38
PRINSIP DASAR PERUBAHAN IKLIM Kaitannya Antara Kesehatan dan Perubahan Iklim DOSEN PEMBIMBING : HAFIZH PRASETIA, S.Si, M.S OLEH : KELOMPOK 11 GINA LOVASARI H1E108020 AYU AZHAR WIJHAR U. H1E108027 M.SADIQUL IMAN H1E108059 PRIHATINI SAPUTERI H1E108072 PROGAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

Prinsip Dasar Perubahan Iklim

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

PRINSIP DASAR PERUBAHAN IKLIM

Kaitannya Antara Kesehatan dan Perubahan Iklim

DOSEN PEMBIMBING :

HAFIZH PRASETIA, S.Si, M.S

OLEH : KELOMPOK 11

GINA LOVASARI H1E108020

AYU AZHAR WIJHAR U. H1E108027

M.SADIQUL IMAN H1E108059

PRIHATINI SAPUTERI H1E108072

PROGAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2010

Page 2: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala rahmat dan karunai-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah dengan judul Prinsip Dasar Perubahan Iklim, Kaitannya Antara

Kesehatan dan Perubahan Iklim ini.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata

kuliah Epidemiologi. Penyusunan makalah ini berdasarkan format yang telah

diberikan. Namun demikian, penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam

penyusunan makalah ini sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah

ini menjadi lebih baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hafizh Prasetia, S.Si,

M.S selaku dosen pengajar dan pembimbing dalam penyusunan makalah ini.

Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya

dan juga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, November 2010

Penulis

Page 3: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang................................................................................. 1

1.2 Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 3

2.1 Pengertian Prinsip Dasar Perubahan Iklim....................................... 3

2.2 Fakta-Fakta Perubahan Iklim……….….......................................... 4

2.3 Dampak Perubahan Iklim dengan Kesehatan Manusia.................... 8

2.4 Penyakit yang Timbul………………................................................ 13

2.5 Strategi Pengendalian Perubahan Iklim............................................ 18

BAB III PENUTUP...................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan....................................................................................... 20

3.2 Saran................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 21

Page 4: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pemanasan global….................................................................. 4

Gambar 2. Konsentrasi Karbon Dioksida dan Gas Rumah Kaca Lainnya.. 5

Gambar 3. Kenaikan Air Laut di Jakarta…………………………………. 6

Gambar 4. Berkurangnya Tutupan Salju di Berbagai Negara……………. 7

Gambar 5. Mencairnya Gletser Akibat Perubahan Iklim…………………. 7

Gambar 6. Arktik yang menghangat……………………………………… 8

Page 5: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya ketidakpastian tentang dampak perubahan iklim bagi populasi

manusia, menjadikan kita untuk memiliki pengetahuan yang cukup tentang

manajemen perubahan yang akan terjadi dan jenis efek yang mungkin

berhubungan dengan perubahan iklim. Yang menjadi konteks penting adalah

bagaimana perubahan iklim terjadi dan apakah kita mampu beradaptasi. Beberapa

pendapat mengatakan bahwa manusia sangat pandai dan dapat menemukan solusi

teknologi yang tepat untuk masalah perubahan iklim. Lain halnya dengan negara-

negara maju yang dapat menemukan solusi untuk mengatasi dampak dari

perubahan iklim, sebaliknya bagi negara berkembang maupun negara miskin,

solusi yang ada akan sulit tercapai dan sesuai dengan tujuan yang hendak di capai.

Dampak kesehatan dari perubahan iklim sulit untuk diukur karena mereka

tidak hanya melibatkan masa depan yang tidak pasti, tetapi juga karena ada

kesuliatan dalam mendefinisikan dampak kesehatan pada manusia itu sendiri.

Untuk studi epidemiologis sendiri sangatlah jarang dalam mempelajari hubungan

antara iklim dan kesehatan, sebagian besar studi hanya fokus pada satu kejadian,

baik itu tempat, iklim maupun kesehatan.

Untuk itu pentingnya kita mengetahui prinsip-prinsip dari perubahan

iklim. Dimana prinsip perubahan iklim itu sendiri merupakan kebenaran umum

yang dijadikan sebagai pedoman berpikir adanya perubahan pada iklim yang

disebabkan secara langsung mapun tidak langsung sebagai akibat ulah kegiatan

manusia yang mengubah komposisi atmosfer secara global. Sehingga dengan

mengetahui prinsip perubahan iklim, kita dapat mempelajari hubungan antara

perubahan iklim dan kesehatan manusia, yang dapat kita gabungkan dalam studi

epidemiologi.

Selain pengertian prinsip perubahan iklim, adanya fakta-fakta tentang

perubahan iklim akan dijelaskan melalui tulisan ini. Selain itu hubungan antara

kesehatan dengan perubahan iklim akan dibahas juga dalam tulisan ini serta penyakit-

penyakit apa saja yang timbul dari proses perubahan iklim secara global.

Page 6: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

1.2 Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini meliputi adalah :

1. Memberikan gambaran luas penyebab perubahan iklim.

2. Menggambarkan efek kesehatan potensial yang mungkin terkait dengan

perubahan iklim.

3. Memberikan solusi atau strategi pengendalian untuk mengurangi potensi

dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim.

