Upload
muhammad-aulia-anwar-ibrahim
View
455
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Praktikum Esterifikasi Asam Asetat
Citation preview
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES
ESTERIFIKASI ASAM ASETAT
(C)
NAMA : RENDI FEBRIYADI (11/319034/TK/38171)
MUHAMMAD AULIA ANWAR I (11/312731/TK/37613)
HARI/TGL: SELASA / 23 APRIL 2013
ASISTEN : IHSAN PRAYOGO SUTJIPTO
LABORATORIUM DASAR-DASAR PROSES
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR PROSES
dengan judul praktikum:
ESTERIFIKASI ASAM ASETAT
Disusun oleh:
Nama Praktikan NIM Tanda Tangan
Rendi Febriyadi 11/319034/TK/38171
Muhammad Aulia Anwar I 11/312731/TK/37613
Yogyakarta, 23 April 2013
Dosen Pembimbing Praktikum, Asisten,
Ir. Suprihastuti Sri Rahayu, M.sc. Ihsan Prayogo Sutjipto
NIP. 19580619198903
1
ESTERIFIKASI ASAM ASETAT
I. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari perubahan konversi asam
asetat terhadap waktu reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol
menggunakan katalisator asam sulfat.
II. DASAR TEORI
Konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi berubah dengan
waktu. Seiring bertambahnya waktu, konsentrasi reaktan semakin rendah,
sedangkan konsentrasi produk semakin tinggi. Perubahan konsentrasi reaktan
per satuan waktu disebut laju reaksi pengurangan reaktan, sedangkan
perubahan konsentrasi produk per satuan waktu disebut laju reaksi
pembentukan produk. Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula
yang lambat. Konsentrasi reaktan memiliki peranan yang sangat penting
dalam laju reaksi. Semakin besar konsentrasi, semakin banyak tumbukan antar
molekul reaktan, semakin banyak molekul-molekul yang bereaksi, sehingga
laju reaksi semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil konsentrasi
reaktan, semakin lambat laju reaksi. Selain konsentrasi reaktan yang tinggi,
suhu reaksi yang tinggi juga meningkatkan laju reaksi. Agar suatu reaksi bisa
terjadi, diperlukan energi minimum yang disebut energi aktivasi. Besarnya
energi aktivasi dapat diturunkan dengan menambahkan katalisator. Oleh
karena itu, reaksi yang lambat dipercepat dengan menambahkan sejumlah
katalisator yang sesuai.
Esterifikasi merupakan proses pembuatan ester dari asam karboksilat
dengan alkohol. Persamaan reaksi pembentukan ester dari asam asetat
(CH3COOH) dengan etanol (C2H5OH) menghasilkan ester etil asetat
(CH3COOC2H5) dan air, sbb.:
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O (1)
Persamaan (1) menggambarkan bahwa ester yang terbentuk juga bereaksi
dengan air, kembali membentuk asam asetat dan etanol (proses hidrolisis).
2
Karena reaksi ini bersifat dapat balik, maka pada suatu saat konsentrasi
reaktan dan konsentrasi produk akan setimbang (equilibrium) Hubungan
konsentrasi reaktan dan produk pada saat setimbang diberikan sebagai
konstanta kesetimbangan reaksi :
K=C Ee CWe
CHe C Ae
(2)
dalam hal ini K = konstanta kesetimbangan reaksi, sedang CEe, CWe, CHe dan
CAe, berturut turut adalah konsentrasi ester, air, asam asetat dan etanol pada
saat setimbang. Nilai K dipengaruhi suhu dan persamaan hubungan suhu
dengan K mengikuti persamaan van’t Hoff :
dlnKdT
=∆ Hr
R T2 (3)
dalam hal ini ∆ Hr=¿ panas reaksi, R = tetapan gas ideal dan T = suhu
absolut.
Jika konversi asam asetat didefinisikan sebagai perbandingan mol asam asetat
yang bereaksi terhadap mol asam asetat mula-mula, yaitu :
x=nHo−nH
nHo
(4)
dalam hal ini nHo dan nH berturut-turut adalah jumlah mol asam asetat pada saat
t = 0 dan pada saat t = t, maka konversi saat kesetimbangan, merupakan
konversi maksimum pada suhu tersebut.
Selain bersifat dapat balik, esterifikasi asam asetat dengan etanol
merupakan reaksi lambat. Oleh karena itu, untuk mempercepat reaksi
diperlukan katalisator. Berbagai jenis katalisator biasa digunakan, baik padat
(misalnya resin penukar ion) maupun cair (misal asam sulfat, asam klorid).
