14
A. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari – hari, manusia sangat membutuhkan berbagai kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan didunia. Kebutuhan disini memiliki tingkatan masing – masing untuk menentukan bagaimana kehidupan masing – masing. Tingkatan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa sayang, kebutuhan pengetahuan, kebutuhan harga diri dan kebutuhan kekuasaan. Dalam tingkatan kebutuhan ini terdapat salah satu kebutuhan yang harus dimiliki oleh manusia dalam mengarungi kehidupan, yaitu kebutuhan akan pengetahuan. Pengetahuan (knowledge) menjadi bekal untuk memahami dan mengerti segala sesuatu yang ada dimasyarakat. Pengetahuan disini merupakan hasil tau dari pengalaman yang dilakukan oleh individu atas pengindraan dari pengalaman yang diperolehnya. Pengetahuan ini merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuam yang berhubungan dalam kehidupan sehari – hari yaitu salah satunya mengenai tentang pengetahuan individu yang berhubungan dengan kesehatan. Seseorang harus cakap dan tanggap dalam merespon apa yang terjadi disekitarnya. Hal ini supaya tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Pengetahuan dalam hal kesehatan ini sangat bermacam – macam. Dalam pembahasan ini nantinya akan dikupas mengenai pengetahuan tentang basic life support (bantuan hidup dasar), khususnya pada RJP (Resusitasi Jantung – Paru).

PPC Kelompok SEtengah Jadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PPC

Citation preview

A. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari – hari, manusia sangat membutuhkan berbagai kebutuhan untuk

mempertahankan kehidupan didunia. Kebutuhan disini memiliki tingkatan masing – masing

untuk menentukan bagaimana kehidupan masing – masing. Tingkatan kebutuhan manusia terdiri

dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa sayang, kebutuhan

pengetahuan, kebutuhan harga diri dan kebutuhan kekuasaan.

Dalam tingkatan kebutuhan ini terdapat salah satu kebutuhan yang harus dimiliki oleh

manusia dalam mengarungi kehidupan, yaitu kebutuhan akan pengetahuan. Pengetahuan

(knowledge) menjadi bekal untuk memahami dan mengerti segala sesuatu yang ada

dimasyarakat. Pengetahuan disini merupakan hasil tau dari pengalaman yang dilakukan oleh

individu atas pengindraan dari pengalaman yang diperolehnya. Pengetahuan ini merupakan

dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuam yang berhubungan dalam kehidupan sehari – hari yaitu salah satunya

mengenai tentang pengetahuan individu yang berhubungan dengan kesehatan. Seseorang harus

cakap dan tanggap dalam merespon apa yang terjadi disekitarnya. Hal ini supaya tidak terjadi hal

– hal yang tidak diinginkan. Pengetahuan dalam hal kesehatan ini sangat bermacam – macam.

Dalam pembahasan ini nantinya akan dikupas mengenai pengetahuan tentang basic life support

(bantuan hidup dasar), khususnya pada RJP (Resusitasi Jantung – Paru).

A. Pengertian Basic Life Support

Basic Life Support merupakan suatu bentuk bantuan hidup dasar. Bantuan hidup

dasar ini berguna untuk menjaga jalan nafas supaya tetap terbuka, menunjang kelancaran

pernafasan, sirkulasi dengan tidak menggunakan alat bantu, (Soerianata, 1966). Dari

pendapat diatas dengan adanya bantuan hidup dasar ini memiliki peranan yang sangan

penting dalam keadaan darurat.

Menurut Alkatiri (2007), bantuan hidup dasar merupakan suatu bentuk usaha

bantuan yang bersifat darurat untuk membuka jalan nafas, memperlancar pernafasan dan

mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu. Bantuan hidup dasar ini

terdiri dari dua elemen, yaitu usaha bantuan penyelamatan pernafasan dan kompresi dada

eksternal, apabila kedua elemen bantuan ini digabungkan, maka akan disebut dengan

Resusitasi Jantung – Paru, (Handley, 1997).

