42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting derajat kesehatan dalam masyarakat yang menggambarkan penyebab kematian yang erat kaitannya dengan adanya gangguan kehamilan maupun penanganannya, mulai dari masa kehamilan, melahirkan, serta masa 42 hari pasca melahirkan (nifas) tanpa memperhatikan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (32%), hipertensi kehamilan (25%), infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%), selain penyebab dari obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh faktor lain-lain sebesar 32%. Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua keuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu 1

presentasi kasus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

presentasi kasus KPD

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting derajat kesehatan dalam masyarakat yang menggambarkan penyebab kematian yang erat kaitannya dengan adanya gangguan kehamilan maupun penanganannya, mulai dari masa kehamilan, melahirkan, serta masa 42 hari pasca melahirkan (nifas) tanpa memperhatikan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan (32%), hipertensi kehamilan (25%), infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%), selain penyebab dari obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh faktor lain-lain sebesar 32%.Insidensi ketuban pecah dini terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua keuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% kasus ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan, sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas, ketuban pecah dini berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40% (Sualman, 2009).

Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas, karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan.Bidan sebagai tenaga kesehatan professional dan terlatih mempunyai kewajiban untuk menurunkan AKI, salah satu upaya untuk menurunkan AKI adalah dengan mengacu pada program Safe Motherhood Initiative melalui 4 pilar yaitu : Keluarga Berencana, Asuhan Antenatal, Persalinan yang Aman/Bersih, serta Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial/Emergensi (Saifuddin,2009)..Ketuban Pecah Dini dari tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin sehingga akan terjadi peningkatan AKI dan AKB. Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian Ketuban Pecah Dini yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi sedini mungkin tanda dan gejala yang dapat menyebabkan terjadinya Ketuban Pecah Dini, agar dapat ditanggulangi atau ditangani secara cepat sehingga dapat mengurangi komplikasi dari Ketuban Pecah Dini tersebut seperti infeksi, persalinan premature dan lainnya.Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini dan Disproporsi Kepala Panggul di RSUD KRT. SETJONEGORO WONOSOBO.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa jurusan DIV Bidan Pendidik Universitas Gadjah Mada mampu melaksanakan Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini dan disproporsi kepala panggul dengan pendekatan yang didasari konsep, sikap, dan keterampilan mahasiswa yang memadai.2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu menguasai konsep dasar tentang persalinan dengan KPD dan KPD Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin KPD dan DKP sesuai dengan kewenangan. Mahasiswa mampu melaksanakan dokumentasi kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD dan DKP.BAB II

TINJAUAN TEORII. KETUBAN PECAH DINI

A. Pengertian Ketuban Pecah Dini atau KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktu melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktu melahirkan (Taufan N, 2012).

Preterm prematur rupture of the membrane (PROM, rupture membran/ketuban pecah dini prematur) adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan rupture spontan selaput ketuban sebelum awitan persalinan (dini) dan sebelum aterm (premature). Faktor-faktor reskiko yang diketahui menyebabkan ruptur membran prematur adalah riwayat persalinan prematur, infeksi tersamar cairan amnion, janin multipel, dan solusio plasenta (Leveno, 2009).

Ketuban Pecah Dini atau spontaneus/ early/premature rupture of the membran (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu; yaitu bila pembukaan pada primi < 3cm dan pada multipara < 5 cm (Mochtar, 2012).Ketuban pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba,2008).

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban pecah dini sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini Prematur (Saifuddin, 2009).B. Etiologi Menurut Manuaba (2008) penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multi faktoral, yaitu sebagai berikut:

1. Serviks inkompeten.

2. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.

3. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.

4. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sefalopelvik disproforsi.

5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.