Sebagai katalis, asam sulfat atau asam klorid berperan dalam memberikan ion
H+ pada atom karbonil dari asam, sehingga elektrofinitas atom meningkat.
Untuk menggeser kesetimbangan ke kanan dapat dilakukan pengusiran salah
satu hasil terutama yang titik didihnya lebih rendah (biasanya ester), sehingga
3
jumlah ester menjadi relatif sedikit dan laju reaksi ke arah reaktan (hidrolisis)
berkurang atau kesetimbangan bergeser ke kanan. Penggunaan salah satu
reaktan berlebih (perbandingan molar alkohol terhadap asam asetat >>1)
dimaksudkan untuk menggeser kesetimbangan ke arah kanan juga.
III. PELAKSANAAN PERCOBAAN
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Asam asetat glasial
2. Etanol teknis
3. H2SO4 pekat
4. Aquadest
5. NaOH padat
6. Larutan HCl
7. Indikator phenolpthalein
B. Alat Percobaan
Alat yang digunakan berupa rangkaian alat (Gambar 1) dan alat-alat gelas
untuk titrasi.
Gambar 1. Rangkaian Alat Esterifikasi
4
Keterangan:
1. Labu leher tiga 500 mL2. Pemanas mantel3. Motor listrik4. Pengaduk merkuri5. Pendingin bola6. Pengatur skala pemanas7. Termometer alkohol8. Pengambilan cuplikan9. Sumbat10. Steker
C. Cara Percobaan
1. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Larutan NaOH 0,1 N dapat dibuat dengan melarutkan sebanyak 2
gram NaOH dengan aquadest sebanyak 500 mL. Sebanyak 2 gram NaOH
ditimbang dalam botol timbang menggunakan neraca analitis digital.
Kemudian NaOH dilarutkan dengan 100 mL aquadest di dalam gelas
beker 250 mL dan diaduk dengan gelas pengaduk. Larutan NaOH dituang
dari gelas beker ke dalam labu ukur 500 mL dengan corong gelas,
aquadest ditambahkan hingga tanda lalu digojog hingga tercampur
sempurna. Kemudian dilakukan standardisasi dengan menitrasi larutan
NaOH dengan larutan HCl yang telah dibuat oleh asisten. Normalitas HCl
bisa dihitung dari data standardisasi HCl dengan boraks yang sudah
disediakan dan dengan persamaan (5) yaitu
N HCl=2W boraks
BMboraks . V HCl
. (5)
Dengan, NHCl =Normalitas larutan HCl, grek/L
Wboraks =Berat molekul boraks,mgram/mmol=382 mgram/mmol
VHCl = Volume larutan HCL yang dibutuhkan setiap
sampel untuk titrasi, mL
Sebanyak 25 mL larutan NaOH yang telah dibuat kemudian diambil
dan dituang ke dalam erlenmeyer 125 mL dan 5 tetes indikator
phenolphtalein ditambahkan ke dalam erlenmeyer, lalu larutan dititrasi
dengan larutan HCl yang telah diketahui normalitasnya. Volume HCl yang
diperlukan dicatat. Langkah mengambil 25 mL larutan NaOH yang telah
dibuat hingga menitrasi larutan NaOH yang sudah diberi indikator dengan
larutan HCl diulangi sebanyak 3 kali, lalu volume HCl rata-rata dihitung.
5
Kemudian normalitas NaOH dihitung dengan persamaan (6) yaitu
N NaOH=V HCl × N HCl
V NaOH
(6)
Dengan, NNaOH=Normalitas rata-rata larutan NaOH dari 3 sampel, N
VNaOH =Volume larutan NaOH yang dititrasi (25 mL)
NHCl =Normalitas rata-rata larutan HCl, N
VHCl =Volume larutan HCl yang dipakai untuk titrasi
setiap sampel, mL
2. Penyiapan reaktan
Reaksi esterifikasi dalam percobaan ini menggunakan reaktan antara
lain etanol dan asam asetat. Reaktan disiapkan dengan cara sebanyak 25
mL asam asetat glasial diambil menggunakan pipet volum lalu dituang ke
dalam labu ukur 500 mL. Setelah itu, etanol sebanyak 200 mL
ditambahkan dan digojog hingga tercampur sempurna. Selanjutnya,
sebanyak 5 mL campuran asam asetat-etanol diambil menggunakan pipet
volum 5 mL lalu dituang ke dalam labu ukur 100 mL yang sudah diisi
dengan aquadest kurang lebih 90 mL. Lalu aquadest ditambahkan hingga
tanda batas dan digojog hingga tercampur sempurna. Sebanyak 25 mL
campuran asam asetat etanol yang telah diencerkan menggunakan pipet
volum, lalu dituang ke dalam erlenmeyer 125 mL. Setelah itu, 5 tetes
indikator phenolphthalein ditambahkan lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N
yang telah diketahui normalitasnya. Volume NaOH yang diperlukan untuk
titrasi dicatat. Langkah percobaan diulangi 3 kali mulai dari mengambil 25
mL campuran asam asetat-etanol yang telah diencerkan hingga menitrasi
larutan tersebut yang sudah diberi indikator dengan NaOH, lalu volum
NaOH rata-rata dihitung. Normalitas asam asetat dalam campuran reaktan
dihitung (Aa) dengan persamaan (7) yaitu
Aa=V NaOHa× N NaOH
5×
10025
(7)
6
Dengan, Aa = Normalitas asam asetat dalam campuran reaktan
asam asetat dan etanol, mgek/mL.
