praktikum geografi tanah

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangIndonesia merupakan negara agraris, hampir semua tanah di Indonesia sangat mendukung untuk digunakan sebagai lahan pertanian karena kesuburannya. Namun kesuburan tanah harus dijaga dengan penggunaan dan pengelolaan yang tepat. Praktikum geografi tanah adalah ilmu yang mengkaji tentang tanah, kajian yang dilakukan saat praktikum geografi tanah adalah mulai dari keadaan di sekitar tanah, lereng, tekstur, struktur, konsistensi, keasaman tanah, kandungan bahan organik, serta kandungan kapur di dalam tanah.

Praktikum Geografi Tanah akan menghasilkan berbagai informasi mengenai hal-hal di atas, informasi atau data-data tersebut haruslah benar dan akurat sehingga dalam pelaksanaanya dibutuhkan peneliti yang memiliki pengetahuan yang luas tentang tanah dan memahami tentang survei tanah. Hasil dari praktikum geografi tanah dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengelolaan tanah yang tepat. Program studi Pendidikan Geografi FKIP UNS melakukan Praktikum Geografi Tanah untuk membantu mahasiswanya dalam memahami pengetahuan dan informasi tentang tanah. Hal ini dilakukan untuk mencetak generasi yang handal. Oleh sebab itu dalam jurusan pendidikan geografi ada mata kuliah Praktikum Geografi Tanah yang dapat membantu mahasiswanya belajar mengenai tanah dan prakteknya dilapangan. Laporan ini disusun agar memberikan informasi yang baik dan benar. Dalam penyusunan laporan ini tidak luput dari kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam kelengkapan data, saran dan kritik yang membangun dapat penyusun jadikan koreksi. B. Tujuan Tujuan Praktikum Geografi Tanah secara umum adalah untuk mengenalkan kepada mahasiswa terhadap berbagai aspek dan proses

1

2

pedogenesis melalui pengamatan/ observasi dan pengukuran langsung di lapangan. Adapun tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut : 1. Mengamati, meneliti, dan menjelaskan aspek geografi fisik khusunya yang berkaitan dengan geografi tanah. 2. Sebagai tindak lanjut dari pembelajaran tentang tanah yang telah didapatkan selama mata kuliah Geografi Tanah. 3. Menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa melalui pengamatan dan penelitian secara langsung dilapangan. 4. Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai ilmu yang berkaitan dengan tanah yang telah didapatkan selama perkuliahan.5. Mengetahui proses-proses pedogenesis yang terjadi di lapangan dan mampu

membedakan horison tanah secara langsung. 6. Melatih mahasiswa berfikir secara kritis, analisis, sistematis, dan ilmiah tentang fenomena-fenomena alam dan sosial, seperti penggunaan lahan serta hubungan timbale balik antara keduanya. C. Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat akademis : a. Mengenal sifat fisik dan kimia tanah secara kualitatif. b. Mengerti penerapan ilmu Geografi Tanah di lapangan. c. Mengerti kondisi lapangan secara nyata. d. Mengerti perkembangan proses pedogenesis. e. Menambah khasanah dan pengembangan ilmu khusunya geografi. 2. Manfaat Teoritis : 1. Sebagai salah satu sumber informasi dalam penelitian dan penyusunan laporan berikutnya. 2. Sebagai suatu sumber pengetahuan baru mengenai tanah yang belum ada sebelumnya.

1

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kata tanah dapat digunakan dalam beberapa pengertian, baik pengertian sehari-hari maupun pengertian ilmiah. Tanah menurut pengertian sehari-hari menyangkut penggunaan tanah secara umum dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan secara ilmiah, tanah merupakan media tempat tumbuh tanaman. Menurut Simonson (1957; Tatat Sutarman 1992) tanah itu merupakan permukaan lahan yang kontinu menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, di puncak-puncak pegunungan, dan di tempat-tempat bersalju abadi. Menurut Soil Survey Staff (1975; Tatat Sutarman1992) tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau dapat dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya yang meliputi bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di bagian atas dibatasi oleh udara atau air yang sangat dangkal, ke samping dibatasi oleh air yang atau bahkan hamparanes atau batuan, sedangkan di bagian bawah dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut tanah, yang sulit di definisikan. ukuran terkecilnya 1 sampai 10 m tergantung pada keragaman horisonnya. A. Faktor Pembentuk Tanah Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor yang bekerja sama dalam berbagai proses, baik prosesfisik maupun kimia. Kelima faktor tersebut adalah iklim, makhluk hidup, bahan induk, topografi, dan waktu. Jenny (1946; Isa Darmawijaya 1992) merumuskan korelasi sifat-sifat tanah diantara faktorfaktor genese tanah sebagai berikut :s = f (I, h, b, t, w,) s : tiap sifat tanah yang seperti kadar lempung, pH, dll. i : iklim h : makhluk hidup b : bahan induk t : topografi w : waktu

