63
KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan YME, kami menyelesaikan laporan praktikum tanah ini. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian tugas ini : 1. Bapak Ir. Agus Purba, MM., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil. 2. Bapak Ir. Jhon Rico, MT., selaku Deson Mata Kuliah Mekanika Tanah. 3. Ibu Hj. Winarni Dipl. Kim, selaku Kepala Laboratorium Mekanika Tanah. 4. Bapak Nandang K. Gofur dan Bapak Sartino, selaku pembimbing praktikum. 5. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Teknik Sipil Universitas Mpu Tantular, yang telah membantu kelancaran proses administrasi praktikum ini. 6. Teman-teman mahasiswa Universitas Mpu Tantular Jurusan Teknik Sipil angkatan 2004 dan 2005. Atas kerjasamanya dalam penyusunan data praktikum ini. 7. Serta semua pihak yang terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Dengan selesainya laporan ini besar harapan kami untuk dapat lebih menguasai ilmu mekanika tanah yang nantinya dapat kami aplikasikan di dunia kerja. Dan dapat berguna bagi rekan-

PRAKTIKUM TANAH

  • Upload
    bakti20

  • View
    2.745

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRAKTIKUM TANAH

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan YME, kami menyelesaikan laporan

praktikum tanah ini. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang

telah membantu kami dalam penyelesaian tugas ini :

1. Bapak Ir. Agus Purba, MM., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil.

2. Bapak Ir. Jhon Rico, MT., selaku Deson Mata Kuliah Mekanika Tanah.

3. Ibu Hj. Winarni Dipl. Kim, selaku Kepala Laboratorium Mekanika

Tanah.

4. Bapak Nandang K. Gofur dan Bapak Sartino, selaku pembimbing

praktikum.

5. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Teknik Sipil Universitas Mpu

Tantular, yang telah membantu kelancaran proses administrasi

praktikum ini.

6. Teman-teman mahasiswa Universitas Mpu Tantular Jurusan Teknik

Sipil angkatan 2004 dan 2005. Atas kerjasamanya dalam penyusunan

data praktikum ini.

7. Serta semua pihak yang terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu

persatu.

Dengan selesainya laporan ini besar harapan kami untuk dapat lebih menguasai

ilmu mekanika tanah yang nantinya dapat kami aplikasikan di dunia kerja. Dan

dapat berguna bagi rekan-rekan mahasiswa Teknik Sipil serta pihak lain yang

membutuhkan litelatur mengenai praktikum mekanika tanah.

Jakarta, 25 Februari 2008

PENULIS

Page 2: PRAKTIKUM TANAH

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. (i)

KATA PENGANTAR ...................................................................................... (ii)

DAFTAR ISI .................................................................................................... (iv)

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 12

BAB II PENGAMBILAN CONTOH TANAH UNTUK

PERENCANAAN KONSTRUKSI

II.1. URAIAN UMUM ................................................................... 13

II.2. PROSES PENGAMBILAN TANAH...................................... 25

BAB III PENGUJIAN TANAH UNTUK DATA PERENCANAAN STRUKTUR

III.1. DISTRUBE SAMPLE’S ...................................................... 47

III.1.1. PEMILIHAN BAHAN TANAH................................. 47

III.1.2. PENGUJIAN KUALITAS BAHAN........................... 47

III.1.3. MEMENUHI STANDARD YANG DISYARATKAN. 47

III.1.4. MODIFIKASI (STABILISASI TANAH).................... 47

III.2. SIFAT-SIFAT TANAH ......................................................... 51

III.3. UNTUK PERHITUNGAN DAYA DUKUNG TANAH............ 59

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. KESIMPULAN ...................................................................... 76

IV.2. SARAN ................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Page 3: PRAKTIKUM TANAH

BAB II

PENGAMBILAN CONTOH TANAH

II.1. URAIAN UMUM

Contoh Tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian

tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-

sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah

dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan

pengambilan contoh tanah secara tidak utuh. Sebagaimana dikatakan dimuka bahwa

pengambilan contoh tanah disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Untuk

penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu :

1. Contoh tanah tidak terusik (undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis

penetapan berat isi atau berat volume (bulk density), agihan ukuran pori (pore size

distribution) dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh)

2. Contoh tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang

diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat

(aggregate stability)

3. Contoh tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan

kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar

lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik tak

jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian) tanah

menggunakan hujan tiruan (rainfall simulator)

Untuk penetapan sifat kimia tanah misalnya kandungan hara (N, P, K, dll), kapasitas tukar

kation (KPK), kejenuhan basa, dll digunakan pengambilan contoh tanah terusik.

II.2. PROSES PENGAMBILAN TANAH

II.2.1 Pengambilan contoh tanah terusik

a. Pengambilan contoh tanah terusik dalam profil.

1. Memilih tempat yang tak tergenang air, tak terkena sinar matahari secara

langsung, datar dan mewakili tempat sekitarnya.

2. Menggali lubang baru untuk profil tanah dengan dinding tegak lurus di sebelah

utara atau selatan, ukuran 1m x 1m x 1m. Tempat untuk mengamati dibuatkan

Page 4: PRAKTIKUM TANAH

lubang bertangga. Profil tanah juga dapat dibuat pada tebing yang dibuat tegak

lurus.

3. Menandai perlapisan yang ada berdasarkan warna, suara ketukan dan kekerasan

tiap perlapisan dengan garis yang tegas.

4. Mencatat ciri-ciri morfologi di permukaan tanah sesuai dengan formulir pelukisan

profil.

5. Mencatat ciri-ciri dakhil perlapisan sesuai dengan formulir pelukisan profil.

6. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin tiap perlapisan dengan plasitk

yang beretiket : Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan

ciri-ciri istimewa lain.

II.2.2 Pengambilan contoh tanah terusik di lapisan permukaan.

1. Memilih tempat yang tidak tergenang air, tak terkena sinar matahari langsung,

datar dan mewakili tempat sekitarnya.

2. Membersihkan seresah, batuan dan benda alam lain di lapisan permukaan

sehingga tubuh tanah terlihat.

3. Mengambil sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dengan menggunakan pacul,

cethok dan memasukkannya kedalam plastik yang beritiket: Kode tempat, kode

perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa lainnya.

II.2.3 Pengambilan Contoh Tanah Terusik dengan Bor.

1. Meletakkan mata bor di permukaan tubuh tanah.

2. Memutar pegangan bor perlahan-lahan ke arah kanan dengan disertai tekanan

sampai seluruh kepala bor terbenam.

3. Kepala bor perlahan-lahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar

pegangan bor tanah ke arah kiri dengan disertai tarikan.

4. Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih dan

diusahakan tidak banyak merusak susunan tanah.

5. Pengeboran dilanjutkan lagi pada setiap ketebalan tanah 20 cm sampai

kedalaman yang dikehendaki.

6. Contoh tanah hasil pengeboran pada setiap ketebalan 20 cm itu diletakkan

tersusun menurut kedalaman aslinya, sehingga akan diperoleh gambaran profil

tanah.

Page 5: PRAKTIKUM TANAH

7. Masukkan sekitar 1-2 kg contoh tanah kering angin dalam plastik yang beretiket

Kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri istimewa

lainnya.

Page 6: PRAKTIKUM TANAH

BAB III

PENGUJIAN TANAH UNTUK DATA PERENCANAAN STRUKTUR

III.1.DISTRUBE SAMPLE’S

III.1.1. PEMILIHAN BAHAN TANAH

III.1.2. PENGUJIAN KUALITAS BAHAN

III.1.3. MEMENUHI STANDARD YANG DISYARATKAN

III.1.4. MODIFIKASI (STABILISASI TANAH)

III.2.SIFAT-SIFAT TANAH

Pemeriksaan

KEPADATAN BERAT (MODIFIELD)

PB-0112-76

(AASHTO-180-74)

1. MAKSUD :

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan antara kadar air

dan kepadatan tanah dengan memadatkan didalam cetakan silinder berukuran

tertentu dengan menggunakan alat penumbuk 4,54 kg (10 lbs) dan tinggi jatuh

45,7 cm (18”).