VNaOHa = Volume NaOH untuk titrasi asam asetat dalam
campuran reaktan asam asetat dan etanol, mL
3. Penambahan Katalis Asam Sulfat
Pada percobaan esterifikasi ini yang digunakan sebagai katalis adalah
Asam Sulfat. Asam sulfat pekat diambil sebanyak 2 mL menggunakan
pipet volum 2 mL dalam lemari asam lalu dituang ke dalam labu ukur 500
mL yang sudah diisi campuran reaktan. Agar reaktan dan katalisator asam
sulfat tercampur merata, labu ukur digojog.
Untuk mengetahui konsentrasi asam mula-mula, 5 ml campuran dari
dalam labu ukur yang telah digojog diambil dengan menggunakan pipet
volum, lalu dituang ke dalam labu ukur 100 mL yang sudah diisi aquadest
kurang lebih 90 mL. Setelah itu aquadest ditambahkan hingga tanda batas
dan digojog hingga tercampur sempurna. Kemudain sebanyak 25 mL
campuran asam asetat-etanol-asam sulfat yang sudah diencerkan dipipet
dan dituang ke dalam erlenmeyer 125 mL. Sebanyak 5 tetes indikator
phenolphtalein ditambahkan lalu larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N.
Volum NaOH yang dibutuhkan dicatat. Langkah percobaan diulangi 3 kali
mulai dari mengambil 25 mL campuran asam asetat-etanol-asam sulfat
yang telah diencerkan hingga menitrasi larutan tersebut yang sudah diberi
indikator dengan larutan NaOH, dan volum NaOH rata-rata dihitung.
Normalitas asam campuran (asam asetat dengan asam sulfat) dalam
campuran reaktan dihitung (Ato) dengan persamaan (8) yaitu
A¿=V NaOHto × N NaOH
5×
10025
(8)
Dengan, Ato = normalitas asam (asam asetat dan asam sulfat)
dalam campuran/cairan (di dalam reaktor) pada
t=0, mgek/mL
VNaOHto = Volume NaOH untuk titrasi asam (asam asetat
dan asam sulfat) dalam campuran/cairan (di
7
alam reaktor) pada t=0, mL
4. Esterifikasi Asam Asetat
Setelah alat percobaan dirangkai seperti pada gambar 1, campuran
reaktan dan katalisator yang ada dalam labu ukur 500 mL dituang ke
dalam reaktor. Pengaduk merkuri, pemanas mantel, dan pendingin bola
dinyalakan. Pemanas mantel dinyalakan pada skala 8 dan kenaikan suhu
yang terjadi dicatat. Ketika waktu yang dibutuhkan hingga suhu konstan
(sekitar 67ºC) tercapai, dicatat sebagai t=0. Kemudian skala pemanas
mantel diubah menjadi skala 6. Kemudian kira-kira 10 mL cuplikan di
dalam reaktor diambil setelah 15 menit sejak pemanasan. Suhu reaksi
dicatat.
