33
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan dan (4) Aplikasi dalam Bidang Pangan. 1.1 Latar Belakang Percobaan Uji kesukaan disebut juga uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau sebaliknya mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat- tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal suka dapat mempunyai skala hedonik seperti amat sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu tidak suka dapat mempunyai skala hedonik seperti amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka. diantara agak tidak suka dan agak suka kadang-kadang ada tanggapan yang disebut netral, yaitu

Praktikum Uji Hedonik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Praktikum Uji Indrawi (Uji Hedonik)

Citation preview

I PENDAHULUANBab ini menguraikan : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan dan (4) Aplikasi dalam Bidang Pangan.1.1 Latar Belakang PercobaanUji kesukaan disebut juga uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau sebaliknya mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal suka dapat mempunyai skala hedonik seperti amat sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika tanggapan itu tidak suka dapat mempunyai skala hedonik seperti amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka. diantara agak tidak suka dan agak suka kadang-kadang ada tanggapan yang disebut netral, yaitu bukan suka tetapi bukan tidak suka (neither like not dislike) (Soekarto, 1985).Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya mengemukakan responnya yang berupa senang atau tidak senang terhadap sifat bahan yang di uji. Pada pengujian ini setiap panelis diminta untuk mengemukakan pendapatnya secara spontan, tanpa membandingkan dengan sampel standar atau sampel-sampel yang diuji sebelumnya. Oleh karena itu sebaiknya cara penyajian secara berurutan, tidak disajikan bersama-sama (Kartika, dkk., 1987).Pengujian ini umumnya digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan atau memproduksi reaksi konsumen terhadap sampel yang diujikan, oleh karena itu panelis sebaiknya diambil dalam jumlah besar, yang memiliki populasi masyarakat tertentu (Kartika, dkk., 1988).1.2 Tujuan PercobaanTujuan dari percobaan uji hedonik adalah untuk mengetahui apakah sifat sensoris suatu komoditi atau produk olahan dapat diterima oleh masyarakat. Dan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu komoditi atau produk pangan.1.3 Prinsip PercobaanPrinsip dari percobaan uji hedonik adalah berdasarkan penilaian panelis terhadap sifat organoleptik dengan penganalisaan tingkat kesukaan (skala hedonik).1.4 Aplikasi Dalam Bidang PanganDalam bidang pangan uji hedonik digunakan untuk uji pemasaran yaitu untuk memperoleh pendapat konsumen terhadap produk baru, hal ini diperlukan untuk mengetahui perlu tidaknya perbaikan lebih lanjut terhadap suatu produk baru sebelum dipasarkan. Selain itu uji ini digunakan untuk mengetahui produk yang paling disukai oleh konsumen.

II BAHAN, ALAT, DAN METODE PERCOBAANBab ini menguraikan mengenai: (1) Bahan-bahan Percobaan, (2) Alat-alat Percobaan dan (3) Metode Percobaan.2.1 Bahan-bahan PercobaanBahan-bahan yang digunakan dalam uji hedonik adalah cokelat 650 (Delfi), 734 (Van houten), 186 (Silver queen), 213 (Windmolen).2.2 Alat-alat PercobaanAlat-alat percobaan yang digunakan adalah nampan, wadah, dan gelas.2.3 Metode Percobaan2.3.1. Deskripsi Percobaan Metode percobaan yang dilakukan pada uji hedonik adalah panelis diminta menilai sampel yang telah disediakan berdasarkan kesannya terhadap tingkat rasa, warna, aroma, dan after taste, yang dinyatakan dalam format yang tersedia dan diberi tanda pada skala hedonik. Kriteria penilaian yaitu (1) Sangat tidak suka, (2) Tidak suka, (3) Agak tidak suka, (4) Netral, (5) Agak suka, (6) Suka, dan (7) Sangat suka. Tiap sampel boleh diberi penilaian yang sama tetapi tidak boleh ada pengulangan dan penilaian bersifat spontan.Analisis Perhitungan1) TransformasiKetentuan:

