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara berurutan pada tanah yang sama dalam waktu satu tahun. Dimana setiap musim tanam, petani hanya mengelola satu jenis tanaman.b) Intercropping (tanam tumpangsari), adalah menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama pada lahan yang sama, dimana setiap musim tanam, petani mengelola lebih dari satu jenis tanamaa pada lahan yang sama.Ada beberapa macam intercropping :1. mixed intercropping (tanaman campuran)Yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak dengan tidak memperhatikan jarak tanam/ pola yang tidak teratur.2. row intercropping Yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak dengan jarak tanam tertentu (satu jenis tanaman atau lebih ditanam dalam barisan).3. strip intercropping (pertanaman berjalur)Yaitu menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak dengan satu macam tanaman ditanam dalam jalur-jalur tersendiri yang disusun secara berselang-seling. Bila dilakukan di lahan yang miring (lereng), mengikuti garis kontour, yang disebut pertanaman sabuk gunung (contour cropping).4. relay intercropping (pertanaman tumpang gilir)Yaitu suatu pertanaman yang terdiri atas dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam secara bergiliran. Tanaman kedua ditanam di antara baris tanaman pertama, setelah tanaman pertama berbunga tetapi sebelum dipanen. (menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak selama sebagian dari daur hidup masing-masing tanaman (tanam bersisipan).5. multi-storey cropping (pertanaman bertingkat)Yaitu pertanaman berbentuk kombinasi antara pohon dengan tanaman lain yang berhabitus lebih pendek. Kombinasi antara pohon berupa tanaman kehutanan dengan tanamana berhabitus pendek yang berupa tanaman pertanian, yang disebut agro-forestry.6. alternating bed system (sistem surjan)Sistem pertanaman yang terdiri atas dua jenis tanaman atau lebih, yang ditanam pada sebidang lahan yang dibentuk menjadi dua ketinggian, bagian yang tinggi (tabukan) dan yang rendah (ledokan) secara berselang-seling. Bagian yang tinggi biasanya berfungsi sebagai tegalan, sedang bagian yang rendah sebagai sawah.

2.2 Syarat Tumbuh Ubi Kayu2.2.1 Iklima) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500mm/tahun.b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hariterutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.2.2.2 Media Tanama) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstrukturremah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.2.2.3 Ketinggian TempatKetinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10700 mdpl, sedangkan toleransinya antara 101.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