Page 7: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Prinsip Dasar Perubahan Iklim

Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum

maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah

pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari

sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari

pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek tertentu

(Wikipedia, 2010).

Sedangkan berdasarkan United Nations Framework Convention on Climate

Change, perubahan iklim diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjuk pada

adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak

langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga

terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu.

Dilain pengertian, perubahan iklim adalah suatu fenomena global.

Perubahan iklim adalah berubahnya pola iklim global berupa peningkatan suhu

rata-rata permukaan bumi, meningkatnya penguapan di udara serta berubahnya

pola curah hujan dan tekanan udara. Perubahan iklim ini menimbulkan dampak di

berbagai bidang kehidupan manusia termasuk kesehatan (Wijayanti, 2010).

Kegiatan manusia yang telah dilakukan dalam merubah komposisi

atmosfer adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi gas

rumah kaca di atmosfer khususnya dalam bentuk CO2, CH4 dan N2O. gas-gas ini

yag menentukan peningkatan suhu udara karena sifatnya seperti kaca yang dapat

meneruskan radiasi gelombang pendek yang tidak bersifat panas tetapi menahan

radiasi gelombang pendek yang bersifat panas. Akibatnya atmosfer makin

memanas dengan laju yang setara dengan laju perubahan konsentrasi gas rumah

kaca (Wijayanti, 2010).

Perubahan iklim global tidak terjadi seketika meskipun laju perubahan

lebih cepat dibandingkan dengan perubahn iklim secara alami, perubahan terjadi

dalam periode dekade sehingga issue perubahan iklim masih menjadi hal yang

menimbulkan pro dan kontra. Perubahan konsentrasi gas rumah kaca global ini

Page 8: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

juga berpengaruh pada kenaikan suhu lokal di Indonesia. Di Indonesia terjadi

perubahan secara perlahan-lahan lebih kurang 0,03oC per tahun. Apabila di tinjau

dalam periode puluhan tahun maka perubahn ini cukup besar. Apalagi jika

kenaikan suhu menyertai kejadian iklim ekstrim. Perubahan iklim global ini

memberikan dampak di berbagai bidang kehidupan termasuk kesehatan

(Wijayanti, 2010).

Jadi dapat kita simpulkan bahwa prinsip dasar dari perubahan iklim adalah

kebenaran umum yang dijadikan sebagai pedoman berpikir adanya perubahan pada

iklim yang disebabkan secara langsung mapun tidak langsung sebagai akibat ulah

kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer secara global.

2.2 Fakta-Fakta Perubahan Iklim

Berikut ini merupakan kebenaran umum atau fakta yang mendasari adanya

perubahan iklim secara global.

a. Meningkatnya pemanasan :

Sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan tahun-tahun terhangat

dalam temperatur permukaan global sejak 1850. Tingkat pemanasan rata-rata

selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat dari rata-rata seratus

tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar 0.74oC selama abad

ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah daratan daripada

lautan.

Gambar 1. Pemanasan global

( Sumber: akilanasaffu.blogspot.com)

Page 9: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

b. Jumlah karbondioksida yang lebih banyak di atmosfer :

Selama 50 tahun terakhir kegiatan manusia, khususnya dalam konsumsi

bahan bakar yang berasal dari fosil, telah melepas karbon dioksida dan gas

rumah kaca lainnya dalam jumlah yang cukup besar sehingga mempengaruhi

iklim global. Konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer telah meningkat

lebih dari 30% sejak masa pra-industri yaitu 278 ppm (parts-permillion)

menjadi 379 ppm pada tahun 2005, menyaring banyak panas di bagian

bawah atmosfer. Perubahan iklim global membawa berbagai risiko terhadap

kesehatan, mulai dari kematian akibat suhu tinggi ekstrim sampai perubahan

pola penyebaran dan infeksi penyakit (Anonim1, 2010).

Gambar 2. Konsentrasi Karbon Dioksida dan Gas Rumah Kaca Lainnya.

(Sumber: mbojo.wordpress.com)

c. Lebih banyak air, tetapi penyebarannya tidak merata :

Adanya peningkatan presipitasi pada beberapa dekade terakhir telah

diamati di bagian Timur dari Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa

Utara, Asia Utara serta Asia Tengah. Tetapi pada daerah Sahel, Mediteranian,

Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami pengurangan

presipitasi. Sejak tahun 1970 telah terjadi kekeringan yang lebih kuat dan

lebih lama.

Pola yang berubah pada curah hujan membawa konsekuensi pada

kondisi pasokan air tawar. Secara global, kelangkaan air telah mempengaruhi

hajat hidup empat dari setiap 10 orang. Kurangnya air dan kualitas air yang

buruk berdampak pada kondisi kebersihan dan kesehatan. Hal ini

Page 10: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

meningkatkan risiko diare, yang membunuh sekitar 2,2 juta orang setiap

tahun, serta trachoma (infeksi mata yang dapat menyebabkan kebutaan) dan

penyakit lainnya (Anonim1, 2010).

Kelangkaan air juga memaksa orang melakukan perjalanan jarak jauh

untuk mendapatkannya dan memaksa mereka memiliki stok di rumah. Hal ini

dapat meningkatkan risiko kontaminasi air rumah tangga, penyebab penyakit

(Anonim1, 2010).

d. Kenaikan permukaan laut :

Saat ini dilaporkan tengah terjadi kenaikan muka laut dari abad ke-19

hingga abad ke-20, dan kenaikannya pada abad 20 adalah sebesar 0.17 meter.