2.3.2. Analisa Perhitungan

Tabel 1. AnavaSumber variansiDBJKRJKF hitungF tabel

5 %1 %

Sampel sampel 1JKS

Tabel distribusi FTabel distribusi F

Panelis panelis 1JKP

GalatTotal - DBS - DBPJKG

TotalJKT

Ketentuan untuk tabel Anava ;1. Jika F hitung lebih besar dari F tabel taraf 5% dan taraf 1 %, maka diberi tanda ** (sangat berbeda nyata), perlu dilakukan uji lanjut.2. Jika F hitung lebih besar dari F tabel taraf 5 %, tetapi F hitung lebih kecil dari F tabel taraf 1 %, maka diberi tanda * ( Berbeda nyata) perlu dilakukan uji lanjut.3. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel taraf 5 %, dan taraf 1 %, maka diberi tanda tn (nyata), tidak perlu dilakukan uji lanjut.Tabel 2. Contoh Uji Lanjut DuncanSSR 5%LSR 5%Nilai Rata-rataPerlakukanTaraf Nyata 5%

1234

---

* -

-

-

Keterangan : * = selisih nilai rata-rataKeterangan Uji Lanjut 1. Nilai rata-rata diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar.2. Tentukan standar galat

3. Tentukan SSR 5% pada buku Vincent Gazpert tabel 84. Tentukan LSR 5%

5. Beri tanda * jika perlakuan > LSR 5%6. Beri tanda tn jika perlakuan < LSR 5%

III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASANBab ini menguraikan mengenai: (1) Hasil Pecobaan dan, (2) Pembahasan.3.1 Hasil Pengamatan SampelRata-rata Data AsliTabel Nyata 5%

MerkKode

Delfi6503,63a

Van Houten7343,54a

Windmolen2133,90a

Silverqueen1864,27a

(Sumber: Kelompok A, 2014)Berdasarkan hasil pengujian kita dapat menentukan nilai AT dan RT dari pengujian treshold larutan gula ini. Dengan metode pengujian grafik, absis (x) adalah konsentrasi dari larutan gula dan ordinat (y) adalah % reaksi positif. Dimana akan didapat gambar sebagai berikut :Tabel 2. Hasil Pengamatan Uji Threshold Terhadap Larutan GulaNoMetodeAT (%)RT(%)

1Metode Grafik0,2 %0,3 %

2Metode Interpolasi0,2 %0,3 %

(Sumber : Rathwina, Kelompok A, Bilik 3, 2014)

Grafik1. Grafik Hubungan Konsentrasi dan % Reaksi Positif.