B. Pengertian RJP (Resusitasi jantung – paru)

Resusitasi atau reanimasi secara harfiah memiliki arti yaitu menghidupkan

kembali. Resusitasi merupakan suatu bentuk usaha bantuan darurat yang bertujuan untuk

mengembalikan fungsi pernafasan, fungsi jantung serta menangani akibat berhentinya

fungsi – fungsi tersebut pada orang yang tidak diharapkan mati pada saai tersebut.

Resusitasi jantung –paru (RJP) juga dikenal dengan istilah cardio pulmonier

resuscitation (CPR).

Resusitasi jantung – paru ini merupakan bentuk komninasi dari pijat jantung dan

bantuan pernafasan. Hal ini bertujuan untuk membantu kebutuhan kecukupan oksigen

otak dan substrat, yang mana jantung dan paru tidak berfungsi secara optimal. Metode ini

tepat digunakan untuk pertolongan pertama terhadap pasien yang mengalami henti nafas

dan henti jantung supaya membantu mengoptimalkan kembali kerja jantung dan paru

sehingga terhindar dari kematian.

C. Tujuan Resusitasi Jantung – Paru

Dari pengertian diatas dapat diketahui betapa pentingnya metode resusitasi

jantung –paru (RJP) sebagai pertolongan pertama terhadap pasien yang mengalami henti

jantung dan henti pernafasan akibat kecelakaan yang terjadi, baik disengaja maupun tidak

disengaja. Resusitasi ini merupakan bagian dari bantuan hidup dasar untuk

mengoptimalkna kembali fungsi jantung – paru dengan cara nafas buatan dan pijat

jantung supaya pasien terhindar dari kematian yang mungkin terjadi saat itu. Dari hal ini,

sehingga tujuan dari resusitasi jantung – paru ini yatu sebagai berikut:

1. Mengembalikan fungsi pernafasan dan fungsi sirkulasi pada henti nafas dan henti

jantung pada pasien yang mengalami suatu bentuk kecelakaan yang mampu

menyebabkan kematian apabila kedua fungsi ini tidak kembali berjalan secara

optimal.

2. Untuk mencegah berhentinya fungsi sirkulasi pada paru dan fungsi respirasi pada

paru.

3. Untuk memberikan bantuan secara eksternal terhadap pasien yang mengalami

henti fungsi jantung dan paru melalui cardio pulmonary resuscitation (CPR) atau

resusitasi jantung – paru (RJP).

D. Langkah - Langkah melakukan RJP

Resusitasi jantung – paru sebagai pertolongan yang bersifat darurat, memiliki

peran penting yang sangat berharga sebagai pertolongan pertama terhadap pasien yang

mengalami permasalahan berhentinya fungsi sirkulasi dan fungsi pernafasan. Oleh karena

, sangat penting pula masyarakat mengetahui langkah – langkah penanganan penggunaan

metode resusitasi jantung – paru. Adapun langkah – langkan resusitasi jantung – paru

(RJP) menurut European Resuscitation Council Guideline For Resuscitation 2010 adalah

sebagai berikut:

1. Periksa respon dan layanan kedaruratan medis

Untuk memeriksa kesadaran dari pasien, maka dapat dilakukan dengan berteriak

didekat telinga atau menepuk bagian bahu serta wajah pasien. Apabila pasien

masih dalam keadaan sadar, maka biarkanlah dia berada posisi yang dia rasa

nyaman. Bahkan bila perlu lakukan kembali cek kesadaranya setelah beberapa

menit kemudian. Sedangkan untuk layanan daruratnya, apabila pasien tidak sadar

maka segera berteriak minta tolong atau menggunakan alat komunikasi untuk

menghubungi pertolongan darurat, (ERC Guidelines, 2010).

Gambar 1.1

Pemeriksaan kesadaran korban (Sumber: European Resuscitation Council

Guidelines For Resuscitation 2010). Korban, “Apakah kamu baik – baik saja?”