6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah

Menurut Morgan (2009) penyebab KPD yaitu:

1. Persalinan prematur

2. Korioamnionitis terjadi sebanyak dua kali3. Faktor yang mengakibatkan kerusakan servik seperti pemakaian alat-alat pada servik sebelumnya (misalnya aborsi terapeutik), peningkatan paritas yang memungkinkan kerusakan servik selama kelahiran sebelumnya dan inkompetensi servik)4. Riwayat KPD sebelumnya sebanyak 2 kali atau lebih

5. Kelebihan berat badan ibu sebelum hamil maupun penambahan berat badan yang sedikit selama kehamilan.

6. Merokok selama kehamilanC. Patogenesis1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)

3. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)

4. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi lain: multipara, malposisi, disporposi, cerviks inkompeten.5. Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini (Taufan, 2012)D. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini dalam Taufan (2012) yaitu keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, dan denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.E. Diagnosis Ketuban Pecah Dini 1. Riwayat pengeluaran cairan dalam jumlah besar secara mendadak atau sedikit demi sedikit pervaginam

2. Untuk menegakkan diagnosis dapat dilakukan:

a. Inspekulo untuk pengambilan cairan pada forniks posterior: pemeriksaan lakmus menjadi biru (sifat basa), tes cairan amnion dan kemungkinan infeksi dengan memeriksa beta steptococus, clamydia trachomatis, nisseria gonorhea.b. Pemeriksaan USG untuk mencari amniotic fluid index (AFI), aktivitas janin, pengukuran BB janin, DJJ dan kelainan kongenital (Manuaba, 2007).F. Sikap dalam menghadapi Ketuban Pecah DiniMenurut Manuaba (2007) ketuban pecah dini harus dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:1. Fase latena. Lamanya waktu sejak keuban pecah sampai terjadi proses persalinan

b. Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan terjadinya infeksic. Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara lain:

1) Korioamnionitis:

a) Abdomen terasa tegang

b) Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis

c) Protein C reaktif meningkat

d) Kultur cairan amnion positif

2) Desiduitis: infeksi yang terjadi pada lapisan desidua

2. Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG yang mempunyai program untuk mengukur BB janin. Semakin kecil BB janin, semakin besar kemungkinan kematian dan kesakitan sehingga tindakan terminasi memerlukan pertimbangan keluarga.

3. Presentasi janin intrauteri

Presentasi janin merupakan penunjuk untuk melakukan terminasi kehamilan. Pada letak lintang atau bokong, harus dilakukan dengan jalan seksio sesarea.a. Pertimbangan komplikasi dan risiko yang akan dihadapi janin dan maternal terhadap tindakan terminasi yang akan dilakukan

b. Usia kehamilan

Makin muda kehamilan, antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan, sehingga janin lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin dan situasi maternal.

Demikianlah pertimbangan yang dilakukan dalam menghadapi kehamilan dengan ketuban pecah dini sehingga dapat tercapai tujuan well born bayi dan well health mother atau setidak-tidaknya well health mother jika terpaksa bayi harus dikorbankan.G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan KPD menurut Nugroho (2012; h. 117) adalah sebagai berikut :1. Konservatifa. Rawat dirumah sakit.b. Beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berupa Ampisilin 4500 mg atau Gentamycin 180 mg.c. Umur kehamilan < 32-34 minggu : dirawat salama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.d. Bila usia kehamilan masih 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia kehamilan 35 minggu perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauterine).f. Pada usia kehamilan 32-34 mingggu, berikan steroid untuk kematangan paru-paru janin.2. Aktifa. Kehamilan > 35 minggu : induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio sesaria.Cara induksi : 1 ampul syntosinon dalam dextrose 5%, dimulai 4 tetes/menit, tiap jam dinaikan 4 tetes/menit sampai maksimum 40 tetes/menitb. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan seksio sesareac. Bila ada tanda-tanda infeksi : beri antibiotka dosis tinggi dan persalinan diakhiri.Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25g 50g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali (Prawirohardjo, 2009).Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan (Prawirohardjo, 2012; h. 680).H. Komplikasi1. Infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari vagina ke intrauterin.2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm.3. Prolaps tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang).4. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban habis.5. Komplikasi infeksi intrapartuma. Komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai kematian ibu.b. Komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian janin.II. DISPROPORSI KEPALA PANGGUL A. Pengertian CPD adalah ketidakseimbangan antara kepala dan jalan lahir dalam bentuk disproporsi sefalopelvik, dimana sering terjadi ketika kepala fetus terlalu besar untuk melewati rongga pelvik (Wiknjosastro: 2006).Studi oleh peneliti Tilburg University, Christian Monden dan Joroen Smits (2008) menunjukkan bahwa tinggi badan ibu berpengaruh pada angka kematian bayi. Menurut Modem dan Smits (2008) orang yang memiliki tinggi badan memadai memiliki ruang lebih besar sehingga memudahkan proses persalinan. Menurut Uf bagazi (2008) wanita dengan panggul sempit lebih sering terjadi pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.