Dari data tabel diatas kita dapat menentukan nilai absolute threshold (AT) dan recognition theshold (RT) dari pengujian threshold terhadap larutan garam ini. Dengan metode grafik, absis (X) adalah konsentrasi dari larutan garam dan ordinat (Y) adalah persentase reaksi positif dimana akan didapatkan grafik sebagai berikut. Berdasarkan pengujian menggunakan uji threshold dengan metode grafik maupun metode interpolasi diketahui bahwa konsentrasi terendah sampel larutan gula yang dapat dideteksi oleh 50 % panelis adalah pada konsentrasi 0,24 % dan yang dapat dideteksi oleh 75 % panelis adalah pada konsentrasi 0,28 %. 3.2 PembahasanPengujian threshold ini dapat juga digunakan untuk seleksi panelis. Walaupun menurut Bambang Kartika (1988), keberhasilan dalam menguji larutan murni tidak dapat dipakai dalam menguji sampel yang mengandung bermacam-macam zat dengan konsentrasi yang berbeda. Grafik yang dihasilkan dengan menggunakan metode grafik memiliki bentuk yang tidak beraturan dimana terjadi kenaikan dan juga penurunan, hal tersebut disebabkan karena kepekaan atau sensitivitas panelis berbeda-beda dalam pencicipan maka hasil kurva akan bervariasi. Selain itu dapat disebabkan pengaruh faktor fisiologik dan faktor psikologik. Pemakaian dengan metode ini biasanya jarang digunakan karena banyaknya kesalahan yang akan ditimbulkan sehingga data yang akan diperoleh menjadi tidak akurat atau eror. Perhitungan dengan metode ini sangat tergantung dari banyaknya respon positif yang timbul dari para panelis setelah melakukan pengujian terhadap larutan gula.Aplikasi di bidang pangan dalam percobaan uji threshold adalah agar panelis yang diminta untuk menguji peka terhadap berbagai rangsangan. Baik itu indera pencicip maupun penciuman dengan menguji satu seri sampel dengan kadar konsentrasi yang berbeda, biasanya dilakukan pada industri minuman.Menentukan absolute threshold (AT) diberikan kepada panelis, satu seri larutan mulai dengan konsentrasi 0 (pelarut murni) sampai dengan konsentrasi tertentu dan air pelarut yang diberitahukan menjadi standar. Panelis diminta untuk menilai sampel-sampel mana yang berbeda dengan larutan standar. Konsentrasi yang dapat dideteksi oleh 50 % panelis merupakan absolute threshold (Kartika, 1988).Menentukan difference threshold (RT), digunakan standar lebih dari satu, dimana masing-masing standar akan dibandingkan dengan sampel-sampel pada interval konsentrasi tertentu. Perbedaan konsentrasi yang dapat dideteksi oleh 75 % panelis merupakan difference threshold (Kartika, dkk., 1988).Ketentuan nilai absolute threshold (AT) 50% dan recognition threshold (RT) sebesar 75% diperoleh dari hasil konvensi panelis internasional sehingga digunakan nilai pada ambang tersebut.Pada pengujian apabila dihasilkan 60% panelis telah menyatakan positif maka rangsangan tidak masuk AT dan juga RT karena apabila dimasukkan kedalam absolute threshold (ambang mutlak) nilai jumlah panelis terlalu besar sedangkan jika dimasukkan kedalam recongnition threshold terlalu kecil.

