46
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERENSI LAPORAN PENELITIAN ANALISA DEMOGRAFI DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT NELAYAN DI PULAU SABUTUNG KABUPATEN PANGKAJENE & KEPULAUAN Oleh : Nama : Rini Riyanti Nim : J 111 09 265 Pembimbing : Dr. Drg. Muh Ilyhas, M.Kes Penguji : Prof. Dr. Drg. Rasmidar Samad, MS Hari/Tanggal : 14 Juni 2013 Tempat : Ruang Seminar Bagian IKGM

Proposal Galau (Repaired)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Galau (Repaired)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN GIGI MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERENSI LAPORAN PENELITIAN

ANALISA DEMOGRAFI DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT NELAYAN DI PULAU SABUTUNG KABUPATEN PANGKAJENE &

KEPULAUAN

Oleh :

Nama : Rini Riyanti

Nim : J 111 09 265

Pembimbing : Dr. Drg. Muh Ilyhas, M.Kes

Penguji : Prof. Dr. Drg. Rasmidar Samad, MS

Hari/Tanggal : 14 Juni 2013

Tempat : Ruang Seminar Bagian IKGM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: Proposal Galau (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk mencapai kemampuan

hidup sehat bagi setiap penduduk Indonesia agar terwujud derajat kesehatan yang

optimal. Derajat kesehatan tercermin dalam status kesehatan baik individu maupun

masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diselenggarakan upaya kesehatan

yang menyeluruh, terpadu, merata dan terjangkau untuk seluruh masyarakat dengan

peran aktif masyarakat. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam mencapai

keadaan yang sehat. Setiap individu atau masyarakat diharapkan dapat memahami

bahwa kesehatan gigi merupakan suatu bagian dari kesehatan umum secara pribadi.

Untuk bidang kesehatan gigi dan mulut, upaya dapat ditinjau dari aspek lingkungan,

pendidikan, kesadaran masyarakat, serta penanganan kesehatan gigi termaksud

perawatan dan pencegahannya.

Belum meratanya jangkauan pelayanan ini disebabkan oleh karena belum

merata dan memadainya penyediaan tenaga dan fasilitas yang diperlukan, bisa juga

disebabkan oleh karena persepsi dan kemampuan masyarakat yang masih terbatas.

Menurut Blum (1973), status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun

sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan.(1)

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh

90% penduduk Indonesia, yang mempunyai sifat progresif yang berarti bila tidak

dirawat akan makin parah, dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak tidak

dapat utuh kembali. Penyakit gigi dan mulut banyak berkaitan dengan masalah

kebersihan mulut. Penyebab dari kedua penyakit tersebut adalah diabaikannya

kebersihan mulut sehingga terjadilah akumulasi plak.

Masalah belum meratanya jangkauan pelayanan dilatarbelakangi oleh proses

menajemen (perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian) program – program

kesehatan gigi yang masih belum memadai, keterbatasan sarana, kesulitan

penempatan/ penyebaran tenaga kerja dokter gigi, serta belum sempurna susunan

rujukan dan jabatan fungsional tenaga kesehatan gigi. Walaupun selama ini program –

program kesehatan gigi telah dilaksanakan, namun pelayanan kesehatan gigi dan

Page 3: Proposal Galau (Repaired)

mulut belum terjangkau secara efektif dan merata oleh seluruh masyarakat, terutama

masyarakat pesisir atau yang bermukim di pulau, fasilitas kesehatan yang ada masih

sangat minim karena akses wilayah yang sulit dijangkau dengan mudah.

Pemberdayaan masyarakat pesisir merupakan salah satu kecenderungan

baru dalam paradigma pembangunan di Indonesia setelah sekian lama wilayah

laut dan pesisir menjadi wilayah yang dilupakan dalam pembangunan di

Indonesia. Selama ini pembangunan di Indonesia sangat berorientasi pada

wilayah daratan. Pulau Sabutung adalah salah satu pulau di Indonesia yang terletak di

Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pesisir pantai barat Sulawasi Selatan yang

merupakan salah satu pulau yang hampir sebagian besar masyarakatnya bermata

pencarian sebagai nelayan penangkap ikan.

Nelayan adalah  istilah bagi orang-orang yang sehari - harinya bekerja

menangkap ikan  atau  biota laut lainnya yang hidup didasar, kolom maupun

permukaan  perairan, mereka pergi ke laut meninggalkan pantai hingga berhari -

hari lamanya untuk mencari nafkah bagi keluarga. Nelayan merupakan kelompok

masyarakat rawan kemiskinan karena pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi

cuaca dan musim. Itulah sebabnya kualitas hidup masyarakat nelayan masih rendah,

tercermin dari masih banyaknya kantong - kantong kemiskinan yang dijumpai

pada masyarakat nelayan.

Menurut Badan Pusat Statistik (2005), indikator yang digunakan untuk

mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan yaitu pendapatan, konsumsi atau

pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan

anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan

memasukkan anda ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas

transfortasi.(2)

Untuk menunjang upaya kesehatan agar mencapai derajat yang optimal, maka

upaya dibidang kesehatan gigi juga perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu,

dilakukan penelitian analisa demografis dengan status keparahan kebersihan gigi dan

mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Desa Mattiro Kanja Kabupaten

Pangkejene dan Kepulauan.

1.2 Rumusan Masalah

Belum meratanya jangkauan pelayanan kesehatan serta derajat kesehatan gigi

dan mulut masih rendah termaksud yang berkaitan dengan masalah kebersihan gigi

Page 4: Proposal Galau (Repaired)

dan mulut. Berdasarkan hal ini, maka penulis melakukan penelitian untuk mengetahui

hubungan demografi dengan status keparahan kebersihan gigi dan mulut masyarakat

nelayan di Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene & Kepulauan ?