Kesempitan panggul dapat dibagi sebagai berikut 1) Kesempitan pintu atas panggul. 2) Kesempitan bidang tengah panggul. 3) Kesempitan pintu bawah panggul. 4) Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah dan pintu bawah panggul (Wiknjosastro, 2006).B. EtiologiPada umumnya (85%) persalinan berlangsung spontan dan pertolongannya tidak memerlukan keahlian. Proses persalinan yang berlangsung pada wanita hamil dipengaruhi oleh tiga parameter: 1) power yaitu kekuatan his dan kekuatan mengejan ibu, 2) passenger yaitu keadaan janin dan plasenta, 3) passage yaitu keadaan jalan lahir atau panggul. Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan suatu persalinan, tetapi ada hal lain yang tidak kalah penting yaitu hubungan kepala janin dengan panggul ibu. Besar kepala janin dalam perbandingan dengan luas panggul ibu menentukan terdapatnya CPD (cephalopelvik disproportion) yaitu suatu penyimpangan (ukuran dan arsitektur tulang panggul maupun kekuatan otot atau servik) atau kelainan antara kapasitas panggul ibu dan kepala janin yang disebabkan oleh kelainan panggul ibu pada kepala janin (baik ukuran maupun presentasi) atau kombinasi keduanya (Israr, 2008).C. Diagnosis Diagnosa panggul sempit dapat ditegakkan apabila: 1) Pada primipara kepala anak belum masuk panggul setelah usia kehamilan 36 minggu. 2) Pada primipara ada perut menggantung. 3) Pada multipara yaitu apabila persalinan yang dulu sulit 4) Kelainan letak pada hamil tua. 5) Kelainan bentuk abdomen (cebol, scoliosis, pincang dan lain-lain). 6) Osborn positif. Namun apabila bayi memiliki kelainan panjang tali pusat misalnya tali pusat terlalu pendek hal itu dapat menyebabkan biasanya diagnosa CPD, karena tali pusat terlalu pendek mentubabkan kepala bayi tidak masuk panggul meskipun usia kehamilan 36 minggu. Selain itu apabila tali pusat terlalu panjang juga dapat menyebabkan terjadinya lilitan pada leher atau ekstermitas bayi sehingga dapat menghambat masuknya kepala pada jalan lahir.Meskipun ibu memiliki tinggi badan >145cm tetapi masih ada yang bersalin dengan diagnosa CPD. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh bayi terlalu besar sehingga kepala tidak dapat masuk panggul dan persalinan normal tidak dapat terjadi, selain itu mungkin kepala dapat masuk panggul, tetapi karena bayi besar ditakutkan bahu tersangkut sehingga dapat membahayakan bayi. Jika ada ibu hamil yang memiliki tafsiran berat janin terlalu besar sebaiknya bidan konsultasi dengan dokter.C. PenatalaksanaanIbu bersalin normal sejumlah 25,42% dari seluruh persalinan. Salah satu syarat ibu dapat bersalin normal yaitu keadaan jalan lahir atau panggul. Bentuk panggul yang tidak simetris memungkinkan bayi tidak bisa lahir melalui jalan lahir, sehingga ibu bersalin dengan cara SC karena jika dipaksakan lahir melalui jalan lahir dapat membahayakan ibu dan bayi. III. PERSALINAN DENGAN TINDAKAN