2.3 Syarat Tumbuh Kacang Tanah2.3.1 Iklima) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan rontok dan bunga tidak terserbuki oleh lebah. Selain itu, hujan yang terus-menerus akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.b) Suhu udara bagi tanaman kacang tanah tidak terlalu sulit, karena suhu udara minimal bagi tumbuhnya kacang tanah sekitar 2832 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, bahkan jadi kerdil dikarenakan pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.c) Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman.d) Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.2.3.2 Media Tanama) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah jenis tanah yang gembur/bertekstur ringan dan subur.b) Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,06,5.c) Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.2.3.3 Ketinggian TempatKetinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman kacang tanah adalah pada ketinggian antara 500 m dpl. Jenis kacang tanah tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.2.4 Pola Tanam Tumpangsari Ubi Kayu Dengan Kacang Tanah2.4.1 Pola Tanam Tumpang SariUntuk meningkatkan produksi pertanian, optimalisasi produktivitas lahan menjadi prioritas dalam pengembangan budidaya pertanian (Direktorat Jendral Pangan dan Hortikultura, 1996). Salah satu bentuk dari optimalisasi produktivitas lahan adalah dengan pola tanam tumpang sari. Tumpang sari adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih pada sebidang tanah dalam waktu yang sama (Andrews dan Kassam, 1979 dalam Suwena, 2002). Tujuan dari pola tanam tumpang sari adalah untuk memanfaatkan faktor produksi yang dimiliki petani secara optimal (diantaranya keterbatasan lahan, tenaga kerja, modal kerja), pemakaian pupuk dan pestisida lebih efisien, mengurangi erosi, konservasi lahan, stabilitas biologi tanah dan mendapatkan produksi total yang lebih besar dibandingkan penanaman secara monokultur (Tharir dan Hadmadi, 1984).Keuntungan pola tanam tumpang sari selain diperoleh frekuensi panen lebih dari satu kali dalam setahun, juga berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah. Pola tanam tumpang sari dalam implementasinya harus dipilih dua atau lebih tanaman yang cocok sehingga mampu memanfaatkan ruang dan waktu seefisien mungkin serta dapat menurunkan pengaruh kompetitif sekecil-kecilnya (Prajitno, 1988 dalam Safuan et al., 2008). Francis (1986) menyatakan bahwa tingkat produktivitas tanaman tumpang sari lebih tinggi dengan keuntungan panen antara 20 - 60% dibandingkan pola tanam monokultur.2.4.2 Tumpang Sari Ubi Kayu dengan Kacang TanahPola tumpangsari dilakukan dengan mengatur jarak tanam ubi kayu sedemikian rupa sehingga ruang diantara barisan ubi kayu dapat ditanami dengan tanaman lain (kacang tanah). Pengaturan jarak tanam ubi kayu diistilahkan dengan double row (baris ganda). Ada beberapa pengaturan baris ganda pada ubi kayu, diantaranya adalah Jarak tanam baris ganda 2,6 mPada baris ganda 2,6 m ini, tanaman ubi kayu ditanam dengan jarak tanam 0,6 m x 0,7 m x 2,6 m. Dimana 0,6 m merupakan jarak antar barisan dan 0,7 m merupakan jarak di dalam barisan, sedangkan 2,6 m merupakan jarak antar baris ganda ubi kayu. Pada jarak antar baris ganda ubi kayu ini dapat ditanami dengan kacang tanah.0.6m

xxxxxx

0.7m

0.1mxx

ooooooooooooooooo0.7m

0.4m

ooooooooooooooooo

0.4mooooooooooooooooo

0.4mooooooooooooooooo

0.7m

xxxxxxxx

0.7m

Keterangan : X = Ubi kayu, O = Kacang tanahAdapun proses tumpang sari baris ganda ubi kayu dengan tanaman kacang tanah secara ringkas adalah sebagai berikut: 1. Penyiapan lahan hingga siap tanam 2. Tanam kacang tanah 10-14 hari sebelum tanam ubi kayu dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm dan 1 tanaman/rumpun. 3. Pemupukan tanaman kacang tanah dengan 50 kg Urea dan 250 kg pupuk Ponska yang diberikan bersamaan tanam. 4. Tanam ubi kayu dengan baris ganda jarak tanam 2,6 x (0,6 x 0,7) m. Jarak tanam 0,6 x 0,7 m adalah jarak antar baris ganda ubi kayu dan 2,6 m adalah jarak di antara dua baris ganda ubi kayu. Pada lorong di antara barisan kembar ubi kayu terdapat 7 baris tanaman kacang tanah. 5. Pemupukan ubi kayu dengan dosis pupuk 200 kg Urea dan 300 kg pupuk Ponska. Pupuk diberikan dua kali, masing-masing setengah dosis pada saat tanam dan sisanya diberikan bersamaan dengan panen kacang tanah. 6. Produksi ubi kayu secara monokultur dapat menghasilkan 24 t/ha, sedangkan ubi kayu secara tumpang sari menghasilkan 22 t/ha. Untuk produksi kacang tanah secara monokultur dapat menghasilkan 2,6 t/ha, sedangkan secara tumpang sari menghasilkan 2,4 t/ha2.5 Pemecahan MasalahUntuk mengevaluasi keuntungan atau kerugian yang ditimbulkan dari pola tanam tumpang sari ubi kayu dengan kacang tanah dapat dihitung dari Area Time Equivalency Ratio (ATER). ATER = = 1,14

ATER pada sistem tumpangsari diatas menunjukkan >1 bahwa tanaman jagung dan kacang tanah lebih menguntungkan jika ditanam secara tumpangsari dibandingkan dengan menanam secara tunggal pada luas lahan yang sama.

