34
PRESENTASI KASUS TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF LESI LUAS KASUS BARU DENGAN DIABETES MELITUS Disusun Oleh : Riskawati Iskandar 111.0221.011 Ikhsani Utami D. 111.0221.029 Sessya Tika M. 111.0221.058 Diajukan Kepada : dr. Indah Rahmawati, Sp.P SMF PENYAKIT PARU UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

PRESENTASI KASUS

  • Upload
    ami

  • View
    103

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRESENTASI KASUS

PRESENTASI KASUS

TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF LESI LUAS

KASUS BARU DENGAN DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :

Riskawati Iskandar 111.0221.011

Ikhsani Utami D. 111.0221.029

Sessya Tika M. 111.0221.058

Diajukan Kepada :

dr. Indah Rahmawati, Sp.P

SMF PENYAKIT PARU

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2012

Page 2: PRESENTASI KASUS

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

“TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF LESI LUAS KASUS BARU DENGAN

DIABETES MELITUS”

Diajukan untuk memenuhi syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior

di bagian Ilmu Penyakit Dalam

RSUD Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto

telah disetujui dan dipresentasikan

pada tanggal: Desember 2012

Disusun oleh :

Riskawati Iskandar 1110221011

Ikhsani Utami Dewi 1110221029

Sessya Tika M. 1110221058

Purwokerto, Desember 2012

Pembimbing,

dr. Indah Rahmawati, Sp.P

Page 3: PRESENTASI KASUS

BAB I

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Usia : 35 tahun

Alamat : Purwokerto

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Polisi

Pendidikan : SMA

Tanggal masuk : 17 Desember 2012

Tanggal periksa : 18 Desember 2012

Ruang Rawat : Asoka Isolasi 1

Nomer RM : 78.75.91

B. ANAMNESIS

1. Keluhan utama

Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 17 Desember 2012 dengan keluhan

demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam timbul perlahan, turun dengan

pengobatan (paracetamol), namun meninggi kembali beberapa jam kemudian. Saat

demam, suhu tidak diukur, namun pasien mengeluh sampai menggigil.

2. Keluhan Tambahan

Sesak dan batuk yang dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, sesak timbul saat batuk.

Batuk disertai dahak, dahak berwarna hijau dan sempat disertai dengan darah namun

hanya sedikit.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 17 Desember 2012 dengan keluhan

demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam timbul perlahan, saat demam

suhu tidak diukur, turun dengan pengobatan, namun meninggi kembali dan disertai

menggigil.

Page 4: PRESENTASI KASUS

Selain demam, pasien juga mengeluh sesak dan batuk sejak 3 bulan sebelum

masuk rumah sakit. Sesak timbul saat batuk, batuk berdahak, dahak berwarna hijau,

dirasakan setiap hari dan sangat menganggu aktivitas. Batuk sempat disertai darah yang

berwarna merah segar, sedikit, dan tidak bercampur dengan makanan. Pasien juga

mengeluh keluar keringat dingin saat malam hari, satu hari sebelum masuk rumah sakit.

Penurunan nafsu makan disangkal, namun terdapat penurunan berat badan sebanyak 3 kg

dalam 1 bulan.

Tiga bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien datang untuk berobat ke

PMI,dengan keluhan batuk dan sesak, diberi pengobatan namun pasien lupa akan terapi

yang diberikan, selain itu pasien melakukan pemeriksaan rontgen. Satu bulan

(November) sebelum masuk rumah sakit, pasien pindah berobat dari PMI ke RS.

Elisabeth karena pasien merasa batuknya tidak kunjung sembuh setelah mendapat terapi

dari rumah sakit PMI, di RS. Elisabeth pasien mengaku mendapatkan terapi OAT yaitu

Rifastar, berdasarkan hasil rontgen sebelumnya, namun pasien menyangkal pernah

diambil dahaknya untuk pemeriksaan sputum. Namun, dikarenakan pasien merasa setiap

kali habis meminum obat tersebut batuk semakin bertambah parah, setelah 1 minggu

meminum obat tersebut, pasien menghentikan terapi tersebut.

4. Riwayat penyakit dahulu

a.Riwayat penyakit yang sama : disangkal.

b.Riwayat hipertensi : disangkal.

c.Riwayat DM : (+), sejak tahun 2006, pasien mendapatkan terapi

ter

d.Riwayat penyakit jantung : disangkal.

e.Riwayat keganasan : disangkal.