A. PENGERTIAN

Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal secara spontan atau tidak berjalan sendiri oleh karena terdapat indikasi adanya penyulit. Sehingga persalinan dilakukan dengan memberikan tindakan menggunakan alat bantu. Persalian tindakan dilakukan jika kelaihran spontan diduga berisiko lebih besar pada ibu atau janin dari pada tindakannya.Persalinan tindakan terdiri dari:

1. Persalinan tindak pervaginam

Apabila persyaratan pervaginam memenuhi. Persalinan tindakan pervaginam meliputi: vacum ekstrasi dan forcep untuk bayi yang masih hidup dan embriotomi untuk bayi yang sudah meninggal.

2. Persalinan tindakan perabdominal

Apabila persyaratan pervaginam tidak terpenuhi. Persalinan tindakan ini berupa seksio sesarea.

B. PENYEBAB PERSALINAN DENGAN TINDAKAN

Hal-hal yang menyebabkan persalinan dilakukan dengan tindakan adalah adanya faktor penyulit pada saat persalinan yang berasal dari faktor kekuatan his ibu (power), faktor bayi (passanger), dan jalan lahir (passage).Persalinan seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Persalinan ini dilakukan apabila persalinan pervaginam tidak dimungkinkan. Indikasi utama persalinan seksio sesarea terprogram adalah disproporsi kepala panggun (panggul sempit), karena tidak mungkin lagi utnuk dilakukan persalinan pervaginam. Sedangkan idnikasi seksio sesarea yang tidak terprogram adalah tidak adanya kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal.BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Di RSUD Wonosari Gunung KidulTanggal pengkajian: Tanggal 06 Januari 2015Waktu

: 16.30 WIB

Bangsal

: Ruang bersalin RSUD Wonosari Gunung KidulI. SUBJEKTIFA. Biodata

Nama

: Ny. T

Umur

: 29 tahunAgama

: IslamPekerjaan

: ibu rumah tanggaPendidikan

: SMPAlamat :Karangasem RT 12 RW 04Nama

:Tn. MUmur

:36 tahunAgama

: IslamPekerjaan

: WiraswastaPendidikan: SMPAlamat: Karangasem RT12 RW 04

B. Riwayat kesehatan saat ini

1. Keluhan

: Ibu hamil Umur Kehamilan 39+6 datang di ruang bersalin RSUD Wonosari pukul 16.30 WIB merasa kenceng-kenceng teratur, mengeluarkan lendir darah, dan rembes-rembes dari jalan lahirnya sejak pagi (pukul 04.00 WIB).2. Data Kebidanan

a. Riwayat menstruasi

Menarche

: kelas 1 SMP (12 tahun)

Siklus haid

: Teratur (28 hari) Lama

: 7-8 harib. Riwayat perkawinan

Jumlah

: 1 kali

Lama

: 2 tahun Usia menikah

: 27 tahunc. Riwayat kontrasepsi

Jenis

: belum pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnyad. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Abortus pada saat umur kehamilan 12 minggu dan dilakukan tindakan kuretase.

e. Riwayat kehamilan sekarang

HPHT

: 2 April 2015HPL

: 9 Januari 2015Usia Kehamilan

: 39 minggu 6 hari

Keluhan

TM 1

: mual, susah makan

TM 2

: susah BAB

TM 3

: pegel-pegel bagian pinggang.

ANC

TM 1

: 3 kali, 1 kali suntik TTTM 2

: 3 kali, 1 kali suntik TTTM 3

: 4 kali3. Data kesehatan

a. Riwayat penyakit terdahulu

: Ibu mengatakan tidak ada riwayat anemia, hipertensi, DM dan hepatitis.b. Riwayat kesehatan selama kehamilan: Tidak ada riwayat penyakit selama masa kehamilanc. Riwayat kesehatan keluarga

:Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat gemeli.4. Data Kebiasaan