1.3 Hipotesis

1. Ada hubungan usia dengan status keparahan kebersihan gigi dan mulut masyarakat

nelayan.

2. Ada hubungan tingkat pendidikan dengan status keparahan kebersihan gigi dan

mulut masyarakat nelayan.

3. Ada hubungan tingkat pendapatan dengan status keparahan kebersihan gigi dan

mulut masyarakat nelayan.

4. Ada hubungan suku dengan status keparahan kebersihan gigi dan mulut masyarakat

nelayan.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

demografi dengan status keparahan kebersihan gigi dan mulut masyarakat nelayan di

Pulau Sabutung Kabupaten Pangkep dan Kepulauan.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat membantu dalam

mengurangi penyakit gigi dan mulut akibat kebersihan gigi dan mulut yang tidak

dirawat guna terwujudnya derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyrakat

khususnya mayarakat yang tinggal di pulau yang sangat kekurangan fasilitas

pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Page 5: Proposal Galau (Repaired)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI DEMOGRAFI

2.1.1 Pengertian Demografi

Kata demografi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata

“ demos, yang artinya rakyat/penduduk dan “ grafein, yang artinya menulis.

Menurut Donald J. Bogue (1973) demografi adalah ilmu yang mempelajari

secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi

penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya

lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas),

perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Selain itu demografi  adalah  ilmu

yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi

ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk

berubah setiap waktu akibat kelahiran/kematian migrasi, serta penuaan.

Analisa kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau

kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti (3) :

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam

suatu spesies sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses reproduksi

seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesies tersebut. Jenis kelamin

merupakan suatu akibat dari dimorfisme seksual, yang pada manusia dikenal

menjadi laki-laki dan perempuan.

b. Suku 

Suku adalah nama yang menunjuk pada suatu kelompok yang ciri

utamanya yaitu penuturan bahasa. Di Indonesia jumlah suku sangat

beranekaragam salah satu diantaranya adalah suku Jawa terdapat di Pulau

Jawa, suku Bugis dan Makassar terdapat di Pulau Sulawesi, suku Raha dan

Buton terdapat di bagian tenggara Pulau Sulawesi, suku Melayu sekitar 15%

dari seluruh populasi, sebagian besar mendiami Pulau  Sumatera Utara,

Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan 

Kalimantan Barat. Meskipun begitu, banyak pula masyarakat  Minangkabau,

Mandailing dan Dayak yang berpindah ke wilayah pesisir Timur Sumatra dan

pantai Barat Kalimantan, mengaku sebagai orang melayu.(3,4)

Page 6: Proposal Galau (Repaired)

c. Usia

Usia atau umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Misalnya,

umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu

umur itu dihitung. (3,5)

Jenis perhitungan usia :

1. Usia kronologis

Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat

kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.

2. Usia mental

Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf

kemampuan mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis

berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat

berbicara dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang

setara dengan anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental

anak tersebut adalah satu tahun.

3. Usia biologis

Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan

biologis yang dimiliki oleh seseorang.

d. Agama

Agama atau kepercayaan adalah suatu sistem ajaran tentang Tuhan,

yaitu pelakunya melakukan tindakan – tidakan ritual, moral dan sosial atas

dasar aturan – aturan-Nya. Asal usul terbentuknya agama terbagi atas, yaitu :

1. Agama yang muncul dan berkembang dari budaya masyarakat

2. Agama yang disampaikan oleh hamba – hamba terpilih dan

mendapatkan wahyu dari Tuhan untuk disebarkan ke umat, sebagai

pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.

3. Agama yang berkembang dari pemikiran seorang filosof besar.

e. Kewarganegaraan

Kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan

politik tertentu atau secara khusus negara, yang dengannya membawa hak

untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan ke anggotaan

yang demikian disebut warga negara.

Page 7: Proposal Galau (Repaired)

f. Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar dalam kehidupan serta

sebagai faktor yang dominan dalam pembentukan sumber daya manusia yang

berkualitas. Pendidikan selain penting dalam mengatasi dan mengikuti

tantangan zaman serta dapat membawa pengaruh positif dalam berbagai

sendi-sendi kehidupan, sehingga tidaklah mengherankan apabila pendidikan

senantiasa mendapat banyak perhatian yang lebih.(3)

Menurut Undang-undang No. 20 tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, pendidikan adalah usaha pendidikan menurut Undang-undang

Repubilk Indonesia nomor 20 tahun 2003 Bab VI pasal 13, menyatakan: “

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang-

kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendali-

an diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Bertambah

tingginya taraf pendidikan makin besar kemungkinan mobilitas bagi anak -

anak golongan ekonomi rendah dan menengah. Makin tinggi tingkat pendidi-

kannya dari sisi intelektualitas makin tinggi derajat sosialnya di dalam masya-

rakat biasanya keluaran dari pendidikan formal (Karsidi, 2008).(6)

Menurut Undang-Undang no.2 tahun 1999, pengukuran tingkat

pendidikan formal digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu:

1. Tingkat pendidikan sangat tinggi, yaitu minimal pernah menempuh

pendidikan tinggi.

2. Tingkat pendidikan tinggi, yaitu pendidikan SLTA/sederajat.

3. Tingkatan pendidikan sedang, yaitu pendidikan SMP/sederajat.

4. Tingkat pendidikan rendah, yaitu pendidikan SD/sederajat.

g. Pekerjaan

Pekerjaan adalah seorang/penduduk yang bekerja melakukan pe-

kerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan.

Seseorang yang berkerja disebut tenaga kerja. Menurut UU No. 13 Tahun

2003, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan atau jasa untuk me-menuhi kebutuhan sendiri

maupun masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan sebagai penduduk

Page 8: Proposal Galau (Repaired)

yang berada dalam batas usia kerja. Tenaga kerja disebut juga golongan

produktif. Usia kerja adalah suatu tingkat umur di mana orang sudah dapat

bekerja. Batas usia kerja di Indonesia yaitu 15 tahun – 64 tahun.(3,6)

Tenaga kerja dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Angkatan kerja, yaitu penduduk yang termasuk angkatan kerja terdiri atas

orang yang bekerja dan menganggur.