5. Riwayat penyakit keluarga

a.Riwayat hipertensi disangkal.

b.Riwayat DM disangkal .

c.Riwayat asma disangkal.

Page 5: PRESENTASI KASUS

d.Riwayat TBC : (+) ibu :menjalani pengobatan OAT selama 6 bulan tuntas (pada tahun

2007) di BP4, serta (+) adik pasien, saat ini sedang menjalani pengobatan OAT di BP4,

namun dari keterangan pasien, pasien tidak mengetahui sudah berapa lama adiknya

tersebut menjalani pengobatan OAT.

e.Riwayat penyakit perdarahan disangkal.

6. Riwayat sosial dan exposure

a. Community

Pasien tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya. Anak pasien yang

pertama laki-laki berusia 11 tahun dan yang kedua perempuan usia 5 tahun. Rumah

tersebut berada di pemukiman padat penduduk terletak tidak jauh dari jalan raya.

Menurut pengakuan pasien kondisi rumahnya cukup baik dengan lantai beralaskan

keramik dan ventilasi seperti jendela cukup baik sehingga cahaya matahari bisa

masuk ke dalam rumah. Tidak terdapat pabrik maupun Tempat Pembuangan sampah

Akhir (TPA) di dekat rumah. Pasien tidak mengetahui apakah di daerah tempat pasien

tinggal ada tetangga yang mengalami keluhan yang serupa.

b. Home

Pasien tinggal di sebuah rumah bersama istri dan kedua anaknya. Rumah pasien

terdiri dari 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan jamban. Rumah

terbuat dari dinding tembok dan lantai keramik. Atap rumah pasien terbuat dari

genteng. Ruang tamu memiliki jendela dengan pencahayaan dan sirkulasi yang

cukup.. Kamar tidur rumah pasien berukuran 2 x 3 m2. Ventilasi udara terdapat di

ruang tamu. Cahaya yang masuk ke rumah cukup. Istri dan anak-anaknya sering tidur

bersama, sedangkan pasien tidur di kamar yang terpisah.

c. Occupational

Pasien merupakan polisi yang sehari-hari bertugas sebagai pengatur lalu lintas.

Istri pasien merupakan ibu rumah tangga yang sehari-harinya berada di rumah untuk

mempersiapkan semua kebutuhan rumah tangga Biaya rumah sakit ditanggung oleh

Page 6: PRESENTASI KASUS

tunjangan kesehatan dari tempat pasien bekerja. di tempat pasien bekerja tidak ada

teman satu profesi yang mengalami keluhan yang serupa.

d. Personal habit

Pasien mengaku merokok dengan jumlah 1 bungkus dalam 1 hari (12 batang)

sejak pasien berusia 15 tahun, sampai saat ini. Pekerjaannya sebagai polisi yang

memiliki tugas mengatur lalu lintas dan menjaga keamanan sekitar tempat pasien

bertugas. Ibu dan adik pasien pernah mengalami keluhan yang sama dengan pasien.

Ibu pasien sudah menjalani pengobatan OAT selama 6 bulan tuntas, sedangkan adik

pasien masih menjalani pengobatan tersebut sampai saat ini. pasien terakhir kali

bertemu dengan adik pasien 2 bulan yang lalu.

e. Diet

Pasien tidak memiliki alergi khusus terhadap makanan. Pasien mengaku

menyukai berbagai jenis makanan, seperti sayur, lauk-pauk, ikan dan daging. Pasien

tidak mengontrol pola makannya dengan baik sebagai seorang pasien diabetes, dan

pasien mengaku tidak teratur mengkonsumsi obat diabetes.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

2. Kesadaran : Compos mentis

3. Vital sign tanggal 18 Desember 2012

TD : 120/70 mmHg

N : 80 x / menit

RR : 20 x / menit

S : 36oC

4. Berat badan : 90 kg

5. Tinggi badan : 170 cm

IMT = 31,2 (gizi lebih)

Page 7: PRESENTASI KASUS

Status Generalis

1. Pemeriksaan Kepala

Bentuk kepala : Mesocephal, simetris, tanda radang (-)

Rambut : Warna rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata

Mata : Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik

(-/-), refleks pupil (+/+) normal isokor 3 mm,

Telinga : Discharge (-), deformitas (-)

Hidung : Dicharge (-/-), deformitas (-), nafas cuping hidung (-)

Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-),sianosis (-), lidah kotor (-) atrofi papil

lidah (-)

2. Pemeriksaaan Leher

Inspeksi : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)

Palpasi : JVP 5+2 cm H2O

3. Pemeriksaan Toraks

Pulmo

Inspeksi : Dinding dada simetris, retraksi interkostal (-), ketinggalan gerak (-), jejas (-)

Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan paru kiri, dan vokal fremitus sedikit

menurun.

