Upload
ventypuspitasari
View
90
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Portofilio about IWRM - Sumber Daya Air Tugas 1
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ketika dunia dikejutkan dengan fakta bahwa, setiap delapan detik seorang anak
meninggal dunia karena penyakit terkait air dan 80% penyakit di negara berkembang
disebabkan karena kontaminasi air (data UNEP). Kemudian, sekitar dua juta ton limbah
dibuang ke sungai dan danau setiap harinya, satu liter limbah dapat mencemari delapan
liter air bersih, dan jika pencemaran air terus berlanjut, dunia akan kehilangan 18.000 km 3
air bersih pada 2050 (UN World Water Development Report, 2009), maka tercetuslah
IWRM sebagai konsep pengelolaan sumber daya air untuk menghadapi persoalan tersebut.
IWRM adalah proses yang mengutamakan fungsi koordinasi dan pengelolaan air,
tanah dan sumber daya terkait untuk memaksimalkan hasil secara ekonomis dan
kesejahteraan sosial dalam pola yang tidak mengorbankan keberlangsungan ekosistem vital
(Global Water Partnership-Technical Advisory Committee, 2000).
Pendekatan terpadu pada pengelolaan sumber daya air akan mengedepankan
kemajuan penggunaan sumber daya air, dan memupuk keberlangsungan sumber daya air
dan kesetaraan sesama pemangku kepentingan. Selain itu, pengelolaan sumber daya air
secara menyeluruh dan terpadu lintas sektor dalam kerangka kebijakan sosial ekonomi
nasional adalah sungguh penting.
Karena air adalah elemen vital yang menunjang kehidupan dan pembangunan,
maka pengelolaan berkesinambungan harus mempertimbangkan faktor sosial ekonomi dan
lingkungan. IWRM adalah proses utama dimana berbagai faktor terhubung, sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan dari berbagai level dalam kerangka koordinasi dan
perencanaan lintas sektor dari berbagai kalangan terkait.
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam portofolio IWRM ini yaitu;
a. Bagaimana sejarah diterbitkannya IWRM;
b. Apa pengertian IWRM;
c. Bagaimana konsep dan prinsip-prinsip IWRM;
d. Bagaimana sistem dan kelembagaan IWRM di Indonesia
e. Teknologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia
1.3. Tujuan Penulisan
IWRM merupakan tolak ukur yang penting dalam manajemen sumber daya air.
Oleh karena itu tujuan penulisan portofolio IWRM yakni;
a. Mengetahui alasannya diterbitkannya IWRM;
b. Mengetahui pengertian IWRM;
c. Mengetahui konsep dan prinsip-prinsip IWRM;
d. Mengetahui sistem dan kelembagaan IWRM di Indonesia;
e. Melakukan pengelolaan, pengendalian sumber daya air dan pencegahan serta
perbaikan daya rusak air sesuai dengan konsep IWRM.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian IWRM
2.1.1.Asal – usul IWRM
Pada sejumlah negara, pengelolaan air telah dilembagakan secara canggih dan
terintegrasi selama berabad-abad. Di Valencia Spanyol misalnya, pemilik sumber daya
air telah berpartisipasi sejak abad kesepuluh.Embid (2003) juga menulis bahwa Spanyol
adalah negara pertama yang mengatur pengelolaan air berdasarkan DAS, karena
mengadopsi sistem confederaciones hidrográficas pada tahun 1926. Pada tahun 1940,
pengelolaan sumber daya air bermula ketika Tennessee Valley Authority mulai
mengembangkan sumber daya air untuk daerah (Barkin & King, 1986; Tortajada 2004).
Contoh selanjutnya terjadi pada tahun 1960 di Hessen Jerman, di mana perencanaan
manajemen sumber daya terpadu disiapkan berdasarkan pendekatan berbagai macam
disipilin ilmu (Berg, 1960, dikutip dalam Kaitera, 1963). Dari beberapa contoh negara di
atas, selama beberapa dekade terakhir telah ada upaya serius untuk menerapkan
pengelolaan air di berbagai wilayah global.
2.1.2.Definisi IWRM
Definisi IWRM yang diberikan oleh Global Water Partnership ialah suatu proses
yang mempromosikan upaya – upaya secara terkoordinasi dalam pengembangan dan
pengelolaan sumberdaya air, tanah dan sumber daya terkait lainnya, untuk
memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dan sosial yang dihasilkan secara berkeadilan,
tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem yang vital.