2. Bukan angkatan kerja, yaitu golongan terdiri atas anak sekolah, ibu rumah

tangga, dan pensiunan. Golongan bukan angkatan kerja ini jika mereka

mendapatkan pekerjaan maka termasuk angkatan kerja. Sehingga golongan

bukan angkatan kerja disebut juga angkatan kerja potensial.

Secara umum tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani.

a. Tenaga Kerja Rohani

Tenaga kerja rohani adalah tenaga kerja yang dalam kegiatan

kerjanya lebih banyak menggunakan pikiran yang produktif dalam proses

produksi. Contohnya manager, direktur, dan jenisnya.

b. Tenaga Kerja Jasmani

Tenaga kerja jasmani adalah tenaga kerja yang dalam ke-giatannya lebih

banyak mencakup kegiatan pelaksanaan yang

produktif dalam produksi. Tenaga kerja jasmani terbagi dalam tiga

jenis yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, dan tenaga

kerja tidak terdidik.

1. Tenaga kerja terdidik (skilled labour)

Tenaga kerja terdidik (skilled labour ) adalah tenaga kerja yang

memerlukan pendidikan tinggi. Misalnya guru, dokter, dan

sebagainya.

2) Tenaga kerja terlatih (trained labour)

Tenaga kerja terlatih (trained labour) adalah tenaga kerja yang

memerlukan pelatihan dan pengalaman terlebih dahulu.

Misalnya sopir, montir, dan sebagainya.

3) Tenaga kerja tak terdidik (unskilled labour)

Tenaga kerja tak terdidik (unskilled labour) adalah tenaga kerja yang

tidak memerlukan pelatihan ataupun pendidikan khusus. Misalnya kuli

bangunan dan buruh gendong.

Page 9: Proposal Galau (Repaired)

h. Pendapatan

Pendapatan adalah semua penghasilan yang didapat oleh keluarga baik

berupa uang ataupun jasa. Setiap orang berhak untuk mencari nafkah dalam

upaya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehingga pendapatan dapat

mempengaruhi seseorang untuk mengejar apa yang mereka cita-

citakan.  Untuk masyarakat yang mempunyai penghasilan yang kecil, mereka

berupaya hasil dari pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari -

hari. Untuk keluarga yang berpenghasilan menengah mereka lebih terarah

kepada pemenuhan kebutuhan pokok yang layak seperti makan, pakaian,

perumahan, pendidikan dan lain-lain. Sedangkan keluarga yang berpeng-

hasilan tinggi dan berkecukupan mereka akan memenuhi segala keinginan

yang mereka inginkan termasuk keinginan untuk menyekolahkan anak mereka

ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Karsidi, 2008).

Menurut Schultz (1961) dalam Soenarya (2000), pembiayaan yang

dialokasikan untuk pendidikan tidak semata-semata bersifat konsumtif, tetapi

lebih merupakan suatu investasi dalam rangka meningkatkan kapasitas tenaga

kerja untuk menghasilkan barang dan jasa. Pendidikan di sekolah merupakan

salah satu bagian investasi dalam rangka meningkatkan kemampuan sumber

daya manusia. Investasi yang dilakukan masyarakat dalam dunia pendidikan

tidak lepas dari pengaruh pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari

pekerjaan yang mereka jalani.

Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2008)

membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah:

1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata lebih

dari Rp. 3.500.000,00 per bulan.

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara

Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan.

3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara

Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan.

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata 1.500.000,00

per bulan.

Berdasarkan uraian di atas, pendapatan masyarakat antara satu sama

lain berbeda-beda tergantung jenis/profesi pekerjaan yang dilakukan sehingga

Page 10: Proposal Galau (Repaired)

variasi tingkatan pendapatannya dapat berbeda-beda. Pendapatan yang

dihasilkan dari pekerjaan yang dilakukan ada yang dibayarkan per hari,

mingguan atau bulanan sehingga pendapatan inilah yang akan digunakan

untuk memenuhi kebutuhan hidup baik keperluan makan atau keperluan lain

seperti untuk keberlanjutan pendidikan anak yang merupakan suatu investasi

untuk masa depan.(3,6)

2.1.2 Pembagian Demografi

Ilmu demografi terbagi menjadi dua :

Demografi murni (pure demography)

Demografi formal yang menghasilkan teknik-teknik untuk

menghitung indikator-indikator demografi.

Studi atau analisis kependudukan

Studi mengenai hubungan antara faktor-faktor perubahan

penduduk dan faktor-faktor pembangunan.(3)

2.1.3 Manfaat Analisis Demografi

Manfaat analisis demografi antara lain yaitu :

a. Untuk mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu

daerah tertentu.

b. Untuk menjelaskan pertumbuhan penduduk pada masa lampau,

kecenderungannya, dan persebarannya dengan sebaik-baiknya dan

dengan data yang tersedia.

c. Untuk mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan

penduduk dengan bermacam-macam aspek organisasi sosial, ekonomi,

budaya, lingkungan dan lain-lain.

d. Untuk memperkirakan pertumbuhan penduduk (proyeksi penduduk)

pada masa yang akan datang dan kemungkinan-kemungkinan

konsekuensinya.(3)

Page 11: Proposal Galau (Repaired)

2.2 KABUPATEN PANGKEJENE DAN KEPULAUAN

2.2.1 Letak geografis dan Batas Wilayah

Secara geografis, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep)

terletak di antara koordinat 119°55’27” dan 119°48’24” BT hingga 4°34’00”

dan 4°58’17” LS. Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan (Pangkep)

berbatasan di sebelah utara; dengan Kabupaten Bone di sebelah timur: dengan

Kabupaten Maros di sebelah selatan dan sebelah barat dengan Selat Makassar.