Pemeriksaan kepadatan dibagi dalam 4 cara sebagai berikut :

Cara A : Cetakan diameter 102 mm ( 4 ” ) bahan lewat saringan 4,75 mm

(no.4)

Cara B : Cetakan diameter 152 mm ( 6” ) bahan lewat saringan 4,75 mm

(no.4)

Cara C : Cetakan diameter 102 mm ( 4 ” ) bahan lewat saringan 19 mm

(3/4” )

Cara D : Cetakan diameter 152 mm ( 6 ” ) bahan lewat saringan 19 mm

(3/4” )

Bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan maka :tetapkan cara A atau

D.

Page 7: PRAKTIKUM TANAH

2. PERALATAN :

a) Cetakan diameter 102 mm (4 ” ) kapasitas 0,000943 0,000008 m3

( 0.0333 0.0003 ) dengan diameter dalam 101,6 0,406 mm( 4000 “

0.016” ) tinggi 116,43 0,1270 mm (4,584 ” 0.005 ” ).

b) Cetakan diameter 152 mm (6 ” ) kapasitas 0,002124 0,000021 m3

(0.07500 0.00075 cu.ft ) dengan diameter dalam 152,4 0,6609 mm

( 6000 “ 0.024” ) tinggi 116,43 0,1270 mm (4,584 ” 0.005 ” ).

Cetakan-cetakan harus dari logam yang mempunyai dinding teguh dan

dibuat sesuai dengan ukuran diatas. Cetakan harus dilengkapi dengan

leher sambungan dibuat dari bahan yang sama dengan tinggi lebih kurang

60 mm ( 2 3/8 “) yang dapat dipasang kuat-kuat dan dapat dilepaskan.

Cetakan-cetakan yang telah dipergunakan beberapa lama sehingga tidak

memenuhi syarat toleransi diatas, masih dapat dipergunakan bila toleransi

tersebut tidak dilampaui lebih dari 50%.

c) i. Alat penumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumpul

rata, diameter 50,8 0,127 mm ( 2000 ” 0.005 “ ), toleransi 0,013

mm ( 0,005 “ ) dan berat 4,5359 0,0081 kg. Alat penumbuk dilengkapi

dengan selubung yang bias mengatur tinggi jatuh secara bebas

setinggi 457,2 1,524 mm.

Selubung harus sedikitnya mempunyai 2 x 4 buah lubang udara yang

berdiameter tidak lebih kecil dari 9,5 mm (3/8 “) dengan poros tegak

lurus satu sama lain berjarak 19 mm dari kedua ujung. Selubung harus

cukup longgar sehingga batang penumbuk dapat jatuh bebas tidak

terganggu.

ii. Alat penumbuk tangan dari logam yang mempunyai permukaan tumbuk

rata, diameter 50,8 0,127 mm ( 2000 ” 0.005 “ ), toleransi 0,013

mm ( 0,005 “ ) dan berat 4,5359 0,0081 kg. Alat penumbuk dilengkapi

dengan selubung yang bias mengatur tinggi jatuh secara bebas

setinggi 457,2 1,524 mm diatas permukaan dan dapat membagi-bagi

tumbukan secara merata diatas permukaan.

Page 8: PRAKTIKUM TANAH

Alat penumbuk harus mempunyai permukaan tumbuk yang rata

berdiameter 50,8 0,127 mm ( 2000 “ 0,05 “ ) dan berat 4,5359

0,0081 kg.

d) Alat pengeluar contoh.

e) Timbangan kapasitas kira-kira 11,5 kg dengan ketelitian sampai 5 gram.

Neraca kapasitas minimal 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram.

f) Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

( 110 5)o C.

g) Alat perata dari besi (straight edge) panjang 25 cm, salah satu sisi

memanjang harus tajam dan lain datar (0,01% dari panjang).

h) Saringan 50 cm ( 2 “ ), 19 mm ( ¾ “ ) dan 4,75 mm ( no.4 ).

i) Talam, alat pengaduk dan sendok.

3. BENDA UJI :

a) Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan

lembab, keringkan contoh tersebut sehingga menjadi gembur.

Pengeringan dapat dilakukan diudara atau dengan alat pengeringan lain

dengan suhu tidak melampaui 60o C. Kemudian gumpalan tanah tersebut

ditumbuk tetapi butir aslinya tidak pecah.

b) Tanah yang sudah dihancurkan disaring dalam saringan sebagai berikut :

Untuk cara A dengan mempergunakan saringan 4,75 mm ( no. 4 )

Untuk cara B dengan mempergunakan saringan 4,75 mm ( no. 4 )

Untuk cara C dengan mempergunakan saringan 19 mm ( ¾ “ )

Untuk cara D dengan mempergunakan saringan 19 mm ( ¾ “ )

c) Jumlah contoh yang sesuai untuk masing-masing cara pemeriksaan adalah

sebagai berikut :

Cara A sebanyak 20 kg

Cara B sebanyak 45 kg

Cara C sebanyak 35 kg

Page 9: PRAKTIKUM TANAH

Cara D sebanyak 70 kg

d) Benda uji dibagi menjadi 6 bagian, tiap-tiap bagian dicampur dengan air

yang ditentukan dan diaduk sampai merata. Penambahan air diatur

sehingga didapat benda-benda uji sebagai berikut :

3 contoh dengan kadar air kira-kira diatas kadar air optimum

Penambahan kadar air dari benda uji masing-masing antara 1-3 %.

e) Masing-masing benda uji dimasukan kedalam kantong plastic dan disimpan

selama 12 jam atau sampai kadar airnya merata.

4. CARA MELAKUKAN :

a. Cara A :

i. Timbang cetakan diameter 102 mm ( 4 “ ) dan keeping alas dengan

ketelitian 5 gram ( 1 gram).

ii. Cetakan, leher dan keping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada

landasan yang kokoh

iii. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan

didalacetakan dengan cara seperti berikut :

Jumlah seluruh tanah harus tepat sehingga tinggi kelebihan tanah

yang diratakan setelah leher dilepas tidak dari 0,5 cm.

Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk Modified 4,54 kg (10

lba)

Dengan tinggi jatuh 45,7 mm ( 18 “ ). Tanah dipadatkan dalam 5

lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan.

iv. Potongan kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan pisau dan

lepaskan leher sambung.

v. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga

betul-betul rata dengan permukaan cetakan.

vi. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keeping alas dengan

ketelitian 5 gram ( B2 gram).

Page 10: PRAKTIKUM TANAH

Timbang cetakan berisi benda uji beserta keeping alas dengan

ketelitian 5 gram ( B2 gram).

vii. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan

alat pengeluar benda uji (extrude) dan potong sebagian kecil dari

benda uji pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.

Tentukan kadar air (W) dari benda uji seusai dengan PB – 0210 – 76

b. Cara B :

i. Timbang cetakan diameter 152 mm (6”) dan keeping alas dengan

ketelitian 5 gram (B1 gram)

ii. Cetakan , leher dan keeping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada

landasan yang kokoh.

iii. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan didalam

cetakan dengan cara sebagai berikut :

Jumlah tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi

kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari

0,5 cm.

Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk Modifield 4,54 kg (10

lbs) dengan tinggi jatuh 45,7 mm ( 18’’ ). Tanah dipadatkan dalam 5

lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 56 tumbukan.

iv. Potong kelebihan tanah dari bagian keliling leher, dengan pisau dan

lepaskan leher sambung.

v. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga

betul-betul rata dengan permukaan cetakan.

vi. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan

ketelitian 5 gram ( B 2 gram ).

vii. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan

alat pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari

contoh pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.

Tentukan kadar air ( W ) dari benda uji sesuai dengan PB–02 0– 76.

Page 11: PRAKTIKUM TANAH

c. Cara C :

i. Timbang cetakan diameter 102 mm (4”) dan keeping alas dengan

ketelitian 5 gram (B1 gram)

ii. Cetakan , leher dan keeping alas dijadikan satu, dan tempatkan pada

landasan yang kokoh.

iii. Ambil salah satu dari keenam contoh, diaduk dan dipadatkan didalam

cetakan dengan cara sebagai berikut :

Jumlah tanah yang dipergunakan harus tepat sehingga tinggi

kelebihan tanah yang diratakan setelah leher dilepas tidak lebih dari

0,5 cm.

