Upload
phamlien
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 1
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
PREDIKSI SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER VII
TAHUN 2017/2018
MATA KULIAH PENEGAKAN HUKUM DALAM
KEJAHATAN ANTI KORUPSI
Disusun oleh
MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN
NPM. 151000126
KELAS D
Muh_Nur_Jamal
D070AF70
081223956738
16jamal
muh.jamal08
muh.nurjamaluddin
UNIVERSITY
KADER HmI KOMHUK
UNPAS-BANDUNG
KETUPLAK LK I/2016-II
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 2
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Silakan follow ya
muhnurjamaluddin.blogspot.co.id
mnurjamaluddin.blogspot.co.id
creativityjamal.blogspot.co.id
SAAT INI
Jalan PH. Hasan Mustapa Nomor 28, Gang Senang Raharja,
RT 02, RW 15, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul,
Kode POS 40124, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Indonesia
ASAL
Kampung Pasir Galuma, RT 02, RW 06, Desa Neglasari,
Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia
Muhammad Nur Jamaluddin
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 3
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Renungan
Ya Tuhan, saya lupa
Saya benar-benat lupa, padahal sudah belajar dan menghafalnya
Ingat:
Ingatlah Aku, maka akan Ku ingatkan pula semua yang kamu lupa?
Ya Tuhan, karena saya lupa
Izinkan saya untuk melihat pekerjaan temanku
Izinkan pula saya untuk menyontek melalui Hand Phone
Atau melalui buku yang sudah saya bawa ini
Atau melalui catatan kecil yang sudah saya siapkan ini
Ingat:
Bukankah Aku lebih mengetahui apa yang kamu tidak ketahui?
Bukankah Aku lebih dapat melihat apa yang kamu sembunyikan itu?
Ya Tuhan, karena saya ingin mendapat nilai terbaik
Supaya dapat membanggakan diriku, kelurgaku dan juga yang
lainnya
Izinkan saya mengahalalkan semua cara ini
Ingat:
Bukankah yang memberikan nilai terbaik itu Aku?
Dosen hanyalah sebagai perantara saja dariku?
Jikalau kamu ingin mendapatkan kebahagian di dunia
Dan juga kebahagiaan di akhirat
Jangan pernah menghalalkan semua yang telah Aku haramkan
Ingat:
Kebahagian di dunia itu hanya bersifat sementara bagimu
Aku akan siapkan 99% lagi kebahagiaan untukmu kelak di akhirat
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 4
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
FAKULTAS HUKUM
Jalan Lengkong Besar Nomor 68 Bandung 40261
UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK 2017/2018
MATA KULIAH : PENEGAKAN HUKUM DALAM KEJAHATAN ANTI KORUPSI
HARI, TANGGAL : SELASA, 7 NOVEMBER 2017
KELAS/SEMESTER : A-B-C-D-E-F-G / VII
WAKTU : 60 MENIT
DOSEN : TIM DOSEN
SIFAT UJIAN : CLOSE BOOK
Soal:
1. Apa yang Anda ketahui tentang Korupsi?
Jawaban:
Korupsi bersasal dari bahasa latin “Corruptio,” atau “Corruptos”. Kata tersebut kemudian
diadopsi ke dalam beberapa bahasa, diantaranya yaitu:
Bahasa Inggris : Corruption ( Corrupt )
Bahasa Belanda : Corruptie
Bahasa Indonesia : Korupsi
Korupsi secara harfiah bisa berarti:
a. Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidakjujuran.
b. Perbuatan yang buruk (penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya).
c. Perbuatan yang kenyataan menimbulkan keadaan yangg bersifat buruk.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang dalam 30 buah Pasal dalam
Undang-undang No.31 Tahun 1999 jo Undang-undang No.20 Tahun 2001. Berdasarkan
pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 7 (tujuh) bentuk / jenis tindak pidana korupsi.
Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan
pidana penjara karena korupsi, yaitu:
1. Kerugian keuangan negara, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 dan 3 UU No.31 Tahun
1999 jo UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindakan Korupsi. Pasal 2 ayat
(1) bahwa Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 5
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
2. Suap-menyuap, sebagaimana diatur dalam Pasal 5, 6, 11, 12, dan 13 UU No.31 Tahun 1999
jo UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindakan Korupsi. Pasal 5 ayat (1)
bahwa Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak
dilakukan dalam jabatannya.
3. Penggelapan dalam jabatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UU No.31 Tahun 1999 jo
UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindakan Korupsi bahwa Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah), pegawai negeri atau orang
selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus
atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang
disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau
digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
4. Pemerasan, sebagaimana diatur dalam Pasal 12 huruf E, G, dan F UU No.31 Tahun 1999
jo UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindakan Korupsi. Pasal 12 huruf E
bahwa Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah): “pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.”
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 6
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
5. Perbuatan curang, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (1), (2) dan Pasal 12 huruf B
UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindakan
Korupsi. Pasal 7 ayat (1) bahwa Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun
dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah):
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan
bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang
yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam
keadaan perang;
b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan,
sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia
dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau
d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja membiarkan
perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 12 huruf I UU
No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindakan Korupsi
bahwa Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah): “pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung
dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat
dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya.
7. Gratifikasi, sebagaimana diatur dalam Pasal 12B jo. 12C UU No.31 Tahun 1999 jo UU
No.20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindakan Korupsi bahwa:
Pasal 12 B
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 7
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa
gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 12 C
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima
melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan oleh
penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal
gratifikasi tersebut diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi dapat menjadi
milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam
Undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Selain defenisi tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada tindak pidana
lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Jenis tindak pidana lain tersebut tertuang
dalam Pasal 21, 22, 23, dan 24 Bab III UU No.31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.
Adapun jenis tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi terdiri atas:
a. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi.
b. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar.
c. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka.
d. Saksi atau Ahli yang tidak memberikan keterangan atau memberi keterangan palsu.
e. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberi
keterangan palsu.
f. Saksi yang membuka identitas pelapor.
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 8
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
2. Apa saja unsur-unsur tindak pidana korupsi?
Jawaban:
Untuk menyimpulkan suatu perbuatan termasuk tindak pidana korupsi, harus memenuhi rumusan
unsur-unsur sebagaimana termuat dalam masing-masing pasal, yaitu:
Unsur Pasal 2:
a. setiap orang;
b. memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi;
c. dengan cara melawan hukum;
d. dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Unsur Pasal 3:
a. setiap orang;
b. dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi;
c. menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana;
d. yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan;
e. dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
3. Sebutkan 4 (empat) aspek penyebab terjadinya tindak pidana korupsi di Indonesia? Jelaskan!
Jawaban:
Menurut Widya Yoseva, S.H., dalam bukunya Bambang Waluyo yang berjudul
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bahwa ada 4 (empat) aspek penyebab terjadinya tindak
pidana korupsi di Indonesia, yaitu:
a. Aspek perilaku individu, yaitu faktor-faktor internal yang mendorong seseorang melakukan
korupsi, seperti adanya sifat tamak, moral yang kurang kuat menghadapi godaan, penghasilan
yang tidak mencukupi kebutuhan hidup yang wajar, kebutuhan hidup yang mendesak, gaya
hidup konsumtif, malas atau tidak mau bekerja keras, serta tidak diamalkannya ajaran-ajaran
agama secara benar.
b. Aspek Organisasi Kepemerintahan, yaitu kurang adanya keteladanan dari pimpinan, kultur
organisasi yang tidak benar, sistem akuntabilitas yang tidak memadai, kelemahan sistem
pengendalian manajemen, manajemen cenderung menutupi perbuatan korupsi yang terjadi
dalam organisasi.