3

4

1. Iklim Iklim sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Setiap suhu naik 10C maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi oleh mikroorganisme juga sangat dipengaruhi oleh suhu tanah. Curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat, sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat. Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah mengalami pelapukan lanjut, rendah kadar unsur hara dan bereaksi masam. Di daerah-daerah yang beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian timur, pencucian tidak berjalan intensif sehingga tanahnya kurang masam dan lebih tinggi kadar basanya. 2. Bahan Induk Bahan induk berwujud batuan, mineral-mineral, dan zat organik. Bahan induk sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah. Tanah biasanya dapat mencirikan asal bahan induknya, namun hal ini tidak selalu terjadi. Isa Darmawijaya (1992) mendefinisikan tanah yang memperlihatkan sifat-sifat (terutama kimia) yang sama dengan bahan induknya digolongkan dalam tanah-tanah endodynamomorf, sedangkan tanah-tanah lainnya yang memperlihatkan sifat-sifat yang lain dari bahan asalnya digolongkan dalam tanah-tanah ectodynamomorf. Sifat-sifat penting yang mempengaruhi proses pelapukan antara lain tekstur batuan, struktur batuan, kadar Ca yang dikandung bahan induk, dan jenis mineral yang menyusun batuan. Tiap sifat bahan induk tersebut merupakan faktor pengubah bebas dalam proses pembentukan tanah. Tekstur batuan biasanya menentukan dalamnya profil tanah. makin ringan tekstunya, makin dalam profil tanahnya. Granit bertekstur kasar di daerah beriklim lembab-sedang lebih cepat mengalami pelapukan dari pada granit

5

yang bertekstur halus, meskipun mempunyai susunan mineral dan kimia yang sama. Susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya mempengaruhi intensitas pelapukan, tetapi kadang-kadang menentukan jenis vegetasi alami yang tumbuh di atasnya. Terdapatnya batu kapur di daerah lembab akan menghambat tingkat kemasaman tanah. Di samping itu, vegetasi yang hidup di atas tanah berasal dari batu kapur biasanya banyak mengandung basa-basa. Dengan adanya pengembalian basa-basa tanah atas melalui serasah dari vegetasi tersebut, maka proses pengasaman tanah menjadi lebih lambat. 3. Makhluk hidup Pengaruh organisme dalam proses pembentukan tanah tidaklah kecil. Akumulasi bahan organik, siklus unsus hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipegnaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman. Demikian juga dengan vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat merupakan penghalang untuk terjadinya erosi sehingga mengurangi jumlah tanah permukaan yang hilang. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman juga sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Vegetasi hutan membentuk tanah-tanah hutan berwarna merah sedang vegetasi rumput-rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyaknya sisa-sisa bahan organik yang tertinggal dari akar-akar dan sisa rumput. 4. Topografi Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk didalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara: a. Mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah, Relief

6

b. mempengaruhi dalamnya air tanah, c. mempengaruhi besarnya erosi, dan d. mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya. Topografi suatu daerah dapat dapat menghambat atau

mempercepat pengaruh iklim. Di daerah yang datar atau cekung dimana air tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibaat genangan air tersebut. Sifat-sifat tanah yang umunya berhubungan dengan relief adalah tebal solum, tebal dan kandungan bahan organik horison A, kandungan air tanah (relative wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horison, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut dan lain-lain. 5. Waktu Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanahtanah yang semakin tua juga semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tingal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Profil tanah juga semakin berkembang dengan meningkatnya umur. Karena proses pembentukan tanah terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda (immature atau young soil), tanah dewasa (mature soil), dan tanah tua (old soil). a. Tanah muda Pada tingkat ini proses pembentukan tanah utama berupa proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah karena pengaruh bahan organik tersebut. Hasilnya adalah pembentukan horion A dari C. adalah jenis tanah entisol (alluvial, Regosol). Sifat tanah masih didominasi oleh sifat-sifat bahan induknya. Yang termasuk tanah muda

7

b. Tanah dewasa Dengan proses yang lebih lanjut maka tanah-tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa yaitu dengan proses pembentukan horison B. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur-unsur hara dalam tanah cukup tersedia, akibat pelapukan mineral dan pancucian unsur hara belum lanjut. Andosol dll), Vertisol, Mollisol dan sebgainya. c. Tanah tua Dengan menignkatnya umur maka proses pembentukan tanah berjalan lebih lanjut. Sehingga terjadi perubahan-perubahan yang lebih nyata pada horison A dan B. Disamping itu pelapukan mineral dan pencucian basa-basa makin meningkat sehingga tinggal mineral-mineral yang sukar lapuk di dalam tanah dan tanah menjadi kurus dan masam. Jenis-jenis tanah tua tersebut antara lain adalah tanah Ultisol (Podsolik Merah Kuning) dan Oxisol (Laterit). Kekeringan dan erosi dapat menghambat perkembangan tanah. Dalam periode waktu yang sama (umur yang sama) tanah disuatu tempat mungkin telah berkembang lanjut sedangkan di tempat lain yang beriklim kering atau terus-menerus tererosi mungkin tanahnya belum berkembang. Oleh karena itu tua mudanya tanah tidak dapt dinyatakan dari umur tanah tersebut (dalam tahun), tetapi harus didasarkan pada tingkat perkembangna horison yang ada. B. Deskripsi Tanah1. Informasi seputar titik sampel a. Tempat penelitian Tempat penelitian yang di lakukan di daerah mana yang di gunakan sebagai obyek kegiatan praktikum Geografi Tanah. Letak administrasi suatu

