16
BAB I ILUSTRASI KASUS STATUS PEMERIKSAAN PASIEN I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. T Umur : 26 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : TNI AD Alamat : Asrama Yon Bekang I kostrad,cibinong, Bogor Agama : Islam Tanggal Periksa : 21 Juni 2013 II. ANAMNESA Diambil dari : Autooanamnesis tanggal 21 Juni 2013 pukul 10.30 WIB Keluhan Utama : Gatal pada punggung Keluhan Tambahan : - Riwayat Perjalanan Penyakit : Sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh gatal di bagian punggung.Gatal dirasakan hilang timbul sepanjang hari. Gatal disertai dengan kemerahan. Bercak pertama kali muncul di punggung dan semakin 1

Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Ptiriasis roseaPenyakit kulit kelamin

Citation preview

Page 1: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

BAB I

ILUSTRASI KASUS

STATUS PEMERIKSAAN PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. T

Umur : 26 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : TNI AD

Alamat : Asrama Yon Bekang I kostrad,cibinong, Bogor

Agama : Islam

Tanggal Periksa : 21 Juni 2013

II. ANAMNESA

Diambil dari : Autooanamnesis tanggal 21 Juni 2013 pukul 10.30 WIB

Keluhan Utama : Gatal pada punggung

Keluhan Tambahan : -

Riwayat Perjalanan Penyakit :

Sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluh gatal di bagian punggung.Gatal

dirasakan hilang timbul sepanjang hari. Gatal disertai dengan kemerahan. Bercak

pertama kali muncul di punggung dan semakin lama semakin banyak. Pasien

kemudian mengoleskan salep 88 sejak 2 hari yang lalu tetapi tidak ada

perubahan. Badan lemah(-), sakit kepala (+), sakit tenggorokan (+). Pasein

menyangkal ada kelainan di kuku pasien. Pasien menyangkal terdapat bercak-

bercak di telapak tangan dan kaki.

Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

1

Page 2: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

III. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaraan : Compos Mentis

Tanda vital : TD = 120/70 mmHg Nadi = 88 x/menit

RR = 18 x/menit Suhu = 36.60C

Kepala : Normocephali, rambut hitam dengan distribusi merata

Mata : Konjungtiva pucat -, sklera ikterik –

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret (-)

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.

Leher : Tidak ada pembesaran KGB, tiroid membesar (-)

Toraks : Simetris saat statis dan dinamis

Paru : Suara dasar vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Jantung : BJ I-II murni reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen : Datar, bising usus + normal, timpani di seluruh lapang

abdomen.

Ekstermitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS

Lokasi : Punggung

Efloresensi : Terdapat bercak-bercak eritomatosa, lesi multipel

berukuran miliar sampai lentikular bentuk oval dan

anular. Tepi lesi berbatas tegas, terdapat skuama halus.

.

2

Page 3: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

Gambar Efloresensi Pasien

3

Page 4: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan

VI. RESUME

Pasien Tn. T berusia 26 tahun datang dengan keluhan gatal dibagian

punggung sejak 5 hari yang lalu. Lesi pertama kali terdapat di punggung dan

semakin lama semakin banyak. Pada status generalis dalam batas normal. Sakit

kepala (+), sakit tenggorokan (+). Pasein menyangkal ada kelainan di kuku

pasien. Pasien menyangkal terdapat lesi di telapak tangan dan kaki.

Status dermatologikus pada punggung Terdapat bercak-bercak eritomatosa, lesi

multipel berukuran miliar sampai lentikular bentuk oval dan anular. Tepi lesi

berbatas tegas, terdapat skuama halus.

.

VII. DIAGNOSA KERJA

Pitiriasis Rosea

4

Page 5: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

VIII. DIAGNOSA BANDING

1. Psoriasis

2. Sifilis stadium II

IX. PEMERIKSAAN ANJURAN

KOH 10%

X. PENATALAKSANAAN

1. Non Medikamentosa

a. Menjaga kebersihan badan.

b. Menggunakan pakaian yang mudah menyerap keringat

2. Medikamentosa

a. Sistemik

Cetrizine 10 mg 1x sehari

b. Topikal

Betamethason 0,025 % 2x sehari dioleskan tipis-tipis pada lesi.