NoKebutuhanSebelum hamilSelama hamil

1Pola makan

Frekuensi

Jenis

Pantangan2-3x/hari

Nasi porsi sedang,lauk,sayur

Tidak ada3 x/hari

Nasi porsi sedang, lauk, sayurTidak ada

2Pola minum

Frekuensi

Banyak7 x/hari

1 gelas8-9x/hari

1 gelas

3Pola Eliminasi

BAB

Keluhan

BAK

Keluhan1x/hari

-5x/hari-1x/hari

Susah BAB

6-8 x/hari

Sering BAK

4Pola Istirahat

Tidur siang

Tidur malamJarang untuk tidur siang

7 jam 1 jam

8 jam

5. Data Psikologi : Ibu mengatakan gelisah mengadapi persalinan dan khawatir karena tadi pagi sudah rembes-rembes dari jalan lahir serta sangat mengharapkan kehamilan keduanya ini.6. Data sosial : ibu memiliki hubungan baik dengan keluarga7. Data spiritual : ibu mengatakan beragama IslamII. DATA OBJEKTIF

A. Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum: baik

Kesadaran

: Composmentis2. Tanda-Tanda VitalTD: 110/80 mmHg

Nafas: 23 x/menitNadi: 82x/menit

Suhu: 36,9o CB. Pemeriksaan fisik

1. Muka

: tidak ada cloasma, tidak ada edema2. Mata

Conjungtiva: merah muda

Sklera

: putih3. Leher

Kelenjar tiroid: tidak ada pembesaran

Bekas operasi: tidak ada bekas operasi4. Dada

Payudara: Simetris, pembesaran normal, areola hiperpigmentasi

Puting

: menonjol5. Abdomen

Inspeksi

Bekas luka/operasi: tidak ada bekas luka operasi

Linea

: nigra

Striae

: ada, lividae

Palpasi uterus

Leopold I: TFU : dua jari di bawah prosesus xypoideus

Bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

Leopold II: Bagian kiri teraba keras memanjang (punggung),

Sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil (ekstremitas)

Leopold III: Bagian terendah teraba keras, bulat dan melenting (kepala), sudah masuk Pintu Atas Panggul (tidak dapat digoyangkan)

Leopold IV: Bagian terendah sudah masuk PAP (divergen ) masuk 1/5 bagian

TFU: 37 cm (Mc Donald)

DJJ

: 138 x /menit (pada titik maksimum di kiri)

Kontraksi: 2x/10 menit, 20 detik

TBJ

: (37-11) x 155= 4030 gram6. Genetalia

Inspeksi perineum: tidak ada bekas luka, tidak bengkak, tidak ada varises, tidak ada kelenjer bartollini dan skene

Vulva, vagina: normal, tidak ada condiloma acuminata

Anus

: ada pembesaran hemoroid7. Pemeriksaan dalam

Portio

: tebal

Pembukaan : 2 cm

Penurunan : hodge IPengeluaran pervaginam: lendir darah (+), air ketuban jernih8. Ekstremitas

Atas

: normal, kuku tidak pucat

Bawah

: tidak oedem

C. Pemeriksaan penunjang ( 6 Januari 2015)Tes lakmus (tes nitrazine) : lakmus menjadi biru keruh( air ketuban Hasil Pemeriksaan LaboratoriumNormal

Hb

: 12 gr%

A.Leukosit: 11.100

Trombosit

: 259.000

HCT/HMT: 35

A.Eritrosit: 3,87

Glukosa sesaat: 208

12-16 gr%4300-11400 /l150.000-450.000

37%4,4-5,5 jt /l76-110 mg/dl

HBSAg

: non reaktif

Golongan Darah: BUSG

: janin tunggal, intrauterine, DJJ (+), plasenta di corpus , air ketuban cukupD. Data penunjang Diagnosa medis : Ny. T usia 29 tahun G2P0A1 aterm dalam persalinan fase laten dengan ketuban pecah dini.Terapi medis :

1. Terapi infus RL 20 tpm2. Oksigen 2 liter/menit3. Antibiotik secara IV ( ampicilin 1 gr/ 8 jam) dimulai dari jam 16.30 WIBIII. ANALISADiagnosa :Ny. T usia 29 tahun G2P0A1 aterm dalam persalinan fase laten dengan ketuban pecah dini.Data dasar:DS : Ibu mngatakan kenceng-kenceng teratur dan mengeluarkan lendir darah dan rembes-rembes dari jalan lahirnya sejak jam 04.00 WIB.