Pengujian threshold digunakan sampel cairan karena apabila menggunakan sampel padatan akan sulit dalam membedakannya karena pembanding yang mudah diamati berupa air murni, sedangkan apabila digunakan sampel padatan panelis akan terkecoh karena sifat sensoris pada bahan atau produk akan mengecoh hasil pengujian pembedaan.Salah satu faktor fisiologik yang mempengaruhi kepekaan panelis yaitu kondisi kenyang atau lapar. Terlalu kenyang mengurangi kepekaan, sebaliknya terlalu lapar dapat menyebabkan memberikan penilaian yang berlebihan. Merokok juga mempengaruhi kepekaan panelis. Selain itu orang yang sedang sakit juga terpengaruh kegiatan fisiologiknya karena itu juga berkurang kepekaannya. Fungsi fisiologik juga mengalami fluktuasi dalam sehari. Waktu terlalu pagi kurang responsif untuk penilaian rasa (Soekarto, 1985).Pengaruh psikologik yang dapat mengganggu kepekaan seorang panelis yaitu yang dapat mempengaruhi konsentrasi atau yang membuat orang tidak dapat santai. Hal-hal ini meliputi keadaan tertekan, frustasi, terlalu sedih, gembira yang melonjak-lonjak, terburu-buru, dan tekanan jiwa (stress) (Soekarto, 1985).Ada beberapa macam kesalahan psikologis yaitu: 1) Tendensi sentral, karakteristik kesalahan ini adalah panelis selalu memberi nilai tengah pada skala nilai yang ada dan ragu-ragu memberi nilai tertinggi. Efek dari kesalahan ini adalah menganggap semua sampel yang di uji hampir sama. Hal ini terjadi akibat panelis tidak mengenal metoda pengujian dan produk yang dinilinya. Seorang panelis yang sudah berpengalaman sangat kecil kemungkinannya untuk membuat kesalah seperti diatas (Kartika, dkk., 1988).2) Contrast Effect, hal ini sering terjadi akibat posisi sampel yang dinilai, dimana suatu sampel dinilai lebih tinggi ataupun lebih rendah dari kenyataannya dan umumnya lebih rendah. Untuk mencegah maka pengujian dilakukan secara acak (Kartika, dkk., 1988).3) Stimulus Error, pada sampel-sampel yang tidak seragam sering terjadi panelis dipengaruhi oleh sifat-sifat yang tidak relevan. Misalnya: harus membedakan dua sampel dalam hal tingkat kemanisan, panelis terpengaruh pada sifat yang lain seperti bentuk, ukuran, dan warna (Kartika, dkk., 1988).4) Expectation Error, adanya informasi yang diterima oleh panelis sebelum pengujian akan berpengaruh pada hasilnya. Hal ini disebabkan panelis mengetahui apa yang diharapkan oleh pemberi instruksi. Disarankan agar orang yang banyak berhubungan dengan pengujian tidak dipergunakan sebagai penguji (Kartika, dkk., 1987). 5) Logical Error, pada pengujian yang diperintahnya kurang jelas, sering terjadi penilaian terhadap satu sifat dihubungkan dengan sifat lain yang secara logis selalu berkaitan dengan sifat yang dinilai. Misalnya sesuatu jenis makanan yang berwarna hitam akan selalu dinilai pahit (Kartika, dkk., 1988).6) Halo Effect, bila ada lebih dari satu sifat yang dinilai misalnya bau, tekstur, warna, rasa, pada suatu saat hasilnya mungkin berbeda bila dibandingkan masing-masing sifat tersebut dinilai sendiri-sendiri pada saat yang tidak bersamaan (Kartika, dkk., 1988).7) Sugesti, hasil penilaian oleh seorang panelis dapat terpengaruh oleh panelis yang lain, karena adanya pengaruh ini maka panelis selama pengujian harus duduk terpisah satu dengan yang lain. Percakapan dan diskusi tidak diperkenankan selama berlangsungnya pengujian, sehingga sugesti dari seorang panelis tidak mempengaruhi panelis yang lain (Kartika, dkk., 1988).Kesalahan physiologis juga sangat mempengaruhi panelis dalam penyajian, seperti merasa ragu-ragu atau bingung dalam memberikan suatu penilaian terhadap sampel. Pertimbangan diadakannya seleksi panelis berdasarkan adanya perbedaan dari masing-masing orang dalam hal ketepatan dan kemampuan mengadakan pengujian dalam suatu saat, tingkat kemampuan dan kepekaan dalam penginderaan, dan perhatian terhadap pekerjaan pengujian inderawi dan kesediaan meluangkan waktu (Kartika, 1987).Kemampuan mendeteksi (detection) yaitu kemampuan menyadari adanya rangsangan sebelum mengenal adanya kesan tertentu yang spesifik. Kemampuan ini antara lain berguna untuk mengetahui ambang mutlak (AT). Kemampuan mengenal (recognition) yaitu kemampuan mengenali suatu jenis kesan atau mengenali dengan sadar adanya kesan spesifik dan dengan tepat dapat menghubungkan kesan itu dengan adanya jenis rangsangan tertentu. Kemampuan ini antara lain berguna untuk mengenali suatu sifat atau untuk mengetahui ambang pengenalan (Soekarto, 1985). Tabel. 3 Ambang mutlak untuk pencicipanRangsanganKesanAmbang mutlak

GulaGaramHClStrichninManisAsinAsamPahit1 bagian/200 bagian air1 bagian/400 bagian air1 bagian/15000 bagian air1 bagian/2.105 bagian air

IV KESIMPULAN DAN SARANBab ini menguraikan mengenai: (1) Kesimpulan dan (2) Saran.4.1 KesimpulanBerdasarkan percobaan uji threshold maka diperoleh konsentrasi larutan garam terendah yang mulai dapat dirasakan atau dideteksi oleh 50 % panelis adalah pada konsentrasi 0,24% sedangkan konsentrasi larutan garam terendah yang mulai dapat dikenal oleh 75 % panelis adalah pada konsentrasi 0,28%.4.2SaranPercobaan uji treshold ini harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh konsentrasi agar mendapatkan hasil yang optimal pada saat melakukan pengujian.

DAFTAR PUSTAKAKartika, Bambang dkk. (1988). Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Proyek Peningkatan/ Pengembangan Perguruan Tinggi. UGM. YogyakartaSukarto, Prof. Dr Suwarno T. (1985). Penilaian Organoleptik. Penerbit Bhratara Karya Aksara. Jakarta.Winarno. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

.