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : bonam

5

Page 6: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PITRIASIS ROSEA

1. PENDAHULUAN

Pitriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya yang

dimulai dengan sebuah lesi primer yang dikarakteristikan dengan gambaran herald

patch berbentuk eritematosa dan skuama halus yang kemudian diikuti dengan lesi

sekunder yang mempunyai gambaran khas.

Istilah Pitriasis Rosea pertama kali dideskripsikan pertama kali oleh Robert

Wiliam pada tahun 1860, Gilbert memberi nama pitriasis rosea yang berarti

skuama berwarna merah muda.

Insiden tertinggi pada usia antara 15-40 tahun. Wanita lebih sering terkena

dibandingan pria.

Diagnosis pitriasis rosea dapat ditegakan dengan anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis

apabila sulit ditegakan pitriasis rosea. Biasanya pitriasis rosea didahului dengan

gejala prodromal (lemas, mual, tidak nafsu makan, demam, nyeri sendi,

pembesaran kelenjar limfe). Setelah itu muncul gatal dan lesi di kulit.

Pitriasis rosea merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, oleh karena itu,

pengobatan yang diberikan adalah pengobatan suportif. Obat yang diberikan dapat

berupa kortikosteroid, antivirus, dan obat topikal untuk mengurangi pruritus.

2. DEFINISI

Pitriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya,

dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Kemudian

disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan, dan paha atas yang tersusun

sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya menyembuh dalam waktu 3-8 minggu.1

3. EPIDEMIOLOGI

6

Page 7: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

Pitriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, pada

wanita dan pria sama banyaknya.1

4. ETIOLOGI

Etiologinya belum diketahui , demikian pula cara infeksi. Ada yang

mengemukan hipotesis bahwa penyebab virus karena penyakit ini merupakan

penyakit swarsina (self limiting disease).1

5. GAMBARAN HISTOPATOLOGIK

Gambaran histopatologik dari pitriasis rosea tidak spesifik sehingga pada

penderita pitriasis rosea tidak perlu dilakukan biopsi lesi untuk menegakan

diagnosa. Pemeriksaan histopatologi dapat memebantu menegakan pitriasis rosa

dengan gejala atipikal. Pada lapisan epidermis ditemukan parakeratosis fokal,

hiperplasia, spingosis fokal, eksositosis limfosit, akantosis ringan dan menghilang

atau menipisnya lapisan granuler. Sedangkan pada dermis ditemukan adanya

ekstravasi eritrosit serta bebrapa monosit.2,4

http://www.dermpedia.org/dermpedia-textbook/pityriasis-rosea-herald-patch

6. GAMBARAN KLINIS

Gejala konsitusi pada umumnya tidak terdapat, sebagian penderita mengeluh

gatal ringan. Pitriasis berarti skuama halus penyakit di mulai dengan lesi pertama

umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular, diameternya 3 cm. Ruam

7

Page 8: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

terdiri dari eritem dan skuama halus di pinggir. Lamanya beberapa hari hingga

beberapa minggu.

Lesi berikutnya timbul 4-10 hari setelah lesi pertama memberi gambaran yang

khas, sama dengan lesi pertama hanya lebih kecil, susunannya sejajar dengan

kosta, hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Lesi tersebut timbul serentak

atau bebrapa hari. Tempat predileksinya pada badan, lengan atas bagian proksimal

dan paha atas.1

Typical scaly oval plaques, herald patch and vesicular lesions on the upper

extremities

http://escholarship.org/uc/doj

8

Page 9: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

Gambaran menyerupai pine tree (http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM00515)

Gambar Diagram skematik plak primer ( herald patch) dan distribusi tipikal plak sekunder sepanjang garis kulit pada trunkus dalam susunan Christmas tree3