Pemadatan dilakukan dengan alat penumbuk Modifield 4,54 kg (10

lbs) dengan tinggi jatuh 45,7 mm ( 18’’ ). Tanah dipadatkan dalam 5

lapisan dan tiap-tiap lapisan dipadatkan dengan 25 tumbukan.

iv. Potong kelebihan tanah dari bagian

keliling leher, dengan pisau dan lepaskan leher sambung.

v. Pergunakan alat perata untuk meratakan kelebihan tanah sehingga

betul-betul rata dengan permukaan cetakan. Lubang-lubang yang

terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-butir kasar, harus

ditambal dengan bahan yang berbutir lebih halus.

vi. Timbang cetakan berisi benda uji beserta keping alas dengan ketelitian

5 gram ( B 2 gram ).

vii. Keluarkan benda uji tersebut dari cetakan dengan mempergunakan

alat pengeluar benda uji (extruder) dan potong sebagian kecil dari

contoh pada keseluruhan tingginya untuk pemeriksaan kadar air.

Tentukan kadar air ( W ) dari benda uji sesuai dengan PB–02 0– 76.

5. PERHITUNGAN :

a. Hitung berat isi basah dengan mempergunakan rumus-rumus berikut :

γ = (gr/cm3)

Page 12: PRAKTIKUM TANAH

γ = berat isi basah (gr/cm3)

B1 = berat cetakan + keeping alas dan benda uji (gr)

B2 = berat cetakan + keeping alas dan benda uji (gr)

V = isi cetakan ( cm3 )

b. Hitung berat isi kering dengan mempergunakan rumus berikut :

γd = (gr/cm3)

γd = berat isi kering (gr/cm3)

W = kadar air (%)

6. PERLAPORAN :

Gambarkan grafik berat isi tanah kering terhadap kadar air dari hasil

percobaan. Kemudian gambarkan sebuah kurva yang halus, yang paling

mendekati dengan titik-titik yang digambarkan dan ditentukan berat isi kering

maksimum dari kurva tersebut dengan ketelitian 0,01 gram/cm3. Kadar air yang

sesuai dengan berat isi kering maksimum ini adalah kadar air optimum dan

harus dicatat dengan ketelitian 0,5%. Setelah diketahui wopt dan γyd maksimum

gambarkanlah zero air voids line dengan rumus :

γd =

γd = berat isi kering (gr/cm3)

G = berat jenis tanah

γw = berat isi air (gr/cm3)

W = kadar air (%)

Grafik pemadatan tidak boleh memotong zero air voids line dan pada harga

kadar air yang tinggi menjadi sejajar dengan garis tersebut :

Page 13: PRAKTIKUM TANAH

a. Cara yang dipergunakan ( cara A, B, C, dan D ).

b. Bila cara C dan D yang dipergunakan apakh bahan tertahan saringan 19

mm ( ¾ ‘’ ) dibuang atau diganti.

c. Jenis dari permukaan alat tumbuk.

7. CATATAN :

a. Tanah yang telah dipadatkan dapat dipergunakan lagi untuk percobaan bila

butir tanah tidak pecah akibat penumbukan.

b. Untuk cara C dan D bila diinginkan supaya prosentase bahan kasar lewat

saringn 50 mm ( 2’’ ) dan tertahan 4,75 mm ( no. 4 ) dipertahan kan sama

seperti keadaan aslinya dilapangan, maka material yang tertahan saringan

19 mm ( ¾’’) harus diganti sebagai berikut :

Bahan yang lewat saringn 50 mm ( 2’’ ) dan tertahan saringan 19 mm

( ¾’’) tertahan saringan 4,75 mm ( no.4 ) dengan jumlah yang sama. Bahan

pengganti diambil dari sisa.

c. Untuk tanah yang berbutir halus ( lanau dan lempung ) petunjuk yang baik

guna mendapatkan kadar air optimum adalah batas plastis. Kadar air

optimum untuk pemadatan Modified kira-kira 2 sampai 4% dibawah batas

plastis.

d. Alat tumbuk mekanis harus dikalibrasi.

e. Kerataan alat perata harus diperhatikan.

f. i. Alas untuk meletakan cetakan waktu dilakukan pemadatan dapat

dibuat dari beton dengan berat tidak kurang dari 91 kg, dan diletakan

pada dasar yang relatip stabil.

ii. Bila dilapangan, dapat dipergunakan lantai beton atau permukaan

gorong-gorong persegi atau lantai jembatan.

g. Volume cetakan dikalibrasi menurut cara pemeriksaan berat isi agregat PB

– 0204 – 76 ( AASHTO T – 19 – 74 ) .

h. Cara pemadatan seperti gambar No. 1

Page 14: PRAKTIKUM TANAH

a) Jalan dibuka pada tahun 2007

a. i selama pelaksanaan : 5 % / tahun

Page 15: PRAKTIKUM TANAH

b. i untuk umur rencana 5 tahun : 12 % / tahun

c. i untuk umur rencana 10 tahun : 10 % / tahun

( i = pertumbuhan lalu lintas)

b) Jalan dibuka pada tahun 2007

a. Aspal Beton (MS 744) : a1 = 0.40

b. Batu Pecah (CBR 100) : a2 = 0.14

c. Sirtu (CBR 50) : a3 = 0.12

Tanah Dasar CBR = 6 % ~ DDT = 5 kg/cm2

c) Kondisi Regional

Curah Hujan = 1000 mm/tahun

Kelandaian = 5 %

d) Kondisi Perkerasan

Tingkat Pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap

Index Permukaan ( IP ) = 2.0

Index Permukaan pada awal umur rencana ( IPo ) = 3.9-3.5

TENTUKAN :

- Tebal Perkerasan Lentur untuk umur 5 tahun & 10 tahun

- Lukiskan Lapisan Perkerasan Jalan hasil perhitungan.

PENYELESAIAN :

LHR pada tahun 2007 (awal umur rencana)

* Dihitung Perjenis kendaraan (LHRj)

a) Kendaraan ringan (2 ton) : 10000 (1+0.05)4 = 12155.1 kendaraan

b) Bus (8 ton) : 4000 (1+0.05)4 = 4862 kendaraan

c) Truk 2 as (13 ton) : 600 (1+0.05)4 = 729.3 kendaraan

d) Truk 3 as (20 ton) : 80 (1+0.05)4 = 97.2 kendaraan

* Angka Ekivalen ( E ) per jenis kendaraan : Ej

a) Kendaraan ringan (2 ton) ( 1t – 1t ) : 0.0002 + 0.0002 = 0.0004

Page 16: PRAKTIKUM TANAH

b) Bus (8 ton) ( 3t – 5t ) : 0.0183 + 0.1410 = 0.1593

c) Truk 2 as (13 ton) ( 5t – 8t ) : 0.1410 + 0.9238 = 1.0648

d) Truk 3 as (20 ton) ( 6t – 14t ) : 0.2923 + 0.7452 = 1.0375

* Menghitung LEP (Lintas Ekivalen Permulaan)

Awal umur rencana

Koefisien Distribusi Kendaraan ( C )

Jumlah Lajur 3 – 1 Arah : Kendaraan ringan < 5 ton : C = 0.4

Kendaraan ringan > 5 ton : C = 0.5

* Perumusan : LEP = LHRj x Cj x Ej

a) Kendaraan ringan (2 ton) : 12155.1 x 0.4 x 0.0004 = 1.945

b) Bus (8 ton) : 4862 x 0.5 x 0.1593 = 387.258

c) Truk 2 as (13 ton) : 729.3 x 0.5 x 1.0648 = 388.279

d) Truk 3 as (20 ton) : 97.2 x 0.5 x 1.0375 = 50.423

LEP = 827.905

* Perumusan : LEP = LHRj x Cj x Ej

a) Kendaraan ringan (2 ton) : 12155.1 x 0.4 x 0.0004 = 1.945

b) Bus (8 ton) : 4862 x 0.5 x 0.1593 = 387.258

c) Truk 2 as (13 ton) : 729.3 x 0.5 x 1.0648 = 388.279

d) Truk 3 as (20 ton) : 97.2 x 0.5 x 1.0375 = 50.423

* Menghitung LHR pada tahun ke-5 (akhir umur rencana 5 tahun)

a) Kendaraan ringan (2 ton) : 12155.1 x (1 + 0.12)5 = 21421.4 kend.

b) Bus (8 ton) : 4862 x (1 + 0.12)5 = 8568.5 kend.

c) Truk 2 as (13 ton) : 729.3 x (1 + 0.12)5 = 1285.3 kend.

d) Truk 3 as (20 ton) : 97.2 x (1 + 0.12)5 = 171.3 kend.