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 9
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
c. Aspek masyarakat, yaitu berkaitan dengan lingkungan masyarakat bahwa individu dan
organisasi tersebut berada, seperti nilai-nilai yang berlaku yang kondusif untuk terjadinya
korupsi, kurangnya kesadaran bahwa yang paling dirugikan dari terjadinya praktik korupsi
adalah masyarakat dan mereka sendiri terlibat dalam praktik korupsi, serta pencegahan dan
pemberantasan korupsi hanya akan berhasil bila masyarakat ikut berperan aktif. Selain itu
adanya penyalah artian pengertian-pengertian dalam budaya bangsa Indoenesia.
d. Aspek peraturan perundang-undangan, yaitu terbitnya peraturan perundang-undangan
yang bersifat monopolistik yang hanya menguntungkan kerabat dan atau kroni penguasa
negara, kualitas peraturan perundang-undangan yang kurang memadai, judicial review yang
kurang efektif, penjatuhan sanksi yang terlalu ringan, penerapan sanksi tidak konsisten dan
pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi peraturan perundang-undangan.
4. Mengapa tindak pidana korupsi di Indonesia Extraordinary Crime. Dan bagaimana upaya
penanggulangannya. Jelaskan!
Jawaban:
Sebagimana telah disampaikan oleh Hakim Agung seperti Artidjo Alkotsar bahwa
meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana yang tidak
saja terhadap kehidupan perekonomian nasional, tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena itu maka
tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah
menjadi suatu “kejahatan luar biasa”. Adapun alasan lainnya, yaitu:
a. Korban dari kejahatan korupsi adalah rakyat dan negara. Kerugian yang timbul adalah
kerugian keuangan negara.
b. Undang-undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyatakan bahwa korupsi
juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat luas.
c. Karena itulah tindak pidana korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang
pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa.
Kemudian upaya penanggulangan tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut:
a. Untuk menanggulangi kejahatan yang luar biasa tersebut diperlukan suatu kebijakan sosial
(sosial policy).
b. Kemudian dijabarkan dalam kebijakan penegakan hukum (law enforcement policy).
c. Pada tataran tersebut dirumuskan dan ditegakkan pula kebijakan pidana (criminal policy).
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 10
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Dengan demikian tampak bahwa kebijakan pidana merupakan bagian dari kebijakan penegakan
hukum yang secara keseluruhan berada dalam suatu sistem kebijakan sosial. Oleh karena itu
kebijakan pidana harus memiliki sinkronisasi dengan kebijakan penegakan hukum, sedangkan
kebijakan penegakan hukum harus pula searah dan dijiwai oleh kebijakan sosial atau arah
kebijakan penyelenggaraan negara pada umumnya.
5. Langkah dan kebijakan apakah yang diambil oleh pemeritah Indonesia dalam memberantas tindak
pidana korupsi terutama di masa reformasi. Jelaskan!
Jawaban:
Memasuki era reformasi, upaya-upaya pemberantasan korupsi kembali dilakukan. Bentuk upaya
Pemberantasan tindak pidana korupsi pada era reformasi meliputi berbagai hal seperti berikut:
a. Pembuatan Paket Peraturan Perundang-undangan Pemberantasan Korupsi, upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi pada era reformasi dimulai dengan dikeluarkannya
berbagai peraturan perundang-undangan antikorupsi seperti berikut:
1) Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Ketetapan MPR ini merupakan amanah
dari MPR kepada Presiden untuk memberantas korupsi.
2) Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 yang dikeluarkan oleh Presiden B.J. Habibie.
Undang-undang itu tentang Penyelenggaraan Aparatur Negara Yang Bersih Dan
Bebas Dari Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme.
3) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2000 tentang Pembentukan Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK). Peraturan pemerintah ini
dikeluarkan pada masa presiden Abdurrahman Wahid.
5) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
b. Pembentukan Lembaga-;embaga Pemberantasan Korupsi, selain mengeluarkan
seperangkat peraturan perundangundangan, pemerintah juga membentuk beberapa lembaga
pemberantasan korupsi. Di antaranya sebagai berikut:
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 11
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
1) Berbagai komisi atau badan baru yang dibentuk pada era pemerintahan Habibie seperti
Komisi Pengawas Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN), Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU), dan lembaga Ombudsman.