Pada Konferensi PBB tentang Air di Mar del Plata (1977) IWRM didefinisikan
sebagai pendekatan yang disarankan untuk menggabungkan beberapa kegunaan bersaing
sumber daya air.
Lima belas tahun setelah Mar del Plata Conference tepatnya pada bulan Januari
1992 diadakan Konferensi Internasional tentang Air dan Lingkungan (ICWE) yang
3
diadakan di Dublin, Irlandia. Hasil laporan akhir dari para menteri pada Konferensi
Internasional tentang Air dan Lingkungan pada tahun 1992 (yang disebut prinsip-prinsip
Dublin) menyatakan bahwa pengembangan IWRM inilah yang sangat direkomendasikan.
Konsep ini bertujuan untuk mempromosikan perubahan dalam praktek-praktek yang
dianggap penting untuk perbaikan pengelolaan sumber daya air. Dalam definisi saat ini,
IWRM bersandar pada tiga prinsip yang sama bertindak sebagai kerangka keseluruhan:
a. Keadilan sosial: menjamin akses yang sama bagi semua pengguna (terutama
terpinggirkan dan kelompok pengguna yang lebih miskin) untuk kuantitas dan
kualitas air yang diperlukan memadai untuk mempertahankan kesejahteraan manusia.
b. Efisiensi ekonomi: membawa manfaat terbesar bagi jumlah terbesar pengguna
mungkin dengan sumber daya keuangan dan air yang tersedia.
c. Keberlanjutan ekologis: mensyaratkan bahwa ekosistem perairan diakui sebagai
pengguna dan alokasi yang memadai dibuat untuk mempertahankan fungsi alami
mereka.
Di Indonesia IWRM dikenal dengan pengelolaan terpadu Sumber Daya Air
(SDA) yang berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS). Definisi dari pengelolaan
sumberdaya air terpadu adalah proses sistematis & partisipatif untuk pembangunan,
alokasi dan monitoring berkelanjutan terhadap pemanfaatan sumberdaya air untuk tujuan
sosial, ekonomi dan lingkungan.
2.1.3.Prinsip dan Konsep IWRM di Indonesia
Prinsip utama IWRM yaitu sesuai dengan prinsip Dublin 1991 adalah
pembangunan dan pengelolaan Sumber Daya Air harus berdasarkan pendekatan
partisipatif melibatkan berbagai pengguna, perencana dan pembuat kebijakan di semua
tingkat.
Konsep IWRM atau pengelolaan sumber daya air terpadu (PSAT) kemudian
diadopsi pemerintah Indonesia dalam UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Disebutkan dalam pasal 3 UU Sumber Daya Air bahwa ”Sumber daya air dikelola secara
menyeluruh, terpadu dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar – besar kemakmuran
rakyat”.
4
IWRM atau PSAT mempunyai siklus yang akan membantu dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi Pengelolaan Sumber Daya Air yang digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Implementasi PSAT
Satu dari beberapa fase penting dalam siklus IWRM adalah fase inisiasi
(membangun komitmen) dimana pada fase ini ada tiga unsur penting yang
dibutuhkan agar implementasi IWRM dapat terlaksana dengan baik yaitu adanya
kemauan politik dalam bentuk komitmen pemerintah, adanya kesadaran masyarakat dan
adanya komunikasi berbagai pemegang kepentingan yang dapat ditunjukan dengan
dibentuknya tim manajemen.
Lingkup Pengelolaan DAS
Sasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh sebagai satu kesatuan
ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir. Penentuan sasaran wilayah DAS
secara utuh ini dimaksudkan agar upaya pengelolaan sumberdaya alam dapat dilakukan
secara menyeluruh dan terpadu berdasarkan satu kesatuan perencanaan yang telah
5
mempertimbangkan keterkaitan antar komponen – komponen penyusun ekosistem DAS
(biogeofisik dan sosekbud) termasuk pengaturan kelembagaan dan kegiatan monitoring
serta evaluasi. Kegiatan yang disebutkan terakhir berfungsi sebagai instrument
pengelolaan yang akan menentukan kegiatan sudah tercapai atau tidak mencapai sasaran.