* Menghitung LHR pada tahun ke-10 (akhir umur rencana 10 tahun)

a) Kendaraan ringan (2 ton) : 12155.1 x (1 + 0.1)10 = 31527.2 kend.

Page 17: PRAKTIKUM TANAH

b) Bus (8 ton) : 4862 x (1 + 0.1)10 = 12610.8 kend.

c) Truk 2 as (13 ton) : 729.3 x (1 + 0.1)10 = 1891.6 kend.

d) Truk 3 as (20 ton) : 97.2 x (1 + 0.1)10 = 252.1 kend.

* Menghitung LEA (Lintas Ekivalen Akhir) umur rencana (UR) 5 tahun :

a) Kendaraan ringan (2 ton) : 21421.4 x 0.4 x 0.0004 = 3.427 kend.

b) Bus (8 ton) : 8568.5 x 0.5 x 0.1593 = 682.481 kend.

c) Truk 2 as (13 ton) : 1285.3 x 0.5 x 1.0648 = 684.293 kend.

d) Truk 3 as (20 ton) : 171.3 x 0.5 x 1.0375 = 88.862 kend.

LEA5 = 1459.063 kend.

* Menghitung LEA (Lintas Ekivalen Akhir) umur rencana (UR) 5 tahun :

a) Kendaraan ringan (2 ton) : 31527.2 x 0.4 x 0.0004 = 5.044 kend.

b) Bus (8 ton) : 12610.8 x 0.5 x 0.1593 = 1004.450 kend.

c) Truk 2 as (13 ton) : 1891.6 x 0.5 x 1.0648 = 1007.088 kend.

d) Truk 3 as (20 ton) : 252.1 x 0.5 x 1.0375 = 130.777 kend.

LEA10 = 2147.359 kend.

LET5 = ½ (LEP + LEA5) = ½ (827.905 + 1459.063)

= 1144

LET10 = ½ (LEP + LEA5) = ½ (827.905 + 1459.063)

= 1488

Menghitung LER (Lintas Ekivalen Rencana)

LER5 = LET5 x UR/10 = 1144 x 5/10 = 572

LER10 = LET10 x UR/10 = 1488 x 5/10 = 744

Menentukan ITP (Index Tebal Perkerasan) :

DDT = 5 kg/cm2 ; LER5 = 572 ; LER10 = 744

FR = 1.5 ; IP0 = 3.9 – 3.5 ; IP = 2.0

Page 18: PRAKTIKUM TANAH

ITP5 = 9

ITP10 = 10

Menetapkan Tebal Perkerasan Lentur :

ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3

D2 = 20cm

D3 = 10cm

UR = 5 tahun

9 = 0.4.D1 + 0.14.20 + 0.12.10

D1 = 12.5 = 13cm (lapisan penutup/perkerasan beraspal)

UR = 10 tahun

10 = 0.4.D1 + 0.14.20 + 0.12.10

D1 = 15cm

Alternatif

D2 = 20cm

D3 = 20cm

UR = 5 tahun

9 = 0.4.D1 + 0.14.20 + 0.12.20

D1 = 9.5 = 10cm (lapisan penutup/perkerasan beraspal)

UR = 10 tahun

10 = 0.4.D1 + 0.14.20 + 0.12.20

D1 = 12cm

Pemeriksaan

BATAS CAIR ( LIQUID LIMIT )

Page 19: PRAKTIKUM TANAH

PB – 0109 – 76

(AASHTO T – 89 – 74*)

(ASTM D -423 – 66*)

1. MAKSUD :

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada

keadaan batas cair. Batas cair ialah kadar air batas dimana suatu tanah

berobah dari keadaan cair menjadi keadaan plastis.

2. PERALATAN :

a. Alat batas cair standar.

b. Alat pembuat alur (grooving tool)

c. Sendok dempul.

d. Pelat kaca 45 x 45 x 0,9 cm.

e. Neraca dengan ketelitian 0.01 gram.

f. Cawan kadar air minimal 4 buah.

g. Spatula dengan panjang 12,5 cm.

h. Botol tempat air suling.

i. Air suling.

j. Oven yang dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi

sampai (110 ± 5)°C.

3. BENDA UJI :

Benda uji disiapkan sesuai dengan cara mempersiapkan contoh PB – 0105

– 76 dan PB – 0106 – 76 atau langsung seperti berikut :

a. Jenis-jenis tanah yang tidak mengandung batu dan hampir semua

butirannya lebih halus dari saringan 0,42 mm (no. 40). Dalam hal ini

benda uji tidak perlu dikeringkan dan tidak perlu disaring dangan

saringan 0,42 mm (no. 40).

Page 20: PRAKTIKUM TANAH

b. Jenis-jenis tanah yang mengandung batu, atau mengandung banyak

butiran yang lebih kasar dari saringan 0,42 mm (no. 40). Keringkan

contoh diudara sampai bisa disaring. Ambil benda uji yang lewat

saringan 0,42 mm (no. 40).

4. CARA MELAKUKAN :

a. Letakkan 100 gram benda uji yang sudah dipersiapkan didalam pelat

kaca pengaduk.

b. Dengan menggunakan spatula aduklah benda uji tersebut dengan

menambah air suling sedikit demi sedikit, sampai homogen.

c. Setelah contoh menjadi campuran yang merata, ambil sebagian benda

uji ini dan diletakkan diatas mangkok alat batas cair, ratakan

permukaannya sedemikian sehingga sejajar dengan dasar alat, bagian

yang tebal harus ± 1 cm.

d. Buatlah alur dengan jalan membagi dua benda uji dalam mangkok itu,

dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving tool) melalui garis

tengah pemegang mangkok dan simetris. Pada waktu membuat alur

posisi alat pembuat alur (grooving tool) harus tegak lurus permukaan

mangkok.

e. Putarlah alat sedemikian, sehingga mangkok naik/jatuh dengan

kecepatan 2 putaran per detik. Pemutaran ini dilakukan terus sampai

dasar alur benda uji bersinggungan sepanjang kira-kira 1,23 cm dan

catat jumlah pukulannya pada waktu bersinggungan.

f. Ulangi pekerjaan (c) sampai dengan (e) beberapa kali sampai diperoleh

jumlah pukulan yang sama, hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan

apakah pengadukan contoh sudah betul-betul merata kadar airnya. Jika

ternyata pada 3 kali percobaan telah diperoleh jumlah pukulan ± sama,

maka ambillah benda uji langsung dari mangkok pada alur, kemudian

masukkan kedalam cawan yang telah dipersiapkan. Maka periksalah

kadar airnya.

Page 21: PRAKTIKUM TANAH

g. Kembalikan benda uji keatas kaca pengaduk, dan mangkok alat batas

cair bersihkan. Benda uji diaduk kembali dengan merobah kadar airnya.

Kemudian ulangi langkah (b) sampai (f) minimal 3 kali beturut-turut

dengan variasi kadar air yang berbeda, sehingga akan diperoleh

perbedaan jumlah pukulan sebesar 8 – 10.

5. PERHITUNGAN :

Hasil-hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air yang

bersangkutan kemudian digambarkan dalam bentuk grafik. Jumlah pukulan

sebagai sumbu mendatar dengan skala logaritma, sedang besarnya kadar

air sebagai sumbu tegak dengan skala biasa.

Buatlah garis lurus melalui titik-titik itu. Jika ternyata titik-titik yang diperoleh

tidak terletak pada satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik

berat titik-titik tersebut. Tentukan besarnya kadar air pada jumlah pukulan 25

dan kadar air inilah yang merupakan batas cair (liquid limit) dari benda uji

tersebut.

6. PELAPORAN :

Catatlah pada formulir laboratorium, benda uji yang diperiksa dalam

keadaan asli atau telah kering udara, disaring atau tidak. Hasil dilaporkan

sebagai bilangan bulat.

7. CATATAN :

a. Alat-alat yang akan dipakai harus diperiksa dulu sebelum dipakai dan

harus dalam keadaan bersih dan kering.

i. Periksa tinggi jatuh mangkok alat batas cair apakah sudah tepat

1,0 cm mangkok ini harus bersih, kering dan tidak aus.

ii. Alat pembuat alur harus bersih, kering dan tidak aus.