Kabupaten Barru berbatasan dengan Kabupaten Sidrap dan Kota Parepare di

sebelah utara; di sebelah timur dengan Kabupaten Bone dan Kabupaten

Soppeng, serta di sebelah selatan dengan Kabupaten Pangkajene Dan

Kepulauan.

2.2.2 Topografi dan Klimatologi

Kabupaten Pangkep terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan

yang terdiri dari dataran rendah dan pegunungan. Dataran rendah seluas

73.721 Ha membentang dari garis pantai barat ke timur terdiri dari

persawahan, tambak, rawa-rawa, dan empang . Daerah pegunungan berada

pada ketinggian 100 – 1000 m di atas permukaan air laut , yang terletak di

sebelah timur dan merupakan wilayah yang banyak mengandung batu cadas

, batu bara, serta berbagai jenis batu marmer. Temperatur udara berada pada

kisaran 21ºC - 31°C dengan r ata-rata 26,4º C . Kondisi angin berada pada

kecepatan lemah sampai sedang, dengan curah hujan rata-rata mencapai

666/153 hari hujan.

2.2.3 Gambaran Umum Demografis

Kabupaten Pangkep secara administratif terbagi atas 12 (dua belas)

kecamatan, yang terdiri dari sembilan wilayah kecamatan daratan, dan tiga

wilayah kecamatan kepulauan, yaitu Kecamatan Liukang Tupabbiring,

Liukang Tangaya dan Liukang Kalukuang Massalimu, dengan jumlah total

114 pulau (90 pulau yang berpenduduk , dan 24 pulau kosong atau tidak

berpenduduk). Jumlah desa di Kabupaten Pangkep adalah 102

desa/kelurahan. Jumlah penduduk Kabupaten Pangkep pada Tahun 2007

adalah 302.874 jiwa.

Page 12: Proposal Galau (Repaired)

2.3 PROFIL PULAU SABUTUNG

2.3.1 Kondisi Umum

Pulau Sabutung pulau yang terdapat di dalam wilayah Desa Mattiro

Kanja, terletak pada posisi koordinat 04045'1.8” LS dan 119025'58.8” BT,

dengan batas-batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan

dengan Desa Mattiro Bombang; Sebelah Timur berbatasan dengan Pesisir

Pangkep; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mattiro Uleng; dan Sebelah

Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Jumlah penduduk Pulau Sabutung

mencapai 1.545 jiwa (244 KK) yang terdiri dari 687 laki-laki dan 858

perempuan. (PMU Coremap Pangkep, 2007). 

2.3.2 Aksesibilitas Wilayah

Pulau Sabutung dapat dijangkau dari dua arah, yaitu dari Pangkajene

dan dari Dermaga Maccini Baji yang terdapa di pesisir Kecamatan Labakkang.

Pulau Sabutung dapat dicapai dari kota Pangkajene dengan menggunakan

kapal motor reguler (jasa penyeberangan) dan sebaliknya dari Dermaga

Maccini Baji menggunakan perahu motor carteran. 

2.3.3 Sarana dan Prasarana

Untuk menunjang kegiatan sosial ekonomi dan pemerintahan, di Pulau

Sabutung dilengkapi sarana pemerintahan berupa kantor desa, sarana

pendidikan berupa SD (2 unit), sebuah Madrasah/Pesantren, dan sebuah SMP;

Sarana listrik yang tersedia berupa generator pembangkit listrik yang

menyuplai listrik kerumah-rumah warga; sarana kesehatan berupa sebuah

pustu yang melayani kebutuhan warga akan pengobatan. Fasilitas olahraga

juga tersedia lapangan sepak bola, lapangan bola volly, lapangan bulu tangkis,

dan dermaga.

2.3.4 Aktifitas Masyarakat

Mata pencaharian utama warga Pulau Sabutung tidak saja sebagai

nelayan penangkap ikan, tetapi pedagang dan pengusaha kayu. Warga yang

bermata pencaharian sebagai nelayan umumnya mencari cumi-cumi dan

kepiting. Alat tangkap yang banyak digunakan berupa jaring kepiting, jaring

ikan dan pancing cumi-cumi. Lokasi penangkapan berada tidak jauh dari

Pulau Sabutung. 

Page 13: Proposal Galau (Repaired)

2.4 ORAL HYGIENE

2.4.1 Plak, Debris Makanan dan Kalkulus

a. Plak

Secara klinik plak dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang

terstruktur yang berwarna kuning keabu-abuan yang melekat pada pemukaan

gigi termasuk pada permukaan padat seperti restorasi dan piranti yang dipakai

dalam rongga mulut. Plak gigi memberikan arti yang penting secara klinis

karena plak gigi menjadi agen etiologi utama dalam perkembangan karies dan

penyakit periodontal.

Komponen utama plak adalah bakteri yang terdapat dalam matrix

glikoprotein dan polisakarida ekstraselular. Secara klinis, plak terjadi didaerah

supragingiva dan subgingiva. Plak supragingiva berada diatas gingiva margin,

dimana secara lansung berkontak dengan margin gingiva. Sedangkan plak

subgingiva berada dibawah gingiva margin diantara gigi dan epitel poket

gingiva.

b. Debris Makanan

Debris makanan adalah makanan yang tersisa dalam mulut. Debris

dapat dibersihkan dengan aliran saliva dan pergerakan otot-otot di rongga

mulut atau dengan berkumur dan menyikat gigi, kecuali debris terselip

diantara gigi atau masuk kedalam poket periodontal.

c. Kalkulus

Kalkulus adalah deposit keras yang terbentuk dari mineralisasi plak

pada pemukaan gigi. Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya

terhadap gingiva margin yaitu kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.

