20
“MORBUS HANSEN” PAMELA VASIKHA & VANESHA CICILIA KELOMPOK A10

PPT Blok 15 Morbus Hansen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PPT Blok 15 Morbus Hansen

“MORBUS HANSEN”

PAMELA VASIKHA & VANESHA CICILIAKELOMPOK A10

Page 2: PPT Blok 15 Morbus Hansen

RUMUSAN MASALAH

Seorang laki-laki berusia 40 tahun dengan keluhan berupa bercak putih pada lengan kiri sejak 1 bulan. Tidak terasa gatal.

Page 3: PPT Blok 15 Morbus Hansen

HIPOTESIS

• Bapak 40 tahun tersebut menderita penyakit Lepra / Morbus Hansen

Page 4: PPT Blok 15 Morbus Hansen

MIND MAP

RM

AnamnesisPemeriksaan Fisik

Pemeriksaan PenunjangWorking Diagnosis

Different Diagnosis

Etiologi

EpidemiologiGejala KlinisPatofisiologiKomplikasi

PenatalaksanaanPrognosis

Pencegahan

Page 5: PPT Blok 15 Morbus Hansen

ANAMNESIS

• Identitas• Keluhan Utama• Riwayat penyakit sekarang• Riwayat penyakit dahulu• Riwayat penyakit dalam keluarga• Riwayat pribadi

Page 6: PPT Blok 15 Morbus Hansen

PEMERIKSAAN FISIK

• Inspeksi Menentukan status Lokalis (Kaca Pembesar)

• Palpasi Tes Sensorik

Saraf tepi (n.ulnaris, n.radialis, n.aurikularis magnus, dan n.poplitea), mata (lagoftalmus), tulang (kontraktur atau absorbs), dan rambut (alis mata, kumis, dan pada lesi sendiri).

Page 7: PPT Blok 15 Morbus Hansen

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Test Bakterioskopik

• BTA : Ziehl – Neelsen

• Test Histopatologik

• Test Serologik

• MLPA (Mycrobacterium Leprae Particle Aglutination)

• ELISA (Enzime Linked Immunosorbent Assay)

• ML dipstick (Mycrobacterium Leprae Dipstick)

Page 8: PPT Blok 15 Morbus Hansen

WORKING DIAGNOSIS

Lepra (Morbus Hansen).

Diagnosis ini dapat diambil atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta adanya gejala klinis yang sesuai, yaitu: didapati lesi macula hipopigmentasi yang tidak gatal.

Page 9: PPT Blok 15 Morbus Hansen

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Pitiriasis Versicolor?

Pitiriasis Alba?

Vitiligo?

Page 10: PPT Blok 15 Morbus Hansen

Nama Penyakit: Leprae Pitiriasis Versicolor Pitiriasis Alba Vitiligo

Penyebab Mycobacteriu-m Leprae Malassezia Furfur Streptococcus -

Gejala

- Makula hipopigmentasi- Anastesi (+)

- Bercak skuama halus putih

- Makula hipopigmentasi

Predileksi

Badan, ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, muka, kulit kepala berambut, leher

Wajah (dahi, dagu, pipi, mulut)

bagian ekstensor tulang , periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung, tibialis anterior dan pergelangan tangan bagian fleksor.

Ukuran 0,5 cm - 2 cm

Bentuk, BatasBentuk teratur - tidak teratur, batas jelas - tidak jelas

Bentuk oval / bulat / plakat yang tidak teratur

Bulat / oval, batas tegas

Penderita (biasanya) Semua Usia Usia 3 - 16

tahun (30-40%)

Page 11: PPT Blok 15 Morbus Hansen

ETIOLOGI

• Mycrobacterium leprae (GH Armauer Hansen, 1873).

• bersifat batang tahan asam dan alcohol positif-gram.