Page 22: PRAKTIKUM TANAH

iii. Cawan kadar air yang akan dipakai diberi tanda kemudian

ditimbang untuk menentukan beratnya.

b. Beberapa jenis lempung akan mengalami kesulitan untuk diaduk dan

kadang-kadang jika terlalu banyak atau lama pengadukannya akan

berobah sifat. Agar pengadukan dapat dilakukan dengan lebih mudah

dan lebih cepat, maka adukan disimpan dulu dan ditutup dengan kain

basah atau contoh yang telah disiapkan direndam dulu selama 24 jam.

c. Beberapa jenis tanah lempung menunjukkan bahwa pada waktu

pemukulan ternyata bersinggungan alur disebabkan karena kedua

bagian massa tanah diatas mangkok bergeser terhadap permukaan

mangkok, sehingga jumlah pukulan yang didapat lebih kecil. Jumlah

pukulan yang betul adalah jika proses berimpitnya dasar alur

disebabkan massa tanah seolah-olah mengalir dan bukan karena

bergeser. Kalau ternyata terjadi pergeseran, maka percobaan harus

diulangi beberapa kali dengan kadar air berbeda, dan kalau masih

terjadi pergeseran ini maka harga batas cair ini tidak dapat diperoleh.

d. Selama berlangsungnya percobaan pada kadar air tertentu, benda uji

tidak boleh dibiarkan mongering atau terjadi perubahan kadas air.

e. Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah pukulan diambil antara

40 – 30, 30 – 20, 20 – 10, sehingga akan dipeoleh 3 titik.

f. Alat pembuat alur Casagrande dipergunakan untuk tanah cohesive. Alat

pembuat alur ASTM untuk tanah yang kepasiran.

Page 23: PRAKTIKUM TANAH

Pemeriksaan

BATAS PLASTIS ( PLASTIC LIMIT )

PB - 0110 - 76

(AASHTO T – 90 – 74)

(ASTM D 424 – 74)

1. MAKSUD

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air suatu tanah pada

keadaan batas plastis.

Batas plastis ialah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam

keadaan plastis.

2. PERALATAN :

a. Plat kaca 45 x 45 x 0,9 cm.

b. Sendok dempul panjang 12,5 cm.

c. Batang pembanding dengan diameter 3 mm panjang 10 cm.

d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.

e. Cawan untuk menentukan kadar air 2 buah.

f. Botol tempat air suling.

g. Air suling.

h. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

(110 ± 5)°c.

3. BENDA UJI :

Benda uji disiapkan sesuai dengan cara mempersiapkan contoh PB – 0105

– 76 dan PB – 0106 – 76 atau pada kadar air asli sebanyak ± 20 gram.

4. CARA MELAKUKAN

Page 24: PRAKTIKUM TANAH

a. Letakkan benda uji diatas pelat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar

airnya merata.

b. Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola-bola tanah dari benda uji

itu seberat 8 gram, kemudian bola-bola tanah itu digeleng diatas pelat

kaca. Penggelengan dilakukan dengan telapak tangan, dengan

kecepatan 80 – 90 gelengan permenit.

c. Penggelengan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang

dengan diameter 3 mm. Kalau pada waktu penggelengan itu ternyata

sebelum benda uji mencapai diameter 3 mm sudah retak, maka benda

uji disatukan kembali, ditambah air sedikit dan diaduk sampai merata.

Jika ternyata penggelengan bola-bola itu bisa mencapai diameter lebih

kecil dari 3 mm tanpa menunjukkan retakan-retakan, maka contoh perlu

dibiarkan beberapa saat diudara, agar kadar airnya berkurang sedikit.

d. Pengadukan dan penggelengan diulangi terus sampai retakan-retakan

itu terjadi tepat pada saat gelengan mempunyai diameter 3 mm.

e. Periksa kadar air batang tanah pada (d) dilakukan ganda, benda uji

untuk pemeriksaan kadar air 5 gram.

5. PERHITUNGAN

Tentukan kadar air rata-rata pada (4e) sebagai harga batas plastis.

6. PELAPORAN

a. Hasil dilaporkan sebagai bilangan bulat dalam persen.

b. Catatlah pada formulir.

Benda uji yang diperiksa dalam keadaan asli atau sudah kering udara,

disaring atau tidak.

7. CATATAN

Page 25: PRAKTIKUM TANAH

a. Alat-alat yang akan dipakai harus diperiksa dulu sebelum dipakai dan

harus dalam keadaan bersih dan kering.

b. Agar pemeriksaan dapat dilakukan lebih cepat, maka sebaiknya

pengadukan benda uji untuk batas cair dan batas plastis dilakukan

sekaligus, setelah pengadukan rata dipisahkan 20 gram benda uji unutk

pemeriksaan batas plastis.

c. Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis (PI = LL –

PL).

(Plastisitas Indek = Liquid limit – Plastic Limit)

d. Contoh tanah dinyatakan tidak plastis (Non Plastis = NP) bila :

i. batas cair atau batas plastis tidak dapat ditentukan atau

ii. batas plastis > batas cair.

e. Contoh perhitungan lihat PB – 0109 – 76.

Page 26: PRAKTIKUM TANAH

Pemeriksaan

KEKUATAN GESER LANGSUNG (DIRECT SHEAR)

PB – 0116 – 76(AASHTO T – 236 – 72)(ASTM D – 3080 – 72)

1. MAKSUD :

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kohesi (c) dan sudut geser tanah (ø).

2. PERALATAN :

a. Alat geser langsung terdiri dari :i. Setang penekan dan pemberi beban.ii. Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving ring) dan 2

buah arloi geser (extensiometer).iii. Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya

terletak dalam kotak.iv. Beban-beban.v. Dua buah batu pori.

b. Alat pengeluar contoh dan pisau pemotong.c. Cincin cetak benda uji.d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram.e. Stopwatch.f. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

(110 ± 5)°C.

3. BENDA UJI :

a. Benda uji tanah asli dari tabung contoh.Contoh tanah asli dari dalam tabung ujungnya diratakan dan cincin cetak benda uji ditekan pada ujung tanah tersebut, tanah dikeluarkan secukupnya untuk tiga benda uji. Pakailah bagian yang rata sebagai alas dan ratakan bagian atasnya.

b. Benda uji asli lainnya.Contoh yang digunakan harus cukup besar untuk membuat 3 buah benda uji. Persiapkan benda uji sehingga tidak terjadi kehilangan kadar air. Bentuk benda uji dengan cincin cetak.Dalam mempersiapkan benda uji terutama untuk tanah yang peka harus hati-hati guna menghindarkan terganggunya struktur asli dari tanah tersebut.

c. Benda uji buatan (dipadatkan).

Page 27: PRAKTIKUM TANAH

Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air dan berat isi yang dikehendaki.Pemadatan dapat langsung dilakukan pada cincin pemeriksaan atau pada tabung pemadatan.

d. Tebal minimum benda uji kira-kira 1,3 cm tapi tidak kurang dari 6 kali diameter butir maksimum.

e. Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus minimal 2 : 1. Untuk benda uji yang berbentuk empat persegi panjang atau bujur sangkar perbandingan lebar dan tebal minimal 2 : 1.

Catatan :Untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar tidak merusak benda uji.

4. CARA MELAKUKAN :

a. Timbang benda uji.b. Masukkan benda uji kedalam cincin

pemeriksaan yang telah terkunci menjadi satu dan pasanglah batu pori pada bagian atas dan bawah benda uji.

c. Setang penekan dipasang vertikal untuk memberi beban normal pada benda uji dan diatur sehingga beban yang diterima oleh benda uji sama dengan beban yang diberikan pada setang terssebut.

d. Penggeser benda uji dipasang pada arah mendatar untuk memberi beban mendatar pada bagian atas cincin pemeriksaan. Atur pembacaan arloji geser sehingga menunjukkan angka nol. Kemudian buka kunci cincin pemeriksaan.

e. Berikan beban normal pertama sesuai dengan beban yang diperlukan. Segera setelah pembebanan pertama diberikan islah kotak cincin pemeriksan dengan air sampai penuh diatas permukaan benda uji, jagalah permukaan ini supaya tetap selama pemeriksaan.

f. Diamkan benda uji sehingga konsolidasi selesai. Catat proses konsolidasi tersebut pada waktu-waktu tertentu sesuai cara pemeriksaan konsolidasi PB – 0115 – 76.

g. Sesudah konsolidasi selesai hitung t50 untuk menentukan kecepatan penggeseran. Konsolidasi dibuat dalam tiga beban yang diperlukan. Kecepatan penggeseran dapat ditentukan dengan membagai deformasi geser maksimum dengan 50. t50. Deformasi geser maksimum kira –kira 10% diameter asli benda uji.

h. Lakukan pemeriksaan sehingga tekanan geser konstan dan bacalah arloji geser setiap 15 detik.

i. Berikan beban normal pada benda ujii kedua sebesar dua kali beban normal yang pertama dan lakukan langkah-langkah (f), (g) dan (h).