Perkusi : sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+) normal, RBH (-/-), RBK (+/+), Wh (-/-), ekspirasi

memanjang (-)

Cor

Inspeksi : ictus cordis tampak SIC V 1 jari lateral LMCS

Palpasi : ictus cordis teraba pada SIC V 1 jari lateral LMCS, kuat angkat (-)

Perkusi : batas jantung

1. Kanan atas SIC II LPSD

2. Kanan bawah SIC IV LPSD

3. Kiri atas SIC II LPSS

4. Kiri bawah SIC V 1 jari lateral LMCS

Page 8: PRESENTASI KASUS

Auskultasi : S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)

4. Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : cembung, spider nevi (-)

Auskultasi : Bising usus (+) Normal

Perkusi : Tympani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

5. Pemeriksaan Ekstremitas

Superior : oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-)

Inferior : oedem (-/-), jari tabuh (-/-), sianosis (-/-), pucat (-/-), refleks fisiologis (+/+),

refleks patologis (-/-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 Desember 2012

1. Darah lengkap

No Jenis

Pemeriksaan

Hasil Interpretasi

a. Hb 13,2 g/dl Turun

b. Leukosit 11.180 /uL Meningkat

c. Ht 38 % Turun

d. Eritrosit 4,0x 106 /ul Normal

e. Trombosit 420.000/ul Normal

f. MCV 79,8 fl Normal

g. MCH 27,4 pg Normal

h. MCHC 24,4 % Normal

Page 9: PRESENTASI KASUS

2. Hitung jenis

No Pemeriksaan Hasil Interpretasi

a. Basofil 0,2 % Normal

b. Eosinofil 1,1 % Menurun

c. Neutrofil batang 0,0 % Menurun

d. Neutrofil

Segmen

62,8 % Normal

e. Limfosit 19,9 % Menurun

f. Monosit 15,9 % Meningkat

g. LED 91 mm/jam Meningkat

3. Kimia klinik

4. Mikrobiologi tanggal 13 Desember 2012

Pewarnaan Zn 1x

BTA I : 3+ ditemukan lebih dari 10 dalam 1 lapang pandang

Epitel : positif

Leukosit : positif

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Interpretasi

1. SGOT 14 U/L Menurun

2. SGPT 13 U/L Menurun

3. Ureum darah 14,8 mg/dl Menurun

4. Kreatinin darah 0,60 mg/dl Menurun

5. Bilirubin Total 0,61 mg/dl Normal

6. Bilirubin Direk 0,20 mg/dl Normal

7. Bilirubin Indirek 0,01 mg/dl Normal

8. Asam Urat 2,9 mg/dl Menurun

9. Glukosa puasa 145 mg/dl Meningkat

10. Glukosa 2 jam PP 135 mg/dl Meningkat

Page 10: PRESENTASI KASUS

Pewarnaan Zn 2x

BTA II : 2+ ditemukan lebih dari 10 dalam 1 lapang pandang

Epitel : positif

Leukosit : positif

Pewarnaan Zn 3x

BTA III : 3+ ditemukan lebih dari 10 dalam 1 lapang pandang

Epitel : positif

Leukosit : positif

E. PEMERIKSAAN RONTGEN

Pemeriksaan rontgen tanggal 1 Oktober 2012

Jantung : bentuk dan besar dbn

Sinus dan diafragma baik

Pulmo : Tuberkulosis paru aktif dengan bronkiektasis infected

Tampak bercak infiltrat apeks kiri dan kaverna.

Page 11: PRESENTASI KASUS

Pemeriksaan rontgen tanggal 13 Desember 2012

COR : Bentuk dan letak jantung normal.

PULMO : Corakan vascular meningkat.