LAMPIRAN DISKUSI1. Apakah nilai ambang mutlak atau pengenalan untuk larutan garam, asam berbeda, berikan argumennya !Berbeda, garam (0,087); asam (0,08), Karena Ambang pembedaan berbeda besarnya tergantung dari banyak faktor. Di samping tergantung pada jenis rangsangan dan jenis penginderaan juga tergantung pada besarnya rangsangan itu sendiri.2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ambang pembedaan dan ambang batas ?Ambang pembedaan disebut juga difference threshold, yang berbeda dengan ambang pengenalan dan ambang mutlak. Ambang pembedaan menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Perhatian kita tertuju pada perbedaan dua rangsangan tersebut. Jika dua rangsangan itu terlalu kecil bedanya maka akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat rangsangan itu terlalu besar akan dengan mudah dikenali. Perbedaan terkecil dari dua rangsangan yang masih dapat dikenalai disebut ambang pembedaan.Ambang batas disebut juga terminal threshold. Rangsangan yang terus-menerus dinaikan pada suatu saat tidak akan menghasilkan kenaikan intensitas kesan. Rangsangan terbesar jika kenaikan tingkat rangsangan menaikkan intensitas kesan disebut ambang batas. Ambang batas dapat juga ditentukan dengan menetapkan rangsangan terkecil yaitu jika kenaikan tingkat rangsangan tidak lagi mempengaruhi tingkat intensitas kesan.

3. Jelaskan kepentingan ambang pembedaan dan ambang batas di Industri Pangan?Ambang pembedaan menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Perhatian kita tertuju pada perbedaan dua rangsangan tersebut. Jika dua rangsangan itu terlalu kecil bedanya maka akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Ambang pembeda ini digunakan untuk membuat suatu formulasi baru yang memiliki kemiripan yang sama dengan produk sebelumnya agar dapat mengefektifkan dan mengefisiensikan bahan bakuAmbang batas digunakan untuk mengetahui kemampuan manusia (panelis) memperoleh kesan dari adanya rangsangan yang tidak selamanya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diterima akibat terus menaiknya intensitas kesan.

LAMPIRANSOAL KUIS1. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi panelis dalam pengujian?Jawab: Jenis Kelamin = Pria dan wanita mempunyai kemampuan sama untuk melakukan pengujian. Sementara orang berpendapat wanita lebih sensitiv dibaningkan dengan pria Umur = Untuk dilatih menjadi seorang panelis semua orang yang menaruh perhatian dapat dipakai. Orang yang relatif muda umurnya lebih sensitiv, sedangkan orang yang lebih tua konsentrasinya lebih baik dan relatif stabil dalam pengambilan kesimpulan Panelis harus mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang normal dalam arti organ-organ pembauan dan perasaan bekerja normal. Sensitivitas ini diharapkan akan meningkat dengan suatu latihan Kondisi kesehatan = Orang yang menderita sakit terutama gangguan pada indera sebaiknya tidak diikutkan dalam pengujian Kebiasaan merokok = Perokok dan bukan perokok keduanya dapat dipakai sebagai panelis meskipun perokok sering kurang sensitiv. Perokok harus berhenti merokok beberapa waktu sebelum melakukan pengujian2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tendensi central !Jawab : Karakteristik kesalahan ini ialah panelis selalu memberi nilai tengah pada skala nilai yang ada dan ragu-ragu memberi nilai tertinggi. Efek dari kesalahan ini adalah menganggap semua sampel yang diuji hampir sama. Hal ini terjadi akibat panelis tidak mengenal metode pengujian dan produk yang dinilainya.