Pengamatan geologi mengindikasikan bahwa kenaikan muka laut pada 2000

tahun sebelumnya jauh lebih sedikit daripada kenaikan muka laut pada abad

20. Temperatur rata-rata laut global telah meningkat pada kedalaman paling

sedikit 3000 meter.

Gambar 3. Kenaikan Air Laut di Jakarta

(Sumber: pemanasanglobal.net)

Kenaikan muka air laut akan meningkatkan risiko banjir pesisir, dan akan

memaksa perpindahan penduduk. Lebih dari setengah populasi dunia

sekarang hidup pada lingkar 60 kilometer dari garis pantai. Banjir dapat

menyebabkan secara langsung cedera dan kematian, dan risiko infeksi

meningkat akibat penyebaran air pembawa penyakit. Perpindahan penduduk

dapat meningkatkan ketegangan dan potensi risiko konflik (Anonim1, 2010).

Page 11: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

e. Pengurangan tutupan salju :

Tutupan salju semakin sedikit di beberapa daerah, terutama pada saat

musim semi. Sejak 1900, luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada

musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara dan

sungai-sungai akan lebih lambat membeku (5,8 hari lebih lambat daripada

satu abad yang lalu) dan mencair lebih cepat 6,5 hari.

Gambar 4. Berkurangnya Tutupan Salju di Berbagai Negara

(Sumber : kadarsah.wordpress.com)

f. Gletser yang mencair :

Pegunungan gletser dan tutupan salju rata-rata berkurang pada kedua

belahan bumi dan memiliki kontribusi terhadap kenaikan muka laut sebesar

0.77 milimeter per tahun sejak 1993 – 2003. Berkurangnya lapisan es di

Greenland dan Antartika berkontribusi sebesar 0.4 mm pertahun untuk

kenaikan muka laut (antara 1993 – 2003).

Gambar 5. Mencairnya Gletser Akibat Perubahan Iklim

(Sumber : pemanasanglobal.net)

Page 12: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

g. Benua Arktik menghangat :

Temperatur rata-rata Benua Arktik mengalami peningkatan hingga

mencapai dua kali lipat dari temperatur rata-rata seratus tahun terakhir. Data

satelit yang diambil sejak 1978 menunjukkan bahwa luasan laut es rata-rata

di Arktik telah berkurang sebesar 2,7% per dekade.

Gambar 6. Arktik yang menghangat

(Sumber: firmansyah11.wordpress.com)

2.3 Dampak Perubahan Iklim dengan Kesehatan Manusia

Dari segi kesehatan, perubahan iklim akan berdampak pada peningkatan

frekuensi penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk seperti malaria, demam

berdarah, chikungunya, Japanese Encephalitis dan filariasis. Ini disebabkan

naiknya suhu udara yang menyebabkan perkembangbiakan nyamuk semakin

cepat. Selain itu, peningkatan suhu juga menyebabkan peluang terbukanya daerah

baru sebagai endemik penyakit tersebut. Sementara intensitas hujan yang tinggi

dengan periode yang singkat menyebabkan bencana banjir yang mengontaminasi

persediaan air bersih. Pada akhirnya, perubahan iklim juga berdampak pada

mewabahnya penyakit seperti diare, typhoid, cholera dan leptospirosis yang

biasanya muncul pasca banjir (Wijayanti, 2010).

Selain itu perubahan iklim global akan menyebabkan timbulnya berbagai

penyakit infeksi baru seperti SARS, flu burung, Ebola, West Nile Virus, Hantaan

virus dan Japanese Encephalitis. Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya

penurunan produksi pangan yang akan meningkatkan kejadian gizi buruk

(Wijayanti, 2010).

Page 13: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

2.3.1 Dampak Langsung

Perubahan iklim akan mempunyai efek langsung dan tidak langsung

terhadap kesehatan manusia. Untuk efek langsung terhadap kesehatan manusia

tidak mudah untuk dirumuskan, definisi perubahan dan efek langsung bervariasi.

Kunci perubahan iklim adalah perubahan suhu di suatu tempat di muka bumi.

Perubahan suhu akan mempengaruhi angin, hujan, salju, tumbuh-tumbuhan dan

setelah itu hewan termasuk organisme mikro (Thabrany, 2007).

Jika menganalisis perubahan suhu permukaan salah satu bagian bumi,

maka efek yang paling langsung terhadap kesehatan manusia adalah efek ekstrim

suhu panas dan dingin. Dalam kondisi natural, sama seperti hewan, manusia dapat

bertahan tanpa kesulitan pada suhu 10oC-35oC. tetapi pada suhu diatas 40oC, maka

sebagian manusia terutama anak-anak dan berusia lanjut akan mulai mengalami

kesulitan (Thabrany, 2007).

Suhu yang terlalu tinggi disertai kelembaban rendah menyebabkan

mudahnya terjadi kekurangan air (dehidrasi) yang dapat menimbulkan berbagai

gangguan fungsi temporer sampai permanen, tergantung lamanya dehidrasi

terjadi. Contohnya pada kejadian gelombang panas yang menyerang Perancis di

bulan Juni dan Agustus 2003 yang menewaskan lebih dari 14.800 jiwa. Kematian

tersebut merupakan efek langsung dari suhu ekstrim panas (Thabrany, 2007).