Kalkulus supragingiva terletak di atas margin gingiva, dapat terlihat langsung

di dalam mulut, warnanya putih kekuning-kuningan dan distribusinya

dipengaruhi oleh muara duktus saliva mayor. Kalkulus subgingiva terletak di

bawah margin gingiva, tidak dapat terlihat langsung di dalam mulut, dan

warnanya kehitaman.

2.4.2 Pengertian Oral Hygiene

Oral Hygiene (OH) merupakan keadaan kebersihan gigi dan rongga

mulut yang dapat dilihat dari adanya sisa makanan, kalkulus (karang gigi),

stain dan materia alba.

Page 14: Proposal Galau (Repaired)

2.4.3 Indeks Oral Hygiene

Untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut , prevelensi serta

keparahannya diperlukan suatu alat ukur yang dikenal sebagai indeks. Adapun

salah satu indeks yang telah dikembangkan yaitu indeks oral hygiene oleh

Green dan Vermillion ( 1960 ).

OHI-S

OHI-S adalah indeks untuk mengukur daerah permukaan gigi yang

tertutup oleh oral debris dan kalkulus. OHIS ini adalah keadaan kebersihan

mulut dari responden yang dinilai dari adanya sisa makanan dan kalkulus

(karang gigi) pada permukaan gigi dengan menggunakan indeks Oral Hygiene

Index Simplified dari Green and Vermillon (1964) yang merupakan jumlah

indeks plak (PL.I) dan indeks kalkulus (CI.S).

Tujuan penggunaan OHI-S ini adalah mengembangkan suatu teknik

pengukuran yang dapat dipergunakan untuk mempelajari epidemiologi dari

penyakit periodontal dan kalkulus, untuk menilai hasil dari cara sikat gigi,

menilai kegiatan kesehatan gigi dan masyarakat, serta menilai efek segera dan

jangka panjang dari program pendidikan kesehatan gigi. Green & Vermillon

1964, menentukan enam permukaan gigi pilihan yang dapat mewakili semua

segmen anterior dan posterior mulut berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan

pada seluruh mulut.

Plaque index

Plak bukan merupakan bagian dari stain. Yang paling penting dalam indeks

plak ini yaitu ketebalan dari plak pada daerah margin gingiva karena plak

pada daerah ini yang berkontak langsung dengan gingiva yang menjadi

penyebab gingivitis.

Untuk pemeriksaan ini digunakan sonde yang diletakkan pada 1/3 insisal

dan digerakkan ke 1/3 gingiva.

Calculus index

Diperoleh dengan meletakkan sonde dengan baik dalam distal gingiva

crevice dan digerakkan pada daerah subgingiva dari jurusan kontak distal ke

daerah kontak mesial.

Penilaian tingkat kebersihan mulut metode dari Green dan Vermillion

yaitu Simplified Oral Hygiene Index ( OHI-S ) yang terdiri dari calculus index

(CI-S) dan debris index (DI-S)

Page 15: Proposal Galau (Repaired)

1. Debris adalah sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi yang

diperiksa yang menggunakan sonde yang dijalankan dari arah insisal gigi

ke arah servikal

2. Karang gigi adalah massa padat/keras yang melekat dan menumpuk pada

pemukaan gigi dan tambalan warnanya bisa putih kekuningan, cokelat tua

atau hitam.

Pemeriksaan dilakukan terhadap enam permukaan gigi pilihan yang

dapat mewakili semua segmen anterior dan posterior mulut berdasarkan

pemeriksaan yang dilakukan pada seluruh mulut.

Keenam gigi yang diperiksa pada OHI-S adalah permukaan

fasial/buccal dan permukaan lingual gigi :

6 1 6

6 1 6

Keterangan :

6 = permukaan bukal gigi molar satu ( M1 ) permanen kanan atas

1 = permukaan labial gigi insisivus sentralis ( I1 ) permanen kanan atas

6 = permukaan bukal gigi molar satu ( M1 ) permanen kiri atas

6 = permukaan lingual gigi molar satu ( M1 ) permanen kanan bawah

1 = permukaan labial gigi insisivus ( 11 ) permanen kiri bawah

6 = permukaan lingual gigi molar satu ( M1 ) permanen kiri bawah

Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau tinggal sisa akar, maka

penilaian dapat dilakukan pada gigi pengganti yang dapat mewakili :

Apabila gigi M1 RA atau RB tidak ada, maka penilaian dapat dilakukan

pada gigi M2 RA atau RB.

Apabila gigi M1 dan M2 RA dan RB tidak ada, maka penilaian dapat

dilakukan pada gigi M3 RA atau RB.

Apabila gigi M1,M2 dan M3 RA dan RB tidak ada, maka penilaian tidak

dapat dilakukan.

Apabila gigi I1 kanan RA tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1

kiri RA.

Page 16: Proposal Galau (Repaired)

Apabila gigi I1 kanan dan kiri RA tidak ada, maka penilaian tidak dapat

dilakukan.

Apabila gigi I1 kiri RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada I1 kanan

RB.

Apabila gigi I1 kanan dan kiri RB tidak ada, maka penilaian tidak dapat

dilakukan.