Untuk mengetahui normalitas asam dalam sampel, diambil 5 mL
cuplikan dengan pipet volum lalu diencerkan menjadi 100 mL. Setelah
digojog hingga tercampur sempurna, 25 mL cuplikan yang telah
diencerkan lalu dipipet dan dituang ke dalam erlenmeyer 125 mL, lalu
ditambah indikator phenolphtalein. Kemudian larutan tersebut dititrasi
dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari ungu tua
menjadi bening. Selanjutnya normalitas masing-masing cuplikan dapat
dihitung (At) dengan persamaan (9) yaitu
At=V NaOHt × NNaOH
5×
10025
(9)
Dengan, At = normalitas asam (asam asetat dan asam sulfat)
dalam campuran/cairan (di dalam reaktor) pada
t=t, mgek/mL
VNaOHto = Volume NaOH untuk titrasi asam (asam asetat
dan asam sulfat) dalam campuran/cairan (di
alam reaktor) pada t=t, mL
8
demikian pula normalitas rata-rata asam. Setelah konversi asam asetat
dihitung, dapat dibuat grafik F perubahan konversi serta konsentrasi asam
asetat terhadap waktu.
D. Analisis Data
Konversi Asam Asetat
Untuk mengetahui konversi asam asetat dapat dihitung dari persamaan (4),
namun karena asam sulfat bersifat larut dalam campuran dan tidak
dipisahkan maka, maka persamaan (4) dimodifikasi menjadi persamaan
sebagai berikut :
x=nHo−nH
nHo
=( nHo+nk )−( nH +nk )
nHo
:VV
≈A¿−A t
Aa
Dengan, nk = jumlah asam sulfat, mgek
nHo = jumlah asam asetat pada t=0, mgek
nH = jumlah asam asetat pada t=t, mgek
V = volume asam campuran, mL
Dengan asumsi konsentrasi katalis dan volume campuran konstan, oleh
karena itu:
Konversi asetat ( x)=A¿−At
Aa
×100 % (10)
Dengan, Ato= normalitas asam asetat dan asam sulfat pada t=0, mgek/mL
At = normalitas asam asetat dan asam sulfat pada t=t, mgek/mL
Aa = normalitas asam asetat dalam campuran reaktan asam asetat
dan etanol, mgek/mL
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses esterifikasi adalah proses pembuatan ester dengan mereaksikan
asam karboksilat dengan alkohol. Pada percobaan ini dilakukan esterifikasi dari
asam asetat dengan etanol pada suhu konstan dengan katalisator asam sulfat.
Sebanyak 25 mL asam asetat yang dicampurkan dengan 200 mL etanol
menghasilkan konsentrasi asam asetat 1,9878 N. Konsentrasi asam asetat
ditentukan dengan cara volumetri menggunakan larutan NaOH 0,1 N (Tepatnya
0,0820 N). Sebelumnya normalitas NaOH distandardisasi dengan larutan HCl 0.1
N. Pada praktikum ini, larutan NaOH 0,1 N dibuat sendiri, sedangkan larutan HCl
sudah tersedia, namun normalitasnya harus dihitung berdasarkan data
standardisasi dan didapat normalitas HCl rata-rata 0,1028 N.
Setelah asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran reaktan lalu
dianalisis konsentrasi asam asetat dan normalitas asam sulfat dengan cara
volumetri menggunakan NaOH 0,1 N sehingga didapatkan normalitas campuran
asam (asam asetat dan asam sulfat) di reaktan sebesar 1,9900 N. Kemudian
dilakukan esterifikasi asam asetat dalam reaktor dan dianalisis konsentrasi dan
konversi asam asetat pada berbagai waktu dengan hasil perhitungan yang
ditampilkan dalam daftar I sebagai berikut:
Daftar I. Hasil Perhitungan Konversi Asetat pada Berbagai
Waktu (Ato = 1,9900 N dan Aa=1,9878 N)
No. Waktu,menit Suhu, ºC Konsentrasi
Asam, N
Konversi
Asam
Asetat, %
1 15 64 0,4636 76,9316
10
2 45 64 0,4352 78,3664
3 75 64 0,4067 79,8013
4 105 64 0,3914 80,5740
5 135 64 0,3849 80,9051
Dari data yang disajikan diatas, dapat dibuat plot grafik seperti gambar 2
dan gambar 3. Untuk pengaruh waktu reaksi dengan konsentrasi asam ditunjukkan
dengan gambar 2, sedangkan hubungan konversi dengan waktu reaksi ditunjukkan
dengan gambar 3.
0 20 40 60 80 100 120 140 1600.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
waktu, menit
Kons
entr
asi,
N
Gambar 2. Hubungan antara Waktu Reaksi dengan Konsentrasi
0 20 40 60 80 100 120 140 1600.00
10.0020.0030.0040.0050.0060.0070.0080.0090.00
waktu, menit
Konv
ersi,
%
Gambar 3. Hubungan antara Waktu Reaksi dengan Konversi
11
Dari daftar I dapat disimpulkan bahwa semakin lama reaksi esterifikasi ini
dijalankan, konsentrasi asam akan semakin berkurang dan konversi akan naik
sampai pada kondisi tertentu dimana konsentrasi dan konversi konstan.
