PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    1/46

    PRESENTASI KASUS

    MENINGOENSEFALITIS

    Nama : Heni Handayani , S.ked

    Nim : 110.2009.131

    Pembimbing : dr. Yulia Lukita D M.Ked (Ped) , Sp.A

    Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD

    Serang

    Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

    Juni 2013

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    2/46

    1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penyusunan

    presentasi kasus dengan judul MENINGOENSEFALITIS dapat saya

    selesaikan penyusunannya dalam rangka memenuhi salah satu tugas sebagai

    ko-asisten yang sedang menjalani kepaniteraan klinik ilmu kesehatan anak di

    Rumah Sakit Umum Daerah Serang periode 03 Juni 201310 Agustus 2013.

    Dalam menyelesaikan presentasi kasus ini, saya mengucapkan terima kasih

    kepada dr. Yulia Lukita , M.ked (Ped), Sp.A selaku pembimbing dalam

    penyusunan presentasi kasus dan sebagai salah satu pembimbing selama

    menjalani kepaniteraan ini.

    Apabila terdapat kekurangan dalam menyusun presentasi ini, saya akan

    menerima kririk dan saran. Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi kita

    semua.

    Serang, Juni 2013

    Heni Handayani , Sked

    Penyusun

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    3/46

    2

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar.............................................................................................................1

    Daftar Isi......................................................................................................................2

    Presentasi Kasus..........................................................................................................3 - 25

    Tinjauan Pustaka.........................................................................................................26 - 46

    Daftar Pustaka.............................................................................................................47

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    4/46

    3

    I. IDENTITAS

    Nama : An. L

    Jenis kelamin : Perempuan

    Tempat Tanggal Lahir : Serang, 27 Juli 2009

    Umur : 3 tahun 11 bulan

    Suku bangsa/Bangsa : Indonesia

    Agama : Islam

    Alamat : Kp. Cikadugede RT.005 RW.002 Desa Lebak

    Kec. Ciomas Kab. Serang

    Tanggal masuk RS : 09-06-2013

    Tanggal keluar RS : 29-06-2013

    IDENTITAS ORANG TUA

    Data orang tua Ibu Ayah

    Nama

    Umur

    Pekerjaan

    Pendidikan

    Agama

    Ny. A

    30 tahun

    Ibu Rumah Tangga

    Tidak Tamat SD

    Islam

    Tn. S

    40 tahun

    Buruh Harian Lepas

    Tamat SMP

    Islam

    II. ANAMNESIS

    Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 11 Juni 2013

    a. Keluhan Utama:

    Kejang sejak 1 hari SMRS

    b.Keluhan Tambahan

    Demam, tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan, BAB tidak lancar

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    5/46

    4

    c. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien Anak Perempuan datang ke UGD RSUD Serang dengan keluhan utama

    kejang sejak 1 hari SMRS.

    1 hari SMRS, pasien mengalami kejang dengan tangan dan kaki kelojot-kelojot dan

    matanya terbuka melihat ke atas. Kejang terjadi sampai 10 kali, saat kejang pasien

    tidak mengeluarkan busa dari mulutnya. Kejang terjadi secara tiba-tiba mulai pukul

    13.00 wib sampai pukul 21.00 wib dengan jeda waktu kejadian yang tidak tentu. Pasien

    sekali kejang lamanya 5-30 menit. Setelah kejang pasien langsung menangis saat

    siang hari 1 hari SMRS, setelah kejang pasien tidak langsung.

    1 hari SMRS pasien mengalami demam tinggi sebelum terjadinya kejang, suhu

    tubuh pasien mencapai 40oC . kemudian pasien dilarikan ke RSUD Serang.

    1 hari SMRS tangan dan kaki kanan pasien tidak bisa digerakkan setelah kejang.

    Kemudian pasien di pijat seluruh tubuh oleh tukang pijat. Setelah dipijat tangan dan

    kaki pasien tetap tidak bisa digerakkan.

    1 hari SMRS pasien tidak BAB.

    Keluhan BAK disangkal. Keluhan mual, muntah, batuk, pilek, riwayat alergi, infeksi

    telinga, penyakit gondongan dan nafsu makan menurun disangkal. Keluhan fotofobia

    disangkal.

    d.

    Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien sudah pernah mengalami kejang sejak usia satu tahun. Kejang di rumah sering

    terjadi secara tiba-tiba 2-3 kali dalam sehari. Sebelum kejang tidak selalu didahului

    dengan demam. Setelah kejang pasien langsung menangis dan sadar. Pasien sudah

    pernah dibawa ke puskesmas Ciomas untuk diobati. Oleh puskesmas pasien diberi obat

    penenang dan vitamin.

    Pasien pernah jatuh ketika digendong oleh bapaknya saat umur satu tahun. Pasien

    mengalami benturan di kepala. Ketika bayi pasien juga sering terjatuh dari tempat tidur.

    e.

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Keluarga pasien tidak ada yang mengalami gejala tersebut

    f. Riwayat Kehamilan Ibu :

    Riwayat hamil diurut-urut dukun, terpapar radiasi foto Rongent dan konsumsi obat-

    obatan selama kehamilan disangkal.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    6/46

    5

    g. Riwayat Kelahiran :

    Pasien dilahirkan secara normal di rumah dan ditolong oleh dukun, langsung menangis

    saat lahir, tidak ada cacat maupun trauma. Berat saat lahir tidak diketahui.

    h.Riwayat Perkembangan :

    Pertumbuhan gigi I : 8 bulan

    Tengkurap : 3 bulan

    Duduk : 6 bulan

    Berjalan : 10 bulan

    Bicara : 18 bulan

    Membaca dan menulis : 3 tahun

    Kesan : Perkembangan anak sesuai usia

    i. Riwayat Imunisasi :pasien belum pernah diimunisasi sejak lahir

    Macam Dasar Ulangan

    I II III

    BCG -

    DPT -

    Polio -

    Campak -Hepatitis B -

    Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap.

