Upload
trinhkiet
View
259
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROFIL LEUKOSIT PADA ANAK SAPI Friesian Holstein
YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI Zn
NOVIALITA AESA PUTRI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Leukosit pada
Anak Sapi Friesian Holstein yang diberi Pakan dengan Suplementasi Zn adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Novialita Aesa Putri
NIM B04100023
ABSTRAK
NOVIALITA AESA PUTRI. Profil Leukosit pada Anak Sapi Friesian Holstein
yang diberi Pakan dengan Suplementasi Zn. Dibimbing oleh ANITA
ESFANDIARI dan SUS DERTHI WIDHYARI.
Zinc atau Zn merupakan mineral mikro yang berperan penting dalam sistem
kekebalan tubuh. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh suplementasi
Zn dalam pakan terhadap profil leukosit pada anak sapi Friesian Holstein (FH).
Penelitian ini menggunakan 9 ekor anak sapi FH yang sehat secara klinis, berumur
antara 6-10 bulan. Anak sapi dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan, masing-
masing terdiri atas 3 ekor. Pengelompokan dilakukan berdasarkan perbedaan
kandungan mineral Zn yang ditambahkan ke dalam konsentrat, yaitu kelompok
yang diberi pakan tanpa suplementasi Zn (kontrol), kelompok yang diberi pakan
dengan suplementasi Zn sebesar 60 ppm, dan kelompok yang diberi pakan dengan
suplementasi Zn sebesar 120 ppm. Sampel darah diambil dari vena jugularis
sebelum dan setelah suplementasi Zn, setiap bulan selama tiga bulan, untuk
dianalisis terhadap jumlah total dan diferensial leukosit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa suplementasi Zn sebesar 60 dan 120 ppm tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata pada jumlah leukosit total, neutrofil, monosit, dan eosinofil
(P>0.05). Jumlah limfosit meningkat secara nyata setelah dua bulan suplementasi
Zn sebesar 60 ppm (P<0.05). Kesimpulan, suplementasi Zn tidak berpengaruh
pada jumlah leukosit total, neutrofil, monosit, dan eosinofil. Namun demikian,
suplementasi Zn sebesar 60 ppm mampu meningkatkan jumlah limfosit anak sapi
FH pada 2 bulan setelah suplementasi.
Kata kunci: Zn, anak sapi, leukosit total, diferensial leukosit
ABSTRACT
NOVIALITA AESA PUTRI. Leukocyte Profiles of Friesian Holstein Calves
Received Feed Supplemented by Zn. Supervised by ANITA ESFANDIARI and
SUS DERTHI WIDHYARI.
Zinc or Zn is a micro mineral which plays an important role in the immune
system. The objective of this experiment was to study the effect of zinc
supplementation in Friesian Holstein (FH) calves on the number of total and
differential leukocytes. Nine healthy Holstein calves, 6-10 months old, were used
in this experiment. The calves were devided into three groups, consisted of three
calves, i.e. with zero ppm (control), 60 ppm and 120 ppm of Zn supplementation,
respectively. Blood samples were collected from jugular vein for total leukocyte
count and differential leukocyte (neutrophyl, lymphocyte, monocyte, and
eosinophyl counts) analysis, prior to and every month following treatment for
three months. Results of this experiment showed that there were no significant
difference on total leukocyte, neutrophyl, monocyte, and eosinophyl counts
(P>0.05) following 60 and 120 ppm of Zn supplementation. Lymphocyte counts
increased significantly two months following 60 ppm of Zn supplementation
(P<0.05). In conclusion, Zn supplementation had no effect on total leukocyte,
neutrophyl, monocyte, and eosinophyl counts. However, the supplementation 60
ppm of Zn may increase the lymphocyte count in calves two months after
supplementation.
Keywords: Zn, calves, total leukocyte, differential leukocyte
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
PROFIL LEUKOSIT PADA ANAK SAPI Friesian Holstein
YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUPLEMENTASI Zn
NOVIALITA AESA PUTRI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
yang berjudul Profil Leukosit pada Anak Sapi Friesian Holstein yang diberi
Pakan dengan Suplementasi Zn.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibunda Halinar MPd dan Ayahanda
Purwito SPd yang senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan, semangat, dan
doa yang tak kunjung putus kepada penulis. Terima kasih kepada Ibu Dr Drh
Anita Esfandiari MSi dan Ibu Dr Drh Sus Derthi Widhyari MSi atas bimbingan,
arahan, dan kesabaran selama membimbing penulis. Kepada Ibu Drh Okti Nadia
Poetri MSi selaku dosen pembimbing akademik, penulis juga mengucapkan
terima kasih.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Djadjat Sudrajat SSi
yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian di laboratorium
Patologi Klinik, rekan-rekan satu penelitian, sahabat-sahabat, kolega Acromion
FKH 47, Himpro Ruminansia, Keluarga besar HIMAJA (Himpunan Mahasiswa
Jambi) dan IMKB (Ikatan Keluarga Kerinci Bogor), serta tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada keluarga kecil Sunda Karya atas kebersamaan yang
hangat selama ini dan senantiasa memberikan semangat kepada penulis. Terima
kasih untuk semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penelitian ini.
Semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, November 2014
Novialita Aesa Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Friesian Holstein (FH) 2
Mineral Zinc (Zn) 3
Leukosit 4
METODE PENELITIAN 7
Waktu dan Tempat Penelitian 7
Alat dan Bahan 7
Prosedur Penelitian 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Leukosit 9
Limfosit 10
Neutrofil 11
Monosit 12
Eosinofil 13
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN 17
RIWAYAT HIDUP 24
DAFTAR TABEL
1 Komposisi konsentrat selama penelitian 8 2 Rataan jumlah leukosit total anak sapi Friesian Holstein sebelum dan
sesudah suplementasi Zn 9
3 Rataan jumlah limfosit anak sapi Friesian Holstein sebelum dan
sesudah suplementasi Zn 10
4 Rataan jumlah neutrofil anak sapi Friesian Holstein sebelum dan
sesudah suplementasi Zn 11
5 Rataan jumlah monosit anak sapi Friesian Holstein sebelum dan
sesudah suplementasi Zn 12 6 Rataan jumlah eosinofil anak sapi Friesian Holstein sebelum dan
sesudah suplementasi Zn 13
DAFTAR GAMBAR
1 Sapi Friesian Holstein 2
DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji ANOVA sebelum suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan 17 2 Uji Duncan sebelum suplementasi Zn berdasarkan kelompok perlakuan 17
3 Uji ANOVA setelah 1 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan 18
4 Uji Duncan setelah 1 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan 18
5 Uji ANOVA setelah 2 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan 19
6 Uji Duncan setelah 2 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan 19
7 Uji ANOVA setelah 3 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan 20
8 Uji Duncan setelah 3 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan 20
9 Uji ANOVA pada kelompok kontrol berdasarkan waktu pengamatan 21
10 Uji Duncan pada kelompok kontrol berdasarkan waktu pengamatan 21
11 Uji ANOVA pada kelompok perlakuan Zn 60 ppm berdasarkan waktu
pengamatan 22
12 Uji Duncan pada kelompok perlakuan Zn 60 ppm berdasarkan waktu
pengamatan 22
13 Uji ANOVA pada kelompok perlakuan Zn 120 ppm berdasarkan waktu
pengamatan 23
14 Uji Duncan pada kelompok perlakuan Zn 120 ppm berdasarkan waktu
pengamatan 23
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jenis sapi perah yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah Friesian
Holstein (FH) (Syawal et al. 2013). Usaha sapi perah di Indonesia telah dimulai
sejak zaman Hindia Belanda (Subandriyo dan Adiarto 2009), dan meningkat dari
tahun ke tahun karena permintaan susu yang terus meningkat (Djaja et al. 2009).
Kesehatan sapi perah perlu diperhatikan agar produktivitas, termasuk
produksi susu, tetap optimal. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah
nutrisi pakan yang seimbang. Ketidakseimbangan nutrisi menyebabkan malnutrisi,
yaitu tubuh mengalami kelebihan atau kekurangan nutrisi. Salah satu akibatnya
adalah penurunan sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh merupakan
sistem, diantaranya, untuk melindungi tubuh dari agen infeksi. Sistem ini terdiri
atas sel darah putih atau leukosit, sistem makrofag jaringan dan jaringan limfoid
(Guyton dan Hall 2006). Penurunan sistem kekebalan tubuh diantaranya
disebabkan oleh asupan mineral zinc yang tidak mencukupi (Fraker et al. 2000).