DO: Ku

: Baik

Kesadaran : Compos Mentis

TD

: 110/90 mmHgNadi: 82x/menit

Nafas: 23x/menit

Suhu: 36,9o C

DJJ

: 151 x/menit

Kontraksi : 2x/10/20

VT

: a

Dinding vagina licin, portio teraba tebal, pembukaan 2 cm, selaput ketuban (+), presentasi kepala, penurunan bagian terendah kepala janin hodge I, STLD (+)

Air ketuban jernih

Tes lakmus (tes nitrazine): lakmus menjadi biru keruh (16.30 WIB)

Masalah : a. Kala I lama

b. Potensial terjadinya InfeksiKebutuhan : a. Konseling, dukungan psikologi dengan tekhnik relaksasi nafas dalam b. Kolaborasi dokterc. Pencegahan Infeksid. Observasi ketat meliputi his, laju pembukaan dan DJJe. Pemenuhan Nutrisi IV.PENATALAKSANAAN1. Mengobservasi keadaan umum,vital sign, kontraksi, DJJ setiap 30 menit, pembukaan setiap 4 jam.

Keadaan umum : Baik

TTV:TD

: 130/90 mmHg

Nadi: 85 x/menit

Nafas: 17 x/menit

Suhu: 36,5 o C

Kontraksi 2x/10 menit 20 detik, DJJ : 151 x/menit, pembukaan : 2 cm

2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan3. Memotivasi ibu untuk tenang dalam menghadapi persalinan4. Melaksanakan program terapi:a. Terapi infus RL 20 tpm

b. Oksigen 2 liter/menitc. Memberi antibiotik secara IV ( ampicilin 1 gr/ 8 jam) dimulai dari jam 16.30 WIB dan pukul 00.30 WIB5. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri. Ibu bersedia untuk miring ke kiri6. Pemberian dukungan psikologi pada ibu. Ibu merasa nyaman setelah diberikan dukungan psikologiCATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal: Rabu, 07 Januari 2015

Pukul: 08.30 WIBS: ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering

O: TD: 120/80 mmHg

Suhu : 36,5 o CNadi : 80 x/menit

Nafas : 20 x/menit

DJJ: 134 x/menit

His: 3x/10 menit, 20 detik

Periksa Dalam: : 4 cm, portio tebal lunak, penurunan kepala di Hodge II, ketuban jernih, lendir darah (+)

Advice dokter: Stimulasi Oksitosin 5 IU mulai 8 tpm

A: Ny. T usia 29 tahun G2P0A1 aterm dalam persalinan fase aktif dengan ketuban pecah diniP: memonitoring persalinan dengan partograf

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal: Rabu, 07 Januari 2015

Pukul : 16.30 WIB S: ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering dan lamaO: TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menitNafas : 20 x/menit

Suhu : 36,5 o CDJJ: 146x/menit

His: 3x/10 menit, 20 detik

Periksa Dalam: : 8 cm, portio tipis, penurunan kepala di Hodge II, ketuban jernih, lendir darah (+)

Advice dokter: Stimulasi Oksitosin botol pertama lancar, dinaikkan menjadi 20 tpm

A: Ny. T usia 29 tahun G2P0A1 aterm dalam persalinan fase aktif dengan ketuban pecah diniP: monitoring persalinan dengan pertograf

CATATAN PERKEMBANGAN III

Tanggal: Rabu, 07 Januari 2015

Pukul : 19.00 WIBS: ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering dan lama tak tertahankan

O: TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80x/menitNafas : 20 x/menit

Suhu : 36,5 o CDJJ: 146x/menit

His: 3x/10 menit, 30 detik

Periksa Dalam: : 9 cm, portio tipis, penurunan kepala di Hodge II, ketuban jernih, lendir darah (+)