9

Page 10: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

7. DIAGNOSIS BANDING

a. Sifilis sekunder

Adalah penyakit yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan

lanjutan dari sifilis primer yang timbul setelah 6 bulan timbulnya

chancre .Gejala klinisnya berupa lesi kulit dan lesi mukosa. Lesi kulitnya non

purpura, makula, papul, pustul atau kombinasi, walaupun umumnya

makulopapular lebih sering muncul disebut makula sifilitika.3 Perbedaannya

dengan Pitiriasis Rosea adalah sifilis memiliki riwayat primary chancre

( makula eritem yang berkembang menjadi papul dan pecah sehingga

mengalami ulserasi di tengah ) berupa tidak ada herald patch, limfadenopati,

lesi melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, darites laboratorium VDRL

(+).3

b. Tinea korporis adalah lesi kulit yang disebabkan oleh dermatofit Trichophyton

rubrum pada daerah muka, tangan, trunkus atau ekstremitas. Gejala klinisnya

adalah gatal, eritema yang berbentuk cincin dengan pinggir berskuama dan

penyembuhan di bagian tengah. Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada

Tinea korporis, skuama berada di tepi, plak tidak berbentuk oval, dari

pemeriksaan penunjang didapatkan hifa panjang pada pemeriksaan KOH10%.3

c. Dermatitis numuler Adalah dermatitis yang umumnya terjadi pada dewasa

yang ditandai dengan plak berbatas tegas yang berbentuk koin ( numuler ) dan

dapatditutupi oleh krusta. Kulit sekitarnya normal. Predileksinya di

ekstensor.Perbedaan dengan Pitiriasis Rosea adalah pada Dermatitis Numuler,

lesi berbentuk bulat, tidak oval, papul berukuran milier dan didominasi

vesikelserta tidak berskuama.3

d. Psoriasis gutata adalah jenis psoriasis yang ditandai dengan eupsi papul di

trunkus bagian superior dan ekstremitas bagian proksimal. Perbedaan dengan

PitiriasisRosea adalah pada Psoriasis gutata, aksis panjang lesi tidak sejajar

dengan garis kulit, skuama tebal.3

10

Page 11: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Umumnya untuk menegakan diagnosis pitriasis rosea tidak dibutuhkan

pemeriksaan penunjang. Namun dalam hal diagnosis susah ditegakan.

Membutuhkan diagnosis banding lain.

Dapat dilakukan RPR (Rapid Plasma Reagin) dan FTA-Abs (flurosent

treponemal antibody absorbed) untuk skrining sifilis.3

9. PENATALAKSAAN

a. Non medikamentosa

Mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang

mengandung wol dan tidak menyerap keringat dapat menyebabkan lesi

bertambah berat

b. Medikamentosa

a. Topikal

Untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan zink oksida, kalamisol

atau 0,25 % mentol. Pada kasus yang berat dengan lesi yang luas dan gatal

yang hebat diberikan glukokortikoid topikal kerja menengah

(bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali sehari)5

b. Sistemik

- Pemberiaan antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa

gatal.

- Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis

yang dapat diberikan 5x800 mg selama 1 minggu

10. PROGNOSIS

Prognosis pada penderita pitriasis rosea adalah baik karena penyakit ini bersifat

self limited disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 3-8 minggu.1

11

Page 12: Preus KULKEL Pitiriasis Rosea

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Bab II. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Pitriasis Rosea. Edisi Kelima. Cetakan ke-2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2008

2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Pitriasis Rosea. Edisi 2. Jakarta: EGC. Jakarta;2008

3. James, William D., Timothy G.B, Dirk M. Pityriasis Rosea. In: JamesWD Berger TG, Eston DM. Andrews’ diseases of the skin, 10th ed. WBSaunders Company, Canada.2006; 207-216.

4. Blauvelt, Andrew. Pityriasis RoseaIn: Dermatology in General MedicineFitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008; 362-265.

5. Lichenstein, A.Pityriasis Rosea. Diunduh dari www. Emedicine.com

12