Ruang lingkup pengelolaan DAS secara umum meliputi perencanaan, pengorganisasian,
implementasi / pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap upaya – upaya pokok
berikut :
1. Pengelolaan ruang
2. Pengelolaan sumberdaya air
3. Pengelolaan Vegetasi
4. Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia
2.2. Sistem dan Kelembagaan IWRM di Indonesia
Dalam pembahasan aspek kelembagaan ini terdapat tiga pendekatan yang layak
dipertimbangkan dalam menyiapkan kelembagaan untuk melaksanakan keterpaduan dalam
pengembangan air baku, air limbah dan sanitasi. Untuk itu di bawah ini akan dibahas
ketiganya yaitu:
a. Keterpaduan sesuai konsep Integrated Water Resources Management (IWRM);
b. Keterpaduan dengan pendekatan lembaga Dewan Sumber Daya Air;
c. Keterpaduan dengan pola kerja sama antar daerah.
Diperlukannya suatu regionalisasi pemanfaatan air baku. Usulan ini sejalan dengan
model IWRM di atas. Tujuan regionalisasi ini ialah agar sumber air suatu daerah dapat
dimanfaatkan bersama oleh daerah lain yg tidak punya/kekurangan sumber air baku.
Untuk ini upaya yang perlu dilakukan antara lain:
a. Pemetaan Wilayah Regionalisasi Kab/Kota di tiap propinsi. (kota/kab yang bisa/tidak
bisa regionalisasi);
b. Kesepakatan/pemahaman stakeholders tiap Kab/Kota (Pemkab/ Pemkot, DPRD, LSM
serta Masyarakat);
c. Pemahaman atas hak & kewajiban peserta regionalisasi.
d. Dukungan Pemerintah Pusat (PU), utamanya pendanaan di sektor hulu.
6
Terkait dengan keterpaduan pengelolaan SDA tersebut, pada tingkat nasional juga
telah dibentuk Dewan Sumber Daya Air Nasional, sesuai dengan Keppres Nomor 6 Tahun
2009 tentang Pembentukan Dewan Sumber Daya Air Nasional. Arah Pengelolaan Sumber
Daya Air, dalam 20 tahun ke depan :
a. Keseimbangan pelaksanaan konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak
air;
b. Perhatian yang lebih besar terhadap konservasi SDA, dengan lebih mengutamakan
pendekatan nonstruktur;
c. Pendayagunaan air tanah, air permukaan dan air hujan, diupayakan saling melengkapi;
d. Penerapan dan pengawasan pelaksanaan RTRW secara konsisten
e. Keandalan jasa pengelolaan sumber daya air harus ditingkatkan
f. Perlu dibangun kesamaan persepsi dan komitmen para pemilik kepentingan.
g. Koordinasi program di pusat dan sinkronisasi implementasi program di Provinsi dan
kabupaten lebih ditingkatkan.
Dengan memasuki era otonomi daerah, maka keterpaduan pengelolaan model
IWRM ini juga mendapat tantangan baru. Dengan otonomi daerah yang berbasis pada
otonomi di tingkat kabupate/kota, maka pada kebanyakan sungai antara kawasan resapan
di hulu, mata air, badan sungai, hingga lokasi pengguna air menjadi terpisah-pisah
kewenangannya. Apalagi dengan banyaknya pemekaran atau pemisahan sati kabupaten
menjadi beberapa kabupaten/kota, telah meningkatkan risiko persoalannya.
Terkait dengan Keterpaduan Pengelolaan Sumber Daya Air, tentunya menyangkut
kelompok tata ruang dan lingkungan hidup, berupa kerja sama: penataan ruang dan
pelestarian lingkungan hidup. Sedang termasuk dalam kelompok obyek kerja sama sarana
dan sarana dalam Permendagri disebutkan antara lain: instalasi pengolahan air limbah,
pelayanan persampahan, jaringan air hujan, pelayanan air bersih. Penentuan obyek kerja
sama disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Untuk itu daerah diwajibkan membuat
perencanaan kerja sama. Daerah juga wajib membuat perencanaan dalam setiap obyek
kerja sama pembangunan daerah bertetangga yang memuat: perencanaan teknis;
perencanaan pembiayaan; dan perencanaan kelembagaan. Selain itu dapat ditambahkan:
perencanaan insentif dan disinsentif; perencanaan kompensasi; dan perencanaan bagi hasil.
