11
PERAN DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU PENYENGAT JURNAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji Oleh SUHENDRI NIM: 110565201158 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2018

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU …repository.umrah.ac.id/2167/1/JURNALsuhendri.pdfsitus-situs peninggalan sejarah kerajaan melayu serta penataan dan pembangunan

  • Upload
    vanliem

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PERAN DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA TANJUNGPINANG

DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PULAU PENYENGAT

JURNAL

Diajukan Sebagai Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pada Universitas Maritim Raja Ali Haji

Oleh

SUHENDRI

NIM: 110565201158

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2018

2

PERAN DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA

TANJUNGPINANG DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA

PULAU PENYENGAT

Suhendri, Yudhanto Satyagraha Adiputra,S.IP.,M.A, Nur Aslamaturrahmah

Dwi Putri, S.IP., M.Si

([email protected])

(Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP UMRAH Tanjungpinang)

A B S T R A K

Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau mempunyai destinasi Wisata religi,

sejarah yang terletak di Kelurahan Penyengat. Dalam melaksanakan pembangunan

wilayah Wisata disuatu wilayah tidak terlepas dari peran Pemerintah dan

masyarakat yang sadar akan potensi yang telah dimiliki. Sesuai dengan peraturan

Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Usaha Pariwisata

Kota Tanjungpinang yang tercantum pada Bagian Ketiga Pengelolaan Usaha

Pariwisata Milik Pemerintah Daerah Pasal 9 “Usaha Pariwisata milik Pemerintah

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dikelola oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan”. Dalam pelaksanaanya Pemerintah Daerah merupakan salah satu

penentu dalam meningkat atau tidaknya destinasi yang dimiki oleh suatu wilayah.

Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dapat

memberi sumbangsih terhadap Kota Tanjungpinang dan masyarakatnya melalui

aset dengan memperdayakan masyarakat untuk menyadari peluang yang telah

dimiliki Daerah ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang dalam

pengembangan kawasan wisata Pulau Penyengat. Pada penelitian ini penulis

menggunakan jenis penelitian Deskriptif dengan pendekatan penelitian Kualitatif.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah menggunakan observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Adapun yang dijadikan sebagai informan dalam

penelitian ini sebanyak 8 orang Konsep penelitian ini menggunakan teori E.A

Chalik yang memiliki empat indikator. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan mengenai pengembangan kawasan wisata Pulau

Penyengat oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang. Adapun

kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah dalam mengembangkan

Pulau Penyengat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang

menjadikan Pulau Penyengat sebagai kawasan wisata terbuka bagi semua

kalangan. Potensi yang di kembangkan yaitu wisata religi, wisata sejarah, dan

situs-situs peninggalan sejarah kerajaan melayu serta penataan dan pembangunan

failitas-fasilitas dikawasan wisata Pulau Penyengat dengan berbagai atraksi wisata

buatan untuk dapat menarik wisatawan agar berkunjung ke pulau penyengat

3

melalui asset dengan memperdayakan masyarakat untuk menyadari peluang yang

telah di miliki Daerah ini.

Kata Kunci : Pengembangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota

Tanjungpinang, Destinasi Wisata

A B S T R A C T

Tanjungpinang City Riau Islands Province has a religious tourism destination,

which is located in Penyengat Village. In carrying out the development of tourism

areas in an area can not be separated from the role of the Government and the

community who are aware of the potential that has been owned. In accordance

with Tanjungpinang City Regional Regulation Number 6 of 2008 concerning

Tanjungpinang City Tourism Business which is listed in the Third Part of the

Management of Regional Government-Owned Tourism Businesses Article 9

"Tourism Businesses belonging to the Regional Government as referred to in

Article 4, are managed by the Tourism and Culture Service". In the

implementation of the Regional Government is one of the determinants in

increasing or not the destination that is owned by a region. The Tanjungpinang

City Government through the Department of Tourism and Culture can contribute

to Tanjungpinang City and its people through assets by empowering the public to

realize the opportunities that this Region has. The purpose of this study was to

determine the role of the Tanjungpinang City Tourism and Culture Office in the

development of the Penyengat Island tourism area. In this study the author uses a

type of descriptive research with a qualitative research approach. Data collection

techniques used are using observation, interviews, and documentation. As many

as 8 people used as informants in this study The concept of this study uses the E.A