Tampak konsolidasi pada lapangan atas paru kiri disertai air bronkogram

Tampak pula bercak pada parakardial kanan kiri

Hemidiafragma kanan setinggi costa 10 posterior.

Sinus costofrenikus kanan lancip, kiri terpotong.

Kesan:

- Bentuk dan letak jantung normal

- Gambaran pneumonia dd/ TB Paru

F. RESUME

1. Anamnesis

a. Demam sejak 1 hari SMRS.

b. Keluhan demam disertai dengan keluhan batuk dan sesak sejak 3 bulan SMRS. Sesak

timbul bila pasien batuk, batuk berdahak warna hijau, sempat disertai darah, berwarna

merah segar, sedikit, tanpa disertai makanan. Penurunan nafsu makan (-), penurunan

Page 12: PRESENTASI KASUS

berat badan (+) 3 kg dalam 1 bulan. Keringat dingin pada malam hari (+) sejak 1 hari

SMRS

c. Pasien memiliki riwayat pengobatan OAT bulan November 2012, dikonsumsi selama

1 minggu, kemudian berhenti karena keluhan dirasa semakin parah.

2. Pemeriksaan Toraks

Pulmo

Auskultasi : Suara Dasar Vesikuler (+) normal, RBH (-/-), RBK (+/+), Wh (-/-),

ekspirasi memanjang (-).

3. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

a. Leukosit meningkat.

b. Eosinofil menurun.

c. Limfosit menurun

d. LED meningkat.

e. SGOT dan SGPT menurun.

f. GDP dan GD2PP meningkat.

Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum pada pewarnaan ZN 1x, 2x dan 3x didapatkan hasil positif.

Pemeriksaan Foto Thoraks

Bentuk dan letak jantung normal.

Gambaran pneumonia dd/ TB Paru.

Diagnosis Kerja

TB Paru BTA Positif Lesi Luas Kasus Baru

Diabetes melitus

Page 13: PRESENTASI KASUS

G. PEMERIKSAAN PROGRAM

Dilakukan untuk memantau keberhasilan terapi:

- Kultur resistensi sputum TB

- Cek sputum ulang:

o Satu minggu sebelum akhir bulan kedua

o Satu minggu sebelum akhir bulan kelima

o Satu minggu sebelum akhir bulan keenam

H. PENATALAKSANAAN

Farmakologis

IVFD RL + Sohobion 1 amp 20 tpm

Inj. Cefotaxim 2x1 gr

Inj. Pranza 1x1

p.o. Fartolyn syr 3x1 C

p.o. Vestein 3 x1

p. Pranza 1x1

p.o. 4 FDC 1x5 tab

Non farmakologis

- Minum obat secara teratur selama 6 bulan.

- Segera kontrol jika obat habis.

- Tutup mulut jika batuk.

- Jangan meludah sembarangan.

- Makan secara teratur.

- Skrining untuk keluarga.

I. PEMBAHASAN

TB Paru BTA positif Lesi Luas Kasus Baru

Anamnesis:

1. Batuk berdahak kurang lebih selama 3 bulan

Page 14: PRESENTASI KASUS

2. Demam

3. Keluar keringat dingin pada malam hari

4. Berat badan menurun

5. Riwayat minum OAT (+)

Pemeriksaan fisik:

1. Auskultasi paru didapatkan ronki basah kasar (+/+)

Pemeriksaan Penunjang:

a. Leukosit meningkat.

b. LED meningkat.

c. SGOT dan SGPT menurun.

d. GDP dan GD2PP meningkat

1. BTA 3X : positif

2. Rongent Thorax : Gambaran pneumonia kemungkinan TB Paru

Farmakologis

1. IVFD RL 20 tpm

Diindikasikan untuk resusitasi, suplai ion bikarbonat.

Kemasan : 500ml mgd Na 130 mEq/L, Cl 109 mEq/L, K 4 mEq.L, Ca 3 mEq/L, Laktat

28 mEq/L dengan osmolaritas 273 mOsm/L.

2. Inj Cefotaxime 2x1 gr IV

Cefotaxime adalah antibiotik golongan sefalosporin golongan ketiga dan memiliki

spectrum luas serta waktu paruh eliminasi 8 jam. Antibiotik jenis ini juga sangat stabil

terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan bakteri. Cefotaxime dapat digunakan

untuk infeksi saluran nafas bawah.