    Saran: imunisasi harus dilakukan sesuai dengan waktu imunisasi

    j. Riwayat Makanan :

    Umur (bulan) ASI/PASI Buah Biskuit Bubur

    susu

    Bubur

    nasi

    02 ASI - - - -

    24 ASI - - - -

    46 ASI - + + -

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    7/46

    6

    68 ASI + + + +

    810 ASI + + + +

    1012 ASI + + + +

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Tanggal : 11 Juni 2013

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Apatis

    Berat badan : 11 Kg

    Tinggi badan : 87 cm

    Status Gizi : (BB/[TB]2)x 100% = 11/75,69x100% = 14,53 (underweight)

    Tanda-tanda vital : Tekanan darah =100/60 mmHg

    Nadi = 93 x/menit teraba kuat, isi cukup, reguler.

    Pernapasan = 32 x/menit

    Suhu = 35,4 C

    Status Generalis :

    Kepala : Normocephal

    Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

    Kulit : Sawo matang tidak pucat, turgor baik.

    Mata : Palpebra kanan dan kiri tidak cekung dan tidak edema,

    konjungtiva kanan dan kiri tidak pucat, sklera kanan dan kiri tidak

    ikterik, kornea kanan dan kiri jernih, iris kanan dan kiri berwarna

    coklat, pupil isokor diameter 2 mm.

    Telinga : Bentuk daun telinga kanan dan kiri normal, liang telinga kanan

    dan kiri tidak terdapat serumen dan tidak terdapat cairan,

    membrane timpani intak.

    Hidung : Bentuk normal, nafas cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada,

    epistaksis tidak ada.

    Mulut : Merah, mukosa bibir basah, sianosis tidak ada

    Tenggorokan : T1T1tenang, faring tidak hiperemis.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    8/46

    7

    Leher : Bentuk simetris, trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba,

    Thoraks : Bentuk normal, gerak simetris saat statis dan dinamis, retraksi

    tidak ada.

    Paru

    Inspeksi : Gerak simetris saat statis dan dinamis, retraksi suprasternal dan

    subcosta tidak ada.

    Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri.

    Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

    Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing tidak ada, rhonki tidak ada.

    Jantung

    Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak

    Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga V midklavikula kiri

    Perkusi : Batas atas jantung di sela iga 3 garis sternal kiri

    Batas kanan jantung di sela iga 4 garis sternal kanan

    Batas kiri jantung di sela iga 4 garis midklavikula kiri

    Auskultasi : Bunyi jantung III regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop

    Abdomen

    Inspeksi : Datar, tidak ada massa, venektasi (-)

    Auskultasi : Bising usus positif normal

    Palpasi : datar , hepar tidak teraba, Lien tidak teraba.

    Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen

    Ektremitas : Tidak ada edema, akral hangat, tidak ada deformitas.

    Genitalia : tidak dilakukan

    Anus : tidak dilakukan

    Lainlain : tes reflek meningeal : Kaku kuduk (-)

    Laseque : > 70o

    / 70o

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    9/46

    8

    Kernig : > 135o/ >135

    o

    Brudzinki I (+) / Brudzinki II (-)

    IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Tanggal 09-06-2013Jam 01.05

    Hematologi Nilai Nilai Rujukan

    Darah Rutin

    Hemoglobin 10,70 10,7-14,70 g/dl

    Hematokrit 31,50 37 % - 46 %

    Leukosit 19.200 5500-15.500/uL

    Trombosit 496.000 150.000-

    440.000/uL

    KIMIA DARAH

    Gula darah sewaktu 107,00 60.00100,00

    FAAL HATI

    SGOT 40

    SGPT 20

    ELEKTROLIT

    Cl 110

    Na 138 136,00145,00

    K 3,98 3,305,10

    Tanggal 12-06-2013 jam 19.33

    Hematologi Nilai Nilai Rujukan

    Darah lengkap

    Hemoglobin 11,20 10,7-14,70 g/dl

    Hematokrit 33,40 37 % - 46 %

    Leukosit 15.100 5500-15.500/uL

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    10/46

    9

    Trombosit 394.000 150.000-440.000/uL

    Netrofil segmen 84 25,0060,00

    Netrofil batang 5 3,00 6,00

    Monosit 1 1,006,00

    Limfosit 10 25,0050,00

    Eosinofil 0 15

    Basofil 0 01

    KIMIA DARAH

    Na 135 136,00145,00

    K 3,71 3,305,10

    Tanggal 22-06-2013 jam 17.13

    Hematologi Nilai Nilai Rujukan

    Darah Rutin

    Hemoglobin 12,50 10,7-14,70 g/dl

    Hematokrit 37,40 37 % - 46 %

    Leukosit 9.320 5500-15.500/uL

    Trombosit 424.000 150.000-440.000/uL

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    11/46

    10

    V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Tanggal 16-06-2013Jam 11.18

    Urine Nilai Nilai Rujukan

    Warna Kuning Kuning

    Kekeruhan Keruh Jernih

    Berat jenis 1005 1,0151,035

    ph 7,0 4,508,00

    Albumin Neg Negatif

    Glukosa Neg Negatif

    Keton Neg Negatif

    Bilirubin Neg Negatif

    Darah samar Neg Negatif

    Nitrit Neg Negatif

    Urobilinogen Normal Normal

    SEDIMEN

    Leukosit 12 1,004,00

    Eritrosit - 0 -1

    Epitel + 515

    Silinder - Negatif

    Kristal - Negatif

    Bakteri (+) positif Negatif

    Jamur - Negatif

    Faeses Nilai Nilai Rujukan

    Warna Kuning KuningBau Keruh Jernih

    Darah 1005 1,0151,035

    Konsistensi 7,0 4,508,00

    Lendir Neg Negatif

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    12/46

    11

    MIKROSKOPIS

    Leukosit - 0,002,00

    Eritrosit - Negatif

    Makrofag -

    Sisa makanan + Positif

    Telur cacing - Negatif

    Amuba - Negatif

    Amilum - Negatif

    Lemak - Negatif

    Foto thoraks

    Hasil :

    - Cor : normal

    - Pulmo : tampak infiltrat dengan kalsifikasi di perihiler parakardial kanan Sinus dan

    diafragma normal

    CT SCAN

    Hasil :