Chalik theory which has four indicators. Based on the results of the study, several

conclusions can be drawn regarding the development of Penyengat Island tourism

area by the Tanjungpinang City Tourism and Culture Office. The conclusions that

can be drawn from this study is that in developing Penyengat Island, the Tourism

and Culture Office of Tanjungpinang City makes Penyengat Island a tourist area

open to all people. Potential developed are religious tourism, historical tourism,

and kingdom heritage sites, as well as structuring and constructing facilities in

the tourist area of Penyengat Island with various artificial tourist attractions to be

able to attract tourists to visit the stinging island through assets by empowering

people to aware of the opportunities that this Region has.

Key words: development, tourism and Culture city of Tanjungpinang, tourist

destinations

1

PENDAHULUAN

Setiap Daerah memiliki potensi Wisata yang berbeda-beda, tergantung

bagaimana Pemerintah Daerah dan masyarakat membangun potensi tersebut

menjadi destinasi, yang menarik dan dapat menjadi daya tarik Wisatawan untuk

berkunjung. Seperti di wilayah Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

mempunyai destinasi Wisata religius yang terletak di Kelurahan Penyengat.

Dalam melaksanakan pembangunan wilayah Wisata disuatu wilayah tidak terlepas

dari peran Pemerintah dan masyarakat yang sadar akan potensi yang telah

dimiliki. Sesuai dengan peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6 Tahun

2008 Tentang Usaha Pariwisata Kota Tanjungpinang yang tercantum pada Bagian

Ketiga Pengelolaan Usaha Pariwisata Milik Pemerintah Daerah Pasal 9 “Usaha

Pariwisata milik PemerintahDaerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,

dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata”. Dalam pelaksanaanya

Pemerintah Daerah merupakan salah satu penentu dalam meningkat atau tidaknya

destinasi yang dimiki oleh suatu wilayah.

Tabel 1.1

Destinasi Wisata diPulauPenyengat

NO JENIS DESTINASI KETERANGAN

1

Masjid Sultan Riau

Masjid ini awalnya di bangun oleh Sultan

Mahmud pada tahun 1803. Kemudian pada

masa pemerintahan yang Dipertuan Muda

2

VII Raja Abdurrahman, pada tahun 1832

Masjid ini di renovasi dalam bentuk yang

terlihat saat ini.

2

Gedung Mesiu

Gedung ini merupakan bangunan berdinding

tebal dan berwarna kuning kusam. Ada

kubah bertingkat di atasnya. Menurut

pemandu Wisata kami, Sapril Sembiring,

gedung ini dulunya merupakan gudang

tempat penyimpanan mesiu.

3

Komplek Makam Raja

Abdurrahman

Di komplek ini, terdapat sekitar 50 makam

lain yang terdiri dari anggota keluarga

hingga penasihat kerajaan selama dia

berjaya. Penjaga makam tersebut, Supadi,

mengatakan bahwa jenis kelamin orang yang

dimakamkan di sana dibedakan dari bentuk

batu nisannya

4

Kompleks Makam Raja

Ali Haji

dikenal sebagai salah satu pahlawan

KePulauan Riau atas karya sastranya. Ia

menciptakan gurindam dua belas yang

hingga kini melekat pada budaya melayu di

Riau.

3

5

Istana Kantor

Bangunan ini dulunya merupakan istana

tempat tinggal Raja Ali (1844-1857). Istana

ini juga kerap disebut Marhum Kantor. Luas

istana kantor beserta halamannya sekitar satu

hektar.

Sumber :Kantor DinasPariwisata Kota Tanjungpinang (2018)

Dari tabel diatas dapat dilihat dan disimpulkan bahwasanya jenis destinasi

Wisata yang ada di Pulau Penyengat adalah Wisata relegius, dengan ada destinasi

tersebut menjadi salah satu daya tarik Wisatawan untuk berkunjung ke Daerah ini,

baik Wisatawan lokal maupun Wisatawan asing seperti wilayah Malaisia dan

sekitarnya. Masyarakat wilayah Pulau Penyengat dapat memberi pelayan sebagai

jasa terhadap wisatawan yang dapat meningkatkan penghasilanya, sedangkan

Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui DinasPariwisata dapat memberi

peraturan tertentu dan bertanggung jawan menjaga kelestarian destinasi Wisata

ini.