Page 28: PRAKTIKUM TANAH

j. Berikan beban normal pada benda uji ketiga sebesar 3 kali beban normal pertama danlakukan langkah-langkah (f), (g) dan (h).

5. PERHITUNGAN :

a. HItunglah gaya geser (P) dengan jalan mengalikan pembacaan arloji geser dengan angka kalibrasi cincin penguji, dan hitunglah tegangan geser maksimum t yaitu gaya geser maksimum dibagi luas bidang geser.

t = tegangan geser maksimum (kg/cm2)Pmax = gaya geser maksimum (kg)

A = luas bidang geser benda uji (cm2)

b. Buatlah grafik hubungan antara tekanan normal , dengan tegangan geser maksimum ( t ). Hubungkan ketiga titik yang diperoleh sehingga membentuk garis lurus yang memotong sumbu vertikal t pada harga kohesi (c) dan memotong sumbu horizontal ( ) dengan sudut-sudut geser tanah (ø) sesuai dengan persamaan :

t = tan ø

6. PELAPORAN :

a. Uraian dari jenis alat yang dipakai.b. Ciri dan uraian daripada contoh, apakah

contoh tersebut termasuk, asli, buatan, dipadatkan atau apakah tanah tersebut berstrata.

c. Kadar air, berat isi basah, berat isi kering dan tebal.

d. Semua data-data hasil pemeriksaan termasuk tekanan normal, jarak geser dan harga tahanan geser dan perubahan tebal dari benda uji.

e. Grafik tegangan geser maksimum terhadap tegangan normal.

7. CATATAN :

Page 29: PRAKTIKUM TANAH

Pemeriksaan

KEKUATAN TEKAN BEBAS(UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH)

PB – 0114 – 76(AASHTO T-208-70)(ASTM D-2166-66)

1. MAKSUD :

Pemeriksaan ini dimaksudakan untuk menentukan besarnya kekuatan tekan bebas contoh tanah dan batuan yang bersifat kohesip dalam keadaan asli maupun buatan (remoulded).Yang dimaksud dengan kekuatan tekan bebas ialah besarnya beban aksial persatuan luas pada saat benda uji mengalami keruntuhan atau pada saat regangan aksialnya mencapai 20%.

2. PERALATAN :

a. Mesin tekan bebas (unconfined compressive machine).b. Alat untuk mengeluarkan contoh (extruder).c. Cetakan benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 2 kali diameter.d. Pisau tipis dan tajam.e. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram.f. Pisau kawat.g. Stopwatch.

3. BENDA UJI :

a. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder.b. Benda uji mempunyai diameter minimal 3,3 cm dan tingginya diambil 2 x

diameter. Biasanya dipergunakan benda uji dengan diameter 6,8 cm dan tingginya 13,6 cm.

c.i. Untuk benda uji berdiameter 3,3 cm

besar butir maksimum yang terkandung dalam benda uji harus < 0,1 diameter benda uji.

ii. Unutk benda uji berdiameter 6,8 cm besar butir maksimum yang terkandung dalam benda uji harus < 1/6 diameter benda uji.

iii. Jika setelah pemeriksaan ternyata dijumpai butir yang > dari pada ketentuan tersebut diatas, hal ini dicantumkan dalam laporan.

iv. Menyiapkan benda uji :- Menyiapkan benda uji asli dari tabung contoh.

Page 30: PRAKTIKUM TANAH

Contoh dikeluarkan dari tabung 1 - 2 cm dengan alat pengeluar contoh, kemudian dipotong dengan pisau kawat dan diratakan dengan pisau.

Pasang alat cetak benda uji didepan tabung contoh, keluarkan contoh dengan alat pengeluar contoh (extruder) sepanjang alat cetak kemudian dipotong dengan pisau kawat.

Alat cetak yang yang berisi benda uji didirikan dengan ujung yang sudah dibentuk diatas alas yang rata. Kemudian ujung sebelah atas diratakan dengan pisau.

Keluarkan benda uji dari alat cetak.- Menyiapkan benda uji buatan

Benda uji buatan bisa dipersiapkan dari benda uji bekas atau dari contoh lain yang tidak asli.

Dalam hal menggunakan benda uji bekas menyiapkan benda uji asli dari tabung contoh, benda uji tersebut dimasukkan dalam kantong plastik kemudian diremas dengan jari sampai merata. Pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah udara masuk, memperoleh kepadatan yang merata dan penguapan air. Padatkan benda uji tersebut pada cetakan c.ii.

Apabila menggunakan benda uji contoh tidak asli lain, benda uji dapat disiapkan dengan kadar air dan kepadatan yang ditentukan lebih dahulu. Jika dikehendaki benda uji tersebut dapat dijenuhkan lebih dulu sebelum diperiksa (harus dicatat dalam laporan).

4. CARA MELAKUKAN :

a. Pemeriksaan kuat tekan bebas dengan cara mengontrol regangan.b. Timbang benda uji dengan ketelitian 0,1 gram. Letakkan benda uji pada

mesin tekan bebas secara centris. Atau mesin diatur sehingga plat atas menyentuh permukaan benda uji.

c. Atur jarum arloji tegangan pada angka nol. Atur kedudukan arloji regangan dan atur arloji pada angka nol.

d. Pembacaan beban dilakukan pada regangaan regangan 0,5%, 1%, 2%, dan seterusnya dengan kecepatan regangan sebesar ½ - 2% per menit, biasanya diambil 1% per menit.

e. Percobaan ini dilakukan terus sampai benda uji mengalami keruntuhan, keruntukan ini dapat dilihat dari makin kecilnya beban walaupun regangan semakin besar.

f. Jika regangan telah mencapai 20% tetapi benda uji belum runtuh, maka pekerjaan dihentikan.

Page 31: PRAKTIKUM TANAH

5. PERHITUNGAN :

a. Besar regangan aksial dihitung dengan rumus :

e = regangan aksial (%)L = perobahan panjang benda uji (cm)Lo = panjang benda uji semula (cm)

b. Luas penampang benda uji rata-rata :

Ao = luas penampang benda uji semula (cm2)

c. Hitung besar tegangan normal dari :

= P / A (kg/cm2) = n / ( kg)

n = pembacaan arloji tegangan = angka kalibrasi dari cincin penguji (proving ring).

6. PELAPORAN :

a. Hasil dilaporkan dalam bilangan decimal 1 angka dibelakang koma.b. Keterangan mengenai benda uji harus dicantumkan sebagai berikut :

i. Contoh asli atau contoh buatan.ii. Perbandingan tinggi dan diameter.iii. Diskripsi visual tanah.iv. Kepadatan, kadar air dan derajat

kejenuhan.c. Catat setiap kondisi-kondisi atau data lain yang dianggap perlu untuk

menilai hasil pemeriksaan.d. Gambarkan grafik hubungan antara regangan dan tegangan ; tegangan

sebagai ordinat dan regangan sebagai absis. Tentukan harga maksimum tegangan atau harga tegangan pada regangan 20%.

7. CATATAN :

Page 32: PRAKTIKUM TANAH

a. Untuk tanah yang getas kecepatan regangan diambil < 1% per menit.b. Besar sensivitas suatu jenis tanah dapat dihitung dari :

St = sensitivitasqu = kuat tekan bebas benda uji asli.qu’ = kuat tekan bebas benda uji buatan

dengan berat isi yang sama dengan benda uji asli.

Pemeriksaan

BAHAN LEWAT SARINGAN NO. 200

PB – 0208 – 76

(AASHTO T – 11 - 74*)

(ASTM C – 177 - 69*)

1. MAKSUD :

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan jumlah bahan yang

terdapat dalam agregat lewat saringan N 200 dengan cara pencucian.