Untuk pemeriksaan DI-S (debris indeks) digunakan sonde yang diletakkan

pada 1/3 incisal dan digerakkan ke 1/3 gingival, dengan kriteria sebagai

berikut :

0 = tidak ada debris

1 = debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 = debris lunak menutupi lebih 1/3 permukaan tetapi tidak lebih dari

2/3 permukaan gigi

3 = debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Nilai Debris Index ( DI-S) :

Jumlah skor gigi yang dinilai

6

Untuk pemeriksaan CI-S (calculus index) diperoleh dengan meletakkan

sonde dengan baik dalam distal gingival crevice dan digerakkan pada

daerah subgingival dari jurusan kontak distal ke daerah kontak mesial (1/2

dari lingkaran gigi dianggap sebagai satu unit skoring),dengan krieria

sebagai berikut :

0 = tidak ada kalkulus

1 = kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan

gigi

2 = kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih

dari 2/3 permukaan gigi

3 = kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Nilai Calculus Index ( CI-S )

Jumlah skor gigi yang dinilai

Page 17: Proposal Galau (Repaired)

6

Nilai OHI-S = Nilai DI-S + Nilai CI-S

Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan skor OHI-S

adalah sebagai berikut :

0,0 – 1,2 : kebersihan mulut baik

1,3 – 3,0 : kebersihan mulut sedang

3,1 – 6,0 : kebersihan mulut buruk

Page 18: Proposal Galau (Repaired)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, yaitu suatu

penelitian yang dilakukan untuk mengtahui hubungan antar variabel.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Hal ini karena

penelitian dilakukan pada satu saat tertentu. Tiap subyek hanya diobservasi satu kali.

3.2. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada tanggal 23 - 25 Mei 2013. Penelitian ini dilakukan

di Pulau Sabutung Desa Mattiro Kanja Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

3.3. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi Penelitian : Masyarakat Pulau Sabutung yang berprofesi sebagai

nelayan

2. Sampel Penelitian : Individu yang bersedia menjadi responden dan hadir saat

pengambilan data penelitian.

- Kriteria sampel

Kriteria inklusi : - Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

- Berusia 15-64 tahun

Kriteria eksklusi : - Tidak bersedia berpartisipasi

- Tidak ada saat penelitian dilakukan

- Subjek yang menggunakan gigi tiruan penuh

( Full Denture )

Page 19: Proposal Galau (Repaired)

3.4. METODE SAMPLING

Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

Accidental Sampling. Accidental Samling adalah suatu metode pengambilan sampel

berdasarkan kemudahan, yaitu unit secara kebetulan tersedia saat pengumpulan data.

3.5. JUMLAH SAMPEL

Pada penelitian ini sampel yang didapatkan berjumlah 72 sampel dari 467

kepala keluarga Pulau Sabutung Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.

3.6. DEFINISI OPERASIONAL

1. Demografi atau kependudukan adalah ilmu yang mempelajari dinamika kepen-

dudukan manusia. Analisa kependudukan dapat merujuk masyarakat secara

keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti  pendidikan,

pendapatan, agama, suku, jenis kelamin, usia.

2. Status keparahan kesehatan gigi dan mulut/ Oral Hygiene (OH) merupakan

keadaan kebersihan gigi dan rongga mulut yang dapat dilihat dari adanya sisa

makanan, kalkulus (karang gigi), stain dan materia alba.

3. Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja

menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun

permukaan perairan.

3.7. ALAT PENELITIAN

a. Alat ukur : - Lembar analisa demografi yang berisi informasi tentang :

pendidikan terakhir, pendapatan, suku, jenis kelamin, usia.

- Lembar penilaian status OHI-S.

b. Alat pemeriksaan gigi dan mulut :

a. Handskun dan masker

b. Diagnostic set ( pinset, kaca mulut,eksavator dan sonde )

c. Nierbeken

d. Disclosing solution

e. Alkohol & betadine

Page 20: Proposal Galau (Repaired)

f. Gelas kumur & Air kumur

3.8 KRITERIA PENELITIAN

Penilaian tingkat kebersihan mulut metode dari Green dan Vermillion yaitu

Simplified Oral Hygiene Index ( OHI-S ) yang terdiri dari calculus index (CI-S)

dan debris index (DI-S)

1. Debris adalah sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi yang diperiksa

yang menggunakan sonde yang dijalankan dari arah insisal gigi ke arah servikal

2. Karang gigi adalah massa padat/keras yang melekat dan menumpuk pada pemukaan

gigi dan tambalan warnanya bisa putih kekuningan, cokelat tua atau hitam

Pemeriksaan dilakukan terhadap enam permukaan gigi pilihan yang dapat mewakili

semua segmen anterior dan posterior mulut berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan

pada seluruh mulut

Keenam gigi yang diperiksa pada OHI-S adalah permukaan fasial/buccal dan

permukaan lingual gigi

6 1 6

6 1 6

Keterangan :

6 = permukaan bukal gigi molar satu ( M1 ) permanen kanan atas

1 = permukaan labial gigi insisivus sentralis ( I1 ) permanen kanan atas

6 = permukaan bukal gigi molar satu ( M1 ) permanen kiri atas

6 = permukaan lingual gigi molar satu ( M1 ) permanen kanan bawah

1 = permukaan labial gigi insisivus ( 11 ) permanen kiri bawah

6 = permukaan lingual gigi molar satu ( M1 ) permanen kiri bawah

Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau tinggal sisa akar, maka penilaian dapat

dilakukan pada gigi pengganti yang dapat mewakili :

Page 21: Proposal Galau (Repaired)

Apabila gigi M1 RA atau RB tidak ada, maka penilaian dapat dilakukan

pada gigi M2 RA atau RB.

Apabila gigi M1 dan M2 RA dan RB tidak ada, maka penilaian dapat

dilakukan pada gigi M3 RA atau RB.

Apabila gigi M1,M2 dan M3 RA dan RB tidak ada, maka penilaian tidak

dapat dilakukan.

Apabila gigi I1 kanan RA tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1

kiri RA.

Apabila gigi I1 kanan dan kiri RA tidak ada, maka penilaian tidak dapat

dilakukan.

Apabila gigi I1 kiri RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada I1 kanan

RB.

Apabila gigi I1 kanan dan kiri RB tidak ada, maka penilaian tidak dapat

dilakukan.