7
Secara logis, akan sulit mengharap daerah hulu akan menerapkan koservasi
sebagian besar wilayahnya untuk pelestarian sumber air bagi kepentingan daerah lain di
hilir. Sementara pembukaan hutan dan vegetasi di kawasan hulu risikonya mengancam
kelestarian sumber daya air di seluruh DAS. Untuk itu perlu dicari jalan keluar agar daerah
hulu tidak hanya diminta melestarikan sumber air dengah menghijaukan sebagian
daerahnya, tetapi juga perlu mendapat kompensasi atas peluang ekonomi yang hilang
(opportunity cost).
Dengan demikian penerapan pola pengembangan SDA terpadu semestinya tidak
hanya bicara tentang tanggung-jawab pelestarian SDA, tetapi juga bagaimana berbagi
manfaatnya pula. Dengan demikian daerah hulu juga akan mempertimbangkan kegiatan
pelestarian hutan dan vegetasi penutup lainnya sebagai kegiatan yang menghasilkan
pendapatan bagi masyarakat dan pemerintah daerahnya. Untuk itu maka penerapan pola
seperti water quality trading system di atas juga layak dipertimbangkan. Memang bagi
daerah yang punya mata air sudah terjadi “penjualan air” ke daerah hilir yang
membutuhkan, tetapi untuk daerah yang berkewajiban hanya menghijaukan sampai saat ini
belum ada kompensasinya kalau mereka menjaga kelestarian alamnya bagi kelestarian
SDA.
Tantangan yang dihadapi adalah perbedaan antar daerah dalam satu WAS/DAS
dalam hal kewajiban melestarikan kawasan konservasi sumber air, melakukan reboisasi,
memanfaatkan air untuk kegiatan ekonomi dan rumah tangga. Hal ini yang sering jadi
penghambat kerja sama, kalau masalah pertimbangan hak dan kewajiban tidak
didiskusikan antar daerah secara terbuka. Sehingga yang terjadi adalah formalitas
mengikuti “surat kesepakatan kerja sama”, namun dalam praktik saling menunggu dan
tidak berjalan.
Integrasi Tiga Pendekatan Kelembagaan
Dari tiga konsep di atas dapat diintegrasikan dengan pengertian sebagai beikut:
a. IWRM merupakan konsep pendekatan yang bersifat teknokratis pada konsep
pengelolaan sumber daya air dari hulu hingga hilir;
b. Selanjutnya untuk menjawab permasalahan koordinasi antar institusi teknis sektoral,
terutama di tingkat nasional digunakan Dewan Sumber Daya Air Nasional. Pola
8
mekanisme koordinasi melalui dewan ini dapat di terapkan untuk setiap jenjang
pemerintahan (provinsi, kabupaten/kota, hingga desa);
c. Namun karena dalam suatu WAS/DAS biasanya terdapat lebih dari satu
kabupaten/kota, bahkan provinsi, maka dalam kasus seperti ini untuk tetap bisa
menerapkan prinsip “One River, One Plan, One Management”, perlu dipertimbangkan
pembentukan “badan kerja sama antar daerah” dalam pengembangan air baku, air
bersih dan sanitasi.
Gambar 2.2 Aspek Kelembagaan dalam Air Baku, Air Bersih, Sanitasi
Gambar diatas menunjukkan hubungan antara ketiga pendekatan, dimana
pendekatan “kerja sama antar daerah” bisa menjadi instrument kerja yang memudahkannya
dalam praktik pelaksanaannya karena sesuai dengan tata laksana kerja pemerintah daerah,
yang memegang kewenangan atas daerahnya.
Sebagaimana disebut di atas, perencanaan dalam setiap obyek kerja sama
pembangunan daerah bertetangga akan memuat: perencanaan teknis; perencanaan
pembiayaan; dan perencanaan kelembagaan. Selain itu dapat ditambahkan: perencanaan
insentif dan disinsentif; perencanaan kompensasi; dan perencanaan bagi hasil.
9
2.3. Peran Teknologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia
Potensi ketersediaan air di indonesia saat ini diperkirakan sebesar kurang lebih
15.000 meter kubik perkapita pertahun. Pada tahun 2020 akan berkurang sebesar 1200
meter kubik perkapita pertahun. Akan tetapi Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
mengatakan untuk Jawa dan Bali sudah terjadi defisit sejak tahun 2000 dan tahun 2015
bertambah dengan masuknya wilayah Sulawesi dan NTT. Oleh karena itu untuk
tercapainya pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, dengan mempertimbangkan
kemampuan sumber daya air, kebutuhan air dan kelestariannya untuk generasi mendatang
peran teknologi dalam IWRM sangat berperan penting.Teknologi yang ditawarkan adalah
Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air (TPSDA).