Jenis tanah yang

termasuk dalam tingkat ini antaara lain Inceptisol (Latosol Coklat,

8

daerah mencakup desa, kecamatan, kabupaten, sedangkan untuk letak geografis dapat di lihat di peta. Di lokasi penelitian juga bisa menentukan lokasi astronomis (berdasarkan garis lintang dan garis bujur) dengan menggunakan GPS. b. Seri, fase dan simbol satuan peta Isian dalam seri diisi sesuai dengan seri yang di wakili pengamatan profil yang dilakukan, untuk fase diisi sesuai dengan fase yang digunakan untuk menyusun suatu peta tanah. Sedang pada isian kolom simbol suatu peta diisi sesuai dengan simbol suatu peta dimana pengamatan sedang digunakan. c. Relief Relief dibedakan menjadi dua, yaitu relief makro dan relief mikro. 1) Relief Makro, adalah perbedaan ketinggian dari permukaan lahan pada sekala yang luas. 2) Relief Mikro, adalah perbedaan tinggi permukaan lahan baik alami maupun buatan pada skala sempit. d. Jenis Vegetasi Deskripsi mengenai vegetasi mencakup vegetasi yang dominan dan vegetasi spesifik yang terdapat di daerah pengamatan. Informasi mengenai vegetasi ini dapat membantu dalam pendugaan sementara (di lapangan) terhadap kondisi tanahnya. Deskripsi mengenai penggunaan lahan mencakup bentuk penggunaan lahan, tanaman yang di budidayakan, pola tanam, pengelolaan, pupuk yang di gunakan, hama atau penyakit yang dijumpai dan hasil dari lahan tersebut. Informasi mengenai penggunaan lahan di daerah penelitian berguna pada tahap interpretasi hasil survey, yaitu penelitian tanah di daerrah penelitian untuk penggunaan tertentu serta pengelolaannya yang sesuai agar dapat memberikan hasil yang optimal.

9

2. Morfologi Luar a. Drainase Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa run-off maupun peresapan air kedalam tanah. Drainase sebagai sifat tanah dapat pula diartikan sebagai frekuensi dan lamanya tanah bebas dari kejenuhan air. Evaporasi dan transpirasi menyebabkan penguapan air. Drainase tanah selain tampak akibat hasil pengamatan ciri morfologi tanah lain, juga dapat diamati langsung. Klasifiksi drainase internal dan eksternal adalah sebagai berikut. 1) Drainase luar (eksternal) Drainase luar diamati dengan menentukan perbandingan relatif jumlah air yang mengalir di permukaan tanah dari bidang tanah ke lain tempat terhadap jumlah curah hujan. tanah meresap air.a) Sangat cepat (very rapid)

Faktor yang

mempengaruhi drainase permukaan adalah topografi dan kemampuan

Air hujan yang jatuh langsung mengalir meninggalkan permukaan tanah, sangat sedikit yang meresap ke dalam tanah, lereng curam, dan peresapan tanah jelek.b) Cepat (rapid)

Sebagian air hujan mengalir meninggalkan permukaan, sebagian kecil meresap ke dalam tanah, lereng curam, dan peresapan tanah agak baik.c) Sedang (medium)

Air hujan sementara waktu tinggal di permukaan dan meresap kedalam tanah, kandungan air optimal untuk pertumbuhan tanaman. Lereng melandai peresapan tanah baik.

10

d) Lambat (slow)

Air hujan sebagian besar tergenang di permukaan, kemudian meresap ke dalam tanah atau menguap. Daerah datar dan porositas tanah rendah.e) Sangat lambat (very slow)

Air hujan seluruhnya tergenang di permukaan, kemudian meresap ke dalam tanah atau menguap. Daerah datar agak cekung, dan porositasnya rendah.f) Tergenang (ponded)

Air hujan seluruhnya tergenang.

Daerah cekungan

porositasnya sangat rendah atau tertahan lapisan kedap. 2) Drainase dalam Drainase dalam adalah kualitas tanah yang menurunkan sejumlah air dinyatakan dalam frekuensi dan lamanya penjenuhan air,dan selanjutnya hal ini dipengaruhi oleh tekstur, dan struktur. Dalam drainase dalam, klas drainase ditentukan dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam penampang tanah. Gejalagejala tersebut antara lain adalah warna tanah yang pucat, kelabu, atau adanya bercak-bercak karatan. Warna tanah yang pucat atau kelabu kebiru-biruan Bercak menunjukkan adanya pengaruh genangan air yang kuat.

karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat masuk ke dalam tanah sehingga terjadi oksidasi di tempat dan terbentuk senyawa-senyawa Fe++ (besi) yang berwarna merah. Bila air tidak pernah menggenang sehingga tata udara alan tanah selalu baik, maka seluruh profil tanah dalam keadaan oksidasi (Fe+++). Oleh karena itu, tanah umumnya berwarna merah coklat.

11

a) Berlebihan Kelebihan air akan segera keluar dari tanah dan sangat sedikit air yang ditahan oleh tanah sehingga tanaman aka segera kekurangan air. b) Baik Tanah mempunyai peredaran udara baik,. Seluruh profil tanah dari atas sampai ke bawah (200cm) berwarna terang yang seragam dan tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu. c) Agak baik Tanah memliki peredaran udara baik di daerah perakaran. Tidak terdapat bercak berwarna-bercak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah. d) Agak buruk Lapisan tanah atas mempunyai peredaran udara baik, tidak terdapat bercak-bercak berwarna kuning, kelabu, atau coklat. Bercak terdapat pada seluruh lapisan bawah. e) Buruk Bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan. f) Sangat buruk Seluruh lapisan atas sampai lapisan permukaan berwarna kelabu dan lapisan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak berwarna kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman.

12

b. Keadaan batuan Menurut ukurannya batu dipermukaan dibedakan atas kerikil, batu kecil, dan batu besar/bongkah. 1) Kerikil Berdiameter >2mm dan jika bentuknya bulat mencapai 25cm jika berbentuk bulat, sedangkan >40cm jika berbentuk pipih. Pengelompokan:a) Sangat banyak, > 90% Permukaan tanah tertutup.

Tidak dapat

digunakan untuk produksi pertanian.

13

b) Banyak, 15 90% Permukaan tanah tertutup.

Pengolahan dan Pengolahan tanah

penanaman menjadi sangat sulit.c) Sedang, 3 15% Permukaan tanah tertutup.

mulai agak sulit.d) Sedikit, 0,01 3% Permukaan tanah tertutup. Pengolahan tanah

dengan

mesin

agak

terganggu,

tetapi

tidak

mengganggu

pertumbuhan tanaman.e) Tidak ada, < 0,01% Permukaan tanah tertutup.