    -

    Perifer cortical sulci menyempit

    - Tampak penurunan densitas parenchym cerebri hemisphere kiri

    - Sistem ventrikel tidak melebar

    - Tak tampak midline shift

    - Infra tentorial, tak tampak lesi pada pons cerebellum daerah CPA

    - Tak tampak kelaianan pada sella dan paresella

    - Sinus etmoid dan maksila cerah

    - Tulang tulang kalvaria baik

    VI. DIAGNOSIS KERJA :

    Meningoensefalitis

    VII. DIAGNOSIS BANDING :

    Meningitis tuberkulosa

    Meningitis aseptik

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    13/46

    12

    Abses otak

    Kejang demam

    Meningitis

    Encephalitis

    Edema otak

    VIII. TATALAKSANA

    Medikamentosa

    O2 1 L/menit

    IVFD 2A 8 gtt/menit (ma)

    Inj. Cefotaxim 600 mg/ 6 jam/ iv

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam/ iv

    Inj. Fenitoin 40 mg/ 12 jam/ iv

    Inj. Dexamethason 1,8 mg/ 6 jam/ iv

    Inj. Manitol 37,5 cc/ 8 jam/ iv

    Pasang NGT, dekompresi

    MC Susu 8x30 cc

    CT Scan

    VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

    Pemeriksaan elektrolit darah (Na, K, Cl, Ca)

    IX. PROGNOSIS

    Ad vitam : dubia ad malam

    Ad functionam : dubia ad malam

    IX.

    FOLLOW UPTanggal FOLLOW UP

    12

    Juni

    2013

    S = kejang (-)

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/apatis

    TD = 90/60 mmHg Nafas = 24 x/mnt

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    14/46

    13

    BB:10,8 Kg

    Nadi = 104 x/menit Suhu = 37,1 C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

    THT = Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), sekret tidak ada, T1

    T1 tenang, faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    Hasil Lab

    Hb: 11,2 L: 15.100 N. Segmen : 84

    Ht: 33,4 T: 394.000

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = O2 1 lt/menit

    IVFD 2A 8 gtt/ menit (makro)

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / ivInj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Inj. Fenitoin 40 mg/ 12 jam/ iv

    Inj. Dexametason aff

    Inj. Manitol 37,5 cc/ 8 jam/ iv

    NGT Diet

    MC. Susu 8x30 cc

    CT Scan

    Cek ulang elektrolit

    13

    Juni

    2013

    S = Kejang 3x malam hari

    O = KU/KS = Tampak sakit / apatis

    TD = 100/60 mmHg Nafas = 20x/mnt

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    15/46

    14

    BB: 11kg Nadi = 80x/menit Suhu = 37,4C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    ischarge (-), epistaksis (-), NCH (-), sekret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-), motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = O2 1 lt/menit

    IVFD 2A 8 gtt/ menit (makro)

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Inj. Fenitoin 40 mg/ 12 jam/ iv

    Inj. Manitol 37,5 cc/ 8 jam/ ivNGT

    Minum 8x40 cc

    14

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Kejang (-)

    O = KU/KS = Tampak sakit/ apatis

    TD = 90/60 mmHg RR = 20x/menit

    N = 69x/menit S = 36,2C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    16/46

    15

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-), motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = O2 1 lt/menit

    IVFD 2A 8 gtt/ menit (makro)

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Inj. Fenitoin 40 mg/ 12 jam/ iv

    Inj. Manitol 37,5 cc/ 8 jam/ iv

    Inj. Piracetam 110 mg/ 12 jam / iv

    15

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Kejang (+), BAB (-)

    O = KU/KS = Tampak sakit/ apatis

    TD = 100/60 mmHg RR = 34x/menit

    N = 82x/menit S = 36,3C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merataMata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = O2 1 lt/menit

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    17/46

    16

    IVFD 2A 8 gtt/ menit (makro)

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Inj. Fenitoin 40 mg/ 12 jam/ iv

    Inj. Manitol 37,5 cc/ 12 jam/ iv besok per 24 jam/ iv

    Inj. Piracetam 110 mg/ 12 jam/ iv

    Inj. Ondancentron 1,5 mg/ 8 jam/ iv

    Dulcolax sup

    Minum 8x40 cc

    17

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Batuk berdahak (+)

    O = KU/KS = Tampak sakit/ apatis

    TD = 100/70 mmHg RR = 30x/menit

    N = 80x/menit S = 36,1C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = O2 1 lt/menit

    IVFD 2A 8 gtt/ menit (makro)

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Inj. Fenitoin 40 mg/ 12 jam/ iv >>> stop

    Inj. Manitol 37,5 cc/ 12 jam/ iv >>> stop

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    18/46

    17

    Inj. Piracetam 110 mg/ 12 jam/ iv >>> stop

    Inj. Ondancentron 1,5 mg/ 8 jam/ iv >> stop

    Minum 8 x 60 cc

    Ambroxol 2 x 1 cth

    Paracetamol 3 x 1 cth

    18

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Batuk berdahak (+)

    O = KU/KS = Tampak sakit/ apatis

    TD = 100/70 mmHg RR = 30x/menit

    N = 80x/menit S = 36,1C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) NEkstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 8 gtt/ menit (makro)

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Minum 8 x 75 cc

    Ambroxol 2 x 1 cth

    Paracetamol 3 x 1 cth

    Diazepam 5 mg bila kejang

    19

    Juni

    2013

    S = Kejang (+) 3x tadi malam

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ apatis

    TD = 100/70 mmHg RR = 22x/menit

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    19/46

    18

    BB 11 kg N = 72x/menit S = 36,0C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 8 gtt/ menit (makro)

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Minum 8 x 100 cc

    Ambroxol 2 x 1 cth

    Paracetamol 3 x 1 cthDiazepam 5 mg bila kejang

    20

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Kejang (+) 2x tadi malam

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ apatis

    TD = 90/60 mmHg RR = 20x/menit

    N = 72x/menit S = 35,8C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    20/46

    19

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 100 cc/ hari

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Diet MC 8 x 125 cc

    Ambroxol 2 x 1 cth

    Paracetamol 3 x 1 cth

    Xanvit 1 x 1 cth

    Fisioterapi / gerak

    21

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Kejang (+)

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ apatis

    TD = 90/60 mmHg RR = 24x/menit

    N = 90x/menit S = 36,4C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekungDischarge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 100 cc/ hari

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    21/46

    20

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Diet MC 8 x 125 cc

    Ambroxol 2 x 1 cth

    Paracetamol 3 x 1 cth

    Xanvit 1 x 1 cth

    Fisioterapi / gerak

    22

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Kejang (-)