Dari gambar 2, pada saat menit ke-0 sampai menit ke-15 konsentrasi asam
asetat turun secara drastis karena bereaksi menjadi ester ditandai dengan perbahan
bau yang khas. Mulai menit ke-15 pengurangan konsentrasi asam asetat tidak
terlalu drastis karena ada ester yang bereaksi kembali menjadi asam asetat. Pada
menit ke-120, konsentrasi tidak berubah (konstan).
Dari gambar 3, pada saat menit ke-0 sampai menit ke-15 konversi asam
asetat naik secara drastis karena bereaksi dengan ester ditandai dengan perubahan
bau yang khas. Mulai menit ke-15 penambahan konversi asam asetat tidak terlalu
drastis karena ada ester yang bereaksi kembali menjadi asam asetat. Pada menit
ke-120, konversi tidak berubah (konstan). Hasil pada gambar 2 dan gambar 3
sudah sesuai dengan teori, yaitu konsentrasi dengan waktu yang berbanding
terbalik serta konversi dan waktu yang berbanding lurua sampai pada suatu waktu
konstan.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang bersifat endotermis, yaitu reaksi
yang membutuhkan panas. Karena itu, semakin tinggi suhu yang diberikan ke
sistem, maka reaksi akan semakin cepat. Cara lain untuk mempercepat reaksi
adalah memberikan katalisator asam sulfat, pengadukan yang baik dan
memperbesar konsentrasi zat reaktan.
12
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah hubungan antara
konversi asam asetat dan waktu reaksi serta konsentrasi asam asetat dan waktu
reaksi. Semakin lama waktu reaksi, maka semakin besar konversi asam asetat +
asam sulfat+NaOH menjadi ester. Sedangkan hubungan konsentrasi asam dengan
lama waktu reaksi adalah semakin lama waktu reaksi, maka konsentrasi asam
akan semakin kecil karena berubah menjadi ester.
Kesimpulan lain yang dapat diambil antara lain perubahan bau yang terjadi
dari bau asam menjadi bau khas balon tiup dan faktor-faktor yang mempercepat
reaksi esterifikasi adalah konsentrasi reaktan yang tinggi, memberikan katalisator,
dan pengadukan saat reaksi berlangsung.
13
VI. DAFTAR PUSTAKA
Griffin, R. C., 1921, “Technical Methods of Analysis”, 2 ed., pp.309-311,
McGraw-Hill Book Company, Inc., New York.
Groggins, P.H., 1958, “ Unit Processes in Organic Synthesis”, 5th ed., pp.694-
702, McGraw-Hill Book Company, Inc., New York.
14
VII. LAMPIRAN
A. Identifikasi Hazard Bahan Kimia Dan Proses
Identifikasi Hazard Bahan Kimia
1. Asam Asetat Glasial
Bahan ini bersifat irritant apabila terkena kulit dan mata, juga pada
proses pernapasan dan berbahaya jika tertelan. Bahan tersebut juga
bersifat korosif. Bahan tersebut juga mudah terbakar dan memiliki
flash point pada suhu 39oC. Bahan tersebut reaktif dengan
oksidator, reduktor, logam, asam, dan alkali. Sangat korosif jika
dengan baja.
Apabila kontak dengan mata, langsung dibasuh dengan air
mengalir selama 15 menit. Apabila terkena kulit, langsung dibasuh
dengan air mengalir selama 15 menit serta lepas semua baju yang
terpakai, apabila sampai akut cuci dengan sabun desinfektan dan
tutupi kulit yang terkena dengan krim anti bakteri. Jika terhirup,
keluar mencari udara segar, jika terlampau akut keluarlah dari
laboratorium dan diberi oksigen. Jika tertelan, jangan sampai
dimuntahkan, longgarkan semua hal yang mengikat di tubuh.
2. Etanol Teknis
Sifat-sifat bahan tersebut antara lain berbahaya apabila terkena
kulit atau terkena mata karena menyebabkan iritasi. Bahan tersebut
mudah terbakar dan memiliki flash point pada suhu 18,5oC. Bahan
tersebut reaktif dengan oksidator, asam dan alkali.