Efek samping:

Lokal : radang pada tempat suntikan, sakit, indurasi dan tenderness, demam,

eosinofilia, urtikaria, anafilaksis.

Gastrointestinal : colitis, diare, mual, untah, gejala pseudo-membran colitis.

Page 15: PRESENTASI KASUS

Dosis lazim: 1-2 gr sekali sehari secara intravena, maksimal 4 gram per hari. Apabila

dosis lebih dari 4 gram sehari harus diberikan dengan interval 12 jam.

3. Inj. Pranza 1x1 vial (iv)

Tiap vial mengandung: Pantoprazole sodium setara dengan pantoprazole 40 mg dalam

bentuk serbuk terliofilisasi.

Pantoprazole merupakan pengganti benzimidazole. Bekerja dengan cara menghambat

sekresi asam lambung melalui kerja spesifik pada pompa proton sel parietal. Pantoprazole

dikonversikan menjadi bentuk aktif dalam lingkungan asam (pada sel parietal), yang

berdampak pada proses inhibisi enzim H+K+ATPase dalam produksi asam lambung

tahap akhir. Proses inhibisi ini tergantung dari besaran dosis. Pantoprazole dapat

mempengaruhi sekresi asam lambung tanpa dipengaruhi zat lain (acetylcholine,

histamine, gastrin). Efek yang sama terjadi pada pemberian secara per oral atau intravena.

Indikasi:

PRANZA diindikasikan pada pengobatan ulkus lambung, ulkus duodenum, refluks

esofagitis derajat sedang dan berat serta kondisi hipersekresi patologis seperti sindrom

Zollinger-Ellison atau keganasan lainnya. Digunakan sebagai terapi alternative pada

pasien yang tidak diindikasikan pemberian pantoprazole oral.

Dosis dan Pemberian:

Injeksi PRANZA hanya diberikan secara intravena (IV), Dosis rekomendasi untuk ulkus

duodenum, ulkus lambung, refluks esofagitis sedang-berat: 1 vial (pantoprazole 40 mg)

IV/hari.

4. Vestein 3x1 caps

Tiap kapsul mengandung 300mg erdostein. Erdostein adalah agen mukolitik. Dapat

mengencerkan mukus dan sputum purulen. Erdostein adalah prodrug, yang menjadi aktif

setelah proses metabolisme dimana gugus sulfhidril bebas dibentuk. Gugus sulfhidril

tersebut akan memecahkan ikatan disulfida yang mengikat serat-serat glikoprotein di

Page 16: PRESENTASI KASUS

dalam mukus. Hal ini menyebabkan sekresi bronkus menjadi lebih encer dan lebih mudah

dikeluarkan. Dari studi in vitro dan in vivo ditunjukkan bahwa karena adanya gugus

sulfhidril bebas dalam bentuk metabolit aktifnya, maka Erdostein memiliki sifat

antioksidan.

5. Fartolyn syr

Per 5 mL : Salbutamol Sulfat 1,2 mg, Guaifenesin 50 mg. Diindikasikan untuk pasien

asma bronkhial, bronkhitis kronis, & emfisema.

6. Rimstar

Pasien belum pernah minum OAT sebelumnya sehingga dikategorikan sebagai kasus

baru. Obat yang diberikan pada TB kategori kasus baru adalah OAT lini I yaitu 4 FDC

pada fase intensif (2 bulan pertama pengobatan).

4 FDC berisi Rifampicin (150mg), Isoniazid (75mg), Pirazinamid (400mg), Etambutol

(275 mg)

Indikasi: untuk tuberculosis.

Dosis Obat Anti Tuberkulosis Kombinasi Tetap

BB

Fase intensif Fase Lanjutan

2 bulan 4 bulan

Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu

(RHZE)

150/75/

400/275

(RHZ)

150/75/

400

(RHZ)

150/150/

500

(RH)

150/75

(RH)