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ apatis

    TD = 100/70 mmHg RR = 26x/menit

    N = 100x/menit S = 36,2C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 100 cc/ hari

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Diet MC 8 x 125 cc

    Ambroxol 2 x 1 cth

    Paracetamol 3 x 1 cth

    Xanvit 1 x 1 cth

    Fisioterapi / gerak

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    22/46

    21

    24

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Kejang (+) 1x, 3 menit

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ Compos mentis

    TD = 100/60 mmHg RR = 28x/menit

    N = 92x/menit S = 37,5C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 100 cc/ hari

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ ivAmbroxol 2 x 1 cth

    Paracetamol 3 x 1 cth

    Xanvit 1 x 1 cth

    Minum peroral

    Fisioterapi / gerak

    25

    Juni

    2013

    BB 11 kg

    S = Panas (+), mencret 1x, minum peroral

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ Compos mentis

    TD = 100/60 mmHg RR = 36x/menit

    N = 120x/menit S = 37,8C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    23/46

    22

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 100 cc/ hari

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Ambroxol 2 x 1 cth

    Paracetamol 3 x 1 cth

    Xanvit 1 x 1 cth

    Minum peroral

    Fisioterapi / gerak

    26

    Juni2013

    BB 11 kg

    S = Panas (+)

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ Compos mentisTD = 100/60 mmHg RR = 52x/menit

    N = 140x/menit S = 37,7C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    24/46

    23

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 100 cc/ hari

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Minum peroral

    Fisioterapi

    27

    Juni

    2013

    BB 10 kg

    S = Kejang tadi malam 3x < 5 menit

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ Compos mentis

    TD = 100/60 mmHg RR = 52x/menit

    N = 140x/menit S = 37,7C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = IVFD 2A 6 tpm/ menit

    Inj. Ampisilin 600 mg/ 6 jam / iv

    Inj. Cefotaxim 600 mg/6 jam/ iv

    Phenobarbital 2 x 25 mg

    Minum peroral

    Fisioterapi

    28

    Juni

    S = Kejang (-)

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ Compos mentis

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    25/46

    24

    2013

    BB 10 kg

    TD = 100/70 mmHg RR = 48x/menit

    N = 100x/menit S = 37,0C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5

    A = MENINGOENSEFALITIS

    P = Inj. Ampisilin stop

    Inj. Gentamisin peroral

    Ceftriaxone 2 x cth 1/2

    Phenobarbital 2 x 25 mg

    Fisioterapi29

    Juni

    2013

    BB:

    10,8 kg

    S = Kejang (-), panas (+)

    O = KU/KS = Tampak sakit sedang/ Compos mentis

    TD = 100/70 mmHg RR = 44x/menit

    N = 120x/menit S = 37,8C (aksila)

    Kepala = Normocephal, rambut hitam, distribusi merata

    Mata = Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

    Discharge (-), epistaksis (-), NCH (-), secret tidak ada, T1T1 tenang,

    faring tidak hiperemis

    Mulut = Sianosis (-)

    Leher = Pembesaran KGB (-)

    Thorax = Statis simetris dinamis , retraksi dada (-)

    Jantung = BJ III regular, Murmur (-), Gallop (-)

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    26/46

    25

    Pulmo = Suara nafas vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing (-)

    Abdomen = BU (+) N

    Ekstremitas = Akral hangat, CRT < 2 ,edema (-) motorik 0/5 I 0/5A =

    MENINGOENSEFALITIS

    P = KCl 5 tetes/ permenit

    Cefixim

    Pulvus Phenobarbital 2 x 25 mg

    Fisioterapi

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    27/46

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    28/46

    27

    a. Bakteri non spesifik : meningokokus, H. influenzae, S. pneumoniae,

    Stafilokokus, Streptokokus, E. coli, Salmonella.

    b. Bakteri spesifik : M. tuberkulosa.

    2. Meningitis virus : Enterovirus, Virus Herpes Simpleks, Herpes Zoster, Arbovirus,

    Virus Hepatitis dan Adenovirus.

    3. Meningitis jamur : Cryptococcus neoformans , Coccidioides immitris

    4. Meningitis parasit : Amuba Naegleria fowleri

    I. 3. Klasifikasi

    Meningitis berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak sebagai berikut :

    1. Meningitis purulenta

    Radang selaput otak (araknoidea dan piamater) yang menimbulkan eksudasi

    berupa pus, disebablan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus).

    2. Meningitis serosa

    Radang selaput otak (araknoid dan piameter) yang disertai cairan otak yang jernih.Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lain seperti

    virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.

    Umur Penyebab

    Bayi baru lahir Group B Streptococcus, Escherichia coli, Listeria

    monocytogenes

    Bayi dan anak Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis,

    Haemophilus influenzaetype b

    Remaja dan

    Dewasa Muda

    Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumonia

    Dewasa tua Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Listeria

    monocytogenes

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    29/46

    28

    Meningitis berdasarkan penyebab sebagai berikut :

    1. Meningitis bakteri

    Meningitis bakteri biasanya parah. Sementara kebanyakan orang dengan

    meningitis pulih, dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti kerusakan otak,

    hilangnya pendengaran, atau ketidakmampuan belajar.

    Ada beberapa patogen (jenis kuman) yang dapat menyebabkan meningitis

    bakteri. Beberapa penyebab utama meningitis bakteri di Amerika Serikat termasuk

    Haemophilus influenzae (paling sering disebabkan oleh tipe b, Hib), Streptococcus

    pneumoniae, Streptococcus grup B, Listeria monocytogenes, dan Neisseria

    meningitidis.

    2. Meningitis virus

    Viral meningitis umumnya kurang parah dan sembuh tanpa pengobatan khusus.

    Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat akhir / sequel dari

    berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes

    simpleks, dan herpes zooster. Pada meningitis virus ini tidak terbentuk eksudat dan

    pada pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) tidak ditemukan adanya organisme.

    3. Meningitis jamur

    Meningitis jamur yang langka dan biasanya hasil dari penyebaran jamur melalui

    darah ke sumsum tulang belakang. Meskipun setiap orang bisa mendapatkan

    meningitis jamur, orang dengan sistem kekebalan yang lemah, seperti orang dengan

    AIDS atau kanker, berada pada risiko tinggi.

