Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Politik Hukum Kebijakan Otonomi Khusus,
dengan Pembentukan “Perdasus Pengakuan dan
Perlindungan Masyarakat Adat Papua Perspektif
Human Security”Jawahir Thontowi
Guru Besar Ilmu Hukum
Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
SISTEMATIKA PEMBAHASAN
1.Pendahuluan
2. Hak Konstitusional Masyarakat Adat
3.Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat TerhadapMasyarakat Papua
4.Perjuangan Politik dan Hukum Belum Usai
5.Idealnya Perdasus Pengakuan dan Perlidungan MasyarakatPapua Berbasis Human Security, PBB
6.Penutup
1. PENDAHULUAN
a. Era Reformasi NKRI sejak 1998, telah memberikan harapan dan optimisme, karena tidak saja ditandai
dilakukakannya amandemen UUD 1945, yang berubah secara fundamental karena kekuasaan Pemerintahan
yang sentralistik berubah menjadi desentralisasi,dan bahkan dengan manganut desentralisasi asimetri.
b. Pasal 18 B ayat (1 dan 2), merupakan landasan konsitusional lahirnya, asymetric decentralization, oleh
karena paham monism “keseragaman bentuk pemerintahan telah menjadi penyebab ketidakadilan, baik
dalam kaitannya dengan distribusi APBN/APBD, dan eksploitasi SDM. Utamanya dari ujung barat Provinsi
Aceh, dan di ujung timur adalah Papua.
c. Formasi yang menawakan harapan dan optimisme tersebut, terbukti tidak secara keseluruhan melahirkan
pembangunan ekonomi yang mensejahterakan secara sosial ekonomi. Provinsi Daerah Istimewa Aceh
Darussalam dengan UU No. 4 2002 dan UU No.11 2011 telah mengalami perubahan tertib, aman dan lebih
sejahtera, namun dalam waktu yang hampir sama Provinsi Dearah Khusus Papua, belum banyak
mengalami perubahan signifikan, kecuali terpisahnya Papua dengan Papua Barat, di Manokwari.
d. Politik Hukum dimaknai sebagi kebijakan untuk menentukan pilihan, cara atau pendekatan hukum, yang
diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu menciptakan kesejehteran sosial, ekonomi, kebudyaan ketertiban
dan kemanan di tanah Papua.
2. HAK HAK KONSTITUSIONAL
MASAYARAKAT ADAT
Pasal 18B ayat (2) UUD NRI 1945 kemudian memberikan pengakuan dan
penghormatan terhadap kesatuan MHA beserta Hak-hak tradisionalnya harus
didasarkan pada syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sepanjang masih hidup; Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Diatur dalam undang-undang.
• Pasal 281 ayat (3), yaitu identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati
selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban,
• Sifat Normanya, Fakultatif (conditional norms), bukan norma imperatif
Pendekatan Human Security
Pada 1994, Koffi Annan, UNDP memperkenalkan istilah human security dalam laporannya, 1994 Human Development
Report (HDR). Pendekatan yang bertumpu pada dua kebebasan pokok, yaitu “freedom from fear” dan “freedom from want”.
Keduanya terdapat di Universal Declaration of Human Rights 1948 (UDHR). Tahun 2012 Majelis Umum PBB menyepakati
menjadi Sumber Hukum Internasional melalui Resolusi Nomor 66/290 yang menguatkan human security suatu kesepakatan
Multilateral. (Human Development Report (HDR) 1994, UNDP.