• Familia Mycobacteriaceae.• Ukuran 1-8 mikron dan lebar 0,2 - 0,5 micron.• hidup dalam jaringan yang bersuhu dingin dan

tidak dapat dikultur dalam media buatan.• Berkembang biak sangat lambat

Page 12: PPT Blok 15 Morbus Hansen

EPIDEMIOLOGI

• Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia terutama di daerah tropis dan subtropics.

• Dapat menyerang semua umur• Frekuensi tertinggi: antara 30-50 tahun• Lebih sering mengenai laki-laki daripada wanita.• Di Indonesia penderita kusta terdapat hampir

pada seluruh propinsi dengan pola penyebaran yang tidak merata.

Page 13: PPT Blok 15 Morbus Hansen

GEJALA KLINIS• Untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari

tanda-tanda utama atau tanda kardinal, yaitu:A. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa.

Kelainan kulit/lesi yang dapat berbentuk bercak keputihan (hypopigmentasi) atau kemerahan (erithematous) yang mati rasa (anaesthesia).B. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.

Gangguan fungsi saraf tepi ini biasanya akibat dari peradangan kronis pada saraf tepi (neuritis perifer). Adapun gangguan-gangguan fungsi saraf tepi berupa:

a. Gangguan fungsi sensoris: mati rasa.b. Gangguan fungsi motoris: kelemahan otot (parese)

atau kelumpuhan (paralise).c. Gangguan fungsi otonom: kulit kering.d. Ditemukannya M.leprae pada pemeriksaan

bakteriologis.

Page 14: PPT Blok 15 Morbus Hansen

PATOFISIOLOGI

• Ketidakseimbangan antara Derajat Infeksi dan Derajat Penyakit disebabkan oleh respon imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif.

• Sering disebut penyakit imunologik• Gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat

reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.

Page 15: PPT Blok 15 Morbus Hansen

KOMPLIKASI

• Lepra sering menyebabkan kerusakan tangan. Trauma dan infeksi kronik sekunder dapat menyebabkan kehilangan jari-jari atau ekstremitas bagian distal atau bisa juga menyebabkan kebutaan.

• Kasus klinis yang berat menyerupai bentuk lain vasculitis nekrotikans dan menyebabkan tingginya angka morbiltas.

• Pada eritema nodosum leprosum kronik dapar menyebabkan Amiloidosis sekunder (penyakit lepramatosa berat).

• Bila terjadi bersamaan, lepra juga bisa mempercepat perjalanan penyakit HIV.

Page 16: PPT Blok 15 Morbus Hansen

PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA:Obat kombinasi (Multy drug therapy)

• MDT: Rifampisin dan Dapson (Diamino Diphenyl Sulfone/DDS) bentuk blister Sebanyak 6 blister selama

6 bulan.

• MDT: Rifampisin, Dapson, dan Lamprene bentuk blister Sebanyak 12 blister selama 12 bulan

NON-MEDIKAMENTOSA:• Operasi dan Fisioterapi• Terapi Kejiwaan• Rehabilitas Sosial

Page 17: PPT Blok 15 Morbus Hansen

PROGNOSIS

Dengan adanya obat-obatan kombinasi, pengobatan menjadi lebih

sederhana dan lebih singkat, serta prognosis menjadi lebih baik. Jika sudah ada kontraktur dan ulkus

kronik, prognosisnya menjadi kurang baik.

Page 18: PPT Blok 15 Morbus Hansen

PENCEGAHAN

• Bentuk penemuan kasus dan kemoterapi merupakan dasar pengendalian yang ada sekarang.

• Keluarga atau individu yang berhubungan erat perlu diperiksa secara teratur terhadap lepra (mencegah penularan kontak langsung yang lama).

Page 19: PPT Blok 15 Morbus Hansen

KESIMPULAN

Morbus Hansen atau biasa dikenal dengan penyakit Lepra/kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menyebabkan munculnya eflouresensi pada kulit disertai dengan gangguan saraf tepi. Pengobatan yang adekuat serta deteksi dini dapat mencegah prognosis yang buruk yang timbul dari komplikasi penyakit kusta.

Page 20: PPT Blok 15 Morbus Hansen