    4. Meningitis parasit

    Meningoencephalitis amebic Primer (PAM) adalah bentuk yang sangat jarang dari

    meningitis parasit yang menyebabkan infeksi otak yang fatal. Parasit masuk ke dalam

    tubuh melalui hidung dan disebabkan oleh amoeba mikroskopis (organisme hidup

    bersel tunggal) Naegleria fowleri.

    I. 4. Patogenesis

    a. Meningitis bakteri

    Sebagian besar kasus didahului oleh infeksi didaerah saluran nafas, hanya

    sebagian kecil yang disebabkan oleh penyebaran langsung dari tempat yang

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    30/46

    29

    berdekatan seperti sinusitis atau mastoiditis. Pada neonatus dilaporkan satu dari

    empat kasus sepsis kemudian akan menderita meningitis bakterialis. Mekanisme dan

    tempat masuknya bakteri ke dalam LSS belum diketahui. Meningitis bakteri

    merupakan salah satu infeksi serius pada anak-anak. Infeksi ini berhubungan dengan

    komplikasi dan risiko kematian.

    Kebanyakan kasus meningitis akibat dari penyebaran hematogen yang masuk

    melalui celah subarachnoid. Mikroorganisme masuk ke cerebral nervous system

    melalui 2 jalur potensial. Bakteri masuk kedalam kavitas intrakranial melalui

    sirkulasi darah atau berasal dari infeksi primer pada nasofaring, sinus, telinga tengah,

    sistem kardiopulmonal, trauma atau kelainan kongenital daripada tulang tengkorak.

    Frekuensi terbanyak berasal dari sinusitis. Organisme juga dapat menginvasi

    meningens dari telinga tengah. Meningitis yang diikuti terjadinya otitis media

    merupakan proses bakteriemia, walaupun bukan kongenital atau adanya

    posttraumatic fistula pada tulang temporal yang mensuplai akses ke CSS.

    b. Meningitis Virus

    Pada umumnya virus secara hematogen masuk melalui sistem limfatik, melalui

    saluran pencernaan. Virus melakukan multiplikasi dalam aliran darah yang disebut

    fase ekstraneural, pada keadaan ini febris sistemik sering terjadi.

    Kerusakan neurologis disebabkan oleh ; (1) Invasi langsung dan perusakan

    jaringan saraf oleh virus yang bermultiplikasi aktif. (2) Reaksi hospes terhadap

    antigen virus secara langsung, sedangkan respons jaringan hospes mengakibatkan

    demielinasi dan penghancuran vascular serta perivaskuler.

    I. 5. Manifestasi Klinis

    1. Gejala-gejala yang terkait dengan tanda-tanda non spesifik disertai dengan infeksi

    sistemik atau bakteremia meliputi, demam, anoreksia, ISPA, mialgia, arthralgia,

    takikardia, hipotensi dan tanda-tanda kulit seperti; ptechie, purpura, atau ruam

    macular eritematosa. Nyeri kepala yang mendadak yang disertai kaku kuduk,

    moaning cry pada bayi (menangis yang merintih ), kejang. Mulainya tanda-tanda

    tersebut diatas mempunyai dua pola dominan yaitu :

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    31/46

    30

    - Akut / timbul mendadak berupa ; penurunan kesadaran cepat, lesu, mudah

    terangsang, panas, muntah, anoreksia. Pada anak yang sudah besar didapatkan

    keluhan sakit kepala. - Sub akut berupa ; timbul beberapa hari, didahului gejala

    ISPA atau gangguan GIT yang disebabkan oleh H.influenza dan Streptokokus.

    2. Tanda-tanda peningkatan TIK dikesankan oleh adanya muntah, nyeri kepala dapat

    menjalar ke tengkuk dan punggung, moaning cry, kejang umum, fokal, twitching,

    UUB menonjol, paresis, paralisis saraf N.III (okulomotorius) dan N.VI

    (abdusens), strabismus, hipertensi dengan bradikardia, apnea dan hiperventilasi,

    sikap dekortikasi atau deserebrasi, stopor, koma. Selain tersebut diatas, hal lain

    yang juga meningkatkkan TIK dikarenakan :

    Peningkatan protein pada CSS :

    Karena adanya peningkatan permeabilitas pada sawar otak (Blood Brain

    Barier) dan masuknya cairan yang mengandung albumin ke subdural.

    Penurunan kadar glukosa dalam LCS :

    Karena adanya gangguan transpor glukosa yang disebabkan adanya peradangan

    pada selaput otak dan pemakaian gula oleh jaringan otak

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    32/46

    31

    Peningkatan metabolisme yang menyebabkan terjadinya asidosis laktat.

    3. Tanda Rangsang Meningeal seperti :

    Kaku kuduk

    Brudzinsky 1 & 2

    Kernig sign

    Sakit pada leher dan punggung

    Posisi hiperekstensi pada leher & punggung

    Kelainan N.II, III, VI, VII, VIII

    1. 6. Diagnosa

    Lihat apakah ada riwayat:

    Demam

    Muntah

    Tidak bisa minum atau menyusu

    Sakit kepala atau nyeri di bagian belakang leher

    Penurunan kesadaran

    Kejang

    Gelisah

    Cedera kepala yang baru dialami.

    Dalam pemeriksaan, apakah ada:

    Tanda rangsang meningeal

    Kejang

    Letargis

    Gelisah

    Ubun-ubun cembung (bulging fontanelle)

    Ruam: petekiae atau purpura

    Bukti adanya trauma kepala yang menunjukkan kemungkinan fraktur tulang tengkorak

    yang baru terjadi.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    33/46

    32

    Selain itu, lihat apakah ada tanda di bawah ini yang menunjukkan adanya peningkatan

    tekanan intrakranial:

    Pupil anisokor

    Spastisitas

    Paralisis ekstremitas

    Napas tidak teratur

    Pemeriksaan Laboratorium

    Jika mungkin, pastikan diagnosis dengan pungsi lumbal dan pemeriksaan cairan

    serebrospinal (CSS). Jika CSS keruh dan reaksi Nonne dan Pandy positif, pertimbangkan

    meningitis dan segera mulai berikan pengobatan sambil menunggu hasil laboratorium.

    Pemeriksaan mikroskopik CSS pada sebagian besar meningitis menunjukkan peningkatan

    jumlah sel darah putih (PMN) di atas 100/mm3. Selanjutnya dilakukan pengecatan Gram.

