3
Prinsip umum terapi untuk penderita epilepsi adalah (Ikawati, 2011): 1. Terapi epilepsi disesuaikan dengan jenis epilepsi 2. Sebaiknya menggunakan monoterapi untuk mengurangi adverse effect 3. Menghindari atau mengurangi antiepilepsi yang bersifat sedatif 4. Diawali dengan terapi antiepilepsi non sedatif 5. Pemberian obat antiepilepsi diawali dengan dosis kecil 6. Untuk melihat respon terhadap obat, dilakukan pemantauan ketat dan penyesuaian dosis 7. Apabila gagal mencapai terapi yang diharapkan, obat epilepsi dihentikan secara perlahan dan dapat diganti dengan obat lain 8. Dilakukan monitoring kadar obat dalam darah sebagai dasar penyesuaian dosis 9. Jika dosis obat yang ditoleransi tidak dapat mengontrol kejang, maka obat pertama dapat diganti. Terapi farmakologi epilepsi dapat menggunakan obat-obat antiepilepsi yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Ikawati, 2011): 1. Obat-obat yang bekerja dengan meningkatkan inaktivasi kanal Na + sehingga memiliki kemampuan untuk menurunkan kemampuan syaraf dalam menghantarkan listrik, contohnya dalah fenitoin, karbamazepi, lamotrigin, okskarbazepin dan asam valproat. 2. Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAnergik, dibagi menjadi 4 yaitu: a. Obat-obat yang merupakan agonis reseptor GABA bekerja dengan meningkatkan transmisi inhibitordan mengaktifkan kerja reseptor GABA, contohnya benzodiasepin dan barbiturat. b. Obat-obat yang bekerja dengan menghambat GABA transaminase sehingga konsentrasi GABA meningkat, contohnya vigabatrin.

Prinsip Terapi, Terapi Farmakologi, Terapi Non Farmakologi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

farmakologi

Citation preview

Prinsip umum terapi untuk penderita epilepsi adalah (Ikawati, 2011):1. Terapi epilepsi disesuaikan dengan jenis epilepsi2. Sebaiknya menggunakan monoterapi untuk mengurangi adverse effect3. Menghindari atau mengurangi antiepilepsi yang bersifat sedatif4. Diawali dengan terapi antiepilepsi non sedatif5. Pemberian obat antiepilepsi diawali dengan dosis kecil6. Untuk melihat respon terhadap obat, dilakukan pemantauan ketat dan penyesuaian dosis7. Apabila gagal mencapai terapi yang diharapkan, obat epilepsi dihentikan secara perlahan dan dapat diganti dengan obat lain8. Dilakukan monitoring kadar obat dalam darah sebagai dasar penyesuaian dosis9. Jika dosis obat yang ditoleransi tidak dapat mengontrol kejang, maka obat pertama dapat diganti.Terapi farmakologi epilepsi dapat menggunakan obat-obat antiepilepsi yang dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Ikawati, 2011):1. Obat-obat yang bekerja dengan meningkatkan inaktivasi kanal Na+ sehingga memiliki kemampuan untuk menurunkan kemampuan syaraf dalam menghantarkan listrik, contohnya dalah fenitoin, karbamazepi, lamotrigin, okskarbazepin dan asam valproat.2. Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAnergik, dibagi menjadi 4 yaitu:a. Obat-obat yang merupakan agonis reseptor GABA bekerja dengan meningkatkan transmisi inhibitordan mengaktifkan kerja reseptor GABA, contohnya benzodiasepin dan barbiturat.b. Obat-obat yang bekerja dengan menghambat GABA transaminase sehingga konsentrasi GABA meningkat, contohnya vigabatrin.c. Obat-obat yang bekerja dengan menghambat GABA transporter sehingga memperlama aksi GABA, contohnya tiagabin.d. Obat-obat yang dapat menigkatkan konsentrasi GABA pada cairan serebrospinal pasien, contoh gabapentin.3. Obat-obat yang menurunkan ambang arus ion Ca2+ dengan menghambat kanai ion Ca2+ tipe T, contoh etosuksimid.

Pentatalaksanaan terapi pada pasien dengan epilepsi tergantung pada jenis epilepsinya. Berikut ini menunjukan pilihan obat pada pasien berdasarkan jenis epilepsinya (Iakwati, 2011):

Tipe KejangTerapi Lini PertamaTerapi Lini Kedua

Kejang Parsial

Simple PartialKarbmazepinVigabatrin

Complex PartialFenitoinKlobazam

Secondarily generalizedValproat, LamotriginFenobarbital, Asetozolamid, gabapentin, Topiramat

Kejang Umum

Tonik-klonikValproatVigabatrin

TonikKarbamazepinKlobazam

KlonikFenitoin, LamotriginFenobarbital

AbsenceEtosuksimid, ValproatKlonazepam, Lamotrigin, Asetozolamid

Atipikal AbsenceValproatFenobarbital

AtonikKlonazepan, KlobazamLamotrigin, Karbamazepin, Fenitoin, Asetozomaid

MyoklonikValproat, KlonazepamFenobarbital, Asetozolamid

Adapun terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk penderita epilepsi melipui (Ikawati, 2011):1. Pembedahan, untuk pasien yang telah menerima lebih dari 3 antikonvlusan tetapi tetap kejang, adanya abnormalitas fokal, lesi epileptik yang menjadi pusat abnormalitas epilepsi.2. Diet ketogenik, diet tinggi lemak, cukup protein dan rendah karbohidrat. Tubuh akan memetabolisme lemak sebagai sumber energi sehingga menghasilkan keton. Senyawa keton akan memodifikasi siklus asam trikarboksilat untuk meningkatkan sintesis GABA di otak, menghambat pembentuka ROS, dan meningkatkan produksi energi dalam jaringan otak.3. Stmulasi nerves vagus (VNS), mengubah konsentrasi neurotransimter inhibisi dan eksitatori pada cairan serebrospinal dan mengaktifkan area tertentu dari otak yang menghasilakn atau mengatur aktivitas korteks melalui peningkatan aliran darah.Zullies, Ikawati., 2011, Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat, Bursa Ilmu, Yogyakarta.