1. KEAMANAN EKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN
2. KEAMANAN DAN KETAHANAN KESEHATAN, WHO 2016 LIFE EXPECTACY
4. LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
5. KEMANAN BAGI DIRI PRRIBADI BAIK DARI KIMINALISASI NEGARA MAUPUN DARI KECELAKAAN
6. KEMANAN KELOMPOK, KELUARGA, SUKU, AGAMA DAN ORGANISASI
7. KEAMANAN POLITIK, SEHINGGA TERJADI PELANGGARAN HAM
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, Pasal 61 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
wiayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil
UU Nomor 18 Tahun 2004 tentang
Perkebunan, hakPengelolaan atas
Ladang
UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air Pasal 6 ayat (3) HakUlayat
UU UU 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH
KONSTITUSI Pengakuandan Perlindungan Hak
... dalam Pasal 51
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan
UU No 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Lingkungan hidup
PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN
DALAM UU SEKTORAL
RASIONALISASI RUU PMA
1. FILOSOFIS PANCASILA , KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB,
SOSIOLOGIS FAKTUAL kongres AMAN, RUU PMHA, dan banyaknya Tanah ulayat yang pindah
tangan, ribuan putusan PN/PT/ MA tidak adayang memihak MHA
UU Sektoral utamanya terkait pertambagan, SDA, Perkebunan, Minerba, dan perusahan
asing memarjinalkan MHA
Membentuk UU PMA Wajib Pasal 18B ayat (2)
Jika tidak dilindungi dengan UU, ketidakadilanakan berakibat MHA sebagai ancaman
Ketahanan Nasonal
POLITIK HUKUM OTONOMI
KHUSUSUS PAPUA
PERDASUS BUKAN MEUPAKAN A TOOL OF SOCIAL ENGINEERING
UU OTONOMI NO 21/2001 KHUSUS PAPUA, TANPA
PERPEM
POLITIK HUKUM NASIONALPERJUANGAN RUU PMA 2007- HINGGA
KINI BELUM KLAR
CONDITIO SINE QUANONA DAN BASIS
HUMAN SECURIY
TANTANGAN IMPLEMENTASI OTONOMI KHUSUS PAPUA
FAKTOR EKSTERNAL
• Tidak ada Peraturan Pemerintah ttg UU Otonomi Khusus Papua
• Penegakan Hukum dan KedaulatanPertahanan Negar yang Ambivalen, Gerombolan Kriminal Bersenjata(Separatis OPM)
• Kampanye OPM oleh Benny Wenda, di Oxford University. London, dan di Organisasasi Kepulauan Pacific
• Pendekatan Keamanan oleh TNI masihterasa dominan
FAKTOR INTERNAL
• Warga Papua masih terpinggirkan oleh birokrasikarana Sistem Kekerabatan berakibat absennyanilai-nilai meritokrasi dan profesionalisme.
• Terbatasnya SDM terdidik sehingga tidakmampu bersaing dari nilai meritoktarsi danprofesionlisme
• Tingginya tingkat penyalahgunaan kewenangan, melalui praktek korupsi di lingkaran birokrasisehingga peran Pemda tidak berdampak padapelayanan yang mensejahterakan rakyatnya.
• Banyaknya Perdasus yang disyahkan sebatasmengekui legalitas status Institusi MasyarakatAdat, belum pada kewajiban memperjuangkantercapainya hak-hak rakyat.
1. Cash and Cary dari PemerintahPemerintah Kabupaten dengan BRI (Bank Rakyat Indonesia) memberikan ATM kepaa
ibu-ibu
2. Fasilitas pendidikan dan School BusTransport agar tidak lagi digunakan alasanmembantu Or Tua bekerja di ladang.
3. Layanan Kesehatan Keliling, rutin periodikdilaksanakan. Flying Doctors, Australia, New
Zealand, Malaysia.
Prosedur dan mekanismePeradilan Adat
4. Hak-Hak Masyarakat Adat terhadap Tanah danModel Pelepasan Tanah Scara Adat .
IdealnyaPERDASUS
KESRA berbasishuman security
PENUTUP1. Jaminan Konstitusional Pasal 18 B ayat (2) UUD 1945, yang didukung begitu banyak UU sektoral, namun terbukti belum
memberikan fungsi efektif mengingat norma yang tersedia tampak tidak sepenuh hati, karena norma bersifat kondisional,
seharusnya norma imperative.
2. Idealnya ke depan Perdasus Papua, selain memenuhi kriteria mengkomodir kepentingan publik, Perdasus seharusnya
memenuhi keniscayaan pada pendekatan human security sebagi program kongkrit berkelanjutan: (1) kewajiban Pemda
melakukan pengentasan kemiskinan, dengan BLT Cash and Carry yang diberikan kepada ibu-ibu, agar uang tersebut
hanya digunakan untuk menyediakan makan, minum, dan kebutuhan rumah tangga yang sehat dan higinis. Agar anak-
anak mereka menjadi cerdas dan bermentalitas terdidik; (2) peningkatan kesehatan anak-anak, mulai dari ibu hamil,
dngan upaya menunurunkan kematian bayi dan ibu-ibu karena kurang gizi. Pentingnya pelayanan kesehatan, secara
proaktif melalui proaktif menjenguk warga di berbagai pelosok desa.
3. Untuk mencapai suatu Perdasus yang applicable dan mensejahterakan maka dengan intervensi Pemerintah Pusat
menciptakan ketertiban dan keamanan melalui upaya diturunkannya frekuensi pedekatan keamanan oleh TNI dan
menggantinya dengan model pembangunan partisipatif yaitu dengan pelibatan masyarakat adat dalam aspek playanan
publik, sebagai mitra pemerintahan desa.***