11
PERKEMBANGAN MORAL DAN AGAMA PADA ANAK DAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN Oleh: Septi Kurniasih (A1D011036) Ahmad Fansyuri (A1D011004) Eka Serlia (A1D011008) Rika Sugara Hasibuan (A1D011016) Ayati Meiliani Amin (A1D011042) Perkembangan Moral dan Agama pada Anak dan Remaja serta Implikasinya Terhadap Dunia Pendidikan Per

Presentasi Ppd

Embed Size (px)

Citation preview

PERKEMBANGAN MORAL DAN AGAMA PADA ANAK DAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN

Oleh:

Septi Kurniasih (A1D011036)

Ahmad Fansyuri (A1D011004)

Eka Serlia (A1D011008)

Rika Sugara Hasibuan (A1D011016)

Ayati Meiliani Amin (A1D011042)

Perkembangan Moral dan Agama pada Anak dan Remaja serta Implikasinya Terhadap Dunia PendidikanPerkembangan Moral dan Agama pada Anak dan Remaja serta Implikasinya Terhadap Dunia Pendidikan

A. Latar Belakang Masalah Moral berasal dari kata Latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai, atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:

Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan

Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.

B. TujuanPerkembangan moral dan agama berkaitan erat dengan dunia pendidikan, keduanya memiliki hubungan timbal balik yang cukup kompleks dalam banyak hal. Perkembangan moral dan agama seorang individu akan mempengaruhi cara penerimaan pembelajaran yang diterimanya. Dan pembelajaran yang diperoleh dari orangtua, lingkungan, dan sekolah akan mempengaruhi perkembangan sosial dan moral seorang individu. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang pengaruh perkembangan moral adan agama dari konteks psikologis serta kaitannya terhadap pendidikan.

C. Rumusan Masalah1. Bagaimanakah tingkat dan tahapan

perkembangan moralitas anak dan remaja?2. Bagaimana hubungan antara

perkembangan moral dan intelektual pada anak dan remaja?

3. Bagaimana tahapan perkembangan penghayatan keagamaan anak dan remaja?

4. Bagaimana proses pertumbuhan pengahayatan keagamaan pada anak dan remaja?

D. Prosedur Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dalam makalah ini menggunakan prosedur sebagai berikut: mengumpulkan data tertulis dari sumber-sumber dan pendapat para tokoh untuk menjawab rumusan masalah, reduksi data dan menyimpulkan data.

E. Sistematika Uraian

Sistematika uraian makalah ini terdiri dari empat bagian, yaitu pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, prosedur pemecahan masalah dan sistematika uraian. Kedua, isi atau kajian teori dari perkembangan sosial anak berdasarkan beberapa buku sumber. Ketiga, kesimpulan dan implikasinya terhadap pendidikan

TINGKAT DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN MORALITAS

Bayi dan anak-anak

Remaja (awal,tengah, akhir)

Dewasa

HUBUNGAN PERKEMBANGAN MORALITAS DENGAN INTELEKTUAL

Karena tidak mampu mengerti masalah standar moral, anak-anak harus belajar berperilaku moral dalam berbagai situasi yang khusus.

Selanjutnya Hurlock menjelaskan bahwa anak yang mempunyai IQ tinggi cenderung lebih matang dalam penilaian moral daripada anak yang tingkat kecerdasannya lebih rendah, dan anak perempuan cenderung membentuk penilaian moral yang lebih matang daripada anak laki-laki.

TAHAPAN PERKEMBANGAN MORAL

1.    Tingkat Pra KonvensionalTahap 1: Orientasi hukuman dan

kepatuhanTahap 2: Orientasi Relativis-instrumental2.    Tingkat KonvensionalTahap 3: Orientasi kesepakatan antara

pribadi atau orientasi “anak manis”Tahap 4 : Orientasi hukuman dan

ketertiban3.    Tingkat Pasca-Konvensional

(Otonom/Berlandaskan Prinsip) Tahap 5: Orientasi kontrak sosial

LegalitasTahap 6 : Orientasi Prinsip Etika Universal

PERKEMBANGAN PENGHAYATAN KEAGAMAAN (1) Tahapannya adalah sebagai berikut:

a. Pertama. Masa Kanak-kanak (sampai tujuh tahun). Tanda-tandanya sebagai berikut :

(1) Sikap keagaman reseptif meskipun banyak bertanya(2) Pandangan ke-Tuhanan yang anthromorph (dipersonifikasikan)(3) Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka telah melakukan atau partisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.(4) Hal ke-Tuhanan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf kemampuan kognitifnya yang masih bersifat egosentric (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya)

b. Kedua. Masa Anak Sekolah(1) Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai pengertian(2) Pandangan dan faham ke-Tuhanan diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang bersumber pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya.(3) Penghayatan secara rohaniah makin mendalam, melaksanakan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.