3. Morfologi Dalam a. Horison Tanah Horison tanah adalah lapisan atau bahan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi dan berbeda dari lapisan disebelah atas ataupun bawahnya yang secara genetic ada kaitannya. Perbedaan tersebut dapat bersifat fisik, kimia, biologi atau cirri-ciri seperti warna, struktur, tekstur, konsistensi, macam dan jumlah organisme yang terdapat, tingkat kemasaman atau alkalian, dsb. Horison dan atau lapisan tanah diberi symbol dengan huruf capital O, A, E, B, C dan R. Keterangan dari masing-masing horison tanah adalah sebagai berikut : O adalah symbol untuk horison atau lapisan yang didominasi oleh bahan organic. A adalah symbol untuk horison tanah mineral yang terbentuk pada

tanah lapisan atas atau dibawah horison O, yang menunjukkan hilangnya seluruh atau sebagian struktur batuan asli dan memperlihatkan satu atau lebih sifat berikut :1) Dicirikan oleh akumulasi bahan organik terakumulasi bercampur

sangat intensif dengan fraksi mineral dan tidak didominasi oleh sifatsifat yang merupakan karakteristik horison A atau B.

14

2) Memiliki sifat-sifat yang diakibatkan

oleh pengolahan tanah,

penggembalaan atau gangguan lain yang sejenis. E adalah symbol untuk horison yang mengalami proses pencucian

maksimal, dicirikan oleh warna yang lebih terang daripada horison B yng terletak dibawahnya. Umumnya terdapat pada tanah spodosols, dijumpai didaerah dataran berawa disumatera atau Kalimantan. Pencucian yang diakibatkan proses elufiasi menyusutkan kandungan lempung silikat, besi, alumunium atau kombinasi senyawa lainnya dan meninggalkan butir-butir pasir hingga debu. B adalah symbol untuk horison yang terbentuk dibawah horison A, E

atau O yang telah mengalami perkembangan horison hingga mencirikan hilangnya seluruh atau sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan satu atau lebih sifat berikut :a) Penimbunan elufiasi lempung silikat, besi, aluminium, humus,

karbonat, gips, silica atau kombinasinya.b) Gejala menyusutnya kandungan karbonat (CaCO3, MgCO3) c) Penimbunan residual dari seskuioksida (Fe2O3 + Al2O3) d) Penyelaputan seskuioksida yang menyebabkan horisonnya secara

mencolok mempunyai value lebih rendah kroma lebih tinggi atau hue lebih merah dibandingkan horison diatas atau dibawahnyae) Proses alterasi yang membentuk mineral lempung pembebasn oksida-

oksida (Fe, Al, Si) dan membentuk struktur atau kerapuhan. C adalah simbol untuk horison atau lapisan bahan induk tanah sedikit

dipengaruhi oleh proses pedogenik mungkin telah mengalami modifikasi wlaupun tidak terdapa gejala pedogenik. Termasuk horison C apabila batuan hancur dalam perendaman air selama 24 jam.

15

R

adalah simbol untuk lapisan batuan induk misalnya granit, basaal,

batu gamping, batu pasir dll. b. Batas-batas horison Batas suatu horison dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam pengamatan ditanah lapang ketajaman peralihan horison-horison ini dibedakan kedalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan < 2. ,5 cm), jelas (lebar peralihan 2,5 6,5 cm), berangsur (lebar peralihan 6,5 12,5 cm) dan baur (lebar peralihan > 12,5 cm). disamping itu bentuk topografi dari batas horison tersebut dapat rata berombak tdak teratur atau terputus. (Hardjowigeno, Sarwono 1993 : 4). Horison A Horison B Horison C Rata A B C BerombakGambar 1. Horison tanah

A B C Tidak teratur

A B C Terputus

Batas horison atau lapisan dinyatakan dalam kejelasan dan bentuk peralihan (topografi batas). Penjelasan : a (aburpt) simbol untuk peralihan sangat jelas, lebar peralihan < 2 cm. c (clear) simbol untuk peralihan jelas lebar peralihan 2-5 cm. g (gradual) simbol untuk peralihan berangsur lebar peralihan 5-12 cm. d (diffuse) simbol untuk peralihan baur, lebar peralihan > 12 cm. Bentuk peralihan : s (smooth) simbol untuk bentuk peraihan relative rata. Berikut adalah symbol yang digunakan untuk kejelasan dan bentuk peralihan.

16

w (weavy) simbol untuk bentuk peralihan berombak, lebarnya lebih besar daripada dalamnya. i (irregular) simbol untuk bentuk peralihan tidak teratur, lebar lebih kecil daripada dalamnya. b (brokken) simbol untuk batas terputus. Misalnya peralihan dari horison A ke B jelas berombak, maka simbolnya adalah cw. c. Kedalaman Tanah (Solum) Merupakan tubuh tanah yang terdiri dari Topsoil (tanah atasan) dan Subsoil (tanah bawahan), di mana Topsoil terdiri dari Surfacesoil (tanah permukaan) dan Sub Surface soil (tanah bawah permukaan). Solum tanah ini merupakan landasan penting bagi memilah tubuh tanah individu. Solum tanah merupakan suatu profil tanah tidak lengkap. Walaupun batasnya seerhana namun pemakaiannya di lapangan cukup membingungkan, khususnya dalam menetapkan batas bawah suatu solum tanah secara praktikal adalah melalui pensidikan pad jeluk penetrasi perakaran tanaman tahunan. Pada tanah-tanah yang tidak memiliki lapisan padat yang bisa menghambat penetrai akar, maka perakaran tanaman akan berpulang menembus sampai perbatasan mintakan tanah dan bahan biologis (bahan bukan tanah). Solum tanah sulit diinterpretasikan memuaskan jika pengamatannya melibatkan paling sedikit satu lapisan di bawah solum agar bsa memperoleh jawaban mengapa mintakat perakaran perakaran erhenti pada suatu mintakat atau mengapa bahan lindian dari mintakat terlonggok di bawah mintakat itu. Dalam solum tanah ini terdiri dari horison tanah yaitu A, E dan B. d. Tekstur Tekstur tanah menurut Henry D. Foth adalah ukuran relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada

17

kehalusan atau kekasaran tanah.