Advice dokter: Stimulasi oksitosin botol I habis lanjut Oksitosin 5 IU botol II 20 tpmA: Ny. T usia 29 tahun G2P0A1 aterm dalam persalinan fase aktif dengan ketuban pecah diniP: monitoring persalinan dengan pertograf

CATATAN PERKEMBANGAN KALA IITanggal: 07 Januari 2015

Pukul: 21.30 WIB S

: Ibu mengeluhkan merasa seperti BAB, ingin meneran tidak tertahankanO

: KU

: baik

Tanda vital:

TD: 110/70 mmHgsuhu : 36,9o C

Nadi : 80x/menit

Nafas : 20 x/menit

VT

: 10 cm, dindin vagina licin, portio tipis, presentasi kepala, Penurunan : hodge III, STLD (+), Air ketuban jernih

Kontraksi: 5 x / 10 menit, 45 detik

DJJ

: 136 x/ menit

Inspeksi : tampak perineum menonjol, vulva membuka dan adanya tekanan anus

A : Ny. T 29 tahun G2P0A1 dalam persalinan kala II awal dengan KPDP: 1. Memberitahu ibu bahwa pembukaan telah lengkap

Hasil : ibu mengetahui pembukaan telah lengkap

2. Memposisikan ibu dorsal recumbent. Ibu bisa mempraktekkan3. Menolong persalinan dengan APN 58 langkah dilanjutkan dengan IMDCATATAN PERKEMBANGAN KALA IIITanggal: 07 Januari 2015

Pukul: 22.00 WIB S

: Ibu mengeluhkan mules-mules

O

: bayi lahir spontan tanggal 07 Januari 2015 pukul 22.00 WIB jenis kelamin laki-laki, menangis kuat, gerakan aktif dan warna kulit kemerahan. BB: 4170 gram, PB : 54 cm

KU

: baik

Tanda Vital:

TD: 100/70 mmHgNadi : 84x/menit

Nafas : 20 x/menit

suhu : 36,5 o C

Inspeksi : Tali pusat memanjang, uterus globuler, pengeluaran pervaginam : semburan darah A

: Ny T 29 tahun P1Ab1Ah1 dalam persalinan Kala IIIP

:1. Mengecek kontraksi. Kontraksi Keras2. Mengecek adanya janin kedua. Tidak ada janin kedua3. Menyuntikan oksitosin 10 IU IM pada paha atas antero lateral. Telah disuntikan oksitosin 10 IU secara IM pada paha atas antero lateral.4. Melakukan peregangan tali pusat terkendali. Telah dilakukan penegangan tali pusat dengan hasil tali pusat putus.5. Melakukan tindakan manual plasenta dengan memasukkan metergin 1 ampul ke dalam 500 ml RL 30 tpm. Telah dilakukan tindakan manual plasenta dengan hasil plasenta lahir pukul 22.30 WIB, kotiledon dan selaput plasenta lengkap.6. Melakukan massase uterus. Telah dilakukan masase uterus dan kontraksi uterus keras.7. Mengajarkan massase uterus pada ibu. Ibu mengerti dan dapat mempraktekkan kembali masase uterus yang benar.CATATAN PERKEMBANGAN KALA IVTanggal: 07 Januari 2015

Pukul: 22.30 WIB S

: Ibu mengeluhkan mules-mules dan Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinyaO

: KU

: baik

Tanda Vital:

TD: 110/70 mmHgNadi : 80x/menit

Nafas : 18 x/menit

suhu : 36,6o C

Kontraksi uterus : kerasTFU

: setinggi pusatLaserasi : derajat IIPerdarahan: 200 cc

A

: Ny T 29 tahun P1Ab1Ah1 dalam persalinan Kala IV

P

: 1. Menyuntikkan anestesi dengan lidokain 1% pada tepi luka daerah perineum.. Lidokain telah disuntikkan.2. Melakukan penjahitan laserasi. Dilakukan penjahitan dengan jahitan subcutis dan jelujur satu-satu.3. Menjaga kenyamanan ibu. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian

4. Menganjurkan ibu memilih posisi yang nyaman. Ibu memilih posisi berbaring5. Mengajari ibu masase uterus. Ibu mengerti dan dapat mempraktekkan kembali masase uterus yang benar.6. Membereskan alat dan mencelupkan alat bekas pakai ke dalam larutan 0,5% dan cuci tangan. Alat telah di steril dengan larutan klorin selama 10 menit dan cuci tangan telah dilakukan.7. Memenuhi nutrisi. Ibu bersedia untuk makan dan minum.8. Menganjurkan ibu mobilisasi dini. Ibu bersedia miring kanan dan kiri.9. Monitoring observasi kala IV tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. Telah dilakukan observasi10. Melakukan dokumentasi. Partograf telah dilengkapi.Lembar Observasi Kala IVJamTD (mmHg)Nadi (x/menit)TFUKontraksiPerdarahan (ml)

22.00110/7080Setinggi pusatKeras 20

22.15110/70801 jari di bawah pusatKeras 10

22.30110/70802 jari di bawah pusatKeras 10

22.45110/70802 jari di bawah pusatKeras 10

23.15110/70802 jari di bawah pusatKeras 5

23.45110/70802 jari di bawah pusatKeras 5

BAB IVPENUTUPA. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. T G2P0Ab1Ah0 hamil 39+4 minggu di Ruang Bersalin RSUD Wonosari tanggal 06 Januari 2015, didapatkan hasil dari pengkajian data subjektif dan objektif bahwa ketuban pecah sejak 12 jam yang lalu dengan janin tunggal, hidup intrauterine, punggung kiri, presentasi kepala, dan pada test lakmus berubah menjadi biru keruh. Penulis dapat menyimpulkan bahwa Ny. T G2P0Ab1Ah0 hamil 39+4 minggu mengalami ketuban pecah dini (KPD).

Analisa data yang telah dilakukan mengacu pada teori-teori yang ada dan pemberian asuhan kebidanan persalinan dengan ketuban pecah dini di RSUD Wonosari sudah sesuai dengan teori yang ada. B. SARANSetelah melakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. T G2P0Ah0Ab1 hamil 39+4 minggu di Ruang Bersalin RSUD Wonosari, adapun saran yang ingin disampaikan pada penulis yaitu :

1. Pada ibu hamil

Diharapkan ibu hamil dapat memahami peran dan fungsi bidan dalam memberikan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya tentang tanda bahaya kehamilan dan penyulit selama persalinan. Selain itu ibu hamil juga dapat mengetahui komplikasi dini dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sehingga ibu dapat mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman serta persiapan di rumah sakit sehingga bila terjadi keadaan gawat darurat dapat langsung ditangani oleh bidan atau dokter.2. Bagi instasi pelayanan kesehatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk rumah sakit agar dapat lebih meningkatkan lagi pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan persalinan dengan ketuban pecah dini, Untuk mengurangi angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

3. Bagi institusi Pendidikan

Diharapkan dengan adanya kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk institusi agar dapat meningkatkan kualitas mahasiswanya, menambah bahan bacaan agar dapat menjadi acuhan untuk mahasiswa.

4. Bagi penulis

Diharapkan dengan addanya asuhan kebidanan ini, dapat meningkatkan kualitas dan pengetahuan penulis agar dapat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan penanganan kegawatdaruratan maternal.

DAFTAR PUSTAKAKementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Peluncuran EMAS. www.gizikia.depkes.go.id. Diakses tanggal 5 Januari 2015

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2012. www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 6 Januari 2015Manuaba. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC _______. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams : Panduan Ringkas. Jakarta : EGCMochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obtetri. Jakarta : EGCMorgan, Geri. 2009.Obstetri & Ginekologi : Panduan Praktik. Jakarta: EGCNugroho,Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha MedikaPrawirohardjo, Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoSaifuddin. Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono PrawirohardjoSualman, K. 2009. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini . Diambil tanggal 16 Januari 2015 dari http://medicastore.com/Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini oleh dr. Kamisah Sualman, Fakultas Kedokteran Universitas Riau

13