150/150

30-37 2 2 2 2 2

38-54 3 3 3 3 3

55-70 4 4 4 4 4

>71 5 5 5 5 5

Dosis:BB (90 kg) 5 tablet

Page 17: PRESENTASI KASUS

Resep untuk 4 FDC untuk 1 bulan

R/ Rimstar tab No. CL

S 1 dd V tab ac

Resep untuk per OAT untuk 1 bulan

1. Rifampicin dengan BB 90 kg 600mg

R/ Rifampicin tab 300mg No. LX

S 1 dd 2 tab pc pagi hari

2. INH dengan BB 90 kg 450 mg

R/ INH tab 400 mg No. XXX

S 1 dd 1 tab pc pagi hari

3. Pyrazinamide dengan BB 90 kg 1500 mg

R/ Pyrazinamide tab 500mg No. XC

S 1 dd 3 tab pc sore hari

4. Ethambutol dengan BB 90 kg 1500 mg

R/ Ethambutol tab 500mg No. XC

S 1 dd 3 tab pc siang hari

Kriteria sembuh pada pasien TB Paru :

a. BTA mikroskopis negatif 2x (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan telah

mendapatkan pengobatan adekuat.

b. Pada foto thoraks gambaran radiologi serial tetap sama/perbaikan.

c. Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif.

Page 18: PRESENTASI KASUS

J. PROGNOSIS

Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : ad bonam

Ad sanationam : bonam

Page 19: PRESENTASI KASUS

BAB III

KESIMPULAN

Tn. S usia 35 tahun dengan diagnosis TB paru BTA positif lesi luas kasus baru dengan

Diabetes Melitus. Hal tersebut didapatkan dari gejala-gejala respiratorik pada penyakit TB paru

berupa batuk ≥ 2 minggu, pernah di sertai batuk darah, dan terdapat gejala sistemik berupa

demam, mengigil dan penurunan berat badan. Factor resiko dari pasien ini adalah : adanya

kontak dengan penderita TB paru, yaitu ibu dan adik, selain itu pasien merupakan penderita

diabetes mellitus yang tidak terkontrol, hal ini mempengaruhi imunitas dari pasien dan pasien

juga seorang perokok selama 20 tahun. Dari hasil pemeriksaan auskultasi paru didapatkan ronki

basah kasar positif pada kedua lapang paru. Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan LED

meningkat, dan pemeriksaan sputum (sps) didapatkan BTA +3. Dari hasil pemeriksaan foto

thorax ditemukan kavitas pada kedua lapang paru yang dikategorikan sebagai luas. Dikarenakan

pada pasien ini baru mengkonsumsi obat kurang dari 1 bulan maka termasuk klasifikasi tipe

pasien TB kasus baru. Maka, dari keseluruhan pemeriksaan yang dilakukan di dapatkan

diagnosis TB PARU BTA POSITIF LESI LUAS KASUS BARU DENGAN DIABETES

MELITUS.

Pasien mendapatkan terapi kategori 1 yaitu 2 HRZE (fase intensif) / 4 HR (fase lanjutan).

Untuk memantau keberhasilan terapi dilakukan pemeriksaan sputum secara berkala pada 1

minggu sebelum akhir bulan kedua, 1 minggu sebelum akhir bulan kelima, dan 1 minggu

sebelum akhir bulan keenam. Selain pengobatan diperlukan juga evaluasi keteraturan berobat

yaitu berupa penyuluhan dan pendidikan mengenai penyakit kepada pasien, keluarga, maupun

lingkungan sekitar, karena ketidakteraturan berobat dapat menimbulkan resistensi. Setelah

pengobatan selesai selama 6 bulan dan sudah dinyatakan sembuh, disarankan untuk melakukan

pengecekan kembali (evaluasi) pada 2 tahun pertama setelah sembuh, untuk melihat

kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopik BTA dahak 3, 6, 12, 24 bulan (sesuai

indikasi/bila ada gejala) setelah dinyatakan sembuh, dan evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan

setelah dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).

Page 20: PRESENTASI KASUS

TUGAS

Resistensi obat TB dapat diklasifikasikan ke dalam lima jenis resistensi, yaitu:

Mono resisten, bila hanya kebal terhadap satu jenis OAT.

Poli resisten, bila terdapat kekebalan pada lebih dari satu OAT selain kombinasi isoniazid

dan rifampisin.

Resistensi obat ganda (multi drug resistance), didefinisikan dengan kuman yang telah

resisten minimal terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya.

Resistensi obat ekstensif (extensive drug resistance), yaitu kriteria MDR ditambah

kekebalan terhadap satu obat golongan fluorokuinolon, dan setidaknya salah satu dari

OAT injeksi lini ke dua (kapreomisin, kanamisin, dan amikasin).