Teknologi ini diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan SDA, melalui
peningkatan akurasi dan presisi dalam inventarisasi potensi SDA, perencanaan alokasi
SDA, pengaturan keadilan dan penggunaan, kemudahan dan kecepatan dalam pemantauan
SDA, penghematan SDA, efisiensi pengolahan limbah, efisiensi proses daur ulang, dan
kemudahan dalam evaluasi SDA.
2.3.1. Teknologi Inventarisasi SDA
Teknologi ini harus diutamakan untuk menjamin keberadaan cadangan air untuk
masa kini dan mendatang karena mengingat wilayah Indonesia yang luas. Teknologi yang
dipakai antara lain :
a. Teknologi satelit : penginderaan jarak jauh untuk mendeteksi awan, arah angin,
temperatur, kelembaban dan lain sebagainmya
b. Teknologi radar : untuk mendeteksi kepadatan awan dalam radius 25 s/d 100 km.
Dengan teknologi ini kita dapat mengetahui daerah mana yang akan terjadi hujan.
c. Teknologi seismik dan geolistrik : untuk mengetahui ketebalan dan penyebaran
resevoir air bawah tanah.
d. Teknologi gravity dan mikrogravity : untuk mengetahui tempat yang mempunyai
lketebalan sedimen dan cekungan.
10
2.3.2. Teknologi Perencanaan SDA
Teknologi yang diperlukan untuk mempercepat mendeteksi adanya perubahan
cuaca yang terjadi dan perhitungan potensi air, ketersediaan data dan juga informasi
menjadi basis dalam jangka pendek dan panjang.
2.3.3. Teknologi Pemantauan SDA
Teknologi pemantauan SDA diperlukan untuk identifikasi kelebihan air dan
kekurangan air. Kelebihan air akan berakibat banjir atau luapan dan genangan pada suatu
wilayah. Teknologi ini dapat berupa radar cuaca atau menggunakan sistem onitoring
konvensional dengan sisten radia atau satelit. Bisa juga dipergunakan sebagai mitigasi
bencana di daerah yang rawan bencana.Dan juga jika pada saat musim kering, teknologi
radar ini dipergunakan untuk mendeteksi keberadaan awan.Informasi ini diperlukan
untuk menentukan lokasi hujan buatan pada suatu wilayah.
Teknologi monitoring air tanah yang ada saat ini hanya mengukur penurunan
tinggi permukaan air tanah.
2.3.4. Pengolahan Limbah dan Daur Ulang
Aplikasi teknologi ini akan meningkatkan daya dukung lingkungan. Biasanya
daur ulang pemakaian air limbah untuk keperluan industri.Agar keberadaan SDA suatu
wilayah dapat terjaga dan dapat menjangkau untuk keperluan yang lebih luas.
Berdasarkan kondisi yang ada, perlu dilakukan kebijakan agar pengelolaan
sumber daya air dapat berkelanjutan, baik dalam jangka pendek dan jangka panjang,
antaralain :
a. Jangka pendek (darurat)
1) Alikasi teknologi deteksi keberadaan awan dan radar cuaca
2) Aplikasi satelit cuaca untuk mitigasi dan adaptasi bencana banjir
3) Aplikasi teknologi modifikasi cuaca
4) Aplikasi teknologi online monitoring (Onlimo) untuk mendeteksi permukaan air
sungai, muka air tanah, dan pencemaran lingkungan.
11
b. Jangka menengah dan panjang
1) Pembangunan dan implementasi sumur resapan dan waduk resapan
2) Rehabilitasi situ, rawa, dan danau
3) Pembangunan waduk penampung air dan pengendali banjir
4) Reboisasi dan penghijauan dengan jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomis
5) Prototipe pengelolaan sumberdaya air terpadu (IWRM), antara lain: penataan
ruang berbasis ekosistem, pengembangan teknologi irigasi dan pertanian hemat
air dan lain sebagainya yang memenuhi prinsip IWRM
6) Penerapan teknologi input hujan (modifikasi cuaca)
7) Penerapan teknologi sistem informasi iklim dan air.
Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air diperlukan teknologi untuk mempercepat
proses, meningkatkan akurasi dan presisi dalam pengelolaan, mempermudah dalam
pengambilan keputusan untuk melakukan mitigasi dan adaptasi bencana. Pengelolaan
Sumber Daya Air merupakan multi sektor, yang sebaiknya ditentukan berdasarkan
pengguna terbesar dari air tersebut, karena didalamnya melekat tanggungjawab untuk
menjaga kelestariannya.
Dari penjelasan di atas, teknologi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air memang
sangat berperan penting dalam implementasinya. Akan tetapi ada kelebihan dan juga
kekurangan dalam pelaksanaannya di Indonesia. Kelebihan dan kekurangannya adalah
sebagai berikut :
a. Kelebihan
1) Mempercepat tindakan pemerintah dalam menangani air
2) Bisa melakukan mitigasi bencana musim penghujan maupun musim kemarau
3) Memperbaiki penggunaan dan pengelolaan air dari pihak pemerintah, swasta juga
masyarakat
4) Dapat menghemat air lebih besar
5) Dapat memetakan ketersediaan air, keberadaan awan dan juga dapat
mengendalikan banjir
b. Kekurangan
1) Kurangnya pengaplikasian dilapangan
12
2) Terbatasnya sumber daya manusia yang mengaplikasikannya
3) Tidak banyaknya teknologi yang tersebar diseluruh indonesia
4) Masih kurangnya kasadaran pemerintah dalam pengelolaan sumber dara air
5) Pengerusakan lahan akibat dibuatnya bendungan atau waduk yang tidak
memikirkan penghijauan kembali di area sekitar yang telah dibangun
13
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan ulasan yang telah dibahas pada bab sebelumnya, didapatkan
kesimpulan :
a. IWRM dibentuk sebagai upaya serius untuk menerapkan pengelolaan air di berbagai
wilayah global.
b. IWRM ialah suatu proses yang mempromosikan upaya – upaya secara terkoordinasi
dalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air, tanah dan sumber daya terkait
lainnya, untuk memaksimalkan kesejahteraan ekonomi dan sosial yang dihasilkan
secara berkeadilan, tanpa mengorbankan keberlanjutan ekosistem yang vital.
c. Prinsip utama IWRM yaitu pembangunan dan pengelolaan Sumber Daya Air harus
berdasarkan pendekatan partisipatif melibatkan berbagai pengguna, perencana dan
pembuat kebijakan di semua tingkat. Konsep IWRM berdasarkan UU No. 7 Tahun
2004 ialah “Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu dan berwawasan
lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar – besar kemakmuran rakyat”.
d. Kelembagaan PDSA
14
e. Teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan SDA
diantaranya yaitu Teknologi Inventarisasi SDA, Teknologi Perencanaan SDA,
Teknologi Pemantauan SDA, dan Teknologi Limbah dan Daur Ulang.
3.2. Saran
a. Meningkatkan pengaplikasian teknologi PSDA di lapangan;
b. Meningkatkan sumberdaya manusia untuk pengaplikasian PSDA;
c. Menyamaratakan penyebaran teknologi yang mendukung pengaplikasian PSDA di
berbagai daerah;
d. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah mengenai pentingnya
Pengelolaan Sumber Daya Air;
e. Merencanakan perbaikan mengenai wilayah atau daerah yang menngalami perusakan
lahan akibat pembangunan bendungan atau waduk.
15
DAFTAR PUSTAKA
Borchardt, Dietrich. Prof. “Sustainable Water Resources Management”. 20 Maret 2015. https://www.ufz.de/index.php?de=17863
Herlambang, Arie. 2009. “PERAN TEKNOLOGI DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR NASIONAL”. Pusat Teknologi Lingkungan, BPP Teknologi. Vol 5 No. 2. Ejurnal.bppt.ga.id. 21 Maret 2015.
Rahaman, Muhammad Mizanur dan Olli Varis .“Integrated water resources management: evolution, prospects and future challenges”. 20 Maret 2015. http://sspp.proquest.com/archives/vol1iss1/0407-03.rahaman.html
Wikipedia. “Integrated water resources management”. 20 Maret 2015. http://en.wikipedia.org/wiki/Integrated_water_resources_management
16