    Tambahan informasi bisa diperoleh dari kadar glukosa CSS (rendah: < 1.5 mmol/liter),

    protein CSS (tinggi: > 0.4 g/l), dan biakan CSS (bila memungkinkan). Jika terdapat tanda

    peningkatan tekanan intrakranial, tunda tindakan pungsi lumbal tetapi tetap lakukan

    pengobatan.

    Bakteri Virus TBC

    Warna Keruh Jernih Jernih

    Sel PMN Limfosit Limfosit

    Protein Ringan Tinggi

    Glukosa Normal

    Penyebab spesifik meningitis

    Pertimbangkan meningitis tuberkulosis jika:

    o Demam berlangsung selama 14 hari

    o Demam timbul lebih dari 7 hari dan ada anggota keluarga yang menderita TB

    o Hasil foto dada menunjukkan TB

    o Pasien tetap tidak sadar

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    34/46

    33

    o CSS tetap mempunyai jumlah sel darah putih yang tinggi (tipikal < 500 sel darah

    putih per ml, sebagian besar berupa limfosit), kadar protein meningkat (0.84 g/l)

    dan kadar gula darah rendah (< 15 mmol/liter).

    Pada pasien yang diketahui atau dicurigai menderita HIV-positif, perlu pula

    dipertimbangkan adanya TB atau meningitis kriptokokal.

    Bila ada konfirmasi epidemi meningitis meningokokal dan terdapat petekie atau

    purpura, yang merupakan karakteristik infeksi meningokokal, tidak perlu dilakukan

    pungsi lumbal dan segera berikan Kloramfenikol.

    1.7. Tatalaksana

    Antibiotik

    Berikan pengobatan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.

    o seftriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam; atau

    o sefotaksim: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam.

    Pada pengobatan antibiotik lini kedua berikan:

    o Kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam

    o ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam

    Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama

    sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada

    gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan

    harus diberikan secara parenteral. Lama pengobatan seluruhnya 10 hari.

    Jika tidak ada perbaikan:

    o Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural atau abses

    serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.

    o Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam, seperti

    selulitis pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau osteomielitis.

    o Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah 35

    hari, ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS

    Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat

    ditambahkan. Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4 rejimen:

    o INH: 10 mg/kgBB /hari (maksimum 300 mg) - selama 69 bulan

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    35/46

    34

    o Rifampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg)selama 6-9 bulan

    o Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama 2 bulan pertama

    o Etambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau Streptomisin: 30-

    50 mg/kgBB/hari (maksimum 1 g)selama 2 bulan

    Steroid

    Prednison 12 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 24 minggu,

    dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat diberikan

    deksametason dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 23 minggu.

    Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin

    deksametason pada semua pasien dengan meningitis bakteri.

    Pengobatan suportif

    Cairan intravena

    Oksigen. Usahakan agar konsentrasi O2berkisar antara 30-50%.

    Perawatan Penunjang

    Pada anak yang tidak sadar:

    Jaga jalan napas

    Posisi miring untuk menghindari aspirasi

    Ubah posisi pasien setiap 2 jam

    Pasien harus berbaring di alas yang kering

    Perhatikan titik-titik yang tertekan.

    Tatalaksana pember ian cair an dan Nutr isi

    Berikan dukungan nutrisi dan cairan sesuai dengan kebutuhan. Lihat tata laksana

    pemberian cairan dan nutrisi.

    Pemantauan

    Pasien dengan kondisi ini harus berada dalam observasi yang sangat ketat.

    Pantau dan laporkan segera bila ada perubahan derajat kesadaran, kejang, atau

    perubahan perilaku anak.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    36/46

    35

    Pantau suhu badan, denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah setiap 6 jam,

    selama setidaknya dalam 48 jam pertama.

    Periksa tetesan infus secara rutin.

    Pada saat pulang, nilai masalah yang berhubungan dengan syaraf, terutama gangguan

    pendengaran. Ukur dan catat ukuran kepala bayi. Jika terdapat kerusakan syaraf,

    rujuk anak untuk fisioterapi, jika mungkin; dan berikan nasihat sederhana pada ibu

    untuk melakukan latihan pasif. Tuli sensorineural sering terjadi setelah menderita

    meningitis. Lakukan pemeriksaan telinga satu bulan setelah pasien pulang dari rumah

    sakit.

    1. 8. Komplikasi

    Kejang

    Jika timbul kejang, berikan pengobatan sesuai dengan tatalaksana kejang

    Hipoglikemia

    Jika timbul hipoglikemia, berikan glukosa sesuai dengan tatalaksana hipoglikemi

    Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain:

    Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.

    Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan subdural karena

    adanya infeksi oleh kuman.

    Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang

    disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.

    Ensefalitis, yaitu radang pada otak.

    Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.

    Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak karena

    adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan

    otak.

    Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran

    pendengaran.

    Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya retardasi mental

    yang mengakibatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak terganggu.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    37/46

    36

    1. 9. Pencegahan

    a. Pencegahan Primer

    Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah timbulnya faktor resiko

    meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan

    melaksanakan pola hidup sehat. Pencegahan penyakit infeksi meningitis dapat

    dilakukan dengan pemberian vaksin pada bayi agar mendapatkan kekebalan

    tubuh terhadap bibit penyakit tersebut.

    Untuk meningitis dengan bakteri Haemophilus influenza dapat dicegah

    dengan pemberian imunisasi vaksin gabungan H. influenza tipe b yang dapat

    diberikan mulai pada sekitar usia 2 bulan atau sesegera mungkin sesudahnya.

    Untuk mencegah terinfeksi meningitis bakteri N. meningitidis pada anak resiko

    tinggi umur di atas 2 tahun dianjurkan untuk mendapatkan vaksin quadrivalen

    meningokokus terhadap serogrup A, C, Y, dan W135. Vaksin ini dapat diberikan

    untuk kontak terpajan dan selama epidemik penyakit meningokokus.