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Nurul

Zuriah (2006:47) Penelitian Deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk

memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis

adapun lokasi penelitian di Kelurahan Penyengat Kecamatan Tanjung Pinang

Barat Kota Tanjungpinang (Objek Wisata Pulau Penyengat), dasar penelitian ini

adalah untuk mengetahui bagaimana Peran Dinas Pariwisata Dalam

Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Penyengat kota Tanjungpinang. Adapun

yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk melihat Peranan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dalam

Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Penyengat, maka peneliti menggunakan

pendekatan teori Pengembangan Pariwisata menurut pendapat E.A.Chalik

(2002:60) adalah segala daya dan upaya untuk menggali, memanfaatkan dan

meningkatkan potensi alam, budaya, prasarana, sarana dan fasilitas ekonomi

pariwisata, sehingga memberikan kemudahan, kenikmatan, kenyamanan dan

kepuasan bagi wisatawan yang pada akhirnya memberikan manfaat dan

keuntungan bagi negara, masyarakat pariwisata umumnya sektor-sektor lainnya

pada pariwisata. Konsep-konsep yang dimaksud adalah sebagai berikut :

A. Potensi Wisata

Pengembangan potensi wisata dikawasan wisata selalu dituntut kepada

pengelola kawasan wisata untuk menarik wisatawan. Potensi wisata tersebut

terdiri dari Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki kawasan pariwisata tersebut.

Untuk melihat apa saja potensi yang terdapat di kawasan wisata pulau penyengat

yakni dapat dilihat dari 2 dimensi yakni Atraksi dan Fasilitas Penunjang Atraksi

tersebut. dimensi Atraksi dari Indikator potensi wisata untuk pengembangan

destinasi wisata Pulau Penyengat yang di lakukan oleh Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan sudah cukup baik. Namun menurut peneliti masih dapat kekurangan,

salah satu adalah minimnya ivent-ivent yang di lakukan di pulau penyengat serta

event-ivent yang di lakukanpun kurang menonjolkan cirri khas lokasi wisata

tersebut, padahal destinasi wisata Pulau Penyengat adalah destinasi religi, sejarah

dan budaya. Serta pada dimensi fasilitas penunjang atraksi masih kurang memadai

5

dan tidak bersifat permanen, sehingga pada saat ivent baru di buat fasilitas

penunjangnya.

B. Sarana dan Prasarana

Keunikan dan keindahan alam yang dimiliki mampu menarik wisatawan datang dan

berkunjung ke suatu kawasan wisata, untuk meningkatkan serta mempermudah

wisatawan berkunjung ke kawasan tersebut di butuhkan sarana-sarana transportasi.

Sarana ini bertujuan untuk memberikan kemudahan wisatawan berkunjung ke kawasan

wisata pulau penyengat.Sedangkan untuk dimensi usaha-usaha jasa Pemerintah

Daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sudah sangat baik dengan

memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) melalui Kelompok Sadar Wisata

(Pokdarwis) untuk membuat usaha-usaha jasa. Hanya saja usaha-usaha jasa yang

di lakukan oleh Pokdarwis memiliki kendala pada pemasaran. Pasar yang besar

pada saat ivent-ivent saja, pada hari biasa penjualan mereka sepi. Maka menurut

peneliti di butuhkan peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk

mengembangkan usaha-usaha jasa harus memiliki trobosan-trobasan untuk

menarik para wisatawan berkenjung ke Pulau Penyengat.