Lebih khasnya, tekstur merupakan

perbandingan relatif pasir, debu, dan tanah liat. Tekstur tanah menunjukkan fraksi dominan dari ketiga fraksi tanah tersebut. Fraksi / zarah / butir / partikel dibedakan menjadi: Jogja Sand Silt Clay Pasir Debu Lempung Bogor Pasir Debu Liat

Ukuran masing-masing fraksi tanah : Fraksi sand : diameternya antara 2 mm 0,05 mm Fraksi Silt : diameternya antara 0,05 mm 0,002 mm Fraksi Clay : diameternya antara < 0,002 mm Cara pengukuran tekstur tanah dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara kuantitatif (uji laboraturium) dan secara kualitatif (di lapangan). 1) Secara Kuantitatif Pengukuran tekstur tanah di laboraturium dilakukan dengan hasil akhir berupa persentase perbandingan antar fraksi sand, silt dan clay. Setelah diperoleh persentase perbandingan antar fraksi kemudian dicocokkan degan segitiga tekstur tanah. 2) Secara kualitatif Pengukuran tekstur tanah yang dilakukan secara kualitatif atau dilapangan dapat dilakukan dengan 2 cara : a) Dengan meremas atau mengulin antara ibu jari dengan jari telunjuk Caranya dengan mengambil segumpal tanah sebesar kelereng kemudian diremas atau diulin. Ketentuannnya sebagai berikut: Jika tanah dalam keadaan kering hendaknya dibasahi terlebih dahulu agar lebih mudah diuli.

18

(1) Bila terasa kasar, tidak dapat dibentuk, partikel pasir yang dominan

disebut tanah bertekstur pasir.(2) Bila terasa halus, licin seperti sabun atau serbuk talk bila kering,

dapat dibentuk tetapi mudah pecah, partikel debu yang dominan, disebut tekstur debu (silty).(3) Bila dalam keadaan basah melincir, liat dan lekat, mudah sekali

dibentuk dan tidak mudah pecah disebut tekstur lempung (clay).(4) Bila terasa kasar, halus dan liat secara bersama dalam proporsi

yang kurang lebih sama disebut tekstur geluh (loam). b) Uji manipulasi (manipulation test) Uji manipulasi merupakan salah satu cara yang digunakan dalam menetapkan tekstur tanah. Cara ini termasuk dalam cara Caranya dengan mengambil kualitatif yang dilakukan dilapangan.

tanah yang kemudian dibentuk melingkar menyerupai gelang. Adapun hasil yang diperoleh sebagai berikut :(1) A Simple Hillock. Teksturnya tergolong dalam kelas pasir (sand). (2) A Tablet. Teksturnya tergolong dalam Kelas pasir geluhan (loamy sand). (3) A Roll of 10cm With Crack. Teksturnya tergolong dalam Geluh pasiran

(sandy loam).(4) A Roll 10 cm Without Crack. Teksturnya tergolong dalam Kelas geluh

(loam).(5) A Horse Shoe With Crack.

Teksturnya tergolong dalam Kelas geluh

lempungan (clay loam).(6) A Horse Shoe Without Crack. Teksturnya tergolong dalam Kelas lempung

geluhan (loamy clay).(7) An Enclosure Without Crack. Teksturnya tergolong dalam Kelas lempung

(clay).

e. Struktur

19

Struktur tanah ialah sifat fisik tanah yang menyatakan cara terikat dan letak butir tanah yang satu dengan yang lain. Klasifikasi struktur tanah dibedakan berdasarkan pada bentuk dan susunan agregat atau yang disebut tipe struktur, ukuran atau diameter agregat yang dinamakan kelas struktur, serta kemantapan atau kekuatan agregat yang dinamakan derajat struktur. Tipe struktur tanah dibedakan menjadi 4 macam, yaitu : 1. Tipe granuler Bersifat secara nisbi kurang-tidak berpori. Tipe remah / crumb lebih berpori.

Gambar 2. Struktur tanah tipe granuler

2. Tipe lempeng

Gambar 3. Struktur tanah tipe lempeng

3. Tipe gumpal

20

Tipe gumpal bersudut ialah yang rusuk-rusuknya bersegi tajam. Tipe gumpal membulat berusuk bersegi tak tajam.

Gambar 4. Struktur tanah tipe gumpal

4. Tipe tiang Tipe tiang prismatik ialah yang ujung maupun rusuknya bersegi. Tipe tiang kolumnar rusuk bersegi, tetapi ujungnya membulat.