2) Berbagai komisi yang dibentuk pada era pemerintahan Megawati Soekarnoputri seperti
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, Komisi Pemeriksaan Kekayaan Pejabat
Negara, dan pembentukan Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi atau Tim
Tastipikor di Lingkungan Kejaksaan.
3) Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang dibentuk pada
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
c. Memasyarakatkan Kesadaran Antikorupsi, memberantas korupsi merupakan salah satu
agenda pembangunan nasional. Pemerintah Indonesia bertekad untuk memberantas korupsi
karena korupsi dipandang sebagai kejahatan serius yang telah menyengsarakan rakyat dan
merusak moral bangsa. Sebagai wujud tekad pemerintah untuk memberantas tindak korupsi,
pada tanggal 9 Desember 2004 pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional
Pemberantasan Korupsi. Semua upaya yang dilakukan oleh pemerintah tersebut juga
sebagai sarana untuk memasyarakatkan kesadaran antikorupsi. Pemasyarakatan
kesadaran antikorupsi juga dilakukan di sekolah-sekolah dalam bentuk pemasyarakatan
kantin kejujuran yang digagas oleh KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi.
d. Lembaga Pemberantas Korupsi, pembentukan lembaga pemberantasan korupsi
didasarkan pada ketentuan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam undang-undang ini antara lain ditegaskan
sebagai berikut:
1) Dengan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 dibentuk Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang untuk selanjutnya disebut Komisi Pemberantasan Korupsi
yang biasa disingkat KPK. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa lembaga yang
berwenang memberantas korupsi adalah KPK.
2) KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanaan tugas dan wewenangnya bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun.
3) KPK memiliki visi yang mulia, yaitu mewujudkan Indonesia yang bebas korupsi.
Berdasarkan visi itu kita dapat melihat keinginan KPK untuk segera memberantas
masalah yang berkaitan dengan KKN. Misi yang diemban KPK sebagai penggerak
perubahan untuk mewujudkan bangsa yang antikorupsi. Visi dan misi KPK itu
dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai KPK.
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 12
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
4) KPK dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi.
5) Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah
dan memberantas tindak pidana korupsi. Upaya tersebut dilakukan dengan cara
koordinasi, supervisi, monitoring, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.
6) Asas-asas yang digunakan oleh KPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
adalah kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proporsionalitas.
7) Tugas-tugas yang dijalankan oleh KPK antara lain:
a) koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
b) supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
c) melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi;
d) melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e) melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
8) Wewenang KPK adalah:
a) mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;
b) menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
c) meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
d) melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak korupsi; dan
e) meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
Prediksi Soal Ujian Tengah Semester VII Tahun 2017/2018
Mata Kuliah Penegakan Hukum Dalam Kejahatan Anti Korupsi
Halaman 13
Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) www.mnj.my.id
Itulah sekilas tentang KPK. Sampai saat ini KPK gigih berupaya memberantas tindak pidana
korupsi. Sudah cukup banyak kasus korupsi yang ditangani oleh KPK. Beberapa di antaranya
sebagai berikut:
a. Kasus suap yang melibatkan Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani.
Artalyta Suryani yang dekat dengan salah satu penerima BLBI Syamsul Nursalim terbukti
menyuap Jaksa Urip sebesar 660 ribu dolar AS. Pada kasus ini Jaksa Urip dihukum 20
tahun penjara oleh majelis hakim khusus tindak pidana korupsi. Selain itu, ia juga dipecat
dari jabatannya selaku jaksa di lingkungan Kejaksaan Agung.
b. Bupati Yapen Waropen, Provinsi Papua, DSB, terdakwa dalam kasus korupsi dana bagi
hasil pajak bumi bangunan dan sumber daya alam dari pemerintah pusat. Dalam kasus ini,
keuangan negara telah dirugikan sebesar Rp8,3 miliar. Berdasarkan berbagai bukti, pada
tanggal 22 April 2009 Bupati Yapen Waropen divonis empat tahun penjara dan denda
Rp200 juta di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Bandung, 7 November 2017
Penulis,
Muhammad Nur Jamaluddin
(MNJ)