15
Apabila kontak dengan mata, langsung dibasuh dengan air
mengalir selama 15 menit. Apabila terkena kulit, langsung dibasuh
dengan air mengalir selama 15 menit serta lepas semua baju yang
terpakai, apabila sampai akut cuci dengan sabun desinfektan dan
tutupi kulit yang terkena dengan krim anti bakteri. Jika terhirup,
keluar mencari udara segar, jika terlampau akut keluarlah dari
laboratorium dan diberi oksigen. Jika tertelan, jangan sampai
dimuntahkan, longgarkan semua hal yang mengikat di tubuh.
3. Asam Sulfat Pekat
Sifat-sifat bahan tersebut antara lain sangat berbahaya apabila
terkena kulit, mata terhirup dan tertelan karena dapat menyebabkan
korosif dan iritan. Cairannya dapat menyebabkan kerusakan
jaringan terutama pada jaringan mata, mulut dan pernapasan.
Apabila terkena kulit akan menyebabkan kulit terasa terbakar.
Bahan tersebut reaktif dengan oksidator, reduktor, zat-zat yang
mudah terbakar, zat organik, asam dan logam alkali. Sangat korosif
terhadap alumunium dan baja.
Apabila kontak dengan mata, langsung dibasuh dengan air
mengalir selama 15 menit. Apabila terkena kulit, langsung dibasuh
dengan air mengalir selama 15 menit serta lepas semua baju yang
terpakai, apabila sampai akut cuci dengan sabun desinfektan dan
tutupi kulit yang terkena dengan krim anti bakteri. Jika terhirup,
keluar mencari udara segar, jika terlampau akut keluarlah dari
16
laboratorium dan diberi oksigen. Jika tertelan, jangan sampai
dimuntahkan, longgarkan semua hal yang mengikat di tubuh.
4. Aquadest
Tidak ada hazard yang ditimbulkan pada bahan ini.
5. Natrium Hidroksida Padat
Sifat-sifat bahan tersebut antara lain sangat berbahaya apabila
terkena kulit antara lain korosif dan iritan yang dapat menyebabkan
alergi dan melepuh. Apabila kontak dengan mata akan
menyebabkan kerusakan kornea atau kebutaan akibat iritasi dan
korosif. Apabila terhirup maka akan menyebabkan iritasi pada
saluran pernapasan. Apabila tertelan akan menyebabkan kerusakan
jaringan di tenggorokan, tersedak atau meninggal. Hal ini ditandai
dengan adanya warna merah pada kulit dan mata, gatal-gatal, dan
mata berair. Bahan ini sangat reaktif dengan logam, oksidator,
reduktor, asam, dan senyawa alkali. Bahan ini sangat beracun.
Apabila kontak dengan mata, langsung dibasuh dengan air
mengalir selama 15 menit. Apabila terkena kulit, langsung dibasuh
dengan air mengalir selama 15 menit serta lepas semua baju yang
terpakai, apabila sampai akut cuci dengan sabun desinfektan dan
tutupi kulit yang terkena dengan krim anti bakteri. Jika terhirup,
keluar mencari udara segar, jika terlampau akut keluarlah dari
laboratorium dan diberi oksigen. Jika tertelan, jangan sampai
dimuntahkan, longgarkan semua hal yang mengikat di tubuh.
6. Larutan HCl
Sifat-sifat bahan tersebut antara lain sangat berbahaya apabila
terkena kulit antara lain korosif dan iritan dan menimbulkan rasa
terbakar. Apabila kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi
17
dan korosif dan menyebabkan kerusakan jaringan. Apabila terhirup
akan menyebabkan sesak napas dan iritasi pada saluran pernapasan.
Bahan tersebut sagat reaktif dengan logam, oksidator, senyawa
organik, logam lakali dan air. Sangat korosif dengan aluminium,
tembaga dan stainless steel. Bahan tersebut juga bersifat toksik.
Apabila kontak dengan mata, langsung dibasuh dengan air
mengalir selama 15 menit. Apabila terkena kulit, langsung dibasuh
dengan air mengalir selama 15 menit serta lepas semua baju yang
terpakai, apabila sampai akut cuci dengan sabun desinfektan dan
tutupi kulit yang terkena dengan krim anti bakteri. Jika terhirup,
keluar mencari udara segar, jika terlampau akut keluarlah dari
laboratorium dan diberi oksigen. Jika tertelan, jangan sampai
dimuntahkan, longgarkan semua hal yang mengikat di tubuh.
7. Indikator Phenolphthalein
Sifat-sifat dari bahan tersebut antara lain apabila terkena kulit, mata
dan tertelan, akan menyebabkan iritasi pada organ-organ tersebut.
Bahan tersebut mudah terbakar dengan memiliki flash
point12,78oC dan mudah meledak bila bereaksi/kontak dengan zat
oksidator dan asam. Sangat reaktif dengan oksidator, asam, logam
alkali, serta sangat beracun.