Selain itu 18 kematian akibat gelombang panas dilaporkan di India antara

tahun 1980 hingga 1998. Sedangkan di tahun 2003, tepatnya di Andhra Pradesh,

India, serangan gelombang panas menyebabkan 3000 kematian (Kamaluddin,

2010).

Sedangkan untuk efek langsung dari suhu dingin sering terjadi pada orang-

orang yang terjebak di salju untuk waktu beberapa lama. Jika pada suhu panas

terjadi heat stroke, di suhu dingin terjadi frozen bite. Manusia dapat mati

kedinginan karena sirkulasi darah ke otak terhambat. Terjadi hambatan sirkulasi

darah ke anggota badan karena otot-otot membeku dan aliran darah terhambat

menyebabkan nekrosis, jaringan di anggota badan mati. Jika hal ini berlangsung

lama maka tidak bisa dipulihkan. Apabila jantung dan otak masih berfungsi maka

orang tersebut menjalani amputasi (Thabrany, 2007).

Page 14: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

Selain gelombang panas dan suhu dingin, banjir juga menjadi ancaman

utama bagi kesehatan manusia. Banjir adalah bencana yang dapat berdampak

dahsyat, merusak bangunan fisik infrastruktur, organisasi sosial dan kegembiraan

manusia. Secara teoritis, banjir adalah hasil dari interaksi dari curah hujan, run off

permukaan, evaporasi, angin, tinggi permukaan air laut, dan topografi lokal.

Bencana banjir dan badai mulai muncul dalam 2 dekade ini. Pada tahun 2003, 130

juta jiwa menjadi korban banjir bandang di China. Sedangkan pada tahun 1999,

30.000 orang mati karena badai yang diikuti banjir dan tanah longsor di

Venezuela. Banjir mengakibatkan kesehatan manusia terancam berbagai penyakit

menular dan penyakit mental. Leptospirosis, diare, gangguan saluran pernapasan,

scabies, dan penyakit lainnya mengancam warga pasca banjir. Apalagi untuk

mereka yang tinggal di pengungsian. Tanpa adanya persiapan dan perencanaan

yang bagus, tempat pengungsian dapat menjadi episentrum berbagai KLB

(Kejadian Luar Biasa) (Kamaluddin, 2010).

2.3.2 Dampak Tidak Langsung

Untuk efek tidak langsung dari perubahan iklim jauh lebih banyak dan

lebih sulit dihitung kerugian ekonominya. Banyak faktor penyulit atau penyerta

yang turut menentukan efek iklim tidak langsung terhadap manusia. Misalnya

badai Sidr yang terjadi di Bangladesh bulan November 2007 telah merenggut

korban lebih dari 2000 orang dan ratusan ribu orang lain menderita berbagai

penyakit kulit, saluran pencernaan dan kekurangan makanan. Kejadian bencana

alam ini sudah jelas akibat perbedaan suhu di permukaan bumi (Thabrany, 2007).

Selain itu, secara tidak langsung perubahan iklim dapat mengubah kualitas

air, udara, makanan; ekologi vektor; ekosistem, pertanian, industri, dan

perumahan. Semua aspek tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam

menentukan kualitas hidup manusia. Perubahan iklim telah menciptakan suatu

rangkaian kausalitas kompleks yang berujung pada dampak kesehatan

(Kamaluddin, 2010).

Misalnya saja, kualitas dan suplai makanan. Variabel ini sangat

dipengaruhi oleh iklim. Bagaimana keteraturan iklim telah membuat petani tahu

kapan waktu yang tepat untuk menebarkan benih, memupuk, dan memanen

Page 15: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

lahannya. Saat iklim berubah, cuaca juga berubah. Kekeringan dan banjir dapat

datang sewaktu-waktu. Mungkin petani masih bisa memanfaatkan air tanah. Akan

tetapi, seperti telah disebutkan dalam penjelasan sebelumnya, aktivitas

antropogenik manusia telah merubah wajah vegetasi bumi. Kualitas dan kuantitas

air tanah dan permukaan kini juga berada dalam ancaman. Perubahan cuaca,

kelembaban, suhu udara, arah dan kekuatan angin juga mempengaruhi perilaku

hama (Kamaluddin, 2010).

IPCC menyimpulkan bahwa bahwa beberapa studi mengindikasikan

meningkatnya tekanan panas, kekeringan, dan banjir secara negatif akan

mempengaruhi lahan pertanian melebihi dampak perubahan iklim. Hal tersebut

juga diperkirakan akan membentuk kemungkinan terjadinya kejutan yang

dampaknya lebih luas, muncul lebih awal, lebih daripada yang diperkirakan.

Variabilitas iklim dan perubahan juga mengubah risiko terjadinya kebakaran,

outbreak patogen dan hama, yang berefek negatif pada ketersedian suplai

makanan dan kehutanan (Kamaluddin, 2010).