Zinc atau Zn merupakan mineral mikro yang memegang peranan penting
dalam sistem kekebalan tubuh. Rendahnya kandungan Zn dalam pakan
ruminansia menyebabkan kekurangan atau defisiensi Zn (Widhyari 2012).
Menurut Indriani et al. (2013), kandungan Zn dalam pakan ruminansia relatif
rendah yaitu berkisar antara 20-38 mg/kg, sedangkan kebutuhan Zn pada sapi
perah antara 40-60 mg/kg atau 40-60 ppm (NRC 2001). Defisiensi Zn
menyebabkan penurunan nafsu makan, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan fisik (Muchtadi 2009), penurunan sistem kekebalan tubuh serta
kepekaan tubuh terhadap infeksi meningkat (Widhyari et al. 2009; Widhyari
2012). Oleh sebab itu suplementasi Zn sangat diperlukan untuk mencegah
terjadinya defisiensi.
Manfaat suplementasi Zn terhadap kekebalan tubuh telah banyak dibuktikan
dalam berbagai penelitian, antara lain sebagai inhibitor apoptosis yaitu kematian
sel yang terprogram (Fraker et al. 2000) dan meningkatkan aktivitas dan kapasitas
fagositosis sel leukosit (Widhyari et al. 2009). Namun demikian, suplementasi Zn
yang berlebih menyebabkan kelebihan gizi (over nutrition) yang memiliki dampak
mirip dengan defisiensi Zn yaitu menekan sistem kekebalan tubuh (Raqib et al.
2007; Muchtadi 2009), gangguan syaraf, dan kelemahan otot (Muchtadi 2009).
Status kekebalan tubuh dapat diamati, diantaranya melalui gambaran
leukosit dalam darah. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk
mengamati pengaruh suplementasi Zn dalam pakan terhadap jumlah total dan
diferensial leukosit pada anak sapi Friesian Holstein.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suplementasi Zn dalam
pakan terhadap profil jumlah total dan diferensial leukosit (meliputi jumlah
limfosit, neutrofil, monosit dan eosinofil) pada anak sapi Friesian Holstein.
2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang profil
jumlah total dan diferensial leukosit pada anak sapi yang diberi pakan dengan
suplementasi Zn. Diharapkan, suplementasi Zn dalam pakan akan meningkatkan
status kekebalan tubuh.
TINJAUAN PUSTAKA
Friesian Holstein (FH)
Friesian Holstein (FH) merupakan sapi perah yang berkembang di daerah
subtropis. Sapi perah asal Belanda ini disebut juga Fries Holland yang memiliki
ciri-ciri, yaitu warna belang hitam-putih (Gambar 1), tanduk pendek dan
mengarah ke depan, terdapat warna putih berbentuk segitiga pada dahi. Sapi FH
memiliki sifat yang tenang dan jinak sehingga mudah ditangani, tidak tahan panas
tetapi mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Rata-rata berat badan sapi
jantan 850 kg, sedangkan sapi betina 625 kg. Sapi FH merupakan sapi perah
dengan produksi susu yang tinggi berkisar antara 4500-5500 liter dalam satu masa
laktasi (AAK 1991).
Gambar 1 Sapi Friesian Holstein (WHFF 2013)
Masa Pertumbuhan
Sapi pada masa pertumbuhan merupakan sapi yang belum mencapai dewasa
dan masih dalam proses pertumbuhan tubuhnya. Periode ini merupakan periode
penentu, apakah sapi layak atau tidak untuk dijadikan pejantan atau induk dengan
produktivitas yang optimal ketika mencapai umur dewasa. Alat pencernaan pada
sapi mencapai kesempurnaan pada umur berkisar antara 6-8 bulan (Bamualim et
al. 2009).
Pakan yang berkualitas tinggi dan cukup pemberiannya pada periode
pertumbuhan akan mempercepat pertambahan bobot badan dan mempersingkat
dicapainya waktu pubertas. Mineral merupakan nutrien yang dibutuhkan ternak,
3
yang berperan untuk mempertahankan produktivitas dan menjaga kesehatan
ternak (Bamualim et al. 2009).
Mineral Zinc (Zn)
Zinc atau Zn merupakan salah satu mineral mikro yang penting bagi tubuh.
Zinc memiliki peran sebagai kofaktor untuk lebih dari 300 enzim, seperti alcohol
dehydrogenase, superoxide dismutase, RNA polymerase, alkaline phosphatase
dan carbonic anhydrase (Someya et al. 2009). Penyerapan Zn dalam tubuh terjadi
di usus terutama pada usus kecil (NRC 2001). Kebutuhan Zn meningkat pada
masa pertumbuhan, kebuntingan, dan laktasi. Selain itu, pada kondisi diare dan
luka kebutuhan Zn juga meningkat (Widhyari 2012). Zinc diketahui berperan
penting untuk menjaga sistem kekebalan tubuh (Someya et al. 2009).
Manfaat Zn
Tubuh membutuhkan Zn dalam jumlah yang sangat kecil, namun mutlak
dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal (Widhyari 2012). Menurut
Simonyte et al. (2003), Zn merupakan mineral mikro yang penting bagi sistem
kekebalan tubuh. Zinc mengatur beberapa fungsi limfosit, seperti sintesis antibodi,
aktivasi limfosit T, dan sel natural killer (NK), serta kekebalan seluler (Bao et al.
2003). Menurut Rink dan Kirchner (2000), Zn berguna untuk mengaktifkan
hormon timulin, suatu hormon yang diperlukan untuk diferensiasi, proliferasi, dan
maturasi limfosit T.
Menurut Zemel et al. (2002), pemberian Zn pada anak penderita sickle cell
disease (SDC) mampu memperbaiki pertumbuhan tubuh dan meningkatkan berat
badan. Oleh sebab itu, manfaat Zn tidak hanya pada sistem kekebalan tubuh,
namun juga berguna untuk memperbaiki pertumbuhan tubuh anak.
Defisiensi Zn
Defisiensi Zn dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu defisiensi
ringan, menengah, dan berat. Defisiensi ringan disebabkan karena stres. Defisiensi
menengah berupa mulai menurunnya sistem kekebalan tubuh dan Zn plasma.
Defisiensi berat memperlihatkan gejala klinis berupa anoreksia, dermatitis, dan
parakeratosis (Widhyari 2012). Menurunnya sistem kekebalan dapat
meningkatkan kepekaan tubuh terhadap infeksi (Fraker et al. 2000; Widhyari
2009), dapat terjadi pertumbuhan tubuh yang lambat, lesio pada kulit, dan proses
persembuhan luka terhambat (Widhyari 2009, 2012).
Defisiensi Zn akan menurunkan fungsi timus dalam mengatur produksi
limfosit karena dapat menyebabkan atropi timus yang berdampak pada penurunan
sekresi timulin. Timulin merupakan hormon yang bertanggung jawab untuk
mengatur maturasi limfosit T dalam timus (Winarsi 2010). Defisiensi Zn
menyebabkan hilangnya nafsu makan, karena Zn berperan dalam memelihara
fungsi indera pengecap dan penciuman (Widhyari et al. 2009).
Defisiensi Zn diantaranya dapat disebabkan oleh asupan Zn dalam pakan
yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh atau adanya gangguan pencernaan pada
saat penyerapan Zn. Rendahnya kandungan Zn dalam rumput dapat terjadi karena
rumput tumbuh pada daerah yang kurang mineral Zn. Sementara itu, gangguan
4
penyerapan Zn dalam saluran pencernaan dapat disebabkan oleh keberadaan asam
fitat, oksalat, kalsium, tembaga, dan besi. Zat ini akan mengikat Zn sehingga Zn
tidak dapat diserap oleh saluran pencernaan (Widhyari 2012).