III. KESIMPULAN 3.1 KesimpulanSistem tumpangsari ubikayu dengan kacang tanah mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: (1) Meningkatkan C-organik tanah, juga dapat memperbaiki sifat kimia tanah lainnya, (2) Tanaman kacang-kacangan dapat menyumbangkan sekitar 30 % N hasil dari proses fiksasi N kepada tanaman lainnya dalam sistem tumpangsari maupun rotasi. Tambahan dari residu akar tanaman legume sekitar 5-15 kg N/ha, (3) Menurunkan erosi sekitar 48% dan hasil umbi 20% lebih tinggi dibandingkan dengan hasil ubikayu monokultur, (4) Meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan pendapatan petani, (5) Menjamin ketersediaan pakan ternak dan (6) Menjamin kelestarian lahan dan stabilitas hasil.Di samping mempunyai beberapa keuntungan, sistem tumpangsari juga mempunyai kelemahan diantaranya adalah terjadinya kompetisi cahaya dan hara antara tanaman utama dan tanaman sela. Adanya kompetisi tersebut dapat menurunkan produktivitas tanaman utama dan tanaman sela. Dampak negatif dari pengaruh kompetisi tersebut dapat dikurangi dengan cara: (1) menyediakan hara sesuai kebutuhan tanaman utama dan tanaman sela, (2) menanam varietas yang daya kompetisinya tinggi, (3) mengatur populasi tanaman agar optimal, dan (4) memperpendek periode kompetisi. Periode kompetisi dapat diperpendek dengan mengatur jadwal tanam antara tanaman utama dan tanaman sela, hasil ubikayu dan kacang-kacangan mencapai 85% dan 90% dibanding tanam monokultur jika ubikayu ditanam pada 1 hingga 2 minggu setelah tanam kacang-kacangan.3.2 SaranDalam penanaman tumpangsari terutama ubi kayu dan kacang tanah, sebaiknya lebih memperhatikan aspek-aspek lain seperti serangan hama penyakit, dan juga harga jual komoditas.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kompetisi inter dan intra spesifik sebagai faktor pembatas biotik. BPTP. MalangAhira, A. 2011. Hasil melimpah dengan penerapan intensifikasi pertanian(http://www.anneahira.com/intensifikasi-pertanian.htm) Bangun,Y.N. 1995. Tumpangsari jagung dengan yute. Pusat perpustakaan dankomunikasi penelitian dan balai informasi pertanian . LampungBeets, W.C. 1982. Multiple cropping and tropical farming system . Gower PublCo., ChicagoDirektorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1999. Kebijakan pengembangan tanaman benih langsung padi sawah. Makalah Seminar Nasional.Francis, C. A. 1986. Multiple Cropping System. Macmillan Publishing Company, New York.Ginting, A.N. dan H. Yusuf. 1983. Aliran permukaan dan erosi pada lahan beberapa jenis tanaman dan hutan. Puslithut. Garut.Ridwan M. 1992. Pengaruh jumlah benih jagung per lubang tanam dalam polatumpangsari jagung dengan kedelai terhadap produksi dan nisbahkesetaraan lahan. Pendidikan Pasca Sarjana KPK-UNAND Padang.Supriyatman, B. 2011. Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan KacangTanah. Karya IlmiahSuwarto, S. Yahya, Handoko, M. A. Chozin. .2005 .Kompetisi tanaman jagungdan ubi kayu dalam sistem tumpangsari. USU. MedanSuwena, M. 2002. Peningkatan produktivitas lahan dalam system pertanian akrab lingkungan. Institut Pertanian Bogor. 20 April 2008).Tharir, M dan Hadmadi. 1984. Populasi Gilir (Multiple Croping). Yasaguna, Jakarta.Widiwurjani, W. H. Nugroho, B. Guritno. 1999.Kompetisi tanaman bawang daun(Allium fistulosum) dan jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) padasistim tumpangsari akibat pengaturan penanaman. Fakultas Pertanian,UnibrawWarsana.2009. Introduksi teknologi tumpangsari jagung dan kacang tanah.BPTP. Jawa Tengah.11