2.3.3 Dampak Sosial Ekonomis

Perubahan iklim cenderung mengakibatkan bencana. Hal tersebut secara

klinis akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain itu, bencana-bencana

tersebut juga dapat melumpuhkan kegiatan perekonomian manusia. Bencana yang

merusak bangunan fisik, melumpuhkan sumber daya manusia lewat penyakit,

serta dapat mengancam iklim investasi. Hal tersebut dapat mengganggu kondisi

sosial dan ekonomi manusia (Kamaluddin, 2010).

Dampak terberat dari pengaruh kesehatan adalah kematian. Tabel di

bawah ini meringkas berbagai hubungan iklim dan kesehatan :

Tabel 1. Ringkasan hubungan Iklim/Cuaca dengan Morbiditas dan Mortalitas

Dampak Kesehatan Efek yang Telah Diketahui Berhubungan

dengan Cuaca/Iklim

Mortalitas karena gangguan

Kardiovaskular, pernafasan,

dan stroke

Kenaikan mortalitas ringan selama gelombang panas

Hubungan berbentuk hurup V dan J antara kenaikan

suhu dan kematian penduduk

Kematian karena heat stroke meningkat selama terjadi

Page 16: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

gelombang panas

Cuaca mempengaruhi konsentrasi polutan berbahaya

Rinitis Alergika, Alergi

hidung

Cuaca mempengaruhi insiden alergik musiman dan

produksi aeroalergen

Kematian dan rudapaksa

(injuries)

Banjir, tanah longsor, dan badai menimbulkan

rudapaksa dan kematian langsung

Penyakit menular dan

gangguan mental

Banjir memutus suplai air bersih dan merusak sistem

sanitasi dan mungkin merusak jaringan transportasi

yang pada akhirnya membahayakan kesehatan

Banjir memungkinkan tumbuhnya tempat‐tempat

pembiakan vektordan menimbulkan Kejadian Luar

Biasa (KLB)

Banjir meningkatkan gangguan stress

Kelaparan, gangguan

gizi, diare, dan penyakit

saluran pernafasan

Kekeringan mengurangi persediaan air dan higiene

yang menimbulkan banyak masalah kesehatan

Kekeringan juga meningkatkan risiko kebakaran hutan

yang menimbulkan polusi dan kekurangan pangan

Penyakit menular melalui

nyamuk, roden, dan tungau

(malaria, Demam Berdarah,

Elepantiasis, dll)

Suhu tinggi memperpendak perkembangan patogen di

dalam tubuh vektor dan mempercepat transmisi ke

manusia

Setiap vektor memiliki suhu optimum untuk

pertumbuhan vektor dan bahan patogen

Penyakit menular melalui

air dan makanan

Suhu mempengaruhi pertumbuhan kuman di dalam

makanan dan air serte memudahkan penularan ke

manusia

Suhu juga mempengaruhi ketersediaan air dan

makanan, yang apabila jumlahnya terbatas, risiko

penularan semakin besar

Sumber : (Thabrany, 2007).

Page 17: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

2.4 Penyakit yang Timbul

Penyakit yang ditimbulkan akibat perubahan iklim antara lain adalah :

a. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium

yang masuk ke dalam tubuh manusia, ditularkan oleh nyamuk Anopheles

betina. Plasmodium penyebab malaria pada manusia adalah Plasmodium

falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, plasmodium malariae.

Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falcifarum

dan P. vivax.

Penyakit malaria merupakan penyakit yang endemis di Indonesia.

Penyakit malaria sering dikaitkan dengan perubahan iklim, karena baik

nyamuk Anopheles maupun Plasmodium sensitif terhadap perubahan iklim.

Perubahan iklim akan mempengaruhi pola penularan malaria. Peningkatan

suhu akan mempengaruhi perubahan bionomik atau perilaku menggigit dari

populasi nyamuk, angka gigitan rata-rata yang meningkat (biting rate),

perubahan kegiatan reproduksi nyamuk yang ditandai dengan

perkembangbiakan nyamuk yang semakin cepat, pemendekan masa

kematangan parasit nyamuk.

Selain itu, peningkatan suhu juga menyebabkan terbukanya peluang

daerah baru sebagai endemik penyakit tersebut. Dengan adanya pemanasan

global, nyamuk yang menjadi vektor tersebut mampu untuk berkembang biak

di daerah yang sebelumnya dianggap terlalu dingin untuk perkembangbiakan

yaitu isotherm 16° Lintang utara dan Lintang selatan. Sejumlah penyakit

memang endemis di wilayah tertentu, namun perubahan iklim berdampak

terhadap penyebaran penyakit ke daerah lain.

Anopheles adalah jenis nyamuk vektor utama penyakit malaria yang

selama ini dianggap mampu berkembangbiak pada daerah tropis dengan suhu

tidak kurang dari 16°C dan pada ketinggian kurang dari 1.000 m. Namun

laporan terakhir menunjukkan nyamuk ini telah ditemukan di daerah subtropis

dan pada ketinggian dimana anopheles sebelumnya tidak ditemukan seperti di

Afrika Tengah dan Ethiopia

Page 18: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

Upaya pemberantasan malaria dilakukan melalui pemberantasan vektor

penyebab malaria yaitu nyamuk Anopheles. Untuk membunuh nyamuk

dewasa dapat dilakukan dengan penyemprotan rumah dan sekeliling rumah

dengan racun serangga. Untuk membunuh larva dapat dilakukan dengan cara

kimiawi dan hayati. Pemberantasan larva nyamuk Anopheles secara kimiawi

dilakukan dengan menggunakan larvasida. Pemberantasan larva nyamuk

Anopheles secara hayati dilakukan dengan menggunakan beberapa agen

biologis seperti ikan pemakan jentik. Pencegahan penyakit malaria juga dapat

dilakukan dengan pengelolaan lingkungan hidup yaitu dengan pengubahan

lingkungan hidup sehingga larva nyamuk Anopheles tidak mungkin hidup

b. Demam berdarah

Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF)

adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,

dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang

dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik

DBD mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe

virus Dengue yang menginfeksi. Morbiditas penyakit DBD menyebar di

negara-negara tropis dan subtropis. Disetiap negara, penyakit DBD

mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Infeksi virus Dengue telah

menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan

subtropis. Kejadian penyakit DBD semakin meningkat dari tahun ke tahun

dengan manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang ringan sampai berat.

Penyebaran penyakit demam berdarah dipengaruhi perubahan iklim,

karena perubahan iklim akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam

habitat nyamuk Aedes aegypti. Perubahan iklim menyebabkan peningkatan

suhu udara dan curah hujan pada suatu daerah. Dengan tidak adanya sistem

drainase yang baik maka akan terbentuk genangan-genangan air yang sangat

cocok untuk tempat perkembangbiakan nyamuk-nyamuk tersebut. Perubahan

iklim yang ditandai dengan peningkatan suhu rata-rata pun dapat

mempengaruhi perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti dengan

memperpendek waktu yang diperlukan untuk perkembangan dari fase telur

menjadi nyamuk dewasa. Pada suhu 26°C diperlukan 25 hari untuk virus dari

Page 19: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

saat pertama nyamuk terinfeksi virus sampai dengan virus dengue berada

dalam kelenjar liurnya dan siap untuk disebarkan kepada calon penderita

demam berdarah.Sebaliknya, hanya diperlukan waktu yang relatif pendek

yaitu 10 hari pada suhu 30°C. Faktor iklim yang panas dan lembab akibat

musim hujan darat memperpanjang umur nyamuk Aedes aegypti.

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit demam berdarah

dengue antara lain faktor host, lingkungan (environment) dan faktor virusnya

sendiri. Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun. Faktor

lingkungan (environment) yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan

laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim); kondisi demografi (kepadatan,

mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk). Jenis nyamuk

sebagai vektor penular penyakit juga ikut berpengaruh. Faktor agent yaitu sifat

virus dengue. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian

vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti.

c. Filiarisis

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh investasi satu atau lebih

cacing filaria yaitu Wuchereria brancofti, Brugia malayi dan Brugia timori.

Masa inkubasi penyakit ini kurang lebih 1 tahun. Vektor utama penyakit ini

adalah nyamuk Culex quinquefasciatus, Aedes dan Anopheles yang biasanya

menghisap darah pada malam hari. Di dunia sekitar 120 juta orang dari 80

negara menderita filariasis. Di Indonesia sekitar 10 juta orang telah terinfeksi

filariasis, 150 juta orang hidup di daerah endemik (population at risk).

d. Diare

Penyakit diare kerap muncul saat banjir tiba. Saat terjadi pengungsian

besar-besaran, kondisi kebersihan, baik lingkungan maupun makanan dan

minuman yang dikonsumsi, sangat tidak memadai. Sebagian pengungsi juga

memanfaatkan sumber air bersih yang telah tercemar banjir. Kualitas air

minum yang buruk menyebabkan terjadinya wabah diare.

Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam

satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Diare akan

menyebabkan terjadinya dehidrasi yang akan membahayakan jiwa terutama

pada balita dan orang lanjut usia.

Page 20: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

Penyebab diare bermacam-macam, bisa disebabkan oleh virus, di mana

virus melekat para permukaan sel mukosa usus dan menyebabkan kerusakan

pada sel-sel usus. Penyerapan pada usus menjadi menurun dan pengeluaran air

dan elektrolit meningkat. Diare juga bisa disebabkan oleh enterotoksin atau

racun yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium dan endotoksin yang

dihasilkan oleh Staphylococcus.

Penyebab diare yang terbanyak adalah karena infeksi bakteri E. coli. Diare

dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan.

Membersihkan tangan dengan sabun, meminum air minum yang telah diolah,

menggunakan air yang tidak terkontaminasi, pengelolaan sampah yang baik

agar makanan tidak tercemar dan membuang air besar pada tempatnya akan

mengurangi penularan diare.

e. Leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh

mikroorganisma leptospira yang ditularkan melalui hewan pengerat terutama

tikus, Penyakit ini sebenarnya sudah ada sejak abad 19 dan mulai muncul

kembali sejak terjadinya banjir di Jakarta tahun 2002. Penyakit leptospirosis

ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis

dan subtropis. Hal ini akibat curah hujan yang tinggi yang disertai dengan

kesehatan lingkungan yang kurang baik sehingga mempermudah penularan

leptospirosis. Kejadian leptospirosis di Indonesia cukup tinggi dan angka

kematian karena penyakit ini cukup besar.

f. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)

Perubahan iklim dan cuaca, ternyata mengakibatkan proses mutasi

sejumlah jenis virus menjadi lebih cepat. Indonesia yang merupakan negara

kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa, di antara dua benua dan dua

samudera, merupakan yang paling rentan terkena dampak dari perubahan

iklim dan cuaca. Pemanasan global mengakibatkan perubahan jalannya

evolusi flora dan fauna, yaitu memudahkan kuman bertumbuh dan mutasi.