Toksisitas Zn
Konsumsi suplemen Zn sangat dianjurkan, karena suplementasi Zn telah
banyak dilaporkan bermanfaat bagi tubuh, namun konsumsi Zn yang tinggi atau
melebihi kebutuhan tubuh dapat berdampak negatif (Ibs dan Rink 2003). Menurut
Muchtadi (2009), kelebihan Zn menimbulkan gejala yang mirirp dengan
kekurangan Zn yaitu menurunnya kekebalan tubuh. Asupan Zn yang tinggi dapat
menghambat penyerapan tembaga (Cu) dari saluran pencernaan, karena Zn
merupakan mineral kompetitor Cu. Tingginya asupan Zn diantaranya
menyebabkan defisiensi Cu yang dapat dikaitkan dengan anemia sideroblastik
(Kiswari 2014).
Menurut Ajayi (2008), kelebihan asupan Zn dapat menyebabkan kerusakan
komponen sistem kekebalan. Raqib et al. (2007) melaporkan bahwa, suplementasi
Zn dengan dosis tinggi pada anak tikus menyebabkan penurunan sistem kekebalan
tubuh, karena asupan berlebih akan menekan sistem kekebalan seluler pada anak
tikus.
Leukosit
Leukosit (sel darah putih) merupakan sel darah yang mengandung inti dan
menjadi unit aktif dari sistem kekebalan tubuh (Guyton dan Hall 2006). Leukosit
memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit (sel darah
merah). Berdasarkan butiran sitoplasma, leukosit terbagi atas dua jenis yaitu
granulosit (neutrofil, eosinofil, dan basofil) yang memiliki sitoplasma granular
dan agranulosit (limfosit dan monosit) yang tidak memiliki sitoplasma granular
(Peckham 2014). Pembentukan leukosit sebagian di sumsum tulang yang disebut
mieloid dan sebagian di jaringan limfe yang disebut limfoid. Mieloid terdiri atas
granulosit, monosit serta sedikit limfosit, sedangkan limfoid terdiri atas limfosit
dan sel-sel plasma (Guyton dan Hall 2006).
Leukositosis adalah suatu keadaan jumlah leukosit berada di atas kisaran
nilai normal, sedangkan leukopenia merupakan kondisi di mana jumlah leukosit
berada di bawah kisaran nilai normal (Kiswari 2014). Dua keadaan tersebut
dipengaruhi oleh peningkatan atau penurunan dari neutrofil, eosinofil, basofil,
monosit, dan limfosit (Frandson et al. 2009). Jumlah leukosit total pada sapi
dalam sirkulasi darah berkisar antara 4-12 x 103 /µL (PennVet 2003).
Limfosit
Limfosit merupakan sel darah putih kedua terbanyak pada sebagian besar
spesies. Namun demikian, populasi limfosit pada ruminansia lebih dominan
dibandingkan dengan neutrofil (Frandson et al. 2009). Limfosit berdiameter antara
7-12 µm, dimana inti sel hampir menutupi sitoplasma, dengan sitoplasma tipis
(Peckham 2014). Jumlah limfosit dalam sirkulasi darah sapi berkisar antara 2.5-
8.0 x 103 /µL (PennVet 2003).
5
Berdasarkan ukurannya limfosit dibedakan menjadi dua, yaitu limfosit kecil
dan limfosit besar (Kiswari 2014). Limfosit juga dibedakan menjadi dua tipe
fungsional yaitu limfosit B dan limfosit T. Dua jenis limfosit ini memiliki
kemampuan untuk meningkatkan kekebalan seluler dan humoral (Guyton dan Hall
2006). Pembentukan limfosit B terjadi di dalam sumsum tulang. Limfosit B dan
turunannya berkembang menjadi sel-sel plasma, yang membuat dan
menyekresikan antibodi. Limfosit T mengalami maturasi dalam timus dan tidak
membuat antibodi dan reseptor antigen pada permukaannya seperti limfosit B
(Peckham 2014).
Jumlah limfosit yang tinggi dalam sirkulasi darah disebut limfositosis.
Limfositotis dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan parasit (Kiswari
2014). Sementara itu, limfopenia merupakan keadaan di mana jumlah limfosit
dalam sirkulasi darah berada di bawah kisaran normal. Menurunnya jumlah
limfosit dalam sirkulasi darah dapat dipengaruhi oleh kortikosteroid yang akan
meningkatkan mobilisasi limfosit ke jaringan. Penurunan pembentukan limfosit
(limfopoiesis) dapat terjadi akibat timektomi, radiasi, dan kemoterapi. Infeksi
virus akut mengakibatkan penyimpanan limfosit pada organ limfoid meningkat
sehingga dapat menyebabkan rendahnya limfosit dalam sirkulasi darah (Guyton
dan Hall 2006).
Monosit
Monosit merupakan jenis leukosit berukuran paling besar diantara semua
jenis leukosit dengan diameter hingga 20 µm, inti sel seperti biji kacang, dan
sitoplasma tampak biru keabu-abuan dengan pewarnaan Giemsa (Peckham 2014).
Jumlah monosit dalam sirkulasi darah sapi berkisar antara 0.20-0.84 x 103
/µL
(PennVet 2003).
Monosit merupakan sel makrofag muda yang terdapat di dalam sirkulasi
darah. Monosit berperan sebagai lapis pertahanan tubuh kedua untuk melakukan
fagositosis sel debris hasil peradangan atau infeksi, menghancurkan partikel asing
dan jaringan mati, dan mengolah bahan asing sedemikian rupa sehingga bahan
asing tersebut dapat membangkitkan tanggap kebal (Guyton dan Hall 2006).
Neutrofil
Neutrofil dikenal sebagai lapis pertahanan pertama jika terjadi serangan
agen infeksi (Kiswari 2014). Berdiameter 12-14 µm, inti sel multilobus,
sitoplasma merah muda pucat berisi granula berwarna ungu. Neutrofil bersifat
motil dan fagositik, bersirkulasi selama 6-10 jam dalam darah dan kemudian
memasuki jaringan (Peckham 2014). Neutrofil merupakan leukosit jenis
polimorfonuklear (PMN), karena memiliki inti sel dengan bentuk yang beragam
(Kiswari 2014).
Neutrofil dibedakan menjadi dua macam yaitu neutrofil stab (batang) dan
neutrofil segmen. Neutrofil segmen sering disebut dengan neutrofil
polimorfonuklear. Granula yang terlihat dalam sitoplasma merupakan enzim yang
terikat membran, yaitu lisosom. Enzim ini terdiri atas hidrolase, termasuk protease,
lipase, dan fosfatase (Kiswari 2014). Neutrofil berfungsi memfagosit bakteri dan
virus yang bersirkulasi di dalam darah (Guyton dan Hall 2006), serta memasuki
jaringan dan menghancurkan jaringan yang rusak serta bakteri (Peckham 2014).
6
Jumlah neutrofil yang meningkat dalam sirkulasi darah diantaranya dapat
disebabkan oleh peradangan, stres akut, kerusakan jaringan atau nekrosis.
(Kiswari 2014). Peningkatan tersebut dikenal sebagai neutrofilia (Frandson et al.
2009). Infeksi merupakan penyebab utama terjadinya neutrofilia. Neutropenia
adalah penurunan jumlah neutrofil di bawah kisaran normal. Neutropenia
diantaranya disebabkan oleh malnutrisi yaitu kekurangan vitamin B12 atau asam
folat dan tembaga, infeksi virus, dan pemberian obat dengan dosis tinggi,
misalnya antitiroid (Kiswari 2014).
Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis granulosit dengan kemampuan fagositosis yang
lemah (Guyton dan Hall 2006). Berdiameter 12-15 µm, inti berlobus, sitoplasma
banyak mengandung granula besar berwarna merah cerah dengan pewarnaan
Giemsa (Peckham 2014). Jumlah eosinofil dalam sirkulasi darah sapi berkisar
antara 0-0.17 x 103 /µL (PennVet 2003).
Eosinofilia yaitu peningkatan jumlah eosinofil dalam sirkulasi darah yang
melebihi batas kisaran normal. Umumnya disebabkan oleh infeksi parasit, reaksi
alergi, dan penyakit kulit atopik. Eosinofilia juga dapat disebabkan oleh
neoplasma, autoimun, penyakit kolagen, dan reaksi alergi (Kiswari 2014).
Rendahnya jumlah eosinofil di bawah kisaran normal dalam sirkulasi darah
disebut eosinopenia (Frandson et al. 2009).
Basofil
Basofil merupakan jenis leukosit yang paling sedikit ditemukan dalam
sirkulasi darah (PennVet 2003). Jenis granulosit ini memiliki ciri khas pada
sitoplasma yang dipenuhi oleh granula berukuran besar dan menutupi inti sel,
yang dengan pewarnaan Giemsa menghasilkan warna biru tua (Kiswari 2014).