Apabila kontak dengan mata, langsung dibasuh dengan air
mengalir selama 15 menit. Apabila terkena kulit, langsung dibasuh
dengan air mengalir selama 15 menit serta lepas semua baju yang
terpakai, apabila sampai akut cuci dengan sabun desinfektan dan
tutupi kulit yang terkena dengan krim anti bakteri. Jika terhirup,
keluar mencari udara segar, jika terlampau akut keluarlah dari
laboratorium dan diberi oksigen. Jika tertelan, jangan sampai
dimuntahkan, longgarkan semua hal yang mengikat di tubuh.
18
Identifikasi Hazard Proses
1. Pengambilan Bahan di Lemari Asam
Bahaya yang dapat ditimbulkan antara lain tumpahnya bahan dari
lemari asam, keluarnya asap yang ditimbulkan oleh bahan. Yang
seharusnya dilakukan adalah praktikan harus berhati-hati dalam
mengambil bahan, jangan lupa menyalakan blowersupaya asap
yang keluar dari lemari asam tidak menyebar. Yang harus
digunakan untuk alat perlindungan diri antara lain goggleuntuk
menghindari kontak bahan kimia dengan mata, sarung tangan, jas
laboratorium serta sepatu tertutup untuk menghindari kontak
langsung bahan kimia dengan kulit serta masker untuk menghindari
terhirup dan tertelan bahan kimia.
2. Proses Esterifikasi
Bahaya yang dapat ditimbulkan antara lain jatuhnya alat pemutar
pengaduk merkuri sehingga dapat memecahkan semua alat
esterifikasi, meledaknya labu leher tiga karena pendingin bola tidak
berfungsi dengan baik. Yang seharusnya dilakukan adalah
mengencangkan penguat pada statif untuk menahan pengaduk
supaya tidak terjatuh ke alat esterifikasi serta menyalakan
pendingin bola.Yang harus digunakan untuk alat perlindungan diri
antara lain goggle untuk menghindari kontak bahan kimia dengan
mata, sarung tangan, jas laboratorium serta sepatu tertutup untuk
19
menghindari kontak langsung bahan kimia dengan kulit serta
masker untuk menghindari terhirup dan tertelan bahan kimia.
B. Penggunaan Alat Perlindungan Diri
1. Jas Laboratorium
Untuk melindungi tubuh/kulit dari sentuhan langsung bahan-bahan
kimia yang bersifat iritan dan korosif.
2. Masker
Untuk melindungi dari bahan bahan yang bersifat iritan dan korosif
terhirup kedalam hidung dan tertelan di mulut.
3. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari sentuhan langusng bahan-bahan
kimia yang bersifat iritan dan korosif.
4. Sepatu Tertutup
Untuk melindungi kaki dari sentuhan langsung bahan-bahan kimia
yang bersifat iritan dan korosif.
5. Goggle
Untuk melindungi mata dari kontak langsung bahan-bahan kimia
yang bersifat iritan dan korosif.
C. Manajemen Limbah
1. Larutah HCl Sisa
Larutan HCl sisa dikembalikan lagi ke botol semula agar bisa
digunakan lagi.
2. Campuran Hasil Reaksi
20
Campuran hasil reaksi dimasukkan ke dalam botol larutan ester
yang tersedia.
3. Hasil Titrasi Larutan NaOH dengan Larutan HCl
Hasil titrasi mengandung senyawa NaCl yang memiliki unsur Cl
yang merupakan halogen, sehingga limbah dibuang ke tempat
limbah halogen.
4. Hasil Titrasi Larutan NaOH dengan Larutan Sampel dan Cuplikan
Hasil titrasi tidak mengandung unsur halogenik dan tidak bersifat
asam maupun basa serta tidak mengandung logam berat, maka
limbah dibuang ke tempat limbah non halogenik.
5. Larutan NaOH Sisa
Larutan NaOH sisa dibuang ke tempat limbah basa.