Pada tahun 2003 mutasi corona virus yang baru menyebabkan pandemik

SARS (severe acute respiratory syndrome) atau CVP (corona virus

Page 21: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

pneumonia). Setelah itu, muncul kasus hebat di kawasan Asia, Eropa dan

Amerika Latin, yakni flu burung.

Kasus SARS (severe acute respiratory syndrome) atau sindrom

pernapasan akut berat pertama kali ditemukan di propinsi Guangdong (China)

pada bulan November 2003. SARS (Severe acute respiratory syndrome)

adalah penyakit infeksi pada jaringan paru manusia. Penyakit SARS ini

mempunyai tingkat penularan yang tinggi terutama diantara petugas kesehatan

yang selanjutnya menyebar ke anggota keluarga dan pasien-pasien Rumah

Sakit. Angka kematian di antara penderita (CFR) diketahui sekitar 4%. Hingga

saat ini SARS dilaporkan telah menyebar di berbagai negara ditandai dengan

ditemukannya penderita yang dicurigai SARS. Dengan kenyataan di atas maka

pada tanggal 15 Maret 2003, WHO menetapkan SARS merupakan ancaman

kesehatan global (Global Threat) yang harus mendapat perhatian dari semua

negara di dunia.Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah yang

luas dan berbatasan dengan negara-negara terjangkit dan negara tempat

ditemukannya penderita SARS. Keadaan ini menjadi ancaman terhadap

masuknya penyakit ini ke wilayah Indonesia dan didukung oleh banyaknya

jalur transportasi langsung dengan daerah-daerah di Indonesia.

g. Flu burung

Pemanasan global mengakibatkan meningkatnya kasus flu burung (avian

influenza/AI). Ini karena meningkatnya suhu udara mendorong peningkatan

penguapan sehingga kondisi udara lebih lembab, sementara virus AI (Avian

Influenza) sangat menyukai kondisi lembab dan dingin. Flu burung adalah

suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang ditularkan

oleh unggas yang dapat menyerang manusia. Nama lain dari penyakit ini

antara lain avian influenza. Etiologi penyakit ini adalah virus influenza.

Dikenal beberapa tipe virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus

Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu: H1N1, H3N2, H5N1, H7N7,

H9N2 dan lain-lain. Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pathogenic

Avian Influenza Virus, strain H5N1. Virus Influenza A (H5N1) merupakan

penyebab wabah flu burung pada unggas. Secara umum, virus flu burung tidak

Page 22: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

menyerang manusia, namun beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi

lebih ganas dan menyerang manusia (Wijayanti, 2010).

2.5 Strategi Pengendalian Perubahan Iklim

2.5.1 CDM (Clean Development Mechanism)

CDM merupakan salah satu mekanisme yang terdapat dalam Protokol

Kyoto. Mekanisme CDM merupakan satu-satunya mekanisme yang melibatkan

negara berkembang, dimana negara maju dapat menurunkan emisi gas rumah

kacanya dengan mengembangkan proyek ramah lingkungan di negara

berkembang. Mekanisme ini sendiri pada dasarnya merupakan perdagangan

karbon, dimana negara berkembang dapat menjual kredit penurunan emisi kepada

negara yang memiliki kewajiban untuk menurunkan emisi, yang disebut negara

Annex I (Kamaluddin, 2010).

Akan tetapi, mekanisme perdagangan karbon ini mengalami tantangan.

Almuth Ernsting dalam tulisannya yang berjudul “Reduced Emission From

Deforestation: Can Carbon Trading Save Our Ecosystem?” mengemukakan fakta

bahwa dana hasil CDM memang dialokasikan untuk reboisasi. Akan tetapi,

reboisasi yang dilakukan tidak benar-benar dapat mengembalikan ekosistem yang

rusak (Kamaluddin, 2010).

Selama ini reboisasi yang dilakukan menggunakan monoculture-tree

plantations yang artinya dilakukan penanaman kembali lahan yang gundul dengan

satu jenis bibit pohon. Hal tersebut dianggap memberikan efek buruk terhadap

lingkungan dan komunitas di sekitar hutan yang rusak karena reboisasi yang

dilakukan hanya sekedar menghijaukan, tetapi tidak mampu mengembalikan

kualitas ekosistem. Oleh karena itu, dia mengusulkan untuk mengintegrasikan

CDM dengan REDD (Kamaluddin, 2010).

2.5.2 REDD (Reduced Emission from Deforestation on Development

Country)

REDD adalah cara mereduksi karbon dengan jalan mengatur laju

deforestasi. Mekanisme ini sebenarnya tidak mutlak menganggap CDM buruk.

Pelaksanaan REDD dapat dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan CDM yang

Page 23: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

sudah berlangsung. Hanya saja, dana hasil CDM sebagian dipisahkan untuk biaya

perawatan atau pelestarian hutan yang masih ada. Dalam publikasi ilmiah yang

diadakan UNFCCC pada Mei 2007, disebutkan bahwa opsi yang digunakan

dikenal dengan sebutan 50-50-50. Artinya, mengurangi laju deforestasi hingga

50% pada tahun 2050 sambil mempertahankan laju deforestasi pada kisaran

tersebut diklaim akan menyelamatkan 50 milyar ton emisi karbon (Kamaluddin,

2010).