Diameter sel berkisar antara 14-16 µm dan inti sel berwarna biru atau ungu gelap
(Peckham 2014).
Granula basofil mengandung heparin (antikoagulan), histamin,
prostaglandin, dan serotonin (Guyton dan Hall 2006; Peckham 2014). Basofil
memiliki reseptor imunoglobulin E (IgE) (Peckham 2014). Imunoglobulin E
merupakan antibodi yang menyebabkan reaksi alergi dan memiliki sifat untuk
melekat pada sel mast dan basofil, sehingga kedua sel ini berperan dalam
beberapa tipe reaksi alergi. Reaksi antigen-antibodi menyebabkan rupturnya sel
mast dan basofil disertai keluarnya mediator peradangan yang menimbulkan
reaksi alergi (Guyton dan Hall 2006).
Peningkatan jumlah basofil di atas nilai kisaran normal dikenal sebagai
basofilia. Basofilia diantaranya terjadi pada kondisi reaksi alergi, karena basofil
berperan dalam reaksi hipersensitivitas yang berhubungan dengan IgE (Kiswari
2014). Keadaan tidak ditemukannya basofil di dalam sirkulasi darah merupakan
hal yang normal, karena persentase basofil dalam sirkulasi darah hanya sekitar
antara 0-3% (PennVet 2003).
7
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai November 2013 di
Laboratorium Patologi Klinik, Divisi Penyakit Dalam, Departemen Klinik
Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pengambilan sampel darah dilakukan di peternakan rakyat di desa Citapen,
Kecamatan Ciawi, Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian meliputi disposable syringe,
vacutainer berantikoagulan tripotassium ethylene diamine tetra-acetic acid (K3
EDTA), cool box, mikroskop, hemositometer (kamar hitung dan pipet leukosit),
mechanical shaker, counter, gelas obyek, cover glass, bak pewarnaan, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, label, tisu, dan pipet. Bahan yang digunakan meliputi air,
pakan, suplemen Zn, sampel darah sapi, alkohol 70%, larutan Turk, metanol,
larutan Giemsa 10%, dan minyak imersi. Hewan penelitian yang digunakan
adalah anak sapi FH sebanyak 9 ekor berumur antara 6-10 bulan.
Prosedur Penelitian
Hewan Penelitian
Hewan penelitian dibagi menjadi tiga kelompok perlakuan dengan masing-
masing kelompok terdiri atas tiga ekor. Pengelompokan dilakukan berdasarkan
perbedaan kandungan mineral Zn yang ditambahkan ke dalam konsentrat, yaitu
kelompok yang diberi pakan tanpa suplementasi Zn (kontrol), kelompok yang
diberi pakan dengan suplementasi Zn sebesar 60 ppm, dan kelompok yang diberi
pakan dengan suplementasi Zn sebesar 120 ppm.
Pakan yang diberikan berupa rumput dan konsentrat yang disesuaikan
dengan kebutuhan ternak. Konsentrat yang diberikan sesuai standard National
Research Council (NRC) seperti yang disajikan pada Tabel 1. Konsentrat yang
telah disusun dicampur dengan suplemen Zn dan diberikan setiap hari sebanyak
dua kali sehari, yaitu pagi dan sore selama tiga bulan. Air minum diberikan secara
ad libitum.
8
Tabel 1 Komposisi Konsentrat Penelitian
Bahan Makanan Kontrol Zn 60 ppm Zn 120 ppm
Pollard 18 18 18
CGF (Corn Gluten Feed) 10 10 10
Onggok 30 30 30
Kulit kacang 5 5 5
Sawit 15 15 15
Dedek padi 15 15 15
Garam 1 1 1
Molases 5 5 5
Mineral 1 1 1
Total 100 100 100
Zn 0 0.006 0.012
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan pada saat sebelum suplementasi Zn,
selanjutnya setiap bulan sebanyak satu kali selama tiga bulan. Pengambilan
sampel darah dilakukan melalui vena jugularis. Lokasi pengambilan sampel darah
terlebih dahulu dibersihkan dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol,
kemudian sampel darah diambil sebanyak 2 ml dengan menggunakan disposable
syringe 5 ml. Sampel darah kemudian dipindahkan ke dalam vacutainer yang
berisi antikoagulan K3EDTA. Sampel darah dimasukkan ke dalam cool box, dan
segera dibawa ke laboratorium untuk dianalisis terhadap jumlah total dan
diferensial leukosit.
Penghitungan Jumlah Leukosit Total
Jumlah leukosit total dihitung menggunakan hemositometer. Sampel darah
dihisap menggunakan pipet leukosit dan aspirator sampai tera 0.5. Dinding pipet
leukosit yang terkena darah dibersihkan dengan tisu dan tidak boleh mengenai
ujung mulut pipet. Selanjutnya, larutan Turk dihisap hingga tera 11, dinding pipet
leukosit dibersihkan kembali dengan hati-hati jangan sampai menyentuh mulut
pipet, aspirator dilepaskan. Pipet leukosit kemudian dihomogenkan menggunakan
mechanical shaker. Setelah itu, sekitar 2-3 tetes pertama isi pipet dibuang,
kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung dan ditutup dengan cover glass.
Pembacaan dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 40 (Kiswari
2014).
Diferensiasi Leukosit
Diferensiasi leukosit dilakukan untuk menghitung persentase setiap jenis
leukosit. Jenis leukosit yang dihitung meliputi jumlah limfosit, neutrofil, monosit,
dan eosinofil. Ulas darah dibuat dengan meneteskan satu tetes darah pada salah
satu sisi gelas obyek, kemudian diulas dan dibiarkan kering di udara selama
beberapa menit. Ulas darah kemudian difiksasi dengan metanol dan dibiarkan
selama 5 menit. Ulas darah diwarnai dengan larutan Giemsa 10% selama 45 menit
dan setelah itu dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Pembacaan dilakukan
di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 100. Tiap jenis leukosit yang
9
ditemukan dihitung hingga jumlah leukosit mencapai 100. Nilai absolut diperoleh
dengan mengalikan persentase masing-masing jenis leukosit dengan jumlah
leukosit total (Kiswari 2014).
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji analysis of variance
(ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Leukosit
Rataan jumlah leukosit total pada anak sapi FH semua kelompok perlakuan
sebelum dan sesudah suplementasi Zn disajikan pada Tabel 2. Rataan jumlah
leukosit total tidak berbeda nyata antar waktu pengamatan pada semua kelompok
perlakuan (P>0.05) (Tabel 2). Rataan jumlah leukosit total juga tidak berbeda
nyata antar kelompok perlakuan (P>0.05). Namun demikian, terdapat
kecenderungan adanya perubahan profil pada masing-masing kelompok perlakuan
setelah suplementasi Zn. Rataan jumlah leukosit total pada kelompok Zn 60 ppm
cenderung menurun setelah satu bulan suplementasi Zn, dan cenderung meningkat
pada bulan berikutnya. Profil yang berbeda ditunjukkan oleh kelompok Zn 120,
dimana jumlah leukosit total pada kelompok ini memperlihatkan adanya
kecenderungan meningkat setelah suplementasi. Kelompok Zn 120 ppm
memperlihatkan profil jumlah leukosit total yang mirip dengan kelompok kontrol.
Rataan jumlah leukosit total tertinggi dijumpai pada kelompok Zn 60 ppm
setelah dua bulan suplementasi Zn. Rataan jumlah leukosit total pada semua
kelompok perlakuan selama pengamatan berada dalam kisaran referensi normal
menurut PennVet (2003) yaitu antara 4-12 x 103 /µL.
Tabel 2 Rataan jumlah leukosit total (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein
sebelum dan sesudah suplementasi Zn
Perlakuan Waktu pengamatan bulan ke-
0 1 2 3
Kontrol 7.32±1.53 a 9.07±4.01
a 10.02±1.97
a 7.67±2.40
a
Zn 60 ppm 7.15±1.25 ab
6.25±3.35 a 11.18±2.44
ab 7.15±1.23
ab
Zn 120 ppm 7.28±1.06a 8.07±2.09
a 8.40±2.77
a 6.78±1.58
a
Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).