2. Pembebasan Jalan Nafas (Airway Support)

Penyebab penutupan jalan nafas dapat terjadi akibat posisi lidah yang

masuk kedalam, darah membeku, endema, trauma serta muntahan sehinnga

nafosaring tertutup. Bentuk sumbatan ini dapat segera diatasi dengan cara

mengangkat dagu atau mendorong rahang bawah kearah depan. Namun juga

sangat penting untuk dipahami apabila tindakan – tindakan airway ini mampu

untuk menimbulkan dan memperburuk cedera spinal. Oleh karena itu, salama

pelaksanaan prosedur ini diperlukan immobilisasi segaris dan korban atau pasien

ditempatkan pada alas yang rata dan keras, (IKABI 2004). Adapun teknik –

teknik untuk mempertahankan airway adalah sebagai berikut:

a. Tindakan kepala tengadah (head tilt)

Tindakan ini dilakukan apabila tidak terjadi trauma pada leher. Satu

tangan penolong mendorong dahi kebawah supaya kepala tengadah,

(Latief dkk, 2009).

b. Tindakan dagu diangkat (chin lift)

Jari – jari dari satu tangan diletakan dibawah rahang yang kemudian

secara hati – hati mengangkat dagu kebagian depan sehingga menghadap

keatas. Ibu jari juga bisa diletakan dibelakang gigi seri dan secara

bersamaan dagu diangkat secara hati – hati. Maneuver chin lift tidak boleh

sampai menyebabkan hiperekstensi leher, (IKABI, 2004).

Gambar 2.1

Head – tilt, Chin lift maneuver. Sumber (European Resuscitation Council

Guidelines For Resuscitation 2010)

c. Tindakan Mendorong Rahang Bawah

Pasien yang menderita trauma leher, rahang bawah diangkat didorong

kedepan pada sendinya tanpa menggerakan leher – kepala, (Latief dkk,

2009).

Gambar 2.2

Jaw – thrust maneuver. Sumber (European Resuscitation Council

Guidelines For Resuscitation 2010)

3. Bantuan Nafas dan Ventilasi (Breathing Support)

Breathing support merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenisasi

dengan inflasi tekanan secara intermitten dengan menggunakan udara ekshalasi

dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut dengan alat (S – Tube Masker atau

bag valve mask), (Alkhatiri, 2007). Breathing support terdiri dari dua tahap, yaitu:

Penilaian pernafasan

Menilai pernapasan dengan memantau dinding dada pasien dengan cara

melihat (look) naik turunya dinding dada pasien, mendengar (listen) udara

yang keluar saat ekshalasi dan merasakan (feel) aliran udara yang

menghembus di pipi penolong, (Mansjoer, 2009).

Gambar 3.1

Look, Listen and Feel. Sumber (European Resuscitation Council

Guidelines For Resuscitation 2010)

Memberi Bantuan Napas

Bantuan napas dapat dilakukan melaui mulut ke mulut (mouth – to –

mouth), mulut ke hidung (mouth – to – nose), mulut ke mulut via sungkup,

(Latief dkk, 2009).

Pada bantuan pernapasan mulut ke mulut (mouth – to – mouth) ini

maka penolong dapat melakukan dengan cara menarik napas

secara dalam. Kemudian bibir penolong ditempelkan di bibir

pasien dengan rapat. Saat bibir sudah ditempelkan di bibir pasien,

maka udara ekspirasi dihembuskan dengan penolong memencet

kedua lubang hidung pasien secara rapat supaya udara tidak bocor.

Gambar 3.2

Ventilasi buatan dari mulut ke mulut. Sumber (European

Resuscitation Council Guidelines For Resuscitation 2010)

Pada bantuan napas mulut ke hidung (mouth – to – nose) penolong

dapat melakukan dengan menarik napas secara dalam – dalam

kemudian meniukanya ke hidung. Hal ini dilakukan apabila mulut

dalam keadaan sulit untuk dibuka karena (trauma maksilo – fasial

(trismus).