    Untuk penderita resiko tinggi meningitis bakteri S. pneumonia harus

    mendapat vaksin pneumokokus. Sedangkan pada meningitis virus, dapat dicegah

    dengan pemberian vaksin virus yang efektif untuk polio, campak, parotitis, dan

    rubella. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan mengurangi kontak langsung

    dengan penderita, mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan

    lingkungan seperti barak, sekolah, tenda, dan kapal.

    b. Pencegahan Sekunder

    Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan

    segera.

    c. Pencegahan Tersier

    Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan

    kecacatan akibat meningitis dan membantu penderita untuk melakukan

    penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi

    kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis jangka panjang misalnya tuli

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    38/46

    37

    atau ketidakmampuan untuk belajar.32 Fisioterapi dan rehabilitasi juga dapat

    dilakukan untuk mencegah dan mengurangi cacat

    d. Tindakan kesehatan masyarakat

    Bila terjadi epidemi meningitis meningokokal, nasihati keluarga untuk

    kemungkinan adanya kasus susulan pada anggota keluarga lainnya sehingga

    mereka dapat melaporkan dengan segera bila hal tersebut ditemukan.

    1. 10. Prognosis

    Mortalitas tergantung pada virulensi kuman penyebab, daya tahan tubuh penderita,

    terlambat atau cepatnya mendapat pengobatan yang tepat dan pada cara pengobatan

    dan perawatan yang diberikan.

    2.

    ENSEFALITIS

    2. 1. Pendahuluan

    Sebagian besar kasus ensefalitis tidak dapat ditentukan penyebabnya. Angka

    kematian masih tinggi, berkisar 35%-50% dengan gejala sisa pada pasien yang hisupcukup tinggi (20% - 40%). Penyebab tersering dan terpenting adalah virus. Berbagai

    macam virus dapat menimbulkan ensefalitis dengan gejala yang kurang lebih sama

    dan khas, akan tetapi hanya ensefaltis herpes simpleks dan varisela yang dapat

    diobati.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    39/46

    38

    2. 2. Definisi

    Infeksi jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme

    (virus, bakteri, jamur dan protozoa).

    2.3 Patogenesis

    Virus dapat masuk tubuh pasien melalui kulit. Saluran napas, dan saluran cerna.

    Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan

    beberapa cara :

    1. Setempat : virus hanya terbatas menginfeksi selapaut lendir permukaan atau organ

    tertentu.

    2. Penyebaran hematogen primer : virus masuk ke dalam darah kemudian menyebar

    ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.

    3. Penyebaran hematogen sekunder : virus berkembang bak di daerah pertama kali

    masuk (permukaan selaput lendir) kemudian menyebar ke organ lain.

    4. Penyebaran melalui saraf : virus berkemang biak di permukaan selaput lendir dan

    menyebar melalui sistem saraf.

    Pada keadaan permulaan timbul demam, tetapi belum ada kelainan neurologis. Virus

    akan terus berkembang biak, kemudian menyerang susunan saraf pusat dan akhirnya

    diikuti kelaianan neurologis.

    Kelainan neurologis pada ensefalitis disebabkan oleh :

    - Invasi dan perusakan langsung pada jaringan otak oleh virus yang sedang

    berkembang biak.

    - Reaksi jaringan saraf pasien terhadap antigan virus yang akan berakibat

    demielinisasi, kerusakan vaskular dan paravaskular. Sedangkan virusnya sendiri

    sudah tidak ada dalam jaringan otak.

    - Reaksi aktivitas virus neutropik yang bersifat laten.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    40/46

    39

    2. 4. Manifestasi Klinis

    Masa prodromal berlangsung antara 1 - 14 hari. Ditandai dengan :

    Demam

    Sakit kepala

    Pusing

    Nyeri tenggorokan

    Muntah

    Tidak bisa minum atau menyusu

    Sakit kepala atau nyeri di bagian belakang leher

    Penurunan kesadaran

    Kejang

    Gelisah

    Cedera kepala yang baru dialami

    Ruam kulit kadang didapatkan pada beberapa tipe ensefalitis misalnya pada

    enterovirus dan varisela zoster.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    41/46

    40

    Kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia, hemiparesis, paralisis

    bulbaris (meningo-encephalomyelitis), hemiplegia, ataksia dan paralisis saraf otak.

    2. 5. Diagnosis

    Anamnesis

    1. Demam tinggi mendadak, sering ditemukan hiperpireksia.

    2. Penurunan kesadaran dengan cepat. Anak agak besar sering mengeluh nyeri

    kepala, ensefalopati, kejang dan kesadaran menurun.

    3. Kejang bersifat umum atau fokal, dapat berupa status konvulsivus. Dapat

    ditemukan sejak awal ataupun kemudian dalam perjalanan penyakitnya

    Pemeriksaan fisik

    1.

    Seingkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran menurun sampai koma dan kejang.

    Kejang dapat berupa status konvulsivus.

    2. Ditemukan gejala peningkatan tekanan intrakranial

    - Pupil anisokor

    - Spastisitas

    - Paralisis ekstremitas

    - Napas tidak teratur

    3.

    Gejala serebral lain dapat beraneka ragam, seperti kelumpuhan tipe upper motorneuron (spastis, hiperfleksi, refleks patologis, dan klonus)

    4. Tanda rangsang meningeal

    5. Letargis

    6. Gelisah

    7. Ubun-ubun cembung (bulging fontanelle)

    8. Ruam: petekiae atau purpura

    9. Bukti adanya trauma kepala yang menunjukkan kemungkinan fraktur tulang

    tengkorak yang baru terjadi.

    - Pemeriksaan penunjang

    1. Darah perifer lengkap. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit dilakukan jika ada

    indikasi

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    42/46

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    43/46

    42

    3. Jika keadaan umum pasien sudah stabil, dapat dilakukan konsultasi ke

    Departemen Rehabilitasi Medik untuk mobilisasi bertahap, mengurangi

    spastisitas, serta mencegah kontraktur.

    2.8. Komplikasi

    Retardasi mental, iritabel, gangguan motorik, epilepsi, emosi tidak stabil, sulit tidur,

    halusinasi, enuresis, anak menjadi perusak dan melakukan tidakan asosial lain.

    2.9. Pencegahan

    1. Pemberian imunisasi

    Pemberian vaksin salah satu nya untuk japanese encephalitisyang terdiri dari 2

    jenis yaitu vaksin hidup yang dilemahkan dan vaksin mati.