D. Data PercobaanBerat NaOH: 2,0023 gram
Volume Larutan NaOH : 500,00 mL Waktu yang dibutuhkan sampai suhu konstan: 15,00 menit Berat boraks: 1. 0,3078 gram
2. 0,3050 gram 3. 0,3041 gram
Volume HCl titrasi: 1. 15,80 mL 2. 15,50 mL 3. 15,50 mL
Daftar II. Data Hasil Percobaan Esterifikasi Asam Asetat
Pukul Suhu, C
Cuplikan Vcuplikan, mL
VHCl, mL
VNaOH, mL
Perubahan Warna
Perubahan bau
1a 25,00 30,20 Bening - Senyawa
1b 25,00 30,30
21
08.55 28,50 - Ungu Kimia1c 25,00 30,40
08.55 28,50
2a 25,00
-
30,30 Bening -Ungu
Agak berubah menjadi balon
2b 25,00 30,30
2c 25,00 30,40
09.10 64,00
3a 25,00
-
7,20 Bening -Ungu
Agak berubah menjadi balon
3b 25,00 7,00
3c 25,00 7,00
09.40 64,00
4a 25,00
-
6,50 Bening -Ungu
Agak berubah menjadi balon
4b 25,00 6,70
4c 25,00 6,70
10.10 64,00
5a 25,00
-
6,10 Bening -Ungu
Agak berubah menjadi balon
5b 25,00 6,20
5c 25,00 6,30
10.40 64,00
6a 25,00
-
5,90 Bening -Ungu
Agak berubah menjadi balon
6b 25,00 6,00
6c 25,00 6,00
11.10 64,00
7a 25,00
-
5,90 Bening -Ungu
Bau seperti
balon tiup7b 25,00 5,80
7c 25,00 5,90
08.55 28,50
8a
-
20,00 25,00 Ungu - Bening
-8b 20,00 25,00
8c 19,80 25,00
22
E. Perhitungan
1. Normalitas Larutan HCl
Persamaan (5) dapat digunakan untuk menentukan NHCl
NHCl1=(2)(305,00)(381)(15.80)
=0,1023 N
NHCl2=(2)(307,80)(381)(15.50)
=0,1033 N
NHCl3=(2)(304,10)(381)(15.50)
=0,1030 N
NHCl rata-rata dihitung dengan menggunakan persamaan:
NHClrata−rata=(NHCL1+NHCL2+NHCL3)/3 (11)
NHClrata−rata=(0.1023+01033+0.1030) /3
NHClrata−rata=0.1028 N
2. Normalitas Larutan NaOH
VHCl rata-rata dihitung dengan menggunakan persamaan:
VHCl rata−rata=(VHCL1+VHCL2+VHCL3)/3 (12)
VHCl rata−rata=(20,00+20,00+19,80)/3
VHCl rata−rata=19,9333 mL
Persamaan (6) dapat digunakan untuk menghitung NNaOH
23
NNaOH=(19,9333)(0,1028)
25,00=0,0820 N
3. Konversi asam asetat
VNaOH rata-rata tiap cuplikan dihitung dengan menggunakan persamaan:
VNaOH rata−rata=(VNaOH 1+VNaOH 2+VNaOH 3)/3 (12)
Contoh: untuk cuplikan 1a-1c daftar I.
VNaOH rata−rata=(30,20+30,30+30,40)/3
VNaOH rata−rata=30,30 mL
Dengan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut:
Daftar III. Data Perhitungan Volume NaOH rata-rata untuk titrasi cuplikan
No.
Waktu t (menit)
Cuplikan VNaOH (mL) VNaOH rata-rata (mL)
10
1a 30,2030.30002 1b 30,30
3 1c 30,404
02a 30,30
30.33335 2b 30,306 2c 30,407
153a 7,20
7.06678 3b 7,009 3c 7,0010
454a 6,50
6.633311 4b 6,7012 4c 6,7013
755a 6,10
6.200014 5b 6,2015 5c 6,3016
1056a 5,90
5.966717 6b 6,0018 6c 6,0019
1357a 5,90
5.866720 7b 5,8021 7c 5,90
24
Persamaan (7),(8),dan (9) dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi asam asetat
Contoh: Daftar no II cuplikan 1
Aa=(30,30)(0,0820)
5(25,00)X 100=1,9812mgek /mL
Dengan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut:
Daftar IV. Data Perhitungan Konsentrasi Asam Asetat Tiap Cuplikan
No Waktu t (menit) Cuplikan VNaOH rata-rata A (mgek/mL)1 0 1 30,3000 1,98782 0 2 30,3333 1,99003 15 3 7,0667 0,46364 45 4 6,6333 0,43525 75 5 6,2000 0,40676 105 6 5,9667 0,39147 135 7 5,8667 0,3849
Persamaan (10) dapat digunakan untuk menghitung konversi asam asetat
Contoh: daftar no III cuplikan 2
x=(1,9900−1,9900)
1,9878X 100 %
¿0,0000 %
Dengan cara yang sama diperoleh data sebagai berikut:
25