Pada bantuan napas mulut ke sungkup pasa dasarnya sama dengan

mulut ke mulut. Bantuan napas dapat juga dilakukan dari mulut ke

stoma pada pasien pasca bedah laringektomi.

4. Sirkulasi (Circulation Support)

Menurut Alkhatiri (2007), circulation support merupakan suatu bentuk

resusitasi jantung untuk mengatasi sirkulasi peredaran darah dengan cara memijat

jantung, sehingga sel – sel syaraf di otak dapat bekerja secara optimal. Sirkulasi

dapat di nilai melalui pulsasi arteri karotis dan pengecekan maksimal aelama lima

detik. Apabila nadi tidak ditemukan maka dilakukan kompresi jantung dengan

kecepatan 100 kali permenit dengan kedalaman tekanan 4 – 5 cm. Waktu

relaksasi dan kompresi sama. Rasio kompresi dan ventilasi 30 : 2, (Mansjoer,

2009).

Tempat kompresi jantung liau yang benar yaitu bagian tengan separuh

bawah tulang dada. Pada pasien dewasa tekan tulang dada ke bawah menuju

tulang punggung sedalam 3 – 4 cm sebanyak 60 – 100 kali. Tindakan ini akan

memeras jantung yang letaknya dijepit oleh tulang dada dan tulang punggung.

Pijatan yang baik akan menghasilkan denyut nadi pada karotis dan curah jantung

sekitar 10 – 15 % dari normal, (Latief dkk, 2009).

Gambar 4.1

Posisi penolong pijat jantung. Sumber (European Resuscitation Council

Guidelines For Resuscitation 2010)

Periksa keberhasilan resusitasi jantung – paru (RJP) dengan memeriksa denyut

nadi arteri karotis dan pupil secara berkala. Apabila pupil dalam keadaan kontriksi reflek

cahaya positif, maka menandakan oksigenisasi darah ke otak cukup. Namun apabila yang

sebaliknya terjadi, maka merupakan tanda kerusakan berat di otak dan resusitasi dianggap

kurang berhasil, (Alkhatiri, 2007).

E. Penghentian RJP

Menururt Asih (1996), hentikan RJP apabila terjadi:

i. Korban sadar kembali (dapat bernafas dan denyut nadi teraba kembali)

ii. Digantikan oleh penolong terlatih atau petugas kedaruratan medis

iii. Penolong kehabisan tenaga untuk melakukan RJP

iv. Keadaan menjadi tidak aman

F. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC (Return of Spontaneous

Circulation). Urutan tindakan recovery position meliputi:

Tangan pasien yang berada di sisi penolong diluruskan ke atas.

Tangan lainya disilangkan di leher pasien dengan telapak tangan di pipi

pasien.

Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik kea

rah penolong, sekaligus memiringkan posisi tubuh pasien dihadapan

penolong.

Dengan posisi ini jalan napas diharapkan tetap bebas dan mencegah aspirasi nika terjadi

muntah. Selanjutnya lakukan pemeriksaaan pernapasan secara berkala, (Resuscitation

Council UK 2010).

Gambar 1.1

Recovery position. Sumber (European Resuscitation Council Guidelines For

Resuscitation 2010).

Daftar Pustaka

Diunduh pada hari Sabtu, tanggal 28 Februari 2015 pada pukul 10.15 WIB melaui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31633/4/Chapter%20II.pdf

http://www.hetfkunand.org/uploads/1/2/5/7/12573182/rjp.pdf

https://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDgQFjAD&url=http

%3A%2F%2Focw.usu.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F1110000130-emergency-medicine

%2Femd166_slide_istilah.pdf&ei=gFDwVJ6BJMaPuASJ24CYCQ&usg=AFQjCNG3VYJfSkNj

DCUkxkXUBG60alpRgg&bvm=bv.87269000,d.c2E