    2. Menghindari manusia dari gigitan nyamuk culex

    Tidur dengan mamakai kelambu atau repelan dalam bentuk cairan atau krim yang

    dipakai pada bagiantubuh manusia yang terbuka atau memakai onbat pembasmi

    nyamuk dalam bentuk gulungan yang menghasilkan asap.

    3. Membasmi vektor nyamuk Culex beserta larvanya

    - Dengan melakukan penyemprotan dengan insektisida yang memiliki efek

    residu seperti DDT, malation dan fenirotoin perlu pertimbangan

    - Dengan penyemprotan ruangan (fogging)

    2.10. PrognosisAngka kematian ensefalitis masih tinggi berkisar antara 35-50%. Dari penderita yang

    hidup 20-40% mempunyai komplikasi atau gejala sisa berupa paresis/ paralisis,

    pergerakan koreoatetoid, gangguan penglihatan atau gejala neurologis lain. Penderita

    yang sembuh tanpa kelainan neurologis yang nyata dalam perkembangan selanjutnya

    masih mungkin menderita retardasi mental, masalah tingkah laku dan epiilepsi.

    3.ENSEFALITIS HERPES SIMPLEKS

    3.1. Definisi

    Ensefalitis herpes simpleks yaitu infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh virus

    herpes simpleks. Merupakan ensefalitis yang tersering menimbulkan kematian.

    3.1.Diagnosis

    Anamnesis

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    44/46

    43

    Ensefalitis herpes simpleks dapat bersifat akut atau subakut

    1. Fase prodmoral menyerupai influenza, kemudian diikuti dengan gambaran khas

    ensefalitis (demam tinggi, kejang, penurunan kesadaran)

    2. Sakit kepala, mual, muntah atau perubahan perilaku.

    Pemeriksaan fisik

    Kesadaran menurun berupa sopor-koma sampai koma (40% kasus) dan gejala

    peningkatan tekanan intrakranial. Hampir 80 % memperlihatkan gejala neurologis

    fokal berupa hemiparesis, paresis nervus kranialis, kehilangan lapangan penglihatan,

    afasia dan kejang fokal. Gejala serebral lain dapat beraneka ragam, sperti

    kelumpuhan tipe upper motor neuron (spasis, hiperefleks, refleks patologis dan

    klonus)

    Pemeriksaan penunjang

    1. Gambaran darah tepi tidak spesifik

    2. Pemeriksaan cairan serebrospinal memperlihatkan jumlah sel meingkat (90%)

    yang berkisar antara 10-1000 sel/mm3 dengan predominan limfosit. Pada 50%

    kasus dapat ditemukan sel darah merah. Protein meningkat sedikit sampai 100

    mg/dl sedangkan glukosa normal.

    3. Elektroensefalografi (EEG) dapat memperlihatkan gambaran yang khas, yaitu

    periodik lateralizing epileptiform discharge atau perlambatan fokal di area

    temporal atau frontotemporal. Sering juga EEG memperlihatkan gambaran

    perlambatan umum yang tidak spesifik.

    4. CT-Scan kepala tetap normal dalam 3 hari pertama setelah timbulnya gejala

    neurologi, kemudian lesi hipodens muncul di regio frontotemporal.

    5. T2-weight MRI dapat memperlihatkan lesi hiperdens di regio temporal paling

    cepat 2 hari setelah munculnya gejala. Dapat pula memperlihatkan peningkatan

    intensitas signal pada daerah korteks dan substansia alba pada daerah temporal

    dan lobus frontalis inferior.

    6. OCR likuor dapat mendetaksi titer antibody virus herpes simpleks dengan cepat.

    PCR positif segera setelah timbulnya gejala dan pada sebagian besar kasus tetap

    positif selama 2 minggu atau lebih.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    45/46

    44

    7. Pemeriksaan titer serum darah terhadao IgG-IgM HSV-1 dan HSV-2 dapat

    emnunjang diagnosis walaupun tidak dapat menyngkirkan diagnosis pasti.

    3.2.Tata laksana

    Medikamentosa

    1. Asiklovir 10 mg/kgBB setiap 8 jam selama 10-1 hari, diberikan dalam infus 100

    ml NaCl 0,9% minimum dalam 1 jam. dosis untuk neonatus 20 mg/kgBB/ 8 jam

    selama 14-21 hari.

    2. Pada kasus alergi terhadap asiklovir atau VHS resisten, dapat diberikan vidabirin

    15 mg/kgBB/hari selama 14 hari

    3. Monitor kesimbangan cairan dan elektrolit. Tata laksana kejang dan peningkatan

    tekanan intrakranial.

    4.

    Pasien sebaiknya dirawat di ruang rawat intensif. Jika keadaan umum pasien

    sudah stabil, dapat dilakukan konsultasi ke departemen rehabilitasi medik untuk

    mobilisasi bertahap, mengurangi spastisitas, serta mencegah kontraktur.

    5. Pada keadaaan yang meragukan pasien dapat diberikan tatalaksana ensefalitis

    herpes simpleks sampai terbukti bukan ensefalitis herpes simpleks.

    Pemantauan Pasca Rawat

    Gejala sisa yang sering ditemukan adalah epilepsi, retardasi mental maupun gangguan

    perilaku. Pasca rawat pasien memerlukan pemantauan tumbuh kembang, jika terdapat

    gejala sisa dilakukan konsultasi ke departemen terkait sesuai indikasi. Kadang

    dijumpai sindrom koreoatetosis 1 bulan pasca perawatan.

  • 8/10/2019 PRESENTASI KASUS MENINGOENCEPHALITIS.docx

    46/46

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Garna, Herry. Infeksi & pediatri tropis IDAI. Jakarta: Bagian Kesehatan Anak

    FKUI;2010. Hal.259-74.

    2. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : Media

    Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. 2000. Hal 11- 16

    3. H. Pudjiaji, Antonius. Pedoman Pelayanan Medis IDAI. Jakarta : PPIDAI. 2010.

    Hal. 67-71, 189-196

    4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2.

    Jakarta:Bagian Kesehatan Anak FKUI; 1985. Hal.558-65, 622-4, 628-9

    5. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Jakarta : WHO

    Indonesia ; 2009. Hal. 175-9.

    6. http://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html

    7. http://www.ichrc.org/65-meningitis

    http://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.htmlhttp://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.htmlhttp://www.cdc.gov/meningitis/bacterial.html