Perubahan profil rataan jumlah leukosit total pada penelitian ini diduga
disebabkan oleh adanya perubahan pada rataan jumlah limfosit. Profil rataan
jumlah leukosit total (Tabel 2) mirip dengan profil rataan jumlah limfosit (Tabel
10
3). Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah leukosit total dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah limfosit. Frandson et al. (2009) menyatakan bahwa
peningkatan jumlah limfosit pada ruminansia dapat meningkatkan jumlah leukosit
total dalam sirkulasi darah.
Rataan jumlah leukosit total tertinggi dijumpai pada bulan ke-2 dan terjadi
pada semua kelompok perlakuan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh status Zn dalam
tubuh. Menurut Widhyari (2012), apabila kadar Zn dalam tubuh berkurang maka
penyerapan Zn akan meningkat. Hal ini dilakukan oleh tubuh agar kebutuhan Zn
tetap tercukupi. Penyerapan Zn yang meningkat diduga dapat meningkatkan
jumlah limfosit karena Zn bertanggung jawab terhadap kerja timus sebagai tempat
maturasi limfosit T muda dan fungsi limfosit T dewasa dalam perifer (Winarsi
2010). Penyerapan Zn yang meningkat mampu meningkatkan jumlah limfosit
yang akan memengaruhi jumlah leukosit total dalam sirkulasi darah.
Peningkatan rataan jumlah leukosit total untuk semua kelompok perlakuan
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05). Widhyari (2005) melaporkan
bahwa, suplementasi Zn pada kambing peranakan etawa pada periode sekitar
partus tidak disertai dengan peningkatan jumlah leukosit total, yang
mengindikasikan bahwa Zn tidak bekerja pada rangsangan leukopoiesis, yaitu
proses pembentukan leukosit, tetapi diduga bekerja pada peningkatan kinerja
leukosit.
Limfosit
Tabel 3 memperlihatkan rataan jumlah limfosit pada anak sapi FH semua
kelompok perlakuan sebelum dan sesudah suplementasi Zn. Profil rataan jumlah
limfosit (Tabel 3) pada penelitian ini mirip dengan profil rataan jumlah leukosit
total (Tabel 2).
Tabel 3 Rataan jumlah limfosit (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein sebelum
dan sesudah suplementasi Zn
Perlakuan Waktu pengamatan bulan ke-
0 1 2 3
Kontrol 3.57±1.69 a 4.02±1.73
ab 6.54±1.04
ab 4.42±1.24
ab
Zn 60 ppm 3.57±0.77 a 3.23±2.03
a 7.90±2.02
b 4.31±0.74
a
Zn 120 ppm 3.85±1.26 a 3.91±1.06
a 4.96±1.29
a 4.05±1.11
a
Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).
Rataan jumlah limfosit tertinggi dijumpai pada semua kelompok perlakuan
setelah dua bulan suplementasi Zn, dimana kelompok Zn 60 ppm menunjukkan
peningkatan jumlah limfosit yang berbeda nyata (P<0.05). Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Widhyari (2005), dimana suplementasi Zn pada
kambing peranakan etawa periode sekitar partus meningkatkan jumlah limfosit.
11
Menurut penelitian Guo dan Wang (2013), pasien hemodialisis yang menerima
suplementasi Zn menunjukkan jumlah limfosit yang lebih tinggi secara nyata
dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima suplementasi Zn.
Peningkatan jumlah limfosit pada penelitian ini diduga disebabkan oleh
suplementasi Zn. Zinc dapat meningkatkan produksi interleukin-1 oleh monosit.
Interleukin-1 berfungsi untuk meningkatkan produksi interleukin-2 yang berperan
sebagai stimulan dalam proliferasi limfosit B dan limfosit T (Guyton dan Hall
2006). Zinc merupakan kofaktor penting bagi timulin, yaitu hormon yang
diproduksi oleh timus. Timulin berfungsi untuk mengatur diferensiasi limfosit T
muda dan fungsi limfosit T dewasa serta memodulasi pelepasan sitokin oleh
peripheral blood mononuclear cells (Ibs dan Rink 2003).
Neutrofil
Tabel 4 memperlihatkan adanya peningkatan rataan jumlah neutrofil di atas
normal pada kelompok kontrol pada bulan ke-1 setelah suplementasi Zn. Kisaran
normal jumlah neutrofil pada sapi berkisar antara 0.6-4 x 103 /µL (PennVet 2003).
Peningkatan jumlah neutrofil di atas kisaran normal disebut neutrofilia (Frandson
et al. 2009). Rataan jumlah neutrofil anak sapi FH semua kelompok perlakuan
sebelum dan sesudah suplementasi Zn disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rataan jumlah neutrofil (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein sebelum
dan sesudah suplementasi Zn
Perlakuan Waktu pengamatan bulan ke-
0 1 2 3
Kontrol 3.11±1.37a 4.22±2.12
a 3.12±0.73
a 2.81±1.13
a
Zn 60 ppm 2.99±1.47a 2.53±1.17
a 2.78±0.80
a 2.35±0.69
a
Zn 120 ppm 2.91±0.45a 3.78±1.12
a 2.85±1.17
a 2.12±0.48
a
Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).
Peningkatan jumlah neutrofil pada kelompok kontrol diduga karena hewan
cenderung lebih mudah stres dibandingkan dengan kelompok yang disuplementasi
Zn. Stres dapat terjadi akibat trauma fisik, infeksi, adanya perubahan cuaca yang
ekstrim, faktor lingkungan, dan status fisiologis hewan. Kondisi stres
menyebabkan peningkatan sekresi kortisol, jenis hormon glukokotikoid, dari
korteks adrenal (Guyton dan Hall 2006). Peningkatan hormon glukokortikoid
akan menginduksi L-selektin yaitu suatu molekul yang terdapat pada permukaan
sel untuk melakukan pergerakan, mengakibatkan neutrofil bermigrasi dari pool
marginal ke sirkulasi darah sehingga terjadi neutrofilia (Widhyari 2005).
Rataan jumlah neutrofil pada kelompok suplementasi Zn 60 ppm
menunjukkan profil yang lebih stabil dibandingkan dengan kelompok kontrol dan
12
Zn 120 ppm. Menurut Widhyari (2005), kambing peranakan etawa pada periode
sekitar partus yang diberi pakan mengandung Zn 60 mg/kg berat kering
menunjukkan profil jumlah neutrofil yang lebih stabil dibandingkan dengan
kelompok kontrol dan kelompok yang diberi pakan mengandung Zn 80 mg/kg
berat kering. Hal ini diduga bahwa kelompok Zn 60 ppm lebih mampu menekan
faktor stres yaitu kortisol. Menurut Widhyari et al. (2011), kadar kortisol pada
kambing peranakan etawa saat partus yang diberi tambahan Zn sebanyak 60
mg/kg berat kering lebih rendah dibandingkan dengan kambing etawa yang diberi
tambahan Zn sebanyak 40 dan 80 mg/kg berat kering.
Rataan jumlah neutrofil sapi FH tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
antar kelompok perlakuan (P>0.05). Pinna et al. (2002) melaporkan bahwa,
penambahan Zn pada manusia dengan kondisi sehat tidak berpengaruh terhadap
jumlah neutrofil dalam darah. Hal ini diduga karena suplemetasi Zn lebih
berperan dalam meningkatkan kinerja neutrofil. Menurut Widhyari (2012),
penambahan Zn sebanyak 60 mg/kg berat kering dalam pakan pada kambing
peranakan etawa saat partus mampu meningkatkan secara nyata kapasitas
fagositosis sel PMN dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok yang
diberi pakan mengandung Zn 80 mg/kg berat kering.
Monosit
Rataan jumlah monosit anak sapi FH pada semua kelompok perlakuan tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05) sepanjang waktu pengamatan.
Rataan jumlah monosit anak sapi FH semua kelompok perlakuan sebelum dan
sesudah suplementasi Zn dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Rataan jumlah monosit (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein sebelum
dan sesudah suplementasi Zn
Perlakuan Waktu pengamatan bulan ke-
0 1 2 3
Kontrol 0.38±0.03a 0.57±0.23
a 0.29±0.19
a 0.32±0.06
a
Zn 60 ppm 0.37±0.14a 0.31±0.17
a 0.20±0.26
a 0.30±0.06
a
Zn 120 ppm 0.35±0.09a 0.23±0.07
a 0.36±0.23
a 0.42±0.13
a
Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).