Untuk pemeriksaan DI-S (debris indeks) digunakan sonde yang diletakkan

pada 1/3 incisal dan digerakkan ke 1/3 gingival, dengan kriteria sebagai

berikut :

0 = tidak ada debris

1 = debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi

2 = debris lunak menutupi lebih 1/3 permukaan tetapi tidak lebih dari

2/3 permukaan gigi

3 = debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Nilai Debris Index ( DI-S) :

Jumlah skor gigi yang dinilai

6

Untuk pemeriksaan CI-S (calculus index) diperoleh dengan meletakkan sonde

dengan baik dalam distal gingival crevice dan digerakkan pada daerah

subgingival dari jurusan kontak distal ke daerah kontak mesial (1/2 dari

lingkaran gigi dianggap sebagai satu unit skoring),dengan krieria sebagai

berikut :

0 = tidak ada kalkulus

Page 22: Proposal Galau (Repaired)

1 = kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan

gigi

2 = kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 tetapi tidak lebih

dari 2/3 permukaan gigi

3 = kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi

Nilai Calculus Index ( CI-S ) =

Jumlah skor gigi yang dinilai

6

Nilai OHI-S = Nilai DI-S + Nilai CI-S

Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan skor OHI-

S adalah sebagai berikut :

0,0 – 1,2 : kebersihan mulut baik

1,3 – 3,0 : kebersihan mulut sedang

3,1 – 6,0 : kebersihan mulut buruk

3.9. PROSEDUR PENELITIAN

a. Mencari sampel penelitian di Pulau Sabutung

b. Peneliti memperkenalkan diri pada subjek yang terpilih.

c. Peneliti mengajukan pertanyaan agar mengetahui kesediaan subjek untuk menjadi

subjek penelitian.

d. Subjek diwawancara untuk mengisi lembar analisa demografi.

e. Dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk mengetahui OHI-S pada subjek.

f. Pembahasan dan penarikan kesimpulan dilakukan setelah pengumpulan informasi

analisa demografi dan pemeriksaan rongga mulut selesai.

Page 23: Proposal Galau (Repaired)

3.10. Alur Penelitian

3.11. Data

a. Jenis data : Data primer yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari objek yang diteliti.

b. Pengolahan data : Menggunakan program SPSS

c. Penyajian data : Menggunakan Tabel terbuka

d. Analisis data : Uji one-way ANOVA, Uji Chi-Square

Pencarian sampel

Perkenalan diri pada sampel yang terpilih

Menanyakan kesedian untuk menjadi sampel

Dilakukan pemeriksaan gigi &

mulut sampel

Sampel diwawancara untuk mengisi lembar analisa

demografi

Pembahasan & penarikan

kesimpulan

Page 24: Proposal Galau (Repaired)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian mengenai analisa demografis dengan status

keparahan kesehatan gigi dan mulut masyarakat nelayan di Pulau Sabutung Desa

Mattiro Kanja Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan. Data yang diperoleh dari

pelitian ini diolah dengan menggunakan program SPSS versi 9.1. Hasilnya dapat

diliat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Distribusi karakteristik masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.

Karakteristik n %

Min-maxmean±SD

Kelompok Umur (Tahun)≤20-30 21 29,2 18-5831-40 27 37,5 36,6±9,541-50 16 22,2≥50 8 11,1

Tingkat PendidikanTamat SD 45 62,5Tamat SMP 21 29,2Tamat SMA 6 8,3

Tingkat Pendapatan Rendah 38 52,8Menengah 34 47,2

Suku Bugis 35 48,6Makassar 28 38,9Jawa 8 11,1Raha 1 1,4

Total 72 100,0

Tabel 1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur responden, distribusi

tertinggi berada pada kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 27 responden

(37,5%). Sedangkan distribusi yang terendah berada pada umur ≥ 50 tahun

sebanyak 8 orang (11,1%).

Tabel 1 juga menunjukkan bahwa untuk tingkat pendidikan, distribusi

tertinggi berada pada tingkat pendidikan tamat SD sebesar 45 orang (62,5%),

Page 25: Proposal Galau (Repaired)

sedangkan distribusi terendah berada pada tingkat pendidikan tamat SMA sebesar

6 orang (8,3%).

Selain itu tabel 1 juga menunjukkan bahwa untuk tingkat pendapatan,

distribusi tertinggi berada pada tingkat pendapatan rendah sebesar 38 orang

(52,8%), sedangkan distribusi terendah berada pada tingkat pendapatan menengah

sebesar 34 orang (47,2%).

Pada tabel 1 juga terlihat bahwa mayoritas responden adalah suku Bugis

yaitu sebanyak 35 (48,6%) dan minoritas adalah suku Raha hanya 1 orang (1,4%).

Tabel 2. Distribusi Rerata OHI-S masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

min-max mean±SDDI-S 0,6-3,0 1,9±0,6CI-S 0,3-3,6 1,4±0,4OHI-S 0,9-4,6 3,4±0,8

Tabel 2 menunjukkan distribusi rerata OHI-S berkisar 0,9-4,6 yaitu nilai rata –

rata responden 3,4±0,8. Dengan distribusi untuk DI-S berkisar 0,6-3,0 yaitu nilai rata

– rata responden 1,9±0,6. Sedangkan untuk CI-S berkisar 0,3-3,6 yaitu nilai rata – rata

responden 1,4±0,4.

Tabel 3. Hubungan usia dengan derajat kebersihan mulut masyarakat nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

Derajat kebersihan mulut

nmean±SD

usiaUji

Statistik

Baik 1 28±0p = 0,022

Sedang 21 32,1±8,6

Buruk 50 38,5±9,4 Uji one-way ANOVA

Tabel 3 menunjukkan bahwa paling banyak 50 responden memiliki derajat

kebersihan mulut berkategori buruk dengan rata-rata usia 39 tahun dimana usia

minimal dan maksimal masing-masing 30 tahun dan 48 tahun.