3.Hal apa saja yang harus di perhatikan dalam penyajian sampel?Jawab : Ukuran sampel = sampel dianjurkan disajikan secukupnya, tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit, kira-kira dapat dinilai 3 kali. Kecuali hal-hal khusus misalnya panelis diminta respon spontannya, hanya boleh menilai sekali Suhu sampel = sedapat mungkin sampel disajikan pada suhu kamar Kenampakkan = faktor kenampakkan bahan yang diuji dianjurkan dibuat seragam mungkin, kecuali atribut yang sedang di nilai Cara penyajian = apabila sampel yang diuji 2 atau lebih sering timbul pertanyaan apakah sampel tersebut disajikan bersama-sama atau satu-persatu Jumlah sampel = jumlah sampel yang disajikan dalam satu session (1kali) penyajian tergantung tipe pengujian yang dilaksanakan, bahan yang di uji4.Apa yang dimaksud dengan Absolute Threshold dan Recoqnition Threshold?Jawab : Absolute threshold: jumlah benda rangsang terkecil yang mulai dapat memberikan kesan Recognition threshold: sudah mulai dikenali jenis kesannya5.Jelaskan prinsip uji threshold dan uji rangsangan tunggal !Jawab : Prinsip uji threshold = Berdasarkan sensitivitas dalam mendeteksi adanya rangsangan terendah yang mulai dapat menghasilkan kesan. Prinsip uji rangsangan tunggal = Berdasarkan sensitivitas panelis dalam membedakan sifat dua macam sampel atau lebih yang tingkat perbedaannya sedikit dan juga berdasarkan penggolongan satu contoh dengan contoh lainnya.LAMPIRAN PERHITUNGANSampel : Larutan GulaTabel 4. Hasil Pengamatan Perorangan Ambang Rangsangan (Threshold)Kode ContohPenilaian

2530

7250

1020

5411

4321

3851

4611

8961

7051

8461

(Sumber : Rathwina, Kelompok A, Bilik 3, 2014).Tabel 5. Hasil Pengamatan Perkelompok Ambang Rangsangan (Threshold)Panelis/Kode07250,11020,22530,33850,45410,54320,67050,74010,88960,9846

10001001011

20001011111

30001111111

40011111111

50001101011

60001011111

70001111111

80010011111

90001111111

101001011111

110001111111

121011111111

131111101011

140001111111

150001111111

160001111011

170001111111

181001001111

191001101011

201110110111

62518141419152020

(Sumber : Rathwina, Kelompok A, Bilik 3, 2014) Tabel 5. Hasil Pengamatan % Reaksi Positif Ambang Rangsangan (Threshold)(XKonsentrasi (%) Reaksi Positif(Y% Reaksi Negatif

0630%

0,1210%

0,2525%

0,31890%

0,41470%

0,51470%

0,61995%

0,71575%

0,820100%

0,920100%

(Sumber : Rathwina, Kelompok A, Bilik 3, 2014)

reaksi positif x 100%% Reaksi Positif = Panelis

6 x 100% = 30 %14 x 100% = 30 %2020

2 x 100% = 10 %19 x 100% = 95 %2020

5 x 100% = 25 %15 x 100% = 75 %2020

18 x 100% = 90 %20 x 100% = 100 %2020

14 x 100% = 70 %20 x 100% = 100 %2020

Tabel 6. % Reaksi Positif untuk Absolute ThresholdKonsentrasi (X)% Reaksi Positif (Y)

0,225 %

X50 %

0,390 %

(Sumber : Rathwina, Kelompok A, Bilik 3, 2014)

= 0,24 %Tabel 7. % Reaksi Positif untuk Recognition ThresholdKonsentrasi (X)% Reaksi Positif (Y)

0,225 %

X75 %

0,390 %

(Sumber : Rathwina, Kelompok A, Bilik 3, 2014)

= 0,28 %Berdasarkan hasil perhitungan interpolasi di dapat :a. Hasil Absolute Threshold (AT) = 0,24 %b. Hasil Recognition Threshold (RT) = 0,28 %

Grafik1. Grafik Hubungan Konsentrasi dan % Reaksi Positif.

Kesimpulan :Berdasarkan hasil pengamatan Uji Treshold didapatkan konsentrasi larutan gula terendah yang mulai dapat dirasakan / dideteksi oleh 50% panelis adalah pada konsentrasi 0,24% sedangkan konsentrasi larutan gula terendah yang mulai dapat dikenali oleh 75% panelis adalah pada konsentrasi 0,28%.

Data asli

Uji kenormalan

Normal

Tidak normal

Transformasi x + 5

Anava