2. PERALATAN :

a. Saringan no. 16 dan no. 200

b. Wadah pencuci benda uji berkapasitas cukup besar sehingga pada

waktu diguncang – guncangkan benda uji dan /atau air pencuci

tidak tumpah

c. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi

sampai (110 ± 5)ºC.

d. Timbangan dengan ketelitian 0,1% barat contoh.

e. Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh

agregat.

3. Benda uji :

Page 33: PRAKTIKUM TANAH

a. Berat contoh agregat kering minimum tergantung pada ukuran

agregat maksimum sesuai Daftar No. 1.

Daftar No.1 :

Ukuran agregat maksimum Berat contoh agragat kering minimum mm inci gram2,36 No. 8 1001,18 No. 4 5009,5 3/8 200019,1 3/4 250038,1 1½ 5000

b. Persiapan benda uji.

i. Masukkan contoh agregat lebih kurang 1,25 kali berat benda uji

kedalam talam, keringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5º)C

sampai berat tetap.

ii. Siapkan benda uji dengan berat (W1) sesuai Daftar No. 1.

4. CARA MELAKUKAN :

a. Massukkan benda uji kedalam wadah, dan diberi air pencuci

secukupnya sehingga benda uji terendam.

b. Guncang-guncang wadah dan tuangkan air cucian kedalam

susunan saringan no. 16 dan no. 200. Pada waktu menuang air

cucian, usahakan agar bahan – bahan yang kasar tidak ikut

tertuang.

c. Masukkan air pencuci baru, dan ulanglah pekerjaan (b) sampai air

cucian menjadi jernih.

d. Semua bahan yang tertahan saringan no. 16 dan no. 200

kembalikan kedalam wadah ; kemudian masukkan seluruh bahan

tersebut kedalam talam tang telah diketahui beratnya (W2) dan

Page 34: PRAKTIKUM TANAH

keringkan dalam oven, dengan suhu (110 ± 5) ºC sampai berat

tetap.

e. Setelah kering timbang dan catatlah beratnya (W3).

f. Hitunglah berat bahan kering tersebut ( W4 = W3 – W2 ).

5. PERHITUNGAN :

W1 – W4

Jumlah bahan lewat saringan no. 200 = ———— x 100 %W1

W1 = berat benda uji semula (gram)

W4 = berat bahan tertahan saringan no. 200 (gram)

6. PELAPORAN :

Laporkan jumlah bahan yang lewat saringan no. 200 dalam prosen.

7. CATATAN :

Page 35: PRAKTIKUM TANAH

PEMERIKSAAN

KADAR AIR TANAH

PB – 0117 – 76

(ASTM D – 2216 – 71)

1. MAKSUD :

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah.

Yang dimaksud dengan kadar air tanah ialah perbandingan antara air yang

terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut dinyatakan

dalam persen.

2. PERALATAN :

a. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi

sampai (110 ± 5)ºC.

b. Cawan kedap udara dan tidak berkarat, dengan ukuran yang cukup.

Cawan dapat terbuat dari gelas atau logam misalnya alumunium.

c. i. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram

ii. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram

iii. Neraca dengan ketelitian 1 gram

iv. Desikator

3. Benda uji :

Jumlah benda uji yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kadar air tergantung

pada ukuran butir maksimum dari contoh yang diperiksa ; dengan ketelitian

seperti Daftar no. 1.

Daftar no. 1.

Ukuran butir maksimum Jumlah benda uji minimum Ketelitian

¾’’ 1000 gram 1 gram

Lewat saringan No. 10 100 gram 0,1 gram

Page 36: PRAKTIKUM TANAH

Lewat saringan No. 40 10 gram 0,01 gram

ii. Jika benda uji yang akan diperiksa mengandung bahan yang

mudah terbakar, maka tidak boleh dilakukan pengeringan dengan

cara dibakar dengan spirtus, tapi harus dikeringkan dengan

kompor dengan temperature tidak lebih dari 60ºC.

b. Untuk masing-masing contoh tanah harus dipakai cawan-cawan

yang diberi tanda dan tidak boleh sampai tertukar.

c. Untuk tiap benda uji harus dipakai minimal 2 cawan, sehingga kadar

air dapat diambil rata-rata.

d. Agar pengeringan dapat berjalan sempurna, maka susunan benda

uji didalam oven harus diatur sehingga pengeringan tidak terganggu,

serta saluran udara harus dibuka.

4. CARA MELAKUKAN :

a. Benda uji yang mewakili tanah diperiksa ditempatkan dalam cawan

yangbersih, kering dan diketahui beratnya.

b. Cawan dan isinya kemudian ditimbang dan berat dicatat.

c. Tutup cawan kemudian dibuka dan cawan ditempatkan di oven atau

pengering lainnya paling sedikit 4 jam (untuk oven) atau sampai

berat constant.

d. Cawan ditutup kemudian didinginkan dalam desikator.

e. Setelah dingin ditimbang dan beratnya dicatat.

5. PERHITUNGAN :

Kadar air dapat dihitung seperti berikut :

Berat cawan + tanah basah ………………….. = W1 gram

Berat cawan + tanah kering ………………….. = W2 gram

Berat cawan kosong .………………… = W3 gram

Berat air …………………. = (W1-W2) gram

Berat bahan kering …………………… = (W2-W3) gram

W1-W2

Page 37: PRAKTIKUM TANAH

———— x 100% W2-W3

6. PELAPORAN :

Kadar air dilaporkan dalam persen dengan ketelitian satu angka dibelakang

koma.

7. CATATAN :

a. Jika tidak terdapat oven pengering, maka pelaksanaan pengeringan

dapat di lakukan dengan cara :

I Jika benda uji yang akan diperiksa kadar airnya tidak mengandung

bahan organic atau bahan yang mudah terbakar, maka pengeringan

dapat dilakukan diatas kompor atau dibakar langsung setelah

disiram dengan spirtus.

Penimbangan dan pengeringan dilakukan berulang-ulang, sehingga

setelah 3 kali penimbangan terakhir telah tercapai berat yang

konstan.

PEMERIKSAAN

BERAT JENIS TANAH

PB – 0108 - 76

(AASHTO T – 100 – 74)

Page 38: PRAKTIKUM TANAH

(ASTM D – 854 – 58)

1. MAKSUD :

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis tanah yang

mempunyai butiran lewat saringan no. 4 dengan piknometer.

Berat jenis tanah adalah perbandingan antara butir tanah dan berat air suling

dengan isi yang sama pada suhu tertentu.

2. PERALATAN :

a. Piknometer dengan kapasitas minimum 100 ml atau botol ukur dengan

kapasitas minimum 50 ml.

b. Desikator

c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

(110 ± 5)ºC

d. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram

e. Termometer ukuran 0º - 50ºC dengan ketelitian pembacaan 1ºC.

f. Saringan no. 4, no.10 dan no.40 dan pendahnya.

g. Botol berisi air suling.

h. Bak perendam.

i. Pompa hampa udar (vacuum, 1-1½ PK) atau tunku listrik (Kookplaat).

3. BENDA UJI :

Benda uji harus dipersiapkan sebagai berikut :

a. Saringlah bahan yang akan diperiksa dengan saringan no 4 jika ternyata

bahan tersebut terdiri dari butir yang tertahan pada saringan no. 4, maka

pemeriksaan berat jenis harus dilakukan menurut pemeriksaan PB – 0202

– 70, jika bahan yang akan diperiksa mengandung campuran butir yang

tertahan dan yang lewat dari saringan no. 4 tersebut maka berat jenis

butir yang tertahan pada saringan no. 4 diperiksa menurut cara

pemeriksaan PB – 0202 – 76 sedang yang melalui saringan no. 4

diperiksa dengan PB – 0108 – 76. Berat jenis bahan adalah harga rata-

Page 39: PRAKTIKUM TANAH

rata (sebanding dengan prosentase berat kering masing-masing ukuran)

yaitu yang dicantumkan pada pemeriksaan PB – 0201 – 76. Untuk

pemeriksaan analisa hidrometer, maka contoh harus dipilih yang melalui

saringan no. 10 atau no. 40. Kemudian pemeriksaan dilakukan dengan

prosedur PB – 0108 – 76.

b. Peroleh contoh dengan pemisah contoh atau cara perempat dari bahan

yang lewat saringan no. 4 atau no. 10. Benda uji dalam keadaan kering

oven tidak boleh kurang dari 10 gram untuk botol ukur, dan 50 gram untuk

piknometer.

c. Keringkan benda uji pada 105 - 110ºC dan dinginkan sesudah itu dalam

desikator.