Gambar 5. Struktur tanah tipe tiang

Tabel 1. Klasifikasi ukuran struktur tanah Ukuran struktur tanah tipe granuler / kersai Ukuran struktur tanah Sangat halus Halus Sedang Kasar Sangat kasar Ketebalan < 2 mm 1 2 mm 2 5 mm 5 10 mm > 10mm

21

Ukuran struktur tanah tipe lempeng (platy) Ukuran struktur tanah Sangat tipis Tipis Sedang Tebal / kasar Ketebalan < 1mm 1 2 mm 2 5 mm 5 10 mm

Sangat tebal > 10mm Ukuran struktur tanah tipe gumpal Ukuran struktur tanah Sangat halus Halus Sedang Kasar Ketebalan < 5mm 5 10 mm 10 20 mm 20 50 mm

Sangat Kasar > 50 mm Ukuran struktur tanah tipe tiang Ukuran struktur tanah Sangat halus Halus Sedang Kasar Sangat Kasar Ketebalan < 10 mm 10 20 mm 20 50 mm 50 100 mm > 100 mm

f. Konsistensi Menurut Henry D. Foth, konsistensi adalah resistensi tanah terhadap deformasi atau kepecahan dan ditentukan oleh sifat sifat kohesif dan andhesif seluruh massa tanah. Sementara struktur berkaitan dengan bentuk, ukuran, dan kebedaan agregat tanah alami, konsistensi berkaitan dengan kekuatan dan keadaan gaya antarpartike. Konsistensi itu penting untuk pembajakan dan pertimbangan lalu lintas. Bukit pasir menunjukkan sifat sifat kohensif dan andhesif yang minimum serta mudah terderformasi sehingga kendaraan bermotor dapat macet. Tanah

22

liat dapat begitu lengket bila basah sehingga menyebabkan pembajakan menjadi sulit. Konsistensi dipertelakan untuk tiga taraf kelembapan yaitu basah, lembab, dan kering. Suatu tanah mungkin lengket bila basah, kenyal bila lembab, dab keras bila kering. Istilah istilah yang digunakan untuk mempertelakan lkonsistensi mencakup :1) Tanah basah/ tak lengket, lengket, tak plastis, plastis. 2) Tanah lembab/lepas, mudah rontok, kenyal. 3) Tanah kering/lepas, halus, keras.

Perekatan (cementation) juga merupakan tipe konsistensi dan disebakan oleh bahan perekat seperti kalsium karbonat, silika, atau oksida oksida besi dan aluminium. Perekatan itu sedikit diupengaruhi oleh kandungan air. Terekat atau mengeras digunakan unyuk Tanah yang mengeras itu begitu keras mempertelakan perekatan.

sehingga diperlukan pukulan palu yang keras untuk memecahkan tanah itu dan pada umumnya palu akan berdering sebagai akibat pukulan itu. Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah atau daya adhesi butir tanah dengan benda lainnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan percobaan, perbedaan konsistensi tanah bergantung pada tekstur, kadar bahan organik, kadar dan sifat koloid serta kadar lengas tanah. Penggolongan konsistensi tanah dalam hubungannya dengan kadar lengas sebagai berikut :1) Konsistensi lekat, berciri dapat melekat atau menempel macam-

macam benda yang mengenainya.2) Konsistensi liat atau plastik, bercirikan keliatannya dapat diuli. 3) Konsistensi lunak, bercirikan kegemburan. 4) Konsistensi keras, bercirikan kekerasan, pecah-pecah bila dibelah.

Penggolongan konsistensi tanah dalam keadaan basah.

23

1) Kelekatan/ stickiness, menunjukkan kekuatan adhesi (melekat) dengan

benda lain 0. tidak lekat (non stickiness), tidak melekat pada jari tangan atau benda lain. 1. agak lekat (slightly stickiness), sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain. 2. lekat (sticky), melekat di jari tangan atau benda lain. 3. sangat lekat (very stickiness), sangat melekat pada jari tangan atau benda lain. 2) Plastisitas/ plasticity, menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan. 0. tidak plastis (non plasticity), tidak dapat membentuk gulungan tanah. 1. agak plastis (slightly plasticity), hanya gulungan tanah kurang dari 1 cm yang dapat terbentuk. 2. plastis (plastic), dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1cm, diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut. 3. sangat plastis (very plasticity), dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm, diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut. Konsistensi dalam keadaan lembab. 0. lepas-lepas (loose) non coherent 1. sangat gembur (very friable), gumpalan tanah bila dipijat mudah hancur. 2. gembur (friable), gumpalan tanah bila dipijit agak kuat baru hancur. 3. teguh (firm), gumpalan tanah bila dipijat agak sukar hancur. 4. sangat teguh (very firm), gumpalan tanah bila ditekan kuat-kuat yang menyakitkan baru hancur.

24

5. luar biasa teguh (extremely firm), gumpalan tanah dipijit tidak hancur kecuali dengan sarana lain. Konsistensi dalam keadaan kering. 0. lepas-lepas (loose) non coherent 1. lunak (soft), massa tanah berkohesi lemah dan rapuh, ditekan sedikit saja hancur. 2. agak keras (slightly hard), agak tahan terhadap pijitan. 3. keras (hard) 4. sangat keras (very hard) 5. luar biasa keras (extremely hard) g. Kadar kapur dalam tanah Selain kadar bahan organik tanah yang dapat diindikasikan sebagai tingkat kesuburan tanah, kadar kapur juga dianalisis sebagai indikasi tingkat kandungan kapur yang bisa mempengaruhi reaksi kimia dalam tanah. Pengaruh kapur terhadap tanah dapat meliputi proses pembentukan agregat tanah, pengikatan hara oleh tanah, dan parameter tanah lain yang berhubungan dengan kegiatan biologi dalam tnah. Analisis kadar kapur tanah secara kualitatif atau yang biasa dilakukan di lapangan yaitu meneteskan contoh tanah dengan larutan HCL 10%. Apabila tanah mengandung kapur maka akan terjadi reaksi atau pembuihan semakin banyak kandungan kapur dalam tanah maka reaksi yang terjadi semakin besar/hebat. Persamaan reaksi kimia yang terjadi pada tanah yang mengandung kapur adalah sebagai berikut : CaCO3 + 2 HCL CaCL2 + CO2 + h2O Kapur dalam tanah dinotasikan sebagai kalsium karbonat (CaCO3) ditambahkan dengan HCL 100% sehingga menghasilkan garam CaCl2, air (H2O), dan gas karbondioksida (CO2).