Gambaran ini didapat dengan menggunakan Stern Review. Memang, Stern

Review tidak merekomendasikan gambaran nyata apapun dalam mengurangi laju

deforestasi. Akan tetapi, Stern menyatakan bahwa dengan tujuan menstabilkan

kadar emisi CO2 pada angka 450 ppm, maka akan dicari cara dekarbonisasi yang

cepat dan lengkap lewat emisi energi non transportasi,menghentikan deforestasi,

dan intensifikasi substansi aktivitas penyitaan aset. Dengan mencoba untuk

mengendalikan laju deforestasi masalah mendasar dari pendekatan bak kritis

dapat ditutupi (Kamaluddin, 2010).

2.5.3 CCP (Carbon Capture and Storage)

CCS adalah suatu cara mengurangi emisi karbon dengan jalan

menyuntikkan karbon dioksida ke perut bumi. Metode ini membutuhkan ruang

kosong di perut bumi, bisa juga menggunakan sumur-sumur gas dan minyak bumi

yang sudah mengering. Akan tetapi, kendala penerapan teknologi ini adalah

mahalnya biaya investasi dan tidak semua orang bisa melakukan transfer

teknologi walaupun untuk Indonesia teknologi tersebut mampu mengurangi emisi

karbon hingga 20% pada tahun 2005 (Kamaluddin, 2010).

Alternatif lainnya adalah mempromosikan penggunaan transportasi publik

yang aman dan gerakan aktif, seperti bersepeda atau berjalan sebagai alternatif

penggunaan kendaraan pribadi, sebab bisa mengurangi emisi karbon dioksida dan

meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal itu tidak hanya bisa mengurangi

kecelakaan lalu lintas, tetapi juga mengurangi polusi udara yang terkait dengan

keberadaan penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Peningkatan tingkat aktivitas

fisik juga dapat menurunkan tingkat kematian secara keseluruhan (Anonim1.

2010)

Page 24: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari tulisan ini meliputi :

1. Prinsip dasar dari perubahan iklim adalah kebenaran umum yang dijadikan

sebagai pedoman berpikir adanya perubahan pada iklim yang disebabkan

secara langsung mapun tidak langsung sebagai akibat ulah kegiatan manusia

yang mengubah komposisi atmosfer secara global.

2. Banyak fakta yang terjadi pada perubahan iklim antara lain, gletser yang

mencair, kenaikan air laut, pemanasan global, gletser mencair dll.

3. Untuk dampaknya, perubahan iklim mempunyai efek langsung, efek tidak

langsung. Untuk efek langsung dapat dikatakan bahwa suhu ekstrim panas dan

dingin merupakan efek langsungnya. Untuk efek tidak langsung dari

perubahan iklim jauh lebih banyak dan lebih sulit dihitung kerugian

ekonominya.

4. Untuk strategi pengendalian perubahan iklim antara lain CDM, REDD dan

CCP. CDM merupakan salah satu mekanisme yang terdapat dalam Protokol

Kyoto. Mekanisme ini sendiri pada dasarnya merupakan perdagangan karbon.

REDD adalah cara mereduksi karbon dengan jalan mengatur laju deforestasi,

pelaksanaan REDD dapat dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan CDM

yang sudah berlangsung. CCS adalah suatu cara mengurangi emisi karbon

dengan jalan menyuntikkan karbon dioksida ke perut bumi, membutuhkan

ruang kosong di perut bumi, bisa juga menggunakan sumur-sumur gas dan

minyak bumi yang sudah mongering.

3.2 Saran

Sebaiknya mulai sekarang, semua kalangan masyarakat dapat menjaga dan

melestarikan bumi dengan sebaik-baiknya dikarenakan telah banyak fakta-fakta

pemanasan global yang dapat mengancam kehidupan semua makhluk.

Page 25: Prinsip Dasar Perubahan Iklim

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2010. 10 Fakta Tentang Perubahan Iklim dan Kesehatan.

http://cerlangcemerlang.com/2010/04/03/10-fakta-tentang-hubungan-

perubahan-iklim-dan-kesehatan/

diakses pada tanggal 5 November 2010

Kamaluddin. 2010. Isu-Isu Pengaruh Iklim Terhadap Lingkungan.

http://kamaluddin86.blogspot.com/2010/01/isu-isu-pengaruh-iklim-

terhadap.html

diakses pada tanggal 6 November 2010

Thabrany, Hasbullah. 2007. Resiko Kesehatan Akibat Perubahan Cuaca.

http://staff.ui.ac.id/internal/140163956/material/

RisikoKesehatanakibatPerubahanCua ca07.pdf

diakses pada tanggal 5 November 2010

Wikipedia. 2010. Prinsip. http://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip.

diakses pada tanggal 4 November 2010

Wijayanti, Krisma. 2010. Penyakit-Penyakit yang Meningkat.

http://www.dokterz.co.cc/2010/07/penyakit-penyakit-yang-

meningkat.html

diakses pada tanggal 4 November 2010