Atau benda uji dalam keadaan tidak dikeringkan (lihat catatan b.ii).

4. CARA MELAKUKAN :

a. Cuci piknometer dengan air suling dan keringkan. Timbang piknometer

dan tutupnya dengan ketelitian 0,01 gram (W1).

b. Masukkan benda uji kedalam piknometer dan timbang bersama tutupnya

dengan ketelitian 0,01 gram (W2).

c. Tambahkan air suling sehingga piknometer terisi dua pertiga. Untuk

bahan yang mengandung lempung diamkan benda uji terendam selama

paling sedikit 24 jam.

d. Didihkan isi piknometer dengan hati-hati selama minimal 10 menit, dan

miringkan botol sekali-sekali untuk membantu mempercepat pengeluaran

udara yang tersekap.

e. Didalam hal mempergunakan pompa vacuum tekanan udara didalam

pinometer atau botol ukur tidak boleh dibawah 100 mm Hg. Kemudian

isilah piknometer dengan air suling dan biarkan piknometer beserta isinya

untuk mencapai suhu constant didalam bejana air atau dalam kamar.

Sesudah suhu constant tambahkan air suling seperlunya sampai tanda

batas atau sampai penuh. Tutuplah piknometer, keringkan bagian luarnya

dan timbang dengan ketelitian 0,01 gram (W3). Ukur suhu dari isi

piknometer dengan ketelitian 1ºC.

Page 40: PRAKTIKUM TANAH

f. Bila isi piknometer belum diketahui maka tentukan isinya sebagai berikut.

Kosongkan piknometer dan bersihkan. Isi piknometer dengan air suling

yang suhunya sama dengan suhu pada c dengan ketelitian 1ºC dan

pasang tutupnya.

W4 = Berat piknometer dan air yang telah dikoreksi

W5 = Berat piknometer dan air pada suhu 25ºC

K = Faktor koreksi (Daftar no. 1)

iii. Faktor koreksi = K

Suhu = T

Daftar No. 1 :

T 18 19 20 21 22 23 24

K 1.0016 1.0014 1.0012 1.0010 1.0007 1.0005 1.0003

T 25 26 27 28 29 30 31

K 1.0000 0.9997 0.9995 0.9992 0.9989 0.9986 0.9983

b. i Untuk benda uji kering

benda uji kering oven sesudah ditumbuk dan banyak harus

dimasukkan kedalam oven kembali sampai beratnya constant.

Page 41: PRAKTIKUM TANAH

ii Untuk benda uji tanpa pengeringan oven harus diketahui berat

keringnya dengan perhitungan kadar air dan berat ini adalah sebagai

(W2 – W1).

Page 42: PRAKTIKUM TANAH

DIREKTORAT PENYELIDIKAN MASALAH TANAH & JALAN  ( Nama Instansi / Jawaban )

Lampiran Surat / Laporan No. ………………………………………. Dikerjakan : ELLY Y

Nomor Contoh : ……………………………………………… Dihitung : ELLY Y

Pekerjaan : Digambar : -Diperiksa : SUBANDHI BE

PEMERIKSAAN BERAT JENIS PB - 0108 - 76

Nomor Contoh Kedalaman Bor I / P1 Bor I / P2 Bor I / P3  

      4.40 - 4.70 7.20 7.60 10.20 10.60  

Nomor Piknometer   4 B II K I R 2 K 4 B 9

Berat Piknometer + Contoh W2 49.46 36.20 53.52 54.28 48.64 47.70

Berat Piknometer W1 40.64 27.55 42.30 43.60 40.64 38.96

Berat Tanah Wt = W2 - W1 8.82 8.65 11.22 10.68 8.00 8.74

Suhu ºC     25ºC  

Berat Piknometer + Air + Tanah W2 144.74 137.40 149.30 150.65 144.06 143.78

Berat Piknometer + Air padat ºC W4 139.28 132.06 142.32 143.98 139.28 138.50

W5 W2 - W1 + W4 148.10 140.71 153.54 154.66 147.28 147.24

Isi Tanah W5 - W3 3.36 3.31 4.24 4.01 3.22 3.46

Berat Jenis WT / (W5-W3) 2.63 2.61 2.65 2.66 2.66 2.53.

Rata-rata     2 62 2 66 2 51

Page 43: PRAKTIKUM TANAH

III. 3. UNTUK PERHITUNGAN DAYA DUKUNG TANAH

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

IV. 1.KESIMPULAN

IV. 2.SARAN

Page 44: PRAKTIKUM TANAH

II. Contoh tanah utuh (tidak terusik)

Untuk pengambilan contoh tanah takterusik ini diperlukan :

a. Tabung berbentuk silinder (cincin) terbuat dari kuningan berukuran tinggi 4 cm

dengan diameter luar 7,93 cm dan diameter dalam 7,63 cm, atau terbuat dari baja

anti karat (stainless steel) berukuran tinggi 5,1 cm dengan diameter luar 5,3 cm

dan diameter dalam 5,0 cm. Tebal tabung (cincin) ini harus memenuhi ketentuan

yaitu nisbah luas (area ratio)-nya lebih kecil 0,1 untuk menghindari adanya

tekanan dari samping oleh tabung tersebut saat dibenamkan ke dalam tanah.

Nisbah luas (Area Ratio) : A = [(D luar)2 – (D dalam)2] / (D dalam)2

D adalah diameter. Setiap tabung bernomor dan sudah dilengkapi dengan tutup

terbuat dari plastik. Untuk menyimpan tabung-tabung tersebut, serta untuk

memudahkan membawa dari lapangan ke laboratorium maka disediakan peti

khusus yang terbuat dari bahan kayu atau aluminium..

b. Pisau yang tipis dan tajam.

c. Sekop.

d. Tangkai penjepit tabung (cincin) pengambil contoh tanah (lihat gambar)

Cara kerja :

1. Membersihkan permukaan bagian tubuh tanah yang akan diambil dari penutupan

tumbuhan, seresah dan batu.

2. Meletakkan tabung silinder pada permukaan tanah yang akan disidik dengan

bagian tajam berada di sisi yang bersinggungan.

3. Menekan perlahan-lahan dengan tekanan merata sampai terbenam ¾ nya.

4. Meletakkan tabung silinder kedua diatasnya, kemudian tekan sampai tabung

pertama mencapai kedalaman yang diinginkan.

5. Menggali tanah disekeliling tabung hingga tabung-tabung tersebut dapat diambil

secara bersamaan dalam keadaan bertautan.

6. Merapikan tanah lebihan di sisi depan dan belakang dengan menggunakan pisau

tipis tajam.

7. Menutup kedua mulut tabung silinder dengan tutup tersedia, kemudian isolasi dan

beri label: kode tempat, kode perlakuan, kode tanah, nomor perlapisan dan ciri-ciri

istimewa lainnya.

III. Pengambilan contoh tanah dengan agregat tak terusik dan contoh tanah terusik

Page 45: PRAKTIKUM TANAH

Alat dan perlengkapan.

a. Kotak terbuat dari aluminium atau seng atau kayu yang kuat dan mempunyai

ukuran yang cukup untuk diisi dengan sekitar 2 kg agregat tanah tak terusik.

b. Sekop dan cangkul.

c. Kantong plastik untuk wadah contoh tanah takterusik.

Cara Kerja :

(a). Menggali tanah sampai jeluk atau lapisan yang diinginkan. Untuk kemantapan

agregat umumnya diambil sedalam mintakat (zone) perakaran.

(b). 1. Mengambil gumpalan-gumpalan tanah yang masih menunjukkan agregat-

agregat aslinya dan masukkan ke dalam kotak yang telah tersedia. Apabila

kotak semacam ini tidak tersedia, dapat digantikan dengan tempat yang lain

(kaleng bekas tempat roti, kotak plastik dan lain-lain) asalkan dapat dijamin

kemampuannya dalam melindungi agregat tanah agar tetap utuh selama

pengangkutan.

2. Untuk contoh tanah terusik, maka contoh tanah dimasukkan ke dalam kantong

plastik.

(c). Mencatat lokasi dan jeluk pengambilannya, memberi label pada kotak atau kantong

plastik tersebut.