25

Tabel 2. Klasifikasi kandungan kapur Kandungan kapur Tidak Ada Sangat sedikit Sedikit Banyak Sangat Banyak C + ++ +++ ++++ Kode Kriteria Tidak ada reaksi Beberapa buih kelihatan Buih buih Nampak Buih membentuk busa tipis Buih membentuk busa tebal

h. Keadaan Perakaran Tanah Keadaan perakaran tanah mencerminkan permeabilitas dan kesuburan tanah serta batas kedalaman efektif . Pengamatan kondisi perakaran yang sangat perlu diperhatikan meliputi jumlah dan ukuran perakaran pada setiap horison. Keadaan perakaran dideskripsikan secara kualitatif pada tiap lapisan dan secara rinci disebutkan jumlah dan ukurannya. Kelas ukuran perakaran adalah sebagai berikut: Tabel 3. Klasifikasi kelas ukuran tanah Ukuran Sangat halus Halus Sedang Kasar Reaksi Tanah (pH tanah) Reaksi yang terjadi di dalam tanah diindikasikan oleh pH tanah yang menunjukkan tingkat keasaman atau kealkalian tanah yang dinyatakan dalam nilai pH. Nilai pH merupakan pembacaan logaritma ion H+ atau OH- yang ditangkap oleh alat pengukur dari hasil pelepasan fraksi-fraksi tanah ketika diberi larutan tertentu. Pengamatan pH tanah Ukuran diameter < 1 mm 1 2 mm 2 5 mm >5 mm

26

dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pengukuran pH aktual dan pengukuran pH potensial. 1) Pengukuran pH aktual Pengukuran pH aktual dilakukan dengan air (H2O). pengukuran pH menggunakan metode kalorimetri, yaitu menggunakan kertas pH atau pH stick yang dicelupkan pada larutan tanah. Terlebih dahulu sampel tanah dicampurkan dengan larutan H2O dengan perbandingan tanah dan air sekitar 2:5 ke dalam tabung reaksi. Tabung kemudian digojog hingga homogen dan didiamkan beberapa saat. Kemudian didiamkan beberapa saat. dibasahi dengan airnya saja). yang menunjukkan nilai reaksi tanah. pH stick dimasukkan ke dalam larutan tepi dan jangan sampai terkena endapan tanah (hanya Warna di pH stick kemudian dicocokkan dengan warna pH kit sehingga akan didapatkan angka

2) Pengukuran pH potensial Pengukuran pH potensial pH aktual. dilakukan dengan larutan KCl.

Prosedur pengukuran pH potensial sama dengan prosedur pengukuran

Apabila nilai pH KCl dikurangi nilai pH H2O adalah -0,5 atau lebih besar (negatif 0,5 atau lebih kecil, nol, atau bernilai positif), dimungkinkan tanah tersebut mempunyai lempung bermuatan aneka (variable charge clay). Selain menggunakan metode kalorimetri, Cara pengukurannya adalah dengan pengukuran reaksi tanah juga menggunakan alat pengukur kelambaban tanah/ soil moisture tester. membasahi tanah terlebih dahulu dengan aquades, kemudian soil

27

moisture tester ditancapkan ke dalan tanah. Setelah itu tinggal dilakukan pembacaan pH tanah yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.

Tabel 4. Klasifikasi nilai reaksi tanah (pH tanah) Nilai pH 9,0 Kelas Reaksi Tanah Ultra masam Ekstrim masam Masam sangat kuat Masam kuat Masam Agak masam Netral Agak alkalis Alkalis Alkalis kuat Alkalis sangat kuat

28

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Survey Tanah Untuk dapat mempelajari kondisi, gejala, dan proses pembentukan tanah, cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan meneliti di beberapa lokasi tersebut. Dalam melaksanakan penelitian tanah, tidak cukup dengan melihat apa yang ada di lapangan. Pekerjaan lapangan dilakukan melalui 4 pendekatan, yaitu : 1. Observasi (pengamatan) Langkah pertama dalam penelitian adalah mengetahui informasi fisik maupun sosial ekonomi di lokasi penelitian melalui observasi atau pengamatan terhadap suatu gejala atau masalah. Pengamatan tersebut meliputi semua gejala fisik berupa data fenomena di lapangan yang nantinya digunakan dalam analisis kondisi-kondisi fisik di daerah tersebut serta dapat menggambarkan secara utuh semua proses-proses alam yang terjadi di daerah tersebut dalam dimensi ruang dan waktu. Pengamatan terhadap data/ kenampakan di lapangan harus dilakukan se-obyektif mungkin agar menghasilkan data konkrit yang nantinya digunakan dalam proses analisis. Pengamatan obyektif yang dimaksud adalah melihat sesuatu yang sesuai dengan keadaan di lapangan, sehingga akan menghasilkan hasil pengamatan yang nyata di lapangan tahap penganalisisan atau menciptakan data baru. 2. Induksi dan deduksi Langkah kedua adalah dengan melakukan pendekatan deduksi dan induksi. Induksi yaitu penafsiran yang ditarik sebagai akibat atau pengaruh langsung dari suatu keadaan atau gejala di lapangan, sedangkan deduksi adalah suatu penafsiran yang di ambil dari teori yang ada. Langkah ini diharapkan agar mahasiswa dapat berfikir logis dan kritis terhadap fenomena-fenomena alam atau gejala yang diamati.