C. Faktor Pengembangan

Pengembangan sektor pariwisata di Tanjungpinang khususnya di Pulau Penyengat

sangat menjanjikan, pasalnya pulau penyengat merupakan salah satu objek wisata

bersejarah yang hampir tidak di miliki di daerah lainnya. Pulau Penyengat juga

merupakan daerah tetangga dengan Singapore dan Malaysia, kedua Negara

tersebut merupakan kesamaan atau serumpun dengan Pulau Penyengat. Faktor

Pengembangan dimensi Peluang Pasar maka peneliti menarik kesimpulan bahwa

6

peluang pasar wisata Pulau Penyengat sangat besar, itu bisa kita lihat dengan

destinasi wisata yang di miliki Pulau Penyengat. Contohnya saja destinasi-

destinasi religi, sejarah dan di Pulau Penyengat juga lahirlah Pahlawan nasional

yaitu Raja Ali Haji yang menciptakan Gurindam Dua belas yang sangat terkenal.

Ini menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung di kawasan wisata Pulau

Penyengat. Pengembangan parwisata merupakan proses penyiapan produk wisata yang

akan ditawarkan kepada wisatawan. Layaknya suatu produk wisata agar produk yang

telah disiapkan dikenali oleh wisatawan perlu dilakukan suatu proses pemasaran atau

promosi. Untuk menjadikan kawasan wisata Pulau Penyengat lebih dikenal baik di dalam

maupun di luar negeri dilakukanlah promosi wisata.

D. Peningkatan Kepuasan Wisata

Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ingin

menjadikan kawasan wisata Pulau Penyengat sebagai destinasi wisatareligi dan

sejara sebagai objek wisata unggulan baik di Kepulauan Riau maupun di

Indonesia yang di kelola langsung oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan melakukan perbaikan-perbaikan ke arah yang lebih

baik untuk penyedian sarana dan prasarana untuk para pengunjung wisata supaya

mereka merasa di layani dan mendapatkan kehormatan saat berkunjung di

kawasan wisata Pulau Penyengat. Untuk menjadikan kawasan Pulau Penyengat

sebagai destinasi wisata selain menyediaankan sarana dan prasarana serta penunjang

wisata Pemerintah Daerah dengan instansi-instansi atau lembaga-lembaga terkait untuk

memberikan pelayanan serta keamanan pengunjung agar pengunjung merasa nyaman dan

tenang saat berekreasi

7

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan mengenai pengembangan kawasan wisata Pulau Penyengat

oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang. Adapun kesimpulan

yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah dalam mengembangkan Pulau

Penyengat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang menjadikan

Pulau Penyengat sebagai kawasan wisata terbuka bagi semua kalangan. Potensi

yang di kembangkan yaitu wisata religi, wisata sejarah, dan situs-situs

peninggalan sejarah kerajaan melayu serta penataan dan pembangunan failitas-

fasilitas dikawasan wisata Pulau Penyengat dengan berbagai atraksi wisata buatan

untuk dapat menarik wisatawan agar berkunjung ke pulau penyengat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Damardjati, RS,2001. Istilah-istilah Dunia Pariwisata, Edisi Revisi, Cetakan

Keenam. Jakarta : PradnyaParamita.

Fahrurrazi. 2000. Meningkatkan Citra Pariwisata Daerah. Jakarta : Aneka Ilmu

Fermana, Surya.2009. Kebijakan Publik : Sebuah Tinjauan Filosofis. Jogjakarta:

AR-RUZZ MEDIA.

Gamal, Suwantoro, 2001. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : CV. Andi

Moleong, J Lexy. 2007. Metodoligi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung :

Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Musanef. 1995. Manajemen Usaha Pariwisata di Indonesia, Jakarta : Gunung

Agung.

Pendit, Nyoman S. 1986. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta :

Pradnya Paramita.

8

Pitana, I Gde, Surya Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.

Yogyakarta : CV. Andi.

Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta :

LP3S.

Soekadijo,R.G. 2000. Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata Sebagai

“System Lingkage”. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo

Soegiono. 2000. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Widjaja, HAW.2005. Otonomi desa merupakan otonomi yang asli, bulat dan

utuh. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Yoeti, Oka A. 1989, Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa,

Hamidijaya,E.A.Chalik. 2002.Geografis Pariwisata Indonesia. Jakarta:Yayasan

Bhakti Membangun.

Ndraha, Taliziduhu. 2003, Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru).Jakarta:

Rineka Cipta

2. Dokumen

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Tanjungpinang.

Renstra Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Tanjungpinang priode 2013-2018