Hasil penelitian ini memperlihatkan rataan jumlah monosit berkisar antara
0.20-0.57 x 103 /µL. Nilai ini masih berada dalam kisaran normal yaitu antara
0.20-0.84 x 103 /µL (PennVet 2003). Rataan jumlah monosit sapi FH yang
disuplementasi Zn tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05). Hasil ini
sama dengan penelitian Pinna et al. (2002), dimana penambahan Zn tidak
mengubah persentase monosit dalam sirkulasi darah. Suplementasi Zn diduga
berpengaruh pada aktivitas monosit. Dugaan ini didukung oleh hasil penelitian Ibs
13
dan Rink (2003), bahwa suplementasi Zn secara in vitro sebanyak 500 µmol.l-1
mampu memengaruhi aktivitas limfosit T dan monosit.
Kim et al. (2008) melaporkan bahwa, kapasitas fagositosis monosit pada
anjing Beagle yang diberi tambahan Zn sebanyak 100 µM meningkat secara nyata.
Zinc mampu menginduksi produksi TNF-α (Tumor Necrosis Factor Alpha), yaitu
sitokin yang disekresikan oleh makrofag, salah satu fungsinya adalah
meningkatkan kapasistas fagositosis sel PMN dan monosit.
Eosinofil
Rataan jumlah eosinofil ketiga kelompok sapi FH sebelum diberi suplemen
Zn menunjukkan nilai di atas kisaran normal. Jumlah eosinofil pada sapi dalam
sirkulasi darah berkisar antara 0-0.17 x 103 /µL (PennVet 2003). Kondisi dimana
jumlah eosinofil meningkat di atas kisaran normal, disebut sebagai eosinofilia
(Frandson et al. 2009). Rataan jumlah eosinofil anak sapi FH semua kelompok
perlakuan sebelum dan sesudah diberi suplemen Zn disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Rataan jumlah eosinofil (x103/µL) anak sapi Friesian Holstein sebelum
dan sesudah suplementasi Zn
Perlakuan Waktu pengamatan bulan ke-
0 1 2 3
Kontrol 0.26±0.17a 0.26±0.10
a 0.07±0.13
a 0.13±0.09
a
Zn 60 ppm 0.24±0.03a 0.17±0.12
a 0.31±0.33
a 0.19±0.19
a
Zn 120 ppm 0.18±0.13a 0.15±0.04
a 0.23±0.10
a 0.19±0.14
a
Keterangan: huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (P>0.05).
Satu bulan setelah suplementasi Zn, rataan jumlah eosinofil pada kelompok
yang disuplementasi Zn menurun ke kisaran nilai normal, sedangkan pada
kelompok kontrol tetap di atas kisaran nilai normal. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian Scott dan Koski (2000), dimana tikus yang mengalami
eosinofilia, segera menurun jumlah eosinofilnya setelah diberi suplemen Zn
dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi suplemen Zn.
Bulan ke-2, jumlah eosinofil pada kelompok yang disuplementasi Zn
kembali meningkat. Chen et al. (2004) melaporkan bahwa, jumlah eosinofil pada
kelompok tikus yang diberi air mengandung ZnCl2 sebanyak 60 ppm lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok tikus yang diberi air mengandung ZnCl2
sebanyak 0.6 dan 100 ppm. Jumlah eosinofil yang meningkat diduga disebabkan
oleh suplementasi Zn, dimana Zn mampu memengaruhi produksi eosinofil karena
Zn dapat meningkatkan sekresi interleukin-5 oleh limfosit T yang berfungsi untuk
menstimulasi pembentukan dan diferensiasi eosinofil serta aktivasi eosinofil
dewasa (Manurung et al. 2013).
14
Kelompok Zn 60 ppm dan 120 ppm mengalami penurunan rataan jumlah
eosinofil pada akhir pengamatan. Hal ini diduga disebabkan oleh status Zn dalam
tubuh. Menurut Suprijati (2013), ketika kebutuhan Zn telah tercukupi maka tubuh
akan mengurangi penyerapan Zn. Hal ini dilakukan oleh tubuh untuk menjaga
keseimbangan kadar Zn dalam tubuh.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Suplementasi Zn sebesar 60 dan 120 ppm dalam pakan tidak memengaruhi
jumlah leukosit total, neutrofil, monosit, dan eosinofil. Namun demikian,
suplementasi Zn sebesar 60 ppm dalam pakan mampu meningkatkan jumlah
limfosit anak sapi Friesian Holstein pada dua bulan setelah suplementasi.
Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah hewan coba lebih banyak, waktu
pengamatan yang lebih lama, dan sumber Zn yang berbeda, serta penelitian
tentang pengaruh Zn terhadap kinerja leukosit anak sapi Friesian Holstein.
DAFTAR PUSTAKA
[AAK] Aksi Agraris Kanisius. 1991. Beternak Sapi Perah. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Ajayi OB. 2008. Effect of zinc deficiency on haematological parameters and
mineral content of selected tissues in albino rats. Pak J Nutr. 7(4):543-545.
Bamualim AM, Kusmartono, Kuswandi. 2009. Aspek nutrisi sapi perah. Di
dalam: Santosa KA, Diwyanto K, Toharmat T, editor. Peternakan Sapi Perah
di Indonesia. Bogor (ID): LIPI Press. Hlm 165-209.
Bao B, Prasad AS, Beck FWJ, Godmere M. 2003. Zinc modulates mRNA levels
of cytokines. Am J Physiol Endocrinol Metab. 285:E1095-E1102.
Chen CH, Huang YL, Chuan MY. 2004. The influence of zinc in mice on
infection with Angiostrongylus cantonensis. Parasitol Res. 94(1):74-81.
Djaja W, Matondang RH, Haryono. 2009. Aspek manajemen usaha sapi perah. Di
dalam: Santosa KA, Diwyanto K, Toharmat T, editor. Peternakan Sapi Perah
di Indonesia. Bogor (ID): LIPI Press. Hlm 27-69.
Fraker PJ, King LE, Tonya L, Teresa LV. 2000. The dynamic link between the
integrity of the immune system and zinc status. J Nutr. 130:1399S-1406S.
Frandson RD, Wilke AL, Fails AD. 2009. Anatomy and Physiology of Farm
Animals. Ed ke-7. Colorado (US): Wiley-Blackwell.
Guo CH, Wang CL. 2013. Effect of zinc supplementation on plasma coppe/zinc
ratios, oxidative stess, and immunological status in hemodialysis patients. Int J
Med Sci. 10(1):78-89.
15
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11.
Philadelphia (US): Elsevier Saunders.
Ibs KH, Rink L. 2003. Zinc-altered immune function. J Nutr. 133:1452S-1456S.
Indriani AP, Muktiani A, Pangestu E. 2013. Konsumsi dan produksi protein susu
sapi perah laktasi yang diberi suplemen temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
dan seng proteinat. Anim Agricul J. 2(1):128-135.
Kiswari R. 2014. Hematologi & Transfusi. Jakarta (ID): Erlangga Medical Series.
Kim YJ, Kang JH, Yang MP. 2008. Zinc increases the phagocytic capacity of
canine peripheral blood phagocytes in vitro. Vet Res Commun. 33:251-261.
Manurung DNM, Nasrul E, Medison I. 2013. Gambaran jumlah eosinofil darah
tepi penderita asma bronkial di bangsal paru RSUD Dr. M. Djamil Padang. J
Kesehat Andal. 2(3):122-126.
Muchtadi D. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini. Bandung (ID): Alfabeta.
[NRC] National Research Council. 2001. Nutrient Requirements of Dairy Cattle.
Washington, D.C. (US): National Academy Press.
[PennVet] University of Pennsylvania School of Veterinary Medicine. 2003.
Haematology Normal Values for Cattle [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 15].
Tersedia pada: http://research.vet.upenn.edu/fieldservice/Dairy/Clinical
Pathology/tabid/3848/Default.aspx.
Peckham M. 2014. At a Glance Histologi. Jakarta (ID): Erlangga Medical Series
Pinna K, Kelley DS, Taylor PC, King JC. 2002. Immune functions are maintained
in healthy men with low zinc intake. J Nutr. 132:2033-2036.