28

29

3. Wawancara Wawancara merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data secara langsung dari narasumber/ responden. Narasumber berasal dari warga sekitar lokasi penelitian yang mengeti akan kondisi daerah tersebut secara umum. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui keadaan daerah penelitian secara umum, misalnya keadaan sosial ekonomi di daerah penelitian. 4. Lain-lain Selain dari ketiga pendekatan yang telah di uraikan diatas, terdapat juga pendekatan yang telah dilakukan yaitu menggunakan buku-buku yang mendukung di dalam penelitian ini (telaah kepustakaan). Pengambilan sampel dilakukan disetiap titik penelitian atau profil tanah dan sebelum dilakukan pengambilan sampel tanah terlebih dahulu dilakukan pembuatan profil tanah. Dalam pembuatan profil tanah perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Harus mewakili daerah atau wilayah penelitian. b. Tanahnya masih asli, artinya masih benar-benar merupakan hasil proses pedogenesis atau belum ada campur tangan manusia. c. Dalam pengambilan sampel perlu dihindari adanya penyinaran matahari secara langsung agar sifat-sifat tanah seperti warna dan batas-batas horison tidak dibiaskan. B. Alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam melakukan survey terestrikal tanah adalah sebagai berikut :1. Peta RBI lembar Cawas skala 1:25. 000

2. Bor tanah3. Buku warna tanah (Munsell)

4. Cangkul

30

5. Kompas geologi 6. pH meter 7. Altimeter 8. Kamera 9. Lup 10. Pustaka ( buku panduan ) 11. Kalkulator 12. Kertas putih 13. Tabung reaksi 14. Pipet 15. Larutan HCl, KCl, H2O2 C. Macam Data Di dalam penelitian ini data yang diperlukan diperoleh dari lapangan secara langsung (data primer) dan dari data lain yang sudah ada sebelumnya (data sekunder). Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini sebagai dijelaskan sebagai berikut :1. Data Primer :

a. Tempat Penelitian b. Jenis Vegetasi c. Drainase d. Kedalaman Solum e. Batas Horison f. Tekstur g. Struktur Tanah h. Konsistensi i. pH j. Perakarank. Kandungan Bahan Organik

l. Kandungan Kapur m. Cuaca

31

2. Data Sekunder :

a. Ketinggian Tempat b. Iklim c. Bentuk Lahan d. Penggunaan Lahan e. Kelas Lereng D. Analisis Data Tahap analisis adalah tahap pengenalan dan penguraian masalah serta pencarian data/ informasi untuk sumber masalah tersebut. Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data agar mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang di peroleh akan dianalisis secara deduktif yaitu membandingkan keadaan yang ada didalam dengan teori yang diperoleh selama di bangku kuliah. Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakanadalah analisis deskriptif. Analisis ini bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan variabel data yang di peroleh dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis walaupun penelitian yang dilakukan bersifat inferensial. Teknik analisis yang kedua adalah analisis data inferensial, yaitu analisis yangbertujuan untuk mengambil kesimpulan dengan pengujian hipotesis. Salah satu contoh adalah variabel penelitian relief. Relief dicirikan oleh kemiringan lereng dan ketinggian. Untuk mendapatkan gambaran tentang relief daerah penelitian, digunakan peta rupa bumi untuk memperoleh gambaran vertikal relief daerah yang diteliti secara global dengan melihat data kontur. Untuk informasi kelas kemiringan lereng daerah penelitianyang lebih detail, maka digunakan peta kelas lereng Kecamatan Bayat.

32

BAB IV DESKRIPSI FISIK DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Umum Kecamatan Bayat merupakan daerah bagian dari Kabupaten Klaten. Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Dati II Klaten. Kecamatan Bayat merupakan daerah pengambilan sampel tanah secara astronomis terletak antara 74416LS sampai 74828LS, dan 1103655 BT sampai 1104132BT.

Gambar 6. Peta administrasi Kabupaten Klaten

Secara administrasi daerah penelitian yaitu Kecamatan Bayat dibatasi oleh : 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Klaten bagian selatan. 2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cawas.

32

33

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Semin Kabupaten Dati II Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wedi. Untuk lokasi pengambilan sampel berada pada tiga titik, seperti yang ditunjukkan pada potongan peta RBI lembar Cawas di bawah ini.

Gambar 7. Lokasi penelitian pada potongan Peta RBI lembar Cawas

B. Kondisi Fisik Kondisi fisik merupakan kondisi nyata yang terdapat pada daerah penelitian. Kondisi Fisik daerah penelitian, antara lain : 1. Iklim Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim dibumi ini yang ditentukan oleh

34

letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara, temperatur, awan, presipitasi, evaporasi, curah huajn, tekanan udara dan angin. Unsurunsur ini berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim. Unsur- unsur tersebut yang paling berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah adalah temperatur dan curah hujan. Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain adalah :a. Posisi relatif terhadap garis edar matahari (posisi lintang). b. Keberadaan lautan atau permukaan airnya. c. Pola arah angin. d. Rupa permukaan daratan bumi. e. Kerapatan dan jenis vegetasi.

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28-30oC dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8 mm). Penentuan tipe curah hujan didaerah penelitian yang didasarkan pada klasifikasi Scmidt dan Ferguson, dengan menghitung harga Q yang kriterianya seperti disajikan pada table di bawah ini.

35

Tabel 5. Kriteria penggolongan tipe curah hujan menurut Schimdt dan Ferguson. Tipe Hujan A B C D E F G H Nilai Q 0,000