Page 26: Proposal Galau (Repaired)

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,022 (p<0,05) dengan demikian

Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan umur dengan derajat

kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan

Kepulauan.

Tabel 4. Hubungan tingkat pendidikan dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

Tingkat Pendidikan

Derajat kebersihan mulutTotal

Uji Statistik

Baik Sedang buruknn

% Nn %N %

nn %

Tamat SD 0 0,0 11 24,4 34 75,6 45 100p = 0,008Tamat SMP 0 0,0 7 33,3 14 66,7 21 100

Tamat SMA 1 16,7 3 50,0 2 33,3 6 100Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100

Uji Chi-Square

Tabel 4 menunjukkan bahwa responden yang memiliki derajat kebersihan

mulut kategori baik dan sedang umumnya responden yang berpendidikan SMA

masing-masing sebesar 17% dan 50%. Sedangkan responden yang buruk derajat

kebersihan mulutnya umumnya tamatan SD sebesar 76% .

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,008 (p<0,05) dengan demikian Ho

ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti ada hubungan tingkat pendidikan dengan

derajat kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan

Kepulauan.

Tabel 5. Hubungan tingkat pendapatan dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene & Kepulauan

Tingkat Pendapatan

Derajat kebersihan mulutTotal Uji

StatistikBaik Sedang buruk

Nn % Nn % N % nn %Rendah 1 2,9 13 38,2 20 58,8 34 100 p=0,137Menengah 0 0,0 8 21,1 30 78,9 38 100

Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square

Tabel 5 menunjukkan bahwa bahwa responden yang memiliki derajat

kebersihan mulut kategori baik dan sedang umumnya responden yang berpendapatan

Page 27: Proposal Galau (Repaired)

rendah masing-masing sebesar 3% dan 38%. Sedangkan responden yang buruk

derajat kebersihan mulutnya paling tinggi yang menengah tingkat pendapatannya

yaitu sebesar 79%.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,137 (p>0,05) dengan demikian Ho

diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan ada hubungan tingkat

pendapatan dengan derajat kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di

Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan.

Tabel 6. Hubungan suku dengan derajat kebersihan mulut Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan

Suku Derajat kebersihan mulut

Total Uji Statistik

Baik Sedang Buruknn % Nn % N % nn %

Bugis 1 2,9 9 25,7 25 71,4 35 100

p = 0,702Makassar 0 0,0 9 32,1 19 67,9 28 100

Jawa 0 0,0 2 25,0 6 75,0 8 100Raha 0 0,0 1 100 0 0,0 1 100

Total 1 1,4 21 29,2 50 69,4 72 100 Uji Chi-Square

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang memiliki derajat kebersihan

mulut yang baik hanya berasal dari suku Bugis yaitu 2,9%, untuk responden yang

memiliki derajat kebersihan mulut kategori sedang paling tinggi berasal dari

Makassar sebesar 32%. Sedangkan responden dari suku Jawa paling tinggi yang

buruk derajat kebersihan mulutnya yaitu sebesar 75%.

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,702 (p>0,05) dengan demikian

Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan ada hubungan suku

dengan derajat kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten

Pangkejene dan Kepulauan.

Page 28: Proposal Galau (Repaired)

BAB V

PEMBAHASAN

Derajat kesehatan tercermin dalam status kesehatan baik individu maupun

masyarakat, setiap individu atau masyarakat diharapkan dapat memahami bahwa

kesehatan gigi merupakan suatu bagian dari kesehatan umum secara pribadi. Status

kesehatan merupakan suatu kondisi yang dinamis yaitu sebagai hasil interaksi antara

pengaruh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan

(herediter). Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan status kesehatan gigi

dan mulut seseorang didasarkan dari salah satu faktor penyebabnya yaitu aspek

lingkungan yang berkaitan dengan analisa demografi.

Berdasarkan data hasil penelitian, pada tabel 3 ada hubungan umur dengan

derajat kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan

Kepulauan. Hasil ini sejalan teori Blum (1973), status kesehatan gigi dan mulut

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan,

lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan.

Pada tabel 4 menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan dengan derajat

kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan

Kepulauan. Tingkat pendidikan merepresentasikan tingkat kemampuan seseorang

dalam memperoleh dan memahami informasi kesehatan. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang diasumsikan semakin baik tingkat pemahamannya terhadap

informasi kesehatan yang diperolehnya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Sadiman (2002) yang mengemukakan bahwa, status pendidikan mempengaruhi

kesempatan memperoleh informasi mengenai penatalaksanaan penyakit.

Pada tabel 5 menunjukkan tidak ada hubungan tingkat pendapatan dengan

derajat kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan

Kepulauan. Hasil ini sejalan teori dari Notoajmojho (2004) yang mengatakan bahwa

salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat

adalah faktor perilaku yang mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian

ini juga dijelaskan oleh Badan Pusat Statistik (2005), yang menyatakan indikator

yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan yaitu

pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas

tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan

Page 29: Proposal Galau (Repaired)

kesehatan, kemudahan memasukkan anda ke jenjang pendidikan, kemudahan

mendapatkan fasilitas transfortasi.

Pada tabel 6 menunjukkan tidak ada hubungan suku dengan derajat

kebersihan mulut pada nelayan Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkejene dan

Kepulauan. Hasil ini tidak sejalan dengan teori Blum (1973) yang mengatakan,

status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh

empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya),

perilaku dan pelayanan kesehatan.

Page 30: Proposal Galau (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

Priyono S, Latif NA , Tandjung S. Inventarisasi Dan Evaluasi Mineral Non Logam Di Kabupaten Pangkajene Kepulauan Dan Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. DIM. 2005.1-11