Raqib R, Hossain MB. Kelleher SL. Stephensen CB, Lonnerdal B. 2007. Zinc
supplementation of pregnant rats with adequate zinc nutriture suppresses
immune functions in their offspring. J Nutr. 137:1037-1042.
Rink L, Kirchner H. 2000. Zinc-altered immune function and cytokine production.
J Nutr. 130:1407S-1411S.
Scott ME, Koski KG. 2000. Zinc deficiency impairs immune responses against
parasitic nematode infections at intestinal and systemic sites. J Nutr.
130:1412S-1420S.
Someya Y, Tanihata J, Sato S, Kawano F, Shirato K, Sugiyama M, Kawashima Y,
Nomura S. 2009. Zinc-deficiency induced changes in the distribution of rat
white blood cells. J Nutr Sci Vitaminol. 55:162-169.
Simonyte S, Cerkasin G, Planciuniene R, Naginiene R, Ryselis S, Ivanov L. 2003.
Influence of cadmium and zinc on the mice resistance of Listeria
monocytogenes infection. Medicina. 39(8):767-772.
Subandriyo dan Adiarto. 2009. Sejarah perkembangan peternakan sapi perah. Di
dalam: Santosa KA, Diwyanto K, Toharmat T, editor. Peternakan Sapi Perah
di Indonesia. Bogor (ID): LIPI Press. Hlm 1-25.
Suprijati. 2013. Seng organik sebagai imbuhan pakan ruminansia. Wartazoa.
23(3):142-157.
Syawal S, Purwanto BP, Permana IG. 2013. Studi hubungan respon ukuran tubuh
dan pemberian pakan terhadap pertumbuhan sapi pedet dan dara pada lokasi
yang berbeda. JTTP. 2(3):175-188.
[WHFF] World Holstein Friesian Federation. 2013. Holstein Champions
[Internet]. [diunduh 2014 Februari 18]. Tersedia pada:
http//whff.info/events/champions.php.
16
Widhyari SD. 2005. Patofisiologi sekitar partus pada kambing peranakan etawah:
kajian peran suplementasi zincum terhadap respons imunitas dan produktivitas
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Widhyari SD, Wientarsih I, Soehartono H, Kompiang IP, Winarsih W. 2009.
Efektivitas pemberian kombinasi mineral zinc dan herbal sebagai
imunomodulator. JIPI. 14(1): 30-40.
Widhyari SD, Widodo S, Wibawan IWT, Sutama IK, Esfandiari A. 2011. Profil
kadar kortisol dan seng pada kambing peranakan etawa saat melahirkan yang
diberi tambahan seng dalam pakannya. J Vet. 12(3):220-228.
Widhyari SD. 2012. Peran dan dampak defisiensi zinc (Zn) terhadap sistem
tanggap kebal. Wartazoa. 22(3):141-148.
Winarsi H. 2010. Protein Kedelai dan Kecambah Manfaatnya Bagi Kesehatan.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Zemel BS, Kawchak DA, Fung EB, Frempong KO, Stallings VA. 2002. Effect of
zinc supplementation on growth and body composition in children with sickle
cell disease. Am J Clin Nutr. 75:300-307.
17
Lampiran 1 Uji ANOVA sebelum suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Leukosit Between Groups 46666.667 2 23333.333 .014 .986
Within Groups 1.007E7 6 1678888.889
Total 1.012E7 8
Limfosit Between Groups 161226.889 2 80613.444 .048 .953
Within Groups 1.003E7 6 1671275.222
Total 1.019E7 8
Monosit Between Groups 882.000 2 441.000 .047 .954
Within Groups 55846.000 6 9307.667
Total 56728.000 8
Neutrofil Between Groups 63890.667 2 31945.333 .023 .978
Within Groups 8513017.333 6 1418836.222
Total 8576908.000 8
Eosinofil Between Groups 11352.667 2 5676.333 .373 .703
Within Groups 91261.333 6 15210.222
Total 102614.000 8
Lampiran 2 Uji Duncan sebelum suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Subset for alpha = 0.05
Duncana Perlakuan N 1
Leukosit
Zn 60 ppm 3 7150.00
Zn 120 ppm 3 7283.33
Kontrol 3 7316.67
Sig. .884
Limfosit
Zn 60 ppm 3 3564.67
Kontrol 3 3573.00
Zn 120 ppm 3 3852.67
Sig. .800
Monosit
Zn 120 ppm 3 350.67
Zn 60 ppm 3 365.67
Kontrol 3 374.67
Sig. .778
Neutrofil
Zn 120 ppm 3 2905.67
Zn 60 ppm 3 2985.00
Kontrol 3 3110.33
Sig. .845
Eosinofil
Zn 120 ppm 3 174.67
Zn 60 ppm 3 235.33
Kontrol 3 259.00
Sig. .448 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
18
Lampiran 3 Uji ANOVA setelah 1 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Leukosit Between Groups 1.223E7 2 6116944.444 .580 .589
Within Groups 6.331E7 6 1.055E7
Total 7.555E7 8
Limfosit Between Groups 1090881.556 2 545440.778 .198 .825
Within Groups 1.649E7 6 2748779.556
Total 1.758E7 8
Monosit Between Groups 184790.889 2 92395.444 3.241 .111
Within Groups 171052.000 6 28508.667
Total 355842.889 8
Neutrofil Between Groups 4584427.556 2 2292213.778 .967 .432
Within Groups 1.422E7 6 2369356.444
Total 1.880E7 8
Eosinofil Between Groups 21200.222 2 10600.111 1.226 .358
Within Groups 51878.000 6 8646.333
Total 73078.222 8
Lampiran 4 Uji Duncan setelah 1 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Subset for alpha = 0.05
Duncana Perlakuan N 1
Leukosit
Zn 60 ppm 3 6250.00
Zn 120 ppm 3 8066.67
Kontrol 3 9066.67
Sig. .344
Limfosit
Zn 60 ppm 3 3229.67
Zn 120 ppm 3 3908.67
Kontrol 3 4016.00
Sig. .594
Monosit Zn 120 ppm 3 233.67
Zn 60 ppm 3 312.67
Kontrol 3 569.33
Sig. .057
Neutrofil
Zn 60 ppm 3 2534.00
Zn 120 ppm 3 3777.33
Kontrol 3 4220.00
Sig. .242
Eosinofil
Zn 120 ppm 3 147.67
Zn 60 ppm 3 174.33
Kontrol 3 261.33
Sig. .198 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
19
Lampiran 5 Uji ANOVA setelah 2 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Leukosit Between Groups 1.172E7 2 5860833.333 1.003 .421
Within Groups 3.505E7 6 5842222.222
Total 4.678E7 8
Limfosit Between Groups 1.302E7 2 6509216.778 2.866 .134
Within Groups 1.363E7 6 2270931.111
Total 2.664E7 8
Monosit Between Groups 41261.556 2 20630.778 .402 .686
Within Groups 307753.333 6 51292.222
Total 349014.889 8
Neutrofil Between Groups 192838.889 2 96419.444 .114 .894
Within Groups 5077167.333 6 846194.556
Total 5270006.222 8
Eosinofil Between Groups 85310.889 2 42655.444 .958 .436
Within Groups 267262.667 6 44543.778
Total 352573.556 8
Lampiran 6 Uji Duncan setelah 2 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Subset for alpha = 0.05
Duncana Perlakuan N 1
Leukosit
Zn 120 ppm 3 8400.00
Kontrol 3 10016.67
Zn 60 ppm 3 11183.33
Sig. .222
Limfosit
Zn 120 ppm 3 4959.67
Kontrol 3 6540.00
Zn 60 ppm 3 7903.00
Sig. .060
Monosit Zn 60 ppm 3 196.00
Kontrol 3 285.67
Zn 120 ppm 3 361.67
Sig. .419
Neutrofil
Zn 60 ppm 3 2777.00
Zn 120 ppm 3 2853.67
Kontrol 3 3118.67
Sig. .675
Eosinofil
Kontrol 3 73.00
Zn 120 ppm 3 225.67
Zn 60 ppm 3 308.00
Sig. .235 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
20
Lampiran 7 Uji ANOVA setelah 3 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Leukosit Between Groups 1181666.667 2 590833.333 .182 .838