Resistensi obat total, baik dengan lini pertama maupun ke dua, sehingga tidak ada lagi

obat yang dapat dipakai.

1. Multi Drug Resisten (MDR)

Definisi

Resistensi ganda menunjukkan M.Tuberkulosis resisten terhadap rifampisin dan

INH dengan atau tanpa OAT lainnya.

Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda

Klasifikasi OAT untuk MDR

Kriteria utama berdasarkan data biologi dibagi menjadi 3 kelompok OAT:

1. Obat dengan aktivitas bakterisid: aminoglikosid, tionamid dan pirazinamid

yang bekerja pada pH asam.

2. Obat dengan aktivitas bakterisid rendah: fluorokuinolon.

3. Obat dengan aktivitas bakteriostatik: etambutol, cycloserin dan PAS.

Adapun secara umum penilaian untuk resistensi obat perlu dilakukan bila terdapat

kondisi berikut:

- Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1.

- Pasien TB paru dengan gagal pengobatan pada kategori 2 dibuktikan dengan

rekam medis sebelumnya dan riwayat penyakit dahulu.

- Pasien TB paru dengan gagal konversi setelah sisipan dengan kategori 1.

Page 21: PRESENTASI KASUS

- Pasien TB paru dengan gagal konversi setelah sisipan dengan kategori 2.

- Pasien TB yang pernah mendapatkan terapi dari fasilitas non DOTS, termasuk

pada penggunaan terapi lini ke dua seperti kuinolon dan kanamisin.

- TB paru kasus kambuh setelah dinyatakan sukses terapi.

- Pasien TB yang kembali setelah lalai / default pada pengobatan kategori 1

maupun 2

- Suspek TB dengan keluhan, yang sering berkontak atau tinggal dekat dengan

pasien TB – MDR yang telah terkonfirmasi.

- TB-HIV.3,4

Seluruh suspek TB-MDR dalam hal ini akan diperiksa dahaknya di laboratorium

yang telah dijamin mutunya. Kemudian, akan dilakukan pemeriksaan biakan dan

uji kepekaan untuk OAT lini pertama.3,4 Bila terdapat riwayat pemakaian obat lini

ke-2, dilakukan pula uji kepekaan untuk OAT lini ke-2 tersebut.Adapun

kelompok OAT yang digunakan dalam pengobatan TB resisten obat adalah:

1. Kelompok 1: OAT lini 1 yaitu isoniazid (H), rifampisin (R), etambutol (E),

pirazinamid (Z), dan rifabutin (Rfb).3

2. Kelompok 2: obat suntik berupa kanamisin (Km), amikasin (A), kapreomisin

(Cm), dan streptomisin (S).3

3. Kelompok 3: Fluorokuinolon berupa moksifloksasin (Mfx),levofloksasin

(Lfx), dan ofloksasin (Ofx). Moksifloksasin memiliki konsentrasi hambat

minimal paling rendah. Sedangkan siprofloksasin harus dihindari

pemakaiannya karena menimbulkan efek samping berat pada kulit berupa

fotosensitif. Disamping itu, ditemukan pula resistensi silang antara etionamid

dengan aminoglikosida, fluorokuinolon, sikloserin, dan terizidon.3

4. Kelompok 4: bakteriostatik OAT lini kedua yaitu etionamid (Eto),

protionamid (Pto), sikloserin (Cs), terzidone (Trd), dan PAS.3

5. Kelompok 5: obat yang belum diketahui efektivitasnya yaitu klozamin (Cfz),

linezoid (lzd), amoksiklav (amx/clv), tiosetazone (Thz), imipenem/ cilastin

(Ipm/cln), H dosis tinggi, dan klartitromisin (Clr).3

Regimen standar TB MDR

Page 22: PRESENTASI KASUS
Page 23: PRESENTASI KASUS

2. Mono Drug Resistant dan Poli Drugs Resistant

Mono drug resistant menunjukkan M.Tuberkulosis resisten terhadap satu jenis OAT.

Beberapa obat yang dapat menyebabkan resistensi diantaranya INH, Rifampisin dan

Streptomisin.

Poli drug resistant bila terdapat kekebalan pada lebih dari satu OAT selain kombinasi

isoniazid dan rifampisin.

Regimen yang direkomendasikan untuk mono dan poli resisten