Within Groups 1.951E7 6 3251388.889
Total 2.069E7 8
Limfosit Between Groups 214070.889 2 107035.444 .097 .909
Within Groups 6643416.667 6 1107236.111
Total 6857487.556 8
Monosit Between Groups 24522.667 2 12261.333 1.610 .276
Within Groups 45701.333 6 7616.889
Total 70224.000 8
Neutrofil Between Groups 732273.556 2 366136.778 .560 .598
Within Groups 3921361.333 6 653560.222
Total 4653634.889 8
Eosinofil Between Groups 7864.889 2 3932.444 .177 .842
Within Groups 133084.000 6 22180.667
Total 140948.889 8
Lampiran 8 Uji Duncan setelah 3 bulan suplementasi Zn berdasarkan kelompok
perlakuan
Subset for alpha = 0.05
Duncana Perlakuan N 1
Leukosit
Zn 120 ppm 3 6783.33
Zn 60 ppm 3 7150.00
Kontrol 3 7666.67
Sig. .582
Limfosit
Zn 120 ppm 3 4049.00
Zn 60 ppm 3 4314.00
Kontrol 3 4414.67
Sig. .694
Monosit Zn 60 ppm 3 302.00
Kontrol 3 316.67
Zn 120 ppm 3 419.33
Sig. .163
Neutrofil
Zn 120 ppm 3 2123.00
Zn 60 ppm 3 2344.67
Kontrol 3 2807.67
Sig. .354
Eosinofil
Kontrol 3 128.33
Zn 60 ppm 3 189.67
Zn 1200 ppm 3 192.33
Sig. .628 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
21
Lampiran 9 Uji ANOVA pada kelompok kontrol berdasarkan waktu pengamatan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Leukosit Between Groups 1.414E7 3 4715000.000 .672 .593
Within Groups 5.612E7 8 7014583.333
Total 7.026E7 11
Limfosit Between Groups 1.557E7 3 5188573.417 2.452 .138
Within Groups 1.693E7 8 2116001.583
Total 3.249E7 11
Monosit Between Groups 145836.250 3 48612.083 2.109 .177
Within Groups 184416.667 8 23052.083
Total 330252.917 11
Neutrofil Between Groups 3470533.667 3 1156844.556 .566 .653
Within Groups 1.636E7 8 2045060.750
Total 1.983E7 11
Eosinofil Between Groups 80921.583 3 26973.861 1.727 .239
Within Groups 124961.333 8 15620.167
Total 205882.917 11
Lampiran 10 Uji Duncan pada kelompok kontrol berdasarkan waktu pengamatan
Subset for alpha = 0.05
Duncan Bulan N 1 2
Leukosit
Bulan ke-0 3 7316.67
Bulan ke-3 3 7666.67
Bulan ke-1 3 9066.67
Bulan ke-2 3 10016.67
Sig. .273
Limfosit
Bulan ke-0 3 3573.00
Bulan ke-1 3 4016.00 4016.00
Bulan ke-3 3 4414.67 4414.67
Bulan ke-2 3 6540.00
Sig. .516 .076
Monosit
Bulan ke-2 3 285.67
Bulan ke-3 3 316.67
Bulan ke-0 3 374.67
Bulan ke-1 3 569.33
Sig. .064
Neutrofil
Bulan ke-3 3 2807.67
Bulan ke-0 3 3110.33
Bulan ke-2 3 3118.67
Bulan ke-1 3 4220.00
Sig. .287
Eosinofil
Bulan ke-2 3 73.00
Bulan ke-3 3 128.33
Bulan ke-0 3 259.00
Bulan ke-1 3 261.33
Sig. .121
22
Lampiran 11 Uji ANOVA pada kelompok perlakuan Zn 60 ppm berdasarkan
waktu pengamatan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Leukosit Between Groups 4.387E7 3 1.462E7 2.891 .102
Within Groups 4.047E7 8 5058958.333
Total 8.434E7 11
Limfosit Between Groups 4.154E7 3 1.385E7 5.944 .020
Within Groups 1.864E7 8 2329726.917
Total 6.018E7 11
Monosit Between Groups 45457.583 3 15152.528 .520 .681
Within Groups 233295.333 8 29161.917
Total 278752.917 11
Neutrofil Between Groups 703875.000 3 234625.000 .202 .892
Within Groups 9276450.667 8 1159556.333
Total 9980325.667 11
Eosinofil Between Groups 32393.667 3 10797.889 .271 .844
Within Groups 318358.000 8 39794.750
Total 350751.667 11
Lampiran 12 Uji Duncan pada kelompok perlakuan Zn 60 ppm berdasarkan
waktu pengamatan
Subset for alpha = 0.05
Duncan Bulan N 1 2
Leukosit
Bulan ke-1 3 6250.00
Bulan ke-0 3 7150.00 7150.00
Bulan ke-3 3 7150.00 7150.00
Bulan ke-2 3 11183.33
Sig. .651 .068
Limfosit
Bulan ke-1 3 3229.67
Bulan ke-0 3 3564.67
Bulan ke-3 3 4314.00
Bulan ke-2 3 7903.00
Sig. .428 1.000
Monosit
Bulan ke-2 3 196.00
Bulan ke-3 3 302.00
Bulan ke-1 3 312.67
Bulan ke-0 3 365.67
Sig. .285
Neutrofil
Bulan ke-3 3 2344.67
Bulan ke-1 3 2534.00
Bulan ke-2 3 2777.00
Bulan ke-0 3 2985.00
Sig. .511
Eosinofil
Bulan ke-1 3 174.33
Bulan ke-3 3 189.67
Bulan ke-0 3 235.33
Bulan ke-2 3 308.00
Sig. .461
23
Lampiran 13 Uji ANOVA pada kelompok perlakuan Zn 120 ppm berdasarkan
waktu pengamatan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Leukosit Between Groups 4861666.667 3 1620555.556 .413 .748
Within Groups 3.136E7 8 3920000.000
Total 3.622E7 11
Limfosit Between Groups 2415555.000 3 805185.000 .574 .648
Within Groups 1.122E7 8 1402938.000
Total 1.364E7 11
Monosit Between Groups 54530.000 3 18176.667 .894 .485
Within Groups 162640.667 8 20330.083
Total 217170.667 11
Neutrofil Between Groups 4124194.917 3 1374731.639 1.806 .224
Within Groups 6090748.000 8 761343.500
Total 1.021E7 11
Eosinofil Between Groups 9624.250 3 3208.083 .256 .855
Within Groups 100166.667 8 12520.833
Total 109790.917 11
Lampiran 14 Uji Duncan pada kelompok perlakuan Zn 120 ppm berdasarkan
waktu pengamatan
Subset for alpha = 0.05
Duncan Bulan N 1
Leukosit
Bulan ke-3 3 6783.33
Bulan ke-0 3 7283.33
Bulan ke-1 3 8066.67
Bulan ke-2 3 8400.00
Sig. .373
Limfosit
Bulan ke-0 3 3852.67
Bulan ke-1 3 3908.67
Bulan ke-3 3 4049.00
Bulan ke-2 3 4959.67
Sig. .312
Monosit
Bulan ke-1 3 233.67
Bulan ke-0 3 350.67
Bulan ke-2 3 361.67
Bulan ke-3 3 419.33
Sig. .172
Neutrofil
Bulan ke-3 3 2123.00
Bulan ke-2 3 2853.67
Bulan ke-0 3 2905.67
Bulan ke-1 3 3777.33
Sig. .061
Eosinofil
Bulan ke-1 3 147.67
Bulan ke-0 3 174.67
Bulan ke-3 3 192.33
Bulan ke-2 3 225.67
Sig. .444
24
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Jambi, Jambi pada tanggal 19 November 1992.
Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Ayah Purwito SPd dan Ibu Halinar
MPd. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di TK Al-Khariyah Kota Jambi
pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri 61/IV Kota Jambi
dan lulus pada tahun 2004. Penulis kemudian masuk ke SMP Negeri 1 Kota Jambi
dan lulus pada tahun 2007 dan melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Kota
Jambi dan lulus pada tahun 2010. Setelah itu, penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor pada tahun 2010 melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB)
dengan program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan. Selama
menjalani pendidikan S1, penulis aktif menjadi fotografer di unit kegiatan
mahasiswa KORPUS (Koran Kampus) periode 2010-2011, Bendahara 2
Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia periode 2011-2012, dan Bendahara
Umum Himpunan Minat dan Profesi Ruminansia periode 2012-2013.